eprints.unsri.ac.ideprints.unsri.ac.id/1947/1/penatalaksaan_keloid_lobulus_telinga... · created...
TRANSCRIPT
ISSN 0-8s3-1773
JurTtaIKEDOKTERAN &KESEHMNPublikasi Ilmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
JKK Th.42 No.4 Oktober 2010 rssN 0-8s3-1773
Penerbit:Fakultas Kedokteran Universitas SriwijayaJl. Dr. Moehammad Ali Kompleks RSMH Palemban g30l26,IndonesiaTelp. 07 r l -3 523 42, F ax. 07 1 r -37 343 8, email : j urnal_fkunsri@yahoo. com
!urnaIKEDOKTERAN &KESEHATAN(DAHULU MAJALAH KEDOKTERAN SRWIJAYA}
rssN 0-853-1773Terakreditasi SK. No.093tD3.412000. tanggal, 20 Maret 2000Terakreditasi Kembali SK. No.342lD3N12003,30 Juni 2003
Penanggung JawabProf. dr. Zarkasih Anwar. Sp(K)
Dekan
Pemimpin Umumdr. Erial Bahar. M.Sc
Pembantu Dekan I
Ketua PenyuntingProf. dr. Hermansyah, SpPD-KR
Wakil Ketua Penyuntingdr. Syarif Husin, MS
Anggota PenyuntingProf, Dr. dr. H.M.T Kamaluddin, MSc
Prof. dr. H. Rusdi Ismail, SpA(K)Prof, dr. K.H.M Arsyad, DABK, Sp.And
Prof. dr. A. Kurdi Syamsuri, M.MedEd,Sp.OG(K)Prof, dr. Chairil Anwar, DAP&E,Sp.Park, PhD
Prof. dr. Akmal Sya'roni, DTM, SpPD-KTIProf. dr. AliGhanie, Sp.PD, KKV
Prof. dr. Theresia Toruan, Sp.KK(K)Prof. dr. HardiDarmawan, DTM&H. MPH. FR. STM
Prof. dr. Tan Malak4 MOH, Ph.Ddr. lvlutiara Budi Azhar, SU, M.MedSc
dr. Yuwono, M. Biomed
Ad m in istrasi/SirkulasiMasito Meiliani A,Md.
Alamat RedalaiFakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Jln. Dr. Moh. AliKompleks RSMH PalembangKode Pos-30126
Telp (071 l) 352342: Fax (071 l) 373438E-mail : [email protected]
PenerbitFakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Mitra Bestari I Peer Reviewer
Prof. dr. Robert Siregar, DTM&H, Sp.KK
Prof. PM. Chatar, Sp.PK(K)
Prof. dr. H. Azwar Agoes, DAFK, Sp.FK
Prof. dr. Usman Said, Sp.OG(K)
Prof. dr. Suroso A.N, SPKK(K)
Prof. dr. Eddy Mart Salim, Sp.PD-KAIProf. dr. Syakoni Daud Rusydi, SpOG(K)
dr. Mgs. Roni Saleh. Sp.B
dr. Alwi shahab, Sp. S(K)
dr. M. Lawi Yusuf, SpKJ
Dr. dr. RM. Suryadi Tjek Yan, MPH
Dr. dr. Fahmi ldris. M. Kes
dr. Abla Ghanie, Sp.THT
dr. Darma, Sp.M
dr. Endang Melati Maas, Sp.An (KC)
1.
2.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
t4.
15.
16. dr. Ruslan, SpRM
17. dr. Jalalalin, Sp.RM
18. dr. Binsar Silalahi, SpF
19. dr. Mesfi Unita, Sp.Pa
20. dr. Wisman Tjuandra, M.Sc, SppK
21. dr. Ainul Hayat, Sp.Rad
22. dr. Hardi Darmawan, DTM&H. MPH. FR.STM23. Drs. Kusumo Hariyadi, Apt, MS24. dr. Nazly Hanim, Danut, MA25. dr. Yan Effendi Hasyim, DAHK26. dr. Riyanto, M.Sc
Editorial
Pembaca yang budiman,
Jumpa kali ini redaksi mencoba menampilkan komposisi tulisan berupa hasil penelitian dan tinjauan pustaka.
Memang ini bentuk ideal yang redaksi idamkan. Oleh karena itu dari meja redaksi kami tetap berhmap semoga nomor
kali ini akan selalu menggairahkan nuama kita semua. Mulai dari survei terhadap kinerja kader kesehatan desa
dalam mengisi Kartu Menuju Sehat untuk anak, masalah diare, hubungan antara pendidikan seks remaja dan
lingkungan keluarga, program imunisasi, faktor risiko diabetes mellitus, penyakit tuberculosis, dan masih
banyak lagi tulisan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Mudah-mudahan beberapa tulisan kali initetap menambah minat baca kita dan bahkan meningkatkan gairah untuk turut menyumbang karya sejawat
pada nomor mendatang.
Semoga tulisan pada terbitan ini merangsang sejawat untuk menulis, dan mengirimkannya ke redaksi.
Jurnal ini memang tetap mengharapkan tulisan dari sejawat, utamanya berupa hasil penelitian. Selamat
membaca
Salam Redaksi
JKK, Th, 42, No.4 Oktober 2010
Editorial
Pembaca yang budiman,
Jumpa kali ini redaksi mencoba menampilkan komposisi tulisan berupa hasil penelitian dan tinjauan pustaka.
Memang ini bentuk ideal yang redaksi idamkan. Oleh karena itu dari meja redaksi kami tetap berharap semoganomor
kali ini akan selalu menggairahkan nuansa kita semua. Mulai dari survei terhadap kinerja kader kesehatan desa
dalam mengisi Kartu Menuju Sehat untuk anak, masalah diare, hubungan antara pendidikan seks remaja dan
lingkungan keluarga, program imunisasi, faktor risiko diabetes mellitus, penyakit tuberculosis, dan masih
banyak lagi tulisan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Mudah-rnudahan beberapa tulisan kali ini
tetap menambah minat baca kita dan bahkan meningkatkan gairah untuk turut menyumbang karya sejawat
pada nomor mendatang.
Semoga tulisan pada terbitan ini merangsang sejawat unfuk menulis, dan mengirimkannya ke redaksi.
Jurnal ini memang tetap mengharapkan tulisan dari sejawat, utamanya berupa hasil penelitian. Selamat
membaca
Salum Redsksi
JKK, Th,42, No.4 Oktober 2010
I
I
t0
JKK, Th. 42, No. 4 Oktober 2010
PENATALAKSANAAN KELOID LOBULUS TELINGA BILATERAL REKURENPADA ANAK USIA 12 TAHUN
Abta Ghanie /Bagian Ilmu Kesehatan THT- KL Fakultas Kedokteran Unsri/
Depaftemen KTHT-KL RSUp Dr. Mohammad Hoesin palembangI
AbstractKeloids is a secondary efiluoresensi of dense accumulation fibrous tissue which extends qbothe surface of the skin that prior dermal injury or surgical incisions, which occurred dueuncontrolled synthesis qnd the excessive accumulatiin of collagen. Keloids may
::y.|::" ":,the body frequentty.in th1 ear,to.bul, upper-trunk oia aaro,ia ,ngtoi tii
:"::::! ": the' central face, e.ltelid1 .and
genitaria. xetiias can be found i" ,ii ,ii"'ip",i!:::!r: :,:lt: l:'o:' and dark-skinned rac.es that usuauy or"uu i, in" ,iiri i";;;;;i!."::^t:" yrny treatment options that cqn be rike singre'or combination to improveand reduce recurrence.ll/e report a fiaelve years old v)omqn that have recurrent bilateral ear lobule keloids. Thecombination of excision ond postoperathte intrqlesional corticosteroid injection have doneforthe therapy.
',.
Keywords: keloids, excision, intralesional corticosteroids.
AbstrakKeloid adalah efluoresensi sekunder berupa penimbunan padat jaringan fibrosa yang meluas diatas permukaan kulit yang mengalami luka atau insisi bedah, yanglerjadi akirri,;,;r;y;;tidak terkendali dan penimbunan yang berlebihan dari kolagen. (etoio dapat rerjadi dir;;i;;bagian badan terutama sering pada lobulus telinga, trunkui atas dan dalrah a"ltoia t.tuplsangat jarang pada wajah, kelopak mata dan genitalia dimana dapat ditemukan untuk semua
tol"E
fl16_i
[Dit*.taJ Ill:-lot lf
icj F
EJFht
aav
t/) <C c.:Q i':+Fu) .r'
$?Jlllalx3DGaO_:
z
:
yangdaoat
jenis kulit dengan resiko lebih tinggi pada orang Asia aan hlit berpigmen gelapl3g*yu terjadi pada, usia dekade ketiga. Banyak pilihan penatalaksinuun iunjdilakukan secara tunggal maupunmenurunkan rekurensi.
kombinasi yang bertujuan untuk meningkatkan responapatdan
.(J
Dilaporkan satu kasus keloid lobulus telinga bilateral rekuren pada perempuan usia 12 tahun.Telah dilakukan penatalaksanaan kombinasi yaitu tindakan operatif berupa eksisi dan injeksikortikosteroid intralesi pasca operasi.
Kata kunci: keloid, eksisi, kortikosteroid intralesi.
PendahuluanKeloid adalah efluoresensi sekunder berupa
penimbunan padat jaringan fibrcsa yang meluas diatas permukaan kulit yang mengalami luka atauinsisi bedah, yang terjadi akibat sintesa yang tidakterkendali dan penimbunan yang berlebihan darikolagen. Keloid sering terjadi setelah trauma kulitlokal seperti laserasi, tato, luka bakar, infeksi, tindiktelinga, vaksinasi atau operasi,di luar perbatasanluka asli, tidak mengalami regresi secara spontan,terus berkembang seirin^g waktu dan cenderungberulang setelah eksisi. r'2'3
Keloid dapat terjadi di seluruh dunia untuksemua jenis kulit. Kulit berpigmen gelap lebih
9:*rj\q tinggi rerjadinya ketoid dengan insiden15o6.''o'' Insiden pada kulit hitam daln ras Asiabervariasi antara 4,5%o-160/o dengan insiden lebihtinggi saat pubertas dan kehamilan.6 Ras Afrika_Amerika dibandingkan Kaukasia lebih serine keloiddengan rentang rasio 5: I sampai l6: 1.6 Laki-iaki danperempuan sama untuk tedadi keloid meskipunperempuan melebihi laki-laki untuk menindiktelinga. Keloid dilaporkan dapat pada semua umur,umumnya terjadi pada usia dekade ketig4 tetapiluar biasa pada anak-anak dan orang tua.r,7 Keloiddapat-terjadi disetiap bagian badan terutama seringpada lobulus telinga, trunkus atas dan daerah deltoidtetapi sangat jarang pada wajah, kelopak mata,
3058
scalp, tangan, kaki, aksila dan genitalia.r,i Insidenkeloid pada lobulus setelah tindik telinga berkisar2,5o/o berdasarkan survei 1000 perawai di rumatrsakit pendidikan Amerika.s Menurut Marneros dkkT"lf."l tinjauan 14 pedigree, ada kecenderunganfamilial terjadinya keloid menunjukkan autosomaldominan dengan pola penetrasi inheritans yangtidak komplit.3'6
Deskripsi keloid pada tulisan Mesir kuno tahun1800 yaitu cheloid berasal dari kata ytnani cheleatau kuku ketam. Penggunaan kata keloid pertamakali oleh Alibert pada tahun 1806 yaitu cheloide yangmenggambarkan perluasan spontan keloid menyerupailcuku binatang. Cosman dkh pada tahun 196l pertamakali menulis review sistemik yang menggambarkanpresentasi, karakteristik dan penatalaksanaan keloid.3'a'6,8
PatogenesisPatogenesis terjadinya keloid belum diketahui
secara pasti. Penyembuhan luka merupakan kejadianyang luar biasa kompleks menunjukkan kemungkinanuntuk kesalahan proses penyembuhan. Langkah-langkah krrnci dalam proses penyembuhan luka danjalur potensial untuk berkembancnva keloiddigambarkan pada gambar l. 3'6
Segera setelah luka terjadi reaksi hemostasis,platelet secara cepat bereaksi untuk mengisipembuluh darah dan polimerisasi fibrin melintasidaerah Iuka.Fase inflamasi, degranulasi plateletmelepaskan sitokin sebagai agen kemotaksis untukrekrutmen sel inflamasi, sel epitel dan fibroblas.Sitokin yang dilepaskan berupa Epidermal GrowthFactor(EGF), Insulin-Like Growth Factor SGF),Plateled-derived Growth Factor (PDGF/ danTransform ing Growth Factor B gGF -B).
Gambar l.Patogenesis keloid. Dikutip dariBolognia,Jean. Dermatology.
Fase proliferasi terjadi fibrogenesis yaitusintesis kolagen oleh fibroblas diikuti denganreepitelisasi. Keloid terjadi sebagai respon inflamasikeloid-derived fibrobtast (KFs) melibatkan sekesiabnormal mediator proinflammatory dan responabnormal signal inflamasi lainnya. Jika dibandingkandengan normal fibroblast Q{Fs), beberapa studimenunjuklian bahwa KFs meningkatkan ekspresibeberapa., sitokin termasuk TGF-p, PDGF danCTGF. KFs juga meningkatkan transkripsi banyakresep.tor untuk derajat substansial berlebihan padaNFs. t.3,6
Secara teoritis, peningkatan aberasi penyembuhansebagai respon seluler menyebabkan perluasin sintesiskolagen, proteoglikans dan kompon en extracellularm at r ix (ECM) Iainnya.peningkatan komponen ECMpada komposisi molekuler keloid menunjukkanpeningkatan level dari acid soluble
"illog"n,proteoglikans dan air dibandingkan dengan jaringan
lo1n.l1l.''n Perkembangan terbari rn.ng.,iui penelitiankeloid meliputi growth factois, strain mekanik, ke_seimbangan aktivitas anabolik dan kataboli(regulasi u9lgyrul apoptosis dan signal epitelialmesenstmal.' ' "
PatologiErlich dkk mengkarakterisitik histologi keloid
dibandingkan kulit normal berupa p.ningkutunselularitas, vaskularisasi dan jaringan konektif Secaraumum gambaran histologi yang patognomonis yangsecara konsisten ditemukan pada spesimen keloidyaitu adanya keloidal-hyatinilized collagen, qtong.ue-like advancing edge yang muncul padaepidernris dan papillary dermis, horizontql cellularfbrous band pada retikuler dermis bagian atas danp rom inent fas c ia- like fi b r ous b ands.3'a,6
Gambar 2: Patologi keloid. Dikutip dariBolognia,Jean. Dermatology.
A. Hypertrophic scarB. KeloidC. Keloid close-up
3059 JKK, Th. 42, No. 4 Oktober 2AI0
tlus
-itu;anasiesi
on.a[rrdi:si.arl
akda
.an
sis
arMantfr,
an
an
:e-
k,ial
idan
ralgida
la7rtn
w6;
ffiffi
Keloid Lobufus
DiagnosisKeloid mempunyai penampilan umum secara
klinis berupa lesi yang timbul berupa nodul, awalnyaberwarna pink sampai ungu yang sering nyeri, gatalatau keduanya.Epidermis tampak halus dan bagiandermis dari lesi dapat dipalpasi.Onset keloidbervariasi, timbul paling cepat satu sampai tigabulan atau bisatebih dari satu tahun setelah traumaatau inflamasi.Tumbuh melewati garis luka dan
tidak mengalami regresi spontan dengan responterhadap terapi yang rendah.3'a'7
DiagnosisBandingKemungkinan kesulitan terbesar membedakan
keloid adalah dengan hypertropic scar" Biasanyatimbul langsung setelah adanya luka, terbatas padagaris luka, yang dalam perkembangannya akanmenjadi rata dan mempunyai respon yang baikterhadap terapi.3'a'6
PenatalaksanaanTerapi keloid sering menjadi tantangan karena
sering rekuren.LltModalitas terapi tunggal yang efektifbelum ada. Terapi kombinasi lebih dianjurkan utukmeningkatkan respon dan mengurangi rekurensi.l'3'aAda banyak regimen terapi dengan tingkat efikasiyang bervariasi secara klinis dan ilmiah.6'7'e
Modalitas terapi yang digunakan secara umumdengan efikasi yang baik berupa injeksi steroidintralesi, bedah eksisi, krioterapi, laser, radioterapidan gel silikon. Modalitas terapi yang kurang lazimdigunakan tetapi dengan efikasi yang mungkindipercaya yaitu imiquimod topikal, antimetabolit (5-Fluorourasil/5-FU dan Bleomicin). Modalitas terapilainnya sebagai terapi yang mungkin yaitu pressuretherapy, retinoids, calcium channel blockers,mitomycin C dan antihistamin. Studiterbaru denganinterferon alpha-2b tetapi studi terbaru menunjukkanefikasi yang minimal.a'5'7
l. Injeksi Steroid IntralesiTriamcinoloneacetonide secara umum digunakandengan konsentrasil0-40mg/ml tergantung ukuran lesi dengan angka
rekurensi 50%.lnjeksi dimulai 40mg/ml setiap 4-6
minggu.lnjeksi dapat membantu mendatarkan,
melunakkan dan menurunkan gejala keloid.Komplikasi berupa telangiektasis, atropi dan hipo/
hiperpigmentasi. Injeksi dapat agak nyeri dan untuk lesi
yang lebih besar, sebaiEya dicampur dengan
anestesi lokal atau lidokain.'''''Triamcinolone acetonide menghambat human
fibroblast growth in vitro.Efek negatif pada fibroblas
mitogenesis juga pada sintesis kolagen, menyebabkan
penuunan produksi TGF-BI dan ^meningkatkan
beta
fi bro blas t growth factor (bFGF)."'"
2. Operasi EksisiAngka rekurensi setelah eksisi sekitar 45%-100%sehingga eksisi tanpa terapi tambahan harusdipertimbaiigkan. Injeksi steroid dapat dilakukansetelah eksisi keloid.Tegangan luka yang berlebihandapat menyebabkan keloid, disarankan untukpenjahitan luka eksisi dengan tegangan minimal.2'3'7
3.ItuioterapiDapat digunakan untuk lesi yang lebih kecil.pasienmerasakan nyeri sehingga tidak datang lagi untukterapi sekunder dan penyembuhan jangka panjang.Secam iz vfrq kioterapi ditemukan memodifikasisintesis kolagen _ dan diferensiasi KFs menjadifenotip normal.2'l'7
4. RadioterapiSecara in vitro meningkatkan apoptosis dari sel.Tidak adastandarisasi dosis energi, wakfu sehinggamempersulit studi. Radioterapi efektif mencegahrekurensi dan tekniknya menggunakan sinar X,elektron, brachytherapy dosis, rendah atau tinggi.Radioterapi yang dilakukan s'egera setelah eksisimempunyai- efikasi 65%-99% dan rekurensi kurangdari 20o/o.2'3'1
5. LaserKarbondioksida dan argon tidak sering digunakankarena rekurensi terapi ini pada pemakaian secaratunggal lebih dari 90%. Hasil yang lebih baikdengan menggunakan pulse dye laser. Kombinasiterapi dengan pulse dye laser dan kortikosteroidintralesi secara aktual membuat skarlebih lembutdan edema yang memfasilitasi penetrasi steroid. Kuodkk melaporkan flash-lamp pulsed dye lasermenginduksi regresi keloid dengan supresiproliferasi KFs dan induksi apoptosis.?'r'?
6. Gel silikonSilikon gel efektif bila digunakan setelah eksisiuntuk mencegah rekurensi keloid 70o/o-80Yo darikasus. Efeknya berupa perlunakan skar, mengurangiukuran skar, eritem,dan gejala nyeri dan gatal.2,3'7
T.lmiquimodImmune respotse modfier untuk meregulasiproinflamatory sitokin termasuk TM-a, jika diberikansecara topikal. TNF-a mengurangi produksi kolagenfibroblas-2'3'7
8. 5-Fluorourasil5-Fluorourasil merupakan analog pirimidin sebagaiantimetabolit pada kemoterapi kanker.Konversiintraseluler dapat menghambat sintesis DNA. Digunakansecara topikal dengan menekan proliferasi KFs.2,3
9. Bleomisin
JKK, Th.42, No.4 Oktober 2010 3060
Is
s
ltta
d
Espana dkk memakai bleomisin 1,5 IU/ml denganmetode mu I t i p I e-p u n c tur e,7 5Yo skarmendatar. Terap iini memerlukan penelitian lebih laqjut.a3'7
10. Terapi KombinasiLahiri dkk menunj ukkan penggunaan kortikosteroidintralesi diikuti krioterapi yang memberikan reduksilebih besar pada ketebalan keloid. Akoc dkkmerekomendasikan kombinasi eksisi diikutiinjeksitriamcinolone acetonid, silicon gel danpenekanan untuk penatalaksanaan keloid lobulustelinga.2'3'7
Laporan kasusSeorang perempuanberusia 12 tahun dengan
keluhan utama benjolan di kedua daun telinga. Sejakdelapan tahun yang lalu os mengeluh setelah ditindiktelinga luka tidak sembuh-sembuh dan rnengoreng.Lama kelamaan tumbuh benjolarr,di bekas tempattindik tersebut. Tidak dirasakan gatal dan nyeri padabenjolan.Setelah itu benjolan dioperasi oleh dokterbedah dengan pembiusan umum.Pasca operasi enambulan timbul lagi benjolan di bekas tempat operasiyang makin lama makin membesar.Dirasakan sedikitgatal dan nyeri. Dilakukan operasi kembali olehdokter bedah dengan pembiusan umum sebanyaktiga kali pada usia 6, 8 dan 9 tahun.
Sejakdua tahun yang lalu timbul benjolan lagidi kedua daun telinga dengan ukuran iebih besar darisebelumnya.Dirasakan sedikit gatal dannyeri.Dianjurkan untuk dioperasi ulang.Keluargatidak ada yang memiliki kecenderungan keloid.
Pemeriksaan fisik pada regio lobulus dextratampak benjolan ukuran 2cm dengan permukaanlicin berbatas tegas serta warna sama dengan sekitar,nyeri minimal, terfiksir, soliter,konsistensi keras.Regio lobulus sinistra tampak benjolan ukuran 6cmdengan permukaan licin berbatas, tegas serta warnamerah muda, nyeri minimal, terfiksir, berlobus,konsistensi keras.
Gambar 3. Telinga pasien sebelum operasi
Penderita didiagnosis dengan keloid lobulus telingabilateral rekuren,Penderita disarankan untuk terapi operasi eksisidalam narkose dilanjutkan dengan injeksi kortikosteroidintralesi. Setelah eksisi diberikan rerapi IVFD RL gtt20xlmnt, injeksi intravena Cefotaxim 2xlgr dananlgetik oral Parasetamol 3x500mg.
Gambar 4. Telinga pasien dan lobulus yang diangkatsetelah operasi
Fcllow up sepuluh hari pasca operasikeloid lobulus sinistra, dilakukan pengangkatanjahitan. Tampak luka baik, kering, datar, garis lukamenyatu.Hasil pemeriksaan histopatologi jaringanyang dieksisi merupakan keloid. Direncanakanterapi lanjutan injeksi kortikosteroid intralesi duabulan pasca operasi sebanyak empat kali denganinterval waktu dua minggu maksimal perinjeksi 5ml.Direncanakan pentalaksanaan yang sama untukketoid lobulus dextra yaitu eksisi dilanjutkankortikosteroid intralesi.
306t JKK, Th.42, No.4 Oktober 2010
\a
Si
id
;tttn
JSI
an
an
ua
Keloid Lobulus
Gambar 5. Telinga pasien l0 hari setelah operasiDiskusi
Dari kasus diatas, ditemukan keloid lobulustelinga pada seorang perempuan usia 12 tahun. Halini sesuai dengan literatur, kejadian keloid samaantara laki-laki dan perempuan dengan tempattersering salahsatunya di lobulus telinga.r'7 Umurterjadinya keloid biasanya dekade ketiga sedangkankasus ini terjadi pada usia belasan.r'7 Mekanismeuntuk terjadinya keloid belum diketahui denganpasti. 7
Dari a.namnesis didapatkan timbulnya keloidtidak langsung setelah tindik telinga dan operasieksisi tetapi beberapa waktu dan'terjadi berulangkali sehingga telah dilakukan sebanyak empat kalieksisi sebelurnnya. Hal ini sesuai dengan literaturbahwa keloid dibedakan dengan hyperthropic scardalam hal onset keloid bervariasi, timbul palingcepat satu sampai tiga bulan atau bisa lebih dari satutahun setelah trauma atau inflamasi. Tumbuhmelewati garis luka dan tidak mengalami regresispontan dengan respon terhadap terapi yangrendah.sehingga cenderung untuk rekuren.r'3'8
Pemeriksaan fisik didapatkan benjolan denganpermukaan licin berbatas tegas warna sama dengansekitar, agak sedikit gatal dan nyeri, terfiksir, solitersertakonsistensi keras. Hal ini sesuai denganliteratur, penampilan umum keloid secara klinisberupa lesi yang timbul berupa nodul, awalnyaberwarna pink sampai ungu yang sering nyeri, gatal
atau keduanya. Epidermis tampak halus dan bagian
dermis dari lesi dapat dipalpasi."'''Terapi pada kasus ini adalah kombinasi operasi
eksisi dan injeksi kortikosteroid intralesi.6 Terapi
JKK, Th. 42, No. 4 Oktober 2010
ke-loid sering menjadi tantangan karena seringrekuren.Modalitas terapi tunggal yang efektif belumada dan tidak dianjurkan karena angka rekurensiyang cukup tinggi 45%-100%.Terapi kombinasilebih dianjurkan untuk meningkatkan respon danmengurangi rekurensi.Terapi kombinasi operasieksisi dan kortikosteroid intralesi merupakan salahsafu pilihan terapi dengan hasil yang baik yaituangka rektrensi selama lima tahun 8Yo-50yo.s'7
Pada pasien ini belum dapat ditentukanprognosis secara pasti rekurensinya karena pasiendapat diikuti hanya tiga bulan. Menurut literaturkeloid tumbuh dengan onset yang bervariasibeberapa bulan sampai dengan beberapa tahun.r'3'5
lanyak terapi kombinasi lain yang dapatdilakukan dengan tingkat efikasi yang bervariasisecara klinis dan ilmiah serta efek samping yangbelum dapat diketahui dengan pasti. Krioterapidilakukan hanya untuk lesi yang kecil danmenimbulkan nyeri sehingga penderita tidak akandatang lagi untuk terapi jangka panjang. Radioterapibelum ada standarisasidosis energi, waktu sehinggamempersulit studi. Dibutuhkan penelirian lebihIanjut untuk menentukan terapi kombinasiterbaik.Penyebab pasti keloid sendiri belumdiketahui secara pasti, sehingga diperlukan jugapenelitian lebih lanjut meskipun sulit dilakukankarena tidak ada model untuk penelitian disebabkankeloid tidak terjadi pada binatang.
Daftar PustakaL Freedberg, Irwin M. Fitzpatrick's Dermatology
in General Medicine, 6thed. New York:McGraw-Hill, 2003 ;99 1 -2,247 5.
2. Kryger B Zol. Hypertrophic Scars and Keloids.In Practical Plastic Surgery. Landes Bioscience,2007;ll7-20.
3. Burton S Calaude, Escaravage V. DermalHypertrophies. In Bolognya,J. Dermatolgy, 2nd
ed. New York: Mosby,2003;5-17 .
Butler D Paris, Longaker T Michael, Yang PGeorge. Cunent Pfogress ih Keloid Researchand Treatment. Elsevier Inc. 2008; 206(4):731-41.Dinh Q, Veness m, Rhicards S. Role ofAdjuvant radiotherapy in recurrent earlobekeloids. Australasian Journal of Dermatology.2004;45: 162-6.Robles TD, Berg D. Abnormal wound healing :
keloids. Clinics in Dermatology. Elsevier Inc.2007;25:26-32.Kelly Paul. Update on the Management ofKeloids. Seminars in Cutaneous Medicine andSurgery. Elsevier Inc. 2009; 04(002): 7 l-6.Ragoowansi R, Cornes PGS, Glees JP, PowellBW, Moss LH. Ear-lobe keloids : treatment by aprotocol of surgical excision and immediatepostoperative adjuvant radiotherapy. BritishJoumal of plastic Surgery. 2001; 54: 504-8.
4.
5.
6.
7.
8.
lslan
ka
an
nl.ukan
3062
7
9. Patel P Nima, Cervino L. keloid treatment : Isthere a role for acellular human dermis(Alloderm). Journal of Plastic, Reconstructive
& Aesthetic Surgery. Elsevier Inc. 2010, 63;1344-8.
3063 JKK Th. 42, No. 4 Oktober 2010