vv, respi1

141
Vivi anggelia 405100154

Upload: vivi

Post on 14-Dec-2015

245 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

respi

TRANSCRIPT

Page 1: vv, respi1

Vivi anggelia

405100154

Page 2: vv, respi1

LO:1

Anatomy sistem pernafasan atas

Page 3: vv, respi1

Pembagian traktus respiratorius

Page 4: vv, respi1

Berdasarkan anatomi

Saluran pernafasan atas• Nose• Nasal cavity • Pharynx• larynx

Saluran pernafasan bawah• Trachea• Bronkus• paru

Page 5: vv, respi1

Berdasarkan fisiologi

Zona conducting • jaringan di dalam dan luar paru• fungsi: penyaringan,

penghangatan, pelembaban udara pernafasan

• Terdiri dari:– Nose– Nasal cavity– Pharynx– Larynx– Trachea– Bronchi– Bronchioles– Terminal bronchioles

Zona respiratory• Jaringan di dalam paru• Fungsi: pertukaran gas

antara udara dah darah• Terdiri dari:

– Respiratory bronchioles– Alveolar ducts– Alveolar sacs– alveoli

Page 6: vv, respi1

1. Hidung

Fungsi • Respirasi• Penciuman• Filtrasi debu• Menghangatkan dan

melembabkan udara yang masuk

• Muara sinus paranasal dan ductus nasolacrimlais

Terdiri atas 2 bagian• External nose• Internal nose/ nasal cavity

Page 7: vv, respi1

1a.Hidung luar

Bagian tulang• Frontal bone/ pars nasalis ossis

frontalis• Nasal bones / os nasale• Maxilla / pars nasalis ossis

frontalis

pars cartilaginosa

• Septal nasal cartilage anterior portion of the nasal septum

• Lateral nasal cartilage inferior of he the nasal bones

• Alar cartilages portion of the wall of the nostrils– Alar major– Alar minor

Page 8: vv, respi1

Hidung luar Radix nasi

Basis nasi

Page 9: vv, respi1

1b.Cavitas nasi• Berbentuk trowongan dari depan ke belakang di

pisahkan oleh septum nasi dibagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri.

• Lubang masuk kavum nasi di bagian depan (nares anterior) dan lubang belakang ( nares posterior/ koana) menghubungan cavum nasi dengan nasofaring

• Dilapisi oleh mukosa kecuali vestibulum nasi ( dibelakang nares anterior, yang banyak kelenjar sebasea dan vibrise)

• Mukosa kavtas nasi berhubungan dengan mukosa nasopharynx, sinus paranasal, saccus lacrimalis dan conjuctiva

Page 10: vv, respi1

Batas-batas cavitas nasi

• Anterior nares• Posterior choana• Lateral dibentuk oleh maaxilla dibagian

anterio-inferior, os palatina di posterior dan os ethmoidalis di superior. Terdapat 3 choana nasalis pada dinding lateral

• Atap os nasalis, of frontalis, os ethmoidalis dan os sphenoidalis

• Dasar palatum durum

Page 11: vv, respi1

Mukosa cavitas nasi

• Vestibulum nasi:– Dilapisi kulit dengan rambut kasar

• 2/3 inferior= area respiratorius– Chonca, meatus, septum– Mukoa mengansung kapiler dan epitel saluran nafas

dengan bayak sel goblet– Menghangatkan dan melembabkan udara pernafasan

• 1/3 superior= area olfactorius– Muka berwarna kuning/ epitel olfactorius– Mengandung cabang2 N. olfactorus

Page 12: vv, respi1

Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding

• Dinding medial• Dinding lateral• Dinding inferior, dan• Dinding superior

Page 13: vv, respi1

a.Dinding medial hidung

• Merupakan septum nasi, yg dibentuk oleh– Tulang lamina perpendikulairs os.ethomidalis,

vomer, kritas nasalis os maxilla , krista nasalis os palatina

– Tulang rawan kartilago septum/lamina kuadrangulairs dan kolumela

• Septum ini– dilapisi o/ perikondrium pada bagian tulang rawan– di lapisi o/ periosteum pada bagian tulang– dilapisi o/ mukosa hidung pada sisi luarnya

Page 14: vv, respi1

b.Dinding lateral

• Terdapat 4 buah konka– Konka inferior tulang tersendiri yang melekat pada

os maxilla dan labirin etoid– Konka mediamerupakan bagian dari labirin etmoid– Konka superior idem dengan konka media– Konka suprema(rudimeter) idem dengan konka

media

• Diantara konka-konka dan dinding lateral terdapat rongga sempit meatus

Page 15: vv, respi1

4buah konka nasalis

Page 16: vv, respi1

4 meatus • Meatus inferior

– Diantara konka inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung

– Muara: ductus nasolacrimalis• Meatus medius

– Diantara konka media dengan dinding lateral rongga hidung– Muara : sinus frontalis, maxila dan etmoid anterior dan medius

• Meatus superior– Diantara konka superior dan konka media– Muara: sinus etmoid posterior dan sinus sfenoidalis

• Meatus sphenoethamoidalis– Terletak diatas concha superior– Muara: sinus sphenoidalis

Page 17: vv, respi1

Van De Graaff Human Anatomy, 6th ed (McGraw-Hill 2001)

Page 18: vv, respi1

Komplek ostiomeatel/ KOM• Celah pada dinding lateral hidung yg dibatasi oleh koka

media dan lamina papiasea• Struktur anatomi pembentuk KOM:

– prosesus unsinatus, – infundibulum etmoid, – hiatus semilunaris, – bula etmoid, – agger nasi dan – resesus frontal

• unit fungsional yang merupakantempay ventilasi dan drenase dari sinus-sinus yang letaknya dianterior yaitu: sinus maxilla, etmoid anterior dan frontal

Page 19: vv, respi1

KOM

Page 20: vv, respi1

Vaskularisasi Persarafan Fungsi

Hidung luar A. carotis interna A. ophthalmika A. ethmoidalis anterior

• N. trigeminus• N. olfaktorius• N. Opthalmikus

• Penghidu :Sel pseudo kolumner bertingkat non silia

• Respirasi :Sel pseudo kolumner bertingkat bersilia

Hidung Dalam A. maksilaris internaA. Palatina mayorA. sfenopalatina a. sfenoplatina, a.etmoid anterior dan posterior, a.labialis superior dan a.palatina mayor plexus kiesselbach

Page 21: vv, respi1

PEMBEDA S MAXILLARIS S FRONTALIS S SPHENOIDALIS

S ETHMOIDALIS

LETAK Dalam corpus maxillaris

Dalam os frontale; dipisahkan oleh septum tulang (sering menyimpang dari bidang median)

Dalam corpus ossis sphenoidalis

Dalam os ethmoidalis, di antara hidung dan orbita

MUARA Dalam meatus nasi medius melalui hiatus semilunaris

Dalam meatus nasi medius melalui infundibulum

Dalam recessus sphenoethmoidalis di atas concha nasalis superior

Anterior : dalam infundibulumMedia : dalam meatus nasi medius, pada atau diatas bulla ethmoidalisPosterior : meatus nasi superior

PERSARAFAN MEMBRAN MUCOSA

n. Alveolaris superior dan n. Infraorbitalis

n. Supraorbitalis

n. Ethmoidalis posterior

n. Ethmoidalis anterior dan posterior

Page 22: vv, respi1

Sinus Maksilaris Sinus Ethmoidalis

Sinus frontalis Sinus sfenoidalis

Terbentuk pada usia fetus bulan IV yang terbentuk dari prosesus maksilaris arcus I.

Terbentuk pada usia fetus bulan IV

Sinus ini dapat terbentuk atau tidak.

Terbentuk pada fetus usia bulan IIITerletak pada corpus, alas dan Processus os sfenoidalis.

Sinus terbesar (15 cc pada org dewasa)

Volume pada orang dewasa ± 7cc, bermuara ke infundibulum

Berhubungan dengan :Cavum orbita, Gigi, Ductus nasolakrimalis,

Berhubungan dengan :•Fossa cranii anteriorOrbita, Nervus Optikus, Nervus, arteri dan vena ethmoidalis anterior dan pasterior.

Berhubungan dengan :Fossa cranii anteriorOrbita,

Berhubungan dengan :Sinus cavernosusGlandula pituitari, chiasma n.opticum.Tranctus olfactorius.Arteri basillaris brain stem (batang otak)

Page 23: vv, respi1

2. Pharynx

Nasopharynx

Oropharynx

Laryngopharynx

Page 24: vv, respi1

PEMBEDA NASOPHARYNX OROPHARYNX LARYNGOPHARYNX

LETAK Di belakang rongga hidung; di atas palatum molle

Di belakang cavum oris dan terbentang dari pallatum molle sampai ke pinggr atas epigllotis

ATAP Dibentuk corpus ossis sphenoidalis dan pars basilaris ossis occipitalis

Dibentuk permukaan bawah palatum molle & isthmus pharyngeus

DASAR Dibentuk permukaan atas pallatum molle yang miring

Dibentuk 1/3 posterior lidah (hampir vertikal) dan celah antara lidah dan permukaan anterior apiglottis

DINDING ANTERIOR

Dibentuk apertura nasalis posterior

Terbuka ke dalam rongga mulut melalui isthmus oropharynx (isthmus faucium)

Dibentuk aditus laryngis dan membran mucosa yang meliputi permukaan posterior larynx

DINDING POSTERIOR

Membentuk permukaan miring yang berhubungan dengan atap

Disokong corpus vertebra cervicalis 2 dan 3

Disokong corpus vertebra cervicalis 3,4,5, dan 6

DINDING LATERAL

Tiap2 sisi punya muara tuba auditiva ke pharynx

Ada arcus palatoglosus & arcus palatopharyngeus

Disokong cartilago thyroidea dan membrana thyrohyoidea

KETERANGAN Atap tonsilla pharyngealis; bila m’besar (adenoids) gangguan pendengaran,obstruksi nasal, otitis media

• Terjadi persimpangan antara tractus digestivus dan tractus respiratorius

• Ada tonsila palatina (di fossa tonsillaris) Radang tonsilitis

Ring of waldeyer (jar. Limfoid inkomplit) :tonsilla pharingealis, palatina, lingualis

Page 25: vv, respi1

3. larynx

Page 26: vv, respi1
Page 27: vv, respi1

Fungsi Larynx• Sebagai katup antara tract.respiratorius dengan

tract.digestivus• Pengatur jumlah udara• Vokalisasi • Menghubungkan laryngopharynx dengan trachea• Rangka pembentuk larynx:

– Cartilago thyroidea– Cartilago cricoidea– Epiglotis– Cartilago arytenoidea– Cartilago corniculata– Cartilago cuneiformis

Page 28: vv, respi1

Van De Graaff Human Anatomy, 6th ed (McGraw-Hill 2001)

Page 29: vv, respi1

Cavitas Laryngeus:•Vestibulum laryngis▫Aditus laryngis –plica vestibularis

•Ventriculus laryngis▫Plica vestibularis –plica vocalis

•Cavitas infraglotticum▫Plica vocalis –pinggir caudal

cartilago cricoidea

Page 30: vv, respi1

LO.2

Menjelaskan histologi

Page 31: vv, respi1
Page 32: vv, respi1
Page 33: vv, respi1
Page 34: vv, respi1
Page 35: vv, respi1

Rongga hidungRongga hidungRegio Regio

vestibulvestibulumumRegio Regio

Cavum nasiCavum nasiRegio Regio

OlfaktoriusOlfaktorius

EpitelEpitel

Lam. PropLam. Prop

Berlap. Gepeng +Tanduk

VibrissaeKel. sebaseaKel. sudorifera

Bertgk. torak, siliaSel goblet

Limfosit, Eosinofil, Sel Plasma, Makrofag. Kel. Seromukosa

Idem

Sel olfaktorius

Sel sustentakuler

Sel basal

Kel. Serosa Bowman(Tubulo alv. Bercab.)

bertingkat bersilindris

Page 36: vv, respi1

Mikroskopis :Mikroskopis :

• Epitel bertingkat torak, silia, sel goblet

•Lamina propria tipis

•Kelenjar seromukosa

Nasofaring:Nasofaring:

Hidung Nasofaring Laring

Mikroskopis : Epitel bertingkat torak, silia

Orofaring:Orofaring:

Rongga mulut Orafaring Oesofagus

Mikroskopis : Epitel belapis gepeng

Sinus Paranasalis :-Sinus Maksilaris-Sinus Frontalis

-Sinus Etmoidalis-Sinus Sfenoidalis

Page 37: vv, respi1

TRAKEATRAKEABR. INTRABR. INTRA

PULM.PULM.BRONKIOLUSBRONKIOLUS

TN. MUKOSATN. MUKOSA

bertingkatTorak

++

-(LEI)

++++

bertingkatTorak

+++

++++

bertingkatTorak

+++

-+++

bertingkatTorak

+++

---+

Tl. RawanKel. SeromukosaLimfonodusOtot polos

TN. SUBMUKOSATN. SUBMUKOSA

SiliaSel gobletTn. Musk. Muk.

Epitel

BR.BR.TERMINALTERMINAL

Page 38: vv, respi1

BronkiolusBronkiolusTerminalTerminal

BronkiolusBronkiolusRespiratoriusRespiratorius

DuktusDuktusAlveolaAlveola

risrisAlveoliAlveoli

TN. MUKOSATN. MUKOSA

Selapis torak

rendah

+

-

+

-

-

-

+

Selapis

kubis

+

-

+

-

-

-

+

Selapis

Kubis+Alv

-

-

+

-

-

-

+

Pulm.

Sac.

-

-

-

-

-

-

+

SokusSokusAlveola Alveola

risris

Alveol.

-

-

-

-

-

-

-

Gepen

g,

Alv.

-

-

-

-

-

-

-

Tl. Rawan

Kel.Seromuko

sa

Limfonodus

Otot polos

TN. SUBMUKOSATN. SUBMUKOSA

Silia

Sel goblet

Tn. Musk. Muk.

Epitel

Page 39: vv, respi1

HIDUNG• Bangunan berongga terbagi oleh sekat ditengah

menjadi kanan dan kiri• Masing-masing rongga disusun oleh dinding kaku

tdd atas tilang rawan dan tulang rawan hialin.• Permukaan luar hidung ditutupi kulit yang

memiliki kelenjar sebasea, krlrnjar keringatdan folikel rambut.

• Di bagian vestibulum nasi dilapisi oleh epitel berlapis gepeng, pada bagian respirasi dilapisi oleh epitel bertingkat silindris bersilia bersel goblet.

Page 40: vv, respi1

ALAT PENGHIDU• Pada setiap puncak rongga hidung terdapat area

berwarna coklat kekuningan disebut daerah olfaktoria / mukosa olfaktoria

• Epitel pada bagian ini adalah bertingkat silindris tanpa sel goblet. Epitel ini disusun oleh 3 jenis sel :– Sel penyokong

• Berbentuk silindris dan tinggi• Lebar dipuncak, sempit didasar• Bag. apikal terdapat mikrovili

– Sel basal• Berbentuk kerucut, kecil, berinti lonjong• Dianggap sel induk yang mempu berkembang mjd sel penyokong

– Sel olfaktorius• Tersebar diantara sel penyokong• Inti bulat, terletak lebih ke basal• Berakhir sbg bangunan bulat disebut vesikula olfaktoria• Vesikula silia fila olfaktoria bulbus olfaktorius di otak

Page 41: vv, respi1

LO.3

Fisiologi

Page 42: vv, respi1

Fungsi Utama Respirasi

Menjamin tersedianya O2 bagi kebutuhan metabolisme sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO2 hasil metabolisme sel-sel

secara terus-menerus

Fungsi tambahan

•Mengeluarkan air dan panas dari dalam tubuh

•Meningkatkan aliran balik vena ( sebagai pompa pernapasan )

•Membantu proses berbicara, bernyanyi dan vokalisasi

•Menjaga keseimbangan asam basa

•Mempertahankan tubuh dari benda-benda asing

•Mengeluarkan , memodifikasi , mengaktifkan / menginaktifkan berbagai

bahan/materi yang melewati sirkulasi pulmonal

•Organ penciuman

Page 43: vv, respi1

Hidung(fungsi pelembab

udara)

1. Udara dihangatkan oleh permukaan konka & septum yang luas, dengan total area 160 cm

2. Udara dilembabkan – hampir lembab sempurna bahkan sebelum udara meninggalkan hidung

3. Udara disaring sebagian

Laring

1. konstriksi dinding pharynx ketika menelan2. memperpendek pharynx & larynx ketika menelan &

bicaraFaring

Memproduksi suara

BronkusLempeng kartilago kecil & melengkung m’pertahankan rigiditas namun memungkinkan pergerakan yg cukup

paru dapat mengembang & mengempis

Trakea

Bronkiolus

Alveoli Pertukaran O2 & CO2

Page 44: vv, respi1

A. Despopoulos et al - Color Atlas of Physiology 5th Ed Thieme 2003

Page 45: vv, respi1

LO1 – AnATOMI, HISTOLOGI, FISIOLOGI4 Tahap Respirasi:

• Tahap 1 (ventilasi)– Keluar masuk udara dari paru

pertukaran udara atmosfir & alveoli– Terjadi akibat proses mekanik bernafas

/ ventilasi– Kerja ventilasi bergantung pada

kebutuhan metabolisme uptake O2 dan pengeluar CO2

• Tahap 2 (difusi)– Terjadi pertukaran O2 dan CO2 pada

alveoli dengan darah di kapiler paru melalui proses difusi

• Tahap 3 (transportasi)– Darah mengangkut O2 dan CO2 antara

paru dengan jaringan tubuh lainnya• Tahap 4

– Pertukaran O2 dan CO2 antara darah dengan sel jaringan secara difusi di sepanjang perdarahan kapiler sistemik

Page 46: vv, respi1

Fungsi respirasi hidung • Udara inspirasi masuk ke hidung menuju sistem repirasi melalui

nares anterior, lalu naik ke tas setinggi konka media dan kemudian turun kebawah ke arah nasofaring, aliran udara di hidung ini berbentuk lengkungan /akus.

• Udara yg dihirup akan mengalami humidifikasi oleh palut lendir• Suhu udara yang melalui hidun diatur sehingga berkisar 37

derajat celcius.• Fungsi pengatur suhu pembuluh darag di bawah pitel dan

adanya permukaan konka dn septum yang luas.• Partikel debu, virus bakteri dan jamur yg terhirup bersama udara

akan disaring oleh rambut pada vestibulum nasi, silia, plaut lendir dikeluarkan lewat bersin.

Page 47: vv, respi1

Fungsi penghidu

• Dengan adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum.

• Partikel bau mencapai daerah tsb dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik nafas kuat

Page 48: vv, respi1

Fungsi fonetik

• Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi sumbatan hidung rinolalia.

• Hidung membantuk proses pembentukan kata-kata. Kata yg dibentuk oleh lidah bibir dan palatum mole.

• Pd pembentukan konsonan (n,m,ng) rongga mulut tertutup dan hidung terbuka, palatum mole turun untuk aliran udara.

Page 49: vv, respi1

Reflek nasal

• Mukoa hidung merupakan reseptor reflek yg berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan,

• Iritasi mukosa hidung akan menyebabkan reflek bersin dan nafas berhenti.

• Rangsangan bau tertentu akan mneyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.

Page 50: vv, respi1
Page 51: vv, respi1

REFLEKS PERNAFASAN

• Refleks batuk– Daerah peka pada saluran pernafasan

• Daerah peka perabaan– Laring– Trakea– Bronkus

• Daerah peka rangsangan kimiawi– Bronkus terminalis– alveoli

• Refleks bersin

Page 52: vv, respi1

Rangsangan

Sensor taktil dan kemoreseptor aferen di daerah peka pada sal pernafasan

Nervus vagus

Medula Oblongata

Respon tubuh

• Inspirasi udara ke paru• Epiglotis menutupan glotis• Penutupan pita suara Tekanan dalam alveolus

Otot abdomen dan otot ICS internaKontraksi kuat

Ekspirasi mendadak

Epiglotis dan pita suaraterbuka

Udara cepat melewati bronkus dan trakea

Benda asing keluarREFLEKS

BATUK

Page 53: vv, respi1

REFLEKS

BERSIN

Rangsangan

Reseptor taktil di hidung

Nervus trigeminus

Medula Oblongata

Respon tubuh

• Inspirasi udara ke paru• Epiglotis menutupan glotis• Penutupan pita suara

Tekanan dalam alveolusOtot abdomen dan otot ICS interna

Kontraksi kuat

Ekspirasi mendadak

Epiglotis dan pita suaraTerbuka

Uvula ke bawah

Aliran ekspirasi kuat melaluiRongga mulut dan hidung

Benda asing keluar

Page 54: vv, respi1

Sistem transport mukosilier• sistem pertahanan aktif rongga hidung terhadap virus, bakteri, jamur, dan

partikel lain yang terhirup bersama udara.• Efektivitas tergantung kualitas silia & palut lendir.• Palut lendir dihasilkan oleh sel globet pd epitel dan kelenjar seromusinosa

submukosa• Bagian bawah palut lendir tdr dari cairan serosa, mengandung laktoferin,

lisozim, inhibitor lekoprotease sekretorik, IgA sekeretorik (s-IgA)• Bagian permukaan tdr dari mukus yg elastis & banyak protein plasma (albumin,

IgG, IgM, faktor komplemen) • Glikoprotein yg dihasilkn sel mukus utk pertahanan lokal bersifat

antimikrobial• IgA mengeluarkan mikroorganisme dari jaringan dgn mengikat antigen pada

lumen sal.napas• IgG memicu reaksi inflamasi bila terpajan dengan antigen bakteri

Page 55: vv, respi1

Sistem transport mukosilier

Sinus maxillaris• Sistem transport mukosiliar menggerakkan sekret

sepanjang dinidng anterior, medial, posterior dan lateral serta atap rongga sinus gambaran halo/ bintang yang mengarah ke ostium alamiah

• Setinggi ostium sekret akan lebih kental tetapi drenasenya lebih cepat untuk mecegah tekanan negatif dan berkembangnya infeksi.

• Kerusakan mukosa yg ringan tidak akan menghentikan atau mengubah transport sekret.

Page 56: vv, respi1

Sistem transport mukosilierSinus frontal• Mengikuti gerakan spiral• Sekret berjalan menuju septum interfrontal,

kemudian keatap, dinding lateral dan bagian inferior dari dinding anterior dan posterior menuju resesus frontal.

• Gerakan spiral meuju ke ostiumny yg terjadi pada sinus sfenoid, sedangkan pada sinus etmoid terjadi gerakan rektilinear jika ostium terletak didasar sinus

Page 57: vv, respi1

Sistem transport mukosilier• Pada dinding lateral terdapat 2 rute besar transport mukosilier.• Rute 1 gabungan sekresi sinus frontal, maxilla dan etmoid

anteriordi infundibulum etmoid tepi bebas prosessus unsinatus dan sepanjang dinding medial konka inferior nasofaring melewati bagian antero-inferior orifisium tuba eustachius.

• Trasport aktif berlanjut ke batas epitel bersilia dan epitel skuamosa pd nasofaring, selanjutny jatuh kebawah dibantu oleh gaya gravitasi dan menelan

• Rute2 gabunag sekresi sinus etmoid posterior dan sfenoid ysng bertemu di resesus sfenoetmoid dan menuju nasofaring pd bagian postero-superior orifisium tuba eutachius.

• Sekret yg berasal dari meatus sup dan septum bergabung dengan rute 1.

Page 58: vv, respi1

Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : •Iritasi mukosa hidung refleks bersin dan nafas terhenti. •Rangsang bau tertentu sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.

Sistem imun pada traktus respiratorius

Bersin Keluarnya udara semi otonom

yang terjadi dengan keras lewat hidung dan mulut

Kecepatan udara sampai 70 m/detik (250 km/jam)

Bersin dapat menyebarkan penyakit lewat butir-butir air yang terinfeksi yang diameternya antara 0,5 hingga 5 µm

Sekali bersin dapat hasilkan + 40.000 butir air seperti itu

Page 59: vv, respi1

Mekanisme Bersin Bersin mungkin disebabkan o.k ada sesuatu yang telah

mengiritasi atau merangsang bagian dalam hidung Rangsangan impuls dikirim oleh N.V (Trigeminus) medula

oblongata pusat bersin mengirimkan stimulus ke semua otot terkait (otot2 abdomen, otot2 dada, diafragma, otot2 yg mengatur vokalisasi, otot2 di belakang tenggorokan, dan otot2 kelopak mata) bersin

Contoh-contoh iritan : Debu Udara dingin Bubuk merica Bulu binatang Polen

Sistem imun pada traktus respiratorius

Page 60: vv, respi1

• Pada sistem imun terdapat sekelompok sel heterogen yang disebut antigen presenting cells (APC), yaitu: dendritic cell, makrofag, dan sel B. Dendritic cell akan membawa antigen dari jaringan perifer ke limfonoduli sehingga akan berinteraksi dengan reseptor pada sel T helper (CD4+).18 Apabila terjadi invasi bakteri, protozoa intraseluler atau virus maka dendritic cell meningkatkan produksi IL-12. Produksi IL-12 oleh dendritic cell ini membantu sel Th0 (naïve Th cell) berkembang menjadi sel subset Th1, sebaliknya kurangnya rangsangan dari IL-12 atau adanya prostaglandin E2 (PGE2) akan mendorong perkembangan ke arah sel subset Th2.

Page 61: vv, respi1

• Alergen misalnya serbuk bunga, antigen dari serbuk bunga yang masuk ke mukosa hidung akan diproses oleh antigen presenting cell (APC) dan dipresentasikan pada sel Th (pada penderita alergi adalah sel T helper 2). Sel Th2 yang teraktivasi akan melepaskan sitokin IL-4 dan IL-13 (homolog IL-4) yang menimbulkan reaksi isotype switching IgG menjadi IgE pada sel B.

• Pada paparan ulang, alergen akan berikatan dengan IgE spesifik pada membran mastosit dan menimbulkan degranulasi mastosit yang akan melepaskan beberapa mediator, histamin, prostaglandin dan leukotrien yang menyebabkan timbulnya reaksi alergi pada hidung, kulit dan paru.

Page 62: vv, respi1

Vander - Human Physiology - The Mechanism of Body Function, 8th ed (McGraw-Hill 2001)

HistamineLeukotriensSRSA (slow-reacting

substance of anaphylaxis)

Sistem imun pada traktus respiratorius

Allergy

Page 63: vv, respi1

Rhinitis Alergi

Page 64: vv, respi1

Rhinitis adalah respon peradangan pada lapisan membran hidung dan dapat berlangsung akut atau kronis

Ear, Nose, and Throat, and Head and Neck Surgery, 3rd ed., Dhillon R.S, East C.A., Churchil Livingstone, Elsevier, 2006.

Rhinitis

Non-allergic Allergic

Acute & chronic

infections

Non infective:

Drugs, irritants,

hormonal, idiopathic

Seasonal allergens

Perennial allergens Occupational

PollenGrassesWeeds

House dustDust mite

Animal danderFeather

WheatEggsMilkNuts

Page 65: vv, respi1

Etiologi:• Inhalasi

– Pollen– Rumput dan alang-alang– Debu– Dust mite– Bulu binatang(liur/protein)

• Ingestion– Gandum , terigu (gluten)– Telur– Susu– Kacang, etc

Page 66: vv, respi1

Rhinitis Non alergikaDefinisi• Rhinitis Non-Alergika adalah suatu peradangan pada

selaput lendir hidung tanpa latar belakang alergi.

Klasifikasi Rhinitis infeksiosa

Virus Bakteri

Rhinitis Medicamentosa

Rhinitis Hormonal Rhinitis Vasomotor

Etiologi Infeksi akut dan kronis Non-infeksi

Obat / medicametosa Iritan Hormonal Idiopatik rhinitis vasomotor Rhinitis struktural

abnormalitas struktural

Page 67: vv, respi1

Terapi Farmakologi:• Pengobatan rinitis non-alergika berdasarkan penyebabnya: Infeksi

karena virus biasanya akan membaik dengan sendirinya dalam waktu 7-10 hari; sedangkan infeksi bakteri memerlukan terapi antibiotik.

• Untuk status hipotiroid perbatasan, bisa diberikan ekstrak tiroid. • Rinitis karena kehamilan biasanya akan berakhir pada saat persalinan

tiba. • Untuk mengatasi rinitis akibat pil KB sebaiknya pemakaian pil KB

dikurangi atau diganti dengan kontrasepsi lainnya.

Obat-obatan yang bisa diberikan untuk meringankan gejala rinitis: • Obat tetes hidung yang mengandung corticosteroid (untuk

mengurangi peradangan) • Obat tetes hidung yang mengandung simpatomimetik (untuk

mengurangi pembengkakan dan penyumbatan hidung)

Page 68: vv, respi1

• Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala-gejala bersin-bersin, keluarnya cairan dari hidung, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar dengan allergen yang mekanisme ini diperantarai oleh IgE (WHO ARIA tahun 2001).

• Terjadi bilamana suatu antigen merangsang satu dari enam reseptor neurokimia hidung :– Reseptor histamin H1

(menyebabkan bersin, gatal, dan rinore)– Adrenoseptor alfa– Adrenoseptor beta2– Kolinoseptor– Reseptor histamin H2– Reseptor iritan

Page 69: vv, respi1

Epidemiology• Perkiraan tepat tentang prevalensi rhinitis alergi agak sulit 4 – 40%• Ada kecenderungan peningkatan prevalensi rhinitis alergi di AS dan di seluruh

dunia• Penyebab belum bisa dipastikan, tetapi nampaknya ada kaitan dengan

meningkatnya polusi udara, populasidust mite, kurangnya ventilasi di rumah atau kantor, dll.

Etiologi: Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas• Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu

rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur • Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu,

telur, coklat, ikan dan udang • Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin

atau sengatan lebah • Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa,

misalnya bahan kosmetik atau perhiasan

Page 70: vv, respi1

Reaksi yg disebabkan masukan antigen asing ke dalam tubuh

• Respons primer– Terjadi proses eliminasi dan fagositosis antigen– Bersifat non spesifik– Bila Ag tidak berhasil seluruhnya hilang respons sekunder

• Respons sekunder– Bersifat spesifik yang mempunyai 3 kemungkinan ialah

sistem umunitas seluler/ humoral/ keduanya.– Bila Ag masih ada resposn tertier

• Respons tertier– Bersifat sementara atau menetap, terganutng dari daya eliminasi Ag

oleh tubuh.

Page 71: vv, respi1

Gell dan coombs, mengklasifikasi reaksi resposn tertier:

• Tipe 1: reaksi anafilaksis/ immediate hypersentitivity

• Tipe 2: reaksi sitotoksik/sitolitik• Tipe 3: rekais kompleks imun• Tipe 4: reaksi tuberkulin/ delayed

hypersenstivity– Manifestasi klinis kerusakan jaringan yang bnayak

dijumpai dibidang THT adalah TIPE rhinitis alergi

Page 72: vv, respi1
Page 73: vv, respi1

KLASIFIKASIBerdasarkan waktunya, ada 3 golongan rhinitis alergi :

• Seasonal allergic rhinitis (SAR):terjadi pada waktu yang sama setiap tahunnya musim bunga, banyak serbuk sari berterbangan

• Perrenial allergic rhinitis (PAR):terjadi setiap saat dalam setahun penyebab utama: debu, animal dander, jamur, kecoa

• Occupational allergic rhinitis :terkait dengan pekerjaan

Page 74: vv, respi1

Klasifikasi Rhinitis Alergi Menurut Guideline ARIA (2001)

Page 75: vv, respi1

PatofisiologiRhinitis Alergi

Page 76: vv, respi1

• Histamine: pruritis, sneezing, rhinorrhea• Acetylcholine: stimulates glandular secretion

Page 77: vv, respi1

Alergen Dipresentasikan ke sel T helper

APC Th2 Sel B

IgE berikatan dengan FcR Produksi IgE

sel plasma Sel memori

IL-1 IL-4, IL-13

Pelepasan amin vasoaktif

Histamin

Aleregen

Degranulasi sel mast

+

Leukotrin

Cytokines

Kemotaksis

Menyebabnkan congesti nasal dan post nasal drip

-Bersin-Rhinorea

-Gatal

RA

FC

, ter

jadi

sel

ama

10-1

5 m

nt s

elet

ah te

rpaj

an

Late phase, terjadi 4-6 jam setelah sensitisasi awal

Page 78: vv, respi1

Mekanisme reaksi tipe I

Page 79: vv, respi1
Page 80: vv, respi1

Gambaran Klinis:• Bersin berulangkali• Hidung berair (rhinorrhea)• Obstruksi nassal• Tenggorokan, hidung, kerongkongan

gatal• Mata merah, gatal, berair (lacrimasi)• Post-nasal drip

Anamnesis Riwayat penyakit alergi keluarga Gangguan alergi selain hidung, seperti asma, ekzema, urtikaria, atau

sensitivitas obat Waktu terjadi Perubahan lingkungan (tempat tinggal lembab/berdebu, timbul saat

aktivitas di luar rumah) Hewan peliharaan Riwayat pengobatan

Page 81: vv, respi1

Diagnosa 1. Anamnesis

– Bersin, rhinorea, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, mata berair (lakrimasi).

– Pada anak kadang keluhan kurang, keluhan hidung tersumbat merupakan keluhan utama atau satu-satunya gejala.

2. Pemeriksaan fisik– Rinoskopi anterior – tampak mukosa edema, basah, berwarna

pucat disertai adanya sekret encer yang banyak. Bila gejala persisten tampak hipertrofi mukosa inferior.

– Nasoendoskopi.– Terdapat bayangan gelap di daerah bawah mata (allergic

shiner).– Tampak anak menggosok-gosok hidung karena gatal (allergi

salute) lama kelamaan akan timbul garis melintang di dorsum nasi bagian sepertiga bawah (allergic crease).

– Mulut sering terbuka.

Page 82: vv, respi1

– Dinding posterior faring tampak granuler dan edema, dinding lateral faring menebal.gambaran peta.

– Lidah tampak seperti

3. Pemeriksaan penunjang

– In vitro:

• Hitung eoosinofil dalam darah tepi N/↑

• IgE total N

• Sitologi hidung

– Ditemukan eosinofil dalam jumlah banyak alergi inhalan

– Basofil > 5 sel/lap alergi makanan

– Ditemukan sel PMN infeksi bakteri

– In vivo:

• Tes cukit kulit

• Uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri

• Intracutaneus Provocative Dilutional Food Test uji alergi makanan

• Diet eleminasi dan provokasi “Challenge Test”

Page 83: vv, respi1

• Cara skin test :suntikkan ekstrak alergen secara subkutan dan tunggu reaksinya

• Skin prick test : kulit digores dengan jarum steril, ditetesi senyawa alergen lalu tunggu reaksinya

Triple Response of Lewis-Red spot-Wheal-Flare

Page 84: vv, respi1
Page 85: vv, respi1

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

• Virus, bakteri, atau fungal infeksi • Sinusitis • Rhinitis medicamentosa • Vasomotor rhinitis • Deviasi septum • Bronkitis • Nasal polyps • Rhinitis kronis

Page 86: vv, respi1

DIAGNOSA BANDING

Page 87: vv, respi1

PENATALAKSANAAN

Prinsip penatalaksanaan rhinitis alergika :1.Menghindari alergen penyebab2.Meningkatkan kondisi tubuh : olah raga,

gizi yg cukup, istirahat cukup, hindari stress.

3.Obati Simtomatik

Page 88: vv, respi1

Algoritma evaluasi dan pengobatan rhinitis alergi

Page 89: vv, respi1
Page 90: vv, respi1

Treatment options for allergic rhinitis adapted from ARIA, 2001.Tipe

Rhinitis Alergi

Pengobatan lini pertama

Pengobatan alternatif/

ditambahkan

Komentar

Beratintermittent

Oral antihistamin, intranasal antihistamin

intranasal decongestan

Penghindaran alergen mungkin dapat mengeliminasi kebutuhan akan obat

Berat Persistent / moderate- severe intermittent

Oral antihistamin, intranasal corticosteroids, intranasal antihistamin

intranasal decongestanSodium cromoglicate

Sodium cromoglicate : antihistamin & corticosteroids sangat berguna sbg alternatif ,terutama pada anak2

moderate- severe Persistent

intranasal corticosteroids

Oral antihistamin, intranasal antihistamin, sodium cromoglicate,Ipratropium bromide,Leukotriene antagonists

Ipratropium bromide berguna utk hidung berair persistent .

Leukotriene antagonists mungkin berguna jika disertai asthma

Page 91: vv, respi1

Agent Inflamation Congestion Rhinorrhea Sneezing Nasal Itch

Ocular Symptom

Antihistamines

1st generation

2nd generation

Topical antihistamines

Decongestants

Intranasal steroids

Oral steroids

Intranasal cromolyn

-

+

+

-

+

+

+

-

-

+

+

+

+

+

+

+

+

-

+

+

+

+

+

+

-

+

+

+

+

+

+

-

+

+

+

+

+

+

-

+

+

+

Penatalaksanaan Farmakologis

+, some activity; +, good activity

Page 92: vv, respi1

Antihistamin Jenis

Kelas 1 Etanolamin adalah antagonis H1 yang sangat poten dan efektif. Efek samping utama adalah sedasi. ESO saluran cerna yang jarang terjadi.

Kelas 2 Etilendiamin adalah antagonis H1 yang sangat efektif. ESO adalah gangguan saluran cerna.

Kelas 3 Alkilamin merupakan antagonis H1 yang paling aktif. Lebih jarang menimbulkan sedasi. Tiga dari empat resep yang dibuat dokter serta produk OTC mengandung antihistamin klas 3.

Kelas 4 Piperazin adalah antagonis H1 dengan masa kerja memanjang.

Kelas 5 Fenotiazin adalah antagonis H1 dengan efek sedatif berat.

Page 93: vv, respi1

1. Menghindari pencetus (alergen)• Amati benda-benda apa yang menjadi pencetus (debu,

serbuk sari, bulu binatang, dll)• Jika perlu, pastikan dengan skin test• Jaga kebersihan rumah, jendela ditutup, hindari kegiatan

berkebun. Jika harus berkebun, gunakan masker wajah

2. Imunoterapi : terapi desensitisasi

Penatalaksanaan Non farmakologi

Page 94: vv, respi1

Komplikasi• Polip hidung• Otitis media• Sinusitis• Hipertrofi konka• Asma

Page 95: vv, respi1

• Gangguan fisiologis lapisan mukosa hidung yang disebabkan peningkatan aktivitas parasimpatis. Gejalanya mirip dengan rinitis alergi, tetap bukan suatu reaksi alergi atau inflamasi.

• Diagnosa banding : Rinitis Alergi• Etiologi:

– Faktor risiko iritasi asap rokok, udara dingin, kelembaban udara yg tinggi, bau yg merangsang

– Faktor endokrin kehamilan, pubertas, hipotiroidisme– Faktor psikis cemas dan tegang– Neurogenik (disfungsi sistem otonom)– Trauma– Nitrit Oksida– Obat-obatan yang menghambat kerja saraf simpatis ergotamin,

klorpromazin, obat antihipertensi, vasokontriktor lokal– Neuropeptida

Page 96: vv, respi1

• Gejala Klinis, dibedakan menjadi 3 golongan :– Golongan bersin (sneezers) antihistamin dan glukokortikosteroid topikal– Golongan rinore (runners) anti kolinergik– Golongan tersumbat (blocker) glukokortikosteroid topikal dan

vasokontriktor oral

• Manifestasi Klinis:– Hidung tersumbat bergantian dr kiri & kanan, tergantung posisi.– Rinorea yg mukus atau serosa– Jarang disertai bersin– Tidak disertai gatal di mata– Gejala memburuk pada pagi hari perubahan suhu.– Berdasarkan gejala, dibedakan atas gol obstruksi dan rinorea

Page 97: vv, respi1

• Diagnosis: pemeriksaan rinoskopi anterior :– edem mukosa hidung– konka bewarna merah gelap atau merah tua, dapat pula pucat– di rongga hidung terdapat sekret mukoid– pada gol. Rinorea sekret biasanya serosa dan banyak.

• Tatalaksana:– Menghindari penyebab– Pengobatan simtomatis dekongestan, kortikosteroid– Operasi bedah beku, elektroauter, atau konkotomi konka inferior– Neurektominervus vidianus operasinya susah dan komplikasinya berat.

Page 98: vv, respi1

• Suatu kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor yang diakibatkan oleh pemakaian vasokontriktor lokal (tetes hidung atau semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan,sehingga menyebabkan sumbatan hidung yang menetap

• Tanda & Gejala– Mengeluh hidung tersumbat terus menerus dan berair– Pada pemeriksan tampak edema/hipertrofi konka dengan

sekret hidung yang berlebihan

Page 99: vv, respi1

Patofisiologi• Pemakaian topikal vasokontriktor hidung fase dilatasi berulang

setelah vasokontriktor gejala obstruksi pasien menggunakan lagi obat tersebut agonis alfra adrenergik tinggi pada mukosa hidung dan penurunan sensitivitas reseptor alfa adrenergic toleransi aktivitas tonus simpatis menghilang vasokontriksi menghilang dilatasi dan kongesti jaringan mukosa rebound congestion

• Kerusakan yang terjadi pada mukosa hidung pada pemakaian obat tetes hidung dalam waktu yang lama adalah : – Silia rusak– Sel goblet berubah ukurannya– Membran basal menebal– Pembuluh darah melebar– Stroma tampak edema– Hipersekresi kelenjar mukus dan perubahan pH sekret hidung– Lapisan submukosa menebal– Lapisan periostium menebal

Page 100: vv, respi1

Tatalaksana• Hentikan pemakaian obat tetes atau semprot

vasokontriktor hidung• Untuk mengatasi sumbatan berulang

kortikosteroid oral dosis tinggi jangka pendek dan dosis diturunkan secara bertahap dengan menurunkan dosis sebanyak 5 mg/hari, dapat juga pemberian kortikosteroid topikal selama 2 minggu untuk mengembalikan proses fisiologik mukosa hidung

• Dekongestan oral

Page 101: vv, respi1

• Penyakit virus common cold, flu• Penyebab : rhinovirus, myxovirus, ECHO virus,

Coxsackie virus• Sangat menular dan bergejala akibat penurunan

kekebalan tubuh• Stadium prodormal beberapa jam rasa panas,

kering, gatal di hidung, bersin berulang, hidung tersumbat, ingus encer, demam, nyeri kepala, mukosa hidung merah dan bengkak, ingus bisa menjadi mukopurulen (infeksi sekunder bakteri)

• Terapi : istirahat, obat simtomatis (analgetika, antipiretika, dekongestan, antibiotik jika ada infeksi bakteri)

Page 102: vv, respi1

• Atropi progresif mukosa dan tulang• Mukosa berubah jadi kubik, gepeng Silia hilang

Kelenjar degenerasi• Penyebab : belum diketahui

– Ditemukan terutama Klepsiella, juga terdapat Streptococcus, Staphylococcus, Pseudomonas

– Sinusitis– Defisiensi Fe– Hormonal– Penyakit kolagen– Defisiensi vitamin A

Page 103: vv, respi1

• Gejala– Krusta– Ingus kental– Cephalgi– Hipostomia, anosmia– Nasal obstruksi

• Klinis– Cavum nasi lapang– Mukosa tipis, atropi

Terapi Cari penyebab

hilangkan Test resitensi

antibiotik Obat cuci hidung R/ : Na Cl NH4Cl NaHCO3 Aqua ad 300 cc Operatif

Page 104: vv, respi1

• Penyebab : Treponema pallidum• Gejala:

–Primer dan sekunder mirip rhinitis lain + bercak/bintik pada mukosa

–Tersier : gumma atau ulkus• Pemeriksaan klinis : krusta + sekret mukopurulen

berbau, perforasi septum/hidung pelana• Diagnosis : pemeriksaan mikrobiologik dan biopsi• Pengobatan : penicilin + cuci hidung

Page 105: vv, respi1

• Kejadian infeksi tuberkulosa extrapulmoner• Berbentuk noduler atau ulkus perforasi• Pemeriksaan klinis mukopurulen dan krusta hidung tersumbat

• Diagnosis ditemukan BTA (+) pada sekret hidung

• Pemeriksaan histopatolgi sel datia Langhans dan limfositosis

• Pengobatan :–Anti TBC–Obat cuci hidung

Page 106: vv, respi1

• Dapat terjadi bersama sinusitis invasif dan non invasif • Tipe noninvasif menyerupai rinolith, tidak terjadi destruksi kartilago

dan tulang• Tipe invasif ditemukan hifa jamur pada lamina propia perforasi

septum dan hidung pelana• Menentukan Jamur peyebab pemeriksaan histopatologi• Pemeriksaan hidung sekret mukopurulen, mungkin ada ulkus atau

perforasi pada septum + jaringan nekrotik berwarna kehitaman• Penatalaksanaan :

– Invasif : eradikasi agen dengan anti jamur oral dan topikal– Noninvasif : mengangkat seluruh bola jamur, debridement seluruh jaringan,

rekonstruksi

Page 107: vv, respi1

• Penyebab Corynobacterium diphteriae• Dapat terjadi primer (hidung), sekunder (tenggorok), akut

maupun kronik• Dugaan riwayat imunisasi tidak lengkap• Gejala akut demam, toksemia, limfadenitis, paralisis otot

pernafasan, ingus bercampur darah, pseudomembran putih dan mudah berdarah, krusta coklat di nares anterior dan rongga hidung

• Gejala kronik lebih ringan, dapat sembuh sendiri, menular

• Diagnosis periksa kuman dan sekret hidung• Terapi antibiotik, isolasi, ADS

Page 108: vv, respi1

• Sinusitis adalah radang sinus paranasal.• Bila terjadi pada beberapa sinus, disebut

multisinusitis.• Bila mengenai seluruh sinus paranasal, disebut

pansinusitis.

Page 109: vv, respi1

• Yang paling sering terkena adalah sinus maxillaris, kemudian sinus frontalis, ethmoidalis, dan sphenoidalis.

• Hal ini disebabkan karena:– Sinus maxillaris adalah sinus terbesar– Letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar– Dasarnya adalah akar gigi sehingga infeksinya dapat

berasal dari infeksi gigi– Ostiumnya terletak di meatus medius, disekitar hiatus

semilunaris yang sempit sehingga sering tersumbat.

Page 110: vv, respi1
Page 111: vv, respi1

Etiologi sinusitisFaktor Predisposisi

Page 112: vv, respi1

Klasifikasi Lama Riwayat

Catatan

akut ≤ 4 minggu ≥ 2 faktor mayor, 1 faktor mayor dan 2 minor atau sekret purulen pada pemeriksaan

Demam atau muka sakit saja tidak mendukung, tanpa adanya gejala ata tanda hidung yang lain.

Sub akut 4-12 minggu Seperti kronik Sembuh sempurna setelah pengobatan yang efektif.

Akut,rekuren ≥ 4 eps.dlm setahun, setiap eps.berlangsung ≥ 7-10 hari

Kronik ≥ 12 minggu ≥ 2 faktor mayor, 1 faktor mayor dan 2 faktor minor atau sekret purulen pada pemeriksaan

Muka sakit tidak mendukung, tanpa disertai tanda atau gejala hidung yang lain

Page 113: vv, respi1

Klasifikasi Lama Riwayat Catatan

Kronik ≥ 12 minggu ≥ 2 faktor mayor, 1 faktor mayor dan 2 faktor minor atau sekret purulen pada pemeriksaan

Muka sakit tidak mendukung, tanpa disertai tanda atau gejala hidung yang lain

Eksaserbasi akut pada kronik

Perburukan mendadak dari rhinosinositis kronik, dan kembali ke asal setelah pengobatan

Page 114: vv, respi1

Kriteria gejala RSA menurut AAOA• Gejala mayor : sakit daerah muka, hidung buntu,

ingus purulen/post nasal drip, gangguan penciuman, demam.

• Gejala minor : batuk-batuk, lendir ditenggorok, nyeri kepala, nyeri geraham, halitosis.

RSA dicurigai bila didapatkan 2 gejala mayor atau lebih , atau 1 gejala mayor dan 2 minor.

Page 115: vv, respi1

Patofisiologi

Organ2 yg bentuk KOM

Organ2 yg bentuk KOM Bila edemaBila edema

Mukosa yg berhadapan

bertemu

Mukosa yg berhadapan

bertemu

Silia tak dpt bergerak & ostium

tersumbat

Silia tak dpt bergerak & ostium

tersumbat

Tekanan (-) dlm rongga sinus

Tekanan (-) dlm rongga sinusTransudasi,

mula2 serousTransudasi,

mula2 serous

RINOSINUSITIS non-bacterial

RINOSINUSITIS non-bacterial

Sekret jadi purulenSekret jadi purulen

Inflamasi berlanjuthipoksia

Bakteri anaerob berkembang

Mukosa makin bengkak

Rantai siklus terus berputar

Mukosa jd kronik

Hipertrofi, polipoid

RINOSINUSITIS Akut

Bacterial

Sembuh tnp

pengobatan

Perlu terapi antibiotik

menetap

Tak

berhasil

Operasi

Page 116: vv, respi1

• Mempercepat penyembuhan• Mencegah komplikasi• Mencegah perubahan menjadi kronik

• Prinsip pengobatan: membuka sumbatan di kompleks osteo-meatal memperbaiki drainase dan ventilasi sinus secara alami

Page 117: vv, respi1
Page 118: vv, respi1

• Virus, bakteri, atau jamur.• Kuman yang tersering adalah Streptococcus

pneumoniae dan Haemophilus influenzae (70% kasus).

• Rinitis akut• Infeksi faring: faringitis, adenoiditis, tonsilitis akut• Infeksi gigi molar M1, M2, M3 serta premolar P1,

P2• Berenang dan menyelam• Trauma• Barotrauma

Page 119: vv, respi1

• Biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas (terutama pada anak kecil), berupa pilek dan batuk > 7 hari.

• Gejala subjektif:– Demam– Malaise– Hidung tersumbat– Ingus kental kadang berbau dan mengalir ke nasofaring (post nasal drip) batuk

dan sesak pada anak– Hipoosmia / anosmia– Sakit kepala lebih berat pada pagi hari– Nyeri di daerah sinus yang terkena– Kadang nyeri alih ke tempat lain (referred pain).

• Gejala obyektif: tampak pembengkakan di daerah muka.

• Pada rinoskopi anterior: mukosa konka hiperemis dan edema.

Page 120: vv, respi1

SINUSITIS MAXILLARIS

SINUSITIS ETHMOIDALIS

SINUSITIS FRONTALIS

SINUSITIS SPHENOIDALIS

LOKASI NYERI UTAMA

Di bawah kelopak mata, pipi, kadang menyebar ke alvelolus hingga terasa di gigi

Di pangkal hidung dan kantus medius, kadang nyeri di bola mata atau di belakangnya

Terlokalisasi di dahi atau seluruh kepala

Di verteks, oksipital, retro orbital, dan sphenoid

LOKASI NYERI ALIH

Gigi, dahi dan daun telinga

pelipis

GEJALA OBYEKTIF

Pembengkakkan di pipi dan kelopak mata bawah

Jarang bengkak, kecuali bila ada komplikasi

Pembengkakkan di dahi dan kelopak mata atas

RINOSKOPI ANTERIOR

Tampak mukopus di meatus medius

(pada sinusitis ethmoidalis posterior sama seperti pada sinusitis sphenoidalis)

Tampak nanah keluar dari meatus superior

Page 121: vv, respi1

• Pemeriksaan termudah: transiluminasi. Berguna untuk evaluasi penyembuhan, dan menghindari bahaya radiasi pada wanita hamil. Bermakna bila hanya salah satu sisi sinus yang sakit. Dilakukan untuk sinus maxillaris dan frontalis.

• Pemeriksaan foto Rö: posisi Waters, PA, dan lateral. Sinusitis akan tampak perselubungan atau penebalan mukosa dan gambaran air fluid level.

• Pemeriksaan kultur kuman dan uji resistensi dari sekret rongga hidung.

Page 122: vv, respi1

• Rinitis atrofi• Ca hidung• Benda asing di rongga hidung

Page 123: vv, respi1

• Terapi medikamentosa:– Antibiotik selama 10-14 hari (dapat diperpanjang sampai

semua gejala hilang)• Amoxicillin , ampisilin, erhythromycin, sefaklor monohidrat, asetil

sefuroksim, trimethoprim-sulfametoksazol, amoxicillin -asam klavulanat, klaritromisin.

• Jika dalam 24-72 jam tidak ada perbaikan klinis, diganti dengan antibiotik untuk kuman penghasil β–laktamase: amoxicillin atau ampisilin + asam klavulanat.

Page 124: vv, respi1

• Dekongestan hidung memperlancar drainase sinus.

–Dapat diberikan sistemik maupun topikal.–Khusus topikal dibatasi 5 hari menghindari

terjadinya rinitis medikamentosa.–Dekongestan sistemik yang sering digunakan:

pseudoefedrin, fenilpropanolamin• Irigasi nasal dengan NaCl membantu

pemindahan sekret kental dari sinus ke rongga hidung.

Page 125: vv, respi1

• Pemberian antihistamin tidak dianjurkan pada sinusitis akut purulen mengentalkan sekret dan menghambat drainase sinus.

• Analgesik menghilangkan nyeri• Mukolitik mengencerkan sekret, kerja silia,

merangsang fibrinolisis.• Steroid intranasal (beklometason, flunisolid,

triamnisolon) mengurangi edema di daerah kompleks osteo-meatal (terutama bila dicetuskan oleh alergi)

Page 126: vv, respi1
Page 127: vv, respi1
Page 128: vv, respi1

• Sama dengan sinusitis akut, hanya tanda-tanda akutnya sudah reda.

• Pada rinoskopi anterior tampak sekret purulen di nasofaring.

Transiluminasi sinus yang sakit tampak suram atau gelap.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Page 129: vv, respi1

• Antibiotik spektrum luas / spesifik selama 10-14 hari• Obat simptomatis: dekongestan lokal (tetes hidung)• Analgesik• Antihistamin• Mukolitik• Diatermi memperbaiki vaskularisasi sinus• Jika belum membaik, lakukan pencucian sinus.• Operasi koreksi septum• Pengangkatan polip• Konkotomi

Page 130: vv, respi1
Page 131: vv, respi1

• Polusi bahan kimia, alergi, dan defisiensi imunologik silia rusak perubahan mukosa hidung rentan terhadap infeksi.

• Terdapat edema konka mengganggu drainase sekret silia rusak.

Page 132: vv, respi1

• Gejala hidung dan nasofaring: sekret di hidung dan nasofaring (post nasal drip) batuk kronik.

• Gejala faring: rasa tidak nyaman di tenggorokan.• Gejala telinga: gangguan pendengaran akibat

sumbatan tuba Eustachius.• Nyeri kepala: pada pagi hari, berkurang pada

siang hari.• Gejala mata: akibat penjalaran infeksi melalui

ductus nasolacrimalis.

Page 133: vv, respi1

• Gejala gangguan napas: batuk, kadang komplikasi di paru (sino-bronkitis), serangan asma meningkat.

• Gejala GIT: gastroenteritis• Hasil pemeriksaan klinis: tidak seberat sinusitis

akut (tidak terdapat pembengkakkan di muka).• Rinoskopi anterior: sekret kental purulen dari

meatus medius atau meatus superior.• Rinoskopi posterior: sekret purulen di nasofaring

atau turun ke tenggorokan.

Page 134: vv, respi1

• Pemeriksaan mikrobiologik: infeksi campuran.• Pemeriksaan transiluminasi untuk sinus maxillaris dan

sinus frontalis.• Rö• Pungsi sinus maxillaris• Sinuskopi sinus maxillaris• Pemeriksaan histopatologi• Nasoendoskopi meatus medius dan meatus superior.• Tomografi komputer (untuk evaluasi sinusitis kronik

yang tidak membaik dengan terapi, sinusitis dengan komplikasi, evaluasi pre operatif, dugaan keganasan)

• MRI (membedakan sinusitis karena jamur, neoplasma, dan perluasan intrakranialnya)

Page 135: vv, respi1

http://www.5min.com/Video/Rhinoscopy-Travel-Through-The-Nose-114223399

Page 136: vv, respi1

FIGURE 2. Nasal endoscopic view of pus emanating from the hiatus semilunaris (H) located just behind the uncinate process (U) in the "middle meatus" lateral to the anterior end of the middle turbinate (T) in a patient with ethmoid rhinosinusitis (S = septum).

Page 137: vv, respi1
Page 138: vv, respi1

• Pungsi atau antrostomi dan irigasi untuk sinusitis maxillaris memperbaiki drainase dan pembersihan sekret

• Pencucian Proetz untuk sinusitis frontalis, ethmoidalis, dan sphenoidalis.

• Bila dalam 5-6x tidak ada perbaikan klinis: lakukan operasi radikal

Page 139: vv, respi1

• Pada sinusitis frontalis: osteomielitis dan abses superiostal

• Pada sinusitis maxillaris: fistula oroantral• Pada sinusitis ethmoid: kelainan orbita

– Edema palpebra– Selulitis orbita– Abses orbita– Trombosis sinus kavernosus

• Kelainan intrakranial: meningitis, abses otak• Kelainan paru: bronkitis kronik, bronkiektasis, asma

bronkial

Page 140: vv, respi1

KOMPLIKASI SINUSITIS• Kelainan orbita disebabkan o/ sinus paranasal yg

berdekatan dgn mata (orbita).• Kelainan intrakranial berupa meningitis, abses

ekstradural/subdural, abses otak dan trombosis sinus kavernosus.

• Osteomielitis dan abses subperiostal paling sering timbul akibat sinusitis frontal & biasanya ditemukan pd anak2.

• Kelainan paru bronkitis kronik dan bronkiektasis.– Adanya kelainan sinus paranasal disertai dgn kelainan paru

ini sinobronkitis.

Pada

sin

usiti

s kr

onik

Pada

sin

usiti

s kr

onik

Pada

sin

usiti

s ak

utPa

da s

inus

itis

akut

Page 141: vv, respi1

Prognosis sinusitis

• Prognosis sinusitis akut baik sekali, 70% pasien sembuh tanpa pengobatan.

• Jika disebabkan kelainan anatomic, dapat dilakukan operasi dengan prognosis baik.