work permit.docx
TRANSCRIPT
![Page 1: WORK PERMIT.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081802/55cf9b12550346d033a49b87/html5/thumbnails/1.jpg)
WORK PERMIT
A. Pengertian Ijin KerjaPada kegiatan perindustrian dikenal istilah Ijin Kerja. Ada dua macam ijin kerja, yang pertama disebut “request“ dan yang kedua disebut “work permit”. A. Pengertian Ijin KerjaPada kegiatan perindustrian dikenal istilah Ijin Kerja. Ada dua macam ijin kerja, yang pertama disebut “request“ dan yang kedua disebut “work permit”. Ijin kerja K3 (work permit) sangat berbeda dengan ijin kerja melaksanakan pekerjaan (request), sehinga semua pekerja proyek harus benar-benar memahami perbedaan dan kegunaan dari masing-masing ijin kerja ini. Ijin kerja K3 sangat spesifik dan hanya berlaku bila kondisi pekerjaan tidak berubah dan maksimal (biasanya) hanya berlaku selama satu hari. Bila kondisi lingkungan pekerjaan berubah (ada hujan, ganti shift, dll), maka ijin kerja harus diperiksa kembali terhadap kondisi saat ini. Ijin kerja K3 yang lama bisa diganti dengan yang baru atau bila perubahan lingkungan dianggap tidak berpengaruh signifikan terhadap keselamatan kerja, maka ijin kerja dapat dipergunakan lagiPenerapan request misalnya, request diperlukan oleh kontraktor untuk meminta ijin bekerja pada Engineer Representative, misalnya untuk melaksanakan pekerjaan pengecoran di suatu lokasi atau beberapa lokasi sekaligus. Ijin kerja (request) bisa diberikan untuk satu atau beberapa macam pekerjaan yang diselesaikan dalam waktu satu hari atau beberapa hari, tergantung item pekerjaan yang diajukan.Beberapa pekerjaan tidak memerlukan ijin kerja, dan beberapa pekerjaan memerlukan ijin kerja sebelum pekerjaan dimulai. Aturan perlu dan tidaknya ijin kerja biasanya ada dalam dokumen kontrak atau hasil kesepakatan dalam rapat koordinasi antara kontraktor dan Engineer Representatif.Pekerjaan yang memerlukan ijin kerja dan ternyata dilaksanakan tanpa ijin kerja, maka biasanya bermasalah pada saat penagihan pembayarannya. Hal semacam ini biasanya merupakan pelajaran dasar pada pekerjaan konstruksi dan hampir semua personil yang terlibat pada pekerjaan konstruksi sangat memahaminya dan melaksanakannya dengan baik.Ijin kerja yang kedua adalah ijin kerja K3 (work permit), yang biarpun sangat penting, jarang dilaksanakan dengan baik, bahkan beberapa bukti menunjukkan tidak dilaksanakan sama sekali. Hampir semua kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerjaan berbahaya, ditemukan tidak ada ijin kerja K3 yang dikeluarkan untuk pekerjaan tersebut.Ijin Kerja K3 (work permit) dikeluarkan oleh Pengawas/Supervisor/Pelaksana kepada sub kontraktor/mandor atau pekerja yang akan memasuki/melaksanakan pekerjaan yang dianggap berbahaya. Bekerja di ketinggian, bekerja di ruang terbatas (sumur, plafond, gua, dsb), atau bekerja di lokasi yang berbahaya adalah sederetan jenis pekerjaan yang memerlukan ijin kerja K3 untuk memulai pekerjaan tersebut.B. Prosedur Pemberian Ijin KerjaPelaksana/pengawas/supervisor akan memberikan ijin kerja K3 setelah melakukan pemeriksaan terhadap hal-hal sebagai berikut :a. Kesehatan Kondisi pekerjab. Kelengkapan sarana dan prasarana kerja (termasuk kelengkapan APD sesuai yang disyaratkan pada kondisi pekerjaan yang akan dikerjakan)c. Tidak ada kondisi berbahaya di lokasi pekerjaan (kondisi berbahaya yang ada di lokasi pekerjaan sudah dikontrol sehingga tingkat risikonya ada pada tingkat “dapat ditolererir”)d. Hal-hal lain yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja pada lokasi kerja tersebut.Bila hasil pemeriksaan menunjukkan tidak adanya hal-hal yang dapat membahayakan pekerja
![Page 2: WORK PERMIT.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081802/55cf9b12550346d033a49b87/html5/thumbnails/2.jpg)
dalam melaksanakan pekerjaan tersebut, maka barulah ijin kerja K3 ditanda tangani dan pekerjaan dapat dimulai dengan pengawasan dari petugas khusus (biasanya petugas K3 atau pengawas pekerjaan di lokasi tersebut). Setiap permit akan disertai dengan berbagai sertifikat lain seperti electrical, preparation /reinstatement, confined space entry, excavation, sanction for test, limit of access dan vehicle access. Permit Controler berwenang untuk menolak menerbitkan work permit kalau certificate yang disaratkan tidak dipenuhi. Setelah lolos dari Permit Controler permit harus diendors oleh Operating Authority (Supervisor) sebagai wakil company. Performing Authority akan mendelegasikan pelaksanaan pekerjaan kepada Worksite Supervisor sebagai pemegang permit. Dibawah Worksite supervisor adalah permit user yaitu orang (certified) yang melakukan pekerjaan. Sebelum suatu permit diendors, Permit Controler dan /atau Area Authority (yang bertanggung jawab tentang area /space tempat pekerjaan dilakukan biasanya operator lapangan) akan memeriksa dan memastikan semuanya termasuk lokasi kerja telah sesuai dengan certificate yang disertakan.C. Aplikasi Work PermitWork permit dalam kasus ini diwujudkan sebagai Sistem Paspor Keselamatan.Sistem paspor keselamatan untuk kontraktor telah dipergunakan secara luas baik untuk operasi di off-shore maupun on-shore pada industri minyak dan gas. Mereka menyediakan suatu alat sederhana dan praktis untuk menjamin bahwa semua kontraktor yang bekerja di setiap lapangan perusahaan telah mempunyai kompetensi, mendapat induksi dan dilatih dalam hal sistem keselamatan dan persyaratan keselamatan yang minimum.
Sistem paspor keselamatan bervariasi dalam format dan ruang lingkupnya, tapi secara tipikal mencakup hal-hal berikut ini :a. Untuk setiap kontraktor diterbitkan paspor yang ditandatangani dan diberi tanggal setelah menyelesaikan program training induksi keselamatan yang hasilnya memuaskan dan evaluasi pelatihan kompetensi atau keahlian apapun.b. Paspor secara umum memiliki validitas yang terbatas baik dalam jenis pekerjaan yang dilakukan kontraktor (mis. hot work) maupun waktu validitas paspor tsb.c. Sistem paspor mensyaratkan pelatihan penyegaran dengan interval waktu tertentu yang diperlukan untuk menjaga agar paspor tetap valid.d. Skema pengadaan mungkin mencakup paspor dan persyaratan yang berbeda-bedauntuk setiap pekerja dan supervisor.e. Paspor dapat berfungsi sebagai alat sederhana baik untuk kontraktor maupun personil perusahaan untuk mengecek apakah seseorang telah dilatih dan cocok melaksanakan tugas yang diberikan, dan kapan pelatihan ulang diperlukan. Jika paspor tidak berlaku, kontraktor tidak dapat melakukan pekerjaan. Ini memberikan insentif pada kontraktor untuk menjamin bahwa mereka memiliki hak pelatihan dan akreditasi, dan juga menjaga agar paspor mereka selalu diperbaharui.f. Elemen pelatihan untuk mendapatkan paspor dapat meliputi :- Pengenalan hukum K3- Ijin kerja yang berlaku- Praktek kerja yang aman- Prosedur lock-out untuk elektrikal- Akses dan jalan masuk- Prosedur pelaporan kecelakaan & cara mendapatkan pertolongan pertama- Prosedur hot work (pengelasan dan pemotongan)- Pencegahan kebakaran dan prosedurnya- Penanganan bahan berbahaya dan resikonya serta alat pelindung diri (APD)- Manual handling- Bekerja dengan keran dan alat-alat berat
![Page 3: WORK PERMIT.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081802/55cf9b12550346d033a49b87/html5/thumbnails/3.jpg)
- Penggalian/ekskavasi- Tool box talks- Penilaian/analisa resiko- Dalam beberapa kasus sejumlah perusahaan yang melaksanakan kegiatan secara bersama-sama untuk memperoleh dan mengembangkan sistem paspor keselamatan untuk kontraktor, hal ini untuk menghindari kebutuhan pelatihan yang tidak perlu dan berulang dimana kontraktor memerlukan paspor yang berbeda untuk setiap lokasi.D. Jenis surat ijin kerjaSetiap pekerja baik dari company ataupun contractor harus lulus dalam training tentang prosedur “Permit To Work System”. Setiap orang (biasanya kontraktor) sebagai Performing Authority jika akan melakukan pekerjaan maintenance didalam kilang harus mengajukan permit kepada Permit Controler, disini Permit Controler akan menanyakan jenis pekerjaan, lokasi, alat-alat yang dipakai (equipment) dll. Jenis pekerjaan akan menentukan jenis work permit yang dipakai (Cold , Spark Potential , Hot atau Radiography Work Permit) dilihat dari dampak ataupun risiko yang ditimbulkan.Misalnya apakah pekerjaan menimbulkan source of ignition, atau melibatkan nyala api, eksplosif dan sejenisnya akan memakai Hot Work Permit. Spark Potential Work Permit dipakai untuk pekerjaan yang melibatkan non-intrinsically safe equipment, kamera dengan baterry, removing cover dan exposing live electrical atau koneksi instrument ke atmosphere, memakai hydraulic /air power tools dan lain-lain. Pekerjaan diluar itu akan menggunakan Cold Work Permit dan tentunya spesial untuk Radiography. Telah banyak bukti bahwa tidak adanya ijin kerja K3 telah menyebabkan terjadinya banyak kecelakaan kerja, sehingga sudah saatnya kita peduli dengan ijin kerja K3 saat melakukan pekerjaan berbahaya. SDM adalah aset paling berharga dalam suatu perusahaan, dan sudah layak bila aset yang berharga ini dilindungi dengan cara yang baik secara memadai.
INSPEKSI K3
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan faktor penting dalam pelaksanaan proses produksi dalam suatu perusahaan. Manajemen perusahan dan seluruh karyawan bertanggung jawab atas Keselamatan dan kesehatan kerja dilingkungan kerjanya. Untuk mencapai maksud diatas maka salah satu kegiatannya adalah Inspeksi Keselamatan Kerja. Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai peranan penting didalam program pencegahan kecelakaan.
Telah kita yakini bahwa kecelakaan tidak terjadi begitu saja, tetapi ada faktor-faktor penyebab yaitu :
Unsafe condition / keadaaan yang tidak aman Unsafe action / tindakan yang tidak aman Atau kombinasi keduanya
Dengan demikian bahwa usaha- usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan diawali dengan mampu menemukan faktor penyebab diatas, dengan melakukan inspeksi secara teratur, terencana dan sistimatis.
![Page 4: WORK PERMIT.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081802/55cf9b12550346d033a49b87/html5/thumbnails/4.jpg)
Maksud dan tujuan dilakukan inspeksi keselamatan kerja bukan untuk mencari kesalahan tetapi untuk menyakinkan apakah semua tata kerja dilaksanakan sesuai norma-norma keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Masuk dan Tujuan diadakannya Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja .
1. Mengidentifikasi problem – problem yang mungkin terjadi
2. Mengidentifikasi kekurangan-kekurangan pada peralatan.
3. Mengidentifikasi tindakan tidak standar / tidak aman pekerja
4. Mengidentifikasi dampak dari perubahan / pergantian suatu proses / material
5. Mengidentifikasi kekurangan – kekurangan dalam suatu perbaikan
6. Melokalisasi dan menetralisir bahaya-bahaya yang ada.
Pada prinsipnya maksud dan tujuan inspeksi adalah untuk menemukan atau mengidentifikasi unsafe action dan unsafe condition dan menentukan penyebab dasar agar dapat Melakukan tindakan perbaikan, sehingga kondisi dan tindakan tidak aman tidak sempat menyebabkan suatau kecelakaan.
Manfaat Inspeksi Keselamatan Kerja .
Disamping maksud dan tujuan diatas, suatu inspeksi Keselamatan Kerja juga mempunyai manfaat yaitu :
1. Dapat melakuakan pembetulan segera terhadap tindakan atau kondisi tidak standar ( tidak aman) yang ditemukan selama inspeksi.
2. Inpeksi secara teratur dan berkelanjutan mendorong para pekerja untuk lebih tanggap terhadap tindakan tidak aman yang dilakukan oleh sesama pekerja serta akan lebih giat memeriksa kondisi tidak aman suatu alat / tempat kerja.
3. Menetapkan secara tepat alat-alat pelindung keselamatan yang diperlukan untuk setiap jenis dan kondisi kerja.
4. Inspeksi dapat memberikan semangat serta meningkatkan keseadaran setiap pekerja terhadap pentingnya K-3
5. Inspeksi membantu apresiasi serta sekaligus merealisasikan program K-3 dikalangan para karyawan.
![Page 5: WORK PERMIT.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081802/55cf9b12550346d033a49b87/html5/thumbnails/5.jpg)
Dalam melakukan inspeksi seseorang seharusnya tidak hanya mendeteksi atau mencari tindakan tidak standar / aman atau kondisi tidak standar / aman secara phisik, tetapi harus pula dapat mengevaluasi dan menentukan penyebab dasar, mengapa tindakan dan kondisi tidak standar / aman dapat terjadi. Selanjutnya menentukan tindakan perbaikan yang harus dilakukan.
Sebelum melakukan inspeksi harus terlebih dahulu mengevaluasi atau menganalisa semua temuan, kerusakan atau insiden yang pernah terjadi sebelumnya, sehingga nantinya dapat memberikan pehatian khusus terhadap kondisi dan tindakan tidak aman yang berpotensi menimbulkan permasalahan K-3.
Inspeksi K3
A. Pengertian dan Tujuan Inspeksi
Inspeksi merupakan salah satu alat kontrol manajemen yang bersifat klasik, tetapi
masih sangat relevan dan secara luas sudah banyak diterapkan dalam upaya menemukan
masalah yang dihadapi dilapangan, termasuk untuk memperkirakan besarnya resiko.
Kegiatan inspeksi merupakan salah satu uapaya yang bersifat “proactive” bertujuan untuk
memastikan apakah fasilitas kerja yang ada dilapangan telah dikelola dengan baik (well-
managed). Dengan inspeksi, kita akan memperoleh umpan-balik yang sangat berharga
bagi manajemen dalam merencakan tindakan perbaikan.
B. Inspeksi Informal
Inspeksi informal merupakan inspeksi rutin yang dilakukan oleh karyawan lapangan
itu sendiri, sebagaimana seseorang melakukan kegiatann – kegiatan tetap dan teratur.
Suatu contoh adalah seorang pengemudi yang selalu memeriksa air didalam radiator,
memeriksa minyak pelumas, dsb sebelum menjalankan mobilnya. Inisiatif ini cukup
efektif, karena pada dasarnya petugas lapangan adalah satu-satunya orang yang paling
sering melihat untuk pertama kalinya operasi sehari-hari berlangsung. Inspeksi semacam
![Page 6: WORK PERMIT.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081802/55cf9b12550346d033a49b87/html5/thumbnails/6.jpg)
ini sangat sederhana dan alami, oleh karena itu keberhasilan program semacam ini sangat
tegantung pada kesadaran dan pemahaman individu terhadap adanya bahaya bagaimana
mereka mengenali potensi kecelakaan yang mungkin timbul.
Infeksi informal dapat meliputi kondisi-kondisi peralatan atau lingkungan kerja
dibawah standar. Pegawai lapangan dapat melapor langsung secara lisan kepada
pengawasnya, kemudian pengawas dapat menegaskan kembali dalam bentuk tertulis.
Dalam beberapa hal, pengawas dapat langsung mengevaluasi serta mengambil tindakan-
tindakan koreksi yang diperlukan. Inspeksi ini didukung oleh suatu sistim dokumentasi
yang baik tentang hasil temuan dan koreksi yang dilakukan oleh pengawas. Dokumen
semacam ini akan mencerminkan tingkat kepedulian perusahaan terhadap aspek
keselamatan, dan sekaligus mendorong inisiatif, kreativitas serta untuk menampung
umpan balik yang datang dari karyawan lapangan.
Dilain pihak, inspeksi informal juga sering dianggap sebagai metode yang tidak
sistematis, sebab tindak lanjutnya sering dan mudah dilupakan orang walaupun
informasinya sering bersifat spesifik tetapi biasanya tidak mampu memberi gambaran
menyeluruh mengenai kondisi lapangan, dan karenanya sering kategorikan tidak
memenuhi kriteria sebagai suatu metode inspeksi yang baik.
C. Inspeksi Terencana
Adalah inspeksi pada suatu daerah kerja yang dilengkapi dengan daftar periksa agar
segala kemungkinan terjadinya kerugian dapat terdeteksi. Menurut DNV Loss Contro
Managemen Training, 1996, inspeksi terencana untuk keselamatan, secara umum dapat
dikategorikan sebagai berikut :
1. Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Umum (General safety & Health Inspection)
![Page 7: WORK PERMIT.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081802/55cf9b12550346d033a49b87/html5/thumbnails/7.jpg)
Adalah suatu pemeriksaan keselamatan dan kesehatan sacara umum dengan
melakukan perjalanan keliling yang terencana pada seluruh area kerja. Inspektur atau
pemeriksa memperhatikan segala sesuatu untuk menentukan kondisi-kondisi tidak
aman ditempat kerja.
2. Housekeeping Inspection
Adalah bbagian yang penting dari inspeksi umum terencana, inspeksi jenis ini
berhubungan dengan kebersihan dan kerapihan yang meliputi : mesin dan peralatan,
material, alat-alat, lantai gedung dan lain-lain.
3. Inspeksi Bagian Kritis (Critical Parts Inspections)
Sasaran utama dari inspeksi ini adalah untuk melihat apakah bagian bagian kritis
dari suatu peralatan, mesin-mesin, bahan-bahan atau struktur, mengalami kerusakan,
aus, dipasang secara tidak benar, atau disalah gunakan.
Bagian-bagian kritis meliputi komponen suatu mesin yang selama ini
dipergunakan sebagai suku cadang. Barang atau perlengkapan semacam ini apabila
masih dalam penyimpanan atau gudang, sering disebut “Critical Items”. Walau
demikian,kedua jenis barang-barang tadi perlu dikenali, dievaluasi, dan dijaga agar
selalu dalam kondisi yang baik dan aman dipakai
4. Inspeksi Perawatan Pencegahan (Preventive Maintenance Inspections)
Adalah jenis inspeksi yang dilakukan untuk memelihara dan menjaga agar mesin
atau peralatan tetap beroperasi sebagaimana mestinya terutama untuk mesin-mesin
vital seperti turbin. Alat angkat Crane. Dan lain-lain. Inspeksi ini dilakukan secara
![Page 8: WORK PERMIT.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081802/55cf9b12550346d033a49b87/html5/thumbnails/8.jpg)
periodik diman sifatnya adalah pencegahan. Sehingga tidak mengganggu jalannya
proses, atau menghindari adanya potensi kecelakaan.
5. Inspeksi Peralatan Sebelum Digunakan (Pre-use Equipment Inspection)
Pemeriksaan peralatan sebelum digunakan merupakan suatu sistim untuk
memastikan bahwa sistim kontrol dan sistim emergency yang utama atelah dipasang
dengan baik serta dapat berfungsi sebagai manamestinya, dengan demikian kita
memiliki keyakinan bahwa peralatan dapat beroperasi secara aman.
D. Langka – Langka Inspeksi
Guna tercapainya hasil inspeksi secara optimal, diperlukan beberapa tahap yang harus
diikuti, sebagai berikut :
1. Persiapan
Persiapan yang memadai sebelum dimulainya suatu inspeksi, akan menghasilkan
hasil inpeksi yang memuaskan. Pada tahap ini beberapa hal yang perlu dilakukan
adalah :
Memulai dengan sikap yang positif. Tidak membuat inspeksi seolah mencari-cari
kesalahan.
Mengetahui apa yang akan dicapai
Mempersiapkan daftar periksa (cheklist)
Mempersiapkan peralatan yang diperlukan
2. Inspeksi
![Page 9: WORK PERMIT.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081802/55cf9b12550346d033a49b87/html5/thumbnails/9.jpg)
Setelah tahap persiapan dilakukan, selanjutnya dimulai tahap inspeksi itu sendiri.
Pada tahap ini, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
Mengunakan rencana awal yang telah ditetapkan
Menggunakan daftar periksa (checklist)
Menekankan segi positif
Mengambil tindakan perbaikan (penting) bersifat sementara, sebelum perbaikan
permanen dilakukan
Mengklasifikasi bahaya
Melaporkan barang-barang yang tampak tidak berguna.
3. Mengembalikan langkah perbaikan
Tahap ini merupakan tahap koreksi yaitu pengembangan langkah-langkah
perbaikan atas apa yang terdeteksi saat inspeksi. Banyak pilihan yang dapat dilakukan
untuk memperbaiki keadaan yang tidak memenuhi standar, yang sangat berfarisi baik
dalam biaya, efektifitas maupun metode kontrolnya. Beberapa diantaranya mampu
menguranngi peluang terulangnya kejadian serupa, tetapi ada yang sifatnya
mengurangi tingkat keparahan atau besarnya kerugian apabila kecelakaan yang kita
duga benar-benar terjadi.
4. Tindak lanjut perbaikan
Rekomendasi yang dibuat jika tanpa diikuti tindak lanjut, tidak memberikan bobot
terhadap inspeksi, oleh karena itu perusahaan perlu memeriksa sistim formal yang
![Page 10: WORK PERMIT.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081802/55cf9b12550346d033a49b87/html5/thumbnails/10.jpg)
terpola yang mampu memonitor pelaksanaan rekomendasi. Rekomendasi hendaknya
memuat siapa petugas yang bertanggung jawab melakukan tindakan koreksi dan
tetapkan targer waktu penyelesaianya.
Rekomendasi-rekomendasi yang tidak disetujui atau karena sesuatu hal tidak
dapat dilaksanakan hendaknya dijelaskan secara teknis tertulis mengapa demikian,
dan untuk itu perlu didiskusikan dengan ketua tim inspeksi yang bersangkutan sebagai
tindak lanjut rekomendasi, yaitu :
Mengeluarkan perintah kerja
Membuat anggaran dan memantau pengadaan bahan dan biaya perbaikan
Memastikan ketepatan waktu penyelesaian perbaikan
Memeriksa rencana dan jadwal kerja, ikuti jalannya proses konstruksi atau
modifikasi
Memerikasa dan memastikan bahwa pekerjaan perbaikan telah selesai dilakukan
secara memadai (sesuai waktu yang ditentukan), misalnya dengan memeriksa
peralatan, melakukan evaluasi pelatihan yang diperlukan, atau menelaah prosedur
yang ada.
Menelaah kembali secara keseluruhan untuk menentukan efektifitas tindakan
perbaikan, kendala atau kemungkinan timbulnya efek samping.
5. Pelaporan Inspeksi
![Page 11: WORK PERMIT.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081802/55cf9b12550346d033a49b87/html5/thumbnails/11.jpg)
Penulisan suatu laporan adalah bagian penting lain dari suatu pemeriksaan.
Laporan adalah dimana kita mengkomunikasikan informasi dan menghidari duplikasi
pemborosan tenaga.
Laporan inspeksi memberi umpan balik para manajer tingkat menengah dan atas
pada permasalahan keselamatan. Hal ini membantu mereka membuat keputusan yang
lebih baik pada peralatan, material, dan orang-orang yang dibutuhkan dalam semua
unsur-unsur program, seperti pengendalian pembelian, pelatihan, peralatan pelindung
dan disain tempat kerja. Salinan laporan yang dibagi-bagikan, atau informasi yang
diambil dari mereka, dapat bersama membantu mengidentifikasi permasalah serupa di
lain area.
Laporan yang tertulis, dengan penggolongan bahaya, mengkomunikasikan
informasi tentang kondisi-kondisi dan praktek di bawah standar lebih baik pada
laporan lisan. Laporan tertulis mendorong orang-orang untuk ingat apa yang harus
mereka lakukan, dan melakukannya. Laporan mendokumentasikan semua tindakan
sehingga berusaha tidak terulang. Tindakan korektif yang tidak teratur sering terjadi
konflik dan pemborosan.
E. Pemeriksaan Yang Efektif
Menurut DNV Modern Safety Management 1996, terdapat beberapa point yang perlu
diinspeksi dan diperhatikan saat dilakuakn pemeriksaan yaitu :
1. Kondisi Fisik Secara Umum
Kondisi fisik lingkungan dan fasilitas dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
kelompok tergantung pada jenis kegiatan yang ada, peralatan yang digunakan, serta
![Page 12: WORK PERMIT.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081802/55cf9b12550346d033a49b87/html5/thumbnails/12.jpg)
sarana penunjang yang terlibat didalamnya. Contoh berikut ini menggambarkan
klasifikasi untuk fasilitas operasi secara umum.
Peralatan listrik : antara lain kabel, sambungan-sambungan dan ground
Peralatan mekanik : kondisi umum, perlengkapan “guarding” bagian-bagian yang
berputar, bagian yang tajam atau runcing, kondisi roda gigi dan sebagainya
Tabung gas yang bertekanan
Bahan yang mudah terbakar
Perkakas tangan
2. Peralatan pencegahan dan pengendalian kebakaran
Sistem alarm dan deteksi kebakaran
Sistem sprikler
Evakuasi kebakaran
Alat pemadam api ringan
Hydrant
Pencegahan dan Pemadam kebakaran
3. Bahaya lingkungan Kerja
Bahan berbahaya dan beracun (B3) : label pada tempat B3, penanganan,
pemyimpanan, pembuangan, mengatasi ceceran/polusi
![Page 13: WORK PERMIT.docx](https://reader036.vdocuments.net/reader036/viewer/2022081802/55cf9b12550346d033a49b87/html5/thumbnails/13.jpg)
Ventilasi : ketersediaan ventilasi yang memadai untuk mengatsi asap, uap, arah
angin bertiup.
Kebisingan : pengendalian dan pengukuran
Radiasi : pengendalian dan pengukuran
Suhu yang ekstrem
Penerangan
F. Frekuensi Inspeksi
Makin sering inspeksi K3 dilakukan, mencerminkan makin baik usaha pencgahan
keceelakaan yang dilakukan yaitu berupa banyaknya kondisi dan tindakan tidak aman
yang terdeteksi. Menurut CNOOC HSEGP, 2001, Inspeksi K3 dilakukan satu bulan sekali
pada peralatan tetap (fixed facilities) seperti anjungan proses & produksi, dan sekali
setiap dua/tiga bulan untuk “drilling/workover units”.
Sedangkan menurut DNV Loss control Management Training 1996, isnpeksi secara
umum sering dibuat frekwensi berkisar antara bulanan sampai triwulan, kadang-kadang
lebih sering dan kadang-kadang lebih sedikit. Frekwensi jumlah maksimum tergantung
pada tingkat dan jenis pajanan kerugian dan resiko, seperti halnya tingkat perubahan area
operasi, perubahan personil, peralatan, material dan faktor lingkungan yang dapat
menciptakan situasi yang asing.