visual7-2015 (1)

51
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa 2015 VISUAL SYSTEM AND DISORDERS Semester VII Tahun Akademik 2015-2016 Blok dimulai tanggal : 14 September – 02 Oktober 2015 Modul Mahasiswa

Upload: wahyu-pratama-putra

Post on 10-Dec-2015

19 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

viusal adalah penglihatan, dapat terjadi banyak gangguan

TRANSCRIPT

Page 1: visual7-2015 (1)

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa

2015

VISUAL SYSTEM AND

DISORDERS

Semester VII Tahun Akademik 2015-2016

Blok dimulai tanggal :

14 September – 02 Oktober

2015

Modul Mahasiswa

Page 2: visual7-2015 (1)

DAFTAR ISI

Daftar Isi ................................................................................................................ ii Pendahuluan ......................................................................................................... 1 Informasi Umum .................................................................................................... 2

Tim Penyusun .................................................................................................. 2 Daftar Pemberi Kuliah .................................................................................... 3 Fasilitator ......................................................................................................... 4 Kurikulum Blok ............................................................................................... 5 Kemampuan Prasyarat...................................................................................... 12 Topic Tree........................................................................................................ 13 Jadwal Pembelajaran ........................................................................................ 14 Pertemuan Evaluasi .......................................................................................... 16 Daftar Bacaan .................................................................................................. 17

Informasi Lainnya .................................................................................................. 18 Daftar Penyakit ............................................................................................... 19 Daftar Masalah ................................................................................................ 21 Student Project ................................................................................................. 22

Program Pembelajaran ........................................................................................... 24 Pemicu ............................................................................................................. 24 Abstrak Kuliah ................................................................................................. 26 Kegiatan Praktikum .......................................................................................... 39

Self Assessment ..................................................................................................... 42 Penutup .................................................................................................................. 48 Lampiran ............................................................................................................... 49

Page 3: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

1

PENDAHULUAN

Blok Visual System and Disorders merupakan salah satu Materi Kuliah Semester VII di FKIK Universitas Warmadewa. Penyelenggaraaan proses belajar mengajar dalam Blok ini mengacu pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia (KKI, 2012). Blok ini tidak berbeda dengan blok sebelumnya yang memakai sistem terintegrasi antara ilmu kedokteran dasar dan klinik. Blok ini membahas mengenai anatomi, proses normal dan kelainan yang terjadi pada organ penglihatan.

Blok Visual System and Disorders diselenggarakan dalam bentuk kuliah, praktikum, diskusi kelompok, tugas kelompok, dan clinical skill. Waktu yang dialokasikan untuk Blok ini yaitu 2 minggu dan setara dengan 2 SKS.

Dengan demikian maka diharapkan partisipasi segenap sivitas akademika yang berperan di dalamnya termasuk dosen pemberi kuliah, instruktur dan fasilitator beserta mahasiswa dapat menyukseskan Blok ini dengan tujuan mendidik calon profesi dokter yang terampil dan memiliki mental sebagai dokter pelayanan primer.

Penyusun

Page 4: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

2

INFORMASI UMUM

TIM PENYUSUN

Ketua dr. Ni Luh Murniati, Sp.M

Sekretaris

dr. Made Rian Ananta, M.Biomed, Sp.M

Anggota dr. I G.N. Anom Murdana

dr. I Gusti Ngurah Putu Sana dr. I Wayan Semadha, M.Repro, PHK(K)

dr. Suyasning Hastiko Indonesiani, PFK, M.Erg.

Page 5: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

3

DAFTAR DOSEN PEMBERI KULIAH

No Nama Telepon Departemen 1. dr. I Gusti Ngurah Putu Sana 03617472248 Anatomi

2. dr. Suyasning HI,PFK,M.Erg. 081238804549 Fisiologi

3. dr. I Wayan Semadha,M.Repro,PHK(K) 08123977446 Histologi

4. dr.Ni Luh Murniati,Sp.M 081338707808 Ilmu Kesehatan Mata RSUD Sanjiwani

5. dr. Made Rian Ananta, M.Biomed, Sp.M 089666389123 Ilmu Kesehatan Mata FKIK Unwar

6. dr. I A Pertami, M.Biomed, Sp.M 08123801487 Ilmu Kesehatan Mata RSUD Sanjiwani

Page 6: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

4

FASILITATOR

No Nama Alamat/ Telp Keahlian Kelompok Ruang

Diskusi

1.

2.

3.

4.

5.

dr. Putu Nita

Cahyawati, M.Sc

dr. Agus Bharata

Suyasa, Sp.An, KNA

dr. Agus Sentosa,

Sp.THT-KL, MARS

dr. I Nyoman Arie

Purwana, M.Sc, Sp.A

dr. Made Rian Ananta, M.Biomed, Sp.M

081916118417

081337294276

08113800770

081236487797

Jl. Pulau Morotai no 33

Denpasar

089666389123

Farmakologi

Anestesi

THT-KL

Ilmu

Kesehatan

Anak

Ilmu

Kesehatan

Mata

I

II

III

IV

V

R OSCE 10

R OSCE 11

R OSCE 12

R OSCE 13

R OSCE 14

Page 7: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

5

KURIKULUM BLOK

A. Tujuan Blok Merencanakan pengelolaan kasus dengan kelainan sistem penglihatan secara profesional baik perorangan, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kewenangan sebagai dokter layanan primer

B. Tujuan Pembelajaran

Setelah menyelesaikan pembelajaran Blok Visual System and Disorders, mahasiswa mampu: 1. Mendeskripsikan struktur bola mata dan orbita 2. Mendeskripsikan mekanisme fisiologis penglihatan 3. Menggunakan konsep-konsep ilmu biomedis untuk memecahkan kasus-kasus

kelainan pada sistem penglihatan 4. Melakukan anamnesis pada pasien simulasi dengan kasus gangguan sistem

penglihatan 5. Melakukan pemeriksaan fisik mata pada pasien simulasi 6. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan penunjang untuk kasus gangguan sistem

penglihatan 7. Menegakkan diagnosis pada pasien simulasi dengan kasus sistem gangguan

penglihatan 8. Merencanakan penanganan kasus gangguan sistem penglihatan 9. Merencanakan edukasi kasus gangguan penglihatan kepada pasien dan

keluarganya 10. Mendeskripsikan perilaku profesional dokter pada kasus pengelolaan pasien

gangguan penglihatan 11. Merancang penapisan masalah gangguan penglihatan dengan menerapkan

prinsip dasar pencegahan 12. Memilih informasi yang relevan yang didapat dari akses informasi untuk

mendukung diagnosis, penanganan, dan pencegahan gangguan sistem penglihatan

C. Isi Pembelajaran 1. Embriologi bola mata 2. Struktur makroanatomi bola mata dan orbita

a) Tulang-tulang yang membentuk orbita b) Struktur eksternal dan internal mata c) Struktur bola mata d) Otot-otot penggerak bola mata dan persarafannya e) Vaskularisasi orbita dan bola mata

3. Struktur mikroskopis jaringan penyusun bola mata 4. Struktur mikroskopis aksesoris mata 5. Struktur histologi dinding bola mata 6. Struktur histologi sklera, kornea, koroid, badan siliari, iris dan retina 7. Sel fotoreseptor

Page 8: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

6

8. Pigmen penglihatan 9. Struktur histologi makila lutea, fovea sentralis, dan optic disc 10. Media refraksi 11. Fisiologi sistem penglihatan

a) Prinsip optik pada proses penglihatan b) Jalur penglihatan c) Tentang visus penglihatan d) Prinsip refraksi e) Prinsip fokus dan tajam penglihatan f) Aliran aqueus humor dan air mata g) Mengukur kekuatan lensa h) Tentang lapang pandang i) Tekanan bola mata

12. Kelainan–kelainan yang dapat terjadi pada konjungtiva a. Benda asing pada konjungtiva

• Gejala dan tanda dari adanya benda asing di konjungtiva. • Dapat melakukan lid eversion atau melipat kelopak mata atas

sehingga dapat menemukan benda asing dikelopak mata atas. • Cara-cara pengambilan benda asing pada konjungtiva terutama pada

konjungtiva palpebra atas. • Komplikasi yang terjadi apabila menemukan benda asing di

konjungtiva dan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis komplikasi tersebut.

• Terapi setelah pengambilan benda asing di konjungtiva. b. Konjungtivitis

• Definisi konjungtivitis • Penyebab konjungtivitis. • Patogenesis, gejala dan tanda konjungtivitis. • Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosa. • Perbedaan konjungtivitis virus, bakteri, dan alergi. • Terapi masing-masing konjungtivitis sehingga bisa menangani

konjungtivitis sampai tuntas. • Komplikasi dan sekuele yang bisa timbul sehingga bisa segera

merujuk ke tingkat yang lebih tinggi atau ke spesialis mata. • Prognosis konjungtivitis. • Pencegahan penularan dari pada konjungtivitis. • Cara-cara penularan dari pada konjungtivitis.

c. Pterigium

• Definisi dari pterigium. • Patogenesis pterigium. • Faktor-faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan

pterigium. • Perbedaan pterigium dan pseudopterigium.

Page 9: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

7

• Derajat dari pterigium untuk mengetahui saat merujuk pasien pterigium .

• Penata laksanaaan awal pterigium.

d. Pendarahan subkonjungtiva • Definisi perdarahan subkonjungtiva. • Mengetahui etiologi perdarahan subkonjungtiva • Tata laksana dan prognosis kesembuhan perdarahan subkonjungtiva.

e. Mata kering

• Definisi mata kering (dry eyes). • Klasifikasi mata kering. • Komposisi dari air mata dan lapisan air mata pada kornea. • Etiologi dari sindroma mata kering. • Gejala klinis dari pada mata kering. • Tes/pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosa mata kering. • Komplikasi yang ditimbulkan oleh sindroma mata kering. • Penatalaksanaan mata kering.

13. Menjelaskan kelainan pada kelopak mata

a. Blefaritis • Definisi blefaritis. • Etiologi blefaritis anterior dan blefaritis posterior. • Gejala dan tanda dari blefaritis anterior dan blefaritis posterior. • Penatalaksanaan blefaritis anterior dan posterior. • Prognosis blefaritis.

b. Hordeolum

• Definisi hordeolum. • Etiologi hordeolum, dan infeksi kelenjar yang dapat terkena. • Stadium-stadium hordeolum untuk dikaitkan dengan

penatalaksanaannya. • Indikasi insisi dan cara melakukan insisi hordeolum interna maupun

eksterna. • Komplikasi hordeolum.

c. Kalazion

• Definisi kalazion. • Patogenesis, gejala dan tanda kalazion. • Penatalaksanaan kalazion. • Komplikasi yang ditimbulkan oleh kalazion.

Page 10: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

8

d. Laserasi palpebra • Definisi laserasi palpebra. • Anatomi palpebra dengan baik untuk bisa mereparasi / hechting

palpebra dengan benar. • Klasifikasi laserasi palpebra. • Penatalaksanaan laserasi palpebra.

e. Trikiasis

• Definisi trikiasis. • Etiologi trikiasis. • Komplikasi trikiasis • Perbedaan antara trikiasis dan distikiasis. • Penatalaksanaan trikiasis.

14. Aparatus lakrimalis

a. Dakrioadenitis • Definisi dakrioadenitis. • Penyebab, gejala dan tanda dakrioadenitis. • Diagnosis banding dakrioadenitis. • Penatalaksanaan dakrioadenitis • Prognosis dakrioadenitis.

b. Dakriosistitis

• Definisi dakriosistitis. • Etiologi, gejala dan tanda dakriosistitis. • Diagnosa banding dakriosistitis. • Penatalaksanaan dakriosistitis • Prognosis dakriosistitis.

15. Sklera

a. Skleritis • Definisi skleritis. • Etiologi, gejala dan tanda skleritis. • Diagnosis banding skleritis. • Komplikasi skleritis. • Pennatalaksanaan skleritis • Prognosis skleritis.

b. Episkleritis

• Definisi episkleritis • Etiologi episkleritis • Patogenesis, gejala dan tanda episkleritis • Penatalaksanaan episkleritis • Komplikasi episkleritis

Page 11: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

9

16. Kelainan pada kornea a. Keratitis

• Definisi keratitis. • Etiologi keratitis. • Patogenesis, gejala dan tanda keratitis. • Jenis-jenis keratitis dan gambaran klinisnya. • Penatalaksanaan keratitis. • Komplikasi keratitis. • Prognosis keratitis. • Sekuele yang bisa timbul pada keratitis.

b. Xeroftalmia

• Definisi xeroftalmia. • Patogenesis dan etiologi xeroftalmia. • Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya xeroftalmia. • Klasifikasi xeroftalmia menurut WHO. • Gejala dan tanda xeroftalmia. • Penatalaksanaan xeroftalmia. • Komplikasi xerftalmia sehingga bisa merujuk bila terjadi komplikasi. • Prognosis xeroftalmia.

17. Kelainan pada bilik mata depan a. Hifema

• Definisi hifema. • Etiologi hifema. • Patogenesis hifema. • Penatalaksanaan hifema. • Komplikasi hifema. • Prognosis hifema. • Sekuele yang timbul akibat komplikasi.

b. Sel dan flare • Definisi sel dan flare. • Etiologi sel dan flare. • Penyakit penyebab sel dan flare.

c. Hipopion • Definisi hipopion. • Penyakit penyebab hipopion. • Patogenesis hipopion. • Gejala dan tanda hipopion. • Penatalaksanaan hipopion

Page 12: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

10

18. Iris dan badan silier a. Uveitis anterior

• Definisi uveitis anterior. • Klasifikasi uveitis anterior. • Patogenesis uveitis anterior. • Etiologi uveitis anterior. • Gejala dan tanda uveitis anterior. • Komplikasi uveitis anterior. • Penatalaksanaan uveitis anterior.

19. Akomodasi dan refraksi

a. Hipermetropia • Definisi hipermetropia. • Klasifikasi hipermetropia. • Gejala dari hipermetropia. • Penatalaksanaan hipermetropia. • Melakukan refraksi pada pasien hipermetropia. • Membaca dan menulis resep kaca mata untuk pasien hipermetropia.

b. Miopia

• definisi dari miopia. • Klasifikasi myopia. • Gejala dan tanda miopia. • Penatalaksanaan miopia. • Mengerjakan refraksi pada pasien miopia. • Membaca dan menulis resep kaca mata untuk pasien miopia.

c. Astigmatisme

• Definisi astigmatisme. • Klasifikasi astigmatisme. • Gejala dan tanda astigmatisme. • Penatalaksanaan astigmatisme • Melakukan refraksi pada pasien astigmatisme. • Menulis dan menjelaskan resep kaca mata untuk pasien astigmatisme.

d. Presbiopia

• Definisi prebiopia. • Etiologi prebiopia. • Patogenesis prebiopia. • Gejala klinis prebiopia. • Penatalaksanaan penderita prebiopia.

Page 13: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

11

e. Anisometropia • Definisi anisometropia. • Tanda dan gejala anisometropia. • Penglihatan binokuler tunggal dan penglihatan monokuler. • Komplikasi anisometropia. • Penatalaksanaan anisometropia.

20. Glaukoma

a. Glaukoma sudut terbuka • Definisi glaukoma. • Klasifikasi glaucoma. • Patogenesis glaukoma. • Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis glaukoma. • Penatalaksanaan glaukoma. • Prognosis pasien glaukoma.

21. Lensa

a. Katarak • Definisi katarak. • Klasifikasi katarak. • Patogenesis katarak. • Gejala dan tanda katarak. • Pemeriksaan yang berperan untuk menegakkan diagnosis katarak. • Penatalaksanaan katarak.

b. Dislokasi lensa • Definisi dislokasi lensa. • Klasifikasi dislokasi lensa. • Patogenesis dislokasi lensa. • Gejala dan tanda dislokasi lensa. • Penatalaksanaan dislokasi lensa.

22. Kelainan neuro oftalmologi dan strabismus a. Neuro Oftalmologi

• Mengetahui jaras visual yang dilalui cahaya sehingga mata dapat melihat.

• Defek yang ditimbulkan oleh lesi yang mengenai lintasan visual

b. Strabismus • Definisi strabismus. • Yoke muscle (hering’s law) dan gerakan mata pada posisi kardinal. • Klasifikasi strabismus. • Eksotropia/foria, esotropia/foria dan cara pemeriksaannya.

Page 14: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

12

KEMAMPUAN PRASYARAT

1. Mampu melakukan komunikasi 2. Mengenal profesionalisme dalam komunikasi

Page 15: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

13

TOPIC TREE BLOK VISUAL SYSTEM AND DISORDERS

VISUAL SYSTEM

AND DISORDERS

Nyeri

Trauma pada kelopak/bola mata

Mata Berair

Timbilan/ kelilipan

Pandangan Kabur

Belekan

Mata Merah

Bayangan hitam pada penglihatan

Silau

Keratitis

Iridosiklitis

Perdarahan subkonjungtiva

konjungtivitis

KeratokonjungtiviPterigium

Glaukoma

Endoftalmiti

Episkleritis

Skleritis Neuritis optik

Oklusi pemb. darah retina

Ablatio

Retinitis Retinopat

Kelainan refraksi

Glaukoma

Katara

Benda asing di

Perdarahan vitreus

Ambliopia

Anisometropi

Presbiopia Astigmatisma

Hipermetropi

Miopia

Hordeolum

Anatomi, Histologi, Fisiologi

Page 16: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

14

JADWAL PEMBELAJARAN

Hari/Tgl Waktu Kegiatan Tempat Pelaksana

HARI 1

Senin 14-09-15

08.00 – 08.30 08.30 – 10.30 11.00 – 12.00 12.30 – 13.30 14.00 – 14.30

Pengantar Blok Pemicu 1 Kuliah 1:Anatomi Bola Mata Kuliah 2: Histologi Bola Mata Penjelasan Student Project

RK RD RK RK RK

Murniati Fasilitator

Sana Semadha

Rian

HARI 2

Selasa 15-09-15

08.00 – 11.00

12.00 – 13.00 13.30 – 15.00

Praktikum Anatomi/Histologi (Paralel) Kuliah 3: Fisiologi Bola Mata Bimbingan Student Project 1

Lab Anatomi/ Lab Biomedik

RK RD

Sana, Sueta/ Semadha, Suwitra

Suyasning Fasilitator

HARI 3

Rabu 16-09-15

08.00 – 11.00 11.30 – 13.30 13.30 – 14.30

Praktikum Fisiologi Diskusi kelompok 1 Pleno Kuliah 1,2,3

Lab Biomedik RD RK

Suyasning Fasilitator

Sana, Semadha, Suyasning

HARI

4 Jumat

18-09-15

08.00 – 10.00 11.00 – 12.00 12.30 – 13.30

Pemicu 2 Kuliah 4: Kelainan pada kelopak mata Kuliah 5: Kelainan pada aparatus

lakrimalis dan air mata

RD RK RK

Fasilitator Pertami Pertami

HARI 5

Senin 21-09-15

08.00 – 09.00

09.30 – 11.30 12.30 – 14.30

Kuliah Pengantar: Pemeriksaan mata dan Funduskopi Clinical Skill 1 Clinical Skill 2

RK

Skill Lab Skill Lab

Rian

Instruktur Instruktur

HARI 6

Selasa 22-09-15

08.00 – 09.00 09.30 – 10.30 11.30 – 13.30 13.30 – 15.00

Kuliah 6: Kelainan pada konjungtiva 1 Kuliah 7: Kelainan pada konjungtiva 2 Diskusi kelompok 2 Bimbingan Student Project 2

RK RK RD RD

Murniati Murniati

Fasilitator Fasilitator

HARI 7

Rabu 23-09-15

08.00 – 09.00 09.30 – 10.30

11.00 – 12.00

13.00 – 14.00

Kuliah 8: Kelainan pada kornea Kuliah 9:Kelainan pada traktus uvea

dan sklera Pleno Kuliah 4-9 Pertemuan Evaluasi & Pengumpulan Student Project

RK RK

RK

RK

Rian Rian

Rian, Murniati,

Pertami Tim Blok & Fasilitator

Page 17: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

15

HARI 8

Jumat 25-09-15

08.00 – 10.00 11.00 – 12.00 13.00 – 14.00

Pemicu 3 Kuliah 10: Strabismus Kuliah 11: Kelainan Neurooftalmologi

RD RK RK

Fasilitator Rian Rian

HARI 9

Senin 28-09-15

08.00 – 09.00 09.30 – 10.30

11.00 – 12.00 13.00 – 15.00

Kuliah 12: Kelainan Refraksi Kuliah 13: Katarak dan Dislokasi

Lensa Kuliah 14: Glaukoma dan Trauma Okuli Presentasi Student Project (2 kelompok)

RK RK

RK RK

Murniati Rian

Rian

Tim Blok & Fasilitator

HARI 10

Selasa 29-09-15

08.00 – 10.00 12.00 – 14.00

Responsi Clinical Skill 1 Responsi Clinical Skill 2

Skill Lab Skill Lab

Instruktur Instruktur

HARI 11

Rabu 30-09-15

08.00 – 10.00 11.00 – 12.00

12.00 – 14.30

Diskusi Kelompok 3 Pleno Kuliah 10-14 Presentasi Student Project (3 kelompok)

RD RK

RK

Fasilitator Rian, Murniati

Tim Blok & Fasilitator

HARI 12

Kamis 01-10-15

-- Persiapan Ujian -- --

HARI 13

Jumat 02-10-15

09.00 – selesai

Ujian RK Tim Blok & Tim Assessment

Page 18: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

16

PERTEMUAN DENGAN PERWAKILAN MAHASISWA

Pertemuan antara Tim Blok Sistem Penglihatan dengan mahasiswa dimaksudkan untuk mengevaluasi jalannya blok. Setiap kelompok diharapkan mengirimkan 2 orang perwakilan kelompoknya untuk datang pada hari Jumat, 2 Oktober 2015. Mahasiswa diharapkan dapat memberikan masukan, saran serta keluhan kepada Tim Perancang Blok untuk penyempurnaan pelaksanaan Blok.

PERTEMUAN DENGAN FASILITATOR

Pertemuan antara Tim BlokSistem Penglihatandengan tutor (fasilitator) bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan Blok Sistem Penglihatan, mengevaluasi Modul Blok serta mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul dalam diskusi kelompok.Dengan adanya evaluasi terhadap pelaksanaan Blok diharapkan menjadi masukan untuk penyempurnaan Blok. Pertemuan dilaksanakan di ruang kuliah pada hari Jumat, 2 Oktober 2015 Tutor dan Tim Blok diharapkan hadir pada pertemuan tersebut.

PENILAIAN HASIL BELAJAR Ujian tulis akan dilaksanakan pada hari Jumat, 2 Oktober 2015. Ujian hanya dapat diikuti oleh mahasiswa yang sudah memenuhi kehadiran selama perkuliahan minimal 75%. Ujian tulis Blok Sistem Penglihatan memakai metode MCQ, yang memberikan kontribusi 70% terhadap nilai akhir. Kemampuan juga dinilai pada penyusunan dan presentasi student project yang memberikan kontribusi 10%. Kemampuan dan sikap yang dinilai oleh tutor saat diskusi kelompok dengan metode check list, memberikan kontribusi 20% terhadap nilai akhir. Batas nilai minimal kelulusan pada Blok Sistem Penglihatan adalah 70 dari skala 100.

Page 19: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

17

DAFTAR BAHAN BACAAN (REFERENSI)

• Moore K.L and Agur A.M.R: Essential Clinical Anatomy, 3th ed. Lippincott wiliams n wilkins

• Leslie P. Gartner, James L, Concise Histology. Philadelpia, WB Saunders, 2010 • Juriquiera L.C and Carneiro. J: Basic Hystologi, 3rd ed. Lange.1980 • Silverthorn D.U, Human Physiology, 5th ed, New York, Pearson Education, 2010 • Gyton A.C. and Jhon E. Hall. Textbook of Medical Physiologi, 10th ed

philadelpia, WB Saunders Co. 2000 • Vaughan: general ophthalmology • Iiyas S: Ilmu Penyakit Mata FK.UI • Deborah PL: Manual Diagnostic and Ocular Treatment • PERDAMI: Panduan Ketrampilan dan Klinis Penyakit Mata, Jakarta, 2006

Page 20: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

18

INFORMASI LAINNYA

Daftar Penyakit Daftar Penyakit yang terdapat pada Standar Kompetensi Dokter menjadi dasar dalam penentuan pokok bahasan materi perkuliahan dan penugasan yang disesuaikan dengan tema modul dan kemampuan mahasiswa semester 7, dimana pada proses belajar di semester-semester berikutnya (diakhir pendidikan dokter) barulah diharapkan akan mencapai level sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter di bawah ini.

TingkatKemampuan 1 Dokter dapat mengenali gambaran-gambaran klinik sesuai penyakit ini ketika membaca literatur. Dalam korespondensi, ia dapat mengenal gambaran klinik ini, dan tahu bagaimana mendapatkaninformasi lebih lanjut.Level ini mengindikasikan overview level.Bila menghadapi pasien dengan gambaran klinik ini dan menduga penyakitnya, dokter segera merujuk. Tingkat Kemampuan 2 Dokter mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan (misalnya: pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya. Tingkat Kemampuan 3 3A.Dokter mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan (misalnya: pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat). 3B.Dokter mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan (misalnya: pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat). Tingkat Kemampuan 4 Dokter mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan-pemeriksaan tambahan (misalnya: pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan mampu menangani masalah itu secara mandiri hingga tuntas. Berikut daftar standar kompetensi kasus Sistem Penglihatan.

Page 21: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

19

No Daftar Penyakit Tingkat Kemampuan

MATA

Konjungtiva 1 Benda asing di konjungtiva 4A 2 Konjungtivitis 4A 3 Pterigium 3A 4 Perdarahan subkonjungtiva 4A 5 Mata kering 4A Kelopak Mata

6 Blefaritis 4A 7 Hordeolum 4A 8 Chalazion 3A 9 Laserasi kelopak mata 3B

10 Entropion 2 11 Trikiasis 4A 12 Lagoftalmus 2 13 Epikantus 2 14 Ptosis 2 15 Retraksi kelopak mata 2 16 Xanthelasma 2

Aparatus Lakrimal 17 Dakrioadenitis 3A 18 Dakriosistitis 3A 19 Dakriostenosis 2 20 Laserasi duktus lakrimal 2

Sklera 21 Skleritis 3A 22 Episkleritis 4A

Kornea

23 Erosi 2 24 Benda asing di kornea 2 25 Luka bakar kornea 2 26 Keratitis 3A 27 Kerato-konjungtivitis sicca 2 28 Edema kornea 2 29 Kerato konus 2 30 Xeroftalmia 3A

Bola mata 31 Endoftalmitis 2 32 Mikroftalmos 2

Anterior chamber 33 Hifema 3A 34 Hipopion 3A

Page 22: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

20

Cairan Vitreous 35 Perdarahan Vitreous 1

Iris dan Badan Silier 36 Iridosisklitis, iritis 3A 37 Tumor iris 2

Lensa 38 Katarak 2 39 Afakia congenital 2 40 Dislokasi lensa 2

Akomodasi dan Refraksi 41 Hipermetropia ringan 4A 42 Miopia ringan 4A 43 Astigmatism ringan 4A 44 Presbiopia 4A 45 Anisometropia pada dewasa 3A 46 Anisometropia pada anak 2 47 Ambliopia 2 48 Diplopia binokuler 2 49 Buta senja 4A 50 Skotoma 2 51 Hemianopia, bitemporal and homonymous 2 52 Gangguan lapang pandang 2

Retina 53 Ablasio retina 2 54 Perdarahan retina, oklusi pembuluh darah retina 2 55 Degenerasi makula karena usia 2 56 Retinopati (diabetik, hipertensi, prematur) 2 57 Korioretinitis 1

Diskus Optik dan Saraf Mata 58 Optic disc cupping 2 59 Edema papil 2 60 Atrofi optik 2 61 Neuropati optik 2 62 Neuritis optik 2

Glaucoma 63 Glaukoma akut 3B 64 Glaukoma lainnya 3A

Page 23: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

21

Daftar Masalah

Daftar masalah yang terdapat pada Standar Kompetensi Dokter menjadi dasar dalam penentuan pokok bahasan materi perkuliahan, problem based learning dan penugasan yangdisesuaikan dengan kemampuan mahasiswa semester 6. Masalah pada Blok Sistem Penglihatan yang sering dijumpai:

• Mata merah • Belekan • Pandangan kabur • Timbilan/kelilipan • Mata berair • Luka pada kelopak atau bola mata • Nyeri • Silau • Bayangan hitam pada penglihatan

Page 24: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

22

Student Project

Student project pada Blok Visual System and Disorders ini berupa penugasan kepada mahasiswa untuk membuat karya tulis (literature review) dengan topik-topik bahasan yang diberikan oleh pengelola blok. Setiap kelompok mahasiswa akan mendapatkan satu topik yang menjadi pokok bahasan. Semua topik bahasan merupakan penyakit-penyakit yang disebutkan di dalam Standar Kompetensi Dokter (KKI, 2012) dengan level kompetensi 2, dengan tujuan menambah pengetahuan mahasiswa tentang penyakit yang tidak dibahas dalam kuliah namun masih ditemui dalam praktek klinis. Setelah menyelesaikan student project ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1. menentukan judul yang sesuai dengan minat masing-masing kelompok dan relevan dengan topik yang sedang dipelajari

2. memilih referensi yang berkualitas dan sesuai dengan topik student project yang dikerjakan

3. membuat sintesis (literature review) sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan karya tulis ilmiah yang benar

4. mempresentasikan hasil karya tulis masing-masing di kelas besar. Topik penyakit yang menjadi tugas karya tulis akan dibagikan pada hari pertama kegiatan Blok. Student project dikumpulkan dan akan dinilai dari segi penulisan dan presentasi oleh masing- masing kelompok yang telah ditentukan. Student project harus dikumpulkan kepada masing- masing fasilitator dan kepada Tim Blok paling lambat pada hari Selasa, 30 September 2014 untuk diperiksa dan diberi penilaian. Diskusi student project kemudian dilaksanakan pada hari yang telah ditentukan di ruang kuliah. Nilai akhir student project ditentukan oleh fasilitator berdasarkan isi tulisan dan hasil presentasi yang dilakukan. Pilihan topik Student Project

1. Ablatio retina 2. Endoftalmitis 3. Degenerasi makula karena usia (age-related macular degeneration, AMD) 4. Retinopati Diabetik 5. Retinoblastoma

Format Penulisan Student Project

1. Pendahuluan 2. Isi (minimal mencakup definisi, etiologi, pathogenesis, klasifikasi bila ada,

diagnosis, penatalaksanaan, prognosis) 3. Kesimpulan dan Saran 4. Referensi dapat bersumber dari text book (minimal 2) dan jurnal ilmiah

kedokteran (minimal 3) 5. Format penulisan menggunakan Havard Style 6. Minimal 5 halaman, spasi 1,5 dan huruf Times New Roman 12

Page 25: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

23

Presentasi Student Project 1. Student project dipresentasikan dalam bentuk power point dengan memperhatikan

kaidah-kaidah pembuatan power point dan jumlah slide disesuaikan dengan alokasi waktu

2. Presenter dari masing-masing kelompok akan ditentukan secara acak sesaat sebelum presentasi

3. Waktu yang disediakan untuk presentasi maksimal 20 menit, dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab selama 25 menit

4. Penilaian akan diberikan oleh Tim Blok dan Fasilitator

Page 26: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

24

PROGRAM PEMBELAJARAN

PEMICU

PEMICU 1 Kasus diharapkan bisa mencakup pembahasan mengenai

- Anatomi mata - Histologi imata - Fisiologi mata

Kasus: Seorang laki-laki berusia 17 tahun datang ke poliklinik mata untuk memeriksakan kesehatan matanya sebagai prasyarat untuk mengikuti pendidikan kedokteran, dengan persyaratan tidak terdapat kelainan anatomi dan fungsi mata. Dari hasil pemeriksaan fisik mata didapatkan palpebra, orbita, bola mata, pergerakan bola mata, kelenjar lakrimalis dalam keadaan normal, dan visus, reflek pupil langsung dan konsensual, lapang pandang dalam keadaan normal. Namun pada pemeriksaan buta warna disimpulkan pasien mengalami buta warna merah dan hijau.

PEMICU 2 Kasus diharapkan bisa mencakup pembahasan mengenai - Kelainan pada kelopak mata - Kelainan pada apparatus lakrimalis dan air mata - Kelainan pada konjungtiva - Kelainan pada kornea - Kelainan pada traktus uvea dan sklera

Kasus: Seorang perempuan berusia 40 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan mata kanan merah sejak tiga hari yang lalu secara mendadak. Pasien mengatakan sulit membuka mata kanan setiap baru bangun pagi karena kotoran matanya banyak. Pasien juga merasakan ngeres pada mata kanan terutama saat berkedip. Tidak didapatkan keluhan mata berair, silau, nyeri, maupun melihat halo. Pada pemeriksaan dijumpai visus ODS normal. Pada pemeriksaan OD dijumpai konjungtiva mengalami Conjunctival Vascular Injection, CVI (+) dan terdapat sekret. Segmen anterior OD lain dan OS dalam batas normal.

Page 27: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

25

PEMICU 3: Kasus diharapkan bisa mencakup pembahasan mengenai

- Kelainan refraksi - Glaukoma - Katarak dan dislokasi lensa - Strabismus - Kelainan neuro oftalmologi

Kasus Seorang laki-laki berusia 56 tahun datang ke UGD dengan keluhan mata kanan merah dan nyeri sejak kemarin. Merah dan nyeri muncul mendadak saat sedang bekerja. Keluhan menetap dan tidak pernah membaik. Keluhan lain yang dirasakan pasien adalah penglihatan kabur pada kedua mata, dan apabila melihat lampu seperti ada pelangi di sekitarnya. Pasien juga mengeluh berkeringat dingin dan jantung berdebar. Pada pemeriksaan mata didapatkan VOD 2/60, VOS 6/60. Pada konjungtiva OD didapatkan CVI (+) dan PCVI(+) pada konjungtiva, kornea edema, camera okuli anterior (COA) kesan dangkal, pupil dilatasi, dan lensa lensa keruh. Pada OS didapatkan segmen anterior tenang, COA kesan dangkal dengan lensa yang keruh.

Page 28: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

26

ABSTRAK

Kuliah 1 Anatomi Bola Mata

Orbita berbentuk piramid dengan orbital opening di anterolateral sebagai basis dan apek di piosteromedial. Isinya eye ball dan muskulusnya, nerves, vessel, lacrimal aparatus dan lemak.

• Superior wall: frontal bone, lesser wing of the spenoid, pada anterolateral terdapat fossa for lacrimal gland

• Medial wall: etmodalis, frontal, lacrimmal dan sphenoid bone, pada bagian anterior terdapat lacrimal groove dan fossa for lacrimal sac

• Lateral wall: frontal proces of zygomatic bone dan greater wing of sphenoid

• Inferior wall: maxila, zygomatic dan palatine bone • Apex of the orbit: optic canal pada lasser wing of sphenoid

Eyelid atau palpebra menutup eyeball dari arah anterior, bagian luarnya adalah

kulit dan didalamnya tertutup palpebral konjuctiva yang melanjutkan diri menjadi bulbar conjungtiva yang menutup sclera dan melekat dibagian perifer cornea. Pada refleksi palpebral conjungtiva dan bulbar conjungtiva terdapat superior dan inferior fonices. Upper dan lower eyelid diperkuat jaringan ikat padat yaitu superior dan inferior tarsi; didalamnya terdapat tarsal glands. Eyeleshes (cilia) terdapat pada tepi eyelids dan disekitarnya terdapat ciliary glands. Pada medial dan lateral angle of the eye terdapat medial dan lateral palpebral comisure. Pada medial angel terdapat lacrimal lake dan lacrimal carancule.

Lacrimal apparatus terdiri dari lacrimal gland, lacrimal duct dan lacrimal canaliculi (mengalirkan air mata dari lacrimal lakemenuju lakrimal sac) dan nasolarimal duct (dari larimal sac menuju nasal cavity). Lacrimal gland mendapat inervasi dari saraf parasimpatis (nervus VII) dan juga simpatis. Eyeball (bulbus oculi) Terdiri atas tiga lapis

1. Fibrous layer (outer coat), terdiri dari sclera dan cornea 2. Vascular layer (middle coat), terdiri dari coroid, ciliary body dan iris 3. Inner layer terdiri dari retina (optic dan non visual part)

Sclera merupakan opaque part 5/6 bagian posterior dan 1/5 bagian anteriornya

adalah cornea (transparant part). Vascular layer (uvea dan uveal sheet) terdiri dari choroid (pigmental layer), ciliary body (muscular as well as vascular) dan iris dengan pupilnya (sentral aparture) yang mempunyai spinchter dan dilator pupilae. Silliary body tempat melekatnya lensa dan juga mempunyai ciliary proses (menghasilkan aqueous humor yang mengisi anterior dan posterior chamber of the eye). anterior dan posterior chamber dipisahkan oleh iris dan pupil.

Page 29: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

27

Retina terdiri dari optic part dan nonvisual part. Optic part yang sensitive terhadap sinar, terdir dari dua lapis neural dan pigmented cell layer. Nonvisual part (anterior part) yang berhubungan dengan ciliary body dan permukaan posterior iris Fundus (bagian posterior eyeball) mempunyai optic disk (optic papila) yang merupakan tempat masuknya nervus dan vesel memasuki eyeball, juga disebut blind spot. Disebelah lateral opticdisk terdapat makula lutea yang merupakan spesial fotoreseptor cones (untuk visual) dan dibagian sentralnya terdapat cekungan, fovea centralis (sentral pit).

Ora serrata (serrated edge) merupakan batas anterior light reseptive part of the retina. Sentral artery of the retina melayani retina kecuali lapisan rod dan cone dan aliran darah balik melalui central vein of retina. Refractive media of the eyeball terdiri dari cornea, aqueus homor dan lens dan vitreus humour. Extraocular muscles of orbit yaitu levator palpebrae superior, 4 recti (superior, inferior, medial dan lateral) dan 2 oblique (superior dan inferior) yang berfungsi menggerakan superior eyelid dan eyeball. Embriologi eyeball Outpocketing of the forebrain (optic cap) mulai terlihat pada embrio 22 hari dan selanjutnya mengadakan kontak dengan ectoderm dan merangsang ektoderm itu untuk menjadi lens vesicle. Selanjutnya optic cap menjadi doblle-walled optic cap. Outer layer of optic cap akan membentuk pigmented layer retina. 4/5 bagian posterior inner layer (pars optica retinae) yaitu light reseptive element (rod and cones). 1/5 bagian anterior inner layer (pars iridica retinae) membentuk iris, ciliary body (termasuk spincter dan dilator pupilae, ciliary muscle, suspensory ligament). Setelah minggu kelima outer layer akan nyambung dengan duramater dan akan membentuk sclera, cornea serta bergabung dengan duramater disekeliling optic nerve. Inner layer selanjutnya membentuk choroid, ciliary body, iris dan retina. Mesenchyme membentuk jaringan diluar eyeball dan juga masuk ke dalam optic cup melalui choroid fissure dan membentuk hyaloid vessel yang melayani lensa dan permukaan dalam retina serta anyaman serat-serat diantara lensa dan cairan yang kemudian menjadi vitreus body. Pada akhirnya hyaloid vesel mengalami obliterasi dan menghilang.

Page 30: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

28

Kuliah 2 Histologi Mata

Mata merupakan ekstero septor jalur somatik aferen khusus yang dapat menerima stimulus cahaya sehingga disebut organ fotosensoris Cahaya masuk melintasi kornea, lensa, dan beberapa struktur refraksi di dalam orbita. Cahaya kemudian difokuskan oleh lensa ke bagian saraf mata yang sensitif terhadap cahaya atau disebut retina. Retina mengandung sel-sel batang dan kerucut yang akan mengubah impuls cahaya menjadi impuls saraf lalu diteruskan oleh saraf optik ke otak. Lapisan Histologis Dinding Bola Mata Secara histologis, dinding bola mata disusun oleh 3 lapisan:

• Tunika fibrosa yang terdiri atas sklera dan kornea. • Tunika vaskularis yang terdiri atas khoroid, badan siliaris, dan iris. • Tunika neuralis yang terdiri atas retina

Tunika Fibrosa Lapisan ini membentuk kapsul yang berfungsi menyokong bola mata, tersusun atas sklera dan kornea.Sklera terletak di sebelah belakang bola mata, merupakan bagian yang berwarna putih sementarakornea terletak di sebelah depan bola mata, merupakan bagian bening yang menutupi iris. Pertemuan antara sklera dan kornea disebut limbus. Sklera Sklera merupakan jaringan ikat yang disusun olehserat kolagen tipe 1 serta elastin. Susunan inimembentuk struktur dinding bola mata yang kokoh, disokong oleh tekanan intraokular yang berasal darihumor akuaeousdanhumor vitreus. Bagian belakang sklera yang ditembus oleh serat saraf optikdinamakanlamina kribrosa. Di sklera dapat ditemukan pembuluh darah, terutama di limbus. Kornea Kornea merupakan bagian tunika fibrosa yang transparan, tidak mengandung pembuluh darah dan kayaakan ujung-ujung serat saraf. Kornea bersifat avaskular sehingga nutrisi didapat dari difusi daripembuluh darah perifer di limbus, dan melalui humor akweus. Kornea terdiri dari 5 lapisan: Epitel korneadisusun oleh epitel gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk-Merupakan lapisan kornea terluar.Terdiri dari 7 lapis sel-Mengandung banyak ujung serat saraf bebas. Membran Bowman:Terletak dibawah epitel.Disusun serat kolagen tipe-1. Stroma Kornea

Lapisan kornea tertebal. Tersusun dari serat kolagen tipe-1, berjalanpararel membentuk lamel kolagen. Terdapat sel fibroblas diantara serat kolagen.

Membran Descemet Membran dasar tersusun dari serat kolagen

Endotel Kornea Disusun oleh epitel selapis gepeng atau kuboid.Mensintesis protein untuk membran descemet. Memiliki pompa natrium yang berperan pentinguntuk menjaga tekanan dalam stroma kornea.Kelebihan cairan dalam stroma dapat diserap oleh endotel dengan cara mengeluarkan ion natrium kedalam kamera okuli anterior sehingga air akan ikut keluar bersama ion natrium. Stroma kornea harusdipertahankan dalam keadaan sedikit

Page 31: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

29

dehidrasi untuk menjaga kualitas refraksi kornea. Kornea menjadi buram bila endotel kornea gagal mengeluarkan kelebihan cairan di stroma. Limbus Merupakan tempat pertemuan antara kornea dengan sklera.Stromanya merupakan tepian sklera yang menyatu dengan kornea. Tersusun atasjaringan ikat fibrosa.

Terdapat Kanal Schlemm yang merupakan pembuluh berbentuk cincin yang melingkari mata dan bermuara pleksus vena sklera.Pada korpus siliaris terdapat muskulis siliaris, otot polos untuk mengatur akomodasi mata.

Tunika Vaskulosa Koroid Khoroid merupakan lapisan yang banyak mengandung pembuluh darah dan sel berpigmen sehinggatampak berwarna hitam. Lapisan ini tersusun dari jaringan penyambung jarang yang mengandung serat-serat kolagen dan elastin, sel-sel fibroblas, pembuluh darah dan melanosit. Khoroid memiliki 4 lapisan:

1. Epikhoroid- Lapisan khoroid terluar tersusun dari serat-serat kolagen dan elastin. 2. Lapisan pembuluh: Lapisan yang paling tebal dan tersusun dari pembuluh darah

dan melanosit. 3. Lapisan korio kapiler: Tersusun dari pleksus kapiler, jaringan ikat kolagen dan

elastin, fibroblast dan melanosit. Berfungsi menyuplai nutrisi untuk bagian luar retina.

4. Lamina elastika: lapisan khoroid yang berbatasan dengan epitel pigmen retina.

Korpus siliaris Merupakan perluasan khoroid ke arah depan.Disusun oleh jaringan ikat yang menganding elastin, pembuluh darah, dan melanosit.Badan siliaris membentuk tonjolan-tonjolanpendekprosessus siliaris.Dari prosessus siliaris muncul benang fibrillin yang akan berinsersi pada kapsula lensa,disebut sebagaizonula zinii. Zonula zinii berfungsi sebagai penggantunglensa.Dilapisi oleh 2 lapis epitelkuboid.Sel-sel korpus siliaris merupakan penghasil aqueous humor.Cairan ini akan mengalir dari kamera okuli posterior ke kamera okuli anterior melewaticelah pupil, lalu masuk ke dalam kana Schlemm di limbus dan bermuara di sistemvena.Korpus siliaris mengandung 3 berkas ototpolos yang dikenal sebagai mukulus siliaris.Satu berkas otot berfungsi membuka kanalSchlemm untuk aliran humor akweus.2 berkas lainnya untuk akomodasi mata. Iris Iris merupakan bagian paling depan dari tunika vaskulosa. Struktur ini merupakan kelanjutan badan siliar dan membentuk sebuah diafragma di depan lensa.Iris merupakan pemisah kamera okuli anterior dan posterior, dengan pupil di tengahnya.Iris disusun oleh jaringan ikat longgar berpigmen dan memiliki banyak pembuluh darah.Permukaan iris yang menghadap ke kamera okuli anterior tidak beraturan dengan lapisan pigmenyang tidak lengkap.Permukaan posterior iris lebih halus dan memiliki banyak sel-sel pigmen yang akan mencegahcahaya melintas lewat iris.Hal ini membuat cahaya terfokuskan masuk lewat pupil.Jumlah sel melanosit yang terdapat pada iris akan mempengaruhi warna mata.Bila jumlah melanosit banyak, mata akan tampak hitam,

Page 32: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

30

sebaliknya jika sedikit, mata akan tampakbiru.Terdapat 2 jenis otot polos, yaitu otot dilator pupil dan otot konstriktor pupil. Lensa Mata Terdiri atas 3 lapisan yaitu kapsul lensa, epitel subkapsul, dan serat lensa. Kapsul lensa adalah lamina basalis yang terdiri atas serat kolagen tipe IV dan glikoprotein. Kapsul lensa bersifat elastis, jernih, danpadat. Epitel subkapsul hanya terdapat di permukaan anterior lensa yang terdiri atas epitel selapiskuboid. Serat-serat lensa merupakan sel yang kehilangan inti dan organel lainnya, kemudian diisi olehprotein lensa bernama crystallin. Cystalli akan meningkatkan index pembiasan lensa.Lensa tidak mengandung pembuluh darah, nutrisinya diperoleh lewat aqueous humor dan korpusvitreus. Lensa bersifat impermeabel, namun transparan. Korpus Vitreus Merupakan agar jernih yang mengisi ruang antara lensa dan retina. Korpus vitreus disusun 99% oleh air dan mengaadung elektrolit, serta serat kolagen dan asam hialuronat. Di dalam korpus vitreus terdapat sisa suatu saluran yang dikenal sebagai kanal hialoidea, yang semula mengandung arteri hialodea pada masa janin. Tunika Neuralis Retina merupakan lapisan terdalam bola mata, mengandung sel fotoreseptor batang dan kerucut.Diretina terdapat lempeng optik yang merupakan tempat keluarnya nervus optikus.Serat-serat saraf di daerah ini bertumpuk membentuk tonjolan yang disebutpapila nervus optikus atau bintik buta. Daerah ini tidak mengandung sel fotoreseptor sehingga tidak peka terhadap cahaya.Pada papila nervus optikus terdapat arteri dan vena sentralis.Arteri ini merupakan satu-satunya arteri yang menyuplai darah ke retina.Di lateral bintik buta terdapat daerah berpigmen kuning yang dikenal sebagai bintik kuning atau makula lutea.Bagian tengah makula lutea dikenal sebagai fovea sentralis dan merupakan daerah penglihatan yangpaling peka.Sel penglihatan pada lantai fovea terdiri atas sel kerucut yang tersusun rapat dan berukuran lebih panjang dibandingkan dengan sel-sel di bagian perifer retina.Di daerah fovea ini pula sel lapisan dalam retina lebih dangkal, sehingga cahaya dapat mencapai sel kerucut dan batang lebih mudah. Retina terdiri atas 10 lapisan dari luar ke dalam: Epitel berpigmenà lapisan sel polygonal yang kaya akan butir melanin, berfungsi menyerap cahaya dan mencegah pemantulan, memberi nutrisi sel foto reseptor, sel pelepas dan penimbun vitamin A, dan tempat pembentukan rhodopsin. Lapisan batang dan kerucutà terdiri atassel-sel foto reseptor yang merupakan modifikasi sel saraf. Sel batang mengandung pigmen rhodopsin yang sangat pekaterhadap cahaya sehingga dapat teraktivasi dalam keadaan cahaya redup, namun jika cahaya terang, sel ini tidak dapat menghasilkan sinyal. Sel kerucut mempunyai pigmen iodopsin yang sensitif terhadap warna merah, biru, dan hijau. Sel ini akan teraktivasi dengan cahaya terang. Membran limitas luarà rangkaian kompleks tautan antara sel batang dan sel kerucut. Lapisan inti luarà lapisan yang terdiri atasinti sel batang dan kerucut Lapisan plesiform luarà terdiri atas aksonsel batang dan kerucut serta dendrit selbipolar

Page 33: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

31

Lapisan inti dalamà dibentuk oleh inti-intidan badan sel bipolar, sel horizontal, selamakrin, serta sel Muller (gliosit retina) Lapisan pleksiform dalam à terbentuk akibat sinaps antara sel-sel di lapisan inti dalam Lapisan sel ganglionà terdiri atas sel ganglion yang menyerupai neuron otak dengan akson panjang menuju nervus optikus Lapisan serat sarafà dibentuk oleh akson sel ganglion Membran limitans dalamà membrane basalis sel Muller yang memisahkan retina dari korpus vaskulosa

Page 34: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

32

Kuliah 3 Fisiologi Mata

Mata adalah struktur khusus tempat reseptor-reseptor peka cahaya yang penting untuk persepsi penglihatan-yaitu sel kerucut (cones) dan sel batang (rods) yang ditemukan dilapisan retina. Iris mengatur ukuran pupil dan jumlah cahaya yang masuk ke mata. Kornea dan lensa adalah media refraksi utama yang membelokkan berkas cahaya masuk agar bayangan terfokus di retina. Kornea merupakan penentu utama kemampuan refraktif mata. Kekuatan lensa dapat diubah-ubah melalui otot siliaris agar mata dapat berakomodasi untuk penglihatan dekat.

Sel batang dan sel kerucut diaktifkan apabila fotopigmen yang mereka miliki menyerap berbagai panjang gelombang cahaya. Penyerapan cahaya menyebabkan perubahan biokimia pada fotopigmen yang akhirnya dikonversikan menjadi perubahan kecepatan perambatan potensial aksi di jalur penglihatan yang meninggalkan retina. Pesan visual disalurkan ke korteks penglihatan di otak untuk pengolahan perseptual. Sel kerucut memperlihatkan ketajaman yang tinggi, tetapi hanya dapat digunakan untuk penglihatan di siang hari, karena memiliki kepekaan yang rendah terhadap cahaya. Penglihatan warna ditimbulkan oleh bermacam-macam rasio simulasi terhadap ketiga jenis sel kerucut oleh berbagai panjang gelombang cahaya. Sel batang menghasilkan penglihatan yang samar berupa rona abu-abu, karena sangat peka terhadap cahaya, sel-sel batang berfungsi untuk melihat malam hari.

Kuliah 4: Kelainan pada Kelopak Mata

Kelopak mata merupakan suatu struktur yang tipis yang terdiri dari kulit, otot dan jaringan fibrous, yang berfungsi melindungi mata. Mobilitas yang besar dimungkinkan oleh karena kulitnya merupakan tertipis dari seluruh tubuh. Dibagian dalam dilapisi oleh konjungtiva, yang berlanjut kebola mata. Dikelopak mata ini terdapat kelenjar-kelenjar seperti kelenjar Meiboom, Zeis dan Moll.

Pada kelopak mata bisa terjadi penyakit-penyakit infeksi dan inflamasi, deformitas anatomi dan juga tumor-tumor baik jinak maupun maligna. Kelopak mata merupakan pertahanan pertama bola mata dari trauma, sehingga sering mengalami cidera bila terjadi trauma okuli.

Kuliah 5 Kelainan Aparatus Lakrimal dan Air Mata.

Aparatus lakrimal terdiri dari bagian produksi (kelenjar lakrimal), dan bagian drainase, yang terdiri dari pungtum lakrimal superior dan inferior, kanalis lakrimal superior dan inferior, kanalikuli komunis, sakus lakrimal dan duktus nasolakrimal. Air mata sebagian besar diproduksi oleh kelenjar lakrimal. Tear film terdiri dari 3 bagian yaitu paling bawh berupa lapisan mucus, lapisan tengah berupa lapisan akuos, dan lapisan paling luar adalah lapisan lemak.

Sekresi dari kelenjar lakrimal dipengaruhi oleh emosi, iritasi fisik, yang menyebabkan lakrimasi. Apabila terdapat gangguan ekskresi saluran air mata dapat

Page 35: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

33

menimbulkan epifora. Kelainan-kelainan bisa terjadi pada bagian serkresi atau ekskresi. Bisa berupa kelainan kongenital atau inflamasi.

Tebal tear film 7 - 10µm yang menyelimuti kornea dan konjungtiva. Fungsinya antara lain membasahi dan melindungi epitel kornea dan konjungtiva. Kekeringan mata (dry eyes) dihubungkan dengan defisiensi dari komponen tear film. Jadi penyebabnya bermacam-macam yang disebut dry eye syndrome (keratokonjungtivitis sika). Klasifikasi dari dry eye syndrome adalah a. Evaporative tear disorder (ETD), b. Aqueous tear deficiency (ATD), c. campuran dari keduanya. Untuk mendiagnose dry eye syndrome ada beberapa tes diagnostik seperti: Schirmer test, break up time test (BUT) dan lain-lain.

Kuliah 6 & 7

Kelainan pada Konjungtiva

Konjungtiva adalah membrane mukosa tipis transparan yang meliputi bagian posterior palpebra (konjungtiva palpebra), bagian depan sklera (konjungtiva bulbi), dan dihubungkan oleh konjungtiva forniks. Konjungtiva berakhir di kulit pada margo palpebra (mucocutaneous junction), dan di kornea (limbus).

Secara histologi terdiri dari epitel: sel epitel superfisial dan sel epitel basal. Stromanya dibagi menjadi lapisan adenoid dan lapisan fibrous. Juga terdapat kelenjar Krause dan Wolfring.

Oleh karena lokasi konjungtiva terbuka terhadap mikro organisme dan faktor lingkungan, maka ada beberapa mekanisme proteksi terhadap konjungtiva seperti komponen-komponen air mata yang mencairkan material infeksius, mukus yang mengambil debris, gerakan berkedip dari kelopak mata yang mengalirkan air mata ke saluran lakrimal. Pada konjungtiva terdapat system limfoid yang disebut conjunctival associated lymphoid tissue (CALT) yang berperan sebagai pelindung bola mata.

Kelainan pada konjungtiva yang sering adalah inflamasi (konjungtivitis). Konjungtivitis bisa disebabkan oleh kuman-kuman patoogen, virus, dan alergi. Kelainan lain yang sering dijumpai antara lain pterygium, pinguekula, dan tumor sampai keganasan. .

Kuliah 8 Kelainan pada Kornea

Fungsi kornea adalah pelindung bola mata, sebagai jendela masuknya sinar dari luar ke retina, dan sebagai media refraksi utama bola mata. Kornea transparan dan bila terdapat kelainan maka tranparansinya akan hilang sehingga penderita merasa kabur.

Kornea yang intak umumnya resisten terhadap infeksi. Kuman akan bisa menginfeksi kornea bila terdapat mikro trauma pada kornea. Tapi ada juga kuman yang bisa menginfeksi tanpa ada mikrotrauma, yaitu Nesseria gonnorheae. Bila terjadi peradangan pada kornea maka akan timbul trias keratitis: nyeri, lakrimasi, fotofobi. Pada pemeriksaan kornea akan adanya infiltrat, oedem, sampai terjadi neo vaskularisasi. Peradangan pada kornea disebut sebagai keratitis, dimana bila terjadi diskontinuitas kornea yang lebih dalam sampai melewati epitel kornea disebut sebagai ulkus kornea. Pada ulkus kornea yang tidak ditangani dengan baik maka dapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti hipopion sampai perforasi bola mata yang bisa dimulai dengan protrusi membrane desemet atau perforasi spontan. Bila ini terjadi maka dapat

Page 36: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

34

mengakibatkan terjadinya infeksi keseluruhan isi bola mata atau endoftalmitis dan bahkan dapat mengenai seluruh isi rongga orbita yaitu panoftalmitis. Penyembuhan lesi kornea dapat menyebabkan sikatrik berupa nebula, makula dan leukoma. Pada perforasi kecil akan meninggalkan leukoma adheren.

Kuliah 9 Traktus Uvea dan Sklera.

Traktus uvea terdiri dari iris, badan silier, dan koroid. Peradangan pada traktus uvea atau uveitis dapat dibagi menjadi uveitis anterior (iritis, iridosiklitis), uveitis intermediet atau uveitis media (siklitis, pars planitis, vitritis), dan uveitis posterior (koroiditis, retinitis, korioretinitis, retinokoroiditis). Uveitis dapat terjadi primer maupun sekunder akibat komplikasi dari keratitis, skleritis atau sklerokeratitis.

Secara klinis uveitis dibagi menjadi uveitis anterior (iritis), salah satu gejalanya adalah adanya KP (keratic precipitates), sel, flare, dan hipopion yang merupakan kumpulan leukosit, kuman, dan debris inflamasi yang menempel pada endotel kornea, melayang-layang di COA, atau mengendap di COA . Keratic precipitates besar yang disebut mutton fat atau granulomatosa, yang berukuran kecil disebut non granulomatusa.

Seklera terdiri dari kolagen yang membungkus 5/6bola mata, dari limbus bagian anterior sampai foramen optikum di posterior. Episkleritis adalah radang dari episklera. Sedangkan skleritis adalh radang dari sklera. Skleritis lebih berat dari episkleritis. Bukan hanya karena gejala nyerinya yang berat juga kelainan dari bola mata yang ditimbulkannya. Sklera dapat mengalami penipisam (necrotizing scleritis) yang berakibat stafiloma bola mata.

Kuliah 10 Strabismus

Strabismus merupakan deviasi bola mata dari posisi normalnya (orthotropia). Strabismus dapat dibagi menjadi strabiosmus horizontal (esotropia dan eksotropia) dan vertikal (hipertropia dan hipotropia). Strabismus ada yang bersifat sementara atau laten atau phoria dan yang bersifat konstan atau tropia. Strabismus dapat terjadi secara congenital maupun dapatan. Strabismus kongenital derajat deviasi lebih besar, sedangkan strabismus yang didapat umumnya derajat deviasinya lebih ringan. Prinsip terapi dari strabismus adalah koreksi maksimal kelainan refraksi yang didapatkan, terapi ambliopia bila ada, dan operasi.

Kuliah 11 Kelainan Neuroophtalmologi

Optic neuritis is a disk swelling caused by inflammation at the nerve head (intraocular optic nerve). Loss of vision is the cardinal symtom of optic neuritis and is particularly usefull in defferentiating papillitis from papilledema which it may resemble on

Page 37: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

35

ophthalmoscopic examination. Optic neuritis may be due to a variety of causes but the most common is demyelinative disease, including multiple sclerosis Papilledema in an optic disk swelling due to raised intracranial pressure of wich the most common causes are cerebral tumors, abscesses, subdural hematome, arteriovenous malformation, subarachnoid hemorrhage acquired hydrocephalus, meningitis, and encephalitis. Optic atrophy is a nonspecifik response to optic nerve damage from any cause. Since optic nerves consist of retinal ganglion cell axons, optic atrophy may be the concequence of primary retinal disease, such as retinitis pigmentosa or central retinal artery occlusion

Kuliah 12

Glaukoma dan Trauma Okuli

Glaukoma adalah suatu neuropati optik dengan kelaianan lapang pandang yang khas dengan peningkatan tekanan intra okuler (TIO) sebagai factor risiko utamanya.

Glaukoma akut sangat mengancam terjadinya kebutaan karena datangnya tiba-tiba atau didahului beberapa tanda prodromal. Glaukoma kronik dengan sudut bilik mata yang terbuka mengakibatkan kerusakan pada papil saraf optik secara perlahan sehingga hampir tanpa keluhan.

Glaukoma disebut juga si pencuri penglihatan karena sebagian besar tidak dirasakan oleh penderita atau tanpa keluhan tadi. Kebutaan yang disebabkan oleh glaukoma tadi bersifat menetap, tidak seperti katarak yang bisa dipulihkan. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua di Indonesia. Maka hal penting adalah deteksi dini dari glaukoma sehingga kerusakan syaraf optic tidak parah.

Terjadinya hambatan aliran keluar cairan akuos yang diproduksi oleh prosesus siliaris, menuju kevena episklera yang menyebabkan TIO meningkat. Pada kerusakan papil saraf optik yang disebabkan oleh glaukoma makaa CD ratio akan melebar atau meningkat. Cup disk ratio normal 0,3 sampai 0,4. Pada glaukoma ≥ 0,5, dimana serabut saraf optic akan berkurang yang mengakibatkan lapang pandang menyempit, yang pada fase akhir sangat sempit (tunnel vision) dan akhirnya menghilang dan terjadi kebutaan total.

Glaukoma merupakan penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan yang ireversibel jika tidak terdeteksi dan tidak ditangani. Glaukoma adalah kumpulan gejala penyakit neuropati optik yang ditandai dengan adanya penggaungan papil saraf optik dan penyempitan lapang pandang dengan peningkatan tekanan intraokular sebagai salah satu faktor risiko primer. Glaukoma diklasifikasikan menjadi 3: glaucoma sudut terbuka, glaucoma sudut tertutup, dan glaucoma pada masa anak-anak. Pada glaukoma sudut terbuka terjadi gangguan aliran keluar dari humor akuos akibat peningkatan resistensi trabecular meshwork. Pada glaukoma sudut tertutup terjadi hambatan keluar humor akuos akibat tertutupnya trabecular meshwork oleh pangkal iris. Glaukoma akan menyebabkan melemahnya fungsi mata dengan terjadinya penyempitan lapangan pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasasi (penggaungan) serta degenerasi papil saraf optik, yang dapat berakhir dengan kebutaan permanen.

Page 38: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

36

Untuk menegakkan diagnosis glaukoma, selain perlu dilakukan anamnesis cermat juga perlu dilakukan pemeriksaan visus dan refraksi; pemeriksaan segmen anterior yang meliputi pemeriksaan palpebra (edema, konjungtiva hiperemi), episklera dan sklera (dilatasi pembuluh darah), kornea (pelebaran), kamera anterior (hitung lebar-sempitnya, adanya tanda radang dan temuan lainnya), iris (kontur, atrofi, kista, iridonesis), pupil dan lensa (sindrom eksfoliasi, sinekia posterior, posisi dan regularitas, ruptur spingter, uvea ektropi); pemeriksaan segmen posterior dengan opthalmoskop untuk memeriksa diskus saraf optik (funduskopi) dan untuk menilai CD ratio; pemeriksaan tonometri untuk mengukur tekanan intraokular; pemeriksaan gonioskopi untuk melihat struktur internal mata dan membedakan antara glaukoma sudut terbuka atau tertutup; serta tes lapang pandang penglihatan dengan perimetri/kampimetri untuk melihat apakah didapatkan cacat lapang pandang atau tidak.

Pengobatan pada pasien glaukoma dilakukan bertujuan untuk menurunkan tekanan intraokular dan apabila memungkinkan, memperbaiki patogenesis yang mendasarinya. Pengobatan medikamentosa pada glaukoma bertujuan untuk mensupresi pembentukan humor akuos dengan mempergunakan penghambat beta adrenergik (timolol) dan inhibitor karbonat anhidrase (asetazolamid); untuk memfasilitasi aliran keluar humor akuos dengan obat parasimpatomimetik (pilokarpin); serta untuk menurunkan volume korpus vitreum dengan mempergunakan obat-obat hiperosmotik (gliserin). Sedangkan tindakan operatif yang perlu dilakukan pada glaukoma adalah iridektomi perifer untuk membentuk komunikasi langsung antara COA dan COP sebagai tindakan preventif pada mata yang satunya dan apabila telah terjadi sinekia anterior perifer maka perlu dilakukan tindakan trabekulektomi untuk mengalirkan humor akuos dari COA ke ruang sub konjungtiva.

Trauma Okuli Trauma pada mata dibagi menjadi:

1. Trauma mekanik: tajam/tembus dan tumpul. 2. Trauma kimia: asam dan basa. 3. Trauma fisika: termal

Trauma mekanik tumpul sangat sering terjadi dan kerusakan jaringan yang terjadi sangat bervariasi dapat ringan sampai menimbulkan kebutaan. Untuk trauma tumpul diperlukan pemeriksaan yang cermat yang terdiri dari anamnesa dan pemeriksaan. Kelainan yang dapat ditemukan bisa pada orbita, kelopak mata, konjungtiva, kornea, bilik mata depan, pupil dan iris, lensa, fundus, dan tekanan bola mata.

Pada trauma tembus mata bisa terjadi trauma tembus dengan atau tanpa korpus alienum didalam bola mata. Trauma tembus bisa mengenai kelopak mata, konjungtiva, sklera, kornea iris, badan silier, lensa dan badan kaca,koroid retina dan orbita. Pada trauma kimia bisa asam atau basa. Trauma basa lebih berbahaya dari trauma asam oleh karena basa akan menembus kornea kedalam sehingga menimbulkan kelainan yang yang lebih berat dari pada asam. Penanganan trauma basa lebih lama dari asam sewaktu melakukan irigasi.

Page 39: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

37

Kuliah 13 Katarak dan Dislokasi Lensa

Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa. Berdasarkan usia onsetnya katarak dapat dibagi menjadi katarak congenital (lahir-6 bulan), juvenile (6 bulan-20 tahun), pre senilis (21-50 tahun) , dan katarak senilis (>50 tahun). Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia. Sehingga dewasa ini fisiologi, biokimia, Ddan proses yang terkait dengan lensa mata menjadi topik penelitian yang sangat menarik dan menantang para ahli mata seluruh dunia. Prinsip terapi kataraka adalah mengganti lensa yang keruh dengan lensa buatan melalui operasi katarak (small incision cataract surgery, SICS atau phacoemulsification) Lensa dapat mengalami dislokasi dari lokasi anatomisnya. Subluksasi lensa terjadi apabila sebagian lensa lepas dari Zonula Ziin, sedangkan luksasi lensa baik ke anterior dan posterior terjadi akibat lepasnya lensa secara total dari Zonula Ziin. Dislokasi lensa dapat disebabkan oleh kelainan genetik seperti sindrom Marfan maupun akibat suatu trauma.

Kuliah 14 Kelainan Refraksi

Gangguan penglihatan adalah salah satu keluhan utama yang menyebabkan

seorang pasien datang ke dokter mata. Gangguan penglihatan tersebut sangat erat hubungannya dengan refraksi. Mata dianggap sebagai kamera yang terdiri dari media refraksi (kornea, humor akuos, lensa, dan vitreus) dan retina sebagai filmnya. Emetropia adalah bila sinar sejajar sumbu mata dibiaskan di retina tanpa akomodasi. Kelainan refraksiatau ametropia adalah kondisi dimana sinar dating dari arah tak hingga dibiaskan tidak jatuh tepat di retina pada mata yang tak berakomodasi. Sinar yang dibiaskan dapat jatuh di depan atau di belakang retina dan tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata. Kelainan refraksi berupa myopia hipermetropia dan astigmat. Ada keadaan fisiologi lain yaitu presbiopi yang disebabkan oleh pengerasan nukleus lensa yang menyebabkan gangguan akomodasi lensa sehingga menyebabkan penglihatan dekat terganggu. Apabila pada kedua mata terdapat perbedaan status refraksi > 3 D disebut anisometropia yang bisa menimbulkan anisokonia. Anisometropia menyebabkan pasien mengalami pusing mual muntah meskipun sudah dikoreksi dengan kaca mata.

Pasien miopia atau rabun jauh mengalami penurunan kemampuan melihat jauh tapi dapat melihat dekat dengan lebih baik. Miopia terjadi jika kornea (terlalu tebl dan cembung) atau panjang aksis bola mata terlalu panjang sehingga titik fokus sinar yang dibiaskan akan terletak di depan retina.

Pasien hipermetropia adalah mengalami penurunan tajam penglihatan jauh dan dekat. Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai antara panjang bola mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga titik fokus sinar terletak di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan oleh pendeknya aksis bola mata

Page 40: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

38

(hipermetropia aksial), seperti yang terjadi pada kelainan bawaan tertentu, atau penurunan indeks bias refraktif (hipermetropia refraktif), seperti afakia (tidak mempunyai lensa).

Astigmat terjadi jika kornea dan lensa mempunyai permukaan yang tidak rata, atau tidak berbentuk bulat yang sempurna sehingga cahaya tidak jatuh pada satu titik focus. Sebagian bayangan akan dapat terfokus pada bagian depan retina sedang sebagian lain sinar difokuskan di belakang retina. Akibatnya penglihatan akan terganggu. Mata dengan astigmatisme dapat dibandingkan dengan melihat melalui gelas dengan air yang bening. Bayangan yang terlihat dapat menjadi terlalu besar, kurus, terlalu lebar atau kabur.

Presbiopia adalah kelainan degeneratif yang berhubungan dengan usia, dimana pada orang yang berumur 40 tahun ke atas akan mengalami kekakuan lensa akibat pengerasan nukleus lensa sehingga akan menyebabkan gangguan akomodasi lensa. Pasien presbiopia tanpa kelainan yang lain mengeluh kabur saat membaca, namun saat melihat jauh tidak mengalami masalah.

Untuk menambah tajam penglihatan yang kurang, mungkin diperlukan bantuan lensa. Lensa-lensa yang dipakai adalah: lensa sferis +, sferis – atau lensa silinder + / -. Tajam penglihatan yang menurun bisa disebabkan oleh kelainan refraksi bisa juga kelainan organik. Untuk membedakan dilakukan tes pinhole. Pada kelainan refraksi, ketika dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan dengan pinhole akan mengalami perbaikan.

Page 41: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

39

KEGIATAN PRAKTIKUM

Petunjuk Praktikum Anatomi:

1. Perhatikan tulang-tulang yang membentuk dinding orbita (superior, inferior, medial, lateral, dan fundus) dan cekungan-cekungan/ lubang pada dinding orbita.

2. Perhatikan tiga lapisan dari eyeball 3. Perhatikan refraktif media of the eyeball:

- Cornea - Anterior and posterior chamber - Pupil dan iris - Lens, zonula fiber dan ciliary body - Iridocorneal angle - Perhatikan bagian-bagian auricle dan external acoustic meatus.

4. Identifikasi tympanic membrane antara lain: - Umbo - Flaccid dan tense part - Tempat perlekatan hendle of maleous

5. Identifikasi dinding-dinding tympanic cavity dan hubungan-hubungan dengan rongga lainnya

6. Perhatikan auditory ossicles dan aduktus lainnya yang terdapat di dalam tympanic cavity (stapedius dan tensor tympanic muscles, chorde tympani nerve)

7. Identifikasi bony labyrinth antara lain: coclear, spinal canal, coclear aquaduct, round window, vestibule of the bony labyrinth, vestibular aquaduct, semicircular canal dan bony ampula

8. Identifikasi membranous labyrinth (vestibular labyrinth, semicircular duct, dan coclear labyrinth).

Petunjuk Praktikum Fisiologi 1. Maksud dan tujuan: Akan dipelajari:

1. Visus 2. Percobaan fosfen tekan 3. Percobaan diplopia 4. Reflek pupil dan akomodasi 5. Disparasi melintang dan titik-titik identik 6. Melihat ruang 7. Tes buta warna

2. Alat-alat yang diperlukan: - Ototypi snellen/ snellen chart - Lampu senter - Teropong karton dengan lobang-lobang dan 3 batang (bambu) yang tak sama

besarnya

Page 42: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

40

- Korek api - Benang- benang Holmgren - Buku pseudo-isochromatik Ishihara

3. Tata kerja:

a) Visus Cara Pemeriksaan Visus Dasar a. Pasien duduk 6 meter (20 feet) dari kartu Snellen b. Tutup mata kiri dengan okluder atau telapak tangan tanpa menekan bola mata c. Minta pasien membaca/mengidentifikasi optotip atau pemeriksa menunjuk

optotip. Dimulai dari yang terbesar hingga yang terkecil, dari kiri ke kanan, yang masih dapat teridentifikasi sampai hanya separuh optotip pada satu baris yang teridentifikasi dengan benar.

d. Lihat berapa tajam penglihatan pada baris tersebut. e. Catat jumlah optotip yang salah diidentifikasi f. Ulangi langkah 1-5 untuk mata kiri. g. Ulangi dengan menggunakan kedua mata dan catat sebagai tajam penglihatan

dua mata. Cara Pemeriksaan Low Visual Acuity Jika pasien tidak dapat melihat huruf pada Kartu Snellen yang paling atas, maka dilakukan pemeriksaan ini. a. Minta pasien duduk dengan nyaman. b. Tutup mata yang tidak diperiksa. c. Pemeriksa berdiri 1 m dari pasien, acungkan jari pemeriksa, minta pasien

menghitung jumlah jari. d. Bila pasien menjawab dengan benar, pemeriksa mundur ke jarak 2 m, dst,

hingga jarak 6 meter. e. Tajam penglihatan dicatat : hitung jari dari jarak 1 m = 1/60, dari jarak 2 m =

2/60, s/d 6/60. f. Bila pasien tidak dapat menghitung jari dari jarak 1 m, gerakkan tangan

pemeriksa dari jarak 1 m. g. Tanyakan apakah pasien dapat melihat gerakan tangan serta arah gerakan

tangan pemeriksa. h. Bila dapat melihat gerakan tangan : tajam penglihatan dicatat sebagai hand

movement atau 1/300. i. Bila tidak dapat melihat gerakan tangan, sinari mata pasien dengan lampu

senter dan tanyakan apakah pasien dapat melihat b) Percobaan fosfen tekan

- Pejamkanlah kedua mata, dan tekanlah salah satu bola mata dibagian temporal atas dengan ujung jari dengan perlahan-lahan, dan catatlah apa yang saudara alami.

- Ulangi percobaan ini dengan tekanan pada bagian temporal bawah.

c) Percobaan diplopia - Pandanglah satu benda dengan kedua mata, dan tekanlah bola mata bagian

lateral - Perhatikanlah terjadinya penglihatan rangkap.

Page 43: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

41

d) Reflek pupil dan akomodasi - Mata kanan disorot dengan senter, perhatikanlah perubahan pupil pada mata

tersebut. - Idem diatas, perhatikan perubahan pupil pada mata kiri - Suruhlah orang percobaan melihat pada jari pemeriksa yang ditempatkan

pada jarak 0,5 m di depannya. Sambil memperhatikan pupilnya dekatkanlah jari itu sehingga orang percobaan berakomodasi.

e) Disparasi melintang dan titik-titik identik - pasanglah 3 batang yang tidak sama tebalnya pada jarak yang berlainan

pada lobang yang ada pada dinding teropong karton. - Putarlah teropong sehingga batang-batang terlihat vertikal - Suruhlah orang percobaan melihat melalui teropong dan suruhlah dia

menentukan jauh dekatnya letak batang-batang yang satu terhadap yang lainnya, dan catatlah jawabannya serta bandingkanlah dengan keadaan yang sebenarnya.

- Ulangilah percobaan di atas akan tetapi setelah teropong diputar sehingga batang-batang letaknya horizontal.

f) Melihat ruang - Lihatlah dengan kedua mata korek api yang diletakkan di atas meja dari

jarak 30 cm. - Tutuplah salah satu mata, dan cobalah menggambarkan kotak korek api

seperti terlihat oleh matanya yang masih terbuka. - Ulangilah dengan mata yang lainnya terbuka, sedang yang terbuka tadi

ditutup. - Bandingkanlah kedua jarak tadi.

g) Tes buta warna buta warna organik - Suruhlah orang percobaan mengumpulkan benang-benang wol Holmgren

yang sewarna dalam kelompok-kelompok. Catatlah kesalahan-kesalahan yang dibuatnya.

- Suruhlah orang percobaan membaca gambaran-gambaran yang terdapat di dalam buku pseudoisochromatik Ishihara

- Catatlah kesalahan-kesalahan yang dibuatnya menurut cara yang tertera dalam petunjuk buku itu

Buta warna fungsional - Periksalah kebutaan warna dengan benang-benang Holmgren dan buku

Ishihara seperti di atas.

Page 44: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

42

UJI DIRI (SELF ASSESSEMENT)

1. Describe definition of conjunctivitis, skleritis, keratitis, corneal ulcer, uveitis and endohthalmitis!

2. Explain about pathogenesis of conjunctivitis, skleritis, keratitis, corneal ulcer, uveitis and endohthalmitis!

3. Describe the ophthalmologic examination required to diagnose conjunctivitis, skleritis, keratitis, corneal ulcer, uveitis and endohthalmitis!

4. Explain about clinical manifestation of conjunctivitis, skleritis, keratitis, corneal ulcer, uveitis and endohthalmitis!

5. Explain about management of conjunctivitis, skleritis, keratitis, corneal ulcer, uveitis and endohthalmitis!

6. Explain about pathogenesis of dacryosistitis, chalazion, blepharitis and hordeulum!

7. Describe the clinical manifestation of dacryosistitis, chalazion, blepharitis and stye!

8. Describe kind of required physical examination to diagnose dacryosistitis, blepharitis, enteropion, ecteropion, ptosis, chalazion and stye!

9. Explain about management of dacryosistitis, blepharitis, enteropion, ecteropion, ptosis, chalazion and stye!

10. Describe the definition of myopia, hypermetropia, astigmatism, presbyopia and anisometropia!

11. Mention the symptom of myopia, hypermetropia, astigmatism, presbyopia and anisometropia!

12. Explain about physical examinations in diagnosis myopia, hypermetropia, astigmatism, presbyopia and anisometropia!

13. Explain how to make correction in myopia, hypermetropia, astigmatism, presbyopia and anisometropia!

14. Explain how the management patient with myopia, hypermetropia, astigmatism, presbyopia and anisometropia.

15. What people can do in myopia and anisometropia prevention 16. What is the etiology of myopia, hypermetropia, astigmatism, presbyopia and

anisometropia! 17. Can you mention the classification of myopia and astigmatism? 18. What is the complication if all the refraction error were not correctly? 19. Describe definition of cataract! 20. Explain about pathogenesis of cataract! 21. Mention classification of cataract! 22. Mention symptom could be found in cataract! 23. Mention the examination needed to make diagnosis of cataract! 24. What should you do if you have patient with cataract? 25. Describe definition of optic neuritis, papil atropi, papiledema! 26. Explain about pathogenesis of optic neuritis, papil atropi, papiledema! 27. Mention symptoms could be found in optic neuritis, papil atropi, papiledema!

Page 45: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

43

28. Mention the examination needed to make diagnosis of optic neuritis, papil atropi, papiledema!

29. Explain how you can establish diagnosis of optic neuritis, papil atropi, papiledema!

30. Mention what you should tell to the patient who has hystory of optic neuritis! 31. Describe definition of acute glaucoma and chronic glaucoma! 32. Explain about pathogenesis of acute glaucoma and chronic glaucoma! 33. Menton classification of glaucoma based on onset and pathogenesis! 34. Mention symptom could be found in acute glaucoma and chronic glaucoma! 35. Mention the examination needed to make diagnosis of acute glaucoma and

chronic glaucoma! 36. Mention how you can establish diagnosis of acute glaucoma and chronic

glaucoma! 37. What should you do if you have a patient with acute glaucoma and chronic

glaucoma! 38. Mention what you should tell to the patient who has hystory of acute glaucoma

and chronic glaucoma! 39. Discribe definition of esotropia, exotropia, and orthoporia! 40. Explain about pathogenesis of esotropia, exotropia, and orthoporia! 41. Mention classification of esotropia and exotropia! 42. Mention the examination needed to make diagnosis of esotropia and exotropia? 43. What should you do if you have a patient with esotropia and exotropia? 44. Sebutkan klasifikasi ocular injury? 45. Sebutkan klasifikasi chemical injury? 46. Bagaiman patofisiologi kerusakan mata akibat trauma oculi asam dan basa? 47. Bagaimana penetalaksanaan pasien dengan trauma tajam, trauma tumpul, trauma

kemis dan trauma termal?

Page 46: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

44

KASUS 1: Seorang ibu umur 60 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan penglihatannya kabur sejak beberapa bulan yang lalu pada saat melihat objek yang dekat. Dia mengeluh bahwa penglihatannya sangat kabur untuk melihat dekat. Tampak adanya bintik-bintik hitam yang bergerak-gerak yang sangat mengganggu pandangannya. Setelah diperiksa oleh dokter ternyata ibu itu tidak mampu memfokuskan mata untuk melihat objek yang dekat. Dokter puskesmas berkesimpulan bahwa kemungkinan ibu tersebut ada kelainan pada lensa mata dan adanya kekeruhan pada korpus vitreum. Homework:

1. Jelaskan otot-otot penggerak bola mata dan persarafannya! 2. Jelaskan vaskularisasi orbita dan bola mata! 3. Jelaskan tentang sel fotoreseptor! 4. Jelaskan mengenai pigmen penglihatan! 5. Jelaskan struktur histologi makila lutea, fovea sentralis, dan optic disc! 6. Jelaskan mengenai media refraksi!

KASUS 2: Edi seorang laki-laki berumur 18 tahun, ia pergi ke dokter spesialis mata untuk tes buta warna karena ia akan masuk menjadi mahasiswa kedokteran yang syaratnya tidak boleh buta warna. Oleh dokter ahli mata, ia dites dengan memakai buku ishihara, ternyata setelah pemeriksaan ia disimpulkan menderita buta warna parsial. Hal ini masih memungkinkan ia bisa menjadi mahasiswa fakultas kedokteran. Pada anamnesa ternyata bapaknya juga menderita buta warna, sedangkan ibunya tidak. Homework (faal mata):

1. Apa reseptor untuk berbagai warna? 2. Mengapa buta warna biasanya terjadi pada anak laki-laki? 3. Mengapa kita melihat benda tidak terbalik? jelaskan tentang prinsip optik pada

proses penglihatan 4. Jelaskan dengan gambar jalur penglihatan! 5. Jelaskan tentang pembentukan dan aliran air mata serta aqueous humor!

KASUS 3: Seorang anak laki-laki umur 6 tahun datang ke praktik dokter dengan diantar ibunya mengeluh mata kanannya bengkak dari 3 hari yang lalu. Beberapa hari sebelumnya pasien dikatakan sering mengucek-ngucek matanya karena mengeluh gatal pada kelopak mata pasien. Pada pemeriksaan didapatkan pada kelopak mata kanan bawah didapatkan benjolan yang merah nyeri tekan dan nyeri spontan terutama bila menunduk.

Homework: 1. Jelaskan diagnosis penderita tersebut! 2. Jelaskan diagnosis banding kasus tersebut! 3. Apakah penyebab dari penyakit tersebut? 4. Bagaimanakan patogenesis penyakit tersebut? 5. Sebutkan stadium dari penyakit tersebut? 6. Bagaimana penatalaksanaan dari masing-masing stadium tersebut? 7. Bagaimana cara insisi dari penyakit tersebut?

Page 47: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

45

KASUS 4: Seorang perempuan umur 50 tahun datang dengan keluhan kedua mata terasa panas, ngeres, dan terasa kering juga silau terutama bila kena angin dan berada di ruang ber-AC. Pada pemeriksaan didapatkan VODS 6/6 dengan kaca mata. Pemeriksaan eksterna tidak dijumpai kelainan.

Homework:

1. Apa kemungkinan diagnosis dari pasien diatas? 2. Jelaskan tentang penyebab dari kelainan tersebut! 3. Pemeriksaan apakah yang perlu dilakukan terhadap pasien tersebut dan jelaskan

bagaimana cara melaukannya! 4. Bagaimana penata laksanaan dari kelainan tersebut? 5. Jelaskan komplikasi dari kelainan tersebut diatas

KASUS 5: Seorang wanita umur 30 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan dari 2 hari yang lalu mata kanan merah, terasa ngeres dan berair. Kemudian dari tadi pagi mata kirinya juga merah. Pasien mengatakan sulit membuka mata setiap baru bangun pagi karena kotoran matanya banyak. Sebelumnya menantu pasien juga mengeluhkan hal yang sama dan sudah sembuh setelah berobat ke dokter. Pada pemeriksaan didapatkan cvi + ODS dan sekret +, VODS 6/6.

Homework:

1. Apa diagnosis pasien tersebut? 2. Jelaskan penyebab penyakit yang diderita pasien tersebut? 3. Apa diferensial diagnosis penyakit tersebut? 4. Pemeriksaan penunjang apa yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis

pastinya? 5. Bagaimana penatalaksanaan penyakit tersebut? 6. Bagaimana prognosa dari penyakit yang diderita pasien tersebut?

KASUS 6: Seorang laki-laki umur 25 tahun datang kepuskesmas dengan keluhan mata kiri terasa nyeri, berair, dan pandangannya kabur sejak kurang lebih 5 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan penglihatannya terasa silau. Pada pemeriksaan ditemukan VOD 6/6, dan VOS 6/10. Ditemukan pcvi +, dan pada kornea ditemukan infiltrat kecil-kecil. Tes sensibilitas kornea normal.

Homework:

1. Kuman apa saja yang bisa menginfeksi kornea tanpa ada mikrotrauma? 2. Erosi epitel kornea akan menyebabkan nyeri, lakrimasi dan fotofobi. Coba

terangkan patogenesis masing-masing gejala tersebut! 3. Apa yang menyebabkan tes fluoresin +? Jelaskan!

Page 48: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

46

4. Coba sebutkan stadium xeroftalmi menurut klasifikasi WHO. Yang mana termasuk reversible dan yang mana irreversible?

5. Pada episkleritis terdapat hiperemi episklera, yang mirip dengan hiperemi konjungtiva. Bagaimana saudara membedakan antara episkleritis dan konjungtivitis?

6. Bagaimana saudara membedakan antara uveitis granulomatosa dengan uveitis non granulomatosa?

7. Bagaimana prognosis dari episkleritis?

KASUS 7: Seorang perempuan umur 60 tahun datang diantar anaknya ke rumah sakit dengan keluhan mata kanan kabur dan mata kiri sudah dioperasi 1 tahun yag lalu. Hipertensi, diabetes melitus disangkal. Pada pemeriksaan mata didapatkan: VOD 1/300, lensa keruh, TOD 17,3 mm Hg. VOS 6/6 dengan lensa intra okuler. Homework:

1. Sebutkan jalan dari akuos humor dari prosesus siliaris sampai ke vena episklera! 2. Dimana saja dalam perjalanan tersebut dapat terjadi hambatan dan apa

akibatnya? 3. Jelaskan tanda dan gejala glaukoma akut! 4. Jelaskan patogenesis katarak! 5. Jelaskan faktor risiko terjadinya katarak! 6. Jelaskan klasifikasi katarak!

KASUS 8:

Seorang laki-laki umur 45 tahun datang ke UGD dengan keluhan mata kanannya berdarah setelah kena kayu sewaktu membersihkan kebun. Pada pemeriksaan didapatkan VODS 6/6, pada palpebra superior didapatkan luka robek dengan ukuran 15 mm, tidak tembus. Margo palpebra intak.

Homework: 1. Dari 12 saraf kranialis, 8 yang berhubungan dengan mata. Saraf apa saja yang

berhubungan dengan mata? 2. Apa yang disebut atrofi optik primer dan atrofi optik sekunder dan bagaimana

perbedaan gambarannya? 3. Apa yang disebut dengan diplopia? Bagaimana penatalaksanaannya? 4. Jelaskan apa saja yang bisa menimbulkan papil edema! 5. Apa yang disebut dengan anisokoria? 6. Pada pasien hemianopsi bitemporal, dimana kira-kira letak kelainannya.

Jelaskan dan gambarkan! 7. Kelainan-kelainan apa saja yang dapat terjadi pada trauma tumpul mata dan

trauma tembus mata? 8. Bagaimana penatalaksanaan trauma basa dan asam? 9. Jelaskan apa yang dipakai membedakan trauma asam atau basa! 10. Sebutkan otot-otot ekstra okuler yang berfungsi menggerakkan bola mata!

Page 49: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

47

11. Coba sebutkan pasangan otot-otot Yoke, mata kanan dan kiri dan arah gerakannya/gaze!

12. Kenapa strabismus harus mendapat penanganan dini pada anak-anak?

KASUS: Seorang anak laki-laki umur 15 tahun datang dengan keluhan melihat jauh kabur ketika tempat duduknya dipindah kebelakang. Sampai saat ini dia belum pernah memeriksakan matanya. Pada pemeriksaan diketahui VOD 6/15 dengan S – 1.50 D menjadi 6/6. VOS 6/60 dengan S – 4.50 D menjadi 6/6.

Homework: 1. Jelaskan pembagian hipermetropia yang saudara ketahui dan apa penyebabnya! 2. Jelaskan lensa apa yang dipakai untuk kelainan refraksi hipermetropia! 3. Jelaskan pembagian myopia, apa penyebabnya dan dikoreksi dengan lensa apa! 4. Jelaskan etiologi terjadinya presbiopia dan kenapa dikatakan bukan kelainan

refraksi! 5. Lensa apa yang dipakai untuk pasien presbiopia? Kira-kira untuk orang

Indonesia berdasarkan umur berapa dioptri besar lensa yng dipakai? 6. Kenapa pada umur 60 tahun keatas besar dioptri lensa presbiopi tidak berubah? 7. Pada anisometropia bisa terjadi penglihatan binokuler tunggal atau penglihatan

monokuler? Apa yang menyebabkan? 8. Jelaskan tentang buta senja! 9. Jelaskan patogenesis, tanda dan gejala buta senja! 10. Jelaskan penyakit-penyakit/kelainan yang memberikan gejala buta senja! 11. Bagaimana penatalaksanaan dan pencegahan buta senja?

Page 50: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

48

PENUTUP

Demikianlah modul Blok Sistem Penglihatan ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat untuk membantu mahasiswa maupun fasilitator serta semua semua komponen yang terlibat dalam proses belajar mengajar di FKIK Warmadewa. Modul ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu selalu diharapkan berbagai saran maupun kritik sebagai masukan dalam perbaikan modul berikutnya.

Page 51: visual7-2015 (1)

Buku Panduan Blok Sistem Penglihatan

49

Lampiran 1. Form Penilaian Student Project

FORM PENILAIAN STUDENT PROJECT BLOK VISUAL SYSTEM AND DISORDERS 2015

Judul Student Project : No Penilaian Skor Nilai 1. Penilaian terhadap karya tulis: − Format/susunan 5 – 10 − Bahasa (sesuai EYD) 10 – 20 − Keaslian paper (bukan jiplakan) 5 – 10 − Alur berfikir yang runut/koheren 15 – 25 − Kesesuaian pembahasan dengan topik 10 – 25 − Daftar pustaka (dari sumber ilmiah) 5 – 10 Total skor 50 – 100 2. Penilaian dalam presentasi: − Penguasaan materi 10 – 20 − Sikap dan profesionalitas 10 – 20 − Kualitas power point/slides 10 – 20 − Berfikir logis, kritis dan konsisten

dalam menjawab pertanyaan 20 – 40

Total skor 50 – 100 Nilai akhir : 1+2

2

Keterangan: • Penilaian di atas berbobot 10% dari nilai akhir • Harap membawa form penilaian pada saat presentasi student project

Denpasar, …………………2015 Dosen penilai,

………………………………