week15 penyakit hama tanaman
TRANSCRIPT
PENGENDALIAN HAMA TERPADU
KULIAH MINGGU KE-15
Mengapa PHT1. Munculnya berbagai kelemahan pengendalian
hama secara konvensional (kimiawi) karena: • Terjadi resistensi hama sasaran• Timbul hama sekunder• Timbul resurjensi hama• Pencemaran lingkungan• Keracunan pekerja• Residu pada bahan yang dipanen
3
Aplikasiinsektisida
Aplikasiinsektisida
Aplikasi insektisida Resisten bawaan
Tidak resisten
Keturunan
Keturunan
pertama
kedua
ketiga
Hama menjadi resisten terhadap insektisida
4
Sebelum aplikasi Segera setelah aplikasi Resurgensi hama
AE
Aplikasiinsektisida
N
t
Terjadi resurgensi hama
Hama
Musuh alami
5
Sebelum aplikasi Segera setelah aplikasi Ledakan hama B
AE
Aplikasi insektisidaN
t
Muncul hama sekunder
Hama A
Hama BHama A
Predator A
Hama B
Predator B
2. Kepedulian terhadap lingkungan meningkat akibat banyak pencemaran oleh pestisida
Proses Bio-magnification
• Pengembangan sumberdaya manusia pada tingkat paling bawah (petani) dan petugas lapangan melalui pelatihan-pelatihan PHT
• Kepedulian terhadap kelestarian lingkungan, termasuk kesehatan manusia
• Pelarangan penggunaan 57 jenis formulasi pestisida yang dapat menimbulkan resurjensi hama dan mencabut subsidi pestisida yang mecapai 80% dari harga pestisida.
Pokok-pokok Isi Inpres No. 3/1986 (awal pemasyarakatan PHT di Indonesia)
3. Kebijakan pemerintah¨ INPRES No. 3/1986¨UU No. 12/1992 (Sistem Budidaya Tanaman)
¨ Perlindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem PHT
¨ Pelaksanaan perlindungan tanaman menjadi tanggung jawab masyarakat dan pemerintah
UU No. 12 tahun 1992 (Sistem Budidaya Tanaman) pasal 20:
Produk yang dikonsumsi
Pola produksi
Kecenderungan di masyarakat maju/berpenghasilan baik
Sadar akan pentingnya kesehatan
Menjadi persyaratan ketat untuk pemasaran produk Tahun 2002, 15 perusahaan yang kena
holding order 1993 baru 1 perusahaan
Lebih memilih produk organik,
Potensi pasar sebesar US $ 30 Miliar, kenaikan permintaan 15 % dari 2001
Pola konsumsi KONSUMEN4. Perdagangan internasional: WTO, SPS (Sanitary and Phytosanitary)
Memperbesar peluang merebut pasar dengan LABELISASI PRODUK
Biru Kuning Hijau
PHT Transisi Organik
• PHT menjadi gerbang memasuki produk organik
• PHT berkembang karena efek samping pestisida
EFEK SAMPING PEMANFAATAN PESTISIDAPenggunaan insektisida
yang berlebihan
ResistensiResurgensi
Hama sekunder
Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
Kesehatan manusiaMahluk bukan-sasaran
Pencemaran lingkungan
Efisiensi masukan produksi
Reaksi-balikekologi
Kepeduliansosial
Pertimbanganekonomi
PHT adalah strategi pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman) yang mengutamakan pengendalian alami dan kultur teknis, menggunakan pestisida hanya bila diperlukan, serta dengan mempertimbangkan konsekuensi ekologi, ekonomi dan sosial.
Apa itu PHT (berbagai definisi dikemukakan para ahli)
Pada prinsipnya:
• Mempertahankan populasi hama agar tetap di bawah tingkat yang merugikan (di bawah ambang ekonomi)
• Mengutamakan terlebih dahulu metode pengendalian bukan kimia untuk menekan perkembangan populasi hama
• Melakukan pemantauan perkembangan populasi hama secara teratur/berjadwal
• Menggunakan pestisida bila populasi hama telah melampaui ambang ekonomi
Prinsip Dasar PHT
Aspek penting:
Teknis: efektif Ekonomis: menguntungkan Ekologis: aman Sosial Budaya: acceptable
Ambang Ekonomi
Konsep dasar Ambang Ekonomi (AE) secara sederhana diilustrasikan pada gambar di atas.
AE adalah kepadatan hama yang sudah harus dikendalikan sebelum populasinya mencapai Ambang Kehilangan Hasil (AKH).
AKH adalah kepadatan hama yang sudah menyebabkan kehilangan hasil.
Waktu
Popu
lasi
H am
a AKH
AE
Ambang Ekonomi Jarak antara AE dan AKH diperlukan karena
pengendalian membutuhkan waktu. Populasi hama diperoleh dari kegiatan
pengamatan yang hasilnya kemudian dianalis untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan pengendalian.
AE setiap hama bervariasi dan dipengaruhi oleh– Harga produk.– Biaya Pengendalian (tenaga kerja, harga pestisida).– Ketahanan varietas.– Peran hama (serangga yang bertindak sebagai vektor
virus memiliki nilai AE yang sangat kecil karena kerusakan tidak hanya bersifat langsung, tapi juga tidak langsung melalui penularan virus).
Integrasi Musuh Alami ke dalam AE
Integrasi musuh alami dan komponen agroekosistem lainnya ke dalam keputusan pengendalian merupakan konsep lebih maju dari konsep dasar AE. Pemahaman menyeluruh tentang agroekosistem merupakan tuntuan dasar untuk konsep baru tersebut.
Kerapatan Hama
Kera
pata
n M
usuh
Ala
mi
IAman
II
Aman
III
Aman
III
Perlu informasi lebih lanjut (fenologi tanaman, hama, cuaca dll.)
AKE
Ambang Peran Musuh Alami
1. Hasil panen sesuai harapan (tinggi, kerkualitas dan stabil)
2. Keuntungan yang diperoleh petani meningkat3. Mengurangi ketergantungan petani terhadap
pestisida4. Gangguan hama tetap berada pada tingkat yang
tidak merugikan5. Keamanan lingkungan terjamin
Sasaran PHT
Komponen PHT
KEPU
TUSA
N
PENG
ENDA
LIAN
PENG
AMAT
AN
AN. E
KOSI
STEM
Peng
. Hay
ati
Kultu
r Tek
nik
Varie
tas re
sisten
Fisik
Mekan
ik
Ferom
on
Geneti
k
Pesti
sida
Undang-undang
Lumbung/Horreo Galicia
Dalam penerapannya beberapa cara pengendalian yang kompatibel dapat digabungkan untuk menekan perkembangan OPT di pertanaman. Pengendalian kimia dilakukan sebagai upaya pengendalian terakhir, dipilih pestisida berspektrum sempit dengan masa residu singkat.
Strategi Pengendalian Konvensional vs PHTKonvensional PHT
Preventif: tindakan pengendalian dengan pestisida dilakukan secara berjadwal sebelum terlihat adanya hama/kerusakan.
Kuratif: tindakan pengendalian dilakukan segera setelah terlihat adanya hama/kerusakan tanpa mempertimbangkan populasi hama/tingkat kerusakan.
Preemtif: tindakan pengendalian merupakan bagian dari cara budidaya, dilakukan secara berkesinambungan mulai dari persiapan tanam, selama pertumbuhan tanaman hingga panen.
Responsif: tindakan pengendalian didasarkan pada hasil pengamatan dan dilakukan sebagai tindakan intervensi bila pengendalian preemtif tidak mampu menekan perkembangan populasi hama.
Integrasi Musuh Alami ke dalam AE
Informasi mengenai agroekosistem yang memiliki peran musuh alami tinggi atau rendah dapat diperoleh dari penelitian dasar dan atau pengamatan berkala, contoh:
– Agroekosistem padi untuk sebagian besar hama merupakan agroekosistem yang tidak terlalu membutuhkan pestisida.
– Agroekosistem sayuran untuk sebagian besar penyakit merupakan agroekosistem yang hampir selalu membutuhkan pestisida, terutama karena faktor cuaca.
Peran Musuh Alami
Peran Pestisida
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Cara pemasyarakatan PHT di Indonesia melalui:
Seminar/pertemuan/diskusi
Pelatihan atau Sekolah PHT untuk petugas PHP (Pengamat Hama dan Penyakit), PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan), PL (Pemandu Lapangan)
Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) untuk Petani
Pemasyarakatan PHT
1. Budidaya tanaman sehat. Dilakukan sejak perencanaan tanam melalui pemilihan benih/bibit yang sehat, pengaturan waktu tanam, sanitasi, perawatan tanaman (pemupukan, penyiangan, pengairan).
2. Pelestarian dan pemanfaatan musuh alami. Musuh alami yang telah ada di pertanaman dijaga keberadaannya dengan menyediakan lingkungan yang kondusif (di antaranya mengurangi penggunaan pestisida).
3. Pengamatan secara berjadwal/mingguan. Keputusan tindakan pengendalian berdasarkan hasil pengamatan.
4. Petani menjadi ahli di lahannya sendiri. Petani mampu mengamati, menganalisis hasil pengamatan dan membuat keputusan untuk pengendalian, dan menentukan teknik pengendalian yang sesuai untuk tanamannya.
Implementasi PHT di tingkat petani mengikuti 4 prinsip berikut:
• Sawah/kebun merupakan sarana belajar• Belajar lewat pengalaman dan pengamatan
langsung• Menganalisis permasalahan di pertanaman dan
mengambil keputusan bersama• PHP dan PPL mengarahkan, bukan menggurui• Waktu belajar satu musim tanam (10 -15 x
pertemuan)• Perencanaan dan kurikulum disusun
berdasarkan kondisi setempat
Metode belajar SLPHT
Presentasi petani
25 orang petani pesertadibina oleh 1 orang PHP dan 1 orang PPLPetani yang telah dilatih (Alumni SLPHT) diharapkan mampu menjadi pelatih petani lainnya (membentuk SLPHT Lanjutan).
Kelompok SLPHT terdiri dari:
• SLPHT Padi dan Palawija• SLPHT Sayuran Dataran Tinggi (SDT)• SLPHT Tanaman Perkebunan
Macam SLPHT
Kasus Hama dan Penyakit di Bogor
Tungro: Padi Virus TungroGejala: Daun Menguning- Malai tidak
terbentukPenularan: Wereng Hijau (Nephotettix
sp.)Pengendalian: Tanam Serempak,
Memusnahkan Singgang
Penyakit Embun Bulu Pada Ketimun
Penyebab: Cendawan Pseudoperonospora cubensis
Patogen Obligat: inang Cucurbitaceae,
Kelembaban Tinggi Pengendalian: pergiliran tanaman,
bibit sehat, optimasi pemupukan, kimiawi (sintetik, ekstrak kompos)
Tungro (Virus)
Penyakit KetimunLayu Fusarium (Fusarium sp.)
Busuk Buah (Pythium sp.)
Embun Bulu
Cowpea Little Leaf Virus
Penyakit Terung
Layu Bakteri Busuk Pangkal Batang (Phoma sp.)
Keong Emas Padi (Pomacea canaliculata)
Hama introduksi (Amerika tropik, masuk melalui Filipina), 1989 masuk Indonesia, dikembangkan sebagai hewan budidaya
1998- di Karawang 6000 ha rusak berat
Pengendalian: Pengumpulan keong dewasa secara massal, itik (keong kecil), pengumpanan, ajir untuk peletakan telur