upaya meningkatkan pengetahuan makanan sehat …
TRANSCRIPT
Upaya Meningkatkan Pengetahuan Makanan Sehat Melalui Penerapan Sentra Cooking Pada Kelompok Bermain B Di PAUD Baitus Shibyaan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun
Ajaran 2014/2015
UPAYA MENINGKATKAN PENGETAHUAN MAKANAN SEHAT
MELALUI PENERAPAN SENTRA COOKING PADA KELOMPOK
BERMAIN B DI PAUD BAITUS SHIBYAAN KECAMATAN
BERGAS KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2014/2015
Dewi Nurchayati, Ratna Wahyu Pusari
[email protected] [email protected]
ABSTRAK
Berdasarkan realita lapangan menunjukkan bahwa dalam kegiatan
belajar mengajar di PAUD Baitusshibyaan khususnya melalui kegiatan atau permainan akan membantu pengetahuan anak tentang makanan sehat. Kegiatan tersebut salah satunya melalui penerapan sentra cooking yang memberikan kesempatan kepada anak untuk meningkatkan pengetahuannya tentang makanan sehat. Tujuan umum penelitian ini untuk meningkatkan pengetahuan tentang makanan sehat anak, sedangkan tujuan utama penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan tentang makanan sehat anak di PAUD Baitusshibyaan melalui penerapan sentra cooking. Metode penelitian ini menggunakan metode demonstrasi. Obyek penelitian tindakan kelas ini adalah peserta didik KB B PAUD Baitusshibyaan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang yang berjumlah 10 anak. Pengambilan data melalui wawancara, obsevasi dan dokumentasi. Untuk memudahkan menghitung indikator kinerja, peneliti membuat skoring Baik (75% - 100%), Cukup (60% - 74%), dan Kurang (<60%). Data diolah untuk mengetahui indikator keberhasilan kinerja jika mencapai 75% ke atas menunjukkan bahwa pengetahuan anak meningkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan sentra cooking dapat meningkatkan pengetahuan tentang makanan sehat pada anak usia dini yaitu adanya peningkatan dalam ketercapaian indikator kinerja pada siklus I mencapai 0% dan pada siklus II mencapai 80%. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan, “Penerapan sentra cooking dapat meningkatkan pengetahuan makanan sehat pada anak KB B PAUD Baitusshibyaan Kecamatan Bergas Tahun Ajaran 2014/2015” Kata Kunci : Knowledge,Cooking.
160
Jurnal Penelitian PAUDIA
ABSTRACT
Based on reality shows that teaching and learning activities in early childhood education Baitusshibyaan especially through activities or games will help children’s’ knowledge about healthy food. The activities apply cooking centers which provide opportunities for children to increase their knowledge in healthy food. The general purpose of this research is increasing knowledge about healthy food for children, while the main goal of this research is increasing knowledge about healthy food for PAUD Baitusshibyaan through the application of cooking centers. This research method is using demonstration method. The object of study is ten early childhood students grade B Baitusshibyaan Bergas Semarang. The data collected through interview, observation and documentation. The researcher made a kind of scoring to help in calculating the performance indicators: Good is in 75% - 100%, adequate is in 60% - 74%, and less is in < 60%. The data is processed to determine the success of performance indicators, if the performance indicators is gain up to 75%, it shows that the knowledge of children increase. The results shows that through the application of cooking centers can increase knowledge of healthy foods in early childhood students. In period 1 shows the performance indicators reach 0% and in period 2 shows the performance indicators reach 80%. The conclusion is applying cooking center can increase children’s knowledge of healthy foods especially for PAUD Baitusshibyaan grade B Bergas Semarang in school year 2014/2015 ”.
Key words: knowledge, cooking. A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan upaya pendidikan yang kita
lakukan terhadap anak dimulai dari kelahirannya hingga berusia 6
tahun.Pendidikan ini dilakukan dengan memberikan rangsangan pendidikan
yang bertujuan untuk mengoptimalkan semua pertumbuhan dan
perkembangan mereka baik secara jasmani maupun rohani.Kesehatan dan
gizi merupakan aspek yang sangat penting dalam tumbuh kembang bayi
karena pemberian makanan yang sehat, akan mempengaruhi perkembangan
kognitif selanjutnya.
161
Upaya Meningkatkan Pengetahuan Makanan Sehat Melalui Penerapan Sentra Cooking Pada Kelompok Bermain B Di PAUD Baitus Shibyaan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun
Ajaran 2014/2015
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan Pasal 131 No. 1 dinyatakan bahwa Upaya pemeliharaan
kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi
yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk
menurunkan angka kematian bayi dan anak (UU Praktek Kedokteran, 2010:
109).
Kesehatan dan gizi merupakan aspek yang sangat penting dalam
tumbuh kembang bayi karena pemberian makanan yang sehat, akan
mempengaruhi perkembangan kognitif selanjutnya. Selain itu, apa yang
bayi makan juga ikut mempengaruhi irama pertumbuhan, ukuran badan, dan
ketahanan terhadap penyakit. Anak yang sehat ditunjang oleh keadaan gizi
yang baik, merupakan hal yang utama untuk tumbuh kembang yang optimal
bagi seorang anak.
Kondisi anak yang sehat hanya dapat dicapai melalui proses pendidikan
dan pembiasaan serta penyediaan kebutuhan yang sesuai, khususnya melalui
makanan sehari-hari oleh anak. Kualitas tumbuh kembang seorang anak
sangat ditentukan oleh pemenuhan kebutuhan gizi serta tenaga yang
seimbang. Kebutuhan zat gizi yang semakin meningkat, harus diimbangi
dengan variasi hidangan yang disajikan.
Pembiasaan dalam mengatur pola makan tiga kali sehari dengan hanya
sedikit makan makanan kecil, di antaranya makan pagi setiap hari
merupakan salah satu upaya pemeliharaan kesehatan bagi anak, hal ini
sependapat dengan hasil penelitian Bellock dan Breslow dalam Santoso
(2004: 18). Dibutuhkan pula kombinasi antara pembiasaan pola makan,
asupan makanan, dan pengaturan porsi makan pada anak serta kepedulian
dan kepekaan orang tua untuk melihat adanya tanda-tanda kurang gizi pada
anak.
Penelitian peningkatan pengetahuan tentang makanan sehat dilakukan
di PAUD Baitusshibyaan, sebagai lembaga pendidikan swasta berbasis
162
Jurnal Penelitian PAUDIA
sentra dengan jumlah murid KB A 17 anak dan KB B 10 anak serta jumlah
pengajar 4 orang. Penelitian dilakukan di PAUD Baitusshibyaan
dikarenakan terdapat beberapa anak yang memiliki pola makan kurang
teratur dan kurang sehat. Makanan yang di bawa anak dari rumah tentunya
tergantung dengan pengetahuan dan kemampuan orang tua dalam
menyiapkannya. Terdapat beberapa orang tua yang tidak mau repot dalam
menyiapkan bekal makan untuk anak, sehingga ditemukan berbagai jenis
makanan yang dibawa oleh anak baik bergizi maupun kurang baik untuk
anak.
Jumlah porsi bekal yang dibawa anak terkadang juga kurang seimbang
dengan usia dan berat badannya sehingga mengurangi selera makan. Selain
itu ada juga beberapa anak yang sering membawa bekal makanan yang
mengandung zat pewarna yang dibeli di lingkungan dekat dengan sekolah.
Hal tersebut menyulitkan guru dalam membimbing anak tentang makanan
yang sehat dan cara makan yang baik. Oleh karena itu diperlukan sekali
partisipasi dari tenaga pendidik, orangtua, maupun pedagang untuk
memberikan perhatiannya kepada anak dalam menjaga kesehatan.
Memecahkan masalah tersebut diperlukan metode yang tepat agar anak
di PAUD Baitusshibyaan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun
Ajaran 2014/2015 dapat mengetahui tentang makanan yang sehat sehingga
kebutuhan gizi cukup untuk perkembangan tubuh secara optimal, dan
mendidik kebiasaan makan secara teratur. Salah satu metodenya adalah
melalui penerapan sentra cooking. Sentra cooking adalah salah satu kegiatan
yang dapat memberikan pengetahuan kepada anak tentang proses membuat
atau mengolah bahan makanan, serta memberikan pengetahuan tentang
angka atau jumlah, belajar tentang warna, melatih motorik kasar dengan
memperkenalkan nama-nama benda di dapur.
Melalui penerapan sentra cooking anak dapat meningkatkan
keterampilannya dalam bermain mengolah bahan-bahan masakan sehingga
163
Upaya Meningkatkan Pengetahuan Makanan Sehat Melalui Penerapan Sentra Cooking Pada Kelompok Bermain B Di PAUD Baitus Shibyaan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun
Ajaran 2014/2015
menjadi masakan sederhana. Kepuasan anak akan muncul pada saat
membantu melakukan kegiatan pekerjaan yang sebenarnya. Kepercayaan
diri pada anak juga akan berkembang pada saat mereka memiliki
kesempatan menyiapkan makanan yang akan dinikmati teman sekelas dan
guru.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan anak tentang
makanan sehat melalui penerapan sentra cooking pada KB B di PAUD
Baitusshibyaan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun ajaran
2014/2015.
2. Kajian Teori
a. Pengetahuan Anak
1) Pengertian Pengetahuan
Seseorang memiliki rasa ingin tahu ketika melihat atau mengalami
kejadian yang mungkin belum pernah dialami. Berawal dari rasa ingin tahu
tersebut, maka seseorang mencoba untuk mencari. Hasilnya ia akan tahu
sesuatu, dan sesuatu itulah yang dinamakan pengetahuan. Pengetahuan
seseorang akan terus berkembang seiring berjalannya waktu, karena
semakin bertambahnya usia seseorang maka semakin banyak
pengetahuannya.
Pernyataan di atas di dukung oleh beberapa teori, antara lain yaitu
menurut Semiawan dalam Sujiono (2009: 60) pengetahuan merupakan
sesuatu yang diciptakan kembali dan dibangun dari dalam diri seseorang
melalui pengamatan, pengalaman, dan pemahamannya. Pengetahuan
diperoleh melalui suatu dialog oleh suasana belajar yang bercirikan
pengalaman dua sisi (kognitif dan afektif). Dengan demikian, belajar harus
diupayakan agar anak-anak mampu menggunakan peralatan mental (otak)
mereka secara efektif dan efisien serta melibatkan emosi dan kemampuan
kreatifnya sehingga tidak ditandai oleh segi kognitif saja.
164
Jurnal Penelitian PAUDIA
Sedangkan menurut Wonorahardjo (2010: 17) pengetahuan
kebanyakan menyangkut suatu objek. Pengetahuan sifatnya objektif,
walaupun tidak selalu terlepas dari subjeknya. Cara mengungkapkan
pengetahuan merupakan bagian dan mata rantai dalam proses pengolahan
pengetahuan sebelumnya. Hal ini akan menentukan penerimaan subjek lain
dalam menyerap pengetahuan akan objek yang sama.
Pendapat lain dari Piaget dalam Suyadi (2010: 79) yang menyatakan
bahwa pengetahuan dibangun melalui kegiatan atau aktivitas pembelajaran.
Pengetahuan dapat diperoleh melalui eksplorasi, manipulasi, dan konstruksi
secara elaboratif. Anak-anak bukanlah suatu objek penerima pengetahuan
yang pasif, melainkan mereka dengan aktif melakukan pengaturan
pengalaman mereka ke dalam struktur mental yang komplek.
Berdasarkan beberapa pengertian pengetahuan yang dipaparkan di
atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan anak dibangun dari hasil
interaksi dengan lingkungan dan sesuai dengan kemampuan berfikir anak.
Pada saat anak bermain sambil belajar, mereka memiliki kesempatan untuk
mengetahui sifat-sifat objek dengan cara mengamati, menyentuh, mencium,
dan mendengarkan. Pengalaman anak secara langsung terhadap objek
melalui penginderaan akan lebih bermakna bagi anak dalam proses
berfikirnya.
2) Jenis-Jenis Pengetahuan
Berdasarkan pengertian pengetahuan di atas, Soemargono dalam
Surajiyo (2012: 59) membagi pengetahuan menjadi beberapa jenis, antara
lain yaitu :
a) Pengetahuan nonilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh dengan
menggunakan cara-cara yang tidak termasuk dalam kategori metode
ilmiah. Sebagai contoh pengetahuan nonilmiah yaitu hasil dari
penglihatan, hasil pendengaran, hasil pembauan, hasil pengecapan lidah,
dan hasil perabaan kulit.
165
Upaya Meningkatkan Pengetahuan Makanan Sehat Melalui Penerapan Sentra Cooking Pada Kelompok Bermain B Di PAUD Baitus Shibyaan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun
Ajaran 2014/2015
b) Pengetahuan ilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia yang
diperoleh dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Sebagai contoh
pengetahuan ilmiah yaitu hasil dari percobaan sains. Pengetahuan ilmiah
mempunyai lima ciri pokok, yaitu : a) empiris, b) sistematis, c) objektif,
d) analitis, dan e) verifikatif.
3) Cara Anak Memperoleh Pengetahuan
Masing-masing anak memiliki cara yang berbeda dalam memperoleh
pengetahuan, salah satunya melalui penginderaan. Dari penginderaan
tersebut anak akan memperoleh berbagai informasi yang kemudian akan
digunakan sebagai dasar berfikirnya. Menurut Piaget dalam Sujiono (2009:
121) berikut ini akan dijelaskan bagaimana cara anak memperoleh
pengetahuan yaitu :
a) Melalui interaksi sosial
Anak mengetahui sesuatu dari manusia lain ketika anak meneliti atau
melihat sesuatu. Anak tersebut akan tahu tentang objek jika diberitahu
oleh pihak lain.
b) Melalui pengetahuan fisik
Mengetahui sifat fisik dari suatu benda. Pengetahuan diperoleh melalui
kegiatan belajar tentang sifat bulat, panjang, pendek, keras, lemah, dingin
atau panas. Konsep tersebut didapat dari pemahaman terhadap
lingkungan dimana anak berinteraksi langsung.
c) Melalui Logika Mathematical
Melalui pengertian tentang angka, seri, klasifikasi, waktu, ruang dan
konversi atau satuan berat.
4) Cara Anak Membangun Pengetahuan
Pada saat anak bermain sambil belajar, saat itulah anak mulai
membangun pengetahuannya, yaitu dari hasil interaksi dengan lingkungan
dan kemampuan berfikir anak. Menurut Piaget dalam Sujiono (2009: 122)
166
Jurnal Penelitian PAUDIA
berikut ini akan dijelaskan bagaimana cara anak membangun pengetahuan
dari berbagai metode pembelajaran yaitu :
a) Metode praktik langsung
Melalui kegiatan praktik langsung anak akan dapat pengalaman melalui
interaksi langsung dengan objek.
b) Metode cerita
Anak akan mendapat pengetahuan tentang bagaimana cara
menyampaikan pesan pada orang lain agar orang lain mampu
memahami pesan-pesan yang ingin disampaikan.
c) Metode tanya jawab
Membangun pengetahuan melalui pertanyaan yang diajukan sehingga
anak dapat menjawab dan membuat pertanyaan sesuai informasi yang
ingin diperoleh.
d) Metode proyek
Memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan eksplorasi pada
lingkungan sekitar sebagai proyek belajar.
e) Metode bermain peran
Anak dapat mengembangkan pengetahuan sosial karena di tuntut untuk
mempelajari dan memperagakan peran yang akan dimainkan.
f) Metode demonstrasi
Menunjukkan atau memperagakan suatu tahapan kejadian, proses, dan
peristiwa.
5) Alat Memperoleh Pengetahuan
Dalam memperoleh pengetahuan, seseorang tidak hanya
membutuhkan cara saja. Melainkan juga membutuhkan alat sebagai fasilitas
yang mendukung supaya pengetahuan yang diperoleh benar-benar
bermakna. Menurut Hospers dalam Surajiyo (2012: 55) mengemukakan
bahwa ada enam alat untuk memperoleh pengetahuan yaitu :
167
Upaya Meningkatkan Pengetahuan Makanan Sehat Melalui Penerapan Sentra Cooking Pada Kelompok Bermain B Di PAUD Baitus Shibyaan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun
Ajaran 2014/2015
a) Pengalaman indra (sense experience) adalah sumber pengetahuan
berupa alat-alat untuk menangkap objek dari luar diri manusia melalui
kekuatan indra.
b) Nalar (reason) adalah salah satu corak berfikir dengan menggabungkan
dua pemikiran atau lebih dengan maksud untuk mendapatkan
pengetahuan baru.
c) Otoritas (authority) adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh
seseorang dan diakui oleh kelompoknya. Pengetahuan karena adanya
otoritas terjadi melalui wibawa seseorang sehingga orang lain
mempunyai pengetahuan.
d) Intuisi (intuition) adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia
melalui proses kejiwaan tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu
untuk membuat pernyataan berupa pengetahuan. Peran intuisi sebagai
sumber pengetahuan adalah adanya kemampuan dalam diri manusia
yang dapat melahirkan pernyataan-pernyataan berupa pengetahuan.
e) Wahyu (revelation) adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada
Nabi-Nya untuk kepentingan umatnya. Wahyu dapat dikatakan sebagai
salah satu sumber pengetahuan karena kita mengenal sesuatu dengan
melalui kepercayaan kita.
f) Keyakinan (faith) adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang
diperoleh melalui kepercayaan.
Pengetahuan sangatlah penting jika di bangun sejak dini. Peran serta
dari lingkungan dan cara berfikir seseorang berpengaruh dalam proses
memperoleh pengetahuan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan,
bahwa pendidikan hendaknya mengarahkan anak untuk menjadi pembelajar
yang aktif agar terbiasa belajar dan mempelajari berbagai aspek
pengetahuan. Model pendekatan yang dilakukan untuk anak yaitu
berdasarkan perkembangan dan kegiatan bermain. Oleh karena itu sangatlah
168
Jurnal Penelitian PAUDIA
penting jika pendidik memperhatikan perkembangan anak dan keadaan
lingkungan sekitar dalam mendukung proses penerimaan pengetahuannya.
b. Makanan Sehat
1) Pengertian Makanan Sehat
Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia.
Makanan yang di santap setiap hari harus memenuhi kebutuhan gizi sesuai
dengan standar kesehatan, karena kebutuhan gizi yang tercukupi membuat
kecerdasan meningkat dan hidup sehat. Mengkonsumsi makanan yang sehat
sangatlah penting, terutama dalam mendukung tumbuh kembang anak.
Terdapat beberapa teori yang mendukung tentang pernyataan di atas,
antara lain yaitu menurut Hanifa dan Luthfeni (2006: 2) makanan
merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan sehari-hari manusia. Oleh
karena itu diperlukan makanan yang bergizi dengan jumlah yang cukup
untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh. Makanan berguna untuk
memenuhi kebutuhan manusia dalam melangsungkan hidupnya karena
dalam bahan makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Selain itu, makanan sehari-hari berguna pula untuk : (a) memberi tenaga dan
panas badan, (b) memperbaiki sel-sel yang rusak, (c) memberi rasa kenyang,
(d) untuk kepuasan, dan (e) untuk pertumbuhan.
Sedangkan menurut Santoso dan Ranti (2004: 88) makanan bagi
manusia merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan hidup serta menjalankan kehidupan. Makan diperlukan
untuk memperoleh kebutuhan zat gizi yang cukup untuk kelangsungan
hidup, pemulihan kesehatan sesudah sakit, aktivitas, pertumbuhan dan
perkembangan. Untuk seorang anak, makan dapat dijadikan sebagai media
untuk mendidik anak supaya dapat menerima, menyukai, memilih makanan
yang baik, juga untuk menentukan jumlah makanan yang cukup dan
bermutu.
169
Upaya Meningkatkan Pengetahuan Makanan Sehat Melalui Penerapan Sentra Cooking Pada Kelompok Bermain B Di PAUD Baitus Shibyaan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun
Ajaran 2014/2015
Pendapat lain dari Nuraini (2007: 14) makanan yang sehat adalah
makanan yang mempunyai zat gizi yang cukup dan seimbang, serta tidak
mengandung (tercemar) unsur yang dapat membahayakan atau merusak
kesehatan. Sangat penting bagi orang tua dalam mengarahkan anak-anak
berkaitan dengan memilih makanan jajanan yang sehat dan halal.
Mengenalkan dan menanamkan konsep sehat dan halal sejak dini, akan
memberikan perkembangan psikologis yang baik terutama pada
pembentukan akhlak yang mulia pada diri anak.
Makanan yang lezat dapat menarik minat anggota keluarga untuk
menyantapnya. Akan tetapi, makanan sehat tidak cukup dengan kriteria
kelezatan saja. Selain lezat, makanan yang dikonsumsi setiap hari haruslah
bersih, dan mengandung zat gizi yang berguna bagi tubuh. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa makanan yang sehat adalah makanan yang lezat,
higienis dan bergizi. Makanan higienis adalah makanan yang tidak
mengandung kuman penyakit dan tidak mengandung racun yang dapat
membahayakan hidup manusia serta lezat rasanya sehingga menarik minat
untuk menyantapnya.
2) Syarat-syarat Makanan Sehat
Berdasarkan uraian di atas, makanan sehat merupakan makanan
yang bergizi. Sebelum menyajikan makanan untuk keluarga terutama anak,
perlu sekali mengetahui beberapa syarat makanan agar dalam pengolahan
dan penyajiannya tepat. Menurut Santoso dan Ranti (2004: 149) syarat
makanan sehat untuk anak adalah sebagai berikut:
a) Porsi makan tidak terlalu besar.
b) Makanan cukup basah karena berkuah agar mudah ditelan anak.
c) Potongan makanan dan ukuran makanan cukup kecil sehingga mudah
dimasukkan ke dalam mulut anak dan mudah dikunyah.
d) Tidak berduri atau bertulang kecil.
e) Sedikit atau tidak terasa pedas, asam, dan berbumbu tajam.
170
Jurnal Penelitian PAUDIA
f) Bersih, rapi, dan menarik dari segi warna dan bentuk.
g) Dapat melatih anak mandiri, dalam menyiapkan dan makan sendiri.
3) Bahan-bahan Makanan Sehat
Selain mengetahui syarat dari makanan sehat, bahan-bahan makanan
yang sesuai dengan zat gizi juga harus diperhatikan. Hal ini untuk
mendukung kebutuhan gizi seimbang dalam tubuh. Menurut Sediaoetama
dalam Santoso dan Ranti (2004: 102-105) dalam membuat hidangan,
digunakan berbagai jenis bahan makanan yang terdiri atas empat kelompok,
yaitu :
a) Bahan makanan pokok merupakan bahan makanan yang memegang
peranan penting sebagai sumber karbohidrat serta sebagai sumber zat
tenaga. Contohnya : beras, jagung, dan sagu.
b) Bahan makanan lauk pauk merupakan teman makanan pokok yang
memberikan rasa enak, sebagai sumber zat gizi protein dan lemak, serta
sebagai sumber zat pembangun. Contonya : daging, telur, keju, dan
ikan.
c) Bahan makanan sayuran merupakan teman makanan pokok yang
memberikan serat dalam hidangan serta pembasah karena umumnya
dimasak berkuah. Sayuran sebagai sumber vitamin, mineral, dan air
yang berguna untuk sumber zat pelindung. Contohnya : bayam,
kangkung, wortel, dan mentimun.
d) Bahan makanan buah-buahan merupakan santapan terakhir dalam suatu
acara makan atau dimakan kapan saja. Buah-buahan sebagai sumber
vitamin dan air serta berguna sebagai zat pelindung. Contohnya : nanas,
jeruk, pisang, dan apel.
e) Susu dan telur. Susu adalah cairan berwarna putih yang dikeluarkan
oleh kelenjar susu. Susu berguna sebagai sumber protein, lemak,
vitamin, mineral, dan air. Sedangkan telur merupakan cikal bakal
171
Upaya Meningkatkan Pengetahuan Makanan Sehat Melalui Penerapan Sentra Cooking Pada Kelompok Bermain B Di PAUD Baitus Shibyaan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun
Ajaran 2014/2015
makhluk hidup dalam hal ini unggas. Telur berguna sebagai zat
pembangun.
Kriteria makanan yang dikonsumsi setiap hari dapat dikatakan
sebagai makanan sehat apabila dalam proses penyediaan bahan makanan,
pengolahan dan penyajiannya sesuai dengan uraian di atas. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa syarat makanan sehat sangat perlu dipahami
tentang apa yang dibutuhkan atau diperlukan oleh tubuh terutama dalam
penyusunan menu seimbang yang berpedoman kepada gizi seimbang.
4) Sentra Cooking
Sentra Cooking atau kelas memasak sangat penting diterapkan pada
pembelajaran anak usia dini. Melalui kegiatan ini diharapkan anak dapat
menemukan hal-hal menarik untuk disentuh, dicicipi, didengar, dicium, dan
dilihat. Pada kegiatan kelas memasak, anak dapat melakukan suatu
percobaan dan membuat penemuan baru bagi diri mereka. Melalui interaksi
dengan lingkungan dan orang lain tersebut, anak belajar mempertajam
kepekaan pada dunianya.
Hal ini didukung oleh pendapat Hanifa dan Luthfeni (2006: 74)
bahwa praktik memasak adalah proses membuat atau mengolah bahan
makanan. Tujuan memasak adalah agar bahan makanan mudah dicerna,
menghasilkan hidangan yang bervariasi dalam hal rasa, warna, rupa, dan
bentuk, serta untuk menjadikan makanan yang sehat dan bersih (terhindar
dari penyakit).
Minantyo (2011: 145) mempunyai pendapat lain bahwa kegiatan
memasak adalah suatu proses penerapan panas pada bahan makanan dari
mentah menjadi makanan matang dengan tujuan tertentu. Sebelum memasak
perlu persiapan diri, dan juga menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan
(Mise en Plase). Tahap-tahap persiapan memasak meliputi : a)
penimbangan, b) pencucian, c) pengupasan, d) pemotongan, e) memeras, f)
172
Jurnal Penelitian PAUDIA
menyaring, g) mengocok, h) mencampur, i) merendam dengan bumbu, j)
adonan penggorengan, k) menggiling, dan l) pembubusan.
Sedangkan menurut Hasan (2010: 284) melalui kegiatan memasak
dapat memberikan pengetahuan kepada anak tentang angka atau jumlah,
belajar tentang warna, melatih motorik kasar dengan memperkenalkan
nama-nama benda di dapur, dan melatih motorik halusnya melalui kegiatan
mematahkan sayur-sayuran dengan tangan. Dengan demikian anak dapat
belajar tanpa beban karena dilakukan dengan bermain.
Kegiatan memasak juga merupakan pelajaran matematika yang
dibentuk oleh budaya, sehingga menjadi sarana yang tepat untuk
membicarakan budaya yang berbeda dan tradisi keluarga. Budaya atau
tradisi tersebut dapat dikenalkan kepada anak melalui cara pengolahan
bahan makanan serta cara penyajian makanan. Berdasarkan uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa kegiatan di sentra memasak atau sentra cooking
merupakan cara untuk mengembangkan kemampuan anak dalam mengolah
bahan mentah menjadi makanan siap saji. Melalui kegiatan memasak, anak
dapat belajar mengenai ukuran, tekstur, dan rasa. Mereka bisa mempelajari
jenis makanan yang berbeda dan bisa membandingkan makanan, mengenali
persamaan dan perbedaan.
5) Istilah-istilah dalam memasak
Dalam praktik memasak harus mengerti atau mengetahui istilah-
istilah memasak, supaya tidak keliru atau bingung dalam mempraktekkan
suatu resep makanan. Menurut Hanifa dan Luthfeni (2006: 74) berikut
diuraikan istilah-istilah dalam memasak tersebut :
173
Upaya Meningkatkan Pengetahuan Makanan Sehat Melalui Penerapan Sentra Cooking Pada Kelompok Bermain B Di PAUD Baitus Shibyaan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun
Ajaran 2014/2015
a. Menggoreng ialah memasak bahan makanan dengan minyak
goreng yang banyak dan panas.
b. Menumis ialah memasak bahan makanan dengan sedikit minyak
dan bisa ditambah sedikit cairan.
c. Merebus ialah memasak bahan makanan dengan air atau dalam
air mendidih.
d. Mengukus ialah memasak bahan makanan dengan menggunakan
uap air yang mendidih.
e. Menyangan ialah memasak bahan makanan tanpa menggunakan
bahan cair, seperti minyak atau air.
f. Memanggang ialah memasak bahan makanan di atas bara api
dengan menggunakan alat panggang.
g. Membakar ialah memasak bahan makanan di atas bara api.
h. Menyembam ialah memasak bahan makanan di dalam abu yang
panas.
i. Memepes ialah memasak bahan makanan yang telah dirempahi
dengan cara dibungkus oleh daun pisang, kemudian dikukus
atau dibakar.
j. Mengetim ialah memasak bahan makanan di atas uap air
mendidih, baik dalam panci tim atau dandang.
k. Menyetup ialah memasak bahan makanan dengan cara
menggorengnya terlebih dahulu dengan sedikit minyak
kemudian diberi santan banyak dan ditutup, dibiarkan dalam api
kecil.
6) Cara Mengajari Anak Untuk Memasak
Terdapat beberapa hal yang harus dipertimbangkan sebelum
melakukan kegiatan memasak. Perencanaan yang hati-hati dan pengawasan
ketat penting dilakukan untuk mencegah kecelakaan. Menurut Nielsen
(2008: 119) diuraikan beberapa cara mengajari anak untuk memasak,
sebagai berikut :
160
Jurnal Penelitian PAUDIA
a. Mengawali dengan aktivitas sederhana dan tidak membutuhkan
panas. Kegiatan sederhana tersebut antara lain kegiatan yang
hanya membutuhkan penyobekan, penaburan, atau mencampur
bahan. Contohnya : salad, roti tawar, susu.
b. Kembangkan kesadaran sensorik. Pada kegiatan memasak, pada
dasarnya adalah kesempatan yang baik bagi anak untuk
menggunakan panca inderanya. Anak akan belajar menggunakan
panca inderanya untuk melihat, merasakan tekstur, mendengar,
serta mencicipi rasa makanan.
c. Ajak anak untuk menghitung dan mengukur. Kegiatan memasak
juga merupakan pelajaran matematika, dimana anak diajarkan
untuk membaca resep sendiri, menghitung jumlah telur,
mengenali bahwa setengah cangkir lebih sedikit daripada
secangkir utuh dan sebagainya.
d. Berikan pengalaman dari budaya yang berbeda. Anak dikenalkan
dengan makanan khas dari beberapa daerah. Kegiatan ini
membutuhkan kerjasama dengan orang tua atau pengasuh untuk
berbagi resep dan bimbingan dalam menyiapkan makanan favorit
keluarga masing-masing.
e. Awasi aktivitas dari dekat. Dalam kegiatan memasak diperlukan
pengawasan khusus terhadap aktifitas anak terutama pada saat
anak menggunakan peralatan dapur seperti pisau, tumbukan, dan
benda lain yang berbahaya. Oleh karena itu sangat penting
adanya guru pendamping.
f. Pandulah pengamatan anak. Pandu pengamatan anak dengan
menggunakan pertanyaan bebas, sehingga anak dapat mengamati
dari dekat dan menyadari perubahan yang terjadi pada saat
proses memasak.
g. Ajak anak untuk mencicipi makanan baru. Mengajak dan
mendorong anak untuk mencicipi makanan merupakan kegiatan
yang memberikan kesempatan kepada anak untuk memperluas
161
Upaya Meningkatkan Pengetahuan Makanan Sehat Melalui Penerapan Sentra Cooking Pada Kelompok Bermain B Di PAUD Baitus Shibyaan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun
Ajaran 2014/2015
pengetahuan rasa dan membantu anak menemukan makanan
baru yang mereka sukai.
h. Gunakan makanan bergizi. Pembiasaan makan sehat seumur
hidup dapat dimulai di ruang kelas anak usia dini. Pengenalan
terhadap makanan yang bergizi dapat di lakukan melalui
kegiatan memasak di sekolah.
Sentra cooking merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi anak,
karena termasuk dalam area kotor pada zona basah. Oleh karena itu sebelum
melakukan kegiatan memasak, diperlukan perencanaan yang matang
sehingga kegiatan dapat mendukung pengetahuan anak tentang proses
pengolahan makanan sehat serta mengurangi resiko yang berbahaya
terhadap peralatan yang terdapat di kelas memasak.
3. Metode Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di KB B PAUD
Baitusshibyaan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun Ajaran
2014/2015. Subjek penelitian ini adalah siswa KB B PAUD Baitusshibyaan
Kecamatan Bergas dengan jumlah siswa 10 anak yang terdiri dari 4 siswa
laki-laki dan 6 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi, dokumentasi, dan wawancara. Alat pengumpulan data
menggunakan lembar observasi dan kamera untuk mendokumentasikan
kegiatan pembelajaran. Analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini
menggunakan analisis kualitatif. Terhadap peningkatan pengetahuan anak
dianalisis secara kuantitatif dengan memberikan skor (1, 2, dan 3). Indikator
kinerja dalam penelitian ini adalah 75% dengan hasil kategori baik.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dimana masing-masing siklus
terdiri dari: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi
(observing), dan refleksi (refleccing). Siklus I dilaksanakan dengan kegiatan
memasak makanan sehat dalam kelompok 5 anak sedangkan siklus II
kegiatan memasak makanan sehat dilaksanakan secara individu.
162
Jurnal Penelitian PAUDIA
Rencana aktivitas kegiatan siklus I dan II tersaji dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel 1. Kegiatan Siklus I dan Siklus II
Aktivitas Siklus I Siklus II Perencanaan 1. Guru menyusun RKH dengan
indikator (K. 2) 2. Guru menyiapkan bahan
makanan yang sehat. 3. Guru menyiapkan instrument
pengamatan.
1. Guru menyusun RKH dengan indikator (K. 2 dan K. 3)
2. Guru menyiapkan bahan makanan yang sehat.
3. Guru menyiapkan instrument pengamatan.
Pelaksanaan 1. Guru mengkondisikan siswa untuk duduk dengan rapi.
2. Melaksanakan kegiatan tanya jawab.
3. Guru memberikan kegiatan yang berkaitan dengan materi.
4. Guru mendemonstrasikan dalam melakukan kegiatan.
5. Anak melakukan kegiatan sesuai perintah.
6. Guru melakukan pengamatan.
1. Guru mengkondisikan siswa untuk duduk dengan rapi.
2. Melaksanakan kegiatan tanya jawab.
3. Guru memberikan kegiatan yang berkaitan dengan materi.
4. Guru mendemonstrasikan dalam melakukan kegiatan.
5. Anak melakukan kegiatan sesuai perintah.
6. Guru melakukan pengamatan. Observasi 1. Guru melakukan pengamatan
ketika anak melakukan kegiatan memasak.
2. Aspek yang diamati pada saat kegiatan memasak adalah ketika kegiatan tanya jawab tentang makanan sehat, ketika anak memotong/memetik bahan makanan, mengupas makanan, makan dan minum sambil duduk, berkata sopan
1. Guru melakukan pengamatan ketika anak melakukan kegiatan memasak.
2. Aspek yang diamati pada saat kegiatan memasak adalah ketika kegiatan tanya jawab tentang makanan sehat, ketika anak memotong/memetik bahan makanan, mengupas makanan, makan dan minum sambil duduk, berkata sopan santun.
163
Upaya Meningkatkan Pengetahuan Makanan Sehat Melalui Penerapan Sentra Cooking Pada Kelompok Bermain B Di PAUD Baitus Shibyaan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun
Ajaran 2014/2015
santun.
Refleksi Peneliti mengoreksi mengenai keberhasilan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dan bagaimana ketercapaiannya terhadap siswa. Apabila belum maka dilakukan siklus II.
Peneliti mengoreksi mengenai keberhasilan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dan bagaimana ketercapaiannya terhadap siswa. Apabila belum maka dilakukan siklus selanjutnya.
B. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada kelompok bermain B yang berjumlah
10 anak terdiri dari 4 anak laki-laki 6 anak perempuan. Sebelum melakukan
tindakan kelas ini peneliti melakukan observasi terlebih dahulu mengenai
masalah ini kurang lebih selama 1 bulan untuk mengetahui seberapa besar
pengetahuan anak tentang makanan sehat. Data penelitian yang diperoleh
berupa data observasi dari hasil pengamatan dalam proses pembelajaran
untuk masing-masing siklus.
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan tindakan
yang terdiri dari 2 siklus. Data hasil observasi peningkatan pengetahuan
makanan sehat kelompok bermain B PAUD Baitusshibyaan Kecamatan
Bergas Kabupaten Semarang tersaji dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Kondisi Pra Siklus
Indikator
Kondisi Awal Persentase
(%) Tingkat pencapaian perkembangan
Jumlah anak
Menyebutkan berbagai nama makanan, rasa, warna, bentuk dan tekstur (Kog 2)
Baik 0 0% Cukup 2 20% Kurang 8 80%
164
Jurnal Penelitian PAUDIA
Jumlah 10 100%
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa pengetahuan anak tentang
makanan sehat sebelum penerapan sentra cooking hanya 20% dalam
kategori cukup dan 80% kategori kurang sehingga perlu ditingkatkan
dengan melakukan kegiatan pada siklus I. Pada siklus I dilakukan penerapan
sentra cooking dengan contoh guru selama tiga hari melalui kegiatan
memasak makanan sehat dalam kelompok 5 anak dengan indikator
menyebutkan berbagai nama makanan, rasa, warna, bentuk dan tekstur (Kog
2). Adapun kegiatan yang dilakukan meliputi tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi, diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 3. Siklus 1
Indikator
Siklus 1
Nilai Pengetahuan
Persentase dalam setiap Pertemuan
1 2 3 Menyebutkan berbagai nama makanan, rasa, warna, bentukdantekstur. (Kog 2)
Baik (3) 0% 0% 0% Cukup (2) 30% 50% 70%
Kurang (1) 70% 50% 30% Jumlah 100% 100% 100%
Berdasarkan hasil penelitian siklus I dari pertemuan pertama sampai
ketiga pengetahuan anak mengalami peningkatan, dapat diketahui bahwa
beberapa anak mulai tahu tentang makanan sehat dengan bantuan guru. Hal
ini terbukti pada pertemuan ketiga masih 0% dalam kategori baik, 70%
cukup, dan 30% kurang, Padahal dalam penelitian tindakan kelas ini
indikator keberhasilan yang diharapkan sebesar 75%. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa pada siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan
165
Upaya Meningkatkan Pengetahuan Makanan Sehat Melalui Penerapan Sentra Cooking Pada Kelompok Bermain B Di PAUD Baitus Shibyaan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun
Ajaran 2014/2015
dalam penelitian tindakan kelas ini, maka selanjutnya akan dilakukan siklus
II.
Namun sebelum memasuki siklus II guru melakukan refleksi untuk
mengetahui kekurangan atau kelebihan dari kegiatan siklus I. Hasil refleksi
menunjukkan bahwa masih ada beberapa anak yang kurang paham tentang
makanan sehat karena pada saat guru menjelaskan, ada beberapa anak yang
belum fokus untuk memperhatikan. Selain itu peneliti harus lebih jelas lagi
dalam menyampaikan pembelajaran pada anak sehingga anak mudah untuk
menangkap informasi atau penjelasan dalam mengikuti pembelajaran.
Setelah melakukan refleksi, guru kembali mempersiapkan kegiatan untuk
melanjutkan ke siklus II.
Pada siklus II juga dilakukan penerapan sentra cooking tanpa
bantuan/contoh guru selama tiga hari melalui kegiatan memasak makanan
sehat dalam kelompok 5 anak dengan indikator menyebutkan berbagai nama
makanan, rasa, warna, bentuk dan tekstur (Kog 2). Adapun kegiatan yang
dilakukan meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi,
dan tahap refleksi, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3. Siklus 2
Indikator
Siklus II
Nilai Pengetahuan
Persentase dalam setiap Pertemuan
1 2 3 Menyebutkan berbagai nama makanan, rasa, warna, bentuk dan tekstur. (Kog 2)
Baik (3) 70% 80% 80%
Cukup (2) 20% 10% 20%
Kurang (1) 10% 10% 0%
Jumlah 100% 100% 100%
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus II yang dilaksanakan dalam
tiga kali pertemuan, dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan anak
tentang makanan sehat siklus II pada indikator keberhasilan dengan
166
Jurnal Penelitian PAUDIA
ketuntasan 75%. Hal ini dibuktikan dengan observasi, lembar observasi dan
dokumentasi pengetahuan anak yang mengalami peningkatan dari hasil
siklus I dengan persentase 0% dan mencapai persentase 80% pada siklus II,
sehingga pada siklus II sudah memenuhi indikator keberhasilan dalam
penelitian tindakan kelas ini.
Pembahasan Antar Siklus
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dan II menunjukan bahwa
dengan menerapkan sentra cooking dapat meningkatkan pengetahuan anak
tentang makanan sehat. Hal ini dapat dilihat dari pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti terhadap kemampuan peserta didik dalam
melakukan kegiatan memasak pada siklus I dan mengalami peningkatan
pada siklus II.
Pengetahuan anak dalam proses pembelajaran siklus I cukup,
sebagian besar anak masih membutuhkan bimbingan peneliti dalam
menyelesaikannya. Sebagian besar anak kuarang mematuhi peraturan ketika
mengikuti sentra cooking. Kemampuan anak dalam melakukan kegiatan
memasak cukup baik, meskipun masih ada beberapa anak yang belum
maksimal dalam kegiatan tersebut.
Berdasarkan hasil sentra cooking pada siklus I, dari 10 anak
sebanyak 7 anak yang mendapat kategori cukup yaitu sebesar 70%,
sehingga belum mencapai indikator keberhasilan.
Pada siklus I guru berusaha memperbaiki proses pembelajaran pada
siklus II. Hal yang dilakukan guru adalah menyiapkan media sentra cooking
sesuai tema pada minggu itu, sehingga lebih menarik perhatian siswa untuk
melakukan kegiatan memasak. Kegiatan tersebut ternyata berdampak baik
dalam proses pembelajaran sehingga mengalami peningkatan. Hal ini dapat
dilihat dari data keberhasilan siswa pada siklus II. Perhatian siswa terhadap
guru meningkat, pada siklus I siswa kurang antusias dalam mengikuti sentra
cooking, pada siklus II siswa mulai antusias dalam melakukan kegiatan pada
sentra cooking.
167
Upaya Meningkatkan Pengetahuan Makanan Sehat Melalui Penerapan Sentra Cooking Pada Kelompok Bermain B Di PAUD Baitus Shibyaan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun
Ajaran 2014/2015
Pada siklus II guru dapat mengkondisikan siswa sebelum
pembelajaran dengan baik, dalam menyampaikan apresepsi dan
memberikan contoh juga sudah baik, sehingga sebagian besar anak aktif dan
antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil
observasi siklus II mengalami peningkatan sebesar 80% dalam kategori
baik. Hal ini menunjukan hasil belajar siswa pada siklus II sudah mencapai
indikator kinerja yaitu ketuntasan belajar minimal 75%. Peningkatan
pengetahuan makanan sehat melalui penerapan sentra cooking antara siklus
1 dan siklus II tersaji dalam tabel berikut:
Peningkatan pengetahuan makanan sehat melalui penerapan sentra
cooking antara siklus I dan siklus II tersaji dalam tabel berikut:
Tabel 4. Siklus I dan Siklus II
No. Hasil
Penelitian
Persentase (%)
Siklus I Siklus II
I.1 I.2 I.3 II.1 II.2 II.3
1. Nilai Baik (3) 0% 0% 0% 70% 80% 80%
2. Nilai Cukup
(2)
30% 50% 70% 20% 10% 20%
3. Nilai Kurang
(1)
70% 50% 30% 10% 10% 0%
Berdasarkan tabel diatas hasil perkembangan pengetahuan
makanan sehat kelompok bermain B PAUD Baitusshibyaan antara
siklus I dan siklus II dapat digambarkan dalam grafik di bawah ini:
168
Jurnal Penelitian PAUDIA
Gambar 1. Grafik Siklus 1 dan Siklus 2
Berdasarkan grafik tersebut, dapat diketahui bahwa siklus I
belum mencapai indikator kinerja yaitu sebesar 70% dalam kategori
cukup dan selanjutnya siklus II telah mencapai indikator kenerja
sebesar 80% kategori baik, sehingga dapat dikatakan bahwa penerapan
sentra cooking dapat meningkatkan pengetahuan makanan sehat pada
KB B PAUD Baitusshibyaan kecamatan Bergas tahun ajaran
2014/2015. Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa ada
peningkatan pengetahuan anak melalui penerapan sentra cooking pada
KB B PAUD Baitusshibyaan.
C. PENUTUP
Pada bagian ini perlu kita ingat kembali arti makanan sehat menurut
Nuraini (2007: 14) makanan yang sehat adalah makanan yang mempunyai
zat gizi yang cukup dan seimbang, serta tidak mengandung (tercemar)
unsur yang dapat membahayakan atau merusak kesehatan. Berbekal teori
tersebut maka pada Anak Usia Dini memang perlu dikenalkan dengan
makanan yang sehat, maka kegiatan di sentra cooking memberikan
pengalaman kepada anak tentang mengolah bahan makanan dari bahan
makanan mentah menjadi matang. Selain itu anak dapat mengenal berbagai
macam makanan sehat dan tidak sehat baik dari segi warna, bentuk, tekstur,
169
Upaya Meningkatkan Pengetahuan Makanan Sehat Melalui Penerapan Sentra Cooking Pada Kelompok Bermain B Di PAUD Baitus Shibyaan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun
Ajaran 2014/2015
maupun rasa dan bau. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dapat
disimpulkan bahwa melalui penerapan sentra cooking dapat meningkatkan
pengetahuan pada anak KB B PAUD Baitusshibyaan Kecamatan Bergas
tahun pelajaran 2014/2015. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian
yang telah dilakukan, melalui penerapan sentra cooking telah mencapai
indikator keberhasilan dan termasuk dalam kategori cukup pada siklus I
yaitu dari 10 anak 70% anak mendapat nilai cukup (2). Pada siklus II
hasilnya mencapai indikator keberhasilan dan dalam kategori baik yaitu
dari 10 anak dengan persentase 80% yang mendapat nilai baik (3) dengan
skor rata-rata kelas.
Berdasarkan analisis tersebut pengetahuan anak tentang makanan
sehat juga didukung oleh pendapat Piaget dalam Suyadi, 2010: 79 bahwa
pengetahuan dibangun melalui kegiatan atau aktivitas pembelajaran.
Pengetahuan dapat diperoleh melalui eksplorasi, manipulasi, dan konstruksi
secara elaboratif. Anak-anak bukanlah suatu objek penerima pengetahuan
yang pasif, melainkan mereka dengan aktif melakukan pengaturan
pengalaman mereka ke dalam struktur mental yang komplek. Melalui
kegiatan sentra cooking dapat memberikan pengetahuan kepada anak
tentang angka atau jumlah, belajar tentang warna, melatih motorik kasar
dengan memperkenalkan nama-nama benda di dapur, dan melatih motorik
halusnya melalui kegiatan mematahkan sayur-sayuran dengan tangan.
170
Jurnal Penelitian PAUDIA
DAFTAR PUSTAKA
Anggota IKAPI. 2010. Undang-undang Praktek Kedokteran. Bandung :
Fokus Media. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta. Dwitagama, Dedi dan Wijaya Kusumah. 2010. Mengenal Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Indeks. Hasan, Maimunah. 2010. Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta : Diva
Press. Luthfeni dan Hanifa. 2006. Makanan yang Sehat. Bandung : Azka Press. Marsetio, dkk. 2010. Menu Resep Mencerdaskan Anak. Jakarta : Penebar
Plus. Minantyo, Hari. 2011. Dasar-Dasar Pengolahan Makanan. Yogyakarta :
Graha Ilmu. Musfiroh, Tadkiroatun. 2008. Cerdas Melalui Bermain. Jakarta: PT
Gramedia. Nielsen, Dianne, Miller. 2008. Mengelola Kelas untuk Guru TK. Jakarta :
PT. Indeks. Nuraini, Heny. 2007. Memilih & Membuat Jajanan Anak yang Sehat &
Halal. Jakarta : Qultum Media. Rasyid, Harun dan Mansur. 2009. Penelitian Hasil Belajar. Bandung : CV
Wacana Prima. Santoso, Soegeng dan Lies AnneRanti. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta:
Rineka Cipta. Santoso, Soegeng. 2007. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Universitas Terbuka. Sujiono, Yuliani, Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta : PT. Indeks. Surajio. 2012. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta : Bumi Aksara.
171
Upaya Meningkatkan Pengetahuan Makanan Sehat Melalui Penerapan Sentra Cooking Pada Kelompok Bermain B Di PAUD Baitus Shibyaan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Tahun
Ajaran 2014/2015
Suyadi. 2010. Psikologi Belajar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta :
Pedagogia. Suyadi. 2011. Manajemen PAUD. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Waluyo, Kusno. 2010. Memahami Gizi untuk Bayi dan Anak. Bandung : PT.
Puri Delco. Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter Usia Dini. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Wonorahardjo, Surjani. 2010. Dasar-dasar Sains Menciptakan Masyarakat
Sadar Sains. Jakarta : PT. Indeks. Yulianti, Dwi. 2010. Bermain Sambil Belajar Sains di Taman Kanak-
Kanak. Jakarta : PT. Indeks.
172