wudhu ilham

31
Tata Cara Wudhu Page i KATA PENGANTAR Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat meneyelesaikan modul berjudul “tentang tata cara wudhu ini dalam waktu yang telah ditentukan. Modul ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Allah SWT. Yang telah meridloi pembuatan makalah dengan baik. 2. Teman yang telah membantu menyusun makalah ini 3. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan modul ini. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran

Upload: ilhamiain

Post on 09-Jan-2017

276 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page i

KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat

Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

meneyelesaikan modul berjudul “tentang tata cara

wudhu ini dalam waktu yang telah ditentukan.

Modul ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari

berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak

langsung. Untuk itu perkenankanlah penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Allah SWT. Yang telah meridloi pembuatan

makalah dengan baik.

2. Teman yang telah membantu menyusun makalah

ini

3. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

satu persatu yang telah banyak membantu penulis

dalam menyelesaikan penulisan modul ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini

masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran

Page 2: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page ii

yang membangun dalam perbaikan karya tulis ini sangat

penulis harapkan.

Penulis berharap semoga modul ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca, khususnya guna

mengetahui cara meningkatkan kebugaran jasmani.

Page 3: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDU

KATA PENGANTAR ....................................... i

DAFTAR ISI...................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang ............................................. 1

b. Rumusan masalah ........................................ 1

c. Tujuan ......................................................... 1

d. Metode penyusunan ..................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

a. Kedudukan wudhu dalam sholat ……... 3

b. Tata cara berwudhu……………………. 4

c. Syarat-syarat sahya wudhu ..................... 8

d. Sunah-sunah wudhu .............................. .. 14

e. Hal-hal yang membatalkan wudhu ....... 19

f. Hal-hal diwajibkanya wudhu......... ........ 24

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................. 26 10

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Balakang

Setiap kegiatan Ibadah umat Islam pasti

melakukan membersihkan (thaharah) terlebih dahulu

mulai dari Wudhu, Mandi ataupun tayyamum dan tak

banyak umat Islam sendiri belum mengerti ataupun

udah mengerti tapi dalam praktiknya menemui sebuah

masalah ataupunkeraguan atas hal yang menimpanya.

Disini kami ingin membahas serta mengulas lagi

tentang hal tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Tata Cara Berwudhu

2. Syarat-Syarat Sahnya Wudhu

3. Hal-Hal yang Fardhu/Najis dalam Wudhu

4. Sunnah-Sunnah Wudhu' (Hal-Hal yang

Disunahkan Ketika Berwudhu'

C. Tujuan

1. Mengetahui bagaimana Tata Cara Berwudhu

2. Mengetahui Syarat-Syarat Sahnya Wudhu

Page 5: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 2

3. Mengerti Hal-Hal yang Fardhu/Najis dalam

Wudhu

4. Memahami Sunnah-Sunnah Wudhu' (Hal-Hal

yang Disunahkan Ketika Berwudhu'

D. Metode Penyusunan

Kita menggunakan metode kepustakaan yaitu

dengan cara mengumpulkan buku – buku yang

direkomendasikan serta mengkaji dan mencuplik

makalah yang telah kita kaji.

Page 6: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kedudukan wudhu dalam sholat

Wudhu merupakan suatu hal yang tiada asing bagi

setiap muslim, sejak kecil ia telah mengetahuinya

bahkan telah mengamalkannya. Akan tetapi apakah

wudhu yang telah kita lakukan selama bertahun-tahun

atau bahkan telah puluhan tahun itu telah benar sesuai

dengan apa yang diajarkan Nabi kita Muhammad

shallallahu „alaihi was sallam? Karena suatu hal yang

telah menjadi konsekwensi dari dua kalimat syahadat

bahwa ibadah harus ikhlas mengharapkan ridho Allah

dan sesuai sunnah Nabi shallallahu „alaihi was sallam.

Demikian juga telah masyhur bagi kita bahwa wudhu

merupakan syarat sah sholat[1], yang mana jika syarat

tidak terpenuhi maka tidak akan teranggap/terlaksana

apa yang kita inginkan dari syarat tersebut. Sebagaimana

sabda Nabi yang mulia, Muhammad shallallahu „alaihi

was sallam,

»

Page 7: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 4

“Tidak diterima sholat orang yang berhadats

sampai ia berwudhu”.

Demikian juga dalam juga Allah Subhanahu wa

Ta‟ala perintahkan kepada kita dalam KitabNya,

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan

tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu

dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki”.

(QS Al Maidah [5] : 6).

Maka marilah duduk bersama kami barang

sejenak untuk mempelajari shifat/tata cara wudhu Nabi

shallallahu „alaihi was sallam.

B. Tata Cara Berwudhu'

Dari Humran bekas budak Utsman, bahwa bin

Affan r.a. meminta air wudhu'. (Setelah dibawakan), ia

berwudhu', ia mencuci kedua telapak tangannya tiga

kali, kemudian berkumur-kumur dan memasukkan air ke

Page 8: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 5

dalam hidungnya, kemudian mencuci wajahnya tiga

kali, lalu membasuh tangan kanannya sampai siku tiga

kali, kemudian membasuh tangannya yang kiri tiga kali

seperti itu juga, kemudian mengusap kepalanya lalu

membasuh kakinya yang kanan sampai kedua mata

kakinya tiga kali kemudian membasuh yang kiri seperti

itu juga. Kemudian mengatakan, "Saya melihat

Rasulullah saw. (biasa) berwudhu' seperti wudhu'ku ini

lalu Rasulullah bersabda, "Barang siapa berwudhu'

seperti wudhu'ku ini kemudian berdiri dan ruku' dua kali

dengan sikap tulus ikhlas, niscaya diampuni dosa-

dosanya yang telah lalu." Ibnu Syihab berkata, "Adalah

ulama-ulama kita menegaskan, ini adalah cara wudhu'

yang paling sempurna yang (seyogyanya) dipraktikkan

setiap orang untuk shalat." (Muttafaq 'alaih : Muslim

I:204 no:226, dan ini redaksinya, Fathul Bahri I:266

no:164, 'Aunul Ma'bud I:180 no:106 dan Nasa'i I:64).

Page 9: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 6

Cara mengerjakan wuudhu

2. Membaca BASMALAH

sambil mencuci kedua

telapak tangan

1. Setelah

membersikan

tangan terus

berkuumur-kumur

tiga kali sambil

bersikan gigi

3. selesai berkumur

terus mencuci hidung

tiga kali

Page 10: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 7

4. selesai mencuci

hidung terus

membasuk muka

tiga kali mulai dari

tumbunya rambut

sampai bawa dagu

sambil membaca

niat wudhu

5. setelah membasuk

muka, terus menncuci

tangan hiingga siku,

tiga kali

6. menyapu

sebagian rambut

kepala tiga kali

Page 11: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 8

C. Syarat-Syarat Sahnya Wudhu'

1. Niat, berdasar sabda Nabi saw., "Sesungguhnya

segala amal hanyalah bergantung pada niatnya."

(Muttafaqun 'alaih: Fathul Bari, I:9 no:1, Muslim

III:1515 no:1907, Aunul Ma'bud VI:284 no:2186,

Tirmidzi III: 100 no:169, Ibnu Majah II:1413

no:4227, Nasa'i I:59). Tidak pernah disyariatkan

melafadzkan niat karena tidak ada dalil yang shahih

dari Nabi saw. yang menganjurkannya.

2. Mengucapkan basmalah, karena ada hadits Nabi

saw., " Tidak sah shalat bagi orang yang tidak

7. menyapu dua bela

telinga tiga kali

8. yang terakhir

mencuci kedua kaki

tiga kali

Page 12: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 9

berwudhu' (sebelumnya) dan tidak sah wudhu' bagi

orang yang tidak menyebut, Bismillah"

(sebelumnya)." (Hadits hasan: Shahihu Ibnu Majah

no: 320 'Aunul Ma'bud I:174 no:101 dan Ibnu Majah

I:140 no:399).

3. (Di samping itu, ada dua riwayat lain yang

menerangkan bahwa Rasulullah saw. bersabda,

"Tawadhdha-uu-bibismillahi (Berwudhu'lah dengan

(menyebut) nama Allah," Lihat Nasai'i, kitab

thaharah no: 61 bab : mengucapkan basmallah ketika

akan berwudhu', dan Musnad Imam Ahmad III:165

(pent.))

4. Muwalah (Berturut-turut) tidak diselingi oleh

pekerjaan lain, berdasarkan hadits Khalid bin

Ma'dan, "Bahwa Nabi saw. pernah melihat seorang

laki-laki tengah mengerjakan shalat, sedang di

punggung kakinya dan sebesar uang dirham yang

tidak tersentuh air wudhu', maka Nabi saw.

menyuruhnya agar mengualngi wudhu' dan

shalatnya." (Shahih: Shahih Abu Daud no: 161 dan

'Aunul Ma'bud I: 296 no:173)

5. Hal-Hal yang Fardhu/Najis dalam Wudhu'

Page 13: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 10

a. Membasuh wajah termasuk berkumur-kumur dan

membersihkan hidung.

b. Mencuci kedua tangan sampai kedua siku-siku.

(Dalam Al Umm I:25 Syafil menegaskan

”Selamanya tidak dianggap cukup membasuh

kedua tangan kecuali dengan membasuh tangan

dan punggungnya secara keseluruhan sampai ke

siku-siku. Jika ada bagian darinya yang tertinggal

walaupun kecil sekali, maka dianggap tidak sah

membasuh tangannya. Selesai”)

c. Mengusap seluruh kepala, dan kedua telinga

termasuk bagian dari kepala.

d. Membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki,

hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, "Hai

orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak

mengerjakan shalat, basuhlah mukamu dan

tanganmu sampai dengan siku dan usaplah

kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan

kedua mata kakimu." (Al-Maaidah : 6).

Adapun berkumur-kumur dan istinsyaq

(memasukkan air ke dalam hidung) termasuk bagian

dari muka sehingga wajib dilakukan karena Allah

Page 14: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 11

Ta‟ala telah memerintahkan di dalam kitab-Nya yang

mulia membasuh muka. Di samping itu, telah sah dari

Nabi saw., beliau terus menerus melakukan kumur

dan istinsyaq setiap kali berwudhu‟.

Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh

seluruh sahabatnya yang meriwayatkan dan

menerangkan tata cara wudhu‟ Nabi saw., sehingga

secara keseluruhan itu menunjukkan bahwa

membasuh wajah yang diperintahkan di dalam al-

Qur‟an meliputi berkumur-kumur dan istinsyaq (as-

Sailal Jarrar I:81)

Lagi pula ada sabda Nabi saw. yang memerintah

berikumur-kumur dan istinsyaq memasukkan air ke

dalam hidung.

”Apabila seorang di antara kamu berwudhu‟,

maka masukkanlah air ke dalam hidungnya, lalu

keluarkanlah!” (Shahih : Shahihul Jami‟us Shaghir

no:443, „Aunul Ma‟bud I:234 no:140 dan Nasa‟i

I:66).

Dan sabda beliau saw. yang lain, ”Bersungguh-

sungguhlah dalam melakukan istinsyaq, kecuali

Page 15: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 12

sedang berpuasa.” (Shahih: Shahih Abu Daud no:129

dan 131, Aunul Ma‟bud I:236 no: 142 dan 144).

Dalam hadits yang lain, beliau saw. bersabda

juga, ”Apabila kamu berwudhu‟, maka hendaklah

berkumur-kumur.” (Shahih: sama dengan di atas).

Adapun tentang wajibnya mengusap seluruh kepala,

yaitu karena perintah mengusap kepala di dalam Al-

Qur‟an bersifat mujmal (global), maka bayan

(penjelasannya) dikembalikan kepada sunnah Nabi

saw.. Sudah tegas dalam riwayat Bukhari, Muslim

dan selain keduanya bahwa Nabi saw. mengusap

seluruh kepalanya. Dan dalam hal ini terdapat dalil

yang tegas yang menunjukkan wajibnya mengusap

seluruh kepala secara sempurna.

Jika ada yang berpendapat, bahwa ada riwayat

yang shahih dari al-Mughirah, bahwa Nabi saw.

pernah mengusap ubun-ubunnya dan di atas

surbannya?

Maka jawabannya: Rasulullah saw. mencukupkan

mengusap di atas ubun-ubunnya, karena beliau

menyempurnakan dengan mengusap sisa kepalanya

di atas surbannya. Dan, penulis berpendapat demikian

Page 16: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 13

dan di dalam riwayat al-Mughirah tersebut tidak

terdapat syarat yang menunjukkan bolehnya

mengusap hanya di atas ubun-ubun saja atau sebagian

kepala saja tanpa menyempurnakan di atas

surbannya. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir II:24 dengan

sedikit perubahan redaksi).

Walhasil, wajib mengusap seluruh kepala.

Pengusap kepala jika mau boleh, mengusap di atas

kepala saja atau di atas surban saja atau di atas kepala

dan dilanjutkan di atas surban, ketiga cara tersebut

shahih dan kuat (pernah dilakukan oleh Nabi saw.)

e. Adapun perihal dua telinga termasuk bagian dari

kepala sehingga wajib pula diusap berdasarkan

pada sabda Nabi saw., ”Dua telinga itu termasuk

kepala.” (Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 357 dan

Ibnu Majah I:152 no:443).

Menyela-nyelakan air pada jenggot

Dari Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah

saw. apabila berwudhu‟, mengambil segenggam

air, lalu memasukkannya ke belakang dagu,

kemudian menyela-nyelakannya di antara

jenggotnya, seraya bersabda, ”Beginilah yang

Page 17: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 14

Rabbku „Azza wa Jalla Perintahkan kepadaku.”

(Shahih: Irwa‟ul Ghalil no: 92. „Aunul Ma‟bud I:

243 no:45, dan Baihaqi I:54).

Menyela-nyelakan air pada jari-jemari tangan dan

kaki

Sebagaimana yang ditegaskan bahwa

Rasulullah saw. bersabda, ”Sempurnakanlah

wudhu‟ dan sela-selakanlah (air) di antara jari-

jemari dan bersungguh-sungguhlah dalam

melakukan instinsyaq kecuali kamu dalam

keadaan puasa.” (Shahih: Shahih Abu Daud

no:129 dan 131 dan „Aunul Ma‟bud I: 236 no:142

dan 144).

D. Sunnah-Sunnah Wudhu' (Hal-Hal yang

Disunahkan Ketika Berwudhu')

1. Siwak, sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu

Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw.

bersabda, ”Kalaulah sekiranya aku tidak

(khawatir) akan memberatkan umatku, niscaya

kuperintahkan mereka bersiwak setiap kali

wudhu.” (Shahih: Shahihul Jammi no:5316 dan

al-Fathur Rabbani I:294 no:171).

Page 18: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 15

2. Mencuci kedua telapak tangan tiga kali pada awal

wudhu‟, sebagaimana yang telah diriwayatkan

dari Utsman bin Affan r.a. yang mengisahkan

wudhu‟ Nabi saw. di mana dia membasuh kedua

telapak tangannya tiga kali. (Lihat masalah tata

cara Wudhu‟ pada halaman sebelumnya).

3. Kumur-kumur dan instinsyaq sekali jalan, tiga

kali:

”Dari Abdullah bin Zaid r.a. tentang dia

mengajarkan (tata cara) wudhu‟ Rasulullah saw.,

di mana dia berkumur-kumur dan instisyaq dari

satu telapak tangan. Dia berbuat demikian

(sebanyak) tiga kali.” (Shahih: Mukhtashar

Muslim no:125, dan Muslim I:210 no:235).

4. Bersungguh-sungguh dalam berkumur-kumur dan

istinsyaq: kecuali bagi orang yang berpuasa,

berdasarkan hadits Nabi saw., ”Bersungguh-

sungguhlah dalam beristinsyaq, kecuali kamu

dalam keadaan berpuasa.” (Shahih: Shahih Abu

Daud no:129 dan 131, „Aunul Ma‟bud I:236

no:142 dan 144).

Page 19: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 16

5. Mendahulukan anggota wudhu‟ yang kanan

daripada yang kiri karena ada hadits Aisyah r.a.

yang mengatakan, ”Adalah Rasulullah saw.

mencintai mendahulukan anggota yang kanan

dalam hal mengenakan alas kaki, menyisir,

bersuci dan dalam seluruh ihwahnya.”

(Muttafaqun „alaih: Fathul Bari I: 269 no:168,

Muslim I: 226 no:268, Nasa‟i I:78).

Di samping itu hadits Utsman yang

menceritakan tata cara wudhu‟ Nabi saw. di mana

dia membasuh anggota yang kanan, lalu yang

kiri.

6. Menggosok, karena ada hadits Abdullah bin Zaid

yang mengatakan, ”Bahwa Nabi saw. pernah

dibawakan dua sepertiga mud (air), kemudian

beliau berwudhu‟, maka beliapun menggosok

kedua hastanya.” (Sanadnya shahih: Shahih Ibnu

Khuzaimah I:62 no:118).

7. Membasuh tiga kali, tiga kali, sebagaimana yang

telah dijelaskan oleh Utsman bin Affan ra (pada

awal pembahasan wudhu‟) bahwa Nabi SAW

berwudhu‟ tiga kali, namun ada juga riwayat

Page 20: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 17

yang sah yang menyatakan, ”Bahwa Nabi saw.

pernah berwudhu‟ satu kali satu dan kali dua kali

dua kali.” (Hasan shahih: Shahih Abu Daud

no:124, Fathul Bari I:258 no:158 dari hadits

Abdullah bin Zaid „Aunul Ma‟bud I:230 no:136,

Tirmidzi I:31 no:43 dari hadits Abu Hurairah).

Dianjurkan pula kadang-kadang

mengusap kepala lebih dari sekali (tiga kali)

karena ada riwayat, dari Utsman bin Affan r.a.

bahwa ia pernah mengusap kepadanya tiga kali

seraya berkata, ”Saya pernah melihat Rasulullah

saw. berwudhu‟ (dengan mengusap kepala)

begini.” (Hasan Shahih: Shahih Abu Dawud

no:101 dan „Aunul Ma‟bud I:188 no:110).

8. Tertib, karena kebanyakan cara wudhu‟

Rasulullah saw. selalu dengan tertib sebagaimana

yang telah disampaikan sejumlah sahabat yang

meriwayatkan wudhu‟ beliau saw. Akan tetapi,

ada riwayat yang sah dari al-Miqdam bin

Ma‟dikariba ia berkata :

”Bahwa Rasulullah saw. pernah

dibawakan air wudhu‟, lalu beliau berwudhu‟

Page 21: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 18

membasuh kedua telapak tangannya tiga kali dan

membasuh wajahnya tiga kali, kemudian

membasuh kedua hastanya tiga kali, kemudian

berkumur-kumur dan mengeluarkan air yang

telah dimasukkan ke dalam hidung tiga kali,

kemudian mengusap kepalanya dan dua

telinganya.” (Shahih: Shahih Abu Daud no:112

dan „Aunul Ma‟bud I:211 no:121).

9. Berdo‟a sesudah wudhu‟. Sebagaimana yang

dijelaskan dalam sabda Nabi saw. ”Tak

seorangpun di antara kalian yang berwudhu‟

dengan sempurna, lalu mengucapkan (do‟a)

”Asyhadu allaa ilaaha illallahu wahdahu laa

syariika lah, wa asyhadu anna muhammadan

'abduhu wa rasuuluh (Aku bersaksi bahwa tiada

Ilah (yang patut diibadahi) keuali Allah semata

tiada sekutu bagi-Nya; dan aku bersaksi, bahwa

Muhammad hamba dan Rasul-Nya).” melainkan

pasti dibukalah baginya pintu-pintu surga yang

delapan, ia boleh masuk dari pintu mana saja

yang dikehendakinya.” (Shahih: Mukhtasharu

Muslim No: 143 Muslim 1:209 no:234).

Page 22: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 19

Kemudian Imam Tirmidzi menambahkan,

”Allahummaj'alni minat tawwaabiina waj'ani

minal mutathahiriin (Ya, Allah, jadikahlah kami

termasuk orang-orang yang tekun bertaubat dan

jadikahlah kami termasuk orang-orang yang rajin

bersuci).” (Shahih: Shahih Tirmidzi no:48 dan

Tirmidzi I:38 no:55)

10. Dan dari Abu Sa‟id al-Khudri bahwasannya Nabi

bersabda, ”Barang siapa berwudhu‟ lalu

membaca, ”Maha Suci Engkau ya Allah dan

segala puji bagi-Mu aku bersaksi bahwasannya

tiada sesembahan yang sebenarnya kecuali

Engkau, aku mohon ampunan dan bertaubat pada-

Mu", niscaya dicatat pada sebuah lembaran

kemudian dicetak dengan sebuah cetakan lalu

tidak dipecahkan hingga hari kiamat." (Hadits

Shahih, lihat at-Targhib no.220, al-Hakim I/564,

dan tidak akan ada hadits shahih mengenai do‟a

(bacaan-bacaan) ketika sedang berwudhu‟)

E. Hal-Hal yang Membatalkan Wudhu'

1. Apa saja yang keluar dari kemaluan dan dubur,

berupa kencing, berak, atau kentut. Allah SWT

Page 23: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 20

berfirman yang artinya, "Atau kembali dari

tempat buang air." (Al-Maidah:6)

Rasulullah saw. bersabda, "Allah tidak akan

menerima shalat seorang di antara kamu yang

berhadas sampai ia berwudhu' (sebelumnya)."

Maka, seorang sahabat dari negeri Hadramaut

bertanya. "Apa yang dimaksud hadas itu wahai

Abu Hurairah?" Jawabnya, "Kentut lirih maupun

kentut keras." (Muttafaqun 'alaih Fathul Bari I:

234, Baihaqi I:117, Fathur Robbani, Ahmad II:75

no:352) Dan hadits ini menurut sebagian

mukharrij selain yang disebut di atas tidak ada

tambahan (tentang pernyataan orang dari

Hadramaut itu), Muslim I:204 no:225, 'Aunul

Ma'bud I:87 no:60, dan Tirmidzi I: 150 no:76.

"Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata, "Mani, wadi

dan madzi (termasuk hadas). Adapun mani, cara

bersuci darinya harus dengan mandi besar.

Adapun madi dan madzi," maka dia berkata,

"cucilah dzakarmu, kemaluanmu, kemudian

berwudhu'lah sebagaimana kamu berwudhu'

Page 24: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 21

untuk shalat!" (Shahih: Shahih Abu Daud no:190,

dan Baihaqi I:115).

2. Tidur pulas sampai tidak tersisa sedikitpun

kesadarannya, baik dalam keadaan duduk yang

mantap di atas ataupun tidak. Karena ada hadits

Shafwan bin Assal, ia berkata, "Adalah

Rasulullah saw. pernah menyuruh kami, apabila

kami melakukan safar agar tidak melepaskan

khuf kami (selama) tiga hari tiga malam, kecuali

karena janabat, akan tetapi (kalau) karena buang

air besar atau kecil ataupun karena tidur (pulas

maka cukup berwudhu')." (Hasan: Shahih Nasa'i

no:123 Nasa'i I:84 dan Tirmidzi I:65 no:69).

3. Pada hadits ini Nabi saw. menyamakan antara

tidur nyenyak dengan kencing dan berak

(sebagai pembatal wudhu').

"Dari Ali r.a. bahwa Rasulullah saw.

bersabda, "Mata adalah pengawas dubur-dubur;

maka barangsiapa yang tidur (nyenyak),

hendaklah berwudhu'." (Hasan: Shahih Ibnu

Majah no:386. Ibnu Majah I:161 no:477 dan

Page 25: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 22

'Aunul Ma'bud I:347 no:200 dengan redaksi

sedikit berlainan).

Yang dimaksud kata al-wika' ialah benang

atau tali yang digunakan untuk menggantung

peta. Sedangkan kata "as-sah" artinya : "dubur"

Maksudnya ialah "yaqzhah" (jaga, tidak tidur)

adalah penjaga apa yang bisa keluar dari dubur,

karena selama mata terbuka maka pasti yang

bersangkutan merasakan apa yang keluar dari

duburnya. (Periksa Nailul Authar I:242).

Hilangnya kesadaran akal karena mabuk atau

sakit. Karena kacaunya pikiran disebabkan dua

hal ini jauh lebih berat daripada hilangnya

kesadaran karena tidur nyenyak.

4. Memegang kemaluan tanpa alas karena dorongan

syahwat, berdasarkan sabda Nabi saw.,

"Barangsiapa yang memegang kemaluannya,

maka hendaklah berwudhu'." (Shahih: Shahih

Ibnu Majah no:388, 'Aunul Ma'bud I:507 no:179,

Ibnu Majah I:163 no:483, 'Aunul Ma'bud I:312

no:180 Nasa'i I:101, Tirmidzi I:56 no:56 no:85).

Page 26: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 23

Betul, ia memang bagian dari anggota

badanmu, bila sentuhan tidak diiringi dengan

gejolak syahwat, karena sentuhan model seperti

ini sangat memungkinkan disamakan dengan

menyentuh anggota badan yang lain. Ini jelas

berbeda jauh dengan menyentuh kemaluan

karena termotivasi oleh gejolak syahwat.

Sentuhan seperti ini sama sekali tidak bisa

diserupakan dengan menyentuh anggota tubuh

yang lain karena menyentuh anggota badan yang

tidak didorong oleh syahwat dan ini adalah

sesuatu yang amat sangat jelas, sebagaimana

yang pembaca lihat sendiri (Tamamul Minnah

hal:103).

5. Makan daging unta sebagaimana yang

diriwayatkan oleh al-Bara' bin 'Azib ra ia

berkata, "Rasulullah saw. bersabda,

"Berwudhu'lah disebabkan (makan) daging unta,

namun jangan berwudhu' disebabkan (makan)

daging kambing!" (Shahih: Shahih Ibnu Majah

no:401, Ibnu Majah I:166 no:494, Tirmidzi I:54

no:81, 'Aunul Ma'bud I:315 no:182).

Page 27: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 24

Dari Jabir bin Samurah r.a. bahwa ada

seorang sahabat bertanya kepada Nabi saw.

apakah saya harus berwudhu' (lagi) disebabkan

(makan) daging kambing? Jawab Beliau, "Jika

dirimu mau, silakan berwudhu'; jika tidak jangan

berwudhu' (lagi)." Dia bertanya (lagi) "Apakah

saya harus berwudhu' (lagi) disebabkan (makan)

daging unta?" Jawab Beliau, "Ya berwudhu'lah

karena (selesai makan) daging unta!" (Shahih

Mukhtashar Muslim no:146 dan Muslim I:275

no:360).

F. Hal-Hal yang Karenanya Diwajibkan Berwudhu'

1. Shalat, karena Allah SWT berfirman, "Hai orang-

orang yang berfirman, apabila kamu berdiri

hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah

muka-muka kamu." (Al-Maaidah: 6).

Di samping itu, Rasulullah saw. bersabda,

"Allah tidak akan menerima, shalat (yang

dilakukan) tanpa bersuci (sebelumnya)." (Shahih:

Mukhtashar Muslim no:104, Muslim 1:204

no:224 dan Tirmidzi 1:3 no:1).

Page 28: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 25

2. Thawaf di Baitullah, berdasarkan sabda Nabi

saw., "Thawaf di Baitullah adalah shalat, hanya

saja Allah membolehkan berbicara." (Shahih:

Shahihul Jami'us Shaghir no:3954 dan Tirmidzi

II:217 no:967).

Page 29: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 26

BAB III

KESIMPULAN

Berwudhu adalah tindakan yang harus dilakukan

seorang Muslim sebelum melaksanakan shalat, karena

wudhu sendiri merupakan salah satu syarat sah shalat.

Pengertian wudhu sendiri menurut syara‟ adalah,

membersihkan anggota wudhu untuk menghilangkan

hadats kecil.

Fardhu Wudu‟ ada 6 yakni :

1. Niat: hendaknya berniat menghilangkan hadast

kecil, dan cara melakukannya tepat pada waktu

membasuh muka, sesuai dengan pengertian niat

itu sendiri :

2. Membasuh seluruh muka (mulai dari tumbuhnya

rambut kepala hingga bawah dagu, dan dari

telinga kanan hingga telinga kiri)

3. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku

4. Mengusap sebagian rambut kepala

5. Membasuh kedua belah kaki sampai mata kaki

Page 30: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 27

6. Tertib (berturut-turut), artinya mendahulukan

mana yang harus didahulukan, dan mengakhirkan

mana yang harus diakhirkan.

7. Dan wudu‟ juga disunah kan untuk hal-hal

beribadah yang lain, yang mengandung nilai –

nilai kebajikan di luar dari pada ibadah shalat

wajib, karena wudu‟ adalah cahaya dan menjadi

Shilahul Mu‟minin.

Page 31: Wudhu ilham

Tata Cara Wudhu Page 28

DAFTAR PUSTAKA

http://ockym.blogspot.com/2012/12/makalah-bab-

wudhu.html

http://al-atsariyyah.com/di-antara-sunnah-wudhu.html

http://muslim.or.id/fi…/panduan-praktis-tata-cara-

wudhu.html