icoheci.uny.ac.idicoheci.uny.ac.id/sites/icoheci.uny.ac.id/files/full... · web view,...

10
Pengaruh Jenis Deterjen Terhadap Ketahanan Luntur Warna Naphtol Pada Proses Pencucian Batik Tulis Merek Tan Lisa Ayu Wulandari , and Widihastuti * Vocational Education Program, Fashion Engineering Studies Program, University of Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia * Corresponding author: Widihastuti; Email: [email protected] Abstract Batik Tan merupakan salah satu produk batik yang ada di Bantul, Yogyakarta.Semenjak diakui oleh PBB sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonmateri, batik cukup terkenal di dunia Internasional. Kain batik memerlukan perawatan yang khusus, salah satu perawatannya adalah dari pencucian, sangat penting memilih jenis deterjen yang cocok untuk mencuci kain batik, karena beragamnya jenis deterjen yang beredar di masyarakat.Penelitian ini merupakan penelitian true eksperimentdengan desain faktorial A X B dimana A adalah kain batik tulis merekTan batik dengan pewarna naphtol dan B adalah faktor perlakuan proses pencucian menggunkan lima jenis deterjen yang ada di pasaran yaitu deterjen bubuk, deterjen cair, deterjen cream, deterjen batang dan lerak cair. Teknik pengumpulan dengan simple random sampling, mengujiKetahanan Luntur Warna Terhadap Pencucian yang dilakukan oleh Tim Penguji di Balai Batik dan Kerajinan dengan menggunakan prosedur dan alat yang sudah terkalibrasi. Teknik analisis data menggunakan non-parametrik yaitu kruskal wallis.Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian menggunakan lima jenis deterjen menghasilkan nilai rata-rata baik yaitu 4- 4,5, hasil uji beda ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan penodaan menghasilkan p 0,406>0,05 yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikandikarenakan komposisi masing-masing jenis deterjen yang sama yaitu jenis surfaktan anionic, jenis deterjen yang paling baik komposisinya adalah jenis lerak karena mengandung saponin sebagai surfaktan alami masyarakat dapat menggunakan deterjen sebagai pencuci batik dengan memperhatikan komposisi deterjen yang mengandung lauryl alkylbenzensulfonate sebagai bahan deterjen yang lunak. Keywords: batik tulis, deterjen, naphtol 1. Introduction

Upload: others

Post on 23-Jul-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pengaruh Jenis Deterjen Terhadap Ketahanan Luntur Warna Naphtol Pada Proses Pencucian Batik Tulis
Merek Tan
Vocational Education Program, Fashion Engineering Studies Program, University of Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia
*Corresponding author: Widihastuti; Email: [email protected]
Abstract
Batik Tan merupakan salah satu produk batik yang ada di Bantul, Yogyakarta.Semenjak diakui oleh PBB sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonmateri, batik cukup terkenal di dunia Internasional.Kain batik memerlukan perawatan yang khusus, salah satu perawatannya adalah dari pencucian, sangat penting memilih jenis deterjen yang cocok untuk mencuci kain batik, karena beragamnya jenis deterjen yang beredar di masyarakat.Penelitian ini merupakan penelitian true eksperimentdengan desain faktorial A X B dimana A adalah kain batik tulis merekTan batik dengan pewarna naphtol dan B adalah faktor perlakuan proses pencucian menggunkan lima jenis deterjen yang ada di pasaran yaitu deterjen bubuk, deterjen cair, deterjen cream, deterjen batang dan lerak cair. Teknik pengumpulan dengan simple random sampling, mengujiKetahanan Luntur Warna Terhadap Pencucian yang dilakukan oleh Tim Penguji di Balai Batik dan Kerajinan dengan menggunakan prosedur dan alat yang sudah terkalibrasi. Teknik analisis data menggunakan non-parametrik yaitu kruskal wallis.Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian menggunakan lima jenis deterjen menghasilkan nilai rata-rata baik yaitu 4- 4,5, hasil uji beda ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan penodaan menghasilkan p 0,406>0,05 yang artinya tidak ada pengaruh yang signifikandikarenakan komposisi masing-masing jenis deterjen yang sama yaitu jenis surfaktan anionic, jenis deterjen yang paling baik komposisinya adalah jenis lerak karena mengandung saponin sebagai surfaktan alami masyarakat dapat menggunakan deterjen sebagai pencuci batik dengan memperhatikan komposisi deterjen yang mengandung lauryl alkylbenzensulfonate sebagai bahan deterjen yang lunak.
Keywords: batik tulis, deterjen, naphtol
1. Introduction
Tanggal 2 Oktober 2009, merupakan hari bersejarah bagi Indonesia karena pada hari itu Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (United Nation Educational, Scientifik and Cultural Organization/UNESCO) mengakui batik sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan dan nonmateri (masterpieces of the oral and intangible heritage of humanity)[1]. Pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2009 tentang tanggal 2 Oktober diperingati sebagai “Hari Batik Nasional”.Batik merupakan peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia yang memiliki “nilai estetika” yang tinggi [2].Kerajinan membatik menjadi bagian dari budaya Nusantara serta dilakukan sebagai mata pencaharian. Kain batik memerlukan perawatan yang khusus apalagi kain batik tulis, perawatannya dapat dilihat dari 4 macam yaitu proses pencucian, peyimpanan, penjemuran dan merendam [3]. Salah satu cara perawatan kain batik adalah pencucian, batik dibuat dan diwarna dengan manual tanpa mesin.Penting untuk diperhatikanmemilih jenis deterjen yang sesuai untuk mencuci kain batik karena jenis deterjen yang beredar dimasyarakat cukup beragam macamnya.
Fungsi deterjen adalah untuk menurunkan tegangan permukaan, melepaskan kotoran, serta menguraikan kotoran.Kandungan dalam deterjen yaitu zat pembangun aktif tinggi, enzim dan atau pemutih juga bahan pengisi tambahan lainnya [4].Pencucian batik secara tradisoinal dapat menggunakan lerak atau Sapindus rarak De Condole, atau S. mukoros, tumbuhan ini dikenal karena bijinya yang dapat digunakan sebagai deterjen tradisional dan dianjurkan untuk mencuci batik agar terjaga kualitasnya.Kandungan biji lerak yaitu saponin, suatu alkaloid beracun, saponin inilah yang menghasilkan busa dan berfungsi sebagai bahan pencuci serta pembersih berbagai alat rumah tangga.Batik memang memerlukan bahan pencuci khusus baik berupa zat kimia ataupun tradisional.Saponin inilah yang bekerja sebagai surfaktan yang membuat air cucian “lebih basah”, akibatnya saponin mudah masuk kedalam serat-serat kain yang dicuci, mengikat kotoran yang melekat dan melepas kotoran tadi dari kain cucian, batik memang memerlukan bahan pencuci khusus baik berupa zat kimia ataupun tradisional [5].
Pencucian kain batik mempengaruhi keawetan kain batik, sebelumnya telah dilakukan penelitian pertama tentang pengaruh frekuensi pencucian kain batik namun hanya menggunakan satu jenis deterjen yaitu lerak. Hasil analisis varian menunjukkan adanya pengaruh signifikan frekuensi pencucian 1x sampai 7x menunjukkan hasil ketajaman warna terbaik, pada pencucian 9x sampai 19x sudah megalami kepudaran warna. Penelitian kedua tentang efektifitas sabun alami terhadap warna batik, hasilnya menunjukkan batik yang dicuci menggunakan buah lerak dan lerak cair komersial bernilai sama yaitu 4 [6]. Penelitian pertama menunjukkan hasil yang signifikan karena dicuci hingga pencucian ke 19, penelitian kedua tidak diketahui berapa kali pencucian dalam peneltian tersebut. Penelitian ini merupakan pengujian ketahanan luntur warna kain batik menggunakan pewarna sintetis napthol dengan diberi treatmen pencucian menggunakan lima jenis deterjen yang beredar di masyarakat. Kain yang digunakan adalah mori primissima karena memiliki sifat higroskopis dan memungkinkan dalam menyerap warna dengan baik.Jenis batik yang digunkan adalah batik tulis karena batik jenis ini cukup dikenal dimasyarakat luas serta cukup diminati di pasaran internsional dilihat dari ekspor batik yang meningkat setiap tahunnya [7]. Uji ketahanan luntur warna ini menggunakan lima jenis deterjen yang digunakan oleh masyarakat untuk mencuci pakaian, yaitu deterjen bubuk, deterjen cair, deterjen cream, deterjen batang dan lerak cair sehingga masyarakat dapat mengetahui bagaimana perawatan batik yang benar, penggunaaan jenis deterjen apa yang komposisinya tidak terlalu keras untuk mencuci kain batik tulis sehingga masyarakat dapat menggunakannya jikalau tidak ada lerak saat pencucian agar tetap mengurangi kelunturan warna pada kain batik akibat proses pencucian.
2. Methods and Equipment
2.1. Methods
2.1.1Diagrammatic representation
Penelitian ini merupakan true exsperimental yang bertujuan untuk mendeskripsikan nilai hasil ketahanan luntur warna terhadap lima jenis deterjen yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, serta mengetahui adakah pengaruh deterjen terhadap ketahanan luntur warna pada batik tulis merek Tan batik lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain factorial AXB, dimana A adalah pengujian ketahanan luntur warna naphtol terhadap pencucian dan B adalah faktor perlakuan dengan variasi jenis deterjen yang digunakan yaitu deterjen cair, deterjen bubuk, deteren lerak, deterjen cream dan deterjen batang.Metode pengumpulan data dengan teknik probability sampling yaitu simple random sampling, melakukan pengujian Ketahanan Luntur Warna Terhadap Pencucian yang dilakukan oleh Tim Penguji di Balai Batik dan Kerajinan dengan menggunakan prosedur dan alat yang sudah terkalibrasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis deskriptif, data hasil uji beda berupa data ordinal, dari acuan tersebut teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis non-parametrik kruskal wallis.
2.2.Equipment
2.2.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: mesin cuci, timbangan analitis, pengaris, gunting, ember, gray scale, staining scale. Bahan yang digunakan yaitu deterjen bubuk dengan komposisi surfaktan anionic 19%, lerak cair komersial, deterjen cream dengan komposisi 18% sodium alkylbenzensulfonate, optical brighter 0.06%, deterjen batang dengan komposisi bahan aktif LAS, deterjen cair dengan komposisi surfaktan 16% dan bahan additive 1,4%, kain batik tulis, kain mori putih primissima.
2.2.1 Prosedur Eksperimen
Vlot : 1: 40
Suhu : suhu ruangan
Prosedur eksperimen yang dilakukan yaitu, Tahap pra eksperimen yang dilakukan yaitu menyiapkan peralatan dan contoh uji kemudian melakukan pembatikan yaitu batik tulis abstrak yang diwarna dengan naphtol merah tua.Eksperimen/Uji cob melakukan pencucian dengan lima jenis deterjen yaitu: deterjen bubuk, deterjen cair, deterjen cream, deterjen batang, deterjen lerak.Pengujian dilakukan dengan uji tahan luntur warna naphtol pada kain batik tulis merek Tan batik terhadap pencucian dan uji beda warna. Hasil pengujian akan memberikan nilai ketahanan luntur warna terhadap pencucian tiap jenis deterjen, sehingga dapat diketahui deterjen jenis apa yang dapat melunturkan warna naphtol pada kain batik tulis merek Tan batik.
( Perlunya perawatan batik tulis, salah satunya dengan pencucian ) ( Bahan Mori Primissmia Pewarnaan dengan ZW. Sintetis Naphtol ) ( Kerajinan Batik Tulis )
( Permasalahan: Kadar kimia dalam unsur deterjen bermacam-macam. Tingkat frekuensi pencucian dapat mempengaruhi ketahanan luntur warna. Referensi mengenai penggunaan deterjen untuk kain batik tulis belum banyak. ) ( Melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh kelima jenis deterjen terhadap ketahanan luntur warna kain batik tulis dengan yang diwarnai dengan ZW.Naphtol dengan menggunkan lima jenis deterjen yaitu: deterjen bubuk, deterjen cream , deterjen cair, deterjen batang dan deterjen lerak )
( Adakah pengaruh jenis deterjen dalam pencucian dan menemukan deterjen yang bagus untuk pencucian kain batik tulis ) ( Melakukan pengujian kelima jenis deterjen terhadap ketahanan luntur warna pencucian kain batik tulis )
Figure 1: Bagan kerangka pikir penelitian.
3. Results
Hasil kualitas pengujian ketahanan luntur warna naphtol terhadap pencucian kain batik tulis dengan lima jenis deterjen yaitu deterjen cair, deterjen batang, deterjen bubuk, deterjen cream, deterjen lerak dapat dilihat pada tabel 1. Data yang dihasilkan berupa data ordinal, sehingga diuji lanjut menggunakan uji ANAVA 1-Jalur Non-parametrik. Hasil uji normalitas dengan SPSS, menunjukkan hasil nilai 0,001< 0,05, yang menghasilkan bahwa data tersebut tidak berdistribusi normal, maka dilanjutkan dngan teknik analisis data kruskal wallisdapat dilihat pada gambar1.Hasil analisis data menggunakan bantuan SPSS, didapat hasil uji tahan luntur warna terhadap pencucian kain batik tulis dengan zat warna naphtol menggunakan lima jenis deterjenmenunjukkan p0,406 > 0,05, dapat dilihat pada tabel 2.Hasil Uji Ketahanan Luntur Warna Terhadap Penodaan, analisis data dengan bantuan program SPSS, didapat hasil uji penodaan pada kain putih, dengan jenis kain katun mori primissima menunjukan p 0,406 > 0,05 dapat dilihat pada tabel 3. Berdasarkan hasil pengujian, jenis deterjen cair, deterjen batang, deterjen cream dan deterjen bubuk, sama-sama menghasilkan kain yang lebih putih daripada kain yang sebelumnya dikarenakan efek dari surfaktan yang terkandung dalam deterjen adalah dari bahan kimia, sedangkan untuk deterjen lerak hasil penodaan warnanya masih hampir sama dengan yang asli karena lerak surfaktan pada lerak tidak dihasilkan dari zat kimia melainkan dari buah lerak itu sendiri.
Tabel 1.Data hasil Evaluasi Tahan Luntur Warna
JENIS UJI
HASIL UJI
Kapas
4
4
4-5
4
4
Keterngan: 1= buruk, 1-2= buruk, 2- kurang, 2-3= kurang baik, 3= cukup, 3-4= cukup baik, 4= baik, 4-5= baik, 5= sangat2 baik
DCr: deterjen cair. DB: deterjen batang, DL= deterjen lerak, DBt: deterjen batang, DC: deterjen cream
Figure 1.Hasil uji normalitas dengan alat bantu SPSS
Figure 2.Hasil Pencucian dengan lima jenis deterjen
Hasil pencucian terhadap ketahanan luntur warna naphtol pada kain batik merek Tan, dapat dilihat secara kasat mata, bahwa ada perbedaan warna pada kain penodaan.Perbedaanya yaitu kain yang sudah dicuci menggunakan berbagai jenis deterjen warnanya lebih putih dari pada kain yang asli.
Table 2: Hasil Statistik Uji Perubahan Warna Karena Pencucian
Indikator
Indikator
4. Discussion
Pencucian terhadap ketahanan luntur warna dengan sabun dimaksudkan untuk menentukan tahan luntur warna terhadap pencucian yang berulang-ulang [8]. Tabel 1. menunjukan hasil pencucian terhadap luntur warna naphtol menghasilkan data rata-rata baik. Dilihat dari hasil analisis SPSS pada tabel 2 dan 3. menunjukkan bahwa nilai hasil pencucian kain batik tulis dengan pewarnanaphtol menggunkan lima jenis deterjen yaitu deterjen bubuk, deterjen cair, deterjen cream, deterjen batang dan deterjen lerak menghasilkan tidak ada beda nyata. Hasil dari uji beda nilai ketahanan luntur warna deterjen bubuk dengan nilai 4,5, deterjen cream nilainya 4, deterjen cair nilainya 4, deterjen batang nilainya 4, deterjen lerak nilainya 4 yang artinya rata-rata baik. Data hasil pengujian penodaan pada kain putih yang ditunjukan pada tabel 2. mengasilkan data yang rata-rata baik yaitu deterjen cream menghasilkan nilai 4, deterjen batang nilainya 4, deterjen lerak nilainya 4,5, deterjen bubuk nilainya 4 serta deterjen cair dengan nilai 4.Komposisi deterjen bubuk yang digunakan pada penelitian ini yaitu surfaktan anionik 19%, surfaktan anionik ini biasanya untuk untuk tujuan domestic karena lebih murah, lebih stabil dalam air, memiliki daya bersih yang baik serta memiliki busa yang banyak, surfaktan berfungsi sebagai sebagai daya pembasahan air sehingga kotoran yang berlemak dapat dibasahi, mengendorkan dan mengangkat kotoran pada kain serta mensuspensikan kotoran yang telah terangkat. Komposisi deterjen cair yaitu surfaktan 16% dan zat additiv 1,4%.
Zat additiv dalam deterjen merupakan zat tambahan yang biasanya ditambahkan sedikit, tambahan additivedigunakan sebagai bahan penarik sebuah produk deterjen. Bahan ini ditambahkan dalam jumlah kecil untuk meningkatkan sifat suatu komponen dalam deterjen.Komposisi deterjen creamyaitu bahan aktif sodium alkylbenzenesulfonate 18%, optical brighter 0,06%. Alkylbenzensulfonate merupakan jenis surfaktan anionic.Deterjen jenis ini tidak dianjurkan dalam mencuci batik karena ABS termasuk dalam golongan deterjen keras karena memiliki rantai karbon yang bercabang, deterjen ini mengandung zat aktif yang sukar di dirusak oleh mikroorganisme, baik sebelum digunakan maupun setelah dibuang.Sifatnya tidak dapat terdegradasi yang mengakibatkan zat tersebut masih aktif dan mencemari lingkungan.Komposisi dari deterjen batang yaitu LAS, termasuk dalam kategori surfaktan anionic memang digunakan pada deterjen komersial pada umumnya memiliki fungsi yang samasebagai daya pembasahan air sehingga kotoran yang berlemak dapat dibasahi dan mudah untuk dihilangkan. LAS termasuk dalam golongan deterjen lunak karena memiliki mata rantai karbon yang tidak bercabang.Komposisi dari deterjen lerak adalah buah lerak asli biji pohon itu mengandung saponin yang menghasilkan busa dan berfungsi sebagai bahan pencuci dan pembersih. Saponin inilah yang bekerja sebagai surfaktan yang membuat air cucian “lebih basah”, akibatnya saponin mudah masuk kedalam serat-serat kain yang dicuci, mengikat kotoran yang melekat dan melepas kotoran tadi dari kain cucian, oleh karena itu kain batik tulis sangat dianjurkan pencuciannya menggunakan lerak ini karena tidak mengandung surfaktan yang kimia namun mengandung saponin sebagai surfaktan alami.Hasil uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian kain batik tulis dengan zat warna naphtol yang dicuci menggunakan lima jenis deterjen menunjukan hasil yang tidak ada beda nyata, hasil yang tidak beda nyata ini dikarenakan komposisimasing-masing jenis deterjen yang sama yaitu jenis surfaktan anionic dan hanya sampai pencucian yang ketiga. Warna naphtol adalah suatu senyawa yang tidak larut dalam air, maka jika terjadinya senyawa warna tersebut didalam bahan textil, bertendensi tidak mau keluar kedalam air waktu dicuci, atau dengan kata lain warna tersebut tahan terhadap pencucian, maka golongan warna naphtol ini termasuk dalam zat warna yang mempunyai ketahanan luntur warna yang baik [9]. Dilihat dari hasil penodaan Ketahanan Luntur Warna, nilai hasil penodaan yang paling baik adalah lerak yaitu 4,5 dibanding dari berbagai jenis deterjen memang lerak yang nilainya paling baik dalam Ketahanan Luntur Warna. Karena komposisi dari buah lerak alami, maka buah lerak ini sangat dianjurkan sebagai pencucian batik. Pilih deterjen dengan kandungan lauril alkylbenzensulfonate, karena bersifat biodegradable dan cukup tersebar di pasaran, jangan gunakan deterjen dengan komposisi pemutih atau bleaching agent.Namun deterjen juga jangan terlalu sering digunakan dalam pencucian batik walaupun ketahanan terhadap zat kimia atau kereaktifan kimia pada setiap jenis serat tergantung pada struktur kimia dan adanya gugus-gugus aktif pada molekul serat [10]. Dibanding dengan penelitian sebelumnya hanya menggunakan satu jenis deterjen yaitu lerak saja, penelitian ini lebih meluas dengan menggunakan lima jenis deterjen. Kelebihan penelitian sebelumnya pencucian dilakukan sampai 19x sehingga terdapat hasil yang signifikan, penelitian ini dicuci 3x sehingga menghasilkan tidak ada pengaruh.
5. Conclusion
Hasil 3x pencucian menggunakan lima jenis deterjen yaitu deterjen cair, deterjen bubuk, deterjen batang, deterjen cream dan deterjen lerak rata-rata menghasilkan nilai 4-4,5 yang artinya baik.Tidak ada pengaruh yang nyata pengujian tahan luntur warna pada pencucin dan penodaan kain batik dengan zat warna naphtol dibuktikan dengan hasil statistika yaitu 0,406 >0,005, sehingga golongan zat warna naphtol termasuk dalam zat warna yang mempunyai ketahanan luntur warna yang baik.Jenis deterjen yang komposisinya paling baik untuk mencuci batik adalah deterjen lerak karena mengandung saponin sebagai surfaktan alami, jika mencuci menggunkan deterjen konvensional gunakan deterjen dengan komposisi lauril alkylbenzensulfonate, karena bersifat biodegradable dan cukup tersebar di pasaran, namun tidak disarankan untuk pencucian yang berulang-ulang.Penelitian ini hanya menggunakan satu sampel pada tiap jenis deterjen, apabila terdapat pembaca atau ingin yang peneliti lebih lanjut, sangat disarankan untuk mencoba jenis deterjen selain yang digunakan dalam penelitian ini karena kadar dan komposisi tiap jenis deterjen berbeda-beda.Untuk penelitian lebih lanjut disarankan melakukan pencucian tidak hanya sampai pencucian yang ke tiga karena, untuk penelitian ini hanya sampai pencucian ke tiga sehingga hasilnya tidak ada pengaruh lakukan pencuian yang berulang-ulang sehingga dapat memunculkan data yang signifikan.Penelitian ini dapat dikembangkan dengan penelitian lanjutan menggunakan jenis lerak asli agar terjamin keasliannya.Zat naphtol merupakan zat warna yang memiliki ketahanan luntur warna yang baik dan dapat digunakan untuk mewarnai kain batik, memiliki banyak palet warna yang dapat digunakan dalam pewarnaan industri batik. Jenis zat warna naphtol lebih unggul dibanding dengan pewarna lain, untuk mengurangi dampak bagi kesehatan pada saat pewarnaan dengan zat warna naphtol perlu memeperhatikan standar opersional kerjanya salah satunya dengan menggunkan masker dan sarung tangan karet pada saat pewarnaan dan memperhatikan limbah sebelum dibuang.
References
Pratama, A.N., (2018) Internet. [cited 2019 April 28]. Batik, dari Canting Menuju Warisan Dunia.Kompas.com. Available from https://nasional.kompas.com/read/2018/10/02/13301351/batik-dari-canting-menuju-warisan-dunia . 02/10/2018, 13:30 WIB.
Piputri,D A., Lutfiati D. (2014). Pengaruh Frekuensi Pencucian Dengan Menggunakan Lerak (Sapindus Rarak De Condole) Pada Ketajaman Warna Batik Dulit Gersik. E-Jurnal, vol. 03 no 01 Edisi Yudisium Periode Februari hal: 175-179.
Parasuram, KS. (2002). Soap and Detergent. New Delhi: Tata McGraw-Hill Compenies Limited.
Musman, A dan Ambar B. (2011). Batik:Warisan Adiluhung Nusantara. Yogyakarta: ANDI OFFEST.
Laela, E., Isnaini, et al. (2018). Efektifitas Sabun Alami Terhadap Warna Batik. Dinamika Kerajinan dan Batik. Vol 35, No 2 Desember 2018 119-124.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin). (2018) Internet. [cited 2019 June 20]. Nilai Ekspor Batik rilis Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Availabel from https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/10/02/berapa-nilai-ekspor-batik-indonesia .