usulan penerapan pengendalian kualitas produksi di pt. xyz menggunakan sistem lean sigma

12
1 USULAN PENERAPAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI DI PT. XYZ MENGGUNAKAN SISTEM LEAN SIGMA Muhammad Kholil (1) , Rudini Mulya (2) Program Studi Teknik Industri Universitas Mercubuana Jakarta Email: 1) [email protected] , 2) [email protected] ABSTRAK PT. XYZ yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang injection mould yang produksinya berupa cetakan plastik dan juga memproduksi produk plastik. Pada proses produksi terjadi kesalahan seperti adanya cacat produk cap XXX dan menyebabkan output berkurang untuk itu perusahaan mencari cara untuk menambah produksi agar produksi sesuai output yang diinginkan costumer. Dengan penelitian menggunakan metode lean sigma ini perusahaan diharapkan mampu mengurangi defect pada produksi sehingga didapatkan proses yang lebih efisien, mengidentifikasi waste kritis yang terjadi pada proses injection yaitu defect dan mencari penyebab terjadinya waste kritis berupa defect yaitu black dot pada produk sebesar 72,8% (6256 pcs) dari total cacat sebesar 8590 pcs, nilai sigma 4,51 dengan tingkat kapabilitas proses kurang baik karena berada di bawah satu. Perbaikan yang harus dilakukan dengan menggunakan metode 5S juga kontrol menyeluruh dengan perbaikan yang terus menerus. Kata kunci : Lean Sigma, Waste, 5S ABSTRACT PT.XYZ is a company engaged in the production in the form of injection molds and plastic molds also produce plastic products. In the production process errors such as cap XXX and product defect causes reduced output for the company looking for ways to increase production in order to production according to customer desired output. With studies using Lean Sigma method is expected to reduce the company's defect in production so we get a more efficient process, identifying the critical waste that occurs in the process of defect injection and find the cause of the defect is critical waste a black dot on the product of 72.8% (6256 pcs) of total disability for 8590 pcs, with a value of 4.51 sigma process capability level is not good because it is below one. Repairs should be done by using the 5S method also total control with continuous improvement. Key words : Lean Sigma, Waste, 5S I. PENDAHULUAN Persaingan dunia industri pada saat ini terus meningkat sejalan waktu membuat perusahaan untuk terus bertahan dan berkembang, sehingga perusahaan dituntut untuk mencapai poduktivitas yang optimal dan mutu yang lebih baik dari sebelumnya. Untuk mencapai hasil yang optimal dibutuhkan strategi-strategi yang menunjang untuk peningkatan mutu. Dengan mutu yang sesuai maka kepuasan pelanggan dapat terpenuhi. Mutu suatu perusahaan adalah hal terpenting dengan menjaga kualitas produk maka konsumen akan puas tetapi dibutuhkan ketelitian yang tinggi dan proses produksi yang teliti. PT. XYZ, merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang injection mould yang produksinya berupa cetakan plastik dan juga memproduksi produk plastik. Perusahaan sedang berkembang pada bidang produksi dan ingin meningkatkan bagian produksi, untuk itu bagian produksi dikembangkan dengan continous improvement dan ingin meningkatkan produktivitas dengan mengurangi cacat produk dan kinerja karyawannya dengan kualitas produksi yang terkendali. Perusahaan menginginkan pengendalian kualitas yang lebih baik untuk memenuhi harapan costumer dilihat dari kualitas, jumlah dan waktu pengiriman. Kepuasan pelanggan menjadi tujuan utama yang ingin diraih perusahaan karena dengan kepuasan pelanggan maka order akan terus masuk dan akan meningkatkan profit perusahaan, perusahaan berproduksi berdasarkan pesanan (job to order) dari costumer.

Upload: rudini-mulya

Post on 22-Oct-2015

90 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Saat ini perusahaan sedang berkembang untuk memperbaiki sistem yang ada, untuk itu perusahaan ingin mengimplementasikan suatu sistem quality control dalam semua proses yang ada. Salah satu usulan penulis yaitu dengan sistem Lean Sigma di perusahaan karena sistem ini dapat menaikan kecepatan produksi dan mengurangi waste, diantaranya inventory, over produksi, waktu tunggu transportasi, over proses, defect & rework dengan begitu perkembangan perusahaan meningkat. Dengan menggunakan sistem ini diharapkan perusahaan berkembang dan kepercayaan costumer terhadap perusahaan meningkat.

TRANSCRIPT

Page 1: Usulan Penerapan Pengendalian Kualitas Produksi Di Pt. Xyz Menggunakan Sistem Lean Sigma

1

USULAN PENERAPAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI DI PT.

XYZ MENGGUNAKAN SISTEM LEAN SIGMA

Muhammad Kholil (1)

, Rudini Mulya (2)

Program Studi Teknik Industri

Universitas Mercubuana – Jakarta

Email: 1)

[email protected], 2)

[email protected]

ABSTRAK

PT. XYZ yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang injection mould yang

produksinya berupa cetakan plastik dan juga memproduksi produk plastik. Pada proses produksi

terjadi kesalahan seperti adanya cacat produk cap XXX dan menyebabkan output berkurang untuk

itu perusahaan mencari cara untuk menambah produksi agar produksi sesuai output yang

diinginkan costumer. Dengan penelitian menggunakan metode lean sigma ini perusahaan

diharapkan mampu mengurangi defect pada produksi sehingga didapatkan proses yang lebih

efisien, mengidentifikasi waste kritis yang terjadi pada proses injection yaitu defect dan mencari

penyebab terjadinya waste kritis berupa defect yaitu black dot pada produk sebesar 72,8% (6256

pcs) dari total cacat sebesar 8590 pcs, nilai sigma 4,51 dengan tingkat kapabilitas proses kurang

baik karena berada di bawah satu. Perbaikan yang harus dilakukan dengan menggunakan metode

5S juga kontrol menyeluruh dengan perbaikan yang terus menerus.

Kata kunci : Lean Sigma, Waste, 5S

ABSTRACT

PT.XYZ is a company engaged in the production in the form of injection molds and

plastic molds also produce plastic products. In the production process errors such as cap XXX and

product defect causes reduced output for the company looking for ways to increase production in

order to production according to customer desired output. With studies using Lean Sigma method

is expected to reduce the company's defect in production so we get a more efficient process,

identifying the critical waste that occurs in the process of defect injection and find the cause of the

defect is critical waste a black dot on the product of 72.8% (6256 pcs) of total disability for 8590

pcs, with a value of 4.51 sigma process capability level is not good because it is below one.

Repairs should be done by using the 5S method also total control with continuous improvement.

Key words : Lean Sigma, Waste, 5S

I. PENDAHULUAN

Persaingan dunia industri pada saat ini

terus meningkat sejalan waktu membuat

perusahaan untuk terus bertahan dan

berkembang, sehingga perusahaan dituntut

untuk mencapai poduktivitas yang optimal

dan mutu yang lebih baik dari sebelumnya.

Untuk mencapai hasil yang optimal

dibutuhkan strategi-strategi yang menunjang

untuk peningkatan mutu. Dengan mutu yang

sesuai maka kepuasan pelanggan dapat

terpenuhi. Mutu suatu perusahaan adalah hal

terpenting dengan menjaga kualitas produk

maka konsumen akan puas tetapi dibutuhkan

ketelitian yang tinggi dan proses produksi

yang teliti.

PT. XYZ, merupakan perusahaan yang

bergerak dalam bidang injection mould yang

produksinya berupa cetakan plastik dan juga

memproduksi produk plastik. Perusahaan

sedang berkembang pada bidang produksi

dan ingin meningkatkan bagian produksi,

untuk itu bagian produksi dikembangkan

dengan continous improvement dan ingin

meningkatkan produktivitas dengan

mengurangi cacat produk dan kinerja

karyawannya dengan kualitas produksi yang

terkendali. Perusahaan menginginkan

pengendalian kualitas yang lebih baik untuk

memenuhi harapan costumer dilihat dari

kualitas, jumlah dan waktu pengiriman.

Kepuasan pelanggan menjadi tujuan utama

yang ingin diraih perusahaan karena dengan

kepuasan pelanggan maka order akan terus

masuk dan akan meningkatkan profit

perusahaan, perusahaan berproduksi

berdasarkan pesanan (job to order) dari

costumer.

Page 2: Usulan Penerapan Pengendalian Kualitas Produksi Di Pt. Xyz Menggunakan Sistem Lean Sigma

2

Saat ini perusahaan sedang berkembang

untuk memperbaiki sistem yang ada, untuk

itu perusahaan ingin mengimplementasikan

suatu sistem quality control dalam semua

proses yang ada. Salah satu usulan penulis

yaitu dengan sistem Lean Sigma di

perusahaan karena sistem ini dapat

menaikan kecepatan produksi dan

mengurangi waste, diantaranya inventory,

over produksi, waktu tunggu transportasi,

over proses, defect & rework dengan begitu

perkembangan perusahaan meningkat.

Dengan menggunakan sistem ini diharapkan

perusahaan berkembang dan kepercayaan

costumer terhadap perusahaan meningkat.

Menurut penelitian Yesmizarti Muchtiar

dan Noviyarsi dalam judulnya

“Implementasi Metode 5S Pada Lean Six

Sigma Dalam Proses Pembuatan Mur Baut

Versing (Studi Kasus di CV. Desra Teknik

Padang)” bahwa suatu perusahaan

dikatakan berkualitas bila perusahaan

tersebut mempunyai sistem produksi yang

baik dengan proses terkendali untuk itu

penelitian ini menggunakan improve 5S dan

pengendalian kualitas dengan menggunakan

peta kendali.

Perumusan Masalah

1. Bagaimana cara penerapan lean

sigma pada proses produksi agar

kualitas produksi menjadi lebih baik.

2. Bagaimana lean sigma dapat

membuat output produksi tercapai

dengan mengurangi waste kritis

3. Bagaimana cara lean sigma

menciptakan continous improvement

dalam setiap aktifitas yang ada dalam

produksi

Pembatasan Masalah

1. Penelitian dilakukan di PT. XYZ

dengan obyek penelitian adalah hasil

produksi cap XXX

2. Penelitian hanya dilakukan pada alur

proses produksi cap XXX dengan

periode dari bulan Desember 2012 -

Januari 2013

3. Penelitian ini tidak membahas biaya-

biaya produksi (cost production)

Tujuan Penelitian

1. Membuat quality control yang baik

untuk produksi cap XXX sehingga

didapatkan proses yang lebih efisien

tanpa adanya defect

2. Mengidentifikasi dan mencari

penyebab terjadinya waste kritis.

3. Mengetahui perbaikan yang harus

dilakukan setelah analisa dengan

metode DMAIC.

II. LANDASAN TEORI

Joseph Juran mempunyai suatu pendapat

bahwa ”quality is fitness for use” yang bila

diterjemahkan secara bebas berarti kualitas

(produk) berkaitan dengan enaknya barang

tersebut digunakan (Suyadi Prawirosentono ,

2007 : 5 ) . Suatu barang atau jasa disebut

berkualitas karena memiliki standar atau

dimensi yang terukur yang dipandang sesuai

oleh semua pihak yaitu konsumen atau

pasar.

Pengertian pengendalian kualitas

menurut Sofjan Assauri (1998: 210) adalah

pengawasan mutu merupakan usaha untuk

mempertahankan mutu/kualitas dari barang

yang dihasilkan, agar sesuai dengan

spesifikasi produk yang telah ditetapkan

berdasarkan kebijaksanaan pimpinan

perusahaan.

Lean six sigma yang merupakan

kombinasi antara pendekatan Lean dan Six

Sigma, didefinisikan sebagai suatu filosofi

bisnis, pendekatan sistemik dan sistematis

untuk mengidentifikasi dan menghilangkan

pemborosan (waste) atau aktivitas –

aktivitas yang tidak bernilai tambah ( non

added value activities) melalui peningkatan

terus menerus secara radikal ( radical

contonues improvement) dengan cara

mengalirkan produk (material, work in

process, finish good) dan informasi dengan

menggunakan sistem tarik (pull system) dari

pelanggan internal dan eksternal untuk

mengejar keunggulan dan kesempurnaan

berupa produksi 3,4 cacat untuk setiap juta

kesempatan (3,4 DPMO).

Lean six sigma akan meningkatkan

kinerja bisnis dan industri melalui

peningkatan kecepatan (short cycle time)

dan akurasi (zero defect). Pendekatan lean

akan menyingkapkan non value added

(NVA) dan Value added (VA) serta

membuat value added mengalir secara

lancar sepanjang value stream processes.

Sedangkan six sigma akan mereduksi variasi

yang ada dalam value added itu. Tabel 1. Nilai Level Sigma

Batas

Spesifikasi Percent

Defective

ppm

1 30.23 697700

2 69,13 308700

3 93,32 66810

4 99,3790 6210

5 99,97670 233

6 99,999660 3.4

Page 3: Usulan Penerapan Pengendalian Kualitas Produksi Di Pt. Xyz Menggunakan Sistem Lean Sigma

3

Peta Proses (SIPOC)

Peta proses tingkat tinggi sering dikenal

dengan sebutan SIPOC yang merupakan

kepanjangan dari Supplier, Process, Input,

Output, Customer. SIPOC berguna untuk

mengetahui aktivitas lintas fungsional dari

proses inti. Dalam pembuatan SIPOC harus

ditentukan dengan jelas supplier (pemasok),

input, process (proses), output, dan customer

(pelanggan) untuk proses inti. Pemasok

adalah orang atau kelompok yang

memberikan informasi kunci, bahan-bahan

atau sumber daya lainnya kepada proses,

input merupakan sesuatu yang diberikan,

proses adalah sekumpulan langkah yang

mengubah dan idealnya menambahkan nilai,

output merupakan produk atau proses final,

pelanggan adalah orang atau kelompok atau

proses yang menerima output. Dalam

penulisan tugas akhir ini, SIPOC digunakan

pada tahap define untuk menggambarkan

aktivitas fungsional dari proses inti.

Digram Pareto (Pareto Analysis)

Diagram pareto pertama kali

diperkenalkan oleh Alfredo Pareto dan

digunakan pertama kali oleh Joseph Juran.

Diagram pareto adalah grafik balok dan

grafik baris yang menggambarkan

perbandingan masing-masing jenis data

terhadap keseluruhan. Dengan memakai

diagram Pareto, dapat terlihat masalah mana

yang dominan sehingga dapat mengetahui

prioritas penyelesaian masalah utama.

Fungsi diagram pareto adalah untuk

mengidentifikasaikan atau menyeleksi

masalah utama untuk peningkatan kualitas

dari yang paling besar ke yang paling kecil.

Kegunaan diagram pareto adalah:

1. Menunjukan masalah utama

2. Menyatakan perbandingan masing-

masing persoalan terhadap

keseluruhan

3. Menunjukan tingkat perbaikan

setelah tindakan perbaikan pada

daerah terbatas.

4. Menunjukan perbandingan masing-

masing persoalan sebelum dan

setelah perbaikan.

Diagram pareto digunakan untuk

mengidentifikasi beberapa permasalahan

yang penting untuk mencari cacat yang

terbesar dan yang paling berpengaruh.

Pencarian cacat terbesar dan cacat yang

paling berpengaruh dapat berguna untuk

mencari beberapa wakil dari cacat yang

teridentifikasi, kemudian dapat digunakan

untuk membuat diagram sebab akibat. Hal

ini perlu untuk dilakukan mengingat sangat

sulit untuk mencari penyebab dari semua

cacat yang teridentifikasi. Apabila semua

cacat dianalisi untuk dicari penyebabnya

maka hal tersebut hanya akan menghabiskan

waktu dan biaya dengan sia-sia.

Uji Normalitas

Uji normalitas adalah suatu uji yang

dilakukan untuk mengetahui apakah data

yang digunakan berdistribusi normal atau

tidak. Untuk menentukan normal atau

tidaknya suatu data, maka perlu dilakukan

hipotesis untuk uji normalitas. Uji

normalitas dapat dilakukan dengan

menggunakan uji chi-kuadrat, yang

kemudian hasilnya dapat dilakukan uji

hipotesis sebagai berikut :

1. Ho : data berdistribusi normal

H1 : data tidak berdistribusi normal

2. α = 0.05

3. Wilayah kritik χ2 untuk v = (b –1) x

(k-1) (7)

4. .Perhitungan frekuensi harapan

fe

fefox

22 )(

5. Kriteria Pengujian

Jika x2 hitung > x2 tabel maka

terima Ho dan disimpulkan bahwa data

berdistribusi normal.

Jika x2 hitung <= x2 tabel maka

tolak Ho dan disimpulkan bahwa data

tidak berdistribusi normal.

Peta Kendali (Control Chart)

Peta kendali adalah suatu alat yang

secara grafis digunakan untuk memonitor

dan mengevaluasi apakah suatu aktivitas/

proses berada dalam pengendalian kualitas

secara statistika atau tidak sehingga dapat

memecahkan masalah dan menghasilkan

perbaikan kualitas. Peta kendali menunjukan

adanya perubahan data dari waktu ke waktu,

tetapi tidak menunjukan penyebab

penyimpangan meskipun penyimpangan itu

akan terlihat pada peta kendali. Manfaat dari

peta kendali adalah untuk:

1. Memberikan informasi apakah suatu

proses produksi masih berada di

dalam batas-batas kendali kualitas

atau tidak terkendali

2. Memantau proses secara terus

menerus agar tetap stabil

3. Menentukan kemampuan proses

(capability process)

4. Mengevaluasi performance

pelaksanaan dan kebijaksanaan

pelaksanaan proses produksi

Page 4: Usulan Penerapan Pengendalian Kualitas Produksi Di Pt. Xyz Menggunakan Sistem Lean Sigma

4

5. Membantu menentukan kriteria batas

penerimaan kualitas produk sebelum

dipasarkan.

Peta kontrol atribut diklasifikasikan

menjadi dua, yaitu berdasarkan data proporsi

jumlah produk cacat terhadap ukuran sampel

(peta p dan np), dan dari jumlah cacat yang

ada pada satu unit produk dalam sampel

(peta C dan U). Peta p digunakan untuk

memonitor proporsi item yang memiliki

karakteristik tertentu dengan ukuran subgrup

sampel yang sama dan tidak. Rumus yang

digunakan untuk peta kontrol p adalah

sebagai berikut :

Prosentase kerusakan = N

npp

Garis pusat =n

nppCL

Upper Control Limitn

pppUCL

)1(3

Lower Control Limit n

pppLCL

)1(3

DPMO Dan Level Sigma

Konsep-konsep kunci pengukuran berbasis

kecacatan yang digunakan dalam penelitian

ini, antara lain unit, cacat, cacat per total

kesempatan, dan proporsi cacat. Unit

merupakan sebuah item yang diproses atau

produk atau jasa yang sedang dikirim kepada

pelanggan, cacat merupakan kegagalan

untuk memenuhi persyaratan pelanggan.

Sedangkan, cacat per total kesempatan

adalah peluang untuk memiliki cacat.

Proporsi cacat merupakan persentase

sampel-sampel item yang memiliki satu atau

lebih cacat. DPMO mengindikasikan berapa

banyak cacat akan muncul jika ada satu juta

peluang . Berikut adalah cara perhitungan

untuk memperoleh DPMO :

1000000xUxOP

DDPMO

Dimana :

D = Defect (Jumlah cacat/repair)

U = Unit (Unit Inspeksi)

OP = Opportunity (kesempatan cacat)

Kapabilitas Proses Dalam Perusahaan

Lean Six Sigma

Perusahaan-perusahaan Lean six

sigma mengandalkan peningkatan

kapabilitas proses untuk meningkatkan

kinerja bottom line seperti reduksi biaya

terus menerus, peningkatan keuntungan

terus menerus, perluasan pangsa pasar, dll.

Berdasarkan alasan ini maka pengukuran

kinerja proses menggunakan indeks

kapabilitas proses menjadi sangat penting

dalam program-program Lean sigma.

Beberapa informasi untuk penentuan

indeks kapabilitas proses dalam

pengendalian kualitas menuju target Lean

sigma.

Indeks Kapabilitas Proses Cp

s

LSLUSLCp

6

Cp = kapabilitas proses

USL =upper specification limit

LSL =lower specification limit CTQ

yang ingin dikendalikan

s =Nilai Standar Deviation CTQ

Persyaratan asumsi penggunaan formula

ini adalah bahwa distribusi proses harus

distribusi normal dan nilai rata-rata proses

(X-bar) harus tepat sama dengan nilai target

(T), yang berarti nilai x-bar proses harus

tepat berada di tengah interval nilai USL dan

LSL

Indeks kapabilitas Proses Cpk

3,

3min

LCLUSLCpk

Proses ini hanya digunakan untuk 3 sigma

sehingga apabila kita akan melakukan

pengendalian proses 6-sigma maka indeks

Cpk harus disesuaikan menggunakan

referensi pengendalian 3 sigma itu.

Diagram Sebab-Akibat (Cause and Effect

Diagram)

Diagram ini disebut juga diagram tulang

ikan (fishbone chart) dan berguna untuk

memperlihatkan faktor-faktor utama yang

berpengaruh pada kualitas dan mempunyai

akibat pada masalah yang kita pelajari.

Selain itu kita juga dapat melihat faktor-

faktor yang terperinci yang berpengaruh dan

mempunyai akibat pada faktor utama

tersebut yang dapat kita lihat dari panah-

panah yang berbentuk tulang ikan pada

diagram fishbone tersebut.

Diagram sebab akibat ini pertama kali

dikembangkan pada tahun 1950 oleh

seorang pakar kualitas dari Jepang yaitu Dr.

Kaoru Ishikawa yang menggunakan uraian

grafis dari unsur-unsur proses untuk

menganalisa sumber-sumber potensial dari

penyimpangan proses.

Faktor-faktor penyebab utama ini dapat

dikelompokan dalam;

1. Material / bahan baku

2. Machine/ mesin

3. Man / tenaga kerja

4. Method / metode

5. Environment / lingkungan

Page 5: Usulan Penerapan Pengendalian Kualitas Produksi Di Pt. Xyz Menggunakan Sistem Lean Sigma

5

Implementasi 5S

5S adalah suatu metode penataan dan

pemeliharaan wilayah kerja secara intensif

yang berasal dari Jepang yang digunakan

oleh manajemen dalam usaha memelihara

ketertiban, efisiensi, dan disiplin di lokasi

kerja sekaligus meningkatan kinerja

perusahaan secara menyeluruh.

Penerapan 5S umumnya diberlakukan

bersamaan dengan penerapan kaizen agar

dapat mendorong efektivitas pelaksanaan

5S.Di Indonesia metode ini dikenal dengan

istilah 5R, sedangkan di Amerika dan Eropa

dikenal dengan 5C.

Isi dari 5S antara lain :

1. (Seiri), Ringkas, merupakan kegiatan

menyingkirkan barang-barang yang

tidak diperlukan sehingga segala

barang yang ada di lokasi kerja hanya

barang yang benar-benar dibutuhkan

dalam aktivitas kerja.

2. (Seiton), Rapi, segala sesuatu harus

diletakkan sesuai posisi yang

ditetapkan sehingga siap digunakan

pada saat diperlukan.

3. (Seiso), Resik, merupakan kegiatan

mempersihkan peralatan dan daerah

kerja sehingga segala peralatan kerja

tetap terjaga dalam kondisi yang baik.

4. (Seiketsu), Rawat, merupakan

kegiatan menjaga kebersihan pribadi

sekaligus mematuhi ketiga tahap

sebelumnya.

5. (Shitsuke), Rajin, yaitu pemeliharaan

kedisiplinan pribadi masing- masing

pekerja dalam menjalankan seluruh

tahap 5S.

III.METODOLOGI PENELITIAN

Langkah penelitian yang digunakan

yaitu dengan menggunakan Proses DMAIC

(Define, Measure, Analize, Improve,

Control).

Tahapan Identifikasi Awal

Identifikasi awal dari penulisan ini di

latarbelakangi dari masalah yang ada di

lapangan dan dibandingkan dengan studi

literatur yang ada. Juga diidentifikasikan

tujuan dari masalah yang akan dianalisa

untuk dijadikan bahan analisis.

Tahapan Pengumpulan Dan Pengolahan

Data

Studi Literatur

Pada tahap ini, teori hasil penelitian yang

berhubungan dengan tema dikumpulkan dan

dipelajari untuk dijadikan landasan

penelitian. Landasan teori yang

dikumpulkan yaitu diantaranya tentang

kualitas, lean, six sigma dan lean six sigma.

Selain literatur, arsip-arsip lapangan

direkapitulasi untuk mendapatkan data yang

berhubungan dengan penelitian.

Studi Lapangan

Selain studi literatur, studi lapangan juga

diperlukan untuk melakukan penelitian

langsung dengan yang terkait agar

didapatkan data kuantitatif yang dapat

dijadikan perhitungan-perhitungan dalam

penelitian. Perhitungan data ini dilakukan

dengan cara menghitung frekuensi

pengembilan part, menghitung lead timenya

untuk proses produksi berlangsung dan

untuk mengetahui adanya langkah preventif

yang akan dilakukan agar tidak terjadi

defect.

Gambar 1. Diagram Alir

Proses pengumpulan data ini harus dapat

terukur yang berupa waste, yang

diidentifikasikan sangat berpengaruh pada

kualitas dan kapabilitas proses produksi saat

ini di perusahaan. Pengumpulan data berupa

barang reject dan hasil produksi.

Langkah awal dalam penelitian ini yaitu

melakukan tahapan define dengan

mendefinisikan secara formal sasaran

peningkatan proses yang konsisten dengan

permintaan atau kebutuhan pelanggan dan

strategi perusahaan.

Page 6: Usulan Penerapan Pengendalian Kualitas Produksi Di Pt. Xyz Menggunakan Sistem Lean Sigma

6

Tahapan Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan

menggunakan data harian dan lapangan

yaitu berupa data produksi harian (daily

report) dan data kerusakan produk disajikan

dalam bentuk tabel, dan juga membuat

diagram pareto

Tahapan Analisa Hasil

Pada tahapan ini analisi waste kritis yang

ada dan dicari masalah utama yang paling

dominan, maka dilakukan analisa faktor

penyebab kerusakan produk dengan

menggunakan fishbone diagram, sehingga

dapat diidentifikasi penyebab masalah.

Dimana dalam diagram ini ditentukan input

kritis, menentukan akar penyebab masalah

dan juga menyusun prioritas akar penyebab

permasalahan.

Berdasarkan analisis sebelumnya

dilakukan improve dengan cara mencari

solusi potensial, memilih dan menyusun

prioritas terhadap solusi, mengaplikasikan

praktik Lean six sigma.

Tahapan terakhir yaitu Control adalah

untuk melengkapi semua kerja proyek dan

menyampaikan hasil proses perbaikan

kepada up management. dan memastikan

bahwa setiap orang bekerja telah dilatih

untuk melakukan prosedur perbaikan yang

baru

Kesimpulan Dan Saran

Setelah proses penelitian maka tahapan

terakhir yaitu penarikan kesimpulan dari

analisi yang ada pada perusahaan dan

tindakan apa yang akan dilakukan setelah

penetian ini agar tujuan penelitian tercapai.

IV. PEMBAHASAN

Identifikas Awal

Pengumpulan data merupakan proses

pertama yang dilakukan, data berupa data

primer dan sekunder. Data primer yang

diambil yaitu dari hasil pengamtan sehari-

hari saat proses produksi cap mulai desain

mould hingga produk dihasilkan. Proses

produksi dilakukan dalam 2 shift, dari 2 shift

tersebut di amati hasil cacat yang terjadi dan

output setiap kali produksi, dan pengamatan

waste saat produksi berlangsung.

Data sekunder yang diambil yaitu data

dari literatur yang ada yaitu proses produksi,

kualitas dan lean sigma yang berhubungan

dengan karya tulis. Selain itu data dari

perusahaan berupa data produksi harian.

Data-data ini diambil di PT PMC mulai

bulan Desember 2012- Januari 2013.

Define

Produk cap XXX merupakan produk

injection yang di Order berkelanjutan sesuai

dengan job to order. Produk ini terdiri dari

dua bagian outer cap dan cap fliptop

itusendiri. Bahan yang digunakan untuk

pembuatan cap yaitu material PP

(polypropilene). Mould cap XXX yang

digunakan berisi 8 cavity dengan

menggunakan mesin injection 100 ton.

Produksi dilakukan dalam 2 shift 8 jam

kerja/shiftnya. Produk yang diorder oleh

pelanggan pada bulan Februari 2013 adalah

300.000 pcs.

Gambar 2. Diagram SIPOC

Order awal yaitu sebanyak 300.000 pcs

dalam waktu satu bulan disepakati oleh

kedua pihak antara perusahaan PT PMC dan

konsumen. PT PMC menyetujui dengan

kapasitas yang dimiliki perusahaan yaitu

waktu kerja 8 jam dan dilakukan oleh 2 shift

dengan safety yang biasanya diberikan untuk

proses yaitu 20 %.

Gambar 3. Flow Process

Measure

Identifikasi CTQ

CTQ yang paling berpengaruh yaitu

defect produk sesuai dari pengamatan

lapangan yang menimbulkan rework dan

pengerjaan tambahan.

Tabel 2. Frekuensi Kecacatan Pada Process

No Proses

Jumlah

Reject

(pcs)

1 Pengisian granula plastik 0

2 Injection plastik 8.590

3 Assembly 51

4 Capping 17

TOTAL 8.658

Page 7: Usulan Penerapan Pengendalian Kualitas Produksi Di Pt. Xyz Menggunakan Sistem Lean Sigma

7

Tabel 3. Data Cacat Pada Proses Injection Plastik

No Jenis Cacat Jumlah Cacat

(pcs)

1 Ukuran product NG 38

2 Flash 1.586

3 Short shot 138

4 Scretch 38

5 Color 247

6 Black Dot 6.256

7 Salah Material 287

TOTAL 8.590

Berdasarkan hasil identifikasi terhadap

proses inti, maka dilakukan identifikasi cacat

dominan pada proses tersebut dengan

menggunakan data jenis dan frekuensi cacat

bulan Desember 2012 - Januari 2013 shift

1dan 2, seperti terlihat pada tabel 3 .

Identifikasi masalah dilakukan dengan

menggunakan diagram pareto sehingga

dapat dilihat prioritas masalah dari yang

tertinggi sampai yang terendah. Data yang

akan diolah dengan menggunakan diagram

pareto adalah data yang terdapat pada tabel

4.2 yaitu data kecacatan bulan Desember

2012-Januari 2013 shift 1 dan shift 2 pada

proses produksi cap XXX .

Gambar 4. Diagram Pareto Cap XXX Bulan

Desember 2012-Januari 2013

Berdasarkan diagram pareto di atas

diketahui bahwa proses yang memiliki

frekuensi kecacatan tertinggi pada proses

produksi cap XXX adalah adanya bintik

hitam dengan jumlah kecacatan sebesar

72,8% (6.256 pcs) dari total cacat sebesar

8.590 pcs, sehingga proses ini yang akan

dijadikan sebagai proses inti untuk

peningkatan kualitas dengan menggunakan

implementasi filosofi enam sigma.

Menentukan Kecukupan Data

Dalam penelitian ini penulis mengambil

tingkat kepercayaan 95% dan tingkat

ketelitian 5%.

qp

Z

n ..

2

2

73,0

8590

6256int

plastikinjectionpadacacatjumlah

hitamikbpadacacatjumlahp

Tabel 4. Level Kepercayaan

Level

kepercayaan Nilai

2

Z

99 2,58

95 1,96

90 1,65

80 1,28

pcsn 1212)73,01.(73,0.05,0

96,122

n < jumlah produk sample maka pengamatan

untuk data atribut yaitu data cacat produk

cap XXX dianggap cukup. Dimana jumlah

sampel yang di uji adalah 942.068 pcs.

Uji Normalitas Data

a. Menentukan nilai terbesar dan

terkecil

Xmax = 25.434 dan Xmin = 10.492

b. Range = Xmax - Xmin = 25.434 –

10.492 = 14.942

c. Menentukan banyak kelas dan

interval kelas

BK = 1 + 3,3 Log n = 1 + 3,3 Log 52

= 6,6628 = 7

d. Menentukan nilai rata-rata dan

standar deviasi (s)

18.085,1752

940,429.

n

xfix

3.437,83152

1,44614.571.45).( 2

n

xxifis

Tabel 5. Data Kelompok Bulan Desember

2012-Januari 2013

fre

ku

en

si

Pe

rce

nt

Jenis cacatCount

3,3 2,9 2,5

Cum % 72,8 91,3 94,6 97,5 100,0

6256 1586 287 247 214

Percent 72,8 18,5

OtherColorSalah MaterialFlashBintik hitam

9000

8000

7000

6000

5000

4000

3000

2000

1000

0

100

80

60

40

20

0

DIAGRAM PARETO

Page 8: Usulan Penerapan Pengendalian Kualitas Produksi Di Pt. Xyz Menggunakan Sistem Lean Sigma

8

Untuk batas kelas ke- 1 :

19,23471,3716

18.085,17-10489,51

s

xxz

57,13471,3716

18085,17-12624,52

s

xxz

Luas = P (-2,19< Z < -1,57) =0,986–

0,942= 0.044

fe = 0.044 x 52 = 2,288

fo = f

Tabel 6. Frekuensi Harapan Berdasarkan Batas

Kelas

Berdasarkan tabel 5 dan 6 di atas maka

dilakukan uji normalitas dengan

menggunakan uji hipotesis chi-kuadrat

sebagai berikut :

1. Ho : data berdistribusi normal

H1 : data tidak berdistribusi normal

2. α = 0.05

3. Wilayah kritik

χ2 >9,4877 untuk v = (k – 3) = 5 – 3

= 2

4. .Perhitungan

fe

fefox

22 )(

428,12

)428,1214(

296,10

)296,107(

772,5

)772,56(

288,2

)288,24( 2222

4,36,2

)6,24(

24,6

)24,65(

764,10

)764,1012( 222

5. Kriteria Pengujian

Jika x2 hitung > x2 tabel maka

distribusi data tidak normal

Jika x2 hitung <= x2 tabel maka

distribusi data normal

3,4 < 9,4877 data tabel terdistribusi

normal. Pembuatan Peta Kendali P

012.0%10013246

159

N

npp

0,0091942068

8590

n

nppCL

n

pppUCL

)1(3

0148,0

159

)0,01201(0,012030,0120

n

pppLCL

)1(3

0092,0

159

)0,01201(0,012030,0120

Gambar 5. Peta Kendali P

Perhitungan Defect per Million

Opportunites (DPMO ) dan Tingkat

Sigma

D = 8.590

U = 942.068

OP = 7

000.000.1xUxOP

DDPMO

000.000.17942.068

8.590x

x

= 1.302,6054

a= Nilai DPMO 1.306,2

b = Nilai DPMO 1.263,9

c = tingkat sigma sebesar 4,51

d = tingkat sigma sebesar 4,52

dx

b

c

b

y

d

a

52,4

9,263.1 1.302,6054

4,52154,

9,2631. 1.306,2

x

X = 4,51

Jadi nilai sigma untuk product cap XXX

adalah sebesar 4,51 Sigma.

Sample

Pro

po

rtio

n

51464136312621161161

0,0150

0,0125

0,0100

0,0075

0,0050

_P=0,00912

UCL=0,01091

LCL=0,00733

11

111

1

1

1

1

1

1

1

1

P Chart of C2

Tests performed with unequal sample sizes

Page 9: Usulan Penerapan Pengendalian Kualitas Produksi Di Pt. Xyz Menggunakan Sistem Lean Sigma

9

Perhitungan Kapabilitas Proses ( CP dan

CPK )

6

LSLUSLCp

dimana n

pp )1(

0007,07,18116

)0,0091(0,009)1(

n

pp

baiktidakprosesLSLUSL

Cp 195,000022,0*6

007,0011,0

6

3,

3min

LSLUSLCpk

)1;71,0min(0007,03

007,00,009,

0007,03

0,009011,0min

Cpk

Cpk < 1 , 0,71 < 1 maka proses tersebut

masih kurang baik.

V. ANALISA HASIL

Analisa Pareto Diagram

Pada Gambar 9. Diagram Pareto

menunjukan bahwa persentase terbesar

terjadinya defect adalah pada bintik hitam

dengan jumlah kecacatan sebesar 72,8 %

(6256 pcs) dari total cacat sebesar 9802 pcs,

sehingga proses ini yang akan dijadikan

sebagai proses inti untuk peningkatan

kualitas dengan menggunakan implementasi

lean six sigma. Hal ini yang menjadi fokus

di dalam program peningkatan kualitas Lean

Six Sigma sehingga cacat jenis ini dapat

ditekan hingga menjadi kegagalan 0% (zero

defect).

Analisa Peta Kendali P

Beberapa titik tersebut terdapat proses yang

out of control dan dapat dihilangkan dengan

improvement dan control yang baik pada

proses pengerjaan.

Analisa Perhitungan DPMO dan Sigma

Level

Pada perhitungan sebelumnya didapatkan

nilai DPMO sebesar 1302,6054 dengan

kapabilitas proses sebesar 0,95. Nilai sigma

pada perusahaan sudah lebih dari 3 sigma

yaitu 4,51 sigma dan dapat dikembangkan

terus menerus dengan continous

improvement hingga mencapai 6 sigma.

Anasila Penyebab Kegagalan Waste

Kritis

Faktor manusia dalam proses injection yaitu

kurangnya pengetahuan tentang bahan

maupun mesin membuat operator terus

menerus memproduksi produk cacat.

Operator hanya menyetting mesin dan

parameter mesin sesuai intruksi saja tanpa

mengetahui bila ada problem apa yang harus

mereka lakukan.

Faktor methods yang berpengaruh dalam hal

ini yaitu maintenance mesin yang tidak

terjadwalkan dengan baik sehingga

menunggu mesin rusak atau ada gangguan

dan bila pengawas produksi mengetahui

adanya kerusakan atau problem terhadap

produk. Tidak adanya pembersihan yang

tepat saat material diganti atau penambahan

material sehingga timbul black dot.

Mesin atau peralatan yang berpengaruh pada

hasil injektion adalah mesin injeksi 100 ton

dan mould 8 cavity untuk fliptop maupun

outer cap.

Kontruksi mould yang sudah lama pakai

membuat insert menjadi aus dan Insert core

yang pecah karena benturan terus menerus

membuat produk tidak terbentuk secara

sempurna. Screw yang berkarbonasi

membuat hasil injeksi reject yaitu adanya

bintik hitam hal ini dikarenakan parameter

yang salah membuat material menjadi

overheat. Kondisi hoper yang

terkontaminasi besi atau alumunium maupun

minyak sehingga tercampur dengan material

dan menyebabkan produk terisi besi atau

bram.

black dot

Environment Methods

Material

Machines

Personnel

mesinpengetahuan tentangtidak memiliki

pengetahuan materialtidak memiliki

screw berkarbonasi

barel rusak

berminy akmesin kotor dan

mould kotor

material terkontaminasi

material kotor

tepatpembersihan PP tidak

serv ice mouldtidak ada jadwal

lingkungan kotor

Cause-and-Effect Diagram

Gambar 6. Diagram Fishbone

Lingkungan tempat terjadinya proses

penginjeksian juga berpengaruh terhadap

hasil injeksian. Hoper yang kotor

terkontaminasi debu membuat material lain

masuk sehingga plastic terkontaminasi.

Bahan baku yang digunakan yaitu PP

dengan campuran masterbatch untuk

pewarnaan. Ada beberapa proses yang bahan

bakunya tercampur dengan debu dapat

dikarenakan hasil penggilingan untuk runner

dan barang reject digunakan kembali

sehingga untuk proses selanjutnya produk

yang dihasilkan terkontaminasi dan

menyebabkan black dot.

Improve

Faktor Manusia

1. Membuat SOP sebagai kontrol

proses pada setiap departemen

Page 10: Usulan Penerapan Pengendalian Kualitas Produksi Di Pt. Xyz Menggunakan Sistem Lean Sigma

10

dengan pelaksanaan yang terkontrol

pula.

2. Pembagian area dan alokasi

tanggung jawab pada masing-

masing operator.

3. Memberikan pemahaman kepada

tenaga kerja tentang mesin maupun

material dan arti penting kualitas

proses dan produk

4. Memberikan pengertian kepada

tenaga kerja mengenai dampak

pemborosan bagi perusahaan dan

konsumen, serta bagi tenaga kerja.

5. Membersihkan material sebelum

atau sesudah proses juga

membersihkan tempat kerja

sesudah dan sebelum proses.

6. Mengoptimalkan penggunaan

mesin injection dan penggantian

sparepart yang sudah rapuh secara

priodik

Faktor Metode dan Lingkungan

1. Standar mengenai benar dan salah

2. Dibuatkan alat bantu visual yang

memudahkan untuk pengecekan

3. Memberikan pemahaman terhadap

tenaga kerja mengenai arti penting

kebersihan.

4. Adanya standarisasi penggunaan

mesin yang tepat

5. Menekankan penyelesaian proses

yang tepat waktu dan tepat jumlah

dengan melakukan control

6. Melakukan koreksi terhadap

lingkungan dan metode kerja yang

kurang ergonomis serta melakukan

perbaikan secara terus menerus.

7. Melakukan koreksi terhadap sistem

kebersihan sisa-sisa proses, serta

melakukan perbaikan secara terus

menerus.

8. Tentukan apa yang harus dibersihkan

dan urutan. Selain itu disediakan

meja disamping mesin agar operator

ikut mengecek dan menginput data

lebih mudah.

Faktor Mesin

1. Pembersihan screw akibat dari

material yang terlalu over heat

membuat screw berkarbonasi, untuk

membersihkannya digunakan larutan

kimia dan sand paper.

2. Pembersihan mesin disekitar tie bar

karena terdapat scrap material

maupun minyak atau gemuk sehingga

menyebabkan material tercampur.

3. Pembersihan barel hampir sama

dengan mesin cara pembersihannya.

Untuk membersihkan screw atau

barel dapat digunakan cleaning agent

tetapi karena pihak perusahaan tidak mau

menggunakannya maka tindakan

pembersihan harus terjadwal.

Faktor Material

Hal ini dapat diminimalkan dengan

melakukan inspeksi yang baik pada waktu

penerimaan bahan baku. Pada proses

penggilingan, sering kali ditemui kotoran

atau benda-benda kecil yang menempel

sehingga menyebabkan banyak terjadi cacat

produk. Hal ini dapat diminimalkan dengan

melakukan tindakan preventif yaitu

membersihkan material yang akan masuk

atau keluar proses. Dengan

menstandarisasikan material yang akan

digunakan dan pemberian informasi

terhadap penanganan material agar tidak

terjadi kesalahan.

Dari analysa yang ada untuk mereduksi

waste yang ada yaitu black dot maka hal

yang sangat berpengaruh banyak yaitu pada

mesin, material dan pada cetakan (mould)

untuk itu diperlukan SOP untuk

maintenance mesin dan dan mould baru

dengan kontruksi yang lebih baik dari

sebelumnya dikarenakan umur pakai yang

terlalu lama.

VI. USULAN PERBAIKAN

(Seiri), Ringkas

Identifikasi barang yang dibutuhkan

dalam proses seperti material, mesin

dan mould, alat bantu cutter untuk

pembuangan flashing, kardus untuk

finish good, lampu untuk penerangan

setiap proses

Memisahkan barang yang dibutuhkan

dan tidak dibutuhkan seperti runner

dan barang reject dipisahkan di

tempat yang berbeda sehingga mudah

teridentifikasi defect pada proses,

produk yang sesuai di pisahkan untuk

masuk ke proses selanjutnya dan

packing.

Barang yang digunakan tiap minggu,

tiap hari,dan tiap jam didekatkan

dengan operator.

(Seiton), Rapi

Mengatur dan menyusun part-part

yang dibutuhkan seperti mould,

mesin, material, alat bantu lainnya

ditempat yang mudah di cari.

Membersihkan mesin secara teratur

dari minyak, scrap, dan besi-besi.

(Seiso), Resik

Menentukan target pembersihan

misalkan lantai maka harus di sapu,

Page 11: Usulan Penerapan Pengendalian Kualitas Produksi Di Pt. Xyz Menggunakan Sistem Lean Sigma

11

mesin harus dibersihkan sebelum dan

sesudah injection

Menentukan jadwal pembersihan

kepada setiap penanggung jawab

proses

Membuat prosedur pembersihan

setiap hari secara terus menerus

Menetapkan inspeksi secara periodik

terhadap mesin, peralatan, dan

furnitur atau alat bantu yang ada

dibuatkan maintenance task untuk

mesin injection sebagai tindakan

preventive maintenance

(Seiketsu), Rawat

Membuat checksheet produk untuk

mengetahui produk tersebut cacat

atau tidak.

Membuat visual standar untuk setiap

proses.

Meninjau ulang prosedur terhadap 3S

sebelumnya untuk dijadikan aktifitas

harian

Menentukan standar penggunaan

mesin atau standar parameter mesin

Menentukan standar material yang

digunakan

(Shitsuke), Rajin

Membuat audit 5S

Adanya jadwal periodik audit 5S

Terus menerus meningkatkan kinerja

karyawan dengan memberikan

motifasi terhadap karyawan sehingga

menciptakan kedisiplinan terhadap

para karyawan

Membuat 5S menjadi bagian dari

SOP

Control

Untuk mengontrol semua proses yang

ada maka direview ulang dan dibuatkan SOP

yang sesuai. Sebelumnya dihitung dahulu

dengan peta kendali untuk melihat hasil

perbaikan terhadap kualitas produk selain itu

dihitung juga kapabilitas proses untuk

mengendalikan kapabilitas prosesnya.

Sehingga kualitas produk tetap terkendali

secara statistik. Dengan improve yang ada

dengan menggunakan 5S maka setiap

priodik selalu di cek atau diaudit sehingga

secara continue tetap terjaga dan adanya

peningkatan kualitas.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengumpulan dan

pengolahan data, serta analisis yang telah

dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Dengan menggunakan tool seperti

diagram pareto, peta kendali dan

diagram fishbone didapatkan

pengendalikan produksi yang lebih

baik tidak hanya melalui daily report

saja.

2. Berdasarkan hasil identifikasi

terhadap proses produksi cap XXX

dengan menggunakan data kecacatan

bulan Desember 2012-Januari 2013

diketahui bahwa proses penginjeksian

merupakan proses inti dalam

penelitian ini, karena proses tersebut

memiliki tingkat kecacatan tertinggi

di defect berupa black dot (bintik

hitam) dibandingkan proses lainnya,

yaitu sebesar 72,8% (6256 pcs) dari

total cacat sebesar 8590 pcs.

3. Dari data yang ada terdapat beberapa

proses yang melebihi garis UCL

sebesar 0,0109 dan berada di bawah

LCL sebesar 0,00733. Dengan

DPMO sebesar 1302,6054 bila

dikonversikan ke nilai sigma yaitu

menjadi 4,51 σ.Kapabilitas proses

0,95 kurang dari 1 maka proses masih

kurang baik dan Indeks kapabiliti

proses 0,71 kurang dari 1 maka

proses masih kurang baik karena

terjadi rework pada material.

4. Usulan perbaikan yaitu dengan

mengimprove 5S untuk tindakan

preventive terhadap mesin dan mould

maupun lingkungan yang ada dan

mengontrol setiap tindakan secara

periodik, selain itu mengontrol

dengan kontrol kendali untuk melihat

kualitas terkendali secara statistik

ataukah tidak setelah perbaikan

tersebut.

Saran

Saran yang diberikan kepada PT PMC

yaitu sebagai berikut.

1. Pembuatan SOP setiap proses dan

dilakukan oleh semua orang yang

ada di lingkungan pabrik

2. Pelaksanaan peningkatan kualitas

dilakukan secara menyeluruh oleh

semua seksi ataupun pekerja agar

didapatkan hasil yang optimal.

3. Membudidayakan 5S pada setiap

kegiatan

4. Adanya laporan yang lengkap

untuk produk reject dan hasil

produks, pengisian checksheet

setiap proses agar terdata lebih baik

Page 12: Usulan Penerapan Pengendalian Kualitas Produksi Di Pt. Xyz Menggunakan Sistem Lean Sigma

12

5. Untuk penelitian selanjutnya

sebaiknya dihitung pula tingkat

produktivitas terhadap para pekerja

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Assouri, Sofjan. 1969. Manajemen Produk

dan Operasi, Edisi Keempat,

Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.

Montgomery, Douglas C.2001. Introduction

To Statical Quality Control. 6th

Edition. New York: John Wiley &

Sons, Inc.

Nasution, M. N. 2005. Manajement Mutu

Terpadu (total quality management)

Edisi Kedua. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Syukron, Amin & Muhammad, Kholil.

2012. Six Sigma Quality for

business Improvement. Jakarta:

Graha ilmu.

Gaspersz, Vincent. 2003. Metode Analisis

Untuk Peningkatan Kualitas,

Cetakan Kedua. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama,.

Gaspersz, Vincent. 2006. Continuous Cost

Reduction Through Lean-Sigma

Approach. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Gaspersz, Vincent. 2006. The Executive

Guide To Implementing Lean Six

Sigma. Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama.

Gaspersz, Vincent & Fontana,

Avanti.2011.Lean Six Sigma For

Manufacturing And Service

Industries. Bogor: Vinchristo

Publication.

Prawirosentono, Suyadi. 2007. Manajemen

Operasi Edisi-4. Jakarta: PT. Bumi

Aksara.

Arie, Ringga. 2010. Analisis Pengendalian

Kualitas Produksi di PT.

Masscomgrahpy Dalam Upaya

Mengendalikan Tingkat Kerusakan

Produk Menggunakan Alat Bantu

Statistik.

Pusporini, Pregiwati & Andesta, Deny

.2009. Integrasi Model Lean Sigma

Untuk Peningkatan Kualitas

Produk. Vol 10, No 2,pp 175-183.

Noviyarsi , Yesmizarti Muchtiar &

Adriansyah. 2007. Implementasi

Metode 5S ada Lean Six Sigma

dalam Proses Pembuatan Mur Baut

Versing (studi kasus di CV. Desra

Teknik Padang) . VOL. 9, NO. 1,

JUNI 2007: 63-74.

Zainuddin & Retnaningsih , Sri M. 2012.

Pendekatan Lean Six Sigma untuk

Peningkatan Produktivitas Proses

Butt Weld Orbital . Vol. 1, No. 1.

Hatani,La. 2007. Manajemen Pengendalian

Mutu Produksi Roti Melalui

Pendekatan Statistical Quality

Control (SQC) (Studi Kasus Pada

Perusahaan Roti Rizki Kendari).

Jurnal Ekonomi dan Manajemen

Unhalu.

Natasya, meirilyn.,Rahayu, Siti., dan Budy,

Stefanus. 2012. Implementasi

Pengendalian Kualitas Dengan

Menggunakan Metode Statistik

Pada PT Industri Marmer

Indonesia Tulungagung. Jurnal

Ilmiah Mahasiswa Universitas

Surabaya Vol. 1 No. 1.