universitas indonesia perbedaan kuat rekat geser...

54
UNIVERSITAS INDONESIA PERBEDAAN KUAT REKAT GESER BRAKET METAL TERHADAP PERMUKAAN PORSELEN PADA PEMAKAIAN TIGA BAHAN SILANE COUPLING AGENT (Eksperimental Laboratorik) TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Ortodonti DIAH ADISTY 1106125091 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS DEPARTEMEN ORTODONTI 2014 Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

Upload: others

Post on 17-Dec-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

UNIVERSITAS INDONESIA

PERBEDAAN KUAT REKAT GESER BRAKET METAL TERHADAP PERMUKAAN PORSELEN PADA PEMAKAIAN

TIGA BAHAN SILANE COUPLING AGENT (Eksperimental Laboratorik)

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Ortodonti

DIAH ADISTY 1106125091

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS DEPARTEMEN ORTODONTI

2014

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

 

ii UUniversitas Indonesia

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

iii

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

KATA PENGANTAR/UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkah dan

rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dalam rangka

memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Spesialis Ortodonti pada

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada

penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Oleh

karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Krisnawati, drg., Sp.Ort(K), selaku Kepala Bagian Ortodonti FKG UI dan

dosen pembimbing pertama yang telah menyediakan waktu, tenaga dan

pikiran untuk membimbing saya dalam penyusunan tesis ini.

2. Prof. DR. Faruk Hosein, drg., MDS., Sp.Ort(K), selaku dosen pembimbing

kedua atas waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

penyusunan tesis ini.

3. DR. Miesje K Purwanegara, drg., SU., Sp.Ort(K), selaku Koordinator

Pendidikan dan Pembimbing Akademik selama saya menyusun tesis ini.

4. DR. Benny Mulyono Soegiharto, drg., MSc., MOrthRCS, PhD, Sp.Ort,

selaku Koordinator Pendidikan pada saat penyusunan tesis ini.

5. Seluruh staf pengajar yang telah banyak memberikan ilmu, saran, masukan

serta pengalaman berharga.

6. DR. Yosi Kusuma Eriwati, drg., Msi, selaku konsultan pada saat

penyusunan tesis ini.

7. Pak Dedy, Pak Ridwan, Mba Nur, Mas Parid di Bagian Ortodonti, Mas

Dudi dari Bagian Laboratorium Dental Material, Pak Yanto, Pak Asep, Pak

Nuh di Perpustakaan FKG UI serta seluruh karyawan yang telah membantu

dan mendukung demi kelancaran penyusunan tesis ini.

8. Teman-teman PPDGS Ortodonti angkatan 2011 (Ka Ian, Puji, Ka Tiara,

Tinnie, Tirsa, Ka Yuri), rekan-rekan kakak dan adik kelas PPDGS Ortodonti

iv

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

FKG UI, yang telah memberikan bantuan serta dukungan, hiburan dan juga

menjaga semangat dalam menyelesaikan tesis ini.

9. Keluarga, Papa dan Mama terkasih H. Madiyono, SE danHj. Salamah,

Bapak dan Emak terkasih Chaerudin dan Aminah, Suami tercinta Harris

Fadhilah, Ssi, Anak-anakku tersayang M. Zaidan Fadhilah dan Aisyah

Khaira Rumi serta adik-adik (Wulan, Rian, Diana, Hera) dan keluarga besar,

yang selalu mengiringi setiap langkah saya dengan cinta, sabar, doa dan

semangatnya.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua

pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, Juli 2014

Penulis

v

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  vi UUniversitas Indonesia

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

PERBEDAAN KUAT REKAT GESER BRAKET METAL TERHADAP PERMUKAAN PORSELEN PADA PEMAKAIAN

TIGA BAHAN SILANE COUPLING AGENT (Eksperimental Laboratorik)

Diah Adisty, drg *

Krisnawati, drg., Sp.Ort (K) ** Prof. DR. Faruk Hoesin, drg., MDS., Sp.Ort (K) **

Abstrak

Restorasi porselen untuk mahkota tiruan cekat semakin sering dijumpai pada pasien. Masalah yang mungkin terjadi saat bonding braket pada restorasi tersebut adalah braket mudah terlepas dan terjadi kerusakan pada porselen. Penggunaan bahan silane coupling agent dilaporkan dapat meningkatkan kekuatan rekat dan menjaga integritas porselen. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kuat rekat geser pada pemakaian tiga bahan silane coupling agentdengan komposisi organosilane yang berbeda. Penelitian ini menggunakan 21 plat porselen yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu yang menggunakan bahan silane coupling agent Monobond-Plus (Ivoclar vivadent), Ultradent Silane (Ultradent product) dan Porcelain Repair Primer (Ormco). Permukaan 21 plat porselen diberi etsa asam fosfat 37%, bahan silane coupling agent dan bahan adhesif Transbond XT (3M Unitek). Setelah braket direkatkan pada permukaan plat porselen dilakukan perendaman dalam aquadest selama 24 jamdan dilakukan pengujian kuat rekat geser dengan alat uji Universal Testing Machine Shimazu AG-5000. Hasil yang diperoleh terdapat perbedaan kuat rekat geser yang signifikan secara statistik dari ketiga bahan silane coupling agent. Bahan A mempunyai kuat rekat geser tertinggi (12,827 ± 1,228 MPa) dan B mempunyai kuat rekat geser terendah (6,295 ± 0,642 MPa). Ketiga bahan tersebut memenuhi kriteria kuat rekat geser minimal yaitu 6-8 MPa. Skor ARI pada bahan B memperlihatkan permukaan porselen yang bersih, sedangkan bahan A dan C memperlihatkan adanya bahan adhesif yang merekat seluruhnya di permukaan porselen. Kesimpulan : Bahan A dan C baik digunakan jika porselen akan diganti, sedangkan bahan B baik digunakan jika porselen tidak akan diganti.

Kata kunci : kuat rekat geser, braket metal, permukaan porselen, silane coupling agent

* Peserta Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ortodonti ** Staf pengajar Departemen Ortodonti FKG UI

vii

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

DIFFERENCES IN SHEAR BOND STRENGH METAL BRACKET ON PORCELAIN SURFACE USINGTHREE MATERIALS SILANES

COUPLING AGENT (Laboratory Experimental)

Diah Adisty, drg *

Krisnawati, drg., Sp.Ort (K) ** Prof. DR. Faruk Hoesin, drg., MDS., Sp.Ort (K) **

Abstract

Porcelain crown restorations are more often found in patients. Problems that may occur when bonding the bracket on the restoration is easily dislodged bracket and there is damage to the porcelain. The use of silane coupling agent has been reported to increase the bond strength and maintain the integrity of the porcelain. This study aimed to see differences of shear bond strength using three materials of silane coupling agent with different organosilane composition. This study uses 21 porcelain plates that are divided into three groups, they are using silane coupling agent material Monobond-Plus (Ivoclar Vivadent), Ultradent Silane (Ultradent product) and Porcelain Repair Primer (Ormco). The surface of 21 porcelain plates are given a 37% phosphoric acid etching, silane coupling agent material and Transbond XT adhesive (3M Unitek). Once the bracket is bonded on the surface of the porcelain plate and soaking in distilled water for 24 hours and tested the shear bond strength with test equipment Universal Testing Machine Shimazu AG-5000. The results obtained there are statistically significant differences in shear bond strength from three silane coupling agent material. Material A has the highest shear bond strength (12.827 ± 1.228 MPa) and B has the lowest shear bond strength (6.295 ± 0.642 MPa). Those three ingredients meet the minimum criteria of shear bond strength,which is 6-8 MPa. ARI scores on material B showed a clean porcelain surface, while the materials A and C show the presence of bonding adhesive on the entire surface of the porcelain. Conclusion: Materials A and C both used if the porcelain will be replaced, while materials B is good to use if the porcelain will not be replaced.

Keywords : shear bond strength, metal bracket, porcelain surfaces, silane coupling agent

 

* Resident of Orthodontics, Faculty of Dentistry, University of Indonesia ** Lecturer of Orthodontics Department, Faculty of Dentistry, University of

Indonesia

viii

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

KATA PENGANTAR iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vi

ABSTRAK vii

ABSTRACT viii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Pertanyaan Penelitian 3

1.3 Tujuan Penelitian 3

1.4 Manfaat Penelitian 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dental Ceramic 5

2.1.1 Definisi Dental Ceramic 5

2.1.2 Klasifikasi dan Fungsi Dental Ceramic 6

2.2 Poselen 8

2.2.1 Definisi Porselen 8

2.2.2 Proses Fabrikasi Porselen 8

2.2.3 Glaze pada Porselen 9

2.3 Prinsip dan Cara Kerja Bonding 9

2.3.1 Bonding secara Mekanis 10

2.3.1.1 Prinsip Bonding secara Mekanik 10

2.3.1.2 Aplikasi Etsa 11

ix

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

2.3.2 Bonding secara Kimiawi 13

2.3.2.1 Prinsip Bonding secara Kimiawi 13

2.3.2.2 Silane Coupling Agent 13

2.4 Kuat Rekat Geser Braket Ortodonti 15

2.5 Kerangka Teori 16

BAB 3 KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, VARIABEL PENELITIAN

DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep 17

3.2 Hipotesis 17

3.3 Variabel Penelitian 17

3.4 Definisi Operasional 17

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian 19

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 19

4.3 Populasi dan Spesimen Penelitian 19

4.4 Kriteria Spesimen 20

4.5 Alat dan Bahan Penelitian 20

4.6 Cara Kerja Penelitian 21

4.7 Analisis Data 23

4.8 Skema Alur Penelitian 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN 25

BAB 6 PEMBAHASAN 30

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan 35

7.2 Saran 35

DAFTAR PUSTAKA 36

LAMPIRAN 39

x

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Komposisi dental ceramic terdiri atas ikatan ionik 6

metal-oksigen

Gambar 2. Area dental ceramic terdiri atas struktur amorpous 6

(glassy), fluxes, dan crystalline

Gambar 3. Klasifikasi dental ceramic. Kiri atas : Feldspathic (glassy) 7

ceramic. Kanan atas : Glass-Dominated ceramic.

Kiri bawah : Crystalline-Dominated ceramic.

Kanan bawah : Crystalline ceramic

Gambar 4. Proses Stacking dan Sintering dalam pembuatan dental 9

ceramic.

Gambar 5. Pemeriksaan SEM A. Intact porselen B. Pengasaran 12

permukaan porselen dengan menggunakan asam hidrofluorik

Gambar 6. Struktur kimia γ-methacryloxypropyltrimethoxysilane 13

(γ-MPS)

Gambar 7. Prosedur Aplikasi Silane Coupling Agent. 14

Gambar 8. Alat dan Bahan Penelitian. 21

Gambar 9. Jig untuk pengukuran kuat rekat geser. 23

Gambar 10. Adhesive Remnant Index 28

Gambar 11. Hasil pengamatan sisa bahan adhesif. 33

xi

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Uji normalitas data kuat rekat geser braket metal terhadap 26

permukaan porselen pada pemakaian masing-masing

bahan silane coupling agent A, B dan C

Tabel 2. Data besar rerata dan simpang baku kuat rekat geser 26

braket metal terhadap permukaan porselen pada pemakaian

tiga bahan silane coupling agent

Tabel 3. Uji one way ANOVA 27

Tabel 4. Uji Post-Hoc Bonferroni 27

Tabel 5. Adhesive Remnant Index (ARI) 29

xii

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Ukuran Braket Metal Dentsply (GAC) slot 0.022” 39

Lampiran 2 Data nilai rerata dan simpang baku kuat rekat geser 39

braket metal terhadap permukaan porselen pada

pemakaian tiga bahan silane coupling agent.

Lampiran 3 Uji normalitas data nilai kuat rekat geser braket metal 40

terhadap permukaan porselen pada pemakaian tiga

bahan silane coupling agent.

Lampiran 4 Uji varians data nilai kuat rekat geser braket metal 40

terhadap permukaan porselen pada pemakaian tiga

bahan silane coupling agent.

Lampiran 5 Uji One way ANOVA data nilai kuat rekat geser braket 41

metal terhadap permukaan porselen pada pemakaian tiga

bahan silane coupling agent.

Lampiran 6 Uji Post-Hoc Bonferroni data nilai kuat rekat geser braket 41

metal terhadap permukaan porselen pada pemakaian tiga

bahan silane coupling agent

xiii

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

BAB 1

PENDAHULUAN

1.5 Latar Belakang Masalah

Dalam ilmu kedokteran gigi, perawatan ortodonti merupakan salah satu

perawatan yang bertujuan untuk memperbaiki maloklusi baik dental maupun

skeletal sehingga fungsi mastikasi, bicara, dan estetik dari seorang individu dapat

berjalan dengan baik.1 Awalnya masyarakat mempunyai persepsi bahwa

perawatan ortodonti merupakan perawatan yang hanya berhubungan dengan

estetik atau penampilan. Akan tetapi seiring dengan bertambahnya informasi,

masyarakat mulai menyadari bahwa perawatan ortodonti memiliki manfaat yang

lebih luas dan penting untuk kesehatan gigi dan mulut secara keseluruhan.2

Bertambahnya pengetahuan masyarakat tersebut diikuti dengan

bertambahnya jumlah pasien yang menginginkan perawatan ortodonti, dengan

berbagai macam usia, kasus maloklusi, dan kondisi rongga mulut.3,4 Pasien usia

dewasa pada umumnya memiliki kondisi rongga mulut yang kompleks, seperti

terdapat kelainan jaringan periodontal, kehilangan gigi, karies gigi, serta restorasi

(tambalan) gigi contohnya restorasiporselen.5

Restorasi porselen biasanya digunakan untuk mengoreksi gigi dengan

kavitas yang luas, gigi paska perawatan saluran akar, dan menggantikan gigi yang

hilang.3 Restorasi ini juga lebih mahal dibandingkan dengan jenis restorasi

lainnya. Oleh karena itu dalam penanganannya dokter gigi/dokter gigi spesialis

harus lebih berhati-hati.5,6,7,8

Penanganan restorasi porselen yang berhubungan dengan perawatan

ortodonti umumnya berkaitan dengan proses bonding dan debonding braket.

Proses bonding merupakan tahap yang sangat penting guna menghasilkan

perawatan ortodonti yang baik.6 Penelitian-penelitian terdahulu mengatakan

bahwa, bonding braket pada permukaan restorasi porselen mengakibatkan

kerusakan pada restorasi tersebut dan hal ini tidak dapat dihindari.5,9,10,11 Untuk

menghasilkan bonding yang baik maka permukaan restorasi porselen biasanya

dilakukan proses pengasaran atau grindingglaze dan aplikasi etsa, dimana semua

1

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

proses tersebut merupakan suatu mekanisme bonding yang dilakukan secara

mekanik.5,10 Proses tersebut dapat menyebabkan retak dan fraktur pada restorasi

porselen sehingga memerlukan pembuatan restorasi porselen yang baru dengan

harga yang mahal. Keadaan tersebut sangat merugikan pasien, karena itu seorang

ortodontis harus mengetahui teknik bonding yang efektif dan efisien pada

restorasi porselen. Mekanisme bonding secara kimiawi telah dilaporkan dapat

membantu mempertahankan integritas permukaan porselen sehingga restorasi

tersebut tetap dapat digunakan dengan baik setelah perawatan ortodonti

selesai.8,9,12,13Mekanisme bonding secara kimiawi dilakukan dengan pemakaian

bahan silane coupling agent. Bonding yang dihasilkan bahan silane coupling

agent dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu konsentrasi

organosilane di dalamnya.14 Oleh karena itu penting bagi para ortodontis untuk

mengetahui komposisi dari bahan silane coupling agent yang digunakan agar

dapat dihasilkan suatu kuat rekat yang cukup (6-8 MPa) antara braket metal dan

restorasi porselen.10Silane coupling agenttersedia di pasaran dengan berbagai

macam merk dagang beserta komposisinya. Ivoclar vivadent memproduksi bahan

silane coupling agent dengan nama dagang Monobond-Plus dan memiliki

komposisi organosilane sebanyak < 2,5%. Ultradent Product memproduksi bahan

silane coupling agent dengan nama dagang Ultradent Silane dan memiliki

komposisi organosilane sebanyak 5-15%. Ormco memproduksi bahan silane

coupling agent dengan nama dagang Porcelain Repair Primer dan memiliki

komposisi organosilane sebanyak 15-20 %.

Dalam perawatan ortodonti, berbagai macam cara aplikasi dan arah gaya

sangatlah bervariasi tergantung dari keadaan malposisi masing-masing gigi, yaitu

dapat berupa tarikan (tensile), tekanan (compression), dan gesekan/geser

(shear).12,23,24 Kekuatan rekat terhadap tarikan (kuat rekat tarik) merupakan suatu

kemampuan benda untuk bertahan saat menerima gaya tarikanyang berasal dari

arah tegak lurus terhadap permukaan benda, seperti contohnya gaya debonding.

Kekuatan rekat terhadap gesekan/geser (kuat rekat geser) merupakan suatu

kemampuan benda untuk bertahan saat menerima gaya gesekan/geser yang berasal

dari arah yang sejajar dengan permukaan benda, seperti contohnya gaya saat akan

2

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

melakukan intrusi; ekstrusi; distalisasi; maupun mesialisasi gigi.12,23,24Dalam

perawatan ortodonti, kuat rekat geser lebih banyak diaplikasikan dibandingkan

kuat rekat tarik.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti ingin mengetahui perbedaan

kuat rekat geser braket metal terhadap permukaan porselen pada pemakaian tiga

bahan silane coupling agent, yaituMonobond-Plus, Ultradent Silane dan Porcelain

Repair Primer.

1.6 Pertanyaan Penelitian

1. Berapa besar kuat rekat geser braket metal terhadap permukaan porselen

pada pemakaian bahan silane coupling agent Monobond-Plus (A)?

2. Berapa besar kuat rekat geser braket metal terhadap permukaan porselen

pada pemakaian bahan silane coupling agent Ultradent Silane (B) ?

3. Berapa besar kuat rekat geser braket metal terhadap permukaan porselen

pada pemakaian bahan silane coupling agent Porcelain Repair Primer (C)?

4. Apakah terdapat perbedaan kuat rekat geser braket metal terhadap

permukaan porselen pada pemakaian bahan silane coupling

agentMonobond-Plus (A), Ultradent Silane (B) dan Porcelain Repair Primer

(C)?

1.7 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui besar kuat rekat geser braket metal terhadap permukaan

porselen pada pemakaian bahan silane coupling agentMonobond-Plus (A).

2. Mengetahui besar kuat rekat geser braket metal terhadap permukaan

porselen pada pemakaian bahan silane coupling agentUltradent Silane (B).

3. Mengetahui besar kuat rekat geser braket metal terhadap permukaan

porselen pada pemakaian bahan silane coupling agentPorcelain Repair

Primer (C).

4. Mengetahui perbedaan kuat rekat geser braket metal terhadap permukaan

porselen pada pemakaian bahan silane coupling agent A, B dan C.

3

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

1.8 Manfaat Penelitian

Bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ortodonti.

− Memberikan pemahaman mengenai jenis bahan silane coupling agent yang

mempunyai kuat rekat geser terbaik untuk perekatan braket metal ke

permukaan porselen serta informasi bagi klinisi ortodonti tentang beberapa

jenis bahan silane coupling agent dalam menghasilkan perekatan braket

metal pada permukaan porselen.

Bagi pasien dan masyarakat

− Memberikan informasi pada pasien yang memiliki gigi dengan restorasi

porselen untuk dilakukan perawatan ortodonti dengan tetap menjaga dan

mempertahankan keutuhan restorasi porselen pasien, sehingga masih dapat

digunakan setelah perawatan ortodonti.

Bagi peneliti

− Menambah pengetahuan peneliti mengenai beberapa faktor yang terkandung

di dalam bahan silane coupling agent yang dapat mempengaruhi besarnya

perekatan braket metal pada permukaan porselen.

− Memberikan informasi awal mengenai pengaruh komposisi organosilane

pada bahan silane coupling agent terhadap kuat rekat geser, sehingga dapat

dilakukan penelitian lebih lanjut.

4

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dental Ceramic

2.1.1 Definisi Dental Ceramic

Dalam level struktur atom, ceramic merupakan suatu materi yang

mengandung ikatan ionik metal-oksigen. Elemen metal yang umumnya terdapat

dalam ceramic yaitu silikon (Si), Zirconium (Zr), dan Aluminium (Al).12,19 Ikatan

ionik merupakan ikatan yang dihasilkan dari transfer langsung elektron metal ke

oksigen, karena itu ikatan ini lebih kuat dan stabil (tidak dapat tertekuk). Hal ini

menyebabkan material ceramic tahan terhadap distorsi akan tetapi memiliki sifat

rapuh (brittle). Sedangkan pada material metal dan polimer ikatannya berturut-

turut adalah ikatan metal dan ikatan kovalen yang relatif kurang kuat.12Selain itu

material ceramic memiliki sifat kimia yang stabil, biokompatibilitas yang baik,

kekuatan yang cukup pada tekanan tinggi, dan koefisien thermal expansion yang

serupa dengan struktur gigi asli.8

Susunan kristal dalam material ceramic tidaklah halus. Kontinuitas dari

susunan kristal tersebut dapat terganggu dengan adanya unsur metal yaitu Sodium

(Na) dan Potassium (K) yang tidak berikatan dengan unsur metal pada susunan

kristal. Ion Sodium atau Potassium ini dinamakan fluxes. Fluxes memiliki

beberapa efek yang sangat besar pada sifat material ceramic, yaitu dapat

mengurangi kekuatan ceramic, dapat menurunkan temperatur fusi, dan

meningkatkan translusensi.12

Keadaan dimana susunan kristal ini terganggu, digambarkan sebagai suatu

keadaan amorphous atau glassy. Rasio antara area kristal dan amorphous pada

material ceramic secara fundamental menentukan bagaimana suatu sifat ceramic

secara klinis di dalam mulut.12

5

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

Gambar 1 Komposisi dental ceramic terdiri atas ikatan ionik metal-oksigen

(Sumber : Powers, 2013)12

Gambar 2 Area dental ceramic terdiri atas struktur amorpous (glassy), fluxes, dan crystalline.

(Sumber : Powers, 2013)12

2.1.2 Klasifikasi dan Fungsi Dental Ceramic

Klasifikasi dental ceramic berdasarkan aplikasi dan mikrostrukturnya, yaitu

: 1. Tradisional Feldspathic (glassy), 2. Glass dominated, 3. Crystalline

dominated, dan 4. Crystalline.10,16,19Feldspathic atau glassy ceramic merupakan

jenis ceramic yang terdiri dari area amorphous yang luas (sering dinamakan

matriks) dan di dalamnya terdapat kristal leucite yang terbentuk dari material

feldspar.12 Karena area amorphous ini sangat dominan maka tipe ceramic ini lebih

translusen sehingga menyerupai tampilan gigi asli dan banyak digunakan sebagai

mahkota gigi anterior/posterior. Akan tetapi jenis ceramic ini lebih lemah bila

dibandingkan dengan jenis ceramic yang lain.12

6

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

Glass-dominated ceramic merupakan jenis ceramic yang mengandung

jumlah kristal relatif lebih banyak dibandingkan glassy ceramic. Kristalnya dapat

berupa leucite atau fluoroapatite. Pertambahan kristal ini membuat glass-

dominated ceramic lebih kuat akan tetapi translusensinya tidak sebaik glassy

ceramic. Glass-dominated ceramic digunakan untuk mahkota all-ceramic gigi

anterior yang tidak menerima banyak tekanan.12

Crystalline-dominated ceramic adalah jenis ceramic yang terdiri dari 70%

kristal. Ruang diantara kristal diisi oleh amorphous silica glass dan dua area ini

bersinergi untuk meningkatkan kekuatan ceramic. Kristal pada ceramic ini pada

umumnya berbentuk spinel (MgAl2O4), zirconia (ZrO2), alumina (Al2O3) atau

lithium disilicate. Crystalline-dominated ceramic lebih opak sehingga tidak

estetik jika digunakan sebagai veneer atau veneer-alloy. Ceramic ini sering

digunakan sebagai inti/core untuk mahkota all ceramic anterior/posterior.12

Crystalline ceramic merupakan jenis ceramic yang paling kuat yang

digunakan dalam kedokteran gigi. Terbentuk dari alumina atau zirconia yang

diberi ion lain seperti magnesium atau yttrium. Ceramic ini sangat opak, sehingga

hanya dapat digunakan untuk inti/core, atau juga sebagai restorasi mahkota

jembatan gigi posterior.12

Gambar 3. Klasifikasi dental ceramic. Kiri atas : Feldspathic (glassy) ceramic. Kanan atas :

Glass-Dominated ceramic. Kiri bawah : Crystalline-Dominated ceramic. Kanan bawah : Crystalline ceramic. (Sumber : Powers, 2013)12

7

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

2.2 Porselen

2.2.1 Definisi Porselen

Porselen merupakansuatu material ceramic berwarna putih dan translusen

dengan komposisi spesifik terdiri dari feldspar (K2O-Al2O3-SiO2), silica (SiO2),

alumina (Al2O3), dan kaolin (hydrated aluminosilicate).12,16,17,18 Porselen

merupakan istilah lain dari Feldspathic atau glassy ceramic. Porselen terdiri dari

area amorphous yang luas (sering dinamakan matriks) dan di dalamnya terdapat

kristal leucite yang terbentuk dari material feldspar.12 Karena area amorphous ini

sangat dominan maka porselen lebih translusen sehingga menyerupai tampilan

gigi asli dan banyak digunakan sebagai mahkota gigi anterior/posterior.12

2.2.2 Proses Fabrikasi Porselen

Pada material ceramic, ikatan yang terjadi pada struktur materialnya

merupakan ikatan ionik. Ikatan ionik ini bertambah kuat akibat dari adanya suhu

dengan temperatur tinggi, sehingga dapat melelehkan struktur pembentuk dari

ceramic. Oleh karena itu teknik pembuatan ceramic berbeda dengan teknik

pembuatan metal/alloy. Teknik fabrikasi porselen/glassy-feldspathic ceramic

dikenal dengan istilah stacking dan sintering.17

Teknik Stacking merupakan proses fabrikasi yang akan menghasilkan suatu

struktur material yang dinamakan green state. Green State terbentuk dari partikel

ceramic yang mengandung air/gliserol, dimana air/gliserol ini dipisahkan dari

partikel ceramic dengan cara vibrasi dan diserap dengan menggunakan kertas

sorbent. Green State merupakan struktur material yang dapat dibentuk menjadi

restorasi yang diinginkan.12 Setelah fase Stacking, green state tersebut masuk ke

dalam fase Sintering. Pada fase Sintering dilakukan pembakaran pada temperatur

leleh ceramic, sehingga terjadi fusi pada permukaan ceramic. Selama

pembakaran, terbentuk area amorphous yang luas dengan pulau-pulau kecil dari

susunan kristal yang disebut leucite (K[AlSi2O6]). Leucite meningkatkan

kekerasan dan temperatur fusi dari porselen nantinya. Porselen merupakan

material ceramic paling estetik akan tetapi kurang kuat.12 Oleh karena itu

pembuatan porselen sebagai restorasi mahkota disempurnakan dengan

8

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

penambahan alloy/metal, dikenal dengan istilah Porcelain Fused to Metal

(PFM).18

Gambar 4 Proses Stacking dan Sintering dalam pembuatan dental ceramic. (Sumber :

Powers, 2013)12

2.2.3 Glaze pada Porselen

Glaze pada permukaan porselen dapat terbentuk dengan sendirinya pada

proses fabrikasi atau dengan pemolesan kembali setelah penyesuaian restorasi

didalam mulut. Glaze merupakan faktor yang sangat penting yang berhubungan

dengan kekuatan porselen dalam fungsi, kebersihan rongga mulut, dan estetik.19

Porselen yang memiliki glaze pada permukaannya mempunyai kekuatan

yang lebih besar (40-46%) dibandingkan dengan yang tidak memiliki glaze. Oleh

karena itu permukaan porselen yang kehilangan glaze akibat diberi perlakuan

seperti grinding, sandblasting, atau pemberian etsa asam, harus dilakukan

pemolesan kembali sebagai upaya untuk mencegah terjadinya fraktur akibat dari

tekanan yang diterima.19

2.3 Prinsip dan Cara Kerja Bonding

Dalam perawatan ortodonti, penempatan braket pada permukaan

gigi/metal/porselen dapat dilakukan dengan metode banding atau

bonding.9,20Kedua metode tersebut memberikan perekatan yang baik pada braket.

Akan tetapi, metode bonding memiliki beberapa kelebihan dibandingkan banding.

9

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

Kelebihan tersebut antara lain dapat meningkatkan kebersihan mulut, mengurangi

iritasi jaringan lunak, mengurangi resiko dekalsifikasi gigi, lebih estetik, dan

efektifitas waktu pemasangan.6,20,21,22

Dalam perawatan gigi dan mulut termasuk perawatan ortodonti, bonding

merupakan suatu proses yang sering dilakukan. Bonding suatu material terdiri atas

2 jenis yaitu kohesi dan adhesi. Kohesi merupakan suatu perekatan yang terjadi

antara dua benda yang sama jenis, sedangkan adhesi merupakan suatu perekatan

yang terjadi antara dua benda yang berbeda jenis.17,23,24 Dalam perawatan gigi dan

mulut umumnya terjadi perekatan adhesi, seperti contohnya perekatan antara

struktur gigi dengan bahan adhesif, porselen dengan metal, dan porselen dengan

bahan adhesif.17

Material yang digunakan dan mampu untuk merekatkan dua permukaan

bahan yang berbeda jenis disebut adhesif, sedangkan permukaan bahan dimana

adhesif merekat disebut adheren.23 Proses bonding dicapai dengan satu dan atau

dua mekanisme yaitu : secara mekanis, kimiawi, maupun kombinasi mekanis dan

kimiawi.23,25

2.3.1 Bonding secara Mekanis

2.3.1.1 Prinsip Bonding secara Mekanik

Bonding secara mekanik prinsipnya dihasilkan dari adanya retensi

mikromekanik antara mikroporositas permukaan porselen dengan bahan adhesif.

Mikroporositas ini dapat dihasilkan dengan memberi perlakuan pada permukaan

porselen baik secara mekanik (yaitu dengan pengasaran/grindingmenggunakan

diamond bur dan sandblasting) maupun kimiawi (yaitu dengan aplikasi etsa)

sehingga lapisan glaze pada permukaan porselen hilang.5,26

Perlakuan permukaan secara mekanik pada material ceramic yang

sedikit/tidak mengandung bahan silika, contohnya crystalline dominated dan

crystalline ceramic dapat dilakukan dengan proses pengasaran/grinding.

Sedangkan material ceramic yang memiliki kandungan dasar bahan silika,

contohnya feldspathic ceramic/porselen, dapat dilakukan dengan aplikasi

10

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

etsadimana bahan etsa tersebut dapat menghilangkan glaze dan permukaan

porselen menjadi kasar.42

2.3.1.2 Aplikasi Etsa

1. Asam Hidrofluorik

Asam hidrofluorik dalam bidang kedokteran gigi dapat digunakan baik

secara ekstra oral ataupun intraoral.38Asam hidrofluorik dilaporkan dapat

menghasilkan retensi mikromekanik pada permukaan porselen.5 Akan tetapi

dalam penggunaannya operator dihimbau untuk sangat berhati-hati, karena asam

hidrofluorik ini berbahaya dan dapat menimbulkan efek samping yang

serius.6,10,22,38

Berbagai efek samping tersebut antara lain yaitu dapat mengakibatkan

kebutaan dan kerusakan permanen pada bola mata, dapat mengakibatkan

kerusakan jaringan lunak dan dekalsifikasi tulang jika berkontak dengan kulit dan

mukosa. Kondisi ini menimbulkan rasa sakit dan proses penyembuhannya lambat.

Seiring dengan kondisi tersebut, keracunan fluor secara sistemik dapat terjadi.

Pada asam hidrofluorik dengan konsentrasi rendah rasa sakit ini biasanya

dirasakan beberapa jam setelah berkontak, bahkan terkadang kerusakan yang

terjadi tidak disertai dengan rasa sakit.38Sedangkan jika terpapar uap asam

hidrofluorik dapat menyebabkan kerusakan paru-paru. Paparan jangka panjang

dapat menyebabkan fluorosis, yaitu sindrom yang memiliki karakteristik

kehilangan berat badan, kerapuhan tulang, dan anemia.38

Beberapa penelitian mengenai kekuatan bonding braket metal yang

dilakukan dengan mengaplikasikan asam hidrofluorik 5-9,5% pada permukaan

porselen, menunjukkan bahwa bahan asam tersebut dapat menghasilkan kekuatan

bonding diatas 6-8 MPa.10Akan tetapi berdasarkan efek samping yang

ditimbulkan, maka pemakaian asam hidrofluorik di dalam mulut harus

dipertimbangan kembali.

11

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

Gambar 5 Pemeriksaan SEM A. Intact porselen B. Pengasaran permukaan porselen dengan

menggunakan asam hidrofluorik (Sumber : Sant’Anna, 2002)20

2. Asam Fosfat

Asam fosfat merupakan etsa asam yang sering digunakan di klinik untuk

pengetsaan email. Akan tetapi penggunaannya dalam menghasilkan

mikroporositas di permukaan porselen dilaporkan kurang baik. Akan tetapi

mikroporositas tersebut dinilai cukup untuk meningkatkan kekuatan rekat antara

braket metal dengan permukaan porselen.22 Hal ini dilaporkan dalam penelitian

Bourke dkk tahun 1999, dimana hasil kuat rekat geser antara penggunaan asam

hidrofluorik dan asam fosfat berturut-turut sebesar 10,29 dan 10,04

MPa.34Berbagai macam literatur menyebutkan bahwa retensi mikromekanik

terbaik dalam bonding pada permukaan porselen adalah dengan menggunakan

asam fosfat disertai dengan aplikasi silane coupling agent.22Selain itu penggunaan

asam fosfat dinilai lebih aman, karena tidak mengakibatkan efek samping seperti

yang terjadi pada penggunaan asam hidrofluorik. Oleh karena itu, berdasarkan

pertimbangan tersebut dalam penelitian ini digunakan asam fosfat sebagai bahan

etsa untuk mekanisme bonding secara mekanik.

3. Acidulated Phospate Fluoride

APF (1,23% fluoride) adalah salah satu gel fluor topikal yang umumnya

digunakan dalam praktek sehari-hari ataupun rumah sakit.13 APF mempunyai ion

hidrogen dan fluoride yang dapat bereaksi dengan kaca (glass).13,30 Gel ini aman

bagi jaringan lunak mulut, sehingga dapat menggantikan asam hidrofluorik yang

berbahaya dan toksik.13Jika porselen yang telah dilapisi glaze dioles dengan APF

(1,23% fluoride) selama 10 menit, dapat menghasilkan kekuatan bonding sebesar

9,42 MPa.13Menurut penelitian Kukiattrakoon dan Thammasitboon, aplikasi

1,23% APF gel selama 7-10 menit pada permukaan porselendapat menghasilkan

12

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

kuat rekat geser sebesar 15,2 MPa sampai 17,33 MPa.31 Besar kuat rekat geser

tersebut ekuivalen dengan aplikasi 9,6% HF selama 4 menit yaitu sebesar 17,64

MPa, dan tidak berbeda secara signifikan.32

Kendala dalam penggunaan acidulated phospate fluoride ini yaitu berkaitan

dengan lamanya aplikasi (7-10 menit). Akan tetapi dilihat dari kemungkinan

terjadinya fraktur, aplikasi APF lebih baik jika dibandingkan dengan asam

hidrofluorik.

2.3.2 Bonding secara Kimiawi

2.3.2.1 Prinsip Bonding secara Kimiawi

Proses bonding lain yang dapat dilakukan yaitu bonding secara kimiawi.

Pada proses ini tidak memerlukan adanya mikroporositas pada permukaan

porselen, namun menggunakan ikatan secara kimia antara bahan adhesif dengan

adheren.17,23

2.3.2.2 Silane Coupling Agent

Silane coupling agent merupakan suatu bahan organik yang memiliki

kandungan dasar atom-atom silika (Si) dan bersifat bifungsional.14Silane coupling

agent yang umumnya digunakan dalam bidang kedokteran gigi adalah γ-

methacryloxypropyltrimethoxysilane (γ-MPS).35

Gambar 6 Struktur kimia γ-methacryloxypropyltrimethoxysilane (γ-MPS) (Sumber : Matinlinna

dkk, 2004)14

Sifat bifungsional pada silane coupling agent memiliki pengertian bahwa

bahan tersebut menghasilkan dua proses reaktivitas. Kelompok organik (CH3-

13

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

H2C-O) bereaksi dengan substansi organik, seperti bahan resin adhesif,

sedangkan kelompok alkoxy (-O-CH3) bereaksi dengan substansi inorganik

seperti permukaan porselen.14 Kedua reaksi tersebut membentuk suatu ikatan

kovalen.14,28

Gambar 7. Prosedur Aplikasi Silane Coupling Agent. (Sumber : Eliades et al, 2005)30

Untuk dapat berfungsi sebagai coupling agent dalam berikatan dengan

substansi organik-inorganik, silane harus dihidrolisis dan dikondensasi terlebih

dahulu. Proses hidrolisis bervariasi tergantung dari konsentrasi silane, bahan

pelarut, dan suhu.14 Pada tahap hidrolisis, kelompok alkoxy bereaksi dengan air

dan membentuk suatu kelompok silanol (Si-OH). Kemudian antar kelompok

silanol berkondensasi menjadi suatu oligomer. Bentuk oligomer ini nantinya akan

siap berikatan dengan kelompok OH substansi inorganik. Pada kondisi pH 4,

kecepatan kondensasi terjadi perlahan-lahan dan larutan silane berada pada

stabilitas tertinggi. Untuk meningkatkan kecepatan kondensasi dapat dilakukan

penyesuaian pHyaitu dengan penambahan asam asetat.14

Besar konsentrasi silane coupling agent berhubungan dengan besar

kekuatan rekat. Konsentrasi silane coupling agent yang rendah dapat

menghasilkan ikatan yang tidak sempurna terhadap bahan resin adhesif. Hal ini

dikarenakan penyebaran dari oligomer silane tidak merata. Sebaliknya jika

konsentrasinya terlampau tinggi dapat menyebabkan penurunan sifat mekanis.35

14

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

Akselerasi interaksi kimia antara silane coupling agent dengan substansi

inorganik dapat dikatalisasi dengan asam atau pemanasan. Pemanasan dapat

meningkatkan kekuatan rekat substansi inorganik dengan bahan resin adhesif.

Dalam praktek kedokteran gigi aplikasi dengan silane temperatur tinggi (70-80⁰C)

tidak dapat dilakukan.Oleh karena itu sebagai gantinya digunakan semprotan

udara bersuhu 38⁰C.36

2.4 Kuat Rekat Geser

Kuat rekat geser merupakan suatu ketahanan benda dalam menerima gaya

gesekan dan gaya yang berasal dari arah yang sejajar dengan permukaan benda

tersebut. Besarnya kuat rekat geser dihasilkan dari pembagian gaya yang diterima

dengan area bonding. Satuan kekuatan bonding menggunakan unit megapaskal

(MPa), kg/cm2, atau psi. Jika suatu benda memiliki luas area bonding sebesar 16

mm2 dan gaya yang diterima benda tersebut sebesar 120 N, maka kuat rekat yang

dihasilkan yaitu 7,5 N/mm2 atau 7,5 MPa.12,24,41

Dalam melakukan perawatan ortodonti perekatan atau bonding suatu braket

terhadap permukaan gigi atau material lain seperti porselen sangatlah penting.

Karena pergerakan gigi akan sulit dilakukan jika perekatan tersebut tidak terjadi

dengan baik. Oleh karena itu penting untuk mengetahui besar perekatan yang

dibutuhkan ketika suatu gigi menerima gaya ortodonti. Menurut Reynolds, kuat

rekat geser minimal yang dibutuhkan untuk menahan gaya ortodonti normal

adalah sebesar 5,9 sampai 7,8 MPa.39 Sedangkan Whitlock dkk dalam

penelitiannya tentang kuat rekat geser braket ceramic pada permukaan porselen

menyatakan bahwa kuat rekat geser yang optimal juga sebesar 6 sampai 8 MPa.40

Pengukuran kuat rekatgeser dilakukan dengan tekanan menggunakan screw-

driven atau servohydraoulic universal testing machine. Pada pengukuran ini,

braket yang dibonding diberi tekanan tegak lurus dari atas dengan menggunakan

alat.

15

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

BAB 3

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

3.2 Hipotesis

Terdapat perbedaan kuat rekat geser braket metal terhadap permukaan porselen

pada pemakaian bahan silane coupling agentA, B dan C.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel Bebas :

− Bahan silane coupling agent

Variabel Terikat :

− Kuat rekat geser

3.4 Definisi Operasional

Variabel Bebas

Variabel Definisi Skala Silane coupling agent A. Monobond Plus-Ivoclar Vivadent dengan

komposisi terdiri dari kandungan organosilane (MPS) < 2,5%, ethanol 50-100%, dan methacrylated phosphoric acid ester < 2,5%.

B. Silane Ultradent-Ultradent Product dengan komposisi terdiri dari kandungan organosilane (MPS) 5-15%, isopropyl alcohol 92%, acetic acid < 1%.

C. Porcelain Repair Primer-Ormco Corporation dengan komposisi terdiri dari kandungan organosilane 15-20%, ethyl alcohol 80-85%.

Kategorik (A, B, C)

A. Bahan silane coupling agentMonobond-Plus (A) B. Bahan silane coupling agentUltradent Silane (B) C. Bahan silane coupling agent Porcelain Repair Primer (C)

Kuat rekat geser

17

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

Variabel Terikat

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Pengukuran

Satuan Skala

Kuat rekat geser

Gaya yang melawan pergeseran permukaan braket terhadap permukaan porselen pada arah yang sejajar dengan permukaan braket.

Universal Testing Machine Shimazu AG-5000 dengan satuan pengukuran MPa

Plat porselen dipasang pada jig. Kemudian jig tersebut diposisikan sedemikian rupa sehingga permukaan porselen sejajar dengan bladepada alat. Posisi blade tepat berada di atas perekatan antara porselen dan braket metal. Dilakukan pengukuran dengan mengatur kecepatan 0,5 mm/menit dan beban maksimal 50 kg

MPa Numerik

18

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Dental Material Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Indonesia. Waktu penelitian pada bulan Februari - Maret 2014.

4.3 Populasi dan Spesimen Penelitian

Populasi penelitian adalah dental ceramic. Spesimen penelitian adalah

feldspathic ceramic/porselen.Perhitungan jumlah spesimen ditetapkan sesuai

dengan rumus besar sampel untuk data numerik pada uji hipotesis terhadap rerata

populasi tidak berpasangan33:

Keterangan :

- N = Jumlah spesimen

- Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5% dan hipotesis dua arah sehingga Zα

= 1,96.

- Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20%, sehingga Zβ = 0,842.

- Perbedaan rerata minimal yang dianggap bermakna adalah (X1 – X2) = 2.

- Simpangan Baku (SD) sebesar 1,3 (Bourke dan Rock, 1999)34

Dengan demikian, jumlah spesimen yang direncanakan diteliti adalah 7 untuk satu

kelompok.

(Zα + Zβ) SD

(X1 - X2) N = 2

2

19

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

4.4 Kriteria Spesimen

- Platporselen berbentuk silinder dengan diameter 8 mm dan tebal 3 mm yang

telah dilakukan proses glazing pada permukaannya.

- Pada platporselen tidak terdapat kerusakan atau porus.

- Permukaan plat porselen datar.

4.5 Alat dan Bahan Penelitian

Alat Penelitian :

1. Bracket Gauge

2. Pinset braket

3. Semprotan air dan udara

4. Sonde

5. Brush lowspeed

6. Light curing

7. Stopwatch

8. Stoples plastik

9. Kertas pengaduk

10. Kuas plastik

11. Silinder PVC (diameter = 18,8 mm dan tinggi = 10 mm)

12. Plastic filling

13. Inkubator

14. Alat uji Universal Testing Machine Shimazu AG-5000

15. Stereomikroskop

16. Ultrasonic cleaner

Bahan Penelitian :

1. Porselen

2. Resin dekoratif

3. Bahan Silane coupling agent A yaitu Monobond Plus-Ivoclar vivadent

4. Bahan Silane coupling agent B yaitu Ultradent Silane-Ultradent Product

5. Bahan Silane coupling agent C yaitu Porcelain Repair Primer-Ormco Corp

20

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

6. Braket metal untuk gigi insisif sentral kanan rahang atas merek Resolve,

Dentsply GAC

7. Bubuk pumice halus

8. Bahan bonding, Transbond XT, 3M Unitek, Monrovia, California, USA

9. Etsa asam fosforik 37% merek Ultraetch-Ultradent Product, South Jordan,

Utah, USA

10. Aquadest

11. Lilin merah

Gambar 8. Alat dan Bahan Penelitian.

4.6 Cara Kerja Penelitian

1. Pada penelitian ini terdapat 21spesimen porselen dibagi menjadi 3kelompok

yaitu :

A. Permukaan porselen yang diaplikasikan bahan silane coupling

agentMonobond-Plus (A).

B. Permukaan porselen yang diaplikasikan bahan silane coupling

agentUltradent Silane (B).

 

21

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

C. Permukaan porselen yang diaplikasikan bahan silane coupling agent

Porcelain Repai Primer (C).

2. 21 braket insisif sentral kanan rahang atas (Densply, GAC) dibagi secara

merata dalam 3 kelompok (masing-masing kelompok berjumlah 7).

3. Permukaan 21 spesimen porselen berbentuk silinder (diameter 8 mm dan

tinggi 3 mm) dilapisi dengan lilin merah kemudian ditanam ke dalam

silinder PVC (diameter 18,8 mm dan tinggi 10 mm) dengan perantara resin

dekoratif.

4. Permukaan 21 spesimen dibersihkan menggunakan bubuk pumice dengan

brush berkecepatan rendah bilas dengan air lalu keringkan.

5. Kemudian 21 spesimen dimasukkan ke dalam ultrasonic cleaner untuk

dibersihkan lalu keringkan.

6. Pada 21 spesimen tersebut diaplikasikan etsa menggunakan asam fosfat

37% selama 60 detik bilas dengan air lalu keringkan

7. Kelompok A (7 spesimen) diberikan bahan silane coupling agent A selama

60 detik dan dikeringkan dengan semprot udara, kelompok B (7 spesimen)

diberikan bahan silane coupling agent B selama 60 detik dan dikeringkan

dengan semprot udara, kelompok C (7 spesimen) diberikan bahan silane

coupling agent C selama 60 detik dan dikeringkan dengan semprot udara.

8. Kemudian aplikasikan bahan bonding pada mesh braket. Kelebihan bahan

bonding dibuang dan dilakukan penyinaran dengan light curing selama 20

detik masing-masing dari arah mesial, distal, oklusal dan servikal.

9. Kemudian spesimen disimpan dalam aquadest pada suhu 37⁰C selama 24

jam.

10. Pengukuran kuat rekat geser dilakukan pada hari kedua dengan alat uji

Universal Testing Machine Shimazu AG-5000 dengan kecepatan 0,5

mm/menit dan beban maksimal 50 kg. Dicatat besar gaya yang diperoleh.

22

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

Gambar 9. Jig untuk pengukuran kuat rekat geser.

4.7 Analisis Data

Data hasil penelitian akan diolah dan diuji secara statistik dengan program

komputer SPSS 17.

- Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan nilai rata-rata, median,

maksimum, minimum serta standar deviasi dari tiap-tiap kelompok.

- Analisis bivariat untuk menganalisis perbedaan kuat rekat geser pada

ketiga jenis bahan silane coupling agent menggunakan one way

ANOVA dan Post Hoc.

23

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

4.8 Skema Alur Penelitian

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

21Plat porselen berbentuk silinder dengan diameter 8 mm dan tinggi 3 mm ditanam ke dalam cetakan silinder PVC diameter 18,8 mm dan tinggi 10

mm menggunakan perantara resin dekoratif.

A (7 spesimen)

Bahan bonding diaplikasikan pada mesh braket dan permukaan porselen kemudian dilakukan penyinaran dengan light curing selama

20 detik

Perendaman spesimen dalam saliva buatan pada suhu 37⁰C selama 24 jam.

Uji kuat rekat geser pada setiap spesimen dengan alat uji Universal testing machine Shimazu AG-5000 dan dicatat hasilnya

Tabulasi Data Analisa Data

Laporan

B (7 spesimen) C (7 spesimen)

Bahan Silane coupling agent A

Bahan Silane coupling agent B

Bahan Silane coupling agent C

Aplikasi asam fosfat 37%

Aplikasi asam fosfat 37%

Aplikasi asam fosfat 37%

24

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada akhir bulan Februari sampai dengan Maret 2014

di Laboratorium Dental Material Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar kuat rekat geser braket metal

terhadap permukaan porselen pada pemakaian masing-masing bahan silane

coupling agent A, B dan C, serta untuk mengetahui perbedaan kuat rekat geser

braket metal terhadap permukaan porselen pada pemakaian tiga bahan silane

coupling agent tersebut.

Bahan silane coupling agent yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

Monobond Plus (kelompok A), Ultradent silane (kelompok B) dan Porcelain

repair primer (kelompok C). Spesimen yang diteliti berupa plat porselen

sejumlah 21 plat yang sesuai dengan kriteria spesimen, terdiri dari 7 spesimen

kelompok A, 7 spesimen kelompok B dan 7 spesimen kelompok C.

Pengukuran kuat rekat geser dilakukan pada masing-masing spesimen

penelitiandengan beban yang digunakan sebesar 50 kgf dan kecepatan cross head

pada penelitian ini sebesar 0,5 mm/menit. Hasil pengukuranalat dinyatakan dalam

satuan kgf. Hasil tersebut kemudian diubah kedalam satuan Mpa (megapascal)

dengan cara membagi hasil pengukuran dengan luas penampang braket metal

yaitu sebesar 11,786 mm2dan dikalikan dengan 9,8 Mpa/kg/mm2.

5.1 Uji Normalitas dan Varians Data

Uji normalitas data kuat rekat geser braket metal terhadap permukaan

porselen pada pemakaian masing-masing bahan silane coupling agent A, B dan C

dilakukan dengan menggunakan uji normalitas data Saphiro-Wilk karena jumlah

sampel tiap kelompok kurang dari 50. Hasil dari uji normalitas data ini

menunjukkan bahwa kelompok A, B dan C memiliki distribusi data yang normal

karena nilai p> 0,05 (tabel 1).

25

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

Tabel 1. Uji normalitas data kuat rekat geser braket metal terhadap permukaan porselen pada pemakaian masing-masing bahan silane coupling agent A, B dan C (MPa)

Selain uji normalitas data, juga dilakukan uji terhadap varians data. Uji

varians data kuat rekat geser braket metal terhadap permukaan porselen pada

pemakaian masing-masing bahan silane coupling agent A, B dan C dilakukan

dengan menggunakan Levene statistic. Pada uji varians data diperoleh bahwa nilai

p = 0,315. Karena p> 0,05, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada

perbedaan varians antara kelompok yang dibandingkan.

5.2 Rerata dan Simpang Baku Kuat Rekat Geser

Setelah pengukuran selesai dilakukan, didapatkan rerata kuat rekat geser

dan simpang baku braket metal terhadap permukaan porselen pada pemakaian

masing-masing bahan silane coupling agent A, B dan C (tabel 2). Pada kelompok

A didapatkan rerata kuat rekat geser dan simpangan baku sebesar 12,827 ± 1,228

MPa, kelompok B sebesar 6,295 ± 0,642 MPa, dan kelompok C sebesar 11,098 ±

0,646 MPa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kelompok A memiliki besar kuat

rekat geser tertinggi sedangkan kelompok B memiliki besar kuat rekat geser

terendah. Ketiga kelompok tersebut memperlihatkan besar kuat rekat geser yang

memenuhi kriteria kuat rekat geser minimal menurut Whitlock dan Reynolds yaitu

6-8 MPa. Tabel 2. Data besar rerata dan simpang baku kuat rekat geser braket metal terhadap permukaan

porselen pada pemakaian tiga bahan silane coupling agent(MPa) Kelompok N Rerata ± s.b

A 7 12,827 ± 1,228

B 7 6,295 ± 0,642

C 7 11,098 ± 0,646

Kelompok P

A 0,824

B 0,176

C 0,723

p> 0,05 = distribusi data normal

26

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

5.3 Uji Hipotesis

Untuk mengetahui perbedaan besar kuat rekat geser braket metal terhadap

permukaan porselen pada tiga kelompok tersebut maka dilakukan uji analisis

bivariat dengan menggunakan one way ANOVA karena hasil distribusi data

normal dan tidak terdapat varians data. (tabel 3).

Tabel 3. Uji one way ANOVA perbedaan kuat rekat geser braket metal terhadap permukaan porselen pada pemakaian tiga bahan silane coupling agent(MPa) N Rerata ± s.b p

Silane Coupling Agent A 7 12,827 ± 1,228 < 0,001

B 7 6,295 ± 0,642

C 7 11,098 ± 0,646

Nilai p< 0,05 = terdapat perbedaan bermakna secara statistik

Hasil uji one way ANOVA menunjukkan nilai p< 0,001 (p< 0,05). Sehingga

hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan kuat rekat geser braket metal

terhadap permukaan porselen pada pemakaian bahan silane coupling agentA, B

dan C diterima. Kemudian dari data di atas, dilakukan uji statistik Post-Hoc untuk

mengetahui bahan silane coupling agent yang mempunyai perbedaan yang

signifikan. Dari uji Post-Hoc ini didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara aplikasi bahan silane coupling agent A dengan bahan silane

coupling agent B (p< 0,001), terdapat perbedaan yang signifikan antara aplikasi

bahan silane coupling agent A dengan bahan silane coupling agent C (p = 0,005)

dan terdapat perbedaan yang signifikan antara aplikasi bahan silane coupling

agent B dengan bahan silane coupling agent C (p< 0,001) (tabel 4). Tabel 4. Uji Post-Hoc Bonferroni perbedaan kuat rekat geser braket metal terhadap permukaan porselen pada pemakaian tiga bahan silane coupling agent(MPa)

Kelompok Nilai p Keterangan

A-B 0,000 p< 0,05

A-C 0,005 p< 0,05

B-C 0,000 p< 0,05

Nilai p< 0,05 = terdapat perbedaan bermakna secara statistik

27

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

5.4 Adhesive Remnant Index

Selain pengukuran kuat rekat geser, untuk melengkapi penelitian ini juga

dilakukan pengamatan dengan memeriksa sisa bahan adhesif pada braket dan

permukaan porselen secara visual dan menggunakan stereomikroskop. Hasil dari

pengamatan tersebut dinilai menggunakan perhitungan Adhesive Remnant Index

(ARI).

Gambar 10. Adhesive Remnant Index (Sumber : Sant’Anna, 2002)20

Sistem pengukuran menggunakan ARI ini diperkenalkan oleh Artun dan

Bergland pada tahun 1984. ARI secara umum digunakan untuk melihat sisa bahan

adhesif pada email/substrat lain atau dasar braket setelah proses debonding.43

Sistem ARI dibuat berdasarkan studi pilot dari 20 gigi yang diekstraksi dan

kriteria yang digunakan sebagai berikut 43 :

0 = tidak ada bahan adhesif yang tertinggal di permukaan gigi/substrat lain

1 = kurang dari 50% bahan adhesif yang tertinggal di permukaan gigi/substrat

lain

2 = lebih dari 50% bahan adhesif yang tertinggal di permukaan gigi/substrat lain

3 = seluruh bahan adhesif tertinggal di permukaan gigi/substrat lain, ditandai

dengan adanya imprint dasar braket.

28

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

Tabel 5. Adhesive Remnant Index (ARI)

Kelompok Adhesive Remnant Index

0 1 2 3

A 0 0 6 1

B 5 2 0 0

C 0 0 5 2

Hasilnya didapat bahwa pada kelompok A skor ARI pada 6 spesimen adalah

2 dan 1 spesimen adalah 3. Pada kelompok C skor ARI pada 5 spesimennya

adalah 2 dan 2 spesimen adalah 3. Pada kelompok B skor ARI pada 5 spesimen

adalah 0 dan 2 spesimen adalah 1. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada

kelompok A dan C sisa bahan adhesif hampir seluruhnya menempel pada

permukaan porselen, sedangkan pada kelompok B hanya sebagian kecil/tidak

terdapat sisa bahan adhesif pada permukaan porselen.

 

   

29

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

BAB 6

PEMBAHASAN

Dalam perawatan ortodonti, pergerakan gigi diperlukan dalam rangka untuk

menempatkan gigi-gigi malposisi ke dalam lengkung gigi yang seharusnya. Untuk

menghasilkan pergerakan gigi tersebut maka dibutuhkan gaya yang diperoleh dari

adanya interaksi antara braket yang menempel pada gigi dan kawat pada slot

braket tersebut. Oleh karena itu bonding braket terhadap permukaan gigi harus

mampu untuk menahan gaya ortodonti, sehingga perawatan dapat berjalan dengan

efektif dan efisien.6

Prinsip bonding braket terhadap permukaan gigi yaitu melalui adanya

mikroporositas di lapisan email gigi, yang diperoleh dengan cara aplikasi etsa

asam fosfat. Permasalahannya adalah jika permukaan gigi tersebut telah

direstorasi untuk memperoleh integritasnya kembali, maka pembentukan

mikroporositas untuk proses bonding menjadi sulit. Hal ini biasa terjadi pada

restorasi dengan bahan material dental ceramic. Pada gigi anterior yang

memerlukan estetik tinggi, material ceramic yang digunakan yaitu jenis

feldspathic ceramic atau porselen. Mahkota porselen merupakan suatu restorasi

yang pembuatannya lebih mahal dibandingkan dengan jenis restorasi lainnya.

Oleh karena itu dalam proses bonding braket pada restorasi porselen terdapat dua

hal yang harus menjadi perhatian para ortodontis yaitu mendapatkan kekuatan

bonding yang cukup dan menjaga integritas dari porselen setelah perawatan

ortodonti selesai.

Aplikasi bahan silane coupling agent dalam proses bonding memungkinkan

tercapainya kekuatan bonding yang cukup dan dapat mempertahankan integritas

porselen. Untuk meningkatkan kekuatan bonding, aturan pakai produk silane

coupling agent di pasaran biasanya mengikutsertakan aplikasi etsa asam sebelum

aplikasi silane. Terdapat beberapa faktor yang secara tidak langsung

mempengaruhi kekuatan bonding yaitu konsentrasi silane, bahan pelarut, dan

suhu.

30

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

Pada kelompok A, bahan silane coupling agent yang digunakan adalah

produk Monobond plusdengan komposisi terdiri dari kandungan organosilane

(MPS) < 2,5%, ethanol 50-100%, dan methacrylated phosphoric acid ester <

2,5%. Kelompok B, bahan silane coupling agent yang digunakan adalah produk

Silane ultradentdengan komposisi terdiri dari kandungan organosilane (MPS) 5-

15%, isopropyl alcohol 92%, acetic acid < 1%. Kelompok C, bahan silane

coupling agent yang digunakan adalah produk Porcelain repair primer dengan

komposisi terdiri dari kandungan organosilane 15-20%, ethyl alcohol 80-

85%.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuat rekat geser braket metal terhadap

permukaan porselen berturut-turut dari nilai tertinggi sampai terendah yaitu

kelompok A sebesar 12,827 ± 1,228 MPa, kelompok C sebesar 11,098 ± 0,646

MPa dan kelompok B sebesar 6,295 ± 0,642 MPa.

Kelompok A dengan kandungan organosilane terendah (< 2,5%) memiliki

kuat rekat geser tertinggi dibandingkan dengan kelompok B dan C yang

kandungan organosilane-nya lebih banyak. Hal ini kemungkinan terjadi oleh

karena adanya bahan methacrylated phosphoric acid ester sebesar < 2,5% dalam

sediaan silane coupling agent. Methacrylated phosphoric acid ester merupakan

bahan aktif pada larutan self etching primer.44Asam fosfat dan kelompok

methacrylate dikombinasikan menjadi suatu molekul yang secara simultan dapat

berfungsi sebagai etsa dan primer.44 Oleh karena itu bahan methacrylated

phosphoric acid ester kemungkinan berikatan dengan bahan resin adhesif dan

porselen, sehingga dapat menambah ikatan kovalen antara bahan-bahan tersebut

dan kuat rekat geser yang dihasilkan antara braket metal dengan permukaan

porselen juga akan meningkat.

Kelompok B dengan kandungan organosilane (MPS) 5-15%, memiliki kuat

rekat geser terendah dibandingkan dengan kelompok A dan C. Bahan silane

coupling agent B memiliki komposisi tambahan yaitu acetic acid/asam asetat.

Asam asetat ini digunakan untuk proses akselerasi kondensasi silanol menjadi

oligomer, sehingga oligomer yang terbentuk dapat lebih maksimal.14 Kondisi

tersebut otomatis dapat meningkatkan ikatan kovalen antara oligomer dengan

kelompok OH substansi inorganik (porselen). Hal ini kemungkinan menghasilkan

31

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

suatu peningkatan kuat rekat geser braket metal terhadap permukaan porselen.

Akan tetapi bila dibandingkan dengan kelompok A, yang memiliki kuat rekat

geser lebih tinggi tetapi kandungan organosilane lebih sedikit, maka penambahan

methacrylated phosphoric acid ester kemungkinan lebih efektif dibandingkan

dengan penambahan asam asetat. Sedangkan bila dibandingkan dengan kelompok

C, yang memiliki kuat rekat geser lebih tinggi dan kandungan organosilane lebih

banyak, maka penambahan asam asetat kemungkinan kurang efektif untuk

menghasilkan kuat rekat geser yang maksimal.

Kelompok C dengan kandungan organosilane tertinggi (15-20%) memiliki

kuat rekat geser yang lebih tinggi dari kelompok B dan lebih rendah dari

kelompok A. Pada kelompok C tidak terdapat bahan tambahan selain organosilane

dan bahan pelarut utama. Jika dibandingkan dengan kelompok A, yang memiliki

kuat rekat geser lebih tinggi dan kandungan organosilane lebih rendah, maka

adanya penambahan methacrylated phosphoric acid ester kemungkinan efektif

untuk meningkatkan kuat rekat geser sehingga setara dengan kelompok C yang

kandungan organosilanenya 15-20.

Dalam penelitian ini, selain pengukuran kuat rekat geser juga dilakukan

pengamatan terhadap sisa bahan adhesif yang menempel pada permukaan

porselen dan dasar braket. Hasilnya didapat bahwa pada kelompok A dengan kuat

rekat geser 12,827 ± 1,228 MPa, skor ARI pada 6 spesimen adalah 2 dan 1

spesimen adalah 3. Pada kelompok C dengan kuat rekat geser 11,098 ± 0,646

MPa, skor ARI pada 5 spesimennya adalah 2 dan 2 spesimen adalah 3. Sedangkan

pada kelompok B dengan kuat rekat geser 6,295 ± 0,642 MPa, skor ARI pada 5

spesimen adalah 0 dan 2 spesimen adalah 1.

32

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

 

b

r

d

s

Kegun

berhubungan

rendah skor

debonding b

semakin mu

K

Gam

naan penguk

n dengan kek

r ARI maka

braket dan

udah, dan kej

Kelompok A

mbar 11. Hasil p

kuran ARI

kuatan bond

a kekuatan b

pembersiha

jadian fraktu

 

K

pengamatan si

yang akura

ding dari bra

bondingnya

an permuka

ur porselen k

Kelompok B

U

sa bahan adhes

at sangatlah

aket dan gigi/

semakin ren

aan gigi/sub

kemungkinan

 

K

Universitas

sif.

h penting.

/substrat lain

ndah pula, a

strat lain ju

nnya semaki

Kelompok C

Indonesia

Nilai ARI

n. Semakin

akan tetapi

ustru akan

in kecil. 43

 

33

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

Telah diketahui bahwa rerata kuat rekat geser dari ketiga kelompok

penelitian sesuai dengan kriteria kuat rekat geser minimal menurut Whitlock dan

Reynolds yaitu 6-8 MPa. Sehingga jika dilihat dari integritas permukaan porselen,

maka kelompok B memperlihatkan hasil terbaik oleh karena kuat rekat

geser yang dihasilkan cukup untuk menerima gaya ortodonti dan pada

permukaan porselen-nya tidak/sedikit terdapat sisa bahan adhesif, sehingga

kemungkinan kejadian fraktur porselen kecil.

 

34

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ketiga pemakaian bahan silane

coupling agent memenuhi kriteria kuat rekat geser minimal dalam perawatan

ortodonti. Kuat rekat geser tertinggi dihasilkan pada pemakaian bahan silane

coupling agent A dan yang terendah dihasilkan pada pemakaian bahan silane

coupling agent B. Bahan silane coupling agent B memperlihatkan hasil terbaik

oleh karena kuat rekat geser yang dihasilkan cukup untuk menerima gaya

ortodonti dan tidak ada/sedikit terdapat sisa bahan adhesifpada permukaan

porselen-nya.

7.2 Saran

Untuk Klinisi :

- Dalam kondisi dimana restorasi porselen pasien akan diganti setelah

perawatan ortodonti selesai, maka bahan silane coupling agent yang

sebaiknya digunakan adalah yang menghasilkan kuat rekat geser tinggi,

yaitu Monobond-Plus atau Porcelain Repair Primer

- Dalam kondisi dimana restorasi porselen pasien tidak akan diganti

setelah perawatan ortodonti selesai, maka bahan silane coupling agent

yang sebaiknya digunakan adalah yang menghasilkan kuat rekat geser

yang cukup dan mampu mempertahankan integritas permukaan

porselen, yaitu Ultradent Silane.

Untuk Peneliti selanjutnya :

- Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan menggunakan SEM

untuk melihat patahan dan sisa bahan adhesif di area bonding, yaituarea

porselen dengan bahan adhesif (jenis bonding adhesi), bahan adhesif

dengan bahan adhesif (jenis bonding kohesi) dan bahan adhesif dengan

braket metal (jenis bonding adhesi).

35

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

DAFTAR PUSTAKA

1. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary orthodontics. 4th ed. 2007. St Louis: Elsevier; 2007. p.5-6,16.

2. Lew KK. Attitudes and perceptions of adults towards orthodontics treatment in an Asian community. Journal community dental oral epidemiology 1993: 31-34.

3. Akhoundi MSA, Kamel MR, Hashemi SHM. Tensile bond strength of metal bracket bonding to glazed ceramic surfaces with different surface conditionings. Journal of Dentistry 2011;8:201-8.

4. Robb SI,Sandowsky C, Schneider BJ, et al. Effectiveness and duration of orthodontic treatment in adults and adolescents. Am J Orthod Dentofacial Orthop 1998;114:383-86.

5. Bishara SE, Ajlouni R, Oonsombat C, et al. Bonding orthodontic brackets to porcelain using different adhesives/enamel conditiones: A comparative study. World J Orthod 2005;6:17-24.

6. Larmour CJ, Bateman G, Stirrups DR. An investigation into the bonding of orthodontic attachments to porcelain. Eur J Orthod 2006;28:74-77.

7. Alhaija ESJA, AlReesh IAA, AlWahadni AMS. Factors affecting the shear bond strength of metal and ceramic brackets bonded to different ceramic surfaces. Eur J Orthod 2010;32:274-80.

8. Yadav S, Upadhyay M, Borges GA, et al. Influence of ceramic (feldspathic) surface treatment on the micro-shear bond strength of composite resin. Angle Orthod 2010;80:756-70.

9. Smith GA, Ledoux PM, Ledoux WR, et al. Orthodontic bonding to porcelain-Bond strength and refinishing. Am J Orthod Dentofacial Orthop 1988;94:245-52.

10. Schmage P, Nergiz I, Hermann W, et al. Influence of various surface-conditioning methods on the bond strength of metal brackets to ceramic surfaces. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2003;123:540-46.

11. Kojima I, Komori A, Nakahara R. An experimental study on the direct bonding method to reduce the risk of porcelain fracture. Orthodontic Waves 2010;69:110-16.

12. Powers JM, Wataha JC. Dental materials properties and manipulation. 10thed. St.Louis: Elsevier; 2013.p. 187-193.

13. Vatarugegrid S, Viteporn S. Shear-peel bond strength of metal bracket to porcelain surface treated with 1,23% acidulated phosphate fluoride gel. CU Dent J 2010;33:109-18.

14. Matinlinna JP, Lassina LVJ, Ozcan M, et al. An introduction to silanes and their clinical applications in dentistry. Int J Prosthodont 2004;17:155-164.

36

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

15. Hooshmand T, Noort RV, Keshvad A. Bond durability of the resin-bonded and silane treated ceramic surface. Dent Mater 2002;2:179-188.

16. Sakaguchi RL, Powers JM. Craig’s restorative dental materials. 13thed. St.Louis: Elsevier; 2012.p.254-255.

17. O’Brien WJ. Dental materials and their selection. 4thed. London: Quintessence Publishing; 2008.p.212-215.

18. Hatrick CD, Eakle WS, Bird WF. Dental materials clinical applications for dental assistants and dental hygienists. 2nded. St.Louis: Elsevier; 2011.p.99-101.

19. Anusavice KJ, Philips RW. Phillip’s science of dental materials. 11thed. St.Louis: Elsevier; 2003.p.655-672.

20. Sant’anna EF, Monnerat ME, Chevitarese O, et al. Bonding brackets to porcelain-In vitro study. Braz Dent J 2002;13:191-96.

21. Andressen GF, Stleg MA. Bonding and debonding brackets to porcelain and gold. Am J Orthod Dentofacial Orthop 1988;93:341-5.

22. Pannes DD, Bailey DK, Thompson JY, et al. Orthodontic bonding to porcelain: a comparison of bonding systems. The Journal of Prosthetic Dentistry 2003;89:66-9.

23. McCabe JF, Walls AWG. Applied dental materials. 9thed. Iowa: Blackwell Publishing; 2008.p.23-25.

24. Craig RG, Powers JM. Restorative dental materials. 11thed. St.Louis: Mosby Elsevier; 2002.p.260-263.

25. Sarac YS, Kulunk T, Turk SE, et al. Effects of surface-conditioning methods on shear bond strength of brackets bonded to different all-ceramic materials. Eur J Orthod 2011;33:667-72.

26. Trakyah G, Malkondu O, Kazazoglu E, et al. Effects of different silanes and acid concentrations on bond strength of brackets to porcelain surfaces. Eur J Orthod 2009;31:402-6.

27. Soares CJ, Giannini M, Oliveria MT, et al. Effect of surface treatment of laboratory fabricated composites on microtensile bond strength to a luting resin cement. J Appl Oral Sci 2004;12:45-50.

28. Eliades G, Watts DC, Eliades T. Dental hard tissue and bonding. New York: Springer; 2005. p.163-165.

29. Turk T, Sarac D, Sarac Y, et al. Effects of surface conditioning on bond strength of metal brackets to all-ceramic surfaces. Eur J Orthod 2006;28:450-56.

30. Patel KG, Kudlick EM, Eichmiller FC. Bond strength and debonding fracture incidence of brackets from porcelain. Am J Orthod Dentofacial Orthop 1994;112:471.

37

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

31. Kukiattrakoon B, Thammasitboon K. The effect of different etching times of acidulated phosphate fluoride gel on the shear bond strength of high-leucite ceramics bonded to composite resin. J Prosthet Dent 2007;98:17-23.

32. Lacy AM, Laluz J, Watanabe LG, et al. Effect of porcelain surface treatment on the bond to composite. J Prosthet Dent 1988;60:288-91.

33. Sastroasmoro S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi Ke-4. Jakarta: Sagung Seto; 2011. p348-381.

34. Bourke BM, Rock WP. Factors affecting the shear bond strength of orthodontic brackets to porcelain. British Orthodontic Society 1999;26:285-290.

35. Sideridou I, Karabela M. Effect of the amount of 3-methacyloxypropyltrimethoxysilane coupling agent on physical properties of dental resin nanocomposites. Dent Mater 2009;25:1315-1324.

36. Monticelli F, Toledano M. Effect of temperature on the silane coupling agent when bonding core resin to quartz fiber posts. Dent Mater 2006;22:1024-1028

37. David VA, Staley RN, Bigelow HF, et al. Remnant amount and cleanup for 3 adhesives after debracketing. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2002;121:291-96.

38. Anusavice KJ, Philips RW. Phillip’s science of dental materials. 12nded. St.Louis: Elsevier; 2012.p.137-138.

39. Reynold IR. A review of direct orthodontic bonding. Br J Orthod 1975;2:171-8.

40. Whitlock BO, Ackerman RJ, Glaros AG, et al. Shear strenght of ceramic brackets bonded to porcelain. Am J Orthod Dentofacial Orthop 1994;106:358-64.

41. Bishara SE, Laffoon JF, Von wald L, et al. The effect of repeated bonding on the shear bond strenght of different orthodontics adhesives. Am J Orthod Dentofacial Orthop 2002;121:521-5.

42. Powers JM, Farah JW, O’Keefe KL, et al. Guide to all ceramic bonding. Texas: University of Texas School of Dentistry; 2012. p.7-8.

43. Montasser MA, Drummond JL. Realibility of the adhesive remnant index score system with different magnifications. Angle Orthod 2009;79:773-76.

38

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

LAMPIRAN

Lampiran 1

Ukuran Braket Metal Dentsply (GAC) slot 0.022”

 

Lampiran 2

Data nilai rerata dan simpang baku kuat rekat geser braket metal terhadap permukaan porselen pada pemakaian tiga bahan silane coupling agent.

39

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

Lampiran 3

Uji normalitas data nilai kuat rekat geser braket metal terhadap permukaan porselen pada pemakaian tiga bahan silane coupling agent.

Lampiran 4

Uji varians data nilai kuat rekat geser braket metal terhadap permukaan porselen pada pemakaian tiga bahan silane coupling agent.

40

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014

  Universitas Indonesia 

Lampiran 5

Uji One way ANOVA data nilai kuat rekat geser braket metal terhadap permukaan porselen pada pemakaian tiga bahan silane coupling agent.

Lampiran 6

Uji Post-Hoc Bonferroni data nilai kuat rekat geser braket metal terhadap permukaan porselen pada pemakaian tiga bahan silane coupling agent

 

41

Perbedaan kuat ..., Diah Adisty, FK UI, 2014