teachingteam.files.wordpress.com€¦ · web view · 2010-05-08laporan praktikum genetika. ......
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA
Kromatografi Pigmen Mata Drosophila melanogaster
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Genetika
Oleh:
Kelompok 7 Kelas B
Dian Puspita Dewi (0700757)
Lilih Siti Solihat (0706627)
*Oktasari Puspitaningrum (0700704)*
Rodiyah (0705128)
Shanty Rahayu K. W (0700522)
Uswatun Khasanah (0706731)
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2010
Kromatografi Pigmen Mata Drosophila melanogaster
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Di laboratorium kita dapat melihat beberapa mutan lalat buah. Misalnya mutan
mata, lalat buah yang termutasi dapat menunjukkan warna mata yang berbeda dengan
warna mata lalat buah normal. Hal ini disebabkan karena lalat buah memiliki pigmen
pteridin yang terdiri dari 2 jenis pigmen yaitu pigmen yang menyebabkan warna merah
atau Drosopterin dan pigmen yang menyebabkan warna cokelat atau ommokrom.jika
terjadi mutasi pada gen yang berperan dalam pembentukan pigmen pteridin, maka warna
mata yang teramati tergantung pada kombinasi pteridin yang ada. Fenotif yang terlihat
pada warna mata pada Drosophila dipengaruhi oleh protein yang merupakan produk gen.
ketika gen tersebut termutasi maka dapat mengakibatkan perubahan protein yang
dihasilkan. Sehingga komposisi pigmen-pigmen mata pun berubah. Pigmen-pigmen ini
dapat dipisahkan dengan menggunakan teknik kromatografi. Kromatografi merupakan
suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase
gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada
larutan. Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan
fase diam. Molekul yang memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung
bergerak lebih lambat dibanding molekul yang berikatan lemah. Dengan ini, berbagai
macam tipe molekul dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom. Setelah
komponen terelusi dari kolom, komponen tersebut dapat dianalisa dengan menggunakan
detektor atau dapat dikumpulkan untuk analisa lebih lanjut.
Oleh karena itu kami melakukan kromatografi pigmen mata drosophila untuk
mengetahui perbedaa jarak pigmen yang menyusun warna mata suatu mutan dan rate of
flouresensinya dan mengetahui perbandingan antara mutan-mutan dengan lalat buah
yang normal.
B. Tujuan Praktikum
Mengamati pemurnian/ pemisahan pigmen-pigmen mata pada lalat buah Drosophila
melanogaster dengan menggunakan teknik kromatografi kertas,
Mengetahui komponen warna mata apa saja yang dimiliki oleh Drosophila
melanogaster
Menghitung nilai Rf pada setiap pigmen yang diperoleh dari hasil pengamatan,
Menyimpulkan berdasarkan hasil kromatografi tersebut pigmen-pigmen yang
termasuk ke dalam drosopterin dan kelompok ommokrom, dan
Membandingkan pigmen-pigmen yang terdapat pada mutan dengan pigmen pada
lalat yang normal.
C. Dasar Teori
Informasi genetika dari suatu organisme umumnya terdapat di dalam kromosom.
Kromosom terdiri atas molekul-molekul DNA yang dibungkus oleh protein. DNA
merupakan polimer yang terdiri atas empat macam nukleotida yaitu Adenin, Guanin,
Sitosin, dan Timin. Gen merupakan bagian dari kromosom tepatnya DNA yang dapat
ditranskripsi dan ditranslasi menjadi suatu protein. Urutan nukleotida suatu gen akan
menentukan produk dari suatu gen. Apabila urutan nukleotida suatu gen berubah, maka
gen tersebut termutasi. Mutasi menyebabkan fungsi dari produk suatu gen menjadi
hilang atau berubah. Hilangnya atau berubahnya fungsi produk suatu gen organisme
sering kali dapat teramati sebagai perubahan fenotif organisme tersebut.
Produk utama dari gen yaitu protein. Protein ini berfungsi sebagai protein
sruktural yaitu protein yang membangun sel atau sebagai enzim yang mengkatalisis
reaksi-reaksi yang terjadi di dalam sel. Fenotif yang dapat teramati merupakan hasil dari
kerja suatu protein. Apabila suatu gen termutasi otomatis protein yang dihasilkan pun
akan berubah atau tidak berfungsi. Perubahan ini akan tampak pada fenotif yang kita
amati.
Salah satu fenotif yang dikendalikan oleh gen yaitu pigmen mata. Drosophila
melanogaster mempunyai warna mata merah. Warna mata merah ini disebabkan oleh
adanya pteridin yaitu pigmen-pigmen mata. Drosophila bermata normal (wild type)
memiliki 7 pigmen pteridin sebagai berikut:
1. Isosepiapterin (kuning)
2. Biopterin (biru)
3. 2-amino-4-hidroksipterin (biru)
4. Sephiapterin (kuning)
5. Xantopterin (hijau-biru)
6. Isoxantopterin (ungu-biru)
7. Drosopterin (jingga)
Catatan: pigmen nomer 1 adalah pigmen yang terdapat pada bagian bawah
kromatogram, paling dekat dengan sampel.
Biopterin : Pteridin warna biru, menjadi perantara dalam formasi pigmen mata
drosopterin pada insekta tertentu.
Sepiapterin : Adalah pigmen kuning pteridin, sebagai perantara dalam formasi
pigmen mata drosopterin pada insekta tertentu.
Xantopterin : Pigmen warna kuning pterin, ditemukan terutama pada sayap dari lalat
buah yellow.
Isoxantopterin : Pterin warna ungu-biru pada sayap dan mata, serta tubuh insekta.
Drosopterin : Pigmen pteridin merah pada mata dan organ lain pada beberapa insekta
termasuk Drosophila.
Perbedaan pigmen-pigmen tersebut dapat diketahui berdasarkan perbedaan warnanya.
Ketujuh pigmen tersebut sebenarnya diatur oleh dua pigmen utama yaitu
ommochrom dan drosopterin. Pigmen mata ommochrome memberikan warna coklat
sedangkan pigmen mata drosopterin memberikan warna merah. Pigmen mata drosopterin
disintesis dari prekusor GTP, sedangkan ommochrome disintesis dari
triptofan. Drosopterin merupakan salah satu campuran yang dapat dipisahkan
berdasarkan prinsip kromatografi dan dapat diidentifikasi di bawah sinar ultraviolet
(UV).
Sintesis Drosopterin
Sintesis Ommochrome
Penelitian Morgant terhadap mutan-mutan Drosophila melanogaster
menghasilkan kesimpulan bahwa mutasi-mutasi terjadi pada kromosom yang terpaut oleh
kromosom seks. Mata sepia pada Drosophila melanogaster, mata putih pada Drosophila
melanogaster, dan mutasi-mutasi lainnya pada mata ternyata terpaut oleh kromosom X.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mata Drosophila melanogaster betina
normal lebih cerah daripada jantan .
Jika terjadi mutasi pada gen yang berperan dalam pembentukan pteridin, maka
warna mata yang teramati akan tergantung kepada kombinasi jenis pteridin yang ada.
Warna mata akan menjadi coklat, bila kelompok drosopterin tidak ada. Sedangkan warna
mata akan menjadi merah terang jika kelompok ommochrome yang tidak ada.
Jika terjadi mutasi pada jalur ommochrome (pigmen cokelat), warna cokelat akan
hilang dan warna mata akan menjadi merah terang. Sebaliknya, jika terjadi mutasi pada
jalur pteridin maka warna mata akan menjadi lebih gelap. Suatu mutan diberi nama
berdasarkan warna matanya, dan tidak berhubungan dengan kerusakan biokimia. Sebagai
contoh, mutan brown memiliki warna mata cokelat, karena kehilangan pteridin, sehingga
mutasi mempengaruhi suatu enzim pada jalur biosintesis pteridin.
Untuk mengamati pigmen mata pada Drosophila melanogaster dilakukan
kromatografi terhadap pigmen tersebut. Kromatografi merupakan metode untuk
memisahkan atau mengidentifikasi suatu komponen kimia dari suatu campuran. Cara
tersebut digunakan oleh ilmuwan untuk mengidentifikasi suatu protein tunggal dari suatu
komponen sel atau jaringan suatu makhluk hidup. Langkah-langkah yang dilakukan
adalah menggiling jaringan tersebut agar jaringan mengalami lisis. Selanjutnya adalah
memisahkan komponen-komponen kimiawi yang ada dalam jaringan tersebut. Cara
pemisahan menggunakan prinsip interaksi molekul yang berbeda melalui medium
stasioner (fase diam) di bawah pengaruh fase gerak. Cara pemisahan tersebut
berdasarkan kecepatan migrasi tiap-tiap komponennya melalui medium stasioner (fase
diam) di bawah pengaruh fase gerak (mobile). Aliran (gerakan) fase gerak tersebut
menyebabkan perbedaan migrasi campuran, sehingga dapat terpisahkan .
Kromatografi adalah metode analisis yang digunakan secara luas untuk
memisahkan, mengidentifikasikan, dan menentukan komponen kimia dalam suatu
campuran. Tidak ada metode pemisahan lain yang aplikasinya seluas kromatografi.
Metode kromatografi ada 2 yaitu: column chromatography dan planar chromatography.
Termasuk di dalam kromatografi planar adalah kromatografi lapisan tipis (TLC),
kromatografi kertas (PC), dan elektrokromatografi. Kromatografi merupakan cara
pemisahan campuran ke dalam komponen-komponennya berdasarkan kecepatan migrasi
tiap-tiap komponennya melalui medium stasioner (fasa diam) di bawah pengaruh fasa
gerak. Fase gerak pada metode kromatografi kertas bergerak melewati fase diam karena
pengaruh kapilaritas, gravitasi, atau terkadang karena pengaruh potensial listrik.
Ada beberapa proses kromatografi berdasarkan tingkat persaingannya dengan fase
diam. Proses kromatografi tersebut antara lain kromatografi absorpsi (adsorption
chromatography), kromatografi pemisahan (partition chromatography), kromatografi
pertukaran ion (ion exchange chomatography), dan kromatografi penyerapan (permeation
chromatography).
Kromatografi adsorbsi menerapkan kompetisi antara adsorban padat dan cair.
Kompetisi tersebut berdasarkan daya larut, daya adsorbs, dan daya kapilaritas dari zat
tersebut. Beberapa contoh dari kromatografi adsorbsi adalah kromatografi kertas dan
kromatografi lapis tipis.
Kromatografi kertas menggunakan bahan kertas saring Whatman No. 1. Dasar
kertas tersebut diberi garis pembatas kira-kira 2-3 sentimeter dari dasar kertas dengan
menggunakan pensil. Sepanjang garis pembatas tersebut diberi beberapa titik untuk
menandai tempat diletakkannya campuran yang akan dipisahkan. Kertas tersebut
kemudian diletakkan di dalam bejana yang telah berisi NH4OH dan n-propil alkohol.
Langkah selanjutnya adalah dengan meletakkan bejana di dalam ruang gas selama
periode tertentu. Hasil dari perlakuan tersebut dapat diketahui dengan beberapa titik hasil
adsorbsi dengan warna yang berbeda menunjukkan warna perbedaan asam amino-asam
amino.
Kromatografi lapis tipis memiliki mekanisme yang tidak jauh berbeda dengan
kromatografi kertas. Kromatografi lapis tipis memiliki kelebihan kecepatan dan
ketajaman daya adsorbsinya. Lempengan tipis yang digunakan biasanya berupa
aluminium sebagai fase stasioner dan gel silika sebagai adsorbannya. Teknik
kromatografi lapis tipis menggunakan suatu adsorben yang disalutkan pada suatu
lempeng kaca sebagai fase stasionernya. Mekanisme penempatan sampel sama seperti
pada kromatografi kertas. Nilai Rf ditentukan dengan cara yang sama seperti pada
kromatografi kertas.
Kromatografi pemisahan menggunakan prinsip kompetisi stasioner antara fase
cair dan fase gerak. Contoh dari kromatografi pemisahan adalah HPLC. Kromatografi
tersebut lengkap dan modern. Umumnya metode ini dicirikan oleh efisiensi kolom yang
rendah dan pemisahan yang lama. Prosedur pemisahannya dengan memperhatikan fase
cair yang lambat melewati kolom karena gravitasi.
Kromatografi pertukaran ion menggunakan prinsip kompetisi antara fase resin
penukar ion dengan fase gerak cair. Contoh dari kromatografi pertukaran ion adalah Ion
Exchange Chromatography. Pemisahan ion-ion dilakukan dengan memisahkan anion dan
kation. Pemisahan dilakukan oleh anion exchanger dan kation exchanger .
Kromatografi penyerapan menggunakan prinsip kompetisi antara matriks polimer
dan fase gerak cair. Contoh dari kromatografi penyerapan adalah Gel Permeation
chromatography. Proses pemisahan molekul-molekunya berdasarkan ukuran dari
molekul-molekul tersebut .
Teknik-teknik kromatografi tersebut dapat digunakan untuk memisahkan
komponen-komponen pada mata Drosophila melanogaster. Warna mata pada lalat
Drosophila melanogaster dipengaruhi oleh komposisi pigmen-pigmen tertentu dan
merupakan sifat yang ditentukan secara genetik. Fungsi dari gen pada suatu individu
adalah untuk mengatur dan mempengaruhi fenotip. Perubahan secara genetik yang
terjadi pada suatu organisme dapat dipelajari pada tingkat morfologi, fisiologi, biokimia
ataupun tingkah laku. Mutasi pada warna mata Drosophila melanogaster dapat diamati
pada level biokimia melalui metode separasi warna dengan kromatografi kertas.
Pigmen mata yang tercantum dalam urutan, akan dipisahkan dalam kromatogram.
Jarak tertentu yang bergerak adalah senyawa kimia yang berkaitan dengan alam yang
kompleks itu sendiri, yang relatif kelarutan dalam larutan, dan untuk keseluruhan jarak
dijalani oleh larutan depan. Jarak biasanya dilaporkan dalam bentuk suatu rasio-ke-depan
nilai (Rf) dan merupakan karakteristik tertentu yag majemuk dalam larutan tertentu. Nilai
Rf adalah ’retardation factor’ atau nilai ratio to front’ yang diekspresikan sebagai fraksi
desimal.
Kromatogram yang dihasilkan diuraikan dan zona-zona dicirikan oleh nilai-nilai
Rf. Nilai Rf didefinisikan dengan hubungan:
Harga Rf mengukur kecepatan bergeraknya zona relatif terhadap garis depan
pengembang. Nilai Rf menunjukkan identitas-identitas asam amino dan intensitas zona
itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi.
II. Metode Kerja
A. Alat dan Bahan
1. Alat :
Kertas saring Whatman no.1
Gunting, Penggaris, Penggaris
Jarum pentul
Alat penjepret kertas
Bejana kromatografi dengan
tutup gelas
Lampu UV
2. Bahan :
Drosophila melanogaster
normal, mutan white, sephia,
dan cloth
Larutan MBA (N-butanol :
asam asetaglasial : aquades =
20:3:7)
Vaselin
B. Cara Kerja
10 cm
2 cm
Menyiapkan kertas saring yang berukuran 15 x 21 cm yang berisikan nama kelompok dan titik dari macam drosophila yang akan dipisahkan
pigmen warna matanya
Nama kelompok
++ wh se cl
16 cm
Menggambil mata dari masing- masing drosophila yang akan dipisahkan pigmen warna matanya dengan jarum pentul
Menghaluskan mata drosophila tersebut di tempat/ titik yang telah disediakan dikertas saring yang telah dibuat. Masing-masing mata drosophila menempati titik yang telah disediakan sesuai jenis drosophilanya
Meyiapkan larutan MBA dan memasukkannya ke dalam bejana kromatografi
Menggulung kertas saring yang telah ada warna mata dari masing-masing drosophila tersebut, sehingga letak sisi kiri dan kanan bersebelahan dan menjepret kertas saring disebelah atas dan bawah. Jangan sampai kertas tersebut bersentha dan tumpang tindih
Memasukkan kertas saring secara tegak didalam bejana dan jangan sampai kertas saring bersentuhan dengan dinding bejana tersebut.
Menutup bejana dan member vaselin, dan mendiamkan bejana tersebut sampai larutan eluen bergerak melewati garis kedua
Mengambil kertas saring dari dalam bejana dan mengeringkannya
Mengamati kertas tersebut dibawah sinar UV, dan memberikn tanda dengan pinsil sekeliling bercak yang terlihat
Mencatat hasil pengamatan dari warnanya atau warna fluoresensinya
III.
Hasil Pengamatan
Tabel Hasil
Pengamatan
IV. Diskusi dan Pembahasan
A. Jawab Pertanyaan
1. Apakah yang dimaksud dengan fluoresensi? Jelaskan proses Fluoresensi yang
terjadi!
Jawab : Peristiwa fluororesensi merupakan peristiwa pemantulan warna/
berpendarnya warna yang tersembunyi karena absorbsi cahaya tertentu yang
diberikan secara disengaja. Peristiwa ini biasanya terjadi terhadap senyawa-
senyawa tertentu (dalam praktikum ini dimaksudkan pigmen warna mata)
yang mempunyai sifat memendarkan cahaya. Dalam hal ini digunakan sinar
UV karena pigmen mata pada lalat buah (Drosophila melanogaster) tidak
bisa terlihat menggunakan cahaya putih (lampu neon). Oleh sebab itu
digunakan sinar UV, dimana sinar UV bersifat memendarkan cahaya pada
pigmen mata. Setelah kromatogram pada kertas disinari dengan sinar
SpesiesJenis
Warna
Jenis
Pigmen
Jarak
pendaranRf
NormalMerah
Drosopterin 4.5 cm 0.45Orange
White Orange Omokrom 0.7 cm 0.07
Sephia
Coklat Omokrom
5.2 cm 0.52MerahDrosopterin
Orange
ClothMerah
Drosopterin 5.7 cm 0,57Orange
ultraviolet (UV) masing-masing komponen pigmen mata yang merupakan
senyawa pteridin akan mengabsorbsi cahaya ultraviolet dengan panjang
gelombang tertentu dan memendarkan warna yang lebih kontras sesuai
dengan warna asli senyawa tersebut.
Cara pemisahan komponen-komponen kimiawi yang ada dalam jaringan
tersebut menggunakan prinsip interaksi molekul yang berbeda melalui
medium stasioner (fase diam) di bawah pengaruh fase gerak. Cara
pemisahan tersebut berdasarkan kecepatan migrasi tiap-tiap komponennya
melalui medium stasioner (fase diam) di bawah pengaruh fase gerak
(mobile). Aliran (gerakan) fase gerak tersebut menyebabkan perbedaan
migrasi campuran, sehingga warna dapat terpisahkan.
2. Hitunglah nilai Rf dari setiap pigmen yang tampak!
Jawab : Nilai Rf (rate of flow) dari masing-masing pigmen mata :
Warna mata : Normal (++) / merah tua
Komponen warna yang memisah : merah dan orange
Panjang pendaran = 4.5 cm
Nilai Rf = a’ / a = 4.5/10 = 0.45 cm
Warna mata : Cloth (Cl) / merah terang
Komponen warna yang memisah : merah dan orange
Panjang pendaran = 5.7 cm
Nilai Rf = a’ / a = 5.7/10= 0.57 cm
Warna mata : Sepia (Se) / merah kecoklatan/ keunguan
Komponen warna yang memisah : coklat, merah, dan orange
Panjang pendaran = 5.2 cm
Nilai Rf hitam keunguan = a’ / a = 5.2/10= 0.52 cm
Warna mata : White (w) / putih pucat
Komponen warna yang memisah : kuning
Panjang pendaran = 0.7 cm
Nilai Rf = a’ / a = 0.7/10 = 0.07 cm
3. Apakah tujuan dari praktikum ini?
Jawab : Tujuan dari praktikum ini adalah :
Mengamati pemurnian/ pemisahan pigmen-pigmen mata pada lalat buah
Drosophla melanogaster dengan menggunakan teknik kromatografi
kertas,
Mengetahui komponen warna mata apa saja yang dimiliki oleh
Drosophila melanogaster
Menghitung nilai Rf pada setiap pigmen yang diperoleh dari hasil
pengamatan,
Menyimpulkan berdasarkan hasil kromatografi tersebut pigmen-pigmen
yang termasuk ke dalam drosopterin dan kelompok ommokrom, dan
Membandingkan pigmen-pigmen yang terdapat pada mutan dengan
pigmen pada lalat yang normal.
B. Pembahasan dari Hasil Pengamatan
Pada praktikum kali ini, kami melakukan pengamatan terhadap kromatografi
pigmen mata pada lalat buah Drosophila melanogaster. Seperti yang kita ketahui bahwa
lalat buah memiliki 2 jenis pigmen yaitu pigmen merah atau pteridin dan pigmen cokelat
atau ommokrom.
Mata pada lalat buah Drosophila melanogaster normal dan beberapa mutan
(White, Sepia, dan Cloth) ditekan dan ditempatkan pada kertas saring yang telah
disiapkan seperti cara kerja diatas. Setelah dimasukkan ke dalam bejana Kromatografi
yang menggunakan pelarut eluen atau NBA (N-Butanol Asetatglasial Akuades) kertas
saring tersebut kemudian didiamkan selama 30 menit. Kertas saring tersebut
memperlihatkan pergerakan larutan eluen yang cepat dibandingkan dengan pergerakan
bahan yang akan dipisahkan yaitu pergerakan warna pigmen mata. Pigmen mata tidak
akan terlihat pada cahaya putih (lampu neon/lampu pijar tetapi akan mengalami
perpijaran/fluoresensi dalam cahaya UV. Setelah di fluoresensi dibawah sinar UV, jarak
pigmen mutan white adalah 0,7 cm, jarak pigmen pada mutan mata normal adalah 4,5
cm, jarak pigmen pada mutan sepia adalah 5,2 cm dan pada mutan cloth adalah 5,7 cm.
Jadi, Rf (Rate of Fluoresensi) pada masing-masing mata lalat Drosophila melanogaster
mutan white, mata normal, mutan sepia, mutan cloth adalah berturut-turut (0,07), (0,45),
(0,52) dan (0,57).
Pada mata lalat Drosophila melanogaster yang Cloth, nilai Rf merupakan nilai
tertinggi. Sedangkan pada mata lalat mutan lainnya nilai Rf berada dibawah nilai Rf lalat
mata Cloth. Hal ini terjadi karena pada mutan, matanya mengalami mutasi pada gen-gen
tertentu yang berperan dalam pembentukan pigmen, baik itu pigmen pteridin atau
pigmen ommokrom. Lalat buah (Drosophila melanogaster) mata sepia terjadi mutasi
pada gen yang berperan dalam pembentukan atau sintesis pteridin/drossopterin yaitu
pada saat perubahan Dihidrobiopterin menjadi Sepiapterin sehingga Sepiapterin tidak
diubah menjadi Xanthopterin. Sedangkan pada sintesis ommokrom tetap terjadi
sehingga warna cokelat lebih mendominasi dibandingkan dengan warna merah. Dengan
kata lain, mata pada mutan sepia adalah cokelat. Lalat buah mata Cloth memiliki warna
mata merah terang dibandingkan dengan merah pada mata lalat normal. Warna mata
merah terang terjadi karena mengalami mutasi sehingga sintesis ommokrom tidak
terjadi. Hal inilah yang akan menyebabkan pigmen cokelat tidak ada sehingga yang ada
hanya pigmen merah saja.
Lalat buah mata White memiliki warna putih jernih. Pada mata White nilai Rf
adalah 0,07. Hal ini berarti terdapat sedikit pigmen mata pada mutan tipe white. Mutan
tipe ini terjadi mutasi pada kedua sintesis pigmen yaitu mutasi yang menyebabkan
hilangnya kelompok ommokrom dan kelompok pteridin/Drosopterin sehingga
pembentukan warna pigmen mata terjadi sedikit.
Pada mutan mata Cloth (merah terang), jarak tinggi pigmen pteridinnya adalah
5,7 cm. Apabila dibandingkan dengan lalat mata normal dan mutan mata sepia maka
jumlah ini merupakan jumlah paling besar untuk pigmen pteridin. Sehingga
menyebabkan merah pada mata mutan Cloth adalah merah yang terang apabila
dibandingkan dengan kedua lalat tersebut (mutan sepia dan lalat normal).
Pigmen – pigmen pada mata Drosophila tersebut sebenarnya diatur oleh dua
pigmen utama yaitu ommochrom dan drosopterin. Pigmen mata ommochrome
memberikan warna coklat sedangkan pigmen mata drosopterin memberikan warna
merah. Pigmen mata drosopterin disintesis dari prekusor GTP, sedangkan ommochrome
disintesis dari triptofan. Drosopterin merupakan salah satu campuran yang dapat
dipisahkan berdasarkan prinsip kromatografi dan dapat diidentifikasi di bawah sinar
ultraviolet (UV).
Mutasi-mutasi terjadi pada kromosom yang terpaut oleh kromosom seks. Mata
sepia pada Drosophila melanogaster, mata putih pada Drosophila melanogaster, dan
mutasi-mutasi lainnya pada mata ternyata terpaut oleh kromosom X. Pada mutan cloth
terjadi mutasi pada jalur ommochrome (pigmen cokelat), warna cokelat hilang dan
warna mata menjadi merah terang. Pada mutan sephia terjadi mutasi pada jalur pteridin
maka warna matanya menjadi gelap. Suatu mutan diberi nama berdasarkan warna
matanya, dan tidak berhubungan dengan kerusakana biokimia. Sebagai contoh, mutan
brown memiliki warna mata cokelat, karena kehilangan pteridin, sehingga mutasi
mempengaruhi suatu enzim pada jalur biosintesis pteridin. Pada mutan white terjadi
mutasi pada kedua sintesis pigmen yaitu mutasi yang menyebabkan hilangnya kelompok
ommokrom dan kelompok pteridin/Drosopterin sehingga pembentukan warna pigmen
mata terjadi sedikit.
V. KesimpulanMetode pemisahan dengan kromatografi kertas dapat memisahkan komponen warna mata
pada Drosophila melanogaster dan menghasilkan kromatogram. Dengan teknik
kromatografi, cara pemisahan komponen-komponen kimiawi yang ada dalam jaringan (mata
Drosophila normal, white, sepia, cloth) menggunakan prinsip interaksi molekul yang
berbeda melalui medium stasioner (fase diam) di bawah pengaruh fase gerak. Cara
pemisahan tersebut berdasarkan kecepatan migrasi tiap-tiap komponennya melalui medium
stasioner (fase diam) di bawah pengaruh fase gerak (mobile). Aliran (gerakan) fase gerak
tersebut menyebabkan perbedaan migrasi campuran, sehingga warna dapat terpisahkan.
Drosophila mempunyai dua buah pigmen warna yaitu drosopterin yang menghasilkan
warna merah dan ommokrom yang menghasilkan pigmen warna coklat yang dihasilkan oleh
pteridin. Pigmen tersebut akan terlihat dengan bantuan sinar UV.
Pigmen warna mata Drosophila melanogaster yang kami temukan saat praktikum adalah
merah, coklat, dan orange. Dari ketiga warna tersebut, warna merah adalah warna yang
paling dominan.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai Rf untuk masing-masing warna mata Drosophila
melanogaster, yaitu sebagai berikut :
nilai Rf mata normal : 0.45
nilai Rf mutan white : 0.07
nilai Rf mutan cloth : 0.57
nilai Rf mutan sepia : 0.52
Pada mata lalat Drosophila melanogaster yang Cloth, nilai Rf merupakan nilai tertinggi,
sedangkan yang paling rendah adalah mutan white. Pada mutan Cloth (merah terang), jarak
tinggi pigmen pteridinnya adalah 5,7 cm. Apabila dibandingkan dengan lalat mata normal
dan mutan mata sepia maka jumlah ini merupakan jumlah paling besar untuk pigmen
pteridin. Sehingga menyebabkan merah pada mata mutan Cloth adalah merah yang terang
apabila dibandingkan dengan kedua lalat tersebut (mutan sepia dan lalat normal).
Daftar Pustaka
Anggriari, Rininta Dwi. 2009. “Pemisahan Biokimia Pigmen Mata Drosophila melanogaster d engan Kromatografi Kertas d an Kromatografi Lapis Tipis ”. Tersedia di: http://rinintadwianggriary.wordpress.com/category/genetika/. [30 April 2010]
Anonim. 2008. “Chromatography of Drosophila Eye Pigments”. Tersedia di: www.lehigh.edu/~mrk5/bios116-drosophila%20eye%20pigment.pdf. [30 April 2010]
Anonim. Tanpa Tahun. “Pigment Pathways of Drosophila melanogaster”. Tersedia di: http://biotech.biology.arizona.edu/labs/Drosophila_teach.html. [30 April 2010]
Campbell, N.A dkk. 2002. BIOLOGI Edisi Kelima – Jilid 1. Jakarta : Erlangga.Suryo. 1990. Genetika Strata 1. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.