v. hasil dan pembahasan - repository.ipb.ac.id v... · bengkulu dan lampung. daerah sumatera...
TRANSCRIPT
v. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Indetifikasi dan Evaluasi Model-Model Kemitraan di Kota Pekanbaru
5.1.1. Implementasi model PT Charoen Pokphand
Perusahaan ini merupakan perusahaan besar yang berpusat di Thailand.
di Indonesia perusahaan ini berpusat di Jakarta, sedangkan untuk wilayah
Sumatera dibagi atas dua, yaitu berpusat di Palembang untuk daerah Jambi,
Bengkulu dan Lampung. Daerah Sumatera lainnya seperti Sumatera Sarat,
Sumatera Utara, Aceh dan Riau berpusat di Medan.
Perusahaan ini bergerak dibidang agribisnis peternakan yang mengelola
banyak lini produk peternakan mulai dari produk hulu sampai produk hilir
peternakan. Produk yang dihasilkan terdiri dari (1) Pembuatan pakan ternak
(2) Peternakan ayam petelur, (3) Pembibitan DOC petelur dan pedaging,
(4) Breeding Farm atau penetasan telur, (5) Peternakan ayam ras pedaging,
(6) Kemitraan model PIR, dan (7) Pengolahan hasil peternakan.
Pad a usaha kemitraan di Pekanbaru perusahaan ini membuat anak
perusahaan dengan nama PT Nusantara Unggas Jaya. Perusahaan ini berdiri
pada tahun 1998 sesuai dengan Akta Notaris Nomor 3 Tanggal 2 Juni Tahun
1998. Dalam mengelola kemitraan pad a awalnya perusahaan menjalin hubungan
dengan peternak-peternak yang mengalami masalah akibat resesi ekonomi,
banyak peternak yang gulung tikar saat itu. Resesi yang dirasakan sekali adalah
banyaknya peternak yang tidak sanggup lagi menyediakan modal untuk beternak
karena mahalnya harga pakan dan bibit serta keterbatasan modal dimiliki.
Dengan adanya perusahaan in! peternak dapat lagi berusaha dengan
bekerjasama yang sifatnya saling menguntungkan melalui model PIR ayam ras
58
59
pedaging. Sekarang, kemitraan ini sudah semakin berkembang dengan
melebarkan sayapnya dengan membuka lokasi-Iokasi baru diluar Kota
Pekanbaru. Selain itu manajemen kemitraan juga sudah melakukan penyaringan
dan seleksi bagi peternak yang akan ikut bermitra dengan memberikan
persyaratan-persyaratan yang menjamin kelangsungan keamanan perusahaan.
Persyaratan ini berupa surat berharga yang mempunyai nilai apabila terjadi
kerugian pad a peternak plasma.
Dilihat dari aktivitasnya selama 5 (lima) tahun, model kemitraan Charoen
Pokphand sudah memiliki sebanyak 16 peternak plasma untuk Kota Pekanbaru.
Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan upaya pemerintah untuk membantu
mengurangi kemiskinan dengan menciptakan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat setempat khususnya peternak.
Deskripsi perjanjian dan persyaratan pada model kemitraan Charoen
Pokphand (Tabel 14), terlihat bahwa umumnya peternak dapat menerima isi
surat perjanjian model kemitraan Charoen Pokphand. Dari hasil penelitian
terhadap penentuan harga jual hasil produksi, harga sapronak dan jaminan tidak
disetujui oleh peternak, karena penentuan harga-harga seharusnya ditentukan
secara bersama namun pelaksanaanya hanya oleh perusahaan inti saja, akan
tetapi peternak tetap mau bekerjasama dengan pihak inti.
60
Tabel14. Deskripsi Implementasi Perjanjian Model Kemitraan Charoen Pokphand
Implementasi Inti Peternak
Kewajiban - Menyediakan sapronak - Menyediakan kandang. secara kredit. - Menyediakan
- Menyediakan peralatan perlengkapan kandang. secara kredit. - Menyediakan tenaga
- Memasarkan hasil produksi. kerja. - Memberikan bimbingan teknis - Mengikuti petunjuk
kepada peternak. bimbingan teknis. - Menghentikan perjanjian - Mengembalikan kredit
kerjasama secara sepihak jika sapronak. petemak melakukan - Hanya memakai sapronak penyimpangan. dari inti.
- Menjual hasil panen hanya kepada inti.
Hak - Menentukan harga sapronak. - Memperoleh kredit - Menentukan harga jual hasil sapronak.
panen. - Memperoleh bimbingan - Menentukan jadwal teknis.
pengiriman sapronak. - Menerima sisa hasil - Menentukan jumlah kredit produksi.
sapronak. - Menentukan harga-harga - Memperoleh hasil panen. secara bersama - Melakukan pemotongan hasil
panen untuk pembayaran kredit sapronak.
Ketentuan - Menerima jaminan berupa - Menyediakan jaminan Lain uang tunai atau surat tanah kredit sapronak.
(tidak tertulis).
5.1.2. Implementasi model PT Confeed
Perusahaan ini juga merupakan perusaaan besar di bidang peternakan.
Perusahaan ini adalah perusahaan multinasional yang menyebar di tanah air. di
Sumatera, perusahaan berpusat di Medan untuk wilayah kerja Provinsi Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Riau sedangkan pusat Lampung untuk
wilayah Lampung. Bp.nglculu, Palembang dan .. Iambi.
61
Pada awalnya perusahaan ini di Riau melakukan usaha pembibitan ayam
ras pedaging, yang mesuplai kebutuhan Poultry Shop baik DOC maupun pakan
ayam. Pada tahun 1999 perusahaan ini melakukan usaha kemitraan dengan
peternak plasma yang adadi Pekanbaru. Pad a awal kemitraan peternak plasma
perusahaan ini berasal dari plasma perusahaan lain yang pindah karena adanya
ketidaksesuaian dan juga berasal dari peternak mandiri. Sejak akhir tahun 2004
perusahaan banyak menerima peternak plasma yang belum mempunyai
pengalaman beternak atau peternak baru yang termotifasi setelah melihat
manfaat yang diterima oleh peternak lain yang telah bergabung dalam kemitraan.
Dengan banyaknya peternak yang berminat untuk bergabung, pihak manajemen
membuat persyaratan atau seleksi yang lebih ketat terhadap peternak plasma.
Salah satu jaminan yang harus diberikan peternak kepada perusahaan adalah
uang tunai sebesar Rp2.000 lekor ayam masuk. Hal ini bertujuan untuk menjaga
kerugian perusahaan, apabila dalam proses pemeliharaan terjadi kerugian.
Deskripsi mengenai perjanjian dan persyaratan pada model kemitraan
Confeed (Tabel 15), terlihat bahwa umumnya peternak dapat ~enerima isi surat
perjanjian model kemitraan Confeed. Namun terhadap penentuan harga jual hasil
produksi, harga sapronak dan jaminan tidak disetujui oleh peternak. Selain itu
terhadap masa pembayaran sisa hasil produksi yang seharusnya dilakukan oleh
perusahaan paling lama 14 hari setelah masa pan en selesai, perusahaan
terkadang tidak dapat memenuhinya, karena pembayaran sering dilakukan
melewati masa tersebut bahkan bisa mencapai 30 hari.
62
Tabel 15. Deskripsi Implementasi Perjanjian Model Kemitraan Confeed
Implementasi Inti Peternak
Kewajiban - Menyediakan sapronak - Menyediakan kandang secara kredit. berbentuk panggung
- Menyediakan peralatan dengan perlengkapannya secara kredit. - Menyediakan tenaga kerja.
- Memasarkan hasil produksi. - Mengikuti petunjuk - Memberikan bimbingan bimbingan teknis.
teknis kepada peternak. - Mengembalikan kredit - Menghentikan perjanjian sapronak.
kerjasama secara sepihak - Hanya memakai sapronak jika peternak melakukan dari inti. penyimpangan. - Menjual hasil panen hanya
- Membayarkan sisa hasil kepada inti. produksi paling lambat 14 - Menjamin keamanan dan hari setelah selesai panen. masalah-masalah sosial.
- KaQasitas 5.000 ekor. Hak - Menentukan harga sapronak. - Memperoleh kredit
- Menentukan -harga jual hasil sapronak. panen. - Memperoleh bimbingan
- Menentukan jadwal teknis. pengiriman sapronak. - Menerima sisa hasil
- Menentukan jumlah kredit produksi sapronak. - Secara bersama
- Memperoleh hasil panen. menentukan harga-harga - Melakukan pemotongan hasil
panen untuk pembayaran kredit sapronak.
Ketentuan - Menerima jaminan berupa - Menyediakan jaminan Lain uang tunai sebesar Rp2.000 kredit sapronak.
per ekor. - Menyediakan prasarana jalan.
5.1.3. Implementasi model Ramah Tamah Indah (RTI)
Ramah Tamah Indah berdiri sejak tahun 1983 di kota Pekanbaru. Sejak
berdirinya RTI mempunyai dasar usaha sebagai pedagang ayam di Pasar Sail
kota Pekanbaru. Karena kondisi pemasaran yang mendukung, perusahaan ini
menambah popu!asi ayamnya dengan rnembuat guda!1g dan me!!jlJa! ayamnya
kepada pedagang, baik langsung diantar kepasar maupun pedagang yang
63
datang menjemput kegudangnya. Selain itu perusahaan ini juga sebagai
pedagang besar yang menyuplai kebutuhan ayam di kabupaten-kabupaten yang
ada di Riau maupun Provinsi tetangga Riau. Dengan pasar yang luas dan
kebutuhan yang cukup banyak maka pihak manajemen mengambil langkah
untuk merangkul peternak-peternak untuk diajak beke~asama dengan konsep
saling menguntungkan dari kedua belah pihak.
Tabel 16. Deskripsi Implementasi Persyaratan Model Kemitraan RTI
Implementasi Inti Peternak
Kewajiban - Menyediakan sapronak - Menyediakan kandang. secara kredit. - Menyediakan
- Menyediakan peralatan perlengkapan kandang. secara kredit. - Menyediakan tenaga
- Memasarkan hasil produksi. kerja. - Memberikan bimbingan teknis - Mengikuti petunjuk
kepada peternak. bimbingan teknis. - Menghentikan pe~anjian - Mengembalikan kredit
kerjasama secara sepihak jika sapronak. peternak melakukan - Hanya memakai sapronak penyimpangan. dari inti.
- Menjual hasil panen hanya kepada inti.
Hak - Menentukan harga sapronak. - Memperoleh kredit - Menentukan harga jual hasil sapronak.
panen. - Memperoleh bimbingan - Menentukan jadwal teknis.
pengiriman sapronak. - Menerima sisa hasil - Menentukan jumlah kredit produksi
sapronak. - Memperoleh hasil panen. - Melakukan pemotongan hasil
panen untuk pembayaran kredit sapronak.
Ketentuan 1- Peternak diizinkan melakukan - Tidak ada I
Lain I
peminjaman dalam bentuk I uang tunai
64
Dari hasil pengamatan dilapangan terlihat bahwa peternak dalam
kemitraan RTI ini adalah peternak plasma yang telah keluar dari kemitraan
Pokphand dan Confeed ditambah dengan peternak mandiri. Sehingga dilihat dari
pengalaman beternak dan be rmitra, sudah mempunyai pengalaman yang cukup
lama. Hal ini sangat mendukung manajemen perusahaan dari peternak yang
mempunyai disiplin kerja untuk dapat menghasilkan produktivitas yang baik.
Deskripsi mengenai perjanjian dan persyaratan pada model kemitraan
RTI (Tabel 16), memperlihatkan bahwa umumnya peternak dapat menerima
perjanjian model kemitraan RTI yang dilakukan secara lisan (tidak tertulis)
walaupun sebenarnya peternak menginginkan pe~anjian tersebut dalam bentuk
tertulis. Namun terhadap kontinuitas pengiriman sapronak, peternak sering
mengeluhkan akan hal ini. Penyebabnya karena perusahaan memang
tergantung dengan pabrik yang merupakan pemasok sapronak bagi perusahaan,
demikian juga halnya dengan bantuan perusahaan dalam bimbingan teknis.
Sedangkan penentuan harga jual hasil produksi dan harga sapronak tidak
disetujui oleh peternak.
5.1.4. Implementasi model Makmur Jaya PS
Perusahaan Makmur Jaya PS berdiri pad a tahun 1982. Pada awal
berdirinya perusahaan Makmur Jaya ini merupakan pedagang sarana kebutuhan
ternak atau Poultry Shop. Perusahaan ini merupakan pedagang besar yang
pemasarannya mencakup daerah Riau daratan dan Riau Kepulauan. Pada tahun
2002 pemasaran DOC, pakan dan obat-obatan mengalami kemacetan, hal ini
disebabkan banyaknya peternak binaannya yang tak sanggup lagi beternak
akibat kondisi ekonomi dan sebagian lagi telah pindah pada model-modei
kemitraan lain yang telah ada. Selain itu sebagai pedagang besar sarana
65
ternak, perusahaan ini juga dituntut oleh sistem sebagai distributor tetap yang
harus mendistribusikan DOC, pakan dan obat-obatan dalam target tertentu.
Dengan permasalahan itu pihak manajemen perusahaan berusaha memenuhi
target dengan merangkul peternak sebanyak-banyaknya untuk dapat beke~a
sarna yang saling menguntungkan kedua belah pihak dengan sistem kemitraan
model PIR.
Model PIR Makmur Jaya adalah model PIR yang terakhir berdiri di
Pekanbaru. Petemak plasmanya merupakan peternak lama yang juga
pelanggannya pada masa lalu. Selain itu peternak plasma yang bergabung juga
berasal dari perpindahan model PIR lain yang sudah ada sebelumnya, terutama
dari perusahaan besar seperti Charoen Pokphand dan Confeed. Hal ini
disebabkan pihak manajemen model PIR Makmur Jaya tidak terlalu kaku, selain
itu juga tidak menuntut adanya jaminan berupa dana tunai atau surat berharga
lainnya. Untuk lebih lanjut mengenai pe~anjian dan persyaratan pad a model
kemitraan Makmur Jaya, seperti dideskripsikan pad a Tabel17.
Pada Tabel 17, terlihat bahwa umumnya peternak dapat menerima isi
perjanjian model kemitraan Makmur Jaya. Pada model kemitraan Makmur Jaya
ini, pe~anjian antara peternak dan perusahaan juga tidak dibuat secara tertulis.
Pada kemitraan Makmur Jaya, kontinuitas pengiriman sapronak, sering
dikeluhkan peternak, hal ini karena perusahaan sangat tergantung dengan pabrik
yang merupakan pemasok sapronak bagi perusahaan. Selain hal tersebut,
bantuan perusahaan dalam bimbingan teknis yang dirasakan peternak sangat
kurang, sedangkan penentuan harga jual hasil produksi dan harga sapronak
tidak disetujni oleh peternak.
66
Tabel17. Deskripsi Implementasi Persyaratan Model Kemitraan Makmur Jaya
Implementasi Inti Peternak
Kewajiban - Menyediakan sapronak - Menyediakan kandang. secara kredit. - Menyediakan
- Menyediakan peralatan perlengkapan kandang. kandang secara kredit. - Menyediakan tenaga
- Memasarkan hasil produksi. kerja. - Memberikan bimbingan teknis - Mengikuti petunjuk
kepada peternak. bimbingan teknis. - Menghentikan perjanjian - Mengembalikan kredit
kerjasama secara sepihak jika sapronak. peternak melakukan - Hanya memakai sapronak penyimpangan. dari inti.
- Menjual hasil panen hanya kepada inti.
Hak - Menentukan harga sapronak. - Memperoleh kredit - Menentukan harga jual hasil sapronak.
panen. - Memperoleh bimbingan - Menentukan jadwal teknis.
pengiriman sapronak. - Menerima sisa hasil - Menentukan jumlah kredit produksi
sapronak. - Memperoleh hasil panen. - Melakukan pemotongan hasil
panen untuk pembayaran kredit sapronak.
Ketentuan - Peternak diizinkan melakukan - Tidak ada Lain peminjaman uang tunai.
5.1.5. 8entuk dan lsi Surat Perjanjian
Dalam mengawali pelaksanaan ke~asama antara peternak ayam ras
pedaging sebagai plasma dengan perusahaan sebagai inti, implementasi
awalnya adalah dengan menyusun anal isis kebutuhan serta perencanaan
kesepakatan pe~anjian ke~asama. Proses penyusunan pe~anjian kerjasama
67
dimulai dengan membicarakan pertimbangan-pertimbangan kebutuhan yang
diperlukan oleh petemak, disesuaikan dengan kemungkinan dan harapan yang
akan diperoleh petemak dari perusahaan.
lsi dari pe~anjian tertulis kerjasama tersebut terdiri dari sebelas pasal
yang menetapkan bahwa kedua belah pihak telah sepakat untuk melakukan
ikatan yang diatur dalam pasal-pasal pe~anjian terse but. Dalam perjanjian
tersebut dapat diketahui hak dan kewajiban dari masing-masing pihak
(perusahaan sebagai inti dan petemak sebagai plasma/calon mitra).
Secara umum hak dan kewajiban dari masing-masing pihak tersebut
adalah sebagai berikut :
Hak Peternak sebagai Mitra
1. Memperoleh kredit modal ke~a dalam bentuk bibit ayam (DOC), pakan, obat
obatan dan vaksin serta peralatan kandang.
2. Mendapatkan petunjuk dan bimbingan teknis serta pengawasan dari dokter
hewan perusahaan secara berkala.
3. Menerima pembayaran hasil produksi/panen secara tunai setelah hasil panen
diterima oleh perusahaan.
Kewajiban Peternak Mitra.
1. Menyediakan kandang-kandang ayam disertai dengan perlengkapan serta
tenaga ke~a yang diperlukan dalam pemeliharaan ayam.
2. Selama pe~anjian terse but berlangsung, petemak mitra tidak diperkenankan
untuk memelihara ayam atau memakai sapronak dari pihak lain.
3. Menyerahkan jaminan kredit modal kerja berupa surat tanah dan sejumlah
dana kepada pihak perusahaan.
68
4. Mengikuti seluruh petunjuk dan bimbingan teknis yang diberikan oleh pihak
perusahaan.
5. Menjual hasil panen kepada pihak perusahaan.
6. Mengembalikan pinjaman kredit sapronak kepada perusahaan setelah
panen.
Hak Perusahaan
1.· Menentukan penggunaan kredit sapronak yang disalurkan kepada peternak
mitra.
2. Menerima jaminan kredit modal ke~a berupa surat tanah dan sejumlah dana
dari peternak mitra.
3. Memperoleh pasokan panenan ayam ras pedaging dari seluruh peternak
mitra.
4. Melakukan pemotongan pembayaran hasil panen peternak mitra untuk
melunasi kredit sapronak.
Kewajiban Perusahaan
1. Menyediakan sarana produksi berupa bibit ayam (DOC), pakan, obat-obatan
dan peralatan kelokasi peternak mitra.
2. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis secara berkala kepada peternak
mitra.
3. Menerima dan menjamin pemasaran hasil panen peternak mitra.
4. Membayar secara tunai hasil penjualan produksi peternak mitra setelah hasil
pa!1enan tersebut c!iterima pihak perusahaan.
69
Selain hak dan kewajiban dari masing-masing pihak tersebut, secara
khusus ada beberapa perbedaan dari kewajiban dan hak masing-masing pihak
yang bermitra, seperti terlihat pada Tabel18.
Tabel 18. Perbedaan Hak dan Kewajiban Perusahaan Inti dan Peternak Mitra Pada 4 Model Kemitraan di Kota Pekanbaru
Model Hak Kewajiban Hak Peternak Kewajiban
Perusahaan Perusahaan Pete rn ak
Pokphand - Menerima - Memberikan - Menerima - Memberikan jaminan dari jaminan jaminan jaminan pada peternak tersediannya ketersediaan perusahaan berupa surat sarana sarana berupa surat tanah/uang. produksi produksi tanah/uang.
Confeed - Menerima - Memberikan - Jaminan - Memberikan jaminan jaminan ketersediaan jaminan pada berupa uang tersedianya sarana perusahaan tunai sapronak produksi berupa uang Rp2.000/ekor ayam masuk
RTI - Hanya - Memberikan - Tidak - Mengenal memilih jaminan memberikan perusahaan peternak ketersediaan Jaminan yang sapronak dikenalnya secara baik
Makmur - Hanya - Memberikan - Tidak - Mengenal Jaya memilih jaminan memberikan perusahaan
peternak yang ketersediaan jaminan dikenalnya sapronak secara baik
Dari ketentuan-ketentuan yang terdapat pad a isi surat perjanjian tersebut
mengatur mekanisme kerjasama yang harus dipatuhi bersama oleh kedua belah
pihak yang bermitra dan mengandung konsekwensi-konsekwensi dalam
pe!aksanafln perjanjian tersebut. Apabila da/am pelaksanaan kerjasama teisebut
dapat berlangsung dengan baik maka kedua belah pihak dapat melanjutkan
70
perjanjian tersebut secara otomatis selama 7 (tujuh) periode pemeliharaan.
Sebaliknya apabila terjadi perselisihan antara kedua belah pihak akan ditempuh
cara musyawarah. Namun jika salah satu pihak tidak dapat menerima
kesepakatan hasil musyawarah tersebut, maka dapat ditempuh jalan hukum
hingga ke pengadilan.
Dalam penetapan pe~anjian ke~asama seperti dalam isi surat perjanjian,
maka pihak ketiga selaku pembina (fasilitator) sudah terlibat sejak awal terutama
Dinas Peternakan setempat, namun dalam pelaksanaan di lapangan,
peranannya belum dirasa memuaskan bagi peternak mitra. Disamping pihak
pemerintah yang terlibat, dalam penandatanganan pe~anjian tersebut juga
melibatkan pihak Notaris, sebagai pihak yang menguatkan isi perjanjian agar
dapat lebih dipertanggung jawabkan ke absahannya.
5.1.6. Evaluasi Terhadap lsi Surat Perjanjian
Evaluasi terhadap isi surat perjanjian kerjasama, bertujuan un~uk
mengetahui sampai sejauh mana isi surat pe~anjian tersebut dapat dijalankan
oleh kedua belah pihak yang melakukan hubungan kerjasama kemitraan. Surat
perjanjian yang sekaligus dapat dijadikan surat keterangan kontrak tersebut
mengatur tatacara yang harus dipenuhi oleh pihak-pihak yang bermitra. Ada hak
yang harus diterima oleh perusahaan sebagai inti disamping kewajiban yang
harus dijalankannya. Demikian pula terhadap peternak, ada hak yang akan
diterimanya dan ada kewajiban yang harus dijalankannya sebagai plasma. Lebih
lanjut tentang evaluasi kesepakatan kemitraan sebagai tabel perbandingan dari
implementasi beberapa model kemitraan ini dapat dilihat pad a Tabel 19.
Tabel20. Matrik Perbandingan Implementasi ke-4 Model Kemitraan Peternakan Ayam Ras Pedaging di Kota Pekanbaru
Charoen Pokphand Keterangan f--- Ketentuan Realisasi
~-----~.-Surat I KesHpakatan pe- Ada Perjanjian rusanaan dengan
peternak. (T)
Jenis kandang Jumlah produksi minimal Jaminan peternak Jadwal pengiriman sapronak Sapronak
Harga sapronak
-Bantuan teknis
Panggung (L) 5.1)00 ekor (L)
Surat tanah (L)
Kontinuitas sesuai program (L)
Harus dari perusaan (Tl Kesepakatan perusahaan dengan peternak. (T)
Rutin dilakukan _: .--.---.--___ t-r:,:p~erusahaan (T) Jadwal panen Kesepakatan
Hargajual
Penghitungan bagi hasil Pengambilan Hasil Produksi T = Tertuhs
porusahaan dengan peternak (L)
Kesepakatan 1= erusahaan dengan peternak. (T)
fKg + insentiv
Setelah panen (T)
L = Lisan
Tercapai Tidak tercapai
Tercapai
Tidak tercapai
Tercapai
Tidak tercapai
Tercapai
Tidak tercapai
Tidak tercapai
Tercapai
Tercapai
Confeed Ketentuan
Kesepakatan perusahaan dengan peternak. (Tl Panggung (T) 5.000 ekor (T)
Rp.2.000 fekor (T) Kontinuitas sesuai program (L) Harus dari Rerusaan (T) Kesepakatan perusahaan dengan peternak. (T) Rutin dilakukan perusahaan (T) Kesepakatan perusahaan dengan peternak (L) Kesepakatan perusahaan dengan peternak. (T) IKg + insentiv
14 hari setelah panen (T)
Realisasi Ada
Tercapai Tidak tercapai
Tercapai
Tidak tercapai
Tercapai
Tidak tercapai
Tercapai
Tidak tercapai
Tidak tercapai
Tercapai
Tidak tercapai
Ketentuan Kesepakatan perusahaan dengan peternak·1L) Panggung (L) 3.000 ekor (L)
Tidak ada
RTI
Kontinuitas sesuai program (L)
Harus dari perusaan(L) Kesepakatan perusahaan dengan peternak. (L) Rutin dilakukan perusahaan (L) Kesepakatan perusahaan dengan peternak (L) Kesepakatan perusahaan dengan peternak. (L) fekor + insentiv
Setelah panen (L)
Realisasi Tidak ada
Tercapai Tercapai
Tidak tercapai
Tercapai
Tercapai
Tidak tercapai Tidak tercapai
Tercapai
Tercapai
Tercapai
MakmurJaya Ketentuan Realisasi
Kesepakatan Tidak ada perusahaan dengan peternak. (L) Panggung (L) 3.000 ekor (L)
Tidakada
Kontinuitas sesuai program (L)
Harus dari perusaan (L) Kesepakatan perusahaan dengan peternak. (L) Rutin dilakukan perusahaan (L) Kesepakatan perusahaan dengan peternak (L) Kesepakatan perusahaan dengan peternak. (L) fekor + insentiv
Setelah panen (L)
Tercapai Tercapai
Tidak tercapai
Tercapai
Tercapai
Tidak tercapai Tidak tercapai
Tercapai
Tercapai
Tercapai
72
Pad a Tabel 19, terlihat bahwa sebenarnya banyak dari ketentuan
ketentuan pe~anjian antara perusahaan dengan peternak yang tidak dapat
direalisasikan, walaupun sebagian besar yang merupakan keharusan peternak
telah direalisasikan oleh peternak. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut :
1. Surat pe~anjian yang merupakan suatu keharusan dalam bekerjasama
antara perusahaan sebagai pihak pertama dan peternak sebagai pihak
kedua, pada model kemitraan Pokphand dan Confeed telah ada, namun
pad a model kemitraan RTI dan Makmur Jaya hal ini tidak ditemukan.
Perjanjian antara kedua pihak hanya diikat oleh suatu bentuk kepercayaan
pad a pe~anjian lisan.
2. Terhadap jenis kandang, semua peternak telah memenuhinya, hal ini sesuai
dengan hasil penelitian, dimana kandang yang dimiliki oleh peternak adalah
kandang berbentuk panggung.
3. Jumlah produksi minimal yang diminta oleh perusahaan, masih banyak yang
tidak dapat dipenuhi oleh peternak. Produksi minimal untuk kemitraan
Pokphand dan Confeed adalah 5.000 ekor, namun dari hasil penelitian,
masih adanya petemak yang memiliki ka~asitas produksi kurang dclri pad a
itu. Hal ini disebabkan oleh kebijaksanaah perusahaan yang menyesuaikan
dengan kondisi pasar dan keinginan peternak dalam menjaga kesehatan
ayam ras pedaging peternakannya. Sedangkan untuk model kemitraan RTI
dan Makmur Jaya, kapasitas produksi minimal yang diminta perusahaan
adalah 3.000 ekor, dan telah dapat dipenuhi oleh peternak mitranya.
4. Secara tidak tertulis, Pokphand meminta peternak mitra untuk membsiikan
su~tu surat tanah yang akan dijadikan perusahaan sebagai jaminan, jika
peternak mengalami kerugian diluar yang mungkin timbul dalam keadaan
73
memaksa (seperti bencana alam), jika sipeternak tidak mampu untuk
memberikan uang tunai sebagai jaminan. Hal yang sarna juga dilakukan oleh
Confeed, namun perusahaan hanya meminta uang tunai sebagai jaminan.
Sesuai dengan hasil penelitian, jumlah yang diminta oleh perusahaan
(Confeed) adalah Rp2.000 per ekor DOC yang ditargetkan. Jaminan yang
diwajibkan oleh kedua perusahaan dirasa oleh peternak plasma sangat
memberatkan. Pada model kemitraan RTI dan Makmur Jaya hal ini tidak
ditemui, bahkan perusahaan cenderung untuk memberikan pinjaman uang
kepada peternak yang sangat memerlukan, dan nantinya harus dibayar
dengan cara memotong hasil panen. Hal ini juga merupakan salah satu faktor
penyebab mulai banyaknya peternak yang beralih ke kemitraan RTI dan
Makmur Jaya.
5. Dalam hal jadwal pengiriman sapronak, perusahaan tidak mampu untuk
memenuhi janjinya, yang paling sering ditemui oleh peternak adalah
keterlambatan yang dilakukan oleh perusahaan. Sesuai dengan isi surat
perjanjian, seharusnya perusahaan mengirimkan sapronak DOC pada 14 hari
setelah satu periode produksi (panen selesai). Berdasarkan hasil penelitian,
perusahaan sering melakukan pengiriman sapronak mencapai 20 hari
bahkan bisa mencapai 60 hari. Hal ini membuat peternak plasma merasa
dirugikan. Kerugian terutama dirasakan pad a saat kandang peternak kosong
untuk waktu yang lama, seluruh biaya yang dikeluarkan untuk penyusutan
kandang dan biaya tenaga kerja tetap harus dikeluarkan oleh peternak.
6. Keharusan membeli sapronak dari perusahaaii inti dalam satu masa
perjanjian (sekitar 7 ka!i periode produksi) c!eh peternak tidak merasa perl ...
dipermasalahkan.
74
7. Harga sapronak yang ditentukan secara sepihak oleh perusahaan terasa
memberatkan dalam kesepakatan yang seharusnya dibuat secara bersama
sarna. Menurut hasil penelitian, peternak selalu melakukan perbandingan
kondisi ini dengan kondisi harga pasaran sapronak diluar kemitraan. Harga
sapronak akan sangat berpengaruh secara lang sung terhadap pendapatan
peternak plasma khusunya peternak pada model kemitraan Pokphand dan
Confeed. Pad a model kemitraan RTI dan Makmur jaya hal ini kurang
dirasakan pengaruhnya oleh peternak, karena pendapatan peternak dari awal
sudah diukur dengan jumlah produksi ayam per ekor yang keluar dalam satu
periode.
8. Bantuan teknis perusahaan yang seharusnya dilakukan secara rutin di
lapangan, oleh kemitraan Pokphand dan Confeed telah dapat dipenuhi, hal
ini karena perusahaan memang memiliki dokter dan tenaga ahli yang terlibat
langsung sebagai karyawan pada masing-masing pola tersebut. Pad a model
kemitraan RTI dan Makmur Jaya, bantuan teknis pada peternak sangat
dirasakan sangat kurang, bahkan cenderung tidak berpengaruh, sebab
kebanyakan jika peternak menemui hal-hal yang tidak diketahui maka
peternaklah yang datang menemui pihak perusahaan untuk bertanya.
9. Penentuan jadwal panen yang terkadang berada diluar kesepakatan sering
membingungkan peternak, apalagi bagi mereka yang berpendidikan rendah
dan kurang pengalaman. Pada dasarnya, perusahaan menjanjikan akan
mengurangi jumlah ternak pada saat kandang dirasakan mulai sempit,
terutama pada model kemitraan Pokphand dan Confeed. Ideal pengukuran
meraka adaiah pada saat ternak memiliki rata-rata berat 1,3 Kg sehar:.Jsnya
telah mulai dipaner. sebahagian untuk mengurangi kepadatan kandang,
75
perusahaan tidak melakukan hal ini padahal kepadatan kandang yang tidak
terkendali akan mengganggu kesehatan ayam. Oleh peternak seringnya
kondisi ini terjadi membuat mereka berfikir untuk tidak mau menerima jumlah
bibit ayam yang masuk sesuai dengan kesepakatan.
10. Tidak tecapainya realisasi harga jual yang dirasakan peternak, disebabkan
harga jual yang berlaku dipasaran cenderung lebih tinggi dari harga dasar
yang ditetapkan perusahaan. Dari penelitian yang dilakukan, hal ini terjadi
pada model kemitraan Pokphand dan Confeed saja. Petemak merasakan
bahwa perusahaan selalu memberikan penghitungan harga terendah dipasar,
sehingga pendapatan peternak menjadi rendah. Diperlukan suatu bentuk lain
sistem penghitungan pembagian hasil. Pada model kemitraan RTI dan
Makmur Jaya tidak ada masalah, sebab perusahaan telah menetapkan suatu
harga yang berpedoman pada jumlah ayam yang dipanen pada suatu
kandang dalam satu periode produksi.
11. Penerapan sistem penghitungan bagi hasil yang dilakukan oleh perusahaan
tidak dirasakan memberatkan oleh petemak, walaupun sebenarnya peternak
masih mendapatkan sisa hasil produksi yang masih dibawah harga pasar.
Selain itu berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa peternak belum tahu
persis tentang sistem pembagian keuntungan yang dilakukan oleh inti model
kemitraan lain yang menggunakan sistem per ekor ayam keluar (model
kemitraan RTI dan Makmur jaya).
12. Pada model kemitraan Confeed, pengambilan sisa hasil panen dilakukan 14
hari setelah semU3 ternak produksi da!am satu periode selesai dipanen.
Namun yang dirasakan petemak pembayara!"! yang di!akukan o!eh
perusahaan cenderung tidak tercapai, bahkan yang sering dijumpai lebih dari
76
15 hari setelah panen selesai. Sedangkan peternak untuk model kemitraan
RTI dan Makmur Jaya, sistem pemberian upah Rp500 per ekor dirasakan
sangat membantu.
Dari Tabel 19, dapat juga diketahui secara keseluruhan dari implementasi
pelaksanaan kesepakatan perjanjian kemitraan, belum sepenuhnya dapat
dilakukan sesuai dengan isi kesepakatan bersama.
Jika dilihat dari bentuk dan isi surat perjanjian kerjasama kemitraan serta
aplikasinya dilapangan, ternyata kegiatan kemitraan yang ada belum
sepenuhnya melibatkan pihak ketiga selaku fasilitator atau konsultan yang netral.
Pihak pemerintah dalam hal ini hanya sebatas mengetahui isi perjanjian tanpa
ikut bersama menyusun dan menjembatani antara pihak-pihak yang bermitra.
Pemerintah atau pihak lembaga swadaya masyarakat diharapkan berperan aktif
sebagai pembina dan pengontrol dalam kegiatan kemitraan. Disamping itu
dengan adanya pihak ketiga diharapkan dapat mengeliminer kemungkinan
terjadinya eksploitasi salah satu pihak terhadap pihak lainnya.
5.2. Analisis Tingkat Keberhasilan Usaha dan Pendapatan.
Analisis yang digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap tingkat
keberhasilan usaha ternak ayam ras pedaging adalah dengan melakukan
perhitungan analisis biaya per satuan hasil dan perhitungan analisis efisiensi
usaha dengan biaya yang dikeluarkan terhadap usaha tersebut, sedangkan
untuk menganalisis tingkat pendapatan di!akukan dengan menghitung total
penerimaan dikurangi dengan total pengeluaran. Perhitungan lebih lanjut
diuraikan pada bagian berikut.
77
5.2.1. Analisis Biaya Per Satuan Hasil
Dalam melakukan analisis biaya persatuan hasil, dilakukan perhitungan
terhadap total pengeluaran yang dikeluarkan peternak plasma dikalikan dengan
harga masing-masing input, kemudian dibagi dengan total produksi (kg). Input
biaya-biaya produksi yang diperhitungkan meliputi biaya untuk penerangan, gas
atau minyak tanah, solar, oli, formalin, serbuk, transport dan tenaga kerja.
Hasil perhitungan analisis biaya pada usaha budidaya ternak ayam ras
pedaging masing-masing model kemitraan dapat dilihat pada Lampiran 2 sfd 6.
Untuk komposisi biaya-biaya yang dikeluarkan peternak plasma dalam model
kemitraan ayam ras pedaging ini terlihat pada Tabel20.
Tabel20. Komposisi Rata-Rata Biaya Peternak Dalam Satu Periode Pada Model Kemitraan Ayam Ras Pedaging di Kota Pekanbaru Tahun 2005
Biaya Produksi Petemak (%) Inti Pene Gas/m For- ser- Trans Peny Solar Oli TK Total rang tnh malin buk port alat
RTI 1,89 9,66 3,59 2,99 2,64 4,37 0,62 48,04 26,19 100
MJ 0,00 18,75 6,21 1,02 0,50 2,18 0,77 55,11 15,46 100
Confeed 3,88 15,02 9,16 0,44 3,29 3,90 0,68 39,89 23,73 100
Pokphand 2,89 15,66 5,77 1,16 3,17 4,14 0,66 44,81 21,74 100
Dari Tabel 20, terlihat bahwa biaya tenaga kerja pad a Model Kemitraan
Makmur Jaya merupakan persentase yang terbesar, yaitu sebesar 55,11 %.
Biaya tenaga kerja ini menjadi besar karena biaya ini menuntut jumlah tenaga
yang besar sesuai dengan jumlah populasi ternak. Selain itu tingginya biaya
tenaga kerja ini karena pekerjaannya menuntut ketelitian dan kedisiplinan dari
pekerja, sehingga tingkat upah pekerja menjadi tinggi. Pada model kemitraan
Makmur Jays didapat rata-rata upah tenaga ke~a sebesar Rp2S0,581 fekor
DOC.
78
Persentase terendah dari komponen-komponen biaya, terdapat pada
model kemitraan Makmur Jaya pada komponen penerangan, yaitu sebesar
0,00%. Hal ini karena pada Model Kemitraan Makmur Jaya tidak ada peternak
yang menggunakan sarana penerangan listrik PLN. Untuk kebutuhan
penerangan, para peternak pada model kemitraan ini mempergunakan mesin
penerangan sendiri.
Rataan perhitungan analisis biaya persatuan hasil terhadap masing-
masing model kemitraan dapat dilihat pad a Tabel 21.
Tabel 21. Rataan Biaya Peternak Per Satuan Hasil Budidaya Ternak Ayam Ras Pedaging Dalam Satu Periode Pad a Model Kemitraan di Pekanbaru Tahun 2005
Stra Total Total Produksi Rata-rata Biaya (Rp) No Inti/Prsh Pengeluaran ta
(Rp) Kg Ekor Kg Ekor 1. RTI 1 1.555.021 4.734,6 3.893 328,4 399,4
2 3.259.669 9.984,0 8.542 326,5 381,6 3 6.658.782 25.417,0 20.157 262,0 330,3
2. Makmur 1 1.733.913 3.893,5 3.267 445,3 530,7 2 4.106.752 9.518,7 7.059 431,4 581,8 3 5.874.864 15.974,3 10.942 367,8 536,9
3. Confeed 1 2.101.293 6.385,6 3.235 329,1 649,6 2 4.168.967 11.353,0 6.010 367,2 693,7 3 5.313.649 19.741,6 10.444 269,2 508,8
4. Pokphand 1 1.393.307 6.389,3 3.816 218,1 365,2 2 2.114.132 10.145,9 6.112 208,4 345,9 3 7.442.567 28.751,2 16.244 274,3 485,6
Dari hasil perhitungan pada Tabel 21, diperoleh rataan biaya per satuan
hasil masing-masing model kemitraan yaitu untuk Strata 1 biaya terendah
didapat pada model kemitraan Pokphand sebesar Rp218,1 fkg atau Rp365,2
fekor sedangkan biaya tertinggi didapat pada modei iviakmur Jaya sebesai
Rp445,3 Ikg atau Rp530,7 fekoi. Untuk Stara 2 biaya terendah didapat pada
model Pokphand sebesar Rp367,2 fkg atau Rp345,9 fekor sedangkan tertinggi
79
didapat pada model Makmur Jaya sebesar Rp431,4 Ikg atau Rp581,8 lekor.
Strata 3 biaya terendah didapat pada model kemitraan Confeed sebesar Rp262,0
Ikg atau Rp330,3 lekor sedangkan tertinggi didapat pad a model makmur Jaya
sebesar Rp367,8/kg atau Rp536,9/ekor. Keadaan tersebut manunjukkan bahwa
biaya rataan terbesar terdapat pad a Stara 1 dan biaya rataan terendah terdapat
pad a stara 3, berarti pad a populasi yang besar biaya lebih efisien. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian dari Adnani (1993), bahwa biaya produksi per Kg bobot
hidup berdasarkan skala pemeliharaan didapat biaya untuk skala III (diatas 6.000
ekor pemeliharaan) lebih kecil jika dibandingkan dengan skala II (3.000 - 6.000
ekor pemeliharaan) dan skala I (dibawah 3.000 ekor pemeliharaan).
Terlihat bahwa berdasarkan skala pemeliharaan, ternyata bertambah
besarnya jumlah pemeliharaan, maka biaya produksi semakin keci!. Hal ini
sesuai dengan pendapat Clayton (1967), semakin besar skala usaha semakin
kecil biaya yang diperlukan untuk menghasilkan out-put.
Pada Tabel 21 tersebut, juga terlihat bahwa biaya terendah per Kg
terdapat pada model Pokphand Strata 2, yaitu sebesar Rp208,4. Hal ini
disebabkan karena perusahaan ini berorientasi pad a produksi ayam besar
dengan rata-rata be rat 1,7 Kg/ekor selain itu tenaga kerja yang dipakai
sipeternak dalam pengelolaan usaha peternakan ini yang banyak adalah tenaga
kerja yang berasal dari si pemilik usaha atau tenaga kerja dalam keluarga
(Lampiran 5). Sedangkan untuk biaya terbesar per Kg adalah Makmur Jaya
Strata 1. Hal ini disebabkan karena total produksi rata-rata per ekor ayam adalah
1,33 Kg dengan populasi pemeliharaan iata-iata 3.367 ekor ayam.
Pada Tabei 21, juga terlihat !.mtuk penge!!.Jaran der.g::m perhit:.mgar.
perekor, yang terendah adalah model kemitraan RTI strata 3, yaitu sebesar
80
Rp330,3 lekor. Hal ini disebabkan karena model kemitraan RTI berorientasi pada
produksi ayam kecil, sehingga waktu pemeliharaan menjadi lebih sing kat dan
populasi pad a strata 3 RTI ini rata-rata 20.867 ekor, sehingga biaya variabel
yang dikeluarkan menjadi semakin kecil. Adapun untuk biaya terbesar terdapat
pada model Confeed pada strata 2, yaitu sebesar Rp693,7/ekor dengan populasi
rata-rata 6.200 ekor. Hal ini juga dikarenakan pada model kemitraan Confeed
strata 2, dari sam pel yang diambil, biaya untuk tenaga ke~a khususnya tenaga
kerja dalam keluarga cukup tinggi (lampiran 4).
5.2.2. Analisis Pendapatan
Pendapatan yang diterima oleh masing-masing peternak model kemitraan
merupakan imbalan jasa dari keseluruhan aktivitas dalam proses budidaya
ternak ayam ras pedaging. Keuntungan yang diperoleh merupakan selisish
antara total nilai produksi yang merupakan hasil perkalian produksi ayam ras
pedaging dengan harga jual terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan selama
proses produksi. Sernakin besar nilai produksi dihasilkan dan serna kin sedikit
total nilai biaya yang dikeluarkan, maka akan menghasilkan jumlah keuntungan
yang besar. Demikian sebaliknya, semakin sedikit jumlah nilai produksi yang
diterima dan semakin besar total input yang digunakan, maka akan
menghasilkan keuntungan yang keci!.
Produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejurnlah hasil panen
ayam ras pedaging yang dapat diukur dengan kilogram dan jumlah ekor panen,
sedangkan harga adalah nilai rupiah dari setiap kilogram dan ekor ayam
panenan. Sedangkan biaya-biaya yang dikeluarkan selama piOses produksi
adalah seluruh biaya pembelian sarana produksi yang meliputi; serbuk, obat
furnugasi, pemanas, penerangan dan tenaga ke~a. Hasil perhitungan untuk
81
masing-masing model kemitraan selama satu periode produksi dalam skala yang
berbeda dapat dilihat pada Lampiran 7 sId 11, Sedangkan rataan keuntungan
yang diterima oleh peternak masing-masing model kemitraan dengan skala yang
berbeda dapat dilihat pada Tabel 22.
No
1.
2.
3.
4.
Tabel22. Rataan Penerimaan Pemeliharaan, Penerimaan Kotoran dan Penerimaan Insentif Serta Total Penerimaan Dalam Satu Periode Produksi
Tahun 2005.
Rataan Penerimaan (Rp) Total Inti/Prsh Strata Penerimaan
Pemeliharaan Kotoran Insentif (Rp)
RTI 1 1.946.667 410.000 1.270.760 3.627.427
2 4.271.000 1.015.500 1.948.893 7.235.393
3 10.078.500 2.351.667 6.152.917 18.583.083
Makmur 1 1.633.667 270.000 2.613.867 4.517.533
2 3.526.333 728.000 2.794.873 7.049.207
3 5.471.000 1.199.833 4.379.080 11.049.913
Confeed 1 1.746.425 307.000 1.406.800 3.460.225
2 2.434.083 743.333 2.692.783 5.870.200
3 5.377.221 1.340.000 4.700.267 11.417.488
Pokphand 1 1.555.560 288.333 513.583 2.357.476
2 3.005.343 625.000 790.920 4.421.263
3 7.287.465 1.016.667 2.193.667 10.497.798
Dari hasil perhitungan pada Tabel 22, terlihat bahwa rataan pendapatan
yang diperoleh peternak berbeda dari masing-masing model kemitraan dan
strata yang berbeda pula. Secara keseluruhan terlihat bahwa Strata 3
menghasilkan pendapatan yang terbesar dibandingkan dengan strata 1, hal ini
disebabkan oleh perbedaan populasi pemeliharaan masing-masing peternak
modAl k,:omitraan Konrfic::i terc::,:obllt m,..nunilikk~!1 .... ~h\A/~ nonl,I<:oC'; ,",""",,",""Iih"'raan .0. - .. _... .,.. ..-...... ._- - .......... J-'" "-' __ 1'._- t"" ,...--""''''''. t'vlll"'.IIIU ,
sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh, semakin besar
82
populasi pemeliharaan akan mendapatkan pendapatan yang besar dan populasi
pemeliharaan yang kecil akan menghasilkan pendapatan yang keci!'
Pada tingkatan masing-mastng strata secara keseluruhan dapat juga
dilihat bahwa strata 1, model kemitraan Makmur Jaya lebih besar pendapatanya
dibandingkan dengan model kemitraan lain dengan strata yang sarna yaitu
sebesar Rp2.783.621. Pada strata 2 model kemitraan RTI menghasilkan
pendapatan terbesar dibandingkan dengan strata yang sarna model kemitraan
lain, yaitu sebesar Rp4.182.393. Sedangkan untuk strata 3, pendapatan terbesar
didapat oleh model RTI dibandingkan dengan model yang lain dengan strata
yang sarna yaitu sebesar Rp11.924.305.
Dari hasil pendapatan yang diperoleh pad a strata 1, model kemitraan
Makmur Jaya memberikan pendapatan terbesar yang didapat dari hasil
pemeliharaan dengan sistem pendapatan pemeliharaan dalam bentuk per ekor
yaitu sebesar 500 fekor ditambah dengan insentif, dengan menilai dari tingkatan
index prestasi pemeliharaa~ peternak, mencapai nilai rataan sebesar 274
dengan bonus Rp800 fekor panen dan juga tambahan dari kotoran ayamfperiode
panen. Sedangkan pada model kemitraan RTI untuk strata 2 dan strata 3
merupakan model kemitraan yang memperoleh pendapatan peternak yang
terbesar. Pada model kemitraan RTI ini juga menggunakan sistem perolehan
pendapatan dari jumlah ayam masuk sebesar 500fekor ditambah dengan sistem
insentif dari Indeks Prestasi pemeliharaan peternak mencapai nilai rataan
sebesar 225 dengan bonus Rp220 fekorfpanen untuk strata 2, pada strata 3
Indeks Prestasi sebesar 250 dengan bonus Rp288 fekor panen ditambah dengan
kotoran ayamfperiode panen. Jadi dapat di katakan model kemitraan Makmur
Jaya memberikan pendapatan terbesar bagi petemak pada strata 1 dibandingkan
83
dengan model lain. Sedangkan model kemitraan RTI untuk strata 2 dan strata 3
merupakan model kemitraan yang dapat memberikan pendapatan terbesar
dibandingkan dengan model kemitraan lain. Selain itu model kemitraan Makmur
Jaya dan RTI dapat memberikan pendapatan terbesar kepada peternal< dengan
menggunakan sistem pemeliharan dalam hitungan ekor pendapatan ayam
masuk sebesar Rp500 fekor dan Bonus IP fekor ayam keluar.
5.2.3. Analisis Efisiensi Penerimaan, Pendapatan dan Biaya
Untuk menganalisis efisiensi pendapatan dan biaya sering disebut pula
dengan konsep produktivitas total. Alat yang digunakan untuk mengukur efisiensi
pendapatan dan biaya adalah melalui nilai total penerimaan kemudian dibagi
dengan total pengeluaran. Produktivitas sangat dipengaruhi oleh penggunaan
input, dimana kondisi tersebut dapat berakibat pada tiga hal yaitu, terjadi
peningkatan, tetap atau malah terjadi penurunan produktivitas. Namun demikian
dalam efisiensi usaha tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat produktivitas yang i
tinggi saja, tetapi juga dipengaruhi puia penerimaan total peternak kemitraan.
Hasil perhitungan analisis efisiensi usaha dan biaya pad a usaha budidaya
ternak ayam ras pedaging dari masing-masing model kemitraan, dapat dilihat
pad a lampiran 13 sfd 15. Perhitungan rataan efisiensi usaha dan biaya dapat
dilihat pada Tabel23.
Dari hasil perhitungan pad a Tabel 23, rataan efisiensi usaha dan biaya
usaha budidaya ternak ayam ras pedaging model kemitraan pada strata 1 yang
terbesar pada model Makmur Jaya sebesar 2,61, starta 2 terbesar pad a model
kemitraan RTl sebesar 2,22, sedangkan efisiensi usaha terbesar pada stiata 3
didapat pad a model kemitraan RTlsebesar 2,79. Kondisi ini memberikan indikasi
bahwa tingkat produktivitas pada strata 1 didapat dari model kemitraan Makmur
84
Jaya, untuk model kemitraan strata 2 didapat pada model kemitraan RTI,
sedangkan model kemitraan strata 3 juga didapat dari model kemitraan RTI.
Tabel23. Perhitungan Rataan Efisiensi Penerimaan, Pendapatan dan Biaya Dalam Satu Periode Produksi Tahun 2005.
Penerimaan Pengeluaran Pendapatan RIC SIC No Inti/Prsh Strata (Rp) (Rp) (Rp) Ratio Ratio
1. RTI 1 3.627.427 1.555.021 2.072.406 2,33 1,33
2 7.235.393 3.259.669 3.975.725 2,22 1,22
3 18.583.083 6.658.782 11.924.302 2,79 1,79
2. Makmur 1 4.517.533 1.733.913 2.783.621 2,61 1,61
2 7.049.207 4.106.752 2.942.454 1,72 0,72
3 11.049.913 5.874.864 5.175.049 1,88 0,88
3. Confeed 1 3.460.225 2.101.293 1.358.932 1,65 0,65
2 5.870.200 4.168.967 1.701.232 1,41 0,41
3 11.417.488 5.313.649 6.103.838 2,15 1,15
4. Pokphand 1 2.357.476 1.393.307 964.170 1,69 0,69
2 4.421.263 2.114.132 2.307.132 2,09 1,09
3 10.497.798 7.442.567 3.055.231 1,41 0,41
Pada strata 1, dilihat dari indikator RCR, terlihat bahwa Makmur Jaya
memiliki Rasio yang lebih besar dibandingkan yang lain, yaitu 2,61. Sedangkan
untuk strata 1 ini, BCR terbesar juga diperoleh pada model kemitraan Makmur
Jaya yaitu 1,61. Hal ini berarti model kemitraan Makmur Jaya pada strata 1 lebih
layak dilaksanakan. Sesuai dengan hasil penelitian, hal ini disebabkan oleh
insentif yang diberikan perusahaan pada model kemitraan Makmur Jaya strata 1
jauh lebih besar jika dibandingkan dengan model kemitraan lainnya walaupun
jumlah produksi pad a model kemitraan ini merupakan jumlah yang terkecil
dibandingkan dengan model kemitraan lainnya yaitu rata-rata 3.367 ekor ayam.
Besarnya perhitungan insentif ini didukung oleh penerapan sistem penghitungan
85
insentif yang diberlakukan perusahaan dari faktor bonus. Dibandingkan dengan
dua perusahaan inti yang lain (RTI dan Confeed) yang juga menerapkan
perhitungan bonus, terlihat bahwa pada strata 1 modet kemitraan Makmur Jaya
peternak plasma bisa mendapatkan perhitungan terbesar yaitu sebesar Rp800
lekor panen. Jika dilihat dari rataan biaya IKg yang dikekJarkan, walaupun pada
model kemitraan Makmur Jaya ini memiliki angka yang terbesar, namun hal ini
tidak dirasakan memberatkan oleh peternak plasma, sebab pendapatan peternak
telah diukur dengan satuan rupiah terhadap jumlah ayam yang dipanen yaitu
Rp500 per ekor ayam masuk ditambah bonus iP pada saat panen, sedangkan
waktu pemeliharaan relatif sing kat karena pada model kemitraan ini berorientasi
kepada ayam kecil.
Pada strata 2, dilihat dari indikator RCR terlihat model kemitraan RTI
memiliki angka terbesar yaitu 2,22 untuk RCR. Sedangkan untuk nilai BCR pada
strata 2 terbesar berada pada model kemitraan RTI, yaitu 1,22. Hal ini
menunjukan bahwa model kemitraan RTI untuk str~ta 2 lebih layak dilaksanakan.
Sesuai dengan hasil penelitian, rata-rata produksi terbesar untuk strata 2 adalah
model kemitraan RTI, yaitu 8.667 ekor. Dengan jumlah produksi yang besar dan
waktu pemeliharaan yang lebih singkat, karena perusahaan berorientasi pada
ayam kecil, serta didukung oleh sistem pembayaran Rp500 per ekor ayam
panen, maka untuk strata 2 angka pendapatan terbesar berada pada model
kemitraan RTI.
Untuk strata 3, dari indikator RCR juga terlihat bahwa RTI memang
berada pada rasio terbesar dimana RCR-nya adalah 2,79. Perhitungan nilai BCR
pada strata 3, RT! msmiliki nilai yang tertinggi yaitu 1,79. Nil~; 8CR ini
menunjukkan bahwa model kemitraan RTI untuk strata 3 lebih layak
86
dilaksanakan dibandingkan dengan model lainnya. Sesuai dengan hasil
penelitian, pada model kemitraan RTI strata 3 memiliki rata-rata produksi
terbesar yaitu 20.867 ekor. Dengan jumlah produksi sebesar itu dan perusahaan
berorientasi pada ayam kecil maka waktu pemeliharaan menjadi lebih singkat
serta didukung oleh sistem pembayaran RpSOO per ekor ayam panen, maka
untuk strata 3 pendapatan terbesar berada pad a model kemitraan RTI.
Besamya jumlah produksi juga memberikan keuntungan tersendiri bagi
peternak dalam hal penghitungan insentif, sebab semakin besar jumlah produksi
(ekor) maka akan semakin besar pula insentif bonus terhadap IP yang diberikan
perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Bishop dan Toussaint (1979),
mengatakan secara umum semakin besar produksi yang dihasilkan akan
menyebabkan semakin besar pula penerimaan atau sebaliknya.
Selain itu sesuai dengan Tabel 23, nilai BCR pada model kemitraan RTI
secara keseluruhan mempunyai nilai diatas 1,00. Ini menunjukan bahwa model
kemitraan RTf secara keseluruhan strata dapat dilaksanakan. Sedangkan Model
Model kemitraan lainnya, terhadap nilai BCR masih didapat nilai dibawah 1,00.
Hal ini menunjukan bahwa tidak semua strata layak untuk dilaksanakan.