library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2doc/2011-2... · web viewpengertian...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sistem
Menurut Hall (2008, p4), sistem didefinisikan sebagai sekelompok dua atau
lebih komponen-komponen atau subsistem-subsistem yang saling berkaitan untuk
mencapai tujuan yang sama.
Menurut Gelinas dan Dull (2008, p11), sistem merupakan seperangkat elemen
yang saling bergantung yang bersama-sama mencapai tujuan tertentu. Sistem harus
memiliki organisasi, hubungan timbal balik, integrasi, dan tujuan pokok.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan seperangkat elemen yang
saling berhubungan yang bersama-sama mencapai suatu tujuan tertentu.
2.2 Pengertian Informasi
Menurut Gelinas dan Dull (2008, p17), informasi didefinisikan sebagai data
yang disajikan dalam bentuk yang berguna dalam aktivitas pengambilan keputusan.
Informasi tersebut mempunyai nilai kepada pengambil keputusan karena mengurangi
ketidakpastian dan meningkatkan pengetahuan akan area tertentu yang menjadi
perhatian.
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p5), informasi adalah data yang telah
diorganisir dan diproses untuk memberikan arti kepada pengguna.
13
Karakteristik informasi yang berguna menurut Hall (2008, p14) adalah
sebagai berikut:
a) Relevance
Isi sebuah laporan atau dokumen harus melayani suatu tujuan. Dengan demikian
laporan ini dapat mendukung keputusan manajer atau petugas administrasi.
b) Timeliness
Umur informasi merupakan faktor yang kritikal dalam menentukan kegunaannya.
Informasi harus tidak lebih tua dari periode waktu tindakan yang didukungnya.
c) Accuracy
Informasi harus bebas dari kesalahan yang bersifat material. Namun demikian,
materialitas merupakan konsep yang sulit dikualifikasi karena materialitas tidak
memiliki nilai yang absolut dan merupakan konsep masalah spesifik. Ini berarti
bahwa dalam beberapa kasus, informasi harus akurat sempurna.
d) Completeness
Tidak boleh ada bagian informasi yang penting bagi pengambilan keputusan atau
pelaksanaan tugas yang hilang.
e) Summarization
Informasi harus dikumpulkan sesuai dengan keperluan pengguna.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan data yang telah diproses
sehingga memiliki arti bagi para penggunanya.
14
2.3 Pengertian Sistem Informasi
Menurut Hall (2008, p6), sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur
formal dimana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi, dan didistribusikan
kepada para pemakai.
Menurut Gelinas dan Dull (2008, p13), sebuah sistem informasi adalah sistem
buatan manusia yang secara umum terdiri dari seperangkat komponen berbasis komputer
yang terintegrasi dan komponen manual untuk mengumpulkan, menyimpan, dan
mengelola data dan menyediakan informasi kepada pengguna.
Jadi, sistem informasi adalah seperangkat komponen yang berhubungan yang
mengumpulkan, memroses, menyimpan, dan menyebarkan informasi kepada pihak yang
membutuhkannya.
2.4 Pengertian Akuntansi
Menurut Kieso et al. (2011, p5), karakteristik dari akuntansi adalah : (1)
identifikasi, pengukuran, dan komunikasi dari informasi keuangan mengenai (2) entitas
ekonomi kepada (3) pihak yang berkepentingan.
Menurut Harrison dan Horngren (2004, p4), akuntansi adalah sistem informasi
yang mengukur aktivitas bisnis, mengolah informasi tersebut ke dalam laporan-laporan,
dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pembuat keputusan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa akuntansi merupakan serangkaian kegiatan yang
mencatat, mengukur, dan mengolah informasi dari aktivitas-aktivitas sebuah entitas
ekonomi dan kemudian mengkomunikasikannya kepada pihak yang berkepentingan.
15
2.5 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Kieso et al. (2011, p80), sistem informasi akuntansi mengumpulkan
dan memroses data transaksi lalu menyebarkan informasi finansial tersebut kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
Menurut Rama dan Jones (2006, p13), sistem informasi akuntansi merupakan
subsistem dari sistem informasi manajemen yang menyediakan informasi akuntansi dan
keuangan, serta informasi lainnya yang diperoleh dalam proses rutin transaksi akuntansi.
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.6), sistem informasi akuntansi adalah
suatu sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memroses data sehingga
menghasilkan informasi kepada para pengambilan keputusan.
Menurut Bodnar dan Hopwood (2010, p1), sistem informasi akuntansi
merupakan kumpulan sumber daya, seperti orang-orang dan peralatan, dirancang untuk
mengubah data finansial dan lainnya menjadi informasi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah subsistem
dari sistem informasi manajemen yang terdiri dari sekumpulan sumber daya yang
mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memroses data untuk menyediakan
informasi keuangan bagi pembuat keputusan yang dibutuhkan oleh manajemen.
2.5.1 Komponen-komponen Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p6), sistem informasi akuntansi
terdiri dari lima komponen, yaitu:
16
1. People
Orang-orang yang mengoperasikan sistem dan melaksanakan bermacam-
macam fungsi.
2. Procedures
Prosedur-prosedur, baik manual dan otomatis, terlibat dalam mengumpulkan,
memroses, dan menyimpan data tentang aktivitas organisasi.
3. Data
Data tentang proses bisnis organisasi.
4. Software
Perangkat lunak yang digunakan untuk memroses data organisasi.
5. Information technology infrastructure
Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer, perlengkapan
pendukung lainnya dan perlengkapan komunikasi jaringan.
6. Internal control and security measurement
Pengendalian internal dan pengukuran keamanan yang mengamankan data
dalam sistem informasi akuntansi.
2.5.2 Tujuan dan Manfaat Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Rama dan Jones (2006, p6-7), tujuan dan kegunaan sistem
informasi akuntansi ada lima, yaitu:
17
1. Memproduksi laporan-laporan eksternal
Sistem informasi akuntansi mampu menghasilkan laporan-laporan khusus untuk
memuaskan kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh pihak eksternal
perusahaan. Laporan-laporan tersebut mencakup laporan keuangan,
pengembalian pajak, dan laporan lainnya yang dibutuhkan oleh perwakilan
pihak-pihak yang terkait.
2. Mendukung aktivitas-aktivitas rutin
Mampu mendukung manajer dalam menangani aktivitas-aktivitas operasi yang
bersifat rutin selama siklus operasi perusahaan.
3. Pendukung keputusan
Informasi juga dibutuhkan untuk pengambilan keputusan yang bersifat non-
rutin yang terdapat pada perusahaan.
4. Perencanaan dan pengawasan
Sebuah sistem informasi sangat dibutuhkan untuk kegiatan perusahaan
perencanaan dan pengawasan. Informasi mengenai anggaran dan biaya-biaya
standar disimpan dalam sistem informasi dan laporan digunakan untuk
membandingkan antara anggaran yang ditetapkan dengan jumlah yang
sebenarnya.
5. Mengimplementasikan pengendalian internal
Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur, dan sistem informasi yang
digunakan untuk melindungi asset perusahaan dari kehilangan atau
penggelapan dan untuk menjaga keakuratan data keuangan. Hal tersebut dapat
18
berhasil yaitu dengan membangun suatu sistem informasi akuntansi yang
terkomputerisasi.
2.6 Piutang, dan Penerimaan Kas
2.6.1 Pengertian Piutang
Menurut Kieso et al. (2011, p347), piutang adalah klaim terhadap
pelanggan dan pihak lain untuk uang, barang, atau jasa.
Menurut Warren et al. (2008, p318), piutang meliputi seluruh uang yang
dapat diklaim terhadap entitas lain, termasuk orang, firma bisnis, dan organisasi
lainnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa piutang adalah uang yang dapat diklaim
terhadap entitas lain untuk barang dan jasa.
2.6.2 Pengertian Penerimaan Kas
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No. 2 (2011), mendefinisikan kas yang meliputi kas dan setara kas. Kas
terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro. Setara kas (cash
equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan
yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi
risiko perubahan nilai yang signifikan.
Menurut Kieso et al. (2011, p344), kas adalah asset yang paling cair,
merupakan media pertukaran standar dan dasar untuk pengukuran dan akuntansi
untuk semua item lainnya.
19
Menurut Warren et al. (2008, p284), kas meliputi koin, mata uang (uang
kertas), cek, wesel, dan uang di deposito yang tersedia untuk penarikan tak
terbatas dari bank dan institusi finansial lainnya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kas terdiri dari koin, mata uang (uang
kertas), cek, dan segala sesuatu yang dapat dijadikan simpanan di bank, bersifat
likud dan mudah dipertukarkan.
2.7 Sistem Informasi Akuntansi Siklus Pendapatan
2.7.1 Proses Bisnis
Menurut Rama dan Jones (2006, p18), proses bisnis adalah urutan
aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan untuk memeroleh, memroduksi, menjual
barang dan jasa. Proses bisnis sebuah perusahaan dapat dilihat melalui siklus
transaksi proses bisnis tersebut dan dapat dikelompokkan ke dalam tiga siklus
transaksi utama, yaitu:
1. Acquisition (purchasing) cycle.
Siklus perolehan atau pembelian yang meliputi proses pembelian barang dan
jasa
2. Conversion cycle.
Siklus konversi yang meliputi proses untuk mengubah sumber daya yang
diperoleh menjadi barang dan jasa
3. Revenue cycle.
Siklus pendapatan yang meliputi proses penyediaan barang dan jasa kepada
pelanggan
20
Menurut Rama dan Jones (2006, p18), siklus pendapatan dari tiap jenis
perusahaan hampir serupa dan terdiri dari beberapa atau seluruh kegiatan berikut
ini:
1. Merespon pertanyaan pelanggan
Pertanyaan pelanggan dapat ditangani oleh seorang tenaga penjualan. Tenaga
penjualan memainkan peran penting dalam membantu pelanggan memahami
produk-produk perusahaan dan memilih produk yang sesuai.
2. Membuat kesepakatan dengan pelanggan untuk menyediakan barang atau jasa
pada masa yang akan datang
Meliputi pesanan pelanggan akan produk atau jasa dan kesepakatan antara
perusahaan dengan pelanggan untuk mengirimkan produk atau memberikan
layanan.
3. Memberikan layanan atau mengirimkan produk kepada pelanggan
Fungsi ini merupakan fungsi yang kritis bagi proses pendapatan. Untuk jasa,
karyawan kuncinya adalah penyedia layanan. Untuk produk, karyawan gudang
dan pengantar yang mempunyai peran aktif.
4. Melakukan penagihan terhadap pelanggan
Mengakui pendapatan atas barang dan jasa yang telah dilaksanaka dengan
mencatat piutang dan melakukan penagihan terhadap pelanggan.
5. Menerima uang
Pada suatu titik dalam siklus pendapatan, uang diterima dari pelanggan.
6. Menyetor uang ke bank
Agen yang terlibat adalah kasir dan bank.
21
7. Menyiapkan laporan
Berbagai tipe laporan mungkin akan disiapkan pada siklus pendapatan.
Misalnya laporan penerimaan kas.
2.7.2 Tujuan Utama Siklus Pendapatan
Menurut Wilkinson et al. (2006, p 416), tujuan utama siklus
pendapatan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mencatat pesanan penjualan secara tepat dan akurat
2. Untuk memverifikasi pelanggan yang layak kredit
3. Untuk mengirimkan produk atau memberikan pelayanan pada tanggal yang
telah disepakati
4. Untuk melakukan penagihan dari produk atau jasa secara akurat dan tepat
waktu
5. Untuk mencatat dan mengklasifikasikan penerimaan kas secara tepat dan akurat
6. Untuk mencatat penjualan dan penerimaan kas pad akun pelanggan dan buku
besar piutang yang tepat
7. Untuk menjaga produk sampai dikirimkan
8. Untuk menjaga uang sampai disetorkan
2.7.3 Dokumen yang berkaitan dengan Siklus Pendapatan
Menurut Wilkinson et al. (2006, p419), dokumen-dokumen yang
dibutuhkan dalam siklus pendapatan perusahaan dagang antara lain:
22
1. Customer Order
Purchase order yang diterima pelanggan atau form yang dipersiapkan oleh
karyawan penjualan dari perusahaan penjual.
2. Sales Order
Sales form adalah form resmi yang memiliki banyak copy yang disiapkan oleh
pelanggan.
3. Order acknowledgement
Biasanya merupakan copy dari sales order yang dikirimkan ke pelanggan
untuk menyatakan adanya penerimaan order.
4. Picking list
Copy dari sales order, atau dokumen terpisah yang dikirim ke gudang dan
dalam pengambilan barang yang dipesan.
5. Packing Slip
Copy dari sales order atau packing slip yang ditempelkan bersama ketika
dipersiapkan untuk pengiriman.
6. Bill of lading
Dokumen pengiriman yang ditujukan kepada agen yang akan mengirimkan
produk.
7. Shipping Notice
Biasanya merupakan copy dari sales order atau dokumen pengiriman terpisah
yang berfungsi sebagai bukti bahwa barang telah dikirimkan.
8. Sales Invoice
23
Dokumen yang dikirimkan ke pelanggan untuk menyatakan berapa jumlah
penjualan.
9. Remittance Advice
Dokumen yang menunjukkan jumlah penerimaan kas dari pelanggan.
10. Deposit Slip
Dokumen yang menyertai penyetoran kas ke bank.
11. Back Order
Dokumen yang dipersiapkan ketika kuantitas dari persediaan tidak mencukupi
sales order.
12. Credit Memo
Dokumen yang memungkinkan pengurangan kredit pelanggan untuk
pengembalian penjualan atau penyisihan penjualan
11. Credit Application
Sebuah form yang dipersiapkan ketika pelanggan baru mengajukan kredit.
12. Salesperson Call Report
Form yang digunakan untuk menggambarkan panggilan yang dibuat oleh
sales person kepada pelanggan potensial dan mengidentifikasi hasil pelanggan
tersebut.
13. Delinquent Notice
Catatan yang dikirimkan kepada pelanggan yang melewati batas saldo kredit.
14. Write-off Notice
Dokumen yang dipersiapkan oleh manajer kredit ketika akun dinyatakan tidak
dapat ditagih.
24
15. Cash Register Receipt
Form yang digunakan oleh retailer untuk mencerminkan kas yang diterima.
2.7.4 Laporan yang berkaitan dengan Siklus Pendapatan
Ada beberapa jenis laporan yang menjadi output dari sistem informasi
akuntansi penjualan jasa, piutang, dan penerimaan kas menurut Wilkinson et al.
(2006, p437-p441), laporan yang berkaitan dengan sistem tersebut antara lain:
1. Operasional listings and reports
a. Monthly Statement
Adalah daftar dari semua sales invoice untuk pelanggan, meliputi informasi
pelanggan, piutang, sales invoice, dan penerimaan kas.
b. Open Order Report
Adalah suatu daftar yang berisi sales order yang belum dikirim dan ditagih.
c. Sales Invoice Register
Adalah daftar yang berisi semua sales invoice diurutkan berdasarkan nomor
sales invoice.
d. Shipping Register
Adalah daftar yang berisi semua pengiriman yang dilakukan, diurutkan
berdasarkan tanggal pengiriman.
e. Cash Receipt Journal
Adalah daftar yang berisi semua penerimaan kas secara kronologis.
f. Credit Memo Register
Adalah daftar yang berisi semua pengembalian barang.
25
2. Scheduled managerial reports
a. Aging Schedule
Berisi data mengenai status dari saldo terbuka dari semua pelanggan kredit
aktif. Dengan umur piutang, akun-akun yang harus segera ditagih ditandai.
b. Reports on Critical Factors
Menggambarkan kunci pengukuran kinerja sebagai rata-rata nilai dollar per
pesanan, persentase pesanan dikirimkan tepat waktu, dan rata-rata hari antara
tanggal pemesanan dan tanggal pengiriman..
c. Sales Analysis
Menggambarkan kinerja finansial relatif dari salespersons secara individu,
wilayah penjualan, lini produk, pelanggan, dan pasar.
d. Cash Flow Statement
Menunjukkan sumber kas, kegunaan operasional dari kas, dan kegunaan kas
lainnya pada suatu periode akuntansi.
3. Demand managerial reports
Laporan permintaan adalah laporan yang tidak terjadwal. Informasi yang
terkandung utamanya digunakan untuk pengambilan dan pengendalian
keputusan manajerial.
2.8 Kebijakan, Prosedur, dan Sistem Kredit
Menurut Bragg (2010, p185), praktik terbaik yang berhubungan dengan fungsi
kredit dalam organisasi antara lain adalah:
26
1. Membuat kebijakan kredit
Sebuah kebijakan kredit yang ditulis dengan baik harus menyatakan beberapa hal di
bawah ini dengan jelas:
a) Mission
Pernyataan misi harus menjelaskan konsep umum departemen kredit melakukan
bisnis. Apakah akan memberikan kebijakan kredit yang longgar untuk
meningkatkan penjualan, atau kebijakan kredit yang ketat sehingga penjualan akan
menurun tapi piutang yang dimiliki mempunyai kemungkinan yang besar untuk
tertagih, atau di tengah-tengahnya.
b) Goals
Lebih spesifik untuk menggambarkan ukuran kinerja dengan tepat yang mana akan
memberikan penilaian terhadap pegawai kredit.
c) Responsibilities
Harus secara tegas menyatakan pihak yang mempunyai hak untuk mengotorisasi
pemberian kredit.
d) Credit-level assignment
Menyatakan sumber informasi yang akan digunakan untuk penilaian limit kredit
pelanggan, seperti laporan kredit atau laporan keuangan, dan juga dapat berisikan
level kredit minimum yang secara otomatis diberikan kepada pelanggan, juga
criteria yang digunakan untuk mendapatkan limi kredit lebih besar.
e) Collections methodology
27
Kebijakan dapat memperinci langkah-langkah penagihan apa yang harus
dilakukan, seperti panggilan awal, kunjungan pelanggan, e-mail, pemberitahuan
dari staf penjualan, credit holds, dan diteruskan ke lembaga kredit.
f) Terms of sale
Menyatakan jangka waktu pembayaran dengan jelas, misalnya pelanggan akan
diberikan diskon 1% jika dapat melakukan pembayaran dalam jangka waktu 10
hari, jika tidak maka pembayaran penuh diharapkan dilakukan dalam jangka waktu
30 hari.
2. Membuat model credit scoring
Untuk memecahkan masalah standar pemberian kredit, seseorang harus membuat
prosedur pemberian kredit yang menggunakan satu set aturan yang tidak boleh
dilanggar, tidak peduli berapa banyak tekanan yang staf penjualan berlakukan untuk
memperluas tingkat kredit.
Menurut Ross (2003, p708), jika perusahaan memutuskan untuk memberikan
kredit kepada pelanggan, maka perusahaan harus mempunyai prosedur kredit dan
penagihan. Komponen-komponen kebijakan kredit tersebut adalah:
1. Terms of sale
Persyaratan penjualan menetapkan bagaimana perusahaan menjual produk dan
layanannya. Keputusan dasar adalah apakah perusahaan akan mengharuskan tunai
atau memberikan kredit. Jika perusahaan memberikan kredit kepada pelanggan,
persyaratan penjualan akan menentukan periode kredit, cash discount, dan tipe
instrumen kredit.
28
2. Credit analysis
Dalam memberikan kredit, perusahaan menentukan seberapa besar usaha yang harus
dilakukan untuk membedakan pelanggan mana yang akan membayar dan pelanggan
mana yang akan tidak membayar. Perusahaan menggunakan berbagai sarana dan
prosedur untuk menentukan kemungkinan bahwa pelanggan akan tidak membayar,
hal ini merupakan analisis kredit.
3. Collection policy
Setelah kredit diberikan, perusahaan mempunyai potensi masalah dalam melakukan
penagihan piutang, maka perusahaan harus mempunyai kebijakan penagihan.
Dalam mengevaluasi kebijakan kredit, ada 5 faktor dasar yang harus dipertimbangkan:
1. Efek pada pendapatan
Jika perusahaan memberikan kredit, maka akan terjadi penundaan di penagihan
pendapatan karena pelanggan mengambil keuntungan dari kredit yang diberikan dan
membayar di kemudian hari. Bagaimanapun, perusahaan dapat memberikan harga
yang lebih tinggi jika memberikan kredit dan hal ini dapat meningkatkan kuantitas
yang terjual. Total pendapatan juga akan meningkat.
2. Efek pada biaya
Walaupun perusahaan mungkin akan mengalami penundaan dalam pendapatan jika
memberikan kredit, hal ini dapat mendatangkan cost of sales lebih cepat.
29
3. Cost of debt
Ketika perusahaan memberikan kredit, mereka harus mengatur untuk membiayai
piutang yang dihasilkan. Akibatnya, biaya perusahaan dari pinjaman jangka pendek
adalah faktor dalam keputusan pemberian kredit.
4. Kemungkinan tidak membayar
Jika perusahaan memberikan kredit, beberapa persen dari pelanggan yang membayar
secara kredit berisiko tidak membayar.
5. Cash discount
Ketika perusahaan menawarkan cash discount sebagai bagian dari kebijakan
kreditnya, beberapa pelanggan akan memilih untuk membayar lebih awal agar
mendapatkan diskon.
2.8.1 Kebijakan Penagihan
Menurut Ross (2003, p721-p723), ada dua kebijakan penagihan piutang yang
dapat dilakukan, yaitu:
1. Pemantauan piutang
Perusahaan dapat menggunakan aging schedule untuk memantau piutang. Aging
schedule merupakan kompilasi dari piutang berdasarkan umur dari setiap akun.
2. Usaha penagihan
Suatu perusahaan pada umumnya melewati beberapa prosedur untuk pelanggan yang
piutangnya telah melewati jatuh tempo:
a) Mengirimkan surat peringatan yang menginformasikan bahwa status piutang
pelanggan telah melewati batas jatuh tempo.
30
b) Menelepon pelanggan.
c) Mempekerjakan agen penagihan.
d) Mengambil langkah hukum terhadap pelanggan.
2.9 Penilaian Pelanggan
Jika perusahaan menginginkan informasi kredit, ada beberapa sumber yang
dapat digunakan. Sumber informasi umumnya digunakan untuk menilai kelayakan kredit
meliputi:
1. Laporan keuangan.
Perusahaan dapat meminta pelanggan untuk menyediakan laporan keuangan seperti
balance sheets dan income statements.
2. Laporan kredit pada histori pembayaran pelanggan dengan perusahaan lain.
Jarang ada organisasi yang menjual informasi histori dan kekuatan kredit suatu
perusahaan.
3. Bank.
Bank pada umumnya akan memberikan sejumlah bantuan kepada pelanggan bisnis
untuk memperoleh informasi kelayakan kredit dari perusahaan lain.
4. Histori pembayaran pelanggan pada perusahaan.
Cara yang paling nyata untuk mendapatkan informasi tentang kemungkinan
pelanggan akan tidak membayar adalah dengan memeriksa apakah mereka telah
melunasi kewajiban sebelumnya dan secepat apa mereka melunasinya.
31
Menurut Ross (2003, p721) five Cs of credit merupakan faktor dasar yang untuk
mengevaluasi pemberian kredit pada pelanggan:
1. Character
Merupakan kesediaan pelanggan untuk memenuhi kewajiban kreditnya.
2. Capacity
Merupakan kemampuan pelanggan untuk memenuhi kewajiban kreditnya dari arus
kas operasi.
3. Capital
Merupakan cadangan uang yang dimiliki pelanggan.
4. Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan pelanggan jika pelanggan tidak dapat memenuhi
kewajiban kreditnya.
5. Conditions
Merupakan kondisi ekonomi umum dalam lini bisnis pelanggan.
Credit scoring adalah proses mengkalkulasi penilaian numerik untuk pelanggan
berdasarkan dari informasi yang dikumpulkan; berdasarkan hasilnya perusahaan dapat
menentukan apakah akan memberikan kredit atau tidak.
2.10 Pajak Pertambahan Nilai
Menurut Mardiasmo (2008, p273), Pajak Pertambahan Nilai merupakan
pengganti dari Pajak Penjualan. Alasan penggantian ini karena Pajak Penjualan dirasa
sudah tidak lagi memadai untuk menampung kegiatan masyarakat dan belum mencapai
sasaran kebutuhan pembangunan, antara lain untuk meningkatkan penerimaan Negara,
32
mendorong ekspor, dan pemerataan pembebanan pajak. Pajak pertambahan nilai
merupakan:
1. Pajak tidak langsung, dan
2. Pajak atas konsumsi dalam negeri.
2.11 Sistem Pengendalian Internal
Menurut Rama dan Jones (2006, p13), dengan demikian, pengendalian internal
adalah aturan, kebijakan, prosedur dan sistem informasi yang digunakan untuk
menjamin data keuangan perusahaan akurat dan dapat dipercaya dan dapat untuk
melindungi asset perusahaan dari kehilangan atau pencurian.
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p192), pengendalian internal adalah
suatu proses yang diimplementasikan oleh para direksi perusahaan, manajemen, dan
mereka yang berada di bawah arahan untuk menyediakan jaminan yang masuk akal
bahwa sasaran kontrol dari perusahaan akan tercapai.
Jadi, dapat kita simpulkan bahwa pengendalian internal merupakan suatu usaha
berkesinambungan untuk memastikan perlindungan asset perusahaan, menjamin
keakuratan dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi, dan menjamin
dipatuhinya kebijakan manajemen.
2.11.1 Komponen-komponen yang terkait dengan Pengendalian Internal
Menurut Rama dan Jones (2006, p104-105), komponen-komponen yang
berhubungan dengan pengendalian internal terdiri dari lima komponen, yaitu :
1. Control environment
33
Berhubungan dengan beberapa faktor yang disusun organisasi untuk
mengontrol kesadaran para karyawannya. Faktor tersebut terhubungan dengan
integritas, nilai etika, filosofi manajemen, dan gaya operasi. Hal ini juga
termasuk cara manajemen menetapkan otoritas dan tanggung jawab, mengatur,
dan mengembangkan sumber daya manusia serta perhatian dan petunjuk dari
jajaran direksi.
2. Risk assesment
Merupakan proses identifikasi dan analisis terhadap resiko yang dapat
menghambat pencapaian tujuan pengendalian internal.
3. Control activities
Merupakan kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh organisasi untuk
menangani resiko-resiko yang mungkin dan telah ada. Control activities
mencakup :
a. Performance reviews, kegiatan yang berhubungan dengan analisis terhadap
kinerja, misalnya dengan membandingkan hasil yang didapat dengan
anggaran, standar perhitungan, dan data pada periode sebelumnya.
b. Segregation of duties, terdiri dari penetapan tanggung jawab untuk
mengotorisasi transaksi, melakukan transaksi, mencatat transaksi, dan
menjaga asset yang dilakukan oleh karyawan yang berbeda.
c. Application controls, berhubungan dengan aplikasi sistem informasi
akuntansi.
d. General controls, berhubungan dengan pengawasan yang lebih luas yang
berhubungan dengan berbagai aplikasi.
34
4. Information and communication
Sistem informasi perusahaan adalah kumpulan dari prosedur (baik otomatis
maupun manual) dan pencatatan dalam memulai, mencatat, memproses, dan
melaporkan kejadian atas proses-proses yang terjadi dalam organisasi. Dan
komunikasi berhubungan dengan menyediakan pemahaman atas peraturan dan
tanggung jawab individu.
5. Monitoring
Manajemen harus mengawasi pengendalian internal untuk memastikan bahwa
pengendalian internal organisasi berjalan sesuai tujuan yang ditetapkan.
2.11.2 Karakteristik Sistem Pengendalian Internal yang Efektif
Menurut Harrison dan Horngren (2004, p180-183), sistem pengendalian
internal yang efektif memiliki beberapa karakteristik berikut ini:
1. Competent, reliable, and ethical personnel
Pegawai harus kompeten, dapat diandalkan, dan mempunyai etika. Gaji yang
sesuai, pelatihan pegawai, dan pengawasan kerja membangun mereka untuk
menjadi staf yang kompeten.
2. Assignment of responsibilities
Bisnis dengan pengendalian internal yang baik mengawasi semua tanggung
jawab yang penting. Setiap pegawai mempunyai tanggung jawab tertentu.
35
3. Proper authorization
Sebuah organisasi umumnya mempunyai peraturan yang menguraikan prosedur
yang disetujui. Setiap penyimpangan dari kebijakan standar memerlukan
otorisasi yang tepat.
4. Supervision of employees
Bahkan pegawai paling terpercaya pun dapat tergiur untuk mencuri atau
menggelapkan uang jika tidak diawasi.
5. Separation of duties
Manajemen yang pintar membagi tanggung jawab untuk transaksi antara dua
orang atau lebih. Pemisahan tanggung jawab membatasi kesempatan untuk
kecurangan dan meningkatkan akurasi pencatatan akuntansi.
a) Separation of the custody of operations from accounting
Bagian akuntansi harus dipisahkan seluruhnya dengan bagian operasional
perusahaan, seperti manufaktur dan pemasaran.
b) Separation of the custody of assets from accounting
Kecurangan dapat dikurangi jika akuntan tidak diperbolehkan untuk
menangani kas dan kasir tidak mempunyai akses ke catatan akuntansi.
c) Separation of the authorization of transactions from the custody of related
assets
Orang yang mengotorisasi transaksi tidak diperbolehkan menangani asset
yang berkaitan.
6. Internal and external audits
36
7. Documents and records
Dokumen bisnis dan catatan sangatlah beravariasi. Termasuk di dalamnya
adalah invoice (tagihan), cek yang dibayarkan, dan jurnal akuntansi dan buku
besar. Dokumen harus diberi nomor terlebih dahulu. Jika terdapat
ketidaksesuaian dapat diindikasikan adanya dokumen yang hilang,
8. Electronic and computer controls
Sistem akuntansi lebih mengandalkan sarana penyimpanan digital dibandingkan
dengan dokumen. Komputer mampu menghasilkan pencatatan yang akurat,
namun tidak secara otomatis menjaga asset. Pengendalian yang berlaku
terhadap akuntan juga berlaku terhadap programmer
2.12 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi
2.12.1 Object-Oriented Analysis and Design
Menurut Mathiassen et al. (2000, p4), object adalah suatu entitas dengan
identity, state, dan behavior.
37
Gambar 2.1 Aktivitas-aktivitas utama dalam OOA & D
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p15)
2.12.2 System Choice
2.12.2.1 System Definition
Menurut Mathiassen et al. (2000, p24), system definition adalah
deskripsi singkat dari sistem terkomputerisasi yang dinyatakan dalam
bahasa natural.
2.12.2.2 The FACTOR Criterion
Menurut Mathiassen et al. (2000, p39), FACTOR criterion terdiri
dari enam elemen:
38
1. Functionality
Fungsi sistem yang mendukung tugas application-domain.
2. Application domain
Bagian dari suatu organisasi yang mengadministrasi, memantau, atau
mengontrol problem domain.
3. Conditions
Kondisi dimana sistem akan dikembangkan dan digunakan.
4. Technology
Teknologi yang akan digunakan untuk mengembangkan sistem maupun
teknologi pada sistem yang akan berjalan.
5. Objects
Object utama pada problem-domain.
6. Responsibility
Tanggung jawab sistem secara keseluruhan dalam hubungannya dengan
konteks sistem.
2.12.2.3 Rich Picture
Menurut Mathiassen et al. (2000, p26), rich picture adalah sebuah
gambaran informal yang menyatakan pemahaman dari pengembang sistem
terhadap situasi dari sistem yang sedang berjalan.
39
2.12.3 Problem-Domain Analysis
Menurut Mathiassen et al. (2000, p6), problem-domain adalah bagian dari
suatu konteks yang diadministrasi, dipantau, atau dikontrol oleh sistem. Analisis
problem-domain fokus pada informasi apa yang harus dihadapi oleh sistem.
Tujuan analisa problem-domain adalah mengidentifikasi dan membuat model
problem-domain yang dituangkan dalam bentuk event table, class diagram, dan
statechart diagram.
Gambar 2.2 Aktivitas pada pemodelan problem-domain
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p46)
Aktivitas-aktivitas pada analisa problem-domain adalah:
1. Classes
Menurut Mathiassen et al. (2000, p53), class adalah deskripsi dari sekumpulan
object yang berbagi structure, behavioral pattern, dan attributes. Class
merupakan aktivitas pertama dalam analisis problem-domain. Langkah-langkah
yang harus dilakukan:
a) Classification of objects and events
Konsep dari object adalah sebagai fokus dari aktivitas class. Object
merupakan suatu entitas dengan identity, state, dan behavior. Events
40
menentukan kualitas dari problem-domain objects. Event adalah kejadian
yang meliputi satu atau lebih object.
b) Find classes
Mengumpulkan class candidates, lalu menentukan class.
c) Find events
Mengumpulkan event candidates, lalu menentukan event yang tepat untuk
masing-masing class.
d) Evaluate systematically
Mengevaluasi kriteria dari class dan event yang telah ditentukan.
Aktivitas class akan menghasilkan suatu event table.
Gambar 2.3 Event table pada Hair Salon System
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p50)
2. Structure
Pada aktivitas structure, berfokus pada hubungan antara classes dan objects.
Hasil dari aktivitas structure adalah class diagram.
Menurut Mathiassen et al. (2000, p72), class structures dapat dibagi dalam dua
jenis, yaitu:
a) Generalization structure
41
Generalization structure merupakan hubungan antara dua atau lebih
specialization classes dan class yang lebih umum. Generalization
merupakan class umum yang menggambarkan sifat umum ke grup
specialized classes.
Gambar 2.4 Generalization structure
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p73)
b) Cluster structure
Cluster merupakan kumpulan classes yang membantu dan menyediakan
gambaran ikhtisar dari suatu problem-domain. Cluster merupakan
kumpulan classes yang mempunyai hubungan.
Gambar 2.5 Cluster structure
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p75)
42
Menurut Mathiassen et al. (2000, p75), object structures dapat
dibagi dalam dua jenis, yaitu:
a) Aggregation structure
Aggregation structure adalah hubungan antara dua atau lebih objects.
Menunjukkan bahwa satu object sangat penting dan mendefinisikan
bagian yang lainnya. Aggregation merupakan superior object yang
terdiri dari beberapa inferior object.
Gambar 2.6 Aggregation structure
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p76)
b) Association structure
Association structure adalah hubungan antara dua atau lebih objects,
hanya saja berbeda dari aggregation karena object yang terkait bukan
mendefinisikan suatu object.
43
Gambar 2.7 Association structure
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p77)
3. Behavior
Menurut Mathiassen et al. (2000, p89), aktivitas behavior adalah aktivitas
terakhir dalam analisa problem-domain yang bertujuan untuk memodelkan apa
yang terjadi dalam sistem problem-domain sepanjang waktu. Tugas utama
aktivitas ini adalah menggambarkan behavioral pattern dan attributes dari
setiap class. Hasil dari aktivitas behavior adalah statechart diagram.
Gambar 2.8 Statechart diagram
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p90)
Konsep-konsep pada aktivitas behavior menurut Mathiassen et al. (2000, p90)
terdiri dari:
a) Event trace
Merupakan rangkaian events yang melibatkan object yang spesifik.
44
b) Behavioral pattern
Merupakan deskripsi dari event traces untuk semua object dalam sebuah
class.
Notasi dari behavioral patterns:
1) Sequence : events pada satu set yang berlangsung satu demi satu.
2) Selection : tepat satu event dari satu set event yang berlangsung.
3) Iteration : suatu event terjadi sebanyak nol atau beberapa kali.
c) Attribute
Properti deskriptif dari suatu class atau event.
2.12.4 Application-Domain Analysis
Menurut Mathiassen et al. (2000, p115), application domain adalah
organisasi yang mengadministrasi, memantau, atau mengontrol problem domain.
Tujuan dari analisa application-domain adalah untuk menentukan kebutuhan untuk
pemakaian sistem. Analisa application-domain berfokus pada bagaimana target
sistem akan digunakan untuk menentukan kebutuhan functions dan interfaces
sistem.
45
Gambar 2.9 Analisa application-domain
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p117)
Aktivitas-aktivitas pada analisa application-domain adalah:
1) Usage
Usage merupakan aktivitas utama yang terdapat pada application-domain dan
memiliki tujuan untuk menentukan bagaimana actor berinteraksi dengan
sistem. Menutut Mathiassen et al. (2000, p119), actor merupakan abstraksi dari
pengguna atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem target.
Use case menyediakan gambaran ikhtisar tentang kebutuhan sistem dari sudut
pandang pengguna dan menyediakan dasar untuk menetapkan dan
mengevaluasi fungsi yang lebih dasar dan kebutuhan interface. Use case
merupakan pola interaksi antara sistem dengan actor pada application-domain.
46
Gambar 2.10 Actor table untuk sistem pembayaran otomatis
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p121)
Gambar 2.11 Use case diagram untuk sistem pembayaran otomatis
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p75)
47
2) Sequence
Aktivitas kedua adalah sequence. Menurut Bennett et al. (2006, p232-233)
sebuah sequence diagram menunjukkan interaksi antar objek-objek yang
disusun dalam urutan waktu tertentu. Sequence diagram dapat digambarkan
pada tingkatan rincian yang berbeda dan sesuai dengan pencapaian tujuan yang
berbeda pada beberapa tahap siklus pengembangan.
3) Functions
Aktivitas ketiga pada analisa application-domain memiliki tujuan untuk
menetukan kemampuan sistem untuk memroses informasi. Functions berfokus
pada apa yang dapat dilakukan sistem untuk dapat membantu pengguna dengan
apa yang dikerjakannya. Mathiassen et al. (2000, p138) mendefinisikan
function sebagai fasilitas untuk membuat model berguna bagi actors.
Function memiliki beberapa tipe, yaitu:
a) Update
Fungsi update diaktifkan oleh event problem-domain dan akan
mengakibatkan perubahan pada state model.
b) Signal
Fungsi signal diaktifkan oleh perubahan state model dan mengakibatkan
reaksi pada konteks; reaksi mungkin menampilkan kepada actor pada
application-domain, atau intervensi langsung pada problem-domain.
48
c) Read
Fungsi read diaktifkan oleh adanya keperluan informasi pada pekerjaan yang
dilakukan actor dan mengakibatkan sistem menampilkan bagian yang
relevan dari model.
d) Compute
Fungsi compute diaktifkan oleh adanya keperluan informasi pada pekerjaan
yang dilakukan actor dan terdiri dari perhitungan yang melibatkan informasi
yang dihasilkan oleh actor atau model; mengakibatkan tampilnya hasil dari
perhitungan.
4) Interfaces
Interfaces digunakan oleh actor untuk berinteraksi dengan sistem. Menurut
Mathiassen et al. (2000, p151), interfaces merupakan fasilitas yang membuat
model dan fungsi sistem tersedia untuk actor.
Actor manusia dan sistem terkomputerisasi mempunyai tingkah laku yang
sangat berbeda. Sehingga interfaces dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) User interface
Interface untuk pengguna.
b) System interface
Interface untuk sistem lain.
Pemilihan gaya dialog sangat penting dalam menentukan user interface.
Terdapat empat pola dialog, yaitu:
a) Menu selection
49
Pola menu selection menyatakan beberapa daftar pilihan yang mungkin
pada user interface.
b) Form fill-in
Merupakan pola klasik untuk memasukkan data.
c) Command language
Pengguna dapat mengaktifkan perintah-perintah yang telah mempunyai
format sebelumnya.
d) Direct manipulation
Memungkinkan pengguna untuk memilih object dan melaksanakan
function atas object dan melihat hasil dari interaksi tersebut.
2.12.5 Architectural Design
Menurut Mathiassen et al. (2000, p173) keberhasilan sistem dibedakan
dari kekuatan desain arsitekturalnya. Arsitektur membentuk sistem berdasarkan
bagian-bagian dan memenuhi kriteria desain tertentu.
Gambar 2.12 Aktivitas-aktivitas dalam architectural design
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p176)
50
Aktivitas-aktivitas dalam architectural design ada tiga, yaitu:
1. Criteria
Object-oriented design merupakan hal utama dan terlebih dahulu dievaluasi
untuk mengetahui pada sejauh mana akan memenuhi kebutuhan yang
ditentukan dalam aktivitas analisa. Tujuan dasar dari object-oriented design
adalah untuk menggambarkan sistem dengan cara mengeliminasi
ketidakpastian.
Mathiassen et al. (2000, p178), menyatakan bahwa criterion merupakan
properti istimewa pada arsitektur. Conditions merupakan teknikal, organisasional,
peluang dan batasan manusia dalam melaksanakan suatu tugas.
Criterion Measure ofUsable Kemampuan sistem untuk beradaptasi pada
konteks organisasional, berhubungan dengan pekerjaan, dan teknikal.
Secure Tindakan pencegahan pada akses tidak sah terhadap data dan fasilitas.
Efficient Eksploitasi ekonomis terhadap fasilitas platform teknikal.
Correct Pemenuhan dari kebutuhan.Reliable Pemenuhan ketepatan yang dibutuhkan pada
eksekusi fungsi.Maintainable Biaya untuk menemukan dan memperbaiki
kerusakan sistem.Testable Biaya untuk memastikan bahwa sistem yang
dibentuk dapat melaksanakan fungsi yang diinginkan.
Flexible Biaya untuk memodifikasi sistem yang telah dibentuk.
Comprehensible Usaha yang dibutuhkan untuk mendapatkan pemahaman pada sistem.
Reusable Potensi untuk menggunakan bagian sistem pada sistem lain yang berhubungan.
51
Portable Biaya untuk memindahkan sistem pada platform teknikal lain.
Interoperable Biaya untuk menggabungkan sistem ke sistem yang lain.
Gambar 2.13 Kriteria klasik untuk kualitas software
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p75)
2. Components
Menurut Mathiassen et al. (2000, p189), component architecture merupakan
sistem tampilan struktural yang memisahkan urusan sistem. Component
architecture terdiri dari komponen yang saling berhubungan. Definisi dari
component adalah kumpulan bagian program yang merupakan kesatuan dan
memiliki tanggung jawab yang jelas.
Beberapa pola umum untuk mendesain component architecture adalah:
a) Layered architecture pattern
Pada form paling sederhana, layered architecture terdiri dari beberapa
component yang dibentuk menjadi lapisan-lapisan. Desain dari tiap
components menggambarkan tanggung jawab seperti interfaces ke atas dan
ke bawahnya. Interface ke bawah menggambarkan operasi apa yang dapat
diakses component pada lapisan bawah. Interface ke atas menggambarkan
operasi yang tersedia pada lapisan atas.
52
Gambar 2.14 Layered architecture pattern
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p193)
b) Generic architecture pattern
Generic architecture pattern digunakan untuk merinci sistem dasar yang
terdiri dari component, interface, function, dan model. Component model
terletak di lapisan paling bawah, diikuti dengan system function layer dan
pada lapisan paling atas terdapat component interface.
Gambar 2.15 Generic architecture pattern
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p196)
53
c) Client-server architecture pattern
Client-server architecture pada awalnya dikembangkan untuk mengatasi
distribusi sistem di antara prosesor yang tersebar di beberapa wilayah
geografi. Komponen pada client-server architecture adalah server dan
beberapa client. Server mempunyai beberapa kumpulan operasi yang dapat
tersedia untuk client. Server mempunyai tanggung jawab untuk
menyediakan apa yang dibutuhkan client, misalnya shared database atau
shared resources lainnya. Sedangkan client memiliki tanggung jawab
untuk menyediakan interface lokal bagi pengguna.
Berikut adalah beberapa bentuk distibusi pada client-server architecture:
Gambar 2.16 Client server architecture pattern
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p197)
Gambar 2.17 Bentuk-bentuk distribusi dalam client-server architecture
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p200)
54
3. Processes
Menurut Mathiassen et al. (2000, p211), process architecture merupakan
struktur eksekusi sistem yang terdiri dari proses-proses yang saling bergantung
dan processor merupakan sebuah peralatan yang dapat mengeksekusi program.
Hasil aktivitas processes adalah deployment diagram yang menjelaskan
distribusi dari kolaborasi dari component program dan object aktif pada
prosesor.
Menurut Mathiassen et al. (2000,p215), ada tiga pola distribusi, yaitu:
a) The centralized pattern
Solusi paling mudah untuk masalah distribusi adalah untuk
mendistribusikannya sesedikit mungkin. Hal ini dapat dilakukan dengan
menyimpan semua data pada server pusat dan client hanya menangani user
interface. Kelebihan dari proses arsitektur ini adalah dapat
diimplementasikan pada client secara murah, semua data konsisten karena
terdapat pada satu tempat yang sama, struktur mudah dimengerti dan
diimplementasikan, dan lalu lintas jaringannya sedang.
55
Gambar 2.18 Deployment diagram untuk centralized pattern
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p216)
b) The distributed pattern
The distributed pattern merupakan kebalikan ideal desain dari centralized
pattern. Semua didistribusikan pada client dan yang diperlukan server hanya
untuk menyiarkan model terkini antar client. Kelebihan utama dari arsitektur
ini adalah waktu akses yang rendah, kinerja lebih maksimal, dan mempunyai
banyak back up data. Kekurangannya adalah redundansi data, inkonsistensi
data, lalu lintas jaringan tinggi, lebih sulit untuk dimengerti dan
diimplementasikan.
56
Gambar 2.19 Deployment diagram untuk distributed pattern
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p217)
c) The decentralized pattern
Pola ini terdapat di antara dua pola sebelumnya. Client memiliki data
sendiri, sehingga hanya data yang umum yang terdapat pada server.
Kelebihannya adalah konsistensi data, muatan jaringan rendah, dan waktu
akses yang rendah. Kekurangan utamanya adalah semua prosesor harus
mampu untuk mengeksekusi functions yang rumit dan memelihara model
yang besar.
57
Gambar 2.20 Deployment diagram untuk decentralized pattern
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p217)
2.12.6 Component Design
Tujuan dari component design menurut Mathiassen et al. (2000, p231)
adalah untuk menentukan implementasi dari kebutuhan dalam kerangka kerja
arsitektural. Hasil dari aktivitas ini adalah spesifikasi dari component yang
berhubungan.
58
Gambar 2.21 Component design
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p232)
Aktivitas-aktivitas dalam component design adalah:
1. Model component
Menurut Mathiassen et al. (2000, p236), model component merupakan bagian
dari sistem yang mengimplementasikan model problem-domain. Hasil dari
aktivitas model component adalah class diagram revised dari aktivitas analisa
yang terdiri atas aktivitas penambahan class, attribute, dan struktur baru yang
mewakili event.
2. Function component
Tujuan dari function component menurut Mathiassen et al. (2000, p251) adalah
untuk memberikan user interface dan component sistem lainnya akses pada
model. Definisi function component adalah bagian dari sistem yang
mengimplementasikan kebutuhan fungsional.
59
3. Connecting components
Tujuan dari connecting components menurut Mathiassen et al. (2000, p271)
adalah untuk menghubungkan components sistem. Fleksibilitas dan
komprehensibilitas merupakan sesuatu yang umum, kriteria abstrak untuk
desain. Pada praktiknya, kriteria harus dipahami melalui pengukuran nyata
yang berhubungan dengan bagian dari sistem. Terdapat dua pengukuran
struktural yang dapat dilakukan, yaitu:
a) Coupling
Coupling menyatakan bahwa perubahan pada satu class atau component
mengharuskan perubahan pada class atau component lainnya. Definisi
coupling menurut Mathiassen et al. (2000, p272) adalah pengukuran
kedekatan hubungan dua class atau component. Coupling dapat berbentuk
satu dari empat bentuk:
1) Outside coupling
Sebuah class atau component yang mengarah langsung pada properti
public dari class atau component lain.
2) Inside coupling
Operasi yang mengarah langsung pada properti private lain pada class
yang sama.
3) Coupling from below
Class khusus yang mengarah langsung pada properti private dalam
super class.
60
4) Sideways coupling
Sebuah class yang mengarah langsung pada properti private dalam
class lain.
b) Cohesion
Cohesion menyatakan bahwa sebuah class atau component merupakan
kesatuan dengan hubungan yang penting di antara bagian-bagiannya.
Definisi cohesion menurut Mathiassen et al. (2000, p273) adalah
pengukuran seberapa baik ikatan sebuah class atau component.