waris adat

Upload: fajar-rahadian

Post on 03-Jun-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/12/2019 waris adat

    1/16

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Mayoritas masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang bertempat

    tinggal di bagian pedesaan yang masih memegang tradisi lokal yang sangat kuat.

    Setiap anggota masyarakat di pedesaan pada umumnya sangat menghormati adat

    istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang secara turun temurun.

    Adat-istiadat atau kebiasaan masyarakat tersebut kemudian berkembang

    menjadi hukum adat dimana harus dipatuhi oleh segenap anggota masyarakat.

    Hukum adat dalam masyarakat adat, masih dianggap sebagai aturan hidup untuk

    mencapai kedamaian dalam masyarakat. Akan tetapi, sebagai hukum yang hidup

    (living law), hukum adat tidak selamanya memberi rasa adil kepada

    masyarakatnya. Hal itu dikarenakan, pemberlakuan hukum adat dipaksakan oleh

    penguasa adat dan kelompok sosialnya.1

    Hukum adat juga tidak bisa dipisahkan dengan agama. Meskipun

    merupakan hal yang masing-masing berdiri sendiri, hukum adat dan agama yang

    dalam hal ini adalah hukum Islam, mempunyai hubungan yang sangat erat.

    Hukum adat berasimilasi dengan hukum Islam atau hukum Islam yang diterapkan

    dalam masyarakat menjadi hukum adat.

    Hal itu senada dengan teori receptio in complexuyang dicetuskan oleh

    !". #an $en %erg. Menurut teori tersebut, hukum pribumi harus mengikuti

    agama yang dipeluk oleh masyarakat. &leh karena itu jika memeluk suatu agama,maka harus mengikuti hukum-hukum agama itu dengan sebenarnya.' $engan

    demikian, apabila masyarakat memeluk agama Islam, maka hukum-hukum lokal

    juga harus mengikuti agama Islam yang dipeluk oleh masyarakat.

    (amun pada perkembangan selanjutnya, teori tersebut berhasil dipatahkan

    oleh teori receptie yang diusung oleh Snouck Hurgronje. )eori ini yang oleh

    1%eni Ahmad Saebani, Sosiologi Hukum. %andung* +ustaka Setia. '. hal. 12Soekanto,Meninjau Hukum Adat Indonesia: Suatu engantar !ntuk Mempelajari Hukum Adat.

    "et. /. 0akarta* ajawali +ers. 1223. Hal. /

  • 8/12/2019 waris adat

    2/16

    Ha4airin disebut sebagai 5teori iblis6,/ sangat berlawanan dengan teori

    sebelumnya, dimana menurut teori ini, sebenarnya yang berlaku di Indonesia

    adalah hukum adat asli meskipun ada pengaruh dari hukum Islam. 7ebih lanjut

    teori ini menyebutkan bahwa hukum Islam baru mempunyai kekuatan hukum jika

    sudah diterima oleh hukum adat dan produk hukum yang keluar berupa hukum

    adat.

    Isi teori ini sangat menyimpang dari kenyataan yang ada dalam

    masyarakat. (amun, penyimpangan tersebut memang disengaja dengan tujuan

    untuk melemahkan pengaruh hukum Islam dan memberlakukan hukum adat

    secara utuh. $engan demikian nasionalisme masyarakat Indonesia akan luntur,

    dan sebaliknya kolonialisme akan semakin berkembang. Sehingga tidak heran jika

    setelah itu banyak teori-teori lain yang menentang teori receptie ini, diantaranya

    teori receptie exit, receptie a contrario, dan teori eksistensi.

    )erlepas dari berbagai teori tersebut, adat istiadat yang kemudian menjadi

    hukum adat, bukanlah suatu regulasi yang tertulis seperti halnya undang-undang.

    Akan tetapi, hukum tersebut tidak pernah tertulis, meskipun memang ada

    beberapa hukum adat yang sudah tertulis, dan hidup ditengah-tengah masyarakat

    sebagai kaidah atau norma. Sebagai contoh adalah hukum waris adat.

    !aris yang merupakan sarana untuk melanjutkan suatu kepemilikan harta

    benda, merupakan salah satu bentuk hukum adat yang sampai sekarang masih

    dipegang teguh, terutama oleh masyarakat pedesaan. Mereka lebih memilih

    menyelesaikan perkara waris menggunakan hukum adat daripada hukum

    kon8ensional, karena menganggap hukum waris adat lebih bisa memberikan

    keadilan bagi ahli waris.

    $i sinilah yang kemudian menjadi akar masalah. (egara telah

    memberikan aturan baku dalam penyelesaian masalah waris ini. (amun,

    masyarakat agaknya lebih tertarik kepada hukum adat masing-masing daerah.

    Memang, hukum adat pada masing-masing daerah cenderung berbeda meskipun

    3Ha4airin,Hukum "ekeluargaan #asional.cet. '. 0akarta* )intamas. 1239. Hal. '9.4

    Abdul Manan,Aneka Masala$ Hukum erdata Islam di Indonesia. 0akarta* :encana. '3. Hal.'2

    '

  • 8/12/2019 waris adat

    3/16

    banyak mempunyai kesamaan. Hukum waris adat di 0awa berbeda dengan di

    %atak, begitu juga berbeda dengan di Minangkabau.

    Selanjutnya, yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa undang-undang

    hanya menjadi pilihan kedua atau bahkan tidak dipilih oleh masyarakat dalam

    penyelesaian kasus pewarisan. Apakah undang-undang memang belum bisa

    mengakomodasi seluruh sistem kewarisan adat yang notabene sangat berbeda

    substansinya antara satu daerah dengan daerah lainya.

    $alam makalah ini penulis secara khusus akan memaparkan tentang

    sistem kewarisan masyarakat adat yang berlaku di 0awa serta rele8ansinya

    dengan hukum Islam di Indonesia yang secara khusus menangani masalah

    kewarisan.

    B. Rumusan Masalah

    %erdasarkan latar belakang masalah di atas dan demi memudahkan

    pembahasannya, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut*

    1. %agaimana proses pewarisan dalam masyarakat adat 0awa;

    '. %agaimana Hubungan proses pewarisan masyarakat adat 0awa dengan hukum

    Islam di Indonesia;

    /

  • 8/12/2019 waris adat

    4/16

    BAB II

    ISI

    A. Pengertian Waris Adat

    Secara sederhana hukum waris adat merupakan tata cara pengalihan atau

    penerusan warisan menurut hukum adat yang berlaku. Hal ini sebagai

    konsekuensi atas berlakunya dan masih terpeliharanya hukum adat di beberapa

    daerah di Indonesia sebagai bagian dari kekayaan budaya bangsa Indonesia.

    Hukum waris adatpada dasarnya merupakan hukum kewarisan yang

    bersendikan prinsip-prinsip komunal atau kebersamaan sebagai bagian darikepribadian bangsa Indonesia. +rinsip kebersamaan dalam hukum waris

    adatmembuathukum waris adattidak mengenal bagian-bagian tertentu untuk para

    ahli waris dalam sistem pembagiannya.

    1. Pengertian seara etim!l!gis

    Istilah warissebenarnya berasal dari bahasa Arab yang

    kemudian diadopsi langsung ke dalam bahasa Indonesia. Hukum

    waris adat merupakan hukum adat yang memuat garis-garisketentuan tentang sistem dan asas-asas hukum waris, harta waris,

    pewaris, dan ahli waris serta prosedur bagaimana harta waris

    tersebut dialihkan pemilikan dan penguasaannya dari pewaris

    kepada ahli waris.3

    ". Pengertian menurut #ara ahli

    Menurut )er Haar, hukum waris adat adalah aturan-aturan

    hukum yang mengatur cara penerusan dan peralihan harta

    kekayaan baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dari

    generasi ke generasi.

    Sedangkan menurut Soepomo, hukum adat waris memuat

    beberapa aturan yang mengatur proses penerusan serta

    pengoperan barang-barang harta benda dan barang-barang yang

    5http://statushukum.com/hukum-waris-adat.html

    6Hilman Hadikusuma,Hukum %aris Adat. "et. 7. %andung* +) "itra Aditya %akti. 122. Hal.

    7

    http://statushukum.com/http://statushukum.com/
  • 8/12/2019 waris adat

    5/16

    tidak berwujud benda dari suatu angkatan manusia kepada

    turunannya.

    $ari beberapa pengertian tersebut kiranya dapat diambil

    kesimpulan bahwa hukum waris adat adalah serangkaian kaidah

    yang mengatur tata cara peralihan dan penerusan harta baik yang

    berupa benda berwujud maupun benda yang tidak berwujud dari

    pewaris kepada ahli warisnya.

    B. Sistem $ekera%atan Mas&arakat adat 'a(a

    Sistem kekerabatan suku bangsa 0awa adalah bilateral

  • 8/12/2019 waris adat

    6/16

    hal itu bukan suatu hal yang paten. Artinya, asas tersebut tidak pasti menunjukkan

    bentuk masyarakat dimana hukum warisan itu berlaku. Seperti misalnya, asas

    indi8idual tidak hanya ditemukan pada masyarakat yang menganut asas bilateral,

    tetapi juga bisa ditemukan pada masyarakat yang menganut asas patrilineal.1

    Seperti misalnya, masyarakat %atak yang notabene menganut sistem kekerabatan

    patrilineal dalam asas pewarisannya menganut asas indi8idual seperti masyarakat

    0awa dan Sulawesi.

    Masyarakat Minangkabau yang menganut sistem kekerabatan matrilineal,

    dalam asas pewarisannya menganut asas kolekti>, yaitu para ahli waris secara

    kolekti> akat di antara para ahli warisnya. 11

    Selain itu, masih ada lagi asas mayorat yang dibagi menjadi mayorat laki-

    laki dan perempuan. Asas mayorat ini sebenarnya sama dengan asas kolekti>.

    %edanya adalah bahwa penerusan harta waris diserahkan kepada anak laki-laki

    atau perempuan yang paling tua. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa anak

    tertua tersebut harus menggantikan ayah yang meninggal dalam memelihara,

    memberi na>kah, menyekolahkan, mendidik saudara-saudaranya dan dalam segala

    hal bertindak atas nama ayahnya.

    Sedangkan pada masyarakat adat 0awa, seperti yang sedikit telah

    dijelaskan di muka, menganut asas indi8idual karena pada sistem kekerabatannya

    menganut sistem parental atau bilateral. Sistem ini mengharuskan setiap ahli waris

    mendapatkan pembagian untuk dapat menguasai dan memiliki haknya masing-

    masing.

    ?aktor yang menyebabkan perlu dilaksanakan pembagian warisan secara

    indi8idual adalah dikarenakan tidak ada lagi keinginan untuk memiliki harta waris

    tersebut secara kolekti>. Hal itu disebabkan para ahli waris tidak lagi pada satu

    1!

    Soerjono...,Hukum Adat... hal. '9311Hilman...,Hukum %aris... hal. '3

    3

  • 8/12/2019 waris adat

    7/16

    rumah kerabat atau rumah orang tuanya serta telah tersebar sendiri-sendiri

    mengikuti para istri atau suaminya (mencar).

    :ebaikan dari sistem indi8idual ini adalah bahwa para ahli waris yang

    telah memiliki secara pribadi dapat dengan leluasa untuk menguasai dan

    mengembangkan harta tersebut sebagai bekal kehidupannya yang selanjutnya

    tanpa dipengaruhi oleh saudara yang lain.

    (amun, sistem ini juga meninggalkan celah yang negati>. :elemahan dari

    sistem ini adalah bahwa pecahnya harta warisan dan merenggangnya tali

    kekerabatan dapat mengakibatkan timbulnya hasrat untuk menguasai harta secara

    pribadi dan mementingkan diri sendiri. +ada perkembangan selanjutnya, hal ini

    bisa mengakibatkan perselisihan-perselisihan antara ahli waris itu sendiri.

    D. Harta Waris dalam Mas&arakat Adat 'a(a

    %erbicara mengenai harta waris berarti membahas tentang obyek dari

    hukum waris itu sendiri, yaitu harta-harta yang bisa diwariskan. Secara umum,

    harta warisan tersebut dapat diklasi>ikasikan sebagai berikut*

    1. Harta pusaka, yaitu suatu benda yang tergolong kekayaan di mana benda

    tersebut mempunyai kekuatan magis.

    '. Harta bawaan, yaitu sejumlah harta kekayaan yang dibawa oleh ikan menjadi dua macam,

    yang mana kedua macam harta warisan yang akan dijelaskan kemudian dirasa

    telah merepresentasikan keempat klasi>ikasi harta waris di atas. Adapun harta-

    harta yang menjadi harta waris pada masyarakat adat 0awa adalah*

    a. &awan

  • 8/12/2019 waris adat

    8/16

    harta bawaan lain yang berasal dari hasil usaha sendiri at harta peninggalan. &leh karena itu harus

    dikurangi terlebih dahulu dengan hutang si pewaris. Sisa setelah dikurangi hutang

    itulah yang kemudian menjadi harta waris dan dibagi-bagi.

    E. Ahli Waris dan Bagiann&a

    +ada dasarnya yang menjadi ahli waris adalah para warga pada generasi

    berikutnya yang paling karib dengan pewaris atau disebut dengan ahli waris

    12 ngkapan 0awa yang berarti Btetap menjadi kepunyaan masing-masing dan kembali padaasalnya.C13

    ngkapan 0awa yang berarti Chasil kerja dua orang

  • 8/12/2019 waris adat

    9/16

    utama, yaitu anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga@ra*at si pewaris dan

    yang pertama mewaris adalah anak kandung.17

    Menurut adat tradisional 0awa, semua anak baik laki-laki maupun

    perempuan, lahir lebih dahulu atau belakangan, mempunyai hak sama atas harta

    peninggalan orang tuanya.1(amun, di beberapa daerah terutama di 0awa )engah,

    berlaku sistem sepikul segendong/di mana anak laki-laki mendapat bagian dua

    kali lipat lebih banyak dari pada bagian anak perempuan.

    0ika pewaris tidak mempunyai anak sama sekali, tidak pula mempunyai

    anak pupon atau anak angkat dari anak saudara atau dari anak orang lain, maka

    harta akan diwarisi berturut-turut oleh, pertama, orang tua, bapak atau ibu

    pewaris, dan apabila tidak ada baru saudara-saudara kandung pewaris atau

    keturunannya, dan jika ini tidak ada pula barulah kakek atau nenek pewaris. $an

    apabila kakek@nenek pewaris juga tidak ada maka diberikan kepada paman atau

    bibi baik dari garis ayah maupun dari garis ibu pewaris. 0ika sampai tingkat ini

    tidak ada, maka akan diwarisi oleh anggota keluarga lainnya.

    Mengenai anak angkat, dia mendapatkan waris dengan sistem ngangsu

    sumur loro, artinya mempunyai dua sumber warisan, yaitu dari orang tua angkat

    dan dari orang tua kandungnya sendiri. Meskipun begitu, seorang anak angkat

    dalam memperoleh wasiat tidak boleh melebihi dari anak kandung jika masih ada.

    Sedangkan mengenai kedudukan janda atau duda dalam sistem

    kekerabatan bilateral atau parental masih sedikit menimbulkan masalah. Hal itu

    berkisar tentang apakah ia dapat mewarisi suami yang wa>at ataukah hanya

    berhak menikmati warisan itu saja.

    +ada asasnya menurut hukum adat 0awa, janda atau duda bukan ahli waris

    dari suami atau istri yang meninggal. Akan tetapi, mereka berhak mendapatkan

    bagian dari harta peninggalan suami atau istri bersama-sama dengan ahli waris

    lain atau menahan pembagian harta peninggalan itu bagi biaya hidup seterusnya.

    (amun, hukum yang menyatakan janda bukan ahli waris suaminya, hanya ada

    14Imam Sudiyat,Hukum Adat: Sketsa Asas. "et '. Dogyakarta* iberty. 1291. Hal. 13'15

    Soepomo,0a0a 1entang Hukum Adat. "et 17. 0akarta* +radnya +aramita. 1223. Hal. 916ngkapan 0awa yang berarti Blaki-laki memikul dan wanita menjunjungC.

    2

  • 8/12/2019 waris adat

    10/16

    sebelum kemerdekaan. Sedangkan setelah kemerdekaan, janda merupakan ahli

    waris dari suaminya.

    Ada banyak yurisprudensi yang menyatakan bahwa janda adalah ahli

    waris suaminya. $iantaranya adalah keputusan Mahkamah Agung tanggal '

    ?ebruari 122 (o. /9 :@Sip@129 yang menyatakan bahwa menurut hukum adat

    yang berlaku di 0awa )engah seorang janda mendapat separoh dari harta gono-

    gini. Selain itu juga keputusan MA tanggal '2 &ktober 129 (o. '29 :@Sip@129

    menyatakan bahwa menurut hukum adat yang berlaku di pulau 0awa apabila

    dalam suatu perkawinan tidak dilahirkan seorang anak pun, maka janda dapat

    tetap menguasai barang-barang gono-gini sampai ia meninggal atau kawin lagi.

    Selain itu menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh !irjono di

    :abupaten Sidoarjo 0awa )imur pada 12/

  • 8/12/2019 waris adat

    11/16

    meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan

    pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli

    waris.

    :ompilasi Hukum Islam ini membedakan antara harta peninggalan dan

    harta warisan. Adapun yang dimaksud dengan harta peninggalan adalah harta

    yang ditinggalkan oleh pewaris baik yang berupa harta benda yang menjadi

    miliknya maupun hak-haknya. Sedangkan harta warisan adalah harta bawaan

    ditambah bagian dari harta bersama setelah digunakan untuk keperluan pewaris

    selama sakit sampai meninggalnya, biaya pengurusan jena4ah (taj$i2),

    pembayaran hutang dan pemberian untuk kerabat.

    Mengenai para ahli waris, :HI mengklasi>ikasikan menjadi dua

    klasi>ikasi, yaitu menurut hubungan darah dan menurut hubungan perkawinan.

    Menurut hubungan darah golongan laki-laki adalah ayah, anak laki-laki, saudara

    laki-laki, paman dan kakek. Sedangkan dari golongan perempuan terdiri dari ibu,

    anak perempuan, dan nenek. Sedangkan yang menurut hubungan perkawinan

    adalah duda atau janda. Apabila semua ahli waris tersebut ada, maka yang

    mendapatkan bagian warisan adalah anak, ayah, ibu, dan janda atau duda.

    Selanjutnya mengenai bagian masing-masing ahli waris, :HI juga telah

    menjelaskan secara panjang lebar. Secara ringkas adalah sebagai berikut*

    . Anak erempuan

    Anak perempuan apabila dia mewaris sendirian, maka bagiannya adalah

    separoh dan apabila dua orang atau lebih bersama-sama mendapat dua pertiga

    bagian. Sedangkan bila bersama anak laki-laki mendapatkan as$aa$ ormulasi pembagian dua dibanding satu.

    -. A*a$

    Ayah mendapatkan as$aa$ jika pewaris tidak meninggalkan anak.

    Sedangkan apabila pewaris meninggalkan anak, ayah mendapatkan bagian

    seperenam.

    . Iu

    11

  • 8/12/2019 waris adat

    12/16

    Ibu mendapatkan sepertiga apabila tidak ada anak atau dua saudara atau

    lebih. Sedangkan apabila ada anak atau dua saudara atau lebih, maka ibu

    mendapat bagian seperenam.

    Selain itu apabila ibu mewaris hanya bersama dengan ayah, dan istri

  • 8/12/2019 waris adat

    13/16

    mewarisi, bagiannya pun tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris yang

    sederajat dengan yang digantikan. :ewarisan semacam ini lebih dikenal dengan

    istilah munasak$a$.

    BAB +

    PENU,UP

    1/

  • 8/12/2019 waris adat

    14/16

    A. $esim#ulan

    $emikian pembahasan tentang sistem kewarisan pada masyarakat adat

    0awa. $ari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut*

    1. Antara sistem kewarisan adat 0awa dan hukum Islam di Indonesia

  • 8/12/2019 waris adat

    15/161

  • 8/12/2019 waris adat

    16/16

    DA*,AR PUS,A$A

    Hadikusuma, Hilman. Hukum %aris Adat. "et. 7. %andung* +) "itra Aditya

    %akti. 122.

    Hasbiyallah.0elajar Muda$ Ilmu %aris. %andung* emaja osdakarya.

    Ha4airin.Hukum "ekeluargaan #asional.cet. '. 0akarta* )intamas. 1239.

    FFFFFFFF. Hukum "ewarisan 0ilateral Menurut Al 8ur9an dan Hadits. "et. .

    0akarta* )intamas. 1291.

    Instruksi +residen epublik Indonesia (o. 1 )ahun 1221 )entang :ompilasi

    Hukum Islam

    Manan, Abdul. Aneka Masala$ Hukum erdata Islam di Indonesia. 0akarta*

    :encana. '3.

    Muhammad, %ushar. okokokok Hukum Adat. "et 7. 0akarta* +radnya

    +aramita. 1299.

    &emarsalim.5asar5asar Hukum %aris 5i Indonesia. "et '. 0akarta* +) ineka

    "ipta. 1221.