wudhu ilham
TRANSCRIPT
Tata Cara Wudhu Page i
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
meneyelesaikan modul berjudul “tentang tata cara
wudhu ini dalam waktu yang telah ditentukan.
Modul ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu perkenankanlah penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Allah SWT. Yang telah meridloi pembuatan
makalah dengan baik.
2. Teman yang telah membantu menyusun makalah
ini
3. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu yang telah banyak membantu penulis
dalam menyelesaikan penulisan modul ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini
masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran
Tata Cara Wudhu Page ii
yang membangun dalam perbaikan karya tulis ini sangat
penulis harapkan.
Penulis berharap semoga modul ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya guna
mengetahui cara meningkatkan kebugaran jasmani.
Tata Cara Wudhu Page iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDU
KATA PENGANTAR ....................................... i
DAFTAR ISI...................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang ............................................. 1
b. Rumusan masalah ........................................ 1
c. Tujuan ......................................................... 1
d. Metode penyusunan ..................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
a. Kedudukan wudhu dalam sholat ……... 3
b. Tata cara berwudhu……………………. 4
c. Syarat-syarat sahya wudhu ..................... 8
d. Sunah-sunah wudhu .............................. .. 14
e. Hal-hal yang membatalkan wudhu ....... 19
f. Hal-hal diwajibkanya wudhu......... ........ 24
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................. 26 10
DAFTAR PUSTAKA
Tata Cara Wudhu Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Balakang
Setiap kegiatan Ibadah umat Islam pasti
melakukan membersihkan (thaharah) terlebih dahulu
mulai dari Wudhu, Mandi ataupun tayyamum dan tak
banyak umat Islam sendiri belum mengerti ataupun
udah mengerti tapi dalam praktiknya menemui sebuah
masalah ataupunkeraguan atas hal yang menimpanya.
Disini kami ingin membahas serta mengulas lagi
tentang hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Tata Cara Berwudhu
2. Syarat-Syarat Sahnya Wudhu
3. Hal-Hal yang Fardhu/Najis dalam Wudhu
4. Sunnah-Sunnah Wudhu' (Hal-Hal yang
Disunahkan Ketika Berwudhu'
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana Tata Cara Berwudhu
2. Mengetahui Syarat-Syarat Sahnya Wudhu
Tata Cara Wudhu Page 2
3. Mengerti Hal-Hal yang Fardhu/Najis dalam
Wudhu
4. Memahami Sunnah-Sunnah Wudhu' (Hal-Hal
yang Disunahkan Ketika Berwudhu'
D. Metode Penyusunan
Kita menggunakan metode kepustakaan yaitu
dengan cara mengumpulkan buku – buku yang
direkomendasikan serta mengkaji dan mencuplik
makalah yang telah kita kaji.
Tata Cara Wudhu Page 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kedudukan wudhu dalam sholat
Wudhu merupakan suatu hal yang tiada asing bagi
setiap muslim, sejak kecil ia telah mengetahuinya
bahkan telah mengamalkannya. Akan tetapi apakah
wudhu yang telah kita lakukan selama bertahun-tahun
atau bahkan telah puluhan tahun itu telah benar sesuai
dengan apa yang diajarkan Nabi kita Muhammad
shallallahu „alaihi was sallam? Karena suatu hal yang
telah menjadi konsekwensi dari dua kalimat syahadat
bahwa ibadah harus ikhlas mengharapkan ridho Allah
dan sesuai sunnah Nabi shallallahu „alaihi was sallam.
Demikian juga telah masyhur bagi kita bahwa wudhu
merupakan syarat sah sholat[1], yang mana jika syarat
tidak terpenuhi maka tidak akan teranggap/terlaksana
apa yang kita inginkan dari syarat tersebut. Sebagaimana
sabda Nabi yang mulia, Muhammad shallallahu „alaihi
was sallam,
»
Tata Cara Wudhu Page 4
“Tidak diterima sholat orang yang berhadats
sampai ia berwudhu”.
Demikian juga dalam juga Allah Subhanahu wa
Ta‟ala perintahkan kepada kita dalam KitabNya,
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki”.
(QS Al Maidah [5] : 6).
Maka marilah duduk bersama kami barang
sejenak untuk mempelajari shifat/tata cara wudhu Nabi
shallallahu „alaihi was sallam.
B. Tata Cara Berwudhu'
Dari Humran bekas budak Utsman, bahwa bin
Affan r.a. meminta air wudhu'. (Setelah dibawakan), ia
berwudhu', ia mencuci kedua telapak tangannya tiga
kali, kemudian berkumur-kumur dan memasukkan air ke
Tata Cara Wudhu Page 5
dalam hidungnya, kemudian mencuci wajahnya tiga
kali, lalu membasuh tangan kanannya sampai siku tiga
kali, kemudian membasuh tangannya yang kiri tiga kali
seperti itu juga, kemudian mengusap kepalanya lalu
membasuh kakinya yang kanan sampai kedua mata
kakinya tiga kali kemudian membasuh yang kiri seperti
itu juga. Kemudian mengatakan, "Saya melihat
Rasulullah saw. (biasa) berwudhu' seperti wudhu'ku ini
lalu Rasulullah bersabda, "Barang siapa berwudhu'
seperti wudhu'ku ini kemudian berdiri dan ruku' dua kali
dengan sikap tulus ikhlas, niscaya diampuni dosa-
dosanya yang telah lalu." Ibnu Syihab berkata, "Adalah
ulama-ulama kita menegaskan, ini adalah cara wudhu'
yang paling sempurna yang (seyogyanya) dipraktikkan
setiap orang untuk shalat." (Muttafaq 'alaih : Muslim
I:204 no:226, dan ini redaksinya, Fathul Bahri I:266
no:164, 'Aunul Ma'bud I:180 no:106 dan Nasa'i I:64).
Tata Cara Wudhu Page 6
Cara mengerjakan wuudhu
2. Membaca BASMALAH
sambil mencuci kedua
telapak tangan
1. Setelah
membersikan
tangan terus
berkuumur-kumur
tiga kali sambil
bersikan gigi
3. selesai berkumur
terus mencuci hidung
tiga kali
Tata Cara Wudhu Page 7
4. selesai mencuci
hidung terus
membasuk muka
tiga kali mulai dari
tumbunya rambut
sampai bawa dagu
sambil membaca
niat wudhu
5. setelah membasuk
muka, terus menncuci
tangan hiingga siku,
tiga kali
6. menyapu
sebagian rambut
kepala tiga kali
Tata Cara Wudhu Page 8
C. Syarat-Syarat Sahnya Wudhu'
1. Niat, berdasar sabda Nabi saw., "Sesungguhnya
segala amal hanyalah bergantung pada niatnya."
(Muttafaqun 'alaih: Fathul Bari, I:9 no:1, Muslim
III:1515 no:1907, Aunul Ma'bud VI:284 no:2186,
Tirmidzi III: 100 no:169, Ibnu Majah II:1413
no:4227, Nasa'i I:59). Tidak pernah disyariatkan
melafadzkan niat karena tidak ada dalil yang shahih
dari Nabi saw. yang menganjurkannya.
2. Mengucapkan basmalah, karena ada hadits Nabi
saw., " Tidak sah shalat bagi orang yang tidak
7. menyapu dua bela
telinga tiga kali
8. yang terakhir
mencuci kedua kaki
tiga kali
Tata Cara Wudhu Page 9
berwudhu' (sebelumnya) dan tidak sah wudhu' bagi
orang yang tidak menyebut, Bismillah"
(sebelumnya)." (Hadits hasan: Shahihu Ibnu Majah
no: 320 'Aunul Ma'bud I:174 no:101 dan Ibnu Majah
I:140 no:399).
3. (Di samping itu, ada dua riwayat lain yang
menerangkan bahwa Rasulullah saw. bersabda,
"Tawadhdha-uu-bibismillahi (Berwudhu'lah dengan
(menyebut) nama Allah," Lihat Nasai'i, kitab
thaharah no: 61 bab : mengucapkan basmallah ketika
akan berwudhu', dan Musnad Imam Ahmad III:165
(pent.))
4. Muwalah (Berturut-turut) tidak diselingi oleh
pekerjaan lain, berdasarkan hadits Khalid bin
Ma'dan, "Bahwa Nabi saw. pernah melihat seorang
laki-laki tengah mengerjakan shalat, sedang di
punggung kakinya dan sebesar uang dirham yang
tidak tersentuh air wudhu', maka Nabi saw.
menyuruhnya agar mengualngi wudhu' dan
shalatnya." (Shahih: Shahih Abu Daud no: 161 dan
'Aunul Ma'bud I: 296 no:173)
5. Hal-Hal yang Fardhu/Najis dalam Wudhu'
Tata Cara Wudhu Page 10
a. Membasuh wajah termasuk berkumur-kumur dan
membersihkan hidung.
b. Mencuci kedua tangan sampai kedua siku-siku.
(Dalam Al Umm I:25 Syafil menegaskan
”Selamanya tidak dianggap cukup membasuh
kedua tangan kecuali dengan membasuh tangan
dan punggungnya secara keseluruhan sampai ke
siku-siku. Jika ada bagian darinya yang tertinggal
walaupun kecil sekali, maka dianggap tidak sah
membasuh tangannya. Selesai”)
c. Mengusap seluruh kepala, dan kedua telinga
termasuk bagian dari kepala.
d. Membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki,
hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, "Hai
orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku dan usaplah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan
kedua mata kakimu." (Al-Maaidah : 6).
Adapun berkumur-kumur dan istinsyaq
(memasukkan air ke dalam hidung) termasuk bagian
dari muka sehingga wajib dilakukan karena Allah
Tata Cara Wudhu Page 11
Ta‟ala telah memerintahkan di dalam kitab-Nya yang
mulia membasuh muka. Di samping itu, telah sah dari
Nabi saw., beliau terus menerus melakukan kumur
dan istinsyaq setiap kali berwudhu‟.
Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh
seluruh sahabatnya yang meriwayatkan dan
menerangkan tata cara wudhu‟ Nabi saw., sehingga
secara keseluruhan itu menunjukkan bahwa
membasuh wajah yang diperintahkan di dalam al-
Qur‟an meliputi berkumur-kumur dan istinsyaq (as-
Sailal Jarrar I:81)
Lagi pula ada sabda Nabi saw. yang memerintah
berikumur-kumur dan istinsyaq memasukkan air ke
dalam hidung.
”Apabila seorang di antara kamu berwudhu‟,
maka masukkanlah air ke dalam hidungnya, lalu
keluarkanlah!” (Shahih : Shahihul Jami‟us Shaghir
no:443, „Aunul Ma‟bud I:234 no:140 dan Nasa‟i
I:66).
Dan sabda beliau saw. yang lain, ”Bersungguh-
sungguhlah dalam melakukan istinsyaq, kecuali
Tata Cara Wudhu Page 12
sedang berpuasa.” (Shahih: Shahih Abu Daud no:129
dan 131, Aunul Ma‟bud I:236 no: 142 dan 144).
Dalam hadits yang lain, beliau saw. bersabda
juga, ”Apabila kamu berwudhu‟, maka hendaklah
berkumur-kumur.” (Shahih: sama dengan di atas).
Adapun tentang wajibnya mengusap seluruh kepala,
yaitu karena perintah mengusap kepala di dalam Al-
Qur‟an bersifat mujmal (global), maka bayan
(penjelasannya) dikembalikan kepada sunnah Nabi
saw.. Sudah tegas dalam riwayat Bukhari, Muslim
dan selain keduanya bahwa Nabi saw. mengusap
seluruh kepalanya. Dan dalam hal ini terdapat dalil
yang tegas yang menunjukkan wajibnya mengusap
seluruh kepala secara sempurna.
Jika ada yang berpendapat, bahwa ada riwayat
yang shahih dari al-Mughirah, bahwa Nabi saw.
pernah mengusap ubun-ubunnya dan di atas
surbannya?
Maka jawabannya: Rasulullah saw. mencukupkan
mengusap di atas ubun-ubunnya, karena beliau
menyempurnakan dengan mengusap sisa kepalanya
di atas surbannya. Dan, penulis berpendapat demikian
Tata Cara Wudhu Page 13
dan di dalam riwayat al-Mughirah tersebut tidak
terdapat syarat yang menunjukkan bolehnya
mengusap hanya di atas ubun-ubun saja atau sebagian
kepala saja tanpa menyempurnakan di atas
surbannya. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir II:24 dengan
sedikit perubahan redaksi).
Walhasil, wajib mengusap seluruh kepala.
Pengusap kepala jika mau boleh, mengusap di atas
kepala saja atau di atas surban saja atau di atas kepala
dan dilanjutkan di atas surban, ketiga cara tersebut
shahih dan kuat (pernah dilakukan oleh Nabi saw.)
e. Adapun perihal dua telinga termasuk bagian dari
kepala sehingga wajib pula diusap berdasarkan
pada sabda Nabi saw., ”Dua telinga itu termasuk
kepala.” (Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 357 dan
Ibnu Majah I:152 no:443).
Menyela-nyelakan air pada jenggot
Dari Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah
saw. apabila berwudhu‟, mengambil segenggam
air, lalu memasukkannya ke belakang dagu,
kemudian menyela-nyelakannya di antara
jenggotnya, seraya bersabda, ”Beginilah yang
Tata Cara Wudhu Page 14
Rabbku „Azza wa Jalla Perintahkan kepadaku.”
(Shahih: Irwa‟ul Ghalil no: 92. „Aunul Ma‟bud I:
243 no:45, dan Baihaqi I:54).
Menyela-nyelakan air pada jari-jemari tangan dan
kaki
Sebagaimana yang ditegaskan bahwa
Rasulullah saw. bersabda, ”Sempurnakanlah
wudhu‟ dan sela-selakanlah (air) di antara jari-
jemari dan bersungguh-sungguhlah dalam
melakukan instinsyaq kecuali kamu dalam
keadaan puasa.” (Shahih: Shahih Abu Daud
no:129 dan 131 dan „Aunul Ma‟bud I: 236 no:142
dan 144).
D. Sunnah-Sunnah Wudhu' (Hal-Hal yang
Disunahkan Ketika Berwudhu')
1. Siwak, sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu
Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw.
bersabda, ”Kalaulah sekiranya aku tidak
(khawatir) akan memberatkan umatku, niscaya
kuperintahkan mereka bersiwak setiap kali
wudhu.” (Shahih: Shahihul Jammi no:5316 dan
al-Fathur Rabbani I:294 no:171).
Tata Cara Wudhu Page 15
2. Mencuci kedua telapak tangan tiga kali pada awal
wudhu‟, sebagaimana yang telah diriwayatkan
dari Utsman bin Affan r.a. yang mengisahkan
wudhu‟ Nabi saw. di mana dia membasuh kedua
telapak tangannya tiga kali. (Lihat masalah tata
cara Wudhu‟ pada halaman sebelumnya).
3. Kumur-kumur dan instinsyaq sekali jalan, tiga
kali:
”Dari Abdullah bin Zaid r.a. tentang dia
mengajarkan (tata cara) wudhu‟ Rasulullah saw.,
di mana dia berkumur-kumur dan instisyaq dari
satu telapak tangan. Dia berbuat demikian
(sebanyak) tiga kali.” (Shahih: Mukhtashar
Muslim no:125, dan Muslim I:210 no:235).
4. Bersungguh-sungguh dalam berkumur-kumur dan
istinsyaq: kecuali bagi orang yang berpuasa,
berdasarkan hadits Nabi saw., ”Bersungguh-
sungguhlah dalam beristinsyaq, kecuali kamu
dalam keadaan berpuasa.” (Shahih: Shahih Abu
Daud no:129 dan 131, „Aunul Ma‟bud I:236
no:142 dan 144).
Tata Cara Wudhu Page 16
5. Mendahulukan anggota wudhu‟ yang kanan
daripada yang kiri karena ada hadits Aisyah r.a.
yang mengatakan, ”Adalah Rasulullah saw.
mencintai mendahulukan anggota yang kanan
dalam hal mengenakan alas kaki, menyisir,
bersuci dan dalam seluruh ihwahnya.”
(Muttafaqun „alaih: Fathul Bari I: 269 no:168,
Muslim I: 226 no:268, Nasa‟i I:78).
Di samping itu hadits Utsman yang
menceritakan tata cara wudhu‟ Nabi saw. di mana
dia membasuh anggota yang kanan, lalu yang
kiri.
6. Menggosok, karena ada hadits Abdullah bin Zaid
yang mengatakan, ”Bahwa Nabi saw. pernah
dibawakan dua sepertiga mud (air), kemudian
beliau berwudhu‟, maka beliapun menggosok
kedua hastanya.” (Sanadnya shahih: Shahih Ibnu
Khuzaimah I:62 no:118).
7. Membasuh tiga kali, tiga kali, sebagaimana yang
telah dijelaskan oleh Utsman bin Affan ra (pada
awal pembahasan wudhu‟) bahwa Nabi SAW
berwudhu‟ tiga kali, namun ada juga riwayat
Tata Cara Wudhu Page 17
yang sah yang menyatakan, ”Bahwa Nabi saw.
pernah berwudhu‟ satu kali satu dan kali dua kali
dua kali.” (Hasan shahih: Shahih Abu Daud
no:124, Fathul Bari I:258 no:158 dari hadits
Abdullah bin Zaid „Aunul Ma‟bud I:230 no:136,
Tirmidzi I:31 no:43 dari hadits Abu Hurairah).
Dianjurkan pula kadang-kadang
mengusap kepala lebih dari sekali (tiga kali)
karena ada riwayat, dari Utsman bin Affan r.a.
bahwa ia pernah mengusap kepadanya tiga kali
seraya berkata, ”Saya pernah melihat Rasulullah
saw. berwudhu‟ (dengan mengusap kepala)
begini.” (Hasan Shahih: Shahih Abu Dawud
no:101 dan „Aunul Ma‟bud I:188 no:110).
8. Tertib, karena kebanyakan cara wudhu‟
Rasulullah saw. selalu dengan tertib sebagaimana
yang telah disampaikan sejumlah sahabat yang
meriwayatkan wudhu‟ beliau saw. Akan tetapi,
ada riwayat yang sah dari al-Miqdam bin
Ma‟dikariba ia berkata :
”Bahwa Rasulullah saw. pernah
dibawakan air wudhu‟, lalu beliau berwudhu‟
Tata Cara Wudhu Page 18
membasuh kedua telapak tangannya tiga kali dan
membasuh wajahnya tiga kali, kemudian
membasuh kedua hastanya tiga kali, kemudian
berkumur-kumur dan mengeluarkan air yang
telah dimasukkan ke dalam hidung tiga kali,
kemudian mengusap kepalanya dan dua
telinganya.” (Shahih: Shahih Abu Daud no:112
dan „Aunul Ma‟bud I:211 no:121).
9. Berdo‟a sesudah wudhu‟. Sebagaimana yang
dijelaskan dalam sabda Nabi saw. ”Tak
seorangpun di antara kalian yang berwudhu‟
dengan sempurna, lalu mengucapkan (do‟a)
”Asyhadu allaa ilaaha illallahu wahdahu laa
syariika lah, wa asyhadu anna muhammadan
'abduhu wa rasuuluh (Aku bersaksi bahwa tiada
Ilah (yang patut diibadahi) keuali Allah semata
tiada sekutu bagi-Nya; dan aku bersaksi, bahwa
Muhammad hamba dan Rasul-Nya).” melainkan
pasti dibukalah baginya pintu-pintu surga yang
delapan, ia boleh masuk dari pintu mana saja
yang dikehendakinya.” (Shahih: Mukhtasharu
Muslim No: 143 Muslim 1:209 no:234).
Tata Cara Wudhu Page 19
Kemudian Imam Tirmidzi menambahkan,
”Allahummaj'alni minat tawwaabiina waj'ani
minal mutathahiriin (Ya, Allah, jadikahlah kami
termasuk orang-orang yang tekun bertaubat dan
jadikahlah kami termasuk orang-orang yang rajin
bersuci).” (Shahih: Shahih Tirmidzi no:48 dan
Tirmidzi I:38 no:55)
10. Dan dari Abu Sa‟id al-Khudri bahwasannya Nabi
bersabda, ”Barang siapa berwudhu‟ lalu
membaca, ”Maha Suci Engkau ya Allah dan
segala puji bagi-Mu aku bersaksi bahwasannya
tiada sesembahan yang sebenarnya kecuali
Engkau, aku mohon ampunan dan bertaubat pada-
Mu", niscaya dicatat pada sebuah lembaran
kemudian dicetak dengan sebuah cetakan lalu
tidak dipecahkan hingga hari kiamat." (Hadits
Shahih, lihat at-Targhib no.220, al-Hakim I/564,
dan tidak akan ada hadits shahih mengenai do‟a
(bacaan-bacaan) ketika sedang berwudhu‟)
E. Hal-Hal yang Membatalkan Wudhu'
1. Apa saja yang keluar dari kemaluan dan dubur,
berupa kencing, berak, atau kentut. Allah SWT
Tata Cara Wudhu Page 20
berfirman yang artinya, "Atau kembali dari
tempat buang air." (Al-Maidah:6)
Rasulullah saw. bersabda, "Allah tidak akan
menerima shalat seorang di antara kamu yang
berhadas sampai ia berwudhu' (sebelumnya)."
Maka, seorang sahabat dari negeri Hadramaut
bertanya. "Apa yang dimaksud hadas itu wahai
Abu Hurairah?" Jawabnya, "Kentut lirih maupun
kentut keras." (Muttafaqun 'alaih Fathul Bari I:
234, Baihaqi I:117, Fathur Robbani, Ahmad II:75
no:352) Dan hadits ini menurut sebagian
mukharrij selain yang disebut di atas tidak ada
tambahan (tentang pernyataan orang dari
Hadramaut itu), Muslim I:204 no:225, 'Aunul
Ma'bud I:87 no:60, dan Tirmidzi I: 150 no:76.
"Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata, "Mani, wadi
dan madzi (termasuk hadas). Adapun mani, cara
bersuci darinya harus dengan mandi besar.
Adapun madi dan madzi," maka dia berkata,
"cucilah dzakarmu, kemaluanmu, kemudian
berwudhu'lah sebagaimana kamu berwudhu'
Tata Cara Wudhu Page 21
untuk shalat!" (Shahih: Shahih Abu Daud no:190,
dan Baihaqi I:115).
2. Tidur pulas sampai tidak tersisa sedikitpun
kesadarannya, baik dalam keadaan duduk yang
mantap di atas ataupun tidak. Karena ada hadits
Shafwan bin Assal, ia berkata, "Adalah
Rasulullah saw. pernah menyuruh kami, apabila
kami melakukan safar agar tidak melepaskan
khuf kami (selama) tiga hari tiga malam, kecuali
karena janabat, akan tetapi (kalau) karena buang
air besar atau kecil ataupun karena tidur (pulas
maka cukup berwudhu')." (Hasan: Shahih Nasa'i
no:123 Nasa'i I:84 dan Tirmidzi I:65 no:69).
3. Pada hadits ini Nabi saw. menyamakan antara
tidur nyenyak dengan kencing dan berak
(sebagai pembatal wudhu').
"Dari Ali r.a. bahwa Rasulullah saw.
bersabda, "Mata adalah pengawas dubur-dubur;
maka barangsiapa yang tidur (nyenyak),
hendaklah berwudhu'." (Hasan: Shahih Ibnu
Majah no:386. Ibnu Majah I:161 no:477 dan
Tata Cara Wudhu Page 22
'Aunul Ma'bud I:347 no:200 dengan redaksi
sedikit berlainan).
Yang dimaksud kata al-wika' ialah benang
atau tali yang digunakan untuk menggantung
peta. Sedangkan kata "as-sah" artinya : "dubur"
Maksudnya ialah "yaqzhah" (jaga, tidak tidur)
adalah penjaga apa yang bisa keluar dari dubur,
karena selama mata terbuka maka pasti yang
bersangkutan merasakan apa yang keluar dari
duburnya. (Periksa Nailul Authar I:242).
Hilangnya kesadaran akal karena mabuk atau
sakit. Karena kacaunya pikiran disebabkan dua
hal ini jauh lebih berat daripada hilangnya
kesadaran karena tidur nyenyak.
4. Memegang kemaluan tanpa alas karena dorongan
syahwat, berdasarkan sabda Nabi saw.,
"Barangsiapa yang memegang kemaluannya,
maka hendaklah berwudhu'." (Shahih: Shahih
Ibnu Majah no:388, 'Aunul Ma'bud I:507 no:179,
Ibnu Majah I:163 no:483, 'Aunul Ma'bud I:312
no:180 Nasa'i I:101, Tirmidzi I:56 no:56 no:85).
Tata Cara Wudhu Page 23
Betul, ia memang bagian dari anggota
badanmu, bila sentuhan tidak diiringi dengan
gejolak syahwat, karena sentuhan model seperti
ini sangat memungkinkan disamakan dengan
menyentuh anggota badan yang lain. Ini jelas
berbeda jauh dengan menyentuh kemaluan
karena termotivasi oleh gejolak syahwat.
Sentuhan seperti ini sama sekali tidak bisa
diserupakan dengan menyentuh anggota tubuh
yang lain karena menyentuh anggota badan yang
tidak didorong oleh syahwat dan ini adalah
sesuatu yang amat sangat jelas, sebagaimana
yang pembaca lihat sendiri (Tamamul Minnah
hal:103).
5. Makan daging unta sebagaimana yang
diriwayatkan oleh al-Bara' bin 'Azib ra ia
berkata, "Rasulullah saw. bersabda,
"Berwudhu'lah disebabkan (makan) daging unta,
namun jangan berwudhu' disebabkan (makan)
daging kambing!" (Shahih: Shahih Ibnu Majah
no:401, Ibnu Majah I:166 no:494, Tirmidzi I:54
no:81, 'Aunul Ma'bud I:315 no:182).
Tata Cara Wudhu Page 24
Dari Jabir bin Samurah r.a. bahwa ada
seorang sahabat bertanya kepada Nabi saw.
apakah saya harus berwudhu' (lagi) disebabkan
(makan) daging kambing? Jawab Beliau, "Jika
dirimu mau, silakan berwudhu'; jika tidak jangan
berwudhu' (lagi)." Dia bertanya (lagi) "Apakah
saya harus berwudhu' (lagi) disebabkan (makan)
daging unta?" Jawab Beliau, "Ya berwudhu'lah
karena (selesai makan) daging unta!" (Shahih
Mukhtashar Muslim no:146 dan Muslim I:275
no:360).
F. Hal-Hal yang Karenanya Diwajibkan Berwudhu'
1. Shalat, karena Allah SWT berfirman, "Hai orang-
orang yang berfirman, apabila kamu berdiri
hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
muka-muka kamu." (Al-Maaidah: 6).
Di samping itu, Rasulullah saw. bersabda,
"Allah tidak akan menerima, shalat (yang
dilakukan) tanpa bersuci (sebelumnya)." (Shahih:
Mukhtashar Muslim no:104, Muslim 1:204
no:224 dan Tirmidzi 1:3 no:1).
Tata Cara Wudhu Page 25
2. Thawaf di Baitullah, berdasarkan sabda Nabi
saw., "Thawaf di Baitullah adalah shalat, hanya
saja Allah membolehkan berbicara." (Shahih:
Shahihul Jami'us Shaghir no:3954 dan Tirmidzi
II:217 no:967).
Tata Cara Wudhu Page 26
BAB III
KESIMPULAN
Berwudhu adalah tindakan yang harus dilakukan
seorang Muslim sebelum melaksanakan shalat, karena
wudhu sendiri merupakan salah satu syarat sah shalat.
Pengertian wudhu sendiri menurut syara‟ adalah,
membersihkan anggota wudhu untuk menghilangkan
hadats kecil.
Fardhu Wudu‟ ada 6 yakni :
1. Niat: hendaknya berniat menghilangkan hadast
kecil, dan cara melakukannya tepat pada waktu
membasuh muka, sesuai dengan pengertian niat
itu sendiri :
2. Membasuh seluruh muka (mulai dari tumbuhnya
rambut kepala hingga bawah dagu, dan dari
telinga kanan hingga telinga kiri)
3. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku
4. Mengusap sebagian rambut kepala
5. Membasuh kedua belah kaki sampai mata kaki
Tata Cara Wudhu Page 27
6. Tertib (berturut-turut), artinya mendahulukan
mana yang harus didahulukan, dan mengakhirkan
mana yang harus diakhirkan.
7. Dan wudu‟ juga disunah kan untuk hal-hal
beribadah yang lain, yang mengandung nilai –
nilai kebajikan di luar dari pada ibadah shalat
wajib, karena wudu‟ adalah cahaya dan menjadi
Shilahul Mu‟minin.
Tata Cara Wudhu Page 28
DAFTAR PUSTAKA
http://ockym.blogspot.com/2012/12/makalah-bab-
wudhu.html
http://al-atsariyyah.com/di-antara-sunnah-wudhu.html
http://muslim.or.id/fi…/panduan-praktis-tata-cara-
wudhu.html