yayasan lembaga pe -ndidikan islam riau …repository.uir.ac.id/1354/1/edo prasetianto.pdfskripsi...
TRANSCRIPT
YAYASAN LEMBAGA PE -NDIDIKAN ISLAM RIAU
UNIVERSITAS ISLAM RIAU FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN LIMU POLITIK
ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH DI KOTA PEKANBARU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat GunaMemperolehGelarSarjana Strata Satu
BidangIlmuSosial Program StudiIlmuAdministrasiBisnis Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Riau
EDO PRASETIANTO
NPM : 147210369
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PROGRAM STUDIADMINISTRASI BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatnya
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Analisis Pengembangan
Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru” dengan tepat waktu. Penelitian ini penulis
ajukan kefakultas dalam rangka memenuhi salah satu syarat menamatkan studi dan sekaligus
memperoleh gelar sarjana strata satu.
Dengan segala keterbatasan ilmu dan pengalaman sudah berupaya semaksimal
mungkin untuk menyusun setiap lembar bab per bab Skripsi ini sesuai dengan kaidah
penelitian ilmiah dan ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas. Walaupun demikian penulis
menyadari bahwa pada lembar tertentu dari naskah Skripsi ini mungkin ditemukan berbagai
kesalahan dan kekurangan. Untuk membenahi hal itu penulis berharap kemakluman serta
masukan dari pembaca.
Dalam penulisan Skripsi ini penulis menyadari masih banyak kekurangan, dan masih
jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kekurangan dalam penulisan dan pengetikan serta
kekurangan dari segi isi maupun kata-katanya. Demi tercapainya kesempurnaan usulan
penelitian ini kritik dan saran yang mendukung sangat penulis harapkan dari pembaca untuk
tercapainya kesempurnaan. Dalam usaha untuk menyelesaikan Skripsi ini penulis telah
banyak diberikan bantuan baik berupa waktu, tenaga, kritik, saran, dan kerjasama diskusi dari
pihak-pihak yang berkopeten dan berdedikasi demi kesempurnaan penulis menyampaikan
terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
berpartisipasi kepada saya penulis terutama kepada :
1. Prof Dr. H. Syafrinaldi, SH. MCL Yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menuntut ilmu pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Riau.
2. Dr. H. Moris Adidi Yogia,M.Si. Sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Riau.
3. La Ode Syarfan, SE, M.Si Selaku Ketua Prodi Studi Ilmu Administrasi Bisnis
Sekaligus sebagai pembimbing II Penulis yang telah membantu dan senantiasa
meluangkan waktu untuk membimbing Penulis dalam meyelesaikan Skripsi ini.
4. Arief Rifa’i S.Sos. M.Si Sebagai Pembimbing I yang telah banyak memberikan
bimbingan serta saran dan arahan kepada penulis dalam penyusunan Skripsi ini.
5. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial
Dan Ilmu Politik yang selama ini telah memberikan pelayanan terbaik kepada
penulis guna penyelesaian Skripsi ini.
6. Selanjutnya penulis juga ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada seluruh pegawai yang telah mendukung kelancaram proses belajar yang di
ikuti oleh mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.
7. Kepada kedua orang tua saya yang tetap setia dan selalu memberikan doa dan
juga dukungan yang tak henti-hentinya kepada saya didalam proses penyelesaian
Skripsi ini.
8. Kepada seluruh teman-teman yang ada di prodi Ilmu Administrasi Bisnis yang
telah banyak memberikan dorongan semangat dan juga membantu dalam segi
moril.
9. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Kepala Dinas Koperasi Usaha
Mikro Kecil Menengah Kota Pekanbaru yaitu Ibu Hj Neng Elida, SE dan juga
kepada masyarakat selaku pengusaha UMKM di Kota Pekanbaru yang telah
bersedia memberikan tanggapannya kepada penulis yang bermanfaat di dalam
penyempurnaan Skripsi ini.
Penulis bermohon kepada Yang Maha Esa semoga jasa baik Beliau itu dibalas dengan
Rahmat dan Karunia yang setimpal, amin ya robbal alamin. Akhirnya Penulis berharap
semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat yang cukup berarti bagi setiap para
pembacanya.
Pekanbaru, 4 April 2019 Penulis, Ttd
Edo Prasetianto
NPM. 147210369
DAFTAR ISI PERSETUJUAN TIM PEMBIMBING ................................................... ii PERSEMBAHAN ...................................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................ iv DAFTAR ISI............................................................................................... vii DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH.................................................. xiv ABSTRAK .................................................................................................. xv ABSTRAC.................................................................................................... xvi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 18
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................... 19 1. Tujuan Penelitian ....................................................................... 19 2. Manfaat Penelitian ..................................................................... 20
BAB II : STUDI KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PIKIR
A. Studi Kepustakaan ........................................................................... 21 1. Konsep Administrasi .................................................................. 21 2. Konsep Organisasi ..................................................................... 22 3. Konsep Manajemen ................................................................... 26 4. Konsep Pemberdayaan ............................................................... 28 5. Konsep Usaha Mikro Kecil Menengah ...................................... 34 6. Konsep Koperasi ........................................................................ 39
B. Kerangka Pikir ................................................................................. 43
C. Hipotesis .......................................................................................... 44
D. Konsep Operasional ......................................................................... 44
E. Operasional Variabel ....................................................................... 47
F. Teknik Pengukuran .......................................................................... 48
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian ................................................................................. 50
B. Lokasi Penelitian .............................................................................. 50
C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 51
D. Teknik Penarikan Sampel ................................................................ 52
E. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 52
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 53
G. Teknik Analisis Data........................................................................ 55
H. Jadwal Kegiatan Penelitian .............................................................. 56
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Ringkas Kota Pekanbaru ..................................................... 57
1. Keadaan Geografis Kota Pekanbaru ............................................ 57 2. Keadaan Penduduk Kota Pekanbaru ........................................... 61 3. Pemerintahan Kota Pekanbaru .................................................... 64
B. Gambaran Umum Dinas Koperasi UMKM Kota Pekanbaru .......... 66
C. Struktur Organisasi Dinas Koperasi UMKM Kota Pekanbaru ........ 74
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden ......................................................................... 75
1. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................... 76 2. Identitas Responden Berdasarkan Latar Belakang Usia ........... 76 3. Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan .......................... 78
B. Hasil Dan Pembahasan Dari Indicator Variabel Analisis Analisis
Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru ......... 79
1. Kesetaraan ................................................................................. 77 2. Partisipasi .................................................................................. 81 3. Keswadayaan atau Kemandirian ............................................... 84 4. Berkelanjutan ............................................................................ 89
C. Faktor-Faktor Penghambat Yang Di Alami Oleh Pihak Dinas Koperasi dan
UMKM Dalam Pelaksa Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota
Pekanbaru ....................................................................................... 91
BAB VI : PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 92
B. Saran ................................................................................................. 94
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 96
LAMPIRAN................................................................................................ 98
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
I.1 : Daftar Program-Program yang di rancang oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Menengah Kota Pekanbaru
8
I.2 : Data Jumlah Masyarakat Pelaku UMKM Di Kota Pekanbaru Berdasarkan Kecamatan Dan Jenis Usahanya
10
I.3 : Data Jumlah Pelaku UMKM Secara Keseluruhan Dari Tahun 2017-2018
12
I.4 : Jumlah Dana Anggaran Proses Realisasi Pelaksanaan Program Dinas UMKM Kota Pekanbaru 13
II.1 : Kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah Berdasarkan Masing-Masing Modal dan Pendapatannya 36
II.2 : Operasional Variabel Penelitian tentang Analisis Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru 47
III.1 : Jumlah populasi dan sampel Terkait Penelitian Tentang Analisis Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru 51
III.3 : Jadwal Kegiatan Penelitian Tentang Analisis Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru 56
IV.1 : Distribusi Jumlah Data Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kota Pekanbaru Tahun 2013 62
IV.2 : Distribusi Jumlah Data Penduduk Menurut Usia Di Kota Pekanbaru Tahun 2013 63
IV.3 : Nama Kecamatan Beserta Nama Kelurahan Yang Ada Di Kota Pekanbaru 65
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman II.I : Kerangka Pikir tentang Analisis Pengembangan Usaha Mikro Kecil
Menengah Di Kota Pekanbaru………………………………………… 43
IV.1 : Struktur Organisasi Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Pekanbaru……………………………………… 74
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 : Daftar Wawancara Terkait Dengan Penelitian Tentang Analisis Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru 98
2 : Dokumentasi Penelitian Tentang Analisis Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru 100
3 : Foto Dokumentasi Terkait Dengan Judul Analisis Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru 103
4 : Surat Keputusan Dekan Fisipol UIR Tentang Penetapan Dosen Pembimbing Penulisan Skripsi Mahasiswa yang berjudul tentang Analisis Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru
104
5 : Surat Rekomendasi Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Riau Terkait Penelitian Yang Berjudul Tentang Analisis Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru
105
6 : Dokumentasi Surat Rekomendasi Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Pekanbaru terkait Penelitian Tentang Analisis Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru
106
7 : Surat Keterangan Balasan dari Koperasi UMKM Kota Pekanbaru terkait Penelitian Tentang Analisis Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru
107
SURAT PERNYATAAN
Saya mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Riau peserta
ujian konferehensif Skripsi yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Edo Prasetianto
NPM : 147210369
Program Studi : Administrasi Bisnis
Jenjang Pendidikan : Srata Satu (S.1)
Judul Skripsi : Analisis Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru.
Atas naskah yang didaftarkan pada ujian konferehensif Skripsi ini beserta seluruh dokumen persyaratan yang melekat padanya dengan ini saya menyatakan :
1. Bahwa, naskah Skripsi ini adalah benar asli karya saya sendiri (tidak karya plagiat) yang saya tulis sesuai dan mengacu kepada kaidah-kaidah metode penelitian ilmiah dan penulisan karya ilmiah;
2. Bahwa, keseluruhan persyaratan administratif, akademik dan keuangan yang melekat padanya benar telah saya penuhi sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Fakultas Dan Universitas;
3. Bahwa, apabila dikemudian hari ditemukan dan terbukti secara syah bahwa saya ternyata melanggar dan atau belum memenuhi sebagian atau keseluruhan atas penyataan butir 1 dan 2 tersebut di atas, maka saya menyatakan bersedia menerima sanksi pembatalan hasil ujian konferensif Skripsi yang telah saya ikuti serta Hukum Negara Republik Indonesia.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa tekanan dari pihak manapun juga.
Pekanbaru, 4 April 2019 Pelaku Pernyataan,
Edo Prasetianto
ANALYSIS OF DEVELOPMENT OF MEDIUM SMALL MICRO BUSINESS IN PEKANBARU CITY
ABSTRACT
By
Edo Prasetianto
Keywords: Equality,Participation, Self-reliance and Independence, Sustainability.
This study aims to analyze the extent to which the Development of Micro, Small and Medium Enterprises in the City of Pekanbaru. The indicators of this study are Equality, Participation, Self-reliance or Independence, Sustainability. This type of research located in Pekanbaru City is Descriptive Servey, which prioritizes the interview list as a tool for collecting data and data collected with this tool and then becomes the main raw material for analyzing the empirical conditions of the objectivity of the purpose of the research in the studied location. The population used in this study is the Head of Business Development and Investment Section, Business Actors of UMKM in Pekanbaru City. The technique used in determining individual samples is for the population of Service Officers and also UMKM in Pekanbaru City is a saturated sampling technique, the type and data collection techniques used in this study consist of, primary data collected using interviews and secondary data collected using observation technique. While the data analysis technique used is by using a frequency table tool. Based on this analysis technique the researcher assessed and concluded that the Analysis of the Development of Micro, Small and Medium Enterprises in the City of Pekanbaru can be concluded with the answers in the category " Good Enough".
ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH DI KOTA PEKANBARU
ABSTRAK
Oleh Edo Prasetianto
Kata Kunci : Kesetaraan, Partisipasi, Keswadayaan atau Kemandirian, Berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru. Indikator dari penelitian ini adalah Kesetaraan, Partisipasi, Keswadayaan atau Kemandirian, Berkelanjutan. Tipe penelitian yang berlokasi di Kota Pekanbaru ini adalah Servey Deskriptif, yaitu memprerioritaskan daftar wawancara sebagai alat pengumpulan data dan data yang terkumpul dengan alat ini kemudian dijadikan bahan baku utama untuk menganalisis kondisi empiris dari obyektivitas keberadaan tujuan penelitian pada lokasi yang di teliti. Adapun populasi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Kepala Seksi Pengembangan Usaha dan Investasi, Pelaku Usaha UMKM Kota Pekanbaru. Adapun teknik yang digunakan dalam menetapkan individu sampel adalah untuk populasi Pegawai Dinas dan juga pelaku UMKM di Kota Pekanbaru adalah teknik sampling jenuh, jenis dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari, data primer dikumpulkan dengan menggunakan wawancara serta data sekunder yang dikumpulkan menggunakan teknik observasi. Sementara teknik analisa data yang digunakan adalah dengan mempergunakan alat bantu tabel frekuensi. Berdasarkan teknik analisis ini peneliti menilai dan menyimpulkan bahwa Analisis Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru dapat di simpulkan dengan jawaban pada kategori “Cukup Baik”.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berperan sebagai kekuatan strategis dan
memiliki posisi penting, bukan saja dalam penyerapan tenaga kerja dan kesejahteraan
masyarakat di daerah, dalam banyak hal mereka menjadi perekat dan menstabilkan masalah
kesenjangan sosial. UMKM memiliki kelenturan menghadapi badai krisis, hal ini antara lain
disebabkan oleh tingginya kandungan pada faktor-faktor produksi mereka, baik pada
penggunaan bahan baku maupun tarap. Selain itu, usaha mereka pada umumnya berbasis
pada kebutuhan masyarakat luas dan memiliki keunggulan komparatif.Dalam
perkembangannya UKM mengalami berbagai hambatan. Hambatan-hambatan tersebut
intensitasnya bisa berbeda dari satu daerah dengan daerah yang lain misalnya antara pedesaan
dan perkotaan, atau antar sektor, atau antar sesama perusahaan pada sektor yang sama.
Namun demikian, ada sejumlah persoalan umum yang dihadapi UKM antara lain
keterbatasan modal kerja maupun investasi, kesulitan dalam pemasaran, distribusi dan
pengadaan bahan baku dan input lainnya, keterbatasan akses informasi mengenai peluang
pasar dan lainnya, keterbatasan pekerja dengan keahlian tinggi (kualitas SDM rendah) dan
kemampuan teknologi, keterbatasan komunikasi dan biaya tinggi akibat prosedur administrasi
dan birokrasi yang kompleks khususnya dalam pengurusan ijin usaha dan ketidakpastian
akibat peraturan dan kebijakan yang tidak jelas.
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kegiatan usaha yang mampu
memperluas lapangan kerja memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat,
dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat,
mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional.
Sebagai salah satu pilar utama ekonomi nasional, UMKM harus memperoleh kesempatan
utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud
keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat tersebut, yang diwujudkan
melalui pemberdayaan UMKM. Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan
iklim dan pengembangan usaha terhadap UMKM sehingga mampu tumbuh dan berkembang
menjadi sebuah usaha yang tangguh dan mandiri untuk bersaing di dunia bisnis.
Pemberdayaan UMKM di tengah arus globalisasi dan tingginya persaingan
membuatUMKM harus mampu mengadapai tantangan global, seperti meningkatkan inovasi
produk dan jasa, pengembangan sumber daya manusia dan teknologi, serta perluasan area
pemasaran. Hal ini perlu dilakukan untuk menambah nilai jual UMKM itu sendiri, utamanya
agar dapat bersaing dengan produk-produk asing yang kian membanjiri sentra industri dan
manufaktur di Indonesia, mengingat UMKM adalah sektor ekonomi yang mampu menyerap
tenaga kerja terbesar di Indonesia (Sudaryanto,2011).
UMKM sendiri menurut Undang Undang republik Indonesia Nomo 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, di bagi menjadi 3 kriteria, yaitu:
1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah).
3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00
(lima puluh milyar rupiah).
Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan ayat (2) huruf a,
huruf b, serta ayat (3) huruf a, huruf b nilai nominalnya dapat diubah sesuai dengan
perkembangan perekonomian yang diatur dengan Peraturan Presiden.
Pada mulanya hubungan perdagangan hanya terbatas pada satu wilayah Negara yang
tertentu, tetapi dengan semakin berkembangnya arus perdagangan maka hubungan dagang
tersebut tidak hanya dilakukan antara para pengusaha dalam satu wilayah negara saja, tetapi
juga dengan para pedagang dari negara lain, tidak terkecuali sampai ke negara diluar
indonesia. Bahkan hubungan-hubungan dagang tersebut semakin beraneka ragam, termasuk
cara pembayarannya. Kegiatan ekspor impor didasari oleh kondisi bahwa tidak ada suatu
Negara yang benar-benar mandiri karena satu sama lain saling membutuhkan dan saling
mengisi. Setiap Negara memiliki karakteristik yang berbeda, baik sumber daya alam, iklim,
geografi, demografi, struktur ekonomi dan struktur sosial.Perbedaan tersebut menyebabkan
perbedaan komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya yang diperlukan, kualitas dan
kuantitas produk. secara langsung atau tidak langsung membutuhkan pelaksanaan pertukaran
barang dan atau jasa antara satu negara dengan negara lainnya. Maka dari itu antara negara-
negara yang terdapat didunia perlu terjalin suatu hubungan perdagangan untuk memenuhi
kebutuhan tiap-tiap negara tersebut.
Disepakatinya Visi Asean 2020 pada bulan Desember 1997 di Kuala Lumpur
menandai sebuah babak baru dalam sejarah integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara.
Dalam deklarasi tersebut, pemimpin negara-negara Asean sepakat untuk mentransformasikan
kawasan Asia Tenggara menjadi sebuah kawasan yang stabil, sejahtera dan kompetitif,
didukung oleh pembangunan ekonomi yang seimbang, pengurangan angka kemiskinan dan
kesenjangan Sosial-Ekonomi di antara negara-negara anggotanya.
Dalam Pertemuan Tingkat Menteri Asean (Asean Economic Ministers Meeting–
AEM) yang diselenggarakan pada bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur, komitmen yang
kuat menuju terbentuknya integrasi ekonomi kawasan ini diejawantahkan ke dalam gagasan
pengembangan sebuah cetak biru menuju Masyarakat Ekonomi Asean yang kemudian secara
terperinci disahkan dan diadopsi oleh seluruh negara anggota Asean pada November 2007.
Bahkan, sebelumnya dalam Pertemuan Puncak Asean ke-12 pada Januari 2007, komitmen
yang kuat para pemimpin negara-negara Asean terhadap pembentukan Masyarakat Ekonomi
Asean ini semakin tercermin dari disepakatinya upaya percepatan terwujudnya komunitas
tersebut pada tahun 2015. Pada pertemuan tersebut, para pemimpin Asean sepakat untuk
mempercepat pembentukan Masyarakat Ekonomi Asean pada tahun 2015 dan
mentransformasikan Asean menjadi sebuah kawasan di mana barang, jasa, investasi, pekerja
terampil, dan arus modal dapat bergerak dengan bebas.
Masyarakat Ekonomi Asean akan menerapkan 12 sektor prioritas, yaitu perikanan, e-
travel , e Asean, automotif, logistik, industri berbasis kayu, industri berbasis karet, furnitur,
makanan dan minuman, tekstil, serta kesehatan. Bagi Negara Indonesia, pemberlakuan
Masyarakat Ekonomi Asean akan memberikan beberapa tantangan yang tidak hanya bersifat
internal di dalam negeri tetapi terlebih lagi persaingan dengan sesama negara Asean dan
negara lain di luar Asean seperti China dan India. Persaingan yang ketat ini akan berdampak
pada harga yang kompetitif pula, bukan hanya komoditi/produk/jasa unggulan industry besar,
tetapi juga sektor UMKM karena kesamaan karakteristik produk.
Peran UMKM sebagai kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar dan cukup
dominan dalam perekonomian, maka pencapaian kesuksesan Masyarakat Ekonomi Asean
juga akan dipengaruhi oleh kesiapan UMKM. di Indonesia UMKM telah terbukti mampu
bertahan dari goncangan ekonomi dan menjadi penyelamat bagi perekonomian pada krisis
keuangan tahun 1997 dan krisis global 2008. Jumlah usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM) di Indonesia saat ini sekitar 55 juta, Sementara untuk di kota pekanbaru data yang
tercata pada Dinas Koperasi Dan UMKM Provinsi Riau menyebutkan bahwa Kota Pekanbaru
meliki jumlah UMKM sebanyak 68.728 Buah dan jumlah tersebut menjadi yang terbesar di
provinsi riau di banding kan dengan kabupaten lainnya,
Permasalah yang dihadapi UMKM yaitu rendahnya produktivitas. Keadaan ini
disebabkan oleh masalah internal yang dihadapi UMKM yaitu: rendahnya kualitas SDM
UMKM dalam manajemen, organisasi, penguasaan teknologi, dan pemasaran, lemahnya
kewirausahaan dari para pelaku UMKM, dan terbatasnya akses UMKM terhadap
permodalan, informasi, teknologi dan pasar, serta faktor produksi lainnya. Sedangkan
masalah eksternal yang dihadapi oleh UMKM diantaranya adalah besarnya biaya transaksi
akibat iklim usaha yang kurang mendukung dan kelangkaan bahan baku juga yang
menyangkut perolehan legalitas formal yang hingga saat ini masih merupakan persoalan
mendasar bagi UMKM diIndonesia Dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean. perlu
dilakukan penguatan UMKM yang merupakan tulang punggung perekonomian nasional,
terlebih dalam era Masyarakat Ekonomi Asean dimana akan terjadi integrasi ekonomi di
kawasan Asean dan akhirnya akan mendorong kompetisi di bidang perekonomian.
Kota pekanbaru menjadi kota yang mendapatkan dampak berlakunya Masyarakat
Ekonomi Asean, saat ini saja secara tidak langsung masyarakat pekanbaru sadar tidak sadar
telah berhadapan langsung dengan pasar bebas tersebut, hal tersebut terlihat mulai dari
banyak nya produk-produk luar yang membanjiri toko-toko maupun supermarket di
pekanbaru, ditambah lagi persaingan yang terjadi di bidang tenaga kerja professional dimana
tidak ada lagi batasan yang di berikan di era MEA saat sekarang ini. Pasar Bebas Asean
Sangat kental terasa di masyarakat Pekanbaru, Khusus nya untuk pelaku usaha dibidang
UMKM, Persaingan pasar yang dihadapi pelau usaha UMKM semakin bertambah beratnya
dimana produk produk yang mereka tawarkan akan bersaing dengan produk luar negri yang
mana harga yang di tawarkan produk asing cenderung lebih murah, belum lagi pengawasan
yang dilakukan terhadap produk produk tersebut cenderung sangat lemah. Salah satu bukti
yang terjadi dilapangan yaitu disampaikan oleh Kepala Bidang Perdagangan Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Pekanbaru Bpk. Masriba Sulaiman Mengakatakan:
“Produk produk yang berasal dari Negara Asean kini mulai membanjiri kota pekanbaru, mulai dari Toko pinggir jalan sampai dengan Minimarket dan Supermarket. Kebanyakan makanan dan minuman yang beredar itu berasal dari Negara tetangga dan lebih parahnya lagi bahkan ada yang berasal dari Jepang, Cina dan Korea tentu kondisi seperti itu cukup merugikan konsumen karna belum dapat dipastikan tingkat kehalalan nya” (Masriba Sulaiman 2017)
Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Riau
pada bulan September 2015 sebesar 562,92 ribu jiwa (8,82 persen). dan Jika dibandingkan
dengan penduduk miskin pada September 2014 yang berjumlah 498,28 ribu jiwa (7,99
persen), jumlah penduduk miskin di Riau mengalami kenaikan sebanyak 64,28 ribu jiwa.
Hubungan data kemiskinan terhadap Masyarakat Ekonomi Asean sangatlah menjadi suatu hal
yang harus di perhatikan, pada dasarnya Kualitas Sumber Daya Manusia di kota pekanbaru
bisa dikatakan harus lebih di tingkatkan lagi untuk menghadapi pasa bebas ini, dimana kita
akan secara langsung dihadapkan dengan persaingan yang sangat sulit, mulai dari Lowongan
Perkerjaan, Persaingan Bisnis, Persaingan Usaha, Produk dan juga bidang lainnya, dan ini
tentu menjadi Pekerjaan yang sangat berat yang di tanggung oleh pemerintah Pusat maupun
Daerah. Khusus untuk UMKM di kota pekanbaru, Dinas Koperasai UMKM seharusnya
sudah memiliki Strategi untuk memberdayakan masyarakat agar mampu meningkatkan
kualitas SDM nya khusus nya di bidang Usaha.
Dilihat dari Misi Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah yaitu “Meningkatkan
Perekonomian daerah dan masyarakat dengan meningkatkan investasi bidang industry,
perdagangan, jasa, dan pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan. Dari misi tersebut terlihat
sebenarnya tujuan Dinas Koperasi UMKM sudah tertuju untuk kepentingan masyarakat
menengah kebawah, akan tetapi yang menjadi permasalahan adalah, apalah misi tersebut
terlaksana di lapangan dan berdampak pada perkembangan ekomoni masyarakat, tentu
tercapai nya Misi di atas akan terealisasi melalui program-program yang memiliki orientasi
yang jelas dan sejalan dengan misi tersebut, dan jika program telah tercipa, apakah juga
sudah berjalan dengan baik di tengah masyarakat pekanbaru khususnya. Beberapa Program
yang telah di keluarga Dinas Koperasi UMKM dapat dilihat pada table di bawah ini:
Tabel I.1 : Daftar Program-Program yang di rancang oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Menengah Kota Pekanbaru.
NO PROGRAM INDIKATOR KINERJA
PENANGGUNG JAWAB
TAHUN DIMULAI
TARGET SELESAI
1 Menciptakan Iklim Usaha
Kecil Menengah Yang Kondusif.
Berkembangnya Jaringan Infrastruktur UMKM
Dinas Koperasi dan UMKM 2013 5 TAHUN
Perencanaan, Koordinasi, Dan Pengembangan UMKM
Dinas Koperasi dan UMKM 2012 5 TAHUN
NO PROGRAM INDIKATOR KINERJA
PENANGGUNG JAWAB
TAHUN DIMULAI
TARGET SELESAI
Tersedianya Pengamanan Kawasan UMKM
Dinas Koperasi dan UMKM - 5 TAHUN
2
Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan
Kompetitif Usaha Kecil Menengah
Berkembangnya Inkubator Teknologi dan Bisnis
Dinas Koperasi dan UMKM 2013 5 TAHUN
Berkembangnya Sarana Promosi Hasil Produksi.
Dinas Koperasi dan UMKM 2012 5 TAHUN
Terselenggaranya Pelatihan Kewirausahaan
Dinas Koperasi dan UMKM 2012 5 TAHUN
3
Pengembangan Sistem
Pendukung Usaha Bagi
UMKM
Tersosialisasi Informasi Dukungan Permodalan
Dinas Koperasi dan UMKM 2012 5 TAHUN
Terpantaunya Pengelolaan Penggunaan Dana Pemerintah Bagi UMKM
Dinas Koperasi dan UMKM 2015 5 TAHUN
Terselenggaranya Pembinaan Industri Rumah Tangga, Industri Kecil dan Menengah.
Dinas Koperasi dan UMKM - 5 TAHUN
4
Program Peningkatan
Kualitas Kelembagaan
Koperasi
Sosialisasi Prinsip-Prinsip Pemahaman Perkoperasian
Dinas Koperasi dan UMKM 2013 5 TAHUN
Terlaksananya Pembinaan, Pengawasan, Penghargaan Koperasi Berprestasi
Dinas Koperasi dan UMKM 2012 5 TAHUN
Meningkatkan Jaringan Kerjasama Usaha Koperasi
Dinas Koperasi dan UMKM 2012 5 TAHUN
Sumber : Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Tahun 2017
Dari data table di atas terlihat Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah sudah
menciptakan Program-program yang bertujuan untuk membantu masyarakat yang berada di
dalam pengembangan usaha Kecil menengah, tetapi program-program yang di ciptakan oleh
pihak Dinas Koperasi UMKM merupakan program lanjutan yang telah terbentuk jauh
sebelum Program Masyarakat Ekonomi Asean di berlakukan, sudah seharusnya program-
program yang ada saat ini di perbaharui dan di sesuaikan agar masyarakat pelaku UMKM
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang tercipta akibat di berlakukannya Masyarakat
Ekonomi Asean.Dengan adanya program-program yang di rancang oleh Dinas Koperasi
Usaha Mikro Kecil Menengah Pekanbaru diharapkan akan menumbuhkan inovasi UMKM di
tengah-tengah masyarakat, dengan adanya inovasi yang baik maka produk-produk yang di
hasilkan pun akan semakin menarik minat masyarakat untuk membelinya. Karna salah satu
hal yang paling berpengaruh terhadap suatu usaha adalah inovasi yang di ciptakan para
pemilik usaha, tujuannya tentu agar konsumen tidak merasa bosan akan hasil produksi yang
di tawarkan di pasar.
Dan berdasarkan data yang penulis dapatkkan dari Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil
Menengah Pekanbaru yang mana di dalam data tersebut di jelaskan jumlah UMKM yang
mengajukan permohonan pengurusan izin usaha mereka yang mana rekap data dimulai dari
tahun 2015 sampai dengan 2016. Dan untuk melihat data tabel yang penulis dapatkan dari
Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Pekanbaru dapat di lihat di bawah ini:
Tabel I.2 Data Jumlah Masyarakat Pelaku UMKM Di Kota Pekanbaru Pada Tahun 2015-2017
NO NAMA KECAMATAN
PENGURUSAN IZIN
TAHUN 2015
PENGURUSAN IZIN
TAHUN 2016
PENGURUSAN IZIN
TAHUN 2017
KLASIFIKASI
KECIL MIKRO
1 Pekanbaru Kota 48 29 33 18 92
2 Sukajadi 50 35 46 7 124
3 Sail 90 9 75 7 167
NO NAMA KECAMATAN
PENGURUSAN IZIN
TAHUN 2015
PENGURUSAN IZIN
TAHUN 2016
PENGURUSAN IZIN
TAHUN 2017
KLASIFIKASI
KECIL MIKRO
4 Lima Puluh 26 24 21 14 57
5 Senapelan 314 52 300 39 627
6 Rumbai 47 220 43 66 244
7 Bukit Raya 76 60 27 11 152
8 Tampan 179 267 145 135 456
9 Rumbai Pesisir 134 145 77 16 340
10 Payung Sekaki 58 138 62 14 244
11 Marpoyan Damai 52 45 48 19 126
12 Tenayan Raya 273 584 280 116 1021
Jumlah 1347 1608 1157 462 3650
TOTAL 4112
Sumber : Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Pekanbaru 2018
Dari data yang ada pada tabel di atas di gambarkan jumlah masyarakat yang
melakukan pendaftaran untuk usaha-usaha yang mereka sedang jalankan, dari data pada
tahun 2015 terlihat bahwa jumlah masyarakat yang melakukan pendaftaran untuk
keanggotaan dan juga mengurus izin usaha mikro kecil di Kota Pekanbaru berjumlah
sebanyak 1347 jenis usaha, dimana terbagi menjadi dua Klasifikasi diantaranya Kecil dan
juga mikro, begitu juga dengan tahun 2016 jumlah yang di dapat dari Dinas Koperasi Usaha
Mikro Kecil Menengah Pekanbaru menunjukkan bahwa masyarakat yang melakukan
registrasi pengurusan izin UMKM berjumlah sebanyak 1608 Masyarakat, Dan pada tahun
2016 jumlah yang di dapatkan melalui Kantor Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah
Pekanbaru menunjukkan bahwa masyarakat yang melakukan pengurusan izin UMKM di
kantor Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Pekanbaru berjumlah sebanyak 1157
Orang Masyarakat.
Berikut Jumlah UMKM yang ada di Kota Pekanbaru secara keseluruhan dari tahun
2017-2018. Data akan di paparkan dalam bentuk Tabel berikut ini:
Tabel I.3 Data Jumlah Pelaku UMKM Secara Keseluruhan dari Tahun 2017-2018
Bentuk UMKM
Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah
10.406 2.631 122
Total UMKM = 13.159
Sumber: Rencana Kerja Dinas Koperasi UMKM Kota Pekanbaru 2018
Dari data di atas dapat dilihat bahwa di Kota Pekanbaru terdapat UMKM sebanyak
13.159 pelaku usaha yang sudah terdaftar, yang terdiri dari Usaha Mikro berjumlah 10.406 ,
Usaha Kecil berjumlah 2.631, dan usaha Menengah berjumlah 122 pelaku usaha. Dari 13.159
pelaku yang terdaftar baru 265 pelaku UMKM yang baru mendapatkan program dari Dinas
Koperasi UKM Kota Pekanbaru. (Sumber: Rencana Kerja Dinas Koperasi UKM Kota
Pekanbaru).
Dari data yang penulis dapatkan di atas dapat dilihat bahwa tidak semua pelaku
UMKM yang mendapatkan perhatian dari Dinas Koperasi UKM Kota Pekanbaru, hal ini
menunjukkan bahwa Dinas Koperasi belum melaksanakan program secara merata dan adil
dan dapat berdampak pada perkembangan UMKM khususnya di Kota Pekanbaru.
Dari beberapa program yang telah di luncurkan oleh pihak Dinas Koperasi UMKM
Kota Pekanbaru, terdapat juga anggaran-anggaran yang di ajukan untuk pelaksanaan program
tersebut, dan berdasarkan data yang berhasil penulis dapatkan di lapangan, penulis akan
merangkum anggaran yang di tetapkan untuk pelaksanaan program tersebut, pelaksanaan
program tentunya memerlukan dana untuk menjalankan kegiatan yang telah di atur
sedemikian rupa, dan dalam hal ini penulis akan memberikan rincian yang ada di dalam
proses pelaksanaan beberapa program yang dapat langsung di rasakan oleh anggota dari
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kota Pekanbaru. Adapun anggaran nya dapat di
lihat pada data di bawah ini:
Tabel I.4 : Jumlah Dana Anggaran Proses Realisasi Pelaksanaan Program Dinas UMKM Kota Pekanbaru.
No Jenis Program Penerima Program Jumlah Dana
1 Program Kemitraan UMKM, Penilaian dan Award bagi UMKM Berprestasi dalam pengembangan jaringan WEB UMKM.
Anggota UMKM Rp 103, 578, 950
2
Kegiatan Pengembangan Inkubator Teknologi Bisnis. Tujuan Program : Memfasilitasi UMKM dalam rangka menghadapi permasalahan yang di hadapi dalam mengelola UMKM.
50 Orang Anggota UMKM
Rp 124, 215, 825
3
Pengembangan Sarana Prasarana Promosi Hasil Produksi. Tujuan Program: Terlaksananya Kegiatan Hasil Produksi UMKM.
Pelaksanaan 3 Event Rp 449, 872, 100
No Jenis Program Penerima Program Jumlah Dana
4
Kegiatan Penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan. Tujuan Program : Untuk meningkatkan kualitas SDM serta pengetahuan wirausaha baru dalam mengelola usaha secara professional.
Target 100 Orang Rp 159, 379, 126
5
Kegiatan Pelatihan Manajemen Pengelolaan Koperasi / KUD. Tujuan Program : Untuk Meningkatkan SDM Pengurus, Pengawasa Serta Anggota Koperasi.
Target 40 Orang Rp 136, 540, 602
6
Sosialisasi Dukungan Informasi Penyediaan Permodalan. Tujuan Program: Terselenggaranya Sosialisasi Dukungan Informasi Penyediaan Permodalan.
Ora Target 25 ng Peserta
Sosialisasi, 50 Orang Peserta
Rakor.
Rp 73, 869, 410
7
Penyelenggaraan Promosi Produk UMKM. Tujuan Program: Terselenggaranya Pameran Promosi Produk UMKM dan Apeksi
- Rp 224, 999, 975
8
Kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan Penghargaan Koperasi Berprestasi. Tujuan Program: Untuk Melakukan Pengawasan Kepada Koperasi Serta Memberikan Apresiasi Kepada Koperasi Berprestasi.
- Rp 183, 911, 000
JUMLAH Rp 1,456,366,988
Sumber : Dinas Koperasi UMKM Kota Pekanbaru 2018
Tabel di atas dapat dijelaskan program pemberdayaan beserta jumlah dana yang di
anggarkan dalam melakukan pemberdayaan kepada pelaku UMKM di Kota Pekanbaru yang
dilakukan oleh pihak Dinas Koperasi UKM Kota Pekanbaru. Untuk meningkatan pelaku
UMKM, maka ada beberapa program pemberdayaan yang dilakukan yaitu seperti: Kegiatan
Penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan, kegiatan pelatihan manajemen pengelolaan koperasi
atau KUD, penyelenggaraan promosi produk UMKM, serta kegiatan pembinaan,
pengawasan, dan penghargaan koperasi berprestasi. Pelaksanaan Pemberdayaan Ekonomi
Kerakyatan dibidang UMKM dapat berjalan dengan baik dan saling membutuhkan apabila
dilakukan kerjasama yang baik antara UMKM dengan Koperasi, Koperasi memiliki peran
yang besar dalam upaya pengembangan UMKM ditengah-tengah masyarakat luas.
Peran Koperasi di sini hanya berfungsi sebagai perpanjangan tangan dari Pemerintah
dalam penyaluran bantuan modal baik secara material maupun non material. Bantuan secara
material tentunya berbentuk nominal, sedangkan bantuan non material adalah membantu
mempromosikan produk-produk yang dihasilkan oleh pihak UMKM di pasaran, sehingga
produk tersebut dapat diterima oleh masyarakat dan kedudukan produk lokasl setara dengan
produk asing lainnya. Agar produk yang dihasilkan oleh UMKM dapat diterima maka
produknya harus berkualitas. Adapun kriteria produk yang berkualitas adalah:
1. Tidak mengandung zat berbahaya bagi konsumen.
2. Memiliki kualitas barang yang tahan, dan tidak cepat rusak.
3. Memiliki packaging atau kemasan yang menarik.
4. Bagi produk makanan terdapat label halal dan aman dikonsumsi bagi konsumen
dari BPOM.
Dalam konteks UMKM atau Ekonomi kerakyatan atau Demokrasi ekonomi, kegiatan
produksi dan konsumsi dilakukan oleh semua warga masyarakat dan untuk warga
masyarakat, sedangkan pengelolaannya dibawah pimpinan dan pengawasan anggota
masyarakat sendiri. Prinsip demokrasi ekonomi tersebut hanya dapat diimplementasikan
dalam wadah koperasi yang berasaskan kekeluargaan. Secara operasional, jika koperasi
menjadi lebih berdaya, maka kegiatan produksi dan konsumsi yang jika dikerjakan sendiri-
sendiri tidak akan berhasil, maka melalui koperasi yang telah mendapatkan mandat dari
anggota-anggotanya hal tersebut dapat dilakukan dengan lebih berhasil. Dengan kata lain,
kepentingan ekonomi rakyat, terutama kelompok masyarakat yang berada pada tingkat
ekonomi kelas bawah (misalnya petani, nelayan, pedagang kaki lima) akan relatif lebih
mudah diperjuangkan kepentingan ekonominya melalui wadah koperasi. Inilah sesungguhnya
yang menjadi latar belakang pentingnya pemberdayaan koperasi. Koperasi bisa mencakupi
kehidupan ekonomi seluruh masyarakat meskipun mereka tidak memiliki modal yang besar,
namun koperasi memberikan wadah untuk bisa menunjang perkembangan ekonomi
masyarakat dalam mengembangkan usahanya. UMKM dan Koperasi adalah dua hal yang
saling membutuhkan satu sama lainnya.
Eksistensi UMKM akan selalu terjaga jika para wirausahawan mau bekerja sama
dengan koperasi,dan sebaliknya, koperasi akan selalu lestari jika terus mampu menarik
masyarakat melalui asas kekeluargaannya. Kedua, UMKM dan koperasi adalah ujung tombak
untuk menggairahkan kehidupan ekonomi masyarakat. Koperasi sangat diperlukan sebagai
benteng mempertahankan dan memajukan ekonomi Indonesia.Oleh karena itu, hendaknya
kita bisa memanfaatkan peran koperasi dan UMKM untuk mengembangkan perekonomian
masyarakat yang lebih baik. Koperasi adalah ciri khas yang dimiliki bangsa ini. Semangat
kekeluargaan yang dimiliki koperasi adalah modal utama untuk menggerakkan perekonomian
demi kesejahteraan rakyat, dan mewujudkan ekonomi kerakyatan yang sejati.
Jadi UMKM akan dapat berkembang dengan baik jika mereka memiliki kerja sama
yang baik dengan koperasi. UMKM di Kota Pekanbaru masih sangat lemah dalam bersaing
dengan produk asing lainnya. Lemah dalam persaingan bukan berarti kualitasnya yang buruk
tetapi produk UMKM tidak ada label atau brand yang baik sehingga sulit untuk dipromosikan
dalam pasar.
Berdasarkan gambaran umum diatas maka penulis menemukan beberapa fenomena-
fenomena yang menjadi dasar untuk melakukan penelitian yaitu :
1. Usaha Mikro Kecil Menengah di kota Pekanbaru masih belum mampu untuk
mengimbangi barang-barang yang masuk dari luar negeri dan di perjualbelikan
dengan bebas di kota pekanbaru baik itu dari segi kualitas barang maupun dari
segi harga yang di tawarkan. Sumber:
http://mediacenter.riau.go.id/read/10128/produk-umkm-pekanbaru-belum -siap-
bersaing.html
2. Dari gambaran di atas maka penulis menduga bahwa Dinas Koperasi UMKM
belum melaksanakan tugas nya dengan maksimal di bidang pemberdayaan
masyarakat dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya dalam upaya
Meningkatkan hasil produksi berkualitas.
Sumber : http://www.bengkelumkm.com/id-97-post-masalahmasalah- yang-
dihadapi-pelaku-ukm.html
3. Masih terdapatnya UMKM yang tidak terdaftar di Dinas Koperasi UMKM
sehingga mempersulit proses pemberdayaan yang akan di lakukan untuk
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya. Sumber:
https://www.ukmriau.com/dunia-ukm/baru-13-ribu-umkm-terdaftar-di-perindag-
pekanbaru/
4. Penulis menduga kurang berkembangnya UMKM dikota Pekanbaru diduga karena
kurang luas nya Pemasaran hasil produk yang di hasilkan oleh pelaku usaha
UMKM, (Sumber:
http://www.riaupos.co/berita.php?act=full&id=144666&kat=1)
5. Dari data di atas dapat dilihat bahwa program yang dilaksanakan oleh Dinas
Koperasi UKM belum dilakukan secara merata dan adil, hal ini dikarenakana dari
13.159 pelaku usaha yang ada dan terdaftar tetapi hanya sekitar 265 pelaku usaha
saja yang merasakan program Pemberdayaan UMKM. (Sumber: Rencana Kerja
Dinas Koperasi UKM)
Berhubungan dengan permasalahan yang penulis paparkan di atas dan juga di dukung
dengan fakta-fakta dilapangan, dimana dalam masalah pelaksanaannya dimulai dari segi
persaingan di bidang hasil usaha UMKM, ataupun persaingan di bidang perdagangan lainnya.
Maka oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Pelaksanaan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro
Kecil Menengah Kota Pekanbaru (Studi : Pemberdayaan UMKM Dalam Menghasilkan
Produk Berkualitas”.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas maka Dinas Koperasi UMKM seharusnya
menjadi jembatan bagi para pelaku usaha kecil menengah di kota pekanbaru untuk
mengembangkan usaha mereka dan dapat bersaing dengan produk-produk luar negeri yang
telah membanjiri Kota Pekanbaru saat ini, sebelum menghasilkan barang berkualitas sudah
tentuk proses yang harus di lalui untuk itu harus di perhatikan dengan seksama, mulai dari
kualitas bahan baku, kualitas sumber daya manusianya, teknologi, mesim, dan pendukung
lainnya. Dan hal tersebut sudah menjadi satuan tugas yang di emban oleh pemerintah dimana
disini di laksanakan oleh Dinas Koperasi UMKM. Berdasarkan permasalahan yang ada di
atas dan juga berdasarkan penjelasan penulis di atas, maka penulis merumuskan
permasalahannya nya sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Pelaksanaan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Oleh Dinas
Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Pekanbaru (Studi : Pemberdayaan
UMKM Dalam Menghasilkan Produk Berkualitas ?
2. Apa saja hambatan-hambatan yang di alami oleh pihak Dinas Koperasi Usaha
Mikro Kecil Menengah Kota Pekanbaru dalam memberdayakan pelaku UMKM
guna meningkatkan hasil produksi yang berkualitas?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitan
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui sejauh mana Pelaksanaan Pemberdayaan Ekonomi
Kerakyatan Oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kota
Pekanbaru (Studi : Pemberdayaan UMKM Dalam Menghasilkan Produk
Berkualitas”.
b. Untuk mengetahui hembatan-hambatan yang di alami oleh pihak Dinas
Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Pekanbaru dalam memberdayakan
pelaku UMKM guna meningkatkan hasil produksi yang berkualitas.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dalam penulisan ini antara lain:
a. Kegunaan Teoritis yaitu penelitian ini diharapkan mampu mengisi dan ikut
berpartisipasi dalam perkembangan ilmu administrasi Bisnis, Khususnya di
dalam pembahasan mengenai pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan
kualitas produksi UMKM untuk dapat bersaing di pasar.
b. Kegunaan Akademis yaitu penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan masukan
untuk peneliti berikutnya dengan judul penelitian yang memiliki unsur
kesamaan.
c. Kegunaan Praktis yaitu penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan
bagi Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Pekanbaru dalam
upaya memberdayakan masyarakat sebagai pelaku usaha UMKM di Kota
Pekanbaru.
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN DAN KERANGKA PIKIR
A. Studi Kepustakan
Agar penelitian ini mengandung unsur ilmiah dan untuk memperjelas konsep pada
penelitian ini, maka berikut ini di kemukakan beberapa konsep teoritis yang di anggap ada
relevansinya dengan permasalahan berkaitan dengan variabel yang diteliti untuk membantu
memecahlan permasalahan. Penulis merangkaikan beberapa pendapat ahli sesuai dengan
tujuan penelitian. Teori-teori yang digunakan merupakan rangkaian penelitian yang akan
disandingkan pada permasalah untuk memperoleh hasil yang baik, antara lain sebagai berikut
:
1. Konsep Administrasi
Ilmu administrasi merupakan hasil pemikiran manusia yang disusun bedasarkan
rasionalitas dan sistematika yang mengungkapkan kejelasan tentang objek formal, yaitu
pemikiran untuk menciptakan suatu keteraturan dari berbagai aksi dan reaksi yang dilakukan
oleh manusia dan objek material, yaitu manusia yang melakukan aktifitas administrasi dalam
bentuk kerjasama menuju terwujudnya tujuan tertentu esensi mendasar objek forma dan
marerial administrasi adalah terciptanya hubungan antara pengantur dengan yang diatur
dalam konteks kerjasama manusia (Dalam buku Makmur, 2008;5).
Menurut Nawawi(2015;13) Administrasi adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan atau
rangkaian kegiatan sebagai proses pengendalian usaha kerja sama kelompok manusia untuk
mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut B. White(2015:11) bahwa administrasi adalah suatu proses yang umum ada
pada setiap usaha kelompok- kelompok, baik pemerintah maupun swasta,baik sipil maupun
militer,baik dalam ukuran besar maupun kecil
Menurut Haryadi (2009;1) ada dua pengertian administrasi yaitu administrasi sempit
dan administrasi dalam arti luas:
a. Administrasi dalam arti sempit adalah kegiatan penyusun dan pencatatan data dan
informasi secara sistematis dengan tujuan untuk menyediakan keterangan serta
memudahkan memperolehnya kembali secara keseluruhan dan dalam satu
hubungan satu sama lain
b. Administrasi dalam arti luas adalah kegiatan kerjasama yang dilakukan
sekelompok orang berdasarkan pembagian kerja sebagaimana ditemukan dalam
struktur dengan mendayagunakan sumber daya untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efesien. Jadi pengertian administrasi dalam arti luas memiliki unsur-
unsur sekelompok orang, kerjasama pembagian tugas secara terstruktur, kegiatan
yang runtut dalam proses, tujuan yang akan dicapai, dan pemanfaatan berbagai
sumber.
2. Konsep Organisasi
Pegertian organisasi srcara statis adalah wadah berhimpun sejumlah manusia karena
memiliki kepentingan yang sama(Nawawi,2005;8). Sedangkan pengertian pengertian
organisasi secara dinamis adalah proses kerja sama sejumlah manusia ( dua orang atau lebih)
untuk untuk mnencapai tujuan bersama(Nawawi, 2005;9).
Menurut Siagian ( 2006 ; 6 ) Organisasi didefinisikan sebagai setiap bentuk
persekutuan antara dua orang atau lebih yang berkerja sama sarta secara formal terikat dalam
rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang terdapat seorang
beberapa orang yang disebut atasan dan seorang kelompok orang yang disebut bawahan.
Menurut Fuad dkk (2006;101) pada hakikatnya, organisasi dan menejemen tidak
dapat dipisahkan. Organisasi merupakan alat manejemen untuk mencapai tujuannya,
Organisasi adalah bentuk peserikatan untuk tujuan bersama.Dalam organisasi terdapat tiga
faktor unsur penting , yaitu:
a. Adanya sekelompok orang
b. Adanya hubungan dan pembagian kerja diantara mereka
c. Adanya tujuan yang ingin dicapai
Secara ringkas dapat diberikan batasan organisasi sebagai berikut:
a. Dalam arti badan, organisasi adalah sekelompok orang yang berkerja samua
untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Dalam arti bagus, organisasi adalah gambaran skematis tentang hubungan kerja
sama antara orang-orang yang terdapat dalam suatu badan untuk mencapai suatu
tujuan.
c. Dalam arti dinamis,Organisasi adalah suatu proses penetapan dan pembagian
pekerjaan, pembatasan tugas dan tanggung jawab, serta penetapan hubungan
antara unsur-unsur organisasi, sehingga memungkinkan orang kerja sama secara
efektif untuk mencapai tujuan.
Fuad dkk (2006;102) melanjutkan penjelasannya dalam pelaksanaanya, organisasi
dapat dibedakan menjadi organisasi formal dan organisasi informal.
Organisasi formal merupakan sistem tugas, hubungan wewenang, tanggung jawab,
dan pertanggung jawaban yang dirancang oleh menejemen agar pekerjaan dapat dilakukan.
Struktur formal ini dibuatvunruk mencakup pekerjaan yang harus dilakukan dan memberikan
kerangka bagi prilaku dalam mengerjakannya. Organisasi formal menawarkan bidang-bidang
yang relative tetap bagi masing-masing orang yang berkerja pada bidang tanggung jawabnya
sendiri. Pekerjaan setiap orang itu menjadi bagian dari tugas lebih besar yang harus
diselesaikan secara keseluruhan oleh perusahaan. Beberapa faktor yang harus diperhatikan
dalam penyusun struktur organisasi formal adalah:
a. Wewenang b. Tanggung jawab c. Pertanggung jawab d. Delegasi e. Koordinasi
Organisasi informal adalah jaringan hubungan pribadi dan sosial yang semuanya tidak
dilakukan atas dasar aturan formal. Organisasi informal pada dasarnya dapat melayani empat
fungsi utama:
a. Memelihara dan memperkuat kesamaan norma diantara anggota
b. Member atau penyediakan kepuasan sosial, status dan rasa aman bagi anggotanya c. Membantu para anggotanya untuk berkomunikasi d. Membantu memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi anggotanya.
Nawawi (dalam Duga, 2004;29) menjelaskan bahwa dapat dipahami dari dua aspek,
yaitu pengertian organisasi secara statis dan pengertian organisasi secara dinamis, Secara
dinamis organisasi merupakan proses kerjasama sejumlah manusia (dua orang atau lebih)
untuk mencapai tujuan bersama. Sifat dinamis ini dapat kita temukan pada dua hal, yaitu:
a. Kerja sama berlangsung secara berkelajutan, sebagai rangkaian kegiatan atau proses yang selalu mungkin menjadi lebih efektif dan kurang efesien.
b. Interaksi antar manusia (formal dan informal) di dalam organisasi tidak perna sama dari eaktu ke waktu. Manusia merupakan tokoh sentral untuk menjadikan organisasi berfungsi.
Pengertian organisasi secara statis dapat dipahami bahwa organisasi pada dasarnya
merupakan wadah berkumpulnya sejumlah manusia karena kepentingan yang sama dari
manusia tersebut.
Adapun menurut Suparjati (2000;1) organisasi adalah suatu sistem kerja sama
diantara sekelompok orang demi mencapai tujuan yang disepakati bersama. Jadi ada tiga
unsur dalam organisasi yaitu:
a. Sekelompok orang
b. Kerjasama
c. Tujuan bersama.
Suparjati (2000;3) melanjutkan penjelasannya bahwa untuk merencanakan suatu
organisasi diperlukan lima prisip utama sebagai pedoman yaitu:
a. Pembagian kerja
b. Kesatuan perintah,
c. Kewenangan dan tanggung jawab,
d. Rentang kendali, dan
e. Departemenisasi.
Dapat disimpulkan dari beberapa pengertian diatas bahwa pengertian organisasi
merupakan suatu alat dan wadah guna mencapai tujuan organisasi, dimana didalamnya
terdapat sekelompok orang kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Secara konseptual ada dua batasan yang perlu dikemukakan, yakni
istilah”Organization sebagai kata benda dan “Organizing” (pengorganisasian) sebagai kata
kerja, menunjukan sebagai rangkaian aktivitas yang dilakukan secara sistematis.
Apabila kita membicarakan organisasi sebagai suatu sistem, berarti memandangnya
terdiri dari unsur-unsur yang saling bergantung dan didalamnya terdapat sub-sub sistem.
Sedangkan struktur disini mengisyaratkan bahwa didalam organisasi terdapat suatu kadar
formalitas dan adanya pembagian tugas dan peran yang harus dimainkan oleh anggota-
anggota kelompoknya.
3. Konsep Manajemen
Manajemen merupakan suatu tindakan bagaimana mengatur seluruh kegiatan yang
ada dalam suatu lembaga atau organisasi agar kegiatan tersebutsesuai dengan kebijakan yang
telah ditetapkan oleh pihak yang berwenang dalam organisasi tersebut agar tujuan organisasi
tersebut dapat tercapai. Manajemen merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan dengan
melalui proses.
Kemudia proses ini dilakukan oleh berbagai pihak yang terlibat dalam manajemen
tersebut (Kasmir 2014;17). Manajemen juga diartikan sebagai proses dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengadilan untuk mencapai tujuan tertentu. Pengertian
lain dari manajemen adalah proses pengolahan suatu kegiatan atau kegiatan dari awal hingga
perusahaan tersebut berjalan.
Jhond D. Milet (Siswanto 2008;1) membatasi manajemen adalah suatu proses
pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang yang diorganisasikan dalam
kelompok formal untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel (Siswanto 2008;2) manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengadilan upaya anggota
organisasi dan penggunaan seluruh sumber daya organisasi lainnya demi tercapainya tujuan
organisasi.
Paul Hersey dan Kenneth H. Blancard (Siswanto 2008;2) memberikan batasan
manajemen sebagai suatu usaha yang dilakukan dengan dan bersama individu atau kelompok
untuk mencapai tujuan organisasi.
Manajemen menurut Terry dan Rue (2008;1) adalah suatu proses atau kerangka kerja
yang melibatkan bimbingan atau arahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan
organisasional atau maksud-maksud yang nyata.Berdasarkan pengertian dari beberapa para
ahli diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu seni, usaha dan pengetahuan
yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, kepemimpinan dan pengadilan
seluruh sumber daya demi mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Kegiatan yang dilakukan suatu organisasi memerlukan pengendalian dan penyatuan
serta penataan kegiatan-kegiatan, maka harus memiliki metode, teknik dan cara-cara
mengaturnya demi tercapainya tujuan organisasi dengan baik maka diperlukan manajemen (
Siagian, 2006:5 ). Manajemen dapat didefenisikan dari dua sudut pandang yaitu, sebagai
proses penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam rangka penerapan tujuan dan sebagainya.
Kemampuan orang yang menduduki jabatan manajerial untuk memperoleh suatu hasil dalam
rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.
Manajemen berasal dar kata to manage yang berarti mengatur. Pengaturan dilakukan
melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dan fungsi-fungsi manajemen dalam mencapai
tujuan. Manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan (
Hasibuan, 2006:17 ).
Manajemen ( management )adalah proses pendayagunaan bahan baku dan sumber
daya manusia untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan. Proses ini melibatkan
organisasi, arahan, koordinasi dan evaluasi orang-orang guna mencapai tujuan-tujuan tersebut
( Simamora, 2001:3 ). Sedangkan menurut Terry (dalam Nawawi, 2005:39) menyatakan
bahwa manajemen adalah pencapaian tujuan ( organisasi ) yang sudah ditentukan sebelumnya
dengan mempergunakan bantuan orang lain.
Menurut Handoko (2003:8) menyatakan manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Menurut Suryanto (2008:2) manajemen adalah sebuah kegiatan yang sangat
kompleks namun teratur, sehingga bila manajemen dilaksanakan dengan baik akan mencapai
hasil kegiatan yang maksimal.
Berdasarkan pengertian manajemen tersebut, peneliti berkesimpulan bahwa
manajemen adalah proses penyelenggaraan berbagai kegiatan seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan yang dilakukan secara kompleks namun
teratur, sehingga tercapainya tujuan yang telah ditetapkan
4. Konsep Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah suatu proses untuk memberikan daya/kekuasaan (power)
kepada pihak yang lemah (powerless), dan mengurangi kekuasaan (disempowered) kepada
pihak yang terlalu berkuasa (powerful) sehingga terjadi keseimbangan. Djohani (Dalam M.
Anwas, 2013:49).
Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan
adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok
lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.
Sebagai tujuan, pemberdayaan menunjukkan pada keadaan atau hasil yang di capai oleh
sebuah perubahan social yaitu mesyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau
mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup baik yang
bersifat fisik, ekonomi, maupun social seperti memiliki kepercayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan social,
dan mandiridalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan. (Suharto, 2010:58-60)
Mahidin (2006), mengemukakan bahwa pemberdayaan dapat diartikan sebagaiupaya
untuk meningkatkan kemampuan seseorang atau kelompok sehingga mampu melaksanakan
tugas dan kewenangannya sebagaimana tuntutan kinerja tugas tersebut. Pemberdayaan
merupakan proses yang dapat dilakukan melalui berbagai upaya, seperti pemberian
wewenang, meningkatkan partisipasi, memberikan kepercayaan sehingga setiap orang atau
kelompok dapat memahami apa yang akan dikerjakannya, yang pada akhirnya akan
berimplikasi pada peningkatan pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.
Konsep pemberdayaan yang dilakukan bertujuan pada pemberdayaan bidang ekonomi
dan bidang sosial, dengan maksud kelompok sasaran dapat mengelola usahanya, kemudian
memasarkan dan membentuk siklus pemasaran yang relatif stabil dan agar kelompok sasaran
dapat menjalankan fungsi sosialnya kembali sesuai dengan peran dan tugas sosialnya.
Keberdayaan masyarakat merupakan unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat
bertahan dan dalam pengertian yang dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan.
Keberdayaan masyarakat itu sendiri menjadi sumber dari apa yang di dalam wawasan politik
disebut sebagai ketahanan nasional. Artinya apabila masyarakat memiliki kemampuan
ekonomi yang tinggi, maka hal tersebut merupakan bagian dari ketahanan ekonomi nasional
(Rukminto, 2008)
Suharto (2009:57-58) Pemberdayaan dengan memiliki kata dasar power yang berarti
kekuasaan menjadi sebuah proses yang bermakna dalam perubahan pada masyarakat, karena
kekuasaan dapat berubah. jika kekuasaan tidak dapat berubah, pemberdayaan tidak mungkin
terjadi dengan cara apapun.Pemberdayaan memiliki kemampuan orang, khususnya pada
kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam :
1. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan(freedom),
dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat,melainkan bebas dari
kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan
2. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat
meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang
mereka perlukan
3. berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang
mempengaruhi mereka.
Sumodiningrat dalam (Dwi Pratiwi 2010:10) berpendapat bahwa pemberdayaan
masyarakat harus dilakukan melalui 3 jalur, yaitu:
1. Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang
(Enabling).
2. Menguatkan potensi dan daya yang dimiliki masyarakat (Empowering).
3. Memberikan perlindungan (Protecting). Pemberdayaan masyarakat merupakan
suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar mampu
mewujudkan kemandirian dan melepaskan diri dari belenggu kemiskinan serta
keterbelakangan.
Menurut Sumaryadi (2005:96) Pemberdayaan adalah sebuah kata yang bersifat emotif
dan menarik bagi beberapa orang. Orang tertarik kepadanya karena tampaknya ia
menawarkan sesuatu yang pada saat sekarang ini tidak ada tapi mampu mengubah
kehidupannya. Kata ini mengandung ide bahwa orang berada dalam perluasan kemampuan
bahwa wawasan mereka dan mengevaluasi diri sendiri sampai prestasi dan kepuasan yang
lebih besar.
Dalam melaksanakan pemberdayaan perlu dilakukan melalui berbagai pendekatan,
menurut Suharto (2005), penerapan pendekatan pemberdayaan dapat dilakukan melalui 5P
yaitu: Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan, dan Pemeliharaan, dengan
penjelasan sebagai berikut :
1. Pemungkinan; menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu
membebaskan masyarakat dari sekarat – sekarat kultural dan struktur
yangmenghambat.
2. Penguatan; memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat
dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan – kebutuhannya.
Pemberdayaan harus mampu menumbuhkembangkan segenap kemampuan dan
kepercayaan diri masyarakat yang menunjang kemandirianmereka.
3. Perlindungan; melindungi masyarakat terutama kelompok – kelompok lemah agar
tidak tertindas oleh kelompok kuat, menhindari terjadinya persaingan yang tidak
seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan mencegah
terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan
harus diarahkan kepada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang
tidak menguntungkan rakyatkecil.
4. Penyokongan; memberi bimbingan dan dukungan agar masyarakat mampu
menjalankan perannya dan tugas – tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus
mampu menyokong masyarakat agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi
yang semakin lemah dan terpinggirkan.
5. Pemeliharaan; memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan
distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam Masyarakat.
Berdasarkan beberapa pengertian pemberdayaan yang dikemukakan tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya pemberdayaan adalah suatu proses dan upaya
untuk memperoleh atau memberikan daya, kekuatan atau kemampuan kepada individu dan
masyarakat lemah agar dapat mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan kebutuhan dan
potensi serta masalah yang dihadapi dan sekaligus memilih alternatif pemecahannya dengan
mengoptimalkan sumber daya dan potensi yang dimiliki secara mandiri.
4.1 Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Terdapat empat prinsip yang sering digunakan untuk suksesnya program
pemberdayaan yaitu prinsip keseteraan, partisipasi, keswadayaan atau kemandirian, dan
berkelanjutan (Najiati dkk, 2005:54) . Adapun lebih jelasnya adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Kesetaraan
Prinsip utama yang harus dipegang dalam proses pemberdayaan masyarakat
adalah adanya kesetaraan atau kesejajaran kedudukan antara masyarakat dengan
lembaga yang melakukan program-program pemberdayaan masyarakat, baik laki-
laki maupun perempuan. Dinamika yang dibangun adalah hubungan kesetaraan
dengan mengembangkan mekanisme berbagai pengetahuan, pengalaman, serta
keahlian satu sama lain. Masing-masing saling mengakui kelebihan dan
kekurangan, sehingga terjadi proses saling belajar.
2. Partisipasi
Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian masyarakat adalah
program yang sifatnya partisipatif, direncanakan, dilaksanakan, diawasi, dan
dievaluasi oleh masyarakat. Namun, untuk sampai pada tingkat tersebut perlu
waktu dan proses pendampingan yang melibatkan pendamping yang berkomitmen
tinggi terhadap pemberdayaan masyarakat.
3. Keswadayaan atau kemandirian
Prinsip keswadayaan adalah menghargai dan mengedepankan kemampuan
masyarakat daripada bantuan pihak lain. Konsep ini tidak memandang orang
miskin sebagai objek yang tidak berkemampuan (the have not), melainkan sebagai
subjek yang memiliki kemampuan sedikit (the have little). Mereka memiliki
kemampuan untuk menabung, pengetahuan yang mendalam tentang kendala-
kendala usahanya, mengetahui kondisi lingkungannya, memiliki tenaga kerja dan
kemauan, serta memiliki norma-norma bermasyarakat yang sudah lama dipatuhi.
Semua itu harus digali dan dijadikan modal dasar bagi proses pemberdayaan.
Bantuan dari orang lain yang bersifat materiil harus dipandang sebagai penunjang,
sehingga pemberian bantuan tidak justru melemahkan tingkat keswadayaannya.
4. Berkelanjutan
Program pemberdayaan perlu dirancang untuk berkelanjutan, sekalipun pada
awalnya peran pendamping lebih dominan dibanding masyarakat sendiri. Tapi
secara perlahan dan pasti, peran pendamping akan makin berkurang, bahkan
akhirnya dihapus, karena masyarakat sudah mampu mengelola kegiatannya
sendiri.
5. Konsep Usaha Mikro Kecil Menengah
Untuk Indonesia sendiri mendefenisikan Industri Kecil (Usaha Kecil) adalah kegiatan
ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan serta kepemilikan. Usaha mikro diartikan sebagai ”model usaha yang
paling kecil, biasanya dilakukan di rumah (definisi ini juga digunakan oleh Bank Dunia). Jika
dikaitkan dengan jumlah pekerja, usaha mikro menurut definisi Amerika dan Eropa sama,
yaitu jumlah pekerja di bawah 10 pekerja.”
Usaha mikro adalah usaha yang bersifat menghasilkan pendapatan dan dilakukan oleh
rakyat miskin atau mendekati miskin. Sedangkan Pengusaha Mikro adalah orang yang
berusaha di bidang usaha mikro. Ciri-ciri usaha mikro antara lain: ”modal usahanya tidak
lebih dari Rp 10 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan), tenaga kerja tidak lebih dari lima
orang dan sebagian besar mengunakan anggota keluarga/kerabat atau tetangga, pemiliknya
bertindak secara naluriah/alamiah dengan mengandalkan insting dan pengalaman sehari-
hari.” (Landasanteori.com)
Jenis usaha mikro, antara lain seperti dagang (seperti warung kelontong, warung
nasi, mie bakso, sayuran, jamu), industri kecil (konveksi, pembuatan
tempe/kerupuk/kecap/kompor/sablon), jasa (tukang cukur, tambal ban, bengkel motor,
las, penjahit), pengrajin (sabuk, tas, cindera mata, perkayuan, anyaman), dan
pertanian/peternakan (palawija, ayam buras, itik, lele).
Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha
Mikro, Kecl dan Menengah, adalah sebagai berikut:
a. Usaha Mikro.
yang memenuhi criteria usaha mikro sebagai mana di atur dalam 1ha mikro
adalah : Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50 Juta dan tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling
banyak Rp. 300 Juta.
b. Usaha Kecil
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang di miliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
memenuhi criteria usaha kecil sebagai mana di maksud dalam undang-undang.
Kriteria Usaha Kecil adalah : Memiliki kekayaan bersih senilai Rp. 50 Juta
sampai dengan atau paling banyak Rp. 500 Juta, tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, atau Memiliki penjualan tahunan lebih dari Rp. 300 Juta
sampai dengan paling banyak 2,5 Milyar.
c. Usaha Menengah
Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang di miliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sesuai sebagaimana
di atur dalam undang-undang.
Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: Memiliki kekayaan bersih lebih
dari Rp. 500 juta sampai paling banyak Rp. 10 Milyar tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha atau memiliki penjualan tahunan lebih dari Rp. 2,5
Milyar sampai paling banyak 50 Milyar.
Tabel 2.1 Kriteria Usaha Mikro Kecil Menengah Berdasarkan Masing-Masing Modal dan Pendapatannya.
NO USAHA KRITERIA
ASSET OMZET
1 Usaha Mikro Max Rp.50 Juta Max Rp. 300 Juta
2 Usaha Kecil >Rp. 50 - 500 Juta >Rp 300jt – 2,5 Milyar
3 Usaha Menengah
>Rp. 500 Jt – 10 Milyar > Rp. 2,5 – 50 Milyar
Sumber : Kementrian Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah Tahun 2012.
Secara empiris, selama ini UMKM terutama usaha mikro sangat sulit untuk
memenuhi kriteria aturan/mekanisme baku perbankan dalam penyaluran kredit untuk
membiayai usaha dan permodalan yang dikenal denan nama prinsip 5-C (character, condition
of economy, capacity to repay, capital, collateral). (Subekti, 1996 :104)
a) Character yaitu data tentang kepribadian dari calon pelanggan seperti sifat- sifat
pribadi, kebiasaan-kebiasaannya, cara hidup, keadaan dan latar belakang keluarga
maupun hobinya. Character ini untuk mengetahui apakah nantinya calon nasabah
ini jujur berusaha untuk memenuhi kewajibannya dengan kata lain ini merupakan
willingness to pay.
b) Capacity merupakan kemampuan calon nasabah dalam mengelola usahanya yang
dapat dilihat dari pendidikannya, pengalaman mengelola usaha (business record)
nya, sejarah perusahaan yang pernah dikelola (pernah mengalami masa sulit apa
tidak, bagaimana mengatasi kesulitan). Capacity ini merupakan ukuran dari
ability to play atau kemampuan dalam membayar.
c) Capital adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang dikelolanya.
Hal ini bisa dilihat dari neraca, laporan rugi-laba, struktur permodalan, ratio-ratio
keuntungan yang diperoleh seperti return on equity, return on investment. Dari
kondisi di atas bisa dinilai apakah layak calon pelanggan diberi pembiayaan, dan
beberapa besar plafon pembiayaan yang layak diberikan.
d) Collateral adalah jaminan yang mungkin bisa disita apabila ternyata calon
pelanggan benar-benar tidak bisa memenuhi kewajibannya. “Collateral ini
diperhitungkan paling akhir, artinya bilamana masih ada suatu kesangsian dalam
pertimbangan-pertimbangan yang lain, maka bisa menilai harta yang mungkin
bisa dijadikan jaminan untuk mendapatkan solusi.”
Banyak kendala untuk meningkatkan akses usaha kecil melalui lembaga keuangan,
dan kendala terbesar adalah tidak tersedianya agunan fisik. Dalam hal ini agunan pinjaman
menjadi fokus dalam pengembangan akses pembiayaan pada usaha kecil.Oleh karenanya
wajar apabila selama ini pemerintah melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat
dan penanggulangan kemiskinan lebih cenderung menciptakan sekaligus menyediakan
skema ”kredit program” yang lebih banyak bersifat ”dana hibah bergulir” kepada berbagai
kelompok masyarakat (pokmas) yang bergerak dalam usaha mikro.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah memiliki beberapa point aturan yang berkaitan erat dengan
implementasi Keuangan Berkelanjutan di Indonesia. beberapa point aturan tersebut terdiri
atas pasal-pasal berikut ini:
a) Bab II Asas dan Tujuan Pasal 2 mengatur bahwa Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah berasaskan berwawasan lingkungan. Yang dimaksud dengan "asas
berwawasan lingkungan" adalah asas pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan
perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.
b) Bab VI Pasal 20 mengatur bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah
memfasilitasi pengembangan usaha dengan cara memberikan insentif bagi Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah mengembangkan teknologi dan kelestarian
lingkungan hidup.
c) Bab VII Pembiayaan dan Penjaminan Pasal 22 menjelaskan bahwa dalam rangka
meningkatkan sumber pembiayaan Usaha Mikro dan Usaha Kecil, Pemerintah
melakukan upaya: Pengembangan sumber pembiayaan dari kredit perbankan dan
lembaga keuangan bukan bank; Pengembangan lembaga modal ventura;
Pelembagaan terhadap transaksi anjak piutang;
Sementara untuk menentukan keberhasilan sebuah program usaha yang di focuskan
kepada bidang UMKM, maka dapat di gunakan indicator pengukuran yang ada di dalam
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah Prinsip dan Tujuan Pemberdayaan, dan di dalam pasal ini di atur beberapa point
yang bisa di gunakan untuk menjalankan program-program yang nantinya bermanfaat untuk
kemajuan UMKM yang ada, adapun prinsip tersebut yaitu:
Pasal 4 : Prinsip-Prinsip UMKM.
a. Meunumbuhkan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan usaha UMKM
untuk Berkarya dengan prakarsa sendiri.
b. Perwujutan kebijakan public yang transpara, akuntabel, dan berkeadilan.
c. Mengembangkan usaha berbasis potensi daerah dan beriorentasi pasar sesuai
dengan kompetensi usaha mikro, kecil, dan menengah.
d. Peningkatan daya Saing UMKM.
e. Penyelenggaraan Perencanaan, pelaksanaan. Dan pengendalian secara terpadu.
Pasal 5 : Tujuan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, kerkembang, dan
berkeadilan.
b. Menumbuhkan dan Mengembangkan kemampuan usaha Mikro, Kecil Dan
Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
c. Meningkatkan Peran Mikro, Kecil dan Menengah dalam pembangunan daerah,
menciptakan lapangan pekerjaan, pemerataan pendapatatan, pertumbuhan
ekonomi, dan mengentasan rakyat dari kemiskinan.
Tentu saja disamping undang-undang diatas, UMKM masih diatur dengan bermacam
peraturan daerah yang berkaitan dengan proses produksi, tempat usaha, dan lain-lainnya.
Peraturan daerah mungkin berbeda di suatu propinsi dengan propinsi lainnya.
6. Konsep Koperasi
Koperasi adalaah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum
koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat, yang berdasar atas azas kekeluargaan. Dan adapun 5 unsur koperasi
Indonesia adalah sebagai berikut:
1) Koperasi adalah badan usaha 2) Koperasi adalah kumpulan orang – orang atau badan hukum koperasi 3) Koperasi Indonesia , koperasi yang bekerja berdasarkan prinsip – prinsip koperasi 4) Koperasi Indonesia adalah gerakan ekonomi rakyat 5) Koperasi Indonesia berazaskan kekeluargaan
Prinsip Koperasi Indonesia Menurut UU No.25 tahun 1992, Prinsip Koperasi
Indonesia Menurut UU No.25 tahun 1992 adalah sebagai berikut:
1) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka 2) Pengelolaan dilakukan secara demokrasi 3) Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan jasa masing-masing 4) Pemberian batas jas yang terbatas terhadap modal 5) Kemandirian 6) Pendidikan perkoperasian 7) Kerja sama antar koperasi
Konsep Koperasi Barat koperasi adalah organisasi swasta, yang dibentuk sukarela
oleh orang-orang yang mempunyai kesamaan kepentingan, dengan maksud mengurusi
kepentingan para anggotanya serta menciptakan keuntungan timbal balik anggota koperasi
maupun perusahaan koperasi. Persamaan kepentingan tersebut berasal dari perorangan atau
kelompok. Kepentingan bersama suatu kelompok keluarga atau kelompok kerabat dapat
diarahkan untuk membentuk atau masuk menjadi anggota koperasi.
Secara negatif, koperasi dapat dikatakan sebagai “organisasi bagi egoisme kelompok”.
Namun demikian, unsur egoistik ini diimbangi dengan unsur positif sebagai berikut:
a) Kepuasan keinginan individu dengan cara bekerjasama antar sesama anggota, dengan saling menguntungkan.
b) Tujuan individu yang sama dapat berpartisipasi untuk mendapatkan keuntungan dan menanggung risiko bersama.
c) Hasil berupa surplus/keuntungan didistribusikan kepada anggota sesuai dengan metode yang telah disepakati.
d) Keuntungan yang belum didistribusikan akan dimasukkan sebagai cadangan koperasi.
Dampak langsung koperasi terhadap anggotanya adalah:
a) Promosi kegiatan ekonomi anggota. b) Pengembangan usaha perusahaan koperasi dalam hal investasi, formasi
permodalan, pengembangan sumber daya manusia (SDM), pengembangan keahlian untuk bertindak sebagai wirausahawan, dan kerja sama antar koperasi secara horizontal dan vertikal.
Dampak tidak langsung koperasi terhadap anggota hanya dapat dicapai, bila dampak
langsungnya sudah diraih. Dampak koperasi secara tidak langsung adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan sosial ekonomi sejumlah produsen skala kecil maupun pelanggan. b) Mengembangkan inovasi pada perusahaan skala kecil, misalnya inovasi teknik
dan metode produksi. c) Memberikan distribusi pendapatan yang lebih seimbang dengan pemberian harga
yang wajar antara produsen dengan pelanggan, serta pemberian kesempatan yang sama pada koperasi dan perusahaan kecil.
Konsep koperasi sosialis menyatakan bahwa koperasi direncanakan dan dikendalikan
oleh pemerintah, dan dibentuk dengan tujuan merasionalkan produksi, untuk menunjang
perencanaan nasional. sebagai alat pelaksana dari perencanaan yang ditetapkan secara sentral,
maka koperasi merupakan bagian dari suatu tata administrasi yang menyeluruh, berfungsi
sebagai badan yang turut menentukan kebijakan publik, badan pengawasan dan pendidikan.
Walaupun masih mengacu kepada kedua konsep tersebut, namun dengan ciri
tersendiri, yaitu dominasi campur tangan pemerintah dalam pembinaan dan
pengembangannya. Campur tangan ini memang dapat dimaklumi karena apabila masyarakat
dengan kemampuan sumber daya manusia dan modalnya terbatas dibiarkan dengan inisiatif
sendiri untuk membentuk koperasi, maka koperasi tidak akan pernah tumbuh dan
berkembang. Sehingga, pengembangan koperasi di negara berkembang seperti di Indonesia
dengan top down approach pada awal pembangunannya dapat diterima, sepanjang polanya
selalu disesuaikan dengan perkembangan pembangunan di negara tersebut. Dengan kata lain,
penerapan pola top down harus diubah secara bertahap menjadi bottom up approach. Hal ini
dimaksudkan agar rasa memiliki (sense of belonging) terhadap koperasi oleh anggota
semakin tumbuh, sehingga para anggotanya akan secara sukarela berpartisipasi aktif. Apabila
hal seperti tersebut dapat dikembangkan, maka koperasi yang benar-benar mengakar dari
bawah akan tercipta, tumbuh, dan berkembang.
Adanya campur tangan pemerintah Indonesia dalam pembinaan dan pengembangan
koperasi di Indonesia membuatnya mirip dengan konsep sosialis. Perbedaannya adalah,
tujuan koperasi dalam konsep sosialis adalah untuk merasionalkan faktor produksi dari
kepemilikan pribadi ke pemilikan kolektif, sedangkan koperasi di negara berkembang seperti
Indonesia, tujuannya adalah meningkatkan kondisi sosial ekonomi anggotanya dan khususnya
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya khususnya masyarakat yang
berada di tingkat ekonomi menangah ke bawah.
B. Kerangka Pikir
Dari beberapa teori yang telah diambil, maka selanjutnya disini akan disajikan juga
karangka pikir dari penulis mengenai Pelaksanaan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Oleh
Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Pekanbaru (Studi : Pemberdayaan
UMKM Dalam Menghasilkan Produk Berkualitas). Dan adapun kerangka pikir dalam
penelitian ini adalah:
Gambar II.I: Kerangka Pikir Penelitian Tentang Analisis Pelaksanaan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Pekanbaru (Studi : Pemberdayaan UMKM Dalam Menghasilkan Produk Berkualitas).
Sumber :Najiati, dkk (2005:54)
C. Hipotesis
Perumusanhipotesis penelitian merupakan langkah dalam penelitian, setelah peneliiti
mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak
setiap peneltian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang penulis lakukan harus
Pemberdayaan Masyarakat
Dinas Koperasi Dan UMKM Kota Pekanbaru
Analisis Pelaksanaan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Pekanbaru (Studi : Pemberdayaan UMKM Dalam Menghasilkan Produk
Berkualitas).
Ada empat prinsip yang digunakan untuk sukses program pemberdayaan, yaitu berdasarkan teori Najiati,dkk (2005:54):
1. Kesetaraan 2. Partisipasi 3. Keswadayaan atau kemandirian 4. Berkelanjutan
Tingkat Pelaksanaan Program
menggunakan hipotesis, karena tekhnik analisis data yang penulis gunakan adalah berbentuk
kuantitatif Deskriptif.Berdasarkan masalah pokok penelitian dan tujuan yang ingin dicapai,
maka sebagai hipotesis adalah: Penulis Menduga Pelaksanaan Pemberdayaan Ekonomi
Kerakyatan Oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Pekanbaru dalam
meningkatkan kualitas produksi agar dapat bersaing di dunia pasar belum berjalan dengan
baik.
D. Konsep Operasional
Untuk memberikan kesatuan pendapat maka perlu kiranya penulis mengemungkakan
konsep operasional yang merupakan konsep yang dipakai dalam proses penelitian yang
dimaksud menterjemahkan konsep teoritis yang ada sehingga tercipta suatu pengertian dalam
penelitian ini.Oleh karena itu penulisan akan menjelaskan pemakaian konsep-konsep
penelitian untik menghindari kekeliruan dalam memakai konsep yang meliputi:
1. Administrasi adalah kegiatan penyusun dan pencatatan data dan informasi secara
sistematis dengan tujuan untuk menyediakan keterangan serta memudahkan
memperolehnya kembali secara keseluruhan dan dalam satu hubungan satu sama
lain. Sementara itu Administrasi dalam arti luas adalah kegiatan kerjasama yang
dilakukan sekelompok orang berdasarkan pembagian kerja sebagaimana
ditemukan dalam struktur dengan mendayagunakan sumber daya untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efesien.
2. Organisasi didefinisikan sebagai setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau
lebih yang berkerja sama sarta secara formal terikat dalam rangka pencapaian
suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang terdapat seorang beberapa
orang yang disebut atasan dan seorang kelompok orang yang disebut bawahan.
3. Manajemen merupakan suatu tindakan bagaimana mengatur seluruh kegiatan
yang ada dalam suatu lembaga atau organisasi agar kegiatan tersebutsesuai
dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pihak yang berwenang dalam
organisasi tersebut agar tujuan organisasi tersebut dapat tercapai. Manajemen
merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan dengan melalui proses.
4. Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan
adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan
kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami
masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, pemberdayaan menunjukkan pada keadaan
atau hasil yang di capai oleh sebuah perubahan social yaitu mesyarakat yang
berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan hidup baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun
social seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,
mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan social, dan
mandiridalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan.
5. Untuk Indonesia sendiri mendefenisikan Industri Kecil (Usaha Kecil) adalah
kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan
bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan. Usaha mikro diartikan
sebagai ”model usaha yang paling kecil, biasanya dilakukan di rumah (definisi ini
juga digunakan oleh Bank Dunia).
E. Operasional Variabel
Untuk memudahkan arah penelitian ini yang terdiri dari dua variabel dengan enam
indikator, maka dilakukan operasional variabel yang tertuang pada tabel berikut:
Tabel II.2: Operasional Variabel Penelitian Tentang Analisis Pelaksanaan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Pekanbaru (Studi : Pemberdayaan UMKM Dalam Menghasilkan Produk Berkualitas).
Konsep Variabel Indikator Item Penilaian
1 2 3 4 Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, pemberdayaan menunjukkan pada keadaan atau hasil yang di capai oleh sebuah perubahan social yaitu mesyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun social seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan social, dan mandiridalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan. (Suharto, 2010:58-60)
Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Pekanbaru.
1. Kesetaraan a. Memberikan Pelatihan-Pelatihan dalam Mengembangkan UMKM secara Keseluruhan kepada Pemilik UMKM
b. Memberikan Bantuan Berupa Modal kepada Seluruh Pemilik UMKM
2. Partisipasi a. Menyadarkan masyarakat untuk Meningkatkan UMKM di bidang Kerajinan Asli Daerah.
b. Memanfaatkan Sumber Daya Alam yang ada, untuk dijadikan sesuatu yang bernilai jual di tengah masyarakat.
3. Keswadayaan atau kemandirian
a. Meningkatkan Kualitas Produk agar dapat Bersaing di pasar khususnya menghadapi Pasar bebas Masyarakat Ekonomi Asean di Kota Pekanbaru.
b. Metode Memasarkan produk UMKM.
4. Berkelanjutan a. Menyusun Program-Program dalam jangka waktu lama yang bertujuan untuk Peningkatan Kualitas UMKM.
b. Melakukan Kontrol Pengawasan kepada UMKM.
Sumber:Data Olahan penelitian 2018
F. Teknik Pengukuran
Pengukuran terhadap setiap indikator peneliti menggunakan skala Ordinal.Menurut
sugiyono (2009:98) skala ordinal adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan
kategori, tetapi juga menyatakan peringkat yang diukur.Skala ini adalah pengukuran yang
mana skala digunakan disusun secara runtut dari yang rendah sampai yang tinggi atau
sebaliknya.
Adapun untuk mengetahui Analisis Pelaksanaan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan
Oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Pekanbaru (Studi : Pemberdayaan
UMKM Dalam Menghasilkan Produk Berkualitas), dilakukan penilaian dengan menetapkan
ukuran: Baik, Cukup baik, Kurang baik.
1. Teknik PengukuranVariabel BebasPelayanan
a. Kesetaraan
Baik : Apabila ke 3 item penilaian dapat
dilaksanakanatau jawaban responden berada
pada skor ≥ 65%.
Cukup Baik : Apabila ke 2 dan 3 item penilaian dapat
dilaksanakanatau jawaban responden berada
padaskor 34-64%.
Kurang Baik : Apabila ke 3 item penilaian dapat
dilaksanakan atau jawaban responden berada
pada skor1%-33%.
b. Partisipasi Baik : Apabila ke 3 item penilaian dapat
dilaksanakanmatau jawaban responden
berada pada skor ≥ 65%.
Cukup Baik : Apabila ke 2 dan 3 item penilaian dapat dilaksanakanatau jawaban responden berada padaskor 34-64%.
Kurang Baik : Apabila ke 3 item penilaian dapat dilaksanakan atau jawaban responden berada pada skor1%-33%.
c. Keswadayaan atau Kemandiria
Baik : Apabila ke 3 item penilaian dapat dilaksanakanmatau jawaban responden berada pada skor ≥ 65%.
Cukup Baik : Apabila ke 2 dan 3 item penilaian dapat dilaksanakanatau jawaban responden berada padaskor 34-64%.
Kurang Baik : Apabila ke 3 item penilaian dapat dilaksanakan atau jawaban responden berada pada skor1%-33%.
d. Berkelanjutan Baik : Apabila ke 3 item penilaian dapat
dilaksanakan atau jawaban responden berada pada skor ≥ 65%.
Cukup Baik : Apabila ke 2 dan 3 item penilaian dapat dilaksanakanatau jawaban responden berada padaskor 34-64%.
Kurang Baik : Apabila ke 3 item penilaian dapat dilaksanakan atau jawaban responden berada pada skor1%-33%.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang penulis gunakan adalah tipe penelitian deskriptif dengan Bentuk
Kualitatif, katagori bentuk dan tipe penelitian ini termasuk di dalam jenis pendekatan
kualitatif.Menurut Sugiyono (2013: 13) penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti keadaan yang alamiah. Peneliti merupakan
instrumen kunci yang mengumpulan data secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif dan hasil dari penelitian lebih menekankan makna dari generalisasi.Menurut
Sugiyono (2013:8) mendefinisikan penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui nilai vareabel mandiri, baik satu vareabel atau lebih (independen) tanpa
membuat perbandingan atau menghubungkan variable satu dengan variable lainya dengan
jenis data dan analisisnya kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka.Sebagai alat digunakan
untuk mendapatkan informasi adalah dengan cara wawancara dan observasi untuk
menggumpulkan data dan informasi yang diperoleh di jadikan sebagai dasar untuk
mengevaluasi dan menjelaskan terkait dengan penelitian yang berjudul Analisis
Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dipilih penulis di Daerah Kota Pekanbaru tepatnya ditempat
usaha Pisang Kipas Jl.Kuantan Tujuh, Bolu Kemojo Jl.Borobudur, dan juga tempat UMKM
Kue Bangkit.
C. Informan Penelitian.
Informan menurut Moleong (2006 : 132) adalah orang yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi, dia harus mempunyai
banyak pengalaman tentang latar penelitian. key Informan adalah mereka yang tidak hanya
bisa memberi keterangan tentang sesuatu kepada peneliti, tetapi juga bisa memberi saran
tentang sumber bukti yang mendukung serta menciptakan sesuatu terhadap sumber yang
bersangkutan. Adapun yang akan dijadikan Key Informan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel III.1 : Key Informan Terkait Dengan Penelitian Yang Berjudul Peranan Camat Dalam Melakukan Pembinaan Dan Pengawasan Kepala Desa Di Kecamatan Teluk Meranti Kabupaten Pelalawan.
No. Key Informant Jumlah Sampel
1 Pemilik Usaha Pisang Kipas Kuantan Tujuh. 1
2 Pemilik Usaha Bolu Kemojo. 1
3 Pemilik Usaha Kue Bangkit. 1
4 Seksi Pengembangan Usaha dan Investasi. (Sri Rahayu Fitri, S.STP) 1
Total Informan 4 Sumber : Data Olahan Penulis Tahun 2019
D. Teknik Penarikan Informan
Teknik penarikan sampel atau teknik sampling adalah bagian dari jumlah dan
karakreitik yang dimiliki populasi. Adapun penarikan yang di gunakan untuk mencari tau
Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru adalah
menggunakanTekniksamplingJenuh dimana teknik iniadalah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sugiyono (2013;96). karena jumlah
populasinya sedikit mudah terjangkau oleh peneliti, maka dalam penelitian ini keseluruhan
populasi di jadikan sebagai sampel untuk penelitian.
E. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menurut jenis-jenis nya terdiri dari:
1. Data Primer, yaitu data utama yang diperoleh langsung di lapangan dari pihak
pertama dalam hal ini responden terpilih sebagai sampel, dan data yang ini
digunakan untuk mengukur AnalisisPengembangan Usaha Mikro Kecil
Menengah Di Kota Pekanbaru.
2. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh untuk melengkapi data primer yang
diperoleh melalui pengumpulan dokumen, dimana data tersebut sudah berbentuk
data yang sudah ada artinya tidak perlu di olah lagi. Data sekunder berisikan
berbagai informasi yang berkaitan dengan lokasi penelitian seperti Data terkait
dengan program-program yang dilakukan dalam Pengembangan Usaha Mikro
Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data dan informasi yang lengkap dan dibutuhkan penulis
sebagai ajukan dalam penelitian ini, maka digunakan teknik pengumpulan data yang meliputi
keterkaitan data yang baik secara langsung terhadap fokus penelitian. Menurut Sugiyono
(2012:137) berdasarkan teknik pengumpulan data penelitan kualitatif dapat dilakukan dengan
cara:
a. Teknik Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung ke objek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2007:30).
b. Teknik Wawancara (Interview) adalah teknik pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan langsung kepada responden berdasarkan tujuan
penyelidikan, guna untuk mendapatkan data mengenai objek penelitian. Seperti
menayakan tentang hambatan-hambatan apa saja yang sering dihadapi dalam upaya
menjalankan tugas dalam pembinaan dan pegawasan pemerintahan Desa.
c. Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan
pencatatan atau pendokumentasian yang berhubungan dengan masalah yang akan
di teliti, teknik ini digunakan untuk mendapatkan tentang keadaan lokasi
penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Biklen, (1992) analisis data adalah proses pencarian dan
penyusunan data yang sistematis melalui transkip wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi secara akumulasi menambah pemahaman peneliti terhadap apa yang ditemukan.
Husaini (2009:84)menyatakan bahwa analisis data ialah proses penyusunan data agar dapat
ditafsirkan.
Analisis data kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh adalah data
kualitatif berupa kumpulan berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka serta tidak dapat
disusun dalam kategori-kategori/struktur klasifikasi. Data bisa saja dikumpulkan dalam aneka
macam cara (observasi, wawancara, intisari dokumen, pita rekaman) dan biasanya diproses
terlebih dahulu sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau
alih-tulis), tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun ke
dalam teks yang diperluas, dan tidak menggunakan perhitungan matematis atau statistika
sebagai alat bantu analisis
Kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi. Terjadi secara bersamaan
berarti reduksi data , penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi sebagai sesuatu
yang saling jalin menjalin merupakan proses siklus dan interaksi pada saat sebelum, selama,
dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar yang membangun wawasan umum yang
disebut “analisis” (Ulber Silalahi, 2009: 339).
Menurut Miles dan Huberman (1982) (dalam Sugiyono, 2007:91), mengemukakan
bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga data sudah jenuh. Adapun langkah-langkah
teknis analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, maka data tersebut
peneliti catat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu dilakukan analisis data
melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Sugiyono (2007:92).
2. Data display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penyajian
data. Penyajian data dalam penelitian ini adalah dengan bentuk uraian dan bagan-
bagan yang diperlukan. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori flowchart dan sejenisnya. Sugiyono
(2007:95)
3. Conclusion drawing/ verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Hubermen
dalam (Sugiyono, 2007:99), adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya.
H.Jadwal Kegiatan Penelitian
Tabel III.2 : Jadwal dan Waktu Penelitian Tentang Peranan Camat Dalam Melakukan Pembinaan Dan Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru.
No
Jenis Kegiatan
Bulan Dan Minggu Ke
Agustus September Oktober November Desember Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal
2 Ujian Proposal
3 Revisi Proposal
4 Kuisioner
5 Rekomendasi survey
6 Survay Lapangan
7 Analisis data
8
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian.
9 Konsultasi Revisi Skripsi
10 Ujian Konferehensif Skripsi
11 Revisi Skripsi
12 Pengandaan Skripsi
Sumber : Olahan Penulis Tahun 2019
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Ringkas kota Pekanbaru
1. Keadaan Geografis Kota Pekanbaru
Kota Pekanbaru merupakan salah satu daerah yang ada di Provinsi Riau yang
menyandang predikat sebagai Ibukota Provinsi Riau. Sehingga dengan demikian Kota
Pekanbaru adalah salah satu kegiatan perekonomian dan administrasi Provinsi Riau.
Pekanbaru merupakan ibu kota Provinsi Riau dengan luas sekitar 632.26 km2 dan
secara astronomis terletak di antara 0° 25’ - 0° 45’ Lintang Utara dan 101° 14’ – 101° 34’
Bujur Timur. Dengan batas-batas wilayah Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut :
• Di bagian utara Pekanbaru berbatasan dengan Kabupaten Siak, • Di bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Siak dan Kabupaten Pelalawan • Di bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten
Kampar, • Sedangkan di bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Kampar.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1987 Tanggal 7 September 1987
Daerah Kota Pekanbaru diperluas dari ± 62,96 Km² menjadi ± 446,50 Km², terdiri dari 8
Kecamatan dan 45 Kelurahan/Desa. Dari hasil pengukuran/pematokan di lapangan oleh BPN
Tk. I Riau maka ditetapkan luas wilayah kota Pekanbaru adalah 632,26 km2.Dengan
meningkatnya kegiatan pembangunan menyebabkan meningkatnya kegiatan penduduk
disegala bidang yang pada akhirnya meningkat
Nama Pekanbaru dahulunya dikenal dengan nama “Senapelan” yang saat itu dipimpin
oleh seorang Kepala Suku disebut Batin. Daerah ini terus berkembang menjadi kawasan
pemukiman baru dan seiring waktu berubah menjadi Dusun Payung Sekaki yang terletak di
muara Sungai Siak
Pada tanggal 9 April tahun 1689, telah diperbaharui sebuah perjanjian antara
Kerajaan Johor dengan Belanda (VOC) dimana dalam perjanjian tersebut Belanda diberi hak
yang lebih luas. Diantaranya pembebasan cukai dan monopoli terhadap beberapa jenis barang
dagangan. Selain itu Belanda juga mendirikan Loji di Petapahan yang saat itu merupakan
kawasan yang maju dan cukup penting. Karena kapal Belanda tidak dapat masuk ke
Petapahan, maka Senapelan menjadi tempat perhentian kapal-kapal Belanda, selanjutnya
pelayaran ke Petapahan dilanjutkan dengan perahu-perahu kecil. Dengan kondisi ini, Payung
Sekaki atau Senapelan menjadi tempat penumpukan berbagai komoditi perdagangan baik dari
luar untuk diangkut ke pedalaman, maupun dari pedalaman untuk dibawa keluar berupa
bahan tambang seperti timah, emas, barang kerajinan kayu dan hasil hutan lainnya.
Terus berkembang, Payung Sekaki atau Senapelan memegang peranan penting dalam
lalu lintas perdagangan. Letak Senapelan yang strategis dan kondisi Sungai Siak yang tenang
dan dalam membuat perkampungan ini memegang posisi silang baik dari pedalaman Tapung
maupun pedalaman Minangkabau dan Kampar. Hal ini juga merangsang berkembangnya
sarana jalan darat melalui rute Teratak Buluh (Sungai Kelulut), Tangkerang hingga ke
Senapelan sebagai daerah yang strategis dan menjadi pintu gerbang perdagangan yang cukup
penting bagi para pengusaha pada jaman itu.
Perkembangan Senapelan sangat erat dengan Kerajaan Siak Sri Indra Pura. Semenjak
Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah menetap di Senapelan, beliau membangun Istana di
Kampung Bukit dan diperkirakan Istana tersebut terletak disekitar lokasi Mesjid Raya
sekarang. Sultan kemudian berinisiatif membuat pekan atau pasar di Senapelan namun tidak
berkembang. Kemudian usaha yang dirintis tersebut dilanjutkan oleh putranya Raja Muda
Muhammad Ali yang bergelar Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazamsyah meskipun
lokasi pasar bergeser di sekitar Pelabuhan Pekanbaru sekarang.
Akhirnya menurut catatan yang dibuat oleh Imam Suhil Siak, Senapelan yang
kemudian lebih popular disebut Pekanbaru resmi didirikan pada tanggal 21 Rajab hari Selasa
tahun 1204 H bersamaan dengan 23 Juni 1784 M oleh Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil
Muazamsyah dibawah pemerintahan Sultan Yahya yang kemudian ditetapkan sebagai hari
jadi Kota Pekanbaru.
Sejak ditinggal oleh Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazamsyah, penguasaan
Senapelan diserahkan kepada Datuk Bandar yang dibantu oleh empat Datuk besar yaitu
Datuk Lima Puluh, Datuk Tanah Datar, Datuk Pesisir dan Datuk Kampar. Mereka tidak
memiliki wilayah sendiri tetapi mendampingi Datuk Bandar. Keempat Datuk tersebut
bertanggungjawab kepada Sultan Siak dan jalannya pemerintahan berada sepenuhnya
ditangan Datuk Bandar.
Selanjutnya perkembangan tentang pemerintahan di Kota Pekanbaru selalu
mengalami perubahan :
1) SK Kerajaan Bershuit van Inlandsch Zelfbestuur van Siak No. 1 tanggal 19
Oktober 1919, Pekanbaru bagian dari Kerajaan Siak yang disebut District.
2) Tahun 1932 Pekanbaru masuk wilayah Kampar Kiri dipimpin oleh seorang
Controleor berkedudukan di Pekanbaru.
3) Tanggal 8 Maret 1942 Pekanbaru dipimpin oleh seorang Gubernur Militer Go
Kung, Distrik menjadi GUM yang dikepalai oleh GUNCO.
4) Ketetapan Gubernur Sumatera di Medan tanggal 17 Mei 1946 No. 103,
Pekanbaru dijadikan daerah otonom yang disebut Haminte.
5) UU No.22 tahun 1948 Kabupaten Pekanbaru diganti dengan Kabupaten Kampar,
Kota Pekanbaru diberi status Kota Kecil.
6) UU No.8 tahun 1956 menyempurnakan status Kota Pekanbaru sebagai Kota
Kecil.
7) UU No.1 tahun 1957 status Pekanbaru menjadi Kota Praja.
8) Kepmendagri No. 52/1/44-25 tanggal 20 Januari 1959 Pekanbaru menjadi
Ibukota Propinsi Riau.
9) UU No.18 tahun 1965 resmi pemakaian sebutan Kotamadya Pekanbaru.
10) UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebutan Kotamadya
berubah menjadi Kota Pekanbaru.
Sebelum tahun 1960, Pekanbaru hanyalah kota dengan luas 16 km2 yang kemudian
bertambah menjadi 62.96 km2 dengan 2 kecamatan yaitu Kecamatan Senapelan dan
Kecamatan Limapuluh. Selanjutnya pada tahun 1965 bertambah menjadi 6 kecamatan dan
tahun 1987 menjadi 8 kecamatan dengan luas wilayah 446.50 km2.
Dengan meningkatnya kegiatan pembangunan menyebabkan meningkatnya kegiatan
penduduk disegala bidang yang pada akhirnya meningkatkan pula tuntutan dan kebutuhan
masyarakat terhadap penyediaan fasilitas dan utilitas perkotaan serta kebutuhan Lainnya.
Untuk lebih terciptanya tertib pemerintahan dan pembinaan wilayah yang cukup luas,
maka dibentuklah Kecamatan Baru dengan Perda Kota Pekanbaru No. 4 Tahun 2003 menjadi
12 Kecamatan dan Kelurahan/Desa baru dengan Perda tahun 2003 menjadi 58
Kelurahan/Desa
Kota Pekanbaru dibelah oleh Sungai Siak yang mengalir dari barat ke timur. Memiliki
beberapa anak sungai antara lain : Sungai Umban Sari, Air Hitam, Siban, Setukul,
Pengambang, Ukui, Sago, Senapelan, Limau, Tampan dan Sungai Sail. Sungai Siak juga
merupakan jalur perhubungan lalu lintas perekonomian rakyat pedalaman ke kota serta dari
daerah lainnya.
Keadaan iklim Kota Pekanbaru pada umumnya beriklim tropis dengan suhu udara
maksimum berkisar antara 34,1 derajat celcius sampai dengan 35,6 derajat celcius dan suhu
minimum antara 20,2 derajat celcius sampai dengan 23,0 derajatcelcius. Curah hujan antara
38,6 sampai dengan 435,0 mm/tahun dengan keadaan musim berkisar di musim hujan jatuh
pada bulan Januari s/d April dan September s/d Desember sementara itu untuk musim
kemarau jatuh pada bulan Mei s/d Agustus.
2. Keadaan Penduduk Kota Pekanbaru
Kota Pekanbaru merupakan kota berkembang sehingga menjadi salah satu kota tujuan
bagi kaum pendatang untuk mengadu nasib di kota Pekanbaru. Seiring semakin banyaknya
warga pendatang untuk menetap di kota Pekanbaru, pemerintah kota pekanbaru harus serius
menghadapi dan menangani masalah kependudukan dimulai dari pendataan warga, penataan
rumah penduduk, penyediaan lahan pekerjaan, serta penyediaan sarana dan prasarana baik
disektor kesehatan, sektor pendidikan, tempat ibadah, fasilitas umum dan lainnya. Sehingga
kesejahteraan penduduk kota Pekanbaru tetap terjamin dan sejahtera terkait fasilitas umum
yang di sediakan oleh pemerintah Kota Pekanbaru.
Sebagian besar penduduk yang mendiami wilayah kota Pekanbaru adalah suku
Melayu. Namun demikian juga terdapat suku lainnya yang merupakan penduduk pendatang
ke daerah ini seperti suku jawa, batak, minang dan sebagainya. Mata pencarian penduduk
terutama ialah pegawai pemerintah maupun pegawai swasta dan pedagang.
Berikut ini merupakan jumlah distribusi data mengenai data penduduk menurut jenis
kelamin di dua belas kecamatan yaitu Kecamatan Tampan, Payung Sekaki, Kecamatan Bukit
Raya, Kecamatan Marpoyan Damai, Kecamatan Tenayan Raya, Kecamatan Sail, Kecamatan
Sukajadi, Kecamatan Rumbai, Kecamatan Lima Puluh, Kecamatan Pekanbaru Kota,
Kecamatan Senapelan Dan Kecamatan Rumbai Pesisir di kota Pekanbaru.
Tabel IV.1 : Distribusi Jumlah Data Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kota Pekanbaru Tahun 2013.
No Kecamatan Penduduk (Jiwa)
Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Tampan 89.344 86.290 175.634
2. Payung Sekaki 36.546 38.707 74.253
3. Bukit Raya 50.131 45.731 94.042
4. Marpoyan Damai 69.399 61.149 120.598
5. Tenayan Raya 56.559 55.470 112.029
6. Sail 11.271 11.517 22.793
7. Sukajadi 22.490 24.095 47.584
8. Rumbai 35.582 32.144 66.943
9. Lima Puluh 20.284 20.889 41.623
10. Pekanbaru Kota 14.438 14.454 28.892
11. Senapelan 17.694 22.852 36.014
12. Rumbai Pesisir 34.321 32.722 67.033
Jumlah 458.059 446.020 887.438
Sumber: Badan Statistik Kota Pekabaru 2016
Berikut ini merupakan jumlah distribusi data mengenai data penduduk menurut usia
laki-laki dan perempuan yang ada di Kota Pekanbaru yang memiliki jumlah kecamatan
sebanyak 12 kecamatan yaitu Kecamatan Tampan, Payung Sekaki, Kecamatan Bukit Raya,
Kecamatan Marpoyan Damai, Kecamatan Tenayan Raya, Kecamatan Sail, Kecamatan
Sukajadi, Kecamatan Rumbai, Kecamatan Lima Puluh, Kecamatan Pekanbaru Kota,
Kecamatan Senapelan Dan Kecamatan Rumbai Pesisir di kota Pekanbaru, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel IV.2 : Distribusi Jumlah Data Penduduk Menurut Usia di Kota Pekanbaru Tahun 2013
No Kecamatan 0-6 7-12 13-15 16-17 18 19-24 >24
1. Tampan 30.077 18.880 9.110 6.715 4.472 30.321 76.022
2. Payung Sekaki 21.897 6.646 7.076 16.915 8.707 8.556 19.157
3. Bukit Raya 18.226 9.089 4.504 3.110 2.022 16.425 46.355
4. Marpoyan Damai 26.422 10.187 9.547 25.262 11.891 7.436 36.099
5. Tenayan Raya 22.196 13.208 18.316 2.556 904 13.990 71.300
6. Sail 7.137 4.945 2.518 1.355 1.156 8.667 20.006
7. Sukajadi 4.675 7.500 3.704 2.932 1.652 3.580 29.320
8. Rumbai 11.869 8.831 3.220 2.587 1.188 7.523 31.285
9. Lima Puluh 5.281 4.742 2.219 1.459 739 5.138 22.232
10. Pekanbaru Kota 2.570 1.907 1.663 894 481 2.589 19.116
11. Senapelan 4.424 3.731 1.835 1.329 688 5.172 18.835
12. Rumbai Pesisir 9.355 7.257 3.489 2.900 1.611 8.558 30.523
Jumlah 190.551 99.923 67.201 68.014 35.511 117.952 420.250
Sumber: Badan Statistik Kota Pekabaru 2016
Sebagin besar penduduk yang mendiami wilayah kota Pekanbaru adalah suku Melayu.
Namun demikian juga terdapat suku lainnya yang merupakan penduduk pendatang kedaerah
ini seperti suku jawa, batak, minang dan sebagainya. Mata pencaharian penduduk terutama
ialah pegawai pemerintah maupun pegawai swasta dan pedagang.
3. Pemerintahan Kota Pekanbaru
Kota Pekanbaru dipimpin oleh seorang walikota yang diangkat oleh Gubernur.
Penyelenggaraan roda pemerintahan kota Pekanbaru dipusatkan pada kantor Gubernur kota
Pekanbaru, susunan organisasi pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat di kota
Pekanbaru terdiri dari unsur walikota, wakil walikota, sekretaris walikota dan masing-masing
kepala seksi yaitu seksi pemerintahan, seksi ketentraman dan ketertiban, seksi pembangunan
dan kelompok jabatan fungsional.
Kota Pekanbaru memiliki dua belas kecamatan yaitu Kecamatan Tampan yang terdiri
dari empat kelurahan yaitu Kelurahan Simpang Baru, Kelurahan Sidomulyo Barat, Kelurahan
Tuah Karya Dan Kelurahan Delima. Kecamatan Payung Sekaki yang terdiri dari empat
kelurahan yaitu kelurahan Labuh Baru Timur, kelurahan tampan, kelurahan air hitam,
kelurahan labuh baru barat. Kecamatan Bukit Raya yang terdiri dari empat kelurahan yaitu
kelurahan simpangtiga, kelurahan tangkerang selatan, kelurahan tangkerang utara dan
kelurahan tangkerang labuai. Kecamatan marpoyan damai yang terdiri dari lima kelurahan
yaitu kelurahan tangkerang tengah, kelurahan tangkerang barat, kelurahan maharatu,
kelurahan sidomulyo timur dan keluarahn wonorejo. Kecamatan Tenayan Raya yang terdiri
dari empat kelurahan yaitu kelurahan Kulim, kelurahan Tangkerang Timur, kelurahan
Rejosari dan kelurahan Sail. Kecamatan Sail yang memiliki tiga kelurahan yaitu kelurahan
Cita raya, kelurahan Suka maju dan kelurahan Suka Mulia. Kecamatan Sukajadi terdiri dari
tujuh kelurahan yaitu kelurahan Kampung tengah, kelurahan Kampung Melayu, kelurahan
Kendungsari, Kelurahan Harjosari, kelurahan Sukajadi dan kelurahan pulau karam.
Kecamatan Rumbai yang terdiri dari lima kelurahan yaitu kelurahan Lembun sari, kelurahan
muarafajar, kelurahan rumbai bukit, kelurahan palas dan kelurahan sri meranti. Kecamatan
Lima Puluh yang terdiri dari empat kelurahan yaitu kelurahan Rintis, Kelurahan Sekip,
kelurahan Tanjung Rhu dan kelurahan pesisir.
Kecamatan Pekanbaru Kota yang terdiri dari enam kelurahan yaitu kelurahan
Simpang tiga, kelurahan Sumahilang, kelurahan Tanah datar, kelurahan Kota baru, kelurahan
Suka Ramai dan Kelurahan Kota Tinggi. KecamatanRumbai pesisir yang terdiri dari enam
kelurahan yaitu kelurahan meranti pendek, kelurahan limbungan, kelurahan lembah sari,
kelurahan limbungan baru dan kelurahan tebing tinggi okura. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel IV.3: Nama Kecamatan Beserta Nama Kelurahan Yang Ada Di Kota Pekanbaru
No Nama Kecamatan Nama Kelurahan 1 2 3
1. Kecamatan Tampan Simpang baru Sidomulyo barat
Tuah karya Delima
2. Kecamatan Payung Sekaki Labuh Baru Timur Tampan/
Air hitam Labuh baru barat
3. Kecamatan Bukit Raya Simpang tiga Tangkerang Selatan
Tangkerang Utara Tangkerang Labuai
No Nama Kecamatan Nama Kelurahan
4. Kecamatan Marpoyan Damai Tangkerang Tengah Tangkerang Barat
Maharatu Sidomulyo Timur Wonorejo
5. Kecamatan Tenayan Raya Kulim Tangkerang Timur
Rejosari Sail
6. Kecamatan Sail Cita Raja Suka Maju Suka Mulia
7. Kecamatan Lima Puluh Rintis Sekip
Tanjung Rhu Pesisir
8. Kecamatan Pekanbaru Kota Simpang empat Sumahilang Tanah Datar
Kota Baru Suka Ramai Kota Tinggi
9. Kecamatan Senapelan Padang Bulan Padang Terubuk Sago
Kampung dalam Kampung Bandar Kampung Baru
10. Kecamatan Sukajadi
Jatirejo Kampung tengah Kampung melayu
Kendungsari Harjosari Sukajadi Pulau koran
11. Kecamatan Rumbai Limbunsari Muara fajar
Rumbai bukit Palas Sri meranti
12. Kecamatan Rumbai Pesisir Meranti Pandek Limbungan Lembah sari
Lembah damai Limbungan baru Tebing tinggi okura
Sumber : Pekanbaru Dalam Angka, 2016
B. Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Pekanbaru.
Kantor Dinas Koperasi dan UMKM Kota Pekanbaru didirikan berdasarkan keputusan Mentri
Perdagangan Koperasi Nomor, 598/KP/X/1979 tepatnya pada tanggal 3 Oktober 1979, pada tanggal 3
Januari 1981 oleh kantor kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Pekanbaru dan melantik Kepala
Dinas Koperasi dan UMKM Kota Pekanbaru yang diangkat berdasarkan keputusan mentri
perdagangan dan Koperasi Nomor. 124/KP/IV/1980 pada tanggal 10 April 1980 dalam suatu upacara
resmi. Berdasarkan keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor, 355/KP/DUI980 pada
tanggal 8 September 1980 Klasifikasi kantor Dinas Koperasi dan UMKM Kota Pekanbaru adalah
memakai type B. Pada mulanya kantor Dinas Koperasi dan UMKM Kota Pekanbaru terletak di jalan
Setia budi No. 27 pada tanggal 7 Oktober 1971 pindah dan sampai sekarang menempati gedung lama
kantor Dinas Koperasi dan UMKM Kota Pekanbaru. Kenyataannya berjumlah 32 orang pegawai.
Mengenai jumlah pegawai yang ada serta tahun perkembangannya dalam tahun 1991
berjumlah 36 orang pegawai yang ada, serta tahun 1993 ternyata penurunan jumlah pegawai
yang ada termasuk unsur pimpinan serta bawahannya. Kantor Dinas Koperasi dan UMKM
Kota Pekanbaru berada di jalan Teratai, Kelurahan Pulau Karam Kecamatan Sukajadi, dan
pada tahun 2007-2011 kantor Dinas Koperasi UMKM dibangun baru, karena Kantor Dinas
Koperasi yang lama tidak layak lagi untuk dipakai, maka dibangun kantor yang baru oleh
pemerintah Kota Pekanbaru dan sekarang dengan kemajuan perkembangan pembangunan
dan tuntutan tugas Kantor Dinas Koperasi UMKM berada satu atap dengan kantor Dinas
Pendapatan dan Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
Sesuai dengan keputusan mentri perdagangan dan Koperasi Nomor.355/KP/1980
struktur organisasi kantor Dinas Koperasi dan UMKM Kota Pekanbaru. Adapun tugas dan
wewenang dari Kepala Kantor antara lain:
1) Mengendalikan dan mengatur pelaksanaan pengadaan, serta penyediaan dan
penyaluran barang-barang perdagangan.
2) Melakukan bimbingan usaha niaga dan saran perdagangan di wilayahnya terutama
golongan ekonomi lemah serta menyusun laporan pengembangan usaha niaga, dan
prasarana perdagangan.
3) Meningkatkan sistem-sistem dalam mempromosikan usaha-usaha ekonomi
anggota.
4) Melaksanakan registrasi terhadap barang-barang expor dan importer.
5) Memonitor kegiatan expor impor serta mempersiapkan penerbitan Surat
Keterangan Asal (SKA).
Aktivas para pegawai di kantor Dinas Koperasi dan UMKM Kota Pekanbaru ini
sangat berbeda semua itu tergantung pada bagian yang mereka jabat, berikut akan dijelaskan
sebagaian besar aktivasi kantor Dinas Koperasi dan UMKM Kota Pekanbaru sebagai berikut :
a) Memberikan pelayanan administrasi kepada semua unsur kantor Dinas Koperasi dan UMKM Kota Pekanbaru serta pelayanan hukum.
b) Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data, menyusun program tahunan dan laporan serta pencatatan izin usaha dan program pengendalian lingkungan.
c) Membuat petunjuk teknis pembinaan dan penyiapan perizinan di bidang usaha Koperasi.
d) Memberikan bimbingan teknis pelaksanaan kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan di bidang Koperasi.
e) Memberikan bimbingan teknis pembinaan usaha sarana perdagangan, serta pemantauan dan evaluasi pelaksanaan dan kebijaksanaan teknis usaha Koperasi.
f) Melaksanakan tugas sesuai dengan jabatan masing- masing, berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
g) Menganalisa dan menyusun data ekspor hasil industri untuk kegiatan pembinaan dan pengawasan mutu serta menyiapkan bahan perizinan ekspor.
Dalam setiap perusahaan baik itu swasta ataupun pemerintahan,sangat diperlukan
susunan organisasi dalam jabatan,tugas dan wewenang.Sehingga perusahaan itu akan
memiliki arah tujuan dan aturan yang jelas. Dan tujuan atau manfaat yang di buatnya susunan
organisasi ini agar tidak terjadi tumpang tindih dalam setiap bidang yang ada di perusahaan
tersebut. Struktur organisasi tersebut itu adalah susunan atau kerangka yang di buat
berdasarkan aturan dari berbagai bagian organ dan sebagainya sehingga sehingga merupakan
kesatuan yang teratur.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 355/KP/1980
Struktur Organisasi Kantor Dinas Koperasi dan UMKM Kota Pekanbaru. Adapun struktur
organisasi Kantor Dinas Koperasi UMKM Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut :
1. Kepala Dinas
Tugas dan wewenang anatara lain :
a. Melakukan Bimbingan Usaha niaga dan saran perdagangan diwilayahnya
terutama golongan ekonomi lemah serta menyusun laporan usaha niaga dan
prasarana perdagangan.
b. Melaksanakan registrasi,terhadap export dan import.
c. Memonitor kegiatan export dan impor serta mempersiapkan penerbitan surat
keterangan asal (SKA).
2. Sekretaris
Mempunyai tugas mengkoordinasikan,membina dan merumuskan pengelolaan
urusan umum,keuangan, kepegawaian dan perlengkapan. Sekretaris terdiri dari
beberapa Sub Bagian di antaranya:
a. Sub Bagian Kepegawaian, Umum dan prelengkapan
Mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan pengelolaan dan
pembinaan tata usaha, rumah tangga dan perlengkapan serta perumusan
kebijakan fasilitasi pelaksanaan pengelolaaan perlengkapan, dan kearsipan
berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku.
b. Sub Bagian Keuangan
Mempunyai tugas merumusakan dan melaksanakan pengelolaan dan
pembinaan keuangan di lingkungan Dinas Koperasi dan UMKM Kota
Pekanbaru serta kebijakan fasilitasi pelaksanaan pengelilaan keuangan pada
Dinas Koperasi dan UMKM Kota Pekanbaru berdasarkan peraturan
perundang undangan.
c. Sub Bagian Penyuluhan Program
Mempunyai Tugas Merumuskan dan melaksanakan pengelolahan dan
pembinaan administrasi kepegawaian di Lingkungan Dinas Koperasi dan
UMKM Kota Pekanbaru serta perumusahan kebijaksanaan fasilitas
kepegawaian pada dinas Koperasi dan UMKM kota Pekanbaru Berdasarkan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
3. Bidang Koperasi
Mempunyai tugas mengkoordinasikan dan Merumuskan Program Operasional
Pembinaan Koperasi Usaha Kecil anggota Koperasi. Sub Dinas Koperasi terdiri
dari:
a. Seksi Bina Lembaga Koperasi
Mempunyai Tugas merumuskan dan melaksanakan penyusunan Rencana
Program pembinaan , pedoman penyuluhan, penyusuhan dan penyajian
perangkat Koperasi di Bidang Kelembagaan.
b. Seksi Promosi Koperasi
Mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan penyusunan rencana
program, Promosi koperasi, petunjuk teknis usaha dan kelembagaan di bidang
koperasi serta evaluasi dan pelaporannya.
c. Seksi Bina Usaha Koperasi
Mempunyai Tugas merumuskan dan melaksan penyusunan perencanaan
program, pedoman penyuluhan penyajian perangkat koperasi di Bidang Usaha,
Petunjuk Teknik Usaha dan Kelembagaan Bidang Koperasi, Serta Evaluasi
dan Pelaporannya.
4. Bidang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Menyelenggarakan Usaha urusan Pekerjaan dan Kegiatan penyediaan dukungan
Kerja sama dan Bantuan dalam Rangka Meningkatkan Peran dan Kemampuan
Pengusaha kecil dan Menengah. Bidang Usaha Mikro, Kecil dan menengah
terdiri dari:
a. Seksi Pembinaan dan Pengembangan UMKM
Mempunyai Tugas merumuskan dan melaksanakn penyusunan Rencana
program pembinaan, Pedoman penyuluhan, penyusunan, dan Penyajian
Perangkaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Bidang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah
b. Seksi Promosi dan Investasi UMKM
MempunyaI tugas merumuskan dan Melaksanakan Penyusunan Rencana
Program Pedoman Penyuluhan, Penyajian Perangkaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah di Bidang promosi dan Investasi, Petunjuk Teknis Pembinaan
Usaha dan Kelembagaan Usaha Kecil dan Menengah serta evaluasi dan
Pelaporannya.
c. Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana UMKM
Mempunyai Tugas merumuskan dan Melaksanakan Penyusunan Rencana
Program, Penyusunan Petunjuk teknis pembinaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah di Bidang Pengembangan Sarana dan Prasarana UMKM
5. Bidang Fasilitas dan jasa Keuangan
Mempunyai Tugas mengkoordinasikan, membina dan Merumuskan Program
Pembiayaan dan Jasa keuangan terdiri dari:
a. Seksi Permodalan dan jasa keuangan
Mempunyai Tugas merumuskan dan Melaksanakan penyusunan rencana
Program Pembinaan, Pedoman Penyuluhan, penyusunan dan Penyajian
Perangkaan, Petunjuk Teknis dan Pembinaan Penyimpanan bahan Pameran,
pelaksanaan Pemberian Rekomendasi dibidang Koperasi yang Bergerak di
Bidang Permodalan dan jasa keuangan.
b. Seksi pengawasan Permodalan Dan Investasi UMKM
Mempunyai Tugas Merumuskan dan Melaksanakan penyusunan rencana
Program, perumusan dan Penysunan petunjuk teknis, Menitoring dan Evaluasi
pelaksanaan dan pengawasan permodalan dan Investasi UMKM
c. Seksi pembinaan dan Pengembangan KSP/USP Koperasi
Mempunyai Tugas Merumuskan dan melaksanakan Perumusan dan Rencana
Program, perumusan dan Penyusunan Petunjuk teknis Monitoring dan
Evaluasi Pelaksanaan pembinaan dan Pengembangan Koperasi Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah
6. Bidang Pelatihan dan Penyuluhan
Mempunyai Tugas Mengkoordinasikan, membina dan Merumuskan rencana
kegiatan penyelenggaraan Pelatihan dan Penyuluhan penyusunan dan
pengembangan Kurikulum Silabus serta metode penel;itian dan penyuluhan
terdiri dari:
a. Seksi Pelatihan
Mempunyai TugasMerumuskan dan Melaksanakan identifikasi kebutuhan
pelatihan, Penyiapan Program Pelatihan, jadwal pelatihan pedoman,
Perlengkapan, dan sertifikasi serta dokumentasi pelaksanakan pendidikan dan
pelatihan Koperasi Usaha Kecil dan menengah.
b. Seksi Penyuluhan
Mempunyai Tugas merumuskan dan Melaksanakan Penyusunan konsep dan
Metode Penyuluhan Koperasi Usaha Kecil dan menengah, Dokumentasi hasil
Penyuluhan, Penyiapan sarana dan Prasarana Penyuluhan Koperasi Usaha
Kecil dan Menengah.
c. Seksi Pemberdayaan Masyarakat
Mempunyai Tugas Merumuskan dan melaksanakan pembinaan Terhadap
Koperasi Usaha Kecil dan menengah, Peningkatan Sumber Daya Manusia,
Teknologi, Pembiayaan, Permodalan, pasar dan Informasi Pasar, Kerja sama
dalam Realisi Program Kemitraan, Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
Berikut ini akan dijelaskan sebagian besar aktivitas pada Dinas Koperasi dan UMKM
Kota Pekanbaru Yaitu Sebagai Berikut:
1. Memberikan pelayanan Administrasi Kepada Semua Unsur kanwil Dinas
Koperasi dan UMKM Kota Pekanbaru Serta Pelayanan Hukum.
2. Melaksanakan Pengumpulan dan pengolahan Data, Penyusunan Program
Evaluasi Tahunan dan laporan seta Pencatatan Izin Usaha dan Program
pengendalian Lingkungan.
3. Membuat Petunjuk dan Teknis pembinaan dan Penyiapan Perizinan Usaha bidang
Industri
4. Memberikan Bimbingan Teknis Pelaksanaan Kebijaksanaan Pembinaan dan
pengembangan dibidang Industri.
5. Memberikan Bimbingan Teknis Pembinaan Usaha Sarana perdagangan Seta
Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan dan kebijaksanaan Teknis Usaha
Perdagangan.
6. Melaksanakan Tugas sesuai dengan Jabatan masing-masing Berdasarkan
Peraturan Perundang Undangan yang berlaku.
7. Menganalisa dan Menyusun Data Ekspor hasil Perindustrian Untuk Kegiatan
pembinaan dan Pengawasan Mutu Serta Menyiapkan Bahan Perizinan Ekspor.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Responden
Dalam menentukan hasil penelitian penulis yang sangat berperan penting adalah
responden, karena dari dalam penelitian ini mengangkat masalah tentang Analisis
Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru, jadi data-data yang
didapat dalam penelitian ini bersumber dari pelaku usaha UMKM Kota Pekanbaru melalui
wawancara yang berjumlah sebanyak 3 orang responden dan juga penulis melakukan
wawancara dengan Seksi Pengembangan Usaha dan Investasi yaitu Sri Rahayu Fitri, S.STP.
Sehubungan dengan penelitian tentangAnalisis Pengembangan Usaha Mikro Kecil
Menengah Di Kota Pekanbaru, maka penulis akan memaparkan kriteria responden mulai dari
jenis kelamin, usia, dan Pendidikan. Identitas responden ini diperlukan untuk mempermudah
penulis dalam mengolah data yang disajikan dalam bentuk tabel. Selain itu penulis menilai
bahwa pentingnya untuk mengetahui usia dan pendidikan responden, karena hal ini akan
dapat mempengaruhi cara pandang mereka terhadap penelitian penulis. Responden yang
dimaksud adalah pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Pekanbaru. Berikut ini
penjelasan lebih lanjut tentang identitas responden, yang dimulai dari jenis kelamin
responden:
1. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian tentang Analisis Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah
Di Kota Pekanbaru, yang dilakukan dengan cara wawancara terhadap masing-masing key
informan yang berasal dari pemilik usaha UMKM yaitu pemilik usaha Pisang Kipas berjenis
kelamin (Laki-Laki), Bolu Kemojo (Laki-Laki), dan Kue Bangkit (Laki-Laki).
2. Identitas Responden Berdasarkan Latar Belakang Usia
Identitas ke dua yang penulis peroleh dari lapangan adalah berdasarkan latar belaknag
usia. Usia merupakan salah satu faktor penentu dalam kelancaran penelitian ini, karena
responden yang memiliki usia yang dewasa, akan memiliki pemikiran yang matang dan bisa
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dari hasil penelitian tentang Analisis
Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru, maka dapat penulis
sajikan bahwa usia key informan penulis berada pada kategori antara 31 tahun hingga 40
tahun.
3. Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan
Dan identitas yang ketiga yang penulis dapatkan dari lapangan berdasarkan latar
belakang pendidikannya, rata-rata responden memiliki pendidikan Sarjana (S1). Pendidikan
sangat mempengaruhi cara sudut pandang seseorang, baik itu dalam memberikan pendapat
maupun dalam melakukan suatu tindakan. Dari hasil penelitian tentang Analisis
Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru, maka latar belakang
pendidikan key informan penulis adalah Pemilik Usaha Pisang Kipas (S1), Bolu Kemojo
(S1), DAN Kue Bangkit memiliki latar pendidikan (S1). Selanjutnya penulis akan
menyajikan hasil penelitian penulis yang membahas tentang Analisis Pengembangan Usaha
Mikro Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru, dimana penelitian ini disajikan dalam bentuk
wawancara secara keseluruhan, dan adapun hasilnya adalah:
B. Hasil Dan Pembahasan Dari Indicator Variabel Yang Membahas Tentang Analisis Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru.
Observasi adalah sebagai pengamatan yang sistematis berkenaan dengan perhatian
terhadap fenomena-fenomena yang nampak. Perhatian yang di maksud yaitu harus diberikan
kepada unit kegiatan yang diamati terjadi (Harbani Pasolong (2013 : 131). Ada beberapa
indikator yang akan penulis paparkan di dalam penelitian yang berjudulAnalisis
Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru,adalah berdasarkan teori
dari Najiati, dkk (2005:54).Dan indikator-indikator yang akan penulis gunakan dalam
mencari hasil dari penelitian ini yang pertama adalah: Kesetaraan, Partisipasi, Keswadayaan
atau Kemandirian, Berkelanjutan. Dan di dalam setiap indikatornya akan di lengkapi dengan
tiap-tiap sub indikator yang berguna sebagai alat untuk menentukan item penilaian yang akan
penulis gunakan dalam mencari jawaban dan hasil dari penelitian. Dan untuk mengetahui
hasil dari indikator pertama yaitu pembahas akan menganalisis tentang indikator Kesetaraan
maka penulis akan menyajikannya dalam bentuk wawancara yang penulis lakukan baik
dariperwakilan Dinas Dinas Koperasi Kota pekanbaru ataupun dari pemilik UMKM di Kota
Pekanbaru. Berikut hasil penelitian penulis yang disajikan dalam bentuk wawancara dan
analisisnya:
1. Kesetaraan
Kesetaraan adalah persamaan kedudukan, persamaan tingkatan, tak ada yang lebih
tinggi atau lebibh rendah. Kesetaraan juga bisa dikatakan dengan kesederajatan. Di dalam
indikator ini ada dua poin penilaian sebagai pendukung indikator pertama ini yaitu,
memberikan pelatihan-pelatihan dalam mengembangkan UMKM secara keseluruhan kepada
pemilik UMKM, dan memberikan bantuan berupa modal kepada seluruh pemilik UMKM.
Dan untuk mengetahui hasil penelitian yang penulis lakukan, maka penulis akan menyajikan
hasil wawancaranya dibawah ini:
Pertanyaan pertama yang penulis tanyakan kepada Informan penulis yang berasal dari
pengusaha UMKM Pisang Goreng Kipas Kuantan yang diwakilkan oleh pemilik usaha yaitu
Bapak Yana Patriana memberikan pernyataannya terhadap pertanyaan penulis tentang
“Pemberian Pelatihan Kepada UMKM Dalam Pengembangan Usaha” dimana jawaban yang
beliau berikan adalah berikut ini:
“Sejauh yang saya ketahui, dukungan pemerintah terhadap pengembangan UMKM Lokal di Pekanbaru adalah berbentuk modal pinjaman, sejauh ini saya belum mengetahui terkait dengan pelaksanaan pelatihan yang dilaksanakan, kemungkinan memang ada, tapi saya aja mungkin yang tidak mengetahui, tetapi
jika modal pinjaman, saya pernah menerima brosur dan undangan untuk pengembangan pangsa pasar UMKM di Kota Pekanbaru” (Wawancara 12 Maret 2019, Yana Patriana, Pemilik Usaha Pisang Goreng Kipas Kuantan)
Selanjutnya, hasil wawancara selanjutnya yang penulis dapatkan adalah dari UMKM
selanjutnya yaitu usaha Kue Bangkit, Kue Bangkit merupakan salah satu produk pangan lokal
Daerah Riau, Kue Bangkit ini adalah kue yang dapat dijadikan kue khas dari Daerah Riau
khususnya Kota Pekanbaru untuk menjadi buah tangan (Ole-ole) bagi para pengunjung dari
luar provinsi, Usaha Kue Bangkit merupakan Usaha Kue yang berawal dari kegiatan
kelompok ibu-ibu PKK Kecamatan Sail yang kemudian dinamai Kelompok UP2K Kue
Bangkit Kembang Melati. Dimana kegiatan ini dimulai pada bulan Desember Tahun 1986.
Kue Bangkit yang menjadi tempat penulis melakukan penelitian adalah Kue bangkit
yang berada di Jl.Letkol Hasan Basri No.2 B Pekanbaru, dimana gerai ini memang sudah
cukup lama dikenal oleh masyarakat setempat, yang pada awalnya, sejarah kue bangkit
dibuat hanya untuk lingkungan keluarga raja-raja melayu, salah satunya di Siak Sri Indrapura,
biasanya kue bangkit juga dijadikan sebagai kue khusus pada hari-hari besar seperti hari raya
idul fitri, hari raya idul adha, dan perayaan besar lainnya.
Dalam perkembangan jaman seperti saat ini, usaha yang bergerak dibidang kuliner
juga ikut mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, khususnya di Kota Pekanbaru, guna
melengkapi hasil penelitian yang penulis lakukan, penulis akan menyajikan hasil wawancara
penulis dengan owener UMKM Kue Bangkit yaitu Ibu Hj Martijah, dimana pertanyaan yang
penulis berikan adalah berkaitan dengan “Pemberian Pelatihan Kepada UMKM Dalam
Pengembangan Usaha” dan jawaban yang beliau berikan adalah berikut ini:
“Peyuluhan pernah diberikan oleh Dinas Koperasi dan UKM Pekanbaru, dimana penyuluhan yang dilaksanakan berkaitan dengan pengembangan UMKM yang menjual produk asli pekanbaru, salah satunya memang Kue Bangkit, tetapi proses pelatihan yang dilaksanakan oleh pihak Pemerintah melalui Dinas Koperasi UKM, kita tidak pernah mengikutinya, karna memang tidak ada undangan atau himbauan terhadap program tersebut” (Wawancara 13 Maret 2019, Hj,Martijah, Pemilik Usaha Kue Bangkit Pekanbaru)
Selain itu penulis juga telah melakukan wawancara dengan perwakilan dari UKM
Bolu Kemojo, yang mana lokasi usahanya beralamat di jalan Sumatera, adapun tanggapan
yang diberikan oleh perwakilan pegawai Usaha Bolu Kumojo tersebu terkait wawancara
penulis tentang “Pemberian Pelatihan Kepada UMKM Dalam Pengembangan Usaha” dan
jawaban yang beliau berikan adalah”
“Sejauh ini tidak pernah ada undangan untuk pelaksanaan pelatihan dibidang kuliner, dan kita tidak tau tentang program tersebut, dan sejauh ini kita tidak ada mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kota Pekanbaru terkait dengan pengembangan usaha yang kita jalankan” (Wawancara 13 Maret 2019, Syafrudin Hanafi, Penanggung Jawab Gerai Bolu Kumojo) Diluar proses pelaksanaan pelatihan yang dilakukan oleh pihak Dinas Koperasi Dan
UKM Kota Pekanbaru, proses pemberian bantuan modal yang juga jadi focus penelitian
penulis pada indikator pertama ini belum terlaksana secara baik, dimana belum seluruh
lapisan masyarakat mendapatkan bantuan modal yang disediakan pemerintah, dan untuk
mengetahui kenapa proses tersebut tidak berjalan secara merata, maka penulis akan
menyajikan hasil penelitian penulis dengan perwakilan Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Pekanbaru dimana dalam hal ini responden yang memberikan keterangan
kepada penulis dimana berkaitan dengan penjelasan pada pertanyaaan seputar indikator yang
pertama di atas, yaitu “Memberikan Pelatihan-Pelatihan dalam Mengembangkan UMKM
secara Keseluruhan kepada Pemilik UMKM” dan juga “Memberikan Bantuan Berupa Modal
kepada Seluruh Pemilik UMKM” adalah Ibu Sri Rahayu Fitri, S.STP Selaku Seksi
Pengembangan Usaha dan Investasi. Adapun tanggapan yang beliau berikan adalah sebagai
berikut:
“Pelaksanaan pelatihan ini dilaksanakan secara bertahap tentunya, tidak bisa sekaligus secara keseluruhan, karna jumlah UMKM yang begitu besar, kita akan membagi-bagi kelompoknya terlebih dahulu, mana prioritasnya yang akan diutamakan, kita akan melihat peluang dari proses berjalannya UMKM tersebut, jika sudah mandiri, kan tidak memerlukan pelatihan yang intensif, berbeda dengan UMKM yang baru akan berkembang. Diluar dari pelatihan tersebut, modal-modal usaha ini juga bisa di berikan kepada masing-masing anggota yang
sudah terdaftar dan memenuhi persyaratan.” (Wawancara 03 Desember 2018, Ibu Sri Rahayu Fitri, S.STP Selaku Seksi Pengembangan Usaha dan Investasi)
Berdasarkan wawancara yang telah di dapatkan di atas, dapat di tarik kesimpulan
bahwa pihak Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Pekanbaru mengakui
bahwa proses pelaksanaan pelatihan tidak dapat di lakukan secara bersamaan terhadap
keseluruhan anggota UMKM yang ada, pihak Dinas akan terlebih dahulu melihat peluang
dan prioritas dari pelaku UMKM tersebut.
Disertai hasil observasi penulis dilapangan, penulis menemukan fakta bahwa memang
benar adanya bahwa tidak semua pelaku UMKM mendapatkan undangan atau surat
pemberitahuan dari pihak Dinas Koperasi UMKM Kota Pekanbaru, dan tidak semua pelaku
UMKM mengatahui bahwa pemerintah Kota Pekanbaru memiliki program yang dapat
mengembangkan usaha-usaha dari masyarakat pelaku UMKM. Dengan demikian penulis
berharap kedepannya pihak Pemerintah Kota Pekanbaru melalui Dinas Koperasi dan UMKM
Kota Pekanbaru dapat mensosialisasikan dan menjangkau lebih luas lagi pelaksanaan
program yang di jalankan. Hal ini di dasari berdasarkan data yang penulis dapatkan dari
Kantor Dinas Koperasi UMKM Kota Pekanbaru, Program yang telah di rencanakan pada
tahun 2017-2018, memiliki target yang jauh dari jumlah total keseluruhan pelaku UMKM di
Kota Pekanbaru.
2. Partisipasi
Partisipasi adalah sebagai wujud dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi
melalui proses desentralisasi dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari bawah
(button-up) dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan
pembangunan masyarakat (H.A.R Tilaar, 2009:287). Jadi dapat dikatakan bahwa partisipasi
juga bisa diartikan sebagai suatu wujud dari peran serta masyarakat dalam aktivitas berupa
perencanaan dan pelaksanaan untuk mencapai tujuan pembangunan masyarakat. Wujud dari
partisipasi dapat berupa saran, jasa, ataupun dalam bentuk materi baik secara langsung dalam
suasana demokratis.
Selanjutnya penulis akan menyajikan hasil penelitian yang membahas tentang
indikator yang ke dua yaitu indikator yang membahas tentang “Partisipasi” yang memiliki
pembahasan pada masing-masing Sub Item Penilaian, dimana dalam hal ini proses penelitian
yang penulis lakukan adalah menggunakan teknik wawancara, dan wawancara yang pertama
penulis lakukan adalah dengan pihak Pisang Goreng Kipas Kuantan Pekanbaru. dimana
dalam hal ini diwakilkan oleh pemilik usaha yaitu Bapak Yana Patriana memberikan
pernyataannya terhadap pertanyaan penulis tentang “Menyadarkan masyarakat untuk
Meningkatkan UMKM di bidang Kerajinan Asli Daerah, dan Memanfaatkan Sumber Daya
Alam yang ada, untuk dijadikan sesuatu yang bernilai jual di tengah masyarakat” dimana
jawaban yang beliau berikan adalah berikut ini:
“Saya rasa hal ini yang kurang dari Pemerintah Kota Pekanbaru, dimana tidak terlihat keseriusan Pemerintah untuk mamajukan UMKM Lokal yang telah terbangun di Kota Pekanbaru ini, kita bisa melihat sekarang, kuliner-kuliner yang ada di Pekanbaru sudah di dominasi oleh produk-produk nasional, dimana mana gerai sudah berdiri dengan mewah, karna mereka memiliki modal yang tidak terbatas, dan juga berbadan hukum seperti Perusahaan yang memiliki cabang di daerah-daerah, di sini kita kalah saing, harusnya pemerintah giat mempromosikan produk-produk asli UMKM Kota Pekanbaru, saya harap kedepannya hal ini jadi perhatian khusus dari Pemerintah Kota Pekanbaru, khususnya Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah” (Wawancara 12 Maret 2019, Yana Patriana, Pemilik Usaha Pisang Goreng Kipas Kuantan)
Selanjutnya, hasil wawancara yang penulis dapatkan adalah dari UMKM usaha Kue
Bangkit, Kue Bangkit merupakan salah satu produk pangan lokal Daerah Riau, Kue Bangkit
ini adalah kue yang dapat dijadikan kue khas dari Daerah Riau khususnya Kota Pekanbaru
untuk menjadi buah tangan (Ole-ole) bagi para pengunjung dari luar provinsi, Usaha Kue
Bangkit merupakan Usaha Kue yang berawal dari kegiatan kelompok ibu-ibu PKK
Kecamatan Sail yang kemudian dinamai Kelompok UP2K Kue Bangkit Kembang Melati.
Dimana kegiatan ini dimulai pada bulan Desember Tahun 1986. Dan untuk mengetahui
tanggapan responden yang berasal dari UMKM Kue Bangkit, maka penulis akan menyajikan
hasil wawancara penulis dengan owener UMKM Kue Bangkit yaitu Ibu Hj Martijah, dimana
pertanyaan yang penulis berikan adalah berkaitan dengan “Pemberian Pelatihan Kepada
UMKM Dalam Pengembangan Usaha” dan jawaban yang beliau berikan adalah berikut ini:
“Kurang tepat saya rasa apabila kita bergantung pada Sumber Daya Alam yang ada di Provinsi Riau, karna memang belum mencukupi, bahan baku yang kita gunakan masih bahan baku buatan daerah luar, tetapi yang paling penting adalah hasil olahannya yang memang asli warga Riau, dimana ciri khas dari kue ini juga hampir tidak dimiliki oleh kue lainnya” (Wawancara 13 Maret 2019, Hj,Martijah, Pemilik Usaha Kue Bangkit Pekanbaru)
Untuk melengkapi jawaban yang telah penulis dapatkan di atas, penulis juga telah
melakukan wawancara dengan perwakilan Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah
Kota Pekanbaru dimana dalam hal ini responden yang memberikan keterangan kepada
penulis dimana berkaitan dengan penjelasan pada pertanyaaan seputar indikator yang kedua
di atas, dan adapun responden yang memberikan keterangan tersebut adalah perwakilan
Dinas yaitu Ibu Sri Rahayu Fitri, S.STP Selaku Seksi Pengembangan Usaha dan Investasi.
Adapun tanggapan yang beliau berikan dimana kaitannya tentang pertanyaan sepurtar
Peningkatan mutu UMKM, dan juga Pemanfaatan Sumber Daya Alam yang ada untuk
dijadikan kerajinan. adalah sebagai berikut:
“Saat ini kita selalu mengupayakan bagaimana supaya geliat pasar kerajinan khas provinsi riau dan juga kerajina alam dapat berkembang di masyarakat, salah satu yang pasti adalah kerajinan mengenai makanan khas riau yang bisa dijadikan ole-oleh, seperti keripik, kue, dan yang lainnya hingga produk-produk hutan seperti yang ada di daerah rumbai, kerajinan rotan tersebut mendapatkan dukungan dari Dinas Koperasi UMKM agar dapat terus berinovasi dengan menciptakan produk-produk baru, jadi tidak hanya ada di jenis pembuatan kursi, meja, dll, dan selanjutnya kita juga akan terus kembangkan pasar-pasar wisata dan tradisional agar produk-produk lokal ini dapat di pasarkan disana.” (Wawancara 03 Desember 2018, Ibu Sri Rahayu Fitri, S.STP Selaku Seksi Pengembangan Usaha dan Investasi)
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan dilapangan, penulis menemukan
fakta bahwa proses pengembangan usaha UMKM yang dilakukan oleh pihak Dinas Koperasi
Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Pekanbaru memang belum berjalan dengan baik, hal ini
di perkuat oleh pengakuan dari pelaku Usaha UMKM yang mengatakan bahwa pada dasarnya
mereka mengembangkan usahanya dengan modal dan juga jangkauan pemasaran yang
mereka bangun sendiri tanpa mengharpkan bantuan dari pemerintah Kota Pekanbaru, hal ini
dikarenakan ketidak pastian program-program yang di jalankan oleh pihak Dinas Koperasi
Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Pekanbaru.
3. Keswadayaan atau Kemandirian
Keswadayaan atau Kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang
untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya
sendiri tanpa bantuan dari orang lain maupun berfikir dan bertindak original/kreatif, mampu
mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasan dari
usahanya.
Selanjutnya penulis akan menyajikan hasil penelitian yang membahas tentang
indikator yang ke tiga yaitu indicator yang membahas tentang “Keswadayaan atau
Kemandirian” yang memiliki pembahasan pada masing-masing Sub Item Penilaian.
Salah satu pembahasan dalam upaya keswadayaan atau kemandirian adalah
Meningkatkan Kualitas Produk agar dapat Bersaing di pasar khususnya menghadapi Pasar
bebas Masyarakat Ekonomi Asean di Kota Pekanbaru. UMKM memiliki proporsi yang
sangat besar dari keseluruhan pelaku usaha di Indonesia atau sebanyak 56,54 juta unit
UMKM. Masyarakat sebagai pelaku didalam usaha mikro, kecil, dan menengah masih dinilai
kurang paham terhadap pengembangan produk UMKM terutama dalam hal pengemasan dan
pelabelan produk untuk meningkatkan nilai jual produk. Selain itu, branding/pemasaran juga
menjadi salah satu faktor penting yang dapat meningkatan pendapatan UMKM.
Salam satu masalah yang dihadapi pelaku UMKM adalah metode pemasaran yang
masih belum maksimal, dimana pemasaran yang biasa dilakukan tidak memiliki prospek
yang cerah, dalam artian, pemasaran hanya dilakukan disekitar lokasi tempat mereka
berdagang saja, tanpa adanya ketertarikan untuk melakukan perluasan penjualan produk.
Seiring bergulirnya era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), usaha mikro, kecil dan menengah
Indonesia (UMKM) semakin dituntut untuk meningkatkan daya saing mereka dan bersiap diri untuk
memanfaatkan peluang perdaganganAgar siap, UMKM perlu meningkatkan efisiensi operasional,
kualitas produk dan meningkatkan sumber daya manusianya.
Untuk mengetahui sejauh mana langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah terkait dengan
peningkatan kualitas dan juga perluasan metode pemasaran kepada pelaku UMKM di kota Pekanbaru,
maka penulis akan menyajikan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan masing-masing
informan, dan untuk lengkapnya, maka penulis akan menyajikan hasil wawancara yang bersumber
dari masing-masing pelaku UMKM terlebih dahulu, dimana dalam hal ini adalah UMKM Pisang
Kipas Kuantan, Bolu Kemojo, dan juga Kue Bangkit Kota Pekanbaru.
Wawancara yang pertama penulis lakukan adalah dengan pihak Pisang Goreng Kipas
Kuantan Pekanbaru. dimana dalam hal ini diwakilkan oleh pemilik usaha yaitu Bapak Yana
Patriana memberikan pernyataannya terhadap pertanyaan penulis tentang “Meningkatkan
Kualitas Produk agar dapat Bersaing di pasar khususnya menghadapi Pasar bebas Masyarakat
Ekonomi Asean di Kota Pekanbaru, dan Metode Memasarkan produk UMKM” dimana
jawaban yang beliau berikan adalah berikut ini:
“Jika dikatakan turun secara langsung untuk meninjau dan memberikan masukan guna meningkatkan kualitas produksi kami, saya rasa belum pernah terjadi, saya rasa, salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam membantu para pelaku UMKM adalah dengan menyediakan pinjaman kredit yang dipermudah, hanya itu saja, dan itupun hanya sebagai media penengah saja, bukan berarti ada bantuan real dalam bentuk barang atau dana, tidak ada hal seperti itu, tetap aja pedagang yang berjuang untuk memajukan usaha yang mereka jalankan, dan sejauh ini, metode pemasaran yang kita lakukan hanya lokal saja, tetapi bisa dijadikan oleh-oleh untuk keluar kota, karna produk kita juga ada yang berbentuk produk setengah matang, bisa bertahan dalam beberapa hari sebelum di masak secara matang” (Wawancara 12 Maret 2019, Yana Patriana, Pemilik Usaha Pisang Goreng Kipas Kuantan)
Selanjutnya, hasil wawancara yang penulis dapatkan adalah dari UMKM usaha Kue
Bangkit, Kue Bangkit merupakan salah satu produk pangan lokal Daerah Riau, Kue Bangkit
ini adalah kue yang dapat dijadikan kue khas dari Daerah Riau khususnya Kota Pekanbaru
untuk menjadi buah tangan (Ole-ole) bagi para pengunjung dari luar provinsi, Usaha Kue
Bangkit merupakan Usaha Kue yang berawal dari kegiatan kelompok ibu-ibu PKK
Kecamatan Sail yang kemudian dinamai Kelompok UP2K Kue Bangkit Kembang Melati.
Dimana kegiatan ini dimulai pada bulan Desember Tahun 1986. Dan untuk mengetahui
tanggapan responden yang berasal dari UMKM Kue Bangkit, maka penulis akan menyajikan
hasil wawancara penulis dengan owener UMKM Kue Bangkit yaitu Ibu Hj Martijah, dimana
pertanyaan yang penulis berikan adalah berkaitan dengan “Pemberian Pelatihan Kepada
UMKM Dalam Pengembangan Usaha” dan jawaban yang beliau berikan adalah berikut ini:
“Tidak ada, pemasaran kita yang mencari strateginya, kita lihat perkembangan di pasar, apa yang di sukai masyarakat, kita mengikuti perkembangan pasar saja, dan untuk meningkatkan kualitas, saya rasa kitalah yang harus menetapkan standar kualitas kita, saya rasa pemerintah tidak ada sampai kesana peran nya” (Wawancara 13 Maret 2019, Hj,Martijah, Pemilik Usaha Kue Bangkit Pekanbaru)
Untuk melengkapi jawaban yang telah penulis dapatkan di atas, penulis juga telah
melakukan wawancara dengan perwakilan Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah
Kota Pekanbaru dimana dalam hal ini responden yang memberikan keterangan kepada
penulis dimana berkaitan dengan penjelasan pada pertanyaaan seputar indikator yang kedua
di atas, dan adapun responden yang memberikan keterangan tersebut adalah perwakilan
Dinas yaitu Ibu Sri Rahayu Fitri, S.STP Selaku Seksi Pengembangan Usaha dan Investasi.
Adapun tanggapan yang beliau berikan dimana kaitannya tentang pertanyaan seputar
Peningkatan Kualitas Produk Agar mampu bersaing dipasar khususnya menghadapi pasar
bebas masyarakat ekonomi asean di Kota Pekanbaru, dan juga Metode Pemasaran Produk
UMKM. Adalah sebagai berikut:
“Peningkatan Kualitas Produk yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UMKM tentunya salah satunya dengan cara penyusunan kegiatan program-program Pelatihan, baik itu pelatihan kualitas produksi ataupun pelatihan sumber daya manusianya, hal ini tentunya bertujuan untuk jangka menengah dan juga panjang, karna system dari program yang di jalankankan ini sifatnya secara terus menerus dan melihat perkembangan dari si pelaku UMKM tersebut,.” (Wawancara 03 Desember 2018, Ibu Sri Rahayu Fitri, S.STP Selaku Seksi Pengembangan Usaha dan Investasi)
Sementara itu untuk proses pemasaran, Ibu Sri Rahayu Fitri, S.STP Selaku Seksi
Pengembangan Usaha dan Investasi memberikan pernyataannya sebagai berikut ini:
“Pemasaran produk-produk lokal itu juga mendapatkan perhatian khusus dari program kami, dimana kami juga memberikan penyuluhan dan sosialisasi kepada pelaku usaha agar mampu berkembang dan melek terhadap perkembangan jaman, dimana jaman sekarang berjualan itu tidak harus lagi selalu pergi kepasar, dari kamar saja sekarang bisa berjualan, dan kita mengenalkan ke mereka teknologi internet dan juga bagaimana penggunannya, semua itu masuk dalam program ita pada beberapa tahun belakangan ini,.” (Wawancara 03 Desember 2018, Ibu Sri Rahayu Fitri, S.STP Selaku Seksi Pengembangan Usaha dan Investasi)
Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pihak
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Pekanbaru mengakui bahwa mereka
telah menyusun program kerja di bidang peningkatan mutu kualitas produk yang di hasilkan
oleh UMKM di Kota Pekanbaru, dan untuk memaksimalkan pemasaran yang dapat
dilakukan, pihak Dinas juga mengakui bahwa proses penyuluhan dan sosialisasi mengenai
pasar digital telah dilakukan dan menjadi salah satu prioritas kerja mereka.
Sementara itu, berdasarkan observasi penulis dilapangan, penulis menemukan fakta
bahwa proses yang berjalan memang sudah di susun dalam program dan sudah di jalankan
dilapangan, tetapi proses yang berjalan tersebut tidak menyentuh seluruh pelaku Usaha Mikro
Kecil Menengah yang benar-benar membutuhkan bimbingan dari pihak Pemerintah kota
Pekanbaru, dimana pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah yang mengaku tidak mengetahui
terkait dengan program-program yang di susun dan di jalankan oleh pihak Dinas Koperasi
dan Usaha Mikro Kecil Menengah. Tentunya hal tersebut menjadi salah satu permasalahan
yang segera harus menjadi prioritas terlebih dahulu di dalam internal Dinas Koperasi Usaha
Mikro Kecil Menengah, apabila memang menjalankan sebuah program untuk memajukan
Usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Pekanbaru, seharusnya program tersebut dapat di
nikmati oleh keseluruhan masyarakat yang menjalankan usaha Usaha Mikro Kecil Menengah
nya, tidak hanya beberapa anggota yang terpilih saja yang dapat merasakan kebijakan melalui
program tersebut.
4. Berkelanjutan
Berkelanjutan yang dimaksud dalam hal ini adalah bahwa program yang dilaksanakan
oleh pihak Dinas Koperasi dalam memberdayakan UMKM Kota Pekanbaru dapat berjalan
dalam jangka waktu panjang dan memiliki dampak dari hasil program tersebut, hasil yang
diharapkan adalah UMKM Kota Pekanbaru dapat berkembang dan produknya bisa bersaing
dengan produk lainnya. Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara dengan perwakilan dari
pihak Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Pekanbaru untuk mengetahui
apakah proses penyusunan program sudah berjalan atau tidak.
Untuk mengatahui jawaban yang diberikan oleh pihak Dinas Koperasi Usaha Mikro
Kecil Menengah Kota Pekanbaru dimana dalam hal ini responden yang memberikan
keterangan kepada penulis dimana berkaitan dengan penjelasan pada pertanyaaan seputar
indikator yang keempat di atas, dan adapun responden yang memberikan keterangan tersebut
adalah perwakilan Dinas yaitu Ibu Sri Rahayu Fitri, S.STP Selaku Seksi Pengembangan
Usaha dan Investasi. dimana tanggapan yang beliau berikan kaitannya tentang pertanyaan
sepurtar “Menyusun Program-Program dalam jangka waktu lama yang bertujuan untuk
Peningkatan Kualitas Usaha Mikro Kecil Menengah dan Melakukan Kontrol Pengawasan
kepada Usaha Mikro Kecil Menengah”. Dan adapun hasil wawancara penulis dengan beliau
adalah sebagai berikut:
“Proses pengawasan tetap dilakukan terhadap seluruh pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah yang ada di Kota Pekanbaru, hal ini tentunya banyak penyebabnya yang nantinya berkaitan dengan masyarakat luas, apabila kegiatan itu di bidang makanan, maka untuk memastikan kesehatan dan keamanan masyarakat, kita harus mengawasinya, dan proses-proses lain juga tetap di kontrol agar tidak ada hal-hal yang tidak di inginkan terjadi, dan juga system yang di awasai adalah pasar yang ada di dunia Usaha Mikro Kecil Menengah itu sendiri, agar persaingannya tetap ada di jalur yang sehat, maka harus tetap di perhatikan.” (Wawancara 03 Desember 2018, Ibu Sri Rahayu Fitri, S.STP Selaku Seksi Pengembangan Usaha dan Investasi)
Dalam upaya meningkatkan kualitas UMKM di Kota Pekanbaru, tentunya dibutuhkan
penyusunan program yang memiliki tujuan yang pasti, dan tentunya dapat mencakup secara
keseluruhan UMKM yang sedang berkembang dan membutuhkan bantuan di Kota
Pekanbaru, dan untuk mengetahui tanggapan Ibu Sri Rahayu Fitri, S.STP Selaku Seksi
Pengembangan Usaha dan Investasi terhadap permasalahan tersebut, maka penulis akan
menyajikan hasil wawancaranya dibawah ini:
“Salah satu yang menjadi permasalahan dalam pelaksanaan program tentunya anggaran yang terbatas, kita tidak bisa merangkul seluruh UMKM yang ada, karna jumlahnya sangat banyak, kita melakukan prioritas terhadap UMKM yang dianggap memang memiliki prospek yang jelas dengan usaha yang dibangun, maka kita menentukan sasaran program tersebut kebidang-bidang mana saja, dan tentunya prioritas itu adalah produk-produk lokal Riau” (Wawancara 03 Desember 2018, Ibu Sri Rahayu Fitri, S.STP Selaku Seksi Pengembangan Usaha dan Investasi)
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa pihak Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Pekanbaru mengakui telah
melakukan upaya-upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari UMKM di Kota
Pekanbaru.
C. Faktor-Faktor Penghambat Yang Di Alami Oleh Pihak Dinas Koperasi Dan UMKM Dalam Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah Di Kota Pekanbaru.
Dalam pelaksanaan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah yang ada di Kota
Pekanbaru, Pemerintah kota Pekanbaru tentunya akan berhadapan dengan beberapa
permasalahan yang dapat menghambat pelaksanaan kebijakan, dan untuk mengetahui proses
dan juga faktor penghambat yang di alami oleh pihak Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Pekanbaru, maka penulis akan menyajikannya di bawah ini:
1. Jumlah pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Pekanbaru sangat besar,
sehingga memberikan kesulitas untuk Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah
Kota Pekanbaru untuk merealiasikan kebijakan dan dapat menjangkau seluruh
komponen pelaku UMKM, dan pelaksanaan program akan membutuhkan jumlah
anggaran yang besar dan waktu yang lama.
2. Jumlah anggaran untuk menyediakan program yang dapat di rasakan oleh seluruh
pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Pekanbaru tentunya sangat terbatas dan
tidak mencukupi untuk menjangkau seluruh pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah di
Kota Pekanbaru.
3. Keterbatasan jumlah pegawai, sehingga pelaksanaan program-program yang beraitan
dengan lapangan seperti penyuluhan, sosialisasi, pelatihan, pengembangan tidak dapat
dilakukan secara serentak dan menjangkau seluruh Kota Pekanbaru, sehingga
kegiatan dilakukan dengan cara bertahap dan berkelanjutan dengan waktu yang cukup
panjang.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang penulis lakukan dilapangan yang telah
dilengkapi dengan analisis serta dengan pembahasan hasil pada masing-masing indikatornya.
Maka penulis mendapatkan kesimpulan pada tiap tahapan pengumpulan data yang penulis
lakukan, baik berdasarkan pengamatan dilokasi penelitian, wawancara dengan key informan
dilapangan yang berasal baik dari pelaku UMKM ataupun perwakilan dari pihak Dinas
Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Pekanbaru. Maka adapun kesimpulan secara
keseluruhan yang dapat penulis tarik dari hasil penelitian ini adalah berada pada jawaban
dengan kategori “Cukup Baik” jawaban ini penulis ambil kesimpulannya dari hasil
pengumpulan data dan wawancara serta observasi langsung kelapangan dari responden
pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah dan juga di Kantor Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Pekanbaru.
Adapun alasan yang dapat di ambil dari kesimpulan ini adalah dikarenakan bahwa
proses pemberdayaan yang dilakukan oleh pihak Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Pekanbaru memang sudah di jalankan dengan proses pembentukan program-
program kerja, tetapi realisasi program kerja tersebut tidak dapat menjangkau seluruh pelaku
UMKM yang ada di Kota Pekanbaru, karna pada data yang dikeluarkan oleh pihak Dinas
Koperasi UMKM Kota Pekanbaru, jumlah pelaku usaha yang ditargetkan dalam pelaksanaan
program tidak sampai setengah dari total jumlah pelaku UMKM Kota Pekanbaru secara
keseluruhan.
Dalam pelaksanaan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah yang ada di Kota
Pekanbaru, Pemerintah kota Pekanbaru tentunya akan berhadapan dengan beberapa
permasalahan yang dapat menghambat pelaksanaan kebijakan, dan untuk mengetahui proses
dan juga faktor penghambat yang di alami oleh pihak Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Pekanbaru, maka penulis akan menyajikannya di bawah ini:
1. Jumlah pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Pekanbaru sangat besar,
sehingga memberikan kesulitas untuk Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil
Menengah Kota Pekanbaru untuk merealiasikan kebijakan dan dapat menjangkau
seluruh komponen pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah, dan pelaksanaan
program akan membutuhkan jumlah anggaran yang besar dan waktu yang lama.
2. Jumlah anggaran untuk menyediakan program yang dapat di rasakan oleh seluruh
pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Pekanbaru tentunya sangat terbatas
dan tidak mencukupi untuk menjangkau seluruh pelaku Usaha Mikro Kecil
Menengah di Kota Pekanbaru.
3. Keterbatasan jumlah pegawai, sehingga pelaksanaan program-program yang
beraitan dengan lapangan seperti penyuluhan, sosialisasi, pelatihan,
pengembangan tidak dapat dilakukan secara serentak dan menjangkau seluruh
Kota Pekanbaru, sehingga kegiatan dilakukan dengan cara bertahap dan
berkelanjutan dengan waktu yang cukup panjang dan menjadi kurang efektif.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang penulis buat diatas, maka penulis akan memberikan
saran-saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi pihak Dinas Koperasi UMKM Kota
Pekanbaru dan juga pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Pekanbaru yang penulis
jadikan objek dalam penelitian ini, yang mana nantinya dapat menjadi masukan yang
diharapkan bermanfaat untuk menjalankan Kebijakan dan pemberian pelayanan publik di
masa yang akan datang atau di tahun-tahun berikutnya, Dan adapun saran-saran yang ingin
penulis berikan kepada pihak-pihak yang telah penulis disebutkan di atas adalah sebagai
berikut:
1. Penulis menyarankan kepada Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah
Kota Pekanbaru agar menyusun program kerja yang dapat menjangkau seluruh
pelaku UMKM di Kota Pekanbaru, hal ini bertujuan agar kemajuan sektor
industri UMKM dapat terus berkembang dan berdampak kepada kesejahteraan
dari seluruh komponen yang terlibat di dalamnya.
2. Saran penulis selanjutnya adalah, apabila memang anggaran yang tersedia tidak
mencukupi, penulis menyarankan agar Pemerintah Kota Pekanbaru melalui
Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Pekanbaru untuk menyusun
dan menaikkan anggara belanja yang nantinya dana tersebut di alokasikan untuk
meningkatkan kualitas dari UMKM yang ada di Kota Pekanbaru
3. Apabila jumlah pegawai pada Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah
Kota Pekanbaru memang tidak mencukupi untuk menjalankan keseluruhan
program yang ada, maka penulis menyarankan agar pihak Pemerintah Kota
Pekanbaru melalui Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kota
Pekanbaru untuk menambah dan merekrut pegawai baru untuk memaksimalkan
kinerja dari fungsi Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kota
Pekanbaru itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Anwas, Oos M. 2013. Pemberdayaan Masyarakat di Era Global. Bandung; Alfabeta
B Siswanto, Sastrohadiwirjo. 2008. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administrasi dan Operasional. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Bilson, Simamora. 2001. Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel. Edisi pertama. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Edi Suharto. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Bandung: PT Refika Aditama, Hal. 57-58.
Fuad, M, dkk. 2006. Pengantar Bisnis. Cetakan Kelima. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
George R. Terry dan Leslie W. Rue. 2008. Dasar-Dasar Manajemen, Bumi Aksara: Jakarata
Hadari Nawawi. 2001. Managemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Hadari Nawawi. 2005. Penelitian Terapan.Yogyakarta:Gajah Mada University Press.
Handoko, T. Hani. 2003. “Manajemen Sumber Daya Manusia”. Ed.2, Yogyakarta: BPFE
Haryadi, Hendi. 2009. Administrasi Perkantoran untuk Manajer & Staf. Jakarta: Visimedia.
Isbandi, Rukminto, Adi. 2008. Intervensi Kominitas: Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Kasmir. (2014). Dasar-Dasar Perbankan. Edisi Revisi, Cetakan ke duabelas, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Makmur, Syarief. (2008). Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektivitas Organisasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Najiati, Sri, dkk. 2005. Pemberdayaan Masyarakat di Lahan Gambut. Bogor: Wetlands International.
Siagian, Sondang. P. 2006. Sistem Informasi Manajemen. Jakarta:PT. Bumi Aksara.
Singarimbun, Masri danSofian Effendi. 1985. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES.
Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung, Alfabeta.
Sugiyono.2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Sugiyono.2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Suparjati, 2000, Tata Usaha dan Kearsipan (Seri Administrasi Perkantoran), Yogyakarta: Kanisius.
Dokumentasi Penelitian :
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945