yayasan k.h gholib dalam melestarikan …digilib.unila.ac.id/21571/20/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
YAYASAN K.H GHOLIB DALAM MELESTARIKAN
PENINGGALAN K.H GHOLIB SEBAGAI OBJEK
WISATA DI KABUPATEN PRINGSEWU
(Skripsi)
Oleh
Dimas Rahmat Rafendi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRAK
YAYASAN K.H GHOLIB DALAM MELESTARIKAN
PENINGGALAN K.H GHOLIB SEBAGAI OBJEK
WISATA DI KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh :
Dimas Rahmat Rafendi
Setelah berdiri sebagai daerah otonom baru, Kabupaten Pringsewu giat dalam
membangun daerahnya, tidak terkecuali dalam bidang pariwisata. Sebagai sosok
ulama dan pejuang kemerdekaan membuat K.H Gholib disegani oleh kawan
maupun lawan, sehingga oleh pemerintah daerah Kabupaten Pringsewu makam
beliau dijadikan tempat objek wisata ziarah di Kabupaten Pringsewu. Dengan
melihat perjuangan dan jasanya yang begitu besar di Pringsewu, K.H Gholib
diberikan piagam penghargaan sebagai salah satu tokoh pejuang kemerdekaan di
Lampung. Namun tidak semua generasi muda saat ini mengetahui semua
perjuangan yang telah dilakukan dalam mengusir penjajah dari tanah Pringsewu.
Oleh karena itu sangat perlu dilakukan pengembangan dan pembangunan wisata di
Kabupaten Pringsewu terkhusus lagi objek wisata sejarah.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apa usaha-usaha Yayasan K.H
Gholib dalam melestarikan peninggalan K.H Gholib sebagai objek wisata?”.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui usaha Yayasan K.H Gholib
dalam melestarikan peninggalan K.H Gholib sebagai objek wisata. Dalam
penelitian ini menggunakan metode kualitatif dimana teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara wawancara, observasi, kepustakaan dan dokumentasi.
Dari analisis data yang diperoleh, diketahui bahwa di kompleks K.H Gholib
terdapat peninggalan K.H Gholib yang masih terawat baik. Perawatan peninggalan
K.H Gholib tersebut dilakukan oleh Yayasan K.H Gholib. Dalam melestarikan
peninggalan K.H Gholib, pihak yayasan melakukan usaha pembangunan untuk
memperindah dan merapikan areal makam yang semula hanya berupa bangunan
makam saja, perawatan yang dilakukan untuk menjaga agar peninggalan K.H
Gholib tidak mengalami kerusakan yang besar, perawatan ini dilakukan oleh
keluarga dan masyarakat yang peduli dengan kompleks K.H Gholib, pengenalan
tokoh yang dilakukan yaitu dengan pemberian wawasan pengetahuan tentang siapa
K.H Gholib yang mereka ziarahi serta pembuatan buku agar setiap orang yang
membutuhkan referensi tentang K.H Gholib dapat dengan mudah mendapatkannya,
promosi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui Disdikbudpar bidang
pariwisata dengan menyebarkan pamflet dan memasang penunjuk jalan ke areal
objek wisata makam K.H Gholib, perencanaan pengembangan pariwisata di
kompleks K.H Gholib dengan melakukan kerjasama dengan semua pihak terkait
dengan kepariwisataan dan pembuatan rencana pembangunan untuk menambah
saran dan fasilitas penunjang pariwisata.
YAYASAN K.H GHOLIB DALAM MELESTARIKAN
PENINGGALAN K.H GHOLIB SEBAGAI OBJEK
WISATA DI KABUPATEN PRINGSEWU
Oleh
Dimas Rahmat Rafendi
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Sejarah
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 19 Juli 1992 di Pringsewu.
Penulis merupakan anak ke-1 dari 2 bersaudara pasangan
Bapak Rokhimanudin dan Ibu Nurlaeli. Pendidikan penulis
dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 3 Rejosari, Pringsewu
dan tamat belajar pada tahun 2004.
Penulis melanjutkan pendidikan kejenjang sekolah
menengah pertama di SMP Negeri 1 Pringsewu dan selesai
pada tahun 2007 dan dilanjutkan kejenjang sekolah menengah atas di SMA
Negeri 1 Pringsewu dan tamat belajar pada tahun 2010.
Pada tahun 2010 penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, di Program
Studi Pendidikan Sejarah. Pada Semester VI penulis melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Marang, Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir
Barat dan menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 4
Pesisir Selatan, Pesisir Barat. Selama melaksanakan perkuliahan di Program Studi
Pendidikan Sejarah Universitas Lampung penulis pernah menjabat sebagai
Anggota Forum Komunikasi Mahasiswa dan Alumni Pendidikan Sejarah
(FOKMA) periode 2012-2013, penulis tertarik dengan internet dan juga kegiatan-
kegiatan entrepreneur.
PERSEMBAHAN
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala hidayah dan karunia-Nya.
Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
dengan kerendahan hati dan rasa syukur, kupersembahkan sebuah karya kecil ini sebagai tanda cinta dan sayangku kepada :
Bapak Rokhimanudin dan Ibunda Nurlaeli yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang, pengorbanan, dan
kesabaran. Terimakasih atas setiap tetes keringat dan doa dari bapak dan
Ibunda untuk kebahagiaan dan keberhasilan putramu ini, sungguh semua yang kalian berikan tak mungkin terbalaskan. Semoga anakmu ini dapat berguna bagi agama, bangsa, dan
orang-orang sekitar.
Terima kasih pada istrikuku tercinta adinda Mujiatul Makinah, terimakasih atas doa, semangat, dan kasih sayang yang selalu
diberikan. Bapak Ibu dosen, Bapak/Ibu guru, sahabat, dan teman-teman
yang telah mengukir sebuah sejarah dalam kehidupanku, serta almamater yang aku banggakan.
Semoga karya kecil ini dapat memberi manfaat dan memotivasi untuk dapat berkarya lebih baik lagi.
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Yayasan K.H Gholib
dalam Melestarikan Peninggalan K.H Gholib sebagai Objek Wisata di Kabupaten
Pringsewu” penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar
sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan,
dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
yang setulusnya kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si, Wakil Dekan I Bidang Akademik dan
Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si, Wakil Dekan II Bidang Keuangan,
Umum dan Kepegawaian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung;
4. Bapak Drs. Supriyadi. M.Pd, Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan dan
Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si, ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
6. Bapak Drs. Syaiful. M, M.Si., ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan
sekaligus pembahas seminar serta penguji yang telah memberikan saran
dan nasehat yang bermanfaat bagi penulis demi terselesaikannya skripsi
ini;
7. Bapak Drs. Wakidi, M.Hum., sebagai Pembimbing Akademik dengan
ikhlas dan senantiasa sabar membimbing, mengarahkan, dan memotivasi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik;
8. Ibu Yustina Sri Ekwandari, S.Pd, M.Hum, dosen pendidikan sejarah dan
sebagai pembimbing II yang dengan ikhlas dan senantiasa sabar
membimbing, mengarahkan, dan memotivasi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan baik;
9. Bapak Drs. Hi. Maskun, M.H, Bapak Drs. Hi. Ali Imron, M.Hum, Ibu Dr.
Risma Sinaga, M.Hum, Bapak Drs. Hi. Tantowi, M.Si, Bapak Muhammad
Basri, S.Pd, M.Pd, Bapak Suparman Arif, S.Pd, M.Pd., dosen Program
Studi Pendidikan Sejarah yang penulis banggakan dan pendidik yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman berharga kepada penulis
selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah
Universitas Lampung;
10. Bapak H. Syamsul Ma’arif, sebagai kepala Yayasan K.H Gholib yang
telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitan;
11. Ibu Dr. Hj. Farida Ariyani, M.Pd, sebagai Narasumber yang telah memberi
bantuan dan saran dalam melaksanakan penelitian;
12. Bapak Suchairi Sibarani sebagai Kepala Bidang Pariwisata Kabupaten
Pringsewu Provinsi Lampung yang telah memberi bantuan dan saran
dalam melaksanakan penelitian;
13. Saudari Sariah Harahap, terimakasih partisipasinya sebagai moderator
pada seminar-seminar yang penulis laksanakan.
14. Sahabat-sahabat terbaikku, Deka, Taufik, Irul, Anwar, Tila, Ria, Fadhil,
Nofria, Dela, Nay, Linda, Bene, Yuliza, Rika, Memey, terimakasih atas
persahabatan dan kebersamaan selama ini;
15. Sahabat-sahabat karibku di Majelis Ahbaabul Musthofa Pringsewu dan
Majelis yang lain, terimakasih atas motivasi dan doa dari kalian semua;
16. Teman- teman seperjuanganku yang banyak membantuku, angkatan 2010
terima kasih untuk kekeluargaan dan kebersamaan selama ini;
17. Kakak tingkat FKIP Sejarah angkatan 2008, 2009.
18. Semua keluarga besarku dan semua pihak yang membantu dalam proses
penyusunan skripsi.
Semoga amal ibadah dan ketulusan hati kalian semua mendapat imbalan dari
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Bandar Lampung, Februari 2016
Penulis,
Dimas Rahmat Rafendi
NPM. 1013033032
xi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN DAN GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Analisis Masalah ......................................................................................... 7
1.2.1. Identifikasi Masalah ......................................................................... 7
1.2.2. Pembatasan Masalah ........................................................................ 8
1.2.3. Rumusan Masalah ............................................................................ 8
1.3. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian ..................................... 8
1.3.1. Tujuan Penelitian ............................................................................. 8
1.3.2. Kegunaan Penelitian......................................................................... 8
1.3.3. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka, Kerangka Pikir, Paradigma ............................................ 10
2.1.1. Tinjauan Historis .............................................................................. 10
2.1.2. Konsep Usaha Yayasan .................................................................... 11
2.1.3. Konsep Peninggalan Sejarah ............................................................ 13
2.1.4. Konsep Pariwisata ............................................................................ 14
2.1.4.1. Pengertian Pariwisata ......................................................... 14
2.1.4.2. Definisi Objek Wisata ........................................................ 15
2.1.4.3. Syarat Objek Wisata ........................................................... 16
2.1.4.4. Jenis-jenis Objek Wisata .................................................... 17
2.1.5. Pengembangan Objek Pariwisata ..................................................... 20
2.2. Kerangka Pikir ............................................................................................ 22
2.3. Paradigma .................................................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Yang Digunakan ............................................................................ 25
3.2. Variabel Penelitian ...................................................................................... 27
3.3. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 28
3.3.1. Teknik Wawancara........................................................................... 28
3.3.2. Teknik Observasi ............................................................................. 30
3.3.3. Teknik Kepustakaan ......................................................................... 30
3.3.4. Teknik Dokumentasi ........................................................................ 31
3.4. Teknik Analisis Data ................................................................................... 32
xii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil ............................................................................................................ 33
4.1.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ............................................... 33
4.1.1.1. Letak Geografis Kabupaten Pringsewu ............................. 33
a. Luas dan Batas Administrasi ............................................. 33
b. Demografi ......................................................................... 35
4.1.2. Perjuangan K.H Gholib .................................................................... 36
4.1.3. Peninggalan K.H Gholib .................................................................. 39
4.1.3.1 Makam K.H Gholib ............................................................. 39
4.1.3.2 Masjid Jami’ K.H Gholib .................................................... 42
4.1.3.3 Museum Peninggalan K.H Gholib ...................................... 45
4.1.4. Objek Pariwisata di Kabupaten Pringsewu ...................................... 46
4.1.5. Pengembangan Objek Wisata K.H Gholib ...................................... 47
4.2. Pembahasan ................................................................................................. 53
4.2.1. Pelestarian Peninggalan K.H Gholib sebagai Objek Pariwisata ...... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 56
5.2. Saran ............................................................................................................ 57
DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel Halaman
4.1 Nama-nama Kecamatan di Kabupaten Pringsewu ........................ 34
4.2 Persebaran Penduduk di Kabupaten Pringsewu ............................ 35
4.3 Persebaran objek Pariwisata di Kabupaten Pringsewu ................. 46
xiv
DAFTAR LAMPIRAN DAN GAMBAR
1. Pedoman Wawancara
2. Rekapitulasi Hasil Wawancara
3. Surat Keterangan Penelitian Yayasan K.H Gholib
4. Surat Keterangan Penelitian Disdikbudpar
5. Surat Keterangan Komisi Pembimbing
6. Rencana Judul Penelitian Kaji Tindak/Skripsi
7. Akta Notaris Pembentukan Yayasan K.H Gholib
Gambar
1. Makam K.H Gholib dan Nyai Sya’iyah Tampak Depan
2. Makam Nyai Muksiti dan Nyai Aisyah
3. Masjid Jami’ K.H Gholib
4. Bedug peninggalan di Masjid Jami’ K.H Gholib
5. Empat Pilar Penyangga Masjid Jami’ K.H Gholib
6. Rumah Peninggalan K.H Gholib Sebagai Museum
7. Kopyah atau peci Peninggalan K.H Gholib
8. Jubah K.H Gholib saat Ditembak Belanda
9. Peta Pariwisata di Kabupaten Pringsewu
10. Wawancara dengan Bapak Syamsul Ma’arif
11. Pamflet promosi Pariwisata di Pringsewu
12. Peta Kompleks K.H Gholib
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang letaknya strategis, terletak
di ujung Pulau Sumatera bagian selatan dan merupakan penghubung antara Pulau
Jawa dan Sumatera. Kondisi alamnya yang terdiri dari dataran tinggi berupa
pegunungan dan perbukitan, dataran rendah dan perairan mengakibatkan
banyaknya keanekaragaman jenis potensi wisata yang menjadikan Lampung
menjadi salah satu daerah tujuan wisata bagi para wisatawan. Potensi wisata yang
terdapat di suatu daerah dapat dikembangkan sebagai aktivitas ekonomi yang
dapat menjadi sumber penghasilan devisa yang bersifat quick yielding (Oka A.
Yoeti, 2013: ix). Dalam pariwisata, Quick Yielding industri berarti cepat
menghasilkan dengan mengembangkan pariwisata sebagai industri. Oleh karena
itu pariwisata merupakan salah satu alternatif untuk memperoleh lebih cepat
sumber penghasilan dengan mengembangkan pariwisata sebagai penghasil devisa
negara.
Dalam perjalanan sejarahnya, Daerah Pringsewu telah mengalami banyak
perkembangan. Dewasa ini Pringsewu merupakan sebuah daerah otonomi mandiri
berbentuk kabupaten yang dituangkan dalam Undang-Undang No.48 Tahun 2008
pasal 2 dan pasal 4, yang berbunyi:
2
“Dengan Undang-Undang ini dibentuk Kabupaten Pringsewu di wilayah
Provinsi Lampung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia” (Pasal 2).
“Dengan terbentuknya Kabupaten Pringsewu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2, wilayah Kabupaten Tanggamus dikurangi dengan wilayah
Kabupaten Pringsewu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3” (Pasal 4).
Setelah berdiri sebagai daerah otonom baru, Kabupaten Pringsewu giat dalam
membangun daerahnya, tidak terkecuali dalam bidang pariwisata. Menurut data
yang didapat di Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Pringsewu bidang pariwisata, terdapat 13 titik objek wisata yang telah didata di
Kabupaten Pringsewu (Disdikbudpar, 2014). Objek tersebut meliputi wisata
buatan, saluran irigasi, cekdam atau waduk, makam keramat dan tempat ibadah.
Makam K.H Gholib merupakan salah satu destinasi pariwisata yang terdapat di
Kabupaten Pringsewu.
Industri pariwisata di Kabupaten Pringsewu lebih dominan ke objek wisata buatan
seperti kolam renang dan tempat-tempat hiburan, sehingga wisata yang
mengandung nilai sejarah kurang diminati oleh masyarakat dan hanya orang-
orang tertentu saja yang memanfaatkan objek wisata tersebut. Tidak dapat
dipungkiri peran K.H Gholib dan perjuangannya di daerah Pringsewu telah
banyak membawa perubahan pada masyarakat di waktu itu. Perjuangan K.H
Gholib berawal dari gerakan hatinya untuk berdakwah berpindah-pindah tempat.
Sampai akhirnya saat berada di Singapura, beliau bertemu dengan Bapak M.
Anwar San Pawiro yang berasal dari Pagelaran. Dari keterangan yang didapat dari
Bapak M. Anwar San Pawiro ini ternyata daerah Pringsewu banyak penduduk
transmigran yang didatangkan dari Pulau Jawa hingga akhirnya K.H Gholib
tertarik dan ingin berdakwah. Sampai di Pringsewu untuk sementara waktu
3
tinggal di rumah Bapak San Pawiro di Pagelaran hingga akhirnya mulai
memasuki daerah Pringsewu. Di Pringsewu beliau membeli sebidang tanah yang
terletak 500 meter dari pusat kota ke arah utara dan membangun sebuah masjid
yang merupakan masjid pertama yang didirikan di daerah Pringsewu saat itu
(Dewan Harian Daerah angkatan 45, 1994: 146).
Perjuangan K.H Gholib dalam mendidik Agama Islam selalu dicurigai oleh
pemerintah yang berkuasa saat itu. Pada saat baru mendirikan masjid, banyak
santri yang datang untuk belajar Agama Islam pada K.H Gholib sehingga juga
didirikan sebuah madrasah. Madrasah yang didirikan dulu hanya dapat
menampung 20 santri dan sangat sederhana, hanya berdinding geribig, beralas
tanah dan beratap alang-alang (http://nu.or.id/k.h Gholib Lampu terang di “Bambu
Seribu”). Madrasah itu semakin maju ditandai dengan banyaknya santri yang
belajar agama dan guru pengajar yang datang untuk mengabdi baik dari Lampung
maupun dari Pulau Jawa. Daya tampung madrasah ternyata tidak mencukupi
sampai akhirnya mendirikan pondok pesantren agar para santri yang datang dari
jauh dapat bermukim dan belajar di sana. Pada masa pemerintahan Jepang K.H
Gholib sempat ditawan selama 15 hari sampai akhirnya dilepaskan dan diangkat
sebagai penasihat Agama Islam di Pringsewu (Dewan Harian Daerah Angkatan
45, 1994: 146). Selain menjadi tempat ibadah dan belajar Agama Islam, di
Pesantren K.H Gholib juga digunakan sebagai markas barisan Sabilillah dan
Hizbullah cabang Pringsewu. Ketika Agresi Militer Belanda yang pertama
dimulai, barisan ini digerakkan untuk membantu perjuangan di front Baturaja.
Perjuangan K.H Gholib dalam melawan Belanda yang kembali ingin menguasai
Indonesia sampai pada masa Agresi Militer Belanda yang kedua dimana barisan
4
Sabilillah dan Hizbullah yang terorganisir di Pesantren K.H Gholib selalu
membantu perjuangan tersebut. Dari pihak Belanda juga tidak mau kalah dalam
menghadapi pasukan-pasukan perjuangan yang ada di Pringsewu dan sekitarnya
bahkan sampai menggeledah Pesantren K.H Gholib untuk menangkap para
pemimpin yang bersembunyi di sana seperti K.H Gholib, Ustadz K.H. M. Nuh,
K.H Abdul Fattah dan lainnya sehingga menyingkir ke Desa Sinar Baru yang
terletak 7 kilometer di sebelah utara pesantren sampai 3 bulan lamanya. Hingga
kepulangannya ke pesantren terdengar oleh kaki tangan Belanda dan menyuruh
K.H Gholib untuk menghadap Pemerintah Kolonial yang berkuasa di Pringsewu
namun ditangkap dan dipenjarakan. Sampai 3 hari sebelum peletakan senjata K.H
Gholib dibebaskan dan baru berjalan 10 meter beliau ditembak oleh Belanda dan
akhirnya gugur sebagai pejuang kemerdekaan (Dewan Harian Daerah Angkatan
45, 1994: 147).
K.H Gholib dimakamkan di Pringsewu, sebelah barat pesantren yang merupakan
tanah yang diwakafkan untuk pemakaman umum. Dengan gugurnya K.H Gholib,
meninggalkan cerita perjuangan di daerah Pringsewu harus selalu dikenang untuk
menumbuhkan jiwa nasionalisme. Daerah Pringsewu berkembang dengan sangat
cepat karena pesantren yang K.H Gholib dirikan selalu ramai oleh santri dari
dalam dan luar Lampung pada masanya. Pada waktu itu juga merupakan saudagar
yang sukses dalam perdagangan. K.H Gholib mempunyai pabrik tapioka terbesar
di Pringsewu dan merupakan pedagang kain yang sukses, sehingga dapat dengan
cepat mengembangkan pesantrennya. Peninggalan K.H Gholib sampai saat ini
masih terawat dengan baik, bahkan makam K.H Gholib sampai sekarang dianggap
keramat oleh masyarakat dan orang yang pernah berziarah sehingga banyak orang
5
dari dalam dan luar Lampung yang datang untuk berziarah ke makamnya. Sebagai
sosok ulama dan pejuang kemerdekaan membuat K.H Gholib disegani oleh kawan
maupun lawan pada saat itu, sehingga oleh pemerintah daerah Kabupaten
Pringsewu kompleks dan makamnya dijadikan tempat objek wisata ziarah di
Kabupaten Pringsewu. Dengan melihat perjuangan dan jasanya yang begitu besar
di Pringsewu, K.H Gholib diberikan piagam penghargaan sebagai salah satu tokoh
pejuang kemerdekaan di Lampung. Namun tidak semua generasi muda saat ini
mengetahui semua perjuangan yang telah dilakukan dalam mengusir penjajah dari
tanah Pringsewu.
Pada saat ini pariwisata telah berkembang menjadi sebuah industri yang sangat
menguntungkan dan memiliki prospek cerah. Informasi dan komunikasi yang
diperoleh seseorang tentang daerah wisata mendorong keinginan dari dirinya
untuk berkunjung. Di jaman modern seperti saat ini, melakukan perjalanan wisata
merupakan kebutuhan sekunder, karena di samping berekreasi wisatawan
mempunyai motivasi yang beragam dalam memenuhi kebutuhan pribadinya. Hal
ini senada dengan pernyataan Yoeti yang menyebutkan ada beberapa alasan
seseorang melakukan perjalanan wisata, yaitu:
a. Untuk tujuan santai menenangkan pikiran setelah lama bekerja dan
kesegaran badan yang akhir-akhir ini dirasakan di kehidupan modern;
b. Untuk tujuan kesehatan dengan mendapatkan udara segar, cahaya
matahari dan sebagainya;
c. Mencari kesenangan, kegembiraan yang merupakan salah satu cara
memenuhi kebutuhan hidup;
d. Menaruh perhatian kepada negara lain, terutama tempat yang
mempunyai nilai sejarah dan kebudayaan tinggi;
e. Ikut aktif dalam kegiatan olahraga seperti mendaki gunung, berlayar,
pesta olahraga yang bersifat nasional dan internasional;
f. Untuk tujuan mencari hal-hal yang bersifat spiritual guna mendalami
hal yang berhubungan dengan keagamaan, kebatinan, kerohanian dan
lain-lain;
6
g. Ingin mengetahui lebih dalam tata cara hidup, adat istiadat, kebiasaan
masyarakat setempat serta mempelajari seluk-beluk adat istiadat itu
sendiri (Oka A. Yoeti, 2013: 7).
Melihat dari alasan di atas, dapat diketahui bahwa kompleks K.H Gholib
merupakan objek wisata ziarah berfungsi untuk mencari hal yang bersifat spiritual
dalam keagamaan karena setiap orang yang datang pasti mendoakan sosok ulama
serta mendapat pengetahuan tentang orang yang diziarahi tersebut sehingga dapat
mengambil pelajaran darinya. Meskipun telah diketahui bersama terdapat objek
wisata sejarah di Kabupaten Pringsewu, pengembangan pariwisata oleh
Disdikbudpar terlihat masih kurang maksimal. Ini dapat diketahui dari kurangnya
perhatian dinas tersebut dalam mengembangkan potensi wisata yang seharusnya
menjadi pendapatan daerah. Menurut Muljadi pengembangan pariwisata dalam
negeri saat ini telah diarahkan untuk memupuk cinta tanah air, menanamkan jiwa
dan semangat serta nilai-nilai luhur bangsa, meningkatkan kualitas budaya
bangsa, memperkenalkan peninggalan sejarah serta keindahan alam di daerah
objek wisata (Muljadi, 2012: 31). Hanya beberapa objek wisata saja yang
mendapat perhatian khusus dan dikelola oleh Disdikbudpar. Pengelolaan
peninggalan K.H Gholib dilakukan oleh Yayasan K.H Gholib. Menurut
pernyataan dari ketua yayasan, dari pihak yayasan sejauh ini masih sedikit usaha
yang dilakukan untuk menjadikan kompleks K.H Gholib sebagai objek wisata
sejarah, karena Yayasan K.H Gholib lebih fokus dalam bidang pendidikan dan
masyarakat yang datang berziarah hanya memandangnya sebagai objek wisata
ziarah saja. Namun beberapa usaha telah dilakukan pihak keluarga agar
peninggalan K.H Gholib ini tidak hanya berupa benda mati yang tidak
mempunyai cerita namun juga yang mempunyai nilai sejarah, salah satunya yaitu
7
dengan menceritakan perjuangan K.H Gholib kepada peziarah yang datang agar
peziarah tahu selain seorang ulama K.H Gholib juga seorang pejuang
kemerdekaan yang gigih.
Berkaitan dengan pengembangan dan pembangunan pariwisata, ternyata dari
sektor pariwisata juga dapat meningkatkan ekonomi daerah tersebut. Beberapa
manfaat pembangunan dan pengembangan pariwisata diantaranya: kesempatan
untuk usaha semakin besar, terbukanya lapangan pekerjaan baru, meningkatnya
pendapatan masyarakat dan pemerintah, mendorong pembangunan daerah,
melestarikan adat istiadat, meningkatkan kecerdasan masyarakat, meningkatkan
kesehatan serta dapat mengurangi konflik sosial (Kusno, 1998:24). Untuk itu
perlu dilakukan penelitian lanjut agar dapat diketahui bagaimana upaya
kedepannya dalam pengembangan dan pembangunan pariwisata di Kabupaten
Pringsewu khususnya pariwisata sejarah, karena jika pariwisata dapat berkembang
dengan baik maka pendapatan daerah juga akan ikut naik.
1.2 Analisis Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasikan
masalahnya sebagai berikut:
a. Yayasan K.H Gholib bergerak di bidang pendidikan dan sosial;
b. Yayasan tersebut lebih banyak bergerak di bidang pendidikan;
c. Kurangnya pengembangan pariwisata di kompleks K.H Gholib;
d. Adanya usaha-usaha Yayasan K.H Gholib dalam melestarikan peninggalan
K.H Gholib sebagai objek wisata.
8
1.2.2 Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu luas jangkauan penelitiannya dan memudahkan
pembahasan dalam penelitian serta mengingat keterbatasan tenaga, waktu dan
biaya, maka penulis membatasi permasalahan pada usaha-usaha Yayasan K.H
Gholib dalam melestarikan peninggalan K.H Gholib sebagai objek wisata.
1.2.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan
masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Apa usaha-usaha Yayasan K.H Gholib dalam melestarikan peninggalan K.H
Gholib sebagai objek wisata?
1.3 Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, dan Ruang Lingkup Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui usaha-usaha Yayasan K.H
Gholib dalam melestarikan peninggalan K.H Gholib sebagai objek wisata.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
a. Bagi peneliti, menambah wawasan, ilmu pengetahuan, pengalaman dan
menambah informasi mengenai tempat-tempat bersejarah di Kabupaten
Pringsewu.
b. Bagi masyarakat umum dan wisatawan, untuk dijadikan referensi dalam
mengunjungi objek-objek wisata di Kabupaten Pringsewu serta menumbuhkan
kesadaran sejarah di daerah yang ditinggalinya.
9
1.3.3 Ruang Lingkup Penelitian
a. Subjek penelitian : Yayasan K.H. Gholib
b. Objek Penelitian : Kompleks K.H. Gholib (Masjid, Museum dan Makam)
c. Tempat Penelitian : Kelurahan Pringsewu Barat, Kecamatan Pringsewu,
Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung.
d. Waktu Penelitian : Tahun 2015
e. Disiplin Ilmu : Ilmu Budaya
10
REFERENSI
Oka A Yoeti. 2013. Komersialisasi Seni Budaya dalam Pariwisata. Bandung :
Angkasa. Halaman ix
Undang-Undang No.48 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Pringsewu.
Pasal 2 dan Pasal 4
Disdikbudpar. 2014. Pariwisata Dalam Data Tahun 2014. Pringsewu:
Disdikbudpar. Halaman 1
Dewan Harian Daerah Angkatan 45. 1994. Untaian Bunga Rampai Perjuangan di
Lampung Buku III. Jakarta: Agung Sidapore. Halaman 146
http://nu.or.id/k.h Gholib Lampu terang di “Bambu Seribu”
Dewan Harian Daerah Angkatan 45. Op Cit. halaman 146
Ibid. Halaman 147
Oka A Yoeti. Op Cit. Halaman 7
Muljadi, A.J. 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta : Raja Grafindo
Persada. Halaman 31
Abi Kusno. 1998. Selayang Pandang tentang Perencanaan dan Pengembangan
Kepariwisataan, Makalah pada seminar Islam dan Pariwisata. Bandar
Lampung. Halaman 24
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tinjauan Historis
Konsep Sejarah menurut Moh. Yamin dalam Tatanegara Majapahit Parwa I
halaman 89 ialah ilmu pengetahuan yang disusun berdasarkan penyelidikan
beberapa peristiwa yang kebenarannya dapat dibuktikan dengan adanya sumber
dan peninggalan sejarah (Hugiono dan P.K Poerwantana, 1992: 5), sedangkan
Hugiono dan Poerwantana mengatakan sejarah sebagai gambaran tentang
peristiwa masa lalu yang dialami oleh manusia disusun secara ilmiah, diberi
urutan waktu dan tafsiran serta analisa agar mudah dimengerti dan dipahami
(Hugiono dan P.K Poerwantana, 1992: 10)
Menurut Nugroho Notosusanto, ada empat fungsi yang dapat diambil dari
mempelajari Sejarah, yaitu:
1) Memberi pelajaran (edukatif), bahwa kita dapat belajar dari
pengalaman-pengalaman di masa lampau yang dapat dijadikan
pelajaran sehingga hal buruk dapat dihindari.
2) Memberi ilham (inspiratif), bahwa tindakan kepahlawanan dan
peristiwa di masa lampau dapat mengilhami kita semua pada taraf
perjuangan yang sekarang.
3) Menyampaikan pesan masa lalu untuk alat bantu pembelajaran
(instruktif).
4) Memberi kesenangan (rekreatif) bahwa kita dapat terpesona oleh kisah
yang baik (Nugroho Notosusanto, 2007: 16).
11
Dari pengertian para ahli di atas mengenai sejarah dapat disimpulkan bahwa
sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang disusun berdasarkan penyelidikan
peristiwa yang dialami oleh manusia di masa lalu, disusun secara ilmiah, meliputi
urutan waktu, diberi tafsiran dan analisa agar mudah dimengerti dan kebenarannya
dapat dibuktikan dengan adanya sumber dan peninggalan sejarah. Dan dari
mempelajari sejarah dapat memberikan pelajaran, inspirasi dan kesenangan dari
peristiwa masa lalu dan dapat mengambil hikmahnya untuk bertindak di masa
yang akan datang.
2.1.2 Konsep Usaha Yayasan
Yayasan sebagai sebuah badan organisasi masyarakat memiliki sebuah fungsi
manajemen di dalamnya. Fungsi ini bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi usaha organisasi dalam mencapai tujuannya. Menurut Harold Koentz
fungsi manajemen organisasi meliputi proses planning, organizing, staffing,
directing, dan controlling (H.B Siswanto, 2005). Kebanyakan yayasan
membentuk sebuah badan usaha untuk mencapai maksudnya. Seperti penjelasan
dalam Undang-Undang Yayasan yang berbunyi:
“Yayasan dapat melaksanakan kegiatan usaha yayasan guna menunjang
pencapaian maksud dan tujuan pendirian yayasan dengan cara mendirikan
dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha.” (UU No 16 Tahun 2001
tentang Yayasan, Pasal 3 Ayat 1).
“Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan
maksud dan tujuan yayasan.” (UU No 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, Pasal
7 Ayat 1).
“Kegiatan usaha dari badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
(1) harus sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan serta tidak bertentangan
dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan/atau peraturan perundang-undangan
yang berlaku .” (UU No 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, Pasal 8).
12
Chataramarrasjid berpendapat bahwa, dalam kegiatan usaha yang dilakukan
yayasan, yayasan masih boleh mendapat keuntungan sejauh keuntungan yang
diperoleh dipergunakan untuk tujuan yang idealistis yakni yang bersifat sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan (Chataramarrasjid, 2002). Dalam penjelasannya,
Pasal 8 Undang-Undang Yayasan juga mengatur Kegiatan usaha dari badan usaha
yayasan mempunyai cakupan, antara lain: hak asasi manusia, kesenian, olah raga,
pendidikan, kesehatan, perlindungan konsumen, lingkungan hidup, dan ilmu
pengetahuan (Fitri Pratiwi Rasyid, Jurnal Eksistensi Yayasan Sebagai Pihak
Dalam Melaksanakan Usaha Ditinjau dari Undang-Undang Yayasan, 2013).
Yayasan K.H Gholib dalam penelitian ini merupakan subjek utama yang
mengurus semua fasilitas makam serta semua peninggalan K.H Gholib. Kegiatan
usaha yang telah dilakukan oleh Yayasan K.H Gholib dalam pemeliharaan
peninggalan diantaranya: pembangunan, pemeliharaan, dan merencanakan
pengembangan pariwisata di kompleks K.H Gholib. Selain itu, yayasan juga
bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam hal ini Disdikbudpar berkaitan
dengan pembangunan dan promosi makam sebagai tempat wisata. Yayasan K.H
Gholib yang merupakan lembaga sosial juga menaungi beberapa sekolah binaan
seperti SMK K.H Gholib, SMP Islam K.H Gholib dan TK K.H Gholib. Dibentuk
berdasarkan Akta Notaris Imran Ma’ruf, S.H No. 19 pada tanggal 23 September
1997 dengan ketua yayasan sekarang adalah Bapak H. Syamsul Ma’arif.
13
2.1.3 Konsep Peninggalan Sejarah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peninggalan mempunyai arti barang
yang ditinggalkan, pusaka, warisan, dan barang sisa peninggalan dari zaman
dahulu (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990: 949).
Menurut Sagimun, peninggalan sejarah merupakan sesuatu yang ditinggalkan dari
peristiwa sejarah dan masa di setiap babakan waktu sejarah (Sagimun, 1987: 2).
Lebih lanjut, Sagimun menerangkah bahwa tidak semua peninggalan dapat
dikatakan peninggalan sejarah, hanya peninggalan yang mempunyai nilai sejarah
dan dapat dijadikan pelajaran di masa yang akan datang saja, selain itu juga
peninggalan tersebut bersifat asli dan tidak dapat dibantahkan kebenarannya
(Sagimun, 1987: 12-13).
Dari pengertian peninggalan sejarah di atas dapat disimpulkan bahwa peninggalan
sejarah yang terdapat Yayasan K.H Gholib merupakan peninggalan dari K.H
Gholib saat hidup dan berjuang melawan penjajah demi mempertahankan
kemerdekaan. Dari peninggalan tersebut tentunya dapat memberikan pelajaran
untuk mengenang dan mempelajari sejarah terbentuknya Kabupaten Pringsewu,
serta jasa tokoh yang gugur dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Peninggalan yang terdapat di Yayasan K.H Gholib meliputi Masjid, makam, dan
museum yang memuat benda-benda yang dahulu pernah digunakan oleh K.H
Gholib saat masih hidup.
14
2.1.4 Konsep Pariwisata
2.1.4.1 Pengertian Pariwisata
Pariwisata terdiri dari dua suku kata yaitu “pari”, berarti banyak, berkali-kali dan
“wisata”, berarti perjalanan atau bepergian, jadi pariwisata berarti perjalanan atau
bepergian yang dilakukan berkali-kali atau sering. Kata pariwisata sendiri
merupakan sinonim bahasa Indonesia untuk istilah tourism dalam bahasa Inggris
(Muljadi, 2012: 8).
Norval menyatakan bahwa pariwisata atau tourism adalah keseluruhan kegiatan
yang berhubungan dengan masuk, tinggal dan bergeraknya penduduk asing di
dalam atau di luar suatu negara, kota atau wilayah (Norval dalam Muljadi, 2012:
8). Sependapat dengan Norval, Herman V.Schulalard memberikan batasan
pariwisata sebagai berikut: kepariwisataan merupakan sejumlah kegiatan yang ada
kaitannya dengan perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan
masuknya, berdiam dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk suatu kota,
daerah atau negara (Herman V.Schulalard dalam Yoeti, 1996: 114).
Hunziker dan Kraft mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan dan gejala yang
ditimbulkan dari adanya orang asing yang melakukan perjalanan dan tidak untuk
bertempat tinggal menetap dan tidak ada hubungannya dengan kegiatan untuk
mencari nafkah (Hunziker dan Kraft dalam Muljadi, 2012: 8).
Batasan pariwisata harus memperlihatkan bagian yang terdiri dari tiga unsur, yaitu
manusia yakni orang yang melakukan perjalanan wisata; ruang yakni daerah
tempat dilakukannya perjalanan wisata; dan waktu yakni waktu yang digunakan
15
saat melakukan perjalanan dan tinggal di daerah wisata (Sahal Wahab dalam
Yoeti, 2013: 2).
Dari beberapa pendapat mengenai pariwisata di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengertian pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan seseorang secara
berkali-kali dari satu tempat ke tempat lain di dalam ataupun di luar kota, wilayah
atau negara yang tidak dilakukan untuk menetap lama dan kegiatannya tersebut
tidak untuk mencari penghasilan, tetapi untuk memberi hiburan jasmani dan
rohani.
2.1.4.2 Definisi Objek Wisata
Menurut Yoeti objek wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi
orang untuk mengunjungi suatu tempat tertentu (Yoeti, 1996: 35), sedangkan
menurut Pandit, objek wisata adalah segala sesuatu yang dapat bernilai untuk
dikunjungi atau untuk dilihat (Pandit, 1999: 17).
Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa objek wisata
merupakan segala sesuatu yang bernilai dan mempunyai arti penting untuk di
kunjungi serta mempunyai daya tarik tertentu baik dari segi keunikan, bentuk, dan
nilai yang terkandung yang menjadikan tujuan bagi wisatawan untuk
mengunjungi tempat tersebut.
2.1.4.3 Syarat Objek Wisata
Menurut James J. Spillane, suatu objek wisata atau destination, harus meliputi 5
unsur yang penting agar wisatawan dapat merasa puas dalam menikmati
perjalanannya, maka objek wisata harus meliputi :
16
1. Atraksi
Merupakan pusat dari industri pariwisata. Motivasi wisatawan untuk
mengunjungi suatu tempat tujuan wisata adalah untuk memenuhi atau
memuaskan beberapa kebutuhan atau permintaan. Biasanya mereka tertarik
pada suatu lokasi karena ciri- ciri khas tertentu seperti: keindahan alam, iklim
dan cuaca, kebudayaan, sejarah, etnik dan kemampuan untuk menuju tempat
tersebut
2. Fasilitas
Fasilitas cenderung mendukung bukan mendorong pertumbuhan dan cenderung
berkembang pada saat yang sama atau sesudah atraksi berkembang. Jumlah
dan jenis fasilitas tergantung kebutuhan wisatawan. Seperti fasilitas harus
cocok dengan kualitas dan harga penginapan, makanan, dan minuman yang
juga cocok dengan kemampuan membayar dari wisatawan yang mengunjungi
tempat tersebut.
3. Infrastruktur
Infrastruktur termasuk semua konstruksi di bawah dan di atas tanah dan suatu
wilayah atau daerah. Yang termasuk infrastruktur penting dalam pariwisata
adalah: sistem pengairan, sumber listrik, jaringan komunikasi, sistem
pembuangan, jasa kesehatan, jalan raya.
4. Transportasi
Meliputi informasi lengkap tentang fasilitas, lokasi terminal, dan pelayanan
pengangkutan lokal ditempat tujuan harus tersedia untuk semua penumpang
sebelum berangkat dari daerah asal, informasi lengkap tentang lokasi, tarif,
jadwal, dan rute dan pelayanan pengangkutan lokal, sampai peta kota.
17
5. Keramahtamahan
Wisatawan yang sedang berada dalam lingkungan yang belum mereka kenal
maka kepastian akan jaminan keamanan sangat penting, khususnya wisatawan
asing (James J. Spillane, 1994: 63-72).
2.1.4.4 Jenis-jenis Pariwisata
Jenis-jenis pariwisata menurut James J. Spillane, berdasarkan motif tujuan
perjalanan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis pariwisata khusus, yaitu :
1. Pariwisata Menikmati Perjalanan
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan
tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar, memenuhi kehendak
ingintahunya, mengendorkan ketegangan syaraf, melihat sesuatu yang baru,
menikmati keindahan alam, mengetahui hikayat rakyat setempat,
mendapatkan ketenangan.
2. Pariwisata Rekreasi
Pariwisata ini dilakukan untuk pemanfaatan hari-hari libur untuk
beristirahat, memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, dan
menyegarkan diri dari keletihan dan kelelahannya. Dapat dilakukan pada
tempat yang menjamin tujuan-tujuan rekreasi yang menawarkan kenikmatan
yang diperlukan seperti tepi pantai, pegunungan, pusat-pusat peristirahatan dan
pusat-pusat kesehatan.
3. Pariwisata Kebudayaan
Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan
untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat-
istiadat, kelembagaan, dan cara hidup masyarakat yang berbeda-beda,
18
mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan masa lalu, pusat-pusat
kesenian dan keagamaan, festival seni musik, teater, tarian rakyat dan lain-lain.
4. Pariwisata Olahraga
Pariwisata ini dapat dibagi lagi menjadi dua kategori:
a. Big sports events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olympiade
Games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan tinju dunia, dan lain-lain yang menarik
perhatian bagi penonton atau penggemarnya.
b. Sporting tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka
yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri seperti pendakian gunung,
olahraga naik kuda, berburu, memancing dan lain-lain.
5. Pariwisata Bisnis
Menurut para ahli teori, perjalanan pariwisata ini adalah bentuk
profesional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau
jabatan yang tidak memberikan kepada seseorang untuk memilih tujuan
maupun waktu perjalanan.
6. Pariwisata Konvensi
Pariwisata ini banyak diminati oleh negara-negara karena ketika
diadakan suatu konvensi atau pertemuan maka akan banyak peserta yang hadir
untuk tinggal dalam jangka waktu tertentu dinegara yang mengadakan
konvensi. Negara yang sering mengadakan konvensi akan mendirikan
bangunanbangunan yang menunjang diadakannya pariwisata konvensi (James
J. Spillane, 1987: 29-31).
19
Menurut Undang-Undang No.9 tahun 1990 tentang kepariwisataan bab III pasal 4,
objek dan daya tarik wisata dibagi menjadi dua jenis. Adapun bunyi pasal tersebut
adalah:
1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang
berwujud keadaan alam serta flora dan fauna.
2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, agrowisata,
taman rekreasi, dan tempat hiburan.
Jadi dari pengertian di atas, kompleks K.H Gholib termasuk wisata budaya karena
di lokasi tersebut terdapat peninggalan masa lalu berupa masjid, makam dan juga
rumah yang dijadikan museum yang berisi peninggalan K.H Gholib pada waktu
berada di Pringsewu.
Enok Maryani menyatakan bahwa produk wisata budaya terdiri dari atraksi dan
benda peninggalan. Rinciannya adalah sebagai berikut :
1. Archaelogical, Historical, and Cultural site, Yang termasuk ke dalam situs
budaya, sejarah dan arkeologi adalah monumen nasional dan budaya, bangunan
peribadatan bersejarah contohnya gereja, masjid, kuil (klenteng), bangunan
(gedung) bersejarah, daerah dan kota, dan berbagaitempat penyelenggaraan
event bersejarah lain.
2. Distinctive Cultural Pattern, pola kebudayaan, tradisi dan gaya hidup ang tidak
biasa.
3. Art and Handycrafts, yang termasuknya adalah tarian, music, drama dan seni
melukis/memahat.
4. Interesting economic activities, yaitu atraksi observasi, deskripsi dan
demonstrasi dari aktivitas ekonomi.
20
5. Interesting Urban Areas, area perkotaan dengan variasi gaya arsitektual,
bangunan dan daerah bersejarah, merupakan suatu atraksi bagi para wisatawan
yang suka menikmati pemandangan kota.
6. Museum and other cultural facilities, yang termasuk di dalamnya adalah
museum bersejarah dan fasilitas kebudayaan lainnya seperti galeri barang
antik.
7. Cultural festivals, festival kebudayaan yang terkait dengan tradisi lokal dan
kesenian (file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR.../CULTURE_HERITAGE.pdf
Jurnal Enok Maryani, halaman 7-8).
2.1.5 Pengembangan Objek Pariwisata
Dalam melakukan pengembangan objek wisata, terdapat beberapa hal yang harus
menjadi perhatian agar mendapat minat dari pengunjung. Dalam hal ini Astarina
menjelaskan ada tiga kriteria yang harus dipenuhi agar objek wisata diminati oleh
wisatawan, yaitu:
1. Something to see
Objek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu yang bisa dilihat atau
dijadikan tontonan oleh pengunjung. Dengan kata lain objek tersebut harus
mempunyai daya tarik khusus yang mampu menyedot minat dari wisatawan
untuk berkunjung ke objek tersebut.
2. Something to do
Wisatawan yang berkunjung ke objek tersebut dapat melakukan sesuatu yang
berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, rileks, dan memberikan
21
pengetahuan tentang tempat yang dikunjunginya sehingga membuat wisatawan
yang berkunjung merasa betah berlama-lama di tempat tersebut.
3. Something to buy
Adalah fasilitas yang digunakan wisatawan untuk berbelanja yang pada
umumnya adalah ciri khas dari daerah tersebut, sehingga dapat dijadikan oleh-
oleh (Yoeti dalam Astarina, 2010: 32).
Perencanaan dan pembuatan kebijakan merupakan hal yang penting dalam
pengelolaan dan pengembangan pariwisata, karena dengan adanya hal tersebut,
suatu objek wisata akan dapat berkembang dengan pesat dan dapat dikenal oleh
masyarakat dengan cepat.
Menurut Undang-Undang No 10 Tahun 2009 Tentang kepariwisataan,
Pasal 30 yang berbunyi:
Pemerintah kabupaten/kota berwenang:
a. Menyusun dan menetapkan rencana induk pembangunan
kepariwisataan kabupaten/kota;
b. Menetapkan destinasi pariwisata kabupaten/kota;
c. Menetapkan daya tarik wisata kabupaten/kota;
d. Melaksanakan pendaftaran, pencatatan, dan pendataan pendaftaran
usaha pariwisata;
e. Mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan kepariwisataan di
wilayahnya;
f. Memfasilitasi dan melakukan promosi destinasi pariwisata dan produk
pariwisata yang berada di wilayahnya;
g. Memfasilitasi daya tarik wisata baru;
h. Menyelenggarakan pelatihan dan penelitian kepariwisataan dalam
lingkup kabupaten/kota;
i. Memelihara dan melestarikan daya tarik wisata yang berada di
wilayahnya;
j. Menyelenggarakan bimbingan masyarakat sadar wisata; dan
k. Mengalokasikan anggaran kepariwisataan (Muljadi, 2012: 218)
Pemerintah Kabupaten Pringsewu dalam hal pengelolaan dan pengembangan
pariwisata dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Pringsewu Bidang Pariwisata. Secara umum, rencana pengembangan
22
pariwisata di Kabupaten Pringsewu dilakukan mulai dari perencanaan
pengembangan fasilitas yang memadai dan daya tarik yang terkandung di dalam
objek wisata di Kabupaten Pringsewu.
2.2 Kerangka Pikir
Di era modern seperti saat ini rekreasi dipandang sebagai kebutuhan sekunder
bagi manusia, karena dengan berekreasi seseorang tidak hanya mendapatkan
kesenangan juga namun juga untuk memulihkan kesehatan, pendidikan, dan lain
sebagainya. Selain itu dengan berpariwisata pula dapat membuat seseorang
menjadi tertarik pada hasil suatu kebudayaan dan adat istiadat serta tata cara hidup
masyarakat yang dikunjunginya, serta mengenal peninggalan-peninggalan sejarah
yang terdapat di tempat objek wisata.
Makam, masjid dan museum yang memuat peninggalan K.H Gholib yang berada
di Pringsewu menjadi saksi bahwa di daerah Pringsewu juga merupakan daerah
perjuangan kemerdekaan. K.H Gholib sebagai seorang ulama dan pejuang
kemerdekaan harus selalu dikenang jasanya dalam perjuangannya memajukan
daerah Pringsewu untuk mengembangkan Islam, membangun kegiatan ekonomi
kreatif dan perjuangannya bersama rakyat dalam mengusir Belanda di tanah
Pringsewu. Kabupaten Pringsewu dengan sejarahnya yang cukup panjang
meninggalkan bukti-bukti sejarah masa lalu yang belum terekspos oleh publik.
Hal ini disebabkan masyarakat Pringsewu lebih memilih untuk berwisata ke
tempat wisata buatan yang ada di Kabupaten Pringsewu seperti kolam renang dan
tempat pemancingan. sehingga tempat-tempat wisata bernilai sejarah kurang di
minati oleh masyarakat. Semua peninggalan K.H Gholib yang dikelola oleh
23
yayasan sampai saat ini masih terawat dengan baik. Hal ini karena perhatian dari
orang-orang yang berkepentingan seperti keluarga dan Disdikbudpar bidang
pariwisata terhadapnya juga besar. Sampai saat ini terdapat beberapa usaha agar
semua peninggalan K.H Gholib dapat lebih dikenal luas dengan pembangunan di
sekitar tempat peninggalan, perawatan terhadap benda dan peninggalan tersebut,
pegenalan tokoh kepada masyarakat, promosi kepada publik dan merencanakan
pengembangan pariwisata.
Dilihat dari usaha tersebut, pengembangan dan pembangunan pariwisata di
Kabupaten Pringsewu perlu dilakukan, terkhusus lagi wisata sejarah. Agar dapat
dirasakan keberadaannya bukan hanya bagi para wisatawan yang datang dari luar
kota namun juga oleh masyarakat di sekitar lokasi wisata tersebut. Seperti yang
telah di tuliskan dalam undang-undang bahwa penyelenggaraan pariwisata
dilakukan dengan asas manfaat, usaha bersama, dan kekeluargaan, sehingga
penyelenggaraan kepariwisataan diarahkan untuk dapat memberi manfaat sebesar-
besarnya bagi kepentingan masyarakat dan pemerintah Kabupaten Pringsewu.
24
2.3 Paradigma
Keterangan : = Garis kegiatan
= Garis tindak lanjut
Yayasan K.H Gholib
Melestarikan peninggalan K.H Gholib sebagai
objek wisata
Pembangunan
areal makam
Perawatan
terhadap benda
peninggalan
Pengenalan
tokoh kepada
wisatawan
Promosi
kepada publik
Merencanakan
pengembangan
pariwisata
25
REFERENSI
Hugiono dan P.K Poerwantana. 1992. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : Rineka
Cipta. Halaman 5
Ibid. halaman 10
Nugroho Notosusanto. 2007. Buku Sejarah 1 SMA Kelas X. Jakarta: Yudhistira.
Halaman 16
H.B Siswanto. 2005. Pengantar Manajemen. Bandung: Bumi Aksara
Undang-Undang No 16 Tahun 2001 tentang Yayasan Pasal 3, 7, dan 8
Chatamarrasjid Ais. (2002). Badan Hukum Yayasan (Suatu Analisis Mengenai
Yayasan Sebagai Suatu Badan Hukum Sosial). Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.
Fitri Pratiwi Rasyid. 2013. Jurnal Eksistensi Yayasan Sebagai Pihak Dalam
Melaksanakan Usaha Ditinjau dari Undang-Undang Yayasan.
Makasar: Universitas Hasanudin
Departemen Pendidikan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka. Halaman 949
Sagimun M.D. 1987. Peninggalan Sejarah Tertua Kita. Jakarta : CV Haji
Masagung. Halaman 2
Ibid. Halaman 12-13
Muljadi A.J. 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta : Raja Grafindo
Persada. Halaman 8
Oka A Yoeti. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa. Halaman
114
A.J Muljadi. Loc cit. Halaman 8
Oka A Yoeti. 2013. Komersialisasi Seni Budaya dalam Pariwisata. Bandung :
Angkasa. Halaman 2
26
I Nyoman, S Pandit. 1999. Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana, Cetakan
Ke-enam (Edisi Revisi). Jakarta : PT. Pradnya Paramita. Halaman 17
James J. Spillane. 1994. Pariwisata Indonesia : siasat ekonomi dan rekayasa
kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 63-72
_______________. 1987. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya.
Yogyakarta: Kanisius. Halaman 29-31
UU No 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan bab III pasal 4
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR.../CULTURE_HERITAGE.pdf (Jurnal
Enok Maryani halaman 7-8) Yesita Astarina. 2010. Manajemen Pariwisata. Makalah. Pagaralam. Halaman 32
A.J Muljadi. Op Cit. Halaman 218
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Yang Digunakan
Dalam sebuah penelitian metode penelitian dibutuhkan untuk mengukur sebuah
keberhasilan, karena metode merupakan salah satu faktor yang penting untuk
memecahkan sebuah masalah dalam penelitian. Menurut suwardi, metode
penelitian mempunyai pengertian sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013: 3). Metode adalah sebuah
cara yang ditempuh oleh peneliti dalam menentukan pemahaman yang sejalan
dengan fokus dan tujuan dari penelitian (Maryeini, 2005: 24). Menurut Winarno
Surachmat, metode adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu
tujuan, misalnya untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik serta alat
tertentu (Winarno Surachmat, 1982: 121).
Dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa metode penelitian adalah
suatu cara ilmiah yang digunakan oleh peneliti dalam mendapatkan data yang
akurat dengan menggunakan hipotesis dan alat serta teknik pengumpulan data
dalam menguji sebuah fakta untuk mencapai tujuan dan kegunaan dalam
melakukan sebuah penelitian. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah
metode kualitatif, karena data dan fakta yang diambil berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang serta perilaku mereka dan tidak berupa angka statistik
26
atau bentuk hitungan lain (Bogdan dan Taylor dalam Basrowi, 2008: 1).
mengatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan salah satu prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang
yang diamati (Suwandi dan Basrowi, 2008: 1).
Pendapat tesebut mendapat dukungan dan sependapat dengan definisi Kirk dan
Miller dalam Suwandi yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan
tradisi dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan manusia secara individu maupun dengan kelompoknya dalam
bahasannya dan dalam peristilahannya (Kirk dan Miller dalam Suwandi, 2008:
21).
Sementara itu, Haris Herdiansyah menyatakan bahwa ada beberapa poin yang
mendasari pengertian kualitatif. Pertama adalah ilmiah yaitu penelitian kualitatif
dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya. Kedua konteks sosial yaitu dalam
penelitian kualitatif fenomena yang diteliti harus satu kesatuan antara subjek dan
lingkungannya. Ketiga alamiah yaitu dalam melakukan penelitian kualitatif tidak
diperbolehkan mengubah latar ataupun konstruksi ranah penelitian. Keempat
proses interaksi komunikasi yaitu sinkronisasi antara peneliti dengan subjek yang
akan diteliti (Haris Herdiansyah, 2012: 9).
Ulasan Guba mengenai pengkajian penelitian kualitatif yang sebelumnya telah
dilakukan oleh Willem dan Rausch disimpulkan oleh Basrowi dan Suwandi
sebagai berikut:
1. Penelitian kualitatif adalah penelitian inkuiri naturalistik atau alamiah.
2. Sejauh mana tingkatan kenaturalistikannya merupakan kemampuan yang
dilakukan oleh peneliti.
27
3. Peneliti harus mampu memberikan stimulus atau kondisi-anteseden yang
mampu direspons oleh informan.
4. Peneliti harus mampu membatasi respons dari subjek (informan) sehingga
hanya respons yang sesuai dengan tema saja yang disampaikan informan.
5. Inkuiri naturalistik, peneliti tidak perlu membentuk konsepsi-konsepsi atau
pemahaman teoritik tertentu mengenai lapangan; sebaliknya ia dapat
mendekati lapangan perhatiannya dengan pikiran yang murni (grounded)
dan memperkenalkan interpretasi-interpretasi muncul dari dan dipengaruhi
oleh peristiwa-peristiwa nyata, dan bukan sebaliknya.
6. Isilah naturalistik merupakan istilah yang tidak memodifikasi gejala-gejala
Willem dan Rausch dalam Basrowi, 2008: 21)
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa penelitian kualitatif tidak
melibatkan penghitungan dan angka untuk menguji fakta melainkan lebih kepada
ucapan lisan maupun tulisan serta tingkah laku manusia. Oleh karenanya tujuan
penelitian kualitatif adalah untuk mendapatkan gambaran umum yang sifatnya
abstrak tentang kenyataan dari suatu masalah sosial. Hal ini sependapat dengan
yang dinyatakan Basrowi dan Suwandi bahwa penelitian kualitatif bertujuan
untuk mendapat pemahaman yang sifatnya umum terhadap kenyataan sosial dari
subjek yang diteliti (Suwandi dan Basrowi, 2008: 23).
Dari beberapa pendapat tentang pengertian penelitian kualitatif dapat disimpulkan
bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif
tentang pengamatan berupa ucapan atau tulisan dan perilaku manusia baik secara
individu maupun kelompok untuk mendapatkan gambaran umum yang sifatnya
abstrak tentang kenyataaan-kenyataan.
3.2 Variabel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto, variabel penelitian adalah objek yang akan
dijadikan perhatian dalam sebuah penelitian (Suharsimi Arikunto, 1985: 91).
28
Menurut Suryabrata variabel dapat diartikan sebagai gejala yang akan dijadikan
objek pengamatan (Suryabrata, 2000: 126).
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
variabel penelitian adalah titik fokus yang akan dijadikan penelitian. Selain itu
variabel penelitian juga dapat dikatakan sebagai hal-hal penting yang dijadikan
pokok bahasan yang akan diteliti.
Variabel yang akan dijadikan titik fokus dalam penelitian ini adalah variabel
tunggal yaitu usaha Yayasan K.H. Gholib dalam melestarikan peninggalan K.H
Gholib sebagai objek wisata di Kabupaten Pringsewu. Variabel tunggal digunakan
untuk memudahkan dan memfokuskan peneliti dalam merumuskan inti dari
penelitian yang akan dilakukan.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data yang diperoleh dari penelitian yang akan diakukan,
penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
3.3.1 Teknik Wawancara
Menurut Koentjaraningrat, wawancara adalah salah satu pengumpulan data yang
digunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mendapatkan keterangan
secara lisan dari seorang informan dengan cara bercakap-cakap bertatap muka
dengan informan (Koentjaraningrat, 1997: 162). Basrowi dan Suwandi
mengemukakan, wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh dua
belah pihak dengan maksud tertentu, yaitu pewawancara sebagai seorang yang
29
memberikan pertanyaan dan yang diwawancarai sebagai yang memberikan
jawaban (Basrowi dan Suwandi, 2008: 127).
Maksud diadakannya wawancara seperti dijelaskan oleh Lincoln dan Guba dalam
Suwandi sebagai berikut:
Mengonstruksi perihal orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan,
motivasi, tuntutan, dan kepedulian, merekonstruksi kebulatan-kebulatan
harapan pada masa yang akan mendatang; memverifikasi, mengubah dan
memperluas informasi dari orang lainbaik manusia maupun bukan manusia
(triangulasi); dan memverifikasi, mengubah, dan memperluas konstruksi
yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota (Suwandi
dan Basrowi, 2008: 127)
Menurut Warwick dalam Abdurrahmat Fathoni, pemilihan responden harus
memerhatikan beberapa kriteria, diantaranya:
a) Memiliki karakteristik yang sama dengan yang mewawancara.
b) Memiliki kemampuan untuk memahami pertanyaan.
c) Mampu memberikan jawaban yang tepat.
Jika ketiganya dapat terpenuhi maka proses wawancara dapat berlangsung dengan
lancar (Abdurahmat Fathoni, 2006: 106).
Wawancara yang penulis gunakan adalah untuk menambah informasi yang belum
diperoleh dari teknik pengumpulan data sebelumnya. Teknik ini digunakan untuk
mencari keterangan yang lebih lengkap dari kasus yang akan diteliti. Jenis
wawancara yang digunakan adalah wawancara baku terbuka dimana pertanyaan
yang digunakan adalah pertanyaan baku, urutan dan penyampaiannya sama untuk
setiap responden. Hal ini dilakukan untuk mengurangi variasi jawaban dari
responden yang diwawancarai.
30
3.3.2 Teknik Observasi
Suwardi Endraswara mengemukakah bahwa observasi merupakan suatu penelitian
secara sistematis dengan menggunakan indera manusia, pengamatan ini dilakukan
ketika terjadi aktivitas budaya dengan wawancara mendalam (Suwardi
Endraswara, 2006: 133), sedangkan Joko Subagyo berpendapat, observasi
merupakan pengamatan yang dilakukan dengan sengaja mengenai fenomena
sosial dan gejala psikis untuk dilakukan penelitian (Joko Subagyo, 1997: 63).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teknik observasi adalah
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara megamati secara langsung
dengan menggunakan indera manusia yang selanjutnya melakukan pencatatan
terhadap fenomena yang timbul. Teknik observasi yang penulis lakukan yaitu
dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang akan diteliti untuk
membantu mengumpulkan data yang akurat berkaitan dengan pelestarian
peninggalan K.H Gholib.
3.3.3 Teknik Kepustakaan
Menurut Nyoman Kuntha Ratna, metode kepustakaan adalah metode penelitian
yang cara mengumpulkan datanya dikakukan di tempat-tempat penyimpanan hasil
penelitian, yaitu perpustakaan (Nyoman Kuntha Ratna, 2010: 196), sedangkan
Koentjaraningrat mengemukakah bahwa studi pustaka adalah suatu metode atau
cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan dari bermacam-macam
materi yang terdapat pada ruangan perpustakaan yang relevan dengan penelitian
(Koentjaraningrat, 1997: 8).
31
Kedua pendapat tersebut sejalan dengan Hadari Nawawi yang berpendapat bahwa
studi kepustakaan dilaksanakan dengan cara mendapatkan sumber data yang
diperoleh dari perpustakaan yaitu dengan mempelajari literatur yang berkaitan
dengan masalah yang akan diteliti (Hadari Nawawi, 2001: 133).
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik
kepustakaan adalah suatu metode atau cara yang dilakukan oleh peneliti dalam
mencari data penelitian dengan cara mempelajari buku-buku literatur yang berada
di perpustakaan dan tempat-tempat penyimpanan hasil penelitian untuk
mendapatkan informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
3.3.4 Teknik Dokumentasi
Hadari Nawawi menjelaskan bahwa teknik dokumentasi adalah teknik
pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, tentang arsip dan buku lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian (Hadari Nawawi, 2001: 58). Pendapat ini
diperkuat oleh Koentjaraningrat yang berpendapat, teknik dokumentasi
merupakan suatu cara mengumpulkan data melalui sumber tertulis terutama
berupa arsip-arsip dan buku, teori, dalil atau hukum dan lain-lain yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan diselidiki (Koentjaraningrat, 1997:
188).
Dengan menggunakan metode ini penulis mengumpulkan data dari catatan-catatan
penting yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti, sehingga yang
diharapkan akan memperoleh data yang lengkap dan bukan merupakan perkiraan.
Data yang dicari berupa catatan dokumen tertulis yang sudah ada baik dari arsip
maupun dari buku. Dan data yang didapat dari teknik dokumentasi ini digunakan
32
untuk menjadi data pendukung dan pelengkap bagi data primer yang telah
diperoleh dari teknik pengumpulan data sebelumnya.
3.4 Teknik Analisis Data
Setelah data yang diperoleh dari beberapa teknik pengumpulan data di atas
terkumpul, selanjutnya data-data tersebut dianalisis untuk dijadikan jawaban dari
permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan. Teknik analisis data ada dua
macam, yaitu: teknik analisis data kualitatif dan teknik analisis data kuantitatif.
Dan data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kualitatif karena dalam
pengumpulan dan tekniknya tidak menggunakan perhitungan-perhitungan angka,
dengan demikian teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data
kualitatif.
Menurut Miles dan Huberman dalam Basrowi, ada tiga tahap kegiatan dalam
proses analisis data kualitatif, yaitu: (1) reduksi data (2) penyajian data, dan (3)
penarikan kesimpulan.
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,
pengabstraksian dan pentransformasian data kasar dari lapangan. Proses
ini berlangsung selama penelitian dilakukan, dari awal sampai akhir
penelitian.
2. Penyajian Data
Adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk
menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajiannya
antara lain berupa teks naratif, matriks, grafik, jaringan dan bagan.
Tujuannya adalah untuk memudahkan membaca dan menarik kesimpulan.
Oleh karena itu, sajiannya harus tertata secara apik.
3. Penarikan Kesimpulan atau verifikasi
Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari
konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama
penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data harus selalu
diuji kebenaran dan kesesuaiannya sehingga validitasnya terjamin.
Langkah selanjutnya yaitu melaporkan hasil penelitian lengkap, dengan
‘temuan baru’ yang berbeda dari temuan yang sudah ada (Miles dan
Huberman dalam Basrowi, 2008: 209)
33
REFERENSI
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
CV Alfabeta. Halaman 3
Maryeini. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta : Bumi Aksara. Halaman
24
Winarno Surachmat. 1989. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito.
Halaman 121
Suwandi dan Basrowi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT.
Rineka Cipta. Halaman 1
Ibid. Halaman 21
Haris Herdiansyah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu
Sosial. Jakarta : Salemba Humanika. Halaman 9
Suwandi dan Basrowi. Op Cit. Halaman 21
Ibid. Halaman 23
Surahsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.
Bandung : Bina Aksara. Halaman 91
Sumardi Suryabrata. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo
Persada. Halaman 126
Koentjaraningrat. 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia.
Halaman 162
Suwandi dan Basrowi. Op Cit. Halaman 127
Abdurahmat Fathoni. 2006. Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 106
Suwardi Endraswara. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan.
Yogyakarta : Pustaka Widya Tama. Halaman 133
Joko Subagyo. 1997. Metode Penelitian. Jakarta : Gramedia. Halaman 63
Nyoman Kuntha Ratna. 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Sosial
Humaniora Pada Umumnya. Jakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 196
Koentjaraningrat. Op Cit. Halaman 8
34
Hadari Nawawi. 2001. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Pers. Halaman 133
Ibid. Halaman 38
Koentjaraningrat. Op Cit. Halaman 188
Suwandi dan Basrowi. Op Cit. Halaman 209
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dalam pelestarian peninggalan K.H Gholib sebagai objek pariwisata, Yayasan
K.H Gholib melakukan serangkaian usaha, kegiatan usaha tersebut meliputi:
1. Pembangunan, dimaksudkan untuk memperindah dan merapikan areal makam
yang semula hanya berupa bangunan makam saja.
2. Perawatan yang dilakukan untuk menjaga agar peninggalan K.H Gholib tidak
mengalami kerusakan yang fatal. Perawatan ini dilakukan oleh keluarga dan
masyarakat yang peduli dengan kompleks K.H Gholib.
3. Pengenalan tokoh yang dilakukan yaitu dengan pemberian wawasan
pengetahuan tentang siapa K.H Gholib yang mereka ziarahi. Serta pembuatan
buku agar setiap orang yang membutuhkan referensi tentang K.H Gholib dapat
dengan mudah mendapatkannya.
4. Promosi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah melalui Disdikbudpar bidang
pariwisata dengan menyebarkan pamflet dan memasang penunjuk jalan ke
areal objek wisata makam K.H Gholib.
5. Perencanaan pengembangan pariwisata di kompleks K.H Gholib dengan
melakukan kerjasama dengan semua pihak yang terkait dengan kepariwisataan
dan pembuatan rencana pembangunan untuk menambah saran dan fasilitas
penunjang pariwisata.
57
5.2 Saran
Mengenai pelestarian peninggalan K.H Gholib sebagai objek pariwisata terdapat
beberapa saran, diantaranya:
1. Yayasan harus lebih banyak melakukan kerja sama dengan pihak manapun
dalam kaitannya pengembangan pariwisata di kompleks K.H Gholib.
2. Lebih intens dalam mengenalkan objek pariwisata K.H Gholib kepada
masyarakat baik dari Yayasan maupun dari Pemerintah daerah;
3. Bersama-sama menjaga dan merawat peninggalan K.H Gholib karena itu
merupakan aset yang berharga.
Daftar Pustaka
A.J., Muljadi. 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.
Arikunto, Surahsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.
Bandung : Bina Aksara.
Ais, Chatamarrasjid. (2002). Badan Hukum Yayasan (Suatu Analisis Mengenai
Yayasan Sebagai Suatu Badan Hukum Sosial). Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.
Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Bandung: Bina Aksara
Astarina, Yesita. 2010. Manajemen Pariwisata. Makalah. Pagaralam.
Bappeda, BPS. 2014. Pringsewu Dalam Angka. Pringsewu: Bappeda.
Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Depdikbud. 1990. Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Jakarta:
Depdikbud.
Dewan Harian Daerah Angkatan 45. 1994. Untaian Bunga Rampai Perjuangan di
Lampung Buku III. Jakarta: Agung Sidapore.
Disdikbudpar. 2014. Selamat datang di Pariwisata Pringsewu. Pringsewu :
Disdikbudpar.
___________. 2014. Pariwisata Dalam Data Tahun 2014. Pringsewu:
Disdikbudpar.
Diskominfo. 2015. Sejarah Pringsewu. Pringsewu: Diskominfo
Endraswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan.
Yogyakarta : Pustaka Widya Tama.
Fathoni, Abdurahmat. 2006. Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan
Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu
Sosial. Jakarta : Salemba Humanika.
Koentjaraningrat. 1997. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia.
Kusno, Abi. 1998. Selayang Pandang tentang Perencanaan dan Pengembangan
Kepariwisataan, Makalah pada seminar Islam dan Pariwisata. Bandar
Lampung.
M.D., Sagimun. 1987. Peninggalan Sejarah Tertua Kita. Jakarta : CV Haji
Masagung
Maryeini. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta : Bumi Aksara.
Nawawi, Hadari. 2001. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Pers.
Notosusanto, Nugroho. 2007. Buku Sejarah 1 SMA Kelas X. Jakarta Yudhistira
Poerwantana P.K, dan Hugiono. 1992. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : Rineka
Cipta.
Rasyid, Fitri Pratiwi. 2013. Jurnal Eksistensi Yayasan Sebagai Pihak Dalam
Melaksanakan Usaha Ditinjau dari Undang-Undang Yayasan.
Makasar: Universitas Hasanudin.
Ratna, Nyoman Kuntha. 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Sosial
Humaniora Pada Umumnya. Jakarta: Pustaka Pelajar.
S Pandit, I Nyoman. 1999. Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana, Cetakan
Ke-enam (Edisi Revisi). Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
Siswanto, H.B. 2005. Pengantar Manajemen. Bandung: Bumi Aksara
Spillane, James J. 1994. Pariwisata Indonesia : siasat ekonomi dan rekayasa
kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.
_______________. 1987. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya.
Yogyakarta: Kanisius.
Subagyo, Joko. 1997. Metode Penelitian. Jakarta : Gramedia.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
CV Alfabeta
Suryabrata, Sumardi. 2000. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Surachmat, Winarno. 1989. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung : Tarsito.
Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa.
___________. 2013. Komersialisasi Seni Budaya dalam Pariwisata. Bandung :
Angkasa.
Sumber Lain:
http://pringsewukab.go.id/sejarah-pringsewu/ diakses tanggal 20 September 2014
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR.../CULTURE_HERITAGE.pdf (Jurnal
Enok Maryani)
http://nu.or.id/k.h Gholib Lampu terang di “Bambu Seribu”
Undang-Undang No 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan
Undang-undang No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.
Undang-Undang No 48 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Pringsewu
Wawancara dengan Bapak H. Syamsul Ma’arif, 22 Maret 2015
Wawancara dengan Bapak Suchairi Sibarani, 25 Maret 2015
Wawancara dengan Ibu Farida Ariyani, 5 Mei 2015