repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21469/1/muhammad... ·...
TRANSCRIPT
RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR MEMODIFIKASI
SEPEDA MOTOR SUZUKI SATRIA 120R
DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD FEBRIYANSYAH
105093003031
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011 / 1432 H
RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR MEMODIFIKASI
SEPEDA MOTOR SUZUKI SATRIA 120R
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD FEBRIYANSYAH
105093003031
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011 / 1432 H
RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR MEMODIFIKASI
SEPEDA MOTOR SUZUKI SATRIA 120R
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Pada Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh:
Muhammad Febriansyah
105093003031
Menyetujui,
a.n Pembimbing I,
Nur Aeni Hidayah, MMSINIP. 19750818 200501 2 008
Pembimbing II,
Ditdit N. Utama, MMSI, M.ComNIP. 19741129 200801 1 006
Mengetahui,
Ketua Program Studi Sistem Informasi
Aang Subiyakto, M.KomNIP. 150 411 252
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul ”Rancang Bangun Sistem Pakar Memodifikasi Sepeda Motor
Suzuki Satria 120R” yang ditulis oleh Muhammad Febriansyah , NIM 105093003031 telah
diuji dan dinyatakan Lulus dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Oktober 2010. Skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Program Studi Sistem Informasi.
Menyetujui,
Penguji I, Penguji II,
Zainul Arham, M.Si19740730 200710 1002
Nur Aeni Hidayah, MMSINIP. 19750818 200501 2008
An. Pembimbing I Pembimbing II
Nur Aeni Hidayah, MMSINIP. 19750818 200501 2008
Ditdit N. Utama, MMSI, M.ComNIP. 19741129 200801 1 006
Mengetahui,
DekanFakultas Sains dan Teknologi
DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.SisNIP. 19680117 200112 1001
A.n Ketua Program Studi Sistem InformasiSekretaris Program Studi Sistem Informasi
Nur Aeni Hidayah, MMSINIP. 19750818 200501 2008
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR ASLI
KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU
KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, 21 Januari 2011
Muhammad Febriansyah10509303031
ABSTRAK
MUHAMMAD FEBRIANSYAH – 105093003031 Rancang bangun sistem pakar
memodifikasi sepeda motor Suzuki satria 120R, dibimbing oleh A’ANG SUBIYAKTO dan
DITDIT N. UTAMA
Pada era globalisasi, Teknologi Informasi mengalami perkembangan yang pesat
dalam segala bidang. Sistem pakar merupakan bagian dari Teknologi Informasi yang berbasis
komputer. Salah satu bidang aplikasi yang telah diimplementasikan secara meluas ke dalam
Sistem Pakar adalah proses pendiagnosaan. Dalam penulisan skripsi ini akan dirancang
sebuah Sistem Pakar yang akan digunakan untuk mendiagnosa spesifikasi mesin untuk
menghasilkan kesimpulan modifikasi juga keterangan modifikasi pada sepeda motor
khususnya Suzuki Satria 120R. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya di bidang teknologi informasi, hampir semua sisi kehidupan tak terlepas dari
komputerisasi termasuk dunia mekanik khususnya kendaraan bermotor roda dua. Untuk
kendaraan bermotor roda dua kemajuan teknologinya sangat cepat sekali, hanya dalam selang
beberapa bulan saja setiap produsen motor mengeluarkan sebuah motor dengan teknologi dan
inovasi-inovasi terbaru dengan merubah body menjadi lebih futuristic dan meningkatkan
kapasitas mesin menjadi lebih besar. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan
kapasitas mesin atau biasa disebut dengan istilah modifikasi mesin, modifikasi mesin
biasanya dilakukan oleh orang-orang yang sudah terlanjur membeli motor dengan kapasitas
mesin yang masih kecil dan ingin memiliki motor yang kapasitas mesinnya besar tanpa harus
membeli motor yang baru, atau sekedar hobi saja. Paling banyak modifikasi mesin dilakukan
oleh anak-anak muda yang hobi sport otomotif , namun pengetahuan yang kurang mengenai
modifikasi mesin dapat menyebabkan kinerja mesin menurun dan konsumsi bahan bakar
menjadi lebih boros, dengan demikian diharapkan dengan adanya Sistem Pakar untuk
memodifikasi mesin sepeda motor Suzuki Satria 120R ini dapat dijadikan salah satu alternatif
dalam hal memodifikasi sepeda motor, baik bagi pengguna ataupun pemilik dengan maksud
tidak menghilangkan ketergantungan pada pakarnya. Dalam pengembangan sistem ini,
penulis menggunakan metodologi pengembangan SDLC (System Development Life Cycle).
Secara garis besar, teknik penelusuran masalah yang statis, menggunakan Best First Search
sebagai teknik penelusuran, dan PHP sebagai bahasa pemrograman dan MySQL digunakan
sebagai database. sistem ini meliputi konsultasi antara sistem dan user untuk mendapatkan
solusi yang dibutuhkan oleh user dalam memodifikasi sepeda motornya.
Kata kunci : Sistem pakar, modifikasi, Sepeda motor Suzuki 120R, System Development Life Cycle.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Skirpsi ini. Laporan Skripsi ini dibuat dengan judul “Rancang
Bangun Sistem Pakar Memodofikasi Sepeda Motor Suzuki Satria 120R ” disusun untuk
memenuhi syarat dalam menyelesaikan S1 pada Program Studi Sistem Informasi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan kali ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada banyak pihak yang memberikan bantuan baik berupa
moril maupun materil. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesarnya –
besarnya kepada:
1. Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.SIS, selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi.
2. Bapak Aang Subiyakto M.Kom, selaku Ketua Program Studi dan dosen pembimbing
I, terima kasih atas kesabarannya dan nasihat – nasihat membangun kepada penulis.
Terima kasih juga kepada Ibu Nur Aeni hidayah, MMSi, selaku Sekretaris Program
Studi.
3. Bapak Ditdit N. Utama, MMSI, M.Com, selaku dosen pembimbing II, juga atas
kesabaran dan nasihat-nasihat dalam membimbing penulis.
4. Kepada pihak-pihak Bengkel Kribo yang telah meluangkan waktunya buat penulis
dalam pembuatan aplikasi sistem pakar untum memodifikasi sepeda motor Suzuki
satria 120r.
5. Ibu dan Bapak tercinta, terima kasih atas do’a, kasih sayang, kesabaran dan juga
materi yang telah diberkan, dan hanya Allah yang mampu membalasnya. Adek-
adekku yang selalu bertingkah lucu yang dapat menghilangkan penat,dan semua
keluarga dan saudara – saudaraku, Thanks All.
Tak ada kesempurnaan di muka bumi ini, demikian pula adanya dengan penyusunan
laporan ini. Penulis menyadari masih ada kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan,
baik dari segi materi maupun penyajiannya. Untuk itu, Penulis mengharapkan kritik dan
sarannya dari para pembaca dan pihak lain untuk penulisan laporan selanjutnya yang lebih
baik.
Akhir kata, semoga laporan Skirpsi ini dapat sedikit memberi wancana bagi para
pembaca dan semua pihak yang membutuhkannya. Amin.
Jakarta, Januari 2011
Muhammad Febriyansyah
DAFTAR ISI
Halaman Judul .............................................................................................. i
Halaman Sampul........................................................................................... ii
Halaman Persetujuan Pembimbing ................................................................ iii
Halaman Pengesahan Skripsi......................................................................... iv
Halaman Pernyataan ..................................................................................... v
Abstrak................................................................................................... .......... vi
Kata Pengantar.............................................................................................. vii
Daftar Isi….. ................................................................................................. ix
Daftar Tabel….. ............................................................................................ xii
Daftar Gambar….. ........................................................................................ xiii
Daftar Simbol…............................................................................................ xv
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................. 3
1.3 Batasan Masalah .................................................................... 3
1.4 Ruang Lingkup ...................................................................... 4
1.5 Tujuan ................................................................................... 4
1.6 Manfaat ................................................................................. 5
1.7 Metodologi Penelitian ............................................................ 5
1.7.1 Metodologi Pengumpulan Data................................... 5
1.7.2 Metodologi Pengembangan Sistem ............................. 6
1.8 Sistematika Penulisan............................................................. 7
BAB II Landasan Teori
2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi ............................................. 8
2.1.1 Definisi Sistem ........................................................... 8
2.1.2 Karateristik Sistem...................................................... 8
2.1.3 Definisi Informasi....................................................... 11
2.1.3.1 Siklus Informasi ............................................ 11
2.1.3.2 Kualitas Informasi......................................... 12
2.1.3.3 Nilai Informasi.............................................. 13
2.1.3 Definisi Sistem Informasi ........................................... 13
2.2 Kecerdasan Buatan (Artificial Intellingence) .......................... 13
2.3 Sistem Pakar .......................................................................... 17
2.3.1 Definisi Sistem Pakar.................................................. 17
2.3.2 Ciri-ciri Sistem Pakar.................................................. 19
2.3.3 Konsep Dasar Sistem Pakar ........................................ 19
2.3.4 Komponen Sistem Pakar............................................. 20
2.3.5 Faktor Manusia dalam Sistem Pakar ........................... 26
2.3.6 Peranan Sistem Pakar.................................................. 28
2.3.7 Keuntungan Sistem Pakar ........................................... 29
2.3.8 Keuntungan Sistem Pakar bagi Perusahaan ................. 30
2.3.9 Perbandingan Sistem Pakar dan Sistem Konvesional .. 31
2.3.10 Perbedaan Sistem Pakar dan SPK ............................... 32
2.3.11 Teknik Representasi Pengetahuan ............................... 32
2.3.12 Akusisi Pengetahuan................................................... 33
2.4 Domain Permasalahan Sepeda Motor Suzuki 120R ................ 37
2.5 Metodologi Pengembangan Sistem......................................... 38
2.5.1 Pendekatan Terstruktur ............................................... 39
2.5.2 System Development Life Cycle (SDLC) ..................... 42
2.6 Flowchart .............................................................................. 44
2.7 Data Flow Diagram (DFD).................................................... 45
2.8 Balancing dalam DFD............................................................ 46
2.9 Elemen Dasar dari Data Flow Diagram ................................. 47
2.9.1 Kesatuan Luar (External Entity).................................. 47
2.9.2 Arus Data (Data Flow) ............................................... 47
2.9.3 Proses (Process) ......................................................... 48
2.9.4 Simpanan Data (Data Store) ....................................... 50
2.10 Basis Data (Database)............................................................ 50
2.10.1 Konsep Dasar Basis Data ............................................ 50
2.10.2 DBMS (Database Management System) ..................... 52
2.10.2.1 Komponen Utama DBMS ............................. 52
2.10.2.2 Keuntungan Penggunaan DBMS ................... 52
2.10.3 Struktur Sistem Database/Basis Data.......................... 53
2.10.4 Database Relasional ................................................... 54
2.10.5 Entity Relationship Diagram (ERD) ........................... 54
2.10.5.1 Elemen ERD ................................................. 54
2.10.6 Normalisasi................................................................. 59
2.11 PHP ....................................................................................... 60
2.12 MySQL.................................................................................. 61
BAB III Metodologi Penelitian
3.1 Metodologi Pengumpulan Data .............................................. 63
3.2 Metodologi Pengembangan Sistem......................................... 65
3.3 Kerangka Penelitian ............................................................... 68
BAB IV Analisis dan Pembahasan
4.1 Analisis.................................................................................. 69
4.1.1 Deteksi Masalah ......................................................... 69
4.1.2 Penelitian/Investigasi Awal......................................... 70
4.1.3 Analisa Kebutuhan Sistem .......................................... 70
4.2 Desain.................................................................................... 72
4.2.1 Pohon Keputusan........................................................ 72
4.2.2 Kaidah Produksi ......................................................... 72
4.2.3 Perancangan Masukan ................................................ 73
4.2.3.1 PerancanganAlgoritma dan FlowchartSistem 73
4.2.3.2 Perancangan Data Flow Diagram (DFD) ...... 117
4.2.4 Perancangan File......................................................... 130
4.2.4.1 Perancangan Database .................................. 131
4.2.4.1.1 Struktur Database ................................. 131
4.2.4.1.2 Kamus Data............................................ 133
4.2.4.1.3 Daftar Tabel Database Motor................. 133
4.2.4.2 Perancangan Mesin Inferensi......................... 136
4.2.4 Perancangan Keluaran ............................................... 136
4.3 Implementasi.......................................................................... 145
4.3.1 Tampilan Sistem......................................................... 146
4.3.2 Fitur Sistem ................................................................ 158
4.3.3 Tes Data (Testing) ...................................................... 158
BAB V Penutup
5.1 Simpulan................................................................................ 161
5.2 Saran...................................................................................... 162
Daftar Pustaka................................................................................................. 163
Lampiran-lampiran.......................................................................................... 166
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Studi Literatur ................................................................................. 18
Tabel 2.2 Perbedaan Sistem Konvensional dan Sistem Pakar .......................... 31
Tabel 2.3 Perbedaan Sistem Pakar dan Sistem Pengambil Keputusan .............. 32
Tabel 4.1 Tabel Admin.................................................................................... 133
Tabel 4.2 Tabel Arahan................................................................................... 134
Tabel 4.3 Tabel Istilah..................................................................................... 134
Tabel 4.4 Tabel Jawaban................................................................................. 134
Tabel 4.5 Tabel Pertanyaan ............................................................................. 135
Tabel 4.6 Tabel Solusi..................................................................................... 135
Tabel 4.7 Tabel Uji coba pemakai oleh pakar ................................................. 135
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Siklus Informasi........................................................................... 12
Gambar 2.2 Depth-First Search....................................................................... 24
Gambar 2.3 Breadth-First Search.................................................................... 25
Gambar 2.4 Best-First Search ......................................................................... 25
Gambar 2.5 Menggunakan Logika untuk Proses Penalaran.............................. 37
Gambar 2.6 Kesatuan Luar.............................................................................. 47
Gambar 2.7 Aliran Data .................................................................................. 48
Gambar 2.8 Proses .......................................................................................... 49
Gambar 2.9 Aliran Data .................................................................................. 50
Gambar 2.10 Entitas (Entity) ........................................................................... 55
Gambar 2.11 Atribut (Attribute) ...................................................................... 55
Gambar 2.12 Relasi (Relation) ........................................................................ 56
Gambar 2.13 Binary Relation .......................................................................... 57
Gambar 2.14 Unary Relation........................................................................... 57
Gambar 2.15 N-Nary Relation ......................................................................... 57
Gambar 4.1 Flowchart Sistem Pakar ............................................................... 73
Gambar 4.2 Flowchart Program ...................................................................... 74
Gambar 4.3 Flowchart Program (Lanjut.2)...................................................... 75
Gambar 4.4 Flowchart Program (Lanjut.3)...................................................... 76
Gambar 4.5 Flowchart Program (Lanjut.4)...................................................... 77
Gambar 4.6 Flowchart Program (Lanjut.5)...................................................... 78
Gambar 4.7 Flowchart Program (Lanjut.6)...................................................... 79
Gambar 4.8 Flowchart Program (Lanjut.7)...................................................... 80
Gambar 4.9 Flowchart Program (Lanjut.8)...................................................... 81
Gambar 4.10 Flowchart Program (Lanjut.9).................................................... 82
Gambar 4.11 Flowchart Program (Lanjut.10).................................................. 83
Gambar 4.12 Flowchart Program (Lanjut.11).................................................. 84
Gambar 4.13 Flowchart Program (Lanjut.12).................................................. 85
Gambar 4.14 Flowchart Program (Lanjut.1).................................................... 86
Gambar 4.15 Flowchart Program (Lanjut.13).................................................. 87
Gambar 4.16 Flowchart Program (Lanjut.14).................................................. 88
Gambar 4.17 Flowchart Program (Lanjut.15).................................................. 89
Gambar 4.18 Flowchart Program (Lanjut.16).................................................. 90
Gambar 4.19 Flowchart Program (Lanjut.17).................................................. 91
Gambar 4.20 Flowchart Program (Lanjut.18).................................................. 92
Gambar 4.21 Flowchart Program (Lanjut.19).................................................. 93
Gambar 4.22 Flowchart Program (Lanjut.20).................................................. 94
Gambar 4.23 Flowchart Program (Lanjut.21).................................................. 95
Gambar 4.24 Flowchart Program (Lanjut.22).................................................. 96
Gambar 4.25 Flowchart Program (Lanjut.23).................................................. 97
Gambar 4.26 Diagram Konteks ....................................................................... 117
Gambar 4.27 Diagram Nol .............................................................................. 119
Gambar 4.28 Diagram Detail Proses 1.0.......................................................... 122
Gambar 4.29 Diagram Detail Proses 2.0.......................................................... 123
Gambar 4.30 Diagram Detail Proses 3.0.......................................................... 124
Gambar 4.31 Diagram Detail Proses 4.0.......................................................... 125
Gambar 4.32 Diagram Detail Proses 5.0.......................................................... 126
Gambar 4.33 Entity Relationship Diagram ...................................................... 131
Gambar 4.34 Transformasi ER ke LS .............................................................. 132
Gambar 4.35 Logical Record Structure ........................................................... 132
Gambar 4.36 Tampilan Halaman Sesi Konsultasi ............................................ 137
Gambar 4.37 Tampilan Halaman Daftar Istilah ............................................... 138
Gambar 4.38 Tampilan Halaman Spesifikasi ................................................... 139
Gambar 4.39 Tampilan Halaman Tentang Kami.............................................. 140
Gambar 4.40 Tampilan Halaman Login Admin ............................................... 141
Gambar 4.41 Tampilan Update Daftar Pertanyaan........................................... 142
Gambar 4.42 Tampilan Update Solusi............................................................. 143
Gambar 4.43 Tampilan Halaman Update Daftar Istilah ................................... 144
Gambar 4.44 Tampilan Halaman Update Admin............................................. 145
Gambar 4.45 Halaman Home .......................................................................... 146
Gambar 4.46 Halaman Konsultasi ................................................................... 147
Gambar 4.47 Halaman Daftar Istilah ............................................................... 148
Gambar 4.48 Halaman Login........................................................................... 149
Gambar 4.49 Halaman Update Admin............................................................. 150
Gambar 4.50 Halaman Tambah Admin ........................................................... 151
Gambar 4.51 Halaman Update Solusi.............................................................. 152
Gambar 4.52 Halaman Tambah Solusi ............................................................ 153
Gambar 4.53 Halaman Update Pertanyaan ...................................................... 154
Gambar 4.54 Halaman Tambah Pertanyaan..................................................... 155
Gambar 4.55 Halaman Tampil Istilah.............................................................. 156
Gambar 4.56 Halaman Tambah Istilah ............................................................ 157
DAFTAR SIMBOL
1. Flow Direction Symbols
No Simbol Nama Simbol Uraian
1. Simbol arus/ flow Untuk menyatakan jalannya suatu proses
2. Simbol Communication
Link
Untuk menyatakan bahwa adanya transisi suatu data/informasi dari suatu lokasi ke lokasi lainnya.
3. Simbol Connector Untuk menyatakan sambungan dari satu proses ke proses lainnya dalam halaman/lembar yang sama.
4. Simpanan offline Untuk menyatakan sambungan dalam satu proses ke proses lainnya dalam halaman/lembaran berbeda.
Sumber: Ladjamudin, 2005
2. Processing Symbols
No Simbol Nama Simbol Uraian
1. Simbol offline connector
Untuk menyatakan sambungan dari satu proses ke proses lainnya dalam halaman/lembar berbeda.
2. Simbol manual Untuk menyatakan suatu tindakan (proses) yang tidak dilakukan oleh komputer (manual).
3. Simbol decision/logika
Untuk menunjukkan sautu kondisi tertentu yang akan menghasilkan 2 kemungkinan jawaban, ya/tidak.
4. Simbol predefined process
Untuk menyatakan penyediaan tempat penyimpanan suatu pengolahan untuk memberi harga awal.
5. Simbol terminal Untuk menyatakan permulaan atau akhir program.
6. Simbol keying operation
Untuk menyatakan segala Janis operasi yang diproses dengan menggunakan suatu mesin yang mempunyai keyboard.
7. Simbol off-line storage
Untuk menyatakan bahwa data dalam simbol ini disimpan ke dalam media tertentu.
8. Simbol manual input
Untuk memasukan data secara manual dengan menggunakan online keyboard.
Sumber: Ladjamudin, 2005
3. Input-output symbols
No Simbol Nama Simbol Uraian
1. Simbol input-output Untuk menyatakan proses input dan output tanpa tergantung dengan jenis peralatannya.
2. Simbol punched card
Untuk menyatakan input berasal dari kartu atau output ditulis ke kartu.
3. Simbol magnetic-tape unit
Untuk menyatakan input berasal dari pita magnetic atau outputdisimpan ke pita magnetic.
4. Simbol disk storage Untuk menyatakan input berasal dari disk atau output disimpan ke disk.
5. Simbol document Untuk mencetak laporan ke printer.
6. Simbol display Untuk menyatakan peraltan output yang digunakan berupa layar.
Sumber: Ladjamudin, 2005
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Expert System/Sistem Pakar telah mengalami perkembangan yang pesat
dalam ilmu komputer (Nugraha, 2006). Hal ini dapat dilihat dari semakin luasnya
penggunaan sistem pakar dalam berbagai bidang aplikasi, terutama yang selama
ini diketahui sistem pakar menjalankan fungsi-fungsi pada dunia kesehatan,
industri, dan bidang lainnya.
Di antara perkembangannya sistem pakar merupakan salah satu bidang
yang menarik untuk dikembangkan. Dengan adanya perkembangan tersebut dan
adanya kebutuhan yang dapat membantu orang lain, maka di kesempatan kali ini
dicoba untuk membuat sistem pakar yang berkaitan dengan masalah dalam
memodifikasi sepeda motor (Nugraha, 2006).
Kendaraan sepeda motor merupakan suatu alat transportasi yang banyak
digunakan masyarakat pada umumnya (Wijaya, 2008). Suzuki 120R adalah salah
satu jenis sepeda motor yang banyak digunakan oleh masyarakat pada umumnya
dan khususnya kalangan remaja.
Sepeda Motor Suzuki 120R adalah sepeda motor 2 Tak keluaran pabrikan
Suzuki yang banyak digunakan oleh remaja untuk unjuk kebolehan dalam
performa dan kecepatan sepeda motornya.
2
Sepeda motor yang ada sekarang ini performanya masih dirasakan sangat
kurang, walaupun banyak sepeda motor yang mempunyai CC tinggi tapi untuk
kecepatan masih kurang dibandingkan dengan motor yang sudah dimodifikasi.
Keterbatasan orang tentang memodifikasi sepeda motor masih sagatlah kurang
tapi banyak bengkel-bengkel yang menyediakan jasa untuk memodifikasi sepeda
motor yang kita miliki.
Kemudian keterbatasan dana adalah masalah yang paling utama dalam
melakukan modifikasi sepeda motor. Kapasitas mesin yang besar sekarang ini
banyak diminati oleh masyarakat, namun bagaimana dengan masyarakat yang
sudah terlanjur membeli motor dengan kapasitas mesin yang masih kecil
khususnya anak-anak muda dan ingin memiliki sepeda motor dengan kapasitas
mesin yang besar tanpa harus membeli yang baru? Biasanya, mereka mencoba
memodifikasi kendaraan roda dua mereka di bengkel-bengkel sepeda motor atau
mencoba memodifikasi sendiri kendaraan mereka. Biasanya, sepeda motor yang
sudah dimodifikasi mesinnya rawan akan kerusakan dan membuat pemakaian
bahan bakar menjadi lebih boros dikarenakan kurangnya pengetahuan mekanik
atau pemilik sepeda motor mengenai modifikasi mesin, sehingga bukannya
meningkatkan kinerja mesin tetapi malah menurunkan kinerja mesin. Pengetahuan
yang cukup mengenai memodifikasi mesin tidak akan menimbulkan kerusakan
pada sepeda motor. Oleh karena itu pemilihan judul “Rancang Bangun Sistem
Pakar untuk Memodifikasi Sepeda Motor Suzuki Satria 120R”, adalah
perwujudan untuk membantu mengaplikasikan pengetahuan manusia ke dalam
suatu sistem, sehingga dapat digunakan oleh orang banyak.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan yang
dihadapi di antaranya, sebagai berikut:
1. Bagaimana menerapkan daya intellegensia seorang pakar ke dalam suatu
sistem komputer?
2. Bagaimana caranya membantu pengguna motor Suzuki 120R dalam
memodifikasi sepeda motornya?
3. Bagaimana membangun sistem yang dapat dengan mudah digunakan oleh
pengguna (user) sekali pun tanpa kehadiran langsung seorang pakar?
4. Bagaimana menyediakan kepakaran setiap waktu dan diberbagai lokasi?
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka batasan masalah yang akan
dibahas adalah sebagai berikut:
1. Pembahasan hanya pada pembuatan sistem Pakar untuk Memodifikasi
Sepeda Motor Suzuki 120R.
2. Upgrade hanya meliputi bagian-bagian mesin, karburator, pengapian, dan
knalpot
3. Penelrusuan dalam pengambilan keputusan mesin pakar bersifat statis
4. Teknik penelusuran yang digunakan dalam metode pencarian sistem pakar
ini adalah metode penelusuran Best First Search.
4
5. Tahapan implementasi, dilakukan pembuatan program yang diterapkan
dengan bahasa pemograman php dan database MySQL, serta dilakukan
testing black box.
1.4 Ruang Lingkup
Penelitian skripsi ini dilaksanakan pada:
Waktu : April 2009 – September 2009
Tempat : Bengkel Motor Kribo
Jl. Kertamukti No. 26b Rt.001/08 Pisangan - Ciputat
1.5 Tujuan
Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Melakukan analisis dan perancangan sistem pakar (expert system) dengan
metodologi terstruktur dengan model pengembangan SDLC (System
Development Life Cycle) (Ladjamudin, 2005).
2. Membuat sistem pakar yang digunakan oleh pengguna sepeda motor
Suzuki 120R dalam memodifikasi mesin sepeda motornya.
5
1.6 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah:
1. Menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam merancang dan membangun
Sistem Pakar.
2. Memahami konsep rancang bangun sistem pakar memodifikasi Sepeda
Motor Suzuki Satria 120R.
3. Menjadi dokumentasi yang dapat digunakan untuk pengembangan
software ini dikemudian hari.
4. Dapat dijadikan referensi untuk penelitian berikutnya di bidang sistem
pakar
1.7 Metodologi Penelitian
1.7.1 Metode Pengumpulan Data
Metodologi pengumpulan data yang akan dilakukan dalam proses
pembuatan skripsi ini meliputi beberapa metode, yaitu:
1. Metode studi pustaka
Mengumpulkan berbagai macam referensi dan melakukan penelitian
dengan mencari bahan berupa literatur dari buku-buku yang berhubungan
dengan penelitian serta mencari karya-karya ilmiah yang dapat membantu
penelitian, baik di perpustakaan maupun melalui paper-paper yang ada di
internet, yang akan menjadi acuan dalam analisa dan pengembangan
aplikasi sistem yang akan dibangun.
6
2. Metode Wawancara.
Melakukan wawancara di tempat penelitian untuk mendapatkan gambaran
yang jelas mengenai sistem yang akan dibuat dan dibutuhkan.
3. Metode Observasi
Mengumpulkan data dan informasi dengan cara meninjau dan mengamati
secara langsung kegiatan yang terjadi di lapangan.
1.7.2 Metodologi Pengembangan Sistem
Metodologi pengembangan sistem yang akan dilakukan dalam merancang
dan membangun sebuah sistem pakar (expert system), dengan menggunakan
metodologi terstruktur dengan model pengembangan SDLC (System Development
Life Cycle) (Ladjamudin, 2005), yang secara garis besar terbagi tiga kegiatan
utama yaitu: (1) Analisis, yaitu menganalis sistem untuk membuat keputusan; (2)
Desain, yaitu untuk mendesain sistem baru yang dapat menyelesaikan masalah-
masalah yang dihadapi perusahaan. Pada tahapan ini juga di desain metode
penalaran dan model dari sistem. Metode penalaran yang digunakan untuk
menginferensi (menalarkan) suatu kesimpulan, menggunakan model forward
chaining (Hartati dan Iswanti, 2008), sedangkan teknik penelusuran yang
digunakan adalah teknik best first search (Hartati dan Iswanti, 2008); (3)
Implementasi, pada tahap ini bertujuan untuk melakukan kegiatan yang
sebenarnya dari sistem informasi yang akan dibangun atau di kembangkan.
7
1.8 Sistematika Penulisan
Adapun garis besar penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Bab ini berisi tentang alasan pemilihan judul, latar belakang,
rumusan masalah, batasan masalah, ruang lingkup, tujuan,
manfaat dan metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II: Landasan Teori
Bab ini berisikan penjelasan teori-teori dan konsep yang terkait
dengan pengembangan sistem yang akan dirancang, yaitu yang
berkaitan dengan teori kecerdasan tiruan, sistem pakar, dan
komponen-komponennya serta tahapan-tahapannya, mesin
inferensi metode pencarian, antar muka pemakai, dan
komponennya.
BAB III: Metodologi Penelitian
Bab ini berisi tentang tahapan-tahapan aplikasi yang meliputi
perancangan sistem, Metodologi Pengumpulan yang terdiri dari
metode wawancara, metode observasi, dan metode pustaka.
BAB IV: Pembahasan
Bab ini berisi tentang Perancangan dan Implementasi dari aplikasi
yang dibuat beserta pengujian aplikasi.
BAB IV: Simpulan dan Saran
Bab ini berisi tentang simpulan dan saran yang diambil dari
materi pembahasan dan aplikasi yang telah dibuat.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi
2.1.1 Definisi sistem
Definisi dari sebuah sistem mempunyai peranan penting dalam pendekatan
untuk mempelajari sebuah sistem. Pendekatan sistem yang merupakan kumpulan
dari elemen-elemen, komponen-komponen, dan sub-sub sistem merupakan
definisi yang luas (Jogiyanto, 2005). Menurut Jogiyanto (2005) sistem adalah
kumpulan elemen–elemen yang saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Sebuah sistem terdiri dari bagian–bagian yang saling
berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau
maksud, tujuan dan sasaran yang sama.
2.1.2 Karakteristik Sistem
Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat yang tertentu
(Jogiyanto, 2005), yaitu:
1. Komponen Sistem (Components)
Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi,
yang artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-
komponen sistem atau elemen-elemen sistem dapat berupa suatu sistem
atau bagian-bagian dari sistem. Setiap sistem tidak peduli betapapun
kecilnya, selalu mengandung komponen-komponen atau subsistem-
subsistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem yang
9
menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara
keseluruhan.
2. Batas Sistem (Boundary)
Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem
dengan sistem lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini
memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan. Batas suatu
sistem menunjukkan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut.
3. Lingkungan Luar Sistem (Environtments)
Lingkungan luar dari sistem adalah apapun diluar batas sistem yang
mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat
menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut.
Lingkungan luar yang menguntungkan merupakan energi dari sistem dan
dengan demikian harus tetap dijaga dan dipelihara. Sedangkan lingkungan
luar yang merugikan harus ditahan dan dikendalikan, kalau tidak maka
akan mengganggu kelangsungan hidup sistem.
4. Penghubung Sistem (Interface)
Penghubung merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan
subsistem lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber-
sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem lainnya. Keluaran
(output) dari satu subsistem akan menjadi masukan (input) untuk
subsistem lainnya dengan melalui penghubung.
5. Masukan (Input)
Masukkan adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan
dapat berupa masukan perawatan (maintanance input) dan masukan signal
10
(signal input). Maintanance input adalah energi yang dimasukkan supaya
sistem tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses
untuk didapatkan keluaran. Sebagai contoh didalam sistem komputer,
program adalah maintenance input yang digunakan untuk mengoperasikan
komputernya dan data adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.
6. Keluaran (Output)
Keluaran adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi
keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Keluaran dapat merupakan
masukan untuk subsistem yang lain atau ke sistem yang lebih besar.
Misalnya untuk sistem komputer, panas yang dihasilkan adalah keluaran
yang tidak berguna merupakan hasil sisa pembuangan, sedangkan
informasi adalah keluaran yang dibutuhkan.
7. Pengolah Sistem (Process)
Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan merubah
input menjadi output.
8. Sasaran Sistem(Objectives) atau Tujuan Sistem (Goal)
Suatu sistem pasti mempunyai tujuan (goal) atau sasaran (objective).
Kalau suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak
akan ada gunanya.
11
2.1.3 Definisi Informasi
Informasi adalah bahan pokok dalam pemberitaan, informasi bukan hanya
fakta/kenyataan melainkan lebih luas lagi tentang proses dan penggunaan
informasi itu sendiri. Informasi ini harus bergerak, mudah dimengerti, utuh, dan
bulat. Menurut Jogiyanto (2005) Informasi adalah data yang telah diolah menjadi
sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil
keputusan saat ini atau mendatang. Adapun nilai dari suatu informasi (Value of
information) ditentukan oleh dua hal, yaitu:
1. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif
dibandingkan dengan biaya mendapatkanya.
2. Suatu informasi dikatakan bernilai apabila informasi tersebut tidak dinilai
dengan nilai uang tetapi ditaksir dengan nilai efektifnya.
2.1.3.1 Siklus Informasi
Data yang melalui suatu model menjadi informasi, penerima kemudian
menerima informasi tersebut, membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan,
yang berarti menghasilkan suatu tindakan yang lain yang akan membuat sejumlah
data kembali. Data tersebut akan ditangkap sebagai input, diproses kembali lewat
suatu model dan seterusnya membentuk suatu siklus. Siklus ini oleh John Burch
disebut dengan siklus informasi (information cycle) atau ada yang menyebutnya
dengan istilah siklus pengolahan data (data processing cycle).
12
Sumber: Jogiyanto, 2005
Gambar 2.1 Siklus informasi
2.1.3.2 Kualitas Informasi
Adapun kualitas dari suatu informasi ditentukan oleh karakteristik–
karakteristik sebagai berikut (Jogiyanto, 2005):
1. Akurat.
Suatu informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau
menyesatkan.
2. Tepat waktu.
Suatu informasi yang datang pada penerimanya tidak boleh terlambat.
Infornasi yang using tidak akan mempunyai nilai lagi. Karena informasi
merupakan landasan di dalam pengambilan keputusan.
3. Relevan.
Suatu informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya.
Keputusan Tindakan
Hasil Tindakan
PenerimaData
Input Output
Dasar data
proses
13
2.1.3.3 Nilai Informasi
Nilai dari informasi ditentukan oleh dua hal, yaitu: manfaat dan biaya
mendapatkannya. Suatu sistem dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif
dibandingkan biaya mendapatkannya. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa
informasi yang digunakan didalam suatu sistem informasi umumnya digunakan
untuk beberapa kegunaan. Sehingga tidak memungkinkan dan sulit untuk
menghubungkan suatu bagian informasi pada suatu masalah tertentu dengan biaya
untuk memperolehnya, karena sebagian besar informasi dinikmati tidak hanya
oleh satu pihak didalam perusahaan (Jogiyanto, 2005).
2.1.4 Definisi Sistem Informasi
Sistem Informasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem di dalam suatu
organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi,
media, prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan
jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal
kepada manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan
eksternal yang penting dan menyediakan suatu dasar informasi untuk
pengambilan keputusan yang cerdik (Jogiyanto, 2005).
2.2 Kecerdasan Buatan (Artificial Intellingence)
Intelligence atau intelegensia adalah seorang yang pandai dalam
melaksanakan pengetahuan yang dimilikinya. Dengan pengertian tersebut maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa walaupun seseorang banyak memiliki ilmu
pengetahuan, tetapi bila ia tidak melaksanakannya dalam praktek, maka ia tidak
14
dapat di golongkan ke dalam intelegensia. Dengan kata lain, intellgensia adalah
kemampuan manusia untuk memperoleh pengetahuan dan pandai
melaksanakannya dalam praktek.
Dalam Al-qur’an seseorang/sekelompok orang yang pandai meneliti dan
melakasanakan pengetahuannya disebut ulil albab. Ciri-ciri dari mereka antara
lain disebutkan dalam surat Ali-Imran (3) 190-191: “ Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi ulil albab. Yaitu mereka yang berzikir (mengingat) Allah
sambil berdiri, atau duduk atau berbaring, dan mereka yang berpikir tentang
kejadian langit dan bumi ...”. Muhammad Quthb dalam bukunya Manhaj At-
Tarbiyah Al-Islamiyah mengomentari ayat Ali 'Imran, bahwa ayat tersebut
merupakan metodologi yang sempurna bagi penalaran dan pengamatan Islam
terhadap alam. Dalam ayat tersebut manusia diminta untuk berfikir terhadap alam
dan menerapkan pengetahuan kepada penciptaan teknologi yang bermanfaat bagi
manusia. Penerapan dari pengetahuan ke dalam teknologi biasa disebut suatu
kecerdasan buatan (artificial intelligence).
Artificial intelligence atau dikenal dengan kecerdasan buatan merupakan
kawasan penelitian, aplikasi dan instruksi yang terkait dengan pemrograman
komputer untuk melakukan sesuatu hal yang -dalam pandangan manusia adalah-
cerdas (Simon, 1987). Bagian utama dari Artificial intelligence adalah ilmu
pengetahuan (knowledge), suatu pengertian tentang beberapa wilayah subjek yang
diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Walaupun komputer tidak
mungkin mendapatkan pengalaman atau belajar dan meneliti seperti manusia,
15
tetapi ia dapat memperoleh pengetahuan yang dibutuhkannya melalui upaya yang
diberikan seorang pakar manusia.
Hampir semua pangkalan pengetahuan (knowledge base) sangat terbatas
dalam arti terfokuskan kepada suatu masalah khusus. Pada saat pangkalan
pengetahuan itu sudah terbentuk, maka teknik Artificial intelligence bisa
digunakan untuk memberi kemampuan baru kepada komputer agar dapat berfikir,
menalar dan membuat inferensi (mengambil keputusan berdasarkan pengalaman)
dan membuat pertimbangan-pertimbangan yang didasarkan oleh fakta-fakta atau
aturan-aturan dan hubungan-hubungannya yang terkandung dalam pangkalan
pengetahuan tersebut.
Tujuan utama dari kecerdasan buatan (Artificial intelligence) adalah
membuat mesin menjadi lebih pintar (Winston dan Prendergast, 1984), yaitu
bagaimana menerapkan sebuah ilmu pengetahuan yang dimiliki seorang pakar dan
di integrasikan kedalam sebuah mesin dan dapat digunakan dalam memecahkan
masalah dan pengambilan keputusan
Tujuan kedua dari kecerdasan buatan (Artificial intelligence) yaitu
memahami intellegencia manusia (Winston dan Prendergast, 1984). Dengan
menerapkan pola berfikir manusia pada komputer, maka kita dilatih untuk belajar
bagaimana menyimpan pengetahuan ke dalam otak kita dan bagaimana cara
mengaplikasikannya. Terlebih dahulu kita harus mengerti tentang pola berpikir
kita sendiri, bagaimana teknik penalarannya, dan bagaimana teknik
pendekatannya dalam memecahkan suatu masalah. Dengan kata lain kita harus
belajar dari diri sendiri, bagaimana cara kita belajar, dan sampai sejauh mana
kelemahan dan kekuatan kita. Singkatnya kita harus mengetahui bagaimana cara
16
kita belajar. Sehingga demikian, kita bisa memperoleh pengertian yang lebih baik
atas pikiran dan kita akan bisa mengarahkan metodologi belajar yang lebih baik
dan mampu menerapkan intelegensia kita ke dalam masalah nyata.
Tujuan ketiga dari kecerdasan buatan (artificial intelligence) adalah
membuat mesin lebih bermanfaat (Winston dan Prendergast, 1984). Setelah
bagaimana kita mempelajarai pola berpikir dan belajar dari manusia, kemudian
kita integrasikan pola berpikir dan belajar manusia atau disebut pengetahuan ke
dalam sebuah komputer atau mesin, agar mesin tersebut dapat berjalan sesuai
dengan pola berpikir kita dan dapat bermanfaat dalam memecahkan suatu
masalah dan mengambil suatu keputusan.
Kecerdasan buatan (Artificial intelligence) dapat dipandang dari perbagai
perspektif yaitu (Hartati dan Iswanti, 2008):
1. Dari perspektif Kecerdasan (Intelligence)
Artificial intelligence adalah bagaimana membuat mesin yang “cerdas”
dan dapat melakukan hal-hal yang sebelumnya dapat dilakukan oleh
manusia
2. Dari perspektif bisnis
Artificial intelligence adalah sekelompok alat bantu (tools) yang berdaya
guna, dan metodologi yang menggunakan tool-tool tersebut guna
menyelesaikan masalah-masalah bisnis.
3. Dari perspektif pemrograman (Programming)
Artificial intelligence termasuk di dalamnya adalah studi tentang
pemrograman simbolik, pemecahan masalah, proses pencarian (search)
17
Umumnya pemrograman dari Artificial intelligence lebih focus terhadap
symbol-simbol atau pemrosesan numeric (huruf, kata, angka) dalam memproses
masalah yang dihadapai untuk mendapatkan pemecahan masalahnya atau
keputusan yang harus di buat.
2.3 Sistem Pakar
2.3.1 Definisi Sistem Pakar
Sistem Pakar adalah sistem berbasis komputer yang menggunakan
pengetahuan, fakta, dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang
biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang pakar dalam bidang tersebut
(Kusrini, 2006)
Dalam penyusunannya, sistem pakar mengkombinasikan kaidah-kaidah
penarikan kesimpulan (inference rules) dengan basis pengetahuan tertentu yang
diberikan oleh satu atau lebih pakar dalam bidang tertentu. Kombinasi dari kedua
hal tersebut disimpan dalam komputer, yang selanjutnya digunakan dalam proses
pengambilan keputusan untuk penyelesaian masalah tertentu. Sistem pakar
merupakan suatu sistem informasi yang menangkap dan menggunakan
pengetahuan serta metodologi pengambilan keputusan yang digunakan oleh
seorang atau beberapa orang ahli dalam bidang keahlian tertentu. Sistem pakar
berlaku seperti seorang pakar pada bidangnya berisi fakta-fakta dan heuristik
untuk memecahkan masalah tertentu.
Sistem pakar didasarkan pada sistem pengetahuan, sehingga
memungkinkan komputer dapat berfikir dan mengambil keputusan atau
kesimpulan dari sekumpulan kaidah. Sistem pakar mempunyai keuntungan
18
dibandingkan dengan seorang pakar yaitu kepakarannya dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat tanpa kehadiran sang pakar, mencakup keseluruhan dari kepakaran
tersebut dan sistematis, memungkinkan untuk menangani masalah yang kompleks
dengan lebih cepat, kepakarannya tetap dapat dimanfaatkan walau pakarnya telah
tidak dapat bekerja, membantu kejelasan dan pemahaman secara efektif untuk
suatu bidang kepakaran dan memungkinkan untuk membuat pengetahuan terpadu
atas bidang-bidang tertentu yang relevan.
Berdasarkan studi hasil penelitian sejenis (Tabel 2.1.) perbandingan dari
tabel diatas, maka akan dirancang suatu sistem berbasis web dan memiliki fitur
daftar istilah untuk menerangkan istilah-istilah dalam sistem yang mungkin tidak
dimengerti oleh user. Dalam sistem pakar ini akan ditambahkan pula fitur
chatting, sehingga user dapat berkomunikasi langsung dengan pakar apabila tidak
terdapat solusi yang diinginkan. Dengan adanya fitur chatting memudahkan pakar
untuk mengembangkan pengetahuan dalam sistem pakar yang telah dibuat.
Tabel 2.1 Studi Literatur
No. Judul Penelitian Kelebihan Kekurangan
1 Mendeteksi kerusakan sepeda motor honda astrea prima menggunakan sistempakar (Adhitya, 2004)
Dapat mendeteksi kerusakan pada sepeda motor Honda Astrea, bagi lembaga-lembaga yang bergerak di bidang perbaikan sepeda motor.
Belum adanya fitur dari daftar istilah.Belum berbasis web
2 Sistem pakar penyakit jantung (Setyadi, 2006)
Mendeteksi analisa penyakit jantung, dengan cara klarifikasi berdasarkan pemeriksaan fisik pasien.
Sistem masih belum berbasis web.Belum adanya fitur dari daftar istilah.
3 Pengembangan dan analisis sistem pakar untuk mendeteksi kerusakan motor dieselpada mobil (Prawira, 2006)
Dapat mendeteksi kerusakan mesin diesel pada mobil dan memberikan solusi serta petunjuk untuk mengatasinya.
Sistem belum berbasis web.Belum adanya fitur dari daftar istilah.
19
2.3.2 Ciri-ciri Sistem Pakar
Secara umum sistem pakar mempunyai beberapa ciri-ciri, antara lain
(Kusrini, 2006):
1. Terbatas pada bidang yang spesifik.
2. Dapat memberikan penalaran untuk data-data yang tidak lengkap atau
tidak pasti.
3. Dapat mengemukakan rangkaian alas an yang diberikannya dengan cara
yang dapat pahami.
4. Berdasarkan pada rule atau kaidah tertentu.
5. Dirancang untuk dikembangkan secara bertahap.
6. Outputnya bersifat nasihat atau anjuran.
7. Output tergantung dari dialog antar user.
8. Knowledge base dan inference engine terpisah.
2.3.3 Konsep Dasar Sistem Pakar
Sistem pakar adalah sistem informasi berbasis komputer yang
menggunakan pengetahuan pakar untuk mencapai performa keputusan tingkat
tinggi dalam domain personal yang sempit. MYCIN yang dikembangkan Stanford
University pada awal tahun 1980-an untuk diagnosis medis, secara umum
dianggap sebagai sistem pakar yang paling terkenal. Aplikasi lain dalam
penetapan pajak, analisis kredit, perawatan peralatan, dan diagnosis kegagalan
juga telah popular disebagaian besar organisasi berukuran besar dan menengah
sebagai alat utama untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas (Turban, 2005).
20
Konsep dasar dari sistem pakar mencakup beberapa persoalan mendasar,
antara lain apa yang dimaksud dengan keahlian, siapa yang disebut pakar,
bagaimana keahlian dapat ditransfer, dan bagaimana sistem bekerja (Turban,
2005). Berikut adalah deskripsi inti dari bagian-bagian tersebut.
1. Pakar
Pakar adalah orang yang memiliki pengetahuan, penilaian, pengalaman
dan metodologi khusus, serta kemampuan untuk menerapakan bakat ini
dalam dalam memberi nasihat dan memecahkan persoalan (Turban, 2005).
Tugas dari pakar adalah menyediakan pengetahuan tentang bagaimana
melaksanakan tugas yang akan dijalankan oleh sistem berbasis
pengetahuan.
2. Keahlian
Keahlian adalah pengetahuan ekstensif yang spesifik terhadap tugas yang
dimiliki pakar (Turban, 2005). Tingkat keahlian menentukan performa dari
suatu keputusan. Keahlian sering dicapai dari pelatihan, membaca dan
mempraktikkannya.
2.3.4 Komponen Sistem Pakar
Sistem pakar memiliki komponen-komponen sebagai berikut (Sri Hartati
Dan Sari Iswanti, 2008):
1. Antarmuka Pengguna (User Interface)
Sistem pakar menggantikan seorang pakar dalam suatu situasi tertentu,
maka sistem harus menyediakan pendukung yang diperlukan oleh pemakai
yang tidak memahami masalah teknis. Sistem pakar juga menyediakan
21
komunikasi antara sistem dan pemakainya, yang disebut sebagai antar
muka. Antar muka yang efektif dan ramah pengguna (user-friendly)
penting sekali terutama bagi pemakai yang tidak ahli dalam bidang yang
diterapkan pada sistem pakar.
2. Basis Pengetahuan
Basis pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan bidang tertentu
pada tingkatan pakar dalam format tertentu. Pengetahuan ini diperoleh dari
akumulasi pengetahuan pakar dan sumber-sumber pengetahuan lainnya.
Basis pengetahuan bersifat dinamis, bisa berkembang dari waktu ke
waktu.
3. Memori Kerja
Merupakan bagian dari sistem pakar yang menyimpan fakta-fakta yang
diperoleh saat dilakukan proses konsultasi. Fakta-fakta inilah yang
nantinya akan diolah oleh mesin inferensi berdasarkan pengetahuan yang
disimpan dalam basis pengetahuan untuk menentukan suatu keputusan
pemecahan masalah.
4. Fasilitas Penjelasan
Proses menentukan keputusan yang dilakukan oleh mesin inferensi selama
sesi konsultasi mencerminkan proses penalaran seorang pakar. Karena
pemakai terkadang bukanlah ahli dalam bidang tersebut, maka dibuatlah
fasilitas penjelasan.
5. Fasilitas Akusisi Pengetahuan
Pengetahuan pada sistem pakar dapat ditambahkan kapan saja
pengetahuan baru diperoleh atau saat pengetahuan yang sudah ada tidak
22
berlaku lagi. Hal ini dilakukan sehingga pemakai akan menggunakan
sistem pakar yang komplit dan sesuai dengan perkembangan.
6. Mesin Inferensi
Mesin inferensi merupakan otak dari sistem pakar, berupa perangkat lunak
yang melakukan tugas inferensi penalaran sistem pakar, biasa dikatakan
sebagai mesin pemikir (thinking machine). Pada prinsipnya mesin
inferensi inilah yang akan mencari solusi dari suatu permasalahan. Mesin
inferensi memulai pelacakan dengan mencocokan kaidah dalam basis
pengetahuan dengan fakta yang ada dalam basis pengetahuan. Ada dua
teknik pelacakan, yaitu (Turban, 1995):
a) Forward Chaining
Merupakan proses data yang mulai berjalan ketika informasi
tertentu diletakan oleh pengguna. Tanda-tanda atau kunci-kunci
keberhasilan akan terkumpul dengan sendirinya ketika mengarah
ke kesimpulan.
Dalam pelacakan ini, aturan diuji satu demi satu dalam urutan
tertentu. Sistem pakar bertujuan untuk mengecek bagian dari
aturan tersebut, apakah kondisinya salah atau benar. Jika
kondisinya benar, aturan itu dijalankan dan aturan berikutnya diuji.
Saat kondisinya salah atau aturannya tidak diketahui, aturan
tersebut tidak akan dijalankan, kemudian aturan berikutnya yang
akan diuji.
23
b) Backward Chaining
Backward chaining merupakan strategi pencarian arah tujuan.
Dimulai dari tujuan dan bekerja dari arah belakang atau hasil.
Prosesnya dimulai dari hipotesis kemudian pencarian dimulai
untuk menentukan dan membuktikan fakta-fakta pendukung yang
diperlukan. Proses akan berakhir dengan penerimaan atau
penolakan hipotesis.
Dalam pelacakan ini, akan dipilih satu aturan dari kesimpulan dan
menganggapnya sebagai masalah yang harus diselesaikan. Setelah
masalah tersebut diselesaikan, akan dipilih salah satu sub masallah
untuk dievaluasi dan sub masalah yang terpilih itu kemudian
menajadi sub masalah baru.
Sebagai contoh diberikan dua acuan, misalnya: suatu saat anda
ingin menuju ke jambi dari Surabaya, dimana tidak ada
penerbangan langsung antara kedua kota tersebut. Maka untuk itu
anda berusaha menemukan rantai penerbangan sehingga anda
dapat memulai suatu penerbangan dari Surabaya dan kemudian
dapat mengakhirnya dengan penerbangan ke jambi. Hal ini dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Anda dapat memulainya dengan mencari penerbangan yang
menuju jambi dan menandai kota dimana asal penerbangan.
Kemudian temukan penerbangan yang menuju kota tersebut
dan temukan kota asal penerbangannya surabya. Kontrol
24
kerja pelacakan ini berdasarkan tujuan, artinya kita bekerja
mundur, yang disebut backward chaining.
b. Anda memulai dengan daftar semua penrbangan yang
meninggalkan Surabaya dan menandai semua kota tujuan.
Kemudian mencari semua penerbanga dari kota tersebut
dan menandai juga kota tujuan. Ulangi proses sampai
ditemukan kota jambi. Control kerja proses ini maju mulai
dari asal menuju tujuan artinya bekerja kedepan, yang
disebut forward chaining.
Kedua teknik inferensi digunakan oleh tiga macam metodologi
penelusuran (searching), yaitu:
1) Metodologi Depth-First Search
Adalah teknik pencarian ke dalam. Teknik ini memeriksa semua node
dari root-node ke level berikutnya dan berikutnya secara berurutan.
Proses ini berakhir saat ditemukannya node solusi.
Gambar sederhana dari teknik pelacakan depth-first search akan di
berikan pada gambar 2.2:
Sumber: Turban, 1995
Gambar 2.2 Depth-first Search
25
2) Metodologi Breadth-First Search
Teknik pelacakan ini menguji semua node, dimulai dari root-node dan
node setiap level diuji sehingga semunya selesai sebelum pindah ke
level berikut.
Iustrasi breadth-first level search dapat dilihat pada gambar 2.3:
Sumber: Turban, 1995
Gambar 2.3 Breadth-First Search
3) Metodologi Best-First Search
Metodologi Best First Search yaitu penelusuran yang bekerja
berdasarkan kombinasi dari kedua metodologi sebelumnya, yaitu
metodologi Depth-First Search dan metodologi Breadth-First Search.
Sumber: Turban, 1995
Gambar 2.4 Best-First Search
26
7. Fasilitas Penjelasan (explanation facility).
Fasilitas penjelasan biasanya hanya ada pada beberapa sistem pakar.
Fasilitas penjelasan berguna dalam memberikan penjelasan kepada
pengguna mengapa komputer meminta suatu informasi tertentu dari
pengguna dan dasar apa yang digunakan komputer sehingga dapat
menyimpulkan suatu kondisi.
2.3.5 Faktor Manusia dalam Sistem Pakar
Untuk memahami perancangan sistem pakar, perlu dipahami mengenai
siapa saja yang berinteraksi dengan sistem. Mereka adalah (Hartati dan Iswanti,
2008):
1. Pakar (expert)
Pakar adalah seorang individu yang memiliki pengetahuan khusus,
pemahaman, pengalaman, dan metodologi – metodologi yang digunkan
untuk memecahkan masalah persoalan dalam bidang tertentu.
Seorang pakar memiliki kemampuan kepakaran, yaitu:
a. Dapat mengenali dan merumuskan suatu masalah
b. Menyelesaikan solusi dari suatu masalah
c. Menjelaskan solusi dari suatu masalah
d. Restrukturisasi pengetahuan
e. Belajar dari pengalaman
f. Memahami batas pengetahuan
27
Selain itu, pakar juga memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan
pengetahuannya dan memberikan saran serta memecahkan masalah pada
domain tertentu.
2. Pembuat Pengetahuan (Knowledge engineer)
Pembuat pengetahuan memiliki tugas utama menerjemahkan dan
mempresentasikan pengetahuan yang diperoleh dari seorang pakar, baik
berupa pengalaman pakar dalam menyelesaikan masalah maupun sumber
terdokumentasi lainnya ke dalam bentuk yang bisa diterima oleh sistem
pakar. Dalam hal ini Pembuat Pengetahuan (Knowledge engineer)
menginpretasikan, dan merepresentasikan pengetahuan yang diperoleh
dalam bentuk jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
pada pakar, atau pemahaman penggambaran analogis, sistematis,
konseptual yang diperoleh dari membaca beberapa dokumen cetak seperti
text book, jurnal, makalah, dan sebagainya.
3. Pembuat Sistem (System engineer)
Pembangun sistem adalah orang yang bertugas untuk merancang antar
muka pemakai sistem pakar, merancang pengetahuan yang sudah
diterjemahkan oleh pembangun pengetahuan ke dalam bentuk yang sesuai
dan dapat diterima oleh sistem pakar dan mengimplementasikannya ke
dalam mesin inferensi. Selain hal tersebut pembangun sistem juga
bertanggung jawab apabila sistem pakar yang akan diintegrasikan dengan
sistem komputerisasi lain.
28
4. Pengguna (User)
Seseorang yang berkonsultasi dengan sistem untuk mendapatkan saran
yang disediakan oleh pakar.
2.3.6 Peranan Sistem Pakar
Berdasarkan pengertian tadi maka secara umum sistem pakar menyediakan
kepakaran untuk memperbaiki kemampuan dan kualitas. Meningkatkan
produktivitas, promosi secara serentak, mnyimpan pngetahuan, mempergunakan
sumber daya manusia secara lebih baik, dan membantu pemasaran produk-produk
baru atau produk-produk lebib baik.
Peranan sistem pakar dapat diidentifikiasikan sebagai berikut:
1. Menggantikan seorang pakar secara penuh
Sebagai ahli yang bekerja secara otomatis, sistem pakar menganalisa
situasi, membuat keputusan, dan langsung mengerjakan atau
memerintahkan orang untuk melaksanakan. Semua biasa dilaksanakan
secara otomatis. Sebagai contoh: sistem pakar dapar langsung
melaksanakan proses kimia, membaca sensor, atau bahkan dapat
memerintah para teknisi untuk mengganti bagian mesin yang rusak.
2. Sebagai kolega
Sistem pakar dalam mendapatkan solusi dibantu oleh seorang pakr
maupun sebaliknya. Dapat memberikan saran-saran, dengan cara
memberikan beberapa alternatif. Sebagai contoh adalah bahwa sistem
pakar dapat menginvestasi penyebab kerusakan atau kesalahan.
29
3. Sebagai konsultan ahli (membantu seorang pakar).
Sistem pakar menyediakan konsultasi pada tingkatan yang ahli bagi para
praktisi sedemikian rupa sehingga menyerupai seorang konsultan ahli.
4. Membantu komputer aplikasi dalam menghasilkan laporan.
5. Bekerja di dalam aplikasi komputer.
6. Bekerja di belakang aplikasi komputer dalam menghasilkan laporan.
7. Bekerja membelakangi aplikasi komputer.
8. Menggantikan proses manajemen dokumen.
2.3.7 Keuntungan Sistem Pakar
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari penerapan sistem pakar adalah
(Kusrini, 2006):
1. Membuat seorang awam dapat bekerja layaknya seorang pakar.
2. Dapat bekerja dengan informasi yang tidak lengkap atau tidak pasti.
3. Meningkatkan output dan produktivitas. Sistem pakar dapat bekerja lebih
cepat dari manusia. Keuntungan ini berarti mengurangi jumlah pekerja
yang dibutuhkan, dan akhirnya dapat mereduksi biaya.
4. Meningkatkan kualitas.
5. Sistem pakar menyediakan nasihat yang konsisten dan dapat mengurangi
tingkat kesalahan.
6. Membuat peralatan yang kompleks lebih mudah dioperasikan karena
sistem pakar dapat melatih pekerja yang tidak berpengalaman.
7. Handal (reliability).
30
8. Sistem pakar tidak dapat lelah atau bosan. Juga konsisten dalam
memberikan jawaban dan selalu memberikan perhatian penuh.
9. Memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang kompleks.
10. Memungkinkan pemindahan pengetahuan ke lokasi yang jauh serta
memperluas jangkauan seorang pakar, dapat diperoleh dan dipakai dimana
saja.
11. Merupakan arsip yang terpercaya dari sebuah keahlian sehingga user
seolah-olah berkonsultasi langsung dengan sang pakar meskipun sang
pakar sudah pensiun.
2.3.8 Keuntungan Sistem Pakar bagi Perusahaan
Perusahaan yang menerapkan sistem pakar dapat mengharapkan (McLeod,
1995):
1. Kinerja perusahaan yang lebih baik. Karena manajer perusahaan memiliki
kemampuan yang lebih luas dalam memecahkan masalah melalui
penggunaan sistem pakar, mekanisme pengendalian perusahaan
meningkat. Perusahaam lebih mampu memenuhi tujuannya.
2. Mempertahankan pengendalian atas pengetahuan perusahaan. Sistem
pakar memberikan ksempatan untuk membuat pengetahuan pegawai yang
berpengalaman tersedia untuk pegawai yang baru dan kurang
berpengalaman serta penyimpanan pengatahuan itu dalam perusahaan
lebih lama, bahkan setelah pegawai tersebut berhenti.
31
2.3.9 Perbandingan Sistem Pakar dan Sistem Konvensional
Perbedaan antara sistem pakar dan sistem konvensional dapat dilihat pada
tabel berikut (Kusrini, 2006):
Tabel 2.2 Perbedaan Sistem konvensional dan Sistem pakar
Sistem Konvensional Sistem PakarInformasi dan pemrosesan umumnya digabung dalam satu program sequential.
Knowledge base terpisah dari mekanisme pemrosesan (inference).
Program tidak pernah salah (kecuali pemrogramnya yang salah).
Program bisa saja melakukan kesalahan.
Tidak menjelaskan mengapa input dibutuhkan atau bagaimana hasil diperoleh.
Penjelasan (explanation) merupakan bagian dari expert system
Data harus lengkap. Data tidak harus lengkap.
Perubahan pada program merepotkan. Perubahan pada rules dapat dilakukan dengan mudah.
Sistem bekerja jika sudah lengkap Sistem dapat bekerja hanya dengan rulesyang sedikit.
Eksekusi secara algoritmik (step by step). Eksekusi dilakukan secara heuristic.
Manipulasi efektif pada database yang besar.
Manipulasi efektif pada knowledge-baseyang besar.
Efesien adalah tujuan utama. Efektivitas adalah tujuan utama.
Data kuantitatif Data kualitatif
Representasi data dalam numeric Representas pengetahuan dalam symbol.
Menangkap, menambah, dan mendistribusikan data numeric atau informasi
Menangkap, menambah, dan mendistribusikan pertimbangan dan pengetahuan.
Sumber: Kusrini, 2006
32
2.3.10 Perbedaan Sistem Pakar dan Sistem Pengambil Keputusan (Decision
Support System)
Perbedaan sistem pakar dan sistem pengambil keputusan dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 2.3 Perbedaan Sistem Pakar dan Sistem pengambil keputusan
Sistem Pakar Sistem Pengambil KeputusanPertimbangan heuristic Pertimbangan mekanik
Manipulasi symbol Manipulasi numerik dan alphanumerik
Proses keputusan dinamik Proses keputusan static
Mengingat informasi Tidak mengingat informasi
Perkiraan dan inferensi Apakah scenario IF atau skenari IF-THEN (dalam DSS)
Pengendalian pola data Pengendalian control
Banyak solusi Satu solusi
Pencarian intensif Perhitungan intensif
Rekursif Iteratif
Faktor kepastian Kebenaran dan kesalahan
Sumber: Turban, 1995
2.3.11 Teknik Representasi Pengetahuan
Representasi pengetahuan adalah suatu teknik untuk merepresentasikan
basis pengetahuan yang diperoleh ke dalam suatu skema/diagram tertentu
sehingga dapat diketahui relasi/keterhubungan antara suatu data dengan data yang
lain (Yudatama, 2008). Teknik ini membantu knowledge engineer dalam
memahami struktur pengetahuan yang akan dibuat sistem pakarnya. Terdapat
beberapa teknik representasi pengetahuan yang biasa digunakan dalam
pengembangan suatu sistem pakar, yaitu (Yudatama, 2008) :
33
1. Rule-Based Knowledge Pengetahuan direpresentasikan dalam suatu bentuk
fakta (facts) dan aturan (rules). Bentuk representasi ini terdiri atas premise
dan kesimpulan.
2. Frame-Based Knowledge Pengetahuan direpresentasikan dalam suatu
bentuk hirarki atau jaringan frame.
3. Object-Based Knowledge Pengetahuan direpresentasikan sebagai jaringan
dari obyekobyek. Obyek adalah elemen data yang terdiri dari data dan
metoda (proses).
4. Case-Base Reasoning Pengetahuan direpresentasikan dalam bentuk
kesimpulan kasus (cases).
2.3.12 Akusisi Pengetahuan
Proses membangun atau mengembangkan sistem pakar disebut akuisis
pengetahuan. Perekayasa pengetahuan menyerap prosedur-prosedur dan
pengalaman untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu dari pakar tersebut dan
membangunnya menjadi program sistem pakar (Kridasantausa, 2006).
Basis Pengetahuan. Basis pengetahuan mengandung pengetahuan-pengetahuan
keahlian sebagai dasar pengambilan keputusan. Terdapat beberapa metode untuk
menyajikan pengetahuan dalam perangkat lunak sistem pakar, diantaranya
(Kridasantausa, 2006). :
1. Metode kerangka (frames),
2. Jaringan semantik (semantic network), dan
3. Kaidah produksi(production rules).
34
Penyanjian basis pengetahuan, yang banyak digunakan adalah kaidah produksi.
Masing-masing kaidah mengandung sebuah atau lebih kondisi yang jika dipenuhi
akan memberikan satu atau lebih aksi. Kaidah produksi disajikan dalam
pernyataan IF ..... AND .... OR ..... THEN ..... ELSE .....
Ada 2 pendekatan dalam menentukan aturan basis pengetahuan, yaitu:
1. Penalaran berbasis aturan (rule-based reasoning)
Pada penalaran berbasis aturan, pengetahuan direpresentasikan dengan
menggunakan aturan berbentuk IF-THEN. Bentuk ini digunakan apabila
kita memiliki sejumlah pengetahuan pakar pada suatu permasalahan
tertentu, dan si pakar dapat menyelesaikan masalah tersebut secara
berurutan. Disamping itu, bentuk ini juga digunakan apabila dibutuhkan
penjelasan tentang jejak (langkah-langkah) pencapaian solusi. Contoh :
aturan identifikasi hewan.
Rule 1 : IF hewan berambut dan menyusui THEN hewan mamalia
Rule 2 : IF hewan mempunyai sayap dan bertelur THEN hewan jenis
burung
Rule 3 : IF hewan mamalia dan memakan daging THEN hewan karnivora
Dst...
Pada aturan ini bersifat Statis ,yaitu aturan sistem yang tidak bisa diubah-
ubah ataupun jika bisa diubah membutuhkan waktu yang lama, dan hanya
berlaku pada satu sistem.
2. Penalaran berbasis kasus (case-based reasoning)
Pada penalaran berbasis kasus, basis pengetahuan akan berisi solusi-solusi
yang telah dicapai sebelumnya, kemudian akan diturunkan suatu solusi
35
untuk keadaan yang terjadi sekarang (fakta yang ada) (Kridasantausa,
2006). Bentuk ini digunakan apabila user menginginkan untuk tahu lebih
banyak lagi pada kasus-kasus yang hampir sama (mirip). Selain itu bentuk
ini juga digunakan bila kita telah memiliki sejumlah situasi atau kasus
tertentu dalam basis pengetahuan.
Basis Data. Basis data mengandung fakta- fakta mengenai masalah yang akan
dicari solusinya (Kridasantausa, 2006). . Fakta-fakta yang diketahui disimpan
sebagai kondisi awal. Fakta-fakta yang baru diperoleh dari proses inferensi
ditambahkan pada basis data. Fakta-fakta ini berhubungan dengan semua yang
diketahui selama proses inferensi. Kondisi awal dari masalah yang akan
diselesaikan biasanya ditanyakan oleh pemakai. Berdasarkan informasi ini,
sistem pakar mulai melakukan proses pelacakan.
Pengatur Kaidah. Bagian pengatur kaidah (rule adjuster) memungkinkan
perekayasa pengetahuan memelihara basis pengetahuan sistem pakar
(Kridasantausa,2006). . Pemeliharaan basis pe\ngetahuan meliputi penempatan
pengetahuan baru kedalam sistem pakar. Penghapusan basis pengetahuan yang
sudah tidak relevan dan perubahan basis pengetahuan karena adanya perubahan
fakta atau kaidah yang telah ada.
Mesin Inferensi. Merupakan suatu perangkat lunak yang mengimplementasikan
suatu operasi pelacakan dengan menggunakan basis pengetahuan dan basis data
untuk mencapai solusi (Kridasantausa, 2006). . Mesin inferensi menguji kaidah-
kaidah dengan pola urutan tertentu untuk mencocokkan kondisi sekarang, maka
kondisi tersebut dapat diberikan pada basis data dan dapat dipergunakan keahlian
sebagai dasar pengambilan ringan semantik untuk mencari fakta-fakta baru.
36
Representasi Pengetahuan. Hampir semua sistem AI (Artificial Intelligence)
terdiri dari :
1. Basis pengetahuan yang berisi tentang fakta-fakta obyek dalam domain
dan hubungannya yang dipilih. Basis pengetahuan dapat pulah berisi
konsep teori, prosedur praktis dan keterkaitannya. Basis pengetahuan ini
akan membentuk sumber sistem kecerdasan dan digunakan oleh :
2. Mesin atau mekanisme inferensi untuk melakukan penalaran dan menarik
kesimpulan sebagaimana tugas mesin inferensi yang telah dijelaskan
dimuka.
Secara garis besar representasi pengetahuan mempunyai dua karakteristik yang
umum, yaitu : Yang pertama : dapat diprogram kedalam bahasa pemrograman
komputer yang ada dan disimpan dalam memori. Yang kedua : Didesain sehingga
fakta-fakta dan pengetahuan dapat digunakan dalam proses penalaran. Dengan
demikian basis pengetahuan yang berisi struktur data dapat dimanipulasikan oleh
sistem inferensi yang menggunakan teknik pelacakan dan penyesuaian pola pada
basis pengetahuan untuk menjawab pertanyaan, menggambarkan kesimpulan atau
melakukan fungsi cerdasnya(Kridasantausa, 2006).
Referensi Logika. Bentuk representasi pengetahuan yang telah lama dikenal,
adalah logika, yaitu melakukan pengkajian ilmiah tentang serangkaian penalaran,
sistem kaidah, dan prosedur yang membantu proses penalaran. Proses logika
dapat dilihat pada Gambar sebagai berikut :
37
Sumber: Sumarbagiono, 1999
Gambar 2.5 Menggunakan logika untuk proses penalaran.
Mula-mula diberikan informasi, kemudian dibuat pernyataan atau observasi
dicatat. Bentuk ini di inputkan pada proses logika dan disebut sebagai premis.
Premis ini yang akan digunakan oleh proses logika untuk menghasilkan output
yang merupakan kesimpulan dan disebut sebagai inferensi. Dengan proses ini
fakta-fakta yang diketahui benar dapat digunakan untuk merumuskanfakta baru
yang juga benar (Kridasantausa, 2006).
2.4 Domain Permasalahan Modifikasi Sepeda Motor Suzuki 120R
Secara garis besar, dalam memodifikasi sepeda motor Suzuki 120R dapat
dibagi menjadi dua bagian. Masing-masing bagian mempunyai sub-sub bagian
untuk mengarah pada modifikasi yang di inginkan dan mendapatkan hasil yang
lebih terinci. Pembagian modifikasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Modifikasi Ringan
Dalam modifikasi ringan perubahan pada sepeda motor Suzuki 120R tidak
terlalu signifikan. Pada modifikasi ini umunya hanya memerlukan biaya
yang tidak terlalu besar karena hanya sebagian kecil dari komponen-
komponen sepeda motor saja yang diganti, dan perubahan dari tiap
komponen-komponen sepeda motor juga tidak terlalu signifikan.
38
2. Modifikasi Besar
Dalam modifikasi besar pada sepeda motor Suzuki 120R mengalami
perubahan yang cukup signifikan. Pada modifikasi ini umunya juga
membutuhkan biaya yang cukup besar, dikarenakan pengguna sepeda
motor diharuskan mengganti komponen-komponen dari sepeda motornya.
Contoh kompnen yang harus dig anti adalah, knalpot, spuyer, busi, dan
bahkan mesin standar dari sepeda motor dapat diganti. (Wijaya, 2008)
2.5 Metodologi Pengembangan Sistem
Metodologi adalah suatu kesatuan metodologi-metodologi, prosedur-
prosedur, konsep-konsep pekerjaan, aturan-aturan dan postulat-postulat yang
digunakan oleh suatu ilmu pengetahuan, seni atau disiplin yang lainnya. Sedang
metodologi adalah suatu cara,teknik yang sistematis untuk mengerjakan sesuatu.
Metodologi pengembangan sistem berarti adalah metodologi-metodologi,
prosedur-prosedur, konsep-konsep pekerjaan, aturan-aturan dan postulat-postulat
yang akan digunakan untuk mengembangkan suatu sistem informasi (Jogiyanto,
2005).
Pengembangan sistem dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru
untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki yang
telah ada. Sistem lama perlu diperbaiki atau diganti disebabkan karena bebrapa
hal, yaitu sebagai berikut (Jogiyanto, 2005):
1. Adanya permasalahan-permasalahan yang timbul di sistem lama seperti,
ketidakberesan dalam suatu sistem lama yang dapat menyebabkan suatu
sistem tidak dapat beroperasi sesuai dengan yang diharapkan.
39
2. Untuk meraih kesempatan-kesempatan, kesempatan ini dapat berupa
peluang-peluang pasar untuk menigkatkan layanan kepada pelanggan.
3. Adanya instruksi-instruksi, penyusunan sistem yang baru dapat juga
terjadi karena adanya instruksi-instruksi dari atas pimpinan maupun dari
luar organisasi.
Sewaktu melakukan proses pengembangan sistem, beberapa prinsip harus
tidak boleh dilupakan. Prinsip-prinsip ini adalah sebagai berikut (Jogiyanto,
2005):
1. sistem yang dikembangkan adalah untuk manajemen, maksudnya adalah
sistem harus dapat mendukung kebutuhan yang diperlukan.
2. Sistem yang dikembangkan adalah investasi modal besar.
3. Sistem yang dikembangkan memerlukan orang yang terdidik.
4. Tahapan kerja dan tugas-tugas yang harus dilakukan dalam proses
pengembangan sistem.
5. Proses pengembangan sistem tidak harus urut.
6. Jangan takut membatalkan proyek.
7. Dokumentasi harus ada untuk pedoman dalam pengembangan sistem.
2.5.1 Pendekatan Terstruktur
Permasalahan yang terdapat baik pada pendekatan klasik dengan
kecendrungan baru tantang tahap-tahap perkembangan sistem informasi,
merupakan bukti diperlukannya suatu pendekatan lain. Metodologi lain itu adalah
”pendekatan terstruktur” yang muncul pada permulaan 1970. Pada masa sekarang
pendekatan tersebut juga disebut sebagai ”pendekatan operasional”. Seperti pada
40
pendekatan engineering yang dipakai dalam pemecahan masalah, pendekatan
terstruktur memerlukan prosedur dan pendekatan yang baku dan jelas atau paling
tidak memerlukan metodologi yang akan dipakai dalam mengembangkan sistem.
Struktur dapat menentukan perintah (order) serta dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman terhadap sistem yang rumit. Oleh karena itu struktur
merupakan ciri utama pada desain sistem informasi ”struktur” dapat dihubungkan
dengan cara dan bentuk penyusunan sasuatu. Struktur juga dapat dikatakan
sebagai sistem yang sesungguhnya dibentuk. Penjelasan struktur dipusatkan pada
penjelasan tentang hubungan antar berbagai bagian yang dikuasai oleh karakter
umum atau fungsi keseluruhan. Penyusunan struktur merupakan suatu proses
pengenalan, analisis, dan pemilihan alternatif kategori desain.
Kebutuhan tentang metodologi dalam perkembangan sistem informasi
juga dikemukakan oleh Brokes dkk. Mereka menyatakan bahwa ”meskipun tahap-
tahap perkembangan sistem merupakan kerangka kerja ang berguna untuk
mempertimbangkan keseluruhan proses analisis dan desain sistem, mereka yang
bertang gung jawab melaksanakan tugas tersebut memerlukan gambaran dan
metodologi yang harus diikuti. Tanpa metodologi yang sesuai, seorang analisis
dan desainer yang kurang berpengalaman akan menemui kesulitan dalam
menentukan yanglebih rumit dapat dipecahkan, dan sistem penyelesaian mudah
perawatannya, fleksibel, lebih memuaskan pemakai, dapat didokumentasikan
dengan lebih baik, sesuai dengan waktu dan anggaran yang ada. (Jogiyanto ,2005)
menyatakan bahwa keuntungan utama dari pendekatan terstruktur adalah
produktifitas tinggi, sistem kualitas yang lebih baik, perawatan sistem
41
penyelesaian yang lebih mudah, serta kemampuan yang lebih besat untuk menatik
dan mempertahankan kualitas manusia.
Menurut Nauman dkk., kita dapat mengatakan bahwa menentukan,
menetapkan dan memenuhi tuntutan informasi organisasi secara tepat dan
lengkap, adalah merupakan tugas sistem informasi organisasi. Unsur paling
penting pada sistem tersebut adalah manusia: manajer, pemakai personel
pengembangan sistem, serta personel pengoperasian. Akan tetapi untuk
mendapatkan set persyaratan informasi yang benar dan lengkap adalah merupakan
suatu hal yang sukar. Davis memberikan tiga alasan sehubungan dengan
kesukaran tersebut, yaitu:
1. Sebagai pemroses informasi dan penyelesai masalah manusia mempunyai
keterbatasan.
2. Adanya keanekaragaman dan kerumitan tuntutan informasi.
3. Adanya pola interakdi yang rumit di antara pemakai dan analisis dalam
menentukan tuntutan.
Selama perkembangan sistem, tuntutan informasi pada organisasi biasanya
didokumentasikan dalam bentuk ”pengkhususan fungsional” atau ”desain logis”.
Tuntutan inforamsi ini biasanya menunjukan adanya kesesuaian antara pihak
pemakai dan pihak pengembang sistem. Pada akhir-akhir ini proses tersebut,
diberbagai sumber, dinamakan sebagai ”tuntutan engineering” dan telah dikenal
sebagai bagian yang paling penting dalam proses perkembangan sistem informasi.
42
2.5.2 System Development Life Cycle (SDLC)
Daur hidup pengembangan sistem/SDLC berfungsi untuk menggambarkan
tahapan-tahapan utama dan langkah-langkah dari tiap tahapan yang secara garis
beras terbagi ke dalam tiga kegiatan utama yaitu (Ladjamudin, 2005):
1. Analisia
Tahapan Analisa digunakan oleh analis sistem untuk membuat keputusan.
Apabila sistem saat ini mempunyai masalah atau sudah tidak berfungsi secara
baik, dan hasil analisanya digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki sistem.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap analisis ini adalah sebagai berikut:
a) Deteksi masalah (Problem Detection)
b) Penelitian/Investigasi awal (Initial Investigation)
c) Analisa Kebutuhan Sistem (Requirment Analysis)
2. Desain
Tahapan desain memiliki tujuan untuk mendesain sistem baru yang dapat
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi perusahaan yang diperoleh
dari pemilihan alternatif sistem yang terbaik. Kegiatan dalam tahap desain ini
meliputi:
a) Perancangan keluaran
Perancangan keluaran bertujuan menentukan keluaran-keluaran yang akan
digunakan oleh sistem. Keluaran tersebut berupa tampilan-tampilan layar,
dan juga format dan frekuensi laporan yang diperlukan.
b) Perancangan masukan
Perancangan masukan bertujuan menentukan data-data masukan, yang
akan digunakan untuk mengoperasikan sistem. Data-data masukan tersebut
43
dapat berupa formulir-formulir, faktur dan lain-lain yang berfungsi
memberikan data masukan bagi pemrosesan sistem.
c) Perancangan file
Perancangan file masuk dalam bahagian perancangan database yang
diawali dengan merancang diagram hubungan antara entitas. Setelah itu
melakukan uji normalisasi.
3. Implementasi
Tahap implementasi memiliki berupa tujuan, yaitu untuk melakukan kegiatan
spesifikasi rancangan logika kedalam kegiatan yang sebenarnya dari sistem
informasi yang dibangunnya atau dikembangkannya. Kegiatan yang dilakukan
dalam tahap implementasi ini adalah:
a) Programming and Testing
Pada tahap ini dilakukan perancangan algoritma dengan menggunakan
pseucode yang digunakan dalam bahasa Indonesia terstruktur atau bahasa
Inggris terstruktur. Setelah selesai dalam pembuatan algoritma, maka
dibuatkanlah program aplikasi dengan menggunakan salah satu bahasa
pemrograman terpilih.
Setelah program selesai dibuatkan secara modular, perlu dilakukan test
data, dengan mengentri sejumlah data kedalam program tersebut, dan
dilihat bagaimana hasilnya, serta bagaimana cara pemrosesan yang
dilakukan oleh program yang baru dibuat tersebut.
b) Training
End user yang akan mengoperasikan sistem yang baru tersbut perlu dilatih
secara keseluruhan. Materi pelatihan biasa saja berupa keuntungan dan
44
kerugian sistem baru, tips dan trik menggunakan sistem aplikasi baru,
pengenalan sintaks dasar dan dokumen-dokumen yang digunakan dalam
sistem yang baru tersebut.
c) System Changeover
Setelah seluruh sistem siap dioperasikan dan seluruh selelsai di latih,
maka tahap ini dilakukan pergantian sistem lama dengan yang baru.
2.6 Flowchart
Flowchart adalah bagan-bagan yang mempunyai arus yang
menggambarkan langkah-langkah penyelesaian seuatu masalah. Flowchart
merupakan cara penyajian dari suatu algoritma.
Ada dua macam flowchart yang menggambarkan proses dengan komputer,
yaitu:
1. System Flowchart
Bagan yang memperlihatkan urutan proses dalam sistem dengan
menunjukan alat media input, output serta jenis media penyimpanan dalam
proses pengolahan data.
2. Program Flowchart
Bagan yang memperlihatkan urutan intruksi yang digambarkan dengan
simbol tertentu untuk memecahkan masalah dalam suatu program.
Dari contoh flowchart diatas terlihat bahwa program flowchart
memberikan gambaran secara terinci tentang aturan instruksi yang disusun oleh
program untuk diterapkan ke dalam komputer.
45
2.7 Data Flow Diagram (DFD)
Data Flow Diagram merupakan model dari sistem unutk menggambarkan
pembagian sistem kedalam modul yang lebih kecil. Salah satu keuntungan
penggunakan menggunakan DFD adalah memudahkan pemakai atau user yang
kurang menguasai bidang komputer untuk mengerti sistem yang dikerjakan. DFD
terbagi dalam tiga tahapan yaitu (Ladjamudin, 2005):
1. Diagram Konteks
Diagram konteks adalah diagram yang terdiri dari suatu proses dan
menggambarkan ruang lingkup sistem. Diagram konteks merupakan level
tertinggi dari DFD yang menggambarkan seluruh input ke sistem atau
output dari sistem. Ia akan memberikan gambaran tentang keseluruhan
sistem. Sistem dibatasi oleh boundary (dapat digambarkan dengan garis
putus-putus). Dalam diagram konteks hanya ada satu proses. Tidak boleh
ada store dalam diagram konteks.
2. Diagram Nol/Zero (Overview Diagram)
Diagram Nol adalah diagram yang menggambarkan proses dari dataflow
diagram. Diagram nol memberikan pandangan secara menyeluruh
mengenai sistem yang ditangani, menunjukan tentang fungsi-fungsi utama
atau proses yang ada, aliran data, dan eksternal entity. Pada level ini sudah
memungkinkan adanya/digambarkan data store yang digunakan. Untuk
proses yang tidak dirinci lagi pada level selanjutnya, simbol ’*’ atau ’P’
(fuctional primitive) dapat ditambahkan pada akhir nomor proses.
Keseimbangan input dan output antara diagram nol dengan diagram
konteks harus terpelihara.
46
3. Diagram Rinci (Level Diagram)
Diagram rinci adalah diagram yang menguaraikan proses apa yang ada
dalam diagram nol atau diagram level di atasnya.
2.8 Balancing dalam DFD
Aliran data yang muncul ke dalam dan keluar dari satu level harus sama
dengan aliran data yang masuk kedalam dan keluar dari rincian proses pada
level/tingkatan di bawahnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada DFD yang
memiliki lebih dari satu level sebagai berikut:
1. Harus terdapat keseimbangan input dan output antara satu level dan level
berikutnya.
2. Keseimbangan antara level 0 dan level 1 dilihat pada input/output dari
aliran data ke atau dari terminal pada level 0 sedangkan keseimbangan
antara level 1 dan 2 dilihat pada input/output dari aliran data ke atau dari
proses yang bersangkutan.
3. Nama aliran data, data store dan terminal pada setiap level harus sama,
apabila objeknya sama.
4. Ada sumber buku yang menyatakan terminal tidak perlu digambarkan
pada level 1,2 dan seterusnya namun untuk memperjelas diagram, maka
sebaiknya terminal tetap digambarkan pada level 1,2 dan seterusnya.
47
2.9 Elemen Dasar dari Data Flow Diagram
2.9.1 Kesatuan Luar (External Entity)
Sesuatu yang berada di luar sistem, tetapi ia memberikan data ke dalam
sistem atau menerima data dari sistem, di simbolkan dengan suatu kotak notasi.
External entity tidak termasuk bagian dari sistem. Bila sistem informasi dirancang
untuk satu bagian (departemen) maka bagian lain yang masih terkait menjadi
external enttity.
Pedoman dalam pemberian nama kesatuan luar (external entity) adalah
sebagai berikut:
1. Nama terminal berupa kata benda
2. Terminal tidak boleh nama yang sama kecuali memang objeknya sama.
Bila demikian, maka terminal ini perlu di beri garis miring di pojok kiri
atas.
contoh dari external entity adalah sebagai berikut:
Sumber: Ladjamudin, 2005
Gambar 2.6 Kesatuan luar
2.9.2 Arus Data (Data Flow)
Arus data merupakan tempat mengalirnya informasi dan digambarkan
dengan garis yang menghubungkan komponen dari sistem. Arus data ditunjukan
dengan arah panah dan garis diberi nama atas arus data yang mengalir. Arus data
USER ADMIN
48
ini mengalir di antara proses, data store dan menunjukan arus data dari data yang
berupa masukan untuk sistem atau hasil proses sistem.
Pedoman dalam pemberian nama aliran data adalah sebagai berikut:
1. Nama aliran data yang terdiri dari beberapa aliran kata dihubungkan
dengan garis sambung.
2. Tidak boleh ada aliran data yang namanya sama, dan pemberian nama
harus mencerminkan isinya.
3. Aliran data terdiri dari beberapa elemen dapat dinyatakan dengan grup
elemen.
4. Hindari penggunaan kata ’data’ dan ’informasi’ untuk memberi nama pada
aliran data.
5. Sedapat mungkin nama aliran data ditulis lengkap.
berikut adalah contoh dari aliran data:
Sumber: Ladjamudin, 2005
Gambar 2.7 Aliran Data
2.9.3 Proses (Process)
Proses meupakan apa yang dikerjakan oleh sistem. Proses dapat mengolah
data atau aliran data masuk menjadi aliran data ke luar. Proses berfungsi
mentranformasikan satu atau beberapa data keluaran sesuai dengan spesifikasi
yang diinginkan setiap proses memiliki satu atau beberapa masukan seta
menghasilkan satau atau beberapa data keluaran.
Jam_Kuliah Daftar_Kehadiran
49
Pedoman dalam pemberian nama proses adalah sebagai berikut:
1. Nama proses terdiri dari kata kerja dan kata benda yang mencerminkan
fungsi proses terebut, misalnya hitung bonus, cetak faktur, dan lain-lain.
2. Jangan menggunakan kata proses sebagai bagian dari nama suatu proses.
3. Tidak boleh ada beberapa proses yang memiliki nama yang sama.
4. Proses harus diberi nomor, urutan nomor sedapat mungkin mengikuti
aliran atau ururan proses, namun demikian urutan nomor tidak berarti
secara mutlak merupakan urutan proses secara kronologis.
5. Penomoran proses pada tingkatan pertama (Diagram Nol) adalah 1.0, 2.0,
3.0 dan seterusnya.
6. Penomoran proses pada tingkat kedua dari proses 1.0 adalah 1.1, 1.2, 1.3
dan seterusnya.
7. Diagram konteks tidak perlu diberikan nomor.
berikut adalah contoh dari proses:
Sumber: Ladjamudin, 2005
Gambar 2.8 Proses
1.0
Entity KRS
2.0
Olah KRS
50
2.9.4 Simpanan Data (Data Store)
Simpanan data merupakan tempat penyimpanan data pengikat data yang
ada dalam sistem. Data store dapat disimbolkan dengam sepasang dua garis
sejajar atau dua garis dengan salah satu sisi samping terbuka. Proses dapat
mengambil data dari atau memberikan data ke database.
Pedoman dalam pemberian nama simpanan data adalah sebagai berikut:
1. Nama harus mencerminkan simpanan data tersebut.
2. Bila namanya lebih dari satu kata maka harus diberi tanda sambung.
Berikut adalah contoh dari simpanan data:
Sumber: Ladjamudin, 2005
Gambar 2.9 Aliran Data
2.10 Basis Data (Database)
2.10.1 Konsep Dasar Basis Data
Basisdata terdiri dari dua kata yaitu Basis dan Data. Basis dapat diartikan
sebagai markas atau gudang, tempat bersarang atau berkumpul. Sedangkan Data
merupakan representasi fakta dunia nyata yang mewakili suatu objek seperti:
manusia (pegawai, siswa, pembeli, pelanggan), barang, hewan, peristiwa, konsep,
keadaan, dan sebagainya yang direkam dalam bentuk angka, huruf, simbol, teks,
gambar, bunyi, atau kombinasinya. Basisdata (database) merupakan kumpulan
data yang saling berhubungan (punya relasi) (Yakub, 2008).
Dosen Kurikulum
51
Secara umum, database atau basis data dapat didefinisikan sebagai koleksi
dari data-data yang terorganisasi dengan cara sedemikian rupa sehingga data
mudah disimpan dan dimanipulasi (diperbaharui, dicari, diolah dengan
perhitungan-perhitungan tertentu, serta dihapus). Secara teoritis, database tidaklah
mesti berurusan dengan komputer, misalnya catatan barang yang telah terjual hari
ini yang dicatat oleh perusahaan juga merupakan database dalam bentuk yang
sangat sederhana (Nugroho, 2004).
Database memiliki beragam ukuran. Untuk aplikasi-aplikasi yang
sederhana, misalnya aplikasi pencatatan data-data orang-orang yang akan
dikunjungi seorang salesman dalam memasarkan produknya mungkin muat dalam
satu disket. Pada saat yang sama, aplikasi untuk mencatat data-data pemilik
telepon di suatu negara tertentu mungkin berukuran beberapa tera-byte sehingga
mungkin perlu disimpan dalam hardisk (dan/atau pita magnetik) yang berukuran
sangat besar.
Fred McFadden dkk menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan data
adalah fakta tentang sesuatu di dunia nyata yang dapat direkam dan disimpan pada
media komputer. Definisi tersebut perlu diperluas untuk mencerminkan realitas
yang ada saat ini. Database saat ini digunakan untuk menyimpan objek-objek
seperti dokumen, citra fotografi, suara, video, tidak hanya teks dan angka saja
seperti aplikasi database terdahulu. Misalnya, database Mahasiswa tidak hanya
mengandung NIM dan nama mahasiswa saj tetapi mungkin juga mengandung foto
mahasiswa yang bersangkutan.
52
2.10.2 DBMS (Database Management Sistem)
Manajemen Sistem Basis Data (Database Management Sistem/DBMS)
adalah perangkat lunak yang didesain untuk membantu dalam hal pemeliharaan
dan utilitas kumpulan data dalam jumlah besar. DBMS dapat menjadi alternatif
penggunaan secara khusus untuk aplikasi, semisal penyimpanan data dalam file
dan menulis kode aplikasi yang spesifik untuk pengaturannya (Yakub, 2008).
2.10.2.1 Komponen Utama DBMS
Komponen utama DBMS dapat dibagi menjadi 4 macam (Nugroho, 2004):
1. Perangkat Keras
2. Perangkat Lunak
3. Data
4. Pengguna
2.10.2.2 Keuntungan Penggunaan DBMS
Pengunaan DMBS untuk mengelola data mempunyai beberapa
keuntungan, yaitu:
1. Kebebasan data dan akses yang efisien
2. Mereduksi waktu pengembangan aplikasi
3. Integritas dan keamanan data
4. Administrasi keseragaman data
5. Akses bersamaan dan perbaikan dari terjadinya crashes (tabrakan dari
proses serentak).
53
2.10.3 Struktur Sistem Database/Basis Data
Sistem basis data dibagi kedalam modul-modul yang masing-masing
memiliki tanggung jawab bagi keseluruhan sistem. Komponen fungsional dari
sistem basis data secara garis besar dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Manajer penyimpanan (storage manager) adalah sangat penting sebab
basis data secara tipikal membutukan sejumlah besar ruang penyimpanan.
Basis data perusahaan ukurannya bervariasi dari ratusan byte hingga
gigabyte (untuk basis data yang sangat besar bisa mencapai terabyte).
Gigabyte adalah 1000 megabyte (1 milyar byte) dan terabyte adalah 1 juta
megabyte (1 triliun byte). Karena memori utama komputer tidak dapat
menyimpan informasi sebanyak itu, informasi disimpan di hardisk. Data
berpindah dari hardisk ke memori saat data tersebut dibutuhkan. Karena
kecepatan perpindahan data tersebut sangat bergantung pada kecepatan
CPU, struktur sistem basis data sangat menentukan untuk meminimisasi
kebutuhan untuk memindahkan data dari hardisk ke memori utama.
2. Query processor juga sangat penting sebab query processor membantu
sistem basis data untuk menyederhanakan dan memfasilitasi akses pada
data. Cara pandang tingkat tinggi (high level view) membantu mencapai
sasaran, dengan hal ini pengguna sistem tidak secara langsung mengetahui
rincian implementasi fisik dari sistem.
54
2.10.4 Database Relasional
Secara umum, database berarti koleksi data yang saling terkait. Secara
praktis basis data dapat dianggap sebagai suatu penyusunan data yang terstuktur
yang di simpan dalam media pengingat yang tujuannya adalah agar data tersebut
dapat di akses eengan mudah dan cepat.
Sesungguhnya terdapat berbagai macam database, antara lain yaitu
database hierarkis, database jaringan, dan database relasional. Database
relasional merupakan database yang populer saat ini dan telah di terapkan pada
berbagai platform, dari PC hingga minikomputer.
Sebuh database relasional tersusun atas sejumlah tabel. Sebagai contoh,
database akademis mencakup tabel-tabel seperti dosen, mahasiswa, krs, nilai, dll.
Basis data tentang bintang film bisa mencakup info pribadi dan film-film yang
pernah dibintangi (Kadir, 2008).
2.10.5 Entity Relationship Diagram (ERD)
ERD adalah suatu model jaringan yang menggunakan susunan data yang
disimpan pada sistem secara abstrak. Tujuan ERD adalah menggambarkan
hubungan antara satu entitas yang memiliki sejumlah attribut dengan entitas yang
lain dalam suatu sistem yang terintegrasi (Yakub, 2008).
2.10.5.1 Elemen ERD
Terdapat beberapa elemen utama yang membentuk Entity Relationship
Diagram (ERD) (Yakub, 2008), yaitu:
55
1. Entitas (Entity)
Entitas adalah kumpulan dari suatu objek yang dapat diidentifikasi secara
unik.
Sumber: Yakub, 2008
Gambar 2.10 Entitas (Entity)
Untuk menggambarkan entitas dilakukan dengan mengikuti aturan –
aturan sebagai berikut:
1) Entitas dinyatakan dengan simbol persegi panjang.
2) Nama entitas berupa kata benda tunggal.
3) Nama entitas sedapat mungkin menggunakan nama yang mudah
dipahami dan menyatakan maknanya dengan jelas.
2. Atribut (Attribute)
Secara umum atribut adalah karakteristik dari entity atau relasi yang
merupakan penjelasan rinci tentang entitas.
Sumber: Yakub, 2008
Gambar 2.11 Atribut (Attribute)
Dalam menggambarkan atribut dilakukan dengan mengikuti aturan sebagai
berikut:
1) Attribut dinyatakan dengan simbol elipps.
2) Nama atribut dituliskan dalam simbol elipps.
3) Nama atibut berupa kata benda tunggal.
56
4) Nama atribut sedapat mungkin menggunakan nama yang mudah
dipahami dan menyatakan maknanya dengan jelas.
5) Attribut dihubungkan dengan entitas yang bersesuaian dengan
menggunakan garis.
3. Relasi (Relation)
Relasi atau hubungan adalah kejadian atau transaksi yang terjadi diantara
dua entitas yang keterangannya perlu disimpan dalam basis data.
Sumber: Yakub, 2008
Gambar 2.12 Relasi (Relation)
Aturan penggambaran relasi antar entity adalah:
1) Relasi dinyatakan dengan simbol belah ketupat.
2) Nama relasi dituliskan didalam simbol belah ketupat.
3) Relasi menghubungkan dua entitas.
4) Nama relasi menggunakan kata kerja aktif (diawali awalan me)
tunggal.
5) Nama relasi sedapat mungkin menggunakan nama yang mudah
dipahami dan menyatakan maknanya dengan jelas.
4. Varian Relasi
Varian relasi adalah jumlah entitas yang berpartisipasi dalam satu
relationship. Derajat Relationship yang sering dipakai di dalam ERD:
57
1) Relasi Biner (Binary Relation)
Binary Relation adalah merupakan relasi yang terjadi diantara 2
(dua) himpunan entitas yang berbeda.
Sumber: Yakub, 2008
Gambar 2.13 Binary Relation
2) Relasi Tunggal (Unary Relation)
Unary Relation adalah variasi relasi yang terjadi dari sebuah
himpunan entitas ke himpunan entitas yang sama.
Sumber: Yakub, 2008
Gambar 2.14 Unary Relation
3) Relasi Multi Entity (N-ary Relation)
N-ary Relation merupakan relasi dari 3 (tiga) himpunan entitas
atau lebih.
Sumber: Yakub, 2008
Gambar 2.15 N-ary Relation
58
5. Derajat Relasi (Kardinalitas)
Kardinalitas relasi menunjukan maksimum entitas yang dapat berelasi
dengan entitas pada himpunan entitas lain. Terdapat tiga macam
kardinalitas relasi, yaitu :
1) Satu ke Satu (One to One)
Tingkat hubungan satu ke satu dinyatakan dengan setiap entitas
pada himpunan entitas A berhubungan dengan paling banyak
dengan satu entitas pada himpunan entitas B, dan begitu juga
sebaliknya.
2) Satu ke Banyak (One to Many)
Tingkat hubungan satu ke banyak adalah setiap entitas pada
himpunan entitas A dan dapat berhubungan dengan banyak entitas
pada himpunan entitas B, tetapi tidak sebaliknya, dimana setiap
entitas pada himpunan entitas B berhubungan dengan paling
banyak satu entitas pada himpunan entitas A.
3) Banyak ke Satu (Many to One)
Tingkat hubungan satu ke banyak berarti setiap entitas pada
himpunan entitas A berhubungan paling banyak dengan satu entitas
pada himpunan entitas B, tetapi tidak sebaliknya, dimana setiap
entitas pada himpunan entitas B dan dapat berhubungan dengan
banyak entitas pada himpunan entitas A.
59
4) Banyak ke Banyak (Many to Many)
Tingkat hubungan banyak ke banyak dapat terjadi jika tiap entitas
pada himpunan entitas A dapat berhubungan dengan banyak entitas
pada himpunan entitas B, demikian juga sebaliknya.
2.10.6 Normalisasi
Normalisis merupakan suatu proses untuk mengubah suatu tabel yang
memiliki masalah tertentu ke dalam dua buah tabel atau lebih yang tidak lagi
memiliki masalah. Yang perlu di ketahui terlebih dahulu adalah normalisasi bisa
dipakai oleh para perancang database untuk melakukan verifikasi terhadap tabel-
tabel yang telah dibuat sehingga tidak menimbulkan suatu permasalahan saat di
tambah, di perbaharui ataupun di hapus (Kadir, 2008).
Suatu file yang terdiri dari beberapa group elemen yang berulang-ulang
perlu diorganisasikan kembali. Proses untuk mengorganisasikan file untuk
menghilangkan group elemen yang berulang-ulang inidisebut dengan normalisasi
(normalization) (Jogiyanto, 2005). Normaliasi juga banyak dilakukan dalam
merubah basis data dari struktur pohon atau struktur jaringan menjadi struktur
hubungan. Konsep dan teknik normalisasi ini dikenalkan oleh Dr. E.F Codd di
paper-nya pada tahun 1970 dan 1972. E.F Codd dalam paper-nya ini
mendefinisikan struktur data yang baru, yaitu yang disebut dengan struktur data
hubungan (realtional data structure). Istilah data hubungan menunjukan suatu
struktur data yang mempunyai hubungan dengan elemen-elemen data lainnya,
baik dalam data file atau dalam file yang lain.
60
Normalisasi perlu digunakan untuk melakukan verifikasi apakah suatu
tabel tidak akan memiliki masalah tertentu ketika data diperbaharui atau dihapus.
Aturan-aturan normalisasi dinyatakan dalam istilah bentuk normal. Bentuk normal
adalah suatu aturan yang dikenakan pada tabel-tabel dalam database dan harus
dipenuhi oleh tabek-tabel tersebut pada level-level normalisasi. Suatu tabel
dikatakan berada dalam bentuk normal tertentu jika memenuhi kondisi-kondisi
tertentu. Misalnya, suatu tabel berada dalam bentuk normal pertama (biasa disebut
1NF) jika setiap atribut bernilai tunggal untuk setiap baris.
Bentuk normal yang biasa dipakai pada normalisasi adalah bentuk normal
pertama (1NF), bentuk normal kedua (2NF), dan bentuk normal ketiga (3NF).
Bentuk-bentuk normal yang lain seperti bentuk normal keempat (4NF) dan bentuk
normal kelima (5NF) digunakan untuk kasus-kasus khusus (Kadir, 2008).
2.11 PHP
PHP atau PHP Hypertext Preprocessor merupakan bahasa berbentuk skrip
yang ditempatkan dalam server dan diproses di server. Hasilnyalah yang
dikirimkan ke client, tempat pemakai menggunakan browser. Secara khusus PHP
dirancang untuk menbentuk web dinamis, artinya ia dapat membentuk suatu
tampilan berdasarkan permintaan terkini. Misalnya, menampilkan isi data da
abase ke halaman web. Pada prinsipnya, PHP mempunyai fungsi yang sama
dengan skrip-skrip seperti ASP ( Active Server Pages ), Cold Fussion, JSP (Java
Server Pages) atau Pearl CGI (Betha, 2001).
Kehadiran pertama PHP dibuat oleh Rasmus Lerdorf pada tahun 1995.
Versi pertamanya berupa kumpulan script PERL yang digunakan untuk membuat
61
halaman web yang dinamai pada homepages pribadinya. Rasmus kemudian
menulis ulang script tersebut dengan menggunakan Bahasa C, dengan
menambahkan fasilitas untuk form HTML, koneksi MySQL dan membuat PHP
versi kedua yang diberi nama PHP/F1 pada tahun 1996. Konsep kerja PHP
diawali dengan permintaan suatu halaman oleh browser. Berdasarkan URL (
Uniform Resorce Locator) atau dikenal dengan sebutan alamat internet, browser
mendapatkan alamat dari web server, isinya segera dikirimkan ke mesin PHP dan
mesin inilah yang memproses dan memberikan hasilnya (berupa kode HTML) ke
web server, selanjutnya web server menyampaikan ke client.
2.12 MySQl
MySQL adalah salah satu jenis database server yang sangat terkenal,
disebabkan MySql menggunaka SQL sebagai bahasa dasar untuk mengakses data
base. MySQL termasuk RDBMS (Relational Database Management System)
yang lebih popular lewat kalangan pemrograman web, terutama di lingkungan
Linux. Namun, saat ini telah tersedia MySQL untuk platform sistem operasi
Windows 98/ME/NT/2000/XP. MySQL mendapatkan penghargaan sebagai
database terbaik untuk sever Linux versi Linux Magazine tahun 2001 dan 2002.
Dan sebagai database favorit tahun 2000. (Saputro, 2006)
MySQL besifat free atau gratis. Namun, MySQL terdiri dari dua lisensi, yaitu:
1. Lisensi free (free software/open source GNU General Public Licence).
MySQL lisensi ini bebas digunakan, dimodifikasi source programnya
dengan catatan harus dipublikasikan ke pemakai.
62
2. Lisensi komersial (non GPL). Pemakai harus membayar sejumlah biaya
kepada MySQL AB sebagai pemegang hak cipta, sesuai dengan jenis
layanan yang tersedia.
MySQL dapat digunakan pada berbagai platform sistem operasi. Khusus
pada sistem operasi Windows, MySQL bersifat shareware (dikenai biaya setelah
melakukan modifikasi dan digunakan untuk keperluan produksi). Perangkat lunak
MySQL dapat di download melaui http://www.mysql.com atau
http://www.mysql.org.
63
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metodologi Pengumpulan Data
Metodologi pengumpulan data yang digunakan meliputi empat metode,
yaitu:
a. Metode Studi Pustaka
Dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari literatur dari tiga hasil
penelitian yang sejenis, lima buah buku, serta lima artikel yang mendukung
dengan topik yang akan dibahas dalam penyusunan laporan skripsi ini. Dari hasil
tersebut didapatkan bagaimana membangun suatu sistem pakar yang antara lain
meliputi komponen-komponen sistem pakar dan pemodelan dalam membangun
sistem pakar. Selain itu data diperoleh dari situs-situs internet yang berhubungan
dengan penyusunan laporan skripsi.
Data-data yang berasal dari buku-buku dan internet diperlukan untuk
dipelajari mengenai masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini. Adapun data-
data buku-buku atau artikel-artikel yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
terdapat dalam daftar pustaka. Data – data tersebut, yang dijadikan referensi
dalam penulisan skripsi ini antara lain: yang berkaitan dengan pengenalan sistem
informasi, artificial intelligence, pemrograman PHP, MySql, konsep dasar dari
sistem pakar,dan juga metodologi pengembangan dari sistem pakar itu sendiri,
64
yang terdiri dari: tabel dan pohon keputusan, kaidah produksi, pembangunan
prototype dan sebagainya.
b. Metode Obsevasi
Pada metode pengamatan (observasi) ini dilakukan peninjauan dan
penelitian langsung di lapangan untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang
dibutuhkan. Pengamatan dilakukan di Bengkel Motor Kribo yang bergerak dalam
bidang jasa service dan modifikasi sepeda motor selain itu bengkel tersebut juga
melakukan penjualan berbagai macam komponen-komponen dan aksesoris sepeda
motor.
Pengamatan ini dilakukan selama menjalani penelitian pada tanggal 1 Juli
2009 -30 November 2009, bertempat di Bengkel Motor Kribo bertempat di Jl.
Kertamukti No. 26b Rt.oo1/08 Pisangan – Ciputat.
c. Metode Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara mewawancarai secara langsung pihak-
pihak terkait, yang berguna untuk mendapatkan informasi maupun data-data yang
dibutuhkan untuk perancangan dan pembangunan sistem yang akan dibuat, antara
lain:
1. Wawancara terhadap pihak bengkel, dalam hal ini seorang pakar, guna
mendapatkan gambaran mengenai sistem yang akan dibuat.
2. Wawancara terhadap respoden, dalam hal ini mewakili sebagai pihak user
,guna mendapatkan data-data maupun informasi.
65
Hasil dari wawancara ini, berguna untuk mendukung bahasan penelitian
ini dalam hal melakukan perancangan dan membangun sistem, yang dapat
menghasilkan rancangan aplikasi yang dapat membantu pihak bengkel dan
memberi kemudahan bagi pihak user (lihat lampiran..).
3.2 Metodologi Pengembangan Sistem
Metodologi yang digunakan dalam pengembangan sistem untuk
perancangan dan pembangunan sistem pakar untuk memodifikasi sepeda motor
Suzuki Satria 120R ini, adalah metodologi terstruktur dengan model SDLC
(System Development Life Cycle), yang secara garis besar terbagi dalam tiga
kegiatan utama, yaitu (Ladjamudin, 2005):
1. Analisis
Pada tahapan ini dilakukan indentifikasi terhadap domain permasalahan
yang telah ditentukan. Domain yang ditentukan dalam sistem pakar motor Suzuki
Satria 120R meliputi modifikasi pada bagian dalam atau mesin dari motor
tersebut. Setelah masalah berhasil diidentifikasi maka selanjutnya adalah
mengumpulkan semua permasalahan terkait yang ada untuk dianalisa dan
ditentukan bentuk representasi pengetahuannya. Setelah di analisa dari masalah
terkait maka ditentukan pemilihan tools yang akan di gunakan dalam membangun
sistem pakar ini.
2. Desain
Setelah melakukan tahapan analisis, maka akan dilakukan tahapan desain
(perancangan) sistem pakar ini, yang memiliki tujuan untuk mendesain sistem
baru. Dalam perancangan desain sistem pakar ini juga desain bentuk dari
66
representasi pengetahuan terhadap pengetahuan yang berhasil dirumuskan pada
tahapan sebelumnya. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut (Hartati dan
Iswanti, 2008):
a. Buat tabel pohon keputusan.
b. Tentukan kaidah-kaidahnya dalam bentuk kaidah produksi.
Dalam tahap ini kaidah produksi yang digunakan untuk menentukan
aturan rule yaitu menggunakan, teknik Rule Based Knowledge dan bersifat
statis (Kridasantausa, 2006)
Setelah melakukan perancangan model pengetahuan kemudian dilakukan
rancangan desain arus data untuk sistem baru,untuk memperoleh rancangan
keluaran dari rancangan masukan yang didapat, maka diperlukan tools-tools yang
menggambarkan bagan arus, yaitu: DFD (Data Flow Diagram) dan Flowchart.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perancangan ini, meliputi:
a. Perancangan Keluaran
Perancangan keluaran (output) dari sistem pakar ini, yaitu dengan
menentukan keluaran-keluaran yang akan digunakan oleh sistem, yang berupa
tampilan-tampilan layar, dan juga format laporan-laporan yang diperlukan.
b. Perancangan Masukan
Perancangan masukan (input) dari sistem pakar ini, yaitu dengan
menentukan data-data masukan yang akan digunakan untuk mengoperasikan
sistem, seperti spesifikasi sepeda motor dan rule-rule untuk mendapatkan
solusi. Alur dari masukan data dan informasi dalam sistem pakar ini
digambarkan dalam DFD dan Flowchart sistem.
67
c. Perancangan File
Perancangan file dari sistem pakar ini ini, yaitu membuat perancangan
basis data, dengan merancang diagram hubungan antar entitas, dengan
menggunakan tools ERD.dalam perancangan file ini juga ditentukan basis
pengetahuan dari sistem pakar.
3. Implementasi
Pada tahapan ini, yaitu dengan melakukan kegiatan spesifikasi rancangan
logikal ke dalam rancangan fisik dari sistem informasi yang akan dibangun dan
mengimplementasikan sistem yang baru tersebut ke dalam bahasa pemprograman.
Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah, Programming dan Testing
pada tahapan ini, dilakukan perancang program aplikasi dengan menggunakan
pemrograman PHP dan MYSQL sebagai basis data. Program yang sudah selesai
dibuat tersebut, perlu dilakukan testing data menggunakan black box test
(Pressman, 2002) dengan mengentri sejumlah data ke dalam program tersebut,
dan dilihat hasilnya, serta cara pemprosesan yang dilakukan oleh program yang
baru dibuat tersebut.
68
3.3 Kerangka Penelitian
Metodologi Pengumpulan Data
Kepustakaan
Wawancara
Observasi
Metodologi Pengembangan Sistem
dengan metodologi terstruktur model
SDLC(Ladjamudin, 2005)
Analisis
Desain
Implementasi
Deteksi Masalah
Penelitian/Investigasi awal
Analisa Kebutuhan Sistem
Perancangan Masukan
Perancangan Keluaran
Perancangan File
PemogramanTesting Sistem dengan
Blackbox(Pressman, 2007)
Perancangan Algoritma dan Flowchart sistem
Metodologi desain Teknik Penelusuran
Masalah Sistem Pakar (Sri Hartati dan Sari
Iswanti, 2008)
Pohon Keputusan
Kaidah Produksi
Perancangan DFD Level Sistem
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian
69
BAB IV
Pembahasan
4.1 Analisis
4.1.1 Deteksi Masalah
Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap masalah yang diteliti. Dari
identifikasi yang dilakukan pada bengkel motor kribo didapatkan bahwa semakin
banyak orang yang ingin memodifikasi sepeda motor mereka, tetapi kurangnya
pengetahuan mereka tentang memodifikasi mesin sepeda motor dapat
menimbulkan masalah yang cukup serius terhadap mesin sepeda motor mereka.
Dalam skripsi ini mencoba membuat suatu sistem pakar untuk mendiagnosa
bagian-bagian mesin sepeda motor dan mencoba memberikan kesimpulan tentang
masalah dalam memodifikasi sepeda motor khususnya sepeda motor Suzuki
Satria 120R.
Dari uraian di atas diketahui masalah yang sering terjadi, antara lain:
1. Terdapat resiko yang cukup besar apabila pengguna sepeda motor Suzuki
120R tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang mesin
2. Pengguna terbatasi waktu dan tempat untuk memodifikasi sepeda
motornya
3. Memerlukan biaya yang cukup besar apabila pengguna memodifikasi
sepeda motornya di bengkel
4. Adakalanya seorang pakar dapat berhalangan atau pensiun.
70
Dari identifikasi yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan mengenai
perlu adanya suatu sistem yang dapat memberikan kemudahan dan bantuan
terhadap proses memodifikasi sepeda motor khususnya sepeda motor Suzuki
Satria 120R. Pada sistem pakar ini terdapat tahapan-tahapan untuk menganalisa
bagaimana memodifikasi dan terdapat kesimpulan untuk mengetahuai bagaimana
memodifikasi sepeda motornya dan solusi untuk menjalankan kesimpulan
tersebut.
4.1.2 Penelitian/Investigasi awal
Dalam melakukan investigasi awal dilakukan wawancara dan observasi
langsung dari hasil wawancara dengan mas kribo selaku montir (mekanik) di
Bengkel motor kribo maka diperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan, antara
lain:
1. Bagaimana kebutuhan sistem yang akan dirancang?
2. Bagaimana langkah-langkah montir dalam mendiagnosa kebutuhan sepeda
motor pelanggannya?
3. Memperoleh data-data tentang pengetahuan memodifikasi sepeda motor
khususnya sepeda motor Suzuki 120R yang direpresentasikan ke dalam
rule-rule pengetahuan
4.1.3 Analisa Kebutuhan Sistem
Dalam analisa kebutuhan sistem pakar ini terdapat dua kriteria dalam
mendeskripsikan kebutuhan sistem, antara lain :
71
1. Analisa kebutuhan fungsional sistem pakar
Kebutuhan fungsional dari sistem mendefinisikan hal-hal yang dibutuhkan
oleh sistem yang akan di bangun, antara lain:
a) Kemampuan untuk mendiagnosis jenis modifikasi yang di perlukan
b) Kemampuan untuk menjelaskan mengenai modifikasi mesin yang di
perlukan dalam mengambil keputusan
c) Kemampuan untuk memberikan solusi yang tepat dalam memodifikasi
sepeda motor pengguna
d) Kemampuan yang mendukung pengubahan basis pengetahuan, yang
meliputi kemampuan untuk menambah, meng-update, menampilkan
kembali rule yang telah dibuat, dan menghapus data pada basis
pengetahuan.
2. Analisa kebutuhan pengguna (user)
User adalah pengguna yang membutuhkan informasi atau solusi
mengenai bagaimana cara untuk memodifikasi sepeda motor Suzuki
120R nya baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Fasilitas yang diberikan yaitu:
1) Operator action, menjelaskan spesifikasi sepeda motor yang di
miliki pengguna non-pakar.
2) Solusi yang dibutuhkan oleh pengguna non-pakar.
3) Daftar istilah, yaitu informasi mengenai istilah-istilah dan spare
part yang digunakan dalam memodifikasi sepeda motor.
72
4.2 Desain
Proses yang dilakukan pada tahapan desaian dalam merancang sistem
pakar ini merupakan kelanjutan dari fase sebelumnya, yaitu setelah data-data
pengetahuan berhasil diketahui dan di rumuskan oleh knowledge engineer dan
pakar. Langkah–langkah selanjutnya yaitu dilakukan dari pengetahuan yang telah
dirumuskan sampai pada bentuk representasi pengetahuan yang dipilih.
Langkah-langkah tersebut meliputi:
1. Buat pohon keputusan
2. Tentukan kaidah-kaidahnya dalam bentuk kaidah produksi.
4.2.1 Pohon Keputusan
Meskipun kaidah dapat secara langsung dapat dihasilkan dari tabel
keputusan tetapi untuk menghasilkan kaidah yang efesien terdapat suatu langkah
yang harus ditempuh yaitu membuat pohon keputusan terlebih dahulu. Dari pohon
keputusan dapat diketahui atribut (kondisi) yang dapat direduksi sehingga
menghasilkan kaidah yang efesien dan optimal. Dan untuk lebih lengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 1.
4.2.2 Kaidah Produksi
Dalam fase ini kaidah didapatkan mengacu pada pohon keputusan yang
telah dibuat. Terdapat beberapa kaidah untuk pengetahuan mengenai solusi untuk
memodifikasi sepeda motor Suzuki Satria 120R. himpunan kaidah tersebut dapat
dilihat pada lampiran 2.
73
S ta r t
M e n a m p i lk a n h a la m a n u ta m a
M e m ilih K o n s u l ta s iM e m il ih
D a f ta r Is t i la hM e m il ih
S p e s e i f ik a s iM e m il ih
T e n ta n g K a m i
M e n a m p i lk a n K o n s u l ta s i
B
M e n a m p i lk a n D a f ta r Is t i la h
M e n a m p i lk a n S p e s i f ik a s i
S e p e d a M o to r
M e n a m p ilk a n T e n ta n g k a m i
In p u t B u k u ta m u
S e le s a i
4.2.3 Perancangan Masukan
Setelah didapat rancangan keluaran sistem maka dilakukan tahapan
selanjutnya, yaitu merancang aliran data dari sistem. Tahap ini dilakukan
perancangan sistem menggunakan tools rancangan sistem seperti flowchart dan
data flow diagram untuk proses pembangunan sistem.
4.2.3.1 Perancangan Algoritma dan Flowchart sistem
Pada tahapan awal desain dilakukan penggambaran umum program sistem
dengan algoritma dan flowchart-flowchart dari sistem pakar yang akan
dikembangkan. Termasuk flowchart teknik penalaran yang dipakai yang di
aplikasikan ke program. Algoritma dan Flowchart ini dibuat untuk mempermudah
dalam membuat sitem pakar ini.
Berikut adalah algoritma dan flowchart dari sistem tersebut:
a) Flowchart Sistem pakar
Gambar 4.1 flowchart sistem pakar
74
Mulai
Modifkasi Kecil
m esin masih standar
karburator masih standar
saringan udara masih terpasang
busi masih standar
sekat dalam perut knalpot dibuang dan
ukuran pilot-jet dinaikkan 5
angka dan main-jet d inaikkan 10
angka dari ukuran standar
ya
ya
ya
ya
ya
busi sudah diganti tipe
racing
sekat dalam perut knalpot dibuang dan
ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10
angka dari ukuran standar, dang anti kepala busi model
racing
knalpot masih standar
ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka
dan main-jet dinaikkan 10 angka
dari ukuran standar, dan
saringan knalpot ditambah
lubangnya
sekat dalam perut knalpot
sudah dibuang
ukuran pilot-jet dinaikkan 5
angka dan main-jet dinaikkan 10
angka dari ukuran standar
knalpot sudah diganti model
racing
ukuran pilot-jet dinaikkan 7, 5
angka dari ukuran standar m ain-jet
dinaikkan 15 angka dari ukuran
standar
ya
ya
ya
ya
1
2
3
4
tidak
tidak
tidak
tidak
Selesai
b) Flowchart dan algoritma penalaran forward chaining (Program)
Berikut ini merupakan flowchart program dari sistem pakar tersebut yang di
mulai dari dua pertanyaan dasar, yaitu modifikasi besar dan kecil:
Gambar 4.2 flowchart Program
75
2
mesin sudah di oversize
mesin oversize 25
dinding permukaan
lubang bilas dan transfer masih
standar
karburator masih standar
ukuran pilot jet dinaikkan 5 angka
dan main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar
dan buang sekat dalm perut knalpot,
kemudian ujung jarum skep pada karburator dibuat
lancip
karburator sudah direamer
ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka
dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar
dan buang sekat dalam perut knalpot, kemudian saringan
udara dipasang tanpa busa
ya
ya
ya
tdk
dinding permukaan
lubang buang sudah
dihaluskandinding
permukaan lubang buang masih
standar
ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka
dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, gunakan knalpot tipe racing, dan saringan
udara dipasang tanpa busa
ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka
dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar,
gunakan knalpot yang sudah dibuang
sekatnya, dan gunakan busi tipe
racing
tdk
5
6
tdk
tdk
Selesai
tdk
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan
dari inisial (2) atau mesin sudah di oversize:
Gambar 4.3 Flowchart program (Lanjut.2)
76
3
karburator sudah direamer
ukuran spuyer masih standar
lubang buang dan lubang isap masih standar
ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat
dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan dan
sekat dalam perut knalpot dibuang
permukaan kulit jeruk pada
dinding lubang buang dan isap
sudah dihaluskan
ukuran spuyer dinaikkan 3
tingkat dan sekat dalam perut
knalpot dibuang
saringan udara masih terpasang
ukuran spuyer dinaikkan 3
tingkat dan sekat dalam knalpot dibuang, dan busa saringan udara dilepas
saringan udara sudah dilepas
ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam
knalpot dibuang,kemudian pasang saringan udara tanpa busa
ya
ya
tdk
tdk
tdk
7 tdk
Selesai
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan
dari inisial (3) atau karburator sudah direamer:
Gambar 4.4 Flowchart program (Lanjut.3)
77
4
busa saringan udara sudah
dilepas
knalpot masih standar
lubang pada saringan knalpot sudah diperbanyak
pilot-jet dinaikkan 2,5 angka dari ukuran
standar, dan main-jet dinaikkan 5 angka dari
ukuran standar dan lubang pada saringan knalpot diperbanyak
pilot-jet dinaikkan 2,5 angka dari
ukuran standar, dan main-jet
dinaikkan 5 angka dari ukuran standar
ya
tdk
Selesai
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan
dari inisial (4) atau busa saringan udara sudah dilepas:
Gambar 4.5 Flowchart program (Lanjut.4)
78
5
kepala silinder sudah dibubut
kepala silinder sudah dibubut
<=1mm
paking blok silinder masih
standar
ukuran lubang buang masih
standar
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka
dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari
ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan
tebal 0,3mm, lalu buang sekat dalam perut knalpot
ukuran lubang buang sudah
dibesarkan < dari 1mm
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar,
dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3mm, ganti knalpot dengan tipe
racing, dan lepas selang saringan
udara
ya
ya
tdk
paking blok silinder sudah diganti dengan tebal >0,1 mm dan <
0,5mm
busi masih standar
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10
angka dari ukuran standar,, ganti knalpot dengan tipe racing, dan
lepas selang saringan udara
busi sudah diganti tipe
racing
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5
angka dan ukuran main jet dinaikkan 10
angka dari ukuran standar , ganti knalpot
dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara
tdk
tdk
8
Selesai
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan
dari inisial (5) atau kepala silinder sudah dbubut:
Gambar 4.6 Flowchart program (Lanjut.5)
79
6
mesin oversize 50
busi masih standar
ukuran pilot jet dan main jet
masih standar
Gunakan koil tipe racing dan ukuran pilot jet dianikan 7,5
angka dan main jet dinaikkan 15
angka dan knalpot gunakan
tipe racing
jarum skep pada karburator
masih standar
gunakan koil tipe racing dan
ujung jarum skep dibuat runcing dan
gunakan knalpot tipe
racing
ujung jarum skep pada karburator
sudah dibuat runcing
gunakan koil tipe racing, dan
gunakan knalpot tipe racing
busi sudah diganti dengan
tipe racing
lubang venture pada karburator masih standar
Gunakan ukuran pilot jet dianikan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar dan ganti kampas kopling dengan tipe
racing dan ganti knalpot racing
ya
yatdk
tdk
tdk
Selesai
9
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan
dari inisial (6) atau mesin sudah di oversize 50:
Gambar 4.7 Flowchart program (Lanjut.6)
80
7
spuyer lebih besar dari
standar
lubang buang dan lubang isap masih
standar
knalpot masih standar
gunakan spuyer yang dinaikkan 3
tingkat dari ukuran standard an
permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dn sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lepas busa
saringan udara
Gunakan ukuran spuyer lebih besar
3 tingkat dari ukuran standar, dan sekat dalam
perut knalpot dibuang
tipe busi masih standar
gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar dan ganti
kepala busi dengan tipe racing dan sekat dalam perut knalpot
dibuang
busi sudah diganti dengan tipe racing
gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar dan sekat
dalam perut knalpot dibuang, dan busa
saringan dan selang udara dilepas
ya
tdk
tdk
Selesai
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan
dari inisial (7) atau spuyer lebih besar dari standar:
Gambar 4.8 Flowchart program (Lanjut/7)
81
8
lubang transfer dan lubang bilas
pada blok silinder sudah diperbesar
kepala silinder masih standar
knalpot masih standar
saringan udara masih terpasang
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5
angka dan ukuran main jet dinaikkan
15 angka dari ukuran standar,
ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5mm
saringan udara sudah dilepas
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar,
ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang
dibesarkan 0,5mm, lalu pasang
saringan udara tanpa busa
ya
ya
ya
tdk
Selesai
10
11
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan
dari inisial (8) atau lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah
diperbesar:
Gambar 4.9 Flowchart program (Lanjut.8)
82
9
mesin oversize 75
kampas kopling masih standar
kampas kopling sudah diganti
dengan tipe racing
dinding permukaan lubang bilas dan transfer
masih standar
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan
7,5 angka dan ukuran main jet
dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas
kopling dengan tipe racing dan gunakan knalpot tipe racing
dinding permukaan
lubang bilas dan transfer sudah
dihaluskan
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas
kopling dengan tipe racing dan gunakan knalpot tipe racing
karburator masih standar
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10
angka dari ukuran standar, dan
gunakan knalpot tipe racing
karburator sudah direamer
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar,
dan pasang saringan udara tanpa busa, dan gunakan knalpot
tipe racing
ya
tdk ya
tdk
tdk
12
Selsai
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan
dari inisial (9) atau mesin sudah di oversize 75:
Gambar 4.10 Flowchart program (Lanjut.9)
83
10
kepala silinder sudah dibubut
busi masih standar
paking blok silinder masih
standar
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan
udara tanpa busa dan lubang buang
dibesarkan 0,5 mm, dan lepas ring pada
kepala busi, dan gunakan knalpot
racing
paking blok sudah tidak
standar
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10
angka dan ukuran main jet dinaikkan 20
angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa
busa dan lubang buang dibesarkan 0,5
mm, dan gunakan paking blok silinder
dengan tebal 0,3 mm dan gunakan knalpot
racing
busi sudah diganti dengan
tipe racing
lubang venturi pada karburator masih standar
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10
angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan
lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot
racing
lubang venturi pada karburator sudah diperbesar
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10
angka dan ukuran main jet dinaikkan 20
angka dari ukuran standar,dan gunakan airbox yang terbuat
dari seng, dan lubang buang dibesarkan 0,5
mm, dan gunakan knalpot racing
ya
ya
tdk
tdk
tdk
Selesai
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan
dari inisial (10) atau kepala silinder sudah dibubut:
Gambar 4.11 Flowchart program (Lanjut.10)
84
11
perut knalpot sudah dibuang
sekatnya
lubang buang masih standar
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dibesarkan 0,5mm,
lalu pasang saringan udara tanpa busa
lubang buang sudah dibesarkan
< 1 mm
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar,
lalu pasang saringan udara
tanpa busa
knalpot sudah diganti tipe racing
kampas kopling standar
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka
dari ukuran standar, lalu
pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm
kampas kopling sudah diganti
dengan tipe racing
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10
angka dan ukuran main jet dinaikkan 20
angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa
busa dan lubang buang dibesarkan 0,5
mm, kemudian lubangi sirip ruma
kopling sebanyak 2 lubang dibesarkan
0,5mm
ya
tdk
tdk
ydk
Selesai
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan
dari inisial (11) atau perut knalpot sudah dibuang sekatnya:
Gambar 4.12 Flowchart program (Lanjut.11)
85
12
mesin oversize 100
lubang venturi pada karburator masih standar
saringan udara masih terpasang
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka
dari ukuran standar, dan lepas
busa saringan udara, lubang venture pada
karburator direamer 0,5mm, dan
gunakan knalpot tipe racing
saringan udara sudah dilepas
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox
yang terbuat dari seng, lubang venturi
pada karburator direamer 0,5mm,
dan gunakan knalpot racing
lubang venturi pada karburator sudah direamer
koil masih standar
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10
angka dan ukuran main jet dinaikkan
20 angka dari ukuran standar,
dan gunakan airbox yang
terbuat dari seng, lalu gunakan busi tipe racing, dan gunakan knalpot
tipe racing
koil sudah diganti dengan tipe
racing
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10
angka dan ukuran main jet dinaikkan 20
angka dari ukuran standar, dan gunakan
airbox yang terbuat dari seng,racing, dan gunakan knalpot tipe
racing
ya
ya
tdk
tdk
tdk
Selesai
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan
dari inisial (12) atau mesin sudah di oversize 10:
Gambar 4.13 Flowchart program (Lanjut.12)
86
Modifkasi Besar
mesin masih standar
karburator masih standar
saringan udara masih terpasang
busi masih standar
ya
ya
ya
ya
ya
busi sudah diganti tipe
racing
knalpot masih standar
sekat dalam perut knalpot
sudah dibuang
knalpot sudah diganti model
racing
ya
ya
ya
Selesai
1
13
14
15
tidak
tidak
tidak
sekat dalam perut knalpot dibuang dan
ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka
dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran
standar, lubang transefer dan bilas
diperbesar 1mm, dan lubang buang
diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa
saringan udara, dan lepas ring pada busi
sekat dalam perut knalpot dibuang dan
ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka
dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan
bilas diperbesar 1mm, dan lubang
buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa
saringan udara
sekat dalam perut knalpot dibuang dan
ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan
main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran
standar, lubang transefer dan bilas
diperbesar 1mm, dan lubang buang
diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lubang
buang pada saringan knalpot diperbesar
ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka
dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan
bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas
busa saringan udara, dan lubang
buang pada saringan knalpot
diperbesar
ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka
dan main jet dinaikkan 20 angka
dari ukuran standar, lubang
transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang
diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan
dari inisial (1) atau modifikasi besar:
Gambar 4.14 Flowchart program (Lanjut.1)
87
13
mesin sudah di oversize
mesin oversize 25
dinding permukaan
lubang bilas dan transfer masih
standar
karburator masih standar
karburator sudah direamer
ya
ya
ya
tdk
dinding permukaan
lubang buang sudah
dihaluskandinding
permukaan lubang buang masih
standar
tdk
16
17
tdk
tdk
Selesai
ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka
dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar
dan buang sekat dalm perut knalpot,
kemudian ujung jarum skep pada karburator dibuat
lancip
ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka
dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar
dan buang sekat dalam perut knalpot, kemudian saringan
udara dipasang tanpa busa
ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka
dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, lalu
lubang buang dibesarkan 1 mm,
dan gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara
dipasang tanpa busa
ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka
dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, dan
gunakan knalpot tipe racing, dan saringan
udara dipasang tanpa busa
Tdk
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan
dari inisial (13) atau mesin sudah di oversize:
Gambar 2.15 Flowchart program (Lanjut.13)
88
14
karburator sudah direamer
ukuran spuyer masih standar
lubang buang dan lubang isap masih standar
permukaan kulit jeruk pada
dinding lubang buang dan isap
sudah dihaluskan
saringan udara masih terpasang
saringan udara sudah dilepas
ya
ya
tdk
tdk
tdk
18 tdk
Selesai
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 15 angka dan main jet
gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran
135, dan permukaan kulit
jeruk pada dinding lubang buang dan
isap dihaluskan dan sekat dalam perut knalpot dibuang, lalu lepas busa pada saringan
udara
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 15 angka dan main jet
gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat
dalam perut knalpot dibuang, lalu lepas busa pada saringan
udaragunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 15 angka dan main jet
gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat
dalam perut knalpot dibuang, dan lubang buang dibesarkan 1 mm, lalu lepas busa
dan selang pada saringan udara
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 15 angka dan main jet
gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat
dalam perut knalpot dibuang, dan lubang buang
dibesarkan 1 mm, lalu gunakan airbox
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan
dari inisial (14) atau karburator sudah direamer:
Gambar 4.16 Flowchart program (Lanjut.14)
89
15
busa saringan udara sudah
dilepas
knalpot masih standar
lubang pada saringan knalpot sudah diperbanyak
ya
tdk
Selesai
buang sekat dalam perut knalpot dan
lubang pada saringan knalpot diperbanyak,
ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka
dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran
standar, lubang transfer dan bilas
diperbesar 1mm, dan lubang buang
diperbesar 0,5 mmbuang sekat dalam perut
knalpot, ukuran pilot jet dinaikkan
10 angka dan main jet dinaikkan
20 angka dari ukuran standar, lubang transfer
dan bilasdiperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan
dari inisial (15) atau busa saringan udara sudah dilepas:
Gambar 4.17 Flowchart program (Lanjut.15)
90
16
kepala silinder sudah dibubut
kepala silinder sudah dibubut
<=1mm
paking blok silinder masih
standar
ukuran lubang buang masih
standar
ukuran lubang buang sudah
dibesarkan < dari 1mm
ya
ya
tdk
paking blok silinder sudah diganti dengan tebal >0,1 mm dan <
0,5mm
busi masih standar
busi sudah diganti tipe
racing
tdk
tdk
19
Selesai
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka
dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari
ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan lubang
buang dan transfer dihaluskan 0,5 mm, lalu buang sekat dalam perut
knalpot
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar,
dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan
lubang transfer dihaluskan 0,5 mm,
lalu buang sekat dalam perut knalpot
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lubang buang
dan transfer dihaluskan, lalu
ganti knalpot tipe racing, dan lepas selang saringan
udara, dan gunakan kepala busi tipe
racing
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lubang buang
dan transfer dihaluskan, lalu
ganti knalpot tipe racing, dan lepas selang saringan
udara
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan
dari inisial (16) atau kepala silinder sudah dibubut:
Gambar 4.18 Flowchart program (Lanjut.16)
91
17
mesin oversize 50
busi masih standar
ukuran pilot jet dan main jet
masih standar
jarum skep pada karburator
masih standar
ujung jarum skep pada karburator
sudah dibuat runcing
busi sudah diganti dengan
tipe racing
lubang venture pada karburator masih standar
ya
yatdk
tdk
tdk
Selesai
20
Gunakan koil tipe racing dan ukuran pilot jet
dianikan 10 angka dan main jet dinaikkan 20
angka dan knalpot gunakan
tipe racing
gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat
runcing, lalu dinding lubang
bilas dan transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot
tipe racing, selang dan busa
saringan udara dilepas
gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat
runcing, lalu dinding lubang transfer dibuat
lancip dan gunakan knalpot tipe racing, lalu
selang dan busa dan saringan udara dilepas
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan lubang venturi di reamer 1 mm,
dan gunakan knalpot tipe racing
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan
dari inisial (17) atau mesin sudah di oversize 50:
Gambar 4.19 Flowchart program (Lanjut.17)
92
18
spuyer lebih besar dari
standar
lubang buang dan lubang isap masih
standar
knalpot masih standar
tipe busi masih standar
busi sudah diganti dengan tipe racing
ya
tdk
tdk
Selesai
gunakan spuyer yang dinaikkan 4
tingkat dari ukuran standard an
permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dn sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lepas busa
saringan udara
gunakan spuyer yang dinaikkan 4
tingkat dari ukuran standar dan
permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan,
dan gunakan knalpot tipe racing,
dan lepas busa saringan udara
gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan
isap dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe
racing, lalu ganti kepala busi dengan
tipe racing dan lepas busa saringan udara
gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan
isap dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe
racing, dan lepas busa saringan udara
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan
dari inisial (18) atau spuyer lebih besar dari standar:
Gambar 4.20 Flowchart program (Lanjut.18)
93
19
lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
kepala silinder masih standar
knalpot masih standar
saringan udara masih terpasang
saringan udara sudah dilepas
ya
ya
ya
tdk
Selesai
21
22
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20
angka dari ukuran standar, ganti
knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang
dibesarkan 0,5mm
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang
transfer dibuat lancip dan ganti
knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian
gunakan airbox, lalu gunakan gir rasio
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan
dari inisial (19) atau lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah
diperbesar:
Gambar 4.21 Flowchart program (Lanjut.19)
94
20
mesin oversize 75
kampas kopling masih standar
kampas kopling sudah diganti
dengan tipe racing
dinding permukaan lubang bilas dan transfer
masih standardinding
permukaan lubang bilas dan transfer sudah
dihaluskan
karburator masih standar
karburator sudah direamer
ya
tdk ya
tdk
tdk
23
Selsai
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15
angka dan ukuran main jet dinaikkan 25
angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling
dengan tipe racing, lalu dinding
permukaan lubang transfer dihaluskan dan dibuat lancip
dan gunakan knalpot tipe racing
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas
kopling dengan tipe racing, lalu dinding permukaan lubang
transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25
angka dari ukuran standar, lalu
dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan lubang venturi
pada karburator direamer 0,5 mm,
dan gunakan knalpot tipe racing
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar,
lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan,
dan gunakan knalpot tipe racing, dan busa saringan
udara dilepas
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan
dari inisial (20) atau mesin oversize 75:
Gambar 4.22 Flowchart program (Lanjut.20)
95
21
kepala silinder sudah dibubut
busi masih standar
paking blok silinder masih
standar
paking blok sudah tidak
standar
busi sudah diganti dengan
tipe racing
lubang venturi pada karburator masih standar
lubang venturi pada karburator sudah diperbesar
ya
ya
tdk
tdk
tdk
Selesai
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang
transfer dibuat lancip lalu pasang
saringan udara tanpa busa dan lubang buang
dibesarkan 0,5 mm, dan lepas ring pada
kepala busi, dan gunakan knalpot
racing
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15
angka dan ukuran main jet dinaikkan 25
angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa
busa dan lubang buang dibesarkan 0,5
mm, dan gunakan paking blok silinder
dengan tebal 0,3 mm dan gunakan knalpot
racing
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka
dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari
ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat
lancip, dan lubang venture direamer 0,5 mm, lalu pasang saringan udara
tanpa busa dan selang, dan lubang buang dibesarkan
0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10
angka dan ukuran main jet dinaikkan 20
angka dari ukuran standar, lalu dinding
lubang transfer dibuat lancip,lalu gunakan airbox dan lubang
buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan
knalpot racing
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan
dari inisial (21) atau kepala silinder sudah dibubut:
Gambar 4.23 Flowchart program (Lanjut.21)
96
22
perut knalpot sudah dibuang
sekatnya
lubang buang masih standar
lubang buang sudah dibesarkan
< 1 mm
knalpot sudah diganti tipe racing
kampas kopling standar
kampas kopling sudah diganti
dengan tipe racing
ya
tdk
tdk
ydk
Selesai
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer
dibuat lancip dan ganti knalpot dengan tipe racing,
dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm,
kemudian selang dan busa saringan udarra dilepas lalu
gunakan gir rasiogunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10
angka dan ukuran main jet dinaikkan 20
angka dari ukuran standar, lalu dinding
lubang transfer dibuat lancip dan ganti
knalpot dengan tipe racing, kemudian selang dan busa saringan udarra
dilepas lalu gunakan gir rasio
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka
dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari
ukuran standar, lalu dinding lubang transfer
dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa
dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, lalu
gunakan gir rasio
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15
angka dan ukuran main jet dinaikkan 25
angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa
busa dan lubang buang dibesarkan 0,5
mm, kemudian lubangi sirip ruma
kopling sebanyak 2 lubang dibesarkan
0,5mm
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan
dari inisial (22) atau perut knalpot sudah dibuang sekatnya:
Gambar 4.24 Flowchart program (Lanjut.22)
97
23
mesin oversize 100
lubang venturi pada karburator masih standar
saringan udara masih terpasang
saringan udara sudah dilepas
lubang venturi pada karburator sudah direamer
koil masih standar
koil sudah diganti dengan tipe
racing
ya
ya
tdk
tdk
tdk
Selesai
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka
dari ukuran standar, lalu
dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan
lubang venturi pada karburator direamer
0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing, lalu
lepas selang dan busa saringan
udara
gunakan ukuran pilot jet yang
dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox
yang terbuat dari seng, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan lubang venturi
pada karburator direamer 0,5 mm,
dan gunakan knalpot tipe racing
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15
angka dan ukuran main jet dinaikkan
25 angka dari ukuran standar,
dan gunakan airbox yang
terbuat dari seng, lalu gunakan busi tipe racing, dan gunakan knalpot
tipe racing
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15
angka dan ukuran main jet dinaikkan 25
angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat
dari seng, lalu dinding permukaan
lubang transfer dihaluskan, dan
gunakan knalpot tipe racing
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan
dari inisial (23) atau mesin sudah di oversize 23:
Gambar 4.25 Flowchart program (Lanjut.23)
98
Berikut adalah psedeu code dari flowchart program:
If modifikasi ringan ThenElseIf “(1)”
If mesin masih standar ThenElse
If “(2)”If karburator masih standar ThenElse
If “(3)”If busa saringan udara sudah masih ada ThenElse
If “(4)”If busi masih standar Then
sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar
ElseIf busi sudah diganti tipe racing Then
sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angkadan main-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan anti kepala busi model racing
ElseIf knalpot masih standar Then
ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan saringan knalpot ditambah lubangnya
ElseIf sekat dalam perut knalpot sudah dibuang Then
ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar
ElseIf knalpot sudah diganti model racing Then
pilot-jet dinaikkan 7,5 angka dari ukuran standard an main-jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar
End IfEnd If
End IfEnd If
End IfEnd If
End IfEnd If
End If
99
“(2)”If mesin sudah di oversize Then
If mesin oversize 25 ThenIf knalpot masih standar Then
If dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar ThenIf karburator masih standarThen
ukuran pilot jet dinaikkan 5 angka dan main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalm perut knalpot, kemudian ujung jarum skep pada karburator dibuat lancipElseIf karburator sudah direamer Then
ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalam perut knalpot, kemudian saringan udara dipasang tanpa busa
Else If dinding permukaan lubang buang masih standar Thenukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa busaElse
If dinding permukaan lubang buang sudah dihaluskan Thenukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, gunakan knalpot yang sudah dibuang sekatnya, dan gunakan busi tipe racingEnd If
End IfEnd If
End IfEnd If
End If
100
“(3)”If karburator sudah direamer Then
If ukuran spuyer masih standar ThenElse
If “(7”)If lubang buang dan lubang isap masih standar Then
ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan dan sekat dalam perut knalpot dibuang
ElseIf permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap sudah dihaluskan Then
ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam perut knalpot dibuangElse
If saringan udara masih terpasang Thenukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam knalpot dibuang, dan busa saringan udara dilepas
ElseIf saringan udara sudah dilepas Thenukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam perut knalpot dibuang, kemudian dipasang saringan udara tanpa busaEnd If
End IfEnd If
End IfEnd If
End If
“(4)”If busa saringan udara sudah dilepas Then
If knalpot masih standar Thenpilot-jet dinaikkan 2,5 angka dari ukuran standar, dan main-jet dinaikkan 5 angka dari ukuran standar dan lubang pada saringan knalpot diperbanyak
ElseIf lubang pada saringan knalpot sudah diperbanyak Then
pilot-jet dinaikkan 2,5 angka dari ukuran standar, dan main-jet dinaikkan 5 angka dari ukuran standar
End ifEnd if
End if
101
“(5)”If kepala silinder sudah dibubut ThenElse
If “(8)”If kepala silinder sudah dibubut <=1mm Then
If paking blok silinder masih standar ThenIf ukuran lubang buang masih standar Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3mm, lalu buang sekat dalam perut knalpot
ElseIf ukuran lubang buang sudah dibesarkan < dari 1mm Thengunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3mm, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara
Else If paking blok silinder sudah diganti dengan tebal >0,1 mm dan < 0,5mm Then
If busi masih standar Thengunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar , ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara, dan gunakan kepala busi tipe racing
ElseIf busi sudah diganti tipe racing Thengunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar , ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udaraEnd If
End IfEnd If
End IfEnd If
End IfEnd If
102
“(6)”If mesin oversize 50 ThenElse
If “(9)”Else
If busi masih standar ThenIf ukuran pilot jet dan main jet masih standar Then
gunakan koil tipe racing dan ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dan knalpot gunakan tipe racing
ElseIf jarum skep pada karburator masih standar Then
gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing dan gunakan knalpot tipe racingElse
If jarum skep pada karburator sudah dibuat runcing Thengunakan koil tipe racing, dan gunakan knalpot tipe racingEnd IfElseIf Busi Sudah diganti tipe racing then
If lubang venture pada karburator masih standar Thengunakn ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, dan gunakn knalpot tipe racing
End IfEnd If
End IfEnd If
End If
“(7)”If ukuran spuyer lebih besar dari standar Then
If lubang buang dan lubang isap masih standar Thengunakan spuyer yang dinaikkan 3 tingkat dari ukuran standard an permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lepas busa saringan udara
ElseIf knalpot masih standar Then
gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar, dan sekat dalam perut knalpot dibuang
ElseIf tipe busi masih standar Thengunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar dan ganti kepala busi dengan tipe racing dan sekat dalam perut knalpot dibuang
103
ElseIf busi sudah diganti dengan tipe racing Thengunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan busa saringan dan selang udara dilepas
end ifend if
end ifend if
end if
“(8)”If lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Then
If kepala silinder masih standar ThenElse
If “(10)”Else
If knalpot masih standar ThenElse
If “(11)”Else If saringan udara masih terpasang Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5mm
ElseIf saringan udara sudah dilepas Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5mm, lalu pasang saringan udara tanpa busa
End IfEnd If
End IfEnd If
End IfEnd If
End If
104
“(9)”If mesin oversize 75 ThenElse
If “(12)”Else
If kampas kopling masih standar ThenIf dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing dan gunakan knalpot tipe racing
ElseIf dinding permukaan lubang bilas dan transfer sudah dihaluskan Thengunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dang anti kampas kopling dengan tipe racing dan gunakan knalpot tipe racingEnd IfElse
If kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing ThenIf karburator masih standar Thengunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan gunakan knalpot tipe racingElseIf karburator sudah direamer Thengunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan pasang saringan udara tanpa busa, dan gunakan knalpot tipe racingEnd If
End IfEnd If
End IfEnd If
End If
“(10)”If kepala silinder sudah dibubut Then
If busi masih standar ThenIf paking blok silinder masih standar Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan lepas ring pada kepala busi, dan gunakan knalpot racing
ElseIf paking blok sudah tidak standar Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang
105
buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm dan gunakan knalpot racing
end ifElse
If busi sudah diganti dengan tipe racing Then If lubang venturi pada karburator masih standar Thengunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
ElseIf lubang venturi pada karburator sudah diperbesar Thengunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar,dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
end ifend if
end ifend if
end if
“(11”)If perut knalpot sudah dibuang sekatnya Then
If lubang buang masih standar Thengunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dibesarkan 0,5mm, lalu pasang saringan udara tanpa busa
ElseIf lubang buang sudah dibesarkan < 1 mm Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa
end ifElseIf knalpot sudah diganti tipe racing Then
If kampas kopling standar Thengunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mmElse
If kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing Thengunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian lubangi sirip rumah kopling sebanyak 2 lubang dengan diameter 5 mmEnd If
End IfEnd If
End If
106
“(12”)If mesin oversize 100 Then
If lubang venturi pada karburator masih standar ThenIf saringan udara masih terpasang Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lepas busa saringan udara, lubang venture pada karburator direamer 0,5mm, dan gunakan knalpot tipe racing
ElseIf saringan udara sudah dilepas Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lubang venturi pada karburator direamer 0,5mm, dan gunakan knalpot racing
End IfElse
If lubang venturi pada karburator sudah direamer ThenIf koil masih standar Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu gunakan busi tipe racing, dan gunakan knalpot tipe racingElse
If koil sudah diganti dengan tipe racing Thengunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, dan gunakan knalpot tipe racingEnd if
End ifEnd if
End ifEnd if
107
If modifikasi besar ThenIf mesin masih standar ThenElse
If “(13)”If karburator masih standar ThenElse
If “(14)”If busa saringan udara sudah masih ada ThenElse
If “(15)”If busi masih standar Then
sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lepas ring pada busiElse
If busi sudah diganti tipe racing Thensekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udaraElse
If knalpot masih standar Thensekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lubang buang pada saringan knalpot diperbesarElse
If sekat dalam perut knalpot sudah dibuang Thenukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lubang buang pada saringan knalpot diperbesarElse
If knalpot sudah diganti model racing Thenukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udaraEnd If
End IfEnd If
End IfEnd If
108
End IfEnd If
End IfEnd If
“(13)”If mesin sudah di oversize Then
If mesin oversize 25 ThenIf knalpot masih standar Then
If dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar ThenIf karburator masih standar Then
ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalam perut knalpot, kemudian ujung jarum skep pada karburator dibuat lancip, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancipElse
If karburator sudah direamer Thenukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalam perut knalpot, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, lalu lepas busa dan selang pada saringan udaraElse
If dinding permukaan lubang buang masih standar Thenukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, lalu lubang buang dibesarkan 1 mm, dan gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa busaElse
If dinding permukaan lubang buang sudah dihaluskan Thenukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, dan gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa busaEnd If
End IfEnd If
End IfEnd If
End If
109
“(14)”If karburator sudah direamer Then
If ukuran spuyer masih standar ThenElse
If “(18”)If lubang buang dan lubang isap masih standar Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan main jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan dan sekat dalam perut knalpot dibuang, lalu lepas busa pada saringan udara
ElseIf permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap sudah dihaluskanThen
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan main jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, lalu lepas busa pada saringan udaraElse
If saringan udara masih terpasang Thengunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan main jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lubang buang dibesarkan 1 mm, lalu lepas busa dan selang pada saringan udara
ElseIf saringan udara sudah dilepas Thengunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan main jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lubang buang dibesarkan 1 mm, lalu gunakan airboxEnd If
End IfEnd If
End IfEnd If
End If
110
“(15)”If busa saringan udara sudah dilepas Then
If knalpot masih standar Thenbuang sekat dalam perut knalpot dan lubang pada saringan knalpot diperbanyak, ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm
ElseIf lubang pada saringan knalpot sudah diperbanyak Thenbuang sekat dalam perut knalpot, ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm
End ifEnd if
End if
“(16)”If kepala silinder sudah dibubut ThenElse
If “(8)”If kepala silinder sudah dibubut <=1mm Then
If paking blok silinder masih standar ThenIf ukuran lubang buang masih standar Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan lubang buang dan transfer dihaluskan 0,5 mm, lalu buang sekat dalam perut knalpot
ElseIf ukuran lubang buang sudah dibesarkan < dari 1mm Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan lubang transfer dihaluskan 0,5 mm, lalu buang sekat dalam perut knalpot
Else If paking blok silinder sudah diganti dengan tebal >0,1 mm dan < 0,5mmThen
If busi masih standar Thengunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dan transfer dihaluskan, lalu ganti knalpot tipe racing, dan lepas selang saringan udara, dan gunakan kepala busi tipe racing
ElseIf busi sudah diganti tipe racing Thengunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dan transfer dihaluskan, lalu ganti knalpot tipe racing, dan lepas selang saringan udara
111
End IfEnd If
End IfEnd If
End IfEnd If
End If
“(17)”If mesin oversize 50 ThenElse
If “(20)”Else
If busi masih standar ThenIf ukuran pilot jet dan main jet masih standar Then
gunakan koil tipe racing dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, dan gunakan knalpot tipe racing, dan selang dan busa saringan udara dilepas
ElseIf jarum skep pada karburator masih standar Then
gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing, lalu dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing, selang dan busa saringan udara dilepasElse
If jarum skep pada karburator sudah dibuat runcing Thengunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing, lalu selang dan busa dan saringan udara dilepasend ifElseIf Busi Sudah diganti tipe racing then
If lubang venture pada karburator masih standar Thengunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan lubang venturi di reamer 1 mm, dan gunakan knalpot tipe racing
End IfEnd If
End IfEnd If
End If
112
“(18)”If ukuran spuyer lebih besar dari standar Then
If lubang buang dan lubang isap masih standar Thengunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lepas busa saringan udara
ElseIf knalpot masih standar Then
gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan lepas busa saringan udara
ElseIf tipe busi masih standar Then
gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, lalu ganti kepala busi dengan tipe racing dan lepas busa saringan udara
ElseIf busi sudah diganti dengan tipe racing Then
gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan lepas busa saringan udara
end ifend if
end ifend if
end if
“(19)”If lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Then
If kepala silinder masih standar ThenElse
If “(21)”Else
If knalpot masih standar ThenElse
If “(22)”Else If saringan udara masih terpasang Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip danganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian selang dan busa saringan udara dilepas lalu gunakan gir rasio
ElseIf saringan udara sudah dilepas Then
113
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian gunakan airbox, lalu gunakan gir rasio
End IfEnd If
End IfEnd If
End IfEnd If
End If
“(20)”If mesin oversize 75 ThenElse
If “(23)”Else If kampas kopling masih standar Then
If dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar Thengunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan dan dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racingElse
If dinding permukaan lubang bilas dan transfer sudah dihaluskan Thengunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, lalu dinding permukaan lubang transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing
End IfElseIf kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing Then
If karburator masih standar Thengunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racingElse
If karburator sudah direamer Thengunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan busa saringan udara dilepasEnd If
End IfEnd If
114
End IfEnd If
End If
“(21)”If kepala silinder sudah dibubut Then
If busi masih standar ThenIf paking blok silinder masih standar Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan lepas ring pada kepala busi, dan gunakan knalpot racing.Else
If paking blok sudah tidak standar Thengunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan gunakan knalpot racing
end ifElse
If busi sudah diganti dengan tipe racing Then If lubang venturi pada karburator masih standar Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip, dan lubang venture direamer 0,5 mm, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan selang, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
ElseIf lubang venturi pada karburator sudah diperbesar Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip,lalu gunakan airbox dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
end ifend if
end ifend if
end if
115
“(22”)
If perut knalpot sudah dibuang sekatnya ThenIf lubang buang masih standar Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian selang dan busa saringan udara dilepas lalu gunakan gir rasio
ElseIf lubang buang sudah dibesarkan < 1 mm Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan ganti knalpot dengan tipe racing, kemudian selang dan busa saringan udarra dilepas lalu gunakan gir rasio
end ifElse
If knalpot sudah diganti tipe racing ThenIf kampas kopling standar Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, lalu gunakan gir rasio
ElseIf kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian lubangi sirip rumah kopling sebanyak 2 lubang dengan diameter 5 mm
End IfEnd If
End IfEnd If
116
“(23”)If mesin oversize 100 Then
If lubang venturi pada karburator masih standar ThenIf saringan udara masih terpasang Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing, lalu lepas selang dan busa saringan udara
ElseIf saringan udara sudah dilepas Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing
End IfElse
If lubang venturi pada karburator sudah direamer ThenIf koil masih standar Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan ganti busi dengan tipe racing
ElseIf koil sudah diganti dengan tipe racing Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing
End ifEnd if
End ifEnd if
End if
117
USERSistem Pakar Untuk
Momodifikasi Sepeda Motor Suzuki 120R
ADMINSpesifikasi Sepeda Motor
Kesimpulan (Solusi)
Daftar_Istilah
SolusiKd_solusiPertanyaanKd_tanya
Arahan_Pertanyaan
istilahData_admin
Daftar_Istilah
Daftar_Pertanyaan
Daftar_solusi
Daftar_admin
Arahan_Pertanyaan
UsernamePassword
Verifikasi
4.2.3.2 Perancangan Data Flow Diagram (DFD)
Dalam rancangan ini dipergunakan tools seperti Data Flow Diagram
(DFD) atau diagram arus data untuk menggambarkan sistem pakar. Dalam
penulisan ini Data Flow Diagram (DFD) dibagi menjadi 3 (tiga) tahap yaitu:
a) Diagram Konteks
Diagram konteks ini menggambarkan proses sistem pakar dimana
terdapat sumber dan tujuan data yang akan diproses secara rinci.
Perancangan diagram konteks yang dirancang yaitu data kondisi pada
sepeda motor di proses ke dalam sistem untuk kemudian didapat solusi
dalam memodifikasi sepeda motor tersebut. Bagian-bagian yang
terlibat dalam sistem pakar ini adalah user dan admin, dimana admin
meng-input setiap pertanyaan dan solusi yang mungkin akan di ajukan
pada user. Admin di sistem pakar ini juga dapat mengatur rule-rule
untuk mendapatkan sebuah solusi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar berikut:
Gambar 4.26 Diagram Konteks
118
1) Proses
Nama proses : Sistem Pakar Memodifikasi Sepeda Motor Suzuki
120R
Keterangan : Proses penelusuran masalah sepeda motor dalam
memodifikasi mesin sepeda motor, untuk
mendapatkan solusi yang terbaik
2) Arus Data
Masukan : - Username
- Password
- Solusi
- Id_solusi
- pertanyaan
- Arahan_pertanyaan
- Kd_tanya
- istilah
- Data_admin
Keluaran : - Verifikasi
- Daftar_solusi
- Daftar_pertanyaan
- Arahan_pertanyaan
- Daftar_istilah
- Daftar_admin
119
b) Diagram Nol
Diagram nol ini menggambarkan tahapan proses yang ada didalam
diagram konteks serta hubungan entity, proses, alur data dan database.
Perancangan diagram nol yang diusulkan. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat di gambar berikut:
Gambar 4.27 Diagram nol
120
1) Proses 1.0
Nama proses : Konsultasi
Masukan : Spesifikasi_Sepeda_Motor
Keluaran : Kesimpulan (solusi)
Uraian proses : Memberikan solusi dalam memodifikasi sesuai
dengan spesifikasi mesin sepeda motor User
2) Proses 2.0
Nama proses : Olah Pertanyaan
Masukan : - pertanyaan
- kd_tanya
- arahan_pertanyaan
Keluaran : - Daftar_pertanyaan
- Arahan_pertanyaan_yang_telah_diinput
Ringkasan : Proses penambahan atau pengurangan pertanyaan
3) Proses 3.0
Nama proses : Olah daftar istilah
Masukan : Istilah, id_istilah
Keluaran : Daftar_istilah
Ringkasan : Proses penambahan atau pengurangan istilah
121
4) Proses 4.0
Nama proses : Olah daftar solusi
Masukan : solusi
Keluaran : Daftar_solusi
Ringkasan : Proses penambahan atau pengurangan solusi
5) Proses 5.0
Nama proses : Olah daftar admin
Masukan : Data_admin
Keluaran : Daftar_admin
Ringkasan : Proses penambahan atau pengurangan admin
6) Proses 6.0 P
Nama proses : Login
Masukan : - Username
- Pasword
Keluaran : Verifikasi
Ringkasan : Proses verifikasi login dari admin
122
User
1.1*Verifikasi 1
1.2*Verifikasi 2
1.3*Verifikasi 3
1.4*Verifikasi 4
Pertanyaan
Jawaban
Arahan
Solusi
Verifikasi Ok
Verifikasi Ok
Verifikasi Ok
Spesifikasi Sepeda Motor
Kesimpulan
c) Diagram Rinci
Diagram rinci ini menggambarkan penguraian dalam proses yang ada
dalam diagram nol. Diagram rinci ini merupakan diagram yang paling
rendah dan tidak dapat diuraikan lagi. Dalam diagram nol, masih
terdapat beberapa proses yang dapat diuraikan lagi. Untuk lebih
jelasnya tentang diagram rinci dapat dilihat pada gambar berikut :
1) Diagram rinci proses 1.0
Berikut adalah diagram rinci dari proses 1.0, yang menggambarkan
proses konsultasi user pada sistem:
Gambar 4.28 Diagram rinci proses 1.0
123
2) Diagram Rinci Proses 2.0
Pada diagram rinci proses 2.0 dibawah ini menggambarkan alur
editing, input, dan arahan yang di buat admin dalam sistem.
2.1Input/Edit Pertanyaan
Admin
2.2Arahan Pertanyaan
pertanyaan
Arahan_Pertanyaan
Form Ok
2.4Delete Pertanyaan
Id_tanya
Pertanyaan
Jawaban
Arahan
Solusi
2.3 Lihat Pertanyaan
Daftar_pertanyaan
Arahan_Pertanyaan
Gambar 4.29 diagram rinci proses 2.0
124
3) Diagram Rinci proses 3.0
Pada diagram rinci proses 3.0 dibawah ini menggambarkan proses
user melihat daftar istilah dan admin menginput daftar istilah
tersebut.
Admin
3.1Input/Edit Istilah
3.3Delete Daftar_Istilah
3.2 Lihat Daftar_Istilah
User
Daftar_Istilah
Daftar_Istilah
Daftar_Istilah
Id_istilah
Istilah
Gambar 4.30 diagram rinci proses 3.0
125
4) Diagram Rinci proses 4.0
Pada diagram proses rinci 4.0 menggambarkan admin dapat
menginput, melihat, update, dan menghapus daftar solusi dalam
sistem
Admin4.1
Input/Edit Solusi
4.3Delete Solusi
4.2 Lihat Solusi Solusi
Daftar_solusi
Daftar_solusi
Kd_solusi
Daftar_solusi
Gambar 4.31 diagram rinci proses 4.0
126
5) Diagram Rinci proses 5.0
Pada diagram rinci proses 5.0 menggambarkan admin yang dapat
menambah user berlevel admin pada sistem.
Admin5.1
Input/Edit Admin
5.3Delete Admin
5.2 Lihat Admin Admin
User_id
Daftar_Admin
Daftar_Admin
Gambar 4.32 diagram rinci proses 5.0
Penjelasan dari diagram rinci adalah sebagai berikut:
1) Proses 1.1 P
Nama proses : Verifikasi
Masukan : Spesifikasi_sepeda_motor1
Keluaran : Verifikasi1_ok
Uraian proses : Verifikasi awal sepeda motor
127
2) Proses 1.2 P
Nama proses : Verifikasi2
Masukan : Spesifikasi_sepeda_motor2
Keluaran : Verifikasi2_ok
Uraian proses : Verifikasi sepeda motor berikutnya
3) Proses 1.3 P
Nama proses : Verifikasi3
Masukan : Spesifikasi_sepeda_motor3
Keluaran : Verifikasi3_ok
Uraian proses : Verifikasi sepeda motor berikutnya
4) Proses 1.4 P
Nama proses : Verifikasi4
Masukan : Spesifikasi_sepeda_motor4
Keluaran : Kesimpulan
Uraian proses : Verifikasi sepeda motor akhir
5) Proses 2.1 P
Nama proses : Input/edit pertanyaan
Masukan : Daftar_pertanyaan*arahan_pertanyaan*kd_tanya
Keluaran : Form_Ok
Uraian proses : Proses menambah /edit pertanyaan
128
6) Proses 2.2 P
Nama proses : Arahan_Pertanyaan
Masukan : Database_Pertanyaan
Keluaran : Hasil arahan pertanyaan
Uraian proses : Proses mengatur arahan dari pertanyaan
7) Proses 2.3 P
Nama proses : Lihat Pertanyaan
Masukan : kd_tanya
Keluaran : - Daftar_pertanyaan
- Arahan_pertanyaan
Uraian proses : proses untuk melihat daftar pertanyaan dan arahan
8) Proses 2.4 P
Nama proses : Delete Pertanyaan
Masukan : Kd_tanya
Keluaran : Daftar_pertanyaan
Uraian proses : Proses menghapus daftar pertanyaan
9) Proses 3.1 P
Nama proses : Input/Edit Istilah
Masukan : Istilah
Keluaran : Daftar_istilah
Uraian proses : Proses menginput dan mengubah daftar istilah
10) Proses 3.2 P
Nama proses : Lihat daftar istilah
Masukan : Id_istilah
129
Keluaran : Daftar_istilah
Uraian proses : Proses melihat daftar istilah
11) Proses 3.3 P
Nama proses : Delete daftar istilah
Masukan : Daftar_istilah
Keluaran : Daftar_istilah
Uraian proses : Proses menghapus daftar isitilah
12) Proses 4.1 P
Nama proses : Input/edit solusi
Masukan : Daftar_solusi
Keluaran : Daftar_solusi
Uraian proses : Proses menginput dan mengubah daftar solusi
13) Proses 4.2 P
Nama proses : Lihat solusi
Masukan : Daftar_solusi
Keluaran : Daftar_solusi
Uraian proses : Proses melihat daftar solusi
14) Proses 4.3 P
Nama proses : Delete solusi
Masukan : Daftar_solusi
Keluaran : Daftar_solusi
Uraian proses : Proses menghapus daftar solusi
130
15) Proses 5.1 P
Nama proses : Input/edit admin
Masukan : Daftar_istilah
Keluaran : Daftar_istilah
Uraian proses : Proses menginput dan mengubah daftar admin
16) Proses 5.2 P
Nama proses : Lihat admin
Masukan : Daftar_admin
Keluaran : Daftar_admin
Uraian proses : Proses untuk melihat daftar admin
17) Proses 5.3 P
Nama proses : Delete admin
Masukan : user_id
Keluaran : Daftar_admin
Uraian proses : Proses menghapus daftar admin
4.2.4 Perancangan File
Pada tahapan ini dilakukan perancangan database dalam sistem dan
ditentukan hubungan antar intetitas database tersebut. Dalam tahapan
perancangan file ini juga dilakukan perancangan basis pengetahuan pada sistem
pakar yang meliputi perancangan mesin inferensi dan algoritma sistem pakar.
131
4.2.4.1 Perancangan Database
4.2.4.1.1 Struktur Database
Pada fase perancangan database ditentukan terlebih dahulu seluruh tabel
yang dibutuhkan. Seluruh tabel tersebut disimpan dalam database yang bernama
motor. Database ini berfungsi untuk menyimpan seluruh basis pengetahuan
(knowledge base) dari sistem pakar, jika seluruh knowledge base bertambah maka
segala informasi yang dibutuhkan dapat disimpan dalam database ini yang
berdasarkan knowledge base ini datanya berupa data dinamis yang akan selalu
berubah.
a. ERD (Entity Relationship Diagram)
Berikut adalah bentuk ERD database dari sistem ini:
pertanyaan
jawaban
arahan
solusimemiliki
kd_tanyaPertanyaan
Gambarsuaralink
kd_tanyakd_solusi
kd_tanyakd_solusi
Memiliki
Memiliki
memiliki
Memiliki
1
M1
1 1
1
1
1M
1
adminmembuat
User_idUsernamePasswordNm_dpn
Nm_blkngEmail
RegisteredLast_log
level
kd_solusiSolusi
Gambarsuara
keterangan
membuatistilahId_istilah
Istilaharti
1M
M
1
Gambar 4.33 Entity Relationship Diagram
132
pertanyaan
Kd_tanya*Pertanyaan
Gambarsuaralink
jawaban
Kd_tanya**Kd_solusi**
solusi
Kd_solusi*Solusi
Gambarsuara
keterangan
arahan
Kd_tanya**Kd_solusi**
Admin
User_id*UsernamePasswordNm_dpn
Nm_blkngEmail
RegisteredLast_log
Level
Admin
Id_istilahIstilah
arti
pertanyaan
jawaban
arahan
solusi
kd_tanyaPertanyaan
Gambarsuaralink
kd_tanyakd_solusi
kd_tanyakd_solusi
kd_solusiSolusi
Gambarsuara
keterangan
1
1 1
1
1
1M
1
admin
User_idUsernamePasswordNm_dpn
Nm_blkngEmail
RegisteredLast_log
level
istilahId_istilah
Istilaharti
1M
M
1
b. Transformasi dari diagram ER ke LS
Gambar 4.34 Transformasi ER ke LS
Sedangkan bentuk dari diagram ER yang sudah menjadi Logical Record Structure
(LRS) adalah sebagai berikut:
Gambar 4.35 Logical record structure
133
4.2.4.1.2 Kamus Data
Berikut adalah kamus data dari sistem pakar memodifikasi sepeda motor
Suzuki satria 120R:
Arahan = Kd_tanya + kd_solusi
Jawaban = Kd_tanya + kd_solusi
Pertanyaan = Kd_tanya + pertanyaan + link
Solusi = Kd_solusi + solusi + keterangan
Admin = User_id + username + nm_dpn + nm_blkng + password +
email + registered + last_log
Istilah = Id_istilah + istilah + arti
4.2.4.1.3 Daftar Tabel Database Motor
Rancangan database atribut dalam aplikasi Sistem pakar untuk
memodifikasi sepeda motor Suzuki Satria 120R terdiri dari tabel sebagai berikut:
a. Tabel Admin
Nama Tabel : admin
Isi : Data atribut admin
Primary key : user_id
Tabel 4.1 Tabel adminNama Field Tipe Data Ukuran Keteranganuser_id Int 5 User Id Admin (PK)username Varchar 25 Username adminnm_dpn Varchar 30 Nama depannm_blkng Varchar 30 Nama belakangpassword Varchar 255 Passwordemail Varchar 20 Alamat Emailregistered Date time _ Registerlast_log Date time _ Last loglevel Varchar 11 Level admin
134
b. Tabel Arahan
Nama Tabel : arahan
Isi : Data atribut arahan
Foreygn key : kd_tanya dan kd_solusi
Tabel 4.2 Tabel arahanNama Field Tipe Data Ukuran Keterangankd_tanya Varchar 6 Id tanyakd_solusi Varchar 6 Id solusi
c. Tabel Istilah
Nama Tabel : istilah
Isi : Data atribut istilah
Primary key : id_istilah
Tabel 4.3 Tabel istilahNama Field Tipe Data Ukuran Keteranganid_istilah Varchar 20 Id istilah (Pk)Istilah Varchar 20 IstilahArti Varchar 90 Arti dari istilah
d. Tabel Jawaban
Nama Tabel : jawaban
Isi : Data atribut jawaban
Primary key : kd_tanya
Tabel 4.4 Tabel jawabanNama Field Tipe Data Ukuran Keterangankd_tanya Varchar 20 Id tanyakd_solusi Varchar 20 Id solusi
135
e. Tabel Pertanyaan
Nama Tabel : pertanyaan
Isi : Data atribut admin
Primary key : kd_tanya
Tabel 4.5 Tabel pertanyaanNama Field Tipe Data Ukuran Keterangankd_tanya Varchar 6 Kd tanya (Pk)pertanyaan Varchar 255 Pertanyaangambar Varchar 255 Gambar suara Varchar 50 Suaralink Varchar 255 Link pertanyaan
f. Tabel Solusi
Nama Tabel : Solusi
Isi : Data atribut solusi
Primary key : kd_solusi
Tabel 4.6 Tabel solusiNama Field Tipe Data Ukuran Keterangankd_solusi Varchar 6 Id solusi (Pk)solusi Varchar 255 Solusiketerangan Varchar 255 Keterangan solusigambar Varchar 255 Gambarsuara Varchar 255 Suara
136
4.2.4.2 Perancangan Mesin Inferensi
Sistem pakar ini mempunyai kemampuan untuk melakukan dialog dengan
pengguna seperti layaknya sebuah konsultasi. Sistem berdialog dengan pengguna
tentang masalah yang dihadapi penggunaan. Sistem juga akan mengontrol
informasi yang dibutuhkan oleh pengguna, menanyakan sesuatu bila sebuah
kondisi belum diketahui.
Sebelum suatu pertanyaan tentang kondisi sepeda motor Suzuki Motor
120R, sistem sudah harus mempunyai basis kaidah yang berhubungan dengan
pertanyaan tersebut. Sehingga pengguna hanya memasukan informasi yang
dibutuhkan oleh sistem. Hal ini diatasi dengan cara membuat suatu solusi yang
digunakan sistem untuk melakukan interaksi dengan pengguna seperti sebuah
percakapan. Rancangan dapat di lihat di lampiran coding konsult.php.
4.2.5 Perancangan Keluaran
Pada tahapan ini dilakukan perancangan desain antar muka pengguna,
meliputi langkah awal memasuki sistem, sesi konsultasi antara sistem dengan
pengguna, akuisi pengetahuan (edit, ganti, dan mutakhirkan pengetahuan), dan
bantuan untuk memahami istilah-istilah yang digunakan ditampilkan oleh sistem
(informasi).
137
A. Konsultasi
Sesi konsultasi merupakan menu inti dari sistem pakar. Dalam sesi ini user
diberi pertanyaan atau pilihan tentang kondisi dari sepeda motor Suzuki Satria
120R yang akan dimodifikasi. Setiap pilihan dari kondisi tersebut akan
menuntun si user menuju solusi untuk memodifikasi sepeda motornya yang
tepat.
Gambar 4.36 Tampilan halaman sesi konsultasi
Pertanyaan
Pertanyaan
BANNER_IMAGE
LOGO
Home
Konsultasi
Daftar Istilah
Spesifikasi
Tentang kami
138
B. Daftar Istilah
User dapat memilih menu daftar istilah yang disediakan oleh sistem sesuai
dengan permasalahan. Pada menu ini terdapat berbagai macam istilah dan
penjelasan mengenai spare part dari sepeda motor Suzuki 120R yang
digunakan dalam menu konsultasi. Dalam menu daftar istilah juga terdapat
berbagai istilah yang digunakan oleh bengkel – bengkel sepeda motor pada
umumnya.
Gambar 4.37 Tampilan halaman daftar istilah
ID Istilah Keterangan
BANNER_IMAGE
LOGO
Home
Konsultasi
Daftar Istilah
Spesifikasi
Tentang kami
139
C. Spesifikasi
Pada menu ini terdapat informasi tentang bagaimana spesifikasi standar dari
sepeda motor Suzuki satria 120R.
Gambar 4.38 Tampilan halaman Spesifikasi
SPESIFIKASI SEPEDA MOTOR
SUZUKI SATRIA 120R
BANNER_IMAGE
LOGO
Home
Konsultasi
Daftar Istilah
Spesifikasi
Tentang kami
140
D. Tentang Kami
Dalam menu tentang kami terdapat informasi tentang alamat dan no telp dari
kantor pusat admin dari sistem pakar ini. Dalam menu ini user juga dapat
memberikan saran dan kritik mengenai web sistem pakar ini dengan mengirim
email ke admin pusat.
Gambar 4.39 Tampilan halaman tentang kami
Informasi TENTANG KAMI
BANNER_IMAGE
LOGO
Home
Konsultasi
Daftar Istilah
Spesifikasi
Tentang kami
141
E. Login
Menu login merupakan menu akses untuk seorang pakar masuk ke dalam
admin. Setelah masuk ke dalam admin seorang pakar dapat melakukan
berbagai update pertanyaan, update solusi, update istilah, dan update admin.
Berikut rancangan form login admin.
Gambar 4.40 Tampilan login admin
Masukan Username dan Password
Username
Password
BANNER_IMAGE
Menu awal Konsultasi Login Daftar Istilah Tentang Kami
142
F. Update Pertanyaan
Dalam menu update pertanyaan yang tedapat pada admin seorang pakar dapat
menambah pengetahuan mengenai tahapan untuk mendeketeksi cara
memodifikasi sepeda motor Suzuki Satria 120R. berikut rancangan form
update pertanyaan.
Gambar 4.41 Tampilan update daftar pertanyaan
Daftar Pertanyaan
Kode Pertanyaan Gambar Suara Link Edit Hapus
BANNER_IMAGE
Menu awal Konsultasi Login Daftar Istilah Tentang Kami
143
G. Update Solusi
Dalam menu update solusi yang terdapat pada admin seorang pakar dapat
menambahkan solusi mengenai cara memodifikasi sepeda motor Suzuki Satria
120R. berikut rancangan form update solusi.
Gambar 4.42 Tampilan halaman update solusi
Daftar Solusi
Id Solusi Gambar Suara Link Edit Hapus
BANNER_IMAGE
Menu awal Konsultasi Login Daftar Istilah Tentang Kami
144
H. Update Istilah
Dalam menu update istilah yang teradapat pada admin seorang pakar juga
dapat menambahkan istilah-istilah mengenai modifkasi motor atau istilah-
istilah dalam perbengkelan otomotif khususnya sepeda motor. Berikut
rancangan form update istilah.
Gambar 4.43 Tampilan halaman update daftar istilah
Daftar Istilah
Id Istilah Keterangan Edit Hapus
BANNER_IMAGE
Menu awal Konsultasi Login Daftar Istilah Tentang Kami
145
I. Update Admin
Dalam menu update admin yang terdapat pada admin seorang pakar juga
dapat menambahkan pengguna admin yang bersangkutan dengan cara kerja
sistem pakar untuk memodifikasi sepeda motor Suzuki Satria 120R. berikut
rancangan form update admin.
Gambar ….
Gambar 4.44 Tampilan halaman update admin
4.3 Implementasi
Setelah merancang desain program dengan tahapan memilih tool yang
akan digunakan, identifikasi dan analisa masalah, merancang sistem pakar, dan
membangun prototipe dari program sistem pakar tersebut, maka langkah
selanjutnya adalah uji coba dan mengimplementasikan rancangan sistem pakar
tersebut ke dalam sebuah program (software).
Pada zaman sekarang banyak perusahaan yang menggunakan
premrograman berbasis web. Oleh karena itu rancangan sistem pakar tersebut
Daftar Admin
Username Nama depan
Nama belakang
Level Data reg
Last login
Edit hapus
BANNER_IMAGEMenu awal Konsultasi Login Daftar Istilah Tentang Kami
146
diimplementasikan pada pemrograman yang berbasis web. Pembuatan program
sistem pakar yang berbasis web ini menggunakan bahasa pemrograman PHP, dan
jenis PHP yang dipakai adalah PHP Version 5.2.4. Bahasa pemrograman PHP
yang dipakai sudah digabungkan menjadi satu dengan paket AppServ. Setelah
mengimplementasikan rancangan sistem pakar perlu adanya pengujian dari sistem
pakar tersebut. Pengujian sistem pakar tersebut bertujuan untuk menilai apakah
sesuai dengan rancangan sistem pakar tersebut.
4.3.1 Tampilan Sistem
Berikut ini adalah hasil dari implementasi sistem pakar untuk
memodifikasi sepeda motor Suzuki Satria 120R.
a. Form Menu awal
Tampilan ini merupakan awal ketika user masuk ke dalam sistem pakar
sebagai pakar ataupun pemakai sistem. Pada tampilan ini terdapat ucapan
selamat datang dan keterangan dari sistem pakar (lihat gambar)
Gambar 4.45 Halaman Home
147
b. Form Konsultasi
Tampilan ini merupakan inti dari sistem pakar untuk memodifikasi sepeda
motor Suzuki Satria 120R. pada tampilan ini user dapat melakukan
konsultasi tentang sepeda motornya yang ingin di modifikasi. Pada
tampilan ini juga user diberi pertanyaan-pertanyaan tentang kondisi
komponen-komponen dari sepeda motornya untuk kemudian diolah oleh
sistem dan didapatkan cara memodifikasi sepeda motor Suzuki Satria
120R user yang tepat.(lihat gambar..).
Gambar 4.46 Halaman Konsultasi
148
c. Form Daftar Istilah
Tampilan ini merupakan form daftar istilah dari komponen-komponen
sepeda motor khususnya sepeda motor Suzuki Satria 120R. Pada tampilan
ini juga terdapat istilah-istilah perbengkelan yang umumnya digunakan
seorang mekanik dalam hal ini seorang pakar yang terlibat dalam
perancangan sistem pakar ini. Form ini dapat membantu user apabila
mengalami kesulitan mengenai solusi atau pertanyaan yang diajukan oleh
sistem.
Gambar 4.47 Halaman daftar istilah
149
d. Form Login
Tampilan ini merupakan form untuk seorang admin atau dalam hal ini
seorang pakar untuk masuk ke halaman admin dari sistem tersebut. Admin
atau pakar diharuskan memasukan nama dan password yang benar untuk
dapat masuk ke dalam halaman admin (lihat gambar.).
Gambar 4.48 Halaman login
150
e. Form Update Admin
Tampilan ini merupakan halaman yang terdapat pada admin apabila
seorang admin atau pakar melakukan telah melakukan login ke dalam
sistem. Pada tampilan ini seorang admin (pakar) dapar melihat daftar
admin yang dapat mengakses halaman tersebut. Dalam form ini admin
atau pakar juga dapat mengedit,menghapus,dan menambah daftar admin.
Gambar 4.49 Halaman update admin.
151
f. Form tambah admin
Tampilan ini merupkan form untuk menginput admin kedalam sistem.
Pada tampilan ini admin atau pakar memasukan identitas dari seorang
admin dan level dari admin tersebut.
Gambar 4.50 Halaman tambah admin.
152
g. Form Update Solusi
Tampilan ini merupakan halaman yang terdapat pada admin apabila
seorang admin atau pakar melakukan telah melakukan login ke dalam
sistem. Pada tampilan ini seorang admin (pakar) dapar melihat daftar
solusi yang terdapat pada sistem. Dalam form ini admin atau pakar juga
dapat mengedit,menghapus,dan menambah daftar solusi.
Gambar 4.51 Halaman update solusi.
153
h. Form tambah solusi
Tampilan ini merupkan form untuk menginput solusi kedalam sistem.
Pada tampilan ini admin atau pakar memasukan nama dan keterangan dari
solusi yang akan di muat ke dalam sistem.
Gambar 4.52 Halaman tambah solusi.
154
i. Form update pertanyaan
Tampilan ini merupakan halaman yang terdapat pada admin apabila
seorang admin atau pakar melakukan telah melakukan login ke dalam
sistem. Pada tampilan ini seorang admin (pakar) dapar melihat daftar
pertanyaan yang terdapat pada sistem. Dalam form ini admin atau pakar
juga dapat mengedit,menghapus,dan menambah daftar pertanyaan.
Gambar 4.53 Halaman update pertanyaan.
155
j. Form tambah pertanyaan
Tampilan ini merupkan form untuk menginput pertanyaan kedalam sistem.
Pada tampilan ini admin atau pakar memasukan nama dari pertanyaan
yang akan di muat ke dalam sistem.
Gambar 4.54 Halaman tambah pertanyaan.
156
k. Form tampil istilah
Tampilan ini merupakan halaman yang terdapat pada admin apabila
seorang admin atau pakar melakukan telah melakukan login ke dalam
sistem. Pada tampilan ini seorang admin (pakar) dapar melihat daftar
istilah yang terdapat pada sistem. Dalam form ini admin atau pakar juga
dapat mengedit,menghapus,dan menambah daftar isitilah.
Gambar 4.55 Halaman tampil istilah.
157
l. Form tambah istilah
Tampilan ini merupkan form untuk menginput daftar isitlah kedalam
sistem. Pada tampilan ini admin atau pakar memasukan nama dan
keterangan dari istilah yang akan di muat ke dalam sistem.
Gambar 4.56 Halaman tambah isitlah.
158
4.3.2 Fitur Sistem
Dalam sistem pakar untuk memodifikasi sepeda motor Suzuki 120R ini,
terdapat beberapa fitur yang dapat digunakan oleh pengguna sistem. Fitur-fitur
tersebut antara lain adalah:
1. Konsultasi
Pengguna sistem dapat berkonsultasi mengenai modifikasi yang baik
untuk sepeda motornya.
2. Solusi
Pengguna sistem mendaptkan solusi mengenai modifikiasi yang baik
untuk sepeda motornya.
3. Gambar spesifikasi sepeda motor
Pengguna sistem dapat melihat gambar dari kemungkinan spesifikasi dari
sepda motor Suzuki Satria 120R pada sesi konsultasi.
4. Edit pengetahuan
Pengguna sistem dapat merubah dan/ atau menambah pengetahuan yang
terdapat dalam sistem pakar ini.
4.3.3 Tes Data (Testing)
Setelah perancangan dilakukan, maka diterapkan dalam bahasa
pemograman PHP dan database MySQL, terlebih dahulu dilakukan pengujian
pada sistem terlebih dahulu. Pengujian sistem dilakukan dengan maksud agar
tidak ada kesalahan lagi dalam sistem dan sistem benar-benar siap untuk
digunakan. Oleh karena itu, sistem yang telah selesai harus dilakukan pengujian
terlebih dahulu setelah dilakukan pengecekan pada fungsi-fungsi yang dibutuhkan
159
sudah sesuai dengan kebutuhan, tampilan sudah sesuai dengan yang diinginkan.,
Pengujian sistem dilakukan dengan black box. Tabel pengujian sistem oleh pakar
dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.7 Tabel Uji Coba pemakai oleh pakar
No Rancangan Proses Hasil yang Diharapkan Keterangan Hasil
1. Klik ‘Halaman awal’ Menampilkan tulisan
selamat datang untuk,
kegunaan dari sistem,
dan cara penggunaan
system
OK
3. Klik ‘konsultasi’ Menampilkan sesi
konsultasi bagi
pengguna
OK
4. Memilih spesifikasi
dari sepeda motor
Suzuki 120R.
Menampilkan
kemungkinan spesifikasi
sepeda motor pengguna
Pilihan tombol
spesifikasi
OK
5. Solusi Menampilkan 159Solusi
yang baik untuk
pengguna
OK
6. Masuk daftar istilah Melihat daftar istilah
dalam hal modifikasi
sepeda motor
“Klik” daftar
Istilah
OK
7. Masuk Spesifikasi
sepeda motor
Masuk melihat
spesifikasi umum sepeda
motor Suzuki 120 R
“Kli” Spesifikasi
Sepeda Motor
OK
8. Tentang Kami Menampilkan data dari
pengembang sistem, dan
pengguna dapat
mengirim suatu kritik
“Klik” tentang
kami
OK
160
atau saran bagi
pengembangan sistem
ini
Setelah aplikasi sistem pakar untuk memodifikasi sepeda motor Suzuki
Satria 120R ini di uji coba dan di implementasikan fase selanjutnya yang harus di
perhatikan adalah tahapan pengembangan sistem.
Tahapan pengembangan ini sangat diperlukan sehingga sistem yang
dibangun tidak akan menjadi usang dan tidak sia-sia. Pada tahap ini ada dua hal
yang harus diperhatikan. Pertama proses pemeliharaan sistem, hal yang harus
dilakukan adalah pembaharuan basis pengetahuan (knowledge base), kedua adalah
proses dokumentasi sistem, dimana di dalamnya tersimpan semua hal penting
yang menjadi tolak ukur pengembangan sistem di masa mendatang.
161
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka
dapat ditarik simpulan bahwa:
a. Sistem pakar yang dirancang dapat menerapkan daya intelligentsia seorang
pakar ke dalam suatu sistem komputer, dengan menggunakan metode-
metode perancangan sistem pakar yang bersifat terstruktur yakni SDLC
(System Development Life Cycle), serta mengunakan metode forward
chaining dan best-first search dalam penelusuran masalah
b. Sebagai alat bantu pengguna sepeda motor Suzuki 120R dalam hal ini user
yang menggunakan sistem ini untuk mengetahui bagaimana cara
memodifikasi sepeda motornya dengan baik.
c. Dengan tampilan yang user friendly memudahkan user dalam mengakses
sistem tersebut tanpa harus mendaftar hak akses dan tanpa harus adanya
kehadiran seorang pakar.
d. Dengan adanya penelitian ini diharapkan, sistem yang telah dirancang
dapat digunakan kapanpun dibutuhkan oleh user dan dapat menghemat
waktu dan biaya dari user.
162
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan-simpulan yang telah dikemukakan, dapat diajukan
beberapa saran untuk pengembangan lebih lanjut antara lain::
a. Adanya penambahan representasi pengetahuan dalam proses penelusuran
masalah dalam memodifikasi sepeda motor Suzuki 120R.
b. Memperluas ruang lingkup tentang modifikasi sepeda motor terutama
mengenai modifikasi mesin sepeda motor.
c. Membuat metode penelusuran yang bersifat dinamik agar lebih mudah
dalam pengembangan pengetahuannya.
d. Membuat Metode Penelusuran dengan model Backward Chaining.
LAMPIRAN 2
Gambar.. Pohon Keputusan 1
A01 : memilih modifikasi ringan
A02 : memilih modifikasi besar
B01 : mesin masih standar
B02 : mesin sudah di oversize
B03 : kepala silinder sudah dibubut
B04 : lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
B05 : kondisi mesin masih standar
B06 : mesin sudah di oversize
B07 : kepala silinder sudah dibubut B08 : lubang transfer dan lubang bilas pada blok
silinder sudah diperbesar
Gambar.. Pohon Keputusan 2
A01 : Memilih modifikasi ringan
B01 : Mesin masih standar
C01 : Karburator masih standar
C02 : Karburator sudah direamer
D01 : Saringan udara masih terpasang
D02 : Busa saringan udara sudah dilepas
D03 : Ukuran spuyer masih standar
D04 : Ukuran spuyer lebih besar dari standar
E01 : Busi masih standar
E02 : Busi sudah diganti tipe racing
E03 : Knalpot masih standar
E04 : Sekat dalam perut knalpot sudah dibuang
E05 : Knalpot sudah diganti model racing
E06 : Knalpot masih standar
E07 : Lubang pada saringan knalpot sudah diperbanyak
E08 : Lubang buang dan lubang isap masih standar
E09 : Lermukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap sudahdihaluskan
E10 : Saringan udara masih terpasang
E11 : Saringan udara sudah dilepas
E12 : Lubang buang dan lubang isap masih standar
E13 : Knalpot masih standar
E14 : Tipe busi masih standar
E15 : Busi sudah diganti dengan tipe racing
R01 : Sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka
danmain-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar.
R02 : Sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan
main- jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan ganti kepala busi model
racing
R03 : Ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran
standar, dan saringan knalpot ditambah lubangnya
R04 : Ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran
standar R05 : Pilot-jet dinaikkan 7,5 angka dari ukuran standar dan main-jet dinaikkan
15 angka dari ukuran standar
R06 : Pilot-jet dinaikkan 2,5 angka dari ukuran standar, dan main-jet dinaikkan 5
angka dari ukuran standar dan lubang pada saringan knalpot diperbanyak
R07 : Pilot-jet dinaikkan 2,5 angka dari ukuran standar, dan main-jet dinaikkan 5
angka dari ukuran standar
R08 : Ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan permukaan kulit jeruk pada dinding
lubang buang dan isap dihaluskan dan sekat dalam perut knalpot dibuang
R09 : Ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam perut knalpot dibuang
R10 : Ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan
busa saringan udara dilepas
R11 : Ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam perut knalpot dibuang,
kemudian pasang saringan udara tanpa busa
R12 : Gunakan spuyer yang dinaikkan 3 tingkat dari ukuran standar dan permukaan
kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan sekat dalam perut
knalpot dibuang, dan lepas busa saringan udara
R13 : Gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar, dan sekat
dalam perut knalpot dibuang
R14 : Gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar dan ganti
kepala busi dengan tipe racing dan sekat dalam perut knalpot dibuang
R15 : Gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar dan sekat
dalam perut knalpot dibuang, dan busa saringan dan selang udara dilepas
Gambar.. Pohon Keputusan 3
A01 : memilih modifikasi ringan
B02 : mesin sudah di oversize
C03 : mesin oversize 25
C04 : mesin oversize 50
C05 : mesin oversize 75
C06 : mesin oversize 100
D05 : dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar
D06 : dinding permukaan lubang bilas dan transfer sudah dihaluskan
D07 : busi masih standar
D08 : busi sudah diganti dengan tipe racing
D09 : kampas kopling masih standar
D10 : kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing
D11 : lubang venturi pada karburator masih standar
D12 : lubang venturi pada karburator sudah direamer
E16 : karburator masih standar
E17 : karburator sudah di reamer
E18 : dinding permukaan lubang buang masih standar
E19 : dinding permukaan lubang buang sudah dihaluskan
E20 : ukuran pilot jet dan main jet masih standar
E21 : jarum skep pada karburator masih standar
E22 : ujung jarum skep pada karburator sudah dibuat runcing
E23 : lubang venturi pada karburator masih standar
E24 : dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar
E25 : dinding permukaan lubang bilas dan transfer sudah dihaluskan
E26 : karburator masih standar
E27 : karburator sudah direamer
E28 : saringan udara masih terpasang
E29 : saringan udara sudah dilepas
E30 : koil masih standar
E31 : koil sudah diganti dengan tipe racing
R16 : ukuran pilot jet dinaikkan 5 angka dan main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran
standar dan buang sekat dalam perut knalpot, kemudian ujung jarum skep pada
karburator dibuat lancip R17 : ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet
dinaikkan 15 angka dari ukuran standard dan buang sekat dalam perut knalpot,
kemudian saringan udara dipasang tanpa busa
R18 : ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari
ukuran standard, gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa
busa
R19 : ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari
ukuran standard, gunakan knalpot yang sudah dibuang sekatnya, dan gunakan
busi tipe racing
R20 : gunakan koil tipe racing dan ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet
dinaikkan 15 angka, dan knalpot gunakan tipe racing
R21 : gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing, dan gunakan
knalpot tipe racing
R22 : gunakan koil tipe racing, dan gunakan knalpot tipe racing
R23 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet
dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan lubang venturi di reamer 1 mm, dan
gunakan knalpot tipe racing R24 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5
angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan ganti
kampas kopling dengan tipe racing, dan gunakan knalpot tipe racing
R25 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan
20 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, dan
gunakan knalpot tipe racing
R26 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet
dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan knalpot tipe racing
R27 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan
20 angka dari ukuran standar, dan pasang saringan udara tanpa busa, dan gunakan
knalpot tipe racing
R28 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan
20 angka dari ukuran standar, dan lepas busa saringan udara, lubang venturi pada
karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing
R29 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet
dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari
seng, lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe
racing
R30 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan
20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu
gunakan busi tipe racing, dan gunakan knalpot tipe racing
R31 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan
20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, dan
gunakan knalpot tipe racing
Gambar.. Pohon Keputusan 4
A01 : memilih modifikasi ringan
B03 : kepala silinder sudah dibubut
B04 : lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
C07 : kepala silinder dibubut <= 1 mm
C08 : kepala silinder masih standar
C09 : kepala silinder sudah dibubut
D13 : paking blok silinder masih standar
D14 : paking blok silinder sudah diganti dengan tebal > 0,1 mm dan < 0,5
D15 : paking blok silinder sudah diganti dengan tebal > 0,1 mm dan < 0,5
D16 : perut knalpot sudah dibuang sekatnya
D17 : knalpot sudah diganti dengan tipe racing
D18 : busi masih standar
D19 : busi sudah diganti dengan tipe racing
E32 : ukuran lubang buang masih standar
E33 : ukuran lubang buang sudah dibesarkan < dari 1 mm
E34 : busi masih standar
E35 : busi sudah diganti dengan tipe racing
E36 : saringan udara masih terpasang
E37 : saringan udara sudah dilepas
E38 : lubang buang masih standar
E39 : lubang buang sudah dibesarkan < 1 mm
E40 : kampas kopling masih standar
E41 : kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing
E42 : paking blok silinder masih standar
E43 : paking blok silinder sudah tidak standar
E44 : lubang venturi pada karburator masih standar
E45 : lubang venturi pada karburator sudah diperbesar
R32 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan
10 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm,
lalu buang sekat dalam perut knalpot
R33 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan
10 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm,
ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara
R34 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan
10 angka dari ukuran standar, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang
saringan udara, dan gunakan kepala busi tipe racing
R35 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan
10 angka dari ukuran standar, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang
saringan udara
R36 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet
dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, ganti knalpot dengan tipe racing, dan
lubang buang dibesarkan 0,5 mm
R37 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet
dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, ganti knalpot dengan tipe racing, dan
lubang buang dibesarkan 0,5 mm, lalu pasang saringan udara tanpa busa
R38 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet
dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm,
lalu pasang saringan udara tanpa busa
R39 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet
dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa
R40 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan
20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang
buang dibesarkan 0,5 mm
R41 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet
dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa
dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian lubangi sirip rumah kopling
sebanyak 2 lubang dengan diameter 5 mm
R42 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan
20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang
buang dibesarkan 0,5 mm, dan lepas ring pada kepala busi, dan gunakan knalpot
racing
R43 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet
dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa
dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan paking blok silinder dengan
tebal 0,3 mm, dan gunakan knalpot racing
R44 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet
dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa
dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
R45 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet
dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari
seng, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, lalu gunakan knalpot racing
Gambar.. Pohon Keputusan 5
A02 : memilih modifikasi besar
B05 : kondisi mesin masih standar
C10 : lubang venturi pada karburator masih standar
C11 : lubang venturi pada karburator sudah direamer
D20 : kotak saringan udara masih terpasang
D21 : busa saringan udara sudah dilepas
D22 : ukuran spuyer masih standar
D23 : ukuran spuyer lebih besar dari standar
E46 : busi masih standar
E47 : busi sudah diganti dengan tipe racing
E48 : saringan knalpot masih standar
E49 : sekat dalam perut knalpot sudah dibuang
E50 : knalpot sudah diganti dengan tipe racing
E51 : knalpot masih standar
E52 : lubang pada saringan knalpot sudah diperbanyak
E53 : lubang buang dan lubang isap masih standar
E54 : permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap sudahdihaluskan
E55 : saringan udara masih terpasang
E56 : saringan udara sudah dilepas
E57 : lubang buang dan lubang isap masih standar
E58 : knalpot masih standar
E59 : tipe busi masih standar
E60 : busi sudah diganti dengan tipe racing
R46 : sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot-jet dinaikkan 10 angka dan
main- jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas
diperbesar 1 mm, dan lubang buang deperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan
udara, dan lepas ring pada busi
R47 : sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot-jet dinaikkan 10 angka dan
main- jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas
diperbesar 1 mm, dan lubang buang deperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan
udara
R48 : sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot-jet dinaikkan 10 angka dan
main- jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas
diperbesar 1 mm, dan lubang buang deperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan
udara, dan lubang pada saringan knalpot diperbanyak
R49 : ukuran pilot-jet dinaikkan 10 angka dan main-jet dinaikkan 20 angka dari ukuran
standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1 mm, dan lubang buang deperbesar
0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lubang pada saringan knalpot
diperbanyak
R50 : ukuran pilot-jet dinaikkan 10 angka dan main-jet dinaikkan 20 angka dari ukuran
standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1 mm, dan lubang buang deperbesar
0,5 mm, lalu lepas busa dan selang saringan udara
R51 : buang sekat dalam perut knalpot dan lubang pada saringan knalpot diperbanyak
ukuran pilot-jet dinaikkan 10 angka dan main-jet dinaikkan 20 angka dari ukuran
standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1 mm, dan lubang buang deperbesar
0,5 mm
R52 : buang sekat dalam perut knalpot, dan ukuran pilot-jet dinaikkan 10 angka dan
main- jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas
diperbesar 1 mm, dan lubang buang deperbesar 0,5 mm
R53 : gunakan ukuran pilot-jet yang dinaikkan 15 angka dan main-jet gunakan milik
Yamaha RX King yang berukuran 135, dan permukaan kulit jeruk pada dinding
lubang buang dan isap dihaluskan dan sekat dalam perut knalpot dibuang, lalu
lepas busa pada saringan udara
R54 : gunakan ukuran pilot-jet yang dinaikkan 15 angka dan main-jet gunakan milik
Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang,
lalu lepas busa pada saringan udara
R55 : gunakan ukuran pilot-jet yang dinaikkan 15 angka dan main-jet gunakan milik
Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang,
dan lubang buang dibesarkan 1 mm, lalu lepas busa dan selang pada saringan
udara
R56 : gunakan ukuran pilot-jet yang dinaikkan 15 angka dan main-jet gunakan milik
Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang,
dan lubang buang dibesarkan 1 mm , lalu gunakan airbox
R57 : gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan
kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan sekat dalam perut
knalpot dibuang, dan lepas busa saringan udara
R58 : gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan
kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan gunakan knalpot
tipe racing, dan lepas busa saringan udara
R59 : gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan
kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan gunakan knalpot
tipe racing, lalu ganti kepala busi dengan tipe racing, dan lepas busa saringan
udara
R60 : gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan
kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan gunakan knalpot
tipe racing, dan lepas busa saringan udara
Gambar .. Pohon Keputusan 6
A02 : memilih modifikasi besar
B06 : mesin sudah di oversize
C12 : mesin oversize 25
C13 : mesin oversize 50
C14 : mesin oversize 75
C15 : mesin oversize 100
D24 : dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar
D25 : dinding permukaan lubang bilas dan transfer sudah dihaluskan
D26 : busi masih standar
D27 : busi sudah diganti dengan tipe racing
D28 : kampas kopling masih standar
D29 : kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing
D30 : lubang venturi pada karburator masih standar
D31 : lubang venturi pada karburator sudah direamer
E61 : karburator masih standar
E62 : karburator sudah di reamer
E63 : dinding permukaan lubang buang masih standar
E64 : dinding permukaan lubang buang sudah dihaluskan
E65 : ukuran pilot jet dan main jet masih standar
E66 : jarum skep pada karburator masih standar
E67 : ujung jarum skep pada karburator sudah dibuat runcing
E68 : lubang venturi pada karburator masih standar
E69 : dinding permukaan lubang transfer masih standar
E70 : dinding permukaan lubang transfer sudah dihaluskan
E71 : karburator masih standar
E72 : lubang venturi pada karburator sudah direamer
E73 : saringan udara masih terpasang
E74 : saringan udara sudah dilepas
E75 : koil masih standar
E76 : koil sudah diganti dengan tipe racing
R61 : ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran
standar dan buang sekat dalam perut knalpot, kemudian ujung jarum skep pada
karburator dibuat lancip, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip
R62 : ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran
standar dan buang sekat dalam perut knalpot, dan dinding lubang bilas dan
transfer dibuat lancip, lalu lepas busa dan selang pada saringan udara
R63 : ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran
standar, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, lalu lubang buang
dibesarkan 1 mm, dan gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang
tanpa busa
R64 : ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran
standar, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, dan gunakan knalpot
tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa busa
R65 : gunakan koil tipe racing dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet
dinaikkan 25 angka, lalu dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip dan
knalpot gunakan tipe racing, dan selang dan busa saringan udara dilepas, dan
selang dan busa saringan udara dilepas
R66 : gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing, lalu dinding
lubang bilas dan transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing selang dan
busa saringan udara dilepas
R67 : gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing, lalu dinding
lubang transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing, lalu selang dan
busa saringan udara dilepas
R68 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan
25 angka dari ukuran standar, dan lubang venturi di reamer 1 mm, dan gunakan
knalpot tipe racing
R69 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan
25 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, lalu
dinding permukaan lubang transfer dihaluskan dan dibuat lancip dan gunakan
knalpot tipe racing
R70 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet
dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe
racing, lalu dinding permukaan lubang transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot
tipe racing
R71 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan
25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan,
dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe
racing
R72 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan
25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan,
dan gunakan knalpot tipe racing, dan busa saringan udara dilepas
R73 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan
25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan,
dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe
racing, lalu lepas selang dan busa saringan udara
R74 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan
25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu
dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan lubang venturi pada
karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing
R75 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan
25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu
dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing,
dan ganti busi dengan tipe racing
R76 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan
25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu
dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing
Gambar .. Pohon Keputusan 7
A02 : memilih modifikasi besar
B07 : kepala silinder sudah dibubut
B08 : lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
C16 : kepala silinder dibubut <= 1 mm C17 : kepala silinder masih standar
C18 : kepala silinder sudah dibubut
D32 : paking blok silinder masih standar
D33 : paking blok silinder sudah diganti dengan tebal > 0,1 mm dan < 0,5 mm
D34 : knalpot masih standar
D35 : perut knalpot sudah dibuang sekatnya
D36 : knalpot sudah diganti dengan tipe racing
D37 : busi masih standar D38 : busi sudah diganti dengan tipe racing
E77 : ukuran lubang buang masih standar
E78 : ukuran lubang buang sudah dibesarkan < dari 1 mm
E79 : busi masih standar
E80 : busi sudah diganti dengan tipe racing
E81 : saringan udara masih terpasang
E82 : saringan udara sudah dilepas
E83 : lubang buang masih standar
E84 : lubang buang sudah dibesarkan < 1 mm
E85 : kampas kopling masih standar
E86 : kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing
E87 : paking blok silinder masih standar
E88 : paking blok silinder sudah tidak standar
E89 : lubang venturi pada karburator masih standar
E90 : lubang venturi pada karburator sudah diperbesar
R77 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet
dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan
tebal 0,3 mm, dan lubang buang dan transfer dihaluskan 0,5 mm, lalu buang sekat
dalam perut knalpot
R78 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet
dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan
tebal 0,3 mm, dan lubang transfer dihaluskan 0,5 mm, lalu buang sekat dalam
perut knalpot
R79 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet
dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dan transfer
dihaluskan, lalu ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara,
dan gunakan kepala busi tipe racing
R80 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet
dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dan transfer
dihaluskan, lalu ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara
R81 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet
dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat
lancip, dan ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5
mm, kemudian selang dan busa saringan udara dilepas lalu gunakan gir rasio
R82 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan
20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip, dan ganti
knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian
gunakan airbox, lalu gunakan gir rasio
R83 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan
20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip, dan
lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian selang dan busa saringan udara
dilepas lalu gunakan gir rasio
R84 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet
dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat
lancip, kemudian selang dan busa saringan udara dilepas lalu gunakan gir rasio
R85 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet
dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip
lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, lalu
gunakan gir rasio
R86 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan
25 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang transfer dibuat lancip lalu
pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm,
kemudian lubangi sirip rumah kopling sebanyak 2 lubang dengan diameter 5 mm
R87 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan
25 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang transfer dibuat lancip lalu
pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan lepas
ring pada kepala busi, dan gunakan knalpot racing
R88 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet
dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang transfer dibuat lancip
lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan
gunakan paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan gunakan knalpot racing
R89 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan
20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang transfer dibuat lancip, dan
lubang venturi direamer 0,5 mm, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan
selang, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
R90 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet
dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang transfer dibuat
lancip, lalu gunakan airbox, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan
knalpot racing
\
LAMPIRAN 3 KAIDAH PRODUKSI
Rule 1
Jika memilih update ringan
Dan mesin masih standar
Dan karburator masih standar
Dan saringan udara masih terpasang
Dan busi masih standar
Maka sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar
Rule 2
Jika memilih update ringan
Dan mesin masih standar
Dan karburator masih standar
Dan saringan udara masih terpasang
Dan busi sudah diganti tipe racing
Maka sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dang anti kepala busi model racing
Rule 3
Jika update ringan
Dan mesin masih standar
Dan karburator masih standar
Dan saringan udara masih terpasang
Dan knalpot masih standar
Maka ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan saringan knalpot ditambah lubangnya
Rule 4
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin masih standar
Dan karburator masih standar
Dan saringan udara masih terpasang
Dan sekat dalam perut knalpot sudah dibuang
Maka ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar
Rule 5
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin masih standar
Dan karburator masih standar
Dan saringan udara masih terpasang
Dan knalpot sudah diganti model racing
Maka pilot-jet dinaikkan 7,5 angka dari ukuran standard an main-jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar
Rule 6
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin masih standar
Dan karburator masih standar
Dan busa saringan udara sudah dilepas
Dan knalpot masih standar
Maka pilot-jet dinaikkan 2,5 angka dari ukuran standar, dan main-jet dinaikkan 5 angka dari ukuran standar dan lubang pada saringan knalpot diperbanyak
Rule 7
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin masih standar
Dan karburator masih standar
Dan busa saringan udara sudah dilepas
Dan lubang pada saringan knalpot sudah diperbanyak
Maka pilot-jet dinaikkan 2,5 angka dari ukuran standar, dan main-jet dinaikkan 5 angka dari ukuran standar
Rule 8
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin masih standar
Dan karburator sudah direamer
Dan ukuran spuyer masih standar
Dan lubang buang dan lubang isap masih standar
Maka ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan dan sekat dalam perut knalpot dibuang
Rule 9
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin masih standar
Dan karburator sudah direamer
Dan ukuran spuyer masih standar
Dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap sudah dihaluskan
Maka ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam perut knalpot dibuang
Rule 10
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin masih standar
Dan karburator sudah direamer
Dan ukuran spuyer masih standar
Dan saringan udara masih terpasang
Maka ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam knalpot dibuang, dan busa saringan udara dilepas
Rule 11
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin masih standar
Dan karburator sudah direamer
Dan ukuran spuyer masih standar
Dan saringan udara sudah dilepas
Maka ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam perut knalpot dibuang, kemudian dipasang saringan udara tanpa busa
Rule 12
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin masih standar
Dan karburator sudah direamer
Dan ukuran spuyer lebih besar dari standar
Dan lubang buang dan lubang isap masih standar
Maka gunakan spuyer yang dinaikkan 3 tingkat dari ukuran standard an permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dn sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lepas busa saringan udara
Rule 13
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin masih standar
Dan karburator sudah direamer
Dan ukuran spuyer lebih besar dari standar
Dan knalpot masih standar
Maka gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar, dan sekat dalam perut knalpot dibuang
Rule 14
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin masih standar
Dan karburator sudah direamer
Dan ukuran spuyer lebih besar dari standar
Dan tipe busi masih standar
Maka gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar dan ganti kepala busi dengan tipe racing dan sekat dalam perut knalpot dibuang
Rule 15
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin masih standar
Dan karburator sudah direamer
Dan ukuran spuyer lebih besar dari standar
Dan busi sudah diganti dengan tipe racing
Maka gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan busa saringan dan selang udara dilepas
Rule 16
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 25
Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar
Dan karburator masih standar
Maka ukuran pilot jet dinaikkan 5 angka dan main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalm perut knalpot, kemudian ujung jarum skep pada karburator dibuat lancip
Rule 17
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 25
Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar
Dan karburator sudah direamer
Maka ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalam perut knalpot, kemudian saringan udara dipasang tanpa busa
Rule 18
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 25
Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer sudah dihaluskan
Dan dinding permukaan lubang buang masih standar
Maka ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa busa
Rule 19
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 25
Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer sudah dihaluskan
Dan dinding permukaan lubang buang sudah dihaluskan
Maka ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, gunakan knalpot yang sudah dibuang sekatnya, dan gunakan busi tipe racing
Rule 20
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 50
Dan busi masih standar
Dan ukuran pilot jet dan main jet masih standar
Maka gunakan koil tipe racing dan ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dan knalpot gunakan tipe racing
Rule 21
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 50
Dan busi masih standar
Dan jarum skep pada karburator masih standar
Maka gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 22
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 50
Dan busi masih standar
Dan ujung jarum skep pada karburator sudah dibuat runcing
Maka gunakan koil tipe racing, dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 23
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 50
Dan busi sudah diganti dengan tipe racing
Dan lubang venture pada karburator masih standar
Maka gunakn ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, dan gunakn knalpot tipe racing
Rule 24
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 75
Dan kampas kopling masih standar
Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jetdinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 25
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 75
Dan kampas kopling masih standar
Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer sudah dihaluskan
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dang anti kampas kopling dengan tipe racing dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 26
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 75
Dan kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing
Dan karburator masih standar
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 27
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 75
Dan kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing
Dan karburator sudah direamer
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan pasang saringan udara tanpa busa, dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 28
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 100
Dan lubang venturi pada karburator masih standar
Dan saringan udara masih terpasang
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lepas busa saringan udara, lubang venture pada karburator direamer 0,5mm, dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 29
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 100
Dan lubang venturi pada karburator masih standar
Dan saringan udara sudah dilepas
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lubang venturi pada karburator direamer 0,5mm, dan gunakan knalpot racing
Rule 30
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 100
Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer
Dan koil masih standar
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu gunakan busi tipe racing, dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 31
Jika memilih modifikasi ringan
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 100
Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer
Dan koil sudah diganti dengan tipe racing
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 32
Jika memilih modifikasi ringan
Dan kepala silinder sudah dibubut
Dan kepala silinder sudah dibubut <=1mm
Dan paking blok silinder masih standar
Dan ukuran lubang buang masih standar
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3mm, lalu buang sekat dalam perut knalpot
Rule 33
Jika memilih modifikasi ringan
Dan kepala silinder sudah dibubut
Dan kepala silinder sudah dibubut <=1mm
Dan paking blok silinder masih standar
Dan ukuran lubang buang sudah dibesarkan < dari 1mm
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3mm, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara
Rule 34
Jika memilih modifikasi ringan
Dan kepala silinder sudah dibubut
Dan kepala silinder sudah dibubut <=1mm
Dan paking blok silinder sudah diganti dengan tebal >0,1 mm dan < 0,5mm
Dan busi masih standar
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar , ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara, dan gunakan kepala busi tipe racing
Rule 35
Jika memilih modifikasi ringan
Dan kepala silinder sudah dibubut
Dan kepala silinder sudah dibubut <=1mm
Dan paking blok silinder sudah diganti dengan tebal >0,1 mm dan < 0,5mm
Dan busi sudah diganti tipe racing
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar , ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara
Rule 36
Jika memilih modifikasi ringan
Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
Dan kepala silinder masih standar
Dan knalpot masih standar
Dan saringan udara masih terpasang
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5mm
Rule 37
Jika memilih modifikasi ringan
Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
Dan kepala silinder masih standar
Dan knalpot masih standar
Dan saringan udara sudah dilepas
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5mm, lalu pasang saringan udara tanpa busa
Rule 38
Jika memilih modifikasi ringan
Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
Dan kepala silinder masih standar
Dan perut knalpot sudah dibuang sekatnya
Dan lubang buang masih standar
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dibesarkan 0,5mm, lalu pasang saringan udara tanpa busa
Rule 39
Jika memilih modifikasi ringan
Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
Dan kepala silinder masih standar
Dan perut knalpot sudah dibuang sekatnya
Dan lubang buang sudah dibesarkan < 1 mm
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa
Rule 40
Jika memilih modifikasi ringan
Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
Dan kepala silinder masih standar
Dan knalpot sudah diganti tipe racing
Dan kampas kopling standar
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm
Rule 41
Jika memilih modifikasi ringan
Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
Dan kepala silinder masih standar
Dan knalpot sudah diganti tipe racing
Dan kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian lubangi sirip rumah kopling sebanyak 2 lubang dengan diameter 5 mm
Rule 42
Jika memilih modifikasi ringan
Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
Dan kepala silinder sudah dibubut
Dan busi masih standar
Dan paking blok silinder masih standar
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan lepas ring pada kepala busi, dan gunakan knalpot racing
Rule 43
Jika memilih modifikasi ringan
Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
Dan kepala silinder sudah dibubut
Dan busi masih standar
Dan paking blok sudah tidak standar
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm dan gunakan knalpot racing
Rule 44
Jika memilih modifikasi ringan
Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
Dan kepala silinder sudah dibubut
Dan busi sudah diganti dengan tipe racing
Dan lubang venturi pada karburator masih standar
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
Rule 45
Jika memilih modifikasi ringan
Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
Dan kepala silinder sudah dibubut
Dan busi sudah diganti dengan tipe racing
Dan lubang venturi pada karburator sudah diperbesar
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar,dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
Rule 46
Jika memilih modifikasi besar
Dan kondisi mesin masih standar
Dan lubang venturi pada karburator masih standar
Dan kotak saringan udara masih terpasang
Dan busi masih standar
Maka sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lepas ring pada busi
Rule 47
Jika memilih modifikasi besar
Dan kondisi mesin masih standar
Dan lubang venturi pada karburator masih standar
Dan kotak saringan udara masih terpasang
Dan busi sudah diganti dengan tipe racing
Maka sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara
Rule 48
Jika memilih modifikasi besar
Dan kondisi mesin masih standar
Dan lubang venturi pada karburator masih standar
Dan kotak saringan udara masih terpasang
Dan saringan knalpot masih standar
Maka sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lubang buang pada saringan knalpot diperbesar
Rule 49
Jika memilih modifikasi besar
Dan kondisi mesin masih standar
Dan lubang venturi pada karburator masih standar
Dan kotak saringan udara masih terpasang
Dan sekat dalam perut knalpot sudah dibuang
Maka ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lubang buang pada saringan knalpot diperbesar
Rule 50
Jika memilih modifikasi besar
Dan kondisi mesin masih standar
Dan lubang venturi pada karburator masih standar
Dan kotak saringan udara masih terpasang
Dan knalpot sudah diganti dengan tipe racing
Maka ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara
Rule 51
Jika memilih modifikasi besar
Dan kondisi mesin masih standar
Dan lubang venturi pada karburator masih standar
Dan kotak saringan udara masih terpasang
Dan knalpot masih standar
Maka buang sekat dalam perut knalpot dan lubang pada saringan knalpot diperbanyak, ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm
Rule 52
Jika memilih modifikasi besar
Dan kondisi mesin masih standar
Dan lubang venturi pada karburator masih standar
Dan kotak saringan udara masih terpasang
Dan lubang pada saringan knalpot sudah diperbanyak
Maka buang sekat dalam perut knalpot, ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilasdiperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm
Rule 53
Jika memilih modifikasi besar
Dan kondisi mesin masih standar
Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer
Dan ukuran spuyer masih standar
Dan lubang buang dan lubang isap masih standar
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan main jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan dan sekat dalam perut knalpot dibuang, lalu lepas busa pada saringan udara
Rule 54
Jika memilih modifikasi besar
Dan kondisi mesin masih standar
Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer
Dan ukuran spuyer masih standar
Dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap sudah dihaluskan
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan main jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, lalu lepas busa pada saringan udara
Rule 55
Jika memilih modifikasi besar
Dan kondisi mesin masih standar
Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer
Dan ukuran spuyer masih standar
Dan saringan udara masih terpasang
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan main jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lubang buang dibesarkan 1 mm, lalu lepas busa dan selang pada saringan udara
Rule 56
Jika memilih modifikasi besar
Dan kondisi mesin masih standar
Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer
Dan ukuran spuyer masih standar
Dan saringan udara sudah dilepas
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan main jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lubang buang dibesarkan 1 mm, lalu gunakan airbox
Rule 57
Jika memilih modifikasi besar
Dan kondisi mesin masih standar
Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer
Dan ukuran spuyer lebih besar dari standar
Dan lubang buang dan lubang isap masih standar
Maka gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lepas busa saringan udara
Rule 58
Jika memilih modifikasi besar
Dan kondisi mesin masih standar
Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer
Dan ukuran spuyer lebih besar dari standar
Dan knalpot masih standar
Maka gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan lepas busa saringan udara
Rule 59
Jika memilih modifikasi besar
Dan kondisi mesin masih standar
Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer
Dan ukuran spuyer lebih besar dari standar
Dan tipe busi masih standar
Maka gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan
gunakan knalpot tipe racing, lalu ganti kepala busi dengan tipe racing dan lepas busa saringan udara
Rule 60
Jika memilih modifikasi besar
Dan kondisi mesin masih standar
Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer
Dan ukuran spuyer lebih besar dari standar
Dan tipe busi sudah diganti dengan tipe racing
Maka gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan lepas busa saringan udara
Rule 61
Jika memilih modifikasi besar
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 25
Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar
Dan knalpot masih standar
Maka ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalam perut knalpot, kemudian ujung jarum skep pada karburator dibuat lancip, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip
Rule 62
Jika memilih modifikasi besar
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 25
Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar
Dan knalpot sudah direamer
Maka Maka ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalam perut knalpot, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, lalu lepas busa dan selang pada saringan udara
Rule 63
Jika memilih modifikasi besar
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 25
Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar
Dan dinding permukaan lubang buang masih standar
Maka ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, lalu lubang buang dibesarkan 1 mm, dan gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa busa
Rule 64
Jika memilih modifikasi besar
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 25
Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar
Dan dinding permukaan lubang buang sudah dihaluskan
Maka ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, dan gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa busa
Rule 65
Jika memilih modifikasi besar
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 50
Dan busi masih standar
Dan ukuran pilot jet dan main jet masih standar
Maka gunakan koil tipe racing dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, dan gunakan knalpot tipe racing, dan selang dan busa saringan udara dilepas
Rule 66
Jika memilih modifikasi besar
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 50
Dan busi masih standar
Dan jarum skep pada karburator masih standar
Maka gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing, lalu dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing, selang dan busa saringan udara dilepas
Rule 67
Jika memilih modifikasi besar
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 50
Dan busi masih standar
Dan jarum skep pada karburator sudah dibuat runcing
Maka gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing, lalu selang dan busa dan saringan udara dilepas
Rule 68
Jika memilih modifikasi besar
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 50
Dan busi sudah diganti dengan tipe racing
Dan lubang venturi pada karburator masih standar
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan lubang venturi di reamer 1 mm, dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 69
Jika memilih modifikasi besar
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 75
Dan kampas kopling masih standar
Dan dinding permukaan lubang transfer masih standar
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan dan dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 70
Jika memilih modifikasi besar
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 75
Dan kampas kopling masih standar
Dan dinding permukaan lubang transfer sudah dihaluskan
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, lalu dinding permukaan lubang transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 71
Jika memilih modifikasi besar
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 75
Dan kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing
Dan karburator masih standar
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 72
Jika memilih modifikasi besar
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 75
Dan kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing
Dan lubang venture pada karburator sudah direamer
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan busa saringan udara dilepas
Rule 73
Jika memilih modifikasi besar
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 100
Dan lubang venturi pada karburator masih standar
Dan saringan udara masih terpasang
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer
dihaluskan, dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing, lalu lepas selang dan busa saringan udara
Rule 74
Jika memilih modifikasi besar
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 100
Dan lubang venturi pada karburator masih standar
Dan saringan udara sudah dilepas
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 75
Jika memilih modifikasi besar
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 100
Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer
Dan koil masih standar
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan ganti busi dengan tipe racing
Rule 76
Jika memilih modifikasi besar
Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 100
Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer
Dan koil sudah diganti dengan tipe racing
Maka Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 77
Jika memilih modifikasi besar
Dan kepala silinder sudah dibubut
Dan kepala silinder dibubut <= 1 mm
Dan paking blok silinder masih standar
Dan ukuran lubang buang masih standar
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan lubang buang dan transfer dihaluskan 0,5 mm, lalu buang sekat dalam perut knalpot
Rule 78
Jika memilih modifikasi besar
Dan kepala silinder sudah dibubut
Dan kepala silinder dibubut <= 1 mm
Dan paking blok silinder masih standar
Dan ukuran lubang buang sudah dibesarkan < dari 1mm
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan
tebal 0,3 mm, dan lubang transfer dihaluskan 0,5 mm, lalu buang sekat dalam perut knalpot
Rule 79
Jika memilih modifikasi besar
Dan kepala silinder sudah dibubut
Dan kepala silinder dibubut <= 1 mm
Dan paking blok silinder sudah diganti dengan tebal > 0,1 mm dan < 0,5 mm
Dan busi masih standar
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dan transfer dihaluskan, lalu ganti knalpot tipe racing, dan lepas selang saringan udara, dan gunakan kepala busi tipe racing
Rule 80
Jika memilih modifikasi besar
Dan kepala silinder sudah dibubut
Dan kepala silinder dibubut <= 1 mm
Dan paking blok silinder sudah diganti dengan tebal > 0,1 mm dan < 0,5 mm
Dan busi sudah diganti dengan tipe racing
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dan transfer dihaluskan, lalu ganti knalpot tipe racing, dan lepas selang saringan udara
Rule 81
Jika memilih modifikasi besar
Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
Dan kepala silinder masih standar
Dan knalpot masih standar
Dan saringan udara masih terpasang
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip danganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian selang dan busa saringan udara dilepas lalu gunakan gir rasio
Rule 82
Jika memilih modifikasi besar
Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
Dan kepala silinder masih standar
Dan knalpot masih standar
Dan saringan udara sudah dilepas
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian gunakan airbox, lalu gunakan gir rasio
Rule 83
Jika memilih modifikasi besar
Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
Dan kepala silinder masih standar
Dan perut knalpot sudah dibuang sekatnya
Dan lubang buang masih standar
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian selang dan busa saringan udarra dilepas lalu gunakan gir rasio
Rule 84
Jika memilih modifikasi besar
Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
Dan kepala silinder masih standar
Dan perut knalpot sudah dibuang sekatnya
Dan lubang buang sudah diperbesar < 1 mm
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan ganti knalpot dengan tipe racing, kemudian selang dan busa saringan udarra dilepas lalu gunakan gir rasio
Rule 85
Jika memilih modifikasi besar
Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
Dan kepala silinder masih standar
Dan knalpot sudah diganti dengan tipe racing
Dan kampas poling masih standar
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, lalu gunakan gir rasio
Rule 86
Jika memilih modifikasi besar
Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
Dan kepala silinder masih standar
Dan knalpot sudah diganti dengan tipe racing
Dan kampas poling sudah diganti dengan tipe racing
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian lubangi sirip rumah kopling sebanyak 2 lubang dengan diameter 5 mm
Rule 87
Jika memilih modifikasi besar
Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
Dan kepala silinder sudah dibubut
Dan busi masih standar
Dan paking blok silinder masih standar
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan lepas ring pada kepala busi, dan gunakan knalpot racing
Rule 88
Jika memilih modifikasi besar
Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
Dan kepala silinder sudah dibubut
Dan busi masih standar
Dan paking blok silinder sudah tidak standar
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan gunakan knalpot racing
Rule 89
Jika memilih modifikasi besar
Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
Dan kepala silinder sudah dibubut
Dan busi sudah diganti dengan tipe racing
Dan lubang venturi pada karburator masih standar
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip, dan lubang venture direamer 0,5 mm, lalu pasang saringan udara tanpabusa dan selang, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
Rule 90
Jika memilih modifikasi besar
Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
Dan kepala silinder sudah dibubut
Dan busi sudah diganti dengan tipe racing
Dan lubang venturi pada karburator sudah diperbesar
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip,lalu gunakan airbox dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
LAMPIRAN 4 ALGORITMA
Algoritma Halaman Utama
1. Tampilan layar Menu Awal
2. Input pilih
3. If pilih = konsultasi then
4. Jalankan konsultasi
5. Elseif pilih = admin then
6. Jalankan admin
7. Elseif pilih = keluar then
8. Selesai
9. Endif
Algoritma Halaman Konsultasi
1. Tampilan pertanyaan Level 1
2. Input pilih
3. If Pilih = Pertanyaan
4. elseif pilih = submit then
5. Tampilan pertanyaan level 2
6. elseif pilih = Pertanyaan
7. elseif pilih = submit
8. tampilan pertanyaan level 3
9. elseif pilih = Pertanyaan
10. elseif pilih = submit
11. tampilan pertanyaan level 4
12. elseif pilih = pertanyaan
13. tampilan pertanyaan level 5
14. elseif pilih = submit
15. Tampil Solusi
16. elseif pilih = ulang
17. kembali ke pertanyaan level 4
18. elseif pilih = ragu-ragu
19. tampilan kerusakan tak terdeteksi
20. elseif ulang
21. kembali ke tampilan pertanyaan level 3
22. elseif pilih = ragu-ragu
23.
24.
25. elseif pilih = ulang
26. Kembali ke tampilan pertanyaan level 2
27. elseif pilih = ragu-ragu
28. tampilan kerusakan tak terdeteksi
29. elseif pilih ulang
30. Kembali ke Tampilan pertanyaan Level 1
31. elseif Ragu-ragu
32. Tampil Kerusakan tak terdeteksi
33. Else
34. Selesai
35. Endif
Algoritma Halaman Login
1. Tampilan layar form login
2. Input User name & Password
3. Input pilih
4. If pilih = login then
5. Cek username dan password admin
6. If user name dan password admin = benar then
7. Jalankan algoritma layar Admin
8. Elseif tidak then
9. Tampilan pesan salah pada form login
10. Endif
11. Else if Home then
12. Kembali tampilan layar Menu Awal
13. Else
14. Selesai
15. Endif
Flow Halaman UTama
Flow Halamn Konsul
Flow Halaman Login
Flow daftar Istilah
Flowchart Update
Flow halaman Update solusi
Flow halaman pertanyaan
Flow halaman User
Flow daftar istilah