upaya meningkatkan motivasi belajar siswa
TRANSCRIPT
G-COUNS: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Vol. 3 No. 1, Bulan Desember Tahun 2018
p-ISSN : 2541-6782, e-ISSN : 2580-6467
131
Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Yogyakarta
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
Suharni (1)
, Purwanti (2)
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Univeristas PGRI Yogyakarta
E-mail: [email protected]
Abstrak
Motivasi merupakan syarat mutlak dalam belajar. Siswa yang belajar tanpa motivasi (atau
kurang motivasi) tidak akan berhasil dengan maksimal. Siswa akan terdorong untuk
belajar apabila mereka memiliki motivasi untuk belajar. 1) Kuatnya kemauan untuk
berbuat, 2) Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar, 3) Kerelaan meninggalkan
kewajiban atau tugas yang lain, 4) Ketekunan dalam mengerjakan tugas.Menumbuhkan
motivasi belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan kemampuan
dan kemauan belajar. Sebagai guru atau calon guru sebisa mungkin kita harus selalu
berupaya untuk dapat meningkatkan motivasi belajar terutama bagi siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar dengan menggunakan berbagai upaya yang dapat
dilakukan oleh guru yaitu 1) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai. 2) Membangkitkan
motivasi siswa. 3) Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar. 4)
Mengguanakan variasi metode penyajian yang menarik. 5) Berilah pujian yang wajar
setiap keberhasilan siswa. 6) Berikan penilaian. 7) Berilah komentar terhadap hasil
pekerjaan siswa. 8) Ciptakan persaingan dan kerjasama.
Kata kunci: motivasi belajar, upaya guru
Abstract
Motivation is an absolute requirement in learning. Students who study without motivation
(or lack of motivation) will not succeed optimally. Students will be encouraged to learn if
they have the motivation to learn. 1) Strong willingness to do, 2) Amount of time provided
for learning, 3) Willingness to leave obligations or other tasks, 4) Perseverance in
carrying out tasks. Growing student motivation is one technique in developing learning
abilities and willingness. As teachers or prospective teachers as much as possible we
must always strive to be able to increase learning motivation, especially for students who
have difficulty in learning by using various efforts that can be done by the teacher,
namely 1) Clarifying the goals to be achieved. 2) Generating student motivation. 3)
Create a pleasant atmosphere in learning. 4) Use a variety of interesting presentation
methods. 5) Give reasonable praise for each student's success. 6) Give judgment. 7) Give
comments on the results of student work. 8) Create competition and cooperation.
Keywords: motivation to learn, teacher efforts
Info Artikel Diterima Oktober 2018, disetujui November 2018, diterbitkan Desember 2018
132 G-COUNS: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Vol. 3 No. 1, Bulan Desember Tahun 2018
p-ISSN : 2541-6782, e-ISSN : 2580-6467
Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta
PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan,
terutama dalam kegiatan belajar, bahwa
kelangsungan dan keberhasilan proses
belajar mengajar bukan hanya
dipengaruhi oleh faktor intelektual
saja, melainkan juga oleh faktor-faktor
non intelektual lain yang tidak kalah
penting dalam menentukan hasil
belajar seseorang, salah satunya
adalah kemampuan seseorang siswa
untuk memotivasi dirinya. Mengutip
pendapat Daniel Goleman (2004: 44),
kecerdasan intelektual (IQ) hanya
menyumbang 20% bagi kesuksesan,
sedangkan 80% adalah sumbangan
faktor kekuatan-kekuatan lain,
diantaranya adalah kecerdasan
emosional atau Emotional Quotient
(EQ) yakni kemampuan memotivasi
diri sendiri, mengatasi frustasi,
mengontrol desakan hati, mengatur
suasana hati (mood), berempati serta
kemampuan bekerja sama.
Motivasi sangat penting artinya
dalam kegiatan belajar, sebab adanya
motivasi mendorong semangat belajar
dan sebaliknya kurang adanya
motivasi akan melemahkan semangat
belajar. Motivasi merupakan syarat
mutlak dalam belajar; seorang siswa
yang belajar tanpa motivasi (atau
kurang motivasi) tidak akan berhasil
dengan maksimal.
Motivasi memegang peranan yang
amat penting dalam belajar, Maslow
(1945) dengan teori kebutuhannya,
menggambarkan hubungan hirarkhis
dan berbagai kebutuhan, di ranah
kebutuhan pertama merupakan dasar
untuk timbul kebutuhan berikutnya.
Jika kebutuhan pertama telah
terpuaskan, barulah manusia mulai ada
keinginan untuk memuaskan
kebutuhan yang selanjutnya. Pada
kondisi tertentu akan timbul
kebutuhan yang tumpang tindih,
contohnya adalah orang ingin makan
bukan karena lapar tetapi karena ada
kebutuhan lain yang mendorongnya.
Jika suatu kebutuhan telah terpenuhi
atau perpuaskan, itu tidak berarti
bahwa kebutuhan tesebut tidak akan
muncul lagi untuk selamanya, tetapi
kepuasan itu hanya untuk sementara
waktu saja. Manusia yang dikuasai
oleh kebutuhan yang tidak terpuaskan
akan termotivasi untuk melakukan
kegiatan guna memuaskan kebutuhan
tersebut (Maslow, 1954).
Dalam implikasinya pada dunia
belajar, siswa atau pelajar yang lapar
tidak akan termotivasi secara penuh
dalam belajar. Setelah kebutuhan yang
bersifat fisik terpenuhi, maka
meningkat pada kebutuhan tingkat
berikutnya adalah rasa aman. Sebagai
contoh adalah seorang siswa yang
merasa terancam atau dikucilkan baik
oleh siswa lain mapun gurunya, maka
ia tidak akan termotivasi dengan baik
dalam belajar. Ada kebutuhan yang
disebut harga diri, yaitu kebutuhan
untuk merasa dipentingkan dan
dihargai. Seseorang siswa yang telah
terpenuhi kebutuhan harga dirinya,
maka dia akan percaya diri, merasa
berharga, marasa kuat, merasa
mampu/bisa, merasa berguna dalam
didupnya. Kebutuhan yang paling
G-COUNS: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Vol. 3 No. 1, Bulan Desember Tahun 2018
p-ISSN : 2541-6782, e-ISSN : 2580-6467
133
Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Yogyakarta
utama atau tertinggi yaitu jika seluruh
kebutuhan secara individu terpenuhi
maka akan merasa bebas untuk
menampilkan seluruh potensinya secara
penuh. Dasarnya untuk mengaktuali-
sasikan sendiri meliputi kebutuhan
menjadi tahu, mengerti untuk
memuaskan aspek-aspek kognitif yang
paling mendasar.
Guru sebagai seorang pendidik
harus tahu apa yang diinginkan oleh
para sisiwanya. Seperti kebutuhan
untuk berprestasi, karena setiap siswa
memiliki kebutuhan untuk berprestasi
yang berbeda satu sama lainnya. Tidak
sedikit siswa yang memiliki motivasi
berprestasi yang rendah, mereka
cenderung takut gagal dan tidak mau
menanggung resiko dalam mencapai
prestasi belajar yang tinggi.Meskipun
banyak juga siswa yang memiliki
motivasi untuk berprestasi yang
tinggi.Siswa memiliki motivasi
berprestasi tinggi kalau keinginan
untuk sukses benar-benar berasal dari
dalam diri sendiri. Siswa akan bekerja
keras baik dalam diri sendiri maupun
dalam bersaing dengan siswa lain.
Pendidikan adalah suatu bentuk
investasi jangka panjang yang penting
bagi seorang manusia. Pendidikan
yang berhasil akan menciptakan
manusia yang pantas dan
berkelayakan di masyarakat serta tidak
menyusahkan orang lain. Masyarakat
dari yang paling terbelakang sampai
yang paling maju mengakui bahwa
pendidikan atau guru merupakan satu
diantara sekian banyak unsur
pembentuk utama calon anggota
utama masyarakat. Pendidkan yang
berhasil akan menciptakan manusia
yang pantas dan berkelayakan di
masyarakat sehingga menjadi penting
pendidikan untuk mencetak manusia
yang memiliki berkualitas dan berdaya
saing
Guru dapat diibaratkan sebagai
pembimbing perjalanan, yang
berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman bertanggung jawab atas
kelancaran perjalanan peserta didik
dalam proses pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran peserta didik
dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor, seperti motivasi, kematangan,
hubungan peserta didik dengan guru,
kemampuan verbal, rasa aman dan
keterampilan guru dalam berkomunikasi
atau berinteraksi dengan siswa
menjadi faktor penting guru dalam
proses pembelajaran. Dimana dalam
proses belajar pada manusia dapat
dirumuskan sebagai suatu aktivitas
mental atau psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan dan
nilai sikap. Perubahan itu bersifat
relatif konstan dan berbekas. Sehingga
guru memiliki tanggung jawab yang
besarterhadap proses pembelajaran
peserta didik dalam berupaya
mewujudkan perubahan sikap dan
tingkah laku.
PERMASALAHAN
Guru sebagai seorang pendidik
harus tahu apa yang diinginkan oleh
para sisiwanya. Seperti kebutuhan
134 G-COUNS: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Vol. 3 No. 1, Bulan Desember Tahun 2018
p-ISSN : 2541-6782, e-ISSN : 2580-6467
Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta
untuk berprestasi, karena setiap siswa
memiliki kebutuhan untuk berprestasi
yang berbeda satu sama lainnya. Tidak
sedikit siswa yang memiliki motivasi
berprestasi yang rendah, mereka
cenderung takut gagal dan tidak mau
menanggung resiko dalam mencapai
prestasi belajar yang tinggi.Meskipun
banyak juga siswa yang memiliki
motivasi untuk berprestasi yang
tinggi.Siswa memiliki motivasi
berprestasi tinggi kalau keinginan
untuk sukses benar-benar berasal dari
dalam diri sendiri. Siswa akan bekerja
keras baik dalam diri sendiri maupun
dalam bersaing dengan siswa lain.
Siswa yang datang ke sekolah
memiliki berbagai pemahaman tentang
dirinya sendiri secara keseluruhan dan
pemahaman tentang kemampuan
mereka sendiri khususnya.Mereka
mempunyai gambaran tertentu tentang
dirinya sebagai manusia dan tentang
kemampuan dalam menghadapi
lingkungan. Ini merupakan cap atau
label yang dimiliki siswa tentang
dirinya dan kemungkinannya tidak
dapat dilihat oleh guru namun sangat
mempengaruhi kegiatan belajar siswa.
Gambaran itu mulai terbentuk melalui
interaksi dengan orang lain, yaitu
keluarga dan teman sebaya maupun
orang dewasa lainnya, dan hal ini
mempengaruhi prestasi belajarnya di
sekolah.
Berdasarkan pandangan di atas
dapat diambil pengertian bahwa siswa
datang ke sekolah dengan gambaran
tentang dirinya yang sudah
terbentuk.Meskipun demikian adanya,
guru tetap dapat mempengaruhi
mapun membentuk gambarang siswa
tentang dirinya itu, dengan tujuan agar
tercapai gambaran tentang masing-
masing siswa yang lebih positif.
Apabila seorang guru suka mengkritik,
mencela, atau bahkan merendahkan
kemampuan siswa, maka siswa akan
cenderung menilai diri mereka sebagai
seorang yang tidak mampu berprestasi
dalam belajar. Akibatnya minat belajar
menjadi turun. Sebaliknya jika guru
memberikan penhargaan, bersikap
mendukung dalam menilai prestasi
siswa, maka lebih besar kemungkinan
siswa-siswa akan menilai dirinya
sebagai orang yang mampu
berprestasi. Penghargaan untuk
berprestasi merupakan dorongan untuk
memotivasi siswa untuk
belajar.Dorongan intelektual adalah
keinginan untuk mencapai suatu
prestasi yang hebat, sedangkan
dorongan untuk mencapai kesuksesan
termasuk kebutuhan emosional, yaitu
kebutuhan untuk berprestasi.
PENGERTIAN MOTIVASI
Motif berasal dari bahasa latin
yaitu movere yang artinya bergerak.
Motif yang di istilahkan needs adalah
dorongan yang sudah terikat pada
suatu tujuan (Ahmadi,1999).Perilaku
manusia senantiasa dilatarbelakangi
motif dan motivasi. Beragamnya
motifdan motivasi mewarnai
kehidupan manusia, misalnya makan
karena lapar, ingin mendapat kasih
sayang, ingin diterima lingkungan dan
sebagainya (Ahmadi, 1998).Pendapat
G-COUNS: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Vol. 3 No. 1, Bulan Desember Tahun 2018
p-ISSN : 2541-6782, e-ISSN : 2580-6467
135
Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Yogyakarta
para ahli dalam literatur yang dibaca
oleh penulis, bahwa pengertian motif
dan motivasi hampir sama dan tidak
ditemukan perbedaan arti yang
mendasar. Maksud dan pengertiannya
sama, hanya berbeda dalam
memformulasikan kalimat pada motif
dan kalimat pada motivasi saja.
Sedangkan arti yang terkandung
dalam motif dan motivasi sebenarnya
memiliki persamaan.Oleh karena itu
dalam penjelasan berikutnya pada
tulisan ini tidak dibedakan antara
motif dan motivasi.
Ahmadi (1998) menjelaskan lebih
lanjut, bahwa motivasi adalah suatu
kekuatan yang terdapat dalam diri
organisme yang menyebabkan
organisme itu bertindak atau berbuat.
Motivasi menurut Winkel (1997)
adalah sebagai daya penggerak dari
dalam diri individu dengan maksud
mencapai kegiatan tertentu dan untuk
mencapai tujuan tertentu.Chaplin
(1999) mendefinisikan motivasi
sebagai variabel penyelang yang
digunakan untuk menimbulkan faktor-
faktor tertentu di dalam organisme,
yang membangkitkan, mengelola,
mempertahankan, dan menyalurkan
tingkah laku menuju suatu sasaran.
Murray (dalam Chaplin, 1999)
juga mengemukakan pendapatnya
sendiri mengenai motivasi.Ia
menyebutkan motivasi sebagai motif
untuk mengatasi rintangan-rintangan
atau berusaha melaksanakan sebaik
dan secepat mungkin pekerjaan-
pekerjaan yang sulit. Walgito (2002)
menyatakan motivasi merupakan
kekuatan yang terdapat dalam diri
organisme yang menyebabkan
organisme itu bertindak atau berbuat
dan dorongan ini biasanya tertuju pada
suatu tujuan tertentu.Sejalan dengan
pendapat diatas, Suryabrata (2000)
menyatakan motivasi suatu keadaan
dalam diri individu yang mendorong
individu untuk melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu guna mencapai suatu
tujuan.
Mengutip pendapat Mc. Donald
(Tabrani, 1992: 100), “motivation is
energy change within the person
characterized by affective arousal and
anticipatory goal reaction.”Motivasi
adalah sesuatu perubahan energi di
dalam pribadi seseorang yang ditandai
dengan timbulnya afektif dan reaksi
untuk mencapai tujuan. Dari
perumusan yang dikemukakan Mc.
Donald ini mengandung tiga unsur
yang saling berkaitan, yaitu: 1)
motivasi dimulai dari adanya
perubahan energi dalam pribadi, 2)
motivasi ditandai dengan timbulnya
perasaan (affective arousal), 3)
motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi
untuk mencapai tujuan.
Berdasar uraian di atas jelas
kiranya bahwa motivasi bertalian erat
dengan suatu tujuan.Makin berharga
tujuan itu bagi yang bersangkutan,
makin kuat pula motivasinya.Jadi
motivasi itu sangat berguna bagi
tindakan atau perbuatan seseorang.
Penjelasan mengenai fungsi-fungsi
motivasi adalah:
1. Mendorong manusia untuk
bertindak/berbuat. Motivasi
136 G-COUNS: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Vol. 3 No. 1, Bulan Desember Tahun 2018
p-ISSN : 2541-6782, e-ISSN : 2580-6467
Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta
berfungsi sebagai pengerak atau
motor yang memberikan
energi/kekuatan kepada seseorang
untuk melakukan sesuatu.
2. Menentukan arah perbuatan.
Yakni ke arah perwujudan tujuan
atau cita-cita. Motivasi mencegah
penyelewengan dari jalan yang
harus ditempuh untuk mencapai
tujuan. Makin jelas tujuan itu,
makin jelas pula jalan yang harus
ditempuh.
3. Menyeleksi perbuatan. Artinya
menentukan perbuatan-perbuatan
mana yang harus dilakukan, yang
serasi, guna mencapai tujuan itu
dengan menyampingkan perbuatan
yang tidak bermanfaat bagi tujuan.
(Ngalim Purwanto, 2002: 71)
Jenis-Jenis Motivasi
1. Motivasi intrinsik, yang timbul dari
dalam diri individu, misalnya
keinginan untuk mendapat
keterampilan tertentu, memperolah
informasi dan pengertian,
mengembangkan sikap untuk
berhasil, menyenangi kehidupan,
keinginan diterima oleh orang lain.
2. Motivasi ekstrinsik, yang timbul
akibat adanya pengaruh dari luar
individu. Sperti hadiah, pujian,
ajakan, suruhan, atau paksaan dari
orang lain sehingga dengan
keadaan demikian orang mau
melakukan sesuatu. (Tabrani, 1992:
120)
Strategi Menumbuhkan Motivasi
Belajar
Ada beberapa strategi yang
dapat digunakan oleh guru untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa,
sebagai berikut:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke
peserta didik. Pada permulaan
belajar mengajar hendaknya
seorang guru menjelaskan
mengenai Tujuan Instruksional
Khusus (TIK) yang akan dicapai
siswa. Tidak cukup sampai di situ
saja, tapi guru juga bisa
memberikan penjelasan tentang
pentingnya ilmu yang akan sangat
berguna bagi masa depan
seseorang, baik dengan norma
agama maupun sosial. Makin jelas
tujuan, maka makin besar pula
motivasi dalam belajar.
2. Hadiah. Berikan hadian untuk
siswa-siwa yang berprestasi. Hal
ini akan sangat memacu siswa
untuk lebih giat dalam berprestasi,
dan bagi siswa yang belum
berprestasi akan termotivasi untuk
mengejar atau bahkan
mengungguli siswa yang telah
berprestasi. Hadiah di sini tidak
perlu harus yang besar dan mahal,
tapi bisa menimbulkan rasa senag
pada murid, sebab merasa dihargai
karena prestasinya. Kecuali pada
setiap akhir semester, guru bisa
memberikan hadiah yang lebih
istimewa (seperti buku bacaan)
bagi siswa ranking 1-3.
3. Saingan/kompetisi. Guru berusaha
mengadakan persaingan di antara
G-COUNS: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Vol. 3 No. 1, Bulan Desember Tahun 2018
p-ISSN : 2541-6782, e-ISSN : 2580-6467
137
Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Yogyakarta
siswanya untuk meningkatkan
prestasi belajarnya, berusaha
memperbaiki hasil prestasi yang
telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian. Sudah sepantasnya siswa
yang berprestasi untuk diberikan
penghargaan atau pujian. Tentunya
pujian yang bersifat membangun.
Bisa dimulai dari hal yang paling
kecil seperti, “beri tepuk tangan
bagi si Budi…”, “kerja yang
bagus…”, “wah itu kamu bisa…”.
5. Hukuman. Hukuman diberikan
kepada siswa yang berbuat
kesalahan saat proses belajar
mengajar. Hukuman ini diberikan
dengan harapan agar siswa
tersebut mau merubah diri dan
berusaha memacu motivasi
belajarnya. Hukuman di sini
hendaknya yang mendidik, seperti
menghafal, mengerjakan soal,
ataupun membuat rangkuaman.
Hendaknya jangan yang bersifat
fisik, seperti menyapu kelas,
berdiri di depan kelas, atau lari
memutari halaman sekolah.
Karena ini jelas akan menganggu
psikis siswa.
6. Membangkitkan dorongan kepada
anak didik untuk
belajar. Strateginya adalah dengan
memberikan perhatian maksimal
ke peserta didik, khususnya bagi
mereka yang secara prestasi
tertinggal oleh siswa lainnya. Di
sini guru dituntut untuk bisa lebih
jeli terhadap kondisi anak
didiknya. Ingat ini bukan hanya
tugas guru bimbingan konseling
(BK) saja, tapi merupakan
kewajiban setiap guru, sebagai
orang yang telah dipercaya orang
tua siswa untuk mendidik anak
mereka.
7. Membentuk kebiasaan belajar
yang baik. Ajarkan kepada siswa
cara belajar yang baik, entah itu
ketika siswa belajar sendiri
maupun secara kelompok. Dengan
cara ini siswa diharapkan untuk
lebih termotivasi dalam mengulan-
ulang pelajaran ataupun
menambah pemahaman dengan
buku-buku yang mendukung.
8. Membantu kesulitan belajar anak
didik secara individual maupun
kelompok. Ini bisa dilakukan
seperti pada nomor 6.
9. Menggunakan metode yang
bervariasi. Guru hendaknya
memilih metode belajar yang tepat
dan berfariasi, yang bisa
membangkitkan semangat siswa,
yang tidak membuat siswa merasa
jenuh, dan yang tak kalah penting
adalah bisa menampung semua
kepentingan siswa. Sperti
Cooperative Learning, Contectual
Teaching & Learning (CTL),
Quantum Teaching, PAKEM,
mapun yang lainnya. Karena siswa
memiliki tingkat intelegensi yang
berbeda-beda satu sama lainnya.
Ada siswa yang hanya butuh 5
menit untuk memahami suatu
materi, tapi ada siswa yang
membutuhkan 25 menit baru ia
bisa mencerna materi. Itu contoh
mudahnya. Semakin banyak
138 G-COUNS: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Vol. 3 No. 1, Bulan Desember Tahun 2018
p-ISSN : 2541-6782, e-ISSN : 2580-6467
Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta
metode mengajar yang dikuasai
oleh seorang guru, maka ia akan
semakin berhasil meningkatkan
motivasi belajar siswa.
10. Menggunakan media yang baik
dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Baik itu media
visual maupun audio visual.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Seperti diketahui, motivasi
belajar pada siswa tidak sama kuatnya,
ada siswa yang motivasinya bersifat
intrinsik dimana kemauan belajarnya
lebih kuat dan tidak tergantung pada
faktor di luar dirinya. Sebaliknya
dengan siswa yang motivasi belajarnya
bersifat ekstrinsik, kemauan untuk
belajar sangat tergantung pada kondisi
di luar dirinya. Namun demikian, di
dalam kenyataan motivasi ekstrinsik
inilah yang banyak terjadi, terutama
pada anakanak dan remaja dalam
proses belajar. Proses pembelajaran
akan berhasil apabila siswa
mempunyai motivasi dalam belajar.
Oleh karena itu, guru perlu
menumbuhkan motivasi belajar
siswa.Untuk memperoleh hasil belajar
yang optimal, guru dituntut kreatif
membangkitkan motivasi belajar
siswa. Sebelum masuk kepada
bagimana upaya seorang guru dalam
memotivasi belajar siswa penulis
terlebih dahulu akan membahas
tentang apa itu motivasi, yang akan
dilanjutkan dengan hal-hal yang perlu
dilakukan oleh guru dalam
memotivasi belajar siswa, ciri-ciri
siswa termotivasi dan fugsi motivasi
bagi siswa.
Motivasi Belajar
Menurut Sudarwan (2002:2)
motivasi diartikan sebagai kekuatan,
dorongan, kebutuhan, semangat,
tekanan, atau mekanisme psikologis
yang mendorong seseorang atau
sekelompok orang untuk mencapai
prestasi tertentu sesuai dengan apa
yang dikehendakinya. Hakim
(2007:26) mengemukakan pengertian
motivasi adalah suatu dorongan
kehendak yang menyebabkan
seseorang melakukan suatu perbuatan
untuk mencapai tujuan tertentu.
Huitt,W. (2001) mengatakan motivasi
adalah suatu kondisi atau status
internal (kadang-kadang diartikan
sebagai kebutuhan, keinginan, atau
hasrat) yang mengarahkan perilaku
seseorang untuk aktif bertindak dalam
rangka mencapai suatu tujuan.
Ditambahkan Gray (Winardi, 2002)
mengemukakan bahwa motivasi
merupakan sejumlah proses, yang
bersifat internal atau eksternal bagi
seorang individu, yang menyebabkan
timbulnya sikap antusiasme dan
persistensi, dalam hal melaksanakan
kegiatan- kegiatan tertentu. Menurut
Handoko (1992: 59), untuk
mengetahui kekuatan motivasi belajar
siswa, dapat dilihat dari beberapa
indicator sebagai berikut : a) Kuatnya
kemauan untuk berbuat b) Jumlah
waktu yang disediakan untuk belajar
c) Kerelaan meninggalkan kewajiban
atau tugas yang lain d) Ketekunan
G-COUNS: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Vol. 3 No. 1, Bulan Desember Tahun 2018
p-ISSN : 2541-6782, e-ISSN : 2580-6467
139
Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Yogyakarta
dalam mengerjakan tugas. Sedangkan
menurut Sardiman (2001:81) motivasi
belajar memiliki indikator sebagai
berikut: a) Tekun menghadapi tugas.
b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak
lekas putus asa) c) Menunjukan minat
terhadap bermacam-macam masalah
orang dewasa. d) Lebih senang
bekerja mandiri e) Cepat bosan pada
tugas rutin f) Dapat mempertahankan
pendapatnya
Berdasarkan beberapa pendapat
di atas, motivasi dapat diartikan
sebagai kekuatan (energi) seseorang
yang dapat menimbulkan tingkat
kemauan dalam melaksanakan suatu
kegiatan.Kemauan baik yang
bersumber dari dalam diri individu itu
sendiri (motivasi intrinsik) maupun
dari luar individu (motivasi
ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi
yang dimiliki individu akan banyak
menentukan kualitas perilaku yang
ditampilkannya, baik dalam konteks
belajar, bekerja maupun dalam
kehidupan lainnya.
Upaya Meningkatkan Motivasi
Belajar
Upaya meningkatkan motivasi
belajar anak dalam kegiatan belajar di
sekolah, ada beberapa langkah yang
dapat dilakukan oleh guru
diungkapkan Sardiman (2005:92),
yaitu:
1. Memberi Angka
Angka dalam hal ini sebagai
simbol dari nilai kegiatan
belajarnya.Banyak siswa yang
justru untuk mencapai angka/nilai
yang baik.Sehingga yang dikejar
hanyalah nilai ulangan atau nilai
raport yang baik.Angka-angka
yang baik itu bagi para siswa
merupakan motivasi yang sangat
kuat.Yang perlu diingat oleh guru,
bahwa pencapaian angka-angka
tersebut belum merupakan hasil
belajar yang sejati dan
bermakna.Harapannya angka-
angka tersebut dikaitkan dengan
nilai afeksinya bukan sekedar
kognitifnya saja.
2. Hadiah
Dapat menjadi motivasi yang kuat,
dimana siswa tertarik pada bidang
tertentu yang akan diberikan
hadiah. Tidak demikian jika
hadiah diberikan untuk suatu
pekerjaan yang tidak menarik
menurut siswa.
3. Kompetisi
Persaingan, baik yang individu
atau kelompok, dapat menjadi
sarana untuk meningkatkan
motivasi belajar. Karena terkadang
jika ada saingan, siswa akan
menjadi lebih bersemangat dalam
mencapai hasil yang terbaik.
4. Ego-Involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada
siswa agar merasakan pentingnya
tugas dan menerimanya sebagai
tantangan sehingga bekerja keras
adalah sebagai salah satu bentuk
motivasi yang cukup penting.
Bentuk kerja keras siswa dapat
terlibat secara kognitif yaitu
dengan mencari cara untuk dapat
meningkatkan motivasi.
140 G-COUNS: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Vol. 3 No. 1, Bulan Desember Tahun 2018
p-ISSN : 2541-6782, e-ISSN : 2580-6467
Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta
5. Memberi Ulangan
Para siswa akan giat belajar kalau
mengetahui akan diadakan
ulangan. Tetapi ulangan jangan
terlalu sering dilakukan karena
akan membosankan dan akan jadi
rutinitas belaka.
6. Mengetahui Hasil
Mengetahui hasil belajar bisa
dijadikan sebagai alat motivasi.
Dengan mengetahui hasil
belajarnya, siswa akan terdorong
untuk belajar lebih giat. Apalagi
jika hasil belajar itu mengalami
kemajuan, siswa pasti akan
berusaha mempertahankannya atau
bahkan termotivasi untuk dapat
meningkatkannya.
7. Pujian
Apabila ada siswa yang berhasil
menyelesaikan tugasnya dengan
baik, maka perlu diberikan
pujian.Pujian adalah bentuk
reinforcement yang positif dan
memberikan motivasi yang baik
bagi siswa. Pemberiannya juga
harus pada waktu yang tepat,
sehingga akan memupuk suasana
yang menyenangkan dan
mempertinggi motivasi belajar
serta sekaligus akan membang-
kitkan harga diri.
8. Hukuman
Hukuman adalah bentuk
reinforcement yang negatif, tetapi
jika diberikan secara tepat dan
bijaksana, bisa menjadi alat
motivasi.Oleh karena itu, guru
harus memahami prinsipprinsip
pemberian hukuman tersebut.
Dalam rangka mengupayakan
agar motivasi belajar siswa tinggi,
seorang guru menurut Winkel (1991)
hendaknya selalu memperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
1. Seorang guru hendaknya mampu
mengoptimalisasikan penerapan
prinsip belajar, pada prinsipnya
harus memandang bahwa dengan
kehadiran siswa di kelas
merupakan suatu motivasi belajar
yang datang dari siswa.
2. Guru hendaknya mampu
mengoptimalisasikan unsur-unsur
dinamis dalam pembelajaran,
karena dalam proses belajar,
seorang siswa terkadang dapat
terhambat oleh adanya berbagai
permasalahan.
Hal ini dapat disebabkan oleh
karena kelelahan jasmani ataupun
mental siswa, sehingga seorang guru
harus berupaya untuk membangkitkan
kembali kinginan siswa dalam belajar.
Upaya yang dapat dilakukan oleh
seorang guru menurut Dimyati
(2002:95) yaitu dengan cara :
1. Memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan
hambatan belajar yang di alaminya
2. Meminta kesempatan kepada
orang tua siswa agar memberikan
kesempatan kepada siswa untuk
beraktualisasi diri dalam belajar.
3. Memanfaatkan unsur-unsur
lingkungan yang mendorong
belajar.
4. Menggunakan waktu secara tertib,
penguat dan suasana gembira
terpusat pada perilaku belajar.
G-COUNS: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Vol. 3 No. 1, Bulan Desember Tahun 2018
p-ISSN : 2541-6782, e-ISSN : 2580-6467
141
Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Yogyakarta
5. Merangsang siswa dengan penguat
memberi rasa percaya diri bahwa
ia dapat mengatasi segala
hambatan dan pasti berhasil.
6. Guru mengoptimalisasikan
pemanfataan pengalaman dan
kemampuan siswa.
Menurut Dimyati (2002) cara
yang dapat dilakukan oleh guru dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa
adalah :
1. Siswa ditugasi membaca bahan
belajar sebelumnya, tiap membaca
hal-hal penting dari bahan tersebut
dicatat.
2. Guru memecahkan hal yang sukar
bagi siswa dengan cara
memecahkannya.
3. Guru mengajarkan cara
memecahkan dan mendidik
keberanian kepada siswa dalam
mengatasi kesukaran.
4. Guru mengajak serta siswa
mengalami dan mengatasi
kesukaran.
5. Guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mampu memecahkan
masalah dan mungkin akan
membantu rekannya yang
mengalami kesulitan.
6. Guru memberi penguatan kepada
siswa yang berhasil mengatasi
kesulitan belajarnya sendiri.
7. Guru menghargai pengalaman dan
kemampuan siswa agar belajar
secara mandiri.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi berprestasi
(Sukadi, 2006) mengatakan bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi
motivasi berprestasi, yaitu sebagai
berikut:
1. Pengalaman pada tahun-tahun
pertama kehidupan Adanya
perbedaan pengalaman masa lalu
pada setiap orang menyebabkan
terjadinya variasi terhadap tinggi
rendahnya kecenderungan untuk
berprestasi pada diri seseorang.
2. Latar belakang budaya tempat
seseorang dibesarkan Bila
dibesarkan dalam budaya yang
menekankan pada pentingnya
keuletan, kerja keras, sikap
inisiatif dan kompetitif, serta
suasana yang selalu mendorong
individu untuk memecahkan
masalah secara mandiri tanpa
dihantui perasaan takut gagal,
maka dalam diri seseorang akan
berkembang hasrat berprestasi
yang tinggi.
3. Peniruan tingkah laku (Modelling)
Melalui modelling, anak
mengambil atau meniru banyak
karakteristik dari model, termasuk
dalam kebutuhan untuk berprestasi
jika model tersebut memiliki
motivasi tersebut dalam derajat
tertentu.
4. Lingkungan tempat proses
pembelajaran berlangsung Iklim
belajar yang menyenangkan, tidak
mengancam, memberi semangat
dan sikap optimisme bagi siswa
dalam belajar, cenderung akan
mendorong seseorang untuk
tertarik belajar, memiliki toleransi
terhadap suasana kompetisi dan
tidak khawatir akan kegagalan.
142 G-COUNS: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Vol. 3 No. 1, Bulan Desember Tahun 2018
p-ISSN : 2541-6782, e-ISSN : 2580-6467
Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta
5. Harapan orangtua terhadap
anaknya Orangtua yang
mengharapkan anaknya bekerja
keras dan berjuang untuk
mencapai sukses akan mendorong
anak tersebut untuk bertingkahlaku
yang mengarah kepada pencapaian
prestasi.
Selain beberapa pendapat di atas
menurut Sanjaya, (2009) ada beberapa
hal yang perlu dilakukan oleh seorang
guru untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa, yaitu sebagai berikut:
1. Memperjelas tujuan yang ingin
dicapai. Tujuan yang jelas dapat
membuat siswa paham kearah
mana ia ingin dibawa. Pemahaman
siswa terhadap tujuan
pembelajaran dapat menumbuhkan
minat siswa untuk belajar yang
pada gilirannya dapat meningkatkan
motivasi belajar mereka. Semakin
jelas tujuan yang ingin dicapai,
maka akan semakin kuat motivasi
nbelajar siswa (Sanjaya, 2009:29).
2. Membangkitkan motivasi siswa
Siswa akan terdorong untuk
belajar apabila mereka memiliki
minat untuk belajar. Oleh karena
itu, mengembangkan minat belajar
siswa merupakan salah satu teknik
dalam mengembangkan motivasi
belajar (Sanjaya, 2009:29). Salah
satu cara yang logis untuk
memotivasi siswa dalam pembelajaran
adalah mengaitkan pengalaman
belajar dengan minat siswa
(Djiwandono, 2006:365).
3. Ciptakan suasana yang
menyenangkan dalam belajar
Siswa hanya mungkin dapat
belajar baik apabila ada dalam
suasana yang menyenangkan,
merasa aman, bebas dari takut.
Usahakan agar kelas selamanya
dalam suasana hidup dan segar,
terbebas dari rasa tegang. Untuk
itu guru sekali-kali dapat
melakukan hal-hal yang lucu.
4. Mengguanakan variasi metode
penyajian yang menarik Guru
harus mampu menyajikan
informasi dengan menarik, dan
asing bagi siswa-siswa. Sesuatu
informasi yang disampaikan
dengan teknik yang baru, dengan
kemasan yang bagus didukung
oleh alat-alat berupa sarana atau
media yang belum pernah dikenal
oleh siswa sebelumnya sehingga
menarik perhatian bagi mereka
untuk belajar (Yamin,2009:174).
Dengan pembelajaran yang
menarik, maka akan
membangitkan rasa uingin tahu
siswa di dalam kegiatan
pembelajaran yang selanjutnya
siswa akan termotivasi dalam
pembelajaran.
5. Berilah pujian yang wajar setiap
keberhasilan siswa Motivasi akan
tumbuh apabila siswa merasa
dihargai. Dalam pembelajaran,
pujian dapat dimanfaatkan sebagai
alat motivasi. Karena anak didik
juga manusia, maka dia juga
senang dipuji. Karena pujian
menimbulkan rasa puas dan
senang (Sanjaya, 2009:30) Namun
begitu, pujian harus sesuai dengan
G-COUNS: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Vol. 3 No. 1, Bulan Desember Tahun 2018
p-ISSN : 2541-6782, e-ISSN : 2580-6467
143
Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Yogyakarta
hasil kerja siswa. Jangan memuji
secara berlebihan karena akan
terkesan dibuatbuat. Pujian yang
baik adalah pujian yang keluar dari
hati seoarang guru secara wajar
dengan maksud untuk memberikan
penghargaan kepada siswa atas
jerih payahnya dalam belajar
(Djamarah, 2002:152).
6. Berikan penilaian Banyak siswa
yang belajar karena ingin
memperoleh nilai bagus. Untuk itu
mereka belajar dengan giat. Bagi
sebagian siswa nilai dapat menjadi
motivasi yang kuat untuk belajar.
Oleh karena itu, penilaian harus
dilakukan dengan segera agar
siswa secepat mungkin
mengetahui hasil kerjanya.
Penilaian harus dilakukan secara
objektif sesuai dengan kemampuan
siswa masing-masing (Sanjaya,
2009:31). Penilaian secara terus
menerus akan mendorong siswa
belajar, oleh karena setiap anak
memilki kecenderungan untuk
memmperoleh hasil yang baik.
Disamping itu, para siswa selalu
mendapat tantangan dan masalah
yang harus dihadapi dan
dipecahkan, sehingga
mendorongnya belajar lebih teliti
dan seksama (Hamalik, 2009:168).
7. Berilah komentar terhadap hasil
pekerjaan siswa Penghargaan bisa
dilakukan dengan mmemberikan
komentar yang positif. Setelah
siswa selesai mengerjakan suatu
tugas, sebaiknya berikan komentar
secepatnya, misalnya dengan
memberikan tulisan “ bagus” atau
“teruskan pekerjaanmu” dan lain
sebagainya. Komentar yang positif
dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa (Sanjaya, 2009:21).
8. Ciptakan persaingan dan
kerjasama Persaingan yang sehat
dapat menumbuhkan pengaruh
yang baik untuk keberhasilan
proses pemebelajaran siswa.
Melalui persaingan siswa
dimungkinkan berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk
memperoleh hasil yang terbaik
(Sanjaya, 2009:31). Oleh sebab
itu, guru harus mendesain
pembelajaran yang memungkinkan
siswa untuk bersaing baik antar
kelompok maupun antar individu.
Proses pembelajaran akan berhasil
apabila siswa mempunyai motivasi
dalam belajar. Oleh karena itu,
guru perlu menumbuhkan motivasi
belajar siswa. Untuk memperoleh
hasil belajar yang optimal, guru
dituntut kreatif membangkitkan
motivasi belajar siswa. Berikut ini
dikemukakan beberapa petunjuk
untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa.
Ciri Siswa Bermotivasi Tinggi
Menurut Sardiman (1996) siswa
yang memiliki motivasi tinggi
memiliki beberapa ciri-ciri, antara lain
sebagai berikut:
1. Tekun menghadapi tugas
2. Ulet menghadapi kesulitan /tidak
cepat putus asa.
144 G-COUNS: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Vol. 3 No. 1, Bulan Desember Tahun 2018
p-ISSN : 2541-6782, e-ISSN : 2580-6467
Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta
3. Tidak memerlukan dorongan dari
luar untuk berprestasi sebaik
mungkin.
4. Lebih senang kerja mandiri.
5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang
rutin.
6. Dapat memperthanankan
pendapatnya .
7. Tidak mudah melepaskan hal yang
sudah diyakininya.
Fungsi Motivasi
Motivasi mempunyai fungsi
yang penting dalam belajar, karena
motivasi akan menentukan intensitas
usaha belajar yang dilakukan siswa.
Sardiman (1996:84) mengemukakan
ada tiga fungsi motivasi, yaitu:
1. Mendorong manusia untuk
berbuat. Motivasi dalam hal ini
merupakan motor penggerak dari
setiap kegiatan yang akan
dikerjakan.
2. Menuntun arah perbuatan, yakni
ke arah tujuan yang hendak
dicapai, dengan demikian motivasi
dapat memberi arah, dan kegiatan
yang harus dikerjakan sesuai
dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni
menentukan perbuatan-perbuatan
apa yang harus dikerjakan yang
serasi guna mencapai tujuan,
dengan menyisihkan perbuatan-
perbuatan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan tersebut.
Motivasi diperlukan dalam
menentukan intensitas usaha belajar
bagi para siswa. Menurut Djamarah
(2002:123) ada tiga fungsi motivasi,
yakni :
1. Motivasi sebagai pendorong
perbuatan. Motivasi berfungsi
sebagai pendorong untuk
mempengaruhi sikap apa yang
seharusnya anak didik ambil
dalam rangka belajar.
2. Motivasi sebagai penggerak
perbuatan. Dorongan psikologis
melahirkan sikap terhadap anak
didik itu merupakan suatu
kekuatan yang tak terbendung,
yang kemudian terjelma dalam
bentuk gerakan psikofisik.
3. Motivasi sebagai pengarah
perbuatan. Anak didik yang
mempunyai motivasi dapat
menyeleksi mana perbuatan yang
harus dilakukan dan perbuatan
yang perlu diabaikan.
KESIMPULAN
Motivasi dapat diartikan sebagai
kekuatan seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat kemauan dalam
melaksanakan suatu kegiatan.
Kemauan baik yang bersumber dari
dalam diri individu itu sendiri
(motivasi intrinsik) maupun dari luar
individu (motivasi ekstrinsik).
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki
individu akan banyak menentukan
kualitas perilaku yang ditampilkannya,
baik dalam konteks belajar, bekerja
maupun dalam kehidupan lainnya.
Proses pembelajaran akan berhasil
apabila siswa mempunyai motivasi
dalam belajar. Oleh karena itu, guru
perlu menumbuhkan motivasi belajar
G-COUNS: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Vol. 3 No. 1, Bulan Desember Tahun 2018
p-ISSN : 2541-6782, e-ISSN : 2580-6467
145
Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas PGRI Yogyakarta
siswa.Untuk memperoleh hasil belajar
yang optimal, guru dituntut kreatif
membangkitkan motivasi belajar
siswa.karena dengan guru kratif
menjadikan siswa tergugah dalam
pembelajaran yang akan dialami siswa
atau siswa yang sedang mengikuti
proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Goleman, Daniel, Emitional Intelligence
Kecerdasan Emosional Mengapa
EQ Lebih Penting Daripada IQ,
Jakata: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2004.
Damin, Sudarman. (2004). Inovasi
Pedididkan. Bandung: Pustaka
Setia
Djamarah. 2002. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta : Rineka
Cipta.
Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta Hamalik. 2009. Proses
Belajar Mengajar. Bandung :
Bumi Aksara.
Handoko, T. Hani, 1992. Manajemen
personal dan sumber daya
manusia, edisi kedua, cetak ke
empat. Penerbit Yogyakarta:
UGM
Martinis, Yamin. 2009. Srategi
Pembelajaran Berbasis
Kompetensi. Jakarta : Gaung
Persada
Ngalim Purwanto, (2002), Psikologi
Pendidikan, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sardiman, AM.1996. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar
Pedoman bagi Guru dan Calon
Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
________, 2005. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: Grafindo.
Sukadi, (2006) Guru Powerful Guru
Masa Depan. Bandung Sanjaya,
Tabrani Rusyan, (2001), Pendekatan
dalam Proses Belajar
Mengajar, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Oemar, Hamalik (2007). Proses
Belajar. Jakarta: Buki Aksara.
Wina.2009. Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses
Pendidikan.Jakarta : Kencana
Prenada Media Group
Winkel, W.S, 1991. Bimbingan dan
Konseling di Sekolah
Menengah: PT. Grasindo.
Jakarta.
Wuitt, W. (2001). Motivation To
Learn. An Overview Educational
Psychology Interactive.
Valdosta: Saldosta State
University