upaya peningkatan perolehan emas dengan … · pendulangan merkuri (hg) + au, ag ampas saringan...

14
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 83 96 83 UPAYA PENINGKATAN PEROLEHAN EMAS DENGAN METODE AMALGAMASI TIDAK LANGSUNG (Studi Kasus: Pertambangan Rakyat Desa Waluran, Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi) 1 Widodo, 2 Aminuddin 1 Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI . Komplek LIPI, Jln. Sangkuriang Bandung 2 Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan, Badan Geologi Jln. Diponegoro No. 57 Bandung SARI Masalah utama yang timbul pada kegiatan penambangan emas skala kecil adalah pemborosan sumber daya mineral dan terjadinya degradasi lingkungan. Pemborosan sumber daya mineral terjadi karena hanya bijih emas kadar tinggi yang diambil untuk diolah dengan metode amalgamasi secara langsung. Perolehan emas yang rendah (<60 %) serta merkuri (Hg) dan logam-logam berat lainnya yang terbuang cukup besar, dan bijih emas kadar rendah ditimbun di sekitar lubang tambang. Salah satu upaya untuk mengurangi pemborosan sumber daya mineral emas pada penambangan skala kecil adalah dengan meningkatkan perolehan emas, yaitu dengan cara melakukan pengolahan bijih emas metode amalgamasi “secara tidak langsung”. Berdasarkan hasil penelitian di daerah Waluran, Kabupaten Sukabumi, metode amalgamasi dengan cara tidak langsung mampu meningkatkan perolehan logam emas hingga 14,580 % dan menekan tingkat kehilangan merkuri (Hg) hingga 3,933 %. Kata kunci: bijih emas, tambang skala kecil, metode amalgamasi tidak langsung ABSTRACT The main problems in small-scale gold mining activities is a waste of mineral resources, and environmental degradation. Mineral resource wastage occurs happened because only high grade gold ore is taken to proceed by a direct amalgamation method, a large amount of lowgrade gold ore (<60%) as well as mercury (Hg) and other heavy metals are dumped around the pit. One of the efforts to reduce the waste of gold resources is to increase the gold gain by carrging out the process of gold ore amalgamation method indirectly. Based on the results of a research in Waluran, Sukabumi Regency. the method of indirect amalgamation is better than the direct one, and it is able to increase the gold gain up to 14.580% and decreases the loss of mercury (Hg) up to 3.933%. Keywords: gold metal, small-scale mining, amalgamation indirect method PENDAHULUAN Kebutuhan dunia akan emas pada saat ini cukup meningkat seiring dengan kemajuan teknologi, kecerdasan masyarakat, dan pengalaman pengolahan bijih emas. Emas merupakan salah satu sumber daya bahan galian (mineral) yang bersifat sekali ambil akan habis (non renewable resources), dan tidak dapat diperbaharui atau dipulihkan kembali. Untuk itu diperlukan pengelolaan yang yang tepat dan terencana, serta memperhatikan konservasi mineral untuk generasi yang akan datang. Penambangan dilakukan dengan sistem tambang bawah tanah, dengan membuat lubang bukaan mendatar berupa terowongan (tunnel) atau berupa adit dan lubang bukaan vertikal berupa sumuran (shaft) sebagai jalan masuk ke dalam tambang. Penambangan dilakukan secara selektif untuk memilih bijih yang mengandung emas, baik yang berkadar rendah maupun yang berkadar tinggi. Hasil penambangan bijih emas yang berkadar tinggi diolah dengan metode amalgamasi, yaitu proses pengikatan logam emas dari bijih tersebut dengan menggunakan merkuri (Hg) dalam tabung yang disebut sebagai gelundung (amalgamator). Amalgamator selain berfungsi sebagai tempat proses amalgamasi juga berperan dalam mereduksi ukuran bijih emas dari yang berukuran kasar (<1 cm) hingga menjadi berbutir halus (80 - 200 mesh) dengan media gerus berupa batangan besi. Amalgamator tersebut dapat diputar dengan tenaga penggerak air sungai melalui kincir atau tenaga listrik (dinamo). Selanjutnya dilakukan pencucian dan pendulangan untuk memisahkan amalgam (perpaduan logam emas/perak dengan Hg) dari ampas (tailing). Amalgam yang diperoleh diproses melalui pembakaran (penggebosan) untuk memperoleh

Upload: doliem

Post on 04-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: UPAYA PENINGKATAN PEROLEHAN EMAS DENGAN … · Pendulangan Merkuri (Hg) + Au, Ag Ampas Saringan (Kain Parasut) Merkuri Amalgam ... Pengolahan bijih emas metode amalgamasi cara tidak

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)

Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 83 – 96

83

UPAYA PENINGKATAN PEROLEHAN EMAS

DENGAN METODE AMALGAMASI TIDAK LANGSUNG (Studi Kasus: Pertambangan Rakyat Desa Waluran, Kecamatan Waluran,

Kabupaten Sukabumi)

1Widodo,

2Aminuddin

1Pusat Penelitian Geoteknologi – LIPI . Komplek LIPI, Jln. Sangkuriang Bandung

2Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan, Badan Geologi

Jln. Diponegoro No. 57 Bandung

SARI

Masalah utama yang timbul pada kegiatan penambangan emas skala kecil adalah pemborosan sumber daya

mineral dan terjadinya degradasi lingkungan. Pemborosan sumber daya mineral terjadi karena hanya bijih

emas kadar tinggi yang diambil untuk diolah dengan metode amalgamasi secara langsung. Perolehan emas

yang rendah (<60 %) serta merkuri (Hg) dan logam-logam berat lainnya yang terbuang cukup besar, dan bijih

emas kadar rendah ditimbun di sekitar lubang tambang. Salah satu upaya untuk mengurangi pemborosan

sumber daya mineral emas pada penambangan skala kecil adalah dengan meningkatkan perolehan emas, yaitu

dengan cara melakukan pengolahan bijih emas metode amalgamasi “secara tidak langsung”. Berdasarkan hasil

penelitian di daerah Waluran, Kabupaten Sukabumi, metode amalgamasi dengan cara tidak langsung mampu

meningkatkan perolehan logam emas hingga 14,580 % dan menekan tingkat kehilangan merkuri (Hg) hingga

3,933 %.

Kata kunci: bijih emas, tambang skala kecil, metode amalgamasi tidak langsung

ABSTRACT

The main problems in small-scale gold mining activities is a waste of mineral resources, and environmental

degradation. Mineral resource wastage occurs happened because only high grade gold ore is taken to

proceed by a direct amalgamation method, a large amount of lowgrade gold ore (<60%) as well as mercury

(Hg) and other heavy metals are dumped around the pit. One of the efforts to reduce the waste of gold

resources is to increase the gold gain by carrging out the process of gold ore amalgamation method

indirectly. Based on the results of a research in Waluran, Sukabumi Regency. the method of indirect

amalgamation is better than the direct one, and it is able to increase the gold gain up to 14.580% and

decreases the loss of mercury (Hg) up to 3.933%.

Keywords: gold metal, small-scale mining, amalgamation indirect method

PENDAHULUAN

Kebutuhan dunia akan emas pada saat ini

cukup meningkat seiring dengan kemajuan

teknologi, kecerdasan masyarakat, dan

pengalaman pengolahan bijih emas. Emas

merupakan salah satu sumber daya bahan galian

(mineral) yang bersifat sekali ambil akan habis

(non renewable resources), dan tidak dapat

diperbaharui atau dipulihkan kembali. Untuk itu

diperlukan pengelolaan yang yang tepat dan

terencana, serta memperhatikan konservasi

mineral untuk generasi yang akan datang.

Penambangan dilakukan dengan sistem

tambang bawah tanah, dengan membuat lubang

bukaan mendatar berupa terowongan (tunnel) atau

berupa adit dan lubang bukaan vertikal berupa

sumuran (shaft) sebagai jalan masuk ke dalam

tambang. Penambangan dilakukan secara selektif

untuk memilih bijih yang mengandung emas, baik

yang berkadar rendah maupun yang berkadar

tinggi. Hasil penambangan bijih emas yang

berkadar tinggi diolah dengan metode

amalgamasi, yaitu proses pengikatan logam emas

dari bijih tersebut dengan menggunakan merkuri

(Hg) dalam tabung yang disebut sebagai

gelundung (amalgamator). Amalgamator selain

berfungsi sebagai tempat proses amalgamasi juga

berperan dalam mereduksi ukuran bijih emas dari

yang berukuran kasar (<1 cm) hingga menjadi

berbutir halus (80 - 200 mesh) dengan media gerus

berupa batangan besi. Amalgamator tersebut dapat

diputar dengan tenaga penggerak air sungai

melalui kincir atau tenaga listrik (dinamo).

Selanjutnya dilakukan pencucian dan pendulangan

untuk memisahkan amalgam (perpaduan logam

emas/perak dengan Hg) dari ampas (tailing).

Amalgam yang diperoleh diproses melalui

pembakaran (penggebosan) untuk memperoleh

Page 2: UPAYA PENINGKATAN PEROLEHAN EMAS DENGAN … · Pendulangan Merkuri (Hg) + Au, Ag Ampas Saringan (Kain Parasut) Merkuri Amalgam ... Pengolahan bijih emas metode amalgamasi cara tidak

Upaya Peningkatan Perolehan Emas Dengan Metode Amalgamasi Tidak Langsung

(Widodo dan Aminuddin)

84

perpaduan logam emas-perak (bullion).

Selanjutnya dilakukan pemisahan antara logam

emas (Au) dari logam perak (Ag) dengan

menggunakan larutan perak nitrat.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa

hasil proses amalgamasi pada “pertambangan

rakyat” di Waluran, Kabupaten Sukabumi

menimbulkan berbagai permasalahan. Di samping

terjadinya pemborosan sumber daya mineral, juga

menimbulkan terjadinya degradasi lingkungan.

Terjadinya pemborosan sumber daya mineral

karena banyak logam emas yang terbuang bersama

dengan ampas (tailing) yang tercermin oleh

tingkat perolehan (recovery) logam emas yang

masih rendah (< 60 %), walaupun secara teoritis

tingkat perolehan emas dalam amalgamasi jarang

melebihi 85 % (Sevruykov et al, 1960). Akibat

penggunaan metode amalgamasi cara langsung ini

timbul permasalahan, yaitu perolehan emas yang

rendah dan kehilangan merkuri yang cukup tinggi.

Kehilangan merkuri yang cukup tinggi ini telah

mencemari air Sungai Ciliunggunung (Widodo,

2008a).

Untuk itu dilakukan penelitian untuk

mengupayakan meningkatkan perolehan emas

dengan melakukan pengolahan bijih emas metode

amalgamasi secara tidak langsung. Tujuannya

adalah meningkatkan perolehan emas, sehingga

kandungan emas yang ada dalam ampas (tailing)

hasil pengolahan metode amalgamasi menurun,

serta mengurangi adanya dampak pencemaran air

raksa dan logam-logam berat lainnya.

Percobaan menggunakan bahan dan

peralatan yang sama seperti yang dilakukan oleh

pertambangan rakyat di Waluran. Bahan

percobaan menggunakan bijih emas berukuran

<1cm dengan kadar 8,4 gr/t dan 10,32 gr/t,

merkuri, kapur tohor, borax, soda abu, dan perak

nitrat. Sementara peralatan amalgamasi

menggunakan gelundung (amalgamtor) dengan

tenaga penggerak kincir air, pendulang (pan), dan

retorting.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa

perolehan emas (Au) sebesar 38,40-47,98 % untuk

cara langsung dan 44,43-53,33 % untuk cara tidak

langsung. Kehilangan air raksa (Hg) sebesar 6,13-

8,06 % untuk cara langsung dan 4,13-5,26 %

untuk cara tidak langsung. Berdasarkan hasil

percobaan terlihat adanya kecenderungan

kenaikan perolehan emas hingga 14,58 %, dan

menurunkan kehilangan air raksa hingga 3,93 %.

Hasil percobaan pengolahan bijih emas dengan

metode amalgamasi tidak langsung ini diharapkan

dapat diterapkan pada pertambangan rakyat

maupun dalam industri pertambangan emas.

KEADAAN UMUM DAERAH KAJIAN

Lokasi kegiatan penambangan dan

pengolahan bijih emas ”pertambangan skala kecil

(tambang rakyat)” terletak di daerah Waluran,

Kecamatan Waluran, Kabupaten Sukabumi

(Gambar 1). Lokasi penelitian dapat dicapai

dengan kendaraan roda empat dari Kecamatan

Pelabuhan Ratu ke arah Kiaradua-Surade (Ujung

Genteng). Jarak Kota Bandung - Kota Sukabumi

sekitar 90 km, sedangkan Kota Sukabumi-

Kecamatan Waluran diperkirakan 100 km.

Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian.

Page 3: UPAYA PENINGKATAN PEROLEHAN EMAS DENGAN … · Pendulangan Merkuri (Hg) + Au, Ag Ampas Saringan (Kain Parasut) Merkuri Amalgam ... Pengolahan bijih emas metode amalgamasi cara tidak

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)

Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 83 – 96

85

Daerah Waluran termasuk kedalam Formasi

Jampang (Tmjv). Formasi Jampang (Gambar 2)

terdiri atas tiga satuan, yaitu bagian utama

sebagian besar adalah breksi gunung api berbutir

halus hingga kasar, Anggota Formasi Cikarang

(Tmjc) yang terdiri atas tufa dan tufa lapili, dan

Anggota Cisereuh (Tmja) terdiri atas aliran andesit

dan basal (Sukamto, 1990). Mineralisasi di daerah

Waluran dijumpai pada lava andesit dan intrusi

dasit, yang ditandai dengan munculnya ubahan

klorit, karbonat, mineral lempung, dan kuarsa.

Kuarsa sering dijumpai dalam bentuk veinlets

maupun urat berukuran tebal antara 0,1 – 1,0 m,

yang kadang-kadang mengandung mineral bijih

sulfida. Jurus urat U 300o T - U 340

o T dengan

kemiringan 50o sampai mendekati 90

o. Kuarsa

veinlets mempunyai ketebalan beberapa cm

dengan arah tidak teratur, yang memotong

kedudukan urat kuarsa. Urat dan veinlets kuarsa

ini terdapat dalam dasit yang kadang-kadang

menerobos lava andesit. Mineralisasi yang terjadi

disebabkan oleh pengaruh intrusi dasit yang

menerobos batuan samping (lava andesit), yang

dapat digolongkan kedalam jenis mineralisasi

sulfida bertipe urat (Indarto drr., 1987).

Berdasarkan pengamatan mineralogi pada

sayatan tipis/poles percontoan urat (Soemarto

drr., 1994) diketahui bahwa bijih emas primer

termasuk bijih sulfida dengan mineral-mineral

penyusun di antaranya: pirit (FeS2), kalkopirit

[(Cu, Fe)S2], spalerit [(Zn, Fe)S], dan kovelit

(CuS). Mineral pirit berukuran 0,1 - 0,2 mm,

bentuk anhedral, tersebar pada urat kuarsa (+ 15

%); kalkopirit berwarna kuning, anhedral, butir

halus ukuran + 0,1 mm dan tersebar tidak

merata (+ 1 %); spalerit

warna kuning keabuan ukuran < 4 mm; kovelit

warna biru muda, anhedral dan jumlahnya + 1 %.

METODOLOGI

Metode yang dipakai dalam penyusunan

makalah ini adalah melakukan pengumpulan dan

pengolahan data sekunder yang berupa data

geologi, bijih emas, dan air sungai. Selain itu juga

dilakukan pengamatan dan pengukuran langsung

di lapangan seperti pengambilan percontoh bijih

emas, ampas (tailing), dan air.

Untuk mengetahui kondisi sebenarnya proses

amalgamasi yang dilakukan pada “pertambangan

rakyat” di Waluran, maka dilakukan percobaan

amalgamasi dengan indikator tingkat perolehan

logam emas dan tingkat kehilangan merkuri (Hg).

Bahan percobaan pengolahan metode

amalgamasi yang digunakan adalah dua kelompok

bijih emas berukuran <1 cm, masing-masing

berkadar Y1 (8,4 gr/t) dan Y2 (10,32 gr/t). Bahan

proses amalgamasi berupa merkuri (Hg), dan

kapur tohor (CaO) untuk pengaturan pH.

Sementara peralatan amalgamasi berupa tabung

amalgamasi (amalgamator) atau penduduk

setempat menyebut dengan istilah gelundung

dengan tenaga penggerak dinamo, pendulang, dan

retorting.

Data prosedur percobaan amalgamasi

dilakukan dengan dua cara, yaitu cara langsung

(Gambar 3) dan cara tidak langsung (Gambar

4) yang dijelaskan sebagai berikut (Widodo,

2008):

Gambar 2. Peta geologi daerah Waluran dan sekitarnya (Sukamto, 1975).

U

Page 4: UPAYA PENINGKATAN PEROLEHAN EMAS DENGAN … · Pendulangan Merkuri (Hg) + Au, Ag Ampas Saringan (Kain Parasut) Merkuri Amalgam ... Pengolahan bijih emas metode amalgamasi cara tidak

Upaya Peningkatan Perolehan Emas Dengan Metode Amalgamasi Tidak Langsung

(Widodo dan Aminuddin)

86

Gambar 3. Pengolahan bijih emas metode amalgamasi cara langsung.

Prosedur cara langsung (X1) :

Kondisi percobaan diatur sebagai berikut :

berat bijih emas 20 kg, berat media giling 9,6 kg,

berat merkuri 150 gr, pH pulp 9 - 10, kecepatan

putar amalgamator pada penghalusan bijih adalah

55 rpm, dan rentang waktu amalgamasi 9 jam

(merkuri dimasukkan bersama-sama dalam proses

penggerusan).

Prosedur cara tidak langsung (X2) :

Kondisi percobaan sama dengan kondisi

cara langsung, perbedaannya cara tidak

langsung ini bahwa bijih emas tidak langsung

dimasukkan ke amalgamator, tetapi dilakukan

pencucian bijih emas terlebih dahulu atau melalui

dua tahap proses (Gambar 4).

Bijih Emas Primer

Pengecilan Ukuran (<1 cm)

Amalgamator

Pendulangan

Merkuri (Hg) + Au, Ag Ampas

Saringan (Kain Parasut)

Amalgam Merkuri

Media gerus, kapur, air

Air raksa

Page 5: UPAYA PENINGKATAN PEROLEHAN EMAS DENGAN … · Pendulangan Merkuri (Hg) + Au, Ag Ampas Saringan (Kain Parasut) Merkuri Amalgam ... Pengolahan bijih emas metode amalgamasi cara tidak

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)

Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 83 – 96

87

Gambar 4. Pengolahan bijih emas metode amalgamasi cara tidak langsung.

Tahap pertama dilakukan penghalusan

ukuran butir dalam amalgamator selama 7 jam,

kemudian baru tahap kedua, yaitu amalgamasi

selama 2 jam. Pada tahap amalgamasi ini,

dilakukan pengurangan berat media giling 40-50

%, ditambahkan air untuk mendapatkan

persentase pulp (adonan) menjadi 30 - 40 %,

dimasukkan merkuri dan dilakukan pengecekan

pH (9-10). Setelah persiapan pengolahan selesai,

amalgamator diputar kembali dengan kecepatan

putar sekitar 40 rpm. Pengurangan berat media

giling dan kecepatan putar bertujuan agar proses

yang terjadi hanya proses pengadukan (agitasi),

bukan proses penggerusan. Hasil amalgamasi baik

cara langsung maupun tidak langsung sama -

sama berupa amalgam.

Selanjutnya dengan menambahkan borax,

soda abu, dan nitrat kemudian dibakar dengan alat

emposan (retort), didapatkan bullion. Pemisahan

logam emas terhadap perak dilakukan dengan

menggunakan larutan air keras (asam nitrat) dan

batang tembaga sebagai elektroda, perak akan

bereaksi dengan air keras, dan emas akan

tertinggal.

Untuk mengetahui perkembangan tingkat

pencemaran air sungai telah dilakukan

pemantauan dengan cara mengambil percontoh

air sungai pada titik tetap CLG.07 tahun 2007,

2008 dan 2009. Analisis percontoh air sungai

meliputi unsur-unsur pH, Hg, Fe, Mn, Cu, Zn, Pb,

Cr, dan As.

Bijih Emas Primer

Pengecilan Ukuran (1 cm)

Amalgamator

Pendulangan

Merkuri (Hg) + Au, Ag Ampas

Saringan (Kain Parasut)

Amalgam Merkuri

Tahap 1

Media Gerus, Kapur, Air

Tahap 2

Air, Air Raksa

Page 6: UPAYA PENINGKATAN PEROLEHAN EMAS DENGAN … · Pendulangan Merkuri (Hg) + Au, Ag Ampas Saringan (Kain Parasut) Merkuri Amalgam ... Pengolahan bijih emas metode amalgamasi cara tidak

Upaya Peningkatan Perolehan Emas Dengan Metode Amalgamasi Tidak Langsung

(Widodo dan Aminuddin)

88

Gambar 5. Gelundung (amalgamator) untuk proses pengolahan bijih emas

(Foto diambil di Waluran, 2010).

Gambar 6. Pencucian adonan (pulp) hasil pengolahan bijih emas dengan metode amalgamasi

(Foto diambil di Waluran, 2010).

Page 7: UPAYA PENINGKATAN PEROLEHAN EMAS DENGAN … · Pendulangan Merkuri (Hg) + Au, Ag Ampas Saringan (Kain Parasut) Merkuri Amalgam ... Pengolahan bijih emas metode amalgamasi cara tidak

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)

Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 83 – 96

89

ANALISIS PERCOBAAN

Masukkan merkuri (Hg) ke dalam

amalgamator yang dilakukan secara tidak

langsung (2 jam) belakangan, memperoleh

hasil amalgamasi lebih baik jika

dibandingkan dengan cara langsung (9 jam)

bersamaan, sebagaimana yang dilakukan oleh ”

pertambangan rakyat ” di Waluran pada

umumnya. Hasil percobaan amalgamasi baik

dalam bentuk amalgam, bullion, logam emas,

dan kehilangan merkuri disajikan dalam

bentuk tabel seperti disajikan pada Tabel 1,

Gambar 7, dan Gambar 8 (Widodo, 2008)

sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Percobaan Amalgamasi

No. Variabel Percobaan

Hasil Percobaan Amalgamsi (gr) Kehilangan

Merkuri

Amalgam Bullion Emas

1 Cara Langsung X1Y1 8,100 1,666 0,0810 10,60

2 Cara Langsung X1Y1 7,590 1,610 0,0690 9,20

3 Cara Langsung X1Y2 9.610 1,480 0,0785 11,50

4 Cara Langsung X1Y2 9,080 1,724 0,0798 12,10

5 Cara Tidak Langsung X2Y1 9,620 1,760 0,0868 7,10

6 Cara Tidak Langsung X2Y1 9,740 2,075 0,0756 6,80

7 Cara Tidak Langsung X2Y2 11,650 2,532 0,0986 7,90

8 Cara Tidak Langsung X2Y2 11,480 1,886 0,1096 6,20

Keterangan: X1 = pengolahan cara langsung

X2 = pengolahan cara tidak langsung

Y1 = kadar bijih emas 1 (umpan 1)

Y2 = kadar bijih emas 2 (umpan 2)

Page 8: UPAYA PENINGKATAN PEROLEHAN EMAS DENGAN … · Pendulangan Merkuri (Hg) + Au, Ag Ampas Saringan (Kain Parasut) Merkuri Amalgam ... Pengolahan bijih emas metode amalgamasi cara tidak

Upaya Peningkatan Perolehan Emas Dengan Metode Amalgamasi Tidak Langsung

(Widodo dan Aminuddin)

90

Gambar 7. Diagram tingkat perolehan logam emas hasil percobaan amalgamasi.

Gambar 8. Diagram pola kecenderungan tingkat kehilangan merkuri (Hg)

hasil percobaan amalgamasi

0

2

4

6

8

10

Percobaan Ke (n)

Keh

ilan

gan

Hg

(%

)

Cara langsung 7.067 6.134 7.667 8.067

Cara tidak langsung 4.734 4.534 5.267 4.134

1 2 3 4

Menurun

0

10

20

30

40

50

60

Percobaan Ke (n)

Pero

leh

an

Au

(%

)

Cara langsung 47.98 40.88 38.4 38.65

Cara tidak langsung 50.95 44.43 47.95 53.33

1 2 3 4

Meningkat

Page 9: UPAYA PENINGKATAN PEROLEHAN EMAS DENGAN … · Pendulangan Merkuri (Hg) + Au, Ag Ampas Saringan (Kain Parasut) Merkuri Amalgam ... Pengolahan bijih emas metode amalgamasi cara tidak

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)

Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 83 – 96

91

Hasil analisis kimia air Sungai Ciliunggunung pada titik (CLG.07), unsur pH dan logam-logam berat

adalah sebagai berikut (Tabel 2):

Tabel 2. Hasil Analisis pH dan Logam Berat Titik CLG.07

No. Parameter

Satuan Hasil Analisis

mg/l 2006*) 2007 2008 2009

1 pH mg/l 5,7 5,7 5,8 6,0

2 Merkuri (Hg) mg/l 0,188 0,020 0,010 0,004

3 Besi (Fe) mg/l 0,320 0,360 0,410 0,280

4 Mangan (Mn) mg/l 0,012 0,008 0,002 ttd

5 Tembaga (Cu) mg/l 0,015 0,010 0,008 0,006

6 Seng (Zn) mg/l 0,022 0,020 0,015 0,008

7 Timbal (Pb) mg/l 0,018 0,015 0,020 ttd

8 Kromium (Cr) mg/l Ttd ttd ttd ttd

9 Arsen (As) mg/l ttd 0,001 ttd ttd

*). Sebelum dilakukan perbaikan cara pengolahan bijih emas (Widodo, 2008).

PEMBAHASAN

Kegiatan pertambangan skala kecil/

pertambangan rakyat (small-scale mining)

dilaksanakan dalam suatu wilayah pertambangan

rakyat (WPR), baik itu pertambangan mineral

logam, pertambangan mineral bukan logam,

pertambangan batuan, dan pertambangan batubara.

Sifat-sifat atau kondisi kegiatan pertambangan

skala kecil umumnya diterapkan pada kondisi

sebagai berikut: tidak melakukan kegiatan

eksplorasi, potensi cadangan terbatas, teknologi

penambangan dan pengolahan bersifat sederhana

(manual), bahan galian yang ditambang/diolah

berkadar/berkualitas tinggi, kualitas bahan galian

dipengaruhi oleh pasar/konsumen, modal kegiatan

penambangan/pengolahan terbatas, tidak (kurang)

memperhatikan kelestarian lingkungan, kesehatan

dan keselamatan kerja, prasarana pendukung

kegiatan penambangan / pengolahan sedang-

cukup, keahlian penambang / pengolah bahan

galian dapat digolongkan ke dalam tingkat

dasar sampai menengah, kegiatan penambangan /

pengolahan dilakukan secara padat karya,

prokduktivitas relatif rendah, kurang

memperhatikan konservasi sumber daya alam

(mineral).

Pengolahan bijih emas dengan metode

amalgamasi adalah cara pengolahan bijih emas

yang paling sederhana dibandingkan dengan

metode pengolahan emas lainnya, seperti metode

flotasi maupun metode pelindian termasuk

sianidasi. Di samping murah biaya operasionalnya,

juga mudah dalam pemasaran produknya karena

baik masih dalam bentuk amalgam, maupun

bullion sudah bisa dipasarkan dengan harga

standar berdasarkan kualitas produk dan harga

pasar logam emas murni dunia internasional pada

saat itu. Oleh karena itu, metode amalgamasi ini

menjadi pilihan utama bagi pertambangan skala

kecil (pertambangan rakyat) pada umumnya.

Perlakuan waktu amalgamasi sehubungan

dengan cara memasukkan merkuri (Hg) ke

dalam amalgamator yang dilakukan secara tidak

Page 10: UPAYA PENINGKATAN PEROLEHAN EMAS DENGAN … · Pendulangan Merkuri (Hg) + Au, Ag Ampas Saringan (Kain Parasut) Merkuri Amalgam ... Pengolahan bijih emas metode amalgamasi cara tidak

Upaya Peningkatan Perolehan Emas Dengan Metode Amalgamasi Tidak Langsung

(Widodo dan Aminuddin)

92

langsung (2 jam) memperoleh hasil amalgamasi

lebih baik jika dibandingkan dengan cara langsung

(9 jam), sebagaimana yang dilakukan oleh

”pertambangan rakyat” di Waluran pada

umumnya.

Pengolahan bijih emas metode amalgamasi

cara langsung memperoleh hasil 38,40-47,98 %,

sehingga emas yang terbuang bersama ampas

sebesar 52,02-62,60 %. Sementara pengolahan

bijih emas metode amalgamasi cara tidak langsung

memperoleh hasil 44,43-53,33 %, sehingga emas

yang terbuang bersama ampas sebesar 46,67-55,57

%. Berdasarkan diagram pada Gambar 3, tampak

bahwa kecenderungan (trend) pengaruh

amalgamasi tidak langsung dapat meningkatkan

perolehan logam emas (Au) rata-rata sebesar

14,580 %, jika dibandingkan dengan cara

langsung. Sementara berdasarkan diagram pada

Gambar 4, tampak bahwa kecenderungan (trend)

pengaruh amalgamasi tidak langsung dapat

menurunkan (menekan) tingkat kehilangan

merkuri (Hg) rata-rata sebesar 3,933 %, jika

dibandingkan dengan cara langsung.

Terjadinya degradasi lingkungan, khususnya

di daerah aliran sungai, disebabkan oleh proses

pencucian dan pendulangan yang dilakukan di

sungai, sehingga ampas (tailing) terbuang ke

dalam sungai. Sebagai akibatnya, air sungai

menjadi keruh dan tercemar oleh merkuri yang

terbuang bersama ampas. Hasil pemantauan Dinas

Pertambangan dan Energi Kabupaten Sukabumi

(tahun 2004, 2005) menyebutkan bahwa daerah

aliran sungai di Kecamatan Waluran pada

umumnya telah mengalami pencemaran merkuri

(Hg) akibat kegiatan pertambangan emas di daerah

sekitarnya. Kandungan merkuri pada bulan-bulan

tertentu telah melampaui nilai ambang batas yang

diperkenankan. Hasil pengukuran terhadap

kualitas air pada bulan Agustus 2005

memperlihatkan nilai kandungan merkuri (Hg)

cukup tinggi, yaitu mencapai sekitar 0,2180 mg/l

(Wahyu drr., 2006).

Merkuri termasuk salah satu logam berat,

dengan berat molekul tinggi. Dalam kadar rendah

logam berat ini umumnya sudah beracun bagi

tumbuhan dan hewan, termasuk manusia.

Beberapa logam berat lainnya adalah mangan

(Mn), timbal (Pb), tembaga (Cu), kromium (Cr),

dan besi (Fe). Merkuri (Hg) diperlukan untuk

pertumbuhan kehidupan biologis, tetapi dalam

jumlah berlebihan akan bersifat racun. Oleh

karena itu keberadaan logam berat perlu mendapat

pengawasan terutama dari segi jumlah

kandungannya di dalam air (Noviardi drr., 2007).

Air raksa dalam temperatur kamar berbentuk zat

cair, bila terjadi kontak dengan logam emas akan

membentuk larutan padat (Sevruykov drr., 1960).

Larutan padat biasa disebut amalgam, yaitu

merupakan paduan antara air raksa dengan

beberapa logam (emas, perak, tembaga, timah, dan

seng).

Perolehan emas metode amalgamasi

langsung yang rendah (<60 %) ini juga

menimbulkan masalah pencemaran air sungai dari

merkuri dan logam-logam berat, pemborosan

sumber daya mineral karena bijih emas kadar

rendah tidak diolah dan ampas (tailing) sebagai

sisa pengolahan umumnya masih mengandung

emas. Agar dampak pengolahan yang terjadi dapat

diminimalisasi (ramah lingkungan), maka perlu

dilakukan usaha : (1). pengolahan tidak lagi

dilakukan di sungai dengan tenaga penggerak

kincir air, tetapi menggunakan genset (dinamo)

yang dapat dilakukan jauh dari sungai, (2).

memperkecil kandungan air raksa yang tidak dapat

diambil kembali dengan cara melakukan

pengolahan bijih emas metode amalgamasi tidak

langsung dan meningkatkan tingkat efisiensi

amalgamasi, (3). membuat kolam-kolam/bak

pengendap yang kedap air secara berjenjang untuk

tailing hasil pengolahan dan mencegah infiltrasi

ke dalam air tanah.

Pada awalnya sungai-sungai di daerah

penelitian tidak tercemar merkuri (Hg) dan logam-

logam berat, setelah adanya kegiatan pengolahan

bijih emas metode amalgamasi langsung oleh

penduduk setempat dan sekitarnya, air sungai

menjadi tercemar, khususnya merkuri.

Hasil pemantauan pencemaran merkuri dari

pengolahan bijih emas di Kecamatan Waluran

(Wahyu drr., 2006) yang dilakukan oleh Dinas

Pertambangan dan Energi Kabupaten Sukabumi

menunjukkan bahwa air sungai mengandung

merkuri di atas nilai ambang batas terjadi pada

bulan Juni, Juli, Oktober dan Desember 2004,

sementara pada bulan Agustus dan November

2004 konsentrasi merkuri masih di bawah nilai

ambang batas. Untuk percontoh sedimen sungai

konsentrasi merkuri pada tengah sungai dengan

konsentrasi tertinggi pada bulan November yaitu

sebesar 2,5193 ppm. Pada tahun 2005 air Sungai

Ciliunggunung dengan kandungan merkuri

terbesar terjadi pada bulan Agustus (0,2180 mg/l),

kadar maksimal sedimen tengah pada bulan

September (11,022 ppm) dan sedimen pinggir

pada bulan Agustus (11,1933 ppm). Kandungan

merkuri terbesar pada bulan Agustus tahun 2005

pada Sungai Ciliunggunung ini terjadi karena

keberhasilan penambangan bijih emas dengan

kadar yang bagus, sehingga jumlah pengolahan

di sungai tersebut juga meningkat dan bulan

Agustus 2005 adalah musim kemarau. Hasil

pengukuran kualitas/mutu air terhadap

pencemaran merkuri dan logam - logam berat

Page 11: UPAYA PENINGKATAN PEROLEHAN EMAS DENGAN … · Pendulangan Merkuri (Hg) + Au, Ag Ampas Saringan (Kain Parasut) Merkuri Amalgam ... Pengolahan bijih emas metode amalgamasi cara tidak

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)

Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 83 – 96

93

dievaluasi sesuai dengan pemanfaatannya

berdasarkan kelas. Perairan yang mengandung

merkuri untuk bahan baku air minum (kelas I)

maksimum 0,001 mg/l, untuk budi daya ikan

air tawar, peternakan, sarana rekereasi air

(kelas II dan III) merkuri maksimum 0,002

mg/l dan untuk pengairan (kelas IV) merkuri

maksimum 0,005 mg/l (Tabel 3).

Pada Agustus 2007-2009 dilakukan analisis

percontoh air Sungai Ciliunggunung pada titik

LG.07 untuk pH, merkuri dan logam berat

lainnya, dimana pada Agustus tahun 2005

pada titik CLG.07 diketahui memiliki konsentrasi

Hg yang terbesar, yaitu 0,2180 mg/l (Wahyu

drr., 2006).

Tabel 3. Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas

(Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001)

Parameter Satuan

Kelas

I II III IV

pH

06-Sep 06-Sep 06-Sep 05-Sep

Besi (Fe) mg/l 0,3 (-) (-) (-)

Mangan (Mn) mg/l 0,1 (-) (-) (-)

Tembaga (Cu) mg/l 0,02 0,02 0,02 0,2

Kadmium (Cd) mg/l 0,01 0,01 0,01 0,01

Seng (Zn) mg/l 0,05 0,05 0,05 2

Timbal (Pb) mg/l 0,03 0,03 0,03 1

Kromium (Cr) mg/l 0,05 0,05 0,05 1

Arsen (As) mg/l 0,05 1 1 1

Merkuri (Hg) mg/l 0,001 0,002 0,002 0,005

Keterangan : Kelas I = bahan baku air minum

Kelas II = sarana rekreasi air, budi daya ikan air tawar, peternakan

Kelas III = budi daya ikan tawar, peternakan

Kelas IV = pengairan

Page 12: UPAYA PENINGKATAN PEROLEHAN EMAS DENGAN … · Pendulangan Merkuri (Hg) + Au, Ag Ampas Saringan (Kain Parasut) Merkuri Amalgam ... Pengolahan bijih emas metode amalgamasi cara tidak

Upaya Peningkatan Perolehan Emas Dengan Metode Amalgamasi Tidak Langsung

(Widodo dan Aminuddin)

94

Gambar 9. Pengolahan bijih emas menggunakan amalgamator yang digerakkan dengan kincir air (Foto diambil

di Sungai Ciliunggunung Waluran, 2010).

Gambar 10. Kolam penampungan/pengendapan lumpur hasil pengolahan bijih emas metode amalgamasi

dilakukan di darat (Foto diambil di Waluran, 2010).

Page 13: UPAYA PENINGKATAN PEROLEHAN EMAS DENGAN … · Pendulangan Merkuri (Hg) + Au, Ag Ampas Saringan (Kain Parasut) Merkuri Amalgam ... Pengolahan bijih emas metode amalgamasi cara tidak

Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)

Vol. 21 No. 2 Agustus 2011: 83 – 96

95

Adanya penyuluhan dan pembinaan kepada

para penambang/pengolah bijih emas berdampak

positif terhadap peningkatan perolehan emas

menggunakan metode amalgamasi tidak langsung,

dan kecenderungan penurunan pencemaran

merkuri dan logam-logam berat terhadap air

Sungai Ciliunggunung (Tabel 2), sehingga

kualitas air sungai menjadi lebih baik

dibandingkan pada tahun sebelumnya.

Berdasarkan kriteria mutu air untuk pH,

percontoh air Sungai Ciliunggunung pada tahun

2006-2008 tidak memenuhi syarat untuk keperluan

budi daya ikan air tawar dan peternakan (Kategori

Kelas III); sarana rekreasi air, budi daya ikan air

tawar dan peternakan (Kategori Kelas II); dan

bahan baku air minum (Kategori Kelas I); tetapi

memenuhi syarat untuk keperluan pengairan

(kategori Kelas IV). Begitu juga kandungan

merkuri (Hg) pada percontoh air Sungai

Ciliunggunung pada tahun 2006-2008 tidak

memenuhi syarat untuk keperluan dalam kategori

IV, III, II, dan I, tapi pada tahun 2009 percontoh

air sungai dapat digunakan untuk keperluan

pengairan (Kelas IV). Sementara kandungan besi

(Fe) pada percontoh Sungai Ciliunggunung pada

tahun 2006-2008 tidak memenuhi syarat untuk

keperluan dalam kategori I, tapi pada tahun 2009

percontoh air sungai dapat digunakan untuk semua

keperluan, baik itu kategori IV, III, II dan I.

Apabila perbaikan cara penambangan dan

pengolahan bijih emas terus ditingkatkan secara

berkelanjutan, maka kualitas air sungai juga akan

lebih baik, sehingga pencemaran merkuri dan

logam-logam lainnya juga akan menurun.

Peningkatan kualitas air sungai dapat berpengaruh

terhadap kesehatan manusia. Merkuri biasanya

masuk ke dalam tubuh manusia lewat pencernaan,

baik melalui ikan maupun air itu sendiri. Merkuri

dalam bentuk logam sebagian besar dapat

disekresikan, sisanya akan menumpuk di ginjal

dan sistem saraf yang suatu saat akan mengganggu

bila akumulasinya makin banyak. Apabila Hg ini

terhisap dari udara akan berdampak akut atau

dapat terakumulasi dan terbawa ke organ - organ

tubuh lainnya, menyebabkan bronchitis sampai

rusaknya paru - paru.

Pada keracunan merkuri tingkat awal

penderita akan merasa mulutnya kebal, sehingga

tidak peka terhadap rasa dan suhu. Hidung tidak

peka bau, mudah lelah dan sering sakit kepala.

Apabila terjadi akumulasi yang lebih, dapat

berakibat pada degenerasi sel - sel saraf di otak

kecil yang menguasai kondisi saraf, gangguan

pada luas pandang, degenerasi pada sarung selaput

saraf dan bagian otak kecil. Keracunan oleh

merkuri anorganik terutama mengakibatkan

terganggunya fungsi ginjal dan hati, terganggunya

sistem enzim dan mekanisme sintetik apabila

berupa ikatan dengan kelompok sulfur di dalam

protein dan enzim. Merkuri organik jenis metil-

merkuri dapat memasuki placenta dan merusak

janin pada wanita hamil, mengganggu saluran

darah ke otak serta menyebabkan kerusakan otak

(Herman, 2006).

Pengelolaan atau kegiatan penambangan/

pengolahan bahan galian nonlogam (mineral

industri) tidak terlalu rumit apabila dibandingkan

dengan bahan galian logam. Karakteristik dan

kondisi geologi yang berbeda pada setiap jenis

bahan galian, akan memberikan cara pengelolaan

dan penanganan yang berbeda pula, sehingga

penanganan aspek konservasi juga akan

berbeda. Bahan galian yang diusahakan pada

pertambangan skala kecil umumnya merupakan

komoditi pilihan yang dapat dilakukan dengan

cara penambangan / pengolahan yang tidak

rumit, dan hasilnya dapat segera dipasarkan.

Besarnya cadangan bahan galian bagi para

penambang juga bukan merupakan faktor

utama dalam penentuan kegiatan, asalkan

bahan galian yang ditambang/diolah dapat

memberikan pendapatan untuk mencukupi

kebutuhan hidup.

Bahan galian yang telah terganggu

keberadaannya (ditambang, disimpan ditempat

penimbunan), tetapi mempunyai kualitas/kadar

yang belum mempunyai nilai ekonomis pada saat

ini, harus disimpan pada lokasi tertentu dengan

penanganan yang baik dan benar agar tidak turun

nilai ekonominya pada masa mendatang. Apabila

akan dimanfaatkan dapat dengan mudah untuk

diambil (digali) kembali. Sementara untuk bahan

galian in-situ yang karena dimensi (jumlah

cadangan) atau kadarnya belum mempunyai nilai

ekonomi pada saat ini, perlu diamankan, jangan

dimanfaatkan menjadi areal penimbunan waste

atau tailing untuk mencegah turunnya nilai

ekonomi.

SIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil analisis dan pembahasan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Pengolahan bijih emas dengan metode

amalgamasi tidak langsung dapat

memperoleh hasil logam emas (Au) lebih

besar dan kehilangan merkuri (Hg) lebih

sedikit.

2. Proses amalgamasi tidak langsung dapat

meningkatkan perolehan logam emas hingga

14,580 % dan menekan tingkat kehilangan

merkuri hingga 3,933%.

Page 14: UPAYA PENINGKATAN PEROLEHAN EMAS DENGAN … · Pendulangan Merkuri (Hg) + Au, Ag Ampas Saringan (Kain Parasut) Merkuri Amalgam ... Pengolahan bijih emas metode amalgamasi cara tidak

Upaya Peningkatan Perolehan Emas Dengan Metode Amalgamasi Tidak Langsung

(Widodo dan Aminuddin)

96

3. Hasil pemantauan pencemaran air Sungai

Ciliunggunung (2007-2009) secara umum

mengalami penurunan dibandingkan tahun-

tahun sebelumnya setelah pengolahan bijih

emas dilakukan dengan amalgamsi tidak

langsung. Hal ini ditunjukkan dengan

konsentrasi logam berat: merkuri 0,004-

0,020 mg/l, besi 0,028-0,410 mg/l, mangan

ttd-0,008 mg/l, tembaga 0,006-0,0150mg/l,

seng 0,008-0,020 mg/l, timbal ttd-0,020

mg/l dan arsen ttd-0,001 mg/l.

4. Nilai pH air di bawah ambang batas

maksimum untuk kriteria air baku air minum

kelas I. Untuk meningkatkan nilai pH

tersebut supaya sesuai dengan syarat yang

ditentukan, dapat ditambahkan kapur.

SARAN

Perlu dilakukan pengolahan kembali

terhadap tailing yang mengandung emas, dan

upaya konservasi terhadap tailing maupun bijih

emas kadar rendah.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada

Kepala Dinas Pertambangan dan Energi

Kabupaten Sukabumi dan Kepala UPT Loka Uji

Teknik Penambangan Jampang Kulon-LIPI

Sukabumi yang telah memberikan kesempatan

untuk terlibat dalam Sosialisasi Hasil Pemantauan

Pencemaran Air Raksa Dari Pengolahan Emas Di

Waluran, sehingga salah satunya menghasilkan

makalah ini.

ACUAN

Herman, D.Z., 2006. Tinjauan terhadap tailing

mengandung unsur pencemar Arsen (As),

Merkuri (Hg), Timbal (Pb), dan Kadmium

(Cd) dari sisa pengolahan bijih logam.

Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 Maret

2006: h. 31-36.

Indarto, S., Dharma, S.K., dan Sudaryanto, 1987.

Penelitian Mineralisasi di Daerah Waluran,

Kabupaten Sukabumi. Laporan Penelitian

No. 11/PPPG/1987, Puslitbang

Geoteknologi-LIPI, Bandung, h. 10-11.

Noviardi, R., Widodo, Astuti, N.M., 2007.

Konsentrasi Logam Berat Pada Air Sungai

Cigaru dan Bahaya Yang Dapat

Ditimbulkan Bagi Manusia. Prosiding

Lokakarya Hasil Penelitian Dan

Pengembangan di Bidang Ilmu Kebumian,

Tasikmalaya, 4 September 2007.

Peele R., 1956. "Mining Engineers" Handbook.

Third Edition, Vol. 2, New York, John

Wiley & Sons Inc., March., p. 33 :2

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001.

Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan

Pengendalian Pencemaran Air.

Sukamto, R., 1975. Geologi Lembar Jampang

Dan Balekambang, Jawa. Skala 1:100.000.

Direktorat Geologi, Bandung.

Sukamto, R., 1990. Geologi Lembar Jampang

Dan Balekambang, Jawa Barat. Pusat

Penelitian dan pengembangan Geologi,

Bandung.

Soemarto, B., Widodo, dan Pujono, 1994. Studi

Mineragrafi dan batuan Ubahan Silikat di

Daerah Prospek Surade, Kabupaten

Sukabumi. Prosiding Hasil-Hasil

Penelitian Puslitbang Geoteknologi-LIPI,

Bandung.

Sevruykov, N., Kuzmin, B., dan Chelishchev, Y.,

1960. General Matallurgy, Peace Publisher,

Moscow, 545 pp.

Wahyu, T., Sudarsono, B., dan Zakiyadin, 2006.

Sosialisasi Hasil Pemantauan Pencemaran

Air Raksa Dari Pengolahan Emas Di

Waluran Tahun 2006, Dinas Pertambangan

dan Energi, Kabupaten Sukabumi, 23

Agustus 2006, h. 5-14.

Widodo, 2008a. Pencemaran air raksa sebagai

dampak pengolahan bijih emas di sungai

Ciliunggunung, Waluran, Kabupaten

Sukabumi, Jurnal Geologi Indonesia, Vol.

3 No. 3 September 2008, Badan Geologi,

Departemen Energi Dan Sumber Daya

Mineral, Bandung, 3:139-149.

Widodo, 2008b. Pengaruh perlakuan amalgamasi

terhadap tingkat perolehan emas dan

kehilangan merkuri, Jurnal RISET Geologi

dan Pertambangan, Jilid 18 Nomor 1

Tahun 2008, Puslit Geoteknologi-LIPI,

Bandung, 18: 47-54.