whorshop penggunaan buku pelajaran bahasa bali pada guru
TRANSCRIPT
1
LAPORAN AKHIR
PELATIHAN PEMILIHAN DAN PENGEMBANGAN MATERI
PELAJARAN BAHASA BALI BERORIENTASI PENDIDIKAN
KARAKTER PADA GURU-GURU SEKOLAH DASAR (SD)
DI KECAMATAN BULELENG
OLEH
DRA. SANG AYU PUTU SRIASIH, M.PD.
I WAYAN GEDE WISNU, S.S., M.SI.
IDA BAGUS RAI, S.S. M.PD.
IDA BAGUS MADE LUDY PARYATNA, S.S., M.PD.
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor:
85/UN48.15/LPM/2014 tanggal 13 Februari 2014
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA BALI
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
2014
2
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Judul Program : Pelatihan Pemilihan dan Pengembangan Materi Pelajaran
Bahasa Bali Berorientasi Pendidikan Karakter pada Guru-
Guru Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Buleleng
a. Jenis Program :
b. Bidang Kegiatan: Pengabdian pada Masyarakat
c. Identitas Pelaksana:
1. Ketua
Nama : Dra. Sang Ayu Putu Sriasih, M.Pd.
NIP : 196006071986012001
NIDN : 0007066006
Pangkat/Gol : Pembina Utama Muda/IV c
Alamat Kantor: Jl. Ahmad Yani 67 Singaraja
Alamat Rumah: Pantai Indah III/40 Singaraja
2. Anggota 1
Nama : I Wayan Gede Wisnu, S.S., M. Si.
NIP : 197712022008121001
NIDN : 0002127707
Pangkat/Gol : Penata Muda/III/b
Alamat Kantor: Jl. Ahmad Yani 67 Singaraja
Alamat Rumah: Jln. Jelantik Gingsir, Br. Bantang Banua, Tista Sukasada
2. Anggota 2
Nama : Ida Bagus Rai, S.S.
NIP : 196802042008011009
NIDN : 0004046806
Pangkat/Gol : Penata Muda/III a
Alamat Kantor: Jl. Ahmad Yani 67 Singaraja
Alamat Rumah: BTN Giri Mas Asri, Blok A/12 Singaraja
3. Anggota 3
Nama : Ida Bagus Ludy Paryatna, S.S.
NIP : 198306172008121004
NIDN : 0017068301
Pangkat/Gol : Penata muda/III a
Alamat Kantor: Jl. Ahmad Yani 67 Singaraja
Alamat Rumah: BTN Giri Mas Asri, Blok B/14 Singaraja
d. Biaya yg Diperlukan: Rp 10.000.000 (Sepuluh Juta Rupiah)
e. Lama Kegiatan : 8 (delapan) bulan
3
Singaraja, 6 September 2014
Mengetahui,
Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Ketua Pelaksana,
Prof. Dr. Putu Kerti Nitiasih, M.A. Dra. Sang Ayu Putu Sriasih, M.Pd.
NIP 196206261986032002 NIP 1960060719802016
Menyetujui
Ketua LPM Undiksha,
Prof. Dr. I Ketut Suma, M.S.
NIP 195901011984031003
4
KATA PENGANTAR
Pelatihan Pemilihan dan Pengembangan Materi Pelajaran Bahasa Bali
Berorientasi Pendidikan Karakter pada Guru-guru Sekolah Dasar (SD) di
Kecamatan Buleleng ini merupakan salah satu bentuk pengabdian yang dilakukan
oleh LPM Universitas Pendidikan Ganesha, khususnya oleh Jurusan Pendidikan
Bahasa Bali dalam rangka turut serta memajukan pendidikan di Bumi Panji Sakti
tercinta ini. Misi mulia ini ternyata mendapat sambutan yang sangat positif dari
guru-guru Bahasa Bali di tingkat sekolah dasar. Dengan semangat yang penuh
partisipatif seperti itu kami berharap, mudah-mudahan kegiatan ini dapat
memberikan kontribusi positif yang sangat berarti bagi kemajuan pendidikan di
negeri ini khususnya untuk peningkatan kualitas pembelajaran bahasa Bali yang
lebih menarik dan hidup.
Pelatihan ini telah berhasil dilaksanakan sesuai dengan rencana dan
terselenggaranya kegiatan ini tentu saja tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan-
Nya. Oleh karena itulah, puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadapan-Nya.
Karena atas limpahan dan karunia-Nyalah, tugas-tugas pengabdian masyarakat ini
dapat kami selesaikan secara sangat memuaskan. Kami diberkahi sebuah tim yang
kompak dengan kerja sama yang sangat solid sehingga kami dapat menyelesaikan
pengabdian ini dengan sangat baik. Untuk itu, kepada tim yang telah turut
menyukseskan pengabdian ini kami sampaikan terima kasih.
Melalui kesempatan yang baik ini, kami dengan rendah hati mengucapkan
terima kasih yang tidak terhingga kepada pihak-pihak terkait yang turut membantu
terselenggaranya pengabdian ini. Semoga kerjasama itu tetap dapat berlanjut pada
masa yang akan datang demi kemajuan pendidikan di negeri tercinta ini.
September 2014
Penyusun
Penyusun
5
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iv
DAFTAR ISI .......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Analisis Situasi ............................................................................... 3
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ............................................. 4
1.3 Tujuan Kegiatan ............................................................................. 5
1.4 Manfaat Kegiatan ......................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 7
2.1 Hakikat dan Kedudukan Buku pelajaran ........................................ 7
2.2 Hakikat Materi Pelajaran terkait dengan Pendidikan Karakter ....... 8
BAB III METODE PELAKSANAAN ....................................................... 10
3.1.1 Kerangka Pemecahan Masalah ............................................... 10
3.1.2 Realisasi Pelaksanaan Kegiatan .................................................. 11
3.1.3 Khalayak Sasaran ....................................................................... 12
3.14 Rancangan Evaluasi .................................................................... 12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 14
4.1 Hasil Pelatihan ........................................................................... 14
4.2 Pembahasan .................................................................................. 17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 19
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 19
5.2 Saran-saran .................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Jadwal kegiatan
Angket
Foto-foto
Cuplikan Materi
6
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesuai dengan amanat undang-undang, pendidikan merupakan salah satu
modal dasar untuk pembangunan karakter bangsa. Pendidikan harus selalu bersifat
inovatif sehingga akan sering terjadi perubahan. Proses perubahan ini berimplikasi
pada tuntutan terwujudnya sistem pendidikan yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang
berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah. Pembenahan sarana dan prasarana pembelajaran, peningkatan proses
pembelajaran, peningkatan hasil senantiasa diupayakan untuk memperoleh out put
SDM yang benar-benar berkualitas dalam pendidikan. Salah satu uapaya ke arah
pembenahan itu adalah pengadaan buku pelajaran sesuai dengan kurikulum yang
berlaku. Apalagi terjadi perubahan kurikulum, mau tidak mau buku pelajaran yang
menunjang pun akan menyesuaikan diri dan yang lebih penting adalah perlu sikap-
sikap positif dalam hal pemilihan, pemanfaatan, dan pengembangan buku pelajaran
yang ada sehingga betul-betul dapat menunjang proses pembelajaran.
Kurikulum berbasis kompetensi yang dicetuskan dan digelar sejak tahun
2004 masih menjadi roh Kurikulum 2006 (KTSP) dan juga menjdi roh Kurikulum
2013 yang sedang disosialisasikan di seluruh Indonesia. Orientasi terhadap
pembentukan kompetensi pada siswa merujuk pada pentingnya pembelajaran yang
bermakna, yakni pembelajaran tersebut benar-benar mengantarkan siswa pada
aktivitas-aktivitas penyelesaian masalah nyata sehingga dapat digunakan untuk
mencapai kehidupan yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan implementasi model
pembelajaran inovatif yang bertujuan meningkatkan proses dan produk
pembelajaran. Sehubungan dengan itu, Santyasa (2011) berpendapat bahwa
pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang diterapkan berbasis teori belajar
dan pembelajaran yang mengalami perubahan ke arah pembaharuan. Hal ini
sebenarnya telah banyak didapatkan para guru lewat PLPG dalam sertifikasi guru.
Melalui PLPG guru-guru telah mendapat informasi dan pelatihan secara intensif
tentang berbagai hal baik yang terkait dengan kompetensi profesionalisme,
7
paedagogik, kepribadian, termasuk sosial. Itu berarti, guru-guru sudah semakin
cerdas dalam merancang pembelajaran dan memilih materi pelajaran, termasuk
juga penggunaan model-model pembelajaran inovatif.
Akan tetapi, dalam hal pemilihan dan pengembangan materi pelajaran,
keberadaan buku-buku pelajaran bahasa Bali, terutama terkait dengan sajian
materinya di sekolah dasar (SD) perlu dicermati. Hal ini berhubungan erat dengan
hasil penelitian penulis (2011) tentang keuatentikan materi pelajaran bahasa Bali
dalam buku Wrdhi Sastra di tingkat sekolah dasar yang menunjukkan hasil sebagai
berikut.
Buku pelajaran bahasa Bali yang terdiri atas 6 jilid digunakan di SD di
Kabupaten Buleleng bahkan juga digunakan di Kabupaten Gianyar. Sebagai buku
pelajaran, ternyata buku ini menyajikan banyak kesalahan. Kesalahan-kesalahan itu
menyangkut kesalahan (a) teknis dalam hal ejaan, juga kesalahan teknis lainnya
yang mengakibatkan kesalahan prinsip. Kesalahan teknis ini menunjukkan
rendahnya proses editing oleh pihak penyusun dan penerbit. Banyak kesalahan ini
juga diakui oleh guru bahasa Bali melalui wawancara. (b) Buku Wrdhi Sastra
menyajikan materi-materi yang tergolong autentik namun tidak disajikan dengan
cara autentik. Sebagian besar materi tidak disertai dengan sumber-sumber kutipan,
padahal menyertakan sumber-sumber materi secara jelas merupakan salah satu ciri
keautentikan. Di samping itu, terdapat juga sajian materi pelajaran yang tidak
disertai petunjuk-petunjuk atau keterampilan-keterampilan yang harus dilakukan
siswa. Petunjuk-petunjuk yang jelas di awal materi menunjukkan kekomunika-tifan
sebuah buku teks (BT). (c) Dalam proses penyusunan BT, tim penyusun tidak
sempat saling kontrol, para penyusun bekerja sesuai dengan job masing-masing,
juga mereka tidak melakukan konfirmasi dengan pakar-pakar terkait. (d)
Berdasarkan sampel perbandingan (buku IV, V, dan VI), ternyata buku Wrdhi
Sastra memiliki kemiripan yang cukup tinggi dengan buku Kusumasari, yakni 80-
100%. Dengan demikian, keautentikan (keaslian) materi pelajaran buku ini sangat
diragukan.
Sejalan dengan misi Lemlit Undiksha untuk menindaklanjuti hasil
penelitian ke dalam bentuk P2M, pengabdian pada masyarakat ini sangat penting
untuk dilakukan karena (1) hasil penelitian ini sangat tepat diimplementasikan
8
dalam bentuk pengabdian pada masyarakat terkait dengan kecerdasan guru-guru
dalam hal memilih dan mengembangkan materi pelajaran yang ada dalam buku
teks. P2M sebagai desiminasi hasil penelitian sangat berdampak positif karena
sesuai dengan kondisi di lapangan, (2) memberikan pencerahan kepada guru-guru
bahasa Bali dalam menyiasati pemilihan, pemanfaatan, dan pengembangan materi
pelajaran yang ada dalam buku pelajaran, dan (3) sebagai upaya menyeimbangkan
antara teori dan praktek. Dalam arti, idealnya buku pelajaran membantu dan
memperlancar aktivitas guru dalam pembelajaran dan memudahkan siswa belajar,
dengan kesalahan penyajian materi yang sangat minim. Namun, realitasnya banyak
hal yang tidak sesuai pada materi buku teks yang diteliti sehingga kalau ini
dibiarkan akan berdampak negatif terutama pembentukan konsep-konsep yang
salah manakala siswa belajar secara mandiri.
1.2 ANALISIS SITUASI
Sasaran P2M ini adalah guru-guru sekolah dasar (SD) yang mengajarkan
bahasa Bali. Dalam proses pembelajaran guru tidak terlepas dari pemakaian buku
pelajaran atau buku teks. Pada dasarnya isi buku pelajaran adalah materi pelajaran
yang dapat mendukung pelaksanaan kurikulum. Buku teks yang mendukung
kurikulum seharusnya memberikan kemudahan bagi guru dalam mengajar dan
memberikan kemudahan pada siswa dalam belajar. Di samping itu, sesuai
pandangan pakar pendidikan modern seperti Macomber, Murray, Thomas, Swartout
(dalam Sriasih, 2009:75), materi pelajaran bukan tujuan akhir tetapi materi
merupakan alat dan media yang memberi peluang kepada siswa untuk memperoleh
pengalaman belajar. Dengan materi ini, siswa diharapkan memperoleh pengalaman
yang berhubungan dengan (1) fakta-fakta dalam kehidupan, (2) model-model
kehidupan, dan (3) simbul-simbul yang dipakai dalam kehidupan. Jadi, pada
prinsipnya mereka menyatakan bahwa materi pelajaran harus diangkat dari
beraneka ragam sumber. Satu hal yang sangat penting dan harus diingat adalah
bahwa materi pelajaran itu harus memiliki daya komunikatif. Dengan demikian,
materi pelajaran akan sangat menggairahkan siswa belajar, lebih lanjut dapat
memotivasi belajar siswa.
9
Kenyataannya, buku teks bahasa Bali yang berjudul Wrdhi Sastra yang
berlaku di sekolah dasar yang dicetak bulan Mei 2010 memiliki banyak kekurangan
dan kesalahan (seperti yang diungkapkan dlam pendahuluan); sementara para guru
masih memiliki kelemahan dalam hal pemilihan dan pengembangan materi
pelajaran sehingga perlu pencermatan dan penangan secara, dan bila perlu para
guru harus berani menyatakan sikap untuk tidak menggunakn buku-buku tersebut.
Dengan demikian, para guru perlu pendampingan dan pelatihan dalam hal
pemilihan dan pengembangan materi yang ada dalam buku pelajaran bahasa Bali.
1.3 IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH
Buku pelajaran bahasa Bali yang berjudul Wrdhi Sastra yang berlaku di
sekolah dasar yang diterbitkan tahun 2010 tidak menyajikan materi pelajaran
sebagaimana hakikat buku pelajaran. Sajian materi dari buku pelajaran 1-6 untuk
kelas 1 -6 SD memiliki banyak kekurangan dan bahkan terdapat kesalahan fatal, di
antaranya kesalahan-kesalahan di bidang teknis dalam hal ejaan, tanda-tanda baca,
kata, kalimat; juga kesalahan teknis lain yang mengakibatkan kesalahan prinsip.
Contoh: gambar musang (lubak) ditulis di bawahnya dengan aksara Bali (bukal)
yaitu kelelawar; jelinjingan ditulis jelinjangan untuk padanan got/kali kecil,
dll.Selain itu, penyajian materi yang berupa wacana seharusnya merupakan materi-
materi autentik yang benar-benar komunikatif sesuai dengan kondisi dan
perkembangan siswa. Sebagian besar materi tidak disertai dengan sumber-sumber
kutipan, padahal menyertakan sumber-sumber materi secara jelas merupakan salah
satu ciri keautentikan. Kesalahan teknis ini menunjukkan rendahnya proses editing
oleh pihak penyusun dan penerbit. Di samping itu, terdapat juga sajian materi
pelajaran yang tidak disertai petunjuk-petunjuk yang jelas atau keterampilan-
keterampilan yang harus dilakukan siswa. Petunjuk-petunjuk yang jelas
menunjukkan kekomunikatifan sebuah BT. Dalam proses penyusunan BT, tim
penyusun tidak sempat saling kontrol, para penyusun bekerja sesuai dengan job
masing-masing, juga mereka tidak melakukan konfirmasi dengan pakar-pakar
terkait. Kondisi-kondisi seperti itu sangat merugikan siswa dan guru dan proses
belajar-mengajar menjadi kurang kondusif.
10
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah bahwa (1) Buku
pelajaran Wrdhi Sastra memiliki kelemahan dalam hal ejaan, tanda baca, kata, dan
kalimat. (2) petunjuk-petunjuk yang harus dikerjakan siswa kurang jelas, (3)
materi-materi bacaan yang ada 80% tidak mencantumkan sumber dan ternyata
materi itu sama dengan buku Kusuma Sari. Kenyataan semacam ini menuntut
kecermatan guru-guru dalam pemilihan dan pengembangan materi pelajaran.
1.4 TUJUAN KEGIATAN
Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi perubahan yang mengarah pada
tujuan yang positif yakni meningkatnya wawasan dan kemampuan guru-guru dalam
memilih, memanfaatkan, dan mengembangkan materi pelajaran bahasa Bali.
Dengan meningkatnya wawasan dan kemampuan guru-guru bahasa Bali tingkat
sekolah dasar yang terkait dengan pemilihan dan pengembangan materi pelajaran,
pembelajaran bahasa Bali akan lebih hidup, lebih menarik, dan lebih dihargai
siswa. Demikian pula, materi-materi yang dipilih dapat disajikan secara
komunikatif dengan memperhatikan kaidah-kaidah yang benar sesuai dengan
konteks berbahasa.
1.5 MANFAAT KEGIATAN
Adapun manfaat kegiatan ini adalah sebagai berikut.
1) Bagi guru peserta pelatihan karena mereka akan mendapatkan bekal:
a) untuk melakukan pelatihan sehingga dapat meminimais kekasalahan-
kesalahan yang ada dalam buku pelajaran yang berlaku di sekolah.
b) untuk pengembangan materi, materi yang ada dalam buku teks hanya
sekadar pancingan. Materi-materi dari berbagai sumber yang relevan dan
yang autentik dapat dimanfaatkan asalkan sesuai dengan tuntutan kurikulum
dan etika keilmuan.
c) Jika para guru memiliki kesempatan untuk menyusun buku pelajaran,
mereka hendaknya dapat saling kontrol dan saling menyempurnakan, dan
perlu juga mencari pakar yang sesuai dengan bidangnya untuk
kesempurnaan materi pelajaran.
11
2) Bagi dosen, pelaksanaan P2M ini dapat dimanfaatkan sebagai ajang sharing
untuk menambah wawasan dosen pengampu mata kuliah Telaah Buku Teks,
karena guru memiliki sejumlah pengalaman dalam memanfaatkan buku
pelajaran.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hakikat dan Kedudukan Buku Pelajaran
Pembelajaran selalu terkait dengan buku. Di lembaga pendidikan terdapat
beraneka ragam buku yang digunakan untuk memperlancar proses pembelajaran.
Satu di antaranya adalah buku pelajaran yang sering dipadankan dengan istilah
buku teks (text book). Buku teks adalah sama dengan buku pelajaran. Secara lebih
lengkap dapat didefinisikan sebagai berikut, “Buku teks adalah buku pelajaran
dalam bidang studi tertentu, yang disusun secara cermat buat tujuan instruksional,
yang dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami
oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat
menunjang sesuatu program pengajaran” (Lange, Bacon, Buckhingham, Hall-Quest
dalam Tarigan, 1986).
Menurut Cunningworth (dalam Sumardi, 2000:6) bahwa rancangan buku
pelajaran terdiri atas buku siswa, buku guru, dan buku kerja. Sementara itu,
menurut Lange (dalam Tarigan, 1986:42), buku pelajaran terdiri atas perangkat
buku utama dan buku suplemen. Nama lain untuk buku suplemen ialah buku
pelengkap, buku tambahan, dan buku kerja. Dalam kenyataannya, yang biasa
digunakan oleh para siswa sebagai buku suplemen adalah buku kerja. Sedangkan,
buku utama mengacu pada buku guru dan buku siswa. Dengan demikian,
tampaknya kedua pendapat tersebut memiliki unsur kesamaan fokus, yakni dalam
hal istilah buku utama, yang dimaksudkan adalah buku siswa dan buku guru. Di sisi
lain, mereka sama-sama menyebutkan adanya buku kerja.
Buku siswa adalah buku pelajaran yang terpenting dalam kegiatan belajar-
mengajar (KBM) yang terutama digunakan oleh siswa. Selain digunakan oleh
siswa, buku ini juga digunakan oleh guru dalam pengelolaan pembelajaran.
Sementara itu, buku guru dimanfaatkan sebagai pedoman oleh guru dalam
pelaksanaan KBM, yakni dalam penerapan konsep dan metodologi pengajaran
12
(Merdhana,1986:57). Di samping itu, ada juga buku kerja, yang sering dikenal
dengan istilah lembar kerja siswa (LKS) yang digunakan oleh siswa untuk
mengerjakan tugas-tugas atau pelatihan dalam pelaksanaan KBM. Jadi, buku kerja
berfungsi sebagai perekam tugas siswa secara bertahap, berjenjang, terjadwal, dan
terinci Barnhart (dalam Tarigan, 1986:43).
Berdasarkan hakikat dan kedudukan seperti dipaparkan di atas, dapat
dikemukakan fungsi buku pelajaran menurut Cunningworth (dalam Sumardi,
2000:7) yakni sebagai sumber bahan yang disajikan untuk pelatihan bahasa lisan
dan tulis, sumber kegiatan dalam pelatihan berkomunikasi, sumber belajar
pengetahuan kebahasaan, sumber gagasan dan dorongan KBM di kelas, perwujudan
silabus, sumber belajar dan tugas mandiri, dan yang tidak kalah pentingnya adalah
sebagai bantuan bagi guru yang kurang berpengalaman untuk mengembangkan
kepercayaan dirinya. Dengan demikian, buku pelajaran mempunyai fungsi/peranan
yang sangat penting mulai perencanaan, pelaksanaan, pengevaluasian, bahkan
sebagai tindak lanjut tentang kegiatan-kegiatan yang harus ditempuh siswa sebagai
tugas-tugas mandiri maupun tugas kelompok. Itu artinya, kegiatan tentang pelatihan
dan pengembangan, dan pemilihan materi buku pelajaran (pegangan siswa) inilah
yang ditekankan dalam pengabdian ini.
2.2 Hakikat Materi Pelajaran terkait dengan Pendidikan Karakter
Pada dasarnya isi buku pelajaran adalah materi pelajaran yang dapat
mendukung pelaksanaan kurikulum. Tentang materi pelajaran, ada berbagai
pandangan antara ahli pendidikan tradisional dan yang modern. Menurut ahli
pendidikan tradisional, materi pelajaran merupakan „subject matter‟. Artinya,
materi inilah yang harus dipelajari dan dikuasai sebaik-baiknya oleh siswa.
Penguasaan materi pelajaran dalam hal ini merupakan tujuan akhir dari pendidikan.
Itu berarti, materi pelajaran sama dengan tujuan pelajaran. Sementara itu,
pandangan pakar pendidikan modern seperti Macomber, Murray, Thomas, Swartout
(dalam Sriasih, 2009:75) menyebutkan bahwa materi pelajaran bukan tujuan akhir
tetapi materi merupakan alat dan media yang memberi peluang kepada siswa untuk
memperoleh pengalaman belajar. Dengan materi ini, siswa diharapkan memperoleh
pengalaman yang berhubungan dengan (1) fakta-fakta dalam kehidupan, (2) model-
model kehidupan, dan (3) simbul-simbul yang dipakai dalam kehidupan. Jadi, pada
13
prinsipnya mereka menyatakan bahwa materi pelajaran harus diangkat dari
beraneka ragam sumber. Satu hal penting yang harus diingat bahwa materi
pelajaran itu harus memiliki daya komunikatif. Dalam arti, bahasa yang digunakan
harus jelas, tegas, benar, memuat petunjuk-petunjuk secara jelas, dan tidak samar-
samar. Buku teks Wrdhi Sastra yang diteliti memiliki daya komunikatif sangat
rendah. Oleh karena itu perlu pencermatan dan pengembangan dalam
pemakaiannya. Dengan demikian, materi pelajaran akan sangat menggairahkan
siswa belajar, lebih lanjut dapat memotivasi belajar siswa.
Pendapat yang sejalan dengan ahli pendidikan modern adalah seperti
diungkapkan oleh Suyono dan Muslich (1996:15) berikut ini. Materi pelajaran itu
tidak terbatas jumlah dan variasinya, baik berupa fakta, konsep, prinsip, maupun
prosedur; materi itu untuk memberikan pengalaman belajar yang spesifik untuk
mencapai tujuan; dan materi pelajaran mempunyai wujud yang bervariasi sehingga
untuk menyampaikannya kepada siswa harus disesuaikan dengan kepentingannya.
Permasalahan yang berkembang saat ini, seperti disorientasi dan belum
dihayatinya nilai-nilai pancasila, keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam
mewujudkan nilai-nilai Pancasila, bergesernya nilai, etika dalam kehidupan
berbabgsa dan bernegara...melemahnya kemandirian merupakan sebuah realitas
yang harus segera disikap (Sriasih, 2012). Menghadapi realitas permasalahan yang
carut-marut ini, pendidikan karakter melalui sajian materi pelajaran dalam buku
pelajaran/buku teks di sekolah-sekolah termasuk di tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP), yang siswanya sedang mengalami akil-balik dapat dipandang
sebagai solusi cerdasn untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki kepribadian
unggul, berahlak mulia, dan menjunjung tinggi nilai-nilai lokal dan Nusantara
secara menyeluruh. Istilah pendidikan karakter mrujuk pada nilai-nilai perilaku
manusia yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan, pikiran, sikap, perasaan, perkataan, perbuatan, dst (Aunillah, 2010:18).
Dengan demikian, materi yang termuat dalam buku pelajaran seyogyanya
beraneka ragam, dari berbagai sumber, serta mampu memberi peluang kepada
siswa untuk melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan konteks yang diinginkan,
termasuk tuntutan sikap dan keterampilan yang mencerminkan pendidikan karakter.
14
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Metode Pelaksanaan
3.1.1 Kerangka Pemecahan Masalah
Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pelaksanaan pendidikan/
pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, peningkatan mutu guru harus merupakan
prioritas utama dalam pelaksanaan pelatihan. Sasaran pendidikan saat ini adalah
mengarah pada menumbuhkembangkan daya tarik siswa, kreativitas, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Dengan demikian, peningkatan mutu guru melalui pelaksanaan
kegiatan ini adalah memberikan beberapa alternatif pemecahan masalah secara
individu/berkelompok yang dapat mengarah pada sasaran pendidikan di atas.
Metode pelaksanaannya berupa: pertama, presentasi materi ajar yang autentik
(wacana, dialog, puisi,dll) dengan memperhatikan struktur bahasa, tatapenulisan,
ejaan, tanda baca, dll. Selanjutnya, peserta disuguhi beberapa wacana yang dapat
dianalisis terkait dengan kelayakannya sebagai materi pelajaran yang dapat
menumbuhkembangkan sikap, aktivitas, kreativitas, kecerdasan siswa terhadap
eksistensi bahasa Bali, dll. Kedua, pengembangan materi pelajaran, guru secara
perorangan diharapkan membuat materi pelajaran yang berupa wacana serta
mengembangkannya dalam urutan-urutan tertentu. Kegiatan ini memberikan hasil
berupa cuplikan materi pelajaran yang dapat disajikan kepada siswa.
Dalam wawancara dengan guru-guru bahasa Bali, mereka mengaku susah
sekali mendapatkan kesempatan atau informasi yang terkait dengan pemilihan dan
pengembangan materi yang ada di dalam buku pelajaran. Dalam setiap pengadaan
buku, pemilihan materi malahan tidak ada dan lebih banyak bersifat dropping.
Apalagi latar belakang keilmuan guru-guru bahasa Bali di tingkat sekolah dasar
secara umum adalah agama Hindu. Jadi dalam hal ini, mereka mengajarkan materi
bahasa Bali seperti apa adanya di dalam buku teks (buku pelajaran). Mencermati
kondisi seperti ini, pemberian pelatihan yang terkait pemilihan dan pengembangan
materi pelajaran bahasa Bali sangat perlu dilaksanakan dan dirancang sbb.
15
Pengabdian pada masyarakat yang dirancang terhadap guru-guru bahasa
Bali di sekolah dasar pelaksanaannya menggunakan model pelatihan secara
terbimbing. Adapun proses kegiatannya dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama,
dilakukan presentasi makalah yang berkembang ke arah pelaksanaan Kurikulum
2013. Hal ini sangat penting karena guru-guru SD sampai saat pengabdian ini
dilaksanakan (setahun pelaksnaan Kurikulum 2013 berlalu) guru-guru belum
memperoleh pedoman yang setara dengan mata pelajaran lainnya, termasuk juga
buku-buku penunjangnya. Jadi, pelaksanaan pengabdian ini diawali dengan
penyampaian materi hanya sebagai pengantar tentang jangkauan (1) kompetensi
inti, (2) kompetensi dasar pada setiap kelas, yang semula sama sekali belum
diketahui guru, dan (3) format penyusunan RPP yang terkait dengan pemilihan dan
pengembangan materi pelajaran. Setelah itu, dilanjutkan dengan tanya-jawab untuk
pemahaman dan kejelasan arah kegiatan yang ditempuh, dilanjutkan dengan
pelatihan penyusunan RPP sekaligus memilih memilih dan mengembangkan materi
pelajaran. Kurikulum 2013 sudah menyiapkan buku-buku pelajaran yang memuat
berbagai jenis materi, namun materi-materi yang ada perlu dicermati dan
persoalannya bukan pada pemilihan materi tetapi bagaimana penerapan Kurikulum
2013. Sajian materi dilakukan secara inovatif dengan menggunakan power point.
3.1.2 Realisasi Pelaksanaan Kegiatan
Sejauh ini kami belum pernah melakukan sentuhan pengabdian terhadap
guru-guru bahasa Bali tingkat sekolah dasar dan para guru-guru pun mengakui hal
itu. Sebagai tindak lanjut hasil penelitian kami tentang materi pelajaran pada buku
pelajaran Werdhi Sastra yang menunjukkan bahwa buku pelajaran bahasa Bali
Werdhi Sastra untuk siswa SD banyak memiliki kelemahan dan kesalahan; dan
terkait dengan hal ini guru-guru SD harus cermat dalam memilih serta
mengembangkan materi ajar. Rencana kami untuk mengadakan pengabdian ini
mendapat sambutan positif dari Ka-UPP kecamatan Buleleng. Sebagai tindak
lanjutnya, kami mengundang para guru-guru SD untuk mengikuti pelatihan dan
pengembangan materi pelajaran bahasa Bali. Dengan demikian, objek pengabdian
kami ini adalah para guru bahasa Bali tingkat sekolah dasar di kecamatan Buleleng
yang jumlahnya 50 orang.
16
Pelaksanaan pengabdian ini dapat dipaparkan sebagai berikut. Pertama,
pembukaan, menyanyikan lagu Indonesia Raya, doa, laporan ketua panitia,
sambutan dekan, sanck, presentasi makalah tentang kebijakan dan arah pelaksanaan
Kurikulum Bahasa Bali 2013 oleh Prof. Dr. I Nengah Martha, M.Pd. Setelah itu,
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, terakhir baru masuk ke dalam kelompok yakni
praktik menyusun RPP yang disertai dengan pemilihan dan pengembangan materi
ajar. Sekali lagi bahwa materi yang diberikan sama sekali belum dimiliki oleh para
guru. Padahal materi itu merupakan satu-kesatuan dengan Keputusan Gubernur
Bali Nomor 20 Tahun 2013 tentang Bahasa, Aksara dan Sastra Daerah Bali pada
Pendidikan Dasar dan Menengah.
3.1.3 KHALAYAK SASARAN
Pelatihan ini menyasar guru-guru bahasa Bali tingkat Sekolah Dasar (SD) di
Kecamatan Buleleng dengan jumlah peserta maksimal 50 orang dari 87 sekolah
dasar yang ada di kecamatan Buleleng. Setelah pelatihan, para guru diharapkan
dapat merancang, memilih, mengembangkan, dan menyusun RPP berorientasi
pendidikan karakter untuk kebutuhan sekolahnya. Di samping itu, para peserta
pelatihan dapat menjadi motor penggerak bagi teman-temannya di sekolah dan juga
sebagai katalisator dalam membangkitkan suasana pembelajaran yang inovatif,
lebih-lebih ada kesan pelajaran bahasa Bali sangat sulit, kurang menarik, dan
dipandang dengan sebelah mata oleh para siswa.
3.1.4 Rancangan Evaluasi
Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan pengabdian ini, tim
menggunakan model evaluasi berupa penilaian terhadap hasil karya analisis materi
pelajaran dan penilaian terhadap pengembangan materi pelajaran yang
menggunakan indikator di antaranya materi itu harus mencerminkan tuntutan
penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa siswa, sikap positif, pengetahuan,
penghargaan akan sesuatu, kerja sama, kejujuran, dll. Dengan kata lain, jangkauan
materi itu mencakup keberimbangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
didukung oleh indikator pendidikan karakter, ketepatan kompetensi dasar dan
kesesuaian dengan tema. Selanjutnya, karya mereka yang terkumpul dinilai oleh
17
tim P2M. Di samping itu digunakan juga angket untuk mengetahui repons para
guru terhadap urgensi, efektivitas, kebermanfaatan pengabdian, serta harapan dan
masukan-masukannya. Materi angket berkaitan dengan (1) kegiatan sejenis yang
pernah diikuti selama ini, kapan, di mana; (2) manfaat yang diperolah dari kegiatan
ini; (3) pendapat tentang kerelevanan materi dengan kebutuhannya; (4) hal
mendasar yang diperlukan psrs guru terkait dengan Kurikulum 2013; dan (5)
pendapat, masukan, kritik, saran terkait dengan kegiatan yang lebih bagus dan
efektif ke depan.
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pelatihan
Pelatihan ini dilaksanakan selama 2 hari yakni pada hari Kamis, 7 Agustus
2014, mulai pk 08.30 sampai pk 13.30 Wita yang bertempat di Ruang Seminar
lantai 2 Fakultas Bahasa dan Seni Kampus Bawah Undiksha, Singaraja dan hari
berikutnya bimbingan ke sekolah-sekolah secara perwakilan. Jumlah peserta 51
orang dari guru-guru SD di kecamatan Buleleng dengan melibatkan 15 orang
mahasiswa, dan 4 orang panitia pelaksana. Selanjutnya, para guru diharapkan
melanjutkan pelatihan ini di rumah masing-masing berdasarkan informasi yang
dilakukan selama pelatihan.
Setelah pembukaan oleh pewara dilanjutkan dengan menyanyikan lagu
Indonesia Raya, doa, dan laporan ketua panitia. Kegiatan yang berupa pelatihan ini
dibuka oleh Dekan FBS UNDIKSHA dengan diawali sebuah sambutan yang
menarik. Dekan menegaskan bahwa pada prinsipnya pengajaran bahasa Bali saat
ini hampir sama seperti pengajaran bahasa Inggris. Pengajaran bahasa Inggris
sebenarnya sangat menyenangkan bagi siswa karena siswa diajak secara langsung
belajar lewat menyanyi, berhitung, berkomunikasi sehingga sangat menyenangkan
siswa, kemampuan dan nilai yang diperoleh pun lebih bagus dibandingkan dengan
bahasa Indonesia apalagi dibandingkan dengan bahasa Bali. Pengajaran bahasa Bali
sangat kurang menarik sehingga siswa pun menjadi bosan dan sesuatu yang
dipelajari siswa kurang bermanfaat bagi kehidupannya dan dewasa ini ada
keprihatinan yang mendalam terhadap penguasaan berbahasa Bali para remaja.
Oleh karena itu, guru perlu merancang bagaimana memilih dan mengembangkan
materi pengajaran bahasa Bali yang betul-betul menyenangkan dan dekat dengan
siswa bukan diberikan struktur-struktur bahasa yang kering yang belum ada
gunanya. Mereka diajak bernyanyi kemudian dari nyanyian ini dibahas arti kata-
katanya atau kalimat yang ada pada lagu-lagu itu. Kenyataan yang menyedihkan
adalah nilai bahasa Bali siswa lebih kecil daripada nilai mata pelajaran bahasa
Indonesia dan bahasa Inggris. Inilah tantangan bagi guru-guru bahasa Bali di SD.
Mereka harus mampu mengemas materi pelajaran, meskipun kita tahu bahwa
19
keberhasilan sebuah pengajaran tidak semata-mata ditentukan oleh pilihan materi
pelajaran. Akan tetapi, materi pelajaran merupakan bekal bagi siswa dalam
menunjang komunikasinya dalam berbagai konteks kehidupan.
Selanjutnya, presentasi dari narasumber yang menyoal tentang
keprihatinannya terhadap pengajaran bahasa Bali yang dipandang dengan sebelah
mata oleh pihak-pihak berwenang. Artinya, bahasa Bali perlu diajarkan sebagai alat
komuniksi di daerah dan yang lebih penting sebagai upaya pelestarian unsur-unsur
budaya daerah sehingga perlu diwariskan lewat pembelajaran secara formal, namun
di sisi lain guru-guru yang mengajarkan bahasa Bali sebagaian besar berasal dari
guru-guru agama. Artinya, guru-guru bahasa Bali yang berbesik bahasa Bali sangat
sedikit karena sangat jarang dilakukan pengangkatan guru-guru bahasa Bali. Ini
yang penting dilakukan yakni mengangkat guru-guru bahasa Bali. Di samping itu,
kurikulum, silabus, dan buku-buku pelajaran untuk menunjang pengajaran bahasa
Bali belum ada pihak-pihak yang peduli. Sampai sekarang, setelah setahun
Kurikulum 2013 berlaku, ternyata guru-guru SD belum memegang Pergub Bali No
20 Tahun 2013 tentang Bahasa, Aksara dan Sastra Daerah Bali pada Pendidikan
Dasar dan Menengah. Padahal ini sudah ada di internet. Itu artinya, informasi atau
bahan yang terkait dengan petunjuk pengajaran bahasa Bali di sekolah dasar
maupun menengah sudah ada namun belum ada pihak yang berusaha mencari tahu
atau menyebarluaskan terutama bagi kalangan guru-guru SD. Hal ini sangat jelas
terbukti setelah diberikan materi oleh nara sumber, mereka baru pertama kali
mengetahui Kompetensi Inti, kompetensi Dasar untuk pengajaran bahasa Bali
meskipun itu diadaptasikan dari pengajaran bahasa Indonesia.
Pemilihan dan pengembangan materi pengajaran adalah salah satu
komponen penting di dalam persiapan pengajaran sebab bagaimanapun hebatnya
seseorang mengajar dia tidak bisa lepas dari materi pelajaran. Oleh karena itu,
pemilihan materi dan pengembangan materi pelajaran harus mendapat perhatian
yang serius apalagi ada buku-buku penunjang yang susunan materinya sangat
mencemaskan, terdapat banyak kesalahan teknis sehingga perlu dikritisi atau
dicermati.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan guru dalam penyusunan RPP
adalah bahwa ada format dari pusat yang perlu dicermati. Menurut nara sumber,
20
sesungguhnya penyusunan RPP sangat mudah karena mata pelajaran yang bersifat
nasional buku-bukunya sudah disiapkan dan isinya sangat lengkap sampai rubrik
penilaian. Oleh karena itu, sebenarnya RPP tidak perlu dibuat. Sekarang ini RPP
dibuat karena kebutuhan administrasi. Dalam penyusunan RPP, ada empat
Kompetensi Inti (KI) yang keempatnya harus ditulis lengkap, kemudian
berdasarkan tema dipilih Kompetensi Dasar (KD) yang relevan, indikator
dikembangkan dari KD selanjutnya tujuan dikembangkan dari indikator. Kedua
yang terakhir ini (indikator dan tujuan) sejalan. Materi dan metode sejalan pula
dengan tujuan dan indikator. Lalu, dalam penerapannya, apapun yang diajarkan
hendaknya memberikan kemungkinan siswa dapat berkomunikasi dan memahami
komunikasi yang dilakukan.
Materi pelajaran bahasa Bali merupakan materi penunjang kearifan lokal.
Dalam hal ini, pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang menjadi vokus materi
senantiasa dikaitkan dengan nilai-nilai yang berkaitan dengan Tuhan, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan yang berwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,
budaya dan adat-istiadat. Dengan demikian, penekanan pemilihan dan
pengembangan materi pembelajaran bahasa Bali mengacu pada kaidah-kaidah
pendidikann karakter.
Sebelum pelatihan diakhiri, panitia menyebarkan angket kepada guru-guru
untuk mengetahui responnya terhadap kegiatan yang diselenggarakan. Secara
umum (85%) guru mengatakan bahwa mereka belum pernah mengikuti pelatihan
yang sejenis ini; 90% mengatakan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat dan materi
yang diberikan sangat bagus; 85% mereka mengatakan bahwa hal mendasar yang
diperlukan adalah kurikulum (silabus, RPP, buku pelajaran bahasa Bali sebagai
sumber bahan ajar, kalau bisa dosen Undiksha yang menyediakan); dan secara
umum (99%) mereka sangat senang dengan diselenggarakannya kegiatan ini dan
berharap kegiatan seperti ini ke depan lebih sering dilakukan karena guru-guru
bahasa Bali sangat kurang mendapat sentuhan-sentuhan yang berupa pelatihan.
Sebuah pengakuan jujur yang harus mendapat perhatian serius.
21
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pelatihan di atas, guru-guru bahasa
Bali secara umum berasal dari guru-guru agama Hindu. Mereka sangat antusias
mengikuti kegiatan pelatihan. Para guru sangat disiplin datang pagi-pagi, pk 08.00
sudah mencapai 80% mengisi daftar hadir dan ketika acara dimulai sesuai
undangan mereka yang hadir pun 100%, luar biasa. Motivasi mereka cukup tinggi.
Sangat jarang sebuah kegiatan dihadiri oleh 100% undangan, bahkan kegiatan ini
dihadiri oleh 101% peserta termasuk Ka-UPP juga hadir.
Keantusiasan para guru mengikuti kegiatan pelatihan ini sangat beralasan.
Yang pertama, mereka mempunyai latar belakang kompetensi yang berbeda yakni
kompetensi agama Hindu. Keahlian dalam hal agama dan bahasa tentu sangat jauh
berbeda alias kurang ada hubungan secara signifikan. Jika kaidah materi
pembelajaran bahasa Bali dikaitkan dengan bahasa Indonesia tentu masih ada
kaitannya. Dengan demikian, guru-guru bahasa Bali yang notabene berasal dari
guru agama maka mereka harus mengapdate pengetahuannya lewat pelatihan.
Kedua, hal ini sejalan dengan perubahan kurikulum baru. Dari pelatihan ini mereka
mendapatkan penyegaran dan dibukakan wawasan terkait dengan Kurikulum 2013.
Kondisi ini dapat dimengerti karena pada umumnya mereka sangat jarang
mendapat kesempatan seperti ini. Ketiga, ada beberapa guru atau kepala sekolah
yang harus mengajar 6 jam dan mata pelajaran yang diajarkan adalah mata
pelajaran bahasa Bali (guru lain tidak mau memegang mata pelajaran bahasa Bali),
padahal para kepala sekolah sudah terlalu lama tidak mengampu mata pelajaran
bahasa Bali. Hal ini betul-betul sangat memprihatinkan. Di era sedang giat-giatnya
dilakukan upaya peningkatan kualitas pendidikan dengan berbagai cara, di sisi lain
kenyataan yang terjadi sangat paradoks.
Bila dicermati pedoman dalam Pergub Bali No 20 Tahun 2013, KI dan KD
yang ada sesungguhnya diadaptasikan dari bahasa Indonesia. Daripada tidak ada
sama sekali lebih baik ada pedoman meskipun memiliki kekurangan atau
kelemahan. Para guru pun merasa sangat beruntung karena mereka baru
mendapatkan pedoman untuk pengembangan materi. Kemunculan Kurikulum 2013
untuk mata pelajaran yang bersifat nasional, (IPS, IPA, Bahasa Indonesia,...)
sesungguhnya memudahkan guru untuk menyusun silabus atau RPP karena
22
semuanya sudah tersedia. Guru tinggal memindahkan saja atau mencopot-copot
berdasarkan pedoman, misal: KI harus disalin semua, KD disesuaikan dengan tema
dan pertemuan, indikator dikaitkan dengan KD, dan tujuan dikaitkan dengan
indikator, dan seterusnya. Buku pelajaran sudah memuat secara lengkapdengan
petunjuk-petunjuknya. Guru tinggal mempelajari materi secara mendalami agar
lebih memahami sehingga jelas dan pasti dalam pelaksanaannya.
Keantusian para guru mengikuti pelatihan perlu diapresiasi, melalui angket
secara tegas mereka sangat berharap kegiatan seperti ini jangan hanya satu kali saja
dilakukan tetapi dilanjutkan pada topik-topik yang lain sehingga wawasan guru-
guru bahasa Bali semakin bertambah dan terbuka. Yang lebih penting harapan
guru-guru adalah mereka mengajar dan mempersiapkan materi dengan susah payah.
Di balik itu mestinya kerja keras mereka diakui. Guru-guru yang non bahasa Bali
mengajarkan bahasa Bali tidak mendapat pengakuan. Hal ini akan sangat berisiko
terhadap eksistensi bahasa Bali ke depan. Pemerintah hendaknya senantiasa
memerhatikan dengan melengkapi sarana prasarana pembelajaran dan ini perlu
uluran tangan pemerintah daerah baik dalam hal sosialisasi maupun pengadaan
buku-buku pelajaran, termasuk juga penajaman pengetahuan guru melalui berbagai
pelatihan.
23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN
5.1 Kesimpulan
Pengabdian masyarakat dengan dana DIPA dlaksanakan dalam bentuk
pelatihan pembuatan RPP dengan penekanan pada pemilihan dan pengembangan
materi pelajaran bahasa Bali untuk guru-guru sekolaha dasar di kecamatan
Buleleng dengan berorientasi pada pendidikan karakter. Dari pelaksanaan pelatihan
ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1. Selama ini guru-guru bahasa Bali di SD kecamatan Buleleng sama sekali belum
mendapatkan sosialisasi tentang kurikulum 2013 dan baru kali ini tahu tataan
perangkat kurikulum SD yang memuat kompetensi isi (KI) dan kompetensi
dasar (KD) yang dapat dikembangkan dalam penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) termasuk juga pemilihan dan pengembangan materi
pembelajaran berorientasi pendidikan karakter.
2. Pemilihan dan pengembangan materi pelajaran merupakan hal penting yang
harus dilakukan dalam mengantisipasi berbagai ragam materi pelajaran yang ada
dari berbagai sumber yang kurang autentik.
3. Sarana-prasarana pembelajaran untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013,
termasuk juga pelatihan untuk guru-guru bahasa Bali dirasakan sangat kurang.
5.2 Saran-Saran
Sehubungan dengan simpulan di atas, saran-saran yang dapat disampaikan
adalah sebagai berikut.
1. Kegiatan pengabdian yang sifatnya memberikan pencerahan kepada guru-guru,
lebih-lebih guru-guru bahasa Bali tingkat sekolah dasar seharusnya diberikan
perhatian lebih karena mata pelajaran bahasa Bali sebagian besar diampu oleh
guru-gur nonbahasa Bali.
2. Dalam hal pemilihan dan pengembangan materi pelajaran bahasa Bali, guru-
guru harus kritis dan cermat serta lebih sering berkolaborasi dengan teman-
teman sejawat.
3. Kurikulum 2013 merupakan sesuatu yang baru, oleh karena itu pemerintah
daerah harus turun tangan melengkapi sarana prasarana sebagai penunjangnya
24
DAFTAR PUSTAKA
Aunillah, Nurul Isna, 2010. Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Laksana.
Gubernur Bali. 2013. Peraturan Gubernur Bali Nomor 20 Tahun 2013 tentang
Bahasa, Aksara dan sastra Daerah Bali pada Pendidikan Dasar dan
Menengah. Denpasar: Pemprov Bali.
Merdhana, I Nyoman. 1986. Analisis Buku Teks. Singaraja: FKIP UNUD.
Santyasa, I Wayan. 2011. Pembelajaran Inovatif. Buku Ajar. Singaraja:
UNDIKSHA.
Sriasih. Sang Ayu Putu. 2012. Telaah Buku Teks. Buku Ajar. Singaraja:
UNDIKSHA.
Sriasih. Sang Ayu Putu. 2012. Eksistensi Kekawin Nitisastra sebagai Sumber
Materi Pembelajaran Sastra Berbasis Karakter. Makalah: disajikan dalam
Seminar Nasional Jurusan Pendidikan bahasa dan Sastra Indonesia,
Universitas Pendidikan Ganesha, 9-10 Juni.
Sumardi. 2000. Buku Pelajaran Bahasa Indonesia SD ‘sebagai Sarana
Pengembangan Kepribadian, Penalaran, Kreativitas, dan Keterampilan
Berkomunikasi Anak‟. Jakarta: Grasindo.
Suyono dan Muslich, M. 1996. Panduan Pengajaran Bahasa Indonesia. Malang:
YA 3 Malang.
Tarigan, Henry Guntur danTarigan Djago. Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia.
Bandung: Angkasa.
Undiksha. 2013. Buku Panduan: Kegiatan Lembaga Pengabdian kepada
Masyarakat.
25
LAMPIRAN-LAMPIRAN
SUSUNAN ACARA
Pelatihan Pemilihan dan Pengembangan Materi Pelajaran Bahasa Bali
Berorientasi Pendidikan Karakter pada Guru- Guru Sekolah Dasar (SD)
di Kecamatan Buleleng
1. 08-00-08-30 Presensi
2. 08.30-08.35 Pembukaan
3. 08.35-08.40 Menyanyikan Indonesia Raya
4. 08.40-08.45 Doa
5. 08.45-08.50 Laporan ketua panitia
6. 08.50-09.10 Sambutan Dekan FBS sekaligus membuka acara
7. 09.10-09.30 Snak
8. 09.30-10.30 Presentasi dan tanya-jawab
9. 10.30 -13.00 Pelatihan Pemilihan dan Pengembangan Materi Pelajaran
Bahasa Bali melalui penyusunan RPP
10. 13.00-13.30 Penilaian dan Komentar
11. 13.30-14.30 Penutupan
26
LAMPIRAN 2
Angket untuk Guru dalam Pelaksanaan P2M (7-8-2014)
A. Mohon dijawab sesuai petunjuk setiap no. untuk penyempurnaan P2M ke
depan!
1. Apakah Ibu/Bapak pernah mengikuti kegiatan seperti ini? Jika pernah,
kapan dan di mana? Jelaskan jawaban Ibu/Bapak!
2. Menurut Ibu/Bapak, apakah kegiatan ini cukup memberikan manfaat? Jika
ya terhadap siapa saja manfaat ini? Jelaskan jawaban Anda!
3. Dari pelatihan ini, Jelaskan manfaat yang Ibu/Bapak rasakan!
4. Bagaimana pendapat Ibu/Bapak tentang sajian materi oleh nara sumber?
5. Dalam pembelajaran Bhs Bali terkait Kurikulum 2013, apa hal mendasar
yang sangat Ibu/Bapak perlukan? jelaskan
6. Berikan pendapat, masukan, kritik, dan saran yang positif terkait
pelaksanaan kegiatan ini sehingga kegiatan yang sejenis ke depan dapat
dilaksanakan lebih bagus!
Dokumentasi Kegiatan:
27
Dokumentasi Pelatihan Pemilihan dan Penembangan Materi....
Pengantar Pembukaan Pelatihan oleh Pewara....
Ketua Jurusan PBB, Dekan FBS, dan Ketua Panitia Pelaksana....
29
Moderator memandu sie presentasi materi dan tanya jawab....
Pemaparan Materi Pelatihan oleh Nara sumberNara Sumber ....