tutorial together oe as

32
BAB I PENDAHULUAN Istilah otitis eksterna telah lama dipakai untuk menjelaskan sejumlah kondisi. Spectrum infeksi dan radang mencakup bentuk-bentuk akut atau kronis. Dalam hal infeksi perlu dipertimbangkan agen bakteri, jamur, dan virus. Radang non-infeksi termasuk pula dermatosis, beberapa diantaranya merupakan kondisi primer yang langsung menyeang liang telinga. Shapiro telah menegaskan baahwa perbedaan antara otitis eksterna yang berasal dari dermatosis dengan otitis eksterna akibat infeksi tidak selalu jelas. Suatu dermatosis dapat menjadi terinfeksi setelah beberapa waktu, sementara pada infeksi kulit dapat terjadi reaksi ekzematosa terhadap organime penyebab. Sekali lagi, anamnesis dan pemeriksaan yang cermat seringkali akan member petunjuk kea rah kondisi primernya. 1 1 Adams. 2015. Boeis Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta : EGC 1

Upload: rivanti-asmara-wijaya

Post on 05-Sep-2015

11 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

OE

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Istilah otitis eksterna telah lama dipakai untuk menjelaskan sejumlah kondisi. Spectrum infeksi dan radang mencakup bentuk-bentuk akut atau kronis. Dalam hal infeksi perlu dipertimbangkan agen bakteri, jamur, dan virus. Radang non-infeksi termasuk pula dermatosis, beberapa diantaranya merupakan kondisi primer yang langsung menyeang liang telinga. Shapiro telah menegaskan baahwa perbedaan antara otitis eksterna yang berasal dari dermatosis dengan otitis eksterna akibat infeksi tidak selalu jelas. Suatu dermatosis dapat menjadi terinfeksi setelah beberapa waktu, sementara pada infeksi kulit dapat terjadi reaksi ekzematosa terhadap organime penyebab. Sekali lagi, anamnesis dan pemeriksaan yang cermat seringkali akan member petunjuk kea rah kondisi primernya.

BAB II

STATUS PASIEN

2.1. Identitas Pasien

Nama: An. A. T. W

Usia: 8 tahun

No.Rekam Medik: 295340

Agama : Islam

Pekerjaan: Pelajar

Alamat: Cempaka RT.009/03, Kel. Wangunjaya, Kec.Cisaga

Tanggal pemeriksaan : 04 Mei 2015

2.2. Anamnesis

Keluhan utama :

Telinga sebelah kiri keluar cairan sejak kurang lebih 1 bulan sebelum masuk rumah sakit (SMRS).

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien datang ke poli THT-KL RSUD Kota Banjar diantar oleh ibunya dengan keluhan telinga sebelah kiri keluar cairan kurang lebih 1 bulan yang lalu SMRS. Cairan yang keluar berwarna putih, konsistensi kental, terkadang disertai darah, berbau dan terus menerus sepanjang hari. Telinga terasa seperti bergemuruh, saat ini pasien sedang pilek. Pilek sudah 3 hari yang lalu.

Keluhan pendengaran berkurang, pusing, sakit kepala, bersin-bersin, muntah-muntah, demam, kejang, batuk, mimisan/keluar darah dari hidung disangkal oleh pasien.

Riwayat penyakit dahulu :

Belum pernah mengalami hal yang sama

Riwayat penyakit keluarga :

Tidak ada keluarga yang mengeluhkan hal yang sama seperti pasien.

Riwayat pengobatan :

Pasien memakai obat tetes yang dibeli sendiri, pasien belum pernah berobat ke dokter.

Riwayat alergi :

Jika demam, telinga pasien akan bengkak dan gatal.

Alergi obat, makanan, dan suhu disangkal oleh pasien.

Riwayat psikososial :

Pasien sering mengorek kuping.

2.3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum: baik

Kesadaran : composmentis

Suhu: afebris

2.4. Status Generalisata

Kepala : normochepal

Mata: sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), edema (-/-), nyeri tekan orbita (-/-)

THT: status lokalis

Mulut: bibir kering (-), sanosis (-), pucat (-)

Thorax: tidak dilakukan pemeriksaan

Abdomen: tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas: deformitas (-), edema (-)

Kulit: scar (-)

2.5. Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening (KGB) dan Thyroid

Submental : -

Submandibular : -

Jugularis superior: -

Jugularis media: -

Supra clavicula: -

Supra sternalis: -

Kelenjar tiroid : -

2.6. Status Lokalis THT

Pemeriksaan

AD

AS

Preaurikula :

Kelainan kongenital

Radang

Tumor

Trauma

Nyeri tekan

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Aurikula :

Bentuk

Heliks sign

Tragus sign

Nyeri tekan

Hiperemis

Tumor

Trauma

Baik

-

-

-

-

-

-

Baik

-

-

-

-

-

-

Retroaurikula :

Edema

Hiperemis

Nyeri tekan

Benjolan

Sikatriks

-

-

+

-

-

-

-

-

-

-

CAE/MAE :

Kulit tenang

Edema

Hiperemis

Serumen

Secret

Furunkel

+

-

-

-

-

-

-

-

+

+ putih kekuningan disertai darah

-

-

Membran timpani :

Intak (utuh)

Refleks cahaya

Hiperemis

Perforasi

kolesteatoma

+

+

-

-

-

+

+

+

-

-

Garpu tala :

tes rhine

tes weber

tes schwabah

Tidak dilakukan

2.7. Pemeriksaan hidung

Pemeriksaan

CN Dextra

CN Sinistra

Hidung luar :

Deformitas

Sadle nose

Krog nose (bentuk huruf s)

Nyeri tekan

-

-

-

-

-

-

-

-

Rhinoskopi anterior

Cavum nasi :

Mukosa tenang

Hiperemis

Secret

Massa

-

-

-

-

-

-

-

-

Vestibulum nasi :

Hiperemis

Furunkel

-

-

-

-

Konka nasi :

Eutrofi

Edema

Hiperemis

+

-

-

+

-

-

Septum nasi :

Deviasi

-

-

Passase udara

+

+

2.8. Pemeriksaan tenggorokan

Bagian

Pemeriksaan

Keterangan

Mulut

Mukosa mulut

Lidah

Palatum molle

Gigi geligi

uvula

Kering

Tidak kotor

Tenang

Caries (+)

Simetris

Tonsil

Mukosa

Besar

Kripta

Tenang

T1/T1

Tidak melebar

Faring

Mukosa

Granula

Post nasal drip

Tenang

-

-

Laring

Epiglottis

Glottis

Aritenoid

Pita vokalis

Tidak dilakukan

2.9. Resume

Seorang perempuan usia 8 tahun datang ke poli THT-KL RSUD Kota Banjar diantar oleh ibunya dengan keluhan telinga sebelah kiri keluar cairan kurang lebih 1 bulan yang lalu SMRS. Cairan yang keluar berwarna putih, konsistensi kental, terkadang disertai darah, berbau dan terus menerus sepanjang hari. Telinga terasa seperti bergemuruh, saat ini pasien sedang pilek. Pilek sudah 3 hari yang lalu. RPD (-), RPO (+) pasien memakai obat tetes yang dibeli sendiri, tapi belum pernah ke dokter. Riwayat psikososial : pasien sering mengorek kuping. Riwayat alergi: jika demam, telinga pasien bengkak dan merah.

Pemeriksaan fisik yang didapatkan : Keadaan umum pasien baik, kesadaran komposmentis, suhu afebris. Pada pemeriksaan telinga: MAE serumen (-/+), hiperemis (-/+), membran tympani hiperemis (-/+).

2.10. Diagnosis

1. Diagnosis Kerja

Otitis Eksterna Auris Sinistra

2. Diagnosis Banding

Otitis Media Akut Auris Sinistra

2.11. Penatalaksanaan1

a. Membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan hati-hati

b. Penilaian terhadap secret, edema dinding kanalis, dan membrane timpani

c. Pemilihan pengobatan lokal

2.12. Prognosis

a. ad vitam: ad bonam

b. ad fungsionam: ad bonam

c. ad sanactionam: ad bonam

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Anatomi Telinga

Gambar 1.1

Telinga terdiri dari telinga luar, telinga tengah atau cavitas tympani, dan telinga dalam atau labyrinthus. Telinga dalam berisi organ pendengaran dan keseimbangan.

1. Telinga Luar 2

Telinga luar terdiri dari auricula dan meatus acusticus exsternus.

Auricula mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpulkan getaran udara. Terdiri atas lempeng tulang rawan elastis tipis yang ditutupi kulit. Auricula mempunyai otot intrinsic dan ekstrinsik, keduanya disarafi oleh nervus facialis.

Gambar 1. 2

Meatus acusticus exsternus adalah saluran berkelok yang menghubungkan auricular dengan membrane tympanica. Meatus acusticus exsternus berfungsi menghantarkan gelombang suara dari auricular ke membrane tympanica.

Rangka sepertiga bagian luar meatus adalah cartilage elastis, dan dua perrtiga bagian dalam adalah tulang, yang dibentuk oleh lempeng tympani. Meatus dilapisi oleh kulit, dan sepertiga bagian luarnya mempunyai rambut, glandula sebacea, dan glandula ceriminosa. Glandula ceruminosa merupakan modifikasi kelenjar keringat yang menghasilkan secret lilin bewarna coklat kekuningan. Rambut dan lilin ini merupakan barrier yang lengket, untuk mencegah masuknya benda asing.

Saraf sensorik yang menyarafi kulit yang melapisi meatus berasal dari nervus auriculotemporalis dan ramus auricularis nervi vagi.

Aliran limfe menuju ke nodi parotidei superficiales, mastoidei, dan cervicales superficiales.

2. Telinga Tengah (Cavitas Tympani)

Gambar 1. 3

Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis temporalis. Cavitas tympani berbentuk celah sempit yang dilapisi oleh membrane mucosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran membrane tympanica (gendang telinga) ke perilympha telinga dalam. Di depan ruang ini berhubungan dengan nasopharynx melalui tuba auditiva dan di belakang dengan antrum mastoideum.

Gambar 1. 4

Kerang tulang yang berkembang dari dinding anterior meluas ke belakang pada dinding medial di atas promontorium dan di atas fenestra vestibule. Kerang ini menyokong musculus tensor tympani. Ujung posteriornya melengkung ke atas dan membentuk takik. Disebut processus cochleariformis. Di sekeliling takik ini tendo musculus tensor tympani membelok ke lateral untuk sampai ke tempat insersinya yaitu manubrium mallei.

Sebuah rigi bulat berjalan secara horizontal ke belakang, di atas promontorium dan fenestra vestibule dan dikenal sebagai prominentia canalis nervi facialis (berisi nervus facialis). Sesampainya di dinding posterior prominentia ini melengkung ke bawah di belakang pyramis.

Membrana Tympanica

Gambar 1. 5

Membrane tympanica adalah membrane fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara. Membrane ini terletak miring, menghadap ke bawah, dan lateral. Permukaannya cekung ke lateral, dan pada cekungan yang paling dalam terdapat lekukan kecil, umbo, yang dibentuk oleh ujung manubrium mallei. Jika membrane terkena cahaya otoskop, bagian cekung ini menghasilkan kerucut cahaya, yang memancar ke anterior dan inferior dari umbo.

Membrane tympanica berbentuk bulat dengan diameter lebih kurang 1 cm. Pinggirnya tebal dan melekat di dalam alur pada tulang. Alur itu, sulcus tympanica, di bagian atasnya berbentuk incisura. Dari sisi incisura ini berjalan dua plica, plica mallearis anterior dan posterior, yang menuju ke processus lateralis mallei. Daerah segitiga kecil pada membrane tympanica yang dibatasi oleh plica-plica tersebut lemas dan disebut pars placcida. Bagian lainnya tegang disebut pars tensa. Manubrium mallei dilekatkan di bawah pada permukaan dalam membrane tympanica oleh membrane mucosa.

Membrane tympanica sangat peka terhadap nyeri dan permukaan luarnya disarafi oleh nervus auriculotemporalis dan ramus auricularis nervi vagi.

Ossicula Auditus (Tulang-Tulang Pendengaran)

Ossicula Auditus adalah malleus, incus, dan stapes.

a. Malleus adalah tulang pendengaran terbesar, dan mempunyai caput, collum, crus longum atau manubrium, sebuah processus anterior dan processus lateralis. Caput berbentuk bulat dan bersendi di posterior dengan incus. Collum adalah bagian sempit di bawah caput. Manubrium berjalan ke bawah dan belakang dan melekat dengan erat pada permukaan medial membrane tympanica. Manubrium ini dapat dilihat melalui membrane tympanica pada pemeriksaan dengan otoskop. Processus anterior adalah tonjolan tulang kecil yang dihubungkan dengan dinding anterior cavitas tympani oleh sebuah ligament. Processus lateralis menonjol ke lateral dan melekat pada plica mallearis anterior dan posterior membrane tympanica.

b. Incus mempunyai corpus yang besar dan dua crus. Corpus berbentuk bulat dan bersendi di anterior dengan caput mallei. Crus longum berjalan ke bawah belakang dan sejajar dengan manubrium mallei. Ujung bawahnya melengkung ke medial dan bersendi dengan caput stapedis. Bayangannya pada membrane tympanica kadang-kadang dapat dilihat pada pemeriksaan dengan otoskop. Crus breve menonjol ke belakang dan dilekatkan pada dinding posterior cavitas tympani oleh sebuah ligament.

c. Stapes mempunyai caput, collum, dua lengan, dan sebuah basis. Caput kecil dan bersendi dengan crus longum incudis. Collum sempit dan merupakan tempat insersi musculus stapedius. Kedua lengan berjalan divergen dari collum dan melekat pada basis yang lonjong. Pinggir basis dilekatkan pada pinggir fenestra vestibule oleh sebuah cincin fibrosa, yang disebut ligamentum annulare.

Otot-Otot Ossicula

Otot-otot ossicula adalah musculus tensor tympani dan musculus stapedius.

Otot-otot ossicula, persarafannya, dan fungsinya diringkas dalam tabel 1.

Tabel 1. Otot-otot Telinga Tengah

Nama otot

Origo

Insersi

Persarafan

Fungsi

M. tensor tympani

M. Stapedius

Dinding tuba auditiva dan dinding salurannya sendiri

Pyramis (penonjolan tulang pada dinding posterior cavitas tympani)

Manubrium mallei

Collum stapedis

Divisi mandibularis

N. trigeminus

N. facialis

Meredam getaran membrane tympanica

Meredam getaran stapes

Dari snell RS: Clinical Anatomy. 7th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2004, p. 839.

Tuba Auditiva

Tuba auditiva menghubungkan dinding anterior cavitas tympani ke nasopharynx. Sepertiga bagian posteriornya adalah tulang dan dua pertiga bagian anteriornya adalah kartilago. Pada saat turun, tuba berjalan di pinggir atas musculus constrictor pharynges superior. Tuba berfungsi menyeimbangkan tekanan udara di dalam cavitas tympani dengan nasopharynx.

Antrum Mastoideum

Antrum mastoideum terletak di belakang cavitas tympani di dalam pars petrosa ossis temporalis. Berhubungan dengan cavitas tympani melalui aditus.

Cellulae Mastoideae

Processus mastoideus mulai berkembang dalam tahun kedua kehidupan. Cellulae mastoideae adalah suatu seri rongga yang saling berhubungan di dalam processus mastoideus, yang di atas berhubungan dengan antrum dan cavitas tympani. Rongga-rongga ini dilapisi oleh membrane mucosa.

3. Telinga Dalam atau Labyrinthus

Labyrinthus terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis, medial terhadap telinga tengah. Terdiri dari labyrinthus osseus, tersusun dari sejumlah rongga di dalam tulang; dan labyrinthus mambranaceus, tersusun dari sejumlah saccus dan ductus mambranosa di dalam labyrinthus osseus.

Gambar 1. 6

Labyrinthus Osseus

Labyrinthus Osseus terdiri atas tiga bagian: vestibulum, canalis semicircularis, dan cochlea. Ketiganya merupakan rongga-rongga yang terletak di dalam substansia compacta tulang. Mereka dilapisi oleh endosteum dan berisi cairan bening, perilympha, yang di dalamnya terdapat labyrinthus membranaceus.

Vestibulum, merupakan bagian tengah labyrinthus osseus, terletak posterior terhadap cochlea dan anterior terhadap canalis semicircularis. Pada dinding lateralnya terdapat fenestra vestibule yang ditutupi oleh basis stapedis dan ligamentum annularenya, dan fenestra cochlea yang ditutupi oleh membrane tympanica secundaria. Di dalam vestibulum terdapat sacculus dan utriculus labyrinthus membranosa.

Ketiga canalis semicircularis, yaitu canalis semicircularis superior, posterior, dan lateral. Bermuara ke bagian posterior vestibulum. Setiap canalis mempunyai sebuah pelebaran diujungnya disebut ampulla. Canalis bermuara ke dalam vestibulum melalui lima lubang, salah satunya dipergunakan bersama oleh dua canalis. Di dalam canalis terdapat ductus semicircularis.

Canalis semicircularis superior terletak vertical dan tegak lurus terhadap sumbu panjang os petrosum. Canalis semicircularis posterior juga vertical, tetapi terletak sejajar dengan sumbu panjang os petrosum. Canalis semicircularis lateralis terletak horizontal pada dinding medial aditus ad antrum, di atas canalis nervi facilis.

Cochlea berbentuk seperti rumah siput. Cochlea bermuara ke dalam bagian anterior vestibulum.umumnya terdiri atas satu pilar sentral, modiolus cochleae, dan modiolus ini dikelilingi tabung tulang yang sempit sebanyak dua setengah putaran.

Gambar 1. 7

Labyrinthus Membranaceus

Labyrinthus membranaceus terletak di dalam labyrinthus osseus. Labyrinthus ini berisi endolympha dan dikelilingi oleh perilympha.

Gambar 1. 8

Gambar 1. 9

3.2. Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membrane tympani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membrane timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membrane basilaris dan membrane tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.

3.3. Otitis Eksterna3

Yang dimaksud dengan otitis eksterna ialah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan infeksi bakteri, jamur, dan virus. Faktor yang mempermudah radang telinga luar ialah perubahan pH di liang telinga. Yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, produksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Predisposisi otitis eksterna yang lain adalah trauma ringan ketika mengorek telinga.

a. Otitis eksterna akut

Terdapat 2 kemungkinan otitis eksterna akut yaitu otitis eksterna sirkumsripta dan otitis eksterna difus.

1. Otitis eksterna sirkumpskripta (furunkel = bisul)

Kulit di sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar serumen, maka tempat itu dapat terjadi infeksi pada pilosebasea, sehingga membentuk furunkel.

Kuman penyebabnya biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus. Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar di bawahnya, sehingga rasa nyeri timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran, bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga.

Terapi tergantung pada keadaan furunkel, bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengelluarkan nanahnya. Local diberikan antibiotik dalam bentuk salep, seperti polymixin B atau bacitracin, atau antiseptic (asam asetat 2-5% dalam alkohol).Kalau dinding furunkel tebal, dilakukan insisi, kemudian dipasang setir (drain) untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak perlu diberikan antibiotika secara sistemik, hanya diberikan obat simtomatik seperti analgesic dan obat penenang.

2. Otitis eksterna difus

Biasanya mengeani kulit liang telinga duapertiga dalam. Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman penyebab biasanya golongan Pseudomonas. Kuman lain yang dapat sebagai penyebab ialaha Staphylococcus albus, escheria coli dan sebagainya. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.

Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat secret yang berbau. Secret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti secret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media.

Pengobatannya dengan membersihkan liang telinga, memasukkan tampon yang mengandung antibiotika ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik natara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika sisttemik.

b. Otitis eksterna maligna

Otitis eksterna maligna adalah infeksi difus di liang telinga luar dan struktur lain di sekitarnya. Biasanya terjadi pada orangtua dengan penyakit diabetes mellitus. Pada penderita diabetes, pH serumennya lebih tinggi disbanding pH serumen non diabetes. Kondisi ini menyebabkan penderita diabetes lebih mudah terjadi otitis eksterna. Akibat adanya faktor immunocompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis eksterna maligna.

Pada otitis eksterna maligna peradangan meluas secara progresif ke lapisan subkutis, tulang telinga rawan dan ke tulang di sekitarnya, sehingga timbul kondritis, osteitis dan osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal.

Gejala otitis eksterna maligna adalah rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat diikuti oleh nyeri, secret yang banyak serta pembengkakan liang telinga. Kemudian rasa nyeri tersebut akan semakin hebat, liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi yang cepat tumbuhnya. Saraf fasial dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis attau paralisis fasial.

Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis yang progresif, yang disebabkan kuman Pseudomonas aeroginosa. Penebalan endotel yang mengiringi diabetes mellitus berat, kadar gula darah yang tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang sangat aktif, menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat.

Pengobatan harus cepat diberikan sesuai dengan hasil kultur dan resistensi. Diberikan antibiotoika dengan dosis tinggi yang sesuai dengan Pseudomonas aeruginosa. Sementara menunggu hasil kultur dan resistensi, diberikan golongan fluo-roquinolone (ciprofloxasin) dosis tinggi per oral. Pada keadaan yang lebih berat diberikan antibiotika parenteral kombinasi dengan antibiotik golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6-8 minggu.

Antibiotik yang sering digunakan adala ciprofloxasin, ticarcillin-clavulanat, piperacillin (dikombinasi dengan aminoglikosida), ceftriaxone, ceftazidine, cefepime (maxipime), tobramicin (kombinasi dengan aminoglikosida), gentamicin (kombinasi dengan golongan penicillin).

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Otitis Eksterna Auris Sinistra

Otitis eksterna ialah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan infeksi bakteri, jamur, dan virus. Faktor yang mempermudah radang telinga luar ialah perubahan pH di liang telinga. Yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, produksi terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh.

Pada skenario seorang perempuan usia 8 tahun datang ke poli THT-KL RSUD Kota Banjar diantar oleh ibunya dengan keluhan telinga sebelah kiri keluar cairan kurang lebih 1 bulan yang lalu SMRS. Cairan yang keluar berwarna putih, konsistensi kental, terkadang disertai darah, berbau dan terus menerus sepanjang hari. Telinga terasa seperti bergemuruh, saat ini pasien sedang pilek. Pilek sudah 3 hari yang lalu. RPD (-), RPO (+) pasien memakai obat tetes yang dibeli sendiri, tapi belum pernah ke dokter. Riwayat psikososial : pasien sering mengorek kuping. Riwayat alergi : jika demam, telinga pasien bengkak dan merah. Pemeriksaan fisik yang didapatkan : keadaan umum pasien baik, kesadaran komposmentis, suhu afebris. Pada pemeriksaan telinga : MAE serumen (-/+), hiperemis (-/+), membran tympani hiperemis (-/+).

4.2. Penatalaksanaan

a. Membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan hati-hati

b. Penilaian terhadap secret, edema dinding kanalis, dan membrane timpani

c. Pemilihan pengobatan lokal

Tabel : Obat-Obatan Topical Untuk Terapi Otitis Eksterna

Nama obat

Spectrum organisme

kolistin

Pseudomonas aeruginosa

Golongan Kleibsella-Enterobacter

Escherichia coli

Polimiksin B

Pseudomonas aeruginosa

Golongan Kleibsella-Enterobacter

Escherichia coli

Neomisin

Staphylococcus aureus dan S.albus

Eschericia coli

Golongan proteus

Kloramfenikol

Staphylococcus aureus dan S.albus

Golongan Klebsiella-Enterobacter

Eschericia coli

Golongan proteus

Nisatatin

Klotrimoksazol

Mikonazol

Tolnafrat

Karbol-fuhsin

Organisme jamur

Timol/alkohol

Asam salisilat/alkohol

Asam borat/alkohol

Asam asetat/alkohol

Terutama organisme jamur-namun dapat pula efektif pada infeksi dengan cara merendahkan pH kulit liang telinga

M-kresil asetat

Mertiolat akueus

Umumnya antiseptik

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan kasus dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami keadaan Otitis Eksterna pada telinga sebelah kiri, hal ini dapat dilihat dari keadaan pasien, dimana terdapat infeksi pada liang telinganya. Penatalaksanaan pada kasus ini yaitu :

a. Membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan hati-hati

b. Penilaian terhadap secret, edema dinding kanalis, dan membrane timpani

c. Pemilihan pengobatan lokal

Prognosis

a. ad vitam: ad bonam

b. ad fungsionam: ad bonam

c. ad sanactionam: ad bonam

DAFTAR PUSTAKA

1. Adams. 2015. Boeis Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta : EGC

2. Richard S.Snell, MD, PhD. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. 2011. Lippincott Williams % Wilkins A Wolters KluwerHealth, Page 635

3. Soepardi E, Iskandar N. Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher edisi ke 6. 2004. Jakarta : :Balai Penerbit FKUI

Adams. 2015. Boeis Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta : EGC

1 Adams. 2015. Boeis Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. Jakarta : EGC

2 Richard S.Snell, MD, PhD. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. 2011. Lippincott Williams % Wilkins A Wolters KluwerHealth, Page 635

3 Soepardi E, Iskandar N. Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher edisi ke 6. 2004. Jakarta : :Balai Penerbit FKUI

24