jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · web viewthis study uses the...

70
STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENGRAJIN ATAP DAUN DI KELURAHAN TOAPAYA ASRI KECAMATAN TOAPAYA ARTIKEL - E - JOURNAL Oleh EGI HATTA SIREGAR NIM 110569201120 PROGRAM STUDI ILMU SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 0

Upload: others

Post on 29-Jul-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENGRAJIN ATAP DAUN DI KELURAHAN

TOAPAYA ASRI KECAMATAN TOAPAYA

ARTIKEL - E - JOURNAL

Oleh

EGI HATTA SIREGARNIM 110569201120

PROGRAM STUDI ILMU SOSIOLOGIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJITANJUNGPINANG

2016

0

Page 2: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

ABSTRACT

Craftsmen leaf roof is someone who makes the work with his own hands made from leaves, the leaves are arranged to resemble a roof, roof work is doing a long time no wonder craftsman leaf roof occurred poverty and dependence to the hotel dikeranakan how to make the long time so craftsmen do not have time to market their products.

  The research objective is to know what strategy to survive craftsmen leaf roof in the of Kelurahan Toapaya Asri Kecamatan Toapaya.

This study is a qualitative descriptive study which is to seek the facts in accordance to the title and provides an overview of the social fanomena.

This study is a qualitative descriptive study authors seek the facts in accordance with the scope of the title of the study and provide an overview of their social fanomena.

This study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food coping strategies, namely malakukan activities that bring in revenue, make changes to diet (diet), berbagaio how to get (access to) food, a variety of ways to get (access ) money (cash), to the most drastic manner by migrating or reduce the number of family members.

The conclusion that can be drawn based on interviews survival strategy craftsmen leaf roofs in the Kelurahan Toapaya Asri is doing a side job in order to earn some cash and Regulates diet is by two times in a day, and developing a social network to keep the roof of leaves that have been made are not by to Hotel alone but to attempt to sell it to those in need.

Keywords: Craftsman Strategy leaf roof

1

Page 3: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

ABSTRAK

Pengrajin atap daun adalah seseorang yang membuat karya dengan tangannya sendiri dengan berbahan baku daun, daun tersebut dirangkai menyerupai atap, pembuatan atap ini melakukan waktu yang panjang tak heran pengrajin atap daun terjadi kemiskinan dan ketergantungan kepada pihak hotel dikeranakan cara membuat dengan waktu yang lama sehingga pengrajin tidak mempunyai waktu untuk memasarkan produknya.

Untuk mengetahui Strategi apa saja untuk bertahan hidup pengrajin atap daun di Kelurahan Toapaya Asri Kecamatan Toapaya.

Penelitian ini penelitian deskriptif kualitatif adalah penulis mencari fakta-fakta sesuai dengan ruang lingkup judul penelitian dan memberikan gambaran tentang adanya fanomena sosial.

Penelitian ini menggunakan teori Sen yang dikutif oleh Usfar (2002) untuk strategi pengrajin atap daun menggunakan food coping strategi yaitu malakukan aktivitas yang mendatangkan pendapatan, melakukan perubahan diet (pola makan), berbagaio cara mendapatkan (mengakses) makanan, berbagai cara untuk mendapatkan (mengakses) uang (tunai), hingga cara yang paling drastis dengan melakukan migrasi atau mengurangi jumlah anggota keluarga.

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan wawancara strategi bertahan hidup pengrajin atap daun di Kelurahan Toapaya Asri yaitu dengan cara melakukan kerja sampingan agar mendapatkan uang tunai serta mengatur pola makan yaitu dengan dua kali dalam satu hari, dan mengembangkan jaringan social agar atap daun yang telah dibuat tidak dijualkan kepada Hotel saja tetapi berupaya untuk menjualkannya kepada masyarakat yang membutuhkan.

Kata Kunci : Strategi Pengrajin atap daun

2

Page 4: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dipandang dari sudut kekayaan alam dan sumber daya manusia, maka secara

ekonomis daerah pedesaan indonesia merupakan wilayah yang potensial untuk landasan

pembangunan nasional. Setidak-tidaknya di pedesaan terdapat potensi tenaga manusia

yang dapat dimanfaatkan sebagai tenaga produktif dalam industri kecil dan kerajinan

maupun dalam kegiatan industri jasa. Dengan pertimbangan bahwa desa-desa di

Indonesia masih bersifat agraris/pertanian, maka industri yang sudah berkembang di

pedesaan dan dapat memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat adalah jenis industri yang

dapat memperoleh hasil-hasil pertanian.

Kemiskinan merupakan suatu masalah yang timbul akibat dari kekurangan dalam

diri manusia untuk kelompok sosial yang bersumber dari faktor ekonomi, sosial-psikologi

dan kebudayaan. Salah satu masalah sosial yang timbul dari sumber tersebut di atas

adalah problematik kemiskinan, kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana

seseorang tidak sanggup melihat dirinya sesuai dengan taraf hidup kehidupan kelompok

dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental fisiknya dalam kelompok.

Kemiskinan merupakan problematika yang sifatnya Multidimensional, karena

kemiskinan tidak hanya melibatkan faktor ekonomi akan tetapi juga tekait pada aspek

sosial, budaya, dan struktur (politik). Kemiskinan dalam dimensi ekonomi adalah

dimensi yang paling jelas dimana dimensi ekonomi ini menjelma kedalam kebutuhan

dasar manusia yang sifatnya material seperti sandang, pangan, papan, perumahan,

kesehatan, dan lain-lainya.

Mubyarto dikutip dalam ( Hanafi, 1997:16 ) mengemukakan bahwa kemiskinan

itu multidimensi, karena disebabkan berbagai macam aspek seperti aspek primer berupa

miskin aset, organisasi sosial politik dan pengetahuan serta keterampilan. Aspek sekunder

berupa miskin jaringan sosial, sumber-sumber kemajuan dan informasi, dimensi-dimensi

kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, air bersih,

perumahan sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik dan tingkat pendidikan yang

rendah, yang tertuang dalam table berikut ini

3

Page 5: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

Tabel 1.1

Penduduk yang bermata Pencaharian Sebagai Pengrajin Kelurahan Toapaya Asri

No LokasiPenduduk

Pengrajin Miskin (Jiwa)

Pengrajin Miskin (KK)

1.2.3.4.5.

RW 1RW 2RW 3RW 4RW 5

1210131514

65788

Jumlah 64 34

Sumber : Kantor Lurah Toapaya Asri

Dari tabel diatas menjelaskan bahwa penduduk miskin di kelurahan Toapaya Asri

adalah sebanyak 64 Jiwa, dengan berbagai jenis mata pencaharian sedangkan yang

bermata pencaharian sebagai pengrajin atap daun yaitu sebanyak 34 KK.

Besarnya peranan pengrajin di Indonesia memberikan motivasi Masyarakat

pedesaan untuk memiliki keahlian dan skill dalam mengelola sumber daya alam yang ada

akan menjadikan sumber produksi. Oleh karena itu mereka berupaya dengan berbagai

cara untuk bahan yang baik yang ada di wilayah tempat tinggalnya ataupun diluar

desanya. Dengan hal tersebut, mereka akan membiayai kebutuhan hidup bagi

keluarganya. Mereka hanya bekerja disektor pengrajin atap daun karena disesuaikan

dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki.

Sturuktur ekonomi pedesaan akan lebih meningkat atau mengalami perubahan,

apabila pertumbuhannya akan bersandarkan kepada sumber alam yang ada atau

pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh anggota masyarakat desa yang bersangkutan.

Salah satu yang dihadapi manusia dan aplikasi permasalahannya dapat melibatkan

keseluruhan aspek kehidupan manusia.

Dilihat dari konsep kemiskinan sangat berkaitan dengan sumber daya manusia,

dimana kemiskinan itu muncul karena sumber daya manusia yang tidak berkualitas.

peningkatan sumber daya manusia mengandung upaya menghapuskan kemiskinan,

oleh karena itu di dalam pengembangan sumber daya manusia salah satu program yang

harus dilakukan adalah mengurangi kemiskinan indikatornya adalah pendidikan,

keterampilan, dan pekerjaan.

4

Page 6: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengah

masyarakat berkembang. Dalam konteks masyarakat Indonesia masalah kemiskinan juga

merupakan sebuah masalah sosial yang senantiasa relevan untuk dikaji secara terus-

menerus. Begitu juga dengan pengrajin atap daun kemiskinan selalu melanda dari keluarga

pengrajin tersebut selalu bekerja jika dibutuhkan oleh pihak hotel, pengrajin atap daun

selalu mendapatkan upah atau imbalan dari hotel untuk membuat atap daun biasa dalam

waktu tiga bulan sekali baru dibayarkan, pengrajin berlomba-lomba membuat atap daun

untuk memenuhi kebutuhan hotel, dalam pekerjaan atap daun pengrajin hanya

mendapatkan Rp. 2.500,- per satu atap, dalam waktu pekerjaan tiga bulan keluarga

pengrajin mendapatkan upah sebesar Rp. 3.000.000,-, dari anggaran inilah harus

mencukupi pengrajin atap daun untuk bertahan hidup selama 3 bulan.

Ketidakmerataan merupakan kenyataan dalam kehidupan masyarakat terjadi

karena adanya ketidakmerataan struktur dan karena faktor budaya. Yang pertama ditandai

dengan penyediaan kesempatan berusaha yang lebih luas kepada anggota masyarakat,

yang kedua ditangani dengan membangkitkan semangat kemandirian dan kewiraswastaan.

Sejalan dengan pembangunan ekonomi timbul peran-peranan yang baru dalam

masyarakat. Perkembangan sekarang memperlihatkan bahwa di pedesaan telah terjadi

perubahan sosial yang sangat pesat.

Dari permasalahan tersebut ada beberapa hal menjadi dampak sosial didalam

masyarakat Kelurahan Toapaya Asri Kecamatan Toapaya yaitu : (1). Terjadinya

ketergantungan masyarakat pengrajin atap daun kepada pihak hotel (2) Masyarakat merasa

cepat puas didalam menjalani kehidupannya. (3). Tidak adanya bantuan oleh pemerintah

daerah dalam bentuk jalan maupun bangunan dalam meningkatkan akses perekonomian,

dari permasalahan diatas penulis mesara didalam masyarakat menjalani kehidupannya

masih terletak dalam garis kemiskinan dimana masyarakat tetap bertahan hidup dan

menjalani kehidupannya sehari-hari tanpa mengeluh dan pindah ditempat lain yang baik

bagi seperti mencari pekerjaan-pekerjaan yang lebih baik lagi, dan menyekolahkan anak-

anaknya agar dapat meningkatkan tarap hidup kedepannya.

Bertitik tolak dari permasalahan diatas penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut

tentang masalah diatas dengan judul “STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENGRAJIN

ATAP DAUN DI KELURAHAN TOAPAYA ASRI KECAMATAN TOAPAYA”.

5

Page 7: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

B. PERUMUSAN MASALAH

Dari deskripsi yang telah dipaparkan pada bagian latar belakang di atas, maka

untuk memudahkan proses penelitian guna menghindari pembahasan yang terlalu meluas

diperlukan adanya perumusan masalah.

Merujuk dari latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan terdahulu yang

terjadi di lokus penelitian yakni Kelurahan Toapaya Asri Kecamatan Toapaya, maka pada

penelitian ini perumusan masalah yang akan dicari jawabannya adalah sebagai berikut:

Bagaimana Strategi Bertahan Hidup Pengrajin Atap Daun Di Kelurahan Toapaya

Asri Kecamatan Toapaya ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa tujuan yang hendak dicapai, yaitu

a. Untuk mengetahui Strategi apa saja untuk bertahan hidup pengrajin atap daun di

Kelurahan Toapaya Asri Kecamatan Toapaya

D. METODE PENELITIAN.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis laksanakan ini merupakan jenis penenilitian deskriptif

kualitatif. Adapun pemilihan jenis metode deskriptif yang penulis lakukan dengan maksud

untuk memahami fenomena sosial, budaya, dan perilaku manusia secara keseluruhan

(holistic) dari sudut pandang manusia sebagai pelaku. Hal tersebut sebagaimana yang

dinyatakan Umar (2002:38),”Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk memaparkan atau

mendeskripsikan hal-hal yang ditanyakan dalam riset, seperti: siapa, yang mana, kapan,

dimana dan mengapa.

Penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan maksud untuk mendapatkan

pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap situasi sosial. Selain itu, juga untuk

mendapatkan data yang mendalam, yaitu data-data yang berkaitan dengan Strategi bertahan

hidup pengrajin atap daun.

6

Page 8: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang sulit dituntaskan, kemiskinan

tidak hanya terjadi pada negara-negara berkembang tetapi juga terjadi di negara-negara

maju, namun umumnya tingkat kemiskinan di negara berkembang lebih tinggi

dibandingkan negara-negara yang sudah maju. Menurut Haughton dan Khandker (2012:1)

kemiskinan adalah kekurangan kesejahteraan sehingga masyarakat miskin diartikan

sebagai mereka yang tidak memiliki pendapatan dan konsumsi yang memadai untuk

membuat mereka berada di atas ambang minimal kategori sejahtera. Sedangkan menurut

Syaifullah (2008:18) kemiskinan didefinisikan sebagai kekurangan sumber daya yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan

sekelompok orang atau individu.

Kemiskinan merupakan peristiwa yang mendunia, setiap negara memiliki

karakteristik kemiskinan tersendiri. Menurut Stamboel (2012:18-26) secara garis besar ada

tujuh karakteristik kemiskinan di Indonesia yaitu:

1) Mayoritas rumah tangga miskin menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

2) Mayoritas rumah tangga miskin adalah petani kecil (petani gurem) dan buruh tani.

3) Disparitas tingkat kemiskinan yang tinggi antara kota dan desa.

4) Disparitas tingkat kemiskinan yang sangat tinggi antar provinsi

5) Dominasi pengeluaran belanja makanan terhadap garis kemiskinan

6) Sebagian besar penduduk masih berada digaris kemiskinan (near poor)

7) Kemiskinan bersifat multidimensi.

Secara garis besar kemiskinan yang ada dalam masyarakat dapat dipilah menjadi

dua yaitu kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut. Menurut Tambunan (dalam Sukidin,

2009:250) kemiskinan relatif adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mampu

memenuhi standar hidup sesuai dengan standar kebutuhan yang diperlukan sehari-hari.

Kemiskinan relatif menggunakan garis kemiskinan (poverty line) sebagai dasar untuk

mengetahui suatu daerah berada di bawah atau di atas garis kemiskinan. Kemiskinan

relatif merupakan suatu ukuran mengenai kesenjangan dalam distribusi pendapatan,

kemiskinan relatif dapat diukur dari tingkat proporsi tingkat pendapatan rata-rata perkapita.

7

Page 9: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

Sebagai suatu ukuran kemiskinan relatif akan berbeda antar negara atau dari suatu periode

dengan periode lain dalam suatu negara. Sedangkan kemiskinan absolut adalah suatu

keadaan dimana seseorang berada pada tangga kemiskinan bawah. Seseorang yang

berada pada garis kemiskinan absolut cenderung tidak mampu memenuhi kebutuhan

minimum atau hanya untuk bertahan hidup. Jika pendapatan seseorang tidak mampu

memenuhi kebutuhan minimum maka seseorang tersebut masuk dalam klasifikasi miskin

secara absolut.

Keterbatasan yang dimiliki sebuah rumah tangga merupakan ciri dari

kemiskinan, umumya keluarga yang tergolong miskin memiliki keterbatasan baik

keterbatasan akses maupun aset yang dimiliki. Menurut Haughton dan Khandker (2012:1)

keluarga miskin dicirikan dengan kekurangan pangan atau kualitas pangan yang

rendah. Ciri umum kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat secara lebih rinci dijelaskan

oleh Suharto (2013:16) yang menyatakan ciri kemiskinan antara lain:

a. Ketidakmampuan memenuhi konsumsi dasar (pangan, sandang, papan)

b. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.

c. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan social (anak terlantar, wanita korban ketidak

kekerasan rumah tangga, janda miskin kelompok marjinal dan terpencil.

d. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia (buta huruf, rendahnya pendidikan dan

keterampilan, sakit-sakitan), dan keterbatasan sumber daya alam (tanah tidak subur,

lokasi terpencil, ketiadaan infrastruktur jalan, listrik, air).

e. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual (rendahnya pendapatan dan

asset), maupun masal (rendahnya modal sosial, ketiadaan fasilitas umum).

f. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang memadai dan

berkesinambungan.

g. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan,

sanitasi, air bersih, dan transportasi).

h. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan

keluarga atau adanya perlindungan social dari Negara dan masyarakat

i. Ketidakmampuan dalam kegiatan sosial masyarakat.

Berdasarkan ciri di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan suatu rumah tangga

dalam memenuhi kebutuhan hidup dapat dijadikan ukuran apakah keluarga tersebut

8

Page 10: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

termasuk keluarga miskin atau tidak. Sedangkan menurut Stamboel (2012:25) ukuran

miskin dapat diukur dengan menggunakan garis kemiskinan dengan menghitung pendapat

perkapita keluarga, ukuran kemiskinan menurut Bank Dunia adalah US$ 2 per hari atau

sekitar 22.000 perhari.

Tingkat kemiskinan disetiap wilayah sangatlah bervariasi hal ini dikarenakan

faktor penyebab kemiskinan disetiap wilayah memiliki perbedaan. Tambunan (2003:156)

menjelaskan sumber penyebab kemiskinan yang terjadi pada pedesaan karena adanya

keterbatasan teknologi modern dan rendahnya pendidikan sehingga kegiatan pengrajin

atap daun kurang optimal. Pengetahuan pengrajin yang rendah terhadap potensi dan

perubahan pasar membuat pengrajin sulit untuk mendapatkan keuntungan yang besar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang hanya memiliki sumber daya

serta aset yang terbatas, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara

layak yang menyebabkan kurangnya kesejahteraan.

Kemiskinan disebabkan oleh banyak faktor, jarang ditemukan kemiskinan hanya

disebabkan oleh faktor tunggal, seseorang atau keluarga miskin bisa disebabkan oleh

beberapa faktor yang saling terkait satu sama lain adapun faktor-faktor menurut Suharto

(2009:18) menjelaskan

1. Faktor indivual. Terkait dengan aspek patologis, termasuk kondisi fisik adan psikologis si miskin. Orang miskin disebabkan oleh pelaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin itu sendiri dalam menghadapi kehidupannya.

2. Faktor social. Kondisi-kondisi lingkungan sosial yang menjebak seseorang menjadi miskin. Misalnya, diskriminasi berdasarkan usia, gender, etnis, yang menyebabkan seseorang menjadi miskin. Termasuk dalam faktor ini adalah kondisi social dan ekonomi keluarga si miskin yang biasanya menyebabkan kemiskinan antar generasi.

3. Faktor kultural. Kondisi atau kualitas budaya yang menyebabkan kemiskinan. Factor ini secara khusus sering menunjuk pada konsep kemiskinan kultural atau budaya kemiskinan yang menghubungkan kemiskinan dengan kebiasaan hidup atau mentalitas

4. Faktor Struktural. Menunjuk pada struktur atau system yang tidak adil, tidak sensitif dan tidak accessible sehingga menyebabkan seseorang atau sekelompok orang menjadi miskin. Sebagai contoh system ekonomi neoliberalisme yang diterapkan diindonesia yang telah menyebabkan para petani, nelayan, dan pekerja sector informal terjerat oleh dan sulit keluar dari kemiskinan.

Pandangan Elizabeth Nicholas lain lagi. Elizabeth (Irvan Arif, 2011) mengatakan

9

Page 11: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

bahwa: kebutuhan manusia terbagi menjadi empat kebutuhan, yakni: kebutuhan kasih

sayang, kebutuhan akan merasa aman, kebutuhan untuk mencapai sesuatu dan kebutuhan

agar diterima dalam kelompok. Sedangkan pandangan Laird&Laird (T. Sumarnonugroho,

1991) kebutuhan manusia terbagi menjadi lima yaitu:

1. Kebutuhan untuk hidup2. Kebutuhan merasa aman3. Kebutuhan untuk bertingkah laku sosial4. Kebutuhan untuk dihargai5. Melakukan pekerjaan yang disenangi

Dalam kebutuhan manusia yang telah lazim didengar adalah dari teori Abraham

Maslow bahwa:

“Ketika manusia sudah mengatasi semua kebutuhan dasarnya untuk bertahan hidup,

maka ia pun dimungkinkan untuk mengejar pencarian lebih tinggi : aktualisasi diri

pengetahuan tentang dirinya sendiri di level yang lebih dalam”. (Hindi 2006: 124)

Secara harfiah dalam kamus lengkap Indonesia, strategi diartikan sebagai cara

siasat perang (M.B Ali dan T.Deli, 1997). Dalam terjemahan bebas, strategi diartikan

sebagai taktik atau cara perhitungan dari rankaian kebijaksanaan dengan pelaksanaan

yang menggunakan metode atau teknik dalam memanfaatkan segala sumber daya

yang ada untuk digunakan sebaik mungkin agar tetap bertahan hidup. Dilihat dari

masyarakat miskin selain bertahan hidup dengan memanfaatkan keahlian yang dimilikinya,

masyarakat miskin menerapkan strategi kelangsungan hidup dengan melakukan pekerjaan

lain.

Strategi yang diterapkan masyarakat miskin tidak lepas dari masalah kebutuhan

hidup atau berkisar tentang masalah perut:

“Dalam tesis Karl Marx menulis bahwa “soal kedamaian dunia itu terletak pada

masalah perut. Setiap perut manusia kenyang dan senang, maka dunia dengan

sendirinya akan damai”. (Suara Hidayatullah, 2007:06).

Jika menunggu kedamaian sampai perut manusia kenyang, suatu hal yang

mustahil untuk diwujudkan. Perut manusia tidak akan kenyang sekalipun seluruh harta

di dunia dihabiskan. Tesis Karl Marx menjadi sebuah renungan bahwa kelangsungan

10

Page 12: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

hidup berkisar pada masalah perut atau pemenuhan kebutuhan hidup. Kebutuhan manusia

yang tidak terbatas dengan memenfaatkan kebutuhan ekonomi yang serba terbatas akan

memaksa manusia untuk melakukan strategi untuk bertahan hidup (life survive).

Penyebab kemiskinan pada keluarga pengrajin atap daun di Kelurahan Toapaya

Asri karena karakteristik rumah tangga pengrajin atap daun di Kelurahan Toapaya Asri

yang hanya memiliki aset yang terbatas dan keterbatasan teknologi dan kualitas

pendidikan yang masih tergolong sangat rendah. Kemiskinan mendorong pengrajin atap

daun untuk menerapkan berbagai macam strategi bertahan hidup untuk bisa memenuhi

kebutuhan pokok keluarga mereka sehingga keluarga mereka tetap bisa bertahan hidup.

2. Strategi bertahan hidup melalui jaringan sosial

Perumusan strategi dimulai dari identifikasi permasalahan, analisis faktor-faktor

yang mempengaruhi dengan pengamatan kondisi yang lalu, analisis lingkungan internal

dan analisis lingkungan eksternal sampai pada tahap penerapan strategi.

Strategi bertahan hidup menarik untuk diteliti sebagai suatu pemahaman

bagaimana rumah tangga mengelola dan memanfaatkan aset sumber daya dan modal

yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29) mendefinisikan

strategi bertahan hidup sebagai kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat

cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya, strategi

penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota

keluarga dalam mengelola aset yang dimilikinya. Pendapat lain mengenai strategi

bertahan hidup dikemukakan oleh Snel dan Staring (Setia, 2005:6) yang menyatakan

strategi bertahan hidup sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh

individu dan rumah tangga yang miskin secara sosial ekonomi.

Pengrajin atap daun merupakan pekerja yang tekun dan tidak pernah menyerah

dalam kondisi apapun walaupun penuh keterbatasan, mereka tetap bisa bertahan hidup.

Pengrajin atap daun akan mengoptimalkan segala sumber daya yang mereka miliki

agar tetap bisa menjaga kelangsungan hidup keluarganya. Secara spesifik strategi

penghidupan yang diterapkan oleh para pengrajin atap daun dapat dibagi menjadi tiga

dimana salah satu strategi tersebut adalah strategi survival atau strategi bertahan

hidup yang umumnya diterapkan oleh pengrajin atap daun, seperti yang dikemukaan oleh

White (Baiquni, 2007:47) yang menyatakan bahwa strategi survival atau strategi

11

Page 13: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

bertahan hidup merupakan strategi pengrajin atap daun yang memiliki lahan yang sempit

dan tergolong miskin. Petani dengan strategi survival biasanya mengelola sumber alam

yang sangat terbatas atau terpaksa menjadi buruh tani dan pekerja kasar dengan

imbalan yang rendah biasanya hanya cukup untuk sekedar menyambung hidup tanpa

bisa menabung untuk pengembangan

Rumah tangga pengrajin atap daun yang menerapkan strategi bertahan hidup

biasanya identik dengan pengeluaran rumah tangga didominasi oleh pengeluaran

kebutuhan pangan, memiliki anggota rumah tangga yang besar, dalam acara kegiatan

sosial seperti pernikahan atau kerja bakti, rumah tangga dengan strategi bertahan hidup

biasanya menyumbang tenaga karena tidak mampu memberi sumbangan berupa uang,

rumah tangga dengan strategi bertahan hidup memiliki rumah yang sederhana dan kecil,

umumnya pengrajin atap daun yang menerapkan strategi bertahan hidup memiliki

kemampuan yang sedikit, banyak pula pengrajin atap daun yang terpaksa menjadi buruh

tani, buruh bangunan dan bekerja secara serabutan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

Kebutuhan merupakan segala sesuatu yang diperlukan manusia,

kebutuhan yang wajib dipenuhi manusia adalah kebutuhan hidup. Menurut Gilarso

(2002:19) kebutuhan hidup adalah kebutuhan yang minimal harus dipenuhi untuk

hidup layaknya manusia. Menurut Mangkunegara (2002:5) kebutuhan muncul akibat

adanya dorongan dalam diri manusia dan kenyataan bahwa manusia memerlukan

sesuatu untuk tetap bisa bertahan hidup.

Menurut Soekanto (2009:1) keluarga adalah unit pergaulan hidup yang paling

kecil dalam masyarakat, secara umum keluarga masih bisa dibagi menjadi keluarga

batih dan keluarga besar. Keluarga batih merupakan kelompok sosial yang terdiri

dari suami, isteri, dan anak-anak yang belum menikah, sedangkan keluarga besar

adalah keluarga yang terdiri dari beberapa keluarga batih. Dalam satu keluarga terdapat

kepala keluarga yang berkewajiban untuk bekerja agar bisa memenuhi kebutuhan hidup

keluarganya.

Setiap keluarga memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda dan beranekaragam.

Perbedaan tingkat kebutuhan keluarga juga terlihat pada keluarga Pengrajin atap daun

yang disebabkan oleh perbedaan tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga.

Semakin besar pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga pengrajin maka semakin

12

Page 14: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

beragam pula kebutuhan yang harus dipenuhi oleh keluarga petani begitupun

sebaliknya. Maslow (dalam Mangkunegara, 2002:6-7) membagi kebutuhan manusia

dalam beberapa tingkatan yaitu:

a. Kebutuhan fisiologisKebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar atau tingkat terendah yang diperlukan seorang manusia seperti: kebutuhan akan makanan, minuman, pakaian, dan sebagainya.

b. Kebutuhan rasa amanKebutuhan rasa aman merupakan kebutuhan yang diperlukan seseorang agar tetap merasa aman dari ancaman, bahaya, pertentangan dan sebagainya.

c. Kebutuhan untuk merasa memilikiKebutuhan untuk merasa memiliki merupakan kebutuhan yang diperlukan seseorang untuk diterima oleh kelompok seperti berinteraksi dan kebutuhan untuk mencintai dan dicintai

d. Kebutuhan akan harga diriKebutuhan akan harga diri merupakan kebutuhan manusia untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain

e. Kebutuhan untuk mengaktualisasi diriKebutuhan untuk mengaktualisasi diri merupakan kebutuhan untuk menggunakan potensi dan skill yang dimiliki, kebutuhan untuk berpendapat, menentukan penilaian terhadap sesuatu.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

kebutuhan keluarga adalah segala sesuatu yang dibutuhkan keluarga baik untuk tetap

hidup maupun sebagai penunjang hidup. Pada penelitian ini peneliti hanya

memfokuskan pada kebutuhan keluarga Pengrajin yang bersifat fisiologis atau

kebutuhan pokok keluarga harus dipenuhi keluarga pengrajin. Menurut Gilarso

(2002:19) unsur kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi oleh setiap masyarakat termasuk

masyarakat miskin antara lain: kebutuhan pangan, sandang atau pakaian, perumahan,

kesehatan dan pendidikan. Berdasarkan uraian di atas secara rinci kebutuhan pokok

yang wajib dipenuhi keluarga petani dapat dijelaskan sebagai berikut:

Kebutuhan pokok pertama yang wajib dipenuhi oleh setiap keluarga adalah

kebutuhan pangan atau makanan. Menurut Undang-undang RI nomor 7 tahun 1996

kebutuhan pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

minuman bagi konsumsi manusia.

Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan yang sangat dasar dan wajib dipenuhi

13

Page 15: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

karena kebutuhan pangan adalah kebutuhan yang diperlukan manusia untuk tetap

hidup. Kekurangan kebutuhan pangan dapat berakibat negatif bagi tubuh seseorang

sebagaimana pendapat yang dikemukaan Tejasari (2005:1) yang menyatakan bahwa

kebutuhan pangan sangat dibutuhkan manusia untuk bartahan hidup, karena didalam

makanan mengandung senyawa kimia yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Senyawa

kimia dalam makanan yang mutlak diperlukan manusia adalah zat gizi karena jika tubuh

manusia kekurangan zat tersebut maka fungsi organ akan terganggu yang

mengakibatkan penyakit.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud kebutuhan

pangan adalah kebutuhan manusia akan makanan dan minuman yang diperlukan oleh

tubuh manusia kebutuhan pangan wajib dipenuhi oleh manusia untuk tetap bisa hidup.

Bagi petani yang tergolong miskin jumlah gizi yang terkandung dalam makanan

tidaklah penting karena yang terpenting bagi mereka adalah makanan yang mereka

makan bisa mangenyangkan Kebutuhan yang perlu dipenuhi setelah kebutuhan pangan

adalah kebutuhan sandang. Sandang adalah pakaian yang diperlukan oleh manusia

sebagai makhluk berbudaya. Pada zaman dahulu manusia membuat pakaian dari kulit

kayu dan kulit binatang yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari cuaca. Kemudian

manusia mengembangkan teknologi pemintal kapas menjadi benang untuk ditenun

menjadi bahan pakaian.

Seiring berjalannya waktu fungsi pakaian tidak hanya digunakan sebagai

pelindung tubuh tetapi pakaian juga digunakan untuk menunjukkan kelas sosial

seseorang. Seseorang yang memiliki kedudukan tinggi atau berada pada kelas sosial

atas akan memilih pakaian dengan merk terkenal walaupun dengan harga mahal

sedangkan untuk seseorang dengan kelas sosial menengah kebawah akan membeli

pakaian sesuai kebutuhan tanpa melihat merk dengan harga relatif murah. Hal ini

sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sumardi dan Evers (1985:200) yang

menyatakan bahwa pakaian bagi seseorang dapat mencerminkan keadaan atau kelas

sosial keluarganya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan sandang atau

pakaian adalah kebutuhan pokok manusia selain makanan yang berfungsi untuk

melindungi tubuh dari panas dan dingin serta untuk menjaga nilai kesopanan

14

Page 16: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Model dan kualitas pakaian bukanlah hal

yang penting bagi keluarga pengrajin yang tergolong miskin, tetapi yang terpenting

bagi mereka adalah pakaian yang mereka pakai bisa menutupi anggota badan dan

melindungi mereka dari cuaca. Pada umumnya setiap anggota keluarga pengrajin yang

tergolong miskin hanya memiliki pakaian dalam jumlah yang terbatas, maka dari itu

diperlukan jaringan sosial antara pengrajin dengan pemasok agar supaya produk yang

dibuat oleh pengrajin dapat dengan banyak dan berkualitas.

Masalah ekonomi merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena

masalah ekonomi merupakan problema yang menyangkut pada kesejahteraan dalam

pemenuhan kebutuhan hidup orang banyak. Secara sederhana Malinoski (dalam Sairin,

2002:2) menyatakan bahwa kebutuhan hidup manusia dapat dibagi pada tiga ketegori

besar yaitu :

a. Kebutuhan alamiah-biologi : manusia harus makan dan minum untuk menjaga kestabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainnya.

b. Kebutuhan kejiwaan / psikologi : manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari perasaan takut, keterpencilan, gelisah dan lain-lain.

c. Kebutuhan sosial : manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan, untuk tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaannya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh dan lain- lain.

Untuk mewujudkan kebutuhan manusia tersebut, maka manusia membutuhkan

kegiatan-kegiatan berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidup. Kegiatan ini

dinamakan juga sebagai sebuah kegiatan ekonomi. Sebagaimana yang didefinisikan

Polanyi (dalam Sairin, 2002: 16-17) bahwa kegiatan ekonomi sebagai upaya manusia

untuk memenuhi kebutuhan hidup di tengah lingkungan alam dan lingkungan sosialnya.

Untuk itu perlunya strategi bertahan hidup yang selalu di sebut dengan coping

strategi, coping strategi merupakan berbagai upaya, baik mental maupun perilaku, untuk

menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikan suatu situasi atau

kejadian yang penuh tekanan. Dengan perkataan lain strategi coping merupakan suatu

proses dimana individu berusaha untuk menanggani dan menguasai situasi stress yang

menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan

15

Page 17: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya

(Zainun : 2002).

Menurut Sen (1982); Anonymous (2004); Davies (1993) diacu dalam Usfar

(2002), coping strategi merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk mengatasi

keadaan yang tidak menguntungkan menurut kemampuan fisik, kemampuan biologi,

maupun kemampuan material. Food coping strategy biasanya dilakukan untuk

mendayagunakan alat tukar sebagai upaya meningkatkan kemampuan dalam

mengakses pangan untuk menjamin kelangsungan hidup seseorang dan anggota

keluarganya. Manifestasi food coping strategy setiap orang akan berbeda tergantung

dari masalah yang mereka hadapi. Keberhasilan upaya ini bergantung pada sistem nilai

yang mendukung dan berkembang dalam masyarakat (Sen 1982). Dalam Usfar (2002)

dinyatakan bahwa tindakan food coping dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu:

1. Melakukan aktivitas yang mendatangkan pendapatan, 2. Melakukan perubahan diet (pola makan), 3. Berbagai cara untuk mendapatkan (mengakses) makanan, 4. Berbagai cara untuk mendapatkan (mengakses) uang (tunai), 5. Hingga cara yang paling drastis dengan melakukan migrasi atau mengurangi

jumlah anggota keluarga.

Dari pendapat diatas dapat penulis jelaskan untuk melakukan aktifitas yang

mendatangkan pendapatan agar supaya didalam keluarga menghasilkan uang untuk

mencukupi kehidupan berbagai cara untuk mendapatkan pendapatan antara lain adalah

dengan cara bekerja tambahan, bertani, berkebun, nelayan dan beternak sehingga

kebutuhannya tercukupi pada masa itu dan masa yang akan datang, sedangkan

melakukan perubahan diet (pola makan) maksudnya adalah mengurangi jatah makan

runitas sehari-hari, seperti melakukan puasa, makan pagi dan sore hari, makan ditempat

teman, tempat saudara, atau makan ditempat acara-acara keagamaan. Dan maksud dari

berbagai cara untuk mendapatkan makanan adalah melakukan pertukarang barang

kerajinannya dengan makanan atau bahan pokok, mencari akses bantuan hibah dari

pemerintah maupun dari pihak ketiga. Maksud dari berbagai cara untuk mendapatkan

uang adalah strategi pengrajin untuk mendapatkan pinjaman atau hutang, bergadai,

menjual barang-barang yang tidak dibutuhkan lagi kepada tetangga maupun kepada

16

Page 18: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

lembaga lembaga kredit yang ada. Maksud dari melakukan migrasi atau mengurangi

jumlah anggota keluarga adalah memindahkan anak-anaknya kepada keluarga besar

yang dikota maupun ditempat lain, dan menganjurkan anaknya untuk bekerja maupun

sekolah pada saudara-saudaranya yang lebih mampu.

Menurut Maxwell (2001) terdapat empat kategori umum yang merupakan

ukuran dari coping strategy yang ditetapkan berdasarkan lokasi dan budaya yaitu:

1. Perubahan diet yaitu pengurangan pada makanan yang disukai dan berharga mahal;

2. Penambahan akses pangan dalam jangka waktu pendek seperti peminjaman, bantuan, pencarian jenis pangan yang saat kondisi normal jarang dikonsumsi, dan penggunaan persediaan pangan untuk dikonsumsi;

3. Pengurangan jumlah anggota dalam pemberian makan (migrasi jangka pendek); 4. Perubahan distribusi makan (prioritas istri untuk anak-anak terutama yang laki-

laki, pembatasan ukuran porsi makan, dan melewatkan waktu makan atau bahkan tidak makan seharian).

Untuk menciptakan strategi bertahan hidup secara spontan maka Maxwell

(2001), menggunakan bentuk-bentuk food coping strategy yang dilakukan

keluarga untuk memenuhi kebutuhannya akan pangan sehingga kebutuhannya akan

mencukupi, adapun bentuk – bentuknya adalah sebagai berikut :

1. Mengurangi makanan kesukaan dan membeli makanan yang lebih murah; 2. Meminjam makanan atau uang untuk membeli pangan; 3. Membeli makanan dengan berhutang; 4. Meminta bantuan kepada sanak saudara atau teman; 5. Membatasi dan membagi makanan pada waktu makan; 6. Menyisishkan sedikit uang dari anggota keluarga untuk membeli makanan

di jalan; 7. Membatasi konsumsi pangan pribadi untuk memastikan anak-anak

mendapat cukup makanan; 8. Mengurangi jenis makanan pada satu hari; dan 9. Menjalani hari tanpa makan.

Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak

individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok

lainnya. Hubungan-hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk yang formal maupun

bentuk informal. Hubungan sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasama dan

koordinasi antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat

resiprosikal (Damsar, 2002:157).

17

Page 19: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

Dalam hal ini analisis jaringan sosial lebih ingin mempelajari keteraturan

individu atau kelompok berperilaku ketimbang keteraturan keyakinan tentang

bagaimana mereka seharusnya berperilaku (Wafa, 2006:162). Analisis jaringan sosial

memulai dengan gagasan sederhana namun sangat kuat, bahwa usaha utama dalam

kajian sosiologis adalah mempelajari struktur sosial dalam menganalisis pola ikatan

yang menghubungkan anggota-anggota kelompoknya. Granovetter melukiskan

hubungan ditingkat mikro itu seperti tindakan yang melekat dalam hubungan pribadi

konkrit dan dalam struktur (jaringan sosial) terhadap hubungan itu. Hubungan ini

berlandaskan gagasan bahwa setiap aktor (individu atau kolektivitas) mempunyai akses

berbeda terhadap sumber daya yang bernilai seperti kekayaan, kekuasaan, dan

informasi. Menurut Wellman dalam teori jaringan sosial terdapat sekumpulan prinsip-

prinsip yang berkaitan logis, yaitu sebagai berikut:

1. Ikatan antara aktor biasanya adalah simetris baik dalam kadar maupun intensitasnya. Aktor saling memasok dengan sesuatu yang berbeda dan mereka berbuat demikian dengan intensitas yang semakin besar atau semakin kecil.

2. Ikatan antar individu harus dianalisis dalam konteks struktur jaringan lebih luas.3. Terstrukturnya ikatan sosial menimbulkan berbagai jenis jaringan non- acak.

Disatu pihak, jaringan adalah transitif: bila ada ikatan antara A dan B dan C, ada kemungkinan adanya jaringan yang meliputi A dan C. Akibatnya adalah bahwa lebih besar kemungkinan adanya jaringan yang meliputi A, B, dan C.

4. Adanya kelompok jaringan yang menyebabkan terciptanya hubungan silang antara kelompok jaringan maupun antara individu.

5. Ada ikatan asimetris antara unsur-unsur di dalam sebuah sistem jaringan dengan akibat bahwa sumber daya yang terbatas akan terdistribusikan secara tidak merata.

6. Dengan adanya distribusi yang timpang dari sumber daya yang terbatas menimbulkan baik itu kerja sama maupun kompitisi. Beberapa kelompok akan bergabung untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas itu dengan kerja sama, sedangkan kelompok lain bersaing dan memperebutkannya.

Jaringan yang terbangun adalah modal terpenting dalam mempertahankan

kelangsungan hidup ke depan, dengan kondisi yang serba terbatas baik fasilitas

pengrajin akan terus berusaha untuk membangun jaringan yang kuat baik antara

sesama pengrajin dengan pihak hotel, agar dapat membangun jaringan berdasarkan

kedekatan emosional serta kenyataan bahwa pengrajin tersebut berasal dari satu

kampung dan masih berhubungan keluarga. Jika jaringan antara pengrajin telah

terbentuk, akan terjadi sistem pinjam-meminjam bahan yang digunakan untuk

18

Page 20: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

membuat atap daun secara bergantian. Dan juga untuk mudahkan memperoleh

informasi tersebut. Selain itu jaringan juga berfungsi untuk memberikan kepastian

terhadap pengrajin untuk mengukur penghasilan mereka tiap kali berjualan.

Jaringan antara pengrajin berpengaruh besar terhadap kelangsungan usaha

mereka ini karena pasokan bahan akan mudah didapat jika telah terjalin komunikasi

dan saling mengenal antara pengrajin atau dengan pengrajin yang lain. Jaringan yang

terbangun juga berfungsi untuk mempermudah pasokan barang serta untuk

mendapatkan harga yang lebih murah target yang cepat sesuai dengan permintaan

hotel, agar kepercayaan pihak hotel dapat berjalan terus sampai kedepan agar sesama

pengrajin dapat terhidar dari masalah ekonomi didalam menjalani kehidupannya.

Menurut Damsar (2000), pada dasarnya setiap manusia yang terlibat dalam

aktivitas perekonomian akan mengalami hal sama. Baik masyarakat nelayan maupun

masyarakat metropolis. Apabila mereka menghadapi masalah yang disebut dengan

masalah subsistensi (keselamatan pribadi) atau resiprositas maka mereka akan mencoba

untuk melakukan tindakan-tindakan yang baru, seperti menjual, menggadai, meminjam

uang (berhutang) dan lain sebagainya atau bahkan mencuri sekalipun. Tujuan dari itu

semua adalah untuk mengamankan posisi mereka dalam aktivitas perekonomian guna

menghadapi persaingan yang ada.

Melihat dilema yang dialami oleh Pengrajin tersebut, Damsar dan Indrayani

(2015 : 169,176) menemukan lima solusi atau jalan keluar yang berbeda dengan apa

yang dilakukan pedagang maupun pengrajin dalam menghadapi dilema tersebut, yaitu:

1. Imigrasi penduduk minoritas.2. Pembentukan Kelompok-Kelompok Etnis atau Religius.3. Akumulasi Status Kehormatan (Budaya).4. Muculnya Pedagang kecil yang bercirikan “ada uang ada barang”.5. Meniru atau mencontek produk yang sudah maju.

3. Keterampilan Hidup

Kehidupan pengrajin ialah suatu kehidupan yang di dalamnya terdapat berbagai

macam warga mayarakat yang melakukan tindakan dan perbuatan sesuai kebutuhan

masing-masing, sedangkan dalam kehidupan pengrajin sendiri terlihat dimana semua

lapisan warganya bermata pencaharian sebagai pengrajin dalam kesehariannya yaitu

19

Page 21: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

dimana seseorang melakukan sesuatu yang menghasilkan barang melalui keterampilan

tangan.

Kehidupan secara sosial, jika kita membahas tentang kehidupan sosial maka

yang akan timbul dalam fikiran kita yang utama adalah makna hidup karena setiap

individu mempunyai jawaban dan pendapat yang berbeda-beda tentang arti hidup.

Kehidupan tergantung pada penafsiran individunya dan lebih jelas sebagai berikut:

“Ada yang berpendapat dan meyakini bahwa hidup adalah perjuangan akan

melihat bahwa hidup adalah sebuah perjuangan yang harus di perjuangkan. Maka

dari itu, hari-hari dalam hidupnya akan dijalani dengan berjuang. Sedangkan orang

yang meyakini bahwa hidup adalah tantangan, akan melihat bahwa hidup yang

dijalaninya adalah tantangan yang harus di pecahkan. Dia akan menjalani

kehidupannya dengan “memecahkan tantangan”. Orang yang meyakini bahwa hidup

adalah perjalanan akan melihat bahwa hidup adalah sebuah perjalanan panjang yang

harus dicapai tujuannya.

Pengrajin ialah orang yang pekerjaannya membuat barang-barang kerajinan atau

orang yang mempunyai keterampilan berkaitan dengan kerajinan tertentu, seperti

kelompok penenun songket Palembang dapat disebut pengrajin songket dari

Palembang. Barang-barang tersebut tidak dibuat dengan mesin, tetapi dengan tangan

sehingga sering disebut barang kerajinan tangan.

Dalam kata lain perajin ialah “orang yang mempunyai sifat rajin”, bukan “orang

yang membuat barang-barang kerajinan”. Jadi dari segi makna perajin tidak tepat untuk

menggantikan kata pengrajin. Tidak setiap pengrajin itu rajin, ada juga pengrajin yang

malas. Tidak semua pengrajin itu perajin.Pengrajin dan perajin menyatakan makna yang

berbeda. Karena perajin sudah mempunyai makna tersendiri yang berbeda dengan

pengrajin, kata itu tidak dapat menggantikan kata pengrajin.

Pengrajin atap daun adalah seseorang yang membuat karya dengan tangannya

sendiri dengan berbahan baku daun, daun tersebut bukan daun sembarangan tetapi daun

yang dipilih yang tahan lama, yaitu daun ilalang sehingga daun tersebut dirangkai dengan

rapi yang menyerupai seng yang dimanfaatkan menjadi atap, didalam pengolahan atap

daun banyak berbagai keuntungan yang didapat dikarenakan atap daun ini sangat dingin

jika disiang hari dan juga atap daun ini bisa menetralisirkan ruangan sehingga ruangan

20

Page 22: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

didalamnya bisa dingin biarpun suasana diluar panas.

Atap daun sering dimanfaatkan oleh pihak hotel dikarenakan untuk menciptakan

suasana yang alami/natural sehingga hotel-hotel di bintan menggunakan atap daun ini di

setiap gazebo-gazebo hotel supaya dingin dan sejuk. Dari beberapa keterangan diatas

dapat penulis menyimpulkan pengrajin atap daun adalah seseorang yang bekarya

membuat atap dengan tangannya sendiri menggunakan bahan baku dari daun.

BAB IV

ANALISA STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENGRAJIN ATAP DAUN DI

KELURAHAN TOAPAYA ASRI KECAMATAN TOAPAYA

A. Deskriptif Karakteristik Informan Pengrajin atap daun dalam bertahan hidup di

Kelurahan Toapaya Asri Kecamatan Toapaya.

Untuk melihat dan menganalisa serta mengungkapkan uraian-uraian Strategi apa

saja yang dilakukan oleh pengrajin atap daun dalam bertahan hidup maka terlebih dahulu

penulis mengetengahkan kondisi karakteristik agar responden dapat terwakili dalam

melakukan analisa, dengan mengkoordinasikan karakteristik atau identitas responden yang

ditinjau dari dari beberapa aspek antara lain, pengrajin atap daun yang bekerja minimal 5

tahun yaitu sebanyak 15 KK.

Setelah mengkaji lama bekerja sebagai pengrajin atap daun didalam pengambilan

data informan penulis mengambil jenis kelamin laki-laki maupun perempuan tergantung

yang ditemui dilapangan, dikarenakan pengrajin atap daun ini yang melaksanakan adalah

kaum perempuan sedangkan bahan-bahannya seperti ilalang dan kayu diambil oleh kaum

laki-laki, dan penulis mewawancarai kaum perempuan yang khusus menjadi Kepala

Keluarga seperti janda-janda yang salah satunya penghasilannya dari pengrajin atap daun

yaitu sebanyak 4 orang.

Tanggungan merupakan salah satu hal terpenting yang perlu dikaji dalam

mengupayakan strategi bertahan hidup, dikarenakan semakin banyaknya tanggungan maka

semakin banyak pula pengeluaran konsumsi didalam keluarganya, sehingga dapat melihat

21

Page 23: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

dengan jelas strategi apa saja yang dilakukan oleh Kepala Keluarga untuk bertahan hidup

dari hari ke hari, Untuk itu dapat dilihat dalam tabel dibawah ini

Tabel 3.1Jumlah Informan Pengrajin atap daun

No Nama Umur Jumlah Tanggungan

(Jiwa)

Lama Bekerja(Tahun)

1. Nurdin 39 4 152. Suki 54 3 113. Sanatang 55 4 104. Haran 40 4 105. Maria 40 5 116. Nasir 38 4 67. Zumaria 38 3 68. Deris 39 6 79. Edi 44 5 810. Denan 41 4 1111. Sakaria 36 5 612. Fian 55 4 613. Salek 55 2 1514. Merik 34 3 715. Palal 51 4 11

Sumber : Data Olahan Wawancara 2016

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa pada umur 25 sampai 55 tahun masing

masing pengrajin sudah memiliki tanggungan yaitu istri dan anak, serta keluarga lainya

yang tinggal dirumahnya dalam responden ini penulis menemukan pengrajin yang jumlah

tanggungan 2 - 3 orang yaitu sebanyak 4 pengrajin, sedangkan pengrajin yang memiliki

tanggungan 4 - 6 orang yaitu sebanyak 11 pengrajin, ini menjelaskan bahwa pengrajin atap

daun masih berkumpul pada keluarga besarnya, dan menjalani kehidupannya bersama-

sama.

Agar dapat menganalisa lebih akurat lagi maka penulis mengetengahkan tingkat

pendidikan pengrajin agar bisa mengetahui seberapa tinggi tingkat pendidikan yang mereka

miliki dan pengalaman serta keterampilan yang sudah mereka dapat dalam bekerja sebagai

pengrajin atap daun untuk itu dapat dilihat dalam tabel dibawah ini

22

Page 24: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

Tabel 3.2Tingkat pendidikan Informan

No Pendidikan Informan Jumlah (Pengrajin )1. Tidak/tamat SD 10 Pengrajin2. Tamat SLTP 4 Pengrajin3. Tamat SLTA 1 Pengrajin

Sumber : Data Olahan Wawancara 2016

Dari tabel diatas menjelaskan bahwa pendidikan informan rata-rata berpendidikan

antara SD dan SLTP itu dikarenakan pada sewaktu dulu sekolah yang ada di Kelurahan

Toapaya Asri hanya sekolah SD dan SLTP saja itupun memakan jarak tempuh 2 KM,

sedangkan untuk sekolah SLTA pada masa itu tidak ada, hanya ada di Kota Tanjungpinang

SLTA yang terdekat yang dulunya merupakan satu Kabupaten yaitu Kabupaten Kepulauan

Riau, sehingga jika anak pengrajin mau sekolah maka harus mencari sewa rumah dan

konsumsi hari-hari, hal inilah yang mengakibatkan anak pengrajin tidak menyelesaikan

pendidikan SLTA.

Untuk menganalisa berbagai informasi yang akan di berikan oleh informan maka

penulis mengambil satu atau dua informan untuk dijadikan contoh atau mewakili dalam

menganalisa.

B. Analisa Strategi Bertahan Hidup Pengrajin Atap Daun di Kelurahan Toapaya Asri

Kecamatan Toapaya

Dalam menganalisa strategi bertahan hidup penulis mengetengahkan dengan

menggunakan serta melihat Strategi apa saja yang dilakukan adalah menggunakan konsep

Stategi Food Coping dan Jaringan Sosial

Food coping Strategi adalah upaya meningkatkan kemampuan dalam mengakses

pangan untuk menjamin kelangsungan hidup seseorang dan anggota keluarganya. Food

coping merupakan sebuah strategi setiap orang, strategi ini berbeda tergantung dari masalah

yang mereka hadapi keberhasilannya tergantung dari upaya sistem nilai yang mendukung

perkembangan dalam masyarakat. Begitu pula halnya dengan pengrajin atap daun mereka

menggunkan strategi food coping terutama untuk mencukupi kehidupanya sehari-hari

konsumsi yang mereka milki harus mencukupi selama satu bulan hal ini akan merubah

kegiatan yang ada didalam kehidupan dikeluarganya. Menurut Sen (1982) didalam Usfar

23

Page 25: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

(2002) menjelaskan bahwa tindakan food Coping dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu :

Melakukan Aktivitas yang mendatangkan pendapatan, Melakukan perubahan diet (pola

makan), berbagai cara untuk mendapatkan (mengakses) makanan, berbagai cara untuk

mendapatkan ( mengakses) uang (tunai), Hingga cara yang paling derastis dengan

melakukan migrasi atau mengurangi jumlah anggota keluarga.

1. Strategi Bertahan Hidup dengan melakukan aktivitas yang mendatangkan

pendapatan

Strategi merupakan sifat senantiasa meningkat dan terus menerus, serta berdasarkan

sudut pansang tentang apa yang diharapkan kedepan atau masa yang akan datang, strategi

terjadi bukan dimulai dari apa yang terjadi tetapi membuat atau meraih keunggulan yang

mereka miliki. Straregi kerap terjadi disetiap kehidupan bermasyarakat terutama didalam

masyarakat miskin, mereka menggunakan strategi-strategi agar didalam kehidupannya

dapat bertahan dalam hidup terutama didalam mencukupi kehidupannya, memang hal yang

dilakukan tidaklah mudah dikarenakan konsumsi yang dilakukan oleh manusia kerap terus

terjadi tanpa melakukan konsumsi maka tubuh akan merasa lemah dan tidak berdaya,

begitu juga halnya pengrajin atap daun, mereka membutuhkan pangan, sandang dan papan.

Pengrajin atap daun merupakan masyarakat yang mencukupi kehidupanya dengan

mengandalkan merangkai atap untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, proses

pembuatan atap yang dilakukan oleh pengrajin sangat memakan waktu, bukan langsung

bisa dikerjakan melainkan tahap pertama adalah penyabit/memotong ilalang tersebut

kemudian menjemurkannya hingga agak kekuningan agar daun ilalang tersebut bisa

bertahan lama. Kemudian Tahap kedua yaitu mencari kayu-kayu kecil yang berukuran 2

sampai 3 meter dikarenakan fungsi kayu ini untuk mengikat daun ilang dikayu dan

dirangkai hingga menjadi atap. Tahap yang ketiga yaitu merangkai daun menjadi atap, serta

tahap keempat adalah menjualkannya, terdapat empat Tahapan yang dilakukan oleh

pengrajin atap daun dalam proses pembuatan atap daun dimana hal tersebut memakan

waktu yang tidak sedikit, sehingga penulis ingin mengetahui apa saja yang dilakukan oleh

pengrajin atap daun jika disela-sela pekerjaan atap mereka belum mengering dan belum

terangkai serta belum dapat dipasarkan seperti yang telah diungkapkan oleh Palal :

”Disela-sela menunggu ilalang yang mengering saya berkebun, dikarenakan tanah ada, dan memetik daun ubi untuk dijualkan”(wawancara tanggal 28 Mei 2016)

24

Page 26: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

Sedangkan menurut pendapat Sakaria

”Disela-sela pengerjaan atap daun saya membantu teman untuk membuat bedengan maupun memetik sayuran dan mendapatkan upah” (waancara tanggal 29 Mei 2016)Dari kedua pendapat diatas menjelaskan bahwa untuk disela-sela menunggu proses

perangkaian atap daun, kaum suami mempunyai pekerjaan lain yaitu berkebun dikala pagi

serta memetik daun ubi untuk dijualkan kepada penampung dengan harga yang relatif

rendah, dari biaya inilah keluarga pengrajin atap daun untuk membeli konsumsi mereka

sehari-hari, dikarenakan untuk sayur mereka tidak membelinya lagi hanya beras yang

mereka beli, jika ada penjualan pengrajin selalu membeli bahan-bahan pokok untuk

mencukupi kehidupannya selama dua minggu, dan beras selama satu bulan.

Dari pengamatan penulis melihat bahwa disela-sela aktifitas sebagai pengrajin,

masing-masing pengrajin membuat perkebunan yang cepat panen (seperti daun ubi, labu,

ketela pohon dan lain sebagainya) dengan konsep perkebunan yang mempunyai perawatan

yang rendah dan memelihara ayam kampung untuk dijualkan kepada penampung.

Setelah melihat dan mengamati disela-sela aktifitas pengrajin atap daun penulis ingin

melihat bagaimana modal pengrajin atap daun didalam membuat dan menjualkan

produknya sehingga menghasilkan uang, apakah modal atap daun itu merupakan modal

sendiri atau pinjaman dari penampung atau pihak ketiga seperti yang telah diungkapkan

oleh Salek menjelaskan

”Untuk modal atap daun ini kita tidak menggunakan modal uang tetapi hanya menggunakan modal keterampilan dan tenaga saja, dikarenakan didaerah sini masih banyak ilalang-ilang yang berada disekitar sini, dan kayu-kayu seperti ini kita tinggal ambil saja, sedangkan untuk tali pengikatnya, penampung yang memberikan secara gratis”. (wawancara tanggal 28 Mei 2016) Sedangkan menurut pendapat Sanatang :

”Kalau pekerjaan atap daun ini untuk modal hanya tali saja itupun ditanggung penampung, sedangkan bahan-bahan yang lain seperti kayu kita ambil sendiri dihutan, dan ilalangnya juga kita ambil disekitar sini”. (wawancara tanggal 29 mei 2016)

Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa untuk modal pengrajin atap daun hanya

memerlukan keterampilan saja dikarenakan bahan-bahan untuk membuat atap tersebut

sudah ada disekitar diwilayahnya sehingga tidak perlu lagi membeli bahan-bahan atap

sedangkan talinya juga diberikan oleh Penampung yang membeli atap tersebut, hal ini yang

mengakibatkan bahwa masyarakat ini lebih menyukai kerja sebagai pengrajin atap daun

25

Page 27: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

dikarenakan selain atapnya yang sudah dirangkai tahan lama dan juga modal yang

dikeluarkan untuk pekerjaan ini hanya keterampilan dan tenaga sedangkan untuk bahan-

bahan sudah ada dilingkungan mereka tinggal sehingga pengrajin tersebut tidak

menginginkan lagi pindah dari daerah tersebut, biarpun kehidupan yang sedikit tertinggal

tetapi mempunyai penghasilan yang pasti tanpa ada rugi atau resiko yang besar.

Setelah melihat modal yang dikeluarkan oleh pengrajin maka penulis ingin melihat

berapa banyak atap daun yang dibutuhkan oleh pihak hotel setiap bulannya seperti yang

telah diungkapkan oleh Maria

”Untuk setiap bulannya kami dapat membuat 300-400 buah atap tergantung kondisi badan, jika badan sehat dapat banyak dan jika badan tidak sehat hanya sedikit yang dapat dibuat, untuk kapasitas hotel selalu membeli 1000 buah dalam waktu dua bulan”.(wawancara tanggal 28 Mei 2016)Sedangkan menurut Edi :

”Untuk setiap bulanya kami membuat 350-400 buah atap daun, tetapi tergantung bahan yang telah diambil jika musim panas ilalang cepat kering sedangkan pada musim hujan, daun ilalang tersebut sampai 3 hari baru kering, baru bisa kita rangkai”.(wawancara tanggal 30 Mei 2016)

Dari pendapat diatas dapat menjelaskan untuk kebutuhan Hotel sangat banyak

memerlukan atap daun didalam waktu 2 bulan memerlukan 1000 buah atap daun sedangkan

dalam satu bulan setiap pengrajin hanya dapat membuat 300 sampai dengan 400 buah saja,

sehingga dalam satu Penampung terdapat 2 orang pengrajin untuk mencukupi kebutuhan

atap daun tersebut dalam dua bulan.

Berdasarkan pengamatan penulis tidak semua penampung bisa menjualkan 1000

dalam satu bulan ada juga sampai 6 sampai 7 bulan cuma hanya bisa menjualkan atap daun

tersebut hanya 1000 buah, seperti yang telah diungkapkan oleh Palal

”Untuk penjulan atap daun yang dulunya bisa setiap dua bulan penampung mengambilnya 1000 buah tetapi sekarang sudah 7 bulan belum mengambilkannya disitu atap saya sudah 1000 lebih belum diambilkan oleh penampung”.(wawancara tanggal 28 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Salek”Untuk penjualan atap daun setiap dua bulan diambil oleh penampung yaitu sebanyak 1000 buah” (wawancara tanggal 28 Mei 2016)

Dari Pendapat diatas menjelaskan bahwa atap daun yang telah dijualkan oleh

penampung masing-masing tidak setiap 2 bulan sekali tetapi ada yang sampai 7 bulan

26

Page 28: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

belum bisa menjualkannya ini yang mengakibatkan atap yang ada masih bertumpuk

tergantung jaringan penampung yang ada, jika jaringan penampungnya luas maka banyak

pula yang bisa dijualkan oleh penampung, sedangkan jika jaringan penampungnya sedikit

maka sedikit pula permintaan atap daun yang diambilkannya.

Setelah melihat beberapa banyak yang dibutuhkan hotel setiap bulannya, penulis

ingin melihat bagaimana pengrajin mendapatkan keterampilan dalam merakit atap daun

seperti yang telah diungkapkan oleh Sanatang

”Keterampilan merakit atap daun ini didapat dari orang tuanya yang dulunya dikala membuat rumah masing-masing kaum perempuan dan laki-laki membantu merakit atap”(wawancara, tanggal 29 mei 2016)Sedangkan menurut Merik ”Untuk Keterampilan merakit atap daun ini didapat dari keluarga karena orang tua saya sewaktu saya kecil sudah menggunakan atap daun ini” (wawancara, tanggal 28 Mei 2016)

Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa keterampilan dalam membuat atap daun

masing-masing pengrajin mendapatkan keterampilan ini dari orang tuanya, dikarenakan

pada zaman dulunya atap rumah dikampungnya terbuat dari atap daun tersebut, sehingga

masing-masing pengrajin mengetahui cara membuat atap ini, penulis melihat masyarakat

pengrajin ini rata-rata suku bugis, dikarenakan suku bugis didaerahnya masing-masing

rumah menggunakan atap dari daun ilalang, sehingga suku ini mengetahui cara merakit

atap daun tersebut, atap daun merupakan ciri khas rumah diperkampungan dikarenakan

dulunya sulitnya seng dan asbes yang masuk diwilayahnya sehingga masyarakat harus

menciptakan keterampilan khusus yaitu pengrajin atap daun sehingga mereka dapat

membuat rumah yang terbuat dari kayu dan atap daun, ini menjelaskan bahwa apapun yang

ada di alam ini jika dipelajari dengan benar akan sangat bermanfaat untuk kehidupan

manusia, seperti tak disangka-sangka ilalang yang sehariannya dibuang oleh kaum petani,

rupanya mempunyai manfaat untuk kehidupan manusia, untuk ketahanan atap ini 2 sampai

dengan 3 tahun jika sudah dirakit menjadi atap, dan selebihnya akan rusak dan diganti

kembali.

Setalah melihat bagaimana keterampilan ini didapat kemudian penulis ingin melihat

selain mempunyai keterampilan merakit atap daun, apakah mempunyai keterampilan lain

seperti yang telah diungkapkan oleh Deris

27

Page 29: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

”Selain bekerja sebagai pengrajin atap daun saya bekerja sebagai Tukang bangunan”(wawancara tanggal 29 Mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Nurdin”Selain sebagai pengrajin atap daun saya sebagai Nelayan”. (wawancara tanggal 30 Mei 2016)

Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa selain kesehariannya sebagai pengrajin atap

daun masing-masing pengrajin atap daun, kaum laki-lakinya sudah memiliki keterampilan

yang lain yaitu sebagai tukang bangunan, buruh kasar, nelayan, berkebun dan beternak, hal

inilah yang menjadi keterampilan kaum laki-laki dalam mengisi kesehariannya selain

menjadi pengrajin atap daun

Dari pengamatan penulis melihat bahwa didalam mencarian bahan atap seperti ilalang

dan kayu kaum laki-laki mencarinya sedangkan untuk merakitnya yaitu kebanyakan kaum

perempuan, sehingga setelah kaum laki-laki mengambil bahan atap maka kaum laki-laki

dapat melakukan pekerjaan lain seperti tukang bangunan, nelayan dan berkebun, hal inilah

yang membuat pengrajin atap daun ini bisa bertahan hidup untuk mencukupi kehidupannya

sehari-hari, dan juga dengan sifat berkumpul dengan keluarga besarnya ini yang membuat

pendapatan mereka menjadi bertambah dikarenakan kaum perempuan bisa membuat atap

daun sedangkan kaum laki-laki mencari pekerjaan sampingan di sela-sela kehabisan bahan

untuk dibuat atap.

Dari pendapat diatas dapat penulis menyimpulkan bahwa untuk Strategi bertahan

hidup pengrajin atap daun menggunakan konsep berkumpul dengan keluarga besarnya /

hidup bersama-sama dengan orang tuanya sehingga jika salah satu tidak menghasilkan uang

maka yang lainnya bisa membantu untuk membelikan konsumsi sehingga didalam

memenuhi kehidupnya dapat tercukupi dengan maksimal, dan masing-masing suami

mencari kerja sampingan untuk mencukupi kehidupannya seperti menjadi nelayan, buruh

tani, kerja bangunan yang sistem kerjanya tidak mengikat, banyaknya tanggungan yang

bisa bekerja dengan efektif dapat membantu proses percepatan pembuatan atap daun.

2. Strategi Bertahan hidup dengan melakukan diet ( Pola makan)

Konsumsi merupakan hal yang terpenting dalam memenuhi kehidupan sehari-hari,

mau-tak mau didalam kehidupan sehari-hari manusia mengkonsumsi makanan seperti nasi,

sayur dan lauk-pauk sehingga kalori yang dihasilkan dapat mencukupi tubuh didalam

beraktivitas kesehariannya. Begitu juga pengrajin atap daun konsumsi harus dilakukan

28

Page 30: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

setiap harinya dikarenakan konsumsi merupakan sumber energi yang harus lakukan setiap

hari, konsumsi didalam kehidupan biasanya 3 kali dalam sehari diwaktu pagi, siang dan

malam, ada juga melakukan makan 2 kali dalam sehari yaitu pagi menjelang siang dan sore

hari tergantung kebiasaan yang dilakukaan setiap harinya, setelah mengkaji dibidang

konsumsi penulis ingin mengetahui berapa kali pengrajin makan di setiap harinya, seperti

yang telah diungkapkan oleh Nurdin

”Untuk makan setiap harinya 2 kali sehari yaitu pagi menjelang siang dan pada sore hari”(wawancara tanggal 29 Mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Fian”Untuk Makan Setiap hari 2 kali sehari yaitu jam 10 dan biasanya jam 5 sore” (wawancara tanggal 30 Mei 2016)

Pendapat diatas menjelaskan bahwa untuk kegiatan konsumsi rata-rata pengrajin

atap daun makan pada waktu pagi menjelang siang yaitu sekitar jam 10 sampai dengan jam

11 siang sedangkan untuk makan yang keduanya yaitu sekitar jam 5 sampai jam 6 Sore ini

dikarenakan pengrajin mulai bekerja antara jam 10 sampai jam 5 sore sehingga sewaktu

pergi mencari ilalang pengrajin atap daun telah mengkonsumsi makanan baru bekerja atau

pergi kehutan setelah pulang sekitar jam 5 sore, setelah mandi baru makan malam atau

makan yang kedua kalinya, jadi kebiasaan ini biasa dilakukan sampai keanaknya sehingga

didalam keluarga pengrajin mengkonsumsi makanan dua kali dalam satu hari, setelah

melihat berapa kali pengrajin atap daun mengkonsumsi makanan pokok maka penulis ingin

melihat berapa kali pengrajin atap daun membeli daging sapi dan mengkonsumsinya,

dikarenakan daging sapi merupakan daging yang harganya mahal sehingga tak jarang

didalam keluarga miskin mengkonsumsi daging dua kali dalam satu tahun yaitu pada waktu

lebaran idul fitri dan lebaran idul adha seperti yang telah diungkapkan oleh Sanatang

”Untuk mengkonsumsi daging biasanya hanya sewaktu lebaran saja itupun anak saya yang membelinya jika lebaran idul adha dagingnya dikasi oleh mesjid”.(wawancara tanggal 28 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Nasir”Untuk konsumsi daging jarang biasanya sewaktu lebaran dan acara nikah serta kekah orang kampung sini”. (wawancara tanggal 29 Mei 2016)

Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa rata-rata pengrajin atap daun membeli

daging hanya satu tahun sekali, jika mengkonsumsi daging tersebut biasanya pada acara

nikah maupun kekah tetangga baru merasakan daging tersebut, untuk mengkonsumsi

29

Page 31: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

daging jarang dilakukan oleh para pengrajin dikarenakan daging yang harganya melonjak

tinggi sehingga pengrajin tidak sanggup membelinya dengan harga perkilonya mencapai

100 sampai dengan 110 ribu rupiah lebih baik pengrajin membeli beras dengan harga yang

segitu pengrajin mendapatkan beras sebanyak 8 sampai 9 kg bisa dimanfaatkan untuk 7

sampai 8 hari.

Setelah melihat beberapa kali pengrajin makan didalam kesehariannya maka penulis

ingin melihat bagaimana mendapatkan sandang dan pangan untuk kebutuhan sehari-hari

seperti yang telah diungkapkan oleh Deman menjelaskan

”Untuk mendapatkan konsumsi hari-hari dengan menjual atap dan sebagai buruh tani” (wawancara, tanggal 30 Mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Deris”Untuk mendapatkan konsumsi sehari-hari selain dari penjualan atap daun dan sebagai tukang bangunan”. (wawancara tanggal 29 Mei 2016)

Dalam pendapat diatas menjelaskan bahwa untuk mendapatkan konsumsi

kesehariannya, pengrajin harus membagi kerja yang lain yaitu istri membuat atap dan

suami bekerja sampingan seperti buruh tani, maksud dari buruh tani inilah membantu dan

mendapatkan bayaran dari masyarakat sekitar didalam pembuatan bedeng pertanian serta

memetik hasil pertanian tersebut seperti memetik buah-buahan dan memetik sayur-

sayauran dari uang tersebut bisa dibelikan makanan untuk konsumsi sehari-hari, dan juga

dari penghasilan penjualan atap daun, difokuskan untuk membeli beras yang banyak jika

bisa dapat difokuskan untuk konsumsi selama dua bulan.

Setelah melihat bagaimana cara mendapatkan konsumsi maka dari itu penulis ingin

melihat apasaja yang dilakukan untuk mencukupi kehidupan sehari-hari seperti yang telah

diungkapkan oleh Nurdin menjelaskan

”Selain melakukan pekerjaan mencari ikan ditepi pantai untuk mencukupi konsumsi sehari-hari kalau mendapatkan banyak bisa langsung dijual atau dijaja dimasyarakat” (wawancara tanggal 30 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Fian”Mencari ikan dan membuat ikan asin serta menjualkannya di pasar”. (wawancara tanggal 29 Mei 2016).

Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa apapun yang dikerjakan oleh pengrajin

atap daun selain melakukan rutinitas lainnya pengrajin juga mencari ikan ditepi pantai

untuk mendapatkan konsumsi dalam memenuhi kehidupannya sehari-hari, tertarik bagi

30

Page 32: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

penulis untuk melihat jika kerja sampingan yang dilakukan oleh para suami pengrajin tidak

mendapatkan hasil untuk membeli beras apakah para pengrajin melakukan hutang kepada

toko atau kepada penampung seperti yang telah dijelaskan oleh Edi

”Penampung kami tidak pernah memberikan hutang, alasannya tidak ada uang” (wawancara tanggal 30 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Denan”Untuk berhutang belum pernah karena belum ada yang mau memberikan hutang kepada kami, mungkin karena orang tidak percaya dengan pekerjaan yang kami lakukan”. (wawancara tanggal 30 Mei 2016)

Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa pengrajin atap daun didalam memenuhi

kebutuhan kesehariannya tidak pernah dengan hutang jadi pendapatan sehari-hari tersebut

dihemat-hemat untuk mencukupi kehidupannya dikarenakan didaerahnya tidak ada yang

mau memberikan pinjaman kepada pengrajin atap daun dan jika ada yang mau memberikan

pinjaman, pengrajin atap daun juga ingin meminjam untuk membuat usaha yang lain agar

mendapatkan penghasilan yang lebih.

Dari beberapa pendapat diatas menjelaskan bahwa untuk konsumsi kehidupan

sehari-hari pengrajin atap daun tidak melakukan konsumsi yang berlebihan dikarenakan

pengrajin dengan mendapatkan uang dari penjualan atap pengrajin terlebih dahulu

memberikan beras untuk dikonsumsi selama 2 bulan, kemudian untuk penghasilan

sampingan pengrajin atap daun untuk mencukupi kebutuhan yang lain, seperti sayuran dan

lauk-pauk pengrajin selalu mencarinya dilaut maupun disungai-sungai sehingga tidak

membutuhkan biaya untuk membelinya, dan para pengrajin tidak pernah berhutang

dikarenakan tidak ada yang ingin meminjamkan hutang kepada pengrajin atap daun.

3. Strategi dengan cara mendapatkan (mengakses) makanan.

Strategi bertahan hidup dalam mengakses makanan adalah upaya-upaya yang

dilakukan oleh pengrajin atap daun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan cara

yaitu dengan meminta bantuan kepada keluarga besarnya, melakukan peminjaman

konsumsi, maupun meminta bantuan kepada pemerintah terutama didalam mencukupi

konsumsi sehari-hari strategi ini harus dilakukan oleh pengrajin atap daun agar kebutuhan

didalam mencukupi pangan dapat tercukupi dengan maksimal.

Konsumsi sehari-hari secara umum tidak dapat dipungkiri dikarenakan hal ini

merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi oleh pengrajin agar pengrajin mempunyai

31

Page 33: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

tenaga didalam bekerja, terutama mencari bahan-bahan untuk merakit atap daun untuk itu

penulis ingin melihat konsumsi yang dilakukan sehari-hari apakah ada bantuan dari pihak

keluarga yang lain untuk mencukupi konsumsi sehari-hari yang telah dijelaskan oleh Salek

menjelaskan

”Untuk keluarga yang lain tidak ada didekat sini, adik dan kakak saya berada dipalembang dan di jawa”(wawancara tanggal 28 mei 2016)Sedangkan menurut Pendapat Merik”kalau untuk bantuan konsumsi kami selalu meminjam beras dikarenakan keluarga saya dilingkungan sini jadi kalau tidak ada beras untuk dimakan sering meminjmkannya, setelah mendapatkan uang menggantikan dengan beras juga”. (wawancara 28 Mei 2016)

Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa tidak ada bantuan dana kepada pihak

pengrajin atap daun dikarenakan saudara yang mereka miliki jauh dari daerah yang mereka

tinggal, dan ada juga yang memiliki keluarga dekat yang rata-rata juga sebagai pengrajin

atap daun, itu juga bisa meminjam beras jika tidak mendapatkan beras untuk dikonsumsi

setiap harinya dan setelah itu jika mendapatkan uang baru menggantikannya dengan beras

juga, berlakunya saling tolong menolong sehingga dapat mencukupi kehidupannya sehari-

hari.

Setelah melihat bantuan dari pihak keluarga tertarik bagi penulis untuk melihat

bantuan dari pihak hotel apakah ada bantuan kepada masyarakat sekitar seperti yang telah

diungkapkan oleh Fian menjelaskan

”Untuk bantuan dari pihak hotel ada bantuan listrik kami diberikan sekitar 450 watt, per rumah kemudian kami membayarnya hanya Rp.50.000,- perbulan selain itu tidak ada lagi” (wawancara tanggal 30 Mei 2016)Sedangkan menurut Pendapat Zumaria ”Dari Hotel ada bantuan listrik isekitar lingkungan ini, hotel memberikan sekitar 450 watt, perumah dan tidak gratis kami harus membayar Rp. 50.000,- Perbulan (wawancara tanggal 29 mei 2016)

Dari pendapat menjelaskan untuk bantuan dari pihak hotel hanya listrik saja yang

diberikan disekitar rumah warga, wargapun merasakan sangat terbantu dikarenakan

diwilayah tersebut listrik belum ada sehingga listrik yang dibantukan oleh hotel sangat

bermanfaat sekali oleh masyarakat, selain bantuan dari pihak hotel penulis ingin melihat

apakah ada bantuan dari pihak pemerintah seperti uang atau beras miskin seperti yang telah

diungkapkan oleh Maria

32

Page 34: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

”Untuk bantuan uang dari Pemerintah kami belum pernah mendapatkannya dan juga beras miskin juga belum dapat, sekalian pernah juga mendapatkan sembako sewaktu mau lebaran”(wawancara 30 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Suki”bantuan dari pemerintah seperti uang belum pernah dapat tetapi kemaren pernah mendapatkan bantuan sembako sewaktu mau lebaran” (wawancara tanggal 30 Mei 2016).

Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa tidak ada bantuan dari pemerintah untuk

pengrajin atap daun ini bantuan pemerintah tidak pernah masuk kedaerah ini kecuali

sewaktu mau lebaran atau puasa ada bantuan sembako dari pemerintah sehingga didalam

mencukupi kehidupannya pengrajin harus mencarinya sendiri. Ini berati bahwa pengrajin

atap daun yang ada di Kelurahan Toapaya Asri tidak tergolong miskin dikarenakan bantuan

dari pemerintah tidak terjamah disana pemerintah menganggap bahwa pengrajin dapat

memenuhi kehidupannya dengan cara membuat atap dan belum pernah tidak konsumsi

makanan dalam seminggu, untuk itu penulis ingin melihat berapa kali pengrajin atap daun

membeli baju baru dalam setahun seperti yang telah diungkapkan oleh Merik menjelaskan

”Untuk membeli baju baru dalam setahun yaitu satu kali dikala lebaran lebaran idul fitri (wawancara 29 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Sakaria”Kalau membeli baju, kami biasa lakukan pada waktu menjelang lebaran idul fitri, maklum lah anak-anak kalau tak dituruti mereka merasa sedih (wawancara tanggal 29 mei 2016)

Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa pengrajin atap daun setiap tahunnya

membelikan baju baru dikala lebaran idulfitri tiba ini berarti pengrajin atap daun telah dapat

mengumpulkan uang mereka agar dapat membeli baju baru untuk mereka dan anak-

anakknya, sehingga diwaktu lebaran tiba anak-anaknya memiliki baju baru untuk lebaran

bersama keluarga besarnya.

Dari pendapat diatas dapat penulis menyimpulkan bahwa pengrajin atap daun di

Kelurahan Toapaya Asri bukan tergolong masyarakat miskin dikarenakan untuk mencukupi

kehidupannya sehari hari masih bisa terpenuhi, kerja sampingan yang dilakukan kaum

suami disela-sela keringnya daun ilalang, pola makan dua kali sehari sehingga dapat

mengurangi jumlah konsumsi perharinya serta tidak membeli makanan yang harga tinggi

seperti daging, baju hanya satu tahun sekali membelinya, yaitu pada hari raya idul fitri.

33

Page 35: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

Sedangkan pengrajin atap daun tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah

dikarenakan kelayakan kehidupan pengrajin atap daun masih diatas rata-rata kemiskinan.

4. Strategi untuk mendapatkan (mengakses) uang (tunai)

Strategi didalam mendapatkan uang tunai merupakan upaya didalam kehidupan

manusia berbagai cara untuk mendapatkan uang tunai seperti bekerja, berhutang,

menjualkan harta, meminta bantuan dan sebagainya, hal ini dikarenakan uang tunai dapat

membeli sesuatu yang diinginkan agar dapat menimbulkan kepuasan seseorang, begitu

halnya juga pengrajin atap daun, pengrajin berlomba-lomba bekerja untuk mencari uang

agar uang tersebut dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan dan keinginannya agar menjalani

kehidupannya menjadi lebih terarah dan bahagia, untuk itu penulis ingin melihat apa saya

yang dilakukan pengrajin atap daun untuk mendapatkan uang tunai terutama didalam

mencukupi kehidupannya, dan juga tidak akan menimbulkan ketergantungan kepada pihak

manapun didalam memenuhi menjalani kehidupan.

Pengrajin atap daun dengan penampung merupakan hal yang tak terpisahkan

dikarenakan pemasok sanggup memberikan tali untuk merangkai atap daun dan

menjualkannya dengan pihak hotel sehingga hubungan antara pengrajin dengan pemasok

merupakan hal yang tak terpisahkan tanpa adanya pengrajin atap daun maka pemasok pun

tidak mendapatkan uang, oleh karena itu hubungan mereka saling ketergantungan pada

pihak satu sama lain, untuk lebih jelasnya penulis ingin melihat apakah penampung selalu

memberikan pinjaman modal kepada pengrajin atap daun seperti yang telah diungkapkan

oleh Haran menjelaskan

”Untuk pinjaman modal tidak pernah diberikan oleh penampung tetapi penampung memberikan modal tali untuk mengikat/menjalin atap”(wawancara tanggal 30 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Maria”Penampung tidak pernah memberikan pinjaman modal, alasannya belum ada uang, sedangkan kalau untuk bahan diberikan tali untuk modal merakit atap” (wawacara tanggal 30 Mei 2016)

Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa modal yang dilaksanakan sebagai

pengrajin atap daun tidak memiliki modal/dana dikarenakan bahan dapat diambil dihutan

sedangkan tali pengikat sudah disediakan oleh penampung ini yang mengakibatkan

pengrajin atap daun sangat giat merangkai atap dikarenakan tidak menggunakan modal

34

Page 36: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

uang untuk membuatnya tetapi menggunakan modal tenaga dan waktu saja, mengkaji

pendapat diatas tertarik bagi penulis untuk melihat dukungan keluarga besar dari keluarga

besar pengrajin terhadap usaha yang telah digeluti selama ini yang telah diungkapkan oleh

merik menjelaskan

”Untuk dukungan keluarga besar saya sangat mendukung dikarenakan pekerjaan pengrajin atap daun ini tidak menggunakan modal tetapi hanya mencari bahan-bahan yang telah disiapkan oleh suami saya, setelah itu suami saya mencari pekerjaan lain”. (wawncara tanggal 29 Mei 2016) Sedangkan menurut pendapat Sakaria”Untuk Dukungan dari keluarga saya sangat mendukung dikarenakan kerja yang dilakukan hanya dirumah jadi kaum istri (perempuan) hampir semuanya mengerjakan atap daun”(wawancara tanggal 29 Mei 2016)

Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa dukungan dari keluarga besarnya sangat

mendukung dikarenakan disamping sebagai pengrajin atap daun bisa juga mengerjakan

kegiatan lain yaitu kegiatan lain atau pekerjaan sampingan lainya dikarenakan perangkaian

atap ini hanya dikerjakan oleh kaum wanita saja sedangkan kaum suaminya mengambil

ilalang dan kayu untuk membuat atap ini.

Setelah melihat dukungan keluarga besar pengrajin penulis tertarik melihat

penghasilannya apakah setiap bulannya meningkat atau tidak seperti yang telah

diungkapkan oleh Nasir menjelaskan

”Untuk penjualan atap daun ini tergantung kebutuhan hotel jadi penampung hanya menjualkannya ke hotel dan lainnya sehingga jika permintaan banyak maka pendapatan meningkat pula sedangkan jika permintaan sedikit pendapatannya sedikit juga” (wawancara tanggal 28 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Denan ”Untuk penjualan tergantung kebutuhan hotel, jika pihak hotel buth banyak maka banyak juga atap yang harus kita buat setiap bulannya, sampai sekarang sedangkan untuk masyarakat lain jarang sekali membeli atap ini’. (wawancara tanggal 29 mei 2016)

Dari pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa untuk pendapatan perbulannya

tergantung permintaan pasar jika permintaannya meningkat maka banyak pula pendapatan

yang didapat oleh pengrajin sedangkan jika permintaan menurun maka berkurang juga

pendapatan pengrajin dikarenakan pengrajin atap daun tidak bisa menjualkan produknya

sendiri sehingga pendapatan yang didapat mempengaruhi dari permintaan dari penampung,

35

Page 37: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

untuk pembuatan atap pengrajin setiap bulannya bisa merakit 300 sampai 400 buah

perorang.

Dari penjelasan diatas tertarik bagi penulis untuk melihat dalam satu bulan atau dua

bulan pernahkan tidak ada penjualan atau tidak ada pendapatan yang telah dijelaskan oleh

Deris menjelaskan

”Kadang-kadang didalam dua bulan pernah tidak diambil oleh penampung, kadang-kadang sampai 3 bulan baru diambil oleh penampung”(wawancara tanggal 29 Mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Palal”Pernah, sewaktu penampung tidak ada penjualan sampai 3 bulan belum diambil oleh penampung”. (wawancara tanggal 28 Mei 2016)

Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa penjualan atap daun tidak sesuai target

yang diharapkan dikarenakan penampung juga masih mencari pembeli yang akan

memanfaatkan atap daun ini sehingga atap yang telah dibuat oleh pengrajin tidak bisa

diambil setiap dua bulan sekali melainkan sampai tiga bulan baru diambil oleh penampung,

melihat kendala seperti ini didalam penjualan atap daun maka penulis ingin melihat

bagaimana pembiayaan sekolah anak pengrajin sehingga dapat mengikuti pendidikan 12

tahun yang telah diungkapkan oleh Haran menjelaskan

”Untuk pembayaran anak sekolah sampai sekarang ini masih gratis hanya ada pembelian baju buku dan tas saja, kalau untuk bulanannya tidak dipungut biaya”(wawancara tanggal 29 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Deris”Untuk sekolah anak sampai sekarang masih gratis tidak ada biaya, kita hanya membeli baju, buku dan tas saja untuk anak selebihnya tidak ada biaya atau gratis’. (wawancara tanggal 29 mei 2016)

Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa untuk pembiayaan sekolah sampai 12

tahun tidak dipungut biaya dikarenakan itu merupakan program Pemerintah Pusat dan

Daerah sehingga anak-anak yang menyandang pendidikan 12 tahun tidak dikenakan biaya

apapun, dan diwajibkan untuk wajib sekolah 12 tahun, hak inilah yang menjadi pengrajin

sangat mensyukuri program yang telah dibuat oleh pemerintah jika diberlakukan bayar

maka banyak anak-anak pengrajin atap daun yang tidak sekolah sampai pendidikan 12

tahun, pengrajin hanya mencari uang untuk pembelian baju dan sepatu saja jika sudah

rusak, melihat kurangnya pendapatan yang didapat oleh pengrajin tertarik bagi penulis

36

Page 38: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

untuk melihat kebanggan tersendiri yang diraih oleh pengrajin atap daun seperti yang telah

dijelaskan oleh Sakaria menjelaskan

”Kita sangat bangga sebagai pengrajin atap daun dikarenakan banyak masyarakat yang tidak bisa membuatnya, dan juga atap daun ini kita tidak mengeluarkan biaya yang besar dikarenakan bahan-bahan telah ada dilingkungan kita”. (Wawancara tanggal 29 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat merik”Bangga karena dilingkungan sekitar sini yang membuat pengrajin atap daun, lagi pula usaha yang dilakukan ini tidak membutuhkan modaldan juga pekerjaan yang dilakukan hanya dirumah saja”. (wawancara tanggak 28 mei 2016)

Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa pengrajin atap daun mempunyai

kebanggaan tersendiri didalam menikmati pekerjaannya dikarenakan sebagai pengrajin atap

daun banyak yang tidak mengerti dan menggunakan karya seni merajutnya sehingga

banyak masyarakat tidak mengetahui cara ini, dan juga pengrajin tidak perlu mengeluarkan

modal yang besar didalam membuat atap daun tersebut sehingga masyarakat berlomba-

lomba dalam membuat atap daun, dapat penulis katakan bahwa pengrajin atap daun

merupakan suatu peluang usaha yang tidak menggunakan modal besar atau usaha tidak

pernah rugi dikarenakan ketahanannya yang kuat sampai 2 tahun baru rusak sehingga

pengrajin atap daun sangat menyukai pekerjaan ini.

Dari beberapa pendapat diatas menjelaskan pengrajin atap daun sangat

ketergantungan kepada pihak hotel, dikarenakan salah satu pembeli yang aktif adalah pihak

hotel, dan dukungan dari keluarga besarnya yang selalu memberikan motivasi didalam

pengembangan produksi atap daun biarpun penjulannya setiap bulannya yang kurang

meningkat, dikarenakan pemerintah memberikan pendidikan gratis bagi anak-anak

pengrajin sehingga pengrajin mempunyai kebanggaan tersendiri didalam memproduksi atap

daun. Jika nantinya hotel tidak membeli atap daun lagi maka begitu sulit pengrajin ini

untuk menjualkannya dikarenakan pemakai atap daun hanya dikawasan hotel saja, untuk

kawasan rumah tangga tidak menggunakan lagi atap daun tersebut dikarenakan daya

tahannya yang hanya 2 tahun sehingga masyarakat lebih menyukai menggunakan seng atau

asbes dari pada atap daun. Lama-kelamaan dengan perubahan zaman pengrajin atap daun

ini makin lama akan menghilang jika tidak dibantu oleh kebijakan pemerintah untuk

mengembangkan rumah yang menggunakan atap daun.

37

Page 39: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

5. Strategi bertahan hidup dengan melakukan migrasi dan pengembangan jaringan

Sosial

Migrasi merupakan strategi yang terakhir didalam menjalani kehidupan di suatu

daerah, dengan migrasi maka orang tersebut mempunyai harapan baru didalam menjalani

kehidupannya migrasi bertujuan untuk mencari kehidupan yang lebih baik agar didalam

kehidupannya nanti dapat tercukupi dengan maksimal, sebelum melakukan migrasi strategi

awal pengrajin atap daun adalah melakukan pengembangan jaringan sosial agar dapat lebih

mempermudah dalam menjual karyanya yaitu atap daun.

Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu

dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya.

Hubungan-hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk yang formal maupun bentuk informal.

Hubungan sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasama dan koordinasi antar warga

yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat resiprosikal (Damsar, 2002:157).

Jaringan antara pengrajin berpengaruh besar terhadap kelangsungan usaha

mereka ini karena pasokan bahan akan mudah didapat jika telah terjalin komunikasi dan

saling mengenal antara pengrajin atau dengan pengrajin yang lain. Jaringan yang terbangun

juga berfungsi untuk mempermudah pasokan barang serta untuk mendapatkan harga yang

lebih murah target yang cepat sesuai dengan permintaan hotel, agar kepercayaan pihak

hotel dapat berjalan terus sampai kedepan agar sesama pengrajin dapat terhidar dari

masalah ekonomi didalam menjalani kehidupannya

Didalam pengembangan usaha tanpa jaringan yang banyak maka usaha pun kurang

berjalan dengan lancar, oleh karena itu diperlukan jaringan sosial untuk mengembangkan

usaha serta lembaga kredit dan pemasok juga sangat diperlukan didalam mengembangkan

usaha untuk itu penulis ingin melihat apakah lembaga kredit mau memberikan pinjaman

kepada pengrajin atap daun seperti yang telah diungkapkan oleh Sakaria

”Untuk lembaga kredit sampai sekarang belum ada yang mau memberikan pinjaman kepada kami”.(wawancara tanggal 29 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Denan”Untuk lembaga kredit belum pernah memberikan penjaman kepada kami,belum pernah menawarkan kepada kami, sedangkan kalau dari pemasok tidak pernah memberikan pinjaman”. (wawancara tanggal 29 mei 2016)

38

Page 40: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa lembaga kredit belum berani memberikan

pinjaman kepada pengrajin atap daun dikarenakan penghasilan yang kurang tepat waktu

dalam satu bulan sehingga lembaga kredit masih takut untuk memberikan pinjamannya

kepada pengrajin atap daun sehingga pengrajin atap daun belum pernah menggunakan dana

pinjaman untuk mengembangkan usaha mereka.

Setelah melihat lembaga kredit untuk memberikan pinjaman penulis ingin melihat

apakah pernah pengrajin atap daun menggadaikan aset atau menjualkan hartanya untuk

mengembangkan usahanya seperti yang telah diungkapkan oleh Nasir menjelaskan

”Untuk menjualkan aset didalam pengembangan usaha masih belum pernah dikarenakan terbatasnya pesanan atap daun sehingga pengrajin hanya bisa mengelola seperti biasa”(wawancara tanggal 30 Mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Nurdin”Untuk mengembangkan usaha belum ada terpikirkan karena kita tergantung pesanan dari pihak hotel, jika kita menjual tanah biasanya untuk membangun rumah”. (wawancara tanggal 30 mei 2016).

Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa usaha yang mereka geluti dari dulu sampai

sekarang masih berjalan seperti biasa, dan tidak menggunakan modal yang banyak untuk

mengembangkan lebih banyak lagi dikarenakan terbatasnya permintaan pasar terhadap atap

daun tersebut, jika pengrajin menjual asetnya seperti tanah dana tersebut dimanfaatkan

untuk membangunan rumahnya, rumah anak-anaknya, tidak untuk pengembangan usaha.

Setelah melihat pengembangan usaha atap daun penulis ingin melihat apakah setiap

pengrajin mempunyai jaringan lain selain hotel untuk menjualkan atap daun tersebut seperti

yang telah diungkapkan oleh Nurdin

”Untuk jaringan lain tidak ada, (wawancara tanggal 29 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Suki”Untuk jaringan lain belum ada, jika masyarakat membeli hanya sedikit biasanya untuk perbaikan dapur maupun atap wc dan kandang ayam saja”. (wawancara tanggal 30 mei 2016)

Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa jaringan lain selain hotel masih belum ada

yang ingin membelikan atap daun tersebut adapun masyarakat yang membelinya hanya

sedikit saja hanya untuk memperbaiki atap didapur dan wcnya, untuk kandang ayam,

kandang sapi yang masih menggunakan atap daun tersebut, selebihnya yang paling banyak

menggunakannya adalah hotel. seperti yang telah diungkapkan oleh Suki

39

Page 41: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

”Untuk pembelian yang banyak hanya pihak hotel saja sedangkan untuk masyarakat hanya membeli beberapa keping saja ada 50 keping itu pun tidak sering, kalau sering membeli adalah hotel untuk menggantikan atapnya” (wawancara tanggal 30 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Palal”Kalau masyarakat selalu membelinya sedikit paling banyak 40 sampai dengan 50 keping saja”. (wawancara tanggal 28 mei 2016)

Jaringan yang kurang banyak mengakibatkan pengrajin atap daun sulit untuk

menjualkannya dikarenakan kebutuhan atap daun ini masih langka dikarenakan masyarakat

tidak mau menggunakan lagi atap tersebut. Sehingga pengrajin atap daun lebih banyak

menunggu atapnya dibeli dari pada membuat atap daun, sehingga pemasukan pengrajin

atap daun menunggu order dari pihak hotel, konsep bertahan seperti ini membuat penulis

tertarik untuk menanyakan kepada pengrajin untuk berfikir berpindah kekota dan beralih

profesi tidak menjadi pengrajin atap daun seperti yang telah diungkapkan oleh Nasir

”Kalau pindah kayaknya tidak, karena kita sudah memiliki rumah, kerja sampingan pun sudah ada kalau kita pidah kekota kita memulai dari awal lagi” (wawancara tanggal 30 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Fian ”Untuk pindah sepertinya belum terpikirkan dikarenakan disini kita sudah mempunyai rumah sendiri, sedangkan jika pindah kekota kita memulai kehidupan dari nol lagi’. (wawancara tanggal 30 mei 2016)

Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa pengrajin atap daun sudah sangat

menyukai pekerjaannya apalagi setiap pengrajin sudah memiliki rumah dilingkungan

keluarga besarnya sehingga untuk migrasi kekota atau beralih profesi tidak mungkin terjadi

lagi dikarenakan setiap pengrajin sudah memiliki pekerjaan sampingannya masing-masing

untuk mencukupi kehidupannya, jadi pengrajin atap daun lebih menyukai konsep hidup

seperti sekarang.

Setelah melihat semangat pengrajin atap daun dalam mencukupi kehidupanya

dilokasi rumah tinggalnya maka penulis ingin melihat lebih jauh lagi apakah jaringan atap

daun yang dikembangkan apakah sudah bisa menjual didaerah lain seperti yang telah

diungkapkan oleh Edi menjelaskan

”Sampai sekarang kami belum bisa memasarkan diwilayah lain dikarenakan pengrajin atap daun diwilayah lain berbeda bahannya ada dari daun rumbia”. (wawancara tanggal 29 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Suki

40

Page 42: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

”Untuk pemasaran didaerah lain belum ada dikarenakan setiap wilayah mempunyai bahan atap yang berbeda-beda ada dari pohon rumbia maupun daun kelapa” (wawancara tanggal 30 mei 2016)

Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa pengrajin atap daun tidak memiliki

jaringan diwilayah lain dikarenakan konsep bahan atap daunnya berbeda-beda tergantung

potensi yang ada diwilayahnya, ada yang membuat dari daun pohon rumbia maupun ada

juga yang membuat dari daun pohon kelapa ini yang mangakibatkan pengrajin atap daun

tidak bisa masuk kedaerah lain cukup bisa digunakan dan dibeli daerah sendiri, begitu juga

untuk sistem pengirimannya dikarenakan terbuat dari daun harus mengangkatnya dengan

hati-hati sehingga atap tidak menimbulkan rusak, jika rusak tidak bisa dijual lagi dengan

harga yang maksimal.

Dari beberapa pendapat diatas dapat penulis menyimpulkan bahwa untuk Strategi

Jaringan sosial pengrajin atap daun menjualkan atapnya kepada masyarakat yang akan

membelikannya, biarpun dengan jumlah yang tidak begitu banyak hal ini bisa dapat

mempertahankan hidupnya terutama didalam mencukupi kehidupan sehari-hari, memang

secara umum konsep usaha yang dilakukan oleh pengrajin masih bersifat tradisonal

sehingga lembaga kredit belum siap untuk memberikan pinjaman kepada pihak pengrajin,

pengrajin sangat sulit mengembangkan usahanya dikarenakan modal yang terbatas serta

kurangnya pengetahuan yang dimiliki pengrajin atap daun atas manfaat serta karya seni dan

pengrajin tetap tinggal didaerahnya tanpa harus pindah ditempat lain dikarenakan bahan

untuk membuat atap daun sudah ada dilingkunganya, produknya yang sederhana dan masih

tradisional membuat pengrajin sulit mempromosikan dan memasarkan kerajinan atap

dengan harga tinggi.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengrajin atap daun adalah seseorang yang membuat karya dengan tangannya

sendiri dengan berbahan baku dari daun ilalang, daun tersebut dirangkai dengan rapi yang

menyerupai seng yang dimanfaatkan menjadi atap. Pengrajin atap daun merupakan

pengrajin tradisional, tak heran pengrajin mengalami kemiskinan dan selalu ketergantungan

kepada pemasok, sehingga pengrajin tidak bisa mengembangkan usahanya menjadi lebih

41

Page 43: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

baik dan mempunyai harga jual yang tinggi maka dari itu penulis dapat merumuskan

beberapa kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut :

Strategi bertahan hidup pengrajin atap daun menggunakan konsep berkumpul

dengan keluarga besarnya / hidup bersama-sama dengan orang tuanya sehingga jika salah

satu tidak menghasilkan uang maka yang lainnya bisa membantu untuk membelikan

konsumsi sehingga didalam memenuhi kehidupnya dapat tercukupi dengan maksimal, dan

masing-masing suami mencari kerja sampingan untuk mencukupi kehidupannya seperti

menjadi nelayan, buruh tani, kerja bangunan yang sistem kerjanya tidak mengikat.

Dari strategi diatas terlihat bahwa kondisi pengrajin atap daun di Kelurahan

Toapaya Asri bukan tergolong masyarakat miskin dikarenakan untuk mencukupi

kehidupannya sehari hari masih bisa terpenuhi, kerja sampingan yang dilakukan kaum

suami disela-sela keringnya daun ilalang, pola makan dua kali sehari sehingga dapat

mengurangi jumlah konsumsi perharinya serta tidak membeli makanan yang harga tinggi

seperti daging, baju hanya satu tahun sekali membelinya, yaitu pada hari raya idul fitri.

Ketergantungan pengrajin atap daun tak terlepas dari pihak hotel, dikarenakan salah

satu pembeli yang aktif adalah pihak hotel, dan dukungan dari keluarga besarnya yang

selalu memberikan motivasi didalam pengembangan produksi atap daun biarpun

penjulannya setiap bulannya yang kurang meningkat, dkarenakan pemerintah memberikan

pendidikan gratis bagi anak-anak pengrajin sehingga pengrajin mempunyai kebanggaan

tersendiri didalam memproduksi atap daun.

Strategi Jaringan sosial pengrajin atap daun dengan menjualkan atapnya kepada

masyarakat yang akan membelikannya, biarpun dengan jumlah yang tidak begitu banyak

tetapi hal ini bisa dapat mempertahankan hidupnya terutama didalam mencukupi kehidupan

sehari-hari, memang secara umum konsep usaha yang dilakukan oleh pengrajin masih

bersifat tradisonal sehingga lembaga kredit belum siap untuk memberikan pinjaman kepada

pihak pengrajin, pengrajin sangat sulit mengembangkan usahanya dikarenakan modal yang

terbatas serta kurangnya pengetahuan yang dimiliki pengrajin atap daun atas manfaat serta

karya seni dan pengrajin tetap tinggal didaerahnya tanpa harus pindah ditempat lain

dikarenakan bahan untuk membuat atap daun sudah ada dilingkungan wilayahnya.

42

Page 44: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

B. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan diatas dapat penulis memberikan saran-saran agar

Pengrajin atap daun tidak terjadi ketergantungan terhadap pihak hotel dan kemiskinan :

1. Diharapkan kepada Pemerintah Daerah memberikan pelatihan kepada pengrajin atap

daun sehingga produk yang dibuat dapat menjual dengan harga tinggi.

2. Diharapkan kepada Pemerintah Kecamatan untuk terus mempromosikan manfaat dari

atap daun terhadap kehidupan sehari-hari sehingga penjualan atap daun dapat

meningkat setiap waktu.

3. Diharapkan kepada Pemerintah Kelurahan dapat mensosialisasikan Koperasi Usaha

Bersama untuk menampung semua produk yang dihasilkan, agar dapat memudahkan

pemasaran atap daun yang dihasilkan sttiap bulannya.

4. Diharapkan kepada Pengrajin atap daun untuk membentuk Kelompok Usaha Bersama

(KUBE) dan mengajukan kepada Pemerintah Daerah untuk memberikan pelatihan

standarisasi pengrajin atap daun agar atap yang dihasilkan dapat tahan lebih lama dan

mempunyai nilai jual yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Basrowi. M.S, Dr. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor : Ghalia Indonesia.

Hartini & G. Kartasapoetra. 1992. Kamus Sosiologi dan Kependudukan, Jakarta : Bumi Aksara.

Haughton jonathan dan Khandker Shahidur R. 2012. Pedoman Tentang Kemiskinan dan ketimpangan Handbook Poverty and Inequality, Jakarta : Selemba Empat

Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik Dan Modern. ( Terj. Robert M.Z.Lawang). Jakarta : PT. Gramedia.

Kusnadi, 2003. Akar Kemiskinan Nelayan, Yogyakarta : LKIS Yogyakarta

............., 2006. Konflik Sosial Nelayan Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Alam. LKIS Pelangi Angkasa Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajat. 2010. Masalah, Kebijakan, Politik Ekonomi Pembangunan, Jakarta. Erlangga

43

Page 45: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food

Umar, Husein. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta, PT. Gramedia, Pustaka Umum

Ritzer, George. 2002. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.

Sanjadmiko, Prihandoko. 2009. Orang turunan Cina di Tangerang, suatu kajian tentang faktor-faktor yang mendorong dan menghambat asimilasi antara penduduk golongan pribumi. Makara Jurnal Penelitian Universitas Indonesia No.3 Seri C Agustus 1999. ISSN. 1410-4595.

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung, Alfabeta

B. Dokumen

Profil kelautan dan perikanan Kabupaten Bintan tahun 2014

44