tutorial heg niz kasus

44
SMF/Lab Obstetri dan Ginekologi Tutorial Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Hiperemesis Gravidarum Disusun Oleh Afnies Basugis 1210029022 Ayu Dwi Ratna Sari 1310019002 Inbar Surya Seru 1310019011 Pembimbing dr. Handy Wiradharma, Sp.OG Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik SMF/Laboratorium Obstetri dan Ginekologi 1

Upload: inbar-surya-seru

Post on 24-Dec-2015

49 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

HEG

TRANSCRIPT

SMF/Lab Obstetri dan Ginekologi Tutorial KlinikFakultas KedokteranUniversitas Mulawarman

Hiperemesis Gravidarum

Disusun Oleh

Afnies Basugis 1210029022

Ayu Dwi Ratna Sari 1310019002

Inbar Surya Seru 1310019011

Pembimbing

dr. Handy Wiradharma, Sp.OG

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

SMF/Laboratorium Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran

Universitas Mulawarman

2014

1

BAB I

PENDAHULUAN

Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan

sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi

dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6

minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10

minggu.1,2 Literatur lain menyebutkan bahwa mual dan muntah terjadi 50-70% wanita

hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama

mengalami mual-mual dan 44% mengalami muntah-muntah.4 Mual dan muntah terjadi

pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida.1,2 Klebanoff dkk, melaporkan bahwa

lebih separuh dari 9000 wanita mengalami muntah pada awal kehamilan.2 Borowski and

associates (2003) dari penelitiannya didapatkan 1.6% dari 9500 wanita hamil dilakukan

rawat inap. Gazmararian,dkk (2002) mempelajari lebih dari 46.000 wanita dan 0.8%

memerlukan hospitalisasi antepartum untuk hiperemesisnya.3

Bila wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga

berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul

asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di

rumah sakit. Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan.3 Literatur lain menyebutkan

perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum 4:1000 kehamilan.4 Literatur lain

menyebutkan puncak terjadinya hiperemesis gravidarum ialah pada minggu ke delapan dan

kedua belas kehamilan.3 Sindrom ini ditandai dengan adanya muntah yang sering,

penurunan berat badan, dehidrasi, asidosis karena kelaparan, alkalosis, yang disebabkan

menurunnya asam lambung dan hipokalemia.4

2

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Anamnesa

a) Identitas Pasien

Nama : Ny.R

Usia : 34 tahun

Agama : Islam

Suku : Madura

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl.Lambung Mangkurat

Masuk Rumah Sakit pada tanggal 31 Oktober 2014, pukul 16.45

b) Identitas Suami

Nama : Tn. H

Usia : 33 tahun

Agama : Islam

Suku : Banjar

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl. Lambung Mangkurat

c) Keluhan Utama:

Mual dan muntah

d) Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluhkan mual dan muntah dialami sejak dua hari sebelum

masuk Rumah Sakit. Mual dan muntah dirasakan sebanyak ± 15-20 kali sehari,

keluhan tersebut dirasakan lebih berat saat pagi hari. Selama dua hari ini, pasien

hanya bisa makan sedikit, karena setiap setelah makan selalu muntah. Pasien juga

mengeluhkan nyeri perut bawah, nyeri juga dirasakan setiap selesai BAK. BAK

pasien juga menjadi lebih sering, namun sedikit-sedikit.

3

e) Riwayat Antenatal Care

Selama kehamilan ini pasien telah memeriksakan kehamilannya 2 kali. Kunjungan

pertama yakni pada usia kehamilan 6 minggu di Bidan Puskesmas, saat itu tidak

ada keluhan.

f) Riwayat Penyakit Dahulu

(-)

g) Riwayat Haid

Menarche pada usia 12 tahun, lama haid ± 7 hari, jumlah darah haid : ganti

pembalut 1-2 kali sehari

Hari pertama haid terakhir : 07 - 08 - 2014

Taksiran waktu persalinan : 14 – 05 - 2015

h) Riwayat Obstetri

NoTahun

Partus

Tempat

Partus

Umur

kehamilan

Jenis

Persalinan

Penolong

Persalinan

Jenis Kelamin

Anak/ BB

Keadaan

Anak

Sekarang

1 1999 BPS Aterm Spontan Bidan Perempuan Sehat

2 2001 BPS Aterm Spontan Bidan Perempuan Sehat

3 2002 RS 4 bulan Abortus

4 2005 RS 2.5 bulan Abortus

5 2010 Dukun 1 bulan Abortus

6 2014 Hamil ini

i) Riwayat Penggunaan Kontrasepsi

Pil selama 1 tahun sebelum hamil.

2.2 Pemeriksaan Fisik

a) Berat badan : 58 kg

b) Tinggi badan : 151 cm

c) Keadaan umum : Sakit sedang

d) Kesadaran : compos mentis (E4V5M6)

e) Tanda vital

Tekanan darah : 130/80 mmHg

4

Frekuensi nadi : 100 kali/menit

Frekuensi nafas : 18 kali/menit

Suhu : 36,7 0C

f) Status generalisata

Kepala / leher : konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-), cowong (+/+)

Thorax

- Pulmo

Inspeksi : bentuk dan pergerakan simetris

Palpasi : fremitus raba dextra=sinistra

Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru

Auskultasi : vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)

- Cor

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak teraba

Perkusi : batas kanan ICS 2I parasternal line dextra

batas kiri ICS V midclavicular line sinistra

Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Lihat status obstetri

Ekstremitas : edema -/-, turgor kulit menurun, akral hangat

g) Status obstetrik :

1) Inspeksi : datar, striae (+)

2) Palpasi :

Tinggi Fundus Uteri : tidak teraba, Ballotemen (+)

DJJ : 144 x/menit

2.3 Diagnosis Kerja di Ruangan

G6P2A3 gravid 11-12 minggu dengan HEG + ISK

2.4 Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

5

2.5

Penatalaksanaan

Bedrest total

IVFD D5% 20 tpm

Drip Neurobion 1 Amp/hari

Amoxan 3x500mg

Cedantron 3x1 tab

2.6 Follow Up

6

Tanggal 31-10-2014

Urin Lengkap Darah lengkap

Berat Jenis 1,020 Hb 14,5 g/dL

Hb/darah +1 Hct 39,9%

Warna Kuning Leukosit 12.800 μL

Kejernihan Keruh Trombosit 311.000 μL

pH 5,0 Kimia darah

Sel epitel +2 GDS 72 mg/dl

Leukosit 3-5 Ur 24.9 mg/dl

Eritrosit 30-40 Cr 0.7 mg/dl

Bakteri +2 Elektrolit

Ketone +3 Natrium 134 mmol/L

Glukosa +1 Kalium 3.7mmol/L

Protein - Calsium 99 mmol/L

Leuko +3

Tanggal Follow upRencana tindakan dan

Penatalaksanaan

31/10/2014 S : Mual (+), Muntah (+)

O : CM, TD: 130/90mmHg, HR:

100x/mnt

RR:16x/mnt, Temp: 36.8ºC

A : G6P2A3 gravid 11-12 minggu dengan

HEG + ISK

IVFD RL : D5% 1:1

Drip neurobion 1 Amp/hari

Amoxan tab 3x500mg (Hari I)

Cedantron tab 3x1 Amp (1/2 jam

sebelum makan)

01/11/2014 S : Mual (+), Muntah (+) 10x sehari

O : CM, TD: 130/90mmHg, HR:

124x/mnt

RR:16x/mnt, Temp: 36.7ºC

A : G6P2A3 gravid 11-12 minggu dengan

HEG + ISK

IVFD RL : D5% 1:1

Drip neurobion 1 Amp/hari

Amoxan tab 3x500mg (Hari II)

Cedantron tab 3x1 Amp (1/2 jam

sebelum makan)

Ranitidin tab 2x1

R/ USG

Interpretasi USG ;

1. Kehamilan

tunggal, intrauterine ± 11-12 minggu

+ HEG

2. Kista

ovarium dextra ± 2.5cm

02/11/2014 S : Mual (+), Muntah (+)

O : CM, TD: 120/80mmHg, HR:

102x/mnt

RR:16x/mnt, Temp: 36.7ºC

A : G6P2A3 gravid 11-12 minggu dengan

HEG + ISK + Kista ovarium D

IVFD RL : D5% 1:1

Drip neurobion 1 Amp/hari

Amoxan tab 3x500mg (Hari III)

Cedantron tab 3x1 Amp (1/2 jam

sebelum makan)

03/11/2014 S : Mual (+), Muntah (+), nyeri perut (↓),

BAB (-) 1 minggu

O : CM, TD: 100/60mmHg, HR:

114x/mnt

IVFD RL : D5% 1:1

Ranitidin 2x1 Amp

Metoklopramide 3x1 Amp

7

RR:16x/mnt, Temp: 36.7ºC

A : G6P2A3 gravid 11-12 minggu dengan

HEG grade I + ISK + kista ovarium D

04/11/2014 S : Mual (-), Muntah (-), nyeri perut (+),

makan (+)

O : CM, TD: 90/60mmHg, HR: 114x/mnt

RR:16x/mnt, Temp: 36.7ºC

A : G6P2A3 gravid 11-12 minggu dengan

HEG grade I + ISK + Kista ovarium D

IVFD RL : D5% 1:1

Ranitidin 2x1 Amp

Metoklopramide 3x1 Amp

05/11/2014 S : Mual (+), Muntah (+), nyeri perut (+),

makan (+)

O : CM, TD: 120/70mmHg, HR:

120x/mnt

RR:16x/mnt, Temp: 36.7ºC

A : G6P2A3 gravid 11-12 minggu dengan

HEG grade I + ISK + Kista ovarium D

IVFD RL : D5% 1:1

Ranitidin 2x1 Amp

Metoklopramide 3x1 Amp

8

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hiperemesis gravidarum (HG) adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita

hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk

karena terjadi dehidrasi.1 Selain itu dapat diartikan hiperemesis gravidarum adalah muntah-

muntah yang cukup berat sehingga menyebabkan penurunan berat badan, dehidrasi,

asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat keluarnya asam hidroklorida dalam muntahan

dan hipokalemia.2

2.2 Epidemiologi

Mual dan muntah terjadi dalam 50-90% kehamilan. Gejalanya biasanya dimulai

pada gestasi minggu 9-10, memuncak pada minggu 11-13, dan berakhir pada minggu 12-

14. Pada 1-10% kehamilan, gejala dapat berlanjut melewati 20-22 minggu. Hiperemesis

berat yang harus dirawat inap terjadi dalam 0,3-2% kehamilan.3,4

Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-60% multi gravida.

Dari seluruh kehamilan yang terjadi di Amerika Serikat 0,3-2% diantaranya mengalami

hiperemesis gravidarum atau kurang lebih lima dari 1000 kehamilan. Insiden dikatakan

meningkat pada masyarakat barat yang tinggal di daerah perkotaan dibandingkan dengan

pedesaan.4

Di masa kini, hiperemesis gravidarum jarang sekali menyebabkan kematian, tapi masih

berhubungan dengan morbiditas yang signifikan.4 Morbiditas yang ditimbulkan berupa :

1. Mual dan muntah mengganggu pekerjaan hampir 50% wanita hamil yang bekerja.

2. Hiperemesis yang berat dapat menyebabkan depresi. Sekitar seperempat pasien

hiperemesis gravidarum membutuhkan perawatan di rumah sakit lebih dari sekali.

3. Wanita dengan hiperemesis gravidarum dengan kenaikan berat badan dalam

kehamilan yang rendah (7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan

9

neonatus dengan berat badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan, prematur,

dan nilai Apgar 5 menit kurang dari 7.4

2.3 Etiologi dan Patogenesis

Muntah merupakan suatu mekanisme dari saluran cerna bagian atas mengeluarkan

isinya bila terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah

termasuk reflex integrative yang kompleks yang terdiri dari 3 komponen utama yakni

detektor muntah, mekanisme integrative dan efektor yang bersifat somatik, dimana

rangsangannya dihantarkan melalui saraf vagus dan aferen simpatis menuju pusat muntah.

Selain itu pusat muntah juga menerima rangsangan dari pusat muntah lain yang lebih tinggi

pada serebral dari chemoreseptor trigger zone (CTZ) pada area postrema dan dari apparatus

vestibular via serebelum. Kalau sinyal tersebut berasal dari perifer maka sinyal tersebut

tidak akan melalui trigger zone tetapi akan mencapai pusat muntah melalui nucleus traktus

solitaries. Pusat muntah ini berdekatan dengan pusat pernapasan dan pusat vasomotor.

Rangsang aferen dari pusat muntah dihantarkan melalui saraf kranial V, VII, X, XII ke

saluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diapragma, otot iga dan otot

abdomen.4

Apabila rangsangan dirasakan sudah mencukupi maka akan mengakibatkan

pernafasan menjadi lebih dalam, terangkatnya tulang hioid dan laring untuk mendorong

sifngter krikoesofagus terbuka, tertutupnya glotis dan akhirnya terangkatnya palatum mole

untuk menutup nares anterior. Akhirnya timbul kontraksi kuat dari otot abdomen yang

mengakibatkan timbulnya tekanan intragastrik yang tinggi. Dengan tekanan intragastrik

yang meninggi dilanjutkan dengan relaksasi dari sfingter esofagus, sehingga

memungkinkan terjadinya pengeluaran isi lambung.4

Sampai saat ini patogenesis hiperemesis gravidarum masih kontroversial. Dengan

adanya muntah yang terus menerus mengakibatkan berkurangnya cadangan energi. Tubuh

mulai beradaptasi dengan mengambil jalur lain untuk memperoleh energi yakni melalui

jalur glukoneogenesis dengan mengoksidasi asam lemak. Oksidasi lemak ini memiliki

kerugian yakni meningkatkan kadar keton dalam urin akibat hasil dari oksidasi tidak

sempurna dari asam lemak yakni tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik

dan aseton.4

10

Selain kehilangan cadangan energi, muntah yang berkepanjangan dapat

menyebabkan kehilangan cairan yang cukup tinggi sehingga menyebabkan timbulnya

dehidrasi, sehingga cairan plasma dan ekstravaskuler akan berkurang. Natrium dan

khlorida darah turun, demikian juga dengan khlorida urine. Dampak lainnya yakni dapat

mengakibatkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini

menyebabkan zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang dan tertimbunya zat

metabolik dan toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya

ekskresi lewat ginjal, meningkatkan frekuensi muntah yang lebih banyak, merusak hati,

sehigga memperberat keadaan penderita. 5

Apabila intensitas muntahnya sangat berat dapat terjadi robekan pada selaput lendir

esofagus dan lambung, sehingga kadang kala dapat muncul gejala seperti muntah darah.

Gejala ini dikenal dengan nama Mallory-Weiss Syndrome. Pada umumnya robekan ini

ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri.4

Hiperemesis gravidarum diyakini terjadi akibat adanya interaksi antara faktor endokrin,

imunologi gastrointestinal, enzim metabolik, defisiensi nutrisi, anatomi dan psikologi. 5

a. Endokrin

1. Human Chorionic Gonadotropin (HCG)

Sampai saat ini HCG dikatakan sebagai penyebab utama dari hiperemesis gravidarum

karena dikaitkan adanya peningkatan signifikan dari HCG pada ibu dengan

hiperemesi gravidarun.5 mekanisme timbulnya masih belum jelas namun dikatakan

akibat efek stimulasi pada sistem sekresi dari GIT dan stimulasi dari fungsi tiroid

karena memiliki struktur yang mirip dengan Thyroid Stimulating Hormon (TSH).5

Penelitian lainnya mengatakan peningkatan HCG bukan merupakan satu – satunya

penyebab melainkan ada isoform spesifik dari HCG yang juga mengakibatkan

Hiperemesis gravidarum (HG). Ini ditandai dengan adanya HCG yang lebih asam

(pH <4). Kebanyakan bentuk isoform ini merupakan akibat dari kelainan genetik

ataupun hasil adaptasi terhadap lingkungan.5

2. Progesteron

11

Aktivitas hormonal pada saat corpus luteum merupakan paling tinggi pada trimester

pertama ketika HG sering terjadi. Penelitian menunjukkan pada pasien dengan HG

memiliki kadar progesteron yang lebih rendah. 5

3. Estrogen

Estrogen memiliki beberapa mekanisme yang dapat mengakibatkan timbulnya HG.

Kadar estrogen yang tinggi dapat mengakibatkan penurunan waktu transit dari usus

dan pengosongan lambung yang dapat mengakibatkan meningkatnya akumulasi

cairan akibat peningkatan hormone steroid. Perubahan pH pada GIT dapat

meningkatkan risiko infeksi Helicobacter Pylori sehingga dapat mengakibatkan

munculnya gejala GIT. 5

4. Thyroid Hormones

Kelenjar tiroid secara fisiologis akan meningkatkan sekresinya pada saat kehamilan

mengakibatkan peningkatan sementara tiroksin dalam darah yang dikenal dengan

nama Gestational Transient Thyrotoxicosis (GTT). Bersamaan dengan HCG, tiroid

memiliki peranan penting dalam timbulnya HG. Mekanisme masih belum jelas,

namun kemungkinan karena memiliki struktur yang mirib dengan HCG.5

5. Leptin

Leptin merupakan hormone yang memliki peranan dalam mengatur berat badan dan

memiliki struktur yang hampir sama dengan sitokin. Hubungan antara HG dan leptin

didapatkan berdasarkan fakta bahwa leptin sering ditemukan pada jaringan adipose

dan fungsi utamanya adalah mengurangi rasa lapar dan meningkatkan konsumsi

energi dengan cara berinteraksi dengan kortisol, tiroid dan insulin. Kadar leptin

sering ditemukan pada ibu hamil salah satunya dengan HG namun mekanismenya

masih belum jelas.5

6. Adrenal Cortex

Suatu studi penelitian menyebutkan bahwa terdapat penurunan gejala pada ibu dengan

HG ketika menggunakan terapi kortikosteroid. Kemungkinan rendahnya kadar

kortisol berhubungan dengan timbulnya HG, namun mekanisme masih belum jelas.5

7. Growth hormone dan prolactin

Penurunan human Growth Hormone (hGH) dan peningkatan prolaktin ditemukan pada

pasien dengan HG. Kemungkinan ini diakibatkan karena kadar hGH dan prolaktin

12

kemungkinan mempengaruhi produksi dari hormon plasenta dan endometrial pada

ibu hamil. 5

8. Placental serum markers

Schwangerschafts protein 1 (SP1) merupakan suatu protein spesifik dari plasenta yang

beredar dalam sirkulasi maternal pada minggu awal kehamilan. Protein ini

diperkirakan berhubungan dengan adanya muntah pada kehamilan.5

b. Imunologi

Pada ibu hamil terjadi perubahan sistem humoral maupun mediated, kemungkinan untuk

melindungi janin dari sistem imun ibu. HG dikatakan timbul akibat dari overaktivasi

dari sistem imun yang berhubungan dengan sintesis hormon kehamilan.5

c. Gastro Intestinal

1. Infeksi Helicobacter Pylori

Peningkatan insiden H.pylori pada pasien HG merupakan salah satu etiologi

yang cukup jelas. Secara signifikan ditemukan H.pylori pada bagian antrum dan

corpus dari lambung pasien dengan HG. Jumlah bakteri H.pylori juga kemungkinan

berhubungan dengan derajat keparahan dari HG.5

Infeksi H.pylori pada ibu hamil kemungkinan disebabkan karena adanya

perubahan keasaman lambung yang berhubungan denga perubahan sistem imun

pada ibu hamil. Perubahan sistem imun baik secara humoral maupun selular

meningkatkan risiko ibu terinfeksi H.pylori.5

2. Motilitas lambung dan usus

Selama hamil sex steroid dapat mengakibatkan aktivitas abnormal dari

lambung dan usus halus mengakibatkan lambatnya waktu transit dan menghambat

waktu pengosongan lambung yang dapat mengakibatkan mual. Namun ternyata

dalam penelitian hal tersebut tidak berpengaruh dalam patogenesis HG.

3. Tekanan spingter bawah esophagus

Kebanyakan wanita memiliki gejala gastrointestinal reflux selama hamil.

Gejala ini kemungkinan muncul akibat penurunan tekanan dari spingter bawah

esophagus, yang diakibatkan karena meningkatnya estrogen dan progesteron. 5

4. Sekresi cairan di GIT

13

HG kemungkinan muncul akibat distensi dari GIT bagian atas karena

peningkatan sekresi dan akumulasi cairan dalam lumen lambung. Peningkatan

sekresi cairan merupakan hal yang fisiologis pada ibu hamil, karena berhubungan

dengan sekresi cairan amnion.5

d. Enzim Metabolik

1. Liver enzim

Kelainan fungsi hati ditemukan pada pasien HG dengan peningkatan kadar SGOT

maupun SGPT. Kelainan ini kemungkinan ditemukan pada pasien HG tipe late

onset, lebih parah sampai ketonuria dan hipertiroidism, namun mekanisme secara

detail belum jelas. Diperkirakan kelainan fungsi hati kemungkinan disebabkan

karena efek kombinasi dari hipovolemia, malnutrisi, dan timbulnya asam laktat pada

HG.5

2. Amilase

Adanya peningkatan serum amylase ditemukan pada pasien dengan HG. Namun

peningkatan serum amylase tidak diakibatkan karena peningkatan enzim amylase

dari pancreas, menunjukkan kalau peningkatan tersebut bukan diakibatkan gangguan

dari pankreas melainkan sekresi yang berlebihan dari kelenjar ludah.5

e. Defisiensi nutrisi

1. Defisiensi vitamin

Terdapat penurunan jumlah vitamin B1 pada pasien dengan HG, namun hubungan

secara biokimia belum dapat dijelaskan secara detail. Selain itu juga terdapat

defisiensi vitamin lain yakni thiamin dan K yang juga diperkirakan berhubungan

dengan peningkatan insiden HG.5

2. Defisiensi Unsur Mikro

Ada beberapa unsur mikro yang berkaitan dengan pathogenesis HG yakni zinc dan

besi. Plasma zinc ditemukan meningkat sedangkan besi menurun pada pasien

dengan Hg. Zinc merupakan bahan yang penting dalam katalisis enzim yang

berhubungan dengan metabolism, sedangkan kadar besi yang rendah kemungkunan

mengganggu fungsi biokimia, metabolic dan endokrin dari beberapa organ.5

f. Anatomi

14

Ibu hamil berisiko mengalami HG karena adanya beberapa variasi anatomi,

kemungkinan penyebabnya adalah perbedaan sistem vena pada ovarium kanan dan kiri

menyebabkan tingginya kadar sex steroid pada vena porta. 5

g. Psikologi

Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga

yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut

terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat

memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan

menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup. 5

Suatu studi penelitian berupaya membandingkan gejala psikologis pada wanita hamil

dengan dan tanpa HG selama kehamilan. Subjek dengan gejala HG jauh lebih tinggi

gejala psikologisnya dibandingkan dengan kecemasan dari para wanita hamil yang tidak

menderita HG. Gejala tersebut antara lain; gejala depresi, histeria, psychasthenia,

skizofrenia, somatisasi dan perilaku obsesif kompulsif. Penyebab gejala-gejala

psikologis tersebut karena trauma dan stress. Dapat disimpulkan bahwa HG tidak

berhubungan dengan gangguan psikologis dan sulit untuk membuktikan bahwa HG

adalah murni psikologis karena banyak wanita mulai muntah sebelum mereka

mengetahui bahwa mereka hamil. 5

15

Bagan 1. Interaksi antara faktor – faktor pencetus HG.

2.4 Gejala Klinis

Batasan jelas antara mual yang masih dianggap fisiologis dalam kehamilan dengan

hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh,

sebaiknya dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut

berat ringannya gejala dapat dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu1,4 :

1. Tingkat I.

Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, penderita

merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada

epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik menurun,

turgor kulit menurun, lidah mengering dan mata cekung.1,4

2. Tingkat II.

Penderita tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah

mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata

sedikit ikterus. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun,

hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam bau pernapasan,

karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.1,4

Tabel 1. Gejala Hiperemesis Gravidarum

Parameter Tingkat I Tingkat II Tingkat II

Kondisi umum Lemah Lebih lemah dan

apatis

Lebih buruk

Kesadaran Compos mentis Apatis Somnolen

Nyeri epigastrium + ++ ++

Muntah >10 kali Sering Berhenti

Tekanan darah Menurun Menurun Menurun

Nadi >100 x/mnt Meningkat Meningkat

Turgor kulit Menurun Menurun Menurun

Mata Cekung Cekung, + ikterus Cekung, + ikterus

16

BAK Normal Oligouria Oligouria-anuria

Keton urin -/+ > +2

3. Tingkat III.

Keadaan umum lebih buruk, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen

sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal

terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai Encephalopathy Wernicke dengan

gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. Keadaan ini terjadi akibat defisiensi

zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukan adanya

gangguan hati.1,4

2.5 Diagnosis

Diagnosis Hiperemesis Gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya

kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum.

Hiperemesis Gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan

yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera

diberikan. Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan

fisik, serta pemeriksaan penunjang.5,6J

a. Anamnesis

Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan muntah.

Mual dan muntah terjadi terus menerus, dirangsang oleh jenis makanan tertentu, dan

mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Selain itu dari anamnesis juga dapat diperoleh

informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya hiperemesis

gravidarum seperti stres, lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi dan riwayat penyakit

sebelumnya (hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus, dan tumor serebri).

b. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, tanda

dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan tiroid

dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.

17

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan

menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah lengkap,

urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar), analisis gas

darah, tes fungsi hati dan ginjal.2 Pada keadaan tertentu, jika pasien dicurigai menderita

hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter TSH dan T4.

Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid 50-60% terjadi penurunan kadar

TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan antibodi

Helicobacter pylori. Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda

dehidrasi dan pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen,

kreatinin dan hematokrit. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk mendeteksi

adanya kehamilan ganda ataupun mola hidatidosa.

2.6 Diagnosis Banding

Diagnosis hiperemesis gravidarum merupakan diagnosis pereksklusionam, sehingga

perlu menyingkirkan semua diagnosis banding yang mungkin terlebih dahulu. Penyakit-

penyakit yang sering menyertai wanita hamil dan mempunyai gejala muntah-muntah yang

hebat harus dipikirkan, antara lain:

1. Appendiksitis akut.

Pada pasien hamil dengan appendiksitis akut keluhan nyeri tekan pada perut

sangat menonjol sedangkan pada pasien hamil yang tanpa appendiksitis akut

keluhan tersebut sedikit bahkan tidak ada. Tanda-tanda defance musculare, dan

rebound tenderness juga bisa dijadikan petunjuk untuk membedakan wanita hamil

dengan appendiksitis akut dan tanpa appendiksitis akut.3,7,8

2. Ketoasidosis diabetes.

Pasien dicurigai menderita ketoasidosis diabetes jika sebelum hamil

mempunyai riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat hamil apalagi disertai

dengan penurunan kesadaran dan pernafasan Kussmaul. Perlu dilakukan

pemeriksaan keton urine untuk mendapatkan badan keton pada urine, pemeriksaan

gula darah, dan pemeriksaan gas darah. 3,7,8

18

3. Gastritis dan ulkus peptikum.

Pasien dicurigai menderita gastritis dan ulkus peptikum jika pasien

mempunyai riwayat makan yang tidak teratur, dan sering menggunakan obat-obat

analgetik non steroid (NSAID). Keluhan nyeri epigastrium tidak terlalu dapat

membedakan dengan wanita hamil yang tanpa gastritis/ulkus peptikum karena

hampir semua pasien dengan hiperemesis gravidarum mempunyai keluhan nyeri

epigastrium yang hebat. Pemeriksaan endoskopi perlu dihindari karena berisiko

dapat menyebabkan persalinan preterm. Pasien dengan gastroenteritis selain

menunjukkan gejala muntah-muntah, juga biasanya diikuti dengan diare. Pasien

hiperemesis gravidarum yang murni karena hormon jarang disertai diare. 3,7,8

4. Hepatitis.

Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat

biasanya sudah menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai peningkatan SGOT

dan SGPT yang nyata. Kadang-kadang sulit membedakan pasien hiperemesis

gravidarum tingkat III (tanda-tanda kegagalan hati) yang sebelumnya tidak

menderita hepatitis dengan wanita hamil yang sebelumnya memang sudah

menderita hepatitis. Anamnesa yang cermat dapat membantu menegakkan

diagnosis. 3,7,8

5. Tumor serebri.

Pasien dengan tumor serebri biasanya selain gejala mual-muntah yang hebat

juga disertai keluhan lain seperti sakit kepala berat yang terjadi hampir setiap hari,

gangguan keseimbangan, dan bisa pula disertai hemiplegi. Pemeriksaan CT scan

kepala pada wanita hamil sebaiknya dihindari karena berbahaya bagi janin. 3,7,8

2.7 Penatalaksanaan

2.7.1 Pencegahan

Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak menjadi hiperemesis. Pencegahan

terhadap hiperemesis gravidarum dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :

1. Menjelaskan pada pasien bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses

fisiologis. 1,4

19

2. Menjelaskan pada pasien bahwa mual dan muntah adalah gejala yang normal

terjadi pada kehamilan muda, dan akan menghilang setelah usia kehamilan 4

bulan. 1,4

3. Anjurkan untuk makan dalam jumlah yang sedikit tapi dengan frekuensi yang

lebih sering. 1,4

4. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk

makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. 1,4

5. Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak, dan makanan atau minuman

sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin. 1,4

6. Makan makanan yang banyak mengandung gula dianjurkan untuk menghindari

kekurangan karbohidrat. 1,4

7. Defekasi yang teratur.1

2.7.2 Terapi obat-obatan

Jika dengan tindakan pencegahan diatas tidak dapat mengurangi gejala dan keluhan

maka perlu dilakukan pengobatan. Hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat

inap di rumah sakit.

Indikasi pasien rawat inap di rumah sakit sebagai berikut:

Semua yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi bila telah berlangsung

lama.

Berat badan turun lebih dari 1/10 dari berat badan normal.

Dehidrasi, yang ditandai dengan turgor yang kurang dan lidah kering

Adanya aseton dalam urine.4

Pada pasien dengan hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dilakukan rawat inap

dirumah sakit, dan dilakukan penanganan yaitu :

1. Obat-obatan.

Obat-obat yang diberikan pada wanita hamil harus memperhitungkan efek samping

dari obat tersebut agar tidak menimbulkan efek teratogenik bagi janinnya. Obat-

obatan yang dapat diberikan diantaranya suplemen multivitamin, antihistamin,

dopamin antagonis, serotonin antagonis, dan kortikosteroid. Vitamin yang dianjurkan

20

adalah vitamin B1 dan B6 seperti pyridoxine (vitamin B6). Pemberian pyridoxin

cukup efektif dalam mengatasi keluhan mual dan muntah. Anti histamin yang

dianjurkan adalah doxylamine dan dipendyramine. Pemberian antihistamin bertujuan

untuk menghambat secara langsung kerja histamin pada reseptor H1 dan secara tidak

langsung mempengaruhi sistem vestibular, menurunkan rangsangan di pusat muntah.

Selama terjadi mual dan muntah, reseptor dopamin di lambung berperan dalam

menghambat motilitas lambung. Oleh karena itu diberikan obat dopamin antagonis.

Dopamin antagonis yang dianjurkan diantaranya prochlorperazine, promethazine,

dan metocloperamide. Prochlorperazin dan promethazine bekerja pada reseptor D2

untuk menimbulkan efek antiemetik. Sementara itu metocloperamide bekerja di

sentral dan di perifer. Obat ini menimbulkan efek antiemetik dengan cara

meningkatkan kekuatan spinkter esofagus bagian bawah dan menurunkan transit time

pada saluran cerna.

Pemberian serotonin antagonis cukup efektif dalam menurunkan keluhan mual dan

muntah. Obat ini bekerja menurunkan rangsangan pusat muntah di medula. Serotonin

antagonis yang dianjurkan adalah ondansetron. Odansetron biasanya diberikan pada

pasien hiperemesis gravidarum yang tidak membaik setelah diberikan obat-obatan

yang lain. Sementara itu pemberian kortikosteroid masih kontroversial karena

dikatakan pemberian pada kehamilan trimester pertama dapat meningkatkan risiko

bayi lahir dengan cacat bawaan.1,4

2. Terapi Nutrisi.

Pada kasus hiperemesis gravidarum jalur pemberian nutrisi tergantung pada derajat

muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan penerimaan penderita terhadap rencana

pemberian makanan. Pada prinsipnya bila memungkinkan saluran cerna harus

digunakan. Bila peroral menemui hambatan dicoba untuk menggunakan nasogastric

tube (NGT). Saluran cerna mempunyai banyak keuntungan misalnya dapat

mengabsorsi banyak nutrien, adanya mekanisme defensif untuk menanggulangi

infeksi dan toksin. Selain itu dengan masuknya sari makanan ke hati melalui saluran

porta ikut menjaga pengaturan homeostasis nutrisi.2

21

Bila penderita sudah dapat makan peroral, modifikasi diet yang diberikan adalah

makanan dalam porsi kecil namun sering, diet tinggi karbohidrat, rendah protein dan

rendah lemak, hindari suplementasi besi untuk sementara, hindari makanan yang

emetogenik dan berbau sehingga menimbulkan rangsangan muntah.1,2 Pemberian diet

diperhitungkan jumlah kebutuhan basal kalori sehari-hari ditambah dengan 300 kkal

perharinya.2

3. Isolasi.

Penderita diisolasi dalam kamar yang tenang, cerah, dan memiliki peredaran udara

yang baik. Sebaiknya hanya dokter dan perawat saja yang diperbolehkan untuk

keluar masuk kamar tersebut. Pasien tidak diberikan makan ataupun minum selama

24 jam. Biasanya dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa

pengobatan.6,7

4. Terapi psikologik.

Terapi psikologik pada wanita hamil dapat bermanfaat. Hilangkan rasa takut oleh

karena kehamilan dan persalinan karena itu merupakan proses fisiologis, kurangi

pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik lainnya yang melatarbelakangi

penyakit ini. Jelaskan juga bahwa mual dan muntah adalah gejala yang normal terjadi

pada kehamilan muda, dan akan menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan.

5. Cairan parenteral.

Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk mencegah mekanisme

kompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi uterus. Selama terjadi

gangguan hemodinamik, uterus termasuk organ non vital sehingga pasokan darah

berkurang.2 Pada kasus hiperemesis gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi termasuk

dalam dehidrasi karena kehilangan cairan (pure dehidration). Maka tindakan yang

dilakukan adalah rehidrasi yaitu mengganti cairan tubuh yang hilang ke volume

normal, osmolaritas yang efektif dan komposisi cairan yang tepat untuk

keseimbangan asam basa. Pemberian cairan untuk dehidrasi harus memperhitungkan

secara cermat berdasarkan: berapa jumlah cairan yang diperlukan, defisit natrium,

defisit kalium dan ada tidaknya asidosis.2

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan

22

glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat

ditambahkan kalium dan vitamin, terutama vitamin B kompleks dan vitamin C, dapat

diberikan pula asam amino secara intravena apabila terjadi kekurangan protein.1

Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Urin perlu diperiksa

setiap hari terhadap protein, aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu tubuh dan nadi

diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan

hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila dalam 24 jam

pasien tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat dicoba untuk memberikan

minuman, dan lambat laun makanan dapat ditambah dengan makanan yang tidak

cair. Dengan penanganan ini, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan

keadaan aman bertambah baik. Daldiyono mengemukakan salah satu cara

menghitung kebutuhan cairan untuk rehidrasi inisial berdasarkan sistem poin.

Adapun poin-poin gejala klinis dapat dilihat pada tabel berikut ini.1

Tabel 2. Daldiyono score9

No Gejala klinis Score

1 Muntah 1

2 Voxs Choleric (Suara Parau) 2

3 Apatis 1

4 Somnolen, Sopor, Koma 2

5 T ≤ 90 mmHg 1

6 T ≤ 60 mmHg 2

7 N ³ 120 x/menit 1

8 Frekuensi napas > 30x/menit 1

9 Turgor Kulit ¯ 1

10 Facies Cholerica (Mata Cowong) 1

11 Extremitas Dingin 1

12 Washer Women’s Hand 1

13 Sianosis 2

23

14 Usia 50 – 60 -1

15 Usia > 60 -2

Jumlah cairan yang akan diberikan dalam 2 jam, dapat dihitung 9 :

Defisit = Jumlah Poin x 10 % BB x 1 Liter

15

Þ Koreksi 2 jam pertama

6. Penghentian Kehamilan.

Pada sebagian kecil kasus keadaan pasien tidak membaik, bahkan semakin

memburuk. Dalam kasus seperti itu perlu dilakukan pemeriksaan medik dan

psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takikardi, ikterus, anuria dan

perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian

perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan

abortus terapeutik sering sulit diambil oleh karena di satu pihak tidak boleh

dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi

gejala ireversibel pada organ vital.1

2.7.3. Diet Hiperemesis Gravidarum

Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen tubuh

dan mengontrol asidosis secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi

yang cukup. Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranyanadalah:

a) Karbohidrat tinggi

b) Lemak rendah

c) Protein sedang

d) Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan dengan

keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari

e) Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan diberikan sering

dalam porsi kecil

24

f) Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan malam

dan selingan malam.

g) Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan

keadaan dan kebutuhan gizi pasien

Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu :

a) DietbHiperemesisbI

Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat.

Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau

rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam

sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka

tidak diberikan dalam waktu lama.

b) DietbHiperemesisbII

Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara

berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi.

Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan

yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.

c) DietbHiperemesisbIII

Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet

diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan bersama

makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.

2.8 Komplikasi

Penyulit yang perlu diperhatikan adalah Ensephalopati Wernicke. Gejala yang timbul

dikenal sebagai trias klasik yaitu paralisis otot-otot ekstrinsik bola mata (oftalmoplegia),

gerakan yang tidak teratur (ataksia), dan bingung. Penyulit lainnya yang mungkin timbul

adalah ruptur esofagus, robekan Mallory-Weiss pada esofagus, pneumotoraks dan

neuropati perifer. Pada janin dapat ditemukan kematian janin, pertumbuhan janin

terhambat, preterm, berat badan lahir rendah, kelainan kongenital.2,4

2.9 Prognosis

Penelitian di Amerika melaporkan semua wanita dengan mual dan muntah pada kehamilan

merasakan awal terjadinya sebelum usia kehamilan 9 minggu. Jumlah tersebut menurun

25

30% pada kehamilan 10 minggu, turun lagi 30% pada kehamilan 12 minggu, dan menjadi

30% pada kehamilan 16 minggu. Sepuluh persen mengalami mual dan muntah setelah 16

minggu dan hanya 1% tetap mengalaminya setelah usia kehamilan 20 minggu.8,9,10

Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat memuaskan.

Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirimya pada usia kehamilan 20-22

minggu, namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat membahayakan

jiwa ibu dan janin.10

26

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Diagnosis

Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan hiperemesis gravidarum karena

berdasarkan anamnesis pada pasien ini ditemukan adanya gejala mual dan muntah

yang berat. Muntah tersebut juga menimbulkan komplikasi dehidrasi karena

kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah sehingga

cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. BAK yang sedikit-sedikit dengan

frekuensi yang menurun dan turgor yang menurun pada penderita.

Tanda kehamilan yang didapat pada anamnesis penderita ini adalah adanya

riwayat telat haid sejak tanggal 7 Agustus 2014. Pada pasien ini juga dilakukan

pemeriksaan USG dengan hasil positif hamil 11-12 minggu.

Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan

lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak

sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi

butirik dan aseton dalam darah yang pada pemeriksaan urin ditemukan adanya keton

positif (+3).

Pasien didiagnosis hiperemesis gravidarum tingkat I, karena penderita tampak

lemah, turgor menurun, lidah kering, mata cekung, tensi turun dan oliguria. Pada

pemeriksaan urin didapatkan keton positif. Pada penderita ini dapat dimasukkan ke

dalam tingkat dehidrasi sedang-berat, karena dalam pemeriksaan didapatkan keluhan

haus, pada pemeriksaan fisik didapatkan mata cekung, turgor kulit agak berkurang

dan BAK sedikit.

4.2. Penatalaksanaan

Pada pasien ini diberikan terapi obat-obatan antara lain Ondansentron 1 amp

tiap 8 jam IV dan drip Neurobion 1 amp tiap 24 jam. Pengobatan sebaiknya

diberikan setelah periode klasik teratogenik terlampaui, dari 31-71 hari setelah hari

pertama haid terakhir atau pada usia kehamilan 5-10 minggu. Pada periode tersebut

27

terjadi proses organogenesis sehingga bahan kimia dapat mempengaruhi proses

perkembangan organ mencapai puncak tercepat.2 Tetapi pada pasien ini diberikan

obat anti emetic (ondansentron) pada usia kehamilan 6-7 minggu dengan

pertimbangan bahwa ondansentron lebih aman (efek teratogenik tidak ada)

dibandingkan obat antiemetik lainnya. Neurobion (mengandung vitamin B1, B6,

B12) diberikan secara drip IV. Suplementasi multivitamin secara bermakna

mengurangi dan mencegah insiden hiperemesis gravidarum.Vitamin B1, B6, dan

B12, yang merupakan koenzim yang berperan dalam metabolisme lipid, karbohidrat

dan asam amino.

Terapi Psikologis dilakukan dengan meyakinkan pasien bahwa penyakitnya

dapat disembuhkan, menghilangkan rasa takut karena kehamilan, istirahat sementara

dari aktivitas hariannya, serta membantu pasien untuk mengatasi masalah dan konflik

yang mungkin sedang dihadapi oleh pasien. Pada pasien ini dilakukan monitoring

keluhan, tanda vital, berat badan, produksi urine dan keton urin. Keluhan penderita

perlu diperhatikan untuk mencari apakah masih terdapat keluhan mual maupun

muntah pada penderita. Tanda vital penderita dilihat apakah terjadi penurunan

tekanan darah, peningkatan denyut nadi atau peningkatan suhu tubuh yang

merupakan tanda-tanda dehidrasi. Berat badan penderita perlu ditimbang tiap hari

untuk melihat apakah ada penurunan berat badan karena keluhan yang dialami oleh

penderita. Produksi urine juga dapat digunakan untuk melihat apakah masih terjadi

dehidrasi pada penderita ini. Keton urin dilihat untuk mengetahui masih terjadi

metabolisme yang tidak sempurna pada penderita ini. Pasien saat ini dirawat sudah

selama 7 hari, selama dua hari terakhir keluhan berkurang.

4.2 Prognosis

Prognosis dari pasien ini adalah baik. Hali ini dapat disimpulkan dari keadaan

umum pasien selama perawatan di rumah sakit semakin membaik. Keluhan mual dan

muntah sudah berkurang. Makan minum baik. Pasien sudah mampu melakukan

aktivitas sehari-hari seperti makan dan mandi sendiri. Dari pemeriksaan fisik, tidak

didapatkan mata cowong dan turgor kulit baik. Pada pasien ini seharusnya

diperiksakan lagi ketonnya untuk melihat apakah sudah negatif atau positif.

28

DAFTAR PUSTAKA

1. Mochtar, Rustam, 2001, Sinopsis Obsetri, Jilid I, Jakarta; EGC.

2. Hartanto H. Penyakit Saluran Cerna. Dalam: Cunningham FG. Obstetric Williams.

Edisi ke-21. Jakarta: EGC. 2005. hal 1424-1425.

3. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu

Kebidanan; Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta;2002;

hal. 275-280.

4. Ogunyemi DA, 2012. Hyperemesis Gravidarum. Emedicine. Available from:

http://www.emedicine.com (Accesed : 03 November 2014).

5. Verberg MFG, Gillott DJ dan Grudzinskas JG. 2005. Hyperemesis Gravidarum, a

literature review. Human Reproduction Update.vol 11. No.5. pp. 527-539.

6. Goldberg D, Szilagyi A, Graves L: Hyperemesis gravidarum and Helicobacter

pylori infection: a systematic review. Obstet Gynecol 2007, 110:695-703.

7. Sheehan P. Hyperemesis gravidarum assessment and management. Aust Fam

Physician 2007,36:698-701.

8. Chaterine M, Graham RH and Robson SC. Caring for women with nausea and

vomiting in pregnancy : new approaches. British Journal of Midwifery, May 2008,

Vol 16, No. 5.

9. Asih, Kampono dan Prihartono. Hubungan pajanan infeksi Helicobacter pylori

dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Majlah Obstetri Ginekologi Indonesia.

Vol 33, no 3 Juli 2009.

10. Einarson A, Maltepe C, Bukovic R, Koren G. Treatment of nausea and vomiting in

pregnancy: an updated algorithm. Can Fam Physician 2007, 53 (12):2109-2111.

29