wrap up skenario 1 cairan

31
WRAP UP SKENARIO I KEKURANGAN CAIRAN Kelompok : A7 Ketua : Asep Aulia Rachman (NPM: 1102014041) Sekertaris : Amalia Farahtika Srikandi (NPM: 1102014016) Anggota : Asri Rahmania (NPM: 1102014044) Ajeng Halida Kustari (NPM: 1102014011) Cakra Karim (NPM: 1102014060) Desi Tahari (NPM: 1102014068) Dyah Sri Annawati (NPM:1102014081) Gadieh Kasih Muharrom (NPM:1102014112) Ina Dwi Rahmanika (NPM:1102014127) 1

Upload: annraah

Post on 25-Sep-2015

96 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

pbl

TRANSCRIPT

WRAP UP SKENARIO I

KEKURANGAN CAIRAN

Kelompok: A7

Ketua: Asep Aulia Rachman (NPM: 1102014041)

Sekertaris: Amalia Farahtika Srikandi (NPM: 1102014016)

Anggota: Asri Rahmania (NPM: 1102014044)

Ajeng Halida Kustari (NPM: 1102014011)

Cakra Karim (NPM: 1102014060)

Desi Tahari (NPM: 1102014068)

Dyah Sri Annawati (NPM:1102014081)

Gadieh Kasih Muharrom (NPM:1102014112)

Ina Dwi Rahmanika (NPM:1102014127)

SKENARIO 1

KEKURANGAN CAIRAN

Seorang remaja 19 tahun dibawa ke IGD RS YARSI karena pingsan setelah berolahraga. Pada pemeriksaan fisik : tampak lemas, bibir, dan lidah kering. Sebelum dibawa ke rumah sakit, temannya telah memberikan larutan pengganti cairan tubuh. Di RS, penderita segera diberikan infus cairan elektrolit. Hasil pemeriksaan labolatorium menunjukan : Kadar Natrium : 130 mEq/l (Normal = 135-147), Kalium : 2,5 mEq/l (Normal =3,5-5,5) dan Chlorida : 95 mEq/l (Normal =100-106). Setelah kondisi membaik pasien diperbolehkan pulang dan dianjurkan untuk minum sesuai dengan etika islam.

1. Kata Sulit

1. Pingsan: Hilangnya kesadaran

2. Larutan: Campuran homogen dari solvent dan solute

3. Cairan: Sesuatu yang mengalir

4. Infus: Larutan pengganti cairan tubuh

5. Elektrolit: Penghantar listrik

6. Etika: Tata cara

2. Pertanyaan Sementara

1. Apa saja penyebab dehidrasi?

2. Apa saja gejala dehidrasi?

3. Bagaimana proses keluar masuknya cairan dalam tubuh?

4. Apa fungsi cairan tubuh?

5. Apa saja faktor yang mempengaruhi kelarutan?

6. Bagaimana mekanisme pergerakan cairan tubuh?

7. Apakah perbedaan cairan dan larutan?

8. Apa saja yang terkandung dalam cairan tubuh?

9. Apa saja gangguan keseimbangan natrium, kalium, dan klorida?

10. Apa saja fungsi natrium, kalium, dan klorida di dalam cairan tubuh?

11. Bagaimana mekanisme pingsan akibat kekurangan cairan?

12. Bagaimana cara penanganan dehidrasi?

13. Bagaimana tata cara minum dalam etika Islam?

14. Apa saja kandungan dari cairan infus?

3. Jawaban

1. Muntah, diare, penggunaan obat diuret, latihan fisik yang berat, panas yang berlebih, demam

2. Lemas, bibir dan lidah kering, kulit tidak elastis, syok berat, jarang buang air kecil, urin pekat, mata cekung

3. Masuk: makanan dan minuman ; Keluar: urin dan keringat ; pernapasan menghirup oksigen bereaksi dengan glukosa menghasilkan air

4. Sebagai pelarut garam mineral, pengatur suhu tubuh, homeostasis, lubrikan organ, komponen pembentuk sel

5. Konsentrasi solvent dan solute, suhu, volume, tekanan, adanya ion sejenis

6. Penyerapan air dalam usus pembuluh darah ( pada pembuluh kapiler mengalami filtrasi ke ruang interstisium, masuk ke dalam sel dengan cara difusi ) seluruh tubuh

7. Larutan: solute dan solvent homogen ; cairan: solute dan solvent heterogen

8. Zat elektrolit dan zat non-elektrolit

9. Hiponatremia, hipernatremia, isonatremia, hipokalemia, hiperkalemia

10. Natrium: menjaga keseimbangan elektrolit pada ekstra sel ; kalium: sebagai kation utama intra sel, berperan dalam sistem saraf

Tubuh rangsangan ke hipothalamus ADH berkurang absorpsi air menurun lemas pingsan

4. Hipotesis sementara

Cairan tubuh merupakan komponen terbesar dan berperan penting dalam homeostasis tubuh. Dalam cairan tubuh terkandung zat elektrolit dan non-elektrolit, sehingga jika mengalami kekurangan cairan tubuh dapat menyebabkan gangguan kesetimbangan tubuh. Dianjurkan untuk minum sesuai dengan etika Islam.

SASARAN BELAJAR

LI 1 Memahami dan Menjelaskan larutan dan cairan

LO 1.1 Memahami dan menjelaskan definisi larutan dan cairan

LO 1.2 Memahami dan menjelaskan jenis larutan dan cairan

LO 1.3 Memahami dan menjelaskan fungsi cairan

LO 1.4 Memahami dan menjelaskan perbedaan larutan dan cairan

LI 2 Memahami dan Menjelaskan keseimbangan cairan tubuh

LO 2.1 Memahami dan menjelaskan kompartemen cairan tubuh

LO 2.2 Memahami dan menjelaskan kadar normal cairan tubuh

LO 2.3 Memahami dan menjelaskan mekanisme keseimbangan cairan tubuh

LO 2.4 Memahami dan menjelaskan gangguan keseimbangan cairan tubuh

LO 2.5 Memahami dan menjelaskan penanganan

LI 3 Memahami dan Menjelaskan dehidrasi

LO 3.1 Memahami dan menjelaskan definisi dehidrasi

LO 3.2 Memahami dan menjelaskan penyebab dan gejala dehidrasi

LO 3.3 Memahami dan menjelaskan jenis dehidrasi

LO 3.4 Memahami dan menjelaskan mekanisme

LO 3.5 Memahami dan menjelaskan penanganan dehidrasi

LI 4 Memahami dan Menjelaskan etika minum dalam islam

LO 4.1 Memahami dan menjelaskan etika minum dalam islam menurut Hadis

LO 4.2 Memahami dan menjelaskan etika minum dalam islam Al-quran

LI 1 Memahami dan Menjelaskan Cairan dan Larutan Tubuh

LO 1.1 Memahami dan menjelaskan definisi cairan dan larutan tubuh

Larutan (solusi) merupakan campuran homogen yang terdiri atas dua komponen (zat) atau lebih. Komponen yang jumlahnya sedikit dinyatakan sebagai solut (zat terlarut), sedangkan yang jumlahnya lebih banyak dinyatakan sebagai solven (pelarut). Baik solut maupun solven dapat berwujud padat, cair, atau gas. Solut dapat berupa atom, ion, atau molekul yang mengalami dispersi.

Cairan adalah istilah yang dipakai dalam dunia kedokteran untuk menyebutkan cairan-cairan tubuh atau sebenarnya lebih tepat didefinisikan sebagai campuran yang bersifat heterogen . Sifat heterogen ini terlihat dari partikel-partikel pembentuknya (solut dan solven) yang masih menunjukkan sifat dari masing partikel-partikel pembentuk tersebut. Selain itu, cairan khususnya cairan tubuh, biasanya bersifat koloid atau suspensi, dimana ukuran partikel pembentuknya lebih besar dari ukuran partikel pembentuk larutan solut (zat terlarut).

Cairan tubuh adalah air dalam tubuh dan zat - zat yang terlarut di dalamnya.

LO 1.2 Memahami dan menjelaskan jenis larutan dan cairan

Klasifikasi

Larutan diklasifikasikan berdasarkan fasa, kejenuhan, dan daya hantar listrik.

1) Berdasarkan Fasa

Dibagi menjadi 9 kelompok:

Solven

Contoh

Solute

Contoh

Campuran

Cair

Air

Cair

Alkohol

Spiritus

Cair

Aseton

Gas

Asetilen

Zat untuk las

Cair

Air

Padat

Garam

Larutan garam

Gas

Udara

Cair

Minyak wangi

Spray

Gas

O2

Gas

He

Gas untuk mengelas

Gas

O2

Padat

Naftalen

Kamfer

Padat

Cd

Cair

Hg

Amalgam gigi

Padat

Pd

Gas

H2

Gas oven

Padat

Au

Padat

Ag

2) Berdasarkan Kejenuhan

a) Larutan jenuh Qc = Ksp

Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah

yang diperlukan untuk adanya kesetimbangan antara solute yang terlarut dan

yang tak terlarut. Banyaknya solute yang melarut dalam pelarut yang banyaknya

tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan (solubility) zat

itu.

b) Larutan tidak jenuh Qc < Ksp

Jika jumlah solute yang terlarut kurang dari kelarutannya, maka larutannya disebut tak jenuh (unsaturated). Larutan tak jenuh lebih encer (kurang pekat) dibandingkan dengan larutan jenuh.

c) Larutan lewat jenuh Qc > Ksp

Jika jumlah solute yang terlarut lebih banyak dari kelarutannya, maka larutannya disebut lewat jenuh (supersaturated). Larutan lewat jenuh lebih pekat daripada larutan jenuh. Larutan lewat jenuh biasanya dibuat dengan cara membuat larutan jenuh pada temperatur yang lebih tinggi. Pada cara ini zat terlarut harus mempunyai kelarutan yang lebih besar dalam pelarut panas daripada dalam pelarut dingin.

3) Berdasarkan Daya Hantar Listrik

Kekuatannya tergantung pada nilai koefisien ionisasi (). Nilai berkisar 0 1.

a) Elektrolit

Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Pada larutan elektrolit, yang menghantarkan arus listrik adalah ion-ion yang terdapat di dalam larutan tersebut. Pada elektroda negatif (katoda) ion positif menangkap elektron (terjadi reaksi reduksi), sedangkan pada elektroda positif (anoda) ion negatif melepaskan elektron (terjadi reaksi oksidasi). Jika di dalam larutan tidak terdapat ion, maka larutan tersebut tidak dapat menghantarkan arus listrik.

Senyawa elektrolit adalah senyawa yang jika dilarutkan ke dalam air akan terionisasi. Senyawa elektrolit dapat dibedakan menjadi senyawa elektrolit kuat ( = 1) dan senyawa elektrolit lemah (0 < < 1). Senyawa elektrolit kuat adalah senyawa yang di dalam air terionisasi sempurna atau mendekati sempurna, sehingga senyawa tersebut semuanya atau hampir semua berubah menjadi ion. Senyawa yang termasuk senyawa elektrolit kuat adalah:

1. Asam kuat, contohnya: HCl, HBr, HI, H2SO4, HNO3, HCLO4

1. Basa kuat, contohnya: NaOH, KOH, Ba(OH)2, Sr(OH)2

1. Garam, misalnya: NaCl, KCl, MgCl2, KNO3, MgSO4

Partikel-partikel yang ada di dalam larutan elektrolit kuat adalah ion-ion yang bergabung dengan molekul air, sehingga larutan tersebut daya hantar listriknya kuat. Hal ini disebabkan karena tidak ada molekul atau partikel lain yang menghalangi gerakan ion-ion untuk menghantarkan arus listrik, sementara molekul-molekul air adalah sebagai media untuk pergerakan ion.

Senyawa elektrolit lemah adalah senyawa yang di dalam air terion sebagian atau senyawa tersebut hanya sebagian saja yang berubah menjadi ion dan sebagian yang lainnya masih sebagai molekul senyawa yang terlarut. Larutan yang terbentuk daya hantar listriknya lemah atau kurang kuat karena molekul-molekul senyawa dalam larutan tidak dapat menghantarkan listrik, sehingga menghalangi ion-ion yang akan menghantarkan listrik. Senyawa yang termasuk senyawa elektrolit lemah adalah:

1. Asam lemah, contohnya: HF, H2S, HCN, H2CO3, HCOOH, CH3COOH

1. Basa lemah, contohnya: Fe(OH)3 , Cu(OH)2 , NH3, N2H4, CH3NH2, (CH3)2NH

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa larutan elektrolit lemah daya hantar listriknya kurang kuat.

b) Non elektrolit

Larutan non elektrolit ( = 0) adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Karena senyawa yang di dalam air tidak terionisasi (tidak terdapat ion), sehingga partikel-partikel yang ada di dalam larutan adalah molekul-molekul senyawa yang terlarut. Kecuali asam atau basa, senyawa kovalen adalah senyawa nonelektrolit, misalnya: C6H12O6, CO(NH2)2, CH4, C3H8, C13H10O.

LO 1.3 Memahami dan menjelaskan fungsi cairan

Fungsi Cairan

a. Cairan intrasel

Berfungsi menghasilkan, menyimpan, dan penggunaan energi serta proses perbaikan sel. Selain itu, cairan intrasel juga berperan dalam proses replikasi dan berbagai fungsi khusus antara lain sebagai cadangan air untuk mempertahankan volume dan osmolalitas cairan ekstrasel.

b. Cairan ekstrasel

Berfungsi: - penghantar semua keperluan sel (nutrien, oksigen, berbagai

ion, trace minerals, dan regulator hormon / molekul);

pengangkut CO2, sisa metabolisme, bahan toksik atau bahan yang telah mengalami detoksifikasi dari sekitar lingkungan sel.

LO 1.4 Memahami dan menjelaskan perbedaan larutan dan cairan

Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama) serta sama ukuran partikelnya, tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut), partikel-partikel penyusunnya berukuran sama (baik ion, atom, maupun molekul) dari dua zat atau lebih. Dalam larutan fase cair pelarutnya (solvent) adalah cairan dan zat terlarut di dalamnya disebut zat terlarut(solute) bisa berwujud cair, padat, atau gas.

Sedangkan, cairan adalah campuran yang heterogen yaitu antara pelarut dan zat terlarutnya masih dapat dibedakan. Partikel-partikel pembentuknya solute maupun solventnya masih menunjukkan sifat dari masing-masing partikel tersebut. Cairan, terdiri dari unsur-unsur atau partikel- partikel yang posisi relatifnya bebas berubah tanpa terpisah.

LI 2 Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan Cairan Tubuh

LO 2.1 Memahami dan menjelaskan kompartemen cairan tubuh

a) Kompartemen Intrasel (intracellular fluid) / CIS

Cairan intrasel adalah cairan yang terdapat dalam sel tubuh. Volume cairan intrasel kurang lebih 33% BB atau 60% dari jumlah air tubuh total (air yang terdapat dalam tubuh sel). Kandungan air di intrasel lebih banyak dibanding di ekstrasel dan persentase volume cairan intrasel pada anak lebih kecil dibandingkan orang dewasa, karena jumlh sel lebih sedikit dan ukuran sel lebih kecil. Volume cairan ekstrasel sebesar 24% BB pada rng dewasa. Untuk penggunaan di klinik, umumnya digunakan nilai 40% dari jumlah air tubuh total.

b) Kompartemen Ekstrasel (extracellular fluid) / CES

Cairan ekstrasel adalah cairan yang terdapat di luar tubuh sel. Terdiri dari:

Cairan interstisium atau cairan antar-sel (berada diantara sel-sel).

Cairan intravaskular, yang berada dalam pembuluh darah yang merupakan bagian air dari plasma darah.

Cairan trans-sel, yang berada dalam rongga-rongga khusus, misalnya cairan otak (likuor serebrospinal), bola mata, sendi, dan lain-lain. Jumlah cairan trans-sel relatif sedikit.

Tabel Persentase Cairan Tubuh Total

Bayi prematur

80% BB

Bayi dan anak normal

70 75% BB

Pra-pubertas

65 70% BB

Dewasa

55 60% BB

Kompartemen

Volume Cairan (L)

Persentase Cairan Tubuh

Persentase BB

Cairan tubuh total

42

100

60

Cairan intrasel (CIS)

28

67

40

Cairan ekstrasel (CES)

14

33

20

Plasma

2,8

6,6 (20% CES)

4

Cairan interstisium

11,2

26,4 (80% CES)

16

Kadar lemak pada wanita umumnya lebih banyak dibandingkan pria, dengakan kadar air pada pria lebih besar daripada wanita. Makin tua seseorang, biasanya jumlah lemaknya meningkat sedangkan jumlah airnya makin berkurang.

Tabel Kadar Air Tubuh Total Terhadap BB

Usia

Pria

Wanita

10 18

59%

57%

18 40

61%

51%

40 60

55%

47%

>60

52%

46%

Perhitungan ini hanya berlaku untuk individu dalam keadaan keseimbangan air tubuh normal. Untuk orang dewasa obesitas, hasil perhitungan rumus ini dikurangi 10%, sedangkan orang kurus ditambahkan 10%.

LO 2.2 Memahami dan menjelaskan kadar normal cairan tubuh

Kadar normal kation dan anion tubuh :

KATION

ANION

Na+ (135-145 mEq/L)

Cl- (95-105 mEq/L)

K+ (3,5-5,5 mEq/L)

Bikarbonat (25-29 mEq/L)

Ca2+ (1,3-2,1 mEq/L)

Fosfat (2,5-4,5 mEq/L)

Mg2+ (1,3-2,1 mEq/L)

Sebagai kation utama dalam cairan ekstrasellular, natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan di dalam tubuh, menjaga aktivitas saraf , kontraksi otot dan juga akan berperan dalam proses absorpsi glukosa. Pada keadaan normal, natrium (Na ) bersama dengan pasangan (terutama klorida) akan memberikan kontribusi lebih dari 90% terhadap efektif osmolalitas di dalam cairan ekstraselular.

Di dalam tubuh kalium akan mempunyai fungsi dalam menjaga keseimbangan cairan-elektrolit dan keseimbangan asam basa. Selain itu, bersama dengan kalsium (Ca ) dan natrium (Na ), kalium akan berperan dalam transmisi saraf, pengaturan enzim dan kontraksi otot. Hampir sama dengan natrium, kalium juga merupakan garam yang dapat secara cepat diserap oleh tubuh. Setiap kelebihan kalium yang terdapat di dalam tubuh akan dikeluarkan melalui urin serta keringat.

Sebagai anion utama dalam cairan ekstraselullar, ion klorida juga akan berperan dalam menjaga keseimbangan cairan-elektrolit. Selain itu, ion klorida juga mempunyai fungsi fisiologis penting yaitu sebagai pengatur derajat keasaman lambung dan ikut berperan dalam menjaga keseimbangan asam-basa tubuh. Bersama dengan ion natrium (Na ), ion klorida juga merupakan ion dengan konsentrasi terbesar yang keluar melalui keringat.

LO 2.3 Memahami dan menjelaskan mekanisme keseimbangan cairan tubuh

Mekanisme Pergerakan Cairan Tubuh

a) Difusi, yaitu perpindahan cairan dari konsentrasi tinggi (pekat) ke konsentrasi rendah (encer). Faktor faktor yang mempengaruhi difusi yaitu permeabilitas kapiler, konsentrasi larutan, potensial (muatan) listrik, tekanan hidrostatik, peningkatan luas permukaan difusi, berat molekul substansi, jarak yang ditempuh untuk difusi. Contohnya pembuatan sirup, teh, dan lain lain.

b) Osmosis, yaitu perpindahan air atau zat pelarut dari konsentrasi zat terlarut yang rendah ke konsentrasi zat terlarut yang tinggi melalui membran semipermeabel. Osmosis dikendalikan oleh tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik.

c) Transpor aktif, diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K, pompa jantung.

d) Filtrasi, terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan membran, dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.

Terdapat dua faktor yang diatur untuk mempertahankan keseimbangan cairan di tubuh: volume CES dan osmolaritas keduanya bergantung pada jumlah relatif NaCl dan H2O di tubuh, penyebab mengapa keduanya dikontrol dan mekanismenya sangatlah berbeda:

a) Volume CES harus diatur secara ketat untuk membantu mempertahankan tekanan darah. Pemeliharaan keseimbangan garam sangat penting dalam regulasi jangka panjang volume CES.

b) Osmolaritas CES harus diatur secara ketat untuk mencegah membengkaknya atau menciutnya sel. Pemeliharaan keseimbangan cairan sangat penting dalam mengatur osmolaritas CES.

LO 2.4 Memahami dan menjelaskan gangguan keseimbangan cairan tubuh

a) Gangguan Keseimbangan Cairan

Hipovolemia (Deplesi Volume)

Hipovolemia adalah suatu keadaan berkurangnya volume atau jumlah air ekstrasel. Kondisi ini akan menyebabkan hipoperfusi jaringan. Pada hipovolemia, berkurangnya air dan natrium terjadi dalam jumlah yang sebanding. Misalnya hilangnya air dan natrium melalui saluran cerna seperti muntah dan diare, perdarahan atau melalui pipa naso-gastrik. Hilangnya air dan natrium juga dapat melalui ginjal (misalnya penggunaan diuretik, diuresis osmotik, salt-wasting, nephropathy, hipoaldosteronisme), melalui kulit dan saluran napas (misalnya insensible water losses, keringat, luka bakar), atau melalui sekuestrasi cairan (misalnya pada obstruksi usus, trauma, fraktur, pankreatitis akut).

Bila terjadi penurunan volume cairan ekstrasel, volume dan tekanan darah akan berkurang. Hal ini akan menimbulkan rangsangan pada sistem renin-angiotensis sehingga timbul respon berupa penurunan produksi urin (restriksi pengeluaran cairan), rangsangan haus diikuti meningkatnya pemasukkan cairan akan meningkatkan volume cairan ekstrasel.

Normovolemia (Euvolemia)

Kondisi ini menjelaskan kadar natrium yang normal disertai peningkatan jumlah air tubuh. Kondisi ini dijumpai pada beberapa keadaan:

Sekresi ADH berkurang

Osmolalitas normal, misal pada pemberian infus larutan iso-osmotik yang tidak mengandung natrium.

Sekresi ADH meningkat

Osmolalitas rendah pada SIADH, hiperglikemia, dan pemberian mannitol.

Hipervolemia

Hipevolemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan volume cairan ekstrasel khususnya intravaskular (volume overload) melebihi kemampuan tubuh mengeluarkan air melalui ginjal, saluran cerna, kulit. Contoh: edema.

Dehidrasi

Dehidrasi adalah berkurangnya volume cairan intrasel akibat perpindahan air intrasel ke ekstrasel. Perpindahan air ini terjadi akibat peningkatan osmolalitas efektif cairan ekstrasel. Peningkatan osmolalitas cairan ekstrasel terjadi karena cairan ekstrasel yang terbuang (ke luar tubuh) bersifat hipotonik; berkurangnya air jauh melebihi berkurangnya natrium di ekstrasel. Air dari intrasel berpindah ke ekstrasel; hal ini merupakan bentuk regulasi agar osmolalitas cairan intrasel sama dengan osmolalitas cairan ekstrasel (homeostasis).

Secara klinik perbedaan antara hipovolemia dan dehidrasi terletak pada kadar natrium dalam plasma. Pada dehidrasi, dijumpai hipernatremia sedangkan pada hipovolemia kadar natrium plasma normal. Dehidrasi dapat terjadi akibat keluarnya air melalui keringat, penguapan dari kulit, saluran cerna, diabetes insipidus (sentral dan nefrogenik), atau diuresis osmotik; yang kesemuanya disertai gangguan rasa haus atau gangguan akses cairan. Dehidrasi dapat pula terjadi pada keadaan masuknya cairan ekstrasel ke intrasel secara berlebihan, kejang hebat, setelah melakukan latihan berat, atau pada pemberian cairan natrium hipertonik berlebihan.

Hipovolemia dan dehidrasi dapat timbul secara bersamaan bila cairan hipotonik terbuang secara berlebihan hingga menimbulkan gejala hipovolemia berat seperti hipotensi dan gejala klinik hipernatremia.

b) Gangguan Keseimbangan Elektrolit

Gangguan Keseimbangan Natrium (N= 135 147 mEq/L)

Hiponatremia (147 mEq/L)

Hipernatremia adalah suatu kedaan dimana terjadi defisit cairan relatif. Hipernatremia jarang terjadi, umumnya disebabkan resusitas cairan menggunakan larutan NaCl 0,9% (kadar natrium 154 mEq/L) dalam jumlah besar. Hipernatremia juga dijumpai pada kasus dehidrasi dengan gangguan rasa haus (misal pada kondisi kesadaran keganggu atau gangguan mental).

Gangguan Keseimbangan Kalium (N= 3,5 5,5 mEq/L)

Hipokalemia (5,5 mEq/L)

Dalam kedaan normal, jarang terjadi hiperkalemia oleh karena adanya mekanisme adaptasi oleh tubuh. Hiperkalemia dapat disebabkan oleh:

(1) Keluarnya kalium dari intrasel ke ekstrasel

(2) Berkurangnya eksresi kalium melalui ginjal.

Gangguan Keseimbangan Klorida (N= 100 106 mEq/L)

Hipoklorinemia (106 mEq/L)

Hiperklorinemia terjadi jika pemasukan melebihi pengeluaran pada gangguan mekanisme homeostasis dari klorida. Umumnya penyebab hiperklorinemia sama dengan hipernatremia. Hiperklorinemia dapat dijumpai pada kasus dehidrasi, asidosis tubular ginjal, gagal ginjal akut, asidosis metabolik yang disebabkan karena diare yang lama dan kehilangan natrium bikarbonat, diabetes insipidus, hiperfungsi status adrenokortikal dan penggunaan larutan salin yang berlebihan, alkalosis respiratorik. Asidosis hiperklorinemia dapat menjadi pertanda pada gangguan tubulus ginjal yang luas.

LO 2.5 Memahami dan menjelaskan penanganan gangguan keseimbangan cairan

a) Hipernatremia

Hipernatremia diobati dengan pemberian cairan. Pada semua kasus terutama kasus ringan, cairan diberikan secara intravena (melalui infus). Untuk membantu mengetahui apakah pemberian cairan telah mencukupi, dilakukan pemeriksaan darah setiap beberapa jam. Konsentrasi natrium darah diturunkan secara perlahan, karena perbaikan yang terlalu cepat bisa menyebabkan kerusakan otak yang menetap. Pemeriksaan darah atau air kemih tambahan dilakukan untuk mengetahui penyebab tingginya konsentrasi natrium. Jika penyebabnya telah ditemukan, bisa diobati secara lebih spesifik. Misalnya untuk diabetes insipidus diberikan hormon antidiuretik (vasopresin).

b) Hiponatremia

Hiponatremia berat merupakan keadaan darurat yang memerlukan pengobatan segera. Cairan intravena diberikan untuk meningkatkan konsentrasi natrium darah secara perlahan. Kenaikan konsentrasi yang terlalu cepat bisa mengakibatkan kerusakan otak yang menetap. Asupan cairan dibatasi dan penyebab hiponatremia diatasi. Jika keadaannya memburuk atau tidak menunjukkan perbaikan setelah dilakukannya pembatasan asupan cairan, maka pada SIADH diberikan demeclocycline atau diuretik thiazide untuk mengurangi efek hormon antidiuretik terhadap ginjal.

c) Hiperkalemia

Pengobatan harus segera dilakukan jika kalium meningkat diatas 5 mEq/L pada seseorang dengan fungsi ginjal yang buruk atau di atas 6 mEq/L pada seseorang dengan fungsi ginjal yang normal. Kalium bisa dibuang dari tubuh melalui saluran pencernaan, ginjal atau melalui dialisa. Kalium dapat dibuang dengan merangsang terjadinya diare dan dengan menelan sediaan yang mengandung resin pengisap kalium. Resin ini tidak diserap di saluran pencernaan, sehingga kalium keluar dari tubuh melalui tinja. Bila ginjal berfungsi dengan baik, diberikan obat diuretik untuk meningkatkan pengeluaran kalium. Jika diperlukan pengobatan segera, dapat diberikan larutan intravena yang terdiri dari kalsium, glukosa atau insulin. Kalsium membantu melindungi jantung dari efek kalium konsentrasi tinggi, meskipun efek ini hanya berlangsung beberapa menit saja. Glukosa dan insulin memindahkan kalium dari darah ke dalam sel, sehingga menurunkan konsentrasi kalium darah. Jika pengobatan ini gagal atau jika terjadi gagal ginjal, mungkin perlu dilakukan dialisa.

d) Hipokalemia

Kalium biasanya dapat dengan mudah digantikan dengan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung kalium atau dengan mengkonsumsi garam kalium (kalium klorida) per-oral. Kalium dapat mengiritasi saluran pencernaan, sehingga diberikan dalam dosis kecil, beberapa kali sehari. Sebagian besar orang yang mengkonsumsi diuretik tidak memerlukan tambahan kalium. Tetapi secara periodik dapat dilakukan pemeriksaan ulang dari konsentrasi kalium darah sehingga sediaan obat dapat diubah bilamana perlu. Pada hipokalemia berat, kalium bisa diberikan secara intravena. Hal ini dilakukan dengan sangat hati-hati dan biasanya hanya dilakukan di rumah sakit, untuk menghindari kenaikan kadar kalium yang terlalu tinggi.

LI 3 Memahami dan Menjelaskan Dehidrasi

LO 3.1 Memahami dan menjelaskan definisi dehidrasi

Dehidrasi adalah berkurangnya volume cairan intrasel akibat perpindahan air intrasel ke ekstrasel. Perpindahan air ini terjadi akibat peningkatan osmolalitas efektif cairan ekstrasel. Peningkatan osmolalitas cairan ekstrasel terjadi karena cairan ekstrasel yang terbuang (ke luar tubuh) bersifat hipotonik; berkurangnya air jauh melebihi berkurangnya natrium di ekstrasel. Air dari intrasel berpindah ke ekstrasel; hal ini merupakan bentuk regulasi agar osmolalitas cairan intrasel sama dengan osmolalitas cairan ekstrasel (homeostasis).

LO 3.2 Memahami dan menjelaskan penyebab dan gejala dehidrasi

a) Penyebab

- Keluarnya air melalui keringat, penguapan dari kulit, saluran cerna, diuresis osmotik,

muntah, diare.

- Insufisiensi pemasukkan H2O, seperti yang terjadi pada perjalanan di gurun pasir

atau kesulitan menelan.

- Pengeluaran H2O yang berlebihan, seperti yang dapat terjadi pada berkeringat,

muntah, atau diare berlebihan (meskipun baik H2O maupun zat terlarut keluar selama

keadaan-keadaan ini, H2O relatif lebih banyak hilang sehingga zat terlarut yang

tertinggal menjadi lebih pekat).

- Diabetes insipidus, penyakit yang ditandai oleh defisiensi vasopresin. Vasopresin

(hormon antidiuretik) meningkatkan permeabilitas tubulus distal dan koligentes

terhadap H2O dan dengan demikian meningkatkan konservasi air dengan mengurangi

pengeluaran air melalui urin.Tanpa vasopresin yang adekuat pada diabetes insipidus,

ginjal tidak dapat menahan H2O karena organ ini tidak dapat mereabsorpsi H2O dari

bagian distal nefron.

b) Gejala

Dehidrasi Ringan (3 5%)

sakit kepala ringan

denyut jantung meningkat

wajah memerah

kulit kering

volume urin berkuran dan lebih pekat

mengantuk

Dehidrasi Sedang (6 9%)

penurunan tekanan darah

kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, punggung

kejang

perut kembung

gagal jantung

ubun ubun cekung

denyut nadi cepat dan lemah

oliguria (produksi urin 10%)

anuria (tidak mampu mengeluarkan urin, bisa karena ada kerusakan pada glomerulus atau sumbatan di sepanjang saluran kemih)

kesadaran berkurang

denyut nadi cepat dan lemah sehingga tidak teraba

tangan dan kaki dingin dan lembab

tekanan darah turun drastis

ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan

Gejala

Ringan (3 5%)

Sedang (6 9%)

Berat (>10%)

Pengisian kembali kapiler

2 detik

2 4 detik

>4 detik

Tingkat kesadaran

Sadar

Letargi

Tidak sadar

Membran mukosa

Normal

Kering

Sangat kering

Denyut jantung

Sedikit meningkat

Meningkat

Sangat meningkat

Laju pernapasan

Normal

Meningkat

Meningkat dan hiperapnea

Tekanan darah

Normal

Normal; ortostatik

Menurun

Denyut nadi

Normal

Cepat dan lemah

Sangat lemah/samar/tidak teraba

Turgor kulit

Kembali normal

Kembali lambat

Tidak segera kembali

Fontanella

Normal

Agak cekung

Cekung

Mata

Normal

Cekung

Sangat cekung

Keluaran urin

Menurun

Oliguria

Anuria

(Dikutip dari Huang et al, 2005)

LO 3.3 Memahami dan menjelaskan jenis dehidrasi

Berdasarkan gambaran elektrolit serum, dehidrasi dapat dibagi menjadi :

a. Dehidrasi Hiponatremik atau Hipotonik

Dehidrasi hiponatremik merupakan kehilangan natrium yang relatif lebih besar daripada air, dengan kadar natrium kurang dari 130 mEq/L. Apabila terdapat kadar natrium serum kurang dari 120 mEq/L, maka akan terjadi edema serebral dengan segala akibatnya, seperti apatis, anoreksia, nausea, muntah, agitasi, gangguan kesadaran, kejang dan koma (Garna, dkk., 2000)

b. Dehidrasi Isonatremi atau Isotonik

Dehidrasi isonatremik(isotonik) terjadi ketika hilangnya cairan sama dengan konsentrasi natrium dalam darah. Kehilangan natrium dan air adalah sama jumlahnya / besarnya dalam kompartemen cairan ekstravaskular maupun intravaskular. Kadar natrium pada dehidrasi isonatremik 130-150 mEq/L (Huang et al, 2009). Tidak ada perubahan konsentrasi elektrolit darah pada dehidrasi isonatremik. (Latief, dkk., 2005)

c. Dehidrasi Hipernatremik atau Hipertonik

Dehidrasi hipernatremik (hipertonik) terjadi ketika cairan yang hilang mengandung lebih sedikit natrium daripada darah (kehilangan cairan hipotonik), kadar natrium serum > 150 mEq/L. Kehilangan natrium serum lebih sedikit daripada air, karena natrium serum tinggi, cairan di ekstravaskular pindah ke intravaskular meminimalisir penurunan volume intravaskular (Huang et al, 2009) Dehidrasi hipertonik dapat terjadi karena pemasukan (intake elektrolit lebih banyak daripada air. (Dell, 1973 dalam Suharyono, 2008)

Berdasarkan tingkat banyak cairan tubuh yang hilang :

a. Dehidrasi ringan

Yaitu kehilangan cairan dalam tubuh sebesar 5%

b. Dehidrasi sedang

Yaitu kehilangan cairan dalam tubuh sebesar 5-10%

c. Dehidrasi berat

Yaitu kehilangan lebih dari 10% cairan dalam tubuh

LO 3.4 Memahami dan menjelaskan mekanisme dehidrasi

Dehidrasi menyebabkan tiga tanggapan utama :

Reseptor pertama di mulut mendeteksi kekeringan dan merangsang mekanisme haus membuat kita ingin minum air.

Volume darah yang rendah menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal sehingga laju filtrasi glomerulus menurun. Hal ini menyebabkan tubuh memebrikan respon berupa penurunan kuantitas air dalam urin (ADH).

Tekanan darah menjadi rendah dan ini akan terdeteksi oleh baroreceptors yang mana akan memunculkan tekanan dengan cara vasokonstriksi.

LO 3.5 Memahami dan menjelaskan penanganan dehidrasi

Minum banyak cairan (minimal 8 gelas/hari).

Hindari minuman berkafein dan mengandung alkohol.

Hindari minuman berkarbonat karena dapat menyebabkan perasaan kembung sehingga mencegah konsumsi cairan.

Usahakan berada di tempat sejuk untuk menghindari evaporasi berlebihan.

Istirahat.

LI 4 Memahami dan Menjelaskan Etika Minum dalam Islam

Memulai minum dengan membaca basmallah

Minum dengan tangan kanan

Tidak bernapas dan meniup air minum

Larangan minum langsung dari mulut teko/bejana

Minum dengan posisi duduk

Bersyukur dan jangan mencela makanan & minuman

Tidak makan dan minum dengan menggunakan wadah yang terbuat dari emas dan perak

Jangan berlebih-lebihan dan boros

Jangan menyantap makanan dan minuman dalam keadaan masih sangat panas ataupun sangat dingin karena hal ini membahayakan tubuh

LO 4.1 Memahami dan Menjelaskan Etika Minum dalam Islam menurut Alquran

Artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Q.S Al-Araf: 31)

Allah subhaanahu wa taaalaa berfirman: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaithon; Karena Sesungguhnya syaithon itu adalah musuh yang nyata bagi kalian. (QS. Al Baqarah [2]: 168)

LO 4.2 Memahami dan Menjelaskan Etika Minum dalam Islam menurut Hadist

Dari Amr bin Abi Salamah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Wahai anakku, jika engkau hendak makan ucapkanlah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang berada di dekatmu. (HR Thabrani dalam Mujam Kabir)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,Jika salah seorang dari kalian hendak makan, hendaklah makan dengan tangan kanan. Dan apabila ingin minum, hendaklah minum dengan tangan kanan. Sesungguhnya setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya. (HR. Muslim)

Dari Abu Qatadah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jika kalian minum maka janganlah bernapas dalam wadah air minumnya. (HR. Bukhari no. 5630 dan Muslim no. 263)

Dari Abu Hurairah, beliau berkata, Rasulullah melarang minum langsung dari mulut qirbah (wadah air yang terbuat dari kulit) atau wadah air minum yang lainnya. (HR Bukhari no. 5627)

Disunnatkan minum sambil duduk, kecuali jika udzur, karena di dalam hadits Anas disebutkan, Bahwa sesungguhnya Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam melarang minum sambil berdiri. (HR. Muslim)

Hendaklah kamu puas dan rela dengan makanan dan minuman yang ada, dan jangan sekali-kali mencelanya. Abu Hurairah Radhiallaahu anhu di dalam haditsnya menuturkan, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam sama sekali tidak pernah mencela makanan. Apabila suka sesuatu ia makan dan jika tidak, maka ia tinggalkan. (Muttafaqalaih)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Orang yang minum pada bejana perak sesungguhnya ia mengobarkan api neraka jahanam dalam perutnya. (HR. Bukhari dan Muslim)

DAFTAR PUSTAKA

Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa edisi 3

Slide Herman Usman

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/publication/fluidbalance.pdf

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Endang%20Widjajanti%20L.FX,%20M.S.%20Dr.%20/modul%20kimia%20bag%202.pdf

http://jak-stik.ac.id/materi/MATERI01/ElektroKimia/lecIT-012309B-4-1.doc

Sherwood, Lauralee.2014.Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem.Jakarta:EGC.Edisi ke-8

Slide irfan syarif

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=135089&val=5645

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41453/4/Chapter%20II.pdf

http://www.spesialis.info/?bagaimana-cara-mengatasi-hipernatremia-%28kadar-natrium-darah-yang-tinggi%29-,190

http://www.spesialis.info/?waspadai-gejala-hiponatremia-%28kadar-natrium-darah-yang-rendah%29,196

http://www.spesialis.info/?mengapa-terjadi-hiperkalemia-%28kadar-kalium-darah-yang-tinggi%29-,185

http://www.spesialis.info/?waspadai-gejala-hipokalemia-%28kadar-kalium-yang-rendah-dalam-darah%29,192

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21500/4/Chapter%20II.pdf

http://muslimah.or.id/aqidah/adab-makan-dan-minum.html

http://www.pssplab.com/journal/01.pdf

21