unggas banong
TRANSCRIPT
Poultryindonesia.com, Tips. Perontokan bulu (molting) dapat dijadikan petunjuk pengafkiran yang
akurat sebab mempunyai hubungan terhadap produksi telur. Peristiwa molting biasanya akan diikuti
dengan penurunan produksi bahkan bisa tidak bertelur sama sekali, serta penurunan berat badan
ayam.
Dalam masa hidupnya semua unggas mengalami suatu periode dimana bulu-bulu yang terdapat pada
tubuhnya lepas dan berganti dengan bulu-bulu yang baru. Keadaan ang demikian dikenal dengan
istilah rontok bulu atau peranggasan (molting). Molting merupakan proses perontokan bulu setelah
mencapai masa produksi tertentu.
Pada ayam peristiwa molting dapat terjadi dua kali dalam setahun, meskipun pada umumnya
sekalidalam setahun. Secara alamiah setiap ayam petelur akan mengalami rontok bulu/ molting yang
terjadi pada bulu-bulu primer dari tubuhnya apabila telah berproduksi cukup lama. <?xml:namespace prefix = o
ns = “urn:schemas-microsoft-com:office:office” />
Bulu primer yang dimaksud adalah bulu-bulu besar yang terdapat pada sayap dan terletak pada
bagian luar apabila sayap dibentangkan. Pada umumnya setiap ekor ayam mempunyai bulu primer
sebanyak 10 buah. Bulu primer dan bulu sekunder dipisahkan oleh sayap.
Damar Y. Widhanarto (1996) menyatakan, molting mempunyai hubungan dengan produksi telur,
dimana peristiwa molting akan diikuti dengan penurunan produksi bahkan berhenti bertelur sama
sekali, serta penurunan berat badan sebagai akibat basal metabolime ratenya meningkat.
Namun demikian bagi ayam yang mempunyai produksi telur tinggi, biasanya akan segera bertelur
kembali setelah tumbuh bulu-bulu penggantinya.
Terjadinya molting pada ayam akan dimulai dari yang paling dekat dengan sayap, proses menuju ke
arah keluar, dan dalam jangka waktu 6 minggu dua pertiga bagian dari bulu yang rontok tersebut
akan tumbuh bulu-bulu pengganti. Berdasarkan terjadinya
rontok bulu maka dapat dibedakan antara ayam yang mengalami rontok bulu awal (early molting)
atau rontok bulu akhir (lately molting).
Early molting
Ayam yang mengalami rontok bulu awal akan kehilangan satu buah bulu primer setiap dua minggu,
dan setiap terjadi bulu rontok ayam akan berhenti bertelur. Oleh karena itu akan dibutuhkan waktu
sekitar 6 bulan untuk memperbaiki semua bulu primer yang rontok tersebut, baru mulai berproduksi
kembali.
Lately molting
Ayam yang tergolong sebagai ayam yang mengalami rontok bulu akhir akan melepaskan bulu
primernya dua atau tiga bulan sebelum bulu-bulu tumbuh seluruhnya.
Pengaruh molting
Ayam yang termasuk early molting akan membutuhkan waktu lebih lama untuk memperbaiki semua
bulu-bulu primernya, bila dibandingkan dengan ayam yang termasuk lately molting. Pengaruh nyata
dari ayam-ayam yang mempunyai tipe early molting akan menunjukkan masa tidak produktif yang
lebih lama pula, sedangkan ayam yang mempunyai tipe lately molting masa tidak produktifnya lebih
singkat.
Dari uraian di atas, dengan memperhatikan terjadinya rontok bulu (molting) pada bulu-bulu primer
akhirnya dapat diketahui apakah ayam termasuk tipe rontok bulu awal
atau akhir. Ayam yang mengalami bulu rontok lebih awal sebaiknya dikeluarkan saja karena ayam
tersebut hanya akan menyebabkan terjadinya pemborosan, khususnya pemborosan terhadap pakan.
Sedangkan ayam yang menunjukkan tipe rontok bulu akhir
perlu dipertahankan. Dengan demikian peristiwa molting dapat dijadikan petunjuk yang cukup akurat
untuk melaksanakan pengafkiran bagi ayam petelur.
Namun mengingat pengafkiran mempunyai tujuan untuk mengeluarkan ayam-ayam yang sudah tidak
produktif, maka sebaiknya sebelum melakukan pengafkiran peternak perlu memperhatikan terlebih
dahulu kondisi ayam-ayamnya, yang meliputi umur, efisiensi ransum, persistensi produksi dan
pengendalian penyakit.
Disamping itu perlu dipertimbangkan tentang kontinuitas produksinya, yaitu dengan
mempersiapkanperemajaan dengan tepat. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai terjadi
penurunan produksi sebagai akibat banyaknya ayam yang diafkir sedangkan peremajaan terlambat.
Peremajaan dapat dilakukan dengan metode all in-all out, yaitu suatu sistem pemeliharaan ayam
dimana populasi ayam memiliki keseragaman umur. atau dengan metode continous replacement,
dimana populasi ayam terdiri dari umur yang bervariasi.
Semua ini dilakukan karena pelaksanaan pengafkiran akan memberikan hasil yang memuaskan
apabila tatalaksana pemeliharaan dilakukan secara benar oleh peternak.
Sehingga pelaksanaan pengafkiran sebenarnya merupakan alternatif terkhir yang dapat dilakukan jika
sudah tidak ada lagi kemungkinan untuk memperbaiki produktivitasnya.PI/dw
Silakan mengutip dan atau meng-copy isi tulisan ini dengan menyebutkan
sumbernya :www.poultryindonesia.com
1. Pengertian Force Moulting
Force Moulting merupakan proses gugur bulu secara paksa yang dilakukan pada ternak unggas. Ini dilakukan dengan cara memanipulasi pemberian pakan, minum, pemberian cahaya, dan pemberian zat tertentu. Force moulting dilakukan dengan maksud mendapatkan produksi telur pada siklus berikutnya menjadi semakin baik. Selain itu dapat meningkatkan produksi telur serta dapat memperpanjang masa bertelur hingga tingkat ekonomi tertentu.
2. Metode Force Moulting
Ayam yang sudah berhenti bertelur jangan langsung diafkir, karma masih bisa di perbaiki dan dipelihara lagi sebagai ayam petelur yang produktif. Menurut Budi Pratomo (1987), Cara force moulting berdasarkan 3 metode pokok, yaitu meniadakan air minum, makanan dan membatasi sinar matahari. Ketiga metode tersebut adalah :
a. Metode konvensional
Metode ini sederhana, tetapi bila dilakukan secara baik hasilnya cukup memuaskan. Tahap-tahap metode ini adalah : hari pertama dan kedua ayam tidak diberi makan dan minum sama sekali, sedang sinar matahari diberikan 8 jam/hari. Hari keempat dipuaskan. Hari kelima seperti pada hari ketiga. Hari keenam sama dengan hari ketiga, hari kedelapan sama dengan hari keempat, sampai pada akhir hari kesembilan air diberikan secara bebas. Pada permulaan hari ke 10-60 ayam diberi minum bebas, sedang makanan 75% dari kebuthannya. Hari ke 61 diberi makanan dan minum secara utuh dan sinar matahari selama 15-16 jam/hari. Dua minggu sesudah itu ayam akan remaja kembali dan siap berproduksi.
b. Metode California
Metode ini dikenal juga dengan metode “Milo” karena pada metode ini ayam hanya
diberi milo (gandum) atau tepung jagung saja dalam waktu yang lama. Peremajaan ini cocok diterapkan di daerah tropis, dengan langkah-langkah sebagai berikut : hari 1-35 ayam diberikan makanan lengkap sesuai dengan kebutuhannya dan sinar matahari dibatasi 8 jam/hari. Hari ke 36-39 ayam dipuasakan dan sinar matahari 8 jam/hari. Hari ke 40-60 diberi gandum atau jagung sebanyak-banyaknya, sedang sinar matahari diberikan tetap 8 jam/hari. Hari ke 61-68 diberi makan secara utuh (ransum ayam petelur), minum, sebanyak-banyaknya dan sinar matahari 14-16 jam/hari. Sesudah 2 minggu ayam dari perlakuan tersebut akan kembali remaja dan siap berproduksi.
c. Metode Macxindos
Ini merupakan kombinasi dari kedua cara diatas, dimana pada metode ini ransum dan air minum yang diberikan dibatasi dan dalam ransumnya diberikan daun lamtoro kering. Cara-caranya : hari ke 1 dan 2 ayam dipuasakan. Hari ketiga ayam hanya diberi minum. Hari ke 4-6 dipuasakan. Hari ke 7-10 sama dengan hari ketiga. Hari 11-25 ayam diberi minum secara bebas dengan makanan lengkap (ransum ayam petelur) 50% dari kebutuhan makanannya, dicampur dengan 20% daun lamtoro kering. Hari ke 26 dan seterusnya diberi ransum lengkap dan minum secara bebas. Sesudah 6 minggu mengalami perlakuan sepertidiatas, ayam akan remaja kembali dan siap berproduksi lagi. Dari ketiga metode diatas, metode ketiga yang paling cocok diterapkan di daerah tropis dan sudah banyak yang berhasil. Hanya yang perlu diperhatikan adalah stress yang sering terjadi pada ayam, karena dalam membatasi makan dan minum yang terlalu lama. Dengan meremajakan ayam tua, setidaknya dapat menekan kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat afkir ayam.
3. Kesimpulan
1. Moulting adalah proses fisiologis yang ditandai dengan rontoknya bulu dan tumbuhnya bulu baru yang terjadi pada unggas.
2. Force Moulting adalah manipulasi keadaan lingkungan seperti pakan, minum, cahaya atau pemberian zat kimia tertentu.
3. Force Moulting dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara antara lain : Metode konvensional, Metode California, dan Metode Macxindos.
4. Dari ketiga metode force moulting yang paling cocok digunakan di daerah tropis adalah Metode Macxindos dengan hasil yang cukup baik.
Poultryindonesia.com, Tips. Semakin bagus manajemen yang kita terapkan, semakin bagus pula
kemungkinan prestasi produksi yang dicapai. Dan salah satu aspek manajemen yang perlu
diperhatikan dalam pemeliharaan petelur adalah perihal seleksi.
Puncak produksi pada berbagai strain ayam petelur umumnya dicapai pada kisaran umur 27-45
minggu. Pada kisaran umur ini ayam akan menunjukkan prestasinya pada peternak sebagai
pemelihara. Tetapi bentuk prestasi tersebut tergantung antara lain pada breeding (bibit), feeding
(pakan) dan menajemen yang diterapkan.
Dari berbagai aspek manajemen, yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan pullet adalah
masalahseleksi. Salah satu kesalahan atau kurang rapihnya pola manajemen adalah
tidak dilakukannya proses seleksi. Padahal seleksi pada ayam pullet ini sangat penting dilakukan
pada semua peternakan, karena dengan seleksi kita akan memperoleh ayam-ayam yang seragam
dalam hal performa (tampak luar) maupun berat badannya.<?xml:namespace prefix = o ns =
“urn:schemas-microsoft-com:office:office” />
Sering kali pengertian seleksi ini dikacaukan dengan istilah afkir. Afkir dan seleksi menurut Sugeng
Riyanto (1996) mempunyai pengertian yang sama, yaitu mengeluarkan sekelompok ayam dari
populasinya, namun keduanya mempunyai tujuan
yang berbeda. Bila afkir dilakukan karena ayam dipandang sudah tidak ekonomis lagi untuk terus
dipelihara, maka seleksi dilakukan dengan tujuan mendapatkan sekelompok ayam yang seragam
dalam ukuran berat badan (body weight).
Waktu dan manfaat seleksi
Dalam satu populasi ayam, seringkali terdapat sekelompok ayam yang mempunyai bobot badan awal
di bawah rata-rata. Hal ini kemungkinan disebabkan ukuran-berat telur tetas yang berbeda-beda.
Anak-anak ayam yang berukuran kecil atau di bawah rata-rata ini jika dalam pemeliharaannya tidak
dipisahkan (diseleksi) dari kelompoknya walaupun seumur, maka sudah dipastikan mereka akan
kalah bersaing
dalam mendapatkan makan, minum ataupun status sosial lainnya. Dengan demikian, kapan baiknya
seleksi ini mulai dilakukan ? Jawabnya, makin awal seleksi makin bagus.
Seleksi bisa saja dilakukan mulai umur 3-5 hari bersamaan dengan saat vaksinasi pertama. Dan
seleksi selanjutnya dilakukan secara terus menerus setiap kali divaksin, sehingga pada umur 3-4
minggu kita sudah mendapatkan anak ayam yang seragam.
Menurut Sugeng berdasarkan pengamatan di lapangan, terdapat perbedaan produksi yang nyata
antara sekelompok ayam yang diseleksi dan yang tidak. Ayam yang diseleksi menghasilkan
sekelompok ayam yang seragam sehingga serempak pula pada hari-hari periode bertelurnya. Jika
produksi telur digambarkan pada sebuah grafik maka grafik akan menanjak terus secara normal dan
mampu mencapai puncak produksi pada
umur standar, serta menurun sesuai umur standar. Ini berbada dengan kelompok ayam yang tidak
diseleksi. Kelompok ayam ini mempunyai bobot badan yang tidak seragam
maka saat-saat awal bertelur dan sepanjang periode penelurannya pun kurang serempak. Dan bila
ditunjukkan dengan grafik produksi telur yang normal dan tidak beraturan bahkan nyaris zig-zag.
Manfaat lain dari seleksi yaitu kita bisa mendapatkan sekelompok ayam yang mempunyai
keseragaman bobot badan di bawah rata-rata normal. Terhadap kelompok
anak ayam yang kurang subur pertumbuhannya ini, kita bisa melakukan stimulasi pertumbuhan
dengan banyak cara. Bisa dengan meningkatkan kandungan gizi pada pakan, suplai vitamin atau
grow promotor lewat air minum, atau dengan melebihkan
sedikit pakan dari jatah normalnya. Disamping itu anak ayam yang kurang subur ini akan terpacu
pertumbuhan badannya dengan sendiri, karena hidup pada lingkungan yang seragam dan nyaman
sehingga di situ tidak ada istilah monopoli. Dan produksi telur
ayam ini walaupun di bawah standar normal namun bentuk grafik produksi yang ditujukan namun
nampak teratur dan tidak naik-turun (zig-zag). PI/dw
Silakan mengutip dan atau meng-copy isi tulisan ini dengan menyebutkan
sumbernya :www.poultryindonesia.com
Molting, Petunjuk Pengafkiran pada Ayam5 December, 2003 by poultry Tips & Trik No comments
Poultryindonesia.com, Tips. Perontokan bulu (molting) dapat dijadikan petunjuk pengafkiran yang
akurat sebab mempunyai hubungan terhadap produksi telur. Peristiwa molting biasanya akan diikuti
dengan penurunan produksi bahkan bisa tidak bertelur sama sekali, serta penurunan berat badan
ayam.
Dalam masa hidupnya semua unggas mengalami suatu periode dimana bulu-bulu yang terdapat pada
tubuhnya lepas dan berganti dengan bulu-bulu yang baru. Keadaan ang demikian dikenal dengan
istilah rontok bulu atau peranggasan (molting). Molting merupakan proses perontokan bulu setelah
mencapai masa produksi tertentu.
Pada ayam peristiwa molting dapat terjadi dua kali dalam setahun, meskipun pada umumnya sekalidalam setahun. Secara alamiah setiap ayam petelur akan mengalami rontok bulu/ molting yang terjadi pada bulu-bulu primer dari tubuhnya apabila telah berproduksi cukup lama. <?xml:namespace prefix = o ns = “urn:schemas-microsoft-com:office:office” />Bulu primer yang dimaksud adalah bulu-bulu besar yang terdapat pada sayap dan terletak pada
bagian luar apabila sayap dibentangkan. Pada umumnya setiap ekor ayam mempunyai bulu primer
sebanyak 10 buah. Bulu primer dan bulu sekunder dipisahkan oleh sayap.
Damar Y. Widhanarto (1996) menyatakan, molting mempunyai hubungan dengan produksi telur,
dimana peristiwa molting akan diikuti dengan penurunan produksi bahkan berhenti bertelur sama
sekali, serta penurunan berat badan sebagai akibat basal metabolime ratenya meningkat.
Namun demikian bagi ayam yang mempunyai produksi telur tinggi, biasanya akan segera bertelur
kembali setelah tumbuh bulu-bulu penggantinya.
Terjadinya molting pada ayam akan dimulai dari yang paling dekat dengan sayap, proses menuju ke
arah keluar, dan dalam jangka waktu 6 minggu dua pertiga bagian dari bulu yang rontok tersebut
akan tumbuh bulu-bulu pengganti. Berdasarkan terjadinya
rontok bulu maka dapat dibedakan antara ayam yang mengalami rontok bulu awal (early molting)
atau rontok bulu akhir (lately molting).
Early molting
Ayam yang mengalami rontok bulu awal akan kehilangan satu buah bulu primer setiap dua minggu,
dan setiap terjadi bulu rontok ayam akan berhenti bertelur. Oleh karena itu akan dibutuhkan waktu
sekitar 6 bulan untuk memperbaiki semua bulu primer yang rontok tersebut, baru mulai berproduksi
kembali.
Lately molting
Ayam yang tergolong sebagai ayam yang mengalami rontok bulu akhir akan melepaskan bulu
primernya dua atau tiga bulan sebelum bulu-bulu tumbuh seluruhnya.
Pengaruh molting
Ayam yang termasuk early molting akan membutuhkan waktu lebih lama untuk memperbaiki semua
bulu-bulu primernya, bila dibandingkan dengan ayam yang termasuk lately molting. Pengaruh nyata
dari ayam-ayam yang mempunyai tipe early molting akan menunjukkan masa tidak produktif yang
lebih lama pula, sedangkan ayam yang mempunyai tipe lately molting masa tidak produktifnya lebih
singkat.
Dari uraian di atas, dengan memperhatikan terjadinya rontok bulu (molting) pada bulu-bulu primer
akhirnya dapat diketahui apakah ayam termasuk tipe rontok bulu awal
atau akhir. Ayam yang mengalami bulu rontok lebih awal sebaiknya dikeluarkan saja karena ayam
tersebut hanya akan menyebabkan terjadinya pemborosan, khususnya pemborosan terhadap pakan.
Sedangkan ayam yang menunjukkan tipe rontok bulu akhir
perlu dipertahankan. Dengan demikian peristiwa molting dapat dijadikan petunjuk yang cukup akurat
untuk melaksanakan pengafkiran bagi ayam petelur.
Namun mengingat pengafkiran mempunyai tujuan untuk mengeluarkan ayam-ayam yang sudah tidak
produktif, maka sebaiknya sebelum melakukan pengafkiran peternak perlu memperhatikan terlebih
dahulu kondisi ayam-ayamnya, yang meliputi umur, efisiensi ransum, persistensi produksi dan
pengendalian penyakit.
Disamping itu perlu dipertimbangkan tentang kontinuitas produksinya, yaitu dengan
mempersiapkanperemajaan dengan tepat. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai terjadi
penurunan produksi sebagai akibat banyaknya ayam yang diafkir sedangkan peremajaan terlambat.
Peremajaan dapat dilakukan dengan metode all in-all out, yaitu suatu sistem pemeliharaan ayam
dimana populasi ayam memiliki keseragaman umur. atau dengan metode continous replacement,
dimana populasi ayam terdiri dari umur yang bervariasi.
Semua ini dilakukan karena pelaksanaan pengafkiran akan memberikan hasil yang memuaskan
apabila tatalaksana pemeliharaan dilakukan secara benar oleh peternak.
Sehingga pelaksanaan pengafkiran sebenarnya merupakan alternatif terkhir yang dapat dilakukan jika
sudah tidak ada lagi kemungkinan untuk memperbaiki produktivitasnya.PI/dw
Silakan mengutip dan atau meng-copy isi tulisan ini dengan menyebutkan
sumbernya :www.poultryindonesia.com
Problematik Newcastle Disease (Bagian 2 habis)17 November, 2003 by poultry Tips & Trik No comments
Poultryindonesia.com, Tips. Di Indonesia, ND masih merupakan salah satu penyakit yang paling
merugikan peternakan ayam, walaupun telah dilakukan barbagai upaya penggulangan yang ketat.
Mengapa?
Pada bagian lalu telah disampaikan penyebab serta cara penularan penyakit ND. Dan bagian ini akan
membahas lebih lanjut tentang ND, agar kita lebih mengenal penyakit tersebut dan problematiknya
sehingga bisa menemukan langkah yang tepat dalam mengatasinya. <?xml:namespace prefix = o ns
= “urn:schemas-microsoft-com:office:office” />
Karena tipe patologik virus ND ada beberapa macam, maka gejala klinik yang ditimbulkannya pun
berbeda-beda. Ayam yang terinfekasi Velogenik Viserotropik ND (VVND) atau ND bentuk
pencernaan, menunjukkan gejala spesifik edema dan kebiruan
pada daerah kepala, diare berwarna hijau, tremor/kekejangan pada otot dan leher terputar (tortikolis)
dan mortalitas dapat mencapai 100%. Ayam yang terinfeksi Velogenik Neurotropik ND (NVND) atau
ND bentuk syaraf, memiliki gejala spesifik terjadinya gangguan pernafasan yang berat dan mendadak
diikuti gangguan syaraf 1-2 hari
berikutnya. Sedangkan ayam yang terinfeksi virus ND tipe Mesogenik dan Lentogenik menunjukkan
gejala yang umum ditemui, yakni gangguan pernafasan ringan sampai berat dan penurunan produksi
telur dengan mortalitas rendah.
Pada pemeriksaan post mortem (bedah bangkai) ayam yang terinfeksi ND terlihat adanya hemoragik
(pendarahan) pada saluran pencernaan, meliputi proventrikulus (tembolok), ventrikulus (lambung),
dan berbagai bagian usus (dari duodenum sampai
sekum dan usus besar). Perubahan pada saluran pernafasan tidak selalu ditemukan, tetapi jika ada
perubahan yang terlihat meliputi hemoragik pada trakea. Bila ayam pertelur terinfeksi ND galur virulen
pada periode bertelur, biasanya akan menunjukkan adanya
kuning telur di dalam rongga perut. Folikel ovarium sering terlihat hemoragik, membubur dan
degeneratif (tidak berkembang). Organ reproduksi lainnya juga dapat mengalami hemoragik dan
perubahan waena menjadi lebih pucat. Perubahan-perubahan
yang ditemukan tersebut menurut Tabbu (2000), biasanya erat hubungannya dengan galur dan tipe
patologik dari virus ND, jenis unggas, faktor lingkungan dan infeksi campuran dengan
mikroorganisme lain.
Penanggulangan
Kasus ND yang ditemukan di lapangan umumnya ditandai oleh adanya titer antibodi yang rendah
disertai gangguan pernafasan ringan dan penurunan produksi telur, serta adanya mortalitas yang
tinggi. Untuk mendiagnosanya, antibodi terhadap virus ND
dapat diukur di dalam serum menggunakan berbagai metode, antara lain : uji hemaglutinasi inhibisi
(HI), hemaglutinasi (HA), ELISA, agar gel presipitasi (AGP), uji
antibodi monoklonal (MAB). Sedang antigen virus di dalam jaringan dapat dilacak dengan teknik
imunohistokimia dan imunofluorescence.
Tujuan dari pengendalian ND adalah mencegah ayam yang peka agar tidak terinfeksi oleh virus. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara vaksinasi, sebab pemberian
obat (antibiotik) tidak bisa menyembuhkan penyakit, tetapi hanya bertujuan untuk mengobati infeksi
sekunder oleh bakteri. Jenis obat yang diberikan disesuaikan dengan
jenis infeksi sekunder yang timbul. Idealnya vaksinasi terhadap ND akan menghasilkan kekebalan
terhadap infeksi dan juga terhadap relikasi (perkembangbiakan) virus tersebut.
Artinya vaksinasi terhadap virus ND harus melindungi ayam terhadap kematian atau gejala klinik
karena ND. Demikian juga pada ayam petelur, vaksinasi ND harus memberi perlindungan terhadap
produksi telur. Kenyataannya, vaksinasi terhadap ND hanya
melindungi ayam terhadap penyakit, tetapi virus ND masih dapat ditemukan dan mengadakan
replikasi di dalam tubuh ayam (hanya dapat mengurangi kecepatan relikasi).
Karenanya program vaksinasi biasanya disesuaikan dengan situasi dan kondisi suatu peternakan
tertentu.
Program vaksinasi ND hendaknya disesuaikan dengan situasi penyakit di lapangan, penyediaan atau
tersediannya vaksin, penggunaan vaksin lainnya, adanya
penyakit lain (terutama penyakit imunosupresi), skala usaha, musim, sejarah keberhasilan vaksinasi
yang lalu dan biaya vaksinasi (Tabbu, 2000). Karena respon imun juga
meningkat sejalan dengan meningkatnya patogenitas dari virus vaksin, maka untuk mencegah
terjadinya stress yang berlebihan hendaknya digunakan secara runtut virus vaksin yang kurang
virulen diikuti oleh virus vaksin yang lebih virulen. Atau pemberian
vaksin hidup diikuti oleh vaksin inaktif (killed vaksin). Pemberian vaksin aktif dapat dilakukan secara
individual (tetes mata, mulut, celup paruh, suntik) atau secara masal (air minum, spray, aerosol),
sedang vaksin inaktif diberikan melalui suntikan secara
intramuskular maupun subkutan. Jika diagnosis ND bisa diperoleh lebih awal, maka vaksinasi
ulangan pada ayam yang belum terinfeksi mungkin dapat memberikan
perlindungan terhadap infeksi virus tersebut.Meskipun vaksinasi merupakan salah satu upaya
pengendalian penyakit ND,
untuk mencegah masuk dan menyebarnya virus ND ke dalam suatu peternakan tetap diperlukan
pengamanan biologis yang ketat dan pelaksanaan aspek manajemen lainnya
secara optimal. Misalnya, yang menyangkut sistem perkandangan, sanitasi/desinfeksi, kualitas DOC,
kualitas pakan, pengaturan pekerja atau pengunjung dan sistem
transportasi sapronak, dan pencegahan penyakit secara ketat (terutama penyakit yang bersifat
imunosupresif/ menekan kekebalan). Yang perlu diingat, terapkan biosecurity
secara ketat, sebab mengabaikan prosedur pengamanan biologis kerapkali merupakan faktor utama
penyebab timbulnya kasus ND pada berbagai peternakan di Indonesia.(PI/dw)
Silakan mengutip dan atau meng-copy isi tulisan ini dengan menyebutkan
sumbernya :www.poultryindonesia.com
Problematik Newcastle Disease (Bagian 1)10 November, 2003 by poultry Tips & Trik No comments
Poultryindonesia.com, Tips. Karena merupakan penyakit yang bersifat kompleks, Newcastle
Disease sering menunjukkan adanya suatu variasi yang besar dalam bentuk dan keparahan
penyakit. Dan sering terulangnya kasus ND di suatu farm, hingga kini masih menjadi problematik
bagi peternak Newcastle Disease (ND) merupakan suatu penyakit pernafasan dan sistemik,
yangbersifat akut dan mudah sekali menular yang disebabkan oleh virus.
ND mempunyai dampak ekonomik yang penting dalam industri perunggasan karena
menimbulkanmorbiditas dan mortalitas yang tinggi, penurunan produksi telur dalam kuantitas maupun
<?xml:namespace prefix = o ns = “urn:schemas-microsoft-com:office:office” />
kualitas, gangguan pertumbuhan, biaya penanggulangan penyakit yang tinggi dan mendukung
timbulnya penyakit pernafasan lainnya. Di Indonesia, ND masih menjadi salah satu penyakit yang
paling merugikan peternakan ayam walaupun telah dilakukan
berbagai usaha penaggulangan yang ketat. Agar problematik seputar ND dapat diantisipasi dengan
tepat, mari kita kenal penyakit ini lebih jauh !
Etiologi
ND adalah penyakit yang bersifat kompleks, karena isolat dan strain virus yang berbeda dapat
menimbulkan variasi yang besar dalam derajat keparahan penyakit, termasuk pada spesies unggas
yang sama, misalnya ayam.
Penyakit ini disebabkan oleh Avian Paramyxovirus yang merupakan virus RNA dan memiliki aktivitas
neuramidase yang membedakannya dengan virus Paramyxovirus yang lain. Beberapa aktivitas dari
virus ND yang lain adalah kemampuan untuk menghemaglutinasi sel darah merah, kemampuan
menghemolisis sel darah merah ataupun fusi dari sel tertentu dan
kemampuan bereplikasi di dalam sel-sel tertentu. Berdasarkan virulensinya, maka virus ND dapat
dibedakan menjadi galur velogenik, mesogenik dan lentogenik. Pembagian
tersebut berdasarkan atas kematian embrio setelah disuntik dengan virus ND, yakni galur velogenik
waktu kematian kurang dari 60 jam, galur mesogenik sekitar 60-90 jam dan
galur lentogenik lebih dari 90 jam. Galur virus ND tersebut dipakai untuk menyatakan virus yang
sangat virulen, moderat dan kurang virulen (Tabbu, 2000).
Patogenitas dari berbagai galur virus ND juga sangat bervariasi menurut hospesnya, dan jenis
unggas yang sangat peka terhadap virus ND adalah ayam. Tabbu (2000) menyatakan, pada kondisi
lapangan, jika ayam muda terserang virus ND yang
ganas maka dapat terjadi kematian mendadak tanpa disertai oleh gejala klinik yang jelas.
Sebaliknya jika virus ND ganas menyerang ayam yang lebih tua, penyakit yang timbul akan bersifat
kurang akut dan biasanya disertai gejala klinik yang tersifat untuk ND.
Penularan dan gejala klinis
Penularan virus ND dapat terjadi secara langsung dari ayam yang sakit ke ayam yang peka. Virus ND
dapat ditemukan di dalam sekresi maupun ekskresi dari ayam yang
terinfeksi, misalnya lewat feses atau leleran hidung. Penularan secara tidak langsung dapat terjadi
melalui berbagai cara, yaitu lalu lintas ayam yang terinfeksi, burung peliharaan, burung liar, unggas
dan hewan peliharaan lainnya, lalu lintas manusia
(pekerja, pengunjung, pemilik) dan berbagaiperlengkapan kandang, lalu lintas sarana produksi
peternakan dan produk asal unggas (telur, daging, kotoran), pakan dan minum yang tercemar dan
udara yang tercemar virus ND.
Masa inkubasi ND berkisar antara 12-15 hari, dengan kecepatan timbulnya gejala bervariasi menurut
galur virus ND, jenis unggas, status kekebalan, adanya infeksi campuran dengan organisme lain,
faktor lingkungan, rute infeksi dan patogenitas virus.
Gejala klinik biasanya dimulai dengan kelesuan, penurunan nafsu makan, gangguan pernafasan,
kelemahan dan berakhir dengan kematian. Ayam yang terinfeksi sering
menunjukkan adanya diare berwarna hijau, edema daerah fasial dan kepala dan menjelang kematian
akan terlihat tremor pada otot serta paralisis pada laki dan sayap.
Sedang gejala awal pada ayam petelur biasanya meliputi penurunan produksi telur yang drastis,
kadang dapat juga ditemukan kerabang telur yang berwarna lebih pucat. Infeksi virus ND yang sangat
virulen akan menyebabkan timbulnya penyakit secara mendadak disertai mortalitas yang tinggi tanpa
adanya gejala klinik lainnya. (Bersambung) PI/dw
Silakan mengutip dan atau meng-copy isi tulisan ini dengan menyebutkan
sumbernya : www.poultryindonesia.com
Waspada Pancaroba31 October, 2003 by poultry Tips & Trik No comments
Poultryindonesia.com, Tips&Trik. Bukanlah hal baru lagi, menghadapi perubahan musim seperti
saat ini akan banyak timbul permasalahan penyakit. Baik dari musim penghujan ke musim kemarau
atau sebaliknya peternak harus waspada. <?xml:namespace prefix = o ns = “urn:schemas-microsoft-
com:office:office” />
Saat ini merupakan waktu di mana peternakan baik layer, broiler atau apapun membutuhkan
perhatian ekstra ketat. Hal ini tentunya berkaitan dengan dimulainya musim penghujan setelah
musim kemarau berlangsung dalam waktu yang cukup lama. <?xml:namespace prefix = o ns =
“urn:schemas-microsoft-com:office:office” />
Dan repotnya, perubahan musim seperti ini biasanya diikuti dengan munculnya berbagai penyakit
terutama penyakit pernafasan sehingga mau tidak mau performans produksi juga akan
terganggu. Sebagai contoh, pada farm-farm layer biasanya akan muncul penyakit Coryza, CRD dan
semua itu ternyata signifikan sekali mempengaruhi produksi telurnya. Menurut pengamatan penulis
paling tidak 2-5 % Hen Day Production akan turun.
Mengapa hal ini bisa muncul, yang jelas dengan diawalinya hujan maka temperatur lingkungan akan
naik dan kelembaban akan naik pula. Ini yang banyak mendorong munculnya infeksi-infeksi saluran
pernafasan.
Sebenarnya ada satu hal yang lebih penting dari hal-hal yang tersebut di atas. Yaitu sangat
dikhawatirkan dengan naiknya temperatur dan kelembaban tersebut dapat memicu berkembangnya
ataupun hidupnya virus-virus lapangan. Kita akan dibuat lebih repot, misalnya dalam sekian bulan
yang lalu di mana saat itu masih musim kemarau virus-virus tersebut mengkista ataupun menempel
pada vektor, dan saat sekarang ini musim mulai berubah dan kemudian virus tersebut keluar dengan
lebih ganas.
Atas dasar pertimbangan tersebut, maka kita para peternak diminta untuk waspada dan tengok lagi
ke belakang apakah perlakuan-perlakuan secara preventif -yang sebenarnya itu sudah merupakan
aturan pokok suatu farm- itu sudah dijalankan atau belum.
Seandainya belum, di sini penulis mengajak para pembaca untuk memeriksa satu per satu, sudah
dilakukan atau belum, sudah benar atau belum. Kami akan mencoba mengupas satu demi satu
khususnya untuk peternakan layer, karena seperti kita ketahui bahwa peternakan layer memerlukan
waktu yang lama dalam produksinya. Dan juga peternakan layer ini memerlukan investasi yang lebih
besar, sehingga dengan sentuhan “biosecurity” seperti yang akan kami sampaikan nanti semoga
peternakan layer akan dapat bertahan.
Sanitasi umumAtas dasar kekhawatiran-kekhawairan seperti tersebut di atas, maka semprot kandang rutin ini
sangatlah diperlukan. Semprot kandang dapat dilakukan 4-7 hari sekali dengan menggunakan
desinfektan-desinfektan yang berspektrum luas. Harapannya semua bakteri maupun virus dapat
terbunuh.
Namun juga harus diingat bahwa apabila di dalam kandang masih ada ayam, maka jangan
menggunakan bahan-bahan yang dapat menimbulkan iritasi, misalnya golongan gluteral dehide dan
formalin.
Akan tetapi apabila kandang sudah kosong, maka dapat dilakukan penyemprotan dengan campuran
formalin dan air dengan perbandingan 1 : 20. Dengan perbandingan ini diharapkan bakteri dan virus
dapat terbunuh.
Demikian juga untuk tamu dan kendaraan tamu. Sebaiknya kalau tidak memaksa sekali tamu
maupun kendaraan tamu tidak diijinkan masuk farm. Kalau terpaksa masuk, kendaraan tersebut
harus disemprot, demikian juga tamunya.Semprot semua kendaraan
Semua kendaraan tanpa kecuali harus disemprot. Kendaraan-kendaraan ini adalah kendaraan yang
akan memasuki lokasi farm, mencakup kendaraan pengangkut pakan, pengangkut telur, pengangkut
kotoran maupun pengangkut ayam afkir. Bagian yang terpenting yang harus disemprot adalah ban,
dan bagian bawah kendaraan. Ban ini yang dikhawatirkan membawa tanah maupun kotoran
lainnya dari lokasi lain sehingga dikhawatirkan dapat membawa bibit penyakit.
Demikian juga untuk kendaraan pengangkut telur. Khusus untuk kendaraan kotoran,
proses penyemprotan harus lebih merata pada semua bagian truk. Demikian juga para pengikut
kendaraan tersebut, juga harus disemprot dengan desinfektan-desinfektan yang aman untuk
manusia.
Khusus untuk kendaraan pengangkut ayam afkir, sebaiknya tidak masuk ke lokasi farm. Pemilik
farm lebih baik “ngalahi” untuk mengantar ayam afkirannya ke pintu gerbang depan sehingga tidak
ada kontak langsung antara karyawan farm dengan pengikut kendaraan afkiran. Ini dilakukan untuk
menjaga jangan sampai bibit penyakit dari lokasi lain masuk. Semprot semua saranaSarana yang kami maksud terutama peti telur. Peti telur ini jelas “berkeliaran” ke mana-mana dan
mungkin juga sampai lintas provinsi. Ini riskan sekali. Sehingga perlakuan terhadap peti ini adalah
buang dulu semua yang ada di dalam peti lalu dibakar. Misalnya merang padi, koran maupun
cangkang-cangkang telur.
Setelah bersih, semprot semua bagian peti dengan larutan formalin dan jemur sejenak. Usahakan
tidak menyimpan peti di dalam farm dan peti hanya berhenti di gudang telur saja dan tidak masuk
kandang. Peti yang masuk sebaiknya di pas saja. Sebenarnya prosedur yang paling baik adalah
dilakukan pencelupan dalam desinfektan. Namun karena hujan telah datang maka dikhawatirkan peti
yang basah tersebut tidak cepat kering.
Inilah uraian pokok yang berhubungan dengan standar biosecurity farm.
Tanpa tawar-menawar sebaiknya ini menjadi standar baku di farm. Dengan semua yang kami
sampaikan di atas harapan kami semua farm akan selamat dari hal-hal yang tidak diinginkan
terutama berkenaan dengan perubahan musim ini. slamet
Silakan mengutip dan atau meng-copy isi tulisan ini dengan menyebutkan sumbernya :
www.poultryindonesia.com
FORCE MOULTING
FORCE MOULTING
(tugas manajemen usaha ternak unggas)
Oleh :
I. MADE ADI JAYA
0614061038
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2009
FORCE MOULTING
Force moulting merupakan tingdakan merontokkan buluyang waktunya diatur oleh manusia.
Force moulting umumnya dilakukan pada ayam-ayam petelur yang telah tua atau pada ayam
pedaging bibit, biasanya setalah mencapai umur 18 bulan. Pada kondisi ayam yang sudah tua,
ayam-ayam tersebut menjadi beban karena biaya produksi sudah lebih besar dari pada
pendapatan.
Force moulting adalah usaha merontokkan bulu unggas sebelum masa waktunya.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan masa peneluran kedua yang serasi. Selama
masa meranggas (moulting) berat badan layer akan berkurang sekitar 400-600 gram
yaitu dengan cara mengatur makanannya. Banyak metode yang dilakukan dalam
memberikan pakan kepada ayam yang sedang moulting, umumnya yaitu selama 6
minggu diberikan makanan dengan kadar protein rendah tetapi ditambah trace
mineral dan vitamin, sesudah 6 minggu diberikan makanan yang normal dan unggas
akan berproduksi secara normal selama 4 minggu berikutnya (Anonim, 2008).
Ayam petelur mulai berproduksi sekitar umur 22-24 minggu dan produksinya akan
terus meningkat serta mencapai puncaknya pada umur 34-36 minggu. Setelah itu,
produksinya akan terus menurun sesuai dengan bertambahnya umur dan pada umur
sekitar 18 bulan (72 minggu) secara alami ayam akan mengalami proses ganti bulu
yang lazim disebut moulting (Kartasudjana, 2006). Akibatnya, setalah terjadi proses
alamiah tersebut maka produksi akan turun dan terhenti sehingga peternak tidak
akan mendapatkan telur (keuntungan), tetapi setelah terjadi proses tersebut maka
ayam akan kembali berproduksi lagi (tidak maksiamal). Untuk menjaga
kesinambungan ayam, maka harus diganti dengan ayam dara (pullet), akan tetapi
harga ayam dara dari hari ke hari semakin meningkat sehingga proses gugur bulu
tersebut dapat dipersingkat selama sekitar 2 bulan, dengan menerapkan proses
gugur bulu paksa (force moulting), maka setelah itu, produksi akan meningkat
dengan presentase tinggi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Mulyono (2004)
bahwa secara normal rontok bulu terjadi setelah ayam berumur lebih dari 80
minggu. Pada umur ini merupakan saat yang tepat bagi ayam untuk diapkir. Proses
perontokan bulu biasanya terjadi selama 2-4 minggu.
Menurut Kartasudjana (2006) bahwa hal-hal yang menjadi pertimbangan perlu
tidaknya dilakukan force moulting untuk menjaga performa pada siklus produksi
tahun kedua yaitu :
a. Biaya produksi, biaya pada pelaksanaan force moulting lebih murah dari pada biaya
untuk membesarkan doc, sehingga pelaksanaan force moulting lebih baik.
b. Angka kematian, angka kematinan pada siklus pada produksi kedua lebih rendah dari
pada siklus produksi tahun pertama.
c. Konsumsi ransum, konsumsi ransum pada siklus produksi tahun pertama lebih tinggi
dari pada tahun kedua.
d. Masa berproduksi, masa produksi pada tahun pertama lebih lama dibandingkan
dengansiklus produksi kedua.
e. Produksi telur, puncak produksi tahun kedua 7-10 % lebih rendah dari tahun pertama
dan terus menurun secara perlahan setelah mencapai puncak produksi.
f. Kualitas kulit telur, kualitas telur pada siklus kedua lebih rendah jika dibandingkan
dengan tahun pertama.
g. Berat telur, berat telur pada tahun kedua lebih tinggi dari pada tahun pertama.
Ada dua cara force moulting, yaitu cara konvensional dan nonkonvensional. Cara
konvensional dilakukan dengan menggunakan perlakuan sederhana melalui
pambatasan ransom, air minum, dan cahaya. Cara nonkonvensional dengan
menggunakan obat-obatan yang disuntikkan.
Metode force moulting yang sederhana melalui pembatasan pemberian, yaitu :
1. pembatasan pemberian ransom, ayam puasa dalam waktu tertentu dan makan sedikit
untuk 1 hari lalu puasa lagi.
2. pembatasan pemberian air minum, cara ini sulit diterapkan di Indonesiakarena iklim
tropis yang panas.
3. pembatasan pemberian cahaya, cahaya mempengaruhi produksi telur bila cahaya
dibatasi akan menghentikan produksi telur.
Tujuan force moulting adalah agar ayam berhenti bertelur dan memberi waktu istirahat bertelur
agar siap bertelur lagi. Bila selama 2 bulan force moulting benar-benar terjadi dan ayam berhenti
bertelur maka dapat diduga di tahun kedua ayam akan bertelur banyak dan besar-besar.
Ada beberapa program yang baik melakukan force moul;ting, north (1984) membagi 2 program,
yaitu two-cycle molting dan three-cycle molting program.
1. two-cycle molting program meliputi satu kali rontok bulu dengan dua siklus produksi telur
2. three-cycle molting program meliputi 2 kali rontok bulu dan 3 siklus produksi telur.
Keuntungan dan Kerugian Force Moulting
Keuntungan dari program force moulting adalah biaya pemeliharaan lebih murah
dari pada membeli ayam pengganti (DOC, pullet), ayam setelah mengalami force
moulting lebih resisten terhadap penyakit, dan biaya pembelian pullet dapat
dialihkan dengan menabung uang serta tidak menyita waktu yang banyak.
Sedangkan kerugian dari program force moulting adalah selama proses moulting
terjadi ayam terus makan dan tidak berproduksi, bila ayam disembelih setelah dua
tahun bertelur tidak empuk (Ellis M.R., 2007).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Rontok Bulu Buatan (Force Moulting). www. sentralternak.com(diakses 24
September 2008).
Ellis M.R. 2007. Moulting - A Natural Process. Poultry Branch, Agriculture Western Australia.
PoultrySite.com (diakses 24 September 2008).
Molting merupakan proses yang banyak makhluk yang berbeda menjalani. Serangga dan udang-
udangan meranggas exoskeletons mereka; ular dan reptil lainnya berganti kulit mereka, dan, tentu
saja, Burung meranggas indah bulu. Namun, dengan kebanyakan Burung, molting sering merupakan
acara yang cukup mencolok. Mereka kehilangan bulu mereka sedikit pada suatu waktu. Mereka
menumpahkan mereka bulu penerbangan berpasangan, simetris, satu dari setiap sisi, sehingga tidak
mempengaruhi penerbangan. Seluruh proses bisa memakan waktu dari hari ke bulan (tergantung
pada spesies dan waktu tahun), dan pengamat biasa tidak akan memperhatikan suatu hal.
Tentu saja, ada beberapa pengecualian. Banyak bebek, angsa dan unggas air lainnya kehilangan
sebagian atau seluruh bulu penerbangan mereka sekaligus, meninggalkan mereka terbang untuk
sementara waktu, sampai bulu baru tumbuh masuk Karena ukuran dan bentuk unggas air, hilangnya
bahkan beberapa bulu-bulu terbang secara drastis akan menghambat kemampuannya untuk tetap di
udara. Ini lebih masuk akal bagi mereka untuk mendapatkan proses yang dilakukan dalam satu
gerakan. Mereka meranggas semua bulu sekaligus, render diri mereka terbang untuk jangka waktu
singkat. Jika mereka menumpahkan sepasang bulu pada suatu waktu, mereka akan praktis? terbang,
dan untuk durasi yang lebih lama.
Mengapa Burung Moltmann?
Molting pada dasarnya adalah mengganti ban. Burung dapat membebaskan diri dari aus, bulu rusak
dan menggantinya dengan bulu baru yang indah. Karena bulu bertanggung jawab untuk lebih dari
sekedar kemampuan terbang burung s, molting bahkan lebih penting dari satu awalnya mungkin
berpikir.
Bulu juga memberikan perlindungan cuaca, membuat burung hampir tahan air. Bulu-bulu pada tubuh
burung tumpang tindih dan tines individu pada setiap bulu benar-benar saling mengunci. Efek bersih
adalah hujan-lembar aerodinamika - geser angin dan air yang tepat off dengan sedikit perlawanan.
Beberapa spesies bahkan berubah menjadi warna-warni bulu berkembang biak dalam rangka untuk
menarik pasangan. Laki-lakiAmerika Goldfinch, burung sering terlihat di tempat makanan burung di
sebagian besar AS, molts sebelum pemuliaan musim, berubah menjadi setelan khas kuning terang
dengan topi hitam. Pada akhir musim panas ke awal musim gugur, setelah matang muda, ia molts ke
bulu dasarnya - hijau zaitun muram, sangat mirip dengan pewarnaan s pasangannya.
Ketika Apakah Burung Moltmann?
Kebanyakan burung meranggas tapi sekali per tahun. Beberapa, meskipun, seperti Ibis Glossy,
fungsiUmum Redpoll, dan Goldfinch Amerika tersebut, memiliki dua molts setiap tahun. Beberapa
burung pengalaman memakai lebih dan kerusakan pada bulu mereka - apakah itu dari migrasi lama
atau mencari makan melalui pohon dan sikat - dan mengharuskan meranggas ekstra untuk menjaga
bulu mereka dalam bentuk.
Sejauh waktu aktual meranggas, ada banyak variasi dari satu spesies ke yang lain, dan bahkan
dalam spesies individu. Dinamika yang tepat dan mekanika dari proses ini adalah masih belum
sepenuhnya diketahui, apa yang diketahui adalah bahwa tidak molting energi pajak burung s. Oleh
karena itu, selalu terjadi selama waktu yang relatif lancar tahun - misalnya, setelah migrasi atau
setelah meningkatkan sarang burung penuh bayi.
Apa Signifikansi dari molting untuk Birder sebuah?
Jawaban atas pertanyaan ini dengan mudah dapat disimpulkan dari paragraf-paragraf sebelumnya.
Burung yang meranggas menjadi bulu pemuliaan sering cantik. Pada akhir musim dingin, sebuah
birder cemas dapat mengantisipasi perubahan pakaian untuk kedatangan burung favoritnya.
Molting juga melayani dalam kapasitas yang berlawanan. A Purple Martin pemilik mungkin akan
melihat beberapa bulu-bulu terbang liar di tanah di bawah sangkar burung di hari-hari sebelum
penyewa suka berteman daun-daun pada migrasi musim dingin.
Dalam kasus apapun, molting adalah aspek lain yang menarik dari sifat menawan kami, teman-teman
burung misterius. Nikmati mereka, menghargai mereka, dan menghormati mereka.
Source: http://WEB-INF.prmob.net/views/ltr/article.jspx
GANTI BULU/NGURAK/MOULTING 3 Years, 10 Months ago Karma: 1
Proses ganti bulu/moulting pd unggas,merupakan hal yg rutin dan terjadi tiap tahun.Pada masa ganti
bulu,biasanya banyak bebotoh yg tidak menyadari tentang kondisi ayam yg membutuhkan berbagai mineral dan
protein yg bertambah pada fase ganti bulu.Bebotoh masih saja memperlakukan ayamnya dgn ransum biasa,pdhl
ayam yg mengalami proses ganti bulu,perlu perhatian ekstra.Pada fase ganti bulu ini,merupakan fase istirahat yg
panjang dan perlu diberikan pakan ekstra yg bergizi tinggi dan mineral berikut vitamin yg cukup.Pemberian
pakan yg mengandung kadar protein yg lebih,diberikan karena pada fase ini ayam memerlukan energi yg relatis
lebih banyak.Bila kebutuhan mineral dan protein tidak tercukupi dlm jumlah yg memadai,mk ayam aduan akan
mengalami penurunan kualitas fisiknya.Efek selanjutnya,kondisi berpengaruh pada saat ayam aduan kelak
bertarung dan ayam jadi loyo.Sering kita temui di kandang bebotoh, aym aduannya yg dlm fase ganti
bulu,bermuka pucat,kurang gairah dan malas.
Pada masa ganti bulu,sebaiknya ayam diberikan Pakan Ayam Petelur dgn kadar protein 16%,sedangkan pakan
ayam yg lain sangat tidak cocok,karena kelebihan kalori dan kelebihan protein.Ini untuk menghindari problem
kegemukan,yg berakibat penumpukan pada tulang dada,akan sangat menggagu stamina ayam.Ayam akan
mudah ngos2an dan pengembalian bentuk dan berat ideal ayam tsb akan memakan waktu lagi.
Pada saat ngurak,ayam aduan tidak memerlukan pemberian MINYAK IKAN yg berlebihan.Ini bisa dinilai dari
sehelai bulu ayam yg mengandung 85% protein,2.5% lemak,1.5% serat kasar,0.2% kalsium dan 0.75%
phosporus (berdasarkan penelitian Charoen Phokpand).Jadi dgn dilihat komposisi kandungan bulu,maka ayam
tidak memerlukan minyak ikan.Namun pada saat ganti bulu,ayam membutuhkan protein,vitamin dan mineral yg
cukup.
Kebanyakan bebotoh beranggapan pemberian minyak ikan dapat membuat bulu mengkilap dan kuat.Minyak ikan
mengandung ASAM LINOLEAT 99% sebaliknya ayam hanya membutukan asam linoleat 1% saja yg bisa
didapatkan dari pakan ayam aduan umumnya.Padahal untuk membuat bulu mengkilap dan kuat,cukup
pemberian protein yg cukup,sehingga kelenjar lemak yg ada pada ekor akan berfungsi sebagai semir,meskipun
tidak dimandikan.
Pada waktu ganti bulu,ayam tidak membutuhkan tenggaran/umbaran yg rutin,cukup 3 hari sekali saja untuk
mengepakkan sayam dan melemaskan otot yg kaku.Memegang ayam ngurak juga haus hati-hati,karena bulu
masih muda dan teras sakit bila dipegang.Dan jangan dikumpulkan ayam betina,karena bulu mengandung
phosporus yg tinggi,yg merupakan santapan lezat ayam betina.Demikian juga bila dijadikan pemacek,maka
perhatikan kebutuhan karbohidratnya,jika kekurangan mk napsu kawin menurun dan jika pemberian karbohidrat
berlebihan,ayam jadi gemuk dan napsu kawin juga menurun.
Rontok bulu (molting) merupakan proses alamiah yang biasa terjadi pada ayam petelur yang telah berproduksi cukup lama (±72 minggu) dan berlangsung selama ± 4 bulan. Rontok bulu berfungsi sebagai peremajaan untuk memperbaiki kualitas dan produksi telur. Selama rontok bulu berlangsung (dalam waktu 4 bulan tersebut), ayam akan berhenti bertelur dan hal itu tentunya akan sangat merugikan peternak. Meskipun demikian, rontok bulu bisa dipercepat prosesnya dengan menerapkan metode rontok bulu paksa atau force molting, yang hanya membutuhkan waktu 1 bulan saja. Proses force molting biasanya dilakukan pada saat ayam sudah 9-10 bulan berproduksi. Force molting bisa dilakukan dengan beberapa metode, misalnya pemuasaan (ayam tidak makan) selama 5 hari pertama, puasa minum hari ke-6, dan mulai diberikan pakan 50 % dari kebutuhan dan minum secaraadlibitum dari hari ke-7–30.
Untuk mempercepat pembentukan bulu setelah proses molting, Bapak bisa memberikan supplement yang mengandung asam amino, vitamin B kompleks, A, D, E dan mineral Fe, Zn, I dan Mg. Pemberian Strong Egg atauMineral Feed Supplement A mulai hari ke-25 masa force molting sampai ayam diafkir dapat mempercepat pembentukan bulu, menekan efek stres yang dialami ayam dan mempercepat produksi telur dengan kualitas yang lebih baik.
Proses ganti bulu/moulting pd unggas,merupakan hal yg rutin dan terjadi tiap tahun.Pada masa ganti bulu,biasanya banyak bebotoh yg tidak menyadari tentang kondisi ayam yg membutuhkan berbagai mineral dan protein yg bertambah pada fase ganti bulu.Bebotoh masih saja memperlakukan ayamnya dgn ransum biasa,pdhl ayam yg mengalami proses ganti bulu,perlu perhatian ekstra.Pada fase ganti bulu ini,merupakan fase istirahat yg panjang dan perlu diberikan pakan ekstra yg bergizi tinggi dan mineral berikut vitamin yg cukup.Pemberian pakan yg mengandung kadar protein yg lebih,diberikan karena pada fase ini ayam memerlukan energi yg relatis lebih banyak.Bila kebutuhan mineral dan protein tidak tercukupi dlm jumlah yg memadai,mk ayam aduan akan mengalami penurunan kualitas fisiknya.Efek selanjutnya,kondisi berpengaruh pada saat ayam aduan kelak bertarung dan ayam jadi loyo.Sering kita temui di kandang bebotoh, aym aduannya yg dlm fase ganti bulu,bermuka pucat,kurang gairah dan malas.
Pada masa ganti bulu,sebaiknya ayam diberikan Pakan Ayam Petelur dgn kadar protein 16%,sedangkan pakan ayam yg lain sangat tidak cocok,karena kelebihan kalori dan kelebihan protein.Ini untuk menghindari problem kegemukan,yg berakibat penumpukan pada tulang dada,akan sangat menggagu stamina ayam.Ayam akan mudah ngos2an dan pengembalian bentuk dan berat ideal ayam tsb akan memakan waktu lagi.
Pada saat ngurak,ayam aduan tidak memerlukan pemberian MINYAK IKAN yg berlebihan.Ini bisa dinilai dari
sehelai bulu ayam yg mengandung 85% protein,2.5% lemak,1.5% serat kasar,0.2% kalsium dan 0.75% phosporus (berdasarkan penelitian Charoen Phokpand).Jadi dgn dilihat komposisi kandungan bulu,maka ayam tidak memerlukan minyak ikan.Namun pada saat ganti bulu,ayam membutuhkan protein,vitamin dan mineral yg cukup.
Kebanyakan bebotoh beranggapan pemberian minyak ikan dapat membuat bulu mengkilap dan kuat.Minyak ikan mengandung ASAM LINOLEAT 99% sebaliknya ayam hanya membutukan asam linoleat 1% saja yg bisa didapatkan dari pakan ayam aduan umumnya.Padahal untuk membuat bulu mengkilap dan kuat,cukup pemberian protein yg cukup,sehingga kelenjar lemak yg ada pada ekor akan berfungsi sebagai semir,meskipun tidak dimandikan.
Pada waktu ganti bulu,ayam tidak membutuhkan tenggaran/umbaran yg rutin,cukup 3 hari sekali saja untuk mengepakkan sayam dan melemaskan otot yg kaku.Memegang ayam ngurak juga haus hati-hati,karena bulu masih muda dan teras sakit bila dipegang.Dan jangan dikumpulkan ayam betina,karena bulu mengandung phosporus yg tinggi,yg merupakan santapan lezat ayam betina.Demikian juga bila dijadikan pemacek,maka perhatikan kebutuhan karbohidratnya,jika kekurangan mk napsu kawin menurun dan jika pemberian karbohidrat berlebihan,ayam jadi gemuk dan napsu kawin juga menurun.
Poultryindonesia.com, Tips. Perontokan bulu (molting) dapat dijadikan petunjuk pengafkiran yang
akurat sebab mempunyai hubungan terhadap produksi telur. Peristiwa molting biasanya akan diikuti
dengan penurunan produksi bahkan bisa tidak bertelur sama sekali, serta penurunan berat badan
ayam.
Dalam masa hidupnya semua unggas mengalami suatu periode dimana bulu-bulu yang terdapat pada
tubuhnya lepas dan berganti dengan bulu-bulu yang baru. Keadaan ang demikian dikenal dengan
istilah rontok bulu atau peranggasan (molting). Molting merupakan proses perontokan bulu setelah
mencapai masa produksi tertentu.
Pada ayam peristiwa molting dapat terjadi dua kali dalam setahun, meskipun pada umumnya
sekalidalam setahun. Secara alamiah setiap ayam petelur akan mengalami rontok bulu/ molting yang
terjadi pada bulu-bulu primer dari tubuhnya apabila telah berproduksi cukup lama. <?xml:namespace prefix = o
ns = “urn:schemas-microsoft-com:office:office” />
Bulu primer yang dimaksud adalah bulu-bulu besar yang terdapat pada sayap dan terletak pada
bagian luar apabila sayap dibentangkan. Pada umumnya setiap ekor ayam mempunyai bulu primer
sebanyak 10 buah. Bulu primer dan bulu sekunder dipisahkan oleh sayap.
Damar Y. Widhanarto (1996) menyatakan, molting mempunyai hubungan dengan produksi telur,
dimana peristiwa molting akan diikuti dengan penurunan produksi bahkan berhenti bertelur sama
sekali, serta penurunan berat badan sebagai akibat basal metabolime ratenya meningkat.
Namun demikian bagi ayam yang mempunyai produksi telur tinggi, biasanya akan segera bertelur
kembali setelah tumbuh bulu-bulu penggantinya.
Terjadinya molting pada ayam akan dimulai dari yang paling dekat dengan sayap, proses menuju ke
arah keluar, dan dalam jangka waktu 6 minggu dua pertiga bagian dari bulu yang rontok tersebut
akan tumbuh bulu-bulu pengganti. Berdasarkan terjadinya
rontok bulu maka dapat dibedakan antara ayam yang mengalami rontok bulu awal (early molting)
atau rontok bulu akhir (lately molting).
Early molting
Ayam yang mengalami rontok bulu awal akan kehilangan satu buah bulu primer setiap dua minggu,
dan setiap terjadi bulu rontok ayam akan berhenti bertelur. Oleh karena itu akan dibutuhkan waktu
sekitar 6 bulan untuk memperbaiki semua bulu primer yang rontok tersebut, baru mulai berproduksi
kembali.
Lately molting
Ayam yang tergolong sebagai ayam yang mengalami rontok bulu akhir akan melepaskan bulu
primernya dua atau tiga bulan sebelum bulu-bulu tumbuh seluruhnya.
Pengaruh molting
Ayam yang termasuk early molting akan membutuhkan waktu lebih lama untuk memperbaiki semua
bulu-bulu primernya, bila dibandingkan dengan ayam yang termasuk lately molting. Pengaruh nyata
dari ayam-ayam yang mempunyai tipe early molting akan menunjukkan masa tidak produktif yang
lebih lama pula, sedangkan ayam yang mempunyai tipe lately molting masa tidak produktifnya lebih
singkat.
Dari uraian di atas, dengan memperhatikan terjadinya rontok bulu (molting) pada bulu-bulu primer
akhirnya dapat diketahui apakah ayam termasuk tipe rontok bulu awal
atau akhir. Ayam yang mengalami bulu rontok lebih awal sebaiknya dikeluarkan saja karena ayam
tersebut hanya akan menyebabkan terjadinya pemborosan, khususnya pemborosan terhadap pakan.
Sedangkan ayam yang menunjukkan tipe rontok bulu akhir
perlu dipertahankan. Dengan demikian peristiwa molting dapat dijadikan petunjuk yang cukup akurat
untuk melaksanakan pengafkiran bagi ayam petelur.
Namun mengingat pengafkiran mempunyai tujuan untuk mengeluarkan ayam-ayam yang sudah tidak
produktif, maka sebaiknya sebelum melakukan pengafkiran peternak perlu memperhatikan terlebih
dahulu kondisi ayam-ayamnya, yang meliputi umur, efisiensi ransum, persistensi produksi dan
pengendalian penyakit.
Disamping itu perlu dipertimbangkan tentang kontinuitas produksinya, yaitu dengan
mempersiapkanperemajaan dengan tepat. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai terjadi
penurunan produksi sebagai akibat banyaknya ayam yang diafkir sedangkan peremajaan terlambat.
Peremajaan dapat dilakukan dengan metode all in-all out, yaitu suatu sistem pemeliharaan ayam
dimana populasi ayam memiliki keseragaman umur. atau dengan metode continous replacement,
dimana populasi ayam terdiri dari umur yang bervariasi.
Semua ini dilakukan karena pelaksanaan pengafkiran akan memberikan hasil yang memuaskan
apabila tatalaksana pemeliharaan dilakukan secara benar oleh peternak.
Sehingga pelaksanaan pengafkiran sebenarnya merupakan alternatif terkhir yang dapat dilakukan jika
sudah tidak ada lagi kemungkinan untuk memperbaiki produktivitasnya.PI/dw
Silakan mengutip dan atau meng-copy isi tulisan ini dengan menyebutkan
sumbernya :www.poultryindonesia.com
1. Unggas yang pertumbuhan bulunya tidak mulus
Yang termasuk dalam kelompok ini biasanya adalah unggas yang diberi makanan olahan sendiri (misalnya
jagung, kangkung, dan sisa-sisa makanan) atau makanan khusus dari pabrik yang dicampur dalam porsi yang
tinggi dengan makanan olahan sendiri. Kenapa demikian? Karena alasan yang paling umum yang menyebabkan
bulu tidak tumbuh dengan baik adalah kekurangan unsur protein yang kritis dari makanan.
Bulu unggas mengandung sesuatu sub-unit protein yang dinamakan "methionine" yang berkadar tinggi.
Methionine dapat diperoleh pada amino acid yang mengandung sulfur, karena sulfur adalah unsur yang utama
dari bulu. Methionine dalam jumlah yang cukup adalah diperlukan dalam makanan unggas. Apabila kekurangan
maka akan menurunkan pertumbuhan, baik pada badan maupun bulu.
Seekor unggas yang makanannya kekurangan methionine cenderung memakan bulu yang rontok dalam
usahanya untuk memuaskan kerinduannya atas amino acid. Dalam keadaan demikian, seekor unggas bahkan
mungkin saja akan mencabuti seluruh bulunya. Apabila sedang bertelur maka dia akan memecahkan telurnya
hanya sekedar ingin memakan kulit telurnya.
Dalam proses pembuatan makanan untuk unggas pada pabrik makanan unggas, beberapa bahan yang
mengandung methionine dalam jumlah tertentu biasanya telah ditambahkan dan dicampur pada makanan
dasarnya. Hal ini dilakukan agar unggas akan memakannya dalam jumlah yang cukup. Setiap makanan unggas
yang berkualitas tinggi, dari pabriknya telah diatur sedemikian rupa sehingga mengandung methionine yang
cukup untuk mencegah kurangnya pertumbuhan pada badan dan bulu.
Apabila makanan tambahan (seperti misalnya jagung) dicampurkan pada makanan dari pabrik, maka jumlah
kadar methionine yang dikonsumsi oleh unggas menjadi kurang untuk pertumbuhan badan dan bulu.
Mencampurkan makanan tambahan pada makanan asli dari pabrik sedapat mungkin agar dihindarkan. Bila
terpaksa juga dilakukan karena makanan tambahan harganya relatif lebih murah, maka sebaiknya dicampur
dengan amino acid secukupnya.
2. Unggas yang suka iseng mencabuti sendiri bulunya
Apabila bulu pada unggas tumbuh tetapi dicabuti sendiri atau rontok, panyebabnya biasanya berhubungan
dengan cara pemeliharaan. Kandang unggas harus senantiasa diperhatikan kebersihannya. Dan sesekali
perhatikan keadaan unggasnya.
Unggas betina yang berkali-kali berkembang biak akan sering rontok bulunya, terutama pada bagian belakang
dan kepalanya. Bulu unggas jantan pun kadang-kadang juga rontok pada bagian dadanya. Tapi jangan kuatir,
bulu-bulu ini biasanya akan tumbuh kembali setelah musim beranak selesai.
Apabila bulu unggas rontok pada bagian perut atau sekitar dubur, penyebabnya pada umumnya adalah adanya
parasit seperti kutu atau sieur (bahasa Sunda). Semprotlah sangkar unggas dan sekitarnya secara berkala
dengan menggunakan pestisida yang baik dan diizinkan oleh pemerintah seperti permethin. Jangka waktu
penyemprotan antara dua atau tiga minggu sekali akan mampu membunuh parasit yang bersarang di tempat
pengeraman telur sebelum penyemprotan pertama dilakukan. Rumah dan bangunan yang sering dihinggapi
unggas harus juga disemprot. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah berjangkitnya kembali penyakit unggas
tersebut.
(sumber: peternakan.umm.ac.id)
Moulting atau molting artinya adalah rontok, berganti bulu atau meranggas.
Moulting/molting (burung) adalah proses bergantinya bulu tua secara periodik. Normalnya setahun sekali atau lebih dan dalam setahun bisa dua kali untuk species burung terentu.
Kadangkala, istilah moulting diterjemahkan dengan berbagai istilah seperti ngurak, mabung, ambrol, nyulam dan sebagainya. Hanya saja ada perbedaan berdasar “asal kata” masing-masing istilah tersebut:
“Ngurak” digunakan untuk menyebut kondisi bulu burung yang sudah tidak beraturan (terorak-arik) dan mulai rontoknya bulu2 kecil.
Ambrol = bulu rontok semua atau proses bulu rontok semua.
Nyulam = Tumbuh bulu baru menggantikan bulu yang rontok tetapi secara keseluruhan bulu dalam kondisi bagus (tidak dalam kondisi ngurak).
Kosa kata yang sering muncul dalam proses “moulting” adalah mabung. Mabung ini adalah proses bulu2 tumbuh tetapi belum sempurna dan sebagian besar masih terbungkus seperti anak bambu yang mau tumbuh (rebung). Jadi kata mabung memang berasal dari kata “menyerupai rebung”.
Hanya saja secara umum kita sering menggunakan beberapa kosa kata itu secara berganti-ganti untuk menunjuk proses moulting. Padahal, kalau mendasari dari pembentukan kata-kata tersebut ataupun arti denotatifnya,
maka proses moulting (sempurna) adalah melalui tahapan sebagai berikut:1. Ngurak2. Ambrol3. MabungSedangkan istilah nyulam adalah pergantian bulu secara tidak sempurna.
Jenis-jenis burung tertentu, terutama jenis cucak-cucakan, jarang yang mengalami proses moulting sempurna (ngurak, ambrol dan mabung) dan biasanya hanya nyulam.
Inilah mengapa sebabnya cucakrowo yang ditangkar biasanya berproduksi terus-menerus bahkan tiap bulan (jika anakannya dipisahkan dan diloloh sendiri oleh penangkar). Sedangkan untuk anis kembang, murai batu, kenariatau jalak suren misalnya, mengalami berhenti produksi karena indukannya memasuki masa moulting.Penanganan burung ngurak
Jika burung Anda memasuki masa ngurak coba lakukan terapi ngurak secara ekstrem berikut ini:
1. Full kerodong; dikerodong terus kecuali sedang diberi makan/minum.
2. Ganti merk voer.
3. Beri kroto. Untuk burung2 relatif besar seperti murai batu, kacer, anis merah, anis kembang , bisa minimal sesendok makan sehari. Untuk burung kenari, bisa sekitar setengah sendok teh. Untuk branjangan, bisa dua sendok teh.4. Tidak dimandikan, tidak dijemur.
5. Tidak perlu dibersihkan kotorannya selama tidak berjamur.
6. Taburi dulu bagian dasar sangkar dengan kapur setebal sekitar 2 mm merata; kemudian di lapisan atasnya taburi lagi dengan dedak/katul setebal sekitar 1 cm juga merata.
Fungsi dedak: Untuk menghangatkan udara dalam sangkar tetapi terjaga kelembabannya (tidak terlalu kering). Karena lembab potensial sebagai tempat berkembang biak mikroba, maka kapur, yang selain menambah hangat juga bisa membunuh jamur atau mikroba lain (terutama karena full kerodong dan tdk dibersihkan kotorannya).
Udara hangat tetapi lembab sangat diperlukan untuk proses moulting. Bulu tua akan cepat rontok karena lapisan kulit luar yang menjepitnya membuka. Bulu muda akan sempurna tumbuhnya karena ujung bulu baru terbantu dalam memecah lapisan tanduk yang membungkusnya.
Tanya:
Mengapa tidak dijemur saja sembari dikerodong?
Jawab:
1. Udara dalam sangkar berkerodong, sangat panas juga kering. Udara kering di bawah sinar matahari akan menyebabkan lapisan tanduk
pembungkus bulu baru mengering dan sulit pecah (menyebabkan bulu tumbuh tidak sempurna).
2. Konsentrasi O2 di udara kering di dalam sangkar yang berada di bawah terik matahari sangat tipis. Tidak sehat untuk makhluk hidup.
3. Suhu di dalam sangkar tidak terkontrol dan kalau mencapai 40 derajat C saja sudah cukup membuat burung megap-megap. Kalau Anda lupa, wassalam deh burung….
Terapi ini bisa untuk terapi mabung apa saja.
Tanya:
Kapur apakah yang dipakai?
Jawab:
Kapur yang digunakan adalah kapur yang biasa untuk makan sirih (kapur mati, bukan kapur aktif). Contoh kapur mati ya seperti kapur tulis ataupun kapur untuk makan sirih. Kalau kita beli kapur dari toko besi, biasanya adalah kapur aktif. Untuk “mematikan”-nya, beli saja kemudian ditempatkan ke wadah tahan panas. Setelah itu diberi air, maka kapur akan mendidih (awas, panas sekali). setelah berhenti mendidih, biarkan sampai dingin. Biarkan kemudian sampai mengering dan jadilah kapur mati. Hancurkan dan siap pakai.gak efek samping ke momongan kita setelah mabung?
Tanya:
Apakah tidak ada efek negatifnya?
Jawab:
Sejauh ini tidak ada.
Efek di luar itu malah yang harus diwaspadai, yakni jangan sampai kapur beterbangan. Berbahaya bagi mata kita.
Tanya:
Tapi momongan kita bisa hindarin juga gak ya?
Jawab:
Nah itulah mengapa sebabnya lapisan kapur harus ada di bawah. Dan di bagian atas dedak. Dedak harus di atas karena dia relatif tidak mudah
beterbangan, sehingga berfungsi “menutup” kemungkinan kapur beterbangan. Kalaupun kapur bocor keluar, maka dia mengarah ke bawah dan keluar kandang. Karena sangkar dikerodong full, maka hal itu relatif cukup untuk melindungi burung kita.
Pengalaman selama ini, kalau kapur sudah ketutup dedak, biasanya dia tidak terserpih lagi seperti debu, tetapi partikelnya cenderung mengikat (lengket) satu sama lain.
Tanya:
Dikatakan bahwa saat melakukan perawatan tersebut burung full kerodong terus dan tidak mandi dan tidak jemur juga. Nah kira2 kapan kita sudahin perawatan ini dan boleh memandikan burung kembali ya? Apa sesudah bulu rontok semua ya?
Jawab:
Terapi mabung dilakukan sampai semua bulu burung di bagian tubuh selesai atau tuntas dan tidak ada lagi bulu tanduk (bulu yang masih terbungkus lapisan tanduk).
Tanya:
Aapa EF tetap kita berikan seperti biasanya saat perawatan ini? Terutama buat murai batu gimana ya?
Jawab:
Kalau mau lebih cepat rontok bulunya, ganti voernya dengan voer ayam yang proteinnya relatif lebih banyak ketimbang voer burung. Untuk MB, tambah juga porsi krotonya.
Voer dikembalikan lagi ke pakan semula ketika semua bulu sudah berganti baru dan tinggal menyempurnakan bulu2 yang sedang tumbuh itu. Porsi kroto dikembalikan lagi juga.ADA TAMBAHAN TIP MEMABUNGKAN “SECARA PAKSA”…
Ini tulisan dari Om Gombest, kawan agroburung juga, dan kawan di KM. Tulisan itu dimuat di www.kicaumania.or.id:Salam KM buat semuanya….
Maaf Om semuanya ..sekedar mau sharing aja tentang Trik membuat burung yg susah mabung agar BISA mabung secara total/ambrol & sehat pula..Mengingat seringkali banyak kita jumpai kendala susah mabung ataupun mabung namun tidak total.Dan sebagaimana kita tahu, bila
seekor burung ga bisa mabung secara total, umumnya nanti pasca mabung, kebanyakan susah pula mencapai performa terbaiknya.
Adapun cara yg sy gunakan ini, sudah sy praktekkan sejak hampir 2thn yg lalu.Lalu setelah banyak terbukti pd burung2 yg dirumah.Baru sy beranikan diri utk menawarkan solusi ini bila ada kawan yg mempunyai kendala yg sama.
Caranya mudah koq, cukup campurkan SUSU BUBUK ( putih ) merk apa sj scukupnya ke dlm Voor/kroto pada burung yg akan diambrolkan, selama 2-3 hari atau sampai bener2 bisa kita pastikan bahwa burung tsb sdh mulai rutin ambrolnya ( biasanya maksimal 5-7hr sdh ambrol ).Bila sdh dominan ambrolnya, hentikan asupan SUSUnya.Hal ini baru bisa saya rekomendasikan ( krn uda dicoba ) utk burung yg punya kendala pada Rusak bulu/nyerit-susah ambrol-Ciak/patuk bulu.Jujur, sy belum pernah nyoba utk burung yg bulunya kondisi UTUH..
Adapun burung yg sdh sy jadikan obyeknya : MB-Kacer-TL & AM.Dan biasanya tumbuhnya bulu pasca MABUNG TOTAL ini, akan lbh awet masanya krn bulu tampak “Lebih Muda” bila dibandingkan dgn bulu pada burung yg mabung alami ( dalam sangkar ).Bahkan pada burung tertentu, warna bulunya akan lebih mengkilat spt pada MB & Kacer.
NB :# utk burung jenis LB bisa dioleskan pada Jagung bonggol.# Burung pd masa ini, sebaiknya selalu dlm keadaan berkerodongWokey..selamat mencoba..Mohon maaf bila salah & mohon koreksinya…Tengkiyu