universitas indonesia komunikasi dan edukasi di...

189
UNIVERSITAS INDONESIA KOMUNIKASI DAN EDUKASI DI MUSEUM ISTANA KEPRESIDENAN JAKARTA TESIS KUKUH PAMUJI 0806435854 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI MAGISTER ARKEOLOGI DEPOK JULI 2010 Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

Upload: others

Post on 07-Nov-2019

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

UNIVERSITAS INDONESIA

KOMUNIKASI DAN EDUKASI DI MUSEUM

ISTANA KEPRESIDENAN JAKARTA

TESIS

KUKUH PAMUJI 0806435854

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI MAGISTER ARKEOLOGI

DEPOK JULI 2010

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

user
Sticky Note
Silakan klik bookmark untuk melihat atau link ke halaman isi

i

UNIVERSITAS INDONESIA

KOMUNIKASI DAN EDUKASI DI MUSEUM

ISTANA KEPRESIDENAN JAKARTA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Humaniora

KUKUH PAMUJI 0806435854

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI MAGISTER ARKEOLOGI

DEPOK JULI 2010

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

ii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa

tesis ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang

berlaku di Universitas Indonesia.

Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, saya akan

bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh

Universitas Indonesia kepada saya.

Depok, 19 Juli 2010 Kukuh Pamuji

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua

sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah

saya nyatakan dengan benar.

Nama : Kukuh Pamuji NPM : 0806435854 Tanda Tangan : Tanggal : 19 Juli 2010

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Tesis yang diajukan oleh : Nama : Kukuh Pamuji NPM : 0806435854 Program Studi : Magister Arkeologi Judul : Komunikasi dan Edukasi di Museum Istana Kepresidenan Jakarta Ini telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Arkeologi pada Program Studi Magister Arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI Ketua Penguji : Dr. Irmawati M.Johan (……………………..) Pembimbing : Prof. Dr. Noerhadi Magetsari (….………………….) Ko-pembimbing : Dr. Wanny Rahardjo W (….………………….) Penguji : Dr. Supratikno Rahardjo (….………………….) Penguji : Dr. Kresno Yulianto S (….………………….) Ditetapkan di : Depok Tanggal : 19 Juli 2010 Oleh Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Dr. Bambang Wibawarta, S.S., M.A. NIP. 196510231990031002

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas Karunia-Nya,

sehingga tesis berjudul Komunikasi dan Edukasi di Museum Istana Kepresidenan

Jakarta dapat diselesaikan. Pemilihan topik ini dilatarbelakangi oleh keinginan

untuk ikut menyumbangkan hasil pemikiran pada pengembangan Museum Istana

Kepresidenan Jakarta dalam rangka pelaksanaan program edukasi dan komunikasi

bagi masyarakat luas dengan tidak mengesampingkan kepentingan yang lain.

Penulisan tesis ini sudah pasti tidak dapat diselesaikan dengan baik tanpa

dukungan, perhatian, pemahaman, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu

penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang setinggi-tingginya

kepada:

(1) Beasiswa Unggulan Departemen Pendidikan Nasional yang telah memberikan

kepercayaan kepada saya untuk menempuh studi Magister Arkeologi di

Universitas Indonesia.

(2) Prof. Dr. Noerhadi Magetsari selaku pembimbing mulai dari penyusunan

proposal sampai selesainya tesis ini. Banyak hal yang dapat penulis petik

selama dalam bimbingan. Beliau selalu memacu dan memberikan dorongan

agar tidak menunda-nunda penulisan tesis ini, dengan sabar beliau terus

memberi semangat kepada penulis.

(3) Dr. Wanny Rahardjo selaku Ko-pembimbing, ditengah-tengah kesibukan

beliau dengan sabar dan bijak membimbing penulis, sehingga pada akhirnya

tesis ini layak untuk diujikan.

(4) Dr. Irmawati M. Johan dengan beberapa saran dan masukannya dapat

memberikan makna dan upaya untuk mempertajam dan menyempurnakan

penulisan tesis ini.

(5) Dr. Supratikno Rahardjo dengan beberapa kritik, pertanyaan dan masukannya

membuat penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaktelitian

dalam menulis tesis ini.

(6) Dr. Kresno Yulianto dengan saran dan masukannya membuat penulis

merasa banyak kekurangan dan berupaya dengan sekuat tenaga untuk

memperbaiki tesis ini seoptimal mungkin.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

vi

(7) Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan ”museologi”

kepada penulis untuk memasuki dunia baru yang belum pernah penulis

rasakan.

(8) Bapak dan Ibu tercinta, sembah sujud penulis haturkan atas segala do’a dan

pengorbanan yang tidak bisa dinilai dengan apapun untuk keberhasilan

penulis dalam menempuh pendidikan ini, dengan ini penulis berdo’a semoga

apa yang telah penulis lakukan ini dapat memenuhi harapan beliau.

(9) Yang selalu mendapat tempat di hati penulis yakni, Nunung Nurhasanah,

S.Pd., Muhammad Reza Hanief, Nibras Muhammad Rashif, Saffana Khalish,

dan Oryza Fauziah Azzahra, yang dengan penuh kesabaran dalam penantian

yang panjang menjalani liku hidup dan tabah menghadapi segala persoalan

sehingga penulis dapat memusatkan segenap perhatian pada penulisan tesis

ini, penulis hanya dapat berharap semoga dengan selesainya pendidikan ini

dapat sedikit membahagiakan mereka.

(10) Suripto, S.H., M.H. Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sekretariat

Negara RI yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengikuti pendidikan pada program Pasca Sarjana Universitas Indonesia.

(11) Teman-teman widyaiswara Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sekretariat

Negara RI yang selalu membantu dan mendukung serta tempat penulis untuk

bertukar pikiran.

(12) Dra. Adek Wahyuni Saptantinah selaku Kepala Bagian Museum dan Sanggar

Seni, Rumah Tangga Kepresidenan yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menelusuri data inventarisasi koleksi benda seni Istana

Krepresidenan.

(13) Teman-teman ”seperjuangan” museologi angkatan 2008 (Zahir, Daniel,

Kartum, Judi Wahyudin, Sarjiyanto, Tampil, Salam, Unding, Windu,

Gunawan, Rofik, Ayu, Andini dan Memey), kapan lagi ya...? kita bisa

nongkrong, bercanda dan tertawa bersama. Sekarang semuanya sudah sangat

lain dan berbeda.

(14) Adik-adikku tercinta yang dengan caranya sendiri-sendiri memperhatikan dan

membantu penulis.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

vii

(15) Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga apa yang

telah dikontribusikan tidak pernah hilang sepanjang zaman dan tidak pernah

sirna sepanjang masa.

Sangat disadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari predikat sempurna

dan memuaskan, untuk itu dengan senang hati dan sikap terbuka penulis

menerima segala kritik dan saran untuk terciptanya hasil karya yang lebih baik di

masa datang. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

berkepentingan.

Depok, 19 Juli 2010

Penulis

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Kukuh Pamuji NPM : 0806435854 Program Studi : Magister Arkeologi Departemen : Arkeologi Fakultas : Ilmu Pengetahuan Budaya Jenis Karya : Tesis Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Komunikasi dan Edukasi di Museum Istana Kepresidenan Jakarta Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir serta selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 19 Juli 2010

Yang Menyatakan,

Kukuh Pamuji

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ...................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................ iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv KATA PENGANTAR ....................................................................................... v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................. viii ABSTRAK ......................................................................................................... ix ABSTRACT ....................................................................................................... x DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv DAFTAR FOTO ................................................................................................ xvi DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xix 1. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 1. 1 Latar Belakang ...................................................................................... 1 1. 2 Perumusan Masalah ............................................................................... 8 1. 3 Tujuan penulisan ................................................................................... 8 1. 4 Manfaat penelitian ................................................................................. 9 1. 5 Batasan Penulisan .................................................................................. 9 1. 6 Metode Penelitian .................................................................................. 10 1. 7 Sistematika Penulisan ............................................................................ 12 2. TINJAUAN TEORETIK ............................................................................. 14 2. 1 Pengertian Museum ............................................................................... 14 2. 2 Konteks Museologi................................................................................ 16 2. 3 Konsep Komunikasi Museum ............................................................... 17 2. 4 Konsep Edukasi Museum ..................................................................... 22 2. 5 Konsep Pembelajaran Konstruktivis ..................................................... 33 2.5.1 Strategi Belajar Konstruktivis ...................................................... 36 2.5.1.1 Proses atas-bawah (Top-down processing) ..................... 36 2.5.1.2 Pembelajaran Kerjasama (Cooperative Learning) .......... 37 2.5.1.3 Pembelajaran Generatif (Generative Learning) .............. 37 2.5.2 Model Pembelajaran Berdasarkan Prinsip-Prinsip Konstruktivis ............................................................................... 42 2.5.3 Implikasi Konstruktivis dalam Proses Belajar ............................ 45 3. ISTANA KEPRESIDENAN RI .................................................................. 47 3. 1 Istana Kepresidenan di Indonesia ........................................................... 47 3. 1.1 Istana Bogor ................................................................................ 47 3. 1.2 Istana Cipanas ............................................................................. 48 3. 1.3 Istana Yogyakarta........................................................................ 50 3. 1.4 Istana Tampaksiring .................................................................... 51

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

xii

3. 2 Istana Merdeka ....................................................................................... 53 3.2.1 Tata Letak Ruang Istana Merdeka .............................................. 56 3.2.1.1 Ruang Serambi Depan ................................................... 56 3.2.1.2. Ruang Kredensial ........................................................... 57 3.2.1.3 Ruang Koridor ................................................................ 59 3.2.1.4 Ruang Jepara .................................................................. 60 3.2.1.5 Ruang Terima Tamu Ibu Negara .................................... 61 3.2.1.6 Ruang Resepsi ................................................................ 63 3.2.1.7 Ruang Kerja Presiden ..................................................... 64 3.2.1.8 Ruang Bendera Pusaka ................................................... 65 3.2.1.9 Ruang Serambi Belakang ............................................... 66

3.3 Halaman Tengah ...................................................................................... 67 3.4 Kantor Presiden ....................................................................................... 69 3.5 Istana Negara ........................................................................................... 70

3.5.1 Tata Letak Ruang Istana Negara ................................................... 72 3.5.1.1 Ruang Serambi Depan...................................................... 72 3.5.1.2 Ruang Tamu ..................................................................... 73 3.5.1.3 Ruang Koridor .................................................................. 75 3.5.1.4 Ruang Jamuan .................................................................. 77 3.5.1.5 Ruang Upacara ................................................................. 78 3. 6 Wisma Negara ........................................................................................ 79 3. 7 Masjid Baiturrahim ................................................................................ 81 3. 8 Benda Koleksi Istana Kepresidenan....................................................... 82 3.8.1 Bendera Pusaka dan Teks Proklamasi.......................................... 82 3.8.2 Furnitur ......................................................................................... 84 3.8.3 Benda seni .................................................................................... 85 3.8.3.1 Lukisan ............................................................................ 87 3.8.3.2 Patung .............................................................................. 88 3.8.3.3 Keramik ........................................................................... 89 3.8.3.4 Benda Seni Kriya ............................................................ 94 3.9 Konsep Kunjungan Istana Kepresidenan Jakarta .................................... 95 3.9.1 Ketentuan Bagi Para Pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta .......................................................... 98 3.9.2 Larangan Bagi Para Pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta .......................................................... 98 3.10 Sarana dan Prasarana ............................................................................ 99 3.11 Pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta .............................................. 100 3.12 Kegiatan Edukatif Kultural ................................................................... 101 4. MUSEUM ISTANA KEPRESIDENAN JAKARTA ................................ 103 4. 1 Peran Museum Istana Kepresidenan Jakarta Sebagai Sarana Komunikasi 103 4. 2 Peran Museum Istana Kepresidenan Jakarta Sebagai Sarana Edukasi ... 110 4. 3 Konsep Pengembangan Museum Istana Kepresidenan Jakarta............... 113 4.3.1 Acara Kenegaraan ........................................................................ 113 4.3.1.1 Upacara Mengenang Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI............................................................... 113 4.3.1.2 Kunjungan Tamu Negara ................................................. 115

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

xiii

4.3.1.3 Upacara Penyerahan Surat-Surat Kepercayaan (Kredensial) ...................................................................... 117 4.3.2 Koleksi yang Berkaitan Langsung dengan Pelaksanaan Acara Kenegaraan di Istana Kepresidenan Jakarta ................................. 121 4.3.2.1 Koleksi Seragam Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres) .................................................................... 121 4.3.2.2 Koleksi Seragam Pramusaji ............................................. 124 4.3.2.3 Koleksi Peralatan Makan dalam Acara Jamuan Kenegaraan ....................................................................... 126 4.3.2.4 Koleksi Benda Cetakan dalam Acara Jamuan Kenegaraan ....................................................................... 127 4.3.3 Pameran ....................................................................................... 128 5. PENUTUP ..................................................................................................... 134 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 136 LAMPIRAN ....................................................................................................... 142 INDEKS ............................................................................................................. 169

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Teori Belajar Konstruktivis 35 Tabel 3.1 Rekapitulasi Koleksi Benda Seni di Istana Kepresidenan Jakarta Tahun 2008 86 Tabel 3.2 Tema Koleksi Benda seni di Istana kepresidenan Jakarta 86 Tabel 3.3 Lukisan di Istana Kepresidenan Jakarta Berdasarkan Bahan

Pembuatannya 87 Tabel 3.4 Patung di Istana Kepresidenan Jakarta Berdasarkan Bahan

Pembuatannya 88 Tabel 3.5 Seni Kriya di Istana Kepresidenan Jakarta 94 Tabel 3.6 Sarana Pendukung Wisata Istana Kepresidenan Jakarta Tahun 2010 100 Tabel 3.7 Statistik Jumlah Pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta Tahun 2008 - 2009 101 Tabel 4.1 Jenis Display Museum 129

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Bagan Struktur Organisasi Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan ..................................................... 6 Gambar 2.1 Proses Musealisasi ...................................................................... 17 Gambar 2.2 Kerucut Pengalaman Belajar Edgar Dale .................................... 18 Gambar 2.3 Teori Pengetahuan ....................................................................... 20 Gambar 2.4 Teori Belajar................................................................................ 21 Gambar 2.5 Gabungan Teori Belajar dan Teori Pengetahuan ........................ 21 Gambar 2.6 Model Komunikasi Shannon dan Weaver................................... 28 Gambar 2.7 Model Komunikasi Sirkuler ........................................................ 29 Gambar 2.8 Model Komunikasi Knez dan Wright ......................................... 31 Gambar 3.1 Denah kunjungan Istana Kepresidenan Jakarta ........................... 97 Gambar 4.1 Susunan Peralatan Makan Jamuan Kenegaraan .......................... 127 Gambar 4.2 Undangan Jamuan Kenegaraan ................................................... 128

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

xvi

DAFTAR FOTO

Halaman

Foto 3.1 Istana Kepresidenan Bogor ........................................................ 48 Foto 3.2 Istana Kepresidenan Cipanas ..................................................... 50 Foto 3.3 Istana Kepresidenan Yogyakarta ................................................. 51 Foto 3.4 Istana Kepresidenan Tampaksiring ............................................. 53 Foto 3.5 Serambi Depan Istana Merdeka .................................................. 57 Foto 3.6 Ruang Credential, Istana Merdeka .............................................. 59 Foto 3.7 Ruang Koridor Istana Merdeka ................................................... 60 Foto 3.8 Ruang Koridor Istana Merdeka ................................................... 60 Foto 3.9 Ruang Jepara, Istana Merdeka .................................................... 61 Foto 3.10 Ruang Terima Tamu Ibu Negara, Istana Merdeka ...................... 63 Foto 3.11 Ruang Resepsi, Istana Merdeka .................................................. 64 Foto 3.12 Ruang Kerja Presiden, Istana Merdeka ....................................... 65 Foto 3.13 Ruang Bendera Pusaka, Istana Merdeka ..................................... 66 Foto 3.14 Ruang Bendera Pusaka, Istana Merdeka ..................................... 66 Foto 3.15 Serambi Belakang, Istana Merdeka ............................................. 67 Foto 3.16 Halaman Tengah, Istana Kepresidenan Jakarta .......................... 68 Foto 3.17 Ruang Tamu Presiden, Kantor Presiden ..................................... 70 Foto 3.18 Serambi Depan, Istana Negara .................................................... 73 Foto 3.19 Ruang Tamu, Istana Negara ........................................................ 75 Foto 3.20 Kamar Ruang Tamu, Istana Negara ............................................ 75 Foto 3.21 Ruang Koridor, Istana Negara..................................................... 76 Foto 3.22 Ruang Jamuan, Istana Negara ..................................................... 77 Foto 3.23 Ruang Jamuan, Istana Negara ..................................................... 77 Foto 3.24 Ruang Upacara, Istana Negara .................................................... 79 Foto 3.25 Ruang Lobi Wisma Negara ......................................................... 81 Foto 3.26 Masjid Baiturrahim ..................................................................... 82 Foto 3.27 Lukisan Penangkapan Diponegoro ............................................. 87 Foto 3.28 Patung Penunggang Kuda ........................................................... 89 Foto 3.29 Patung Hulubalang ..................................................................... 89 Foto 3.30 Vas Bunga(Mei-ping), Cina abad ke-13 ..................................... 90 Foto 3.31 Piring Hias Celadon, Cina abad ke-15 ........................................ 91 Foto 3.32 Piring Hias Biru Putih, Dinasti Ming .......................................... 91 Foto 3.33 Jembangan Porselin Cina, Dinasti Ching .................................... 92 Foto 3.34 Piring Hias dari Annam, abad ke-15 ........................................... 93 Foto 3.35 Piring Hias Biru Putih, Imari abad ke-17 .................................... 93 Foto 3.36 Ceret dari Perak ........................................................................... 95 Foto 4.1 Upacara Mengenang Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI . 115 Foto 4.2 Upacara Mengenang Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI . 115 Foto 4.3 Rangkaian Acara Kunjungan Tamu Negara ............................... 117 Foto 4.4 Rangkaian Acara Kunjungan Tamu Negara ............................... 117 Foto 4.5 Rangkaian Upacara Kredensial ................................................... 121 Foto 4.6 Rangkaian Upacara Kredensial ................................................... 121 Foto 4.7 Seragam Paspampres Tahun 1966 .............................................. 123 Foto 4.8 Seragam Paspampres Tahun 1966 .............................................. 123

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

xvii

Foto 4.9 Seragam Pasukan Kehormatan .................................................... 123 Foto 4.10 Seragam Pasukan Penyelamatan (Matan) ................................... 123 Foto 4.11 Seragam Pramusaji Masa Pemerintahan Presiden Soeharto ....... 124 Foto 4.12 Seragam Pramusaji Masa Pemerintahan Presiden Soeharto ....... 124 Foto 4.13 Seragam Pramusaji untuk Jamuan Kenegaraan .......................... 125 Foto 4.14 Seragam Pramusaji Masa pemerintahan Presiden Megawati...... 125 Foto 4.15 Seragam Pramusaji Masa pemerintahan Presiden Megawati...... 125 Foto 4.16 Seragam Pramusaji Masa pemerintahan Presiden SBY .............. 126 Foto 4.16 Seragam Pramusaji untuk Jamuan kenegaraan ........................... 126 Foto 4.17 Display Karya yang dilengkapi dengan Label ............................ 130 Foto 4.18 Perangkat Teknologi layar Sentuh (Touch Screen) ..................... 130 Foto 4.19 Display Pasukan Keraton ............................................................ 131 Foto 4.20 Display Pasukan Keraton ............................................................ 131 Foto 4.21 Display Deskripsi Karya ............................................................. 132 Foto 4.22 Display Koleksi ........................................................................... 132

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

xviii

DAFTAR SINGKATAN

ABRI : Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ADC : Aide-de-Camp AMA : Asosiasi Museum Amerika CI : Corporate Identity DPR RI : Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Dr. : Doktor Drs. : Doktorandus dr. : Dokter ICOM : International Council Of Museums ID : Identity Ir. : Insinyur KOWAD : Komando Wanita Angkatan Darat KOWAL : Komando Wanita Angkatan Laut KPN : Kepala Protokol Negara KTP : Kartu Tanda Penduduk MPR RI : Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Mr. : Mister m² : Meter Persegi PASPAMPRES : Pasukan Pengaman Presiden PATWAL : Patroli Pengawal POLRI : Polisi Republik Indonesia POLWAN : Polisi Wanita RI : Republik Indonesia SBY : Susilo Bambang Yudhoyono SMA : Sekolah Menengah Atas TNI : Tentara Nasional Indonesia UU : Undang-Undang VVIP : Very Very Important Person WARA : Wanita Angkatan Udara

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Lukisan di Istana Merdeka .............................................. 142 Lampiran 2 Daftar Lukisan di Istana Negara ................................................ 144 Lampiran 3 Daftar Lukisan di Kantor Presiden ............................................. 145 Lampiran 4 Daftar Patung di Istana Merdeka ................................................ 147 Lampiran 5 Daftar Patung di Istana Negara .................................................. 150 Lampiran 6 Daftar Patung di Kantor Presiden .............................................. 151 Lampiran 7 Daftar Patung di Halaman Tengah ............................................. 153 Lampiran 8 Daftar Benda Seni Kriya di Istana Merdeka .............................. 155 Lampiran 9 Daftar Benda Seni Kriya di Istana Negara .................................. 167 Lampiran 10 Daftar Benda Seni Kriya di Kantor Presiden .............................. 169

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

ix

ABSTRAK Nama : Kukuh Pamuji Program Studi : Magister Arkeologi Judul : Komunikasi dan Edukasi di Museum Istana Kepresidenan

Jakarta

Tesis ini membahas tentang Komunikasi dan Edukasi di Museum Istana Kepresidenan Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini mengidentifikasikan bahwa komunikasi dan program edukasi yang dilakukan di Istana Kepresidenan Jakarta belum optimal, mengingat Istana Kepresidenan Jakarta saat ini berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan sehingga perlu adanya sebuah museum khusus yang mengacu kepada konsep pendidikan konstruktivis yang memiliki karakteristik free choice learning, sehingga memungkinkan pengunjung dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang optimal tentang Istana Kepresidenan Jakarta.

Kata kunci : Edukasi, komunikasi, konstruktivis

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

x

ABSTRACT

Name : Kukuh Pamuji Study Program : Magister of Archaeology Title : Communication and Education in the Presidential Palace Museum in Jakarta This thesis discusses the communication and education at the Presidential Palace Museum in Jakarta. This study is a descriptive qualitative approach. The results of this study identified that communication and education programs are conducted at the Presidential Palace in Jakarta is not optimal, given the Presidential Palace in Jakarta now serves as the center of government activities so that the need for a special museum which refers to the concept of constructivist education that has the characteristics of free choice learning, allowing visitors can obtain an optimal knowledge and experience of the Presidential Palace in Jakarta. Keywords: Education, communication, constructivist

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

1

Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktivitas permuseuman kini makin berkembang sebagai akibat dari

terjadinya perubahan paradigma. Apabila pada awalnya aktivitas permuseuman

berpusat pada koleksi, maka dalam perkembangannya aktivitas permuseuman

dipusatkan pada masyarakat. Museum bukan sekedar menjadi tempat

penyimpanan benda langka dan mahal, melainkan sebagai sebuah lembaga

kebudayaan yang melayani masyarakat (Magetsari,2008:3). Dengan demikian,

museum mulai mengembangkan dirinya menjadi institusi yang terbuka bagi

masyarakat.

Dewasa ini museum tidak lagi ingin disebut sebagai ‘gudang’ tempat

menyimpan barang-barang antik seperti anggapan masyarakat pada umumnya,

tetapi museum berupaya menjadi tempat dimana pengunjung dapat merasakan

suasana dan pengalaman yang berbeda. Perubahan ini sekaligus juga mengubah

peran museum yang semula menekankan pada koleksi, yaitu mengumpulkan,

merawat, dan memamerkan koleksi, berkembang menjadi tempat preservasi,

penelitian, dan komunikasi, yang bertujuan untuk menyampaikan misi edukasi

sekaligus rekreasi kepada masyarakat (Weil, 1990; Greenhill, 1994;140).

Perubahan tersebut juga membuat misi edukasi museum mengalami

pergeseran. Apabila selama ini edukasi museum berperan untuk menyampaikan

pendidikan kepada anak-anak, namun dengan perkembangan paradigma yang ada,

museum juga harus dapat menyampaikan misi edukasinya kepada semua lapisan

masyarakat. Museum tidak hanya sekedar menjadi tempat untuk mendidik

masyarakat, tetapi menjadi tempat pembelajaran, yang termasuk di dalamnya

tempat di mana pengunjung dapat memperoleh pengalaman (Ambrose dan Paine,

2006:46-48).

Dalam melaksanakan tanggung jawab di bidang pendidikan, menurut Van

Mensch (1992), museum memiliki tanggung jawab etis untuk mengaplikasikan

koleksi dan sumber daya lain yang dimilikinya untuk pengembangan pengetahuan

publiknya. Kaidah umum yang harus diupayakan adalah membuat museum dan

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

2

Universitas Indonesia

koleksinya dapat diakses secara fisik, emosional dan intelektual oleh publik

sebanyak mungkin. Museum harus memberikan kesempatan kepada masyarakat

untuk menambah pengetahuan dan pengalamannya. Untuk memenuhi tanggung

jawabnya itu, museum harus meningkatkan perannya sebagai sumber

pembelajaran yang dapat digunakan oleh seluruh komponen masyarakat atau

kelompok-kelompok khusus yang harus dilayaninya (Edson dan Dean, 1996:192).

Sementara itu, berbagai macam informasi dan pengalaman yang ingin

disampaikan oleh museum kepada masyarakat atau pengunjung museum

dilakukan melalui komunikasi museum. Komunikasi di museum meliputi semua

aktivitas untuk menarik pengunjung (publikasi dan pemasaran), mencari

kebutuhan mereka (penelitian dan evaluasi), dan menyediakan kebutuhan

intelektual pengunjung (pendidikan dan hiburan) (Greenhill,1996:140).

Sehubungan dengan kegiatan komunikasi dan edukasi yang akan

diuraikan, selama ini informasi mengenai Istana Kepresidenan masih sangat

terbatas, terpilah-pilah dan bahkan terkesan tersembunyi. Padahal, istana-istana

tersebut adalah bagian penting dari sebuah perjalanan bangsa. Istana

Kepresidenan sesungguhnya adalah milik dan simbol bagi bangsa Indonesia.

Istana bukan saja sekedar gedung besar dan klasik, tetapi tempat dimana sejarah

dibuat oleh para tokoh. Dari istana-istana Kepresidenan inilah kebijakan-

kebijakan pemerintah dilahirkan, karena istana merupakan pusat kegiatan

pemerintahan.

Istana Kepresidenan merupakan lambang dari perjalanan sejarah bangsa

kita dengan keberagamannya. Bangunan ini layak dipertahankan dan harus

dipahami karena merupakan simbol keberagaman dan kebersatuan. Istana

Kepresidenan merupakan bagian dari sejarah bangsa Indonesia (Kleinsteuber dan

Rusdi, 2008:iv). Istana dibangun dalam lingkungan budaya tertentu, dan

dikelilingi oleh kebudayaan dan tradisi masyarakat setempat. Terjalinnya

hubungan dengan lingkungan sekitar menjadi cermin bahwa Istana Kepresidenan

tak terpisahkan dari sejarah dan budaya kita. Dengan mengenalnya lebih baik

maka akan menimbulkan perasaan memiliki, sehingga timbul rasa tanggung jawab

untuk menjaga dan melestarikan wibawa dan kharismanya (Kleinsteuber dan

Rusdi, 2008:vi).

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

3

Universitas Indonesia

Sejak pertama kalinya resmi dibuka untuk masyarakat umum pada 24 Mei

2008, antusiasme masyarakat untuk melakukan kunjungan wisata ke dalam

kompleks Istana sangat terlihat jelas. Antusiasme ini dibuktikan dengan jumlah

pengunjung yang begitu banyak yang datang bukan hanya dari wilayah Jakarta,

tetapi juga dari luar kota barbagai daerah di Indonesia. Wisata Istana yang hanya

dibuka pada hari Sabtu dan Minggu, mulai pukul 09.00 WIB sampai 16.00 WIB

ini diserbu oleh pengunjung baik dewasa maupun anak-anak. Sebelum loket

pendaftaran dibuka para pengunjung telah berkerumun dan rela mengantri

disekitar loket pendaftaran. Pendaftaran pengunjung akan ditutup pukul 15.00

WIB pada setiap waktu kunjungan. Jumlah pengunjung Istana Kepresidenan

Jakarta sejak bulan Mei 2008 sampai dengan bulan Februari 2009 (atau 76 hari

kunjungan yang dibuka pada hari Sabtu dan Minggu) berjumlah 112.592 orang

atau rata-rata kunjungan per-harinya berjumlah 1.481 orang.

Program Wisata Istana ini sengaja dibuat dalam rangka merayakan 100

tahun Kebangkitan Nasional dan Visit Indonesia Year 2008. Program ini juga

mengacu pada konsep tur istana atau kerajaan seperti yang dilakukan oleh Istana

Gedung Putih (White House) di Amerika dan Gedung Buckingham Palace di

Inggris. Dua tempat yang disebutkan tersebut telah memiliki program tur Istana

dengan konsep yang jelas, terjadwal, dan birokrasi yang mudah. Dari data yang

penulis peroleh, tercatat Lebih dari 50.000 orang setiap tahunnya mengunjungi

Istana Buckingham sebagai para tamu pada perjamuan-perjamuan, makan siang,

makan malam, dan pesta-pesta resmi keluarga kerajaan ( Wikipedia, ensiklopedia

bebas).

Karena Istana Kepresidenan Jakarta merupakan living monument, yaitu

bangunan bersejarah yang masih digunakan untuk kepentingan Pemerintahan

Republik Indonesia, dan pemanfaatannya sebagai ruang publik diatur secara ketat,

berimplikasi langsung kepada pengunjung yang tidak dapat secara leluasa untuk

memilih dan mengapresiasi koleksi dalam waktu yang cukup lama, seperti halnya

kalau mereka mengunjungi museum yang lain. Disamping itu pengunjung tidak

dapat secara leluasa untuk mengamati koleksi benda seni yang ada di dalamnya

karena waktu kunjungan dan alur kunjungan sudah diatur sedemikian rupa.

Dengan demikian para pengunjung tidak dapat secara leluasa mengakses

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

4

Universitas Indonesia

informasi yang diperlukannya berkaitan dengan Istana Kepresidenan Jakarta

ketika mereka melakukan kunjungan Wisata Istana Kepresidenan.

Secara ideal sebelum masyarakat berkunjung ke Istana Kepresidenan

Jakarta mereka perlu diberikan pengetahuan yang memadai tentang seluk-beluk

Istana Kepresidenan Jakarta. Pembekalan pengetahuan kepada masyarakat ini

hanya dapat dilakukan apabila Istana Kepresidenan ditata sebagai museum, tetapi

masalahnya adalah tidak mungkin. Oleh karena itu perlu dipikirkan cara yang

tepat untuk dapat melaksanakan kegiatan komunikasi dan edukasi kepada para

pengunjung, sehingga mereka mendapatkan pengalaman dan pengetahuan yang

lebih mendalam tentang Istana Kepresidenan Jakarta setelah mereka melakukan

kunjungan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membentuk

museum yang lokasinya berada dilingkungan kompleks Istana Kepresidenan

Jakarta. Dengan demikian proses komunikasi dan edukasi yang dilakukan oleh

pengelola Istana Kepresidenan Jakarta dapat berjalan dengan lebih optimal.

Ide pembentukan museum di Istana Kepresidenan Jakarta yang dapat

dikunjungi secara leluasa ini mengacu pada Museum Istana Kepresidenan

Yogyakarta yang saat ini sudah dibuka secara resmi bagi masyarakat umum.

Museum di Istana Kepresidenan Yogyakarta ini dapat terwujud karena apabila

ditinjau dari aspek kesiapan secara fisik, Istana Kepresidenan Yogyakarta lebih

siap dibandingkan dengan Istana Kepresidenan yang lain. Di Istana Kepresidenan

Yogyakarta, bangunan yang dibutuhkan untuk difungsikan sebagai museum sudah

tersedia. Di samping itu, faktor pendukung lainnya adalah dari sisi protokoler,

kegiatan Presiden relatif jarang dilaksanakan di Istana Yogyakarta, maka

kunjungan masyarakat tidak akan mengganggu jalannya kegiatan pemerintahan.

Kehadiran Museum Istana Yogyakarta ini merupakan jendela untuk dapat

melihat bangunan istana yang menyimpan banyak cerita tentang benda-benda seni

dan benda-benda bersejarah yang merupakan sumber ilmu pengetahuan bagi

generasi muda dan masyarakat pada umumnya. Museum istana yang telah berdiri

ini merupakan salah satu andil dari Istana Kepresidenan Republik Indonesia

dalam rangka membantu kegiatan pendidikan kepada masyarakat.

Dewasa ini para profesional museum mulai mengeksplorasi pendidikan

dengan cara yang baru. Pendidikan sudah digambarkan kembali di dalam

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

5

Universitas Indonesia

masyarakat, dan konsepnya diperluas lebih dari sekedar ketetapan di dalam

lembaga formal seperti sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Pendidikan di

museum muncul untuk suatu cakupan yang sangat luas. Pendidikan di dalam

museum kini dipahami sebagai suatu cakupan dari pameran-pameran, workshop

dan publikasi, karena suatu cakupan yang sangat meningkat dari jenis para

pengunjung, termasuk sekolah-sekolah, pelajar-pelajar, keluarga-keluarga, dan

orang dewasa. Pendidikan museum dapat berlangsung baik dalam museum

maupun di dalam masyarakat (Greenhill, 1996:142).

Istana Kepresidenan Jakarta yang dijadikan model dalam penelitian ini

dikelola oleh Rumah Tangga Kepresidenan, yaitu organisasi yang berada di

bawah Presiden, bertanggung jawab kepada Presiden dan secara administratif

dikoordinasikan oleh Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia. Dasar

hukum organisasi Rumah Tangga Kepresidenan yang membawahi pengelolaan

kegiatan Wisata Istana Kepresidenan ini diatur dalam Peraturan Presiden Nomor

31 Tahun 2005 tanggal 19 April 2005 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja

Sekretariat Negara Republik Indonesia dan Sekretariat Kabinet Republik

Indonesia, dimana Rumah Tangga Kepresidenan yang sebelumnya bernama

Sekretariat Presiden berada di bawah organisasi Sekretariat Negara Republik

Indonesia. Dasar hukum lainnya adalah Peraturan Menteri Sekretaris Negara

Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2005 tanggal 12 Agustus 2005 tentang

Organisasi dan Tata kerja Sekretariat Negara Republik Indonesia termasuk

didalamnya Organisasi Rumah Tangga Kepresidenan.

Unit kerja yang bertanggung jawab mengurus kegiatan permuseuman

selanjutnya diemban oleh Subbagian Pengelolaan dan Perawatan Koleksi, Bagian

Museum dan Sanggar seni Biro Istana-Istana, yang secara struktural berada di

bawah Deputi Kepala Rumah Tangga Kepresidenan Bidang Kerumahtanggaan

dan Pengelolaan Istana, di bawah Kepala Rumah Tangga Kepresidenan

sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan Menteri Sekretaris Negara Republik

Indonesia Nomor 1 Tahun 2005 Pasal 79 yang berbunyi: Bagian Museum dan

Sanggar Seni mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan koleksi benda-benda

seni, benda-benda bersejarah dan pengurusan cinderamata, dekorasi, dan kesenian

di lingkungan Istana Kepresidenan.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

6

Universitas Indonesia

Selanjutnya dalam Pasal 80 disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas

sebagaimana dimaksud dalam pasal 79, Bagian Museum dan Sanggar Seni

menyelenggarakan fungsi:

a. Pengelolaan koleksi yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan

pengadaan, pencatatan, display benda-benda museum/seni dan benda-

benda koleksi Rumah Tangga Kepresidenan;

b. Perencanaan dan pelaksanaan perawatan dan penyimpanan benda-benda

museum/seni dan benda-benda koleksi Rumah Tangga Kepresidenan;

c. Penerimaan, pencatatan dan penyimpanan cinderamata yang diterima di

lingkungan Istana Kepresidenan;

d. Perencanaan dan pelaksanaan penyiapan dekorasi, tata keindahan dan

aspek estetika lainnya di lingkungan Rumah Tangga Kepresidenan;

e. Perencanaan dan pelaksanaan penyiapan desain-desain kebutuhan Rumah

Tangga Kepresidenan;

f. Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan kesenian dan pengelolaan sarana

pendukungnua di lingkungan Rumah Tangga Kepresidenan.

Sementara itu, dalam pasal berikutnya yaitu Pasal 81, susunan organisasi

Bagian Museum dan Sanggar Seni terdiri dari:

a. Subbagian Pengelolaan dan Perawatan Koleksi;

b. Subbagian Dekorasi;

c. Subbagian Kesenian.

Berdasarkan susunan organisasi tersebut, maka Bagan Organisasi Bagian Museum

dan Sanggar Seni secara rinci dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 1.1

Bagan Struktur Organisasi Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan

Kepala Bagian Museum dan Sanggar Seni

Kepala Sub Bagian Dekorasi

Kepala Sub Bagian Pengelolaan dan Perawatan Koleksi

Kepala Sub Bagian Kesenian

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

7

Universitas Indonesia

Sementara itu, tugas masing-masing struktur tersebut sebagaimana

diuraikan dalam Pasal 82 adalah:

(1) Subbagian Pengelolaan dan Perawatan Koleksi, Bagian Museum dan Sanggar

seni Biro Istana-Istana adalah melaksanakan pengelolaan dan perawatan

koleksi yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan serta pelaporan

pengadaan, pencatatan, display, serta pemeliharaan dan perawatan benda-

benda museum/seni dan benda-benda koleksi Rumah Tangga Kepresidenan.

(2) Subbagian Dekorasi mempunyai tugas melaksanakan dekorasi tata ruang

dalam dan luar serta dekorasi bunga, taman dan unsur dekorasi lainnya,

menyiapkan pola dan desain dekorasi serta administrasi dekorasi di

lingkungan Rumah Tangga Kepresidenan.

(3) Subbagian Kesenian mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan

kesenian dan pengelolaan sarana pendukungnya, pembinaan koordinasi

kerjasama dengan seniman dan organisasi kesenian serta pihak-pihak lain,

penyiapan desain produk cetak dan cinderamata serta administrasi kesenian di

lingkungan Rumah Tangga Kepresidenan (Peraturan Menteri Sekretaris

Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2005 : 31).

Dalam rangka memberikan pelayanan dan menyampaikan misi edukasi

kepada para pengunjungnya, berbagai upaya telah dilakukan oleh Istana

Kepresidenan Jakarta, walaupun tentu saja masih banyak hal yang perlu

disempurnakan. mengingat saat ini banyak hambatan yang ditemui kaitannya

dengan fungsi Istana Kepresidenan sebagai tempat yang masih digunakan sebagai

pusat kegiatan pemerintahan. Penelitian ini dibatasi pada pengkajian tentang

edukasi dan komunikasi yang terkait dengan obyek yang berupa benda-benda

koleksi Istana Kepresidenan dan aktivitas-aktivitas yang berlangsung dalam Istana

Kepresidenan yang akan disajikan dalam bentuk eksebisi Istana Kepresidenan RI.

Penelitian ini menjadi menarik karena belum ada penelitian mengenai studi

komunikasi dan edukasi di museum yang dilakukan oleh Istana Kepresidenan RI.

Dengan penelitian tentang komunikasi dan edukasi di museum yang mengambil

model Museum Istana Kepresidenan Jakarta ini, diharapkan dapat memperbaiki

kegiatan permuseuman yang sudah ada pada saat ini sehingga para pengunjung

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

8

Universitas Indonesia

akan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang lebih mendalam tentang

Istana Kepresidenan RI.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995, museum

merupakan lembaga tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan

pemanfaatan benda bukti materiil hasil budaya manusia, alam dan lingkungannya

guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa

untuk kepentingan generasi yang akan datang (Peraturan Pemerintah RI No.19,

1995:3). Dengan memperhatikan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995

tersebut di atas, maka museum harus dikelola berdasarkan fungsi penting sebagai

lembaga kebudayaan, yang berguna untuk penelitian, pendidikan dan sarana

tempat hiburan masyarakat luas. Untuk tercapainya tujuan tersebut maka

pengelolaan museum harus mendapat perhatian yang lebih besar dan serius dari

berbagai pihak, baik masyarakat, pemerintah, maupun para pengelola museum.

1.2 Perumusan Masalah

Penulisan tesis ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman secara

menyeluruh tentang Museum Istana Kepresidenan Jakarta dalam melaksanakan

kegiatan komunikasi dan edukasi kepada para pengunjungnya. Oleh karena itu,

masalah penulisan tesis ini dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

Dengan mengacu pada hal-hal seperti yang telah dikemukakan di atas,

maka permasalahan yang akan diangkat pada penelitian ini adalah:

a. Bagaimana agar koleksi benda seni dan acara kenegaraan yang

dilaksanakan di Istana Kepresidenan Republik Indonesia dapat dipahami

oleh pengunjung?

b. Bagaimana cara menyajikan koleksi benda seni dan acara kenegaraan

dalam eksebisi Istana Kepresidenan Jakarta?

c. Bagaimana model komunikasi dan edukasi yang efektif dalam menyajikan

koleksi benda seni dan acara kenegaraan di Istana Kepresidenan Jakarta?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan

dari penulisan tesis ini adalah:

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

9

Universitas Indonesia

1. Memberikan penjelasan tentang koleksi benda seni dan acara kenegaraan

yang dilaksanakan di Istana Kepresidenan Jakarta.

2. Memberikan gambaran bahwa kegiatan komunikasi dan edukasi yang

dilaksanakan di Istana Kepresidenan Jakarta saat ini masih perlu

disempurnakan dan ditingkatkan.

3. Memberikan masukan kepada pengelola Istana Kepresidenan Jakarta

tantang perlunya sebuah museum Istana Kepresidenan Jakarta yang dapat

menerapkan model komunikasi dan edukasi museum berdasarkan konsep

konstruktivis dengan menerapkan proses pembelajaran aktif (active

learning).

1.4 Manfaat Penelitian

Dari tujuan penelitian yang ditetapkan, manfaat yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah:

1. Menyumbangkan pemikiran tentang landasan teoretik yang dapat

dijadikan model dalam menentukan konsep eksebisi museum.

2. Menyumbangkan pemikiran kepada pengelola Istana Kepresidenan Jakarta

tentang konsep eksebisi yang memungkinkan pengunjung dapat

memperoleh pengetahuan dan pengalaman dengan melakukan

pembelajaran aktif di museum.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar/pijakan

dalam upaya membangun dan mengembangkan Museum Istana

Kepresidenan Jakarta.

1.5 Batasan Penulisan

Pembahasan mengenai konsep komunikasi dan edukasi di Museum Istana

Kepresidenan Jakarta belum pernah dilakukan sebelumnya, oleh karena itu

penulisan tesis ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk mendapatkan pengetahuan

tentang berbagai konsep yang berkaitan dengan pendidikan dan pembelajaran di

museum dan model eksebisi yang interaktif sesuai dengan konsep pembelajaran

aktif. Eksebisi yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah bagaimana

menyajikan koleksi yang dipamerkan di Museum Istana Kepresidenan Jakarta.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

10

Universitas Indonesia

Batasan yang perlu mendapatkan perhatian dalam penulisan tesis ini

adalah pemilihan model komunikasi dan edukasi yang efektif dalam menyajikan

koleksi benda seni dan acara kenegaraan di Istana Kepresidenan Jakarta.

Mengingat acara kenegaraan di Istana kepresidenan Jakarta jumlahnya cukup

banyak, maka yang akan ditampilkan dalam pembahasan tesis ini adalah acara

kenegaraan yang berupa: Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan

Republik Indonesia, dan Jamuan Kenegaraan bagi Tamu Negara. Semantara itu,

lokasi yang menjadi obyek pembahasan tesis ini adalah Istana Kepresidenan

Jakarta yang beralamat di Jalan veteran No.16 Jakarta.

1.6 Metode Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian yang disampaikan sebelumnya,

maka dalam penelitian ini akan banyak menggunakan konsep-konsep yang

terdapat dalam teori komunikasi, teori pendidikan, dan teori pembelajaran.

Konsep-konsep tersebut digunakan sebagai rujukan untuk dapat memberikan

gambaran tentang penyajian koleksi dan informasi dalam kegiatan eksebisi dan

proses belajar yang berlangsung di museum. Sifat penelitian yang diterapkan

dalam tesis ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan

berbagai kondisi data sebagaimana adanya.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong,2004:6).

Untuk mendapatkan hasil analisis yang memadai, maka penelitian ini

dilakukan memalui beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Tahap pengumpulan data

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi: pengumpulan literatur

dan pengamatan (observasi). Pengumpulan literatur dilakukan untuk mendapatkan

teori-teori yang sesuai dengan masalah penelitian, metode, dan teknik penelitian,

baik dalam pengumpulan atau menganalisa data yang pernah digunakan para

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

11

Universitas Indonesia

peneliti terdahulu (Nazir, 1998:111). Teori yang dikumpulkan pada penelitian ini

adalah teori komunikasi dan edukasi di museum. Disamping itu peneliti

mengumpulkan data internal Istana Kepresidenan RI berupa data pengunjung,

laporan studi pengembangan sarana fisik dan non fisik.

Data yang berkaitan dengan kegiatan kunjungan Istana Kepresidenan

dikumpulkan melalui pengamatan (observasi). Dalam melakukan pengamatan

terdapat beberapa tipe yang dapat dipilih, yaitu pengamatan yang tidak berstruktur

dan pengamatan berstruktur (Sevilla, 1993:198). Pengamatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pengamatan tidak berstruktur. Pemilihan ini

didasarkan pada pertimbangan bahwa pengamatan tidak berstruktur dianggap

lebih fleksibel dan terbuka. Situasi terbuka yang dimaksudkan di sini adalah

pengamat melihat kejadian secara langsung pada tujuan (Sevilla, 1993:198).

Untuk itu semua komponen yang ada dalam kegiatan kunjungan Istana

Kepresidenan direkam pada saat pengamatan berlangsung.

2. Tahap pengolahan data

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, maka untuk menjawab

permasalahan penelitian yang telah diajukan sebelumnya, dilakukan analisis dan

pengolahan data terhadap literatur dan hasil pengamatan. Dalam mengolah data

yang telah terkumpul, teori komunikasi dan edukasi di museum dan data hasil

pengamatan dijadikan sebagai kerangka pembahasan. Selanjutnya kerangka

pembahasan tersebut digunakan untuk menguji kebijakan eksebisi dan program

edukasi yang digunakan oleh Istana Kepresidenan Jakarta dalam rangka

menentukan kegiatan komunikasi dan edukasi yang lebih baik.

3. Tahap penyimpulan data

Tahap penyimpulan dilakukan pada tahap akhir dari penelitian ini. Untuk

mendapatkan hasil yang komprehensif, peneliti menyampaikan teori komunikasi

dan edukasi yang dapat diaplikasikan dalam kegiatan kunjungan Wisata Istana

Kepresidenan Jakarta. Teori ini juga diaplikasikan untuk mengembangkan disain

eksebisi museum Istana Kepresidenan Jakarta.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

12

Universitas Indonesia

1.7 Sistematka Penulisan

Untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi tesis ini, maka

sistematika penulisan disusun dengan urutan sebagai berikut:

BAB 1: PENDAHULUAN

Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang permasalahan, perumusan masalah,

tujuan penulisan, manfaat penelitian, batasan penelitian, metode penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB 2 : TINJAUAN TEORETIK

Pada bab ini dibahas mengenai konsep-konsep dan teori yang berkaitan dengan

permasalahan dan tujuan penelitian yaitu pengertian museum, konteks museologi,

konsep komunikasi museum, konsep edukasi museum, dan konsep pembelajaran

konstruktivis.

BAB 3 : ISTANA KEPRESIDENAN RI

Pada bab ini dibahas tentang Istana Kepresidenan di Indonesia (yang meliputi

Istana Bogor, Istana Cipanas, Istana Yogyakarta, Istana Tampaksiring dan Istana

Jakarta). Selanjutnya secara khusus dibahas tentang Istana Merdeka, halaman

tengah, Kantor Presiden, Istana Negara, Wisma Negara, Masjid Baiturrahim,

benda koleksi Istana Kepresidenan, konsep kunjungan Istana Kepresidenan

Jakarta, sarana dan prasarana, pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta, dan

kegiatan edukatif kultural.

BAB 4 : MUSEUM ISTANA KEPRESIDENAN JAKARTA

Pada bab ini dibahas tentang peran Museum Istana Kepresidenan Jakarta sebagai

sarana komunikasi, Peran Museum Istana Kepresidenan Jakarta sebagai sarana

edukasi, dan konsep pengembangan Museum Istana Kepresidenan.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

13

Universitas Indonesia

BAB 5 : PENUTUP

Pada bab ini akan dibahas tentang kesimpulan dan saran-saran yang dapat

diberikan kepada pihak pengelola museum Istana Kepresidenan Jakarta

berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab

sebelumnya.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

14

Universitas Indonesia

BAB 2

TINJUAN TEORETIK

2.1 Pengertian Museum

Menurut asal katanya, museum berasal dari bahasa Yunani “Mouseion”,

yaitu kuil untuk Sembilan Dewi Muze, anak-anak Dewa Zeus yang tugas

utamanya adalah menghibur (Direktorat Museum, 2008:15). Kesembilan gadis

angkasa yang merupakan keturunan dari Mnemosyne dengan Zeus, dewa tertinggi

Yunani sebagaimana yang terdapat dalam mitologi Yunani itu adalah para

penguasa cabang-cabang seni dan ilmu pengetahuan, seperti Calliope, Cleio,

Erato, Euterpe, Melpomene, Polyhymnia, Terpsichore, Thaleia, dan Urania.

Mereka bersemayam di Pegunungan Olympus (http://id.wikipedia.org/wiki/Mito

logi_Yunani).

Dalam bahasa Latin museum adalah nama yang digunakan untuk

bangunan universitas di jaman Alexandria tahun 1615, kemudian istilah mouseion

digunakan sebagai tempat untuk studi dan perpustakaan, sedangkan di Inggris

adalah sebagai bangunan untuk menyajikan atau memamerkan (display) obyek,

tercatat pertama kali 1683.1

Pengertian museum di Indonesia tercantum dalam Peraturan Pemerintah

nomor 19 tahun 1995 tentang Pemeliharaan dahn Pemanfaatan Benda cagar

Budaya di museum. Dalam peraturan pemerintah tersebut dijelaskan bahwa

museum adalah lembaga tempat menyimpan, merawat, mengamankan, dan

memanfaatkan benda-benda bukti material hasil budaya manusia serta alam

Asosiasi Museum Amerika (AMA) mendefinisikan museum sebagai suatu

lembaga (institusi) “yang dikelola seperti halnya sebuah institusi sosial dan swasta

nirlaba, yang berada pada suatu dasar permanen untuk tujuan-tujuan pendidikan

dan estetis secara esensial” yang “memelihara dan memiliki atau memanfatkan

obyek-obyek nyata, yang bergerak maupun tak bergerak dan memamerkannya

secara teratur “yang” memiliki paling sedikit satu anggota staf profesional atau

pegawai yang bekerja penuh waktu, “dan dibuka untuk masyarakat secara teratur

sedikitnya 120 hari per tahun” (Kotler dan Kotler, 1998: 6).

1 http://www.etymonline.com/index.php?term=museum

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

15

Universitas Indonesia

lingkungannya, guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan

budaya bangsa untuk kepentingan generasi yang akan datang (PP RI No.19,

1995:3).

Atas dasar berbagai macam definisi tentang museum seperti yang telah

disebutkan di atas, salah satu definisi yang paling dapat dipertanggungjawabkan

dan dikeluarkan oleh institusi resmi yang berkaitan dengan museum adalah

definisi museum berdasarkan konferensi umum ICOM (International Council Of

Museums ) yang ke-11 di Kopenhagen pada tahun 1974 yakni:

“ A Museum is a non profit making, permanent institution in the service of society and of its development and open to the public, which acquires, conserves, communicates and exhibits for purposes of study, education and enjoyment, material evidence of man and environment”.

Museum adalah sebagai sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari

keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum,

yang memperoleh, merawat, menghubungkan dan memamerkan untuk tujuan-

tujuan studi, pendidikan, dan kesenangan, barang pembuktian manusia dan

lingkungannya (Direktorat Museum,2008:15).

Kedalam pengertian museum tersebut, lembaga-lembaga lainnya, seperti:

lembaga konservasi dan tempat-tempat pameran yang diselenggarakan oleh

perpustakaan dan pusat-pusat kearsipan, monumen peninggalan alam,

kepurbakalaan dan etnografi, monumen sejarah dan kegiatan-kegiatannya dalam

hal pengadaan, konservasi, dan komunikasi, lembaga-lembaga yang memamerkan

makhluk-makhluk hidup-pembuktian sejarah perkembangan alam-seperti kebun

binatang atau taman botani dan zoologi, aquarium vivaria, cagar alam pusat-pusat

ilmu pengetahuan(science-centres) dan planetaria oleh ICOM dianggap sebagai

yang terangkum oleh definisi tentang museum di atas (Sutaarga, 2000:31).

Asosiasi Museum Inggris juga memberikan definisi yang memberikan

penekanan pada tujuan utama museum yang mengarah kepada masyarakat, yaitu:

“A museum is an institution which collect documents, preserves and interprets material evidence and associated information for the public benefit” (Museum Association, 1984). Berdasarkan beberapa definisi tersebut di atas, kita dapat menyimpulkan

bahwa terdapat suatu persamaan yang dimiliki oleh semua museum, yaitu sebagai

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

16

Universitas Indonesia

tempat preservasi dan meneliti koleksi yang mereka miliki untuk kemudian

diinformasikan kepada masyarakat. Dengan demikian, dalam pengelolaan

museum ada misi edukasi yang mereka bawa, dan saat ini pengelolaan museum

tidak hanya sebatas menjalani peran tersebut tetapi penting juga museum

menyadari perannya di tengah masyarakat.

Peran museologi baru kemudian mendasari peran museum sebagai suatu

lembaga yang melayani masyarakat dengan memusatkan perhatian pada

pengembangan hubungan timbal balik antara museum dengan masyarakat

(Magetsari, 2008:9). Bagi dunia pendidikan, keberadaan museum merupakan

sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam proses pembelajaran tentang hal yang

berkaitan dengan sejarah perkembangan manusia, budaya, dan lingkungannya.

Museum merupakan wahana untuk mengabadikan dan mendokumentasikan

kegiatan-kegiatan maupun peristiwa-peristiwa dan benda-benda bersejarah.

2.2 Konteks Museologi

Pada awalnya suatu benda digunakan sesuai dengan fungsi aslinya, Dalam

kondisi seperti ini maka suatu benda berada pada konteks primer (primary

context). Pada saat itu suatu benda memiliki nilai ekonomi (economic value),

karena berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat dalam berbagai

bidang. Selanjutnya setelah benda tersebut dipilih menjadi koleksi museum, maka

benda tersebut mengalami proses musealisasi (musealisation) dan akan

menempati konteks yang baru, yaitu konteks museologi (museological context).

Dalam konteks museologi, suatu benda mengalami pemberian makna dan

informasi. Proses ini dikenal dengan museality. Pada saat ini suatu benda tidak

lagi berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan, melainkan menjadi benda yang

memiliki nilai sebagai dokumen yang dapat merekam kehidupan suatu

masyarakat. Proses musealisasi ini dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut:

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

17

Universitas Indonesia

Gambar 2.1 Proses Musealisasi (Sumber: van Mensch, 2003 dalam Magetsari, 2008:5)

Konteks menjadi suatu hal yang penting dalam sebuah pameran museum.

Konteks diperlukan agar makna yang terkandung dalam suatu benda dapat

dipahami oleh pengunjung museum. Selanjutnya museum memiliki otoritas untuk

memilih, menginterpretasi, dan menampilkan sesuatu yang menurut museum

dipandang memiliki nilai. Konteks makna yang tercipta melalui interpretasi dari

obyek yang dipamerkan dapat membantu pengunjung memahami masa lampau

serta pentingnya pelestarian bagi kepentingan generasi mendatang

(Magetsari,2008:9).

2.3 Konsep Komunikasi Museum

Salah satu perbedaan antara museum tradisional dengan museum baru

adalah bahwa pada museum tradisional terjadi proses komunikasi searah (proses

transmisi), sedangkan pada museum baru lebih menekankan terjadinya proses

komunikasi timbal balik. Apabila perbedaan itu kita telusuri, maka paling tidak

kita dapat melihat dua ciri yang terdapat pada museum tradisional, yaitu:

1. Penyajian koleksinya masih secara transmisi searah, bukan komunikasi

dua arah.

2. Perubahan konsentrasi dari yang awalnya berkonsentrasi kepada koleksi

menjadi konsentrasi pada masyarakat.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

18

Universitas Indonesia

Proses komunikasi pada museum tradisional tersebut sejalan dengan

model komunikasi yang diperkenalkan oleh Shannon dan Weaver yang dapat

dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.6 Model Komunikasi Shannon dan Weaver (Sumber: Eilean Hooper-Greenhill,1996:40)

Dari gambar tersebut kita dapat melihat bahwa sebuah pesan berasal dari

sumber yang dikirimkan oleh pemancar (transmitter) kepada penerima (receiver)

melalui sebuah saluran (channel), sehingga pesan itu sampai pada tujuan akhir

(destination). Dalam penyampaian pesan tersebut terdapat gangguan yang dapat

mempengaruhi penyampaian pesan yang disebut “noise”. Dalam proses

komunikasi tersebut penerima pesan hanya menjadi tujuan akhir. Apabila model

komunikasi ini diterapkan dalam pameran museum, maka pengunjung sebagai

penerima pesan tidak mempunyai peran yang aktif dalam proses komunikasi.

Dalam perkembangan selanjutnya muncul konsep yang disebut umpan balik.

Dengan adanya umpan balik ini maka akan dapat diketahui apakah suatu pesan

dapat tersampaikan atau sebaliknya. Komunikasi dapat dilakukan berulang kali,

sehingga terjadi suatu proses komunikasi yang bersifat sirkuler. Apabila terjadi

hambatan komunikasi, maka proses komunikasi dapat diulang dengan mengubah

pesan (message) atau saluran yang digunakan (channel), sehingga kalau

digambarkan proses komunikasi akan berlangsung sebagai berikut:

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

19

Universitas Indonesia

Gambar 2.7 Model Komunikasi Sirkuler (Sumber: Eilean Hooper – Greenhill, 1996:47)

Berdasarkan gambar tersebut di atas, kita dapat melihat bahwa penerima

pesan berperan lebih aktif. Makna pesan ditentukan oleh baik pengirim pesan

maupun penerima pesan. Oleh karena itu, kedua belah pihak (pengirim pesan dan

penerima pesan) akan menentukan pemaknaan suatu pesan. Komunikasi ini

dikatakan efektif apabila proses komunikasi yang dilakukan bersama tersebut

semakin besar. Untuk dapat membantu pemahaman kita tentang komunikasi, ada

beberapa definisi komunikasi yang dapat disampaikan. Hybels dan Weafer dalam

Liliweri menyatakan bahwa komunikasi adalah:

Proses pertukaran informasi, gagasan, dan perasaan. Proses itu meliputi informasi yang disampaikan tidak hanya secara lisan dan tulisan, tetapi juga dengan bahasa tubuh, gaya maupun penampilan diri, atau menggunakan alat bantu dsekeliling kita untuk memperkaya sebuah pesan (Liliweri, 2002:3). Sejalan dengan hal tersebut, Billie J. Wlhstrom mengungkapkan bahwa

komunikasi adalah:

(a) Pernyataan diri yang efektif, (b) pertukaran pesan-pesan yang tertulis, pesan-pesan dalam percakapan, bahkan melalui imajinasi, (c) pertukaran informasi atau hiburan dengan kata-kata melalui percakapan atau dengan metode lain, (d) pengalihan informasi dari seseorang kepada orang lain, (e) pertukaran makna antarpribadi dengan sistem simbol, (f) proses pengalihan pesan melalui saluran tertentu kepada orang lain dengan efek tertentu (Walhstrom, 1992:9).

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

20

Universitas Indonesia

Model komunikasi sederhana mulai diperkenalkan pada dunia museum di

Amerika Utara oleh Cameron pada akhir tahun 1960 yang memicu suatu

perdebatan (Cameron,1968; Knez dan Wright,1970; Miles,1989 dalam

Greenhill,1996:46). Fokus dari debat itu adalah apakah sebuah obyek merupakan

aspek yang paling penting dalam suatu sistem komunikasi museum, atau hanyalah

salah satu bagian dari komuniksai. Debat ini terlihat kecil, tetapi mengundang

pelajaran untuk mencatat penggunaan-penggunaan dan mengambil model

komunikasi sederhana untuk mengenali media, dan bagaimana menyampaikan

suatu pesan. Selanjutnya Knez dan Wright mengusulkan modifikasi model

komunikasi museum sebagai berikut:

Gambar 2.8 Model Komunikasi Knez dan Wright (Sumber: Eilean Hooper-Greenhill,1996:47)

Selain itu, konsep mengenai komunkasi museum dapat juga dikemukakan

sebagai berikut:

Communication is defined as “the presentation of the collections to the public through education, exhibition, information and public services. It is also the outreach of the museum to the community” (Walden, 1991:27 dalam Greenhill, 1996:28).

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

21

Universitas Indonesia

Menurut Amir Sutaarga ada tiga aspek yang perlu diperhatikan kaitannya

dengan komunikasi museum, yaitu:

(a) Museumnya sendiri dan “evidence of man and environment” sebagai wadah dan isi yang dapat dianggap sebagai komunikator, (b)”communicates and exhibits” yang dianggap sebagai perlunya komunikasi, dan (c) “for purpose of study, education and enjoyment” dari pengunjung museum yang dapat dianggap sebagai komunikannya (Sutaarga,1996).

Menurut Greenhill, komunikasi museum dapat dilakukan melalui banyak

metoda dari banyak jenis pameran yang berbeda, fungsi, ukuran dan pendekatan

untuk interpretasi. Sebagai contoh, suatu pameran besar yang mahal, dengan

jangka waktu yang pendek populer untuk menarik para wisatawan yang

diharapkan untuk mengumpulkan uang, dan pameran dalam skala kecil yang

memungkinkan dari suatu kelompok pendidikan orang dewasa lokal, memerlukan

pertimbangan yang cermat. Pengunjung yang berbeda memerlukan ketentuan

yang berbeda pula, dan harus dipikirkan bagaimana jenis pameran yang berbeda

atau display yang dapat digunakan untuk menarik publik yang berbeda

(Greenhill,1996 :41).

Interaksi yang terjadi antara pengunjung dengan museum merupakan

kegiatan komunikasi yang mengandung tiga aspek penting dan saling berkaitan

satu dengan lainnya. Ketiga aspek tersebut adalah: museum dan koleksinya,

program edukasi museum, dan masyarakat pengunjung (Suriaman, 2000:55).

Untuk berkomunikasi dengan para pengunjungnya, museum dapat menggunakan

berbagai macam cara, termasuk dalam menetapkan hubungan dengan media lokal

dan nasional, membangun jaringan pendukung lokal dan nasional, bisnis,

pendidikan dan komunikasi budaya, dan pemakaian bermacam teknik pemasaran,

seperti riset, surat dan iklan. Beberapa museum mempunyai program-program

menyeluruh dan melampaui target program-program, di mana aktivitas diorganisir

oleh museum tetapi dilaksanakan di tempat umum seperti pusat perbelanjaan,

sekolah, atau rumah sakit (Beevers et al, 1988; O'Neill 1990,1991; Hemmings,

1992; Plant,1992). Beberapa museum sudah mendirikan unit-unit mobil yang

membawa koleksi-koleksi dan kegiatan ke perusahaan perumahan, tempat

bermain di sekolah, bazar, atau konser. Beberapa museum mempunyai koleksi-

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

22

Universitas Indonesia

koleksi pinjaman yang tersedia dari sekolah-sekolah dan lembaga lain

(Greenhill,1996 :41).

Banyak museum-museum yang mempunyai toko-toko yang diorganisir

dengan baik di mana banyak barang yang dapat dijual dan dapat dijadikan sebagai

alat untuk menghubungkan pengunjung kepada koleksi museum. Banyak museum

yang telah mengambil peluang untuk mengembangkan toko khusus yang selaras

dengan misi mereka; Science Museum, London, misalnya, mempunyai satu toko

buku ilmu pengetahuan spesialis yang sempurna. Toko itu merupakan satu

peluang untuk membuat pekerjaan museum dengan menyediakan katalog-katalog

dari koleksi-koleksi permanen, katalog-katalog pameran sementara, buku dan

monografi-monografi. Kartupos, kemasan informasi, kalender-kalender, buku

catatan, pensil-pensil dan bentuk benda kecil lain yang sering kali dapat

ditemukan sebagai replika dari koleksi tertentu. Ironbridge George Museum

misalnya, sudah mengembangkan sistem pemesanan yang sangat sukses melalui

email. Aktivitas dan program-program pendidikan secara umum dirancang untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan pengunjung tertentu, dan mencakup banyak

pendekatan yang dapat ditemukan di dalam museum-museum dan galeri-galeri,

termasuk pemakaian para aktor peraga; ceramah, kuliah dan tur keliling; film-film

atau konser; kesempatan untuk menangani koleksi; mencoba ketrampilan-

ketrampilan praktis seperti menari, menggambar, atau menenun; mengundang

pengunjung untuk melihat gudang penyimpanan (storage) atau laboratorium-

laboratorium konservasi; dan seterusnya.

2.4 Konsep Edukasi Museum

Secara teoritis pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk

meningkatkan pertumbuhan budi pekerti. Tujuan pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat Jasmani dan Rokhani, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta

bertanggung jawab ( UU No. 20 Tahun 2003 Ps.3).

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

23

Universitas Indonesia

Untuk mencapai tujuan pendidikan, museum merupakan salah satu sarana

penunjang, karena benda-benda koleksi yang dimilikinya dapat menambah

pengetahuan, dan berbicara langsung dengan pengunjung melalui keterangan pada

dokumentasi dan laporan hasil penelitian. Di sisi lain museum merupakan alat

untuk berkomunikasi antara pengunjung dengan benda itu sendiri (Asiarto,

1980:2-3). Koleksi yang dimiliki museum mampu menjadi media pendidikan

dalam bentuk pengalaman langsung yang tidak didapatkan di tempat lain.

Dalam memanfatkan media sebagai alat bantu untuk pengalaman belajar

tertentu, Edgar Dale mengemukakan teorinya yang dikenal dengan kerucut

pengalaman belajar sebagai berikut:

Verbal

Simbol

Visual

Radio

Film

TV

Wisata

Demonstrasi

Partisipasi

Observasi

Pengalaman Langsung

Gambar 2.2 Kerucut Pengalaman Belajar Edgar Dale, dalam Sadiman,dkk, (1986:8)

Gambar 2.2 tersebut di atas memberikan informasi kepada kita bahwa

terdapat media alat bantu untuk memperoleh pengalaman belajar tertentu yang

memiliki karakteristik yang berbeda. Kita dapat menggolongkannya dalam dua

kelompok yang berbeda. Kelompok pertama, yang terdiri dari: verbal, simbol,

visual, radio, film dan TV dapat digolongkan pada media yang cenderung kurang

Aktif

Pasif Pasif

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

24

Universitas Indonesia

mengundang peran aktif dari siswa. Sebaliknya, kelompok yang kedua, yang

terdiri dari wisata, demonstrasi, partisipasi, observasi, dan pengalaman langsung

merupakan media yang dapat mengundang peran aktif siswa.

Belajar di museum merupakan salah satu cara belajar yang memberikan

pengalaman langsung kepada pengunjung, karena di museum pengunjung dapat

belajar pada obyek dan informasi yang ada. Benda-benda yang ada di museum

merupakan benda yang dapat dilihat dan sebagian diantaranya mungkin dapat

dipegang atau diraba. Dengan demikian pengunjung dapat mengerti secara tepat

tentang apa yang dipelajarinya, tidak hanya membayangkan bagaimana wujud dan

karakteristik benda dimaksud.

Berdasarkan gambaran tersebut di atas, museum seharusnya mampu

menjadi sarana pengembangan media dan sumber belajar. Dengan kekayaan dan

variasi yang dimilikinya, museum mampu menyajikan media belajar dalam

bentuk pengalaman langsung.

Sejalan dengan itu, Beer mengutip Ames menyatakan bahwa edukasi

merupakan salah satu tujuan utama museum, selain mengumpulkan koleksi,

konservasi dan penelitian. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa kontribusi unik yang

diberikan oleh museum dalam fungsi edukasi adalah menyediakan kesempatan

bagi pengunjung untuk belajar langsung dari obyek, menstimulasi rasa

keingintahuan dan ketertarikan mereka, mengenalkan cara belajar dengan

menggunakan indera dan persepsi melalui pengalaman hands-on, serta

mendukung belajar secara independen (Beer, 1994:2). Ambrose dan Paine

menyatakan bahwa saat ini museum memiliki peranan yang penting dalam

memberikan layanan edukasi bagi semua penggunanya, baik itu anak-anak atau

orang dewasa (Ambrose dan Paine, 2006:21). Dengan demikian museum dapat

menjadi tempat yang ideal mulai dari anak-anak usia prasekolah hingga para

pensiunan. Setiap orang yang datang ke museum memiliki kesempatan secara

terbuka untuk berkunjung dan berkomunikasi dengan orang lain.

Selanjutnya Hooper-Greenhill (1996:140) berpandangan bahwa dalam

karakternya yang fundamental di bidang pendidikan, maka museum harus

memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menambah pengetahuan dan

pengalamannya. Untuk memenuhi tanggungjawabnya itu, museum harus

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

25

Universitas Indonesia

meningkatkan perannya sebagai sumber pembelajaran yang dapat digunakan oleh

seluruh komponen masyarakat atau kelompok-kelompok khusus yang harus

dilayaninya (Edson dan Dean, 1996:192).

Sebagai institusi pendidikan informal museum dapat memberikan nilai

tambah bagi pendidikan formal di sekolah. Hein dalam bukunya yang berjudul

Learning in the Museum menjelaskan bahwa teori edukasi terdiri dari teori belajar

(learning theories) dan teori pengetahuan (theory of knowledge) (Hein,1998:16).

Dalam teori pengetahuan terdapat dua pendapat berbeda, yaitu yang pertama

menyatakan bahwa pengetahuan terpisah dari yang belajar (pandangan realisme)

dan yang kedua menyatakan bahwa pengetahuan berada dalam pikiran dan

dibangun oleh yang belajar (Hein,1998:17-18). Dua pendapat tersebut bila

digambarkan dalam sebuah rangkaian kesatuan (kontinum) akan tampak seperti

gambar berikut:

Gambar 2.3 Teori Pengetahuan (Sumber: George E.Hein, 1998:18)

Selanjutnya teori belajar yang mendasari pemikiran tentang bagaimana

seorang belajar terdiri atas dua pandangan yang berbeda, yaitu: (1) behaviorisme

yang berasumsi bahwa belajar terdiri atas asimilasi incremental dari berbagai

informasi, fakta, dan pengalaman, hingga akhirnya menghasilkan pengetahuan;

dan (2) kontruktivisme yang memandang bahwa belajar terdiri atas seleksi dan

organisasi data yang relevan dari pengalaman, dalam hal ini mereka meyakini

bahwa orang belajar dengan membentuk pengetahuannya (Hein, 1998:21-23;

1994:74; Hooper-Greenhill, 1994:21). Teori belajar ini dapat ditampilkan dalam

kontimun sebagai berikut:

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

26

Universitas Indonesia

Gambar 2.4 Teori Belajar (Sumber: George E.Hein, 1998:23)

Dua dimensi dari teori pendidikan (edukasi) tersebut dapat

dikombinasikan untuk menghasilkan suatu diagram yang dapat menguraikan

kombinasi dari teori pengetahuan dan teori belajar yang masing-masing

kwadrannya memberikan suatu pendekatan berbeda mengenai pendidikan.

Kombinasi tersebut dapat dijelaskan dalam gambar di bawah ini:

Gambar 2.5 Gabungan Teori Belajar dan Teori Pengetahuan (Sumber: George E.Hein, 1998:25)

Diagram yang memperlihatkan empat kwadran tersebut dan masing-masing

memiliki konsep yang berbeda mengenai pendidikan dapat diuraikan secara

singkat sebagai berikut:

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

27

Universitas Indonesia

Didaktik Ekspositori

Berdasarkan gambar di atas kita mendapatkan gambaran tentang teori

belajar didaktik ekspositori yang merupakan representasi dari pembelajaran

tradisional (traditional lecture and tex) di sekolah sudah dipraktekkan secara luas

dalam dunia pendidika. Dengan teori pendidikan dikdaktik ekspositori tersebut

seseorang dapat belajar subyek, akademis, bahasa, dan ketrampilan. Dalam

pandangan didaktik ekspositori guru memiliki dua tanggung jawab. Pertama, dia

harus memahami struktur dari pokok pengetahuan yang akan diajarkan dan

tanggung jawab guru yang kedua adalah menyajikan pengetahuan untuk diajarkan

sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar dan memahami materi yang

diajarkan. Pada umumnya pembelajaran didasarkan pada struktur subjek, dan

informasi yang diberikan oleh guru kepada siswa dilakukan setahap demi setahap.

Guru menjelaskan prinsip-prinsip belajar, memberikan contoh-contoh untuk

mengilustrasikan prinsip-prinsip, dan melakukan pengulangan-pengulangan pada

bagian yang penting agar dapat tertanam dalam pikiran siswa (Hein, 1998:25-26).

Urutan logis belajar dimulai dengan unsur-unsur paling sederhana hingga kepada

hal yang paling rumit.

Berdasarkan paham pendidikan didaktik ekspositori, apabila diaplikasikan

dalam pembelajaran museum dapat disusun sebagai berikut:

a. Pameran dijadikan sebagai contoh dengan susunan yang jelas;

b. Komponen didaktik (label, panel) menjelaskan apa yang dipelajari dalam

pameran;

c. Subyek ditata secara hirarkis, mulai yang simpel menuju kepada yang

kompleks;

d. Program untuk sekolah menggunakan kurikulum tradisional dan disusun

secara hirarkis, dari sederhana menuju kompleks;

e. Isi pembelajaran memiliki tujuan yang spesifik (Hein, 1998:27-28).

Stimulus-Respon

Pendidikan stimulus-respon mempunyai perspektif yang mirip dengan

teori didaktik ekspositori, hanya saja dalam perspektif stimulus respon menolak

pandangan bahwa setiap bagian dari materi harus dikuasai (Hein dan Alexander,

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

28

Universitas Indonesia

1998:33). Stimulus-respon lebih menekankan pada metode belajar daripada isi

(materi) yang diajarkan. Formulasi belajar seperti ini merupakan awal dari

pendekatan psikologi behavioris. Teori ini kemudian dijadikan pendekatan yang

dominan digunakan dalam pendidikan formal (Macdonald ed., 2006:345). Secara

teoritis stimulus-respon lebih banyak membahas kemajuan pembelajaran di

sekolah yang diukur dengan mengunakan evaluasi tertulis atau hafalan.

Karakteristik museum yang menggunakan teori stimulus-respon hampir

sama dengan museum yang menggunakan teori didaktik ekspositori, yaitu: (a)

label dan panel menjelaskan apa yang dipelajari; (b) pameran disusun berdasarkan

tujuan pedagogi, dimana bagian awal dan akhirnya tersusun jelas (Hein, 1998:29).

Diskoveri

Dalam pandangan teori discovery learning, belajar merupakan proses yang

aktif. Belajar aktif sering diterjemahkan sebagai aktivitas fisik yang berasosiasi

dengan belajar. Proses yang penting dalam kegiatan belajar aktif adalah terjadinya

aktivitas mental yang terangsang oleh aktivitas fisik yang dilakukan. Interaksi

fisik dapat berkaitan dengan berbagai hal seperti: menyusun sesuatu dari

komponen-komponen lepas, menyusun puzzle, atau menggunakan berbagai benda

yang dapat kita jumpai. Proses belajar aktif dapat diaplikasikan pada semua

bentuk pendidikan, termasuk pendidikan di museum. Oleh karena itu para

pendukung teori ini berpendapat bahwa kombinasi berbagai benda yang disajikan

akan membuat siswa mau untuk belajar (Hein, 1998).

Karakter museum yang menggunakan teori belajar diskoveri adalah:

a. Pameran dapat dieksplorasi;

b. Lebih banyak menggunakan cara belajar aktif.

c. Komponen didaktik yang menyediakan jawaban atas pertanyaan

diserahkan kepada pengunjung untuk melakukannya sendiri;

d. Pengunjung dapat memilki pengertian sendiri tentang kebenaran yang

bertentangan dengan interpretasi pameran;

e. Program untuk sekolah memungkinkan murid untuk aktif;

f. Workshop disediakan bagi pengunjung dewasa yang memerlukan

keterangan dari pakar dan berbagai bentuk bukti lainnya untuk melengkapi pikiran

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

29

Universitas Indonesia

dan perkembangannya sehingga peserta dapat memahami makna benda yang

sebenarnya (Hein, 1998:33).

Dalam pandangan discovery learning dinyatakan bahwa dalam rangka

belajar, para siswa harus mempunyai pengalaman. Pengalaman dapat mereka

peroleh bila mereka melakukan dan mengamati kemudian membandingkan

sendiri. Ilmu pengetahuan akan menjadi sesuatu yang menarik karena bukan

hanya sekedar teori saja. Cara mempelajari ilmu pengetahuan dapat diaitkan

dengan apa yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.

Konstruktivis

Situasi pembelajaran konstruktivis memerlukan dua komponen yang

terpisah, pertama sebuah pengenalan bahwa untuk belajar diperlukan keterlibatan

secara aktif dari pelajar. Oleh karena itu, kelas atau pameran konstruktivis

termasuk cara bagi para pelajar untuk menggunakan tangan dan pikiran mereka,

untuk berinteraksi dengan dunia, mengolahnya, membuat kesimpulan-kesimpulan,

eksperimen, dan meningkatkan pemahaman dan kemampuan mereka untuk

membuat penggeneralisasian tentang suatu fenomena yang dapat melibatkan

mereka. Eksperimen-eksperimen sangat penting dalam pembelajaran

konstruktivis, baik dalam ilmu pengetahuan atau subyek-subyek lain. Sebaliknya,

sebuah eksperimen dari suatu demonstrasi, merupakan situasi yang dapat

menghasilkan sesuatu yang mungkin dan dapat diterima.

Kedua, dalam pendidikan konstruktivis kesimpulan-kesimpulan yang dihasilkan

oleh pembelajar tidak disahihkan oleh ya atau tidaknya mereka menepati beberapa

patokan eksternal dari kebenaran, tetapi apakah mereka "bisa merasakan" dalam

kenyataan yang dibangun oleh pembelajar. Kebenaran gagasan-gagasan menurut

konstruktivis tidak bergantung pada kesesuaian mereka pada beberapa kebenaran

yang objektif, yang mempunyai satu keberadaan terpisah dari setiap pembelajar

atau kelompok pembelajar. Kebenaran dibangun dari konsep-konsep nilai dalam

mendorong ke arah penggunaan tindakan dan konsistensi dari gagasan yang satu

dengan lainnya. Dengan demikian, selagi pendidik-pendidik tradisional

memperbicangkan tentang kesalahpahaman-kesalahpahaman pembelajar,

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

30

Universitas Indonesia

konstruktivis hanya akan membicarakan tentang pribadi, atau konsep-konsep

pribadi (Hein,1998:34).

Sangat penting untuk memperhatikan konstruktivis apabila kita menerima

teori-teori pembelajaran modern. Kita tidak bisa mengelak dan perlu menerima

posisi konstuktivis pada teori pengetahuan sedikitnya sampai pada taraf tertentu.

Masyarakat membuat arti yang mereka miliki keluar dari pengalaman yang

muncul untuk menjadi sebuah fenomena yang tidak hanya merupakan sebuah

konstruksi teoritis. Terdapat bukti riset yang berlimpah untuk mendukung

penyingkapan pengetahuan kita pada setiap kumpulan fenomena pada

kesimpulan-kesimpulan yang berbeda. Kita semua menginterpretasikannya

dengan cara yang berbeda, tergantung pada latar belakang dan pengalaman yang

kita miliki (Hein,1998:35).

Singkatnya, jika kita mengambil posisi yang memungkinkan bagi tiap

orang untuk membangun pengetahuan pribadi lalu kita menerima gagasan yang

mutlak bahwa mereka melakukannya, dengan mengabaikan usaha-usaha kita

untuk menghambat mereka. Dalam dunia museum merupakan suatu hal yang

biasa bagi para perancang pameran membuat satu pameran dengan sebuah tema

yang spesifik untuk mendapatkan penafsiran yang sepenuhnya berbeda yang

diberikan oleh para pengunjung. Dalam satu artikel yang menarik yang didasarkan

pada wawancara dengan para pengunjung museum Holocaust, seorang jurnalis

menyimpulkan bahwa konservasi-konservasi yang dilalakukannya di Washington

memberikan kesan bahwa reaksi-reaksi yang berbeda dari para pengunjung

mencerminkan keyakinan-keyakinan dan sikap-sikap yang mereka bawa ke

museum sebanyak apa yang mereka temukan di dalam dinding-dindingnya.

My conservations in Washington suggest that…..(visitor) diverse reactions reflect the beliefs and attitudes they brought to the museum as much as anything they discovered within its walls (Gourevitch, 1995:45; Hein,1998:35) Suatu pameran konstruktivis akan menyediakan peluang bagi para

pengunjung museum untuk membangun (mengkonstruksi) pengetahuan mereka,

menyediakan berbagai cara bagi para pengunjung untuk menyimpulkan secara

akurat, dengan mengabaikan apakah kesimpulan mereka sesuai dengan apa yang

diharapkan oleh staf kurator.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

31

Universitas Indonesia

Pameran konstruktivis akan memungkinkan untuk menyajikan berbagai

perspektif, mengesahkan cara yang berbeda pada penginterpretasian objek dan

mengacu pada poin-poin yang berbeda dari pandangan dan kebenaran yang

berbeda tentang pengenalan material. Ini sangat kontras dengan pandangan

pameran museum tradisional. Sebagai contoh, Encyclopedia Britanica edisi ke

sebelas, yang diterbitkan ketika gagasan untuk kebenaran yang mandiri diterima

secara umum, menyertakan konsep-konsep ini kedalam definisi suatu museum:

Museum yang ideal perlu meliput keseluruhan bidang dari pengetahuan manusia. Perlu mengajarkan kebenaran dari semua ilmu pengetahuan, termasuk ilmu antropologi, ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manusia dan semua pekerjaan-pekerjaannya pada semua usia. (Holland 1911:64; Hein 1998:36).

Dalam paham konstruktivis, kekeliruan dan kesalahan adalah terminologi

yang memiliki kesimpulan-kesimpulan yang tidak berhubungan dengan bukti

yang ada, berbeda dengan apa yang pembelajar simpulkan dari semua informasi

yang tersedia baginya pada waktu dia sampai pada kesimpulan itu. Ini berbeda

dengan menghakimi sebuah jawaban berkenaan dengan satu patokan eksternal

yang berdasarkan pada struktur dari subyek tertentu (Hein,1998:34).

Mengorganisir pokok materi merupakan hal dasar untuk membentuk

struktur logis dari yang paling sederhana hingga semakin kompleks, kemudian

guru membantu untuk mengorganisirnya sedemikian sehingga berpengalaman.

Tujuan dari pendekatan ini adalah agar siswa mengerti konsep dan gagasan yang

ada dan tidak terikat. Melalui pengalaman, kesalahan dalam memahami sesuatu

akan digantikan dengan konsepsi yang benar.

Dalam pandangan konstruktivis, peran edukator di museum adalah

memfasilitasi cara belajar aktif melalui penanganan obyek dan diskusi, yang

dihubungkan dengan pengalaman konkret. Dalam konteks edukasi di museum,

dengan didasarkan pada paragdima konstruktivis, museum atau edukator dapat

bertindak sebagai fasilitator. Walaupun demikian, pihak museum dapat

menggunakan cara didaktik sebagai aspek lain dalam hubungannya dengan publik

(Greenhill, 1994:68).

Konstruktivis membantah bahwa kedua pengetahuan dan cara

memperolehnya berasal dari dalam pikiran pelajar itu sendiri. Pandangan ini

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

32

Universitas Indonesia

didasarkan pada psikologi pengembangan dan didukung oleh riset psikologi teori,

Bagi mereka mengembangkan ide untuk memperoleh pengetahuan tidak terikat

pada masyarakat atau individu pelajar itu sendiri. Hal ini disebut Konstruktivis

radikal. Aliran Konstruktivis membantah bahwa pelajar dapat membangun

pengetahuan ketika mereka belajar, sederhananya mereka tidak menambahkan

fakta baru bagi sesuatu yang telah dikenalnya, tetapi secara konstan mengorganisir

kembali dan menciptakan kedua-duanya ke dalam pemahaman dan kemampuan

untuk belajar saling berhubungan. Pengetahuan yang diperoleh dibangun melalui

proses individu atau sosial. Berdasarkan pada kepercayaan yang telah ada

pengetahuan tidak diperoleh secara incrementally tetapi sudah merupakan suatu

kebutuhan untuk memiliki sesuatu yang berada di dunia luar.

Dalam suatu pameran konstruktivis pengunjung diberi kesempatan seluas-

lasnya untuk mengkonstruk (membangun) pengetahuannya. Dengan demikian

suatu pameran konstruktivis ini akan memberikan jalan kepada pengujung untuk

menarik kesimpulannya sendiri. Pengunjung memiliki kesempatan untuk

mempresentasikan obyek sehingga dimungkinkan banyak sudut pandang.

Berdasarkan konsep dan teori edukasi di museum tersebut, maka dalam

menentukan strategi edukasinya dapat menggunakan strategi belajar aktif (active

learning) yang dapat melibatkan seluruh indera dan pengalaman pengunjung

melalui konsep edutainment. Dalam strategi belajar aktif ini setiap materi yang

baru dipelajari harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman

yang ada sebelumnya. Agar siswa dapat belajar secara aktif para pendidik perlu

menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik

mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar (Mulyasa,2004:241).

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan

pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang: (a) berpusat pada siswa, (b)

memiliki penekanan pada menemukan, (c) memberdayakan semua indera dan

potensi siswa, (d) menggunakan banyak media, dan (e) disesuaikan dengan

pengalaman yang sudah ada.

Pameran dengan pendekatan konstruktivis memiliki karakteristik sebagai

berikut:

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

33

Universitas Indonesia

a. memiliki banyak pintu masuk, tanpa alur yang spesifik dan tidak ada

permulaan dan akhir;

b. menyediakan suatu cakupan yang luas dari model pembelajaran aktif

(active learning);

c. menghadirkan berbagai cakupan sudut pandang (points of view);

d. memungkinkan pengunjung-pengunjung untuk berhubungan dengan

obyek dan gagasan-gagasan melalui suatu aktivitas yang menggunakan

pengalaman-pengalaman hidup yang mereka miliki;

e. menyediakan pengalaman-pengalaman dan bahan-bahan yang

memungkinkan mereka untuk mengadakan percobaan, dugaan, dan

menarik kesimpulan-kesimpulan (Hein,1998:35).

2.5 Konsep Pembelajaran Konstruktivis

Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang berkembang begitu

pesat pada era globalisasi membawa perubahan yang sangat radikal. Perubahan itu

telah berdampak pada setiap aspek kehidupan, termasuk pada sistem pendidikan

dan pembelajaran. Dampak dari perubahan yang luar biasa itu adalah dengan

terbentuknya “komunitas global” yang tiba lebih cepat dari yang diperhitungkan.

Revolusi informasi telah mengakibatkan dunia baru yang benar-benar hyper-

reality (Gasong, 2007:1).

Akibat perubahan yang begitu cepat, manusia tidak bisa lagi hanya

bergantung pada seperangkat nilai, keyakinan, dan pola aktivitas sosial yang

konstan. Manusia dipaksa secara berkelanjutan untuk menilai kembali posisi

sehubungan dengan faktor-faktor tersebut dalam rangka membangun sebuah

konstruksi sosial-personal yang memungkinkan. Untuk dapat bertahan dalam

menghadapi tantangan perubahan dalam dunia pengetahuan, teknologi,

komunikasi serta konstruksi sosial budaya ini, kita harus mengembangkan proses-

proses baru untuk menghadapi masalah-masalah baru. Kita tidak dapat lagi

bergantung pada jawaban masa lalu karena jawaban tersebut begitu cepatnya tidak

berlaku seiring dengan perubahan yang terjadi. Pengetahuan, metode,

ketrampilan-ketrampilan menjadi suatu hal yang ketinggalan zaman hampir

bersamaan dengan saat hal-hal ini memberikan hasilnya (Gasong, 2007:1).

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

34

Universitas Indonesia

Era yang datangnya begitu tiba-tiba dan tak seorang pun mampu

menolaknya, tidak dapat dijawab dengan paradigma keteraturan, kepastian, dan

ketertiban. Era ini dilandasi oleh teori dan konsep kostruktivis, suatu teori

pembelajaran yang kini banyak dianut di kalangan pendidikan di Amerika Serikat.

Unsur terpenting dalam konstruktivis adalah kebebasan dan keberagaman.

Kebebasan yang dimaksud ialah kebebasan untuk melakukan pilihan-pilihan

sesuai dengan apa yang mampu dan mau dilakukan oleh siswa, sedangkan

keberagaman yang dimaksud adalah siswa menyadari bahwa dirinya berbeda

dengan orang lain, dan orang lain berbeda dengan dirinya (Gasong, 2007: 1).

Longworth (1999) dalam Gasong, 2007:2 meringkas fenomena ini dengan

menyatakan: “Kita perlu mengubah fokus kita dan apa yang perlu dipelajari

menjadi bagaimana caranya untuk mempelajari. Perubahan yang harus terjadi

adalah perubahan dari isi menjadi proses. Belajar bagaimana cara belajar ntuk

mempelajari sesuatu menjadi suatu hal yang lebih penting daripada fakta dan

konsep yang dipelajari itu sendiri”.

Pendekatan konstruktivis dalam belajar dan pembelajaran didasarkan pada

perpaduan antara beberapa penelitian dalam psikologi kognitif dan psikologi

sosial, sebagaimana teknik-teknik dalam modifikasi perilaku yang didasarkan

pada teori operant conditioning dalam psikologi behavioral. Premis dasarnya

adalah bahwa individu harus secara aktif “membangun” pengetahuan dan

ketrampilannya dan informasi yang ada diperoleh dalam proses membangun

kerangka oleh pelajar dari lingkungan di luar dirinya (Baharuddin dan Wahyuni,

2008:115).

Konstruktivis memahami karakter belajar sebagai kegiatan manusia

membangun atau menciptakan pengetahuan dengan cara mencoba memberi

makna pada pengetahuan sesuai pengalamannya. Pengetahuan itu sendiri adalah

rekaan dan bersifat tidak stabil. Oleh karena itu, pemahaman yang diperoleh

manusia senantiasa bersifat tentatif dan tidak lengkap. Pemahaman manusia akan

semakin mendalam dan kuat jika teruji dengan pengalaman-pengalaman baru

(Baharuddin dan Wahyuni, 2008:116).

Bila diuraikan secara lebih rinci teori belajar menurut konsep konstruktivis

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

35

Universitas Indonesia

Tabel 2.1 Teori Belajar Konstruktivis

Aspek-aspek Teori Belajar

Konstruktivis

Terjadinya belajar • Belajar adalah menciptakan makna dari pengalaman.

• Otak menyaring input dari dunia luar untuk menghasilkan realitas dunia itu sendiri.

• Siswa membangun interpretasi personal terhadap dunia luar berdasarkan atas pengalaman individual dan interaksi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar • Siswa dan lingkungan saling berinteraksi untuk menciptakan makna.

• Pentingnya konteks. Isi pengetahuan harus dipasangkan dengan situasi dimana pengetahuan itu terjadi.

• Belajar terjadi dalam seting yang realistis.

• Belajar harus terdiri dari aktivitas, konsep, dan budaya.

Terjadinya transfer • Transfer difasilitasi oleh lingkungan dalam tugas-tugas otentik yang diletakkan dalam konteks yang bermakna.

• Pemahaman ditunjukkan oleh pengalaman dan keotentikan pengalaman penting untuk kemampuan menggunakan ide-ide.

• Kesesuaian dan keefektifan penggunaan berasal dari kemampuan siswa secara aktual menggunakan pengetahuan dalam situasi riil.

Bagaimana seharusnya pembelajaran disusun • Membangun model pengetahuan, meningkatkan kerjasama, mendesain lingkungan yang otentik.

Peran pengajar/guru • Membimbing siswa membangun makna dan memonitor, dan selalu memperbaharui konstruk mereka.

• Mengarahkan dan mendesain pengalaman bagi siswa sehingga otentik, konteks yang relevan dapat dialami

(Sumber: Baharuddin dan Wahyuni, 2008:185)

Pandangan konstruktivis tentang belajar dan pembelajaran:

1. Pengetahuan adalah non-objektif, bersifat temporer, selalu berubah-ubah

dan tidak menentu.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

36

Universitas Indonesia

2. Belajar adalah penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas

kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar adalah menata

lingkungan agar siswa termotivasi dalam menggali makna serta

menghargai ketidakmenentuan.

3. Siswa akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan

tergantung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai dalam

menginterpretasikannya.

4. Mind berfungsi sebagai alat untuk menginterpretasi peristiwa, obyek, atau

perspektif yang ada dalam dunia nyata sehingga makna yang dihasilkan

bersifat unik dan individualistik.

Mengenai penataan lingkungan belajar, konstruktivis berpandangan sebagai

berikut:

1. Ketidakteraturan, ketidakpastian, kesemrawutan.

2. Siswa harus bebas. Kebebasan menjadi unsur yang esensial dalam

lingkungan belajar.

3. Kegagalan atau keberhasilan, kemampuan atau ketidakmampuan dilihat

sebagai interpretasi yang berbeda yang perlu dihargai.

4. Kebebasan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa adalah

subyek yang harus mampu menggunakan kebebasan untuk melakukan

pengaturan diri dalam belajar.

5. Kontrol belajar dipegang oleh siswa.

2.5.1 Strategi Belajar Konstruktivis

Menurut Slavin dalam Baharuddin dan Wahyuni, pendekatan belajar

konstruktivis memiliki beberapa strategi dalam proses belajar. Strategi belajar

dimaksud adalah:

2.5.1.1 Proses atas-bawah (Top-down processing)

Proses belajar ini dimulai dari masalah yang kompleks untuk dipecahkan,

kemudian menghasilkan atau menemukan ketrampilan yang dibutuhkan.

Misalnya, siswa diminta untuk menuliskan koleksi benda-benda seni yang ada di

Istana Kepresidenan, kemudian dia akan belajar untuk mengklasifikasikan benda

koleksi tersebut berdasarkan jenisnya, belajar tentang bahan-bahan pembuatannya,

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

37

Universitas Indonesia

dan kemudian bagaimana teknik yang digunakan untuk membuat koleksi benda

seni tersebut. Belajar dengan pendekatan ini berbeda dengan pendekatan belajar

dari bawah ke atas (bottom up processing) yang tradisional, dimana ketrampilan

dibangun secara perlahan-lahan melalui ketrampilan yang lebih kompleks.

2.5.1.2 Pembelajaran Kerjasama (Cooperative Learning)

Strategi belajar ini memberikan keleluasaan bagi siswa untuk belajar

dalam pasangan-pasangan atau kelompok untuk saling membantu memecahkan

masalah yang dihadapi. Cooperative learning lebih menekankan pada lingkungan

sosial belajar dan menjadikan kelompok belajar sebagai tempat untuk

mendapatkan pengetahuan, mengeksplorasi pengetahuan dan menantang

pengetahuan yang dimiliki oleh individu. Ini merupakan kunci dari konsep-konsep

dasar yang dikemukakan Piaget dan Vygotsky.

2.5.1.3 Pembelajaran Generatif (Generative Learning)

Strategi belajar ini menekankan pada adanya integrasi yang aktif antara

pengetahuan yang baru diperoleh dengan skemata. Dengan menggunakan

pendekatan ini diharapkan siswa menjadi lebih melakukan proses adaptasi ketika

menghadapi stimulasi baru. Disamping itu strategi belajar ini mengajarkan sebuah

metode yang untuk melakukan kegiatan mental saat belajar, seperti membuat

pertanyaan, kesimpulan, atau analogi-analogi terhadap apa yang sedang

dipelajarinya (Baharuddin dan Wahyuni,2008:127-128).

Alternatif pendekatan pembelajaran ini bagi Indonesia yang sedang

menempatkan reformasi sebagai wacana kehidupan berbangsa dan bernegara,

bukan hanya di bidang pendidikan, melainkan juga di segala bidang. Selama ini,

wacana kita adalah behavioristik2

2 Paham yang menyatakan bahwa belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R) yang diberikan atas stimulus tersebut.

yang berorientasi pada penyeragaman yang

pada akhirnya membentuk manusia Indonesia yang sangat sulit menghargai

perbedaan. Perilaku yang berbeda lebih dilihat sebagai kesalahan yang harus

dihukum. Perilaku manusia Indonesia selama ini sudah terjangkit virus kesamaan,

virus keteraturan, dan lebih jauh lagi virus inilah yang mengendalikan perilaku

kita dalam berbangsa dan bernegara.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

38

Universitas Indonesia

Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivis

dalam proses belajar. Ia menjelaskan bagaimana proses pengetahuan seseorang

dalam teori perkembangan intelektual. Piaget lebih menekankan bagaimana

individu sendiri membentuk pengetahuan dari interaksi dengan pengalaman dan

objek yang dihadapi. Ia menekankan bagaimana seorang anak mengadakan

abstraksi, baik secara sederhana maupun secara refleksi, dalam membentuk

pengetahuan fisis dan matematisnya. Tampak bahwa Piaget menekankan

perhatian lebih pada keaktivan individu dalam membentuk pengetahuan. Bagi

Piaget, pengetahuan lebih dibentuk oleh siswa itu sendiri yang sedang belajar

(Suparno,1997:44)

Vigotsky yang juga meneliti pembentukan dan perkembangan

pengetahuan anak secara psikologis lebih memfokuskan perhatian kepada

hubungan dialektik antara individu dengan masyarakat dalam pembentukan

pengetahuan. Menurutnya belajar merupakan suatu perkembangan pengertian. Ia

membedakan adanya dua pengertian, yang spontan dan yang ilmiah. Pengertian

spontan adalah pengertian yang didapatkan dari pengalaman anak sehari-hari.

Pengertian ini tidak terdefinisikan dan terangkai secara sistematis logis.

Pengertian lmiah adalah pengertian yang didapat dari kelas. Pengertian ini adalah

pengertian formal yang terdefinisikan secara logis dalam suatu sistem yang lebih

luas. Dalam proses belajar terjadi perkembangan dari pengertian yang spontan ke

yang lebih ilmiah (Fosnot, 1996 dalam Suparno, 1997:45).

Berdasarkan uraian di atas kita dapat membedakan dua cabang

konstruktivis yaitu: (1) yang lebih personal, individual, dan subyektif seperti

Piaget dan para pengikutnya; dan (2) yang lebih sosial seperti Vigotsky yang

menekankan pentingnya masyarakat bahasa (sosioculturalism). Menurut para

sosiokulturalis, aktivitas mengerti selalu dipengaruhi oleh partisipasi seseorang

dalam praktek-praktek sosial dan kultural yang ada, seperti: situasi sekolah,

masyarakat, teman, dan lain-lain (Cobb, 1994 dalam Suparno,1997:46).

Cobern (1991) menyatakan bahwa konstruktivis bersifat kontekstual.

Pelajar selalu membentuk pengetahuan mereka dalam situasi dan konteks yang

khusus. Misalnya, dalam situasi tekanan udara yang rendah seseorang akan

menemukan bahwa titik didih air berlainan dengan situasi tekanan udara sangat

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

39

Universitas Indonesia

tinggi. Dalam situasi masyarakat yang berbeda, pengertian tentang kesehatan pun

dapat berbeda.

Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivis memandang subyek

aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan

lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun

pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut

disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur

kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan

dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus-

menerus melalui proses rekonstruksi.

Bagi konstruktivis, belajar merupakan kegiatan yang aktif dimana siswa

membangun pengetahuannya. Mereka sendiri yang membuat penalaran atas apa

yang dipelajarinya dengan cara mencari makna, membandingkannya dengan apa

yang telah ia ketahui serta menyelesaikan ketegangan antara apa yang telah ia

ketahui dengan apa yang ia perlukan dalam pengalaman yang baru. Siswa harus

mempunyai pengalaman dengan membuat hipotesis, mengetes hipotesis,

memanipulasi objek, memecahkan persoalan, mencari jawaban, menggambarkan,

meneliti, berdialog, mengadakan refleksi, mengungkapkan pertanyaan,

mengekspresikan gagasan, dan lain-lain untuk membentuk konstruksi yang baru

(Suparno, 1997: 62).

Brooks & Brooks yang dikutip oleh Dina Gasong mengatakan bahwa

pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak

menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman

konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti

menata lingkungan agar siswa termotivasi dalam menggali makna serta

menghargai ketidakmenentuan. Atas dasar ini maka siswa akan memiliki

pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya,

dan perspektif yang dipakai dalam menginterpretasikannya (Gasong, 2007:4).

Yang terpenting dalam teori konstruktivis adalah bahwa dalam proses

pembelajaran, siswa lah yang harus mendapatkan penekanan. Mereka yang harus

aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan orang lain. Mereka yang harus

bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

40

Universitas Indonesia

ini perlu dikembangkan. Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yang

merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di

laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan

dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Karenanya itu penekanan

dalam mendidik dan mengajar tidak terfokus pada pendidik, melainkan kepada

siswa.

Beberapa hal yang mendapat perhatian dalam pembelajaran konstruktivis

adalah: (a) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang

relevan, (b) mengutamakan proses, (c) menanamkan pembelajaran dalam konteks

pengalaman sosial, (d) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi

pengalaman (Gasong, 2007:4).

Pranata dalam Gasong (2007) mengemukakan gambaran secara umum

tentang model pengajaran konstruktivis sebagai berikut :

1. Menghargai keanekaragaman peserta didik. Implikasinya : pendidik harus

menggunakan berbagai macam pendekatan sesuai karakteristik peserta

didik, menyesuaikan kecepatan pengajarannya dengan tingkat penyerapan

peserta didik yang berbeda-beda.

2. Meletakkan keberhasilan proses pembelajaran lebih besar dipundak

peserta didik daripada di tangan pendidik. Implikasinya : pendidik harus

memberikan berbagai metode belajar kepada peserta didik sehingga

mereka mampu belajar secara mandiri, mempercayai bahwa peserta didik

merupakan mahluk normal yang mampu menguasai materi yang harus

diselesaikan dan pendidik sebagai fasilitator dan motivator.

3. Memberi kesempatan peserta didik mengekspresikan pikiran dan

penemuannya. Implikasinya: pendidik harus mengurangi alokasi waktunya

di dalam kelas untuk berceramah dan memberi waktu yang luas kepada

peserta didik untuk saling berinteraksi dengan temannya maupun dengan

pendidiknya. Membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil untuk

mengerjakan tugas-tugas dan mempresentasikan di kelas.

4. Mendorong peserta didik mampu memanfaatkan sumber belajar yang ada

di lingkungannya. Implikasinya: pendidik harus mendisain materi

pelajarannya sedemikian rupa sehingga peserta didik terdorong untuk

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

41

Universitas Indonesia

mencari sumber-sumber pengetahuan dari berbagai tempat di luar fasilitas

sekolah, misalnya : perpustakaan kota, internet, media masa, wawancara

dengan orang-orang yang ahli di bidangnya.

Sementara itu, Hein (1998) mengajukan sembilan prinsip pembelajaran

yang muncul dari pemikiran konstruktivis yaitu:

1. Belajar merupakan proses aktif dalam membangun makna dari input

sensoris.

2. Ketika belajar, manusia akan mengetahui tentang proses pembelajaran itu

sendiri serta isi dari pelajaran.

3. Pembelajaran terjadi di dalam pikiran.

4. Bahasa dan belajar memiliki keterkaitan yang sulit dipisahkan.

5. Belajar merupakan aktivitas sosial dan dilakukan dengan orang lain.

6. Belajar itu adalah konstektual, dimana kita mempelajari sesuatu yang

berhubungan dengan apa yang sudah kita ketahui sebelumnya, termasuk

kepercayaan serta prasangka kita.

7. Pengetahuan sebelumnya akan berdampak terhadap pengetahuan baru.

8. Pembelajaran terjadi dalam periode waktu yang panjang, melalui paparan

berulangkali serta pemikiran yang mendalam.

9. Motivasi adalah hal yang penting dalam belajar.

Pameran konstruktivis akan memungkinkan untuk menyajikan berbagai

perspektif, mengesahkan cara yang berbeda pada penginterpretasian objek dan

mengacu pada poin-poin yang berbeda dari pandangan dan kebenaran yang

berbeda tentang pengenalan material. Ini sangat kontras dengan pandangan

pameran museum tradisional. Sebagai contoh, Encyclopedia Britanica edisi ke

sebelas, yang diterbitkan ketika gagasan untuk kebenaran yang mandiri diterima

secara umum, menyertakan konsep-konsep ini ke dalam definisi suatu museum:

Museum yang ideal perlu meliput keseluruhan ladang dari pengetahuan manusia. Itu perlu mengajarkan kebenaran dari semua ilmu pengetahuan, termasuk ilmu antropologi, ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manusia dan semua pekerjaan-pekerjaannya pada semua usia. (Holland 1911:64; Hein 1998:36)

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

42

Universitas Indonesia

2.5.2 Model Pembelajaran Berdasarkan Prinsip-Prinsip Konstruktivis

Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis telah

melahirkan berbagai macam model pembelajaran. Model-model pembelajaran

yang cukup banyak ini selanjutnya akan di adopsi dan diterapkan dalam proses

pembelajaran di museum Istana Kepresidenan Jakarta. Model pembelajaran

dimaksud adalah: (1) Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning),(2)

Pembelajaran Penerimaan (Reception Learning), (3) Pembelajaran Bimbingan

(Assisted Learning), (4) Pembelajaran Aktif (Active Learning), (5) Pembelajaran

Percepatan (The Accelerated Learning), (6) Pembelajaran Kuantum (Quantum

Learning) dan (7) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Learning ) (Baharuddin

dan Wahyuni, 2008:128-139).

Dari tujuh model pembelajaran seperti yang telah disebutkan di atas,

dalam pembahasan selanjutnya hanya akan diambil satu model pembelajaran yang

nantinya akan diterapkan di Museum Istana Kepresidenan Jakarta, yaitu model

pembelajaran aktif (active learning). Pembelajaran aktif (active learning)

merupkan sebuah konsep untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang

dimiliki siswa, sehingga mereka dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan

sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Disamping itu dengan

pembelajaran aktif perhatian mereka dapat dijaga agar tetap tertuju pada proses

pembelajaran.

Strategi pembelajaran konvensional pada umumnya lebih banyak

menggunakan belahan otak kiri (otak sadar saja), sementara belahan otak kanan

kurang diperhatikan. Pada pembelajaran dengan active learning, pemberdayaan

otak kiri dan kanan sangat dipentingkan. Thorndike seperti yang dikutip oleh

Hartono 2008:5, mengemukakan tiga hukum belajar, yaitu:

1. Law of readiness, yaitu kesiapan seseorang untuk berbuat dapat

memperlancar hubungan antara stimulus dan respons.

2. Law of exercise, yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang selalu

dikerjakan, maka hubungan antara stimulus dengan respons akan menjadi

lancar.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

43

Universitas Indonesia

3. Law of effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi

lebih baik jika dapat menimbulkan hal-hal yang menyenangkan, dan hal

ini cenderung akan selalu diulang.

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-

stimulus kepada siswa agar terjadi respons yang positif pada diri siswa. Kesediaan

dan kesiapan mereka dalam mengikuti proses demi proses dalam pembelajaran

akan mampu menimbulkan respons yang baik terhadap stimulus yang mereka

terima dalam proses pembelajaran. Respons akan menjadi kuat jika stimulusnya

juga kuat. Ulangan-ulangan terhadap stimulus dapat memperlancar hubungan

antara stimulus dan respons, sehingga respons yang ditimbulkan akan menjadi

kuat. Hal ini akan memberi kesan yang kuat pula pada diri siswa, sehingga mereka

akan mampu mempertahankan respons tersebut dalam memori (ingatannya).

Hubungan stimulus dan respons akan menjadi lebih baik kalau dapat

menghasilkan hal-hal yang menyenangkan. Efek menyenangkan yang ditimbulkan

stimulus akan mampu memberi kesan yang mendalam pada diri siswa sehingga

mereka cenderung akan mengulang aktivitas tersebut. Akibat dari hal ini adalah

siswa mampu mempertahankan stimulus dan memori mereka dalam waktu yang

lama (longterm memory), sehingga mampu merecall apa yang mereka peroleh

dalam pembelajaran tanpa mengalami hambatan apapun.

Belajar aktif pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan

memperlancar stimulus dan respons siswa dalam pembelajaran, sehingga proses

pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang

membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi belajar aktif pada siswa

maka akan membantu ingatan (memori) mereka, sehingga mereka dapat

dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang

diperhatikan dalam pembelajaran konvensional.

Dalam metode belajar aktif setiap materi pelajaran yang baru harus

dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya.

Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang

sudah ada. Agar siswa dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi

yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga siswa mempunyai motivasi yang

tinggi untuk belajar (Mulyasa, 2004:241).

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

44

Universitas Indonesia

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan beberapa perbedaan antara

pendekatan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran aktif yaitu:

Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran Aktif

1. Berpusat pada guru. 2. Penekanan pada menerima

pengetahuan. 3. Kurang menyenangkan. 4. Kurang memberdayakan

semua indera dan potensi siswa.

5. Menggunakan metode yang monoton.

6. Tidak perlu disesuaikan dengan pengetahuan yang sudah ada.

1. Berpusat pada siswa. 2. Penekanan pada menemukan. 3. Sangat menyenangkan. 4. Memberdayakan semua indera

dan potensi siswa. 5. Menggunakan banyak media. 6. Disesuaikan dengan

pengetahuan yang sudah ada.

L.Dee Fink (1999) dalam Hartono, 2008:7 mengemukakan model belajar

aktif (active learning) sebagai berikut: Dialog dengan diri sendiri adalah proses

dimana siswa mulai berpikir secara reflektif mengenai topik yang dipelajari.

Mereka menanyakan pada diri mereka sendiri mengenai apa yang mereka pikir

atau yang harus mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan mengenai topik yang

dipelajari. Pada tahap ini guru dapat meminta siswa untuk membaca sebuah jurnal

atau teks dan meminta mereka menulis apa yang mereka pelajari, bagaimana

mereka belajar, dan apa pengaruh bacaan tersebut terhadap diri mereka.

Dialog dengan orang lain bukan dimaksudkan sebagai dialog parsial

sebagaimana yang terjadi pada pengajaran tradisional, tetapi dialog yang lebih

aktif dan dinamis ketika guru membuat diskusi kelompok kecil tentang topik yang

dipelajari. Observasi terjadi ketika siswa memperhatikan atau mendengar

seseorang yang sedang melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengan apa

yang mereka pelajari, apakah itu guru atau teman mereka sendiri. Berbuat

merupakan aktivitas belajar dimana siswa berbuat sesuatu, seperti membuat

eksperimen, mengkritik sebuah argumen atau sebuah tulisan dan sebagainya.

Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan sekaligus. Pada

saat kegiatan belajar, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan belajar. Mereka

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

45

Universitas Indonesia

mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan

apa yang mereka pelajari. Menurut Melvin L. Silberman, cara belajar dengan

mendengarkan akan lupa, dengan dengan cara mendengarkan dan melihat akan

ingat sedikit, dengan cara mendengarkan, melihat, dan mendiskusikan dengan

siswa lain akan paham, dengan cara mendengar, melihat, diskusi, dan melakukan

akan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, dan cara untuk menguasai

pelajaran yang terbaik adalah dengan mengajarkan.

Hasil pengembangan dari pernyataan Confusius ini oleh Silberman

diabadikan dengan kredo:

Apa yang saya dengar, saya lupa (What I hear, I forget). Apa yang saya dengar

dan lihat, saya ingat sedikit (What I hear and see, I remember a little). Apa yang

saya dengar, lihat, dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya

mulai paham (What I hear, see, and ask questions about or discuss with someone

else, I begin to understand). Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan

saya memperoleh pengetahuan dan ketrampilan (What I hear, see, discuss, and do,

I acquire knowledge and skill). Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya

kuasai (What I teach to another, I master) (Baharuddin dan Wahyuni, 2008:134).

Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, menarik, dan

dapat diterapkan untuk semua kegiatan pembelajaran, termasuk kegiatan

pembelajaran di museum.

2.5.3 Implikasi Konstruktivis dalam Proses Belajar

Belajar menurut konstruktivis merupakan proses aktif siswa

mengkonstruksi entah teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain. Belajar juga

merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan

yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki seseorang sehingga

pengertiannya dikembangkan (Suparno, 1997:61). Proses tersebut antara lain

bercirikan sebagai berikut:

a. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa

yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti itu

dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia miliki.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

46

Universitas Indonesia

b. Konstruksi arti itu adalah proses yang terus menerus. Setiap kali

berhadapan dengan persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik

secara kuat maupun lemah.

c. Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan suatu

pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar

bukanlah hasil perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu

sendiri, suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan

kembali pemikiran seseorang.

d. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam

keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi

ketidakseimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk

memacu belajar.

e. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman siswa dengan dunia fisik dan

lingkungannya.

f. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahuinya:

konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan

bahan yang dipelajari (Suparno, 1997:61).

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

47

Universitas Indonesia

BAB 3

ISTANA KEPRESIDENAN RI

Bab ini terdiri dari dua bagian. Pada bagian pertama akan memberikan

gambaran secara umum tentang Istana-Istana Kepresidenan yang ada di Indonesia.

Kemudian pada bagian berikutnya akan membicarakan secara lebih khusus

tentang Istana Kepresidenan Jakarta, koleksi benda-benda seni, konsep kunjungan

Wisata Istana Kepresidenan Jakarta, sarana dan prasarana, pengunjung Istana

Kepresidenan Jakarta, dan kegiatan edukatif kultural yang telah dilaksanakan di

Istana Kepresidenan Jakarta.

3.1 Istana Kepresidenan di Indonesia

Pemerintah Republik Indonesia memiliki enam Istana Kepresidenan yang

letaknya terpisah di lima wilayah yang berbeda, yaitu dua di Jakarta dan empat

lainnya berada di Bogor, Cipanas, Yogyakarta, dan Tampaksiring. Keempat Istana

ini sering dikenal dengan sebutan Istana Kepresidenan Daerah. Istana

Kepresidenan Jakarta berfungsi sebagai kediaman resmi dan pusat kegiatan

pemerintahan negara, sedangkan keempat istana lainnya digunakan sebagai kantor

dan kediaman resmi Presiden. Istana-Istana Kepresidenan Daerah seperti yang

disebutkan di atas secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:

3.1.1 Istana Bogor

Istana Bogor dibangun pada bulan Agustus 1745. Istana Bogor dahulu

bernama Buitenzorg atau Sans Souci yang berarti "tanpa kekhawatiran". Pada

awalnya bangunan ini merupakan sebuah rumah peristirahatan. Dibangun oleh

Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff di sebuah kampung kecil di

Bogor (Kampung Baru), sebuah wilayah bekas Kerajaan Pajajaran yang terletak di

hulu Batavia. Pada tahun 1750 Istana ini selesai dibangun. Baron Van Imhoff

mencontoh arsitektur Blehheim Palace, kediaman Duke Malborough, dekat kota

Oxford di Inggris.

Berangsur-angsur, seiring dengan waktu, perubahan-perubahan pada

bangunan awal dilakukan selama masa Gubernur Jenderal Belanda maupun

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

48

Universitas Indonesia

Inggris (Herman Willem Daendels dan Sir Stamford Raffles), bentuk bangunan

Istana Bogor telah mengalami berbagai perubahan. sehingga yang tadinya

merupakan rumah peristirahatan berubah menjadi bangunan Istana Paladian

dengan luas halamannya mencapai 28,4 hektar dan luas bangunan 14.892 m².

Pada tanggal 10 Oktober 1834 gempa bumi mengguncang akibat meletusnya

Gunung Salak sehingga istana tersebut rusak berat. Pada tahun 1850, Istana Bogor

dibangun kembali, tetapi tidak bertingkat lagi karena disesuaikan dengan situasi

daerah yang sering gempa itu. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal

Albertus Jacob Duijmayer van Twist (1851-1856) bangunan lama sisa gempa itu

dirubuhkan dan dibangun dengan mengambil arsitektur Eropa abad ke-19.

Pada tahun 1870, Istana Buitenzorg dijadikan tempat kediaman resmi dari

Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Penghuni terakhir Istana Buitenzorg itu adalah

Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborg Stachourwer yang terpaksa harus

menyerahkan istana ini kepada Jenderal Imamura, pemeritah pendudukan Jepang.

Pada tahun 1950, setelah masa kemerdekaan, Istana Kepresidenan Bogor mulai

dipakai oleh pemerintah Indonesia, dan resmi menjadi salah satu dari Istana

Presiden Indonesia.

Foto 3.1 Istana Kepresidenan Bogor (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)

3.1.2 Istana Cipanas

Istana Cipanas terletak di kaki Gunung Gede, Jawa Barat, tepatnya lebih

kurang 103 km dari Jakarta ke arah Bandung melalui Puncak. Istana ini terletak di

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

49

Universitas Indonesia

Desa Cipanas, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur. Luas areal kompleks

istana ini lebih kurang 26 hektar, namun sampai saat ini hanya 7.760 m2 yang

digunakan untuk bangunan. Selebihnya dipenuhi dengan tanaman dan kebun

tanaman hias yang asri, kebun sayur dan tanaman lain yang ditata seperti hutan

kecil. Kata "Cipanas" berasal dari bahasa Sunda, yaitu ci yang berarti "air" dan

panas yang berarti "panas". Daerah ini dinamakan Cipanas karena di tempat ini

terdapat sumber air panas, yang mengandung belerang, dan kebetulan berada di

dalam kompleks Istana Cipanas.

Bangunan induk istana ini pada awalnya adalah milik seorang tuan tanah

Belanda yang dibangun pada tahun 1740. Sejak masa pemerintahan Gubernur

Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff, bangunan ini dijadikan sebagai

tempat peristirahan Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Beberapa bangunan yang

terdapat di dalam kompleks ini antara lain Paviliun Yudistira, Paviliun Bima dan

Paviliun Arjuna yang dibangun secara bertahap pada 1916. Penamaan ini

dilakukan setelah Indonesia Merdeka, oleh Presiden Soekarno. Di bagian

belakang agak ke utara terdapat "Gedung Bentol", yang dibangun pada 1954

sedangkan dua bangunan terbaru yang dibangun pada 1983 adalah Paviliun

Nakula dan Paviliun Sadewa. Peristiwa penting yang pernah terjadi di istana ini

setelah kemerdekaan antara lain adalah berlangsungnya sidang kabinet yang

dipimpin oleh Presiden Soekarno pada 13 Desember 1965, yang menetapkan

perubahan nilai uang dari Rp 1.000,- menjadi Rp 1,-. Gedung ini ditetapkan

sebagai Istana Kepresidenan dan digunakan sebagai tempat peristirahatan bagi

Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarga setelah masa kemerdekaan, seperti

halnya Camp David di Amerika Serikat.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

50

Universitas Indonesia

Foto 3.2 Istana Kepresidenan Cipanas (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)

3.1.3 Istana Yogyakarta

Istana Yogyakarta yang dikenal dengan nama Gedung Agung terletak di

pusat keramaian kota, tepatnya di ujung selatan Jalan Ahmad Yani dahulu dikenal

Jalan Malioboro, jantung ibu kota Daerah Istimewa Yogyakarta. Kawasan istana

terletak di Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta, dan

berada pada ketinggian 120 m dari permukaan laut. Kompleks istana ini

menempati lahan seluas 43.585 m². Gedung utama kompleks istana ini mulai

dibangun pada Mei 1824 yang diprakarsai oleh Anthony Hendriks Smissaerat,

Residen Yogyakarta ke-18 (1823-1825) yang menghendaki adanya "istana" yang

berwibawa bagi residen-residen Belanda sedangkan arsiteknya adalah A. Payen. Karena adanya Perang Diponegoro atau Perang Jawa (1825-1830)

pembangunan gedung itu tertunda. Pembangunan tersebut diteruskan setelah

perang tersebut berakhir dan selesai pada 1832. Pada 10 Juni 1867, kediaman

resmi residen Belanda itu ambruk karena gempa bumi. Bangunan baru pun

didirikan dan selesai pada 1869. Bangunan inilah yang menjadi gedung utama

komplek Istana Kepresidenan Yogyakarta yang sekarang disebut juga Gedung

Negara. Pada 19 Desember 1927, status administratif wilayah Yogyakarta sebagai

karesidenan ditingkatkan menjadi provinsi di mana Gubernur menjadi penguasa

tertinggi. Dengan demikian gedung utama menjadi kediaman para Gubernur

Belanda di Yogyakarta sampai masuknya Jepang.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

51

Universitas Indonesia

Pada 6 Januari 1946, "Kota Gudeg" ini menjadi ibu kota baru Republik

Indonesia yang masih muda dan istana itu berubah menjadi Istana Kepresidenan,

tempat tinggal Presiden Soekarno beserta keluarganya, sedangkan Wakil Presiden

Mohammad Hatta tinggal di gedung yang sekarang ditempati Korem

072/Pamungkas. Sejak itu Istana Kepresidenan Yogyakarta menjadi saksi

peristiwa penting diantaranya pelantikan Jenderal Sudirman sebagai Panglima

Besar TNI pada 3 Juni 1947 dan sebagai pucuk pimpinan Angkatan Perang

Republik Indonesia pada 3 Juli 1947.

Istana Yogyakarta atau Gedung Agung, sama halnya dengan Istana

Kepresidenan lainnya yaitu sebagai kantor dan kediaman resmi Presiden Republik

Indonesia. Selain itu juga sebagai tempat menerima atau menginap tamu-tamu

negara. Sejak 17 Agustus 1991, istana ini digunakan sebagai tempat memperingati

Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan untuk Daerah Istimewa Yogyakarta dan

penyelenggaraan Parade Senja setiap tanggal 17 yang dimulai 17 April 1988.

Foto 3.3 Istana Kepresidenan Yogyakarta

(Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)

3.1.4 Istana Tampaksiring

Istana Tampaksiring adalah istana yang dibangun setelah Indonesia

merdeka, yang terletak di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring,

Kabupaten Gianyar, Bali. Nama Tampaksiring berasal dari dua buah kata bahasa

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

52

Universitas Indonesia

Bali, yaitu "tampak" dan "siring", yang masing-masing bermakna telapak dan

miring. Konon, menurut sebuah legenda yang terekam pada daun lontar Usana

Bali, nama itu berasal dari bekas tapak kaki seorang raja yang bernama

Mayadenawa. Raja ini pandai dan sakti, namun sayangnya ia bersifat angkara

murka. Ia menganggap dirinya dewa dan menyuruh rakyat untuk menyembahnya.

Akibat dari tabiat Mayadenawa itu, Batara Indra marah dan mengirimkan bala

tentaranya. Mayadenawa pun lari masuk hutan. Agar para pengejarnya kehilangan

jejak, ia berjalan dengan memiringkan telapak kakinya. Dengan begitu ia berharap

para pengejarnya tidak mengenali jejak telapak kakinya. Namun demikian, ia

dapat juga tertangkap oleh para pengejarnya. Sebelumnya, dengan sisa

kesaktiannya ia berhasil menciptakan mata air yang beracun yang menyebabkan

banyak kematian para pengejarnya setelah mereka meminum air dari mata air

tersebut. Batara Indra kemudian menciptakan mata air yang lain sebagai penawar

air beracun itu yang kemudian bernama "Tirta Empul" ("air suci"). Kawasan

hutan yang dilalui Raja Mayadenawa dengan berjalan sambil memiringkan

telapak kakinya itu terkenal dengan nama Tampaksiring.

Istana ini berdiri atas prakarsa Presiden Soekarno yang menginginkan

adanya tempat peristirahatan yang hawanya sejuk, jauh dari keramaian kota,

cocok bagi Presiden Republik Indonesia beserta keluarga maupun bagi tamu-tamu

negara. Arsitek Istana Tampaksiring ini adalah R.M. Soedarsono dan istana ini

dibangun secara bertahap. Komplek Istana Tampaksiring terdiri atas empat

gedung utama yaitu: Wisma Merdeka seluas 1.200 meter persegi, Wisma

Yudhistira seluas 1.825 meter persegi , Wisma Negara seluas 1.476 meter persegi

dan Wisma Bima seluas 2.000 meter persegi. Wisma Merdeka dan Wisma

Yudhistira adalah bangunan yang pertama kali dibangun yaitu pada tahun 1957.

Pada 1963 semua pembangunan selesai yaitu dengan berdirinya Wisma Negara

dan Wisma Bima.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

53

Universitas Indonesia

Foto 3.4 Istana Kepresidenan Tampaksiring (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)

3.2 Istana Merdeka

Istana Merdeka merupakan istana yang paling diingat khalayak diantara

enam Istana Kepresidenan. Istana Merdeka adalah tempat kediaman resmi

Presiden, khususnya Presiden pertama, dan tempat berlangsungnya peristiwa-

peristiwa kenegaraan. Bangunan tersebut mendapat tempat khusus di hati rakyat

karena bernama “Merdeka” simbol kemenangan perjuangan bangsa Indonesia.

Nama itu menandai berakhirnya penjajahan di Indonesia dan mulainya

pemerintahan oleh bangsa sendiri.

Istana Merdeka mulai dibangun pada pada masa pemerintahan Gubernur

Jenderal Hindia Belanda James Loudon, terpaut tiga perempat abad lebih muda

daripada Istana Negara dengan biaya sebesar F.289.250. Istana dengan luas sekitar

2.400 meter persegi ini dibangun pada tahun 1873 dalam kavling yang sama

dengan Istana Rijswijk (sekarang Istana Negara) yang mulai sesak. Bangunan

Istana Merdeka terbagi dalam beberapa ruang, yaitu Serambi Depan, Ruang

Kredensial, Ruang Jamuan, Ruang Resepsi, Ruang Bendera Pusaka dan Teks

Proklamasi, Ruang Kerja, Ruang Tidur, Ruang Keluarga atau Ruang Istirahat dan

Dapur. Istana ini menghadap ke lapangan Buffelsloo (Lapangan Monumen

Nasional). Istana yang dirancang oleh seorang arsitek bernama Drossares ini

selesai pada tahun 1879 pada masa pemerintahan Jenderal J.W. van Lansbarge

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

54

Universitas Indonesia

dan pada awalnya bernama Istana Gambir. Bangunan Istana Merdeka berada di

kawasan yang dimasa lalu bernama Weltervreden (dalam bahasa Belanda berarti

”sangat memuaskan”) merupakan kantung permukiman orang-orang Belanda dan

terhitung paling elit. Di kawasan Weltervreden ini terdapat dua taman, yaitu:

Koningsplein (sekarang taman Monas) dan Waterlooplein (sekarang Lapangan

Banteng). Di sisi Koningsplein yang lain, membelakangi taman pada kedua sisi

anak sungai Ciliwung, terbentang dua jalan yang disebut Noordwijk (sekarang

Jalan Juanda) dan Rijswik (sekarang Jalan Veteran). Weltervreden kala itu dikenal

sebagai kota yang tertata cantik dengan pohon-pohon yang dipangkas rapi seperti

di taman-taman Eropa. Pejabat-pejabat dan saudagar-saudagar kaya Belanda

membangun rumah-rumah besar di kawasan Weltervreden ini (Kleinsteuber dan

Rusdi, 2008: 32).

Pemberian nama Istana Merdeka mempunyai latar belakang sejarah yang

sangat penting. Pada tanggal 27 Desember 1949 Kerajaan Belanda mengakui

kedaulatan Republik Indonesia Serikat. Upacara pengakuan kedaulatan ini

berlangsung di dua tempat, yaitu di Istana Gambir, Jakarta, Indonesia, dan Istana

Dam, Amsterdam, Belanda. Di Istana Gambir, Wakil Tinggi Mahkota Belanda

A.H.J. Lovink melakukan upacara itu di hadapan Sri Sultan Hamengku Buwono

IX yang bertindak sebagai Ketua Delegasi Republik Indonesia. Karena perbedaan

waktu antara Amsterdam dan Jakarta, upacara di Istana Gambir itu dimulai

menjelang senja. Matahari sudah hampir terbenam ketika lagu kebangsaan

Belanda Wilhelmus berkumandang mengiringi bendera Merah-Putih-Biru untuk

terakhir kalinya merayap turun dari puncak tiangnya. Masyarakat yang berkumpul

di luar halaman Istana Gambir bersorak-sorak menyaksikan turunnya bendera tiga

warna itu. Sorak-sorai kian gemuruh setelah kemudian lagu kebangsaan Indonesia

Raya dikumandangkan mengantar bendera Merah-Putih ke puncak tiang.

”Merdeka ! Merdeka! Hidup Indonesia!”. Sementara di Troonzaal (Bangsal

Singgasana) Istana Dam, Amsterdam, Ratu Juliana menandatangani naskah

pengakuan kedaulatan itu dan menyerahkannya kepada Perdana Menteri Republik

Indonesia Mohammad Hatta yang memimpin Delegasi Republik Indonesia dalam

perundingan itu. Pada saat itulah untuk pertama kalinya lagu kebangsaan

Indonesia Raya diperdengarkan di Istana Dam. Kobaran pekik ”Merdeka” pada

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

55

Universitas Indonesia

senja bersejarah itulah yang kemudian menggerakkan Bung Karno untuk

mengubah nama Istana Gambir menjadi Istana Merdeka (http://www.

Setneg.go.id.).

Konsep pembangunan Istana Merdeka mengikuti konsep pembangunan

rumah panggung untuk memperhitungkan kemungkinan banjir atau pasang surut

air. Konsep rumah panggung itu juga berfungsi sebagai sarana aliran udara

(ventilasi) untuk menyejukkan isi bangunan. Dengan hadirnya teknologi penyejuk

udara di masa modern, bagian bawah bangunan ini kemudian ditembok dan

diubah menjadi berbagai ruang layanan, seperti dapur, gudang, dan sebagainya.

Gaya arsitektur Palladio yang merupakan kebangkitan dari gaya arsitektur

Klasisisme (gaya yang dianggap sebagai puncak seni bangunan yang paling

tinggi) yang dikembangkan di Yunani pada abad 5 sebelum Masehi, tampak jelas

dari eksterior gedung yang menampilkan pilar-pilar bercorak Yunani. Istilah

Palladio diambil dari nama seorang arsitek terbesar abad ke-16 berkebangsaan

Italia, Andrea Palladio yang menciptakan gaya dan proporsi bangunan-bangunan

Yunani dan Romawi kuno di daratan provinsi disekitar Venesia. Karya Palladio

sangat mendasarkan pada simetri, perspektif, dan nilai-nilai formal arsitektur kuil

klasik Yunani dan Romawi kuno (http://en.wikipedia.org/wiki/Andrea_Palladio).

Kesan yang digambarkan oleh gaya arsitektur Palladio adalah kokoh dan

anggun, sifat-sifat yang ingin dilambangkan untuk para penghuni Istana. Ada

enam saka bundar laras Doria di bagian depan Istana Merdeka. Kesan arsitektur

Palladio juga terlihat pada bingkai-bingkai jendela dan pintu yang besar

disamping lengkung-lengkung gapura di kedua sisi Istana Merdeka.

Sebagai Presiden pertama Republik Indonesia, Insinyur Soekarno beserta

keluarga yang semula tinggal di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, terpaksa

mengungsi ke Yogyakarta setelah Proklamasi Kemerdekaan karena agresi

Belanda. Mereka baru masuk Istana Gambir pada 28 Desember 1949, sehari

setelah penyerahan kedaulatan. Rakyat yang berkumpul di depan Istana Gambir

mengelu-elukan kedatangan Bung Karno dengan pekik kemerdekaan. Semua

peristiwa ini dilaporkan secara pandangan mata melalui (Radio Republik

Indonesia). Dengan gaya yang khas, Bung Karno kemudian berpidato di depan

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

56

Universitas Indonesia

Istana Gambir. Salah satu keputusannya adalah mengubah nama Istana Gambir

menjadi Istana Merdeka dan Istana Rijswijk menjadi Istana Negara.

3.2.1 Tata Letak Ruang Istana Merdeka

Bangunan Istana Merdeka didalamnya terdiri dari beberapa ruang. Ruang-

ruang tersebut masing-masing memiliki nama dan memiliki fungsi yang berbeda.

Ruang-ruang tersebut adalah: Ruang Serambi Depan, Ruang Kredensial, Ruang

Koridor, Ruang Jepara, Ruang Terima Tamu Ibu Negara, Ruang Resepsi, Ruang

Kerja Presiden, Ruang Bendera Pusaka, dan Ruang Serambi Belakang.

Selanjutnya setiap bagian ruang tersebut dapat diuraikan secara lebih rinci dalam

penjelasan berikut:

3.2.1.1 Ruang Serambi Depan

Ruang Serambi Depan memiliki luas 219,9 meter persegi. Untuk mencapai

bagian serambi depan Istana Merdeka, kita harus melewati 16 buah anak tangga

yang memiliki lebar 24 meter yang terbuat dari marmer. Pada waktu ada acara

penting seperti kunjungan Tamu Negara, tangga depan Istana Merdeka dijaga dua

petugas Paspampres, yang berpakaian Merah Putih dengan memegang senjata

laras panjang. Mereka berdiri di trap tangga paling atas dengan wajah menatap

arah Monumen Nasional. Di tangga inilah tempat yang paling banyak digunakan

untuk mengabadikan peristiwa-peristiwa penting. Di serambi depan ini Presiden

Republik Indonesia menyambut para Tamu Negara yang merupakan kepala

pemerintahan dari berbagai negara berkunjung ke Indonesia, yang sebelumnya

diterima dengan Upacara Kenegaraan di halaman Istana Merdeka. Disamping itu,

pada Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik

Indonesia, di serambi depan ini Presiden Republik Indonesia menyerahkan

Bendera Pusaka dan duplikatnya kepada Paskibraka untuk dikibarkan di tiang

bendera di halaman Istana Merdeka. Terdapat 6 buah pilar Doria yang berdiri

megah. Di ruang serambi yang terbuka ini, juga terdapat tiga buah lampu gantung

Kristal yang berasal dari Negara Cekoslowakia. Pada saat upacara-upacara resmi

di ruangan ini terhampar permadani berwarna merah serta tanaman-tanaman hias.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

57

Universitas Indonesia

Foto 3.5 Serambi Depan, Istana Merdeka (Sumber: Asti Kleinsteuber)

3.2.1.2 Ruang Kredensial

Setelah kita melewati anak tangga dan menapaki serambi depan Istana,

kita akan melewati pintu besar bergaya Eropa klasik, dan masuk di Ruang

Kredensial. Kredensial berasal dari istilah bahasa Inggris credentials yang berarti

surat kepercayaan (Echols dan Shadily, 1976:154). Sesuai dengan pengertian

tersebut, ruang ini digunakan sebagai tempat bagi Kepala Negara untuk menerima

surat-surat kepercayaan dari para Duta Besar yang selalu diiringi dengan upacara

yang khidmat, sarat dengan peraturan-peraturan protokoler yang lazim. Di ruang

ini pula dilakukan penandatanganan naskah kerja sama antara Pemerintah

Indonesia dan Negara lain, yang disaksikan oleh Presiden dan Kepala

Negara/Pemerintah yang bersangkutan. Kepala Negara setiap tahun menerima

para Duta Besar yang menyampaikan ucapan selamat ulang tahun Proklamasi

Kemerdekaan Republik Indonesia. Sejak masa pemerintahan Presiden Soekarno

sampai saat ini fungsi ruang ini tidak berubah.

Ruang Kredensial ini memiliki luas 192,36 meter persegi. Di setiap

pintunya diberi tirai berwarna merah. Selain untuk menerima surat-surat

kepercayaan para Duta Besar, ruang yang berukuran besar ini juga digunakan

untuk penyelenggaraan acara-acara resmi dan upacara-upacara penting lainnya.

Pada tanggal 21 Mei 1998 ruang ini menjadi saksi sejarah berakhirnya

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

58

Universitas Indonesia

pemerintahan Presiden Soeharto, yang ditandai dengan diadakannya sebuah

upacara mendadak. Dalam upacara singkat yang disiarkan langsung melalui

televisi, Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie, yang pada waktu itu menjabat

sebagai Wakil Presiden, mengucapkan sumpah dihadapan Ketua Mahkamah

Agung untuk memulai tugasnya sebagai Presiden Republik Indonesia yang ketiga.

Pada bagian tengah ruangan yang besar dan berlantai marmer ini

terhampar permadani bercorak flora dan bernuansa krem dan merah. Setiap

gantungan lampu yang berjumlah tiga buah tersebut dibungkus dengan kain

merah. Beberapa vas bunga besar yang berasal dari Cina menambah keanggunan

ruangan ini. Relief-relief bercorak Eropa klasik mengapit cermin-cermin antik

serta menghiasi bagian atas pintu yang mengelilingi dinding ruang Istana. Cermin

antik yang masing-masing terletak diantara dua relief pilar dan bidang relief

Eropa terlihat sangat serasi.

Cermin-cermin antik di ruang ini memiliki catatan sejarah, yaitu ketika

pertama kali digantung pada dinding istana, pada bingkai bagian atas terukir singa

sebagai lambang Kerajaan Belanda. Pada tahun 1941 ketika Jepang mengambil

alih kekuasaan dari Kerajaan Belanda, ukiran singa diganti dengan bendera

Jepang. Setelah A.H.J Lovink meninggalkan Istana, pda tahun 1950 maka

dipasang ukiran garuda untuk menggantikan singa dan bendera.

Pada era pemerintahan Presiden RI yang kedua (masa pemerintahan

Presiden Soeharto), pilihan warna merah untuk Istana Merdeka disesuaikan

dengan warna dwiwarna merah putih. Kini sepertihalnya di Istana Negara,

diterapkan warna putih bagi dinding bangunan, dan warna merah untuk gorden

jendela, pintu-pintu, dan karpet.

Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, yang lebih

dikenal dengan panggilan Gus Dur, perlengkapan interior tersebut diganti dengan

warna biru. Ketika tampuk kepemimpinan beralih dari Gus Dur kepada Presiden

Megawati Soekarnoputri, dilakukan penataan ulang interior Istana-Istana

Kepresidenan. Penataan ini antara lain adalah dengan melepas semua ukiran-

ukiran Jepara dari Interior Istana Merdeka dan Istana Negara, kecuali ukiran yang

terdapat di Ruang Jepara yang hingga saat ini masih tetap dipertahankan. Hal ini

dilakukan dalam rangka mengembalikan nuansa asli klasik pada Istana-istana di

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

59

Universitas Indonesia

Jakarta. Perlengkapan furnitur berupa tempat duduk berukir diganti dengan mebel

asli peninggalan kolonial Belanda dengan hanya mengubah warna dan corak

bantalannya yang menimbulkan kesan elegan dan hangat.

Koleksi benda seni yang ditampilkan dalam ruangan ini antara lain adalah

koleksi keramik yang berupa: jembangan bunga yang berasal dari Cina (Dinasti

Ching abad XVIII – XIX), jembangan bunga yang berasal dari Dinasti Meiji,

Jepang, kendi porselin biru putih, dan piring hias besar (lihat lampiran 8). Selain

itu terdapat juga koleksi patung berupa: patung garuda yang terbuat dari kayu, dan

patung Pengantin Jawa (lihat lampiran 4).

Foto 3.6 Ruang Credential, Istana Merdeka Sumber: Asti Kleinsteuber

3.2.1.3 Ruang Koridor

Koridor diambil dari serapan kata yang berasal dari bahasa Inggris,

corridor, yang berarti jalan beratap yang menghubungkan dua gedung (Echols

dan Shadily, 1976:149). Sesuai dengan namanya ruang ini menghubungkan antara

Ruang Kredensial dengan Ruang Resepsi. Ruang ini memiliki luas 47,28 meter

persegi. Pada bagian depan lorong menuju Ruang Resepsi terdapat dua buah pilar

besar dan terdapat sepasang bendera merah Putih yang terpasang tegak dibagian

kiri dan kanan. Lorong inilah yang lazim disebut dengan istilah koridor. Pada

bagian kiri dan kanan koridor ini terdapat dua pintu masuk yang masing-masing

menuju Ruang Jepara dan Ruang Terima Tamu Ibu Negara. Pada dinding koridor

ini tergantung empat buah lukisan pahlawan nasional, masing-masing lukisan

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

60

Universitas Indonesia

Pangeran Diponegoro Memimpin Pertempuran karya Basoeki Abdullah dan

lukisan Tuanku Imam Bonjol karya Harijadi yang tergantung di bagian depan

Ruang Jepara serta lukisan Panglima Besar Jenderal Soedirman karya Gambir

Anom dan Patih Gambir Anom karya Henk Ngantung tergantung di bagian depan

Ruang Terima Tamu Ibu Negara (lihat lampiran 1). Pada bagian kiri dan kanan

pintu masuk Ruang Resepsi, terdapat dua buah patung dada Proklamator yang

terbuat dari perunggu masing-masing Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta,

karya Suhartono. Selain itu terdapat juga patung Penunggang Kuda yang terbuat

dari perunggu, karya pematung Hungaria yang bernama Zsigmond Kisfaludi

Strobl (lihat lampiran 4). Sebagai ilustrasi, Ruang Koridor Istana Merdeka dapat

dilihat dalam foto berikut:

Foto 3.7dan 3.8 Ruang Koridor, Istana Merdeka (Sumber: Asti Kleinsteuber)

3.2.1.4 Ruang Jepara

Ruang ini diberi nama Ruang Jepara karena interior dalam ruang ini

didominasi oleh nuansa Jawa Tengah dengan perabotan mebel ukir dari Jepara.

Ruang yang memiliki luas 108,46 meter persegi ini didesain ulang pada masa

Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, yaitu dengan mengurangi

perabot ukiran dan karpet merah yang dipasang pada masa Pemerintahan Presiden

Soeharto. Di ruang ini terdapat dua buah pilar berukuran tinggi yang dibungkus

dengan kayu jati berukir yang sangat halus. Pada salah satu lekuk dindingnya

tergantung sebuah ukiran yang berbentuk relief menggambarkan sebuah adegan

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

61

Universitas Indonesia

dalam cerita Ramayana. Di atas lantai marmer terbentang hamparan permadani

berdesain dan berkualitas istimewa dengan corak flora dan bernuansa merah dan

abu-abu, sangat sesuai dengan paduan kursi tamu bernuansa tradisional Jawa yang

dibalut dengan kulit berwarna coklat.

Terdapat beberapa koleksi benda seni yang tersimpan di Ruang Jepara ini,

antara lain adalah koleksi lukisan: Wanita Bali Menabur Bunga karya Rudolf

Bonnet (1952), Membajak Sawah karya Maukade, Penggilingan Padi karya

Wakidi, Air Pasang karya Simonetti, Pemandangan Gunung dan Memandikan

Kerbau karya Basoeki Abdullah, dan Pemandangan Candi Cetho karya Yap Thian

Tjay (lihat lampiran 1). Selain itu terdapat pula koleksi benda seni yang berupa:

dua buah relief kayu jati yang menggambarkan penggalan kisah cerita Ramayana,

guci porselin pancawarna, dan guci porselin biru putih dari Cina yang berasal dari

masa Dinasti Ming. Sebagai gambaran, Ruang Jepara dapat dilihat dalam foto di

bawah ini:

Foto 3.9 Ruang Jepara, Istana Merdeka (Sumber: Asti Kleinsteuber)

3.2.1.5 Ruang Terima Tamu Ibu Negara

Tepat berhadap-hadapan dengan Ruang Jepara, di sebelah kanan koridor,

terletak Ruang Tamu Ibu Negara. Ruang yang memiliki luas 65,38 meter persegi

ini dirancang khusus bagi Ibu Negara untuk menerima tamu-tamunya. Dahulu

ruang ini bernama Ruang Raden Saleh. Pemberian nama Ruang Raden Saleh

dilandasi pertimbangan bahwa di dalam ruang ini tersimpan lukisan karya Raden

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

62

Universitas Indonesia

Saleh berukuran 3 x 5 meter yang berjudul Antara Hidup dan Mati yang saat ini

lukisan tersebut dipindahkan dan disimpan di Museum Istana Kepresidenan

Bogor. Ruang Terima tamu Ibu Negara bernuansa krem kecoklat-coklatan dengan

perabot yang berukir halus dengan sentuhan warna emas. Di atas lantai yang

terbuat dari marmer terhampar permadani bermotif flora dengan nuansa merah

dan krem sangat serasi dengan warna perangkat mebel dan meja tamu dari batu

marmer berwarna putih krem. Dua kursi yang dilengkapi dengan bantal berwarna

coklat merupakan tempat duduk yang biasa digunakan oleh Ibu Negara.

Di ruang ini terpasang dua buah karya litografi tua yang menggambarkan

bangunan Istana Negara dan Istana Merdeka pada tahun 1888. Selain itu terdapat

beberapa koleksi lukisan antara lain: lukisan Bunga mawar karya T. Massimo,

lukisan Tari Betawi, lukisan Bunga Kaca Piring, dan lukisan Bunga Sepatu

ketiganya merupakan karya Sri Gumantyo, lukisan Upacara Melasti karya Hatta

Hambali, lukisan Pantai karya Bambang Suwarto, dan lukisan Pemandangan

Gunung karya Yap Thian Tjay (lihat lampiran 1). Koleksi benda seni yang lain

yang tersimpan di ruang ini antara lain: tempat buah dari porselin, patung keramik

“Pengantin Jawa” karya F.Widayanto ukiran gading, patung Dewi Sri, jembangan

keramik dari jepang, guci bertutup motif terawangan, guci bertutup yang terbuat

dari kayu yang berasal dari Sumatera Selatan, piring hias bermotif cenderawasih

dengan enamel polikromatik dari Jepang yang berasal dari masa Dinasti Satsuma

(abad XVIII-XIX), botol hias porselin dari Jepang (abad XVIII-XIX), tempat

buah porselin bermotif ikan mas, dan hiasan dinding dari kerang. Sebagai

ilustrasi, Ruang Terima Tamu Ibu Negara, dapat dilihat dalam foto di bawah ini:

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

63

Universitas Indonesia

Foto 3.10 Ruang Terima Tamu Ibu Negara, Istana Merdeka (Sumber: Asti Kleinsteuber)

3.2.1.6 Ruang Resepsi

Sebelum memasuki pintu Ruang Resepsi, kita akan menjumpai dua buah

patung dada proklamator yang masing-masing adalah Presiden Soekarno yang

terletak disebelah kiri, dan Wakil Presiden Mohammad Hatta berada disebelah

kanan. Apa bila kita melihat dari bagian depan Istana Merdeka, terdapat empat

ruang yang saling berhadapan di ruang ini. Di sebelah kanan terdapat Ruang

Bendera Pusaka dan tepat dihadapannya terdapat Ruang Kerja Presiden. Di antara

seluruh ruangan terdapat pula ruang istirahat pribadi yang dilengkapi dengan

ruang-ruang layaknya rumah kediaman.

Ruang Resepsi ini merupakan tempat bagi para menteri, pejabat tinggi

negara, diplomat, dan tamu penting dalam jumlah besar beramah-tamah. Ruangan

yang memiliki luas sekitar 314,49 meter persegi ini berlantai marmer dan

berlapiskan permadani bernuansa merah, abu-abu, dan krem dengan motif yang

halus dan indah. Di ruangan ini terdapat empat buah lampu Kristal bertingkat tiga

yang beratnya masing-masing mencapai 500 kg.

Koleksi benda seni yang tersimpan di ruang resepsi antara lain adalah:

lukisan dr. Cipto Mangunkusumo (1951) karya Sudarso, lukisan Teuku Cik Ditiro

karya Dullah, lukisan Presiden SBYdan Ibu Negara karya Li Shu Ji, lukisan

Danau Panjalu karya Bambang Suwarto, yang terpasang pada dinding sebelah

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

64

Universitas Indonesia

barat dan lukisan Pemandangan Gunung Sumbing (1989) karya Baharrizky yang

terpasang pada dinding sebelah timur (lihat lampiran 1). Disamping itu terdapat

koleksi benda seni yang lain berupa: piring hias dari Jepang (abad XIX), piring

hias pancawarna, piring hias biru putih, dari Dinasti Ching (abad XVIII-XIX),

piring hias dari Cina Timur (abad XIX), guci porselin Ko Putih bermotif pecah

seribu yang semuanya terpasang di atas meja ukir di bagian barat dan timur, dua

buah piring hias biru putih yang masing-masing terpasang di atas lukisan Teuku

Cik Ditiro dan lukisan dr. Cipto Mangunkusumo, dua buah vas bunga besar yang

terletak masing-masing pada sudut belakang sisi barat dan sisi timur ruang

resepsi, empat buah patung kayu Garuda Bali, ukiran Bali bertema cerita

Ramayana yang menggambarkan adegan Pemutaran Gunung Mandara di Lautan

Susu (Kesire Arnawa) oleh para Dewa untuk mencari Tirta Amertha (air suci

kehidupan) karya Wayan Kacer, patung perunggu Dua Kuda karya T.Mitsui,

patung Singa dari perunggu, sepasang gading dan ukiran gunungan yang terletak

di bagian depan pintu masuk ruang resepsi. Untuk lebih jelasnya, Ruang Resepsi

Istana Merdeka dapat dilihat dalam foto berikut:

Foto 3.11 Ruang Resepsi, Istana Merdeka (Sumber: Asti Kleinsteuber )

3.2.1.7 Ruang Kerja Presiden

Ruang Kerja Presiden terdapat di sebelah kiri atau berada di bagian barat

Ruang Resepsi Istana Merdeka. Ruang ini memiliki luas 67,12 meter persegi. Di

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

65

Universitas Indonesia

dalam ruang ini tergantung beberapa lukisan, antara lain: lukisan Piagam (1964)

karya Abdul Manaf, lukisan Ada Bunga Sepatu di Telinganya karya Lee Man

Fong, lukisan Ni Najas karya Rudolf Bonnet, lukisan Jenderal Soedirman karya

Sumardi, lukisan Kaligrafi Ayat Kursi karya Hatta Hambali, dan lukisan Barong

Bali karya Affandi (lihat lampiran 1). Disamping itu terdapat pula koleksi benda

seni yang lain berupa: sebuah relief ukir Jepara yang bertemakan cerita

Ramayana, botol porselin Pancawarna berbentuk labu bersusun yang berasal dari

Cina (abad XX), guci porselin bermotif bunga, patung Garuda Bali, patung

Mahatma Gandhi (1950) karya Made Panti Dendim, Miniatur Perahu Raja, patung

Pencurian Shinta oleh Rahwana, vas bunga dari batu, Miniatur Bendera Negara-

negara Anggota PBB, patung kayu Jaga Baya, dan gong berstandar gading.

Lemari-lemari yang berisi buku-buku ensiklopedia bersandar pada kedua

sisi ruangan. Kursi jati berukuran besar terbungkus kain berwarna krem yang

dipadukan dengan permadani bermotif halus yang bernuansa hijau, menghasilkan

rasa nyaman di ruang ini. Suasana Ruang Kerja Presiden dapat dilihat dalam foto

berikut:

Foto 3.12 Ruang Kerja Presiden, Istana Merdeka (Sumber: Asti Kleinsteuber)

3.2.1.8 Ruang Bendera Pusaka

Ruang Bendera Pusaka ini berhadapan dengan Ruang Kerja Presiden,

berada di bagian timur Ruang Resepsi. Ruang ini memiliki luas 29,92 meter

persegi. Ruang ini tidak dapat dimasuki pengunjung, karena sebagai tempat

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

66

Universitas Indonesia

penyimpanan Bendera Pusaka dan lembaran asli Naskah Proklamasi ruang ini

perlu dijaga kelembabannya demi keamanan dan untuk menghindari kerusakan.

Ruang penyimpanan bendera ini merupakan bekas kamar tidur Bung Karno.

Pada dinding bagian utara ruang ini terdapat relief yang menggambarkan Sayuti

Melik sedang mengetik Teks Proklamasi, sedangkan pada dinding bagian selatan

terdapat relief yang menggambarkan Ibu Fatmawati sedang menjahit Bendera

Pusaka. Adapun di dinding bagian timur terdapat relief Teks Proklamasi. Dulu

ruang ini merupakan Ruang Tidur Presiden Soekarno. Setelah direnovasi pada

tahun 1997, atas persetujuan Presiden Soeharto, bekas kamar tidur Bung Karno di

Istana Merdeka ini digunakan menjadi tempat untuk menyimpan Bendera Pusaka

dan Naskah Proklamasi Kemerdekaan. Sebagai ilustrasi, Ruang Bendera Pusaka

dapat dilihat dalam foto berikut:

Foto 3.13. dan 3.14 Ruang Bendera Pusaka, Istana Merdeka (Sumber: Asti Kleinsteuber )

3.2.1.9 Ruang Serambi Belakang

Serambi ini terletak dibelakang Ruang Resepsi yang pada awalnya

merupakan serambi terbuka dan kemudian ditutup pada masa Pemerintahan

Presiden Soeharto dengan dinding dan pintu yang menyesuaikan gaya arsitektur

bangunan semula. Renovasi ini dilakukan pada tahun 1997. Ruangan ini memiliki

luas 74,21 meter persegi. Serambi belakang bersambung dengan teras terbuka

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

67

Universitas Indonesia

yang berhadapan dengan halaman tengah menuju Istana Negara. Di teras terbuka

ini terdapat dua buah pot bunga dari tembikar yang berukuran besar dan berisi

tanaman bunga lotus yang bunganya berwarna merah jambu.

Pada masa Pemerintahan Presiden B.J. Habibie, bagian atas dinding dalam

serambi ini dihias dengan relief kaligrafi Arab yang apabila diartikan bermakna”

Damailah mereka yang berkunjung ke tempat ini”.

Foto 3.15 Serambi Belakang, Istana Merdeka (Sumber: Asti Kleinsteuber)

3.3 Halaman Tengah

Halaman ini terletak diantara Istana Merdeka dan Istana Negara, di dalam

kompleks Istana Kepresidenan Jakarta. Pada halaman yang luas ini terdapat

sebuah bangunan yang pada masa Hindia-Belanda dipakai sebagai muziek-koepel

(tempat para pemusik bermain musik pada acara pesta kebun). Pada masa

pemerintahan Presiden Soekarno, Kupel ini diubah menjadi kelas Taman Kanak-

Kanak bagi putra-putri mereka ketika masih kecil, termasuk diantaranya

Megawati Soekarnoputri. Guru untuk taman kanak-kanak didatangkan, dan anak-

anak staf Istana yang seusia, yang kebanyakan tinggal di bangunan samping untuk

karyawan istana (sekarang menjadi gedung kompleks Sekretariat Militer) diajak

bersekolah untuk menemani putra-putri Bung Karno.

Terdapat sekitar 84 (delapan puluh empat) jenis pohon dan banyak

diantaranya berukuran besar , berumur tua, dan langka. Jenis pohon di halaman ini

antara lain Ki Hujan (trembesi) yang dalam bahasa Latinnya dikenal dengan nama

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

68

Universitas Indonesia

samanea saman ada 9 (sembilan) pohon dan sudah ada sejak tahun 1870,

flamboyan (delonix regia), Atamimi dari Afrika, palem anggur Latania, kaliandra,

tangkolo, mahoni, sawo duren, soga, bungur besar dan kelapa sawit. Juga yang tak

kalah menariknya ada pohon kaktus yang dimasukkan dalam dua rumah kaca.

Kaktus ini hadiah dari Ratu Monaco Grace Kelly untuk Ibu Tien Soeharto.

Selain pepohonan, tersebar juga koleksi benda seni berupa berbagai jenis

patung, baik yang terbuat dari perunggu, batu, maupun kayu. Adapun patung-

patung tersebut antara lain adalah: patung perunggu Anak Bermain Egrang karya

Zoenko Kalin (1963), patung perunggu Anak Bergendongan karya Chairul (1965),

patung perunggu Wanita Memegang Sanggul karya Stoyanovic (Yugoslavia),

patung perunggu Menghitung karya Mikas.S (Hungaria), patung perunggu Kasih

Ibu karya Fkrsinnc, patung perunggu Soko Guru Revolusi karya Chairul, patung

perunggu Waspada karya Greco (Italia), patung batu Awalokiteswara (Abad ke

IX), patung batu Dhyani Bodisattva (abad ke IX), patung akar kayu jati berumur

300 tahun yang berjudul Kisah Menjangan Jantan, Tersesat, dan Pertapa Mukti

karya Bambang Krisyono (lihat lampiran 7).

Halaman tengah ini setiap tanggal 17 Agustus, digunakan sebagai tempat

untuk melaksanakan acara Jamuan Makan Malam Kenegaraan dalam rangka

Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang dihadiri oleh

para Duta Besar, para Menteri, dan pejabat penting lainnya.

Foto 3.16 Halaman Tengah, Istana Jakarta (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

69

Universitas Indonesia

3.4 Kantor Presiden

Pada awalnya Kantor Presiden ini merupakan Museum Puri Bhakti

Renatama, museum di Istana Kepresidenan Jakarta yang berfungsi untuk

menyimpan, melestarikan dan memperagakan benda-benda budaya persembahan

dari dalam maupun luar negeri ( Istana Kepresidenan Jakarta, 1978: 22). Kantor

ini dibangun pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, tepatnya

pada tahun 2001. Letak bangunan Kantor Presiden berada di sebelah timur

kompleks Istana Kepresidenan Jakarta dan menghadap ke Halaman Tengah

Istana. Kantor Presiden ini merupakan bangunan yang memiliki dua lantai, dan

ditempat inilah Presiden menjalankan berbagai aktivitas.

Pada bagian lantai satu, terdapat beberapa ruang, antara lain: Ruang Kerja

Presiden, dan Ruang Audensi, dimana Presiden menerima para tamunya. Selain

itu juga terdapat Ruang Tunggu Tamu Presiden, Ruang Tamu setingkat Menteri

maupun Duta Besar, dan Ruang Konferensi Pers untuk para wartawan. Sedangkan

di lantai dua, terdapat ruang-ruang seperti: Ruang Rapat Paripurna dan Ruang

Rapat yang disiapkan untuk mengadakan rapat-rapat terbatas yang hanya

melibatkan beberapa menteri.

Koleksi benda seni yang tersimpan di Kantor Presiden semuanya

berjumlah 135 buah yang terdiri dari 64 buah lukisan, 43 buah patung, dan 28

buah benda seni kriya (Bagian Museum dan Sanggar Seni, 2009). Koleksi benda

seni tersebut diantaranya adalah: lukisan Istana Merdeka karya Vandersterren,

lukisan Kawanan Rusa di Bawah Pohon Flamboyan, lukisan Merahku Ruanganku

karya Andree S, lukisan Sang Waktu karya Lim Hui Yung, lukisan Dua Ayam

Putih karya Lee Man Fong, lukisan Ngarai Sianok karya Dullah, lukisan Penari

Bali karya Lim Wa Sim, dan Penari Bali karya Trubus (lihat lampiran 4). Koleksi

lainnya antara lain adalah: patung miniatur Candi Prambanan, patung Rhama

Meniup Terompet, patung Shinta dengan Kijang, patung Penari Bali, 2 buah

patung Rama dan Shinta, dan patung Tugu Peta Indonesia (lihat lampiran 6).

Benda seni kriya yang lain yang tersimpan di Kantor Presiden secara lengkap

dapat dilihat pada lampiran 10.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

70

Universitas Indonesia

Foto 3.17 Ruang Tamu Presiden, Kantor Presiden (Sumber: Asti Kleinsteuber)

3.5 Istana Negara

Istana Negara yang dahulu dikenal dengan sebutan Istana Rijswijk ini,

terletak di Jalan Veteran Jakarta dan posisinya berada di belakang Istana Merdeka.

Dahulu Rijswijk merupakan tempat tinggal orang-orang Belanda saja. Disini

terdapat bangunan tua milik Pieter Tency yang dibangun pada tahun 1794 yang

kemudian menjadi Hotel der Nederlanden dan kemudian dibongkar dan dibangun

kembali menjadi Gedung Binagraha. Komplek Istana Negara di jalan Rijswijk 17

ini pada mulanya merupakan areal milik van Isseldijk, salah seorang pejabat Raad

vav Indie. Sepeninggal van Isseldijk, Hotel der Nederlanden jatuh ke tangan

Stamford Raffles, sedangkan bangunan No.17 menjadi milik Jacob Andries van

Braam (Dinas Museum dan Sejarah, 1993:40).

Istana Rijswijk ini bangun pada tahun 1796, pada masa pemerintahan

Gubernur Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten. Seperti halnya bangunan

Istana Merdeka, Istana Negara juga memiliki gaya arsitektur Palladio yang dapat

dilihat dengan jelas dari tampilan eksterior gedung ini yang menghadirkan kolom-

kolom besar bercorak Yunani. Bangunan ini diambil alih oleh pemerintah Hindia-

Belanda pada tahun 1816 pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johannes

Sieberg, dan digunakan sebagai pusat kegiatan pemerintahan serta kediaman para

Gubernur Jenderal Belanda (Lumintang, 2004:3).

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

71

Universitas Indonesia

Ketika Komisaris Jenderal Belanda G.A.G.P. Baron van der Capellen

mengambil alih kekuasaan dari wakil Gubernur Inggris, Thomas Stamford

Raffles, ia tidak mengambil Raffles House (yang awalnya bernama Hotel der

Nederlanden, kemudian berubah menjadi Hotel Dharma Nirmala, dan berubah

lagi menjadi Bina Graha), dengan alasan pembangunan Istana Negara yang baru

dan mengesankan itu dilakukan saat pemerintah Perancis di bawah pemerintah

Daendels, namun belum selesai sehingga dipilihlah kediaman Braam yang pada

tahun 1820 dinamakan kembali dengan ”Hotel van den Gouverneur-General”

atau ”Hotel Gubernur Jenderal” (Kleinsteuber dan Rusdi, 2008:69)

Gubernur Jenderal yang pertama menggunakan gedung Istana Negara

sebagai tempat tinggal dan sekaligus menjadikannya sebagai kantor adalah

Gubernur Jenderal Baron van der Capellen. Sebagai Istana, gedung ini sering

dipergunakan untuk tempat menginap para pegawai tinggi pemerintah Hindia

Belanda setelah mengikuti Sidang Dewan Hindia Belanda (Raad van Indie) yang

setiap kali diadakan di Batavia. Sejak saat itulah peran gedung ini terus

dipertahankan sebagai tempat tinggal, kantor dan tempat sidang hingga

pemerintahan Gubernur Jenderal Du Bus de Gisignes (1826-1830). Kebijakan

Gubernur Jenderal inilah yang menghasilkan keputusan untuk memadamkan

perang Diponegoro secara licik. Setelah pemerintahan Gubernur Jenderal Du Bus

de Gisignes berakhir, maka diganti oleh Gubernur Jenderal van Den Bosch (1830-

1833). Gubernur Jenderal ini dikenal sangat kejam karena memaksa rakyat untuk

menanam tanaman-tanaman yang sangat laku untuk orang-orang Eropa. Tindakan

ini kemudian dikenal dengan sistem tanam paksa (cultuurstelsel) (Dinas Museum

dan Sejarah, 1993:41).

Istana Negara seperti halnya Istana Merdeka, dibangun mengikuti konsep

rumah panggung untuk memperhitungkan kemungkinan banjir atau pasang surut

air. Konsep rumah panggung itu juga berfungsi sebagai sarana aliran udara

(ventilasi) untuk menyejukkan isi bangunan. Dengan hadirnya teknologi penyejuk

udara di masa modern, bagian bawah ini kemudian ditembok dan diubah menjadi

berbagai ruang layanan, seperti dapur, gudang, dan sebagainya.

Gedung Istana Negara ini termasuk dalam bangunan yang dilindungi oleh

Undang-Undang Cagar Budaya (monumen), oleh karena itu dalam perjalanan

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

72

Universitas Indonesia

sejarahnya pemugaran yang dilakukan oleh para penguasa gedung ini selalu

menjaga untuk tetap mempertahankan wajah aslinya. Serambi depan dengan

tiang-tiang kokoh dan kekar yang merupakan ciri khas bangunan kolonial, masih

tampak seperti ketika pertama kali gedung ini dibangun.

Peristiwa-peristiwa penting yang pernah terjadi di Istana Negara antara

lain adalah sebagai tempat ketika Jenderal de Kock menguraikan rencana untuk

menindas pemberontakan Pangeran Diponegoro dan merumuskan strateginya

dalam menghadapi Tuanku Imam Bonjol kepada Gubernur Jenderal Baron van

der Capellen. Setelah kemerdekaan, pada tanggal 25 Maret 1947 digunakan

sebagai tempat penandatanganan naskah Persetujuan Linggarjati, dimana

Indonesia diwakili oleh Sutan Sjahrir dan Belanda diwakili oleh Dr. Van Mook.

Sampai saat ini Istana Negara berfungsi sebagai pusat kegiatan

pemerintahan negara, diantaranya menjadi tempat penyelenggaraan acara - acara

yang bersifat kenegaraan, seperti pelantikan pejabat - pejabat tinggi negara,

pembukaan musyawarah, dan rapat kerja nasional, pembukaan kongres bersifat

nasional dan internasioal, dan tempat jamuan kenegaraan.

3.5.1 Tata Letak Ruang Istana Negara

Seperti halnya Istana Merdeka, Bangunan Istana Negara juga terbagi

menjadi beberapa ruang yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda.

Terdapat sedikit perbedaan ruang yang terdapat di Istana Merdeka dengan Ruang

di Istana Negara. Adapun ruang-ruang yang terdapat di Istana Negara adalah:

Ruang Serambi Depan, Ruang Tamu, Ruang Koridor, Ruang Jamuan, dan Ruang

Upacara. Selanjutnya ruang-ruang yang ada di Istana Negara secara lebih rinci

dapat dijelaskan sebagai berikut:

3.5.1.1 Ruang Serambi Depan

Pada bagian depan serambi depan ini terdapat 14 buah pilar besar

berwarna putih bergaya Doria, yang menyangga atap bagian depan bangunan.

Selain itu, terdapat 3 buah pintu masuk serta 2 buah jendela yang tinggi dan lebar.

Teras yang terdapat di serambi Istana Negara tidak begitu luas, melainkan hanya

terdapat teras memanjang dengan pilar penyangga untuk pegangan di bagian

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

73

Universitas Indonesia

depan dan tangga naik pada bagian kiri dan kanan. Kesan yang bisa ditangkap dari

fisik bangunannya adalah kesan ”kebesaran” yang membedakannya dengan

bangunan-bangunan lain. Serambi yang menghadap ke sungai Ciliwung

mengingatkan para Pembesar Belanda yang pernah tinggal di gedung ini pada

kanal-kanal yang terdapat di negeri asal mereka di kota Amsterdam.

Foto 3.18 Serambi Depan, Istana Negara (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)

3.5.1.2 Ruang Tamu (Ruang Tunggu Utama)

Ruang ini didominasi warna putih dengan langit-langit yang tinggi. Fungsi

ruang ini adalah tempat para tamu yang akan mengikuti suatu acara. Di ruang ini

Presiden dan tamu negara menerima perkenalan dengan para undangan sebelum

dilaksanakannya acara jamuan kenegaraan. Ruang ini digunaka juga sebagai

tempat pertukaran cinderamata antara Presiden dengan Tamu Negara. Oleh karena

itu ruang ini sering juga disebut dengan Ruang Cinderamata. Seperti halnya di

Istana Merdeka, di Istana Negara terdapat dua buah cermin besar peninggalan

pemerintah Belanda yang terpasang pada dinding bagian kiri dan kanan pintu

masuk Istana Negara. Pada sisi dinding bagian timur ruang ini tergantung lukisan

Penari Wanita karya pelukis Rachmansyah dan repro lukisan Suasana Timur

Tengah karya D.Moerilhut. Terdapat pintu yang menuju ke kamar Ruang Tamu

yang lebih kecil. Pada sisi dinding bagian barat lebih dipenuhi foto-foto koleksi

pribadi. Rangkaian bunga segar ditambah dengan pot-pot atau guci yang berisikan

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

74

Universitas Indonesia

tanaman hidup, menandakan bahwa ruang ini dihuni oleh keluarga Presiden.

Fungsi utama Ruang Tamu ini antara lain adalah:

1. Tempat bagi para tamu yang akan mengikuti suatu acara.

2. Tempat bagi Presiden dan Tamu Negara menerima perkenalan dengan

para undangan sebelum acara jamuan kenegaraan.

3. Tempat pertukaran cindera mata antara Presiden dan Tamu Negara.

Di kamar Ruang Tamu terdapat dua helai kerajinan tenun Sumatera

berwarna cerah dan dominasi perabot kursi warna putih krem bermotif sulur.

Diruang ini juga terpasang lukisan Pantai Flores karya Basoeki Abdullah, lukisan

Wajah Seorang Lelaki Bali karya Auke Cornelis Sonnega, lukisan Jenderal

Soedirman karya Joes Supadyo, lukisan Pejuang Pantang Menyerah karya

Rustamadji, dan lukisan Pantai Madura karya Dake Jr. Carel Lodewijk (lihat

lampiran 2). Koleksi benda seni yang lain yang tersimpan di ruang ini atara lain

adalah: guci bermotif pecah seribu dari Cina Timur abad ke XIV, piring hias

bermotif bunga dari Cina Timur abad ke XIX, piring hias bermotif bulan dan

bunga dari Cina Timur abad ke XIX, piring hias dari Jepang jaman abad ke

XVIII, sepasang guci Cloisonne dari Tiongkok, jembangan porselen merah darah

sapi dari Cina, tempat sayur bertutup yang terbuat dari perak pemberian Chea

Sim, President Senate of Cambodia, tempat nasi bertutup yang terbuat dari perak

pemberian dari Keluarga Besar Muslim Chiang Mai, Thailand 19 April 1961

(lihat lampiran 9), patung perunggu ”Penunggang Kuda” karya Bill Nebeken

(1980), sepasang gading, dan patung Barisan Gajah yang terbuat dari gading(lihat

lampiran 5). Untuk lebih jelasnya Ruang Tamu Istana Negara dapat dilihat pada

foto di bawah ini:

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

75

Universitas Indonesia

Foto 3.19 Ruang Tamu, Istana Negara (Sumber: Asti Kleinsteuber )

Foto 3.20 Kamar Ruang Tamu, Istana Negara (Sumber: Asti Kleinsteuber)

3.5.1.3 Ruang Koridor

Ruangan ini berfungsi sebagai penghubung antara Ruang Tamu bagian

depan Istana Negara dengan Ruang Resepsi. Di sisi barat terdapat Ruang Kerja

Presiden, dan disebelah timur terdapat Ruang Tamu Presiden. Dua ruang lainnya

adalah ruang tunggu yang masing-masing di sisi barat adalah Ruang Tunggu

Ajudan Presiden waktu acara berlangsung, sedangkan ruang sebelah timur dipakai

untuk Ruang Tunggu Tamu. Di Ruang Koridor ini tergantung enam buah lukisan

besar yang dilengkapi dengan benda-benda koleksi pribadi, seperti foto-foto

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

76

Universitas Indonesia

keluarga Presiden. Keenam lukisan dimaksud adalah: lukisan Penggembala

Kerbau karya Basoeki Abdullah, lukisan Pohon-Pohon di kebun karya Nakajima,

lukisan Bunga Flamboyan karya Sutopo, lukisan Gadis Bali karya Hatta Hambali,

lukisan Sungai dalam Hutan karya Choirun Sholeh, dan repro lukisan Di Taman

karya Claude Monet (lihat lampiran 2).

Sebuah lemari buku di ruang ini didalamnya terdapat 3000 buah koleksi

buku terbitan terbaru yang menguasai peredaran dunia buku, tentang pengetahuan

terbaru di dunia. Tidak ketibggalan, satu set buku Ensiklopedia ”the Book of

Knowledge” serta ”Britannia” volume 1 sampai 29 tampak pula disana. Buku-

buku yang mengarah ke tema militer hampir tidak terlihat, lebih banyak buku

yang mengarah ke perekonomian, manajemen dan filosofi, termasuk sederet

Ensiklopedia Islam. Koleksi benda-benda seni lain yang terdapat di Ruang

Koridor antara lain adalah: congklak kayu, vas bunga bemotif kepala domba, guci

bertutup dari kayu yang berasal dari Sumatera Selatan, guci bertutup dari Cina

Timur abad ke XIX, patung perunggu Wanita Setengah Badan karya Suerry

(1962), patung perunggu Kepala Seorang Gadis karya T.Pocahauh (Perancis),

sepasang patung keramik Penari Wanita dan Penari Pria karya F. Widayanto, dan

Gong Berstandar dari Gading persembahan Perdana Menteri Malaysia DR.

Mahathir Muhammad (Desember 1983). Ruang Koridor dapat dilihat dalam foto

berikut:

Foto 3.21 Koridor, Istana Negara (Sumber: Asti Kleinsteuber)

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

77

Universitas Indonesia

3.5.1.4 Ruang Jamuan

Ruang ini merupakan ruang yang digunakan pada waktu acara jamuan

kenegaraan. Selain itu ruangan ini berfungsi sebagai ruang ramah tamah para

tamu yang menghadiri suatu acara. Terdapat sekat-sekat ruang yang sering

digunakan untuk berbagai acara. Di ruang ini terdapat sebuah meja makan

panjang berbentuk oval yang terbuat dari kayu jati dan terdapat dua puluh empat

kursi duduk atau kursi makan. Kursi makan yang berlapis kain beludru berwarna

krem netral menjadikan ruangan ini nyaman, asri dan sangat serasi dengan

permadani yang terhampar di bawahnya yang mempunyai paduan warna merah

tua dan hijau dengan motif besar. Pada bagian sisi barat dan sisi timur ruangan

terdapat masing-masing sepasang cermin tua berukuran besar, berbingkai warna

emas sebagai penunjang hiasan interior ruangan.

Di Ruang Makan ini juga terpasang koleksi benda seni seperti: lukisan

Ngarai Sianok karya Henk Ngantung, lukisan Panen Padi karya Udin, dan lukisan

Pasar Bunga karya Sarjito (lihat lampiran 2). Patung kayu Dewi Saraswati, patung

Dewi Saraswati dan Dewi Gadru, dan Mandau juga terpasang di Ruang Jamuan

ini. Foto berikut ini memperlihatkan gambaran tentang suasana Ruang Makan

Istana Negara:

Foto 3.22 dan 3.23 Ruang Jamuan, Istana Negara (Sumber: Asti Kleinsteuber)

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

78

Universitas Indonesia

3.5.1.5 Ruang Upacara

Ruang Upacara digunakan pada waktu Presiden melantik Pejabat Tinggi

Negara seperti Menteri, Duta Besar, Kepala Staf TNI dan Kepala Kepolisian RI.

Di samping itu ruang ini juga digunakan sebagai tempat pembukaan konferensi,

rapat kerja departeman, tempat penganugerahan bintang jasa atau tempat

diselenggarakannya pertunjukan kesenian bagi para Tamu Negara, hingga ramah

tamah Presiden dengan Veteran Perintis Kemerdekaan dalam rangka peringatan

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Ruang yang ditata dengan gaya

neoklasik ini dapat menampung sekitar 1000 tamu undangan berdiri atau 350

tamu undangan duduk. Ruangan ini dilengkapi dengan panggung acara dibagian

selatan gedung yang biasa digunakan untuk menampilkan pertunjukan kesenian

terpilih dari seluruh pelosok Indonesia yang disajikan kepada Tamu Negara pada

Jamuan Makan Malam Kenegaraan. Pada bagian latar belakang panggung

terdapat hiasan berupa lambang garuda dan gambar peta Indonesia. Di ruang ini

pula terdapat dua perangkat gamelan yang masing-masing adalah gamelan Jawa

dan gamelan Bali. Pada sisi barat dan timur ruang upacara terdapat balkon yang

pada masa Hindia Belanda digunakan sebagai tempat untuk menyaksikan

pertunjukan yang biasanya demeriahkan dengan acara dansa.

Di ruang ini terpasang koleksi benda seni berupa lukisan foto Presiden

Republik Indonesia dan para mantan Presiden Republik Indonesia, yang masing-

masing adalah: Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, Presiden Bacharuddin

Jusuf Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid, Presiden Megawati Soekarnoputri,

dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Keenam lukisan tersebut merupakan

karya Warso Susilo yang merupakan salah satu pegawai Istana Kepresidenan

Jakarta. Saat ini beliau menjabat sebagai Kepala Subbagian Penataan Ruangan,

Bagian Tata Graha, Biro Pelayanan Kerumahtanggaan, deputi Kepala Rumah

Tangga Kepresidenan Bidang Kerumahtanggaan dan Pengelolaan Istana (lihat

lampiran 2).

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

79

Universitas Indonesia

Foto 3.24 Ruang Upacara, Istana Negara (Sumber: Asti Kleinsteuber)

3.6 Wisma Negara

Wisma Negara merupakan sebuah gedung yang memiliki enam lantai,

dengan luas lebih kurang 6.100 meter persegi. Gedung ini terletak di bagian barat

kompleks Istana Jakarta. Wisma Negara mulai dibangun pada tahun 1962 dan

baru selesai pada tahun 1964. Dulu wisma ini berfungsi sebagai tempat menginap

para kepala negara atau kepala pemerintahan asing beserta rombongannya. Pada

waktu itu hotel-hotel yang representatif bagi para Tamu Negara masih terbatas

jumlahnya sehingga wisma ini menjadi tempat tinggal yang disediakan.

Setiap lantai yang ada di Wisma Negara ini memiliki fungsi dan

peruntukan yang berbeda. Secara rinci fungsi masing-masing lantai yang ada di

Wisma Negara dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Lantai enam diberi nama Ruang Indonesia. Ruangan ini dipergunakan para

tamu negara untuk menerima tamu-tamunya, yaitu para pejabat dari

Indonesia. Di ruang ini dilengkapi dengan ruang rapat pertemuan yang

berfungsi juga sebagai ruang makan, apabila para Tamu Negara

menghendaki untuk menjamu para tamunya.

2. Lantai lima dipergunakan untuk tempat bermalam para Tamu Negara

setingkat Presiden, Raja, atau Kaisar beserta isterinya atau Permaisurinya.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

80

Universitas Indonesia

3. Lantai empat dipergunakan untuk bermalam para Tamu Negara setingkat

kepala pemerintahan seperti Perdana Menteri, Wakil Presiden, Kanselir,

Pangeran bersama isteri atau Permaisurinya.

4. Lantai tiga dipergunakan untuk Tamu Negara setingkat Menteri, terutama

Menteri Luar Negeri dan menteri-menteri bidang lain.

5. Lantai dua dipergunakan untuk para tamu anggota dalam rombongan

Tamu Negara. Selain kamar tidur, di lantai dua ini terdapat ruangan lain

seperti ruang Sumatera, yang biasa dipergunakan sebagai tempat untuk

mengadakan pertemuan-pertemuan atau jamuan makan yang

diselenggarakan oleh Tamu Negara, dan ruang Jepara yang berfungsi

sebagai ruang duduk para anggota rombongan Tamu Negara.

6. Lantai satu merupakan kamar tidur yang dipergunakan untuk para pejabat

Indonesia sebagai para pendamping kehormatan. Selain kamar tidur,

terdapat ruang untuk mengadakan konperensi pers oleh para Tamu Negara,

salon kecantikan, dan barber shop untuk para Tamu Negara.

7. Lantai bawah merupakan tempat tidur yang dipergunakan oleh protokol

yang diperbantukan oleh para Tamu Negara, tim dokter, dan tim security

dari pihak Indonesia. Di sebelah kamar tidur terdapat sebuah ruangan

terbuka yang dipergunakan untuk ruang tunggu, dan diseberang ruang ini

terdapat ruang khusus yang dipergunakan sebagai ruang pameran Wayang

Kulit, Wayang Golek, Wayang Krucil, topeng, dan benda-benda budaya

Indonesia lainnya seperti keris, tombak, golok, mandau dan tameng.

Seiring dengan semakin banyaknya hotel yang representatif bagi para Tamu

Negara, saat ini Wisma Negara tidak lagi dipergunakan untuk menginap para

Tamu Negara dan kni beralih fungsi sebagai tempat untuk mengadakan berbagai

kegiatan Kepresidenan. Di Wisma Negara ini tersimpan koleksi benda seni yang

berjumlah 217 buah, yang terdiri dari lukisan berjumlah 163 buah, patung

berjumlah 28 buah, dan benda seni kriya berjumlah 26 buah.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

81

Universitas Indonesia

Foto 3.25 Ruang Lobi Wisma Negara

(Sumber: Asti Kleinsteuber)

3.7 Masjid Baiturrahim

Di dalam kompleks Istana Kepresidenan Jakarta terdapat masjid bernama

Masjid Baiturrahim. Masjid ini mulai dibangun pada tahun 1958 dan baru selesai

pada tahun 1961. Masjid yang memiliki luas 521 meter persegi ini terletak di tepi

sebelah kanan atau sebelah barat Istana Merdeka. Masjid ini berdiri atas prakarsa

Presiden Soekarno, dengan arsiteknya bernama R.M. Soedarsono. Sampai saat ini

pada setiap hari Jum’at, Masjid Baiturrahim digunakan oleh Presiden dan para

tamunya, para pejabat tinggi negara, berikut pegawai atau petugas di lingkungan

Istana, termasuk masyarakat umum.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

82

Universitas Indonesia

Foto 3.26 Masjid Baiturrahim (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)

3.8 Benda Koleksi Istana Kepresidenan

Istana Kepresidenan Jakarta menyimpan berbagai macam jenis benda

koleksi. Koleksi tersebut merupakan benda-benda yang sudah ada sejak jaman

Belanda maupun benda-benda yang ada sejak masa pemerintahan Presiden

Soekarno sebagai Presiden RI yang pertama, sampai dengan masa pemerintahan

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Apabila dilihat secara lebih rinci koleksi

tersebut dapat berupa benda dokumen bersejarah yang memiliki kaitan secara

langsung dengan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan koleksi

benda-benda seni. Koleksi-koleksi dimaksud antara lain berupa: Bendera Pusaka,

Teks Proklamasi Kemerdekaan RI, furnitur, dan koleksi benda seni yang terdiri

dari: lukisan, patung, dan seni kriya (berupa wadah, miniatur, dan perhiasan).

Selanjutnya masing-masing koleksi tersebut secara lebih rinci dapat diuraikan

sebagai berikut:

3.8.1 Bendera Pusaka dan Teks Proklamasi

Koleksi Bendera Pusaka dan Teks Proklamasi merupakan koleksi yang

paling istimewa, karena merupakan satu-satunya koleksi milik Bangsa Indonesia

dan kedua koleksi tersebut hanya ada dan tersimpan di Istana Merdeka. Bendera

Pusaka adalah bendera Merah – Putih berukuran 2 X 3 meter yang dikibarkan

pada 17 Agustus 1945 di jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Karena sering dicuci

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

83

Universitas Indonesia

di masa lalu, bendera itu mengkerut menjadi 196 X 274 sentimeter. Bendera

berukuran besar tersebut dibuat dan dijahit sendiri oleh Ibu Fatmawati, istri Bung

Karno, ketika baru kembali dari tempat pengasingan di Bengkulu, dan baru mulai

tinggal di Jakarta.

Pembuatan bendera Merah–Putih yang besar itu pada awalnya merupakan

permintaan Shimizu, seorang perwira Jepang yang menjabat sebagai kepala

barisan propaganda di Gunseikanbu (Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan

Sumatera). Permintaan itu sesuai dengan ”janji kemerdekaan” yang telah

dinyatakan Jepang secara terbuka pada September 1944. Sesuai dengan janji itu

rakyat diberi izin mengibarkan bendera Merah – Putih berdampingan dengan

bendera Jepang pada hari-hari besar.

Pada masa itu sangat sulit memperoleh bahan kain untuk membuat

bendera besar yang pantas dikibarkan di halaman luas rumah besar di Pegangsaan-

Cikini itu. Selama masa pendudukan Jepang, rakyat Indonesia bahkan

menggunakan pakaian yang dibuat dari bahan karung atau goni karena kelangkaan

tekstil. Shimizu memerintahkan seorang perwira Jepang untuk mengambil kain

merah dan putih secukupnya untuk diberikan kepada Ibu Fatmawati. Dua blok

kain merah dan putih dari kain halus itu - setara dengan jenis primissima untuk

batik tulis halus – diperoleh dari sebuah gudang di Jalan Pintu Air, Jakarta Pusat,

dan diantarkan ke Pegangsaan oleh Chairul.

Ketika bendera besar itu dibuat, Ibu Fatmawati sedang hamil tua

mengandung bayinya yang pertama yaitu Guntur Soekarnoputra. Ia menjahit

bendera itu didepan kamar tidur, yaitu di ruang makan dengan mesin jahit Singer

yang dijalankan dengan tangan saja. Karena kondisi fisik dan ukuran bendera

yang besar, pekerjaan menjahit bendera itu baru selesai dalam waktu dua hari di

akhir tahun 1944.

Sejak Proklamasi Kemerdekaan, Sang Merah – Putih hasil jahitan Ibu

Fatmawati itu selalu dikibarkan di pekarangan rumah Presiden Soekarno di Jalan

Pegangsaan Timur 56. Pada tahun 1958, berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 40 Tahun 1958 tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia, bendera

Merah – Putih yang dikibarkan pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur

56, Jakarta, ditetapkan sebagai Bendera Pusaka. Bendera Pusaka dikibarkan

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

84

Universitas Indonesia

terakhir pada 17 Agustus 1968. Pada tahun 1969 dibuatkan Duplikat Bendera

Pusaka dari sutera alam. Saat ini Bendera Pusaka disimpan di salah satu ruang

khusus di Istana merdeka, yaitu Ruang Penyimpanan Bendera Pusaka (Bondan

Winarno, 2002: 43-61).

Teks Proklamasi yang tersimpan di Istana Merdeka merupakan hasil

ketikan dari Sayuti Melik (atau Sajoeti Melik), salah seorang tokoh pemuda yang

ikut andil dalam persiapan proklamasi. Teks Proklamasi tersebut ditulis di ruang

makan di kediaman Ir. Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Para penyusun

teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad

Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Pada saat itu

di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni lah

yang kemudian mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu

adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia

(http://www.indunesia.com/index.php/2008/03/12/detik-detik-pembacaan-naskah-

proklamasi/#more-39).

3.8.2 Furnitur

Pada masa pemerintahan Presiden megawati Soekarnoputri interior Istana-

Istana Presiden Republik Indonesia mengalami penataan ulang. Untuk penataan

ulang ini Presiden Megawati mengangkat staf khusus yang bernama Kris

Danubrata. Hal pertama yang dilakukannya adalah melepaskan semua ukiran-

ukiran Jepara dari interior Istana Merdeka dan Istana Negara, kecuali Ruang

Jepara yang sengaja dilestarikan sebagai bagian sejarah kepemimpinan Presiden

Soeharto. Hal itu dilakukan untuk mengembalikan nuansa asli klasik Eropa pada

Istana Jakarta. Kursi dan sofa dari kayu ukiran Jepara dengan bantalan berwarna

kuning emas yang semula memenuhi Istana Jakarta juga diganti dengan kursi dan

sofa peninggalan kolonial Hindia-Belanda dulu. Sebagian besar mebel itu

dikeluarkan kembali dari gudang untuk direnovasi dan diganti bantalan baru

dengan warna dan corak yang menimbulkan kesan elegan dan hangat.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

85

Universitas Indonesia

3.8.3 Benda Seni

Secara umum benda-benda seni koleksi Istana Kepresidenan dapat

digolongkan dalam jenis karya: (1) lukisan, (2) Patung, (3) Keramik, (4) Wayang,

(5) Seni Kerajinan. Benda-benda seni tersebut tersebar di setiap Istana

Kepresidenan dan ditempatkan baik di dalam ruangan (indoor), maupun di luar

ruangan (outdoor).

Pengoleksian benda-benda seni dimulai ketika Pemerintah Republik

Indonesia hijrah ke Yogyakarta. Di Pendopo belakang Gedung Agung, Bung

Karno sering mengundang para pelukis dan seniman. Banyak lukisan mereka yang

dihadiahkan kepada, maupun dibeli oleh Bung Karno.

Ketika mulai menghuni Istana Merdeka pada akhir 1949, Bung Karno

semakin bergairah mengisi dinding-dinding kosong di kedua bangunan Istana

(Merdeka dan Negara) yang megah itu. Beliau yang merupakan seorang

Connoisseur besar (ahli dalam meneliti karya-karya seni), kemudian mengangkat

Dullah, Lee Man Fong, dan Lim Wasim menjadi pelukis Istana, yang bertugas

mengatur letak lukisan sekaligus merawatnya. Demikianlah terjadi akumulasi

benda-benda seni di Istana-Istana Presiden.

Muhibah yang cukup sering dilakukan Bung Karno ke luar negeri ikut

memperkaya koleksi benda seni Istana. Kemanapun beliau pergi, tak pernah

melewatkan kesempatan untuk berkunjung ke museum atau galeri. Dari kebiasaan

inilah dinding-dinding dan taman-taman istana memperoleh tambahan lukisan dan

berbagai patung. Seiring dengan perjalanan Pemerintahan Republik Indonesia,

koleksi tersebut semakin bertambah dan umumnya diperoleh dari persembahan

pimpinan atau kepala negara yang berkunjung ke Indonesia, atau sebaliknya yang

dikunjungi oleh Presiden Indonesia.

Khusus di Istana Kepresidenan Jakarta, koleksi benda-benda seni tersebut

dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

86

Universitas Indonesia

Tabel 3.1 Rekapitulasi Koleksi Benda Seni di Istana Kepresidenan Jakarta Tahun 2008

No. Lokasi Jenis Koleksi

Jumlah Lukisan Patung Seni Kriya

1 Istana Merdeka 73 100 519 692

2 Kantor Presiden 64 43 28 135

3 Istana Negara 25 20 70 115

4 Wisma Negara 226 28 26 280

5 Halaman Tengah - 45 - 45

Jumlah 388 236 643 1267

(Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni)

Dari sisi tema, koleksi benda seni yang ada di Istana Kepresidenan Jakarta

memiliki keragaman dan kekhasan. Adapun tema-tema koleksi benda seni secara

singkat dapat dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2 Tema Koleksi Benda Seni di Istana Kepresidenan Jakarta

No.

Jenis Koleksi

Tema

1. Seni Lukis

a. Pemandangan b. Alam benda (still life) c. Potret (tokoh, pahlawan, pejabat) d. Figur manusia ( laki-laki dan perempuan) e. Dekoratif (pola hias klasik Nusantara) f. Kehidupan sehari-hari/lokalitas g. Sejarah dan kebangsaan

2. Seni Patung

a. Klasik b. Modern c. Kehidupan sehari-hari d. Potret

3. Seni Kriya

a. Benda fungsional arsitektur (relief, keramik) b. Topeng c. Tekstil (kostum dan non kostum) d. Miniatur e. Tanduk dan gading f. Perhiasan g. Furnitur h. Senjata

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

87

Universitas Indonesia

3.8.3.1 Lukisan

Koleksi Lukisan yang dimiliki Istana Kepresidenan Jakarta, apabila dilihat

dari medianya dapat dibedakan menjadi: lukisan cat minyak, lukisan cat air,

lukisan akrilik, lukisan pastel, lukisan tinta, lukisan bulu, dan lukisan batik. Secara

lebih rinci penyebaran lukisan tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3.3 Lukisan di Istana Kepresidenan Jakarta

No. Media

Tempat Pemasangan/ display

Istana Merdeka

Kantor Presiden

Istana Negara

Wisma Negara

1. Cat minyak -kanvas 61 55 23 153 2. Cat minyak-hardboard 2 - - 1 3. Cat akrilik-kanvas - 6 - 56 4. Cat air-kertas 2 2 1 5 5. Pastel-kertas 5 - - - 6. Tinta-kertas 2 - - 1 7. Bulu - - - 1 8. Pewarna-kain/batik 1 - - 5 9. Repro foto - 1 1 4

Jumlah

73 64 25 226 (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni, Rumah Tangga Kepresidenan)

Di bawah ini adalah salah satu contoh koleksi lukisan masterpiece di Istana

Kepresidenan Jakarta.

Foto 3.27 Penangkapan Diponegoro, Raden Saleh (1857) (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni, Rumah Tangga Kepresidenan)

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

88

Universitas Indonesia

Lukisan yangi dibuat oleh Raden Saleh pada tahun 1857 ini merupakan

simbol perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajah Belanda. Wajah

menantang yang diperlihatkan oleh Pangeran Diponegoro mewakili simbol

tersebut, sedangkan postur tubuh orang-orang Belanda yang dilukiskan sama

besar proporsinya dengan orang-orang Indonesia, merupakan simbol persamaan

derajat dan persamaan martabat. Dengan persamaan tersebut, maka timbul

semangat bagi bangsa Indonesia untuk menghapuskan penjajahan. Lukisan yang

menjadi milik Istana Kerajaan Belanda ini, setelah berada di negeri Belanda

selama 121 tahun, atas hasil persetujuan kerjasama kebudayaan antara pemerintah

Indonesia dan Belanda, diserahkan kepada pemerintah Indonesia. Penyerahan ini

dilakukan oleh Duta Besar Belanda kepada Presiden Soeharto pada bulan April

tahun 1978 (Istana Kepresidenan Jakarta, 1978: 123).

3.8.3.2 Patung

Patung merupakan hasil karya seni rupa yang berwujud tiga dimensi.

Biasanya diciptakan dengan cara memahat, modeling (misalnya dengan bahan

tanah liat) atau kasting (dengan cetakan). Patung yang tersimpan di Istana

Kepresidenan Jakarta memiliki fungsi estetika sebagai elemen penunjang interior,

maupun di exterior. Patung-patung tersebut terbuat dari berbagai bahan, antara

lain: kayu, perunggu, marmer, batu andesit, batu onix, kuningan, tanah liat,

gading, campuran logam dan kayu, campuran logam dan batu, kristal, dan fiber.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3.4 Patung di Istana Kepresidenan Jakarta Berdasarkan Bahan Pembuatannya

No. Media

Tempat Pemasangan/ display

Istana Merdeka

Halaman Tengah

Kantor Presiden

Istana Negara

Wisma Negara

1. Kayu 63 13 40 6 28 2. Perunggu 10 12 1 3 - 3. Marmer 1 - - - - 4. Porselin - - 1 4 - 5. Batu andesit 4 20 - - - 6. Batu onix 2 - - - - 7. Kuningan 4 - - - - 8. Tanah liat/keramik 4 - - 4 - 9. Gading 7 - - 1 -

10. Uang kepeng - - - 1 -

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

89

Universitas Indonesia

11. Uang kepeng+kayu - - - 1 - 12. logam+kayu 2 - 1 - - 13. logam + batu 1 - - - - 14. Kristal 1 - - - - 15. Fiber 1 - - - -

Jumlah

100 45 43 20

28

Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni, Rumah Tangga Kepresidenan Berikut ini adalah satu contoh koleksi patung masterpiece di Istana Kepresidenan

Foto 3.28 Foto 3.29. Penunggang Kuda (K.Strobl) Hulubalang (K.Strobl) (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni, Rumah Tangga Kepresidenan)

3.8.3.3 Keramik

Koleksi keramik yang dimiliki oleh istana Kepresidenan Republik

Indonesia berasal dari banyak negara tetangga. Dari sisi jumlah, yang paling

banyak ialah keramik yang berasal dari Cina, kemudian menyusul dari Annam,

dan terakhir dari Jepang. Koleksi keramik tertua yang dimiliki oleh Istana

Kepresidenan adalah porselin dari Dinasti Sung (960-1279) jenis Tzu-chou

berbentuk botol bunga(meiping). Ciri yang sangat menonjol dari keramik jenis

Tzu-chou adalah hiasan berwarna hitam yang dipoleskan pada latar warna putih

krem, sehingga warnanya menjadi sangat kontras. Dengan lukisan pohon bambu

yang indah dianggap sebagai lambang umur panjang.

Pada zaman dinasti Sung segala bidang kesenian di negeri Cina

mengalami perkembangan yang sangat pesat. Beberapa keramik yang mashur

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

90

Universitas Indonesia

pada jaman itu antara lain jenis-jenis: Lung-chuan seladon, Chien, Chun, Tzu-

chou, Ying-ching, yang akhir-akhir ini lebih dikenal dengan nama Ching-pai, Ting

dan sebagainya.

Foto 3.30 Vas Bunga (Mei-ping), Cina abad ke-13 (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)

Dinasti Yuan atau Mongol (1280-1368) sejaman dengan kerajaan

Majapahit (1293-1520). Keramik dari jaman dinasti ini banyak didapati,

khususnya di wilayah Jawa Timur, karena hubungan kedua kerajaan pada masa itu

terjalin dengan sangat baik. Pada jaman Yuan tradisi jaman Sung masih dipelihara

dengan baik. Dapur pembakaran porselin pada masa dinasti Sung masih terus

dimanfaatkan tanpa banyak perubahan. Salah satu jenis porselin yang tetap terjaga

dan berkembang adalah porselin jenis seladon. Perkataan itu diambil dari bahasa

Perancis: Celadon, nama pemain sandiwara terkenal di Perancis Selatan pada abad

17, yang setiap penampilannya selalu mengenakan jubah warna hijau seperti

warna porselin Cina yang juga sangat terkenal waktu itu. Seladon makin terkenal

dan dipuji karena warnanya menyerupai batu giok yang sangat mahal harganya.

Ada juga yang mengatakan bahwa warna ini meniru warna patina perunggu Cina

kuno, yang dingin dan syahdu dari benda-benda upacara keagamaan di jaman

Chou (1027-249 SM). Koleksi piring berglasir hijau seladon berdiameter 33,5 cm

yang berhiaskan gores menggambarkan sulur-suluran adalah salah satu contoh

peninggalan dinasti Yuan ini. Porselin ini hasil pembakaran Chu-chou di propinsi

Chekiang Cina Timur, dinasti Yuan abad ke-15.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

91

Universitas Indonesia

Foto 3.31 Piring Hias Celadon, Cina abad ke -15

(Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)

Organisasi dapur pembakaran keramik kekaisaran di Ching-te Chen

menjadi pelopor perbaikan dan perkembangan keramik. Banyak bentuk maupun

hiasan keramik kekaisaran ciptaan baru ditiru terutama motif hiasan dua

pertentangan kosmis, dunia atas dan dunia bawah, yang bersumber pada falsafah

Tao. Dunia atas diwakili oleh awan, bulan, dan burung; sedangkan lukisan

tumbuh-tumbuhan mewakili dunia bawah. Perkembangan ini terjadi pada masa

Dinasti Ming. Koleksi milik Istana yang dapat dijadikan contoh peninggalan masa

ini adalah piring porselen biru putih. Untuk lebih jelasnya lihat foto di bawah ini:

Foto 3.32 Piring Hias Biru Putih, Dinasti Ming

(Sumber: Lukisan² dan Patung² Koleksi Presiden Soekarno dari Republik Indonesia)

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

92

Universitas Indonesia

Jaman berikutnya adalah jaman Ching (1644-1912) yang menampilkan

tiga corak penting dalam perkembangan keramik. Pertama terjadi pada jaman

kaisar Kan-hsi (1662-1722), kedua pada masa kaisar Yung-cheng (1723-1735),

dan ketiga terjadi pada masa kaisar Chien-lung (1736-1795). Pada jaman Kan-hsi

dihasilkan benda-benda dengan glasir warna tunggal yang terkenal dengan nama:

merah darah sapi (sang de boeuf), warna terang bulan (claire de lune), warna hijau

apel yang indah, golongan famili hitam (famille noire) dan golongan famili hijau

(famille verte). Pama masa kaisar Yung-cheng dan Chien-lung, menghasilkan

porselin dengan warna tunggal dan biru-putih dengan gaya kuno yang indah.

Contoh benda koleksi Istana Kepresidenan dari masa ini adalah jembangan

bergambar naga memperebutkan mutiara menyala ditengah-tengah lidah api dan

awan sebagaimana dapat dilihat dalam foto di bawah ini:

Foto 3.33 Jembangan Porselin Cina, Dinasti Ching (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)

Berdampingan dengan porselin buatan Cina, porselin buatan Annam

(Vietnam) juga menjadi koleksi Istana kepresidenan Indonesia. Keramik Annam

berasal dari abad 13-16. Ciri utama porselin Annam antara lain: bahan dasarnya

batuan berwarna krem; bagi barang jenis biru-putih warnanya jadi biru kehitam-

hitaman; bagian bawah benda hampir selalu berpoleskan lumpur (slip) coklat;

pinggiran bibir piring atau mangkok selalu tidak berglasir, yang menunjukkan

cara pembakaran adu bibir; lingkaran kaki setiap benda selalu dikerjakan dengan

sangat rapi bila dibandingkan dengan porselin Cina. Piring hias dari Annam

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

93

Universitas Indonesia

merupakan koleksi yang cukup banyak terdapat di Istana Kepresidenan. Contoh

porselin Annam dapat dilihat pada foto berikut ini:

Foto 3.34 Piring Hias dari Annam, abad ke-15 (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)

Keramik Jepang di Istana kepresidenan Jakarta berasal dari abad ke-17.

Dahulu keramik ini dibawa oleh para pedagang Eropa yang berhasil mengadakan

hubungan dengan Jepang.Contoh peninggalan ini antara lain porselin biru putih

dari Imari yang ternyata banyak diberi tanda kekaisaran jaman Ming, misalnya

Cheng-hua, Cheng-te, dan Wan-li.

Foto 3.35 Piring Hias Biru Putih, Imari abad ke-17 (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

94

Universitas Indonesia

3.8.3.4 Benda Seni Kriya

Seni kriya sering disebut dengan istilah handycraft yang berarti kerajinan

tangan. Seni kriya termasuk seni rupa terapan (applied art) yang selain

mempunyai aspek-aspek keindahan juga menekankan aspek kegunaan atau fungsi

praktis. Artinya seni kriya adalah seni kerajinan tangan manusia yang diciptakan

untuk memenuhi kebutuhan peralatan kehidupan sehari-hari dengan tidak

melupakan pertimbangan artistik dan keindahan. Benda seni kriya koleksi Istana

Kepresidenan sangat banyak jumlahnya dan terbuat dari berbagai macam bahan.

Tabel 3.5 Seni Kriya di Istana Kepresidenan Jakarta

No. Media

Tempat Pemasangan/ display

Istana Merdeka

Kantor Presiden

Istana Negara

Wisma Negara

1. Porselin 214 1 35 6 2. Kristal 20 - - - 3. Batu 7 - - - 4. Tanah liat/keramik 9 2 6 - 5. Kayu 29 2 3 19 6. Kuningan 32 4 2 - 7. Timah 1 - - - 8. Perunggu 3 - 1 - 9. Perak 139 3 8 - 10. Perak bakar 14 - - - 11. Fiber 2 - 1 - 12. Fiber+logam - - 1 - 13. Perak+kerang - - 3 - 14. Gading 3 2 1 - 15. Tulang 3 - - - 16. Rotan 1 - - - 17. Kain 1 - - - 18. Kulit 1 - - - 19. Kerang 1 - 2 - 20. Marmer 4 - 1 - 21. Giok 1 - - - 22. Stainless Steel 8 - - - 23. Tanduk + perak 3 - - - 24. Gading + perak 1 - 1 - 25. Kayu+perak 3 2 - - 26. Kristal+perak 1 - - - 27. Kristal+kuningan 1 - - - 28. Kaca - 1 - - 29. Kaca+perak 1 - - - 30. Kayu+kaca 1 - - - 31. Besi - 1 - - 32. Besi+perak 1 - - - 33. Batu+kuningan 2 - - - 34. Kayu+kuningan - - - 1

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

95

Universitas Indonesia

35. Kain+benang emas 1 - - - 36. Kulit penyu+kerang 1 - - - 37. Stainless steel+tulang 3 - - - 38. Kristal+logam 1 - - - 39. Logam 7 2 1 - 40. Kayu+batu opal - 1 - - 41. Kayu+kawat - 1 - - 42. Kertas - 4 - - 43. Kulit mutiara - 1 - - 44. Melamin - 1 4 -

Jumlah

519 28 70 26

Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni, Rumah Tangga Kepresidenan

Salah satu contoh koleksi benda seni kriya dari perak yang dimiliki Istana

Kepresidenan Jakarta dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Foto 3.36 Ceret dari Perak (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)

3.9 Konsep Kunjungan Istana Kepresidenan Jakarta

Kunjungan Istana Kepresidenan Jakarta direncanakan dibuka setiap hari

Selasa sampai dengan hari Kamis mulai pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul

16.00 WIB. Pada hari Senin dan Jum’at atau pada saat ada kegiatan Presiden yang

dilaksanakan di Istana Merdeka kunjungan ditiadakan (Saat ini kunjungan baru

dapat dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu dengan pertimbangan bahwa

pada hari-hari tersebut tidak ada kegiatan Presiden di istana dan Keluarga

Presiden juga tidak berada di Istana).

Birokrasi kunjungan Istana Kepresidenan Jakarta cukup sederhana. Para

pengunjung datang langsung dan cukup membawa kartu tanda penduduk atau

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

96

Universitas Indonesia

tanda pengenal lainnya, berpakaian rapi, tidak boleh memakai kaos, tidak boleh

bercelena pendek, memakai sepatu, tidak diperbolehkan membawa kamera, dan

bersikap sopan.

Para pengunjung masuk melalui Gedung Sekretariat Negara RI (Setneg

RI) di Jalan Majapahit. Setelah masuk di lapangan parkir pengunjung langsung

dapat menuju ke tenda panitia untuk didata identitasnya. Setelah didata, sambil

menunggu giliran pemberangkatan di ruang tunggu, pengunjung dapat melihat-

lihat Toko Cinderamata yang menjual aneka souvenir yang semuanya berlogo

Istana.

Durasi kunjungan Istana Kepresidenan Jakarta telah diatur sedemikian

rupa, untuk masing-masing kelompok yaitu lebih kurang 30 menit. Masing-

masing kelompok diberangkatkan setiap lima belas menit sekali menggunakan

mobil bus yang disediakan oleh Rumah Tangga Kepresidenan agar tidak terjadi

penumpukan dengan kelompok pengunjung yang lain. Ketentuan lain yang

diterapkan adalah maksimum ada empat kelompok pengunjung pada suatu ketika

di dalam kompleks Istana dan anggota kolompok tidak dapat berpindah atau

bergabung dengan kelompok lain. Untuk memudahkan pengawasan kepada para

pengunjung, maka setiap pengunjung mengenakan tanda pengenal khusus yang

berbeda untuk setiap kelompok.

Setelah ada panggilan dari petugas, setiap rombongan akan diangkut

dengan bus yang berkapasitas antara 20 hingga 25 orang dan setiap rombongan

didampingi oleh seorang pemandu (tour guide) yang direkrut dari Korps Wanita

TNI dan POLRI (Kowad, Kowal, Wara, dan Polwan). Bus melaju ke dalam

lingkungan Sekretariat Negara RI dan berhenti di gedung Serba Guna yang

disulap mirip gedung bioskop untuk menyaksikan film sejarah Istana Merdeka.

Setelah menonton film dokumenter yang berdurasi 15 menit, pengunjung

didampingi oleh pemandu (tour guide) berjalan kaki menuju halaman Istana

Merdeka, melalui pintu masuk khusus yang dipasang alat metal detektor.

Setelah sampai didepan Istana Merdeka, seorang fotografer Istana

menyapa kedatangan pengunjung dan mengatur rombongan untuk difoto bersama

di tangga Istana Merdeka. Hasil foto ini nantinya dapat ditebus di sebelah ruang

pendaftaran ketika para pengunjung akan meninggalkan Istana Kepresidenan

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

97

Universitas Indonesia

Jakarta. Setelah foto bersama para pengunjung memasuki Istana Merdeka

menyusuri Ruang Kredensial, Koridor, dan Ruang Resepsi dan diberi penjelasan

oleh pemandu (tour guide) tentang seluk-beluk Istana Merdeka beserta koleksi

benda seni yang terdapat didalamnya..

Setelah selesai menyusuri ruang-ruang dalam Istana Merdeka, selanjutnya

pengunjung diajak melintasi taman di belakang Istana Merdeka, yang dihiasi

patung-patung yang jumlahnya puluhan dengan berbagai model. Selanjutnya para

pengunjung dengan tetap berada pada rombongan dan dipandu oleh tour guide

meninggalkan area Istana Merdeka dan kembali menuju bus melalui pintu yang

sama pada saat masuk ke halaman Istana Merdeka. Sebagai gambarani, jalur

kunjungan Istana Kepresidenan Jakarta dapat dilihat dalam denah berikut:

Gambar 3.1 Denah Kunjungan Istana Kepresidenan Jakarta

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

98

Universitas Indonesia

3.9.1 Ketentuan Bagi Para Pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta

Rumah tangga Kepresidenan mewajibkan kepada seluruh pengunjung

Istana Kepresidenan Jakarta untuk:

1. Membawa Kartu Identitas asli (KTP, Kartu Pelajar/Mahasiswa, Paspor, atau

ID).

2. Mengenakan pakaian rapi (tidak mengenakan jeans, celana pendek, kaos

oblong, dan sandal).

3. Berperilaku sopan dan menghargai lingkungan Istana Kepresidenan sebagai

tempat tinggal Presiden dan keluarganya, serta tempat kerja Presiden sehari-

hari.

4. Mematuhi semua peraturan yang ditetapkan oleh Istana Kepresidenan.

5. Memenuhi segala peraturan yang dilakukan oleh petugas.

3.9.2 Larangan Bagi Para Pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta

Selain harus memenuhi ketentuan yang telah digariskan seperti tersebut di

atas, para pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta dilarang:

1. Membawa tas, makanan, minuman, dan merokok di lingkungan Istana

Kepresidenan.

2. Menggunakan handphone selama berada di lingkungan Istana Kepresidenan.

3. Berfoto di dalam lingkungan Istana, kecuali oleh fotografer resmi Istana

Kepresidenan.

4. Membuat keributan, kegaduhan, dan keonaran di lingkungan Istana

Kepresidenan.

5. Melakukan aktivitas politik dalam bentuk apapun selama melaksanakan

kegiatan kunjungan Istan Kepresidenan.

6. Melakukan orasi atau demonstrasi, menggelar poster atau spanduk, atau

penyebaran pamflet selama melakukan kunjungan Istana Kepresidenan.

7. Menggunakan busana atau atribut dengan tulisan atau gambar, atau simbol,

atau bentuk yang patut diduga sebagai perwujudan butir 5 dan 6.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

99

Universitas Indonesia

3.10 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan unsur yang sangat penting dalam

pengelolaan museum, terutama dalam rangka memberikan dukungan pelayanan

yang baik kepada pengunjung museum. Sarana dan prasarana dimaksud yaitu

segala fasilitas yang menunjang aktifitas museum, baik fasilitas pengelolaan

museum (kantor dan koleksi), maupun fasilitas untuk para pengunjung, karena

museum selain sebagai sarana pendidikan juga memiliki fungsi rekreatif, sehingga

museum seyogyanya dapat menghadirkan suasana yang menggembirakan.

Sejalan dengan hal itu, Endang Sri Hardiati dalam bukunya “Pengelolaan

Museum Sebagai objek Wisata Budaya” menyebutkan : Untuk dapat memberikan

suasana yang menggembirakan, ada kriteria-kriteria yang harus dimiliki dan

dikembangkan oleh suatu museum, antara lain: (1) unsur estetika atau unsur

keindahan dari museum dan pamerannya; (2) unsur informatif, pameran harus

dapat memberikan informasi yang jelas dan lugas; dan (3) fasilitas, seperti

pengatur suhu ruangan, tempat istirahat (bangku-bangku), toilet, toko souvenir,

ruangan untuk mencoba permainan dan musik tradisional yang dikoleksi

(Hardiati, 2000:12-13).

Sehubungan dengan hal tersebut, demi kenyamanan para pengunjungnya,

pihak pengelola Istana Kepresidenan juga menyediakan fasilitas umum seperti:

tempat penitipan barang, toko cinderamata (souvenir shop), kantin, musholla,

toilet, tempat parkir, dan foto Presiden dan keluarganya dalam ukuran besar yang

ditempel di dinding ruang tunggu untuk memenuhi keinginan pengunjung yang

ingin foto bersama Presiden. Secara lebih rinci, sarana fisik penunjang Wisata

Istana Kepresidenan Jakarta dapat dilihat pada tabel berikut:

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

100

Universitas Indonesia

Tabel 3.6 Sarana Pendukung Wisata Istana Kepresidenan Jakarta Tahun 2010

No. Nama Bangunan Luas m2

1. Penitipan Barang 10,8

2. Toko Cinderamata 171,05

3. Kantin 322

4. Musholla 9

5. Tempat Parkir 13.247

6. Toilet 45,5

Sumber: Bagian Bangunan Sekretariat Negara RI

3.11 Pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta

Pengunjung museum dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori.

Paling tidak ada dua hal untuk dapat mengidentifikasinya, yaitu berdasarkan

intensitas kunjungan dan berdasarkan tujuan kunjungan. Berdasarkan intensitas

kunjungannya pengunjung museum dapat dibedakan menjadi dua kelompok,

yaitu: (1) kelompok orang yang secara rutin berhubungan dengan museum seperti

kolektor, seniman, desainer, ilmuwan, mahasiswa, dan pelajar; (2) kelompok

orang yang baru mengunjungi museum. Sedangkan apabila dilihat dari tujuannya,

pengunjung museum dibedakan atas: (1) pengunjung pelaku studi; (2) pengunjung

bertujuan tertentu; (3) pengunjung rekreasi (Direktorat Museum, 2008:22-23).

Jumlah pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta selama satu tahun terakhir

sejak mulai dibukanya Wisata Istana Kepresidenan pada bulan Mei 2008 boleh

dibilang cukup menggembirakan. Dari tabel yang disajikan di bawah ini kita dapat

melihat bahwa para pengunjung sangat antusias untuk dapat memasuki Istana

Kepresidenan Jakarta.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

101

Universitas Indonesia

Tabel.3.7 Statistik Jumlah Pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta Tahun 2008 – 2009

No. Bulan/Tahun Jumlah Orang

Dewasa Anak-anak Jumlah 1. Mei 2008 3.417 1.498 4.915

2. Juni 2008 10.040 6.017 16.057

3. Juli 2008 10.449 3.876 14.325

4. Agustus 2008 7.241 2.091 9.332

5. September 2008 338 75 413

6. Oktober 2008 4.145 2.705 6.850

7. Nopember 2008 8.095 6.649 14.744

8. Desember 2008 5.418 6.820 12.238

9. Januari 2009 7.673 8.068 15.741

10. Februari 2009 10.639 7.570 18.209

11. Maret 2009 18.160 12.222 30.382

12. April 2009 4.708 2.360 7.068

13. Mei 2009 11.145 5.932 17.077

14. Juni 2009 9.522 7.271 16.793

15. Juli 2009 5.828 4.087 9.915

16. Agustus 2009 1.028 567 1.595

17. September 2009 Libur bulan Ramadhan

18. Oktober 2009 3.080 3.991 7.071

19. Nopember 2009 3.979 3.843 7.822

20. Desember 2009 3.105 3.716 6.821

Jumlah 128.010 89.358 217.368

Sumber: Biro Administrasi Rumah Tangga Kepresidenan

3.12 Kegiatan Edukatif Kultural

Kegiatan edukatif kultural yang sudah diselenggarakan oleh Istana

Kepresidenan Jakarta saat ini antara lain adalah:

1. Panduan Keliling Istana Kepresidenan Jakarta

Kegiatan ini merupakan kegiatan pemanduan yang diberikan kepada

pengunjung yang datang ke Istana Kepresidenan Jakarta. Panduan keliling

dilakukan secara berkelompok dan setiap kelompok didampingi oleh seorang

petugas pemandu. Waktu yang diberikan untuk setiap kelompok pengunjung

adalah sekitar 30 menit.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

102

Universitas Indonesia

2. Pemutaran Film Istana Kepresidenan Jakarta

Kegiatan ini menampilkan sejarah Istana Kepresidenan Jakarta. Durasi

pemutaran film ini berkisar 15 menit untuk setiap kelompok kunjungan. Dengan

pemutaran film ini maka ritme pergantian kelompok untuk berkeliling Istana

Kepresidenan Jakarta dapat berjalan dengan teratur. Diharapkan kegiatan ini dapat

menambah wawasan pengetahuan kepada para pengunjung tentang sejarah Istana

Kepresidenan Jakarta.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

103

Universitas Indonesia

BAB 4

MUSEUM ISTANA KEPRESIDENAN JAKARTA

4.1 Peran Museum Istana Kepresidenan sebagai Sarana Komunikasi

Pada bab 2 telah diuraikan bahwa salah satu perbedaan antara museum

tradisional dengan museum baru adalah bahwa pada museum tradisional bentuk

komunikasi yang terjadi adalah komunikasi satu arah, sedangkan pada konsep

museum baru bentuk komunikasi yang terjadi antara museum dengan pengunjung

adalah komunikasi dua arah. Bila kita mengacu pada konsep tersebut, maka

bentuk komunikasi yang terjadi di Istana Kepresidenan Jakarta saat ini cenderung

berbentuk komunikasi searah, bukan komunikasi dua arah. Sebuah pesan yang

dikirimkan oleh pemandu (transmitter) kepada pengunjung (receiver) melalui

sebuah saluran (channel) berupa alat pengeras suara, dan film. Pengunjung

sebagai penerima pesan tidak mempunyai peran yang aktif dalam proses

komunikasi, mereka lebih dominan sebagai pihak yang hanya menerima informasi

yang disampaikan oleh pemandu, tidak memiliki kesempatan untuk bertanya dan

mendapatkan informasi yang lebih banyak tentang koleksi benda seni maupun

acara kenegaraan yang terjadi di Istana Kepresidenan Jakarta. Hal ini terjadi

karena waktu yang disediakan untuk kegiatan panduan keliling Istana

Kepresidenan ini sudah terprogram dengan jadwal yang ketat. Sementara itu,

pemutaran film yang dilakukan sebelum pengunjung memasuki Istana

Kepresidenan Jakarta, hanya memberikan informasi yang sangat terbatas, yaitu

hanya berkisar pada sejarah pembangunan istana dan para pejabat yang pernah

tinggal (menempati) istana tersebut.

Komunikasi yang terjadi saat ini sesungguhnya masih dapat

dikembangkan dengan mengacu pada model komunikasi yang disampaikan oleh

Knez dan Wright (seperti ditunjukkan pada gambar 2.8). Dalam model

komunikasi ini komunikasi merupakan suatu rangkaian yang melibatkan tiga

unsur penting yaitu museum dan koleksinya, program edukasi museum, dan para

pengunjungnya seperti yang juga disampaikan oleh Suriaman (2000). Dalam

proses komunikasi ini, seorang kurator museum menentukan konten dan pesan

yang akan disampaikan dalam kegiatan eksebisi museum. Pesan tersebut

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

104

Universitas Indonesia

kemudian disampaikan menggunakan dua buah media yang berupa media primer

yaitu benda koleksi (obyek) yang ditampilkan dan media sekunder berupa

penjelasan tentang koleksi (obyek) yang ditampilkan. Sedangkan pengunjung

yang bertindak sebagai penerima pesan, tidak hanya bersikap pasif, tetapi dapat

memberikan tanggapan berupa umpan balik terhadap apa yang telah disampaikan

kurator museum.

Model komunikasi Knez dan Wright, yang terdiri dari unsur-unsur kurator,

eksebisi, dan pengunjung (visitor), selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kurator

Susan M. Pearce (dalam Susanto), menjelaskan bahwa proses kerja kurasi

yang sering dilakukan di museum-museum, secara umum dapat dijadikan sebagai

kerangka acuan kerja kurator yaitu:

1. Akuisisi

Akuisisi atau perolehan/pemilikan merupakan langkah awal dari proses

kurasi yang mengacu pada pengoleksian atau penambahan jumlah koleksi.

Ada beberapa macam jenis akuisisi, yaitu:

a) Pembelian (purchasing), yaitu akuisisi dengan jalan membeli suatu

artifak, atau karya seni dari tangan pertama misalnya masyarakat,

pemilik atau kolektor, atau pihak lain.

b) Hibah (gift or donation), yaitu akuisisi melalui pemberian dari

pihak-pihak tertentu yang memiliki perhatian terhadap suatu

bidang atau memiliki kemampuan untuk memberikan

partisipasinya.

2. Dokumentasi(documentation)

Pendokumentasian merupakan kerja pencatatan data yang menyangkut

keberadaan obyek-obyek yang telah diakuisisi. Kegiatan ini meliputi

pendataan surat-surat pembelian atau perjanjian hibah, kepemilikan, asal-

usul benda, latar belakang budaya dari obyek, ukuran-ukuran fisik dan hal

teknis lainnya yang nantinya menjadi data yang menyertai obyek tersebut

dan membantu dalam pengkajian selanjutnya.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

105

Universitas Indonesia

3. Pemeliharaan (Preservation Measures)

Preservasi merupakan kegiatan yang dilaksanakan dalam menjaga

keakuratan dan orisinalitas obyek sehingga tidak berubah keadaannya

(sehubungan dengan kondisi fisik dari obyek), juga menyangkut

penentuan ukuran kualitas penilaian dari obyek tersebut (sehubungan

dengan nilai dari obyek), baik dari segi historis, sosiologis, dan lain-lain,

sehingga nantinya dalam proses penilaian/apresiasi diketahui dari sudut

pandang mana koleksi tersebut dimaknai. Langkah preservasi dari obyek

museum ini terdiri dari: konservasi (conservation), pembersihan

(cleaning), perbaikan (repair), dan restorasi (restoration).

4. Penyimpanan (Storage)

Adalah bagian yang mengatur masalah penyimpanan koleksi di dalam

sistem penyimpanan museum yang menyangkut kategorisasi dan

pengaturan kondisi ruangan agar cocok untuk penyimpanan obyek-obyek

tersebut. Secara fisik kondisi ruang konservasi membutuhkan beberapa ciri

seperti: kondisi udara, penghindaran terhadap cahaya matahari/ultraviolet

yang biasanya merusak, temperatur yang cenderung konstan atau

amplitudo suhu yang kecil, dan kelembaban yang relatif berkisar 50-55 %.

5. Gaya/Jenis Pameran

Gaya atau jenis pameran akan juga ditentukan oleh koleksi yang dimiliki

museum. Penentuan maksud/tujuan kuratorial dalam sebuah pameran

dibatasi oleh koleksi yang tersedia di dalam inventori museum tersebut

dan oleh pengembangan wacana kajian dari obyek yang akan

direpresentasikan.

(Susanto, 2004:113-115).

Kegiatan kuratorial di Istana Kepresidenan Jakarta ditangani oleh

Subbagian Pengelolaan dan Perawatan Koleksi, Bagian Museum dan Sanggar

Seni yang secara struktural berada di bawah Deputi Kepala Rumah Tangga

Kepresidenan Bidang Kerumahtanggaan dan Pengelolaan Istana. Kegiatan

kuratorial tersebut di atas dilaksanakan secara berkala. Perawatan koleksi

misalnya, dilakukan setahun sekali. Kegiatan ini meliputi: pembersihan ringan

terhadap koleksi baik yang berada di dalam ruangan maupun koleksi yang berada

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

106

Universitas Indonesia

di luar ruangan. Kegiatan ini biasanya dilakukan sekitar bulan Juli, menjelang

peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI. Pencatatan dilakukan setiap saat

terjadi rotasi dan penambahan koleksi. Inventarisasi benda-benda seni juga

dilakukan setiap tahun sekali, dan biasanya dilakukan pada awal tahun. Kegiatan

inventarisasi ini dilakukan, selain untuk mengetahui keberadaan benda koleksi,

juga untuk mengetahui kondisi benda koleksi tersebut dalam rangka kegiatan

preservasi dan konservasi.

Kegiatan kuratorial yang meliputi akuisisi, dokumentasi, pemeliharan,

penyimpanan, dan pendisplayan karya seperti yang disebutkan di atas secara

umum sudah terlaksana dan terjadwal secara rutin. Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa kegiatan kuratorial sudah berjalan dengan baik. Kegiatan

kuratorial yang belum dilaksanakan pada Istana Kepresidenan Jakarta adalah

kegiatan riset (research). Padahal kegiatan tersebut sangat penting. Sejumlah

informasi mengenai koleksi yang akan dikomunikasikan sedapat mungkin tersedia

secara maksimal. Dalam hal ini peranan riset koleksi museum oleh kurator bidang

koleksi memegang peranan yang sangat strategis. Mereka harus menguasai betul

pendekatan disiplin ilmu yang khusus dan berkenaan dengan koleksi yang akan

ditelitinya.

Beberapa acuan yang perlu diperhatikan dalam penelitian terhadap koleksi

museum adalah: (a) permasalahan yang menjadikan koleksi sebagai data utama

penelitian; (2) penelitian secara fisik terhadap koleksi; (3) adanya pemecahan

masalah yang berkenaan dengan penelitian; (4) hasil penelitian dapat memberikan

penjelasan yang lebih luas pada koleksi yang diteliti secara mandiri; (5) hasil

penelitian dapat memberikan penjelasan secara lebih luas dalam konteks ilmu

pengetahuan, misalnya sejarah, arkeologi, antropologi, sosiologi, dan politik; (6)

hasil penelitian terhadap koleksi dapat menghasilkan suatu dukungan terhadap

suatu teori yang sudah umum, misalnya tentang difusi, akulturasi, dan local

genius; dan (7) Adanya manfaat dalam konteks kemasakinian atau masa yang

akan dating bila dilakukan penelitian terhadap koleksi (Direktorat Museum, 2008:

85 -87).

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

107

Universitas Indonesia

b. Eksebisi

Saat ini eksebisi yang dilakukan di Istana Kepresidenan Jakarta tidak

seperti eksebisi yang dilakukan oleh museum pada umumnya, karena Istana

Kepresidenan merupakan bangunan yang masih digunakan sebagai kegiatan

pemerintahan (living monument), maka tidak dapat dengan mudah mendisplay

benda-benda koleksi yang ada seperti yang dilakukan museum pada umumnya.

Terlebih lagi apabila dilihat dari fungsinya, benda-benda koleksi seni rupa di

Istana Kepresidenan merupakan penghias ruang-ruang istana (Dermawan T,

2004:2). Maka penempatan koleksi tersebut juga harus disesuaikan dengan

kondisi ruang yang ada. Hal yang dapat dilakukan agar terjadi komunikasi yang

yang optimal antara koleksi itu sendiri dengan para pengunjung, atara lain adalah

dengan memberikan informasi tentang makna yang terkandung dalam koleksi

(aspek intangible), tidak cukup hanya dengan mengandalkan label saja. Dengan

demikian pengunjung akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang lebih

berarti, tidak hanya mengetahui aspek tangible-nya saja.

c. Pengunjung (visitor)

Para pengunjung saat ini hanya dapat menerima informasi yang berkenaan

dengan Istana Kepresidenan Jakarta dari pemandu dan pemutaran film. Informasi

lain yang dapat diperoleh pengunjung adalah melalui benda-benda cinderamata

yang disediakan di toko souvenir. Bentuk komunikasi seperti ini dikenal dengan

Corporate Identity (CI). Jenis benda-benda cinderamata dimaksud antara lain

berupa: kaos, topi, mug, tas, jaket, jam tangan, pulpen, dan bentuk lainnya yang

semuanya menampilkan logo Istana Kepresidenan Jakarta. Cara ini cukup efektif

untuk mengkomunikasikan kepada masyarakat luas tentang keberadaan Istana

Kepresidenan Jakarta. Dengan demikian maka informasi tentang Istana

Kepresidenan akan semakin menyebar di masyarakat, dan pada akhirnya akan

dapat meningkatkan jumlah masyarakat untuk berkunjung ke Istana Kepresidenan

Jakarta.

Cara lain yang dapat ditempuh oleh Istana Kepresidenan Jakarta dalam

rangka meningkatkan kualitas komunikasinya kepada para pengunjung adalah

dengan mengadopsi program-program edukasi seperti yang sudah diterapkan oleh

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

108

Universitas Indonesia

Mesa Southwest Museum, yang telah disebutkan pada bab 3 ( Suriaman, 2000:57-

58) yaitu:

1. Workshop, misalnya: kegiatan membuat keramik, membatik, dan membuat

kerajinan lainnya.

2. Story Telling, yaitu dengan menceritakan suatu kisah, baik yang bersifat

legenda, hikayat maupun cerita fiksi lainnya kepada para pengunjung

museum.

3. Hands on, yaitu memperkenalkan kepada pengunjung tentang obyek atau

koleksi museum, dimana dalam kegiatan ini pengunjung dapat meraba,

mengangkat, dan mengamati koleksi secara lebih jelas.

4. Teen Overnight, yaitu kegiatan training yang bertujuan untuk memberikan

pengetahuan dan pengalaman bagi peserta, dengan diselingi permainan.

5. Docent Training, yaitu kegiatan penyuluhan kepada pemandu museum

dalam rangka meningkatkan wawasan dan pengetahuan yang telah

mereka miliki.

6. Kemah Museum, yang merupakan analogi dari kegiatan summer camp di

Mesa Southwest Museum. Sistem penyajiannya dilakukan dengan penuh

kreatifitas dalam beberapa sesi sesuai dengan bidang ilmu tertentu. Selain

teori, peserta juga dapat diberi pelatihan dan kegiatan praktis sehingga

akan lebih menarik dan berkesan bagi mereka. Peserta kemah bias berasal

dari berbagai tingkatan sekolah.

Selain itu kegiatan lain yang dapat dilakukan adalah melalui kegiatan

publisitas. Kegiatan ini merupakan hal yang penting dilakukan dalam rangka

mempromosikan dan menginformasikan berbagai program dan kegiatan kepada

masyarakat. Publisitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

1. Melalui media informasi

Pengiriman informasi tentang kegiatan museum dapat dilakukan dengan

berbagai media, seperti media cetak (surat kabar, majalah, brosur, buletin,

dan lain-lain), media elektronik (radio, televisi, slide projector, video, e-

mail, dan internet).

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

109

Universitas Indonesia

2. Kunjungan ke sekolah-sekolah

Karena banyaknya obyek yang dapat dikunjungi oleh para siswa dan guru-

gurunya, maka museum perlu melakukan usaha promosi ke sekolah-

sekolah agar mereka tertarik untuk berkunjung ke museum. Usaha ini

dapat berupa:

a. Mendistribusikan informasi pameran dan kegiatan lain kepada

guru-guru sekolah.

b. Presentasi tentang program museum di sekolah-sekolah.

c. Promosi bebas tiket masuk museum bagi para siswa.

d. Menyelenggarakan kontes yang diikuti semua kelas, dan para

pemenangnya gratis berkunjung ke museum.

3. Kerjasama (partnership)

Museum dapat melakukan kerjasama dengan para donator atau sponsor.

Bantuan mereka dapat berupa:

a. Menanggulangi separuh atau seluruh biaya periklanan untuk

kegiatan pameran atau kegiatan edukasi lainnya.

b. Mengedarkan tiket, kupon, memasang pamflet, dll.

4. Publikasi

Publikasi dapat diartikan membuat bahan berita, atau serangkaian tindakan

untuk mencatat acara yang berhubungan (baik menjadi program utama

maupun pendukung) atau membuat bahan-bahan yang berhubungan

dengan pameran (Susanto, 2004: 132). Museum dapat menerbitkan buku,

jurnal, makalah dan artikel tentang program dan kegiatan museum

maupun topik lain yang relevan.

5. Foto-foto

Museum dapat menampilkan foto-foto tentang peristiwa bersejarah untuk

dimuat dalam surat kabar, majalah, buku dan bahkan penayangan lewat

televisi atau internet. Foto-foto tersebut diberi keterangan dan penjelasan

singkat sehingga dapat lebih menarik pengunjung untuk dapat datang ke

museum.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

110

Universitas Indonesia

6. Festival

Penyelenggaraan festival di dalam maupun di sekitar museum secara tidak

langsung akan mengundang masyarakat untuk berkunjung ke museum.

Dalam kesempatan ini museum dapat melakukan upaya publikasi dan

pemasaran berupa:

a. Bebas atau diskon tiket masuk museum.

b. Melakukan kerjasama dengan sponsor.

c. Melakukan kegiatan yang berkaitan dengan festival dan program

yang lain.

7. Program Khusus

Penyelenggaraan program khusus ini dapat berupa: simposium,

mengundang pembicara dari kalangan artis, menyelenggarakan kelas anak-

anak, pemutaran film yang berkaitan dengan museum, dll.

4.2 Peran Museum Istana Kepresidenan sebagai Sarana Edukasi

Salah satu fungsi pokok museum adalah memberikan pelayanan

pendidikan (edukasi). Dewasa ini pendidikan museum tidak hanya diperuntukkan

bagi siswa saja, melainkan juga untuk melayani khalayak baik di dalam museum

maupun dalam masyarakat (Greenhill, 1996:1). Program edukasi merupakan

media yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan yang dapat dianggap

sebagai bentuk kegiatan komunikasi.

Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, konsep pendidikan

yang ingin diterapkan pada Museum Istana Kepresidenan adalah konsep

pendidikan konstruktivis. Dalam pandangan konstruktivis, peran pendidik di

museum adalah memfasilitasi cara belajar aktif melalui penanganan obyek dan

diskusi, yang dihubungkan dengan pengalaman konkret.

Dalam konteks edukasi di museum, dengan didasarkan pada paragdima

konstruktivis, museum atau pendidik dapat bertindak sebagai fasilitator. Dalam

proses belajar aktif para pengunjung museum dapat memanfatkan sarana belajar

yang ada. Hal ini mengandung pengertian bahwa pameran yang disajikan oleh

Museum Istana Kepresidenan harus dapat memberikan keleluasaan kepada para

pengunjung untuk berinteraksi secara langsung dengan koleksi. Dengan demikian

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

111

Universitas Indonesia

maka koleksi yang dipamerkan di museum harus dapat disentuh, diraba, atau

dipegang sehingga dapat merangsang proses berpikir dan merangsang pengunjung

untuk mencoba mengadakan eksplorasi terhadap koleksi yang diminatinya.

Program edukasi yang sudah dilaksanakan oleh Istana Kepresidenan

Jakarta saat ini antara lain adalah:

1) Panduan Keliling Istana Kepresidenan Jakarta

Kegiatan ini merupakan kegiatan pemanduan yang diberikan kepada

pengunjung yang datang ke Istana Kepresidenan Jakarta. Panduan keliling

dilakukan secara berkelompok. Berkaitan dengan kegiatan pemanduan tersebut,

ada beberapa masalah yang menjadi kendala. Masalah yang sering muncul dalam

kegiatan ini dapat dibagi menjadi dua bagian. Masalah pertama adalah masalah

yang berasal dari pengunjung, sedangkan masalah yang kedua, berasal dari

pemandu. Masalah yang berasal dari pengunjung antara lain adalah:

a. Tidak semua pengunjung fokus pada penjelasan yang disampaikan oleh

pemandu.

b. Banyak pengunjung yang lebih tertarik untuk memperhatikan benda-benda

koleksi yang dilihatnya, bukan memperhatikan penjelasan yang diberikan

oleh pemandu. Hal ini bisa dipahami karena bagi sebagian pengunjung,

ketika ia dapat menginjakkan kakinya di dalam Istana Kepresidenan

adalah suatu kebanggaan yang tidak dapat diukur dengan apapun dan

pengalaman itu akan mereka bawa dan mereka ceritakan kepada siapa saja.

c. Tidak semua pengunjung dalam satu rombongan dapat mendengarkan

secara optimal penjelasan yang diberikan oleh pemandu, terutama

rombongan yang berada di belakang, karena jumlah mereka cukup besar

(mencapai 20-25 orang).

Adapun masalah yang berasal dari pemandu antara lain adalah:

a. Tidak semua pemandu memiliki pengetahuan yang sama, walaupun untuk

menjadi pemandu mereka telah mendapatkan pelatihan yang sama. Hal ini

berakibat pada informasi yang diterima oleh pengunjung dapat berbeda-

beda.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

112

Universitas Indonesia

b. Karena pengetahuan yang tidak merata, sewaktu-waktu pemandu tersebut

berhalangan/tidak dapat bertugas, maka pengetahuan yang ada pada

pemandu tersebut tidak dapat digantikan oleh pemandu yang lain.

2) Pemutaran Film Istana Kepresidenan Jakarta

Kegiatan ini menampilkan sejarah Istana Kepresidenan Jakarta. Durasi

pemutaran film ini berkisar 15 menit untuk setiap kelompok kunjungan. Dengan

pemutaran film ini maka ritme pergantian kelompok untuk berkeliling Istana

kepresidenan Jakarta dapat berjalan dengan teratur. Menurut konsep pendidikan

konstruktivis, Menurut konsep pendidikan konstruktivis, pengunjung

dimungkinkan membuat suatu konstruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman

dan imajinasi yang mereka miliki. Namun demikian agar pemahaman atau

konstruksi pengetahuan yang mereka bangun masih dalam koridor pengetahuan

tentang Istana Kepresidenan, maka kiranya sebelum masyarakat berkunjung ke

museum mereka perlu memiliki bekal pengetahuan yang memadai tentang seluk-

beluk museum yang dikunjungi tersebut. Berdasarkan konsep itu maka pemutaran

film Istana Kepresidenan Jakarta sudah memenuhi apa yang dipersyaratkan oleh

konsep konstruktivis tersebut. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa

kelemahan, antara lain: materi (isi) dari film yang ditampilkan hanya

menceritakan secara sekilas tentang sejarah Istana Merdeka dan Istana Negara,

beserta para Gubernur Jenderal dan Presiden yang pernah tinggal disana.

Sementara acara-acara yang berlangsung di Istana Kepresidenan Jakarta serta

koleksi benda seni yang ada belum seluruhnya terungkap.

Kondisi seperti ini menyebabkan para pengunjung tidak dapat memperoleh

pengetahuan dan pengalaman secara lengkap. Terlebih lagi, tidak semua ruangan

yang ada di dalam Istana Kepresidenan Jakarta dapat mereka masuki. Saat ini

pengunjung hanya dapat memasuki ruang-ruang yang ada di Istana Merdeka saja

dan mereka dapat berada secara leluasa hanya di Ruang Kredensial dan Ruang

Resepsi Istana Merdeka, sedangkan untuk ruang yang lain seperti Ruang Jepara,

Ruang Tamu Ibu Negara, dan Ruang Kerja Presiden, mereka hanya bisa melihat

benda koleksi yang ada didalam dengan mengintip melalui pintu yang dibuka.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

113

Universitas Indonesia

Khusus untuk Ruang Bendera Pusaka para pengunjung tidak dapat melihat

suasana dalam ruang, karena ruang tersebut dikunci.

Untuk mengatasi keterbatasan-keterbatasan seperti yang telah disebutkan

di atas perlu diupayakan adanya suatu rancangan mengenai program-program

pendidikan yang disiapkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pengunjung.

Selanjutnya program-program pendidikan yang akan ditawarkan akan dibahas

pada sub bab 4.3 yaitu tentang Konsep Pengembangan Museum Istana

Kepresidenan Jakarta.

4.3 Konsep Pengembangan Museum Istana Kepresidenan Jakarta

Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, saat ini koleksi Istana

Kepresidenan Jakarta yang dapat dilihat oleh para pengunjung masih sangat

terbatas. Masih banyak koleksi-koleksi lain yang tidak tampak di Istana, tetapi

sangat penting diketahui oleh pengunjung karena memiliki kaitan yang erat

dengan acara-acara kenegaraan yang berlangsung di Istana Kepresidenan Jakarta.

Adapun materi koleksi yang dapat ditampilkan sebagai bentuk pengembangan

pameran yang sudah ada sekarang ini antara lain adalah:

4.3.1 Acara Kenegaraan

Menurut pasal 1 Peraturan Pemerintah No.62 Tahun 1990 tentang

Ketentuan Protokol mengenai Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata

Penghormatan, Acara Kenegaraan adalah acara yang diatur dan dilaksanakan

secara terpusat, yang dihadiri oleh Presiden dan atau Wakil Presiden serta Pejabat

Negara dan undangan lainnya. Selanjutnya acara kenegaraan yang dipilih untuk

ditampilkan dalam eksebisi Museum Istana Kepresidenan antara lain adalah:

4.3.1.1 Upacara Mengenang Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI

Tradisi pengibaran Bendera Pusaka ini sudah dimulai sejak 17 Agustus

1950, yaitu peringatan Proklamasi Kemerdekaan yang pertama dilakukan setelah

Presiden Republik Indonesia kembali dari hijrah ke Yogyakarta. Upacara serupa

sebetulnya sudah mulai dilakukan di halaman Gedung Agung Yogyakarta ketika

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

114

Universitas Indonesia

Republik Indonesia merayakan hari ulang tahun kemerdekaan yang pertama, 17

Agustus 1946. Husein Mutahar yang pada saat itu menjadi salah seorang ajudan

Presiden, dan dikenal sebagai seorang pandu aktif, diberi tugas untuk menyusun

upacara pengibaran bendera. Pada saat itu ia sudah mempunyai pemikiran bahwa

untuk menumbuhkan rasa persatuan bangsa, maka pengibaran bendera Merah-

Putih sebaiknya dilakukan oleh para pemuda yang mewakili daerah-daerah

Indonesia.

Husein Mutahar memilih lima orang pemuda yang bermukim di

Yogyakarta, terdiri dari tiga laki-laki dan dua perempuan yang mewakili daerah

masing-masing. Lima orang tersebut merupakan simbol Pancasila. Salah seorang

pengibar bendera bernama Titik Dewi, seorang pelajar SMA yang berasal dari

Sumatera Barat. Upacara bendera di halaman Gedung Agung (Istana

Kepresidenan Yogyakarta) itu diulangi lagi pada 17 Agustus 1947, 1948, dan

1949, masing-masing dengan secara bergiliran menampilkan para pemuda dari

daerah-daerah Indonesia lainnya.

Pada tahun 1967, Husein Mutahar yang pada waktu itu sebagai Direktur

Jenderal urusan Pemuda dan Pramuka pada Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, dipanggil oleh Presiden Soeharto dan diberi tugas untuk menyusun

tatacara pengibaran Bendera Pusaka. Sesuai dengan perkembangan keadaan,

Mutahar mengembangkan tatacara pengibaran Bendera Pusaka menjadi satu

pasukan yang terdiri atas tiga kelompok, yaitu: (1) kelompok 17 bertindak sebagai

pengiring atau pemandu, (2) kelompok 8 bertindak sebagai kelompok inti

pembawa bendera, dan (3) kelompok 45 bertindak sebagai pengawal. Ketiga

kelompok itu merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik

Indonesia. Ujicoba yang sukses pada tahun 1967 selanjutnya dimantapkan lagi

pada tahun 1968. Pada tahun 1973, Idik Sulaeman yang telah terlibat sebagai

Pembina pasukan pengibar bendera sejak tahun 1967, mengusulkan sebuah nama

baru. Sebelumnya pasukan pengibar bendera itu disebut Pasukan Pengerek

Bendera Pusaka. Usulan Idik adalah sebuah nama Pasukan Pengibar Bendera

Pusaka yang disingkat Paskibraka. Koreografi ciptaan Husein Mutahar untuk tata

upacara pengibaran Bendera Pusaka kini telah dibakukan.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

115

Universitas Indonesia

Foto 4.1 Upacara Mengenang Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI (Sumber: Biro Pers dan Media Rumah Tangga Kepresidenan)

Foto 4.2 Upacara Mengenang Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI (Sumber: Biro Pers dan Media Rumah Tangga Kepresidenan)

4.3.1.2 Kunjungan Tamu Negara

Secara garis besar, kunjungan tamu/pejabat asing ke Indonesia dapat

dibagi dalam tiga kategori, yaitu: (1) kunjungan yang dilakukan oleh

Kepala/Wakil Kepala Negara/Pemerintahan asing ke Indonesia. Dalam hal ini

tamu yang berkunjung disebut Tamu Negara, (2) kunjungan yang dilakukan oleh

Menteri/pejabat setingkat Menteri, dan (3) kunjungan Duta Besar Asing kepada

Pejabat Negara/Pemerintah RI.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

116

Universitas Indonesia

Menurut sifatnya kunjungan yang dilakukan oleh seorang Tamu Negara

(Presiden/Wakil Presiden, Raja, Ratu, Kepala/Wakil Kepala Pemerintahan Asing

dapat dibedakan menjadi:

1. Kunjungan Kenegaraan adalah kunjungan yang dilakukan oleh seorang

Kepala/Wakil Kepala Negara Asing yang mana kunjungan tersebut

merupakan kunjungan yang pertama ke Indonesia sejak ia menduduki

jabatannya.

2. Kunjungan Resmi adalah kunjungan yang dilakukan oleh seorang

Kepala/wakil Kepala Negara Asing yang mana kunjungan tersebut bukan

merupakan kunjungan yang pertama ke Indonesia sejak ia menduduki

jabatannya; atau kunjungan yang dilakukan oleh seorang Kepala/Wakil

Kepala pemerintahan Asing ke Indonesia.

3. Kunjungan Kerja adalah kunjungan yang dilakukan oleh seorang

Kepala/Wakil Kepala Negara Asing atau Kepala/Wakil Kepala

Pemerintahan Asing dalam rangka menghadiri suatu

konperensi/pertemuan/seminar atau sejenisnya di Indonesia.

4. Kunjungan Pribadi adalah kunjungan yang dilakukan oleh seorang Kepala

Negara/Pemerintahan Asing ke Indonesia dalam kapasitas pribadi. Namun

demikian, meskipun kunjungan tersebut bersifat pribadi, kepadanya tetap

diberikan perlakuan VVIP (dengan kadar tertentu) serta fasilitas

keprotokolan dan pengamanan penuh mengingat jabatan yang melekat

pada dirinya.

Pada Kunjungan Kenegaraan atau Kunjungan Resmi, terdapat beberapa

mata acara pokok kunjungan yang sudah bersifat baku, yang selalu dilakukan

pada setiap kunjungan dimaksud, yaitu:

1. Upacara Penyambutan Kenegaraan di Istana Merdeka;

2. Foto bersama (photo session);

3. Kunjungan kehormatan kepada Presiden Republik Indonesia (courtesy

call);

4. Pertemuan bilateral pleno antara delegasi tamu dengan delegasi tuan

rumah;

5. Penandatanganan nota kesepahaman (jika ada);

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

117

Universitas Indonesia

6. Pernyataan/konperensi pers bersama (joint press briefing/conference);

7. Jamuan santap malam kenegaraan (state banquet);

8. Peletakan karangan bunga di Taman Makam Pahlawan Kalibata, dan

9. Kunjungan kehormatan kepada ketua MPR RI dan Ketua DPR RI.

Pada Kunjungan Kerja, tidak dilakukan:

1. Upacara penyambutan kenegaraan;

2. Jamuan santap malam kenegaraan;

3. Peletakan karangan bunga di Taman Makam Pahlawan Kalibata;

4. Kunjungan kehormatan kepada Ketua MPR RI dan/atau Ketua DPR RI.

Pada Kunjungan Pribadi, biasanya mata acara pokok yang dilakukan

hanyalah kunjungan kehormatan (courtesy call) kepada Presiden RI. Acara-acara

lainnya bersifat pribadi, misalnya mengunjungi objek-objek wisata tertentu, pusat-

pusat kerajinan tangan, dan sebagainya.

Foto 4.3 dan 4.4 Rangkaian Acara Kunjungan Tamu Negara (Sumber: Biro Pers dan Media Rumah Tangga Kepresidenan)

4.3.1.3 Upacara Penyerahan Surat-Surat Kepercayaan (Kredensial)

Prosesi pelaksanaan acara Penyerahan Surat-Surat Kepercayaan Duta

Besar asing kepada Presiden RI dilakukan dengan pengaturan protokol sebagai

berikut:

1. Penjemputan Duta Besar di kediaman Duta Besar atau di kantor Kedutaan

Besarnya atau di hotel tempat ia tinggal sementara, oleh Direktur protokol

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

118

Universitas Indonesia

Departemen Luar Negeri. Penjemputan dilakukan dengan kendaraan yang

terdiri dari: 4 motor kawal (voorijder), 1 mobil patwal, 1 mobil

kepresidenan untuk Duta Besar, serta 1 atau lebih mobil lainnya bagi staf

diplomatik pendamping Duta Besar. Pada mobil Kepresidenan dipasang

bendera merah putih di bagian depan tengah.

2. Setelah memasuki pintu gerbang Istana Merdeka, konvoi kendaraan

berhenti di sayap kanan Istana, tepat di dekat karpet merah yang telah

disiapkan untuk menyambut kedatangan Duta Besar. Disana telah

menunggu Ajudan Kepresidenan (ADC/Aide-de-Camp) yang bertugas

menyambut Duta Besar.

3. Selanjutnya Duta Besar dan staf pengikutnya dipersilakan turun oleh

ADC, dan berjalan di atas karpet merah menuju bagian tengah lapangan

upacara, dengan formasi ADC disebelah kanan Duta Besar dan Direktur

Protokol di sebelah kiri Duta Besar. Para staf pengikut Duta Besar berjalan

mengiringi di belakang Duta Besar.

4. Setelah tiba di tengah lapangan upacara (di depan tangga Istana Merdeka),

Duta Besar dipersilakan untuk menghadap Barisan kehormatan. Posisi

Direktur Protokol dan ADC tetap sama, masing-masing di kiri dan kanan

Duta Besar. Para staf pengikut Duta Besar berdiri berjajar di belakang-

kanan Duta Besar. Barisan Kehormatan kemudian memberikan

penghormatan dan Korps Musik Pasukan Pengaman Presiden

(Paspampres) memperdengarkan lagu kebangsaan Negara sang Duta

Besar.

5. Setelah lagu kebangsaan selesai diperdengarkan, Duta Besar dipersilakan

menaiki tangga Istana, dengan Direktur Protokol dan ADC tetap mengapit

Duta Besar masing-masing kiri dan kanan. Staf pengikut Duta Besar

mengiringi di belakang.

6. Di anak tangga paling atas, yaitu diserambi Istana, Duta Besar disambut

oleh Kepala Protokol Istana Kepresidenan (yaitu Kepala Biro Protokol

Rumah Tangga Kepresidenan) yang kemudian mengantar Duta Besar dan

para staf pengikutnya menuju Drawing Room.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

119

Universitas Indonesia

7. Di pintu Drawing Room, Duta Besar dan pengikutnya disambut oleh

Kepala Protokol Negara/KPN (yaitu Direktur Jenderal Protokol dan

Konsuler, Departemen Luar negeri RI), yang kemudian mempersilakan

Duta Besar mengisi dan menandatangani Buku Tamu.Sementara itu, para

pengikut Duta Besar duduk menunggu di kursi tamu Drawing Room.

8. Setelah ADC mengisyaratkan kepada KPN bahwa Presiden RI siap

menerima Duta Besar, maka KPN mempersilakan Duta Besar - yang telah

siap memegang dokumen Surat-Surat Kepercayaan (Credential Letters) –

dan para staf pengikutnya untuk meninggalkan Drawing Room menuju

Credential Hall melalui pintu utama Istana. Duta Besar didampingi oleh

KPN di sisi kiri dan ADC di sisi kanan, sedangkan staf pengikut Duta

Besar mengiringi dari belakang.

9. Sementara itu, di dalam Credential Hall Prseiden RI telah berdiri

menunggu Duta Besar. Pada sisi kanan-belakang Prasiden RI berdiri

berturut-turut Menteri Luar Negeri RI dan para pejabat Eselon I dan II

Departemen Luar Negeri yang mendampingi Menteri Luar Negeri

(termasuk para Direktur yang membawahi kawasan Negara Duta Besar

yang menyerahkan Credential Letters). Sedangkan pada sisi kiri-belakang

Presiden RI berdiri berturut-turut Menteri Sekretaris Negara, sekretaris

Kabinet, Sekretaris Militer Presiden, dan Kepala Rumah Tangga

Kepresidenan.

10. Setelah Duta Besar berada di dalam Credential Hall, KPN melaporkan

keberadaan Duta Besar kepada Presiden dan mempersilakan Duta Besar

untuk menyerahkan Surat-Surat Kepercayaan kepada Presiden.

Selanjutnya, tanpa membuka segel amplop Surat-Surat Kepercayaan

tersebut, Presiden menyerahkannya kepada Menteri Luar Negeri.

11. Selanjutnya Presiden RI berjabat tangan dengan Duta Besar, kemudian

Duta Besar diperkenalkan oleh KPN kepada Menteri Luar Negeri, Menteri

Sekretaris Negara serta para pejabat lainnya yang hadir. Kemudian Duta

Besar memperkenalkan satu persatu staf pengikutnya kepada Presiden.

12. Setelah itu, KPN mempersilakan Presiden dan Duta Besar menuju Ruang

Jepara didampingi Menteri Luar Negeri, Menteri Sekretaris Negara dan

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

120

Universitas Indonesia

Sekretaris Kabinet. Para staf pengikut Duta Besar tetap berada di ruang

Credential Hall untuk beramah-tamah dengan pejabat Departemen Luar

Negeri yang hadir.Presiden yang didampingi Menlu, Mensesneg dan

Seskab, beramah tamah dengan Duta Besar di Ruang Jepara (biasanya

berlangsung antara 15-30 menit).

13. Setelah acara ramah-tamah di Ruang Jepara selesai, Duta Besar mohon diri

kepada Presiden untuk meninggalkan tempat.

14. Selanjutnya Duta Besar didampingi KPN di sisi kiri dan ADC di sisi

kanan, meninggalkan Ruang Jepara, melewati ruang Credential Hall,

menuju pintu utama, melewati serambi, menuruni tangga depan Istana

Merdeka, dan berhenti di anak tangga ke enam dari atas. Para staf pengikut

Duta Besar dipersilakan langsung menuju anak tangga paling bawah,

dengan posisi di sebelah kanan Duta Besar.

15. Kemudian Barisan Kehormatan memberikan penghormatan, dan Korps

Musik PASPAMPRES memperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia

Raya. Duta Besar bersangkutan membalas member penghormatan

dimaksud menurut cara yang berlaku dinegerinya sendiri.

16. Setelah lagu kebangsaan Indonesia Raya selesai diperdengarkan, Duta

Besar dipersilakan menuruni anak tangga, dan setelah tiba di anak tangga

paling bawah KPN menyampaikan kepada Duta Besar bahwa acara telah

selesai. Duta Besar dan para staf pengikutnya lalu mohon diri pada KPN.

17. Selanjutnya Duta Besar didampingi Direktur protokol di sisi kiri dan ADC

di sisi kanan, berjalan di atas karpet merah menuju konvoi kendaraan yang

telah disiapkan di sayap kanan Istana Merdeka.

18. Setelah tiba di dekat kendaraan, Duta Besar berpamitan dengan ADC dan

dipersilakan menaiki mobil yang telah disiapkan, didampingi Direktur

Protokol (Duta Besar duduk di sebelah kiri dan Direktur Protokol di

sebelah kanan).

19. Konvoi kendaraan meninggalkan Istana Merdeka menuju Kediaman Duta

Besar, atau kantor Kedutaan Besarnya, atau hotel tempat tinggal sementara

Duta Besar.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

121

Universitas Indonesia

Foto 4.5 dan 4.6 Rangkaian Upacara Kredensial (Sumber: Biro Pers dan Media Rumah Tangga Kepresidenan)

4.3.2 Koleksi yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan Acara

Kenegaraan di Istana Kepresidenan Jakarta.

Yang dimaksud dengan koleksi yang berkaitan langsung dengan

pelaksanaan acara kenegaraan adalah benda-benda yang dikenakan atau

digunakan pada saat acara kenegaraan berlangsung. Benda-benda tersebut antara

lain berupa:

4.3.2.1 Koleksi Seragam Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres)

Seragam Pasukan Pengaman Presiden berkembang seiring dengan

perkembangan jaman. Gagasan tentang penggantian pakaian seragam protokol

Paspampres yang bercirikan budaya Indonesia mulai tercetus pada awal bulan

Maret 1996. Dalam sebuah perjalanan wisata kenegaraan, Joop Ave yang pada

waktu itu menjabat Menteri Pos dan Pariwisata, mengemukakan ide untuk

mengganti pakaian seragam khusus Protokol dan Pengawal Istana kepada

Panglima ABRI Jenderal TNI Feisal Tanjung. Pada perbincangan ini kemudian

muncul pemikiran untuk mengganti pakaian seragam dengan hasil rancangan

disainer Indonesia, dimana seragam tersebut menunjukkan ciri-ciri budaya bangsa

serta tidak sekedar menonjolkan ciri khas kemiliterannya. Ide tersebut oleh

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

122

Universitas Indonesia

Jenderal TNI Feisal Tanjung kemudian dikemukakan kepada Presiden Soeharto

untuk memohon persetujuannya.

Gagasan ini akhirnya ditindaklanjuti oleh Mayor jenderal TNI Sugiono,

Komandan Paspampres waktu itu. Dalam pelaksanaannya, contoh awal dari

seragam baru tersebut sudah bisa digelar pada saat peringatan hari jadi ke-30

paspampres tahun 1996. Bertindak sebagai perancang pakaian seragam protokol,

Samuel Wattimena dengan dukungan produser PT.Tempa Bersama.

Pada tanggal 24 Mei 1996 diselenggarakan presentasi tahap kedua di

depan Kepala Staf Umum ABRI Letnan Jenderal TNI Suyono. Pada saat itu

ditampilkan lima contoh pakaian seragam sehingga terpilih satu set seragam yang

akan dimodifikasi dari tiga set lainnya. Tahap ketiga presentasi dilakukan dengan

tiga set seragam yang sudah mengalami penyempurnaan. Presentasi berlangsung

di depan Kasum ABRI Letnan Jenderal TNI Suyono dan Asisten Personalia ABRI

Mayor Jenderal TNI A.Djalal Bachtiar. Presentasi dilanjutkan di Bina Graha,

dihadiri Menteri Pariwisata, Pos dan telekomunikasi Joop Ave dan Menteri Ristek

Prof.Dr.Ing. B.J. Habibie.

Tahap keempat presentasi berlangsung tanggal 20 Juni 1996 dilaksanakan

dengan empat set seragam khusus di Bina Graha. Dalam kesempatan tersebut

hadir presiden Soeharto. Pada saat itu langsung dipilih satu proto type pakaian

seragam protokol dengan penyempurnaan pada kancing serta pita dada. Akhirnya

pada tanggal 25 juni 1996 berlangsung presentasi tahap kelima dengan

menampilkan dua set pakaian seragam khusus protokol di kediaman resmi

Presiden Soeharto di jalan Cendana, Jakarta Pusat. Sekitar pukul 17.15 hari itu

juga, disetujui satu set seragam protokol. Pakaian seragam yang sampai sekarang

ini digunakan sebagai seragam khusus Paspampres, pakaian ini digunakan para

perwira, bintara dan tamtama dalam rangka kegiatan protokoler kenegaraan.

Sebagai gambaran, seragam Paspampres dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

123

Universitas Indonesia

Foto 4.7 dan 4.8 Seragam Paspampres Tahun 1966 (Sumber: Biro Pers dan Media Rumah Tangga Kepresidenan)

Foto 4.9 Seragam Pasukan Kehormatan

(Sumber: Biro Pers dan Media Rumah Tangga Kepresidenan)

Foto 4.10 Seragam Pasukan Penyelamatan (Matan) (Sumber: Biro Pers dan Media Rumah Tangga Kepresidenan)

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

124

Universitas Indonesia

4.3.2.2 Koleksi Seragam Pramusaji

Seragam pramusaji di Istna Kepresidenan dari masa ke masa telah

mengalami beberapa kali perubahan, walaupun hanya sedikit. Perubahan tersebut

didasarkan pada kebijakan dari pimpinan negara yang berkuasa pada saat itu.

Seragam pramusaji secara umum terdiri dari penutup kepala, jas dengan krah

sanghai seperti layaknya baju melayu, dan celana panjang. Apabila dilihat dari

fungsinya, pemakaian seragam pramusaji ini dapat dibedakan menjadi dua

macam. Untuk pelayanan rutin di Istana Kepresidenan, pakaian yang digunakan

adalah pakaian dinas harian dengan setelan baju putih dan celana hitam. Untuk

pelayanan pada kegiatan jamuan kenegaraan seragam yang digunakan adalah

setelan baju hitam dan celana hitam. Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto

seragam pramusaji terdiri dari penutup kepala berupa peci berwarna hitam, baju

berwarna putih, dan celana panjang berwarna hitam (lihat foto 4.11 dan foto 4.12).

Bentuk seragam semacam itu cenderung tidak mengalami perubahan hingga masa

pemerintahan Presiden B.J. Habibie dan Presiden Abdurrahman Wahid.

Foto 4.11 dan 4.12 Seragam Pramusaji Masa Pemerintahan Presiden Soeharto (Sumber: Dok. Pribadi)

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

125

Universitas Indonesia

Foto 4.13 Seragam Pramusaji untuk Jamuan Kenegaraan (Sumber: Dok. Pribadi)

Berbeda dengan masa pemerintahan sebelumnya, seragam pramusaji pada

masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, mengalami beberapa

perubahan. Perubahan tersebut antara lain tampak pada penutup kepala yang

berupa ikat kepala ala Bali dan baju jas panjang dengan krah sanghai berwarna

hitam, dan celana panjang berwarna hitam. Perbedaan yang lain adalah terdapat

kain sarung ala Bali yang diikatkan di pinggang. Namun demikian pemakaiannya

lebih mirip dengan pakaian melayu (lihat foto 4.14 dan 4.15).

Foto 4.14 dan 4.15 Seragam Pramusaji Masa Pemerintahan Presiden Megawati (Sumber: Dok. Pribadi)

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

126

Universitas Indonesia

Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, seragam

pramusaji Istana Kepresidenan kembali mengalami perubahan. Perubahan tersebut

terdapat pada baju lengan panjang yang berwarna putih ditambah pelisir hitam

pada bagian kerah dan ujung lengan, sedangkan celana panjang tetap berwarna

hitam (lihat foto 4.16).

Foto 4.16 Seragam Pramusaji Pada Masa Pemerintahan Presiden SBY (sumber: Dok. Pribadi)

4.3.2.3 Koleksi Peralatan Makan dalam Acara Jamuan Kenegaraan

Kebiasaan pada jamuan resmi berlainan dengan makan-makan biasa,

dimana kadang-kadang tidak dipakai kain penutup meja yang panjang, akan tetapi

alas kecil sebesar serbet untuk tiap orang. Pada jamuan resmi harus dipakai kain

penutup meja yang panjang, dihiasi dengan jambangan bunga yang indah sebagai

center piece. Nama-nama makanan dicantumkan dalam bahasa Perancis, dan tiap

tempat harus ditandai dengan kartu nama (tertulis lengkap). Paling sedikit harus

ada enam macam hidangan. Perjamuan makan resmi pada waktu siang hari tidak

boleh diadakan sebelum jam 13.30 dan waktu makan malam tidak diadakan

sebelum jam 20.00 (Rumah Tangga Kepresidenan,1993:12).

Susunan alat-alat makan dalam suatu jamuan kenegaraan dapat dilihat

dalam gambar berikut:

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

127

Universitas Indonesia

Gambar 4.1 Susunan Peralatan Makan Jamuan Kenegaraan (Sumber: Kleinsteuber, 1997: 59)

4.3.2.4 Koleksi Benda Cetakan (kartu udangan, daftar menu ) dalam Acara

Jamuan Kenegaraan.

Sehubungan dengan kegiatan Jamuan Kenegaraan, ada beberapa

kelengkapan yang perlu disiapkan selain peralatan makan. Kelengkapan-

kelengkapan tersebut antara lain berupa kartu undangan, daftar menu, dan daftar

nama tamu yang akan mengikuti Jamuan Kenegaraan. Kartu undangan

merupakan hal yang sangat mutlak disiapkan, mengingat tidak sembarang orang

dapat mengikuti Jamuan Kenegaraan di Istana Kepresidenan, sehingga hanya

orang yang memiliki undangan saja yang dapat hadir dalam acara Jamuan

Kenegaraan. Daftar menu dimaksudkan agar tamu yang hadir pada Jamuan

Kenegaraan tersebut mengetahui jenis menu yang dihidangkan dalam jamuan

tersebut. Sementara itu kartu nama digunakan untuk pengaturan tata tempat

(preseance). Sebagai gambaran, contoh benda cetakan berupa kartu undangan

dalam Jamuan Kenegaraan dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut:

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

128

Universitas Indonesia

Gambar 4.2 Undangan Jamuan Kenegaraan (Sumber: Biro Protokol Rumah Tangga Kepresidenan)

4.3.3 Pameran

Dalam merancang pameran, Museum Istana Kepresidenan Jakarta dapat

menentukan presentasi seperti apa yang akan digunakan. Salah satu pendekatan

komunikasi yang dikemukakan oleh Barry Lord dan Gail Dexter Lord, berikut ini

dapat menjadi alternatif dalam perancangan pameran museum, yaitu:

a. Pendekatan Kontemplatif

Pendekatan ini umumnya digunakan pada galeri seni, tetapi untuk

meningkatkan rasa kekaguman terhadap koleksi juga dapat diterapkan di

museum. Dalam pendekatan ini koleksi museum dipresentasikan dari segi

estetika yang mengutamakan perasaan emosional.

b. Pendekatan Tematik

Pendekatan ini mengelompokkan obyek museum dalam tema-tema

tertentu menggunakan grafis dan sarana penjelasan lainnya. Pendekatan ini

sering dikatakan pendekatan yang bersifat didaktis. Umumnya pendekatan

ini digunakan dalam museum sejarah atau museum ilmu pengetahuan.

c. Pendekatan Environmental

Pendekatan ini memanfaatkan setting ruangan berskala besar untuk

menampilkan suasana yang sebenarnya dari koleksi.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

129

Universitas Indonesia

d. Pendekatan Sistematik

Pameran ini menyajikan berbagai jenis koleksi yang beragam dilengkapi

informasi yang lengkap dalam berbagai sarana seperti kartu maupun

komputer.

e. Pendekatan Interaktif

Pendekatan ini melibatkan pengunjung untuk berperan secara aktif dalam

kunjungannya seperti, penggunaan computer layar sentuh (touch screen).

f. Pendekatan hand-on

Pendekatan ini mendukung pengunjung untuk belajar melalui pengalaman

fisik. Dalam pameran ini pengunjung diizinkan untuk menyentuh dan

menggunakan koleksi sebagai bagian dari proses pembelajaran (Lord dan

Lord, 1997:88).

Selanjutnya pendekatan tersebut dapat dilaksanakan dengan menggunakan

media. Media yang dapat digunakan untuk display museum dibedakan menjadi

media statis dan media dinamis. Secara rinci pengelompokan jenis display

museum tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Jenis Display Museum

Statis Dinamis

Obyek Teks dan label Model Gambar Foto Diorama Tab Leaux Lermbar informasi Buku panduan Lembar kerja

Live interpretation Sound-guide Pemanduan Ceramah Film/video/slide Model bergerak dan animationik Komputer interaktif Alat mekanis interaktif Objek yang dapat disentuh Drama websita

(Sumber: Ambrose dan Paine, 2006:80)

Pemilihan media yang akan digunakan tersebut di atas akan sangat

ditentukan oleh obyek yang akan ditampilkan, disamping itu juga ditentukan oleh

sasaran pada pengunjung. Teknik-teknik tersebut bukanlah sesuatu yang bersifat

baku, melainkan dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada dan dapat dikreasikan

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

130

Universitas Indonesia

dalam inovasi yang baru. Untuk mendukung informasi mengenai koleksi, selain

label dan deskripsi yang sudah ada juga ditunjang dengan keterangan-keterangan

lain yang bisa diperoleh melalui teknologi layar sentuh (touch screen) (lihat foto

4.17 dan foto 4.18).

Foto 4.17 Displai Karya yang dilengkapi dengan Label (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)

Foto 4.18 Perangkat Teknologi Layar Sentuh (Touch Screen) (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)

Untuk memamerkan pakaian seragam Pasukan Pengaman Presiden

(Paspampres) dan pakaian seragam Pramusaji Istana Kepresidenan dapat

dilakukan dengan menggunakan lemari display yang berisi boneka manequin.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

131

Universitas Indonesia

Cara semacam ini sudah dilakukan di Museum Istana Kepresidenan Yogyakarta

(lihat foto 4.19 dan foto 4.20).

Foto 4.19 Display Pasukan Keraton

(Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)

Foto 4.20 Display Pasukan Keraton (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

132

Universitas Indonesia

Sementara itu,untuk pen–display-an berbagai macam koleksi secara optimal

dengan dukungan pencahayaan dan informasi tentang koleksi yang ditampilkan

dapat dilihat dalam foto 4.21 dan 4.22 sebagai berikut:

Foto 4.21 Display Deskripsi Karya (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)

Foto 4.22 Display Koleksi (Sumber: Bagian Museum dan Sanggar Seni Rumah Tangga Kepresidenan)

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

133

Universitas Indonesia

Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab1 bahwa Istana Kepresidenan

Jakarta tidak mungkin diubah sebagai museum yang sebenarnya. Sementara itu

disisi lain pengunjung Istana Kepresidenan Jakarta sangat membutuhkan berbagai

informasi mengenai kegiatan yang dilaksanakan di Istana Kepresidenan Jakarta

yang selama ini tidak dapat dilihat dan dialami secara langsung oleh para

pengunjung. Oleh sebab itu untuk memberikan solusi atas permasalahan ini perlu

dibuat Museum Istana Kepresidenan Jakarta.

Tujuan dari pendirian Museum Istana Kepresidenan Jakarta ini adalah

untuk memberikan bekal pengetahuan kepada para pengunjung tentang berbagai

koleksi yang dimiliki oleh Istana Kepresidenan dan berbagai peristiwa acara

kenegaraan yang terjadi di Istana Kepresidenan Jakarta, sehingga ketika para

pengunjung masuk ke dalam Istana Kepresidenan Jakarta dan berkeliling di dalam

lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta mereka telah memiliki bekal pengetahuan

yangberkaitan dengan Istana Kepresidenan Jakarta.

Hal-hal yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya (Bab 4),

merupakan upaya dalam rangka mewujudkan pendirian museum tersebut. Setelah

para pengunjung memiliki bekal pengetahuan yang diperoleh di Museum Istana

Kepresidenan Jakarta, maka para pengunjung dapat secara bebas mengkonstruk

berbagai pengetahuan mereka. Disinilah proses konstruktivis berlangsung.

Dengan demikian, konsep konstruktivis sebenarnya ditujukan/dimaksudkan bagi

siapa saja yang datang melakukan kunjungan ke Istana Kepresidenan Jakarta.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

134

Universitas Indonesia

BAB 5

PENUTUP

Di akhir tulisan ini kiranya perlu dikemukakan kembali masalah yang

dikaji dalam penelitian ini. Selanjutnya dikemukakan pula hasil-hasil yang dicapai

melalui penelitian. Sebagaimana dikemukakan pada bab 1 masalah yang dikaji

dalam penelitian ini adalah kegiatan komunikasi dan edukasi yang dilaksanakan di

Istana Kepresidenan Jakarta. Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa konsep

komunikasi dan edukasi yang ideal dapat dilakukan apabila di Istana

Kepresidenan Jakarta terdapat museum.

Saat ini, kondisi yang terjadi adalah bahwa Istana Kepresidenan Republik

Indonesia yang merupakan living monument, masih digunakan untuk kepentingan

Pemerintahan Republik Indonesia, dan pemanfaatannya sebagai ruang publik

diatur secara ketat sehingga berimplikasi langsung kepada pengunjung yang tidak

dapat secara leluasa untuk memilih dan mengapresiasi koleksi dalam waktu yang

cukup lama, seperti halnya kalau mereka mengunjungi museum pada umumnya.

Pengunjung tidak dapat secara leluasa untuk mengamati koleksi benda seni yang

ada di dalamnya karena waktu kunjungan dan alur kunjungan sudah diatur

sedemikian rupa sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pengelola

Wisata Istana Kepresidenan Jakarta.

Berdasarkan kajian yang dilakukan dalam tulisan ini, kiranya perlu

dipikirkan konsep pengembangan Museum Istana Kepresidenan Jakarta sebagai

berikut:

1. Konsep komunikasi yang ada saat ini, yang dapat dilihat dalam bentuk

kegiatan panduan keliling dan pemutaran film sejarah Istana Kepresidenan

Jakarta, masih mengarah pada model komunikasi searah, bukan model

komunikasi dua arah. Pengunjung sebagai penerima pesan tidak

mempunyai peran yang aktif dalam proses komunikasi, mereka lebih

banyak hanya menerima informasi yang disampaikan oleh pemandu, dapat

dikembangkan dengan mengacu pada model komunikasi yang

disampaikan oleh Knez dan Wright (seperti ditunjukkan pada gambar 2.8).

Dalam model komunikasi ini komunikasi merupakan suatu rangkaian yang

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

135

Universitas Indonesia

melibatkan tiga buah unsur penting yaitu museum dan koleksinya,

program edukasi museum, dan para pengunjungnya. Dalam kegiatan

komunikasi tersebut pesan disampaikan menggunakan dua buah media

yang berupa media primer yaitu koleksi (obyek) yang ditampilkan dan

media sekunder berupa penjelasan tentang koleksi (obyek) yang

ditampilkan tersebut. Peran pengunjung sebagai penerima pesan tidak

hanya bersikap pasif, tetapi dapat memberikan tanggapan berupa umpan

balik. Untuk dapat merealisasikan hal ini maka Istana Kepresidenan

Jakarta perlu menyiapkan sebuah museum khusus yang terletak di luar

Istana Kepresidenan Jakarta, sehingga para pengunjung dapat

mengeksplorasi materi apa saja yang ingin diketahuinya tanpa

mengganggu jalannya aktivitas pemerintahan yang terjadi di Istana

Kepresidenan Jakarta.

2. Konsep edukasi yang ditawarkan untuk diterapkan pada Museum Istana

Kepresidenan Jakarta adalah konsep pendidikan konstruktivis. Dalam

pandangan konstruktivis, peran pendidik di museum adalah memfasilitasi

cara belajar aktif melalui penanganan obyek dan diskusi, yang

dihubungkan dengan pengalaman konkret. Pameran konstruktivis akan

memungkinkan untuk menyajikan berbagai perspektif, mengesahkan cara

yang berbeda pada penginterpretasian objek dan mengacu pada poin-poin

yang berbeda dari pandangan dan kebenaran yang berbeda tentang

pengenalan material. Hal ini mengandung pengertian bahwa pameran yang

disajikan oleh Museum Istana Kepresidenan harus dapat memberikan

keleluasaan kepada para pengunjung untuk berinteraksi secara langsung

dengan koleksi yang disajikan. Dengan demikian maka koleksi yang

dipamerkan di museum harus dapat disentuh, diraba, atau dipegang

sehingga dapat merangsang proses berpikir dan merangsang pengunjung

untuk mencoba mengadakan eksplorasi terhadap koleksi yang diminatinya.

Oleh karena itu pendekatan pembelajaran aktif sebagai suatu bentuk

strategi yang akan diterapkan harus memperhatikan unsur-unsur sebagai

berikut: (1) berpusat pada siswa; (2) memiliki penekanan pada

menemukan; (3) memberdayakan semua indera dan potensi siswa; (4)

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

136

Universitas Indonesia

menggunakan berbagai macam media; dan (5) disesuaikan dengan

pengetahuan yang sudah ada. Dengan demikian penataan pameran yang

harus dilakukan oleh pengelola Museum Istana Kepresidenan Jakarta

harus memperhatikan hal-hal seperti yang dikemukakan oleh Hein, sebagai

berikut:

a. memiliki banyak pintu masuk, tanpa alur yang spesifik dan tidak

ada permulaan dan akhir;

b. menyediakan suatu cakupan yang luas dari model pembelajaran

aktif (active learning);

c. menghadirkan berbagai cakupan sudut pandang (points of view);

d. memungkinkan para pengunjung untuk berhubungan dengan obyek

dan gagasan-gagasan melalui suatu aktivitas yang menggunakan

pengalaman-pengalaman hidup yang mereka miliki;

e. menyediakan pengalaman-pengalaman dan bahan-bahan yang

memungkinkan mereka untuk mengadakan percobaan, dugaan, dan

menarik kesimpulan-kesimpulan(Hein,1998:35).

3. Tujuan dari pendirian Museum Istana Kepresidenan Jakarta dimaksudkan

untuk memberikan bekal pengetahuan kepada para pengunjung tentang

berbagai koleksi yang dimiliki oleh Istana Kepresidenan dan berbagai

peristiwa acara kenegaraan yang terjadi di Istana Kepresidenan Jakarta,

sehingga ketika para pengunjung masuk ke dalam Istana Kepresidenan

Jakarta dan berkeliling di dalam lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta

mereka telah memiliki bekal pengetahuan yangberkaitan dengan Istana

Kepresidenan Jakarta.

4. Acara Kenegaraan dan koleksi benda seni yang ada di Istana Kepresidenan

Jakarta dapat ditampilkan menggunakan pendekatan interaktif. Melalui

pendekatan ini maka pengunjung akan terlibat dan berperan aktif dalam

museum. Adapun teknik yang dapat digunakan antara lain adalah dengan

menggunakan :

a. Teknologi komputer layar sentuh (touch screen).

b. Pendekatan hand-on, yaitu pengunjung diizinkan menyentuh dan

memegang koleksi.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

137

Universitas Indonesia

c. Tata pamer (display) benda koleksi yang dilengkapi dengan

informasi lengkap dalam berbagai sarana, seperti label dan

komputer.

5. Proses konstruktivis sebenarya terjadi pada saat pengunjung masuk dan

berkeliling di dalam Istana Kepresidenan Jakarta, setelah mereka memiliki

bekal pengetahuan yang diperoleh dari Museum Istana Kepresidenan

Jakarta.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

138

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Buku Ambrose, Timothy dan Paine, Crispin. (2006). Museum Basic , 2nd edition, London and New York: Routledge. Asiarto, Luthfi.( 1980). Dasar-Dasar Bimbingan Edukatif Museum, Jakarta. Baharuddin dan Wahyuni, Esa Nur. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Beer, Valorie. (1994). “The Problem and Promise of Museum Goals”, dalam K.Moore (ed), Museum Management, Routledge. Consuelo G. Sevilla etal. (1993). Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: UI Pres. Dermawan T, Agus. (2004). Koleksi Benda-Benda seni Istana Kepresidenan, Jakarta: Sekretariat Presiden RI. Dinas Museum dan Sejarah. (1993). Gedung Tua di Jakarta, Jakarta. Direktorat Museum. (2008). Pedoman Museum Indonesia, Jakarta Echols John M. dan Shadily, Hassan. (1976). Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: PT.Gramedia. Edson, Gary dan David Dean. (1996). The Handbook for Museums, London and New York: Routledge. Fong, Lee Man. (1964). Lukisan² dan Patung² Koleksi Presiden Soekarno Dari Republik Indonesia, Tokyo: Toppan Printing Co., Ltd. Hardiati, Endang Sri. (2000). Pengelolaan Museum sebagai Objek Wisata Budaya dalam Museografia jilid XXIX No.1, Depdiknas. Hein, George E. (1998). Learning in The Museum, New York: Routledge. Hein, George E dan Alexander. (1998). Museum Place of Learning, Washington DC: AAM Hooper-Greenhill, Eilean. (1994). The Educational Role of The Museum, 2nd edition, New York: Routledge. Hooper-Greenhill, Eilean. (1996). Museum and Their Visitors, London: Routledge.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

139

Universitas Indonesia

Istana Kepresidenan Jakarta. (1978). Puri Bhakti Renatama Museum Istana Kepresidenan Indonesia, Jakarta: PT Intermasa. Kleinsteuber, Asti dan Rusdi, Ahmad. (2008). Duta Bangsa: Istana Merdeka, Istana Negara, Jakarta: AS Production Indonesia. Kleinsteuber, Asti. (1997). Seri Etiket Table Manners (Etiket Makan), Jakarta: PT Primamdeia Pustaka. Kotler Neil dan Kotler Philip. (1998). Museum Strategy and Marketing, San Francisco: Jossey-Bas A Wiley Imprint. Liliweri, Alo. (2002). Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: LKIS. Lumintang, Yayah B. (2004). Istana Kepresidenan Republik Indonesia Jakarta, Jakarta: Sekretariat Presiden RI. Macdonald, Sharon. (2006). A Companion to Museum Studies, Malden: Blackwell. Moleong, Lexy J. (2004). Metode Penelitian Kualitatif Edisi Refisi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nazir, M. (1988). Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia. Rumah Tangga Kepresidenan. (1993). Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Pengaturan Meja dan Makanan Pada Suatu Jamuan. Sadiman, Arief. (1986). Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sekretariat Presiden Republik Indonesia. (2004). Rumah Bangsa: Istana-Istana Presiden Republik Indonesia dan Koleksi benda Seni. Sekretariat Negara, Rumah Tangga Kepresidenan Republik Indonesia. (2010). Nasionalisme Museum Istana Presiden Yogyakarta. Susanto, Mikke. (2004). Menimbang Ruang Menata Rupa: Wajah dan Tata Pameran Seni Rupa, Yogyakarta:Galang Press. Sutaarga, Amir. (1996). Studi Museologi, Museum Sebagai Alat Komunikasi Antar Budaya, Jakarta: Depdiknas. Sutaarga, Amir. (2000). Kapita Selekta Museografi dan Museologi, Jakarta: Depdiknas. Van Mensch, Peter. (1992). Toward a Methodology of Museology, Phd thesis, University of Zagreb.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

140

Universitas Indonesia

Walshtrom, Billie J. (1992). Perspectives on Human Communication, Dubuque: Wm.C Brown Publishers. Winarno, Bondan . (2002). Berkibarlah Benderaku Tradisi Pengibaran Bendera Pusaka, Jakarta: TSA Komunika. Tesis

Aprianingrum, Archangela Yudi. (2009). “Interpretasi dan Komunikasi: Studi Kasus Museum Indonesia, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta”. Tesis Program Studi Arkeologi Pascasarjana. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Hanum, Yusinah. (2004). “Pengelolaan Koleksi Museum Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam: Pemanfaatannya untuk Pendidikan”. Tesis Program Studi Arkeologi Pascasarjana. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Sulistyowati, Dian. (2009). “Strategi Edukasi Museum dan Pemasarannya: Studi Kasus Museum Sejarah Jakarta”. Tesis Program Studi Arkeologi Pascasarjana. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Supriyanto, Budi. (2009). “Museum Negeri Provinsi Lampung Sebagai Institusi Pendidikan Informal Pendukung Pembelajaran IPS Tingkat SMP”. Tesis Program Studi Arkeologi Pascasarjana. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Internet (http://www. Setneg.go.id.). Andrea Palladio The free encyclopedia, 25 Februari 2010 pukul 09.30 WIB <

http: // en.wikipedia.org/wiki/Andrea_Palladio >.

“Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi” History kemerdekaan, 25 Februari 2010 pukul 09.40 WIB <http://www.indunesia.com/index.php/2008/03/12/ Detik-detik-pembacaan-naskah-proklamasi#more-39>. “Istana Negara” official website, 15 Februari 2010 pukul 09:16 WIB < http: // setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1293 >. Mitologi Yunani Ensiklopedia Bebas, 15 Maret 2020 <http://id.wikipedia.org

/wiki/Mitologi_Yunani>.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

141

Universitas Indonesia

Artikel Jurnal

Gasong, Dina. ( 2007). Model Pembelajaran Konstruktivistik sebagai Alternatif Mengatasi Masalah Pembelajaran. Hartono. (2008). “Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning)” Suatu Strategi Pembelajaran Berbasis Student Centered. Magetsari, Nurhadi. (2008).“Filsafat Museologi”, dalam Museografia Vol.II No.2 (Oktober 2008). Suriaman. (2000). Bimbingan Edukasi Museum dan Peningkatan Pariwisata Budaya, dalam Museografia Jilid XXIX No.1.Th.2000.

Peraturan dan Perundang-Undangan

Anonim. (1995). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1995 Tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum. Anonim. (2005). Peraturan Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Negara Republik Indonesia Rumah Tangga kepresidenan. Anonim. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Anonim. (1990). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.62 Tahun 1990 Tentang Ketentuan Protokol mengenai Tata Tempat, Tata Upacara, dan Tata Penghormatan. Anonim. (2005). Peraturan Presiden Nomor 31 Tahun 2005 Tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Negara Republik Indonesia dan Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

1 Gajah Mada Henk Ngantung C. Minyak-Kanvas Koridor 2 P. Diponegoro Memimpin Pertempuran Basoeki Abdullah C.Minyak-Kanvas Koridor 3 Imam Bonjol Harijadi S. C.Minyak-Kanvas Koridor 4 Jenderal Sudirman Gambir Anom C.Minyak-Kanvas Koridor

Pemandangan Gunung &Memandikan Kerbau

6 Wanita Bali Menabur Bunga Rudolf Bonnet Pastel Ruang Jepara

7 Air Pasang Simonetti C.Minyak-Kanvas Ruang Jepara

8 Penggilingan Padi Wakidi C.minyak Ruang Jepara

9 Membajak Sawah Maukade C.Minyak-Kanvas Ruang Jepara

10 Pemandangan Candi Ceto Yap Hian Tjay C.Minyak-Kanvas Ruang Jepara

11 Istana Negara Tahun 1888 Anonim Kertas R. Terima Tamu Ibu Negara

12 Istana Merdeka Tahun 1888 Anonim Kertas R. Terima Tamu Ibu Negara

13 Bunga Mawar T. Massimo C.minyak-Harboard R. Terima Tamu Ibu Negara

14 Tari Betawi Sri Gumantyo C.Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Ibu Negara

15 Pemandangan Gunung Yap Hian Tjay C.Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Ibu Negara

16 Upacara Melasti Hatta Hambali C.Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Ibu Negara

17 Pantai Bambang Suwarto C.Minyak-Kanvas R. Tunggu Tamu Ibu Negara

18 Bunga Kaca Piring Sri Gumantyo C.Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Ibu Negara

19 Bunga Sepatu Sri Gumantyo C.Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Ibu Negara

20 Teuku Cik Ditiro Dullah C.Minyak-Kanvas R. Resepsi

21 Gatutkaca Dengan Anak-Anak Arjuna, i d i i

Basoeki Abdullah C.Minyak-Kanvas R. Resepsi

22 Penangkapan Diponegoro Raden Saleh C.Minyak-Kanvas R. Resepsi

23 DR. Cipto Mangunkusumo Sudarso C.Minyak-Kanvas R. Resepsi

24 Awan Berarak Jalan Bersimpang Harijadi S. C.Minyak-Kanvas R. Resepsi

25 Mengungsi S. Sudjojono C.Minyak-Kanvas R. Resepsi

26 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono b

Li Shu Ji C.Minyak-Kanvas R. Resepsi

27 Danau Panjalu Bambang Suwarto C.Minyak-Kanvas R. Resepsi

28 Pemandangan Gunung Sumbing Baharrizky C.Minyak-Kanvas R. Resepsi

29 Piagam Abdul Manaf C.Minyak-Kanvas R. Kerja Presiden

30 Ada Bunga Sepatu Ditelinganya Lee Man Fong Pastel-Kertas R. Kerja Presiden

31 Ni Najas Rudolf Bonnet Pastel-Kertas R. Kerja Presiden

32 Jendral Sudirman/ Tongkat Komando Sumardi C.Minyak-Kanvas R. Kerja Presiden

33 Kaligrafi Ayat Kursi Hatta Hambali C.Minyak-Kanvas R. Kerja Presiden

34 Barong Bali Sukadana C.Minyak-Kanvas R. Kerja Presiden

35 Ni Made Koppor Han Snel Pastel - Kertas K.Tidur Presiden

36 Petani Bunga tak terbaca C.Minyak-Kanvas K.Tidur Presiden

5

Lampiran 1

Basoeki Abdullah C.Minyak-Kanvas Ruang Jepara

DAFTAR LUKISAN DI ISTANA MERDEKA

PENEMPATANNO. JUDUL PELUKIS BAHAN

Universitas IndonesiaUniversitas Indonesia

142

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

37 Sepasang Ayam Kate dan Kutu Adam Lay C.Minyak-Kanvas K.Tidur Presiden

38 Tanah Lot Yap Hian Tjay C.Minyak-Kanvas K.Tidur Presiden

39 Joged A A. Gede Sobrat C.Minyak-Kanvas R. Tunggu Tamu Presiden

40 Kaligrafi Ayat Kursi Hatta Hambali C.Minyak-Kanvas R. Tunggu Tamu Presiden

41 Pemandangan Gunung JSP C.Minyak-Kanvas R. Tunggu Tamu Presiden

42 Halimah Gadis Aceh Dullah C.Minyak-Kanvas R. Kerja Ibu Negara

43 Dua Gadis Bali Fadjar Sidik C.Minyak-Kanvas R. Kerja Ibu Negara

44 Kebun Istana Presiden Sewaktu di Yogya Dullah C.Minyak-Kanvas R. Kerja Ibu Negara

45 Wisnu Naik Garuda W. Susilo C.Minyak-Kanvas R. Kerja Ibu Negara

46 Gatutkaca Dan Pergiwa Warso Susilo C.Air-Kertas R. Kerja Ibu Negara

47 Mercusuar Basoeki Abdullah C.Minyak-Kanvas Lorong Barat

48 Wanita Yogya Sudarso C.Minyak-Kanvas Lorong Barat

49 Menunggu Hidangan Holleman, Frida C.Minyak-Kanvas Lorong Barat

50 Keluarga Terwelu Josephine Linggar C.Minyak-Kanvas Lorong Barat

51 Pelangi / Rainbow Kiboh Kodama C.Minyak-Kanvas Lorong Timur

52 Upacara Larung Laut M. Sukawan C.Minyak-Kanvas Lorong Timur

53 Upacara Larung Laut M. Sukadana C.Minyak-Kanvas Lorong Timur

54 Wayang (Batik) Anonim Batik Lorong Timur

55 Bpk Susilo Bambang Yudhoyono Gultom C.Minyak-Kanvas Lorong Timur

56 Tsunami Syumidjo C.Minyak-Kanvas Lorong Timur

57 Rangkaian Bunga Dullah C.Minyak-Kanvas Lorong Timur

58 Bunga Mawar Putih Lee Man Fong C.Minyak-Kanvas K.Tidur Barat

59 Tarian Muang Thai Basoeki Abdullah C.Minyak-Kanvas K.Tidur Barat

60 Mencari Kutu Hendra Gunawan C.Minyak-Kanvas K.Tidur Barat

61 Pemandangan Ernest Dezentje C.Minyak-Kanvas K.Tidur Barat

62 Kaligrafi Surat Al-Ihklas Hatta Hambali C.Minyak-Kanvas K.Tidur Barat

63 Pantai Henk Ngantung C.Minyak-Kanvas R. Keluarga Timur

64 Potret Wanita M.Thamdjidin C.Minyak-Kanvas R. Keluarga Timur

65 Bunga Matahari Gunawan Hanjoyo C.Minyak-Kanvas R. Keluarga Timur

66 Alat Musik Marijani C.minyak-hardboard R. Kesehatan

67 Lingkungan Alam Laut Anonim C.Air-Kertas R. Kesehatan

68 Pemandangan Gunung dan Sawah JSP C.Minyak-Kanvas R. Kesehatan

69 Gadis Remaja Agus Djaya C.Minyak-Kanvas R.Tngg Tamu Sayap Timur

70 Di Sungai Ciliwung S. Toetoer C.Minyak-Kanvas R.Tngg Tamu Sayap Timur

71 Bunga Mawar Basoeki Abdullah C.Minyak-Kanvas R.Tngg Tamu Sayap Timur

72 Pemandangan Arthur H. Gilbert C.Minyak-Kanvas R.Tngg Tamu Sayap Timur

73 Model Wanita Sumardi Pastel-Kertas Depan K. Mandi R. Tngg

Universitas IndonesiaUniversitas Indonesia

143

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

1 Pantai Flores Basoeki Abdullah C. Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Presiden2 Wajah Seorang Lelaki Bali Auke C.Sonnega C. Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Presiden3 Jendral Sudirman Joes Soepadyo C. Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Presiden4 Pejuang Pantang Menyerah Rustamadji C. Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Presiden5 Pemandangan Pantai Madura Dake Jr. C. Lodewijk C. Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Presiden6 Penggembala Kerbau Basoeki Abdullah C.Minyak-Kanvas R. Koridor/R.Cinderamata

7 Pohon-pohon Di Kebun Nakajima C.Air-Kertas R. Koridor/R.Cinderamata

8 Bunga Flamboyan Sutopo C. Minyak-Kanvas R. Koridor/R.Cinderamata

9 Gadis Bali Hatta Hambali C. Minyak-Kanvas R. Koridor/R.Cinderamata

10 Sungai Dalam Hutan Choirun Sholeh C. Minyak-Kanvas R. Koridor/R.Cinderamata

11 Di Taman (Repro Foto) Claude Monet Repro Foto R. Koridor/R.Cinderamata

12 Ngarai Sianok Henk Ngantung C. Minyak-Kanvas Ruang Jamuan

13 Panen Padi Udin C. Minyak-Kanvas Ruang Jamuan

14 Pasar Bunga Sarjito C. Minyak-Kanvas Ruang Jamuan

15 Presiden Soekarno Warso Susilo C. Minyak-Kanvas Ruang Upacara

16 Presiden Soeharto Warso Susilo C. Minyak-Kanvas Ruang Upacara

17 Presiden BJ. Habibie Warso Susilo C. Minyak-Kanvas Ruang Upacara

18 Presiden KH. Abdurrahman Wahid Warso Susilo C. Minyak-Kanvas Ruang Upacara

19 Presiden Megawati Soekarnoputri Warso Susilo C. Minyak-Kanvas Ruang Upacara

20 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Warso Susilo C. Minyak-Kanvas Ruang Upacara

21 Lands Scape Bali Yap Hian Tjay C. Minyak-Kanvas R. Kerja Presiden

22 Kaligrafi Allah Diono C. Minyak-Kanvas R. Kerja Presiden

23 Bunga Anggrek Lugiono C. Minyak-Kanvas K. Tidur Presiden

24 Kaligrafi Muhammad Diono C. Minyak-Kanvas Ruang Ajudan

25 Kapal Perang Melgharkob C. Minyak-Kanvas Ruang Ajudan

DAFTAR LUKISAN DI ISTANA NEGARA

JUDUL PELUKIS BAHAN PENEMPATAN

Lampiran 2

NO.

Universitas IndonesiaUniversitas Indonesia

144

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

1 Pemandangan Yap Hian Tjay C.Minyak - Kanvas Lobby

2 Kaligrafi Al-Kautsar AD Pirous C. Air-Kertas R. Tunggu Wapres

3 Bunga Flamboyan Widayat C.Minyak - Kanvas R. Tunggu Wapres

4 Sang Waktu Lim Hui Yung C.Minyak - Kanvas R. Tunggu Wapres

5 Istana Merdeka Vandersterren C.Minyak - Kanvas R. Tamu Presiden

6 Kawanan Rusa di Bwh Pohon Flamboyan Tidak Terbaca C.Minyak - Kanvas R. Tamu Presiden

7 Merahku Ruanganku Andree S. C.Minyak - Kanvas R. Tamu Presiden

8 Pelabuhan Koempoel C.Minyak - Kanvas R. Tunggu Tamu Presiden

9 Flamboyan di Atas Sungai Yap Hian Tjay C.Minyak - Kanvas R. Kerja Presiden

10 Kaligrafi Sahadat Hatta Hambali C.Minyak - Kanvas R. Kerja Presiden

11 Foto Enam Presiden RI - Foto-Kanvas R. Kerja Presiden

12 Gembala Sapi Marsani C Minyak - Kanvas R. Kerja Presiden

13 Anak-Anak Naik Perahu Marsani C Minyak - Kanvas R. Kerja Presiden

14 Kapal Layar Pardoli C Minyak - Kanvas R. Kerja Presiden

15 TK ku Vandersterren C.Minyak - Kanvas Lobby R. Kerja Presiden

16 Barong Taat Joeda C.Minyak - Kanvas Lobby R. Kerja Presiden

17 Pemandangan Gunung Yap Hian Tjay C.Minyak - Kanvas R. Makan Presiden

18 Menghadap Sang Hyang Wenang Mas Djarot C.Akrilik-Kanvas R. Makan Presiden

19 Sawah (Serie Guanipa "Anaco") H. Guerra C.Minyak - Kanvas K. Tidur Presiden

20 Pasar Gede Solo Dullah C.Minyak - Kanvas K. Tidur Presiden

21 Mengarak Pengantin Kuncana C.Minyak - Kanvas R. Sidang Kabinet

22 Wanita Setengah Badan Tidak Terbaca C.Minyak - Kanvas R. Sidang Kabinet

23 Teratai Sri C.Minyak - Kanvas R. Sidang Kabinet

24 Kebun Teh Yap Hian Tjay C.Minyak - Kanvas R. Sidang Kabinet

25 Bermain di Halaman Sri Yunnah C.Minyak - Kanvas R. Sidang Kabinet

26 Menikmati Kicau Burung Sri Yunnah C.Minyak - Kanvas R. Sidang Kabinet

27 Panen Padi I Dw. Nym. Sura C Akrilik - Kanvas R. Sidang Kabinet

28 Pemandangan Pura Yap Hian Tjay C.Minyak-Kanvas R. Sidang Kabinet

29 Penari Bali Samboja C.Minyak - Kanvas R.Ratas

30 Pertunjukan Tari Baris Wayan Dapet C.Akrilik-Kanvas R.Ratas

31 Pertunjukan Tari Baris Nyoman Sujana C.Akrilik-Kanvas R.Ratas

32 Empat Penari Bali Wayan Dapet C.Akrilik-Kanvas R. Ratas

33 Menata Bunga Sesaji Kim Hong C.Minyak - Kanvas Lobby R. Ratas

34 Kaligrafi Al-Imron M. Amir C.Minyak - Kanvas Lobby R. Ratas

35 Sepasang Ayam Kate Adam Lay C.Minyak - Kanvas R. Makan Ratas

36 Tiga Bangau di Atas Pohon I Made Wirna C.Akrilik-Kanvas R. Makan Ratas

DAFTAR LUKISAN DI KANTOR PRESIDEN

NO. PELUKIS

Lampiran 3

JUDUL PENEMPATANBAHAN

Universitas IndonesiaUniversitas Indonesia

145

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

37 Dua Ayam Putih Lee Man Fong C.Minyak - Kanvas R Kerja Seskab

38 Pohon Flamboyan Maukade C.Minyak - Kanvas R Kerja Seskab

39 Ngarai Sianok Dullah C.Minyak - Kanvas R. Kerja Seskab

40 The Poscard with the Beautiful Aucient Ivan Haryanto C.Minyak - Kanvas R. Kerja Seskab

41 Pemandangan Gunung Imandt, ilh l

C.Minyak - Kanvas R. Tngg Tamu Mntri/Dubes

42 Ngarai Minangkabau Basoeki Abdullah C.Minyak - Kanvas R. Tamu Sespri

43 Didepan Pura Yap Hian Tjay C.Minyak - Kanvas R. Tamu Sespri

44 Anggrek Hutan Idran Yusup C.Minyak - Kanvas R. Kerja Sespri

45 Dua Kepala Kerbau Affandi C Air - Kertas Lobby Lt.1 Depan R. Tngg

46 Perahu di Sungai Yap Hian Tjay C.Minyak - Kanvas Lorong R Tngg Tm Presiden

47 Candi Borobudur dari Sektor Lain D. Bardo Kahono C.Minyak - Kanvas Lorong R Tngg Tm Presiden

48 Mendaki Gunung C. Orozco Romero C.Minyak - Kanvas Lorong R Tngg Tm Presiden

49 Mimpi Sudibio C.Minyak - Kanvas Tangga R. Makan

50 Pemandangan Danau di Sumbar Yap Hian Tjay C.Minyak - Kanvas R. Makan

51 Pemandangan Yap Hian Tjay C.Minyak - Kanvas R. Makan

52 Pekampungan di NTB Sunarko C.Minyak - Kanvas R. Makan

53 Penari Bali Lim Wa Sim C.Minyak - Kanvas R. Makan

54 Penari Bali Trubus S. C.Minyak - Kanvas R. Makan

55 Laut Nan Damai Basoeki Abdullah C.Minyak - Kanvas R. Makan

56 Ipus Dan Kupu-Kupu Robby L. C.Minyak - Kanvas R. Makan

57 Penghalau Burung Abas Alibasyah C.Minyak - Kanvas R. Makan

58 Buah Buahan Soewarto C.Minyak - Kanvas R. Makan

59 Bekerja Keras Sri C.Minyak - Kanvas R. Makan

60 Pemula Kok Poo C.Minyak - Kanvas R. Makan

61 Ikan-Ikan Poerbonoadi C.Minyak - Kanvas Ruang Ajudan

62 Taman Sari (Yogyakarta) Andre Suryaman C.Minyak - Kanvas R. Konferensi Pers

63 Pemandangan di Bali Kepakisan C.Minyak - Kanvas R. Konferensi Pers

64 Sembahyang di Pura Made Gumana C.Akrilik-Kanvas Dpn K Mandi R Tngg. Wprs

Universitas IndonesiaUniversitas Indonesia

146

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

1 Patung Pengantin Jawa Tanah Liat R. Kredensial

2 Patung Garuda Kayu R. Kredensial

3 Patung Garuda Kayu R. Kredensial

4 Patung Penunggang Kuda Perunggu R.Koridor

5 Patung Ir. Soekarno Perunggu R.Koridor

6 Patung Drs. Mohammad Hatta Perunggu R.Koridor

7 Miniatur Gong Berstandar Logam, kayu R. Jepara

8 Patung Burung Kayu R. Jepara

9 Patung Rama Shinta Kayu R. Jepara

10 Gong Berstandar Logam, kayu R. Jepara

11 Rama Sinta Naik Lembu Andini Kayu R. Jepara

12 Patung Dewi Sri Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara

13 Tempat Perhiasan Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara

14 Tempat Perhiasan Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara

15 Piring Kecil Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara

16 Piring Kecil Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara

17 Piring Hias Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara

18 Patung Burung Bangau Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara

19 Ukiran Gading Gading R. Terima Tamu Ibu Negara

20 Patung Dua Kuda Perunggu R.Resepsi

21 Patung Singa Perunggu R.Resepsi

22 Patung Gajah Tanah Liat R.Resepsi

23 Patung Gajah Tanah Liat R.Resepsi

24 Patung Garuda Kayu R.Resepsi

25 Ukiran Bali Ceritera Ramayana Kayu R.Resepsi

26 Ukiran Bali Pemutaran Gunung Mandara Giri Kayu R.Resepsi

27 Ukiran Bali Cerita Ramayana Kayu R.Resepsi

28 Patung Garuda Kayu R.Resepsi

29 Patung Garuda Kayu R.Resepsi

30 Patung Garuda Kayu R.Resepsi

31 Topeng Kayu R. Kerja Presiden

32 Topeng Gatutkaca Kayu R. Kerja Presiden

33 Patung Singa Terbang Kayu R. Kerja Presiden

34 Batara Wisnu Kayu R. Kerja Presiden

35 Patung Garuda Kayu R. Kerja Presiden

36 Patung Garuda Kayu R. Kerja Presiden

37 Patung Wanita Menyunggi Keranjang Kayu R. Kerja Presiden

Lampiran 4

NO. JUDUL BAHAN PENEMPATAN

DAFTAR PATUNG DI ISTANA MERDEKA

Universitas Indonesia

147

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

38 Patung Ukiran Batang Pohon Kayu R. Kerja Presiden

39 Patung Raksasa Bersayap Kayu R. Kerja Presiden

40 Patung Rahwana Kayu R. Kerja Presiden

41 Patung Raksasa Bersayap Kayu R. Kerja Presiden

42 Patung Garuda Kayu R. Kerja Presiden

43 Patung Mahatma Gandhi Kayu R. Kerja Presiden

44 Patung Rahwana Kayu R. Kerja Presiden

45 Patung Jagabaya Kayu R. Kerja Presiden

46 Patung Kepala Fiber R. Kerja Presiden

47 Patung Pencurian Atas Sita Oleh Rahwana Kayu R. Kerja Presiden

48 Topeng Kayu R. Kerja Presiden

49 Topeng Kayu R. Kerja Presiden

50 Topeng Kayu R. Kerja Presiden

51 Topeng Kayu R. Kerja Presiden

52 Topeng Kayu R .Kerja Presiden

53 Patung Burung Garuda Kristal R. Kerja Presiden

54 Patung Setengah Badan Batu Onyx R. Kerja Presiden

55 Patung Setengah Badan Batu Onyx R. Kerja Presiden

56 Patung Anoa Kayu Kamar Tidur Presiden

57 Patung Kemenangan Perunggu R. Tunggu Tamu Presiden

58 Peperangan Rahwana Dan Laskar Rama Kayu R. Tunggu Tamu Presiden

59 Ukiran Kayu Kayu R. Tunggu Tamu Presiden

60 Patung Orang Meniup Seruling Kayu R. Tunggu Tamu Presiden

61 Patung Bebek Mendekam Kuningan R. Tunggu Tamu Presiden

62 Patung Hercules Taotaomona Kayu R. Tunggu Tamu Presiden

63 Patung Kepala Wanita Kayu R. Tunggu Tamu Presiden

64 Keluarga Ayam Tanah Liat R. Tunggu Tamu Presiden

65 Patung Bangau Kuningan R. Tunggu Tamu Presiden

66 Ukiran Gading Barisan Gajah Gading R. Tunggu Tamu Presiden

67 Ukiran Gading Bola Berukir Gading R. Tunggu Tamu Presiden

68 Patung Penari Tari Udang Logam, marmer R. Tunggu Tamu Presiden

69 Patung Gajah Thailand Kayu R. Kerja Ibu Negara

70 Patung Gajah Mada Marmer R. Kerja Ibu Negara

71 Patung Kuda Berlari Perunggu R. Kerja Ibu Negara

72 Tempat Perhiasan Kayu R. Kerja Ibu Negara

73 Guci Bertutup Kayu R. Kerja Ibu Negara

74 Patung Wanita Tanzania 1/2 Badan Gading R. Kerja Ibu Negara

75 Patung Wanita Tanzania 1/2 Badan Gading R. Kerja Ibu Negara

76 Patung Gajah Gading R. Kerja Ibu Negara

77 Patung Gajah Gading R. Kerja Ibu Negara

78 Patung Kuda Perunggu R. Kerja Ibu Negara

79 Patung Bebek Kuningan R. Makan

80 Patung Penari Bali Pria Kayu R. Makan

81 Patung Penari Bali Wanita Kayu R. Makan

82 Patung Setengah Badan Kayu Lorong Barat

Universitas Indonesia

148

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

83 Patung Bangau Kayu Lorong Barat

84 Patung Adu Jago Kayu Lorong Barat

85 Patung Pria Indian Mengangkat Batu Batu Hitam Lorong Barat

86 Patung Kepala Wanita Tanzania Batu Lorong Barat

87 Kepala Naga Bermahkota Kayu Lorong Timur

88 Patung Orang Meniup Seruling Kayu Koridor Barat

89 Patung Garuda Kayu Koridor Barat

90 Patung Wanita Setengah Badan Kayu Koridor Timur

91 Topeng Wanita Bali Kayu Koridor Timur

92 Topeng Pria Bali Kayu Koridor Timur

93 Patung Singa Batu Koridor Teras Barat

94 Patung Menabur Bunga Perunggu Koridor Teras Barat

95 Patung Singa Batu Koridor Teras Barat

96 Patung Hulubalang Perunggu Koridor Teras Selatan

97 Patung Bangau Kayu R. Tunggu Tamu Sayap Timur

98 Patung Bangau kayu R. Tunggu Tamu Sayap Timur

99 Patung Burung Hantu dan Naga Kayu R. Tunggu Tamu Sayap Timur

100 Patung Bangau Makan Ikan Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Timur

Universitas Indonesia

149

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

1 Patung Penunggang Kuda Perunggu R. Tamu Presiden

2 Patung Anak Dipangkuan Ayahnya Kayu R. Tamu Presiden

3 Ibu dan Anak Tanah Liat R. Tamu Presiden

4 Patung Barisan Gajah Gading R. Tamu Ibu Negara

5 Patung Wanita 1/2 Badan Perunggu Koridor

6 Patung Kepala Seorang Gadis Perunggu Koridor

7 Patung Kucing Porselin Koridor

8 Penari Pria Tanah Liat Koridor

9 Tempat Perhiasan Kayu R. Cinderamata

10 Guci Bertutup Kayu R. Cinderamata

11 Wanita Pegang Kipas Porselin R. Cinderamata

12 Patung Wanita Porselin R. Cinderamata

13 Patung Satu Bebek Porselin R. Cinderamata

14 Penari Wanita Tanah Liat R. Cinderamata

15 Ayah, Ibu dan Anak Tanah Liat R. Cinderamata

16 Patung Garuda Kayu R. Kesehatan

17 Patung Wanita Menari Kayu R. Kesehatan

18 Patung Wanita Menari Kayu R. Kesehatan

19 Patung Penari Bali Laki-laki Uang Kepeng, Kayu R. Jamuan Makan Malam

20 Patung Penari Bali Wanita Uang Kepeng R. Jamuan Makan Malam

JUDUL BAHAN PENEMPATAN

Lampiran 5

NO.

DAFTAR PATUNG DI ISTANA NEGARA

Universitas Indonesia

150

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

1 Patung Penari Kipas Kayu Lobby

2 Patung Kerbau Kayu R.Terima Tamu

3 Patung Penari Kipas Pria Kayu R.Terima Tamu

4 Patung Garuda Wisnu Kencana Kayu R.Terima Tamu

5 Patung Pengantin Pria Kayu R.Terima Tamu

6 Patung Pengantin Wanita Kayu R.Terima Tamu

7 Patung Garuda Wisnu Kencana Kayu R.Terima Tamu

8 Miniatur Gong Berstandar Logam, kayu R. Tunggu Wapres

9 Patung Rhama dan Shinta Kayu R. Tunggu Wapres

10 Wanita Menyunggi Rangkaian Buah Kayu R. Tunggu Wapres

11 Penari Kipas Kayu R. Tunggu Wapres

12 Wanita Membawa Guci Kayu R. Tunggu Wapres

13 Dua Bebek Kayu R. Tunggu Menteri

14 Miniatur Candi Prambanan Kayu R. Tamu Presiden

15 Patung Rhama Meniup Terompet Kayu R. Tamu Presiden

16 Patung Shinta dan Kijang Kayu R. Tamu Presiden

17 Patung Rhama dan Shinta Kayu R. Tamu Presiden

18 Tugu Peta Indonesia Kayu R. Tamu Presiden

19 Patung Rhama dan shinta Kayu R. Tamu Presiden

20 Patung Menjangan Porselin R. Tamu Presiden

21 Patung Penari Bali Kayu R. Tunggu Tamu Presiden

22 Bebek Kayu R. Tunggu Tamu Presiden

23 Patung Garuda Kayu R. Kerja Presiden

24 Patung Satu Kuda Kayu R. Sidang Kabinet

25 Patung Lima Kuda Kayu R. Sidang Kabinet

26 Patung Satu Kuda Kayu R. Sidang Kabinet

27 Patung Satu Kuda Kayu R. Sidang Kabinet

28 Patung Dua Kuda Kayu R. Sidang Kabinet

29 Patung Empat Kuda Kayu R. Sidang Kabinet

30 Patung Tiga Kuda Kayu R. Sidang Kabinet

31 Patung Dua Kuda Kayu R. Sidang Kabinet

32 Patung Dua Kuda Kayu R. Sidang Kabinet

33 Patung Tiga Kuda Kayu R. Sidang Kabinet

34 Patung Lima Kuda Kayu R. Sidang Kabinet

35 Burung Garuda Kayu Lobby Ratas

36 Tiga Rusa Kayu Lobby Ratas

37 Burung Hantu dan Anaknya Kayu Lobby Ratas

NO. JUDUL BAHAN

DAFTAR PATUNG DI KANTOR PRESIDEN

Lampiran 6

PENEMPATAN

Universitas Indonesia

151

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

38 Patung Rhama dan Shinta Kayu Lobby Depan Lift

39 Patung Wanita Bali Setengah Badan Kayu K.Tidur

40 Kawanan Burung Kayu R.Makan

41 Ikan Kayu R.Makan

42 Patung Dewi Perunggu R.Makan

43 Patung Rama Shinta Kayu Ruang Salon

Universitas Indonesia

152

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

1 Patung Banaspati Batu Depan Sisi Kanan Istana Merdeka

2 Patung Banaspati Batu Depan Sisi Kiri Istana Merdeka

3 Patung Belajar Perunggu Halaman Belakang Wisma Negara

4 Patung Ganesha Batu Sisi Barat Istana Merdeka

5 Patung Anak Bermain Egrang Perunggu Halaman Tengah

6 Patung Anak Bergendongan Perunggu Halaman Tengah

7 Patung Wanita Pegang Sanggul Perunggu Halaman Tengah

8 Patung Menghitung Perunggu Halaman Tengah

9 Patung Kasih Ibu Perunggu Halaman Tengah

10 Patung Awalokiteswara Batu Halaman Tengah

11 Pertapa Mukti Akar kayu jati Halaman Tengah

12 Tersesat Akar kayu jati Halaman Tengah

13 Kisah Menjangan Jantan Akar kayu jati Halaman Tengah

14 Patung Wanita Berjalan Perunggu Kolam Belakang Wisma Negara

15 Patung Petani Batu Depan Kantor Presiden

16 Patung Petani Batu Depan Kantor Presiden

17 Patung Dhyani Bodisattva Batu Depan Kantor Presiden

18 Patung Soko Guru Revolusi Perunggu Halaman Kantor Presiden

19 Patung Petani Istirahat Batu Halaman Kantor Presiden

20 Patung Waspada Perunggu Halaman Kantor Presiden

21 Patung Wanita Bersimpuh Batu Depan Kantor Deputi I

22 Relief Dinding Batu Pintu Sisi Kanan Wisma Negara

23 Patung Wanita Membawa Sesaji Batu Pintu Sisi Kanan Wisma Negara

24 Patung Wanita Membawa Sesaji Batu Pintu Sisi Kiri Wisma Negara

25 Relief Dinding Batu Pintu Sisi Kiri Wisma Negara

26 Patung Dewi Saraswati Batu Halaman Wisma Negara

27 Patung Ibu dan Anak Perunggu Kolam Depan Wisma Negara

28 Patung Garuda Wisnu Kencana Batu Ujung Wisma Negara

29 Relief Dinding Batu Wisma Negara

30 Patung Burung Hantu Batu Sisi Timur Istana Negara

31 Melepaskan Panah Perunggu Kolam Depan Istana Negara

32 Sumber Kehidupan Perunggu Kolam Sisi Barat Istana Negara

33 Cinta Tak Bersyarat Akar kayu jati utuh i 300 h

Koridor Menuju Kantor Presiden

34 Listplang Profil Batu Cadas Teras sisi Utara Wisma Negara

35 Listplang Profil Batu Teras sisi Selatan Wisma Negara

36 Listplang Profil Batu Teras Sisi Barat Wisma Negara

37 Patung Garuda Kayu Gudang Rawa Domba

Lampiran 7

DAFTAR PATUNG DI HALAMAN TENGAH

PENEMPATANNO. JUDUL BAHAN

Universitas Indonesia

153

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

38 Patung Garuda Wisnu Kencana Kayu Gudang Rawa Domba

39 Patung Garuda Kayu Gudang Rawa Domba

40 Patung Garuda Kayu Gudang Rawa Domba

41 Patung Singa Berasapa Kayu Gudang Rawa Domba

42 Patung Garuda Kayu Gudang Rawa Domba

43 Patung Garuda Kayu Gudang Rawa Domba

44 Patung Garuda dan Naga Kayu Gudang Rawa Domba

45 Patung Kawanan Kera Kayu Gudang Rawa Domba

Universitas Indonesia

154

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

Lampiran 8

1 Hiasan Dinding Logam R. Kerja Ibu Negara

2 Piring Hias Porselin Koridor Timur

3 Vas Bunga Kristal R. Tunggu Tamu Sayap Barat

4 Vas Bunga Kristal R. Tunggu Tamu Sayap Barat

5 Jambangan Tinggi Besar Berkaki Lima Porselin Ruang Kredensial

6 Jambangan Bunga Porselin Ruang Kredensial

7 Vas Bunga Porselin Ruang Kredensial

8 Jambangan Bunga Porselin Ruang Kredensial

9 Jambangan Bunga Porselin Koridor Barat

10 Guci Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Ibu Negara

11 Piring Hias Porselin Ruang Resepsi

12 Piring Hias Porselin R. Resepsi

13 Guci Porselin Ruang Jepara

14 Tempayan Ikan Porselin Biru Putih Porselin Ruang Jepara

15 Tempayan Ikan Porselin Biru Putih Porselin Ruang Jepara

16 Pedupan Berkaki Tiga Logam R. Tunggu Tamu Sayap Barat

17 Botol Hias Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara

18 Botol Hias Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara

19 Piring Hias Porselin Ruang Resepsi

20 Vas Bunga Besar Porselin Ruang Resepsi

21 Piring Hias Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara

22 Piring Hias Porselin R. Kamar Tidur Presiden

23 Guci Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Barat

24 Piring Hias Biru putih Porselin Ruang Resepsi

25 Guci Bertutup Porselin Lorong Timur

26 Piring Hias Logam R. Kerja Presiden

27 Vas Bunga Batuan R. Kerja Presiden

28 Kendi Porselin Dengan Kembang Hitam Porselin R. Kerja Ibu Negara

29 Piring Hias Ho Chu Tich Logam R. Kerja Presiden

30 Jambangan Porselin Berwarna Porselin R. Jepara

31 Botol Porselin Pancawarna bentuk Labu Susun Porselin R. Kerja Presiden

32 Piring Hias Porselin R. Kerja Presiden

33 Botol Porselin Pancawarna bentuk Labu Susun Porselin R. Kerja Presiden

34 Piring Hias Porselin R. Jepara

35 Kendi/ Vas Bunga Melamin R. Kerja Ibu Negara

36 Vas Bunga Melamin R. Kerja Ibu Negara

37 Kendi/Vas Bunga Melamin R. Kerja Ibu Negara

DAFTAR BENDA SENI KRIYA DI ISTANA MERDEKA

NO. JUDUL BAHAN RUANGAN

Universitas Indonesia

155

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

38 Piring Hias Celadon Porselin R. Kerja Ibu Negara

39 Piring Hias Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Barat

40 Piring Hias Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Barat

41 Vas Bunga Besar Porselin Ruang Resepsi

42 Piring Hias Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara

43 Jambangan Bunga Porselin Ruang Resepsi

44 Piring Hias Pancawarna Porselin Ruang Resepsi

45 Vas Bunga Besar Porselin Ruang Resepsi

46 Guci Besar Tembikar R. Terima Tamu Ibu Negara

47 Kendi Porselin Porselin R. Jepara

48 Vas Bunga Logam R. Resepsi

49 Kendi Porselin Ko Putih Porselin Ruang Resepsi

50 Piring Hias Porselin R. Kerja Ibu Negara

51 Kendi Porselin Biru Putih Porselin Ruang Kredensial

52 Piring Hias Famille Rose Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara

53 Piring Hias Famille Rose Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara

54 Jambangan Porselin Persegi Porselin R. Kerja Ibu Negara

55 Jambangan Porselin Persegi Porselin Ruang Resepsi

56 Piring Hias Motif Cendrawasih d l li h

Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara

57 Piring Hias Porselin Ruang Resepsi

58 Piring Hias Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara

59 Guci Besar Porselin Ruang Jepara

60 Piring Hias Besar Porselin Ruang Kredensial

61 Tempayan Arak Porselin Ko Kuning Porselin Ruang Jepara

62 Kendi Porselin Pancawarna Porselin Ruang Jepara

63 Vas Bunga Porselin Lorong Timur

64 Vas Bunga Porselin Koridor Timur

65 Vas Bunga Tembikar Ruang Resepsi

66 Vas Bunga Tembikar Ruang Resepsi

67 Jambangan Porselin Ming Retak Seribu Porselin Lorong Timur

68 Kendi Porselin Kembang Merah Porselin Ruang Jepara

69 Mangkok Hias Porselin Ruang Jepara

70 Vas Bunga Kristal K. Tidur Presiden

71 Jambangan Bunga Tembikar Koridor Teras Utara

72 Jambangan Bunga Tembikar Koridor Teras Utara

73 Jambangan Cloisonne Kuningan Ruang Resepsi

74 Jambangan Cloisonne Kuningan Ruang Resepsi

75 Mangkok Bertutup Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara

76 Mangkok Bertutup Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara

77 Mangkok Bertutup Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara

78 Miniatur Perahu Raja Kayu R. Kerja Presiden

79 Perlengkapan Menyirih Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Barat

80 Tempat Duduk Porselin R. Resepsi

81 Tempat Duduk Porselin R. Resepsi

82 Tempat Sirih Kuningan Lorong Barat

Universitas Indonesia

156

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

83 Hiasan Meja Bentuk Burung Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

84 Tempat Duduk Porselin R. Resepsi

85 Jam Meja Antik Logam Lorong Barat

86 Miniatur Bendera Negara-Negara Anggota PBB Kain R. Kerja Presiden

87 Kotak Berukir Kayu R. Kerja Presiden

88 Tempat Buah Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara

89 Tempat Buah Berstandard Kristal, logam R. Terima Tamu Ibu Negara

90 Miniatur Pagoda Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

91 Tempat buah Kristal R. Terima Tamu Ibu Negara

92 Tempat Buah Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara

93 Perlengkapan Menyirih Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Barat

94 Tempat Sirih Kuningan Lorong Barat

95 Tempat Duduk Porselin Koridor Beranda Belakang

96 Mangkok Bertutup Porselin Lorong Timur

97 Tempat Duduk Porselin R. Resepsi

98 Tempat Duduk Porselin R. Resepsi

99 Tempat Kembang Gula Bertutup Kristal Ruang Jepara

100 Tempat Duduk Porselin Ruang Resepsi

101 Relief Ramayana Kayu Ruang Jepara

102 Relief Ramayana Kayu Ruang Jepara

103 Relief Ramayana Kayu Ruang Jepara

104 Relief Ramayana Kayu R. Kerja Presiden

105 Patung Killer Whale / Ikan Paus Pembunuh Fiber Lorong Barat

106 Patung Seal / Anjing Laut Fiber R. Makan dalam lemari

107 Piring Hias Beaver Galleries Tembikar Ruang Resepsi

108 Guci Bertutup Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara

109 Lemari Hias Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara

110 Lemari Hias Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara

111 Tempat Perhiasan Camusso Perak R. Kerja Presiden

112 Miniatur Bonang Perak R. Kerja Presiden

113 Miniatur Dua buah Kenong Perak R. Kerja Presiden

114 Miniatur Rebab Perak R. Kerja Presiden

115 Miniatur Bonang Perak R. Kerja Presiden

116 Miniatur Gambang Perak R. Kerja Presiden

117 Miniatur Gambang Perak R. Kerja Presiden

118 Miniatur Gendang Perak R. Kerja Presiden

119 Miniatur Gendang Perak R. Kerja Presiden

120 Miniatur Saron Perak R. Kerja Presiden

121 Miniatur Bonang Perak R. Kerja Presiden

122 Miniatur Kecapi Perak R. Kerja Presiden

123 Miniatur Gender Perak R. Kerja Presiden

124 Miniatur Gambang Perak R. Kerja Presiden

125 Miniatur Gender Perak R. Kerja Presiden

126 Miniatur Bonang Perak R. Kerja Presiden

127 Miniatur Gambang Perak R. Kerja Presiden

Universitas Indonesia

157

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

128 Miniatur Gong Berstandar Perak R. Kerja Presiden

129 Miniatur Gendang Perak R. Kerja Presiden

130 Miniatur Seruling Perak R. Kerja Presiden

131 Miniatur Gender Perak R. Kerja Presiden

132 Miniatur Bonang Perak R. Kerja Presiden

133 Delman Satu Kuda Perak R. Kerja Presiden

134 Delman Empat Kuda Perak R. Kerja Presiden

135 Delman Dua Ekor Kuda Perak R. Kerja Presiden

136 Delman Satu Ekor Kuda Perak R. Kerja Presiden

137 Delman Satu Ekor Kuda Perak R. Kerja Presiden

138 Miniatur Perahu Layar Perak R. Kerja Presiden

139 Tempat Lilin Bentuk Pilar Porselin R. Kerja Ibu Negara

140 Tempat Lilin Bentuk Pilar Porselin R. Kerja Ibu Negara

141 Miniatur Pesawat Ulang Alik Columbia Kuningan R. Kerja Presiden

142 Miniatur Perahu Raja Gading R. Tunggu Tamu Sayap Barat

143 Mangkok Bertutup Perak R. Tunggu Tamu Sayap Barat

144 Tempat Buah Berukir Perak R. Tunggu Tamu Sayap Barat

145 Mangkok Sayur Bertutup Perak R. Tunggu Tamu Sayap Barat

146 Miniatur Kelenteng Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara

147 Vas Bunga Kristal R. Terima Tamu Ibu Negara

148 Vas Bunga Kristal R. Terima Tamu Ibu Negara

149 Vas Bunga Kristal R. Tunggu Tamu Sayap Barat

150 Vas Bunga Kristal R. Terima Tamu Ibu Negara

151 Pedang Besi, Perak R. Kerja Presiden

152 Hiasan Meja Bentuk Singa Batu Lorong Barat

153 Hiasan Meja Bentuk Singa Batu Lorong Barat

154 Kotak Perhiasan Oval Kayu, Perak R. Kerja Presiden

155 Vas "Mon Than Cam Pa Vietnam" Batu Lorong Barat

156 Kotak Perhiasan Kayu Lorong Barat

157 Kotak Perhiasan Kayu Lorong Barat

158 Kotak Perhiasan Kayu Lorong Barat

159 Kotak Perhiasan Kayu Lorong Barat

160 Kotak Perhiasan Kayu Lorong Barat

161 Kotak Perhiasan Kayu, Kaca R. Kerja Presiden

162 Kotak Cerutu Kayu R. Kerja Presiden

163 Kotak Perhiasan Kayu Lorong Barat

164 Kotak Perhiasan Kayu R. Kerja Presiden

165 Kotak Pedang Kayu R. Kerja Presiden

166 Tempat Kue Segi Enam Kayu R. Kerja Presiden

167 Alat Permainan Kayu Ruang kerja Presiden

168 Kotak Perhiasan Kayu R. Kerja Presiden

169 Kotak Perhiasan Marmer R. Kerja Presiden

170 Vas Bunga Kristal R. Kerja Ibu Negara

171 Asbak Tulang R. Kerja Presiden

172 Pipa Cerutu Tulang R. Kerja Presiden

Universitas Indonesia

158

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

173 Pipa Cerutu Tulang R. Kerja Presiden

174 Miniatur Perahu Layar Kristal R. Kerja Presiden

175 Miniatur Mercusuar Kristal, Kuningan R. Kerja Presiden

176 Piring Oval Kristal, perak R. Kerja Presiden

177 Vas Bunga Kristal R. Tunggu Tamu Sayap Barat

178 Patung Bison Kristal R. Kerja Presiden

179 Vas Bunga Kristal R. Terima Tamu Ibu Negara

180 Vas Bunga Kristal R. Terima Tamu Ibu Negara

181 Vas Bunga Kristal R. Terima Tamu Ibu Negara

182 Mangkok Kristal R. Tunggu Tamu Sayap Barat

183 Vas Bunga Kristal Ruang Terima Tamu Ibu Negara

184 Batu Snow Flake Abriden / Boulder Opal Batu R. Kerja Presiden

185 Bongkahan Batu Australia Batu R. Tunggu Tamu Sayap Barat

186 Bongkahan Batu Australia Batu R. Tunggu Tamu Sayap Barat

187 Mangkok Bertutup Kuningan, batu R. Terima Tamu Ibu Negara

188 Gelas Kuningan, batu R. Terima Tamu Ibu Negara

189 Mangkok Kuningan R. Kerja Presiden

190 Kotak Perhiasan Kuningan R. Kerja Presiden

191 Piring Hias Stainless steel R. Kerja Presiden

192 Kain Silubangbangsi Berpekan Kain , benang emas R. Kerja Presiden

193 Kotak Cerutu Perak R. Kerja Presiden

194 Kotak Cerutu Perak R. Kerja Presiden

195 Kotak Cerutu Perak R. Kerja Presiden

196 Kotak Cerutu Perak R. Kerja Presiden

197 Kotak Perhiasan Stainless steel Lorong Barat

198 Kotak Cerutu Perak R. Kerja Presiden

199 Piring Hias Stainless steel R. Kerja Presiden

200 Miniatur Tugu Perak R. Tunggu Tamu Sayap Barat

201 Tempat Perhiasan Bunga Teratai Perak R. Terima Tamu Ibu Negara

202 Miniatur Perahu Perang "Geobugseon" Perak, kayu R. Terima Tamu Ibu Negara

203 Piring Hias Bentuk Daun Perak R. Kerja Presiden

204 Hiasan Meja Bentuk Singa Perak R. Kerja Ibu Negara

205 Mangkok Tempat Kacang Perak R. Terima Tamu Ibu Negara

206 Mangkok Tempat Kacang Perak R. Terima Tamu Ibu Negara

207 Mangkok Tempat Kacang Perak R. Terima Tamu Ibu Negara

208 Mangkok Tempat Kacang Perak R. Terima Tamu Ibu Negara

209 Mangkok Tempat Kacang Perak R. Terima Tamu Ibu Negara

210 Mangkok Tempat Kacang Perak R. Terima Tamu Ibu Negara

211 Alat Pemotong Pinang Perak R. Terima Tamu Ibu Negara

212 Cupu Bertutup Perak R. Terima Tamu Ibu Negara

213 Cupu Bertutup Perak R. Kerja Presiden

214 Cupu Bertutup Perak R. Terima Tamu Ibu Negara

215 Cupu Bertutup Perak R. Terima Tamu Ibu Negara

216 Kotak Perlengkapan Menyirih Perak R. Terima Tamu Ibu Negara

217 Mangkok Bertutup Batu Giok R. Tunggu Tamu Sayap Barat

Universitas Indonesia

159

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

218 Tempat Makanan Kayu R. Kerja Presiden

219 Tempat Perhiasan Kayu R. Kerja Presiden

220 Vas Bunga Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Barat

221 Vas Bunga Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Barat

222 Vas Tinggi Porselin Ruang Kredensial

223 Vas Tinggi Porselin Koridor Beranda Belakang

224 Jambangan Porselin Persegi Porselin Koridor Beranda Belakang

225 Gading Gading Ruang Resepsi

226 Gading Gading Ruang Resepsi

227 Gong Berstandar Gading dan Perak R. Raden Saleh

228 Miniatur Kereta Kencana 8 Kuda Perak R. Kerja Ibu Negara

229 Miniatur Gerobak Sapi Perak R. Kerja Presiden

230 Miniatur Mariam Perak R. Kerja Presiden

231 Teko, Stainles dan Kayu Perak R. Kerja Ibu Negara

232 Teko, Stainles Perak R. Kerja Ibu Negara

233 Tempat Gula, Stainles Perak R. Kerja Ibu Negara

234 Tempat Susu, Stainles Perak R. Kerja Ibu Negara

235 Tunas Kelapa Perak R. Kerja Ibu Negara

236 Tabung Air Minum, Perak Perak R. Kerja Ibu Negara

237 Kriya Kerang Mutiara Kerang R. Terima Tamu Ibu Negara

238 Gunungan Kulit R. Terima Tamu Ibu Negara

239 Perhiasan Konde bentuk Mahkota Logam R. Terima Tamu Ibu Negara

240 Sumping Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara

241 Sumping Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara

242 Gelas Bertutup Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara

243 Gelas Bertutup Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara

244 Gelas Bertutup Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara

245 Gelas Bertutup Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara

246 Gelas Bertutup Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara

247 Teko Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara

248 Teko Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara

249 Kendi Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara

250 Kendi Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara

251 Kendi Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara

252 Tempat Lilin bentuk Gajah Kuningan R. Terima Tamu Ibu Negara

253 Guci Bertutup Porselin R. Terima Tamu Ibu Negara

254 Tempat Tisue Rotan R. Tunggu Tamu Sayap Barat

255 Tempat Lilin Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Barat

256 Tempat Lilin Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Barat

257 Teko Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Barat

258 Teko Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Barat

259 Bokor Hiasan Motif Naga Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Barat

260 Perlengkapan Menyirih (1set=5 bh) Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Barat

261 Ceret Perunggu R. Tunggu Tamu Sayap Barat

262 Tempat Tissue Kayu R. Tunggu Tamu Sayap Barat

Universitas Indonesia

160

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

263 Lonceng Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Barat

264 Miniatur Meriam Kuningan R. Tunggu Tamu Sayap Barat

265 Perlengkapan Menyirih Marmer R. Tunggu Tamu Sayap Barat

266 Alat Penumbuk Pinang Perlenkapan Menyirih Marmer R. Tunggu Tamu Presiden

267 Vas Bunga Marmer R. Tunggu Tamu Sayap Barat

268 Ceret Perunggu R. Tunggu Tamu Sayap Barat

269 Ceret Perunggu R. Tunggu Tamu Sayap Barat

270 Asbak Bentuk Ikan Gabus Tanduk, Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

271 Asbak Bentuk Ikan Gabus Tanduk,Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

272 Asbak Bentuk Ikan Gabus Tanduk, perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

273 Nampan Bulat Polos Stainless steel R. Tunggu Tamu Sayap Timur

274 Bokor Kecil Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

275 Piring Kecil (Tatakan) Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

276 Cangkir Bertutup Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

277 Mangkok Kecil Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

278 Tempat Mangkok Kecil Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

279 Tempat Pedupaan Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

280 Cupu Bertutup Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

281 Tatakan Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

282 Mangkok Kecil Bertutup Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

283 Tatakan Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

284 Mangkok Bertutup Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

285 Tatakan Serbet (1 set =10 bh) Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

286 Piring Hias Motif Kaligrafi Arab Stainless steel R. Tunggu Tamu Sayap Timur

287 Gelas Bertutup Kaca, Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

288 Gelas Bertutup Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

289 Tempat Buah Bertutup Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

290 Tempat Lilin Tiga Cabang Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

291 Tempat Lilin Cabang Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

292 Cetok Kulit Penyu, Kerang R. Tunggu Tamu Sayap Timur

293 Cetok Stainless steel R. Tunggu Tamu Sayap Timur

294 Nampan Oval Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

295 Nampan Oval Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

296 Tempat Lilin Cabang Empat Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

297 Nampan Oval Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

298 Miniatur Gong Berstandar Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

299 Miniatur Gong Berstandar Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

300 Kereta Kencana Enam Kuda Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

301 Vas Bunga kristal Kristal R. Tunggu Tamu Sayap Timur

302 Vas Bunga Kristal Kristal R. Tunggu Tamu Sayap Timur

303 Teko Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

304 Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

305 Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

306 Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

307 Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

Universitas Indonesia

161

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

308 Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

309 Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

310 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

311 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

312 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

313 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

314 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

315 Mangkok Plakat Peringatan Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

316 Teko Kopi Stainless steel, Tulang R. Tunggu Tamu Sayap Timur

317 Teko Teh Stainless steel, tulang R. Tunggu Tamu Sayap Timur

318 Temapt Gula Stainless steel R. Tunggu Tamu Sayap Timur

319 Tempat Susu Stainless steel R. Tunggu Tamu Sayap Timur

320 Nampan Oval Satainless steel, Tulang R. Tunggu Tamu Sayap Timur

321 Miniatur Pohon Pisang Perak , Kayu R. Tunggu Tamu Sayap Timur

322 Nampan Oval Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

323 Pengkait Gordyn Bentuk Sayap Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

324 Pengkait Gordyn Bentuk Sayap Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

325 Nampan Oval Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

326 Tempat Rokok Bentu Tabung Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

327 Tempat Rokok Bentuk Tabung Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

328 Asbak Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

329 Tempat Korek Api Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

330 Nampan Bulat Perlengkapan Rokok Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

331 Teko Teh Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

332 Teko Kopi Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

333 Tempat Gula Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

334 Saringan Teh Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

335 Nampan Oval Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

336 Tempat Rokok Bentuk Kotak Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

337 Asbak Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

338 Tempat Korek Api Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

339 Nampan Segi Empat Perlengkapan Rokok Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

340 Teko Kopi Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

341 Teko Teh Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

342 Teko Tempat Gula Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

343 Tempat Teh Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

344 Tempat Kopi Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

345 Saringan Teh dan kopi Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

346 Sendok teh Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

347 Sendok Kopi Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

348 Sendok Kecil (1 set=12 bh) Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

349 Nampan Perlengkapan Minum Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

350 Teko Teh Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

351 Teko Kopi Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

352 Tempat Gula Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

Universitas Indonesia

162

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

353 Tempat Teh Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

354 Tempat Gula Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

355 Tempat Kopi Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

356 Saeringan Teh dan Kopi Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

357 Sendok Gula Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

358 Sendok Teh Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

359 Sendok Kecil (1 set=6 bh) Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

360 Sendok Kecil (1 set=12 bh) Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

361 Sendok Kecil (1 set= 6 bh) Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

362 Nampan Oval Perlengkapan Minum Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

363 Bokor Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

364 Nampan Oval Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

365 Tempat Perhiasan bentuk Oval Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

366 Tempat perhiasan bentuk Oval Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

367 Tempat Penumbuk Sirih Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

368 Tempat tissue Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

369 Alat Pemotong Pinang Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

370 Alat Penumbuk Sirih Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

371 Guci Bertutup Motif Terawang Porselin R. Tunggu Tamu Ibu Negara

372 Tempat Perhiasan Bentuk Alpukat Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara

373 Tempat Perhiasan Bentuk Alpukat Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara

374 Tempat Perhiasan Bentuk Alpukat Kayu R. Terima Tamu Ibu Negara

375 Vas Bunga Timah R. Tunggu Tamu Sayap Timur

376 Tempat Perhiasan Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

377 Miniatur Pohon Kurma Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

378 Nampan Oval "WDN" Perak R. Tunggu Tamu Sayap Timur

379 Teko Teh Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur

380 Teko Kopi Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur

381 Tempat Gula Bertutup Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur

382 Nampan Oval Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur

383 Tempat Pedupaan Peralatan Menyirih Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur

384 Mangkok Bertutup Peralatan Menyirih Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur

385 Mangkok Bertutup Peralatan Menyirih Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur

386 Mangkok Bertutup Peralatan Menyirih Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur

387 Mangkok Bertutup Peralatan Menyirih Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur

388 Mangkok Bertutup Peralatan Menyirih Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur

389 Mangkok Bertutup Peralatan Menyirih Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur

390 Tempat Sirih Peralatan Menyirih Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur

391 Alat Penumbuk Pinang Peralatan Menyirih Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur

392 Nampan Bulat Peralatan Menyirih Perak Bakar R. Tunggu Tamu Sayap Timur

393 Cangkir Tanpa Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

394 Cangkir Tanpa Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

395 Cangkir Tanpa Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

396 Cangkir Tanpa Pegangan PorselinPorselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

397 Cangkir Tanpa Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

Universitas Indonesia

163

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

398 Cangkir Tanpa Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

399 Cangkir Tanpa Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

400 Cangkir Tanpa Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

401 Cangkir Tanpa Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

402 Cangkir Tanpa Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

403 Cangkir Tanpa Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

404 Cangkir Tanpa Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

405 Cangkir Dengan Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

406 Cangkir Dengan Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

407 Cangkir Dengan Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

408 Cangkir Dengan Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

409 Cangkir Dengan Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

410 Cangkir Dengan Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

411 Cangkir Dengan Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

412 Cangkir Dengan Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

413 Cangkir Dengan Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

414 Cangkir Dengan Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

415 Cangkir Dengan Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

416 Cangkir Dengan Pegangan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

417 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

418 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

419 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

420 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

421 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

422 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

423 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

424 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

425 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

426 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

427 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

428 Tatakan Cangkir Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

429 Tempat Gula Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

430 Teko Teh Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

431 Teko Teh Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

432 Tempat Susu Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

433 Tempat Susu Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

434 Tempat Kue Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

435 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

436 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

437 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

438 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

439 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

440 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

441 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

442 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

Universitas Indonesia

164

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

443 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

444 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

445 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

446 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

447 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

448 Tatakan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

449 Tatakan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

450 Tatakan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

451 Tatakan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

452 Tatakan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

453 Tatakan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

454 Tatakan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

455 Tatakan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

456 Tatakan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

457 Tatakan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

458 Tatakan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

459 Mangkok Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

460 Mangkok Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

461 Mangkok Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

462 Mangkok Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

463 Mangkok Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

464 Mangkok Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

465 Mangkok Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

466 Mangkok Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

467 Mangkok Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

468 Mangkok Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

469 Mangkok Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

470 Mangkok Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

471 Tatakan Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

472 Tatakan Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

473 Tatakan Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

474 Tatakan Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

475 Tatakan Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

476 Tatakan Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

477 Tatakan Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

478 Tatakan Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

479 Tatakan Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

480 Tatakan Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

481 Tatakan Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

482 Tatakan Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

483 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

484 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

485 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

486 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

487 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

Universitas Indonesia

165

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

488 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

489 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

490 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

491 Wadah Bubuk Merica bntk Kuntum Bunga Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

492 Mangkok Sayur Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

493 Piring Makan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

494 Piring Makan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

495 Piring Makan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

496 Piring Makan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

497 Piring Makan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

498 Piring Makan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

499 Piring Makan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

500 Piring Makan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

501 Piring Makan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

502 Piring Makan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

503 Piring Makan Besar Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

504 Mangkok Besar Bertutup Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

505 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

506 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

507 Mangkok Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

508 Tempat Kembang Gula Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

509 Piring Kecil Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

510 Piring Kecil Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

511 Piring Kecil Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

512 Piring Kecil Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

513 Piring Kecil Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

514 Piring Kecil Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

515 Piring Kecil Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

516 Piring Kecil Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

517 Piring Kecil Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

518 Mangkok Bertutup dan Tatakan Porselin R. Tunggu Tamu Sayap Timur

519 Tempat Perhoiaasan Kayu R. Tunggu Tamu Sayap Barat

Universitas Indonesia

166

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

Lampiran 9

1 Jambangan Bunga Beralas Piring Porselin Pintu Barat

2 Jambangan Bunga Beralas Piring Porselin Pintu Barat

3 Piring Hias Porselin R.Tunggu Tamu Presiden

4 Piring Hias Porselin R.Tunggu Tamu Presiden

5 Guci Tembikar K. Tidur Presiden

6 Guci Bertutup Porselin R. Tamu Presiden

7 Jambangan Bunga Porselin R. Tamu Presiden

8 Jambangan Bunga Porselin R. Tamu Presiden

9 Piring Hias Porselin R. Cinderamata

10 Jambangan Bunga Porselin Pintu Timur

11 Jambangan Bunga Porselin Jamuan

12 Jambangan Bunga Porselin Jamuan

13 Jambangan Porselin Kembang Biru Porselin R. Rapat Presiden

14 Piring Hias Porselin R. Rapat Presiden

15 Jambangan Bunga Melamine Ruang Cinderamata

16 Jambangan Bunga Melamin Ruang Cinderamata

17 Jambangan Bunga Porselin R. Cinderamata

18 Jambangan Bunga Porselin R. Cinderamata

19 Tempayan Tembikar Ruang Makan

20 Piring Hias Porselin R. Terima Tamu

21 Kendi Porselin Biru Putih Porselin R.Tamu Presiden

22 Jambangan Bunga Porselin Ruang Resepsi

23 Jambangan Bunga Porselin Pintu Timur

24 Piring Hias Porselin K. Tidur Presiden

25 Piring Hias Porselin K. Tidur Presiden

26 Jambangan Laka Melamin R. Kerja Presiden

27 Bokor Perak R. Kerja Presiden

28 Jambangan Laka Melamin R. Kerja Presiden

29 Piring Hias Porselin R.Tamu Presiden

30 Piring Hias Porselin R.Tamu Presiden

31 Guci Porselin Koridor

32 Jambangan Cloisonne Kuningan R. Cideramata

33 Jambangan Cloisonne Kuningan R. Cinderamata

34 Tempayan Ikan Porselin Merah Porselin R. Cinderamata

35 Tempayan Ikan Porselin Merah Porselin R. Cinderamata

36 Guci Porselin R. Cinderamata

37 Piring Hias Porselin R. Cinderamata

DAFTAR BENDA SENI KRIYA DI ISTANA NEGARA

JUDUL RUANGANBAHANNO.

Universitas Indonesia

167

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

38 Piring Hias Porselin R.Jamuan Makan Malam

39 Pasu Sung Savankkalok Porselin R.Jamuan Makan Malam

40 Jambangan Porselin Pancawarna Porselin R. Tunggu Tamu Presiden

41 Jambangan Bunga Porselin R.Tunggu Tamu Presiden

42 Piring Hias Porselin K. Tidur Presiden

43 Piring Hias Perak R. Kerja Presiden

44 Kursi Taman Tembikar R. Cinderamata

45 Kursi Taman Tembikar R. Cinderamata

46 Gong Berstandard Gading, perak R. Cinderamata

47 Tempat Air Kerang , Perak R. Kerja Presiden

48 Tempat Permen Kerang, Perak R. Kerja Presiden

49 Asbak Kerang, Perak R. Kerja Presiden

50 Kotak Perhiasan Perak R. Tamu Presiden

51 Kerang Kerang Ruang Makan

52 Kerang Kerang Ruang Makan

53 Tempat Sayur Bertutup Perak R. Tamu Ibu Negara

54 Tempat Nas iBertutup Perak R. Tamu Ibu Negara

55 Vas Bunga Fiber R. Tamu Ibu Negara

56 Miniatur Pesawat Terbang TNI AU Fiber , Logam Packing Dus Tiga

57 Sepasang Gading Gading R. Tamu Presiden

58 Piring Hias Porselin R. Cinderamata

59 Asbak Hiasan Iguana Porselin R. Cinderamata

60 Vas Bunga bentuk Ayam Kayu R. Cinderamata

61 Foto SBY dan Ibu Ani SBY Batu Marmer R. Cinderamata

62 Miniatur Rumah Adat Timor Timur Perak R. Cinderamata

63 Gong Berstandar Logam R. Cinderamata

64 Vas Bunga bentuk Ayam Kayu R. Cinderamata

65 Topi Proyek "Primier Oil" Perak R. Cinderamata

66 Miniatur Perahu Layar Perak Ruang Jamuan

67 Congklak 16 Lubang Kayu R. Cinderamata

68 Vas Bunga Tembikar R. Cinderamata

69 Vas Bunga bentuk Bebek Tembikar R. Cinderamata

70 Nekara Perunggu Resepsi

Universitas Indonesia

168

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010

Lampiran 10

1 Miniatur Kelenteng Kayu R. Terima Tamu Presiden2 Hiasan Dinding Manaia Kayu dan Batu Opal R. Kerja Presiden3 Botol Motif Gedung Putih Kaca / Gelas R. Kerja Presiden

4 Foto Presiden SBY Bersama Delegasi APEC XII Tahun 2004 Kertas R. Kerja Presiden

5 Foto Ibu Ani SBY Bersama Para Isteri Delegasi APEC XII Tahun 2004 Kertas R. Kerja Presiden

6 Pulpen Camusso Berstandar Perak R. Kerja Presiden7 Pulpen Van Gogh Merk Visconti Besi R. Kerja Presiden8 Pulpen merk Pilot dan Tinta Logam R. Kerja Presiden9 Miniatur Tiga buah Gong Berstandar Perak R. Kerja Presiden10 Kaligrafi Ayat Kursi Kulit Mutiara R. Terima Tamu Presiden11 Patung Kuda Logam R. Terima Tamu Presiden12 Ukiran Gading Gading R. Terima Tamu Presiden13 Ukiran Gading Gading R. Terima Tamu Presiden14 Piring Hias Bulat Porselin R. Terima Tamu Presiden15 Tempat Buah Berukir Kayu dan perak R. Kerja Presiden16 Kecapi Kayu dan kawat R. Kerja Presiden17 Miniatur Perahu Kepala Burung Kayu dan perak R. Kerja Presiden18 Vas Bunga Tembikar R. Terima Tamu Presiden19 Vas Bunga Tembikar R. Terima Tamu Presiden20 Tatakan Makan Melamin R. Kerja Presiden21 Hiasan Dinding Kertas K. Tidur Presiden22 Keterangan Gambar Kertas R. Kerja Presiden23 Kotak Cerutu Perak R. Terima Tamu Presiden24 Tempat Perhiasan Kayu R. Sidang Kabinet25 Tmpt Tissu Motif Stupa Candi Borobudur Kuningan R.Terima Tamu26 Tmpt Tissu Motif Stupa Candi Borobudur Kuningan R.Terima Tamu27 Tmpt Tissu Motif Stupa Candi Borobudur Kuningan R.Terima Tamu28 Tmpt Tissu Motif Stupa Candi Borobudur Kuningan R.Terima Tamu

DAFTAR BENDA SENI KRIYA DI KANTOR PRESIDEN

RUANGANJUDULNO. BAHAN

Universitas Indonesia

169

Komunikasi dan edukasi..., Kukuh Amuji, FIB UI, 2010