widyadewa.files.wordpress.com … · web viewfakultas ilmu sosial dan ekonomi. ... bahwa investasi...
TRANSCRIPT
TEORI INVESTASI
Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas kelompok
mata kuliah Ekonomika Moneter
Dosen Pengampu:
Teguh Sihono, M.M. & Supriyanto, M.M.
Disusun Oleh:
Kelompok I & II
1. Muarif Khoerus S. (07404241008) 6. Rizky Amalia F. (07404241041)
2. Wahyu Hartanto (07404241019) 7. Asih Wijayanti (07404241044)
3. Misbahul Munir (07404241020) 8. Tiya Arfiyanti (08404241009)
4. Menik Yuni H. (07404241021) 9. Chandra W (08404241012)
5. Reftina K. A. (07404241036) 10. Riska Dwi S. A. (08404241014)
PRODI PENDIDIKAN EKONOMI (R)
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Investasi merupakan salah satu komponen yang penting dalam GNP. Di Indonesia,
bagian dari investasi dalam produk domestik bruto pada tahun 2010 sebesar 32,15%.
Meskipun sumbangan ini masih relatif kecil, namun investasi tetap mempunyai peranan
penting dalam permintaan agregat. Pertama, biasanya pengeluaran investasi lebih tidak stabil
apabila dibandingkan dengan pengeluaran konsumsi sehingga fluktuasi investasi dapat
menyebabkan resesi dan boom. Oleh karena itu, para ahli ekonomi sangat tertarik untuk
menganalisisnya, terutama dalam kaitannya dengan kebijaksanaan stabilisasi untuk mengatasi
akibat buruk dari adanya fluktuasi investasi. Kedua, bahwa investasi sangat penting bagi
pertumbuhan ekonomi serta perbaikan dalam produktivitas tenaga kerja. Pertumbuhan
ekonomi sangat tergantung pada tenaga kerja dan jumlah (stock) kapital. Investasi akan
menambah jumlah (stock) daripada kapital. Tanpa investasi, maka tidak akan ada
pabrik/mesin baru, dan dengan demikian tidak ada ekspansi. Pengertian investasi mencakup
investasi barang-barang tetap pada perusahaan (business fixed investment), persediaan
(inventory) serta perumahan (residential).
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mempelajari teori tentang investasi yang pada
umumnya hendak menjelaskan faktor-faktor (variabel) yang mempengaruhi investasi.
Beberapa faktor yang diduga kuat pengaruhnya terhadap investasi ini antara lain: tingkat
bunga, penyusutan, kebijaksanaan perpajakan, serta perkiraan (expectation) tentang penjualan
serta kebijaksanaan ekonomi. Mempertimbangkan ekspektasi ke dalam penentuan investasi
merupakan pandangan (teori) yang relatif baru. Secara terperinci, dalam makalah ini akan
dibahas faktor (variabel) tersebut di atas.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Investasi Tetap Pada Perusahaan (Business Fixed Investment)
Oleh karena investasi diartikan sebagai perubahan capital stock, maka teori tentang
investasi haruslah dimulai dengan konsep jumlah (stock) kapital yang diinginkan
(desired capital stock), yang biasa diberi simbol dengan K*.
Dalam menentukan berapa besar capital stock yang diinginkan, seorang pengusaha
harus mempertimbangkan nilai produk marginal (value of marginal product) dengan
biaya modal (user costs of capital). Nilai produk marginal (VMP) adalah kenaikan nilai
output yang diperoleh karena penambahan satu unit input. Dalam pasar persaingan
sempurna, VMP ini sama dengan harga output. Selama VMP masih lebih besar daripada
biaya modal maka pengusaha akan menambah stock daripada kapitalnya. Pengusaha
akan berhenti menambah kapitalnya apabila VMP sama dengan biaya modal.
Marginal Efficiency of Capital (MEC)
MEC menggambarkan tingkat pendapatan (rate of return) dari investasi baru yang
diharapkan akan dilakukan. Untuk menjelaskan konsep MEC ini akan digunakan contoh
sebagai berikut.
Seorang pengusaha hendak menambah satu mesin baru yang berumur satu tahun.
Keuntungan yang diperoleh (setelah dikurangi biaya bahan mentah dan tenaga serta
biaya lain kecuali biaya bunga dan biaya/harga mesin) sebesar Rp 125 juta. Dari
keuntungan kotor ini, sebesar Rp 100 juta untuk membayar biaya mesin, sehingga
sisanya Rp 25 juta merupakan pendapatan dari investasi modal sebesar Rp 100 juta
selama satu tahun (dianggap tidak ada nilai residu) atau sebesar 25%. Hasil ini dapat
diperoleh dengan cara menyamakan biaya mesin (C) dengan kentungan kotor (R) di
diskonto dengan tingkat keuntungan (r). secara simbolis, dapat dituliskan sebagai
berikut:
C = R
(1+r )n +J
(1+r)n
di mana
J = nilai residu mesin
3
Dengan diketahuinya C, R dan J, maka dapat dihitung besarnya “marginal efficiency
of capital” (r). Keputusan seorang pengusaha untuk melakukan investasi tergantung pada
besarnya MEC ini dibandingkan dengan tingkat bunga di pasar. Apabila MEC lebih
besar daripada tingkat bunga pasar, maka pengusaha ini akan melakukan investasi.
Tetapi sebaliknya, apabila MEC lebih rendah daripada tingkat bunga pasar, maka
pengusaha tersebut tidak akan melakukan investasi. Gambar 1 menjelaskan bagaimana
keputusan investasi dilakukan.
Gambar 1.
Keputusan Untuk Melakukan Investasi
Investasi yang paling menguntungkan adalah mesin dengan MEC sebesar 10%,
disusul dengan alat angkut (8%) dan gudang (6%). Investasi apa yang akan direalisir
tergantung pada tingginya tingkat bunga pasar. Apabila tingkat bunga pasar sebesar 9%,
maka hanya mesin yang akan dibeli. Pada tingkat bunga yang lebih rendah, misalnya 5%,
maka pengusaha akan melakukan investasi pada alat angkut, gudang serta mesin, karena
ketiga investasi ini menghasilkan pendapatan (MEC) yang lebih tinggi daripada tingkat
bunga. Dengan demikian dapat diperoleh hubungan antara tingkat bunga dengan
pengeluaran investasi. Makin rendah tingkat bunga, makin besar pengeluaran investasi
(untuk MEC tertentu). Garis a b c d e f g h i merupakan kurva permintaan akan investasi
untuk seorang pengusaha. Apabila kita jumlahkan (secara horizontal), kurva permintaan
investasi ini untuk semua pengusaha maka akan diperoleh kurva permintaan investasi
yang berupa garis lurus turun miring dari kiri atas ke kanan bawah, sebagai berikut.
4
Gambar 2.
Kurva Permintaan Investasi
(Secara Keseluruhan)
B. Jumlah Modal Yang Diinginkan (Desired Capital Stock)
Keinginan seorang pengusaha melakukan investasi dipengaruhi oleh pendapatan yang
diharapkan dan biaya modal untuk membiayai investasi. Pendapatan yang diharapkan
ditentukan oleh sumbangan ekstra dari investasi setiap penggunaan faktor produksi yang
diukur dengan tambahan ekstra hasil produksi dikalikan dengan harganya (sering disebut
nilai produk marginal = value of marginal product). Penambahan investasi akan berhenti
apabila nilai produk marginal telah sama dengan biaya modal. Dengan demikian, jumlah
kapital yang diinginkan tergantung daripada biaya modal serta produk yang diharapkan
akan diproduksi. Untuk sesuatu jumlah tertentu output, makin rendah biaya modal akan
makin tinggi keinginan melakukan investasi.
Biaya Modal (Costs of Capital)
Salah satu komponen biaya modal yang utama adalah tingkat bunga. Tingkat bunga
ini merupakan biaya alternatif dari penggunaan modal. Namun yang penting bagi
pengusaha bukanlah tingkat bunga dalam arti nominal (seperti yang tertera pada bank)
tetapi dalam arti riil, yakni tingkat bunga nominal dikurangi dengan inflasi. Secara
formula dapat dituliskan sebagai berikut.
5
rriil = rnom – π
π = tingkat inflasi
Di samping tingkat bunga, yang termasuk di dalam biaya modal adalah penyusutan.
Kalau dianggap bahwa besarnya penyusutan tetap setiap periode, yakni sebesar b% maka
biaya modal menjadi:
Bm = rnom – π + b
Komponen lain dari biaya modal adalah pajak investasi (investment tax credit) dan
pajak keuntungan (corporate income tax). Pajak investasi berupa pengurangan terhadap
pajak yang dibayarkan, yang besarnya sejumlah (prosentase) tertentu dari nilai investasi.
Pajak investasi ini mengurangi besarnya biaya modal dengan demikian mengurangi
nilai/harga daripada investasi. Apabila besarnya pajak investasi adalah X%, maka biaya
modal akan menjadi:
Bm = (1 – X)( rnom – π + b)
Pajak keuntungan secara tidak langsung mempengaruhi biaya modal. Pengusaha di
dalam mempertimbangkan keputusan untuk melakukan investasi yang penting adalah
nilai produk ekstra setelah dikurangi pajak keuntungan. Oleh karena itu, besarnya nilai
produk ekstra setelah pajak sebesar (1 – t) kali nilai produk ekstra sebelum pajak.
Dengan memperhitungkan kedua jenis pajak tersebut, maka besarnya biaya modal dapat
diformulasikan sebagai berikut:
Bm = (1 – X )(r nom – π+b)
1−t
di mana t adalah pajak keuntungan
Seperti telah diuraikan di atas, bahwa jumlah modal yang diinginkan tergantung pada
jumlah produk yang ingin diproduksi dan biaya modal. Secara umum hubungan ini dapat
dituliskan sebagai berikut:
6
K* = f(Bm. Y)
di mana:
K* = jumlah modal yang diinginkan
Bm = biaya modal
Y = jumlah produk
Secara khusus, bentuk fungsi produksi di atas kita pilih tipe Cobb-Douglas sebagai
berikut:
K* = a YBm
Maka formulasi dari jumlah modal yang diinginkan menjadi:
K* = a Y (1−t )
(1 – X )(r nom – π+b) ………. (1)
Penyesuaian Terhadap Jumlah Modal Yang Diinginkan
Melakukan investasi (mulai perencanaan sampai dengan pelaksanaan) biasanya
memakan waktu yang relatif lama. Oleh karena itu, keinginan untuk melakukan investasi
ini dipenuhi sebagian demi sebagian, tidak mungkin (jarang) yang dapat dipenuhi
sekaligus (dalam waktu pendek). Apabila pemenuhan investasi yang sebagian demi
sebagian ini (partial adjustment) dinyatakan dengan simbol λ, yakni penyesuaian yang
besarnya adalah λ kali selisih antara yang diinginkan dengan kenyataan yang telah
dilakukan pada waktu yang lalu, maka proses penyesuaian yang sifatnya parsiil dapat
dituliskan sebagai berikut:
Kt = Kt – 1 + λ(K* - Kt – 1) ………. (2)
di mana:
Kt = jumlah modal pada waktu t
Kt – 1 = jumlah modal pada waktu t – 1
λ = koefisien penyesuaian
7
Arti dari formulasi ini adalah pengusaha merencanakan untuk mempunyai modal pada
satu waktu tertentu sedemikian rupa sehingga sebagian dari perbedaan antara modal yang
diinginkan dengan jumlah modal waktu sebelumnya dipenuhi.
Apabila investasi diartikan sebagai tambahan jumlah modal, maka investasi dapat
diformulasikan sebagai berikut.
I = Kt - Kt – 1 ………. (3)
Kt - Kt – 1 = λ(K* - Kt – 1) ………. (4)
I = λ(K* - Kt – 1) ………. (5)
Oleh karena itu, besarnya K* tidak bisa diukur, maka formulasi K* diganti dengan
persamaan (I) menjadi:
I = λ[(aY (1−t)
(1 – X )(r nom – π+b)) - Kt – 1 ] ………. (6)
Persamaan (6) merupakan suatu fungsi investasi. Dari persamaan ini, jelas nampak
pengaruh kebijaksanaan moneter terhadap investasi. Pengaruhnya melalui tingkat bunga
dan inflasi yang pada gilirannya akan mempengaruhi investasi.
C. Prinsip Akselerasi (Acceleration Principles)
Prinsip akselerasi mengatakan bahwa tingkat/besarnya investasi proporsional terhadap
perubahan dari output (GNP).
Secara sederhana, prinsip akselerasi ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Menurut J.
M. Clark, bahwa pengusaha menginginkan hubungan tertentu (proporsi tertentu) dari
modal yang diinginkan dengan hasil produksi (output).
K*t = a Yt ………. (7)
di mana:
a = perbandingan/rasio antara modal dengan output yang diinginkan
K* = jumlah modal yang diinginkan
8
Pengusaha melakukan investasi apabila jumlah modal yang diinginkan pada satu saat
lebih besar daripada jumlah modal yang betul-betul dimiliki (actual) dikurangi dengan
penyusutan. Investasi dalam arti ini dapat dituliskan sebagai berikut:
I = K*t – Kt – 1(1 – d) ………. (8)
d = penyusutan (depresiasi)
Jumlah modal pada akhir suatu periode t sama dengan K t – 1(1 – d) ditambah dengan
investasi neto
Kt = Kt – 1(1 – d) + It ………. (9)
J. M. Clark juga menggunakan anggapan bahwa penyesuaian terhadap jumlah modal
yang diinginkan dilakukan dalam satu periode (koefisien penyesuaian = 1). Implikasinya,
jumlah modal pada periode t sama dengan jumlah modal yang diinginkan pada periode t.
Oleh karena itu, diperoleh:
Kt = K*t ………. (10)
Sehingga persamaan (7) menjadi:
Kt = a Yt ………. (11)
Dengan memasukkan persamaan (11) dan (8) ke dalam persamaan (7) diperoleh
prinsip akselerasi sebagai berikut:
It = K*t – K*t – 1 + d Kt – 1
It = a(Yt – Yt – 1) + d Kt – 1 ………. (12)
Persamaan (12) berarti bahwa investasi bruto tergantung pada pertumbuhan output
dan penyusutan. Bagian pertama disebut investasi – neto. Dengan demikian, investasi
neto tergantung (merupakan fungsi) dari pertumbuhan output. Konsekuensinya, suatu
perekonomian yang tidak mengalami pertumbuhan maka investasi juga akan sama
dengan nol (jumlah modal juga tetap tidak berubah).
9
D. Investasi Perumahan
Perumahan merupakan salah satu bentuk kekayaan yang umurnya panjang. Oleh karena itu,
permintaan akan perumahan merupakan bagian dari penentuan jenis bentuk kekayaan yang
ingin dimiliki oleh seseorang (teori portofolio). Permintaan akan perumahan dipengaruhi
(tergantung) oleh beberapa faktor, diantaranya: besarnya kekayaan (wealth), pendapatan
(return) dari bentuk kekayaan lain serta pendapatan (return) dari pemilikan rumah.
Gambar 3 menjelaskan bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi permintaan akan
perumahan.
Gambar 3.
Kurva Permintaan Akan Perumahan
Makin besar/tinggi kekayaan seseorang, makin besar/tinggi pula permintaan akan
perumahan. Dalam gambar 3, ditunjukkan dengan bergesernya kurva permintaan dari D0 ke
D1.
Faktor lain yang mempengaruhi permintaan akan perumahan adalah pendapatan dari bentuk
(jenis) kekayaan lain. Makin rendah pendapatan dari bentuk/jenis kekayaan lain (seperti
misalnya surat berharga) maka investasi dalam bentuk rumah nampak menguntungkan,
sehingga permintaan akan perumahan naik. Hal ini tercermin dengan bergesernya kurva
permintaan dari D0 ke D1.
Faktor ketiga adalah pendapatan dari pemilikian rumah. Pendapatan kotor terdiri dari sewa
ruah (seandainya disewakan) dan kenaikan nilai rumah (capital gain), sedangkan
10
biaya/ongkosnya terdiri dari biaya bunga, pajak serta penyusutan. Pendapatan bersih adalah
selisih antara pendapatan kotor dikurangi dengan biaya. Makin tinggi pendapatan bersih
(mungkin disebabkan oleh naiknya sewa, atau turunnya biaya bunga) akan membuat makin
besar dorongan untuk membeli rumah dan hal ini tergambar dengan pergeseran kurva
permintaan akan perumahan dari D0 ke D1. Perlu dicatat di sini, meskipun rumah tidak
disewakan (didiami sendiri), pendapatannya berupa imputed return, tetap diperhitungkan
sebagai pendapatan. Dalam keadaan keseimbangan, biaya modal dikalikan dengan harga rumah
sama dengan pendapatan (r + d – πe) Ph = sewa, sehingga pendapatan dapat diformulasikan
sebagai berikut:
rh = Sewa
Ph - d + πc
di mana:
rh = pendapatan
d = penyusutan
πc = kenaikan harga rumah yang diharapkan
Ph = harga rumah
Satu faktor penting yang mempegaruhi permintaan perumahan adalah tersedianya kredit
(khusus kredit perumahan). Besar/kecilnya kredit yang tersedia dipengaruhi oleh tingkat bunga.
Biasanya kredit yang tersedia untuk perumahan itu berasal dari tabungan. Kenaikan tingkat
bunga obligasi misalnya, akan mendorong orang untuk mengambil tabungannya guna membeli
obligasi. Akibatnya dana yang tersedia (kredit) untuk perumahan makin kecil sehingga
permintaan akan perumahan turun. Dalam hal ini terdapat hubungan negatif antara tingkat
bunga dengan permintaan akan perumahan. Secara ringkas, faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan akan perumahan dapat diformulasikan ke dalam suatu fungsi permintaan sebagai
berikut:
Dh = d( +¿ rh, −¿ r)
Tanda di atas variabel rh dan r menunjukkan hubungan variabel tersebut dengan Dh (jumlah
perumahan yang diminta). Dengan mengganti rh, maka diperoleh fungsi permintaan akan
perumahan sebagai berikut:
11
Dh = h( −¿ Ph,+¿ Sewa,+¿ πe, −¿ r)
Harga dari rumah sebagai hasil interaksi antara permintaan dan jumlah (stock) rumah. Pada
suatu saat tertentu, jumlah rumah ini relatif tetap, yang tidak dapat dengan cepat dirubah
(ditambah) guna memenuhi perubahan (kenaikan) permintaan. Oleh karena itu, kurva
penawaran dari jumlah (stock) rumah ini dapat digambarkan dengan garis vertikal. Harga
keseimbangan ditentukan oleh perpotongan antara kurva permintaan dengan penawaran, seperti
tercermin pada gambar 4.
Gambar 4.
Pasar Perumahan
Kurva permintaan pada gambar (a) menunjukkan hubungan antara harga rumah
dengan jumlah yang diminta (dari fungsi permintaan akan perumahan di atas). Faktor-
faktor lain yang mempengaruhi jumlah rumah yang diminta seperti sewa, tingkat bunga
dan perkiraan harga rumah dianggap tetap (ceteris paribus). Apabila faktor-faktor lain ini
berubah, maka akan terjadi pergeseran kurva permintaan. Kurva SS menggambarkan
jumlah rumah pada suatu saat tertentu (yang relatif tetap). Memang pada waktu yang
relatif pendek dapat saja terjadi pembangunan rumah, namun jumlahnya relatif kecil
sehingga untuk menyederhanakan analisa dianggap tidak (penting) mempengaruhi
jumlah (stock) rumah yang ada. Namun dalam jangka panjang, jumlah (stock) ini dapat
bertambah sehingga kurva SS bergeser ke kanan. Di dalam jangka pendek, harga
ditentukan oleh titik potong antara kurva permintaan D dengan penawaran (SS), yakni
pada Ph.
12
Rumah baru yang dibangun (investasi) tampak pada gambar (b), yakni kurva CC.
kurva ini menunjukkan banyaknya rumah baru yang dibangun pada berbagai
kemungkinan harga. Seperti halnya kurva penawaran barang, kurva ini pun mempunyai
lereng positif, artinya makin tinggi harga rumah, akan makin banyak pula rumah baru
yang dibangun. Kenaikan upah atau harga bahan bangunan akan menggeser kurva CC ke
kiri atas.
Hubungan antara gambar (a) dengan (b) dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam
jangka pendek, harga ditentukan pada pasar rumah yang telah ada (stock), dimana jumlah
yang diminta sama dengan yang ada, yakni pada harga Ph0. Pada harga Ph0 ada sejumlah
rumah baru (yakni sebesar I0) dibangun (sebab harga rumah lebih besar daripada ongkos
pemugaran misalnya). Dalam jangka panjang, rumah baru ini menambah jumlah (stock)
rumah yang ada, kurva SS bergeser ke kanan, harga rumah turun dan pembangunan
rumah baru turun. Dengan demikian, pembangunan rumah baru menyesuaikan dengan
komposisi portofolio masyarakat. Apabila ada kenaikkan permintaan (misalnya karena
berubahnya sewa/naiknya sewa dalam fungsi permintaan) yang ditunjukkan dengan
bergesernya kurva permintaan dari D0 ke D1, harga rumah naik menjadi Ph1. Kenaikan
harga ini merupakan pertanda bahwa masyarakat menginginkan rumah yang lebih
banyak. Keadaan ini mendorong pembangunan rumah baru, sehingga jumlah rumah baru
yang dibangun naik menjadi I1.
Salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan akan perumahan adalah tingkat
bunga. Kenaikan tingkat bunga akan menggeser kurva permintaan akan perumahan ke
kiri bawah (misalnya dari D1 ke D0).
Dari uraian ini jelas bahwa kenaikan tingkat bunga akan menurunkan pembangunan
rumah baru (investasi dalam perumahan). Pengaruh tingkat bunga terhadap
pembangunan rumah baru dapat melalui jumlah kredit yang tersedia. Kenaikan tingkat
bunga cenderung menurunkan kredit yang tersedia untuk pembangunan perumahan
sehingga jumlah rumah baru yang dibangun cenderung menurun.
13
BAB III
PENUTUP
Investasi mempunyai peranan yang penting di dalam permintaan agregat. Pertama,
biasanya pengeluaran investasi lebih tidak stabil apabila dibandingkan dengan pengeluaran
konsumsi sehingga fluktuasi investasi dapat menyebabkan resesi dan boom. Oleh karena itu,
para ahli ekonomi sangat tertarik untuk menganalisisnya, terutama dalam kaitannya dengan
kebijaksanaan stabilisasi untuk mengatasi akibat buruk dari adanya fluktuasi investasi.
Kedua, bahwa investasi sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi serta perbaikan dalam
produktivitas tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi sangat tergantung pada tenaga kerja dan
jumlah (stock) kapital. Investasi akan menambah jumlah (stock) daripada kapital. Tanpa
investasi, maka tidak akan ada pabrik/mesin baru, dan dengan demikian tidak ada ekspansi.
Pengertian investasi mencakup investasi barang-barang tetap pada perusahaan (business fixed
investment), persediaan (inventory) serta perumahan (residential).
Teori tentang investasi pada umumnya hendak menjelaskan faktor-faktor (variabel).
Beberapa faktor yang diduga kuar pengaruhnya terhadap investasi ini diantaranya adalah
tingkat harga, penyusutan, kebijaksanaan perpajakan, serta perkiraan (expectation) tentang
penjualan serta kebijaksanaan ekonomi.
14