untitled 1
DESCRIPTION
oTRANSCRIPT
Klasifikasi Sistem Geothermal Berdasarkan sumbernya, Ronald DiPippo(2005), mengklasifikasikan sistem Geothermal menjadi empat antara lain: geopressured reservoir, hot dry rock reservoir magma reservoir dan hydrothermal reservoir.
a. Sitem Geopressured Lokasi reservoir ini lebih dalam dari pada reservoir hidrothermal, yaitu sekitar 2400 m - 9100 m. Reservoir ini memiliki kadar garam yang tinggi, tetapi memiliki temperatur yang rendah. Sistem ini berasosiasi dengan sistem reservoir gas dan minyak yang dalam. Reservoir ini berisi air panas yang mengandung banyak sekali gas metana sehingga berada pada lingkungan yang gradien tekanannya lebih besar daripada gradien hidrostatik. Percobaan dalam skala laboratorium sudah dilakukan yaitu dengan memproduksikan fluida tersebut ke permukaan. Kemudian gas metana dipisahkan dari airpanasnya. Gas metana dibakar untuk memanasi air sehingga meningkatkan harga entalpi air.
b. Sistem Hot Dry Rock Reservoirini memiliki kedalaman yang sangat dalam sehingga permeabilitasnyamenjadi lebih kecil. Sumber panas yang tinggi dalam batuan impermeabel berasal dari intrusi magma atau gradient geothermalnya. Tidak terdapat fluida pada batuan yang impermeable. Pemanfaatannya dilakukan dengan cara membor reservoir ini dengan membuat artificial reservoir (injeksi air dingin pada lapisan batuan panas yang impermeable), kemudian dilakukan hydraulic fracturing(rekahan buatan) dimana air diinjeksikan dengan tekanan yang besar sehingga mengakibatkan rekahan di reservoir.
c. Sistem Magma Eksploitasi pada reservoir ini sangat berbahaya sehingga belum banyak yang mengkajinya. Caranya adalah dengan mencari reservoir yang berisi magma pada kedalaman yang relatif dangkal kemudian mengambil magma tersebut dari sebuah sumur untuk memanasi heat exchanger.
d. Sistem HidrotermalPada reservoir ini, air berasal dari permukaan yang diperoleh dari air hujan (natural recharge). Air ini kemudian masuk karena adanya perekahan batuan melalui saluran pori-pori diantara butir-butir batuan. Air tersebut kemudian terakumulasi di dalam reservoir sampai penuh dan terpanaskan oleh batuan beku panas (pluton). Pada reservoir yang sudah berisi air, terjadilah arus konveksi sehingga memanaskan semua air di dalam reservoir tersebut.
Dari keempat sistem tersebut, sistem Geothermal di Indonesia umumnya merupakan sistem
hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (>2250C), hanya beberapa diantaranya yang
mempunyai temperatur sedang (150‐2250C) (Nenny, 2005).