universitas indonesia pengaruh stres akademik...
TRANSCRIPT
Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH STRES AKADEMIK TERHADAP KONDISI JARINGAN PERIODONTAL DAN KADAR HORMON
KORTISOL DALAM CAIRAN KREVIKULAR GINGIVA (Tinjauan pada Mahasiswa Program Akademik Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia)
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis
Periodonsia
CINDY ARYANI HOKARDI
1006785515
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS PERIODONSIA
JAKARTA
JANUARI 2013
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah membuka jalan dan menyertai sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul “PENGARUH STRES AKADEMIK TERHADAP KONDISI JARINGAN PERIODONTAL DAN KADAR HORMON KORTISOL DALAM CAIRAN KREVIKULAR GINGIVA (Tinjauan pada Mahasiswa Program Akademik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia)” yang ditujukan untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik guna memperoleh gelar Spesialis Periodonsia Universitas Indonesia, Jakarta.
Penulis menyadari tanpa bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa dari banyak pihak, Tesis ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Oleh karena itu, rasa terima kasih sebesar-besarnya ingin Penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dan berperan dalam proses pengerjaan Tesis ini. Rasa terima kasih khususnya ingin Penulis sampaikan kepada :
1. Kedua orang tua, ayah Frans Hokardi dan ibu Mimi Mintarsih Santoso tercinta yang selalu memberikan dukungan material, moril, doa, pengertian, dan kasih sayang;
2. DR. Sri Lelyati, drg.,SU.,SpPerio(K), selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, masukan, kesabaran, perhatian, pengertian dan kesediaan meluangkan waktu di tengah kesibukannya kepada Penulis dari awal pengerjaan hingga penulisan Tesis ini dapat diselesaikan.
3. Nurtami Soedarsono, drg.,Ph.D, selaku Dosen Pembimbing II atas bimbingan, masukan, perhatian, pengertian dan waktu yang telah diluangkandi tengah kesibukannya kepada Penulis selama penelitian Tesis;
4. DR. Yuniarti Syafril, drg.,SpPerio(K), selaku Dosen Pembimbing II atas waktu, arahan, kritikan, bimbingan, masukan, saran, dan perhatian yang telah diberikan selama penelitian Tesis;
5. Robert Lessang, drg.,SpPerio(K), Hari Sunarto, drg.,SpPerio(K), Yulianti Kemal, drg.,SpPerio(K) selaku Tim Penguji dalam Sidang Tesis, atas saran dan masukan yang sangat bermanfaat untuk penelitian Tesis Penulis;
6. Seluruh dosen serta seluruh staf Departemen Periodonsia Universitas Indonesia yang telah memberikan ilmu dari awal masuk kuliah hingga akhir sehingga memberi wawasan dan bimbingan kepada Penulis dalam pelaksanaan Tesis ini;
7. Chaidar Masulili, drg.,SpPros(K) selaku Direktur RSGM yang telah memperkenankan Penulis melakukan penelitian di Klinik Periodonsia;
8. Liana Santoso dan Herawati yang telah menemani dalam suka dan duka dalam pengerjaan Tesis ini.
9. Sonny Aryono, MBA sebagai sponsor dalam merampungkan masa pendidikan spesialis dan atas dukungan moril selama pengerjaan Tesis ini.
10. Kelvin Siswono yang telah selalu memberi dukungan, mendengarkan keluh kesah, memberi semangat, dan pengertiannya dalam pengerjaan Tesis ini.
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia v
11. Fajar, Isah, dan Sheila yang telah memberikan bantuan dan dukungan selama masa studi.
12. Sandra dan Indah teman seperjuangan dalam suka dan duka, canda dan tangis sehingga bersama-sama kita dapat menyelesaikan penelitian ini.
13. Mba Maya dan Mba Desy yang telah menemani, membantu dan membimbing penelitian ini hingga selesai.
14. Seluruh staf perpustakaan FKG UI yang telah memberi kesempatan dan membantu mencari bahan bacaan yang bermanfaat bagi penelitian ini.
15. Teman-teman satu angkatan : Levina, Andrew, Albert, Mba Luky, Mora, Raymond, Mba Rahma yang selalu memberikan dukungan moril dan bantuan.
16. Teman-teman Periodonsia angkatan 2009, 2011 dan 2012. 17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam Tesis ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat bermanfaat bagi Penulis untuk dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Jakarta, Januari 2013
Penulis
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia vii
ABSTRAK
Nama : Cindy Aryani Hokardi
Program Studi : Pendidikan Spesialis Periodonsia
Judul : Pengaruh Stres Akademik terhadap Kondisi Jaringan Periodontal dan Kadar Hormon Kortisol dalam Cairan Krevikular Gingiva (Tinjauan pada Mahasiswa Program Akademik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia)
Mayoritas penelitian menemukan hubungan periodontitis dengan stres, namun hubungannya dengan hormon kortisol pada cairan krevikular gingiva belum diteliti. Tujuan: Mengevaluasi pengaruh stres pada mahasiswa program akademik FKGUI terhadap kondisi periodontal dan kadar kortisol dalam CKG. Pemeriksaan Dental Environtmental Stress, indeks periodontal (OHIS, BOP, PPD, CAL), dan kadar kortisol terhadap 39 subjek, ditemukan perbedaan OHIS (p=0,023), BOP (p=0,000), PPD (p=0,004), dan CAL (p=0,004), namun tidak ada perbedaan kadar kortisol (p=0,456) diantara tingkatan stres. Tidak ada perbedaan kadar kortisol pada OHIS (p=0,587), BOP (p=0,470), PPD (p=0,863), dan CAL (p=0,863). Tidak ada perbedaan bermakna antara stres akademik dan kadar kortisol, dengan kondisi periodontal.
Kata Kunci:
Hormon Kortisol, Penyakit Periodontal, Stres akademik
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia viii
ABSTRACT
Name : Cindy Aryani Hokardi
Study Program : Periodontal Specialist
Title : The Influence of Academic Stress to Periodontium and Cortisol Hormone Level In Gingival Crevicular Fluid (Review on academic program student Faculty of Dentistry University of Indonesia).
Majority of investigations associating chronic periodontitis with stress found positive correlation, but no investigations correlating with cortisol in gingival crevicular fluid. Purpose: To evaluate the relationship between stress experienced by academic students FKGUI, periodontium, and cortisol. Survey using Dental Environtmental Stress (DES), clinical examinations (OHIS, BOP, PPD, and CAL), and cortisol level. 39 subjects show differences in OHIS (p=0.023), BOP (p=0.000), PPD (p=0,004), and CAL (p=0,004) between stress level and no differences in cortisol level (p=0,456). No differences in cortisol level between OHIS (p=0,587), BOP (p=0,470), PPD (p=0,863), and CAL (p=0,863). No significant differences between stress, cortisol level and periodontium.
Keywords:
Academic Stress, Cortisol Hormone, Periodontal Disease
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………………………………………….. i
Pernyataan Orisinalitas ………………………………………………………… ii
Lembar Pengesahan …………………………………......................................... iii
Kata Pengantar…………………………………………………….…................. iv
Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah untuk Kepentingan
Akademis ……………………………………….....………………..................... vi
Abstrak ………………………………………………………….....……………. vii
Daftar Isi ……………………………………………………….....…………….. viii
Daftar Tabel ……………………………………………………....…………….... xi
Daftar Gambar …………………………………………………....………….…... xii
Daftar Lampiran ……………………………………………....…………..……... xiii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………… 1 1.2 Rumusan Masalah………………........……………....……………..….…. 3 1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................... 3 1.3.1 Tujuan Umum……………...…………..........…………….………............. 3 1.3.2 Tujuan Khusus……………...........…………………..……….……............ 3 1.4 Manfaat Penelitian…………………............…………………………….... 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stres…………………………………………………..............……………. 5
2.1.1 Stres Akademik………………………….............………….…………….... 6
2.1.2 Stres Kronik terhadap Sistem Imun ………………............……….….......... 7
2.1.3 Pengaruh Hormon Kortisol terhadap Jaringan Periodontal............................ 12
2.2 Metode Analisa Stres………………………………………......................... 13
2.3 Pola Sirkadian Kortisol………………………………………….................. 13
2.4 Metode Analisa Kortisol……………………………………........................ 14
2.5 Kerangka Teori………………………………………….............................. 15
BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ………….………………… 17
BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian………………………...............…………………………… 19
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia x
4.2 Subjek Penelitian……………………………................…………………… 19
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian…………………...............…………………... 20
4.4 Bahan dan Alat Penelitian………………………………….......................... 20
4.5 Definisi Operasional…………………………………………....................... 21
4.6 Cara Kerja Penelitian……………………………....................…………….. 23
4.7 Alur Kerja…………………………………................................................... 28
4.8 Analisis Data……………………….....................…………………………. 28
4.9 Jadual Penelitian………………..................………………………………... 29
BAB 5. HASIL PENELITIAN ……………...…...………………………………. 30
BAB 6. PEMBAHASAN…………………………………....……………...……. 37
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN……………………...…....…...…............ 44
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………..…………………... 46
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia xi
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi Rerata, Standar Deviasi, Minimum dan Maksimum dari Skor Stres DES, Indeks Plak, Indeks Kalkulus, Indeks Kebersihan Mulut, Indeks Perdarahan Gingiva, dan Kadar Hormon Kortisol Mahasiswa Program Akademik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia……………………………................................ 31
Tabel 5.2 Tabel Uji Normalitas Indeks Kebersihan Mulut, Indeks Perdarahan Gingiva, dan Kadar Hormon Kortisol pada Mahasiswa Program Akademik FKG UI................................................................................ 31
Tabel 5.3 Nilai Rerata, Standar Deviasi dan Kemaknaan dari Indeks Plak,Indeks Kalkulus, Indeks Kebersihan Mulut, Indeks Perdarahan Gingiva, dengan Tingkat Stres pada Mahasiswa Program Akademik.. 31
Tabel 5.4 Distribusi dan Nilai Kemaknaan Kadar Hormon Kortisol pada Subjek dengan Stres Ringan dan Stres Sedang…………………….... 33
Tabel 5.5 Distribusi dan Perbedaan Kedalaman Poket dan Tingkat Perlekatan Klinis pada Subjek dengan Stres Ringan dan Stres Sedang................. 34
Tabel 5.6 Nilai Kemaknaan Indeks Kebersihan Mulut, Indeks Perdarahan Gingiva, Kedalaman Poket Periodontal, dan Tingkat Perlekatan Klinis Berdasarkan Kadar Hormon Kortisol..............……………….. 35
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Stres dan Corticotropin Releasing Hormone (CRH) Mempengaruhi Respon Imun/ Inflamasi dan Alergi............….….. 9
Gambar 2.2 Model fisiologis efek stres pada penyakit periodontal, sistem saraf pusat, CRH (Corticotropine Releasing Hormone), ACTH (Adrenanocorticotropic Hormone), NE (norepinefrin), MMP (matriks metaloproteinase)............................................................. 10
Gambar 2.3 Kelenjar adrenal…….……………………………………………. 10
Gambar 2.4 Diagram HPA axis sebagai respon terhadap stres dan produksi stres.................................................................................................. 12
Gambar 4.1 Elisa Kit…………………………………………………………... 24
Gambar 4.2 Sentrifugal……………………………………………….....…….. 25
Gambar 4.3 Working Sheet………………………………………...................... 25
Gambar 4.4 Multichannel Pippette dan setelah memasukkan 200µL larutan dilusi conjugate……….................................................................... 26
Gambar 4.5 Rotator…………………………………………………………….. 26
Gambar 4.6 Microplate setelah dimasukkan 200 µL larutan TMB …….……... 26
Gambar 4.7 Microplate Setelah Dimasukkan 50 µL larutan stop …………….. 27
Gambar 5.1 Grafik Rerata dan Standar Deviasi Indeks Plak, Indeks Kalkulus, Indeks Kebersihan Mulut dan Indeks Perdarahan Gingiva pada Subjek dengan Stres Ringan dan Stres Sedang ………………...... 32
Gambar 5.2 Grafik Rerata dan Standar Deviasi Kadar Hormon Kortisol pada Subjek dengan Stres Ringan dan Stres Sedang............................... 33
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Lolos Etik
Lampiran 2. Penjelasan bagi Subjek Penelitian
Lampiran 3. Lembar Persetujuan
Lampiran 4. Informed Consent
Lampiran 5. Lembar Kuesioner Penelitian
Lampiran 6. Lembar Pemeriksaan Klinis
Lampiran 7. Lembar Output Statistik
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit periodontal adalah infeksi yang berhubungan dengan
mikroorganisme patogenik spesifik dan perubahan respon host. Mikroorganisme
spesifik dalam mikroflora subgingiva merupakan agen penentu terjadinya
periodontitis.1 Mekanisme pertahanan host pada jaringan periodontal memicu
agen-agen yang menyebabkan kerusakan jaringan periodontal dan bertanggung
jawab dalam hampir semua kerusakan jaringan periodontal.2 Etiologi yang
signifikan dari faktor risiko perilaku dan biologis terjadinya penyakit periodontal,
termasuk merokok, usia, kebersihan mulut dan penyakit sistemik seperti diabetes
melitus telah disebutkan oleh Shlossman dkk. (1990), Haber & Kent (1992), dan
Beck (1994).1,3,4 Kondisi psikososial dan fisik juga dapat mempengaruhi
mekanisme pertahanan host sehingga terjadi efek imunosupresif, meningkatkan
kerentanan seseorang terhadap penyakit, selain itu dalam situasi stres, tipe
kepribadian dan cara menghadapi masalah dari ekspos stres dapat mempengaruhi
sistem saraf pusat.3,4
Hubungan antara penyakit periodontal dan faktor predisposisi psikososial
dapat dilihat dengan jelas pada kasus acute necrotizing ulcerative gingivitis
(ANUG).5 Beberapa penelitian case-control mengindikasikan hubungan antara
faktor psikososial dan penyakit destruktif periodontal. Gangguan psikologis juga
berhubungan erat dengan perkembangan periodontitis dan pada respon terhadap
terapi periodontal.6,7 Beberapa mekanisme dapat menjelaskan hubungan yang
terkait dalam pengaturan sistem imun melalui sistem saraf, endokrin dan
perubahan pada perilaku kesehatan mulut.2,8,9
Beberapa penelitian memastikan adanya korelasi positif antara stres dan
penyakit periodontal dengan melihat hubungan antara stres dan kehilangan
perlekatan, stres dengan kebersihan mulut yang buruk, dan peningkatan kadar
kortisol dengan kedalaman poket.10 Faktor-faktor yang berhubungan dengan
lingkungan sosial, oleh karena itu dapat memicu perubahan pada pertahanan
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
2
tubuh serta memodifikasi perilaku kesehatan dan harus diperhitungkan dalam
penyebab penyakit periodontal.9 Fenomena stres di kalangan mahasiswa
kedokteran gigi telah dilaporkan pada beberapa kurikulum sejak tahun 1970.
Berdasarkan literatur dari rangkuman sistematis Alzahem et al. (2010) mengenai
stres di antara mahasiswa kedokteran gigi, terdapat stresor yang signifikan,
terutama yang berkaitan dengan ujian, persyaratan klinik, pasien, masalah
keuangan, kurangnya waktu untuk relaksasi, dan kritik dari fakultas.2
Banyak penelitian yang menghubungkan periodontitis kronis dengan
stres psikososial dalam rangkuman sistematis oleh Peruzzo dkk. (2007), mayoritas
penelitian menemukan hubungan yang positif antara faktor stres dan penyakit
periodontal, namun hubungan antara periodontitis dan hormon stres pada cairan
krevikular gingiva masih belum diteliti lebih lanjut.11 Beberapa penelitian oleh
Deinzer dkk. memeriksa akibat stres akademik pada mahasiswa universitas
selama periode ujian terhadap kesehatan periodontal. Penelitian ini menunjukkan
bahwa stres akademik merupakan faktor risiko inflamasi gingiva dengan
meningkatnya kadar IL-1 pada GCF. Pada penelitian tahun 1998, Axtelius
menunjukkan keberadaan kortisol pada GCF. Penelitian akhir-akhir ini
menunjukkan konsentrasi kortisol pada GCF lebih tinggi pada seseorang yang
menunjukkan gejala stres.12 Bertolak belakang dengan penelitian tersebut,
penelitian oleh Mengel dkk. (2002) tidak menemukan korelasi signifikan antara
kortisol dengan stres karena jumlah sampel yang digunakan terlalu sedikit.13
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh stres yang terjadi pada
mahasiswa program akademik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
terhadap jaringan periodontal dan kadar hormon kortisol dalam cairan krevikular
gingiva. Berdasarkan dari penelitian ini, diharapkan pengukuran kadar hormon
kortisol dapat menjadi alat untuk mendiagnosis penyakit periodontal.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah stres akademik memberikan pengaruh terhadap kondisi jaringan
periodontal dan kadar hormon kortisol dalam cairan krevikular gingiva
pada mahasiswa program akademik FKG UI?
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
3
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.1.1 Untuk mengevaluasi pengaruh stres akademik yang dialami mahasiswa
program akademik FKG UI terhadap kondisi jaringan periodontal dan
kadar hormon kortisol dalam cairan krevikular gingiva.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengevaluasi pengaruh stres akademik yang dialami mahasiswa
program akademik FKG UI terhadap jaringan periodontal ditinjau dari
indeks kebersihan mulut.
1.3.2.2 Untuk mengevaluasi pengaruh stres akademik yang dialami mahasiswa
program akademik FKG UI terhadap jaringan periodontal ditinjau dari
indeks perdarahan gingiva.
1.3.2.3 Untuk mengevaluasi pengaruh stres akademik yang dialami mahasiswa
program akademik FKG UI terhadap jaringan periodontal ditinjau dari
tingkat kedalaman poket periodontal.
1.3.2.4 Untuk mengevaluasi pengaruh stres akademik yang dialami mahasiswa
program akademik FKG UI terhadap jaringan periodontal ditinjau dari
tingkat kehilangan perlekatan klinis gingiva.
1.3.2.5 Untuk mengevaluasi pengaruh stres akademik yang dialami mahasiswa
program akademik FKG UI terhadap kadar hormon kortisol dalam cairan
krevikular gingiva.
1.3.2.6 Untuk mengevaluasi pengaruh indeks kebersihan mulut mahasiswa
program akademik FKG UI terhadap kadar hormon kortisol dalam cairan
krevikular gingiva.
1.3.2.7 Untuk mengevaluasi pengaruh indeks perdarahan gingiva mahasiswa
program akademik FKG UI terhadap kadar hormon kortisol dalam cairan
krevikular gingiva.
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
4
1.3.2.8 Untuk mengevaluasi pengaruh tingkat kedalaman poket periodontal
mahasiswa program akademik FKG UI terhadap kadar hormon kortisol
dalam cairan krevikular gingiva.
1.3.2.9 Untuk mengevaluasi pengaruh tingkat perlekatan klinis mahasiswa
program akademik FKG UI terhadap kadar hormon kortisol dalam cairan
krevikular gingiva.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Meningkatkan wawasan dokter gigi terhadap peranan stres sebagai salah
satu faktor risiko penyakit periodontal.
1.4.2 Memberikan informasi mengenai saran dan perilaku yang harus dihindari
agar tidak terjadi stres akademik yang berdampak pada kerusakan jaringan
periodontal.
1.4.3 Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa stres merupakan salah
satu faktor risiko penyakit periodontal
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia 5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stres
Menurut Hans Selye (1935), stres didefinisikan sebagai stimulus eksternal
yang kuat baik fisiologis dan psikologis yang menyebabkan respon fisiologis
dalam tubuh seseorang.14 Oleh karena itu, stres dapat digambarkan sebagai proses
dengan komponen fisiologis dan psikologis. Definisi psikologis dari stres dilihat
dari cara sesorang merespon stres pada sejumlah faktor, termasuk kemampuan
untuk menghadapi stres (coping), predisposisi genetik, stresor, tingkat dukungan
sosial, dan faktor gaya hidup lainnya. Stresor adalah stimulus, situasi, atau
keadaan dengan potensi menyebabkan reaksi stres. Efek potensial respon stres
yang dapat diobservasi atau diukur termasuk kecemasan, depresi, kognisi yang
terganggu, dan kepercayaan diri terganggu. Definisi stres bervariasi dalam
literatur periodontal, seperti terlihat pada cara mengevaluasi stres, contohnya
pengukuran subjektif situasi yang stres menggunakan kuesioner, pengukuran
penanda spesifik seperti kortisol plasma.15
Definisi fisiologis stres adalah stres dapat menyebabkan deregulasi sistem
imun, dimediasi oleh HPA axis dan sympathetic-adrenal-medullary axis. Sebagai
respon terhadap berbagai stimuli stres, terjadi inisiasi sekuens kejadian. Aktivasi
HPA-axis oleh stres menyebabkan pelepasan peningkatan konsentrasi
corticotropin-releasing hormone (CRH) dari hipotalamus. Kelenjar pituitary
dihubungkan ke hipotalamus pada infundibulum, jaringan yang mengandung serat
saraf dan pembuluh darah kecil. Corticotropin-releasing hormone beraksi di
kelenjar pituitary anterior, dan melepaskan adreno-corticotropic hormone
(corticotropin). Adreno-corticotropic hormone beraksi pada korteks adrenal dan
menyebabkan produksi dan pelepasan hormon glukokortikoid (terutama kortisol)
ke dalam aliran darah. Glukokortikoid memproduksi sejumlah efek pada tubuh,
seperti menekan respon inflamasi, mengubah sitokin, meningkatkan glukosa
darah, dan mengubah beberapa faktor pertumbuhan.15
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
6
2.1.1 Stres akademik
Praktek kedokteran gigi berhubungan erat dengan tingkat stres pekerjaan
yang tinggi. Hermanson (1972) melaporkan penyakit emosional pada dokter gigi
berada pada peringkat ketiga, dan Cooper dkk. (1987) melaporkan profesi dokter
gigi sebagai profesi kesehatan paling stres. Di Malaysia, prevalensi stres di antara
dokter gigi dilaporkan sebesar 89,7%.16 Tingkat stres yang tinggi berhubungan
dengan praktek kedokteran gigi, yang dimulai sejak sekolah kedokteran gigi dan
bermanifestasi secara berbeda selama beberapa tahun penelitian.17 Beberapa
penelitian menunjukkan stres selama edukasi dental lebih tinggi dibandingkan
pada edukasi medis.18
Stresor bervariasi, tergantung pada sikap individu, kepercayaan, dan latar
belakang kultur.19 Pada penelitian pelajar kedokteran gigi beberapa negara
mengenai sumber stres dari enam institusi kedokteran gigi di Eropa, sumber stres
bervariasi berdasarkan faktor individu dan edukasi. Pelajar di Spanyol paling stres
saat “clinical training” dan tekanan saat melakukan tindakan, sedangkan pelajar
di Yunani paling stres saat perawatan pasien.20 Kumar dkk. (2009) melaporkan
bahwa sumber stres paling penting di antara pelajar Indian adalah komponen
akademisnya, terutama tes dan peringkat.22 Muirhead & Locker (2008) dan Morse
& Uria (2007) meneliti pelajar di Kanada dan Fiji, dan menemukan sumber stres
paling tinggi adalah karena uang sekolah yang mahal.22
Stres dapat merugikan bagi pelajar kedokteran gigi, hal ini berhubungan
dengan gejala fisik, psikologis, dan kelelahan emosional.21 Penting untuk sekolah
kedokteran gigi untuk mengidentifikasi tingkat stres di antara pelajar saat
merencanakan kurikulum dan lingkungan bekerja untuk edukasi kedokteran gigi
dalam menciptakan atmosfer yang tidak terlalu menyebabkan stres.
Penyebab stres bervariasi pada tiap tingkatan pelajar dengan beberapa
mengalami tumpang tindih. Pelajar preklinik (mahasiswa tingkat dua dan tiga)
menyatakan ujian, peringkat dan rasa takut tidak lulus merupakan penyebab
utama stres. Hal ini mungkin disebabkan karena subjek pada masa pre-klinik
mempelajari medik dasar dan pengetahuan kedokteran gigi.22 Pelajar tingkat
kedua juga mengeluh kurangnya waktu untuk beristirahat. Pelajar tingkat kedua
yang baru masuk universitas ini masih beradaptasi terhadap lingkungan baru
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
7
sekolah kedokteran gigi, mereka difokuskan pada akademik dan menyebabkan
semakin berkurangnya waktu untuk aktivitas lain.23 Tingkat stres yang tinggi pada
pelajar tingkat kedua mungkin berhubungan dengan frustrasi mengenai ekspektasi
menjadi seorang dokter gigi, tanpa menyadari tantangan sepanjang masa edukasi.
Mereka hanya mempersiapkan seadanya, sehingga menjadi predisposisi stres yang
meningkat.24
Pelajar tingkat ketiga juga menunjukkan masalah mengenai kesulitan dan
jumlah tugas kelas. Pada tahun ini, pelajar diperkenalkan pada prosedur klinis
dalam laboratorium pre-klinik. Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam
mempelajari prosedur klinis baik secara teori dan praktek.24 Kuantitas material
yang sulit dan banyak menyebabkan mereka merasa tidak mampu, dan
menyebabkan pelajar merasa tidak mampu menyelesaikan tugas sesuai jadwal dan
mengerjakan ujian.25
2.1.2 Stres Kronik terhadap Sistem Imun
Ketika situasi tertentu diinterpretasikan sebagai keadaan stres, hal ini akan
memicu aktivasi hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) axis melepaskan hormon
yang disebut corticotropin-releasing hormone (CRH). Pelepasan CRH memicu
sekresi dan pelepasan hormon lain, yaitu adrenocorticotropin (ACTH) dari
kelenjar pituitary, yang juga terletak di otak. Ketika ACTH disekresi oleh kelenjar
pituitary, hormon ini mengikuti aliran darah dan mencapai kelenjar adrenal, yang
berada di atas ginjal, dan memicu sekresi hormon stres.26
Ada dua macam hormon stres utama, yaitu glukokortikoid (kortisol pada
manusia) dan katekolamin (adrenalin dan noradrenalin). Sekresi akut
glukokortikoid dan katekolamin sebagai respon terhadap adanya stresor
merupakan mediator primer dalam rantai hormonal yang dipicu respon terhadap
stres. Kedua hormon yang disekresi sebagai respon terhadap stres ini bertindak
dalam tubuh untuk memberikan respon fight-or-flight, dimana seseorang akan
mengalami peningkatan detak jantung dan tekanan darah.26
Glukokortikoid memiliki efek yang berbeda-beda pada sistem target, yang
dapat dirangkum bertujuan untuk meningkatan keberadaan substrat energi pada
bagian tubuh yang berbeda, dan memberikan adaptasi optimal untuk menghadapi
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
8
tuntutan lingkungan. Sementara aktivasi HPA axis dianggap sebagai mekanisme
adaptasi dasar terhadap adanya perubahan, aktivasi berkepanjangan memberikan
risiko pada kesehatan organisme. Katabolik glukokortikoid yang tinggi melawan
insulin dan meningkatkan tekanan darah sehingga meningkatkan risiko diabetes,
hipertensi, dan penyakit arterial. Pertumbuhan dan perbaikan jaringan terganggu.
Disisi lain, aktivasi HPA axis menekan fungsi imun, dan dalam keadaan kronis
berbahaya bagi organisme karena berhubungan dengan peningkatan risiko
terjadinya infeksi.27
Sistem stres merespon terhadap sinyal dari sistem imun dan reaksi
inflamasi, sehingga tantangan imun yang membahayakan homeostasis merupakan
stresor bagi sistem, dan bertindak sebagai stimulus bagi organisme untuk
mengaktivasi sistem stres untuk mengembalikan stabilitas keadaan internal.
Konsep mekanisme spesifik interaksi sistem imun dan stres digambarkan dalam
skema berikut, yaitu hubungan antara komponen sistem stres, termasuk
hubungannya dengan sistem imun. Komunikasi antara neuroendokrin (HPA) dan
fungsi sistem inflamasi imun merupakan “feedback loop” yang mengatur
komponen imun dari respon inflamasi. Contohnya fungsi “Feedback loop” negatif
seperti pada aktivasi sistem imun, yang berhubungan dengan peningkatan sitokin
yang beredar (IL-1 dan IL-6), meningkatkan aktivitas pada sistem HPA/CRH
menyebabkan peningkatan hormon adrenokortikotropin dan kortisol, modulator
utama dalam sistem stres.28
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
9
Gambar 2.1 Stres dan corticotropin releasing hormone (CRH) mempengaruhi respon imun/inflamasi dan alergi dengan menstimulasi glukokortikoid, katekolamin dan sekresi CRH periferal (imun) dan dengan mengubah produksi sitokin regulasi yang penting dan histamin, CRH juga dilepaskan dari saraf sensoris pada saat aktivasinya. Garis yang tegas menggambarkan stimulasi, garis tegas yang tebal menggambarkan peningkatan stimulasi, dan garis putus-putus menggambarkan inhibisi. Singkatan: 2, 2-adrenoceptor; +/-, stimulasi/inhibisi; B, sel B; CRHR1, reseptor CRH 1; Eo, Eosinofil; GR, reseptor glukokortikoid; H1/H2, reseptor histamin 1 dan 2; IFN-, interferon , IL, interleukin; NA, noradrenalin; NK, sel natural killer; Th1 dan Th2, sel T penolong tipe 1 dan 2; TNF-, tumor necrosis factor-; Tc, sel T.28
Sel-sel sistem imun didistribusi di seluruh tubuh ketika infeksi terjadi,
respon inflamasi yang menyusun elemen sistem imun pada area spesifik. Setelah
proses infeksi menjadi kronis, inflamasi secara klinis terjadi, meningkatkan
sitokin dan mediator inflamasi lain yang berhubungan dengan aktivasi dari sistem
stres. Apabila reaksi inflamasinya bermakna dan bertahan lama, terjadi
manifestasi berupa penyakit sistemik seperti rheumatoid arthritis dan penyakit
periodontal.28
Genco dkk. menyusun model skema yang menggambarkan peran stresor
psikososial dalam mengawali tahapan kejadian pada CRH/HPA-axis, sistem saraf
otonomi, dan sistem saraf sentral, dengan akibat fisiologisnya berupa penekanan
imunitas, sehingga meningkatkan terjadinya infeksi dan terutama penyakit
periodontal. Mereka juga menyebutkan bahwa risiko perilaku kesehatan seperti
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
10
kebersihan mulut yang buruk dan merokok juga dapat mempengaruhi penyakit
periodontal secara langsung.28
Gambar 2.2 Model fisiologis efek stres pada penyakit periodontal, sistem saraf pusat, CRH (Corticotropine Releasing Hormone), ACTH (Adrenanocorticotropic Hormone), NE (norepinefrin), MMP (matriks metaloproteinase).28
Kelenjar yang terlibat dalam respon stres adalah kelenjar pituitary, tiroid,
dan adrenal. Kelenjar pituitary merupakan kelenjar utama yang mengeluarkan
beberapa hormon penting, dan kemudian dilepaskan ke organ.Hipotalamus
dipengaruhi secara langsung oleh kelenjar pituitary. Kelenjar yang mendapat efek
langsung dari respon stres adalah kelenjar adrenal. Kelenjar adrenal memiliki dua
bagian, keduanya memproduksi hormon dengan fungsi yang sangat berbeda.
Bagian luar kelenjar adrenal disebut korteks adrenal, dan mengeluarkan hormon
kortikosteroid.
Gambar 2.3 Kelenjar adrenal36
Ada dua tipe kortikosteroid, yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid.
Glukokortikoid (GCs) adalah famili agen biokimiawi yang terdiri dari kortisol dan
kortison, dan kortisol merupakan hormon utama. Fungsinya untuk membantu
mengubah glukosa, melalui degradasi protein (asam amino) selama proses
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
11
glukoneogenesis di hati, sebagai sumber energi bagi sistem saraf pusat (otak) dan
otot skeletal selama latihan fisik.36 Glukokortikoid menginhibisi respon imun,
terutama pada dosis yang tinggi. Stimulus stres emosional pada awalnya akan
menyebabkan inhibisi makrofag dan perkembangan sel T, tetapi pelepasan GCs
yang terlalu lama dapat menstimulasi respon imun. Efek klinis GCs setelah respon
stres adalah penurunan jumlah limfosit pada darah perifer dan peningkatan jumlah
granulosit neutrofil dalam jumlah banyak. Fungsi utama GCs dapat menekan
respon stres akut, termasuk respon imun.36
Glukokortikoid termasuk kortisol adalah mediator utama respon terhadap
stres yang berpartisipasi dalam banyak interaksi antara HPA axis dengan
inflamasi yang dimediasi imunologis, sehingga menghambat akumulasi dan
fungsi limfosit, monosit/makrofag, eosinofil, dan neutrofil pada area inflamasi.35
Beberapa penelitian klinis menghubungkan peningkatan kortisol dengan menekan
sistem imun, kortisol memetabolik (degradasi) sel darah putih. Semakin menurun
jumlah sel darah putih, efisiensi sistem imun juga akan menurun, dan
menyebabkan kerentanan terhadap penyakit.36 Pada individu yang mengalami
stimulasi stres kronis, maka terjadi keadaan dimana kadar kortisol berlebihan,
yang disebut dengan hypercortisolism. Kondisi ini dapat menyebabkan
peningkatan lemak dalam serum, kerusakan endotelial, insiden penyakit jantung
koroner, dan kegagalan napas akut. Penurunan imunokompetensi, peningkatan
resiko terjadinya inflamasi, osteoporosis, diabetes steroidm dan kerusakan neuron
hippocampal, depresi dan stres kronik merupakan akibat lain kondisi
hypercortisolism.37 Beberapa fungsi yang sulit untuk dipertahankan pada
peningkatan kadar kortisol dalam periode waktu yang lama adalah tingkat gula
darah, keseimbangan hormon lain, integritas mukosa, penyembuhan dan
perbaikan.36
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
12
Gambar 2.4 Diagram HPA axis sebagai respon terhadap stres dan produksi stres14
2.1.3 Pengaruh Hormon Kortisol terhadap Jaringan Periodontal
Peningkatan kadar kortisol dan epinefrin dapat mengganggu homeostasis
dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit melalui berbagai mekanisme.
Kortisol menyebabkan efek anti-inflamasi yang poten dan imunosupresif. Hal ini
dibuktikan dengan administrasi kortisol dalam jumlah banyak mengurangi respon
inflamasi terhadap infeksi.15 Mekanisme biologis stres mereduksi fungsi sistem
imun dan terjadinya inflamasi kronis adalah dengan dimediasi oleh produksi
hormon kortisol yang mengurangi kemampuan imun dengan menghambat IgA
dan IgG dan fungsi neutrofil, sehingga terjadi peningkatan kolonisasi biofilm dan
berkurangnya kemampuan untuk mencegah invasi bakteri pada jaringan ikat.
Sebagai tambahan, setelah terjadi peningkatan kortisol yang kronis, kortisol akan
kehilangan kemampuannya untuk menghambat respon inflamasi yang diinisiasi
oleh reaksi imun, sehingga destruksi inflamasi terjadi terus menerus pada jaringan
periodontal.10
Berdasarkan penelitian Rosania dkk. (2009), kadar kortisol memiliki
korelasi positif terhadap pengukuran kedalaman poket dan kehilangan perlekatan
klinis. Juga disebutkan mengenai adanya perbedaan antara efek stres akut dan
efek stres kronis.44 Stres kronis diyakini berhubungan dengan kadar kortisol yang
lebih rendah pada pagi hari dan memiliki siklus diurnal yang rata, demikian pula
dengan perubahan pada keseimbangan sistem imun pro-inflamatori, dan
berkontribusi pada peningkatan terjadinya penyakit periodontal. Sebaliknya,
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
13
individu yang mengalami stres akut memiliki kadar kortisol yang melebihi
normal. Peningkatan kadar kortisol ini dapat menyebabkan perubahan dalam
pengaturan limfosit, dan menyebabkan peningkatan terjadinya inflamasi gingiva,
tetapi tanpa terjadi perubahan pro-inflamatori yang menuju pada kerusakan
jaringan parah dan kehilangan gigi yang terjadi pada stres kronik.44
2.2 Metode Analisa Stres
Subjek dalam penelitian mengenai stres akut diberikan tes tertulis,
aritmatik atau mental sebagai prosedur yang menstimulasi stres. Vivian Ng pada
penelitian lain menggunakan tes tertulis dan kemudian subjek diminta untuk
menggambarkan perasaan stresnya dalam kuesioner.29 Pada penelitian lain, stresor
standard yang disebut trier social stress test digunakan untuk menganalisa respon
stres. Hormon-hormon yang diproduksi oleh tubuh pada situasi stres, seperti
adrenalin (stres akut) dan kortisol (stres kronik) dianggap sebagai penanda dan
pengukuran hormon ini juga dapat mengukur tingkat stres.14,30
Salah satu instrumen yang digunakan untuk mengidentifikasi dan
mengukur stres pada mahasiswa kedokteran gigi adalah dengan menggunakan
kuesioner Dental Environmental Stress (DES) yang dikembangkan oleh Garbee
dkk.31 Kuesioner DES yang dimodifikasi dikembangkan agar lebih aplikatif dan
sesuai pada mahasiswa muda, dimana pertanyaan yang berhubungan dengan
status pernikahan dan anak tidak dimasukkan.32
2.3 Pola Sirkadian Kortisol
Pola sirkadian sekresi kortisol adalah pola kortisol disekresi dan
diregulasi. Pada kondisi basal, sekresi glukokortikoid mencapai profil sirkadian
24 jam, yaitu konsentrasi glukokortikoid manusia berada pada batas maksimum di
pagi hari (puncak sirkadian), dan berkurang secara perlahan di sore hari, malam
dan periode nokturnal (palung sirkadian), dan peningkatan mendadak setelah
beberapa jam pertama tidur.27
Produksi kortisol paling tinggi pada pagi hari berfungsi untuk membantu
tubuh mempersiapkan diri menghadapi hari, pola kortisol ini dapat dilihat pada
dewasa normal. Variasi pola sekresi kortisol dapat dilihat pada situasi stres parah
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
14
atau berkepanjangan. Hal ini karena tingkat kortisol terus meningkat.Efek pola
yang terganggu ini menunjukkan adanya abnormalitas. Hipersekresi kortisol
berhubungan dengan profil kortisol diurnal yang merata.14,30
2.4 Metode Analisa Kortisol
Kortisol terdapat dalam serum dan saliva, dan juga pada cairan krevikular
gingiva.35,38,39 Penggunaan tingkat kortisol saliva sebagai alat untuk mengevaluasi
stres yang divalidasi pertama kali pada manusia. Tingkat kortisol saliva cocok
untuk menilai tingkat kortisol plasma karena menggambarkan secara akurat
tingkat fraksi bebasnya hormon dalam plasma yang aktif secara biologis,
walaupun tingkat kortisol dalam saliva cukup rendah, hanya 15% fraksi kortisol
plasma tidak terikat yang ditransfer ke saliva. Sampel mudah diambil dan
disimpan, dan dapat dilakukan seringkali, dan memudahkan memonitor stres akut
dengan mengukur perubahan jangka pendek tingkat kortisol. Kortisol adalah
molekul lipid-soluble dan kecil yang mudah ditransfer dari aliran darah, melalui
sel-sel ke saliva. Karena kortisol masuk ke saliva melalui difusi pasif, tanpa
keterlibatan mekanisme transport aktif, aliran saliva juga tidak mempengaruhi
tingkat kortisol saliva. Pada saat pengukuran tingkat kortisol, pola waktu
produksinya juga harus diperhitungkan. Pada mamalia, produksi kortisol
umumnya memuncak saat awal memulai aktivitas harian, yang dipengaruhi oleh
sistem waktu jantung sirkadian.40
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
15
2.5 Kerangka Teori
Penyebab-penyebab dari stres akademik pada mahasiswa program
akademik adalah rasa takut akan ujian, peringkat, rasa takut tidak lulus, belum
beradaptasi dengan lingkungan baru, ekspektasi harga diri sebagai dokter gigi,
jumlah tugas, dan kesulitan dalam mempelajari prosedur klinis. Kemampuan
seseorang menghadapi permasalahan-permasalahan ini mempengaruhi keadaan
psikososial seseorang, apabila individu tidak mampu menghadapi permasalahan-
permasalahan tersebut, terjadi respon stres. Respon stres sendiri dibagi menjadi
beberapa jalur, yaitu aktivasi dari saraf otonom dan aktivasi sistem saraf pusat dan
hipotalamus. Aktivasi dari saraf otonom akan menginduksi medula adrenal dan
pelepasan sekresi hormon norepinefrin dan epinefrin, dan menimbulkan efek
pelepasan prostaglandin dan protease. Aktivasi dari sistem saraf pusat dan
hipotalamus menstimulasi sekresi hormon ACTH. Adrenocorticotrophine
hormone memasuki aliran darah perifer dan menginduksi korteks adrenal, yang
kemudian menstimulasi sekresi hormon glukokortikoid, yaitu hormon
kortisol.Hormon kortisol menekan fungsi IgA, IgG, dan PMN neutrofil, yang
bertugas untuk melindungi dari infeksi kolonisasi patogen periodontal. Hal ini
meningkatkan kerentanan individu terhadap infeksi. Kebersihan mulut yang buruk
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
16
menjadi faktor utama penyebab infeksi periodontal, dengan adanya invasi bakteri
plak menstimulasi pengeluaran sitokin IL-6, bersinergi dengan IL-1, dan matriks
metaloproteinase yang menginduksi terjadinya resorpsi tulang alveolar, dan
terjadi destruksi periodontal. Ada faktor-faktor risiko lain yang mempengaruhi
kerentanan individu terhadap penyakit periodontal, yaitu usia, merokok, dan
penyakit sistemik.
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia 17
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
3.2 Hipotesis
3.2.1 Hipotesis Mayor:
Terdapat perbedaan kondisi jaringan periodontal dan kadar hormon kortisol dalam
cairan krevikular gingiva pada mahasiswa program akademik FKG UI dengan
tingkatan stres akademik berbeda.
3.2.2 Hipotesis Minor:
3.2.2.1 Terdapat perbedaan rerata indeks kebersihan mulut antara mahasiswa
program akademik FKG UI dengan tingkat stres akademik berbeda.
3.2.2.2 Terdapat perbedaan rerata indeks perdarahan gingiva antara mahasiswa
program akademik FKG UI dengan tingkat stres akademik berbeda.
3.2.2.3 Terdapat perbedaan kedalaman poket periodontal antara mahasiswa
program akademik FKG UI dengan tingkat stres akademik berbeda.
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
18
3.2.2.4 Terdapat perbedaan tingkat perlekatan klinis antara mahasiswa program
akademik FKG UI dengan tingkat stres akademik berbeda.
3.2.2.5 Terdapat perbedaan kadar hormon kortisol dalam cairan krevikular gingiva
antara mahasiswa program akademik FKG UI dengan tingkat stres
akademik berbeda.
3.2.2.6 Terdapat perbedaan kadar hormon kortisol dalam cairan krevikular gingiva
terhadap indeks kebersihan mulut mahasiswa program akademik FKG UI
3.2.2.7 Terdapat perbedaan kadar hormon kortisol dalam cairan krevikular gingiva
pada indeks perdarahan gingiva mahasiswa program akademik FKG UI.
3.2.2.8 Terdapat perbedaan kadar hormon kortisol dalam cairan krevikular gingiva
pada kedalaman poket periodontal mahasiswa program akademik FKG UI.
3.2.2.9 Terdapat perbedaan kadar hormon kortisol dalam cairan krevikular gingiva
pada tingkat perlekatan klinis mahasiswa program akademik FKG UI.
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia 19
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua penelitian bertahap. Penelitian pertama yaitu
penelitian survei yang merupakan penelitian deskriptif numerik untuk mengetahui
rerata dari skor stres akademik mahasiswa program akademik FKG UI. Penelitian
kedua merupakan penelitian uji klinis dan laboratorium yang merupakan
penelitian desktriptif analitik komparatif numerik dengan lebih dari dua kelompok
tidak berpasangan dengan pendekatan cross-sectional.
4.2 Subjek Penelitian
4.2.1 Subjek Penelitian
Mahasiswa program akademik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia.
4.2.2 Besar Sampel
Besar Sampel memerlukan nilai minimum. Berdasarkan informasi dan
hipotesis yang diinginkan, maka rumus yang digunakan adalah :
Keterangan :
n : jumlah sampel
α : kesalahan tipe I = 1.96
β : kesalahan tipe II = 0.84
Sd : simpang baku dari kedua kelompok = 3,41
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
20
d : selisih rerata kedua kelompok bermakna = 3,05
n1 = n2 = 19,5
Dari hasil perhitungan, didapatkan minimum sampel yaitu sebesar 20
subjek untuk masing-masing kelompok kategori stres ringan dan stres sedang.
4.2.3 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi
4.2.3.1 Kriteria Inklusi
Mahasiswa program akademik Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia
Minimum terdapat 20 gigi, tidak termasuk gigi M3
Telah mengisi informed consent
Telah disetujui komisi etik
4.2.3.2 Kriteria Eksklusi
Pasien sedang mengkonsumsi kortikosteroid, antibiotik,
kemoterapi, atau obat antipsikotik
Pasien memiliki penyakit sistemik
Pasien memiliki riwayat profilaksis oral profesional dalam 6 bulan
terakhir
Pasien tidak menggunakan metode kimiawi untuk kontrol plak
Pasien hamil
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di klinik bagian Periodonsia Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Indonesia selama bulan Oktober-Desember 2012. Penelitian
laboratorium dilakukan di laboratorium biologi oral FKG UI untuk menganalisis
kadar hormon kortisol dalam saliva dengan teknik ELISA.
4.4 Bahan dan Alat Penelitian
1. Lembar kuesioner DES (Dental Environment Stress)
2. Masker (IBS)
3. Sarung tangan sekali pakai (SensiR Gloves)
4. Kaca mulut (Schezher, Germany)
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
21
5. Prob periodontal (ASA)
6. Pinset (Schezher, Germany)
7. Paper point
8. Cheek retractor
9. Cotton roll
10. Tube Eppendorf
11. Kotak pendingin dan es batu
12. Tips kuning
13. Tips putih
14. 96 plate well
15. Vortexer
16. Centrifuge
17. Orbital shaker
18. Microplate reader (Bio-rad)
19. Multichannel pipet
20. ELISA kit (Salimetrics LLC, State College, PA, USA).
21. Larutan PBS
22. Bradford Solution
4.5 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur Cara Pengukuran Skala
Stres akademik Adalah kondisi stres sampai saat pemeriksaan yang disimpulkan dari hasil kuesioner
Kuesioner modifikasi Dental Environmental Stress (DES)43
Skala Likert 1-26 = tidak stres 27-52 = sedikit stres 53-78 = stres moderate 79-104 = sangat stres
Kategorik Ordinal
Modifikasi Oral Hygiene Index Simplified (OHIS)
Adalah skor kebersihan mulut yang diperoleh dengan menjumlahkan nilai plak indeks dan kalkulus indeks
Menggunakan visualisasi dan prob periodontal
Parameter Greene & Vermillion Baik : 0 – 1.99 Sedang : 2 – 3.99 Buruk : 4 – 6
Kategorik Ordinal
Plak gigi Deposit lunak pada permukaan gigi yang terbentuk dari pelikel, sisa makanan, bakteri, serta tidak dapat dihilangkan hanya dengan berkumur
Penilaian menggunakan indeks Sillness and Loe pada 14 gigi : 16, 12, 11, 21, 22, 24, 26, 36, 32, 31, 41, 42, 44, 46. Keringkan permukaan gigi dan periksa secara visual dengan cahaya
0 = tidak ada plak 1= ada plak, tetapi hanya bisa
dilihat menggunakan disclosing agent atau menggoreskan prob ke permukaan gigi
2= ada plak dan plak dapat terlihat jelas dengan mata
Kategorik Ordinal
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
22
Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur Cara Pengukuran Skala
cukup, kaca mulut, prob periodontal Evaluasi plak pada sepertiga servikal. Gunakan prob periodontal pada permukaan yang tidak terlihat.
pada gigi atau tepi gingiva 3= plak terlihat sangat banyak
pada poket gigiva dan atau pada gigi dan tepi gingiva.
Skor indeks plak = jumlah skor : jumlah permukaan gigi yang diperiksa Kriteria penilaian Sillness and Loe : Sangat baik = 0 Baik = 0,1 – 0,9 Sedang = 1 – 1,9 Buruk = 2 - 3
Kalkulus gigi Massa keras yang melekat pada permukaan gigi asli, berwarna putih kekuningan untuk kalkulus supragingiva dan coklat hijau kehitaman untuk kalkulus subgingiva.
Penilaian menggunakan indeks Ramfjord pada 10 gigi : 16, 21, 26, 36, 33, 32, 31, 41, 42, 43, 46. Keringkan permukaan gigi dan lakukan pemeriksaan kalkulus gigi pada permukaan bukal dan lingual atau palatal secara visual dengan cahaya cukup, kaca mulut, prob periodontal
0 = tidak ada kalkulus 1=kalkulus supragingiva
2 = kalkulus subgingiva 3 = kalkulus supragingiva dan subgingiva Skor indeks kalkulus = jumlah skor : jumlah permukaan gigi yang diperiksa Kriteria penilaian Sillness and Loe : Sangat Baik = 0 Baik = 0,1 – 0,9 Sedang = 1 – 1,9 Buruk = 2 - 3
Kategorik Ordinal
Perdarahan papila
Perdarahan gingiva yang terjadi 20-30 detik setelah probing pada sulkus mesial dan distal
Dinilai pada gigi insisif pertama sampai molar kedua maksila & mandibula; diukur dari arah mesiobukal pada gigi-gigi kuadran kedua & keempat; arah distolingual gigi-gigi kuadran pertama & ketiga
Saxer dan Muhleman (1975) 1 = perdarahan titik; 2 = perdarahan pada tepi gingiva; 3 = perdarahan berbentuk segitiga pada bagian interdental; 4 = perdarahan segera setelah probing, mengalir ke daerah permukaan gigi atau gingiva. Skor perdarahan gingiva = jumlah skor : jumlah permukaan gigi yang diperiksa Indeks perdarahan gingiva (Muhleman): 1 = Inflamasi sangat ringan (>0 – 1) 2 = Inflamasi ringan (>1 – 2) 3 = Inflamasi sedang (>2 – 3) 4 = Inflamasi berat (>3 – 4)
Kategorik Ordinal
Tingkat perlekatan klinis
Adalah pergeseran perlekatan epitel ke arah apikal dari CEJ (cemento-enamel junction) ke dasar poket
Pemeriksaan menggunakan prob periodontal dari CEJ hingga dasar poket pada 6 sisi permukaan, mesiobukal, bukal, distobukal, mesiolingual,
Kategori48 :
Ringan = < 4 mm 1 – 80 sisi 4- 6 mm 1 – 8 sisi > 6 mm 0 sisi Sedang = < 4 mm 1 – 80 sisi
Kategorik Ordinal
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
23
Variabel Definisi Operasional
Alat Ukur Cara Pengukuran Skala
lingual, dan distolingual.45
4- 6 mm > 8 sisi > 6 mm 0 sisi Berat = < 4 mm > 80 sisi 4- 6 mm > 8 sisi 6 mm > 1 sisi
Kedalaman poket
Adalah kedalaman sulkus patologis yang diukur dari margin gingiva ke dalam dasar sulkus gingiva
Memasukkan prob peridontal ke dalam sulkus gingiva dengan tekanan ringan (0.2 N) pada 6 permukaan tiap gigi, yaitu mesiobukal, bukal, distobukal, mesiolingual, lingual, dan distolingual.45
Kategori48 :
Ringan = < 4 mm 1 – 80 sisi 4- 6 mm 1 – 8 sisi > 6 mm 0 sisi Sedang = < 4 mm 1 – 80 sisi 4- 6 mm > 8 sisi > 6 mm 0 sisi Berat = < 4 mm > 80 sisi 4- 6 mm > 8 sisi > 6 mm > 1 sisi
Rasio
Kadar Kortisol di Cairan Krevikular Gingiva
Adalah hormon kortikosteroid yang dikeluarkan karena respon terhadap stres yang ditemukan di cairan krevikular gingiva
Cairan krevikular gingiva diambil dengan menyusupkan paper point ke dalam sulkus gingiva selama 30 detik. Sampel dimasukkan ke dalam epis steril berisi cairan PBS dan disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu -80C. Pemeriksaan dilakukan antara pkl 7.00 hingga 9.00 pagi.
Kortisol cairan krevikular gingivadengan satuan g/dl pada sampel diukur dengan Expanded Range High Sensitivity Salivary Cortisol Enzyme Immunoassay Kit (Salimetrics LLC, State College, PA, USA).47
Rasio
4.6 Cara Kerja Penelitian
Subjek yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi mengisi
informed consent setelah mendapatkan penjelasan mengenai tujuan penelitian,
prosedur penelitian, dan hasil yang didapatkan dari penelitian. Subjek mengisi
kuesioner Dental Environtmental Stress untuk mendapatkan pengelompokan
dalam kategori tidak stres, stres ringan, stres sedang dan stres berat. Setelah
didapatkan tingkat stresnya, kemudian subjek diperiksa kadar hormon kortisol
dalam cairan krevikular gingiva dan kondisi periodontalnya, yaitu pemeriksaan
indeks plak, indeks kalkulus, indeks kebersihan mulut, indeks perdarahan saat
probing (BOP), kedalaman poket (PPD), dan tingkat perlekatan klinis gingiva
(CAL). Cairan krevikular gingiva tiap subjek penelitian diambil dengan
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
24
menggunakan paper point yang dimasukkan ke dalam sulkus gingiva mesial gigi
16, 26, 36, dan 46, distal gigi 11, 21, 31, dan 41 segera setelah area sekitar gigi
diisolasi dengan cotton roll, dikeringkan dibersihkan dari plak dan dipasangkan
cheek retractor untuk mencegah paper point terkontaminasi oleh saliva. Sampel
yang terkontaminasi dengan darah dilakukan pengambilan ulang. Paper point
dimasukkan ke dalam sulkus gingiva sedalam satu mm dan diangkat setelah 30
detik dan dimasukkan ke dalam tube Eppendorf berisi cairan PBS 200µL. Sampel
diambil pada hari pemeriksaan, antara pkl. 7.00 dan 9.00 di pagi hari (sebelum
makan). Semua sampel disimpan dalam freezer pada suhu -80C. Sampel cairan
krevikular gingiva dicairkan pada suhu ruangan sampai mencair dan divortex
untuk mendapatkan konsentrasi yang merata. Seluruh tube Eppendorf
disentrifugal selama lima menit pada 2000g 4C. Ekstrak cairan krevikular
gingiva yang telah disentrifugal dihitung konsentrasinya beserta dengan sembilan
buah standar pada konsentrasi 2000µg/ml, 1500µg/ml, 1000µg/ml, 750µg/ml,
500µg/ml, 250µg/ml, 125µg/ml, 25µg/ml, dan 0µg/ml menggunakan metode
Bradford. Konsentrasi protein disamakan menjadi 50µg/ml dengan menambahkan
PBS untuk mendapatkan volume stok sampel sebanyak 300µL. Kortisol cairan
krevikular gingiva pada sampel diukur dengan Expanded Range High Sensitivity
Salivary Cortisol Enzyme Immunoassay Kit (Salimetrics LLC, State College, PA,
USA) untuk penentuan kuantitatif in vitro kortisol dalam cairan krevikular
gingiva.
Gambar 4.1 Elisa Kit
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
25
Prosedur pemeriksaan ELISA:
a. Sampel yang membeku akan mengendapkan musin. Pada hari dilakukan
assay, sampel dicairkan dengan cara dikeluarkan dari freezer dan dibiarkan
dalam suhu ruangan, tiap sampel divortex selama 15 detik dan
disentrifugal dengan kecepatan 1500 rpm selama 15 menit. Sentrifugal
melepaskan musin dan partikulat lain yang akan mengganggu pengikatan
antibodi dan menyebabkan kesalahan hasil. Sampel harus diletakkan pada
temperatur ruangan sebelum diletakkan ke dalam plate assay. Sampel
dimasukkan ke masing-masing well dengan pipet. Sampel segera
dibekukan kembali.
Gambar 4.2 Sentrifugal
b. Tentukan working sheet untuk plate
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 A 3.000 Std 3.000 Std Ctrl-L Ctrl-L X8 X8 X16 X16 X24 X24 X32 X32 B 1.000 Std 1.000 Std X1 X1 X9 X9 X17 X17 X25 X25 X33 X33 C 0.333 Std 0.333 Std X2 X2 X10 X10 X18 X18 X26 X26 X34 X34 D 0.111 Std 0.111 Std X3 X3 X11 X11 X19 X19 X27 X27 X35 X35 E 0.037 Std 0.037 Std X4 X4 X12 X12 X20 X20 X28 X28 X36 X36 F 0.012 Std 0.012 Std X5 X5 X13 X13 X21 X21 X29 X29 X37 X37 G Zero Zero X6 X6 X14 X14 X22 X22 X30 X30 X38 X38 H Ctrl-H Ctrl-H X7 X7 X15 X15 X23 X23 X31 X31 X39 X39
Gambar 4.3 Working Sheet
c. Masukkan 24mL assay diluent dengan pipet ke dalam tube
d. Masukkan 25 µL standard, kontrol konsentrasi tinggi dan rendah, dan
sampel ke dalam well yang telah dipersiapkan dengan pipet.
e. Masukkan 25 µL assay diluent ke dalam dua well sebagai zero dengan
pipet.
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
26
f. Campurkan 1: 600 dilusi conjugate dengan menambahkan 15 µL
conjugate ke dalam 24 mL assay diluent yang telah disiapkan pada tahap
c. Tube conjugate disentrifugal beberapa menit untuk memisahkan cairan
ke dasar tube. Aduk larutan dilusi conjugate dan masukkan 200 µL pada
tiap well menggunakan pipet multichannel.
Gambar 4.4 Multichannel Pippette dan Setelah Memasukkan 200µL Larutan Dilusi conjugate
g. Letakkan plate pada rotator selama lima menit dengan kecepatan 500 rpm
dan diinkubasi selama 60 menit dalam suhu ruangan.
Gambar 4.5 Rotator
h. Cuci plate 4 kali dengan 1x wash buffer dengan memasukkan 225 µL
wash buffer ke dalam tiap well, dan dibuang ke bak cuci.
i. Masukkan 200 µL larutan TMB ke dalam tiap well dengan menggunakan
pipet multichannel.
Gambar 4.6 Microplate setelah dimasukkan 200 µL larutan TMB
j. Letakkan plate pada rotator selama 5 menit dengan kecepatan 500 rpm
dan inkubasi di dalam ruangan gelap dengan suhu ruangan selama 25
menit.
k. Masukkan 50 µL larutan stop dengan menggunakan pipet multichannel.
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
27
Gambar 4.7 Microplate Setelah Dimasukkan 50 µL Larutan Stop
l. Letakkan pada rotator selama 3 menit dengan kecepatan 500 rpm
m. Bersihkan bagian bawah plate dengan kain yang telah diberi alkohol dan
dimasukkan ke dalam plate reader 450 nm. Plate dibaca dalam waktu 10
menit setelah dimasukkan larutan stop. Hasil dibaca dalam bentuk 4-
parameter curve fit.
n. Manajemen dan analisis data.
4.7 Alur Kerja
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
28
4.8 Analisis Data
Data akan diolah menggunakan SPSS 17.0. Analisis univariat digunakan
untuk melihat distribusi variabel penelitian berupa rerata, standar deviasi, jumlah
minimum dan maksimum dari subjek penelitian. Analisis bivariat digunakan
untuk menganalisis hubungan antara stres akademik dengan kondisi jaringan
periodontal (indeks plak, indeks kalkulus, indeks kebersihan mulut, indeks
perdarahan saat probing), dan menganalisis hubungan stres akademik dengan
kadar hormon kortisol dalam cairan krevikular gingiva. Untuk menguji hipotesis
ini, digunakan uji paramaterik T-test tidak berpasangan dengan derajat
kepercayaan 95% apabila sebaran data normal dan menggunakan Mann-Whitney
jika sebaran data tidak normal. Hubungan stres akademik dengan tingkat
perlekatan gingiva dan kedalaman poket dianalisa dengan uji non-parametrik
Kolmogorov-Smirnof dengan derajat kepercayaan 95%. Hubungan antara jaringan
periodontal dengan kadar hormon kortisol dianalisis dengan menggunakan uji
one-way ANOVA dengan derajat kepercayaan 95% apabila sebaran data normal
dan menggunakan Kruskal-Wallis jika sebaran data tidak normal.
4.9 Jadual Penelitian
Uraian Kegiatan Bulan
Agustus September Oktober November Desember Januari Proposal Penelitian dan
Ethical Clearance
Pengambilan sampel penelitian
Pengisian kuesioner oleh subjek penelitian
Pemeriksaan parameter klinis
Pengambilan sampel cairan krevikular gingiva
Pengujian sampel dengan ELISA
Pengolahan data Laporan hasil penelitian
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia 29
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan sejak bulan Oktober 2012. Pembagian survei
pendahuluan dilakukan untuk menentukan validitas kuesioner DES dari 20
mahasiswa program akademik. Sebuah item dinyatakan valid apabila memiliki
patokan besaran koefisien korelasi item total sebesar 0,25 atau 0,30 sebagai batas
minimal valid tidaknya sebuah ítem. Artinya, sama atau lebih besar dari 0,25 atau
0,30 mengindikasikan item tersebut memiliki validitas yang memadai.
Berdasarkan tes reliabilitas, 26 pertanyaan kuesioner dinyatakan valid dengan
besaran koefisien korelasi > 0,25. Berdasarkan hasil survei pendahuluan juga,
skor stres yang didapat hanya terdiri dari kategori stres ringan dan stres sedang.
Penelitian selanjutnya dilakukan di klinik periodonsia RSGM FKGUI dan
laboratorium Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Pengumpulan data didapatkan melalui hasil kuesioner, pemeriksaan indeks
periodontal, dan pemeriksaan poket periodontal dan tingkat perlekatan klinis,
kemudian dilanjutkan dengan pengambilan sampel cairan krevikular gingiva
(GCF) yang diperiksa dengan menggunakan ELISA Kit (Salimetrics LLC, State
College, PA, USA). Pemeriksaan dilakukan pada 40 subjek penelitian, yaitu 10
orang dari masing-masing angkatan program akademik Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia. Hasil penelitian ini dianalisis dengan analisis univariat dan
bivariat.
5.1 Analisis Univariat
Distribusi data mahasiswa program akademik Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia yang telah diteliti sebanyak 40 subjek dengan rentang usia
17 -21 tahun dan rentang angkatan 2009-2012.
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
30
Tabel 5.1 Distribusi Rerata, Standar Deviasi, Minimum dan Maksimum dari Skor Stres DES, Indeks Plak, Indeks Kalkulus, Indeks Kebersihan Mulut, Indeks Perdarahan Gingiva, dan Kadar Hormon Kortisol Mahasiswa Program Akademik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Mahasiswa N Rerata ± SD Min - Max Skor stres
Laki-laki Perempuan
3 37
52,59± 9,46502 44 ± 1,414 52 ± 9,732
33 - 70
Indeks plak Laki-laki Perempuan
3 37
0,8888± 0,4954 0,75± 0,353 0,9104 ± 0,526
0,21 – 2,36
Indeks kalkulus Laki-laki Perempuan
3 37
0,3534± 0,40254 0,5167 ± 0,375 0,2915 ±0,323
0 – 1,6
Indeks kebersihan mulut Laki-laki Perempuan
3 37
1,2377± 0,78933 1,05 ± 0,353 1,2022 ± 0,793
0,42 – 3,41
Indeks perdarahan gingiva Laki-laki Perempuan
3 37
1,1195± 0,74681 0,265 ± 0,0777 1,1113 ± 0,729
0 – 2,46
Kadar hormon kortisol (g/dl)Laki-laki Perempuan
3 37
0,1167± 0,038 0,107 ± 0,056 0,1333 ± 0,054
0,067 – 0,209
Keterangan: SD = Standar Deviasi (simpang baku), Min = Minimal, Max = Maksimal
5.2 Analisis Bivariat
5.2.1 Statistik Parametrik
Uji kemaknaan antara indeks plak, indeks kalkulus, indeks kebersihan
mulut, indeks perdarahan gingiva, kadar hormon kortisol dengan tingkat stres
pada mahasiswa program akademik FKG UI menggunakan uji T tidak
berpasangan. Uji T tidak berpasangan biasanya digunakan untuk menguji
signifikansi hipotesis komparatif pada dua sampel independen dan merupakan
skala pengukuran numerik (data interval/rasio) dan memenuhi syarat untuk uji
parametrik yaitu bila distribusi datanya normal.
Tabel 5.2 Uji Normalitas Indeks Kebersihan Mulut, Indeks Perdarahan Gingiva, dan Kadar Hormon Kortisolpada Mahasiswa Program Akademik FKG UI
Mahasiswa Akademik FKG UI Nilai p Indeks Kebersihan Mulut 0,842* Indeks Perdarahan Gingiva 0,233* Kadar Hormon Kortisol (g/dl) 0,522*
Keterangan: Uji Shapiro-Wilk (jumlah sampel < 50); p > 0,05 distribusi data normal
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
31
Tabel 5.3 Nilai Rerata, Standar Deviasi dan Kemaknaan dari Indeks Plak, Indeks Kalkulus, Indeks Kebersihan Mulut, Indeks Perdarahan Gingiva, dengan Tingkat Stres pada Mahasiswa Program Akademik FKG UI
Mahasiswa Akademik FKG UI N Rerata ± SD Nilai p Indeks plak
Stres ringan Stres sedang
17 24
0,6629 ± 0,31972 1,0383 ± 0,53549
0,013*
Indeks kalkulus Stres ringan Stres sedang
17 24
0,2753 ± 0,39663 0,4085 ± 0,397
0,757
Indeks kebersihan mulut Stres ringan Stres sedang
17 24
0,9382 ± 0,6339 1,467 ± 0,8907
0,023*
Indeks perdarahan gingiva Stres ringan Stres sedang
17 24
0,3578 ± 0,235 1,445 ± 0,249
0,000*
Keterangan: Uji T tidak berpasangan;p < 0,05 terdapat perbedaan bermakna
Gambar 5.1 Grafik Rerata dan Standar Deviasi Indeks Plak, Indeks
Kalkulus, Indeks Kebersihan Mulut dan Indeks Perdarahan Gingiva pada Subjek dengan Stres Ringan dan Stres Sedang
Berdasarkan tabel 5.3, distribusi rerata dan standar deviasi indeks plak
mahasiswa program akademik FKGUI dengan kondisi stres ringan adalah 0,6629
± 0,31972 dan kondisi stres sedang adalah 1,0383 ± 0,53549 dengan nilai
kemaknaan 0,013 (nilai p <0,05), maka terdapat perbedaan bermakna. Distribusi
rerata dan standar deviasi indeks kalkulus mahasiswa program akademik FKGUI
dengan kondisi stres ringan adalah 0,2753 ± 0,39663 dan kondisi stres sedang
adalah 0,4085 ± 0,397 dengan nilai kemaknaan 0,757 (nilai p > 0,05), maka tidak
ada perbedaan bermakna.
Distribusi rerata dan standar deviasi indeks kebersihan mulut mahasiswa
program akademik FKGUI dengan kondisi stres ringan adalah 0,9382 ± 0,6339
dan kondisi stres sedang adalah 1,467 ± 0,8907 dengan nilai kemaknaan 0,023
(nilai p < 0,05), maka terdapat perbedaan bermakna. Dengan demikian, dapat
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
32
diambil kesimpulan bahwa hipotesis minor 3.2.1 yang menyatakan ada perbedaan
indeks kebersihan mulut antar tingkatan stres, diterima.
Distribusi rerata dan standar deviasi indeks perdarahan gingiva mahasiswa
program akademik FKGUI dengan kondisi stres ringan adalah 0,3578 ± 0,235 dan
kondisi stres sedang adalah 1,445 ± 0,249 dengan nilai kemaknaan 0,025 (nilai p
< 0,05), maka terdapat perbedaan bermakna. Dengan demikian, dapat diambil
kesimpulan bahwa hipotesis minor 3.2.2 yang menyatakan ada perbedaan indeks
perdarahan gingiva antar tingkatan stres, diterima.
Tabel 5.4 Distribusi dan Nilai Kemaknaan Kadar Hormon Kortisol pada Mahasiswa Program Akademik FKG UI dengan Stres Ringan dan Stres Sedang
Mahasiswa Akademik FKG UI N Rerata ± SD (g/dl) Nilai p Kadar hormon kortisol Stres ringan Stres sedang
17 23
0,1105 ± 0,0331 0,1282 ± 0,0438
0,456
Keterangan: Uji T tidak berpasangan;p > 0,05 terdapat perbedaan bermakna
Gambar 5.2 Grafik Rerata dan Standar Deviasi Kadar Hormon
Kortisol pada Mahasiswa Akademik FKG UI dengan Stres Ringan dan Stres Sedang
Nilai kemaknaan kadar hormon kortisol menggunakan uji T tidak
berpasangan dengan distribusi data normal setelah ditransformasi. Hasil dari tabel
5.4 menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara kadar hormon kortisol
dengan kategori stres ringan maupun stres sedang (p = 0,456). Dengan demikian
hipotesis minor 3.2.5 yang menyatakan terdapat perbedaan kadar hormon kortisol
dalam cairan krevikular gingiva antar tingkatan stres pada mahasiswa program
akademik FKG UI, ditolak.
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
33
5.2.2 Statistik Nonparametrik
Uji kemaknaan antara kedalaman poket periodontal dan tingkat perlekatan
klinis dengan tingkat stres pada mahasiswa program akademik FKGUI
menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Uji Kolmogorov-Smirnov biasanya
digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif pada dua sampel
independen dan merupakan skala pengukuran kategorik (nominal/ordinal), tetapi
tidak memenuhi persyaratan uji Chi-square, yaitu sel dengan nilai expected
kurang dari lima ada 66,7% jumlah sel.
Tabel 5.5 Distribusi dan Perbedaan Kedalaman Poket dan Tingkat Perlekatan Klinis pada Mahasiswa Program Akademik FKG UIdengan Stres Ringan dan Stres Sedang
Subjek Stres ringan Stres sedang Total Nilai p Kedalaman poket
Ringan Sedang Berat
17 (100%)
0 0
10 (41.7%) 12 (50%) 2 (8.3%)
27 12 2
0,004*
Tingkat perlekatan klinis Ringan Sedang Berat
17 (100%)
0 0
10 (41.7%) 12 (50%) 2 (8.3%)
27 12 2
0,004*
Keterangan: Uji Kolmogorov-Smirnov; p < 0,05 terdapat perbedaan bermakna
Hasil dari tabel 5.5 menunjukkan bahwa mahasiswa program akademik
FKG UI dengan kondisi stres ringan memiliki kedalaman poket kategori ringan
saja, yaitu sebanyak 17 subjek (100%) dan kedalaman poket kategori sedang dan
berat masing-masing 0 subjek. Mahasiswa program akademik FKG UI dengan
kondisi stres sedang memiliki kedalaman poket kategori ringan sebanyak 10
subjek (41,7%), kedalaman poket kategori sedang sebanyak 12 subjek (50%), dan
kedalaman poket kategori berat sebanyak dua subjek (8,3%). Hasil dari tabel 5.5
menunjukkan bahwa mahasiswa program akademik FKG UI dengan kondisi stres
ringan memiliki tingkat perlekatan klinis kategori ringan saja, yaitu sebanyak 17
subjek (100%) dan tingkat perlekatan klinis kategori sedang dan berat masing-
masing 0 subjek. Mahasiswa program akademik FKG UI dengan kondisi stres
sedang memiliki tingkat perlekatan klinis kategori ringan sebanyak 10 subjek
(41,7%), tingkat perlekatan klinis kategori sedang sebanyak 12 subjek (50%), dan
tingkat perlekatan klinis kategori berat sebanyak dua subjek (8,3%). Berdasarkan
tabel 5.5, terdapat perbedaan bermakna pada kedalaman poket periodontal dan
tingkat perlekatan klinis mahasiswa program akademik FKGUI antara tingkat
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
34
stres ringan dan sedang (p = 0,004). Dengan demikian hipotesis minor 3.2.3 dan
3.2.4 yang menyatakan terdapat perbedaan kedalaman poket dan tingkat
perlekatan klinis antar tingkatan stres, diterima.
Tabel 5.6 Nilai Kemaknaan Indeks Kebersihan Mulut, Indeks Perdarahan Gingiva, Kedalaman Poket Periodontal, dan Tingkat Perlekatan Klinis Berdasarkan Kadar Hormon Kortisol
Variabel N Rerata SD Kortisol (g/dl) Nilai p Indeks Perdarahan Gingiva
Inflamasi Sangat Ringan Inflamasi Ringan Inflamasi Sedang Inflamasi Berat
17 19 3 0
0,14225 0,0652 0,1282 0,0438 0,0973 0,0274
-
0,470
Indeks Kebersihan Mulut Baik Sedang Buruk
24 14 2
0,129 0,0488 0,139 0,0654
-
0,587
Kedalaman Poket Periodontal Ringan Sedang Berat
27 11 2
0,1353 0,0586 0,1193 0,0469
-
0,863
Tingkat Perlekatan Klinis Ringan Sedang Berat
27 11 2
0,1353 0,0586 0,1193 0,0469
-
0,863
Keterangan: Uji one way ANOVA; p < 0,05 ada perbedaan bermakna
Analisis menggunakan uji one way ANOVA untuk membandingkan kadar
hormon kortisol antara kategori indeks perdarahan gingiva, indeks kebersihan
mulut, kedalaman poket periodontal, dan tingkat perlekatan klinis. Berdasarkan
tabel 5.6, tidak terdapat perbedaan bermakna pada kadar hormon kortisol antara
kategori indeks perdarahan gingiva dengan inflamasi ringan, sedang, dan berat
dengan nilai kemaknaan 0,470 (p > 0,05, nilai tidak signifikan). Antara kategori
indeks kebersihan mulut baik dan sedang tidak terdapat perbedaan bermakna
darikadar hormon kortisolnya dengan nilai kemaknaan 0,587 (p > 0,05, nilai tidak
signifikan). Antara kategori kedalaman poket periodontal dan tingkat perlekatan
klinis tidak terdapat perbedaan bermakna darikadar hormon kortisolnya dengan
nilai kemaknaan 0,863 (p > 0,05, nilai tidak signifikan). Dengan demikian
hipotesis minor 3.2.6, 3.2.7, 3.2.8, dan 3.2.9 yang menyatakan terdapat perbedaan
kadar hormon kortisol dalam cairan krevikular gingiva antar indeks kebersihan
mulut, indeks perdarahan gingiva, kedalaman poket periodontal, dan tingkat
perlekatan klinis pada mahasiswa program akademik FKG UI, ditolak.
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia 35
BAB 6
PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan pada 40 subjek penelitian pada bulan Oktober sampai
dengan November 2012 di klinik periodonsia. Subjek penelitian adalah
mahasiswa program akademik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok stres ringan dan stres sedang.
Masing-masing subjek diberikan kuesioner Dental Environtment Stress (DES),
dan diukur tingkat stresnya berdasarkan kategori stres berat, stres sedang, stres
ringan dan tidak stres. Hal ini berdasarkan pada penelitian sebelumnya yang
menyatakan bahwa stres pada masa edukasi dental cukup tinggi.18 Penyebab stres
bervariasi pada tiap tingkatan pelajar dengan beberapa mengalami tumpang
tindih.22 Namun pada penelitian ini tidak dilakukan pemeriksaan penyebab stres
pada masing-masing individu.
Subjek penelitian adalah mereka yang masih memiliki minimal 20 gigi,
tidak termasuk gigi M3, telah mengisi informed consent, tidak memiliki riwayat
penyakit sistemik, tidak sedang mengkonsumsi kortikosteroid, antibiotik,
kemoterapi, atau obat antipsikotik, tidak memiliki riwayat profilaksis oral
profesional dalam enam bulan terakhir, tidak menggunakan metode kimiawi
untuk kontrol plak, dan tidak hamil. Berdasarkan hasil survei pendahuluan,
distribusi rerata kategori stres yang didapat merupakan kategori stres ringan dan
stres sedang.
Pemeriksaan status periodontal yang dilakukan adalah pemeriksaan indeks
plak, indeks kalkulus, indeks kebersihan mulut, indeks perdarahan gingiva,
kedalaman poket, dan tingkat perlekatan klinis. Pemeriksaan indeks plak, indeks
kalkulus dan indeks kebersihan mulut dalam hubungannya dengan tingkat stres
individu terletak pada kebiasaan individu dalam kebersihan oral dan gaya hidup
individu. Pengaruh ini memiliki efek merusak pada kesehatan umum melalui
peningkatan konsumsi alkohol, tobako, dan juga penurunan kualitas kebersihan
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
36
mulut. Dengan kebersihan mulut dan respon imunitas yang menurun, stres dapat
memperburuk efek penyakit periodontal pada individu-individu tersebut.13
6.2 Indeks Plak, Kalkulus, dan Kebersihan Mulut pada Mahasiswa
Program Akademik FKG UI dengan Kondisi Stres Ringan dan Stres
Sedang
Berdasarkan hasil uji kemaknaan menggunakan uji T tidak berpasangan,
indeks kalkulus pada subjek dengan kondisi stres kategori sedang tidak berbeda
bermakna dibandingkan dengan kondisi stres kategori ringan. Hasil pada tabel 5.2
tidak berbeda bermakna, namun rerata indeks kalkulus pada kategori stres sedang
terlihat lebih besar dibandingkan pada kategori stres ringan. Hasil dari uji T tidak
berpasangan menunjukkan perbedaan bermakna pada indeks plak dan indeks
kebersihan mulut antar tingkatan stres. Hal ini bisa dipengaruhi oleh
berkurangnya aliran saliva akibat stres, sehingga meningkatkan pembentukan
plak. Lebih tingginya indeks plak, kalkulus, dan kebersihan mulut pada kategori
stres sedang dibandingkan dengan kategori stres ringan juga disebabkan dari
perilaku subjek, yaitu subjek dengan skor stres yang lebih tinggi cenderung
memiliki perilaku yang lebih buruk dalam menjaga kebersihan mulutnya.47 Hal ini
sesuai dengan penelitian Ringsdorf dan Cheraskin tahun 1969 yang menemukan
bahwa stres dapat mempengaruhi gaya hidup dan kebiasaan membersihkan mulut.
Pengaruh ini bukan hanya disebabkan oleh berkurangnya frekuensi membersihkan
mulut, tetapi juga kualitas kebersihan mulut, dan peningkatan penggunaan tobako,
alkohol, kebiasaan konsumsi makanan yang menyebabkan menurunnya kesehatan
umum. Hal ini juga dikonfirmasi oleh Suchday dkk. Dengan adanya invasi bakteri
yang disebabkan kebersihan mulut yang buruk dan respon imun yang menurun,
dapat diasumsikan stres dapat menyebabkan terjadinya penyakit periodontal.14
6.3 Indeks Perdarahan Gingiva pada Mahasiswa Program Akademik
FKGUI dengan Kondisi Stres Ringan dan Stres Sedang
Terdapat dua tanda awal inflamasi gingiva, yaitu peningkatan cairan
krevikular gingiva dan perdarahan gingiva saat probing. Perdarahan terjadi lebih
awal dibandingkan perubahan warna atau tanda visual inflamasi lainnya.
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
37
Perdarahan gingiva merupakan indikator klinis adanya inflamasi pada epitelium
dan jaringan ikat. Perdarahan gingiva terjadi karena adanya dilatasi dan
membengkaknya pembuluh kapiler dan penipisan epitel sulkus. Oleh karena
pembengkakan kapiler dan lebih dekat dengan permukaan epitelium yang menipis
dan degenerasi, stimuli yang ringan dapat menyebabkan rupturnya kapiler dan
terjadi perdarahan gingiva.49 Berdasarkan uji kemaknaan menggunakan uji T tidak
berpasangan, indeks perdarahan gingiva memiliki perbedaan bermakna antara
kategori stres ringan dan stres sedang. Stres berhubungan dengan indeks
perdarahan gingiva karena stres dapat memperparah penyakit periodontal melalui
dua jalur, yaitu jalur biologis dan jalur perilaku.50 Jalur biologis terjadi melalui
aktivasi hipotalamus, yang menginduksi sekresi corticotropin-releasing hormone
(CRH) dan mengalir ke kelenjar pituitari untuk menstimulasi sekresi (ACTH).
Adrenocorticotropic hormonememasuki aliran darah perifer dan menginduksi
korteks adrenal untuk sekresi hormon kortisol. Peningkatan hormon kortisol ini
menyebabkan penekanan sistem imun dan berkurangnya resistensi terhadap
infeksi. Hal ini terjadi dengan ditekannya IgA yang mencegah kolonisasi awal
organisme periodontal dan menekan IgG yang bertugas melapisi bakteri
periodontal dengan tipe lapisan yang akan diikat oleh fagosit dan fagosit akan
mencerna bakteri periodontal, dalam membantu menekan fungsi neutrofil. Semua
proses imun ini penting untuk melindungi dari infeksi kolonisasi patogen
periodontal. Hal ini meningkatkan kerentanan terhadap infeksi termasuk infeksi
periodontal. Jalur yang kedua adalah jalur perilaku, seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, yaitu stres dapat mempengaruhi perilaku seperti merokok,
kebersihan mulut yang buruk, dan konsumsi makan yang berlebihan, terutama
diet yang kaya akan lemak, sehingga meningkatkan produksi kortisol.38
6.4 Kedalaman Poket Periodontal dan Tingkat Perlekatan Klinis pada
Mahasiswa Program Akademik FKGUI dengan Kondisi Stres Ringan
dan Stres Sedang
Poket periodontal adalah pendalaman sulkus gingiva yang dapat terjadi
dari pergerakan ke koronal dari margin gingiva, penurunan perlekatan gingiva ke
apikal, atau kombinasi kedua proses ini, dan dibagi menjadi poket relatif, yaitu
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
38
poket yang terbentuk dari pembesaran gingiva tanpa destruksi jaringan
periodontal, dan poket absolut, yaitu poket yang disebabkan oleh destruksi
jaringan periodontal. Hilangnya perlekatan klinis diukur dari cemento-enamel
junction hingga dasar poket. Uji kemaknaan menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kedalaman
poket dan tingkat perlekatan klinis yang terjadi pada mahasiswa program
akademik FKG UI dengan kategori stres ringan dan stres sedang. Hal ini dapat
terjadi karena adanya stimulasi sekresi hormon kortisol. Peningkatan hormon
kortisol ini akan menekan sistem imun dan mengurangi resistensi terjadinya
infeksi. Kerentanan terhadap infeksi oleh bakteri periodontal menyebabkan
mudahnya terjadi destruksi jaringan periodontal, yang ditandai dengan
terbentuknya poket periodontal dan hilangnya perlekatan klinis. Selain itu
individu dengan skor stres yang lebih tinggi mungkin lebih jarang memperhatikan
kebersihan mulutnya.38
Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Vettore dkk. (2003) yang
menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara skor ansietas dengan
parameter penyakit periodontal, dalam hal ini peningkatan kedalaman poket dan
tingkat perlekatan klinis pada skor ansietas yang lebih tinggi.9 Pada penelitian
pertama yang menghubungkan stres dengan penyakit periodontal secara
keseluruhan dilakukan oleh Green dkk. yang meneliti peningkatan kejadian yang
menyebabkan stres dalam hidup berhubungan dengan prevalensi penyakit
periodontal yang lebih besar.66 Hal ini juga didukung oleh Croucher dkk. yang
menemukan bahwa stres dan perilaku kesehatan mulut merupakan faktor risiko
utama periodontitis. Penelitian ini hanya mengukur kedalaman poket periodontal
yang merupakan indikator periodontitis.65 Pada penelitian lain juga dinyatakan
bahwa jalur psikososial berhubungan erat dengan penyakit periodontal, dan
merupakan diagnosis yang penting untuk meningkatkan efektivitas dalam
perawatan periodontal.63
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
39
6.5 Kadar Hormon Kortisol pada Mahasiswa Program Akademik
FKGUI dengan Kondisi Stres Ringan dan Stres Sedang
Pertahanan imun melawan antigen dan bakteri dapat dipengaruhi oleh
interaksi dari perilaku (stres), sistem saraf pusat, dan sel sistem imun.52 Sesuai
dengan tipe stresor dan fungsi imunologisnya, stres dapat menekan atau
menstimulasi pertahanan imun. Aktivasi HPA axis oleh stres telah diketahui
memicu pelepasan neuropeptida yang kemudian menstimulasi sekresi kortisol dari
korteks adrenal. Johanssen dkk. mengkonfirmasi keberadaan hormon kortisol
pada cairan krevikular gingiva individu yang mengalami depresi. Cairan
krevikular gingiva merupakan eksudat inflamasi, yang hanya sedikit bahkan tidak
ditemukan pada gingiva yang normal.53 Penelitian selanjutnya mengkonfirmasi
bahwa konsentrasi hormon kortisol dalam cairan krevikular gingiva lebih tinggi
pada individu dengan tanda-tanda depresi. Menurut Dantzer & Kelley (1989),
situasi stres juga menyebabkan peningkatan pada kadar hormon kortisol, namun
ada beberapa hipotesis lain mengenai respon stres.13,54
Hasil uji kemaknaan dengan menggunakan Mann-Whitney pada kadar
hormon kortisol mahasiswa program akademik FKG UI antara stres ringan dan
stres sedang tidak terdapat perbedaan signifikan. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian oleh Mengel dan Vedhara yang tidak menemukan korelasi antara
kortisol dengan stres psikologis.13,56 Hal ini mungkin berhubungan dengan cara
individu menangani stres, dan hal ini mungkin berhubungan dengan penelitian
sebelumnya yang menyatakan strategi coping yang berbeda memberikan respon
stres yang berbeda pada HPA-axis (kortisol). Bohnen juga menyatakan adanya
korelasi negatif antara ansietas dengan respon kortisol individu.57 Stres yang dialami oleh mahasiswa program akademik FKG UI belum bisa
dipastikan merupakan stres akut atau stres kronik. Stres akut dan stres kronik
menyebabkan perbedaan kadar hormon kortisol dari respon HPA-axis terhadap
stres. Ada beberapa penelitian yang menyatakan stres akut meningkatkan sekresi
hormon kortisol, sedangkan stres kronik menyebabkan penurunan hormon kortisol
karena menurunnya fungsi HPA axis dari stimulasi kronis stres kronik.58-62
Hubungan antara hormon kortisol terhadap stres akut dan kronis masih harus
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
40
diteliti lebih lanjut karena ada beberapa penelitian yang kontras dengan penelitian
sebelumnya.
6.6 Kadar Hormon Kortisol pada Mahasiswa Program Akademik FKG
UI menurut Indeks Kebersihan mulut, Indeks Perdarahan Gingiva,
Kedalaman Poket Periodontal dan Tingkat Perlekatan Klinis
Kadar hormon kortisol pada indeks kebersihan mulut, indeks
perdarahan gingiva, kedalaman poket periodontal, dan tingkat perlekatan klinis
kategori ringan, sedang, dan berat tidak berbeda bermakna. Hal ini bertolak
belakang dengan penelitian Johannsen dkk. dan Deinzer dkk. yang menemukan
peningkatan indeks plak dan indeks inflamasi gingiva, yang ditandai oleh
peningkatan indeks perdarahan gingiva, kedalaman poket periodontal, dan tingkat
perlekatan klinis pada mahasiswa yang mengalami stres akademik. Johannsen
menyatakan adanya perubahan perilaku pada mahasiswa yang mengalami stres
menyebabkan peningkatan hormon kortisol serta efektivitas dan frekuensi
membersihkan mulut berkurang.64,65 Penelitian oleh Ishisaka dkk. yang memeriksa
467 subjek untuk kadar hormon kortisol, stres psikologis, dan parameter klinis
periodontal juga menemukan korelasi yang signifikan antara serum kortisol dan
keparahan periodontitis yang ditandai dengan indeks perdarahan gingiva,
kedalaman poket periodontal, dan tingkat perlekatan klinis.53 Penelitian oleh
Genco dkk. (1998) pada sampel individu dengan dan tanpa periodontitis
menunjukkan rerata kortisol lebih tinggi pada grup pasien dengan penyakit
periodontal. Pada penelitian lain, kortisol diukur pada pasien dengan periodontitis
untuk memeriksa interaksinya dengan stres psikososial. Penelitian ini tidak
menemukan korelasi signifikan antara mediator imunologis (IL-1B, IL-6),
kortisol, dan stres (Mengel dkk. 2002), namun jumlah sampel yang digunakan
terlalu sedikit.13
Kerentanan terhadap penyakit periodontal mungkin disebabkan oleh
inhibisi respon imun sel T yang dimediasi oleh glukokortikoid. Hal ini
menyebabkan perubahan terhadap imunitas yang dimediasi antibodi (respon yang
dimediasi Th2) dan memungkinkan pertumbuhan mikroorganisme patogen yang
mengaktivasi respon seluler (Elenkov dkk. 1996). Aktivasi dari respon seluler
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
41
menyebabkan destruksi jaringan lokal selama penyakit periodontalnya tetap aktif
(Breivik dan Thrane. 2001).47
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia 42
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
7.1.1 Ada perbedaan indeks kebersihan mulut yang signifikan pada mahasiswa
program akademik FKG UI antara kategori stres ringan dengan kategori
stres sedang.
7.1.2 Ada perbedaan indeks perdarahan gingiva yang signifikan pada
mahasiswa program akademik FKG UI antara kategori stres ringan dengan
kategori stres sedang.
7.1.3 Ada perbedaan kedalaman poket periodontal yang signifikan pada
mahasiswa program akademik FKG UI antara kategori stres ringan dengan
kategori stres sedang.
7.1.4 Ada perbedaan tingkat perlekatan klinis yang signifikan pada mahasiswa
program akademik FKG UI antara kategori stres ringan dengan kategori
stres sedang.
7.1.5 Tidak ada perbedaan kadar hormon kortisol dalam cairan krevikular
gingiva pada mahasiswa program akademik FKG UI antara kategori stres
ringan dengan kategori stres sedang.
7.1.6 Tidak ada perbedaan kadar hormon kortisol dalam cairan krevikular
gingiva pada indeks kebersihan mulut mahasiswa program akademik FKG
UI.
7.1.7 Tidak ada perbedaan kadar hormon kortisol dalam cairan krevikular
gingiva pada indeks perdarahan gingiva mahasiswa program akademik
FKG UI.
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
43
7.1.8 Tidak ada perbedaan kadar hormon kortisol dalam cairan krevikular
gingiva pada kedalaman poket periodontal mahasiswa program akademik
FKG UI.
7.1.9 Tidak ada perbedaan kadar hormon kortisol dalam cairan krevikular
gingiva pada tingkat perlekatan klinis mahasiswa program akademik FKG
UI.
7.2 Saran
7.2.1 Perlu dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar untuk
mendapatkan bukti yang lebih konseptual.
7.2.2 Perlu dilakukan sosialisasi terhadap sejawat dokter gigi mengenai
penanganan stres sebagai pertimbangan terapi penyakit periodontal
7.2.3 Perlu diadakan seminar untuk masyarakat mengenai stres merupakan
komponen yang penting dalam faktor risiko penyakit periodontal.
7.2.4 Penelitian lebih lanjut dengan penelitian longitudinal untuk memonitor
secara simultan tingkat stres, indeks perdarahan gingiva, dan kortisol
dalam cairan krevikular gingiva
7.2.4 Penelitian lebih lanjut mengenai pencegahan penyakit periodontal dan
meningkatnya hasil terapi periodontal dengan mengurangi stres.
7.2.4 Penelitian lebih lanjut dapat difokuskan pada intervensi yang dapat
dilakukan oleh periodontis untuk meningkatkan hasil terapi dan kualitas
hidup pasien selama terapi.
7.2.5 Melakukan analisis multivariat terhadap variabel-variabel penelitian
seperti stres akademik, indeks perdarahan gingiva, kedalaman poket dan
kadar kortisol.
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia 44
DAFTAR PUSTAKA
1. Socransky SS. and Haffajee AD. The Bacterial Etiology of Destructive Periodontal Disease: Current Concepts. J Periodontol 1992; 63:322-31.
2. Breivik T., Thrane PS., Murison R., Gjermo P. Emotional Stress Effects On Immunity, Gingivitis and Periodontitis. Eur J Oral Sci 1996:104:327-34.
3. Rogers MP., Dubey, Reich P. The Influence of the Psyche and Brain on Immunity and Disease Susceptibility. A Critical Review. Psychosomatic Medicine,1979;41:147-64.
4. Ballieux RE. Impact of Mental Stress on the Immune Response. J Clin Periodontol 1991;18,427–30.
5. Goldhaber P., and Giddon DB. Present Concepts Concerning the Etiology and Treatment of Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis. Int Dent J 1964;14:12
6. Freeman R., and Goss S. Stress Measures as Predictors of Periodontal Disease – A Preliminary Communication. Com Dent and Oral Epid 1993;21,176–7.
7. Axtelius B. Edwardsson S. Theodorsson E. Svensäter G. Attström R. Presence of Cortisol in Gingival Crevicular Fluid. A Pilot Study. J Clin Periodontol 1998;25:929-32.
8. Monteiro da Silva AM, Newman HN, Oakley DA.Psychosocial Factors in Inflammatory Periodontal- A Review. J Clin Periodontol 1995;22:516-26.
9. Vettore MV., Leao ATT, Monteiro da Silva AM, Quintanilha RS., Lamarca GA. The Relationship of Stress and Anxiety with Chronic Periodontitis. J Clin Periodontol 2003;30:394–402.
10. Lacopino AM. Relationship between Stress, Depression and Periodontal Disease. JCDA 2009;75(5):329.
11. Peruzzo DC., Benatti BB., Ambrosano GMB., Nogueira-Filho GR., Sallum, EA., Casati MZ. & Nociti FH. Jr. A Systematic Review of Stress and Psychological Factors as Possible Risk Factors for Periodontal Disease. J Periodontol 2007;78,1491–504.
12. Sateesh CP., Santosh KR., Pushpalatha G. Relationship Between Stress and Periodontal Disease. J Dent Sci and Res 2010;1:1:54-61.
13. Mengel R., Bacher M., Flores De Jacoby L. Interactions Between Stress, Interleukin-1beta, Interleukin-6 and Cortisol in Periodontally Diseased Patients. J Clin Periodontol 2002;29:1012-22.
14. Akhigbe P. A Study Examining Chronic Stress and The Immune System, Measuring Cortisol and Salivary IgA. Nigerian Bioscientist. Downloaded from Nigerianbioscientist.com- Online resources for bioscientists. http://nigerianbioscientist.com. Cited: December 14, 2011.
15. Boyapati L., and Wang Hom-Lay. The Role of Stress in Periodontal Disease and Wound Healing. Periodontol 2000 2007;44:195–210.
16. Khalid K. Work-related Stress Among Government Dentists and Dental Nurse. Dissertation. Kuala Lumpur: University of Malaya, 2000. In: Mengel R., Bacher M., Flores De Jacoby L. Interactions Between Stress,
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
45
Interleukin-1beta, Interleukin-6 and Cortisol in Periodontally Diseased Patients. J Clin Periodontol 2002;29:1012-22.
17. Peker I., Alkurt MT., Usta MG., Turkbay T. The Evaluation of Perceived Sources of Stress and Stress Levels Among Turkish Dental Students. Int Dent J 2009;59:103-11.
18. Gorter R., Freeman R., Hammen S., Murtomaa H., Blinkhorn A., Humphris G. Psychological Stress and Health in Undergraduate Dental Students: Fifth Year Outcomes Compared with First Year Baseline Results from Five European Dental Schools. Eur J Dent Educ 2008;12:61-8.
19. Acharya S. Factors Affecting Stress among Indian Dental Students. J Dent Educ 2003;67:1140-8.
20. Polychronopoulou A., Divaris K. A Longitudinal Study of Greek Dental Student’s Perceived Sources of Stress. J Dent Educ 2010;74:524-30.
21. Humphris G., Blinkhorn A., Freeman R., et al. Psychological Stress in Undergraduates: Baseline Results from Seven European Dental Schools. Eur J Dent Educ 2002;6:22-9.
22. Kumar S., Dagli R., Mathur A., Jain M., Prabu D., Kulkarni S. Perceived Sources of Stress Amongst Indian Dental Students. Eur J Dent Educ 2009;13:39-45.
23. Hendricks SJH., Joshi A., Crombie K., Moola MH. Perceived Source of Stress Among Black Dental Students in South Africa. J Dent Educ 1994; 58:406-10.
24. Newton JT., Baghaienaini F., Goodwin SR., Invest J., Lubbock M., Saghakhaneh NM. Stress in Dental School: A Survey of Students. Dent Update 1994;21:162-4.
25. Nahmad MS., Yusoff MMMd., Razak, IA. Stress and Its Relief among Undergraduate Dental Students in Malaysia. South East Asian J Trop Med Pub Health 2011;42(4):996-1004.
26. Lupien SJ., Ouelle-Morin I., Hupback A., Walker D., Tu MT., Buss C. Beyond the Stress Concept: Allostatic load-A developmental Biological and Cognitive Perspective. In: D. Cicchetti (Ed.), Handbook Series on Developmental Psychopathology 2006:784-809.
27. Lupien SJ., Maheu F., Tu M., Fiocco A., Schramek TE. The Effects of Stress and Stress Hormones on Human Cognition: Implication for the Field of brain and cognition. Brain and Cognition 2007;65:209-37.
28. Leresche L., Dworkin SF. The Role of Stress in Inflammatory Disease, Including Periodontal Disease: Review of Concepts and Current Findings. Periodontol 2000 2002;30:91-103.
29. Vivian Ng., David K., Betty YY., Mok, Sin-Eng C., Lum-Peng L. Salivary Biomarkers Associated with Academic Stress among Dental Undergraduates. J Dent Educ 2003;67(Oct):1091-94
30. Angela C. Cortisol as A Biomarker of Stress, J Holistic Healthcare 2004;1(issue 3):10-14
31. Ching VNA. Stress and Salivary Biomarkers Among Dental Undergraduates - A Longitudinal Study. Department of Community, Occupational and Family Medicine. Singapore, National University of Singapore, 2006. http://scholarbank.nus.edu.sg/bitstream/handle/10635/16933/Thesis%20Viv
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
46
ian_amended%20version%20Nov%2006.pdf?sequence=1. Cited: January 7, 2012.
32. Naidu RS., Adams JS., Simeon D., Persad S. Sources of Stress and Psychological Disturbance Among Dental Students in the West Indies. J Dent Educ 2002;66(9):1021-30.
33. McKay C., Buen JE., Bohan KJ., Maye JP. Determining the Relationship of Acute Stress, Anxiety, and Salivary -Amylase Level With Performance of Student Nurse Anesthetists During Human-Based Anesthesia Simulator Training. AANA J 2010;78(4):301-9.<www.aana.com/aanajournalonline.aspx>. Cited: December 14, 2011.
34. Seguin F. How To Measure Stress in Humans? Centre for Studies on Human Stress; Fernand-Seguin Research Centre of Louis-H. Lafontaine Hospital Quebec, Canada 2007. http://www.humanstress.ca/documents/pdf/Mesures%20physiologiques/CESH_howMesureStress-MB.pdf. Cited: October 18, 2011.
35. Chrousos GP. The Hypothalamic-Pituitari-Adrenal Axis and Immune-Mediated Inflammation. N Engl J Med 1995;18:1351-1362.
36. Clow A. The Physiology of Stress. In Jones F., and Bright J. Stress: Myth, Theory and Research. Boston. Jones & Bartlett Pub 2001:47-61.
37. Sharpley CF. Neurobiological Pathways Between Chronic Stress and Depression: Dysregulated Adaptive Mechanisms. Clin Med Psyc 2009;2: 33-45.
38. Genco RJ., Ho AW., Kopman J., Grossi SG., Dunford RG., Tedesco LA. Models to Evaluate The Role of Stress in Periodontal Disease. Ann Periodontol 1998;3:288-302.
39. Axtelius B., Edwardsson S., Theodorsson E., Svensäter G., Attström R. Presence of Cortisol in Gingival Crevicular Fluid. A Pilot Study. J Clin Periodontol 1998;25:929-32.
40. Queyras A., and Carosi M. Non-Invasive Techniques For Analysing Hormonal Indicators of Stress. Ann Ist Super Sanità 2004;40(2):211-221
41. Kudielka BM., Schommer NC, Hellhammer DH., Kirschbaum C. Acute HPA Axis Responses to Laboratory Psychosocial Stress in Healthy Elderly Adults, Younger Adults, and Children: Impact of Age and Gender. Psychoneuroendocrinology 2004;29(1):83-98.
42. Lane, J. D., Pieper, C. F., Phillips-Bute, B. G., Bryant, J. E., & Kuhn, C. M. Caffeine Affects Cardiovascular and Neuroendocrine Activation at Work and Home. Psychosom Med 2002;64(4),595-603.
43. Gonzalez-Bono E., Rohleder N., Hellhammer DH., Salvador A., Kirschbaum C. Glucose But Not Protein or Fat Load Amplifies The Cortisol Response to Psychosocial Stress. Horm Behav 2002;41(3),328-33.
44. Rosania AE., Low KG., McCormick CM., Rosania DA. Stress, Depression, Cortisol, and Periodontal Disease. J Periodontol 2009;80(2):260-6.
45. Naidu RS., Adams JS., Simeon D., Persad S. Sources of Stress and Psychological Disturbance Among Dental Students in the West Indies. J Dent Educ 2002;66(9):1021-1030.
46. Alves CMC., Pereira ALA., Guerra RNM., Pereira AFV., Lopes FF. Salivary IgA and Periodontal Treatment Needs in Diabetic Patients. Braz Oral Res 2011:25.<http://dx.doi.org/10.1590/S180683242011000600013>.
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
47
Cited: June 13, 2012. 47. Hilgert JB., Hugo FN., Bandeira DR., Bozzetti MC. Stress, Cortisol, and
Periodontitis in a Population Aged 50 Years and Over. J Dent Res 2006;85(4):324-328
48. Masulili SLC., Prayitno SWA., Sutrisna B., Auerkari EL. A Perspective of Periodontal Systemic Relationship in Smokers in the Asian Pacific Region. In: Bartold PM., Ishikawa I., Zhang J., editors. A Perspective of Periodontal Systemic Relationship for the Asian Pacific Region. Adelaide. Asian Pacific Society of Periodontology 2008:122-8.
49. Newman MG., Takei H., Klokkevold PR., Carranza FA. Carranza’s Clinical Periodontology 10th ed. Philadelphia. WB Saunders Co. 2006:362-70.
50. Reddy S., Kaul S., Prasad MGS., Agnihotri J., Amudha D., Vinayak R. Interlink Between Stress and Periodontal Disease. Health Renaissance 2012;10(2):126-31.
51. Newman MG., Takei H., Klokkevold PR., Carranza FA. Carranza’s Clinical Periodontology 10th ed. Philadelphia. WB Saunders Co 2006:93-7.
52. Kemeny ME., and Grünewald TL. Psychoneuroimmunology update. Seminars in Gastrointestinal Disease 1999;10:20-9. http://staff.unak.is/not/sigridur/International%20Journal%20for%20Human%20Caring.pdf. Cited: December 5, 2011.
53. Goyal S., Jajoo S., Nagappa G., Rao G. Estimation of Relationship between Psychosocial Stress and Periodontal Status Using Serum Cortisol Level: A Clinico-biochemical Study. Indian J Dent Res 2011;22(1):6-9.
54. Dantzer R., and Kelley KW. Stress and Immunity: An Integrated View of Relationships between The Brain and The Immune System. Life Science 1989;44:1995–2008.
55. Mengel R., Bacher M., Flores-De-Jacoby L. Interactions Between Stress, Interleukin-1beta, Interleukin-6 and Cortisol in Periodontally Diseased Patients. J Clin Periodontol 2002;29:1012-1022.
56. Vedhara K., Miles J., Bennett P., Plummer S., Tallon D., Brooks E., et al. An Investigation into the Relationship Between Salivary Cortisol, Stress, Anxiety and Depression. Biol Psychol 2003;62:89-96.
57. Bohnen N., Nicolson N., Sulon J., Jolles J. Coping Style, Trait Anxiety and Cortisol Reactivity During Mental Stress. J Psychosom Res 1991;35:141-7.
58. Kirschbaum C., and Hellhammer DH. Salivary Cortisol in Psychoneuroendocrine Research: Recent Developments and Applications. Psychoneuroendocrinology, 1994;19,313-33.
59. Ng, V., Koh, D., Mok, B. Y., Chia, S. E., and Lim, L. P.Salivary Biomarkers Associated with Academic Assessment Stress Among Dental Undergraduates. J Dent Educ, 2003c;67,1091-4.
60. Boscarino JA. Posttraumatic Stress Disorder, Exposure to Combat, and Lower Plasma Cortisol Among Vietnam Veterans: Findings and Clinical Implications. J Consult Clin Psychol 1996;64(1):191-201.
61. Pruessner JC, Hellhammer DH, et al. Burnout, Perceived Stress, and Cortisol Responses to Awakening. Psychosom Med 1999;61(2):197-204.
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
48
62. Yang Y., Koh D., Ng V., Lee CY., Chan G., Dong F. and Chia SE. Salivary Cortisol Levels and Work-related Stress Among Emergency Department Nurses. J Occup Environ Med 2001;43:1011-18.
63. Sheiham A, Nicolau B. Evaluation of Social and Psychological Factors in Periodontal Disease. Periodontol 2000 2005;39:118-31.
64. Johannsen A, and Bjurshammar N. The Influence of Academic Stress on Gingival Inflammation. Int J Dent Hygiene 2010;8:22-27.
65. Deinzer R, Granrath N, Spahl M.A Stress, Oral Health Behaviour and Clinical Outcome. Br J Health Psychol 2005;10:269-83.
66. Green LW, Tryon W W, Marks B, et al. Periodontal-disease as A Function of Life Events Stress. J Human Stress 1986;12(1):32-6.
67. Croucher R, Marcenes WS, Torres MC, et al. The Relationship Between Life-events and Periodontitis. A Case-Control Study. J Clin Periodontol 1997;24:39-43.
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
49
Lampiran 1: Surat Keterangan Lolos Etik
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
50
Lampiran 2 : Penjelasan bagi subjek penelitian
PENJELASAN BAGI SUBJEK PENELITIAN
PENGARUH STRES AKADEMIK TERHADAP KONDISI
JARINGAN PERIODONTAL DAN KADAR HORMON
KORTISOL DALAM CAIRAN KREVIKULAR GINGIVA
(Tinjauan pada Mahasiswa Program Akademik Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia)
Peneliti : drg. Cindy Aryani Hokardi
Kami mengucapkan terimakasih atas kesediaan saudara untuk meluangkan sedikit
waktu untuk membahas tentang hubungan stres akademik dengan kondisi jaringan
periodontal pada mahasiswa program spesialis FKG UI. Pada kesempatan ini,
kami berharap agar saudara dapat memahami tujuan serta manfaat penelitian,
sehingga mengerti apa yang akan dilakukan, diperiksa dan didapatkan sebagai
hasil dari penelitian ini. Kami berharap agar saudara bersedia mengikuti penelitian
ini sebagai subjek penelitian dan kami percaya bahwa partisipasi ini akan sangat
bermanfaat bagi mahasiwa program spesialis FKG UI pada khususnya, dan
masyarakat Indonesia pada umumnya. Adapun penelitian ini sudah disetuji oleh
Komisi Etik Fakultas Kedokteran Gigi universitas Indonesia.
Apakah yang dimaksud dengan stres akademik ?
Stres atau tegangan yang terjadi di kalangan mahasiswa atau akademisi yang
disebabkan oleh faktor – faktor akademis maupun faktor pendukung lainnya.
Apakah yang dimaksud dengan kondisi jaringan periodontal ?
Kondisi jaringan periodontal adalah kondisi di rongga mulut yang meliputi gigi
dan jaringan pendukung gigi. Jaringan pendukung gigi terdiri dari gusi, tulang
pendukung gigi, permukaan luar dari akar gigi, serta ruangan diantara gigi dan
tulang pendukung gigi yang berupa serat – serta. Dalam penelitian ini yang akan
diperiksa yaitu indeks plak, indeks kalkulus, indeks perdarahan gingival,
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
51
kedalaman poket dan tingkat perlekatan klinis.
Bagaimana hubungan stres akademik dengan kondisi jaringan periodontal ?
(lanjutan)
Etiologi dan patogenesis dari penyakit periodontal adalah multifaktorial. Stres
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit periodontal. Stres diduga
meningkatkan kadar hormon kortisol yang dapat berpengaruh terhadap destruksi
dan kerusakan jaringan periodontal. Namun, terdapat pro dan kontra terhadap
hubungan stres dan kondisi jaringan periodontal ditinjau dari peningkatan kadar
hormon kortisol dalam saliva.
Apakah tujuan dan manfaat dari penelitian ini ?
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara stres akademik
dengan kondisi jaringan periodontal pada mahasiswa program akademik FKG UI.
Manfaat penelitian ini adalah sebagai bentuk kontribusi terhadap ilmu
pengetahuan dan meningkatkan motivasi bagi individu dengan tingkat stres tinggi
untuk memperhatikan kondisi jaringan periodontal dengan mejaga oral hygiene
lebih baik lagi.
Pemeriksaan apa saja yang dilakukan ?
Pemeriksaan yang akan dilakukan yaitu pengisian kuesioner, pemeriksaan kondisi
jaringan periodontal (indeks plak, indeks kalkulus, indeks perdarahan gingiva,
kedalaman poket dan tingkat perlekatan klinis), serta pengambilan sampel cairan
krevikular gingiva.
Berapa lama penelitian akan dilakukan ?
Penelitian akan dilakukan dalam dua tahap dan membutuhkan waktu 30 menit
pada kunjungan pertama dan 60 menit pada kunjungan kedua.
Bagaimana mengenai biaya ?
Pada penelitian ini tidak akan dikenakan biaya atau gratis
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
52
Lampiran 3 : lembar persetujuan
LEMBAR PERSETUJUAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ............................
Alamat : ............................
Telepon : ............................
Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian dan paham tentang apa yang
akan dilakukan, diperiksan, serta didapatkan pada penelitian yang berjudul :
PENGARUH STRES AKADEMIK TERHADAP KONDISI
JARINGAN PERIODONTAL DAN KADAR HORMON
KORTISOL DALAM CAIRAN KREVIKULAR GINGIVA
(Tinjauan pada Mahasiswa Program Akademik Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia)
Maka, dengan ini menyatakan setuju untuk menjadi subjek pada penelitian ini.
Jakarta, ...............2012
Yang menyetujui,
Subjek Penelitian
(..........................)
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
53
Lampiran 4 : Informed Consent
INFORMED CONSENT
1. Saya yang bertanda tangan dibawah ini ...............................bersedia
berpartisipasi menjadi subjek penelitian pada penelitian dengan judul “Pengaruh
Stres Akademik terhadap Kondisi Jaringan Periodontal dan Kadar Hormon
Kortisol Dalam Cairan Krevikular Gingiva (Tinjauan pada Mahasiswa Program
Akademik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)” dan telah mengetahui
tujuan dari penelitian tersebut.
2. Saya sudah menerima informasi secara lengkap dan jelas mengenai proses
pemeriksaan status periodontal dan menyetujui tindakan pemeriksaan yang akan
dilakukan terhadap diri saya.
3. Saya sudah mengetahui manfaat yang akan saya dapatkan dari penelitian ini
berupa pengetahuan mengenai tingkat stres akademik serta hubungan stres
akademik dengan kondisi jaringan periodontal.
4. Saya sudah berdiskusi dengan drg.........................mengenai segala risiko/
komplikasi yang berkaitan dengan pemeriksaan tersebut berupa sedikit rasa nyeri
pada gusi, gusi berdarah, infeksi dan perdarahan. Apabila terjadi komplikasi yang
berkaitan dengan pemeriksaan yang dilakukan, maka drg...............akan
bertanggung jawab terhadap penanganan komplikasi tersebut.
Jakarta, ...........2012
Pasien, Dokter Gigi,
(............................) (............................)
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
54
Lampiran 5 : Lembar Kuesioner Penelitian
LEMBAR KUESIONER PENELITIAN
Nama : ......................... Jenis Kelamin : ...............
Usia : ......................... Telepon :.......................
Tahun ajaran: ……………..
A. Kuesioner mengenai stres akademik
No Pertanyaan 1
Tidak
stres
2
Stres
ringan
3
Stres
sedang
4
Stres
berat
1 Apakah ujian‐ujian dan nilai menjadi faktor stres untuk anda?
2 Apakah kurangnya waktu untuk relaksasi menjadi faktor stres untuk anda?
3 Apakah memastikan anda mendapat nilai yang baik menjadi faktor stres untuk anda?
4 Apakah tidak konsistennya respon dari instruktur yang berbeda mengenai pekerjaan anda menjadi faktor stres untuk anda?
5 Apakah kurangnya waktu untuk mengerjakan tugas kuliah yang diberikan menjadi faktor stres untuk anda?
6 Apakah ketakutan apabila tidak mampu mengejar ketinggalan menjadi faktor stres untuk anda?
7 Apakah menyelesaikan persyaratan kelulusan menjadi faktor stres untuk anda?
8 Apakah jumlah tugas kuliah yang diberikan menjadi faktor stres untuk
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
55
anda?
9 Apakah menerima kritik mengenai pekerjaan menjadi faktor stres bagi anda?
10 Apakah kurangnya rasa percaya diri untuk menjadi mahasiswa kedokteran gigi yang sukses menjadi faktor stres bagi anda?
11 Apakah masalah finansial menjadi faktor stres bagi anda?
12 Apakah kesulitan mempelajari prosedur klinis menjadi faktor stres bagi anda?
13 Apakah peraturan kampus menjadi faktor stres bagi anda?
14 Apakah tanggung jawab untuk merawat pasien secara komprehensif menjadi faktor stres bagi anda?
15 Apakah rasa takut gagal menjadi faktor stres bagi anda?
16 Apakah kesulitan mempelajari ketrampilan tangan dari pekerjaan laboratorium menjadi faktor stres bagi anda?
17 Apakah kesulitan dalam mengerjakan tugas kuliah menjadi faktor stres bagi anda?
18 Apakah kurangnya masukan dalam proses membuat keputusan menjadi faktor stres bagi anda?
19 Apakah mata kuliah yang diberikan ternyata lebih sulit daripada yang dibayangkan menjadi faktor stres bagi anda?
20 Apakah kesehatan fisik anda menjadi faktor stres bagi anda?
21 Apakah suasana yang tercipta dalam
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
56
pelajaran klinik menjadi faktor stres bagi anda?
22 Apakah mahasiswa‐mahasiswa yang melanggar aturan di kampus menjadi faktor stres bagi anda?
23 Apakah rasa takut mengenai masa depan profesi menjadi faktor stres bagi anda?
24 Apakah hubungan dengan lawan jenis menjadi faktor stres bagi anda?
25 Apakah kurangnya suasana belajar dalam lingkungan tempat tinggal menjadi faktor stres bagi anda?
26 Apakah diskriminasi etnis menjadi faktor stres bagi anda?
B. Kuesioner mengenai data dental dan oral hygiene
1. Apakah anda memiliki kebiasaan merokok ?
a. Ya
b. Tidak
(lanjutan)
2. Bagaimana frekuensi menyikat gigi dalam sehari ?
a. 1x/ hari
b. 2x / hari
c. 3x/ hari
d. >3x/ hari
3. Apakah menggunakan dental floss / benang gigi / interdental brush ?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah menggunakan obat kumur ?
a. Ya
b. Tidak
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
57
Lampiran 6 : Lembar Pemeriksaan Klinis
LEMBAR PEMERIKSAAN KLINIS
Nama : ....................
Alamat : ....................
Telepon : ....................
Usia : ....................
A. Tabel Pemeriksaan Plak, Kalkulus dan Perdarahan Gingiva
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
58
Lampiran 7 : Lembar Output Statistik
Lampiran untuk Tabel 5.1
Descriptivesa Statistic Std. Error Skor_stres Mean 44.0000 1.00000
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 31.2938 Upper Bound 56.7062
5% Trimmed Mean . Median 44.0000 Variance 2.000 Std. Deviation 1.41421 Minimum 43.00 Maximum 45.00 Range 2.00 Interquartile Range . Skewness . . Kurtosis . .
Skor_Pl Mean .7500 .2500095% Confidence Interval for Mean Lower Bound -2.4266
Upper Bound 3.9266 5% Trimmed Mean . Median .7500 Variance .125 Std. Deviation .35355 Minimum .50 Maximum 1.00 Range .50 Interquartile Range . Skewness . . Kurtosis . .
Skor_OHIS Mean 1.0500 .25000 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound -2.1266
Upper Bound 4.2266 5% Trimmed Mean . Median 1.0500 Variance .125 Std. Deviation .35355 Minimum .80 Maximum 1.30 Range .50 Interquartile Range . Skewness . . Kurtosis . .
Skor_PBI Mean .2650 .05500 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound -.4338
Upper Bound .9638 5% Trimmed Mean . Median .2650 Variance .006 Std. Deviation .07778 Minimum .21 Maximum .32 Range .11 Interquartile Range . Skewness . . Kurtosis . .
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
59
Kortisol Mean .10700 .040000 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound -.40125
Upper Bound .61525 5% Trimmed Mean . Median .10700 Variance .003 Std. Deviation .056569 Minimum .067 Maximum .147 Range .080 Interquartile Range . Skewness . . Kurtosis . .
a. Skor_KI is constant. It has been omitted.
Lampiran untuk Tabel 5.1
Descriptives Statistic Std. Error
Skor_OHIS
Mean 1.2022 .16550
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .8589 Upper Bound 1.5454
5% Trimmed Mean 1.1317 Median .9600 Variance .630 Std. Deviation .79371 Minimum .36 Maximum 3.41 Range 3.05 Interquartile Range .94 Skewness 1.342 .481Kurtosis 1.484 .935
Skor_PBI
Mean 1.1113 .15214
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .7958 Upper Bound 1.4268
5% Trimmed Mean 1.0973 Median 1.2500 Variance .532 Std. Deviation .72962 Minimum .00 Maximum 2.46 Range 2.46 Interquartile Range 1.18 Skewness .242 .481Kurtosis -.852 .935
Skor_stres
Mean 52.0000 2.02943
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 47.7912 Upper Bound 56.2088
5% Trimmed Mean 52.0628 Median 53.0000 Variance 94.727 Std. Deviation 9.73279 Minimum 33.00 Maximum 70.00 Range 37.00 Interquartile Range 16.00
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
60
Skewness -.154 .481Kurtosis -.652 .935
Skor_Pl
Mean .9104 .10978
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .6828 Upper Bound 1.1381
5% Trimmed Mean .8668 Median .8200 Variance .277 Std. Deviation .52647 Minimum .32 Maximum 2.36 Range 2.04 Interquartile Range .68 Skewness 1.119 .481Kurtosis 1.044 .935
Skor_KI
Mean .2915 .06745
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .1516 Upper Bound .4314
5% Trimmed Mean .2659 Median .2800 Variance .105 Std. Deviation .32347 Minimum .00 Maximum 1.05 Range 1.05 Interquartile Range .50 Skewness 1.024 .481Kurtosis .378 .935
Kortisol
Mean .13335 .011433
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .10964 Upper Bound .15706
5% Trimmed Mean .12907 Median .11200 Variance .003 Std. Deviation .054831 Minimum .078 Maximum .271 Range .193 Interquartile Range .078 Skewness 1.108 .481Kurtosis .305 .935
Lampiran untuk Tabel 5.2
Descriptives Statistic Std. Error
Skor_stres
Mean 52.5909 2.01795
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 48.3944 Upper Bound 56.7875
5% Trimmed Mean 52.7121 Median 53.5000 Variance 89.587 Std. Deviation 9.46502 Minimum 33.00 Maximum 70.00 Range 37.00 Interquartile Range 15.50 Skewness -.195 .491
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
61
Kurtosis -.496 .953
Skor_OHIS
Mean 1.2377 .16829
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .8878 Upper Bound 1.5877
5% Trimmed Mean 1.1662 Median .9800 Variance .623 Std. Deviation .78933 Minimum .42 Maximum 3.41 Range 2.99 Interquartile Range .98 Skewness 1.351 .491 Kurtosis 1.486 .953
Skor_PBI
Mean 1.1195 .15922
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .7884 Upper Bound 1.4507
5% Trimmed Mean 1.1067 Median 1.2550 Variance .558 Std. Deviation .74681 Minimum .00 Maximum 2.46 Range 2.46 Interquartile Range 1.25 Skewness .197 .491 Kurtosis -.968 .953
Kortisol
Mean .11677273 .008116290
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .09989398 Upper Bound .13365148
5% Trimmed Mean .11445455 Median .11000000 Variance .001 Std. Deviation .038068775 Minimum .067000 Maximum .209000 Range .142000 Interquartile Range .061000 Skewness .978 .491 Kurtosis .310 .953
Skor_Pl
Mean .8888 .07834
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .7303 Upper Bound 1.0472
5% Trimmed Mean .8467 Median .8400 Variance .245 Std. Deviation .49544 Minimum .21 Maximum 2.36 Range 2.15 Interquartile Range .61 Skewness 1.190 .374 Kurtosis 1.394 .733
Skor_KI
Mean .3534 .06365
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .2246 Upper Bound .4821
5% Trimmed Mean .3065 Median .2900
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
62
Variance .162 Std. Deviation .40254 Minimum .00 Maximum 1.60 Range 1.60 Interquartile Range .50 Skewness 1.570 .374 Kurtosis 2.365 .733
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Skor_stres .108 22 .200* .985 22 .972 Skor_OHIS .164 22 .129 .861 22 .005 Skor_PBI .139 22 .200* .943 22 .233 Skor_Pl .138 40 .054 .901 40 .002 Skor_KI .190 40 .001 .816 40 .000 Kortisol .165 22 .121 .911 22 .049 *. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction Lampiran untuk Tabel 5.2
Descriptives Statistic Std. Error
Skor_stres
Mean 52.5909 2.01795
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 48.3944Upper Bound 56.7875
5% Trimmed Mean 52.7121 Median 53.5000 Variance 89.587 Std. Deviation 9.46502 Minimum 33.00Maximum 70.00 Range 37.00 Interquartile Range 15.50 Skewness -.195 .491Kurtosis -.496 .953
Skor_OHIS
Mean 1.2377 .16829
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .8878 Upper Bound 1.5877
5% Trimmed Mean 1.1662 Median .9800 Variance .623 Std. Deviation .78933 Minimum .42 Maximum 3.41 Range 2.99Interquartile Range .98 Skewness 1.351 .491Kurtosis 1.486 .953
Skor_PBI
Mean 1.1195 .15922
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .7884 Upper Bound 1.4507
5% Trimmed Mean 1.1067 Median 1.2550 Variance .558 Std. Deviation .74681Minimum .00
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
63
Maximum 2.46 Range 2.46 Interquartile Range 1.25 Skewness .197 .491Kurtosis -.968 .953Mean -.9529 .02842
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound -1.0120 Upper Bound -.8938
5% Trimmed Mean -.9559 Median -.9586 Variance .018 Std. Deviation .13332 Minimum -1.17 Maximum -.68 Range .49 Interquartile Range .23 Skewness .446 .491Kurtosis -.588 .953
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. Skor_stres .108 22 .200* .985 22 .972Skor_OHIS .164 22 .129 .861 22 .005transohis .079 29 .200* .980 29 .842Skor_PBI .139 22 .200* .943 22 .233transplak .111 28 .200* .980 28 .849transkalkulus .084 28 .200* .967 28 .496korti_exclude .121 22 .200* .962 22 .522*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
Descriptives Statistic Std. Error
transplak
Mean -.0987 .04946
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound -.2002 Upper Bound .0028
5% Trimmed Mean -.0951 Median -.0581 Variance .069 Std. Deviation .26173 Minimum -.68Maximum .37 Range 1.05 Interquartile Range .40 Skewness -.148 .441Kurtosis -.531 .858
transkalkulus
Mean -.4126 .06191
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound -.5397 Upper Bound -.2856
5% Trimmed Mean -.4138 Median -.4410 Variance .107Std. Deviation .32759 Minimum -1.00 Maximum .20 Range 1.20
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
64
Interquartile Range .41 Skewness -.032 .441Kurtosis -.303 .858
Lampiran untuk Tabel 5.3
Descriptives Statistic Std. Error
Skor_PBI
Mean .3578 .07918
95% Confidence Interval for MeanLower Bound .1752 Upper Bound .5404
5% Trimmed Mean .3559 Median .3200 Variance .056 Std. Deviation .23753 Minimum .00 Maximum .75 Range .75 Interquartile Range .39 Skewness .233 .717 Kurtosis -.625 1.400
Kortisol
Mean .11055556 .011061835
95% Confidence Interval for MeanLower Bound .08504692 Upper Bound .13606419
5% Trimmed Mean .11045062 Median .10900000 Variance .001 Std. Deviation .033185506 Minimum .067000 Maximum .156000 Range .089000 Interquartile Range .065500 Skewness .265 .717 Kurtosis -1.607 1.400
Skor_OHIS
Mean .9382 .15376
95% Confidence Interval for MeanLower Bound .6123 Upper Bound 1.2642
5% Trimmed Mean .8836 Median .7800 Variance .402 Std. Deviation .63397Minimum .36 Maximum 2.50 Range 2.14 Interquartile Range .59 Skewness 1.799 .550 Kurtosis 2.547 1.063
Lampiran untuk Tabel 5.3
Descriptives Statistic Std. Error
Skor_PBI
Mean 1.4450 .07898
95% Confidence Interval for MeanLower Bound 1.2663 Upper Bound 1.6237
5% Trimmed Mean 1.4294 Median 1.3550 Variance .062 Std. Deviation .24977 Minimum 1.21
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
65
Maximum 1.96 Range .75 Interquartile Range .37 Skewness 1.285 .687 Kurtosis .683 1.334
Kortisol
Mean .12820000 .013875478
95% Confidence Interval for MeanLower Bound .09681149 Upper Bound .15958851
5% Trimmed Mean .12611111 Median .11250000 Variance .002 Std. Deviation .043878114 Minimum .085000 Maximum .209000 Range .124000 Interquartile Range .073750 Skewness 1.009 .687 Kurtosis -.416 1.334
Skor_OHIS
Mean 1.4670 .18573
95% Confidence Interval for MeanLower Bound Upper Bound
5% Trimmed Mean 1.4036 Median 1.3600 Variance .793 Std. Deviation .89073 Minimum .31 Maximum 3.78 Range 3.47Interquartile Range .92 Skewness 1.259 .481 Kurtosis 1.279 .935
Lampiran untuk Tabel 5.3
Independent Samples Test Levene's
Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean Differenc
e
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
plak_1
Equal variances assumed
.167 .685-
2.620
38 .013 -.18656 .07121 -.33073 -.04240
Equal variances not assumed
-
2.708
37.685
.010 -.18656 .06889 -.32607 -.04706
kalk_1
Equal variances assumed
.551 .465 -.313 26 .757 -.04117 .13142 -.31130 .22896
Equal variances not assumed
-.32921.60
2.745 -.04117 .12496 -.30059 .21826
Independent Samples Test Levene's
Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
66
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean Differenc
e
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Skor_PBI
Equal variances assumed
5.467
.025-
9.18938 .000 -1.22015 .13278
-1.4889
5 -.95136
Equal variances not assumed
-
10.053
34.447
.000 -1.22015 .12137 -
1.46668
-.97362
korti_eksklusi
Equal variances assumed
2.558
.123 .758 23 .456 .05074 .06696 -
.08778 .18926
Equal variances not assumed
.74719.59
4.464 .05074 .06791
-.09111
.19259
transohis
Equal variances assumed
.279 .600-
2.36438 .023 -.19130 .08092
-.35511
-.02749
Equal variances not assumed
-2.397
36.210
.022 -.19130 .07981 -
.35314 -.02946
Lampiran untuk Tabel 5.4
Test of Homogeneity of Varianceskorti_eksklusi
Levene Statistic df1 df2 Sig. .172 1 22 .682
ANOVAkorti_eksklusi Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups .031 2 .016 .546 .587Within Groups .628 22 .029 Total .660 24
Lampiran untuk Tabel 5.5
Frequencies Kat_stres N
PD stres ringan, skor 38 - 74 17stres sedang, skor 75 - 111 23Total 40
CAL stres ringan, skor 38 - 74 17stres sedang, skor 75 - 111 23Total 40
Test Statisticsa
PD CAL
Most Extreme Differences Absolute .565 .565 Positive .000 .000
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
67
Negative -.565 -.565 Kolmogorov-Smirnov Z 1.767 1.767 Asymp. Sig. (2-tailed) .004 .004 a. Grouping Variable: Kat_stres
Lampiran untuk Tabel 5.6
Test of Homogeneity of Varianceskorti_eksklusi
Levene Statistic df1 df2 Sig. 1.565 2 22 .232
ANOVAkorti_eksklusi Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups .044 2 .022 .782 .470Within Groups .616 22 .028 Total .660 24
Lampiran untuk Tabel 5.6
Test of Homogeneity of Varianceskorti_eksklusi
Levene Statistic df1 df2 Sig. 1.841 1 22 .189
ANOVAkorti_eksklusi Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups .009 2 .004 .148 .863Within Groups .651 22 .030 Total .660 24
Lampiran untuk Tabel 5.6 dengan kategori OHIS Baik
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
Kortisol 15 62.5% 9 37.5% 24 100.0%
Descriptives Statistic Std. Error
Kortisol
Mean .12953 .012613
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .10248 Upper Bound .15659
5% Trimmed Mean .12693 Median .11100 Variance .002 Std. Deviation .048851 Minimum .078 Maximum .228 Range .150 Interquartile Range .069 Skewness .922 .580Kurtosis -.341 1.121
Lampiran untuk Tabel 5.6 dengan Kategori OHIS Sedang
Case Processing Summary
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
68
Cases Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent Kortisol 9 64.3% 5 35.7% 14 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Kortisol
Mean .13944 .021805
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .08916 Upper Bound .18973
5% Trimmed Mean .13616 Median .11900 Variance .004 Std. Deviation .065414 Minimum .067 Maximum .271 Range .204 Interquartile Range .097 Skewness 1.124 .717Kurtosis .785 1.400
Lampiran untuk Tabel 5.6 dengan Kategori OHIS Buruk
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
Kortisol 1 50.0% 1 50.0% 2 100.0% Lampiran untuk Tabel 5.6 dengan Kategori PBI Sangat Ringan
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
Kortisol 12 70.6% 5 29.4% 17 100.0%
Descriptives Statistic Std. Error
Kortisol
Mean .14225 .018827
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .10081 Upper Bound .18369
5% Trimmed Mean .13928 Median .12950 Variance .004 Std. Deviation .065217 Minimum .067 Maximum .271 Range .204 Interquartile Range .111 Skewness .808 .637Kurtosis -.359 1.232
Lampiran untuk Tabel 5.6 dengan Kategori PBI Ringan
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
69
N Percent N Percent N Percent Kortisol 10 52.6% 9 47.4% 19 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Kortisol
Mean .12820 .013875
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .09681 Upper Bound .15959
5% Trimmed Mean .12611 Median .11250 Variance .002 Std. Deviation .043878 Minimum .085 Maximum .209 Range .124 Interquartile Range .074 Skewness 1.009 .687Kurtosis -.416 1.334
Lampiran untuk Tabel 5.6 dengan Kategori PBI Sedang
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
Kortisol 3 100.0% 0 0.0% 3 100.0%
Descriptives Statistic Std. Error
Kortisol
Mean .09733 .015857
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .02911 Upper Bound .16556
5% Trimmed Mean . Median .08300 Variance .001 Std. Deviation .027465 Minimum .080 Maximum .129 Range .049 Interquartile Range . Skewness 1.709 1.225Kurtosis . .
Lampiran untuk Tabel 5.6 dengan Kategori PBI Buruk
WarningsThere are no valid cases. Statistics cannot be computed.
Lampiran untuk Tabel 5.6 dengan kategori PPD dan CAL Ringan
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
Kortisol 18 66.7% 9 33.3% 27 100.0%
Descriptives Statistic Std. Error
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013
Universitas Indonesia
70
Kortisol
Mean .13533 .013821
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .10617 Upper Bound .16449
5% Trimmed Mean .13159 Median .11050 Variance .003 Std. Deviation .058639 Minimum .067 Maximum .271 Range .204 Interquartile Range .084 Skewness .951 .536Kurtosis .049 1.038
Lampiran untuk Tabel 5.6 dengan Kategori PPD dan CAL Sedang
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
Kortisol 6 54.5% 5 45.5% 11 100.0%
Descriptives Statistic Std. Error
Kortisol
Mean .11933 .019153
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound .07010 Upper Bound .16857
5% Trimmed Mean .11654 Median .11250 Variance .002 Std. Deviation .046916 Minimum .080 Maximum .209 Range .129 Interquartile Range .059 Skewness 1.776 .845Kurtosis 3.689 1.741
Lampiran untuk Tabel 5.6 dengan Kategori PPD dan CAL Berat
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent
Kortisol 1 50.0% 1 50.0% 2 100.0%
Pengaruh stres..., Cindy Aryani Hokardi, FKG UI, 2013