uji material

43
PENGUJIAN PADA PENELITIAN TUGAS AKHIR A. Agregat Halus (pasir) 1. Pemeriksaan gradasi Pasir Berat cawan kosong = 148,5 gr Berat pasir SSD = 1000 gr Berat pasir + cawan = 1148,5 gr Berat pasir + cawan setelah oven 24 jam = 1141,5 gr Tabel 1 : Hasil analisis gradasi pasir No Saring an Berat Tertahan (gr) Berat Tertahan (%) Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Lolos Komulatif (%) 4 0 0 0 100 8 0,8 0,08 0,08 99,92 16 3,2 0,32 0,40 99,60 30 90,7 9,47 9,47 90,53 50 294,1 29,41 38,88 61,12 100 560,8 56,08 94,96 5,04 Pan 47,2 4,72 99,68 0 Jumlah 1000 100 243,47 Daerah 4(PASIR HALUS) Lampiran

Upload: ambang-setyawan

Post on 18-Jun-2015

1.228 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: UJI MATERIAL

PENGUJIAN PADA PENELITIAN TUGAS AKHIR

A. Agregat Halus (pasir)

1. Pemeriksaan gradasi Pasir

Berat cawan kosong = 148,5 gr

Berat pasir SSD = 1000 gr

Berat pasir + cawan = 1148,5 gr

Berat pasir + cawan setelah oven 24 jam = 1141,5 gr

Tabel 1 : Hasil analisis gradasi pasir

No

Saringan

Berat

Tertahan (gr)

Berat

Tertahan (%)

Berat Tertahan

Komulatif (%)

Berat Lolos

Komulatif (%)

4 0 0 0 100

8 0,8 0,08 0,08 99,92

16 3,2 0,32 0,40 99,60

30 90,7 9,47 9,47 90,53

50 294,1 29,41 38,88 61,12

100 560,8 56,08 94,96 5,04

Pan 47,2 4,72 99,68 0

Jumlah 1000 100 243,47 Daerah 4(PASIR

HALUS)

MHB =

=

= 2,4347

Lampiran 1

Page 2: UJI MATERIAL

2. Analisis Kadar Air Agregat Halus

Tabel 2 : Hasil analisis kadar air pasir

Uraian Contoh 1 (gr)

Pasir jenuh kering muka (B1) 1000

Pasir setelah oven 24 jam (B2) 949

Kandungan air (B1 – B2) 51

Kadar air 5,37 %

3. Analisis Berat Jenis dan Penyerapan Air Pasir

Tabel 3 : Analisis dan berat jenis dan penyerapan air pasir

Uraian Contoh 1 (gr)

Berat piknometer berisi pasir dan air (Bt) 1024

Berat pikometer berisi air (B) 498

Berat pasir setelah kering (Bk) 665

Berat pasir jenuh kering muka (SSD) 500

◘ Berat jenis curah =

=

= 3,5319

◘ Berat jenis jenuh kering muka =

=

= 3,5460

◘ Berat jenis tampak =

=

= 3,5827

Lampiran 2

Page 3: UJI MATERIAL

◘ Penyerapan air agregat halus =

=

= 0,4016 %

4. Pemeriksaan Berat Satuan Agregat Halus

- Bejana : - d = 7,5 cm

- h = 15 cm

- Berat bejana kosong (B1) = 6300 gr

- Berat bejana + pasir (B2) = 7400 gr

- Volume bejana (V) = ¼ x π x d2 x t

= ¼ x π x 7,52 x 15,00 = 662,3437 cm3

= 0,000662347 m3

- Berat satuan = = = 1,66 gr/ cm3

5. Analisis Kadar Lumpur Agregat Halus

Tabel 4 : Analisis kadar lumpur agregat halus

Uraian Contoh 1

Berat pasir jenuh kering muka/SSD (B1) 1000 gr

Berat pasir setelah oven 24 jam (B2) 993 gr

Kandungan lumpur (B1 - B2) 7 gr

Kadar lumpur = 0,7 %

B. Agregat Kasar

1. Analisis Kadar Air Agregat Kasar

Lampiran 3

Lampiran 4

Page 4: UJI MATERIAL

Tabel 5 : Analisis kadar air agregat kasar

Uraian Berat (gr)

Berat kerikil jenuh kering muka/SSD (B1) 1000

Berat kerikil setelah oven 24 jam (B2) 993

Kandungan air (B1 – B2) 7

Kadar air 0,7 %

2. Analisis Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar

Tabel 6 : Analisis berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Uraian Berat (gr)

Berat kerikil dibawah air (Ba) 3070

Berat kerikil setelah kering (Bk) 5000

Berat kerikil jenuh kering muka (Bj) 5034

◘ Berat jenis curah =

=

= 2,546

◘ Berat jenis jenuh kering muka =

=

= 2,563

◘ Berat jenis tampak =

=

= 2,591

◘ Penyerapan air agregat kasar =

Lampiran 5

Page 5: UJI MATERIAL

=

= 0,68 %

3. Pemeriksaan Keausan Agregat

Tabel 7 : Pemeriksaan keausan agregat

Uraian Berat (gr)

Berat benda uji mula-mula (B1) 5000

Berat tertahan saringan no. 16 dikeringkan

dalam oven (B2)

3072

Keausan = 38,56%

Keausan agregat =

= = 38,56 %

4. Pemeriksaan Berat Satuan Agregat Kasar

- Bejana : - d = 7,5 cm

- h = 15 cm

- Berat bejana kosong (B1) = 6300 gr

- Berat bejana + Kerikil (B2) = 7300 gr

- Volume bejana (V) = ¼ x π x d2 x t

= ¼ x π x7,52 x 15 = 662,3437 cm3

- Berat satuan = = = 1,509 gr/ cm3

5. Analisis Kadar Lumpur Agregat Kasar

Tabel 8 : Analisis kadar lumpur agregat kasar

Uraian Contoh

Lampiran 6

Page 6: UJI MATERIAL

Berat kerikil jenuh kering muka/SSD (B1) 1000 gr

Berat kerikil setelah oven 24 jam (B2) 968 gr

Kandungan lumpur (B1 - B2) 32 gr

Kadar lumpur = 3,2 %

C. Perhitungan Campuran Beton (Mix Design)

Tabel 9 : Perhitungan campuran beton dengan fas 0,32 dan ukuran agregat

kasar 20 mm

No. Keterangan Nilai Satuan1 Kuat tekan pada umur 28 hari 42 MPa2 Deviasi standar (sd) -3 Nilai tambah (M) 10 Mpa4 Kuat tekan rata-rata rencana(f’cr=f’c+M) 52 MPa5 Jenis Semen Tipe 16 Jenis agregat halus ( alami/pecahan ) Alami7 Jenis agregat kasar ( alami/batu pecah ) Batu pecah8 Faktor air semen 0,329 FAS maksimum 0,610 Dipakai FAS terkecil antara point 8 dan 9 0,3211 Nilai slump 12 cm12 Ukuran maks agregat kasar 20 mm13 Kebutuhan air 204,9 Liter/m3

14 Kebutuhan semen ( ws = point13 / FAS ) 640,313 Kg/m3

15 Kebutuhan semen minimum 275 Kg/m3

16Dipakai kebutuhan semen ( terbesar point14&15) 640,313

Kg/m3

17 Penyesuaian jumlah air atau FAS Tidak ada18 Daerah gradasi agregat halus Daerah 219 Perb.agregat halus dan kasar 38 & 62 %

20Bj agregat camp(P/100*Bj agg hls+K/100*Bj agg ksr) 2,498

21 Berat beton 2275 kg/m

22 Keb. Agregat camp (21-13-14) 1429,787 kg/m

23 Keb.agregat halus (point 22*19) 543,319 kg/m

24 Keb.agregat kasar (point 22-23) 886,468 kg/m

Kesimpulan : 1 m3 1 Adukan

Air 204,9 lt/m3

Lampiran 7

Page 7: UJI MATERIAL

Semen 640,313 kg/m3

Agg.Halus 543,319 kg/m3

Agg.kasar 886,468 kg/m3

Total 2275 kg/m3

Volume =

= = 0,00585 m³

Maka dibutuhkan :

Air = 204,9 x 0,00585 = 1,199 lt

Semen = 640,313 x 0,00585 = 3,746 kg

Pasir = 543,319 x 0,00585 = 3,178 kg

Kerikil = 886,468 x 0,00585 = 5,186 kg

Berat Total = 13,309 kg

Perbandingan

Air : Semen : pasir : kerikil = 1 : 3,124 : 2,651 : 4,325

D. Perhitungan Kebutuhan Sika Viscocrete-10

Kebutuhan Sika Viscocrete-10 dengan dosis 1,4% :

Pada menit ke 25 = 640,313 x 0,00585 x 18 = 67,424959 kg

Lampiran 8

Page 8: UJI MATERIAL

= 67424,959 gram

= 0,467% x 67424,959 = 314,875 gram

Pada menit ke 50 = 640,313 x 0,00585 x 12 = 44,949973 kg

= 44949,973 gram

= 0,467% x 44949,973 = 209,916 gram

Pada menit ke 75 = 640,313 x 0,00585 x 6 = 22,474986 kg

= 22474,986 gram

= 0,467% x 22474,986 = 104,958 gram

Langkah-langkah dalam pemeriksaan bahan susun agregat sebagai berikut :

a. Pemeriksaan Agregat Halus

1. Pemeriksaan gradasi agregat halus (pasir)

Lampiran 11

Page 9: UJI MATERIAL

Berdasarkan SK SNI : 03-1968-1990, analisa gradasi ini dilakukan

untuk mengetahui distribusi ukuran butir pasir dengan menggunakan

saringan / ayakan, langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pasir dikeringkan didalam oven dengan suhu (110 ± 5)º C sampai

beratnya tetap kemudian diambil sampel sebanyak ( ± 1000 gram),

b. Sampel dimasukkan ke dalam saringan yang telah disusun berurutan

mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil, yaitu 4,75 mm; 2,36

mm; 1,18 mm; 0,60 mm; 0,30 mm; 0,15 mm; pan, kemudian

saringan tersebut digoyangkan menggunakan mesin selama 15 menit,

c. Butiran yang tertahan pada masing-masing saringan kemudian

ditimbang untuk mencari modulus halus butir pasirnya.

2. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat halus (pasir)

Berdasarkan SK SNI : 03-1970-1990, pemeriksaan ini dilakukan

dengan langkah-langkah berikut :

a. Diambil benda uji,kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu (110

± 5)ºC sampai beratnya tetap, kemudian pasir direndam dalam air

selama ± 24 jam,

b. Setalah direndam dalam ± 24 jam, air dibuang dan pasir dibiarkan

mengering dalam suhu kamar untuk mencapai keadaan jenuh kering

muka, untuk mengetahui keadaan jenuh kering muka pasir

dimasukkan kedalam skerucut terpancung padatkan dengan batang

penumbuk sebanyak 25 kali kemudian kerucut diangkat, maka pasir

akan runtuh tapi masih berbentuk seperti kerucut,

c. Pasir dalam keadaan jenuh kering muka tersebut kemudian

dimasukkan dalam piknometer sebanyak 500 gram (SSD),

dimasukkan air sebanyak 90% penuh, kemudian diguncang-guncang

untuk mengeluarkan udara yang tertangkap didalamnya.

d. Piknometer ditambah air sampai penuh 100% dan ditimbang beratnya

dengan ketelitian 0,1 gram (Bt),

e. Pasir dikeluarkan dari dalam piknometer, kemudian dikeringkan

dalam oven sampai beratnya tetap dan ditimbang (Bk),

Lampiran 12

Page 10: UJI MATERIAL

f. Piknometer berisi air penuh 100% ditimbang beratnya (B),

g. Berat jenis dan penyerapan air agregat halus (pasir) dapat dihitung

dengan menggunakan rumus berikut :

1. berat jenis curah (bulk spesific gravity)

= ……………………………………………..(1)

2. berat jenis jenuh kering muka (saturated surface dry)

= ……………………………………………..(2)

3. berat jenis tampak (apparent spesific grafity)

= ………………………………………….........(3)

4. penyerapan air agregat halus (pasir)

= ………………………………………...(4)

3. Pemeriksaan kadar lumpur agregat halus (pasir)

Pemeriksan ini dilakukan untuk mengetahui kandungan Lumpur

yang terdapat pada agregat halus (pasir), yaitu sebagai berikut :

a. Diambil benda uji lalu dikeringkan di dalam oven pada suhu (110 ±

5)ºC sampai baratnya tetap, kemudian ditimbang dan diambil sampel

sebanyak 500 gram (B1),

b. Benda uji dicuci beberapa kali sampai bersih, ditandai dengan air

cucian tampak jernih, setelah itu benda uji dikeluarkan dari gelas ukur

pancuci dengan hati-hati jangan sampai benda uji tersebut ada yang

hilang,

c. Kemudian benda uji dikeringkan dengan menggunakan oven pada

suhu (110 ± 5)ºC sampai beratnya tetap, kemudian ditimbang beratnya

(B2),

Rumus untuk mengetahui kadar Lumpur yaitu sebagai berikut :

= ………………………………………………..(5)

4. Pemeriksaan kadar air agregat halus (pasir)

Lampiran 13

Page 11: UJI MATERIAL

Berdasarkan SK SNI : 03-1971-1990, pemeriksaan ini dilakukan

untuk mengetahui kandungan air yang terdapat dalam agregat halus

(pasir), yaitu sebagai berikut :

a. Diambil sampel jenuh kering muka sebanyak 1000 gram (B1),

b. Sampel tersebut kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu (110 ±

5)ºC sampai beratnya tetap, kemudian ditimbang (B2)

Rumus untuk mengetahui kadar air adalah sebagai berikut :

= ……………………………………………….…(6)

5. Pemeriksaan berat satuan agregat halus (pasir)

Langkah–langkah untuk mencari berat satuan pasir sebagai berikut :

a. Ddiambil bejana berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi

30 cm, yang akan digunakan sebagai cetakan beton dan ditimbang

beratnya (B1),

b. Bejana tersebut kemudian diisi dengan agregat halus (pasir) dalam

keadaan jenuh kering muka, tiap 1/3 volume lapisan ditumbuk

sebanyak 25 kali dengan batang baja dan ditimbang beratnya (B2),

c. Volume bejana (V) dihitung dengan rumus , V = ¼ x π x d² x t

Berat satuan didapat dengan rumus :

= …………………………………………………………(7)

b. Pemeriksaan Agregat Kasar (batu pecah/split)

1. Pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air agregat kasar (split)

Berdasarkan SK SNI : 03-1969-1990, selain untuk mengetahui berat

jenis agregat kasar pemeriksaan ini juga bertujuan untuk mengetahui

Lampiran 14

Page 12: UJI MATERIAL

persentase berat air yang mampu diserap oleh suatu agregat. Pemeriksaan

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Diambil benda uji yang lolos saringan 9,5 mm,

b. Benda uji dicuci untuk menghilangkan debu dan kotoran yang

melekat, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu (110 ± 5)ºC

sampai beratnya tetap,

c. Benda uji didinginkan pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian

ditimbang dan diambil sampel ± 1000 gram (Bk),

d. Benda uji direndam dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam,

e. Setelah direndam selama 24 ± 4 jam, benda uji dikeluarkan

permukaan dilap dengan menggunakan kain yang mrnyerap air sampai

selaput air pada permukaan hilang dan didapat keadaan jenuh kering

muka kemudian ditimbang (Bj),

f. Benda uji dalam keadaan jenuh kering muka tersebut kemudian

dimasukkan dalam air sambil diguncang-guncang untuk mengeluarkan

udara yang tertangkap didalamnya dan di timbang beratnya di dalam

air (Ba).

g. Setelah di dapatkan nilai-nilai yang dicari, tahap selanjutnya meliputi

perhitungan-perhitungan sebagai berikut :

1. Berat jenis curah (bulk specific gravity)

= …………………………………………………...(8)

2. Berat jenis jenuh kering muka (saturated surface dry)

= ………………………………..………………….(9)

3. Berat jenis tampak (apparent specific gravity)

= …………………………………………..……..(10)

4. Penyerapan air agregat kasar

Lampiran 15

Page 13: UJI MATERIAL

= ………………………………………..…(11)

2. Pemeriksaan keausan agregat kasar (split)

Berdasarkan SK SNI : 03-2417-1991, pemeriksaan ini

dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan atau ketahanan aus agregat kasar

(split), dengan menggunakan mesin Los Angeles. Langkah-langkah

pengujian sebagai berikut :

a. Diambil benda uji yang lolos saringan 9,5 mm,

b. Benda uji dicuci

untuk menghilangkan debu dan kotoran yang lain, kemudian

dikeringkan dengan menggunakan oven dengan suhu (110 ± 5)ºC

sampai beratnya tetap, kemudian ditimbang dan diambil sample

sebanyak (± 5000 gram) (B1),

c. Benda uji tersebut

dimasukkan ke dalam mesin Los Angeles bersama dengan bola baja

sebanyak 11 buah,

d. Mesin dihidupkan

dengan kecepatan putaran 30-33 rmp, sebanyak 500 putaran,

e. Setelah 500 putaran

mesin akan berhenti secara otomatis, kemudian benda uji diambil dan

disaring dengan menggunakan saringan ukuran 1,7 mm,

f. Butiran yang tertahan

saringan dengan ukuran 1,7 mm dicuci sampai bersih kemudian

dikeringkan menggunakan oven dengan suhu (110 ± 5)ºC sampai

beratnya tetap, kemudian ditimbang beratnya (B2).

Keausan agregat kasar dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

= ……………………………………………...(12)

3. Pemeriksaan kadar lumpur agregat kasar (split)

Lampiran 16

Page 14: UJI MATERIAL

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kandungan lumpur

yang terdapat dalam agregat kasar (split), yaitu sebagai berikut :

a. diambil benda uji lalu dikeringkan dalam oven pada suhu (110 ± 5)ºC

sampai beratnya tetap kemudian ditimbang, diambil sample ± 500

gram (B1),

b. benda uji

dicuci beberapa kali sampai bersih, ditandai dengan air cucian tampak

jernih, pencucian dilakukan dengan hati-hati agar benda uji tersebut

tidak ada yang hilang,

c. kemudian

benda uji dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu (110 ±

5)º sampai beratnya tetap, kemudian didinginkan pada suhu kamar dan

ditimbang beratnya (B2).

Rumus untuk mengetahui kadar Lumpur yaitu sebagai berikut :

= ………………………………………………..(13)

4. Pemeriksaan kadar air agregat kasar (split)

Berdasarkan SK SNI : 03-1971-1990, pemeriksaan ini dilakukan

untuk mengetahui kandungan air yang terdapat dalam agregat kasar (split),

langkah-langkah tersebut :

a. Diambil sampel dalam keadaan jenuh kering muka sebanyak ± 1000

gram (B1),

b. Sampel tersebut kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu (110 ±

5)ºC sampai beratnya tetap kemudian ditimbang (B2),

Rumus untuk mengetahui kadar air adalah sebagai berikut :

= ……………………………………………….(14)

Page 15: UJI MATERIAL

5. Pemeriksaan berat satuan agregat kasar (split)

Berat satuan ialah berat agregat dalam satu satuan volume,

langkah-langkah untuk mencari berat satuan adalah sebagai berikut :

a. Diambil bejana berbentuk silinder dengan diameter 15 cm

dan tinggi 30 cm, yang akan digunakan sebagai cetakan beton dan

ditimbang beratnya (B1),

b. Bejana tersebut kemudian diisi dengan agregat kasar

(split) dalam keadaan jenuh kering muka dan ditusuk sebanyak 25 kali

tiap 1/3 volume bejana kemudian ditimbang beratnya (B2),

c. Volume bejana (V) dihitung dengan rumus, V = ¼ x π x d²

x t

Berat satuan didapat dengan cara membagi berat split dengan volume

bejana :

= ……………………………………………..………...(15)

Lampiran 17

Page 16: UJI MATERIAL

Langkah-langkah perencanaan campuran beton (SK SNI 03-xxxx-2002

dalam Tjokrodimuljo, 2007) sebagai berikut :

1. Ambil kuat tekan beton yang direncanakan (f’cr) pada umur tertentu.

2. Hitung deviasi standar menurut ketentuan berikut :

a. Jika pelaksana tidak mempunyai data pengalaman hasil pengujian

contoh beton pada masa lalu, maka nilai deviasi standar S tidak dapat

dihitung.

b. Jika pelaksana mempunyai data pengalaman pembuatan beton

serupa yang mempunyai 15 buah sampai 29 buah dan dari pengujian

yang berurutan dalam periode waktu tidak kurang dari 45 hari

kalender, maka nilai deviasi standar harus dikalikan faktor pengali

yang tercantum dalam Tabel 12 di bawah ini :

Tabel 12 Faktor Pengali Deviasi Standar

Jumlah Contoh Faktor Pengali

< 15

15

20

25

30 atau >30

Tidak ada

1,16

1,08

1,03

1,00

2. Menghitung nilai tambah (M) dihitung dengan cara berikut :

a. Jika pelaksana mempunyai pengalaman lapangan, maka nilai

tambah dihitung berdasarkan nilai deviasi standar S dengan 2 rumus

berikur (diambil yang terbesar) :

M = 1,34 . S atau M = 2,33 S – 3,5

b. Jika pelaksana tidak mempunyai pengalaman lapangan, maka nilai

M diambil dari Tabel 13 di bawah ini :

Lampiran 18

Page 17: UJI MATERIAL

Tabel 13 Nilai tambah M

Kuat tekan, fc’ (Mpa) Nilai Tambah (Mpa)

Kurang dari 21 7,0

21 s.d. 35 8,5

Lebih dari 35 10,0

3. Menetapkan kuat tekan beton (f’c) rata-rata menurut rumus :

f cr’ = fc’ + M Dimana fc’ = Kuat tekan beton, Mpa

f cr’ = Kuat tekan rata-rata, Mpa

M = Nilai tambah, Mpa

5. Menetapkan jenis semen Portland.

6. Menetapkan jenis agregat.

7. Menetapkan faktor air semen, untuk benda uji silinder dipergunakan

Gambar 1.

8. Menetapkan faktor air semen maksimum dipergunakan Tabel 16.

9. Menetapkan nilai faktor air semen yang dipakai yaitu yang terkecil.

10. Menetapkan nilai slump dipergunakan Tabel 14 di bawah ini :

Tabel 14 Penetapan Nilai Slump adukan beton

Pemakaian Beton Maks (cm) Min (cm)

Dinding, plat fondasi, fondasi telapak bertulang

Fondasi telapak tidak bertulang, kaison dan

struktur di bawah ini

Pelat, balok, kolom dan dinding

Pengerasan jalan

Pembetonan masal

12,5

9,0

15,0

7,5

7,5

5,0

2,5

7,5

5,0

2,5

11. Menetapkan ukuran agregat maksimum

12. Menetapkan kebutuhan kadar air, dipergunakan Tabel 15 di bawah

ini :

Lampiran 19

Page 18: UJI MATERIAL

Tabel 15 Perkiraan Kebutuhan Kadar Air Per Meter Kubik Beton

Ukuran Besar Butir Agregat Maks (mm)

Jenis AgregatSlum (mm)

0 - 10 10 - 30 30 - 60 60 - 18010 Alami 150 180 205 225  Batu Pecah 180 205 230 250

20 Alami 135 160 180 195  Batu Pecah 170 190 210 225

40 Alami 115 140 160 175  Batu Pecah 155 175 190 205

Apabila agregat halus dan agregat kasar yang dipakai dari jenis yang

berbeda (alami dan pecahan), maka jumlah air yang diperkirakan

diperbaiki dengan rumus :

A = 0,67 Ah + 0,33 Ak

dimana : A = Jumlah air yang dibutuhkan, liter/m3

Ah = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat

halusnya

Ak = Jumlah air yang dibutuhkan menurut agregat kasarnya

13. Hitung jumlah semen yang besarnya adalah kadar semen yaitu

kadar air dibagi dengan faktor air semen.

14. Tentukan jumlah semen seminimum mungkin, dapat dilihat pada

Tabel 16.

15. Tentukan jumlah semen yaitu yang dipakai yang terbesar.

16. Penyesuaian jumlah air atau faktor air semen.

17. Menentukan golongan pasir.

18. Perbandingan pasir dan kerikil (pasir terhadap campuran)

dipergunakan gambar 2.

19. Menentukan berat jenis agregat campuran pasir dan kerikil.

20. Menentukan berat jenis beton, dapat dilihat Gambar 3.

21. Menentukan kebutuhan agregat campuran.

22. Menentukan kebutuhan pasir.

23. Menentukan kebutuhan kerikil.

Lampiran 20

Page 19: UJI MATERIAL

Tabel 16 Persyaratan Jumlah Semen Minimum Dan Faktor Air Semen

Maksimum Untuk Berbagai Pembetonan Dalam Lingkungan

Khusus

Jenis Pembetonan Jumlah Semen Minimum

Per M3 Beton (Kg)

Nilai Faktor Air Semen

Maksimum

Beton di dalam ruang bangunan :

a. Keadaan keliling non korosif

b. Keadaan keliling korosif disebab

oleh kondensai atau uap korosif

Beton di luar ruangan bangunan :

a. Tidak telindung dari hujan dan

terik matahari langsung

b. Telindung dari hujan dan terik

matahari langsung

Beton yang masuk ke dalam air :

a. Mengalami keadaan basah dan

kering berganti-ganti

b. Mendapat pengaruh sulfat dan

alkali dari tanah

Beton yang kontinue berhubungan :

a. Air tawar

b. Air laut

275

325

325

275

325

0,60

0,52

0,60

0,62

0,55

Lihat tabel 17

Lihat tabel 18

Lampiran 21

Page 20: UJI MATERIAL

Tabel 17 Ketentuan Untuk Beton Yang Berhubungan Dengan Air, Tanah

Yang mengandung Sulfat

Konsentrasi Sulfat Dalam Bentuk SO3

Tipe Semen

Tipe Semen Minimum (kg/m3)

Faktor Air

Semen

Dalam TanahSulfat (SO3) Dalam

air tanah (gr/lt)

Ukuran Agregat Maksimum

Total SO3

SO3

Campuran (air :

tanah = 2 : 1) (gr/lt)

40 mm 20 mm 10 mm

< 0,2 < 1,0 < 0,3

Tipe I dengan atau

tanpa pozolan ( 15

- 40 )%

80 300 350 0,50

0,2 - 0,5 1,0 - 1,9 0,3 - 1,2

Tipe I dengan atau

tanpa pozolan ( 15

- 40 )%

290 330 380 0,50

Tipe I + pozolan ( 15 - 40 )% atau

semen portland pozolan

270 310 360 0,55

Tipe II atau tipe V

250 290 340 0,55

0,5 - 1,0 1,9 - 3,1 1,2 - 2,5

Tipe I + pozolan ( 15 - 40 )% atau

semen portland pozolan

340 380 430 0,45

Tipe II atau tipe V 290 330 380 0,50

1,0 - 2,0 3,1 - 5,6 2,5 - 5,0Tipe II atau

tipe V 330 370 420 0,45> 0,2 > 5,6 > 5,0 Tipe II atau

tipe V + lapisan

330 370 420 0,45

Lampiran 22

Page 21: UJI MATERIAL

pelindung

Tabel 18 Ketentuan Minimum Untuk Beton Bertulang Kedap Air

Jenis Beton

Kondisi Lingkungan

Berhubungan Dengan

Faktor Air Semen

MaksimumTipe Semen

Tipe Semen Minimum (kg/m3)Ukuran Agregat

Maksimum40 mm 20 mm

Bertulang atau

pratengang

Air Tawar 0,50 Tipe I - V 280 300

Air Payau0,45

Tipe I + pozolan ( 15 - 40 )% atau semen portland

pozolan

340 380

0,50 Tipe II atau tipe V 290 330Air Laut 0,45 Tipe II atau tipe V 330 370

Tabel 19 Batas Gradasi Pasir

Lubang Ayakan % Berat Butur Yang Terlewat AyakanBritis (mm)

ASTM (No) Daerah 1 Daerah 2 Daerah 3 Daerah 4

4,75 3/16 inc 90 - 100 90 - 100 90 - 100 95 - 1002,36 8 60 - 95 75 - 100 85 - 100 95 - 1001,18 16 30 - 70 55 - 90 75 - 100 90 - 1000,6 30 15 - 34 35 - 59 60 - 79 80 - 1000,3 50 5 - 20 8 - 30 12 - 40 15 - 500,15 100 0 - 10 0 - 10 0 - 10 0 - 15

Keterangan : Daerah 1 : Pasir kasar

Daerah 2 : Pasir agak kasar

Daerah 3 : Pasir agak halus

Daerah 4 : Pasir halus

Lampiran 23

Page 22: UJI MATERIAL

Lampiran 24

Page 23: UJI MATERIAL

Gambar 1 Hubungan Faktor Air Semen Dan Kuat Tekan Silinder Beton

Faktor air semen

Gambar 2 Persentase Jumlah Pasir Daerah 1, 2, 3, 4 Dengan Ukuran Agregat

Maksimum 20 mm

Lampiran 25

Slump 10 -30 mm

0,2 0,4 0,6 0,8

1

2

3

4

Slump 30 -60 mm

0.2 0.4 0.6 0.8

1

2

3

4

Slump 60 - 180 mm

0.2 0.4 0.6 0.8

1

2

34

Slump 0 - 10 mm

10

20

30

40

50

60

70

80

0.2 0.4 0.6 0.8

1

2

34

Page 24: UJI MATERIAL

Gambar 3 Hubungan Kandungan Air, Berat Jenis Agregat Campuran Dan Berat

Beton

Gambar Pelaksanaan

Gambar 4 Campuran Beton Sebelum Dikasih Air

Gambar 5 Campuran Beton Setelah Dikasih Air

Gambar 6 Campuran Beton Ditambah Dengan Sika Viscocrete-10

Lampiran 26

Page 25: UJI MATERIAL

Gambar 7 Campuran Beton Setelah Ditambah Sika Viscocrete-10

Gambar 8 Campuran Beton Normal

Lampiran 27

Page 26: UJI MATERIAL

Gambar 9 Campuran Beton Dengan Sika Viscocrete-10

Gambar 10 Pengujian Slump Beton Normal

Gambar 11 Pengujian Slump Beton Dengan Sika Viscocrete-10

Gambar 12 Pembuatan Benda Uji

Lampiran 28

Page 27: UJI MATERIAL

Gambar 13 Benda Uji Setelah Dicetak

Gambar 14 Benda Uji Sebelum Direndam

Lampiran 29

Page 28: UJI MATERIAL

Gambar 15 Perawatan Benda Uji

Gambar 16 Benda Uji Setelah Direndam

Gambar 17 Pengukuran Dimensi Benda Uji

Lampiran 30

Page 29: UJI MATERIAL

Gambar 18 Pengujian Kuat Tekan Benda Uji

Gambar Alat-Alat Yang Digunakan

Lampiran 31

Page 30: UJI MATERIAL

Lampiran 32

Page 31: UJI MATERIAL