urgensi pendidikan karakter sebagai upaya mengantisipasi ...repository.uinjambi.ac.id/3028/1/ub...
TRANSCRIPT
Urgensi Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Mengantisipasi
Perilaku Menyimpang Pada Siswa Siswi
Di Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Strata Satu (S.I) dalam Ilmu Bimbingan Penyuluhan Islam
Fakultas Dakwah
Oleh:
RAJAB
UB 150115
PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN AKADEMIK 2019
ii
iii
iv
v
MOTTO
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar"(Q.S Al-Luqman :13)..2
2Fadhil Abdurrohman, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Surabaya: Karya Agung, 2006),
581.
vi
ABSTRAK
Penelitaian ini dilakatarbelakangi oleh kejadian-kejadian atau fenomena
yang terjadi di masyarakat modern pada saat ini. Mengingat pentingnya
pendidikan karakter, Madrasah Aliyah Laboratorium sebagai lembaga yang
bertanggung jawab dalam pendidikan tentu mengambil perannya dalam
melaksanakan pendidikan karakter bagi siswa Madrasah aliyah laboratorium.
Upaya yang dilakukan di Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi yaitu dengan
menggunakan upaya pencegahan (preventif), menghambat (Represif), perbaikan
(rehabilitasi), dan penyembuhan (kuratif). Berdasarkan pra survey penelitian,
penerapan pendidikan karakter di Madrasah Aliyah Laboratorium sudah sejak
lama diterapkan namun baru-baru ini lebih banyak dilakukan pendidikan karakter
berbasis islami guna mendekatkan diri siswa kepada sang pencipta dan
meminimalisir perilaku menyimpang.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field
research) berdasarkan paradigma, strategi, dan implementasi model secara
kualitatif, dengan mendeskripsikan pentingnya pendidikan karakter dan upaya
dalam mengantisipasi perilaku menyimpang pada siswa. Penelitian ini
menggunakan sumber data person, place, dan paper. Yaitu Kepala Madrasah
Aliyah Laboratorium Jambi, 3 Orang Guru Madrasah Aliyah Laboratorium
Jambi. Pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi, teknik
analisis data yaitu reduksi data, penyortiran data, dan penyajian data.
Berdasarkan penelitian ini maka penulis menemukan bahwa Faktor
penyebab terjadinya perilaku menyimpang di Madrasah Aliyah Laboratorium
Jambi ialah faktor subjektif atau faktor dalam diri. Namun kebanyakan di
antaranya juga dipengaruhi oleh faktor objektif yang berupa teman sepergaulan.
Penerapan nilai-nilai karakter di Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi sudah
dilakukan dengan metode keteladanan. Sementara itu karakter islami menjadi
pilihan dalam penegakan pendidikan di Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi,
karakter islami diterapkan bukan tanpa alasan, menurut pimpinan Madrasah
Aliyah Laboratorium Jambi karakter islami perlu diterapkan dalam diri siswa agar
menjadi ciri kita selaku umat islam. Pendidikan karakter menjadi sangat penting
dan sekolah menjadi tempat yang paling efektif dalam menegakkan pendidikan
karakter, berdasarkan hal ini maka Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi turut
mengambil peran dalam pembentukan karakter siswa dengan menjadi karakter
islami sebagai tujuan utama serta merealisasikan visi misi Madrasah Aliyah
Laboratorium Jambi dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang harus dipatuhi oleh
semua elemen.
Kata kunci: pendidikan karakter, mengantisipasi, perilaku menyimpang
vii
PERSEMBAHAN
Bismillaahirrahmaanirrahiim…
Dengan keridhoan Allah Swt dan shalawat kepada Rasulullah Saw, karya kecil ini
saya persembahkan kepada :
Ayahanda M.Jufri dan ibunda Mahdaliyah (Alm) ayunda Nur asia, Rina
oktaria, Aryani fitria, Abang Kurniawan, Paman Rasawi, H.sahub (Alm),
Serta seluruh keluarga. Trimakasih untuk kasih sayang dan dukungan yang tak
terhingga kepada penulis, baik lahir maupun batin.
Semoga kita selalu bahagia dan mendapat ridho dari Allah Ta‟ala dalam setiap
langkah kehidupan.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis diberi kekuatan untuk
menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul „(Urgensi Pendidikan Karakter
Upaya Mengantisipasi Perilaku Menyimpang Pada Siswa-Siswi Madrasah
Aliyah Laboratoriun Jambi)’
Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas
Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Selama penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat
bantuan, dukungan, dan masukan baik berupa ide ataupun saran dari berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Samsu S,Ag.,M.Pd.,Ph,D selaku pembimbing I dan Bapak
Massuhartono, S.Pd.,MA.SI selaku Pembimbing II, dan kepada Bapak Dr.H. Abdul
Ghafar,MA, selaku Pembimbing Akademik (PA) yang telah membimbing dan selalu
memberi arahan yang bermanfaat sehingga selalu menimbulkan semangat baru.
Serta dorongan dan motivasi dari banyak pihak, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, M.A selaku Rektor UIN STS Jambi.
2. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi, MA. Ph.D selaku Wakil Rektor Bidang Akademik dan
Pengembangan Lembaga, Bapak Dr.H. Hidayat, M.Pd selaku Wakil Rektor Bidang
Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, dan Ibu Dr. Hj. Fadhillah, M.Pd
selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.
3. Bapak Samsu, S.Ag.,M.Pd.,Ph.D, Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH.,M.Hum selaku
Dekan, Wakil Dekan I, II, II Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
NOTA DINAS ...................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ......................................... iii
PENGESAHAN .................................................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Permasalahan ................................................................................... 4
C. Batasan Masalah .............................................................................. 4
D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
E. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 4
F. Kerangka Teori ................................................................................ 5
G. Metode Penelitian ............................................................................ 23
H. Pemeriksaan Keabsahan Data .......................................................... 27
I. Studi Relevan ................................................................................... 28
BAB II PROFIL MADRASAH ALIYAH LABORATORIUM JAMBI
A. Sejarah Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi .............................. .31
B. Bantuan Yang di Terima Madrasah Aliyah Laboratorium ............. 31
C. Visi dan Misi Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi .................... .31
D. Keadaan Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi ............................. 32
E. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi ........... 37
BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
MENYIMPANG SISWA DAN PENERAPAN NILAI-NILAI
KARAKTER DALAM DIRI SISWA DI MADRASAH ALIYAH
LABORATORIUM JAMBI
A. Faktor- Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang ............................. 38
B. Penerapan Nilai-nilai Karakter dalam Diri Siswa ............................ 45
BAB IV PERAN SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER
SISWA MADRASAH LABORATORIUM JAMBI
A. Latihan Dasar Kepimimpinan Siswa ............................................... 51
B. Pembiasaan Sholat 5 Waktu dan Shalat Dhuha di Sekolah ............ 55
C. Pembacaan Al-qur‟an Sebelum Belajar ........................................... 56
D. Evaluasi Pendidikan Karakter .......................................................... 57
xi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 61
B. Saran ............................................................................................... 62
C. Kata Penutup .................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Alfabet
Arab Indonesia Arab Indonesia
th ط ` ا
zh ظ b ب
a` ع t ت
gh غ ts ث
f ف j ج
q ق ch ح
k ك kh خ
l ل d د
m م dz ذ
n ن r ر
w و z ز
h ه s س
؍ ء sy ش
y ى sh ص
dh ض
B. Vokal dan Harkat
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
Aa اِى aa ا A ا
Aw ا و ii ا ى U ا
Ay ا ى uu ا و I اِ
xiii
C. Ta’ Marbutah
Transliterasi untuk ta’ marbutah ini ada dua macam:
1. Ta’ Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya
adalah/h/.
contoh:
Arab Indonesia
Salaah صلاة
Mir‟ah مراة
2. Ta’Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah,
maka transliterasinya adalah/t/.
Contoh:
Arab Indonesia
Wizaarat al-Tarbiyah وزارة التبية
الزمن مراة Mir‟at al-zaman
3. Ta’ Marbutah yang berharakat tanwin maka transliterasinya adalah /tan/tin/tun.
Contoh:
Arab Indonesia
Fajannatan فجئة
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter yang
peliputi komponen pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan
(action) sebagai bentuk pembinaan akhlak dan tingkah laku individu.3 Pendidikan
karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan
pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi. Warga negara yang
baik. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan
di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai leluhur yang
bersumber dari budaya bangsa itu sendiri, dalam rangka membina kepribadian
generasi muda.4 Pendidikan karakter adalah upaya penanaman kecerdasan dalam
berfikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam bentuk prilaku
yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam
interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antar sesame, dan lingkungannya.5
Berdasarkan persepektif psikologi, perkembangan masa remaja merupakan
masa yang kritis. Dikemukakan demikian karena pada masa remaja mengalami
masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa kedewasaan yang
sering ditandai dengan adanya krisis kepribadian. Perubahan-perubahan fisik dan
spesikis yang sangat cepat menyebabkan kegelisahan-kegelisahan internal,
misalnya timbulnya rasa tertekan, dorongan untuk mendapatkan kebebasan,
goncangan emosional, rasa ingin tahu yang menonjol, adanya fantasi yang
berlebihan, ikatan kelompok yang kuat, dan krisis identitas.
Dalam Al-qur‟an pendidikan karakter ini telah dijelaskan dalam surah
Luqman ayat 13:
3 Fathurrohman dkk. “Pengembangan Pendidikan Karakter”. (Bandung
:PT.RefikaAditama, 2013) 117 4 Ramli, Mansyur.” Pedoman Pelaksaan Pendidikan Karakter”.(Jakarta: Kemendiknas,
2011) 7 5 Zubaedi.” Desain Pendidikan Karakter Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Lembaga
Pendidikan”. Jakarta: Kencana,2011) 17
2
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar" (Q.S. Al-Luqman:13).
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai kepada
warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan,
dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap tuhan yang
maha esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga
menjadi manusia insan kamil.6
Berbicara mengenai remaja yang terutama berkaitan dengan masalah prilaku
menyimpang adalah merupakan masalah yang dirasakan sangatlah penting dan
menarik untuk dibahas karena seseorang yang namanya remaja merupakan bagian
dari generasi muda adalah aset Nasional dan merupakan tumpuhan harapan bagi
masa depan, Negara serta Agama.
Untuk mewujudkan kejayaan bangsa dan Negara serta agama, maka sudah
tentu menjadi kewajiban dan tugas kita semua baik orangtua, pendidik (guru) dan
pemerintah untuk mempersiapkan generasi muda menjadi generasi yang tangguh,
berwawasan serta berpengetahuan luas dengan jalan membimbing dan menjadikan
mereka semua sehingga menjadi warga Negara yang baik dan bertanggung jawab
secara moral.
Madrasah Aliyah Laboratorium adalah Madrasah Aliyah yang berada dalam
naungan UIN STS Jambi berlokasi di Jl. Arif Rahman Hakim No.111, Simpang
IV Sipin, Telanai Pura Kota Jambi. Berdasarkan observasi awal peneliti pada
Madrasah Aliyah Laboratorium perilaku menyimpang yang kerap terjadi di
Madrasah Aliyah Laboratorium seperti terlambat datang ke sekolah, tidak
6 Sri Narwanti.”Pendidikan Karakter”.( Yogyakarta: Familia. 2011) 14
3
mengikuti rangkaian kegiatan di sekolah, membolos pada jam pelajaran, berpura-
pura sakit agar tidak mengikuti jam pelajaran, merokok, berpacaran di lingkungan
sekolah, mencuri dan berkelahi. Adapun penanganan penyimpangan seperti ini
beragam, seperti teguran, hukuman, peringatan hingga dikeluarkan dari sekolah.
Namun sifat punishment yang seperti ini dinilai tidak sepenuhnya efektif dalam
menyelesaikan problem siswa, penyimpangan-penyimpangan terus terjadi baik
dengan dengan pelaku yang sama atau pun berbeda maka untuk itu perlu diadakan
pencegahan dengan pendidikan karakter. Krisis karakter dinilai menjadi penyebab
utama penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di negeri ini khususnya di
Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi. Dalam undang-undang No 20 tahun 2003
mengenai Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan Nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dserta
bertanggungjawab. Jadi jelas Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Indonesia pengembangan karakter sebagai tujuannya.
Mengingat pentingnya pendidikan karakter, Madrasah Aliyah Laboratorium
sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam pendidikan tentu mengambil
perannya dalam melaksanakan pendidikan karakter bagi siswa Madrasah aliyah
laboratorium. Upaya yang dilakukan di Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
yaitu dengan menggunakan upaya pencegahan (preventif), menghambat
(Represif), perbaikan (rehabilitasi), dan penyembuhan (kuratif). Berdasarkan pra
survey penelitian, penerapan pendidikan karakter di Madrasah Aliyah
Laboratorium sudah sejak lama diterapkan namun baru-baru ini lebih banyak
dilakukan pendidikan karakter berbasis islami guna mendekatkan diri siswa
kepada sang pencipta dan meminimalisir perilaku menyimpang.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mengajukan penelitian
dengan judul “Urgensi Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Mengantisipasi
Perilaku Menyimpang Pada Siswa Di Madrasah Aliyah Laboratorium
Jambi”
4
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat ditegaskan bahwa yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Faktor-Faktor Apa Saja Yang Mempengaruhi Prilaku Menyimpang Siswa
Di Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi?
2. Bagaimana Penerapan Nilai-Nilai Karakter Dalam Diri Siswa di Madrasah
Aliyah Laboratorium Jambi?
3. Bagaimana Peran Sekolah Dalam Pembentukan Karakter Siswa Di
Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi?
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak meluas, maka fokus permasalahan ini adalah
“Urgensi Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Mengantisipasi Prilaku
Menyimpang Pada Siswa di Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi”.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah :
1. Ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi prilaku
menyimpang siswa di Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi.
2. Ingin mengetahui bagaimana penerapan nilai-nilai karakter dalam diri
siswa di Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi.
3. Ingin mengetahui peran sekolah dalam pembentukan karakter siswa di
Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi.
E. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian, yaitu :
1. Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program Sarjana Strata Satu
(S1) dalam Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Untuk memberikan penjelasan tentang Urgensi Pendidikan Karakter
Sebagai Upaya Mengantisipasi Prilaku Menyimpang Pada Siswa di
Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi.
5
3. Untuk dijadikan sumber baca bagi pihak Madrasah Aliyah Laboratorium
Jambi dalam Urgensi Pendidikan Karakter Sebagai Upaya
Mengantisipasi Prilaku Menyimpang.
F. Kerangka Teori
1. Pengertian Urgensi
Urgensi jika dilihat dari bahasa Latin “urgere” yaitu (kata kerja) yang
berarti mendorong. Jika dilihat dari bahasa Inggris bernama “urgent” (kata
sifat) dan dalam bahasa Indonesia “urgensi” (kata benda). Istilah urgensi
merujuk pada sesuatu yang mendorong kita, yang memaksa kita untuk
diselesaikan.Dengan demikian mengandaikan ada suatu masalah dan harus
segera ditindaklanjuti. Urgensi yaitu kata dasar dari “urgen” mendapat
akhiran “i” yang berarti sesuatu yang jadi bagian atau yang memegang
pimpinan yang terutama atau unsur yang penting7
2. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah usaha mendidik anak-anak agar dapat
mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif pada
lingkungannya.8 Pendidikan karakter merupakan upaya mendidik seseorang
agar memiliki pemahaman yang baik sehingga mampu berkelakuan baik
sesuai dengan norma yang berlaku. Pendidikan karakter menghasilkan
individu yang dapat membuat keputusan dan mempertanggung jawabkan
setiap keputusan yang diambil.9
Pendidikan karakter yaitu secara sengaja merancang penanaman dan
pengembangan serta mengubah cara berfikir dan bertindak dalam situasi
moral agar dapat diterima dalam lingkungan masyarakat. Pendidikan karakter
7 Abdurrahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif
Islam, (Jakarta : Kencana, 2004) 89 8 Ratna Megawangi. Semua Berakar Pada Karakter. (Depok: Lembaga Penerbit
Universitas Indonesia. 2007) 49 9 Akhmad Muhaimin Azzet. Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia: Revitalisasi
Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Belajar Dan Kemajuan Bangsa”. (Yogyakarta: Ar-
ruzz Media, 2011) 15- 16
6
membimbing individu untuk dapat menyelesaikan konflik dan untuk dapat
bermasyarakat dengan moral yang baik.10
Tujuan pendidikan karakter yaitu supaya seseorang memiliki tingkah
laku yang sesuai dengan norma sehingga seseorang tersebut dapat diterima
dalam lingkungan masyarakat dan mampu menyelesaikan masalah yang
dihadapi serta mempertanggung jawabkan masalah tersebut. Pendidikan
karakter melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan(feeling) dan
tindakan (action). Menurut Thomas lickona dalam soedarmanta, tanpa ketiga
aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif, dan pelaksanaannya
pun harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Dengan pendidikan
karakter, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi
adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa
depannya. Dengan karakter, seseorang akan memiliki modal penting agar
dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan , termasuk
tantangan untuk berhasil secara akademis maupun nanti di dalam profesi atau
pekerjaan mereka. walaupun pada dasarnya pendidikan karakter adalah
keluarga, pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan. Daniel goleman
juga mengatakan bahwa banyak orang tua yang gagal dalam mendidik
karakter anaknya, entah karena kesibukan atau karena lebih mementingkan
aspek kognitif anak.11
Sementara itu, penyimpangan karakter dapat bersifat individual
maupun kelompok. Penyimpangan ini biasanya dilakukan oleh orang yang
telah mengabaikan dan menolak norma yang berlaku di masyarakat.
Penyimpangan karakter tidak terlepas dari pembentukan serta perubahan
karakter, Pembentukan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh faktor-
faktor khas yang ada dalam diri yang sering disebut faktor endogen dan oleh
10
Darmiyati Zuchdi. “Pendidikan Karakter Perspektif Teori Dan Praktek”. (Yogyakarta:
UNY Press, 2011) 165 11
JB. Soedarmanta. “ Membiasakan Perilaku Terpuji Sebuah Pengantar Untuk
Pendidikan Karakter”. ( Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. 2010) 7
7
faktor lingkungan atau yang disebut faktor eksogen- antara keduanya terjadi
interaksi.12
Prinsip pembelajaran karakter:
a. Nilai karakter adalah bagian terintegrasi dari semua mata pelajaran dan
segala kegiatan di sekolah dan di rumah.
b. Nilai karakter yaitu jujur, cerdas, kreatif, peduli, tangguh, disiplin, cinta
tanah air dan lain-lain merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
c. Pengalaman belajar yang baik adalah dengan cara terpadu. Dalam hidup
kita sehari-hari, kita tidak hanya memiliki satu nilai sepanjang hari.
d. Nilai karakter tidak dapat diajarkan tapi harus dimunculkan dalam diri
siswa. adalah satu kesalahan mengajarkan etika, moralitas, nilai-nilai
karakter sebagai mata pelajaran.
3. Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai dalam diri
seseorang, sehinnga mampu memiliki budi pekerti secara utuh, terpadu, dan
seimbang. Seseorang yang memiliki nilai-nilai budi pekerti akan
menggunakan segala pengetahuan, keterampilan, dan emosionalnya dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi.13
Tujuan pendidikan karakter dalam pendidikan formal yaitu menguatkan
dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting serta
memperbaiki prilaku seseorang yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai
dan norma-norma kehidupan.
Pendidikan karakter bertujuan untuk membantu seseorang dalam
memahami nilai-nilai prilaku manusia berhubungan dengan Tuhan, diri
sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
pikiran, perasaan, sikap, perkataan, dan perbuatan agar sesuai dengan norma-
norma serta adat istiadat.14
12
Pendidikan Karakter Di Sekolah: Dari Gagasan Ke Tindakan 43 13
Asmani. “ Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter Di Sekolah” ( Jogjakarta:
Diva Press, 2011) 42-43 14
Amri S. “Implementasi Pendidikan Karakter” (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011) 5-6
8
Sesuai dengan fungsi pendidikan nasional yang tertuang dalam UU No
20 Tahun 2003 tentang sisdiknas menyatakan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan karakter berfungsi:
a. Mengembangkan potensi dasar agar berhati, berpikiran baik dan
berperilaku baik.
b. Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultural.
c. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup
keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik,
pemerintah, dunia usaha dan media massa.
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong
royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Pendidikan karakter
bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelengaraan dan hasil pendidikan di
sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak
mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar
kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya,
mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonaliasi nilai-nilai karakter dan
akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.15
15
Daryanto Dan Suryatri Darmiatun. “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah”.
(Yogyakarta: Penerbit Gava Media. 2013) 44-45
9
Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada
pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan keseharian dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh
semua warga sekolah dan masyarakat sekitar budaya sekolah merupakan ciri
khas, karakter atau watak dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas.
Berdasarkan pendapat ahli diatas bahwa tujuan pendidikan karakter
adalah untuk menanamkan dan mengambangkan nilai-nilai karakter agar
seseorang memiliki budi pekerti. Dan agar seseorang tersebut dapat diterima
didalam lingkungan masyarakat, serta mempersipkan seseorang menjadi
generasi penerus bangsa.
4. Metode Pendidikan karakter
a. Metode keteladanan
Untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter, satuan
pendidikan formal dan nonformal harus dikondisikan sebagai pendukung
utama kegiatan tersebut. Satuan pendidikan formal dan non formal harus
menunjukkan keteladanan yang mencerminkan nilai-nilai karakter yang ingin
dikembangkan. Selain itu keteladanan juga dapat ditunjukkan dalam perilaku
dan sikap pendidikan dan tenaga kependidikan dalam memberikan contoh
tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi
peserta didik untuk mencontohnya. Pendemonstrasian berbagai contoh
teladan merupakan langkah awal pembiasaan, jika pendidik dan tenaga
kependidikan yang lain menghendaki peserta didik berperilaku dan bersikap
sesuai dengan nilai karakter, maka pendidik dan tenaga kependidikan lain
adalah orang yang pertama dan utama memberikan contoh bagaimana
berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai tersebut.
Keteladanan dalam pendidikan karakter dapat dilakukan melalui
pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari satuan pendidikan formal dan
non formal yang berwujud rutin maupun kegiatan insidental.
b. Metode Pembelajaran
Pembelajaran karakter dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas,
di satuan pendidikan formal dan non formal, serta di luar satuan pendidikan.
10
Pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam semua materi pembelajaran
dilakukan dalam rangka mengembangkan kegiatan intervensi. Subtansi nilai
sesungguhnya secara eksplisit atau implisit sudah ada dalam rumusan
kompetensi (SKL, SK dan KD) dalam standar isi (Pendidikan Dasar Dan
Pendidikan Menengah) serta perangkat kompetensi masing-masing program
studi di dunia pendidikan. Yang perlu dilakukan lebih lanjut adalah
memastikan bahwa pembelajaran materi pembelajaran tersebut memiliki
dampak instruksional dan/atau dampak penggiring pembentukan karakter.16
Praktik pendidikan karakter pada satuan pendidikan formal dan non
formal bukan hanya menjadi tanggung jawab materi pelajaran Pendidikan
Agama atau Pendidikan Kewarganegaraan (PKN). Inti dari pendidikan
Agama adalah pengembangan nilai iman, takwa, dan akhlak mulia. Adapun
inti dari pendidikan kewarganegaraan adalah pengembangan akhlak
kewarganegaraan (civic virtue) mencakup kecerdasan kewarganegaraan (civic
intellengence), tanggung jawab kewarganegaraan (civic responsibility) dan
partisipasi kewarganegaraan (civic participation). Selama ini terkesan materi
pembelajaran lainnya hanya mengajarkan pengetahuan dari disiplin ilmu,
teknologi, atau seni yang menaunginya. Oleh karena itu, materi pembelajaran
lain harus diperkuat dengan misi pendidikan karakter yang bersifat melekat
dalam subtansi dan proses keilmuan sebagai dimensi aksiologinya.
c. Metode Pemberdayaan dan Pembudayaan
Pengembangan nilai/karakter dapat dilihat dari dua latar, yaitu pada
latar makro dan latar mikro. Latar makro bersifat nasional yang mecakup
keseluruhan konteks perencanaan dan implementasi pengembangan
nilai/karakter yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan pendidikan
nasional.
Secara makro pengembangan karakter dibagi dalam tiga tahap, yakni
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil. Pada tahap perencanaan
dikembangkan perangkat karakter yang digali, dikristalisasikan, dan
16
Daryanto Dan Suryatri Darmiatun. “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah”.
(Yogyakarta: Penerbit Gava Media. 2013) 103-105
11
dirumuskan dengan menggunakan berbagai sumber, antara lain pertimbangan
(1) filosofis: Pancasila,UUD 1945, dan UU No.20 Tahun 2003 beserta
ketentuan perundang-undangan turunannya; (2) teoritis: teori tentang otak,
psikologis, pendidikan, nilai dan moral, serta sosiokultural; (3) empiris:
berupa pengalaman dan praktik terbaik, antara lain tokoh-tokoh, satuan
pendidikan formal dan non formal unggulan, pesantren, kelompok kultural
dll.17
Pada tahap implementasi dikembangkan pengalaman belajar dan
proses pembelajaran yang bermuara pada pembentukan karakter dalam diri
peserta didik. Proses ini dilaksanakan melalui proses pemberdayaan dan
pembudayaan sebagaimana digariskan sebagai salahsatu prinsip
penyelenggaraan pendidikan nasional. Proses ini berlangsung dalam tiga
pilar pendidikan yakni dalam satuan pendidikan formal dan non formal,
keluarga dan masyarakat. Dalam masing-masing pilar pendidikan akan ada
dua jenis pengalaman belajar yang dibangun melalui dua pendekatan yaitu
intervensi dan habituasi. Dalam intervensi dikembangkan suasana interaksi
belajar dan pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan
pembentukan karakter dengan menerapkan kegiatan yang terstruktur.
Sementara itu habituasi diciptakan situasi dan kondisi serta penguatan
yang memungkinkan peserta didik pada satuan pendidikannya, rumahnya,
lingkungan masyarakatnya membiasakan diri berperilaku sesuai nilai
sehingga terbentuk karakter yang telah diinternalisasi dan dipersonalisasi dari
dan melalui proses intervensi. Proses pemberdayaan dan pembudayaan yang
mencakup pemberian contoh, pembelajaran, pembiasaan, dan penguatan
harus dikembangkan secara sistematik, holistik, dan dinamis.
Dalam konteks makro kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia,
pelaksanaan pendidikan karakter merupakan komitmen seluruh sektor
kehidupan.
17
Daryanto Dan Suryatri Darmiatun. “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah”.
(Yogyakarta: Penerbit Gava Media. 2013)115
12
Pada tahap evaluasi hasil, dilakukan asesmen program untuk
perbaikann berkelanjutan yang dirancang dan dilaksanakan untuk mendeteksi
aktualisasi karakter dalam diri peserta didik sebagai indicator bahwa proses
pembudayaan dan pemberdayaan karakter itu berhasil dengan baik,
menghasilkan sikap yang kuat dan pikiran yang argumentatif.18
Pada konteks mikro, pendidikan karakter berpusat pada satuan
pendidikan formal dan non formal secara holistik. Satuan pendidikan formal
dan non formal merupakan wilayah utama yang secara optimal memanfaatkan
dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk menginisiasi,
memperbaiki, menguatkan dan menyempurnakan secara terus menerus proses
pendidikan karakter. Pendidikan seharusnya melakukan upaya sungguh-
sungguh dan senantiasa menjadi garis depan dalam upaya pembentukan
karakter manusia Indo nesia yang sesungguhnya.
Secara mikro pengembangan karakter dibagi dalam empat pilar, yakni
kegiatan belajar mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk
pengembangan budaya satuan pendidikan formal dan non formal, kegiatan
kokurikuler dan/atau ekstrakurikuler serta kegiatan keseharian di rumah dan
masyarakat.
d. Metode penguatan
Penguatan sebagai respon dari pendidikan karakter perlu dilakukan
dalam jangka panjang dan berulang terus menerus. Penguatan dimulai dari
lingkungan terdekat dan meluas pada lingkungan yang lebih luas. Di samping
pembelajaran dan pemodelan, penguatan merupakan bagian dari proses
intervensi. Penguatan juga dapat terjadi dalam proses habituasi. Hal itu
akhirnya akan membentuk karakter yang akan terintegrasi melalui proses
internalisasi dan personalisasi pada diri masing-masing individu. Penguatan
juga dapat dilakukan dalam berbagai bentuk termasuk penataan lingkungan
belajar dalam satuan pendidikan formal dan non formal yang menyentuh dan
membangkitkan karakter. Berbagai penghargaan perlu diberikan kepada
18
Daryanto Dan Suryatri Darmiatun. “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah”.
(Yogyakarta: Penerbit Gava Media. 2013) 117
13
satuan pendidikan formal dan non formal, pendidik, tenaga kependidikan,
atau peserta didik untuk semakin menguatkan dorongan, ajakan, dan motivasi
pengembangan karakter. 19
Sementara itu dalam habituasi perlu diciptakan penguatan yang
memungkinkan peserta didik pada satuan pendidikan formal dan non
formalnya, di rumahnya, di lingkungan masyarakatnya membiasakan diri
berperilaku sesuai nilai dan menjadi karakter yang telah diinternalisasi dan
dipersonalisasi dari dan melalui proses intervensi. Proses pemberdayaan dan
pembudayaan yang mencakup pemberian contoh, pembelajaran, pembiasaan,
dan penguatan harus dikembangkan secara sistematik, holistic dan dinamis.
Selain dalam kegiatan kurikuler, penguatan dalam rangka
pengembangan nilai/karakter dapat juga dalam kegiatan kokurikuler, yakni
kegiatan belajar di luar kelas yang terkait langsung pada suatu materi dari
suatu materi pembelajaran, atau kegiatan ekstrakurikuler, yakni kegiatan
satuan pendidikan formal dan non formal yang bersifat umum dan tidak
terkait langsung pada suatu materi pembelajaran, seperti kegiatan dokter
kecil, palang merah remaja,pencinta alam dll. Dalam kegiatan tersebut perlu
dikembangkan proses pembiasaan dan penguatan dalam rangka
pengembangan nilai/karakter.
Pendidikan karakter mulai berkembang apabila peserta didik sudah
memperlihatkan berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indicator dan
mulai konsisten karena selain sudah ada pemahaman dan kesadaran juga
mendapat penguatan lingkungan terdekat dan lingkungan yang lebih luas.
Selanjutnya, pendidikan karakter mulai membudaya dan memberdaya
apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan
dalam indicator secara konsisten karena selain sudah ada pemahaman dan
kesadaran dan mendapat penguatan lingkungan terdekat dan lingkungan yang
lebih luas sudah tumbuh kematangan moral.20
19
Daryanto Dan Suryatri Darmiatun. “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah”.
(Yogyakarta: Penerbit Gava Media. 2013) 124 20
Daryanto Dan Suryatri Darmiatun. “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah”.
(Yogyakarta: Penerbit Gava Media. 2013)125
14
e. Metode penilaian
Pada dasarnya penilaian terhadap pendidikan karakter dapat dilakukan
terhadap kinerja pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik. Kinerja
pendidik dan tenaga kependidikan dapat dilihat dari berbagai hal terkait
dengan berbagai aturan yang melekat pada diri pegawai, antara lain
1) hasil kerja: kualitas kerja, ketepatan waktu penyelesaian kerja, kuantitas
kerja, kesesuaian dengan prosedur.
2) komitmen kerja: inisiatif, kualitas kehadiran, kontribusi terhadap
keberhasilan kerja, kesediaan melaksanakan tugas dari pimpinan.
3) hubungan kerja: kerja sama, integritas, pengendalian diri, kemampuan
mengarahkan dan memberikan inspirasi bagi orang lain.21
Kegiatan pendidik dan tenaga kependidikan yang terkait dengan
pendidikan karakter dapat dilihat dari portofolio atau catatan harian.
Portofolio atau catatan harian dapat disusun dengan berdasarkan pada nilai-
nilai yang dikembangkan, yakni: jujur, bertanggung jawab, cerdas, kreatif,
bersih dan sehat, peduli serta gotong royong. Selain itu, kegiatan mereka
dalam pengembangan dan penerapan pendidikan karakter dapat juga
diobservasi. Observasi dapat dilakukan oleh atasan langsung atau pengawas
dengan berbagai sumber pada nilai-nilai tersebut untuk mengetahui apakah
mereka sudah melaksanakan hal itu atau tidak. Selain penilaian untuk
pendidik dan tenaga kependidikan, penilaian pencapaian nilai-nilai budaya
dan karakter dapat juga ditujukan kepada peserta didik yang didasarkan pada
beberapa indikator.
Dalam hal ini ada dua jenis indikator yang dapat dikembangkan;
pertama adalah indikator untuk satuan pendidikan formal dan non formal.
Kedua adalah indikator untuk materi pembelajaran. Indikator untuk satuan
pendidikan formal dan non formal serta kelas adalah penanda yang digunakan
oleh kepala satuan pendidikan formal dan non formal,pendidik dan tenaga
keependidikan dalam merencanakan, melaksanakan, melaksanakan dan
21
Daryanto Dan Suryatri Darmiatun. “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah”.
(Yogyakarta: Penerbit Gava Media. 2013) 126
15
mengevaluasi satuan pendidikan formal dan non formal sebagai lembaga
pelaksana pendidikan karakter. Indikator ini juga berkenaan dengan kegiatan
satuan pendidikan formal dan non formal yang diprogramkan dan kegiatan
satuan pendidikan formal dan non formal sehari-hari(rutin).
Indikator materi pembelajaran menggambarkan perilaku berkarakter
peserta didik berkenaan dengan materi pembelajaran tertentu. Indikator
dirumuskan dalam bentuk perilaku peserta didik dikelas dan satuan
pendidikan formal dan non formal yang dapat diamati melalui pengamatan
pendidik.22
hal itu tampak ketika peserta didik melakukan suatu tindakan di
satuan pendidikan formal dan non formal, Tanya jawab dengan peserta didik,
jawaban yang diberikan peserta didik terhadap tugas dan pertanyaan pendidik
serta tulisan peserta didik dalam laporan dan pekerjaan rumah. Perilaku
dikembangkan dalam indikator pendidikan karakter bersifat progresif.
Artinya, perilaku tersebut berkembang semakin kompleks antara satu jenjang
kelas dengan jenjang kelas di atasnya atau bahkan dalam jenjang kelas yang
sama. Indikator berfungsi bagi pendidik sebagai kriteria untuk memberikan
pertimbangan apakah perilaku untuk nilai tersebut telah menjadi karakter
pesertta didik. Untuk mengetahui bahwa suatu satuan pendidikan formal dan
non formal itu telah melaksanakan pembelajaran yang mengembangkan
karakter perlu dikembangkan instrument asesmen khusus.
Selanjutnya asesmen dilakukan dengan observasi, dilanjutkan dengan
monitoring pelaksanaan dan refleksi. Asesmen untuk pendidikan karakter
bermuara pada:
1) berperilaku jujur sehingga menjadi teladan
2) menempatkan diri secara proporsional dan bertanggung jawab
3) berperilaku dan berpenampilan cerdas sehingga menjadi teladan
4) mampu menilai diri sendiri(melakukan refleksi diri) sehingga dapat
bertindak kreatif
5) berperilaku peduli sehingga menjadi teladan
22
Daryanto Dan Suryatri Darmiatun. “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah”.
(Yogyakarta: Penerbit Gava Media. 2013) 128
16
6) berperilaku bersih sehingga menjadi teladan
7) berperilaku sehat sehingga menjadi teladan
8) berperilaku gotong royong sehingga menjadi teladan.23
5. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Nilai nilai pendidikan bersumber dari sumber di antaranya, agama,
pancasila, budaya, tujuan pendidikan nasional dan undang-undang republic
Indonesia. Adapun sumber-sumber tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Agama, nilai-nilai pendidikan karakter budaya dan karakter bangsa harus
didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
b. Pancasila, pendidikan karakter budaya dan karakter bangsa bertujuan
mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang lebih baik, yaitu
warga Negara yang memiliki kemampuan, kemauan dan menerapkan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga Negara.
c. Budaya, tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari
oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat tersebut. Nilai-nilai budaya
tersebut dijadikan dasar dalam memberi makna terhadap suatu konsep dan
arti dalam komunikasi antar anggota masyarakat tersebut.
d. Tujuan Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional adalah sumber
yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa dibandingkan tiga sumber yang disebutkan di atas.
e. Undang-Undang Republik Indonesia (UURI) No 17 Tahun 2007 tentang
RPJPN: Tangguh, kompetitif, Berakhlak mulia, bermoral, bertoleran,
bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya , dan berorientasi iptek
(ilmu pengetahuan dan teknologi) berdasarkan pancasila dan dijiwai oleh
iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.24
Seseorang yang berkarakter baik merupakan seorang yang selalu
berusaha untuk melakukan berbagai hal yang terbaik terhadap Allah SWT,
diri sendiri, lingkungan, orang lain, bangsa dan Negara nya. Karakter yang
23
Daryanto Dan Suryatri Darmiatun. “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah”.
(Yogyakarta: Penerbit Gava Media. 2013) 129 24
Daryanto Dan Suryatri Darmiatun. “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah”.
(Yogyakarta: Penerbit Gava Media. 2013) 69
17
baik berarti individu yang mengetahui tentang potensi dirinya sendiri dan
memiliki nilai-nilai sebagai berikut :
a. Regilius, Sikap dan prilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang di anutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agaman lain.
b. Jujur, Prilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
c. Toleransi, Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbedda dari dirinya.
d. Disiplin, Tindakan yang menunjukkan prilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
e. Kerja Keras, Tindakan yang menunjukkan prilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
f. Kreatif, Berfikir dan melakukan sesuatu unutk menghasilkan cara dan hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
g. Mandiri, Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dan menyelesaikan tugas-tugas.
h. Demokratis, Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain.
i. Rasa Ingin Tahu, Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dilihat, dan didengar.
j. Semangat Kebangsaan, Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan diri dan
kelompoknnya.
k. Cinta Tanah Air, Cara berfikir, bertindak, dan wawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan diri dan
kelompoknya.
l. Menghargai Prestasi, Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
18
m. Cinta Damai. Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
n. Gemar Membaca. Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
o. Peduli Lingkungan, Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-
upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
p. Peduli Sosial, Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
q. Tanggung Jawab, Sikap dan prilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan, terhadap dirinya sendiri,
masyarakat, lingkungan, (alam, sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan
yang Maha Esa. 25
Menerapkan pendekatan modelling atau keteladanan. Mewujudkan
perubahan karakter tidak akan berhasil bila tidak melekat pada proses
perubahan tersebut suri tauladan. Menggunakan pendekatan sincerity,
ketidaksengajaan yang disengaja.
Menanamkan secara terus-menerus tentang berbagai nilai yang baik
dan yang buruk:
a. Memberi penghargaan(reward); menumbuhsuburkan (cherishing), nilai-
nilai baik, mengecam dan mencegah (discouraging) nilai-nilai yang buruk
b. Menerapkan character based approach ke dalam setiap mata pelajaran di
luar mata pelajaran khusus (Agama, Pancasila, Sejarah dan sebagainya).
6. Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang adalah semua bentuk prilaku yang tidak sesuai
dengan norma-norma sosial yang ada dan dianggap menjadi sumber masalah
sosial karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Prilaku
menyimpang diidentifikan ada dua tipe, yaitu prilaku penyimpangan murni
25
Daryanto Dan Suryatri Darmiatun. “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah”.
(Yogyakarta: Penerbit Gava Media. 2013) 70-71
19
dan prilaku penyimpangan terselubung. Prilaku penyimpangan murni adalah
prilaku yang tidak menaati aturan dan dianggap oleh masyarakat merupakan
tindakan tercela, walaupun sbetulnya orang tersebut tidak berbuat demikian .
Dalam hal dunia pengadilan berupa tuduhan palsu. Sedangkan prilaku
menyimpang terselubung adalah prilaku tidak menaati aturan, namun tidak
dilihat atau diketahui oleh masyarakat.26
a. Bentuk-Bentuk Penyimpangan
Penyimpangan sosial yang terjadi dimasyarakat ada 2 kategori,
yaitu :
1) Penyimpangan bersifat positif
Penyimpangan bersifat positif adalah penyimpangan yang
mempunyai dampak positif terhadap sistem sosial karena mengandung
unsur-unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya wawasan seseorang.
Penyimpangan ini biasanya diterima masyarakat karena sesuai
perkembangan zaman. Misalnya, emansipasi wanita dalam kehidupan
masyarakat yang memunculkan wanita karier.
2) Penyimpangan bersifat negatif
Penyimpangan bersifat negatif adalah penyimpangan yang
bertindak kearah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan selalu
mengakibatkan hal yang buruk seperti pencurian, perampokan, pelacuran,
dan pemerkosaan.
b. Aspek-Aspek Perilaku Menyimpang
Menurut Kartini Kartono ciri-ciri perilaku menyimpang dapat
dibedakan dengan tegas, yaitu :
1. Aspek lahiriah, bisa diamati dengan jelas. Aspek ini dibagi dalam dua
kelompok, yaitu :
a) Deviasi lahiriah yang verbal dalam bentuk : kata-kata makian, slang
(logat, bahasa populer), kata-kata kotor yang tidak senonoh dan cabul,
sumpah serapah, dialek-dialek dalam dunia politik dan dunia kriminal,
26
Tuti Budirahayu, “ Sosiologi Perilaku Menyimpang” (Surabaya: PT Revka Petra
Media, 2013) 20
20
ungkapan-ungkapan sandi, dan lain-lain. Misalnya, penamaan “babi”
untuk pegawai negeri atau pemerintahan “singa” untuk tentara
“serigala”, untuk polisi “kelinci”, untuk orang-orang yang bisa
dijadikan mangsa (dirampok atau dicopet, digarong), dan seterusnya.
b) Deviasi lahiriah yang nonverbal : semua tingkah laku yang nonverbal
yang nyata kelihatan.
2. Aspek-aspek simbolik yang tersembunyi.
Mencakup sikap-sikap hidup, emosi-emosi, sentimen-sentimen,
dan motivasi-motivasi yang mengembangkan tingkah laku menyimpang.
Berupa mens rea (pikiran yang paling dalam dan tersembunyi), atau
berupa iktikad kriminal di balik semua aksi-aksi kejahatan dan tingkah
laku menyimpang.
Hendaknya selalu diingat, bahwa sebagian besar dari tingkah laku
penyimpangan (ex: kejahatan, pelacuran, kecanduan narkoba, dan lain-
lain) itu tersamar dan tersembunyi sifatnya, tidak kentara atau bahkan
tidak bisa diamati.27
Dari proses simbolisasi ini, yang paling penting ialah simbolisasi
atau penamaan diri. Beberapa penulis menamakan simbolisasi diri itu
sebagai pendefinisian diri, peranan diri atau konsepsi diri. Anak-anak yang
tumbuh dan berkembang di tengah-tengah lingkungan sosial yang criminal
dan asusila, mudah sekali mewarisi moral yang buruk dari masyarakatnya.
Kontak sosial ini menanamkan dan mencamkan konsepsi mengenai nilai-
nilai moral dan kebiasaan bertingkah laku buruk, baik secara sadar
maupun tidak sadar. Kelompok-kelompok bermain sejak masa kanak-
kanak dan masyarakat setempat yang criminal dan amoral secara perlahan-
lahan membentuk tradisi, hukum, dan kebiasaan tertentu sehingga anak-
anak secara otomatis terkondisi untuk bertingkah laku criminal dan asusila.
Bahkan ada proses “penamaan diri” dan simbolisasi diri sebab dirinya
dilambangkan dan dipersamakan dengan tokoh-tokoh penjahat tertentu
27
Kartini Kartono.” Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja”. “ (Jakarta: CV Rajawali.
1998) 11
21
yang disanjunginya. Konsep-konsep asusila yang umum berlaku dalam
lingkungannya itu pindah secara otomatis. Lalu dijadikan “miliki”
atau”konsep hidup”. Oleh karena itu, berlangsunglah proses konsepsi diri
sesuai dengan kondisi dan situasi lingkungannya.
Proses konsepsi diri atau simbolisasi diri ini pada umumnya
berlangsung tidak sadar dan berangsur perlahan-lahan. Akibatnya,
berlangsunglah proses sosialisasi tingkah laku menyimpang pada diri anak
sejak usia sangat muda sampai remaja dan dewasa. Berlangsung pula
pembentukan pola tingkah laku deviasi yang progresif sifatnya, yang
kemudian dirasionalkan secara sadar untuk kemudian dikembangkan
menjadi kebiasaan-kebiasaan patologis yang menyimpang dari pola
tingkah laku umum.28
Muhammad sayyid al-wakil mengungkapkan bahwa kaum
muslimin telah jauh dari sumber-sumber keagungan dan menjauh daru
pedoman mereka sehingga mereka terhina dan tersesat. Mereka tidak lagi
memfungsikan akalnya dan berpaling dari nilai-nilai rohani sehingga
kehilangan seluruh kebaikan dan kemuliaan.29
Dalam kegiatan keagaam, sekarang ini banyak kita lihat para
pemuda menjadi generasi tumpuan bangsa tidak melaksanakan bahkan
mengabaikan shalat. Belum lagi gaya kehidupan barat yang semakin
membudaya di kalangan para pemuda, seperti pergaulan bebas, minum-
minuman keras, perjudian dan lain-lain, padagal hal tersebut sangat
bertentangan dengan ajaran islam.
Rafiuddin dalam faisol burlian menjelaskan bahwa penyebab
permasalahan ini adalah sebagai berikut:
a. Problematika Akidah Akhlak serta Syariah
Dengan banyaknya penyimpangan akidah dan syariah akan
melahirkan gerakan kelompok-kelompok (firkah-firkah) yang sangat
menganggu umat islam lainnya. Oleh karena itu, sumber islam yang
28
Paisol Burlian.”Patologi Sosial”.( Jakarta: PT Bumi Aksara.2016) 35 29
Muhammad Sayyid Al Wakil. Ususu Ad-Da’wah Wa Adabu Ad Duad. (Prinsip-Prinsip
Dan Kode Etik Dakwah). (Jakarta: Akademi Pressindo. 2002) 10-11
22
aslinya, Al-qur‟an harus benar-benar dipelihara secara sungguh-sungguh
agar terlepas dari belenggu kesulitan.
b. Problematika Ukhuwah Islamiyyah
Persaudaraan islam sangat membantu dalam kehidupan
bermasyarakat supaya kehidupan menjadi aman, tentram, bahkan keadilan
dan kemakmuran akan terjalin dengan adanya persaudaraan. Akan tetapi,
karena dipengaruhi oleh sedikit perbedaan paham dalam masalah
keagamaan, menimbulkan aliran-aliran yang menyebabkan ketimpangan di
antara mereka. Hal ini memungkinkan antara satu aliran dengan aliran
lainnya timbul perpecahan bahkan permusuhan.
c. Problematika Generasi.
Generasi muda adalah penerus estafet perjuangan bangsa serta
agama. Dalam perkembangannya dan bahkan sampai saat sekarang ini
generasi muda adalah harapan serta tumpuan untuk meneruskan cita-cita
bangsa dan agama. Di sini dibutuhkan peranan orang tua serta bimbingan
seorang guru untuk melanjutkan cita-cita tersebut. Kurangnya peran orang
tua sebagai guru pertama bagi mereka akan menyebabkan mereka tidak
berjalan ke arah seharusnya yang bisa mengakibatkan munculnya
kejahatan-kejahatan yang ditimbulkan oleh generasi muda.
Permasalahan penyakit masyarakat sekarang ini, seperti yang telah
dijelaskan di atas bukan hanya dilakoni oleh orang dewasa, miskin atau
kaya tetapi juga pejabat yang ikut meresahkan masyarakat. Penanaman nilai
islam ke jiwa anak-anak di usia dini merupakan salah satu yang dianjurkan
oleh agama. Allah juga telah memberikan isyarat bahwa: “hai orang-orang
yang beriman, jagalah diri kamu dan keluargamu dari api neraka”.
Apabila setiap orang tua mampu menafsirkan dan melaksanakan apa yang
telah menjadi perintah Allah tersebut bahkan sampai si anak menjadi
dewasa perilaku dan sikapnya akan teratur dan sesuai dengan syariat
Islam.30
30
Paisol Burlian.”Patologi Sosial”.( Jakarta: PT Bumi Aksara.2016) 22-23
23
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang penulis laku kan melalui pendekatan kualitatif
deskriptif dengan metode interaktif (studi kasus). Kualitatif deskriptif yaitu
memaparkan masalah atau temuan dilapangan sesuai dengan yang terjadi (apa
adanya), dengan objek penelitian yaitu Urgensi Pendidikan Karakter Sebagai
Upaya Mengantisipasi Prilaku Menyimpang Pada Siswa di Madrasah Aliyah
Laboratorium Jambi.
Berdasarkan fokus dan tujuan penelitian yang penulis kemukakan
dimuka, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif, yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan prilaku yang dapat diamati dari
orang-orang (objek itu sendiri). Pada penelitian kualitatif, data yang dikumpul
umumnya berbentuk kata-kata, gambaran-gambaran, dan kebanyakan bukan
berbentuk angka-angka.
Peneliti mengadakan pengamatan atau wawancara langsung terhadap
objek atau subjek penelitian, oleh karena itu peneliti terjun langsung
kelapangan dan terlibat langsung. Tujuan menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif pada penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Urgensi
Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Mengantisipasi Prilaku Menyimpang
Pada Siswa di Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi.
Peneliti berusaha mengkaji secara mendalam dan terperinci dari suatu
konteks, penelitian ini dilakukan untuk meneliti tentang Urgensi Pendidikan
Karakter Sebagai Upaya Mengantisipasi Prilaku Menyimpang Pada Siswa di
Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
2. Setting dan Subjek Penelitian
a. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan sesuai dengan judul, maka penelitian ini
berlokasi di Jl. Arif Rahman Hakim No.111 Simpang IV Sipin, Telanai Pura,
Kota Jambi.
b. Subjek Penelitian
24
Subjek penelitian adalah orang yang memberikan informasi tentang
hal-hal yang diteliti atau orang yang banyak memberikan informasi, sekaligus
faham dengan masalah yang diteliti. Adapun yang menjadi subjek penelitian
ini adalah Kepala Madrasah, dan 3 orang guru dengan menggunakan cara
purposive sampling.
Purposive sampling yaitu tehnik yang di dasarkan pada ciri-ciri
tertentu yang ada dalam populasi yang diperkirakan erat sangkut pautnya
dengan ciri-ciri atau sifat yang ada dalam populasi yang sudah diketahui
sebelumnya.31
Dalam proses purposive sampling sampel ditentukan
berdasarkan pada ciri tertentu yang dianggap mempunyai hubungan erat
dengan masalah yang diteliti tentang Urgensi Pendidikan Karakter Sebagai
Upaya Mengantisipasi Prilaku Menyimpang Pada Siswa di Madrasah Aliyah
Laboratorium Jambi.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung dari peneliti kepada
sumbernya, tanpa adanya perantara. Sumber yang dimaksud dapat berupa
benda, situs, atau manusia. Tehnik pengumpulan data primer ini tergantung
dari jenis data yang diperlukan, jika yang diperlukan adalah tentang
manusia, maka peneliti dapat memperolehnya dengan menyiapkan
seperangkat alat instrumen melakukan observasi langsung terhadap subjek
atau setting yang diteliti.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari biro statistik, majalah, koran,
keterangan-keterangan atau publikasinya lainnya. Jadi, data sekunder
berasal dari tangan kedua, ketiga dan seterusnya, artinya melewati satu
31
Lexy J Moleong. “ Metode Penelitian Kualitatif”( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2010) 15
25
atau lebih pihak yang bukan peneliti sendiri. Oleh karena itu, data
sekunder yang penulis maksud adalah data yang diperoleh dari data yang
sudah terdokumentasi yang ada hubungannya dengan pembahasan judul
proposal ini, adapun data sekunder yang dimaksud ialah sebagai berikut :
a) Historis dan geografis Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
b) Struktur pemerintahan di Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
c) Jumlah guru Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
a. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek darimana data
dapat diperoleh. Sumber data ini digunakan untuk mempermudah proses
penelitian, adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini, yaitu:
1) Kepala Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
2) 3 Orang Guru Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
4. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data dan
informasi sebagai bahan utama yang relevan dan obyektif. Teknik yang
penulis gunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi
Obsevasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti
melakukan pengamatan secara langsung ke onjek penelitian untuk melihat
dari dekat kegiatan yang dilakukan.32
Penulis menggunakan metode
observasi ini untuk melihat Urgensi Pendidikan Karakter Sebagai Upaya
Mengantisipasi Prilaku Menyimpang Pada Siswa di Madrasah Aliyah
Laboratorium Jambi.
b. Wawancara
Wawancara adalah tehnik memperoleh informasi secara langsung
melalui permintaan keterangan-keterangan kepada pihak pertama yang
dipandang dapat memberikan keterangan dan jawaban terhadapa
pertanyaan yang diajukan. Wawancara ini digunakan untuk mendapat
penjelasan mengenai Urgensi Pendidikan Karakter Sebagai Upaya
32
Riduwan. Metode Dan Teknik Penyusunan Tesis. (Bandung: Alfabeta. 2004) 104
26
Mengantisipasi Prilaku Menyimpang Pada Siswa di Madrasah Aliyah
Laboratorium Jambi.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah pengumpulan data melalui
dokumentasi, diperlukan seperangkat alat atau instrumen yang memadu
untuk mengambil data-data dokumen. Data dokumen dapat merupakan :
foto, gambar, petagrafik, struktur, organisasi, catatan-catatan bersejarah
dan sebagainya. Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui
tentang catatan-catatan atau dokumen yang ada dilembaga, yang nantinya
dapat mendukung kegiatan penulisan skripsi ini meliputi :
1) Historis dan geografis
2) Struktur organisasi
3) Keadaan siswa
4) Keadaan sarana dan prasarana
5. Teknik Analisis Data
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, untuk melakukan analisis data
secara kualitatif maka penulis melakukan analisa dengan menggunakan
metode:
a. Reduksi Data
Peneliti melakukan kegiatan pengumpulan data lapangan dengan
observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Selanjutnya, data hasil
penelitian tersebut di reduksi dengan cara memilah hal pokok yang mendukung
penelitian serta data yang kurang sesuai di reduksikan. Proses reduksi ini
mempermudah peneliti mengumpulkan data selanjutnya bila data masih
diperlukan.
b. Penyajian Data
Penyajian data sebagai sekumpulan data atau informasi tersusun yang
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan
fenomena atau fokus yang menjadi sasaran dalam penelitian Urgensi
27
Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Mengantisipasi Prilaku Menyimpang Pada
Siswa di Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi.
c. Kesimpulan
Penarikan kesimpulan sebagian dan suatu kegiatan dan konfigurasi
yang utuh. Kesimpulan juga di verifikasi selama penelitian ini dalam pikiran
dengan menulis suatu tinjauan ulang pada catatan. Tahap ini digunakan untuk
menjawab permasalahan-permasalahan mengenai Urgensi Pendidikan Karakter
Sebagai Upaya Mengantisipasi Prilaku Menyimpang Pada Siswa di Madrasah
Aliyah Laboratorium Jambi.
H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data yang penulis gunakan ialah teknik
triangulagi data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling
banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajaat kepercayaan suatu infromasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam metode kualitatif, hal itu dapat tercapai dengan jalan :
1. Membedakan data hasil pengamatan dengan hasil data wawancara
2. Membandingkan apa yang dikatakannya orang didepan umum dengan apa
yang dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang dengan situasi penelitian
dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu
4. Membandingkan keadaan perspektif seorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan lain, orang biasa, dan orang pemerintahan.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokuemntasi yang
berkaitan.33
Berdasarkan teknik triangulasi diatas, maka yang dimaksud untuk
mengecek kebenaran dan keabsahan data-data yang diperoleh dilapangan
33
Lexy J Moleong. “ Metode Penelitian Kualitatif”( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2010) 21
28
tenntang Urgensi Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Mengantisipasi Prilaku
Menyimpang Pada Siswa di Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi dari hasil
observasi, wawancara maupun melalui dokumentasi, sehingga dapat
dipertanggung jawabkan seluruh data yang diperoleh dilapangan dalam
penelitian tersebut.
I. Studi Relevan
Pembahasan mengenai pendidikan karakter pada remaja telah banyak
menarik perhatian kalangan akademisi terutama dari bidang baik bidang
pendidikan, konseling maupun bidang psikologi. Berdasarkan penelusuran
penulis, terdapat beberapa karya yang membicarakan pendidikan karakter
pada remaja. Di antaranya karya Marzuki dkk, Pembinaan Karakter Siswa
Berbasis Pendidikan Agama. Karya ini membicarakan tentang pengembangan
karakter berbasis pendidikan agama di SD dan SMP.34
Selain itu terdapat pula skripsi Gana Egar Pebrian Mahasiswa
Universitas Negeri Yogyakarta yang berjudul Peranan Sekolah Dalam
Menanggulangi Perilaku Menyimpang Siswa Di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 13 Kota Magelang.35
Dan skripsi Veni Rahayu Mahasiswa IAIN
Purwokerto yang berjudul Pembinaan Karakter Religious Peserta Didik Di
Madrasah Aliyah Negeri Majenang Kabupaten Cilacap.36
Sementara itu terdapat pula skripsi karya mahasiswa Bimbingan dan
Penyuluhan Islam UIN STS Jambi yang relevan dengan penelitian peneliti, di
antara nya skripsi Sri Wahyuni Mahasiswa UIN STS Jambi yang berjudul
Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam Mencegah Perilaku Menyimpang
Berpacaran Pada Siswa (Studi Di MTS Laboratorium Kota Jambi)37
dan
skripsi Mashuri Mahasiswa UIN STS Jambi yang berjudul Peran Orang Tua
34
Marzuki Dkk, “Pembinaan Karakter Siswa Berbasis Pendidikan Agama”, Jurnal
Pendidikan Volume 41, Nomor 1(2011) 45 35
Gana Egar Pebrian. “Peranan Sekolah Dalam Menanggulangi Perilaku Menyimpang
Siswa Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 13 Kota Magelang” Skripsi (Yogyakarta :
Universitas Negeri Yogyakarta, 2017) 36
Veni Rahayu. “Pembinaan Karakter Religious Peserta Didik Di Madrasah Aliyah
Negeri Majenang Kabupaten Cilacap”.Skripsi (Purwokerto: IAIN Purwokerto, 2016) 37
Sri Wahyuni. “Upaya Guru Bimbingan Konseling Dalam Mencegah Perilaku
Menyimpang Berpacaran Pada Siswa (Studi Di MTS Laboratorium Kota Jambi)”. Skripsi
(Jambi:UIN STS Jambi,)
29
Dalam Pembinaan Karakter Remaja Desa Gerunggung Sungai
Kelemak,Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi.38
Dari beberapa skripsi di atas memiliki beberapa kesamaan dengan
penelitian yang akan dilakukan peneliti, adapun kesamaannya yaitu sama-
sama membahas pendidikan karakter bagi siswa. Sementara itu terdapat pula
perbedaan antara penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti diantaranya,
setting penelitian yang berbeda. Karya marzuki membicarakan tentang
pembinaan karakter melalui pendidikan agama. Skripsi karya egar pebrian
membahas tentang peranan sekolah dan skripsi veni rahayu hanya membahas
pembinaan karakter religious saja. Skripsi karya Mashuri membicarakan
tentang peranan orang tua dalam pembinaan karakter remaja dan Skripsi
karya Sri Wahyuni membahas tentang Pencegahan perilaku menyimpang
berpacaran, berbeda dengan penelitian yang sedang dilakukan peneliti,
adapun yang digali dalam penelitian ini yaitu urgensi pendidikan karakter
dalam mengantasipasi perilaku menyimpang.
Meskipun terdapat banyak kesamaan antara Skripsi karya Sri Wahyuni
dengan penelitian ini tentu terdapat pula banyak hal yang membedakan antara
skripsi peneliti dan Skripsi karya Sri Wahyuni, di antara nya skripsi Sri
Wahyuni hanya berfokus kepada perilaku menyimpang dalam bentuk
berpacaran sementara penelitian ini mencakup seluruh aspek perilaku
menyimpang yang terjadi pada siswa. Selain berbeda fokus penelitian skripsi
peneliti dengan skripsi Sri Wahyuni juga berbeda setting penelitian. Dari
beberapa perbedaan skripsi di atas maka tentu karya yang dihasilkan oleh
peneliti juga akan berbeda dengan skripsi sebelumnya.
38
Mashuri. “Peran Orang Tua Dalam Pembinaan Karakter Remaja Desa Gerunggung
Sungai Kelemak,Kecamatan Sekernan Kabupaten Muaro Jambi”. Skripsi (Jambi:UIN STS Jambi,
2016)
30
BAB II
PROFIL MADRASAH ALIYAH LABORATORIUM JAMBI
A. Sejarah Madrasah Aliyah Laboratorium jambi
Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi terletak di Jalan Arif Rahman Hakim
No. 111 Telanaipura Jambi. Madrasah Aliyah Laboratorium Fakultas Tarbiyah
IAIN STS Jambi didirikan pada tahun 1985 yang di prakarsai oleh IAIN STS
Jambi sebagai tempat Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) bagi mahasiswa
Fakultas Tarbiyah IAIN STS Jambi. Dengan Piagam Pendirian Madrasah Swasta
dari Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Jambi dengan nomor surat :
D/W.e/MA/0008/1992. sedangkan status tanah dan bangunan milik IAIN STS
Jambi berdasarkan surat pernyataan nomor : In.08/PR.II/KS.01/2470/2009
tanggal 14 Mei 2009, Isi surat tersebut menjelaskan bahwa MAL adalah Hak
Pakai. Nama dan Kedudukan Madrasah Aliyah Laboratorium Fakultas Tarbiyah
IAIN STS Jambi terletak di Jalan Arif Rahman Hakim No. 111 Telanaipura
Jambi
B. Bantuan Yang Diterima Madrasah Aliyah Laboratorium
Pada Tahun Anggaran 2009/2010 telah mendapat bantuan rehab dari
Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Jambi berupa dana Block Grant
tahun 2009.Pada Tahun Anggaran 2010/2011 telah mendapat bantuan Peralatan
Drum Band dari Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Jambi tahun 2011
C. Visi Misi Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Visi Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi Membentuk Insan yang
Amanah dalam mewujudkan Cita – Cita berlandaskan Akhlak Mulia. Sementara
Misi Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi yaitu :
1. Menumbuhkan semangat ibadah siswa sehingga dapat menerapkan di
kehidupannya
2. Menumbuhkan kecintaan terhadap membaca dan menghafal Al-Qur‟an sebagai
pedoman hidup
3. Menumbuhkan sikap dan kepribadian yang santun ber etika dan berestetika
tinggi
31
4. Mengembangkan kemampuan vokasional dan life skill
5. Menumbuhkan inovasi dan kreasi siswa
6. Menumbuhkan kesadaran siswa agar mampu menjadikan ajaran dan nilai –
nilai Islam sebagai landasan pola pikir, bersikap dan bertingkah laku dalam
kehidupan
7. Menumbuhkan kesadaran wawasan ilmu pengetahuan
8. Menumbuhkan sikap nasionalisme, patriotisme dalam memelihara persatuan
dan kesatuan bangsa dalam kerangka NKRI
9. Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah
Dengan berlandaskan visi dan misi maka keberadaan Madrasah
Aliyah Laboratorium Jambi bertujuan:
1. Meciptakan siswa untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi
2. Menyiapkan siswa untuk mewujudkan cita –cita dirinya, orang tua,
masyarakat, bangsa dan negara.
3. Menyiapkan siswa untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang di
dapatnya
4. Menyiapkan siswa yang mempunyai kepribadian luhur dan berakhlak mulia
D. Keadaan madrasah aliyah laboratorium jambi
1. Keadaan fisik sekolah
Keadaan fisik sekolah cukup baik dan memadai untuk kegiatan belajar
mengajar di Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi. Gedung belajar terdiri
dari 11 kelas dan beberapa laboratorium penunjang proses pembelajaran.
Adapun secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :
Tabel 2.1 Fasilitas Fisik39
NO URAIAN KONDISI SEKARANG
KET Vol/Jml Baik RR RB
TANAH BANGUNAN
Luas tanah 3692
M2
3692 M2 - -
1 GEDUNG
39
Data Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi. Observasi Peneliti. 15 Januari 2019.
Ruang TU Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
32
1.1. Ruang Kelas 11 - - -
1.2. Ruang Kantor 1 - - -
1.3. Ruang Guru 1 - - -
1.4. Ruang Aula - - - -
1.5. R.Keterampilan - - - -
1.6. Asrama - - - -
1.7. Ruang BP/BK 1 - - -
1.8. Ruang Laboratorium 2 - - -
1.9. Mushalla 1 - - -
1.10. Gudang 1 - - -
1.11. WC Guru 1 - - -
1.12. WC. Siswa 2 - - -
1.13. Kantin Madrasah 1 - - -
1.14. Ruang UKS 1 - - -
1.15. Ruangan Lainnya* - - - -
2 MEUBELAIR
2.1. Kursi siswa 318 310 - 8
2.2. Meja siswa 315 310 - 5
2.3. Kursi jok (Guru) 30 25 5 2
2.4. Meja ½ biro(Guru) 20 - 20 -
2.5. Meja Pustaka 1 - - -
2.6. Kursi Pustaka 1 - - -
2.7. Lemari Buku Pustaka - - - -
2.8. Meja ½ biro (pegawai) 5 - - -
2.9. Kursi jok ( pegawai ) 5 - - -
2.10. Meja 1 biro ( kepala) 1 - - -
2.11. papan pengumuman 2 - - -
2.12. Papan Tulis (white board) 9 - - -
2.13. Papan data 10 - - -
2.14. Lemari Kayu 3 - - -
2.15. Meja Komputer 1 - - -
2.16. Filing Kabibet 3 - - -
2.17. Brangkas - - - -
2.18. Kursi pop ( labor IPA ) - - - -
2.19. Meja panjang ( Labor ) - - - -
2.20. Almari labor IPA - - - -
2.20. Kursi Tamu (sice) 2 set - - -
2.21. Peralatan Meubelair lainnya*
3 PERALATAN LAIN
3.1. Komputer 3 2 1 -
3.2. Printer 3 2 1 -
3.3. Pesawat Telepon 1 1 - -
3.4. Sound system 1 1 - -
3.5. Dispenser 2 1 - 1
33
3.6. Mesin Ketik - - - -
3.7. alat pemotong kertas - - - -
3.8. Peralatan labor IPA - - - -
3.9. Peralatan lainnya* - - - -
4 LABORATORIUM
4.1. Laboratorium Fisika
Tidak
ada
4.2. Laboratorium Kimia
Tidak
ada
4.3. Laboratorium Biologi
Tidak
ada
4.4. Laboratorium Bahasa 1 1 - - Ada
4.5. Laboratorium Komputer 1 1 - - Ada
4.6. Mushalla / Praktikum PAI 1 1 - - Ada
4.7. Praktikum Olahraga
Tidak
ada
4.8. Praktikum Kesenian
Tidak
ada
4.9. Praktikum Lainnya*
Tidak
ada
5 PRASARANA LINGKUNGAN
5.1. Pagar 400 M2
- -
5.2. Komblok 500 M2
5.3. Prasarana Lingkungan
Lainnya*
6 JASA
6.1. Listrik 2 - - -
6.2. PDAM 1 - - -
6.3. Telepon 1 - - -
7 PERPUSTAKAAN*
7.1. Jumlah Judul
7.2. Jumlah Eksemplar
7.3. Jumlah Eks. Buku teks
7.4. Jumlah Eks. Buku Referensi
7.5. Jumlah Eks. Buku Fiksi
2. Keadaan peserta didik
Madrasah Aliyah Laboratorium memiliki siswa sebanyak 250 siswa.
jumlah siswa yang tidak tinggal bersama orang tuanya sebanyak 150 siswa.
Peserta didik di MAL Jambi memiliki potensi yang cukup bagus.
Dalam bidang akademis peserta didik dipersiapkan untuk dapat langsung
memasuki lapangan kerja, mampu berkarir, mandiri, mampu berkompetisi,
34
mengembangkan sikap profesional, dan melanjutkan studi ke jenjang yang
lebih tinggi. Sekolah juga tidak hanya memperhatikan pengembangan
akademis secara formal melainkan juga mengembangkan potensi peserta
didik secara nonformal yaitu melalui ekstrakurikuler. Kegiatan ini sebagai
wadah pengembangan minat dan bakat peserta didik.
3. Keadaan tenaga pengajar
Keadaan tenaga pengajar MAL cukup baik dan memadai untuk
kegiatan belajar mengajar. Adapun secara rinci dapat diuraikan dalam bentuk
table, sebagai berikut :
Tabel 2.2 Keadaan tenaga pengajar40
NO NAMA JABATAN MATA
PELAJARAN
1 2 3 4
1 Mat Nursi,S.Pd Guru / PNS
Biologi/Kimia/Fisi
ka
2 Suryanti,S.Ag Guru / PNS Akidah
Akhlak/Sejarah
3 Efi Yuliana,S.Pd Guru / PNS Kimia/Matematika
4 Dra. Jusmarni ,M.Pd.I Guru / PNS AkidahAkhlak/SK
I/Sosiologi
5 Rosmawati S.Pd Guru / PNS Ekonomi/Geografi
6 Hj. Siti Aisyah,S.Ag Guru / PNS Qur‟an
Hadits/Mulok
7 Dra. Nopriyani,M.Pd.I,
M.Si
Guru / PNS Kimia
8 Ike Maryanti,S.Pd.I Guru / PNS Fisika
9 Anifral Hendri,M.Pd Guru Tidak Tetap / PNS Penjaskes
10 Nenti Fitrianti,S.Pd Guru Tidak Tetap Bahasa Indonesia
11 Dra. Yarmailus
Guru Tidak Tetap AkidahAkhlak/SK
I/Qur‟an H
12 M. Darwin, S.Pd.I Guru Tidak Tetap Bahasa Arab
13 Drs. Syibawaihi Guru Tidak Tetap
Fiqh/Akidah
Akhlak
40
Data Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi. Observasi Peneliti. 15 Januari 2019.
Ruang TU Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
35
14 Dra. Darma Taksiah Guru Tidak Tetap FIQH/PPKN
15 Drs. Zainal Arifin Kamlan Guru Tidak Tetap Bahasa Arab
16
Sujarwo, S.Sos.I Guru Tidak Tetap
Qur‟anHadits/Aki
dah/Sejarah/Mulo
k
17 Saminah , S.Pd Guru Tidak Tetap Bahasa Inggris
18 Afrizal, S.Pd Guru Tidak Tetap Bahasa Inggris
19 Paras Sekar Liana, S.Pd Guru Tidak Tetap Bahasa Indonesia
20 Septiadi Pangesti Aji,
S.Pd
Guru Tidak Tetap Penjaskes
21 Eddy Iswanto SH, MM Guru Tidak Tetap PPKN/Geografi
22 Ike Maryanti, S.Pd Guru/PNS Fisika
23 Muchsin Chatib,S.Pd Guru Tidak Tetap Biologi
24 Nelly Sarnati, S.Sos.I Guru Tidak Tetap Mulok/Sosiologi
25 Dra. Carintang Guru Tidak Tetap Qur‟anHadits/Seja
rah/B.Ind
26 Desy Maryani. Am.d Guru Tidak Tetap Seni Budaya
27 Masitawati, SE Guru Tidak Tetap Ekonomi
28 Syahruddin, S.Pd.I Guru Tidak Tetap Bahasa Inggris
29 Andi Rusman,S.Pd.I Guru Tidak Tetap KTIK
30 Gusnida,SE Guru Tidak Tetap Geografi
31 Reni Afriana,S.Pd Guru Tidak Tetapi Matematika/Fisika
32 Nurdalia, S.Pd Guru Tidak Tetap Biologi
33 Azharul Halim, S.Pd Guru Tidak Tetap Penjaskes
34 Feri Kurniawan, S.Pd.I Guru Tidak Tetap KTIK
35 Dra. Mardiani Guru Tidak Tetap Bahasa Indonesia
36 Triyana Hastisari,S.Pd Guru Tidak Tetap Bahasa Indonesia
37 Hj. Andi Arwelis Guru Tidak Tetap Bahasa Indonesia
36
E. Struktur organisasi
Penasehat
Rektor UIN STS Jambi
Dr. H. Hadri Hasan,MA
Pelindung
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Dr.Hj. Armida,M.Pd.I
Kepala Madrasah
Habib Muhammad,S.Ag,M.Ag
Wakabid. Kurikulum
Suryanti,S.Ag
Wakabid. Kesiswaan
Dra. Jusmarni,M.Pd.I
Komite
Madrasah
H. Ulumuddin
Pembina OSIS
Susna Elita,S.Pd
Wakabid, Sarana Prasarana
Efi Yuliana,S.Pd
Majelis Guru
Wakabid Humas
Andi Rusman,S.Pd.I
siswa
Pembina ekstrakurikuler
Dra. Carintang
37
BAB III
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
MENYIMPANG SISWA DAN PENERAPAN NILAI-NILAI KARAKTER
DALAM DIRI SISWA DI MADRASAH ALIYAH LABORATORIUM
JAMBI
A. Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang
1. Faktor keluarga
Sekolah sangat berperan dalam membentuk akademik siswa dalam
membina prestasi dan minat belajar, tentu tidak lepas dari kemitraan yang
harmonis antara siswa dan orangtua peserta didik, dukungan orangtua di
rumah meningkatkan kepercayaan diri, tanggung jawab peserta didik,
mendorong peserta didik untuk berprestasi lebih baik lagi. Keterlibatan orang
tua juga berpengaruh positif terhadap perilaku peserta didik. Kenakalan dan
kekerasan remaja, penyalahgunaan narkoba, pornografi, perilaku
menyimpang lainnya dan menimimalkan tingkat drop out. Pendidikan
karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab orang tua saja melainkan juga
menjadi tanggung jawab bersama seluruh elemen masyarakat. Pada usia
remaja, anak sangat membutuhkan pengawasan dari orang tua agar perilaku
anak dapat dikontrol dan selaras dengan ajaran Rasulullah. Saw yang
berpedoman pada Al-qur‟an dan Hadis. Sementara itu kebanyakan dari
pelajar MAL Jambi merupakan siswa dari berbagai daerah, artinya
kebanyakan dari mereka tidak tinggal bersama orang tua mereka. Maka
secara tidak langsung hal ini juga merupakan penyebab terjadinya perilaku
menyimpang pada siswa.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan Menurut Salvicion dan
Celis di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan,
di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam
38
perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu kebudayaan. Keluarga inti atau disebut juga dengan keluarga batih ialah
yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak. Keluarga inti merupakan bagian dari
lembaga sosial yang ada pada masyarakat. Bagi masyarakat primitif yang mata
pencahariaannya adalah berburu dan bertani, keluarga sudah merupakan
struktur yang cukup memadai untuk menangani produksi dan konsumsi.
Keluarga merupakan lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga lainnya
berkembang karena kebudayaan yang makin kompleks menjadikan lembaga-
lembaga itu penting.
Dari definisi di atas penulis melanjutkan wawancara kepada salah
seorang siswa di Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi bernama Budi
Rahman seorang siswa kelas XI, berikut adalah hasil wawancara penulis
dengan Budi Rahman.
[K]eluarga saya sangat marah apabila saya melakukan tindakan yang
melanggar norma dan etika yang berada dalam keluarga kami, segala
tindakan yang melanggar aturan yang berada dalam keluarga kami
maka saya akan mendapatkan hukuman dan sanksi dari keluarga, dapat
di katakan perilaku menyimpang yang saya lakukuan di sekolah
bukanlah berawal dari lingkungan keluarga akan tetapi semejak saya
merantau untuk sekolah saya merasa kontrol dari orang tua saya sedikit
berkurang dan saya merasa sedikit memiliki kebebabasan sehingga saya
lalai karena keasikan bermain .41
Selanjutnya penulis melanjutkan wawancara dengan siswa kelas XI
Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi lainnya bernama Annisa dan berikut
hasil wawancara penulis dengan siswi bernama Annisa tersebut.
[D]alam keluarga kami segala bentuk tindakan perilaku menyimpang
akan di tindak tegas, selama saya berada atau hidup di lingkungan
keluarga kemaren kehidupan saya berjalan sebagaimana mesti nya di
bawah pengawasan orang tua saya. Jadi perilaku menyimpang tersebut
bukan bawaan dari didikan orang tua saya melainkan sama halnya
dengan kawan saya budi.42
41 Budi Rahman. Siswa Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 17 Januari 2019. Mushola
Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi 42 Annisa. Siswa Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 16 Januari 2019. Mushola
Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
39
Selanjutnya penulis melanjutkan wawancara dengan siswa kelas XI
Laboratorium Jambi lainnya bernama Putri Rahayu dan berikut hasil
wawancara penulis dengan siswi bernama Putri Rahayu tersebut.
[D]i rumah bapak saya selalu mengajarkan bagaimana disiplin dalam
kehidupan sehari-hari, kegiatan saya pun sangat teratur dari mulai
bangun tidur hingga menjelang tidur lagi, namun semenjak saya
tinggal jauh dari orang tua saya menjadi seenaknya sehingga kadang
sering terlambat ke sekolahkarna tidak ada yang bangunin pagi pagi
karena saya kebiasaan dibangunin waktu dirumah.43
Dari ketiga narasumber di atas maka peneliti berpendapat bahwa
tindakan perilaku menyimpang yang terjadi pada siswa Madrasah Aliyah
Laboratorium bukan berasal dari kesalahan orang tua dalam mendidik anak
melainkan karena mereka merasa kurangnya pengawasan orang tuanya dan
bebas dalam melakukan sesuatu dengan tanpa pengawasan bapak dan ibu nya
2. Faktor lingkungan sosial
Lingkungan sosial merupakan lingkungan kemasyarakatan yang
memiliki kaitan erat dengan kehidupan sehari-hari. Yang merupakan salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk dapat
melakukan sesuatu tindakan serta perubahan-perubahan perilaku setiap
individu. Lingkungan sosial yang kita kenal antara lain lingkungan keluarga,
lingkungan teman sebaya, dan lingkungan tetangga. Berikut adalah penjelasan
seputar pengertian Lingkungan Sosial serta Jenis dan Tingkatan Lingkungan
Sosial. Menurut Purwanto, Lingkungan sosial adalah semua orang atau
manusia lain yang mempengaruhi kita. Manusia membentuk pengelompokan
sosial diantara sesama dalam upayanya mempertahankan hidup dan
mengembangkan kehidupan. Dalam suatu kehidupan sosial manusia juga
memerlukan organisasi yaitu sekolah, kelompok masyarakat dan lain-lain.
Dari definisi di atas penulis melanjutkan wawancara kepada salah
seorang siswa di Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi bernama Al seorang
siswa kelas XI, berikut adalah hasil wawancara penulis dengan Al.
43 Putri Rahayu. Siswa Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 13 Januari 2019. Mushola
Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
40
[P]elanggaran yang kerap terjadi disekolah tu kayak terlambat, bolos
pada jam pelajaran, mengambil buah-buahan milik warga yang berada di
sekitar sekolah, terus tu manjat pagar kalau bapak satpam nyo dak boleh
keluar, kan ado kawan-kawan yang merokok jugo. Kalo penyebabnyo tu
macam-macam ado yang disebabkan diri pribadi terus kadang
dipengaruhi kawan jugo. Kalau kayak telat ke sekolah itu sebenarnya dari
diri sendiri bang, kadang sudah bangun pagi tapi tetap telat datang ke
sekolah karena dak ado pengawasan orang tuo, nah kalau bolos itu
biasanya karena malas belajar kadang bosan juga karena kami sekolah
seharian, mencuri dan merokok ya karena seru dan ikutan kawan juga
bang. 44
Berbeda dengan Al, Teti salah seorang siswa di Madrasah Aliyah
Laboratorium menyampaikan, bahwa:
[J]enis –jenis pelanggaran yang biaso terjadi tu kayak telat datang ke
sekolah terus jugo ado yang bolos, bullying terhadap siswa yang lambat
menangkap apa yang diterangkan guru dan akhirnya tidak mau bergaul
dengan sesama. Biasa nya perilaku bullying ini disebabkan oleh
lingkungan dan media, sementara itu dampak negative terhadap korban
bullying siswa tersebut menjadi anti sosial. Jadi dapat dikatakan bahwa
perilaku menyimpang di sini disebabkan oleh lingkungan sekitar karena
ejek mengejek di sekolah kami ini sangat sering kali terjadi.45
Senada dengan yang disampaikan oleh Teti, Dea juga menyatakan
bahwa:
[B]ullying sering terjadi pada siswa yang lambat dalam menerima
pelajaran sehingga siswa yang dibullying lebih sering menarik diri dari
pergaulan. Biasanya kalau yang ketahuan membully akan dihukum oleh
guru tapi terkadang tidak semua kegiatan siswa dapat dikontrol oleh
guru, saya rasa perlu diajarkan toleransi agar kita dapat saling memahami
dan stidak terjadi perpecahan serta permusuhan.46
Selain disebabkan oleh media dan teman sepergaulan, perilaku
menyimpang juga disebabkan oleh faktor lingkungan lainnya, seperti mayoritas
di Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi merupakan siswa-siswi yang berasal
44
Al. Siswa Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 17 Januari 2019. Mushola Madrasah
Aliyah Laboratorium Jambi 45
Teti. Siswa Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 11 Januari 2019. Mushola Madrasah
Aliyah Laboratorium Jambi 46
Dea. Siswa Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 15 Februari 2019. Ruang BK
Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
41
dari berbagai daerah atau dengan kata lain mayoritas siswa di Madrasah Aliyah
Laboratorium tidak tinggal bersama orang tua nya.
Penulis melanjutkan wawancara kepada salah seorang guru di
Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi bernama Suryati seorang Wakil Kepala
Sekolah Bidang Kurikulum, berikut adalah hasil wawancara penulis dengan
Suryati.
[M]emang di sekolah ini ada beberapa siswa yang sering melakukan
pelanggaran terhadap aturan-aturan yang ada di MAL ini, namun
pelanggaran yang dilakukan oleh siswa kita masih dalam kategori
pelanggaran non conform seperti bolos sekolah, tidak mengikuti
rangkaian kegiatan di sekolah, merokok, menarik diri dari pergaulan,
terlambat datang ke sekolah hingga melanggar aturan kedisiplinan
lainnya. Adapun penyebabnya sebagian besar disebabkan oleh kurangnya
pengawasan orang tua dikarenakan siswa-siswi kita di sini mayoritas
pendatang dari berbagai daerah sehingga sangat sedikit sekali yang
tinggal bersama orang tua dan keluarga.47
Senada dengan pendapat di atas Rudi Ardiansyah, guru di Madrasah
Aliyah Laboratorium Jambi, juga mengatakan bahwa:
[B]iasanya penyimpangan yang terjadi pada siswa itu berbentuk
pelanggaran misalnya terlambat datang ke sekolah, tidak mengikuti
rangkaian kegiatan di sekolah, membolos pada jam pelajaran, berpura-
pura sakit agar tidak mengikuti jam pelajaran, merokok, berpacaran di
lingkungan sekolah kalau berkelahi terhitung jarang sekali apalagi jika
sampai terlibat tawuran antar siswa. Penyebabnya sih saya rasa
bermacam-macam dan rata-rata siswa MAL ini pendatang dari berbagai
daerah sehingga kurang pengawasan dari orang tua dan keluarga.48
Dari hasil wawancara di atas maka peneliti berpendapat bahwa faktor
lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap perilaku
menyimpang yang dilakukan siswa Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi, di
antara nya disebabkan oleh kurang pengawasan orang tua sehingga siswa dapat
berperilaku seenaknya, media dan teman sepergaulan.
47
Suryati. Waka Kurikulum. Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 15 Februari 2019.
Ruang Kantor Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi 48
Rudi Ardiansyah. Guru BK. Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 09 Januari 2019.
Ruang BK Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
42
3. Faktor individu
Faktor individu adalah faktor internal yang berasal dari diri seseorang
itu sendiri. Faktor ini menyangkut pembawaan individu yang dibawa sejak
lahir.
Dari definisi di atas penulis melanjutkan wawancara kepada salah
seorang siswa di Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi bernama Nanda
seorang siswa kelas XI, berikut adalah hasil wawancara penulis dengan
Nanda.
[S]aya sering sekali tidak mengikuti mata pelajaran atau dengan kata lain
saya sering bolos pada saat jam pelajaran berlangsung, kadang bolosnya
itu kita jajan, main game dan merokok dengan teman-teman. Hal ini
dikarenakan belajar seharian di kelas sangat membosankan. Saya bolos
pada jam pelajaran kadang bukan pengaruh dari teman tetapi inisiatif diri
sendiri untuk menghindari mata pelajaran tersebut.49
Senada dengan Nanda, Agus salah seorang siswa di Madrasah Aliyah
Laboratorium Jambi juga menyampaikan bahwa:
[K]ebiasaan saya sehari-hari yang membuat saya menjadi langganan
hukuman di sekolah yaitu terlambat datang ke sekolah. Saya terlambat
dikarenakan saya memang sangat susah bangun pagi sehingga saya
sering terlambat datang ke sekolah.50
Dari wawancara bersama narasumber di atas maka peneliti berpendapat
bahwa tindakan perilaku menyimpang yang terjadi pada siswa Madrasah
Aliyah Laboratorium tidak lepas dari faktor dalam diri siswa, hal ini
ditunjukkan melalui siswa-siswa terlambat dan bolos pada jam pelajaran
bukan dikarenakan pengaruh teman.
4. Faktor Agama
Permasalahan Agama merupakan permasalahan mendasar yang
menyebabkan siswa mengalami gangguan mental. Dengan kata lain krisis
karakter disebabkan oleh kurangnya pondasi keagamaan dalam diri siswa
sehingga siswa tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
49
Nanda. Siswa Mal Jambi. Wawancara Wawancara Dengan Peneliti. 14 Januari 2019.
Mushola Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi 50
Agus. Siswa Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 16 Januari 2019. Mushola Madrasah
Aliyah Laboratorium Jambi
43
norma-norma yang berlaku di suatu tempat. Permasalahan agama yang
menjadi penyebab terjadinya perilaku menyimpang bukan merupakan hal
baru dalam pembahasan pendidikan karakter. Dewasa ini pendidikan agama
menjadi topik yang hangat untuk dibicarakan dalam mengembalikan karakter
anak didik menjadi karakter yang sesuai dengan tujuan sistem pendidikan
nasional, maka metode pendidikan karakter Islami perlu diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari melalui lembaga pendidikan formal dan non formal.
Berbagai permasalahan yang disebabkan oleh kurangnya pondasi keagamaan
antara lain kurangnya kepercayaan anak terhadap sang pencipta, gelisah
karena kurang beribadah, merokok, tidak mengikuti aturan di sekolah, tidak
mengikuti rangkaian kegiatan di sekolah. Sebagaimana yang disampaikan
oleh Jusmarni, Wakabid kesiswaan Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
menyatakan sebagai berikut:
[P]elanggaran yang sering terjadi masih dalam kapasitas tindakan non
conform seperti terlambat datang ke sekolah, merokok, mencuri, tidak
mendengarkan guru mengajar, tidak mengikuti aturan di sekolah, kurang
semangat ke sekolah, hal ini disebabkan oleh kurangnya pondasi keagamaan
dalam diri anak-anak kita sehingga anak-anak melakukan tindakan-tindakan
yang demikian. Maka anak-anak perlu ditanamkan akidah sejak dini agar
syariat dan akhlak anak menjadi baik dan dekat dengan penciptanya.51
Senada dengan Jusmarni, Suryati Wakabid Kurikulum juga
menyampaikan bahwa:
[K]ebutuhan spiritual merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap
individu. Jiwa yang jauh dari sang pencipta nya akan menyebab individu
melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan baik itu
aturan hukum, sosial maupun aturan agama. Maka untuk mengantisipasi
perilaku-perilaku yang tidak dibenarkan oleh norma-norma pondasi
keagamaan perlu ditanamkan sejak dini pada anak.52
Maka dari wawancara di atas peneliti berpendapat bahwa sebagai
lembaga sekolah yang ikut bertanggung jawab dalam pendidikan karakter di
sekolah maka Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi merasa perlu untuk
51
Jusmarni. Waka kesiswaan Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 15 Februari 2019.
Ruang Kantor Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi 52
Suryati. Waka Kurikulum. Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 15 Februari 2019.
Ruang Kantor Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
44
menerapkan pendidikan karakter dengan metode-metode Islami agar perilaku
anak dapat dikontrol dan selaras dengan ajaran Rasulullah. Saw yang
berpedoman pada Al-qur‟an dan Hadis. Sikap beragama yang baik dan jiwa
yang dekat dengan sang pencipta nya akan melahirkan keharmonisan dalam
kehidupan beragama dan bermasyarakat, kehidupan yang harmonis akan
menjadi tempat tumbuh kembang yang baik bagi mental anak-anak.
B. Penerapan Nilai-Nilai Karakter Dalam Diri Siswa
Pembentukan karakter Islami tidak lepas dari berbagai problem yang
dialami siswa, hukuman-hukuman yang diberikan oleh guru tidak memberikan
efek jera bagi siswa sehingga tidak sepenuhnya efektif untuk mengatasi
perilaku menyimpang siswa. Maka dipandang perlu melakukan pembentukan
karakter di sekolah dengan metode Islami yang diharapkan memberikan
dampak baik bagi siswa adapun cara penerapan yang dilakukan di Madrasah
Aliyah Laboratorium Jambi sebagai berikut.
1. Keteladanan
Mengingat pendidikan karakter maka pencapaian pendidikan karakter
tidak hanya dilihat dari aspek-aspek yang terlihat saja namun juga dilihat dari
aspek keseharian, apakah pendidikan karakter tersebut sudah masuk dalam
kehidupan sehari-hari siswa atau belum. Guru yang bertindak sebagai salah
satu role modeling dalam pendidikan karakter selain memberikan keteladanan
melalui pesan verbal namun juga keteladanan serta memberikan tindakan
tegas dalam membimbing siswa. internalisasi pendidikan karakter dalam
kehidupan sehari-hari siswa juga perlu diperhatikan.
Jusmarni, Wakabid kesiswaan Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
menyatakan sebagai berikut:
[S]etelah kita lakukan pendidikan karakter melalui aturan-aturan yang
diterapkan kepada siswa, kemudian kita juga menerapkan aturan yang
mewajibkan pendidik dan tenaga kependidikan juga ikut serta dalam
memberikan keteladanan bagi siswa. Hal ini dikarenakan untuk membentuk
karakter siswa tidak hanya sebatas diberitahu mana yang baik dan mana
yang tidak baik untuk dilakukan melainkan harus disertai dengan
keteladanan dari orang sekitar, agar pendidikan karakter yang diterima oleh
siswa tidak hanya menjadi sebatas pengetahuan tetapi mampu
diinternalisasikan dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan menjadikan
keteladanan sebagai metode pendidikan karakter di sini maka kami berharap
pendidikan karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab guru di kelas
45
tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama seluruh elemen dalam lembaga
pendidikan.53
Hal senada juga disampaikan Rudi Ardiansyah [25] guru BK Madrasah
Aliyah Laboratorium Jambi sebagai berikut:
[S]emua persoalan yang terjadi berasal dari krisis karakter dan agama, nah
melihat persoalan semacam ini kita selaku guru yang ikut bertanggung
jawab terhadap pencapaian siswa tentu berharap adanya penerapan
pendidikan karakter di Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi, yang
Alhamdulillah sudah terlaksana meskipun belum 100% efektif dalam
menanamkan perilaku yang baik dalam diri siswa. Pendidikan karakter di
Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi ini tidak hanya pendidikan karakter
secara umum namun juga kita integrasikan dengan keislamannya juga, agar
kita sebagai umat islam menjiwai karakter-karakter islami sebagaimana
yang diajarkan Rasulullah. Saw. Untuk itu kita tidak hanya melakukan
penanaman karakter melalui kurikulum tetapi juga melalui kegiatan-
kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler yang mampu menunjang pengembangan
skill yang dimiliki siswa namun tentunya tetap berada dalam kegiatan yang
tidak menyalahi norma agama dan norma sosial yang berlaku di sekitarnya.
Hal ini tentunya tidak bisa kita capai dengan hanya memberitahukan pada
siswa mana yang baik dan mana yg buruk tetapi juga diberikan contoh oleh
pendidik dan tenaga kependidikan di Madrasah Aliyah Laboratorium.54
Dari wawancara di atas maka peneliti dapat mengambil kesimpulan
bahwa segala macam persoalan yang terjadi akhir-akhir ini bersumber dari
krisis karakter dan agama, dengan kata lain karakter dan agama yang diajarkan
dalam keluarga dan sekolah selama ini hanya sebatas teoritik dan dijadikan
pengetahuan saja tanpa penerapan dan penghayatan dalam
menginternalisasikan karakter ke dalam diri siswa sehingga penegakan
kembali pendidikan karakter menjadi sangat penting sebagai tujuan dari
pendidikan nasional serta penanaman karakter Islam yang sesuai dengan
tuntunan syariat islam menjadi pilihan, sebagai upaya penerapan karakter dan
menjadi ciri umat Islam serta menjadikan siswa memiliki kepribadian yang
sesuai dengan ajaran Rasulullah. SAW yang bersumber dari Al-qur‟an dan
53
Jusmarni. Waka kesiswaan Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 15 Februari 2019. Ruang
Kantor Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi 54
Rudi Ardiansyah. Guru BK. Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 09 Januari 2019.
Ruang BK Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
46
hadis. Pendidikan karakter bukan hanya dijadikan sebatas pengetahuan saja
tetapi juga diperlukan keteladanan guru dan lingkungan sekitar agar pendidikan
karakter dapat benar-benar terlaksana dengan baik dan diinternalisasikan ke
dalam kehidupan sehari-hari siswa.
2. Pembelajaran
Pembelajaran pendidikan karakter tidak hanya dilakukan di dalam kelas
tetapi juga dapat dilakukan di satuan pendidikan formal dan non formal serta
di luar satuan pendidikan. Intervensi dalam pendidikan karakter dengan
pengintegrasian pendidikan karakter dalam materi pembelajaran, subtansi
nilai sesungguhnya secara eksplisit atau implisit sudah ada dalam rumusan
kompetensi. Pembelajaran yang dilakukan tidak hanya terfokus pada
pencapaian nilai akademik melainkan juga diimbangi dengan pencapaian
spiritual siswa.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Dea [17] siswa kelas XI Madrasah
Aliyah Laboratorium Jambi sebagai berikut:
[P]endidikan karakter di sini lebih menekankan ke bagian Agama nya dan
menurut saya pendidikan karakter itu penting bang, soalnya kalau kita lihat
kebanyakan dari kita itu lebih mengutamakan pencapaian nilai daripada
perilaku, padahal sebagai anak sekolahan kita harus memiliki perilaku yang
baik agar bisa diterima di masyarakat. Kalau di Madrasah Aliyah
Laboratorium Jambi kita biasanya diajarkan sholat wajib berjamaah, sholat
dhuha, baca dan menghafal al-qur‟an. Jika seandainya kita belum hafal
bacaaan-bacaaan dalam sholat sekolah memiliki metode tersendiri yaitu
dengan mewajibkan menulis bacaan tersebut sebanyak 20 kali dan jika belum
hafal juga maka akan diulangi sebanyak 20 kali lagi sampai siswa bisa. Kalau
dari segi lain Alhamdulillah sudah bagus, siswa memiliki kesadaran tersendiri
ketika berada di masyarakat karena sudah terbiasa melakukannya di sekolah,
seperti kebiasaan hidup bersih ketika melihat sampah tanpa harus ditegur
sudah memiliki kesadaran sendiri untuk membuangnya pada tempat sampah,
kemudian sikap jujur yang sering ditekankan dalam kelas juga membiasakan
kami untuk berlaku jujur dalam kehidupan sehari-hari.55
Hal ini selaras dengan salah satu misi Madrasah Aliyah Laboratorium
Jambi yaitu Menumbuhkan kesadaran siswa agar mampu menjadikan ajaran
dan nilai – nilai Islam sebagai landasan pola pikir, bersikap dan bertingkah
55
Dea. Siswa Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 15 Februari 2019. Ruang BK
Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
47
laku dalam kehidupan maka para tenaga pendidik Madrasah Aliyah
Laboratorium Jambi memulai penerapan nilai-nilai karakter dalam diri siswa
dengan membiasakan siswa untuk patuh pada ajaran agama seperti sholat
lima waktu, membaca al-qur‟an, sopan santun terhadap guru, menghargai
teman dan mengembangkan potensi diri melalui eskul-eskul yang ada di
sekolah.
Dalam wawancara dengan peneliti, Marina [17] siswa Madrasah
Aliyah Laboratorium Jambi menyampaikan bahwa :
[K]arakter yang baik itu kan penting sekali, jadi di sekolah sudah mulai
menerapkan nilai-nilai yang baik, misalnya datang tepat waktu,
mengajarkan kehidupan yang sesuai dengan syariat islam dan juga kami
diajarkan untuk bersikap jujur, disiplin, toleransi serta mencintai kebersihan.
Nah untuk penerapan beragama kita setiap harinya diminta untuk sholat
lima waktu, baca qur‟an bersama terus sholat dhuha berjamah. Untuk
kebersihan siswa-siswi di sini sudah mulai punya kesadaran untuk
membuang sampah pada tempatnya dan menjaga ruang kelas agar tetap
bersih meskipun kebersihan halaman sekolah tidak menjadi tanggung jawab
kami selaku siswa melainkan menjadi tanggung jawab petugas kebersihan
sekolah tetapi kami dituntut untuk tetap menjaga kebersihan sekolah, jika
melihat sampah langsung dibuang pada tempatnya dan jika melihat teman
membuang sampah sembarangan harus ditegur. 56
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam materi pembelajaran
merupakan bagian dari implementasi tujuan sistem pendidikan nasional yang
wajib dilaksanakan oleh setiap lembaga pendidikan, sebagai umat Islam tentu
harus lebih mengedepankan pendidikan karakter Islami. Pendidikan karakter
Islami sebagai cara untuk menjadikan syariat Islam sebagai kebutuhan bagi
siswa, sehingga siswa mampu menginternalisasikan nilai-nilai keislaman dalam
kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Waka kurikulum, Ibu Suryati
sebagai berikut:
[D]alam K13 kita sudah diwajibkan mengedepankan pengembangan
karakter siswa sebagai tujuan dalam pendidikan. Untuk menunjang hal ini
maka kita selaku pimpinan mengambil kebijakan melalui program-program
khusus seperti Sholat wajib berjamaah, sholat dhuha berjamaah, membaca
56
Marina. Siswa Mal Jambi. Wawancara Wawancara Dengan Peneliti. 13 Januari
2019.Ruang BK Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
48
Al-qur‟an serta program menghafal Al-qur‟an. Tujuan program ini agar
siswa terbiasa menjadikan syariat islam sebagai kebutuhan. Selain itu
terdapat juga program program lain yang menunjang pengembangan
karakter siswa seperti kegiatan ekstra kurikuler. Dari kegiatan ini efektif
mengembangkan karakter siswa seperti berani, percaya diri, disiplin, peduli
dengan sesama dan pengembangan Skill yang mereka miliki. Setelah kita
lakukan penerapan pendidikan karakter maka akan kita lakukan evaluasi
dalam setiap satu semester untuk melihat sejauh mana hasil pencapaian
siswa dalam sisi karakter. 57
Sekolah bukan hanya bertanggung jawab pada potensi akademik siswa
akan tetapi juga bertanggung jawab terhadap pencapaian karakter Islami serta
memiliki perilaku yang baik yang sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah.
SAW sehingga siswa dapat menyeimbangkan kehidupan dunia dan kehidupan
akhiratnya, yang kemudian menjadi bekal bagi siswa agar hidup selaras
dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan beragama dan berbangsa
serta hidup lebih layak dalam masyarakat. Maka untuk mencapai karakter
yang islami yang sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah SAW, aspek-aspek
yang perlu diajarkan dalam pendidikan karakter adalah sebagai berikut:
a. Mengajarkan Tauhid
Tauhid merupakan pegangan dan fondasi poko yang sangat menentukan
bagi kehidupan manusia, serta merupakan landasan bagi setiap amal yang
dilakukan. Hanya amal yang dilandasi dengan tauhid dan sesuai dengan
tuntunan Islam yang akan menghantarkan manusia pada kehidupan yang baik
dan kebahagiaan yang hakiki di akhirat nanti. Oleh sebab itu, ketauhidan
harus diajarkan sejak dini agar ajaran ketaudhidan dapat meresap ke dalam
kalbu anak dan menjadi dasar dalam kehidupan mereka.
Ilmu dunia seperti membaca, menulis, berhitung, komputer dan bahasa
asing memang sangatlah penting untuk kelangsungan hidup dan bekal
bersaing di dunia kerja kelak namun ilmu akhirat harus lebih perhatikan agar
anak memiliki pondasi untuk menghadapi kehidupan di masa yang akan
datang serta menjadi bekal di hari akhirat kelak.
57
Suryati. Waka Kurikulum. Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 15 Februari 2019.
Ruang Kantor Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
49
b. Mendirikan Sholat
Setelah mengajarkan ketauhidan, anak harus dididik untuk mendirikan
sholat. Selain menjadi perintah bagi umat Islam shalat juga memiliki
bermacam manfaat bagi kehidupan.
1) Shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, ibadah shalat
yang dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar adalah shalat yang
dilaksanakan secara benar dan diniatkan karena Allah.
2) Shalat dapat menghapus dosa
3) Shalat dapat memberikan ketenangan hati bagi yang mengerjakannya
secara khusyuk, sebagaimana firman allah dalam ayat berikut:
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka menjadi tentram dengan
mengingat allah. Ingatlah hanya dengan mengingati allah hati menjadi
tenteram”(QS. Ar-Rad(13):28)58
4) Shalat dapat bermanfaat bagi kesehatan
c. Mengajarkan dan Membiasakan Anak Membaca al-qur‟an
Pendidikan yang pertama untuk anak adalah mengajarkan Al-qur‟an
sebelum mempersiapkan fisik dan akalnya, agar sejak dini dia mengucap
bahasa arab asli dan meresap pada dirinya nilai-nilai iman.
3. Perberdayaan dan Pembudayaan
Dalam rangka untuk menunjang pendidikan karakter, sekolah
mewajibkan siswa mengikuti kegiatan ekstra kurikuler dan beragam aturan
yang mewajibkan siswa menerapkan syari‟at islam dalam kehidupan pribadi.
Sebagaimana yang disampaikan Al [18] siswa Madrasah Aliyah
Laboratorium Jambi mengatakan bahwa:
[H]ukuman-hukuman yang biasa diterapkan biasanya memberikan efek
jera cuma sebentar, ada lah seminggu terus minggu berikutnya ngulang
lagi jadi ya menurut kami hukuman itu sudah seperti rutinitas saja tapi
58
Anonim. Al-Qur‟an Terjemahan Departemen Agama RI. (Bandung:CV Darus Sunnah,
2015) 249
50
kalau kesalahannya fatal seperti berpacaran atau merokok biasanya
dipanggil orang tuanya dan sanksi terberatnya dikeluarkan dari sekolah.
Nah, untuk mendidik kami berperilaku yang baik dalam keseharian kami
jadi sekolah kami mulai mewajibkan siswa-siswinya untuk mengikuti
kegiatan ekstra kurikuler, datang tepat waktu, sholat lima waktu, sholat
dhuha berjamaah dan membaca Al-qur‟an.59
Selain pembentukan karakter melalui kurikuler, Madrasah Aliyah
Laboratorium Jambi juga melakukan penguatan pembentukan karakter
melalui ko-kurikuler dengan mewajibkan siswa-siswi nya untuk mengikuti
minimal satu eskul di sekolah. Mengingat kegiatan ekstra kurikuler
merupakan salah satu media yang cukup tepat untuk membentuk karakter, di
dalamnya setiap anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
program-program yang telah disusun berdasarkan visi dan misi bersama. Hal
ini dapat dimaknai sebagai latihan dalam menumbuhkan sikap disiplin,
bertanggung jawab dan pekerja keras. Proses pengambilan keputusan secara
musyawarah mufakat menjadi contoh lain yang kemudian melatih individu
membentuk sikap toleransi, sabar dan ikhlas menjalankan tugas berdasarkan
kesepakatan bersama.
Sebagaimana yang disampaikan Ihsan [17] siswa Madrasah Aliyah
Laboratorium Jambi mengatakan bahwa:
[S]elain kita diwajibkan ikut eskul, kita juga diwajibkan mengikuti setiap
aturan di sekolah misalnya sholat lima waktu, membaca al-qur‟an di pagi
hari dan sholat dhuha berjamaah, untuk meningkatkan disiplin dan
tanggung jawab siswa kami juga diikutsertakan dalam kegiatan Latihan
Dasar Kepemimpinan (LDK), sayangnya kegiatan LDK tidak dibuka
untuk umum melainkan untuk siswa yang mengikuti eskul dan dipilih oleh
pihak sekolah.60
Kegiatan ekstra kurikuler memberikan dampak baik pada kedisiplinan
siswa di sekolah namun kegiatan ini harus diikuti oleh kegiatan-kegiatan yang
positif serta sesuai dengan ajaran agama, sehingga siswa tidak hanya memiliki
kemampuan akademik dan skill yang mampu bersaing tetapi juga memiliki
59
Al. Siswa Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 11 Januari 2019. Mushola
Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi 60
Ihsan. Siswa Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 13 Januari 2019. Mushola
Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
51
jiwa spiritual yang sangat dibutuhkan dalam menjawab tantangan arus
teknologi di era globalisasi.
Hal senada disampaikan oleh guru BK, Rudi Ardiansyah [25] beliau
menyatakan bahwa:
[P]enerapan nilai-nilai karakter ini kita mulai dengan pembiasaan-
pembiasaan agar siswa terbiasa melakukan hal-hal baik, hal ini kita mulai
dengan melakukan penanaman nilai-nilai keagamaan dengan membiasakan
shalat dhuha dan membaca Al-qur‟an sebelum jam Pelajaran pertama di
mulai. Pembiasaan sholat dhuha ini selain bertujuan untuk membiasakan
para siswa mengawali hari dengan ibadah serta mengajarkan keseimbangan
antara dunia dan akhirat tetapi juga salahsatu strategi untuk menertibkan
siswa yang memiliki kebiasaan datang terlambat ke sekolah.61
Guru BK juga menyatakan bahwa penerapan nilai-nilai karakter dimulai
dari penerapan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari siswa.
penerapan nilai-nilai keislaman juga merupakan strategi sekolah untuk
membiasakan diri dengan ketaatan kepada Allah. Penerapan nilai-nilai
keislaman yang dimaksudkan tidak hanya terbatas pada ibadah tetapi juga
mencakup banyak hal termasuk akhlak kepada sesama, akhlak terhadap
lingkungan dan bagaimana menerapkan semangat keislaman dalam menggapai
cita-cita, dalam islam manusia dituntut untuk mampu menyeimbangkan
kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Semangat yang diajarkan dalam islam
akan mendorong siswa-siswi untuk belajar lebih semangat dalam menggapai
cita-cita nya serta siswa lebih siap menghadapi perubahan-perubahan yang
terjadi dalam kehidupan termasuk persaingan dalam dunia kerja.
61
Rudi Ardiansyah. Guru BK. Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 09 Januari 2019.
Ruang BK Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
52
BAB IV
PERAN SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA
MADRASAH LABORATORIUM JAMBI
A. Latihan Dasar Kepimimpinan Siswa
Seyogyanya sekolah memiliki kewajiban dalam menyampaikan materi-
materi pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik. Penguasaan materi
akademik sangat penting sebagai bekal bagi peserta didik agar kelak bisa
memberikan kontribusi sebagai warga masyarakat. Investasi dalam bidang
pendidikan sangat diperlukan dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas.
Sebagaimana tujuan pendidikan nasional yang tidak hanya bertujuan
mengembangkan kecakapan anak di bidang akademis namun juga membentuk
karakter anak dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sekolah yang
hingga hari ini menjadi sarana efektif dalam membentuk karakter anak. Namun
praktik pendidikan formal di sekolah-sekolah yang berlaku umum di Indonesia
sekarang ini, yang mencakup suasana, proses, subtansi, dan penilaian hasil
pembelajaran belum menunjukkan adanya usaha yang sungguh-sungguh untuk
mencapai tujuan pendidikan yang berdimensi karakter tersebut.
Pendidikan dapat meningkatkan taraf hidup dan memungkinkan seseorang
untuk dapat meningkatkan kemampuannya secara terencana. Oleh sebab itu,
untuk merencanakan dan mengembangkan karakter anak sangat dibutuhkan
pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang dimaksud bukan hanya
merupakan pendidikan formal yang didapat dari sekolah melainkan pendidikan
di lingkungan keluarga sebagai upaya meningkatkan kualitas anak dalam ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan karakternya. Sementara itu Pemerintah telah
menetapkan tujuan pendidikan nasional yang dituangkan dalam undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan nasional Bab II Pasal III
sebagai berikut:
53
[P]endidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, tujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang
maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta tanggung jawab.62
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, pendidikan di sekolah
tidak hanya terkait upaya penguasaan di bidang akademik oleh peserta didik,
namun harus diimbangi dengan pembentukan karakter. Keseimbangan
pendidikan akademik dan pembentukan karakter perlu diperhatikan oleh
pendidik di sekolah dan orang tua di rumah. Jika keseimbangan tersebut
dilakukan pendidikan dapat menjadi dasar untuk mengubah anak menjadi lebih
berkualitas dari aspek keimanan, ilmu pengetahuan, dan akhlak.
Di samping itu, Indonesia dan masyarakat dunia sekarang ini mengalami
masalah-masalah yang bersumber dari karakter. Meningkatnya kompetensi
manusia dalam penguasaan teknologi dan informasi tidak dengan sendirinya
disertai dengan peningkatan kebajikan yang ada dalam hati manusia. Oleh
karena itu,menegakkan kembali pendidikan karakter di masyarakat serta sekolah
menjadi kebutuhan yang sangat mendesak. Mengingat pentingnya pendidikan
karakter ditegakkan kembali maka pimpinan Madrasah Aliyah Laboratorium
Jambi mengambil kebijakan untuk membentuk karakter siswa yang sesuai
dengan tuntunan syariat Islam sebagaimana yang telah tercantum dalam Al-
qur‟an.
Sejak kecil, anak-anak diajarkan tentang bagusnya sikap jujur, berani,
kerja keras, disiplin, peduli, adil, dan tanggung jawab. Namun, dalam
kesehariannya anak-anak tidak dibiasakan untuk memiliki sikap dan perilaku
tersebut. Nilai-nilai kebaikan diajarkan sebagai materi pelajaran yang wajib
dipelajari dan diujikan sebagai pengetahuan, bukan dinilai dalam bentuk sikap
dan perilaku, maka pengembangan karakter anak memerlukan pembiasaan dan
keteladanan. Anak harus dibiasakan untuk selalu berbuat baik dan malu
62
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional
54
melakukan kejahatan, berlaku jujur dan malu berbuat curang, rajin dan malu
bersikap malas, serta membuang sampah pada tempatnya dan malu membiarkan
lingkungan kotor.
Pendidikan karakter sudah menjadi tujuan yang harus dicapai dalam proses
pendidikan sesuai dengan amanah Undang-Undang, Tujuan Pendidikan
Nasional, Budaya, Pancasila, dan Agama. Pendidikan karakter Islami sebagai
cara untuk menjadikan syariat Islam sebagai kebutuhan bagi siswa, sehingga
siswa mampu menginternalisasikan nilai-nilai keislaman dalam kehidupan
sehari-hari.
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa pendidikan karakter
sangat penting demi menunjang keberlangsungan peradaban manusia, maka
sekolah memiliki peran penting dalam melaksanakan pendidikan karakter anak
setelah keluarga. Pendidikan karakter di sekolah dilakukan dengan pembiasaan
dan keteladanan dari tenaga pendidik. Hal ini senada dengan salah satu misi
Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi yaitu Menumbuhkan sikap dan
kepribadian yang santun beretika dan berestetika tinggi maka Madrasah Aliyah
Laboratorium Jambi menerapkan metode keteladanan. Salah satu program
pembentukan karakter bagi siswa di Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi ialah
Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDK). LDK atau Latihan Dasar
Kepimimpinan merupakan program unggulan sekolah yang berperan untuk
melatih jiwa kepemimpinan siswa serta melatih siswa untuk bersikap baik dan
peka terhadap lingkungannya, sesuai dengan yang diajarkan oleh Pancasila dan
Islam. Melalui wawancara dengan peneliti, Teti [17] menyampaikan bahwa :
[S]ekolah sangat berperan dalam pelaksanaan pendidikan karakter, terutama
karakter yang sesuai dengan syariat islam.dengan dilakukannya pembiasaan
kebiasaan baik di sekolah tentunya melatih kami semua untuk terbiasa
melakukan kebiasaan baik di semua tempat. Misalnya yang tidak pernah sholat
menjadi rajin sholat, yang belum bertanggung jawab dituntut untuk bertanggung
jawab. Pembentukan karakter yang diprogramkan lewat LDK yang
diperuntukkan hanya kepada siswa yang terpilih juga merupakan program
unggulan sekolah dalam menerapkan pendidikan karakter dalam diri siswa.63
63
Teti. Siswa Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 11 Januari 2019. Mushola
Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
55
Penerapan pendidikan karakter melalui Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa
dinilai efektif dalam membentuk karakter siswa baik dalam hal kebiasaan
beragama maupun akhlak sehari-hari. Kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan
Siswa hanya diperuntukkan kepada siswa-siswi yang terpilih dari organisasi-
organisasi yang ada di sekolah.
B. Pembiasaan Sholat 5 Waktu dan Shalat Dhuha di Sekolah
Dalam rangka pembentukan karakter melalui metode keteladanan maka
pimpinan Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi membuat kebijakan agar
peserta didik berperilaku yang terpuji sesuai dengan syariat Islam serta
menjalankan syariat islam seperti shalat lima waktu dan dhuha berjamaah,
membaca Al‟qur‟an dan program Tahfiz Qur‟an. Sementara itu pembentukan
karakter melalui metode pemberdayaan dan pembudayaan dengan membiasakan
peserta didik melakukan hal-hal baik serta mewajibkan peserta didik untuk
mengikuti kegiatan ekstra kurikuler yang ada di sekolah dengan tujuan
memberdayakan karakter siswa, setelah karakter yang ingin dikembangkan
tercapai maka membudayakan adalah tindakan yang efektif agar internalisasi
dan personalisasi pendidikan karakter dapat benar-benar tujuan jangka panjang.
Perubahan sikap dan perilaku dari bertindak kurang baik untuk menjadi
lebih baik tidak terbentuk secara instan, perubahan tersebut harus dilatih secara
serius dan berkelanjutan agar mencapai tujuan yang diinginkan. Pengembangan
karakter harus dikaitkan dengan pengakuan akan kebesaran Allah SWT. Anak
perlu diajarkan bahwa agama menganjurkan agar semua orang harus memiliki
sikap dan perlaku kasih sayang kepada sesama makhluk ciptaan Allah.
Hal penting yang harus dilakukan oleh pendidikan baik orang tua maupun
guru adalah menunjukkan keteladanan yang konsisten antara satu yang diajarkan
dengan sesuatu yang dilakukan. Ihsan [17] siswa Madrasah Aliyah Laboratorium
juga menyampaikan bahwa:
[P]eran sekolah dalam mendidik karakter siswa itu sangat penting, kalau di
MAL ini sendiri pendidikan karakter dimulai dengan menerapkan karakter
yang sesuai dengan ajaran islam. Misalnya disiplin, sopan terhadap guru,
bertanggung jawab sama tugas yang diberikan serta pembiasaan sholat 5
waktu dan sholat dhuha serta membaca Al-qur‟an. Ada juga program LDK
56
atau Latihan Dasar Kepemimpinan yang turut berperan dalam pembentukan
karakter.64
Pembiasaan sholat lima waktu dan sholat dhuha merupakan salah satu
metode pembentukan karakter secara Islami. Kebijakan wajib sholat berjamaah
di sekolah dianggap untuk membiasakan siswa terhadap kedisiplinan dan
tanggung jawab siswa, sehingga siswa dapat menjadi pribadi yang bertanggung
jawab.
C. Pembacaan Al-qur’an Sebelum Belajar
Sekolah bukan hanya bertanggung jawab pada potensi akademik siswa akan
tetapi juga bertanggung jawab terhadap pencapaian karakter Islami serta
memiliki perilaku yang baik yang sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah.
SAW sehingga siswa dapat menyeimbangkan kehidupan dunia dan kehidupan
akhiratnya, yang kemudian menjadi bekal bagi siswa agar hidup selaras dengan
norma-norma yang berlaku dalam kehidupan beragama dan berbangsa serta
hidup lebih layak dalam masyarakat.
Dalam rangka membentuk karakter siswa Madrasah Aliyah Laboratorium
Jambi berkomitmen menjadikan Al-qur‟an sebagai pedoman hidup. Hal ini
dapat dilihat melalui visi misi Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi yang
menggambarkan cita-cita mulia yang hendak dicapai oleh sekolah. Visi misi ini
kemudian direalisasikan melalui peraturan-peraturan serta program sekolah yang
wajib diikuti dan dipatuhi oleh siswa, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
Sebagaimana yang disampaikan Rudi Ardiansyah, guru BK Madrasah Aliyah
Laboratorium, bahwa:
[M]AL sangat ini tengah berusaha membentuk pribadi siswa yang tidak
hanya mampu bersaing di bidang akademik tapi juga memiliki pribadi yang
sesuai dengan ajaran islam, hal ini tergambar dari visi dan misi MAL,
dimana kita menginginkan generasi yang memiliki life skill dari mencintai
Al-qur‟an sebagai pedoman hidupnya. Kemudian dari visi dan misi tersebut
terealisasi menjadi aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh siswa selama
menjadi siswa Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi. Melalui aturan ini
diharapkan semua pihak terkait baik tenaga pendidik, tenaga kependidikan
64
Ihsan. Siswa Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 13 Januari 2019. Mushola
Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
57
dan anak didik mengambil peran masing-masing dalam pembentukan
karakter, tentunya aturan ini tidak hanya diperuntukkan kepada siswa namun
dewan guru juga wajib memberikan teladan dalam praktik pembiasaan
perilaku terpuji. Dalam rangka menjadikan Siswa sebagai pribadi yang
mencintai Al-qur‟an maka sekolah memberikan program Tahfiz Juz amma
yang kemudian akan diberikan penghargaan bagi siswa yang mampu
menyelesaikan hafalannya, penghargaan berupa sertifikat dan wisuda
khusus tahfiz.65
Menumbuhkan kecintaan anak terhadap Al-qur‟an sejak dini memberikan
efek positif dalam membantu menunjang pendidikan karakter ditinjau dari
kebutuhan spiritual siswa. Sekolah sangat berperan dalam pembentukan karakter
siswa dengan menerapkan ajaran-ajaran Islam serta merealisasikan visi misinya
menjadi sebuah peraturan yang wajib dipatuhi siswa dan elemen-elemen terkait.
D. Evaluasi Pendidikan Karakter
Adapun metode pembiasaan yang digunakan merupakan metode
keteladanan dan pemberdayaan dan pembudayaan. Dengan menggunakan
metode pemberdayaan dan pembudayaan diharapkan siswa mampu
mengaplikasikan perilaku terpuji yang sesuai dengan syariat Islam serta
berpedoman kepada Al-qur‟an dan Sunah. pemberdayaan dan pembudayaan
merupakan pembiasaan perilaku terpuji secara terus menerus sehingga perilaku
tersebut tumbuh menjadi karakter. Metode pemberdayaan dan pembudayaan ini
diperkuat dengan metode keteladanan. Metode keteladanan yaitu metode
pembentukan karakter yang melibatkan tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan dalam pengaplikasiannya sehingga siswa terbiasa melihat contoh-
contoh yang baik dalam berperilaku. Kedua metode ini dinilai efektif dalam
membentuk karakter siswa dikarenakan kegiatan pembiasaan yang tidak
disertakan dengan keteladanan tentu akan menuai protes dari peserta didik maka
dari itu kedua metode ini digunakan di Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi.
Setelah dilakukan pendidikan karakter maka diperlukan evaluasi terhadap
penerapan pendidikan karakter yang dilakukan selama satu semester, untuk
melihat sejauh mana internalisasi pendidikan karakter ke dalam diri siswa.
65
Rudi Ardiansyah. Guru BK. Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 09 Januari 2019.
Ruang BK Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
58
Jusmarni, Wakabid kesiswaan Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
menyatakan sebagai berikut:
[E]valuasi yang kita lakukan belum secara terstruktur namun tetap kita lakukan
evaluasi terhadap penerapan pendidikan karakter yang telah kita lakukan, untuk
melihat sejauh mana keberhasilan kita dalam menanamkan karakter-karakter
Islami yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW ke kehidupan sehari-hari
siswa.66
Senada dengan Jusmarni, Putri Rahayu salah satu siswa Madrasah Aliyah
Laboratorium Jambi menyatakan sebagai berikut:
[E]valuasi pasti ada bang tapi kalau yang kami lihat evaluasi yang dilakukan
oleh guru-guru di sini belum terstruktur, belum ada penilaian khusus untuk
pendidikan karakter yang diterapkan di sini tetapi guru-guru tetap menilai
bagaimana perubahan perilaku kami sehari-hari.67
Pendidikan karakter yang diterapkan tidak hanya diterapkan saja tetapi
wajib dilakukan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana hasil pencapaian
pendidikan karakter yang telah dilaksanakan selama satu semester. Pemberian
evaluasi terhadap pendidikan karakter yang telah dilakukan selama satu semester
menjadi sangatlah penting agar pendidikan karakter di semester berikutnya dapat
berjalan lebih baik lagi. Jika dengan strategi yang telah dilakukan telah berjalan
maksimal dalam membentuk karakter siswa maka pendidikan karakter di
semester berikutnya akan digunakan kembali tentunya dengan dengan
meningkatkan kualitas pendidikan. Akan tetapi jika hasil evaluasi pendidikan
karakter menunjukkan hasil yang tidak memuaskan maka perlu dilakukan
perubahan strategi agar pendidikan karakter yang diterima oleh siswa dapat
berjalan dengan maksimal.
66
Jusmarni. Waka kesiswaan Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 15 Februari 2019.
Ruang Kantor Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
67 Putri Rahayu. Siswa Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 13 Januari 2019. Mushola
Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Faktor penyebab perilaku menyimpang terdiri dari beberapa fakor
a. Faktor keluarga
Faktor keluarga ini menurut peneliti kurang berpengaruh karena
siswa-siswi itupun mengakui bahwa kenakalan yang terjadi banyak
dilakukan diri sendiri karena merasa bebas dan kurang pengawasan
orang tua karena merantau untuk sekoah dijambi.
b. Faktor lingkungan sosial
Faktor lingkungan ini yang banyak mempengaruhi kenakalan sehari-
hari karena banyak bergaul bersama teman-teman disekolah maupun
luar sekolah ketika pulang dari sekolah.
c. Faktor individu
Faktor individu ini juga berpengaruh karena peneliti menemukan
kurangnya nyambung dalam berbicara atau bisa dikatakan tidak
nyambung namun sekali-kali dan malas yang berkelanjutan.
d. Faktor agama
Faktor ini merupakan faktor yang mendasar bagi siswa-siswi karena
faktor inilah yang mempondasikan karakter anak-anak tersbut baik di
sekolah mauoun dirumah masing-masing maka dsari itu pihak sekolah
mengajarkan banyak hal tentang keagamaan dalam diri siswa-siswi
tersebut.
2. Penerapan nilai-nilai karakter di Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
sudah dilakukan dengan metode keteladanan. Sementara itu karakter
Islami menjadi pilihan dalam penegakan pendidikan di Madrasah Aliyah
Laboratorium Jambi, karakter islami diterapkan bukan tanpa alasan,
menurut pimpinan Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi karakter islami
perlu diterapkan dalam diri siswa agar menjadi ciri kita selaku umat
islam. Selaras dengan salah satu misi Madrasah Aliyah Laboratorium
Staf TU
Lili
S.A.Md
60
Jambi yaitu Menumbuhkan kesadaran siswa agar mampu menjadikan
ajaran dan nilai – nilai Islam sebagai landasan pola pikir, bersikap dan
bertingkah laku dalam kehidupan maka para tenaga pendidik madrasah
aliyah laboratorium jambi memulai penerapan nilai-nilai karakter dalam
diri siswa dengan membiasakan siswa untuk patuh pada ajaran agama.
3. Pendidikan karakter menjadi sangat penting dan sekolah menjadi tempat
yang paling efektif dalam menegakkan pendidikan karakter, berdasarkan
hal ini maka Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi turut mengambil
peran dalam pembentukan karakter siswa dengan menjadi karakter islami
sebagai tujuan utama serta merealisasikan visi misi Madrasah Aliyah
Laboratorium Jambi dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang harus
dipatuhi oleh semua elemen. Yang tidak hanya peserta didik melainkan
juga pendidik dan tenaga kependidikan. Salahsatu bentuk kebijakan yang
mendukung pembentukan karakter siswa Madrasah Aliyah Laboratorium
Jambi yaitu Wajib shalat dhuha berjamaah dan membaca Al-qur‟an
sebelum jam pelajaran pertama dimulai serta Shalat lima waktu yang
menjadi prioritas siswa. Pembentukan karakter di Madrasah Aliyah
Laboratorium Jambi tidak hanya terbatas pada kegiatan sekolah
melainkan juga ditunjang kegiatan ekstra kurikuler yang mencakup Drum
band, Osis, Pramuka, Pencak Silat dan lain lain. Serta kegiatan Latihan
Dasar Kepemimpinan siswa menjadi kegiatan penunjang pembentukan
karakter bagi siswa.
B. Saran
1. Dalam mengembangkan pendidikan karakter tidak hanya terfokus pada
mata pelajaran Pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan tetapi
sekolah harus melakukan pengintegrasian pendidikan karakter dalam
semua mata pelajaran.
2. Pengintegrasian pendidikan karakter dalam semua mata pelajaran juga
harus didukung oleh intergrasi pendidikan karakter ke dalam kegiatan
sehari-hari dan kegiatan ekstrakuriler.
61
3. Proses pembentukan karakter tidak hanya cukup pada kebijakan-kebijakan
yang diambil oleh pihak sekolah namun juga membutuhkan konsistensi
serta komitmen bersama elemen pendidikan untuk menjadi modelling atau
keteladanan bagi peserta didik.
4. Setelah melakukan proses pendidikan karakter maka setiap semester
pendidik wajib memberikan evaluasi terhadap peserta didik. Evaluasi yang
diberikan bukan hanya menyangkut nilai pencapaian akademik tetapi juga
mencakup nilai pencapaian karakter yang ingin dikembangkan, agar pihak
sekolah mengetahui sejauh mana hasil pendidikan karakter yang telah
dilaksanakan oleh Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi.
5. Perilaku bullying terhadap siswa yang memiliki kekurangan secara
akademik masih kerap terjadi di Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi,
diharapkan menjadi perhatian tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
untuk memberikan pemahaman kepada siswa mengenai toleransi.
C. Kata Penutup
1. Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta taufiq dan hidayahnya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik dan lancar.
2. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan
dan kesalahan dalam penyusunannya sehingga masih belum sempurna.
Dengan menyadari keterbatasan tersebut, maka penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun, guna penulis jadikan bekal
untuk perbaikan skripsi dan peningkatan pada pelaksanaan tugas lainnya.
3. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
baik bagi penulis pribadi maupun bagi para pembaca umumnya. Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’am
Anonim. Al-Qur‟an Terjemahan Departemen Agama RI. Bandung:CV Darus
Sunnah, 2015
Buku
Asmani. “ Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter Di Sekolah”.
Jogjakarta: Diva Press, 2011
Amri S. “Implementasi Pendidikan Karakter”. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011
Akhmad Muhaimin Azzet. Urgensi Pendidikan Karakter Di Indonesia:
Revitalisasi Pendidikan Karakter Terhadap Keberhasilan Belajar Dan
Kemajuan Bangsa”. Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2011
Budirahayu Tuti, “ Sosiologi Perilaku Menyimpang” Surabaya: PT Revka Petra
Media, 2013
Burlian, Paisol.”Patologi Sosial”. Jakarta: PT Bumi Aksara.2016
Daryanto Dan Darmiatun, Suryatri. “Implementasi Pendidikan Karakter Di
Sekolah” Yogyakarta: Penerbit Gava Media. 2013
Fathurrohman dkk. “Pengembangan Pendidikan Karakter”. Bandung
:PT.RefikaAditama, 2013
Moleong J Lexy. “ Metode Penelitian Kualitatif” Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010
JB. Soedarmanta. “ Membiasakan Perilaku Terpuji Sebuah Pengantar Untuk
Pendidikan Karakter”. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
2010
Kartono, Kartini.” Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja”. Jakarta: CV
Rajawali. 1998
Mansyur, Ramli.” Pedoman Pelaksaan Pendidikan Karakter”. Jakarta:
Kemendiknas, 2011
Megawangi, Ratna. Semua Berakar Pada Karakter. Depok: Lembaga Penerbit
Universitas Indonesia. 2007
Muhammad Sayyid Al Wakil. Ususu Ad-Da’wah Wa Adabu Ad Duad.
(Prinsip-Prinsip Dan Kode Etik Dakwah). Jakarta: Akademi Pressindo.
2002
Narwanti, Sri.”Pendidikan Karakter”. Yogyakarta: Familia. 2011
Riduwan. Metode Dan Teknik Penyusunan Tesis. Bandung: Alfabeta. 2004
Zubaedi.” Desain Pendidikan Karakter Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam
Lembaga Pendidikan”. Jakarta: Kencana,2011
Zuchdi, Darmiyati. “Pendidikan Karakter Perspektif Teori Dan Praktek”.
Yogyakarta: UNY Press, 2011
Pendidikan Karakter Di Sekolah: Dari Gagasan Ke Tindakan 43
Karya Ilmiah
Marzuki Dkk, “Pembinaan Karakter Siswa Berbasis Pendidikan Agama”,
Jurnal Pendidikan Volume 41, Nomor 1(2011)
Gana Egar Pebrian. “Peranan Sekolah Dalam Menanggulangi Perilaku
Menyimpang Siswa Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 13 Kota
Magelang” Skripsi (Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta, 2017)
Veni Rahayu. “Pembinaan Karakter Religious Peserta Didik Di Madrasah
Aliyah Negeri Majenang Kabupaten Cilacap”.Skripsi (Purwokerto: IAIN
Purwokerto, 2016)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Data Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi. Observasi Peneliti. 15 Januari
2019. Ruang TU Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Narasumber
Agus. Siswa Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 16 Januari 2019.
Mushola Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Annisa. Siswa Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 16 Januari 2019.
Mushola Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Al. Siswa Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 17 Januari 2019. Mushola
Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Budi Rahman. Siswa Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 17 Januari
2019. Mushola Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Dea. Siswa Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 15 Februari 2019. Ruang
BK Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Ihsan. Siswa Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 13 Januari 2019.
Mushola Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Jusmarni. Waka kesiswaan Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 15
Februari 2019. Ruang Kantor Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Marina. Siswa Mal Jambi. Wawancara Wawancara Dengan Peneliti. 13 Januari
2019.Ruang BK Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Nanda. Siswa Mal Jambi. Wawancara Wawancara Dengan Peneliti. 14 Januari
2019. Mushola Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Putri Rahayu. Siswa Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 13 Januari 2019.
Mushola Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Rudi Ardiansyah. Guru BK. Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 09
Januari 2019. Ruang BK Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Suryati. Waka Kurikulum. Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 15
Februari 2019. Ruang Kantor Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Teti. Siswa Mal Jambi. Wawancara Dengan Peneliti. 11 Januari 2019. Mushola
Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
LAMPIRAN-LAMPIRAN
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Skripsi
URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI UPAYA
MENGANTISIPASI PERILAKU MENYIMPANG PADA SISWA MA
LABORATORIUM JAMBI
No Jenis Data Metode Sumber Data
1. -Profil MA Laboratorium
Jambi
-Observasi
-Dokumentasi
-Setting
2. -Visi dan Misi -Dokumentasi -Dokumentasi
Visi dan Misi MA
Laboratorium
Jambi
3. -Struktur Organisasi MA
Laboratorium Jambi
-Dokumentasi -Dokumentasi
Bagan Struktur
MA
Laboratorium
Jambi
4. -Faktor Penyebab
Perilaku Menyimpang
-Wawancara
-Dokumentasi
-Guru MA
Laboratorium
Jambi
-Siswa MA
Laboratorium
Jambi
5. -Penerapan Pendidikan
Karakter
-Wawancara
-Dokumentasi
-Guru MA
Laboratorium
Jambi
-Siswa MA
Laboratorium
Jambi
6. -Peran Sekolah dalam
Pendidikan Karakter
-Wawancara
-Dokumentasi
-Guru MA
Laboratorium
Jambi
-Siswa MA
Laboratorium
Jambi
A. Panduan Observasi
No Jenis Data Objek Observasi
1. -Letak Geografis MA Laboratorium -Keadaan dan Letak
Geografis
2. -Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang
Siswa MA Laboratorium
-Guru MA Laboratorium
Jambi
-Siswa MA Laboratorium
Jambi
B. Panduan Dokumentasi
No Jenis Data Data Dokumentasi
1. -Letak Geografis MA Laboratorium Jambi -Data Dokumentasi Letak
Geografis MA
Laboratorium Jambi
2. -Profil MA Laboratorium Jambi -Data Dokumentasi Profil
MA Laboratorium Jambi
3. -Visi dan Misi MA Laboratorium Jambi -Data Dokumentasi Visi
dan Misi MA
Laboratorium Jambi
4. -Tujuan MA Laboratorium Jambi -Data Dokumentasi MA
Laboratorium Jambi
C. Butiran-Butiran Wawancara
No Jenis Data Sumber Data dan
Subtansi Wawancara
1. -Letak Geografis MA Laboratorium Jambi Bagian Tata Usaha MA
Laboratorium Jambi:
-Bisa dijelaskan Letak
Geografis MA
Laboratorium Jambi?
2. -Profil MA Laboratorium Jambi Bagian Tata Usaha MA
Laboratorium Jambi:
-Bagaimana sejarah
berdirinya MA
Laboratorium Jambi?
-Kapan dan oleh siapa
MA Laboratorium Jambi
didirikan?
-Bagaimana
perkembangannya hingga
saat ini?
3. - Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang
Siswa MA Laboratorium Jambi
Guru MA Laboratorium
Jambi:
-Apa Saja faktor-faktor
yang menyebabkan
perilaku menyimpang
pada siswa?
-Bagaimana tanggapan
guru terhadap siswa yang
mengalami perilaku
menyimpang?
Siswa MA Laboratorium
Jambi:
-Apa Saja faktor-faktor
yang menyebabkan
perilaku menyimpang
pada siswa?
4. - Penerapan Pendidikan Karakter Guru dan Siswa MA
Laboratorium Jambi:
-Bagaimana Penerapan
Pendidikan karakter di
MA Laboratorium
Jambi?
-Metode apakah yang
digunakan dalam
pendidikan karakter di
MA Laboratorium
Jambi?
-Adakah Perubahan
perilaku siswa setelah
diterapkan Pendidikan
karakter?
5. - Peran Sekolah dalam Pendidikan
Karakter
Guru MA Laboratorium
Jambi:
-Bagaimana Peran
Sekolah dalam
pendidikan karakter?
-Bagaimana bentuk
evaluasi pencapaian
pendidikan karakter?
Kegiatan
September Oktober November Desember Januari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penulisan Draf Proposal
2 Konsultasi dg Ka. Jur/ Prodi dan lainnya
utk fokus penelitian
3 Revisi Draf Proposal
4 Proses Seminar Proposal
5 Revisi Draf Proposal setelah Seminar
6 Konsultasi dgn Pembimbing
7 Koleksi Data
8 Analisa dan Penulisan Draf Awal Skripsi
9 Draf Awal dibaca Pembimbing
10 Revisi Draf Awal
11 Draf dua dibaca Pembimbing
12 Revisi Draf Dua
13 Draf Dua Revisi Dibaca Pembimbing
14 Penulisan Draf Akhir
15 Draf Akhir Dibaca Pembimbing
16 Ujian Munaqasah
17 Revisi Skripsi Setelah Ujian Munaqasyah
18 Mengikuti Wisuda
Bersama guru BK Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Bersama Staff Tata Usaha Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Bersama wakabid Kurikulum Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Bersama salah satu siswa Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Bersama salah satu siswa Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Bersama salah satu siswa Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Bersama salah satu siswa Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Bersama salah satu siswa Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Bersama salah satu siswa Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Bersama salah satu siswa Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Bersama salah satu siswa Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Bersama Wakabid Kesiswaan Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
Bersama Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi
CURRICULUM VITAE
A. Informasi Diri
Nama : Rajab
Tempat & Tanggal Lahir : Jelutih, 20 September 1998
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Desa Jelutih Kecamatan Batin XXIV/24
Kabupaten Batang Hari
B. Riwayat Pendidikan
S1 UIN STS JAMBI : SD 36/1 Jelutih
SMA : Mts Irsyadul I‟bad pemayung
SMP : Ma Irsyadul I‟bad Pemayung
SD :Jurusan bimbingan penyuluhan Islam