wisang bagus rhamadan - core · a. pengaturan dan pengawasan sektor perbankan oleh bank ......
TRANSCRIPT
PENGATURAN DAN PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN
BERDASARKAN UU NO. 21 TAHUN 2011 TENTANG
OTORITAS JASA KEUANGAN
SKRIPSI
oleh :
Wisang Bagus Rhamadan NIM 08220031
JURUSAN HUKUM BISNIS SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2014
i
PENGATURAN DAN PENGAWASAN OTORITAS JASA KEUANGAN
BERDASARKAN UU NO. 21 TAHUN 2011 TENTANG
OTORITAS JASA KEUANGAN
SKRIPSI
oleh :
Wisang Bagus Rhamadan
NIM 08220031
JURUSAN HUKUM BISNIS SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2014
ii
iii
iv
v
MOTTO
Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan Taatilah Rasul
(Muhammad) dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu.
Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya) jika kamu beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya. (Q.S. An-Nisâ’ : 59)
vi
PRAKATA
Alhamdli Allâhi Rabb al-‘Âlamîn, lâ Hawl walâ Quwwat illâ bi Allâh al-
‘Âliyy al-Âdhîm, dengan hanya rahmat dan hidayah-Nya penulisan skripsi yang
berjudul Pengaturandan Pengawasan Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan
UUNo. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan dapat terselesaikan
denganbaik sebagai tugas akhir. Shalawat serta salam selalu kita curahkan kepada
Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan syafaat dan menuntun
kita pada jalan yang benar, yakni ajaran Islam.
Dengan segala daya dan upaya serta bantuan, bimbingan maupun arahan
dan instruksi dan beberapa hasil diskusi dari berbagai pihak dalam proses
penulisan skripsi ini, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang tiada batas kepada:
1. Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo M.Si., selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
2. Dr. H. Roibin, M.H.I, selaku Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Dr. Mohammad Nur Yasin, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Hukum Bisnis
Syariah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang.
4. Dr. H. Abbas Arfan, Lc., M.H., selaku Dosen Pembimbing penulis. Syukron
katsiron penulis haturkan atas waktu yang beliau limpahkan untuk
bimbingan, arahan, serta motivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi
vii
ini. Semoga beliau selalu dilimpahkan rahmat dan hidayah oleh Allah swt.
Serta dimudahkan, diberi keikhlasan dan kesabaran dalam menjalani
kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat.
5. H. Musleh Harry, S.H.,M.Hum., selaku dosen wali penulis selama
menempuh kuliah di Fakultas Syari‟ah Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang. Terima kasih penulis haturkan kepada beliau yang
telah memberikan bimbingan, saran, serta motivasi selama menempuh
perkuliahan.
6. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua yang tidak
ada hentinya untuk memberikan arahan dan support yang membuat saya
semangat dalam menyelesai kan skripsi ini.
7. Segenap dosen Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang, yang telah banyak berperan aktif dalam menyumbangkan
ilmu, wawasan dan pengetahuannya kepada penulis.
8. Staf serta Karyawan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang, penulis ucapkan terima kasih atas partisipasinya
dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Teman-teman Hukum Bisnis Syariah angkatan 2008 UIN Maliki yang tidak
mungkin tersebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan dan
kekompakannya selama menempuh Strata-1.
Semoga apa yang telah penulis peroleh selama kuliah di Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang ini, dapat bermanfaat
bagi semua pembaca, khususnya bagi penulis secara pribadi. Disini penulis
viii
sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari salah dan dosa, menyadari
bahwasanya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
skripsi ini.
Akhirnya, semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang
berkotribusi dalam penyelesaian skripsi ini.
Malang, 9 September 2013
Penulis,
Wisang Bagus Rhamadan
NIM 08220031
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI1
A. Konsonan
= tidakdilambangkan = dl
= b = th
= t = dh
= ts = ’ (komamenghadapkeatas)
= j = gh
= h = f
= kh = q
= d = k
= dz = l
= r = m
= z = n
= s = w
= sy = h
= sh = y
Hamzah( ء) yang sering dilambangkan dengan alif, apabila terletak di awal
kata maka mengikuti vokalnya, tidak dilambangkan. Namun apabila terletak
ditengah atau akhir maka dilambangkan dengan tanda koma di atas („). Untuk
lambang dilambangkan dengan (’).
1
Fakultas Syari‟ah UIN Malang, Pedoman Penulisam Karya Tulis Ilmiah (Malang:
Fakultas Syari‟ah Universitas Islam Negeri Malang, 2012), h. 74-75.
x
B. Vokal, PanjangdanDiftong
Tulisan latin vokal fathah ditulis dengan “a”, kasrah dengan “i”, dlommah
dengan “u”. Sedangkan bacaan panjang masing-masing ditulis dengan cara
berikut:
vokal (a)panjang= â misalnya menjadi qâla
vokal (i) panjang= Î misalnya قيل menjadi qÎla
vokal (u) panjang= û misalnya menjadi dûna
Khusus untuk ya‟ nisbah, maka tidak boleh digantikan dengan “Δ,
melainkan tetap ditulis dengan “iy” agar dapat menggambakanya‟ nisbat di
akhirnya. Begitu juga untuk suara diftong, wawudanya‟setelah fathah ditulis
dengan “aw” dan “ay”.
C. Ta’ Marbuthah (ة)
Ta’Marbuthah ( ) ditransliterasikan dengan “t” jika berada di tengah-
tengah kalimat. Namun, apabila Ta’Marbuthah ( ) berada diakhir kalimat, maka
ditransliterasikan dengan menggunakan “h” misalnya menjadi al-
risalah lil mudarrisah. Ta’Marbuthah ( ) apabila berada ditengah-tengah kalimat
yang terdiri dari susunan mudlaf dan mudlafilayh, maka ditrasliteasikan dengan
menggunakan “t” yang disambung dengan kalimat berikutnya menjadi fi
rahmatillah.
xi
D. Kata Sandang dan Lafadh al-Jalalah
Kata sandang berupa “al”) (ditulis dengan huruf kecil, kecuali terletak
pada awal kalimat. Sedangkan “al” dalam lafadh jalalah yang berada di tengah-
tengah kalimat disandarkan (idhafah), maka dihilangkan.
E. Namadan Kata Arab Terindonesiakan
Pada pinsipnya kata yang berasal dari bahasa Arab harus ditulis dengan
menggunakan system transliterasi. Namun, apabila kata tersebut merupakannama
Arab dari orang Indonesia atau bahasa Arab yang sudah terindonesiakan, maka
tidak perlu menggunakan system transliterasi.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv
MOTTO .................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .............................................................................. vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN ................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvii
ABSTRAK ................................................................................................ xviii
BAB I: PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. LatarBelakang ...................................................................... 1
B. RumusanMasalah ................................................................. 5
C. TujuanPenelitian .................................................................. 5
D. ManfaatPenelitian ................................................................ 5
E. Metode Penelitian ................................................................ 6
F. PenelitianTerdahulu ............................................................. 16
G. SistematikaPembahasan ....................................................... 17
xiii
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 19
A. Pengaturan dan Pengawasan Sektor Perbankan oleh Bank Indonesia
............................................................................................. 19
B. Pengaturan dan Pengawasan Jasa Keuangan di Luar Sektor
Perbankan oleh Bapepam-LK .............................................. 27
C. Tinjauan Umum tentang Otoritas Jasa Keuangan ................ 29
D. Tinjauan Umum tentang Pendekatan Pengawasan Lembaga
Keuangan ............................................................................. 36
E. Kaidah Tasharrufu ‘ala Ra’yati Manûthun bil Mashlahah Dalam
Fiqh Muamalah .................................................................... 40
F. Kaidah La Darar wa La Dirâr Dalam Fiqh Muamalah....... 42
G. Kaidah Al-Dharar Yuzâl Dalam Fiqh Muamalah ................ 44
BAB III: PENGATURAN DAN PENGAWASAN OTORITAS JASA
KEUANGAN BERDASARKAN UU NO. 21 TAHUN 2011 TENTANG
OTORITAS JASA KEUANGAN ............................................................. 46
A. Pengaturan dan Pengawasan Industri Jasa Keuangan oleh Otoritas
Jasa Keuangan ...................................................................... 46
1. Tujuan, Fungsi, Tugas dan Wewenang OJK ................... 46
2. Anggaran dan Akuntabilitas Pelaksanaan Tugas
Otoritas Jasa Keuangan ................................................... 50
3. Hubungan Kelembagaan Otoritas Jasa Keuangan .......... 53
4. Perlindungan Konsumen ................................................. 58
xiv
B. Kaitan Antara Pengaturan dan Pengawasan Industri Jasa
Keuangan oleh Otoritas Jasa Keuangan dengan Kaidah-
Kaidah Fiqh Muamalah ....................................................... 62
C. Pengaturan dan Pengawasan Industri Jasa Keuangan di
Beberapa Negara .................................................................. 64
1. Pengaturan dan Pengawasan di Inggris ........................... 64
2. Pengaturan dan Pengawasan di Jepang ........................... 65
3. Pengaturan dan Pengawasan di Jerman........................... 71
4. Pengaturan dan Pengawasan di Korea Selatan................ 73
5. Pengaturan dan Pengawasan di Singapura ...................... 76
BAB IV: PENUTUP ................................................................................ 80
A. Kesimpulan ............................................................................ 80
B. Saran ....................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 84
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Perbandingan Sistem Pengawasan Jasa Keuanganantara Indonesia
dengan Negara Lain .................................................................................. 77
xvi
DAFTAR BAGAN
Gambar 3.1. Struktur Sistem Pengawasan Jasa Keuangan di Jepang ....... 66
Gambar 3.2. Struktur Organisasi FSA ...................................................... 69
Gambar 3.3. Struktur Sistem Pengawasn Jasa Keuangan di Jerman ........ 73
Gambar 3.4. Struktur Sistem Pengawasan Jasa Keuangan di Korea Selatan
................................................................................................................... 75
Gambar 3.5 Struktur Sistem Pengawasan Jasa Keuangan di Singapura ... 76
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Bukti Konsultasi
xviii
ABSTRAK
Rhamadan, Wisang Bagus. 2013. Pengaturan dan Pengawasan Sektor Jasa
Keuangan Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas
Jasa Keuangan. Skripsi. Jurusan Hukum Bisnis Syariah. Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing
Dr. H. Abbas Arfan, Lc, M.H.
Kata Kunci: Pengaturan dan Pengawasan, Otoritas Jasa Keuangan
Selama ini pengawasan dalam industri keuangan di Indonesia dipegang
oleh dua instansi yang berbeda. Bank Indonesia melakukan pengawasan dalam
sektor perbankan dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(Bapepam-LK) melakukan pengawasan di kegiatan pasar modal dan lembaga
keuangan non-bank. Akan tetapi, pada tanggal 22 November 2011 DPR telah
mensahkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang
independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi,
tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan
dalam sektor jasa keuangan.
Dalam penelitian ini terdapat rumusan masalah yaitu: 1) Bagaimana
pengaturan dan pengawasan jasa keuangan oleh OJK menurut UU No. 21 Tahun
2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan? 2) Apa persamaan dan perbedaan antara
OJK di Indonesia dengan otoritas sejenis di negara lain? Penelitian ini termasuk
dalam jenis penelitian hukum normatif. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan perundang-undangan, pendekatan perbandingan, dan pendekatan
konseptual. Karena penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, maka
data yang digunakan adalah data sekunder.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Otoritas Jasa Keuangan adalah
lembaga yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan
terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan secara terpadu.
Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di
dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan
akuntabel; mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil; dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat. Selain itu, pembentukan OJK di Indonesia tidak terlepas dari otoritas
serupa di beberapa negara lain, seperti Inggris, Jepang, Jerman, Korea dan
Singapura karena memiliki kesamaan dalam penerapan sistem pengawasan jasa
keuangan.
xix
ABSTRACT
Rhamadan, Wisang Bagus. 2013. The Regulation and Supervision System of
Financial Services Sector Based on Law No. 21 of 2011 Concerning
Financial Services Authority. Thesis. Sharia Business Law
Department. Maulana Malik Ibrahim Islamic State University, Malang.
Advisor: Dr. H. Abbas Arfan, Lc., M.H.
Keywords: Regulation and Supervision System, Financial Services Authority
Nowadays, the supervision system in Indonesian financial industry is held
by two different institutions. The Central Bank of Republic of Indonesia(BI)
performs the supervision in banking sector while Organization of Capital Market
Supervisory Agency and Financial Institutions (Bapepam-LK) supervises the
activity of capital market and non-banking financial institutions. However, on
November 22, 2011 The People's Representative Council(DPR) ratified the Law
No. 21 of 2011 concerning Financial Services Authority. Financial Service
Authority, shortened as OJK, is an independent institution which is free from
other parties‟ interference. The function, duty, and authority of OJK are to
regulate, supervise, examine, and investigate financial services sector in Indonesia.
In this research, there are problems as follow: 1) How is the regulation and
supervision of financial services held by OJK based on Law No. 21 of 2011
concerning Financial Services Authority? 2) What are the similarities and
differences between OJK in Indonesia and such authority in other countries? This
research is a normative law research. Therefore, it employs laws approach,
comparison approach and conceptual approach. The data used is secondary data.
The result shows that OJK is an institution which has the authority to
regulate and supervise the whole activities in financial service sector. The
purposes of its establishment are to achieve regular, fair, transparent and
accountable activities in financial service sector; to held a continuous and stabil
financial system; to protect the customers‟ and people‟s interests. In addition, the
establishment of OJK in Indonesia cannot be separated from similar authority in
other countries, such as England, Japan, Germany, Korea and Singapore for
having the similarity in the implementation of financial services supervision
system.
xx
:
Bapepam-LK
OJK: Otoritas Jasa
Keuangan
OJK: Otoritas Jasa Keuangan
OJK: Otoritas Jasa Keuangan
OJK: Otoritas Jasa
Keuangan