web viewuji karakteristik briket arang dari limbah buah pinus dengan perekat tepung tapioka sebagai...
TRANSCRIPT
UJI KARAKTERISTIK BRIKET ARANG DARI LIMBAH BUAH PINUS DENGAN PEREKAT TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI
BAHAN BAKAR ALTERNATIF
PROPOSAL METODE PENELITIAN
(HMKK 538)
Disusun Oleh:
NAMA : MAIDI
NIM : H1F114243
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK MESINFAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURATBANJARBARU
2016
TERIMAKASIH KEPADA
i
Rektor Universitas Lambung Mangkurat
Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc
Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Kerjasama dan Humas
Prof. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc
Kepala Prodi Teknik Mesin
Achmad Kusairi S, ST,. MT., MM.
Mahasiswa
Maidi
Wakil Rektor Bidang Akademik
Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni
Dr. Ir. Abrani Sulaiman, M,Sc
Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan
Dr. Hj Aslamiah, M.Pd., Ph.d
Dosen Pengampuh
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah Amd. Hyp, ST, M.Kes.
Dekan Fakultas Teknik
Dr. Ing. Yulian Firmana Arifin, ST., MT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Metode Penelitian ini
dengan judul ”UJI KARAKTERISTIK BRIKET ARANG DARI LIMBAH BUAH PINUS
DENGAN PEREKAT TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF”.
Keberhasilan dalam penyusunan Proposal Metode Penelitian ini tidak lepas dari
bantuan dan kerja sama, serta dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih
Penulis haturkan kepada :
1. Bapak Ach. Kusairi S, MM., MT. selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
2. Ibu Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd.hyp., ST., M.Kes. selaku Dosen
Pengampu 1
Proposal ini disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan mata kuliah
Metode Penelitian (HMKK 538) dan bisa menjadi pengetahuan serta pengenalan
bagi mahasiswa tentang dunia Konversi Energi.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun proposal ini masih terdapat
banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan masukan-masukan dan
saran yang sifatnya membangun. Akhirnya penulis hanya bisa berharap nantinya
proposal ini bisa bermanfaat bagi semua pihak, terutama para mahasiswa dan
saya sendiri.
Banjarbaru, 26 desember
2016
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Judul Halaman
UCAPAN TERIMAKASIH............................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.3. Batasan Masalah......................................................................... 2
1.4. Tujuan Penelitian......................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian....................................................................... 3
BAB II DASAR TEORI
2.1. Penelitian Terdahulu.................................................................. 4
2.2. Biomassa.................................................................................... 7
2.3. Pinus .......................................................................................... 7
2.4 Briket ......................................................................................... 10
2.5. Bahan Perekat............................................................................ 11
2.6. Nilai Kalor................................................................................... 13
2.7. Kadar air..................................................................................... 13
2.8. Massa jenis................................................................................ 14
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian.......................................................................... 16
3.2. Alat dan Bahan............................................................................ 16
3.3. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 17
3.4 Tahapan Penelitian..................................................................... 17
iii
3.4 Alur Pembuatan........................................................................... 18
3.4 Diagram Alir proses..................................................................... 19
3.5 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 22
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan kebudayaan manusia,
ketergantungan terhadap bahan bakar fosil seperti minyak dan gas bumi
terus meningkat. Kemajuan teknologi menyebabkan pemakaian bahan
bakar fosil tersebut menjadi suatu hal yang utama sedangkan sumber
bahan bakar fosil itu sendiri terus berkurang karena sifatnya yang tidak
mudah terbentuk. Kondisi ini sangatlah diharapkan untuk energi sumber
daya alternatif yang akan menggantikan energi yang ada (M yusuf thoha,
2010).
Salah satu sumber energi alternatif yang digunakan yaitu energi
biomassa. Energi biomassa merupakan sumber energi alternatif yang
perlu mendapat prioritas dalam pengembangannya dibandingkan dengan
sumber energi yang lain. Di sisi lain, Indonesia sebagai negara agraris
banyak menghasilkan limbah pertanian yang kurang termanfaatkan.
Limbah pertanian tersebut dapat diolah menjadi suatu bahan bakar padat
buatan yang digunakan sebagai pengganti bahan bakar alternatif yang
disebut briket bioarang. Pembuatan briket bioarang dengan perbedaan
komposisi campuran bahan (limbah pertanian) akan mempengaruhi
penyerapan kadar air, kadar abu dan kualitas nilai kalor yang dihasilkan
(Ndraha, 2010).
Kayu pinus berwarna cokelat kunig muda. Pohon pinus berbunga
dan berbuah sepanjang tahun,terutama pada bulan juli – November. Biji
yang baik kulitnya kering kecokelatan, bentuk bijinya bulat padat dan dan
tidak berkerut. Selain mengasikan kayu, pinus juga menghasikan getah
2
yang dapat di gunakan sebagai gondurukem, sabun, perekat cat dan
kosmetik (Anonym,2012).
Pohon pinus di banjarbaru terletak di jalan perhutani Mentaos
depan SMA Negeri 2 banjarbaru, wisata pulau pinus riam kanan dan
masih banyak lagi. Pinus tersebut sebagai hutan kota dan tempat wisata.
Buah dari pinus tersebut banyak berjatuhan di dekat pohon pinus, oleh
karna itu penulis berinisiatif untuk memanfaatkan buah pinus tersebut
sebagai bahan utama pembuatan briket arang dengan campuran perekat
dari tepung tapioka.
Tepung tapioka adalah tepung dari singkong. Tepung tapioka
sering digunakan sebagai perekat pada makanan dan dijadikan lem.
Selain itu tepung tapioka juga mudah di dapat dan harganya yang murah.
Briket yang di buat adalah briket dengan komposisi buah pinus yang di
campur dengan bahan perekat tepung tapioka. Bahan baku berupa buah
pinus terdapat dari jumlah yang lumayan bnyak terdapat di hutan kota
yang ada di banjarbaru.
1.2 Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang di atas, perumusan msalah yang dapat
diteliti ialah :
1. Bagamana pengaruh campuran ukuran partikel 600 micron (mesh
30),710 micron (mesh 25) dan 850 micron (mesh 20).
2. Bagaimana pengaruh jenis briket terhadap karakteristik briket.
1.3 Batasan Masalah.
Batasan masalah pada penelitian kali ini adalah antara lain sebagai
berikut :
3
1 Briket ini dengan bahan baku limbah buah pinus dan perekat tepung
tapioka.
2. Karakteristik briket arang meliputi kadar abu, kadar karbon terikat,
kadar air, dan kadar zat mudah menguap.
3. Pembuatan briket menggunakan alat pencetak hidrolik.
4. Pengeringan meggunakan sinar matahari.
5. Ukuran partikel mesh 20, mesh 25, mesh 30.
1.4 Tujuan penelitian.
Adapun tujan dari penelitian yang ingin di capai adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh campuran ukuran partikel 600 micron (mesh
30) 710 micron (25 mesh) dan 850 micron (20 mesh).
2. Mengetahui pengaruh jenis briket terhadap karakteristik briket.
1.5 Manfaat Penelitian.
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada
(pembaca) masyarakat mengenai manfaat dari limbah buah pinus yang
dianggap sampah untuk dimanfaatkan sebagai briket arang serta
pengaruh dari percampurannya terhadap karakteristik briket, Sehingga
dapat di gunakan oleh masyarakat sebagai bahan bakar alternatif khusus
daerah pedesaan yang diharapkan nantinya dapat diterapkan kelompok
kelompok kreatif desa dalam pemecahan masalah sumber energi.
4
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Penelitian Terdahulu
M Yusuf Thoha, Diana Ekawati Fajrin. (2010), melakukan penelitian
dengan judul “Pembuatan Briket Arang Dari Daun Jati Dengan Sagu Aren
Sebagai Pengikat”. Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan
untuk menganalisa kemungkinan pemanfaatan daun jati bila dikonversi
menjadi briket arang. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
suhu karbonisasi 300oC, 350oC, 400oC dan banyaknya substitusi sagu
pada karbon 5%, 8%, 10%, 12%, 15%. Daun jati mengalami perlakuan
pengeringan, karbonisasi, briketisasi dan analisa proksimat. Hasil analisa
penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi substitusi binder maka
kadar air semakin tinggi, kadar abu semakin tinggi, kadar volatile matter
semakin tinggi, fixed carbon semakin rendah dan nilai kalor semakin
rendah. Dan semakin tinggi suhu karbonisasi maka nilai konversi
biomassa menjadi arang semakin rendah, kadar abu semakin rendah,
kadar volatile matter semakin rendah, dan kadar fixed carbon semakin
tinggi.
Aquino Gandhi B (2009). Melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Variasi jumlah Campuran Perekat Terhadap Karakteristik
Briket Arang Tongkol Jagung”. penelitian ini bertujuan untuk meneliti
pengaruh variasi jumlah campuranperekat terhadap karakteristik sifat
fisik, kimia dan daya tahan dari briket arangtongkol jagung, dimana
perekatnya itu sendiri berasal dari tepung kanji. Dari hasilpembriketan,
peneliti ingin juga mengetahui karakteristik briket arang yang
telahdicampur bahan perekat. Prosentase yang digunakan antara tongkol
5
jagung danbahan perekat adalah 0 %, 4%, 6% dan 8%, dengan ukuran
serbuk yang lolossaringan mesh 60 atau 0,250 mm. Besar kompaksi pada
briket yang dilakukandalam penelitian ini adalah dengan pembebanan 9
ton.Dalam pengujian briket yang dilakukan meliputi : pengujian
stability,shatter index, durability, nilai kalor, nilai densitas, kepadatan
energi, kadar air,kadar abu, volatile matter dan fixed carbon.
Darun Naim, (2013). Melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Variasi Temperatur Cetakan Terhadap Karakteristik Briket Kayu Sengon
Pada Tekanan Kompaksi 5000 Psig”, Kayu sengon merupakan tanaman
perkebunan yang banyak di budidayakan oleh masyarakat. Potensi
limbah industri pengolahan kayu sengon sangat banyak, mulai dari
potongan ranting, kulit dan sisa gergajian. Limbah dari sisa gergajian
pohon sengon saat ini masih jarang dimanfaatkan oleh masyarakat
setempat. Sampah tumbuhan tersebut apabila diolah dengan zat pengikat
polutan akan menjadi suatu bahan bakar padat buatan yang lebih luas
penggunaannya sebagai
bahan bakar alternatif yang disebut briket. Adapun tujuan yang ingin
dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi
temperature cetakan terhadap karakteristik briket kayu sengon dengan
cara menguji sifat fisik, kimia dan kekuatan mekaniknya. Pembuatan
briket diawali dengan penjemuran serbuk gergaji kayu sengon hingga
kadar airnya kurang dari 14% kemudian digiling, diayak lolos mesh 60
dan ditimbang 3,5 gram setiap sampel. Pembriketan dilakukan dengan
cara mengkondisikan bahan baku pada temperatur 800C untuk
temperatur cetakan 1000C, 900C untuk temperatur cetakan 1200C, dan
1000C untuk temperatur cetakan 1400C. Setelah mencapai temperatur
6
yang diinginkan briket dipadatkan dengan cara pengepresan pada
tekanan 5000 Psig dan waktupenahan 1 menit.
Paulin M. Tawaluyan (2012). Melakukan penelitian dengan judul
“Pembuatan Briket Arang dari Limbah Industri Mebel” Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tungku pengarangan yang terbuat dari bahan
drumbekas yang berukuran panjang 56 cm yang berdiameter 37 cm dan
kaleng bekas cat yangmenpunyai panjang 42 cm dan mempunyai
diameter 27 cm mampu membuat arang dari bahan4.5 kg menjadi 1.7 kg
arang dengan waktu pengamngan 1 jam dengan rendemen arang
untukperlakuan A 37,73 o/o dan bahan 3.5 kg menjadi 1.3 kg arang
dengan waktu pengarcngan 0.736jam dengan rendemen arang untuk
perlakuan B 37,1 o/o kemudian untuk bahan 2.5 kg menjadi0.9 kg arang
dengan waktu pengarangan 0.510 jam dengan rendemen arang untuk
perlakuan C36 %. Karakteristik briket yang diperoleh tergambar pada nilai
kalori yaitu perlakuan A dengan nilai kalori 5686 Kal/g, perlakuan B
dengan nilai kalori 5619 Kallg, perlakuan C dengan nilai kalori 5667
KaUg, dimana nilai kalori bervariasi pada perlakuan yang berbeda. Pada
kadar abu dapat dilihat Perlakuan A dengan nilai kadar abu l2,8Yu
Perlakuan B dengan nilai kadar abu ll,Yyo, Perlakuan C dengan nilai
kadar abu l2Yo, nilai kadar abu juga bervariasi pada perlakuan yang
berbeda, sehingga kadar air pun berbeda pula dapat kita lihat bersama
pada perlakuan A dengan nilai kadar air 8,8, Perlakuan B dengan nilai
kadar air 8,0, Perlakuan C dengan nilai. kadar air 7,4 dapat dilihat terjadi
penurunan seiring dengan penurunan jumlah berat sampel limbah mebel
kayu yang digunakan dalam perlakuan yang berbeda.
7
2.2. Biomassa
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses
fotosintetik, baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara
lain adalah tanaman, pepohonan, rumput, limbah pertanian, limbah hutan,
tinja dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer serat, bahan
pangan, pakan ternak, minyak nabati, bahan bangunan dan sebagainya,
biomassa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Yang
digunakan adalah bahan bakar biomassa yang nilai ekonomisnya rendah
atau merupakan limbah setelah diambil produknya (Pari dan Hartoyo,
1983).
Silalahi (2000), menyatakan biomassa adalah campuran material
organik yang kompleks, biasanya terdiri dari karbohidrat, lemak, protein
dan mineral lain yang jumlahnya sedikit seperti sodium, fosfor, kalsium dan
besi. Komponen utama tanaman biomassa adalah karbohidrat (berat kering
± 75%), lignin (± 25%) dimana dalam beberapa tanaman komposisinya
bisa berbeda-beda. Energi biomassa dapat menjadi sumber energi
alternatif pengganti bahan bakar fosil (minyak bumi) karena beberapa
sifatnya yang menguntungkan yaitu, dapat dimanfaatkan secara lestari
karena sifatnya yang dapat diperbaharui (renewable resources), relatif tidak
mengandung unsur sulfur sehingga tidak menyebabkan polusi udara dan
juga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya hutan dan
pertanian (Widarto dan Suryanta, 1995).
2.3. Pinus
Pinus merkusii (pinus) adalah salah satu tanaman monokotil yang
mempunyai ciri khs dengan daunnya yang memipih seperti jarum dan
berkelompaat atau berupa sisik, Pinus memiliki strobilus jantan dan
strobilus betina dalam satu pohon. Ukuran strobilus jantan lebih kecil
8
dibandingkan dengan strobilus betina (berkayu), terletak aksilaris. Pohon
berkayu (woods), strobilus bentuk konus. Tanaman Pinus merkusii secara
morfologis, memiliki tujuh bagian, yaitu akar, batang, tangkai, daun, bunga,
buah dan biji yang masing-masing berciri khas serta mempunyai fungsi
yang berbeda dalam satu tumbuhan.
Di Indonesia, pinus mempunyai nama lain yaitu tusam. Jenis ini
secara alami tersebar dari garis Bujur Timur 95°30’ hingga 121°30’ dan
garis Lintang Utara 22° hingga garis Lintang Selatan 2°. Berdasarkan
klasifikasi tumbuhan, Pinus merkusii termasuk dalam famili Pinaceae yaitu
satu-satunya pinus yang penyebaran alaminya sampai di selatan
khatulistiwa. Di Jawa dan Sulawesi Selatan merupakan hasil penanaman.
Tumbuh pada ketinggian 30-1.800 mdpl pada berbagai tipe tanah dan
iklim.
Curah hujan tahunan rata-rata 3.800 mm di Filipina dan 1.000
sampai1.200 mm di Thailand dan Myanmar. Di tegakan alam Sumatra
(Aceh, Tapanuli dan Kerinci), tidak satu bulan pun curah hujan kurang dari
50 mm, artinya tidak ada bulan kering. Suhu tahunan rata-rata 19-28° C.
Adapun klasifikasinya mulai dari kingdom hingga spesies, yaitu:
1) Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
2) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
3) Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
4) Subdivisi : Gymnospermae
5) Kelas : Coniferinae
6) Subkelas : Dillenidae
7) Ordo : Coniferales
8) Famili : Pinaceae
9) Genus : Pinus
9
10) Species : Pinus merkusii Jungh dan De Vr
Pohon pinus termasuk dalam tipe pohon berumah satu dengan
bunga berkelamin tunggal. Bunga jantan dan betina dalam satu tunas.
Bunga jantan berbentuk strobilus dengan panjang 2-4 cm terletak terutama
di bagian bawah tajuk, sedangakan strobilus betina banyak terdapat di
sepertiga bagian atas tajuk terutama di ujung dahan. Strobilus jantan dan
betina dapat di temukan di sepanjang tahun. puncak pembungaan di
Indonesia maret dan berakhir juni , perkembangan menjadi buah selama
11-15 bulan.
Di Indonesia puncak pembuahan bulan Mei-Juli, bervariasi menurut
pohon maupun antar tegakan. Pohon mulai menghasilkan benih setelah
umur 10-15 tahun. Benih disebarkan angin. Pinus merkusii tersebar di Asia
Tenggara antara lain Burma, Thailand, Vietnam, Laos, Kamboja dan
Filipina (Harahap dan Izudin, 2002). Pinus merkusii atau tusam merupakan
satu-satunya jenis pinus asli Indonesia.
(Gambar 2.1) sample buah pinus
Sumber : https://pixabay.com/en/trees-pine-needles-pine-cones-175864/.
10
2.4 Briket
Briket adalah gumpalan yang terbuat dari bahan lunak yang
dikeraskan. Briket merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang
memiliki prospek bagus untuk dikembangkan. Proses pembuatannya
mudah serta ketersediaan bahan bakunya juga mudah didapat. Beranjak
dari kondisi tersebut, penelitiberupaya membuat arang briket dengan
kombinasi bahan arang konus Pinus mercusii dan adonan tepung kanji.
Untuk mengetahui kualitas yang baik pada arang briket yang dihasilkan
dapat dilihat dari hasil pengujian kimia meliputi kadar air, kadar abu dan
kadar zat menguap sedangkan pengujian fisik dengan pengujian indrawi
terhadap tekstur, warna dan lama pembakaran.
Pada dasarnya briket bioarang konus Pinus mercusii adalah salah
satu inovasi energi alternatif sebagai pengganti arang konvensional yang
berasal dari kayu. Keuntungan yang diperoleh dari briket bioarang ini
antara lain adalah: 1) Dapat menghasilkan panas pembakaran yang tinggi,
2) Asap yang dihasilkan lebih sedikit daripada arang konvensional,
sehingga meminimalisir pencemaran udara, 3) Bentuknya lebih seragam
dan menarik, karena dicetak dengan menggunakan alat cetak sederhana,
4) Pembuatan bahan baku tidak menimbulkan masalah dan dapat
mengurangi pencemaran lingkungan, 5) Pada kondisi tertentu dapat
menggantikan fungsi minyak tanah dan kayu bakar sebagai sumber energi
bahan bakar untuk keperluan rumah tangga, 6) Lebih murah bila
dibandingkan dengan minyak tanah atau arang kayu, 7) Masa bakar jauh
lebih lama dari pada arang biasa.
11
(Gambar 2.2 ) briket arang yang sudah di jadi
Sumber : https://depokbebassampah.wordpress.com/acuan/briket-arang/
2.5 Bahan Perekat
Sifat alamiah bubuk arang cenderung saling memisah. Dengan
bantuan bahan perekat atau lem, butir-butir arang dapat disatukan dan
dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Namun, permasalahannya terletak
pada jenis bahan perekat yang akan dipilih. Penentuan jenis bahan
perekat yang digunakan sangat berpengaruh terhadap kualitas briket
arang ketika dinyalakan dan dibakar. Faktor harga dan ketersediaannya di
pasaran harus dipertimbangkan secara seksama karena setiap bahan
perekat memiliki daya lekat yang berbeda-beda karakteristiknya (Sudrajat,
1983).
Kurniawan dan Marsono (2008), menyatakan ada beberapa jenis
perekat yang digunakan untuk briket arang salah satunya yaitu perekat
aci. Perekat aci terbuat dari tepung tapioka yang mudah dibeli dari toko
makanan dan di pasar. Perekat ini biasa digunakan untuk mengelem
12
perangko dan kertas. Cara membuatnya sangat mudah, yaitu cukup
mencampurkan tepung tapioka dengan air, lalu dididihkan diatas kompor.
Selama pemanasan tepung diaduk terus-menerus agar tidak
menggumpal. Warna tepung yang semula putih akan berubah menjadi
transparan setelah beberapa menit dipanaskan dan terasa lengket di
tangan.
Tepung tapioka yang dibuat dari ubi kayu mempunyai banyak
kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri.
Dibandingkan dengan tepung jagung, kentang, dan gandum atau terigu,
komposisi zat gizi tepung tapioka cukup baik sehingga mengurangi
kerusakan tenun, juga digunakan sebagai bahan bantu pewarna putih.
Ampas tapioka banyak dipakai sebagai campuran makanan ternak.
Pada umumnya masyarakat kita mengenal dua jenis tapioka, yaitu
tapioka kasar dan tapioka halus. Tapioka kasar masih mengandung
gumpalan dan butiran ubi kayu yang masih kasar, sedangkan tapioka
halus merupakan hasil pengolahan lebih lanjut dan tidak mengandung
gumpalan lagi.
Kualitas tapioka sangat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Warna Tepung; tepung tapioka yang baik berwarna putih.
b. Kandungan Air; tepung harus dijemur sampai kering benar sehingga
kandungan airnya rendah.
c. Banyaknya serat dan kotoran; usahakan agar banyaknya serat dan kayu
yang digunakan harus yang umurnya kurang dari 1 tahun karena serat
dan zat kayunya masih sedikit dan zat patinya masih banyak.
13
Penggunaan bahan perekat dimaksudkan untuk menarik air dan
membentuk tekstur yang padat atau mengikat dua substrat yang akan
direkatkan. Dengan adanya bahan perekat, maka susunan partikel akan
semakin baik, teratur dan lebih padat sehingga dalam proses
pengempaan keteguhan tekan dari arang briket akan semakin baik
(Silalahi, 2000).
2.6 Nilai Kalor
Koesoemadinata (1980), menyatakan nilai kalor bahan bakar
adalah jumlah panas yang dihasilkan atau ditimbulkan oleh suatu gram
bahan bakar tersebut dengan meningkatkan temperatur 1 gr air dari
3,50C – 4,50C, dengan satuan kalori. Dengan kata lain nilai kalor adalah
besarnya panas yang diperoleh dari pembakaran suatu jumlah tertentu
bahan bakar. Semakin tinggi berat jenis bahan bakar, maka semakin
tinggi nilai kalor yang diperolehnya.
Syachry (1985) menyatakan bahwa yang sangat mempengaruhi
nilai kalor kayu adalah zat karbon, lignin, dan zat resin, sedangkan
kandungan selulosa kayu tidak begitu berpengaruh terhadap nilai kalor
kayu. Kalori meter bom adalah suatu alat yang digunakan untuk
menentukan panas yang dibebaskan oleh suatu bahan bakar dan oksigen
pada volume tetap. Alat tersebut ditemukan oleh Prof. S. W. Parr (1912),
oleh sebab itu alat tersebut sering disebut ”Parr Oxygen Bomb
Calorimeter”.
2.7 Kadar Air
Haygreen dan Bowyer (1989) mengemukakan bahwa banyaknya
air dalam kayu dinyatakan dalam prosentase berat kayu bebas airatau
14
kering tanur. Kadar air briket ialah perbandingan berat air yang
terkandung dalam briket dengan berat kering briket tersebut. Kadar air
briket dapat digunakan untuk menghitung parameter sifat-sifat briket.
Salah satu cara yang paling lazim untuk menentukan kandungan air
adalah dengan menempatkan benda uji dalam cawan, lalu timbang dan
catat beratnya. Kemudian keringkan dengan menggunakan oven atau
dengan menggunakan kompor pada suhu 103 ± 20C. Pelaksanaan
pengeringan dapat dilakukan dengan oven maupun pengeringan diatas
kompor untuk benda uji yang tidak mengandung bahan organik. Proses
pengeringan dengan oven adalah dengan membuka tutup cawan dan
taruh di dalam oven selama 24 jam. Sedangkan pengeringan untuk benda
uji yang tidak mengandung bahan organik dilakukan diatas kompor atau
dibakar langsung setelah disiram dengan spirtus. Lakukan penimbangan
dan pengeringan secara berulang-ulang sehingga mencapai berat yang
tetap. Lalu cawan yang berisikan benda uji yang telah dikeringkan
didinginkan dalam desikator. Setelah dingin lalu timbang dan Catat
beratnya. Hendra dan Darmawan (2000) mengemukakan kadar air briket
sangat mempengaruhi nilai kalor atau nilai panas yang dihasilkan.
Tingginya kadar air akan mennyebabkan penurunan nilai kalor. Hal ini
disebabkan karena panas yang tersimpan dalam briket terlebih dahulu
digunakan untuk mengeluarkan air yang ada sebelum kemudian
menghasilkan panas yang dapat dipergunakan sebagai panas
pembakaran.
2.8 Massa Jenis
Menurut Haygreen dan Bower (1989) berat jenis adalah
perbandingan antara kerapatan kayu (atas dasar berat kering tanur dan
15
volume pada kadar air yang telah ditentukan) dengan kerapatan air pada
suhu 40 C. Air memiliki kerapatan 1g/cm3 atau 1000 kg/m3 pada suhu
standar
tersebut. Soeparno dkk (1999) mengemukakan berat jenis yang
tinggi menunjukkan kekompakan kerapatan arang briket yang dihasilkan.
Sudrajad (1983), mengatakan berat jenis kayu sangat mempengaruhi
kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, kadar karbon terikat dan nilai
kalor briket yang dihasilkan. Selanjutnya disebutkan briket dari kayu
berkerapatan tinggi menunjukkan nilai kerapatan, keteguhan tekan, kadar
abu, kadar karbon terikat, dan nilai kalor yang lebih tinggi dibandingkan
briket yang buat dari kayu yang berkerapatan rendah.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Objek penelitian pada penelitian ini adalah menganalisa karakteristik
briket dengan melakukan pengujian nilai kalor, kadar air,dan massa jenis
pada briket. yang berbahan dasar dari limbah buah pinus. pengujian di
lakukan di Laboratorium teknik mesin Universitas Lambung Mangkurat.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun untuk mempermudah proses pengumpulan data
sebagaimana yang dijelaskan di atas, maka dipergunakan alat dan bahan
sebagai berikut :
1. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari :
a. Kaleng bekas
b. Gelas ukur
c. Kompor gas
d. Wadah-wadah
e. Baskom
f. Alat pengaduk
g. Alat penumbuk
h. Timbangan digital
i. Thermometer infrared
j. Ayakkan
k. Alat pencetak briket
2. Bahan
17
Bahan yang digunakan adalah limbah buah pinus, tepung tapioka
sebagai perekat dan air.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data di lakukan secara langsung pada saat
pembuatan dan pengujian briket.
3.4. Tahapan Penelitian
Tahapan penelitan yang di lakuka adalah:
a. melakukan penghalusan pada buah pinus agar pada saat pengarangan
lebih sempurna
b. proses pengaran, dengan cara memasukkan buah pinus yang sudah di
haluskan kedalam kaleng bekas dan membakarnya pada kompor sekitar
10 menit.
c. Arang yang di dapat dari proses pengarang tadi kemudian ditumbuk agar
di dapat arang yang halus, arang yang sudah di tumbuk kemudian di
masukkan ke mesin pengayakkan, ukuran partikel pengayakkan 20 mesh,
25 mesh, 30 mesh .
d. Timbang arang sesuai dengan kebutuhan untuk menbuat briket.
e. Campurkan tepung tapioka dengan air dengan perbandingan yang di
tentukan ,tepung tapioka ini berfungsi sebagai perekat.
f. Arang yang sudah timbang kemudian di campurkan dengan bahan
perekat.
g. Kemudian masukkan arang yang sudah di campur dengan perekat
ketabung pencetak .dan cetak bahan menggunakan alat pencetak
hidrolik.
h. Setelah di lakukan pencetakkan maka didapat briket yang sudah
berbentuk tabung. Kemudian lakukan pengujian nilai kalor, kadar air dan
massa jenis pada briket.
18
3.5 Alur pembuatan.
Berikut diagram alur pembuatan briket:
`
START
Persiapan Alat dan Bahan
PengaranganPengarangan
Gagal
Pengolahan Bahan
Pengayakan Arang
Pengujian Karakteristik Briket
Pengujian nilai kalor, kadar air dan massa
jenis
Studi Literatur
Analisa Data dan Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
Pencampuran Arang Dengan Tapioka
Pengayakan mesh 20, mesh 25,
mesh 30
Pembentuk Briket Dengan Alat Press
19
3.6 Diagram Alir proses
Berikut ini adalah diagram proses penelitian
PENGUMPULAN BAHAN
FASE INPUT
FASE OUTPUT
FASE PRODUKSI
FINISH
START
BRIKET
20
3.7 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Rencana KegiatanBulan
September Oktober November Desember Januari
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Menyusun Laporan
Seminar Proposal
Seminar Hasil
Sidang Akhir
21
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Bahan Bakar dan Pembakaran. Pedoman EfisiensiEnergi untuk Industri di Asiawww.energyefficiencyasia.org.
Anonim. 2007. Bahan Bakar Nabati. Panebar Swadaya. Jakarta.
Arni, Hosiana MD Labania, Anis Nismayanti(2014), Studi Uji Karakteristik Fisis Briket Bioarang Sebagai Sumber Energi Alternatif Jurusan Fisika FMIPA Universitas Tadulako.
Butarbutar, T., R. M. S. Harahap, dan P. Murdiana. 1998. Evaluasi Pertumbuhan Tanaman Pinus merkusii di Aceh Tengah. Buletin Penelitian Kehutanan Pematang Siantar: Siantar.
Danang Dwi Saputro(2009), Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung. Teknik Mesin, Universitas Negeri Semarang.
Harahap, R. M. S. 2002. Keragaman Sifat dan Uji Asal Benih Pinus merkusii di Sumatera. Buletin Penelitian Kehutanan Pematang Siantar: Siantar.
Hidayat Jajat & Hansen. 2001. Informasi singkat Benih ; http://bpthbalinusra.net/ sbseedleaflet 105- tusam-pinus- merkusii-jungh.html. Diakses tanggal 23 November 2014.
Himawanto D.A. 2005. Pengaruh Temperatur Karbonisasi Terhadap Karakteristik Pembakaran Briket Sampah Kota. Media Mesin. Vol. 6. No.2. pp. 84-91.
Ismun,U.A. 1998. Pembuatan Briket Batubara. Jakarta: Kanisius.
Julham Prasetya Pane, Erwin Junary, Netti Herlina (2015) . Pengaruh Konsentrasi Perekat Tepung Tapioka Dan Penambahan Kapur Dalam Pembuatan Briket Arang Berbahan Baku Pelepah Aren Departemen Teknik Kimia, FakultasTeknik, Universitas Sumatera Utara, Jl. Almamater Kampus USU Medan 20155, Indonesia
Klass D.L.. 1998. Biomass for Renewable Energy, Fuels, and Chemical. Academic Press.
M. Yusuf Thoha(2010), Pembuatan Briket Arang Dari Daun Jati Dengan Sagu Aren Sebagai Pengikat Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Mani S., Lope G., Sokhansany S. 2004. Grinding Performance an physical properties of weat and barleystraws, corn stover and switchgrass.Biomass Bioenergy. Vol. 27. pp.339-352.
Nodali Ndraha. Uji Komposisi Bahan Pembuat Briket Bioarang Tempurung Kelapa dan Serbuk Kayu Terhadap Mutu yang Dihasilkan, Skripsi,
22
Departemen Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, 2009
Nursyiwan dan Nuryetti. 2005. Pembuatan Briket Arang dari Serbuk Gergaji. Jakarta: LIPI.
Silalahi, 2000, Penelitian Pembuatan Briket Kayu dari Serbuk Gergajian Kayu, Hasil Penelitian Industri DEPERINDAG, Bogor.
Supriyanto dan Merry, 2010, Studi Kasus Energi Alternatif Briket Sampah Lingkungan Kampus Polban Bandung, Seminar Nasional Teknik Kimia, Yogyakarta.
Setyawati Tobing, Febrina dan Adi Chandra Brades. 2007. Pembuatan Briket Bioarang dari Eceng Gondok (Eichornia crasipesssolm) dengan Sagu sebagai Pengikat. Indralaya: Jurusan Teknik Kimia UNSRI.
Saputro D.D., Widayat W. 2007. Biomassa sebagai Sumber Energi Alternatif Terbarukan di Indonesia. Jurnal Profesional. Vol 5. No.2. pp. 705-716.
Subroto. 2006. Karakteristik Pembakaran Biobriket Campuran Batubara,Ampas Tebu dan Jerami. Media Mesin. Vol 7. No.2. pp. 47-54.
Sulistyanto A. 2006. Karakteristik Biobriket Campuran Batubara dan Sabut Kelapa. Vol 7. No.2. pp. 77-84.
http://www.academia.edu/3106789/PENGARUH_VARIASI_TEKANAN_PADA_PEMBUATAN_BRIKET_ARANG_TEMPURUNG_KELAPA_DENGAN PEREKAT DAUN JAMBU METE MUDA Anacardium. .( Diakses pada tanggal 09 November 2016).
http://www.academia.edu/3106789/pengaruh_variasi_tekanan_pada_pembuatan_briket_arang_tempurung_kelapa_dengan_perekat_daun_jambu_mete_muda_Anacardium_?login=&email_was_taken=true .( Diakses pada tanggal 09 November 2016).
http://www. devi-alvitasari.blogspot.co.id/2013/07/identifikasi-tanaman-pinus-merkusii.html. ( Diakses pada tanggal 09 November 2016).
https://pixabay.com/en/trees-pine-needles-pine-cones-175864/. ( Diakses pada tanggal 09 November 2016).
https://depokbebassampah.wordpress.com/acuan/briket-arang/. ( Diakses pada tanggal 09 November 2016).