waris adat
TRANSCRIPT
-
8/12/2019 waris adat
1/16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mayoritas masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang bertempat
tinggal di bagian pedesaan yang masih memegang tradisi lokal yang sangat kuat.
Setiap anggota masyarakat di pedesaan pada umumnya sangat menghormati adat
istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang secara turun temurun.
Adat-istiadat atau kebiasaan masyarakat tersebut kemudian berkembang
menjadi hukum adat dimana harus dipatuhi oleh segenap anggota masyarakat.
Hukum adat dalam masyarakat adat, masih dianggap sebagai aturan hidup untuk
mencapai kedamaian dalam masyarakat. Akan tetapi, sebagai hukum yang hidup
(living law), hukum adat tidak selamanya memberi rasa adil kepada
masyarakatnya. Hal itu dikarenakan, pemberlakuan hukum adat dipaksakan oleh
penguasa adat dan kelompok sosialnya.1
Hukum adat juga tidak bisa dipisahkan dengan agama. Meskipun
merupakan hal yang masing-masing berdiri sendiri, hukum adat dan agama yang
dalam hal ini adalah hukum Islam, mempunyai hubungan yang sangat erat.
Hukum adat berasimilasi dengan hukum Islam atau hukum Islam yang diterapkan
dalam masyarakat menjadi hukum adat.
Hal itu senada dengan teori receptio in complexuyang dicetuskan oleh
!". #an $en %erg. Menurut teori tersebut, hukum pribumi harus mengikuti
agama yang dipeluk oleh masyarakat. &leh karena itu jika memeluk suatu agama,maka harus mengikuti hukum-hukum agama itu dengan sebenarnya.' $engan
demikian, apabila masyarakat memeluk agama Islam, maka hukum-hukum lokal
juga harus mengikuti agama Islam yang dipeluk oleh masyarakat.
(amun pada perkembangan selanjutnya, teori tersebut berhasil dipatahkan
oleh teori receptie yang diusung oleh Snouck Hurgronje. )eori ini yang oleh
1%eni Ahmad Saebani, Sosiologi Hukum. %andung* +ustaka Setia. '. hal. 12Soekanto,Meninjau Hukum Adat Indonesia: Suatu engantar !ntuk Mempelajari Hukum Adat.
"et. /. 0akarta* ajawali +ers. 1223. Hal. /
-
8/12/2019 waris adat
2/16
Ha4airin disebut sebagai 5teori iblis6,/ sangat berlawanan dengan teori
sebelumnya, dimana menurut teori ini, sebenarnya yang berlaku di Indonesia
adalah hukum adat asli meskipun ada pengaruh dari hukum Islam. 7ebih lanjut
teori ini menyebutkan bahwa hukum Islam baru mempunyai kekuatan hukum jika
sudah diterima oleh hukum adat dan produk hukum yang keluar berupa hukum
adat.
Isi teori ini sangat menyimpang dari kenyataan yang ada dalam
masyarakat. (amun, penyimpangan tersebut memang disengaja dengan tujuan
untuk melemahkan pengaruh hukum Islam dan memberlakukan hukum adat
secara utuh. $engan demikian nasionalisme masyarakat Indonesia akan luntur,
dan sebaliknya kolonialisme akan semakin berkembang. Sehingga tidak heran jika
setelah itu banyak teori-teori lain yang menentang teori receptie ini, diantaranya
teori receptie exit, receptie a contrario, dan teori eksistensi.
)erlepas dari berbagai teori tersebut, adat istiadat yang kemudian menjadi
hukum adat, bukanlah suatu regulasi yang tertulis seperti halnya undang-undang.
Akan tetapi, hukum tersebut tidak pernah tertulis, meskipun memang ada
beberapa hukum adat yang sudah tertulis, dan hidup ditengah-tengah masyarakat
sebagai kaidah atau norma. Sebagai contoh adalah hukum waris adat.
!aris yang merupakan sarana untuk melanjutkan suatu kepemilikan harta
benda, merupakan salah satu bentuk hukum adat yang sampai sekarang masih
dipegang teguh, terutama oleh masyarakat pedesaan. Mereka lebih memilih
menyelesaikan perkara waris menggunakan hukum adat daripada hukum
kon8ensional, karena menganggap hukum waris adat lebih bisa memberikan
keadilan bagi ahli waris.
$i sinilah yang kemudian menjadi akar masalah. (egara telah
memberikan aturan baku dalam penyelesaian masalah waris ini. (amun,
masyarakat agaknya lebih tertarik kepada hukum adat masing-masing daerah.
Memang, hukum adat pada masing-masing daerah cenderung berbeda meskipun
3Ha4airin,Hukum "ekeluargaan #asional.cet. '. 0akarta* )intamas. 1239. Hal. '9.4
Abdul Manan,Aneka Masala$ Hukum erdata Islam di Indonesia. 0akarta* :encana. '3. Hal.'2
'
-
8/12/2019 waris adat
3/16
banyak mempunyai kesamaan. Hukum waris adat di 0awa berbeda dengan di
%atak, begitu juga berbeda dengan di Minangkabau.
Selanjutnya, yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa undang-undang
hanya menjadi pilihan kedua atau bahkan tidak dipilih oleh masyarakat dalam
penyelesaian kasus pewarisan. Apakah undang-undang memang belum bisa
mengakomodasi seluruh sistem kewarisan adat yang notabene sangat berbeda
substansinya antara satu daerah dengan daerah lainya.
$alam makalah ini penulis secara khusus akan memaparkan tentang
sistem kewarisan masyarakat adat yang berlaku di 0awa serta rele8ansinya
dengan hukum Islam di Indonesia yang secara khusus menangani masalah
kewarisan.
B. Rumusan Masalah
%erdasarkan latar belakang masalah di atas dan demi memudahkan
pembahasannya, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut*
1. %agaimana proses pewarisan dalam masyarakat adat 0awa;
'. %agaimana Hubungan proses pewarisan masyarakat adat 0awa dengan hukum
Islam di Indonesia;
/
-
8/12/2019 waris adat
4/16
BAB II
ISI
A. Pengertian Waris Adat
Secara sederhana hukum waris adat merupakan tata cara pengalihan atau
penerusan warisan menurut hukum adat yang berlaku. Hal ini sebagai
konsekuensi atas berlakunya dan masih terpeliharanya hukum adat di beberapa
daerah di Indonesia sebagai bagian dari kekayaan budaya bangsa Indonesia.
Hukum waris adatpada dasarnya merupakan hukum kewarisan yang
bersendikan prinsip-prinsip komunal atau kebersamaan sebagai bagian darikepribadian bangsa Indonesia. +rinsip kebersamaan dalam hukum waris
adatmembuathukum waris adattidak mengenal bagian-bagian tertentu untuk para
ahli waris dalam sistem pembagiannya.
1. Pengertian seara etim!l!gis
Istilah warissebenarnya berasal dari bahasa Arab yang
kemudian diadopsi langsung ke dalam bahasa Indonesia. Hukum
waris adat merupakan hukum adat yang memuat garis-garisketentuan tentang sistem dan asas-asas hukum waris, harta waris,
pewaris, dan ahli waris serta prosedur bagaimana harta waris
tersebut dialihkan pemilikan dan penguasaannya dari pewaris
kepada ahli waris.3
". Pengertian menurut #ara ahli
Menurut )er Haar, hukum waris adat adalah aturan-aturan
hukum yang mengatur cara penerusan dan peralihan harta
kekayaan baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dari
generasi ke generasi.
Sedangkan menurut Soepomo, hukum adat waris memuat
beberapa aturan yang mengatur proses penerusan serta
pengoperan barang-barang harta benda dan barang-barang yang
5http://statushukum.com/hukum-waris-adat.html
6Hilman Hadikusuma,Hukum %aris Adat. "et. 7. %andung* +) "itra Aditya %akti. 122. Hal.
7
http://statushukum.com/http://statushukum.com/ -
8/12/2019 waris adat
5/16
tidak berwujud benda dari suatu angkatan manusia kepada
turunannya.
$ari beberapa pengertian tersebut kiranya dapat diambil
kesimpulan bahwa hukum waris adat adalah serangkaian kaidah
yang mengatur tata cara peralihan dan penerusan harta baik yang
berupa benda berwujud maupun benda yang tidak berwujud dari
pewaris kepada ahli warisnya.
B. Sistem $ekera%atan Mas&arakat adat 'a(a
Sistem kekerabatan suku bangsa 0awa adalah bilateral
-
8/12/2019 waris adat
6/16
hal itu bukan suatu hal yang paten. Artinya, asas tersebut tidak pasti menunjukkan
bentuk masyarakat dimana hukum warisan itu berlaku. Seperti misalnya, asas
indi8idual tidak hanya ditemukan pada masyarakat yang menganut asas bilateral,
tetapi juga bisa ditemukan pada masyarakat yang menganut asas patrilineal.1
Seperti misalnya, masyarakat %atak yang notabene menganut sistem kekerabatan
patrilineal dalam asas pewarisannya menganut asas indi8idual seperti masyarakat
0awa dan Sulawesi.
Masyarakat Minangkabau yang menganut sistem kekerabatan matrilineal,
dalam asas pewarisannya menganut asas kolekti>, yaitu para ahli waris secara
kolekti> akat di antara para ahli warisnya. 11
Selain itu, masih ada lagi asas mayorat yang dibagi menjadi mayorat laki-
laki dan perempuan. Asas mayorat ini sebenarnya sama dengan asas kolekti>.
%edanya adalah bahwa penerusan harta waris diserahkan kepada anak laki-laki
atau perempuan yang paling tua. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa anak
tertua tersebut harus menggantikan ayah yang meninggal dalam memelihara,
memberi na>kah, menyekolahkan, mendidik saudara-saudaranya dan dalam segala
hal bertindak atas nama ayahnya.
Sedangkan pada masyarakat adat 0awa, seperti yang sedikit telah
dijelaskan di muka, menganut asas indi8idual karena pada sistem kekerabatannya
menganut sistem parental atau bilateral. Sistem ini mengharuskan setiap ahli waris
mendapatkan pembagian untuk dapat menguasai dan memiliki haknya masing-
masing.
?aktor yang menyebabkan perlu dilaksanakan pembagian warisan secara
indi8idual adalah dikarenakan tidak ada lagi keinginan untuk memiliki harta waris
tersebut secara kolekti>. Hal itu disebabkan para ahli waris tidak lagi pada satu
1!
Soerjono...,Hukum Adat... hal. '9311Hilman...,Hukum %aris... hal. '3
3
-
8/12/2019 waris adat
7/16
rumah kerabat atau rumah orang tuanya serta telah tersebar sendiri-sendiri
mengikuti para istri atau suaminya (mencar).
:ebaikan dari sistem indi8idual ini adalah bahwa para ahli waris yang
telah memiliki secara pribadi dapat dengan leluasa untuk menguasai dan
mengembangkan harta tersebut sebagai bekal kehidupannya yang selanjutnya
tanpa dipengaruhi oleh saudara yang lain.
(amun, sistem ini juga meninggalkan celah yang negati>. :elemahan dari
sistem ini adalah bahwa pecahnya harta warisan dan merenggangnya tali
kekerabatan dapat mengakibatkan timbulnya hasrat untuk menguasai harta secara
pribadi dan mementingkan diri sendiri. +ada perkembangan selanjutnya, hal ini
bisa mengakibatkan perselisihan-perselisihan antara ahli waris itu sendiri.
D. Harta Waris dalam Mas&arakat Adat 'a(a
%erbicara mengenai harta waris berarti membahas tentang obyek dari
hukum waris itu sendiri, yaitu harta-harta yang bisa diwariskan. Secara umum,
harta warisan tersebut dapat diklasi>ikasikan sebagai berikut*
1. Harta pusaka, yaitu suatu benda yang tergolong kekayaan di mana benda
tersebut mempunyai kekuatan magis.
'. Harta bawaan, yaitu sejumlah harta kekayaan yang dibawa oleh ikan menjadi dua macam,
yang mana kedua macam harta warisan yang akan dijelaskan kemudian dirasa
telah merepresentasikan keempat klasi>ikasi harta waris di atas. Adapun harta-
harta yang menjadi harta waris pada masyarakat adat 0awa adalah*
a. &awan
-
8/12/2019 waris adat
8/16
harta bawaan lain yang berasal dari hasil usaha sendiri at harta peninggalan. &leh karena itu harus
dikurangi terlebih dahulu dengan hutang si pewaris. Sisa setelah dikurangi hutang
itulah yang kemudian menjadi harta waris dan dibagi-bagi.
E. Ahli Waris dan Bagiann&a
+ada dasarnya yang menjadi ahli waris adalah para warga pada generasi
berikutnya yang paling karib dengan pewaris atau disebut dengan ahli waris
12 ngkapan 0awa yang berarti Btetap menjadi kepunyaan masing-masing dan kembali padaasalnya.C13
ngkapan 0awa yang berarti Chasil kerja dua orang
-
8/12/2019 waris adat
9/16
utama, yaitu anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga@ra*at si pewaris dan
yang pertama mewaris adalah anak kandung.17
Menurut adat tradisional 0awa, semua anak baik laki-laki maupun
perempuan, lahir lebih dahulu atau belakangan, mempunyai hak sama atas harta
peninggalan orang tuanya.1(amun, di beberapa daerah terutama di 0awa )engah,
berlaku sistem sepikul segendong/di mana anak laki-laki mendapat bagian dua
kali lipat lebih banyak dari pada bagian anak perempuan.
0ika pewaris tidak mempunyai anak sama sekali, tidak pula mempunyai
anak pupon atau anak angkat dari anak saudara atau dari anak orang lain, maka
harta akan diwarisi berturut-turut oleh, pertama, orang tua, bapak atau ibu
pewaris, dan apabila tidak ada baru saudara-saudara kandung pewaris atau
keturunannya, dan jika ini tidak ada pula barulah kakek atau nenek pewaris. $an
apabila kakek@nenek pewaris juga tidak ada maka diberikan kepada paman atau
bibi baik dari garis ayah maupun dari garis ibu pewaris. 0ika sampai tingkat ini
tidak ada, maka akan diwarisi oleh anggota keluarga lainnya.
Mengenai anak angkat, dia mendapatkan waris dengan sistem ngangsu
sumur loro, artinya mempunyai dua sumber warisan, yaitu dari orang tua angkat
dan dari orang tua kandungnya sendiri. Meskipun begitu, seorang anak angkat
dalam memperoleh wasiat tidak boleh melebihi dari anak kandung jika masih ada.
Sedangkan mengenai kedudukan janda atau duda dalam sistem
kekerabatan bilateral atau parental masih sedikit menimbulkan masalah. Hal itu
berkisar tentang apakah ia dapat mewarisi suami yang wa>at ataukah hanya
berhak menikmati warisan itu saja.
+ada asasnya menurut hukum adat 0awa, janda atau duda bukan ahli waris
dari suami atau istri yang meninggal. Akan tetapi, mereka berhak mendapatkan
bagian dari harta peninggalan suami atau istri bersama-sama dengan ahli waris
lain atau menahan pembagian harta peninggalan itu bagi biaya hidup seterusnya.
(amun, hukum yang menyatakan janda bukan ahli waris suaminya, hanya ada
14Imam Sudiyat,Hukum Adat: Sketsa Asas. "et '. Dogyakarta* iberty. 1291. Hal. 13'15
Soepomo,0a0a 1entang Hukum Adat. "et 17. 0akarta* +radnya +aramita. 1223. Hal. 916ngkapan 0awa yang berarti Blaki-laki memikul dan wanita menjunjungC.
2
-
8/12/2019 waris adat
10/16
sebelum kemerdekaan. Sedangkan setelah kemerdekaan, janda merupakan ahli
waris dari suaminya.
Ada banyak yurisprudensi yang menyatakan bahwa janda adalah ahli
waris suaminya. $iantaranya adalah keputusan Mahkamah Agung tanggal '
?ebruari 122 (o. /9 :@Sip@129 yang menyatakan bahwa menurut hukum adat
yang berlaku di 0awa )engah seorang janda mendapat separoh dari harta gono-
gini. Selain itu juga keputusan MA tanggal '2 &ktober 129 (o. '29 :@Sip@129
menyatakan bahwa menurut hukum adat yang berlaku di pulau 0awa apabila
dalam suatu perkawinan tidak dilahirkan seorang anak pun, maka janda dapat
tetap menguasai barang-barang gono-gini sampai ia meninggal atau kawin lagi.
Selain itu menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh !irjono di
:abupaten Sidoarjo 0awa )imur pada 12/
-
8/12/2019 waris adat
11/16
meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan
pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli
waris.
:ompilasi Hukum Islam ini membedakan antara harta peninggalan dan
harta warisan. Adapun yang dimaksud dengan harta peninggalan adalah harta
yang ditinggalkan oleh pewaris baik yang berupa harta benda yang menjadi
miliknya maupun hak-haknya. Sedangkan harta warisan adalah harta bawaan
ditambah bagian dari harta bersama setelah digunakan untuk keperluan pewaris
selama sakit sampai meninggalnya, biaya pengurusan jena4ah (taj$i2),
pembayaran hutang dan pemberian untuk kerabat.
Mengenai para ahli waris, :HI mengklasi>ikasikan menjadi dua
klasi>ikasi, yaitu menurut hubungan darah dan menurut hubungan perkawinan.
Menurut hubungan darah golongan laki-laki adalah ayah, anak laki-laki, saudara
laki-laki, paman dan kakek. Sedangkan dari golongan perempuan terdiri dari ibu,
anak perempuan, dan nenek. Sedangkan yang menurut hubungan perkawinan
adalah duda atau janda. Apabila semua ahli waris tersebut ada, maka yang
mendapatkan bagian warisan adalah anak, ayah, ibu, dan janda atau duda.
Selanjutnya mengenai bagian masing-masing ahli waris, :HI juga telah
menjelaskan secara panjang lebar. Secara ringkas adalah sebagai berikut*
. Anak erempuan
Anak perempuan apabila dia mewaris sendirian, maka bagiannya adalah
separoh dan apabila dua orang atau lebih bersama-sama mendapat dua pertiga
bagian. Sedangkan bila bersama anak laki-laki mendapatkan as$aa$ ormulasi pembagian dua dibanding satu.
-. A*a$
Ayah mendapatkan as$aa$ jika pewaris tidak meninggalkan anak.
Sedangkan apabila pewaris meninggalkan anak, ayah mendapatkan bagian
seperenam.
. Iu
11
-
8/12/2019 waris adat
12/16
Ibu mendapatkan sepertiga apabila tidak ada anak atau dua saudara atau
lebih. Sedangkan apabila ada anak atau dua saudara atau lebih, maka ibu
mendapat bagian seperenam.
Selain itu apabila ibu mewaris hanya bersama dengan ayah, dan istri
-
8/12/2019 waris adat
13/16
mewarisi, bagiannya pun tidak boleh melebihi dari bagian ahli waris yang
sederajat dengan yang digantikan. :ewarisan semacam ini lebih dikenal dengan
istilah munasak$a$.
BAB +
PENU,UP
1/
-
8/12/2019 waris adat
14/16
A. $esim#ulan
$emikian pembahasan tentang sistem kewarisan pada masyarakat adat
0awa. $ari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut*
1. Antara sistem kewarisan adat 0awa dan hukum Islam di Indonesia
-
8/12/2019 waris adat
15/161
-
8/12/2019 waris adat
16/16
DA*,AR PUS,A$A
Hadikusuma, Hilman. Hukum %aris Adat. "et. 7. %andung* +) "itra Aditya
%akti. 122.
Hasbiyallah.0elajar Muda$ Ilmu %aris. %andung* emaja osdakarya.
Ha4airin.Hukum "ekeluargaan #asional.cet. '. 0akarta* )intamas. 1239.
FFFFFFFF. Hukum "ewarisan 0ilateral Menurut Al 8ur9an dan Hadits. "et. .
0akarta* )intamas. 1291.
Instruksi +residen epublik Indonesia (o. 1 )ahun 1221 )entang :ompilasi
Hukum Islam
Manan, Abdul. Aneka Masala$ Hukum erdata Islam di Indonesia. 0akarta*
:encana. '3.
Muhammad, %ushar. okokokok Hukum Adat. "et 7. 0akarta* +radnya
+aramita. 1299.
&emarsalim.5asar5asar Hukum %aris 5i Indonesia. "et '. 0akarta* +) ineka
"ipta. 1221.