usulan penelitian dosen pemularesearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9....

40
1 USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KEJADIAN MATA KERING TIM PENGUSUL Ketua: dr. Nika Bellarinatasari, Sp. M., M. Sc. (0616127501) Anggota: dr. Helfi Amalia, Phd FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG FEBRUARI 2020 Kode/ Nama Rumpun Ilmu: 287/Ilmu Penyakit Mata

Upload: others

Post on 28-Aug-2021

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

1

USULAN

PENELITIAN DOSEN PEMULA

HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KEJADIAN MATA KERING

TIM PENGUSUL

Ketua:

dr. Nika Bellarinatasari, Sp. M., M. Sc. (0616127501)

Anggota:

dr. Helfi Amalia, Phd

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

FEBRUARI 2020

Kode/ Nama Rumpun Ilmu: 287/Ilmu Penyakit Mata

Page 2: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

3

HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN DOSEN

Semarang, 20 April 2020

Mengetahui Dekan

Dr. Setyo Trisnadi, SpF, SH

Menyetujui

Ketua LPPM

Judul Penelitian Hubungan Pemakaian Alat Kontrasepsi dengan Kejadian Mata Kering

Kode/Nama Rumpun Ilmu 287/ Penyakit Mata

Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap Dr. Nika Bellarinatasari, SpM,MSc

b. NIDN 0616127501

c. Jabatan Fungsional Asisten ahli

d. Program Studi Pendidikan Sarjana Kedokteran

e. No HP/Surel 08164254503/ [email protected]

Anggota Peneliti

a. Nama Lengkap Dr. Helfi Amalia, Phd

b. NIDN 610017905

c. Perguruan Tinggi Universitas Islam Sultan Agung

Anggota Peneliti

a. Nama Lengkap Mery Wiega Andreani

b. NIM 30101800097

c. Perguruan Tinggi Universitas Islam Sultan Agung

Page 3: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

4

Page 4: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

5

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI iv ..........................................................................................................

RINGKASAN v .........................................................................................................

BAB 1. PENDAHULUAN 1 .....................................................................................

1. Latar Belakang 1 ..........................................................................................

2. Tujuan Peneli8an 2 ......................................................................................

3. Luaran Peneli8an 2 ......................................................................................

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 4 .............................................................................

BAB 3. METODE PENELITIAN 7 ...........................................................................

1. Rancangan Peneli8an 7 ....................................................................................

2. Populasi dan Sampel Peneli8an 7 ....................................................................

3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Peneli8ian 8 .........................................................

4. Variabel Peneli8an 9 ........................................................................................

5. Tahapan Peneli8an 9 ........................................................................................

6. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data 10 .......................................................

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN 11 ...................................................

1. Anggaran Peneli8an 11 ....................................................................................

2. Jadwal Peneli8an 11 .........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA 12 ............................................................................................

LAMPIRAN 14 ..........................................................................................................

Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian 15 ..................................................

Lampiran 2. Susunan organisasi tim peneliti dan pembagian tugas 17 ...............

Lampiran 3. Biodata ketua dan anggota tim pengusul 18 ...................................

Page 5: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

6

RINGKASAN

Sindroma mata kering merupakan suatu keadaan pengurangan komponen lapisan air mata yang menyebabkan keluhan mata gatal, berpasir, sensasi seperti adanya benda asing, pengelihatan kabur, dan terasa perih. Faktor-faktor yang mempengaruhi komponen lapisan air mata antara lain perubahan keseimbangan hormon seks. Hormon seks - estrogen dan androgen - memengaruhi produksi semua komponen film air mata termasuk lapisan air, lipid, dan musin. Berbagai mekanisme seperti penurunan kadar hormon, pergeseran dalam mekanisme umpan balik, dan perubahan dalam interaksi reseptor untuk mengubah homeostasis permukaan okular dan kemudian menghasilkan sindroma mata kering.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemakaian alat kontrasepsi hormonal terhadap kejadian mata kering. Penelitian Observasional Analitik dengan rancangan cross sectional mengambil sampel kemudian dilakukan anamnesis menggunakan kuesioner OSDI (Ocular Surface Disease Index) dan pemeriksaan TUBT (Tear Break Up Time) pada fase folikuler dan fase luteal, kemudian dianalisis menggunakan uji paired T-test.

Kata kunci : sindroma mata kering, kontrasepsi hormonal

Page 6: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sindroma mata kering merupakan suatu keadaan pengurangan komponen

lapisan air mata sehingga terjadi peningkatan osmolaritas film air mata (Kyei et al.,

2018). Pasien dengan sindroma mata kering mengeluhkan penglihatan buram dan

rasa sakit seperti terbakar (Cai et al., 2017). Secara substansial kondisi ini

berpengaruh terhadap penglihatan dan kualitas hidup, karena gejalanya sering

mengganggu kegiatan sehari-hari, seperti membaca, menulis, mengemudi atau

bekerja pada layar komputer (Rouen and White, 2018).

Sindroma mata kering lebih lazim pada wanita dan secara khusus pada

kelompok usia menopause dan pascamenopause. Prevalensinya sekitar 7%-33%,

tergantung pada populasi yang diteliti dan kriteria yang digunakna untuk

mendefinisikan sindroma mata kering. Sindroma ini diyakini karena perubahan

keseimbangan hormon seks. Hormon seks - estrogen dan androgen - memengaruhi

produksi semua komponen film air mata termasuk lapisan air, lipid, dan

musin. Berbagai mekanisme seperti penurunan kadar hormon, pergeseran dalam

mekanisme umpan balik, dan perubahan dalam interaksi reseptor untuk mengubah

homeostasis permukaan okular dan kemudian menghasilkan sindroma mata kering.

Androgen telah terbukti memiliki efek pada produksi dan fungsi air mata. [ 5 ]

Namun, korelasi antara estrogen sistemik dan testosteron dan sindroma mata kering

kurang jelas.

Sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian yang menilai tentang

pengaruh pemakaian alat kontrasepsi hormonal terhadap kejadian mata kering di

Semarang. Maka perlu dilakukan penelitian tentang hal ini.

1. Rumusan Masalah

Adakah hubungan pemakaian alat kontrasepsi hormonal dengan kejadian

mata kering di Semarang ?

Page 7: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

2

2. Tujuan Penelitian

2.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemakaian alat

kontrasepsi hormonal terhadap kejadian mata kering.

3. Manfaat Penelitian

3.1. Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah referensi

lebih lanjut di bidang oftalmologis

3.2. Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan

gambaran tentang pengaruh pemakaian alat kontrasepsi hormonal dengan

kejadian mata kering.

Page 8: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

3

Rencana capaian dari penelitian ini tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Rencana Target Capaian

No. Jenis Luaran

Indikator Capaian

1. Publikasi ilmiah di jurnal nasional (ber ISSN) Reviewed

2. Pemakalah dalam temuan ilmiah

Nasional Terdaftar

Lokal Terdaftar

3. Bahan Ajar Tidak ada

4. Luaran lainnya jika ada (Teknologi Tepat Guna, Model/ Purwarupa/ Desain/ Karya seni/ Rekayasa Sosial)

Tidak ada

5. Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) 2

Page 9: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

4

Page 10: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

1. Mata Kering

1.1. Definisi

Sindroma mata kering merupakan suatu gangguan multifaktorial pada

lapisan air mata dan permukaan okuli sehingga menyebabkan gejala seperti

gangguan penglihatan, ketidaknyamanan, dan ketidakstabilan air mata

sehingga menyebabkan kerusakan permukaan okuli (Lemp et al., 2007). Mata

kering dapat disebabkan oleh kelainan lapisan air mata karena berkurangnya

produksi air mata atau penguapan air mata berlebih, yang menyebabkan

kerusakan pada permukaan mata serta menimbulkan gejala visual dan

ketidaknyamanan mata (Basak, 2013).

1.2. Air Mata

Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan

masuk kedalam sakus lakrimal melalui pungtum lakrimal. Bila pungtum

lakrimal tidak menyinggung bola mata, maka air mata akan keluar melalui

margo palpebra yang disebut epifora (Ilyas, 2015).

1.2.1. Lapisan Air Mata

Lapisan air mata atau tear film terdiri atas tiga lapisan, yaitu:

1) Lapisan lipid (superfisial) berfungsi untuk menjaga luapan air

mata, melumasi kelopak mata dalam, dan mencegah

evaporasi. Sekret lapisan ini dihasilkan oleh kelenjar zeiss

dan kelenjar meibomian (Khurana, 2007). Lapisan lipid

bersifat hidrofobik, memperlambat evaporasi dan berfungsi

sebagai lubrikasi (Foulks et al., 2007).

2) Lapisan aqueous merupakan lapisan tengah pada lapisan air

mata yang mengandung garam-garam inorganik, urea,

protein, glukosa, dan glikoprotein yang berfungsi dalam

pengambilan oksigen untuk metabolisme kornea. Lapisan ini

disekresi oleh kelenjar lakrimalis dan kelenjar krause serta

wolfring. Merupakan komponen terbesar dari air mata yang

memiliki ketebalan 6,5 – 7,5 µm (Foulks et al., 2007).

Page 11: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

6

3) Lapisan mukus, merupakan lapisan terdalam yang memiliki

ketebalan 0,02 – 0,05 µm. Lapisan ini mengandung sekret

musin yang dihasilkan oleh sel-sel goblet konjungtiva dan

glandula manz. Sifat permukaan kornea dapat diubah oleh

lapisan ini dari hidrofobik menjadi hidrofilik (Khurana,

2007).

1.2.2. Sekresi dan Eliminasi Air Mata

Air mata disekresikan setiap hari oleh glandula lakrimal

acesori (basal secretion) dan glandula lakrimal utama (reflex

secretion). Reflex secretion adalah respon akibat sensitisasi dari

kornea dan konjungtiva yang dihasilkan oleh evaporasi dan TBUT.

Sekresi tersebut diperantarai oleh jalur aferen nervus trigeminus dan

jalur eferen oleh saraf parasimpatis (sekretomotorik) dari kelenjar

lakrimal (Khurana, 2007).

Produksi cairan lakrimal distimulasi oleh impuls parasimpatis

dari N VII. Cairan disekresi melalui 8-12 duktus eksretorius yang

bermuara ke dalam pars lateralis forniks konjungtiva superior pada

sakus konjungtivalis. Cairan mengalir di inferior dalam sakus di

bawah pengaruh gravitasi. Ketika kornea kering, mata berkedip.

Palpebra menyatu dengan urutan lateral ke medial yang mendorong

film cairan di medial pada kornea. Dengan cara tersebut cairan

lakrimal yang mengandung benda asing seperti debu didorong

kearah angulus okuli medialis, yang menumpuk dalam lakus

lakrimalis yang didrainase oleh kerja kapiler melalui pungtum

lakrimal dan kanalikuli lakrimalis ke sakus lakrimalis. Dari sakus

tersebut, air mata berjalan ke meatus nasi inferior kavitas nasi

melalui duktus nasolakrimal. Air mata bermuara di posterior

melewati dasar kavitas nasi ke nasofaring dan akhirnya tertelan.

Selain membersihkan partikel dan iritan dari sakus konjungtivalis,

cairan lakrimal memberikan zat makanan dan oksigen ke kornea

(Moore, Dalley and Agur, 2013).

1.3. Etiologi Mata Kering

Page 12: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

7

Menurut Khurana (2007), sindrom mata kering dapat disebabkan oleh

karena:

1. Aqueous tear deficiency.

Aqueous tear deficiency atau dapat juga disebut keratoconjunctivitis

sicca, merupakan suatu kondisi seperti alakrimia kongenital, hiposekresi

paralisis, Sjorgen’s syndrome primer dan sekunder, Riley day syndrome,

dan hiposekresi idiopatik.

2. Mucin deficiency dry eye.

Hal ini terjadi karena adanya kerusakan pada sel goblet yang disebabkan

oleh hipovitaminosis vitamin A (xerophtalmia) dan conjungtival scarring

disease seperti Stevens-Johnsons syndrome, trakoma, bahan kimia,

radiasi, dan ocular pemphigoid.

3. Lipid deficiency and abnormalities.

Keadaan ini terjadi pada beberapa kasus congenital anhidrotic ectodermal

dysplasia disertai dengan tidak adanya glandula meibom dan sering

ditemukan pada kasus blepharitis kronis dan meibomitis kronis.

4. Impaired eyelid function

Impaired eyelid function atau gangguan fungsi kelopak mata. Hal ini terjadi

pada pasien Bell’s palsy, exposure keratitis, dellen, symbleparon,

pterygium, lagoftalmus nokturnal, dan ektropion.

5. Epithelopaties.

Karena permukaan kornea dan lapisan air mata sangat berhubungan erat,

maka adanya perubahan pada epitel kornea akan mempengaruhi

stabilitas lapisan air mata.

1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mata Kering

Menurut DEWS 2007, Faktor risiko terjadinya sindroma mata kering

dibagi menjadi 3 berdasarkan level of evidence:

1. Mostly Consistent*

Usia tua, diet rendah asam lemak omega 3, terapi antihistamin,

bedah refraksi, terapi radiasi, defisiensi vitamin A wanita,

postmenopausal estrogen therapy, connective tissue disorder,

transplantasi hematopoietic stem cell, infeksi hepatitis C, dan defisiensi

Page 13: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

8

androgen.

2. Suggestive**

Etnik asia, diuretik, beta bloker dan terapi anti depresan trisiklik,

diabetes mellitus, HIV/AIDS, kemoterapi sistemik, insisi yang terlalu

lebar pada ECCE dan PK, disfungsi ovarium, kelembaban udara,

Sarkoidosis, dan konsumsi isotretinoin.

3. Unclear***

Kehamilan, merokok, kontrasepsi oral, etnis hispanik, gout, terapi

antikolinergik, terapi antipsikotik, jerawat, injeksi botulinum, konsumsi

alkohol, dan Menopause.

Keterangan:

* mostly consistent : adanya bukti penelitian yang dipublikasikan

di jurnal peer reviewed `1dan adanya bukti

data klinis.

** suggestive : menunjukan 1 atau 2 kondisi berikut,

keraguan publikasi peer reviewed atau

adanya keterbatasan informasi yang

mendukung,yang dipublikasikan atau tidak

dipublikasikan dimana saja selain di jurnal

peer reviewed.

*** Unclear : adanya konflik informasi pada jurnal peer

reviewed tetapi tetap didasari dasar rasional

biologis.

Menurut American Optometric Association, sindrom mata kering

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu:

a. Usia

Menurut American Academy of Ophthalmology, Sindroma mata

kering terbanyak ditemukan dengan usia rata-rata antara 50 sampai 70

tahun. Sedangkan menurut American Optometric Association, sindroma

mata kering adalah bagian dari proses penuaan, dan mayoritas

penderitanya adalah seseorang dengan dengan usia lebih dari 65 tahun.

b. Jenis Kelamin

Page 14: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

9

Sindroma mata kering sering menyerang seseorang dengan

berjenis kelamin perempuan karena perubahan hormonal yang

diakibatkan oleh kehamilan, penggunaan pil kontrasepsi, dan menopause.

c. Obat-obatan

Obat-obatan termasuk antihistamin dan antidepresan dapat

menurunkan jumlah air mata yang diproduksi.

d. Kondisi Lingkungan

Orang yang tinggal di daerah iklim kering lebih berpotensi untuk

terkena sindrom mata kering. Kelembaban udara yang rendah

menyebabkan evaporasi atau penguapan air mata lebih cepat. Debu,

kotoran, dan polusi akan membuat sindroma mata kering menjadi lebih

parah. Sering terpapar asap rokok, AC, dan kegagalan untuk berkedip

secara teratur seperti ketika sedang menatap layar komputer dalam jangka

waktu yang lama dapat meningkatkan penguapan air mata sehingga

mengakibatkan sindroma mata kering.

e. Kondisi Medik

Seseorang dengan penyakit Rheumatoid Arthritis, Diabetes

Melitus serta penyakit Tiroid lebih cenderung memiliki gejala mata

kering. Juga seseorang dengan peradangan palpebra (blepharitis) dan

peradangan mata dapat menyebabkan terjadinya sindroma mata kering.

f. Faktor-faktor lain

Penggunaan lensa kontak dalam jangka waktu yang lama dapat

menjadi faktor terjadinya sindroma mata kering. Operasi mata seperti

LASIK (Laser-Assisted In Situ Keratomileusis) dapat menurunkan

produksi air mata dan juga menyebabkan mata kering.

1.5. Keluhan Mata Kering

Pasien dengan mata kering paling sering mengeluhkan sensasi

tergores (scratchy) atau berpasir (benda asing). Gejala umum lainnya adalah

gatal, sekresi mukus berlebih, ketidakmampuan menghasilkan air mata,

sensasi terbakar, fotosensitivitas, kemerahan, sakit, dan sulit menggerakkan

palpebra. Pada kebanyakan pasien, ciri paling jelas pada pemeriksaan mata

adalah tampilan mata yang secara kasar tampak normal. Ciri paling khas pada

Page 15: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

10

pemeriksaan slitlamp adalah terputus atau tiadanya meniskus air mata di

tepian palpebra inferior. Benang-benang mukus kental kekuningan kadang-

kadang terlihat dalam forniks konjungtiva inferior. Pada konjungtiva bulbaris

tidak tampak kilauan yang normal dan mungkin menebal, edema, dan

hiperemis (Riordan-eva and Whitcher, 2007).

1.6. Pemeriksaan Mata Kering

Pada sindroma mata kering, pemeriksaan dapat dilakukan dengan tear

break up time (TBUT), Ocular surface dye staining (fluorosein/rose bengal/

lissamine green test), skor OSDI, schimer test, uji ferning mata, sitologi

impresi, penilaian kadar lisozim air mata, osmlalitas air mata dan lactoferrin

(Riordan-eva and Whitcher, 2007).

A. Tear Break Up Time (TBUT)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kestabilan lapisan air

mata. Strip fluorosein yang telah dilembabkan dengan saline diletakan

pada konjungtiva tarsal inferior. Setelah beberapa kedipan, lapisan air

mata dinilai dengan mikroskop slitlamp dengan filter kobalt biru dan

dinilai bercak kering pertama yang muncul. TBUT abnormal bila kurang

dari 10 detik (Khurana, 2007).

TBUT (tear film break-up time) dapat diukur dengan meletakkan

secarik kertas berfluoresein yang sedikit dilembabkan pada konjungtiva

bulbaris dan meminta pasien berkedip. Film air mata kemudian diperiksa

dengan bantuan filter cobalt pada slitlamp, sementara pasien diminta agar

tidak berkedip. Waktu sampai munculnya bintik-bintik kering yang

pertama pada lapisan fluorescein kornea adalah “tear film break-up time”.

Biasanya waktu ini lebih dari 15 detik, tetapi akan berkurang secara nyata

pada penggunaan anestetik lokal, manipulasi mata, atau dengan menahan

palpebra agar tetap terbuka. Waktu ini lebih pendek pada mata dengan

defisiensi air mata dan lebih singkat dari normalnya pada mata dengan

defisiensi musin (Riordan-eva and Whitcher, 2007).

B. OSDI (Ocular Surface Disease Index)

Kuesioner OSDI (Ocular Surface Disease Index) digunakan

Page 16: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

11

untuk mengukur gejala mata kering. Subjek ditanya pertanyaan tentang

gejala mata kering yang mereka alami selama satu minggu recall period.

Pertanyaan OSDI diambil dari 3 subskala yang berbeda; gejala okular,

fungsi terkait penglihatan, dan pemicu lingkungan. Setiap jawaban diberi

skor pada skala 4 poin dari nol (menunjukkan tidak ada masalah) hingga

empat (menunjukkan masalah yang signifikan). Tanggapan untuk semua

pertanyaan digabungkan untuk menghasilkan skor OSDI komposit yang

berkisar dari 0 hingga 100, dengan skor OSDI yang lebih tinggi

menunjukkan gejala yang lebih parah. Gejala mata kering, seperti

kekeringan, terbakar, sensasi benda asing, rasa sakit menusuk, fotofobia,

dan fluktuasi visual juga dicatat (Li et al., 2013).

C. Ocular Surface Dye Staining

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kerusakan

permukaan okuli (Basak, 2013), terdiri atas :

1. Fluorescein Dye Test

Pewarnaan ini menandai kornea dan epitel konjungtiva,

dimana jika ada gangguan pada intercellular junction warna akan

meresap ke jaringan. Strip fluorescein yang dibasahi larutan saline

digunakan untuk menodai lapisan air mata. Setelah diberi pewarna,

permukaan okuler diperiksa melalui mikroskop slitlamp

menggunakan filter kobalt biru. Pewarnaan bisa menjadi lebih jelas

setelah 1-2 menit. Bercak pewarnaan fluorescein diamati pada mata

kering dan pewarnaan lebih mudah divisualisasikan pada kornea

daripada konjungtiva.

2. Rose Bengal Staining

Pemeriksaan ini dilakukan dengan strip yang dibasahi saline.

Penggunaan saline digunakan untuk membasahi strip setidaknya 1

menit agar mencapai konsentrasi maksimal untuk menodai

permukaan okuli. Pewarnaan ini mudah divisualisasikan pada

konjungtiva daripada kornea dan mudah diamati dengan red free

filter.

3. Lissamine Green Test

Page 17: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

12

Lissamine green test memiliki profil pewarnaan yang serupa

dengan rose Bengal staining dan lebih berisiko rendah menyebabkan

iritasi pada okuler.

C. Schirmer test

Uji ini dilakukan dengan mengeringkan film air mata dan

memasukkan strip Schirmer (kertas saring) ke dalam cul-de-sac

konjungtiva inferior di perbatasan antara bagian sepertiga tengah dan

temporal palpebra inferior. Bagian basah yang terpajan diukur 5 menit

setelah dimasukkan. Panjang bagian basah kurang dari 10 mm tanpa

anestesi dianggap abnormal. Bila dilakukan tanpa anestesi, uji ini

mengukur fungsi kelenjar lakrimal utama, yang aktivitas sekresinya

dirangsang oleh iritasi kertas saring itu. Uji Schirmer yang dilakukan

setelah anestesi topikal (tetracaine 0,5%) mengukur fungsi kelenjar

lakrimal aksesorius. Kurang dari 5 mm dalam 5 menit adalah abnormal.

Namun, uji Schirmer dengan anestesi dianggap kurang dapat diandalkan.

Uji Schirmer adalah uji penyaring untuk menilai produksi air

mata. Dijumpai hasil “false-positive” dan “false-negative”. Hasil rendah

kadang-kadang ditemukan pada mata normal secara sporadik dan uji

normal dapat dijumpai pada mata kering terutama yang sekunder

terhadap defisiensi musin (Riordan-eva and Whitcher, 2007).

D. Uji Ferning Mata

Sebuah uji untuk meneliti mukus konjungtiva dilakukan dengan

mengeringkan kerokan konjungtiva di atas kaca obyek. Percabangan

seperti pohon (ferning) yang tampak secara mikroskopis terlihat pada

mata normal. Pada pasien konjungtivitis yang menimbulkan parut

(pemfigoid mata, sindrom Stevens-Johnson, parut konjungtiva difus),

percabangan mukus tersebut berkurang atau hilang (Riordan-eva and

Whitcher, 2007).

E. Sitologi Impresi

Sitologi impresi adalah cara menghitung densitas sel goblet di

permukaan konjungtiva. Pada orang normal, populasi sel goblet tertinggi

ada di kuadran infranasal. Hilangnya sel goblet ditemukan pada kasus

Page 18: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

13

keratokonjungtivitis sika, trakoma, pemfigoid okular dengan sikatriks,

sindrom Stevens-Johnson, dan Avitaminosis A (Riordan-eva and

Whitcher, 2007).

F. Pemulasan Fluorescein

Menyentuh konjungtiva dengan secarik kertas kering

berfluoresein adalah indikator yang baik untuk derajat basahnya mata,

dan meniskus air mata bisa terlihat dengan mudah. Fruoresein akan

meluas daerah-daerah erosi dan terluka selain defek mikroskopis epitel

kornea (Riordan-eva and Whitcher, 2007).

G. Penilaian Kadar Lisozim Air Mata

Penurunan kadar lisozim air mata umumnya terjadi pada awal

perjalanan sindrom Sjorgen dan berguna untuk mendiagnosis penyakit

tersebut. Air mata ditampung pada kertas Schirmer dan dinilai kadarnya.

Cara paling umum adalah penilaian secara spektrofotometris (Riordan-

eva and Whitcher, 2007).

H. Osmolalitas Air Mata

H i p e r o s m o l a l i t a s a i r m a t a t e l a h d i l a p o r k a n p a d a

keratokonjungtivitis sika dan pemakai lensa kontak dan diduga sebagai

akibat berkurangnya sensitivitas kornea. Berbagai laporan menyebutkan

bahwa h iperosmola l i tas ada lah u j i pa l ing spes i f ik bagi

keratokonjungtivitis sika. Keadaan ini bahkan dapat ditemukan pada

pasien dengan uji Schirmer dan pemulasan Bengal rose yang normal

(Riordan-eva and Whitcher, 2007).

I. Lactoferrin

Lactoferrin dalam air mata akan rendah pada pasien dengan

hiposekresi kelenjar lakrimal. Perangkat penguji tersedia di pasaran

(Riordan-eva and Whitcher, 2007).

1.7. Pengaruh Hormon terhadap Mata Kering

Film air mata memiliki tiga komponen utama - lapisan air yang disekresikan oleh

kelenjar lakrimal, lapisan lipid yang dikeluarkan oleh kelenjar meibom, dan musin

yang disekresikan oleh sel piala konjungtiva. Produksi air mata, penguapan,

Page 19: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

14

drainase, kesehatan sel epitel kornea, pleksus saraf subbasal kornea dan inflamasi

dan status imun kornea saling mempengaruhi untuk mempertahankan homeostasis

permukaan okular. Dengan mempengaruhi mekanisme yang disebutkan di atas,

hormon seks berperan dalam patogenesis sindroma mata kering.

Baik androgen dan estrogen memiliki efek yang diketahui pada sintesis dan

komponen film air mata. Reseptor steroid seks terdapat pada kelenjar meibom,

yang merupakan kelenjar sebaceous pada kelopak mata yang bertanggung jawab

untuk memproduksi komponen minyak air mata yang mencegah penguapan. [ 11 ]

Pengikatan androgen menghasilkan sintesis dan sekresi lipid dari kelenjar ini,

sementara estrogen sebenarnya menyebabkan penurunan produksi lipid. [ 12 ]

Karena alasan ini, peningkatan kadar estradiol diyakini sebagai faktor risiko mata

kering.

Namun, hubungan yang tepat antara kadar hormon seks serum dan gejala klinis

mata kering masih belum jelas dan kontroversial. Ablamowicz et al . menemukan

bahwa estrogen dan testosteron keduanya meningkat pada kelompok wanita

dengan mata kering dibandingkan dengan kelompok wanita tanpa mata kering,

tetapi perbedaan ini tidak signifikan. [ 5 ] Sebaliknya, Gagliano et al . menemukan

bahwa wanita pascamenopause dengan mata kering yang mengalami penguapan

yang parah memiliki kadar estradiol dan testosteron yang lebih rendah daripada

kelompok kontrol.

Satu penjelasan yang mungkin adalah bahwa testosteron meningkat akibat

disfungsi mata kering dan kelenjar meibom oleh mekanisme umpan balik. Telah

diamati bahwa kadar testosteron meningkat karena lebih banyak kelenjar

meibomian hilang pada wanita pascamenopause. Selain itu, testosteron telah

terbukti melindungi terhadap kerusakan kelenjar meibom dan drop out pada model

tikus. [ 5 ] Ini mungkin mengapa testosteron, yang diyakini bermanfaat pada

pasien mata kering, seringkali meningkat secara paradoks pada wanita dengan

mata kering.

1.8. Alat Kontrasepsi Hormonal

Ada bermacam-macam alat kontrasepsi hormonal yang beredar di Indonesia

antara lain pil KB, suntik, implan, patch, dan IUD. Kontrasepsi hormonal

Page 20: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

15

merupakan metode kontrol kelahiran yang bekerja pada sistem endokrin. Hampir

semua metode terdiri dari hormon estrogen dan progesteron. Pengaruh

penggunaan obat hormon masih diperdebatkan apakah meningkat, menurun, atau

tidak memengaruhi risiko mata kering. Schaumberg et al . menemukan bahwa

obat estrogen plus progesteron secara signifikan meningkatkan risiko

dibandingkan tanpa obat hormon dengan rasio odds 1,29. [ 14 ] Juga telah

dilaporkan bahwa dosis obat yang lebih tinggi baik dari estrogen saja maupun

estrogen plus progesteron menghasilkan peningkatan keparahan gejala mata

kering dibandingkan dengan dosis yang lebih rendah. [ 8 ] Penelitian lain

menemukan bahwa obat hormon sebenarnya mengurangi keluhan mata dan

meningkatkan produksi air mata kuantitatif. [ 15, 16 ] Selanjutnya, Jensen et

al . melaporkan wanita yang menggunakan obat hormon lebih dari 5 tahun

memiliki keluhan mata yang jauh lebih sedikit dan produksi air mata yang lebih

besar dibandingkan wanita yang menggunakan kurang dari 5 tahun. [ 16 ]

Meskipun hubungan yang tepat antara obat hormon dan mata kering masih

diperdebatkan. Efek dari terapi estrogen plus progesteron kurang jelas, tetapi studi

terkontrol terbaru dan terbesar menunjukkan peningkatan risiko gejala mata kering

pada wanita yang menggunakan obat hormon estrogen dan estrogen plus

progesteron.(8)

Page 21: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

16

BAB 3. METODE PENELITIAN

1. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan studi observasional analitik. Rancangan

penelitian ini menggunakan uji cross sectional. Pengambilan sampel dengan cara

consecutive sampling.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah setiap subyek yang memenuhi kriteria yang

diinginkan, sedangkan populasi target adalah populasi yang menjadi

sasaran akhir penerapan hasil penelitian. Pada penelitian ini yang menjadi

populasi penelitian adalah semua wanita 30-45 th.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara

tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Sampel penelitian ini

meliputi subyek yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Besar Sampel

Besar sampel dihitung berdasarkan rumus beda rerata dengan hipotesis

dua arah

( Zα √ 2PQ + Zβ √P1Q1 + P2Q2 ) 2

N 1 = N 2 = --------------------------------------

( P1 – P2 )2

Keterangan :

N 1 = besar sampel pada kelompok 1

N 2 = besar sampel pada kelompok 2

Zα = 1,64 = kesalahan tipe 1

Page 22: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

17

Zβ = 0,84 = kesalahan tipe 2

P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya = 0,91

Q2 = 1 – P2 = 0,09

P1 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement

peneliti = 1

Q1 = 1 – P1 = 0

P1-P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna = 0,1

P = proporsi total = (P1 + P2)/2 = 0,95

Q = 1 – P = 0,05

Jadi :

N 1 = N 2 = 54,76 = 55

Besar sampel pada penelitian ini yang diambil sebanyak 55 sampel pada

masing-masing kelompok sehingga total sampel yang diambil adalah

110 sampel.

3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Penelitiian

Kriteria Inklusi kelompok kontrasepsi oral

a. Wanita usia 18-40 th

b. Telah menggunakan kontrasepsi pil kombinasi minimal 3 bulan sebelum pemeriksaan

c. Siklus menstruasi teratur antara 2-35 hari

d. Bersedia ikut dalam penelitian dengan menandatangani

surat persetujuan

Kriteria Inklusi kelompok kontrol

a. Wanita usia 18-40 th

b. Tidak menggunakan kontrasepsi pil kombinasi minimal 3 bulan sebelum pemeriksaan

c. Siklus menstruasi teratur antara 2-35 hari

d. Bersedia ikut dalam penelitian dengan menandatangani

surat persetujuan

Page 23: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

18

Kriteria Eksklusi

a. Pernah menjalani operasi mata sebelumnya.

b. Memiliki riwayat inflamasi mata dalam 3 bulan sebelum pemeriksaan

c. Konsumsi obat-obatan (antihistamin, antiglaukoma, antihipertensi, OAT, OAD)

d. Riwayat penyakit sistemik (DM, Hipertensi, autoimun)

4. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas : alat kontrasepsi hormonal

Berupa pil kombinasi yang engandung estrogen dan progesteron selama

minimal 3 bulan.

2. Variabel tergantung : kejadian mata kering 2.1. Kejadian mata kering yang dinilai berdasarkan OSDI.

Kategori :

Normal : 0 - 12 Poin

Mild : 13 – 22 Poin

Moderate : 23 – 32 Poin

Severe : 33 – 100 Poin

2.2. Kejadian mata kering yang dinilai berdasarkan TUBT.

Kategori :

Normal : 0 - 12 Poin

Mild : 13 – 22 Poin

Moderate : 23 – 32 Poin

Severe : 33 – 100 Poin

5. Tahapan Penelitian

1. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian dan ethical

clearance kepada Komisi Etik Fakultas Kedokteran Unissula Semarang.

2. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi akan dianamnesis untuk

mendapatkan data dasar yang meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan

Page 24: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

19

riwayat penyakit dan penggunaan obat-obatan.

3. Pasien dijelaskan mengenai jalannya penelitian dan bila menyetujui,

diminta menandatangani lembar persetujuan informed consent.

4. Dilakukan pengambilan data subjektif (kuesioner OSDI) dan objektif

(pemeriksaan TUBT).

5. Dilakukan pengumpulan data dan analisa statistik.

6. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Dilakukan pengolahan data demografi dengan Student t-test. Perbedaan hasil

pengukuran antara dua kelompok diukur dengan t-test. Perbedaan antara hasil

pengukuran antara fase folikuler dan fase luteal diukur dengan menggunakan

Paired t-tests. Perbedaan antara 4 kelompok dianalisa dengan menggunakan

ANOVA atau Kruskal Wallis test.

Page 25: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

11

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

1. Anggaran Penelitian

2. Jadwal Penelitian

No. Jenis Pengeluaran

Biaya yang Diusulkan (Rp)

1. H o n o r a r i u m u n t u k p e l a k s a n a , p e t u g a s laboratorium, pengumpul data, pengolah data, penganalisis data, honor operator, dan honor pembuat sistem (maksimum 30% dan dibayarkan sesuai ketentuan)

7.500.000,-

2. Pembelian bahan habis pakai untuk ATK, fotocopy, surat menyurat, penyusunan laporan, cetak, penjilidan laporan, publikasi, pulsa, internet, bahan laboratorium, langganan jurnal (maksimum 60%)

13.450.000,-

3. Perjalanan untuk biaya survei/sampling data, seminar/workshop DN-LN, biaya akomodasi- konsums i , pe rd i em/ lumpsum, t r anspo r t (maksimum 40%)

4.050.000,-

4. Sewa untuk peralatan/mesin/ruang laboratorium, kendaraan, kebun percobaan, peralatan penunjang penelitian lainnya (maksimum 40%)

-

Jumlah 25.000.000,-

No.

Jenis Kegiatan Tahun I

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Koordinasi tim

2. Pengadaan instrument penelitian

Page 26: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

12

3. Pelaksanaan

4. Pengolahan data

5. Penyusunan laporan

6. Penyerahan Laporan

7. Penulisan manuskrip untuk publikasi ilmiah

8. Submission dan review

9. Submit abstrak untuk presentasi seminar

Page 27: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

13

DAFTAR PUSTAKA

American Optometric Association, 2014, Dry Eye, Dalam: http://www.aoa.org/patients-and-public/eye-and-visionproblems/glossary-of-eye-and-vision-conditions/dry-eye?sso=y, Dikutip tanggal 15 Agustus 2019

Basak, S. K. (2013) Dry Eye Disease. New Delhi. Edited by Majji and A. Babu. New Delhi.

Cai, W. et al. (2017) ‘Dry eye and corneal sensitivity after small incision lenticule extraction and femtosecond laser-assisted in situ keratomileusis: a Meta-analysis’, International Journal of Ophthalmology, 10(4). doi: 10.18240/ijo.2017.04.21.

Cox, J. et al. (2010) ‘Anatomy of the human corneal innervation Experimental Eye Research Anatomy of the human corneal innervation’, Elsevier, (October 2019), pp. 478–492. doi: 10.1016/j.exer.2009.12.010.

Foulks, G. N. et al. (2007) ‘International Dry Eye 2007 Report of the WorkShop (DEWS)’, The Ocular Surface, 5(2), p. 142.

Ilyas, S. (2015) Ilmu Penyakit Mata. 5th edn. Edited by H. Utama. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Khurana, A. K. (2007) Comprehensive Opthalmology. 4th edn. New Delhi: New Age International.

Kyei, S. et al. (2018) ‘Association between dry eye symptoms and signs’, Journal Of Current Ophttalmology, 30, pp. 321–325. doi: https://doi.org/10.1016/j.joco.2018.05.002.

Lang, G. K. et al. (2000) Ophthalmology Short Textbook. Edited by D. Ludwigsburg. Germany: Wemding.

Lemp, M. A. et al. (2007) ‘The Definition and Classification of Dry Eye Disease: Report of the Definition and Classification Subcommittee of the International Dry Eye WorkShop (2007)’, The Ocular Surface, 3.

McKinley, M. and O’Loughin, V. D. (2012) Human Anatomy. 3rd edn. Edited by C. H. Wheatley. America, New York: McGraw-Hill Education.

Mescher, A. L. (2013) Junqueira’s Basic Histology Text & Atlas. 13th edn. United States: McGraw-Hill Education.

Moore, K. L., Dalley, A. F. and Agur, A. M. . (2013) Clinically Oriented Anatomy. 7th Editio. Edited by C. Taylor. China: Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer business.

Murube, E. et al. (2013) New trends in Ophtalmology Medical and Surgical Management (Dry eye and refractive surgery). India: JayPee Highlights Medical Publisher.

Page 28: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

14

De Paiva, C. et al. (2006) ‘The Incidence and Risk Factors for Developing Dry Eye After Myopic LASIK’, American Academy Of Ophthalmology, pp. 438–445. doi: 10.1016/j.ajo.2005.10.006.

Riordan-eva, P. and Whitcher, J. P. (2007) Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. 17th edn. Edited by D. Susanto. Jakarta: EGC.

Rouen, P. A. and White, M. L. (2018) ‘Dry eye Disease, Prevalence, Assessment, and Management’, Wolters Kluwer Health, 36(2), pp. 74–83. doi: DOI:10.1097/NHH.0000000000000652.

Schiffman, R. M. et al. (2000) ‘Reliability and Validity of the Ocular Surface Disease Index’, American Medical Association, 118(May), p. 7.

Sherwood, L. (2016) Fisiologi Manusia, dari sel ke sistem  : Susunan saraf tepi; Divisi Aferen; Indera Khusus. 9th edn. Jakarta: EGC.

Smith, J. A. et al. (2007) ‘The Epidemiology of Dry Eye Disease: Report of the Epidemiology Subcommittee of the International Dry Eye WorkShop (2007)’, The Ocular Surface.

Peck, T. et al. (2017) 'Dry Eye Syndrome in Menopause and Perimenopause Age Groups'. J Midlife Health, Apr-Jun; 8(2):51-54

Page 29: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

15

LAMPIRAN

Page 30: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Penelitian

1. HonorariumHonor

Honor/Jam (Rp)

Waktu

Mingg

Honor per Tah

Pen 12. 20 16 4.0Pen 11. 20 16 3.5

Subtotal (Rp) 7.52. Pembelian Bahan Habis Pakai

Materi

Justifi

Kuanti

Harga Satuan

Harga Peralatan Tah

Lembar data hasil anamnesis pasien

Penandatanganan

110 bendel

1000 110.00

Lembar surat persetujuan

Penandatanganan

110 bendel

1000 110.00

Pemeriksaan tekanan darah, gula darah sewaktu dan tekanan

110 pasien

17500 1.925.000,-Alat bedah minor 1 set 1.2

Triamcinolone Untuk 110 40 mL 2.2AnalisisSlitlamp biomikroskopi dan

110 sampel

2.000.

110 paket

4.000.000,-

1 paket obat: salep Xitrol® asam

mefenamat

Page 31: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

Keperluan surat menyurat, photo-

1 tahun 1 1.000.000

1.000.000,-

Flash disk 16 GB 1 120.000 120.000,-

Compact-disc untuk penyimpanan data

10 15.000 150.000,-

Kertas HVS 80 gram 3 100.000 300.000,-Alat-alat tulis 1 paket 300.000 300.000,-Entry data data 110 1000 110.000,-Analisis data Data 1 paket 500.000 500.000,-

Subtotal (Rp) 14.075.000,-3. Perjalanan

Materi

Justifikas

Kuanti

Harga Satuan

Biaya per Tahun

Konsumsi rapat 3 kali 3 orang 14. 125.000,-Konsumsi pengarahan pada pasien pada saat

1 kali 110 orang

15.000

1.650.000,-

Konsumsi 1 kali 110 15. 1.650.000,-Subtotal (Rp) 3.425.000,-

4. SewaMateri

Justifikasi Sewa

Kuanti

Harga

Biaya per Tah

-Subtotal (Rp) -

Total (Rp) 25.000.0

Page 32: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

Lampiran 2. Susunan organisasi tim peneliti dan pembagian tugas

No Nama/

Instansi Asal

Bidang Ilmu

Alokasi

Uraian Tugas

1. dr. Nika Bellarinatasari, Sp. M., M. Sc./ 061612750

Universitas Islam Sultan

Ilmu Penyakit Mata

20 jam/minggu

Mengkoordinir pengumpulan sampel d a n a l a t / b a h a n medis, pengambilan

2. dr. Menik Sahariyani, M. Sc./

Universitas Islam

Parasitologi

20 jam/ minggu

M e n g k o o r d i n i r pengambilan data, m e n g o l a h d a t a ,

Page 33: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

18

Lampiran 3. Biodata ketua dan anggota tim pengusul

1. Biodata Ketua Peneliti

A. Identitas Diri

B. Riwayat Pendidikan

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

1 Nama Lengkap dr. Nika Bellarinatasari, Sp. M., M. Sc.2 Jabatan Fungsional Asisten Ahli

3 Jabatan Struktural Ketua Program Studi Program Pendidikan Profesi Dokter

4 NIP/NIK/Identitas Lain 2101020625 NIDN 06161275016 Tempat dan Tanggal Lahir Semarang, 16 Desember 19757 Alamat Rumah Jalan Ahmad Yani 1548 Nomor Telepon/Faks/HP 081642545039 Alamat Kantor Jl. Raya Kaligawe Km.4, Semarang10 Nomor Telepon/Faks (024) 658 358411 Alamat e-mail bellarinatasari @gmail.com12 Lulusan yang Telah

DihasilkanS1= ; S2= ; S3=

13 Mata Kuliah yang Diampu 1. Mata2. Metodologi Penelitian3.4.5.

S-1 S-2 S-3Nama Perguruan Tinggi

Universitas Diponego

Uniersitas Gajah Mada

Bidang Ilmu Kedokteran Umum

Master of Science/ spesialis MataTahun Masuk-Lulus

Judul Skripsi/Thesis/DisertasiNama Pembimbing/Promotor

No Tahun Judul PenelitianPendanaan

Sumber Jml (Juta

Page 34: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

19

Page 35: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

20

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir

F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan / Seminar Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir

G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir

1 2014 Analisis Pola Sosial Interaksi Mahasiswa Pada Pembelajaran Interprofesi Kesehatan Berbasis Komunitas

FK UNISSULA

10

2

3

No Tahun Judul Pengabdian kepada Masyarakat

PendanaanSumber Jml (Juta

Rp)1 2014 Penyuluhan Katarak di Panti Wredha Ngaliyan Semarang

FK UNISSULA

4.825

No Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor/Tahun

Nama Jurnal

No Nama Pertemuan

Judul Artikel Ilmiah Waktu & Tempat

No Judul Buku Tahun Jumlah

Penerbit

Dst

Page 36: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

20

Page 37: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

21

2. Biodata Anggota

A. Identitas Diri

B. Riwayat Pendidikan

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

1 Nama Lengkap dr. Menik Sahariyani, M. Sc.2 Jabatan Fungsional Asisten Ahli3 Jabatan Struktural Koordinator Evaluasi PPSK4 NIP/NIK/Identitas Lain 2101030745 NIDN 06041175016 Tempat dan Tanggal Lahir Tegal, 4 November 19757 Alamat Rumah Jalan Jangli II D8 Nomor Telepon/Faks/HP 081228065419 Alamat Kantor Jl. Raya Kaligawe Km.4, Semarang10 Nomor Telepon/Faks (024) 658 358411 Alamat e-mail [email protected] Lulusan yang Telah

DihasilkanS1= ; S2= ; S3=

13 Mata Kuliah yang Diampu 1. Tropis2. KPDL

S-1 S-2 S-3Nama Perguruan Tinggi

UNISSULA Universitas Gajah Mada

Bidang Ilmu Kedokteran

Tahun Masuk-LulusJudul Skripsi/Thesis/DisertasiNama Pembimbing/Promotor

No Tahun Judul PenelitianPendanaan

Sumber Jml (Juta

1

2

3

4

Page 38: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

22

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir

E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir

F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan / Seminar Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir

G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir

5

6

7

8

No Tahun Judul Pengabdian kepada Masyarakat

PendanaanSumber Jml (Juta Rp)

No Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor/Tahun

Nama Jurnal

No Nama Pertemuan

Judul Artikel Ilmiah Waktu & Tempat

No Judul Buku Tahun Jumlah

Penerbit

Dst

Page 39: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

23

Page 40: USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULAresearch.unissula.ac.id/bo/reviewer/210102062/515... · 2020. 9. 16. · USULAN PENELITIAN DOSEN PEMULA HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL

24