uji aktivitas antioksidan ekstrak metanol...
TRANSCRIPT
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK
METANOL DAUN ZAITUN (Olea europaea L.)
DENGAN METODE DPPH
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
Arrafie Fikri Al Dzaky
11151030000071
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2018 M
LEMBAR PERSETUJUAN PEBIMBING
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN
EKSTRAK METANOL DAUN ZAITUN (Olea europaea L.)
DENGAN METODE DPPH
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Kedokleran, Fakultas Kedokteran
tlIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran (S. Ked)
Oleh
Arrafie Fikri Al DzakyNIM: 11151030000071
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
WNurlaely Mida R, M.Biomed.,DMS.
MP. 19671119 200501 2 001NIP. 19710228 200801 2 014
PROGRAM STUDr KEDOKTERAN
FAI(ULTAS KEDOKTERAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAE JAKARTA
1440H/2018M
LEMBAR PENGESAIIAN
Laporan penelitian berjudul Uil AKTMTAS ANTIOKSIDAI\I EKSTRAK
METANOL DAUN Z{TUN (Olea europaea L) DENGAI\I METODE DPPH
yang diajukan oleh Anafi e Fikri Al Dzaky (NIM: 1 1 1 5 1 03000007 1 ), telah diajukan
dalam sidang di Fakultas Kedokteran pada 15 Oktober 201 L Laporan penelitian ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
(S.Ked) pada Program Studi Kedokteran.
Ciputat, l5 Oktober 2018
Menyetujui,
KETUA SIDANG
,4alrDr. Nurul Hieda*,h'fi, Ph.D.
MP. i9710228 200801 2 014
PEMBIMBING I
4"MDr. Nurul Hiehayati, Ph.D.
NIP. 19710228 200801 2 014
PEMBIMBINGIT. /--\[ {rV
---!*tu'.'Ti \ 4-_\Nurlaely Mida R, M.Biomed., DMS.
NIP. 19671119 200501 2 001
PENGUJTII/l
4fd.i, rl'\S--.
Dr. Mukhtar Ikhsan, Sp.P., MARS.NIP. 19540406 198111 1001
Ketua Program Studi KedokteranUIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dr. Achmad Zaki, M Epid., Sp.OT.NIP. 19780507 200501 1 005
PENGU
Dr. Devy AriNIP. 1973040
PIMPINAN FAKULTAS
Ph.D., Sp.PD-KEMD.
111
Fakultas Kedokteran
123 200312 1003
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayahNya, sholawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW yang telah mengajak kita para umatnya menuju jalan
yang lurus, berkat limpahan dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk mendapa
tkan gelar Sarjana Kedokteran dari Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter,
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam proses penyusunan skripsi, penulis melibatkan berbagai pihak yang
memberikan semangat, bimbingan serta dukungan, sehingga penulis dapat
menyusun skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
rasa terima kasih kepada pihak yang telah terlibat. Saya menyadari masih banyak
terdapat kekurangan dalam skripsi ini oleh karena itu penyusun menerima kritik,
saran, dan masukan guna menyempurnakan skripsi ini.
Penyusunan laporan penelitian ini dapat terselesaikan karena bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada
yang terhormat:
1. Dr. Hari Hendarto, Sp.PD-KEMD., Ph.D., FINASIM selaku dekan
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT selaku Ketua Program Studi
Kedokteran Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Nurul Hiedayati, Ph.D selaku dosen pembimbing I dan Ibu Nurlaely
Mida Rachmawati, S.Si., M.BioMed., DMS. selaku dosen pembimbing II
yang selalu memberikan waktu, tenaga, kesabaran, dan ilmunya untuk
selalu membimbing, memberikan motivasi, arahan dan semangat yang
tidak henti sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.
4. Dr. Devy Ariany, M.Biomed selaku dosen penguji I dan Dr. Mukhtar
Ikhsan, Sp.P., M.A.R.S selaku dosen penguji II yang telah memberikan
v
masukan, kritik, arahan, dan saran kepada saya untuk kesempurnaan
skripsi ini.
5. Drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku Penanggung Jawab Modul
Riset Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2015 yang selalu membimbing dalam
pelaksanaan penelitian ini.
6. Ayahanda H. Suroto dan ibunda Hj. Sulasmiyati, serta kakak-kakak
tersayang Agung Supriyanto, Atik Nurul Hidayanti, Azis Kurniansyah dan
Amri Nur Cahyo yang selalu memberikan dukungan ,dan motivasi yang
tidak pernah lelah diberikan untuk penelitian.
7. Kurnia Auliyaa Wati yang telah menemani pembuatan skripsi ini dalam
suka maupun duka.
8. Teman seperjuangan penelitian Muhammad Fahmi Aprijal, Haseena
Hersiwinukir, Shoffira Fathiya, Alfa dan Maudy Rahmi yang telah
berjuang selama setahun ini untuk merawat mencit bersama.
9. Teman sejawat pendidikan dokter angkatan 2015 yang telah memberikan
dukungan.
Ciputat, 15 Oktober 2018
Arrafie Fikri Al Dzaky
vi
ABSTRAK
Arrafie Fikri Al Dzaky. Program Studi Kedokteran. Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Daun Zaitun (Olea europaea L.) Menggunakan Pelarut
Metanol dengan Metode DPPH. 2018.
Latar Belakang: Antioksidan adalah molekul yang mampu memperlambat atau
mencegah oksidasi molekul lain. Reaksi oksidasi dapat menghasilkan radikal
bebas. Radikal bebas merupakan sebuah molekul dengan satu atau lebih elektron
yang tidak berpasangan di kulit terluarnya yang dapat mencetuskan reaksi berantai
yang dapat merusak sel. Jika jumlah radikal bebas melebihi jumlah antioksidan
akan terjadi kondisi yang dikenal sebagai stres oksidatif. Stres oksidatif berperan
dalam pengembangan penyakit kronis dan degeneratif seperti kanker, arthritis,
penuaan, gangguan autoimun, kardiovaskular (penyakit aterosklerosis), dan
penyakit neurodegeneratif (penyakit Alzheimer dan penyakit Parkinson). Salah
satu sumber antioksidan adalah daun zaitun (Olea Europaea L.) yang dapat
mendonorkan elektronnya sehingga tidak terbentuknya radikal bebas Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak metanol
daun zaitun (EMDZ) dengan metode DPPH. Metode: EMDZ dibuat dengan cara
teknik maserasi. Daun zaitun diperoleh dari kebun Al Qur‟an Depok, dengan nilai
rendeman 21,54%. Konsentrasi EMDZ yang digunakan yaitu 16,6, 25, 33,3, 50
dan 66,6 ppm. Pengukuran absorbansi untuk mengetahui aktivitas antioksidan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 510 nm. Nilai
IC50 diperoleh menggunakan persamaan regresi linier dari seri konsentrasi EMDZ
tersebut. Hasil: Nilai IC50 EMDZ yaitu 66,8 ppm. Simpulan: secara kualitatif
ekstrak daun zaitun memiliki aktivitas antioksidan yang ditandai dengan
perubahan warna larutan dari ungu menjadi ungu kepucatan. Berdasarkan
klasifikasi Blois, secara kuantitatif ekstrak metanol daun zaitun (EMDZ)
tergolong antioksidan kuat.
Kata Kunci: Antioksidan, ekstrak daun zaitun (Olea europaea L,), DPPH,
Metanol, IC50.
vii
ABSTRACT
Arrafie Fikri Al Dzaky. Medical Studies Program. Antioxidant Activity
Assay of Olive Leaf (Olea europaeae L.) Extract Using Methanol Solvent by
DPPH Method. 2018.
Background: Antioxidants are molecules that can prevent or reduce the oxidation
process of another molecules. Oxidation reactions can produce free radicals,
which triggers the chain reactions that can damage cells. Free radicals are
molecules with one or more unpaired electrons in the outer shell that can trigger
chain reactions that can damage cells. If the number of free radicals exceeds the
amount of antioxidants, a condition known as oxidative stress occurs. Oxidative
stress development of chronic and degenerative diseases such as cancer, arthritis,
aging, autoimmune disorders, cardiovascular (atherosclerotic disease) and
neurodegenerative diseases (Alzheimer's disease and Parkinson's disease). One of
the sources antioxidant is olive leaves (Olea Europaea L.) who can donate
electrons and no free radical formation. Objective: The aim of this research is to
determine the antioxidant activity of olive leaves methanolic extracts (OMLE) by
DPPH method. Method: OMLE were made by maceration technique. Olive
leaves are obtained from the kebun Al Qur‟an Depok, with rendement value
21,54%. The concentrate of olive leaf extract is 16,6, 25, 33,3, 50 and 66,6 ppm.
Measurements of Absorbance to determine the antioxidant activity using UV-Vis
spectrophotometer at 510 nm wavelenght. The IC50 value uses linear regression
data from the concentration series. Results: The IC50 value of olive leaves
methanolic extracts is 66,8 ppm. Conclusions: qualitatively, olive leaf extract has
antioxidant activity that marked by changes in color from purple to pale purple.
Based on Blois classification, olive methanolic leaves extracts (OMLE) classified
as a powerful antioxidant quantitatively.
Keywords: Antioxidants, olive leaf extract (Olea europaea L,), DPPH, Methanol,
IC50.
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ......................................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEBIMBING .................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xii
DAFTAR GRAFIK .................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiv
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................ xv
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................... 2
1.3 Hipotesis .................................................................................................................................. 3
1.4. Tujuan Penelitian .................................................................................................................... 3
1.4.1 Tujuan Umum ....................................................................................................................... 3
1.4.2 Tujuan Khusus ...................................................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................................................... 3
1.5.1 Bagi Institusi ......................................................................................................................... 3
1.5.2 Bagi Masyarakat ................................................................................................................... 3
1.5.3 Bagi Peneliti .......................................................................................................................... 3
BAB II ........................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................ 4
2.1 Tanaman Zaitun (Olea europaea L.) ....................................................................................... 4
ix
2.1.1 Morfologi dan Klasifikasi Tanaman ..................................................................................... 4
2.1.2 Manfaat zaitun dalam kesehatan ........................................................................................... 6
2.1.3 Ekstrak Daun Zaitun ............................................................................................................. 6
2.2 Ekstrak dan Ekstraksi .............................................................................................................. 9
2.2.1 Ekstrak .................................................................................................................................. 9
2.2.2 Ekstraksi .............................................................................................................................. 10
2.2.2.1 Metode Ekstraksi ......................................................................................................... 11
2.3 Metanol .................................................................................................................................. 12
2.4 Antioksidan ............................................................................................................................ 13
2.4.1 Pengertian Antioksidan ....................................................................................................... 13
2.4.2 Mekanisme Antioksidan ..................................................................................................... 14
2.4.3 Manfaat Antioksidan ........................................................................................................... 16
2.4.4 Jenis-jenis Antioksidan ....................................................................................................... 17
2.5 Asam Askorbat (Vitamin C) .................................................................................................. 19
2.6 Radikal Bebas ........................................................................................................................ 20
2.7 Uji Aktivitas Antioksidan ...................................................................................................... 22
2.7.1 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH .............................................................. 22
2.7.2 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode ABTS .............................................................. 24
2.7.3 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode Deoksiribosa ................................................... 24
2.7.4 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode FRAP .............................................................. 24
2.8 Spektrofotometer UV-Vis ...................................................................................................... 25
2.9 Kerangka konsep ................................................................................................................... 26
2.10 Kerangka teori ..................................................................................................................... 27
BAB III ....................................................................................................................... 28
METODE PENELITIAN ............................................................................................ 28
3.1 Desain Penelitian ................................................................................................................... 28
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................................................ 28
3.3 Sampel ................................................................................................................................... 28
3.4 Alat dan Bahan Penelitian ..................................................................................................... 28
3.4.1 Alat ...................................................................................................................................... 28
x
3.4.2 Bahan Penelitian ................................................................................................................. 29
3.5 Cara Kerja Penelitian ............................................................................................................. 29
3.5.1 Penyiapan Bahan Baku ....................................................................................................... 29
3.5.2 Pembuatan Larutan ............................................................................................................. 29
3.6 Pengukuran Absorbansi ........................................................................................................ 31
3.7 Analisis Data .......................................................................................................................... 32
3.8 Alur Penelitian ....................................................................................................................... 34
3.9 Definisi Operasional .............................................................................................................. 35
BAB IV ....................................................................................................................... 37
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 37
4.1 Determinasi Daun Zaitun ...................................................................................................... 37
4.2 Hasil Ekstraksi Daun Zaitun dalam Pelarut Metanol ............................................................ 37
4.3 Absorbansi dan Persen Penghambatan .................................................................................. 37
4.4 Penetapan Nilai IC50 .............................................................................................................. 41
4.5 Keterbatasan Penelitian.......................................................................................................... 43
BAB V ......................................................................................................................... 44
SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................ 44
5.1 Simpulan ................................................................................................................................ 44
5.2 Saran ...................................................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 45
LAMPIRAN ................................................................................................................ 50
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Zaitun Sebagai Pengobatan Tradisional dan Komplementer. ................. 6
Tabel 2.2 Sifat-Sifat Metanol. ............................................................................... 12
Tabel 3.1 Pembuatan Larutan Seri EMDZ ............................................................ 30
Tabel 3.2 Pembuatan Larutan Seri Vitamin C ...................................................... 31
Tabel 3.3 Klasifikasi Antioksidan Menurut Blois ............................................... 33
Tabel 4.1 Nilai Absorbansi dan Persen Penghambatan EMDZ ............................ 39
Tabel 4.2 Nilai Absorbansi dan Persen Pengahambatan Vitamin C ..................... 40
Tabel 4.3 Nilai IC50 ............................................................................................... 41
Tabel 6.1 Panjang Gelombang dan Hasil Absorbansinya ..................................... 53
Tabel 6.2 Perhitungan Larutan Ekstrak Daun Zaitun............................................ 56
Tabel 6.3 Perhitungan Larutan Vitamin C ............................................................ 57
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Daun dan Buah Zaitun (Olea europaea L.) ........................................ 5
Gambar 2.2 Pengaruh Farmakologis dari Oleuropein. ........................................... 8
Gambar 2.3 Struktur Oleuropein dan Oleuropein Aglycon. ................................... 8
Gambar 2.4 Struktur Kimia ekstrak daun Zaitun. ................................................... 9
Gambar 2.5 Skema Autooksidasi Lipid ................................................................ 15
Gambar 2.6 Struktur BHA dan BHT .................................................................... 18
Gambar 2.7 Struktur Kimia Vitamin C ................................................................. 19
Gambar 2.8 Mekanisme Reaksi Antioksidan Dengan DPPH ............................... 23
Gambar 2.9 Senyawa Organik dianalisis dengan Spektrofotoskopi UV .............. 25
Gambar 4. 1 Larutan Setelah Diinkubasi Selama 30 Menit .................................. 38
Gambar 4. 2 Q.S An-Nur ayat 35 ........................................................................... 42
Gambar 6.1 DPPH ................................................................................................. 58
Gambar 6.2 Ekstrak Daun Zaitun.......................................................................... 58
Gambar 6.3 Timbangan Analitik .......................................................................... 59
Gambar 6.4 Mikropipet ......................................................................................... 59
Gambar 6.5 Spektrofotometer UV Vis ................................................................. 59
Gambar 6.6 Metanol.............................................................................................. 60
Gambar 6.7 Vitamin C .......................................................................................... 60
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Nilai Absorbansi DPPH 0,005% pada seri . ...................................... 39
Grafik 4.2 Persamaan Regresi Linier EMDZ ........................................................ 40
Grafik 4.3 Persamaan Regresi Linier Vitamin C (Kontrol Positif) ....................... 41
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Determinasi Ekstrak Daun Zaitun ............................................ 51
Lampiran 2 Surat Rendemen Ekstrak Metanol Daun Zaitun ................................ 51
Lampiran 3 Tabel dan Grafik Panjang gelombang dan Hasil Absorbansinya. ..... 52
Lampiran 4 Perhitungan Konsentrasi EMDZ dan Komposisi EMDZ .................. 53
Lampiran 5 Nilai Absorbansi, % Penghambatan dan IC50 Ekstrak Daun Zaitun .. 55
Lampiran 6 Nilai Absorbansi, % Penghambatan, dan IC50 Vitamin C ................. 56
Lampiran 7 Gambar Alat dan Bahan Penelitian ................................................... 58
Lampiran 8 Riwayat Penulis ................................................................................. 61
xv
DAFTAR SINGKATAN
DPPH : 1.1-diphenyl-2-picrylhydrazyl
% RSA : Radical Scavenging Activity
ppm : Parts per million
IC50 : Inhibitory concentration 50%
μl : Mikroliter
BHT : Butylated hydroxytoluene
GAE : Gallic Acid Equivalent
EMDZ : Ekstrak Metanol Daun Zaitun
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah molekul dengan satu atau lebih elektron yang tidak
berpasangan di kulit terluarnya disebut radikal bebas.1
Radikal bebas
mengubah lipid, protein, DNA dan memicu sejumlah penyakit manusia. Jika
radikal bebas melebihi kemampuan tubuh untuk mengaturnya sehingga
terjadi kondisi yang dikenal sebagai stres oksidatif.2
Stres oksidatif berperan dalam pengembangan penyakit kronis dan
degeneratif seperti kanker, arthritis, penuaan, gangguan autoimun,
kardiovaskular dan penyakit neurodegeneratif (penyakit Alzheimer dan
penyakit Parkinson).2
Dengan mempertimbangkan dampak yang berbahaya
dari radikal bebas dalam tubuh manusia, banyak penelitian yang menunjukan
senyawa antioksidan dari produk alami sangat diperlukan. 3
Salah satunya
terdapat dalam daun zaitun.
Olea europaea L. (Zaitun) adalah salah satu tanaman yang telah
banyak digunakan sebagai obat tradisional di negara-negara Mediterania.5
Orang Mesir kuno menggunakannya sebagai obat demam dan beberapa
penyakit tropis seperti malaria.6
Dalam konteks keagamaan, zaitun beberapa
kali disebutkan dalam ayat Al-Quran, salah satunya dalam surat An-Nur ayat
35 zaitun disebut sebagai buah yang diberkahi.6 Indonesia merupakan salah
satu negara dengan permintaan tinggi akan buah dan minyak zaitun, tetapi
selama ini hanya mengandalkan impor dari negara lain dan masih sedikit pusat
pembibitan yang mengembangkan tanaman ini.7
Ekstrak daun zaitun telah dilaporkan memiliki kapasitas antioksidan,
aktivitas antimikroba, sifat anti-HIV, efek vasodilator, dan efek hipoglikemik.8
Banyak laporan menunjukkan bahwa daun zaitun mengandung sejumlah besar
oleuropein dan fenol memiliki kapasitas antioksidan tinggi.9 Oleuropein
adalah senyawa fenolik utama dalam daun zaitun dan bervariasi dari 17%
2
sampai 23% tergantung pada waktu panen daun.10
Karakteristik utama
senyawa antioksidan adalah kemampuan mereka untuk menangkap radikal
bebas seperti peroksida, hidroperoksida atau lipid peroksil dan dengan
demikian menghambat mekanisme oksidatif yang mengarah ke penyakit
degeneratif.11
Banyak laporan menunjukkan bahwa daun zaitun mengandung sejumlah
besar oleuropein dan fenol memiliki kapasitas antioksidan tinggi. Penelitian
yang dilakukan Carin menyebutkan bahwa ekstrak daun zaitun (Olea
europaea L.) dengan pelarut etanol memiliki aktivitas antioksidan dengan
nilai Medianinhibitory concentration (IC50) sebesar 114,44 ppm dan tergolong
sebagai antioksidan sedang menurut klasifikasi Blois.48
Pada jurnal yang
ditulis Nashwa menyatakan metanol merupakan pelarut yang tepat untuk
produksi ekstrak daun zaitun dengan kandungan polifenol yang tinggi.
Konsentrasi yang diidentifikasi senyawa fenolik dari daun zaitun yang sama-
sama diekstrak juga dengan metanol 80% menunjukan rutin, hesperetin dan
kuersetin adalah komponen flavonoid tertinggi. Kandungan fenol pada ekstrak
dinyatakan sebagai ekuivalen asam galat atau Gallic Acid Equivalent. Hasil
senyawa fenol yang diekstrasi menggunakan pelarut metanol menghasilkan
19,31 mg GAE L-1
pada penelitian tersebut.6
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti aktivitas
antioksidan ekstrak daun zaitun menggunakan pelarut metanol yang diyakini
lebih kuat mengikat antioksidan dibanding pelarut lainnya. Peneliti ingin
mengetahui aktivitas antioksidan dengan metode DPPH (1, 1-diphenyl-2-
picrylhydrazyl). Metode DPPH dipilih karena lebih akurat, cepat, dan
sederhana.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah aktivitas antioksidan yang terdapat pada ekstrak daun
zaitun (Olea europaea L.) menggunakan pelarut methanol tergolong
antioksidan kuat?
3
1.3 Hipotesis
Aktivitas antioksidan ekstrak daun zaitun menggunakan pelarut
methanol tergolong antioksidan kuat.
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui aktivitas antioksidan pada ekstrak daun zaitun
dengan pelarut metanol menggunakan metode DPPH dengan
berbagai konsentrasi larutan uji.
1.4.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui apakah aktivitas antioksidan daun zaitun
menggunakan pelarut metanol tergolong aktioksidan lemah, sedang
atau kuat.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Institusi
Membantu mewujudkan Program Studi Kedokteran dan
Program Studi Pendidikan Profesi Dokter yang otonom dan unggul
dalam riset integrasi kedokteran dan keislaman di Indonesia pada tahun
2022.
1.5.2 Bagi Masyarakat
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat Indonesia terkait
kandungan antioksidan daun zaitun (Olea europaea L.) yang
dibudidayakan di Indonesia berguna untuk mencegah penyakit yang
disebabkan oleh radikal bebas dalam tubuh manusia.
1.5.3 Bagi Peneliti
a. Penelitian ini sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4
b. Menambah pengetahuan peneliti mengenai kandungan antioksidan
pada ekstrak daun zaitun (Olea europaea L) menggunakan pelarut
methanol
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Zaitun (Olea europaea L.)
2.1.1 Morfologi dan Klasifikasi Tanaman
Pohon zaitun merupakan tanaman yang pendek dan tebal, umumnya
berasal dari pohon atau semak setinggi 10 m. Batang pohon zaitun
berdiameter besar biasanya bengkok dan terbelit. Serta memiliki banyak
cabang ranting yang berlawanan. Zaitun memiliki daun yang berbentuk lanset
atau oval, berukuran kecil, pendek, sempit dan tipis dengan tekstur kasar dan
warna hijau pucat pada permukaan atas serta keabuan pada permukaan
bawah. Ukuran tangkai daunnya 5 mm, dengan panjang daunnya sekitar 4–10
cm dan lebar sekitar 1–3 cm. Bunga zaitun berukuran kecil dan berwarna
putih-krem dengan kelopak seperti 4 geligi kecil dan mahkota pendek dengan
empat lobus berukuran sekitar 1-2 mm. dengan kulit luar berwarna hitam
keunguan dan biji yang keras. Kulit batang pohon zaitun berwarna abu-abu
pucat.12
Berdasarkan ilmu taksonomi, berikut adalah klasifikasi tumbuhan
zaitun (Olea europaea L.)13
Kingdom : Plantae
Filum : Magnoliophyta
Kelas : Rosopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Oleaceae
Sub-famili : Oleidae
Genus : Olea
5
Spesies : Europaea
Sub-species : Laperrinei
Gambar 2.1 Daun dan Buah Zaitun (Olea europaea L.)49
Tanaman zaitun merupakan tanaman asli dari kawasan Mediterania
dengan penyebaran cukup luas hingga ke beberapa negara seperti Yunani,
Italia, Spanyol, Portugal, dan Perancis. Selain kawasan Eropa, zaitun juga
mengalami penyebaran menuju daerah Asia dan Afrika. Tanaman zaitun
tumbuh pada daerah tropis dan subtropis dengan letak geografis 30° sampai
45° dari garis ekuator. Zaitun merupakan tanaman yang tidak dapat tumbuh
pada suhu di bawah 10°C.14
Tanaman zaitun telah dibudidayakan sejak 7000 tahun silam. Sebuah
bukti arkeologi menunjukkan bahwa zaitun telah ditanam di Crete pada tahun
3000 SM. Naskah Yunani kuno juga telah menyebutkan mengenai kegunaan
minyak zaitun dalam kesehatan. Pohon zaitun memiliki sejarah panjang nilai
obat dan gizi. Selama berabad-abad, ekstrak dari daun zaitun telah digunakan
untuk mempromosikan kesehatan dan pelestarian. Misalnya, orang Mesir
kuno menggunakan daun untuk memumikan Firaun. Demikian pula, mereka
telah dihargai sebagai obat tradisional yang terkenal untuk mengobati demam
6
dan beberapa penyakit tropis seperti malaria. Secara ekonomi, buah zaitun
merupakan komoditas penting karena menghasilkan minyak nabati bergizi
dengan fungsi obat yang potensial. Dalam konteks keagamaan, zaitun
beberapa kali disebutkan dalam ayat Al-Quran, salah satunya dalam s7urat
An-Nur ayat 35 zaitun disebut sebagai buah yang diberkahi.5
2.1.2 Manfaat zaitun dalam kesehatan
Zaitun memiliki banyak kegunaan dalam pengobatan tradisional dan
komplementer. Kulit, buah, daun, kayu, biji, dan minyak zaitun digunakan
dalam berbagai bentuk, dikonsumsi tunggal atau terkadang dikombinasikan
dengan herbal lain. Dibawah ini adalah tabel kegunaan zaitun sebagai
pengobatan tradisional dan komplementer.12
Tabel 2.1 Zaitun Sebagai Pengobatan Tradisional dan Komplementer.12
No. Bagian/ digunakan Terapi
1. Daun dan buah Hipoglikemi, hipotensif, antibakterial,
hemmoroid, rematik, dan vasodilator
2. Rebusan buah dan daun Antidiabetik
3. Minyak zaitun + jus lemon batu empedu
4. Minyak biji/ dikonsumsi peroral Laksatif
5. Rebusan daun dan buah kering
/peroral
Diare, pernapasan dan infeksi saluran
kemih
6. Minyak, topikal kulit kepala mencegah rambut rontok.
7. Rebusan ekstrak daun segar
peroral asma, dan hipertensi
8. Ekstrak daun dalam air hangat Diuretik
9. Minyak zaitun tubuh yang fraktur
10. Infusion daun/ peroral Antipiretik, antiinflamasi, infeksi mata
dan tonik
11. Buah Pembersih kulit
12. Olahan daun gout
2.1.3 Ekstrak Daun Zaitun
Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan ekstrak daun zaitun
meningkat untuk digunakan dalam bahan makanan, aditif makanan dan bahan
makanan fungsional.15
Beberapa laporan menunjukkan bahwa daun zaitun
memiliki aktivitas antioksidan, sifat anti-HIV, anti-proliferatif dan efek
7
apoptosis, efek perlindungan terhadap leukemia manusia, aktivitas penurun
lipid, dll. Dilaporkan bahwa kapasitas antioksidan ekstrak daun zaitun lebih
tinggi dari vitamin C dan E atau hidroksitirosol murni, yang merupakan
antioksidan kuat.14
Daun zaitun merupakan bagian utama dari metabolisme tanaman dan
dianggap sebagai sumber potensial senyawa bioaktif. Banyak sekali studi
telah difokuskan pada komposisi daun zaitun berdasarkan senyawa fenolik
yang terkandung didalamnya. Senyawa fenolik dikelompokkan dengan
karakteristik molekuler utama seperti fenol, asam sederhana, lignan,
secoiridoids dan flavonoid, termasuk flavon (luteolin-7-glukosida, apigenin-
7-glukosida, diosmetin-7-glukosida, luteolin, dan diosmetin, flavonol (rutin),
flavan-3-ols (catechin), fenol tersubstitusi (tirosol, hidroksitirosol, vanillin,
vanillic acid, dan caffeic acid), dan oleuropein.14
Banyak laporan menunjukkan bahwa daun zaitun mengandung
sejumlah besar oleuropein dan fenol memiliki kapasitas antioksidan
tinggi.9 Oleuropein adalah senyawa fenolik utama daun zaitun dan
konsentrasinya bervariasi dari 17% sampai 23% tergantung pada waktu
panennya.10
Oleuropein umumnya merupakan senyawa fenolik yang paling
menonjol dalam kultivar zaitun dan konsenrasi dapat mencapai hingga 140
mg/g (zaitun muda kering) dan 60–90 mg/g (daun kering).16
Sebuah studi menyatakan bahwa komponen fenolik, termasuk
oleuropein memiliki daya absorpsi dan bioavaibilitas yang baik.16
Oleuropein
akan mengalami serangkaian proses farmakokinetik dalam tubuh.
Sebagaimana obat yang diberikan secara oral, oleuropein juga akan
diabsorpsi, utamanya di usus halus.17
Oleuropein memiliki beberapa sifat
farmakologi (Gambar 2.2). Oleuropein menghambat oksidasi tembaga sulfat
yang diinduksi dari low-density lipoproteins (LDL). Menurut De la Puerta et
al (2001) dalam Omar (2010) oleuropein memiliki kemampuan untuk
mencari oksida nitrat sehingga menyebabkan peningkatan ekspresi nitrit
oksida sintase (iNOS) di dalam sel. Oleuropein telah terbukti bersifat
kardioprotektif terhadap kardiotoksisitas adriamycin akut dan telah terbukti
menunjukkan aktivitas anti-iskemik dan hipolipidemik.16
8
Gambar 2.2 Pengaruh Farmakologis dari Oleuropein.16
Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit
sekunder yang paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman.
Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa phenolik.18
Banyak penelitian yang telah menyatakan bahwa senyawa flavonoid
memiliki potensi sebagai antioksidan karena memiliki gugus hidroksil yang
terikat pada karbon cincin aromatik sehigga dapat menangkap radikal bebas
yang dihasilkan dari reaksi peroksidasi lemak. Senyawa flavonoid akan
menyumbangkan satu atom hidrogen untuk menstabilkan radikal peroksi
lemak.19
Gambar 2.3 Struktur Oleuropein dan Oleuropein Aglycon.16
9
Gambar 2.4 Struktur Kimia ekstrak daun Zaitun.9
2.2 Ekstrak dan Ekstraksi
2.2.1 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi
zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa
atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku
yang telah ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi
bahan baku obat secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan
dengan cara destilasi dengan pengurangan tekanan, agar bahan utama obat
sesedikit mungkin terkena panas.20
Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung
etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan
pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-masing monografi, tiap 1
10
ml ekstrak mengandung bahan aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi syarat.
Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan dan
disaring atau bagian yang bening dienaptuangkan (dekantasi). Beningan yang
diperoleh memenuhi persyaratan Farmakope. Ekstrak cair dapat dibuat dari
ekstrak yang sesuai.20
Ekstrak sebagai bahan antara berarti masih menjadi bahan yang dapat
diproses lagi menjadi fraksi-fraksi, isolat senyawa tunggal ataupun tetap
sebagai campuran dengan ekstrak lain. Ekstrak sebagai produk jadi berarti
ekstrak yang berada dalam sediaan obat jadi siap digunakan oleh penderita.
Terpenuhinya standar mutu produk/bahan ekstrak tidak terlepas dari
pengendalian proses, artinya bahwa proses yang terstandar dapat menjamin
produk terstandar. Pengujian atau pemeriksaan persyaratan parameter standar
umum ekstrak mutlak harus dilakukan dengan berpegang pada manejemen
pengendalian mutu eksternal oleh badan formal atau/dan badan independen.21
2.2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehinggga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan
pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat
digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloida, falvonoida dan lain-
lain. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan
mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat.21
Beberapa jenis pelarut yang umum digunakan dalam proses ekstraksi menurut
Tiwari et.al. (2011) yaitu:
1) Air: digunakan dalam proses ekstraksi tanaman.
2) Aseton: digunakan untuk komponen hidrophilik maupun lipofilik.
3) Alkohol (etanol): jumlah polifenol yang diekstrak dengan etanol
menghasilkan aktivitas lebih tinggi dibandingkan polifenol yang
diekstrak dengan air.
4) Kloroform dan ether: digunakan untuk mengekstraksi komponen
bioaktif yang larut lemak. Pemilihan metode ekstraksi yang digunakan
11
akan mempengaruhi jumlah rendemen yang didapatkan dari suatu
bahan.22
2.2.2.1 Metode Ekstraksi
Metode ekstraksi dapat dilakukan dengan beberapa cara:
1. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi
termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada
keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang
kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama,
dan seterusnya.21
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru
sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan
pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan
bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
(penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh
ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1- 5 kali bahan.21
3. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan
pengulangan pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat
termasuk proses ekstraksi sempurna.21
4. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu
baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi yang berkelanjutan dengan jumlah pelarut relatif konstan
dengan adanya pendingin balik.21
5. Digesti
12
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu)
pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar)
yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C.21
6. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur
pemanasan air (bejana infus tercelup dalam air penangas air mendidih),
temperatur terukur (96-98°C) selama waktu tertentu (15-20 menit).21
7. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (~30°C) dan
temperatur sampai titik didih air.21
8. Destilasi Uap
Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa menguap (minyak
atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan
peristiwa tekanan parsial. Senyawa menguap akan terikut dengan fase
uap air dari ketel secara kontinu dan diakhiri dengan kondensasi fase
uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi
destilat air bersama senyawa kandungan yang memisah sempurna atau
memisah sebagian.21
2.3 Metanol
Metanol dahulu kala dibuat dari kayu melalui penyulingan dan sampai
sekarang masih disebut alkohol kayu. Akan tetapi, sekarang methanol dibuat dari
karbon monoksida dan hidrogen. Produksi metanol di Amerika Serikat 73 juta ton
per tahun. Umumnya metanol digunakan untuk membuat formaldehida dan bahan
kimia lain, tetapi sebagian digunakan untuk pelarut dan antibeku. Nama rumus
kimia dari metanol ialah CH3OH.23
Berikut adalah tabel sifat-sifat metanol.24
Tabel 2.2 Sifat-Sifat Metanol.
Massa molekul 32,04 g/mol
Titik didih 64,7 °C
Titik leleh –97,7°C
Densiti 0,791 g/mL
Metanol larut sempurna dalam air dan tidak membentuk azeotrop.
13
Untuk memperkirakan larutan suatu senyawa dalam suatu pelarut erat
hubungannya dengan kepolaran. Artinya senyawa yang bersifat polar akan larut
secara baik dalam pelarut yang polar dan senyawa yang bersifat non polar akan
larut secara baik dalam pelarut non polar atau senyawa polar tidak larut dalam
pelarut non polar dan sebaliknya.26
Metanol memiliki gugus polar yang lebih kuat daripada gugus nonpolar,
hal ini dapat terlihat dari struktur kimia metanol yang mengandung gugus
hidroksil (polar) dan gugus karbon (non polar).25
Menurut Supiyanti (2010)
metanol dapat mengekstrak senyawa fitokimia dalam jumlah yang lebih banyak.
Tingginya rendemen yang terdapat pada pelarut metanol menunjukkan pelarut
tersebut mampu mengekstrak lebih banyak komponen bioaktif yang memiliki sifat
kepolaran yang lebih tinggi. 26
Aktivitas antioksidan pada ekstrak pelarut metanol memiliki antioksidan
yang paling tinggi dibandingkan dengan meggunakan pelarut n-heksana dan
menggunakan pelarut etil asetat dengan menggunakan metode DPPH ini karena
semakin kecil nilai IC50 maka semakin besar kemampuan sampel untuk meredam
radikal bebas sebanyak 50% dari senyawa DPPH.27
Aktivitas antioksidan pada
ekstrak pelarut metanol memiliki antioksidan yang paling tinggi.27
2.4 Antioksidan
2.4.1 Pengertian Antioksidan
Antioksidan adalah molekul yang mampu memperlambat atau
mencegah oksidasi molekul lain. Reaksi oksidasi dapat menghasilkan
radikal bebas, yang memulai reaksi rantai yang merusak sel.
Antioksidan menghentikan reaksi berantai ini dengan menghilangkan
intermediet radikal dan menghambat reaksi oksidasi lainnya dengan
mengoksidasi dirinya sendiri. Jadi, antioksidan agen pereduksi seperti
tiol atau polifenol.1
Antioksidan merupakan penghambat proses oksidasi, bahkan
pada konsentrasi yang relatif kecil dan bahkan memiliki peran fisiologis
yang beragam dalam tubuh. Kandungan antioksidan dari tumbuhan
14
bertindak sebagai pemulung radikal, dan membantu mengubah radikal
menjadi spesies yang kurang reaktif. Beragam antioksidan ditemukan
dalam buah-buahan, sayur-sayuran, teh, dll.28
2.4.2 Mekanisme Antioksidan
Antioksidan digunakan untuk melindungi komponen-komponen
makanan yang bersifat tidak jenuh (mempunyai ikatan rangkap),
terutama lemak dan minyak. Penambahan ini untuk mencegah
terjadinya ketengikan pada makanan yang disebabkan oleh adanya
senyawa-senyawa yang merupakan produk akhir dari reaksi
autooksidasi. reaksi autooksidasi merupakan suatu reaksi berantai
dimana inisiator dan propagatornya adalah radikal bebas.29
Proses autooksidasi melalui tiga tahap reaksi yaitu inisiasi,
propagasi dan terminasi dapat dilihat pada gambar 2.5. inisiasi ditandai
dengan terlepasnya atom hidrogen dari molekul asam lemak sehingga
terbentuk radikal bebas alkil. Tahap propagasi yaitu saat radikal bebas
alkil yang terbentuk pada tahap inisiasi bereaksi dengan oksigen
atmosfir membentuk radikal bebas peroksil. Radikal bebas peroksil
yang terbentuk bereaksi dengan atom hidrogen yang terlepas dari asam
lemak tidak jenuh lain membentuk hidroperoksida. Antioksidan
memberikan atom oksigen pada radikal bebas peroksil dan membentuk
radikal lemak yang stabil. Hasil produk dari reaksi tersebut adalah
terbentuknya senyawa-senyawa lain misalnya : aldehid, keton, alkohol,
asam dan alkali.29
15
Keterangan:
LH : Asam Lemak
L : Radikal Bebas Alkil
LOO : Radikal Bebas Peroksil
LOOH : Hidroperoksida
AH : Antioksidan
Gambar 2.5 Skema Autooksidasi Lipid29
Proses penambahan antioksidan dapat menghalangi reaksi oksidasi
pada tahap inisiasi maupun propagasi. Antioksidan akan mengurangi
peroksida yang dapat merangsang terjadinya proses ketengikan yang
terbentuk pada permulaan autooksidasi. Antioksidan akan dioksidasi
secara langsung dengan peroksida sehingga mencegah reaksi oksidasi
langsung atau tidak langsung dengan memutuskan rantai reaksi
pembentukan gugusan peroksida tersebut. Molekul aktif dari lemak
bereaksi dengan oksigen menghasilkan peroksida aktif. Peroksida aktif
memberikan energinya kepada molekul lemak lain sehingga terbentuk
reaksi rantai. Adanya antioksidan, menyebabkan sejumlah peroksida yang
aktif dipisahkan dari rantai reaksi dengan memindahkan energinya kepada
antioksidan. Molekul aktif dari antioksidan akan teroksidasi dan menjadi
tidak aktif lagi karena lemahnya pemindahan energi kepada molekul
lemak tersebut.29
16
2.4.3 Manfaat Antioksidan
Antioksidan penting untuk mempertahankan mutu produk pangan
serta kesehatan dan kecantikan. Pada bidang kesehatan dan kecantikan,
antioksidan berfungsi untuk mencegah penyakit kanker dan tumor,
penyempitan pembuluh darah, penuaan dini, dan lain-lain.30
Di bidang industri pangan, antioksidan dapat digunakan untuk
mencegah terjadinya proses oksidasi yang dapat menyebabkan kerusakan,
seperti ketengikan, perubahan warna dan aroma, serta kerusakan fisik
lainnya. Antioksidan sangat penting sebagai inhibitor peroksidasi lipid
sehingga bisa digunakan untuk mencegah terjadinya peroksidasi lipid pada
bahan pangan. Peroksidasi lipid merupakan reaksi kimia yang sering
terjadi pada bahan pangan yang memproduksi asam, aroma tak sedap dan
toksik selama proses pengolahan dan penyimpanan sehingga
mempengaruhi mutu dan keamanan produk pangan.30
Resiko terkena penyakit degeneratif seperti kardiovaskuler, kanker,
aterosklerosis, osteoporosis dan penyakit degeneratif lainnya bisa
diturunkan dengan mengkosumsi antioksidan dalam jumlah yang cukup.
Konsumsi makanan yang mengandung antioksidan dapat meningkatkan
status imunologi dan menghambat timbulnya penyakit degeneratif akibat
penuaan. Kecukupan antioksidan secara optimal dibutuhkan oleh semua
kelompok usia.30
1. Konsumsi Antioksidan Bisa Memperkuat Otot
Selain untuk mencegah kanker atau menjaga kesehatan kulit
antioksidan yang terdapat dalam vitamin C dan E juga dapat
membantu menjaga kekuatan otot. Sebuah penelitian pada orang
dewasa membuktikan bahwa asupan vitamin C dan E yang cukup
dapat meningkatkan kekuatan otot. Asupan makanan yang tinggi
antioksidan mempunyai peranan penting dalam menjaga fungsi
otot pada orang dewasa. Resiko utama yang terjadi apabila
kekuatan otot menurun adalah dapat mengakibatkan cacat atau
17
kerapuhan. Konsumsi vitamin C yang baik adalah sebesar 144
miligram dan vitamin E sebesar 11 miligram per hari. 30
2. Antioksidan Untuk Menghambat Penuaan (Anti Aging)
Stres selain menyebabkan penuaan dini (aging) juga
meningkatkan risiko berbagai penyakit degeneratif yang
mengancam seperti diabetes, jantung, stroke, gagal ginjal dan
sebagainya. Hal tersebut dipicu oleh pola makan dan gaya hidup
yang salah, serta stres yang berkepanjangan baik akibat pekerjaan,
rumah tangga, maupun lingkungan sosial. Oleh karena itu dengan
mengonsumsi likopen (antioksidan eksogen) dapat mencegah
terjadinya penyumbatan pembuluh darah sehingga mengurangi
resiko penyakit jantung dan stroke. 30
Fungsi utama dari antioksidan adalah untuk memperkecil
terjadinya proses oksidasi baik dalam makanan maupun dalam
tubuh. Dalam makanan, antioksidan diharapkan dapat menghambat
oksidasi dari lemak dan minyak, memperkecil terjadinya proses
kerusakan dalam makanan, memperpanjang masa pemakaian dalam
industri makanan, meningkatkan stabilitas lemak yang terkandung
dalam makanan serta mencegah hilangnya kualitas sensori dan
nutrisi. Peroksidasi lipid adalah salah satu faktor yang cukup
berperan dalam kerusakan selama dalam penyimpanan dan
pengolahan makanan. Antioksidan selain digunakan dalam industri
farmasi, tetapi antioksidan juga digunakan secara luas dalam
industri makanan, industri petroleum, industri karet dan
sebagainya. Dalam tubuh antioksidan diharapkan juga mampu
menghambat proses oksidasi. Proses oksidasi yang terjadi secara
terus menerus dapat menimbulkan berbagai penyakit degeneratif
dan penuaan dini.30
2.4.4 Jenis-jenis Antioksidan
Secara umum, antioksidan dibedakan menjadi dua kategori dasar,
yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetik. Saat ini, ketertarikan
masyarakat pada antioksidan alami meningkat tajam baik untuk digunakan
18
dalam bahan pangan ataupun sebagai material obat menggantikan
antioksidan sintetik. Antioksidan alami banyak ditemukan pada sayuran
dan buah-buahan. Antioksidan alami antara lain tokoferol, lesitin,
fosfatida, sesamol, gosipol, karoten dan asam askorbat yang banyak
dihasilkan oleh tumbuhan. Antioksidan alami yang paling banyak
ditemukan dalam minyak nabati adalah tokoferol yang terdapat dalam
bentuk α, β, γ, δ-tokoferol.31
Antioksidan sintetik yang banyak digunakan adalah senyawa-
senyawa fenol. Penambahan antioksidan ini harus memenuhi beberapa
syarat, misalnya tidak berbahaya bagi kesehatan, tidak menimbulkan
warna yang tidak diinginkan, efektif pada konsentrasi rendah, mudah
didapat, dan ekonomis. Antioksidan sintetik yang sering digunakan adalah
butylated hydroxyanisole (BHA), dan butylated hydroxytoluene (BHT).31
Gambar 2.6 Struktur BHA dan BHT31
Antioksidan berdasarkan fungsinya, dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:
a) Tipe pemutus rantai reaksi pembentuk radikal bebas dengan cara
menyumbangkan atom H, contohnya vitamin E dan vitamin C.
b) Tipe pengikat logam yang mampu mengikat zat prooksidan (Fe2+
dan Cu2+
), contohnya flavonoid, asam sitrat dan Asam Etilen
Diamin (EDTA).
19
c) Antioksidan seluler yang mampu mendekomposisi hidroperoksida
menjadi bentuk stabil, contohnya pada manusia dikenal Super
Oksida Dismutase (SOD), katalase, glutation peroksidase.29
2.5 Asam Askorbat (Vitamin C)
Vitamin C mulai dikenal setelah dipisahkan dari air jeruk pada tahun 1928.
Vitamin C berbentuk kristal putih, merupakan suatu asam organik dan terasa
asam, tetapi tidak berbau. Dalam larutan, Vitamin C mudah rusak karena
teroksidasi oleh oksigen dari udara, tetapi lebih stabil bila terdapat dalam bentuk
kristal kering.32
Gugusan hydroksil pada C2 dan C3 mudah dioksidasi, sehingga terjadi
dehydro vitamin C. reaksi ini reversiebel dan menyebabkan vitamin C mudah
teroksidasi dan direduksi. Dengan demikian, vitamin C bersifat mudah mereduksi
ikatan organik lain.32
Gambar 2.7 Struktur Kimia Vitamin C32
Sebagai konsekuensi dari ciri struktur ini, asam askorbat mudah dioksidasi
menjadi asam dehidroaskorbat. Kedua bentuk ini secara biologis ampuh sebagai
vitamin. Tidak ada gugus karboksil pada asam askorbat, tetapi senyawa ini
memang suatu asam dengan pKa 4,17. Proton dari gugus hidroksil pada C-3
bersifat asam, sebab anion yang dihasilkan dari lepasnya proton itu terstabilkan
resonansi dan mirip dengan anion karboksilat.33
Manusia, kera, marmot, dan beberapa vertebra lain tidak memiliki enzim
yang di perlukan untuk biosintesis asam askorbat dari D-glukosa. Jadi, asam
20
askorbat dapat diberikan melalui makanan. Asam askorbat banyak terdapat dalam
jeruk dan tomat.34
Vitamin C juga dikenal sebagai senyawa ampuh untuk menangkal radikal
bebas (molekul tidak stabil karena kehilangan elektron). Beberapa diantara radikal
bebas itu bersifat toksik dan sangat reaktif. Untuk mengganti elektron yang
hilang, radikal bebas melakukan serangkaian reaksi kimia yang menyebabkan
kerusakan pada membran sel, mutasi DNA, mempecepat ketuaan dan penyebab
penumpukan lemak. Pemakaiaan Vitamin C sebagai salah satu antioksidan alami
secara luas dianjurkan dalam mengobati dan mendetoksifikasi (mengurangi sifat
racun) keadaan tersebut. Kerusakan akibat radikal bebas berimplikasi pada
timbulnya sejumlah penyakit, termasuk kanker, kardiovaskular, dan katarak.35
2.6 Radikal Bebas
Radikal bebas adalah spesies molukular yang sangat reaktif dengan
electron tak-berpasangan; molekul ini hanya ada dalam waktu sangat singkat (10ˉ⁹
sampai 10⁻¹² detik) sebelum molekul ini berkolisi dengan molekul lain dan
mengambil atau mendonasi elektron agar stabil. Dengan melakukan hal ini,
radikal tersebut membentuk radikal baru, yaitu molekul yang berkolisi dengannya.
Cara utama memadamkan radikal bebas, dan menghentikan reaksi rantai ini,
adalah jika dua radikal bereaksi, saat elektron elektron tak-berpasangan menjadi
berpasangan pada salah satu molekul induk. Hal ini sangat jarang terjadi karena
waktu paruh setiap radikal yang sangat pendek dan konsentrasi radikal di jaringan
yang sangat rendah.33
Radikal bebas dihasilkan dari sumber endogen dan sumber eksogen.
Radikal bebas endogen dihasilkan dari aktivasi sel kekebalan tubuh, peradangan,
stres mental, olahraga berlebihan, iskemia, infeksi, kanker dan penuaan. Radikal
bebas eksogen dihasilkan dari udara dan polusi air, merokok, alkohol, berat
logam, obat-obatan tertentu (cyclosporine, tacrolimus), pelarut industri,
pemasakan dan radiasi. Setelah penetrasi ke dalam tubuh, senyawa eksogen ini
terdekomposisi menjadi radikal bebas.
Radikal bebas memiliki reaktivitas yang sangat tinggi. Hal ini ditunjukkan
oleh sifatnya yang sangat menarik atau menyerang elektron di sekelilingnya.
21
Senyawa radikal bebas juga dapat mengubah suatu molekul menjadi suatu radikal.
Kemiripan sifat antara radikal bebas dan oksidan terletak pada agresivitas untuk
menarik elektron di sekelilingnya. Berdasarkan sifat ini, radikal bebas dianggap
sama dengan oksidan. Pemahaman radikal bebas sebagai oksidan memang tidak
salah, tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap oksidan merupakan radikal bebas.
Radikal bebas lebih berbahaya dibandingkan dengan senyawa oksidan non
radikal. Hal ini berkaitan dengan tingginya reaktivitas senyawa radikal bebas
tersebut, yang mengakibatkan terbentuknya senyawa radikal baru. Bila senyawa
radikal baru tersebut bertemu dengan molekul lain, akan terbentuk radikal baru
lagi, dan seterusnya sehingga akan terjadi reaksi berantai (chain reactions).
Reaksi seperti ini akan berlanjut terus dan baru akan berhenti apabila
reaktivitasnya diredam (quenched) oleh senyawa yang bersifat antioksidan.30
Cara terbentuknya radikal bebas adalah secara in-vivo dan in-vitro dengan
proses sebagai berikut (1) pemecahan satu molekul normal secara homolitik
menjadi dua, hal ini memerlukan tenaga yang tinggi dari sinar ultraviolet, panas,
dan radiasi ion, (2) kehilangan satu elektron dari molekul normal, dan (3)
penambahan elektron pada molekul normal.30
Radikal bebas, baik ROS atau spesies nitrogen reaktif (RNS), berasal dari
sumber endogen (mitokondria, peroksisom, retikulum endoplasma, sel fagositik,
dll.) dan sumber eksogen (polusi, alkohol, asap tembakau, logam berat, logam
transisi, pelarut industri, pestisida, obat-obatan tertentu seperti halotan,
parasetamol, dan radiasi). Radikal bebas dapat mempengaruhi molekul biologis
penting seperti asam nukleat, lipid, dan protein, sehingga mengubah status redoks
normal yang menyebabkan peningkatan stres oksidatif. Radikal bebas yang
diinduksi stres oksidatif telah dilaporkan terlibat dalam beberapa kondisi
berpenyakit seperti diabetes mellitus, gangguan neurodegeneratif (penyakit
Parkinson, penyakit Alzheimer dan Multiple sclerosis), penyakit kardiovaskular
(atherosclerosis dan hipertensi), penyakit pernapasan (asma), perkembangan
katarak, rheumatoid arthritis dan dalam berbagai kanker (kolorektal, prostat,
payudara, paru-paru, kanker kandung kemih).36
22
Paparan radikal bebas dari berbagai sumber telah mengarahkan organisme
untuk mengembangkan serangkaian mekanisme pertahanan. Mekanisme
pertahanan terhadap radikal bebas meliputi: (i) mekanisme pencegahan, (ii)
mekanisme perbaikan, (iii) pertahanan fisik, dan (iv) pertahanan antioksidan.
Mekanisme pertahanan antioksidan enzimatik termasuk superoksida dismutase
(SOD), glutathione peroxidase, katalase. Lalu Antioksidan non-enzimatik yaitu
asam askorbat (Vitamin C), tokoferol (Vitamin E), glutathione (GSH),
karotenoid, flavonoid, dan antioksidan lainnya.37
2.7 Uji Aktivitas Antioksidan
2.7.1 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
Metode DPPH merupakan salah satu uji untuk menentukan aktivitas
antioksidan penangkap radikal. Metode DPPH memberikan informasi
reaktivitas senyawa yang diuji dengan suatu radikal stabil. DPPH
memberikan serapan kuat pada panjang gelombang 517 nm dengan warna
violet gelap. Penangkap radikal bebas menyebabkan elektron menjadi
berpasangan yang kemudian menyebabkan penghilangan warna yang
sebanding dengan jumlah elektron yang diambil.30
Pengukuran antioksidan secara „Efek peredaman radikal bebas DPPH‟
merupakan metode pengukuran antioksidan yang sederhana, cepat dan tidak
membutuhkan banyak reagen seperti halnya uji lain (xantin-xantin oksidase,
metode Tiosianat, antioksidan total). Hasil pengukuran menunjukkan
kemampuan antioksidan sampel secara umum tidak berdasar jenis radikal
yang dihambat. Pada metode ini, DPPH berperan sebagai radikal bebas yang
diredam oleh antioksidan dari bahan uji, dimana DPPH akan bereaksi dengan
antioksidan tersebut membentuk 1,1,-difenil-2-pikril hidrazin. Reaksi ini
menyebabkan terjadinya perubahan warna yang dapat diukur dengan
spektrofotometer sinar tampak pada λ 515 nm, sehingga aktivitas peredaman
radikal bebas oleh sampel dapat ditentukan.38
Pada metode lain selain DPPH
membutuhkan reagen kimia yang cukup banyak, waktu analisis yang lama,
biaya yang mahal dan tidak selalu dapat diaplikasikan pada semua sampel.39
23
Suratmo (2009) mengatakan bahwa prinsip dari uji aktivitas
antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen
akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH tersebut.40
Mekanisme
reaksi antioksidan dengan DPPH dapat dilihat pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8 Mekanisme Reaksi Antioksidan Dengan DPPH40
Mekanisme reaksi antara antioksidan dengan DPPH dibagi menjadi
tiga tahap yang dicontohkan dengan menggunakan senyawa manofenolat.
Tahap pertama adalah delokalisasi elektron pada gugus yang tersubtitusi dari
senyawa tersebut. Adanya atom hidrogen akan menyebabkan DPPH menjadi
tereduksi. Langkah berikutnya adalah dimerisasi antara dua radikal fenoksil
24
yang mentransfer radikal hidrogen yang akan bereaksi lagi dengan radikal
DPPH. Tahap yang terakhir adalah pembentukan komplek antara radikal aril
dengan DPPH. Pembentukan dimer maupun komplek antara zat antioksidan
dengan DPPH tergantung pada kesetabilan dan potensial reaksi dari struktur
molekulnya.40
2.7.2 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode ABTS
2,20-azino-bis-3-ethylbenzthiazoline-6-sulphonic acid (ABTS) adalah
suatu radikal dengan pusat nitrogen yang mempunyai karakteristik warna
biru, yang bila tereduksi oleh antioksidan akan berubah menjadi tidak
berwarna. Prinsip dari metode ABTS adalah penghilangan warna kation
ABTS untuk mengukur kapasitas antioksidan yang langsung bereaksi dengan
radikal kation ABTS. Pengukuran aktivitas antioksidan dengan metode ini,
dilakukan dengan cara mencampurkan zat yang diuji dengan radikal ABTS
dan hasilnya diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 743 nm dan dibaca setelah 6 menit.41
2.7.3 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode Deoksiribosa
Deoksiribosa (2-deoksi-D-ribosa) merupakan gula yang mempunyai 5
atom karbon yang merupakan turunan dari suatu gula pentose, yaitu ribosa.
Deoksiribosa bila terdegradasi akan menghasilkan produk karbonil dan
dikarbonil seperti MDA. Dalam suasana asam, MDA dengan TBA
menghasilkan kromagen berwarna merah muda. Semakin banyak
deoksiribosa yang terdegradasi maka semakin tinggi kromogen MDA-TBA.42
2.7.4 Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode FRAP
Prinsip metode Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP) adalah
berdasarkan kerja dari reduksi analog ferroin, kompleks Fe3+
dari
tripiridiltriazin Fe(TPTZ)3+
menjadi kompleks Fe2_
. Fe2+
jika ditambahkan
antioksidan pada suasana asam akan berwarna biru. Hasil pengujian
diinterpretasikan dengan peningkatan absorbansi pada panjang gelombang
593 nm.43
25
2.8 Spektrofotometer UV-Vis
Spektroskopi UV mempunyai kisaran sinar dengan panjang gelombang
200-400 nm, sedangkan sinar tampak panjang gelombang sekitar 400-900 nm.
Spektroskopi UV dan Vis digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif.
Spektroskopi UV adalah untuk analisis senyawa organik yang mengandung gugus
kromofor yaitu diena terkonjugasi (C=C-C=C) dan enon (ketana) C=C–C=O.
Beberapa senyawa organik yang dapat dianalisis dengan spektroskopi UV adalah
seperti berikut.24
Gambar 2.9 Senyawa Organik dianalisis dengan Spektrofotoskopi UV
24
Sedangkan spektroskopi tampak (vis) adalah untuk analisis senyawa
berwarna. Analisa kuantitatif didasarkan pada persamaan Lambert-Beer. Analisa
kualitatif didasarkan pada panjang gelombang maksimum yaitu panjang
gelombang dengan absorbansi maksimum, karena setiap senyawa mengandung
gugus kromofor dan berwarna mempunya panjang gelombang maksimum yang
spesifik. Hal yang perlu diperhatikan adalah dalam persiapan sampel sebelum
dianalisis dengan spektrofotoskopi UV-Vis terutama dalam pemilihan pelarut dan
proses pengenceran.24
26
2.9 Kerangka konsep
Kandungan fenol dan flavonoid
Ekstrak daun zaitun dengan
pelarut metanol
Sintetik Alami
Antioksidan
Perubahan warna larutan
menjadi bening
DPPH berikatan dengan antioksidan
Terdapat radikal bebas
Metode DPPH
Bersifat antioksidan
Aktivitas antioksidan semakin
banyak terhadap DPPH
27
2.10 Kerangka teori
Ekstrak daun zaitun
dengan metanol
Mengandung antioksidan
Metode DPPH
Spektrofotometer UV- Vis
Pengukuran Absorbansi
Analisis
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian yang peneliti lakukan merupakan penelitian observasional
dimana bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak daun zaitun
menggunakan pelarut metanol dengan metode DPPH.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2018. Pengujian aktivitas
antioksidan ini dilakukan di Laboratorium MPR dan laboratorium biokimia
Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.3 Sampel
Daun zaitun ini diidentifikasi oleh Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun
Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor. Determinasi ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bahwa daun yang akan digunakan
dalam penelitian adalah Olea Europaea L. Kemudian daun zaitun diekstraksi
yang dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Serpong
menggunakan pelarut metanol.
3.4 Alat dan Bahan Penelitian
3.4.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan
analitik, tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas beaker, batang pengaduk/
spatula, mikropipet, microtips, aluminium foil, vortex, kuvet, dan
spektrofotometer UV-Vis Hitachi 2.2 solution 17.
29
3.4.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: daun zaitun (Olea e
uropaea L.), metanol, DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) (Sigma-
Aldrich), dan vitamin C (Sigma-Aldrich).
3.5 Cara Kerja Penelitian
3.5.1 Penyiapan Bahan Baku
Daun zaitun terlebih dahulu dilakukan determinasi, determinasi ini
bertujuan untuk mengetahui bahwa daun yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah benar-benar daun yang dimaksud untuk penelitian.
Determinasi dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Bogor.
3.5.2 Pembuatan Larutan
a. Pembuatan Larutan DPPH (0,02%)
1. Menimbang DPPH sebanyak 2 mg.
2. Melarutkan DPPH ke dalam metanol sebanyak 10 ml (larutan 1).
3. Kocok hingga homogen, dan lapisi seluruh tabung dengan
alumunium foil sampai tidak ada bagian yang terpapar cahaya.
b. Pembuatan Larutan Uji
1. Larutan Induk (1000 ppm)
Mengukur ekstrak daun zaitun dan melarutkannya dalam metanol.
Rasio berat ekstrak (mg) dengan metanol (ml) adalah 1:1.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 mg ekstrak daun zaitun
yang dilarutkan daengan metanol sampai volumenya mencapai 3
ml. Kocok hingga homogen dan lapisi seluruh bagian tabung dengan
alumunium foil sampai tidak ada bagian yang terpapar cahaya.
2. Larutan Seri
Konsentrasi ekstrak daun zaitun yang diuji yaitu 16,6 ppm, 25
ppm, 33,3 ppm, 50 ppm, dan 66,6 ppm. Pembuatan larutan seri
ekstrak metanol daun zaitun (EMDZ) dilakukan dengan cara
mengambil larutan induk lalu tambahkan metanol sampai volumenya
30
2250 μl kemudian tambahankan 750 μl DPPH (0,02%). Jumlah
larutan induk, metanol dan DPPH yang digunakan untuk pembuatan
larutan seri EMDZ dapat dilihat di tabel 3.1.
Tabel 3.1 Pembuatan Larutan Seri EMDZ
A. Pembuatan Larutan Kontrol Negatif (0,005%)
Pengenceran dilakukan dengan mengambil 750 μl dari larutan
DPPH 0,02% dan ditambahkan dengan 2250 μl metanol.
B. Pembuatan Larutan Kontrol Positif
1. Larutan Induk
Vitamin C ditimbang sebanyak 1 mg kemudian
dilarutkannya ke dalam metanol sebanyak 10 ml dan dikocok
hingga homogen. Tabung reaksi dilapisi dengan aluminium foil
sampai tidak ada bagian yang terpapar cahaya.
2. Larutan Seri
Konsentrasi vitamin C yang diuji yaitu 0,6 ppm, 1 ppm, 1,3
ppm, 2 ppm, dan 2,6 ppm. Pembuatan larutan seri vitamin C
dilakukan dengan cara mengambil larutan induk lalu
tambahkan metanol sampai volumenya 2250 µl dan
ditambahkan 750 µl DPPH (0,02%). Jumlah larutan induk,
metanol, dan DPPH yang digunakan untuk pembuatan larutan
seri vitamin C dapat dilihat di tabel 3.2.
Konsentrasi (ppm)
Larutan Induk
1000 ppm (μl)
Metanol
(μl)
DPPH (0,02%)
(μl)
16,6 50 2200 750
25 75 2175 750
33,3 100 2150 750
50 150 2100 750
66,6 200 2050 750
31
Tabel 3.2 Pembuatan Larutan Seri Vitamin C
Konsentrasi (ppm)
Larutan Induk
(100 ppm) (μl) Metanol
(μl) DPPH (0,02%)
(μl)
0,6 20 2230 750
1,3 30 2220 750
2,6 40 2210 750
2 60 2190 750
2,66 80 2170 750
3.6 Pengukuran Absorbansi
Larutan uji dengan konsentrasi (16,6 ppm, 25 ppm, 33,3 ppm, 50 ppm, dan
66,6 ppm), larutan kontrol negatif , dan larutan kontrol positif yaitu vitamin C (0,6
ppm, 1 ppm, 1,3 ppm, 2 ppm, dan 2,6 ppm) masing-masing dimasukkan ke tabung
reaksi tambahkan metanol sampai volumenya menjadi 2250 μl kemudian
tambahkan 750 μl DPPH. Masing-masing campuran tersebut dikocok dan dilapisi
dengan aluminium foil sampai tidak ada bagian yang terpapar cahaya. Larutan
kemudian diinkubasi selama 30 menit pada suhu ruang. Dalam proses inkubasi
terjadi penangkapan radikal bebas DPPH oleh suatu senyawa yang mempunyai
aktivitas antioksidan yaitu larutan EMDZ. Lakukan pengukuran dengan cara
memindahkan larutan ke dalam kuvet dan letakkan di dalam spektrofotometer
UV-Vis untuk mengukur absorbansinya. Pembacaan dilakukan pada panjang
gelombang 510 nm. Panjang gelombang tersebut merupakan panjang gelombang
maksimum yang didapatkan dari percobaan diawal penelitian.
Setelah mendapatkan nilai absorbansi, dihitung persen
penghambatan masing-masing larutan dengan menggunakan rumus:
Keterangan : A = Nilai Absorbansi
Setelah mendapatkan persen aktivitas hambatan, kemudian dicari
32
nilai IC50 melalui persamaan regresi linier y = a + bx.
44
3.7 Analisis Data
Pengambilan data diambil dengan melakukan observasi langsung
terhadap efektivitas antioksidan pada sampel ekstrak daun zaitun yang di nilai
menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis untuk mengukur absorbansinya.
Pengambilan data aktivitas antioksidan dilakukan dalam satu waktu (studi
cross-sectional). Hasil yang didapat berupa nilai absorbansi aktivitas
antioksidan terhadap radikal bebas yang terdapat pada DPPH yang kemudian
dihitung dengan rumus tertentu untuk mendapatkan nilai % penghambatan.
Prinsip dari metode uji aktivitas antioksidan ini adalah pengukuran
aktivitas antioksidan secara kuantitatif yaitu dengan melakukan pengukuran
penangkapan radikal bebas DPPH oleh EMDZ untuk mengetahui nilai
aktivitas peredaman radikal bebas yang dinyatakan dengan nilai IC50
(Konsentrasi Hambat). Nilai IC50 didefinisikan sebagai besarnya konsentrasi
senyawa uji yang dapat meredam radikal bebas sebanyak 50%. Semakin kecil
nilai IC50 maka aktivitas peredaman radikal bebas semakin tinggi. Prinsip
kerja dari pengukuran ini adalah adanya radikal bebas stabil yaitu DPPH yang
dicampurkan dengan senyawa antioksidan yang memiliki kemampuan
mendonorkan hidrogen, sehingga radikal bebas dapat diredam.45 Nilai IC50
didapatkan dari persamaan regresi linier y = a + bx, dimana koefisien y
adalah % hambat sedangkan koefisien x adalah nilai IC50, yaitu konsentrasi
dari ekstrak yang akan dicari nilainya, dimana nilai dari x yang didapat
merupakan besarnya konsentrasi yang diperlukan untuk dapat meredam 50%
aktivitas radikal DPPH. Semakin kecil nilai IC50 maka aktivitas peredaman
radikal bebas semakin tinggi. 46
33
Berikut adalah tabel mengenai klasifikasi antioksidan menurut Blois.47
Tabel 3.3 Klasifikasi Antioksidan Menurut Blois
No Nilai IC50 Kategori Antioksidan
1 < 50 ppm Sangat kuat
2. 50 - 100 ppm Kuat
3. 100 - 150 ppm Sedang
4. 151 – 200 ppm Lemah
5. >200 ppm Sangat lemah
34
3.8 Alur
Penelitian
Pembuatan larutan dengan metanol
Ekstrak metanol daun zaitun (Olea Europaea L.)
Kontrol positif Kontrol negatif
Larutan vitamin C
0,6, 1, 1,3, 2, dan 2,6 ppm
Larutan induk uji 1000 ppm
Larutan DPPH
Inkubasi 30 menit dalam suhu ruangan
Pindahkan larutan ke kuvet
Larutan ekstrak daun
Zaitun
16,6, 25, 33,3, 50, dan
66,6 ppm
Ukur absorbansi dengan spektrofotometer
dengan panjang gelombang 510 nm
Mencari nilai IC50 dengan persamaan regresi linier
Hitung nilai % hambatan dari nilai absorbansi
yang di dapat
Tentukan kategori antioksidan menurut kategori Blois
35
3.9 Definisi Operasional
No Variabel definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
36
1 Konsentra-
si ekstrak
daun zaitun
Konsentrasi
larutan yang
diuji dalam
ppm
RumusV1 x M1
= V2 x M2
_
16,6 ppm
25 ppm
33,3 ppm
50 ppm
66,6 ppm
Numerik
2 Absorbansi
sampel
Nilai
absorbansi
tiap sampel
Diukur
menggunakan
spektrofotometer
Spektrofoto-
meter
nm Numerik
3 IC50
Kemampuan
substrat
ekstrak untuk
menghambat
reaksi
biologis atau
biokimia
sebesar 50%
Menggunakan
persamaan
regresi linier
_ Klasifikasi
Blois
Numerik
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Determinasi Daun Zaitun
Determinasi daun zaitun di lakukan di lembaga ilmu pengetahuan
Indonesia (LIPI). Determinasi dilakukan untuk mengetahui ketepatan spesies yang
akan digunakan untuk melakukan penelitian Indonesia. Hasil determinasi
menunjukkan bahwa sampel yang diuji benar yaitu Olea europaea L (lampiran 1).
4.2 Hasil Ekstraksi Daun Zaitun dalam Pelarut Metanol
Proses ekstraksi daun zaitun yang dilakukan di Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) Serpong. Pembuatan ekstrak dilakukan dengan
metode maserasi dan ekstraksi dengan pelarut metanol 80%. Proses ini
menggunakan daun zaitun kering seberat 500 gram kemudian di dapatkan 16,3
gram ekstrak daun zaitun dalam bentuk serbuk. Nilai rendeman EMDZ adalah
21,54% (lampiran 2). Pelarut metanol merupakan pelarut polar yang dapat
menarik senyawa bioaktif yang bersifat polar salah satu contohnya adalah
flavonoid.25
Flavonoid merupakan salah satu senyawa antioksidan.18
Ekstrak daun
zaitun yang diperoleh disimpan pada temperature 4-8°C dalam keadaan tertutup
rapat untuk menghambat proses degradasi senyawa-senyawa antioksidannya
4.3 Absorbansi dan Persen Penghambatan
Hasil esktraksi daun zaitun kemudian dilakukan pengujian aktivitas
antioksidan menggunakan metode DPPH. Sebelumnya dibuat terlebih dahulu
larutan kontrol negatif, larutan seri dari ekstrak daun zaitun dengan berbagai
konsentrasi, dan larutan vitamin C dengan berbagai konsentrasi dengan
mencampurkan dengan metanol dan DPPH. Pengukuran dilakukan setelah
dilakukan inkubasi selama 30 menit dalam suhu ruangan dan dalam keadaan gelap
agar terjadi reaksi antara DPPH sebagai radikal bebas dengan sampel sebagai
antioksidan.
Setelah diinkubasi selama 30 menit aktivitas antioksidan dapat dinilai
secara kualitatif dengan cara melihat perubahan warna pada larutan uji (EMDZ),
38
larutan kontrol negatif (DPPH), dan larutan kontrol positif (vitamin C). Semakin
tinggi aktivitas antioksidan maka warna yang dihasilkan akan semakin pucat.
Larutan setelah diinkubasi dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4. 1 Larutan Setelah Diinkubasi Selama 30 Menit
Adanya aktivitas antioksidan pada larutan uji ekstrak daun zaitun dalam
berbagai konsentrasi dibuktikan secara kuliatatif dengan adanya perubahan warna
secara bertahap menjadi warna pucat pada berbagai konsentrasi larutan uji. Dapat
dilihat larutan uji ekstrak daun zaitun dengan pelarut metanol pada konsentrasi
16,6 ppm masih terdapat adanya warna keunguan sedangkan pada konsentrasi
yang terbesar yaitu 66,6 ppm terlihat warna larutan lebih ungu kepucatan,
perubahan ini memperlihatkan indikasi adanya aktivitas kandungan antioksidan
dan menunjukan bahwa hampir semua elektron bebas pada DPPH telah berikatan
dengan atom hydrogen antioksidan yang ada dalam sampel sehingga mengubah
DPPH menjadi DPPH-H yang sudah kehilangan sifat radikal bebasnya.46
Semakin
besar perubahan warna menjadi warna pucat pada larutan menunjukan bahwa
semakin besar konsentrasi antioksidan pada larutan tersebut.
Setelah dilakukan pengujian secara kualitatif, peneliti melakukan
pengujian juga secara kuantitatif dengan mengukur panjang absorbansi seluruh
larutan uji menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang
510 nm. Panjang gelombang ini ditetapkan setelah dilakukan pengukuran max
39
absorbansi larutan DPPH 0,005% (kontrol negatif) dari 400 nm hingga 560 nm.
Nilai absorbansi pada seri dapat dilihat pada grafik 4.1.
Grafik 4.1 Nilai Absorbansi DPPH 0,005% pada seri
Setelah didapatkan nilai absorbansi pada setiap larutan uji, kemudian
dicari persen penghambatan pada masing – masing konsentrasi. Berikut ini nilai
absorbansi dan persen penghambatan dari setiap konsentrasi ekstrak daun zaitun
dengan pelarut metanol (tabel 4.1) dan vitamin C (tabel 4.2).
Tabel 4.1 Nilai Absorbansi dan Persen Penghambatan EMDZ
No Konsentrasi (ppm) Absorbansi Rerata % pengahambatan
1. 16,6 0,581 10,94
2. 25 0,546 16,30
3. 33,3 0,516 20,97
4. 50 0,433 33,61
5. 66,6 0,313 52,06
*Absorbansi rerata kontrol: 0,653
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
350 400 450 500 550 600
Abso
rban
si
(nm)
40
Tabel 4.2 Nilai Absorbansi dan Persen Pengahambatan Vitamin C
No Konsentrasi (ppm) Rerata Absorbansi % pengahambatan
1 0,66 0,643 1,73
2 1 0,621 4,9
3 1,33 0,602 7,96
4 2 0,567 13,09
5 2,66 0,506 22,35
*Absorbansi rerata kontrol: 0,653
Berdasarkan tabel 4.1 dan tabel 4.2 terlihat semakin besar konsentrasi
larutan ekstrak daun zaitun dan vitamin C, semakin kecil nilai absorbansinya.
Semakin kecil nilai absorbansinya maka akan semakin besar nilai persen
penghambatan (% RSA). Hal ini dikarenakan semakin tinggi konsentrasi larutan
maka aktivitas antioksidannya semakin tinggi.
Setelah mendapatkan nilai persen penghambatan (% RSA) pada larutan
uji, selanjutnya dilakukan pembuatan grafik antara konsentrasi larutan (x) dan
persen penghambatan (y) lalu didapatkan persamaan regresi linier EMDZ dan
vitamin C pada grafik 4.2 dan 4.3.
Grafik 4.2 Persamaan Regresi Linier EMDZ
11,02
16,38
20,98
33,69
52,06
y = 0,8106x - 4,2455 R² = 0,983
0
10
20
30
40
50
60
0 10 20 30 40 50 60 70
% P
ENG
HA
MB
ATA
N
KONSENTRASI (ppm)
41
Grafik 4.3 Persamaan Regresi Linier Vitamin C (Kontrol Positif)
4.4 Penetapan Nilai IC50
Nilai IC50 dapat ditetapkan dengan menggunakan persamaan regresi
linier. Penginputan data menggunakan microsoft excel untuk mencari persamaan
regresi linier. Nilai IC50 didapatkan dari persamaan regresi linier y = a+bx, dimana
koefisien y adalah nilai IC yang telah ditetapkan yaitu 50. Sedangkan koefisien x
adalah nilai IC50 atau konsentrasi dari ekstrak yang akan dicari nilainya.
Nilai IC50 yang didapatkan akan diklasifikasikan menggunakan
klasifikasi antioksidan menurut Blois untuk mengatahui kategori antioksidan dari
larutan eksatran daun zaitun dan vitamin C. Setelah melakukan perhitungan
didapatkan nilai IC50 pada sampel dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Nilai IC50
No Larutan Uji Nilai IC50 Klasifikasi Antioksidan
1. EMDZ 66,8 ppm Antioksidan kuat
2. Vitamin C 5,2 ppm Antioksidan sangat kuat
1,53
4,9
7,81
15,27
22,51
y = 10,531x - 5,7081 R² = 0,9987
0
5
10
15
20
25
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3
% P
ENG
HA
MB
ATA
N
KONSENTRASI (ppm)
42
Tabel 4.3 menunjukan EMDZ memiliki nilai IC50 sebesar 66,8 ppm. Berdasarkan
klasifikasi Blois tergolong dalam antioksidan kuat dan pada larutan uji vitamin C
memiliki nilai IC50 sebesar 5,2 ppm tergolong antioksidan sangat kuat.
Penelitian ini membuktikan bahwa pelarut metanol lebih banyak menarik
atau mengeluarkan konstituen yang bersifat antioksidan dalam daun zaitun.
Metanol memiliki gugus polar yang lebih kuat daripada gugus nonpolar, hal ini
dapat terlihat dari struktur kimia metanol yang mengandung gugus hidroksil
(polar) dan gugus karbon (nonpolar).
Menurut Supiyanti, metanol dapat mengekstrak senyawa fitokimia dalam
jumlah yang lebih banyak. Tingginya rendemen yang terdapat pada pelarut
metanol menunjukkan pelarut tersebut mampu mengekstrak lebih banyak
komponen bioaktif yang memiliki sifat kepolaran yang lebih tinggi.25
Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukan bahwa zaitun mempunyai
manfaat yang disebutkan juga pada Quran bahwa zaitun merupakan pohon yang
diberkahi salah satunya dalam Q.S An-Nur ayat 35 pada gambar 4.2
Gambar 4. 2 Q.S An-Nur ayat 35
Artinya :
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah,
adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar.
Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya)
43
seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya,
(yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula
di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi,
walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah
membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah
memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.”
Pembuktian zaitun sebagai pohon yang diberkahi yaitu pohon tersebut
bermanfaat bagi manusia dibuktikan dengan penelitian ini bahwa pohon zaitun
terutama daunnya mempunyai banyak senyawa bioktif yaitu senyawa fenolik
yang berfungsi sebagai antioksidan dimana dapat mencegah atau menghambat
oksidasi molekul lain sehingga tidak terbentuknya radikal bebas. Jika radikal
bebas melebihi kemampuan tubuh untuk mengaturnya sehingga terjadi kondisi
yang dikenal sebagai stres oksidatif. Stres oksidatif berperan dalam
pengembangan penyakit kronis dan degeneratif seperti penyakit jantung
(aterosklerosis), penyakit degeneratif (alzheimer), dan penyakit kanker
4.5 Keterbatasan Penelitian
Selama penelitian berlangsung terdapat beberapa keterbatasan dan
hambatan yang dialami, antara lain sebagai berikut:
1. Ekstrak daun zaitun yang didapatkan disimpan selama 6 bulan sebelum
digunakan dalam penelitian.
2. Sedikitnya referensi yang di dapatkan mengenai aktivitas antioksidan
ekstrak daun zaitun dengan pelarut metanol.
3. Tidak dilakukan pengukuran kandungan fenol dan flavonoid pada ekstrak
daun zaitun.
44
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, berbagai konsentrasi larutan uji ekstrak
metanol daun zaitun (EMDZ) menunjukan adanya aktivitas antioksidan
dibuktikan dengan perubahan warna larutan dari ungu hingga ungu kepucatan dan
berdasarkan Nilai IC50 pada EMDZ didapatkan sebesar 66,8 ppm yang
digolongkan sebagai antioksidan kuat menurut klasifikasi Blois.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut seperti pengukuran komponen
fenol dan flavonoid yang terdapat dalam ekstrak daun zaitun dengan
pelarut metanol.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai apakah ekstrak daun
zaitun dapat dijadikan obat.
45
3. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan apa saja pada
ekstrak daun zaitun yang bersifat antioksidan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kabel, Ahmed M. Free Radicals and Antioxidants: Role of Enzymes and
Nutrition. World Journal of Nutrition and Health. 2014; 2(3): 35-38.
Tersedia dari: doi: 10.12691/jnh-2-3-2 [Diakses 18 Agustus 2018]
2. Lobo, V, A. Patil, A. Phatak, and N. Chandra. Free Radicals, Antioxidants
And Functional Foods: Impact On Human Health. Pharmacogn Rev. 2010;
4(8): 118–126. Tersedia dari: doi:10.4103/0973-7847.70902. [Diakses 19
Agustus 2018]
3. Banjarnahor, Sofna D.S and Nina Artanti. Antioxidant Properties of
Flavonoids. Med J Indonesia. 2014; 23(4) : 239 – 44. Tersedia dari:
doi:http://dx.doi.org/10.13181/mjiv23i4.10.15. [Diakses 18 Agustus 2018]
4. Sayuti, K, Rina Yenrina. Antioksidan Alami dan Sintetik. Andalas
University. Padang : Press; 2015.
5. Ghanbari, R., Anwar, F., Alkharfy, K.M., Gilani, A.H., Saari. Valuable
Nutrients and Functional Bioactives in Different Parts of Olive (Olea
europaea L.) : A Review. Int. J. Mol. Sci. 2012 ;13, 3291-3340. Tersedia
dari: doi:10.3390/ijms13033291 [Diakses pada 19 Agustus 2018]
46
6. Nashwa, F. Morsy, M. E.Abdel-Aziz. Efficiency of Olive (Olea europaea
L.) Leaf Extract As Antioxidant And Anticancer Agents, Journal of
Agroalimentary Processes and Technologies. 2014; 20(1), 46-53.
7. Civantos L. Olive Growing. 5 th ed. New South Wales (AU): RIRDC Pro.
2010.
8. Lafka, I. T., Lazou, E. A., Sinanoglou, J. V., Lazos, E. Phenolic Extracts
From Wild Olive Leaves And Their Potential As Edible Oils Antioxidants.
Foods. 2010; 2 (1), 18- 31. Tersedia dari: doi:10.3390/foods2010018
[Diakses 18 Agustus 2018]
9. Abaza, L., Youssef, N. B., Manai, H., Haddada, F. M., Methenni K.,
Zarrouk, M. Chétoui Olive Leaf Extracts: Influence Of The Solvent Type
On Phenolics And Antioxidant Activities. Grasas y Aceites .2010; 62 (1),
96-104. Tersedia dari: doi:https://doi.org/10.3989/gya.044710 [Diakses 21
Agustus 2018]
10. Yateem, H., Afaneh, I., Al-Rimawi, F. Optimum Conditions For
Oleuropein Extraction From Olive Leaves, International J. Of Applied
Science And Technology. 2014; 4 (5), 153-157.
11. Prakash, A., Rigelhof, F. and MIller, E. Effect of Harvesting Date and
Variety of Date Palm on Antioxidant Capacity, Phenolic and Flavonoid
Content of Date Palm (Phoenix Dactylifera), Journal of Food and
Nutrition Research, 2011;4(8) 499-505. Tersedia dari: doi:10.12691/jfnr-2-
8-11 [Diakses 23 Agustus 2018]
12. Hashmi MA, Khan A, Hanif M, Farooq U, Perveen S. Traditional Uses,
Phytochemistry, and pharmacology of Olea europea (olive). Evidence-
based Complemenr Altern Med. 2015; 1-29. Tersedia dari: doi:
10.1155/2015/541591 [Diakses 22 Agustus 2018]
13. Chiapetta A, Muzzalupo I. In: Olive Germpalsm – The Olive Cultivation,
Table Olive and Olive Oil Industry in Italy in. Botanical Description.
2012. Tersedia dari: doi: 10.5772/51836 [Diakses 22 Agustus 2018]
14. Abaza L, Amani T, Hounda N, Zarrouk M. Olive Tree (Olea europeae L.)
Leaves: Importance and Advances in the Analysis of Phenolic
47
Compounds. Antioxidants (Basel). 2015; 4, 682-689; Tersedia dari:
doi:10.3390/antiox4040682. [Diakses 18 Agustus 2018]
15. Kontogianni, V. G., Gerothanassis, I. P. Phenolic Compounds And
Antioxidant Activity Of Olive Leaf Extracts. Natural Product Research.
2015. 26 (2), 186-189. Tersedia dari:
doi:https://doi.org/10.1080/14786419.2011.582842 [Diakses 22 Agustus
2018]
16. Omar, Syed Haris. Oleuropein in Olive and its Pharmacological Effects,
Sci Pharm. 2010; 78(2): 133–154. Tersedia dari:
doi: 10.3797/scipharm.0912-18 [Diakses 22 Agustus 2018]
17. Dekanski D, Mihailovic SN, Milanovic JG, Jovovic D, Milodarovic Z.
Effects Of High Dose Olive Leaf Extract On The Hemodynamic And
Oxidative Stress Parameters In Normotensive And Spontaneously
Hypertensive Rats, J. Serb. Chem. Soc. 2014; 79 (9) 1085–1097. Tersedia
dari: doi:10.2298/JSC140218030D [Diakses 29 Agustus 2018]
18. Hamid, A.A., Aiyelaagbe, O.O., Usman, L.A, Ameen, O.M., Lawal, A.
Antioxidant: its Medical and Pharmacological Applications. African
Journal Of Pure And Applied Chemistry. 2010; 4(8) 142- 151. Tersedia
dari: doi:10.5897/AJPAC [Diakses 30 Agustus 2018]
19. Kemenkes RI. Farmakope Indonesia, Edisi V. Jakarta: Kemenkes RI.
2012.
20. Redha, Abdi. Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif Dan Peranannya
Dalam Sistem Biologis. Jurnal Belian. 2010; 9 (2) 196 – 202. [Diakses 20
Agustus 2018]
21. Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
Makanan Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Departemen Kesehatan. 2000.
22. Tiwari, Prashant., Bimlesh Kumar, Mandeep Kaur, Gurpreet Kaur,
Harleen Kaur. Phytochemical Screening and Extraction: A Review.
International Pharmaceutica Scienca. 2012. 1 (1): 98-106.
23. Hart, H., craine, L.E. and Hart. D.J. Kimia Organik Edisi Kesebelas.
Jakarta : Erlangga. 2003.
48
24. Ibrahim, Sanusi.H.M, Sitorus, Marham. Teknik Laboratorium Kimia
Organik, Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2013.
25. Ukhty N. Kandungan Senyawa Fitokimia Total Fenol dan Aktivitas
Antioksidan Lamun (Syringodium isoetifolium). Skripsi (Tidak
dipublikasikan). Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 2011.
26. Supiyanti W., Wulansari ED. dan Kusmita L. Uji Aktivitas Antioksidan
Dan Penentuan Kandungan Antosianin Total Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L). Farmasi. 15(2) 64-70. 2010.
27. Romadanu, Siti HR, Shanti DL. Pengujian Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Bunga Lotus (Nelumbo nucifera) , Jurnal Fishtech. 2014; 3(1).
28. Kumar, Sunil. The Importance of Antioxidant and Their Role in
Pharmaceutical Science- A Review. Asian Journal of Research in
Chemistry and Pharmaceutical Sciences. 2014. 1(1), 27 - 44
29. Priyanto, Riyan Adhi. Aktivitas Antioksidan dan Komponen Bioaktif Pada
Buah Bakau (Rhizophora mucronata Lamk.)Skripsi. Bogor : Institut
Pertanian Bogor. 2012.
30. Tamat, S.R., T. Wikanta dan L.S. Maulina. Aktivitas antioksidan dan
toksisitas senyawa bioaktif dari ekstrak rumput laut hijau Ulva reticulata
Forsskal. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 2007; 5(1) : 31-36.
31. Winarno FG. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: M-BRIO Press.2008.
32. Sediaoetama, AD. Ilmu Gizi I cetakan kesembilan. Jakarta: Dian Rakyat.
2010
33. Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., Rodwell, V.W. Biokimia
Harper . 27th ed. Jakarta : EGC.2009.
34. Iswari, R, S dan Yuniastuti, A. Biokimia. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2006.
35. Winarti, Sri. Makanan Fungsional Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha
Ilmu. 2010.
36. Alugoju Phaniendra, Dinesh Babu Jestadi, and Latha Periyasamy. Free
Radicals: Properties, Sources, Targets, and Their Implication in Various
Diseases. Indian J Clin Biochem. Jan; 2015; 30(1): 11–26. Tersedia dari:
doi:10.1007/s12291-014-0446-0 [Diakses 31 Agustus 2018]
49
37. Abid A. Lone, Shaiq A. Ganai, Rayees A. Ahanger, Hilal A. Bhat, Tauseef
A. Bhat, Imtiyaz A. Wani. Free Radicals And Antioxidants: Myths, Facts
And Mysteries. 2013; 7(3) 91-113. Tersedia dari:
doi:10.5897/ajpac12.074. [Diakses 22 Agustus 2018]
38. Juniarti et al,. Kandungan Senyawa Kimia, Uji Toksisitas (Brine Shrimp
Lethality Test) dan antioksidan (1,1-diphenyl-2-pikrilhydrazyl) dari
Ekstrak Daun Saga (Abrus precatorius L.). Makara, Sains. 2009; 13(1) 50-
54. Tersedia dari: doi:https://doi.org/10.7454/mss.v13i1.378 [Diakses 27
Agustus 2018]
39. Badarinath, A.V., K. Mallikarjuna RAo, C.Madhu Sudhana Chetty, S.
Ramkanth, T.V.S Rajan, K.Gnanaprakash. A Review on In-vitro
Antioxidant Methods: Comparisions, Correlations and Considerations.
International Journal of PharmTech Research. 2010; 2 (2) 1276-1285.
40. Suratmo. Potensi ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) sebagai
antioksidan. Jurnal Penelitian. 2009; 205(1) 1-5.
41. Biskup I, Golonka I, Gamian A, Sroka Z. Antioxidant Activity of
Selected Phenols Estimated by ABTS and FRAP Methods. Postepy
Hig Med Dosw. 2013; 959-960. Tersedia dari:
doi:10.5604/17322693.1066062 [Diakses 30 Agustus 2018]
42. Halliwell B, Gutteridge JMC. Free Radical In Biology And Medicine. New
York: Oxford University Press.2000.
43. Antolovich, Michael., et al. Methods for Testing Antioxidant Activity. The
Analyst. 2002; 127: 183-198. Tersedia dari: doi: 10.1039/B009171P
[Diakses 29 Agustus 2018]
44. Fadlina Chany Saputri. Effects Of Selected Medicinal Plants On Human
Low- Density Lipoprotein Oxidation, 2, 2-diphenyl-1-picrylhydrazyl
(DPPH) Radicals And Human Platelet Aggregation. J Med Plants Res.
2011; 6182-6183. Tersedia dari: doi: 10.5897/JMPR11.1114 [Diakses 24
Agutus 2018]
45. Robinson, T. The Organic Constituents of Higher Plants Their Chemistry
and Interrelationships, 5th Ed., 200. North Amherst: Cordus Press. 1983.
50
46. Molyneux, P. The Use Of The Stable Free Radical diphenyl picrylhydrazyl
(DPPH) For Estimating Antioxidant Activity. Journal Science of
Technology. 2004; 26(2):211-219.
47. Blois, M. Antioxidant Determinations by the Use of a Stable Free Radical,
Nature. 1958; 1199-1200. Tersedia dari: doi: 10.1038/1811199a0 [Diakses
28 Agustus 2018]
48. Carin, L. Uji Aktivitas Antioksidan EKstrak Daun Zaitun (Olea europaea
L.) Menggunakan Pelarut Etanol dengan Metode DPPH. Skripsi. Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2017.
49. Nick, F. Olive Tree Kids. 2005. Tersedia dari : en:Image:Olivesfrom
jordan.jpg. [Diakses 23 Agustus 2018]
LAMPIRAN
51
Lampiran 1 Surat Determinasi Ekstrak Daun Zaitun
Lampiran 2 Surat Rendemen Ekstrak Metanol Daun Zaitun
52
Lampiran 3 Tabel dan Grafik Panjang gelombang dan Hasil Absorbansinya.
53
Tabel 6.1 Panjang Gelombang dan Hasil Absorbansinya
Maks Hasil Absorbansi
400 0,800
410 0,747
420 0,621
430 0,485
440 0,333
450 0,230
460 0,185
470 0,154
480 1,064
490 1,078
500 1,097
510 1,076
520 1,077
530 1,037
540 0,964
550 0,862
560 0,783
Lampiran 4 Perhitungan Konsentrasi EMDZ dan Komposisi EMDZ
54
Pembuatan Larutan Induk (1000 ppm)
Perhitungan = 3 mg / 3 ml
= 3 mg / 0,0003 liter = 1000 ppm
komposisi larutan uji ekstrak daun Zaitun
Konsentrasi 16.66 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
1000 x V1 = 16.66 x V2
V1/V 2 = 16.66 / 1000
V1/V 2 = 50 μl : 3000 μl
Konsentrasi 25 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
1000 x V1 = 25 x V2
V1/V 2 = 25 / 1000
V1/V 2 = 75 μl : 3000 μl
Konsentrasi 33.33 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
1000 x V1 = 33.33 x V2
V1/V 2 = 33.33 / 1000
V1/V 2 = 100 μl : 3000 μl
Konsentrasi 50 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
1000 x V1 = 50 x V2
V1/V 2 = 50 / 1000
55
V1/V 2 = 150 μl : 3000 μl
Konsentrasi 66.66 ppm
M1 x V1 = M2 x V2
1000 x V1 = 66.66 x V2
V1/V 2 = 66.66 / 1000
V1/V 2 = 200 μl : 3000 μl
Lampiran 5 Nilai Absorbansi, % Penghambatan dan IC50 Ekstrak Daun Zaitun
56
Tabel 6.2 Perhitungan Larutan Ekstrak Daun Zaitun
Konsentrasi
(ppm)
Absorbansi
(nm)
Rata-Rata
Absorbansi
(nm)
% Penghambatan (Abs0 –
Abssampel/ Abs0) x 100% (%)
16.66 ppm 0.579
0.584
0.581
x 100 %= 11.02 %
25 ppm 0.547
0.546
0.546
x 100 % = 16.38 %
33.33 ppm 0.514
0.518
0.516
x 100 % = 20.98 %
50 ppm 0.434
0.433
0.433
x 100 % = 33.69 %
66.66 ppm
0.316
0.310
0.313
x 100 % = 52.06 %
Y = bx + a
50 = 0.8106x – 4.2455
54,2455 = 0.8118x
X = 66.82
IC50 = 66.82 ppm
Lampiran 6 Nilai Absorbansi, % Penghambatan, dan IC50 Vitamin C
57
Tabel 6.3 Perhitungan Larutan Vitamin C
Konsentrasi
(ppm)
Absorbansi
(nm)
Rata-Rata
Absorbansi
(nm)
% Penghambatan (Abs0 –
Abssampel/ Abs0) x 100% (%)
0.66 ppm 0.643
0.644
0.643
x 100 %= 1.53 %
1 ppm 0.621
0.621
0.621
x 100 % = 4.9 %
1.33 ppm 0.601
0.603
0.602
x 100 % = 7.81 %
2 ppm 0.560
0.575
0.567
x 100 % = 15.27 %
2.66 ppm
0.508
0.504
0.506
x 100 % = 22.51 %
Y = bx + a
50 = 10.531x – 5,7081
55,7081 = 10.531x
X = 5,28
IC50 = 5,28 ppm
58
Lampiran 7 Gambar Alat dan Bahan Penelitian
Gambar Keterangan
Gambar 6.1 DPPH
Gambar 6.2 Ekstrak Daun Zaitun
59
Gambar 6.3 Timbangan Analitik
Gambar 6.4 Mikropipet
Gambar 6.5 Spektrofotometer UV
Vis
60
Gambar 6.6 Metanol
Gambar 6.7 Vitamin C
61
Lampiran 8 Riwayat Penulis
Identitas
Nama : Arrafie Fikri Al Dzaky
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 14 Agustus 1997
Agama : Islam
Alamat : Jalan Swadaya X No 54 RT 01 RW 021 Kel.
Jakasampurna, Kec. Bekasi Barat, Kota Bekasi –
Jawa Barat.
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1. 2001 – 2003 : TK Nurul Fatah Jakasampurna, Kota Bekasi.
2. 2003 – 2009 : SDN Jakasampurna 02, Kota Bekasi.
3. 2009 – 2012 : SMPIT Yayasan Perguruan Islam Darul Hikmah
(YAPIDH), Kota Bekasi.
4. 2012 – 2015 : SMAN 11 Bekasi, Kota Bekasi.
5. 2015 – Sekarang : Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta