valuasi ekonomi ekosistem terumbu karang taman … · minyak bumi dan gas, mineral dan bahan...
TRANSCRIPT
VALUASI EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG
TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA
RETNO ANGGRAENI
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :
VALUASI EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG TAMAN
NASIONAL KARIMUNJAWA
Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Bogor, September 2008
Retno Anggraeni
C44104058
ABSTRAK
RETNO ANGGRAENI. Valuasi Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Taman
Nasional Karimunjawa. Dibimbing oleh ACHMAD FAHRUDIN
Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) merupakan salah satu daerah perikanan artisanal (tradisional) penting di Laut Jawa, dengan 64 genera karang dan 353 spesies ikan karang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi, bentuk pemanfaatan, dan pengelolaan ekosistem terumbu karang TNKJ, mengetahui nilai manfaat ekosistem terumbu karang TNKJ, dan memberikan alternatif pengelolaan yang terbaik dan berkelanjutan. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus, data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder, dan metode pengambilan contoh yang digunakan adalah metode non-probability sampling jenis purposive sampling.
Gugusan terumbu karang TNKJ merupakan terumbu karang tepi dan taka (gosong), yang didominasi oleh jenis Acropora Sp dan Porites Sp. Tutupan rata-rata karang keras bervariasi antara 7% - 69% dan secara keseluruhan memiliki rata-rata sekitar 40%. Bentuk pengelolaan ekosistem terumbu karang TNKJ berupa sistem zonasi, dan kegiatan pemanfaatan utama di sekitar kawasan ekosistem terumbu karang saat ini didominasi oleh kegiatan perikanan tangkap. Nilai ekonomi total (Total Economic Value) manfaat ekosistem terumbu karang TNKJ seluas 713.107 ha adalah sebesar Rp 17.502.480.854,99 per tahun atau Rp 24.543.872,41 per ha per tahun. Analisis terhadap skenario pengelolaan ekosistem terumbu karang TNKJ menghasilkan Net Present Value (NPV) yang terbesar, yaitu Rp 79.954.845.252,81. Alternatif ini secara ekonomi merupakan alternatif terbaik dari dua alternarif pengelolaan lainnya. Pada kondisi ini, laju degradasi terumbu karang dapat berkurang, adanya ketersediaan stok sumberdaya ikan bagi nelayan alat tangkap lainnya, dan berkurangnya masalah kesehatan bagi para nelayan penyelam sebagai dampak dari penghentian pengoperasian alat tangkap muroami di kawasan perairan TNKJ.
Kata kunci : Ekosistem terumbu karang, Nilai ekonomi total (TEV), Net Present
Value (NPV), Taman Nasional Karimunjawa,
© Hak Cipta Milik Retno Anggraeni, Tahun 2008
Hak Cipta Dilindungi
Dilarang mengutip atau memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian
Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopy, dan
sebagainya.
VALUASI EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG
TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Oleh :
RETNO ANGGRAENI
C44104058
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
SKRIPSI
Judul : Valuasi Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Taman
Nasional Karimunjawa.
Nama Mahasiswa : Retno Anggraeni
Nomor Pokok : C44104058
Program Studi : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan
Disetujui,
Pembimbing
Dr.Ir. Achmad Fahrudin, M.Si
NIP 131 841 723
Diketahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr.Ir.Indra Jaya, M.Sc
NIP. 131 578 799
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cianjur, 9 juli 1986 dari ayah Hadi Hanapi dan ibu Cucu
Kartika. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pada tahun 2003 penulis
lulus dari SMA 2 Cianjur dan pada tahun 2004 penulis lulus masuk Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen
Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Selama mengikuti kegiatan perkuliahan di IPB, penulis aktif sebagai asisten
dosen mata kuliah Dasar-dasar Pengolahan Data Perikanan (2005-2006) dan mata
kuliah Pengenalan Komputer (2006-2007), penulis juga menjadi finalis 10 besar tim
PKM kategori Pengabdian Masyarakat (2008), enumerator pada proyek
Pengembangan Sistem Penyuluhan di Lahan Marjinal Pada Kondisi Sosio Budaya
Yang Berbeda Dalam Kerangka Pembangunan Yang Berkelanjutan, kerjasama antara
LPPM IPB dengan DEPTAN (2007), dan menjadi tutor mahasiswa bagi Program
Pemberantasan Buta Aksara kerjasama antara LPPM IPB dengan DEPDIKNAS
(2008).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Valuasi
Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Taman Nasional Karimunjawa”. Penelitian
tersebut dilaksanakan di Kawasan Taman Nasional Karimunjawa pada bulan April-
Mei 2008.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Achmad Fahrudin, M.si atas bimbingan dan arahan yang diberikan selama
penelitian dan penyelesaian skripsi.
2. Kedua orang tua serta kakak dan adik tercinta yang telah menjadi sumber motivasi,
yang tak pernah berhenti membari semangat dan berdoa.
3. Senior di Wildlife Conservation Society-Marine Program Indonesia, Bang Irfan,
Kang Iduy, Bang Tuas, Bang Riza, Bang Rian, Bang Ubun, Mba susi, dan Mba
Sinta atas data-data sekunder, motivasi, masukan, dan bimbingannya.
4. Pihak Balai Taman Nasional Karimunjawa, Kecamatan Karimunjawa, Dinas
Pariwisata Kabupaten Jepara, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara,
para guru dan murid SMK Kelautan Karimunjawa, masyarakat Desa
Karimunjawa, Kemujan, dan Parang.
5. Along atas persahabatan, perhatian, bantuan, dan kebahagiaan selama ini.
6. Candy-candy’s Crew ; esse, teh yeni, teh oci, mba utin, teh sri, yuni, dora, indah,
nila, lina, ira, reta, rekan-rekan Sei 41, dan semua pihak yang telah membantu
sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, September 2008
Retno Anggraeni
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xi
I. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................................. 3
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian .............................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 5
2.1 Ekosistem Terumbu Karang ...................................................................................... 5
2.2 Fungsi Ekologi dan Ekonomi Ekoisistem Terumbu Karang ..................................... 6
2.3 Konsep Valuasi Ekonomi ......................................................................................... 7
2.4 Metode Valuasi ......................................................................................................... 10
2.5 Evaluasi Proyek untuk Menentukan Alternatif Pengelolaan ..................................... 13
III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI ............................................................... 15
IV. METODOLOGI .................................................................................................... 17
4.1 Metode Penelitian .................................................................................................... 17
4.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................................................. 17
4.3 Metode Pengambilan Contoh.................................................................................... 19
4.4 Metode Analisis Data ............................................................................................... 20
4.5 Batasan dan Pengukuran Penelitian ......................................................................... 26
4.6 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................................... 28
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 29
5.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ............................................................................ 29
5.1.1 Kondisi Geografis TNKJ ............................................................................... 29
5.1.2 Kondisi Fisik TNKJ ....................................................................................... 32
5.1.3 Kondisi Biofosik TNKJ .................................................................................. 33
5.1.4 Kondisi Sosial Ekonomi ................................................................................. 35
5.2 Pemanfaatan Sumberdaya ....................................................................................... 38
5.2.1 Kegiatan Perikanan Tangkap.......................................................................... 38
5.2.2 Kegiatan Perikanan Budidaya......................................................................... 46
5.2.3 Kegiatan Pariwisata ........................................................................................ 48
5.3 Nilai Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang TNKJ ................................................ 51
5.3.1 Manfaat Langsung .......................................................................................... 51
5.3.1.1 Perikanan Laut ....................................................................................... 51
5.3.1.2 Wisata Bahari......................................................................................... 56
5.3.1.3 Manfaat Penelitian ................................................................................. 58
5.3.2 Manfaat Tidak Langsung ................................................................................. 59
5.3.3 Manfaat Pilihan ............................................................................................... 60
5.3.4 Manfaat Keberadaan ........................................................................................ 60
5.4 Nilai Ekonomi Total Ekosistem Terumbu Karang TNKJ.......................................... 61
5.5 Skenario Alternatif Pengelolaan ............................................................................... 63
5.5.1 Skenario Alternatif Pengelolaan I (Nilai Ekonomi Kondisi Aktual) ................ 64
5.5.2 Skenario Alternatif Pengelolaan II.................................................................... 64
5.5.3 Skenario Alternatif Pengelolaan III .................................................................. 65
5.6 Pemilihan Alternatif Pengelolaan ............................................................................. 66
Halaman
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 68
6.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 68
6.2 Saran ................................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 70
LAMPIRAN ................................................................................................................... 72
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Definisi dan Contoh Komposisi Total Economic Value (TEV) .......................9
2. Teknik Valuasi Ekonomi Berdasarkan Pengelompokkan nilainya...................12
3. Matriks Jenis dan Sumber data .........................................................................18
4. Zonasi Taman Nasional Karimunjawa..............................................................31
5. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Karimunjawa 2008...................................35
6. Jumlah Penduduk Kecamatan Karimunjawa Menurut Tingkat Pendidikan ........................................................................................................35
7. Jumlah Penduduk Kecamatan Karimunjawa Berdasarkan Mata Pencaharian..36
8. Jenis Alat Tangkap, Musim (Masa Operasi), dan Jenis Ikan Tangkapan ........38
9. Produksi Ikan Perairan karimunjawa ................................................................38
10. Potensi Lahan Budidaya Rumput Laut Kecamatan Karimunjawa..................47
11. Daftar Sarana Penginapan di Taman Nasional Karimunjawa.........................49
12. Jumlah Kunjungan Wisatawan TNKJ 2000-2008...........................................50
13. Analisis Biaya Manfaat Perikanan Tangkap di Sekitar Kawasan Ekosistem
Terumbu Karang TNKJ 2008..........................................................................54
14. Analisis Biaya Manfaat Perikanan Budidaya..................................................55
15. Manfaat Ekonomi Bersih (neto) Perikanan.....................................................56
16. Nilai Ekonomi Total Ekosistem Terumbu Karang TNKJ...............................62
17. Perhitungan Net Present Value (NPV) Alternatif Pengelolaan Ekosistem
Terumbu Karang TNKJ...................................................................................66
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Manfaat Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang................................................10
2. Diagram Kerangka Pemikiran Studi .................................................................16
3. Lokasi Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah .................29
4. Komposisi Tangkapan Berdasarkan Famili dan Spesies ..................................39
5. Perbandingan Rata-rata Kerusakan Karang ......................................................42
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta Lokasi Penelitian (Taman Nasional Karimunjawa) ..................................73
2. Hasil Analisis Biaya Manfaat Perikanan Tangkap di TNKJ 2008....................74
3. Hasil Analisis Biaya Manfaat Perikanan Budidaya di TNKJ 2008 ..................77
4. Analisis Regresi Travel Cost Wisatawan Kawasan Ekosistem Terumbu
Karang TNKJ 2008 ..........................................................................................78
5. Hasil Perhitungan Manfaat Penelitian, Manfaat Tidak Langsung, dan
Manfaat Pilihan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ........................................82
6. Analisis Regresi WTP Terhadap Keberadaan Ekosistem Terumbu
Karang TNKJ 2008...........................................................................................83
7. Analisis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan I ....................................................................................................86
8. Analsis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan II ...................................................................................................88
9. Analisis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan III..................................................................................................89
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia dikelilingi oleh
konfigurasi pulau-pulau yang berjumlah lebih dari 17 ribu pulau, dengan wilayah laut
seluas 5,8 juta km2 (termasuk ZEEI) atau sekitar 75% dari total wilayah Indonesia,
dan memiliki panjang garis pantai 95.181 km (Bengen et al, 2006). Dengan realitas
seperti ini, Indonesia tentu saja memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa
lingkungan kelautan yang sangat besar, yang terdiri atas sumberdaya alam dapat pulih
(renewable resources) dan sumberdaya alam tidak dapat pulih (non-renewable
resources). Sumberdaya alam dapat pulih diantaranya terdiri dari berbagai jenis ikan,
terumbu karang, lamun, dan mangrove. Sumberdaya alam tidak dapat pulih meliputi
minyak bumi dan gas, mineral dan bahan tambang/galian. Salah satu jasa lingkungan
pulau kecil yang sangat prospektif adalah pariwisata bahari.
Sebagai salah satu ekosistem utama pesisir dan laut, terumbu karang dengan
beragam biota asosiatif dan keindahan yang mempesona, memiliki nilai ekologis dan
ekonomis yang tinggi. Selain berperan sebagai penahan abrasi pantai, penahan
gelombang, dan sumber keanekaragaman hayati, terumbu karang juga mempunyai
nilai ekologis antara lain sebagai habitat, tempat mencari makanan, tempat asuhan
dan tumbuh besar serta tempat pemijahan bagi berbagai biota laut. Nilai ekonomis
terumbu karang yang menonjol adalah sebagai tempat penangkapan berbagai jenis
biota laut konsumsi dan berbagai jenis ikan hias, bahan konstruksi dan perhiasan,
bahan baku farmasi, dan sebagai daerah wisata serta rekreasi yang menarik.
Luas terumbu karang di Indonesia diperkirakan sekitar 85.000 km2 yang
tersebar dari kawasan barat sampai kawasan timur Indonesia. Wilayah Indonesia
merupakan tempat bagi 1/8 dari terumbu karang dunia dan merupakan negara yang
kaya akan keanekaragaman biota laut dibandingkan dengan negara-negara Asia
Tenggara lainnya (Cesar et al, 1997 diacu dalam Bengen et al, 2006). Dengan total
456 spesies karang and 2.027 spesies ikan karang, terumbu karang Indonesia
memproduksi 156.000 ton ikan dari 145.000 ton potensi lestarinya (sustainable
yield), artinya 122 % dari potensi lestari ikan karang di Indonesia telah di eksploitasi
(Djamali dan Mubarak, 1998 diacu dalam WCS-technical report 2004).
Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) merupakan salah satu daerah
perikanan artisanal (tradisional) penting di Laut Jawa, dengan 64 genera karang dan
353 spesies ikan karang, Karimunjawa merupakan salah satu kawasan yang dapat
mewakili kondisi terumbu karang dengan kategori baik dari Kawasan Barat Indonesia
(WCS-technical report, 2004). Kepulauan Karimunjawa merupakan wilayah
Kabupaten Jepara yang ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1998.
Kepulauan ini terdiri atas gugusan 27 pulau yang terbagi menjadi dua wilayah yaitu
wilayah taman nasional dan wilayah luar taman nasional. Taman Nasional
Karimunjawa sendiri merupakan gugusan 22 pulau di Laut Jawa yang terletak sekitar
60 mil laut sebelah utara Jawa Tengah seluas 111.625 ha. Kegiatan utama
pemanfaatan disekitar ekosistem terumbu karang TNKJ meliputi kegiatan perikanan
dan wisata bahari. Sebesar 60% masyarakat Karimunjawa berprofesi sebagai nelayan,
hal ini mengindikasikan tingginya tingkat ketergantungan masyarakat terhadap
sumberdaya perikanan (Yulianto et al 2007). Tingkat ketergantungan yang cukup
tinggi tersebut, menyebabkan pemanfaatan terumbu karang mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Selain mendatangkan keuntungan, pemanfaatan ini juga
mengancam kelestarian terumbu karang itu sendiri. Masih berlangsungnya praktek
penangkapan ikan yang merusak, kelebihan tangkap, tidak efektifnya pengelolaan
kawasan, dan meningkatnya permintaan akan ikan karang hidup untuk konsumsi dari
Hongkong, Taiwan dan Singapore adalah beberapa faktor yang menjadi penyebab
memburuknya kondisi terumbu karang dan turunnya stok ikan karang di wilayah ini
(WCS-fish catch report, 2006). Keberadaan ekosistem terumbu karang baik langsung
maupun tidak langsung, memberikan banyak manfaat bagi kelangsungan hidup
masyarakat di kawasan TNKJ. Status kepemilikian suatu sumberdaya yang tidak jelas
dan adanya nilai manfaat penting dari sumberdaya yang bersifat intangible (tidak
tampak) dan belum terukur secara jelas dalam nilai moneter, menyebabkan persepsi
masyarakat terhadap nilai manfaat ekonomi sumberdaya tersebut cenderung rendah,
sehingga kepedulian meraka terhadap pengelolaan dan pelestarian sumberdaya
tersebut menjadi rendah pula (Darusman dan Widada, 2004). Hal ini pun terjadi pada
ekosistem terumbu karang TNKJ. Mengingat pentingnya fungsi ekologi dan ekonomi
dari ekosistem terumbu karang, untuk itu perlu dilakukan pendugaan nilai ekonomi
ekosistem terumbu karang TNKJ secara menyeluruh untuk merencanakan
pengelolaan ekosistem terumbu karang yang lebih berkelanjutan. Mengukur besarnya
nilai ekonomi ekosistem terumbu karang berarti melakukan penilaian ekonomi atau
memberikan nilai yang terukur secara moneter (nilai uang) atas keseluruhan manfaat
yang mencakup nilai pakai (nilai penggunaan langsung, nilai penggunaan tidak
langsung, dan nilai pilihan) dan bukan nilai pakai (nilai keberadaan dan nilai
pewarisan) ekosistem terumbu karang. Penjumlahan atas nilai-nilai tersebut
merupakan nilai keseluruhan manfaat ekonomi atau disebut pula “nilai ekonomi
total” ekosistem terumbu karang.
1.2 Perumusan Masalah
Pertambahan penduduk, perluasan pemukiman, perkembangan kegiatan
wisata bahari, dan semakin meningkatnya kegiatan transportasi laut menyebabkan
tekanan ekologi yang berat terhadap perairan Karimunjawa. Kualitas lingkungan pada
kawasan taman nasional ini telah jauh mengalami penurunan sebagai akibat berbagai
aktivitas manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam. Selain cara penangkapan
ikan yang merusak, kelebihan tangkap dan tidak efektifnya pengelolaan kawasan,
meningkatnya permintaan akan ikan karang hidup untuk konsumsi dari Hongkong,
Taiwan dan Singapore adalah beberapa faktor yang menjadi penyebab memburuknya
kondisi terumbu karang dan turunnya stok ikan karang di wilayah ini (WCS-fish
catch report, 2006).
Masyarakat pada umunya hanya melihat manfaat yang tampak dari
keberadaan ekosistem terumbu karang dan cenderung mengabaikan manfaat yang
sifatnya tidak tampak (intangible). Oleh karena itu, perlu adanya penyadaran pada
masyarakat akan pentingnya keberlangsungan ekosistem terumbu karang bagi
kelangsungan hidup mereka, sehingga masyarakat tidak hanya menilai manfaat
terumbu karang dari sisi ekonominya saja, tetapi juga memperhatikan aspek-aspek
ekologisnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang ingin dijawab dalam
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana bentuk pengelolaan dan pemanfaatan ekosistem terumbu karang
kawasan Taman Nasional Karimunjawa ?.
2. Berapakah nilai ekonomi total ekosistem terumbu karang Taman Nasional
Karimunjawa ?
3. Bagaimana bentuk pengelolaan dan pemanfaatan ekosistem terumbu karang
Taman Nasional Karimunjawa yang terbaik dan berkelanjutan ?.
1.3 Tujuan dan Kegunaan
1.3.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui kondisi, bentuk pemanfaatan, dan pengelolaan ekosistem terumbu
karang Taman Nasional Karimunjawa saat ini.
2. Mengetahui nilai dari manfaat ekosistem terumbu karang Taman Nasional
Karimunjawa.
3. Memberikan alternatif pengelolaan ekosistem terumbu karang Taman Nasional
Karimunjawa yang terbaik dan berkelanjutan.
1.3.2 Kegunaan
1. Sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk meraih gelar Sarjana Perikanan pada
Departemen Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
2. Sebagi bahan pertimbangan bagi permbuat/penentu kebijakan dan pihak-pihak lain
yang berkepentingan dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam
kawasan Taman Nasional Karimunjawa.
3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekosistem Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan ekosistem perairan laut dangkal di kawasan
tropis dan subtropis yang terbentuk dari kegiatan biologis. Terumbu merupakan
endapan massif kalsium karbonat (CaCo3) yang terutama dihasilkan oleh karang
(filum Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo Madreporaria = Scleractinia) dengan sedikit
tambahan dari alga berkapur dan organisme lain yang menghasilkan kalsium karbonat
(polip karang). Karang merupakan anggota filum Cnidaria, yang memiliki berbagai
macam bentuk seperti ubur-ubur, Hydra air tawar, dan anemon. Jenis karang
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu karang hermatipik yang dapat menghasilkan
terumbu dan karang ahermatipik yang tidak dapat menghasilkan terumbu. Karang
hermatipik hanya ditemukan di wilayah tropis, sedangkan karang ahermatipik
tersebar diseluruh dunia. Hampir semua karang hermatipik hidup berkoloni dengan
berbagai individu hewan karang atau polip yang menempati mangkuk kecil atau
koralit dalam endapan masif, di dalam jaringan karang ini terdapat sejenis alga
(zooxanthellae) yang bersimbiosis dengan polip secara mutualisme. Polip karang
merupakan hewan renik, memiliki tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa
dan makanan berupa plankton. Oleh alga yang hidup di dalam karang, makanan
tersebut kemudian dikonversi menjadi energi melalui proses fotosintesis. Keberadaan
alga (zooxanthellae) ini yang menentukan laju proses pembentukan kapur
(kalsifikasi) (Nybakken 1992).
Faktor-faktor pembatas ekosistem terumbu karang, yaitu :
1. Suhu. Perkembangan terumbu paling optimal terjadi pada perairan dengan suhu
rata-rata tahunannya antara 23-25°C.
2. Kedalaman. Terumbu karang tidak bias berkembang di perairan dengan kedalaman
lebih dari 50-70 m. Pada umunya kedalaman ini berhubungan dengan kebutuhan
karang hermatipik akan cahaya.
3. Cahaya. Terumbu karang harus mendapatkan cahaya yang cukup (intensitasnya
lebih rendah 15-20% dari intensitas cahaya di permukaan) agar zooxanthellae yang
bersimbiosis dalam jaringan karang dapat berfotosintesis.
4. Salinitas. Karang hermatipik hanya tumbuh pada kisaran salinitas laut normal yaitu
32-35‰, pemasukan air tawar secara teratur dari aliran sungai akan menyebabkan
salinitas air laut berkurang dan menghentikan perkembangan terumbu.
5. Sedimentasi. Karang hermatipik tidak dapat hidup dengan adanya endapan yang
berat, yang menutupinya dan menyumbat struktur pemberian makanannya.
Sedimentasi dalam perairan dapat mengurangi cahaya yang dibutuhkan
zooxanthellae untuk berfotosintesis, hal ini dapat menghambat perkembangan
terumbu. Pada umunya, terumbu karang lebih berkembang pada daerah dengan
gelombang besar. Koloni karang dengan kerangka yang terbentuk dari kalsium
karbonat tidak rusak oleh gelombang besar tersebut, gelombang besar memberikan
air segar, oksigen dalam air laut, dan meghalangi sedimentasi pada koloni.
Ekosistem terumbu karang memiliki produktivitas yang tinggi, yang bisa
disetarakan dengan produktivitas hutan hujan tropis. Menurut Khon dan Helfrich
(1957) dan Odum dan Odum (1955) diacu dalam Nybakken (1992), produktivitas
primer terumbu karang mencapai 1500-3500 g C/m2/tahun. Karena tingginya
produktivitas tersebut, banyak komunitas laut yang berasosiasi dengan ekosistem
terumbu karang. Terdapat tiga jenis tipe strukur karang di Indonesia, yaitu karang
tepi (fringing reefs), karang penghalang (barrier reefs), dan karang cincin atau atol
(atoll). Terumbu karang Taman Nasioanl Karimunjawa terdiri dari karang pantai/tepi,
karang penghalang, dan beberapa taka (patch reefs).
2.2 Fungsi Ekologi dan Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang
2.2.1 Fungsi Ekologi
Ekosistem terumbu karang memiliki produktivitas yang tinggi. Tingginya
produktivitas ini disebabkan oleh banyaknya jaringan tumbuhan yang dapat
berfotosintesis dalam terumbu dan kemampuan terumbu dalam menahan nutrien-
nutrien dalam sistemnya. Terumbu berperan pula sebagai kolam yang menampung
segala sesuatu dari luar, hal ini menyebabkan makanan berputar dalam sistem
terumbu dan tidak hilang ke perairan lepas pantai yang lebih dalam (Nybakken 1992).
Ekosistem terumbu karang berfungsi sebagai tempat mencari makan (feeding
ground), tempat memijah (nursery ground), tempat memijah (spawning ground).
Bentuk terumbu yang rumit dan berliku-liku sering dimanfaatkan biota laut sebagi
tempat yang aman untuk memijah dan meletakkan telur-telurnya, setelah telur-telur
tersebut menetas, biota laut yang masih berbentuk juvenil menghabiskan sebagian
masa perkembangannya di daerah terumbu karang tersebut. Terumbu terbentuk dari
endapan kalsium karbonat yang masif dan letaknya mengelilingi pantai (terumbu
karang tepi dan penghalang), oleh karena itu ekosistem ini juga berfungsi sebagai
penahan abrasi pantai dan peredam gelombang.
2.2.2 Fungsi Ekonomi
Ekosistem terumbu karang menyumbangkan berbagai biota laut seperti ikan,
karang, moluska, ekinodermata, dan krustasae bagi masyarakat di kawasan pesisir,
dan bersama ekosistem pantai lainnya menyediakan makanan dan menjadi tempat
berpijah bagi berbagai jenis biota laut yang benilai ekonomi tinggi. Perairan yang
memiliki ekosistem terumbu karang, pada kedalaman kurang dari 30 meter dapat
menghasilkan ikan sebanyak 15 ton. Karena itu, terumbu karang menjadi sumber
ekonomi bagi masyarakat, khususnya masyarakat pulau-pulau kecil, tidak hanya dari
beragam sumberdaya ikan yang terkandung di dalamnya, tapi juga dari kegiatan
pemanfaatan jasa-jasa lingkungan terutama kegiatan wisata bahari. Bahkan dewasa
ini berbagai jenis biota yang hidup di ekosistem terumbu karang ternyata banyak
mengandung senyawa bioaktif sebagai bahan obat-oabatan, makanan, dan kosmetik
yang menjadi daya tarik tersendiri bagi berbagai pemangku kepentingan
(stakeholders), yang pemanfaatanya diharapkan dapat pula berkontribusi bagi
peningkatan ekonomi masyarakat (Bengen et al 2006).
2.3 Konsep Valuasi Ekonomi
Nilai merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek (ekosistem
terumbu karang), bagi orang (individu) tertentu, pada tempat dan waktu tertentu pula
(Bahruni 1999 diacu dalam Rofiko 2003). Menurut Darusman dan Widada (2004),
nilai adalah harga yang diberikan seseorang atau masyarakat ditempat tertentu akan
beragam, tergantung pada persepsi masyarakat tersebut. Persepsi adalah pandangan
individu terhadap suatu objek (ekosistem terumbu karang) sesuai dengan tingkat
pengetahuan, harapan, dan norma (Nurrochmat 2006).
Nilai ekonomi diukur berdasarkan kesediaan membayar dari beberapa
individu atau willingness to pay (WTP) yang merefleksikan preferensi seseorang
terhadap barang dan jasa (Rofiko 2003). Menurut Fauzi (2004), nilai ekonomi
didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimun seseorang ingin mengorbankan
barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Konsep ini disebut
keinginan membayar (willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang
dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran
ini, nilai ekologis ekosistem bisa “diterjemahkan” ke dalam bahasa ekonomi dengan
mengukur nilai ekonomi barang dan jasa. Dalam konteks lingkungan, valuasi
ekonomi membahas tentang pengukuran preferensi orang terhadap kondisi
lingkungan yang baik atau kondisi lingkungan yang buruk. Valuasi merupakan
analisa preferensi masing-masing individu, hasil dari valuasi adalah dalam bentuk
uang karena cara menentukan preferensi dengan mengetahui kesediaan membayar
seseorang dengan cara lain. Penggunaan uang juga menunjukkan pembangunan atau
pengembangan yang mensyaratkan pertimbangan nilai lingkungan. Menurut Adrianto
(2005) diacu dalam Santoso (2005), tujuan valuasi ekonomi pada dasarnya adalah
membantu mengambil keputusan untuk menduga efisiensi ekonomi (economic
efficiency) dari berbagai pemanfaatan (competing use) yang mungkin dilakukan
terhadap ekosistem yang ada.
Konsep yang dapat digunakan untuk mengukur nilai ekonomi suatu
sumberdaya (ekosistem terumbu karang) adalah Total Economic Value (TEV) atau
nilai ekonomi total. Pendekatan nilai ekonomi total dilakukan dengan cara menilai
seluruh manfaat dari suatu sumberdaya. Dalam menilai suatu sumberdaya secara
ekonomi, Ruitenbeek (1991) diacu dalam Fahrudin (1996), menggunakan tiga tahap
pendekatan yaitu :
1. Identifikasi manfaat dan fungsi-fungsi antar komponen sumberdaya
2. Kuantifikasi seluruh manfaat dan fungsi kedalam nilai uang
3. Penilaian alternatif pilihan dan evaluasi kebijakan pemanfaatan sumberdaya
Total Economic Value (TEV) terdiri dari nilai pakai (use value) dan bukan nilai
pakai (non-use value). Nilai pakai (use value) terdiri dari nilai penggunaan langsung
(direct value), nilai penggunaan tidak langsung (non-use value), dan niali pilihan
(option value). Bukan nilai pakai (non-use value) terdiri dari nilai keberadaan
(existence value) dan nilai warisan (bequest value).
TEV = UV + NUV
TEV = DUV + IUV + OV + EV + BV
Tabel 1. Definisi dan Contoh Komposisi Total Economic Value (TEV)
No Jenis Value Definisi Contoh
1 Direct Use Value
Nilai ekonomi yang diperoleh dari
pemanfaatan langsung dari sebuah
sumberdaya/ekosistem
Manfaat perikanan, kayu
mangrove, genetic material
2 Indirect Use Value
Nilai ekonomi yang diperoleh dari
pemanfaatan tidak langsung dari
sebuah sumberdaya/ekosistem
Fungsi ekosistem mangrove
sebagai natural break waters,
fungsi terumbu karang sebagai
spawning ground
3 Option Value
Nilai ekonomi yang diperoleh dari
potensi pemanfaatan langsung
maupun tidak langsung dari
sebuah sumberdaya/ekosistem
Manfaat keanekaragaman hayati,
spesies baru
4 Bequest Value
Nilai ekonomi yang diperoleh dari
manfaat pelestarian
sumberdaya/ekosistem untuk
kepentingan generasi masa depan
Nilai sebuah sistem tradisional
masyarakat yang terkait dengan
sumberdaya/ekosistem ; habitat,
keanekaragaman hayati
5 Existence Value
Nilai ekonomi yang diperoleh dari
sebuah persepsi bahwa keberadaan
(existence) dari sebuah
sumberdaya/ekosistem itu ada,
terlepas dari apakah ekosistem
sumberdaya tersebut dimanfaatkan
atau tidak
Terumbu karang yang terancam
punah, endemic species
Sumber : Barton (1994) diacu dalam Andalita (2006)
Ekosistem terumbu karang memiliki multi fungsi bagi terselenggaranya
berbagai proses dan memberikan multi manfaat melalui eneka produk jasa
lingkungan yang sangat dibutuhkan mahluk hidup. Secara umum manfaat ekosistem
terumbu karang digambarkan pada Gambar 1 sebagai berikut :
Sumber : Cesar et al, 2002
Gambar 1. Manfaat ekosistem terumbu karang
2.4 Metode Valuasi
Mengukur besarnya manfaat nilai ekonomi terumbu karang berarti melakukan
penilaian ekonomi atau memberikan nilai yang terukur secara moneter (nilai uang)
atas keseluruhan manfaat yang mencakup nilai kegunaan, nilai pilihan, dan nilai
keberadaan ekosistem terumbu karang. Penjumlahan atas nilai-nilai tersebut
merupakan nilai keseluruhan manfaat ekonomi atau disebut pula nilai ekonomi total
ekosistem terumbu karang.
Mengadaptasi Pearce (1992) yang diacu dalam Darusman dan Widada (2004),
untuk mengukur nilai ekonomi total suatu sumberdaya dapat digunakan beberapa
pendekatan atau metode, antara lain :
1. Hedonic Pricing/Pendekatan nilai kekayaan (hedonis)
Terkadang nilai kesenangan yang ditimbulkan oleh lingkungan yang baik seperti
udara yang segar seringkali menentukan tingginya harga dari suatu kekayaan
seperti harga tanah dan sebagainya. Analisis terhadap perbedaan harga barang
seperti tanah dan rumah dapat membantu untuk menentukan harga lingkungan
yang terkandung di dalamnya.
2. Metode Kontingensi (Contingen Valuation Method)
Metode ini diterapkan jika tidak ada harga pasar yang relevan terhadap barang
dan jasa lingkungan yang dihasilkan suatu sumberdaya alam. Kepada individu,
ditanyakan secara langsung tentang kesediaan mereka membayar terhadap
barang dan jasa lingkungan dari sumberdaya yang mereka peroleh atau
kesediaan mereka menerima kompensasi jika barang dan jasa lingkungan
tersebut tidak boleh mereka manfaatkan lagi. Studi dengan menggunakan
pendekatan ini membutuhkan pertanyaan survai, implemantasi, dan seleksi
sample secara hati-hati guna mendapatkan hasil yang akurat.
3. Metode Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)
Metode ini digunakan untuk menentukan nilai rekreasi suatu sumberdaya alam
berdasarkan jumlah uang yang dikeluarkan wisatawan untuk merealisasikan
kegiatan rekreasinya. Jumlah uang tersebut mencakup biaya transportasi,
akomodasi, konsumsi, dan lain-lain yang relevan. Pendekatan ini menunjukkan
bahwa nilai sumberdaya alam dalam suatu kawasan konservasi bukan hanya dari
tiket masuk saja, tetapi juga mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan
pengunjung menuju lokasi tersebut. Besarnya biaya yang dikeluarkan wisatawan
selama melakukan perjalanan ke suatu objek wisata (kawasan konservasi)
menunjukkan kesediaan membayar (WTP) wisatawan.
4. Pendekatan Harga Pasar
Metode ini menggunakan harga pasar actual sebagai harga yang dianggap
mendekati nilai barang dan jasa lingkungan yang dihasilkan oleh suatu
sumberdaya alam. Pendekatan harga pasar diabgi menjadi dua metode, yaitu :
a. Pendekatan pengaruh terhadap produksi
Metode ini menggunakan nilai manfaat jasa lingkungan suatu sumberdaya dalam
mendukung produktivitas kegiatan ekonomi di sekitarnya. Apabila sumberdaya
tersebut rusak, maka akan menurunkan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut.
Turun atau hilangnya nilai ekonomi kegiatan produksi tersebut merefleksikan
nilai ekonomi sumberdaya.
b. Pendekatan terhadap kesehatan
Pendekatan ini digunakan untuk menghitung biaya kesempatan (opportunity
cost) sumberdaya alam, biaya/kerugian yang dialami masyarakat akibat
hilangnya akses pemanfaatan sumberdaya, dan biaya yang dikeluarkan untuk
mempertahankan barang dan jasa yang secara alami dikontribusikan oleh
sumberdaya alam. Pendekatan biaya ini terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Biaya kesempatan
Nilai ekonomi suatu sumberdaya yang ditentukan melalui perhitungan nilai
bersih sekarang (Net Present Value/NPV) dari berbagai alternatif penggunaan
area.
2. Biaya preventif
Nilai suatu sumberdaya yang ditentukan berdasarkan besarnya kerugian
masyarakat yang dapat dihindarkan.
3. Biaya penggantian
Nilai suatu sumberdaya yang ditentukan berdasarkan fungsinya dalam
mempertahankan kualitas area dan siklus materi.
Menurut World Bank tahun 1998, valuasi ekonomi ditentukan berdasarkan
pengelompokan nilai barang dan jasa. Tabel 2 berikut ini menyajikan valuasi
ekonomi berdasarkan pengelompokan nilainya.
Tabel 2. Teknik Valuasi Ekonomi Berdasarkan Pengelompokan Nilainya.
No Jenis Nilai Metode Penelitian
1 Direct Use Value • Pendekatan harga pasar
• Pendekatan berdasarkan biaya
• Hedonic prices
• Contingen valuation method
• Biaya perjalanan/Travel cost
2 Indirect Use Value • Pendekatan berdasarkan biaya
• Contingen valuation method
• Pendekata harga pasar
3 Option Value • Contingen valuation method
• Hedonic prices
4 Existence Value Contingen valuation method
5 Bequest Value Contingen valuation method
Sumber : Environment Departement the World Bank (1998) diacu dalam Rofiko (2003)
2.5 Evaluasi Proyek untuk Menentukan Alternatif Pengelolaan
2.5.1 Evaluasi Proyek
Proyek didefinisikan sebagai suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan
berbagai sumberdaya untuk mendapatkan manfaat (benefit) atau suatu aktivitas yang
mengeluarkan biaya (cost) dengan harapan untuk mendapatkan hasil (returns) dimasa
yang akan dating, dan dapat direncanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu
unit (Kadariah, 1978). Tujuan dilaksanakan evaluasi proyek adalah untuk mngetahui
kelayakan dari proyek tersebut. Selain itu, evaluasi proyek juga bertujuan untuk
memilih berbagai alternatif proyek yang paling menguntungkan (Choliq et al, 1994
diacu dalam Andalita, 2006).
Menurut Kadariah (1978), criteria yang digunakan dalam evaluasi proyek atau
kebijakan, yaitu :
1. Net Present Value (NPV)
NPV didefinisikan sebagai keuntungan bersih suatu proyek, yaitu selisih
antara Present Value dari manfaat (benefit) dan Present Value dari biaya (cost). Suatu
proyek layak dilaksanakan jika NPV ≥ 0, proyek dapat mengembalikan dana sama
persis dengan Sosial Opportunity Cost of Capital nya, jika NPV = 0 , dan jika NPV <
0 maka proyek tersebut tidak layak dilaksanakan.
2. Benefit Cost Ratio (BCR)
BCR adalah perbandingan antara total dari manfaat (benefit) kotor dengan
total dari biaya (cost) total.
2.5.2 Analisis Ekonomi
Evaluasi proyek dapat menggunakan dua jenis analisis, yaitu analisis ekonomi
dan analisis finansial. Analisis ekonomi atau analisis social adalah analisis yang
digunakan untuk menghitung manfaat dan biaya proyek dari segi pemerintah atau
masyarakat sebagai pihak yang berkepentingan dalam proyek. Analisis finansial
adalah analisis yang digunakan untuk menghitung manfaat dan biaya proyek dari segi
individu atau swasta sebagai pihak yang berkepentingan dalam proyek (Gittinger,
1986 diacu dalam Andalita, 2006).
Menurut Kadariah (1978), terdapat dua perbedaan perhitungan antara analisis
finansial dan ekonomi, kedua perbedaan tersebut adalah :
1. Harga
Dalam analisis ekonomi, harga yang digunakan disebut shadow prices atau
accounting prices, yang menggambakan nilai sosial atau nilai ekonomis yang
sesungguhnya dari unsure-unsur biaya atau manfaat, sedangkan dalam analisis
finansial, harga yang digunakan adalah harga pasar (market prices)
2. Pembayaran transfer (Transfer payment)
a. Pajak
Dalam analisis ekonomi, pembayaran pajak tidak dikurangkan dalam
perhitungan benefit dari proyek. Pajak adalah bagian dari hasil bersih proyek yang
diserahkan pada pemerintah untuk digunakan bagi kepentingan masyarakat, oleh
karena itu pajak tidak dianggap sebagai biaya.
b. Subsidi
Subsidi merupakan suatu transfer payment dari masyarakat kepada proyek.
Dalam analisis finansial, subsidi mengurangi biaya proyek sehingga menambah
manfaat (benefit). Sedangkan dalam analisis ekonomi, harga pasar harus disesuaikan
(adjusted) untuk menghilangkan efek dari subsidi.
c. Bunga
Dalam analisis ekonomi, bungan modal tidak dipisahkan atau dikurangkan
dari hasil bruto. Dalam analisis finansial, bunga terbgi menjadi dua, yaitu bungan
yang dibayar kepada pihak penyedia dana dari luar yang dianggap sebagai biaya dan
bunga atas modal sendiri yang ditanamkan dalam proyek dianggap sebagai manfaat
yang harus diterima atas investasi modal tersebut.
III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI
Taman Nasional Karimunjawa terdiri dari empat ekosistem utama, yaitu
ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah, hutan pantai, mangrove, lamun, dan
terumbu karang. Karimunjawa ditetapkan sebagai kawasan konservasi dengan tujuan
untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistemnya dan dapat
mendukung perkembangan ekonomi masyarakat setempat. Walaupun telah ditetapkan
sebagai kawasan taman nasional, namun masih terjadi penurunan kualitas dan
degradsi lingkungan pada kawasan tersebut. Salah satu ekosistem yang mengalami
laju kerusakan yang cukup tinggi adalah ekosistem terumbu karang.
Sebagian besar masyarakat (60%) setempat berprofesi sebagai nelayan, hal ini
mengindikasikan tingginya ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya
perikanan (Yulianto et al, 2007). Masih berlangsungnya praktek penangkapan ikan
yang merusak, kelebihan tangkap, tidak efektifnya pengelolaan kawasan, dan
meningkatnya permintaan akan ikan karang hidup untuk konsumsi dari Hongkong,
Taiwan, dan Singapore adalah beberapa faktor yang menjadi penyebab memburuknya
kondisi terumbu karang dan turunnya stok ikan karang di wilayah ini (WCS-fish
catch report, 2006). Untuk itu perlu adanya alternatif pengelolaan ekosistem terumbu
karang perairan TNKJ yang optimal secara ekonomi dan ramah lingkungan. Adanya
perhitungan nilai manfaat ekosistem terumbu karang TNKJ menjadi sangat penting.
Konsep valuasi ekonomi dapat digunakan untuk mentransformasi nilai ekologis
ekosistem ini menjadi nilai ekonomi dengan mengukur nilai moneter dari seluruh
barang dan jasa yang dihasilkan oleh ekosistem terumbu karang. Dari nilai manfaat
yang didapat tadi, kita dapat menentukan alternatif pengelolaan ekosistem terumbu
karang TNKJ yang terbaik. Ruang lingkup penelitian ini dimulai dari identifikasi nilai
manfaat ekosistem terumbu karang, kemudian mengkuantifikasi manfaat yang
didapat ke dalam nilai ekonomi. Langkang selanjutnya menghitung nilai total dari
manfaat yang didapat, selanjutnya membuat alternatif skenario pengelolaan ekosistem
terumbu karang TNKJ. Untuk lebih jelasnya berikut skema kerangka pendekatan
studi dari penelitian ini yang dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
Gambar 2. Diagram Kerangka Pendekatan Studi
IV. METODOLOGI
4.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study)
dengan satuan kasus adalah kawasan ekosistem terumbu karang Taman Nasional
karimunjawa. Penelitian studi kasus adalah pengumpulan data dengan jalan
pengambilan beberapa unsur, yang sering tidak jelas populasinya, dan kemudian
setiap unsur diselidiki secara mendalam (Setyobudi andi et al, 2004).
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data text dan image.
Menurut Fauzi (2001) data text adalah data yang berbentuk alphabet maupun
numerik, sedangkan data image adalah data yang memberikan informasi secara
spesifik mengenai keadaan di tempat penelitian yang berupa gambar, diagram, dan
tabel.
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi) dan wawancara dengan
menggunakan kuesioner. Observasi dimaksudkan untuk memperoleh gambaran
tentang keadaan kawasan terumbu karang, keadaan masyarakat, dan kegiatan
masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan terumbu karang. Wawancara
dilakukan untuk mendapatkan keterangan dan informasi secara lisan tentang
karakterisrik dan peran serta masyarakat sekitar dalam pengelolaan potensi terumbu
karang Taman Nasional Karimunjawa. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi
terkait, seperti Balai Taman Nasional Karimunjawa, dinas pemerintahan setempat
(Kecamatan Karimunjawa, Kemujan, dan Parang, Dinas Kelautan dan Perikanan
Jepara, Dinas Pariwisata Jepara), lembaga swadaya masyarakat (Wildlife
Conservation Society), dan studi literatur.
Data yang dikumpulkan berupa keadaan umum Taman Nasional
Karimunjawa, kondisi sosial ekonomi masyarakat, manfaat dan biaya perikanan
tangkap, manfaat dan biaya perikanan budidaya, manfaat dan biaya pariwisata bahari,
manfaat dan biaya penelitian, manfaat dan biaya perlindungan pantai, manfaat
keanekaragaman hayati ekosistem terumbu karang, dan manfaat keberadaan
ekosistem terumbu karang.
Tabel 3. Matriks Jenis dan Sumber Data
No Data Jenis Satuan Sumber
1 Kondisi umum TNKJ :
- Kondisi goegrafis
- Kondisi fisik
- Kondisi biofisik
Sekunder
Sekunder
Sekunder
-
-
-
Balai Taman Nasional dan
Wildlife Conservation
Society (WCS)
2 Kondisi sosial ekonomi
- Kependudukan
- Sarana dan Prasaranan
Sekunder
Sekunder
Jiwa
-
Kecamatan Karimunjawa
3 Kegiatan pemanfaatan sumberdaya
- Perikanan tangkap
- Perikanan budidaya
- Pariwisata
Sekunder Sekunder Sekunder
-
-
-
Dinas Perikana dan
Kelautan Jepara, Dinas
Pariwisata Jepara, WCS
4 Perikanan tangkap
- Biaya investasi alat
- Biaya operasional
penangkapan
- Produksi ikan
Primer
Primer
Primer
Rp
Rp
Kg/thn
Responden/kuesioner
Responden/kuesioner
Responden/kuesioner
5 Budidaya rumput laut dan kerapu
- Produksi
- Biaya investasi peralatan
- Biaya operasional budidaya
Primer
Primer
Primer
Kg/thn
Rp
Rp
Responden/kuesioner
Responden/kuesioner
Responden/kuesioner
6 Pariwisata
- Jumlah wisatawan
- Biaya perjalanan
- Sarana dan prasarana wisata
Sekunder
Primer
Sekunder
Jiwa
Rp
Unit
Balai TNKJ
Responden/kuesioner
Dinas Pariwisata Jepara
7 Manfaat penelitian Primer Rp WCS
8 Manfaat perlindungan pantai Sekunder Rp Pustaka
9 Manfaat keanekaragaman hayati Sekunder Rp Pustaka
10 Manfaat keberadaan ekosistem
terumbu karang
Primer Rp Responden/keusioner
Sumber : data primer, diolah
4.3 Metode Pengambilan Contoh
Metode pengambilan contoh dilakukan dengan metode non-probability
sampling (tidak memberikan kemungkinan yang sama bagi tiap unsur populasi untuk
dipilih) jenis purposive sampling, dimana pengambilan sample tidak dilakukan secara
acak melainkan dengan pertimbangan tertentu dan secara sengaja (Nasution, 2007).
Pertimbangan tertentu yang dimaksud adalah orang yang dijadikan sample adalah
mereka yang memanfaatkan sumberdaya terumbu karang TNKJ baik secara langsung
maupun tidak langsung. Responden terdiri dari empat kelompok, yaitu nelayan,
pembudidaya laut, wisatawan, masyarakat sekitar kawasan. Kelompok nelayan dan
pembudidaya laut adalah mereka yang beraktivitas disekitar perairan TNKJ yang
tersebar ditiga desa yaitu Desa Karimunjawa, Desa Kemujan, dan Desa Parang,
kelompok wisatawan adalah para wisatawan yang ditemui di lokasi penelitian yang
sedang melakukan wisata bahari berupa kegiatan snorkeling atau diving di sekitar
kawasan ekosistem terumbu karang TNKJ, dan masyarakat disekitar kawasan adalah
masyarakat yang mengetahui tentang ekosistem terumbu karang TNKJ tapi tidak
melakukan kegiatan pemanfaatan secara langsung terhadap ekosistem tersebut.
Jumlah sample yang diambil dalam penelitian ini adalah 83 orang, yaitu 43 orang
nelayan, 15 orang pembudidaya, 10 orang wisatawan, dan 15 orang masyarakat
umum.
4.4 Metode Analisis Data
Pendekatan nilai ekonomi total dilakukan dengan cara menilai secara ekonomi
seluruh manfaat dari suatu sumberdaya. Dalam menilai sumberdaya secara ekonomi,
Ruitenbeek (1991) diacu dalam Fahrudin (1996), menggunakan pendekatan tiga
tahap, yaitu :
I. Identifikasi seluruh manfaat dari fungsi-fungsi ekosistem terumbu karang
Taman Nasional Karimunjawa , yaitu :
1. Manfaat langsung (ML)
Manfaat yang langsung diperoleh dari ekosistem terumbu karang. Nilai
manfaat langsung ini dirumuskan sebagai berikut :
ML = ………………………………………………………………..1)
Keterangan :
ML : manfaat Langsung
I : jenis pemanfaatan ke-i
n : jumlah jenis pemanfaatan.
Ekosistem terumbu karang menyumbangkan berbagai biota laut seperti ikan, karang,
moluska, ekinodermata, dan krustasea bagi masyarakat di kawasan pesisir, dan
bersama ekosistem pantai lainnya menyediakan makanan dan menjadi tempat
berpijah bagi berbagai jenis biota laut bernilai ekonomi tinggi. Karena itu, terumbu
karang menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat, khususnya masyarakat pulau-pulau
kecil, tidak hanya dari beragam sumberdaya ikan yang terkandung di dalamnya, tapi
juga dari kegiatan pemanfaatan jasa-jasa lingkungan terutama kegiatan wisata bahari
(Bengen et al, 2006). Oleh karena itu, pada ekosistem terumbu karang TNKJ, nilai
manfaat langsung yang dapat diidentifikasi berupa :
1) Perikanan laut, berupa :
a. Perikanan tangkap, meliputi kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan
alat tangkap Muroami, Branjang, Pancing, Jaring, Bubu, dan Panah (Speargun).
b. Perikanan budidaya, meliputi kegiatan budidaya rumput laut dan kerapu.
Kedua kegiatan di atas didekati dengan membandingkan nilai produksi dengan
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk setiap kegiatan.
2) Wisata bahari
Kegiatan wisata bahari di sekitar ekosistem terumbu karang, yaitu berupa
kegiatan snorkeling dan diving, didekati dengan Travel Cost Method (TCM).
Pendekatan TCM yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan individual
TCM, Tahapan dalam pendekatan TCM ini, yaitu (Fauzi, 2004) :
1. Membuat hipotesis tentang fungsi permintaan tempat wisata. Hipotesis yang
dibangun adalah bahwa kunjungan ke tempat wisata akan sangat dipengaruhi oleh
biaya perjalanan (travel cost) dan diasumsikan berkorelasi negatif, sehingga
diperoleh kurva permintaan yang memiliki kemiringan negati.
Bp = BTr + (BKr-BKh) + BDk + BLn ………………………………………2)
Keterangan : Bp : total biaya perjalanan, BTr : biaya transportasi selama
berwisata (Rp), BKr : biaya konsumsi di tempat wisata (Rp), BKh : biaya
konsumsi harian (Rp), BDk : biaya dokumentasi (Rp), BLn : biaya lain-lain
(akomodasi, biaya tak terduga, souvenir ) (Rp).
2. Membuat fungsi permintaan tempat wisata dengan meregresikan beberapa
variabel bebas yang mempengaruhi jumlah kunjungan individu (Q) (variabel tidak
bebas) terhadap tempat wisata tersebut. Fungsi permintaan tersebut dapat ditulis
dalam bentuk Q = f (Tc, X1, X2,….,Xn), dimana V adalah jumlah kunjungan
individu ke tempat wisata, Tc adalah biaya perjalanan yang dikeluarkan, dan Xn
adalah variabel sosial ekonomi lainnya. Pada penelitian ini variabel sosial
ekonomi lainnya berupa pendapatan (income) dari individu (I), tingkat pendidikan
individu (E), usia individu (A), dan jumlah hari yang dialokasikan individu untuk
berwisata (D) atau V = f (Tc, I, E, A, D).
3. Mengubah fungsi permintaan wisata ke dalam bentuk log-linier, yaitu :
Ln Q = β0 + β1 Ln Tc + β2 Ln I + β3 Ln E + β4 Ln A +β5 Ln D
Ln Q = (β0 + β2 Ln I + β3 Ln E + β4 Ln A + β5 Ln D)+β1 Ln Tc
Ln Q = β’ + β1 Ln Tc ………………………………………………………...3)
4. Setelah diestimasi kemudian fungsi dibalik, yaitu :
TC = 1/ β1
…………………….…………………………………………4)
5. Mencari utilitas terhadap sumberdaya (U), yaitu :
U = …………………………………………………………..5)
Dimana U adalan utilitas terhadap sumberdaya, V rata adalah jumlah rata-rata
kunjungan wisatawan responden.
6. Mengukur surplus konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap
lokasi wisata, yaitu :
CS = U – C …………………………………………………………………..6)
C = P x V rata .………………………………………………….....................7)
P = 1/ β1 …….………………………………………………………....8)
3) Manfaat penelitian
Nilai manfaat penelitian dihitung dengan menggunakan biaya rata-rata yang
dikeluarkan berbagai institusi dan pribadi yang melakukan penelitian terumbu karang
TNKJ.
2. Manfaat Tidak Langsung (MTL)
Manfaat yang diperoleh dari ekosistem terumbu karang berupa harga tidak
langsung dari manfaat yang dihasikan ekosistem terumbu karang tersebut,
dirumuskan sebagai berikut :
MTL = ………………………………………………………………...9)
Keterangan : MTL = Manfaat tidak langsung,
i = jenis manfaat ke-I
n = jumlah jenis manfaat.
Nilai manfaat tidak langsung yang dapat diidentifikasi berupa :
Perlindungan pantai
Nilai perlindungan pantai didekati dengan perhitungan nilai terumbu karang sebagai
physical protection global life sebesar US$ 276.5 per Ha (Hensen et al 2003 diacu
dalam Fauzi dan Anna, 2005)
Manfaat perlindungan tersebut dirumuskan sebagai berikut :
MTL = V x L…………………………………………………………………...10)
Keterangan :
MTL = Manfaat Tidak Langsung Perlindungan Pantai
V = Nilai physical protection global life I (US$ 276.5 per ha)
L = Luas kawasan terumbu karang (ha)
3. Manfaat Pilihan
Manfaat pilihan diartikan sebagai nilai yang diberikan oleh masyarakat atas
adanya pilihan untuk menikmati barang dan jasa dari sumberdaya alam dimasa yang
akan datang. Manfaat pilihan dalam penelitian ini didekati dengan nilai
keanekaragaman hayati terumbu karang, yaitu US$ 17.3 per ha (Hansen et al, 2003
diacu dalam Fauzi dan Anna, 2005). Manfaat pilihan dirukuskan sebagai berikut :
MP = Nb x L ……………………………………………………………………11)
Keterangan :
MP = Manfaat Pilihan
Nb = Nilai Keanekaragaman Hayati Terumbu Karang (US$ 17.3 per ha)
L = Luas Kawasan Terumbu Karang (ha)
4. Manfaat Keberadaan
Manfaat keberadaan diartikan sebagai nilai yang diberikan oleh masyarakat
atas adanya pilihan untuk menikmati barang dan jasa dari sumberdaya alam dimasa
yang akan datang. Manfaat keberadaan dihitung dengan rumus :
MK = ……………………………………………………………12)
Keterangan :
MK = Manfaat keberadaan
MKi = Manfaat keberadaan dari responden ke-i
N = Total responden
Nilai manfaat keberadaan dihitung dengan Contingen Valuation Method (CVM).
Pendekatan ini disebut contingen (tergantung kondisi) karena pada prakteknya
informasi yang diperoleh sangat tergantung pada hipotesis pasar yang dibangun.
Pendekatan ini pada hakekatnya bertujuan untuk mengetahui keinginan membayar
(willingness to pay) sekelompok masyarakat, dalam penelitian ini adalah nelayan,
pembudidaya rumput laut dan kerapu, wisatawan yang melakukan wisata bahari, dan
masyarakat setempat yang berada dilokasi penelitian dan keinginan mambayar
(willingness to accept) dari kerusakan ekosistem terumbu karang (Fauzi, 2004).
Tahapan pendekatan CVM :
1. Membuat hipotesis pasar terhadap sumberdaya yang akan diteliti. Hipotesis pasar
ini berupa kuesioner yang berisi informasi lengkap mengenai ekosistem terumbu
karang, manfaat terumbu karang, dan perkiraan nilai dari luasan terumbu karang
yang berkualitas baik.
2. Mendapatkan nilai lelang. Tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai willingness
to pay (WTP) responden terhadap ekosistem terumbu karang. Kegiatan ini
dilakukan dengan menggunakan survei, wawancara lengsung, dan kuesioner
3. Menghitung nilai rataan WTP. Nilai WTP dihitung berdasarkan nilai lelang yang
didapatkan pada langkah2. Perhitungan ini didasarkan pada nilai rata-rata (mean)
dan nilai tengah (median) yang didapat
4. Memperkirakan kurva lelang. Kurva lelang didapat dari hasil meregresikan nilai
WTP yang dianggap sebagai variabel tidak bebas dengan beberapa variabel bebas.
Pada penelitian ini, variabel bebas tersebut berupa umur (A), pendidikan (E), dan
pendapatan (I) responden,atau WTP = f(A, E, I)
Ln WTP = β0 + β1 Ln A + β2 Ln E + β3 Ln I ……………………………….13)
5. Mengagregatkan data. Mengagregatkan hasil WTP rata-rata individu ke dalam
WTP populasi dengan cara mengalikan hasil WTP individu dengan jumlah
populasi keseluruhan atau TB = Pt x WTPrata-rata …………………….......14)
Dimana TB ; total benefit, Pt ; jumlah penduduk, WTP rata-rata ; nilai WTP rata-
rata responden hasil dari analisis regresi pada pesamaan 13.
II. Kuantifikasi seluruh manfaat yang telah diidentifikasi secara moneter
(monetizing)
Menggunakan pendekatan nilai pasar terhadap manfaat yang telah bernilai
pasar dan penggunaan harga tidak langsung (Shadow price) terhadap manfaat yang
belum memiliki nilai pasar. Selanjutnya dihitung nilai ekonomi total dari ekosistem
terumbu karang TNKJ, yaitu penjumlahan dari Nilai Manfaat Langsung (NML), Nilai
Manfaat Tidak Langsung (NMTL), Nilai Pilihan (NP), Nilai Eksistensi (NE), atau
dirumuskan dengan :
NET = NML + NMTL + NP + NE
III. Penilaian Alternatif Skenario Pengelolaan
Alternatif skenario pengelolaan ekosistem terumbu karang TNKJ yang
disusun pada penelitian ini, yaitu :
1. Skenario alternatif pengelolaan I
Pada kondisi ini semua bentuk kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan
terumbu karang TNKJ diasumsikan berjalan seperti selama ini, yaitu kegiatan
perikanan laut, pariwisata bahari, dan penelitian. Persentase nilai dari setiap kegiatan
tidak mengalami perubahan hingga 10 tahun mendatang.
2. Skenario alternatif pengelolaan II
Pemanfaatan ekosistem terumbu karang untuk kegiatan perikanan tangkap
menerapkan sistem pengelolaan perikanan yang berkelanjutan, yaitu penerapan
pengaturan jenis alat tangkap. Pengaturan alat tangkap diharapkan memberikan
dampak yang terkecil bagi nelayan karena tidak mengurangi daerah penangkapan
mereka. Dalam skenario II, diasumsikan alat tangkap muroami dilarang beroperasi di
Perairan TNKJ.
3. Skenario alternatif pengelolaan III
Pada skenario III, kegiatan perikanan dan pariwisata hanya diperbolehkan
pada blok pemanfaatan perikanan dan pariwisata yang telah ditetapkan oleh balai
taman nasional. Berdasarkan hasil kajian tentang pola pemanfaatan perikanan di
Karimunjawa oleh tim WCS pada tahun 2006, bahwa lokasi penangkapan yang telah
mengalami tekanan perikanan dan penangkapan dengan intensitas yang tinggi,
beberapa diantaranya termasuk ke dalam zona inti, yaitu Taka Menyawakan dan zona
perlindungan, yaitu P. Burung, P. Geleang, P. Cemara Kecil,dan Tj. Gelam. Selain
itu, P. Cemara Kecil dan Tj. Gelam merupakan daerah tujuan wisata bagi para
wisatawan yang menggunakan fasilitas paket wisata.
Untuk menentukan skenario pengelolaan yang paling tepat bagi kawasan
ekosistem terumbu karang TNKJ, digunakan pendekatan Cost Benefit Analysis
(CBA). Pendekatan CBA digunakan untuk mengestimasi nilai sekarang (net present
value/NPV) dan Gross Benefit Cost Ratio (Gross BCR) yang paling cocok untuk
∑
∑
=
=
+
+=
n
tt
t
n
tt
t
r
C
r
B
BCR
1
1
)1(
)1(
∑=
+
−=
n
tt
tt
r
CBNPV
1 )1(
masyarakt dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan ekosistem
terumbu karang. Apabila dalam perhitungan didapat nilai NPV positif (NPV>0)
berarti proyek tersebut layak untuk diteruskan dan apabila NPV bernilai negatif
(NPV<0) maka proyek tersebut harus dihentikan. Untuk menilai efisiensi ekonomi
yang diperoleh digunakan perhitungan Benefit Cost Ratio (BCR). Proyek dinyatakan
layak apabila nilai BCR>1 dan apabila nilai BCR<1, maka proyek tersebut
dinyatakan tidak layak.
Perhitungan nilai NPV dan BCR adalah sebagai berikut (Kadariah et al, 1978) :
………………………………………………......15)
………………………………………………......16)
Keterangan :
Bt = Seluruh manfaat ekosistem terumbu karang dalam interval waktu tertentu
Ct = Seluruh biaya pemanfaatan ekosistem terumbu karang dalam interval waktu
tertentu
n = Umur ekonomis proyek
r = Discount rate (15 %)
t = Interval waktu (10 tahun)
4.5 Batasan dan Pengukuran Penelitian
1. Ekosistem adalah hubungan timbal balik atau interaksi antara organisme dengan
lingkungan abiotiknya atau tingkatan organisasi kehidupan yang mencakup
organisme dan lingkungan tak hidup, dimana kedua komponen tersebut saling
mempengaruhi dan berinteraksi (Anonim, 2008).
2. Lingkungan biotik adalah bagian lingkungan yang berupa makhluk-makhluk
hidup (fungi, tumbuhan, hewan, dan monera) (Anonim, 2008).
3. Lingkungan abiotik adalah bagian lingkungan yang berupa benda tak hidup
(contohnya air, tanah, udara, cahaya, pH, suhu dan iklim) (Anonim, 2008).
4. Ekosistem terumbu karang adalah interaksi antara biota laut penghasil kapur
(CaCO3) khususnya jenis karang batu dan alga berkapur dengan biota yang hidup
di dasar lainnya seperti jenis moluska, krustasea, ekhinodermata, polikhaeta,
porifera, dan tunikata serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan
sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton (Anonim, 2008).
5. Nilai ekonomi adalah sebagai pengukur jumlah maksimum seseorang ingin
mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya
(Rp/tahun)
6. Nilai manfaat total adalah keseluruhan nilai moneter dari barang dan jasa yang
dihasilkan ekosistem terumbu karang (Rp/tahun)
7. Nilai manfaat langsung adalah manfaat yang langsung diperole dari ekosistem
terumbu karang (Rp/tahun)
8. Nilai manfaat tidak langsung adalah nilai yang diperoleh dari ekosistam terumbu
karang berupa harga tidak langsung dari manfaat yang duhasilkan terumbu karan
tersebut (Rp/tahun)
9. Nilai manfaat pilihan adalah nilai yang diberikan oleh masyarakat atas adanya
pilihan untuk menikmati barang dan jasa dari sumberdaya alam dimasa yang akan
datang (Rp/tahun)
10. Nilai manfaat keberadaan adalah nilai yang diberikan atas keberadaab atau
terpeliharanya sumberdaya alam dan lingkungan meskipun masyarakat tidak
memanfaatkannya (Rp/tahun)
11. Analisis ekonomi adalah analisis yang digunakan untuk menghitung manfaat dari
biaya proyek dari segi pemerintah atau masyarakat sebagai pihak yang
berkepentingan dalam proyek
12. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang dikeluarkan tanpa mempengaruhi
volume produksi (Rp/tahun)
13. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam satu kali
produksi dan mempengaruhi volume produksi (Rp/tahun)
14. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian aset investasi
(Rp/tahun)
15. Biaya total (total cost) adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam satu kali
produksi (Rp/tahun)
16. Analisis biaya dan manfaat (cost and benefit analysis) adalah metode sistematis
untuk menentukan serta mengukur manfaat dan biaya suatu proyek atau program
17. Nilai penyusutan adalah selisih antara nilai investasi dan nilai sisa (Rp/tahun)
18. Nilai sisa adalah nilai yang diperoleh dari 10% biaya investasi (Rp/tahun)
19. Biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan secara langsung dalam proses
produksi (Rp/tahun)
20. Biaya kehilangan adalah biaya yang timbul dari hilangnya manfaat (Rp/tahun)
21. Manfaat keseluruhan (total benefit) adalah keseluruhan jumlah manfaat
(Rp/tahun)
22. Manfaat bersih (net benefit) adalah selisih antara manfaat keseluruhan dengan
biaya keseluruhan (Rp/tahun)
23. Incremental Net Benefit adalah perubahan manfaat bersih (net benefit) yang
diperoleh dari selisih manfaat bersih ke-n dengan manfaat bersih n-1, dst
(Rp/tahun)
24. Tingkat suku bunga (discount rate) adalah suatu pembayaran karena penggunaan
sejumlah uang dalam suatu periode yang dinyatakan dalam persentase (%).
Tingkat suku bungan yang digunakan pada penelitian ini adalah tingkat social
opportunity cost of capital tertinggi yang biasa dipakai di Negara berkembang
yaitu 15% (Kadariah et al, 1978)
25. Nilai sekarang (Present value) adalah nilai sekarang dari suatu jumlah uang yang
akan diterima atau yang akan dibayarkan pada suatu saat yang akan datang (Rp)
26. Nilai bersih sekarang (Net Present Value) adalah akumulasi present value (Rp)
27. Benefit Cost Ratio (BCR) adalah perbandingan antara total dari manfaat (benefit)
kotor dengan total biaya (cost) kotor.
28. Nilai tukar dolar (US$) terhadap rupiah pada saat penelitian adalah Rp 9.160,-
(Anonim, 2008).
4.6 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di tiga desa, yaitu di Desa Karimunjawa, Desa Kemujan,
dan Desa Parang yang termasuk dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa,
Kabupaten Jepara, Jawa Tengah pada minggu ke dua bulan April hingga minggu
pertaman bulan Mei 2008.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
5.1.1 Kondisi Geografis
Kepulauan Karimunjawa terdiri dari gugusan 27 pulau dan terbagi menjadi
dua wilayah, yaitu wilayah taman nasional dan wilayah luar taman nasional. Dari
gugusan pulau-pulau tersebut, lima buah pulau telah berpenghuni, yaitu Pulau
Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau Parang, Pulau Nyamuk, dan Pulau Genting.
Pusat administrasi pemerintahan ada di Pulau Karimunjawa. Kepulauan ini secara
administratif merupakan kecamatan dari wilayah kabupaten Jepara, yang berlokasi
sekitar 45 mil arah barat laut kota Jepara. Kawasan Taman Nasional Karimunjawa
sendiri terdiri atas gugusan 22 pulau seluas 111.625 ha, yang terdiri dari tiga desa
yaitu Desa Karimunjawa, Kemujan, dan Parang.
Sumber : Wildlife Conservation Society
Gambar 3. Lokasi Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Indonesia.
Taman Nasional Karimunjawa lahir dari perkembangan perubahan status.
Sejarah penetapan kawasan TNKJ adalah sebagai berikut :
• Tahun 1986, kawasan Karimunjawa merupakan Cagar Alam Laut, sesuai dengan
Keputusan Mentri Kehutanan No.123/Kpts-II/1986 tanggal 9 April 1986.
• Tahun 1988, kawasan Karimunjawa dinyatakan sebagai Taman Nasional
berdasarkan Keputusan Mentri Kehutanan No.161/Menhut-II/1988 tanggal 23
Februari 1988.
• Tahun 1999, kawasan Karimunjawa yang meliputi 22 pulau seluas 111.625 hektar
ditetapkan sebagai taman nasional dengan nama Taman Nasional Karimunjawa
berdasarkan Surat Keputusan Mentri Kehutanan No.78/Kpts-II/1999, tanggal 22
Februari 1999.
• Tahun 2001, Taman Nasional Karimunjawa termasuk Pulau Karimunjawa
(1.285,50 ha) dan Pulau Kemujan (222,20 ha) ditetapkan sebagai taman nasional
dengan luas 111.624,70 hektar berdasarkan Keputusan Mentri Kehutanan
No.74/Kpts-II/2001 tanggal 15 Maret 2001.
Departemen Kehutanan RI (2007), menyebutkan bahwa pengelolaan taman
nasional dalam UU No.5 Tahun 1990 dikelola dengan sistem zona dan dimanfaatkan
untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, serta menunjang
budidaya, kebudayaan, dan pariwisata/rekreasi alam. Sistem zona merupakan
penataan kawasan taman nasional berdasarkan fungsi dan peruntukannya sesuai
kondisi, potensi, dan perkembangan yang ada. Secara umum, pembagian zona pada
setiap taman nasional mencakup zona inti, zona rimba/bahari, zona pemanfaatan,
dan/atau zona-zona lain yang ditetapkan oleh Mentri Kehutanan berdasarkan
kebutuhan pelestarian keanekaragaman hayati. Pembagian zona tersebut, yaitu :
1. Zona Inti ; berfungsi sebagai perlindungan mutlak dan tidak diperkenankan
adanya perubahan apapun oleh kegiatan manusia, serta perubahan dan
perkembangan yang terjadi berjalan secara alami tanpa campur tangan manusia,
kecuali untuk kegiatan penelitian, pemantauan, perlindungan, dan pengamanan.
2. Zona Rimba (daratan) atau Zona Bahari (perairan laut) ; berfungsi sebagai
penyangga zona inti dan di dalamnya hanya dapat dilakukan kegiatan
sebagaimana pada zona inti, serta dapat dikunjungi oleh pengunjung untuk
kegiatan rekreasi terbatas. Dalam zona ini dilakukan kegiatan pengelolaan seperti
pembinaan habitat atau populasi satwa/tumbuhan, pembuatan jalan setapak,
menara pengintai/pengawas, pondok jaga, dan sarana kemudahan wisata.
3. Zona Pemanfaatan ; diperuntukkan untuk menampung aktivitas pengunjung atau
kegiatan pengelolaan. Dalam zona ini dapat dibangun sarana akomodasi untuk
keperluan pengunjung serta sarana pengelolaan taman nasional. Sarana yang
dapat dibangun dibatasi luasnya, yaitu maksimum 10 persen dari luas zona
pemanfaatan.
Balai Taman Nasional Karimunjawa telah melakukan proses rezonasi pada
tahun 2003 – 2004. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan efektivitas
pengelolaan TNKJ. Rezonasi dilakukan secara bottom-up dengan memperhatikan
aspirasi masyarakat (Yulianto et al, 2007). Sesuai dengan Keputusan Direktorat
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) No : SK.79/IV/Set-
3/2005 Tanggal 30 Juni 2005 tentang Revisi Zonasi/Mintakat Taman Nasional
Karimunjawa, pembagian zona Taman Nasional Karimunjawa dapat dilihat pada
tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Zonasi Taman Nasional Karimunjawa
No Zona Luas (Ha) Wilayah
1 Zona Inti 444,629
Sebagian perairan P. Kumbang, Taka P.
Menyawakan, Taka Malang, dan Tanjung
Bomang.
2 Zona Perlindungan 2.587,711 Hutan tropis dataran rendah di Pulau Karimunjawa
dan hutan mangrove
Perairan P. Galeang, P. Burung, Tanjung Gelam,
P. Sintok, P. Cemara Kecil, P. Katang, Gosong
Selikur, Gosong Tengah
3 Zona Pemanfaatan
Pariwisata 1.226,525
Perairan P. Menjangan Besar, P. Menjangan Kecil,
P. Menyawakan, P. Kembar, P. Tengah, sebelah
Timur P. Kumbang, Indonor dan karang kapal
4 Zona Pemukiman 2.571,546 P. Karimunjawa, P. Kemujan, P. Parang, dan P.
Nyamuk
5 Zona Rehabilitasi 122,514
Perairan sebelah Timur P. Parang, sebelah Timur
P. Nyamuk, sebelah Barat P. Kemujan, dan
sebelah barat P. Karimunjawa
6 Zona Budidaya 788,213 Perairan P. Karimunjawa, P. Kemujan, P.
Menjangan Besar, P. Parang, dan P. Nyamuk
7
Zona Pemanfaatan
Perikanan
Tradisional
103.883,862 Seluruh perairan di luar zona yang telah ditetapkan
yang berada di dalam kawasan TNKJ
Jumlah 111.625.000 Kawasan TNKJ
Sumber : Statistik Balai Taman Nasional Karimunjawa 2007
5.1.2 Kondisi Fisik Taman Nasional Karimunjawa
1. Geologi dan Tanah
Kepulauan Karimunjawa terbentuk sekitar 65 juta tahun yang lalu, hal ini
dibuktikan dengan ditemukannya batuan yang terbentuk pada zaman pra-tertier yang
dikenal dengan formasi karimunjawa (pTK) yang terdiri dari batu pasir kuarsa, pasir
mikaan, konglomerat kuarsa, lanau kuarsa, dan urat kuarsa. Selain itu ditemukan
batuan gunung api yang dibedakan menjadi formasi parang dan anggota lava genting
yang terbentuk antara 54 hingga 65 juta tahun yang lalu. Subtrat dasar tanah rata-rata
terdiri dari batu karang dan pada beberapa pulau terbentuk endapan-endapan pasir di
atas karang. Endapan pasir tersebut terdiri dari batuan aluvial, sedimen, tanah liat,
dan asosiasi mediteran coklat kemerahan. Batuan aluvial tersebar di Pulau
Menjangan, Kemujan, Geleang, Karimunjawa, Parang, dan Genting dengan ketebalan
bisa mencapai puluhan meter. Batuan sedimen terdapat di Pulau Karimunjawa,
Kemujan, Gundul, Bengkoang, Menjangan Besar, dan Menjangan Kecil dengan
ketebalan bisa mencapai 1200 m. Pada lereng timur dan barat Pulau Karimunjawa
bisa ditemukan tanah liat dan asosiasi mediteran coklat kemerahan (Yulianto et al,
2007)
2. Topografi
Kepulauan Karimunjawa memiliki topografi lahan berupa perbukitan curam
dengan ketinggian mencapai 500 mdpl. Secara morfologi Kepulauan Karimunjawa
dapat dibedakan menjadi tiga satuan, yaitu perbukitan, perbukitan bergelombang, dan
dataran rendah. Daerah perbukitan terbentang luas di Pulau Karimunjawa dengan
ketinggian 200 – 500 mdpl dengan puncak tertinggi di Gunung Bendera yang disusun
oleh batuan sedimen pra-tersier. Perbukitan bergelombang dan dataran rendah
terbentang di Pulau Karimunjawa, Kemujan, Parang, dan Genting. Perbukitan
bergelombang memiliki ketinggian antara 25 – 200 mdpl yang disusun oleh batuan
sedimen dan batuan gunung api, dan daerah dataran rendah memiliki ketinggian
antara 0 – 25 mdpl yang disusun oleh batuan sedimen dan aluvial (Yulianto et al,
2007).
3. Hidrologi
Di kawasan Taman Nasional Karimunjawa tidak terdapat sungai permanen,
danau, ataupun telaga, tetapi terdapat lima mata air besar yang terletak di Dukuh
Kapuran (Pancuran Belakang), Legon Goprak, Legon Lele, Cikmas, dan
Nyamplungan. Mata air ini dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber air bersih
untuk keperluan sehari-hari.
5.1.3 Kondisi Biofisik Taman Nasional Karimunjawa
1. Iklim dan Oseanografi
Berdasarkan klasifikasi tipe iklim Schimidt dan Ferguson, kawasan TNKJ
memiliki tipe iklim C dengan rata-rata curah hujan 3.000 mm per tahun. Temperatur
udara berkisar antara 30° - 31° C. Hujan turun sepanjang tahun, dalam bulan April –
November jumlah hari hujan rata-rata 10 hari hujan tiap bulannya. Sedangkan pada
bulan Juni hujan rata-rata hanya turun 1 hari. Musim kering atau kemarau terjadi pada
bulan April-November dan musim hujan terjadi pada bulan Desember-Maret. Pada
saat musim hujan, angin bertiup sangat kuat dari arah barat (musim barat) dan
menyebabkan gelombang laut yang besar, hal ini pun terjadi pada bulan Juli-Agustus,
ketika bertiup angin dari arah timur (musim timur).
Karakteristik oseanografi Kepulauan Karimunjawa sangat dipengaruhi oleh
kondisi musim yang ada di Indonesia. Pada musim barat atau barat laut, arus kuat di
Perairan Karimunjawa berasal dari Laut Cina Selatan. Kecepatan angin pada musim
timur di Indonesia dapat mencapai 3,5 – 5 m/dt dan 7,5 m/dt pada musim barat,
sedangkan di perairan sekitar Jepara kecepatan angin rata-rata berkisar antara 1,23 –
2,89 m/dt. Salinitas laut pada musim barat yaitu 32,6 ppm dan 32,2 ppm pada musim
timur.
2. Ekosistem
Kawasan Taman Nasional Karimunjawa memiliki 5 tipe ekosistem, yaitu :
a. Ekosistem Terumbu Karang
Luas ekosistem terumbu karang TNKJ adalah 713,107 ha. Gugusan terumbu
karang di Kep.Karimunjawa merupakan terumbu karang tepi dan taka (gosong).
Berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan oleh Wildlife Conservation Society
(WCS) pada tahun 2003-2004 di 69 lokasi, tutupan rata-rata karang keras bervariasi
antara 7% - 69% dan secara keseluruhan memiliki rata-rata sekitar 40 %. Selama
survey tahun 2003-2006 jumlah genera karang keras yang tercatat adalah sebanyak 64
genus yang termasuk kedalam ordo Slclectina 14 famili dan 3 ordo non-Scleratinia.
Acropora dan Porites merupakan jenis genera karang yang mendominasi di seluruh
gugusan terumbu karang. Dominasi bentuk pertumbuhan karang di masing-masing
lokasi tergantung kapada sifatnya yang terbuka atau terlindungi terhadap angin dan
gelombang. Bentuk pertumbuhan karang di daerah yang terbuka terhadap angin dan
gelombang relatif beragam seperti bercabang (branching), meja (tabulate), lembaran
(foliose), mengerak (encrusting), masif (massive), dan sebagainya, yang tumbuh lebih
ringkas dan padat.
b. Ekosistem Mangrove
Ekosistem hutan mangrove Taman Nasional Karimunjawa terdapat di Pulau
Karimunjawa, Kemujan, Cemara Kecil, Cemara Besar, Krakal Kecil, Krakal Besar,
Mrico, Menyawakan, dan Sintok. Hutan mangrove terluas terdapat di Pulau Kemujan
dan Karimunjawa seluas 396,90 ha yang didominasi oleh jenis Exoccaria agallocha
sedangkan jenis Rhizhophora stylosa menyebar di seluruh wilayah. Spesies mangrove
yang ditemukan di Karimunjawa terdiri dari 44 spesies yang terdiri atas 26 spesies
mangrove sejati dan 13 spesies mangrove ikutan yang berada di dalam kawasan dan 5
spesies di luar kawasan taman nasional.
c. Ekosistem Padang Lamun
Padang lamun tersebar diseluruh kawasan taman nasional hingga kedalaman
25 m. Jenis lamun yang ditemukan sebanyak 9 jenis yaitu Enhalus acroides,
Halophila ovalis, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, C.Serulata, Halodule
pinifolia, H.univervis, Syringodium isotifolium, dan Thalassodendrum ciliatum.
Dengan persentase penutupan dan kerapatan relatif cukup banyak pada jenis
Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, dan Halophila ovalis.
d. Ekosistem Hutan Pantai
Vegetasi hutan pantai dicirikan oleh adanya pohon ketapang (Terminalia
cattapa), cemara laut (Casuarina equisetifolia), jati pasir (Scaerota frustescens),
sentigi (Pemphis acidula), dan waru (Hibiscus tiliaceus).
e. Ekosistem Hutan Hujan Dataran Rendah
Berdasarkan hasil eksplorasi flora yang dilakukan oleh LIPI, ditemukan 124
jenis dan 5 suku flora di kawasan ini. Jenis yang umum ditemukan antara lain sentul
(Sandoricum koetjape), ande-ande (Antidesma montanum), berasan (Gomphia
serrata), gondoria (Bouea macrophylla), dewadaru (Fragrarea eleptica), kalimosodo
(Cordia subcordata), dan sawo kecil (Manilkara kauki).
5.1.4 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
1. Kependudukan
Penduduk Karimunjawa berasal dari etnis Jawa, Madura, Bajo, Bugis, Muna,
Luwu, Buton, dan Mandar. Mayoritas penduduk berasal dari Jawa, namun sebagian
besar etnis telah berbaur dan berinteraksi dengan etnis lain (Yulianto et al, 2007).
Berdasarkan data monografi Kecamatan Karimunjawa tahun 2008, jumlah penduduk
di Kecamatan Karimunjawa sebanyak 8.655 jiwa terdiri dari 2.875 kepala keluarga
yang tersebar di tiga desa, yaitu Desa Karimunjawa, Kemujan, dan Parang. Jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 4.325 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 4.330
jiwa.
Tabel 5. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Karimunjawa 2008
No Desa Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Keluarga (KK)
1 Karimunjawa 4.300 1.489
2 Kemujan 2.805 899
3 Parang 1.550 497
Jumlah 8.655 2.875
Sumber : Monografi Kecamatan Karimunjawa 2008
Komposisi penduduk Kecamatan Karimunjawa berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu
67 % lulusan SD, 23 % lulusan SLTP, 8 % lulusan SLTA, dan 2 % lulusan PT.
Tabel 6. Jumlah Penduduk Kecamatan Karimunjawa Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan No Desa
SD (orang) SLTP (orang) SLTA (orang) PT (orang)
1 Karimunjawa 1154 661 194 36
2 Kemujan 1208 155 86 19
3 Parang 150 35 17 7
Jumlah 2512 851 297 62
Sumber : Monografi Kecamatan Karimunjawa 2008
Komposisi mata pencaharian penduduk yang berada di kawasan TNKJ adalah 8 %
petani, 28 % nelayan, 4 % swasta, 34 % buruh, 6 % PNS, 0.3 % TNI/POLRI, dan 20 %
lainnya.
Tabel 7. Jumlah Penduduk Kecamatan Karimunjawa Berdasarkan Mata Pencaharian
Desa Mata Pencaharian
Karimunjawa (orang) Kemujan (orang) Parang (orang)
Jumlah
(orang)
Petani 135 451 52 638
Nelayan 1112 467 588 2167
Swasta 138 83 34 255
Buruh 2318 199 120 2637
PNS 386 39 14 439
TNI/POLRI 24 - - 24
Lainnya 23 956 600 1579
Sumber : Monografi Kecamatan Karimunjawa 2008
2. Sarana dan Prasarana
Fasilitas pendidikan di Kecamatan Karimunjawa relatif lengkap, menurut data
monografi Kecamatan Karimunjawa 2008, terdapat 16 unit taman kanak-kanak, 18
unit sekolah dasar, 7 unit sekolah menengah pertama, dan 2 unit sekolah menengah
atas yang tersebar ditiga desa. Fasilitas kesehatan masyarakat berupa satu unit Pusat
Kesahatan Masyarakat (PUSKESMAS) di Desa Karimunjawa dan dua unit
PUSKESMAS Pembantu (PUSTU) yang terletak di Desa Kemujan dan Parang.
Fasilitas peribadatan terdiri dari 13 mesjid dan 25 mushola/surau yang tesebar
di seluruh desa dan 2 unit gereja yang terdapat di Desa Karimunjawa dan Kemujan.
Pada setiap desa terdapat satu unit PLTD sebagai sumber listrik. Pada beberapa
tempat terdapat listrik tenaga angin dan tenaga surya yang dimiliki oleh
pemerintah/staf pemerintah atau pihak hotel/resort.
Fasilitas komunikasi di Karimunjawa berupa saluran telepon yang dilayani
oleh PT. Telkom yang memiliki Stasiun Bumi Kecil (SBK) serta jaringan telepon
seluler yang telah masuk sejak tahun 2004. Hingga kini telah terdapat dua operator
seluler yang memasang antena pemancar di Karimunjawa yaitu PT Telkomsel dan PT
Indosat. Pihak pemerintah menggunakan radio SSB dan VHF untuk berkomunikasi
antar desa atau dengan pihak kecamatan dan kabupaten. Terdapat pula satu kantor pos
pembantu yang terletak di Desa Karimunjawa.
Kegiatan perekonomian masyarakat didukung dengan adanya dua unit
koperasi simpan pinjam yang terletak di Desa Karimunjawa dan Kemujan, satu pasar
umum dan satu pasar ikan di Desa Karimunjawa, selain itu terdapat 8 unit kios yang
menjual cinderamata bagi para pengunjung yang dipusatkan pada satu tempat, dan
beberapa kios yang diusahakan sendiri oleh penduduk dan letaknya menyebar.
Terdapat pula 4-6 unit kios yang menjual kebutuhan material melaut bagi nelayan,
dan banyak kios kelontong yang menjual barang kebutuhan sehari-hari. Kondisi jalan
dimasing-masing desa relatif baik. Desa Karimunjawa dan Kemujan yang berjarak ±
17 km dihubungkan dengan jalan aspal dengan lebar ± 6 m, di Desa Parang terdapat
jalan paving block yang bisa dilewati mobil. Untuk penyebrangan antar pulau, Dinas
Perhubungan yang diwakili oleh Syahbandar menyediakan kapal penyebrangan yang
khusus melayani rute P. Karimunjawa- P. Parang dan Nyamuk setiap hari Rabu dan
Kamis dengan harga tiket Rp 40.000,00 (pulang pergi), selain itu untuk penyebrangan
antar pulau dapat mengunakan kapal nelayan.
Kepulauan Karimunjawa dapat dijangkau melalui laut dan udara. Transportasi
udara ditempuh melalui Bandara Ahmad Yani Semarang menuju Bandara Dewandaru
di Pulau Kemujan, dengan pesawat sewa jenis CASSA 212 yang disediakan oleh
Kura-kura Resort, saat ini penerbangan hanya melayani penumpang charter dan
wisata saja. Transportasi laut dapat ditempuh dengan menggunakan kapal ferry yaitu
KMP Muria yang disediakan oleh PT ASDP cabang Jepara dan KMC Kartini I yang
disediakan oleh Dinas Perhubungan dan Telekomunikasi Propinsi Jawa Tengah.
Jadwal keberangkatan KMP Muria dengan waktu tempuh ± 6 jam, yaitu :
• Jepara-Karimunjawa, setiap hari Sabtu dan Rabu pukul 9.00 WIB dari Pelabuhan
Kartini, Jepara
• Karimunjawa-Jepara, setiap hari Senin dan Kamis pukul 8.00 WIB dari
Pelabuhan Karimunjawa
Kapal Motor Cepat (KMC) Kartini I melayani rute Semarang-Karimunjawa (± 3,5
jam) dan Jepara-Karimunjawa (± 2,5 jam). Jadwal pelayaran KMC Kartini I,yaitu
• Jepara-Karimunjawa, setiap hari Senin pukul 10.00 WIB
• Semarang-Karimunjawa, setiap hari Sabtu pukul 09.00 WIB (dari Pelabuhan
Tanjung Mas)
• Karimunjawa-Jepara, setiap hari Selasa pukul 09.00 WIB
• Karimunjawa-Semarang, setiap hari Minggu pukul 14.00 WIB
5.2 Pemanfaatan Sumberdaya
5.2.1 Kegiatan Perikanan Tangkap
Jumlah nelayan di Kecamatan Karimunjawa sebanyak 2.944 orang (Diskanlut
Kab. Jepara 2007) yang tersebar di tiga desa. Dari data tersebut 761 orang adalah
nelayan berstatus juragan dan 2.813 orang adalah nelayan pandega. Armada
penangkapan ikan di kecamatan ini terdiri dari dua jenis yaitu kapal motor sebanyak
473 dan perahu motor tempel sebanyak 124 unit dengan tonase kira-kira < 5 GT.
Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan berupa jaring, pancing, bubu, panah,
branjang, dan muroami.
Tabel 8. Jenis Alat Tangkap, Musim (Masa Operasi), dan Jenis Ikan Tangkapan
No Alat Tangkap Jumlah (unit) Masa Operasi Jenis ikan tangkapan
1 Muroami 2 September-Desember Ekor kuning
2 Branjang 90 Juni-Agustus Teri
3 Pancing tonda 617 Juni-September Tongkol
4 Pancing edo 200 Maret-Juni Ikan karang
5 Jaring 200 September-Nopember Ekor kuning
6 Bubu 2000 Sepanjang musim Ikan karang
Sumber : Dislutkan Kab. Jepara 2007
Produksi ikan laut yang tertangkap di perairan TNKJ dikelompokkan ke
dalam 2 kelompok yaitu kelompok ikan segar dan ikan hidup. Kelompok ikan segar
terdiri dari tongkol, tenggiri, cumi-cumi, badong, kakap merah, ekor kuning,
manyung, dan ikan campuran, sedangkan jenis ikan hidup terdiri dari sunuk, kerapu,
dan lobster.
Tabel 9. Produksi Ikan Perairan Karimunjawa
Tahun Ikan Segar (Kg) Ikan Hidup (Kg) Total (Kg)
2003 263700 15441.1 279141.1
2004 253850 15042.4 268892.4
2005 237535 18934.3 256469.3
2005 543775 10618.8 554393.8
2007 307721 10309.6 318030.6
Sumber : Pelabuhan Perikanan Pantai Karimunjawa 2008
Berdasarkan Laporan Monotoring WCS, 2006 tentang Kajian Pola
Pemanfaatan Perikanan di Karimunjawa Tahun 2003 – 2005, total hasil tangkapan
yang tercatat selama penelitian didaerah penangkapan yang memiliki ekosistem
terumbu karang, yaitu sebesar 62.230 kg, terdiri dari 49 famili dan 287 spesies.
Komposisi hasil tangkapan didominasi oleh keluarga Caesionidae (fusillier) sebanyak
72.9 %, kemudian di susul oleh keluarga tongkol dan Tengiri (Scombridae) sebanyak
14 % dan keluarga Ikan Selar dan Badong (Carangidae) sebanyak 3.1 %. Ekor kuning
merupakan spesies ikan yang paling banyak ditangkap, yaitu 68.8 %. Jenis Tongkol
Lurik (Euthynnus affinis) menempati urutan kedua dengan nilai 8.6 %, di susul oleh
Tengiri dan Tongkol Hitam masing-masing sebanyak 2.6 % dan 2.2 %.
Sumber : WCS-fish catch report, 2006
Gambar 4. Komposisi tangkapan berdasarkan famili dan spesies
Berdasarkan gambar 4 di atas, 68,6 % ikan tangkapan di Karimunjawa adalah
ekor kuning, jadi bisa dikatakan bahwa perikanan karimunjawa saat ini adalah
perikanan ekor kuning. Jumlah ikan yang di tangkap di karimunjawa 55,8 % berasal
dari alat tangkap Muroami, 24 % berasal dari alat tangkap Jaring Pocong dimana
kedua alat tangkap ini memiliki jenis ikan target yang sama, yakni ikan Ekor Kuning.
Laporan Monitoring tersebut juga menyatakan bahwa tekanan perikanan tertinggi
terjadi di daerah terumbu karang sekitar Pulau Krakal Besar dan Krakal Kecil, Taka
Menyawakan, P. Burung , P. Geleang, P. Cemara Kecil, P. Menyawakan, P.
Menjangan Kecil, P. Tengah, P. Kecil, P. Cendikian, P. Gundul dan Timur P.
Genting. Tekanan perikanan tangkap didefinisikan sebagai jumlah rata-rata dari
biomassa ikan (kg) yang di ekstrak dari tiap-tiap lokasi penangkapan (Fishing
Ground) di kepulauan Karimunjawa di bagi dengan luasan dari tiap-tiap lokasi
tersebut (km2). Sedangkan lokasi penangkapan yang sudah jenuh meliputi P.
Menyawakan, Taka Menyawakan, P. Cemara Besar, P. Burung, Tj. Gelam, P. Tengah
dan sebelah timur P. Kemujan.
Nelayan Karimunjawa pada umumnya menjual hasil tangkapan mereka ke
pedagang atau tengkulak setempat (90 %) dan hanya sekitar 10 % yang dipakai untuk
konsumsi pribadi. Jenis-jenis ikan Ekor Kuning dan Tenggiri dijual ke padagang
penampung di Desa Karimunjawa untuk kemudian dikirim ke Jepang. Khusus untuk
ikan Ekor Kuning selanjutnya akan dikirim ke luar negeri melalui Semarang dan
Jakarta, sedangkan ikan Tenggiri dan Tonggkol dijual di pasar local Jepara dan kota
lainnya di Jawa Tengah (Yulianto et al, 2007).
Berikut diuraikan masing-masing kegiatan perikanan tangkap di perairan TNKJ
menurut alat tangkap yang digunakan.
1. Muroami
Muroami (bahasa jepang) berasal dari kata “muro” dan “ami”. Ami berarti
alat, sedangkan muro adalah sebangsa ikan Carangidae. Seperangkat muroami terdiri
dari empat bagian, yaitu bagian jaring, pelampung, pemberat, dan penggiring. Jumlah
tenaga kerja dalam satu kapal muroami terdiri umumnya dari 20-40 orang. Seorang
bertugas sebagai tonaas (fishing master) yang memimpin jalannya penangkapan dan
seorang bertugas sebagai wakil tonaas. Dua orang (untuk ukuran kecil) dan empat
orang (untuk ukuran besar) sebagai penjaga atau pemegang kedua ujung kantong saat
jaring dipasang. Satu/dua orang sebagai penjaga atau pemegang kantong belakang.
Empat sampai enam orang sebagai penyelam, dan selebihnya adalah sebagai pengusir
ikan-ikan yang akan ditangkap. Sumber oksigen para penyelam ini umumnya berasal
dari alat kompresor (tabung gas bertekanan tinggi). Pada saat operasi penangkapan
diperlukan 3-5 buah perahu, sebuah perahu untuk membawa kantong, dua perahu
untuk memuat sayap/kaki jaring, dan sisanya untuk membawa para tenaga penggiring
ikan. Daerah penangkapan dilakukan disekitar perairan karang pada kedalaman antara
10-25 m atau yang biasa disebut “karang dalam”. Hasil tangkapan muroami ini
berupa ikan-ikan karang, seperti ekor kuning (Caesio cuning), penjalu
(C.coerulaureus), pisang-pisang (C. chrysononus), Sunglir (Elagatus bipinnulatus),
selar kuning (Caranx leptolepis), dan kuwe macan (Caranx spp) (Subani dan Barus,
1989).
Alat tangkap muroami pertama kali dikenal oleh masyarakat Karimunjawa
pada tahun 1990-an yang di bawa oleh nelayan Pulau Seribu atau Pulau Kelapa.
Pengoperasian alat tangkap ini mendapat sambutan negatif dari masyarakat lokal,
sebab alat tangkap ini menurunkan hasil tangkap nelayan lokal dan merusak
terumbu karang. Pada tahun 1999, muroami mulai dioperasikan lagi. Kali ini yang
memprakarsai pengoperasi muroami adalah anggota masyarakat Karimunjawa
sendiri dengan memperkerjakan anggota masyarakat yang tidak memiliki fasilitas
melaut. Tentu saja hal ini membuat masyarakat nelayan tradisional bingung, jika
menolak akan terjadi konflik dengan teman sendiri, tetapi jika menerima hasil
tangkap mereka akan berkurang. Ditengah-tengah kebingungan ini, masyarakat
nelayan tradisional berkumpul untuk menggelar aksi demontrasi. Situasi ini
mendapatkan respon dari pemerintah daerah, sebagai jalan tengah agar konflik
tersebut tidak berkembang, maka pemerintah daerah membentuk team untuk
melakukan survey tentang dampak yang diakibatkan oleh pengoperasian muroami.
Hasil survey tersebut menyatakan bahwa pengoperasiam muroami tidak berdampak
negatif terhadap lingkungan laut, dari hasil survey inilah pemerintahan Kabupaten
Jepara mengeluarkan surat edaran No. 523/2813 tanggal 28 Juni 2002, yang
melegalkan pengoperasian muroami di Kepulauan Karimunjawa. Setelah keluarnya
surat edaran tersebut, jumlah muroami yang beroperasi sebanyak 16 unit.
Pemiliknya terdiri dari 6 orang tokoh masyarakat dan 10 orang anggota masyarakat
pemilik modal. Saat ini, muroami yang masih beroperasi berjumlah 2 unit. Satu unit
dimiliki oleh anggota masyarakat yang memiliki modal dan satu unit lagi dimiliki
oleh seorang tokoh masyarakat (WCS-technical report, 2004).
Jumlah kongsi (unit) Muroami yang beroperasi pada tahun 2003 adalah 27
unit, lalu menjadi lima unit pada tahun 2004, dan tinggal dua unit pada tahun 2005
sampai saat ini (2008). Alat tangkap Jaring Pocong mulai beroperasi pada musim
penangkapan pancaroba 2004, alat ini merupakan modifikasi dari alat tangkap
Muroami, di mana jaring kantong di tiadakan dan panjang Jaring Pelari yang lebih
pendek . Satu kongsi Jaring Pocong terdiri dari 2 unit kapal dan dapat dioperasikan
oleh 7-10 orang, sedangkan Muroami terdiri dari 3 unit kapal dan hanya dapat
dioperasikan dengan jumlah ABK minimal 15 orang. Saat ini Jaring Pocong tidak
dioperasikan lagi di perairan Karimunjawa. Perikanan muroami berdampak langsung
pada kerusakan terumbu karang, karena sebagian besar alat tangkap ini beroperasi di
daerah paparan terumbu. Dalam satu kali operasi muroami luas rata-rata daerah yang
disapu oleh para penyelam dalam menggiring ikan sampai ke jaring kantong adalah
2,4 hektar atau 80 x 300 m2 . Kerusakan karang yang disebabkan oleh seorang
penyelam muroami selama proses penggiringan sebesar 11,4 cm2 dalam setiap 1 m2
karang hidup. Nilai ini hampir sama dengan rata-rata kerusakan karang yang
disebabkan oleh aktivitas manusia di seluruh Kepulauan Karimunjawa, yaitu sebesar
10,3 cm2 dalam setiap 1 m2 karang hidup. Hal ini menunjukkan bahwa satu penyelam
muroami berpotensi menimbulkan kerusakan yang relatif sebanding dengan
kerusakan yang disebabkan oleh keseluruhan aktivitas (jangkar, kapal, kerusakan oleh
manusia)..
GRAFIK RATA-RATA TINGKAT KERUSAKAN KARANG
11.4
10.3
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
14.0
16.0
Rata-rata Kep. Karimunjawa* 1 penyelam Muro-ami
Ra
ta-r
ata
ke
rus
ak
an
(c
m2/m
2)
Sumber : WCS-technical report, 2004
Gambar 5. Perbandingan rata-rata kerusakan karang
Aktivitas penangkapan menggunakan muroami lebih banyak dilakukan
dibawah air yang disertai oleh proses pemasangan jaring, penggiringan, dan
pengangkatan ikan. Selama proses-proses tersebut, nelayan penyelam tidak hanya
berenang tetapi juga berjalan di atas karang sehingga menyebabkan kerusakan karang.
Hal tersebut terutama terjadi jika operasi penangkapan dilakukan di atas hamparan
karang yang didominasi oleh karang bercabang dan karang meja yang sangat mudah
rusak. Selain terbukti merusak ekosistem terumbu karang, alat tangkap ini berpotensi
atau bahkan sudah menguras stok sumber daya ikan di Perairan Karimunjawa. Target
utama muroami adalah ikan ekor kuning atau C. cuning dari famili Caesionidae.
Selain Caesionidae, muroami juga sangat efisien dalam menangkap ikan target dari
famili Carangidae, Scaridae, Sphyraenidae, dan Lutjanidae. Scaridae (kelompok ikan
kakatua) merupakan kelompok ikan karang yang sangat penting karena peranannya
didalam bio-erosi dan perputaran daur hidup alga pada ekosistem terumbu karang.
Berdasarkan hasil pengamatan, selang jumlah ikan yang terambil dari area sapuan
muroami adalah 4,83 kg/Ha – 127,71 kg/Ha dengan rata-rata mencapai 62,76 kg/Ha.
Dengan demikian kira-kira 150 kg ikan perhari yang keluar dari perairan
Karimunjawa oleh alat tangkap muroami dalam satu kali operasi (Laporan Teknis
WCS, 2004).
2. Pancing
Pada prinsipnya pancing terdiri dari dua komponen utama, yaitu tali (line) dan
mata pancing (hook). Tali pancing bisa terbuat dari bahan benang katun, nilon,
polyethylin, plastik (senar), dan lain-lain. Sedangkan mata pancingnya terbuat dari
kawat baja, kuningan atau bahan lainnya yang tahan karat. Jumlah mata pancing yang
terdapat pada tiap parangkat (satuan) pancing bisa tunggal maupun ganda (dua – tiga
buah) bahkan banyak sekali (ratusan sampai ribuan) tergantung dari jenis pancingnya.
Sedangkan ukuran mata pancing bervariasi, disesuaikan dengan besar kecilnya ikan
yang akan ditangkap/pancing (Subani dan Barus, 1989).
Jenis pancing yang digunakan oleh nelayan Kepulauan Karimunjawa adalah
pancing tonda yang termasuk kedalam jenis pancing tarik (Troll line). Pancing ini
terdiri dari tali pancing dan mata pancing, nelayan pada umumnya menggunakan
umpan tiruan (imitation bait) berupa kain sutera dan bulu ayam dan umpan benar
(true bait) yaitu cumi-cumi. Cara pengoperasian pancing tonda ini dilakukan dengan
menarik (baca : menonda) pancing tersebut dengan kapal motor secara horisontal
menelusuri lapisan permukaan air, lapisan dalam maupun menelusuri dasar perairan.
Musim tangkap para nelayan tonda dimulai pada bulan Juni hingga September setiap
tahunnya, dengan hasil tangkapan utamanya adalah ikan tongkol dan tenggiri. Jumlah
tenaga kerja dalam satu kapal antara satu hingga dua orang. Pada umumnya, nelayan
tonda menangkap ikan setiap hari (malam – pagi) pada saat musim tangkap atau
sekitar 26 hari dalam satu bulan musim tangkap.
3. Bubu
Bubu merupakan alat tangkap berupa jebakan dan bersifat pasif. Bahan bubu
umumnya terbuat dari anyaman bambu, rotan, dan kawat. Bentuk bubu bermacam-
macam, seperti sangkar (cages), silinder (cylindrical), gendang, segitiga memanjang
(kubus) atau segi banyak, bulat setengah lingkaran, dan lain-lain. Secara garis besar,
bubu terdiri dari tiga bagian yaitu badan (body), mulut (funnel), dan pintu. Badan
berupa rongga, tempat ikan terkurung. Mulut bubu (funnel) berbentuk seperti corong,
merupakan pintu dimana ikan dapat masuk tetapi tidak dapat keluar, dan pintu bubu
merupakan tempat pengambilan hasil tangkapan. Dilihat dari cara opersional
penangkapannya, bubu dibagi kedalam tiga golongan, yaitu bubu dasar (ground
fishpot), bubu apung (floating fishpot), dan bubu hanyut (drifting fishpot) (Subani dan
Barus,1989).
Jenis bubu yang digunakan di TNKJ adalah bubu dasar (ground fishpot) yang
dipasang di sekitar perairan karang atau diantara karang-karang. Bubu yang nelayan
gunakan terbuat dari anyaman bambu dan kawat. Umur teknis dari bubu anyaman
bambu adalah sekitar tiga sampai empat bulan, sedangkan umur teknis bubu kawat
bisa mencapai satu tahun. Pengambilan hasil tangkapan dilakukan dua sampai tiga
hari setelah bubu dipasang. Musim tangkap bubu adalah sepanjang tahun, dengan
hasil tangkapan utama berupa ikan Baronang (Siganus spp), Kerapu (Epinephelus
spp), Kakap (Lutjanus spp), Kakatua (Scarus spp), dan Ekor kuning (Caesio spp).
4. Jaring
Jenis jaring yang digunakan nelayan tradisional di Kep. Karimunjawa adalah
jaring insang (gill net). Jaring insang (gill net) ialah suatu alat tangkap berbentuk
empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat ris atas dan ris
bawah (terkadang tanpa ris bawah untuk sebagian jaring udang barong). Besar mata
jaring bervariasi disesuaikan dengan sasaran tangkap (udang, ikan). Ikan yang
tertangkap akan terjerat (gilled) dibagian belakang lubang penutup insang
(operculum), terbelit, dan terpuntal (entangeled) pada mata jaring yang terdiri dari
satu lapis (gill net), dua lapis maupun tiga lapis (jaring kantong, trammel net). Jaring
ini terdiri dari satuan-satuan jaring yang biasa disebut tinting (piece). Dalam operasi
penangkapan biasanya terdiri dari beberapa tinting yang digabung menjadi satu
sehingga merupakan satu perangkat (unit) yang panjang (300-500 m). Dilihat dari
cara pengoperasiannya, alat tangkap ini dibedakan menjadi tiga, yaitu drift gill net
(dihanyutkan), set gill net (dilabuhkan), dan encircling gill net (dilingkarkan) (Subani
dan Barus, 1989).
Nelayan di sekitar TNKJ pada umumnya menggunakan jaring insang jenis
jaring insang labuh (set gill net). Jaring insang ini didirikan secara tegak lurus Mereka
melabuhkan jaringnya di dasar, lapisan tengah, maupun di bawah lapisan atas kolom
perairan. Musim tangkap nelayan jaring adalah pada bulan September hingga
Nopember. Ikan hasil tangkapan pada umumnya terdiri dari jenis badong, baronang,
bandeng, cucut, ekor kuning, panti, ikan hijau, pari, selar, smadar, tongkol, tenggiri,
udang topeng, toda, dan tambak.
5. Branjang
Branjang/waring atau jaring bagan merupakan alat tangkap yang digunakan
untuk menangkap ikan teri. Jaring branjang ini umumnya berukuran 9 x 9 m,
bahannya berasal dari benang katun atau nilon. Jaring ini diikatkan pada bingkai
berbentuk persegi panjang yang terbuat dari kayu atau bambu. Jenis bagan yang
digunakan oleh nelayan di sekitar TNKJ adalah bagan perahu (boat lift nets) yang
beroperasi diperairan dalam. Penangkapan dengan bagan perahu ini hanya dilakukan
pada malam hari (light fishing) dengan menggunakan lampu (pertomax) sebagai alat
bantu penangkapan. Musim tangkap nelayan branjang di Kepulauan Karimunjawa
dimulai dari bulan Juni hingga Agustus. Ikan teri yang ditangkap terdiri dari dua jenis
yaitu teri hitam dan putih, hasil tangkapan dijual dalam keadaan kering ke pedangang
pengumpul setempat.
6. Panah (Speargun)
Nelayan panah di sekitar TNKJ terdapat di Desa Karimunjawa dan Parang.
Alat tangkap ini terdiri dari anak panah (stainless), tangkai senapan (kayu), karet
pelenting, dan pelatuk. Waktu penangkapan ikan adalah malam hari dengan musim
tangkap sepanjang tahun. Nelayan menggunakan bantuan kompressor sebagai sumber
oksigen, mereka pun membawa keranjang dan senter sebagai alat bantu dalam operasi
penangkapan. Target utama penangkapan adalah ikan karang yaitu ekor kuning,
selain itu tertangkap pula kerapu dan betet. Dalam satu armada penangkapan jumlah
nelayan berkisar 4-6 orang.
5.2.2 Kegiatan perikanan budidaya
Kegiatan perikanan budidaya di sekitar Taman Nasional Karimunjawa
meliputi dua komoditas yaitu kerapu dan rumput laut. Saat ini untuk kegiatan
budidaya kerapu terdapat 60 unit karamba, yaitu 40 unit karamba
pengumpul/penampung dan 20 unit karamba budidaya dengan luas tambak 65.2 ha
dan jumlah petak sebanyak 161 (Dislutkan Jepara 2007). Jenis kerapu yang di
dibudidayakan nelayan pembudidaya adalah kerapu macan dan bebek, benih kerapu
ini mereka peroleh dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (
BBPBAP), balai ini merupakan salah satu kelembagaan penyuluhan perikanan milik
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara yang terdapat di Desa Karimunjawa.
Jenis karamba yang digunakan nelayan pembudidaya dan pengumpul kerapu adalah
karamba jaring apung dan karamba jaring tancap. Pada umumnya dalam satu petak
kolam, nelayan pembudidaya menebar 200 ekor benih ikan kerapu. Ukuran benih
kerapu macan yang ditebar adalah 11 cm dengan harga beli Rp 1000/cm dan 8 cm
untuk benih kerapu bebek dengan harga beli Rp 1500/cm, masa produksi dari awal
penebaran hingga panen adalah 1-1.5 tahun. Harga kerapu macan Rp 80.000-Rp
90.000 /kg dan kerapu bebek Rp 350.000/kg. Nelayan pembudidaya menjual hasil
produksinya ke pedagang di Jepara dan kepada pembeli yang datang langsung ke
karamba mereka. Para nelayan pembudidaya saat ini tersebar di sekitar perairan Desa
Karimunjawa, yaitu di sekitar perairan sisi Utara Pulau Menjangan Besar dan sisi
Barat Daya Pulau Karimunjawa, sedangkan untuk nelayan kerapu yang terdapat di
Desa Kemujan dan Parang mereka tidak melakukan kegiatan budidaya, melainkan
hanya sebagai nelayan pengumpul/penampung ikan kerapu hasil tangkapan nelayan
yang selanjutnya mereka jual ke pengumpul di Desa Karimunjawa. Jenis karamba
yang digunakan nelayan pengumpul ini adalah karamba jaring tancap. Berdasarkan
data Dislutkan Kab. Jepara (2007), hasil produksi budidaya kerapu pada karamba
jaring tancap dan apung pada tahun 2007 mencapai 3.15 ton.
Budidaya rumput laut mulai berkembang di Kepulauan Karimunjawa pada
akhir tahun 2004, dimulai dari beberapa orang di Desa Karimunjawa yang berinisiatif
mulai menanam rumput laut di sekitar Pulau Menjangan Besar (Yulianto et al, 2007).
Rumput laut yang di tanam di Karimunjawa tergolong ke dalam tiga filum yaitu
Clorophyta, Phaeophyta, dan Rhodophhyta. Luas area laut yang potensial untuk
pengembangan budidaya rumput laut di Karimunjawa sekitar 1159 Ha dengan tingkat
pemanfaatan mencapai 275 Ha, yang tersebar di tiga desa (Dislutkan Jepara 2007).
Tabel 10. Potensi lahan Budidaya Rumput Laut Kecamatan Karimunjawa
No Desa Lahan (Ha)
1. Kemujan 100
2. Karimunjawa 125
3 Parang 50
Jumlah 275
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Jepara 2007
Saat ini terdapat 10 kelompok tani rumput laut di sekitar kawasan Taman
Nasional Karimunjawa dengan jumlah anggota 517 orang yang tersebar di Desa
Karimunjawa, Kemujan, dan Parang. Kelompok tani ini dibentuk dan dimodali oleh
seorang pengusaha rumput laut lokal dibawah organisasi bernama Forum Komunikasi
Pembudidaya Rumput Laut Seluruh Indonesia cabang Jepara, organisasi ini terletak
di Dukuh Kapuran Desa Karimunjawa. Alat produksi (tambang, tali rafia, dan bibit)
yang dibutuhkan pembudidaya disediakan oleh pengusaha tersebut dengan sistem
peminjaman yang disalurkan melalui ketua kelompok masing-masing. Hasil produksi
rumput laut dari tiap kelompok tani, dibeli dalam keadaan basah seharga Rp 500/kg,
lalu oleh pengusaha tadi dikeringkan dan dipasarkan kedaerah Surabaya dengan harga
jual Rp 6000/kg. Secara umum, lokasi penanaman rumput laut pembudidaya berjarak
50-500 m dari garis pantai, daerahnya terlindungi dari arus dan gelombang dan
berada pada daerah bersubtrat pasir atau karang, dengan kedalaman perairan antara
2,5 – 10 m. Sejak tahun 2004 – 2006 bibit rumput laut yang ditanam petani adalah
Eucheuma cottoni yang berasal dari Cilacap, namun sejak awal 2007 hingga sekarang
petani menggunakan bibit Eucheuma cottoni (pembudidaya menyebutnya sebagai
“cottoni jumbo”) dari Kepulauan Morotai karena lebih tahan terhadap hama penyakit
(ice-ice), lumut, gelombang, dan ukurannya lebih besar dari pada bibit sebelumnya.
Pembudidaya menanam dengan metode rawai permukaan. Pada metode ini, bibit
rumput laut (thallus) diikatkan pada tali ris (terbuat dari nylon) yang terbentang
sepanjang 50 m. Dalam satu tali ris biasanya diikatkan 200 potong bibit dengan
menggunakan tali rafia berukuran 15-30 cm dengan bobot per bibit kira-kira 100
gram. Setiap bibit diikat dengan jarak rata-rata 25 cm. Dalam satu area pertanaman,
setiap tali ris dirangkai dengan tali ris lainnya, dimana setiap tali ris tersebut diberi
beberapa pelampung dari botol air mineral bekas. Umumnya para petani rumput laut
menggunakan 2-5 kw bibit per musim tanam, harga bibit Rp 1000/kg, bibit tersebut
di besarkan hingga umur 2 bulan, setelah bibit tumbuh dan berkembang lalu bibit
dipotong dan diikat pada sisa tali ris dan dibiarkan tumbuh hingga 2 bulan
selanjutnya. Masa produksi dari awal tanam hingga panen adalah 4 bulan dengan total
produksi mencapai 2-5 ton rumput laut basah.
5.2.3 Kegiatan Pariwisata
Prinsip dalam pengembangan pariwisata di Taman Nasional Karimunjawa
diarahkan untuk meningkatkan upaya konservasi sekaligus memenuhi fungsi
pendidikan, penelitian, dan rekreasi yang melibatkan partisipasi masyarakat (Yulianto
et al, 2007). Keindahan alam Kepulauan Karimunjawa sangat potensial untuk
dikembangkan sebagai tujuan wisata, baik wisata bahari seperti diving, snorkeling,
swimming, canoing, sun bathing, fishing, dan akuarium laut maupun wisata
petualangan alam seperti hiking, camping, dan caving. Selain alam yang indah,
penduduk Karimunjawa yang multietnis membuat kawasan ini pun menarik untuk
disimak berbagai keunikan budaya dan tradisinya. Terdapat pula wisata Religi,
berupa ziarah ke Makam Sunan Nyamplungan. Sunan Nyamplungan dikenal sebagai
Sunan Muria yang merupakan murid Sunan Kudus dan merupakan orang pertama
yang mendiami Pulau Karimunjawa. Luas zona pemanfaatan pariwisata TNKJ adalah
1.226.525 Ha, yaitu di sekitar Perairan P. Menjangan Besar, P. Menjangan Kecil, P.
Menyawakan, P. Kembar, P. Tengah, sebelah Timur P. Kumbang, P. Bengkoang,
indonor, dan Karang kapal
Sarana penginapan sebagai penunjang kegiatan pariwisata yang ada saat ini
terdiri dari jenis pondok tinggal (homestay), wisma, pondok apung, dan hotel.
Tarifnya berkisar antara Rp 50.000,- hingga Rp 500.000,- . Fasilitas penginapan ini
tersebar di Pulau Karimunjawa, Menjangan Besar, Tengah, dan Menyawakan. Selain
itu, terdapat pula fasilitas penyewaan sarana transportasi bagi wisatawan yang ingin
berkeliling TNKJ. Sarana transportasi ini berupa perahu wisata (Rp 200.000,- – Rp
500.000,-), perahu kaca untuk melihat keindahan terumbu karang (Rp 400.000,-),
speed boat (Rp 250.000,-), sepeda motor (Rp 30.000,- – Rp 50.000,- per hari), dan
mobil (Rp 150.000,- – Rp 300.000,- per hari).
Tabel 11. Daftar Sarana Penginapan di Taman Nasional Karimunjawa
No Nama
Jumlah Kamar Telepon
Kelas
1 Ari'e Home 22 +62(297)312288 Homestay
2 Aryani (H. Fu'ad) 5 +62(297)312128 Homestay
3 Blue Laguna Inn 6 +62(297)312251 Resort
4 Dafista 4 +62(297)312277 Homestay
5 Dewadaru Resort 11 +62(297)312153 Resort
6 Hamfa 7 +62(297)312125 Homestay
7 Duta Karimun 17 +62(297)312207 Homestay
8 Jaya Karimun
(Wisma Apung) 14
+62(297)312185,
(+62)81325110999 Homestay
9 Kalima Sada 4 +62(297)312224 Homestay
10 Karimun Indah 5 +62(297)312144 Homestay
11 Kohim (Kemojan) 4 (+62)81325104171 Homestay
12 Kura-kura Resort 10 +62(291)595931,
595932 Resort
13 Mekar Sari 5 +62(297)312105 Homestay
14 Menjangan Besar 6 (+62)81325293625 Homestay
15 Mulya Indah 6 +62(297)312106 Homestay
16 Nirwana Resort 16 +62(297)312151 Resort
17 Barokah 3 +62(297)312214 Homestay
18 Prapatan 2 +62(297)312227 Homestay
19 Setia Jaya I 4 +62(297)312206 Homestay
20 Setia Jaya II 4 +62(297)312197 Homestay
21 Tiga Saudara 3 +62(297)312127 Homestay
22 Wisma Wisata 6 +62(297)312118 Melati
23 Karimunjawa Inn 18 +62(297)312253 Melati
Sumber : Dinas Pariwisata Kab. Jepara 2007
Saat ini terdapat empat operator wisata yang menawarkan paket wisata. Empat
operator wisata tersebut yaitu Jaya Karimun (wisma apung), Hamfa, Duta Karimun,
dan Wisma Wisata (milik Dinas Pariwisata Kab.Jepara). Paket wisata yang
ditawarkan berupa sarana penginapan, tiket kapal pulang-pergi, logistik, dan touring
darat atau laut. Touring darat pada umumnya dilakukan di sekitar Desa Kemujan,
kegiatan ini berupa penjemputan di pelabuhan, berkeliling di sekitar hutan mangrove,
melihat perkampungan bugis dan rumah adatnya, menikmati sunset dan pasir putih di
pantai Legon Bajak atau pantai Alang-alang, sedangkan touring laut berupa kegiatan
snorkeling dan swimming, banana boat, berkeliling dengan glass bottom boat (perahu
kaca), dan melihat akuarium ikan hiu. Paket wisata laut dilakukan di sekitar
P.Menjangan Besar, P. Menjangan Kecil, P. Cemara Besar, P. Cemara Kecil, dan Tj.
Gelam. Harga paket wisata tersebut berkisar antara Rp 225.000 – Rp 300.000 per
orang selama dua hari satu malam. Para operator wisata ini bekerja sama dengan biro
perjalanan wisata/agen yang terdapat di sekitar kota Jepara dalam mengokomodasi
wisatawan yang ingin berkunjung ke TNKJ. Biro perjalanan wisata tersebut yaitu
Tirta Bianca Tour and Travel, Senja Furindo, Trio Tour, Puspa Tour, Bejeu, Kartika
Tour, Central Java, Duta Karimun, dan Karimunjawa Trans.
Pada awal Maret 2004, Pemprov Jawa Tengah merealisasikan Kapal Cepat
Kartini I buatan PT PAL Indonesia untuk mengantarkan pengunjung dengan durasi
waktu lebih cepat dan lebih nyaman. Jarak Semarang-Karimunjawa yang
dihubungkan 60 mil laut dapat dicapai dengan waktu tempuh 3,5 jam. Selain Kapal
Cepat Kartini, tersedia juga sarana perhubungan lain, yaitu KM Muria. Kapal ini
hanya melayani Jepara-Karimunjawa dan beroperasi dua kali seminggu dari
Pelabuhan Kartini Jepara. Pengguna kapal yang dikelola PT Angkutan Sungai,
Danau, dan Penyeberangan (PT ASDP) ini didominasi kalangan menengah ke bawah
karena harga tiket yang lebih murah.
Tabel 12. Jumlah Kunjungan Wisatawan TNKJ 2000 – 2008
No Tahun
Wisatawan
Nusantara
(0rang)
Wisatawan
Mancanegara
(orang)
Total
(orang)
Persen Perubahan
per tahun
1 2000 303 92 395
2 2001 485 301 786 2.13
3 2002 561 134 695 (0.5)
4 2003 772 157 929 1.27
5 2004 3409 507 3916 16.3
6 2005 5960 1010 6970 16.7
7 2006 2718 380 3098 (21.1)
8 2007 1043 245 1288 (9.8)
9 2008 (hingga bulan April) 209 48 257 (5.6)
Sumber : Statistik Balai Taman Nasional Karimunjawa 2007
Berdasarkan tabel 12 di atas terlihat terjadi peningkatan jumlah wisatawan
sebesar 16 % pada tahun 2004, hal ini selain dikarenakan adanya penambahan
fasilitas penyebrangan, yaitu KMC Kartini I, juga karena pada tahun 2004 mulai
menjamurnya pondok tinggal (homestay) yang dikelola oleh masyarakat, dan adanya
kampanye pemilihan presiden menyebabkan kawasan TNKJ mendapat perhatian dari
masyarakat luar. Namun jika kita lihat mulai dari tahun 2004 hingga 2008, jumlah
kunjungan wisatawan mengalami fluktuatif, hal ini karena menurunnya euforia
masyarakat luar terhadap kawasan TNKJ yang sebelumnya tidak begitu mereka
ketahui karena minimnya informasi dan sarana transportasi. Dengan kemudahan
aksesibilitas transportasi dan informasi menuju dan tentang TNKJ, menyebabkan
menurunnya animo masyarakat luar untuk bewisata ke kawasan TNKJ.
5.3 Nilai Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang TNKJ
Manfaat dan fungsi yang teridentifikasi dari keberadaan ekosistem terumbu
karang TNKJ adalah sebagai berikut :
5.3.1 Manfaat Langsung
5.3.1.1 Perikanan Laut
a. Perikanan Tangkap
1. Muroami
Saat ini jumlah alat tangkap muroami yang masih beroperasi di sekitar
perairan TNKJ berjumlah dua unit. Alat tangkap ini beroperasi pada bulan September
hingga Desember. Jumlah trip penangkapan dalam satu bulan adalah 26 hari atau 104
hari dalam satu tahun. Jenis ikan hasil tangkapan dua kelompok nelayan muroami ini
didominasi oleh ikan ekor kuning dan pisang-pisang, selain itu jenis ikan yang
tertangkap seperti ikan kue, bawal karang, dan barakuda. Hasil tangkapan rata-rata
setiap kelompok mencapai 10 ton per bulan. Total hasil tangkapan dari dua unit
muroami ini mencapai 88.000 kg per tahun, dengan nilai produksi Rp 742.280.000,-
per tahun. Setelah dikurangi dengan seluruh biaya yang dikeluarkan selama satu
musim tangkap sebesar Rp 203.669.222,22 maka nilai ekonomi bersih dari alat
tangkap muroami ini sebesar Rp 538.610.777,78 per tahun.
2. Bubu
Jenis bubu yang digunakan nelayan di TNKJ adalah bubu dasar (ground
fishpot) yang dipasang di sekitar perairan karang atau diantara karang-karang. Bubu
ini terbuat dari anyaman bambu dan kawat. Musim tangkap nelayan bubu adalah
sepanjang tahun. Jenis ikan yang tertangkap yaitu baronang, ekor kuning, kakap
merah, kerapu, sunu, smadar, dan ikan hijau (betet). Hasil tangkapan diambil setiap 2
atau 3 hari sekali. Rata-rata jumlah trip penangkapan nelayan bubu dalam satu bulan
9 kali atau 80 kali dalam satu tahun, dengan rata-rata hasil tangkapan sebanyak 62,9
kg per bulan atau 496,23 kg per tahun. Total nilai produksi dari 22 nelayan bubu per
tahunnya yaitu sebesar Rp 532.771.555,56 dan total biaya produksi yaitu Rp
107.982.745,99 maka nilai ekonomi bersih dari kegiatan penangkapan ini sebesar Rp
424.788.809,57 per tahun.
3. Panah (Speargun)
Panah atau senapan ikan digunakan nelayan di Desa Karimunjawa dan
Parang. Anak panah terbuat dari bahan stainless dan tangkai senapan terbuat dari
kayu. Jumlah nelayan panah di TNKJ adalah 32 orang yang terbagi dalam 6
kelompok, yaitu 3 kelompok (17 orang) di Desa karimunjawa dan 3 kelompok (15
orang) di Desa Parang. Rata-rata jumlah musim tangkap nelayan speargun dalam satu
tahun adalah 8 bulan. Jumlah trip penangkapan per bulan adalah 20 kali atau 170 kali
per tahunnya. Target tangkapan utama adalah ikan ekor kuning, dengan rata-rata hasil
tangkapan sebanyak 61,5 kg per trip. Total nilai produksi dari enam kelompok
nelayan ini sebesar Rp 712.953.000,- per tahun dan total biaya produksi Rp
302.240.105,82 per tahun, maka nilai manfaat bersih dari kegiatan penangkapan ini
adalah Rp 419.712.894,18 per tahun.
4. Pancing
Jenis pancing yang digunakan nelayan di TNKJ adalah pancing tonda dan
pancing ulur. Musim tangkap para nelayan pancing dimulai pada bulan Juni hingga
September setiap tahunnya, komposisi hasil tangkapan terdiri dari ikan tongkol,
tenggiri, kakap, mladang, badong, selar, cumi-cumi, dan kerapu, dengan hasil
tangkapan utama berupa ikan tongkol dan tenggiri. Jumlah tenaga kerja dalam satu
kapal antara satu hingga dua orang. Pada umumnya, nelayan pancing menangkap ikan
setiap hari (malam – pagi) pada saat musim tangkap, rata-rata dalam satu bulan
jumlah trip penangkapan adalah 26 hari atau 104 hari dalam satu tahun. Jumlah hasil
tangkapan rata-rata nelayan adalah 1.595,71 kg per bulan atau 6.382,86 kg per
tahunnya. Total nilai produksi dari kegiatan penangkapan ini sebesar Rp
14.181.075.555,56 per tahun dengan total biaya produksi yaitu Rp 5.828.156.055,71
maka nilai manfaat bersihnya sebesar Rp 8.352.919.499,91 per tahun.
5. Jaring
Musim tangkap nelayan jaring dimulai pada bulan September hingga
Nopember setiap tahunnya. Rata-rata jumlah trip penangkapan adalah 26 kali dalam
satu bulan atau 78 kali dalam satu tahun. Komposisi hasil tangkapan nelayan terdiri
dari ikan pari, udang topeng, cucut, manyung, udul, panti, tambak, baronang, tongkol,
tenggiri, toda, badong. bandeng, pari, smadar, manyung, hijau, dan ekor kuning.
Rata-rata hasil tangkapan nelayan jaring di TNKJ mencapai 210,07 kg per bulan atau
630,21 kg per tahun, dengan nilai produksi mencapai Rp 2.033.079.750,- per tahun.
Total biaya produksi Rp 807.737.560,71 maka nilai manfaat bersih dari kegiatan ini
adalah Rp 1.225.342.189,29 per tahun.
6. Branjang
Branjang adalah jaring yang dipakai pada bagan perahu untuk menangkap
ikan teri. Alat tangkap ini mulai beroperasi pada bulan Juni hingga Agustus.
Komposisi hasil tangkapan terdiri dari ikan teri putih (82%) dan teri hitam (18%).
Harga teri putih berkisar antara Rp 2500,- – Rp 7000,- per kg dan teri hitam antara Rp
4000,- – Rp 12000,- per kg. Jumlah trip nelayan dalam satu bulan rata-rata 24 kali
atau 73 kali dalam satu tahun, dengan hasil tangkapan rata-rata per bulannya
mencapai 2,711,11 kg untuk teri putih dan 611,11 kg untuk teri hitam. Total nilai
produksi dari seluruh nelayan branjang sebesar Rp 1.855.716.666,67 per tahun dan
total biaya produksi sebesar Rp 677.457.048,06 per tahun, maka nilai manfaat bersih
dari kegiatan penangkapan ini adalah Rp 1.178.259.618,61 per tahun.
Tabel 13. Analisis Biaya Manfaat Perikanan Tangkap di Sekitar Kawasan Ekosistem
Terumbu Karang TNKJ 2008.
Jenis Alat Tangkap
No Keterangan
Jaring Pancing Bubu Branjang Panah Muroami
1 Jumlah
(unit) 54 422 22 46 6 2
2 Trip/ bulan
(hari) 26 26 9 24 20 26
3 Trip/tahun 78 156 80 73 170 104
4 Bulan
Tangkap
September –
Nopember
Juni –
September
Sepanjang
tahun Juni – Agustus
Sepanjang
tahun
September -
Desember
5 Jenis ikan
tangkapan Ikan karang
Tongkol dan
tenggiri
(utama), ikan
Ikan karang Teri Ekor kuning Ekor kuning
karang
6
Hasil
tangkap/
bulan (kg)
210,07 1595,71 62,9 3.322.22 1.230 10.000
7 Manfaat
total (Rp) 2.033.079.750 14.181.075.556 532.771.556 1.855.716.667 721.953.000 742.280.000
8 Biaya total
(Rp) 807.737.561 5.828.156.056 107.982.746 677.457.048 302.240.106 203.669.222
9 Manfaat
Bersih (Rp) 1.225.342.189 8.352.919.500 424.788.810 1.178.259.619 419.712.894 538.610.778
Sumber : data primer, diolah
b. Perikanan Budidaya
1. Rumput Laut
Kegiatan budidaya rumput laut di perairan TNKJ dilakukan dengan metode
rakit dan rawai permukaan. Petani yang menjadi responden dalam penelitian ini
tergabung dalam Forum Komunikasi Pembudidaya Rumput Laut Seluruh Indonesia
cabang Jepara, dengan jumlah anggota sebanyak 517 orang. Rata-rata hasil produksi
sebanyak 10.666,67 kg per tahun atau total produksi sebesar 5.514.666,667 kg per
tahun. Petani menjual rumput laut dalam keadaan basah seharga Rp 500,- per kg,
maka total nilai produksi mencapai Rp 2.757.333.333,- per tahun. Sedangkan total
biaya produksi dari kegiatan ini adalah Rp 1.576.822.235,- per tahun, maka manfaat
ekonomi bersih budidaya rumput laut mencapai Rp 1.180.511.098,- per tahun.
2. Kerapu
Kegiatan budidaya kerapu di perairan TNKJ tersebar di sekitar perairan sisi
Utara Pulau Menjangan Besar dan sisi Barat Daya Pulau Karimunjawa. Jumlah
karamba budidaya kerapu yaitu 20 unit yang terdiri dari 10 unit karamba jaring
tancap dan 10 unit karamba jaring apung. Lama produksi berkisar antara 1-1.5
tahun. Jenis kerapu yang dibudidayakan adalah kerapu bebek dan macan. Harga
kerapu macan Rp 80.000,- - Rp 90.000,- per kg dan kerapu bebek Rp 350.000,- per
kg. Jumlah kolam yang digunakan sebagai tempat pembesaran benih kerapu pada
KJT umumnya kurang dari lima petak dan rata-rata jumlah benih yang digunakan
sebanyak 583 ekor. Sedangkan pada KJA, jumlah kolam yang digunakan umumnya
lebih dari 10 – 20 petak dengan rata-rata jumlah benih yang digunakan sebanyak
2700 ekor. Jumlah produksi ikan kerapu pada KJT rata-rata mencapai 183,67 kg,
dengan nilai produksi sebesar Rp 50.795.000,- dan biaya produksi sebesar Rp
40.235.790,- . Pada KJA, jumlah produksi ikan kerapu rata-rata mencapai 831 kg,
dengan nilai produksi sebesar Rp 165.790.000,- dan biaya produksi sebesar Rp
133.082.500,-. Total manfaat bersih dari 10 unit KJT sebesar Rp 105.592.100,- dan
dari 10 unit KJA sebesar Rp 327.075.000,- maka total manfaat bersih dari kegiatan
budidaya kerapu di perairan TNKJ sebesar Rp 432.667.100,- per panen.
Tabel 14. Analisis Biaya Manfaat Perikanan Budidaya
Jenis Budidaya
Kerapu
No Keterangan
Rumput Laut
Kerapu Macan Kerapu Bebek
1 Jumlah 517 orang 20 unit
2 Rata-rata jumlah
bibit/benih 300 kg
583 - 1300
ekor/kolam
266 - 1400
ekor/kolam
3 Rata-rata jumlah
produksi/tahun 10.666,67 117 - 481 kg 66 - 350 kg
4 Harga beli benih/bibit 1.000/kg 1.000/cm 1.500/cm
5 Harga jual/kg (Rp) 500 80.000 - 90.000 325.000 - 350.000
6 Manfaat total (Rp) 2.757.333.333,33 2.165.850.000
7 Biaya total (Rp) 1.576.822.235,19 1.733.182,900
8 Manfaat bersih (Rp) 1.180.511.098,15 432.667.100
Sumber : data primer, diolah
Dari penjelasan di atas, manfaat ekonomi bersih (neto) dari seluruh kegiatan
perikanan mencapai Rp 12.462.590.062,92 per tahun seperti diuraikan pada tabel 15
berikut ini
Tabel 15. Manfaat Ekonomi Bersih (neto) Perikanan
No Jenis Alat Tangkap Manfaat Total (Rp) Biaya Total (Rp) Manfaat Bersih (Rp)
1 Jaring 2.033.079.750.00 807.737.560,71 1.225.342.189,29
2 Pancing 14.181.075.555,56 5.828.156.055,64 8.352.919.499,91
3 Bubu 532.771.555,56 107.982.745,99 424.788.809,57
4 Branjang 1.855.716.666,67 677.457.048,06 1.178.259.618,61
5 Panah 721.953.000 302.240.105,82 419.712.894,18
6 Muroami 742.280.000 203.669.222,22 538.610.777,78
7 B.kerapu 2.165.850.000 1.733.182.900 432.667.100
8 R.Laut 2.757.333.333,33 1.576.822.235,19 1.180.511.098,15
Jumlah 24.990.059.861,11 12.527.469.798,20 12.462.590.062,92
Sumber : data primer, diolah
5.3.1.2 Wisata Bahari
Kegiatan wisata bahari yang dapat diidentifikasi di kawasan terumbu karang
TNKJ terdiri dari diving dan snorkeling. Untuk menganalisis permintaan terhadap
kegiatan wisata ini digunakan metode biaya perjalanan (Travel Cost). Metode ini
diaplikasikan untuk menganalisis biaya perjalanan yang dikeluarkan individu untuk
melakukan kegiatan wisata di kawasan ini. Hasil analisis kemudian digunakan untuk
membangun kurva permintaan dan surplus konsumen kegiatan wisata yang kemudian
menjadi nilai manfaat pariwisata ekosistem terumbu karang TNKJ.
Fungsi permintaan kegiatan wisata kawasan ekosistem terumbu karang TNKJ
diperoleh dengan meregresikan jumlah pendapatan, biaya perjalanan, lama tinggal
(hari) dari responden. Analisis regresi yang dilakukan menghasilkan persamaan
sebagai berikut :
LnV = -9,679 – 0,879 LnTc - 2,930 LnA + 3,428 LnE + 1,572 LnI – 0,389 LnD
Keterangan : Adjusted R-Sq = 0,330
Berdasarkan hasil analisis regresi di atas, diketahui bahwa nilai adjusted R –
Sq sebesar 0,330. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas yang digunakan dalam
model yaitu usia, pendidikan, pendapatan, biaya perjalanan, dan lama tinggal
responden mampu menjelaskan keragaman variabel tidak bebas yaitu jumlah
kunjungan wisata dalam satu tahun sebesar 33 %. Angka tersebut menyatakan bahwa
masih terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi permintaan wisata ke
kawasaan ekosistem terumbu karang TNKJ sebesar 70,2 %, variabel tersebut dapat
berupa pengetahuan wisatawan tentang ekosistem terumbu karang, keunikan
ekosistem terumbu karang, sarana dan prasarana kegiatan wisata, ketertarikan
terhadap kegiatan snorkeling dan diving, aksesibilitas, dan promosi kawasan.
Tingkat pendidikan dan pendapatan menjadi variabel yang dapat
mempengaruhi tingkat permintaan kunjungan wisata. Semakin tinggi tingkat
pendidikan individu, semakin luas pula pengetahuan yang dimilikinya, salah satunya
adalah tentang ekosistem terumbu karang yang membuat mereka ingin melihat dan
berinteraksi langsung dengan ekosistem tersebut, hal ini mendorong keinginan
individu untuk melakukan kegiatan wisata ke kawasan yang tentu saja memiliki
ekosistem terumbu karang. Selain itu, peningkatan pendapatan individu dapat pula
meningkatkan permintaan mereka tehadap berbagai komoditas, termasuk kegiatan
wisata. Variabel usia tidak mempengaruhi jumlah kunjungan wisata bahari ke
kawasan ekosistem terumbu karang TNKJ, hal ini ditunjukkan dengan hubungan
yang berlawanan dalam model permintaan kunjungan wisata di atas. Model
permintaan di atas juga menunjukan hubungan yang berlawanan antara jumlah
kunjungan dan biaya perjalanan. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan yang
menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu komoditas maka semakin rendah
tingkat permintaannya. Nilai koefisien penduga yang diperoleh menjelaskan bahwa
setiap kenaikan biaya perjalanan sebesar 1 % akan menyebabkan penurunan tingkat
permintaan sebesar 87,9 %, misalnya saja kenaikan harga BBM yang dapat
menambah biaya transportasi wisatawan sehingga wisatawan lebih memilih
melakukan kegiatan wisata bahari di kawasan yang lokasinya lebih dekat seperti
wisatawan dari Jakarta bisa memilih Kepulauan Seribu sebagai tempat berwisata
bahari.
Pada penelitian ini tidak didapatkan hasil perhitungan surplus konsumen dan
nilai ekonomi total kawasan terumbu karang TNKJ dengan menggunakan metode
biaya perjalanan karena jumlah responden yang terlalu sedikit. Pada saat proses
pengambilan data, yaitu pada pertengahan bulan April hingga awal Maret 2008,
wisatawan yang melakukan kegiatan snorkeling atau diving di kawasan terumbu
karang TNKJ masih terbatas. Penyebabnya karena Kapal Cepat Kartini yang
umumnya digunakan oleh wisatawan untuk mencapai Kepulauan Karimunjawa baru
beroperasi kembali pada minggu ke-2 bulan April 2008 dan umumnya wisatawan
berkunjung ke TNKJ pada akhir pekan.
Nilai ekonomi total dari kegiatan wisata bahari kawasan ekosistem terumbu
karang TNKJ didekati dengan teknik Contingen Valuation Method (CVM). Teknik
ini menghasilkan nilai Willingness to Pay (WTP) atau keinginan membayar para
wisatawan terhadap kelestarian ekosistem terumbu karang TNKJ.
Fungsi WTP didapatkan dengan meregresikan nilai WTP per individu, tingkat
pendidikan, usia, dan pendapatan responden. Analisis regresi yang dilakukan
menghasilkan fungsi sebagai berikut :
Ln WTP = - 3,537 + 1,392 Ln E + 1,076 Ln A + 0,495 Ln I
Keterangan : Adjusted R-Sq = 0,533
Nilai adjusted R-Sq pada persamaan di atas sebesar 0,533, hal ini menyatakan
bahwa variabel bebas dalam persamaan dapat menjelaskan keragaman variabel tidak
bebas yaitu nilai WTP sebesar 53,3 % dan masih terdapat beberapa variabel bebas
yang mempengaruhi nilai WTP wisatawan terhadap keberadaan ekosistem terumbu
karang TNKJ sebesar 46,7 %. Variabel-variabel tersebut diduga berupa tingkat
pengetahuan tentang ekosistem terumbu karang, profesi, lokasi tempat tinggal,
frekuensi berinteraksi dengan terumbu karang, jumlah anggota keluarga, status
pernikahan, maupun tingkat ketertarikan individu terhadap terumbu karang. Hasil
perhitungan menyatakan bahwa nilai rata-rata WTP individu adalah sebesar Rp
60.198,82. Berdasarkan data BTNKJ, jumlah wisatawan yang melakukan kegiatan
snorkeling atau diving sebanyak 1.288 orang pada tahun 2007 (BTNKJ 2008).
Dengan demikian, nilai ekonomi total dari kegiatan wisata bahari di kawasan
ekosistem terumbu karang TNKJ sebesar Rp 77. 536.080,16 pada tahun 2007.
5.3.1.3 Manfaat Penelitian
Taman Nasional Karimunjawa terdiri dari dua ekosistem utama, yaitu
ekosistem daratan berupa hutan hujan tropis dataran rendah dan hutan pantai dan
ekosistem bahari yang terdiri dari ekosistem terumbu karang, lamun, dan hutan
mangrove. Keanekaragmana hayati yang terdapat di setiap ekosistem tersebut
menjadikan TNKJ sebagai tempat yang menarik untuk dijadikan lokasi penelitian
bagi instansi-instansi yang terkait. Menurut White and Cruz Trinidad, 1998 yang
diacu dalam Situmorang, 2004, manfaat penelitian atau pendidikan dari suatu
kawasan bisa diduga dari biaya penelitian yang dilakukan atau nilai penelitian yang
dilakukan.
Selama ini telah banyak penelitian dilakukan di TNKJ, kegiatan ini dilakukan
oleh sejumlah institusi penelitian dan pendidikan seperti IPB, UNIBRAW, UGM,
UNNES, UNWIM, Lembaga Penelitian UNDIP, Dirjen Sejarah dan Purbakala
DEPDIKBUD, Wildlife Conservation Society (WCS), dan lain-lain.
Nilai manfaat langsung penelitian dari ekosistem terumbu karang TNKJ
didekati dengan biaya dari pelaksanaan proyek penelitian terumbu karang oleh
sebuah lembaga non pemerintah, yaitu Wildlife Conservation Society Asia Pacific
Coral Reef Program. Sejak Januari 2003, Wildlife Conservation Society (WCS) Asia
Pacific Coral Reef Program bekerja sama dengan Balai Taman Nasional
Karimunjawa (TNKJ) mendesain sistem pengelolaan ekosistem terumbu karang yang
efektif di TNKJ. Program kolaboratif ini muncul karena kurangnya data ekologis dan
sosial-ekonomi yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya terumbu karang di
perairan TNKJ. Tujuan utama program ini adalah untuk membangun data dasar
ekosistem terumbu karang di Kepulauan Karimunjawa, sehingga dapat digunakan
untuk memetakan strategi-strategi pengelolaan yang paling tepat. Melalui program
ini, WCS juga memberikan bantuan dalam hal peningkatkan kapasitas staf Taman
Nasional Karimunjawa melalui pelatihan-pelatihan, terutama yang berkaitan dengan
ekosistem terumbu karang dan sumberdaya pesisir lainnya (Ardiwijaya et al, 2003).
Biaya kegiatan monitoring ekosistem terumbu karang yang dilakukan WCS
rata-rata mencapai Rp 35.089.451 per tahun. Dengan demikian total nilai manfaat
langsung penelitian dari ekosistem TNKJ adalah Rp 175.447.255,- selama kurun
waktu 5 tahun (2003-2007).
5.3.2 Manfaat Tidak Langsung (MTL)
Manfaat tidak langsung yang dapat diidentifikasi dari keberadaan ekosistem
terumbu karang di TNKJ berupa peran penting dari ekosistem tersebut sebagai
physical protection global life sebesar US$ 276.5 per ha (Hansen et al, 2003 diacu
dalam Fauzi dan Anna, 2005). Maka nilai ekosistem terumbu karang TNKJ seluas
713,107 ha (Analisis Citra WCS, 2005) sebesar US$ 197.174,0855 atau Rp
1.806.114.623,18 (1 US$ = Rp 9.160) dengan kata lain, jika seluruh ekosistem
terumbu karang TNKJ rusak maka kerugian ekonomi yang akan diderita sebesar Rp
1,8 Milyar.
5.3.3 Manfaat Pilihan
Manfaat pilihan ekosistem terumbu karang TNKJ dalam penelitian ini
didekati dengan nilai keanekaragaman hayati terumbu karang, yaitu US$ 17.3 per ha
(Hansen et al, 2003 diacu dalam Fauzi dan Anna, 2005). Dengan demikian, nilai
manfaat pilihan ekosistem terumbu karang TNKJ seluas 713,107 ha adalah sebesar
US$ 12.336,7511 atau Rp 113.004.640,076 per tahun (1 US$ = Rp 9.160).
5.3.4 Manfaat Keberadaan
Manfaat keberadaan ekosistem terumbu karang TNKJ didekati dengan teknik
Contingen Valuation Method (CVM). Teknik ini menghasilkan nilai Willingness to
Pay (WTP) atau keinginan membayar para pemanfaat terumbu karang di kawasan
taman nasional ini.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kuesioner, diperoleh nilai terendah
WTP sebesar Rp 3000,- dan nilai WTP tertinggi sebesar Rp 500.000,- . Beragamnya
nilai WTP yang diperoleh disebabkan karena pertanyaan tentang besarnya nilai WTP
yang bersifat terbuka kepada responden. Responden bebas menentukan besarnya nilai
WTP terhadap terumbu karang sesuai dengan kehendak tanpa dibatasi rentang nilai
tertentu.
Fungsi WTP didapatkan dengan meregresikan nilai WTP per individu, tingkat
pendidikan, usia, dan pendapatan responden. Hasil regresi ini akan digunakan untuk
mengestimasi nilai WTP rata-rata bagi keberadaan terumbu karang di taman nasional
ini. Analisis regresi yang dilakukan menghasilkan fungsi sebagai berikut :
Ln WTP = 0,789 + 1,205 Ln E – 0,033Ln A + 0,477 Ln I
Keterangan : Adjusted R-Sq = 0,483
Berdasarkan persamaan regresi di atas, nilai adjusted R-Sq yang diperoleh
adalah sebesar 0,483. Nilai tersebut menyatakan bahwa variabel bebas dalam
persamaan (pendidikan, usia, dan pendapatan) dapat menjelaskan keragaman variabel
tidak bebas, yaitu WTP responden sebesar 48,3 %. Selain itu terdapat pula variabel-
variabel lain yang mampu menjelaskan keragaman nilai WTP sebesar 51,7 % ,
variabel-variabel tersebut diduga berupa tingkat ketergantungan terhadap ekosistem
terumbu karang, pengetahuan tentang ekosistem terumbu karang, profesi, lokasi
tempat tinggal, frekuensi berinteraksi dengan terumbu karang, jumlah anggota
keluarga, status pernikahan, maupun tingkat ketertarikan individu terhadap terumbu
karang.
Persamaan di atas menghasilkan hubungan yang berlawanan antara variabel
usia dengan nilai WTP, hal ini menunjukkan bahwa semakin dewasa responden maka
kesedian membayarnya semakin rendah, semakin dewasa seseorang maka dia dapat
memutuskan seberapa besar kemampuannya membayar dengan mempertimbangkan
pengeluaran untuk kebutuhan lainnya. Sedangkan hubungan yang searah antara
variabel pendidikan dan pendapatan dengan nilai WTP yang diberikan, menunjukkan
semakin tinggi pedidikan dan pendapatan responden semakin tinggi penghargaan
yang diberikan terhadap sumberdaya tersebut.
Hasil perhitungan menyatakan bahwa nilai rata-rata WTP individu adalah
sebesar Rp 25.115,12. Dengan memperhitungkan jumlah populasi yang mendiami
tiga desa di TNKJ, hasil tersebut kemudian dikonversi menjadi nilai total WTP
sebesar Rp 217.371.406,1 per tahun.
5.4 Nilai Ekonomi Total Ekosistem Terumbu Karang
Nilai ekonomi total ekosistem terumbu karang TNKJ merupakan penjumlahan
dari nilai – nilai yang telah diuraikan di atas, yaitu nilai manfaat langsung, nilai
manfaat tidak langsung, nilai manfaat pilihan, dan nilai manfaat keberadaan.
Berdasarkan hasil identifikasi, manfaat langsung dari ekosistem terumbu karang
TNKJ berupa kegiatan perikanan laut berupa perikanan tangkap dan budidaya, wisata
bahari, yaitu snorkeling dan diving, dan sebagai lokasi penelitian. Manfaat tidak
langsung dari kawasan terumbu karang TNKJ berupa fungsinya sebagai physical
protection global life. Manfaat pilihan yang teridentifikasi adalah nilai
keanekaragaman hayati atau biodiversity dari kawasan terumbu karang, dan manfaat
keberadaan, diidenfikikasi dari nilai WTP atau kesediaan membayar masyarakat
terhadap keberadaan ekosistem terumbu karang TNKJ.
Tabel 16. Nilai Ekonomi Total Ekosistem Terumbu Karang TNKJ
No Jenis Manfaat Nilai (Rp/tahun) Kontibusi (%)
1 Manfaat Langsung : 15.365.990.185,63 79.2
a. Perikanan Tangkap 12.139.633.789,33 69.4
Pancing 8.352.919.499,91 47.7
Jaring 1.225.342.189,29 7.0
Branjang 1.178.259.618,61 6.7
Bubu 424.788.809,57 2.4
Panah / Speargun 419.712.894,18 2.4
Muroami 538.610.777,78 3.1
b. Perikanan Budidaya 1.613.178.198,15 9.2
Kerapu 432.667.100,00 2.5
Rumput Laut 1.180.511.098,15 6.7
c. Wisata Bahari (Snorkeling dan Diving) 77.536.080,16 0.4
d. Penelitian 35.089.451,00 0.2
2 Manfaat Tidak Langsung 1.806.114.623,18 10.3
3 Manfaat Pilihan 113.004.640,08 0.6
4 Manfaat Keberadaan 217.371.406,10 1.2
Nilai Ekonomi Total 17.502.480.854,99 100
Sumber : data primer, diolah
Berdasarkan tabel 16, nilai ekonomi total ekosistem terumbu karang TNKJ
seluas 713,107 ha adalah Rp 17.502.480.854,99 per tahun atau Rp 24.543.872,41 per
Ha per tahun. Hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh Andalita (2005) di perairan
Pulau Menjangan, Bali seluas 260 ha, menyatakan bahwa nilai ekonomi total
ekosistem terumbu karang di kawasan tersebut adalah sebesar Rp 199.971.153.633
per tahun atau Rp 769.119.821,7 per ha per tahun. Adanya perbedaan nilai tersebut
antara lain perbedaan luas kawasan ekosistem terumbu karang dan perbedaan bentuk
pemanfaatan kawasan. Kawasan ekosistem terumbu karang perairan Pulau
Menjangan lebih banyak dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata yang memberikan
nilai manfaat paling besar diantara jenis manfaat lainnya.
Dapat dilihat pada tabel 19 bahwa sumbangan nilai terbesar berasal dari
manfaat langsung yaitu sebesar Rp 15.365.990.185,63 per tahun (79,2 %) disusul
oleh manfaat tidak langsung (10,3 %), manfaat keberadaan (1,2 %), dan yang terakhir
adalah manfaat pilihan (0,6 %), Nilai ekonomi terbesar dari manfaat langsung,
berasal dari kegiatan perikanan tangkap, yaitu sebesar Rp 12.139.633.789,33 (69,4
%). Hal ini menunjukkan bahwa saat ini kegiatan perikanan tangkap berperan besar
dalam keseluruhan kegiatan pemanfaatan di kawasan ekosistem terumbu karang
TNKJ.
5.5 Skenario Alternatif Pengelolaan
Pengelolaan sumberdaya alam, termasuk pengelolaan ekosistem terumbu
karang perlu dilakukan secara berkelanjutan. Dalam pemanfaatan ekosistem terumbu
karang, selain berorientasi kepada fungsi ekonomi juga harus memperhatikan fungsi
ekologisnya.
Langkah selanjutnya dari hasil penilaian ekonomi suatu ekosistem terumbu
karang adalah kemungkinan pengelolaan dan pengembangannya. Implikasi langkah
ini adalah penyusunan skenario pengelolaan dari ekosistem terumbu karang
berdasarkan hasil penilaian ekonominya. Setiap skenario yang dibuat kemudian
dianalisis dengan menggunakan teknik Analisis Biaya Manfaat untuk mendapatkan
Manfaat Bersih Sekarang (NPV) dari ekosistem terumbu karang.
Tiga skenario yang disusun berdasarkan kondisi nyata di lapangan, dimana
manfaat dari keberadaan ekosistem terumbu karang yang dirasakan langsung oleh
masyarakat di sekitar kawasan TNKJ saat ini adalah manfaat dari kegiatan perikanan
laut berupa perikanan tangkap dan budidaya dan wisata bahari (snorkeling atau
diving). Jumlah produksi perikanan Karimunjawa, seperti yang tersaji pada tabel 9,
mengalami peningkatan sekitar 16 % per tahunnya. Dari sisi pariwisata, kawasan
Kepulauan Karimunjawa memiliki daya tarik dan potensi yang besar untuk
dikembangkan. Dinas Pariwisata Kabupaten Jepara terus melakukan berbagai
program pengembangan pariwisata Karimunjawa, mulai dari pengembangan
pemasaran, peningkatan sarana dan prasarana objek wisata hingga pengembangan
kemitraan untuk meningkatkan kualitas SDM lokal sebagai pelaku wisata yang
profesional. Berdasarkan penjelasan di atas, maka disusun 3 buah skenario alternatif
pengelolaan, yaitu skenario I (kondisi aktual), skenario II , dan skenario III.
5.5.1 Skenario I (Nilai Ekonomi Kondisi Aktual)
Pada kondisi ini semua bentuk kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan
terumbu karang TNKJ diasumsikan berjalan seperti selama ini, yaitu kegiatan
perikanan laut, pariwisata bahari, dan penelitian. Persentase nilai dari setiap kegiatan
tidak mengalami perubahan hingga 10 tahun mendatang. Berdasarkan hasil analisis
nilai manfaat bersih sekarang atau Net Present Value (NPV) dari kondisi aktual
adalah sebesar Rp 49.549.769.180,72 atau sekitar Rp 69.484.047,60 per ha. Dalam
kondisi ini, daerah penangkapan nelayan meliputi seluruh perairan di dalam kawasan
TNKJ, termasuk pada zona inti dan perlindungan, dan laju degradasi terumbu karang
tetap berlangsung karena eksploitasi dari kegiatan perikanan muroami. Nilai
kerusakan terumbu karang per hektar nya yang disebabkan oleh para penyelam
muroami dalam satu kali pengoperasian alat dianggap sebagai biaya kehilangan.
5.5.2 Skenario II
Pada skenario II, pemanfaatan ekosistem terumbu karang untuk kegiatan
perikanan tangkap menerapkan sistem pengelolaan perikanan yang berkelanjutan,
yaitu penerapan pengaturan jenis alat tangkap. Pengaturan alat tangkap diharapkan
memberikan dampak yang terkecil bagi nelayan karena tidak mengurangi daerah
penangkapan mereka. Dalam skenario II, diasumsikan alat tangkap muroami dilarang
beroperasi di Perairan TNKJ. Hasil perhitungan data sekunder mengenai jumlah
tangkapan ikan karang konsumsi di TNKJ selama kurun waktu 2003-2006
menunjukkan bahwa dari seluruh hasil tangkapan muroami, sekitar 37 % jenis ikan
yang ditangkap, yang termasuk ke dalam family caesionidae, carangidae, scaridae,
dan serranidae, merupakan jenis ikan tangkapan 4 alat tangkap lainnya. Jika
diasumsikan alat tangkap muroami tidak beroperasi lagi di Perairan TNKJ maka akan
terjadi kenaikan hasil tangkapan nelayan sekitar 9 % per tahun untuk setiap alat
tangkap, yaitu jaring, pancing, bubu, dan panah, kenaikan hasil tangkapan tidak
terjadi pada nelayan branjang karena alat tangkap ini khusus untuk menangkap ikan
teri. Nilai manfaat yang di dapat dari perikanan muroami pada kondisi saat ini
(aktual) dianggap sebagai biaya kehilangan. Sedangkan manfaat dan biaya komponen
lainnya diasumsikan tetap. Nilai kerusakan terumbu karang per hektar nya yang
disebabkan oleh para penyelam muroami dalam satu kali pengoperasian alat dianggap
sebagai tambahan manfaat.
Berdasarkan hasil analisis, nilai manfaat bersih sekarang atau NPV dari
skenario II adalah sebesar Rp 79.954.845.252,81 dalam jangka waktu 10 tahun. Pada
skenario II ini, daerah penangkapan nelayan masih mencakup seluruh perairan di luar
dan di dalam zona yang telah ditetapkan yang berada di dalam kawasan TNKJ.
5.5.3 Skenario III
Pada skenario III, kegiatan perikanan dan pariwisata hanya diperbolehkan
pada blok pemanfaatan perikanan dan pariwisata yang telah ditetapkan oleh balai
taman nasional. Hasil kajian tentang pola pemanfaatan perikanan di Karimunjawa
oleh tim WCS pada tahun 2006, menyatakan bahwa tekanan perikanan tertinggi
terjadi pada daerah terumbu karang sekitar Pulau Krakal Besar dan Krakal Kecil,
Taka Menyawakan, P. Burung , P. Geleang, P. Cemara Kecil, P. Menyawakan, P.
Menjangan Kecil, P. Tengah, P. Kecil, P. Cendikian, P. Gundul dan Timur.
Sedangkan lokasi penangkapan yang sudah jenuh meliputi P. Menyawakan, Taka
Menyawakan, P. Cemara Besar, P. Burung, Tj. Gelam, P. Tengah dan sebelah timur
P. Kemujan. Lokasi penangkapan yang telah mengalami tekanan perikanan dan
penangkapan dengan intensitas yang tinggi tersebut, beberapa diantaranya termasuk
ke dalam zona inti, yaitu Taka Menyawakan dan zona perlindungan, yaitu P. Burung,
P. Geleang, P. Cemara Kecil,dan Tj. Gelam. Selain itu, P. Cemara Kecil dan Tj.
Gelam merupakan daerah tujuan wisata bagi para wisatawan yang menggunakan
fasilitas paket wisata.
Balai Taman Nasional Karimunjawa sebagai pihak pengelola telah
menetapkan zonasi wilayah pemanfaatan dengan tujuan pemanfaatan lestari terhadap
sumberdaya alam hayati. Berdasarkan teorinya, zona inti dan perlindungan adalah
zona dengan habitat yang bernilai konservasi tinggi dan dilindungi dari aktivitas
pemanfaatan yang dapat mengganggu kawasan tersebut.
Pada skenario III ini diasumsikan bahwa nelayan hanya melakukan
penangkapan ikan di zona pemanfaatan perikanan tradisional, yaitu di seluruh
perairan di luar zona yang telah ditetapkan yang berada di dalam kawasan TNKJ dan
kegiatan pariwisata hanya dilakukan pada zona pemanfaatan pariwisata. Mengacu
pada hasil studi valuasi ekonomi untuk perencanaan kawasan konservasi Selat
Lembeh, Sulawesi Utara yang dilakukan oleh Fauzi dan Anna (2005), disebutkan
bahwa penetapan KKL dalam jangka pendek (short run) bukan saja akan menurunkan
catch rate, namun juga meningkat biaya operasi sebesar 15% yang disebut sebagai
”searching effect” dari penerapan KKL, yang selanjutnya dalam jangka panjang KKL
akan mengubah utilisation rate sekaligus juga catch rate dari kondisi baseline
masing-masing sebesar 10 % dan 25 %.
Oleh karena itu, pada skenario III ini, adanya pelarangan kegiatan perikanan tangkap
disekitar zona inti dan perlindungan menyebabkan terjadinya penurunan manfaat
bersih dan peningkatan biaya operasional kegiatan perikanan tangkap sebesar 15 %
per tahun selama 5 tahun dari kondisi aktual atau sebesar 3 % per tahunnya.
Selanjutnya, karena kegiatan eksploitasi sumberdaya alam secara langsung tidak
terjadi pada ke-2 zona tersebut, hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan catch
rate dari kondisi baseline (5 tahun pertama) sebesar 25 % atau 5 % per tahunnya.
Pada skenario III, muroami tetap beroperasi di sekitar perairan TNKJ, oleh karena itu
nilai kerusakan terumbu karang per hektar nya yang disebabkan oleh para penyelam
muroami dalam satu kali pengoperasian alat dianggap sebagai biaya kehilangan.
Sedangkan manfaat dan biaya komponen lainnya diasumsikan tetap.
Berdasarkan hasil analisis, nilai manfaat bersih sekarang atau NPV dari
skenario III adalah sebesar Rp 44.855.619.948,97 dalam jangka waktu 10 tahun.
5.6 Pemilihan Alternatif Pengelolaan
Setelah melakukan analisis biaya manfaat terhadap ke-3 skenario pengelolaan
ekosistem terumbu karang TNKJ, tahapan terakhir adalah melakukan pemilihan
skenario pengelolaan dari hasil analisis tersebut. Hasil perhitungan Net Present Value
(NPV) ketiga skenario pengelolaan dapat dilihat pada tabel 21.
Tabel 17. Perhitungan NPV Alternatif Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ
No Alternatif Pengelolaan NPV (Rp) Gross B/C
1 Skenario I (kondisi aktual) 49.549.769.180,72 1,57
2 Skenario II 79.954.845.252,81 1,89
3 Skenario III 44.855.619.948,97 1,50
Sumber : data primer, diolah
Pengelolaan ekosistem terumbu karang TNKJ diarahkan untuk memberikan
manfaat ekonomi yang optimal bagi masyarakat di dalam kawasan dengan tetap
menjaga kelestarian dari sumberdaya alam tersebut. Ketiga skenario yang diajukan
masih menjadikan kegiatan perikanan tangkap sebagai sumber penerimaan
masyarakat dengan penekanan yang berbeda. Skenario III menghasilkan NPV paling
kecil dibanding dengan dua skenario lainnya, hal ini terjadi kerena adanya pembatas
daerah penangkapan nelayan yang hanya boleh dilakukan pada blok pemanfaatan
perikanan yang telah ditetapkan. Fakta di lapangan menunjukkan, bahwa nelayan
masih melakukan penangkapan ikan di sekitar zona inti dan perlindungan. Nilai NPV
tersebut dapat meningkat pada jangka panjang sebab apabila skenario II ini
diterapkan pada kondisi aktual, manfaat ekonomi yang akan didapat lebih dari 50 %.
Dalam skenario II, diasumsikan kegiatan penangkapan dengan muroami tidak
berlangsung lagi di Perairan TNKJ. Muroami terbukti merusak ekosistam terumbu
karang dan menguras sumberdaya perikanan karimunjawa (Laporan Teknis WCS,
2004). Nilai NPV yang dihasilkan lebih besar dari pada kondisi aktual dan skenario
III, karena apabila muroami tidak beroperasi lagi, hasil tangkapan nelayan alat
tangkap lainnya dapat meningkat. Namun pada skenario ini, pelanggaran terhadap
zonasi taman nasional tetap berlangsung.
Jika keputusan pengelolaan tetap pada kondisi aktual, nilai manfaat yang akan
didapatkan tidak optimal. Laju degradasi ekosistem terumbu karang tetap
berlangsung, yaitu dari alat tangkap muroami dan aktivitas penangkapan di sekitar
zona inti dan perlindungan. Apabila keputusan pengelolaan berdasarkan skenario II,
walaupun nelayan tetap menangkap ikan di sekitar zona inti dan perlindungan, terjadi
penurunan laju degradasi ekosistem terumbu karang oleh muroami. Berdasarkan
jumlah hasil tangkapan per trip nya, menunjukkan bahwa muroami yang sekarang
beroperasi menangkap ikan lebih banyak dibanding dengan metode penangkapan
lainnya, selain itu, metode penangkapan yang dilakukan memberikan dampak
langsung berupa kerusakan fisik pada terumbu karang dan penggunaan kompresor
menimbulkan masalah kesehatan bagi para nelayan muroami.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Gugusan terumbu karang TNKJ merupakan terumbu karang tepid an taka
(gosong). Jumlah genera karang keras terdiri dari 64 genus, yang didominasi
oleh jenis Acropora Sp dan Porites Sp. Tutupan rata-rata karang keras
bervariasi antara 7% - 69% dan secara keseluruhan memiliki rata-rata sekitar
40% (WCS-technical report, 2006). Bentuk pengelolaan ekosistem terumbu
karang TNKJ berupa sistem zonasi, dan kegiatan pemanfaatan utama di
sekitar kawasan ekosistem terumbu karang didominasi oleh kegiatan
perikanan tangkap.
2. Nilai ekonomi total (Total Economic Value) manfaat ekosistem terumbu
karang TNKJ seluas 713.107 ha adalah sebesar Rp 17.502.480.854,99 per
tahun atau Rp 24.543.872,41 per ha per tahun. Sumbangan nilai terbesar
berasal dari manfaat langsung yaitu sebesar Rp 15.365.990.185,63 per tahun
(79,2 %) disusul oleh manfaat tidak langsung (10,3 %), manfaat keberadaan
(1,2 %), dan yang terakhir adalah manfaat pilihan (0,6 %).
3. Nilai ekonomi terbesar dari manfaat langsung, berasal dari kegiatan perikanan
tangkap, yaitu sebesar Rp 12.139.633.789,33 (69,4 %), diikuti oleh kegiatan
perikanan budidaya sebesar Rp 1.613.178.198,15 (9,2 %), dan kegiatan
pariwisata bahari sebesar Rp 77.536.080,16 (0,4 %).
4. Hasil analisis terhadap tiga alternatif pengelolaan menghasilkan Net Present
Value (NPV) skenario I sebesar Rp 49.545.769.180,72, skenario II sebesar Rp
79.954.845.252,81, dan skenario III sebesar Rp 44.855.619.948,97. Alternatif
pengelolaan skenario II secara ekonomi merupakan alternarif terbaik dari dua
alternarif pengelolaan lainnya. Pada kondisi ini, laju degradasi terumbu
karang dapat berkurang, adanya ketersediaan stok sumberdaya ikan bagi
nelayan alat tangkap lainnya, dan berkurangnya masalah kesehatan bagi para
nelayan penyelam sebagai dampak dari penghentian pengoperasian alat
tangkap muroami di kawasan perairan TNKJ.
6.2 Saran
1. Diperlukan langkah nyata dari pihak pengelola tentang pengaturan
pengoperasian muroami, karena alat tangkap ini telah terbukti merusak
ekosistem terumbu karang dan menguras stok sumberdaya ikan, dan
menyebabkan gangguan kesehatan bagi para nelayan penyelamnya. Selain
muroami, diperlukan studi dampak penggunaan alat tangkap lainnya, yaitu
panah / speargun, teknik pengoperasian panah ini berpotensi merusak
ekosistem terumbu karang, sebab para penyelam mencari ikan di sekitar
terumbu karang dan dilakukan pada malam hari, terdapat pula masalah
gangguan kesehatan bagi para penyelam panah.
2. Sosialisasi zonasi taman nasional yang lebih intensif kepada masyarakat.
3. Penerapan pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat, seperti
melakukan patroli pengawasan zonasi taman nasional oleh masyarakat.
4. Kegiatan budidaya kerapu dan rumput laut memiliki potensi yang besar untuk
dijadikan sebagai mata pencaharian utama masyarakat disamping menjadi
nelayan dan bertani, oleh karena dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak
seperti bantuan teknologi, pelatihan produksi, dan jalur pemasaran.
5. Pengembangan pariwisata Karimunjawa lebih diarahkan pada sisi konservasi
karena Karimunjawa merupakan kawasan konservasi berbentuk taman
nasional, oleh karena itu pengembangan pariwisata tidak hanya
mengedepankan sisi komersial dari keunikan sumberdaya alam yang ada.
6. Pelatihan keterampilan kepada para nelayan agar dapat berpartisipasi dalam
kegiatan pariwisata seperti menjadi pemandu selam, sehingga mereka
memiliki pilihan mata pencaharian lain.
DAFTAR PUSTAKA
Andalita V, 2006. Valuasi Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Di Perairan Pulau
Menjangan Provinsi Bali Barat. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Anonim. 2008. http://www.e-dukasi.net. Diakses tanggal 15 September 2008.
Anonim. 2008. http://www.ipb.ac.id. Diakses tanggal 15 September 2008.
Anonim. 2008. http://www.Metrotvnews.com. Diakses tanggal 11 Juli 2008.
Ardiwijaya, R. L., J. T. Wibowo, S. Pardede, T. Kartawijaya, Y. Herdiana. (2005). Laporan Teknis Wildlife Conservation Society, Asia Pacific Coral Reef
Program Indonesia Survei 2003 – 2004 di Kepulauan Karimunjawa, Jawa
Tengah. Report no. REP/IV/EXT/01/05/BAH. Bengen D dan A. Retraubun . 2006. Menguak Realitas Dan Urgensi Pengelolaan
Berbasis Eko-Sosial Sistem Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil. Bogor : Pusat
Pembelajaran dan Pengembangan Pesisir dan Laut (P4L).
BTNKJ. 2007. Statistik Balai Taman Nasional Karimunjawa 2007. Semarang : Balai Taman Nasional Karimunjawa.
Cesar H, P. V. Beukering, S. Pintz, J. Dierking. 2002. Economic Valuation Of The
Coral Reefs Of Hawaii. Netherlands : Cesar Environmental Economics
Consulting.
Darusman D dan Widada. 2004. Konservasi Dalam Prespektif Ekonomi
Pembangunan. Bogor : Direktorat Jenderal PHKA.
Dinas Kelautan dan Perikanan Jepara. 2007. Laporan Tahunan 2007. Jepara : Pemerintah Kabupaten Jepara.
Fahrudin A. 1996. Analisis Ekonomi Pengelolaan Lahan Pesisir Kabupaten Subang,
Jawa Barat. [Thesis]. Bogor : Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Fauzi A dan S. Anna. 2005. Studi Valuasi Ekonomi Perencanaan Kawasan
Konservasi Selat Lembeh, Sulawesi Utara. Jakarta : USAID, DKP, dan Mitra
Pesisir.
Fauzi A. 2001. Prinsip – prinsip Penelitian Sosial Ekonomi Panduan Singkat. Bogor : IPB. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan. 28 halaman
Fauzi A. 2004. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Kadariah, Karlina L, Gray C. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta : Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia.
Mukminin A, T. Kartawijaya, Y. Herdiana, I. Yulianto. 2006. Laporan Monitoring
Kajian Pola Pemanfaatan Perikanan di Karimunjawa (2003-2005). Wildlife Conservation Society - Marine Program Indonesia. Bogor, Indonesia. 35pp
Nasution S. 2007. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara.
Nurrochmat R.D. 2006. Dasar-dasar Valuasi Ekonomi. [Diktat Kuliah]. Bogor : Lab.
Politik Ekonomi dan Sosial Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor.
Nybakken J. 1992. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologis. M. Eidman, D.
Bengen, M. Hutomo, S. Sukardjo. Penerjemah. Jakarta : Gramedia.
Pelabuhan Perikanan Pantai Karimunjawa. 2007. Laporan Tahunan 2007. Kepulauan Karimunjawa : Pelabuhan Perikanan Pantai Karimunjawa.
Rais, Ruchiat, Sartono, Hideta. 2007. 50 Taman Nasional di Indonesia. Bogor : Sub Direktorat Informasi Konservasi Alam (PIKA).
Rofiko. 2003. Nilai Ekonomi Total Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun
(Studi Kasus di Desa Cisarua dan Desa Malasari). [Skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Santoso D. 2005. Valuasi Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove Di Kawasan Pondok
Bali, Desa Legonwetan, Kecamatan Legonkulon, Kabupaten Subang, Jawa
Barat. [Skripsi]. Bogor : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Setyobudiandi I, Y. Vitner, R. Kurnia, S. Susilo. 2004. Metode Penarikan Contoh
Suatu Pendekatan Biostatistika. Bogor : PKSPL – IPB.
Situmorang B. 2004. Valuasi Ekonomi Terumbu Karang Kepulauan Seribu. [Thesis]. Bogor : Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Subani W dan H.R. Barus. 1989. Alat Tangkap Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Laut, BPPT, Deptan.
Yulianto, Purwanti, Harianto, Sujarot, Widyatuti. 2006. Pengelolaan Kolaboratif
Taman Nasional Karimunjawa. Bogor : Wildlife Conservation Society-Marine Program Indonesia.
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian (Taman Nasional Karimunjawa)
Sumber : Wildlife Conservation Society
Lampiran 2. Hasil Analisis Biaya Manfaat Perikanan Tangkap di Kawasan Ekosistem
Terumbu Karang TNKJ 2008
1. Muroami
Lokasi Trip (thn) Biaya Total (Rp) Manfaat Total (Rp) Manfaat Bersih (Rp)
Karimun 104 119055333.33 430280000.00 311224666.67
Karimun 104 84613888.89 312000000.00 227386111.11
Jumlah 208 203.669.222,22 742.280.000 538.610.777,78
N 2
2. Pancing
Lokasi Trip (thn) Biaya Total (Rp) Manfaat Total (Rp) Manfaat Bersih (Rp)
Kemujan 104 18817333.33 52000000 33182666.67
Kemujan 104 7271266.27 67060000 59788733.73
Parang 104 13584888.89 62880000 49295111.11
Parang 104 33422333.33 42400000 8977666.67
Parang 104 5850000 8000000 2150000.00
Karimun 104 15338416.67 19500000 4161583.33
Kemujan 104 5987817.46 19240000 13252182.54
Karimun 104 7474138.89 12160000 4685861.11
Karimun 104 16550972.22 19200000 2649027.78
Rata-rata 104 13810796.34 33604444.44 19793648.10
Jumlah 936 5828156055.64 14181075555.56 8352919499.91
N 422
3. Jaring
Lokasi Trip (thn) Biaya Total (Rp) Manfaat Total (Rp) Manfaat Bersih (Rp)
Kemujan 9 41899666.67 178830000 136930333.33
Kemujan 78 30395416.67 33540000 3144583.33
Parang 78 1265750 1560000 294250
Parang 78 2559833.33 3120000 560166.67
Parang 78 8682775 20280000 11597225
Karimun 78 5210300 10008000 4797700
Karimun 78 17776833.33 19305000 1528166.67
Karimun 78 11874248.81 34554000 22679751.19
Rata-rata 14.958.102,98 37.649.625
22.691.522,02
Jumlah 807.737.560,71 2.033.079.750
1.225.342.189,29
N 54
Lanjutan Analisis Biaya Manfaat Perikanan Tangkap di Kawasan Ekosistem Terumbu
Karang TNKJ 2008.
4. Bubu
Lokasi Trip (thn) Biaya Total (Rp) Manfaat Total (Rp) Manfaat Bersih (Rp)
Karimun 32 4428766.67 48000000 43571233.33
Karimun 40 5789409.72 38000000 32210590.28
Karimun 144 25258583.33 84000000 58741416.67
Kemujan 144 2676500 14880000 12203500
Kemujan 56 1110000 2280000 1170000
Kemujan 144 1123333.33 3072000 1948666.67
Parang 96 1915000 24000000 22085000
Parang 36 1146000 2220000 1074000
Parang 32 727166.67 1500000 772833.33
average 80.444444 4908306.64 24216888.89 19308582.25
sum 724 107982746 532771555.6 424788809.6
N 22
5. Panah
Lokasi Trip (thn) Biaya Total (Rp) Manfaat Total (Rp) Manfaat Bersih (Rp)
Karimun 200 60501851.85 108000000 47498148.15
Karimun 200 71657142.86 150000000 78342857.14
Karimun 150 72950000 105000000 32050000
Parang 63 15646833.33 47313000 31666166.67
Parang 208 35021777.78 172640000 137618222.22
Parang 200 46462500 139000000 92537500
Rata-rata 50373350.97 120325500 69952149.03
Jumlah 302240105.82 721953000 419712894.18
N 6 kelompok
Lanjutan Analisis Biaya Manfaat Perikanan Tangkap di Kawasan Ekosistem
Terumbu Karang TNKJ 2008
6. Branjang
Lokasi Trip (thn) Biaya Total (Rp) Manfaat Total (Rp) Manfaat Bersih (Rp)
Karimun 75 12371229.17 22800000 10428770.83
Karimun 75 19364414.42 74250000 54885585.58
Karimun 78 13224583.33 39600000 26375416.67
Kemujan 78 10363562.50 52065000 41701437.50
Kemujan 78 19229738.10 33000000 13770261.90
Kemujan 78 11640000 23400000 11760000
Parang 78 9294000 22800000 13506000
Parang 45 11180250 34200000 23019750
Parang 72 25878166.67 60960000 35081833.33
Rata-rata 73 14,727,327.13 40,341,666.67 25,614,339.54
Jumlah 677,457,048.06 1,855,716,666.67 1,178,259,618.61
N 46
Gabungan Analisis Biaya Manfaat Perikanan Tangkap di Kawasan Ekosistem
Terumbu Karang TNKJ 2008
No Jenis Alat Tangkap N Manfaat Total (Rp) Biaya Total (Rp) Manfaat Bersih (Rp)
1 Jaring 54 2033079750.00 807737560.71 1225342189.29
2 Pancing 422 14181075555.56 5828156055.64 8352919499.91
3 Bubu 22 532771555.56 107982745.99 424788809.57
4 Branjang 46 1855716666.67 677457048.06 1178259618.61
5 Panah 6 kelompok 721953000.00 302240105.82 419712894.18
6 Muroami 2 742280000.00 203669222.22 538610777.78
Jumlah Total (Rp) 20066876527.78 7927242738.44 12139633789.33
Lampiran 3. Analisis Biaya Manfaat Perikanan Budidaya di TNKJ 2008
1. Rumput Laut
Lokasi Panen/thn Produksi /thn (kg) Biaya Total (Rp) Manfaat Total (Rp) Manfaat Bersih (Rp)
Kemujan 3 15000 5446750 7500000 2053250
Kemujan 3 9000 3649000 4500000 851000
Kemujan 3 15000 4818933.333 7500000 2681066.667
Karimun 3 9000 2009000 4500000 2491000
Karimun 3 15000 5112000 7500000 2388000
Karimun 3 9000 1177333.333 4500000 3322666.667
Parang 3 6000 1432500 3000000 1567500
Parang 3 9000 1927000 4500000 2573000
Parang 3 9000 1877000 4500000 2623000
Rata-rata 3 10666.66667 3049946.296 5333333.333 2283387.037
Jumlah
5514666.67 1576822235.19 2757333333.33 1180511098.15
N 517
2. Kerapu
Lokasi Produksi (kg) Jumlah benih (ekor)
KJT K.Macan K.bebek K.macan K.bebek
Biaya Total (Rp)
Manfaat Total (Rp)
Manfaat Bersih (Rp)
Karimun 185 50 500 200 24289240 34150000 9860760
Karimun 111 100 300 400 38039580 44990000 6950420
Karimun 55 50 150 200 18142760 22450000 4307240
sum 351 200 950 800 80471580 101590000 21118420
average 176 100 317 267 40235790 50795000 10559210
N 10 402357900 507950000 105592100
KJA
Karimun 592 450 1600 1800 164154000 210780000 46626000
Karimun 370 250 1000 1000 102011000 120800000 18789000
481 350 1300 1400
sum 962 700 2600 2800 266165000 331580000 65415000
average 481 350 1300 1400 133082500 165790000 32707500
N 10 1330825000 1657900000 327075000
Total 1733182900 2165850000 432667100
Lampiran 4. Analisis Regresi Travel Cost Wisatawan Kawasan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008.
Lama jumlah No Asal Usia Pendidikan Pendapatan/bulan TC
tinggal (hari) kunjungan/thn ln Age Ln Educ Ln Income Ln T.Cost Ln Day Ln Visit Rate
1 Jepara 26 S1 5000000 1218000 3 12 3.2580965 2.7725887 15.424948 14.012721 1.0986123 2.4849067
2 Yogyakarta 21 S1 1000000 300000 2 2 3.0445224 2.7725887 13.815511 12.611538 0.6931472 0.6931472
3 Yogyakarta 20 S1 500000 265000 2 2 2.9957323 2.7725887 13.122363 12.487485 0.6931472 0.6931472
4 Semarang 26 D2 2000000 1270000 2 1 3.2580965 2.6390573 14.508658 14.054527 0.6931472 0
5 Semarang 25 S1 700000 166250 3 2 3.2188758 2.7725887 13.458836 12.021248 1.0986123 0.6931472
6 Pemalang 21 S1 500000 327000 2 1 3.0445224 2.7725887 13.122363 12.697715 0.6931472 0
7 Ceko 31 S1 2000000 1580000 3 1 3.4339872 2.7725887 14.508658 14.272935 1.0986123 0
8 Semarang 32 S1 5000000 2083000 3 1 3.4657359 2.7725887 15.424948 14.54932 1.0986123 0
9 Jakarta 55 S1 5000000 1000000 2 1 4.0073332 2.7725887 15.424948 13.815511 0.6931472 0
10 Jakarta 33 S1 3000000 1003000 5 1 3.4965076 2.7725887 14.914123 13.818506 1.6094379 0
Lanjutan Analisis Regresi Travel Cost Wisatawan Kawasan Ekosistem Terumbu
Karang TNKJ 2008.
Summary Output
Regression Statistics
Multiple R 0.838044667
R Square 0.702318863
Adjusted R Square 0.330217443
Standard Error 0.641679049
Observations 10
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 5 3.885784652 0.77715693 1.88743935 0.279004054
Residual 4 1.647008007 0.411752002
Total 9 5.532792659
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0%
Intercept -9.68 17.72021301 -0.54626319 0.61392503 -58.87909867 39.51929867 -58.87909867 39.51929867
X Variable 1 -2.931 1.12471211 -2.60564281 0.05969275 -6.053299458 0.192103406 -6.053299458 0.192103406
X Variable 2 3.4281 5.987969526 0.572501764 0.59762386 -13.19714556 20.0533918 -13.19714556 20.0533918
X Variable 3 1.5721 0.588930033 2.669431675 0.05583901 -0.063023423 3.207240394 -0.063023423 3.207240394
X Variable 4 -0.879 0.524750455 -1.67568193 0.16910958 -2.336255687 0.577625976 -2.336255687 0.577625976
X Variable 5 -0.389 0.821924276 -0.47352019 0.66052834 -2.67122537 1.892829898 -2.67122537 1.892829898
Perhitungan Surplus Konsumen Wisatawan Ke Kawasan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008 > restart; > b0:= -9.679900001 ; b1:= -0.879314855 ; b2:= -2.930598026 ; b3:= 1.572108485 ; b4:= -0.389197736 ; b5:= 3.428123116 ; Rata_ln_A:= 3.32234099 ; Rata_ln_I:= 14.37253567 ; Rata_ln_D:= 0.946962297 ; Rata_ln_E:= 2.759235583 ; Vrata:= 2.4 ; > ln_a:=b0+b2*Rata_ln_A+b3*Rata_ln_I+b4*Rata_ln_D+b5*Rata_ln_E; a:=exp(ln_a); b:=b1; Vrata:=2.4; N:=1288 ; L:=713.107;
a := 2.130501856 10
5
b := -0.879314855
Vrata := 2.4
N :=1288
L := 713.107
> TC(V):=(V/a)^(1/b);
TC V( ) := 1.147654329 10
6
V1.137249069
> plot(TC(V),V=0..Vrata);
> U:=int(TC(V),V=0..Vrata);
U := Float ¥( )
> P:=(Vrata/a)^(1/b);
P := 4.240491711 105
> C:=P*Vrata;
C := 1.017718011 106
> CS:=U-C;
CS := Float ¥( )
> NET_KawasanWisata:=CS*N/L; NET_KawasanWisata := Float ¥( )
> >
Analisis Regresi WTP Wisatawan Terhadap Keberadaan Ekosistem Terumbu Karang
TNKJ 2008
Pekerjaan Usia Pendidikan Pendapatan/bln WTP Ln WTP Ln Usia Ln Pendidikan Ln Pendapatan
Swasta 26 16 5000000 100000 11.5129255 3.258096538 2.77258872 15.4249485
Mahasiswa 21 16 1000000 20000 9.90348755 3.044522438 2.77258872 13.8155106
Mahasiswa 20 16 500000 10000 9.21034037 2.995732274 2.77258872 13.1223634
Guru 26 14 2000000 50000 10.8197783 3.258096538 2.63905733 14.5086577
Mahasiswa 25 16 700000 100000 11.5129255 3.218875825 2.77258872 13.4588356
Mahasiswa 30 16 3000000 50000 10.8197783 3.401197382 2.77258872 14.9141228
Swasta 32 16 5000000 100000 11.5129255 3.465735903 2.77258872 15.4249485
Swasta 55 16 5000000 100000 11.5129255 4.007333185 2.77258872 15.4249485
Swasta 33 16 3000000 500000 13.1223634 3.496507561 2.77258872 14.9141228
Mahasiswa 21 16 500000 25000 10.1266311 3.044522438 2.77258872 13.1223634
Rata-rata 3.319062008 2.75923558 14.4130822
Summary Output
Regression Statistics
Multiple R 0.683286593
R Square 0.466880569
Adjusted R Square 0.200320853
Standard Error 0.979121183
Observations 10
Lanjutan Analisis Regresi WTP Wisatawan Kawasan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008.
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 3 5.037388 1.679129438 1.752 0.2558746
Residual 6 5.75207 0.95867829
Total 9 10.78946
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0%
Intercept -3.536992785 22.33753 -0.158343032 0.879 -58.19497 51.1209825 -58.19497 51.12098
X Variable 1 1.075981593 1.681455 0.639910945 0.546 -3.038391 5.19035427 -3.038391 5.190354
X Variable 2 1.392188691 7.822141 0.177980527 0.865 -17.7479 20.532277 -17.7479 20.53228
X Variable 3 0.494673837 0.526775 0.939060187 0.384 -0.794299 1.78364689 -0.794299 1.783647
Ln WTP = 11.00540808
WTP rata-rata wisatawan = Rp 60.198,82323
WTP total wisatawan = Rp 60.198,82323 x 1.288 orang (Jumlah wisatawan bahari
tahun 2007)
= Rp 77. 536.080,16
Lampiran 5. Hasil Perhitungan Manfaat Penelitian, Manfaat Tidak Langsung, dan
Manfaat Pilihan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008
1. Manfaat Penelitian Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008.
Menurut White and Cruz Trinidad, 1998 yang diacu dalam Situmorang, 2004,
manfaat penelitian atau pendidikan dari suatu kawasan bisa diduga dari biaya
penelitian yang dilakukan atau nilai penelitian yang dilakukan. Manfaat penelitian
dari ekosistem terumbu karang TNKJ didekati dengan menghitung biaya yang
dikeluarkan oleh Wildlife Conservation Society (WCS) dalam melakukan program
monitoring ekosistem terumbu karang TNKJ yaitu sebesar
= Rp. 35.089.451,- per tahun x 5 (2003-2007)
= Rp. 175.447.255,-
2. Manfaat Tidak Langsung Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008
Manfaat tidak langsung ekosistem terumbu karang dihitung dengan
pendekatan fungsi ekosistem tersebut sebagai physical protection global life sebesar
US$ 276.5 per Ha (Hansen et al, 2003 diacu dalam Fauzi et al, 2005). Nilai tukar
dollar pada saat penelitian adalah Rp 9.160,-. Maka nilai ekosistem terumbu karang
TNKJ seluas 713,107 ha (Analisis Citra WCS, 2005) adalah
= 713,107 x US$ 276,5
= US$ 197.174,0855 atau Rp 1.806.114.623,18
3. Manfaat Pilihan Ekosistem
Terumbu Karang TNKJ 2008
Manfaat pilihan ekosistem terumbu karang TNKJ dalam penelitian ini
didekati dengan nilai keanekaragaman hayati terumbu karang, yaitu US$ 17.3 per ha
(Hansen et al, 2003 diacu dalam Fauzi et al, 2005). Dengan demikian, nilai manfaat
pilihan ekosistem terumbu karang TNKJ seluas 713,107 ha adalah
Lampiran 6. Analisis Regresi WTP Terhadap Keberadaan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008
No Pendidikan Pekerjaan Usia Pendapatan
/bln WTP Ln WTP
Ln Pendidikan
Ln Usia Ln
Pendapatan
1 S1 Swasta 26 5000000 100000 11.512925 2.7725887 3.2580965 15.424948
2 S1 Mahasiswa 21 1000000 20000 9.9034876 2.7725887 3.0445224 13.815511
3 S1 Mahasiswa 20 500000 10000 9.2103404 2.7725887 2.9957323 13.122363
4 D2 Guru 26 2000000 50000 10.819778 2.6390573 3.2580965 14.508658
5 S1 Mahasiswa 25 700000 100000 11.512925 2.7725887 3.2188758 13.458836
6 S1 Mahasiswa 30 3000000 50000 10.819778 2.7725887 3.4011974 14.914123
7 S1 Swasta 32 5000000 100000 11.512925 2.7725887 3.4657359 15.424948
8 S1 Swasta 55 5000000 100000 11.512925 2.7725887 4.0073332 15.424948
9 S1 Swasta 33 3000000 500000 13.122363 2.7725887 3.4965076 14.914123
10 SD Pengepul Kerapu
29 3000000 20000 9.9034876 1.7917595 3.3672958 14.914123
11 SD Pengepul Kerapu
37 400000 10000 9.2103404 1.7917595 3.6109179 12.89922
12 SMP Pengepul Kerapu
28 500000 20000 9.9034876 2.1972246 3.3322045 13.122363
13 SD Pembudidaya rumput laut
50 2000000 10000 9.2103404 1.7917595 3.912023 14.508658
14 SD Pembudidaya rumput laut
42 1000000 10000 9.2103404 1.7917595 3.7376696 13.815511
15 SD Pembudidaya rumput laut
40 500000 10000 9.2103404 1.7917595 3.6888795 13.122363
16 STM Pembudidaya kerapu
37 2000000 200000 12.206073 2.4849067 3.6109179 14.508658
17 S1 Pembudidaya kerapu
28 10000000 100000 11.512925 2.7725887 3.3322045 16.118096
18 SD Pembudidaya 36 1500000 50000 10.819778 1.7917595 3.5835189 14.220976
kerapu
19 SD Nelayan pancing
26 1000000 10000 9.2103404 1.7917595 3.2580965 13.815511
20 SD Nelayan pancing
45 500000 5000 8.5171932 1.7917595 3.8066625 13.122363
21 SD Nelayan pancing
27 700000 10000 9.2103404 1.7917595 3.2958369 13.458836
22 SD Nelayan branjang
45 1000000 10000 9.2103404 1.7917595 3.8066625 13.815511
23 SD Nelayan branjang
50 1000000 25000 10.126631 1.7917595 3.912023 13.815511
24 SD Nelayan branjang
59 500000 5000 8.5171932 1.7917595 4.0775374 13.122363
25 SLTP Nelayan bubu 32 150000 10000 9.2103404 2.1972246 3.4657359 11.918391
26 SD Nelayan bubu 30 500000 3000 8.0063676 1.7917595 3.4011974 13.122363
27 SD Nelayan bubu 55 1500000 30000 10.308953 1.7917595 4.0073332 14.220976
28 SD Nelayan jaring 62 200000 5000 8.5171932 1.7917595 4.1271344 12.206073
29 SD Nelayan jaring 20 1650000 20000 9.9034876 1.7917595 2.9957323 14.316286
30 SD Nelayan jaring 25 3000000 50000 10.819778 1.7917595 3.2188758 14.914123
31 SMA Pemilik muroami
50 5000000 50000 10.819778 2.4849067 3.912023 15.424948
32 SD Pemilik muroami
45 2000000 5000 8.5171932 1.7917595 3.8066625 14.508658
33 SMA Diver 30 500000 100000 11.512925 2.4849067 3.4011974 13.122363
34 SMK Karyawan budidaya kerapu
22 1100000 100000 11.512925 2.4849067 3.0910425 13.910821
No Pendidikan Pekerjaan Usia Pendapatan/
bln WTP Ln WTP
Ln Pendidikan
Ln Usia Ln
Pendapatan
35 S1 Guru 26 2500000 20000 9.9034876 2.7725887 3.2580965 14.731801
36 SD Swasta 24 1000000 10000 9.2103404 2.1972246 3.1780538 13.815511
37 SMA PNS 38 2500000 50000 10.819778 2.4849067 3.6375862 14.731801
38 SMA Operator wisata
40 3000000 50000 10.819778 2.4849067 3.6888795 14.914123
39 S1 PNS 30 2000000 20000 9.9034876 2.7725887 3.4011974 14.508658
40 SMA Pedagang 28 1500000 10000 9.2103404 2.4849067 3.3322045 14.220976
41 SMA Pengepul ikan 35 5000000 25000 10.126631 2.4849067 3.5553481 15.424948
42 S1 Guru 50 2500000 30000 10.308953 2.7725887 3.912023 14.731801
43 S1 Karyawan homestay
30 2000000 50000 10.819778 2.4849067 3.4011974 14.508658
44 SMA Karyawan homestay
20 400000 15000 9.6158055 2.4849067 2.9957323 12.89922
Rata-rata 49500 2.2636939 3.5060409 14.125932
Lanjutan Analisis Regresi WTP Terhadap Keberadaan Ekosistem Terumbu Karang TNKJ 2008
Summary Output
Regression Statistics
Multiple R 0.719139729
R Square 0.51716195
Adjusted R Square 0.480949096
Standard Error 0.817111347
Observations 44
ANOVA
df SS MS F Significance F
Regression 3 28.60536877 9.535122923 14.28117081 1.79136E-06
Residual 40 26.70683811 0.667670953
Total 43 55.31220688
Coefficients
Standard
Error t Stat P-value Lower 95%
Upper
95%
Lower
95.0%
Upper
95.0%
Intercept 0.788934536
2.362189715
0.333984409
0.740136056
-3.985228916
5.563097989
-3.985228916
5.563097989
X Variable 1
1.204918296
0.355170183
3.392509717
0.001572047
0.487092588
1.922744004
0.487092588
1.922744004
X Variable 2
-0.033279549
0.433244991
-0.076814618
0.939153961
-0.908900329
0.842341232
-0.908900329
0.842341232
X Variable 3
0.476528142
0.151125184
3.15320139 0.003059545
0.171092754
0.78196353
0.171092754
0.78196353
Perhitungan Manfaat Keberadaan
Nilai WTP Rata-rata = Rp 25.115,12
Jumlah populasi = 8.655 jiwa
WTP Total = Rp 25.115,12 x 8.655
= Rp 217.371.40
Lampiran 7. Analisis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan I.
Tahun
Jenis 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
Manfaat Langsung
Perikanan
Tangkap
Jaring 2033079750 2033079750 2033079750 2033079750 2033079750 2033079750 2033079750 2033079750 2033079750 2033079750
Pancing 1418107555
5.56 1418107555
5.56 1418107555
5.56 1418107555
5.56 1418107555
5.56 1418107555
5.56 1418107555
5.56 1418107555
5.56 1418107555
5.56 1418107555
5.56
Bubu 532771555.5
6 532771555.5
6 532771555.5
6 532771555.5
6 532771555.5
6 532771555.5
6 532771555.5
6 532771555.5
6 532771555.5
6 532771555.5
6
Branjang 1855716666.
67 1855716666.
67 1855716666.
67 1855716666.
67 1855716666.
67 1855716666.
67 1855716666.
67 1855716666.
67 1855716666.
67 1855716666.
67
Panah 721953000 721953000 721953000 721953000 721953000 721953000 721953000 721953000 721953000 721953000
Muroami 742280000 742280000 742280000 742280000 742280000 742280000 742280000 742280000 742280000 742280000
Perikanan Budidaya
Budidaya Kerapu 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000
Budidaya Rumput Laut
2757333333.33
2757333333.33
2757333333.33
2757333333.33
2757333333.33
2757333333.33
2757333333.33
2757333333.33
2757333333.33
2757333333.33
Pariwisata Bahari 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16
Penelitian 35089451 35089451 35089451 35089451 35089451 35089451 35089451 35089451 35089451 35089451
Manfaat Tidak Langsung
Perlindungan Pantai 1806114623.
18 1806114623.
18 1806114623.
18 1806114623.
18 1806114623.
18 1806114623.
18 1806114623.
18 1806114623.
18 1806114623.
18 1806114623.
18
Manfaat Pilihan
Biodiversity 113004640.0
8 113004640.0
8 113004640.0
8 113004640.0
8 113004640.0
8 113004640.0
8 113004640.0
8 113004640.0
8 113004640.0
8 113004640.0
8
Manfaat Keberadaan
Nilai Eksistensi 217371406.0
8 217371406.0
8 217371406.0
8 217371406.0
8 217371406.0
8 217371406.0
8 217371406.0
8 217371406.0
8 217371406.0
8 217371406.0
8
Nilai Sisa
Jaring 272265494.7
4
Pancing 457136369.2
3
Lanjutan lampiran 7
Bubu 45334837.89
Branjang 144273353.2
1
Panah 10608333.33
Muroami 17333333.33
Budidaya Kerapu 11138461.54
Budidaya Rumput Laut
Total INFLOW 2723917606
1.60 2723917606
1.60 2723917606
1.60 2723917606
1.60 2723917606
1.60 2723917606
1.60 2723917606
1.60 2723917606
1.60 2723917606
1.60 2819726624
4.88
PV benefit 2368624005
3.57 2059673048
1.36 1791020041
8.58 1557408732
0.50 1354268462
6.52 1177624750
1.32 1024021521
8.54 8904534972.
65 7743073889.
26 6969932970.
18
Lanjutan Analisis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan I.
Tahun Jenis
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
OUTFLOW
1. Biaya Langsung
a. Perikanan Tangkap
Jaring 2272326942.
86 974057560.7
1 974395060.7
1 976487560.7
1 1299976489.
29 1084649560.
71 975993594.0
5 1300478989.
29 997196275.0
0 1072565560.
71 1298386489.
29
Pancing 9903757573.
02 5970053555.
64 5952687305.
64 5970053555.
64 5970053555.
64 6747236888.
98 5977438555.
64 5970053555.
64 5970053555.
64 6889310222.
31 5976079269.
93
Bubu 355047000 125032745.9
9 125032745.9
9 125142745.9
9 125032745.9
9 229070745.9
9 133282745.9
9 127991745.9
9 125032745.9
9 229070745.9
9 125032745.9
9
Branjang 1116853166.
67 690095548.0
6 690095548.0
6 699525548.0
6 690095548.0
6 699525548.0
6 850491341.7
1 707444119.4
9 922581738.5
3 720777548.0
6 690095548.0
6
Panah 21939166.67 304122605.8
2 304122605.8
2 304929272.4
9 306522605.8
2 313295939.1
5 304722605.8
2 307329272.4
9 304122605.8
2 321129272.4
9 306522605.8
2
Muroami 84870500 224342222.2
2 224342222.2
2 240592222.2
2 237054722.2
2 240592222.2
2 224342222.2
2 253304722.2
2 256842222.2
2 240592222.2
2 237054722.2
2
b. Perikanan Budidaya
Budidaya Kerapu 160210000 1733182900 1733182900 1743182900 1737182900 1743182900 1735566233 1783382900 1733182900 1743182900 1737182900
Budidaya Rumput Laut 1495073525
1576822235.19
1576822235.19
2460543260.19
1977497235.19
2460543260.19
1706229735.19
2858638260.19
1576822235.19
2460543260.19
1974917235.19
2. Biaya Kehilangan
Manfaat Tidak langsung
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
Manfaat pilihan 217371406.0
8 217371406.0
8 217371406.0
8 217371406.0
8 217371406.0
8 217371406.0
8 217371406.0
8 217371406.0
8 217371406.0
8 217371406.0
8
Benefit loss dr muroami 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81
Total OUTFLOW 15410077874
.21 1362120238
6.70 1360417363
6.70 1454395007
8.36 1436690881
5.27 1554159007
8.36 1393156004
7.01 1533211657
8.36 1390932729
1.46 1570066474
5.03 1436876452
9.55
Manfaat bersih
-15410077874
.21 1361797367
4.91 1363500242
4.91 1269522598
3.24 1287226724
6.33 1169758598
3.24 1330761601
4.59 1190705948
3.24 1332984877
0.14 1153851131
6.57 1382850171
5.33
PV Cost 15410077874
.21 1184452381
4.52 1028670974
4.19 9562883260.
20 8214326744.
27 7726917016.
51 6022997862.
42 5763910522.
23 4546983764.
58 4463108831.
06 3551738837.
57
df = 15 % 1 0.8696 0.7561 0.6575 0.5718 0.4972 0.4323 0.3759 0.3269 0.2843 0.2472
PV
-15410077874
.21 1184171623
9.05 1031002073
7.17 8347317158.
37 7359760576.
23 5815767610.
02 5753249638.
90 4476304696.
32 4357551208.
06 3279965058.
20 3418194132.
61
NPV 49549769180
.72
Gross B/C 1.57
Lampiran 8. Analisis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan II
Tahun
jenis 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
Manfaat Langsung
Perikanan Tangkap
Jaring 2033079750 2216056927.50 2415502050.98 2632897235.56 2869857986.76 3128145205.57 3409678274.07 3716549318.74 4051038757.43 4415632245.60
Pancing 14181075555.56 15457372355.56 16848535867.56 18364904095.64 20017745464.24 21819342556.02 23783083386.07 25923560890.81 28256681370.99 30799782694.37
Bubu 532771555.56 580720995.56 632985885.16 689954614.82 752050530.15 819735077.87 893511234.88 973927246.01 1061580698.16 1157122960.99
Branjang 1855716666.67 2022731166.67 2204776971.67 2403206899.12 2619495520.04 2855250116.84 3112222627.36 3392322663.82 3697631703.56 4030418556.88
Panah 721953000 786928770 857752359.30 934950071.64 1019095578.08 1110814180.11 1210787456.32 1319758327.39 1438536576.86 1568004868.77
Perikanan Budidaya
Budidaya Kerapu 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000
Budidaya Rumput Laut 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33
Pariwisata Bahari 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16
Penelitian 35089451.00 35089451.00 35089451.00 35089451.00 35089451.00 35089451.00 35089451.00 35089451.00 35089451.00 35089451.00
Manfaat Tidak Langsung
Perlindungan Pantai 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18
Manfaat Pilihan
Biodiversity 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08
Manfaat Keberadaan
Nilai Eksistensi 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08
Nilai Sisa
Jaring 272265494.74
Pancing 457136369.23
Bubu 45334837.89
Branjang 144273353.21
Panah 10608333.33
Budidaya Kerapu 11138461.54
Budidaya Rumput Laut
Benefit loss dr Muroami 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81
Total INFLOW 26496903045.41 28236116732.91 30131859652.29 32198219434.41 34450551596.92 36905593654.05 39581589496.33 42498424964.41 45677775624.62 50084024694.20
PV Benefit 23040785256.88 21350560856.65 19812186834.74 18409436463.94 17128012772.18 15955306580.15 14880185590.70 13892810506.53 12984474675.68 12380004925.44
Lanjutan Analisis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan II
Tahun Jenis
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
OUTFLOW
1. Biaya Langsung
a. Perikanan Tangkap
Jaring 2272326942.8
6 974057560.71 974395060.71 976487560.71 1299976489.2
9 1084649560.7
1 975993594.05 1300478989.2
9 997196275.00 1072565560.7
1 1298386489.2
9
Pancing 9903757573.0
2 5970053555.6
4 5952687305.6
4 5970053555.6
4 5970053555.6
4 6747236888.9
8 5977438555.6
4 5970053555.6
4 5970053555.6
4 6889310222.3
1 5976079269.9
3
Bubu 355047000 125032745.99 125032745.99 125142745.99 125032745.99 229070745.99 133282745.99 127991745.99 125032745.99 229070745.99 125032745.99
Branjang 1116853166.6
7 690095548.06 690095548.06 699525548.06 690095548.06 699525548.06 850491341.71 707444119.49 922581738.53 720777548.06 690095548.06
Panah 21939166.67 304122605.82 304122605.82 304929272.49 306522605.82 313295939.15 304722605.82 307329272.49 304122605.82 321129272.49 306522605.82
b. Perikanan Budidaya
Budidaya Kerapu 160210000 1733182900 1733182900 1743182900 1737182900 1743182900 1735566233 1783382900 1733182900 1743182900 1737182900
Budidaya Rumput Laut 1495073525
1576822235.19
1576822235.19
2460543260.19
1977497235.19
2460543260.19
1706229735.19
2858638260.19
1576822235.19
2460543260.19
1974917235.19
2. Biaya Kehilangan
Manfaat Tidak langsung
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
Manfaat pilihan 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08
Muroami 742280000 742280000 742280000 742280000 742280000 742280000 742280000 742280000 742280000 742280000
Total OUTFLOW 15325207374.
21 14139133180.
66 14122104430.
66 15045630872.
33 14872127109.
23 16043270872.
33 14449490840.
98 15821084872.
33 14394758085.
42 16202345539.
00 14873982823.
52
Manfaat bersih
-15325207374.
21 12357769864.
75 14114012302.
25 15086228779.
96 17326092325.
17 18407280724.
59 22456102813.
07 23760504624.
00 28103666878.
99 29475430085.
63 35210041870.
68
PV Cost 15325207374.
21 12294898417.
97 10678339834.
15 9892746525.7
4 8503186943.5
8 7976341035.8
1 6246913637.4
3 5947731815.2
8 4705671952.2
1 4605717823.6
2 3676621073.0
9
df = 15 % 1.00 0.8696 0.7561 0.6575 0.5718 0.4972 0.4323 0.3759 0.3269 0.2843 0.2472
PV
-15325207374.
21 10745886838.
91 10672221022.
50 9919440309.0
1 9906249520.3
6 9151671736.3
7 9708392942.7
2 8932453775.4
3 9187138554.3
2 8378756852.0
6 8703383852.3
4
NPV 79980388029.
81
Gross B/C 1.89
Lampiran 9. Analisis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan III
Tahun
jenis 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INFLOW
Manfaat Langsung
Perikanan Tangkap
Jaring 2033079750 1972087357.50 1912924736.78 1855536994.67 1799870884.83 1889864429.07 1984357650.53 2083575533.05 2187754309.71 2297142025.19
Pancing 14181075555.56 13755643288.89 13342973990.22 12942684770.52 12554404227.40 13182124438.77 13841230660.71 14533292193.74 15259956803.43 16022954643.60
Bubu 532771555.56 516788408.89 501284756.62 486246213.92 471658827.51 495241768.88 520003857.33 546004050.19 573304252.70 601969465.34
Branjang 1855716666.67 1800045166.67 1746043811.67 1693662497.32 1642852622.40 1724995253.52 1811245016.19 1901807267.00 1996897630.35 2096742511.87
Panah 721953000 700294410 679285577.70 658907010.37 639139800.06 671096790.06 704651629.56 739884211.04 776878421.59 815722342.67
Muroami 742280000 720011600 698411252 677458914.44 657135147.01 689991904.36 724491499.57 760716074.55 798751878.28 838689472.20
Perikanan Budidaya
Budidaya Kerapu 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000 2165850000
Budidaya Rumput Laut 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33 2757333333.33
Pariwisata Bahari 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16 77536080.16
Penelitian 35089451 35089451 35089451 35089451 35089451 35089451 35089451 35089451 35089451 35089451
Manfaat Tidak Langsung
Perlindungan Pantai 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18 1806114623.18
Manfaat Pilihan
Biodiversity 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08 113004640.08
Manfaat Keberadaan
Nilai Eksistensi 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08
Nilai Sisa
Jaring 272265494.74
Pancing 457136369.23
Bubu 45334837.89
Branjang 144273353.21
Panah 10608333.33
Muroami 17333333.33
Budidaya Kerapu 11138461.54
Budidaya Rumput Laut
Total INFLOW 27239176061.60 26637169765.77 26053223658.81 25486795935.06 24937361043.02 25825614118.48 26758279847.72 27737578863.41 28765842829.89 30803610177.98
PV Benefit 23686240053.57 20141527233.10 17130417462.85 14572158295.64 12398275750.33 11165125664.78 10059428519.38 9067463732.65 8177047867.19 7614181329.34
Lanjutan Analisis Biaya Manfaat Secara Ekonomi (Cashflow) Skenario Pengelolaan III
Tahun Jenis
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
OUTFLOW
1. Biaya Langsung
a. Perikanan Tangkap
Jaring 2272326942.8
6 974057560.71 1003279287.5
4 1033377666.1
6 1064378996.1
5 1096310366.0
3 1096310366.0
3 1096310366.0
3 1096310366.0
3 1096310366.0
3 1096310366.0
3
Pancing 9903757573.0
2 5970053555.6
4 6149155162.3
1 6333629817.1
8 6523638711.7
0 6719347873.0
5 6719347873.0
5 6719347873.0
5 6719347873.0
5 6719347873.0
5 6719347873.0
5
Bubu 355047000 125032745.99 128783728.37 132647240.22 136626657.42 140725457.15 140725457.15 140725457.15 140725457.15 140725457.15 140725457.15
Branjang 1116853166.6
7 690095548.06 710798414.50 732122366.93 754086037.94 776708619.08 776708619.08 776708619.08 776708619.08 776708619.08 776708619.08
Panah 21939166.67 304122605.82 313246283.99 322643672.51 332322982.69 342292672.17 342292672.17 342292672.17 342292672.17 342292672.17 342292672.17
Muroami 84870500 224342222.22 231072488.89 238004663.56 245144803.46 252499147.57 252499147.57 252499147.57 252499147.57 252499147.57 252499147.57
b. Perikanan Budidaya
Budidaya Kerapu 160210000 1733182900 1733182900 1743182900 1737182900 1743182900 1735566233 1783382900 1733182900 1743182900 1737182900
Budidaya Rumput Laut 1495073525
1576822235.19
1576822235.19
2460543260.19
1977497235.19
2460543260.19
1706229735.19
2858638260.19
1576822235.19
2460543260.19
1974917235.19
2. Biaya Kehilangan
Manfaat Tidak langsung
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
1806114623.18
Manfaat pilihan 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08 217371406.08
Benefit loss dr muroami 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81 6983.81
Total OUTFLOW 15410077874.
21 13621202386.
70 13869833513.
85 15019644599.
82 14794371337.
62 15555103308.
30 14793173116.
63 15993398308.
30 14661382283.
30 15555103308.
30 15063477283.
30
Manfaat bersih
-15410077874.
21 13617973674.
91 12767336251.
92 11033579058.
99 10692424597.
45 9382257734.7
3 11032441001.
85 10764881539.
42 13076196580.
12 13210739521.
60 15740132894.
68
PV Cost 15410077874.
21 11844523814.
52 10487586777.
96 9875660129.7
4 8458729828.7
9 7733635480.0
5 6395496969.4
2 6012510818.3
3 4792831875.4
5 4421731185.9
5 3723461205.4
4
df = 15 % 1 0.8696 0.7561 0.6575 0.5718 0.4972 0.4323 0.3759 0.3269 0.2843 0.2472
PV
-15410077874.
21 11841716239.
05 9653940455.1
4 7254757333.1
1 6113428466.8
5 4664640270.2
8 4769628695.3
7 4046917701.0
5 4274631857.2
0 3755316681.2
4 3890720123.8
9
NPV 44855619948.
97
Net B/C 1.50