ldksyahidfst.files.wordpress.com€¦ · web viewdalam rapat pertama itu, aku mendapati seorang...
TRANSCRIPT
BIODATA SINGKAT
Nama : Yuli Eri Susanti
Alamat : Perumahan Villa Makmur 1 Blok A5/7 RT 06 RW 19 Kel. Mangunjaya
Kec. Tambun-Bekasi, Jawa Barat.
Sekolah : Pelajar di SMAIT Al Fidaa Tambun-Bekasi, Jurusan IPA
No Hp : 089630089143
Pin BB : 7D31D189
Nama FB : Yuli Eri Susanti
Hanstag : #INSTOFast
SINGLE KU KARENA ALLAH
Ini adalah sepotong kisahku. Kisah dalam bisu, tentang aku dan seorang ikhwan
asing. Kami bertemu bersama dalam sebuah sekolah. Kami sama-sama
mengenyam pendidikan yang sama, di sekolah yang sama. Lebih tepatnya, kita
bertemu dan berkenalan dalam sebuah organisasi bernama BES (Badan Eksekutif
Siswa) yang setara dengan OSIS. Dia menempati bidang yang berbeda denganku.
Aku di bidang Bahasa sementara dia di bidang Pengembangan Bakat dan
Keterampilan. Dia berbeda satu tingkat denganku dan dia lebih dahulu lahir ke
dunia sebelum diriku.
Akan ku ceritakan kisahku ini dari yang paling detail. Siang itu setelah pengumuman
di lantiknya anak-anak BES yang baru, kami mengadakan rapat akbar pertama
mengenai sebuah acara besar di sekolahku. Ini hal pertama di dalam hidupku,
mengenyam pendidikan dalam dunia organisasi sebagai anggota BES. Karena
sekolahku masih terbilang kecil dan baru, dalam organisasi ini antara ikhwan dan
akhwat dicampur.
Dalam rapat pertama itu, aku mendapati seorang ikhwan yang sedang duduk
bersandar menikmati angin yang keluar masuk ruang rapat ini. Nampaknya asyik
merasakan apa yang sedang dia lakukan. ketika asyik aku melihatnya, tiba-tiba aku
melihat matanya yang juga menatap ke arahku. Sontak aku kaget dan langsung
memfokuskan fikiranku ke topik rapat hari itu.
Beberapa saat kemudian saat kurasa keadaan sudah mulai aman, aku kembali
melirik ikhwan tadi dengan maksud melihat keadaannya sekarang. Tetapi aku dapati
lagi matanya yang sedang mengarah ke arahku lagi. Aku hanya bisa menunduk dan
memfokuskan kembali fikiranku ke rapat hari itu.
“...Penanggungjawab lomba Try Out SMP adalah Farhan Hanafi, Anas Nurfadhila
Yusuf dan Yuli Eri...” Pak Guru melirik ke arahku.
Lagi-lagi aku terkejut dengan tugas baru yang akan aku hadapi ini. aku bersama
dengan dua kakak kelasku ini, akan berjuang bersama sebagai penanggungjawab
dalam lomba TO SMP. Hal ini sangatlah baru untukku apalagi baru paginya aku
dilantik sebagai anggota BES untuk masa bakti tahun 2015. Untunglah, perlombaan
ini akan diadakan sekitar satu bulan mendatang. Aku dan tim penanggungjawab
pada bidang lain masih bisa menyiapkan segala keperluannya nanti.
Tibalah satu bulan itu. Tugas baru ini membuat tiap penanggungjawab perlombaan
kewalahan. Sama halnya seperti yang terjadi padaku, Kak Anas dan Kak Hanafi.
Pasalnya meskipun hari ini adalah hari libur, kita tetap diharuskan masuk untuk
mempersiapkan segala keperluan sebelum lomba dimulai. Sebelum memulai semua
tugas hari ini, kita meminta PJ Perlengkapan untuk menyiapkan kebutuhan yang kita
butuhkan. Hal ini memaksaku untuk bertemu dengan seorang ikhwan yang pada
rapat tempo hari ku perhatikan gerak-geriknya, karena jabatannya sebagai
penanggungjawab perlengkapan.
Ternyata segala keperluan memang sudah di persiapkan jauh-jauh hari untuk
menangani permintaan berlebih di saat seperti ini. Jadi aku, Kak Hanafi dan Kak
Anas hanya meminta kepada mereka segala keperluan yang dibutuhkan. Kali ini,
aku yang harus mengambil belanjaan yang telah dibeli penanggungjawab
perlengkapan di atas sofa sekolah.
Sesampainya di ruang tamu sekolah, aku terkejut melihat sosok ikhwan yang
sempat aku perhatikan pada rapat sebulan yang lalu sedang duduk di atas sofa
sekolah dan memegangi keperluan yang hendak ku ambil. Aku kembali menatapnya
memberi isyarat bahwa aku ingin mengambil barang yang sedang dia pegang itu.
Tetapi hal itu justru membuatnya bingung. Dia hanya membalas dengan menatapku
balik dengan tatapan tajamnya. Aku semakin merasakan keanehan yang dimiliki
ikhwan itu terhadapku.
“Permisi kak, saya mau ambil barang yang kakak pegang.” Itu kata-kata yang tiba-
tiba keluar dari mulutku dan membuatnya terkejut juga dengan suaraku.
Ketika mendengar ucapanku, dia langsung berdiri menghampiriku yang berada satu
meter dari hadapannya dan memberi barang itu padaku. Tidak ada sepatah katapun
yang keluar dari mulutnya. Setelah berterimakasih padanya, aku langsung
meninggalkannya di dalam ruangan itu. Setelah itu, aku kembali melaksanakan
tugasku bersama penanggungjawab tryout SMP lainnya.
Sejurus kemudian ketika aku dan penanggungjawab tryout SMP sibuk
melaksanakan tugas kami masing-masing, ada suara ketukan pintu dari luar.
“Assalamualaikum..” Suara dari luar.
“Wa’alaikumussalam..” Jawabku dan beberapa orang di dalam, sambil asyik
menginput daftar nama peserta.
Aku sempat menengadahkan sedikit kepalaku ke pintu masuk, sekedar memeriksa
siapa yang hendak masuk ke ruang kerjaku kini. Ternyata itu adalah ikhwan yang
barusan duduk di sofa sekolah. Dia masuk ke dalam kemudian mengambil tempat
duduk dekat Kak Anas. Mereka duduk sambil bersenda gurau. Aku tidak mengerti
apa maksudnya datang ke ruang kerjaku dan penganggungjawab TO SMP lainnya
ini.
Sejurus kemudian handphoneku berdering. Deringnya mengisyaratkan adanya
pesan baru di BBM. Aku ambil handphoneku dan memeriksa siapa yang
berkeperluan denganku. Setelah ku periksa ternyata tidak ada pesan sama sekali.
Rupanya terdapat sebuah undangan masuk. Undangan baru dari ikhwan yang baru
saja masuk ke dalam ruang kerjaku ini, yang sekarang sedang berada satu ruangan
denganku.
Aku melirik ke arahnya sekedar memeriksa hal aneh yang terjadi dengan ikhwan itu
terhadapku. Dia masih asyik bersenda gurau sambil sedikit tertawa dengan Kak
Anas. Tapi tak berapa lama setelah ku lirik dia, matanya mengarah ke arahku
perlahan. Aku langsung memfokuskan diri kembali ke laptop sebelum tertangkap
basah sedang memperhatikan dirinya.
Pekerjaanku sedikit terganggu karena kehadirannya di ruangan ini. Alhasil ketika
waktu istirahat tiba, aku keluar ruangan dan beristirahat sejenak dari kerja kerasku
itu. Sekaligus memindahkan barang-barangku ke ruang kerjaku yang baru. Di jalan
menuju ruang kerjaku, aku yang berjalan sambil memegang handphoneku
mendapati sebuah pesan bbm. Tidak kusangka itu adalah pesan bbm dari ikhwan
asing yang beberapa saat yang lalu masuk ke ruang kerjaku dan duduk sebelah Kak
Anas. Dia menyapaku dengan salam.
Aku semakin merasakan ada yang aneh dengan ikhwan ini. Aku tidak sempat
membalas pesan bbm-nya karena aku sibuk dengan barang bawaanku yang banyak
itu. Sesampainya aku di depan pintu ruang kerjaku, aku masih melihat kehadiran
ikhwan asing itu di tempat yang sama pula. Mataku tepat terjatuh di tatapannya yang
nyata itu untuk sejenak. Astaghfirullah.. benakku bergumam.
Tatapan itu tidak ku hiraukan lagi setelah aku mengambil alih seluruh pekerjaanku
kembali dan membantu kakak-kakak kelasku yang bergiliran istirahat itu.
Pekerjaanku kali ini membutuhkan ketelitian yang tajam karena salah nama sedikit
bisa fatal dan membuat bingung para peserta nantinya. Apalagi, aku tidak terbiasa
dengan pekerjaan ini. hal ini benar-benar pekerjaan baru yang menantang untukku.
Tak berapa lama kemudian, datang seorang guru ke ruang kerja kami sekedar
memeriksa sejauh mana pekerjaan kami sudah tuntas. Sudah lumayan banyak yang
kami kerjakan tapi entah berapa persen dari total yang harus kita siapkan
semuanya. Keadaan ini sepertinya membuatku harus ektsra lembur di sekolah
maupun di rumah.
“Mohon maaf, bagi anak-anak yang tidak berkepentingan di ruangan ini diharapkan
keluar karena akan mengganggu aktifitas penanggungjawab disini!” Perintah Pak
Guru ketika melihat ikhwan asing itu semakin asyik bersenda gurau dengan Kak
Anas. Kemudian Pak Guru pergi meninggalkan ruangan itu dan kembali ke ruang
guru.
Aku sempat melirik ke arah ikhwan asing itu memeriksa apakah dia merasa bahwa
yang dimaksud Pak Guru adalah dia atau tidak. Rupanya hal itu tidak dihiraukannya
sama sekali. Dia tetap berada di sana dan tetap melanjutkan segala gurauannya
tersebut. Dia memang keras kepala sekalipun sudah diusir tetapi dia tidak
menggubrisnya sama sekali. Aku hanya bisa bersabar menahan
ketidaknyamananku melakukan semua pekerjaan itu dengan kehadiran ikhwan
asing itu di ruangan kerja kami.
Sore pun datang, Pak Guru mengisyaratkan aku dan seluruh penanggungjawab
yang sudah bertugas dari pagi untuk segera pulang ke rumah masing-masing.
Segera mungkin aku bereskan segala barang-barangku yang sudah berhamburan
memenuhi hampir tiga per empat ruangan ini. Kemudian bergegas pulang sambil
membawa sisa-sisa pekerjaan yang bisa aku kerjakan di rumah.
Keesokan harinya adalah H-1 acara lomba akan dimulai. Penanggungjawab lomba
harus menuntaskan segala keperluan yang dibutuhkan dan tugas-tugasnya masing-
masing. Aku sengaja datang lebih pagi karena pasti pekerjaan hari ini akan lebih
berat dari hari kemarin.
Sesampainya di sekolah aku langsung mencetak sebagian data yang sudah ku
siapkan di rumah untuk di print. Data yang akan di cetak lumayan banyak. Juga
lumayan banyak menguras waktu dan tinta printer. Sambil menunggu hasil print
selesai, aku bermain-main handphone. Saat aku membuka semua percakapan di
bbm, aku ingat ada satu pesan bbm yang belum sempat ku balas dari kemarin. Yap,
itu pesan dari ikhwan asing yang suka berperilaku aneh di depanku. tidak ada
salahnya jika aku balas pesan darinya siapa tahu ada yang penting.
“Wa’alaikumussalam” Balas ku dalam pesan bbm.
Tidak menunggu waktu lama, aku mendengar handphoneku bergetar dan
mengeluarkan suara khas dari bbm. Langsung kubuka pesanku yang di balas oleh
ikhwan asing itu. “Ukthi dimana?” Itu adalah isi pesan yang kuterima. Aku semakin
penasaran dengan ikhwan ini. apa tujuannya menanyakan keberadaanku sekarang.
Karena aku yakin dia menanyakan keberadaanku bukan karena ada hal yang
penting, aku tidak membalas pesan darinya itu.
15 menit kemudian, aku mulai menangani sebagian kertas-kertas yang harus di foto
copy ke tukang fotocopy di depan sekolah. aku tinggalkan semua peralatan di ruang
tatausaha, tempat dimana aku ngecetak beberapa berkas-berkas untuk perlombaan
esok hari. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mencopy berkas-berkas yang
ku perlukan, aku hanya menunggu beberapa saat dan bisa langsung balik ke atas
melanjutkan pekerjaanku yang lain.
Sesampainya di atas, aku kembali mendapati seorang ikhwan asing dalam ruang
tatausaha itu. Hal ini sempat membuat aku bingung antara membiarkannya duduk di
dalam ruangan itu atau ku usir dia dari ruang tatausaha itu. aku sempat berfikir lama
menentukan pilihan itu sambil berjalan di sekitaran pintu tatausaha. Akhirnya aku
memutuskan untuk mendekatinya dan mengusir dia di ruangan itu.
“Maaf Akhi, tugas saya masih banyak disini. Sementara kita disini berduaan.”
Ucapku sedikit kaku akibat tingkahnya yang selalu menimbulkan tanda tanya besar
di hidupku.
“Maaf ti, saya mau keluar setelah ukhti lihat ini.” Ucapan ikhwan asing ini membuat
jantungku berdebar tidak seperti biasanya. Terlebih lagi, di ruangan ini hanya ada
kami berdua. Kemudian ikhwan asing itu mendekatiku ke arah pintu keluar. Aku
terus berjalan mundur keluar ruangan tatausaha itu. Aku melihat dia mengulurkan
tangannya bersama sebuah handphone yang kurasa itu adalah miliknya.
Kuraih handphone yang ada di tangannya dan aku lihat apa yang terdapat di layar
itu. Ternyata itu adalah sebuah gambar dengan background diriku dan bertuliskan:
“Inilah wajah wanita yang selama ini membuatku kaku bila berada di hadapannya.
Seperti saat ini, melalui pesan ini aku hanya bisa berkomunikasi dengannya.”
langsung ku lihat keberadaan ikhwan asing itu di hadapanku, menatap dirinya
seolah menanyakan maksud dari gambar ini.
Dia hanya diam dan mengambil handphonenya yang berada pada tanganku
kemudian keluar dari ruangan itu. sebelum meninggalkanku di ruangan itu, dia
sempat memberiku simpul senyumnya sebagai jawaban dari berbagai pertanyaan
besar yang melandaku. ikhwan asing itu semakin misterius.
Setelah kejadian itu, semua yang ku lakukan membuatku terbayang pada sosok
ikhwan asing itu. aku terus kepikiran dengan gambar yang dia berikan beberapa
waktu lalu. Telebih lagi dengan seikat senyum simpulnya yang sempat tertinggal
dalam benakku terus menerus. MasyaAllah, aku tidak mungkin jatuh cinta
kepadanya.
Hari selanjutnya adalah hari yang ditunggu-tunggu. Hari ini seluruh perlombaan akan
dilaksanakan. Hari ini merupakan hari tersibuk bagiku dan setiap penanggungjawab
yang bersangkutan. Aku masih terus kepikiran dengan kejadian kemarin. Semua
yang aku lakukan sekarang ini seolah membuatku kembali teringat kepada ikhwan
asing itu.
Pagi ini, aku memasuki ruang panitia. Ruang dimana semua berkas-berkas panitia
tryout SMP ditempatkan. Aku berharap acara hari ini berjalan lancar. Meskipun jauh
di dalam fikiranku, aku terus dihantui dengan bayangan ikhwan asing itu. Aku
memulai aktifitasku dengan menambahkan sekaligus merapihkan beberapa data
yang masih kurang. Aku juga harus menyiapkan meja-meja informasi. Juga yang
terakhir aku harus muter mengitari setiap ruangan guna mengecek semua ruangan
apakah siap dipakai untuk acara ini atau tidak.
Tugas menyiapkan meja informasi sudah dipegang oleh kedua kakak kelasku yang
juga menjadi penanggungjawab tryout SMP. Sekaligus mereka yang berjaga di meja
informasi itu. Sekarang giliran tugasku keliling kelas-kelas yang akan dipakai tryout.
Memastikan fasilitasnya baik-baik saja. Sesampainya di lantai 3, aku melihat
seorang ikhwan sedang berdiri di ujung lorong. Yap, itu ikhwan asing yang selalu
membuatku gelisah belakangan ini. Astaghfirullah gumamku dalam hati. Berharap
bahwa itu hanya sugestiku semata. Semakin aku mendekat ke arahnya, justru
semakin nyata bahwa itu adalah ikhwan asing yang ku maksud.
Tiba-tiba ikhwan itu mendekat ke arahku. Semakin gagap langkahku. Sampai
langkahku terhenti sebentar. Jangan sampai ini menjadi zina yang Allah haramkan.
Aku memutuskan untuk berbalik dan turun ke aula bawah. Ikhwan itu justru
memanggilku. Semakin takut aku dibuatnya. Aku hanya bisa berhenti kemudian
menengok kearahnya perlahan dari jarak 3 meter dari pandangannya.
Rupanya dia kembali memintaku untuk melihat sebuah note di handphonenya.
Karena jarak kita yang terlalu jauh, aku memutuskan supaya dia mengirim note itu
lewat blackberry messanger. Dia mengerti bagaimana perasaanku saat itu dan
langsung ku tinggalkan dia di lorong itu.
Rasa gugupku seketika hilang setelah aku meninggalkannya di lorong itu. Aku
langsung berlari ke bawah dan melanjutkan pekerjaanku yang sempat tertunda.
Untuk sementara tugasku mengitari ruangan itu ku tunda dahulu dan aku berlari ke
meja informasi. Tak lama dari situ aku mendengar handphoneku berdering. Ternyata
itu pesan dari ikhwan asing yang baru saja ku temui. Apapun yang akan
diberikannya padaku, aku harus siap. Ketika aku buka pesan itu, aku melihat sebuah
untaian kata.
“Assalamualaikum.. Ukhti, ada perasaan gundah namun berbunga-bunga kala ukhti
memandangku bersandar menikmati angin tempo hari. Kemudian rasa itu selalu
membuatku gugup bila melihat sosok ukhti dihadapanku. Uhibbuki Fillah ya ukhti.
Jikalau boleh kita melanjut ke hubungan diatas pertemanan ukhti. Apakah ukhti
bersedia?”
Astaghfirullah. Aku baca ulang setiap kata-katanya itu dan memastikan bahwa aku
tidak salah baca. Ternyata memang benar pesan itu berisi ungkapan hatinya padaku
dan ajakannya untuk menjalin hubungan lebih dari sekedar teman. Hatiku
berkecamuk seketika antara senang dan sedih. Langsung ku pisahkan diriku dari
kerumunan sekitar. Mencoba fokus dengan pesan yang ada pada handphoneku.
Aku tengok kepalaku ke balkon di lantai 3, sekedar mengetahui keberadaanya. Aku
bisa pastikan bahwa tidak ada siapapun di balkon itu. lantas dimana ikhwan asing itu
berada? Aku mencoba kembali fokus kepada tugasku. Aku melanjutkan tugas kedua
kakak kelasku di meja informasi itu.
Situasi lengang dan tenang saat pengerjaan soal tryout dimulai. Aku bisa beristirahat
sambil merapihkan data anak-anak yang baru registrasi di ruang panitia. Tiba-tiba
handphoneku bergetar dan mengeluarkan suara khas dari bbm. Seketika aku ingat
dengan pesan ikhwan itu padaku beberapa waktu lalu. Arghh gumamku, aku tidak
bisa melanjutkan tugasku itu. Fikiranku melayang-layang ke berbagai hal.
Handphone tidak lagi ku hiraukan, aku langsung ke toilet dekat ruang panitia. Aku
mengambil air wudhu dan kemudian shalat istikharah. Bahkan disaat shalat, aku
sulit memfokuskan fikiranku untuk Allah. Ikhwan itu benar-benar meracuni fikiranku,
Astaghfirullah. Di akhir sujudku aku bergumam memohon jawaban pada sang ilahi.
“Ya Allah yang maha agung. Engkau yang mampu membolak-balikan hati setiap
insan di dunia. Aku yakin ini adalah bagian dari skenario indahmu itu. Aku tidak ingin
selalu terganggu dengan bayang-bayangnya. Terlebih lagi, ikhwan itu memintaku
untuk melangkah lebih serius ke hubungan yang lebih dari sekedar teman.
Ya Rabb, engkau yang maha tahu atas semua jawaban itu. berilah aku petunjuk
atas jawabanmu itu. Aku yakin, petunjukmu adalah sebaik-baiknya petunjuk untukku.
Amiin”
Kemudian aku bangkit dari sujudku dan melewati tahiyat akhir dengan khusyuk.
Entah setelah aku berdoa dan mengakhiri shalatku dengan salam, hatiku tentram.
Aku tidak lagi gugup, senang, ataupun sedih saat itu. Aku mulai faham akan
jawaban dari sang ilahi. Langsung ku ambil handphoneku itu. Menjawab semua
yang sudah Allah tunjukkan padaku.
“Wa’alaikumussalam Akhi, akhi pasti tahu hukum berpacaran dalam islam. Yaitu
hanya boleh berpacaran ketika sudah menikah. Jika akhi serius ingin mengenalku,
akhi segera pinang diriku. Tapi jika akhi belum siap, akhi silahkan jaga hati akhi
untukku hingga akhi siap nanti. Akhi, aku tidak ingin menjadi orang-orang yang
dihinakan Allah SWT. Aku selalu menjaga perasaanku untuk akhun yang baik
untukku kelak. Jika itu terdapat pada akhi, insyaAllah kita bisa bertemu di pelaminan
nanti di atas ridho-Nya akhi. Amiin.
Sekarang, kita sama-sama berjuang ya Akhi. Menggapai semua impian kita
termasuk selesaikan semua pendidikan kita dan membanggakan kedua orangtua
kita. InsyaAllah tidak akan sia-sia jika kita berprinsip Single karena Allah. Karena
Allah tahu mana yang baik dan mana yang buruk untuk setiap insannya. Sekian dan
Terimakasih Akhi, Wassalamualaikum”.