usaha keripik telo ungu

Upload: desta-semesta

Post on 05-Jul-2018

267 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    1/96

    NASKAH PUBLIKASI

    ANALISIS USAHAAGROINDUSTRI KERIPIK KETELA UNGU

    DI KECAMATAN TAWANGMANGU

    KABUPATEN KARANGANYAR

    Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Program Studi Agrobisnis

    Oleh :

    Rinda Saptianuri

    H 1308508

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    2/96

     

    1

    PERNYATAAN

    Dengan ini kami selaku Tim Pembimbing Skripsi Mahasiswa Program

    Sarjana :

     Nama : Rinda Saptianuri

     NIM : H 1308508

    Jurusan/Program Studi : Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

    Menyetujui Naskah Publikasi Ilmiah yang disusun oleh yang bersangkutan

    dan dipublikasikan dengan / tanpa*)  mencantumkan nama tim pembimbing

    sebagai Co-Author.

    *) Coret yang tidak perlu

    Pembimbing Utama

    Prof. Dr. Ir. Darsono, Msi

     NIP. 19660611 199103 1 002

    Pembimbing Pendamping

     Nuning Setyowati, SP. MSc

     NIP. 19820325 200501 2 002

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    3/96

    2

    ANALISIS USAHA

    AGROINDUSTRI KERIPIK KETELA UNGU

    DI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

    RINDA SAPTIANURI

    H 1308508

    ABSTRAK

    Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis besarnya biaya,

     penerimaan, keuntungan, profitabilitas, risiko usaha, dan efisiensi usaha agroindustri

    keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar.

    Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis.Penelitian ini dilakukan secara  purposive (sengaja) yaitu di Desa Karanglo dan Desa

    Bandardawung Kecamatan Tawangmangu, karena hanya wilayah tersebut yang

    memproduksi keripik ketela ungu di Kabupaten Karanganyar. Pengambilan

    responden dilakukan dengan teknik sensus dan diperoleh responden yang berjumlah19 produsen. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik

     pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan pencatatan. Analisis

    data yang digunakan meliputi analisis biaya, penerimaan, keuntungan dan

     profitabilitas, analisis risiko serta analisis efisiensi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa total biaya rata-rata yang dikeluarkan

     produsen keripik ketela ungu dalam satu bulan selama bulan Oktober 2010 sebesar

    Rp 28.092.681,90. Penerimaan rata-rata yang diperoleh pengusaha adalah sebesarRp 36.340.580,36 dan keuntungan rata-rata yang diperoleh produsen keripik ketelaungu adalah sebesar Rp 8.247.898,46 dengan profitabilitas sebesar 23,00%.

     Nilai koefisien variasi usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan

    Tawangmangu Kabupaten Karanganyar sebesar 0,93 atau lebih besar dari 0,5 dan

     batas bawah keuntungan Rp -7.047.041,60 atau bernilai negatif (L < 0), maka dapatdinyatakan bahwa usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan

    Tawangmangu Kabupaten Karanganyar memiliki peluang mengalami kerugian.

    Usaha industri keripik ketela ungu yang dijalankan selama ini sudah efisien yang

    ditunjukkan dengan R/C rasio lebih dari satu yaitu sebesar 1,29.

    Kata Kunci : Analisis Usaha, Keripik Ketela Ungu, Keuntungan, Risiko, Efisiensi

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    4/96

    3

    BUSSINESS ANALYSIS AT AGROINDUSTRY OF PURPLE CASSAVA

    CHIP IN TAWANGMANGU DISTRICT

    KARANGANYAR REGENCY

    RINDA SAPTIANURI

    H1308508

    ABSTRACT

    The aims of this research is to analyse how much the cost is, income,

     profit, profitability, business risk, and business efficiency at agroindustry of purple

    cassava chip in Tawangmangu district, Karanganyar regency.

    Basic method of research used is analytic descriptive method. It was performed purposively, that is in Karanglo and Bandardawung village of

    Tawangmangu district, because only that village which produce of purple cassava

    chip in Karanganyar regency. The taking of responds was performed with census

    technic and it was gained respondents amounting 19 producers. Data used is primary data and secondary data. Technique of data collecting used consist of

    analyzis cost, income, profit and profitability, risk analyzis, and analyzis of

    efficiency.

    The result of the research showed that average total cost which is issued by producers of purple cassava chip in a moth for October 2010 is 28.092.681,90

    rupiah. Average income which gained by producers is 36.340 580,36 and average

     profit gained by producer of purple cassava chip is 8.247.898,46 with profitabilityamounting 23,00%.Coeficient value of agrobusiness variation of purple cassava chip in

    Tawangmangu of Karanganyar regency amounting 0,93 or greater from 0,5 and

    ground limit of profit is – 7.047.041,60 or has negative value (L

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    5/96

      1

    I.  PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang

    Industri pangan merupakan salah satu bidang yang sangat penting

     peranannya dalam perekonomian Indonesia. Di samping mampu memenuhi

    kebutuhan pangan Indonesia, juga dapat menghasilkan devisa bagi negara.

    Keberadaan industri pangan di Indonesia dapat menyerap tenaga kerja dalam

     jumlah yang cukup banyak serta mampu mendorong berdirinya industri

     penunjang seperti industri pengolahan makanan, industri mesin dan peralatan pengolahan pangan maupun industri agribisnis atau agroindustri.

    Agroindustri mempunyai rentang pengertian yang amat lebar.

    Agroindustri adalah suatu kegiatan yang mengolah bahan yang dihasilkan dari

    usaha pertanian dalam arti luas, baik dari pertanian tanaman pangan, maupun

    non pangan, peternakan ataupun perikanan. Agroindustri merupakan

    industrialisasi di bidang pertanian dalam rangka peningkatan nilai tambah dan

    daya saing produk pertanian. Agroindustri merupakan solusi penting untuk

    menjembatani keinginan konsumen dan karakteristik produk pertanian yang

    variatif dan tidak tahan lama bila disimpan (Nopianto, 2010).

    Agroindustri dapat menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional.

    Setidaknya ada lima alasan utama, yaitu : (1) industri pengolahan mampu

    mengubah keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif, yang akhirnya

    akan memperkuat daya saing produk; (2) produk agroindustri memiliki nilai

    tambah dan pangsa pasar yang besar sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan

     perekonomian nasional; (3) agroindustri memiliki keterkaitan yang besar baik ke

    hulu maupun ke hilir, sehingga mampu menarik kemajuan sektor lain; (4)

    memiliki basis bahan baku lokal (keunggulan komparatif) sehingga terjamin

    keberlanjutannya; dan (5) berpeluang mengubah struktur ekonomi nasional dari

     pertanian ke industri (Supriyati dan Tarigan, 2008).

    Salah satu cara yaitu mewujudkan penganekaragaman pangan

    sebagai usaha untuk mengatasi masalah ketergantungan pada satu bahan

     pangan pokok saja. Misalnya dengan mengolah serealia dan umbi-umbian

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    6/96

    2

    menjadi berbagai bentuk awetan yang mempunyai rasa khas dan tahan lama

    disimpan. Bentuk olahan tersebut berupa tepung, gaplek, tapai, keripik dan

    lainya. Umbi-umbian merupakan tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia.

    Umbian-umbian mempunyai kandungan gizi yang cukup memenuhi jika

    dimanfaatkan sebagai makanan pokok. Jenis umbi-umbian yang sering

    ditemukan di pasaran antara lain jenis talas-talasan, ketela rambat, kentang, ketela

     pohon. Ketela rambat mempunyai kulit tipis dan berkadar air tinggi sehingga

     perlu penanganan yang baik selama proses panen, dan pengangkutan serta

     penyimpanan sebelum dimanfaatkan. Apabila kulit yang tipis tersebut rusak,

    maka akan mudah sekali mikroorganisme (bakteri, jamur, dan lain-lain) masuk ke

    dalam umbi, sehingga seluruh bagian umbi akan cepat rusak. Untuk

    memperpanjang masa simpan, ketela rambat dapat diolah dan dijadikan sebagai

    camilan dengan cara direbus, digoreng, atau dijadikan keripik (Anonim, 2008).

    Ketela rambat ( Ipomoea batatas) merupakan salah satu tanaman yang

    mempunyai potensi besar di Indonesia. Penghasil utama ketela rambat di

    Indonesia adalah Jawa dan Irian Jaya. Peluang perluasan areal panen masih

    sangat terbuka. Dan dengan perbaikan teknik budidaya dan penggunaan

    varietas unggul nasional, dapat meningkatkan produktivitas ketela rambat

    (Anonim, 2010).

    Berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Tengah, hampir semua di

    Kabupaten/Kota terdapat budidaya ketela rambat. Dari 35 Kabupaten/Kota di

    Jawa Tengah, hanya 5 Kabupaten/Kota yang tidak terdapat budidaya ketela

    rambat. Luas panen, rata-rata produksi dan produksi ketela rambat di 30

    Kabupaten/Kota yang ada di Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    7/96

    3

    Tabel 1. Luas Panen, Rata-rata Produksi dan Produksi Ketela Rambat di Jawa

    Tengah Tahun 2008

    No.Kabupaten/

    Kota

    Ketela Rambat

    Luas

    Panen

    (Ha)

    Rata-rata

    Produksi

    (Kw/Ha)

    Produksi

    (Ton)

    1. Kab. Cilacap 293 133,04 3.8982. Kab. Banyumas 85 130,12 1.106

    3. Kab. Purbalingga 327 122.69 4.012

    4. Kab. Banjarnegara 291 129,42 3.766

    5. Kab. Kebumen 66 125,76 8306. Kab. Purworejo 58 124,48 722

    7. Kab. Wonosobo 841 134,01 11.2708. Kab. Magelang 1.298 144,53 18.7609. Kab. Boyolali 35 126,29 44210. Kab. Klaten 65 136,31 886

    11. Kab. Wonogiri 245 140,53 3.443

    12. Kab. Karanganyar 557 148,65 8.28013. Kab. Sragen 5 74 3714. Kab. Grobogan 118 129,07 1.523

    15. Kab. Blora 422 130,09 5.490

    16. Kab. Rembang 240 128,88 3.03917. Kab. Pati 78 126,41 986

    18. Kab. Kudus 138 115,22 1.59019. Kab. Jepara 50 120 600

    20. Kab. Demak 165 123,82 2.043

    21. Kab. Semarang 692 131,73 9.11622. Kab. Temanggung 356 125,08 4.453

    23. Kab. Kendal 256 132,58 3.394

    24. Kab Batang 669 126,25 8.44625. Kab. Pekalongan 209 121,55 2.504

    26. Kab. Pemalang 301 128,34 3.869

    27. Kab. Tegal 229 128,54 2.939

    28. Kab. Brebes 283 141,31 3.999

    29. Kota Salatiga 36 121,67 43830. Kota Semarang 61 125,08 763

    Jumlah 8466 133,1 112.689

    Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah 2009

    Berdasarkan Tabel 1, salah satu wilayah di Indonesia yang

    membudidayakan ketela rambat adalah Kabupaten Karanganyar. Meskipun

     pada tabel tersebut luas lahan dan produksi ketela rambat di Kabupaten

    Karanganyar tidak seluas dan sebesar di Kabupaten Magelang dan Wonosobo,

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    8/96

    4

    akan tetapi produksi rata-rata per hektarnya memiliki urutan tertinggi. Dan

    hampir semua ketela rambat yang dibudidayakan di Kabupaten Karanganyar

    adalah jenis ketela rambat yang memiliki warna daging buah ungu.

    Ketela ungu merupakan salah satu umbi sumber karbohidrat yang

     banyak ditanam oleh masyarakat yang menyimpan potensi besar baik sebagai

     pangan alternatif maupun pengembangan potensi bisnis. Salah satu produk

    olahan ketela ungu yaitu keripik ketela ungu yang sudah populer dan sudah

     banyak diproduksi untuk memenuhi kebutuhan komersial (Rukmana, 2010).

    Tanaman ketela ungu ( Ipomoea batatas L. Sin. batatas edulis choisy)

     berasal dari Amerika bagian tengah. Kemudian tersebar ke berbagai negara di

    dunia yang memiliki sistem pertanian cukup maju, termasuk Indonesia. Pada

    sekitar tahun 1990, ketela ungu sudah tersebar dan ditanam hampir di seluruh

    wilayah Nusantara. Daerah yang cocok digunakan untuk membudidayakan ketela

    ungu adalah dataran rendah sampai ketinggian 500 m diatas permukaan laut.,

    yang bersuhu 21-27oC, berkelembaban 50-60%, mendapat panas sinar matahari

    11-12 jam/hari, dengan curah hujan 750-1.500 mm/tahun. Di dataran tinggi

    (pegunungan) dengan ketinggian mencapai 1.000 m di atas permukaan laut,

    ketela ungu masih mampu tumbuh dengan baik, namun pencapaian umurnya

    lebih lama. Tanaman ketela ungu akan tumbuh dengan baik dan berproduksi

    optimal bila ditanam pada tanah yang subur, gembur, banyak mengandung

    humus, dan ber-pH 5,5-7,5 (Rukmana, 2010).

    Kondisi geografis Kabupaten Karanganyar yang terletak pada ketinggian

    511 m diatas permukaan laut dengan curah hujan 2.453 mm/tahun dan bersuhu

    antara 22-31oC serta dengan tanah yang subur dan mengandung humus yang

    cukup, cocok untuk membudidayakan ketela ungu (BPS Karanganyar, 2009).

    Seperti yang terlihat pada Tabel 1 bahwa Kabupaten Karanganyar memiliki rata-

    rata produksi tertinggi tiap hektarnya.

    Dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar 14 kecamatan

    diantaranya membudidayakan ketela ungu, sedangkan 3 kecamatan lainnya tidak

    membudidayakan dikarenakan kondisi lahan kurang memungkinkan untuk

     budidaya ketela ungu tersebut. Berdasarkan data 5 tahun terakhir dari Dinas

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    9/96

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    10/96

    6

    Dari luas lahan yang digunakan untuk budidaya ketela ungu, maka dapat

    dilihat produksi ketela ungu pada Tabel 3 berikut ini :

    Tabel 3. Produksi Tanaman Ketela Ungu di Kabupaten Karanganyar Tahun2005-2009

    No

    .Kecamatan

    Produksi (Ton) Rata-rata

    (Ton)2005 2006 2007 2008 2009

    1. Jatipuro - - 45 - 20 132. Jumapolo 132 95 156 154 - 107,4

    3. Jumantono 264 95 1.002 354 - 343

    4. Matesih 5.064 1.878 2.607 3.405 688 2.728,4

    5. Tawangmangu 1.233 1.252 2.629 1.859 1.578 1.710,26. Ngargoyoso 4.316 3.167 1.515 4.682 1.993 3.134,6

    7. Karangpandan 1.740 2.372 2.117 2.106 816 1.830,28. Karanganyar - - - - 19 3,8

    9. Tasikmadu - - - - 76 15,210. Colomadu 66 57 - - - 24,6

    11. Kebakkramat - - - - 290 58

    12. Mojogedang 969 969 2.295 1.851 1.147 1.446,2

    13. Jenawi 2.774 986 712 1.843 2.702 1.803,414. Kerjo 528 190 756 595 683 550,4

    Jumlah 17.086 11.061 13.836 16.849 10.012 13.768,4

    Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar 2009

    Berdasarkan Tabel 3 diatas, dapat diketahui bahwa jumlah produksi

    tertinggi ketela ungu pada data 5 tahun terakhir terdapat pada tahun 2005. Dan

    Kecamatan yang memiliki rata-rata produksi tertinggi yaitu di Kecamatan

     Ngargoyoso, diikuti Kecamatan Matesih dan Karangpandan. Ketela ungu yang

    diproduksi di Kabupaten Karanganyar tidak hanya dipasarkan langsung, akan

    tetapi sebagian besar diolah untuk memberikan nilai tambah pada ketela ungu

    tersebut. Salah satu produk olahan ketela ungu yang diproduksi adalah keripik

    ketela ungu. Mekipun pada Tabel 2 menunjukan hasil produksi ketela ungu yang

    ada di Kabupaten Karanganyar cukup tinggi, akan tetapi untuk memenuhi

     permintaan para pengusaha keripik ketela ungu belum mencukupi. Sehingga

    membutuhkan ketela ungu dari luar Kabupaten Karanganyar, seperti dari

    Magetan, Ngawi dan Bandung.

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    11/96

    7

    Berdasarkan data Tabel 2 dan 3 diatas, dapat dilihat bahwa Kecamatan

    Tawangmangu tidak mempunyai lahan yang cukup luas dan produksi ketela ungu

    yang tinggi, akan tetapi sentra industri pengolahan keripik ketela ungu justru

    terdapat di Kecamatan Tawangmangu. Pengusaha agroindustri keripik ketela

    ungu yang terdapat di Kecamatan Tawangmangu dapat dilihat pada Tabel 4

     berikut ini:

    Tabel 4. Pengusaha Agroindustri Keripik Ketela Ungu di KecamatanTawangmangu

    No. Nama Usaha Alamat

    1. Gito Dukuh, Karanglo

    2. Yamdi Dukuh, Karanglo3. Parjo Dukuh, Karanglo

    4. Wagyo Dukuh, Karanglo

    5. Wagino Dukuh, Karanglo

    6. Arjoyono Dukuh, Karanglo7. Wirosuparno Dukuh, Karanglo

    8. Nurhadi Dukuh, Karanglo

    9. Parno Dukuh, Karanglo

    10. Jumadi Sadakan Lor, Karanglo

    11. Suyanto Sadakan Lor, Karanglo12. Suyatno Sadakan Lor, Karanglo

    13. Jumini Sadakan Lor, Karanglo

    14. F. Wilarso Sadakan Lor, Karanglo15. Supadi Sadakan Lor, Karanglo

    16. Kamto Blimbing, Karanglo

    17. Parno Blimbing, Karanglo

    18. Karjo Bandar, Bandardawung19. Sutrisno Jabalkanil, Bandardawung

    Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, Penanaman Modal dan Koperasi

    Kabupaten Karanganyar 2008

    Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa terdapat 19 pengusaha

    agroindustri keripik ketela ungu yang masih memproduksi keripik ketela ungu.

    Agroindustri tersebut hanya terdapat di dua desa di Kecamatan Tawangmangu,

    yaitu Desa Karanglo dan Bandardawung. Usaha agroindustri keripik ketela ungu

    tersebut dikelola secara perorangan dengan jumlah tenaga kerja antara 12-15

    orang. Jadi agroindustri ini tergolong industri skala kecil (5-19 orang).

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    12/96

    8

    Keripik ketela ungu merupakan makanan ringan yang mudah diproduksi.

    Selain itu agroindustri keripik ketela ungu juga mempunyai peranan penting

    dalam menambah pendapatan keluarga dan dapat juga menciptakan lapangan

    kerja bagi masyarakat. Agroindustri keripik ketela ungu hingga saat ini masih

    terus berproduksi, bahkan sedang dikembangkan oleh pemerintah setempat,

    dengan harapan keripik ketela ungu ini dapat menjadi jajanan atau oleh-oleh khas

    dari Tawangmangu, di mana Tawangmangu itu sendiri merupakan tempat wisata

    yang sudah cukup dikenal masyarakat luas. Selain itu agroindustri keripik

    ketela ungu ini mempunyai prospek pasar yang baik. Karena selain sebagai

    oleh-oleh khas dari Tawangmangu, keripik ketela ungu ini juga dipasarkan ke

    kota-kota lain di Pulau Jawa, seperti Solo, Bandung dan Jakarta. Melihat

     pentingnya agroindustri ini maka perlu dilakukan penelitian tentang analisis

    usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten

    Karanganyar.

    B. 

    Perumusan Masalah

    Pembangunan agroindustri masih dihadapkan pada berbagai tantangan,

     baik tantangan atau permasalahan yang ada di dalam negeri atau di luar negeri.

    Beberapa permasalahan agroindustri ini khususnya permasalahan dalam negeri

    adalah kurang tersedianya bahan baku yang cukup dan kontinu, kurang

    konsistennya kebijakan pemerintah terhadap agroindustri, kurangnya fasilitas

     permodalan (perkreditan), keterbatasan pasar, lemahnya infrastuktur,

    kurangnya penelitian dan pengembangan, lemahnya keterkaitan industri hulu

    dan hilir, kualitas produksi dan prosesing yang belum mampu bersaing serta

    lemahnya enterpreneurship  (Soekartawi, 2001). 

    Agroindustri keripik ketela ungu Kecamatan Tawangmangu Kabupaten

    Karanganyar ini dapat tergolong dalam usaha kecil yang masih berhadapan

    dengan berbagai kendala sehingga membutuhkan pembinaan dari pihak terkait,

    yakni dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Penanaman Modal dan Koperasi

    Kabupaten Karanganyar. Adanya keterbatasan bahan baku, dan lemahnya

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    13/96

    9

    sarana produksi menjadikan produksi keripik ketela ungu di Kecamatan

    Tawangmangu Kabupaten Karanganyar ini kurang optimal.

    Meskipun demikian, tujuan dari agroindustri keripik ketela ungu ini

    sama dengan tujuan dari usaha lainnya, yaitu mencari keuntungan yang

    sebesar-besarnya. Oleh karena itu besarnya biaya yang dikeluarkan harus

    diperhitungkan disesuaikan dengan penerimaan yang diperoleh.

    Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diangkat beberapa permasalahan

    antara lain :

    1.  Berapa besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan profitabilitas dari

    agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten

    Karanganyar?

    2. 

    Apakah usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu

    Kabupaten Karanganyar yang diusahakan berisiko?

    3.  Apakah usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu

    Kabupaten Karanganyar yang diusahakan efisien?

    C. 

    Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan penelitian ini adalah :

    1.  Menganalisis besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan profitabilitas dari

    agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten

    Karanganyar.

    2.  Menganalisis risiko usaha dari agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan

    Tawangmangu Kabupaten Karanganyar.

    3. 

    Menganalisis efisiensi usaha agrondustri keripik ketela ungu di Kecamatan

    Tawangmangu Kabupaten Karanganyar.

    D. 

    Kegunaan Penelitian

    1.  Bagi Peneliti

    Menambah pengetahuan dan wawasan tentang agroindustri keripik

    ketela ungu dan merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

    Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    14/96

    10

    2.  Bagi Pemerintah Daerah

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran

    dan sebagai bahan penyusunan kebijakan pangan yang lebih baik di masa

    mendatang, terutama usaha agroindustri keripik ketela ungu.

    3.  Bagi Pengusaha Keripik Ketela Ungu

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran

    dan pertimbangan pengusaha keripik ketela ungu untuk meningkatkan

     penerimaan, keuntungan, profitabilitas dan efisiensi serta nilai tambah

     produk.

    4.  Bagi Akademisi dan Pemerhati Agroindustri

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan sumber

    informasi bagi pemerhati mengenai permasalahan yang sama di masa

    mendatang.

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    15/96

    11

    II.  LANDASAN TEORI

    A.  Penelitian Terdahulu

    Dalam penelitian Alhuda (2004) yang berjudul “ Analisis Usaha dan

     Efisiensi Agroindustri Kripik Ubi Jalar (Studi Kasus di Agroindustri Kripik Ubi

     Jalar Sehati Desa Kemiri Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto)” yang telah

    dilakukan, agroindustri kripik ubi jalar Sehati dalam satu kali proses produksi

    rata-rata mengeluarkan biaya tetap sebesar Rp 25.388,2 dan biaya variabel

    sebesar Rp 864.157,2. Dengan jumlah produksi sebanyak 3911 Kg denganharga perkilogramnya Rp 7.000,00 maka agroindustri ini mendapatkan total

     penerimaan rata-rata satu kali produksi sebesar Rp 1.244.409,1. Dalam

     penelitian ini pada agroindustri kripik ubi jalar Sehati mendapatkan rata-rata

    keuntungannya adalah sebesar Rp 354.863,7. Nilai R/C dalam penelitian ini

    adalah sebesar 1,39 hal ini berarti jika agroindustri kripik ubi jalar Sehati

    mengeluarkan biaya sebesar Rp 10.000.000,00 maka agroindustri ini akan

    memperoleh penerimaan sebesar Rp 13.900.000,00. Dalam penelitian ini

    diperoleh nilai BEPq rata-rata sebesar 127,07 Kg dan nilai BEPr rata-rata

    sebesar Rp 5003,5 / Kg.

     Ningrum (2006), dalam penelitiannya yang berjudul “ Analisis Nilai

    Tambah dan Kelayakan Usaha Agroindustri Bakpao Telo (Studi Kasus pada

     Home Industri Lestari Malang)”, menyatakan bahwa dari penerimaan selama

    1 bulan Rp 14.400.000,00 dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan

    selama 24x proses produksi Rp 5.783.083,00 maka akan didapatkan

    keuntungan usaha sebesar Rp 8.616.917,00. Dilihat dari skala industri yang

    tergolong industri rumah tangga (kecil), maka dapat dikatakan bahwa usaha

     bakpao telo Lestari sangat menguntungkan. Hasil perbandingan total revenue 

    dan total cost   ( R/C Ratio ) sebesar 2,59 ( >1), yang berarti bahwa usaha

     pembuatan bakpau telo Lestari efisien. Nilai tambah yang tercipta pada

     pengolahan ketela rambat menjadi bakapo telo adalah sebesar Rp 3.051,00

    dengan imbalan tenaga kerja Rp 1.358,00 dan keuntungan sebesar Rp 1.693,00

    dalam tiap satu kali proses produksi. Berdasarkan hasil analisis kelayakan usaha

    11

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    16/96

    12

    di home industri Lestari selama 23 triwulan menunjukkan bahwa usaha

     pengolahan bakpao telo layak untuk dikembangkan, ini dibuktikan dengan nilai

     NPV sebesar Rp 251.256.483,00 IRR 32,008%, dan Net B/C Ratio 5,6 pada suku

    tingkat bunga 17% dan waktu pengembalian biaya investasi pada triwulan ke-2.

    Berdasarkan dari penelitian Alhuda (2004) dan Ningrum (2006) di atas,

    menunjukan bahwa agroindustri dengan bahan baku ketela rambat mempunyai

     prospek yang baik untuk dikembangkan. Demikian pula dengan agroindustri

    keripik ketela ungu yang ada di Kecamatan Tawangmangu, memiliki bahan baku

    yang sama dengan kedua penelitian diatas, yaitu ketela rambat. Ketela rambat

    dapat diolah dengan cara yang mudah dan sederhana. Dengan diolah menjadi

     berbagai macam produk olahan makanan, akan memberikan nilai tambah pada

    ketela rambat.

    Dinarti (2009), dalam penelitian yang berjudul “ Analisis Usaha

     Agroindustri Keripik Pisang di Kabupaten Karanganyar ” menyatakan bahwa

    dalam produksi keripik pisang rata-rata per bulan mengeluarkan biaya total

    sebesar Rp 4.107.934,90 dan dengan penerimaan sebesar Rp 5.613.252,80

    sehingga diperoleh keuntungan Rp 1.505.317,82 tiap bulannya dengan

     profitabilitas usaha sebesar 36,64%. Sehingga usaha agroindustri keripik

     pisang ini menguntungkan. Nilai koefisien variasi sebesar 3,46>0 dengan

     batas bawah keuntungan (-)Rp 8.923.829,98 setiap pengolahan buah pisang

    sebanyak 330,31 kg. Ini berarti bahwa ada peluang kerugian yang akan

    diterima oleh agroindustri keripik pisang sebesar Rp 8.923.829,98. Dengan

    demikian usaha ini memiliki risiko yang tinggi. Tingkat efisiensi sebesar 1.37,

    artinya usaha agroindustri ini sudah efisien untuk dijalankan meskipun

    memiliki risiko yang tinggi. Dan setiap satu kg bahan baku pisang memiliki

    nilai tambah produk senilai Rp 8.778,08.

    Valentina (2009), dalam penelitiannya yang berjudul “ Analisis Nilai

    Tambah Ubi Kayu Sebagai Bahan Baku Keripik Singkong di Kabupaten

    Karanganyar (Kasus pada KUB Wanita Tani Makmur)”, menunjukkan bahwa

    keuntungan yang diterima dari usaha pengolahan ubi kayu menjadi keripik

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    17/96

    13

    singkong dalam satu kali proses produksi pada anggota KUB Wanita Tani

    Makmur dari ubi kayu mentah sampai keripik singkong ½ jadi sebesarRp 10.375,61. Sedangkan pada KUB Wanita Tani Makmur keuntungan yang

    diterima dari keripik singkong ½ jadi sampai matang (keripik singkong) sebesar

    Rp 1.610.418,99. Efisiensi usaha pengolahan ubi kayu mentah sampai keripik

    singkong ½ jadi di Kabupaten Karanganyar pada anggota KUB Wanita Tani

    Makmur adalah sebesar 1,11. Sedangkan efisiensi usaha pengolahan keripik

    singkong ½ jadi sampai matang pada KUB Wanita Tani Makmur sebesar 1,68.

    Pengolahan ubi kayu mentah menjadi keripik singkong ½ jadi yang dilakukan

     pada anggota KUB Wanita Tani Makmur memberikan nilai tambah bruto sebesar

    Rp 52.043,74 nilai tambah netto sebesar Rp 50.558,25 nilai tambah per bahan

     baku sebesar Rp 979,55/kg dan nilai tambah per tenaga kerja sebesar

    Rp 3.097,84/JKO. Sedangkan pengolahan keripik singkong ½ jadi menjadi

    matang pada KUB Wanita Tani Makmur memberikan nilai tambah bruto

    sebesar Rp 1.690.750,00 nilai tambah netto sebesar Rp 1.686.461,45 nilai

    tambah per bahan baku sebesar Rp 7.773,56/kg dan nilai tambah per tenaga

    kerja sebesar Rp 37.572,22/JKO.

    Berdasakan penelitian Dinarti (2009) dan Valentina (2009) tersebut

    dapat diambil kesimpulan bahwa usaha agroindustri mampu memberikan

    keuntungan dan efisien untuk dijalankan meskipun terdapat peluang kerugian.

    Dan mengacu pada kedua penelitian diatas, usaha agroindusti keripik ketela

    ungu di Kecamatan Tawangmangu juga menggunakan analisis usaha yang

    sama. Analisis keuntungan dapat digunakan untuk mengetahui besarnya

    keuntungan yang diperoleh. Dalam setiap usaha agroindustri terdapat resiko

    usaha, oleh karena itu diperlukan analisis resiko untuk mengetahui tingkat

    resiko yang dihadapi. Dan juga diperlukan analisis efisiensi untuk mengetahui

    tingkat efisiensi usaha, sehingga dapat diketahui apakah usaha tersebut sudah

    efisien atau belum untuk dijalankan.

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    18/96

    14

    B.  Tinjauan Pustaka

    1. 

    Ketela Rambat

    Tumbuhan bergetah putih, umbi akarnya sangat bervariasi bentuk,

    ukuran, warna kulit (putih, kuning, coklat, merah dan ungu) dan warna

    didalamnya (putih, kuning, jingga, ungu). Batang menjalar, bercabang-

    cabang. Daun tunggal tersusun spiral, helaian daun membundar telur, rata,

     bersudut atau bercuping menjari. Bunga aksiler, tunggal atau perbungaan

    terbatas, mahkota bunga bentuk corong, putih atau lembayung muda, ungu

    dibagian dalam tabungnya. Buah kapsul dengan 1-4 biji.Klasifikasi :

    Kingdom : Plantae

    Divisi : Spermatophyta

    Subdivisi : Angiospermae

    Kelas : Dicotyledonae

    Ordo : Convolvulales

    Famili : Convolvulaceae

    Genus : Ipomoea

    Spesies : I. batatas 

     Nama Inggris : Sweet potato

     Nama Indonesia : Ubi jalar

     Nama Lokal : ketela rambat (Jawa), huwi boled (Sunda)

    Sinonim : Convolvulus batatas L. (1753), Convolvulus edulis

    Thunb. (1784), Batatas edulis (Thunb.) Choisy (1833)

    Tanaman ketela rambat ada 3 varietas, yaitu ketela rambat kuning, merah

    dan ungu. Dibanding ketela rambat putih, tekstur ketela rambat merah atau

    ungu memang lebih berair dan kurang masir (sandy) tetapi lebih lembut.

    Rasanya tidak semanis yang putih padahal kadar gulanya tidak berbeda.

    Ketela rambat putih mengandung 260 mkg (869 SI) betakaroten per 100 gram,

    ubi merah yang berwarna kuning emas tersimpan 2900 mkg (9675 SI)

     betakaroten, ubi merah yang berwarna jingga 9900 mkg (32967 SI).

    Makin pekat warna jingganya, makin tinggi kadar betakarotennya yang

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    19/96

    15

    merupakan bahan pembentuk vitamin A dalam tubuh. Namun dari ketiganya,

    yang mengandung paling banyak antosian adalah varietas yang berwarna

    ungu. Dua varietas ketela rambat ungu introduksi (Ayamurasaki dan

    Yamagawa-murasaki) saat ini telah diusahakan secara komersial di beberapa

    daerah di Jawa Timur dengan potensi hasil 15-20 ton/ha. Beberapa varietas

    lokal sesungguhnya juga ada yang daging umbinya berwarna ungu, hanya

    intensitasnya masih jauh dibanding kedua varietas tersebut (Riata, 2010).

    Ketela rambat ( Ipomoea batatas L.) adalah sejenis tanaman budidaya.

    Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan

    kadar gizi (karbohidrat) yang tinggi. Di Afrika, umbi ketela rambat menjadi

    salah satu sumber makanan pokok yang penting. Di Asia, selain

    dimanfaatkan umbinya, daun muda ketela rambat juga dibuat sayuran.

    Terdapat pula ketela rambat yang dijadikan tanaman hias karena keindahan

    daun dan bunganya.

    Ketela rambat ( Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu tanaman

    yang mempunyai potensi besar di Indonesia. Areal panen ketela rambat di

    Indonesia tiap tahun seluas 229.000 hektar, tersebar di seluruh propinsi, baik

    di lahan sawah maupun tegalan dengan produksi rata-rata nasional 10 ton per

    hektar. Penghasil utama ketela rambat di Indonesia adalah Jawa dan Irian

    Jaya yang menempati porsi sekitar 59 persen. Peluang perluasan areal panen

    masih sangat terbuka. Dengan perbaikan teknik budidaya dan penggunaan

    varietas unggul nasional, produktivitas bisa dinaikkan menjadi 30 ton per

    hektar. Ketela rambat bisa secara terus menerus, bergantian maupun secara

    tumpang sari. Ketela rambat bisa ditanam sepanjang tahun di jenis tanah apa

    saja dan di mana saja. Pada tanah Ultisol yang kurang subur di Kalimantan,

     produksinya juga cukup tinggi, 20 ton per hektar. Teknik budidaya ketela

    rambat mudah, tidak perlu penguasaan pengetahuan dan kultur teknis serta

    teknologi yang rumit, serta hama dsan penyakitnya juga sedikit. Keunggulan

    lain dari ketela rambat adalah umur panen ketela rambat yang singkat yaitu

    hanya empat bulan, sementara ubi kayu delapan bulan (Anonim, 2010).

    2. 

    Keripik Ketela Ungu

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    20/96

    16

    Keripik ketela ungu adalah irisan ketela ungu yang telah digoreng

    sampai garing. Keripik ketela ungu dapat dengan mudah dibuat, sehingga

    keripik ketela ungu mulai cukup banyak diusahakan.

    Berikut ini adalah tahapan pembuatan keripik ketela ungu :

    a.  Pengupasan dan pengirisan

    Umbi dicuci, kemudian dikupas. Umbi yang telah dikupas, tapi tidak

    langsung diproses lebih lanjut harus direndam di dalam air. Setelah itu

    umbi diiris tipis-tipis.

     b.  Perendaman di dalam larutan natrium bisulfit dan kapur

    Irisan umbi direndam di dalam larutan natrium bisulfit 500 ppm selama

    60 menit. Kemudian irisan umbi diangkat, dan direndamkan ke larutan

    kapur sirih 2% selama 30 menit. Setelah itu, irisan umbi ditiriskan.

    c.  Pemasakan ringan

    Air dipanaskan sampai suhu 90°C. Ke dalam dimasukkan garam (10 gram

    garam untuk 1 liter air). Kemudian iris umbi yang telah ditiriskan

    dimasukkan ke dalam air tersebut, dan diaduk pelan-pelan. Tidak lama

    kemudian (1-2 menit), irisan umbi segera diangkat dan ditiriskan.

    d.  Pengeringan

    Irisan umbi dijemur, atau dikeringkan dengan alat pengering sampai

    cukup kering dengan tanda mudahnya umbi patah jika diremas.

    e. 

    Penggorengan

    Irisan umbi digoreng di dalam minyak panas (170°C) sampai garing.

    f.  Penggulaan

    Untuk mendapatkan keripik manis, lakukan penggorengan diulang.

    Kedalam minyak agak panas (suhu 110°C) dimasukkan gula halus

    (50 gram gula untuk setiap 1 liter minyak), dan diaduk agar gula mencair.

    Setelah itu, keripik yang telah garing dimasukkan ke dalam minyak,

    diaduk dengan pelan, dan segera diangkat untuk ditiriskan dan

    didinginkan.

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    21/96

    17

    g.  Pengemasan

    Keripik matang harus disimpan pada wadah tertutup. Keripik dapat

    dikemas di dalam kantong plastik, atau kotak kaleng. Kemasan harus

    ditutup rapat sehingga tidak dapat dimasuki oleh uap air dan udara luar.

    (Anonim, 2010).

    3.  Agroindustri

    Menurut BPS (1999), industri dapat digolongkan berdasarkan

     jumlah tenaga kerja dan jumlah investasi. Berdasarkan jumlah tenaga

    kerja, industri dapat dikategorikan menjadi 4 kelompok, yaitu :

    a.  Jumlah tenaga kerja 1-4 orang untuk industri rumah tangga

     b. 

    Jumlah tenaga kerja 5-19 orang untuk industri kecil

    c. 

    Jumlah tenaga kerja 20-99 orang untuk industri menengah

    d.  Jumlah tenaga kerja lebih atau sama dengan 100 untuk industri besar

    Agroindustri dapat diartikan dua hal, yang pertama, agroindustri

    adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian. Arti

    yang kedua adalah bahwa agroindustri itu diartikan sebagai suatu tahapan

     pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian, tetapi

    sebelum tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan

    industri. Permasalahan dalam pengembangan agribisnis (dan agroindustri)

    adalah lemahnya keterkaitan antar subsistem di dalam agribisnis, yaitu

    distribusi dan penyediaan faktor produksi, proses produksi pertanian,

     pengolahan dan pemasaran (Soekartawi, 2001).

    Kegiatan agroindustri dapat mempunyai peranan penting baik dalam

     pembangunan pertanian maupun pembangunan ekonomi. Dalam

     pembangunan pertanian, agroindustri berperan dalam diversifikasi produk

    hasil pertanian. Sedangkan dalam pembangunan ekonomi, agroindustri

     berperan dalam pemerataan pendapatan, penyerapan tenaga kerja, dan

     penyumbang devisa negara (Wulandari, 2006).

    4.  Biaya

    Pengertian biaya bagi perusahaan yang kegiatannya memproduksi

     barang adalah nilai dari masukan yang digunakan untuk penghasilan

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    22/96

    18

    keluarganya. Biaya atas penggunaan suatu barang dalam suatu usaha

    tertentu merupakan manfaat yang dikorbankan (atau kehilangan

    kesempatan) dengan tidak menggunakan barang itu pada alternatif

     penggunaan yang sebaiknya (Lipsey, et al, 1990).

    Dilihat dari segi biaya dalam hubungannya dengan tingkat output,

    maka biaya produksi bisa dibagi menjadi :

    a.  Total  fixed Cost   (TFC) atau biaya tetap total, adalah jumlah biaya-

     biaya yang tetap dibayar perusahaan (produsen) berapapun tingkat

    outputnya. Jumlah TFC adalah tetap untuk setiap tingkat output.

    Misalnya, penyusutan alat dan sewa gedung.

     b. 

    Total Variabel Cost   (TVC) atau biaya variabel total, adalah jumlah

     biaya-biaya yang berubah menurut tinggi rendahnya output yang

    diproduksi. Misalnya, biaya untuk bahan mentah, upah, biaya,

    angkutan.

    c.  Total Cost  (TC) atau biaya total, adalah penjumlahan dari biaya tetap

    dan biaya variabel. Secara matematis bisa dituliskan sebagai berikut :

    TC = TFC + TVC

    (Boediono, 2002).

    Menurut Djuwari (1994), biaya yang digunakan untuk produksi

    dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

    a. 

    Biaya eksplisit adalah biaya yang secara nyata dibayarkan selama

     proses produksi oleh produsen untuk masukan (input) yang berasal dari

    luar seperti penggunaan tenaga kerja dan sarana produksi dari luar.

     b. 

    Biaya implisit adalah biaya dari faktor produksi sendiri yang

    diikutsertakan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk

    (output). Termasuk dalam biaya ini ntara lain adalah biaya penyusutan,

    sewa tanah milik sendiri, upah tenaga kerja keluarga dan bunga modal

    sendiri.

    5.  Penerimaan

    Menurut Boediono (2002), yang dimaksud dengan penerimaan

    (revenue) adalah penerimaan produksi dari hasil penjualan outputnya. Untuk

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    23/96

    19

    mengetahui penerimaan total diperoleh dari output atau hasil produksi

    dikalikan dengan harga jual output. Secara matematis dapat ditulis sebagai

     berikut :

    TR = Q x P

    Dimana :

    TR = penerimaan total

    Q = jumlah output/produk yang dihasilkan

    P = harga jual

    Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan semakin tinggi harga

     per unit produk yang bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima

     produsen akan semakin besar. Sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit

    dan harganya rendah maka penerimaan total yang diterima produsen semakin

    kecil. Penerimaan total yang diterima oleh produsen dikurangi biaya total

    yang dikeluarkan akan memperoleh pendapatan bersih yang merupakn

    keuntungan yang diperoleh produsen (Soekartawi, 1995).

    Bentuk penerimaan dapat digolongkan atas dua bagian, yaitu

     penerimaan yang berasal dari hasil penjualan barang-barang yang diproses

    dan penerimaan yang berasal dari luar barang-barang yang diproses.

    Penerimaan yang berasal dari luar kegiatan usaha tapi berhubungan

    dengan adanya kegiatan usaha, seperti penerimaan dalam bentuk bonus

    karena pembelian barang-barang kebutuhan kegiatan usaha, penerimaan

     bunga bank, nilai sisa aset (scrap value), sewa gedung, sewa kendaraan,

    dan lain sebagainya (Ibrahim, 2003).

    6. 

    Keuntungan

    Menurut Suparmoko (1992), keuntungan adalah selisih antara

     penerimaan total dengan biaya produksi sesuai dengan tingkat efisiensi

     penggunaan faktor produksi pada penggunaannya yang terbaik. Secara

    matematis dapat ditulis sebagai berikut :

    = TR - TC

    Dimana :

    = keuntungan

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    24/96

    20

    TR = penerimaan total

    TC = biaya total

    Keuntungan atau laba menunjukan niali tambah (hasil) yang

    diperoleh dari modal yang dijalankan. Setiap kegiatan yang dijalankan

     perusahaan tentu berdasar modal yang dijalankan. Dengan modal itulah

    keuntungan atau laba diperoleh. Hal inilah yang menjadi tujuan utama

    setiap perusahaan (Muhammad, 1995).

    7.  Profitabilitas

    Menurut Asri (1987), profitabilitas merupakan kemampuan

     perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, istilah rasio

     profitabilitas menggambarkan efisiensi usaha perusahaan. Sebuah

     perusahaan dikatakan lebih efisien menggunakan modalnya daripada

     perusahaan lain apabila mampu menunjukkan rasio profitabilitas yang

    tinggi, dan sebaliknya. Profitabilitas menunjukkan porsi keuntungan dari

     penjualan yang mampu dicapai perusahaan dalam suatu periode waktu

    tertentu. Rasio ini dihitung dengan membandingkan keuntungan dengan

     penerimaan. Secara sistematis dirumuskan sebagai berikut :

    8.  Risiko Usaha

    Setiap aktivitas usaha di sektor pertanian atau agribisnis selalu

    dihadapkan dengan situasi ketidakpastian (uncertainly) dan risiko (risk ).

    Faktor ketidakpastian dan risiko usaha merupakan faktor eksternalitas

    yaitu faktor yang sulit dikendalikan oleh produsen. Dikatakan risiko (risk )apabila diketahui berapa besarnya peluang terjadi risiko tersebut.

    Sebaliknya dikatakan ketidakpastian (uncertainly) apabila peluang

    terjadinya risiko tidak diketahui (Soekartawi, et al, 1993).

    Hakim (2009), menyatakan bahwa terdapat berbagai fungsi dalam

    manajemen, yang meliputi fungsi pemasaran, keuangan, produksi dan

     personalia. Adapun risiko tersebut antara lain :

    %100Pr Penerimaan

    Keuntunganasofitabilit 

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    25/96

    21

    1.  Risiko Fungsi Pemasaran

    Fungsi pemasaran dikenal dengan rumus 4P yang dimaksud

    sebagai singkatan dari  product, price, place dan promotion . 4P ialah

    variabel-variabel pemasaran yang dapat dimanfaatkan agar mampu

    dicapai tingkat penjualan yang diinginkan, yaitu : produk (kualitas,

    karakteristik, jenis, ukuran, pelayanan purna jual, pengembalian);

    harga (daftar harga, jangka waktu pembayaran); tempat (saluran

    distribusi, lokasi penjualan, transportasi); dan promosi (penjualan

    langsung, promosi penjualan).

    2.  Risiko Fungsi Keuangan 

    Berbagai risiko keuangan yang terjadi meliputi : kas (penggunaan

    kas yang tidak efisien atau boros, sebagai akibat  tidak memiliki

    anggaran kas yang baik dan benar); dan tingkat bunga (tingkat bunga

    yang tinggi akan menyebabkan  biaya produksi tinggi, pengaruhnya

    terhadap harga jual produk  yang tidak mampu bersaing). 

    3.  Risiko Fungsi Produksi

    Risiko fungsi produksi tersebut meliputi : persediaan (perubahan

    harga persediaan, persediaan yang menumpuk sebagai akibat lesunya

     penjualan, persediaan yang rusak); mutu  (perubahan mutu akan

    mempengaruhi tingkat penjualan); mesin  (mesin rusak atau mogok);

    dan karyawan (karyawan mogok, bertindak di luar rencana).

    Kegagalan dalam mencapai pendapatan yang diharapkan

    diantaranya disebabkan karena adanya berbagai risiko yang tidak dapat

    diselesaikan. Risiko-risiko tersebut dapat dibedakan antara risiko

     perusahaan dan risiko keuangan. Risiko perusahaan terjadi karena adanya

     berbagai alternatif penyaluran modal atau investasi yang mengakibatkan

     perbedaan tingkat pendapatan yang diterima oleh setiap arus investasi.

    Perbedaan tingkat pendapatan ini disebabkan karena setiap unit usaha

    memiliki sifat dan kegiatan produksi sendiri-sendiri. Risiko dalam bidang

     pertanian, misalnya, karena kegiatan di dalam unit usaha ini sangat

    dipengaruhi oleh cuaca, sifat alam lainnya, wabah penyakit dan perubahan

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    26/96

    22

    harga yang tidak dapat dikuasai petani. Risiko keuangan terjadi karena

    hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan keputusan-keputusan

    dibidang keuangan dan pembiayaan. Risiko ini menyangkut

    ketidakmampuan perusahaan membayar utang dan membayar keuntungan

    kepada pemilik saham (Kadarsan, 1995).

    Risiko pasar (market risk ) adalah suatu risiko yang timbul karena

    menurunnya nilai suatu investasi karena pergerakan pada faktor-faktor pasar.

    Empat faktor standar risiko pasar adalah risiko modal, risiko suku bunga,

    risiko mata uang, dan risiko komoditas. Risiko suku bunga adalah risiko

    yang timbul karena nilai relatif aktiva berbunga, seperti pinjaman atau

    obligasi, akan memburuk karena peningkatan suku bunga. Risiko nilai

    tukar atau risiko mata uang adalah suatu bentuk risiko yang muncul karena

     perubahan nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang yang lain.

    Risiko nilai tukar yang terkait dengan instrumen mata uang asing penting

    diperhatikan dalam investasi asing. Risiko ini muncul karena perbedaan

    kebijakan moneter dan pertumbuhan produktivitas nyata, yang akan

    mengakibatkan perbedaan laju inflasi (Wikipedia, 2010).

    9.  Efisiensi Usaha

    Pengertian efisiensi tidak cukup hanya dikaitkan dengan jumlah

     barang tanpa memperhatikan mutu atau nilai barang yang dihasilkan.

    Seseorang dapat saja menghasilkan jumlah yang lebih banyak per satuan

    waktu, atau tenaga, atau biaya, namun mungkin mutu dan nilai barang

    yang dihasilkan relatif lebih rendah daripada yang dihasilkan orang lain

     pada jumlah yang lebih sedikit. Pada akhirnya tingkat efisiensi dalam

    suatu usaha umumnya diukur dengan nilai uang atau sesuatu yang dapat

    memajukan usaha atau perusahaannya (Wijandi, 1988).

    Pendapatan yang tinggi tidak selalu memajukan efisiensi yang

    tinggi, karena kemungkinan pendapatan yang besar tersebut diperoleh dari

    investasi yang besar. Efisiensi mempunyai tujuan memperkecil biaya

     produksi per satuan produk yang dimaksudkan untuk memperoleh

    keuntungan yang optimal. Cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    27/96

    23

    tersebut adalah memperkecil biaya keseluruhan dengan mempertahankan

     produksi yang telah dicapai untuk memperbesar produksi tanpa

    meningkatkan biaya keseluruhan (Rahardi, 1999).

    Menurut Soekartawi (1995), perhitungan efisiensi usaha yang sering

    digunakan adalah  Return Cost Ratio  (R/C  Ratio). R/C  Ratio  adalah

     perbandingan nisbah antara penerimaan dan biaya.

    R/C Ratio = R/C

    Keterangan :

    R = penerimaan total (Rupiah)

    C = biaya total (Rupiah)

    C. 

    Kerangka Teori Pendekatan Masalah

    Agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu

    merupakan industri yang mengolah ketela ungu menjadi produk olahan berupa

    keripik ketela ungu beserta pemasarannya. Dari usaha tersebut akan dikaji

    mengenai biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi dan risiko

    usaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu

    Kabupaten Karanganyar.

    1.  Biaya

    Biaya adalah nilai korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi.

    Biaya pengeluaran usaha agroindustri keripik ketela ungu dapat dibagi

    menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel). Biaya tetap

    merupakan biaya yang tidak tergantung pada tingkat output. Biaya tetap

     pada keseluruhan usaha agroindustri keripik ketela ungu skala rumah

    tangga berupa biaya penyusutan alat dan biaya bunga modal investasi.

    Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh kuantitas

     produksi. Biaya variabel pada keseluruhan usaha agroindustri keripik

    ketela ungu berupa biaya bahan baku, biaya bahan penolong (minyak

    goring, zat pemanis makanan, bahan bakar dan bahan pengemas), biaya

    tenaga kerja, biaya transportasi dan pemasaran produk.

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    28/96

    24

    Dari perhitungan biaya tetap dan biaya variabel maka dapat diketahui

     besarnya biaya total. Biaya Total/Total Cost   (TC) adalah penjumlahan

    antara biaya variabel total/Total Variable Cost (TVC) dan biaya tetap

    total/Total Fixed Cost  (TFC).

    2.  Penerimaan

    Proses produksi adalah suatu proses dimana beberapa barang atau

     jasa yang disebut input diubah menjadi barang lain atau output. Proses

     produksi pada usaha agroindustri keripik ketela ungu adalah mengolah

    ketela ungu menjadi keripik beserta pemasarannya.

    Dalam kegiatan produksi tersebut akan diperoleh penerimaan yaitu

    dengan mengalikan total produksi keripik ketela ungu yang terjual (Q)

    dengan harga produk (P).

    3.  Keuntungan

    Dari perhitungan data akan diperoleh keuntungan dan profitabilitas.

    Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan total biaya yang

    dikeluarkan.

    Semakin besar penerimaan total atau semakin kecil biaya maka

    keuntungan yang diterima akan semakin besar, sebaliknya jika penerimaan

    total semakin kecil atau biaya semakin besar maka keuntungan yang

    diperoleh semakin kecil.

    4. 

    Profitabilitas

    Profitabilitas adalah perbandingan antara keuntungan dari penjualan

    dengan penerimaan yang dinyatakan dalam persen (%).

    5. 

    Efisiensi usaha

    Perhitungan fisiensi usaha yang sering digunakan adalah  Return Cost

     Ratio (R/C Ratio). R/C Ratio adalah merupakan perbandingan antara

     penerimaan dan biaya. Semakin besar nilai R/C Ratio maka semakin besar

     pula keuntungan yang diperoleh.

    Menurut Mubyarto (1989), apabila hasil bersih usaha besar maka ini

    mencerminkan rasio yang lebih baik dari nilai hasil dan biaya. Makin

    tinggi rasio ini berarti usaha yang dijalankan semakin efisien.

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    29/96

    25

    6.  Risiko usaha

    Dalam menjalankan usaha untuk mencapai keuntungan, pengusaha

    akan menghadapi risiko atas kegiatan usaha tersebut. Misalkan risiko

    harga, risiko selama proses produksi, dan risiko pasar.

    Usaha agroindustri keripik ketela ungu adalah dengan

    menggunakan perhitungan koefisien variasi dan batas bawah keuntungan.

    Koefisien merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung

    oleh pengusaha agroindustri keripik ketela ungu dengan jumlah keuntungan

    yang akan diperoleh, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

    CV = V

    E

    Dimana :

    CV = koefisien variasi usaha agroindustri keripik ketela ungu

    V = simpangan baku agroindustri keripik ketela ungu

    E = keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

    Sebelum mengukur koefisien variasi harus mencari pendapatan

    rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu dan simpangan bakunya

    dirumuskan :

    n

    Ei

    E = i=1 k  

    n  

    Dimana :

    E = Keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

    Ei = Keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

    n = Jumlah agroindustri keripik ketela ungu (unit)

    Setelah mengetahui keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik

    ketela ungu selanjutnya mencari simpangan baku dengan menggunakan

    metode analisis ragam, karena simpangan baku merupakan akar dari

    ragam, yaitu :

    V = V2 

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    30/96

    26

    Adapun dalam perhitungan analisis ragam dirumuskan sebagai

     berikut :

    n

    (Ei-E)2

    V2 = i=1

    n – 1

    Dimana :

    V2 = Ragam keuntungan

    n = Jumlah agroindustri keripik ketela ungu (unit)

    E = Keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

    Ei = Keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

    Untuk mengetahui batas bawah pendapatan usaha agroindustri

    keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

    digunakan rumus :

    L = E – 2 V

    Dimana :

    L = Batas bawah keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

    E = Keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

    V = Simpangan baku keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu

    (Rp)

    Semakin besar nilai CV menunjukkan bahwa risiko yang harus

    ditanggung pengusaha semakin besar. Kriteria yang digunakan adalah

    apabila nilai CV 0 menyatakan bahwa pengusaha keripik

    ketela ungu akan selalu terhindar dari kerugian. Dan apabila nilai CV > 0,5

    atau L < 0 berarti ada peluang kerugian yang akan diderita oleh pengusaha

    keripik ketela ungu (Hernanto, 1993).

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    31/96

    27

    Kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut :

    Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian pada Analisis Usaha Keripik

    Ketela Ungu

    Agroindustri Keripik Ketela Ungu

    di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

    Proses Produksi Input Output

    Biaya Tetap :

    a. 

    Penyusutan Alat

     b.  Bunga ModalInvestasi

    c.  Cicilan pinjaman

    modal

    d.  Ijin DepartemenKesehatan

    Biaya Variabel :a.  Bahan Baku

    -  Ketela ungu

     b. Bahan Penolong

    -  Gula- 

    Garam

    -  Pemanis buatan

    -  Vanili

    -  Minyak goreng

    c. 

    Bahan bakard. Pengemas

    e.  Tenaga Kerja

    f.  Transportasig. Listrik

    Biaya

    Total

    Penerimaan

    Total

    Analisis Usaha

    a. Keuntungan

     b. Profitabilitasc. Risiko

    d. Efisiensi

    Risiko Harga Risiko Produksi

    Risiko

    Pasar

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    32/96

    28

    D.  Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

    1. 

    Agroindustri adalah kegiatan yang mengolah hasil pertanian menjadi

     barang jadi atau setengah jadi.

    2. 

    Keripik ketela ungu adalah makanan ringan berupa irisan tipis yang dibuat

    dari ketela ungu yang digoreng.

    3.  Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan untuk pembuatan keripik

    ketela ungu yaitu ketela ungu.

    4.  Bahan penolong adalah bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan

    keripik selain bahan utama (ketela ungu), seperti gula, garam, pemanis buatan, dan minyak goreng.

    5.  Responden adalah pengusaha agroindustri keripik ketela ungu yang

    memproduksi keripik ketela ungu.

    6. 

    Biaya total adalah semua biaya yang digunakan dalam usaha pembuatan

    keripik ketela ungu yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel,

    dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

    7.  Biaya tetap adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang

     besarnya tidak dipengaruhi oleh kuantitas output yang dihasilkan dan

    dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

    8. 

    Biaya tetap berupa :

    a.  Biaya penyusutan peralatan dinyatakan dalam rupiah, dihitung dengan

    menggunakan metode garis lurus :

    Penyusutan :(bulan)ekonomisumur

    akhir nilai-awalnilai

     

    (Hernanto, 1993) 

     b. 

    Biaya bunga modal investasi, yaitu perkalian dari nilai investasi

    dengan suku bunga riil yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Besarnya

     bunga modal investasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

    B = Biaya Modal Sendiri x r (Suratiyah, 2006)

    Dimana :

    r  = ( i – f  ) / ( 1 – f )  (Gray, et al, 1993) 

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    33/96

    29

    Keterangan :

    B = Bunga modal investasi (Rp)

    r   = Suku bunga riil bulan Oktober 2010 (1,830%)

    i  = Suku bunga kredit investasi Bank BRI bulan Oktober 2010 (2%)

    f = Inflasi bulan Oktober 2010 (0,06%)

    9.  Biaya variabel (biaya tidak tetap) adalah biaya yang besarnya berubah-

    ubah secara proporsional terhadap kuantitas output yang dihasilkan dan

    dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Yang termasuk dalam biaya variabel

    dalam penelitian ini adalah biaya bahan baku, biaya bahan penolong,

     bahan bakar (kayu dan serbuk gergaji), pengemas (plastik), biaya tenaga

    kerja dan transportasi.

    10. 

    Biaya bahan baku merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli

     bahan baku pembuatan keripik ketela ungu yaitu ketela ungu yang

    dinyatakan dalam rupiah (Rp).

    11. Biaya bahan penolong adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli

     bahan-bahan penolong, seperti gula pasir, garam, pemanis buatan, dan

    minyak goreng yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

    12. Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga

    kerja yang dinyatakan dalam rupiah (Rp), dimana tenaga kerja tersebut

     berasal dari dalam dan luar keluarga.

    13. 

    Biaya transportasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk transportasi

    selama proses produksi mulai dari pengadaan input hingga pemasaran

    yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

    14. 

    Penerimaan total agroindustri keripik ketela ungu adalah penerimaan dari

    usaha agroindustri keripik ketela ungu yang diperoleh dengan cara

    mengalikan produksi total yang terjual dengan harga per satuan produk

    yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp) per bulan.

    15. Keuntungan agroindustri keripik ketela ungu adalah selisih antara

     penerimaan total dengan biaya total yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    34/96

    30

    16. Profitabilitas agroindustri keripik ketela ungu adalah perbandingan antara

    keuntungan agroindustri keripik ketela ungu dengan penerimaan yang

    dinyatakan dalam persen (%).

    17. Efisiensi usaha agroindustri keripik ketela ungu adalah perbandingan

    antara penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan yang

    dinyatakan dalam angka.

    18. Risiko adalah kemungkinan merugi yang dihadapi pengusaha, yang

    diperhitungkan terlebih dahulu. Risiko usaha agroindustri keripik ketela

    ungu ditunjukkan dari nilai koefisien variasi dan batas bawah keuntungan.

    E.  Pembatasan Masalah

    1.  Analisis usaha yang dimaksud dalam penelitian ini didasari pada biaya,

     penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi, dan risiko usaha

    agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten

    Karanganyar.

    2. 

    Agroindustri keripik ketela ungu merupakan industri yang memproduksi

    keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar

     berskala kecil yang sampai periode penelitian masih berproduksi.

    3.  Penelitian ini menggunakan data produksi dan biaya selama 1 bulan

    (Oktober 2010).

    F.  Hipotesis

    1.  Diduga agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu

    Kabupaten Karanganyar yang diusahakan menguntungkan.

    2. 

    Diduga agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu

    Kabupaten Karanganyar yang diusahakan berisiko.

    3.  Diduga agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu

    Kabupaten Karanganyar yang diusahakan sudah efisien.

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    35/96

    31

    G.  Asumsi

    1. 

    Harga input dan output menggunakan harga yang berlaku di daerah

     penelitian.

    2.  Jumlah keripik ketela ungu yang diproduksi diasumsikan terjual

    seluruhnya.

    3. 

    Faktor-faktor produksi berupa tenaga kerja keluarga diasumsikan

    menerima upah yang besarnya sama dengan upah tenaga kerja luar yang

     berlaku di daerah penelitian.

    4. 

    Aset rumah dan bangunan tidak diikutsertakan dalam perhitungan biayatetap karena mempunyai fungsi ganda.

    5.  Variabel-variabel yang tidak diamati dianggap tidak berpengaruh.

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    36/96

     

    1

    III.  METODE PENELITIAN

    A.  Metode Dasar Penelitian

    Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

    deskriptif analitis. Menurut Surakhmad (1994), metode ini mempunyai ciri-

    ciri, memusatkan diri pada pemecahan masalah yang aktual. Data yang

    dikumpulkan mula-mula disusun, dianalisis dan kemudian dijelaskan.

    Teknik pelaksanaan dari penelitian ini menggunakan metode survey,

    yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi denganmenggunakan kuisioner sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data

    (Singarimbun dan Effendi, 1995).

    B.  Metode Penentuan Sampel

    1.  Metode Penentuan Daerah Penelitian

    Penelitian ini dilakukan secara  purposive  (sengaja) yaitu di Desa

    Karanglo dan Desa Bandardawung Kecamatan Tawangmangu, karena hanya

    wilayah tersebut yang memproduksi keripik ketela ungu di Kabupaten

    Karanganyar.

    2.  Metode Penentuan Sampel

    Populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha keripik ketela ungu

    yang mengolah ketela ungu menjadi keripik. Data mengenai jumlah

     pengrajin tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini :

    Tabel 5. Jumlah Unit Usaha Agroindustri Keripik Ketela Ungu di KecamatanTawangmangu Kabupaten Karanganyar

    No. Desa Jumlah Unit Usaha

    1.

    2.

    Karanglo

    Bandardawung

    16

    3

    Jumlah 19

    Sumber : Data Dinas Perindustrian, Perdagangan Penanaman Modal danKoperasi Kabupaten Karanganyar 2008

    32

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    37/96

    33

    Dari data pada Tabel 5, pengambilan responden dilakukan dengan

    cara sensus, yakni dengan cara mencatat semua responden yang diselidiki

    tersebut (Marzuki, 2002). Metode sensus dipilih karena jumlah responden

    terbatas yaitu 19 unit usaha.

    C.  Jenis dan Sumber Data

    1. 

    Data Primer

    Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden

    melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (quisioner ) yang

    sudah dipersiapkan. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah

     pengusaha agroindustri keripik ketela ungu di Kecamatan Tawangmangu.

    Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu data mengenai

    karateristik responden, proses produksi, alat dan bahan yang digunakan,

     biaya-biaya (tetap dan variabel) yang dikeluarkan selama proses produksi,

     penerimaan, kendala dan risiko usaha.

    2. 

    Data Sekunder

    Data sekunder diperoleh dari referensi, buku, jurnal, dan instansi-

    instansi yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. Instansi-instansi

    tersebut meliputi : Badan Pusat Statistik Karanganyar, Dinas Perindustrian

    Perdagangan, Penanaman Modal dan Koperasi Kabupaten Karanganyar, dan

    Kantor Kecamatan Tawangmangu. Data tersebut adalah data mengenai

    keadaan umum daerah penelitian, keadaan perekonomian, dan keadaan

     penduduk.

    D.  Teknik Pengumpulan Data

    1.  Observasi

    Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan

    langsung terhadap obyek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran

    yang jelas mengenai obyek yang akan diteliti.

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    38/96

    34

    2.  Wawancara

    Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan data primer

    dengan melakukan wawancara secara indepth (luas dan mendalam) kepada

    responden berdasarkan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan

    sebelumnya.

    3.  Pencatatan

    Teknik pencatatan digunakan untuk mengumpulkan data sekunder

    dari instansi atau lembaga yang ada hubungannya dalam penelitian ini.

    E. 

    Metode Analisis Data

    1.  Biaya, Penerimaan, Keuntungan dan Profitabilitas Usaha Agroindustri

    Keripik Ketela Ungu di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten

    Karanganyar.

    a.  Biaya

    Menurut Boediono (2002), untuk menghitung biaya dalam

     proses produksi diperhitungkan dari penjumlahan biaya tetap total dan

     biaya variabel total dengan rumus :

    TC = TFC + TVC

    Dimana :

    TC = Biaya total (Rp)

    TFC = Biaya tetap total (Rp)

    TVC = Biaya variabel total (Rp)

     b.  Penerimaan

    Menurut Boediono (2002), penerimaan merupakan keseluruhan

     produk yang dihasilkan dikalikan harga. Untuk menghitung besarnya

     penerimaan yang diterima, digunakan rumus :

    TR = Q x P

    Dimana :

    TR = Penerimaan total usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

    Q = Jumlah keripik ketela ungu yang dihasilkan (kg)

    P = Harga per Kg (Rp)

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    39/96

    35

    c.  Keuntungan

    Menurut Suparmoko (1992), keuntungan adalah selisih antara

     penerimaan total yang diterima dengan biaya (biaya tetap ditambah

     biaya tidak tetap/variabel) yang dikeluarkan dalan usaha agroindustri

    keripik ketela ungu. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai

     berikut :

    = TR – TC

    Dimana :

    = Keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

    TR = Penerimaan total usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

    TC = Biaya total usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

    d. 

    Profitabilitas

    Menurut Asri (1987), profitabilitas merupakan perbandingan

    antara keuntungan penjualan dengan penerimaan. Secara sistematis

    dirumuskan sebagai berikut :

    2.  Risiko Usaha

    Usaha agroindustri keripik ketela ungu adalah dengan

    menggunakan perhitungan koefisien variasi dan batas bawah keuntungan.

    Koefisien merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung oleh

     pengusaha agroindustri keripik ketela ungu dengan jumlah keuntungan yang

    akan diperoleh, secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

    CV= VE

    Dimana :

    CV = koefisien variasi usaha agroindustri keripik ketela ungu

    V = simpangan baku agroindustri keripik ketela ungu

    E = keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

    Sebelum mengukur koefisien variasi harus mencari pendapatan rata-

    rata usaha agroindustri keripik ketela ungu dan simpangan bakunya.

    Simpangan baku merupakan besarnya risiko yang harus ditanggung produsen.

    %100Pr  Penerimaan

    Keuntungan

    asofitabilit 

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    40/96

    36

    n

    Ei

    E = i = 1 k  n 

    Dimana :

    E = Keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

    Ei = Keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

    n = Jumlah pengusaha agroindustri keripik ketela ungu (unit)

    Setelah mengetahui keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik

    ketela ungu selanjutnya mencari simpangan baku menggunakan metode

    analisis ragam, karena simpangan baku merupakan akar dari ragam, yaitu :

    V = V2 

    Adapun dalam perhitungan analisis ragam dirumuskan sebagai berikut :

    n

    (Ei-E)2

    V2 = i = 1

    n – 1

    Dimana :

    V2 = Ragam keuntungan

    n = Jumlah agroindustri keripik ketela ungu (unit)

    E = Keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

    Ei = Keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

    Untuk mengetahui batas bawah pendapatan usaha agroindustri keripik

    ketela ungu di Kecamatan tawangmangu Kabupaten Karanganyar digunakan

    rumus :

    L = E – 2 V

    Dimana :

    L = Batas bawah keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

    E = Keuntungan rata-rata usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

    V = Simpangan baku keuntungan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

    Semakin besar nilai CV menunjukkan bahwa risiko yang harus

    ditanggung pengusaha semakin besar. Kriteria yang digunakan adalah apabila

    nilai CV 0 menyatakan bahwa pengusaha keripik ketela ungu

    akan selalu terhindar dari kerugian. Dan apabila nilai CV > 0,5 atau L < 0

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    41/96

    37

     berarti ada peluang kerugian yang akan diderita oleh pengusaha keripik

    ketela ungu (Hernanto, 1993).

    3.  Efisiensi Usaha

    Menurut Soekartawi (1995), untuk mengetahi efisiensi usaha

    agroindustri keripik ketela ungu yang telah dijalankan selama ini dengan

    menggunakan perhitungan R/C rasio. R/C rasio adalah singkatan dari

     Return Cost Ratio atau dikenal dengan nisbah antara penrimaan dan biaya.

     R/C ratio = Biaya

    Penerimaan 

    Dimana :

    R = Penerimaan usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

    C = Biaya total usaha agroindustri keripik ketela ungu (Rp)

    Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi adalah :

    a.  R/C ratio < 1 : Usaha agroindustri keripik ketela ungu tidak efisien (merugi)

     b.  R/C ratio = 1 : Usaha agroindustri keripik ketela ungu break even point  atau

     baru mencapai kondisi impas (belum efisien)

    c. 

    R/C ratio > 1 : Usaha agroindustri keripik ketela ungu efisien

    (menguntungkan)

    F.  Pengujian Hipotesis

    1.  Untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama dan membuktikan

    hipotesis yang pertama, dapat diuji dengan menggunakan rumus :

    a.  Biaya

    TC = TFC + TVC

     b. 

    Penerimaan

    TR = Q x P

    c. 

    Keuntungan

    = TR – TC

    e.  Profitabilitas

    Hipotesis diterima jika keuntungan hasilnya positif dan profitabilitas lebih dari

    nol.

    %100Pr Penerimaan

    Keuntunganasofitabilit 

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    42/96

    38

    2.  Untuk menjawab tujuan penelitian yang kedua dan membuktikan hipotesis

    yang kedua, dapat diuji dengan menggunakan rumus :

    a.  Koefisien Variasi

    CV= VE

    Keuntungan Rata-rata 

    n

    EiE = i = 1 k  

    n

    Simpangan Baku

    V = V2

    Ragam Keuntungan

    n

    (Ei-E)2

    V2 = i = 1

    n – 1

     b.  Batas Bawah

    L = E – 2 V

    Kriteria yang digunakan dalam penilaian risiko adalah:

     Nilai CV 0 menyatakan bahwa pengusaha keripik ketela

    ungu akan selalu terhindar dari kerugian.

     Nilai CV > 0,5 atau L < 0 berarti ada peluang kerugian yang akan diderita

    oleh pengusaha keripik ketela ungu.

    3.  Untuk menjawab tujuan penelitian yang ketiga dan membuktikan hipotesis

    yang ketiga, dapat diuji dengan menggunakan rumus :

     R/C ratio =  Biaya

    Penerimaan

     

    Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi adalah :

    R/C ratio < 1 Usaha agroindustri keripik ketela ungu tidak efisien (merugi)

    R/C ratio = 1 Usaha agroindustri keripik ketela ungu break even point  atau

     baru mencapai kondisi impas (belum efisien)

    R/C ratio > 1 Usaha agroindustri keripik ketela ungu efisien

    (menguntungkan)

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    43/96

    39

    IV. KONDISI UMUM

    A.  Kabupaten Karanganyar

    1.  Keadaan Alam

    a. 

    Letak Geografis

    Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di

    Provinsi Jawa Tengah yang terletak pada 110 40’-110 70’ BT dan

    7 28’-7 46’ LS, mempunyai ketinggian rata-rata 511 meter di atas

     permukaan laut serta beriklim tropis dengan temperatur

    22o –31oC. Kabupaten Karanganyar mempunyai batas-batas wilayah

    adalah sebagai berikut :

    Sebelah Utara : Kabupaten Sragen

    Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Wonogiri

    Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur

    Sebalah Barat : Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali.

    Kabupaten Karanganyar memiliki 17 kecamatan yaitu Jatipuro,Jatiyoso, Jumapolo, Jumantono, Matesih, Tawangmangu, Ngargoyoso,

    Karangpandan, Karanganyar, Tasikmadu, Jaten, Colomadu,

    Gondangrejo, Kebakkramat, Mojogedang, Kerjo, dan Jenawi.

    Letak geografis Kabupaten Karanganyar ini sesuai dengan

    syarat tumbuh ketela ungu yaitu dataran rendah sampai ketinggian

    500 m diatas permukaan laut, yang bersuhu 21-27oC.

    b.  Curah Hujan

    Berdasarkan data dari 6 stasiun pengukur yang ada di

    Kabupaten Karanganyar yaitu di Kecamatan Colomadu, Kecamatan

    Tasikmadu, Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Jumapolo, Kecamatan

    Karangpandan, dan Kecamatan Tawangmangu maka banyaknya hari

    hujan selama tahun 2009 adalah 95 hari dengan rata-rata curah hujan

    2.453 mm, dimana curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Maret serta

    curah hujan terendah terjadi pada Bulan Juli, Agustus, dan September.

    39

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    44/96

    40

    c.  Keadaan Tanah

    Kabupaten Karanganyar sebagian besar mempunyai jenis tanah

    yang terdiri dari tanah litosol yang berwarna cokelat (dibagian tengah)

    dan dibagian timur terdiri dari tanah pegunungan yang berwarna

    cokelat tua sampai kehitam-hitaman. Dibagian barat terdiri dari tanah

    mediteran andosal yang berwarna hitam, dengan dasar tanah debu

    andesit sampai pasir bergeluh. Berikut ini rincian jenis tanah di 17

    Kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar :

    Tabel 6. Jenis Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar

    No. Kecamatan Jenis Tanah

    1. 

    Jatipuro Litosol Cokelat Kemerahan

    2. 

    Jatiyoso

    Litosol Cokelat Kemerahan, Kompleks

    Andosol Cokelat, Andosol Cokelat

    Kekuningan Dan Litosol

    3.  Jumapolo Litosol Cokelat Kemerahan

    4.  Jumantono Litosol Cokelat Kemerahan

    5.  Matesih Mediteran Cokelat, Litosol Cokelat

    6.  TawangmanguKompleks Andosol Cokelat, Andosol

    Cokelat Kekuningan dan Litosol

    7.   NgargoyosoKompleks Andosol Cokelat, Andosol

    Cokelat Kekuningan dan Litosol

    8.  Karangpandan Mediteran Cokelat Tua

    9.  Karanganyar Mediteran Cokelat

    10.  Tasikmadu Mediteran Cokelat

    11.  Jaten Aluvial Kelabu dan Grumosal Cokelat

    12. 

    Colomadu Regosol Kelabu

    13.  GondangrejoAsosiasi Gumosol Kelabu Tua dan

    Mediteran Cokelat Kemerahan

    14. 

    Kebakkramat

    Aluvial Kelabu, Asosiasi Aluvial Kelabu dan

    Aluvial Kelabu, Mediteran Cokelat, AsosiasiGrumosol Kelabu Tua, dan Mediteran

    Cokelat Kemerahan

    15. 

    Mojogedang Litosol Cokelat, Mediteran Cokelat

    16.  Kerjo Litosol Cokelat

    17.  Jenawi

    Litosol Cokelat, Mediteran Cokelat

    Kemerahan, Kompleks Andosol Cokelat,

    Andosol Cokelat, Andosol Cokelat

    Kekuningan dan Litosol

    Sumber : Kabupaten Karanganyar dalam Angka 2009

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    45/96

    41

    d.  Luas Wilayah

    Kabupaten Karanganyar memiliki luas wilayah sebesar

    77.377,64 Ha. Jenis tanah berpengaruh terhadap kesuburan tanah

    sehingga akan berpengaruh juga pada keputusan dalam penggunaan

    wilayah. Penggunaan wilayah di Kabupaten Karanganyar bermacam-

    macam sesuai dengan kebutuhan dan kesesuaian dari kemampuan

    wilayah tersebut. Berikut ini adalah rincian penggunaan wilayah

    Kabupaten Karanganyar :

    Tabel 7. Penggunaan Wilayah di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009

    No. Macam Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%)

    1.

    2.

    Luas Tanah Sawaha.  Sawah Irigasi Teknis b.  Sawah Non Teknis

    c.  Sawah Tidak Berpengairan

    Luas Tanah Keringa.  Pekarangan/Bangunan

     b.  Tegalan/Kebunc.  Perkebunan

    d.  Hutan negara

    e. 

    Lain-lain

    22.474,9112.929,62

    7.587,62

    1.957,67

    54.902,7321.171,97

    17.863,403.251,50

    9.729,50

    2.886,36

    29,0516,71

    9,81

    2,53

    70,9527,36

    23,094,20

    12,57

    3,73Total 77.377,64 100,00

    Sumber: Kabupaten Karanganyar dalam Angka 2009

    Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat diketahui bahwa secara

    umum penggunaan wilayah di Kabupaten Karanganyar meliputi

    22.474,91 Ha luas tanah sawah dengan persentase 29,05% dan

    54.902,73 Ha luas tanah kering dengan persentase 70,95%.

    Penggunaan wilayah untuk tanah sawah yang memiliki luas terbesar

    adalah sawah irigasi teknis dengan luas 12.929,62 Ha dan persentase

    16,71% terhadap luas total, luas terbesar kedua adalah sawah non

    teknis dengan luas 7.587,62 Ha dan persentase 9,81% terhadap luas

    total, sedangkan luas penggunaan wilayah tanah sawah yang nilainya

    terkecil adalah sawah tidak berpengairan dengan luas 1.957,67 Ha dan

     persentase 2,53% terhadap luas total.

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    46/96

    42

    Penggunaan wilayah pada tanah kering terdiri dari

     pekarangan/bangunan, tegalan/kebun, perkebunan, hutan negara, dan

    lain-lain. Penggunaan luas tanah kering yang terbesar adalah

     pekarangan/bangunan dengan luas 21.171,97 Ha dengan persentase

    27,36% terhadap luas total. Hal ini disebabkan adanya peningkatan

     jumlah penduduk dan peningkatan jumlah rumah tangga baru yang

    menetap di Kabupaten Karanganyar. Dengan demikian tidak menutup

    kemungkinan terjadi perubahan penggunaan lahan pertanian sawah

    atau tegal menjadi pekarangan/ bangunan. Sedangkan untuk

     penggunaan tanah kering yang memiliki luas terkecil adalah lain-lain

    dengan luas 2.886,36 Ha dan persentase 3,73% terhadap luas total.

    Pembagian luas tanah kering yang lain adalah meliputi tegalan/kebun

    dengan luas 17.863,40 Ha dan persentase 23,09% terhadap luas total,

    hutan negara dengan luas 9.729,50 Ha dan persentase 12,57% terhadap

    luas total, dan perkebunan dengan luas 3.251,50 Ha dan persentase

    4,20% terhadap luas total.

    Berdasarkan luas areal di Kabupaten Karanganayar, sebagian

     besar dimanfaatkan untuk bangunan, perkebunan, dan hutan Negara,

    sedangkan untuk lahan sawah hanya sedikit, seperti lahan untuk

     produksi ketela ungu yang rata-rata hanya 670,8 Ha.

    2.  Keadaan Penduduk

    a.  Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

    Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh jumlahkelahiran, jumlah kematian, dan migrasi yang terjadi di daerah

    tersebut. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Karanganyar tahun 2008

    dapat dilihat pada Tabel 8.

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    47/96

    43

    Tabel 8. Perkembangan Penduduk Kabupaten Karanganyar Tahun

    2004–2008

    TahunJumlah

    Penduduk

    (Jiwa)

    PertumbuhanPenduduk

    (Jiwa)

    Persentase

    (%)

    2004

    2005

    2006

    2007

    2008

    830.640

    838.182

    844.634

    851.366

    865.580

    7.437

    7.542

    6.452

    6.732

    14.214

    0,90

    0,91

    0,75

    0,85

    1,67

    Rata-rata 846.080 8.475,4 1,016

    Sumber : Kabupaten Karanganyar dalam Angka 2009

    Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah

     penduduk Kabupaten Karanganyar tahun 2004–2008 adalah 846.080

     jiwa. Penduduk Kabupaten Karanganyar dari tahun ke tahun

    mengalami peningkatan dengan rata-rata persentase pertumbuhan

     penduduk sebesar 1,016%. Jumlah penduduk terbanyak terdapat pada

    tahun 2008 yaitu 865.580 jiwa. Hal ini dikarenakan pada tahun 2008

    terjadi peningkatan jumlah kelahiran sebesar 14.214 jiwa atau sebesar

    1,67%,.

    b.  Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

    Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat digunakan

    untuk mengetahui jumlah penduduk serta besarnya sex ratio  di suatu

    daerah, yaitu angka yang menunjukkan perbandingan jumlah penduduk

    laki-laki dan perempuan, yang dapat dihitung dengan rumus :

    Keterangan :

    S = Sex ratio 

    M = Jumlah penduduk laki-laki

    F = Jumlah penduduk perempuan

    k = Konstanta, yang besarnya adalah 100 (Mantra, 2003).

    Komposisi penduduk di Kabupaten Karanganyar menurut jenis

    kelamin dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini :

    k  M 

    F SR

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    48/96

    44

    Tabel 9. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar menurut Jenis

    Kelamin Tahun 2008

    No.Jenis

    KelaminJumlah(Jiwa)

    Prosentase(%)

    Sex Ratio

    1.2.

    Laki-lakiPerempuan

    429.852435.728

    49,6750,33

    Jumlah 865.580 100,00 98,65

    Sumber: BPS Kabupaten Karanganyar, 2009

    Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk

    di Kabupaten Karanganyar menurut jenis kelamin pada tahun 2008

    yaitu sebesar 865.580  jiwa. Jumlah penduduk laki-laki sebesar 408.349

     jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 457.231 jiwa. Sehingga

    dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih besar

    daripada jumlah penduduk laki-laki dari keseluruhan jumlah penduduk

    di Kabupaten Karanganyar.

    Berdasarkan rumus sex ratio diperoleh angka sex ratio 

    Kabupaten Karanganyar tahun 2008 adalah sebesar 98,65. Hal ini

     berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan di Kabupaten

    Karanganyar terdapat 99 penduduk laki-laki.

    Banyaknya penduduk Kabupaten Karanganyar yang berjenis

    kelamin perempuan ini sesuai dengan tenaga kerja agroindustri keripik

    ketela ungu yang didominasi oleh tenaga kerja perempuan.

    c.  Menurut Kelompok Umur

    Penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dibedakan

    menjadi dua kelompok yaitu penduduk usia non produktif dan penduduk usia produktif. Penduduk usia non produktif yaitu penduduk

    yang berusia 0-14 tahun (anak-anak) dan penduduk yang berusia lebih

    dari 65 tahun (lansia), sedangkan penduduk usia produktif yaitu

     penduduk yang berusia 15-64 tahun (Mantra, 2003).

    Komposisi penduduk Kabupaten Karanganyar berdasarkan

    kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 10.

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    49/96

    45

    Tabel 10. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar Menurut

    Kelompok Umur Tahun 2008

    No. Umur Jumlah (Jiwa) Prosentase (%)

    1.

    2.3.

    4.5.

    6.7.

    8.

    9.

    10.11.

    12.

    13.

    14.15.

    16.

    0 - 4 tahun

    5-9 tahun10-14 tahun

    15-19 tahun20-24 tahun

    25-29 tahun30-34 tahun

    35-39 tahun

    40-44 tahun

    45-49 tahun50-54 tahun

    55-59 tahun

    60-64 tahun

    65-69 tahun70-74 tahun

    75 tahun ke atas

    69.465

    73.69578.095

    81.88876.949

    72.01566.382

    60.931

    54.694

    48.03341.185

    35.742

    31.612

    27.86024.135

    22.899

    8,02

    8,519,02

    9,468,89

    8,327,67

    6,32

    7,04

    5,554,76

    4,13

    3,65

    3,222,79

    2,65

    Jumlah 865.580 100,00

    Sumber: BPS Kabupaten Karanganyar, 2009

    Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa penduduk

    Kabupaten Karanganyar terbesar berada pada umur 15-19 tahun

    sebesar 81.888 jiwa atau 9,46%. Akan tetapi, apabila dilihat secara

    keseluruhan dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Kabupaten

    Karanganyar merupakan penduduk dalam usia produktif yaitu

     penduduk yang berusia antara 15-64 tahun. Hal ini sesuai dengan usia

     produsen keripik ketela ungu yang rata-rata memiliki usia 46 tahun.

    d.  Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

    Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berperan penting.

    Apabila penduduk di suatu wilayah memiliki tingkat pendidikan yang

    tinggi maka akan memiliki kemampuan dalam pengembangan

     pembangunan di suatu wilayah. Tingkat pendidikan di suatu wilayah

    dipengaruhi antara lain oleh kesadaran akan pentingnya pendidikan,

    keadaan sosial ekonomi, dan sarana pendidikan yang ada.

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    50/96

    46

    Tabel 11. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar Menurut

    Tingkat Pendidikan Tahun 2008

    No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

    1. Tidak Sekolah 65.060 8,17

    2. Belum Tamat SD 81.167 10,193. Tidak Tamat SD 61.446 7,72

    4. Tamat SD/ Sederajat 298.694 37,595. Tamat SLTP/ Sederajat 142.701 17,92

    6. Tamat SLTA/ Sederajat 117.394 14,757. Tamat Akademi/ PT 29.653 3,72

    Jumlah 796.115 100,00

    Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2009

    Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa tingkat

     pendidikan penduduk Kabupaten Karanganyar usia 5 tahun keatas,

    terbesar yaitu penduduk tamat SD/sederajat sebesar 298.694 jiwa atau

    37,59% dari total jumlah penduduk (di atas 5 tahun). Sedangkan

    tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Karanganyar terkecil yaitu

     penduduk yang tamat akademik/PT yaitu sebesar 29.653 atau 3,72%.

    Hal ini dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan penduduk

    Kabupaten Karanganyar cukup baik karena sebagian besar penduduk

    telah mengenyam pendidikan.

    e. 

    Menurut Mata Pencaharian

    Komposisi mata pencaharian penduduk suatu daerah

    dipengaruhi oleh sumberdaya yang tersedia dan kondisi sosial ekonomi

    seperti ketrampilan yang dimiliki, tingkat pendidikan, lapangan

     pekerjaan dan modal yang tersedia.

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    51/96

    47

    Tabel 12. Komposisi Penduduk Menurut Matapencaharian di Kabupaten

    Karanganyar Tahun 2008

    Lapangan UsahaJumlah(Jiwa)

    Persentase(%)

    Pertanian 222.794 30,83Buruh Industri 104.204 14,42

    Buruh Bangunan 49.099 6,78

    Pedagang 44.762 6,19

    Lain-lain (pengusaha, PNS/POLRI,pensiunan, dan lain-lain)

    301.924 41,78

    Jumlah 722.653 100,00

    Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2009

    Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa pengusaha,

    PNS/POLRI, pensiunan, dan lain-lain menjadi matapencaharian

     penduduk terbesar di Kabupaten Karanganyar, yaitu sebesar 301.924

     jiwa atau 41,78%. Terbesar kedua yaitu di sektor pertanian, lahan

     pertanian yang masih cukup luas di Kabupaten Karanganyar juga

    menyerap cukup banyak tenaga kerja yaitu sebesar 222.794 jiwa

    (30,83%).

    3.  Keadaan Pertanian

    Pertanian adalah kegiatan usaha yang meliputi budidaya tanaman

     pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Kabupaten

    Karanganyar sebagian tanahnya merupakan tanah pertanian yang memiliki

     potensi cukup baik bagi pengembangan tanaman agroindustri.

    Komoditas tanaman pangan di Kabupaten Karanganyar adalah

     padi, yang meliputi padi sawah dan padi gogo. Komoditas lainnya adalah

     jagung, ketela pohon, ubi jalar, kacang tanah, dan kedelai. Produksi

    komoditas pertanian tanaman pangan di Kabupaten Karanganyar dapat

    dilihat pada Tabel 13.

  • 8/16/2019 Usaha Keripik Telo Ungu

    52/96

    48

    Tabel 13. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten

    Karanganyar Tahun 2008

    Komoditas Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas(Kw/Ha)

    Padi sawah 45.274 279.341 61,70Padi gogo 1.513 7.869 52,00

    Jagung 7.795 33.595 43,10

    Ketela pohon 6.229 158.048 253,73

    Ketela ungu 754 16.849 223,46Kacang tanah 6.370 7.755 12,17

    Kedelai 246 371 150,81

    Sumber: BPS Kabupaten Karanganyar, 2009

    Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa padi sawah memiliki

     produksi terbesar pertama yaitu sebesar 279.341 ton. Produksi tanaman

     pangan terbesar kedua adalah ketela pohon 158.048 ton. Sedangkan tanaman

     pangan yang memiki produksi terkecil adalah kedelai sebesar 371 ton. Akan

    tetapi produktivitas paling banyak yaitu tanaman ketela pohon diikuti ketela

    ungu masing-masing sebasar 253,73 kw/ha dan 223,46 kw/ha. Ketela ungu

    yang dihasikan di Kecamatan Tawangmangu tersebut sebagian besar diolah

    menjadi produk lain, seperti keripik ketela ungu.

    4.  Keadaan Perindustrian

    Kondisi politik dan perekonomian yang berangsur-angsur membaik

    di Negara Indonesia ini, menyebabkan sektor industri dan perdagangan

    kembali berkembang.