upaya meningkatkan kemampuan koneksi …

65
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA KELAS IV MI/SD DENGAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Khairun Nisa NIM 11150183000070 JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

Upload: others

Post on 29-Nov-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI

MATEMATIS SISWA KELAS IV MI/SD DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk

Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Khairun Nisa

NIM 11150183000070

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020

Page 2: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …
Page 3: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

i

Page 4: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

ii

Page 5: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

iii

Page 6: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

iv

ABSTRAK

Khairun Nisa (NIM: 11150183000070) Upaya Meningkatkan Kemampuan

Koneksi Matematis Siswa Kelas IV MI/SD dengan Model Pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL)

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran matematika

dan meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa kelas IV SDN Sudimara

7. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan selama dua siklus. Subyek penelitian ini

yaitu seluruh siswa kelas IV-I SDN Sudimara 7. Teknik pengumpulan data yang

digunakan yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data penelitian

dilakukan secara deskriptif kualitatif. Penelitian ini menghasilkan adanya

peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa, didapat dari hasil rata rata siklus

I dan siklus II, pada siklus I skor rata rata kemampuan koneksi matematis siswa

sebesar 67,4 kemudian pada siklus II menjadi 90,8.

Kata kunci: Koneksi Matematis, Contextual Teaching and Learning (CTL)

Page 7: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

v

ABSTRACT

Khairun Nisa (11150183000070) Efforts to Improve Mathematical Connection

Ability of Class IV MI / SD Students with the Contextual Teaching and Learning

(CTL) Learning Model.

This study aims to improve the process of learning mathematics and improve

mathematical connections ability of fourth grade students at SDN Sudimara 7. The

research method used in this study is the Classroom Action Research (CAR) method

which was carried out for two cycles. The subjects of this study were all students of

grade IV-I SDN Sudimara 7. Data collection techniques used were interviews,

observation, and documentation The analysis of the research data was conducted

in a descriptive qualitative manner. This study resulted in an increase in students'

mathematical connections ability,the average results of cycle I and cycle II, in cycle

I the average score of students' mathematical connection ability was 67.4% then in

cycle II it became 90.8%.

Keywords: Mathematical Connection, Contextual Teaching and Learning (CTL)

Page 8: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan rahmat hidayah dan karunia-Nya

penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi dengan judul Upaya Meningkatkan

Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Kelas IV MI/SD dengan Model

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) diajukan sebagai salah

satu persyaratan mencapai gelar sarjana pendidikan.

Penulis menyadari dalam penelitian ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak

yang selalu memberikan dorongan baik moril maupun materil. Pada kesempatan

yang baik ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya

kepada bapak/ibu/saudara/i:

1. Dr. Sururin, MAg., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajaran.

2. Asep Ediana Latip, M.Pd., Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan motivasi dan arahan kepada

penulis.

3. Rohmat Widiyanto, M.Pd, Sekretaris Jurusan/Program Studi Pendidikan

Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan motivasi dan arahan

kepada penulis.

4. Takkidin, M.P.d. Dosen pembimbing akademik yang telah memberikan

motivasi, arahan dan semangat kepada penulis.

5. Dr. Fauzan, M.A. Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu,

pikiran dan tenaga untuk memberikan bimbingan, kritik dan saran yang

sangat bermanfaat kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

Semoga kebaikan Bapak dibalas dengan keberkahan oleh Allah SWT.

6. Fatkhul Arifin, M. Pd. Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu,

pikiran dan tenaga untuk memberikan bimbingan, kritik dan saran yang

sangat bermanfaat kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

Semoga kebaikan Bapak dibalas dengan keberkahan oleh Allah SWT.

Page 9: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

vii

7. Seluruh dosen dan staff Program Studi Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan bimbingan, ilmu dan motivasi selama

perkuliahan kepada penulis.

8. Keluarga tercinta. Ayah, dan Mama yang tiada hentinya terus mendo’akan,

selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis baik berupa

moril maupun materil.

9. Nadwah, S.Pd selaku Kepala sekolah SDN Sudimara 7 yang telah

memberikan izin, dorongan dan motivasi kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

10. Guru kelas IV SDN Sudimara 7. Nurbaiti, S.Pd.I yang telah bersedia

membantu penelitian ini.

11. Seluruh peserta didik IV SDN Sudimara 7 Tahun Ajaran 2019/2020 yang

senantiasa belajar dengan baik selama proses pembelajaran.

12. Teman-teman PGMI 2015 khususnya PGMI B 2015 yang senantiasa

memberikan semangat dan do’a kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

13. Teman seperjuangan selama perkuliahan yang selalu memberikan do’a,

semangat, dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini; Windi Yanti,

Dinda Muzdalifah, Suci Ariani, S.Pd., Tri Anzani Ashari, dan Risna

Pauziyana Sari.

14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Pada akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

banyak kekurangan. Sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun dari

berbagai pihak sehingga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak. Aamiin ya robbal‘alamiin.

Jakarta, Februari 2020

Penulis

Page 10: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah........................................................................................ 6

C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 7

D. Perumusan Masalah .................................................................................. 7

E. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7

F. Kegunaan Penelitian ...................................................................................... 7

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ............................ 9

A. Deskrispi Teoritik ........................................................................................... 9

1. Koneksi Matematika ................................................................................... 9

2. Pembelajaran Matematika ....................................................................... 12

3. Model pembelajaran ................................................................................ 15

4. Pembelajaran Contextual Learning .......................................................... 17

5. Materi FPB dan KPK ............................................................................... 22

B. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................................... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 37

A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 37

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian .................................. 38

C. Subjek Penelitian ......................................................................................... 40

Page 11: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

ix

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian .................................................. 40

E. Tahapan Intervensi Tindakan ...................................................................... 40

F. Hasil intervensi tindakan yang diharapkan ............................................ 41

G. Data dan Sumber Data ................................................................................. 41

H. Instrumen Pengumpulan Data ..................................................................... 42

I. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 42

J. Tahap Pengumpulan Data ............................................................................. 44

K. Analisis Data dan Interprestasi Data. ........................................................... 46

L. Indikator Keberhasilan ................................................................................ 47

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 48

A. Profil Sekolah ............................................................................................ 48

B. Deskripsi Data ........................................................................................... 48

1. Pelaksanaan Siklus I ............................................................................ 50

2. Pelaksanaan siklus II ........................................................................... 72

C. Analisis Data ............................................................................................. 90

1. Hasil observasi guru ............................................................................ 90

2. Hasil Observasi Siswa ......................................................................... 92

3. Hasil koneksi matematis siswa ............................................................ 93

4. Pembahasan ......................................................................................... 95

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ..................................... 99

A. Kesimpulan ............................................................................................... 99

B. Kesimpulan ............................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 101

Page 12: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran CTL ............................................................. 20

Tabel 2.2 Formasi Faktor Bilangan ................................................................ 24

Tabel 2.3 Urutan Bermain Taplak. ................................................................ 24

Tabel 2.4 Faktor dari 18 dan 12 ..................................................................... 30

Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian ........................................................................ 37

Tabel 3.2 Instrumen Kisi-kisi Koneksi Matematis ........................................ 43

Tabel 3.3 Uji Reabilitas ................................................................................. 44

Tabel 3.4 Daya Pembeda ............................................................................... 45

Tabel 3.5 Kategori Hasil N-Gain ................................................................... 46

Tabel 4.1 Lembar Observasi Guru Siklus I .................................................... 54

Tabel 4.2 Lembar Observasi Siswa Siklus I .................................................. 59

Tabel 4.3 Skor Kemampuan Mengenali dan Memanfaatkan Hubungan antar

Gagasan dalam Matematika Siklus I .............................................. 62

Tabel 4.4 Kemampuan Memahami Bagaimana Gagasan-Gagasan Dalam

Matematika Saling Berhubungan Dan Mendasari Satu Sama Lain

Untuk Menghasilkan Suatu Keutuhan Koheren Siklus I ............... 65

Tabel 4.5 Kemampuan Mengenali Dan Menerapkan Matematika Dalam

Konteks konteks di Luar Matematika Siklus I ............................... 67

Tabel 4.6 Hasil evaluasi kemampuan koneksi matematis siswa siklus I

menggunakan CTL ........................................................................ 69

Tabel 4.7 Lembar Observasi Guru Siklus II .................................................. 75

Tabel 4.8 Lembar Observasi Siswa Siklus II ................................................. 79

Tabel 4.9 Skor Kemampuan Mengenali dan Memanfaatkan Hubungan

hubungan antara Gagasan dalam Matematika Siklus II ................. 81

Page 13: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

xi

Tabel 4.10 Kemampuan Memahami Bagaimana Gagasan-Gagasan Dalam

Matematika Saling Berhubungan Dan Mendasari Satu Sama Lain

Untuk Menghasilkan Suatu Keutuhan Koheren Siklus II .............. 84

Tabel 4.11 Kemampuan Mengenali Dan Menerapkan Matematika Dalam

Konteks konteks di Luar Matematika Siklus II.............................. 86

Tabel 4.12 Hasil evaluasi kemampuan koneksi matematis siswa siklus I1

menggunakan CTL ......................................................................... 88

Tabel 4.13 Rekapitulasi Observasi Aktivitas Guru .......................................... 91

Tabel 4.14 Rekapitulasi Observasi Aktivitas Siswa......................................... 92

Tabel 4.15 Hasil evaluasi kemampuan koneksi matematis siswa siklus I dan II

menggunakan CTL ......................................................................... 93

Page 14: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tari Tradisional .............................................................................. 23

Gambar 2.2 Permainan Taplak........................................................................... 24

Gambar 2.3 Permen............................................................................................ 26

Gambar 2.4 Pohon Faktor .................................................................................. 27

Gambar 2.5 Lampu hias ..................................................................................... 28

Gambar 2.6 Buah-buahan .................................................................................. 29

Gambar 2.7 Olahraga ........................................................................................ 31

Gambar 3.1 Bagan PTK model Kurt Lewin ..................................................... 39

Gambar 4.1 Hasil Kemampuan mengenali dan memanfaatkan hubungan

hubungan antara gagasan dalam matematika siklus i .................... 64

Gambar 4.2 Hasil memahami bagaimana gagasan gagasan dalam matematika

saling berhubungan dan mendasari satu sama lain siklus i ........... 66

Gambar 4.3 Kemampuan mengenali dan menerapkan matematika dalam kontek-

konteks di luar matematika siklus i ............................................... 69

Gambar 4.4 Hasil Kemampuan mengenali dan memanfaatkan hubungan

hubungan antara gagasan dalam matematika siklus II .................. 83

Gambar 4.5 Hasil memahami bagaimana gagasan gagasan dalam matematika

saling berhubungan dan mendasari satu sama lain siklus II ......... 85

Gambar 4.6 Kemampuan mengenali dan menerapkan matematika dalam

konteks-konteks di luar matematika siklus II ............................... 88

Page 15: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan formal maupun non formal tidak terlepas dari kegiatan belajar

dan pembelajaran. Belajar merupakan aktivitas yang sengaja dan dilakukan oleh

individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang

tadinya tidak bisa melakukan sesuatu, menjadi bisa melakukan sesuatu, atau

anak yang tadinya tidak terampil, menjadi terampil.1 Belajar merupakan

aktivitas yang dikerjakan seseorang agar mendapatkan suatu konsep,

pemahaman, atau pengetahuan baru dengan sengaja dalam keadaan sadar

sehingga memungkinkan adanya perubahan perilaku seorang tersebut yang

relatif tetap baik untuk berpikir, merasa, maupun untuk bertindak.2 Belajar ialah

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.3

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan

sebuah proses yang sengaja dilakukan untuk memperoleh sebuah perubahan,

baik itu perubahan pengetahuan (untuk berfikir), perubahan sikap (untuk

bertindak), maupun perubahan keterampilan, yang didapatkan melalui

pengalaman interaksi, baik dengan guru, orang tua, keluarga, teman,

masyarakat, dan semua yang berada di lingkungan sekitarnya.

Kegiatan belajar erat kaitannya dengan kegiatan mengajar, Slameto dalam

bukunya mengungkapkan bahwa mengajar yaitu memberikan bimbingan

kepada peserta didik,4 dimana definisi ini menunjukkan bahwa dalam kegiatan

pembelajaran peserta didik berperan lebih aktif untuk mencari dan memperoleh

informasi nya sendiri, sedangkan guru berperan sebagai pembimbing, yang

1 Naniek dan Endang, Strategi Belajar Mengajar Di Sekolah Dasar (Solo: Cv. Ae Media

Grafika, 2019). Hal. 1 2 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pebelajaran di Sekolah Dasar (Jakarta: Prenadamedia

Group, 2016). Hal. 4 3 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi (Jakarta: Rineka Cipta, 2010).

Hal. 2 4 Ibid, hal. 30

Page 16: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

2

mengarahkan peserta didik dalam mencari dan memperoleh informasi tersebut.

Hal ini sejalan dengan prinsip pembelajaran dalam kurikulum 2013, yaitu “dari

peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu”5, yang biasanya

disebut dengan student center.

Kedua kegiatan tersebut yaitu belajar-mengajar, dapat pula dikatakan

sebagai kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran ini terjadi

interaksi antara guru dengan peserta didik nya, peserta didik dengan peserta

didik lainnya, juga antara peserta didik dengan lingkungannya. Untuk

mendapatkan hasil belajar yang optimal, guru harus menciptakan lingkungan

belajar yang efektif, efisien dan menyenangkan.6 Sebagai tenaga profesional

seorang guru atau pendidik dituntut untuk mampu mengelola kelas, yaitu

menciptakan dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi

tercapainya tujuan pembelajaran.7

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di

sekolah dasar. Bertujuan agar peserta didik memiliki bekal untuk dapat berpikir

secara logis, analitis, sistematis, kritis , kreatif serta dapat bekerjasama dengan

yang lainya. Meninjau dari tujuan pembelajaran matematika yang berperan

penting dalam kehidupan sehari-hari maka dibutuhkan pembelajaran

matematika yang tidak hanya bersifat hafalan dan menggunakan/

mengaplikasikan rumus yang telah ada, tetapi lebih dari itu sehingga peserta

didik dapat mengaikatkan materi yang dipelajari di sekolah dengan kehidupan

nyata peserta didik atau sebaliknya, peserta didik dapat mengaitkan

kehidupanya dengan materi matematika yang dipelajari di sekolah.

Berdasarkan hasil Programme for International Students Assesment (PISA)

pada tahun 2015 mendapati bahwa Indonesia menduduki peringkat 63 dari 72

negara, dengan skor matematika 386.8 Menduduki peringkat ke-63 dari 72

negara menandakan bahwa kemampuan matematika peserta didik di indonesia

5 Lampiran Permendikbud No. 22 Tahun 2016 6 Darmadi, Peengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar

Peserta didik (Yogyakarta: Deepublish, 2017). Hal. 61 7 Ibid, hal. 61 8 Yeni Rachmawati, dkk, Potret pendidikan Indonesia Statistik pendidikan 2018 (Jakarta:

Badan Pusat Statistik, 2018) Hal. 4

Page 17: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

3

masih terbilang rendah. Pada umumnya matematika dipandang sebagai mata

pelajaran yang sulit, kaku, sukar untuk dipahami, abstrak, dan jauh dari realita

kehidupan, anggapan ini terus melekat turun menurun kepada peserta didik

pada. Disamping itu, ada pula faktor lain yang mempengaruhi rendahnya

prestasi matematika peserta didik, yaitu peran guru di dalam kelas. Pemilihan

model, metode, strategi dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru

sangat mempengaruhi capaian tujuan pembelajaran matematika itu sendiri.

Selain sulit, peserta didik pada umunya juga menganggap bahwa matematika

itu membosankan, hal ini berarti ada penggunaan strategi pembelajaran yang

kurang tepat, sehingga proses pembelajaran terasa membosankan.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti pada 16

september 2019, di kelas IV SDN Sudimara 7, mendapati bahwa dalam

pembelajaran matematika guru menjadikan perannya di dalam kelas sebagai

sumber utama pengetahuan, dan memilih ceramah sebagai metode

pembelajarannya. Mengacu pada prinsip pembelajaran menurut lampiran

Permendikbud No. 22 Tahun 2016, dituliskan bahwa Permendikbud di sini

mengubah dari “guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar

berbasis aneka sumber belajar.”9 Artinya, bahwa dalam proses pembelajaran di

dalam kelas, guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar peserta didik,

peserta didik bisa diberikan kesempatan untuk memperoleh informasinya

sendiri melalui peserta didik lainnya, atau lingkungannya.

Selama masa observasi, peneliti mengamati proses pembelajaran yang

sedang berlangsung, yaitu mengamati model pembelajaran, pendekatan,

metode, strategi, serta media yang digunakan oleh guru. Seperti yang sudah

diungkapkan di atas, guru menjadikan perannya didalam kelas sebagai sumber

utama pengetahuan, dan tidak ada penggunaan media atau alat peraga khusus

dalam penyampaian materi pembelajaran. Menurut guru kelas kelas IV SDN

Sudimara 7, kurangnya sarana dan prasarana sekolah menjadi salah satu faktor

belum maksimalnya penggunaan media atau alat peraga dalam setiap kegiatan

9 Lampiran Permendikbud No. 22 Tahun 2016

Page 18: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

4

pembelajaran. Pemilihan metode ceramah juga menjadi pilihan utama bagi

guru, karena lebih mudah diterapkan. Walau begitu, guru menyadari bahwa

perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hal tersebut peneliti menyimpulkan bahwa dalam kegiatan

pembelajaran guru sudah meggunakan model/metode/media dalam proses

pembelajaran, hanya saja penggunaannya kurang tepat/cocok dengan materi

yang diajarkan, dan kurang variatif, sehingga pembelajaran terasa monoton dan

peserta didik merasa bosan, akibatnya timbullah anggapan bahwa pembelajaran

matematika sulit dan membosankan. Anggapan bahwa pelajaran matematika itu

sulit dan membosankan ini berakibat terhadap rendahnya prestasi matematika

peserta didik, oleh karena itu menjadi penting adanya penggunaan media dan

metode pembelajaran yang variatif.

Kemudian dalam pegamatan observasi juga ditemukan bahwa kegiatan

pembelajaran matematika di kelas masih disampaikan secara teoritis, peserta

didik belum diarahkan untuk mengetahui bagaimana kebermanfaatan teori

tersebut jika diaplikasikan dalam kehidupan sehari hari. Akibatnya peserta didik

tidak mengetahui kegunaan dari materi yang dipelajarinya, sehingga ilmu

matematika tersebut tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut keterangan guru kelas kelas IV SDN Sudimara 7, dalam

pembelajaran matematika peserta didik sudah cukup mampu memahami materi

baru yang sedang dipelajari, tetapi peserta didik masih mengalami kesulitan saat

dihadapkan dengan soal yang berkaitan dengan materi matematika yang sudah

dipelajari. Peserta didik juga mengalami kesulitan jika menghadapi soal

matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, peserta didik belum

bisa menulis soal cerita tersebut kedalam bentuk model matematika, dan

kesulitan dalam menentukan rumus apa yang akan digunakan untuk

menyelesaikan soal tersebut.

Kemudian peneliti melakukan wawancara terhadap salah satu peserta didik

kelas IV SDN Sudimara 7, AS mengatakan betul adanya bahwa kerap kali ia

merasa kesulitan saat menyelesaikan soal yang berkaitan dengan materi

sebelumnya yang telah dipelajari. AS juga mengkonfirmasi bahwa ia juga

Page 19: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

5

kesulitan dalam memahami soal matematika yang berbentuk soal cerita, ia

merasa bingung bahwa soal tersebut membahas tentang materi apa, dan

bagaimana ia menuliskannya kedalam bentuk matematika.

Berdasarkan wawancara dan observasi yang telah peneliti lakukan, dapat

disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis siswa kelas IV SDN

Sudimara 7 belum optimal, hal ini disebabkan oleh penggunaan metode dan

media pembelajaran kurang variatif, kurang memadainya sarana dan prasarana

sekolah, proses kegiatan pembelajaran yang monoton, dan stigma anggapan

bahwa pembelajaran matematika sulit dan membosankan.

Lembaga National Council of Teachers of Mathematics (NCTM)

menyatakan bahwa koneksi matematis merupakan salah satu dari kemampuan

dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik. 10 NCTM menyebutkan ada lima

kemampuan dasar matetamtika yang menjadi standar pembelajaran matematika

yaitu: (1) problem solving (pemecahan masalah), (3) reasoning and proof

(penalaran dan bukti), (3) communication (komunikasi), (4) connection

(koneksi), dan (5) representation (representasi). Berdasarkan pernyataan ini,

koneksi matematis menjadi salah satu dari 5 kemampuan dasar yang harus

dimiliki. Hal ini menandakan bahwa kemampuan koneksi matematis memiliki

peran penting dalam bidang ilmu matematika.

Menurut Coxford dalam Muhammad Daut, kemampuan koneksi matematis

adalah kemampuan menghubungkan pengetahuan konseptual dan prosedural,

menggunakan matematika pada topik lain, menggunakan matematika dalam

aktivitas kehidupan, mengetahui koneksi antar topik dalam matematika.11

Sejalan dengan teori Bruner yang menyatakan bahwa dalam matematika setiap

konsep berkaitan dengan konsep yang lain,12untuk itu hendaknya kegiatan

pembelajaran matematika disajikan dengan kreatif dan menyenangkan,

sehingga anggapan-anggapan bahwa matematika adalah pembelajaran yang

10 NCTM, Executive Summary: Principles and Satndars for School Mathematics, 2016.

http://www.nctm.org/uploadedFiles/Standards_and_Positions/PSSM_ExecutiveSummary.pdf 11 Muhammad Daut Siagian, “Kemampuan Koneksi Matematik dalam Pembelajaran

Mematika,” MES (Journal of Mathematics Education and Science) Vol. 2, No. 1, (2016): hal. 62 12 Ibid

Page 20: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

6

sulit dan membosankan tidak lagi menjadi alasan peserta didik malas untuk

belajar matematika. Perlunya guru menggunakan variasi metode, pendekatan,

dan media pembelajaran dalam menyampaikan materi pembelajaran, dengan

menyesuaikan antara materi pembelajaran dengan tujuan pembelajaran yang

ingin di capai.

Untuk itu disini peneliti menggunakan contextual teaching and learning

(CTL) sebagai model pembelajaran yang akan diterapkan di kelas. Karena

pendekatan ini akan membawa peserta didik kedalam suasana nyata didalam

pemblajaran, sehingga peserta didik dapat mengaitkan konsep matematika baik

dengan ilmu matemarika itu sendiri, dengan disiplin ilmu lain dan dengan

kehidupan sehari-hari.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

dapat diidentifikasi beberapa faktor penyebab terjadinya masalah, yaitu:

1. Penggunaan metode, pendekatan, dan media pembelajaran kurang tepat.

2. Sarana-prasarana sekolah kurang memadai

3. Proses kegiatan pembelajaran monoton

4. Anggapan bahwa pelajaran matematika sulit dan membosankan

5. Koneksi matematis rendah

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas, maka peneliti membatasi

masalah, sebagai berikut:

1. Kemampuan koneksi matematis peserta didik, yaitu (1) mengenali dan

memanfaatkan hubungan antar konsep matematika, (2) mampu

menggunakan keterhubungan antar konsep matematika menjadi satu

kesatuan yang utuh, (3) mengenali dan menggunakan matematika dalam

konteks diluar matematika.

2. Pendekatan pembelajaran yang digunakan contextual teaching and learning

(CTL)

Page 21: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

7

3. Materi pembahasan FPB dan KPK

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka peneliti merumuskan

masalah sebagai berikut:

Apakah model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) dapat

meningkatkan kemampuan koneksi matematis peserta didik kelas IV?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang dan rumusan masalah di atas maka

peneliti merumuskan tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk memperbaiki proses pembelajaran matematika materi FPB dan KPK

dengan menggunakan pendekatan contextual teaching and learning (CTL)

2. Untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis peserta didik kelas IV

F. Kegunaan Penelitian

Pada penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peserta didik, guru,

sekolah, dinas pendidikan, dan masyarakat. Adapun kegunaan dari penelitian

ini adalah :

1. Bagi peserta didik, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan koneksi

matematis peserta didik.

2. Bagi guru, diharapkan dapat dijadikan alternatif dalam pemilihan model

pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan koneksi

matematis peserta didik.

3. Bagi sekolah, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan

dalam meningkatkan mutu pendidikan.

4. Bagi dinas pendidikan, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

koneksi matematis anak indonesia. Sehingga dapat membangun dunia

pendidikan indonesia menjadi lebih baik.

5. Bagi masyarakat, diharapkan dapat melahirkan generasi muda yang lebih

berkualitas.

Page 22: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

8

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskrispi Teoritik

1. Kemampuan Koneksi matematis

Koneksi bisa diartikan sebagai suatu hubungan, atau keterkaitan antara

hal yang satu dengan yang lain, sedangkan matematika jika diartikan dengan

singkat dapat disebut sebagai ilmu yang mempelajari tentang bilangan.

Dapat ditarik kesimpulan dari kedua pengertian diatas, koneksi matematis

merupakan suatu hubungan atau keterkaitan bidang ilmu matematika, bisa

dengan ilmu matematika itu sendiri, maupun dengan hal di luar matematika.

Kemudian pendapat mengenai pengertian koneksi matematis

diungkapkan oleh Nurdiah dan Julia yang menyatakan bahwa, arti dari

koneksi itu sendiri merupakan keterkaitan, jadi dalam hal ini koneksi

matematis yaitu keterkaitan antar konsep matematika secara internal atau

keterkaitan konsep matematika satu dengan yang lainnya, juga keterkaitan

konsep matematika secara eksternal, atau keterkaitan matematika dengan

disiplin ilmu lain, dan juga dengan kehidupan sehari hari.13

Sejalan dengan pendapat diatas, menurut sumarmo dalam jurnal Rafiq

Badjeber dan Siti Fatimah dinyatakan Kemampuan koneksi matematis

merupakan kemampuan untuk mengaitkan konsep, prinsip atau prosedur

yang terdapat di dalam matematika dengan matematika itu sendiri, dengan

bidang ilmu lain serta dengan kehidupan sehari hari.14

Kemudian pengertian koneksi matematis juga diungkapkan oleh

NCTM dalam Supriadi, dalam bukunya dinyatakan bahwa tipe umum

koneksi matematis ada dua, yaitu modelling connections, yang merupakan

hubungan antara masalah yang ada di dalam dunia nyata atau kehidupan

13 Nurdinah Hanifah dan J. Julia, Membedah Anatomi Kurikulum 2013 untuk Membangun

Masa Depan Pendidikan yang Lebih Baik. ( Sumedang: UPI Sumedang Press, 2014). Hal. 112 14 Rafiq Badjeber dan Siti Fatimah, “Peningkatan Kemampuan Koneksi matematis Siswa

SMP melalui Pembelajaran Inkuiri Model Alberta,” Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 20, No. 1,

(2015): 18-26. http://dx.doi.org/10.18269/jpmipa.v20i1.557. Hal. 19

Page 23: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

9

sehari hari dan dalam disiplin ilmu lain dengan representasi matematikanya

dan yang kedua yaitu mathematical connections yaitu hubungan antara dua

konsep matematika, dan antara proses penyelesaian dari masing-masing

rknsep matematika.15 Bedasarkan hal ini, kemampuan koneksi matematis

merupakan kemampuan dimana siswa mampu mengaitkan antara

matematika dengan matematika itu sendiri dan atau dunia nyata dan disiplin

ilmu lain.

Berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa koneksi

matematis adalah kemampuan siswa dalam menghubungkan konsep

matematika antara yang satu dengan konsep matematika yang lainnya, dan

menghubungkan konsep matematika dengan bidang ilmu lain, dan atau

menghubungkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari.

Pendapat lain diungkapkan oleh Elly, bahwa koneksi matematis

merupakan sebuah jembatan dari pengetahuan sebelumnya menuju

pegetahuan yang baru, dan digunakan untuk membangun atau memperkuat

pemahaman tentang hubungan antar ide ide matematika.16 Berdasarkan hal

ini dapat disimpulkan bahwa koneksi matematis juga merupakan suatu

jembatan antar konsep matematika, dari pengetahuan sebelumnya menuju

pengetahuan yang baru, untuk membangun sebuah pemahaman bahwa

adanya keterkaitan antar ide matematika.

Berdasarkan lima kemampuan dasar matematika yang telah

diungkapkan oleh NCTM, koneksi matematis menjadi salah satu

komampuan dasar yang harus dimiliki, dengan demikian NCTM

menyebutkan tiga tujuan memiliki kemampuan koneksi matematis di

sekolah, yaitu: pertama memperluas wawasan pengetahuan siswa. Kedua,

memandang matematika sebagai suatu kesuluruhan yang utuh dan berkaitan

bukan sebagai materi yang berdiri sendiri. Ketiga, menyatakan relevansi dan

15 S. Supriadi, Inovasi dan Miskonsepsi Penyampaian Materi Matematika SD (PGSD UPI

Kampus Serang, 2017). Hal. 57 16 Elly Susanti, ”Membangun Koneksi matematis Siswa dalam Pemecahan Masalah

Verbal,” Jurnal tadris matematika, Vol. 10 No. 1 ( 2017): 103-116

http://dx.doi.org/10.20414/betajtm.v10i1.108. Hal. 106

Page 24: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

10

manfaat baik disekolah maupun luar sekolah.17

Berdasarkan beberapa tujuan yang telah disampaikan diatas, dengan

koneksi matematis diharapkan wawasan dan pemikiran siswa akan semakin

terbuka terhadap matematika, tidak hanya berfokus pada topik atau materi

tertentu yang sedang dipelajari, tetapi juga memahami kegunaan dari materi

tersebut, sehingga akan menimbulkan sikap positif terhadap matematika itu

sendiri.

Sumarmo menjelaskan bahwa kemampuan yang tergolong dalam

koneksi matematis diantaranya yaitu:18

1. Mampu memahami hubungan berbagai representasi konsep dan

prosedur matematika;

2. Mampu memahami hubungan antar topik matematika satu dengan yang

lain;

3. Mampu menerapkan ide matematika dalam bidang ilmu lain atau dalam

kehidupan sehari-hari;

4. Mampu memahami representasi ekuivalen suatu konsep;

5. Mampu memahami adanya hubungan antar satu prosedur dengan

prosedur yang lain dalam representasi yang ekuivalen;

6. Mampu menerapkan hubungan antar konteks matematika dan atau

dengan konteks di luar matematika.

NCTM (National Council of Teacher of Mathematics) indikator untuk

kemampuan koneksi matematis yaitu:19

1. Mengenali dan memanfaatkan hubungan-hubungan antara gagasan

dalam matematika

2. Memahami bagaimana gagasan-gagasan dalam matematika saling

berhubungan dan mendasari satu sama lain untuk menghasilkan suatu

keutuhan koheren

17 Hafiziani Eka, Pendekatan Concrete-Pictorial-Abtract (CPA), Kemampuan-kemampuan

Matematika, dan Rancangan Pembelajarannya (Subang: UPI Sumedang Press, 2017). Hal. 129-130 18 Jayanti Putri, “Kemampuan Koneksi matematis Siswa Sd Melalui Circuit Learning”,

JPSD (Jurnal Penddikan Sekolah Dasar), vol. 2, no. 2 (2016): 125-137. Hal. 127 19 The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM), Principles and Standards

for School Mathematics. (Reston,VA: NCTM, 2000). Hal..64

Page 25: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

11

3. Mengenali dan menerapkan matematika dalam kontek-konteks di luar

matematika.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa indikator koneksi

matematis yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Mengenali dan memanfaatkan hubungan antar gagasan dalam

matematika, dalam hal ini siswa mampu mengenali dan memanfaatkan

konsep matematika yang telah dipelajari dengan konsep matematika

yang baru, yang akan atau sedang dipelajari, dengan mengaitkan

keduanya dalam menyelesaikan soal matematika.

2. Memahami bagaimana gagasan-gagasan dalam matematika saling

berhubungan dan mendasari satu sama lain untuk menghasilkan suatu

keutuhan koheren, dalam tahap ini siswa mampu memahami bahwa

adanya hubungan antara gagasan matematika yang satu dengan yang

lainnya, dan mampu menggunakan keterhubungan antar gagasan

matematika tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh dan saling

berkaitan. Dapat dipahami bahwa dalam tahap ini siswa sudah mampu

menggunakan berbagai konsep matematika dalam menyelesaikan suatu

masalah sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh;

3. Mengenali dan menerapkan matematika dalam kontek-konteks di luar

matematika, pada tahap ini siswa mampu mengenali adanya unsur

matematika dalam konteks di luar matematika. Konteks di luar

matematika di sini yaitu dalam kehidupan nyata atau kehidupan sehari

hari. Dengan demikian siswa mampu mengenali adanya konteks

matematika dalam kehidupan sehari hari yang kemudian disajikan

dalam bentuk model matematika, begitupun sebaliknya.

2. Pembelajaran Matematika

Istilah pembelajaran erat kaitannya dengan kegiatan belajar-mengajar,

dimana ada proses kegiatan belajar-mengajar, maka kegiatan tersebut dapat

dikatakan sebagai kegiatan pembelajaran. Menurut Ddarimyati dan

Mudjiono pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan

menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai

Page 26: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

12

tujuan kurikulum.20 Sedangkan menurut Suardi pembelajaran adalah proses

interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar.21

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

merupakan sebuah proses interaksi yang melibatkan peserta didik dengan

pendidik dan ilmu pengetahuan atau sumber belajar, untuk mencapai tujuan

tertentu. Jadi pembelajaran matematika merupakan sebuah proses dimana

peserta didik dan pendidik melaksanakan kegiatan belajar-mengajar

matematika.

Menurut Piaget, proses pembelajaran harus disesuaikan dengan tahap-

tahap perkembangan kognitif seseorang, dimana Piaget membagi tahap atau

fase tersebut kedalam empat tahap, yaitu:22

1. Tahap sensorimotor dimulai sejak 0 sampai 2 tahun, dimana pada tahap

ini anak mempelajari lingkungannya melalui gerakan dan perasaan sera

mempelajari objek secara permanen.

2. Tahap pra-operasional dimulai sejak usia 2-7 tahun, pada tahap ini anak

memiliki kemampuan berpikir magis yang lebih berkembang dan mulai

memperoleh keterampilan motorik.

3. Tahap operasional konkret dimulai sejak usia 7-11 tahun, pada tahap ini

anak mulai dapat berfikir secara logis, namun kamampuan berfikirnya

konkret.

4. Tahap operasional formal dimulai sejak usia 11 tahun, pada tahap ini

anak mulai dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya menjadi

abstrak.

Berdasarkan teori pembelajaran menurut Piaget, peserta didik kelas IV

MI/SD berada pada tahap ke 3, dimana peserta didik berada di usia 10-11

tahun. Pada tahap ini peserta didik dapat berpikir secara logis namun

20 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009).

Hal. 11 21 Suardi, Belajar dan Pembelajaran (Sleman: Deepublish, 2018). Hal. 7 22 Wahab, Belajar dan Pembelajaran SAINS (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013). Hal.

17-18

Page 27: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

13

kemampuan berpikirnya masih bersifat konkret, maka materi yang

disampaikan kepada peserta didik harus disajikan secara konkret.

Teori belajar kognitif juga disebutkan oleh Bruner, menurut Bruner ada

tiga proses kognitif yang terjadi dalam kegiatan belajar, yaitu: proses

perolehan informasi baru, proses mentransformasikan informasi yang

diterima dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan dalam kaitan

dengan hal tersebut.23

Bruner menyatakan bahwa model penyajian pembelajaran sebaiknya

berlangsung melalui tahap-tahap berikut:24

1. Tahap enaktif, dalam tahap ini peserta didik secara langsug dilibatkan

dalam kegiatan memanipulasi objek. Penyajian pelajaran dilakukan

melalui tindakan peserta didik secara langsung. Pada tahap ini peserta

didik mempelajari suatu pengetahuan secara aktif dengan menggunakan

benda-benda konkret atau menggunakan situasi nyata.

2. Tahap ikonik, adalah tahap pembelajaran suatu pengetahuan yang

dipresentasikan dalam bayangan visual, gambar atau diagram yang

menggambarkan situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif.

Penyajian materi pelajaran dilakukan bedasarkan pada pikiran internal

melalui serangkaian gambar-gambar, dan berhubungan dengan

gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.

3. Tahap simbolik, pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk simbol-

simbol abstrak, baik simbol verbal maupun lambang-lambang, atau

rumus-rumus.

Berdasarkan teori Bruner, menurut peneliti peserta didik kelas IV

MI/SD berada pada tahap ikonik, dimana peserta didik tidak harus

dilibatkan dalam situasi nyata atau kegiatan manipulasi objek untuk

mendapatkan situasi konkret, melainkan materi dapat disajikan dengan

bayangan visual, gambar atau diagram yang menggambarkan situasi

konkret itu sendiri.

23 Ibid., hal 23 24 Ibid, hal. 24

Page 28: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

14

Berdasarkan kedua teori diatas, keduanya memiliki persamaan, dimana

peserta didik usia kelas IV MI/SD berada pada tahap berpikir secara

konkret. Untuk itu dalam penyajian materi matematika kelas IV MI/SD

hendaknya menggunakan situasi yang konkret, baik itu melalui gambar,

maupun dihadapkan pada situasi nyata.

3. Model pembelajaran

Dalam kegiatan pembelajaran ada yang disebut sebagai model

pembelajaran, dimana model pembelajaran ini merupakan sebuah kerangka

atau pola dalam menjalankan suatu kegiatan pembelajaran. Joyce dan Weil

dalam Rusman berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu

rencana atau pola untuk membuat sebuah rencana pembelajaran dalam

jangka panjang, merancang bahan-bahan yang akan digunakan dalam

pembelajaran, dan pola berjalannya suatu pembelajaran.25

Pendapat mengenai model pembelajaran juga diungkapkan oleh

Taufiqur Rahman yaitu merupakan bentuk atau pola berjalannya suatu

pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan oleh

guru, dengan kata lain model pembelajaran merupakan bungkus atau

bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik

pembelajaran.26 Sejalan dengan itu, Darmadi berpendapat bahwa model

pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.27

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah kerangka yang digunakan sebagai pedoman dalam

melaksanakan pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas untuk

mencapai suatu tujuan pembelajaran.

25 Rusman, Model-model Pembelajaran (Jakarta: Rajawali Pers, 2016). Hal. 133 26 Taufiqur Rahman, Aplikasi Model-model Pembelajaran dalam Penelitian Tindakan

Kelas (Semarang: CV Pilar Nusantara, 2018). Hal. 22 27 Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar

Siswa (Sleman: Deepublish, 2017). Hal. 42

Page 29: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

15

Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:28

1. Model pembelajaran berlandaskan atas teori pendidikan dan teori

belajar menurut para ahli;

2. Model pembelajaran memiliki misi atau tujuan pendidikan tertentu;

3. Model pembelajaran dapat dijadikan sebagai pedoman untuk

memperbaiki kegiatan pembelajaran di dalam kelas;

4. Model pembelajaran terdiri dari bagian-bagian yang dinamakan; (1)

langkah-langkah pembelajaran, (2) terdapat prinsip-prinsip reaksi, (3)

sistem sosial, dan (4) sistem pendukung

5. Model pembelajaran memiliki dampak sebagai efek penerapan model

pembelajaran yang digunakan;

6. Membuat persiapan mengajar dengan pedoman model pembelajaran

yang digunakan

Berdasarkan ciri ciri model pembelajaran yang telah diuraikan diatas,

dapat disimpulkan bahwa ciri ciri model pembelajaran yaitu, berlandaskan

teori para ahli, memiliki tujuan, dapat dijadikan pedoman, terdiri dari (1)

langkah langkah pembelajaran, (2) prinsip reaksi, (3) sistem sosial, dan (4)

sistem pendukung, kemudian model pembelajaran harus memiliki dampak

atau efek, dan membuat persiapan.

Sedangkan pendekatan pembelajaran menurut Syaiful merupakan suatu

pandangan guru terhadap siswa dalam menilai, menentukan sikap dan

perbuatan yang dihadapi dengan harapan dapat memecahkan masalah dalam

mengelola kelas yang nyaman dan menyenangkan dalam proses

pembelajaran.29 Kemudian definisi pendekatan juga diungkapkan oleh

Sanjaya dalam Rusman bahwa pendekatan sebagai titik tolak atau sudut

pandang guru terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk

28 Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:

Kencana, 2017). Hal. 244-245 29 Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: CV Alfabeta, 2003). Hal.

62.

Page 30: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

16

kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih

sangat umum.30

Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

pendekatan pembelajaran merupakan sebuah langkah awal pembentukan

suatu ide dalam memandang suatu permasalahan atau objek kajian. Jadi

pendekatan ini juga akan menentukan arah dari pelaksanaan ide-ide tersebut

guna menggambarkan dan mendeskripsikan perlakuan yang diterapkan

terhadap masalah-masalah atau objek kajian yang akan ditangani.

Jadi, perbedaan antara model pembelajaran dengan pendekatan

pembelajaran adalah jika model itu kerangka yang digunakan sebagai

pedoman dalam proses pembelajaran, maka pendekatan itu yang

menentukan arah dalam melaksanakan kerangka tersebut.

4. Pembelajaran Contextual Learning

Pada dasarnya pembelajaran berbasis Contextual Teaching and

Learning merupakan pembelajaran yang dapat mengarahkan materi yang

dipelajari siswa kedalam konteks dalam kehidupan sehari hari. Menurut

Depdiknas 2002 dalam Wayan Sadia pembelajaran kontekstual (contextual

teaching and learning) pada hakikatnya merupakan konsep pembelajaran

yang mengaitkan antara teori pembelajaran dengan dunia nyata atau

kehidupan sehari hari siswa, dan mendorong siswa untuk menghubungkan

antara materi yang dipelajari didalam kelas dengan penerapannya dalam

kehidupan nyata.”31

Kemudian pendapat lain tentang pembelajaran CTL (Contextual

Teaching and Learning) juga diungkapkan oleh Maulana, dkk., yaitu

merupakan suatu konsep pembelajaran yang menghubungkan antara materi

30 Rusman. Model-Model Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo, 2013). Hal. 380 31 Wayan Sadia, Model-model Pembelajaran Sains Konstruktivistik (Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2014). Hal. 103

Page 31: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

17

dengan pengalaman dan pengetahuan siswa sebelumnya, untuk menemukan

dan membangun pengetahuannya sendiri.32

Sedangkan menurut Suyanto dalam Apri Damai, dkk., CTL (Contextual

Teaching and Learning) merupakan model pembelajaran yang

memungkinkan siswa menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang di

perolehnya dalam kehidupan sehari hari.33

Berdasarkan ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran Contextual Teaching and Learning atau CTL merupakan

pendekatan atau model pembelajaran yang mengaitkan dan menerapkan

antara teori didalam suaru materi pembelajaran kedalam praktiknya

dikehidupan nyata, atau didalam kegiatan siswa sehari-hari, baik di

lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, maupun lingkungan masyarakat.

Dengan begitu siswa dapat memahami dan merasakan manfaat dari

mepelajari materi-materi di sekolah maupun diluar sekolah, untuk bekal

kehidupannya sehari-hari.

Penggunaan pendekatan pembelajaran CTL (Contextual Teaching and

Learning) dapat memotivasi siswa mempelajari teori untuk di praktikkan

atau di aplikasikan didalam kehidupan nyata. Terlebih jika teori yang

dipelajari relevan dengan situasi yang sudah pernah dialami oleh peserta

didik, pembelajaran ini dapat lebih mudah dipahami dan menarik motivasi

peserta didik untuk mengetahui lebih banyak hal.

Pembelajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan

mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-

masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab

mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja.34 Artinya

dalam menerapkan pendekatan pembelajaran ini harus sesuai dengan

kondisi atau suatu keadaan yang dilami oleh siswa, dengan begitu siswa

32 Maulana, dkk., Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar (UPI Sumedang Press,

2015). Hal. 22 33 Apri Damai Sagita Krissandi dkk, Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk SD

(pendekatan dan teknis) (Bekasi: Media Maxima, 2018). Hal. 51-52 34 Wayan Sadia, Op.cit, hal. 102

Page 32: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

18

dapat menghubungkan antara teori yang dipelajari dengan situasi atau

masalah yang terjadi di kehidupan nyata.

Menurut Zahroik dalam Wayan Sadia dalam praktek pembelajaran

kontekstual, terdapat lima elemen yang perlu diperhatikan yaitu:35

1. Activating knowledge yaitu mengaktifkan pengetahuan yang sudah ada;

2. Aquiring knowledge yaitu memperoleh pengetahuan dengan

mempelajari secara menyeluruh dan kemudian memperhatikan bagian

detail;

3. Understanding knowledge yaitu memahami pengetahuan dengan cara

(1) merumuskan hipotesis, (2) melakukan tukar pendapat dengan orang

lain dan (3) memperbaiki dan mengembangkan konsep yang telah

dipahami;

4. Applying kowledge yaitu mengaplikasikan pengetahuannya ke dalam

sebuah situasi;

5. Rellecting knowledge yaitu merefleksikan strategi pengembangan

pengetahuan tersebut.

Berdasarkan pendapat diatas dapat didimpulkan bahwa dalam

penerapan pembelajaran berbasis kontekstual ada lima hal yang harus

diperhatikan, yaitu mengaktifkan pengetahuan, memperoleh pengetahuan,

memahami pengetahuan, mengaplikasikan pengetahuan, dan merefleksikan

pengetahuan.

Sedangkan menurut Depdiknas ada tujuh komponen utama dalam

pembelajaran kontekstual yaitu: (1) konstruktivisme; (2) bertanya; (3)

menemukan; (4) masyarakat belajar; (5) pemodelan; (6) reflkesi; (7)

penilaian autentik36

1. Konstruktivisme

Pembelajaran ini mendorong siswa untuk membangun sendiri

pengetahuannya, berdasarkan pengalaman belajaranya.

35 Ibid. hal.104 36 Ibid, 104

Page 33: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

19

2. Bertanya

Dalam pembelajaran kontekstual hendaknya guru dapat mendorong

siswa untuk aktif bertanya agar dapat membangun pengetahuannya

sendiri.

3. Menemukan

Guru hendaknya merancang kegiatan pembelajaran yang

memungkinkan bagi siswa untuk menemukan pengetahuannya sendiri.

4. Masyarakat belajar

Pengetahuan dalam proses pembelajaran kontekstual diperoleh melalui

kerjasama dengan teman atau kelompok belajar.

5. Pemodelan

Dalam pembelajaran kontekstual guru dapat melibatkan siswa sebagai

model dalam kegiatan pembelajaran.

6. Refleksi

Pada setiap akhir pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk merefleksi diri atau mengingat kembali apa yang telah

dipelajari, berdasarkan pengalaman belajarnya

7. Penilaian autentik

Penilaian autentik dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung,

penekanan penilaian ini lebih kepada kepada proses belajar, bukan hasil

belajar

Asas-asas ini dijadikan landasan dalam pelaksanaan proses

pembelajaran di kelas. Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL

di dalam kelas sebagai berikut:37

1. Membuka wawasan siswa bahwa belajar akan lebih bermakna jika

dilakukan dengan cara menemukan pengetahuannya sendiri, dan

mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan barunya secara mandiri.

2. Melaksanakan kegiatan inquiry untuk semua topic pembelajaran

37 Maulana, dkk, Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar (UPI Sumedang Press,

2015). Hal. 24

Page 34: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

20

3. Guru memacu sifat keeingintahuan siswa agar siswa menggali

pengetahuannya dengan bertanya

4. Mendesain pembelajaran secara berkelompok)

5. Menyajikan model sebagai contoh dalam pembelajaran

6. Melakukan refleksi sebelum mengakhiri pertemuan

7. Melakukan penilaian secara menyeluruh

Urutan langkah-langkah (sintaks) pembelajaran CTL dapat

digambarkan sebagai berikut:38

Tabel 2.1

Sintaks Pembelajaran CTL

Fase 1

Guru menjelaskan

kompetensi yang harus

dicapai siswa serta manfaat

dari proses pembelajaran

serta pentingnya materi

pelajaran yang akan

dipelajari.

Guru menggali pengetahuan

awa siswa serta menganalisis

miskonsepsi siswa

(konstruktivisme)

Fase 2

Siswa dibagi kedalam

kelompok kecil, sesuai dengan

jumlah siswa. Guru menyajikan

model atau fenomena dan setiap

kelompok diberi tugas untuk

melakukan observasi. Melalui

observasi siswa ditugaskan

mencatat berbagai hal sesuai

dengan tujuan pembelajaran

(modeling)

Fase 3

Guru melakukan tanya jawab

sekitar tugas yang harus

dikerjakan oleh setiap

kelompok/individu siswa

guna mencapai tujuan

pembelajaran (qustioning)

Fase 4

Siswa melakukan observasi

dengan menggunakan alat

observasi yang telah mereka

tentukan sebelumnya, serta

menganalisis hasil observasi

(inkuiri)

38 Wayan Sadia. Op.cit. hal.111

Page 35: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

21

Fase 5

Siswa mendiskusikan hasil

temuan mereka sesuai dengan

kelompoknya masing-

masing. Selanjutnya masing-

masing kelompok

melaporkan hasil diskusinya

dalam pleno kelas. Setiap

kelompok menjawab

pertanyaan yang diajukan

kelompok lainnya

(masyarakat belajar)

Fase 6

Dengan bantuan guru, siswa

menyimulkan hasil

observasinya. Simpulan

tersebut merupakan

pengetahuan atau keterampilan

baru yang diperoleh dalam

proses pembelajaran melalui

penemuan. Guru melakukan

penilaian autentik dan memberi

tugas kepada siswa untuk

meningkatkan pemahaman,

memperluas dan memperdalam

pengetahuan/keterampilannya

berkaitan dengan topik/materi

yang telah dipelajari. Siswa

juga melakukan refleksi diri

melalui self-evaluation

Berdasarkan tabel 2.1 lagkah langkah dalam penerapan pembelajaran

CTL (Contextual Teaching and Learning), sebgai berikut:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang harus dicapai siswa, dan

menyampaikan manfaat pembelajaran, serta menggali pengetahuan

awal siswa untuk menganalisis apakah terjadi miskonsepsi pada

pembelajaran sebelumnya;

2. Guru membagi siswa kedalam kelompok kelompok kecil, untuk

kemudian setiap kelompok diberikan tugas pegamatan atau observasi;

3. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa seputar tugas yang

diberikan, sebelum pengamatan berlangsung;

4. Siswa dan masing masing kelompoknya melakukan pengamatan atau

observasi;

Page 36: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

22

5. Siswa berdiskusi dengan masing masing kelompoknya mengenai hasil

observasi atau pengamatan yang dilakukan;

6. Guru dan siwa menyimpulkan pembelajaran dan melakukan refleksi.

Kemudian guru melakukan penilaian secara autentik.

5. Materi FPB dan KPK

Konsep kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan

terbesar (FPB) banyak dipergunakan untuk menyelesaikan masalah dalam

kehidupan sehari-hari. Konsep KPK dapat digunakan untuk menentukan

jadwal liburan, menghitung orbit planet, dan menentukan jumlah barang

yang disusun dalam baris dan kolom. Sedangkan konsep FPB sering

digunakan untuk menyederhanakan pecahan, menentukan berapa potong

kain yang terbesar, pembagian kue yang sama banyak ke beberapa bagian

(kotak/plastik), dan sebagainya.

a. Faktor Kelipatan Bilangan

1) Faktor Bilangan

Perhatikan gambar dan bacaan berikut dengan cermat!

Gambar 2.1 Tari Tradisional

Dalam memperingati HUT RI diadakan lomba tari

tradisional tingkat SD. Tujuan lomba untuk membudayakan

tarian Nusantara. Setiap tim beranggotakan 6 orang. Tiap tim

menampilkan berbagai bentuk formasi tarian. Berapa formasi

tarian dapat dibentuk?

Bacalah dengan cermat!

Page 37: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

23

Tim tari terdiri atas 6 orang. Perhatikan kemungkinan formasi

berikut:

Formasi 1 ◊ ◊ ◊ ◊ ◊ ◊

Formasi di atas menggambarkan 1 baris dan setiap baris terdapat

6 orang ditulis 1 × 6

Formasi 2 ◊ ◊ ◊

◊ ◊ ◊

Formasi 2 ada 2 baris dan setiap baris terdapat 3 orang ditulis 2

× 3

Formasi 3 ◊ ◊

◊ ◊

◊ ◊

Formasi ini ada 3 baris dan setiap baris terdapat 2 orang ditulis

3 x 2

Formasi tersebut dapat disajikan sebagai perkalian 2 buah

bilangan pada tabel berikut:

Tabel 2.2 Formasi Faktor Bilangan

6

1 6

2 3

3 2

6 1

*a habis dibagi b, dinotasikan a|b

6 merupakan hasil dari 1 × 6, 2 × 3, 3 × 2, 6 × 1. Jadi factor

dari 6 adalah 1, 2, 3, 6.

Page 38: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

24

2) Kelipatan Bilangan

Perhatikan gambar dan bacaan berikut dengan cermat!

Gambar 2.2 Permainan Taplak

Pada hari minggu Beni, Edo, dan Udin bermain taplak di

halaman depan rumahnya. Mereka bermain secara bergantian sesuai

dengan urutan masing-masing. Jika semula Udin mendapat urutan

ketiga maka urutan ke berapa saja Udin bermain lagi? Jika Udin

bermain sebanyak 4 kali, pada urutan ke berapa Udin bermain lagi?

Tabel 2.3 Urutan Bermain Taplak

Nama Ben

i

Ed

o

Udi

n

Ben

i

Ed

o

Udi

n

Ben

i

Ed

o

Udi

n

....

.

Uruta

n

1 2 3 4 5 6 7 8 9 ....

.

Perhatikan tabel di atas!

Udin akan bermain pada urutan ke 3, 6, 9, 12, ….

Jika Udin bermain sebanyak 4 kali, maka Udin akan bermain pada

urutan ke 12.

3, 6, 9, 12, ... diperoleh dari perkalian bilangan asli dengan

bilangan 3 Contoh :

Tentukan kelipatan dari bilangan-bilangan berikut

a) Bilangan 5

Kelipatan bilangan 5 adalah 1 × 5 = 5

2 × 5 = 10

3 × 5 = 15

Page 39: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

25

4 × 5 = 20

5 × 5 = 25

6 × 5 = 30

7 × 5 = 35

Jadi kelipatan bilangan 5 adalah 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35,

b) Bilangan 11

Kelipatan bilangan 11 adalah 1 × 11 = 11

2 × 11 = 22

3 × 11 = 33

4 × 11 = 44

5 × 11 = 55

6 × 11 = 66

7 × 11 = 77 dan seterusnya.

Jadi, kelipatan bilangan 11 adalah 11, 22, 33, 44, 55, 66, 77,..

b. Faktorisasi Prima

1) Faktor Prima

Bilangan prima adalah bilangan yang hanya memiliki 2 faktor,

yaitu 1 dan bilangan itu sendiri.

Contoh:

3 adalah bilangan prima karena 3 mempunyai factor 1 dan 3. 6 bukan

bilangan prima karena mempunyai 4 faktor, yaitu 1, 2, 3, dan 6.

Dayu membeli permen sebanyak 20 biji (Gambar 2.4). Dapatkah

kalian menuliskan faktor dari 20?.

Tentukan bilangan mana saja yang merupakan bilangan prima!

Page 40: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

26

Gambar 2.3 Permen

Bilangan 20 dapat dinyatakan sebagai

1 × 20

2 × 10

4 × 5

Sehingga faktor dari 20 adalah 1, 2, 4, 5, 10, 20.

Bilangan 1 bukan bilangan prima karena bilangan 1 hanya memiliki

satu faktor yaitu 1 itu sendiri.

Bilangan 2 bilangan prima karena bilangan 2 tepat memiliki dua

faktor yaitu 1 dan 2.

Bilangan 4 bukan bilangan prima karena bilangan 4 memiliki tiga

faktor yaitu 1, 2, dan 4.

Bilangan 5 bilangan prima karena bilangan 5 hanya memiliki dua

faktor yaitu 1 dan 5.

Bilangan 10 bukan bilangan prima karena bilangan 10 memiliki

empat faktor yaitu 1, 2, 5, dan 10.

Bilangan 20 bukan bilangan prima karena bilangan 20 memiliki

enam faktor yaitu 1, 2, 4, 5, 10, dan 20.

Karena bilangan prima dari faktor 20 adalah 2 dan 5

Jadi, faktor prima dari 20 adalah 2 dan 5.

Page 41: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

27

2) Faktorisasi

Faktorisasi adalah menyatakan bilangan dalam bentuk perkalian

bilanganbilangan prima.

Perhatikan gambar dan bacaan brikut dengan cermat!

Gambar 2.4 Pohon Faktor

Ada dua pohon faktor, pohon faktor pertama bilangan 12 dan pohon

faktor kedua bilangan 18 (Gambar 2.5).Nyatakan faktorisasi prima

dari bilangan 12 dan 18 dengan menggunakan pohon faktor?

Dari hasil pengamatan pohon faktor dapat diuraikan sebagai berikut.

Faktorisasi dari 12 adalah 2 × 2 × 3 = 22 × 3

Faktorisasi dari 18 adalah 2 × 3 × 3 = 2 × 32

Jadi, faktorisasi dari 12 adalah 22 × 3 dan faktorisasi dari 18 adalah

2 × 32.

c. KPK dan FPB

1) KPK ( Kelipatan Persekutuan Terkecil)

Kelipatan persekutuan adalah kelipatan yang sama dari dua

bilangan atau lebih.

Contoh: kelipatan persekutuan dari 2 dan 3 adalah 6, 12, 18,.....

Gambar 2.5 Lampu hias

1

Page 42: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

28

Ayah memasang lampu hias di depan rumah untuk

memperingati HUT Kemerdekaan RI (Gambar 2.6). Ayah akan

menyalakan lampu hias bergantian dalam waktu yang sudah

ditetapkan. Lampu berwarna merah menyala setiap 5 detik dan

lampu berwarna hijau menyala setiap 6 detik. Pada detik berapakah

lampu berwarna merah dan hijau akan menyala bersama-sama

kembali?

Pada pengamatan lampu hias., lampu hias berwarna merah

menyala setiap 5 detik sekali.

Kelipatan 5 adalah 5, 10, 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50, 55, 60,

Lampu hias berwarna hijau menyala setiap 6 detik sekali.

Kelipatan 6 adalah 6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, 72,..

Kelipatan persekutuan dari 5 dan 6 adalah 30, 60, ...

KPK dari 5 dan 6 adalah 30.

Jadi, kedua lampu akan menyala bersama-sama setiap 30 menit.

Jika lampu hias berwarna biru menyala tiap 8 detik berapakah KPK

tiga bilangan tersebut?

Contoh :

1. Berapakah KPK dari 3 dan 5?

Penyelesaian

Kelipatan 3 adalah 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, ...

Kelipatan 5 adalah 5, 10, 15, 20, 25, 30, …

Kelipatan persekutuan dari 3 dan 5 adalah 15, 30, …

Jadi, KPK dari 3 dan 5 adalah 15.

2. Berapakah KPK dari 4 dan 6?

Penyelesaian

Kelipatan 4 adalah 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 40, …

Kelipatan 6 adalah 6, 12, 18, 24, 30, 36, …

Kelipatan persekutuan dari 4 dan 6 adalah 12, 24, …

Jadi, KPK dari 4 dan 6 adalah 12.

Page 43: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

29

2) FPB (Faktor Persekutuan Terbesar)

Perhatikan gambar dan bacaan berikut dengan cermat!

Gambar 2.6 Buah-buahan

Ibu mempunyai 18 jeruk dan 12 apel. Setiap kantong plastik

diisi dengan buah jeruk yang sama banyaknya dengan buah apel.

Berapakah banyaknya kantong plastic yang dibutuhkan ibu?

Berapakah banyaknya jeruk dan apel di masing-masing kantong

plastik.

Dengan membagi jeruk dan jambu yang dimungkinkan, misalkan

dibagi 2 kantong plastik, 3 kantong plastik dan sebagainya.

Jika ada 2 kantong plastic

Jika ada 3 kantong plastic

Page 44: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

30

Jika ada 4 kantong plastic

Buah jeruk jika dibagi 4 kantong plastik tersisa 2 buah jeruk dan

buah apel Jika dibagi 4 kantong plastic habis tidak tersisa.

Tabel 2.4 Faktor dari 18 dan 12

Faktor persekutuan dari 18 dan 12 adalah 1, 2, 3, dan 6.

Faktor persekutuan terbesar (FPB) dari 18 dan 12 adalah 6.

Cara lain:

Menentukan FPB dengan Faktorisasi prima.

18 = 2 x 3 x 3 = 2 x 32

12 = 2 x 2 x 3 = 22 x 3

Bagaimana menentukan FPB dari 18 dan 12

1. Faktor dari 18 adalah 2 x 32

2. Faktor dari 12 adalah 22 x 3

3. Faktor persekutuan terbesar dari 18 dan 12 adalah 2 x 3 = 6

Page 45: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

31

Penerapan KPK dan FPB

Perhatikan bacaan dan gambar berikut dengan cermat!

Edo dan Meli sedang latihan lari di lapangan sekolah yang

berbentuk lingkaran untuk persiapan turnamen. Edo dapat

menyelesaikan 1 putaran dalam waktu 90 detik, sedangkan Meli

dapat menyelesaikan 1 putaran dalam waktu 120 detik. Mereka

mulai berlari dari garis awal di waktu yang sama

Gambar 2.7 Olahraga

Pada detik ke berapakah Edo dan Meli bertemu kembali di titik start

untuk yang kedua kalinya?

Edo dapat menyelesaikan 1 putaran dalam waktu 90 detik

Kelipatan 90 adalah 90, 180, 270, 360, 450, 540, 630, 720, 810,

900, ...

Meli dapat menyelesaikan 1 putaran dalam waktu 120 detik

Kelipatan 120 adalah 120, 240, 360, 480, 600, 720, 840, 960, 1080,

1200, ...

Kelipatan persekutuan dari 90 dan 120 adalah 360, 720, ..

KPK dari 90 dan 120 adalah 360

Jadi, Edo dan Meli bertemu kembali di titik start untuk yang kedua

kalinya pada waktu 360 detik.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini dapat dilihatsebagai berikut:

1. Jurnal dengan judul “Kemampuan Koneksi matematis Siswa SD Melalui

Circuit Learning,” ditulis oleh Jayanti Putri Purwaningrum. Relevansi dari

Page 46: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

32

penelitian ini yaitu penelitian ini menggunakan variabel terikat koneksi

matematis, sedangkan perbedaannya penelitian ini menggunakan variabel

bebas Circuit Learning. Hasil dari penelitian ini ditemukan perbedaan rata-

rata antara hasil tes kemampuan koneksi matematis siswa dengan Kriteria

Kentutasan Maksimum (KKM) pada siswa yang belajar melalui circuit

learning, kemampua koneksi matematis siswa yang belajar melalui circuit

learning mencapai ketuntasan klasikal 75%, dan Circuit learning dapat

meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa.39

2. Jurnal dengan judul “Peningkatan Kemampuan Koneksi matematis Siswa

SMP Melalui Pembelajaran Inkuiri Model Alberta,” yang ditulis oleh Rafiq

Badjeber dan Siti Fatimah. Relevansi dari penelitian ini yaitu penelitian ini

menggunakan variabel terikat koneksi matematis, sedangkan perbedaannya

penelitian ini menggunakan variabel bebas pembelajaran inkuiri model

alberta, dan Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa SMP.

Hasil dari penelitian ini ditemukan adanya peningkatan kemampuan

koneksi matematis siswa yang menggunakan proses pembelajaran inkuiri

model Alberta lebih baik daripada siswa yang meggunakan pembelajaran

konvensional.40

3. Jurnal dengan judul “Implementasi Pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) Bernuansa Pendidikan Karakter untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa MTsN,” yang ditulis

oleh Novi Trina Sari dkk. Relevansi dari penelitian ini yaitu penelitian ini

menggunakan variabel bebas Contextual Teaching and Learning (CTL) dan

menggunakan mata pelajaran matematika, sedangkan perbedaannya

penelitian ini menggunakan variabel terikat pemecahan masalah siswa dan

objek yang diteliti dalam penelitian ini yaitu siswa MTs. Hasil dari

penelitian ini yaitu pembelajaran matematika dengan pendekatan

39 Jayanti Putri, “Kemampuan Koneksi matematis Siswa Sd Melalui Circuit Learning”,

JPSD (Jurnal Penddikan Sekolah Dasar), vol. 2, no. 2 (2016): 125-137. 40 Rafiq Badjeber dan Siti Fatimah, “Peningkatan Kemampuan Koneksi matematis Siswa

SMP melalui Pembelajaran Inkuiri Model Alberta,” Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 20, No. 1,

(2015): 18-26. http://dx.doi.org/10.18269/jpmipa.v20i1.557

Page 47: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

33

kontekstual secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan

pemahaman dan pemecahan masalah matematika siswa dibandingkan

dengan pembelajaran konvensional.41

4. Jurnal dengan judul “Pengembangan Media Game Side Scrolling dalam

Meningkatkan Kemampuan Koneksi matematis” yang ditulis oleh Dyah

Putri Handayani, Wahyudi, dan Endang Indarini. Relevansi dari penelitian

ini yaitu penelitian ini menggunakan variabel terikat koneksi matematis,

sedangkan perbedaannya penelitian ini menggunakan variabel bebas Media

Game Side Scrolling. Hasil dari penelitian ini yaitu media game side

scrolling dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis. Media

pembelajaran dinyatakan valid berdasarkan uji pakar media, materi,

pembelajaran, dan soal. Media pembelajarn dinyatakan praktis berdasarkan

hasil anget respon siswa. Media pembelajaran dinyatakan efektif

berdasarkan rata-rata hasil pretest dan posttest dan temuan tes.42

5. Jurnal dengan judul “Implementasi Pendekatan Kontekstual untuk

Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN 1 Sesela

Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Tahun Pelajaran

2018/2019,” yang ditulis oleh Mastari. Relevansi dari penelitian ini yaitu

penelitian ini menggunakan variabel bebas pembelajaran kontextual,

menggunakan mata pelajaran matematika, dan objek penelitiannya siswa

SD, sedangkan perbedaannya penelitian ini menggunakan variabel terikat

Prestasi Belajar. Hasil dari penelitian ini yaitu ditemukan pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual memiliki dampak positif dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan

ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, dan penerapan pendekatan

41 Novi Trina Sari dkk, “Implementasi Pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) Bernuansa Pendidikan Karakter untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa MTsN,” Jurnal Didaktik Matematika, Vol. 1, No. 1, (2014): 46-61 42 Dyah Putri Handayani, Wahyudi, dan Endang Indarini, “Pengembangan Media Game

Side Scrolling dalam Meningkatkan Kemampuan Koneksi matematis,” Jurnal Penelitian dan

Pengembangan Pendidikan. Vol. 3 No.3 (2019): 278-287.

Page 48: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

34

kontekstual mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil wawancara.43

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan masalah yang telah ditemukan, maka kerangka berpikir dalam

penelitian ini yaitu dapat dibuat menjadi bagan sebagai berikut:

Bagan 2.1

Kerangka Berpikir

43 Mastari, “Implementasi Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Prestasi Belajar

Matematika Siswa Kelas V SDN 1 Sesela Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Tahun

Pelajaran 2018/2019,” Journal of Classroom Action Research, Vol. 1 No. 2 (2019): 66-71.

Kemampuan koneksi matematisa rendah

Merancang

tindakan perbaikan Penerapan model

pembelajaran Pengamatan/

observasi

Koneksi matematis

meningkat

Merancang

tindakan perbaikan

siklus II

Reflkesi tindakan

Koneksi matematis

belum meningkat

Penerapan model

pembelajaran Pengamatan/

observasi

Reflkesi tindakan Koneksi matematis

meningkat

Page 49: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

35

Setelah masalah diitentifikasi dan dirumuskan, peneliti memfokuskan

masalah terhadap rendahnya kemampuan koneksi matematis siswa. Kemudian

dilakukan diagnosis penyebab serta perencanaan tindakan untuk melakukan

perbaikan. Disini peneliti menggunakan model pembelajaran contexxtual

teaching and learning (CTL) sebagai tindakan perbaikan terhadap rendahnya

koneksi matematis. Selama diberikan tindakan, peneliti juga melakukan

pengamatan atau observasi terhadap kegiatan tindakan yang dilakukan. Setelah

pengamatan/observasi dilakukan, hasilnya akan digunakan sebagai bahan

refleksi atau evaluasi dari kegiatan tindakan yang telah dilakukan.

Apabila tindakan yang diberikan belum mencapai tujuan, maka dilakukan

siklus ke-dua, atau dilakukan kembali perencanaan perbaikan, kemudian

meleksanakan tindakan dari hasil perencanaan, melakukan pengamatan, dan

kemudian merefleksi kembali. Jika tujuan telah tercapai, maka penelitian akan

dihentikan. Namun jika tidak, akan dilakukan siklus ke-tiga, dimulai dari

perencanaan kembali.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian tentang pembelajaran materi FPB dan KPK dan koneksi

matematis di tingkat sekolah dasar maka dapat dipahami bahwa dalam proses

pembelajaran diperlukan adanya suatu model/metode/pendekatan pembelajaran

yang tepat. Di mana dalam penelitian ini peneliti menggunakan model

pembelajaran contextual teaching and learning. Sebagaimana telah diuraikan

di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu melalui pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan pembelajaran contextual teaching and

learning diharapkan dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa

kelas IV SDN Sudimara 7 terhadap materi FPB dan KPK.

Page 50: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sudimara 7, Jl. Raden Patah, No. 04,

RT. 001/ RW. 004, Sudimara Barat, Kec. Ciledug, Kota Tangerang. Pada

peserta didik kelas IV dengan jumlah peserta didik 31 orang dan dilaksanakan

pada bulan Oktober 2019 pada semester ganjil tahun pelajaran 2019-2020.

Tabel 3.1

Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Bulan

Mei Jun. Jul

.

Agust

.

Sept. Okt. Nov. Des. Jan.

1 Penyusunan

proposal

skripsi

x x X x

2 Permohonan

izin penelitian

x

3 Pra tindakan x

4 Pengumpulan

data siklus I

x

5 Refleksi

tindakan

x

6 Pengumpulan

data siklus II

x

7 Pengolahan

data

x x

8 Penyusunan

hasil

penelitian

x

Page 51: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

37

9 Konsultasi

pembimbing

x x x

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK),

penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif

dengan melakukan tindakan tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau

meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas.44 Kemudian diungkapkan

oleh Jedun dalam Nurdinah penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan salah

satu jenis penelitian yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran di kelas”.45

Berdasarkan pendapat diatas, penelitian tindakan kelas ini sebagai upaya

yang dilakukan oleh peneliti dalam memperbaiki proses belajar mngajar dengan

melakukan tindakan-tindakan tertentu, dan desain penelitian ini menggunakan

model Kurt Lewin.

Dalam buku muhammad Kurt Lewin menjelaskan bahwa ada empat hal

yang harus dilakukan dalam proses penelitian tindakan, yakni perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi.”46 Kurt Lewin dalam muhammad

menggambarkan penelitian tindakan kelas seperti bentuk spiral, yaitu berupa

siklus, meliputi pencarian fakta, perencanaan, pelaksanaan tindakan, evaluasi,

dan refleksi yaittu mengubah rencana sebelum melanjutkan tindakan siklus

kedua.”47

44 Nurdinah Hanifah, Memahami Penelitian Tindakan Kelas (teori dan aplikasi),

(Bandung: UPI PRESS, 2014). Hal. 3 45 Ibid, hal. 5 46 Muhammad Anugrah, Penelitian Tindakan Kelas (langkah-langkah praktis pelaksanaan

penelitian tindakan kelas), (Yogyakarta: Leutikaprio, 2019), Hal. 51 47 Ibid, hal. 51

Page 52: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

38

Gambar 3.1 bagan PTK model Kurt Lewin

Pada model Kurt Lewin dalam satu siklus terdiri dari empat langkah dimana

pelaksanaan penelitian tindakan terjadi proses yang dalam suatu lingkaran yang

terus menerus, meliputi hal berikut:

a. Perencanaan (planning), merupakan proses penentuan program perbaikan

yang akan dilaksanakan selama masa penelitian.;

b. Aksi atau tindakan (implementing) adalah perlakuan yang dilaksanakan

oleh peneliti sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti;

c. Observasi (observing) adalah pengamatan yang dilakukan untuk

mengetahui efektifitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang

berbagai kekurangan tindakan yang telah dilakukan;

d. Refleksi (reflecting) adalah kegiatan menganalisis tentang hasil observasi

sehingga memunculkan program atau perencanaan baru.48

48Fitrianti, Sukses Priofesi Guru dengan Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakartta:

Deepublish, 2016). Hal. 21

SIKLUS I

SIKLUS II

Page 53: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

39

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitiannya yaitu seluruh obyek yang dijadikan sasaran penelitian.

Subjek penelitian tindakan kelas ini, yaitu seluruh peserta didik kelas IV SDN

Sudimara 7, yang berjumlah 31 peserta didik terdiri dari 16 peserta didik laki-

laki, dan 15 peserta didik perempuan

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peneliti dalam pnelitian ini berperan sebagai pelaku tindakan sebagai

perancang dan pelaksana kegiatan, yaitu membuat perencanaan kegiatan,

mengumpulkan dan menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian.

Peneliti berkolaborasi dengan wali kelas sebagai kolaborator dan observer.

Sebagai kolaborator dalam hal membuat rancangan pembelajaran, membuat

reflkesi dan menentukan tindakan-tindakan pada siklus selanjutnya. Sebagai

observer yaitu memberi penilaian terhadap peneliti dalam proses pembelajaran

berlangsung.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Observasi terhadap metode belajar yang diterapkan guru terhadap peserta

didik mengenai aspek yang diobservasi dan kinerja peserta didik melalui aspek

partisipasi belajar.

Tahapan intervensi tindakan:

1. Tahap perencanaan kegiatan

a. Merencanakan pembelajaran

b. Menentukan pokok pembahasan

c. Membuat rencana pembelajaran

d. Membuat instrumen penelitian

e. Menyiapkan sumber belajar

f. Mengembangkan format observasi pembelajaran

2. Pelaksanaan/tindakan

a. Melaksanakan proses pembelajaran

b. Menyampaikan tujuan pembelajaran

Page 54: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

40

c. Melaksanakan langkah-langkah pembelajaran menggunakan model

pembelajaran Contetual Teaching and Learning (CTL)

3. Observasi

Melakukan observasi dengan mencatat proses pembelajaran yang sedang

berlangsung

4. Refleksi

a. Menganalisa data pada siklus 1

b. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan

c. Mengadakan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang

rancangan pembelajaran dan lain-lain

d. Menarik kesimpulan dari apa saja yang telah tercapai dan yang belum

tercapai serta kekurangan atas permasalahan yang muncul pada siklus 1

dan merencanakan tindakan untuk siklus berikutnya.

F. Hasil intervensi tindakan yang diharapkan

Dengan melakukan penelitian tindakan kelas menggunakan model

pembeelajaran Contetual Teaching and Learning (CTL), peneliti berharap

tujuan penelitian dapat tercapai, yaitu proses pembelajaran matematika menjadi

lebih baik dan koneksi matematis peserta didik kelas IV meningkat, yaitu (1)

mengenali dan memanfaatkan hubungan antar konsep matematika, (2) mampu

menggunakan keterhubungan antar konsep matematika menjadi satu kesatuan

yang utuh, (3) mengenali dan menggunakan matematika dalam konteks diluar

matematika.

G. Data dan Sumber Data

Data dan sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Data: terdapat dua buah data pada penelitian ini yaitu data tes dan non tes.

Data tes diperoleh dari tes hasil belajar dan data nontes dalam penelitian ini

berupa observasi dan wawancara yang dilakukan sebelum dan selama

pembelajaran berlangsung.

Page 55: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

41

2. Sumber data: sumber data pada penelitian ini adalah peserta didik kelas IV

SDN Sudimara 7, peneliti, dan wali kelas kelas IV SDN Sudimara 7 sebagai

observer.

H. Instrumen Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian, peneliti

menggunakan instrumen pengumpulan data sebagai berikut:

1. Lembar Tes

Lembar tes soal diberikan kepada peserta didik untuk mengevaluasi hasil

pembelajaran.

2. Pedoman Observasi

Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman

observasi untuk melihat aktifitas peserta didik selama proses pembelajaran

berlangsung dan observasi kegiatan guru.

3. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan sebagai bukti otentik dalam penelitian. Dalam

mendokumentasikannya peneliti dibantu oleh teman sejawat dalam kegiatan

pembelajaran.

4. Lembar pedoman wawancara

Lembar pedoman wawancara disusun untuk menjadi pedoman peneliti saat

melakukan wawancara.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan

dengan cara tes dan nontes. “tes adalah cara atau prosedur yang dapat digunakan

dalam pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan”.49 Pada teknik

pengumpulan data melalui tes peneliti melssakukan uji validitas, uji reabilitas,

uji tingkat kesukaran, daya pembeda soal terhadap soal-soal yang akan

diberikan kepada peserta didik.

49 Ajat Rukajat, Teknik Evaluasi Pembelajaran, (Sleman: Deepublish, 2018), hal. 38

Page 56: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

42

Sedangkan teknik nontes yang didapatkan peneliti berupa observasi dan

wawancara. “observasi merupakan proses pengamatan dan pencatatan secara

sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena, baik

dalam situasi sebenarnya maupun situasi buatan untuk mencapai tujuan

tertentu”.50 Teknik observasi digunakan untuk mengamati gejala-gejala yang

tampak dalam proses pembelajaran tentang aktivitas peserta didik ketika

mengikuti pembelajaran. Wawancara dilakukan terhadap guru sebelum dan

selama pembelajaran berlangsung.

Tabel 3.2 Instrumen Kisi-kisi Koneksi Matematis FPB dan KPK

Peserta didik

No Indikator Koneksi

Matematis

Indikator Operasional

siklus

Bentuk

Soal

Jumlah

Soal

1 Mengenali dan

memanfaatkan

hubungan-hubungan

antara gagasan

dalam matematika

1. Menentukan

kelipatan bilangan

sampai batas

bilangan tertentu.

2. Menentukan faktor

dan faktorisasi

prima dari sebuah

bilangan.

Esay 1

2 Memahami

bagaimana gagasan-

gagasan dalam

matematika saling

berhubungan dan

mendasari satu sama

lain untuk

menghasilkan suatu

keutuhan koheren

1. Menentukan

bilangan prima dari

sebuah faktor

bilangan

2. Menghitung FPB

dan KPK dengan

menggunakan

pembagian,

Esay 2

50 Ibid., hal.110

Page 57: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

43

perkalian dan pohon

faktor

3 Mengenali dan

menerapkan

matematika dalam

kontek-konteks di

luar matematika.

1. Menghitung faktor

dan kelipatan

bilangan dalam

memecahkan

masalah dalam

kehidupan sehari-

hari

2. Menghitung FPB

dan KPK dalam

memecahkan

masalah dalam

kehidupan sehari-

hari

Essay 2

J. Tahap Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan tes dan non tes. Tes berupa uji hasil

belajar dan instrumen non tes berupa pedoman observasi untuk mengamati

aktifitas peserta didik dan guru ketika proses pembelajaran berlangsung.

Sebelum instrumen tersebut digunakan, peneliti menguji coba soal-soal yang

akan diberikan menggunakan uji validitas, reabilitas soal, tingkat kesukaran dan

daya pembeda.

1. Uji Validitas

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang

hendak diukur. Dalam Bahasa Indonesia valid disebut dengan istilah

sahih”51. Pengujian validitas soal ini menggunakan bantuan ANATES Versi

4.

51 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016).

Hal..80

Page 58: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

44

2. Uji Reabilitas

Reabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek

yang sama”52. Pengujian uji reabilitas soal ini menggunakan bantuan

ANATES Versi 4. Kriteria uji reabilitas adalah sebagai berikut:53

Tabel 3.3 Uji Reabilitas

Kriteria Keterangan

0,91 – 1,00 Sangat tinggi

0,71 – 0,90 Tinggi

0,41 – 0,70 Sedang

0,21 – 0,40 Rendah

0,00 – 0,20 Kurang

3. Uji Taraf Kesukaran

Saifudin Azwar mengatakan bahwa tingkat kesukaran butir soal adalah

proporsi antara banyaknya peserta tes yang menjawab butir soal dengan

benar dengan banyaknya peserta tes54 Pengujian taraf kesukaran soal ini

menggunakan bantuan ANATES Versi 4.

Kriteria taraf kesukaran ditentukan sebagai berikut:55

a. Soal dengan P 0,00 sampai 0,15 adalah soal sangat sukar

b. Soal dengan P 0,15 sampai 0,30 adalah soal sukar

c. Soal dengan P 0,30 sampai 0,60 adalah soal sedang

d. Soal dengan P 0,60 sampai 0,85 adalah soal mudah

e. Soal dengan P 0,85 sampai 1,00 adalah soal sangat mudah

52 Ibid, hal. 104 53 Suharsimi, Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), (Jakarta: Bumi

Aksara, 2006). cet. 6. Hal.101 54 Nani Hanifah, “Perbandingan Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda Butir Soal dan

Reabilitas Tes Bentuk Pilihan Ganda Biasa dan Pilihan Ganda Asosiasi Mata Pelajaran Ekonomi,”

Jurnal Sosio e-Kons, vol. 6, no. 1 (2014): 41-55 55 Ibid., hal.208

Page 59: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

45

4. Daya Pembeda

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu butir soal untuk

membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan

yang ada dalam kelompok itu.56 Pengujian daya pembeda soal ini

menggunakan bantuan ANATES Versi 4.

Kriteria daya pembeda ditentukan sebagai berikut:57

Tabel 3.4 Daya Pembeda

Kriteria Keterangan

0,00 – 0,20 Jelek

0,20 – 0,40 Cukup

0,40 – 0,70 Baik

0,70 – 1,00 Baik sekali

K. Analisis Data dan Interprestasi Data.

Pada penelitian ini terdapat teknik analisa yaitu sebagai berikut:

Analisis Data Observasi

Data observasi merupakan data yang didapat dari hasil observasi

tentang keterlaksananya pembelajaran matematika dengan menggunakan

model pembelajaran CTL berdasarkan lembar observasi. Data yang diberi

tanda cheklist akan diberikan skor 1. Cara menghitung presentase skornya

yaitu:58

P = 𝐹

𝑁 × 100%

P = presentase skor observasi tiap pertemuann

sF = frekuensi yang akan dicari presentasenya

N = Number pf Cases (Jumlah Frekuensi)

56 Bagiyono, “Analisis Kesukaran dan Daya Pembeda Butir Soal Ujian Pelatihan

Radiografi Tingkat 1,” Jurnal Widyanuklida, vol. 16, no.1 (2017): 1-12. Hal.3-4 57 Ibid., hal. 218 58 Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008).

Hal.43

Page 60: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

46

L. Indikator Keberhasilan

Rencana pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari dua siklus.

Apabila setelah pelaksanan tindakan pada siklus II kemampuan siswa sudah

meningkat, maka penelitian ini dianggap sudah berhasil atau selesai. Akan

tetapi jika telah dilakukan sampai siklus II namun hasilnya belum mencapai

kriteria keberhasilan, maka perlu adanya perbaikan dengn melanjutkan ke siklus

III.

Penelitian ini akan dianggap cukup jika telah berhasil meningkatkan

koneksi matematis siswa pada materi FPB dan KPK, dengan Kriteria

Ketuntasan Minimal sebesar 80, rata rata kelas sebesar 80, dan ketuntasan

belajar siswa mencapai 100%.

Kegiatan perencanaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

mempersiapkan instrumen penelitian, seperti: Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), soal tes esay koneksi matematis materi FPB dan KPK,

Lembar Kerja Peserta didik (LKPD) dan lembar observasi untuk guru dan

peserta didik.

Selama pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti berkolaborasi

dengan teman sejawat yang berperan sebagai observer, dimana observer ini

yang mengamati guru selama pelaksanaan penelitian tindakan berlangsung,

yang kemudian di catat pada lembar instrumen obsrvasi guru.

Page 61: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

96

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama kurang lebih dua minggu

dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematis siswa kelas IV SDN

Sudimara 7 dapat meningkat dengan diterapkannya model pembelajaran

contetual teaching and learning pada pembelajaran matematika materi FPB dan

KPK. Peningkatan koneksi matematis siswa dapat dilihat dari perolehan nilai

rata rata siswa pada hasil tes pemahaman siswa secara individu. Pada siklus I

siswa memperoleh nilai rata rata 68,9 dengan ketuntasan belajar siswa sebesar

32,25% dan rata rata hasil observasi siswa 62%. Pada siklus I intervensi yang

diharapkan belum tercapai, maka peneliti memutuskan untuk melanjutkan ke

siklus II.

Pada siklus II nilai rata rata individu yang diperoleh siswa sebesar 91,2

dengan ketuntasan belajar siswa 100%, dan rata rata hasil observasi siswa

sebesar 81 % dan diperkuat dengan hasil postest siswa yang memperoleh nilai

rata rata sebesar 90,9 yang mana menunjukkan adanya peningkatan koneksi

matematis pada siswa kelas IV SDN Sudimara 7 pada pembelajaran maematika

materi FPB dan KPK. Hal ini sesuai dengan intervensi yang diharapkan, yaitu

penelitian ini akan dianggap cukup jika telah berhasil meningkatkan koneksi

matematis materi FPB dan KPK dengan ketuntasan belajar siswa 100% dan rata

rata kelas diatas 80.

B. Implikasi dan saran

Dengan menerapkan model pembelajaran contextual teaching and learning

dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa kelas IV SDN

Sudimara 7 materi FPB dan KPK, maka penelitian ini memberikan manfaat

untuk beberapa pihak, diantaranya:

Page 62: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

97

1. Bagi sekolah

a. Sekolah mengalami perbaikan dari sisi mampu mengtasi masalah dalam

proses pembelajaran pada kelas IV.

b. Diharapkan dapat mengadakan pelatihan pelatihan guna menunjang

kretifitas penggunaan metode, strategi atau media dalam pembelajaran.

2. Bagi guru

a. Sebagai referensi penerapan model pembelajaran berbasis kontekstual,

dengan mengaitkan pembelajaran kepada dunia nyata atau kehidupan

sehari hari siswa.

b. Diharapkan untuk terus berkreasi dengan menerapkan berbagai model,

metode, strategi ataupun media pembelajaran agar siswa merasa senang

dalam belajar dan kemampuan siswa meningkat.

3. Bagi siswa

Dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa pada

pembelajaran matematika materi FPB dan KPK, dengan mengaplikasikan

langsung teori kedalam bentuk konkret atau nyata.

4. Bagi peneliti

Sebagai referensi untuk menjadi guru yang professional, dengan

melaksanakan penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di

kelas.

Page 63: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

98

DAFTAR PUSTAKA

Anugrah, Muhammad. Penelitian Tindakan Kelas (langkah-langkah praktis

pelaksanaan penelitian tindakan kelas), Yogyakarta: Leutikaprio, 2019.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,

2016.

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), Jakarta:

Bumi Aksara, cet. 6, 2006.

Anas. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008.

Badjeber, Rafiq dan Siti Fatimah. “Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematika

Siswa SMP melalui Pembelajaran Inkuiri Model Alberta.” Jurnal Pengajaran

MIPA, vol. 20, no. 1 (2015): 18-26.

http://dx.doi.org/10.18269/jpmipa.v20i1.557

Bagiyono. “Analisis Kesukaran dan Daya Pembeda Butir Soal Ujian Pelatihan

Radiografi Tingkat 1,” Jurnal Widyanuklida, vol. 16, no.1 (2017): 1-12.

Darmadi. Peengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika

Belajar Peserta didik. Yogyakarta: Deepublish, 2017.

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009.

Fitrianti. Sukses Priofesi Guru dengan Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakartta:

Deepublish, 2016.

Rukajat, Ajat. Teknik Evaluasi Pembelajaran, Sleman: Deepublish, 2018.

Hake, Richard R. Analyzing Change/Gain Scores, Dept. of Physics, Indiana

University, hal.1.

Handayani, Dyah Putri, dkk. “Pengembangan Media Game Side Scrolling dalam

Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematika,” Jurnal Penelitian dan

Pengembangan Pendidikan, vol. 3 no. 3 (2019): 278-287.

Hanifah, Nani. “Perbandingan Tingkat Kesukaran, Daya Pembeda Butir Soal dan

Reabilitas Tes Bentuk Pilihan Ganda Biasa dan Pilihan Ganda Asosiasi Mata

Pelajaran Ekonomi,” Jurnal Sosio e-Kons, vol. 6, no. 1 (2014): 41-55.

Page 64: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

99

Hanifah, Nurdinah. Memahami Penelitian Tindakan Kelas (teori dan aplikasi),

Bandung: UPI PRESS, 2014.

Hanifah, Nurdinah dan J. Julia. Membedah Anatomi Kurikulum 2013 untuk

Membangun Masa Depan Pendidikan yang Lebih Baik. Sumedang: UPI

Sumedang Press, 2014.

Krissandi, dkk, Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk SD (pendekatan dan teknis),

Bekasi: Media Maxima, 2018. Kusumawati, Naniek dan Endang Sri Maruti.

Strategi Belajar Mengajar Di Sekolah Dasar, Solo: Cv. Ae Media Grafika,

2019.

Lampiran Permendikbud No. 22 Tahun 2016.

Maulana, dkk. Ragam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar, UPI Sumedang

Press, 2015.

Mastari. “Implementasi Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Prestasi

Belajar Matematika Siswa Kelas V SDN 1 Sesela Kecamatan Gunungsari

Kabupaten Lombok Barat Tahun Pelajaran 2018/2019,” Journal of

Classroom Action Research, vol. 1, no. 2 (2019): 66-71.

NCTM. Executive Summary: Principles and Satndars for School Mathematics,

2016.

http://www.nctm.org/uploadedFiles/Standards_and_Positions/PSSM_Execu

tiveSummary.pdf.

Purwaningrum, Jayanti Putri. “Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Sd Melalui

Circuit Learning”, JPSD (Jurnal Penddikan Sekolah Dasar), vol. 2, no. 2

(2016). 125-137.

Rachmawati, Yeni, dkk. Potret pendidikan Indonesia Statistik pendidikan 2018,

Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2018.

Rahman, Taufiqur. Aplikasi Model-model Pembelajaran dalam Penelitian

Tindakan Kelas, Semarang: CV Pilar Nusantara, 2018Siagian, Muhammad

Daut. “Kemampuan Koneksi Matematik dalam Pembelajaran Mematika,”

MES (Journal of Mathematics Education and Science), vol. 2, no. 1 (2016):

58-66.

Rusman. Model-Model Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo, 2013.

Page 65: UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI …

100

Rusman. Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

Jakarta: Kencana, 2017.

Rusman. Model-model Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers, 2016.

Sadia, Wayan. Model-model Pembelajaran Sains Konstruktivistik, Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2014.

Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: CV Alfabeta, 2003.

Sari, Novi Trina dkk. “Implementasi Pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) Bernuansa Pendidikan Karakter untuk Meningkatkan

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa MTsN,” Jurnal

Didaktik Matematika, vol. 1, no. 1 (2014): 46-61.

Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta,

2010.

Suardi, Moh. Belajar dan Pembelajaran, Sleman: Deepublish, 2018.

Supriadi, S. Inovasi dan Miskonsepsi Penyampaian Materi Matematika SD, PGSD

UPI Kampus Serang, 2017.

Susanti, Elly. “Membangun Koneksi Matematika Siswa dalam Pemecahan Masalah

Verbal,” Jurnal tadris matematika, vol. 10 No. 1 (2017): 103-116.

http://dx.doi.org/10.20414/betajtm.v10i1.108.

Eka, Hafiziani. Pendekatan Concrete-Pictorial-Abtract (CPA), Kemampuan-

kemampuan Matematika, dan Rancangan Pembelajarannya, Subang: UPI

Sumedang Press, 2017.

Susanto, Ahmad. Teori Belajar dan Pebelajaran di Sekolah Dasar, Jakarta:

Prenadamedia Group, 2016.

The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). Principles and

Standards for School Mathematics, Reston,VA: NCTM, 2000.

Wahab. Belajar dan Pembelajaran SAINS, Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013.