nadyaafina.files.wordpress.com€¦ · web viewartinya, hasil akhir yang dinilai adalah apa yang...
TRANSCRIPT
TUGAS TERSTRUKTUR
PENDIDIKAN ORANG DEWASA
Oleh :
Nama : Afina Nadya Zahara
NIM : H1K013040
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTANPURWOKERTO
2014
Pengertian Pendidikan Orang Dewasa
Di bawah ini merupakan beberapa pengertian pendidikan orang dewasa :
a) Menurut UNESCO dalam Suprijatno (2008) mendefinisikan pendidikan orang
dewasa berikut ini : Keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan
apapun isi, tingkatan, metodenya, baik formal atau tidak, yang melanjutkan
maupun menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi dan universitas
serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh
masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya,
meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan mengakibatkan
perubahan pada sikap dan perilakunya dalam persfektif rangkap
perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan
sosial, ekonomi, dan budaya yang seimbang dan bebas.
b) Pendidikan orang dewasa adalah apa yang dipelajari pelajar, bukan apa yang
diajarkan pengajar. Artinya, hasil akhir yang dinilai adalah apa yang diperoleh
orang dewasa dan pertemuan pendidikan/pelatihan, bukan apa yang
dilalukukan pengajar, pelatih atau penceramah dalam pertemuannya
(Yuniarto, 2011).
c) Pendidikan orang dewasa itu sendirimenurut Bryson adalah semua aktivitas
pendidikan yang dilakukan oleh orang dewasadalam kehidupan sehari-hari
yang hanyamenggunakan sebagian waktu dan tenaganyauntuk mendapatkan
tambahan intelektual (Suprijanto, 2008:13).
Hambatan Pendidikan Orang Dewasa
1. Hambatan Fisiologi, meliputi :
a. Titik dekat penglihatan mulai menjauh
Dengan bertambahnya usia, titik-dekat penglihatan, atau titik terdekat
yang dapat dilihat secara jelas, mulai bergerak makin jauh. Pada usia 20
tahun seseorang dapat melihat jelas suatu benda pada jarak 10 cm dari
matanya, namun pada usia 40 tahun titik dekat penglihatan itu sudah
menjauh sampai 23 cm. Pada orang tua, rabun dekat merupakan bagian
dari proses penuaan yang secara alamiah dialami oleh hampir semua
orang. Penderita akan menemukan perubahan kemampuan penglihatan
dekatnya pertama kali pada pertengahan usia empat puluhan. Pada usia
ini, keadaan lensa kristalin berada dalam kondisi dimana elastisitasnya
telah banyak berkurang sehingga menjadi lebih kaku dan menimbulkan
hambatan terhadap proses akomodasi, karena proses ini utamanya adalah
dengan mengubah bentuk lensa kristalin menjadi lebih cembung (Verner
dan Davidson dalam Lunandi, 1987).
Faktor penyebab :
Daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah, yang disebabkan
gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueous humor, lensa, dan
vitreus humor. Perubahan komposisi kornea dan lensa yang
mengakibatkan kekuatan refraksi menurun akan menjadi gangguan yang
menyebabkan hipermetropi (Koto, 2012).
Contoh :
Saat membaca, penderita harus menjauhkan bahan bacaan agar dapat
melihat dengan jelas. Penderita juga akan sulit dalam melakukan kegiatan
yang membutuhkan ketelitian tinggi.
b. Titik jauh penglihatan mulai berkurang, mulai pendek
Dengan bertambahnya usia, titik jauh penglihatan mulai pendek, dimana
titik jauh mata bergeser mendekat memakai lensa plus (Sitohang, 2009).
c. Perlu penerangan lebih banyak
Kemampuan untuk melihat dengan jelas bacaan atau tulisan
tergantungkepada intensitas cahaya dalam ruangan tempat belajar.
Kemampuan seseorang untuk melihat makin berkurang (melemah) sejalan
dengan meningkatnya usia. Seseorang yang berusia sekitar 20 tahun dapat
dengan mudah membaca pada ruangan yang diterangi lampu 40 watt atau
setara dengan itu. Namun bagi mereka yang berusia 40 tahun,
membutuhkan intensitas cahaya sekitar 60 – 100 watt (Rachman, 2010).
d. Kontras warna cenderung ke arah merah, diatasi dengan kontras warna
pada alat peragaan.
Kemampuan membedakan warna-warni spectrum makin berkurang
sejalan dengan meningkatnya usia. Seseorang yang berusia sekitar 20
tahun dapat dengan mudah membedakan warna–warni lembut yang hijau
dari yang biru,dan sebagainya. Sedangkan bagi mereka yang berusia
sekitar 40 tahun hanya dapat membedakan warna– warni yang menyolok
seperti; hitam, biru, hijau,merah. Pada usia tua, kornea mata menjadi
kuning sehingga cahaya yang masuk kedalam indera penglihatan menjadi
tersaring dan cenderung kearahwarna merah (Rachman, 2010).
e. Pendengaran berkurang
Pada umumnya seseorang mengalami kemunduran dalam kemampuannya
membedakan nada secara tajam pada tiap dasawarsa dalam hidupnya. Pria
cenderung
lebih cepat mundur dalam hal ini daripada wanita. Hanya 11 persen dari
orang berusia 20 tahun yang mengalami kurang pendengaran. Sampai 51
persen dari orang yang
berusia 70 tahun ditemukan mengalami kurang pendengaran (Asmin,
2009).
f. Perbedaan bunyi makin berkurang
Kemampuan seseorang untuk membedakan nada suara rendah dari yang
tinggi, suara latar belakang dari suara utama, makin menurun sejalan
dengan meningkatnya usia. Seseorang yang berusia sekitar 20 tahun dapat
membedakan dengan jelas tiap jenis dan tingkatan nada suara. Setelah
berusia sekitar 40 tahun orang dewasa mengalami kesulitan untuk
menangkap tuturan melalui alat elektronika seperti mikrofon, radio,
televisi, dan rekaman kaset (Legiman, 2013).
2. Hambatan Psikologik, meliputi :
a. Orang dewasa tidak diajar namun dimotivasi
Banyak orang dewasa yang merasa sudah tua yakin bahwa mereka lebih
sukar dilatih. Mereka kurang bisa menyesuaikan diri dengan perubahan
dan terlalu tua untuk belajar. Sifat ini akan lebih menekan apabila mereka
diperlakukan seperti anak-anak. Orang tua yang diperlakukan seperti
anak-anak akan menimbulkan banyak masalah seperti motivasi yang
rendah, serta bakan dan pengalaman mereka tidak dapat dimanfaatkan dan
dikembangkan. Untuk menghadapi orang dewasa seperti ini diperlukan
suatu metode atau pendekatan yang tepat serta menggunakan teknik-
teknik partisipatif. Orang dewasa akan lebih siap belajar apabila
mempunyai dorongan untuk ingin tahu sesuatu, sehingga
pendidikan/pembelajaran orang dewasa perlu dirancang untuk dapat
menimbulkan rangsangan keingintahuan (Legiman, 2013).
b. Pesan berhubungan dengan kebutuhan
Salah satu prinsip belajar orang dewasa adalah belajar karena adanya
suatu kebutuhan. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan peningkatan
keterlibatannya (partisipasinya) dalam aktivitas sosial dari setiap individu
yang bersangkutan. Kebutuhan yang paling dasar adalah kebutuhan fisik
atau sandang / pangan. Sebelum seseorang merasakan kebutuhan fisik
berupa sandang, pangan, dan papan, maka setiap individu belum
membutuhkan atau merasakan apa yang dinamakan sebagai harga diri.
Setelah kebutuhan dasar itu terpenuhi, maka seseorang perlu rasa aman
jauh dari rasa takut, kecemasan, dan kekhawatiran. Apabila rasa aman
telah terpenuhi, maka setiap individu butuh penghargaan terhadap hak
azasi dirinya yang diakui oleh setiap individu di luar dirinya. Jika
kesemuanya itu terpenuhi barulah individu itu merasakan mempunyai
harga diri. Dalam kaitan ini, tentunya pendidikan orang dewasa yang
memiliki harga diri dan jati dirinya membutuhkan pengakuan, dan itu akan
sangat berpengaruh dalam proses belajarnya. Dengan mengetahui
kebutuhan orang dewasa sebagai peserta kegiatan pendidikan/pelatihan,
maka akan dapat dengan mudah dan dapat ditentukan kondisi belajar yang
harus disediakan, isi materi apa yang harus diberikan, strategi, teknik serta
metode apa yang cocok digunakan. Hal yang terpenting dalam pendidikan
orang dewasa adalah: Apa yang dipelajari pelajar, bukan apa yang
diajarkan pengajar. Artinya, hasil akhir yang dinilai adalah apa yang
diperoleh orang dewasa dan pertemuan pendidikan/pelatihan, bukan apa
yang dilalukukan pengajar, pelatih atau penceramah dalam pertemuannya
(Lunandi dalam Bambang 2010).
c. Belajar menyakitkan karena harus meninggalkan kebiasaan dan cara
berfikir lama
Orang dewasa seolah-olah sudah yakin terhadap apa yang pernah
dipelajari, sehingga cinderung untuk menolak hal-hal yang sifatnya baru.
Mereka sulit menerima gagasan, konsep, metode, dan prinsip yang baru.
Hal ini yang menyebabkan mereka bertindak secara otoriter sebagai cara
untuk mempertahankan diri (Dimyati, 2010).
d. Belajar adalah mengalami sesuatu, bukan dimarahi atau digurui
Lee Cronbach dalam Muchlis (2011) mengungkapkan bahwa belajar
merupakan perubahan prilaku sebagai hasil dari pengalaman. Karena itu,
menurutnya sebaik-baik belajar adalah dengan mengalami sesuatu, bukan
digurui atau dimarahi. Mengalami sesuatu yaitu dengan mempergunakan
panca inderanya-mata untuk mengamati, telinga untuk mendengar, hidung
untuk mencium, lidah untuk merasa, kulit juga untuk merasakan sesuatu,
sehingga diharapkan seorang pembelajar mampu membaca, mengamati,
meniru, dan kemudian mengolahnya.
e. Belajar adalah khas dan bersifat individual (remediasi / orang per orang)
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan
lingkungannya (Djamarah, 1999).
f. Sumber terkaya untuk bahan belajar terdapat pada pengalaman
Pengalaman merupakan sumber terkaya dalam pembelajaran sehingga
orang dewasa semakin kaya akan pengalaman dan termotivasi untuk
melakukan upaya peningkatan hidup. Dengan belajar orang dewasa akan
mendapatkan pengalaman yang lebih banyak lagi, sehingga belajar bagi
orang dewasa lebih fokus pada peningkatan pengalaman hidup tidak hanya
pada pencarian ijazah saja.Sifat belajar orang dewasa bersifat subyektif
dan unik, hal itulah yang membuat orang dewasa untuk semakin berupaya
semaksimal mungkin dalam belajar, sehingga apa yang menjadi harapan
dapat tercapai (Sujarwo, 2010).
g. Belajar adalah suatu proses intelektual dan emosional.
Masa dewasa dicirikan dengan penurunan intelektual, karena adanya
proses penuaan yang dialami setiap orang. John Horn berpendapat bahwa
beberapa kemampuan memang menurun, sementara kemampuan lainnya
tidak. Horn menyatakan bahwa kecerdasan yang mengkristal (crystallized
intelligence) yaitu sekumpulan informasi dan kemampuan-kemampuan
verbal yang dimiliki individu meningkat, seiring dengan peningkatan usia.
Sedangkan kecerdasan yang mengalir (fluid intelligence) yaitu
kemampuan seseorang untuk berpikir abstrak menurun secara pasti sejak
masa dewasa madya. Kecepatan memproses informasi secara pelan-pelan
memang akan mengalami penurunan pada masa dewasa akhir, namun
faktor individual differences juga berperan dalam hal ini. Belajar juga
melibatkan proses emosional, pengalaman yang banyak dan
menyempitnya persepsi dan perhatian orang dewasa menyebabkan mereka
sulit memusatkan perhatian dan menata memorinya secara baik (Weschler
dalam Setyabudi, 2011).
h. Belajar adalah hasil kerjasama antar manusia.
Burton (dalam Ahmad Rohani, 2004: 25) berpendapat bahwa “group
process atau proses kelompok” yaitu cara individu mengadakan relasi dan
kerjasama dengan individu lain untuk mencapai tujuan bersama.
Kemampuan bekerjasama sangat diperlukan karena kita merupakan
makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk saling tolong
menolong. Kemampuan bekerjasama ini akan sangat bermanfaat dalam
dunia kerja dan kehidupan masyarakat nanti (Anita Lie, 2008:43).
i. Belajar adalah proses evolusi
Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses evolusi. Artinya penerimaan
ilmu tidak
dapat dipaksakan sekaligus begitu saja, tetapi dapat dilakukan secara
bertahap melalui suatu urutan proses tertentu. Dalam kegiatan pendidikan,
umumnya pendidik menentukan secara jauh mengenai materi pengetahuan
dan keterampilan yang akan disajikan. Mereka mengatur isi (materi) ke
dalam unit-unit, kemudian memilih alat yang paling efisien untuk
menyampai unit-unit dari materi tersebut, misalnya ceramah, membaca,
pekerjaan laboratorium, film, mendengar kaset dan lain-lain. Selanjutnya
mengembangkan suatu rencana untuk menyampaikan unit-unit isi ini
dalam suatu bentuk urutan (Nursalam, 2003).
Perilaku yang menghambat pendidikan orang dewasa
a. Harapan mendapat hak baru namun yang didapat/didengar tidak sesuai
dengan harapan. Timbul kebosanan.
Harapan seseorang untuk mendapatkan hal-hal baru, namun yang
didapatkan ternyata tidak sesuai dengan harapan sehingga yang
bersangkutan menjadi tidak respons atau tidak tertarik lagi terhadap
apa yang diberikan dalam proses belajar yang sedang berlangsung
(Ahmad, 2011)
b. Mendengar teori yang muluk, sehingga meragukan kemungkinan
penerapan dalam praktek.
c. Harapan mendapatkan resep/petunjuk baru, namun harus mencari
pemecahan sendiri.
Orang dewasa kecenderungan memiliki orientasi belajar yang berpusat
pada pemecahan problem kehidupan (problem centered orientation),
hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan
kebutuhna untuk menghadapi problem hidupnya. Pada orang dewasa
perspektif waktu belajarnya lebih bersifat segera mengambil manfaat
atau aplikasi diri sesuatu yang dipelajari (Sitohang, 2009).
d. Pesan bersifat umum, tidak spesifik.
Pesan bersifat umum, tidak spesifik terhadap suatu permasalahan
maksudnya pesan yang disampaikan tidak mnuju pada suatu persoalan
yang mendalam, sehingga tidak dapat menyelesaikan permasalahan
yang dihadapai peserta (Setiana, 2005).
e. Sulit menerima perubahan.
Pendidik tidak jarang menghadapi peserta didik yang sulit
menerimaperubahan. Berdasarkan hal tersebut maka pendidik perlu
mengubah jenis sasaran peserta didik ke pengetrap awal. Menurut
King (2010) pengetrap awal yang di jadikan sasaran pendidikan adalah
mereka yang mengalami perubahan fisik pada masa dewasa awal dan
mereka yang mengalami perubahan fisik pada dewasa tengah.
DAFTAR PUSTAKA
.Ahmad, Asykhiyah. 2011. Pendidikan Orang Dewasa (online).
https://www.scribd.com/doc/226929108/Pot, diakses pada 16 Oktober 2014
Asmin, 2009. KONSEP DAN METODE PEMBELAJARAN UNTUK ORANG DEWASA (ANDRAGOGI) (online).http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195109141975011-AYI_OLIM/andragogi_PDF2.pdf, diakses pada 19 Oktober 2014
Bambang, 2010. KELEMAHAN DAN KEUNGGULAN TEORI BELAJARANDRAGOGI (online). http://www.oocities.org/teknologipembelajaran/andragogi.html, diakses pada 18 Oktober 2014
Dimyati, 2010. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Lembaga Administrsi Negara.
Djamarah, Syaiful Bahri. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
King, Laura A., .2010. Psikologi Umum : Sebuah Pandang Apresiatif, Buku 1.Penerjemah: Brian Marwensdy. Jakarta : Salemba Humanika
Koto, Rahman Agus. 2010. Rabun Dekat dan Rabun Jauh: Penyebab, Tips Mencegahdan Mengatasi (online). http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/09/09/rabun-dekat-dan-rabun-jauh-penyebab-tips-mencegah-dan-mengatasi-491852.html, diakses pada 18 Oktober 2014
Legiman, 2013. PEMBELAJARAN ORANG DEWASA,http://www.lpmpjogja.org/index.php/artikeldankaryailmiah/legiman-mpd/57-pembelajaran-orang-dewasa, diakses pada 16 Oktober 2014
Lie, Anita. 2007. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. PTGrasindo. Jakarta
Lunandi, A, G. 1987. Pendidikan orang dewasa. Jakarta: Gramedia.
Muchlis, 2011.BELAJAR DAN MENGAJARDALAM PANDANGAN AL-GHAZÂLÎ(online), http://tadris.stainpamekasan.ac.id/index.php/jtd/article/viewFile/96/192, diakses pada 19 Oktober 2014
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Rachman, Arief. 2010. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSESPEMBELAJARANDAN HASIL BELAJAR ORANG DEWASA (online). https://www.academia.edu/3608933/Faktor_faktor_yang_mempengaruhi_hasil_belajar_Orang_Dewasa, diakses pada 19 Oktober 2014
Setyabudi, Iman. 2011. “HUBUNGAN ANTARA ADVERSITI DAN INTELIGENSIDENGAN KREATIVITASI Vol. 9 No.11 : 7-8.
Sitohang, Sonang. 2009. Penyuluhan Serta Peranannya Terhadap Industri Mikro Dan Kecil di Indonesia. JAMBSP Vol. 6 No. 1–Oktober 2009:106–128
Sujarwo, 2010. STRATEGI PEMBELAJARAN ORANG DEWASA(PENDEKATANANDRAGOGI) (online). http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Sujarwo,%20M.Pd./Makalah-Strategi%20Pembelajaran%20Orang%20dewasa%20(Repaired).pdf, diakses pada 17 Oktober 2014
Suprijanto. 2008. Pendidikan Orang Dewasa, dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta:PT. Bumi Aksara.
Yuniarto, Saiful Rahman. 2011. PEMBELAJARAN UNTUK ORANG DEWASA(online). http://saifulwhn.lecture.ub.ac.id/files/2011/11/Pendidikan-orang-dewasa.pdf, diakses pada 19 Oktober 2014