ulfa adilla-fitk.pdf

105
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS KARAKTER PADA MTs PEMBANGUNAN UIN JAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK) Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperole h Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh: ULFA ADILLA NIM: 208011000016 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 

Upload: didah-xena

Post on 05-Jul-2018

261 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 1/105

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BERBASIS KARAKTER

PADA MTs PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FITK)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

ULFA ADILLA

NIM: 208011000016

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013 

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 2/105

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 3/105

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 4/105

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 5/105

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 6/105

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 7/105

ABSTRAK

Ulfa Adilla: “Implementasi  Pendidikan Agama Islam BerbasisKarakter di

Madrasah Pembangunan UIN Jakarta.” 

Keyword: Pendidikan Agama Islam BerbasisKarakter

Pembentukkan karakter diyakini perlu dan penting untuk siswa MTs untuk

dilakukan oleh sekolah dan steksholdersnya untuk menjadi pijakan dalam

menyelenggarakan pendidikan karakter di sekolah. Tujuan pembentukkan

karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak yang baik dan

mempunyai karakter yang melekat pada diri peserta didik.

Berdasarkan uraian tersebut maka rumusan masalah yang dapat ditarikadalah Bagaimana Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter yang

meliputi aspek-aspek nilai Religius, Jujur, Tanggung Jawab, Toleransi, Disiplin,

Peduli Lingkungan, Gemar Membaca yang merupakan programdi MTs

Pembangunan UIN Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada

 pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh,

terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif dan menggunakan metode deskriptif. Sedangkan

teknik pengumpulan datanya terdiri dari Observasi, wawancara dan dokumentasi.

Sedangkan teknikanalisis data melalui tahapan pengumpulan data, reduksi data,

 penyajian data, penarikkan kesimpulan. Dari hasil penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter

yang meliputi Religius, Jujur, Tanggung Jawab, Toleransi, Disiplin, Peduli

Lingkungan, Gemar Membaca di MTs Pembangunan UIN Jakarta cukup baik

karena aspek nilai-nilai karakter yang dituju tercapai dan diimplementasi. Semua

implemantasi pendidikan karakter bila merujuk pada nilai-nilai karakter yang

dinginkan sekolah. Maka siswa sudah dilakukan, baik dalam kegiatan belajar

maupun diluar kegiatan belajar, seperti ekskul dan program-program dari sekolah.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 8/105

 

KATA PENGANTAR

 Bismillahirrahmanirrahiim.

 Assalamu’ aliakum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirobil „alamiin, Segala puji dan syukur kita panjatkan atas

kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmatnya dan nikmatnya kepada

seluruh hambanya. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi

Muhammad SAW, junjungan dan pemberi tauladan yang telah membawa cahaya

kehidupan bagi ummatnya beserta kepada keluarganya, para sahabat dan para

tabi‟ tabi‟in. 

Skripsi ini berjudul “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BERBASIS KARAKTER di MTs PEMBANGUNAN UIN JAKARTA” Penulis

menyadari bahwa muatan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik penyusunan,

 penulisan maupun isinya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan pengetahuan,

 pengalaman dan kemampuan penulis miliki. Oleh karena itu, saran dan kritik

untuk menuju perbaikan sangat penulis harapkan. 

Dalam proses pembuatan skripsi ini, berbagai hambatan dan kesulitan

 penulis hadapi, namun berkat Rahmat, taufik, dan hidayah Allah SWT. dan

 berbagai dorongan, saran dan bimbingan dari semua pihak, akhirnya penulisan

skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu,

diantaranya :

1. 

Prof. Dr. H. Rif‟at Syauqi Nawawi, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.  Bahrissalim, MA. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif

Hidayatullah yang telah memberikan kemudahan secara administrasi bagi

 penulis dalam menyusunan skripsi ini.

3.  Drs. H. Syapiuddin Shiddiq, MA. selaku Wakil Ketua Jurusan Pendidikan

Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah dan penasehat akademik yang telah

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 9/105

 

memberikan kemudahan secara administrasi bagi penulis dalam memberikan

saran dalam penyusunan skripsi ini.

4.  Ahmad Irfan Mufid, MA. Selaku dosen Pembimbing dalam memberikan

saran dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5.  Seluruh dosen dan karyawan akademik Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing dan membekali

dengan Ilmu pengetahuan serta membantu proses perkuliyahan penulis.

6.  Seluruh Staf Perpustakaan Umum dan Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Serta perpustakaan yang diluar kampus UIN Syarif Hidayatullah atas

semua bantuan untuk penulis dalam melengkapi literaturnya.

7.  Kedua orang tuaku yang tercinta Bapak Drs. H. Hasan dan Ibu Hj. Umi Nadra

serta Nenekku Hj. Asiyah yang tulus memberikan segalanya, baik cinta,

kasih, sayang, perhatian, pikiran, do‟a, motivasi, kritik dan saran, arahan,

senyum dan usaha untuk mencukupi segala kebutuhan penulis.

8.  Adikku tercinta Luthfan Adli (Jurusan Peradilan Agama UIN JAKARTA)

dan Nila Aulia (MTsN Pulau Batu-Jambi) terima kasih dengan caranya

masing-masing telah membantu, mendukung dan mengkritik penulis agar

segera menyelesaikan skripsi ini.

9. 

Teteh tercinta, Siti Khanifah S.Pd.I terimakasih atas dukungan yang telah

membantu, mendukung dan mengkritik penulis agar segera menyelesaikan

skripsi ini, semoga Allah membalas kebaikan dengan berlipat-lipat.

10. 

Uni Rahmi Meldayati S.THI, Saudaraku Hafiz satria Putri, Uni Rosdalima

Dalmunte S.HI, Saudaraku tercinta Muktizon.

11. 

 Nurlaili Fitrianingrum, Mochamad Ilwan, Vika Martahayu S.Pd.I, Siti

Masithoh, Ira Aniati S.Pd, Said Riadi S.Pd.I, Taufik al-Badar S.Pd.I,

 Nur‟Aini S.Pd.I, Cholilah Pulungan, Zarikatun, Sri Handayanti S.Pd.I, Hurul

A‟in, Indah Nur Ajizah, Nurul Adyati, Resti Hamerti, M.H. Nur Ramadhan

S.Pd.I, M. Samudin S.Pd.I, Hardiansyah S.Pd.I, Hasan Fatoni S.Pd.I, Syukur

Ya‟kub terimakasih atas dukungan mor al yang kalian berikan dalam

 penyususnan skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan dengan berlipat-

lipat.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 10/105

 

12. 

Rekan-rekan seperjuangan di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan khususnya di

 jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2008-2009, yang tidak dapat

 penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk semangat persaudaraan,

kekeluargaannya ini tetap eksis dan talisilaturrahmi kita tetap terjalin. Amiin

Tidak ada yang dapat membalas kebaikan kalian semua, tidak juga

 penulis. Kepada mereka semuanya hanya seuntai do‟a dari lubuk hati yang dapat

 penulis sampaikan “ Jazakumullah Khairon Kastiroo wa barokallah fi hayatikum

wa salamatu fihayatikum” , semoga Allah Ta‟ala membalas kebaikan mereka

semua dengan kebaikan yang lebih baik di dunia ini dan kelak di akhirat nanti.

Amiin

Alhamdulillahi robbil „alamiin. 

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

Jakarta, 04 Januari 2013 M.

Penulis

Ulfa Adilla

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 11/105

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i

SURAT PERNYATAAN JURUSAN ........................................................... ii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .............................................. iii

UJI REFERENSI............................................ ............................................... iv

ABSTRAK...................... ................................................................................ v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI.................................................................................... ............... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. 

Identifikasi Masalah ................................................................ 9

C. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah .......................... 10

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 10

BAB II LANDASAN TEORI

A.  Pendidikan Agama Islam

1. 

Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................ 12

2.  Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam .............................. 16

3.  Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ......................... 18

4. 

Tujuan Pendidikan Agama Islam ...................................... 19

5.  Materi Pendidikan Agama Islam ....................................... 21

B. 

Pendidikan Karakter

1.  Pengertian Pendidikan Karakter ........................................ 21 

2.  Ruang Lingkup Pendidikan Karakter ................................ 24 

3.  Tujuan Pendidikan Karakter ............................................. 25 

4.  Prinsip Pendidikan Karakter ............................................. 26

5.  Metode Pendidikan Karakter............................................. 30 

6.  Landasan Pedagogis Pendidikan Karakter ....................... 32 

7. 

 Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ....................................... 33 

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 12/105

8. 

Penelitian Yang Relevan ................................................... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. 

Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 38

B.  Setting Penelitian ................................................................... 39

C.  Metode Penelitian................................................................... 44

D. 

Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data ............... 44 

E.  Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................ 48 

F.  Analisis Data .......................................................................... 48 

BAB VI HASIL PENELITIAN

A.  Deskripsi Data ........................................................................ 51

1. 

Deskripsi Sekolah ........................................................... 51

2.  Deskripsi Guru ................................................................ 52

3.  Deskripsi Siswa ............................................................... 52

B.  Pembahasan ............................................................................ 53

BAB V PENUTUP

A. 

Kesimpulan ............................................................................ 68

B.  Implikasi ................................................................................. 69

C.  Saran..... .................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 13/105

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah

Pendidikan karakter akhir-akhir ini semakin banyak diperbincangkan di

tengah-tengah masyarakat Indonesia, terutama oleh kalangan akademisi. Sikap

dan perilaku masyarakat dan bangsa Indonesia sekarang cenderung mengabaikan

nilai-nilai luhur yang sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan

 perilaku sehari-hari.Nilai-nilai karakter mulia, seperti kejujuran, kesantunan,

kebersamaan, dan religius,sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh budaya asing

yang cenderung hedonistik, materialistik, dan individualistik, sehingga nilai-nilai

karakter tersebut tidak lagidianggap penting jika bertentangan dengan tujuan yang

ingin diperoleh.1 

Membangun karakter bangsa membutuhkan waktu yang lama dan harus

dilakukan secara berkesinambungan. Karakter yang melekat pada bangsa kita

akhir-akhir ini bukan begitu saja terjadi secara tiba-tiba, tetapi sudah melalui

 proses yang panjang. Potret kekerasan, kebrutalan, dan ketidakjujuran anak-anak

 bangsa yang ditampilkan oleh media baik cetak maupun elektronik sekarang ini

sudah melewati proses panjang. Budaya seperti itu tidak hanya melanda rakyat

umum yang kurang pendidikan, tetapi sudah sampai pada masyarakat yang

terdidik, seperti pelajar dan mahasiswa, bahkan juga melanda para elite bangsa

ini.

1

  Doni Koesoema A,  Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di ZamanGlobal.(Jakarta: Grasindo, 2007). Cet. I. h. 10

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 14/105

2

Membicarakan karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar.

Karakter adalah mustika hidup yang membedakan manusia dengan makhluk

lainnya. Orang-orang yang berkarakter kuat dan baik secara individual maupun

sosial ialah mereka yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik.

Mengingat begitu urgennya karakter, maka insititusi pendidikan memiliki

tanggung jawab untuk menanamkannya melalui proses pembelajaran.2 

Sampai saat ini bangsa Indonesia masih dihadapkan dengan sejumlah

 permasalahan, khususnya permasalahan yang berkaitan dengan moral. Kita sering

mendengar dan melihat dari pemberitaan baik lewat media elektronik seperti

televisi dan radio ataupun internet juga surat kabar, dimana terdapat banyak

kejadian yang semestinya akan mengusik para pendidik, seperti halnya kasus

korupsi, kolusi dan nepotisme di semua lapisan jabatan, perkelahian antar pelajar,

 penyalahgunaan penggunaan narkoba.

Dan tentu juga masih ada deretan panjang persoalan pendidikan lainnya

dari bangsa ini yang belum dapat mencapai tujuan Pendidikan Nasional. Dimana

dalam Pasal Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta

 peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

 bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang

demokratis serta bertanggung jawab”. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan

nasional menjadi rujukan dalam pengembangan pendidikan dan karakter bangsa.

Karakter yang mulia akan menjadikan mengangkat status derajat yang

tinggi dan mulia bagi dirinya. Kemuliaan seseorang terletak pada karakternya.

Karakter begitu penting karena dengan karakter yang baik membuat kita tahan

tabah menghadapi cobaan, dan dapat menjalani hidup dengan sempurna.3 

Islam adalah agama  Rahmatan lil Alamin  (rahmat bagi semesta alam),

rahmatnya meliputi seluruh alam ini tidak terkecuali kepada manusia, sebagai

2Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. I, h. 1

3

  Zubaedi,  Desain Pendidikan Karakter Konepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011) h.6

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 15/105

3

seorang khalifah4  yang diberi kelebihan akal, maka harus mampu memberi

sentuhan kasih sayang dan pemeliharaan itu kepada alam sekitar, sebuah konsepsi

yang diberikan Tuhan kepada manusia sebagai umat-Nya.

Seorang Muslim sejati harus mampu menciptakan kedamaian dalam

seluruh aspek kehidupan, baik dalam skala yang kecil sebagai individu ataupun

dalam skala yang besar yakni dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

 bernegara. Hal ini dapat dilihat dari hadis nabi Muhammad saw yang

diriwayatkan dengan berbagai redaksinya:

ق

خا م

رك  ت 

ث

ع

“Sesungguhnya aku diutus (kepada manusia) untuk menyempurnakan

akhlak mulia”5 

Character itu sama dengan akhlak dalam pandangan Islam. Akhlak dalam

 pandangan Islam ialah kepribadian. Kepribadian itu komponennya tiga yaitu tahu

(pengetahuan), sikap, dan perilaku. Yang dimaksud dengan kepribadian utuh ialah

 bila pengetahuan sama dengan sikap dan sama dengan perilaku. Kepribadian

 pecah ialah bila pengetahuan sama dengan sikap tetapi tidak sama dengan

 perilakunya atau pengetahuan tidak sama dengan sikap, tidak sama dengan

 perilaku. Dia tahu jujur itu baik, dia siap menjadi orang jujur, tetapi perilakunya

sering tidak jujur, ini contoh kepribadian pecah (Split Personality).6 

Kita sering mendengar ungkapan yang mengatakan bahwa mengajarkan

anak-anak kecil ibaratnya seperti menulis di atas batu yang akan terbekas sampai

usia tua, sedangkan mengajarkan pada orang dewasa diibaratkan seperti menulis

di atas air yang akan cepat sirna dan tidak membekas.7 

4Dalam bahasa arab seorang pemimpin disebut khalifah. Kala khalifah dalam kamus

 bahasa al-Qur’an 2: 30 kata khalifah diartikan bahwa manusia diciptakan telah mepunyai

kemampuan memimpin, pewaris atau pengganti. Ibnu Khaldun dalam kitab  Muqadimmah, bahwamanusia mempunyai kecenderungan alami untuk mempin karena mereka diciptakan sebagai

khalifah.5 Hadis ini diriwayatkan oleh Malik dalam  Kitab al- Muwatta’ , secara muttasil dari Abu

Hurairah dan lain-lainnya, juga diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanad  shahih secara marfu’ , dan

diriwayatkan dari al-Tabrani dalam kitab al-Awsath dengan sanad dha’if   akan tetapi dengan makna

yang shahih, dan diriwayatkan juga oleh al-Daylami dengan sanad hasan.(Maktabah al-Syamilah)6 Abdul Majid dan Dian Andayani,  Pendidikan Karakter Persfektif Islam, (Bandung: PT

Remaja rosdakarya, 2011), h. iv7 Ibid., h. iv

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 16/105

4

Ungkapan itu tidak dapat diremehkan begitu saja karena karakter yang

 berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa

kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Banyak pakar pendidikan

mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter sejak dini akan membentuk

 pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak.8 

Membangun karakter bangsa membutuhkan waktu yang lama dan harus

dilakukan secara berkesinambungan. Karakter yang melekat pada bangsa kita

akhir-akhir ini bukan begitu saja terjadi secara tiba-tiba, tetapi sudah melalui

 proses yang panjang. Potret kekerasan, kebrutalan, dan ketidakjujuran anak-anak

 bangsa yang ditampilkan oleh media baik cetak maupun elektronik sekarang ini

sudah melewati proses panjang. Budaya seperti itu tidak hanya melanda rakyat

umum yang kurang pendidikan, tetapi sudah sampai pada masyarakat yang

terdidik, seperti pelajar dan mahasiswa, bahkan juga melanda para elite bangsa

ini.

Pendidikan yang merupakan agent of change harus mampu melakukan

 perbaikan karakter bangsa kita. Karena itu, pendidikan kita perlu direkonstruksi

ulang agar dapat menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas dan siap

menghadapi “dunia” masa depan yang penuh dengan problema dan tantangan

serta dapat menghasilkan lulusan yang memiliki karakter mulia. Dengan kata lain,

 pendidikan harus mampu mengemban misi pembentukan karakter (character

building ) sehingga para peserta didik dan para lulusannya dapat berpartisipasi

dalam mengisi pembangunan di masa-masa mendatang tanpa meninggalkan nilai-

nilai karakter mulia.9 

Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat indonesia

melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan

suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada

anak-anak.10 

8http://gudangmakalah.blogspot.com/2010/12/skripsi-pengaruh pelaksanaan pendidikan.

html, diakses pada 03 juli 20129Doni Koesoema A,  Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di ZamanGlobal.

( Jakarta: Grasindo, 2007). Cet. I.10

 Masnur Muslich,  Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,(Jakarta: PT Bumi Akasara, 2011), h. 1.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 17/105

5

Salah satu upaya untuk mewujudkan pendidikan karakter, para peserta

didik (siswa dan mahasiswa) harus dibekali dengan pendidikan khusus yang

membawa misi pokok dalam pembinaan karakter mulia. Pendidikan seperti ini

dapat memberi arah kepada para peserta didik setelah menerima berbagai ilmu

maupun pengetahuan dalam bidang studi (jurusan) masing-masing, sehingga

mereka dapat mengamalkannya di tengah-tengah masyarakat dengan tetap

 berpatokan pada nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang universal.

Penguatan pendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat relevan

untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di negara kita. Diakui atau tidak

diakui saat ini terjadi krisis yang nyata dan mengkhawatirkan dalam masyarakat

dengan melibatkan milik kita yang paling berharga, yaitu anak-anak. Krisis itu

antara lain berupa meningkatnya pergaulan seks bebas.11 

Maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap

teman, pencurian remaja, kebiasan menyontek, dan penyalahgunaan obat-obatan,

 pornografi, pemerkosaan, perampasan, dan perusakan milik orang lain sudah

menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum diatasi secara tuntas. Perilaku

remaja kita juga diwarnai dengan gemar menyontek, kebiasaan bullying disekolah,

dan tawuran. Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat lagi dianggap

sebagai suatu persoalan sederhana karena tindakkan ini telah menjurus kepada

tindakkan kriminal. Perilaku orang dewasa juga setali tiga uang, senang dengan

konflik dan kekerasan atau tawuran, perilaku korupsi yang merajalela, dan

 perselingkuhan.12 

11 Menurut Kepala BKKBN, Sugiri Syarif, data Badan Koordinasi Keluarga Berencana

 Nasional (BKKBN) pada 2010, menunjukkan 51 persen remaja di Jabodetabek telah melakukan

telah melakukan seks pra nikah. Artinya dari 100 persen remaja. Misalnya saja disurabaya tercatat

54 persen, di Bandung 47 Persen, dan 5 persen di Medan. Dari kaus perzinaan yang dilakukan pararemaja putri tersebut, yang paling dahsyat terjadi di Yogyakarta. Pihaknya menemukan dari hasil

 penelitian di Yogya kurun waktu 2010 setidaknya tercatat sebanyak 37 persen dari 1.160 mahaiswi

di Kota Gudeg ini menerima gar MBA ( MarriagebyAccident ) alias menikah akibat hamil maupun

kehamilan di luar nikah. Didit Tri Kertapati, “Kepala BKKBN: 51 dari 100 remaja di Jabodetabek

sudah Tak Perawan” dalam detiknews.com, dipublikasikan pada Minggu, 28/11/2010,

http://www.detiknews.com/read/2010/11/28/094930/150 4117/10/kepala-bkkbn-51-dari-100-

remaja-di-jabodetabek-sudah-tak-perawan.12

  Zubaedi,  Desain Pendidikan Karakter Konepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), h.2

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 18/105

6

Kondisi krisis13  dan dekadensi moral ini menandakan bahwa seluruh

 pengetahuan agama dan moral yang didapatkannya di bangku sekolah ternyata

tidak berdampak terhadap perubahan perilaku manusia Indonesia. Bahkan yang

terlihat adalah begitu banyaknya manusia Indonesia yang tidak konsisten, lain

yang dibicrakan, dan lain pula tindakannya.

Situasi dan kondisi karakter bangsa yang sedang memprihatinkan telah

mendorong pemerintah untuk mengambil inisiatif untuk memprioritaskan

 pembangunan karakter bangsa. Pembangunan karakter bangsa dijadikan arus

utama pembangunan nasional. Hal ini mengandung arti bahwa setiap upaya

 pembangunan harus selalu diupayakan untuk memberi dampak positif terhadap

 pengembangan karakter.14 

Banyak orang yang berpandangan bahwa kondisi demikian diduga berawal

dari apa yang dihasilkan oleh dunia pendidikan demoralisasi terjadi karena proses

 pembelajaran cenderung mengajarkan pendidikan moral dan budi pekerti sebatas

teks dan kurang memeprsiapkan siswa untuk menyikapi dan menghadapi

kehidupan yang kontradiktif. Pendidikanlah yang sesungguhnya paling besar

memberikan kontribusi terhadap situasi ini. Dalam konteks pendidikan formal di

sekolah, bisa salah satu jadi penyebabnya karena pendidikan di Indonesia lebih

menitikberatkan pada pengembangan intelektual atau kognitif semata, sedangkan

aspek  soft skils  atau non akademik sebagai unsur utama pendidikan karakter

 belum diperhatikan secara optimal bahkan cenderung diabaikan.15 

Bahkan merujuk hasil penelitian Afiyah, dkk. (2003), materi yang

diajarkan oleh pedidikan agama termasuk di dalamnya bahan ajar akhlak,

cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif), sedangkan

 pembentukkan sikap (afektif), dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim.

Pembelajaran pendidikan agama lebih didominasi oleh transfer ilmu pengetahuan

agama dan lebih banyak bersifat hafalan tekstual, sehingga kurang

13  Menurut tinjauan ESQ, tujuh krisis moral yang terjadi ditengah tengah masyarakat

Indonesia antara lain krisis kejujuran, krisis tanggung jawab, tidak berfikir jauh kedepan, krisis

disiplin, krisis kebersamaan dan krisis keadilan. Darmiyati Zuhdi,  Pendidikan Karakter

(Yogyakarta: UNY Press, 2009), h.39-4014

Zubaedi,op.cit., h.715 Zubaedi,op.cit., h.3

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 19/105

7

menyentuhaspek sosial mengenai ajaran hidup yang toleran dalam bermasyarakat

dan berbangsa.16 

Kekhawatiran terbesar kita ialah tindakkan kekerasan yang dilakukan

anak-anak muda, dan itu sudah merupakan keadaan gawat yang perlu segera

diatasi. Kajian-kajian ilmiah tentang perilaku tidak terpuji (amoral) yang

dilakukan siswa dalam dunia pendidikan di Indonesia sangat terbatas. Namun di

 Negara-Negara maju seperti di Amerika sudah sangat berkembang, survei

nasional yang dilakukan oleh The Ethics of American Youth, dari  Josephson

 Institute of Ethics (2006), diketahui bahwa perilaku siswa dalam jangka waktu 12

 bulan, yaitu: 

a)  82% mengakui bahwa mereka berbohong kepada orang tua. 

 b) 

62% mengakui bahwa mereka berbohong kepada seorang guru tentang

sesuatu yang signifikan. 

c) 

33% menjiplak tugas dari internet. 

d)  60% menipu selama pelaksaan ujian di sekolah. 

e)  23% mencuri sesuatu dari orang tua atau kerabat lainnya. 

f)  19% mencuri sesuatu dari seseorang teman. 

g)  28% mencuri sesuatu dari tokoh.17 

Indikator lain yang mengkhawatirkan juga terlihat pada sikap kasar anak-

anak yang lebih kecil, mereka semakin kurang hormat terhadap orang tua, guru,

dan sosok-sosok lain yang berwenang kebiadaban yang meningkat, kekerasan

yang bertambah, kecurangan yang meluas, dan kebohongan yang semakin lumrah.

Peristiwa ini sangat mencemaskan dan masyarakat pun waspada. Sebagian orang

tua mulai mengirim anaknya kesekolah khusus, sementara sebagian lain mendidik

anaknya dirumah.18 

Pendidikan karakter di Indonesia dirasakan amat perlu pengembangannya

 bila mengingat makin meningkatnya tawuran-tawuran antar pelajar, serta bentuk-

 bentuk kenakalan remaja lainnya terutama dikota-kota besar, pemerasan atau

kekerasan (bullying), kecenderungan dominasi senior terhadap yunior, fenomena

suporter bonek, penggunaan narkoba, dan lain lain. Bahkan yang paling

memprihatinkan, keinginan untuk membangun sifat jujur pada anak-anak melalui

16 Ibid ., .h.3

17

 Ibid., h.418 Ibid.,. h.4

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 20/105

8

Kantin Kejujuran di sejumlah sekolah, banyak yang gagal, banyak Kantin

Kejujuran yang bangkrut karena belum bangkitnya sikap jujur pada anak-anak.

Sementara itu informasi dari Badan Narkotika menyatakan 3,6 juta pecandu

narkoba di Indonesia (Tempo Interaktif, 27/8/2009).19 

Ilmu pengetahuan yang didapatkan disekolah belum tentu dapat diterapkan

dan diaplikasikan oleh seorang anak. Dalam hal perilaku seoran anak tidak akan

lepas dari pendidikan agama yang sedari kecil diajarkan oleh orang tua agar

seorang anak memahami bahwaanya segala macam perbuatan akan dipertanggung

 jawabkan di akhirat sebagaimana dijelaskan Allah dala Al-Quran:

                                               

“... Dan Sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu

kerjakan”. (Q.S: an-Nahl [16: 93]).

Maka dari itu pendidikan agama Islam yang diajarkan di sekolah

dibutuhkan untuk menanamkan pemahaman pada anak, bahwasanya segala bentuk

 perilaku baik itu yang terpuji ataupun tercela akan menjadi tanggungan seiap

manusia di akhirat.20 

Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran, memiliki peranan dan

cita-cita luhur untuk membentuk manusia yang mengenal, memahami,

menghayati hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam

mengamalkan ajaran Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Quran dan Hadits,

melalui kegiatan bimbingan dan pengajaran, latihan serta penggunaan

 pengalaman. Dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati pemeluk agama lain

dalam hubungannya dengan kerukunan umat beragama dalam masyarakat

sehingga terwujud persatuan dan kesatuan bangsa.

Pendidikan Islam juga memiliki keunikan dan khasnya sendiri sesuai

dengan visi dan misinya. Adapun visi dari Pendidikan Agama Islam adalah

terwujudnya manusia yang bertaqwa, berakhlak mulia, berkepribadian, berilmu,

19 Muchlas Samani dan Hariyanto,  Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung,

PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 220

  Asmaran,  Pengantar Studi Akhlak EdisiRevisi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2002), h. 72.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 21/105

9

terampil dan mampu mengaktualisasikan diri dalam kehidupan bermasyarakat.

Sedangkan misinya adalah menciptakan lembaga yang Islami dan berkualitas,

menjabarkan kurikulum yang mampu memahami kebutuhan anak didik dan

masyarakat, menyediakan tenaga kependidikan yang profesional dan memiliki

kompotensi dalam bidangnya dan menyelenggarakan proses pembelajaran yang

menghasilkan lulusan yang berprestasi.21 

Demi tujuan pembentukan karakter,22 maka pendidikan sebenarnya masih

dianggap sebagai instrumen penting. Sebab, pendidikan sampai sekarang masih

diyakini mempunyai peran besar dalam membentuk karakter individu-individu

yang dididiknya, dan mampu menjadi sarana pembentukan sikap bagi generasi

muda penerus bangsa.

Di samping itu, pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata

laku seorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

 pengajaran dan pelatihan. Dalam pengertian agak luas, pendidikan dapat diartikan

sebagai suatu proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh

 pengetahuan pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan

kebutuhan.23 

B. Identifikasi Masalah

1.  Siswa Kurang menjalankan nilai-nilai keagamaan.

2.  Siswa kurang menunjukkan perilaku sopan santun.

3. 

Siswa kurang berlaku jujur.

21  Artikel ditulis Drs. Z. Arifin Nurdin, Gagasan dan Rancangan Pendidikan Agama

 Berwawasan Multikultural di Sekolah Agama dan Madrasah, www.pendidikan networking,

dodownload tanggal 5 Januari 2009.22

  Marvin Berkowitz dari University of Missouri St. Louis, menunjukkan peningkatan

motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter, kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter

menunjukkan laporan yang diterbitkan National Assosiation of School Psychologist sebanyak 22

 persen anak-anak kelas 4-8 di Amerika Serikat mengalami kesulitan belajar karena adanya

 perilaku saling mengejek (bullying) antar kawan di sekolah. Dengan adanya pendidikan karakter di

sekolah dapat menurunkan perilaku saling mengejek di sekolah, dan juga menurunkan terjadinya

konflik antar pelajar, sehingga suasana belajar semakin nyaman, dan akhirnya dapat meningkatkan

 prestasi akademik.23

  Muhibbin Syah,  Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: RemajaRosda Karya, 2004), 10.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 22/105

10

4. 

Siswa kurang menunjukkan disiplin.

5.  Siswa kurang mempunyai rasa tanggung jawab.

6.  Siswa kurang memiliki rasa toleransi.

7. 

Proses pembelajaran

8.  Keteladanan guru.

C.  Pembatasan dan Perumusan Masalah

Mengingat luasnya bidang garapan, maka untuk lebih memperjelas dan

memberi arah yang tepat dalam penulisan skripsi ini, maka disini perlu adanya

 pembatasan masalah dalam pembahasannya, maka penulis membatasi

 permasalahan dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut:“Implementasi

Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter yang meliputi Religius, Jujur,

Tanggung Jawab, Toleransi, Disiplin, Peduli Lingkungan, Gemar Membacadi

MTs Pembangunan UIN Jakarta”. 

Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai

 berikut:”Bagaimana Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter

Meliputi Religius, Jujur, Tanggung Jawab, Toleransi, Disiplin, Peduli

Lingkungan, Gemar Membaca di MTs Pembangunan UIN Jakarta”?

D.  Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan peneliti dalam wacana Pendidikan Agama

Islam berbasis karakter adalah, meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

 pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak

mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi

lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara

mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan

menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia

sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberi kegunaan baik secara teoritis

maupun praktis kepada berbagai pihak.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 23/105

11

1. 

Bagi penulis, untuk menambah wawasan serta pengalaman penulis mengenai

 penelitian ini, baik dalam merencanakan ataupun melaksanakan penelitian.

2.  Bagi guru, untuk mengetahui bagaimana penerepan Pendidikan Agama Islam

Berbasis Karakter di MP UIN Jakarta

3.  Bagi Universitas, menambah khazanah ilmiah di kalangan akademis

diharapkan menjadi sumbangsih gagasan dan sebuah tawaran solusi terhadap

tantangan globalisasi serta dapat dipraktekkan dalam pengembangan

Pendidikan Agama Islam ke depan.

4.  Bagi pemerintah, sebagai bahan masukan dalam rangka mensinergikan

Pendidikan Agama yang selama ini terabaikan, padahal PAI, memiliki

 peranan yang besar dalam membentuk kualitas pendidikan yang lebih baik.

Kegunaan secara akademis adalah untuk memberikan sumber informasi

dan sumber referensi untuk bahan bacaan yang bermanfaat bagi mahasiswa atau

instansi serta dapat digunakan sebagai rujukan umtuk penelitian yang akan datang.

Sedangkan kegunaanpenelitian secara terapan adalah untuk memberikan hasil dan

informasi yang bermanfaat bagi instansi pendidikan.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 24/105

 

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Komponen Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses untuk menciptakan

kedewasaan pada manusia. Proses yang dilalui untuk mencapai kedewasaan

tersebut membutuhkan waktu yang lama, karena aspek yang ingin dikembangkan

 bukanlah hanya kognitif semata-mata melainkan mencakup semua aspek

kehidupan, termasuk didalamnya nilai-nilai ketuhanan.1 

Dalam Islam Al-Quran telah menerangkan bahwa pendidikan telah tercipta

sejak adanya makhluk (manusia) yang pertama. Hal itu dibuktikan dalam Surat al-

Baqarah ayat 31 sebagai berikut:

                                                                                                            

                          

 Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)

 seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman:

"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-

orang yang benar! (QS. Al-Baqarah [2: 31]).

1

Mansur Muslich,  Pendidikan Karakter Menjawab Krisis Multimedia Nasional, (Jakarta,PT Bumi Aksara, 2011), h.23

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 25/105

13

Tidak ada satupun makhluk ciptaan Tuhan di atas bumi yang dapat

mencapai kesempurnaan/ kematangan hidup tanpa melalui suatu proses, sedang

 pendidikan sendiri adalah masalah hidup dan proses kehidupan manusia2 

Sebelum penulis membahas tentang pendidikan karakter, terlebih dahulu

 penulis akan membahas dan memaparkan tentang pendidikan istilah pendidikan.

Pendidikan berasal dari kata “didik” yang diberi awalan “pe” dan akhiran “kan”,

mengandung arti “perbuatan” (hal, cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan ini

semula berasal dari bahasa Yunani yaitu “Pedagogie”, yang berarti bimbingan

yang diberikan kepada anak.3 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan

ialah “Proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.4 

Sedangkan dalam bahasa Arab, pengertian kata pendidikan sering

digunakan pada beberapa istilah, antara lain, al-Ta‟lim, al -Tarbiyah dan al-

Ta‟dib.  Namun demikian, ketiga kata tersebut memiliki makna tersendiri dalam

menunjuk pada pengertian pendidikan.

Kata ta‟lim merupakan masdhar dari kata „allama yang berarti pengajaran

yang bersifat pemberian atau penyampaian pengertian, pengetahuan, dan

ketrampilan. Penunjukkan kata al-ta‟lim pada pengertian pendidikan.

Adapun Kata al-Tarbiyah, merupakan masdhar dari kata rabba yang

 berarti mengasuh, mendidik, memelihara.5Sedangkan kata al -Ta‟dib, merupakan

masdhar dari kata addaba,  yang dapat diartikan kepada proses mendidik yang

lebih tertuju pada pembinanaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti

 peserta didik.6 

Didalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

2 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), h.10

3 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Kalam Mulia, 2002 ), h. 13

4Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan,  Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1994),

Edisi Kedua, h. 2325

 Ibid., h. 87  6 Ibid ., h.90

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 26/105

14

 peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

 Negara.7 

Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau

 pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan

 jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.8 

Menurut Abudin Nata dalam bukunya  filsafat pendidikan Islam I , bahwa

Ki Hajar Dewantara mendefinisikan pendidikan adalah usaha yang dilakukan

dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaanmanusia. Pendidikan tidak hanya bersifat pelaku pembangunan tetapi sering

merupakan perjuangan pula. pendidikan berarti memelihara hidup tumbuh ke arah

kemajuan, tidak boleh melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin.

Sehingga pendidikan adalah usaha kebudayaan, berasas peradaban, yakni

memajukan hidup agar mempertinggi derajat manusia.9 

William Mc Guecken, S.J. seorang tokoh pendidikan Khatolik berpendapat

 bahwa pendidikan diartikan oleh ahli skolastik, sebagai suatu perkembangan dan

kelengkapan dari kemampuan-kemampuan manusia, baik moral, intelektual,

maupun jasmananiah yang diorganisasikan, dengan atau untuk kepentingan

individual atau sosial dan diarahkan kepada kegiatan kegiatan yang baru bersatu

dengan penciptanya sebagai tujuan akhir.10 

Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa baik

sadar dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan

 jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan menuju terciptanya kehidupan yang

lebih baik.

Sedangkan pendidikan Islam adalah suatu proses pengembangan potensi

kreatifitas peserta didik, bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan

 bertkwa kepada Allah Swt,cerdas, terampil dan memiliki etos kerja yang tinggi,

 berbudi pekerti luhur mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, bangsa

7 Ramayulis, op.cit., h. 13

8Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002) Cet. XI, H. 13.

9 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I , (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. I,

h. 9 10 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 14

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 27/105

15

dan negara serta agama. Proses itu sendiri sudah berlangsung sepanjang sejarah

kehidupan.11 

Menurut Ahmad Marimba, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan

 jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada

terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.12 

Sedangkan menurut zakiah Darajat, pendidikan Agama Islam adalah

 pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan

dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia

dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang

telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam yang telah

diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran Islam itu sebagai suatu

 pandangan hidupnya demi keselmatan dan kesejahteraan dunia dan di akhirat

kelak.13 

Beni Ahmad Saebani, mengatakan bahwa kata “Islam” merupakan kata

kunci yang berfungsi sebagai sifat, penegas, dan memberi ciri kas pada kata

 pendidikan. Dengan demikian, pengertian pendidikan Islam berarti pendidikan

yang secara khas memiliki ciri Islami, yang dengan ciri itu, maka membedakan

dirinya dengan model pendidikan lainnya.14 

Menurut Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan dalam bukunya Filsafat

Pendidikan Islam, bahwa Drs. Marimba mendefenisikan Pendidikan Islam adalah

 bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju

terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan

 pengertian lain seringkali beliau mengatakan kepribadian utama tersebut dengan

istilah kepribadian muslim. Yakni kerpibadian yang memiliki nilai-nilai agama

11Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, ( Jakarta, Ciputat Pers,

2002), cet 1, h. 312

Ibid, h.413

Zakiah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet, II, h. 8614

Beni Ahmad Saebani, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), Cet,I, h. 40.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 28/105

16

Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan

 bertanggung jawab sesuai nilai-nilai Islam.15 

2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam

Sebagai aktifitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian

muslim, maka Pendidikan Islam memerlukan sebuah dasar yang dijadikan

landasan kerja. Dengan dasar tersebut ia akan memberikan arah bagi pelaksanaan

 pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini dasar yang menjadi

acuan Pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan

kekuatan yang dapat menghantarkan peserta didik ke arah pencapaian pendidikan.

Pendidikan Islam, baik sebagai konsep maupun sebagai aktivitas yang

 bergerak dalam rangka pembinaan kepribadian yang utuh, paripurna atau  syumul

memerlukan suatu dasar yang kokoh, dalam artian kajian tentang Pendidikan

Islam tidak boleh lepas dari landasan yang terkait dengan sumber ajaran Islam itu

sendiri.

Landasan dasar Pendidikan Islam utamanya terdiri atas empat macam,

yaitu:

a.  Al-Qur‟an 

Al-Qur‟an sebagai kitab undang-undang, hujjah dan petunjuk. Di

dalamnya mengandung banyak hal menyangkut segenap kehidupan

manusia termasuk pendidikan16, sebagaimana surat an-Nahl ayat 89:

                                                                             

          “Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran)  untuk menjelaskan

 segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-

orang yang berserah diri”. (QS. An-Nahl [16: 89]).

15Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan,  Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung, Pustaka Setia,

2001), cet ke 2, h. 15.16Syamsul, op.cit., h. 153

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 29/105

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 30/105

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 31/105

19

(SMA) disamping keempat unsur pokok di atas maka unsur pokok syari‟ah

semakin dikembangkan. Unsur pokok Tarikh diberikan secara seimbang

 pada setiap satuan pendidikan.22 

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Segala usaha yang dilakukan tentu mempunyai tujuan, sebab tujuan

merupakan salah satu yang diharapkan setelah usaha atau kegiatan selsesai

dilakukan. Tujuan merupakan faktor yang penting dalam suatu kegiatan atau

usaha. Demikian pula dengan proses pendidikan, tanpa adanya tujuan akan

menimbulkan ketidaktentuan dalam prosesnya.

Pendidikan agama Islam adalah bagian integral daro pendidikan nasional.

Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional adalah No.20 Tahun 2003 sebagai berikut:

“Pendidikan Nasional bertujuan berkemangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

 berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang deokratis serta bertanggung jawab”.23 

Adapun tujuan Pendidikan Islam, dikatakan oleh Zakiah Daradjat dalam

 buku  Ilmu Pendidikan Islam II , yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya

menjadi insane kamil dengan pola takwa, Insan kamil artinya manusia utuh rohani

dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena

taqwanya kepada Allah swt. Ini mengandung arti bahwa pendidikan Islam itu

diharapkan menghasilkan manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakatnya

serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam

 berhubungan dengan Allah dan dengan sesamanya, dapat mengambil manfaat

yang semakin meningkat dari alam semesta ini untuk kepentingan hidup di dunia

kini dan di akhirat nanti.24 

22  Rumayulis,  Metedologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005),

Cet.4,h. 22-2323

Departmen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 24

 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), cet 2, h.41

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 32/105

20

Sedangkan Zuhairani Mengatakan bahwa tujuan umum pendidikan agama

(Islam) adalah membimbing anak agar mereka menjadi seorang muslim sejati,

 beriman teguh, beramal shaleh serta berakhlak mulia dan berguna bagi

masyarakat.25 

Tujuan Pendidikan Madrasah Pembangunan UIN jakarta adalah sebagai

 berikut :

a.  Terselenggaranya pendidikan dasar dan menengah yang akan melahirkan

lulusan beriman dan bertaqwa serta memiliki kemampuan kompetitif dan

keunggulan komparatif.

 b.  Terwujudnya peserta didik yang memiliki keseimbangan antara kekuatan

 jasmani dan rohani serta kepekaan dan kepedulian sosial.c.

 

Terwujudnya kuriklum yang memiliki kekuatan pada pembinaan keislaman,

sains dan teknologi serta apresiatif terhadap kecenderungan globalisasi dengan

tetap berpijak pada keribadian Indonesia dan kemampuan potensi anak.

d.  Tersedianya pendidik sebagai tenaga profesional yang menguasai bidang

keilmuan yang diasuhnya secara luas, mendalam dan komprehensif serta

memiliki kemampuan untuk mengajarkannya (teaching skill), berkepribadian

 pedagogis, dan berakhlak mulia.

e.  Tersedianya tenaga kependidikan profesional yang daa melaksanakan tugasnya

didukung oleh ilmu pengetahuan yang relevan, memiliki etos kerja, loyalitas,

dan dedikasi yang tinggi yang dilandasi akhlak mulia.

f. 

Tersedianya sarana dan prasarana dan fasilitas sumber belajar yang dapat

memberikan kesepatan kepada para peserta didik untuk dapat belajar seluas-

luasnya, sehingga madrasah benar-benar berfungsi sebagai pusat pembelajaran.

g.  Terwujudnya peserta didik yang mendiri yang mampu melakukan team work

melalui berbagai aktivitas belajar baik intra maupun ekstrakurikuler.

Dari rumusan tujuan pendidikan agama Islam yang telah dikemukakan di

atas terlihat bahwa tujuan pendidikan agama Islam mempunyai cakupan yang lebi

luas, yang pada akhirnya bertumpu pada penyerahan diri secara total hanya

kepada Allah SWT dan terbentuknya kepribadian yang dilandasi oleh nilai-nilai

islam yang disebut kepribadian muslim atau terbentuknya insan kamil sebagi

tujuan akhir dari pendidikan Agama Islam.

25

Zuhairani, et.al, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usana Offest Printing,1981), h.43

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 33/105

21

5. Materi Agama Islam

Materi pendidikan agama Islam pada sekolah dasar, sekolah lanjutan

tingkat pertama, sekolah lanjutan atas, merupakan bagian integral dari program

 pengajaran setiap jenjang pendidikan. Sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional,

 pendidikan Agama Isam diarahkan untuk membentuk manusia Indonesia

seutuhnya.

Adapun materi pokok pendidikan Agama Islam dapat diklasifikasikan

menjadi lima aspek kajian, yaitu:

a.  Aspek Al-Quran dan Hadits

Dalam aspek ini menjelaskan beberapa ayat dalam Al-Quran dan sekaligus juga menjelaskan beberapa hukum bacaannya yang terkait dengan ilmu tajwid

dan juga menjelaskan beberapa hadits Nabi Muhammad Saw.

 b. 

Aspek keimanan atau aqidah Islam

Dalam aspek ini menjelaskan berbagai konsep keimanan yang meliputi enam

rukun iman dalam Islam.

c.  Aspek akhlak

Dalam aspek ini menjelaskan berbagai sifat-sifat terpuji (akhlak karimah) yang

harus diikuti dan sifat-sifat tercela yang harus dijauhi.

d.  Aspek hukum Islam atau Syari‟ah Islam 

Dalam aspek ini menjelaskan berbagai konsep keagamaan yang terkait dengan

masalah ibadah dan mua‟malah. 

e. 

Aspek tarikh Islam

Dalam Aspek ini menjelaska sejarah perkembbangan (peradaban) Islam yang

 bisa diambil anfaatnya untuk diterapkan di masa sekarang.26 

B. Komponen Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Adapun kata karakter berasal dari Bahasa Latin “Karakter”, “Kharassein”,

“Kharax”, dalam bahasa Inggris: character dan Indonesia “Karakter”, Yunanicharacter, dari charassein yang berarti membuat tajam, membuat dalam. Dalam

kamus poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat

kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain,

nama dari jumlah seluruh ciri pribadi yang meliputi hal-hal seperti perilaku,

26Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Lanjutan Pertama dan Menengah,

 Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama,(Jakarta: 2004), h. 18

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 34/105

22

kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi, nilai-

nilai, dan pola-pola pemikiran.27 

Menurut Suryanto28  karakter adalah cara berfikir dan berprilaku yang

menjadi cirri khas tiap indifidu untuk hidup bekerjasama, baik dalam lingkungan

keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara. Individu yang berkarakter baik adalah

indifidu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan tiap

akibat dari keputusan yang ia buat, hal ini sebagaimana dituturkan oleh Yaumi.29 

Kualitas moral seseorang yang tercermin dari segala tingkah lakunya yang

mengandung unsur keberanian, ketabahan, kejujuran, dan kesetiaan, atau perilaku

dan kebiasaan yang baik. Karakter ini dapat berubah akibat pengaruh lingkungan,

oleh karena itu perlu usaha membangun karakter dan menjaganya agar tidak

terpengaruh oleh hal-hal yang menyesatkan dan menjerumuskan.

Menurut Ki Hadjar Dewantara30 karakter itu terjadi karena perkembangan

dasar yang telah terkena pengaruh ajar. Yang dinamakan „dasar‟ yaitu bekal hidup

atau bakat anak yang berasal dari alam sebelum mereka lahir, serta sudah menjadi

satu dengan kodrat kehidupan anak (biologis). Sementara kata „ajar‟ diartikan

segala sifat pendidikan dan pengajaran mulai anak dalam kandungan ibu hingga

akil baligh, yang dapat mewujudkan intelligible, yakni tabiat yang dipengaruhi

oleh kematangan berpikir. Jiwa anak yang baru lahir diumpamakan sehelai kertas

yang sudah ditulis dengan tulisan yang agak suram. Padahal pendidikan itu wajib

dan harus cakap menebalkan dan menerangkan tulisan-tulisan yang suram

mengenai tabiat-tabiat yang baik, sehingga tabiat yang tidak baik dapat tertutup

dan tidak terlihat karena tidak tumbuh terus.

Adapun pendidikan karakter didefenisikan oleh Hornby dan Parnwell,

1972: 49) yang mengatakan karakter adalah kualitas mental atau moral, nama atau

reputasi. Hermawan Kertajaya (2010: 3) mendefenisikan karakter adalah “Ciri

27Abdul Majid,  Pendidikan Karakter Persfektif Islam, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya

Offest, 2011), h. 1128

Suryanto, Urgensi Pendidikan Karakter,  201,(http://waskitamandiribk.wordpress.com).

Diunduh pada 19 Sepetember 2012.29

Muhammad Yaumi,  Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa melalui

Transdisiplinaritas, 2012, ( http://www. bharatbhasha.com  / education. php / 208471 ).  Diunduh 19

September 201230Ki Hadjar Dewantara, Menuju Manusia Merdeka, (Yogyakarta: Leutika, 2009). 

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 35/105

23

khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau indifidu. Ciri khas tersebut adalah

“asli” dan mengakar pada kepribadian benda atau indifidu tersebut dan merupakan

„mesin‟ pendorong  bagaimana seorang bertindak, bersikap, berujar, dan

merespons sesuatu.31 

Selain Hornby dan Parnwell Ratna Megawangi juga Pendapat yang dikutip

oleh Dharma Kesuma dkk, bahwa Pendidikan karakter adalah “sebuah usaha

untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan

mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat

memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.” Defenisi lainnya

diekmukakan oleh Fakry Gaffar yang dikutip oleh Dharma Kesuma: “Sebuah

 proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh kembangkan dalam

kepribadian seseoran sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.”

Dalam defenisi tersebut, ada tiga ide pikiran penting, yaitu: 1) proses transformasi

nilai-nilai, 2) ditumbuh kembangkan dalam keribadian, dan 3) menjadi satu dalam

 perilaku.32 

Untuk melengkapi pengertian tentang karakter ini akan dikemukakan juga

 pengertian akhlak, moral, dan etika. Kata akhlak berasal dari bahasa Arab “al -

akhlaq” yang merupakan bentuk jamak dari kata “al -khuluq” yang berarti budi

 pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.33Sedangkan secara terminologis,

akhlak berarti keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan

dengan tidak menghajatkan pikiran. Inilah pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu

Maskawaih. Sedang al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai suatu sifat yang

tetap pada jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah,

dengan tidak membutuhkan kepada pikiran.34 (Rahmat Djatnika, 1996: 27).

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa karakter identik dengan

akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal

31Abdul Majid, op.cit., h.11

32  Dharma Kesuma,dkk,  Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah,

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h.533

Hamzah Ya‟qub.  Etika Islam: Pembinaan Akhlaqulkarimah (Suatu Pengantar).

(Bandung: CV Diponegoro, 1998). Cet. IV, h. 11 34

Rachmat Djatnika, Sistem Etika Islami (Akhlak Mulia). (Jakarta: PustakaPanjimas,1996), h. 27

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 36/105

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 37/105

25

(trustworthy), yang meliputi sifat jujur (honest) dan integritas (integriti),

memperlakukan orang lain dengan hormat (resfect),  bertanggung jawab

(responsibility), adil (fair), kasih sayang (caring), dan warga Negara yang baik

(good citizen).36  

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan yang paling mendasar dari pendidikan adalah untuk membuat

seseorang menjadi good and smart. Dalam sejarah Islam, Rasulullah Muhammad

Saw, sang Nabi terakhir dalam ajaran Islam, juga mengaskan bahwa misi

utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk mengupayakan pembentukkan

karakter yang baik (good character).37 

Adapun tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu

 proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukkan karakter dan

akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan

standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan

karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan

menggunakan pengetahuannnya, mengkaji dan menginternalisasikan serta

mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhak mulia sehingga terwujud

dalam perilaku sehari-hari.

Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada

 pembentukan budaya sekolah/madrasah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku,

tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yag dipraktikkan oleh semua

warga sekolah/madrasah, dan masyarakat sekitarnya. Budaya sekolah/madrasah

tersebut di mata masyarakat luas.38 

Kemudian Ary Ginanjar Agustian dengan teori ESQ menyodorkan

 pemikiran bahwa setiap karakter positif sesungguhnya akan merujuk kepada sifat-

sifat mulia Allah, yaitu alAsma al-Husna. Sifat-sifat da nama-nama mulia Tuhan

inilah sumber inspirasi setiap karakter posisitif yang dapat di teladani dari nama-

 36

  Chararter Counts, Six Pillars dalam http://charactercounts.org/sixpillar.html  diakses

 pada 03 juli 201237

 Abdul dan Dian, op.cit., h. 3038 E.Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Sinar Grafika Offest, 2011), h.9

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 38/105

26

nama Allah itu beliau merangkum 7 karakter dasar yaitu: jujur, tanggung jawab,

disiplin, visioner, adil, peduli dan kerjasama.39 

4. Prinsip Pendidikan Karakter

Pada prinsipnya, pengembangan budaya dan karakter bangsa tidak

dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran,

 pengembangan diri, dan budaya sekolah. Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu

mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan

karakter bangsa ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),Silabus

dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang sudah ada.

Berikut prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan

 budaya dan karakter bangsa.

a. Berkelanjutan; mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai

nilaibudaya dan karakter bangsa merupakan sebuah proses panjang, dimulai dari

awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan. Sejatinya,

 proses tersebut dimulai dari kelas 1 SD atau tahun pertama dan berlangsung

 paling tidak sampai kelas 9 atau kelas akhir SMP. Pendidikanbudaya dan karakter

 bangsa di SMA adalah kelanjutan dari proses yang telah terjadi selama 9 tahun.40 

b. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan dir i , dan budaya

sekolah;

mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter

 bangsadilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan

kurikuler dan ekstrakurikuler. Gambar 1 berikut ini memperlihatkan

 pengembangan nilai-nilai melalui jalur-jalur itu:

39 Ary Ginanjar Agustian,  Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual,

(Jakarta: Arga, 2007), h. 9040

Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa Pedoman Sekolah KementerianPendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum Jakarta, 2010.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 39/105

27

Gambar 1. Pengembangan Nilai-nilai Pendidikan Budaya dan Karakter

Bangs

Pengembangan nilai budaya dan karakter bangsa melalui berbagai mata

 pelajaran yang telah ditetapkan dalam Standar Isi (SI), digambarkan sebagai

 berikut ini.

Gambar 2. Pengembangan Nilai Budaya dan Karakter Bangsa melalui

Setiap Mata Pelajaran.

c .Ni lai tidak diajarkan tapi dikembangkan; mengandung makna bahwa

materinilai budaya dan karakter bangsa bukanlah bahan ajar biasa; artinya, nilai-

nilai itu tidak dijadikan pokok bahasan yang dikemukakan seperti halnya ketika

mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur, ataupun fakta seperti dalam mata

 pelajaran agama, bahasa Indonesia, PKn, IPA, IPS, matematika, pendidikan

 Nilai

Mata Pelajaran

Pengembangan Diri

Budaya Sekolah

 NIlai

MP 1

MP 2

MP 3

MP 5

MP 4

MP 6

MP N

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 40/105

28

 jasmani dan kesehatan, seni, dan ketrampilan. Materipelajaran biasa digunakan

sebagai bahan atau media untukmengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter

 bangsa.

Oleh karena itu, guru tidak perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada,

tetapi menggunakan materi pokok bahasan itu untuk mengembangkan nilai-nilai

 budaya dan karakter bangsa. Juga, guru tidak harus mengembangkan proses

 belajar khusus untuk mengembangkan nilai. Suatu hal yang selalu harus diingat

 bahwa satu aktivitas belajar dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan

dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.41 

d. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan

menyenangkan;  prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai

 budaya dan karakterbangsa dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru.

Guru menerapkanprinsip ”tut wuri handayani” dalam setiap perilaku yang

ditunjukkan pesertadidik. Prinsip ini juga menyatakan bahwa proses

 pendidikan dilakukan dalamsuasana belajar yang menimbulkan rasa

senang dan tidak indoktrinatif.

Diawali dengan perkenalan terhadap pengertian nilai yang

dikembangkanmaka guru menuntun peserta didik agar secara aktif. Hal

ini dilakukan tanpa guru mengatakan kepada peserta didik bahwa mereka

harus aktif, tapi guru merencanakan kegiatan belajar yang menyebabkan

 peserta didik aktif merumuskan pertanyaan, mencari sumber informasi,

dan mengumpulkan informasi dari sumber, mengolah informasi yang

sudah dimiliki, merekonstruksi data, fakta, atau nilai, menyajikan hasil

rekonstruksi atau proses pengembangan nilai, menumbuhkan nilai-nilai

 budaya dan karakter pada diri mereka melalui berbagai kegiatan belajar

yang terjadi di kelas, sekolah, dan tugas-tugas di luar sekolah.

Karakter itu tidak dapat dikembangkan secara cepat dan segera (instant),

tetapi harus melewati suatu proses yang panjang, cermat, dan sistematis.

Berdasarkan persfektif yang berkembang dalam sejarah pemikiran manusia,

41Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa Pedoman Sekolah Kementerian

Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum Jakarta, 2010.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 41/105

29

 pendidikan karakter harus dilakukan berdasarkan tahap-tahap perkembangan sejak

usia dini sampai dewasa. Setidaknya, berdasarkan peimikiran psikolog kohlberg

(1992) dan ahli pendidikan dasar Marlene Lockheed (1990), terdapat empat tahap

 pendidikan karakter yang perlu dilakukan, yaitu:

a.  Tahap pembiasaan sebagai awal perkembangan karakter anak.

 b.  Tahap pemahaman dan penelaran terhadap nilai, sikap, perilaku, karakter

siswa.

c.  Tahap penerapan berbagai perilaku dan tindakkan siswa dalam kenyataan

sehari-hari.

d.  Tahap pemakmanaan suatu tahap refleksi dari para siswa melalui penilaian

terhadap seluruh sikap dan perilaku yang telah mereka fahami dan lakukan dan

 bagaimana dampak dan kemanfaatannya dalam kehidupan baik bagi dirinyamaupun orang lain.42 

Character Education Quality Standards, merekomendasikan 11 prisnsip

untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif, sebegai berikut:

a.  Mempromosikan nilai-nilai dasar dan etika sebagai basis karakter

 b. 

Mengidentifikasi karakter secara komperhensip supaya mencakup pemikiran,

 perasaan, dan perilaku.

c. 

Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif, untuk membangun

karakter.

d.  Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.

e. 

Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan perilaku yang baik.f.  Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang

menghargai semua siswa, membangun karakter mereka, dan membantu mereka

untuk sukses.

g. 

Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri dari para siswa.

h.  Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi

tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia kepada nilai dasar yang

sama.

i.  Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam

membangun inisiatif penididikan karakter.

 j.  Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha

membangun karakter.k.  Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru guru karakter,

dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa.43 

Dalam pandangan Islam Rasulullah adalah figur keteladanan yang dapat

dijadikan pelajaran oleh tenaga pengajar dalam menanamkan rasa keimanan dan

akhlak terhadap anak, yaitu:

42

 Abduldan Dian, op.cit., h. 10843 Ibid., h. 109

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 42/105

30

a. 

Fokus: ucapannya ringkas, langsung pada inti pmebicaraan tanpa ada kata yang

memalingkan dari ucapannya, sehingga mudah dipahami.

 b. 

Pembicaraanya tidak terlalu cepat sehingga dapat memberikan waktu cukupkepada anak untuk menguasainya.

c.  Repetisi senantiasa melakukan tiga kai pengulangan pada kaimat-kalimay

supaya dapat diingat dan dihafal.

d.  Analogi langsun seperti pada contoh perumpamaan orang beriman dengan

 pohon kurma,, sehingga dapat memberikan motifasi hasrat ingin tahu, memuji

dan mencela, dan mengasah otak untuk menggerakkan potensi pemikiran atau

timbul kesadaran untuk merenung terus belajar tanpa dihinggapi perasaan

 jemu.

e.  Memperhatikan tiga tujuan moral, yaitu: kognitif, emosional dan kinetik.

f.  Memperhatikan pertumubuhan dan perkembangan anak (aspek psikologis

ilmu/ ilmu jiwa).g.

 

Menumbuhkan kreatifitas anak, dengan cara mengajukan pertanyaan,

kemudian mendapat jawaban dari anak yang dapat diajak bicara.

h. 

Berbaur dengan anak-anak, masyarakat dan lain sebagainya, tidak ekslusif/

terpisah seperti makan bersama mereka, berjuang ersama mereka.

i. 

Aplikatif: Rasulullah langsung memberikan pekerjaan kepada anak yang

 berbakat. Misalnya,setelah Mahdzurah menjalani pelatihan adzan dengan

sempurna yang kita sebut dengan ad-Daurah at-tarbiyah.44 

5. Metode Pendidikan Karakter 

Doni A. Koesoema, sebagaimana yang dikutip oleh Bambang Q-Anees

dan Adang Hambali, mengajukan lima metode pendidikan karakter (dalam

 penerapan lembaga di lembaga sekolah), yaitu:  Pertama, Mengajarkan.

Pemahaman konseptual telah dibutuhkan sebagai bekal konsep-konsep nilai yang

kemudian menjadi rujukan bagi perwujudan karakter terterntu. Mengajarkan

karakter berarti memberikan pemahaman pada peserta didik tentanf struktur nilai

tertentu, keutamaan (bila dilaksanakan), dan masalahnya (bila tidak dilaksanakan).

Mengajarkan nilai memiliki dua faedah,  pertama memberikan pengertian

konseptual baru, kedua menjadi pembanding atas pengetahuan yang telah dimiliki

oleh peserta didik. Karena itu, maka proses “mengajarkan” tidaklah menolong,

melainkan melibatkan peran peserta didik.

 Kedua, Keteladanan. Manusia lebih banyak belajar dari apa yang mereka

lihat. Keteladanan menempati posisi yang sangat penting. Guru harus terlebih

dahulu memiliki karakter yang hendak diajarkan. Guru adalah yang digugu  dan

44 Ibid., h. 111

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 43/105

31

ditiru, peserta didik akan meniru apa yang dilakukan gurunya ketimbang yang

dilaksanakan sang guru. Bahkan, sebuah pepatah kuno memberi peringatan pada

 para guru bahwa peserta didik akan meniru karakter negatif secara lebih ekstrem

ketimbang gurunya, “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”. Keteladanan

tidak hanya bersumber dari guru, melainkan juga dari seluruh manusia yang ada di

lembaga pendidikan tersebut. Juga bersumber dari orang tua, karib kerabat, dan

siapa pun yang sering berhubungan dengan peserta didik. Pada titik ini,

 pendidikan karakter membutuhkan lingkungan pendidikan yang utuh, saling

mengajarkan karakter.

 Ketiga, Menentukan prioritas. Penentuan prioritas yang jelas harus

ditentukan agar proses evaluasi atas berhasil tidaknya pendidikan karakter dapat

menjadi jelas. Tanpa prioritas, pendidikan karakter tidak dapat terfokus dan

karenanya tidak dapat dinilai berhasil atau tidak berhasil. Pendidikan karakter

menghimpun kumpulan nilai yang dianggap penting bagi pelaksanaan dan

realisasi visi lembaga. Oleh karena itu, lembaga pendidikan memiliki beberapa

kewajiban.  Pertama, menentukan tuntutan standar yang akan ditawarkan pada

 peserta didik; kedua, semua pribadi yang terlibat dalam lembaga pendidikan harus

memahami secara jernih apa nilai yang ingin ditekankan dalam lembaga

 pendidikan karakter; ketiga, jika lembaga ingin menetapkan perilaku standar yang

menjadi ciri khas lembaga maka karakter standar itu harus dipahami oleh anak

didik, orang tua, dan masyarakat.

 Keempat, Praksis prioritas. Unsur lain yang sangat penting setelah

 penentuan prioritas karakter adalah bukti dilaksanakannya prioritas karakter

tersebut. Lembaga pendidikan harus mampu membuat verifikasi sejauh mana

 prioritas yang telah ditentukan telah dapat direalisasikan dalam lingkup

 pendidikan melalui berbagai unsur yang ada dalam lembaga pendidikan itu.

 Kelima, Refleksi. Refleksi berarti dipantulkan ke dalam diri. Apa yang

telah dialami masih tetap terpisah dengan kesadaran diri sejauh ia belum

dikaitkan, dipantulkan dengan isi kesadaran seseorang. Refleksi dapat juga disebut

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 44/105

32

sebagai proses bercermin, mematut-matutkan diri pada peristiwa/konsep yang

telah teralami.45 

6. Landasan Pedagogis Pendidikan karakter

Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi

 peserta didik secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari

lingkungan peserta didik berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena

 peserta didik hidup tak terpisahkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai

dengan kaidah kaidah budayanya. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip itu

akan menyebabkan peserta didik tercabut dari akar budayanya. Ketika hal ini

terjadi, maka mereka tidak akan mengenal budanya dengan baik sehingga ia

menjadi orang “asing” dalam lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing

yang kebih mengkhawatirkan adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai

 budayanya.

Budaya, yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang, dimulai

dari budaya di lingkungan terdekat (kampung, RT, RW, desa) berkembang ke

lingkungan yang lebih luas yaitu budaya nasional bangsa dan budaya universal

yang dianut oleh umat manusia. Apabila peserta didik menjadi asing dari budaya

terdekat maka dia tidak mengenal dengan baik budaya bangsa dan tidak mengenal

dirinya sebagai anggota budaya bangsa. Dalam situasi demikian, dia sangat rentan

terhadap pengaruh budaya luar bahkan cenderung untuk menerima budaya luar

tanpa proses pertimbangan (valueing ). Kecenderungan itu terjadi karena tidak

memiliki norma dan nilai budaya nasionalnya yang dapat digunakan sebagai dasar

untuk melakukan pertimbangan (valueing ).

Semakin kuat seseorang memiliki dasar pertimbangan, semakin kuat pula

kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang baik.

Pada titik kulminasinya, norma dan nilai budaya secara kolektif pada tingkat

makro dan menjadi norma dan nilai budaya bangsa. Dengan demikian, peserta

didik akan menjadi warga negara Indonesia yang memiliki wawasan, cara

 bberpikir, cara bertindak, dan cara menyelesaikan masalah sesuai dengan norma

45 Doni, op.cit., h. 212-217.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 45/105

33

dan nilai ciri ke Indonesiaannya. Hal ini sesuai dengan fungsi utama pendidikan

yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas, “mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa”. Oleh karena itu, aturan dasar mengatur

 pendidikan nasional (UUD 1945 dan UU Sisdiknas) sudah memberikan

landasanyang kokoh untuk mengembangkan keseluruhan potensi diri sesorang

sebagai anggota masyarakat bangsa.46 

7. Nilai-nilai Pendidikan Karakter

 Nilai-nilai pendidikan karakter perlu dijabarkan sehingga diperoleh

deskripsinya. Deskripsi beguna sebagai batasan atau tolok ukur ketercapain

 pelaksanaan nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah. adapun 18 nilai-nilai

 pendidikan karakter didiskripsikan adalah sebagai berikut:

 No Nilai

1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan

ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap

 pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun

dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan

dirinyasebagai orang yang selalu dapat dipercaya

dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan

agama,suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang

lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan

 patuhpada berbagai ketentuan dan peraturan.

46

Kementerian Pendidikan Nasioanal dan Pengembangan Pusat Pendidikan, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, (Jakarta: 2010). H.5

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 46/105

34

5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-

sungguhdalam mengatasi berbagai hambatan belajar

dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-

 baiknya.

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan

caraatau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai

samahak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya

untukmengetahui lebih mendalam dan meluas dari

sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10. Semangat

Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan

yangmenempatkan kepentingan bangsa dan negara di

atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang

menunjukkankesetiaan, kepedulian, dan penghargaan

yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,

 budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12. Mengahargai

Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya

untukmenghasilkan sesuatu yang berguna bagi

masyarakat, dan mengakui, serta menghormati

keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat Tindakan yang memperlihatkan rasa senang

 berbicara,bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan

oranglain merasa senang dan aman atas kehadiran

dirinya.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 47/105

35

15. Gemar

Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca

 berbagaibacaan yang memberikan kebajikan bagi

dirinya.

16. Peduli

Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya

mencegahkerusakan pada lingkungan alam di

sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk

memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

 bantuanpada orang lain dan masyarakat yang

membutuhkan.

18. Tanggung Jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan

tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,

sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha

Esa.47 

47 Zubaedi, op.cit., h.74

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 48/105

36

B.  Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan adalah kajian atau reviewdari laporan hasil-

hasil penelitian yang terdahulu yang sesuai dengan masalah atau tema pokok yang

diajukan peneliti. Kajian penelitian relevan sangat penting karena dapat

membantu penulis. Adapun kajian penelitian yag akan dibahas adalah penelitian

yang ada di UIN Syarif Hidayatullah. Hal ini diperlukan agar tidak

terjadipeniruan.

1.  Implementasi pendidikan karakter dalam pendidikan Islam

Skripsi ini berada di perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

dengan No. induk 7079 PAI t. Adapun skripsi tersebut ditulis oleh Muhammad

 Nur Hidayat. Kelebihan dari skripsi ini adalah jenis penelitia yang menitik

 beratkan pada tinjauan psikologis. Sedangkan kekurangan dari penelitian ini

adalah implementasi pendidikan karakter kurang difokuskan dan gradual/

cakupannya luas. Selain itu, pendidikan Islam yang difokuskan pada kajian teori

terlalu melebar. Dan analisisnya juga tidak fokus pada rumusan masalah, hal ini

terlihat dengan halaman analisis hanya satu lembar dari 93 halaman.

2. 

Konsep pendidikan karakter melalui pendidikan agama Islam

Skripsi ini berada di perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

dengan No. induk 7400 PAI. t. Adapun skripsi tersebut ditulis oleh Rumiyati.

Kelebihan dari skripsi ini adalah jenis penelitian kualitatif yang menitik beratkan

 pada tinjauan psikologis. Sedangkan kekurangan dari penelitian ini adalah konsep

tidak dijelaskan secara mendetail. Bagi penulis, konsep sangat penting dijelaskan

 bagian dari judul skripsi ini yag seharusnya menjadi fokus dari skripsi tersebut.

Adapun kekurangan yang lain adalah judul skripsi terlalu luas apalagi konsep

 pendidikan karakter luas bila dijelaskan tanpa fokus dan jauh dari rumusan

masalah. Tapi kelebihannya ini adalah penelitan kualitatif dengan menitik

 beratkan pada mata pelajaran pendidikan Islam.

3.  Hubungan antara pendidikan akhlak dalam pembentukan karakter siswa di

SMK al-Hidayah Cinere-Depok.

Skripsi ini berada di perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

dengan No. induk 7641 PAI t dan skripsi tersebut ditulis Neneng Sri Suryanti.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 49/105

37

Kelebihan dari skripsi ini adalah jenis penelitian yang menitikberatkan pada

 bagaimana hubungan pendidikan akhlak dapat membentuk karakter siswa. Jenis

 penelitian ini yakni kuantitatif dengan hasil pembentukan karakter siswa sedang

atau ada korelasi antara pendidikan akhlak dengan pembentukan karakter siswa.

Sedangkan kekurangan dari penelitian ini adalah deskripsi data kurang lengkap

terutama tidak ada uji normalitas dan reabilitas. Selain itu, pendidikan akhlak

yang difokuskan pada kajian teori terlalu meluas.

4.  Komunikasi sekelompok dalam membentuk karakter anak pada kelas Free

School di Harapan Ibu.

Skripsi ini berada di perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

dengan No. induk 2427KPI d. Adapun skripsi tersebut ditulis oleh Nurul

Fauziyah. Kelebihan dari skripsi ini adalah jenis penelitianlapangan yang menitik

 beratkan pada tinjauan psikologis. Sedangkan kekurangan dari penelitian ini

adalah komunikasi sekelompok dalam pembentukan karakter kurang detail. Selain

itu analisisnya juga tidak fokus pada rumusan masalah.

5.  Pembentukan Karakter melalui pembelajaran akidah akhlak (Studi di SMP al-

Fajar Kedaung).

Skripsi ini berada di perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

dengan No. induk 7850 PAI t dan ditulis oleh Mar‟atuj Zakiyah. Kelebihan dari

skripsi ini adalah jenis penelitian kualitatif yang menitik beratkan pada

 pembelajaran akidah akhlak. Sedangkan kekurangan dari penelitian ini adalah

 pembentukan pendidikan karakter pada kajian teori terlalu meluas. Dan

analisisnya juga tidak fokus pada rumusan masalah.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 50/105

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.  Tempat dan Waktu Penelitian

1. 

Tempat Penelitian

Dalam usaha untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam

 penyusunan skripsi ini, Penulis melakukan penelitian secara langsung di Madrasah

Pembangunan UIN Jakarta yang berlokasi di Jl. Ibnu Taimia IV Komplek Dosen

UIN Jakarta.

2.  Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2012 hingga selesai pada

semeter ganjil tahun ajaran 2012.

Tabel 3.1

Waktu dan Kegiatan

Waktu Keterangan Kegiatan

September 2012

Observasi tentang sekolah: keadaaan

guru dan siswa, sarana dan prasarana

sekolah.

Oktober 2012 Wawancara dengan kepala sekolah,

guru dan siswa.

 November-Januari 2012 Penyelesaian penulisan laporan/skripsi

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 51/105

39

B.  Setting atau Latar Penelitian

1.  Sejarah Madrasah Pembangunan UIN Jakarta

Madrasah Pembangunan lahir berawal dari keinginan tokoh-tokoh di

Departemen Agama dan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan adanya pendidikan

Islam yang representatif. Pada awal tahun 1972, Panitia Pembangunan Gedung

Madrasah Komprehensif dibentuk oleh Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Prof. H.M. Toha Yahya Omar (alm). 

Bulan Juni 1972, bertepatan dengan Lustrum III IAIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, dimulai pembangunan gedung madrasah yang ditandai dengan peletakan

 batu pertama oleh Menteri Agama RI pada masa itu, yaitu Prof. H.A. Mukti Ali

dan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah. 

Tanggal 17 November 1973, gedung madrasah diserahterimakan dari

Pimpinan Bagian Proyek Pembinaan Bantuan Untuk Madrasah Swasta Pemda DKI

Jakarta kepada IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Tahun 1974, pertama kali

Madrasah Pembangunan membuka tingkat Ibtidaiyah. Jumlah muridnya baru 58

orang, terdiri dari Kelas I: 43 orang, Kelas II: 8 orang, dan Kelas III: 7 orang.

Permulaan kegiatan belajar mengajar dimulai pada tanggal 7 Januari 1974. Tanggal

inilah yang kemudian ditetapkan sebagai "Hari Kelahiran"  Madrasah

Pembangunan. 

Pada awal tahun 1977, Madrasah Pembangunan membuka tingkat

Tsanawiyah. Siswa angkatan pertama berjumlah 19 orang. Bulan Juli 1991, dibuka

kelas jauh tingkat Ibtidaiyah di Pamulang, bekerja sama dengan Yayasan Al

Hidayah sebagai penyedia lahan.Sesuai dengan keputusan Rektor IAIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, sejak awal September 1974 pembinaan Madrasah

Pembangunan dilaksanakan oleh Tim Pembinaan yang dipimpin oleh Dekan

Fakultas Tarbiyah. Tugas tim ini di antaranya adalah menyiapkan Madrasah

Pembangunan sebagai 'madrasah laboratorium' Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.1 

1 Panduan Peserta Didik, Tahun Pelajaran 2012-201, Madrasah Pembanunan UIN Jakarta,h. 1

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 52/105

40

Pada tahun 1978, Madrasah Pembangunan ditetapkan sebagai Madrasah

Pilot Proyek Percontohan oleh Departemen Agama RI melalui Surat Keputusan

Dirjen Bimas Islam Depag RI Nomor: Kep/D/03/1978. Berdasarkan keputusan

tersebut, kemudian diselenggarakan kegiatan penataran penulisan modul dan uji

coba pembelajaran dengan sistem modul. Empat modul bidang studi Alquran

Hadits, Bahasa Arab, Bahasa Indonesia, dan Matematika telah diujicobakan sampai

dengan tahun 1985. 

Mulai tahun 1988, berdasarkan Surat Keputusan Rektor IAIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Nomor: 06 Tahun 2008, wewenang pembinaan dan

 pengelolaan Madrasah Pembangunan dilipahkan kepada Yayasan Syarif

Hidayatullah Jakarta. Pengembanan sebagai 'madrasah laboratorium' dilaksanakan

 bersama-sama dengan Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Tahun

Pelajaran 1991/1992 Madrasah Pembangunan membuka tingkat Aliyah. Siswa

yang diterima pertama kali sebanyak 32 orang terdiri dari 10 laki-laki dan 22

 perempuan. setelah empat tahun berjalan, berkenaan dengan kebijakan pemerintah

dalam hal pendidikan (khususnya Madrasah Aliyah), pada Tahun Pelajaran

1995/1996 MA Pembangunan tidak menerima pendaftaran siswa baru lagi. Tahun

1996/1997, sebanyak 31 orang siswa terakhir lulus dari MA Pembangunan IAIN

Jakarta. 

Seiring dengan perubahan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, sejak tahun 2002

Madrasah Pembangunan IAIN Jakarta mengikuti perubahan nama menjadi

Madrasah Pembangunan UIN Jakarta.Tahun Pelajaran 2006/2007 atas

dorongan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan banyaknya permintaan

masyarakat, Madrasah Pembangunan UIN Jakarta kembali membuka tingkat

Aliyan. Jumlah siswa pertama yang diterima adalah 47 siswa terbagi dalam 2

rombongan belajar. Setelah tiga tahun berjalan, akhir tahun 2009 Madrasah Aliyah

Pembangunan UIN Jakarta telah diakreditasi dengan hasil grade A  kategori

Sangat Memuaskan.2 

2 Panduan Peserta Didik, Tahun Pelajaran 2012-201, Madrasah Pembanunan UIN Jakarta,

h. 2

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 53/105

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 54/105

42

didik untuk dapat mengikuti kegiatan belajar seluas-luasnya, sehingga

madrasah benar-benar berfungsi sebagai pusat pembelajaran. 

7) 

Melakukan pembinaan kemandirian dan team work   melalui berbagaiaktifitas belajar baik intra maupun ekstrakurikuler.4 

3.  Kurikulum Madrasah Pembangunan UIN Jakarta

Kurikulum Madrasah Pembangunan UIN Jakarta adalah Kurikulum

Departemen Agama yang dipadukan dengan Kurikulum Departemen Pendidikan

 Nasional dan dioleh sesuai dengan visi dan misi Madrasah Pembangunan UIN

Jakarta. Dengan demikian, siswa MP UIN Jakarta akan mendapatkan porsi

 pendidikan agama seperti siswa madrasah (Depag) dan mendapatkan pelajaran

umum seperti siswa sekolah umum (Depdiknas).

Dengan penerapan dua kurikulum yang dikombinasi dan dimodifikasi itulah

diharapkan lulusan MP UIN Jakarta akan mendapatkan ilmu pengetahuan umum

yang berimbang dengan keimanan dan ketaqwaan (menguasai ilmu pengetahuan

yang luas sekaligus dekat kepada Allah SWT, Tuhan Yang Mahaesa).Program

 penanaman dan pemantapan nilai-nilai keagamaan sejak dini kepada siswa

senantiasa terus ditingkatkan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan cara-cara antara

lain: membaca do'a dan ayat-ayat suci Alquran pada awal jam pelajaran pertama,

shalat Dhuha, shalat berjama'ah, dan praktek-praktek ibadah lainnya. Diharapkan

anak akan terbiasa dan terlatih untuk melaksanakan ibadah sehingga ibadah tidak

lagi menjadi beban, tetapi akan menjadi satu kebutuhan.

Dalam rangka pengembangan bakat dan minat serta mempersiapkan siswa

dalam menghadapi perkemabangan zaman yang santer dengan arus globalisasi,

maka diadakan kegiatan ekstrakurikuler sebagai wadah penyalurannya.Keterampilan mengoperasikan komputer, penelitian, kepemimpinan, jurnalistik,

sosial kemasyarakatan, olah raga, seni, dan kegiatan positif lain yang dapat

dijadikan bekal dalam jenjang selanjutnya menjadi target terselenggaranya kegiatan

ekstrakurikuler. Siswa diberi kebebasan untuk memilih dan mengikuti sedikitnya

satu dari sekian banyak kegiatan ekstrakurikuler.5 

4  Ibid ., h. 45http://www.mpuin-jkt.sch.id/content/view/134/128/

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 55/105

43

Sruktur Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta6 

No Komponen

Jam Tatap Muka

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

Depag MP Depag MP Depag MP

A Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama Islam 8

a. Quran Hadits 2 2 2

 b. Aqidah Akhlak 1 1 1

c. 

Fiqih 2 2 2

d. Sejarah Keb. Islam  2 2 2

2. Pend. Kewarnegaraan 2 1 1 1

3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4

4. Bahasa Arab 2 3 3 3

5. Bahasa Inggris 4 4 4 4

6. Matematika 4 6 6 6

7. Ilmu Pengetahuan Alam 4 6 6 6

8. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4 4

9. Seni Budaya 2 1 1 1

10. Penjaskes 2 2 2 2

11. Komputer 2 2 2 *

B. Muatan Lokal

PKLJ 2 1 1 1

C. Pengembangan Diri 2*) 3*) 3*) 3*)

40 41 41 41

6  Panduan Peserta Didik,. h.27

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 56/105

44

C.  Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Dalam penelitian ini

 penulis menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode deskriptif.

“Penelitian ini bertujuan untuk mengembangangkan metode kerja yang

 paling efesien, maknanya peneliti mengadakan telaah secara mendalam tentang

suatu kasus, kesimpulan hanya berlaku atau terbatas pada kasus tertentu saja”.7 

“Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemhaman yang

 berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah

manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran komplit, meneliti

kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada

situasi yang alami”.8 

Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha

menggambarkan dan menginterprestasikan objek sesuai dengan apa adanya.

Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu

menggambarkan secara sistematis fakta dan karakeristik objek atau subjek

yang diteliti secara tepat. Meotode deskriptif juga banyak dilakukan oleh

 para peneliti karena dua alasan.  Pertama, dari pengalaman empiris didapat

 bahwa sebagian besar laporan penelitian dilakukan dalam bentuk deskriptif.

 Kedua, metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan bidang pendidikan maupun tingkah laku

manusia.9 

D.  Prosedur Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

Studi lapangan yaitu dengan melakukan penelistian langsung di lapangan

 pada obyek yang diteliti, mengumpulkan, menyeleksi, dan menganalisis data yang

tersedia di lapangan, melalui:

Gambar 3.1

7 Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: GP Press, 2009), h. 54.

8  Ibid., h. 11.9  Ibid ., h. 157.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 57/105

45

1. 

Observasi

“Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang di teliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data

apabila: Pertama, sesuai dengan tujuan penelitian. Kedua, direncanakan dan dicatat

secara sistematis. Dan ketiga, dapat dikontrol keandalannya dan kesahihannya”.10 

“Teknik ini memungkinkan peneliti menarik kesimpulan ihwal makna dan sudut

 pandang responden, kejadian, peristiwa, atau proses yang diamati. Lewat observasi

ini, peneliti akan melihat sendiri pemahaman yang tidak terucap, bagaimana teori

digunakan langsung dan sudut pandang responden yang mungkin tidak tercungkil

lewat wawancara atau survai”.11 

Keuntungan cara observasi ini adalah

a)  Dapat menjaring data secara intensif  

 b) 

Analisis dan pengujian kembali

c)  Diperoleh gambaran data yang menyeluruh dan lebih akurat 

d)  Dapat dilakukan swsudah wancara dan angket

e)  Objektif dan sesuai dengan keadaan fakta yang diperlukan. 

Sedangkan kelemahan dari cara observasi ini adalah

a)  Dalam kondisi tertentu 

 b)  Observasi memerlukan biaya yang sangat besar  

c)  Sulit dijangkau 

d)  Serta bergantung pada tempat dan lokasi. 

“Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah

melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen format

yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan

akan terjadi”.12 

Adapun peneliti melakukan observasi dan wawancara terhadap 7 aspek

karakter yakni sebagai berikut:

10 Amirul Hadi dan Haryono, op.cit ., h. 94.

11 A. Chaedar Alwasilah , Pokoknya Kualitatif , (Jakarta: Kiblat Buku Utama, 2003), Cet. II,

h. 154.12 Suharsimi Arikunto,  Prosedur Penelitian Suatu Pengantar Praktek, (Jakarta: PT Asdi

Mahasatya, 2006), Cet. XIII, h. 229

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 58/105

46

Table 3.8

 No Aspek Penilaian

1Aspek religius siswa di lingkungan sekolah, meliputi: mengucapkan salam,

membaca do’a ketika mulai pelajaran. 

2Aspek jujur siswa di lingkungan sekolah, meliputi: tidak menyontek ketika

ujian, berani mengakui kesalahan

3Aspek tanggung Jawab siswa di lingkungan sekolah, meliputi: mengerjakan

PR di rumah, memakai atribut sekolah dengan lengkap.

4Aspek toleransi siswa di lingkungan sekolah, meliputi: tidak ribut pada saat

 pembelajaran, menghargai pendapat teman.

5Aspek disiplin siswa di lingkungan sekolah, meliputi: masuk kelas tepat

waktu, tidak bolos ketika jam pelajaran.

6 Aspek peduli lingkungan siswa di lingkungan sekolah, meliputi:membuang sampah pada tempatnya, tidak merusak taman.

7Aspek gemar membaca siswa di lingkungan sekolah, meliputi: membaca

 buku diperpustakaan, membaca buku sebelum jam pelajarn dimulai.

Observasi bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang situasi

lapangan, mengenai gambaran umum dan permasalahan yang ada sehingga

mempermudah dalam penelitian ini.

2.  Wawancara

Yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh

dua orang pihak, yaitu pewawancara yakni orang yang mengajukan pertanyaan dan

yang diwawancarai, yakni yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.13 

Teknik wawancara banyak digunakan dalam penelitian karena mempunyai

 beberapa keunggulan yang mungkin tidak dimiliki oleh instrumen

 penelitian lainnnya. Beberapa keunggualan itu termasuk: a. Penelitian

memperoleh rata-rata jawaban yang relatif tinggi dari responden. b. Peneliti

dapat membantu menjelaskan lebih, jika ternyata responden mengalami

kesulitan menjawab yang diakibatkan ketidakjelasan pertanyaan. c. Peneliti

dapat mengontrol jawaban responden secara lebih teliti dengan mengamati

reaksi atau tingkah laku yang diakibatkan oleh pertanyaan dalam proses

wawancara. d. Peneliti dapat memperoleh informasi yang tidak dapat

diungkapkan dengan cara kuesioner ataupun observasi. Informasi tersebut

misalnya, jawaban yang sifatnya peribadi.14 

13 Lexy. J. Moleong,  Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung: PT Remja Rosda Karya,

2010), Cet. XXIX, h. 135.14 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), Cet. VIII,

h. 79-80.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 59/105

47

3. 

Dokumentasi

“Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau faribel

yang berupa catatan transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

lengger, agenda, dan sebagainya”.15  “Dokumen dilakukan untuk mengumpulkan

data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di tempat penelitian

ataupun yang berada di luar tempat penelitian, yang ada hubungannya dengan

 penelitian tersebut”.16 

Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit,

dalam arti apabila ada kekliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah,

dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.17 

Teknik ini, merupakan penelaahan terhadap referensi-referensi yang

 berhubungan dengan fokus permasalahan penelitian. Dokumen-dokumen yang

dimaksud adalah dokumen pribadi resmi, referensi-referensi, foto-foto, rekaman

kaset, data ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk menguji, menafsirkan bahkan

untuk meramalkan jawaban dari fokus permasalahan penelitian. Dalam penelitian

kualitatif studi dokumentasi, peneliti dapat mencari dan mengumpulkan data-data

teks atau image.

Dengan studi dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh data atau

informai dari berbagai sumber penulis atau dari dokumen yang ada pada informan.

Studi dokumen dalam penelitian kualitatif merupakan pendukung teknik orservasi

dan wawancara. sudi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data melalui

 pengumpulan dokumen-dokumen yang diperlukan yang berhubungan dengan

maalah yang diteliti untuk ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung

menambah kepercayaan dan pembuktian suatu masalah.18 

Adapun jenis dokumen yang berkenaan dengan studi dokumentasi adalah

sebagai berikut:

1. 

Dokumen peribadi dan buku harian

2.  Surat pribadi

15 Suharsimi Arikunto, Loc.it., h. 231

16  Iskandar,  Metodologi Penelitian Kualitatif,  (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hal.

134.17

 Ibid., h. 23118  Iskandar,  Metodologi Penelitian Kualitatif,  (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hal.

134.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 60/105

48

3. 

Autografi

4.  Dokumen resmi

5. 

Fotografi6.  Data statistik.19 

Dokumen yang relevan kemudian dianalisis isinya dengan memriksa

dokumen secara sistimatis dan objektif. Guba dam Lincoln (1981) menyatakan

 beberapa prinsip kajian isi, sebagai berikut:

1). Kajian isi harus melalui proses mengikuti aturan

2). Kajian isi harus melalui proses sistimatis

3). Kajian isi merupakan proses mengarahkan untuk generalisasi

4). Kajian isi harus memperoleh isi yang termanifestasi kan

5). Kajian isi menekankan analisis secara kuantitatif maupun kualitatif.

20

 

Dalam hal ini dokumentasi yang peneliti mengambil kegiatan sisswa dan

siswi MTs PEMBANGUNAN UIN JAKARTA. Data dokumentasi bisa berupa

foto, gambar, absensi, catatan keluar dan masuk sekolah,

E.  Pemeriksaan atau Pengecekkan Keabsahan Data

Dalam pemeriksaan atau pengecekan data ini peneliti menggunakan

triangulasi data yang merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yng

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triagulasi yang paling banyak

digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.21 Pada penelitian ini, penulis

membandingkan data yang diperoleh dari observasi, hasil wawancara, dan

dokumentasi beberapa siswa dan guru dalam rangka membantu peneliti dalam

meningkatkan derajat kepercayaan data yang diperoleh. Melalui pengecekan

tersebut ternyata data yang diperoleh penulis terdapat banyak persamaan dengan

 pernyataan beberapa sumber yang diwawancarai.

F.  Analisis Data

Analisis data pada penelitian kualitatif adalah “upaya yang dilakukan

dengan jalan berbagai data, mengorganisasikan data, memilah milah data menjadi

19 Lexy, Loc.it., h. 216

20  Iskandar,  Metodologi Penelitian Kualitatif,  (Jakarta: Gaung Persada Press, 2009), hal.

135.

21 Lexy, Loc.it., h. 3

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 61/105

49

satu kesatuan data yang diperoleh, mensintesiskannya, mencari dan menentukan

 pola, menentukan apa yang diceritakan kepada orang lain.”22  Proses analisis data

dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber yang

diperoleh dari kegiatan observasi, wawancara, dokumentasi. Kemudian data yang

telah terkumpul, dianalisis ditafsirkan dan disimpulkan kedalam bahasa yang

mudah difahami dan logis sesuai dengan penelitian yang dibahas.

Adapun Miles dan Hubergman, mengemukakan bahwa aktifitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus

samapai tuntas, sehingga datanya menjadi jenuh. Aktivitas dalam analisis data

yaitu reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Teknik analisi

data yang digunakan penelitian terdapat langkah-langkah analisis sebagi berikut:

Gambar 3.2

1.  Pengumpulan Data

Peneliti membuat catatan data yang ada yang dikumpulkan melalui

observasi, wawancara dan dokumentasi yang merupakan catatan lapangan. Semua

data merupakan hasil data mentah yang diperoleh peneliti. Semua data merupakan

hasil data mentah yang di peroleh peneliti.

2. 

Reduksi DataProses analisi data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari

 berbagai sumber, yakni observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah dipelajari

dan dicermati, peneliti memilih data yang paling penting, membuat kategori, dan

membuang yang tidak terpakai. Langkah ini merupakan proses penyeleksian,

 penyerdahanaan dan mmfokuskan data yang diperoleh peneliti.

22  Ibid ., h. 29

Data Collection

Data Reduction Conclusions:

drawing/verification 

Data Display 

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 62/105

50

3. 

Penyajian Data

Setelah melalui reduksi data, langkah selanjutnya mendisplaykan data.

Penyajiannya dengan uraian singkat, bagan, tabel, gambar yang ada hubungan

anatar kategori dengan naratif.

4.  Penarikan Kesimpulan

Setelah reduksi dan data telah disajikan, maka langkah terakhir adalah

menarik kesimpulan atau verifikasi. Analisis ini menggunakan ketiga komponen

yang tersedia observasi, wawancara dan dokumentasi.23 

23 Sugiyono, Metode Kuantitatif Kualitatif dan R &D (Bandung: Alfabeta, 2009), h.247

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 63/105

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.  Deskripsi Data

1.  Deskripsi Sekolah

Sekolah Madrasah Tsanawiyah Pembangunan UIN Jakarta berlokasi di Jalan

Ibnu Tamia IV Komplek UIN Syarif Hidayatullah. MTs Pembangunan UIN adalah

sekolah respresentatif dari para tokoh di Departemen Agama dan IAIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Madrasah ini dibangun pada awa tahun 1977 dibawah nauangan

UIN Syarif Hiodayatullah Jakarta. Sedangkan pembangunan gedung Madrasah

dibentuk oleh Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta yakni Prof. H.M. Toha Yahya

Omar (alm). Sesuai dengan keputusan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sejak

awal September 1974 pembinaan Madrasah Pembangunan dilaksanakan oleh Tim

Pembinaan yang dipimpin oleh Dekan Fakultas Tarbiyah. Tugas tim ini di antaranya

adalah menyiapkan Madrasah Pembangunan sebagai 'madrasah laboratorium' Fakultas

Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, MTs Pembangunan UIN Jakarta

ditetapkan sebagai Madrasah Standar Nasional  oleh Kanwil Departemen AgamaProvinsi DKI Jakarta dengan nomor: Kw.09.4/4/5/HK.005/2081/2008.

Adapun siswa MTs tingkatan pertama berjumlah 19 orang. Sedangkan jumlah

siswa tiap tahunnya bertambah, sehingga MTs Pembangunan menjadi sekolah favorit.

Gedungnya terdiri dari tiga lantai, yang terdiri dari 38 ruangan yakni 24 ruang kelas 1

ruang guru 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 2 ruang gudang, 1 ruang laboratorium

8 ruang kamar mandi dan wc. Ruang kelas berukuran 4x4 meter.

Jumlah siswa yang ada di MTS Pembangunan 762 yang terdiri dari kelas 1

 berjumlah 259, kelas 253, kelas 3 berjumlah 250. Hampir semua siswa yang berada di

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 64/105

52

MTs adalah hasil dari seleksi yang ketat sehingga siswa siswinya kompetitif (punya

daya saing yang tinggi). Rata-rata siswa yang masuk di MTs Pembangunan 30%

 berasal dari MI Pembangunan dan 70% dari luar. Para siswa MTs adaah rata-rata siswa

yang mempunyai prestasi akademik yang bagus sehingga tidak mengherankan daya

saing mereka lebih tinggi. Hal ini dilihat dari nilai siswa satu dengan yang lainnya

tidak berbeda jauh. Sehingga membuat sekolah ini diminati oleh berbagai kalangan

dan orang tua.

Sesuai dengan keputusan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sejak awal

September 1974 pembinaan Madrasah Pembangunan dilaksanakan oleh Tim

Pembinaan yang dipimpin oleh Dekan Fakultas Tarbiyah. Tugas tim ini di antaranya

adalah menyiapkan Madrasah Pembangunan sebagai 'madrasah laboratorium' Fakultas

Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2.  Deskripsi Guru

Guru pengajar di Madrasah Pembangunan lulusan S1 dari jurusan ilmu

kependidikan keguruan/tarbiyah. Rata-rata guru-guru berasal dari tamatan UIN Jakarta

40%, dari UNJ 18%, sedangkan 52% berasal dari UHAMKA, UNAD, IKIP, UPI, IPB,

UNPAD, dan UNES. Dengan modal kependidikan keguruan, tidak mengherankan

mereka memiliki sifat-sifat pendidik yang mampu menggali potensi peserta didik

secara optimal. Adapun daya saing guru menjadi tinggi dilihat dari seleksi penerimaan

guru yang ketat dan keluaran dari Universitas yang mempunyai kredibilitas tingi.

Jumlah guru yang ada di MTs Pembangunan 40 orang. Adapun tugas wali

kelas dibebankan kepada guru yang terpilih dari hasil rapat guru dan yayasan

Madrasah Pembangunan UIN. Tugas utama para guru adalah mendidik danmengarahkan siswa pada niai-nilai karakter yang ada pada tujuan pembelajaran.

Disamping itu guru pengajar siswa bertanggung jawab atas pengamalan-pengamalan

nilai-nilai karakter siswa yang ada disekolah.

3.  Deskripsi Siswa-Siswa MTs PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

Peneliti dalam hal ini meneliti perilaku dan sikap kelas VIII. Adapun Rincian Siswa

kelas VIII di MTs PEMBANGUNAN UIN JAKARTA yakni sebagai berikut:

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 65/105

53

Tabel 4.1

 No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 VIII A 15 17 32

2 VIII B 16 16 32

3 VIII C 15 16 31

4 VIII D 16 15 31

5 VIII E 15 16 31

6 VIII F 16 16 32

7 VIII G 15 17 32

8 VIII H 14 18 32

B. PEMBAHASAN

Mata pelajaran pendidikan agama Islam di Madrasah Pembangunan UIN

Jakarta. Hal itu relevan, apalagi menginggat Madrasah Pembangunan UIN (MP UIN)

adalah sekolah bercorak Islam dengan sejumlah mata pelajaran agama Islam seperti

aqidah akhlak, al-qur’an hadis, fiqih, sejarah kebudayaan Islam, dsbnya.

Kurikulum yang menekankan pada karakter siswa sejalan dengan proses

 pembelajaran PAI. Hal itu dapat dibuktikan dengan perilaku siswa yang baik dan

 positif. Tentunya karakter yang ditonjolkan pada MTs Pembangunan UIN adalah

karakter Islam. Maka pendidikan karakter yang diterapkan mengaju pada nilai-nilai

Islam. Oleh karena itu, dalam menciptakan pendidikan karakter tentulah harus ada

 program. Apalagi, pendidikan karekter secara teoritis masih dibilang baru dan

membutuhkan konsistensi dari guru sebagai pendidik. Para guru harus membuat

formula jelas agar hasil pendidikan karakter terlihat dan terimplementasi dengan baik.

Maka dalam pengukurannya pendidikan karakter dilihat dalam bentuk sikap mereka

sehari-hari ketika di Sekolah, pengamatan guru dan laporan orang tua murid.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 66/105

54

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu

metode penelitian yang berusaha membuat deskriptif dari fenomena yang diselidiki

dengan cara melukiskan dan mengklasifikasikan atau karakteristik fenomena tersebut

secara faktual dan cermat, kemudian menuangkannya dalam bentuk kesimpulan.

Sedangkan teknik penelitian yang penulis gunakan yaitu teknik observasi, dokumentasi

dan wawancara. Subjek dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas VIII dan guru PAI

yakni guru akidah akhlak yang berjumlah 2 orang.

Pembinaan karakter harus dilakukan dengan orangorang yang terdekat dengan

sisswa yakni orang tua, guru yang di hormati, teman dekat, dan lainnya. Dalam

 pergaulan siswa di sekolah siswa bisa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan

mereka, entah sebagai anggota biasa maupun sebagai pemimpin baik dalam kelas

maupun organisasi. Sebagai pemimpindan guru yang diberi kepercayaan oleh orang

tua murid, maka guru perlu menghiasi dengan akhlak yang mulia. Karena itu,

 pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat mulia, seperti memiliki kemampuan, berilmu

 pengetahuan agar urusan ditangani secara profesional, memiliki keberanian dan

kejujuran, lapang dada, penyantun, serta tekun dan sabar. Dari bekal sikap inilah

 pemimpin akan dapat melaksanakan tugas dengan amanah dan adil, melayani dan

melindungi siswa, dan bertanggung jawab serta membelajarkan siswa dengan karakter

kuat. Sedangkan sebagai orang tua mempunyai berkewajiban patuh terhadap kebijakan

 program-program sekolah yang dicanangkan oleh sekolah, memberi nasihat kepada

 pemimpin jika ada tanda-tanda penyimpangan. Di samping itu, pembinaan akhlak juga

harus dilakukan masyarat atau teman dekat siswa atau lebih memberikan kepekaan

terhadap makhluk lain, seperti dengan binatang, tumbuhan, dan lingkungan sekitarnya.

Akhlak yang dikembangkan adalah cerminan dari tugas kekhalifahan manusia di bumi,yakni untuk menjaga agar setiap proses pertumbuhan alam terus berjalan sesuai dengan

fungsinya.

Adapun pembudayaan karakter mulia perlu dilakukan demi terwujudnya

karakter mulia yang merupakan tujuan akhir dari suatu proses pendidikan. Budaya atau

kultur yang ada di lembaga, baik sekolah, kampus, maupun yang lain, berperan penting

dalam membangun karakter mulia di kalangan MTs dan para karyawannya. Karena itu,

lembaga pendidikan memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melakukan pendidikan

karakter (pendidikan moral) bagi para peserta didik yang didukung dengan

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 67/105

55

membangun lingkungan yang kondusif baik di lingkungan kelas, sekolah, tempat

tinggal peserta didik, dan di tengah-tengah masyarakat. Untuk merealisasikan karakter

mulia sangat perlu dibangun budaya atau kultur yang dapat mempercepat terwujudnya

karakter yang diharapkan. Kultur merupakan budaya yang dapat dibentuk dan

dikembangkan oleh siapa pun dan di mana pun. Sehingga kultur sifatanya fleksibel

sesuai dengan kondisi masyarakat yang

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pendidikan Nasional,

mencanangkan pendidikan karakter bangsa mulai tahun 2010 dengan bertitik tolak

 pada empat nilai utama, yaitu kejujuran (jujur), ketangguhan (tangguh), kepedulian

(peduli), dan kecerdasan (cerdas). Dari empat nilai utama ini, masing-masing lembaga

 pendidikan. Dari sekian banyak nilai-nilai yang dimunculkan, akhirnya terpilih 7 nilai

target, yang dicanangkan oleh MTs Pembangunan UIN Jakarta yaitu:

1.Ketaatan beribadah (religius), yakni pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang

diupayakan untuk selalu menjalankan ajaran agamanya.

2.Kejujuran, yakni sikap dan perilaku seseorang yang didasarkan pada upaya

menjadikan dirinya selalu dapat dipercaya dalam perkataan dan perbuatannya.

3.Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, baik terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan, negara, maupun Tuhan YME.

4.Kedisiplinan, yakni sikap dan perilaku yang menunjukkan ketertiban terhadap

 berbagai ketentuan dan peraturan.

5.Kepedulian terhadap lingkungan, yakni sikap dan perilaku seseorang yang

menunjukkan suatu perbuatan atas dasar cinta dan perhatian kepada orang lain maupun

kepada lingkungan dan proses yang terjadi di sekitarnya.6.Toleransi yakni sikap yang berasal empati  merupakan inti emosi moral yang

membantu anak memahami perasaanorang lain. Kebajikan ini membuatnya menjadi

 peka terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain, mendorongnya menolong orang

yang kesusahan atau kesakitan, serta menuntutnya memperlakukan orang dengan kasih

sayang. Dengan toleransi, siswa akan memperlakukan orang lain dengan baik dan

 penuh pengertian, menentang permusuhan, kekejaman, kefanatikan, serta menghargai

orang-orang berdasarkan karakter mereka.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 68/105

56

7.Gemar Membaca, yakni sikap dan perilaku yang mencintai ilmu pengetahuan dan

menghasilkan sikap dan perilaku yang berusaha untuk menemukan kesalahan atau

kelemahan maupun kelebihan dari suatu perbuatan.

Ketujuh nilai ini diintegrasikan dalam pembelajaran berbagai mata pelajaran

dan juga dibudayakan melalui pengembangan kultur madrasah. Adapun hasil dari

 pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran dan pembudayaan kultur di

MTs Pembangunaan UIN Jakarta. Berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi,

wawancara dan dokumentasi. Ada beberapa terdapat jawaban yang keliru, terlalu

singkat dan sederhana, dari setiap item pertanyaan yang penulis ajukan mulai dari

definisi, nilai-nilai karakter yang diterapkan, program sekolah serta respon orang tua

terhadap pendidikan agama Islam berbasis karakter. Akan tetapi jawaban tersebut tidak

mengurangi dari tujuan wawancara yakni mendapatkan implementasi pendidikan

agama Islam berbasis karakter terutama dalam pembelajaran akidah akhlak. Meskipun

secara essensial semua mata pelajaran mengandung nilai-nilai karakter yang ingin

diterapkan. Berikut deskripsi data pendidikan karakter yang peneliti bagi menjadi 7

aspek yakni sebagai berikut:

1. 

Aspek Religius

Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran

agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup

rukun dengan pemeluk agama lain1.

Aspek religius merupakan salah satu satu upaya yang bisa dilakukan adalah

 pembinaan karakter siswa melalui proses pembelajaran di kelas dan juga membangun

lingkungan yang kondusif di luar kelas dalam pemahaman terhadap keagamaan

terutama terhadap keyakinan terhadap ajaran agama Islam. Religius disini adalahdinilai dari bentuk ketaaatan beribadah dan sikap serta perilaku siswa yang

mencerminkan nilai religius.

Aspek religius siswa tidak hanya terlihat dari sikap yang seolah-olah hanya

diidentikkan dengan rajin beribadah. Meskipun rajin ibadah, bisa menjadi salah satu

indikator religius. Namun, hal tersebut bukan satu-satunya cara mengukur religius

siswa. Dalam hal ini peneliti menggunakan triangulasi dengan observasi yang ada,

1  Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Pedoman Sekolah, (Jakarta: Kemendiknas,

2010) hal 9

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 69/105

57

kemudian di cek dengan wawancara kepada wali kelas atau guru agama Islam (akidah

akhlak, al-qur’an hadis, fikih, sejarah kebudayaan Islam dan sebagainya). Selain kedua

data tersebut diperkuat dengan dokumentasi yang ada sepperti buku kegiatan ibadah.

Dari pengamatan ada hari pertama sudah ada seperti hari senin-rabu ada shalat dhuha

 jamaah, penghafalan do’a an surat-surat al-qur’an, shalat jum’at dan keputrian yakni

 belajar dakwah. Dalam hal ini ada pengimplementasian karakter religius yang terlihat

dari program-program penamaman karakter yang dijadwalkan secara rutinitas.

Bapak Kepala Sekolah MTs. Pembangunan menuturkan bahwa setiap

 pagi kita memprogramkan salam salim, dari hari senin sampai hari

 jumat, kepala sekolah dibantu oleh wakil dan guru PAI menyalami

anak, lalu setelah itu anak-anak masuk kelas di perkuat dengan HC(hibitual curiculum) yaitu hari senin sampai dengan hari rabu jam

07.00-07.40, isinya itu adalah baca Al-Qur’an sesuai dengan program

yang dicanangkan oleh komperhensip agama, kemudian setelah baca al-

quran ada hafalan do’a-do’a, kultum, dan biasanya hari ntertentu

ditutup dengan asmaul husna, tapi asmaul husna bisa diawal dan bisa

diakhir belajar,bisa satu minggu sekali, dan do’a-do’a tadi, ada khusus

nanti akan dujiankan oleh wali kelas, sampai dimana anak itu sudah

hafal dan hafal ayat nya dan juga terjemahannya. dan nanti kelas 9 baru

diujikan lagi materinya dari kelas 7-9 itu namanya nujian praktek,

disamping HC, setelah selsai anak-anak juga diharapkan menyisihkan

uang jajannya, jadi uang jajan itu semampu dia itu namanya TAS

(tabungan amal shaleh), nantin uang itu dikumpulkan untuk beasiswa

 bagi sekolah-sekolah yang tidak mampu, untuk sekolah lain, misal nya

disekolah lain itu ada murid yang tidak mampu. setiap semester bisa 20

 juta ke atas. disamping itu anak-anak disini dianjurkan dari pagi ada

shalat duha, shalat duha itu wajib, karna program sekolah, dan

disamping itu dianjurkan shalat zuhur dan ashar berjamaah, tidak boleh

 pulang, kalau yang perempuan itu pada hari jumat diajarkan keputrian,

artinya hal-hal yang menyangkut kewanitaan yang tidak bisa

dibahasakan oleh bapak-bapak harus dibahasakan oleh ibu-ibu, tentunya

 bapak-bapak sudah tau2

.

Dari program yang dicanangkan sekolah, implementasi karakter religius siswa

terbilang cukup baik. Hal ini terlihat dari program-program peningkatan pemahaman

keagamaan dilakukan oleh siswa-siswi MTs dengan baik. Apalagi dipantau dengan

 buku dan guru Agama Islam serta dijadwalkan secara rutin. Untuk mendukung data,

 peneliti melakukan wawancara kepada siswa dan siswi yang terbilang cukup rajin

dalam melakukan aktifitas ibadah di sekolah.

2 Hasil wawancara dengan Bapak Kepala sekolah MTs. Pembangunan Pada hari selasa tanggal

30 April 2013

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 70/105

58

Wawancara pertama yakni siswa lai-laki. Dia termasuk aggota Rohani Islam

(ROHIS) yang aktif dalam menyelengggarakan kegiatan dalam meningkatan

 pemahaman terhadap keagamaan Islam. Peneliti menanyakan bagaimana dia Ketika

hal ini ditanyakan dengan sedikit malu-malu dan memberikan pengakuan bahwa itu

tidak terlepas dari tradisi. Sehingga akhirnya peneliti melakukan wawancara secara

tertulis. Namun dari hasil pengamatan subjek bisa dikatakan adalah selain dari

 pembawaan anak itu pendiam, orang tua juga berperan dalam sikapnya. Menurut dia,

orangtua jarang mengajaknya berbicara banyak, mereka lebih mencontohkan atau

 berperilaku. Ketika peneliti melihat dan mengamati hari pertama, karena dia duduk

dibelakang dia hanya duduk tenang dan tanpa aktifitas yang berarti. Sehinggga peneliti

kesulitan dalam menganalisis sika dia dalam pengimplemantasi pendidikan karakter.

Peneliti perlu melihat anak tersebut lebih dekat, karena dia tidak mau berbicara dan

menyukai menggunakan bahasa verbal. Namun ada hal yang menarik ketika istirahat

sekolah dia memilih untuk ke masjid sekolah dan melakukan shalat dhuha dan

sebelumnya melakukan shalat tahyatul masjid. Dia menghabiskan istirahatnya di

Masjid. Bahkan ketika peneliti melihat dari luar masjid, dia membaca al-Qur’an. Dari

segi penampilan yakni pakaian tidak ketat bahkan terlihat muslimah. Selain itu, guru

dan wali kelas juga memberikan pernyataan yang sama bahwa dia juga termasuk siswi

yang rajin ibadah. Selain itu tingkat religius terlihat dari sikap dia dikelas dengan

 bertutur kata lembut, sabar, dan suka menolaong. Itu semua adalah indikator yang

dapat dikatakan memiliki tingkat religius yang tinggi. Dengan demikian peneliti

melihat bahwa anak ini memiliki tingkat religius yang baik.

Gambar 4.1 Religius

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 71/105

59

2.  Aspek Kejujuran

Kejujuran adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan3.

selama ini bagaimana peran guru pai dalam menanamkan nilai-nilai karakter

tentang kejujuran, ya memang selama disini kita sealalu menekankan pada anak-anak. Pertama memberi dsamping itu kalau toh mereka menemukan uang itu harus

mengembalikan setidak-tidaknya diberikan kepada wali kelasnya, tapi biasanyaanak-anak disini kalau menemukan uang pasti dia memberikan pada guru-gurunyakarna disini tidak ada yang mencuri atau memeras temannya jarang terjadi, kalu

toh ada pasti itu suatu keanehan tapi kemungkinan tetap pasti ada, karna sesuatu itutidak mungkin 100%, tetap ada kekurangan kemungkinan 1%, itu biasanya

 penyebabnya karna broken home, karna kalau dirumah tidak beres tidak mungkinguru disekolah bisa membereskannya karna itu susah karna model itu ada dirumah,contohnya: ibunya selingkuh lalu anaknya tinggal sama bapaknya itu susah itu,karna tidak hanya menyangkut guru agama saja harus menyangkut psikologi jugakarna kita tidak bisa deteksi agama saja, harus kerjasama dengan guru BP dan guru psikologi, baru kita anak itu bisa teratasi, itu yang saya bilang 1% tadi. Diantara260 siswa ada satu atau dua siswa yang bermasalah.4 

Dalam aspek kejujuran, peneliti mengobservasi sikap mereka ketika

menghadapi ujian. Ada sikap siswa yang kurang stabil dan percaya diri. Hal ini terlihat

dari sikap dia ketika ujian menoleh kanan dan kiri, bahkan terkadang tampak ketakutan

serta mengigit bibirnya. Meskipun demikian, anak ini tidak mencontek dari buku atau

lembar jawaban temannya. Peneliti melihat hal ini, dikarenakan kurang percaya diri

dengan jawaban yang ditulis. Namun sikapnya yang seperti itu, dianggap ingin

mencontek. Akan tetapi peneliti melihat dia tidak mencontek sampai ujian berakhir.

Selain itu, ketika di wawancara, dia mengakui tidak pintar, namun mau berusaha

dengan kemampuan yang dimiliki. Meskipun siswa tersebut mampu menyelesaikan

tugas dengan baik dan cepat. Namun, peneliti melihat dari karakter dan sikap dia

ketika ujian cukup baik. Dengan keterbatasannya ia tidak mencontek, hal ini perlu

diapresiasi. Dan ini sebuah karakter yang unik yakni tetap jujur, meskipun nilai dia

hanya terbatas pada KKM.

 Namun dari pengamatan minggu berikutnya, peneliti sedang dilakukan ujian

harian untuk menghadapi ujian mid semester. Anak ini stabil dan berkepribadian teguh

 pendirian dan tanggung jawab dengan tugasnya sebagai ketua kelas. Dia membagikan

3 Ibid., hal. 9 4 Hasil wawancara dengan Bapak Kepala sekolah MTs. Pembangunan Pada hari selasa tanggal

30 April 2013

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 72/105

60

lembar kertas soal dan jawaban. Selain itu, peneliti melihat dia tidak tengok kanan dan

kiri atau melihat buku maupun contekan. Setelah selesai ujian, peneliti menanyakan

sikap dia dalam ujian. Jawaban dari anak tersebut cukup dewasa dengan mengatakan

tidak mencontek, karena apa arti nilai bagus yang didapat dari sebuah ketidak jujuran.

Semua tidak akan memberi manfaat apapun, sekalipun nilainya menjadi bagus.

Walaupun terkadang dia kesal melihat ada temanya yang berbuat curang mendapat

nilai yang bagus dan tidak ketahuan. Namun dia secara diam-diam memberikan

informasi yang diketahuinya. Hal itu, diakuinya bukan untuk mendapatkan pujian dari

guru, namun terlebih menurut dia kejujuran dalam bentuk apapun akan bermanfaat

 baginya meskipun terkadang dia menerima perlakuan dari teman-teman dengan sikap

yang kurang baik. Hal ini bagi peneliti merupakan bagian ini dari implementasi

 pendidikan karakter yang dibentuk dari keluarga dan diperkuat oleh sekolah.

 Namun adapula sikap siswa lain ketika ujian harian yang sedang berlangsung.

Anak ini stabil dan penuh percaya diri. Hal ini terlihat dari sikap dia ketika ujian tidak

menoleh kanan dan kiri, bahkan terkadang tampak santai dalam pengerjaannya.

Meskipun demikian, anak ini tidak mencontek dari buku atau lembar jawaban

temannya. Peneliti melihat hal ini, dikarenakan percaya diri dengan jawaban yang

ditulis. Selain itu dia tampaknya tidak mau menujukan kecepatannya menjawab soal.

Akan tetapi peneliti meihat dia tidak mencontek sampai ujian berakhir. Selain itu, hal

itu juga dipercaya oleh dengan otak yang di atas rata-rata, dia mampu menyelesaikan

tugas dengan baik. Namun, peneliti melihat dari karakter dan sikap dia ketika ujian

cukup baik. Karena dia sempat menjaili temannya menyembunyikan alat-alat tulis

teman sampingnya. Dan ini sebuah karakter yang unik yakni tetap jujur, meskipun

demikian nilai dia tetap bagus.Berdasarkan data dan observasi yang dikumpulkan peneliti menyimpulkan

 bahwa tingkat kejujuran siswa dalam kejujuran mendapat respon yang beragam.

Karena kejujuran adalah aspek yang sulit untuk diukur. Namun kejujuran akan nampak

 pada perilaku mereka yang tidak di buat-buat. Secara alamiah kejujuran akan tampak,

meskipun sulit untuk dicari perbedaan anatara yang berkata jujur dan berbohong.

 Namun, ada cara yang cukup bagus, yakni melihat raut wajah, seseorang yang berlaku

tidak jujur atau curang seperti mencontek, memanipulasi nilai, dan sebagainya. Secara

ekspresi muka meskipun dibuat secara setenang mungkin, akan terlihat ketidak

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 73/105

61

 jujurannya. Apalagi bila siswa mendapatkan nilai bagus dari hasil tugas individu,

kelompok maupun ulangan. Namun ketika di uji secara lisan, akan terlihat sejauh mana

kemampuan siswa itu berada. Adapun siswa yang jujur, meskipun ketika ditanya

merasa takut, tetapi jika siswa tersebut jujur, akan terlihat dari sikap yang tidak

membenarkan segala cara untuk berbohong. Hal itu mungkin terjadi, karena kadang

keterbukaan dan kejujuran kepada orang tua, guru, teman sulit diterapkan karena faktor

kebiasaan. Atau juga bisa dikarenakan secara psikologis anak pendiam, takut dan

sebagainya. Tetapi karena pembahasan angket ini tidak masuk dalam ranah psikologi,

karena hanya ditekankan implementasi karakter yang dianalisis dari hasil angket.

Sehingga dari tabel di atas menunjukan rata-rata siswa berkata jujur masih setengah-

setengah. Dengan kata lain masih perlu pembinaan dan pembiasaan kejujuran serta

dukungan untuk berkata jujur dalam keadaan apapaun. Adapun implementasi karakter

kejujuran dapat terlihat berjalan cukup baik dan perlu perbaikan.

3. 

Aspek Kedisplinan

Kedisiplinan adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

 berbagai ketentuan dan peraturan5.

Di lihat dari hasil pengamatan dan observasi ada sebuah kasus siswa yang aktif

 baik di dalam maupun diluar kelas. Interaksi dengan teman-temannya dilakukan

dimanapun, sehingga dia mempunyai teman yang banyak. Selain itu, siswi ini,

termasuk orang yang selalu konsisten dalam prestasinya yakni rangking 1 (satu).

Secara psikologis, dia terlihat lebih percaya diri. Setelah dilakukan observasi, peneliti

menganalisis bahwa keaktifan dia kadang-kadang berlebihan dan tidak terkontrol baik

dari segi ucapan maupun sikapnya. Sehingga kadang-kadang ada sedikit kegaduhanyang tercipta. Semisal dia mudah melontarkan kata-kata yang berlebihan dan

menggunakan bahasa gaul, bukan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Meskipun

terkesan sepele, namun bagi peneliti hal ini menjadi kekurangan dia terhadap

kepedulian teman-teman yang kosentrasi pada mata pelajaran tersebut. Selain itu

 pemikiran dan gagasan/ ide yang dilontarkan agak radikal, sehingga sangat riskan

dinterpretasi/ multi tafsir. Waktu dalam penelitian, anak ini melontarkan sebuah

 pertanyaan yang cukup membuat agak riskan, kenapa butuh mengimani malaikat.

5Ibid hal 9

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 74/105

62

Ternyata setelah diamati dan dilakukan wawancara anak ini, ternyata dia menerima

 pendidikan karakter yang sekuler atau bisa dikatakan bila tidak diarahkan akan

membahayakan akidah Islam yang ada dalam diri anak tersebut. Meskipun demikian

hal ini cukup realistis anak yang di didik oleh keluarganya cukup keras dan demokratis

 bahkan cenderung agak sekuler. Inilah salah satu pendidikan karakter yang di

tanamkan di sekolah agar bisa membenahi atau membantu siswa dalam berakidah yang

sesuai al-Qur’an dan as-Sunnah.

Gambar 4.2 Disiplin

4.  Aspek Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan

tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa6.

Dalam pendidikan karakter ada nilai-nilai menekankan tanggung jawab siswa.

Hal ini dikarenakan Selain itu, siswi ini, termasuk orang yang selalu konsisten dalam

 prestasinya yakni rangking 1. Secara psikologis, dia terlihat lebih percaya diri.

dilakukan penelitian bahwa keaktifan dia kadang terlalu berlebihan sehingga kadang-

kadang ada sedikit kegaduhan yang tercipta. Semisal dia mudah melontarkan kata-katayang berlebihan dan menggunakan bahasa gaul, bukan bahasa Indonesia yang baik dan

 benar. Meskipun terkesan sepele, namun bagi peneliti hal ini menjadi kekurangan dia

terhadap kepedulian teman-teman yang kosentrasi pada mata pelajaran tersebut. Selain

itu pemikiran dan gagasan/ ide yang dilontarkan agak radikal, sehingga sangat rentan

dinterpretasi/ banyak presepsi (tanggapan). Waktu dalam penelitian, anak ini

melontarkan sebuah pertanyaan yang cukup membuat agak riskan, kenapa butuh

mengimani malaikat. Ternyata setelah diamati dan dilakukan wawancara anak ini,

6Ibid hal 10

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 75/105

63

ternyata dia menerima pendidikan karakter yang sekuler atau bisa dikatakan bila tidak

diarahkan akan membahayakan akidah Islam yang ada dalam diri anak tersebut.

Meskipun demikian hal ini cukup realistis anak yang di didik oleh keluarganya cukup

keras dan demokratis bahkan cenderung agak sekuler. Inilah salah satu pendidikan

karakter yang di tanamkan di sekolah agar bisa membenahi atau membantu siswa

dalam berakidah yang sesuai al-qur’an dan as-sunnah.

5.  Aspek Toleransi

Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,

etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya7.

Aspek toleransi diperlukan dalam pembentukan karakter yang mampu

membuat orang/ siswa dengan perilaku yang memposisikan orang lain dengan baik

dan penuh pengertian, menentang permusuhan, kekejaman, kefanatikan, serta

menghargai orang-orang berdasarkan karakter mereka.

Dari pengamatan peneliti menemukan ada siswa yang aktif dan suka

ngebanyol. Namun ketika ada kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung dia tidak

membuat gaduh. Namun ada sesekali dia membuat kelucuan, yang bagi siswa lain

sebagai hiburan. Padahal dia tidak bermaksud melucu, namun dia memahami hal

tersebut, karena logat yang dipakai yakni logat betawi yang terkenal ceplos-ceplos.

Ketika hal ini ditanyakan dari mana mendapatkan cara untuk kata-kata lucu.

Dijawabnya, dia sudah terbiasa dengan lingkungan yang suka bercanda, apalagi dia

 berasal dari suku betawi yang kental dengan lawakan yang lucu. Namun di balik itu,

dia merupakan anak yang mempunyai tipe serius dan suka tantangan. Hal ini dilihat

dari dia selalu berprestasi di bidang akademik. Hasil pengamatan subjek bisa dikatakanadalah selain dari pembawaan anak yang suka bercanda terkadang jail. Dia mempunyai

cita-cita yang cukup bagus yakni jadi pengacara yang mampu membela kaum yang

lemah. Toleransi tersebut terlihat dari cara dia melakukan yang terbaik kepada teman-

temannya. Ketika, peneliti mengadakan observasi, kebetulan ada teman yang sakit, dia

langsung mempunyai inisiatif untuk menggalang dana dan membuat rencana untuk

menjenguk. Dari pengamatan tersebut, peneliti meihat dia mempunyai solidaritas yang

7Ibid hal 9

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 76/105

64

tinggi. Padahal, biasanya anak dengan tipe yang suka bercanda kadang kurang peka

dan toleran terhadap terhadap teman-temanya.

6.  Aspek Kepedulian Lingkungan

Kepedulian linngkungan adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya

mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-

upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi8.

Salah satu aspek karakter yang ditanamkan adalah kepedulian terhadap

lingkungan. Apalagi lingkungan sekolah masih terlihat kotor, dan penggunaan listrik,

lampu dan air secara berlebihan. Padahal, lingkungan perlu di lindungi, karena

musibah yang terjadi kebanyakan faktor pengrusakan lingkungan akibat ulah manuia

itu sendiri. Sehingga, wajar pemerintah dan sekolah berusaha untuk menumbuhkan

rasa kepedulian terhadap lingkungan. Program yang paling familiar dan sedang

dicanangkan adalah penghijauan ( go green) yakni penanaman seribu pohon. Adapun

aspek kepedulian siswa terhadap lingkungan terlihat cukup baik, dengan siswa

mematikan lampu, lcd, komputer yang telah digunakan. Selain itu ada jadwal piket

yang telah dibagi secara adil. 

Satu hal yang peneliti obervasi dalah kepedulian dia terhadap lingkungan di

sekitar sekolah. Ketika peneliti sedang observasi, ada siswa yang termasuk peduli,

 bahkan pecinta lingkungan dengan cara yang unik. Kebetulan dia ngumpulin teman-

temanya diluar jam sekolah dengan memanfatkan sampah untuk di daur ulang. Pada

hari itu, peneliti melihat hasil kreatifitas membuat tempat pensil dan aksesoris kamar.

Apalagi menurut keterangan teman-temanya dia suka buang smapah di temaptnya.

Bahkan tempat bangku/ meja belajar sangat rapi, tas dan buku catatan juga rapi. Selainitu, dia ada inisiatif untuk membersihkan ruang kelas yang kotor, meskipun bukan

 jadwal piket. Meskipun biasanya anak laki-laki malas dan peduli terhadap lingkungan.

Sehingga dapat dikatakan anak ini telah megimplementasi pendidikan karakter tentang

kepedulian terhadap lingkungan cukup baik.

Peneliti juga menemukan ada siswa yang termasuk kurang peduli terhadap

lingkungan. Hal ini terlihat dia suka menyembunyikan sampah di bawah kolong

mejanya. Selain itu, peneliti melihat dia menginjak dan duduk ditaman sekolah.

8Ibid hal 10

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 77/105

65

Tempat bangku/ meja belajar kurang rapi, baik menaruh tas dan buku catatan. Selain

itu, dia ada inisiatif untuk membuat poster dan tulisan dengan tema menjaga

lingkungan. Sehingga dapat dikatakan anak ini kurang mengimplementasi pendidikan

karakter tentang kepedulian terhadap lingkungan. Namun dengan demikian,

kepedulian lingkungan bisa ditingkatkan dengan pemahaman pentingnya lingkungan di

 jaga demi keberlangsungan ekosistem dan keseimbangan alam. Dengan demikian

implementasi kepedulian terhadap lingkungan , sisswa-siswi MTs terbilang hanya

cukup. Karena masih perlu ditingkatan kesadaran pentingnya membuang sampah pada

tempatnya, memisahkan sampai organik dan non organik, tidak merusak taman, hemat

dalam penggunaan listrik.

Gambar 4.3 Peduli Lingkungan

7.  Aspek Gemar Membaca

Gemar membaca adalah Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca

 berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya9.

Bapak Kepala sekolah MTs. Pembangunan menuturkan bahwa kegiatan

gemar membaca di laksanakan pada hari senin sama hari rabu hc, hari

kamis ada reading habbit, kelas 1 jam 07.00-07.40 membaca buku yang

mereka senang dilkoordinir oleh konsursium bahasa, disamping itu

kelompok ini nanti dia punya even memperingati hari bahasa juga jadianak-anak itu diarahkan untuk menulis, menulis apa yang mereka

senang, kita juga berdayakan mading yang ada dikelas, dikelas kita

disediakan tempat mading, disamping kita gunakan mading itu, untuk

kretatifitas anak, juga diperlombakan setiap ada even, 17 agustus atau

hari ulang tahun MP, setelah itu kita juga ada setiap konsursium itu

mempunyai hari kebahasaan memperingati hari bahasa, setiap

memperingati hari baahsa, semua ini diperlombakan, setiap konsursium

mempunyai hari kebahasaan memperingati hari bahasa, disaat

memringati hari bahasa semua diperlombakan misanya pidato, menulis.

Tetapi tiap-tiap konsursium misalnya konsursium umum/ tri okpu

9Ibid 10

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 78/105

66

tanggal 10 mempunyai acara sendiri, konsursium bahasa memperingati

10 oktober, agama juga punya hari bahasa, tapi umumnya kita

disamping mempunyai program harian kita juga ada secara masal, kita juga memperingati hari bahsa dengan kita siapkan spanduk kira-kira

 beberapa puluh meter, jadi tiap-tiap mengekspresikan kreatifitas

mereka, dan yang terbaik dikasih hadiah dan akan kita pamerkan

diwaktu HUT MP karya anak-anak itu10.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama 2 bulan, peneliti melihat

implementasi karakter siswa untuk gemar membaca terlihat cukup baik. Padahal bila

dilihat dari koleksi buku di perpustakaan untuk keperluan pembelajaran sangat

lengkap, semua buku paket yang dijarkan di MTs tersedia. Selain itu ada koleksi yang

tidak termasuk buku paket, yakni ensklopedia Islam, kamus, dan karya-karya fiksiseperti novel, cerpen dan sebagainya. Adapun proses peminjaman juga mudah dan

 pelayanan serta sarana dan prasarana cukup baik. Sehingga seharusnya perpustakaan

menjadi tempat yang sangat baik untuk mendidik anak gemar membaca.

 Namun ketika siswa diwawancara ada satu hal yang menjadi mereka malas ke

 perpustakaan adalah mereka sudah terbiasa menggunakan aplikasi google untuk

mencari informasi yang dibutuhkan. Apalagi mereka bisa mengakses internet dengan

wifi, tanpa harus mengeluarkan biaya. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa nilai-

nilai pendidikan karakter gemar membaca, siswa perlu mendapatkan dorongan baik dari

dirinya sendiri, orangtua dan guru, agar gemar membaca menjadi karakter siswa. Karena buku

adalah informasi yang cukup terpercaya ketika kita menginginkan data yang ilmiah

 berdasarkan fakta. Dan membaca berarti memberikan pemikiran yang demokratis, wawaan

luas dan ilmu yang terus bertambah. Dan gemar membaca tidak pernah menjadi kerugian bagi

yang mau melaksanakannya.

Gambar 4.4 Gemar Membaca

10 Hasil wawancara dengan Bapak Kepala sekolah MTs. Pembangunan Pada hari selasa tanggal

30 April 2013

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 79/105

67

Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa 7 aspek yang mengandung nilai-

nilai pendidikan karakter yang di MTs. Pembangunan UIN Jakarta sudah berjalan baik

dan terencana. Hal ini terlihat dari RPP yang dibuat oleh para Guru PAI baik akdah

akhlaq, al-Qur’an hadis, Fiqih, SKI. Berdasarkan data yang dihasilkan menunjukan

guru dan siswa-siswa telah mengimplementasikan pendidikan agama Islam berbasis

karakter terutama pelajaran akidah akhlak.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 80/105

 

BAB V

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Bagaimana Implementasi pendidikan agama Islam berbasis karakter yang meliputi:

Religius, Jujur, Tanggung Jawab, Toleransi, Disiplin, Peduli Lingkungan, Gemar

Membaca di MTs Pembangunan UIN Jakarta? 

Dari semua implemantasi pendidikan karakter bila merujuk pada nilai-nilai

karakter yang dinginkan sekolah. Maka siswa sudah dilakukan, baik dalam

kegiatan belajar maupun diluar kegiatan belajar, seperti ekskul dan program-

 program dari sekolah.

B.  Implikasi 

Dengan adanya pendidikan karakter siswa Madrasah Pembangunan lebih

 berkarakter dengan sikap-sikap yang Islami. Hal ini mempunyai implikasi terhadap

kegiatan pembelajaran yang lebih kondusif. Selain itu pendidikan karakter

membawa mereka pada perilaku yang diharapkan oleh sekolah seperti: disiplin,

religius, tangggung jawab, jujur, tolerani/ saling menghargai. Apabila pendidikan

karakter ini bisa diterapkan ada lingkungan dan masyarakat maka pendidikan

karakter mempunyai pengaruh bagi masyarakat sebagai pengendali moral dan true

mode (teladan).

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 81/105

69

C.  Saran-Saran

Dalam hal ini penulis melihat bahwa pendidikan Agama Islam masih

 berbeda dengan pelajaran lain. Terutama dari segi keseriusan siswa dalam

mengikuti pelajaran PAI. Hal ini kita melihat bagi perlu ada ketegasan,

kewibawaan serta keteladanan bagi siswa. Sehingga karakter yang akan diberikan

kepada siswa dalam KBM.

Saran-saran yang pelu di perlu diperhatikan yakni sebagai berikut:

1.  Bagi para kepala sekolah, guru, dan komunitas sekolah yang lain hendaknya

lebih menggalakkan pendidikan karakter pada tataran aplikatif. Perlu diadakan

 perumusan kebijakan tentang nilai-nilai moral yang akan dikembangkan di

sekolah, sehingga penciptaan dan pembentukan karakter pada peserta didik

diharapkan bisa optimal sejalan dengan perumusan kebijakan pendidikan

karakter yang dilaksanakan secara berkelanjutan.

2.  Pendidikan karakter melalui sekolah perlu ditanamkan dan disampaikan secara

terpadu dengan seluruh mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Mata

 pelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata

 pelajaran perlu dikembangkan, dikaitkan dan dieksplisitkan dalam konteks

kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran pendidikan karakter ini

tidak berhenti pada tataran kognitif saja, melainkan pada tataran sikap dan

tindakan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 82/105

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: CiputatPers, 2002.

Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Arikunto, Suharsimi,  Prosedur Penelitian Suatu Pengantar Praktek, Jakarta: PT

Asdi Mahasatya, 2006

Artikel ditulis Drs. Z. Arifin Nurdin, Gagasan dan Rancangan Pendidikan Agama

 Berwawasan.

Asmaran,  Pengantar Studi Akhlak Edisi   Revisi, Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2002.

Chararter Counts, Six Pillars dalam http://charactercounts.org/sixpillar.html 

diakses pada 03 juli 2012.

Daradjat, Zakiah, Metodik Khusus Pendidikan Agama Ilam, Jakarta: Bumi Aksara,

1995

DEPAG RI,  Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk MTs,

 sesuai dengan perturan Menteri Agama RI No 20 Tahun 2008, Jakarta:

 Nadia Media.

Departemen Agama RI, Pedoman Khusus Akidah Akhlak, Jakarta: 2004.

Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Lanjutan Pertama dan

Menengah,  Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi

Sekolah Menengah Pertama, Jakarta: 2004.

Dewantara , Ki Hadjar, Menuju Manusia Merdeka, Yogyakarta: Leutika, 2009

Ginanjar Agustian, Ary,  Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi danSpritual, Jakarta: Arga, 2007.

Ihsan, Hamdani dan Ihsan, Fuad,  Filsafat Pendidikan Islam, Bandung, Pustaka

Setia, 2001.

Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: GP Press, 2009

http://www.mpuinjkt.sch.id/html/profil.php?id=profil&kode=17&profil=sarana%

20&persen 20prasarana.

(http://waskitamandiribk.wordpress.com). Diunduh pada 19 Sepetember 2012.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 83/105

71

Kesuma, Dharma, dkk,  Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di

Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Mulyasa, E,  Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: Sinar Grafika Offest,

2011.

Mubarok, Achmad,  Panduan Akhlak Mulia, Jakarta: PT Bina Rena Pariwara,

2001.

Moleong, Lexy. J,  Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung: PT Remja Rosda

Karya, 2010.

Majid, Abdul dan Andayani, Dian,  Pendidikan Karakter Persfektif Islam,

Bandung: PT Remaja rosdakarya, 2011.

Muslich, Masnur,  Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis

 Multidimensional, Jakarta: PT Bumi Akasara, 2011.

 Multikultural di Sekolah Agama dan Madrasah, www.pendidikan networking,

dodownload tanggal 5 Januari 2009.

Yaumi, Muhammad,  Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

melalui Transdisiplinaritas, 2012, ( http://www. bharatbhasha.com 

 / education. php / 208471 ). Diunduh 19 September 2012.

Muslim, Shohih Muslim, (Baerut: Darul Fikr, t.th).

 Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam I , Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam II, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999.

Rahman, Fatchur,  Ikhtisar Musthalahu’l Hadits, Bandung: Alma’arif, 1974.

Ramayulis, Metedologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005.

Samani, Muchlas dan Hariyanto,  Konsep dan Model Pendidikan Karakter,

Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011.

Sugiyono, Metode Kuantitatif Kualitatif dan R &D Bandung: Alfabeta, 2009

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010

Suryanto, Urgensi Pendidikan Karakter, 2011.

Syah, Muhibbin,  Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung:

Remaja Rosda Karya, 2004.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 84/105

72

Panduan peserta didik Tahun pelajaran 2012-2013 (Jakarta: Madrasah

Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah, 2012

Taufik, Ahmad dan Rohmadi,  Pendidikan Agama Islam  Pendidikan Karakter

 Berbasis Agama, Surakarta: Yuma Pressindo, 2010.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai

Pustaka, 1994.

Wasilah, Al Abdul Chaedar  , Pokoknya Kualitatif , Jakarta: Kiblat Buku Utama,

2003, Cet. II, h. 154.

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011.

Zuhairani, et.al,  Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usana Offest

Printing, 1981.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 85/105

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 86/105

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 87/105

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 88/105

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 89/105

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 90/105

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 91/105

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 92/105

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 93/105

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 94/105

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 95/105

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 96/105

HASIL WAWANCARA

 Nama : Kepala Sekolah MTs. Pembangunan UIN

Tanggal : Selasa 30 april 2013.

Tiap bulan ada nilai-nilai yang akan kita kembangkan, nanti kalau mau tau apa saja

nilai-nilai itu kita bekerjasama dengan fidp bulan ini apa, bulan ini apa, disamping itu

wali kelas dalam pendidikan karakter ini wali kelas juga dibekali dengan cilent setting.

Setiap pagi kita memprogramkan salam salim, dari hari senin sampai hari jumat,

kepala sekolah dibantu oleh wakil dan guru pendidikan agama islam menyalami anak,

lalu setelah itu anak-anak masuk kelas di perkuat dengan hc (hibitual curiculum) yaitu

hari senin sampai dengan hari rabu jam 07.00-07.40,isinya itu adalah baca Al-Qur ’an

sesuai dengan program yang dicanangkan oleh komperhensip agama, kemudian setelah

 baca al-quran ada hafalan do’a-do’a, kultum, dan biasanya hari ntertentu ditutup dengan

asmaul husna, tapi asmaul husna bisa diawal dan bisa diakhir belajar,bisa satu minggusekali, dan do’a-do’a tadi, ada khusus nanti akan dujiankan oleh wali kelas, sampai

dimana anak itu sudah hafal dan hafal ayat nya dan juga terjemahannya. dan nanti kelas

9 baru diujikan lagi materinya dari kelas 7-9 itu namanya nujian praktek, disamping hc,

setelah selsai anak-anak juga diharapkan menyisihkan uang jajannya, jadi uang jajan itu

semampu dia itu namanya TAS (tabungan amal shaleh), nantin uang itu dikumpulkan

untuk beasiswa bagi sekolah-sekolah yang tidak mampu, untuk sekolah lain, misal nya

disekolah lain itu ada murid yang tidak mampu. setiap semester bisa 20 juta ke atas.

disamping itu anak-anak disini dianjurkan dari pagi ada shalat duha, shalat duha itu

wajib, karna program sekolah, dan disamping itu dianjurkan shalat zuhur dan ashar

 berjamaah, tidak boleh pulang, kalau yang perempuan itu pada hari jumat diajarkankeputrian, artinya hal-hal yang menyangkut kewanitaan yang tidak bisa dibahasakan oleh

 bapak-bapak harus dibahasakan oleh ibu-ibu, tentunya bapak-bapak sudah tau.

 bagaimana peran bapak

guru agama itu disamping kita punya breving tiap minggu yaitu pada hari jumat,

disamping itu juga guru agama ada di suatu konsursium agama dan kita juga ada

 pertemuan rutin dengan konsursium dan sebulan sekali ada pertemuan rutin dengan

konsursium, dan kemaren kita ada pertemuan berbicara design buku yang kita evaluasi,

disitu ada buku hc dan tes praktek apa kekurangan kelebihan tes praktek, itu yang kita

evaluasi, jadi ada yang kita tambah dan ada yang kita kurang, bukan saya saja sbg

sekolah tapi juga ada leb ibadah atau leb ibadah kersama dengan saya, kita panggil/

kumpulin guru-guru agama, setiap hari kita bicarakan nilai agama disini, karna anak-anak

sekarang tiap tahun karakternya berubah-berubah dan termasuk bagaimana masuknya aiti

maju, internet, bb dan lain-lain, guru agama perannya harus lebih bisa, karna kalah

dengan alat-alat itu, karna program itu harus regulitas karna tidak instan, maka harus kita

evaluasikan karna progran itu berjalan dan selalu dipantau, tapi kita umumnya

 persemester dievaluasi, disamping breving tadi. selama ini bagaimana peran guru pai

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 97/105

dalam menanamkan nilai-nilai karakter, ya memang selama disini kita sealalu

menekankan pada anak-anak. Pertama memberi dsamping itu kalau toh mereka

menemukan uang itu harus emngembalikan setidak-tidaknya diberikan kepada wali

kelasnya, tapi biasanya anak-anak disini kalau menemukan uang pasti dia memberikan

 pada guru-gurunya karna disini tidak ada yang mencuri atau memeras temannya jarang

terjadi, kalu toh ada pasti itu suatu keanehan tapi kemungkinan tetap pasti ada, karna

sesuatu itu tidak mungkin 100%, tetap ada kekurangan kemungkinan 1%, itu biasanya

 penyebabnya karna broken home, karna kalau dirumah tidak beres tidak mungkin guru

disekolah bisa membereskannya karna itu susah karna model itu ada dirumah, contohnya:

ibunya selingkuh lalu anaknya tinggal sama bapaknya itu susah itu, karna tidak hanya

menyangkut guru agama saja harus menyangkut psikologi juga karna kita tidak bisa

deteksi agama saja, harus kerjasama dengan guru BP dan guru psikologi, baru kita anak

itu bisa teratasi, itu yang saya bilang 1% tadi. Diantara 260 siswa ada satu atau dua siswa

yang bermasalah.

Program gemar membaca, hari senin sama hari rabu hc, hari kamis ada readinghabbit, kelas 1 jam 07.00-07.40 membaca buku yang mereka senang dilkoordinir oleh

konsursium bahasa, disamping itu kelompok ini nanti dia punya even memperingati hari

 bahasa juga jadi anak-anak itu diarahkan untuk menulis, menulis apa yang mereka

senang, kita juga berdayakan mading yang ada dikelas, dikelas kita disediakan tempat

mading, disamping kita gunakan mading itu, untuk kretatifitas anak, juga diperlombakan

setiap ada even, 17 agustus atau hari ulang tahun MP, setelah itu kita juga ada setiap

konsursium itu mempunyai hari kebahasaan memperingati hari bahasa, setiap

memperingati hari baahsa, semua ini diperlombakan, setiap konsursium mempunyai hari

kebahasaan memperingati hari bahasa, disaat memringati hari bahasa semua

diperlombakan misanya pidato, menulis. Tetapi tiap-tiap konsursium misalnyakonsursium umum/ tri okpu tanggal 10 mempunyai acara sendiri, konsursium bahasa

memperingati 10 oktober, agama juga punya hari bahasa, tapi umumnya kita disamping

mempunyai program harian kita juga ada secara masal, kita juga memperingati hari bahsa

dengan kita siapkan spanduk kira-kira beberapa puluh meter, jadi tiap-tiap

mengekspresikan kreatifitas mereka, dan yang terbaik dikasih hadiah dan akan kita

 pamerkan diwaktu HUT MP karya anak-anak itu.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 98/105

 NAMA : Drs. MISRO SHOLEH

GURU : AKIDAH AKHLAK

1.  Apa defenisi pendidikan karakter menurut bapak?

Jawab: menurut saya adaah pendidikan yang menciptakan karakter yang kuat

 pada siswa

2.  Apa saja pendidikan karaker yang di tanamkan pada sekolah MTs Pembangunan?

Jawab: Sesuai dengan sekolah yang bercirikan Islam. sudah tentu karakter Islami

terutama religious lebih ditonjolkan.

3.  Bagaimana cara bapak dalam menerapkan pendidikan karakter?

Jawab: Dengan cara membuat program penyuluhan dari wali kelas dan guru

tentang penanaman nilai-nilai kebaikan agar menjadi karakter.

4.  Apa saja yang dilakukan oleh guru, bila murid belum mampu menerapkan

karakter yang Jawab: telah menjadi tujuan pendidikan?

Kita memberi keyakinan kalau semua siswa dapat berubah menjadi baik. Jadi

tergantung usaha kita untuk berubah

5.  Bagaimana upaya mengefektif kegiatan belajar mengajar (KBM) dalam

mengiternalisasikan nilai-nilai pendidikan karakter?

Jawab: dengan cara membuat RPP yang disesuaikan nilai-nilai karakter yang akan

dicapai. Semisal saya sebagai guru akidah aklak maka kita membuat pelajaran

yang keimanan pada Allah, Malaikat, Rasul, Kitab, Hari Kiamat, dan Qadha &

Qadhar maka tingkat religious yang menjadi saran. Materi: menjaga lingkungan

maka nilai peduli terhadap lingkungan yang diterapkan.

6.  Seberapa efektif program-program sekolah dalam mendukung pendidikan

karakter siswa?

Ya kira-kira 80% efektif dan anak-anak yang tadinya bandel dengan sendirinya

 berubah meskipun tidak drastis.7.  Sejauh mana implikasi yang sudah dicapai terutama guru pendidikan agama Islam

dalam menciptakan karakter siswa seperti religious, jujur, adil dan sebagainya?

Ada beberapa siswa tadinya agak bandel menjadi lebih baik akhlaknya. Selain itu

ada laporan dari orang progres tentang anaknya yang menjadi lebih baik.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 99/105

8.  Apakah ada hubungan antara guru dengan keluarga yakni orang tua murid dalam

mendukung pendidikan karakter?

Jawab:: Jelas ada karena kita satu jam konseling terhadap anak-anak yang disana

kurang baik prestasi maupun sikapnya, biasanya ada keluhan keluhan yang

disampaikan oleh orang tua murid. Hal itu menunjukkan pendidikan karakter

memerlukan kerjasama antara sekolah, guru dan orang tua.

9.  Sejauh mana ekspetasi orang tua terhadap guru agar mampu menanamkan

karakter pada siswa-siswanya?

Jawab: mendukung jika itu baik dan tidak memberatkan

10. Adakah keluhan orang tua tentang kebijakan dan program sekolah yang tidak

memberikan nilai-nilai pendidikan karakter?

Jawab: sejauh ini tidak ada, mudah-mudahan ini respon positif, bahwa program

yang ditawarkan kita tidak merugikan para orang tua dan anaknya. Kita juga

mempunyai kegiatan setiap jumat para wali kelas termasuk saya mendengarkan

keluhan-keluhan dari orang tua. Yang paling sering dikeluhkan adalah program

sekolah seperti shalat jamaah, di rumah mereka masih disuruh jadi kesadar belum

sepenuhnya.

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 100/105

Profil Sekolah

Profil Sekolah

 Nama Sekolah Madrasah Tsnawiyah Pembangunan UIN Jakarta

 Nama Kepala Sekolah Drs. Syukri A. Gani

Alamat Jl. Ibnu Taimia IV Komplek Dosen UIN Jakarta

 NSS/ NPN 121231740001

Status Swasta (Terakreditasi A)

Tahun berdiri Madrasah 1977

Telepon +6221740172, +62217401143

Fax +62217421156

Kepala Madrasah Drs. Syukri A. Gani

Wakabid Kurikulum Drs. H. Agus Salim, M.Pd

Wakabid Kesiswaan Drs Miran

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 101/105

STRUKTUR ORGANISASI MTs PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

YAYASAN Fak. Ilmu Tarbiyah

dan keguruan

DIREKTUR

WAKILDIREKTUR

KOMITE

MADRASAH

KEPALA

MADRASAH

TSANIYAH

WAKA I

Bid. Kurikulum

KEPALA BAGIAN

TATA USAHA

WAKA II

Bid. Kemahasiswaan

KASUBAG

Keuangan dan

Kepegawaian

KASUBAG

Pendidikan dan

Pengajaran

KASUBAG

UMUM

KEPALA

LABORATORIUM

KEPALA PUSAT

Penelitian,Pengembangan danJaminan Mutu

KEPALA PUSAT

Sistem InformasiDokumentasi &Publikasi

KEPALA

PERPUSTAKAAN

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 102/105

KEADAAN GURU MTs PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

No Nama Pendidikan Akhir

1 Hj. Raswati Ramli, S.Ag S1 STAI

2 Drs. M. Fuad Kasa S1 IAIN

3 Dra. Hj. Rini Machdarini. S1 IKIP

4 Dra. Retno RPL. S1 UNAD

5 Ir. Hj. Eha Soriha S1 IPB

6 Umi Prasatyaningsih P. ST S1 UAY

7 Drs. Misro Sholeh S1 IAIN

8 Momon Mujibburrohman, MA S1 UHAMKA

9 Yayah Robiah, S.Pd S1 UHAMKA

10 Romli, S.Ag S1 IAIN

11 Herawati, S.Pd S1 IAIN

12 Ali Ahmad, S.Pd S1 IKIP

13 Mardi, MA S1 UIN

14 Wiwin Wiwitri, S.Pd S1 UIN

15 M. Fikri Yohanis, S.Pd S1 UHAMKA

16 Wildah, S.Pd S1 UHAMKA

17 Abdul Mutaqin, S.Ag S1 UIN

18 Nia kurniawan, S.Pd S1 UPI

19 Saroni, S.Pd S1 UNJ

20 Muhtarom, ST S1 UNJ

21 Aqsol Aziz, S.Pd.I S1 UIN

22 Agus Wahyudi, ST S1 Uwamang

23 Fitriyanti, ST S1 ITI

24 Yayah Zakiah, S.Pd S1 UIN

25 Mardiana, S.Pd S1 UNJ26 Ratih Nurul Annisa, S. Sos S1 UNJ

27 Tajul Arif, S. Si S1 UNPAD

28 Ahmad Sandy Rizani, S.Pd S1 UIN

29 Purwaningsih, S.Pd S1 UNJ

30 Dry Muharma, S.Pd S1 UNJ

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 103/105

31 Maulidati Sabat, S.Pd S1 UNES

32 Desy Ayu Ningrum, S.Psi S1 UPI

33 Ana I’anah, S.Pd  S1 UIN

34 Nur Alfi Laili, S.Pd S1 UIN

35 Jaenal Mutaqin, S.Pd.I S1 UIN

36 Dwi Kurniawan, S.Pd.I S1 UIN

37 Hikmah Lestari, S.Pd.I S1 UIN

38 Sari Mubaroh, S.Pd.I S1 UIN

39 Hana Syadzwika, S.Kom S1 UIN

40 Nur Hudaeri, S.Pd.i S1 UNJ

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 104/105

FASILITAS MTs PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

No Fasilitas

1 Ruang Kelas Ber-AC

2 2 Orang Guru Perkelas (Kelas I MI)

3 Bimbingan Membaca Al-Quran

4 Perpustakan

5 Laboratorium Komputer Dilengkapi Jaringan Internet

6 Laboratorium MIPA

7 Laboratorium IPS

8 Laboratorium Bahasa

9 Laboratorium Ketrampilan/Kitchen Lab

10 Masjid dan Aula

11 Sarana Audio Visual

12 UKS dan Perawat RS Syarif Hidayatullah

13 Ruang Bimbingan dan Konseling

14 Ruang Musik

15 Tabungan Aamal Shaleh (TAS)

16 Sarana Antar Jemput

17 Kantin

18 Satuan Pengama (Satpam)

19 Koperasi Sekolah

20 Sarana Olahraga (Futsal, Basket, Tenis Meja, dll)

21 Bank

8/15/2019 ULFA ADILLA-FITK.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/ulfa-adilla-fitkpdf 105/105

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER MTs PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

 No Kegiatan Ekstrakurikuler

1 Palang Merah Remaja (PMR)

2 Kelompok Ilmiah Remaja (KIR)

3 Rohani Islam (Rohis)

4 Mawaris

5 Musikalisasi Puisi

6 Jouralist Student Community (JSC)

7 Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra)

8 Pramuka

9 Bola Basket

10 Futsal

11 Taekwondo

12 Student Company

13 Tari Saman

14 Arabina

15 English Club

16 Science Club/Robotic