volume 6 no 1 2014

54
JURNAL ISSN:1411-0059 Volume 6 Nomor 1 Januari – Juni 2014 Perbaikan Tegangan Sisi Sekunder Transformator Daya 150/20KV di Gardu Induk Ungaran Alvian Novia Rizki Ahmad dan Sri Sartono 1 Rancang Bangun Miniatur Robot Lengan Menggunakan Mikrokontroler ATmega 8535 Achmad Buchori dan I Made Sudana 7 Pembuatan Alat Peraga Lemari Pendingin Sebagai Media Pembelajaran Mata Kuliah Teknik Pendingin di Universitas Negeri Semarang Dita Yustiasri 13 Alat Sistem Skoring Tuberkulosis Anak Diaplikasikan dengan Menggunakan IC ATmega 32 Muhammad Arif Prasetyo dan Suryono 20 Sistem Pendukung Keputusan Kenaikan Jabatan Struktural dengan Metode Profile Matching pada Karyawan Universitas Negeri Semarang Indra Adhi Wicaksono 26 Game Edukasi Pengenalan Warna Sebagai Media Pembelajaran Anak Usia Prasekolah Berbasis Android Rima Ariona N.A 30 Pembuatan Model E-Election Berbasis SMS Gateway Untuk Pemilihan Ketua OSIS Etika Mulyawati dan Tatyantoro Andrasto 37 Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Guru Berprestasi dengan Simple Additive Weighting Isnaini Nur Hanifah 45 Diterbitkan oleh: Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

Upload: subiyanto

Post on 28-Sep-2015

74 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Jurnal Teknik ElektroPerbaikan Tegangan Sisi Sekunder Transformator Daya 150/20KV di Gardu Induk Ungaran Alvian Novia Rizki Ahmad dan Sri Sartono 1 Rancang Bangun Miniatur Robot Lengan Menggunakan Mikrokontroler ATmega 8535 Achmad Buchori dan I Made Sudana 7 Pembuatan Alat Peraga Lemari Pendingin Sebagai Media Pembelajaran Mata Kuliah Teknik Pendingin di Universitas Negeri Semarang Dita Yustiasri 13 Alat Sistem Skoring Tuberkulosis Anak Diaplikasikan dengan Menggunakan IC ATmega 32 Muhammad Arif Prasetyo dan Suryono 20 Sistem Pendukung Keputusan Kenaikan Jabatan Struktural dengan Metode Profile Matching pada Karyawan Universitas Negeri Semarang Indra Adhi Wicaksono 26 Game Edukasi Pengenalan Warna Sebagai Media Pembelajaran Anak Usia Prasekolah Berbasis Android Rima Ariona N.A 30 Pembuatan Model E-Election Berbasis SMS Gateway Untuk Pemilihan Ketua OSIS Etika Mulyawati dan Tatyantoro Andrasto 37 Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Guru Berprestasi dengan Simple Additive Weighting Isnaini Nur Hanifah 45

TRANSCRIPT

  • JURNAL ISSN:1411-0059

    Volume 6 Nomor 1 Januari Juni 2014

    Perbaikan Tegangan Sisi Sekunder Transformator Daya 150/20KV di Gardu Induk Ungaran Alvian Novia Rizki Ahmad dan Sri Sartono 1

    Rancang Bangun Miniatur Robot Lengan Menggunakan Mikrokontroler ATmega 8535

    Achmad Buchori dan I Made Sudana 7 Pembuatan Alat Peraga Lemari Pendingin Sebagai Media Pembelajaran Mata Kuliah Teknik Pendingin di Universitas Negeri Semarang

    Dita Yustiasri 13 Alat Sistem Skoring Tuberkulosis Anak Diaplikasikan dengan Menggunakan IC ATmega 32

    Muhammad Arif Prasetyo dan Suryono 20 Sistem Pendukung Keputusan Kenaikan Jabatan Struktural dengan Metode Profile Matching pada Karyawan Universitas Negeri Semarang

    Indra Adhi Wicaksono 26 Game Edukasi Pengenalan Warna Sebagai Media Pembelajaran Anak Usia Prasekolah Berbasis Android

    Rima Ariona N.A 30 Pembuatan Model E-Election Berbasis SMS Gateway Untuk Pemilihan Ketua OSIS

    Etika Mulyawati dan Tatyantoro Andrasto 37 Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Guru Berprestasi dengan Simple Additive Weighting

    Isnaini Nur Hanifah 45

    Diterbitkan oleh:

    Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang

  • Jurnal ISSN : 1411 0059

    TEKNIK ELEKTRO Publikasi ilmiah bidang teknik elektro

    Penanggung jawab: Ketua Jurusan Teknik Elektro FT UNNES

    Pimpinan Penyunting:

    Dr. Subiyanto, S.T., M.T.

    Penyunting Ahli:

    Bidang Ketenagaan Bidang Pengolahan Isyarat Dr. Eko Supraptono, M.Pd. Dr. Noor Hudallah, M.T. Drs. Djoko Adi Widodo, M.T. Dhidik Prastiyanto, S.T, M.T Drs. Said Sunardiyo,M.T. Ir. Ulfah Mediaty Arief, M.T Riana Devi Mahadji Putri, S.T, M.T.

    Bidang Elektronika dan Kendali Bidang Komputer dan Informatika Dr. I Made Sudana, M.Pd. Dr. Djuniadi, M.T. Drs. Suryono, M.T. Dr. Hari Wibawanto, M.T. Tatyantoro Andrasto, S.T, M.T Feddy Setyo Pribadi, S.Pd., M.T.

    Penyunting Pelaksana:

    Arief Arfriandi, S.T., M.Eng. Alfa Faridh Suni, S.T., M.T.

    Aryo Baskoro Utomo, S.T., M.T.

    Tata Usaha: Ubaidillah Siroj, S.T.

    AlamatRedaksi:

    Gedung E6 Lt.2 Teknik Elektro Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Indonesia.

    Telp 024850814, Fax. 0248508104. e-mail: [email protected]

    Penerbit:

    Jurusan Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

    Universitas Negeri Semarang

    IzinTerbit: SK Dekan Fakultas Teknik UNNES

    No. 10/2000 tanggal 5 Januari 2000 Redaksi menerima sumbangan tulisan berupa naskah atau artikel asli/belum pernah diterbitkan di media lainnya. Tema relevan dengan elektroteknik dalam bentuk tulisan hasil riset maupun konseptual. Pedoman bagi penulis dapat dilihat pada halaman sampul belakang bagian dalam.

  • Volume 6 Nomor 1 Januari - Juni 2014 ISSN : 1411 0059

    JURNAL TEKNIK ELEKTRO

    Pengantar Redaksi

    Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya di bidang penelitian dapat

    diwujudkan dalam berbagai aktivitas akademik. Salah satunya adalah dengan

    mempublikasikan artikel hasil penelitian atau konseptual melalui Jurnal. Publikasi

    melalui Jurnal Teknik Elektro ini juga sebagai upaya menjadikan Universitas Negeri

    Semarang sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam

    pembangunan nasional,

    Jurnal Teknik Elektro mulai Tahun 2009 terbit dengan dua edisi, yaitu periode

    edisi Januari sampai dengan Juni dan periode Juli sampai dengan Desember. Upaya

    menjadikan dua edisi dimaksudkan agar dapat lebih meningkatkan gairah menulis

    dan mutu artikel khususnya bagi para staf pengajar di lingkungan Jurusan Teknik

    Elektro FT Unnes dan masyarakat luas pada umumnya.

    Akhirnya Jurnal Teknik Elektro dengan dua edisi yang terbit ini dapat

    memberikan manfaat yang banyak bagi para pembaca dan pemerhati masalah

    keteknikelektroan. Selanjutnya untuk perbaikan dalam penerbitan Jurnal, redaksi

    senantiasa menunggu kritik dan saran dari para pembaca yang budiman.

    Redaksi

  • Perbaikan Tegangan Sisi Sekunder Transformator

    Daya 150/20KV di Gardu Induk Ungaran Alvian Novia Rizki Ahmad dan Sri Sartono

    Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

    [email protected]

    Abstrak Pada penyaluran tenaga listrik ke konsumen pada kenyataannya sulit mendapatkan tegangan yang konstan yang disebabkan antara lain: karena adanya fluktuasi beban, kerugian pada hantaran yang mempunyai impedansi sehingga menyebabkan jatuh tegangan. Semakin besar harga resistansi dari penghantar, akan semakin besar jatuh tegangan. Untuk mempertahankan tegangan keluaran pada sisi

    sekunder transformator agar tetap tetap konstan pada harga 21KV, maka digunakan pengubah sadapan (tap changer) berbeban yang dipasang pada transformator daya 150/20KV dan bekerja secara otomatis terhadap setiap perubahan tegangannya yang disebabkan oleh jatuh tegangan karena adanya perubahan beban dan rugi hantaran. Sehingga perlu adanya analisis dalam perhitungan jatuh tegangan yang diakibatkan oleh rugi hantaran yang berpengaruh dalam settingan on load tap changger (OLTC) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas tegangan di ujung penyulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui langkah perubahan posisi Tap pada On Load Tap Changer yang diakibatkan oleh adanya perubahan nominal keluaran transformator serta untuk mengetahui jatuh tegangan pada sisi ujung penyulang. Populasi dalam penelitian ini adalah semua transformator daya 150/20KV di gardu induk ungaran. Pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sample yaitu transformator III-60MVA yang mewakili beban tertinggi yang digunakan untuk pembebanan di Gardu Induk Ungaran yang berjumlah 1 transformator dengan 6 penyulang. Hasil penelitian menunjukan bahwa persentase jatuh tegangan pada transformator III di bawah standar SPLN 72 : 1987 maksimal sebesar 5%. Transformator III dilengkapi dengan OLTC merk MR yang berguna untuk menstabilkan tegangan sisi sekunder yang diakibatkan oleh jatuh tegangan pada transformator III karena adanya pembebenan yang bervariasi. Prosentase jatuh tegangan pada sisi ujung penyulang bervariasi tergantung pada panjang penghantar dan beban arus pada setiap penyulang. Dari hasil perhitungan beban rata-rata pada bulan april 2014 penyulang 04 dan 02 masih dibawah standar SPLN 72 :

    1987 yaitu maksimal jatuh tegangan sebesar 5% dari tegangan nominal. Penyulang 01 terjadi perbaikan prosentase jatuh tegangan setelah perubahan tegangan nominal keluaran transformator III dari 5,06% pada tegangan 20KV menjadi 4,82% pada tegangan 21KV.

    Kata kunciOn Load Tap Changer, Voltage Drop, Power Transformer

    I. PENDAHULUAN

    Transformator merupakan suatu peralatan listrik yang

    berfungsi untuk memindahkan tegangan listrik bolak-balik

    dari rangkaian primer ke rangkaian listrik sekunder, melalui

    suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi

    elektromagnetik.

    Kebutuhan akan tenaga listrik dewasa ini terus meningkat,

    dan masyarakat semakin banyak menggunakan peralatan

    elektronik, dimana peralatan elektronik menghendaki

    tegangan yang konstan. Karena pada umumnya peralatan

    elektronik menggunakan tenaga listrik yang mengakibatkan

    meningkatnya kebutuhan akan tenaga listrik, maka hal

    tersebut menimbulkan suatu pemikiran yaitu bagaimana

    Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola listrik

    berusaha memberikan pelayanan tenaga listrik sesuai dengan

    kebutuhan konsumen dengan cara menyediakan sistem tenaga

    listrik yang mempunyai mutu, kontinuitas dan keandalan yang

    tinggi, dimana hal ini dapat dicapai apabila sistem sistem

    tenaga listrik itu mempunyai tegangan yang stabil dan konstan

    pada nilai yang ditentukan. Tegangan yang stabil dan konstan

    pada nilai yang ditentukan, bergantung pada keandalan sistem

    tenaga listrik yang dimulai dari pusat pembangkit sampai ke

    pusat beban.

    Pada penyaluran tenaga listrik ke konsumen pada

    kenyataannya sulit mendapatkan tegangan yang konstan yang

    disebabkan antara lain: karena adanya fluktuasi beban, nilai

    cos yang tidak sesuai ketentuan, kerugian pada hantaran berupa saluran udara ada pula yang berupa saluran kabel yang

    mempunyai impedansi sehingga menyebabkan jatuh tegangan,

    dimana tegangan yang dinyatakan dalam volt, merupakan

    perkalian arus dengan impedansi peralatan penyaluran tenaga

    listrik. Semakin besar harga resistansi dari penghantar, akan

    semakin besar susut tegangan, Selain jatuh tegangan

    disebabkan oleh rugi pada hantaran juga disebabkan

    pembagian beban listrik pada konsumen yang tidak merata.

    Fluktuasi tegangan sangat mempengaruhi beban-beban

    sensitif misalnya untuk daerah beban industri yang

    menggunakan motor-motor listrik dan peralatan listrik lain,

    yang pada dasarnya membutuhkan penyediaan tenaga listrik

    secara terus menerus dengan tegangan yang konstan. Dengan

    pertimbangan tersebut maka transformator daya 150/20KV

    pada gardu induk yang merupakan trasformator yang letaknya

    dekat dengan pusat beban harus selalu dapat menyalurkan

    Jurnal Teknik Elektro Vol. 6 No. 1Januari - Juni 2014

    1

    1

  • tenaga listrik dengan suatu harga tegangan yang dapat diatur

    konstan dengan nilai tertentu pada sisi sekundernya. Untuk

    mempertahankan tegangan keluaran pada sisi sekunder

    transformator agar tetap tetap konstan pada harga 20KV,

    maka digunakan pengubah sadapan (tap changer) yang

    dipasang pada transformator daya dan bekerja secara otomatis

    terhadap setiap perubahan tegangannya yang disebabkan oleh

    jatuh tegangan karena adanya perubahan beban dan rugi

    hantaran. Sehingga perlu adanya analisis dalam perhitungan

    jatuh tegangan yang diakibatkan oleh rugi hantaran yang

    berpengaruh dalam setingan on load tap changger (OLTC)

    yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas tegangan di

    ujung penyulang.

    II. METODE [2]

    Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah

    metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif

    sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam

    rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang

    menyangkut keadaan yang sedang berjalan dari pokok suatu

    penelitian. Penelitian deskriptif menentukan dan melaporkan

    keadaan sekarang. Metode Penelitian deskriptif ini melakukan

    analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis

    dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih

    mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Simpulan yang

    diberikan jelas atas dasar faktualnya sehingga semuanya dapat

    dikembalikan langsung pada data yang diperoleh. Populasi

    Transformator daya 150/20KV yang ada di gardu Induk

    Ungaran berjumlah 2 transformator, yang meliputi

    transformator II dan transformator III. Dalam penelitian ini

    menggunakan purposivesample yaitu sampel dari populasi

    transformator daya 150/20KV yang ada di gardu Induk

    Ungaran yang mempunyai pembebanan yang paling tinggi

    adalah transformator III.

    TABEL I. SAMPEL UNIT TRANSFORMATOR TEMPAT PENELITIAN

    Transformator Penyulang

    Transformator III

    XIAN 60 MVA

    Ungaran 01 (UGN 01)

    Ungaran 02 (UGN 02)

    Ungaran 04 (UGN 04)

    Ungaran 05 (UGN 05)

    Ungaran 06 (UGN 06)

    Ungaran 07 (UGN 07)

    Metode pengumpulan data yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah teknik observasi untuk mengambil data

    berupa tegangan, arus, daya, posisi tap dan spesifikasi

    transformator III di gardu induk ungaran. Selain teknik

    observasi dalam penelitian ini menggunakan teknik

    dokumentasi yaitu dengan mengambil data melalui

    pengamatan langsung objek dilapangan dengan diawasi oleh

    petugas operator gardu induk ungaran dan pengambilan data

    pada catatan atau rekaman data logsheet yang berupa data

    tegangan arus, tegangan, dan daya transformator III yang ada

    pada gardu induk ungaran pada bulan April dan Mei tahun

    2014.

    III. HASIL

    Hasil penelitian yang dilaksanakan di PT. PLN (Persero)

    Gardu Induk Ungaran dan Area Salatiga telah di dapatkan

    data-data yang berkaitan dengan jatuh tegangan transformator,

    jatuh tegangan pada sisi penyulang dan posisi tap pada

    transformator daya 60MVA 150/20KV Merk XIAN di gardu

    induk ungaran. Data kemudian dihitung, dianalisis dan

    dideskripsikan sehingga mendapat jawaban dari tujuan dalam

    penelitian ini, berikut ini adalah hasil penelitian antara lain:

    1) Langkah-langkah menentukan posisi tap adalah sebagai

    berikut:

    1. Hitung arus rata-rata pada transformator 2. Menghitung Z (impedansi) transformator dalam satuan

    ohm.

    3. Menghitung Vdtrf 4. Menghitung Vout transformator setelah mengalami

    drop tegangan.

    5. Jika tegangan keluaran transformator diluar setting yang di tentukan, selanjutnyamemindah posisi tap pada

    transformator sesuai dengan tegangan setting.

    6. Menghitung tegangan transformator setelah kenaikan tap.

    2) Hasil Penelitian Besar Jatuh Tegangan pada Sisi

    Penyulang ditunjukkan pada Tabel II.

    3) Dari Tabel II dapat diketahui penyebab adanya

    perbedaan keluaran tegangan transformator dari nilai nominal

    yang tertera pada transformator III merk XIAN adalah karena

    besarnya prosentase jatuh tegangan lebih dari 5% (UGN01, 04,

    06) saat nilai tegangan sesuai dengan nilai nominal yang

    tertera pada transformator III yaitu sebesar 20KV, sehingga

    perlu adanya perubahan tegangan kirim yang bertujuan untuk

    menurunkan prosentase jatuh tegangan agar sesuai standart

    SPLN72 : 1987. Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan

    tegangan terima dan menurunkan prosentase jatuh tegangan

    yaitu dengan cara meningkatkan atau memperbesar tegangan

    kirim menjadi 21KV.

    Jurnal Teknik Elektro Vol. 6 No. 1Januari - Juni 2014

    2

  • TABEL II. JATUH TEGANGAN SETIAP PENYULANG PADA BULAN APRIL 2014

    Penyulang Beban Jam V

    (Volt)

    V (%)

    20KV

    V (%)

    21KV

    UGN 01

    Maksimal 10.00 1039.43 5.20 4.95

    19.00 1007.66 5.04 4.80

    Minimal 10.00 499.29 2.50 2.38

    19.00 730.78 3.65 3.48

    Rata-rata 10.00 845.46 4.23 4.03

    19.00 841.68 4.21 4.01

    UGN 02

    Maksimal 10.00 781.12 3.91 3.72

    19.00 1156.27 5.78 5.51

    Minimal 10.00 662.93 3.31 3.16

    19.00 1079.18 5.40 5.14

    Rata-rata 10.00 714.14 3.57 3.40

    19.00 1078.67 5.39 5.14

    UGN 04

    Maksimal 10.00 1381.47 6.91 6.58

    19.00 2117.65 10.59 10.08

    Minimal 10.00 1117.90 5.59 5.32

    19.00 1954.05 9.77 9.31

    Rata-rata 10.00 1236.05 6.18 5.89

    19.00 1991.92 9.96 9.49

    UGN 05

    Maksimal 10.00 52.32 0.26 0.25

    19.00 55.68 0.28 0.27

    Minimal 10.00 11.56 0.06 0.06

    19.00 21.01 0.11 0.10

    Rata-rata 10.00 44.66 0.22 0.21

    19.00 48.76 0.24 0.23

    UGN 06

    Maksimal 10.00 1095.90 5.48 5.22

    19.00 1032.83 5.16 4.92

    Minimal 10.00 315.37 1.58 1.50

    19.00 433.63 2.17 2.06

    Rata-rata 10.00 839.40 4.20 4.00

    19.00 637.31 3.19 3.03

    UGN 07

    Maksimal 10.00 415.98 2.08 1.98

    19.00 323.81 1.62 1.54

    Minimal 10.00 52.00 0.26 0.25

    19.00 94.54 0.47 0.45

    Rata-rata 10.00 288.19 1.44 1.37

    19.00 189.16 0.95 0.90

    IV. BAHASAN

    A. Jatuh Tegangan Terhadap Perubahan OLTC pada Tranformator Daya III-60MVA

    Pada dasarnya tegangan keluaran dari transformator III-

    60MVA digardu induk ungaran tidak sesuai dengan yang

    diinginkan, yaitu 21 kV. Hal ini karena terdapat rugi-rugi

    tegangan didalam transformator itu sendiri (Vdrop trf). Untuk

    menghitung jatuh tegangan pada transformator dapat dilihat

    langkah-langkahnya sesuai flowchart pada Gambar 1.

    Mulai

    Arus fasa RArus Fasa SArus Fasa T

    Hitung arus Rata-rata

    Arus Rata-rataTegangan Dasar

    MVA Dasar

    Hitung Z base

    Z baseZ trafo (pu)

    Hitung Z trafo (ohm)

    1

    1

    Z trafo (ohm)Arus Rata-rata (A)

    Hitung V drop

    V dropV dasar

    Hitung V out new

    selesai

    Gambar 1. Flowchart Menentukan Besar Jatuh Tegangan Transformator.

    Langkah-langkah flowchart tersebut dapat diketahui

    besaran jatuh tegangan pada transformator III 60MVA

    digardu induk ungaran yaitu melalui hasil pada Tabel II

    sehingga menghasilkan grafik jatuh tegangan transformator

    III-60MVA, ditunjukkan pada Gambar 2.

    Gambar 2. Grafik Prosentase Jatuh Tegangan Transformator Daya III

    Grafik persentase jatuh tegangan pada ranformator III

    60MVA dapat diketahui bahwa jatuh tegangan pada

    transformator tersebut di bawah standart SPLN 72 : 1987

    yaitu maksimal sebesar 3% pada beban puncak pagi pukul

    10.00 WIB maupun beban puncak malam pukul 19.00 WIB

    sehingga perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut yang bertujuan

    untuk meningkatkan kualitas dari system tenaga listrik yang

    ada di gardu induk ungaran.

    Jurnal Teknik Elektro Vol. 6 No. 1Januari - Juni 2014

    3

  • Jatuh tegangan pada transformator III 60MVA yang

    dibawah standar SPLN 72 : 1987 disebabkan oleh umur

    transformator yang sudah tua yaitu berumur 19 tahun

    sehingga kualitas dari transformator tersebut menurun dan

    adanya perubahan besar tegangan nominal keluaran

    transformator III dari 20KV menjadi 21KV. Transformator III

    60MVA dilengkapi dengan On Load Tap Changger (OLTC)

    Merk MR Tipe (V III Y 350 76 10181 WR) artinya OLTC

    tersebut bertipe V, 3 fasa, hubungan Y, arus maksimal 350A,

    jumlah tap selector 10, dan maksimal tap 18 . OLTC pada

    transformator III 60MVA mampu menstabilkan tegangan pada

    sisi sekunder karena adanya jatuh tegangan pada

    transformator dan perubahan beban pada sisi sekunder

    sehingga keluaran pada sisi sekunder tetap pada besaran

    21KV. Jatuh tegangan pada transformator yang dibawah

    standart SPLN 72 : 1987 dapat diatasi dengan adanya OLTC

    tersebut sehingga tegangan pada sisi sekunder transformator

    tetap pada harga 21KV.

    OLTC transformator III 60MVA mempunyai prosentase

    bandwith (U) sebesar 1,5% pada sisi primer maupun sekunder sehingga sisi sekunder transformator akan

    mengalami perubahan tegangan setiap tap-nya sebesar 300volt.

    Semakin tinggi tegangan pada sisi primer tranformator, tap

    pada OLTC akan menaikkan tap ke posisi yang lebih rendah

    contohnya dari tap 13 berubah ke tap 10, perubahan pada tap

    dari posisi 13 ke 10 menjadikan jumlah lilitan pada sisi primer

    akan bertambah jumlahnya, sehingga menurunkan tegangan

    pada sisi sekunder sebesar 3 tap x 300 volt = 900 volt. Begitu

    pula sebaliknya jika Semakin rendah tegangan pada sisi

    primer tranformator, tap pada OLTC akan menaikkan tap ke

    posisi yang lebih tinggi contohnya dari tap 10 berubah ke tap

    12, perubahan pada tap dari posisi 10 ke 12 menjadikan

    jumlah lilitan pada sisi primer akan berkurang jumlahnya,

    sehingga menaikkan tegangan pada sisi sekunder sebesar 2 tap

    x 300 volt = 600 volt.

    Posisi nominal tap transformator III 60MVA adalah pada

    posisi tap 8 saat tegangan nominal 20KV karena adanya

    perubahan tegangan nominal pada sisi sekunder transformator

    menjadi 21KV maka posisi nominal tap transformator III

    60MVA yang baru adalah pada posisi tap 9 saat tegangan

    nominal 21KV, posisi tersebut didapatkan pada table 4.1 yaitu

    pada tanggal 28 jam 10.00 pada saat itu posisi tap berada

    pada angka 12 sedangkan perhitungan jatuh tegangan

    transformator harus menaikkan jumlah tap sebanyak 3 tap

    artinya posisi nominal tap OLTC pada transformator III

    60MVA tanpa beban sebesar posisi tap 12 - 3tap = posisi tap 9.

    B. Jatuh Tegangan Terhadap Perubahan OLTC pada Tranformator Daya III-60MVA

    Kondisi jatuh tegangan pada setiap sisi penyulang keluran

    transformator III 60MVA bervariasi. berikut ini adalah

    pembahasan jatuh tegangan saat pembebanan antara lain :

    1) Beban Maksimal bulan April 2014

    Grafik persentase jatuh tegangan saat beban maksimal

    dapat diketahui bawah persentase jatuh tegangan pada

    penyulang keluaran transformator III 60MVA pada saat beban

    maksimal pada bulan april 2014, terbesar pada penyulang

    UGN 04 hal ini disebabkan oleh panjangnya penyulang pada

    UGN04 dan besarnya beban arus maksimal yang mengalir

    pada penyulang UGN 04 pada beban puncak pukul 10.00

    maupun beban puncak pukul 19.00, penyulang ini mempunyai

    lintasan panjang penghantar paling panjang sebesar 44,553

    kms dibandingkan dengan penyulang lain. Selain penyulang

    UGN 04 yang jatuh tegangan dibawah standart SPLN 72 :

    1987 maksimal sebesar 5% adalah penyulang UGN 02 saat

    pukul 19.00 dan 06 saat pukul 10.00 sedangkan pada

    penyulang 05 dan 07 jatuh tegangan diatas standar SPLN 72 :

    1987.

    Gambar 3. Grafik Persentase Jatuh Tegangan Saat Beban Maksimal Bulan April 2014

    penyulang 06 pada pukul 19.00 terjadi perbaikan jatuh

    tegangan setelah adanya perubahan tegangan pada sisi

    sekunder transformator III-60MVA yang sebelumnya 20KV

    sebesar 5,17% sekarang menjadi 4,92% saat tegangan 21KV

    sehingga sekarang masuk dalam standart SPLN 72 : 1987.

    Selain UGN 06 saat pukul 19.00 yang mengalami perbaikan

    jatuh tegangan sehingga masuk dalam standart SPLN 72 :

    1987 adalah penyulang UGN 01 baik pukul 10.00 maupun

    pukul 19.00.

    2) Beban Minimal bulan April 2014

    Gambar 4. Grafik Persentase Jatuh Tegangan Saat Beban Minimal Bulan April 2014

    Grafik persentase jatuh tegangan saat beban minimal dapat

    diketahui bawah persentase jatuh tegangan pada penyulang

    keluaran transformator III 60MVA pada saat beban minimal

    Jurnal Teknik Elektro Vol. 6 No. 1Januari - Juni 2014

    4

  • pada bulan april 2014, terbesar pada penyulang UGN 04 hal

    ini disebabkan oleh panjangnya penyulang pada UGN04 dan

    besarnya beban arus yang mengalir pada penyulang UGN 04

    pada beban puncak pukul 10.00 maupun beban puncak pukul

    19.00. Selain penyulang UGN 04 yang jatuh tegangan

    dibawah standart SPLN 72 : 1987 maksimal sebesar 5%

    adalah penyulang UGN 02 pada saat beban puncak pukul

    19.00 sebesar 5,14% saat tegangan sekarang 21KV sedangkan

    pada penyulang 01 dan 06 terjadi penurunan jatuh tegangan

    yang signifikan dibandingkan saat beban maksimal.

    Penyulang 05 dan 07 merupakan penyulang yang jatuh

    tegangan diatas standar SPLN 72 : 1987 pada saat beban

    maksimum maupun saat beban minimum.

    3) Beban rata-rata bulan April 2014

    Gambar 5. Grafik Persentase Jatuh Tegangan Saat Beban rata-rata Bulan April 2014

    Grafik persentase jatuh tegangan saat beban rata-rata dapat

    diketahui bawah persentase jatuh tegangan pada penyulang

    keluaran transformator III 60MVA pada saat beban rata-rata

    pada bulan april 2014, terbesar pada penyulang UGN 04 hal

    ini disebabkan oleh panjangnya penyulang pada UGN04 dan

    besarnya beban arus yang mengalir pada penyulang UGN 04

    pada beban puncak pukul 10.00 maupun beban puncak pukul

    19.00. Selain penyulang UGN 04 yang jatuh tegangan

    dibawah standart SPLN 72 : 1987 adalah penyulang UGN 02

    pada saat beban puncak pukul 19.00 sebesar 5,14% saat

    tegangan 21KV.

    Penyulang UGN 02 pada beban puncak pukul 10.00 dan

    UGN 01 pada beban puncak pukul 10.00 mapun pukul 19.00

    terjadi perbaikan jatuh tegangan setelah adanya perubahan

    tegangan pada sisi sekunder transformator III-60MVA yang

    sebelumnya 20KV diatas 5% sekarang menjadi dibawah 5%

    saat tegangan 21KV sehingga sekarang masuk dalam standart

    SPLN 72 : 1987.

    4) Evaluasi pada Penyulang

    Persentase jatuh tegangan pada saat beban maksimum,

    minimum dan rata-rata bulan april 2014 dapat dilakukan

    evaluasi di setiap penyulangnya. Evaluasi pada penyulang

    antara lain:

    1. Perubahan tegangan nominal transformator III-60MVA dari tegangan 20KV dirubah menjadi 21KV cukup

    efektif dalam menurunkan presentase jatuh tegangan

    pada penyulang UGN 01, 02 dan 06 sehingga sesuai

    dengan standart SPLN 72 : 1987 yaitu jatuh tegangan

    pada jaringan tegangan menengah maksimal 5%.

    2. Penyulang UGN 05 dan 07 masih memungkinkan untuk dilaksanakan pengembangan jaringan dan beban

    karena pada penyulang ini panjang maupun besar arus

    beban yang mengalir masih cukup rendah yang

    mengakibatkan jatuh tegangan pada penyulang ini

    cukup rendah yaitu dibawah 5%.

    3. Perlu adanya evaluasi pada UGN 04 karena jatuh tegangan pada penyulang tersebut lebih dari 10%

    dengan cara pengurangan panjang penyulang dan

    melimpahkan sebagian beban pada penyulang terdekat

    untuk meningkatkan tegangan terima pada ujung

    penyulang.

    4. Ujung pada penyulang UGN 04 masih bisa dipasang transformator distribusi dengan off load tap changger

    karena transformator distribusi dengan off load tap

    changger mampu menerima tegangan menengah dari

    21KV sampai 18KV sedangkan pada ujung penyulang

    UGN 04 sebesar 18,8 KV saat beban maksimal dengan

    tegangan kirim pada transformator III-60MVA sebesar

    21KV.

    5. Penyulang yang belum memenuhi standart yang ditetapkan perlu diadadakan evaluasi untuk

    meningkatkan kehandalan tegangan pada jaringan

    tegangan menengah yang akan berdampak kestabilan

    tegangan pada sisi tegangan rendah atau beban

    konsumen.

    C. Penyebab Tegangan Keluaran Transformator Berbeda dari Nilai Nominal

    Dari hasil penelitian penyebab tegangan keluaran

    transformator berbeda dari nilai nominal diatas diketahui

    bahwa penyebab tegangan keluaran transformator berbeda

    dari nilai nominal karena adanya usaha untuk memperkecil

    jatuh tegangan pada ujung penyulang yang bertujuan untuk

    meningkatkan tegangan ujung penyulang. Pemilihan

    perubahan tegangan dari 20KV menjadi 21KV karena

    tingginya jatuh tegangan pada penyulang terutama pada

    penyulang UGN 04 yang mencapai lebih dari 10%. Dipilihnya

    tegangan dari 20KV menjadi 21KV karena dalam standart

    SPLN yang membahas jaringan tegangan menengah

    menerangkan bahwa tegangan pada jaringan tegangan

    menengah yang diperbolehkan dalam sistem paling tinggi

    adalah 21KV. Panjangnya setiap penghantar penyulang pada

    keluaran transformator III menimbulkan impedansi yang

    tinggi menyebabkan jatuh tegangan yang tinggi pula sehingga

    perlu peningkatan tegangan kirim secara maksimal yaitu

    sebesar 21KV. Dalam penelitian Doni Ridho Suryanto (2013)

    di gardu induk srondol menjelaskan tegangan pada jaringan

    tegangan menengah dirubah dari 20KV menjadi 20,5 karena

    panjang rata-rata penyulang pada keluaran transformator

    tidak lebih dari 10 kms menyebakan nilai jatuh tegangan tidak

    terlalu tinggi sehingga tidak diperlukan peningkatan tegangan

    kirim secara maksimal.

    Jurnal Teknik Elektro Vol. 6 No. 1Januari - Juni 2014

    5

  • V. PENUTUP

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat

    diambil simpulan dan saran sebagai berikut.

    A. Kesimpulan

    1. Langkah awal dalam menentukan perubahan posisi tap pada On Load Tap Changer (OLTC) yaitu pertama

    menentukan Ztrf untuk mengetahui jatuh tegangan

    pada transformator, kedua mencari bandwith OLTC

    untuk menentukan tegangan setiap kenaikan tap pada

    On Load Tap Changer (OLTC) yang terahir adalah

    membagi besar jatuh tegangan transformator dengan

    besar tegangan setiap kenaikan tap yang dicari melalui

    perhitungan bandwith OLTC.

    2. Jatuh tegangan pada setiap penyulang berbeda-beda tergantung pada besar arus yang mengalir dan panjang

    penghantar setiap penyulang, karena semakin panjang

    penghantar maka besar jatuh tegangan semakin besar

    pula yang disebabkan oleh adanya resistansi dan

    reaktansi pada setiap penghantar yang mengakibatkan

    adanya rugi-rugi pada penghantar.

    3. Penyebab utama menaikkan tegangan nominal transfornator dari 20 KV manjadi 21 KV adalah untuk

    memperbaiki jatuh tegangan pada sisi ujung penyulang.

    B. Saran

    1. Dalam pengembangan jaringan dan beban harus berpedoman pada standart SPLN maupun PUIL yang

    berlaku.

    2. Perlu dilakukan perawatan pada transformator daya untuk meningkatkan kinerja dari transformator daya

    tersebut.

    3. Tegangan dan fluktuasi beban yang selalu berubah-ubah akan menyebabkan perubahan pada posisi tap

    changernya, karena itu perlu diperhatikan kualitas

    minyak pada On Load Tap Changer (OLTC) agar

    kinerja On Load Tap Changer (OLTC) tetap terjaga

    dengan baik.

    4. Perlunya pengurangan panjang dan beban pada beberapa penyulang jaringan tegangan menengah

    karena besarnya jatuh tegangan pada beberapa

    penyulang.

    REFERENSI

    [1] Nurhayati, Titik. Priyo Kiswantoro. Mewaspadai Titik Kelemahan On Load Tap Changer (OLTC) Pada transformator Tenaga 60 MVA GIS

    Simpang Lima, Jurnal Elektrika. 2(1): 15-25. 2010. [2] Alvian N.R.A., Sri S., Perbaikan Tegangan Sisi Sekunder

    Transformator Daya 150/20KV di Gardu Induk Ungaran, S. T. skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang, Indonesia. 2014.

    Jurnal Teknik Elektro Vol. 6 No. 1Januari - Juni 2014

    6

  • Rancang Bangun Miniatur Robot Lengan

    Menggunakan Mikrokontroler Atmega 8535 Achmad Buchori dan I Made Sudana

    Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

    [email protected]

    AbstrakKeterbatasan alat di laboratorium teknik elektro UNNES membuat mahasiswa kesulitan memahami konsep sistem robot lengan. Oleh karena itu, penulis merancang miniatur robot lengan menggunakan mikrokontroler Atmega8535. Komponen utama dari miniatur robot lengan adalah mekanik, elektronik dan

    program. Rancang bangun miniatur robot lengan tersusun sistematis yaitu, pemilihan bahan yang cocok, perancangan perangkat keras (kerangka robot, lengan robot, gripper), perancangan elektronik (power supply, regulator, downloader, mikrokontroler), dan perancangan perangkat lunak. Sistem kerja robot memberikan program dan catu daya robot sehingga mampu memindahkan barang. Pengujian dilakukan setiap percobaan dengan metode pengujian trial and error (pengujian secara berulang untuk menghasilkan data yang akurat dengan meminimalkan kesalahan yang terjadi). Pengujian robot lengan dilakukan 9 kali percobaan, dengan waktu rata-rata 40,02 detik dan keberhasilan pemindahan barang mencapai 77,78%. Untuk mengurangi tingkat kesalahan pemindahan barang disarankan menggunakan piranti yang canggih dan kompleks.

    Kata kunci robot lengan, Atmega 8535, mikrokontroler, piranti.

    I. PENDAHULUAN

    Aplikasi robot hampir tidak dapat dipisahkan dengan

    industri, sehingga muncul istilah robot industrial, yaitu robot

    tangan (robot arm) yang diciptakan untuk berbagai keperluan

    dalam meningkatkan produksi, memiliki bentuk lengan-lengan,

    sendi yang dapat bergerak berputar (rotasi) dan

    memanjang/memendek [1].

    Pembuatan dan perancangan robot lengan dengan

    teknologi yang tinggi membutuhkan piranti yang mahal, untuk

    menghemat biaya ditemukan miniatur robot [2]. Komponen

    utama miniatur robot lengan pemindah barang terdiri dari

    hardware dan software. Hardware berupa mekanik, elektronik,

    sedangkan software berupa program. Mekanik berupa desain

    robot, perancangan, dan perhitungan. elektronik terdiri dari

    perangkat keras catu daya, mikrokontroler, dan piranti lainnya.

    Sedangkan untuk program adalah software.

    Artikel ini bermaksud menyajikan pembuatan miniatur

    robot lengan dengan menggunakan pengendali mikrokontroler

    Atmega8535 sebagai miniatur pembantu kerja manusia tanpa

    ada rasa lelah, dan Menganalisis presentase keberhasilan robot

    yang dibutuhkan untuk memindahkan barang dari tempat satu

    ketempat yang lainnya dari posisi awal sampai target.

    II. LANDASAN TEORI

    A. Pengertian Robot

    Suyadhi menyimpulkan bahwa robot adalah mesin hasil

    rakitan karya manusia [4], tetapi bekerja tanpa mengenal lelah.

    Sehingga robot ini mampu menirukan manusia bergerak dan

    berbicara seperti robot di film-film dan di internet.

    B. Tahapan Sistem Robot

    Tahapan sistem robot terdiri dari mekanik, sistem kontrol,

    sistem aktuator berupa sistem tangan.

    C. Mekanaik

    Mekanik sangat penting dalam pembuatan robot lengan

    untuk membuat robot yang berkualitas dan seimbang. Nalwan

    (2012) menyatakan bahwa rancang bangun sebuah robot tidak

    hanya mendesain robot tetapi dalam pembuatan mekanik hal

    yang harus diperhitungkan adalah perhitungan setiap

    mendesain robot. Karena menghasilkan sebuah miniatur yang

    berkualitas dan seimbang, maka perhitungan setiap komponen

    harus diperhatikan secara matang dan teliti. Rumusan dasar

    pembuatan lengan robot dinyatakan sebagai berikut.

    Torsi Lengan 1:

    M1= (L2/2 x W1)+(L1 x W4)+(L1L2/2) x W2+

    (L1+L3) x W3 (1)

    Torsi Lengan 2:

    M2 = (L2/2 x W2) + (L3 x W3) (2)

    Jurnal Teknik Elektro Vol. 6 No. 1Januari - Juni 2014

    7

    7

    Mikrokontroler AVR merupakan pengontrol utama standar

    industri dan riset saat ini. Hal ini dikarenakan berbagai

    kelebihan yang dimilikinya dibandingkan mikroprosesor,

    antara lain murah, didukung software dan dokumentasi yang

    memadahi, dan memerlukan komponen pendukung yang

    sedikit. Salah satu tipe mikrokontroler AVR untuk aplikasi

    standar yang memiliki fitur memuaskan ialah ATMega8535

    [3-7]. Peneliti sebelumnya banyak menggunakan pengendali manual dibanding menggunakan chip mikrokontroler. Oleh

    karena itu penelitian robot lengan menggunakan chip

    mikrokontroler dengan tipe Atmega8535.

  • Keterangan :

    M = Motor /Aktuator

    L = Panjang Aktuator (lenght)

    W = Berat Aktuator (weight)

    2 = Jumlah DOF (Degree Of Freedom) pada lengan

    Sistem mekanik robot ini secara grafis disajikan dalam

    gambar 1 berikut.

    Gambar 1. Mekanik Robot

    D. Elektronik

    Bagian kedua robot yang juga memiliki peran penting

    dalam sebuah rancangan robot adalah sistem elektronik robot.

    Sistem elektronika sebuah robot meliputi power supply,

    mikrokontroler, downloader, dan LCD. Aktuator adalah alat

    elektronmagnetik yang memiliki daya gerak. Pembuatan robot

    akan selalu menggunakan aktuator karena aktuator berfungsi

    sebagai penggerak robot sehingga suatu robot dapat

    menyelesaikan tugasnya [5]. Jadi, dapat disimpulkan

    elektronik adalah sumber komponen pengontrol dan

    penggerak mekanik (robot).

    E. Program Bahasa C

    Bahasa C adalah bahasa pemrograman yang digunakan

    untuk memprogram sebuah chip mikrokontroler. Menurut [6]

    bahasa C termasuk dalam bahasa menengah yang instruksi

    sinyal mudah untuk dipahami. Jadi kesimpulannya bahasa C

    dipakai untuk membuat program karena masih sangat

    compatible dikarenakan adanya kemudahan untuk

    memanipulasi bit registrasi dan mengatur kecepatan eksekusi

    sebagaimana bahasa tingkat rendah.

    III. PERANCANAGAN DAN IMPLEMENTASI ROBOT LENGAN

    A. Flow chart

    Secara umum sistem kontrol konfigurasi flow chart sangat

    penting untuk menentukan langkah program dalam

    pemindahan barang

    Gambar 2 menunjukkan sebuah flow chart robot lengan

    dengan mengisinialkan atau mendeklarasi motor maka motor

    akan terdeteksi. Jika tidak terpenuhi program akan lopping

    atau dioper keatas kembali.

    Gambar 2. Flow chart robot lengan

    B. Perancanagan Mekanik

    Pada Gambar 3 adalah diagram blok perancangan

    miniatur robot lengan yang sangat penting. Pada sistem robot

    berfungsi memudahkan pembuatan robot mulai dari sistem

    mekanik, elektronik, dan program.

    Gambar 3. Diagram blok robot

    Jurnal Teknik Elektro Vol. 6 No. 1Januari - Juni 2014

    8

  • Pada Gambar 4 adalah kerangka robot lengan terdiri dari

    beberapa komponen box robot, lengan robot, dan gripper.

    Gambar 5 dan 6 adalah perancangan robot.

    Gambar 4. Kerangka robot

    Gambar 5. Lengan robot

    Gambar 6. Lengan robot

    C. Perancangan Elektronik

    Perancangan elektronik menggunakan software livewire

    dengan menggunakan simulasi padat dinyatakan sebagi

    berikut.

    Gambar 7 adalah perancangan rangkaian power suppy

    komponen utamanya transformator, dioda sebagai penyearah,

    kapasitor sebagai penyaring.

    Gambar 7. Perancangan power supply

    Gambar 8 dan 9 adalah rangkaian regulator yang akan

    menyuplai mikrokontroler dan motor servo.

    Gambar 8. Perancangan regulator

    Gambar 9. Rangkaian Mikrokontroler

    Di dalam mikrokontroler itu sendiri sebenarnya sudah bisa

    digunakan atau di downlond program ke chip IC akan tetapi

    memerlukan tambahan komponen yang lainnya di samping

    tegangan atau catu daya. Ini adalah komponen yang

    diperlukan untuk merancang mikrokontroler sehingga bisa di

    downloand program diantaranya yaitu:

    1. C1 = 220 piko Farad

    2. C2 = 220 piko Farad

    3. C3 = 100 Nano Farad

    4. R1 = 100 K Ohm

    5. X-tal = 11,0592 MHz

    D. Implementrasi Robot Lengan

    Miniatur Robot Lengan memiliki 3 komponen yaitu

    mekanik, elektronik, dan program yang ditunjukkan sebagai

    berikut.

    Implementasi mekanik terdiri membuat box, pembuatan

    lengan robot, dan gripper. Bahan dasar pembuatan robot

    menggunakan akrilik dengan ketebalan 3mm. Akrilik dengan

    ukuran 30 x 60 cm di potong bentuk persegi panjang.

    Pemotongan akrilik menggunakan gergaji besi, setelah

    dipotong proses selanjutnya yaitu pembentukan lengan. Proses

    1

    7

    c

    m

    9

    c

    m 2

    7

    c

    m

    Jurnal Teknik Elektro Vol. 6 No. 1Januari - Juni 2014

    9

  • pelaksanaan pembuatan di laboratorium robotik UNNES PKM

    lantai 2.

    Implemenntasi elektronik dimulai pembuatan catu daya

    yang terdiri dari transformator, penyearah (dioda), penyaring

    (kapasitor) dan regulator 7805. Pengkabelan atau

    penyambungan komponen-kompon tersebut sesuai

    perancangan yang dilakukan sebelumnya. Setelah itu

    elektronik selesai mulai menyambungkan motor servo ke

    elektronik. Layout PCB disajikan dalam Gambar 10 dan 11.

    Gambar 10. Implementasi Sismin

    Gambar 11. Implementasi Regulator

    Implementasi program dimulai mengecek mikrokontroler

    ditandai ketika pada LCD mampu menampilkan karakter

    tulisan huruf, kalimat ataupun angka. Setelah pengecekan

    mikrokontroler dapat beroperasi langkah selanjutnya

    memprogram motor servo mulai dari 0 derajat, 80 derajat,

    sampai 180 derajat sesuai robot lengan yang ingin digunakan.

    Di bawah ini program penampilan LCD

    lcd_gotoxy(0,0);

    lcd_putsf("ACHMAD BUCHORI");

    lcd_gotoxy(0,1);

    lcd_putsf("TEKNIK ELEKTRO");

    Jadi untuk penjelasan ini untuk nilai 43 kekiri bernilai 0

    derajat sedangkan untuk 65 dan 86 bernilai 90 dan 180 derajat.

    Program motor servo yang menunjukkan program 0 derajat.

    void lima_putarka_naik()

    {

    for (s=65;s>=45;s--)

    {

    servo_pwm3=s;

    delay_ms(50);

    }

    }

    Pada program motor servo menunjukkan bahwa untuk

    nilai s=65, s>=45, maka nilai s-- jadi nilai motor servo

    dikurangi. Dengan keluaran PWM pada motor servo ke 3

    sama dengan s dengan delay 50ms.

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Miniatur Robot Lengan

    Gambar 12 hasil miniatur robot lengan yang terdiri dari

    box robot, lengan-lengan robot, dan gripper.

    Gambar 12. Hasil Miniatur Robot Lengan

    B. Hasil Pengujian Transformator

    Pengujian transformator dilakukan di laboratorium

    robotika UNNES. Dengan cara memberikan inputan tegangan

    AC 220 volt AC dan keluarannya diukur mengggunakan

    multimeter digital.

    TABEL I. PENGUJIAN TRANSFORMATOR

    Pengujian

    ke-

    (Input)

    Volt

    (AC)

    (Output)

    Volt (DC)

    1 217,3 +15,06

    2 217,3 +14,87

    3 217,3 +14,88

    Rata-rata 217,3 +14,93

    Jurnal Teknik Elektro Vol. 6 No. 1Januari - Juni 2014

    10

  • C. Hasil Pengujian Regulator

    Pengujian regulator dilakukan di laboratorium teknik

    elektro UNNES denga keluaran dari transformator melewati

    dioda, kapasitor dan menuju ke regulator.

    TABEL II. REGULATOR SERVO1

    Pengujian

    ke-

    Input 7805

    (VDC)

    Output 7805

    (VDC)

    1 +15,06 +4,95

    2 +14,87 +4,91

    3 +14,88 +4,96

    Rata-rata +14,93 +4,90

    TABEL III. REGULATOR SERVO2

    Pengujian

    ke-

    Input 7805

    (VDC)

    Output 7805

    (VDC)

    1 +15,06 +4,98

    2 +14,87 +4,93

    3 +14,88 +4,98

    Rata-rata +14,93 +4,96

    TABEL IV. REGULATOR SERVO3

    Pengujian

    ke-

    Input 7805

    (VDC)

    Output 7805

    (VDC)

    1 +15,06 +4,95

    2 +14,87 +4,90

    3 +14,88 +4,95

    Rata-rata +14,93 +4,93

    TABEL V. REGULATOR SERVO4

    Pengujian

    ke-

    Input 7805

    (VDC)

    Output 7805

    (VDC)

    1 +15,06 +4,96

    2 +14,87 +4,91

    3 +14,88 +4,96

    Rata-rata +14,93 +4,94

    TABEL VI. REGULATOR SERVO5

    Pengujian

    ke-

    Input 7805

    (VDC)

    Output 7805

    (VDC)

    1 +15,06 +4,96

    2 +14,87 +4,92

    3 +14,88 +4,96

    Rata-rata +14,93 +4,94

    D. Hasil Pengujian Pemindahan Barang

    Hasil Pengujian pemindah barang disajikan dalam Tabel

    VII.

    TABEL VII. PENGUJIAN MINIATUR ROBOT LENGAN

    No Jenis

    benda

    Berat

    (gram)

    Waktu

    (detik)

    Perpindahan

    benda

    1 Botol 30 35,40 Berhasil

    2 Botol 30 44,35 Berhasil

    3 Botol 30 33,49 Berhasil

    4 Botol 30 34,97 Berhasil

    5 Botol 30 43,44 Berhasil

    6 Botol 30 45,39 Berhasil

    7 Botol 30 38,19 Berhasil

    8 Botol 30 47,25 Tidak berhasil

    9 Botol 30 37,75 Tidak berhasil

    Rata rata dan Tingkat

    keberhasilan

    40,02

    77,78%

    V. PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan perancangan, pengujian dan analisis terhadap

    miniatur robot lengan pemindah barang menggunakan

    mikrokontroler AVR ATMega8535, dapat ditarik beberapa

    kesimpulan sebagai berikut :

    1. Cara yang dilakukan untuk membuat miniatur robot lengan yang mampu memindahkan benda berfungsi

    untuk memudahkan kinerja manusia terdiri dari

    berbagai tahapan yaitu pemilihan benda, perancangan

    mekanik, perancangan elektronik, dan program robot.

    2. Miniatur robot lengan memindahkan benda dengan berat 30 gram jarak 33,5 cm dari posisi awal ke posisi

    target menghasilkan waktu rata-rata sebesar 40,02

    detik menghasilkan keberhasilan pemindahan barang

    mencapai 77,78% dengan 9 kali percobaan.

    Jurnal Teknik Elektro Vol. 6 No. 1Januari - Juni 2014

    11

  • B. Saran

    Dalam hasil penelitian kali ini, masih terdapat kekurangan

    yang dapat ditambahkan dalam proses penyempurnaan alat

    adalah sebagai berikut :

    1. Untuk benda yang dipindahkan oleh robot lengan harus sesuai dengan gripper karena robot tidak di desain

    multifungsi.

    2. Bila menginginkan suatu alat sesungguhnya maka dibuat robot dengan menggunakan piranti yang terbuat

    dari pneumatik, besi, alumunium dan lain-lain.

    REFERENSI

    [1] E. Pitowarno, Desain, Kontrol, dan Kecerdasan, ROBOTIKA, Buatan. Yogyakarta: ANDI., 2006.

    [2] Suyadi dkk., Rancang Bangun Robot Pemindah Barang Dengan Sistem Kontrol Berbasis Mikrokontroler, Politeknik Negeri Semarang Semarang.

    [3] W. Budiharto, Robotika Teori dan Implementasinya, Yogyakarta: ANDI, 2010.

    [4] Suyadhi dan D. S. Septian., Buku Pintar Robotika, Yogjakarta: ANDI., 2010.

    [5] Nalwan dan Andi, Teknik Rancang Bangun Robot, Yogyakarta: ANDI, 2012

    [6] Sasongko dan Bagus Hari, Pemrograman Mikrokontroler dengan Bahasa C, Yogyakarta: ANDI, 2012

    [7] W. Budhiharto, Aneka Proyek Mikrokontrole (Panduan Utama untik Riset/Tugas Akhir). Yogyakarta,: Graha Ilmu, 2011

    Jurnal Teknik Elektro Vol. 6 No. 1Januari - Juni 2014

    12

  • Pembuatan Alat Peraga Lemari Pendingin Sebagai

    Media Pembelajaran Mata Kuliah Teknik Pendingin

    di Universitas Negeri Semarang Dita Yustiasri

    Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

    [email protected]

    Abstrak Media pembelajaran merupakan segala fisik yang menyajikan pesan serta perangsang peserta didik untuk belajar, sehingga keberadaan media pembelajaran penting untuk membantu dalam proses belajar mengajar. Alat peraga adalah salah satu media pembelajaran, dengan memanfaatkan alat peraga proses pembelajaran akan dapat mempermudah dalam memahami materi yang dipelajari oleh mahasiswa, karena ditampilkan dalam bentuk nyata. Teknik Pendingin adalah salah satu mata kuliah yang ada pada Prodi Pendidikan Teknik Elektro. Permasalahannya apakah alat peraga lemari pendingin layak sebagai media pembelajaran pada mata kuliah Teknik Pendingin jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Semarang. Untuk itu perlu diadakan penelitian untuk mengetahui apakah alat peraga lemari pendingin ini layak untuk dignakan sebagai media pembelajaran. Data dikumpulkan dengan metode angket tertutup maupun terbuka. Alat peraga lemari pendingin ini diujicoba oleh dosen ahli materi teknik pendingin. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis statistik deskriptif. Menurut hasil penelitian dari responden secara keseluruhan, alat peraga lemari pendingin pada mata kuliah Teknik Pendingin ini layak digunakan sebagai media pembelajaran. Dosen ahli materi mengemukakan alat peraga ini layak dijadikan alat peraga setelah

    adanya revisi alat. Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa menurut mahasiswa media pembelajaran yang berupa alat peraga lemari pendingin pada mata kuliah Teknik Pendingin diwujudkan dengan menyusun prosedur kerja dengan langkah-langkah sebagai berikut: perencanaan alat peraga, penyediaan alat dan bahan, pembuatan alat peraga, validasi alat peraga, uji coba

    alat peraga, dan evaluasi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan kepada mahasiswa dengan beberapa aspek, alat peraga lemari pendingin ini termasuk dalam kategori layak, sehingga alat peraga ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Namun masih terdapat kekurangan pada bahan penutup yang dugunakan seharusnya tidak menggunakan kaca agar tidah mudah pecah, dan jika menggunakan kaca suhu yang ada di dalam lemari pendingin masih dapat terpengaruh oleh suhu udara luar.

    Kata kunci Media Pembelajaran, teknik pendingin, universitas negeri semarang, alat peraga, lemari pendingin

    I. PENDAHULUAN

    Proses belajar mengajar melibatkan proses komunikasi

    antara pendidik dan peserta didik, untuk memperlancar proses

    itu diperlukan media komunikasi, yang pada dunia pendidikan

    tersebut dikenal sebagai media pembelajaran, dan media

    pembelajaran dapat berupa alat peraga.

    Teknik Pendingin adalah salah satu mata kuliah yang ada

    pada Jurusan Teknik Elektro UNNES. Survey awal yang

    merupakan pengalaman pribadi, dalam perkuliahan teknik

    pendingin dosen menggunakan media power point, namun

    dengan media pembelajaran ini mahasiswa kurang memahami

    cara kerja lemari pendingin, karena hanya bisa

    membayangkan dan memperkirakan bagaimana bentuk dan

    cara kerjannya. Dengan power point dan media pembelajaran

    flash, mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami

    materi mata kuliah Teknik Pendingin, disamping itu tidak ada

    mata kuliah prakteknya. Adanya alat peraga, diharapkan

    mahasiswa dapat memahami tentang sistem pendingin dengan

    lebih jelas, disamping itu bagi dosen pengajar dapat

    menyampaikan materi dengan baik dan jelas karena langsung

    tersedia alat peraga.

    Konsep alat peraga pembelajaran mata kuliah Teknik

    Pendingin diharapkan dapat membuat mahasiswa merasa

    tertarik dalam belajar, sehingga mahasiswa dapat belajar

    dengan baik dan secara nyata melihat komponen pendingin

    yang dipelajari bahkan berperan langsung dalam

    pengoperasian alat peraga ini. Untuk itu diperlukan suatu

    desain alat yang menarik dan penjelasan yang lengkap tentang

    cara pengoperasian alat peraga tersebut.

    Berdasarkan alasan tersebut diadakan penelitian dengan

    judul Pembuatan Alat Peraga Lemari Pendingin Sebagai Media Pembelajaran Mata Kuliah Teknik Pendingin Di

    Universitas Negeri Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat alat peraga

    Lemari Pendingin yang dapat memberikan pemahaman awal

    pada mahasiswa.

    Jurnal Teknik Elektro Vol. 6 No. 1Januari - Juni 2014

    13

    13

  • II. LANDASAN TEORI

    A. Media Pembelajaran

    Pengertian media pembelajaran antara lain disampaikan

    menurut Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT),

    media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan

    orang untuk menyalurkan pesan.

    B. Pengertian Alat Peraga

    Alat peraga memegang peranan penting sebagai alat bantu

    untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif.

    C. Alat Peraga Lemari Pendingin

    Alat peraga lemari pendingin ini dibuat sebagai alat peraga

    mata kuliah Teknik Pendingin khususnya pada bagian yang

    membahas lemari es di Jurusan Teknik Elektro Universitas

    Negeri Semarang. Alat peraga ini menjelaskan tentang

    komponen utama pada sistem pendingin, yang meliputi

    kompresor, overload, filter, kondensor, evaporator, dan

    akumulator. Alat peraga ini mendemonstrasikan bagaimana

    kerja lemari es menghasilkan udara dingin dan terjadinya

    bunga es pada lemari es.

    D. Komponen Lemari Pendingin

    Alat-alat listrik pada lemari pendingin sering kali

    menimbulkan gangguan dan kerusakan sehingga lemari

    pendingin tidak dapat bekerja. Fungsi komponen listrik lemari

    pendingin yang penting diantaranya :

    1. Sebagai tenaga penggerak: motor listrik di dalam

    kompresor hermetik, fan motor dan timer motor.

    2. Sebagai alat pengatur: pengatur suhu, defrost timer,

    keran selenoide, relai magnetic, saklar (switch) untuk

    lampu dan fan motor.

    3. Sebagai alat pengaman: overload pada kompresor,

    sekering untuk lemari pendingin, defrost thermostat

    dan thermo fuse pada defrost heater.

    4. Sebagai kapasitor untuk membantu start dan

    memperbaiki faktor kerja motor listrik.

    5. Sebagai alat pemanas listrik, lampu penerangan.

    Semua komponen tersebut semua dihubungkan dengan

    kabel, sehingga dapat mengatur batas-batas suhu di dalam

    lemari pendingin. Lemari pendingin yang dapat mencairkan es

    di evaporator secara otomatis memerlukan komponen listrik

    yang lebih banyak jumlahnya.

    E. Sistem Kerja Lemari Pendingin

    Bahan pendingin (refrigerant) juga disebut freon, adalah

    zat yang ditekan oleh kompresor dan mengalir dalam sistem.

    Wujudnya berubah-ubah dari gas menjadi cair, lalu menguap

    menjadi gas dan seterusnya [1], [2].

    Gambar 1. Sistem kerja lemari pendingin

    Kompresor sebagai tenaga penggerak, menghisap bahan

    pendingin gas dari evaporator (penguap) dengan suhu rendah

    dan tekanan rendah, lalu dimampatkan sehingga menjadi gas

    dengan tekanan tinggi dan suhu tinggi. Gas tersebut melalui

    pipa tekan, ditekan keluar kompresor, lalu mengalir ke

    kondensor pada bagian yang paling atas.

    Kondensor didinginkan oleh udara luar pada suhu ruang.

    Waktu gas dengan suhu tinggi dan tekanan tinggi mengalir di

    dalam pipa sepanjang kondensor, gas tersebut dari luar

    didiginkan oleh udara, maka suhunya turun. Setelah suhunya

    mencapai suhu kondensasi lalu mengembun. Wujud gas

    sedikit demi sedikit berubah menjadi cair. Tetapi tekanannya

    masih tetap tinggi. Waktu bahan pendingin keluar dari bagian

    bawah kondensor wujudnya telah seluruhnya berubah manjdi

    cair pada suhu ruangan atau suhu dingin lanjut, tetapi

    tekanannya masih tetap tinggi. Cairan tersebut lalu mengalir

    ke pengering.

    Pengering (drier) berisi bahan pengering di antara dua

    buah kawat saringan. Dapat menyerap lembab air, asam dan

    menyaring kotoran di dalam sistem. Bahan pendingin cair dari

    pengering dengan tekanan tinggi mengalir ke pipa kapiler.

    Pipa kapiler mempunyai lubang yang sangat kecil, dapat

    menurunkan tekanan bahan pendingin cair waktu mengalir di

    dalam pipa kapiler tersebut mendapat tahanan dan hambatan

    yang sangat besar, sehinga tekanannya menurun. Bahan

    pendingin yang keluar dari pipa kapiler tetap berwujud cair

    dengan suhu ruang, tetapi tekanannya telah turun rendah

    sekali, lalu masuk ke dalam evaporator.

    Evaporator (penguap) terdiri dari pipa-pipa yang besar.

    Tekanan di dalam pipa tersebut rendah sekali, karena dihisap

    dan dibuat vakum oleh kompresor. Waktu bahan pendingin

    cair masuk ke evaporator, cairan tersebut segera menguap dan

    wujudnya berubah dari cair menjadi gas dengan suhu rendah

    dan tekanan rendah. Dalam proses mengubah zat cair menjadi

    gas diperlukan kalor, yang diambil dari dekat evaporator dan

    panas yang ada di dalam lemari es. Dari evaporator bahan

    pendingin mengalir ke dalam akumulator.

    Akumulator adalah penampung bahan pendingin gas yang

    telah menguap dan bahan pendingin cair yang tidak sempat

    menguap di evaporator. Bahan pendingin cair ditampung pada

    Jurnal Teknik Elektro Vol. 6 No. 1Januari - Juni 2014

    14

  • bagian bawah akumulator, hanya bahan pendingin gas dari

    bagian atas yang dapat mengalir melalui saluran hisap ke

    kompresor.

    Saluran hisap menghubungkan evaporator dan kompresor.

    Sebagian pipa kapiler dan saluran hisap umumnya dilekatkan

    dan disolder menjadi satu, dinamankan penukar kalor. Gas

    dingin dari evaporator mengalir di dalam saluran hisap ke

    kompresor. Cairan hangat dari kondensor mengalir di dalam

    pipa kapiler ke evaporator dengan arah yang berlawanan.

    Dengan membuat penukar kalor seperti ini, kapasitas

    mendinginkan dari sistem dapat dinaikkan. Di dalam rumah

    kompresor gas yang dingin masih berguna untuk

    mendinginkan kumparan motor dan minyak pelumas

    kompresor. Kemudian gas dihisap oleh kompresor masuk ke

    dalam silinder dan dimampatkan kembali oleh torak, sehingga

    menjadi gas tekanan tinggi dan suhu tinggi. Gas tersebut

    keluar dari kompresor lalu mengalir ke kondensor lagi.

    Demikianlah kerja ini diulangi terus-menerus sampai suhu

    di salam lemari es menjadi dingin. Kontak listrik pada

    pengatur suhu akan membuka dan kompresor berhenti.

    Setelah lewat beberapa menit kemudian, suhu di dalam lemari

    es akan naik. Kontak listrik pada pengatur suhu akan menutup

    lagi dan kompresor bekerja kembali.

    Jika es yang terjadi di evaporator telah tebal, sampai lebih

    dari 6 mm, maka es tersebut harus dicairkan. Terjadinya es

    dan bunga es pada bagian freezer dipengaruhi oleh suhu udara

    ruang, kelembaban udara, jumlah, dan lamanya pintu lemari

    es terbuka. Mencairkan es di evaporator ada tiga macam:

    1) Secara manual (manual defrost cycles)

    Manual defrost hanya dipakai pada lemari es model lama

    yang bentuk dan sistemnya sederhana. Evaporator berbentuk

    pelat dan tidak memakai fan motor di dalam lmari es. Untuk

    lebih cepat mencairkan es di evaporator, kita harus

    mengeluarkan semua barang yang dingin dan beku dari dalam

    lemari es. Bahan makanan beku dibungkus dengan plastik

    atau kertas beberapa lapis agar tidak mencair. Untuk

    membantu mempercepat mencairkan es di evaporator, kita

    dapat meletakkan panci dengan air panas di dalam evaporator.

    Setelah semua es di evaporator mencair, bagian dalam lemari

    es dibersihkan dan sisa air yang tertinggal dikeringkan. Kita

    kembalikan lagi barang-barang di luar yang masih dingin ke

    dalam lemari es. Kemudian kompresor dijalankan kembali.

    Pada lemari es yang tidak mempunyai tombol defrost. Tombol

    pengatur suhu diputar ke OFF dan steaker lemari es dilepas

    dari stop kontak. Setelah es pada evaporator dibersihkan dan

    sisa air dikeringkan dengan kain, streaker lemari es dipasang

    kembali pada stop kontak pengatur kembali.

    2) Secara semi otomatis (semi automatic defrost cycles)

    Umumnya lemari es satu pintu memakai pengatur defrost

    semi otomatis. Semi otomatis defrost adalah mencairkan es di

    evaporator dengan menekan tombol defrost, sehinggga

    hubungan listrik ke kompresor terputus. Setelah es di

    evaporator mencair semuanya, suhu evaporator akan naik dan

    secara otomatis kontak listrik di pengatur suhu akan

    berhubungan kembali. Kompresor bekerja mendinginkan

    kembali. Jadi waktu es di evaporator telah menjadi tebal,

    hanya perlu menekan tombol pengatur defrost dan selanjutnya

    akan terjadi kerja mencairkan es di evaporator. Setelah es

    mencair semuanya dan suhu evaporator menjadi tinggi akan

    langsung terjadi kerja mendinginkan kembali. Kombinasi

    pengatur suhu dan pengatur defrost mempunyai dua pipa

    kapiler. Sebuah pipa kapiler adalah bulp dari pengatur suhu

    dan sebuah lagi untuk menjalankan kompresor kembali

    setelah es di evaporator mencair semuanya. Kompresor

    bekerja bekerja mendinginkan evaporator. Apabila tombol

    defrost ditekan, pemanas listrik atau keran selenoide dialiri

    arus listrik. Es di evaporator dicarkan, setelah es di evaporator

    mencair semuanya, suhu evaporator akan naik. Gas di dalam

    pipa kapiler dari pengatur defrost akan bertambah tekanannya,

    sehingga cukup kuat untuk mendorong kontak listrik.

    Hubungan listrik ke pemanas listrik atau keran selenoide

    terputus. Kompresor bekerja mendinginkan kembali.

    3) Secara otomatis (automatic defrost cycles)

    Pada umunya lemari es yang besar dengan dua pintu,

    dilengkapi dengan sistem defrost secara otomatis dan disebut

    No-Frost. Lemari es semacam ini memang pada bagian

    freezer dan lemari es tidak akan terjadi es yang tebal, karena

    mencairkan es di evaporator, dimulai dan selasainya terjadi

    secara otomatis. Automatik defrost adalah mencairkan es di

    evaporator secara otomatis. Tidak perlu menekan atau

    memutar tombol untuk membuat defrost. Setelah mencairkan

    es di evaporator selesai, mendinginkan evaporator kembali

    akan terjadi dengan sendirinya secara otomatis.

    Aliran udara pada lemari es dapat terjadi pada dua tempat:

    1. Di dalam lemari es pada bagian freezer dan bagian

    tempat menyimpan makanan

    2. Di luar lemai es pada bagian bawah dan belakang,

    untuk mendinginkan kompresor dan kondensor.

    Lemari es model tua atau lemari es yang kecil, umumnya

    tidak memakai fan motor. Aliran udara di dalam dan di luar

    lemari es terjadi secara alamiah (natural).

    Lemari es dua pintu yang besar di dalamnya memakai fan

    motor untuk membuat sirkulasi udara yang merata di dalam

    bagian freezer dan tempat menyimpan makanan. Kompresor

    yang besar kapasitasnya dan tidak memakai pendingin minyak,

    juga harus memakai fan motor untuk mendinginkan motor

    listrik dan minyak pelumas di dalam kompresor. Kondensor

    yang kecil ukurannya juga harus memakai fan motor, agar

    mendapat aliran udara yang cukup.

    Aliran udara pada lemari es ada dua macam:

    1) Secara alamiah tanpa fan motor

    Di dalam lemari es dengan satu pintu, udara dingin pada

    bagian atas akan dekat dengan evaporator mempunyai berat

    jenis yang lebih besar. Dari beratnya sendiri udara dingin akan

    mengalir ke bagian bawah lemari es. Udara panas pada bagian

    bawah lemari es karena berat jenisnya lebih kecil dan didesak

    oleh udara dingin dari atas, akan mengalir naik ke atas menuju

    evaporator. Udara panas oleh evaporator didinginkan menjadi

    dingin dan berat lalu mengalir ke bawah lagi. Demikianlah

    terjadi terus-menerus sehingga di dalam lemari es dapat terjadi

    aliran udara secara alamiah.

    Jurnal Teknik Elektro Vol. 6 No. 1Januari - Juni 2014

    15

  • Di luar lemari es aliran udara juga dapat terjadi secara

    alamiah. Kondensor yang panas akan membuat udara di

    dekatnya menjadi panas dan berat jenisnya menjadi lebih kecil.

    Udara panas akan naik ke atas dan tempatnya menjadi vakum.

    Udara luar akan mengalir dari muka bagian bawah pintu,

    melalui bagian bawah lemari es sambil mendinginkan

    kompresor lalu membelok ke atas pada bagian belakang

    lemari es sambil mendinginkan kondensor lalu menuju ke

    tempat yang vakum. Demikianlah terjadi aliran udara secara

    almaiah, dari bagian bawah lemari es ke bagian belakang lalu

    ke atas.

    2) Peniupan oleh fan motor

    Di dalam lemari es dua pintu yang memakai fan motor,

    dapat terjadi sirkulasi udara dingin yang kuat dan merata ke

    semua bagian lemari es. Udara panas di lemari es dihisap oleh

    fan motor lalu dialirkan melalui evaporator. Udara menjadi

    dingin dan oleh fan motor didorong melalui saluran atau

    cerobong udara, dibagi merata ke semua bagian dalam lemari

    es.

    F. Kerangka Berfikir

    Kegiatan belajar perlu adanya suatu sarana yang

    membantu serta memudahkan dalam memahami materi yang

    sedang dipelajari. Dalam hal ini alat peraga berperan sebagai

    media pembelajaran, yang perlu adanya uji kelayakan alat

    peraga untuk digunakan sebagai media pembelajaran.

    Penggunaan media pembelajaran alat peraga dalam proses

    belajar mengajar dapat membangkitkan minat yang baru,

    membangkitkan motivasi dan merangsang kegiatan belajar,

    sehingga media alat peraga lemari pendingin ini dapat

    mengatasi kekurangan media pembelajaran yang lain. Dari

    tahun ke tahun yang sering mengalami perkembangan adalah

    penggunaan software sebagai media pembelajaran, misalnya

    power point dan flash. Tapi pada media pembelajaran ini

    masih terdapat kekurangan, karena pada saat pembelajaran

    hanya dapat membayangkan bagaimana bentuk dan cara kerja

    lemari pendingin. Kekurangan lain yaitu sulit dipahami karena

    hanya berupa keterangan.

    Pada dasarnya kekurangan pada alat peraga ini adalah

    hanya dapat mendemonstrasikan lemari pendingin yang satu

    pintu dan tidak menggunakan defrost, jadi ada beberapa

    komponen pendingin tidak ada dalam alat peraga ini.

    III. PROSEDUR KERJA

    A. Perencanaan Pembuatan Alat Peraga Lemari Pendingin

    Dalam prosedur ini peneliti telah melakukan beberapa

    kegiatan antara lain: observasi awal, menentukan

    permasalahan, menentukan materi pokok dan penggunaan alat

    peraga. Desain alat peraga juga dilakukan pada awal

    perencanaan, alat dan bahan apa saja yang dibutuhkan.

    B. Membuat Alat Peraga Lemari Pendingin

    Dalam hal ini peneliti melakukan tiga langkah, yaitu

    perencanaan, penyediaan alat dan bahan serta langkah kerja.

    1) Perencanaan

    Menentuka media yang digunakan untuk membuat

    kerangka atau tiruan lemari pendingin.

    2) Penyediaan alat dan bahan

    Mempersiapkan komponen utama dari lemari pendingin

    untuk merangkai alat peraga lemari pendingin. Alat dan

    bahan yang digunakan dalam proses pembuatan alat peraga

    lemari pendingain antara lain:

    1. Kompresor jenis hermetik yang berdaya 1/10 PK 2. Relay PTC 3. Kondensor 4. Filter 5. Evaporator jenis roll bond 6. Pipa Kapiler 7. Las 8. Refrigeran Ramah Lingkungan R 134a 9. Tang Amper 10. Manipol 11. Vacuum 12. Saklar 13. Lampu Kulkas 14. Kabel 15. Peralatan Tang, Obeng, Solder dan timah

    3) Langkah Kerja

    Langkah kerja yang pertama dilakukan adalah memastikan

    box kaca siap untuk digunakan sebagai kerangka untuk

    peletakan mesin pendingin. Merangkai komponen utama

    mesin pendingin pada box kaca mulai dari kompresor, relay,

    kondensor, evaporator, filter, pipa kapiler, dengan

    menggunakan las.

    Setelah itu merangkai bagian kelistrikannya, thermostat,

    kompresor, lampu, saklar. Langkah selanjutnya adalah

    mengecek kebocoran dari sistem pendingin dengan

    menggunakan vacuum dan manipol, jika vacuum sudah

    menyatakan tekanan sebessar -29 maka dinyatakan sistem

    telah vacuum.

    Terakhir yaitu mengisi refrigerant melalui pipa tekan

    kompresor. Refrigerant yang digunakan adalah R 134a

    sebanyak 70 gram, setelah pengisian di cek sirkulasi

    refrigerant menggunakan tang amper, jka lancar (0,6-0,7

    Ampere) maka system dinyatakan stabil atau layak pakai.

    C. Validasi Alat Peraga atau Review

    Validasi alat peraga ini adalah kegiatan uji coba alat

    peraga yang dilakukan oleh peneliti kepada dosen ahli materi

    mata kuliah Teknik Pendingin,. Jika alat peraga ini masih ada

    kekurangan atau kesalahan maka harus diperbaiki lagi atau

    kembali lagi ke tahap selanjutnya.

    D. Evaluasi

    Kegiatan akhir yang dilakukan peneliti adalah

    mengevaluasi hasil penelitian yang telah dilakukan untuk

    mengetahui kelayakan alat peraga lemari pendingin yang telah

    dibuat.

    Jurnal Teknik Elektro Vol. 6 No. 1Januari - Juni 2014

    16

  • IV. METODE PENELITIAN.

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan

    pengembangan (research and development/ R&D). Menurut

    [3] Penelitian dan Pengembangan adalah metode penelitian

    yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan

    menguji keefektifan produk tersebut.

    B. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di gedung Teknik Elektro Fakultas

    Teknik Universitas Negeri Semarang. Waktu penelitian

    dilaksanakan pada bulan April semester genap tahun ajaran

    2013/2014.

    C. Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data yang dilaksanakan adalah

    menggunakan kuesioner dan Expert Judgement dari para ahli

    materi Teknik Pendingin. Expert Judgement adalah review

    dari para ahli materi. Kuesioner merupakan teknik

    pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

    seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

    responden untuk dijawabnya [3]. Kuesioner merupakan teknik

    pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti

    variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan

    dari responden.

    Dalam menggunakan metode angket atau kuesioner,

    instrument yang dipakai dalam mengumpulkan data adalah

    instrument angket atau kuesioner. Langkah-langkah dalam

    menyusun angket penelitian sebagai berikut [3]:

    1. Menyusun kisi-kisi angket. 2. Membuat kerangka pertanyaan. 3. Menyusun urutan pertanyaan. 4. Membuat format, untuk memudahkan responden

    mengisi angket.

    5. Membuat petunjuk pengisian. 6. Uji coba angket, untuk mengetahui kelemahan serta

    yang menyulitkan responden dalam menjawab.

    7. Revisi angket. 8. Memperbanyak angket.

    Dalam pengisian angket tersebut, para ahli materi akan

    menyampaikan sikapnya melalui pernyataan tertulis. Oleh

    karena itu, dalam instrument ini peneliti menggunakan model

    skala sikap yang disebut Skala Likert.

    D. Metode Analisis Data

    Metode analisis data yang peneliti lakukan adalah Metode

    Analisis Statistik Deskriptif. Statistik deskriptif adalah

    statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

    mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

    berkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

    kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi [3]. Setelah

    semua data terkumpul langkah elanjutnya adalah

    menganalisis data. Untuk menganalisis angket dilakukan

    langkah-langkah sebagai berikut:

    1. Memeriksa angket dan review dari para dosen ahli materi.

    2. Mengkuantitatifkan jawaban setiap pertanyaan dari angket sesuai indikator dengan memberi skor sesuai

    dengan bobot yang telah ditentukan.

    3. Membuat tabulasi data. 4. Menghitung presentase dengan cara membagi suatu

    skor dengan totalnya dan mengalikan dengan 100

    seperti rumus berikut [4]:

    Presentase (100%) = n/N x 100%

    Keterangan : n = skor variable

    N = skor total

    5. Dari presentase yang diperoleh kemudian ditransformasikan ke dalam kalimat yang bersifat

    kualitatif. Untuk menentukan kategori tinggi, sedang

    dan rendah dalam bentuk table statistik distributif

    maka perlu menentukan nilai maksimum, nilai

    minimum, dan intervalnya. Dengan mengadaptasi

    rumus di atas maka dapat menentukan nilai indeks

    minimum dan indeks maksimum. Sedangkan untuk

    menentukan panjang interval, dapat dicari dengan data

    terbesar dikurangi data terkecil kemudian dibagi

    dengan jumlah kelas interval.

    Dari rumus-rumus tersebut maka diperoleh sebagai berikut:

    1. Menentukan presentase skor maksimal (PS) PS = (Skor Maksimum)/(NSkor Maksimum) x

    100%

    = 5/5 x 100%

    = 100%

    Menentukan presentase skor

    minimal

    = (N Skor Minimum)/(NSkor Maksimum)

    x 100%

    = 1/5 x 100%

    = 20%

    Menentukan Range

    = 100%-20%

    = 80%

    2. Menentukan interval yang dikehendaki yaitu Sangat Layak, Layak, Cukup Layak, Tidak Layak, Sangat

    Tidak Layak.

    3. Menentukan lebar interval yaitu 80/5 = 16 4. Berdasarkan perhitungan dan cara di atas maka

    diperoleh Range presentase atau kelas interval kriteria

    kualitatif. Dengan presentase skor minimal yaitu 20%,

    dan presentase skor maksimal yaitu sebesar 100%,

    dengan lebar interval 16, disajikan dalam Tabel I.

    5. Mendeskripsikan review dari para dosen ahli materi dan membuat pembahasan dan kesimpulan.

    TABEL I. INTERVAL PENGKATEGORIAN SKALA KUALITATIF

    Interval Kriteria

    84% < skor 100% Sangat Layak

    68% < skor 84% Layak

    52% < skor 68% Cukup Layak

    36% < skor 52% Tidak Layak

    20% < skor 36% Sangat Tidak Layak

    Jurnal Teknik Elektro Vol. 6 No. 1Januari - Juni 2014

    17

  • V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Alat Peraga

    Alat peraga lemari pendingin merupakan alat peraga yang

    digunakan sebagai media pembelajaran mata kuliah Teknik

    Pendingin untuk mahasiswa program studi Pendidikan Teknik

    Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Alat

    peraga ini dibuat dari kerangka aluminium, dengan penutup

    dari kaca berbentuk box seperti lemari pendingin pada

    umumnya. Dengan panjang 50cm, lebar 40cm dan tinggi

    50cm, berkapasitas 80 liter, dibuat tanpa penyekat udara

    sehingga alat peraga ini masih terpengaruh dengan suhu udara

    di sekitarnya. Dalam alat peraga ini terdapat komponen-

    komponen sistem pendingin, seperti kompresor yang berdaya

    0,1PK, kondensor, pipa kapiler berdiameter 0,31cm,

    evaporator bertipe roll bond, thermostat, filter, dan PTC relay.

    Refrigerant yang digunakan untuk mengisi sistem adalah

    refrigerant yang ramah lingkungan yaitu R-134a sebanyak 70-

    80gram. Untuk membantu mempelajari sisten pendingin pada

    alat peraga ini, dilengkapi dengan adanya skema kulkas satu

    pintu yang tertempel di sisi kanan alat peraga.

    Gambar 2. Tampilan depan alat peraga

    Gambar 3. Tampilan alat peraga terlihat dari samping

    Tampilan depan alat peraga, tampak terbuat dari kaca dan

    terlihat bagian evaporatornya. Tampilan alat peraga dari

    samping kiri terlihat bagian evaporator, dan kondensor.

    Tampilan alat peraga terlihat dari belakang, terlihat thermostat,

    kondensor, kompresor, saringan, dan pipa kapiler.

    Gambar 4. Tampilan alat peraga dari belakang

    B. Hasil Angket Tanggapan Alat Peraga

    Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya,

    bahwa penelitian dilakukan dengan menggunakan metode

    pengumpulan data menggunakan angket dan judgement dari

    para dosen ahli materi. Angket yang diberikan adalah tentang

    teknis dari alat peraga, apakah alat tersebut layak dan dapat

    memberikan pemahaman awal pada mahasiswa.

    C. Hasil Angket Tanggapan Alat Peraga

    Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya,

    bahwa penelitian dilakukan dengan menggunakan metode

    pengumpulan data menggunakan angket dan judgement dari

    para dosen ahli materi. Angket yang diberikan adalah tentang

    teknis dari alat peraga, apakah alat tersebut layak dan dapat

    emeberikan pemahaman awal pada mahasiswa.

    Angket dengan aspek kualitas teknis pada alat peraga

    sistem pendingin ini memuat 8 item pernyataan yang harus

    dijawab oleh dosen ahli materi yang dijadikan sampel

    penelitian. Pada aspek ini para dosen ahli materi telah

    menjawab angket dengan baik dan benar dalam arti menjawab

    angket sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Berikut hasil

    angket tentang teknis alat peraga pada Tabel II.

    Tanggapan alat peraga dari ahli media memberikan hasil

    sebagai berikut : Komponen alat peraga terlihat dengan jelas

    (90%), Kinerja komponen alat peraga berjalan normal (70%),

    Dapat terjadi dingin pada evaporator (80%), Kompresor

    bekerja normal (100%), Peletakan komponen aman untuk

    dioperasikan jangka panjang (90%), Proses pendinginan

    relative cepat (60%), Dapat digunakan sebagai pemahaman

    awal konsep pendingin (90%), Alat peraga mudah

    dioperasikan (90%).

    Jurnal Teknik Elektro Vol. 6 No. 1Januari - Juni 2014

    18

  • Gambar 5. Grafik Hasil Angket Dosen Ahli Materi

    TABEL II. HASIL ANGKET TANGGAPAN AHLI MATERI

    No. Butir Pernyataan Skor

    total

    Skor

    maksimum

    Prosentase

    (%)

    1. Komponen alat peraga

    terlihat dengan jelas 9 10 90

    2. Kinerja komponen alat

    peraga berjalan normal 7 10 70

    3. Dapat terjadi dingin

    pada evaporator 8 10 80

    4. Kompresor bekerja

    normal 10 10 100

    5.

    Peletakan komponen

    aman untuk dioperasikan

    jangka panjang

    9 10 90

    6. Proses pendinginan

    relative cepat 6 10 60

    7.

    Dapat digunakan sebagai

    pemahaman awal konsep

    pendingin

    9 10 90

    8. Alat peraga mudah

    dioperasikan 9 10 90

    Jumlah 67 80 83,75

    Dari data diatas dapat diartikan sebagai berikut:

    1. Komponen alat peraga terlihat dengan jelas, 2. Kinerja komponen alat peraga berjalan normal, 3. Dapat terjadi dingin pada evaporator, 4. Kompresor bekerja normal, 5. Peletakan komponen aman untuk dioperasikan jangka

    panjang,

    6. Proses pendinginan relatif cepat, 7. Dapat digunakan sebagai pemahaman awal konsep

    pendingin,

    8. Alat peraga mudah dioperasikan.

    D. Analisis Hasil Review Dosen Ahli Materi

    Berdasarkan jawaban yang diberikan dosen ahli materi

    atas pengujian terhadap alat peraga terbuka, maka dapat

    dianalisa kelebihan dan kekurangan serta layak tidaknya alat

    peraga sistem pendingin lemari es yang telah dibuat oleh

    peneliti. Berdasarkan hasil angkat tanggapan dari dosen ahli

    materi (judgement) terhadap alat peraga pendingin lemari es

    pada mata kuliah Teknik Pendingin ini.

    E. Pembahasan

    Berdasarkan analisis hasil angket tanggapan dosen ahli

    materi terhadap alat peraga ini, menunjukkan bahwa alat

    peraga sistem pendingin lemari es ini layak digunakan sebagai

    alat bantu pembelajaran mata kuliah Teknik Pendingin. Dosen

    ahli materi memberikan nilai 83,75% (tabel II dan grafik pada

    Gambar 5),

    Berdasarkan hasil angkat tanggapan dari dosen ahli materi

    (judgement) terhadap alat peraga pendingin lemari es pada

    mata kuliah Teknik Pendingin ini memerikan review bahwa

    alat peraga ini sudah layak digunakan karena alat peraga telah

    dilakukan revisi sebelumnya.

    Kelayakan alat peraga lemari pendingin ini yaitu termasuk

    dalam kategori layak. Jadi alat peraga lemari pendingin ini

    layak dijadikan media pembelajaran untuk pemahaman

    konsep awal dalam mata kuliah Teknik Pendingin di

    Universitas Negeri Semarang.

    VI. PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang

    dilakukan sebelumnya, maka dapat disimpulkan hasil

    penelitian yang telah dilakukan kepada para dosen ahli materi

    dengan angket dan judgement, alat peraga lemari pendingin

    ini termasuk dalam kategori layak, sehingga alat peraga ini

    dapat digunakan sebagai media pembelajaran.

    B. Saran

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat

    disarankan bahwa alat peraga ini dapat digunakan oleh

    pengajar dalam proses belajar mengajar mata kuliah Teknik

    Pendingin di Universitas Negeri Semarang.

    REFERENSI

    [1] Daryanto, Teknik Pendingin (AC, Freezer, dan Kulkas), Bandung: CV. Yrama Widya, 2006.

    [2] P. Karyanto, Teknik Mesin Pendingin (Refrigator, Freezer, Display Cooler), Jakarta: CV. Restu Agung., 2003.

    [3] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. , Bandung: Alfabeta, 2012.

    [4] A. Mohammad, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa.,1993.

    90

    70 80

    100 90

    60

    90 90

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    1 2 3 4 5 6 7 8

    Pro

    sen

    tase

    (%

    )

    Item Pernyataan

    Jurnal Teknik Elektro Vol. 6 No. 1Januari - Juni 2014

    19

  • Alat Sistem Skoring Tuberkulosis Anak

    Diaplikasikan dengan Menggunakan IC ATmega 32 Muhammad Arif Prasetyo dan Suryono

    Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

    [email protected]

    Abstrak Sistem Skoring TB (Tuberkulosis) pada anak merupakan pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang dijumpai sesuai rekomendasi dari IDAI. Seiring perkembangan teknologi perhitungan skoring yang masih dihitung secara manual kemudian diaplikasikan dengan menggunakan IC ATMega32. Tujuan dari

    penelitian ini adalah dapat digunakan oleh masyarakat dalam skrining atau diagnosis gejala awal penyakit TB anak di masyarakat. Sehingga mempermudah penegakan diagnosis akhir yang dilakukann oleh tenaga kesehatan. Alat ini merubah dari tabel sistem skoring TB pada anak, dan dirubah menjadi digital dengan menggunakan IC ATMega32 dan ditampilkan di LCD yang sesuai rekomendasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). Pengujian dilakukan oleh para tenaga ahli dalam penelitian ini adalah dokter yang bekerja di Rumah Sakit Kumala Siwi Kudus. Pada pengujian alat itu, para tim tenaga ahli kedokteran memvalidasi alat tersebut sesuai dengan kriteria kelayakan alat yang sesuai dengan rekomendasi dari IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). Setelah dokter melakukan pengujian alat tersebut para tim tenaga ahli yang dirasa telah sesuai dengan teori kesehatan, maka para tim tenaga ahli tersebut membuat surat pernyataan yang berisi bahwa alat tersebut dapat digunakan oleh masyarakat dalam skrining atau diagnosis gejala awal penyakit TB (Tuberkulosis) anak. Sehingga membantu kinerja para tenaga kesehatan dalam mendiagnosis akhir gejala TB(Tuberkulosis) pada anak. Alat ini dapat dikembangkan lagi, misalnya dikembangkan dengan aplikasi android.

    Kata kunci sistem skoring, tuberkulosis, IC ATmega 32

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Terjadinya penyakit TB bergantung pada sistem imun

    untuk menekan multiplikasi kuman. Kemampuan tersebut

    bervariasi sesuai sesuai dengan usia, yang paling rendah

    adalah pada usia yang sangat muda. HIV dan gangguan gizi

    menurunkan daya tahan tubuh, campak dan batuk secara

    sementara dapat mengganggu sistem imun. Dalam keadaan

    seperti ini penyakit TB lebih mudah terjadi.

    Diagnosis TB pada anak sulit untuk didiagnosis, sehingga

    sering terjadi misdiagnosis, baik overdiagnosis maupun

    underdiagnosis. Pada anak, batuk bukan merupakan gejala

    utama. Diagnosis pasti TB ditegakkan dengan ditemukannya

    Mycobacterium tuberculosis pada pemeriksaan lambung,

    cairan serebrospinal, cairan pleura, atau pada biopsi jaringan.

    Kesulitan menegakkan diagnosis pasti pada anak disebabkan

    oleh 2 hal, yaitu jumlah kuman dan sulitnya pengambilan

    spesimen sputum, dan sebagai bahan pertimbangan diagnosa

    TB pada anak ada 2 pertimbangan yaitu Anamnesis dan

    Pemeriksaan fisis.

    Untuk memudahkan penegakan diagnosis TB anak, IDAI

    merekomendasikan diagnosis TB anak dengan menggunakan

    sistem skoring, yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda

    klinis yang dijumpai. Setelah dilakukan anamnesis,

    pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang maka

    dilakukan pembobotan dengan sistem skoring. Di berbagai

    puskesmas atau rumah sakit, sistem skoring ini masih

    menggunakan perhitungan manual.

    Seiring dengan perkembangan teknologi, sistem skoring

    yang masih dihitung secara manual akan dikembangkan

    dengan menggunakan IC ATMega32, agar perhitungan

    skoring TB pada anak mudah untuk dilakukan para tenaga

    kesehatan dan dapat digunakan oleh masyarakat dalam

    skrining atau diagnosis gejala awal penyakit TB anak di

    masyarakat. Sehingga mempermudah penegakan diagnosis

    akhir yang dilakukann oleh tenaga kesehatan.

    B. Tujuan

    Tujuan penelitian ini adalah:Untuk mengetahui bahwa alat

    skoring TB yang menggunakan aplikasi IC ATMega32 dapat

    digunakan oleh masyarakat dalam skrining atau diagnosis

    gejala awal penyakit TB anak di masyarakat.

    C. Landasan Teori

    1) Tuberkulosis (TB)

    Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman

    Mycobacterium tuberculose, sehingga dapat mengenai hampir

    semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang

    biasanya merupakan lokasi infeksi primer.

    Mycobacterium tubercilose merupakan sejenis kuman

    berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 m dengan tebal sekitar 0,3-0,6 m. Tempat masuk kuman ini adalah

    Jurnal Teknik Elektro Vol. 6 No. 1Januari - Juni 2014

    20

    20

  • saluran pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada

    kulit.

    Terjadinya penyakit TB bergantung pada sistem imun,

    untuk menekan multiplikasi kuman. Kemampuan tersebut bervariasi sesuai dengan usia, yang paling rendah adalah pada

    usia yang sangat mudah. HIV dan gangguan gizi menurunkan

    daya tahan tubuh, campak dan batuk rejan secara sementara

    dapat mengganggu sistem imun. Dalam keadaan seperti ini

    penyakit TB lebih mudah terjadi (Departemen kesehatan RI,

    2008:113).

    2) Faktor Risiko

    Faktor Risiko menderita TB dibagi menjadi 2 yaitu faktor risiko infeksi dan faktor risiko penyakit TB.

    Faktor Risiko Terjadinya Infeksi TB.

    Faktor risiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah

    pajanan atau peristiwa yang menimbulkan risiko

    penularan yang ditularkan oleh orang dewasa yang

    terinfeksi TB aktif kepada anak-anak. Selain itu,

    tempat tinggal di daerah endemis, daerah dengan

    prevelensi TB yang tinggi, kemiskinan, lingkungan

    yang tidak sehat (tempat penampungan atau panti

    perawatan yang penuh sesak, sirkulasi udara yang tidak

    baik) juga merupakan faktor risiko infeksi TB.

    Faktor Risiko Penyakit TB.

    Anak usia 5 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit TB karena

    imunitas selulernya belum berkembang sempurna.

    Namun risiko ini berkurang seiring pertambahan usia.

    Bayi < 1 tahun yang terinfeksi TB 43%-nya akan

    menjadi sakit TB, sedangkan anak usia 1-5 tahun yang

    menjadi sakit hanya 24%, usia remaja 15%, dan

    dewasa 5-10%.

    Faktor risiko lain adalah pada penderita TB yang tidak

    mendapatkan pengobatan adekuat, keadaan

    imunokompromais misalnya malnutrisi, HIV,

    Keganasan, pengobatan, imunosupresi, diabetes

    melitus, dan gagal ginjal kronis [1].

    3) Diagnosis TB Pada Anak

    Diagnosis TB pada anak sulit sehingga sering terjadi

    misdiagnosis, baik overdiagnosis maupun underdiagnosis.

    Pada anak, batuk bukan merupakan gejala utama. Diagnosis

    pasti TB ditegakkan dengan ditemukannya M. Tuberculosis pada pemeriksaan sputum atau bilasan lambung. Cairan

    serebrospinal, cairan pleura, atau pada biopsi jaringan.

    Kesulitan menegakkan diagnosa pasti pada anak disebabkan

    oleh 2 hal, yaitu sedikitnya jumlah kuman (paucibacillary) dan

    sulitnya pengembalian spesimen sputum [2].

    Untuk memudahkan penegakan diagnosis TB anak, IDAI

    merekomendasikan diagnosis TB anak dengan menggunakan sitem skoring, yaitu pembobotan terhadap

    gejala atau tanda klinis yang di jumpai.

    Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan

    pemeriksaan penunjang, maka dilakukan pembobotan dengan

    sistem skoring. Pasien dengan jumlah skor 6 (sama atau lebih dari 6), harus ditatalaksana sebagai pasien TB dan

    mendapat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis (OAT). Bila Skor kurang dari 6 tetapi secara klinis kecurigaan ke arah

    TB kuat maka perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lainnya

    sesuai indikasi, seperti bilasan lambung, patologi anatomi,

    pungsi lumbal, pungsi pleura, foto tulang dan sendi,

    funduskopi, CT-Scan dan lain-lainnya [2].

    TABEL I. SISTEM SKORING GEJALA DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG TB ANAK [2]

    PARAMETER 0 1 2 3 Skor

    Kontak dengan pasien TB Laporan Keluarga, kontak dgn pasien

    BTA negatif atau tidak tahu, atau

    BTA tidak jelas.

    Kontak dengan pasien BTA

    positif

    Uji Tuberkulin Negatif Positif ( 10 mm, atau 5

    mm pada keadaan

    imunosupresi)

    Berat Badan/keadaan gizi

    (dengan KMS atau tabel

    Gizi kurang: BB/TB <

    90% atau BB/U < 90%

    Gizi Buruk: BB/TB < 70% atau

    BB/U < 60%

    Demam tanpa sebab jelas 2 minggu

    Batuk 3 minggu

    Pembesaran kelenjar limfe

    kol