valid bronkopneumonia.docx

Upload: karina-diana

Post on 05-Oct-2015

70 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BRONKOPNEUMONIA

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASANBRONKOPNEUMONIA

MAKALAH

olehKelompok 7

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER

201519

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASANBRONKOPNEUMONIA

MAKALAHdisusun sebagai pemenuhan tugas Komprehensif 1dengan dosen pengampu: Ns. Siswoyo, M. Kep

oleh:Kelompok 7Ropikchotus SalamahNIM 132310101002Bella Alvionitta G.P NIM 132310101008Marshilla Revani PNIM 132310101013M. Fachrillah I.ANIM 132310101015Karina Diana Safitri NIM 132310101019Lutfiasih RahmawatiNIM 132310101024NurwahidahNIM 132310101026

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER2015DAFTAR ISIHalaman Sampul iHalaman Judul iiDAFTAR ISI .. iiiBAB 1. LAPORAN PPENDAHULUAN11.1 Definisi 11.2 Epidemiologi 11.3 Penyebab .. 2 1.4 Tanda dan Gejala 31.5 Patofisiologi 31.6 Clinical Pathway51.7 Pemeriksaan diagnostik 61.8 Penatalaksanaan Medis 71.9 Penatalaksanaan Keperawatan 8BAB 2. ASUHAN KEPERAWATAN 92.1 Identitas Klien92.2 Keluhan Utama..92.3 Riwayat Keperawatan Sekarang92.4 Riwayat Keperawatan Dahulu .. 102.5 Riwayat Kesehatan Keluarga 112.6 Pengkajian 11 Pola Fungsional Kesehatan dari Marjory Gordon ... 112.7 Pemeriksaan Fisik .. 132.8 Hasil Pemeriksaan Diagnostik . 152.9 Problem List .. 172.10 Prioritas Diagnosis Keperawatan . 212.11 Nursing Care Plan . 222.12 Implementation . 262.13 Evaluasi/SOAPIE . 29

BAB 3. PENUTUP 303.1 Kesimpulan .......... 303.2 Saran ................... 30DAFTAR PUSTAKA 31

BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. (Arif Mansjoer.2000). berdasarkan anatominya pneumonia dibagi menjadi tiga yaitu pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronchopneumonia) dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis).Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996). Broncopnemonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam macam etiologi seperti bakteri, virus,jamur, dan benda asing yang mengenai satu atau beberapa lobus ( Ngastiyah, 1997). Selain itu menurut Brunner dan Suddarth (2001), Bronchopneumonia adalah radang pada paru-paru yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur dalam satu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru. Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bronchopneumonia adalah infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang secara anatomi mengenai bagian lobulus paru mulai dari parenkim paru sampai perbatasan bronkus yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate.

1.2 EpidemiologiInsiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun. Meskipun telah ada kemajuan dalam bidang antibiotik, pneumonia tetap sebagai penyebab terbanyak dari kematian di Amerika dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data sekitar 180 pneumonia komuniti dengan angka kematian antara 20 - 35 %. Pneumonia komuniti menduduki peringkat keempat dan sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat per tahun.

1.3 PenyebabPada umumnya tubuh terserang Bronchopneumonia karena disebabkan oleh penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.Penyebab Bronchopneumonia yang biasa ditemukan adalah:1. Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus, Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium Tuberculosis. 2. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik. 3. Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia. Aspirasi benda asing.4. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah a) Faktor predisposisi- usia /umur- genetikb) Faktor pencetus- gizi buruk/kurang- berat badan lahir rendah (BBLR)- tidak mendapatkan ASI yang memadai- imunisasi yang tidak lengkap- polusi udara- kepadatan tempat tinggal

1.4 Tanda dan GejalaTanda dan gejala yang dapat terjadi karena penyakit bronkopnemonia adalah 1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasana. Nyeri pleuritikb. Nafas dangkal dan mendengkurc. Takipnea2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasia. Mengecil, kemudian menjadi hilangb. Krekels, ronki,3. Gerakan dada tidak simetris4. Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium5. Diafoesis6. Anoreksia7. Malaise8. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat9. Gelisah10. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

1.5 PatofisiologiBronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema ( tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru ) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas. Secara singkat patofisiologi dapat digambarkan pada skema proses.

1.6 Clinical Pathway

1.7 Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan Penunjang yang dilakukan pada bronkopneumonia untuk menegakkan diagnosis diantaranya yaitu : 1. Rontgen Dada : Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses luas atau infiltrat, empiema (stapilococcus) ; infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. Berikut gambaran foto rongent penderita bronkopnemonia yang dimana dalam hasilnya terdapat bercak-bercak bronkopnemonia.

2. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar.3. Pemeriksaan fungsi paru. Pada pemeriksaan ini akan didapatkan volume paru mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain paru menurun, terjadi hipoksemia.4. Analisa Gas Darah. Pada pemeriksaan darah ini biasanya akan didapatkan hasil yang tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.5. Pemeriksaan radiologi yaitu pada foto thoraks, konsolidasi satu atau beberapa lobus yang berbercak-bercak infiltrate6. Pemeriksaan laboratorium didapati lekositosit antara 15000 sampai 40000 /mm3.7. Hitung sel darah putih biasanya meningkat kecuali apabila pasien mengalami imunodefiensi.8. Pemeriksaan AGD (analisa gas darah), untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigen.9. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, untuk mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok untuk menanganinya.1.8 Penatalaksanaan MedisPada dasarnya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifragmasi seperti penisilin diambah dengan kloramfenikol atau diberi antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampicillin. Pengobatan diteruskan sampai anak bebas demam selama 4 5 hari. Adapun berapa pengobatan secara medis atau penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu :1. Bed rest2. Jumlah cairan disesuaikan dengan berat badan dan kenaikan suhu.3. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit4. Pemberian antibiotik sesuai biakan atau berikan :a. Untuk kasus pneumonia community base : Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian Kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberianb. Untuk kasus pneumonia hospital base : Sefotaksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberia Antipiretik : paracetamol 10-15 mg/kgBB/x beri Mukolitik : Ambroxol 1,2-1,6 mg/kgBB/2 dosis/oral5. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan broncodilator.6. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip. Jika sesaknya berat maka pasien harus dipuasakan.

1.9 Penetalaksanaan Keperawatan1. Kemoterapi. Pemberian kemoterapi harus berdasarkan pentunjuk penemuan kuman penyebab infeksi (hasil kultur spatum dan tes sensitivitas kuman terhadap antibodi). Bila penyakitnya ringan antibiotik diberikan secara oral, sedangkan bila berat diberikan secara parenteral. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal akibat proses penuaan, maka harus diingat kemungkinan penggunaan antibiotik tertentu perlu penyesuaian dosis (Harasawa, 1989). Disini perawat menjalankan tugasnya sebagai care giver untuk merawat dan memberikan kemoterapi secara oral (ringan) dan parenteral (berat).2. Pengobatan dan Perawatan Umum. Disini perawat menjalankan tugasnya sebagai edukator untuk mengajarkan dan menjelaskan guna bed rest bagi penderita penyakit bronkopnemonia.

BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Identitas KlienNama: An. AUmur: 2 bulan 28 hariNama Ayah: Tn. JNama Ibu: Ny. IPekerjaan Ayah: BuruhPekerjaan Ibu: Ibu Rumah TanggaAlamat: Patrang Rt/Rw 07/08, Kec. Patrang, Kab. JemberAgama : IslamSuku Bangsa: IndonesiaPendidikan Ayah: SLTAPendidikan Ibu: SLTA

2.2 Keluhan UtamaAn. A mengalami sesak nafas, batuk, dan pilek

2.3 Riwayat Keperawatan SekarangDua minggu (25 januari 2015 ) sebelum masuk rumah sakit, orang tua An. A mengatakan bahwa An. A panas tinggi, secara terus menerus. Tetapi setelah diberi obat panasnya turun. An. A menderita batuk serta pilek, pasien tidak menggigil, dan tidak mengalami kejang. An. A tidak mengalami mual dan muntah, BAK dengan jumlah yang cukup, warna kuning dengan bau khas. BAB tidak mengalami konsistensi padat serta bau khas. Satu minggu ( 1 februari 2015 ) yang lalu, An. A masih panas tinggi, naik turun. Pasien masih batuk dan pilek, An. A masih bersedia makan dan minum, BAK dan BAB tidak ada kelaianan. Orang tua sang anak membawanya ke puskesmas dan diberi Paracetamol syrup, namun belum ada perbaikan.Tiga hari (8 februari 2015) yang lalu anak masih panas tinggi, batuk pilek. Nafas anak tampak lebih cepat dari biasanya. Kelopak mata tampak bengkak, kaki tampak bengkak, terkadang muntah sekitar gelas kecil atau sesuai yang dimakan. Anak tampak lemas, BAK dan BAB tidak ada kelainan. Lalu anak dibawa ke RS. Soebandi untuk periksa darah, dengan hasil: Hb: 9,7 g/dL, Leu: 96.700/l, Tr: 1.057.000/l, Hc: 30,9%. Saat dilakukan pengkajian ayah An. A merukan perokok aktif di keluarga tersebut.

Pernah berobatAn. A sempat di bawa ke puskesmasObat obatan yang digunakanIbu I mengatakan An. A pernah mendapatkan paracetamol syrup dari puskesmasTindakan operasiAn. A belum pernah dilakukan tindakan operasiAlergiAn. A tidak mempenyai riwayat alergiKecelakaan An. A tidak pernah jatuh/cidera sampai dirawat di RSImunisasiIbu pasien mengatakan AN. A belum pernah mendapat imunisasi

2.4 Riwayat Keperawatan Dahulua. PrenatalSelama kehamilan ibu melakukan pemeriksaan ke bidan lebih dari 6 kali imunisasi TT, tidak pernah menderita sakit selama hamil.b. Intra NatalIbu I melahirkan dengan bantuan bidan, letak belakang kepala, spontan langsung menangis, berat badan lahir 2800 gram, panjang badan 48 cm, umur kehamilan 9 bulan.c. Post NatalBayi diasuh oleh kedua orang tua, diberi ASI eksklusif, mulai awal bulan sudah diberi serelac.

2.5 Riwayat Kesehatan KeluargaDari kedua keluarga Bpk. J dan Ibu. I, keduanya tidak memiliki riwayat bronkopneumonia. Namun Bpk. J merupakan perokok aktif (bukan merupakan faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat).

2.6 Pengkajian 11 Pola Fungsional Kesehatan dari Marjory Gordon1. Pola Persepsi dan Manajemen KesehatanSebelum sakit: orang tuapasien mengatakan anak panas tinggi secara terus menerus serta panas menurun ketika diberi obat turun panas.Saat sakit: saat sakit di bawa kerumah sakit.2. Pola Nutrisi dan MetabolikSebelum sakit: anak bersedia makan dan minum.Saat sakit: anak masih bersedia makan dan minum tetapi terkadang muntah sekitar gelas kecil atau sesuai yang dimakan.3. Pola EliminasiBAK dengan jumlah cukup, warna kuning, serta bau khas. BAB tidak mengalami gangguan dengan warna hijau, konsistensi padat, dan bau khas.4. Pola Latihan dan Aktivitasa. AktivitasKemampuan perawatan diri01234

Makan dan minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Berpindah

0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: di bantu orang lain dan alat, 4: tergantung.b. Latihan Sebelum sakitPola gerak: bisa bergerak dengan bebasPola aktivitas: dapat beraktivitas seperti biasaSaat sakitPola gerak: terbatas untuk bergerak karena dipasang infusePola aktivitas: hanya bisa melakukan aktivitas di tempat tidur5. Pola Kognitif dan PerseptualKurang mengetahui tentang penyakitnya secara mendetail.6. Pola Istirahat dan TidurSebelum sakit: orang tua mengatakan setiap hari tidur dengan rentang 6-8 jam. Tidur malam pukul 23.00 dan bangun pagi pukul 06.00.Saat sakit: saat sakit susah tidur dan sedikit terganggu karena ruang gerak yang tidak memadai. Tidur malam pukul 22.00 dan bangun pagi 05.30.7. Pola Konsep Diri dan Persepsi DiriSebelum sakitHarga diri: tidak bermasalahBody image: tidak bermasalahIdeal diri: tidak bermasalahPeran : tidak bermasalahIdentitas diri: tidak bermasalahSaat sakitHarga diri: tidak bermasalahBody image: tidak bermasalahIdeal diri: tidak bermasalahPeran : tidak bermasalahIdentitas diri: tidak bermasalah8. Pola Peran dan HubunganSebelum sakit: mengatakan dapat berkomunikasi dengan baik, dengan keluarga maupun temannya.Saat sakit: dapat berkomunikasi dengan baik, dengan perawat, keluarga maupun temannya.9. Pola Reproduksi atau SeksualAnak pertama dari 2 saudara.10. Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres)Sebelum sakit: mengatakan jika mengalami masalah stress akan bercerita dengan teman.Saat sakit: menceritakan keluhannya kepada keluarga.11. Pola Keyakinan Dan NilaiSebelum sakit: menganut agama islam dan selalu sholat. Saat sakit: tidak bisa melakukan sholat dengan berdiri, hanya bisa melakukannya dengan duduk.

2.7 Pemeriksaan Fisik0. Pemeriksaan fisik head to toe pada anak dengan bronkopneumonia menurutRiyadi, 2009:1. Kepala1. Bentuk kepala1. Warna rambut1. Distribusi rambut1. Ada lesi atau tidak1. Hygiene1. Ada hematoma atau tidak 1. Mata1. Skleraberwarna merah (ada peningkatan suhu tubuh)1. Kaji reflek cahaya1. Konjungtiva anemis atau tidak1. Pergerakan bola mata1. Telinga1. Simetris atau tidak1. Kebersihan1. Tes pendengaran1. Hidung1. Ada polip atau tidak1. Nyeri tekan 1. Kebersihan1. Pernafasan cuping hidung1. Fungsi penciuman1. Mulut1. Warna bibir1. Mukosa bibir lembab atau tidak1. Mukosa bibir kering(meningkatnya suhu tubuh)1. Reflek mengisap1. Reflek menelan1. Dada1. Paru paruInspeksi: Irama nafas tidak teratur, pernapasan dangkal, penggunaan otot bantu napasPalpasi : Tidak ada nyeri tekanPerkusi : SonorAuskultasi : Suara paruronchi1. JantungInspeksi : Tidak ada pembesaran pada dada sebelah kiriPerkusi: Suara jantung terdengar redupAuskultasi : Nada S1S2 danlub dup1. Abdomen1. Inspeksi : bentuk, lesi1. Palpasi :Splenomegali, hepatomegali, nyeri tekan,nyeri lepas, turgor kulit