tutorial yg fix
DESCRIPTION
jhdfbkqufgbjhdfTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas
jaringan tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan
penyakit pengeroposan tulang diantaranya penyakit yang sering disebut
osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa. Dan dapat juga disebabkan
karena kecelakaan yang tidak terduga (Masjoer, A, 2005).
Fraktu adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi
mungkin taklebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau primpilan korteks;
biasanya patahan lengkap dan fragmen tulang bergeser. Kalau kulit diatasnya
masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tetutup (atau sederhana) kalau kulit atau
salah satu dari rongga tubuh tertembus keadaan ini disebut fraktur terbuka (atau
compound) yang cendrung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi
(A,Graham,A & Louis, S, 2005).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiridan
jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu
lengkap atau tidak lengkap (Price, A dan L. Wilson, 2005)
Penyebab dari fraktur femur terbagi menjadi dua bagian yaitu fraktur
fisiologis dan patologis. Fraktur fisiologis ini terjadi akibat kecelakaan, olahraga,
benturan benda dan trauma. Sedangkan fraktur patologis terjadi pada daerah
tulang yang lemah oleh karena tumor, osteoporosis, osteomielitis,osteomalasia
dan rakhitis. (Rasjad,C, 2007).
1.2.Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari fraktur terbuka ?
b. Apa saja klasifikasi dari fraktur terbuka ?
c. Bagaimana patofisiologi fraktur terbuka ?
d. Bagaimana penanganan fraktur terbuka ?
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 1
e. Apa saja komplikasi dari fraktur terbuka ?
f. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien fraktur terbuka ?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan fraktur terbuka
b. Untuk mengetahui klasifikasi dari fraktur terbuka
c. Untuk mengetahui patofisiologi dari fraktur terbuka
d. Untuk mengetahui komplikasi dari fraktur terbuka
e. Untuk mengetahui penanganan dari fraktur terbuka
f. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien fraktur terbuka
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Anatomi dan Fisiologi Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama system
musculoskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot,
tendon, ligament, bursae, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan
struktur-struktur ini.
A. Tulang
1. Bagian-bagian utama tulang rangka
Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang adalah
jaringan hidup yang akan suplai saraf dan darah. Tulang banyak mengandung
bahan kristalin anorganik (terutama garam-garam kalsium) yang membuat tulang
keras dan kaku, tetapi sepertiga dari bahan tersebut adalah jaringan fibrosa yang
membuatnya kuat dan elastis.
Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah :
Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk tubuh
Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakan oleh kerja
otot-otot yang melekat pada tulang tersebut; sebagai suatu system
pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-otot yang melekat padanya.
Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen lain
Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam
sumsum merah tulang tertentu.
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 3
2. Struktur tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi :
Tulang panjang ditemukan di ekstremitas
Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan
Tulang pipih pada tengkorak dan iga
Tulang ireguler (bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra, tulang-tulang
wajah, dan rahang.
lapisan terluar dari tulang (cortex) tersusun dari jaringan tulang yang padat,
sementara pada bagian dalam di dalam medulla berupa jaringan sponge. Bagian
tulang paling ujung dari tulang panjang dikenal sebagai epiphyseyang berbatasan
dengan metaphysis. Metaphysis merupakan bagian dimana tulang tumbuh
memanjang secara longitudinal. Bagian tengah tulang dikenal
sebagai diaphysisyang berbentuk silindris.
Unit struktural dari cortical tulang compacta adalah system havers, suatu
jaringan (network) saluran yang kompleks yang mengandung pembuluh-
pembuluh darah mikroskopis yang mensuplai nutrient dan oksigen ke tulang,
lacuna, dan ruang-ruang kecil dimanaosteosit berada. Jaringan lunak di
dalam trabeculae diisi oleh sumsum tulang : sumsum tulang merah dan kuning.
Sumsum tulang merah berfungsi dalam hal hematopoesis, sementara sumsum
kuning mengandung sel lemak yang dapat dimobilisasi dan masuk ke aliran
darah.Osteogenic cells yang kemudian berdiferensiasi ke osteoblast (sel
pembentuk tulang) danosteoclast (sel penghancur tulang) ditemukan pada lapisan
terdalam dari periosteum.Periosteum adalah lembar jaringan fibrosa dan terdiri
atas banyak pembuluh darah. Vaskularisasi, tulang merupakan jaringan yang kaya
akan vaskuler dengan total aliran darah sekitar 200 sampai 400 cc/menit. Setiap
tulang memiliki arteri penyuplai darah yang membawa nutrient masuk didekat
pertengahan tulang, kemudian bercabang ke atas dan ke bawah menjadi
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 4
pembuluh-pembuluh darah mikroskopis. Pembuluh darah ini
mensuplaicortex, marrow, dan system haverst. Persarafan, serabut syaraf
sympathetic dan afferent (sensori) mempersyarafi tulang. Dilatasi kapiler darah
dikontrol oleh syaraf symphatetic, sementara serabut syaraf afferent
mentransmisikan rangsangan nyeri.
3. Perkembangan dan pertumbuhan tulang
Perkembangan dan pertumbuhan pada tulang panjang tipikal :
Tulang didahului oleh model kartilago.
Kolar periosteal dari tulang baru timbul mengelilingi model korpus.
Kartilago dalam korpus ini mengalami kalsifikasi. Sel-sel kartilago mati
dan meninggalkan ruang-ruang.
Sarang lebah dari kartilago yang berdegenerasi dimasuka oleh sel-sel
pembentuk tulang (osteoblast),oleh pembuluh darah, dan oleh sel-sel
pengikis tulang (osteoklast). Tulang berada dalam lapisan tak teratur
dalam bentuk kartilago.
Proses osifikasi meluas sepanjang korpus dan juga mulai memisah pada
epifisis yang menghasilkan tiga pusat osifikasi.
Pertumbuhan memanjang tulang terjadi pada metafisis, lembaran kartilago
yang sehat dan hidup antara pusat osifikasi. Pada metafisis sel-sel
kartilago memisah secara vertical. Pada awalnya setiap sel meghasilkan
kartilago sehat dan meluas mendorong sel-sel yang lebih tua. Kemudian
sel-sel mati. Kemudian semua runag mebesar untuk membentuk lorong-
lorong vertical dalm kartilago yang mengalami degenerasi. Ruang-ruang
ini diisi oleh sel-sel pembentuk tulang.
Pertumbuhan memanjang berhenti pada masa dewasa ketika epifisis
berfusi dengan korpus.
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 5
Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh mineral dan
hormone sebagai berikut :
Kalsium dan posfor, tulang mengandung 99% kalsium tubuh dan
90% posfor. Konsentrasi kalsium dan posfor dipelihara dalam
hubungan terbalik. Sebagai contoh, apabila kadar kalsium tubuh
meningkat maka kadar posfor akan berkurang. Calcitonin,
diproduksi oleh kelenjar typoid memilki aksi dalam menurunkan
kadar kalsium serum jika sekresinya meningkat diatas normal.
Vitamin D, penurunan vitamin D dalam tubuh dapat menyebabkan
osteomalacia pada usia dewasa.
Hormon paratiroid (PTH), saat kadar kalsium dalam serum
menurun, sekresi hormone paratiroid akan meningkat dan
menstimulasi tulang untuk meningkatkan aktivitas osteoplastic dan
menyalurkan kalsium kedalam darah. Growth hormone (hormone
pertumbuhan), bertanggung jawab dalam peningkatan panjang
tulang dan penentuan jumlah matrik tulang yang dibentuk pada
masa sebelum pubertas.
Glukokortikoid, adrenal glukokortikoid mengatur metabolisme
protein.
Sex hormone, estrogen menstimulasi aktivitas osteobalstik dan
menghambat peran hormone paratiroid. Ketika kadar estrogen
menurun seperti pada saat menopause, wanita sangat rentan
terhadap menurunnya kadar estrogen dengan konsekuensi langsung
terhadap kehilangan masa tulang (osteoporosis). Androgen, seperti
testosteron, meningkatkan anabolisme dan meningkatkan masa
tulang.
B. Sendi
Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang.
Tulang-tulang ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi,
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 6
pita fibrosa, ligament, tendon, fasia, atau otot. Sendi diklasifikasikan sesuai
dengan strukturnya.
a. Sendi fibrosa (sinartrodial)
Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak. Tulang-tulang dihubungkan
oleh serat-serat kolagen yang kuat. Sendi ini biasanya terikat misalnya sutura
tulang tengkorak.
b. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial)
Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan dihubungkan oleh
jaringan fibrosa kuat yang tertanam kedalam kartilago misalnya antara korpus
vertebra dan simfisis pubis. Sendi ini biasanya memungkinkan gerakan sedikit
bebas.
c. Sendi synovial (diartrodial)
Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum. Sendi ini biasanya
memungkinkan gerakan yang bebas (mis., lutut, bahu, siku, pergelangan tangan,
dll.) tetapi beberapa sendi sinovial secara relatif tidak bergerak (mis., sendi
sakroiliaka). Sendi ini dibungkus dalam kapsul fibrosa dibatasi dengan membran
sinovial tipis. Membran ini mensekresi cairan sinovial ke dalam ruang sendi untuk
melumasi sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku, dan tidak
berwarna atau berwarna kekuningan. Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi
normal relatif kecil (1 sampai 3 ml). hitung sel darah putih pada cairan ini
normalnya kurang dari 200 sel/ml dan terutama adalah sel-sel mononuclear.
Cairan synovial juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi.
Permukaan tulang dilapisi dengan kartilago artikular halus dan keras
dimana permukaan ini berhubungan dengan tulang lain. Pada beberapa sendi
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 7
terdapat suatu sabit kartilago fibrosa yang sebagian memisahkan tulang-tulang
sendi (mis., lutut, rahang)
Jenis sendi synovial :
a) Sendi peluru, missal pada persendian panggul dan bahu, memungkinkan
gerakan bebas penuh.
b) Sendi engsel memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu arah dan
contohnya adalah siku dan lutut.
c) Sendi pelana memungkinkan gerakan pada dua bidang yang saling tegak
lurus. Sendi pada dasar ibu jari adalah sendi pelana dua sumbu.
d) Sendi pivot contohnya adalah sendi antara radius dan ulna. Memungkinkan
rotasi untuk melakukan aktivitas seperti memutar pegangan pintu.
e) Sendi peluncur memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah dan
contohnya adalah sendi-sendi tulang karpalia di pergelangan tangan.
C. Otot
a. pengertian otot ( musculus)
Otot (musculus) merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan
tubuh dapat bergerak. Ini adalah suatu sifat penting bagi organisme. Gerak sel
terjadi karena sitoplasma mengubah bentuk. Pada sel – sel, sitoplasma ini
merupakan benang – benang halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot
mendapat rangsangan maka miofibril akan memendek. Dengan kata lain sel otot
akan memendekkan dirinya kearah tertentu (berkontraksi).
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 8
b. Ciri-ciri Otot
1. Kontraktilitas
Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau mungkin juga
tidak melibatkan pemendekan otot. Serabut akan terolongasi karena kontraksi
pada setiap diameter sel berbentuk kubus atau bulat hanya akan menghasilkan
pemendekan yang terbatas.
2. Eksitabilitas
Serabut otot akan merespon dengan kuat jika distimulasi oleh implus saraf.
3. Ekstensibilitas
Serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang melebihi panjang otot
saat relaks.
4. Elastilitas
Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah berkontraksi atau
meregang.
Otot Dan Kerja Otot
Otot rangka merupakan setengah dari berat badan orang dewasa. Fungsi
utamanya adalah untuk menggerakan tulang pada artikulasinya. Kerja ini dengan
memendekkan (kontraksi) otot. Dengan memanjang (relaksasi) otot
memungkinkan otot lain untuk berkontraksi dan menggerakan tulang.
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 9
Otot ada yang melekat langsung pada tulang, tetapi dimana bagian
terbesarnya mempengaruhi fungsi (mis., pada tangan), tangan yang berhubungan
langsung dengan tulang, atau dimana kerjanya perlu dikonsentrasikan, otot
dilekatkan dengan tendon fibrosa. Tendon menyerupai korda, seperti tali, atau
bahkan seperti lembaran (mis.,pada bagian depan abdomen). Tidak ada otot yang
bekerja sendiri. Otot selalu bekerja sebagai bagian dari kelompok, dibawah
control system saraf.
Fungsi otot dapat digambarkan dengan memperhatikan lengan atas. Otot
bisep dari lengan atas dilekatkan oleh tendon ke skapula. Perlekatan ini biasanya
tetap stasioner dan adalah asal (origo) dari otot. Ujung yang lain dari otot
dilekatkan pada radius. Perlekatan ini untuk menggerakan otot dan diketahui
sebagai insersio dari otot.
Bisep adalah otot fleksor; otot ini menekuk sendi, mengangkat lengan saat
ia memendek. Otot ini juga cenderung memutar lengan untuk memposisikan
telapak tengadah karena titik insersinya. Otot trisep pada punggung lengan atas
adalah otot ekstensor; otot ini meluruskan sendi, mempunyai aksi yang
berlawanan dengan otot bisep.
Selama fleksi sederhana (menekuk) siku :
a) Bisep kontraksi ini adalah penggerak utama
b) Trisep rileks secara refleks ini adalah antagonis
c) Otot tertentu pada lengan berkontraksi untuk mencegah gerakan berguling
d) Otot di sekitar bahu berkontaksi untuk memantapkan sendi bahu
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 10
Struktur Otot Rangka
Otot rangka tersusun atas sejumlah besar serat-serat otot. Sel-sel silindris
tidak bercabang. Otot ini disokong oleh jaringan ikat dan mempunyai banyak
suplai darah dan saraf. Setiap sel mempunyai banyak nuklei dan mempunyai
penampilan lurik. Dindingnya atau sarkolema, mengandung myofibril yang
dibungkus dengan rapat dalam sarkoplasma cair. Didalamnya juga ada banyak
mitokondria. Warna merah dari otot berhubungan dengan mioglobin, suatu
protein seperti hemoglobin dalam sarkoplasma. Setiap miofibril mempunyai lurik
(striasi) terang dan gelap secara bergantian, disebut pita I dan A secara berurutan.
Striasi disebabkan oleh 2 tipe filamen, satu mengandung proteinaktin, dan lainnya
mengandung protein myosin.
Kontraksi otot adalah karena reaksi filament aktin dan miosin satu sama
lain, seperti ketika mereka menyisip satu sama lain dan menarik ujung dari sel
otot saling mendekat. Serat otot memendek sampai dengan sepertiga dari
panjangnya saat kontraksi. Serat-serat otot biasanya menjalar sejajar terhadap arah
tarikan, baik tanpa tendon (otot kepeng) mis., otot interkostal, atau dengan tendon
pada ujungnya (otot fusiformis) mis., otot bisep. Otot-otot ini mempunyai rentang
gerak yang besar tetapi relative lemah.
Otot pennate lebih kuat daripada tipe otot di atas, tetapi mempunyai
rentang gerak lebih pendek. Pada otot ini, serat-serat menjalar membentuk sudut
terhadap arah tarikan dan menyisip ke dalam tendon sentral atau tendon
pengimbang.
Histology Otot
Ada tiga jenis jaringan otot yang dapat dibedakan atas dasar strukturnya dan ciri
fiologis yaitu otot polos, otot lurik, dan otot jantung.
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 11
Otot polos (smooth muscle/involuntary muscle)
Otot polos mengandung sel berbentuk spindle dengan panjang 40-200 µm
dengan inti terletak di tengah. Myofibril ini sukar diperlihatkan dan tidak
mempunyai corak melintang. Serabut reticular transversa menghubungkan sel-sel
otot yang berdekatan dan membentuk suatu ikatan sehingga membentuk unik
fungsional. Otot polos tidak dibawah pengaruh kehendak.
Otot lurik (skeleton muscle/voluntary muscle)
Otot lurik mengandung sel-sel otot (serabut otot) dengan ukuran tebal 10-100
µm dan panjang 15 cm. Serabut otot lurik berasal dari myotom, inti terletak
dipinggir, dibawah sarcolema.memanjang sesuai sumbu panjang serabut otot.
Beberapa serabut otot bergabung membentuk berkas otot yang dibungkus jaringan
ikat yang disebut endomycium. Bebefrapa endomycium disatukan jaringan ikat
disebut perimycium. Beberapa perimycium dibungkus oleh jaringan ikat yang
disebut epimycium (fascia). Otot lurik dipersyafi oleh system cerebrosfinal dan
dapata dikendalikan. Otot lurik terdapat pada otot skelet, lidah, diaphragm, bagian
atas dinding oesophagus.
Otot Jantung
Terdiri dari serabut otot yang bercorak yang bersifat kontraksinya bersifat
otonom. Tetapi dapat dipengaruhi system vagal. Serabutnya bercabang-cabang,
saling berhubungan dengan serabut otot di dekatnya. Intinya berbentuk panjang
dan terletajk di tengah.Sarkosom jauh lebih banyak dari pada otot rangka.
Persarafan Otot Rangka
Otot dipersarafi oleh 2 serat saraf pendek :
1. Saraf sensorik yang membawa impuls dari otot, terutama dari reseptor
regangan khusus, gelondong otot
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 12
2. Saraf motorik yang membawa impuls ke otot untuk memicu kontraksi otot
Korpus sel dari sel-sel saraf motorik terdapat dalam kornu anterior
substansia grisea dalam medula spinalis. Setiap sel saraf mempunyai serat utama
atau akson yang bercabang untuk mempersarafi 50 sampai 200 serat otot. Semua
korpus sel mempersarafi satu sel otot yang terletak berdekatan dalam medulla
spinalis. Impuls saraf mencapai setiap serat otot kira-kira di bagian tegahnya,
pada motor end plate. Datangnya impuls saraf ini menyebabkan
simpanan asetilkolin dilepaskan dari motor end plate. Asetilkolin bekerja untuk
memperkuat impuls saraf. Ini menyebabkan gelombang besar aktivitas listrik
untuk menjalar sepanjang otot, menimbulkan perubahan yang menyebabkan otot
berkontraksi. Kekuatan kontaksi tergantung pada jumlah serat-serat yang
terstimulasi. Bila impuls berhenti maka otot rileks.
D. Tendon
Tendon merupakan berkas (bundel) serat kolagen yang melekatkan otot ke
tulang. Tendon menyalurkan gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot ke tulang.
serat kolagen dianggap sebagai jaringan ikat dan dihasilkan oleh sel-sel fibroblas.
E. Ligament
Ligament adalah taut fibrosa kuat yang menghubungkan tulang ke tulang,
biasanya di sendi. Ligament memungkinkan dan membatasi gerakan sendi.
F. Bursae
Adalah kantong kecil dari jaringan ikat. Dibatasi oleh membran sinovial
dan mengandung cairan sinovial. Bursae merupakan bantalan diantara bagian-
bagian yang bergerak seperti pada olekranon bursae terletak antara prosesus
olekranon dan kuli
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 13
2.2. Pengertian Fraktur Terbuka
Fraktur terbuka adalah fraktur dimana terdapat hubungan fragmen fraktur
dengan dunia luar, baik ujung fragmen fraktur tersebut yang menembus dari
dalam hingga kepermukaan kulit atau kulit dipermukaan yang mengalami
penetrasi suatu objek yang tajam dari luar hingga kedalam ( Salter ,1994). Fraktur
terbuka sering tmbul komplikasi berupa infeksi. Infeksi bisa berasal dari flora
normal di kulit ataupun bakteri pahthogen khususnya bakteri gram (-). Golongan
flora normal kulit, seperti Staphylococus, Propionibacterium acne , Micrococus
dan dapat juga Corynebacterium (Gustilo ,1993 ). Selain dari flora normal kulit ,
hasil juga menunjukan gambaran bakteri yang bersifat pathogen, tergantung dari
paparan (kontaminasi ) lingkungan pada saat terjadinya fraktur. Seperti cedera
pada lingkungan perkebuna , sering terjadi, bakteri golongan Clostridium
perfringens. Tapi berbeda lagi Jika terpapar lingkungan berair akan dijumpai
bakteri golongan Pseudomonas.Infeksi nosokomial juga sering sebagai penyebab
infeksi luka pada fraktur terbuka. Kuman yang paling sering dijumpai
Staphylococus aureus ( Gustilo , 1993 ).
2.3. Klasifikasi
Fraktur terbuka dibagi menjadi tiga kelompok :
1. Grade I :
Fraktur terbuka dengan luka kulit kurang dari 1 cm dan bersih .Kerusakan
jaringan minimal, frakturnya simple atau oblique dan sedikit kominutif .
2. Grade II :
Fraktur terbuka dengan luka robek lebih dari 1 cm, tanpa ada kerusakan jaringan
lunak, flap kontusio avulsi yang luas serta fraktur kominutif sedang dan
kontaminasi sedang .
3. Grade III :
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 14
Fraktur terbuka segmental atau kerusakan jaringan lunak yang luas atau amputasi
traumatic,derajad kontaminasi yang berat dan trauma dengan kecepatan tinggi .
Fraktur grade III dibagi menjadi tiga yaitu :
grade IIIa : Fraktur segmental atau sangat kominutif penutupan tulang
dengan jaringan lunak cukup adekuat.
grade IIIb : Trauma sangat berat atau kehilangan jaringan lunak yang
cukup luas, terkelupasnya daerah periosteum dan tulang tampak terbuka ,
serta adanya kontaminasi yang cukup berat.
grade IIIc : Fraktur dengan kerusakan pembuluh darah.
2.4. Patofisiologi
Secara klinis, fraktur femur terbuka serinh menyebabkan kerusakan
neurovaskuler yang menimbulkan manifestasi peningkatan resiko syok, baik syok
hipovolemik karena kehilngan darah ( pada siap patah satu tulang femur,
diperdiksi hilangnya darah 500 cc dari sistem vaskuler ) maupun syok neorogenik
karna nyeri yang sangat hebat akibat kompresi atau kerusakan saraf yang berjalan
dibawah tulang femur.
Respon terhadap pembengkakan yang hebat adalah sidrom kompartemen.
Sindrom konpartemen adalah suatu keadaan otot, pembuluh darah, jaringan saraf
akibat pembengkakan lokal yang melebihi kemampuan suatu kopar temen / ruang
lokal dengan manisfestasi gejala yang has, meliputi keluhan nyeri hebat pada area
pembengkakan, penurunan perfusi perifer secara unilateral pada sisi distal
pembengkakan, CRT ( capillary refill time ) lebih dari 3 detik pada sisi distal
pembengkakan, penuruna denyut nadi pada sisi distal pembengkakan. Konplikasi
yang terjadi akibat situasi ini adalah kematian jaringan bagian distal dan
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 15
memberikan implikasi pada peran perawat dalam kontrol yang optimal terhadap
pembengkakan yang hebat ada klien fraktur femur.
Kerusakan fragmen tulang femur menyebabkan mebilitas fisik dan diikuti
dengan spasme otot paha yang menimbulkan defomitas khas pada paha, yaitu
pemendekan tungkai bawah. Apabila kondisi ini berlanjut tanpa dilakukan
intervensi yang optimal, akan menimbulkan resiko terjadinya malunion pada
tulang femor.
Kondisi klinis fraktur femur terbuka pada fase awal menyababkan berbagai
masalah keperawatan pada klien, meliputi respon nyeri hebat akibat kerusakan
veskuler dengan pembengkakan lokal yang menyebabkan sindrom kopartemen
yang sering terjadi pada fraktur suprakondilus, kondisi syok hopovolemik
sekunder akibat cereda vaskuler dengan pendarahan yang hebat, hambatan
mobilitas fisik sekunder akibat kerusakan fragmen tulang, dan resiko tinggi
infeksi sekunder akibat port de entree luka terbuka. Pada fase lanjut, fraktur femur
terbuka menyebabkan kondisi malunion, non-union, dan delayed union akibat
cara mobilisasi yang salah. Intervensi medis dengan penatalaksanaan pemasangan
fiksasi interna dan fikasi eksterna memberikan implikasi pada masalah resiko
tinggi infeksi.
2.5. Penanganan fraktur terbuka
Prinsip penanganan fraktur terbuka
1. Semua fraktur terbuka dikelola secara emergensi .
2. Lakukan penilaian awal akan adanya cedera lain yang dapat mengancam jiwa .
3. Berikan antibiotika yang sesuai dan adekuat .
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 16
4. Lakukan debridement dan irigasi luka .
5. Lakukan stabilisaasi fraktur .
6. Lakukan rehabilitasi ektremitas yang , mengalami fraktur . (Gustilo ,1993 )
2.6. Antibiotika
Pemberian antibiotika adalah efektif mencegah terjadinya infeksi pada fraktur
terbuka .Antibiotika yang diberikan sebaiknya dengan dosis yang besar. Untuk
fraktur terbuka antibiotika yang dianjurkan adalah golongan cephalosporin,dan
dikombinasi dengan golongan aminoglikosida.
2.7. Komplikasi Fraktur Terbuka
1. perdarahan, syok septik sampai kematian
2. septikemi, toksemia oleh karena infeksi piogenik
3. tetanus
4. gangrene
5. perdarahan sekunder
6. osteomielitis kronik
7. delayed union
8. non union dan malunion
9. kekakuan sendi
10. komplikasi lain oleh karena perawatan yang lama (chairuddin
rasjad,2008).
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 17
BAB III
TUTORIAL
Ny Z berusia 47 tahun , sudah 10 tahun bekerja sebagai pemulung yang setiap
harinya harus berkelililing mengumpulkan barang bekas . 1 tahun yang lalu Ny Z
mengalami fraktur terbuka pada osce femur karena kecelakaan. Sampai sekarang
Ny Z masih beraktifitas sebagai pemulung. Ny Z sering merasakan flaccid pada
daerah ekstrimitas bagian bawah khususnya pada musculus femoris. Nyeri skala 7
kadang dirasakan dan inflamasi pun mulai tampak persendian. Keluarga Ny Z
mengatakan sangat ingin sholat, tapi terhalang karena fraktur yang ada.
3.1. Identify the problem
No Data DS DO
1. 1 tahun yang lalu Ny Z mengalami fraktur
terbuka pada osce femur karena kecelakaan
2. Ny Z sering meerasakan flaccid pada daerah
ekstrimitas bagian bawah khususnya pada
musculus femoris
3. Nyeri skala 7
4. inflamasi pun mulai tampak persendian
5. Ny Z mengatakan sangat ingin sholat, tapi
terhalang karena fraktur yang ada.
3.2. Hipotesis
Masalah keperawatan yang muncul :
Nyeri
Hambatan Mobilitas Fisik
Gangguan Citra Tubuh
Defisiensi Pengetahuan
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 18
Data Mayor dan Minor
No Data Data
Mayor
Data Minor
1. 1 tahun yang lalu Ny Z mengalami fraktur
terbuka pada osce femur karena kecelakaan
2. Ny Z sering merasakan flaccid pada daerah
ekstrimitas bagian bawah khususnya pada
musculus femoris
3 Nyeri skala 7
4. inflamasi pun mulai tampak persendian
5. Ny Z mengatakan sangat ingin sholat, tapi
terhalang karena fraktur yang ada.
Prioritas Masalah Keperawatan
Nyeri
Hambatan Mobilitas Fisik
Gangguan Citra Tubuh
Defisiensi pengetahuan
3.3. Mecanism (Pathway)
Fraktur terbuka
Infasi (masuknya) mikroorganisme/bakteri melalui sirkulasi darah
Leukosit memfagositosis bakteri
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 19
Gangguan Citra Tubuh
Proses inflamasi
Mengeluarkan sitokinin
Merusak jaringan otot peningkatan tekanan jaringan tulang
Penurunan tonus otot
Kelemahan fisik
Kurangnya penanganan medis penumpukan organisme
3.4. More Info
- Tanda – tanda vital
- Respon pasien (wajah tampak meringis)
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 20
Nyeri
Hambatan Mobilitas Fisik
Defisiensi Pengetahuan
3.5. Don’t Know
1. Mengapa pada klien terjadi flaccid pada daerah ekskremitas bawah?
2. Kenapa terjadinya nyeri, apa penyebab nyeri pada kasus tersebut?
3. Apa yang menyebabkan inflamasi pada persendian?
4. Pada kasus tersebut Ny. Z mengalami kejadian 1 tahun lalu, tetapi kenapa
nyeri masih kadang-kadang dirasakan?
5. Bagaimana cara mengatasi nyeri?
6. Bagaimana cara penanganan pada pasien fraktur terbuka?
Jawaban :
1. Inflamasi akan mengeluarkan proinflamasi berupa sitokinin, sitokinin
merupakan benda asing pada tubuh kita. Secara otomatis sistem imun kita
pasti akan melawan benda asing pada tubuh kita. Leukosit akan
menyerang sitokinin sehingga akan terjadi kerusakan jaringan pada otot
yang menyebabkan tonus otot menurun. Hal itulah yang menyebabkan
flaccid.
2. Akibat reaksi autoimun antara sitokinin dan leukosit yang menyebakan
kematian jaringan/kerusakan disekitar daerah reaksi sehingga
menyebabkan nyeri.
3. Akibat fraktur terbuka menyebabkan bakteri masuk ke pembuluh darah
sehingga menyebabkan reaksi autoimun. Leukosit akan memfagositosis
bakteri, maka akan terjadi proses inflamasi di persendian.
4. Akibat penanganan yang kurang tepat atau tanpa pengobatan sama sekali
menyebabkan penumpukan organisme. Sehingga leukosit tidak mampu
memfagositosis organisme yang begitu banyak. Hal inilah yang
menyebabkan sampai sekarang masih terasa nyeri. Selain itu juga nyeri
masih dirasakan karena immobilitas yang tidak dilakukan Ny. Z dan masih
terus melakukan aktifitas fisik.
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 21
5. Cara mengatasi nyeri yaitu dengan dilakukannya mangement nyeri seperti
distraksi atau pengalihan yang merupakan pengalihan terhadap rasa nyeri
tersebut, lalu teknik relaksasi didasarkan kepada keyakinan bahwa tubuh
berespon pada ansietas yang merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi
penyakitnya.
6. Cara penanganannya adalah :
obati fraktur terbuka sebagai satu kegawatan.
berikan antibiotic dalam ruang gawat darurat, di kamar operasi dan
setelah operasi.
stabilisasi fraktur.
rehabilitasi anggota gerak yang terkena
3.6. Learning Issue
1. Mengapa pada klien terjadi flaccid pada daerah ekskremitas bawah?
2. Kenapa terjadinya nyeri, apa penyebab nyeri pada kasus tersebut?
3. Apa yang menyebabkan inflamasi pada persendian?
4. Pada kasus tersebut Ny. Z mengalami kejadian 1 tahun lalu, tetapi kenapa
nyeri masih kadang-kadang dirasakan?
5. Bagaimana cara mengatasi nyeri?
6. Bagaimana cara penanganan pada pasien fraktur terbuka?
Jawaban :
1. Terjadinya fraktur, periosteum tulang terkelupas dari tulang dan terobek
terus kesisi berlawanan dari sisi yang mendapat truma, akibatnya darah
keluar melalui celah- celah periosteum dan ke otot disekitarnya dan
disertai dengan edema, selain keluar melalui celah periosteum yang rusak,
darah juga keluar akibat terputusnya pembuluh darah didaerah terjadinya
fraktur.Akibatnya akan terjadi kerusakan serabut saraf pada otot yang
menyebabkan tonus otot menurun atau hilang sehingga kekuatan otot
menurun (paresis) atau tidak ada kekuatan otot (paralysis). Hal inilah yang
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 22
menyebabkan terjadinya flaccid. (Sumber : Guyton & Hall .1997. Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC)
2. Akibat terjadinya fraktur akan terjadi pendarahan. Perdarahan terjadi
karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula
tulang. Periosteum akan terdorong dan mengalami robekan akibat tekanan
hematoma yang terjadi sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah kedalam
jaringan lunak. Akibat adanya tekanan yang hematoma akan menimbulkan
respon nyeri. (Sumber : Crowin, Elizabeth J. 2008. Buku Saku
Patofisiologi. Penerbit : Buku Kedokteran EGC, Jakarta)
3. Apabila terjadi fraktur, maka pembuluh darah kecil yang melewati
kanalikuli dalam system haversian mengalami robekan dalam daerah
fraktur dan akan membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur.
Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong
dan mengalami robekan akibat tekanan hematoma yang terjadi sehingga
dapat terjadi ekstravasasi darah kedalam jaringan lunak. Tahap inflamasi
berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya
pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera
dan pembentukan hematoma di tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang
mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cidera
kemudian akan diinvasi oleh magrofag (sel darah putih besar), yang akan
membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan
nyeri. (Sumber : Price, Sylvia. A. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC)
4. Akibat penanganan fraktur terbuka yang kurang tepat atau tanpa
pengobatan sama sekali menyebabkan penumpukan organisme. Bakteri
mencapai daerah metafisis tulang melalui darah, menyebabkan
terbentuknya hematoma diduga berperan dalam menentukan timbulnya
infeksi didaerah metafisis yang kaya akan pembuluh darah. Hematoma
tersebut merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri yang
mencapai tulang melalui aliran darah. Di daerah hematoma tersebut
terbentuk suatu fokus kecil infeksi bakteri sehingga terjadi hyperemia dan
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 23
edema. Tulang merupakan jaringan yang kaku dan tertutup sehingga tidak
dapat menyesuaikan diri dengan pembengkakan yang terjadi akibat edema
dan oleh karena itu, edema akibat peradangan tersebut menyebabkan
kenaikan tekanan intraseus secara nyata dan menimbulkan rasa nyeri yang
hebat . (Sumber : Guyton & Hall .1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta : EGC)
5. Cara mengatasi nyeri yaitu dengan dilakukannya mangement nyeri seperti
distraksi atau pengalihan yang merupakan pengalihan terhadap rasa nyeri
tersebut, lalu teknik relaksasi didasarkan kepada keyakinan bahwa tubuh
berespon pada ansietas yang merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi
penyakitnya. Selain itu , kolaborasi dengan pemberian analgesik.
(Sumber : Guyton & Hall .1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta :
EGC)
6. Prinsip penanganan fraktur terbuka
Semua fraktur terbuka dikelola secara emergensi .
Lakukan penilaian awal akan adanya cedera lain yang dapat mengancam
jiwa .
Berikan antibiotika yang sesuai dan adekuat .
Lakukan debridement dan irigasi luka .
Lakukan stabilisaasi fraktur .
Lakukan rehabilitasi ektremitas yang , mengalami fraktur .(Gustilo ,1993 )
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 24
3.7. Problem solving
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 25
Infasi mikroorganisme dari tempat lain yang beredar melalui sirkulasi
darah
Fraktur terbuka
Masuk ke juksta epifisis tulang panjang
Kerusakan pembuluh darah dan adanya port de entree
Infasi kuman ke tulang dan sendi
fagositosis
Proses inflamasi: hiperemia, pembengkakan, gangguan fungsi, pembentukan pus, dan kerusakan integritas jaringan
Keterbatasan pergerakanPenurunan
kemampuan pergerakan
Hambatan mobilitas fisik
Peningkatan tekanan jaringan
tulang dan medula
Iskemia dan nekrosis tulang
Pembentukan abses tulang
Komplikasi infeksi
Kurang terpajan
pengetahuan dan informasi
Defisiensi pengetahua
n dan informasi
NyeriInvoluctum (pertumbuhan tulang baru)
pengeluaran pus dari luka
Deformitas, bau dari
adanya luka
Kerusakan integritas kulit
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
2. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan penurunan kemampuan
pergerakan.
3. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan proses supurasi di
tulang, luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi inflamasi tulang.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas
5. Defisit pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan keterbatasan
informasi, interpretasi yang salah terhadap informasi.
Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dan ketidaknyamanan berkurang, serta tidak terjadi kekambuhan nyeri dan komplikasi
Kriteria hasil :
- Mampu
mengontrol
Mandiri
a. Kaji skala nyeri
b. Atur posisi imobilisasi pada
daerah nyeri sendi atau nyeri
di tulang yang mengalami
infeksi.
c. Bantu klien dalam
mengidentifikasi factor
pencetus.
d. Jelaskan dan bantu klien
terkait dengan tindakan
peredaran nyeri non
farmakologi dan noninvasi.
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 26
Gangguan Citra Tubuh
(Sumber : Arif mutaqqin, 2008)
nyeri (tahu
penyebab nyeri,
mampu
menggunakan
teknik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi
nyeri)
- Melaporkan
bahwa nyeri
berkurang
dengan
menggunakan
manajemen
nyeri
- Mampu
mengenali nyeri
(skala,
intensitas,
frekuensi dan
tanda nyeri)
- Menyatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang
- Tanda – tanda
vital dalam
rentang normal
e. Ajarkan relaksasi: teknik
mengurangi ketegangan otot
rangka yang dapat
mengurangi intensitas nyeri
dan meningkatkan relaksasi
masase.
f. Ajarkan metode distraksi
selama nyeri akut.
g. Beri kesempatan waktu
istirahat bila terasa nyeri dan
beri posisi yang nyaman
(misal: ketika tidur,
punggung klien diberi bantal
kecil).
h. Tingkatkan pengetahuan
tentang penyebab nyeri dan
hubungan dengan beberapa
lama nyeri akan berlangsung.
i. Kolaborasi
Pemberian analgesik
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 27
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kemampuan pergerakan.
Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Gangguan mobilitas
fisik berhubungan
dengan penurunan
kemampuan
pergerakan.
Tujuan:
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
3 x 24 jam,
diharapkan mobilitas
fisik yaitu klien
mampu beradaptasi
dan mempertahankan
mobilitas
fungsionalnya
Kriteria Hasil:
Ny. Z mampu:
Meningkatkan
atau
mempertahankan
mobilitas,
mempertahankan
posisi fungsional,
meningkatkan
kekuatan atau
fungsi yang sakit
mengkompensasi
kan bagian tubuh.
a. Kaji derajat imobilitas yang
dihasilkan oleh
cedera/pengobatan dan
perhatikan persepsi pasien
terhadap imobilisasi
b. Dorong partisipasi pada
aktivitas terapeutik/rekreasi.
c. Instruksikan pasien
untuk/bantu dalam rentang
gerak pasien
d. Dorong penggunaan latihan
isometrik mulai dengan
tungkai yang tak sakit.
e. Bantu/dorong perawatan
diri/kebersihan (contoh:
mandi, mencukur.
f. Berikan/bantu dalam
movilizáis dengan cursi roda,
kruk, tongkat, sesegera
mungkin. Instruksikan
keamanan dalam
menggunakan alat mobilitas.
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 28
g. Awasi TD dengan melakukan
aktivitas. Perhatikan keluhan
pusing.
h. Kolaborasi:
Konsul dengan ahli terapi
fisik/okupasi dan/atau rehabilitasi
spesialis.
3. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan proses
supurasi di tulang, luka fraktur terbuka, sekunder akibat infeksi
inflamasi tulang.
Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Kerusakan integritas
jaringan yang
berhubungan dengan
proses supurasi di
tulang, luka fraktur
terbuka, sekunder
akibat infeksi
inflamasi tulang.
Tujuan :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
3 x 24 jam,
diharapkan tidak
terjadi kerusakan
integritas jaringan
Kriteria Hasil :
Perfusi
jaringan
normal
Tidak ada
tanda-tanda
infeksi
Ketebalan dan
tekstur
a. Jaga kulit agar tetap
bersih dan kering
b. Monitor kulit akan
adanya kemerahan
c. Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien
d. Monitor status nutrisi
pasien
e. Observasi luka fraktur
terbuka
f. Ajarkan keluarga
tentang luka dan
perawatan luka
g. Lakukan teknik
perawatan luka dengan
steril
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 29
jaringan
normal
h. Berikan posisi yang
mengurangi tekanan
pada luka
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas
Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Gangguan citra
tubuh
berhubungan
dengan deformitas
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3 x 24 jam,
diharapkan tidak terjadi
gangguan citra tubuh
Kriteria Hasil :
Body image positif
Mampu
mengidentifikasi
kekuatan personal
Mendiskripsikan
secara factual
perubahan fungsi
tubuh
Mempertahankan
interaksi sosial
- Kaji secara verbal
dan non verbal
respon klien terhadap
tubuhnya
- Monitor frekuensi
mengkritik dirinya
- Jelaskan tentang
pengobatan,
perawatan, kemajuan
dan prognosis
penyakit
- Dorong pasien
mengungkapkan
perasaannya
5. Defisit pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan
keterbatasan informasi, interpretasi yang salah terhadap informasi
DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
Defisit pengetahuan
tentang pengobatan
berhubungan dengan
Tujuan :
Setelah dilakukan
tindakan
a. kaji ulang patologi, prognosis
dan harapan yang akan datang
b. Memberikan dukung an cara-
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 30
keterbatasan
informasi,
interpretasi yang
salah terhadap
informasi.
keperawatan 3 x 24
jam, pasien
menyatakan
pemahaman kondisi,
prognosis, dan
pengobatan.
Kriteria Hasil :
Pasien mampu:
melakukan
prosedur yang
diperlukan dan
menjelaskan
alasan dari suatu
tindakan
memulai
perubahan gaya
hidup yang
diperlukan
ikut serta dalam
regimen
perawatan
cara mobilisasi dan ambulasi
sebagaimana yang dianjurkan
oleh bagi- an fisioterapi.
c. Memilah-milah aktif- itas
yang bisa mandiri dan yang
harus dibantu.
d. identifikasi tersedianya
sumber pelayanan di
masyarakat , contoh tim
rehabilitasi, pelayanan
perawatan dirumah
e. Ajarkan cara teknik balutan
secara steril dan dan teknik
kompres hangat.
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 31
BAB IV
LAMPIRAN
Keterkaitan Kasus dengan AIK
Sebagaimana diketahui bahwa shalat adalah kewajiban islamiyah yang tidak dapat
ditambahkan atau dikurangi selama manusia mampu melaksanakan ibadah shalat
yang ditetapkan oleh agama. Maka orang muslim yang sehat dan mukim
mengerjakan shalat sebagaimana telah terinci, dan jika dalam keadaan perjalanan
maka shalat rubaiyah atau shalat yang berjumlah empat rakaat disingkat menjadi 2
rakaat oleh musafir, karena jika dalam perjalanan dikatakan terpotong oleh adzab.
Jika orang muslim dalam dalam keadaan sakit, maka shalat dengan cara duduk,
jika tidak mampu maka dengan cara berbaring. Sebagaimana firman Allah SWT :
خلق في رون ويتفك جنوبهم وعلى وقعودا قياما ه الل يذكرون ذين ال
) ار الن عذاب فقنا سبحانك باطال هذا خلقت ما نا رب واألرض ماوات الس١٩١(
Artinya : (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.
Abdullah Ibnu Mas’ud berkata : Ayat ini diturunkan berkaitan dengan
pelaksanaan shalat, dengan kata lain shalatlah dalam keadaan berdiri jika mampu,
dan shalat dengan duduk jika tidak mampu berdiri, atau dengan cara berbaring
jika tidak mampu duduk.
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 32
Suatu waktu Umran bin Husain dalam keadaan sakit, kemudian ia menanyakan
kepada nabi cara shalat, Rasulullah menjelaskan dalam sabdanya :
جنب فعلى تستطع لم فإن فقاعدا تستطع لم فإن قائما صل
“Shalatlah dengan berdiri, apabila tidak mampu maka duduklah dan bila tidak
mampu juga maka berbaringlah“
Orang yang melaksanakan shalat tetap melaksanakan shalat dalam keadaan
keadaan berdiri jika mampu, walaupun bersandar pada sesuatu atau dinding,
karena sesungguhnya Rasulullah melaksanakan shalat dalam keadaan duduk jika
sedang sakit.
Cara shalat orang sakit dalam keadaan duduk
Cara shalat orang sakit dengan cara duduk yaitu :
1. Niat shalat
2. Membaca fatihah dan surah atau sebagian ayat setelahnya
3. Menundukkan kepala kedepan sebagai pengganti ruku’ dan sujud
4. Menundukkan kepala disertai membungkukkan badan sebagai pengganti
sujud pertama, kemudian menegakkan badan lalu menundukkan kepala
dan membungkukkan badan kembali sebagai pengganti sujud kedua.
5. Jika point 4 terlaksana maka sudah dianggap sebagai rakaat pertama,
kemudian orang sakit melanjutkan cara seperti ini hingga jumlah rakaat
shalatnya lengkap.
Cara shalat orang sakit dalam keadaan berbaring
Cara shalat orang sakit dengan cara berbaring, yaitu :
1. Shalat dalam keadaan berbaring dengan menindih rusuk kanan menghadap
kiblat, atau dengan rusuk kiri jika tidak mampu.
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 33
2. Shalat dalam keadaan berbaring terlentang menghadap kiblat, dengan
menyanggah kepala agar juga menghadap kiblat
3. Shalat dengan menggunakan isyarat gerakan, dan jika dengan cara shalat
ini tetap tidak mampu, maka shalatlah dengan hati.
Dari penjelasan mengenai cara shalat orang sakit sesungguhnya Allah senantiasa
memberi alternatif dan kemudahan agar tetap beribadah kepadanya
ال ربنا اكتسبت ما وعليها كسبت ما لها وسعها إ�ال نفسا الله يكلف ال
ربنا أخطأنا أو ينا نس� إ�ن ذنا على تؤاخ� حملته كما إصرا علينا تحمل وال
لنا واغفر ا عن واعف به لنا طاقة ال ما تحملنا وال نا رب قبلنا من ذين ال
الكافرين ( القوم على فانصرنا موالنا أنت )٢٨٦وارحمنا
Artinya : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia
mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): “Ya Tuhan
Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami lupa atau Kami tersalah. Ya
Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan
Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami
memikulnya. beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami.
Engkaulah penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir.”
وجل عز الله أمر إال جسده في ببالء يصاب الناس من إحد من ما
: كان ما وليلة يوم كل في لعبدي اكتبوا فقال يحفظونه الذين المالئكة , له المانع العذر عنده دام ما أي وثاقي في كان ما خير من يعمل
Tiada seseorang dari hambaku yang terkena musibah / bala di badannya kecuali
Allah memerintahkan kepada malaikat untuk menjaganya lalu berkata: catatlah
perbuatan dari hambaku baik itu amal yang baik atau yang tersirat di setiap siang
dan malam . atau selama ada uzur dan penghalang baginya.
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 34
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi
mungkin taklebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau primpilan korteks;
biasanya patahan lengkap dan fragmen tulang bergeser. Kalau kulit diatasnya
masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tetutup (atau sederhana) kalau kulit atau
salah satu dari rongga tubuh tertembus keadaan ini disebut fraktur terbuka (atau
compound) yang cendrung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi.
Fraktur terbuka adalah fraktur dimana terdapat hubungan fragmen fraktur
dengan dunia luar, baik ujung fragmen fraktur tersebut yang menembus dari
dalam hingga kepermukaan kulit atau kulit dipermukaan yang mengalami
penetrasi suatu objek yang tajam dari luar hingga kedalam.
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 35
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall .1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Price, Sylvia. A. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
Crowin, Elizabeth J. 2008. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit : Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Arif, Mutaqqin. 2008. Asuhan Keperawatan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba
Tutorial Sistem Muskuloskeletal 36