wacana berita pada siaran pawartos jawi tengah dengan topik penghapusan sekolah rsbi: sebuah...
DESCRIPTION
Analisis Wacana Berita Berbahasa JawaTRANSCRIPT
Wacana Berita Pada Siaran Pawartos Jawi Tengah dengan Topik
Penghapusan Sekolah RSBI: Sebuah Analisis Makrostruktural
Disusun guna memenuhi tugas akhir mata kuliah Wacana
Disusun oleh
Yoke Ana Marlina
2601411062
Rombel 3
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Stasiun televisi lokal berbasis bahasa Jawa sudah dapat disaksikan oleh
seluruh masyarakat Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, maupun masyarakat
nasional. Tidak berbeda dengan stasiun televisi nasional, stasiun televisi juga
menyajikan program unggulan yang bersifat informatif maupun menghibur. Salah
satu stasiun televisi lokal adalah Cakra Semarang TV yang juga meempunyai
program unggulan bersifat informatif yaitu Pawartos Jawi Tengah tayang setiap
hari senin sampai jumat.
Menarik atau tidaknya berita sangat bergantung pada kejelasan,
keakuratan berita, kekinian berita, dan pembawaan berita. Sebuah berita dikatakan
baik apabila berita tersebut mampu diterima oleh masyarakat, artinya berita
tersebut jelas dan akurat. Melalui siaran berita diharapkan dapat memperkaya
pengetahuan masyarakat serta dengan pesan yang disampaikan akan mampu
memberikan dampak ke arah positif pada masyarakat. Misalnya pesan yang
terdapat pada berita kriminal diharapkan dapat menjadikan masyarakat lebih
waspada.
Bahasa pada berita, khususnya media elektronik mempunyai bentuk
komunikasi yang khas. Bahasa komunikasi yang dimaksud adalah gaya
pembacaan pembawa berita, bahasa dalam berita, diksi yang dipakai dalam berita,
dan ilustrasi musik. Salah satu siaran berita Pawartos Jawi Tengah adalah berita
tentang penghapusan sekolah RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) oleh
Mahkamah Konstitusi.
Pembawa berita membacakan berita dengan intonasi yang baik dan
dengan jeda yang tepat, sehingga menjadikan pesan dari berita tersebut dapat
diterima oleh masyarakat. Ilustrasi musik pada siaran berita Pawartos Jawi Tengah
yang khas dengan aksen musik Jawa dapat berfungsi sebagai apersepsi bagi
pendengar.
Berdasar uraian tersebut, dapat disimpulkan jika wacana berita dari
media eletronik menarik untuk diletiti. Analisis makrostruktural dalan siaran
berita Pawartos Jawi Tengah dengan topik penghapusan RSBI oleh Mahkamah
Konstitusi dijadikan sebagai topik dalam penelitian ini.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasar uraian latar belakang, permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan “Bagaimana analisis makrostruktural siaran berita Pawartos Jawi
Tengah dengan topik penghapusan sekolah RSBI?”
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasar uraian rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
“Menganalisis makrostruktural siaran berita Pawartos Jawi Tengah dengan topik
penghapusan sekolah RSBI”.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini bermanfaat bagi bidang kajian ilmu wacana sebagai disiplin
ilnu linguistik yang memusatkan perhatiannya pada paparan bahasa dalam
peristiwa komunikasi.
2. Manfaat Praktis
Menambah pengetahuan para pembaca, peneliti dan pemerhati bbahasa,
terutama yang tertarik dalam bidang wacana agar menggunakan pilihan kata yang
tepat sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat tepat sasaran dan mampu
memberikan pengaruh positif.
BAB 2
KAJIAN TEORI
1.1. Kajian Pustaka
Penelitian ini merupakan penelitian bahasa tentang wacana yang
mengambil objek kajian wacana berita lisan dalam media elektronik, khususnya
televisi. Penelitian mengenai wacana pernah dilakukan oleh beberapa peneliti.
Beberapa pustaka yang memberi sumbangan terhadap penelitian ini adalah
Sumarlam (2003), Rustono (1999), dan Mustikaningrum (2012).
Sumarlam (2003) dalam bukunya yang berjudul Teori dan Pratik
Analisis Wacana yang dijelaskan dalam dua bagian. Bagian pertama menjelaskan
konsep dasar teori analisis wacana, dan bagian kedua memaparkan praktik analisis
berbagai jenis wacana yang terdapat dalam media cetak maupun media elektronik
dan karya sastra, serta analisis secara microstruktural maupun makrostruktural.
Kelebihan dari buku ini terletak pada sepuluh objek kajian wacana, baik
analisis wacana yang berkenaan dengan karya sastra, media cetak, maupun media
elektronik. Praktik analisis wacana yang terdiri dari sepuluk objek kajian wacana
merupakan hasil analisis pengarang yang dibukukan. Sumarlam menggunakan
konteks situasi untuk menganalisis wacana berita pada media elektronik. Untuk
itu peneliti menggunakannya sebagai acuan dalam menganalisis wacana berita
pada media elektronik.
Rustono (1999) dalam bukunya yang berjudul Pokok-Pokok Pragmatik
menjelaskan pokok-pokok pragmatik yang meliputi konteks dan situasi tutur;
prinsip percakapan; dan implikatur percakapan. Kelebihan dari buku ini adalah
materi-materi disajikan secara jelas dengan contoh-contohnya, sehingga mudah
dipahami. Peneliti menggunakan materi konteks dan situasi tutur sebagai acuan
dalam menganalisis wacana berita pada media elektronik.
Mustikaningrum (2012) dalam skripsinya yang berjudul Wacana Iklan
Berbahasa Jawa pada Majalah Panjebar Semangat yang menyimpulkan bahwa
jenis wacana iklan yang terdapat pada majalah Panjebar Semangat tahun 2010-
2012 berdasarkan bidang isi pesan yaitu iklan lomba, iklan media, iklan duka cita,
iklan perkawinan, iklan kesehatan, iklan ulang tahun, iklan perbaikan, dan iklan
jasa. Selain itu, Mustikaningrum juga menyimpulkan bahwa pilihan kata dalam
wacana iklan berbahasa Jawa di majalah Pnjebar Semangat tahun 2010-2012
memenuhu syarat ketepatan pemilihan kata. Syarat ketepatan pilihan kata yaitu 1)
pembeda kata umum dan kata khusus; dan 2) memperhatikan kelangsungan
pilihan kata.
Relefansi penelitian Mustikaningrum dengan penelitian ini adalah sama-
sama mengkaji wacana. Perbedaannya terletak pada jenis dan sumber wacana.
Dalam penelitian Mustikaningrum mengkaji wacana berita pada majalah Panjebar
Semangat, sedangkan penelitian ini mengkaji wacana berita pada siaran berita
Pawartos Jawi Tengah stasiun televisi Cakra Semarang TV. Kelebihan dari
penelitian Mustikaningrum terletak pada pemaparan hasil analisis pemilihan kata
yang disajikan secara lengkap.
1.2. Kerangka Teori
1.2.1. Pengertian Wacana
Edmondson (1981) dalam Sumarlam, 2003:5 menjelaskan bahwa wacana
adalah suatu peristiwa yang terstruktur yang dimanifestasikan dalam perilaku
bahasa atau yang lainnya. Berdasar definisi tersebut, Edmondson menekankan
adanya sifat keteraturan peristiwa yang dinyatakan dengan bahasa di dalam
wacana.
Kridalaksana (1983) dalam Sumarlam, 2003:5 menjelaskan bahawa
wacana adalah satuan bahasa terlengkap; dalam hierarki gramatikal merupakan
satuan tertinggi. Tarigan dalam bukunya Pengajaran Wacana (1987:27, seperti
yang dikutip oleh Sumarlam, 2003:7) menyatakan bahwa wacana adalah satuan
bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan
koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan
akhir nyata disampaikan secara lisan atau tertulis.
Berdasar uraian diatas wacana sebagai satuan gramatikan yang lengkap
berarti di dalamnya terdapat konsep, gagasan, pikiran atau ide yang utuh, yang
bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana
lisan), tanpa keraguan apapun.
1.2.2. Jenis Wacana
Wacana dapat diklasifikasikan menjadi berbagai jenis menurut dasar
pengklasifikasiannya. Berikut pengklasifikasian jenis wacana.
1.2.2.1. Wacana berdasarkan bahasa yang dipakai:
1. Wacana bahasa nasional (Indonesia),
2. Wacana Bahasa lokal atau daerah,
3. Wacana bahasa Internasional (Inggris),
4. Wacana bahasa lainnya, seperti bahasa Belanda, Jerman, Perancis, dan
sebagainya.
1.2.2.2. Wacana berdasarkan media yang digunakan:
1. Wacana tulis, artinya wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis atau
melalui media tulis.
2. Wacana lisan, artinya wacana yang disampaikan dengan bahasa lisan
atau media lisan.
1.2.2.3. Wacana berdasarkan sifat atau jenis pemakaiannya:
1. Wacana monolog, artinya wacana yang disampaikan oleh seorang diri
tanpa melibatkan orang lain untuk ikut berpartisipasi secara langsung,
2. Wacana dialog, artinya wacana yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
secara langsung (percakapan).
1.2.2.4. Wacana berdasarkan bentuk:
1. Wacana puisi, artinya wacana yang disampaikan dalam bentuk puisi
seperti geguritan dan tembang.
2. Wacana prosa, artinya wacana yang disampaikan dalam bentuk prosa
seperti cerpen, artikel, dan novel.
3. Wacana drama, artinya wacana yang disampaikan dalam bentuk drama
seperti ketoprak dan wayang.
1.2.2.5. Wacana berdasarkan cara dan tujuan pemaparannya:
1. Wacana narasi, artinya wacana yang mementingkan urutan waktu,
dituturkan oleh persona pertama atau ketiga dalam waktu tertentu.
2. Wacana deskripsi, artinya wacana yang bertujuan melukiskan,
menggambarkan, atau memerikan sesuatu menurut apa adanya.
3. Wacana eksposisi, artinya wacana yang berorientasi pada pokok
pembicaraan, dan bagian-bagiannya diikat secara logis.
4. Wacana persuasi, artinya wacana yang bersifat ajakan atau nasihat,
biasanya ringkas dan menarik, serta bertujuan untuk mempengaruhi
secara kuat pada pembaca atau pendengar agar melakukan nasihat atau
ajakan tersebut.
5. Wacana argumentasi, artinya wacana yang berisi ide atau gagasan yang
dilengkapi data-data sebagai bukti, dan bertujuan meyakinkan pembaca
akan kebenaran ide atau gagasannya.
4.1.1. Analisis Wacana
Objek analisis wacana adalah segala wacana yang berjenis lisan maupun
tulis. Wacana dapat dianalisis secara mikrostruktural maupun makrostruktural.
Analisis mikrostruktural meliputi aspek gramatikal dan leksikal sedangkan
analisis makrostruktural menitikberatkan pada garis besar susunan
wacana itu secara global untuk memahami teks secara
keseluruhan. Pada analisis makrostruktural, analasis wacana
dapat meliputi konteks, campur kode, dan alih kode.
4.1.2. Konteks
Sumarlam (2003:47) berpendapat bahwa konteks wacana
adalah aspekaspek internal wacan dan segala sesuatu yang
secara eksternal melingkupi sebuah wacana. Berdasarkan
pengertian tersebut maka konteks wacana secara garis besar
dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu konteks bahasa
dan konteks luar bahasa. Konteks bahasa disebut ko-teks,
sedangkan konteks luar bahasa disebut dengan konteks situasi
dan konteks sosial-budaya. Menurut Alwi et al. (1998:421) dalam
Rustono, 1999:21, konteks terdiri atas unsur-unsur seperti
situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat adegan, topik,
peristiwa, bentuk amanat, kode dan sarana. Selanjutnya delapan
unsur tersebut disebut fatkor peristiwa tutur.
Menurut Hymes (1968) dalam Rustono, 1999:21 delapan
faktor yang menandai keberadaan peristiwa tutur , yakni : (1)
setting atau scene yaitu tempat dan suasana peristiwa tutur; (2)
participant yaitu penutur, mitra tutur, atau pihak lain; (3) end
atau tujuan; (4) act, yaitu tindakan yang dilakukan penutur di
dalam peristiwa tutur; (5) key, yaitu nada suara dan ragam
bahasa yang digunakan di dalam mengekspresikan tuturan dan
cara mengekspresikannya; (6) instrumen, yaitu alat atau tulis,
melalui telepon atau bersemuka; (7) norm atau norma, yaitu
aturan permainan yang harus ditaati oleh setiap peserta tutur;
dan (8) genre, yaitu jenis kegiatan seperti wawancara, diskusi,
kampanye, dan sebagainya.
4.1.2.1. Konteks Situasi
Konteks situasi adalah lingkungan sosial di mana wacana
itu berada. Konteks situasi merupakan kerangka sosial yang
digunakan untuk membuat dan memahami wacana dengan
tepat, dalam pengertian sesuai dengan konteksnya (Eggins
dalam Andriany, 2011:33). Sebagai kerangka untuk membuat
wacana, konteks situasi itu merupakan faktor eksternal yang
secara tidak langsung terlibat dalam isi wacana itu sendiri.
Dengan kata lain, konteks situasi juga menjadi bagian dari isi
wacana tersebut meskipun tidak dapat dilihat secara konkret.
Realisasi keterlibatan konteks situasi dalam wacana adalah
dalam bentuk pemunculan pola-pola realisasi di tingkat bahasa.
Situasi merupakan lingkungan tempat teks. Konteks situasi
adalah keseluruhan lingkungan, baik lingkungan tutur (verbal)
maupun lingkungan tempat teks itu diproduksi (diucapkan atau
ditulis).
4.1.2.2. Konteks Sosial-Budaya
Menurut Syafi’ie (dalam Mulyana, 2005: 24), konteks
sosial yaitu relasi sosio-kultural yang melengkapi hubungan
antarpelaku atau partisipan dalam percakapan. Sedangkan
menurut Saragih (2006:224), konteks sosial-budaya adalah
hubungan setiap manusia dengan lingkungan manusia yang
memiliki arti, dan arti tersebut akan dimaknai oleh orang-orang
yang saling berinteraksi dengan melibatkan lingkungan arti
tersebut. Konteks sosial-budaya menentukan apa yang dapat
dimaknai melalui (i) wujud ‘siapa penutur itu’, (ii) tindakan ‘apa
yang penutur lakukan’, dan (iii) ucapan ‘apa yang penutur
ucapkan’ (Halliday dan Hasan, 1978:110). Selanjutnya, Halliday
(1985:505) berpendapat bahwa konteks sosial-budaya dapat
berupa konvensi-konvensi sosial budaya yang melatarbelakangi
terciptanya sebuah wacana, yaitu dunia di luar bahasa. Konteks
sosial-budaya tergambar dalam genre atau jenis teks, seperti
narasi, eksposisi, prosedur, laporan, dan sebagainya. Jenis teks
dalam penelitian ini yaitu teks berita atau wacana eksposisi yang
memiliki bentuk komunikasi yang khas karena bahasanya lugas
dan jelas berdasarkan fakta.
4.1.3. Campur Kode
Di dalam campur kode ciri-ciri ketergantungan ditandai dengan adanya
hubungan timbal balik antara peranan dan fungsi kebahasaan. Peranan maksudnya
yang menggunakan bahasa tersebut, sedangkan fungsi kebahasaan berarti apa
yang hendak dicapai oleh penutur dengan tuturannya. Seorang penutur yang
banyak menguasai bahasa akan mempunyai kesempatan bercampur kode lebih
banyak daripada penutur yang hanya menguasai satu atau dua bahasa saja. Tetapi
tidak berarti bahwa penutur yang menguasai lebih banyak bahasa selalu banyak
bercampur kode. Sebab yang hendak dicapai oleh penutur dengan tuturannya
sangat menentukan pilihan kebahasaannya.
Ciri-ciri yang lain adanya gejala campur kode ialah bahwa unsur-unsur
bahasa atau variasi-variasinya yang menyisip didalam bahasa lain tidak lagi
mempunyai fungsi tersendiri. Unsur-unsur itu telah menyatu dengan bahasa yang
disisipinya dan secara keseluruhan hanya menduduki satu fungsi.
Beberapa ahli sosiolinguistik yang memberi batasan campur kode antara
lain (Suwito 1985 : 76) memberikan batasan campur kode sebagai pemakaian dua
bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke
dalam bahasa yang lain secara konsisten.
Nababan (1984 : 32) menyatakan bahwa campur kode terjadi bilamana
orang mencampur dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak
bahasa tanpa ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran
bahasa. Adapun ciri yang menonjol dalam campur kode ini adalah kesantaian atau
situasi informal. Misalnya ada seorang penutur yang dalam pemakaian bahasa
Indonesia banyak disisipi unsur-unsur bahasa Jawa / derah atau sebaliknya bahasa
daerah yang disisipkan pada bahasa Indonesia. Maka seorang penutur tersebut
bercampur kode ke dalam peristiwa tersebut, sehingga akan menimbulkan apa
yang disebut bahasa Indonesia yang ke daerah-daerahan atau ke Jawa-Jawaan.
Campur kode memiliki dua tipe yaitu, campur kode kedalam (inner code
mixing) dan campur kode keluar (outer code mixing) (Suwito, 1985: 76). Campur
kode kedalam adalah campur kode yang terjadi karena penyisipan unsur-unsur
yang bersumber dari bahasa asli dengan segala variasinya. Campur kode keluar
adalah campur kode yang terjadi karena penyisipan unsur-unsur yang bersumber
dari bahasa asing.
4.1.4. Berita
Berita adalah informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang
sedang terjadi, disajikan lewat bentuk cetak, siaran, internet, atau dari mulut ke
mulut kepada orang ketiga atau orang banyak.
Laporan berita merupakan tugas profesi wartawan, saat berita dilaporkan
oleh wartawan laporan tersebut menjadi fakta atau ide terkini yang dipilih secara
sengaja oleh redaksi pemberitaan untuk disiarkan dengan anggapan bahwa berita
yang terpilih dapat menarik khalayak banyak karena mengandung unsur-unsur
berita.
Stasiun televisi biasa memiliki acara berita atau menayangkan berita
sepanjang waktu sesuai dengan sasaran penayangan berita. Program berita
Pawartos Jawi Tengah merupakan salah satu program unggulan Cakra Semarang
TV yang menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar. Dengan demikian
menunjukkan bahwa sasaran program berita Pawatos Jawi Tengah adalah
masyarakat Jawa maupun luar Jawa yang memahami bahasa Jawa.
4.1.5. Struktur Berita Lisan
Sebuah berita harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, aktual,
dan informatif. Berbeda dengan penyusunan karangan yang lain, berita harus
memenuhi kriteria penulisan 5W+1H, yakni (1) wha, artinya apa; (2) who, artinya
siapa; (3) when, artinya kapan ; (4) where, artinya dimana; (5) why, artinya
mengapa; dan (6) how, artinya bagaimana.
4.1.6. Wacana Berita
Wacana berita merupakan wacana tulis maupun lisan yang bersifat
aktual, informatif, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan. Wacana berita
didalamnya harus mengandung unsur 5W+1H, yakni (1) wha, artinya apa; (2)
who, artinya siapa; (3) when, artinya kapan ; (4) where, artinya dimana; (5) why,
artinya mengapa; dan (6) how, artinya bagaimana.
BAB 3
METODE PENELITIAN
a) Pendekatan Penelitian
Penelitiaan ini menggunakan pendekatan teoretis dan pendekatan
metodologis. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
analisis wacana yaitu mengkaji wacana berita dengan cara mengidentifikasi
wacana berita secara makrostruktural. Pendekatan penelitian secara metodologis
dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif.
Menurut Sukmadinata (2006: 60), penelitian kualitatif adalah suatu
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,
peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara
individual maupun kelompok. Pendapat lain mengenai penelitian kualitatif
diungkapkan oleh Moleong (1982: 2), pendekatan kualitatif adalah penelitian yang
tidak mempergunakan perhitungan dalam mengolah data-data yang ada. Pendekatan
kualitatif digunakan pada penelitian ini karena data yang dikaji tidak mempergunakan
perhitungan akan tetapi dengan cara deskripsi dengan berupa kata-kata tertulis
ataupun lisan. Pendekatan deskriptif digunakan dalam penelitian ini karena penelitian
ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang
ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia (Sukmadinata
2006: 72). Fenomena yang dimaksud dalam penelitian ini adalah analisis
makrostruktural wacana berita berbahasa Jawa pada siaran berita Pawartos Jawi
Tengah dengan topik penghapusan RSBI.
b) Data dan Sumber Data
Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk
menyusun suatu informasi (Arikunto, 2010:161). Data penelitian ini berupa
wacana berita berbahasa Jawa pada siaran berita Pawartos Jawi Tengah dengan
topik penghapusan RSBI.
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh
(Arikunto, 2010:172). Sumber data penelitian ini adalah siaran berita Pawartos
Jawi Tengah stasiun Cakra Semarang TV edisi 10 Januari 2013
c) Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode simak dan
metode catat. Metode simak merupakan cara mengumpulkan data dengan
menyimak penggunaan kalimat (Sudaryanto 1993:133). Data yang disimak dalam
penelitian ini adalah wacana berita pada siaran berita Pawartos Jawi Tengah
stasiun Cakra Semarang TV edisi 10 Januari 2013. Data dikumpulkan dengan
teknik catat. Teknik pencatatan dilakukan dengan mencatat wacana berita pada
siaran berita Pawartos Jawi Tengah stasiun Cakra Semarang TV edisi 10 Januari
2013.
d) Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan dalam menganalisis data dalam penelitian ini
adalah menggunakan teknik pilah. Adapun yang menjadi dasar dalam memilah
atau pemisahan disesuaikan dengan sifat atau watak unsur penentu masing-masing
atau sesuai dengan kepentingan penelitian (Sudaryanto 1993:22).
Adapun langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah data
yang sudah diperoleh dipilah atau dipisah sesuai dengan kebutuhan analisis
makrostruktural, kemudian mengurutkan data yang diperoleh, selanjutnya
mengidentifikasi aspek makrostruktural wacana berita meliputi konteks, campur
kode, dan komponen peristiwa tutur.
e) Teknik Pemaparan Hasil Analisis Data
Sudaryanto (1993: 145) menyatakan bahwa ada dua metode dan teknik
penyajian hasil analisis data yaiti metode informal dan metode informal. Metode
penyajian informal adalah perumusan dengan kata-kata biasa walaupun dengan
terminologis dengan teknis sifatnta, sedangankan penyajian formal adalah
perumusan dengan tanda dan lambang-lambang.
Pemaparan hasil analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
penyajian informal. Penyajian analisis data berisi paparan hasil penelitian analisis
makrostruktural wacana berita pada siaran berita Pawartos Jawi Tengah stasiun
Cakra Semarang TV edisi 10 Januari 2013.
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1. Wacana Berita
Wacana yang terdapat pada siaran Pawartos Jawi Tengah dengan topik
penghapusan RSBI tergolong pada wacana berita lisan. Hal ini tampak pada isi
wacana yang berifat faktua, informatif, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Wacana dalam penelitian ini juga mengandung unsur 5W+1H, yakni (1) wha,
artinya apa; (2) who, artinya siapa; (3) when, artinya kapan ; (4) where, artinya
dimana; (5) why, artinya mengapa; dan (6) how, artinya bagaimana, dimana
sebuah berita harus mengandung unsur-unsur tersebut.
4.2. Konteks Situasi
Cakra Semarabg TV merupakan salah satu stasiun televisi lokal yang
berbasis bahasa Jawa, walaupun tidak semua program menggunakan bahasa Jawa.
Cakra Semarang TV mempunyai program-program yang bersifat edukatif,
informatif, dan entertain. Salah satu program unggulan adalah program berita
Pawartos Jawi Tengah yang menggunakan bahasa Jawa.
Pawartos Jawi Tengah merupakan program berita petang berbahasa Jawa
yang dikemas secara faktual, akurat, dan merakyat mengenai kejadian dan
peritiwa di Jawa tengah serta berbagai kegiatan kebudayaan di Jawa Tengah.
Pewartos Jawi Tengah tayang setiap hari Senin sampai Jumat pukul 19.30.
Seperti program berita pada umumnya, Pawartos Jawi Tengah terdiri atas
ilustrasi musik opening, isi berita, dan ilustrasi musik closing. Ilustrasi musik
opening Pawartos Jawi Tengah bernuansa Jawa dengan iringan gamelan. Ilustrasi
musik opening dapat berfungsi sebagai apersepsi sehingga mampu menarik minat
penonton. Sepanjang ilustrasi musik berlangsung, terdapat ilustrasi gambar
dengan background kuning kecokelatan dengan gambar peta Jawa Tengah yang
menggambarkan isi berita merupakan peristiwa yang tejadi di daerah Jawa
Tengah. Ilustrasi gambar tulisan Pawartos Jawi Tengah menunjukkan identitas
program berita.
Pawartos Jawi Tengah (10/01/2013) menyajikan tujuh berita, salah
satunya bertema penghapusan RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional).
Pada wacana berita tersebut berisi informasi putusan Mahkamah Konstitusi yang
menghapus sekolah rintisan bertaraf internasional. Putusan MK tersebut
berdasarkan gugatan yudisial review pasal 50 ayat 3 UU NO 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Penghapusan rintisan sekolah bertaraf internasional membuat SMU N 1
Sragen kembali menjadi sekolah biasa. Hal ini menyebabkan beberapa guru dan
murid merasa kaget dan bingung.
4.3. Konteks Sosial Budaya
Bahasa dan budaya merupakan dua hal yang berhubungan sangat erat.
Bahasa dapat menunjukkan budaya, dan budaya dapat menunjukkan bahasa.
Begitu juga dengan bahasa pada wacana berita siaran berita Pawartos Jawi Tengah
dengan topik penghapusan sekolah RSBI yang menggunakan ragam bahasa Jawa
krama menunjukkan budaya yang melatarbelakangi berita tersebut adalah budaya
Jawa. Penggunaan bahasa Jawa dalam pembawaan wacana berita pada siaran
berita Pawartos Jawi Tengah dengan topik penghapusan sekolah RSBI
menunjukkan bahwa sasaran berita adalah masyarakar Jawa, dan pembawa berita
adalah orang Jawa, meskipun teks berita tersebut tidak di bawakan secara spontan
karena sudah disusun sebelumnya oleh tim naskah.
4.4. Komponen Tutur
Menurut Hymes (1968) dalam Rustono, 1999:21 delapan
faktor yang menandai keberadaan peristiwa tutur, yakni: (1)
setting atau scene; (2) participant; (3) end; (4) act; (5) key; (6)
instrumen; (7) norm atau norma; dan (8) genre. Berikut
pembahasan komponen tutur wacana berita pada siaran berita Pawartos
Jawi Tengah dengan topik penghapusan sekolah RSBI.
4.4.1. Setting atau Scene
Wacana berita pada siaran berita Pawartos Jawi Tengah dengan topik
penghapusan sekolah RSBI disampaikan oleh pembawa berita di dalam studio
stasiun televisi Cakra Semarang TV pada malam hari. Wacana ini merupakan
wacana berita sehingga penutur menggunakan bahasa formal, hal ini ditunjukkan
dengan penggunaan bahasa Jawa ragam krama.
4.4.2. Participant
Wacana berita pada siaran berita Pawartos Jawi Tengah dengan topik
penghapusan sekolah RSBI dimuat pada media elektronik, televisi, sehingga
komunikasi hanya bersifat satu arah, dan berlangsung tidak secara tidak langsung
bertatap muka. Hal tersebut berarti hanya terdapat satu penutur yakni pembawa
berita. Partisipan dalam peristiwa tutur adalah pembaca berita dan pendengar
berita. Pendengar berita yang dimaksud meliputi kru yang ada di dalam studio
televisi saat siaran berita Pawartos Jawi Tengah dengan topik penghapusan
sekolah RSBI, maupun pendengar atau penonton siaran berita Pawartos Jawi
Tengah.
4.4.3. End
Tujuan penyampaian wacana berita pada siaran berita Pawartos Jawi
Tengah adalah untuk memberi informasi mengenai penghapusan sekolah RSBI
oleh Mahkamah Konstitusi atas gugatan yudisial berdasarkan pasal 50 ayat 3 UU
NO 20 tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional.
4.4.4. Act
Penutur dalam wacana berita lisan pada siaran berita Pawartos Jawi
Tengah dengan topik penghapusan sekolah RSBI adalah pembawa berita
menyampaikan wacana berita dengan duduk tegak dan tatapan mata yang tegas.
4.4.5. Key
Penutur atau pembawa berita menyampaikan wacana berita dengan nada
atau intonasi yang khas seperti pembacaan berita pada umumnya. Penjedaan
kalimat yang terdapat pada tuturan pembawa berita sesuai dengan ketentuan.
Ragam bahasa yang terdapat pada wacana berita pada siaran berita Pawartos Jawi
Tengah dengan topik penghapusan sekolah RSBI adalah bahasa Jawa krama.
4.4.6. Instrument
Peristiwa tutur terjadi melalui media elektronik berupa telavisi. Peristiwa
tutur yang terjadi bersifat satu arah dan tidak bersemuka. Peran sebagai penutur
hanya depegang oleh pembawa berita, sedangkan pendengar atau penonton hanya
berperan sebagai reseptor. Hal ini dikarenakan, pendengar atau penonton dibatasi
oleh jarak dan media.
4.4.7. Norm
Penutur atau pembawa berita pada siaran berita Pawartos Jawi Tengah
dengan topik penghapusan sekolah RSBI menggunakan bahasa Jawa ragam
krama. Hal ini menunjukkan wacana tersebut sesuai dengan norma yang ada di
Jawa yakni menggunakan bahasa Jawa ragam krama untuk menghormati mitra
tutur, serta sebagai bahasa formal dimana wacana berita bersifat formal.
4.4.8. Genre
Wacana berita lisan pada siaran berita Pawartos Jawi Tengah dengan
topik penghapusan sekolah RSBI termasuk jenis monolog karena hanya pembawa
berita yang berperan sebagai penutur.
4.5. Campur Kode
Pada suatu tuturan wacana bahasa Jawa tidak jarang ditemukan campur
kode. Campur kode terjadi karena secara tidak sengaja maupun disengaja.
Fenomena campur kode pada tuturan wacana berita terjadi karena kata dari bahasa
lain terpaksa disisipkan ke dalam wacana karena kata dalam bahasa lain tersebut
tidak mempunyai kosa kata dalam bahsa Jawa atau apabila kata dalam bahasa lain
tersebut tetap diubah ke bahasa Jawa akan menjadi kalimat yang tidak selaras.
Berikut pembahasan campur kode wacana berita pada siaran berita Pawartos Jawi
Tengah dengan topik penghapusan sekolah RSBI.
Kutipan 1:
Mahkamah konstitusi sampun mutusaken rintisan sekolah bertaraf
Internasional dipun hapus.
Pada dasarnya kalimat pada ujaran tersebut menggunakan bahasa Jawa.
Namun dalam ujaran pada kalimat tersebut disisipkan kata bertaraf dari bahasa
Indonesia. Hal ini menunjukan adanya campur kode kedalam berwujud kata.
Kutipan 2:
Putusan menika trep kaliyan gugatan yudisial review amrih pasal 50 ayat 3
UU NO 20 tahun 2003 babagan Sistem Pendidikan Nasional.
Pada dasarnya kalimat pada ujaran tersebut menggunakan bahasa Jawa.
Namun dalam ujaran pada kalimat tersebut disisipkan frasa Sistem Pendidikan
Nasional dari bahasa Indonesia. Hal ini menunjukan adanya campur kode
kedalam berwujud frasa.
Kutipan 3:
Keputusan kasebat nyebabaken sagunggung guru lan murid sekolah rsbi ing
Sragen shock lan sami bingung.
Pada dasarnya kalimat pada ujaran tersebut menggunakan bahasa Jawa.
Namun dalam ujaran pada kalimat tersebut disisipkan kata shock dari bahasa
Inggris. Hal ini menunjukan adanya campur kode kedalam berwujud kata.
Kutipan 4:
Samangke anggene kaget lan bingung amrih kebijakan penghapusan sekolah
kasebat, amargi samangke sekolah kasebat nembe dados percontohan wonten
ing Sregen menawi menika dipunjabel otomatis SMU Negeri 1 badhe mandhap
dados sekolah biasa.
Pada dasarnya kalimat pada ujaran tersebut menggunakan bahasa Jawa.
Namun dalam ujaran pada kalimat tersebut disisipkan kata percontohan dari
bahasa Indonesia. Hal ini menunjukan adanya campur kode kedalam berwujud
kata.
Kutipan 5:
Kajawi guru sagunggung murid ugi ngageni kaget amrih pembubaran RSBI
dening putusan mahkamah konstitusi piyambakipun kuwatos menawi
magenipun pembubaran menika merbawani kwalitas pendidikan lan fasilitas
ingkang sampun dipungadhahi ngantos wekdal samangke.
Pada dasarnya kalimat pada ujaran tersebut menggunakan bahasa Jawa.
Namun dalam ujaran pada kalimat tersebut disisipkan kata pembubaran dan kata
fasilitas dari bahasa Indonesia. Hal ini menunjukan adanya campur kode kedalam
berwujud kata.
BAB 5
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan uraian pembahasan, peneliti menarik simpulan bahwa bila
dikaji secara makrostruktural wacana pada siaran Pawartos Jawi Tengah dengan
topik penghapusan sekolah RSBI tergolong dalam wacaana berita lisan. Wacana
berita pada siaran Pawartos Jawi Tengah dengan topik penghapusan sekolah RSBI
terdapat campur kode yang berbentuk kata dan frasa. Kata dan frasa tersebut
berasal dari bahasa Indonesia dan Inggris.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jalarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Mustikaningrum, Novita. 2012. Wacana Iklan Berbahasa Jawa pada Majalah
Panjebar Semangat. Skripsi FBS: UNNES.
Meolong, Lexi J. 1993. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nababan, P.W.J. 1993. Sosiolinguistik Pengantar Awal. Jakarta : Gramedia.
Sumarlam, dkk. 2003. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Rineka
Cipta.
www.cakrasemarang.tv diakses tanggal 29 Juni 2014 pukul 11.00
www.wikipedia.org diakses tanggal 29 Juni 2014 pukul 11.00
[Lampiran transkrip wacana berita pada siaran Pawartos Jawi Tengah dengan
topik penghapusan sekolah RSBI]
Mahkamah konstitusi sampun mutusaken rintisan sekolah bertaraf Internasional
dipun hapus. Putusan menika trep kaliyan gugatan yudisial review amrih pasal 50
ayat 3 UU NO 20 tahun 2003 babagan Sistem Pendidikan Nasional. Keputusan
kasebat nyebabaken sagunggung guru lan murid sekolah rsbi ing Sragen shock lan
sami bingung
Sagunggung guru lan murid SMU Negeri 1 sragen Jateng ingkang minangka salah
stunggal sekolah bertaraf internasional. Samangke anggene kaget lan bingung
amrih kebijakan penghapusan sekolah kasebat, amargi samangke sekolah kasebat
nembe dados percontohan wonten ing Sregen menawi menika dipunjabel otomatis
SMU Negeri 1 badhe mandhap dados sekolah biasa. Samangke sekolah RSBI
nengga putusan saking dinas pendidikan babagan nasib piyambakipun mengajeng.
Kajawi guru sagunggung murid ugi ngageni kaget amrih pembubaran RSBI
dening putusan mahkamah konstitusi piyambakipun kuwatos menawi magenipun
pembubaran menika merbawani kwalitas pendidikan lan fasilitas ingkang sampun
dipungadhahi ngantos wekdal samangke.
Guru: Ya sempat bingung dan kaget dalam arti nanti kedepannya arahnya mau
kemana. Tadinya RSBI acuannya ke SBI, dengan SBI mungkin gambaran kita
menyamakan standar jika sekolah keluar negeri.
Sinaosa sampun dipun hapus pihak sekolah badhe tetep mlampah kados
pranatanipun kalebet materi pelajaran ngantos fasilitas ingkang sampun wonten
ngantos keputusan saking dinas sampun ditampi.