tutorial bof

Upload: dicogunawijaya

Post on 07-Jan-2016

359 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Tutorial Cara Membaca X-Ray Abdomen (BOF)

TRANSCRIPT

A. PENDAHULUANFoto polos abdomen adalah pemeriksaan radiologi pertama yang dipilih pada pasien yang datang dengan keluhan nyeri perut, mual, muntah, demam, dan/atau nyeri tekan abdomen. Foto polos dapat digunakan untuk mengevaluasi saluran gastrointestinal, ruang peritoneum, saluran kemih, retroperitoneum, dan dinding abdomen. Foto abdomen biasanya merupakan foto dengan posisi supinasi yang tersambung dengan sinar foto yang ditembakkan secara horizontal. Umumnya film yang digunakan adalah film dengan posisi erect, walaupun film dengan posisi dekubitus juga dapat digunakan. Foto horizontal sangat penting apabila dicurigai terdapat pneumoperitoneum atau obstruksi abdomen. Foto abdomen menjadi bagian dalam penentuan diagnosis kerja untuk pasien. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik dan rinci harus dilakukan sebelum menentukan pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan radiologi seharusnya dilakukan dengan asumsi bahwa hasil pemeriksaan akan mengubah penanganan untuk pasien tersebut. Radiografi tidak seharusnya digunakan untuk menggantikan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Namun anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologi dilakukan sebagai kesatuan dari triangulasi untuk sampai pada diagnosis kerja.

B. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASIIndikasi umum untuk foto polos abdomen yaitu: Nyeri perut, baik akut maupun kronik, nyeri difus maupun lokal Nyeri area flank (pinggang bagian belakang) Mual/muntah Muntah persisten pada neonatus atau bayi Konstipasi, diare, atau perubahan pada fisiologis perut Komplikasi paska operasi, seperti nyeri, muntah, distensi atau demam Gejala obstruksi berkemih Evaluasi posisi setelah pemasangan alat-alat medis Massa abdomen yang teraba atau organomegali Trauma abdomen Jaundice Penentuan staging tumor Perut yang menggembung, distensi ataupun peningkatan lingkar perut Batu ginjal Mencari benda-benda asing Follow up dari pemeriksaan sebelumnya Evaluasi pneumoperitoneum, enterokolitis nekrosis, abnormalitas kongenitalTidak ada kontraindikasi absolut terhadap foto polos abdomen. Kondisi hamil merupakan kontraindikasi relatif, namun dapat diganti dengan modalitas lain misalnya USG sebagai modalitas alternatif.

C. PENDEKATANAda beberapa langkah yang dilakukan ketika membaca foto polos abdomen. Langkah-langkah tersebut bersifat sistematis agar tidak ada struktur yang terlewatkan untuk dinilai.1. Inspeksi AwalSebelum melakukan pembacaan pada foto polos abdomen, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan, antara lain: Membandingkan nama pada film dengan nama pasien Memeriksa tanggal pada film Apakah semua bagian abdomen sudah terfoto? Lihat apakah ada sisa kontras, jika ada lampirkan foto sebelum melakukan kontras Meminta foto lama atau sebelumnya, untuk melihat perubahan yang ada Mengetahui kelamin dan umur pasien untuk membantu bagian normal anatomi pasien Benda-benda yang ada pada operasi sebelumnya Melihat apakah ada alat medis yang terpasang2. TeknikProyeksi pada film dapat berupa AP atau PA, Umumnya proyeksi yang digunakan pada foto polos abdomen adalah proyeksi AP. Posisi pada foto polos abdomen dapat berupa posisi supinasi, erect, lateral decubitus.a. Posisi SupinePosisi supine dilakukan dengan proyeksi AP. Pasien tidur terlentang dengan film berada dibawah pasien dan sinar-x ditembakan dari arah anterior ke posterior. Arah sinar tegak lurus terhadap film. Film harus meliputi daerah dari symphisis pubis sampai bagian atas abdomen setidaknya sampai margin atas dari ginjal. Idealnya diperpanjang sampai diafragma. Bagian tengah film setidaknya berada pada iliac crest. Kedua flank harus terlihat pada film. Jika semua bagian tersebut tidak bisa terlihat pada 1 foto, maka beberapa foto dapat digabungkan. Pada posisi supine distribusi gas terlihat lebih baik dimana gas akan terakumulasi paling banyak pada sisi anterior seperti pada bagian distal lambung, usus transversus dan usus sigmoid. Porsi gas pada organ lain umumnya tidak tampak tergantung pada jumlah gas pada usus. Kebanyakan struktur organ dilihat paling baik pada posisi supine. Namun pada posisi supine kita tidak dapat melihat air fluid level dan udara bebas.

Gambar 1. Foto polos abdomendengan posisi supine.

b. Posisi ErectPada posisi erect kita dapat menggunakan proyeksi baik AP maupun PA. Pada foto AP kita akan mendapatkan visualisasi yang lebih baik terhadap ginjal, sedangkan foto PA dapat mengurangi efek gonadal dose. Sinar-X ditembakan tegak lurus terhadap film. Pasien harus berdiri setidaknya selama 5 menit sebelum melakukan presedur ini, jika pasien tidak mampu untuk melakukannya, maka dapat dilakukan dengan posisi dekubitus. Film harus memperlihatkan bagian superior dari diafragma. Pada orang dewasa bagian tengah film setidaknya 5cm diatas iliac crest. Jika semua bagian abdomen tidak bisa diperlihatkan pada 1 foto, maka beberapa foto dapat digabungkan.Pada foto polos abdomen posisi erect dapat memperlihatkan air fluid levels dimana udara akan naik dan cairan akan turun. air fluid levels secara fisiologis tampak pada cecum/terminal ileum dan ampulla duodenum. Selain itu tampak udara bebas pada hemidiafragma. Ginjal, usus tranversus, usus halus dan payudara tampak turun. Terjadi peningkatan densitas pada perut bgian bawah, liver dan limpa tetap dan lebih terlihat karena organ yang lain turun. Bagian bawah abdomen tampak lebih padat karena pengaruh gravitasi.

Gambar 2. Foto polos abdomendengan posisi erect.

c. Posisi Lateral DekubitusPosisi lateral dekubitus menggunakan proyeksi AP, posisi yang biasa digunakan biasanya lateral dekubitus kiri, karena pneumoperitoneum lebih mudah dilihat disebelah liver pada posisi ini. Pasien tidur menyamping kearah kiri dan film diletakan di punggung pasien, pasien diam pada posisi seperti ini setidaknya selama 5 menit sebelum difoto untuk mengumpulkan udara bebas pada rongga abdomen. Sinar-X ditembak tegak lurus dengan film. Jika pasien tidak dapat berbaring kearah kiri, maka dapat dilakukan kearah kanan. Film harus meliputi daerah dari symphisis pubis sampai hemidiafragma. Bagian tengah film sejajar dengan iliac crest. Bagian paling superior dari sisi kanan abdomen harus terlihat pada lateral dekubitus kiri, dan bagian paling superior pada sisi kiri abdomen harus terlihat pada lateral dekubitus kanan.Pada foto akan tampak air fluid levels sejajar dengan sumbu panjang tubuh. Tampak udara bebas di sebelah liver. Posisi dekubitus digunakan untuk melihat air fluid levels dan udara bebas ketika pasien tidak bisa melakukan posisi erect.

Gambar 3. Foto polos abdomen denganposisi lateral dekubitus

3. TulangPendekatan sistematik saat membaca foto polos abdomen diawali dengan menilai struktur tulang dalam urutan spesifik. Urutan ini disarankan agar tidak ada struktur yang terlewatkan saat membaca. Adapun yang pertama dinilai adalah costa bagian bawah, vertebra lumbalis, sacrum. pelvis, dan sendi pinggul. Yang perlu diperhatikan dalam menilai tulang antara lain korteks, sendi, pola trabekuler, densitas, lisis, fraktur, sklerosis, dan garis epifisial.4. Organ PadatSetelah tulang, dilakukan penilaian terhadap organ padat dalam abdomen, yaitu hepar, limpa, ginjal, otot psoas, kandung kemih, uterus, dan prostat. Hepar meliputi area yang luas pada kuadran kanan atas. Limpa berada pada kuadran kiri atas dengan ukuran kira-kira sebesar kepalan tangan, namun sering tidak terlihat pada foto polos. Ginjal berbentuk seperti kacang yang berada pada abdomen bagian atas yang ukuran sebesar kurang lebih tiga vertebra. Posisi ginjal kiri lebih superior dibandingkan ginjal kanan, dengan kutub atas yang miring ke arah medial. Otot psoas membentuk garis lurus yang melintang secara inferolateral dari vertebra lumbalis sampai trochanter minor. Gambaran otot ini bisa digunakan untuk menilai kondisi retroperitoneal. Kandung kemih dapat terlihat dalam rongga pelvis pada kondisi penuh. Uterus terletak superior terhadap kandung kemih, namun sering tidak terlihat pada foto polos. Prostat hanya dapat terlihat apabila sudah mengalami kalsifikasi.5. Organ BeronggaOrgan berongga yang dinilai antara lain lambung, usus halus, apendiks, danusus besar. Ketika terlentang, udara lambung akan naik ke anterior untuk menguraikan berbagai volume antrum dan tubuh, sedangkan cairan akan berkumpul di posterior. Pada usus halus, gas akan terlihat dalam bentuk poligonal karena peristalsik. Usus halus yang normal berukuran 2,5-3,0 cm. Valvula dapat dilihat melintasi seluruh lumen. Pada appendiks bisa terlihat jika mengandung appendicolith (kalsifikasi feces). Secara tidak umum, kita dapat melihat udara, barium dari studi lama, atau benda asing yang tertelan dalam appendiks. Usus besar dimulai dari fosa iliaka kanan dengan sekum (dapat memiliki air fluid levels), diikuti ke fleksura hati, ke fleksura lienalis, dan turun ke dalam pelvis. Ini dapat diisi dengan udara atau feses. Bentuknya mungkin tidak klasik karena usus yang berlebihan. Lipatan haustral dapat divisualisasikan sebagian di lumen.

Gambar 4. Appendicolith.

6. KalsifikasiYang terakhir dinilai adalah kalsifikasi, yang mana dapat dibedakan menjadi kalsifikasi normal dan abnormal.a. Kalsifikasi NormalContoh dari kalsifikasi normal antara lain kartilago costa, aorta, arteri iliaka, arteri lienalis, dan phlebolith pelvis

Gambar 5. Kalsifikasi aorta dan arteri lienalis.Gambar 6. Phlebolith pelvis terlihat sebagai kalsifikasi di sisi kiri tengah dan kanan bawah pelvis.

b. Kalsifikasi AbnormalContoh dari kalsifikasi abnormal antara lain aneurisme aorta atau arteri, hepar, kandung empedu, limpa, batu saluran kemih, prostat, pankreas, kalenjar getah bening, kalenjar adrenal, uterus, dan ovarium. Gambar 7 memperlihatkan batas kalsifikasi terlihat melengkung di sebelah vertebra lumbalis dengan psoas shadow kiri yang hilang (menunjukkan kebocoran retroperitoneal).

Gambar 7. Kalsifikasi aneurisma aorta abdominal.Gambar 8. Kalkuli staghorn ginjal kanan.

Gambar 9. Kalkuli ginjal kanan.Gambar 10. Kalkuli ginjal bilateral.

Gambar 11. Kalkuli ureter kanan.Gambar 12. Kalsifikasi pankreas.

Gambar 13. Kalsifikasi kalenjar adrenal bilateral.Gambar 14. Kalsifikasi uterus pada leomyoma uteri.

D. CONTOH1. Gas Abnormala. Pneumoperitoneum

Gambar 15. Posisi supine: udara bebas terlihat, tampak adanya double-wall sign.Gambar 16. Posisi erect: udara bebas terlihat di bawah diafragma.

Gambar 17. Posisi lateral dekubitus kiri: udarabebas terlihat di atas dan di bawah hepar.

b. Gas pada Retroperitoneum

Gambar 18. Gas pada retroperitoneum.

c. Gas pada Saluran Empedu

Gambar 19. Udara bebas pada saluranempedu, tampak pula adanya klip.

d. Gas Intramural

Gambar 20. Dilated-loops multipel pada usus halus dengan gas curvilinear tipis pada kuadran kanan atas dan kiri bawah.Gambar 21. Udara pada lumen dan gas intramural membentuk gambaran linear, sehingga kedua sisi usus terlihat.

2. Dilatasi Usus dan Air Fluid Levelsa. Obstruksi Usus Halus

Gambar 22. Posisi supine: dilated loops multipel pada usus halus, tidak tampak udara pada usus besar.Gambar 23. Posisi erect: air fluid levels multipel.

b. Ileus Paralitik

Gambar 24. Posisi supine: gambaran post-operatif dilated loops pada usus halus dan usus besar.Gambar 25. Posisi erect: gambaran ileus disertai air fluid levels karena obstruksi sementara akibat edema post-operatif.

c. Obstruksi Usus Besar Volvulus SigmoidGambar di bawah memperlihatkan lengkungan usus besar dengan distensi pada bagian tengah abdomen. Terdapat jaringan vertikal yang tipis menuju kuadran kiri atas, menunjukkan dinding tengah dari usus besar yang terpelintir. Usus besar berpusat di pelvis. Tidak ada udara pada rektum akibat adanya obstruksi.

Gambar 26. Volvulus sigmoid.

d. Obstruksi Usus Besar Karsinoma Sigmoid

Gambar 27. Posisi supine: lengkungan usus besar yang dilatasi (>5 cm), tidak tampak segmen yang terputar.Gambar 28. Posisi erect: air fluid levels pada usus besar dari feses yang encer, menandakan malfungsi usus besar.

3. Massaa. AbsesAdanya udara dan cairan pada saccus minor biasanya berasal dari abses pankreas, namun perlu diperhatikan juga struktur-struktur di sekitarnya seperti duodenum, lambung atau fistula usus. Pada foto terlihat kumpulan gas dengan gambaran belang-belang pada bagian epigastrium

Gambar 29. Posisi supine.Gambar 30. Posisi erect.

b. KistaJaringan lunak besar terlihat pada kuadran kiri atas. Saat melihat adanya massa pada area tersebut harus diingat pula organ yang ada pada area tersebut, seperti pankreas, limpa, ginjal, kelenjar adrenal, lambung, atau dinding abdomen.

Gambar 31. Pseudokista pankreas.

4. Alat Medisa. V-P ShuntPada gambar di bawah terlihat V-P Shunt masuk dan berada pada bagian kanan abdomen dan berbelok menuju bagian tengah pada bagian lumbar, setelah itu berlanjut hingga pelvis.

Gambar 32. V-P shunt.b. Nasogastric Tube

Gambar 33. Nasogastric tube.16