usulan penelitian
TRANSCRIPT
Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dalam Memprediksi
Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
(Studi Empiris pada Bank Go Public yang Terdaftar di BEI)
Abstrak
Kesehatan atau kondisi keuangan dan non keuangan Bank merupakan
kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen) Bank,
masyarakat pengguna jasa Bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan
Bank, dan pihak lainnya. Kondisi Bank tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak
tersebut untuk mengevaluasi kinerja Bank dalam menerapkan prinsip kehati-
hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko.
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank mencakup penilaian terhadap faktor
permodalan (capital), kualitas aset (asset quality), manajemen (management),
rentabilitas (earning), likuiditas (liquidity), dan sensitivitas terhadap risiko pasar
(sensitivity to market risk).
Mengingat pentingnya ketepatan waktu pelaporan keuangan bagi
pembuatan keputusan, peneliti akan meneliti ada tidaknya pengaruh kondisi
kesehatan bank dalam menghasilkan laporan keuangan secara tepat waktu.
Laporan yang disampaikan secara tepat waktu akan meningkatkan kualitas
informasi keuangan tersebut dalam pengambilan keputusan.
Pengumpulan data secara dokumenter dan pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling. Peneliti memperoleh 29 (dua puluh sembilan)
bank terdaftar di BEI periode 2007-2009 yang akan dijadikan objek penelitian
1
A. Latar Belakang
Melihat potensi pertumbuhan sektor agribisnis masih sangat besar di
Indonesia, Bank BRI per 3 Maret 2011 resmi mengakuisisi Bank Agro lewat
penandatanganan akta akuisisi “Dengan ditandatanganinya akta ini, maka
terhitung sejak tanggal 3 Maret 2011, Bank BRI secara resmi menjadi Pemegang
Saham Pengendali pada PT. Bank Agroniaga Tbk,” tukas Direktur Utama Bank
BRI Sofyan Basir, dalam keterangan resminya, di Jakarta, Kamis, 3 Maret 2011.
(Paulus Yoga, http://infobanknews.com/v2/2011/03/bri-resmi-akuisisi-bank-
agro/).
Selama beberapa dekade terakhir ini telah muncul banyak bank seiring
dengan berbagai kebijakan deregulasi di bidang perbankan yang dijalankan secara
bertahap oleh Pemerintah. Namun demikian, reformasi perbankan melalui
liberaliasi sektor perbankan di Indonesia ini memiliki beberapa dampak negatif,
seperti tingginya kredit di sektor properti, tingginya kredit bermasalah,
meningkatnya resiko kredit dan resiko likuiditas, meningkatnya pelanggaran
BMPK. Terkonsentrasinya aset dan kredit perbankan, dan persaingan antarbank
yang tidak sehat (Sunarsip, 2003). Krisis perbankan yang terjadi menyebabkan
berbagai program restrukturisasi perbankan, kegiatan akuisisi, merger, dan
kejadian kesulitan likuiditas hingga pailit telah menjadi berita umum di media
massa seperti kasus terbaru yang dikutip pada paragraf di atas.
Disamping kabar di atas, dunia perbankan kita juga mengalami
perkembangan dan pertumbuhan yang baik. Sebagaimana yang dilansir dalam
siaran pers BI No. 13/7/PSHM/Humas tanggal 4 Maret 2011 bahwa stabilitas
2
sistem keuangan tetap terjaga yang disertai terus membaiknya fungsi intermediasi
perbankan dan likuiditas perbankan yang terkendali. Industri perbankan cukup
stabil ditandai oleh terjaganya kondisi permodalan dan likuiditas sebagaimana
tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio)
dan terjaganya rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross di
bawah 5%. Intermediasi perbankan juga semakin membaik tercermin dari
pertumbuhan kredit yang terus meningkat, yakni pada Januari 2011 mencapai
24,6% (yoy), ditopang oleh pertumbuhan pada seluruh jenis kredit termasuk kredit
kepada UMKM. Tidak ada indikasi bahwa kenaikan BI-Rate pada bulan Februari
2011 diikuti dengan kenaikan suku bunga perbankan. Sementara itu, penerapan
ketentuan GWM LDR dan GWM Valas per 1 Maret 2011 telah dapat dipenuhi
sebagaimana ketentuan yang berlaku.
Fungsi Intermediasi artinya bank berperan sebagai suatu wahana yang
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Tugas ini dijalankan oleh bank
secara efektif dan efisien yang pada akhirnya akan memiliki peranan yang
strategis untuk mendukung pelaksanaan pembangunan nasional, yakni dalam
rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
Selain sebagai perantara keuangan, bank juga berfungsi memperlancar aliran lalu
lintas pembayaran. Bank merupakan industri yang bergerak dalam bidang jasa
dimana dalam kegiatan usahanya bank mengandalkan kepercayaan masyarakat,
sehingga semestinya tingkat kesehatan bank diperhatikan, dipelihara, dan bahkan
ditingkatkan.
3
Berdasarkan Pasal 29 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, antara
lain menetapkan:
1. Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia.
2. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan
kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas,
rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain serta wajib melakukan kegiatan
usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
Kesehatan atau kondisi keuangan dan non keuangan Bank merupakan
kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen) Bank,
masyarakat pengguna jasa Bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan
Bank, dan pihak lainnya. Kondisi Bank tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak
tersebut untuk mengevaluasi kinerja Bank dalam menerapkan prinsip kehati-
hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko.
Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai
aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu Bank melalui
Penilaian Kuantitatif dan atau Penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor
permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas
terhadap risiko pasar. Kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan,
dan proyeksi rasio keuangan Bank. Kualitatif adalah penilaian terhadap faktor
yang mendukung hasil Penilaian kuantitatif, penerapan manajemen risiko, dan
kepatuhan Bank (PBI No. 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum).
4
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank mencakup penilaian terhadap faktor-
faktor sebagai berikut:
a. permodalan (capital);
b. kualitas aset (asset quality);
c. manajemen (management);
d. rentabilitas (earning);
e. likuiditas (liquidity); dan
f. sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk).
Dalam rangka memelihara kepercayaan masyarakat, manajemen bank
harus mempertanggungjawabkan sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Pertanggungjawaban manajemen dilakukan melalui penyajian informasi
akuntansi, berupa laporan keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan,
baik pihak intern maupun ekstern. Namun, bukan sekedar menyampaikan laporan
keuangan tersebut, manajemen bank harus memperhatikan faktor ketepatan
waktu, karena ia tidak hanya bertanggung jawab kepada pemilik dan nasabah,
tetapi juga investor dan para pemain dalam pasar modal atau para pemakai
informasi keuangan yang menggunakannya sebagai alat prediksi dan pengambilan
keputusan dalam berinvestasi.
Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan ke publik adalah sebagai
sinyal dari perusahaan yang menunjukkan adanya informasi yang bermanfaat
untuk memenuhi kebutuhan investor dalam membuat keputusan bisnis. Informasi
yang terkandung dalam laporan keuangan akan kurang bermanfaat apabila
tenggang waktu antara akhir periode akuntansi dan waktu publikasi laporan
5
keuangan semakin jauh. Hal ini juga menunjukkan semakin tinggi kemungkinan
informasi dibocorkan pada pihak yang berkepentingan bahkan dapat
menimbulkan terjadinya insider trading dan rumor-rumor lain di bursa saham
(Liza Maylanny, 2010).
Karakteristik kualitas laporan keuangan sebagaimana yang dinyatakan
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (IAI,2004:5) adalah dapat
dipahami, relevan, keandalan dan dapat dibandingkan. Ketepatan waktu ini terkait
dengan manfaat dari laporan keuangan itu sendiri. Kualitas informasi yang baik
akan sangat membantu masyarakat dalam menentukan alternatif investasi. Hal ini
sejalan dengan tujuan penyelenggaraan ARA (Annual Report Awards) untuk
selalu memperbaiki dan meningkatkan kualitas keterbukaan informasi melalui
penyajian laporan tahunan perusahaan. ARA merupakan kegiatan tahunan yang
diselenggarakan sejak tahun 2002 atas kerjasama Bapepam LK dengan Direktorat
Jenderal Pajak, Kementerian BUMN, Bank Indonesia, Bursa Efek Indonesia,
Komite Nasional Kebijakan Governance, dan Ikatan Akuntan Indonesia.
Sebuah bank yang dikatakan tepat waktu apabila menyampaikan laporan
keuangan tahunannya selambat-lambat 90 (sembilan puluh) hari setelah akhir
tahun buku. Peraturan no. X.K.2 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan
Keuangan Berkala menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai
dengan laporan Akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada
Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan
keuangan tahunan (Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. KEP 134/BL/2006).
6
Mengingat pentingnya ketepatan waktu pelaporan keuangan bagi
pembuatan keputusan, dimana audit delay menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi terlambatnya pelaporan keuangan, menjadikan audit delay serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya menjadi objek penelitian yang menarik
untuk diteliti. Adapun faktor- faktor yang sering diuji dalam penelitian mengenai
ketepatan waktu pelaporan keuangan yaitu profitabilitas, likuiditas, ukuran
perusahaan, leverage keuangan, kepemilikan publik, reputasi kantor akuntan
publik, opini auditor, dan faktor kompleksitas operasi perusahaan (Hilmi dan Ali,
2008 dalam Wahyu A.N.S., 2010).
Berbagai macam penelitian tersebut telah dilakukan untuk mengetahui
manfaat informasi analisis keuangan yang menggunakan rasio-rasio keuangan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana rasio-rasio
keuangan dapat menilai tingkat kesehatan bank umum, dan selanjutnya digunakan
untuk memprediksi ketepatan waktu pelaporan keuangan suatu bank. Masalah
dalam penelitian ini dititikberatkan pada kondisi kesehatan perbankan nasional
dengan menggunakan analisis rasio CAMELS sebagai alat penilaian kinerja
keuangan dan kinerja manajemen.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah
tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul:
“Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dalam Memprediksi
Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan”
(Studi Empiris pada Bank Go Public yang Terdaftar di BEI)
7
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi tingkat kesehatan bank umum yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009?
2. Bagaimana pengaruh kondisi tingkat kesehatan bank umum dalam
memprediksi ketepatan waktu pelaporan keuangannya kepada
BAPEPAM LK?
C. Batasan Masalah
Analisis tingkat kesehatan bank ini mengacu pada Peraturan Bank
Indonesia no. 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum dan Surat Edaran no. 6/23/DPNP perihal Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum yang menggunakan metode CAMELS (Capital, Asset
Quality, Management, Earning, Liquidity, dan Sensitivity to Market Risk). Metode
CAMELS ini memuat uraian penilaian kuantitatif dan kualitatif dari masing-
masing faktor. Namun, dalam penelitian ini, peneliti hanya melakukan pengujian
kuantitatif berdasarkan rasio keuangan yang terdiri dari CAR (Capital Adequacy
Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROA (Return On Assets), ROE (Return On
Equity), NIM (Net Interest Margin), BOPO (Biaya Operasional dibandingkan
Pendapatan Operasional), LDR (Loan to Deposit Ratio).
8
D. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dalam melakukan penelitian ini.
1. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam memperoleh gelar
kesarjanaan.
2. Untuk mengetahui predikat tingkat kesehatan bank yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2007-2009.
3. Untuk mengetahui pengaruh kondisi tingkat kesehatan bank
bersangkutan dalam memprediksi ketepatan waktu pelaporan
keuangannya kepada BAPEPAM LK.
E. Manfaat
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Bank, sebagai bahan masukan dalam mengevaluasi kinerja
usaha dan menetapkan strategi usaha atau kebijakan manajerial
yang berhubungan dengan kelangsungan hidup usaha bank di masa
yang akan datang.
b. Bagi Pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia, sebagai sarana
untuk menetapkan dan menerapkan strategi pengawasan yang tepat
bagi bank yang bersangkutan.
c. Bagi Nasabah dan Pemilik Dana Investasi, sebagai bahan
pertimbangan dalam memilih perusahaan perbankan yang akan
dituju.
9
2. Manfaat Teoritis dan Akademis
a. Bagi Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan,
pengetahuan, dan daya nalar keilmuan serta keterampilan peneliti
dalam bidang analisa laporan keuangan, ilmu perbankan, dan audit
delay.
b. Bagi Kalangan Akademisi dan Peneliti Selanjutnya, hasil
penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan dalam mempelajari
mata kuliah yang bersangkutan dan referensi bagi peneliti yang
berminat untuk mendalami atau meneliti bidang serupa.
F. Kerangka Pemikiran
Sebagaimana dijelaskan dalam Penjelasan UU RI No. 8/1995 tentang
Pasar Saham bahwa informasi mengenai Emiten atau Perusahaan Publik
mempunyai peranan yang penting bagi pemodal, di samping untuk efektivitas
pengawasan oleh Bapepam, kewajiban untuk menyampaikan dan mengumumkan
laporan secara berkala juga dimaksudkan agar informasi mengenai jalannya usaha
perusahaan tersebut selalu tersedia bagi masyarakat.
Dalam rangka memenuhi prinsip keterbukaan, maka Emiten dan
Perusahaan Publik wajib menyampaikan laporan keuangan yang disusun
berdasarkan prinsip akuntansi berlaku umum. Selain itu, laporan yang
disampaikan harus tepat waktu agar manfaat suatu laporan tidak berkurang atau
hilang. Ketepatan waktu (timeliness) merupakan salah satu bagian dari kualitas
primer yang membuat informasi akuntansi berguna untuk pengambilan keputusan,
10
yakni relevansi (relevance). Informasi yang relevan adalah informasi yang
tersedia kepada pengambil keputusan sebelum informasi tersebut kehilangan
kapasitas untuk mempengaruhi keputusan (Kieso, dkk, 2007).
Laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan Akuntan
dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-
lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan
(Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. KEP 134/BL/2006 mengenai Peraturan
no. X.K.2 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala).
Walaupun telah ditegaskan dalam peraturan Bapepam, pelaksanaan di lapangan
selalu ada perusahaan yang tidak tepat waktu atau terlambat menyampaikan
laporan keuangannya. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh peneliti-peneliti
sebelumnya bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu
penyampaian laporan, seperti profitabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan,
leverage keuangan, kepemilikan publik, reputasi kantor akuntan publik, opini
auditor, dan faktor kompleksitas operasi perusahaan (Hilmi dan Ali, 2008 dalam
Wahyu A.N.S., 2010).
Penelitian ini menggunakan faktor tingkat kesehatan bank yang dinilai
berdasarkan rasio CAMELS (PBI no. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 dan
SE BI no. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004) untuk memprediksi ketepatan waktu
pelaporan keuangan. Adapun rasio yang diujikan yaitu CAR (Capital Adequacy
Ratio), NPL (Non Performing Loan), ROA (Return On Assets), ROE (Return On
Equity), NIM (Net Interest Margin), BOPO (Biaya Operasional dibandingkan
Pendapatan Operasional), LDR (Loan to Deposit Ratio).
11
CapitalCAR
Analisis Laporan Keuangan Bank
Rasio Keuangan
Analisis Kesehatan Bank
EarningsROAROENIMBOPO
LiquidityLDR
Sensitivity to Market Risk
Asset QualityNPL
Management
Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Sehat(PK 1 dan
2)
Cukup Sehat(PK 3)
Kurang Sehat(PK 4)
Tidak Sehat(PK 5)
Metode CAMELS
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka peneliti dapat
menggambarkannya dalam skema kerangka pemikiran sebagai berikut.
Gambar 1 Skema Kerangka Pemikiran
12
G. Metodologi Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang efeknya
tercatat di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007- 2009, dengan kriteria sebagai
berikut.
a. Bank yang menyampaikan laporan keuangan kepada BEI 3 tahun
berturut-turut selama tahun 2007 - 2009
b. Perusahaan yang mempunyai tahun tutup buku 31 Desember
c. Perusahaan tersebut menampilkan data mengenai faktor-faktor
yang akan diteliti
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi penelitian.
3. Sumber dan Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data tersebut diperoleh dari website BEJ (www.idx.co.id), berupa:
a. Laporan Keuangan Tahunan (Report Document) tahun 2007-2009
b. Ringkasan Kinerja (Performance Summary) tahun 2009
c. IDX Fact Book 2010
13
4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode yang bersumber pada benda-
benda tertulis berupa buku-buku, majalah, dokumen, peraturan, notulen rapat,
catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 2002). Data diperoleh dari website
Bursa Efek Indonesia yang diunduh secara lengkap berdasarkan daftar bank
terdaftar pada IDX Fact Book 2010.
5. Variabel Penelitian
a. Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketepatan
waktu penyampaian laporan keuangan. Variabel ini dikur berdasarkan tanggal
penyampaian laporan keuangan tahunan ke Bapepam. Setiap Emiten atau
Perusahaan Publik yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif wajib
menyampaikan laporan keuangan berkala kepada Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah
tanggal laporan keuangan tahunan (Keputusan Ketua Bapepam dan LK No. KEP
134/BL/2006 mengenai Peraturan no. X.K.2 tentang Kewajiban Penyampaian
Laporan Keuangan Berkala). Berdasarkan peraturan diatas, maka bank yang
dikategorikan tepat waktu apabila menyampaikan laporan tahunan selambat-
lambatnya tanggal 30 April. Pengukuran variabel dependen ini menggunakan
dummy dengan catatan bank yang tepat waktu masuk kategori 1 (satu) dan bank
yang terlambat masuk kategori 0 (nol).
14
b. Variabel Independen
No. Rasio Formula Keterangan
Capital
1. CAR Capital Adequacy Ratio
ModalAktiva Tertimbang Menurut Resiko
Perhitungan Modal dan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko dilakukan berdasarkan ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang berlaku.
Asset Quality
2. NPL Non Performing Loan
Kredit BermasalahTotal Kredit
Kredit merupakan kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain).Kredit bermasalah adalahkredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.Kredit bermasalah dihitung secara gross (tidak dikurangi PPA).Angka dihitung per posisi(tidak disetahunkan).
Earnings
3. ROA Return On Asset
Laba Sebelum PajakRata-rata Total Aset
Penghitungan laba sebelum pajak disetahunkan. Contoh:Untuk posisi Juni: (akumulasi laba per posisi Juni dibagi 6) x 12Rata-rata total aset:Contoh: Untuk posisi Juni:(penjumlahan total aset posisi Januari sampai dengan Juni) dibagi 6
4. ROE Return On Equity Penghitungan laba setelahpajak
15
Laba Setelah PajakRata-rata Equity
disetahunkan.Contoh:Untuk posisi Juni: (akumulasi laba per posisi Juni dibagi 6) x 12Rata-rata equity: rata-ratamodal inti (tier 1) Contoh: Untuk posisi Juni: (penjumlahan modal inti Januari sampai dengan Juni)dibagi 6 Perhitungan modal inti dilakukan berdasarkan ketentuan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum yang berlaku.
5. NIM Net Interest Margin
Pendapatan Bunga BersihRata-rata Aktiva Produktif
Pendapatan bunga bersih: Pendapatan bunga – beban bungaTermasuk dalam pendapatan dan beban bunga adalah komisi dan provisi.Pendapatan bunga bersih disetahunkan. Contoh:Untuk posisi Juni : (akumulasi pendapatan bunga bersih per posisi Juni dibagi 6) x 12Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkanbunga (interest bearing assets).
6. BOPO Beban Operasional dibandingkan
Pendapatan Operasional
Beban OperasionalPendapatan Operasional
Angka dihitung per posisi (tidakdisetahunkan).
Liquidity
7. LDR Loan to Deposit Ratio Kredit merupakan total kredit
16
KreditDana Pihak Ketiga
yang diberikan kepada pihakketiga (tidak termasuk kreditkepada bank lain).Dana pihak ketiga mencakupgiro, tabungan, deposito(tidak termasuk antar bank).
Sumber : lampiran SE BI No. 7/10/DPNP tanggal 31 Maret 2005
6. Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif.
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan dan memberikan gambaran
tentang distribusi frekuensi variabel-variabel yaitu nilai maksimum, nilai
minimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi. Pengolahan data memanfaatkan
software SPSS, dalam menghitung model regresi logistik.
H. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan data-data sekunder yang diakses dari
website BEI dan website bank yang bersangkutan sejak dari bulan Februari 2011.
Pelaksanaan penelitian ini tidak terikat pada lokasi, pengumpulan dan pengolahan
data dilakukan dimana saja dengan catatan adanya koneksi internet.
DRAFT_BELUM DI-ACC
17