validitas soal matematika tipe pisa konteks covid 19
TRANSCRIPT
JURNAL OF EDUCATION IN MATHEMATICS, SCIENCE, AND TECHNOLOGY – VOL. 3 No. 2 (2020) 89-100
89
Validitas Soal Matematika Tipe PISA Konteks Covid-19
Sintia Andita 1, Liana Septy
2, Harisman Nizar
3, Rieno Septra Nery
4
1234 Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
Korespondensi: [email protected]
Penelitian ini dilakukan untuk menguji validitas soal matematika pada siswa kelas X SMA Al-Hijrah dengan
usia maksimal 15 tahun. Tujuan penelitian ini ialah untuk mendapatkan soal matematika tipe PISA terbaru
konteks Covid-19 dengan tingkat kevalidan akurat yang ditentukan melalui expert review dan one-to-one.
Uji coba dilakukan pada tiga siswa dengan kemampuan berbeda di dalam ruang kelas dengan tetap
menerapkan protokol kesehatan. Penelitian ini dilakukan dengan metode pengembangan yang terbagi dalam
dua tahap yaitu preliminary dan formative evaluation yang meliputi self evaluation, prototyping (expert
review dan one-to-one). Penelitian ini menghasilkan perangkat instrumen yaitu kisi-kisi, rubrik penskoran,
kartu soal dan tentunya perangkat soal prototype 2 yang layak digunakan.
Kata Kunci: PISA, Expert Review, One-to-one, Matematika
This study was carried out to test the validity of math problems in Al-Hijrah High School 10th grade students
with a maximum age of 15 year. The goal of this study was to obtain the most recent PISA type math
questions in the context of Covid-19 with an accurate level of validity as determined by expert review and
one-to-one. The trial was conducted on three students with different abilities in the classroom while still
applying health protocols. This research was conducted through a development method that was divided into
two stages, namely preliminary and formative evaluation, which included self-evaluation and prototyping
(expert review and one-to-one). This research produces instrumen kits, namely grids, scoring rubrics,
question cards and of course the prototype 2 question sets that are feasible to use.
Keyword: PISA, Expert Review, One-to-one, Mathematics
1. PENDAHULUAN
Semenjak pandemik seluruh aktivitas diminimalisir dan beralih di rumah. Hal tersebut
diterapkan agar tidak terjadinya kerumunan yang dapat menyebabkan virus Covid-19 menyebar
luas. Terutama pada dunia pendidikan juga merubah haluan dari belajar tatap muka di dalam kelas
beralih menjadi pembelajaran via online. Belajar online sudah berjalan semenjak bulan Maret 2020
sampai sekarang, sekitar hampir satu tahun lebih dilaksanakan pembelajaran secara online. Hal
Terbit online pada laman web jurnal: http://jemst.ftk.uinjambi.ac.id/
Jurnal Of Education in Mathematics, Science, and Technology
ISSN: E-ISSN: 2614-1507
ABSTRAK
ABSTRACT
JURNAL OF EDUCATION IN MATHEMATICS, SCIENCE, AND TECHNOLOGY – VOL. 3 No. 2 (2020) 89-100
90
tersebut sesuai dengan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 2020 tentang penerapan peraturan pada saat wabah penyakit Coronavirus (Covid-
19) (Hukum Online, 2020). Pembelajaran online menghubungkan peserta didik (database,
ahli/instruktur, perpustakaan) yang terpisah secara fisik atau bahkan berjauhan tetapi dapat
berkomunikasi, berinteraksi, atau bahkan berkolaborasi (langsung/sinkron dan tidak langsung/
asinkron) (Abidin & Arizona, 2020).
Komunikasi antara siswa dan guru berlangsung secara online membuat sebagian siswa harus
berupaya penuh dalam memahami materi pembelajaran yang diberi. Matematika merupakan mata
pelajar yang penting yang harus diajarkan di tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, berdasarkan
Permendikbud 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah (Abad et al.,
2018). Salah satu tujuannnya, menurut Kementerian Pendidikan Nasional (Depdiknas) adalah
pendidikan matematika dimaksudkan untuk membantu siswa dalam memahami masalah,
mengembangkan model matematika, menerapkan model tersebut, dan menentukan solusi. Karena
hampir semua kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan telah diperoleh, maka kemampuan
memecahkan masalah menjadi sangat penting (Bidasari, 2017).
Program for International Student Assessment (PISA) yang dimulai pada tahun 1997
merupakan komitmen yang dibuat oleh negara-negara anggota Organization for Economic
Cooperation and Development (OECD) untuk meningkatkan kinerja sistem pendidikan dalam hal
kinerja siswa, serta kerangka kerja sama dalam skala global (OECD, 2013). PISA juga memperluas
cakupan hasil yang diukurnya, termasuk kompetensi global pada 2018, pemikiran kreatif pada
2021, dan belajar di dunia digital pada tahun 2024. Asesmen 2018 meminta siswa untuk
mengungkapkan bagaimana mereka berhubungan dengan orang lain, apa mereka pikirkan hidup
dan masa depan mereka, dan apakah mereka yakin memiliki kapasitas untuk tumbuh dan
berkembang (OECD, 2019). PISA dilakukan setiap tiga tahun sekali. Penelitian ini menilai
kemampuan siswa dalam membaca (reading literacy), matematika (mathematical literacy),
finansial (financial literacy), sains (scientific literacy) dan pemecahan masalah (problem solving)
pada usia 15 tahun (Wardani & Hartono, 2017).
PISA dibuat dengan tujuan mengumpulkan data tentang literasi siswa dalam tiga domain
utama; membaca, matematika, dan sains (Dewantara, 2018). Dalam OECD (2018) menyatakan
bahwa keterampilan matematika sangat penting untuk dimilki setiap orang karena salah satu cara
untuk meningkatkan PDB adalah dengan memastikan bahwa semua siswa saat ini memiliki
keterampilan dasar pada saat kelulusan (sebagaimana yang ditunjukkan skor PISA 420) dan agar
pendidikan dan pelatihan lebih terjangkau oleh orang tua akan meningkatkan produktivitas (Putra &
Vebrian, 2019).
Sejak sepuluh tahun terakhir kemampuan membaca anak Indonesia turun (Koesoema A,
2019). Ketidakmampuan siswa Indonesia dalam menyelesaikan soal PISA dipicu oleh berbagai
faktor, baik secara eksternal maupaun internal siswa. Kesulitan siswa menginterprestasikan prinsip-
prinsip matematika merupakan salah satu variabel internal (Haji, 2017; Haji, 2018). Hasil PISA
2018 tidak mengungkap keampuhan Gerakan Literasi Siswa (GLS) atau Taman Baca Masyarakat
(TBM) dalam meningkatkan keterampilan literasi. Hal ini sebagian disebabkan oleh fakta bahwa
buku teks belum disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan siswa serta kurangnya sumber daya
yang tersedia bagi siswa dan masyarakat umum dalam memajukan pendidikan (Revina, 2019).
JURNAL OF EDUCATION IN MATHEMATICS, SCIENCE, AND TECHNOLOGY – VOL. 3 No. 2 (2020) 89-100
91
Hal terpenting dari studi PISA, Ini langkah strategis yang diambil untuk menindaklanjuti
temuan studi tersebut, menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim.
“Berita non positif, seperti penurunan nilai membaca tidak perlu mengesampingkan atau dikemas
dalam kabar baik. Kita semua sadar akan masalah literasi PISA,” (Kemendikbud, 2019). Indonesia
merasa perlu mengubah kebijakan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan negara.
Mempertimbangkan peningkatan skor PISA sama dengan peningkatan kualitas pendidikan (Pratiwi,
2019).
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan menegaskan bahwa untuk meningkatkan
keterampilan siswa perlu dibiasakan dengan berbagai gaya dan format bacaan. Kemudian ajarkan
siswa untuk berkonsentrasi pada isi bacaan. Telah dibuktikan bahwa menandai atau meringkas
dengan kata-kata efektif dalam memahami isi bacaan. “Kegiatan yang memungkinkan siswa
menangkap informasi penting dan menulis ulang dengan kreativitas sendiri adalah meringkas
kegiatan yang efektif dalam menumbuhkan keterampilan membaca.” Kata Toto (Kemendikbud,
2019).
Pemberian soal bisa berupa soal PISA yang bisa diberikan sedini mungkin atau pada awal
siswa masuk SMP (Menurut Barezi, 2008; Efriani et al., 2018). Lebih lanjut, yang disampaikan
Mendikbud Nadiem Anwar Makarim dalam acara rilis hasil PISA 2018, di kantor Kemendikbud,
Jakarta pada Selasa (3/12), “Hasil penilaian PISA menjadi masukkan yang berharga untuk
mengevaluasi dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang akan menjadi fokus
Pemerintah selama lima tahun ke depan. Menekankan pentingnya kompetensi guna meningkatkan
kualitas untuk menghadapi tantangan abad 21,” (Kemdikbud, 2019).
Berdasarkan penelitian sebelumnya Zulkardi, dia mengusulkan pembuatan soal PISA dan
menggunakannya di kelas untuk berlatih belajar matematika. Oleh karena itu, soal yang diberikan
pada siswa harus dikembangkan oleh guru sesuai dengan konteks yang dialami siswa (Zulkardi,
2010; Efriani et al., 2018). Dengan demikian, peneliti tertarik mengambil penelitian tentang
pengembangan soal matematika tipe PISA terbaru konteks sosial Covid-19 dimana kelebihan
penelitian ini yaitu membahas secara tuntas bagaimana memperoleh soal PISA yang valid dan layak
digunakan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kevaliditasan instrumen soal
matematika tipe PISA. Adanya pembaharuan dan pengembangan soal PISA dapat menambah
wawasan bagi guru dan siswa dalam melatih diri untuk menyelesaikan masalah matematika
diberbagai situasi (Mansur, 2018).
Dari jabaran peneliti dan teori di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan soal PISA
sangat penting, apalagi soal tersebut dibuat dan diperbaruhi secara berkala serta disesuaikan dengan
konteks sekitar. Oleh karena itu, peneliti mengangkat judul “Validitas Soal Matematika Tipe PISA
Konteks Covid-19,” untuk penelitian ini. Berdasarkan judul yang telah dicetuskan peneliti
menegaskan bahwa dalam pembuatan soal pentingnya memperhatikan kevaliditasannya.
2. METODE
Peneltian ini merupakan penelitian pengembangan yang terbagi dalam dua tahap yaitu
pendahuluan (preliminary) dan evaluasi formatif (formative evaluation), yang meliputi self-
evaluation, prototyping (expert review dan one-to-one, dan small group), serta field test (Tessmer,
1993; Samsu, 2017). Penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk
membuat produk dan menguji keefektifannya (Sugiyono, 2013). Namun, tahap penelitian ini hanya
JURNAL OF EDUCATION IN MATHEMATICS, SCIENCE, AND TECHNOLOGY – VOL. 3 No. 2 (2020) 89-100
92
terfokus pada expert review dan one-to-one.
Tahap pertama preliminary, peneliti membuat rencana untuk menentukan lokasi dan subjek
penelitiannya. Sebelumnya, peneliti menghubungi siswa yang akan dijadikan subjek penelitian.
Siswa berusia maksimal 15 tahun menjadi subjek penelitian ini. Tahap kedua formative evaluation,
self-evaluation dan prototyping adalah bagian dari tahapan ini. Langkah pertama dalam penelitian
ini adalah analisis (Samsu, 2017). Peneliti akan melakukan analisis siswa, analisis kurikulum, dan
analisis soal PISA asli selama tahap self-evaluation. Selanjutnya peneliti akan membuat instrumen
soal, kartu soal, rubrik penskoran dan kisi-kisi, yang berkaitan dengan konteks Covid-19 dengan
fokus konten uncertainty and data. Kemudian berdasarkan hasil desain yang dikembangkan selama
tahap self-evaluation disebut prototype 1.
Produk yang telah didesain pada tahap self evaluation akan diujicoba kevalidan instrumen
yang telah dibuat dengan diberikan secara paralel atau bersama kepada ahli (expert review) dan
siswa (one-to-one). Pada tahap expert reviews, pertama validasi dilakukan pada teman sejawat
mahasiswa Strata 1 program studi pendidikan matematika Universitas Islam Negeri Raden Fatah
Palembang yang berjumlah 5 orang. Kedua validasi juga dilakukan kepada 2 orang pakar yang telah
berpengalaman meneliti soal-soal matematika tipe PISA. Pada tahap one-to-one, Subjek penelitian
yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, yang akan dicapai secara langsung
dengan mematuhi protokol kesehatan. Setelah melakukan beberapa tahapan-tahapan expert review
dan one-to-one ini akan digunakan sebagai bahan revisi prototype 1 yang akan menghasilkan
produk yang disebut prototype 2.
Dokumentasi, wawancara, dan walkthrough digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan
data. Dokumentasi berupa foto dan audio wawanacara hasil uji coba tahap one-to-one. Wawancara
dirancang untuk mengumpulkan data dan informasi tambahan tentang tanggapan siswa dan kendala
yang dihadapi siswa dalam menjawab soal. Walkthrough digunakan untuk mengetahui tingkat
kevalidan soal ditinjau dari expert review (pakar dan teman sejawat) dan one-to-one (siswa)
digunakan untuk menentukan validitas soal, yang meliputi validasi isi, validasi konstruk, dan
validasi bahasa.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada tahap preliminary, peneliti memohon izin terlebih dahulu pada kepala sekolah dan
guru bawasannya sekolah tersebut akan digunakan untuk tujuan penelitian. Peneliti kemudian
bekerjasama dengan guru kelas yang akan menjadi lokasi penelitian untuk merencanakan jadwal
dan prosedur pelaksanan penelitian. Penelitian ini diikuti oleh tiga siswa yang berumur maksimal
15 tahun kelas X SMA Al-Hijrah Sirah Pulau Padang. Sekolah tersebut salah satu sekolah swasta
yang tetap melakukan pembelajaran tatap muka. Selanjutnya, pada tahap analisis, peneliti
melakukan analisis pada soal-soal PISA yang asli, siswa, dan kurikulum untuk membangun soal.
Analisis soal-soal PISA yang asli, dilakukan dengan mengidentifikasi karakteristik soal PISA
disetiap level 1 sampai level 6. Setelah analisis soal PISA peneliti menghubungkan keterkaitan
konteks Covid-19 dengan beberapa tipe soal traditional multiple choice item, closed constructed
response type, dan open constructed response type dalam konten uncertainty and data. Selanjutnya
analisis siswa dilakukan berdasarkan kemampuan siswa dengan memenuhi standar usia maksimal
15 tahun, dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
JURNAL OF EDUCATION IN MATHEMATICS, SCIENCE, AND TECHNOLOGY – VOL. 3 No. 2 (2020) 89-100
93
Kurikulum 2013 yang dijadikan acuan dalam penelitian ini diidentifikasi melalui analisis
kurikulum. Selanjutnya pada tahap persiapan, peneliti membuat rancangan prototype awal soal yang
akan dikembangkan untuk membuat instrumen pengembangan soal yang meliputi kartu soal, rubrik
penskoran, dan kisi-kisi.
Tahap kedua formative evaluation digunakan dalam tahap pembuatan prototype penelitian
ini. Dalam tahap formative evaluation terbagi menjadi beberapa tahapan-tahapan yang dilakukan
penelitian ini yaitu self evaluation, adapun yang dilakukan peneliti yaitu mereview draf pertama
pengembangan instrumen soal yang telah dibuat. Kemudian pengembangan perangkat soal
disesuaikan dengan konteks sosial Covid-19. Prototype 1 merupakan hasil dari tahap self
evaluation.
Expert review pada teman sejawat mahasiswa program studi pendidikan matematika
sebagai validator dalam focus group discussions untuk menentukan validitas soal yang
dikembangkan dengan mereview isi, konstruk, dan bahasa. Adapun ke lima mahasiswa tersebut
berinisial TS1, TS2, TS3, TS4, dan TS5. Expert review dengan lima teman sejawat dilakukan via
aplikasi Google meeting. Selanjutnya peneliti melakukan expert review dengan pakar yang sudah
berpengalaman dalam penelitian soal-soal matematika tipe PISA dan peneliti juga melakukan uji
coba pada siswa tahap one-to-one.
Pada tahap expert review, mengevaluasi produk yang telah dirancang. Setiap konten,
konstruksi, dan bahasa diperiksa dengan cermat oleh para ahli. Saran dari ahli digunakan untuk
merevisi perangkat yang dikembangkan (Samsu, 2017). Ujicoba one-to-one dilakukan bersamaa
dengan expert review. Berdasarkan tahap self evaluation, maka menghasilkan prototype 1, yang
diujicobakan one-to-one dan divalidasi expert review teman sejawat dan uji pakar yang sudah
berpengalaman dalam penelitian soal-soal PISA. Uji Pakar dilakukan lingkupan dalam dan luar
instasi universitas.
Penelitian pengembangan memiliki 3 karakteristik utama, yaitu: (1) dihasilkannya sebuah
produk untuk digunakan; (2) produk digunakan dilapangan (dalam praktek pendidikan); (3) selama
penelitian berlangsung produk selalu divalidasi (Samsu, 2017). Validator 1 (V1) dari institusi UIN
Raden Fatah Palembang, dan validator 2 (V2) dari institusi Universitas Nahdlatul Ulama Al-Ghazah
Cilacap telah setuju untuk menjadi validator dalam penelitian ini. Sebelumnya, peneliti telah
meminta izin dari pakar untuk dijadikan sebagai validator dalam instrumen penelitian ini. Setelah
mendapatkan izin dan pakar bersedia menjadi validator, peneliti langsung mengirimkan kartu soal
dan rubrik penskoran kepada pakar melalui whatsapp dan email. Sembari menunggu respon dari
validator peneliti melakukan uji coba one-to-one.
Diujicobakan one-to-one terdiri dari tiga siswa yang mempunyai kemampuan berbeda yaitu
tinggi, sedang, dan rendah. Dari ketiga siswa dalam uji coba ini telah memenuhi kriteria persyaratan
kelulusan maksimal (KKM). Tiga siswa mengikuti studi yang dilakukan secara langsung (tatap
muka) dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan. Selama proses tatap muka, siswa berada
dalam kesehatan mental dan fisik yang baik. Uji coba ini dilakukan dalam rangka mengamati dan
mengumpulkan tanggapan siswa mengenai kejelasan bahasa dan kesulitan menjawab setiap soal.
Tabel 1 menunjukkan deskripsi hasil validasi peneliti pada tahap expert review (pakar dan teman
sejawat) dan one-to-one (siswa).
JURNAL OF EDUCATION IN MATHEMATICS, SCIENCE, AND TECHNOLOGY – VOL. 3 No. 2 (2020) 89-100
94
Tabel 1. Komentar & Saran Expert Review dan One-to-one
Soal Nomor 3 Soal Nomor 5
Expert Review
V1 Tuliskan proses mendapatkan jawaban. Bukan
langsung jawabannya. Buat jawaban sesuai dengan
pertanyaan Anda.
Jika di soal dituliskan dukung jawaban Anda
dengan argumentasi yang jelas, maka di kunci
jawaban Anda harus memberikan argumentasi
yang jelas juga.
V2 Pada pertanyaan dibuatkan yang lebih simple,
sehingga tidak terlalu banyak pemikiran mengenai
pertanyaan.
Saran jawaban yang dibuatkan lebih mudah
dipahami kalau bisa lebih banyak menggunakan
simbol. (LDP)
Teman Sejawat
TS1 Perhatikan lagi dalam kekonsitenan penulisan kata
Covid-19 yang baku. Prediksi level sudah sesuai.
Pertanyaan sudah jelas dan bisa dipahami.
Prediksi level sudah sesuai. Pertanyaan sudah jelas
dan bisa dipahami.
TS2 Tabel yang di atas grafik sebaiknya dihapus saja.
Pemborosan kalimat penjelasan grafik pada kata
“Dari data di atas … sampai biru mudah” sebaiknya
dihilangkan saja, karena pada grafik siswa sudah
bisa membaca datanya.
Pemborosan kalimat penjelasan grafik pada kata
“Dari grafik … TBC 0,8%” sebaiknya dihilangkan
saja, karena pada grafik siswa sudah bisa membaca
datanya.
TS3 Grafiknya sebaiknya difokuskan pada kasus yang
ditanya.
Gambar grafiknya sebaiknya dibuat tabel saja,
lebih cantik jika dilihat.
TS4 Biar lebih cantik lihat soalnya sebaiknya buat
sendiri dan fokuskan pada kebutuhan dari
pertanyaan seperti kasus sembuh dan meninggal
saja yang dimasukkan.
Pada kata “Virus Corona atau biasa disebut Covid-
19” sebaiknya dihilangkan atau diganti dengan
redaksi lain.
TS5 Pada kalimat “Virus dapat menyerang siapa saja
seperti lansia….ibu menyusui” sebaiknya diganti
redaksinya dengan memberikan interval rentang
usia saja seperti “Virus dapat menyerang siapa saja
mulai dari bayi sampai lansia.”
Beribatasan aktivitas Kevin dan keluarganya,
karena siapa tahu setelah itu banyak kemungkinan
yang terjadi setelah mereka makan siang.
One-to-one
S1 Mengerti apa yang dimaksud soal 3, tetapi dia tidak
tahu cara menyelesaikan soalnya. Alasannya karena
Dia tidak bisa memberikan argument yang jelas dan
tepat.
Soal nomor 5 mudah karena memakai logika
dalam menjawabnya.
S2 Merasa kesulitan dalam mengerjakan soal nomor 3.
Siswa 2 sempat menanyakan maksud dari beberapa
kalimat yang ada pada pertanyaan 3.
Soal nomor 5, menurutnya cukup mudah karena
cara mengerjakannya menggunakan logika
S3 Tidak banyak bicara dia hanya memperhatikan apa
yang di terangkan oleh peneliti dari yang telah
ditanyakan siswa 1 dan 2
Soal nomor 5 adalah soal yang dikerjakan siswa 3
diterakhir pengujung jam tes uji coba. Menurut
siswa 3 soal tersebut sulit.
Berdasarkan tabel 1 maka peneliti menerima tanggapan dan saran dari para pakar (validator)
tentang desain yang telah dibuat ditulis pada lembar validasi sebagai bahan merevisi dan
JURNAL OF EDUCATION IN MATHEMATICS, SCIENCE, AND TECHNOLOGY – VOL. 3 No. 2 (2020) 89-100
95
menyatakan bahwa apakah desain ini telah valid atau tidak (Samsu, 2017). Untuk menentukan
kevalidan soal dapat dilakukan penelusuran dari tiga segi, yaitu validasi isi, validasi konstruk dan
validasi bahasa. Validasi isi artinya kejituan dari pada suatu soal ditinjau dari isi soal tersebut. Suatu
tes/ soal yang dinyatakan valid, apabila materi tes tersebut betul-betul merupakan bahan-bahan yang
representatif terhadap bahan-bahan pelajaran yang diberikan (Siyoto & Sodik, 2015).
Pada saran dari V1 dan V2 yang terdapat dalam tabel 1 merupakan saran yang temasuk
untuk validasi isi. Saran V1 diterima dan sudah diperbaiki jawabannya di kartu soal dan rubrik
penskoran dengan sedikit penambahan jawaban tersebut setelah dikonsultasika lagi pada validator 1
menyatakan bahwa instrumen soal yang dibuat bisa digunakan. Saran V2 diterima, untuk soal
nomor 3 sudah dibuat lebih simpel pertanyaannya. Untuk soal nomor 5 sudah menggunakan simbol.
Saran yang diberi oleh V2 tersebut baik untuk memberikan kejelasan pada soal 3 dan juga
memberikan variable pada soal 5 itu cukup mempersingkat soal dengan tetap mempertahankan
maksud dari soal tersebut.
Validitas konstruk artinya kejituan daripada suatu soal ditinjau dari susunan soal tersebut
(Siyoto & Sodik, 2015). Untuk validitas bahasa yang diperhatikan adalah kebakuan bahasa mudah
dipahami. Saran TS1 diterima untuk penulisan kata Covid-19 sudah diperbaiki. Saran TS2
diterima, untuk soal nomor 3 grafik awalnya diganti dengan grafik yang lain dan untuk tabel
awalnya sudah dihapus, serta kata "Dari data…sampai biru mudah" sudah dihilangkan. Untuk soal
nomor 5 sudah dihilangkan kata yang disarankan. Saran TS3 diterima grafik sudah diperbaiki dan
sudah dibuat lebih menarik dan cantik. Saran TS4 diterima, untuk soal nomor 3 sudah diperbaiki
dan redaksi pertanyaan soal sudah dibuat sendiri. Untuk nomor 5 kata yang disarankan “Virus
Corona atau biasa disebut Covid-19” sudah dihilangkan. Saran TS5 diterima untuk kalimat "Virus
dapat menyerang siapa saja seperti lansia…ibu menyusui" sudah diganti dengan "Virus bisa
menyerang siapa saja mulai dari bayi sampai lanjut usia." Untuk soal nomor 5 sudah diberi batasan
aktivitas kevin dan keluarga "Setelah kumpul makan siang mereka tidak melakukan aktivitas
bersama lagi."
Pada tahap one-to-one tiga siswa dengan kemampuan berbeda diminta untuk mengerjakan
soal kemudian setiap siswa dimintai pendapat, komentar, dan sarannya. Hal ini dilakukan untuk
mengamati respon dan kendala siswa saat mengerjakan soal, serta untuk fokus pada keterbacaan
dan kejelasan teks (Nizar et al., 2018). Tanggapan peneliti untuk siswa 1 dengan kemampuan tinggi.
Soal nomor 3 sudah sesuai dengan level yang diberikan yaitu level 3 besar kemungkinan siswa
tidak meliterasi soal dengan baik terlebih dahulu, sehingga siswa tidak bisa dan merasa kesulitan
dalam menjawab soal. Untuk nomor 5 jika dicermati dan ditelitih lebih dalam oleh siswa maka
siswa tidak hanya menggunakan logikanya dalam menjawab, tetapi juga diperlukan argumen yang
kuat untuk mendukung jawabannya. Tanggapan peneliti untuk siswa 2 kemampuan sedang. Soal
nomor 3 sudah sesuai dengan level dan tingkat kesulitannya jadi kemungkinan besar siswa tidak
mengkakulasikan dengan baik dan setelah siswa menanyakan maksud dari soal nomor 3 siswa
mengerti dan paham dari penjelasan yang diberi peneliti, sehingga siswa memberikan jawaban yang
dia bisa. Untuk soal nomor 5 dengan jawaban terbuka, tetapi siswa seharusnya memberikan
argumen yang kuat untuk mendukung jawabannya sehingga akurat. Namun, saat menjawab siswa
hanya menggunakan logikanya saja. Terlihat siswa 3 hanya diam saja dan memeperhatikan soal
dengan fokus tetapi setelah diwawancarai siswa 3 dengan kemampuan yang rendah merasa kedua
soal sulit untuk dikerjakan.
JURNAL OF EDUCATION IN MATHEMATICS, SCIENCE, AND TECHNOLOGY – VOL. 3 No. 2 (2020) 89-100
96
Agar tidak terjadi kesalahan karena faktor uji coba, maka instrumen harus diuji berulang-
ulang untuk mencapai validitas yang tinggi (Siyoto & Sodik, 2015). Selain memeriksa hasil dari
wawancara one-to-one peneliti juga membandingkan jawaban siswa dengan komentar dan saran
dari siswa. Pada pertanyaan nomor 3, terlihat pada lembar jawaban bahwa Siswa 1 hanya
memberikan pernyataan yang ada pada instrumen soal tanpa menggunakan konsep dan tanpa
adanya kalkulasi dan argumen yang tepat. Siswa 2 terlihat bahwa jawaban yang diberi hanya berupa
logikanya dan langsung memberikan jawaban persentasenya tanpa memberikan algoritma yang
jelas. Siswa 3 hanya memberikan pendapatnya saja dan mengulangi pernyataan dari soal. Dilihat
dari jawaban yang dipaparkan oleh siswa peneliti menarik kesimpulan bahwa kemampuan literasi
siswa terhadap soal yang diberi masih kurang, karena rata-rata jawaban siswa hanya berupa
pernyataan dan logikanya saja tanpa memberikan algoritma dan memaparkan kalkulasi yang jelas
serta belum terdapat argumentasi yang valid untuk mendukung jawaban siswa tersebut. Terlihat
bahwa siswa belum menggunakan literasi matematika dengan baik.
Pada pertanyaan nomor 5 yaitu soal dengan judul gejala dan kondisi penyerta positif Covid-
19. Soal tersebut termasuk level 5 dan berupa soal open constructed response type. Dalam hal ini,
siswa harus konsentrasi dan menggunakan literasi matematika terlebih dahulu dalam menafsirkan
maksud dari soal yang sebenarnya. Materi pada soal 5 yaitu berupa materi peluang dengan
kompetensi dasar yaitu membahas tentang peluang empirik dari teoritik suatu kejadian. Adapun
indikator soal tersebut yaitu siswa dapat menafsirkan, merumuskan dan menyelesaikan masalah
pada perluang terjangkitnya Covid-19. Data soal tersebut terhitung dari awal penyebaran Covid-19
sampai tanggal 28 Maret 2021.
Tanggapan yang diharapkan untuk pertanyaan 5 adalah tanggapan yang dikonstruksikan
terbuka, di mana siswa diminta untuk memberikan jawaban atas banyak kemungkinan hasil. Pada
siswa 1 terlihat bahwa sudah memberikan jawaban dan pendapatnya. Namun, siswa 2 tidak
memberikan algoritma dan kakulasi yang jelas untuk mendukung jawabannya. Siswa 3
memberikan jawaban singkat saja. Dari jawaban di atas, terlihat bahwa Hal ini senada dengan
temuan peneliti Triliana dan Asih pada tahun 2019, ditemukan bahwa ketika menyelesaikan
masalah yang melibatkan peluang, siswa dapat memahami masalah yang ada tetapi tidak dapat
mengidentifikasi operasi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kemungkinan besar disebabkan
oleh kegagalan siswa dalam memahami konsep materi peluang (Khazanov & Prado, 2010; Saputri
et al., 2020). Setelah merevisi prototype 1 pada expert review dan one-to-one menghasilkan
prototype 2. Gambar 1 menunjukkan soal prototype 1 dan gambar 2 menunjukkan soal prototype 2
yang sudah valid ditinjau dari validasi isi, konstruk, dan bahasa.
JURNAL OF EDUCATION IN MATHEMATICS, SCIENCE, AND TECHNOLOGY – VOL. 3 No. 2 (2020) 89-100
97
Gambar 1. Soal nomor 3 prototype 1 Gambar 2. Soal nomor 3 prototype 2
Berdasarkan gambar 1 dan 2 terlihat jelas perbedaan gambar sebelum dan sesudah revisi.
Ditinjau dari komentar teman sejawat dan validator pada instrumen pengembangan soal yang telah
dibuat oleh peneliti terlihat ada beberapa perbaikan pada soal nomor 3 prototype 1. Pada prototype
1 sebelum diperbaiki bahasa soal masih terlihat belum ringkas dan masih banyak pemborosan kata,
setelah diperbaiki soal lebih ringkas dan mudah dipahami. Selanjutnya peneliti juga memperbaiki
konstruk, data dari berbentuk tabel dan grafik yang belum spesifik sesuai saran teman sejawat dan
validator peneliti merevisi dengan menghilangkan tabel yang ada di atas grafik dan grafiknya sudah
diganti lebih simpel dengan menfokuskan data yang hanya ditanya pada soal tersebut. Dari segi
bahasa sudah diperbaiki juga, pada gambar 1 terlihat bahwa banyak kata yang berlebihan dan
seharusnya tidak perlu dituliskan, setelah direvisi katanya lebih simpel. Untuk revisi dari segi isi,
hanya beberapa isi teks yang dibuat lebih mudah dipahami, levelnnya sudah sesuai dengan kesulitan
soal yang dibuat yaitu sesuai dengan level 3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengembangan
soal nomor 3 sudah valid ditinjau tahapan-tahapan yang telah dilakukan.
Selanjutnya peneliti juga merevisi soal nomor 5 prototype 1 yang menghasilkan prototype 2.
Pada gambar 3 menunjukkan soal prototype 1 sebelum direvisi dan gambar 4 menunjukkan soal
prototype 2 yang sudah direvisi.
JURNAL OF EDUCATION IN MATHEMATICS, SCIENCE, AND TECHNOLOGY – VOL. 3 No. 2 (2020) 89-100
98
Gambar 3. Soal nomor 5 prototype 1 Gambar 4. Soal nomor 5 prototype 2
Berdasarkan gambar 3 dan gambar 4 terlihat jelas perbedaan sebelum dan sesudah direvisi.
Setelah melakukan beberapa tahapan expert review dan one-to-one tentunya peneliti mendapatkan
banyak sekali masukkan yang berguna untuk memperbaiki instrumen soal yang telah dibuat. Pada
prototype 1 soal nomor 5 ditinjau dari segi isi sudah sesuai dengan level yang diprediksi yaitu level
5, tetapi pada pernyataan soal direvisi lagi sehingga terlihat lebih padat dan berisi. Selanjutnya
peneliti juga merevisi dari segi bahasa, pada prototype 1 banyak kata yang tidak terlalu berpengaruh
pada pertanyaan soal dan ada beberapa kalimat yang tidak perlu dijelaskan sehingga diperbaiki
menjadi kalimat dibuat lebih simpel dan mudah dipahami serta menggunakan simbol dalam
penyebutan gelaja dan kondisi penyerta Covid-19. Ditinjau dari segi konstruk, sesuai dengan saran
dari teman sejawat dan validator grafik sudah diganti menjadi tabel. Supaya siswa lebih mengerti
maksud soal. Dari jabaran peneliti untuk soal nomor 5 bahwa instrumen pengambangan soal ini
JURNAL OF EDUCATION IN MATHEMATICS, SCIENCE, AND TECHNOLOGY – VOL. 3 No. 2 (2020) 89-100
99
sudah memenuhi syarat kevalidan soal.
Validitas ditunjukkan oleh hasil validator selama tahap expert review untuk masalah isi,
konstruk, dan bahasa, serta saran/komentar siswa selama tahap one-to-one untuk
kejelasan/keterbacaan masalah soal (Nizar et al., 2018). Pada soal nomor 3 dan 5 sudah divalidasi
tahap expert review dan one-to-one dapat memenuhi kevaliditasannya dan layak digunakan untuk
pengembangan soal matematika tipe PISA terbaru.
4. KESIMPULAN
Kevalidan soal dapat dilihat dari validasi isi, konstruk dan bahasa sehingga menghasilkan
soal matematika tipe PISA terbaru konten uncertainty and data dengan konteks Covid-19. Dari
validasi dilihat bahwa hasil yang didapat dan tahap yang sudah dilalui yaitu expert review (teman
sejwat dan pakar), dan one-to-one (siswa). Melalui beberapa tahapan yang sudah disebutkan oleh
peneliti soal dikatakan valid jika sudah melalui tahapan uji coba expert review, dan one-to-one.
Artinya instrumen soal yang dibuat peneliti sudah layak digunakan. Kevalidan soal sudah teruji
sehingga soal tipe PISA dalam konteks Covid-19 yang layak digunakan oleh guru dan siswa.
Setelah melakukan penelitian ini, disarankan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat
efektivitas dari soal yang telah dikembangkan melalui tahapan small group dan field test. Peneliti
juga menyarankan agar dilakukan penelitian lebih banyak lagi tentang pengembangan soal
matematika tipe PISA dengan konteks dan konten yang berbeda yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Abad, P., Teknologi, K.-B., & Afriyanti, I. (2018). Pengembangan Literasi Matematika Mengacu
PISA Melalui. Jounal UNNES, 1, 608–617.
Abidin, Z., & Arizona, K. (2020). Pembelajaran Online Berbasis Proyek Salah Satu Solusi Kegiatan
Belajar Mengajar di Tengah Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 5, 64–70.
https://doi.org/10.29303/jipp.v5i1.111
Bidasari, F. (2017). Pengembangan Soal Matematika Model PISA Pada Konten Quantity Untuk
Mengukur Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama.
Jurnal Gantang, II(1), 63–78.
Dewantara, A. H. (2018). Soal Matematika Model PISA : Alternatif Materi Program Pengayaan.
Didaktika Jurnal Kependidikan, 12, 197–213.
Efriani, A., Ilma, R., & Putri, I. (2018). Pengembangan Soal Tipe PISA untuk Mengetahui
Kemampuan Literasi Matematis Siswa. UNION: Jurnal Pendidikan Matematika, 6(3), 377–
390.
Haji, S. (2018). Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyesaikan Soal-Soal PISA ( Programme for
International Student Assessment ) di SMP Kota Bengkulu. Jurnal Pendidikan Matematika
Raflesia, 03(02), 177–183.
Hukum Online. (2020). Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020
Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus
Disease (Covid-19). 1–3. www.hukumonline.com/pusatdata
Kemdikbud. (2019). Tanggapi Hasil PISA 2018, Mendukbud: Ini Jadi Masukan Berharga.
Kemdikbud.Go.Id. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2019/12/tanggapi-hasil-pisa-2018-
mendikbud-ini-jadi-masukan-berharga
Kemendikbud. (2019). Hasil PISA Indonesia 2018: Akses Makin Meluas, Saatnya Tingkatkan
JURNAL OF EDUCATION IN MATHEMATICS, SCIENCE, AND TECHNOLOGY – VOL. 3 No. 2 (2020) 89-100
100
Kualitas. https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/hasil-pisa-indonesia-2018-akses-makin-meluas-
saatnya-tingkatkan-kualitas/
Koesoema A, D. (2019). Belajar dari PISA. Kompas.Id.
https://www.kompas.id/baca/opini/2019/12/06/belajar-dari-pisa/
Mansur, N. (2018). Melatih Literasi Matematika Siswa dengan Soal PISA. Jounal UNNES, 1, 140–
144.
Nizar, H, Putri, R. I. I., & Zulkardi. (n.d.). PISA-like mathematics problem with karate context in
Asian Games. Journal of Physics: Conference Series, 1088. https://doi.org/10.1088/1742-
6596/1088/1/012063
Nizar, Harisman, Putri, R. I. I., & Zulkardi. (n.d.). Developing PISA-Like Mathematics Problem
Using the 2018 Asian Games Football and Table Tennis Context. Journal on Mathematics
Education, 9(2), 183–194. https://doi.org/10.22342/jme.9.2.5246.183-194
OECD. (2013). PISA 2012 Assessment and Analytical Framework: Mathematics, Reading, Science,
Problem Solving and Financial Literacy. OECD Publishing.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1787/9789264190511-en
OECD. (2019). PISA 2018 Results (Volume II); Where All Students Can Succeed, PISA: Vol. II.
OECD Publishing. https://doi.org/https://doi.org/10.1787/b5fd1b8f-en.
Pratiwi, I. (2019). Efek Program PISA Terhadap Kurikulum di Indonesia. Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan, 4, 51–71. https://doi.org/10.24832/jpnk.V4i1.1157
Putra, Y. Y., & Vebrian, R. (2019). Pengembangan Soal Matematika Model PISA Konteks Kain
Cual Bangka Belitung. Journal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 03(02), 333–340.
Revina, S. (2019). Skor Siswa Indonesia dalam Penilaian Global PISA Melorot, Kualitas Guru dan
Disparitas Mutu Penyebab Utama. Theconversation.Com. https://theconversation.com/skor-
siswa-indonesia-dalam-penilaian-global-pisa-melorot-kualitas-guru-dan-disparitas-mutu-
penyebab-utama-128310
Samsu. (2017). Metode Penelitian: Teori dan Aplikasi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Mixed
Methods, serta Research and Development. Diterbitkan oleh: Pusat Studi Agama dan
Kemasyarakatan (PUSAKA).
Saputri, N. W., Turidho, A., Zulkardi, Darmawijoyo, & Somakim. (2020). Desain Soal PISA Konten
Uncertainty and Data Konteks Penyebaran Covid-19. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan
Matematika, 2759, 106–118. https://doi.org/10.20527/edumat.v8i1.8564
Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar Metodelogi Penelitian. Literasi Media Publishing.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. ALFABETA, CV.
Wardani, A. K., & Hartono, Y. (2017). Pengembangan Soal Matematika Model Pisa Level 5. Jurnal
Pendidikan Matematika RAFA, 3(1), 1–18.