vampire depression

53
vampire depression Pages Beranda <!-- @page { size: 21cm 29.7cm; margin: 2cm } ... vampiredepress depress Thursday, 15 April 2010 UTS mikrobiologi DERI NOVITA 230210090076 1. abiogenesis :teori yang mengemukakan pendapat paham bahwa makhluk hidup yang pertama kali di bumi tersebut dari benda mati / tak hidup yang terkjadinya secara spontan biogenesis :teori yang menyatakan bahwasetiap makkhluk hidup berasal dari telur,setiap telur berasal dari makhluk hidup, setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya. 2.bakteri berspora : bakteri yang tahan terhadap panas John Tyndall (1820-1893), dalam suatu percobaannya juga mendukung pendapat Pasteur. Cairan bahan organik yang sudah dipanaskan dalam air garam yang mendidih selama 5 menit dan diletakkan di dalam ruangan bebas debu, ternyata tidak akan membusuk walaupun disimpan dalam

Upload: nur-haryanti

Post on 01-Jul-2015

637 views

Category:

Documents


0 download

Tags:

TRANSCRIPT

Page 1: vampire depression

vampire depression

Pages

Beranda <!-- @page { size: 21cm 29.7cm; margin: 2cm } ...

vampiredepress

depress

Thursday, 15 April 2010

UTS mikrobiologi

DERI NOVITA230210090076

1. abiogenesis :teori yang mengemukakan pendapat paham bahwa makhluk hidup yang pertama kali di bumi tersebut dari benda mati / tak hidup yang terkjadinya secara spontanbiogenesis :teori yang menyatakan bahwasetiap makkhluk hidup berasal dari telur,setiap telur berasal dari makhluk hidup, setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.2.bakteri berspora : bakteri yang tahan terhadap panasJohn Tyndall (1820-1893), dalam suatu percobaannya juga mendukungpendapat Pasteur. Cairan bahan organik yang sudah dipanaskan dalam air garam yangmendidih selama 5 menit dan diletakkan di dalam ruangan bebas debu, ternyata tidak akan membusuk walaupun disimpan dalam waktu berbulan-bulan, tetapi apabila tanpa pemanasan maka akan terjadi pembusukan. Dari percobaan Tyndall ditemukan adanya fase termolabil (tidak tahan pemanasan, saat bakteri melakukan pertumbuhan) dan termoresisten pada bakteri (sangat tahan terhadap panas). Dari penyelidikan ahli botani Jerman yang bernama Ferdinand Cohn, dapat diketahui secara mikroskopis bahwa pada fase termoresisten, bakteri dapat membentuk endospora.Dengan penemuan tersebut, maka dicari cara untuk sterilisasi bahan yangmengandung bakteri pembentuk spora, yaitu dengan pemanasan yang terputus dan diulang beberapa kali atau dikenal sebagai Tyndallisasi. Pemanasan dilakukan pada suhu 100oC selama 30 menit, kemudian dibiarkan pada suhu kamar selama 24 jam, cara ini diulang sebanyak 3 kali. Saat dibiarkan pada suhu kamar, bakteri berspora yang masih hidup akan

Page 2: vampire depression

berkecambah membentuk fase pertumbuhan / termolabil, sehingga dapat dimatikan pada pemanasan berikutnya.

3.virus Proses-proses pada siklus litikSiklus litik:* Waktu relatif singkat* Menonaktifkan bakteri* Berproduksi dengan bebas tanpa terikat pada kromosom bakteriProses-proses pada siklus lisogenikReduksi dari siklus litik ke provirus (dimana materi genetik virus dan sel inang bergabung), bakteri mengalami pembelahan biner dan provirus keluar dari kromosom bakteri.

bakteriCara Perkembangbiakan bakteri:Bakteri umumnya melakukan reproduksi atau berkembang biak secara aseksual (vegetatif = tak kawin) dengan membelah diri. Pembelahan sel pada bakteri adalah pembelahan biner yaitu setiap sel membelah menjadi dua.

Reproduksi bakteri secara seksual yaitu dengan pertukaran materi genetik dengan bakteri lainnya.Pertukaran materi genetik disebut rekombinasi genetik atau rekombinasi DNA.

Rekombinasi genetik dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:

1. Transformasi adalah pemindahan sedikit materi genetik, bahkan satu gen saja dari satu sel bakteri ke sel bakteri yang lainnya.2. Transduksi adalah pemindahan materi genetik satu sel bakteri ke sel bakteri lainnnya dengan perantaraan organisme yang lain yaitu bakteriofage (virus bakteri).3. Konjugasi adalah pemindahan materi genetik berupa plasmid secara langsung melalui kontak sel dengan membentuk struktur seperti jembatan diantara dua sel bakteri yang berdekatan. Umumnya terjadi pada bakteri gram negatif.

4.Postulat Koch atau Postulat Henle-Koch ialah 4 kriteria yang dirumuskan Robert Koch pada 1884 dan disaring dan diterbitkannya pada 1890. Menurut Koch, keempatnya harus dipenuhi untuk menentukan hubungan sebab-musabab antara parasit dan penyakit. Ia menerapkannyauntuk untuk menentukan etiologi antraks dan tuberkulosis, namun semuanya telah dierapkan pada penyakit lain.Isi postulat Koch adalah:

* Organisme (parasit) harus ditemukan dalam hewan yang sakit, tidak pada yang sehat.* Organisme harus diisolasi dari hewan sakit dan dibiakkan dalam kultur murni.* Organisme yang dikulturkan harus menimbulkan penyakit pada hewan yang sehat.* Organisme tersebut harus diisolasi ulang dari hewan yang dicobakan tersebut

Bagaimanapun, harus diperhatikan bahwa Koch mengabaikan bagian kedua dari postulat pertama (organisme penyakit tidak ditemukan pada hewan sehat), ketika ia menembukan karier asimtomatik atau tak bertanda pada kolera. Kemudian karier asimtomatik bertambah seiiring ditemukannya virus seperti polio, herpes simpleks, HIV dan hepatitis C. Postulat ketiganya pun tidak selalu terjadi.

Page 3: vampire depression

Postulat River (1937)dapat digunakan untuk membuktikan penyakit yang disebabkan oleh virus, yaitu:1. Virus harus berada didalam sel inang.2. filtrat bahan yang terinfeksi tidak mengandung mikroba lain yang dapat ditumbuhkan dalam media buatan3. Filtra dapa tmenimbulkan penyakit pada jasad yang peka 4.filtrat tersebut harus dapat menimbulkan kembali penyakit yang sama.

5. PENGELOMPOKAN MIKROBA- chemotroph membutuhkan zat kimia untuk energi, sedangkan phptoroph memerlukan energi radiasi (cahaya)-berdasarkan itu dan kriteria kebutuhan sumber karbon,mikroba dibagi chemo autotroph,chemo heterotroph, photo autotropf, photo heterotroph

6. DomainWoese dan kawan-kawan menggunakan kajian rRNA untuk mengelompokkan seluruh organisme ke dalam tiga domain1 Bakteri – meliputi sebagian besar prokariot; dinding sel mengandung asam muramik; lipid membran mengandung asam lemak rantai lurus yang diikatkan oleh ikatan ESTER2 Archaea – prokariot yang kekurangan asam muramik, mempunyai lipid yang mengandung rantai alifatik bercabang yang dihubungkan oleh ikatan ETER, kekurangan timidin pada tangan T molekul tRNA, mempunyai RNA polimerase jelas (distinctive), dan mempunyai ribosom dengan komposisi dan bentuk berbeda dengan yang terdapat di bakteri3 Eukaria – mempunyai yang struktur organ yang dilapisi oleh membran yang lebih kompleksBeberapa pohon filogenetik berbeda telah diusulkan yang menghubungkan domain utama; beberapa pohon yang diusulkan tidak medukung pola tiga domain.Salah satu kesulitan dalam mengkonstruksi suatu pohon filogenetik adalah transfer gen horisontal yang sering terjadi secara luas; pohon yang lebih benar, mungkin menyerupai jejaring dengan banyak percabangan lateral yang menghubungan bermacam-macam anak cabang (trunks)KingdomSistem lima kingdom yang diusulkan oleh Whittaker, yang pada awal diterima secara luas, adalah:1 Hewan-eukariot multiseluer dan tidak berdinding sel dan nutrisi ingestive2 Tumbuhan-eukariot multiseluler berdinding sel dan nutrisi fotoautotropik (photoautotrophic nutrition)3 Jamur (Fungi)-eukariot multiseluler dan uniseluler berdinding sel dan nutrisi absorptif (absorptive nutrition)4 Protista-eukariot uniseluler dengan bermacam-macam mekanisme nutrisi5 Monera (Prokariot)-seluruh organisme prokariotikBanyak ahli biologi tidak menerima sistem Whittaker, terutama disebabkan sistem tersebut tidak membedakan bakteri dan archaeaBeberapa sistem alternatif telah disarankan, seperti sistem enam kingdom dan dua kerajaan (empire), delapan kingdom

7.berdasar bentuk:1. Bentuk batang / silindris. ex:diplobasil2. Bentuk bulat / kokus ex: streptococcus

Page 4: vampire depression

3. Bentuk spiral / spirilium. ex: Vibrio comaa) Bentuk silindris (batang)

Dibedakan atas:1. Basil tunggal, berupa batang tunggal, contohnya Escherchia coli dan Salmonella typi.2. Diplobasil; berbentuk batang bergandengan dua – dua.3. Streptobasil; berupa batang bergandengan seperti rantai, contohnya Streptobacillus moniliformis dan Azotobacter sp.b) Bentuk bulat (kolon)

Bakteri berbentuk bulat (kokus = sferis/tidak bulat betul) dibagi mejadi bentuk – bentuk sebagai berikut:1. Monokokus,berbentuk bulat, satu – satu, contohnya Monococcus gonorhoe.2. Diplokokus, bentuknya bulat bergandengan dua – dua, misalnya Diplococcus pneumonia.3. Streptokokus, memiliki bentuk bulat bergandengan seperti rantai, sebagai hasil pembelahan sel kesatu atau dua arah dalam satu garis.4. Tetrakokus, berbentuk bulat terdiri 4 sel yang tersusun dalam bentuk bujur sangkar sebagai hasil pembelahan sel kedua arah.5. Sarkina, berbentuk bulat terdiri atas 8 sel yang tersusun dalam bentuk kubus sebagai hasil pembelahan sel ketiga arah, contohnya Sarcia sp.6. Stafilokokus, berbentuk bulat, tersusun seperti kelompok buah anggur sebagai hasil pembelahan sel ke segala arah.

c) Bentuk Spiral

Di bagi menjadi:1. Koma (vibrio); berbentuk lengkungan kurang dari setengah lingkaran, contoh nya Vibrio coma, penyebab penyakit kolera.2. Spiral; berupa lengkunagn lebih dari setengah lingkaran , contohnya Spirillium minor yang menyebabkan demam dengan perantara gigitan tikus atau hewanpengerat lainnya.3. Spiroooseta; berupa spiral yang halus dan lentur, contohnya Treponema pallisum, penyebab penyakit sifilis.

Bentuk – bentuk bakteri

Berdasarkan cara hidupnya , bakteri dapat dibedakan menjadi bakteri heterotrof dan autotrof.a) Bakteri heterotrof.

Bakteri kelompok ini tidak berklorofil, sangat bergantung pada bahan organic yang ada disekitar tubuhnya, karena bakteri tesbut tidak dapat mengubah baha anorganik menjadi bahan organic. Bakteri heterotrof di badakan menjadi:1. Bakteri parasitMendapatkan makanan dari organism lain yang ditumpanginya (inang) contohnya family spirochaetaceae (parasit dalam usus moluska bercangkang dua).

2. Bakteri saprofit (saprobakter)Bakteri saprofit adalah bakteri yang kebutuhan makanannya diperoleh dari sissa – sisa makanan organism lain yang telah mati.Bakteri jenis ini merombak bahan organic menjadi bahan anorganik melalui fermentasi atau

Page 5: vampire depression

respirasi tak sempurna. Proses perombakan biasanya menghasilkan gas – gas CO2, H2, CH4 (metana), N2, H2S dan NH3.Contoh bakteri ini diantaranya adalah:a. Escherchia coli dalam keadaaan tertentu menguraikan asam semut (HCOOH) menjadi CO2 dan H2Ob. Methanobacterium omelanskii dan Methanobacterium ruminatum menguraikan asam cuka (CH3COOH) menjadi metana (CH4) dan CO2.c. Thiobacillus debitrificans menguraikan nitrat ataupun nitrit dan menghasilkan N2, sehingga menyebabkan tanah menjadi kurang subur. Proses ini dikenal sebagai proses denitrifikasi.d. Clostridium sporageus menguraikan asam amino menjadi ammonia (NH3)e. Desulfovibrio desulfuricans membusukkan bangkai serta menguraikan sulfat ditempat becek, hasilnya berupa hydrogen sulfide (H2S).

3. Bakteri pathogenBakteri pathogen adalah bakteri parasit yang menimbulkan penyakit hospes ‘ inang yang dihinggapi, contohnya sebagai berikut:

a. Parasit pada manusia:- Salmonella thypi menyebabkan penyakit tifus.- Vibrio comma menyebabkan penyakit kolera- Clostridium tetani menyebabkan penyakit tetanus.- Neisseria gonorrhoeae menyebabkan penyakit kelamin (kencing tanah).- Neisseria meningitides menyebabkan penyakit radang seplaput otak.- Pasteurella pestis menyebabkan penyakit pes (sampar)- -Mycobacterium tubercolosis menyebabkan penyakit pneumonia (radang paru – paru)- Mycobacterium leprae menyebabkan penyakit disentri.- Treponema pertenue menyebabkan penyakit patek (framboesia).

b. Parasit pada tumbuhan- Pseudomonas cattleyeae penyebab penyakit pada anggrek.- P.solanacearum penykit pada pisang.- Bacterium papaya penyebab penyakit pada papaya.

c. Parasit pada hewan ternak- Bacillus anthracis penyebab penykit pada ternak.- Mycobacterium bovis penyebab penyakit pada lembu.- M.avium penyebab penyakit penyakit pada unggas.n cara mengubah bahan anorgnik menjadi bahan organic.

4. Bakteri apatogenBakteri apatogen adalah bakteri yang tidak menimbulkan penyakit pada hospes, contoh : Eschercihia coli dan Streptomyces greseus.b) Bakteri Autotrof

Semua jenis bakteri autotrof mampu membuat makanan sendiri dengan Proses pengubahan dapat terjadi melalui dua cara, yaitu :

Page 6: vampire depression

1. Foto autotrof.Energy yang digunakan untuk menyusun bahan anorganik menjadi bahan organic adalah sinar matahari / cahaya.Golongan fotoautotrof dibagi menjadi dua, yaitu bakteri hijau dan bakteri ungu.Bakteri ijau memiliki pigmen hijau yang disebut bakteri oviridin dan bakterioklorofil.

2. Kemoautotrof.Bakteri ini memperoleh energy dari bahan bahan kimia untuk menyusun bahan organic dari bahan anorganik.Contoh :Nitrosomonas, Nitro socytis, Nitrospira dan Nitrosococcus.

8. Gram positif

Karakteristik utamanya adalah tebalnya lapisan peptidoglikan pada dinding sel. Akibatnya, pada saat prosedur pewarnaan Gram, meninggalkan warna biru. Dinding sel Gram positif biasa ditemukan pada Actinobacteria dan Firmicutes.Gram negatif

Tidak seperti dinding sel Gram positif, dinding sel Gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan yang tipis. Hal ini menyebabkan lunturnya warna biru/merah muda saat disiram etanol. owhowh

9. Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri. Dalam sel inang, virus merupakan parasit obligat dan di luar inangnya menjadi tak berdaya. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus menyandi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang dibutuhkan dalam daur hidupnya.

10. karakteristik fungi: - eukaryot: inti punya membran dan kromosom. punya membran sitoplasma, DNA tidak punya kode tepat, ribosom, karbihidrat , hidrogen-hypha : berseptum(peniccillum sp.), tek berseptum (Rhizopus sp.)- multiseluler dan uniseluler- tedak berklorofil(saprofit, symbiose)-pseodophyta- dinding sel dari glucans dan khitin- dinding sel tidak mengandung selulosa- tidak dapat bergerak

11.fungi yang merupakan mikroba : - myxomycetes-phycomycetes-Ascomycetes

Page 7: vampire depression

12. Protozoa biasanya berkisar 10-50 μm, tetapi dapat tumbuh sampai 1 mm, dan mudah dilihat di bawah mikroskop. Mereka bergerak di sekitar dengan cambuk seperti ekor disebut flagela. Mereka sebelumnya jatuh di bawah keluarga Protista. Lebih dari 30.000 jenis telah ditemukan. Protozoa terdapat di seluruh lingkungan berair dan tanah, menduduki berbagai tingkat trophic. Sebagai predator, mereka memangsa uniseluler atau berserabut ganggang, bakteri, dan microfungi. Protozoa memainkan peran baik sebagai herbivora dan konsumen di decomposer link dari rantai makanan. Protozoa juga memainkan peranan penting dalam mengendalikan populasi bakteri dan biomas. Protozoa dapat menyerap makanan melalui membran sel mereka, beberapa, misalnya amoebas, mengelilingi dan menelan makanan itu, dan yang lain lagi memiliki bukaan atau "mulut pori-pori" ke mana mereka menyapu makanan. Semua protozoa yang mencerna makanan di perut mereka seperti kompartemen disebut vakuola.

ciri ciri:-unicelluler-eukaryot-terdapat fase parasit dalam fase hidupnya- mempunyai beberapa alat gerak-mempunyai inti mikro dan akro-membiak dengan membelah diri atau mebentuk spora, dan kista

13. solasi mikroba dilakukan terhadap mikroorganismedari bagian kulit luar buah nenas, jeruk dan pala. Buahjeruk dan nenas didiamkan selama 7 hari sedangkanbuah pala selama 1-3 minggu pada kondisi yang lem-bab. Teknik isolasi yang dilakukan meliputi metode pe-mupukan, metode gores kuadran dan gores langsung.Isolât yang ingin diperoleh dari tahapan ini adalah isolâtkapang dan kamir, oleh karena itu media yang diguna-kan untuk isolasi adalah media PDA yang telah diasam-kan hingga pH 3,5 (APDA). Untuk pemeliharaan kulturselanjutnya digunakan media PDA untuk mengisolasi E.colli dari tubuh ikan tersebut

14. pada fase pertumbuhan harus direkayasa sehingga dapat memperpanjang masa simpan hasil perikanan, karena dalam fase itu mikroba akan terus tumbuh dan berkembang biak dengan kecukupan nutrien yang ada sehingga dari mikroba tersebut terdapat pakan ikan yang lebih banyak adan dapat terus diberikan selaa fase pertumbuhan mikroba tersebut.

15. Kecepatan sel membelah diri paling cepat terdapat pada fase pertumbuhan logaritma atau pertumbuhan eksponensial, dengan waktu generasi pendek dan konstan. Selama fase logaritma, metabolisme sel paling aktif, sintesis bahan sel sangat cepat dengan jumlah konstan sampai nutrien habis atau terjadinya penimbunan hasil metabolisme yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan. Selanjutnya pada fase pertumbuhan yang mulai terhambat, kecepatan pembelahan sel berkurang dan jumlah sel yang mati mulai bertambah. Pada fase stasioner maksimum jumlah sel yang mati semakin meningkat sampai terjadi jumlah sel hidup hasil pembelahan sama dengan jumlah sel yang mati, sehingga jumlah sel hidup konstan, sehingga yang paling menguntungkan adalah pada fase logaritma yang menyebabkan bakteri tumbuh dengan pesat. Posted by vampire depression at 17:49 0 comments

Page 8: vampire depression

mungkin jurnal

belum lulus mabim neh...

Pemanfaatan Limbah Sawit untuk Bahan Pakan Ikan(A. Hadadi, Herry, Setyorini, A.Surahman, E. Ridwan)11PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT UNTUK BAHAN PAKAN IKANA. Hadadi, Herry, Setyorini, A.Surahman, E. RidwanAbstrakDewasa ini permintaan terhadap produksi perikanan budidaya guna memenuhi gizi masyarakatsemakin meningkat. Konsumsi ikan penduduk Indonesia dari tahun ke tahun mengalami kenaikan sekitar4,6% pada tanuh 2003. Disamping itu, adanya wabah flu burung pada unggas pada tahun 2006 menjadikanikan sebagai sumber protein hewani yang cukup aman dikonsumsi. Kenaikan konsumsi ikan oleh masyarakattersebut berpengaruh sangat besar terhadap kenaikan produksi ikan mengingat Indonesia memiliki jumlahpenduduk yang sangat besar. Dengan meningkatnya produksi ikan terutama ikan budidaya maka secaraotomatis akan terjadi kenaikan permintaan pakan.Untuk menghasilkan pakan yang bermutu maka ketersediaan bahan baku harus tetap terjaga secarakualitas dan kuantitas. Disamping itu, bahan baku ini harus mudah diperoleh, tidak bersaing dengankebutuhan manusia, ekonomis dan tersedia sepanjang waktu.Limbah dan hasil ikutan industri pertanian seperti Bungkil kelapa sawit (BKS) merupakan sumber bakupakan yang cukup banyak tersedia di Indonesia. BKS dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku pakandengan berbagai perlakuan agar dapat dimanfaatkan oleh ikan.Ada dua teknik yang diujicoba dalam perekayasaan ini, yaitu fermentasi BKS aplikasi pada ikan niladengan tiga pelakuan pakan A (30% BKS fermentasi); pakan B (30% BKS); pakan C (30% bungkil kedelai)dan kultur maggot dari BKS aplikasi pada ikan lele dumbo dengan tiga perlakuan pakan I (100% maggot);pakan II (50% maggot + 50% pakan formula lele); pakan III (100% pakan formula lele. Masing-masingperlakuan dihitung nilai Survival Rate (SR), Feed Conversion Radio (FCR), Spesific Growth Rate (SGR) danpersentase pertambahan berat badan ikan (%W).Dari hasil perekayasaan ini di dalam hasil pengujian fermentase BKS pada ikan nila untuk pakan A(SR= 68,8%; FCR= 2,76 ; 7,02% ; %W=138%); pakan B (sr=72,10% ; FCR= 2,19 ; SGR= 7,49% ; %W=179%); pakan C (SR=77,03% ; FCR= 1,82 ; SGR= 7,83% ; %W= 222%). Sedangkan hasil pengujian

Page 9: vampire depression

maggot pada ikan lele dumbo pakan I (SR= 82,38% ; FCR= 1,62 ; SGR= 18,22% ; %W= 319,89%); pakanII (SR= 77,50% ; FCR= 1,16 ; SGR= 18,46% ; %W= 335,09%); pakan II (SR= 63,70% ; FCR= 1,16 ;SGR= 18,46% ; %W= 335,09%) ; pakan III (SR= 63,70% ; FCR= 1,42 ; SGR= 18,08% ; %W= 261,25%).Pengujian ikan nila yang beri formulasi paka B relatif lebih baik dari pakan C bila dilihat nilai SR, FCR,SGR, %, tetapi masih lebih kecil dari pakan C yang digunakan sebagai kontrol. Namun perekayasaan inisudah mengindikasi bahwa BKS dapat dijadikan sebagai bahan baku pakan ikan. Pengujian ikan lele dumboyang diberi pakan II mempunyai FCR lebih baik dibandingkan dengan pakan I dan III. Hal ini menunjukanbahwa pemberian pakan campuran antara maggot 50% dengan pakan formulasi mempunyai pengaruh yangpositif.PENDAHULUANLatar BelakangDewasa ini permintaan terhadap produkperikanan budidaya guna memenuhi gizi masyarakatsemakin meningkat. Konsumsi ikan pendudukIndonesia pada tahun 2002-2003 mengalami kenaikansekitar 4,6%, yaitu dari 21,57 kg/kapita/tahun menjadi24,67 kg/kapita/tahun. Kenaikan ini berpengaruhsangat besar terhadap kenaikan produksi ikanmengingat Indonesia memiliki jumlah penduduk yangsangat besar. Dengan meningkatnya produksi ikanterutama ikan budidaya maka secara otomatis akanterjadi kenaikan permintaan pakan.Namun permintaan pakan yang cenderungsemakin tinggi sejalan dengan makin intensifnyakegiatan budidaya, ternyata tidak diikuti denganmeningkatnya penyediaan bahan baku, terutamatepung ikan. Produksi tepung ikan dunia dalam limatahun terakhir kecenderungannya tetap, sehinggaperlu dicari alternatif penyediaan bahan baku selaintepung ikan. Khususnya untuk di Indonesia, ternyatahampir sebagian besar bahan baku pakan berasal dariimpor, yaitu sebesar 70-80%. Terdiri dari tepungJurnal Budidaya Air Tawar Volume 4 No. 1 Mei 2007 (11-18)12ikan, bungkil kedelai dan jagung. Oleh karenanyamencari bahan baku lokal merupakan suatukemestian.Untuk menghasilkan pakan yang bermutu makaketersediaan bahan baku harus tetap terjaga secarakualitas dan kuantitas. Disamping itu, bahan baku iniharus mudah diperoleh, tidak bersaing dengankebutuhan manusia, ekonomis dan tersedia sepanjang

Page 10: vampire depression

waktu.Limbah dan hasil ikutan industri pertanianadalah sumber baku pakan yang cukup banyaktersedia. Bungkil kelapa sawit (BKS), merupakanhasil ikutan industri minyak kelapa sawit, yang telahumum dimanfaatkan sebagai sumber bahan pakan,namun bahan pakan tersebut mempunyai faktorpembatas, yaitu kandungan serat yang cukup tinggidan kualitas protein yang kurang baik, sehingga perludiolah agar lebih bermanfaat bagi pembudidaya ikan.Fermentasi oleh jamur dan biokonversi BKSmenjadi magot, merupakan salah satu pengolahanbahan pakan tersebut. Aktivitas dari jamurmemungkinkan terjadinya perombakan terhadapkomponen bahan yang sulit dicerna, sehingga terjadipeningkatan nilai manfaat dari zat-zat makananproduk pengolahan dibandingkan bahan asalnya.Demikian pula halnya dengan biokonversi menjadiproduk biologis, yang merupakan sumber proteinhewani.Trichoderma sp adalah jamur yang dapatmelakukan proses perombakan pada bahan yangberserat tinggi. Jamur ini mempunyai sifat selulolitikyaitu merombak selulosa menjadi sellubiosa yangakhirnya menjadi glukosa. Serat kasar BKS dapatdiuraikan oleh jamur Trichoderma sp, hal ini akanmerubah susunan ikatan zat-zat makanan BKS,sehingga kemungkinan akan mudah dicerna oleh ikan.Berdasarkan hasil penelitian Ng et al. (2004),BKS yang difermentasi oleh Trichoderma koningii,menghasilkan peningkatan kandungan protein kasar,yaitu dari 17% menjadi 32%. Penelitian tentangpenggunaan BKS sebagai pakan telah dilakukan olehNg dan Chen (2002) pada ikan lele, hasilnyapemberian BKS sebanyak 20% dalam pakan tidakberpengaruh negatif pada pertumbuhan. Namunpemberian 40% dengan ditambahakan asam amino Lmethionin1,2% menjadikan lambat pertumbuhannya.Hal ini mengindikasikan bahwa methionin bukansatu-satunya limiting factor asam amino esensialdalam BKS, namun perlu ada kombinasi dengan asamamino esensial lainnya.Pada tahun 2005, BBAT Sukabumi telahmelakukan rekayasa kultur magot dari BKS, hasilnyapositif magot dapat diproduksi dengan menggunakanmedia kultur BKS yang sudah difermentasi. Dariujicoba pendahuluan hampir semua ikan air tawarmenyukai magot sebagai sumber makanan. Padabenih ikan baung yang diberi pakan magot, cacingrambut dan pakan komersial menunjukkan pengaruh

Page 11: vampire depression

yang sama. Pada ikan lele dan ikan patin kombinasipemberian pakan buatan komersial dengan magotmenunjukkan pertumbuhan dan efisiensi pakan yangterbaik dibandingkan dengan pemberian magot ataupakan buatan komersial saja.Berdasarkan dari permasalahan dan hasil ujicobasebelumnya, maka akan dilakukan perekayasaanpemberian BKS dan BKS fermentasi padapembesaran ikan nila serta pemberian magot sebagaipakan dalam usaha pembesaran ikan lele dumbo.Dari hasil rekayasa ini diharapkan akan diperolehpakan yang murah guna mendukung usaha budidayaikan nila dan lele dumbo.TujuanKegiatan ini bertujuan untuk menghasilkanpakan murah dari bahan baku limbah sawit gunamendukung dalam usaha pembesaran ikan nila danikan lele dumbo.Pemanfaatan Limbah Sawit untuk Bahan Pakan Ikan(A. Hadadi, Herry, Setyorini, A.Surahman, E. Ridwan)13TargetDiperoleh teknologi tepat guna dalampenyediaan pakan ikan dengan menggunakan bahanbaku lokal, sehingga tersedia pakan yang mudahdidapat, harganya murah dan kontinyuitas terjamin.METODOLOGIWaktu dan TempatWaktu dan tempat pelaksanaan pada bulanJanuari-Desember 2006 di Balai Besar PengembanganBudidaya Air TawarBahan dan MetodeLimbah SawitLimbah sawit yang dimaksud adalah bungkilkelapa sawit (BKS) yang merupakan hasil ikutan ataulimbah dari pembutan minyak kelapa sawit.Komposisi kimianya sangat bergantung pada keadaanbuah dan biji yang digunakan dalam prosespengolahan minyak kelapa sawit. BKS inimerupakan salah satu yang biasa digunakan dalamransum untuk ternak, seperti sapi, kuda dan babi.BKS ini mudah menjadi tengik, terlebih apabila masihmengandung banyak lemak. Secara kimiawi BKS inimemiliki kandungan protein berkisar 17%, kandunganlisin dan methionin relatif rendah dibandingkandengan sumber protein nabati lainnya, serat kasartinggi dan kemungkinan sulit dicerna oleh ikan.Proses FermentasiUntuk meningkatkan kualitas BKS dilakukanproses fermentasi. Dari kegiatan ini diharapkan

Page 12: vampire depression

kandungan seratnya dapat dirombak ke dalam bentukyang lebih sederhana sehingga dapat dicerna olehikan, kandungan proteinnya dapat meningkat. Dalamproses fermentasi ini akan menggunakan sumbermikroba dan enzim fermentasi dari isi perut hewanruminansia, yaitu dari isi perut domba atau sapi.Isi perut tersebut disaring, diambil cairannyakemudian dicampur dengan bungkil sawit. Jumlahcairan bibit fermentasi sekitar 10-30%. Campuranbahan tersebut kemudian ditambahkan air agar prosespengadukannya merata dan selanjutnya dimasukkandalam tong plastik. Untuk mempertahankan suhumedia, lingkungan disekitarnya dilengkapi dengansekam padi. Selama proses fermentasi dilakukanpengecekan terhadap suhu dan pH media yangdilakukan pada awal, pekanan dan akhir prosesfermentasi. Lama proses fermentasi ini berkisar 3-4minggu.Kultur MagotMagot merupakan salah proses biokonversi, daribahan organik nabati dirubah menjadi organik hewanidengan kandungan protein cukup tinggi. Magot yangdibudidaya berasal dari larva insekta black solder,Hermetia illucens. Insekta ini banyak ditemukan daridaerah tropis hingga subtropis. Ukuran dewasa hidupditanaman rerumputan dan sari bunga sebagai sumbermakanannya.BKS fermentasi disimpan dalam wadah jolang,fibre glas atau bak semen, ditebar secara merata.Dalam tempo seminggu biasanya sudah ditemukanlarva magot. Larva tersebut bisa dipelihara dalamwadah sebelumnya atau dikumpulkan untuk dipeliharadalam wadah lain, dengan setiap hari diberi makananberupa BKS fermentasi. Magot usia 10-14 hari sudahbisa dipanen. Caranya dengan cara memisahkanmagot dari substrat, kemudian dicuci. Magot ini bisadilangsung diberikan ke ikan sebagai pakan,disimpan dalam freezer atau dibuatkan dalam bentuktepung.Ikan UjiIkan uji yang digunakan untuk mencoba pakandengan munggunakan BKS dan BKS fermentasiadalah ikan nila. Ikan ini berasal dari ikan yangdikembangkan di masyarakat. Ukuran awal ikan nilaberkisar 20-50 g/ekor. Sedangkan untuk mengujiJurnal Budidaya Air Tawar Volume 4 No. 1 Mei 2007 (11-18)14magot sebagai pakan digunakan ikan lele dumbo,dengan ukuran awal 10-20 g/ekor. Asal benih untukikan nila dan lele dumbo berasal dari para

Page 13: vampire depression

pembuidaya yang berkembang di masyarakat, denganmaksud agar secara genetis tidak ada perbedaan antaraikan uji dengan ikan yang dikembangan oleh parapembudidaya sehingga hanya faktor pakan saja yangjadi bahan kajian.Formula Pakan Untuk Ikan Niladan Proses PengujiannyaAda tiga formula pakan yang akan diuji padapembudidayaan ikan nila, yaitu sebagai berikut :Tabel 1. Formula Pakan untuk Ikan NilaBAHAN BAKU PERLAKUAN PAKAN (%)A (BKSf) B (BKS) C (BK)Tepung ikan 20 20 20Tepung kedelai 0 0 30Tepung BKSf 30 0 0Tepung BKS 0 30 0Tepung dedak 22,5 22,5 22,5Tapioka/sagu 15 15 15Minyak ikan 2 2 2Minyak sawit 4 4 4Vitamin mix 2,5 2,5 2,5Mineral mix 4 4 4Harga per kg (Rp) 3190,- 3160,- 4240,-BKSf = Bungkil kelapa sawit fermentasiBKS = Bungkil kelapa sawitBK = Bungkil KedelaiProsedur pembuatan pakan sebagai berikut :�� Bahan pakan ditimbang sesuai dengan formula,kemudian diproses dengan menggunakan mesinuntuk dijadikan pelet�� Pakan yang sudah berbentuk pelet dikemas agartidak mudah rusak dan tidak terkontaminasi.�� Pakan selanjutnya dilakukan analisa proksimatdi laboratoriumPengujian pakan dilakukan di kolam kerambajaring apung Cirata, dengan prosedur sebagai berikut:�� Menyiapkan wadah berupa jaring ukuran (6 x 6x 3)m sebanyak 6 buah. Tiap wadah diisi ikannila hitam sebanyak 50 kg dengan jumlah ekorkurang lebih 1.500-2.000 ekor.�� Untuk melihat bobot dan panjang standarindividu ikan pada saat penebaran, dilakukanpengukuran dan penimbangan pada setiapwadahnya dengan cara diambil sampel sebanyak50 ekor.�� Jumlah pakan diberikan setiap hari sebanyak 5-3% dengan frekuensi pemberian 3 kali�� Pemeliharaan dilakukan selama 2-3 bulan.�� Pada akhir pengujian dilakukan pengukuranterhadap bobot ikan setiap wadah dan

Page 14: vampire depression

penghitungan jumlah ekor, serta pada setiapwadah diambil 50 ekor untuk diukur panjang danditimbang bobot individu. Jumlah pakan selamapengujian dicatat.Pemberian Magot Pada Ikan Leledan Proses PengujiannyaAda tiga jenis pakan yang akan dilakukanpengujian pada pembesaran ikan lele dumbo, yaitu :magot 100% (A); magot 50% dan pakan formula lele50% (B); dan pakan formula lele 100% (C). Setiapperlakuan akan dilakukan pengulangan sebanyak duakali.Jumlah pemberian pakan setiap harinyasebanyak 10-3%, dengan frekuensi pemberian 3 kali,yaitu pada pkl 08.00, 11.30 dan 16.00. Penyesuaianjumlah pakan dilakukan setiap 1 minggu sekalidengan menimbang ikan setiap wadahnya secarasampling sebanyak 50 ekor.Wadah pemeliharaan digunakan bak terpalplastik berukuran 7x2,5x0,5 m sebanyak 6 buah.Tiap wadah ditebar benih lele dumbo sebanyakkurang lebih 20 kg dengan jumlah sekitar 2000 ekor.Untuk menghindari adanya kanibalisme olehikan lele yang memiliki pertumbuhan cepat sehinggaukurannya lebih besar, maka pada umur 1 bulandilakukan pengecekan dan ukurannya yang lebihbesar tersebut ditangkap, dihitung dan ditimbang sertadicatat pada setiap wadahnya.Pemanfaatan Limbah Sawit untuk Bahan Pakan Ikan(A. Hadadi, Herry, Setyorini, A.Surahman, E. Ridwan)15Lama pemeliharaan hingga mencapai ukurankonsumsi diperkirakan 75 hari. Pada akhirpemeliharaan dilakukan pemanenan total, semua ikanpada setiap wadah ditimbang dan dihitung, sertadiambil 50 ekor untuk melihat bobot dan panjangindividu.Parameter UjiDalam kegiatan ini sebagai parameter uji adalah:Bobot badan ikan akan diamati setiap pekan.Sampling dilakukan terhadap 50 ekor ikan per kolam.�� Persentase penambahan berat badan ikandihitung dengan rumus:((Wt2 – Wt1) / Wt1) X 100%Wt1 : berat badan ikan di awalWt2 : berat badan ikan di akhir.�� Spesific growth rate (%) dihitung dengan rumus:SGR = (log berat badan akhir – log berat badanawal/lama hari pemeliharaan x 100)�� Survival rate (SR) dihitung dengan rumus:

Page 15: vampire depression

SR = N/No x 100%N : jumlah ikan pada akhir ujiNo : jumlah pada awal uji�� Feed conversion ratio (FCR) :ΣFt1,2 / (Wt2 – Wt1)ΣFt1,2 adalah jumlah pakan yang diberikanselama masa pemeliharaan�� Data kualitas air : Sebagai data tambahan,kualitas air selama pemeliharaan ikan akandicatat, yaitu pada awal, pertengahan dan akhir.Parameter yang diamati adalah suhu, oksigen,pH, CO2, Alkalinitas dan NH3.HASIL DAN PEMBAHASANHasil pengujian pakan dengan formula pakandari limbah sawit pada ikan nila yang dipeliharadalam keramba jaring apung (KJA) selama 60 haridisajikan pada Tabel 2. Hasil analisa proksimat padalimbah sawit, limbah sawit fermentasi dan pakandalam bentuk pelet disajikan pada Tabel 3.Hasil pengujian pemberian magot dan pelet padaikan lele dumbo disajikan pada Tabel 4 dan hasilpemantauan kualitas air pada media pemeliharaanikan nila dan lele dumbo disajikan pada Tabel 5 dan 6.Rekayasa pemberian pakan denganmenggunakan bahan baku lokal berbasis limbahbungkil sawit pada pembesaran ikan nila di KJA,menunjukkan hasil sebagai berikut: ikan nila yangdiberi pakan pelet dengan bahan baku basis bungkilkelapa sawit (BKS) relatif lebih baik dibandingkanikan nila yang diberi pelet bahan baku berbasisbungkil kelapa sawit fermentasi (BKSf), baik dari segiderajat kelangsungan hidup, rasio konvesi pakan, lajupertumbuhan spsesifik dan persentase penambahanbobot total. Namun apabila dibandingkan dengankontrol yaitu pakan dengan berbasis bahan bakubungkil kedelai (BK) kedua jenis pakan jauh lebihrendah (Tabel 2).Perekayasaan ini sudah mengindikasikan bahwalimbah bungkil sawit dapat dijadikan sebagai bahanbaku untuk untuk pakan ikan. Hal ini terlihat dariadanya peningkatan pertumbuhan dan memberikanFCR sebesar 2,19 pada ikan nila yang diberi pakanBKS. Selain itu harga pakan jauh lebih murahdibanding dengan pakan dengan menggunakan bahanbaku bungkil kedelai. Harga pakan per kg untukpakan BKS sebesar Rp 3160,-, BKSf Rp 3190,- danBK Rp 4240,-.Dari hasil analisis proksimat (Tabel 3)kandungan protein bungkil sawit fermentasimenunjukkan sebesar 22,76%, bungkil sawit tanpa

Page 16: vampire depression

fermentasi 17,45%, bungkil kedelai 43,5%.Sedangkan kandungan protein sudah dlalam bnetukpeletnya adalah sebagai berikut : BKSf 23,85%, BKS22,18% dan BK 29,34%. Dari kandungan protein initerlihat bahwa bungkil kedelai demikian pula halnyapelet yang berbasis bungkil kedelai merupakan yangtertinggi sehingga wajar akan memberikanpertumbuhan dan FCR yang paling baik terhadappertumbuhan ikan nila, karena yang menopang untukJurnal Budidaya Air Tawar Volume 4 No. 1 Mei 2007 (11-18)16pertumbuhan sangat bergantung pada kandunganprotein pakan. Bungkil sawit fermentasi danBKSfnya kandungan proteinnya lebih baikdibandingkan dengan bungkil sawit tanpa fermentasidan BKS, namun terhadap pertumbuhan ikan nilaternyata yang lebih baik adalah ikan nila yang diberipakan BKS. Hal ini dimungkinkan karena proteindalam BKSf walaupun tinggi namun sudahterhidrolisis pada proses fermentasi sehingga proteinyang tinggi ini tidak cukup signifikan berpengaruhterhadap pertumbuhan, karena proteinnyakemungkinan kurang tercerna oleh ikan.Tabel 2. Hasil Pengujian Pakan Limbah Sawit pada Ikan Nila di KJA selama 60 hariTANAM PANENJENIS PAKAN BOBOT(Kg)JUMLAH(ekor)BOBOT(Kg)JUMLAH(ekor)BOBOTPAKAN(Kg)SR (%)FCR SGR (%) % WBKS1 50 1500 140 1190 197.5 79.33 2.19 7.50 180.00BKS2 50 1500 139 973 195 64.87 2.19 7.48 178.00BS rata-rata 50 1500 139.5 1081.5 196.25 72.10 2.19 0.0749 179.00BK1 50 1500 176 1161 210 77.40 1.67 8.06 252.00BK2 50 1500 146 1150 190 76.67 1.98 7.61 192.00BK rata-rata 50 1500 161 1155.5 200 77.03 1.82 0.0783 222.00BKSf1 50 1500 105 777 175 51.80 3.18 6.68 110.00BKSf2 50 1500 133 1287 195 85.80 2.35 7.36 166.00BSf rata-rata 50 1500 119 1032 185 68.80 2.76 0.0702 138.00BKSf = Bungkil kelapa sawit fermentasi SR = Survival RateBKS = Bungkil kelapa sawit FCR = Feed Consumption RatioBK = Bungkil Kedelai SGR = Specific Growth Rate

Page 17: vampire depression

Tabel 3. Hasil Analisa Proksimat Limbah Bungkil Sawit, Magot dan Pelet untuk Kegiatan PerekayasaanKANDUNGAN PROKSIMAT (%)BAHAN BAKU/PELETAIR ABU PROTEIN LEMAK SERAT BETNBungkil sawit fermentasi 1.13 10.18 22,51 2.25 20.80 43.13Pelet BKSf 12.01 23.66 20,99 11.75 8.24 23.35Bungkil sawit 8.75 7.32 15.93 19.66 8.89 39.45Pelet BKS 3.25 9.77 21.46 8.83 8.25 48.44Pelet BK 8.96 13.83 26.71 8.92 9.20 32.38Tepung Magot 11.10 14.30 40.01 14.92 19.53 0.14Dalam bobot kering (kandungan air 0%)Bungkil sawit fermentasi 0 10.30 22.76 2.28 21.04 43.62Pelet BKSf 0 26.88 23.85 13.35 9.36 26.56Bungkil sawit 0 8.02 17.45 21.55 9.74 43.24Pelet BKS 0 10.10 22.18 9.13 8.53 50.06Pelet BK 0 15.19 29.34 9.80 10.10 35.57Tepung Magot 0 16.09 45.01 16.78 21.97 0.15Pemanfaatan Limbah Sawit untuk Bahan Pakan Ikan(A. Hadadi, Herry, Setyorini, A.Surahman, E. Ridwan)17Tabel 4. Pemberian Magot dan Pakan Buatan pada Ikan Lele Dumboselama 2 Bulan (60 Hari) dalam Kolam Terpal Plastik (20 m2)TANAM PANEN Σ PAKAN (G)MINGGUGRAM EKOR GRAM EKOR MAGGOT(GRAM)PELLET(GRAM)SR(%)FCRSGR(%)% WMagot 1 17100 2000 77100 1695 90600 0 84.75 1.51 18.34 350.88Magot 2 18000 2000 70000 1600 90100 0 80.00 1.73 18.10 288.89rata-rata 17550 2000 73550 1647.5 90350 0 82.38 1.62 18.22 319.89M + P 1 19000 2000 83000 1500 37500 37500 75.00 1.17 18.44 336.84M + P 2 19500 2000 84500 1600 37050 37050 80.00 1.14 18.47 333.33rata-rata 19250 2000 83750 1550 37275 37275 77.50 1.16 18.46 335.09Pelet 1 20000 2000 62200 1047 0 70850 52.35 1.68 17.75 211.00Pelet 2 20000 2000 82300 1501 0 72250 75.05 1.16 18.40 311.50rata-rata 20000 2000 72250 1274 0 71550 63.70 1.42 18.08 261.25Keterangan : M + P = Pakan dalam bentuk magot dan pelet (50%)Hasil perekayasaan ini apabila dibandingkandengan dengan hasil penelitian Ng et al. (2004)hasilnya belum bisa menyamai. Dari hasil prosesfermentasi bungkil sawit menggunakan Trichodermasp yang dilakukan oleh Ng et al. (2004), mampu

Page 18: vampire depression

meningkatkan kandungan protein kasar dari 17%menjadi 32%. Perbedaan ini kemungkinan dariproses fermentasi yang dilakukan oleh BBPBATmasih belum sempurna, sehingga untuk kedepan perludilakukan kajian dalam proses fermentasi bungkilsawit sehingga diperoleh prosedur yang standardengan hasil yang maksimal.Dari hasil perekayasaan pemberian magot,dibandingkan dengan pelet dan campuran magot danpelet (Tabel 4) menunjukkan bahwa ikan lele dumboyang diberi pakan campuran magot dan pelet, masingmasing50% jauh lebih baik pertumbuhan dan FCRdibanding dengan magot atau pelet saja. Selanjutnyadiikuti oleh ikan yang diberi pelet dibanding denganmagot saja. Adapun pelet yang digunakan adalahpakan komersial dengan kandungan protein diatas35%, yaitu pakan udang windu.Pengaruh positif pemberian kombinasi magotdan pelet terhadap pertumbuhan dan FCR pada ikanlele dumbo, diduga oleh peran enzim pencernaanyang terdapat dalam magot sehingg protein pakanakan semakin mudah dicerna dan diserap oleh tubuhikan yang selanjutnya akan berdampak terhadapcepatnya pada pertumbuhan dan pakan akan semakinefisien. Kemungkinan lain akan semakin lengkapnyakomposisi asam amino esensial antara yang ada dalampelet dengan magot sehingga saling sinergi sehinggaberdampak positif terhadap pertumbuhan dan FCR.Hasil pengukuran kualitas air (Tabel 5 dan 6) diKJA untuk pemeliharaan ikan nila dan lele dumbo,mengindikasikan bahwa parameter kualitas air di KJAterutama pada bagian permukaan airnya masih dalambatas toleransi untuk pemeliharaan ikan nila. Adapunkualitas air pada pemeliharaan ikan lele dumbomengindikasikan bahwa ikan lele dumbo mempunyaitoleransi cukup tinggi pada perairan walaupunkandungan oksigen rendah dan kandungan amoniaktinggi ternyata bisa tumbuh dan hidup normal.Jurnal Budidaya Air Tawar Volume 4 No. 1 Mei 2007 (11-18)18Tabel 5. Data Kualitas Air selama Pemeliharaan Ikan Nila di KJAP A R A M E T E RWAKTU PENGAMATANSUHU( °C )PHO2(mg/l)CO2(mg/l)

Page 19: vampire depression

ALKALINITAS(mg/l)NH3(mg/l)NO2(mg/l)Awal :(d=0 m) 29 6,5 4,2 26,07 64,84 0,12 0,006(d= 6m) 29 7 2,52 21,73 96,06 0,21 0,027Akhir(d=0 m) 27,5 7 6,7 20,07 67,05 0,11 0,019(d= 6m) 27 7 1,66 21,73 86,45 0,14 0,022Baku mutu 25-30 6,5-8,5 > 4 < 12 50-300 < 1 < 0,06Keterangan : d = kedalamanTabel 6. Hasil Pengukuran Kualitas Air dalam Wadah Uji Pakan Lele Dumbo dalam Kolam Terpal PlastikPARAMETERJAM STASIUN SUHU(°C )PHO2(mg/l)CO2(mg/l)ALK(mg/l)NH3(mg/l)NO2(mg/l)25.4 7.50 4.15 24.60 112.50 0.96 0.17408.00 Bak terpal 24.8 7.17 1.91 13.70 81.04 0.70 0.10424.0 6.7 0.7 11.0 49,79 2.6 0.2Rataan 24.73 7,12 2,25 16,43 81.11 1.42 0,159Baku mutu 25-30 6,5-8,5 > 4 < 12 50-300 < 1 < 0,06KESIMPULAN DAN SARANDari hasil kegiatan ini dapat disimpulkan sebagaiberikut :�� Pakan dengan bahan baku limbah sawit dapatdigunakan untuk pembesaran ikan nila,walaupun dari segi efektifitasnya masih kalahdibandingkan dengan pakan denganmenggunakan basis bahan baku bungkil kedelai.Namun dari segi harga pakan ini jauh lebihmurah sehingga dapat dijadikan sebagai pakanalternatif.�� Proses fermentasi limbah bungkil sawit mampumeningkatkan kandungan protein kasar dari17,45% menjadi 22,76%. Namun peningkatanprotein ini tidak menjadi otomatis berdampakterhadap memcu pertumbuhan pada ikan nilayang diberi pakan dengan bahan baku bungkil

Page 20: vampire depression

sawit fermentasi.�� Pemberian kombinasi magot dan pelet masingmasing50% memberikan pengaruh yang terbaikpada pertumbuhan dan rasio konversi pakanpada pembesaran ikan lele dumbo yangdipelihara selama 2 bulan.Sebagai saran adalah sebagai berikut :�� Perlu dilakukan perekayasaan guna sempurnanyaproses fermentasi limbah bungkil sawit sehinggaakan diperoleh kandungan protein yangmaksimal dan bahan tersebut dapat dicerna olehikan.�� Untuk pembesaran ikan lele dumbo agardiperoleh pertumbuhan dan FCR yang maksimaldisarankan diberi pakan kombinasi antara peletdan magot masing-masing 50%.DAFTAR PUSTAKANg, W.K. and Chen, M.L. 2002. Replacement ofsoybean meal with palm kernel meal in practical dietsfor hybrids Asian-Africancatfish. Aquaculture 12:67-76Ng et al. 2004. Researching the use of palm kernel cakein aquaculture feeds. Fish Nutrition Laboratory,Universiti Sains Malaysia. Penang. Posted by vampire depression at 02:33 0 comments Newer Posts Older Posts Home Subscribe to: Posts (Atom)

tomodachi link

dirgandini

Perambatan Suara dan Jenis-jenis Gelombang Suara

7 hours ago

Yuda Marine Science

Suara ( Single Beam )

18 hours ago

nadyanovianti

Page 22: vampire depression

About Me

deri Novita d Gozaru 230210090076 vampire

View my complete profile

 

makalah mikrobiologi

MAKALAH MIKROBIOLOGI

IDENTIFIKASI MIKROBA BERDASARKAN SIFAT GENETIKA

Disusun Oleh:

Kelompok 6

(gelombang 2 praktikum mikrobiologi)

Page 23: vampire depression

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

JATINANGOR

2010

TIM PENYUSUN:

Kelompok 6

(gelombang 2 praktikum mikrobiologi)

1. Firdaus Nuzula (230210090078)

2. Deri Novita (230210090076)

3. M. Ihsan Hambali (230210090075)

4. Ahmad Deniza D.P. (230210090077)

Page 24: vampire depression
Page 25: vampire depression
Page 26: vampire depression
Page 27: vampire depression

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas rahmat dan hidayah-Nya yang dilimpahkan kepada kami untuk

menyelesaikan makalah tentang identifikasi mikroba berdasarkan sifat

genetika ini dan akhirnya dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Tiada gading yang tak retak. Kami menyadari bahwa makalah ini

sangatlah jauh dari sempurna, hal ini tidak lepas dari kurangnya

pengetahuan serta pengalaman dari tim penyusun. Untuk itu kami dengan

terbuka menerima segala kritik dan saran.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan

menambah wawasan bagi kita semua khususnya bagi teman-teman

mahasiswa program studi Ilmu kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Universitas Padjadjaran.

Tim,,Penyusun

Page 28: vampire depression
Page 29: vampire depression

DAFTAR ISI

TIM PENYUSUN 2

KATA PENGANTAR 3

DAFTAR ISI 4

BAB I : PENDAHULUAN 5

1.1LatarBelakang............................................................ 5

1.2TujuanPenulisan .........................................................5

BABII: TINJAUANPUSTAKA.............................................................6

2.1PengertianGenetika......................................................6

2.2GenetikaPadaMikroba...................................................7

BABIII: PEMBAHASAN.....................................................................9

3.1KeterkaitanSifatGenetik................................................9

3.2IndentifikasiMikroba.....................................................10

KESIMPULAN................................................................................15

DAFTAR,,PUSTAKA..........................................................................16

Page 30: vampire depression
Page 31: vampire depression

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Ada yang dengan singkat mengatakan, genetika adalah ilmu

tentang gen. Nama "genetika" diperkenalkan oleh William Bateson pada

suatu surat pribadi kepada Adam Chadwick dan ia menggunakannya pada

Konferensi Internasional tentang Genetika ke-3 pada tahun 1906.

Genetika atau gen ialah layaknya sebuah sediaan data pada fisiologi

manusia. Perbedaan fisik manusia yg hidup di timur dan barat adalah

karena gen yang dimiliki berbeda. Oleh karena itu, gen memegang peran

penting untuk sebuah keturunan.

Lalu ditulisnya makalah ini adalah sebagai bahan belajaran bagi

kami khususnya tim penyusun dan umumnya untuk mahasiswa Ilmu

Kelautan dan juga untuk memenuhi tugas yang telah diberikan.

1.2 Tujuan Penulisan

Tulisan ini dibuat antara lain sebagai bahan belajaran bagi mahasiswa

Ilmu Kelautan dan juga untuk memenuhi tugas yang telah diberikan

kepada kami.

BAB II

Page 32: vampire depression

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Genetika

Genetika (dari bahasa Yunani γέννω atau genno yang berarti

"melahirkan") merupakan cabang biologi yang penting saat ini. Ilmu ini

mempelajari berbagai aspek yang menyangkut pewarisan sifat dan variasi

sifat pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion). Ada

pula yang dengan singkat mengatakan, genetika adalah ilmu tentang gen.

Nama "genetika" diperkenalkan oleh William Bateson pada suatu surat

pribadi kepada Adam Chadwick dan ia menggunakannya pada Konferensi

Internasional tentang Genetika ke-3 pada tahun 1906.

Meskipun orang biasanya menetapkan genetika dimulai dengan

ditemukannya kembali naskah artikel yang ditulis Gregor Mendel pada

tahun 1900, sebetulnya kajian genetika sudah dikenal sejak masa

prasejarah, seperti domestikasi dan pengembangan trah-trah murni

(pemuliaan) ternak dan tanaman. Orang juga sudah mengenal efek

persilangan dan perkawinan sekerabat serta membuat sejumlah prosedur

dan peraturan mengenai hal tersebut sejak sebelum genetika berdiri

sebagai ilmu yang mandiri. Silsilah tentang penyakit pada keluarga,

misalnya, sudah dikaji orang sebelum itu. Kala itu, kajian semacam ini

disebut "ilmu pewarisan" atau hereditas.

2.2 Genetika Pada Mikroba

Penelaahan tentang genetika pertama kali dilakukan oleh seorang

ahli botani bangsa Austria, Gregor Mendel pada tanaman kacang

polongnya. Pada tahun 1860-an ia menyilangkan galur-galur kacang

polong dan mempelajari akibat-akibatnya. Hasilnya antara lain terjadi

perubahan-perubahan pada warna,bentuk, ukuran, dan siat-sifat lain dari

Page 33: vampire depression

kacang polong tersebut.penelitian inilah ia mengembangkan hukum-

hukum dasar kebakaan. Hukum kebakaan berlaku umum bagi semua

bentuk kehidupan. Hukum-hukum mendel berlaku manusia dan juga

organisme percobaan dahulu amat populer dalam genetika, yakni lalat

buah Drosophila. Namun sekarang, percobaan-percobaan ilmu kebakaan

dengan menggunakan bakteri Escherichia coli. Bakteri ini di pilih karena

paling mudah di pelajari pada taraf molekuler sehingga merupakan

organisme pilihan bagi banyak ahli genetika. Hal ini membantu

perkembangan bidang genetika mikroba. Jasad renik yang di pelajari

dalam bidang genetika mikroba meliputi bakteri, khamir, kapang, dan

virus.

Genetika mikrobia telah mengungkapkan bahwa gen terdiri dari

DNA, suatu pengamatan yang melekat dasar bagi biologi molekuler.

Penemuan selanjutnya dari bakteri telahmengungkapkan adanya

restriction enzymes (enzim restriksi) yang memotong DNA pada tempat

spesifik, menghasilkan fragmen potongan DNA. Plasmida diidentifikasikan

sebagai elemen genetika kecil yang mampu melakukan replikasi diri pada

bakteri dan ragi. Pengenalan dari sebuah fragmen potongan DNA kedalam

suatu plasmid memungkinkan fragmen di perbanyak (teramplifikasi).

Amplifikasi regio DNA spesifik dapat di capai oleh enzim bakteri

menggunakan polymerase chain reaction (PCR) atau metode amplifikasi

nukleotida berdasar enzim yang lain (misalnya amplifikasi berdasar

transkripsi). DNA yang di masukkan kedalam plasmid dapat di kontrol oleh

promoter ekspresi pada bakteri yang mengamati protein, di ekspresi pada

tingkat tinggi. Genetika bakteri mendasari perkembangan rekayasa

genetika, suatu teknologi yang bertanggung jawab terhadap

perkembangan di bidang kedokteran.

Page 34: vampire depression
Page 35: vampire depression

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Keterkaitan Sifat Genetik

Metode klasifikasi yang paling cermat adalah keterkaitan sifat

genetika anta organisme. Metode ini paling obyektif dan didasarkan pada

DNA. Pada tahun 1960, cabang ilmu yang disebut biologi molekuler

menggunakan teknik untuk melihat kesamaan DNA antar organisme. Pada

mulanya kesamaan yang dibadingkan hanyalah % mol G + C saja.

Organisme yang berkaitan erat memiliki % G +C yang sama, sebaliknya

organisme yang jauh berbeda memiliki nilai % G + C yang berbeda pula.

Namun demikian, organisme yang tidak berkaitan mungkin saja memiliki

% G + C yang sama. Oleh karena itu dicari metode perbandingan yang

lebih cermat dengan cara membandingkan urutan dari nukleotida. Urutan

nukleotida inilah yang merupakan ciri dasar suatu organisme.

Metode yang sering digunakan untuk melihat keterkaitan genetik adalah :

1. Homologi DNA

DNA dipanaskan sehingga terurai menjari untaian tunggal. Untaian

tunggal ini kemudian dicampur dengan organisme lainnya dan

didinginkan kembali. Bila dua organisme ini berkaitan erat maka akan

terbentuk Heterodupleks. Ini berarti untaian dari satu organisme akan

berpasangan dengan untaian dari organisme lainnya. Bila tidak ada

keterkaitan tidak akan terlihat heterodupleks. Metode ini paling

berguna dalam tingkat klasifikasi species.

2. Homologi RNA ribosom dan ribosomal RNA oligonukleotida

Page 36: vampire depression

Dua organisme dapat saja tidak erat kaitannya, tetapi masih

memperlihatkan homologi DNA. rRNA yang disandi oleh sebagian DNA

yang disebut sebagai RNA sistron. Pada bakteri ternyata rRNA cistron

ini “highly conserved” lestari. Ini berarti bahwa selama evolusi cistron

ini memperlihatkan perubahan yang lebih sedikit di badingkan dengan

bagian DNA yang lain

3.2 Identifikasi Mikroba

Bentuk yang paling dapat diandalkan identifikasi mikroba adalah DNA

sequencing. Ini cepat, akurat, dan tepat metode ini umumnya lebih

disukai di laboratorium yang membutuhkan kontrol kontaminasi ketat.

Untuk laboratorium dengan cakrawala waktu yang lebih lama dan

kebutuhan kemurnian kurang ketat, fenotipik dan metode biokimia dapat

digunakan.

Mekanisme yang menunjukan bahwa sekuen nukleotida di dalam

gen menentukan sekuens asam amino pada pembentukan protein adalah

sebagai berikut:

1. Suatu enzim amino sel bakteri yang disebut enzim RNA polimerase membentuk satu rantai

oliribonukleotida (= messesnger RNA = mRNA) dari rantai DNA yang ada. Proses ini diseut

transkripsi. Jadi pada transkripsi DNA, terbentuk satu rantai RNA yang komplementer

denagan salah satu rantai double helix dari DNA.

2. Secara enzimatik asam amino akan teraktifasi dan di transfer kepada transfer kepada

transfer RNA (= tRNA yang mempunyai daptor basa yang komplementer dengan basa

mRNA di satu ujungnya dan mempunyai asam amino spesifik di ujung lainnya tiga buah basa

pada mRNA di sebut triplet basa yang lazim disebut sebagai kodon untuk suatu asam amino.

3. mRNA dan tRNA bersama-sama menuju kepermukaan ribosom kuman, dan disinilah

rantai polipeptida terbentuk sampai seluruhkodon selesai dibaca menjadi menjadi suatu

sekwen asam amino yang membentuk protein tertentu. Proses ini disebut translasi.

Page 37: vampire depression

Transposon

Transposon tidak membawa informasi genetika yang dibutuhkan untuk memasangkan

replikasi sendiri terhadap pembagian sel, sehingga perkembangbiakannya tergantung pada

penyatuan fisiknya dengan replika bakteri. Penyatuan ini dibantu oleh kemampuan

transposon untuk membentuk tiruannya sendiri, yang mungkin disisipkan dalam replika yang

sama atau mungkin disatukan pada replika lainnya. Spesifisitas dari rangkaian pada bagian

sisipan biasanya rendah, sehingga transposon kadang cenderung menyisip dalam sistem acak.

Sebagian besar plasmida ditransfer antar sel-sel bakteri, dan penyisipan dari sebuah

transposon ke dalam suatu plasmida bisa menyebabkan penyebaran dalam sebuah populasi.

Fagus

Bakteriofagus menunjukkan cukup banyak keragaman dalam sifat dasar asam nukleat

mereka, dan perbedaan ini direfleksikan pada bentuk replikasi yang berbeda. Berbagai

strategi perkembangbiakan pada dasarnya ditunjukkan oleh fagus litik dan temperature.

Fagus litik menghasilkan banyak tiruan mereka sendiri dalam satu laju pertumbuhan tunggal.

Fagus temperatur membentuk mereka sendiri sebagai profagus, baik dengan bagian replika

yang terbentuk atau dengan membentuk replika bebas.

Pita DNA ganda dari banyak litik adalah linear dan fase pertama dari replikasinya merupakan

pembentukan DNA sirkular. Proses ini tergantung pada ujung-ujung kohesif, ekor pita

tunggal pelengkap DNA yang berhibridasi. Ligasi, pembentukan sebuah ikatan fosfodiester

antar ekornya, meningkatkan DNA sitkular yang terikat secara kovalen yang mungkin

mengalami replikasi dengan cara yang serupa dengan yang digunakan untuk replika lainnya.

Pembelahan dari lingkaran sel menghasilkan DNA linear yang terbungkus dalam lapisan

protein unuk membentuk fagus turunan.

Pita tunggal DNA dari fagus filamentus diubah menjadi sebuah bentuk replikatif pita ganda

sirkular. Sebuah pita bentuk replikatif digunakan sebagai model dalam suatu proses yang

terus menerus yang menghasilkan pita DNA. Modelnya adalah lingkaran berputar, dan pita

tunggal DNA yang dihasilkan terbelah dan terbungkus protein untuk pengelupasan

ekstraseluler.

Page 38: vampire depression

Ditunjukkan diantara pita tunggal RNA, fagus merupakan partikel ekstraseluler terkecil yang

mengandung informasi untuk membantu replikasi diri mereka sendiri. RNA dari fagus MS2

misalnya, berisi (kurang dari 4000 nukleotida) tiga gen yang bias berlaku seperti mRNA yang

mengikuti infeksi. Satu gen mewakili protein pelindung dan yang lain mewakili polimerase

RNA yang menghasilkan bentuk replikatif adalah inti partikel infeksi baru. Mekanisme

perkembangbiakan retrovirus, virus-virus RNA hewan yang menggunakan RNA sebagai

model untuk sintesis DNA.

Beberapa bakteriofagus sederhana yang dicontohkan oleh fagus P1 E. coli dapat dibentuk

pada tahap profagus sebagai plasmida. Pita ganda DNA dari bakteriofagus sederhana lainnya

terbentuk sebagai profagus melalui penyisipannya dalam kromosom induk. Tempat

penyisipannya mungkin cukup spesifik, seperti yang dicontohkan oleh penyatuan fagus E.

coli pada lokus int. tunggal pada kromosom bakteri.

Ekstraksi Genom DNA

Genom DNA V. parahaemolyticus diekstraksi dengan metoda Boil Cell Extraction (BCE).

Sejumlah 1 ml kultur dipindahkan kedalam tabung eppendorf, lalu disentrifus pada 10.000

rpm selama 5 menit, supernatan dibuang, endapan disuspensikan dalam 1 ml aquadest steril

lalu divorteks. Panaskan dalam air mendidih selama 10 menit. Selanjutnya diinkubasi 10

menit dalam oC kemudian lemari pendingin dengan suhu -20disentrifus pada 10.000 rpm

selama 5 menit, supernatan dipindahkan kedalam eppendrof baru dan cairan ini digunakan

untuk proses PCR. Sebanyak 2µl template DNA dicampur dengan pereaksi PCR yaitu 10 x

PCR buffer PCR, 25 mM MgCl , Primer 1 Primer 2, 10 mM dNTPS (Deoksi 2 dan enzim

Taq Polymerase Nukleotida Trifosfat)Di dalam eppendorf 0,2ml. Mesin PCR telah diprogram

masing masing sebagai berikut: 0 0C (5 menit), denaturasi 94 C (1 predenaturasi 960menit),

annealing (Pengikatan) pada 63C (1,5 0menit), extension (pemanjangan) 72C (1,5 menit) 0C

(7 menit). elongation (pemanjangan akhir) 72Semua proses berjalan selama 20 siklus.

Elektroforesa

Teknik elektroforesa dilakukan pada gel agarosa 1.2% menggunakan TBE 1x pada tegangan

150 Volt selama 5 menit, kemudian dilanjutkan pada tegangan 80 Volt selama 50 menit

untuk mengidentifikasi gen toxR pada campuran setelah proses PCR selesai. Untuk

memudahkan pengamatan, gel diwarnai dengan 0.5 µg/ml larutan editium bromida selama 5-

Page 39: vampire depression

10 menit dan dilihat gambarannya dengan DNA Gel Documentation System. Pada photo

dapat dilihat pola pemisahan pita-pita DNA yang ukurannya diketahui melalui perbandingan

dengan ukuran pita-pita standar “1 Kb DNA ladder”, dimana ukuran pita-pita DNA V.

parahaemolyticus untuk toxR adalah 368 bp.

Gen bakteri biasanya terdapat dalam molekul DNA (asam deoksirinukleat) tunggal, meskipun

dikenal pula adanya materi genetik di luar kromosom (ekstra kromosomal), yang di sebut

plasmid, yang tersebar luas dalam populasi bakteri.

Page 40: vampire depression
Page 41: vampire depression

KESIMPULAN

Genetika mempelajari berbagai aspek yang menyangkut pewarisan

sifat dan variasi sifat pada organisme maupun suborganisme

(seperti virus dan prion).

Salah satu cara mengidentifikasi mikroba dengan sifat genetikanya.

Metode yang sering digunakan untuk melihat keterkaitan genetik

adalah homologi DNA dan homologi RNA ribosom dan ribosomal

RNA oligonukleotida.

Bentuk yang paling dapat diandalkan identifikasi mikroba adalah

DNA sequencing.

Gen bakteri biasanya terdapat dalam molekul DNA (asam

deoksirinukleat) tunggal, meskipun dikenal pula adanya materi

genetik di luar kromosom (ekstra kromosomal), yang di sebut

plasmid, yang tersebar luas dalam populasi bakteri.

Page 42: vampire depression

DAFTAR PUSTAKA

Chaitov L. & Trenev N. 1990. Probiotics: the Revolutionary

“Friendly Bacteria” Way to Vital Health and Well-Being.

United Kindom: Thorson Publication Group.

Effendi, I. 2002. Probiotics for Marine Organism Disease

Protection.Pekanbaru: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Riau.

Effendi, I. 1994. Bioteknologi Kelautan. Pekanbaru: Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

Feliatra. 2002. Implementasi dan pengembangan

bioteknologi kalutan dalam upaya optimalisasi pemanfaatan

laut Indonesia.

Makalah dalam Pengukuhan Guru Besar. Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru,

5 November 2002.