05bahanmakro-pendapatannasional3-100921204211-phpapp01

33
Bahan Ajar Teori Ekonomi Makro (GSEP 308) BAB 3 PENDAPATAN NASIONAL A. Beberapa Konsep Dalam Penghitungan Pendapatan Nasional Dalam penghitungan pendapatan nasional terdapat beberapa konsep penting mengenai pendapatan nasional. Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik Bab 3. Pendapatan Nasional 37 Tujuan : Setelah membaca bab ini, mahasiswa akan memahami konsep pendapatan nasional dan penerapannya. Sasaran : Mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan konsep-konsep pendapatan nasional 2. Menjelaskan pendekatan-pendekatan dalam penghitungan pendapatan nasional 3. Menjelaskan aturan-aturan penghitungan pendapatan nasional 4. Menjelaskan masalah-masalah dalam penerapan penghitungan pendapatan nasional

Upload: ignatius-lysander

Post on 26-Nov-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

III

Bahan Ajar Teori Ekonomi Makro (GSEP 308)

BAB 3

PENDAPATAN NASIONAL

A.Beberapa Konsep Dalam Penghitungan Pendapatan Nasional

Dalam penghitungan pendapatan nasional terdapat beberapa konsep penting mengenai pendapatan nasional.

Produk Domestik Bruto

Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara asli dan warga negara asing dalam satu tahun tertentu.

Produk Nasional BrutoProduk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP) adalah nilai barang dan jasa yang dihitung dalam pendapatan nasional hanyalah barang dan jasa yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh warga negara dari negara yang pendapatan nasionalnya dihitung. Oleh karena faktor-faktor produksi yang dimiliki warga negara suatu negara terdapat di negara itu sendiri maupun di luar negeri, maka nilai produksi yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi yang digunakan di luar negeri juga dihitung di dalam PNB. Sebaliknya, dalam PNB tidak dihitung produksi yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi milik penduduk atau perusahaan negara lain yang digunakan di negara tersebut.

Sifat hubungan di antara PDB dan PNB dapat dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut :

PDB = PNB PFN dari LN

di mana PFN dari LN adalah pendapatan faktor neto dari luar negeri yaitu pendapatan faktor-faktor produksi yang diterima dari luar negeri dikurangi dengan pendapatan faktor-faktor produksi yang dibayarkan ke luar negeri.

Pendapatan Nasional Bruto dan NetoPendapatan nasional yang masih meliputi nilai penyusutan (depresiasi) dinamakan Produk Nasional Bruto (PNB). Untuk memperoleh Produk Nasional Neto (PNN) adalah PNB kurang depresiasi.

Pendapatan Nasional Harga Berlaku dan Harga TetapPendapatan nasional pada harga berlaku adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan sesuatu negara dalam suatu tahun dan dinilai menurut harga-harga yang berlaku pada tahun tersebut. Nilai dari pendapatan nasional pada harga berlaku akan berbeda-beda dan menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pertambahan nilai tersebut disebabkan oleh dua faktor, yaitu (i) pertambahan fisikal barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian, dan (ii) kenaikan harga-harga yang berlaku dari satu periode ke periode lainnya.

Pendapatan nasional pada harga tetap (konstan) yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan sesuatu negara dalam suatu tahun dan dinilai menurut harga yang tetap. Harga yang tetap yaitu harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun yang lain. Dengan pendapatan nasional pada harga tetap dapat diketahui pertambahan yang sebenarnya dalam barang dan jasa yang diproduksikan.

Indeks Harga dan Tingkat InflasiKenaikan harga-harga yang berlaku dari satu waktu ke waktu lainnya tidak berlaku secara seragam. Kenaikan tersebut biasanya berlaku ke atas kebanyakan barang, tetapi tingkat kenaikannya berbeda. Berlakunya tingkat perubahan harga yang berbeda tersebut menyebabkan indeks harga perlu dibentuk untuk menggambarkan tingkat perubahan harga-harga yang berlaku dalam suatu negara. Untuk mengukur tingkat inflasi, indeks harga yang selalu digunakan adalah indeks harga konsumen atau Consumer Price Index (CPI) yaitu indeks harga dari barang-barang yang selalu digunakan para konsumen.

Untuk membentuk indeks harga, tiga langkah perlu dilakukan : (i) memilih tahun dasar, yaitu tahun yang menjadi titik tolak dalam membandingkan perubahan harga, (ii) menentukan jenis-jenis barang yang perubahan harga-harganya akan diamati untuk membentuk indeks harga, dan (iii) menghitung indeks harga. Disamping mengumpulkan data perubahan harga-harganya, harus pula ditentukan weightage atau kepentingan relatif setiap kelompok barang dalam konsumsi masyarakat. Contoh misalnya kumpulan barang A sangat penting dalam masyarakat, pengeluarannya meliputi 50 persen dari pengeluaran keseluruhan masyarakat maka kelompok barang A diberi weightage sebanyak 50. Contoh penghitungan indeks harga konsumen dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Contoh Penghitungan Indeks Harga Konsumen

Kelompok BarangWeightageTahun dasar 1997Tahun 2003

Harga (Rp)Harga x weightageHarga (Rp)Harga x weightage

A501.00050.0002.000100.000

B205.000100.00011.000220.000

C55.00025.00016.00080.000

D253.00075.0008.000200.000

100250.000600.000

Sumber : Sukirno, 2004

Pada Tabel 3.1 diketahui bahwa nilai harga x weightage untuk tahun 1997 adalah 250.000, sedangkan untuk tahun 2003 adalah 600.000. Berdasarkan kepada kedua angka tersebut indeks harga tahun 2003 dapat dihitung, yaitu :

IH 2003 = x 100% = 240%Indeks harga pada tahun dasar (1997) adalah 100. Dengan demikian di antara tahun 1997 dan 2003 harga telah meningkat menjadi 240 persen atau 2,4 kali lipat dari harga asal.

Berdasarkan contoh di atas, misalkan pada akhir tahun 2002 indeks harga konsumen adalah 231 dan pada akhir tahun 2003 indeks tersebut adalah 240. Maka dapat diketahui tingkat inflasi dalam tahun 2003, yaitu :

x 100 = 3,9 persen

B. Perkiraan Pendapatan dan Produk Nasional

Kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan perusahaan bertujuan untuk menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan masyarakat. Apabila keseluruhan barang dan jasa yang dihasilkan dalam satu tahun dihitung maka akan diperoleh produk nasional atau pendapatan nasional. Barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara dinyatakan dalam unit yang berbeda yaitu ada dalam ton, barel, helai dan sebagainya, dan oleh itu untuk menentukan jumlahnya perlulah dinyatakan dalam nilai uang. Dengan demikian produk nasional atau pendapatan nasional adalah nilai barang akhir dan jasa akhir yang dihasilkan sesuatu negara dalam suatu tahun tertentu.

Perkiraan pendapatan dan produk nasional merupakan rekening atau perkiraan, atau juga biasa disebut account, yang memuat di satu sisi komponen-komponen pendapatan nasional dan di sisi lain komponen-komponen produk nasional. Tabel 3.2 memberikan gambaran tentang dasar perkiraan Pendapatan dan Produk Nasional.1. Produk Nasional

Pada Tabel 3.2 jelas bahwa di bagian kanan Perkiraan Pendapatan dan Produk Nasional dicatat komponen-komponen produk nasional. Tiap komponen produk nasional tersebut mencerminkan macam penggunaan hasil produksi yang dihasilkan oleh perekonomian. Dari segi lain dapat pula dikatakan bahwa tiap komponen menunjukkan besarnya pengeluaran (expenditure) dari masing-masing sektor dalam perekonomian.

Dalam perekonomian dikenal empat sektor :

1) Sektor Keluarga, yang biasa disebut sektor konsumen (household sector atau personal sector)

2) Sektor Perusahaan, yang biasa disebut sektor produsen (business sector)

3) Sektor Pemerintah, yang biasa disebut government sector4) Sektor Perdagangan Luar Negeri atau foreign trade sector.

Dua sektor pertama, yaitu sektor keluarga dan sektor perusahaan membentuk sektor swasta. Pengeluaran (expenditure) yang dilakukan oleh sektor keluarga disebut pengeluaran konsumsi (consumption expenditure). Pengeluaran perusahaan yang merupakan komponen produk nasional ialah pengeluaran investasi (investment expenditure). Pengeluaran yang dilakukan oleh sektor pemerintah yang langsung turut dalam pembentukan produk nasional berupa pengeluaran pemerintah atau pengeluaran pembelian pemerintah. Sedangkan komponen produk nasional yang berasal dari sektor luar negeri ialah variabel ekonomi ekspor neto.

Tabel 3.2. Perkiraan Pendapatan dan Produk Nasional

Pendapatan NasionalProduk Nasional

KomponenNilaiKomponenNilai

Upah dan GajiRp Pengeluaran KonsumsiRp

SewaRp Pengeluaran InvestasiRp

BungaRp Pengeluaran PemerintahRp

LabaRp Ekspor NetoRp

PENDAPATAN NASIONAL ATAS DASAR BIAYA FAKTOR PRODUKSIRp

+ Transfer Perusahaan Rp

+ Pajak Tidak LangsungRp

- SubsidiRp

+ PenyusutanRp

PENDAPATAN NASIONAL ATAS DASAR HARGA PASARRp PRODUK NASIONAL ATAS DASAR HARGA PASARRp

Pengeluaran Konsumsi (C)

Pengeluaran konsumsi (private consumption expenditure) meliputi semua pengeluaran rumah-rumah tangga keluarga dan perseorangan serta lembaga-lembaga swasta bukan perusahaan untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang langsung dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pembelian barang-barang tahan lama yang baru, seperti mobil, televisi, dan sebagainya selain bangunan rumah, tergolong sebagai variabel ekonomi pengeluaran konsumsi. Pembelian atas barang-barang yang telah menjadi milik seorang konsumen tidak dianggap sebagai pengeluaran konsumsi, sebab pengeluaran konsumen yang satu (konsumen pembeli) diimbangi oleh penerimaan konsumen penjual, sehingga nettonya sebesar nol. Bangunan rumah tinggal pada umumnya dikategorikan sebagai pengeluaran investasi.

Pengeluaran Investasi (I)

Variabel ekonomi agregatif ini lengkapnya ialah pengeluaran investasi domestik bruto (gross private domestic investment). Variabel ini meliputi semua pengeluaran domestik yang dilakukan oleh sektor swasta untuk mendirikan bangunan-bangunan baru, mesin-mesin baru beserta perlengkapannya dan perubahan jumlah berbagai macam persediaan perusahaan.

Pengeluaran Pembelian Pemerintah (G)

Disebut juga pengeluaran pemerintah untuk barang dan jasa (government purchase of goods and services) atau sering disingkat pengeluaran pemerintah (government expenditure). Dalam hal ini jelas bahwa pengeluaran-pengeluaran pemerintah dimana pemerintah secara langsung memperoleh balas jasa atas pengeluaran tersebut. Pengeluaran-pengeluaran pemerintah seperti pembayaran pensiun, bea siswa, subsidi, dan berbagai macam bantuan finansial yang diberikan kepada sektor swasta tidak dimasukkan ke dalam kategori ini, melainkan harus dimasukkan ke dalam kategori transfer pemerintah (Tr).

Ekspor Neto (X M)

Variabel ekonomi agregatif ini merupakan hasil pengurangan nilai total impor (M) terhadap nilai total ekspor (X). Apabila neraca perdagangan dalam keadaan pasif, yaitu nilai impor barang dan jasa lebih besar daripada ekspor barang dan jasa, maka nilai ekspor neto bertanda negatif.

Bentuk kesamaan matematik untuk produk nasional atau nasional product identity :

Y = C + I + G + (X M)

2. Pendapatan Nasional Atas Dasar Biaya Faktor Produksi

Pada Tabel 3.2 bagian atas sebelah kiri Perkiraan Pendapatan dan Produk Nasional dimuat unsur-unsur pembentuk pendapatan nasional, yang terdiri dari berbagai jenis pendapatan yang diperoleh para pemilik sumber daya sebagai imbalan keikutsertaannya dalam pembentukan produk nasional.

Upah dan Gaji (Yw)

Upah dan gaji (wages and salaries) merupakan pendapatan yang diperoleh rumah tangga keluarga sebagai imbalan terhadap penggunaan jasa sumber tenaga kerja yang mereka gunakan dalam pembentukan produk nasional.

Sewa (Yr)

Pendapatan sewa (rental income) meliputi semua macam sewa atas pemakaian aktiva tetap oleh pihak lain atau oleh pemiliknya sendiri, kecuali pihak penerima sewa atau pemakai-pemilik aktiva tetap tersebut merupakan perusahaan, yang sisa hasil usahanya sudah tergolong sebagai laba. Dalam menghitung sewa rumah milik sendiri, misalnya dipergunakan metode imputasi (imputation).

Bunga (Yi)

Meliputi semua pembayaran bunga modal pinjaman yang dibayar oleh sektor swasta, baik sektor keluarga maupun sektor perusahaan. Sedangkan bunga yang dibayar oleh pemerintah atas hutang pemerintah kepada masyarakat tidak termasuk pendapatan bunga, melainkan dikategorikan sebagai transfer pemerintah.

Laba (Yp)

Perbedaan antara jumlah penerimaan penjualan perusahaan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan per tahun merupakan laba (profit) perusahaan.

Bentuk kesamaan matematik untuk pendapatan nasional atas dasar biaya faktor produksi ialah :

Y at factor = Yw + Yr + Yi + Yp3. Pendapatan Nasional dari Harga Biaya Faktor ke Harga Pasar

Kesamaan antara pendapatan nasional dengan produk nasional adalah apabila nilai pendapatan nasional dinyatakan bukan atas dasar biaya faktor produksi melainkan dinyatakan atas dasar harga pasar. Penghubung antara pendapatan nasional atas dasar biaya faktor produksi dengan pendapatan nasional atas dasar harga pasar terdiri dari transfer perusahaan, pajak tidak langsung, subsidi dan penyusutan.

Transfer Perusahaan

Yang tergolong dalam kategori ini ialah semua pengeluaran perusahaan kepada sektor swasta di mana perusahaan tidak memperoleh balas jasa. Contohnya bantuan perusahaan ke lembaga-lembaga sosial, kepada bencana alam, penghapusan piutang perusahaan.

Pajak Tidak Langsung

Pajak tidak langsung adalah apabila oleh pembayar pajak beban pajak dialihkan kepada pihak lain. Contohnya pajak penjualan, cukai. Pajak tidak langsung tersebut merupakan unsure pembentuk harga pasar, tetapi tidak termasuk biaya faktor produksi.

Subsidi Perusahaan

Untuk menolong perusahaan-perusahaan yang menemui kesulitan dalam usahanya, di mana dari segi kepentingan nasional perusahaan-perusahaan tersebut perlu dipertahankan, maka pemerintah sering memberikan subsidi kepada perusahaan-perusahaan tersebut. Oleh karena itu, subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan diberi tanda negatif, yaitu sebagai pengurang terhadap angka pendapatan nasional at factor cost untuk memperoleh angka pendapatan nasional at market price.

Penyusutan

Perusahaan-perusahaan setiap tahun mengadakan penyusutan terhadap bangunan-bangunan, mesin-mesin dengan perlengkapannya. Kerusakan aktiva-aktiva tetap perusahaan tidak terduga dalam perkiraan pendapatan nasional juga termasuk kategori variabel ekonomi penyusutan.

C. Pendekatan Penghitungan Pendapatan Nasional

Untuk menghitung nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan oleh sesuatu perekonomian tiga pendekatan penghitungan dapat digunakan, yaitu:

1. Pendekatan pengeluaran. Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai pengeluaran/perbelanjaan ke atas barang-barang dan jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut.

2. Pendekatan produksi atau cara produk neto. Dengan cara ini pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi barang dan jasa yang diwujudkan oleh berbagai sektor (lapangan usaha) dalam perekonomian.

3. Pendekatan pendapatan. Dalam penghitungan ini pendapatan nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional.

Cara Penghitungan I : Pendekatan Pengeluaran

Data pendapatan nasional yang dihitung dengan cara pengeluaran akan dapat memberi gambaran tentang (a) sampai di mana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi atau sampai di mana baiknya tingkat pertumbuhan yang dicapai dan tingkat kemakmuran yang sedang dinikmati, dan (b) memberikan informasi dan data yang dibutuhkan dalam analisis makroekonomi.

Penghitungan pendapatan nasional dengan cara pengeluaran membedakan pengeluaran ke atas barang dan jasa dalam perekonomian kepada 4 komponen, yaitu konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, pembentukan modal sektor swasta (investasi) dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor).

Menghitung Produk Domestik dan Produk Nasional Bruto

Pendapatan nasional dapat dihitung menurut harga yang berlaku dan menurut harga tetap. Penghitungan menurut harga tetap dilakukan di Indonesia pada masa ini menggunakan harga-harga pada rahun 1993. Kedua cara penghitungan ditunjukkan dalam Tabel 3.3.Pada Tabel 3.3. diketahui berdasarkan harga berlaku, PDB Indonesia pada tahun 2002 mencapai Rp 1.610 trilliun. Pendapatan neto faktor-faktor produksi bernilai negatif, yaitu sebesar Rp 77,8 trilliun, yang berarti Indonesia lebih banyak membayar ke luar negeri dibandingkan dengan penerimaan dari luar negeri. Sebagai akibatnya nilai PNB lebih kecil dari PDB yaitu hanya mencapai Rp 1.532,2 trilliun.

Tabel 3.3. Penghitungan Pendapatan Nasional Indonesia, 2002 (Trilliun Rupiah)

Jenis PengeluaranMenurut Harga BerlakuMenurut Harga Tetap 1993

NilaiPersentasi

1.Pengeluaran konsumsi rumah tangga1.138,370,7302,1

2.Pengeluaran konsumsi pemerintah132,18,235,3

3.Pembentukan modal tetap domestik bruto325,326,296,1

4.Perubahan stok-96,0-6,0-25,7

5.Ekspor barang dan jasa569,935,4116,9

6.Dikurangi : impor barang dan jasa459,628,598,0

PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB)1.610,0100426,7

7.Pendapatan neto faktor dari luar negeri-77,8-4,8-22,2

PRODUK NASIONAL BRUTO1.532,295,2404,5

Dikurangi : Pajak tak langsung71,24,418,9

Dikurangi : Depresiasi80,55,021,3

PENDAPATAN NASIONAL1.380,585,8364,3

Sumber : BPS, Statistik Indonesia 2002 (Sukirno, 2004)

Komponen pengeluaran agregat terbesar adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga, yaitu sebanyak Rp 1.138,3 trilliun dan meliputi 70,7 persen dari PDB. Ekspor juga relatif penting peranannya dalam perekonomian dan nilainya mencapai Rp 569,9 trilliun dan meliputi 35,4 persen dari PDB. Investasi hanya meliputi 20,2 persen dari PNB dan pengeluaran pemerintah peranannya lebih kecil lagi, yaitu hanya meliputi 8,2 persen dari PDB.

Untuk memperoleh Pendapatan Nasional Neto atau Net National Product (NNP) maka PNB perlu dikurangi oleh depresiasi. Selanjutnya NNP dapat dibedakan menurut harga pasar dan menurut harga faktor. NNP menurut harga faktor adalah Pendapatan Negara (PN). Hubungan di antara PNB dan PN dapat dinyatakan dengan persamaan.

PN = PNB Pajak tak langsung + Subdisi Depresiasi

Tetapi dalam penghitungan di Indonesia, subsidi tidak dihitung sehingga di antar PNB dan PN terdapat hubungan sebagai berikut.

PN = PNB Pajak tak langsung Depresiasi

Tabel 3.3 menunjukkan bahwa nilai menurut harga tetap jauh lebih rendah dari menurut harga berlaku. Perbedaan yang besar tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan harga yang tinggi dalam periode 1993 hingga 2002, dan bukan karena pertumbuhan output negara yang pesat. PDB menurut harga tetap hanya mencapai Rp 426,7 trilliun, dan PNB pada harga tetap adalah Rp 404,5 trilliun.

Perekonomian yang tidak mengalami peningkatan PDB nyata biasa dikatakan perekonomian berada dalam keadaan stagnasi. Perekonomian yang mengalami penurunan PDB nyata biasa dikatakan perekonomian dalam keadaan resesi, yaitu apabila penurunan tersebut tidak seberapa. Namun apabila penurunan PDB nyata tersebut cukup besar, gejala ekonomi tersebut biasa disebut depresi. Penurunan PDB nyata terjadi apabila pertumbuhan PDB nominal lebih rendah daripada tingkat kenaikan harga-harga.

Masalah Penghitungan Dua Kali

Pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai perbelanjaan dari berbagai golongan masyarakat ke atas barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan dalam perekonomian tersebut. Barang-barang atau jasa-jasa yang diimpor tidak dimasukkan dalam penghitungan ini. Begitu juga, barang-barang produksi dalam negeri yang akan diproses kembali oleh perusahaan-perusahaan lain untuk dijadikan barang-barang lain, tidak turut dihitung untuk menentukan besarnya pendapatan nasional. Hal ini dilakukan untuk menghindari berlakunya penghitungan dua kali (double counting).

Barang-barang yang diproduksikan dalam perekonomian perlu dibedakan dalam dua jenis yaitu barang-barang jadi dan barang-barang setengah jadi (barang antara). Barang jadi adalah barang yang tidak mengalami proses produksi lebih lanjut, dan dapat langsung digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan barang setengah jadi adalah barang yang harus mengalami proses produksi lebih lanjut sebelum ia dapat digunakan oleh masyarakat.

Nilai Barang Jadi dan Nilai Tambah

Dalam menghitung nilai pendapatan nasional menurut cara pengeluaran adalah penting untuk membedakan dengan sebaik-baiknya di antara barang-barang jadi dan barang-barang setengah jadi. Apabila semua nilai jual beli yang berlaku dalam perekonomian (baik nilai barang jadi maupun nilai barang setengah jadi) dijumlahkan ke dalam pendapatan nasional, maka nilai yang diperoleh adalah lebih besar dari nilai produksi yang sebenarnya telah diciptakan.

Untuk menghindari terjadinya hal seperti ini, yang harus dijumlahkan di dalam menghitung pendapatan nasional adalah (i) nilai barang-barang jadi saja, atau (ii) nilai-nilai tambah yang diciptakan dalam setiap tingkat proses produksi.

Cara Penghitungan II : Pendekatan Produk Neto

Produk neto (net output) berarti nilai tambah yang diciptakan dalam suatu proses produksi. Dengan demikian, cara kedua untuk menghitung pendapatan nasional adalah dengan cara menghitung dengan menjumlahkan nilai tambah yang diwujudkan oleh perusahaan-perusahaan di berbagai lapangan usaha dalam perekonomian. Penggunaan cara ini dalam menghitung pendapatan nasional mempunyai dua tujuan penting, yaitu :

a) Untuk mengetahui besarnya sumbangan berbagai sektor ekonomi di dalam mewujudkan pendapatan nasional.

b) Sebagai salah satu cara untuk menghindari penghitungan dua kali yaitu dengan hanya menghitung nilai produksi neto yang diwujudkan pada berbagai tahap proses produksi.

Contoh penghitungan nilai tambah untuk produk hasil perikanan disajikan pada Tabel 3.4. Pada Tabel 3.4. didapatkan bahwa jumlah nilai tambah yang diwujudkan oleh keempat kegiatan itu adalah (50 + 150 + 400 + 200) = Rp 800 ribu. Pengeluaran konsumen untuk membeli masakan udang adalah Rp 800 ribu.

Tabel 3.4. Menghitung Nilai Tambah

Jenis KegiatanNilai PenjualanNilai Tambah

(Ribuan rupiah)

1.Penangkapan udang di laut5050

2.Pembekuan udang (cold storage)200150

3.Menjual udang beku di toko600400

4.Pengolahan masakan udang di restoran800200

Jumlah nilai penjualan dan nilai tambah1.650800

Hal ini jelas menunjukkan bahwa terdapat dua alternatif dalam menghitung pendapatan nasional yaitu cara pengeluaran dan cara produk neto. Dalam cara pengeluaran yang diperhatikan adalah nilai barang jadi (masakan udang di restoran), sedangkan dalam cara produk neto yang diperhatikan adalah tambahan nilai yang diwujudkan oleh empat kegiatan ekonomi yang dilakukan.Dalam Tabel 3.5 ditunjukkan bagaimana pendapatan nasional menurut cara produk neto dihitung. Data yang dikemukakan dinamakan PDB menurut lapangan usaha. Penghitungan seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 3.5 menunjukkan sektor-sektor ekonomi dalam perekonomian Indonesia dibesakan kepada 9 sektor. Dua sektor yang pertama dinamakan sebagai sektor primer. Tiga sektor berikutnya, yaitu (i) industri pengolahan, (ii) listrik, gas dan air, dan (iii) bangunan digolongkan kepada sektor sekunder, dan sektor ke-6 hingga ke-9 digolongkan sebagai sektor jasa (sektor tertier). Tabel 3.5. Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha, 2002 (Trilliun Rupiah)

Lapangan usahaMenurut

Harga

berlakuHarga tetap tahun 1993

Nilai%Nilai%

1.Pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan281,317,668,015,9

2.Pertambangan dan penggalian191,811,939,89,3

3.Industri pengolahan402,625,0113,726,7

4.Listrik, gas dan air29,11,87,51,8

5.Bangunan92,45,725,35,9

6.Perdagangan, hotel dan restoran258,916,169,316,2

7.Pengangkutan dan komunikasi97,36,033,67,9

8.Keuangan, sewa dan jasa perusahaan105,66,529,97,0

9.Jasa-jasa lain (termasuk pemerintahan)151,09,439,69,3

PRODUK DOMESTIK BRUTO1.610,0100426,7100

Sumber : BPS, Statistik Indonesia 2002 (Sukirno, 2004)

Data PDB menurut harga berlaku untuk tahun 2002 memberikan informasi sebagai berikut :

a) Lapangan usaha terpenting dalam ekonomi Indonesia adalah kegiatan industri pengolahan, yang menghasilkan nilai tambah sebesar Rp 402,6 trilliun dan meliputi 25 persen dari PDB.

b) Sektor primer yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan dan pertambangan adalah lebih penting dari sektor sekunder dan sektor jasa. Sektor primer menghasilkan Rp 473,1 trilliun (dihitung dari menambahkan nilai tambah yang diwujudkan sektor pertanian dan pertambangan) dan meliputi 39,5 persen dari PDB.

c) Kegiatan perdagangan, hotel dan restoran memberi sumbangan kepada PDB yang hampir sama pentingnya dengan sektor pertanian.

Cara Penghitungan III : Pendekatan Pendapatan

Penghitungan pendapatan nasional dengan cara pendapatan pada umumnya menggolongkan pendapatan yang diterima faktor-faktor produksi sebagai berikut :

a) Pendapatan para pekerja, yaitu gaji dan upah.

b) Pendapatan dari usaha perseorangan (perusahaan perseorangan) meliputi jumlah gaji dan upah, bunga, sewa dan keuntungan yang diperoleh perusahaan yang dijalankan oleh pemiliknya sendiri dan keluarganya.

c) Pendapatan dari sewa.

d) Bunga neto, yaitu seluruh nilai pembayaran bunga yang dilakukan dikurangi bunga ke atas pinjaman konsumsi dan bunga ke atas pinjaman pemerintah.

e) Keuntungan perusahaan.

Sampai sekarang Indonesia belum menggunakan cara ini untuk menghitung pendapatan nasionalnya. Salah satu negara yang menggunakan penggolongan ini adalah Amerika Serikat. Contoh penghitungan disajikan pada Tabel 3.6.Dalam penghitungan cara pengeluaran nilai pendapatan nasional yang diperoleh adalah Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross Domestic Product (GNP), sedangkan penghitungan cara pendapatan menghasilkan Pendapatan Nasional atau National Income (NI).

Perkaitan di antara kedua konsep tersebut dijelaskan dalam Tabel 3.7. Berdasarkan Tabel 3.7. diketahui, pada tahun 1997 nilai PNB Amerika Serikat adalah 8.063 milyar dolar US. Nilai depresiasi adalah US$ 868 milyar dan ini meliputi hampir 11 persen dari PNB. Dengan demikian Produk Nasional Neto (PNN) bernilai US$ 7.195 milyar. Untuk memperoleh Pendapatan Nasional (NI), pajak tak langsung harus dikurangkan dari PNN, sedangkan subsidi ditambahkan. Tabel 3.6. Pendapatan Nasional Amerika Serikat, 1997 (milyar dolar Amerika)

Jenis KegiatanNilai (milyar)Persentasi

1.Ganjaran untuk pekerja4.70370,7

2.Pendapatan usaha perseorangan5458,2

3.Pendapatan dari sewa1482,2

4.Keuntungan perusahaan perseroaan80412,1

5.Bunga bersih neto4506,8

Pendapatan Nasional6.650100,0

Sumber : Sukirno, 2004

Penghitungan dalam Tabel 3.7 menunjukkan NI adalah US$ 6.650 milyar dan nilai ini adalah sama dengan yang dihitung dalam Tabel 3.6.

Tabel 3.7. Perkaitan di antara GNP dan NI di Amerika Serikat, 1997

Jenis PendapatanNilai (US $ milyar)

Produk Nasional Bruto8.063

Kurang : Depresiasi868

Produk Nasional Neto7.195

Kurang : Pajak tak langsung setelah dikurangi subsidi545

Pendapatan Nasional6.650

Sumber : Sukirno, 2004

D. Masalah Penghitungan dan Kegunaan Data

Masalah-Masalah Penghitungan :

1) Masalah mengumpulkan data dan informasi

Tidak semua kegiatan ekonomi di dalam suatu negara dicatatkan dengan baik. Dan apabila dicatatkan, tidaklah selalu informasi tersebut diperoleh dengan mudah. Pada umumnya nilai produksi yang diperoleh hanyalah merupakan taksiran yang dibuat oleh Badan Pusat Statistik dan bukan yang diberikan oleh setiap perusahaan dalam negara.

2) Memilih kegiatan yang nilai produksinya dihitung

Dalam prinsip penghitungan pendapatan nasional, yang dihitung dalam pendapatan nasional adalah nilai barang-barang yang dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan yang produktif dan barang-barang tersebut adalah diproduksikan untuk keperluan pasar (dijual). Tetapi disamping prinsip ini, dibuat pula beberapa pengecualian sebagai berikut :

Hasil pertanian petani tradisional. Di sebagian kegiatan pertanian hasil yang diproduksikan tidak dijual ke pasar tetapi digunakan sendiri. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia produksi seperti itu nilainya ditaksir dan dihitung ke dalam pendapatan nasional.

Kegiatan menyalahi hukum, nilai produksinya tidak dihitung dalam pendapatan nasional.

Kegiatan di sekitar rumah. Nilai kegiatan di sekitar rumah apabila dilakukan oleh anggota keluarga tidak dihitung dalam pendapatan nasional. Tetapi apabila ia dilakukan oleh pembantu rumah tangga dan dibayar, maka ia dihitung dalam pendapatan nasional.

Ganjaran yang bukan berupa uang. Fasilitas yang diberikan perusahaan seperti perumahan dan kendaraan termasuk sebagai gaji pekerja dan dihitung dalam pendapatan nasional.

3) Masalah penghitungan dua kali

Dalam praktik kadang timbul kesulitan dalam menentukan apakah sesuatu barang itu barang jadi atau barang setengah jadi. Kerumitan ini menyebabkan masalah penghitungan dua kali mungkin terjadi. Misalnya tuna dan udang adalah dipandang sebagai barang jadi apabila diekspor dan barang setengah jadi apabila di proses di dalam negeri. Maka apabila nilai produksi tuna dan udang dihitung dan sesudah itu dihitung pula nilai tuna kaleng dan nilai produk-produk dari udang, penghitungan dua kali telah berlaku.

4) Menentukan harga barang-barang

Masalah ini merupakan satu hal yang rumit. Pada suatu masa tertentu harga adalah berbeda antara satu kawasan dengan kawasan yang lain, dan berbeda pula di pasarraya dan di pasar malam. Disamping itu dalam jangka masa satu tahun harga barang dapat berubah.

5) Investasi bruto dan investasi neto

Perbedaan antara investasi neto dan investasi bruto adalah depresiasi. Untuk menaksir besarnya depresiasi dalam suatu negara adalah sukar sebab (i) tidak ada catatan yang lengkap mengenai depresiasi di berbagai kegiatan ekonomi, dan (ii) depresiasi menurut konsep perusahaan adalah berbeda dengan menurut pandangan negara.

6) Masalah kenaikan harga dan perubahan kualitas barang

Data pendapatan nasional bukan saja digunakan untuk melihat nilai produksi dalam suatu tahun tertentu tetapi juga perubahannya dari tahun ke tahun. Untuk menghitung pendapatan nasional riil diperlukan bantuan indeks harga. Indeks harga memberikan gambaran mengenai tingkat perubahan harga umum dari tahun ke tahun. Terdapat beberapa masalah dalam menghitung indeks harga, seperti misalnya memilih barang yang akan digunakan untuk mewujudkan indeks harga, masalah weightage dan sebagainya. Hal ini mungkin menyebabkan indeks harga tidak dihitung dengan tepat. Selanjutnya hal ini menyebabkan perubahan-perubahan dalam pendapatan nasional yang dihitung dengan bantuan indeks harga tidak secara tepat menggambarkan perubahan jumlah produksi negara yang sebenarnya dicapai.

Kegunaan Data Pendapatan Nasional :

Data pendapatan nasional memberikan informasi yang berguna mengenai berbagai aspek dari kegiatan ekonomi. Data pendapatan nasional pada suatu tahun tertentu memberi gambaran tentang : (i) tingkat kegiatan ekonomi negara yang dicapai dan nilai output yang diproduksikan, (ii) komposisi dari perbelanjaan agregat, (iii) sumbangan berbagai sektor dalam mewujudkan pendapatan nasional, dan (iv) taraf kemakmuran yang dicapai.

Seterusnya, membandingkan data pendapatan nasional dari tahun ke tahun akan memberikan gambaran tentang (i) tingkat pertumbuhan ekonomi, (ii) perubahan struktur ekonomi dan (iii) peningkatan taraf kemakmuran masyarakat, serta (iv) sebagai dasar dalam membuat ramalan dan perencanaan ekonomi di masa depan.

RINGKASAN

1. Pendapatan nasional merupakan penjumlahan nilai perbelanjaan dari berbagai golongan masyarakat ke atas barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan dalam perekonomian tersebut.2. Beberapa konsep pendapatan nasional yang harus dipahami dalam penghitungan pendapatan nasional yaitu Produk Domestik Bruto, Produk Nasional Bruto, dan Produk Nasional Neto.

3. Ada tiga pendekatan penghitungan pendapatan nasional yaitu pendekatan pengeluaran, pendekatan produk neto, dan pendekatan pendapatan.

4. Pendapatan nasional dapat diperkirakan dari pendapatan nasional dan terdiri dari penghitungan pendapatan nasional atas dasar biaya faktor produksi dan pendapatan nasional atas dasar harga pasar.

5. Aturan-aturan dalam penghitungan pendapatan nasional meliputi pendapatan nasional dapat dihitung menurut harga yang berlaku dan menurut harga tetap.

6. Masalah-masalah dalam penerapan penghitungan pendapatan nasional adalah pengumpulan data dan informasi, pemilihan kegiatan yang nilai produksinya dihitung, penghitungan dua kali, penentuan harga barang-barang, investasi bruto dan investasi neto, kenaikan harga dan perubahan kualitas barang.LATIHAN

1. Jelaskan konsep Produk Domestik Bruto, Produk Nasional Bruto, dan Produk Nasional Neto !

2. Jelaskan perbedaan pendapatan nasional pada harga berlaku dan pendapatan nasional pada harga tetap !

3. Tentukan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada tahun 2008 berdasarkan data berikut :

Kelompok BarangWeightageTahun dasar 2003Tahun 2008

Harga (Rp)Harga x weightageHarga (Rp)Harga x weightage

Pangan401.00040.0002.00080.000

Sandang253.00075.00011.000275.000

Papan104.50045.00016.000160.000

Lain-lain254.000100.0008.000200.000

100260.000715.000

4. Susunlah perkiraan pendapatan dan produk nasional untuk data berikut

- Ekspor

Rp 2,9 trilyun

- Gaji dan upahRp 7,9 trilyun

- Pajak tidak langsungRp 1,0 trilyun

- ImporRp 1,7 trilyun

- SewaRp 0,5 trilyun

- SubsidiRp 1,8 trilyun

- Pengeluaran konsumsiRp 8,3 trilyun

- BungaRp 0,4 trilyun

- PenyusutanRp 0,6 trilyun

- InvestasiRp 2,9 trilyun

- Laba = nilai residu (angkanya harus dihitung)

- Pengeluaran pembelian pemerintah Rp 1,7 trilyun

- Transper pemerintahRp 0,4 trilyun

5. Jelaskan cara penghitungan pendapatan nasional melalui :

(a) cara pengeluaran

(b) cara produksi

(c) cara pendapatan

6. Tentukan nilai penjualan dan nilai tambah untuk data hipotetik sederhana berikut : Jenis KegiatanNilai PenjualanNilai Tambah

(Ribuan rupiah)

1.Budidaya rumput laut di KJA5050

2.Pengolahan tepung karaginan200150

3.Industri makanan agar-agar 600400

4.Masakan berbasis agar-agar di restoran/warung800200

Jumlah nilai penjualan dan nilai tambah

Berikan kesimpulan saudara dari hasil perhitungan tersebut !

KUNCI JAWABAN

1. Produk Domestik Bruto adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara asli dan warga negara asing dalam satu tahun tertentu.

Produk Nasional Bruto adalah barang dan jasa yang dihitung dalam pendapatan nasional hanyalah barang dan jasa yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh warga negara dari negara yang pendapatan nasionalnya dihitung.

Produk Nasional Neto adalah Produk Nasional Bruto dikurangi nilai penyusutan (depresiasi).2. Pendapatan nasional pada harga berlaku adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan sesuatu negara dalam suatu tahun dan dinilai menurut harga-harga yang berlaku pada tahun tersebut. Pendapatan nasional pada harga tetap adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan sesuatu negara dalam suatu tahun dan dinilai menurut harga yang tetap. 3. Indeks Harga Konsumen (IHK) pada tahun 2008 adalah IHK = (715.000/260.000) x 100% = 275%

Indeks harga pada tahun dasar (2003) adalah 100. Dengan demikian di antara tahun 2003 dan 2008 harga telah meningkat menjadi 275 persen atau 2,75 kali lipat dari harga asal.

4. Perkiraan pendapatan nasional berdasarkan pendapatan nasional dan produk nasional :Pendapatan NasionalProduk Nasional

KomponenNilai (trilyun)KomponenNilai (trilyun)

Upah dan GajiRp 7,9Pengeluaran KonsumsiRp 8,3

SewaRp 0,5Pengeluaran InvestasiRp 2,9

BungaRp 0,4Pengeluaran PemerintahRp 1,7

LabaRp 5,1Ekspor NetoRp 1,2

PENDAPATAN NASIONAL ATAS DASAR BIAYA FAKTOR PRODUKSIRp 13,9

+ Transfer Perusahaan Rp 0,4

+ Pajak Tidak LangsungRp 1,0

- SubsidiRp 1,8

+ PenyusutanRp 0,6

PENDAPATAN NASIONAL ATAS DASAR HARGA PASARRp 14,1PRODUK NASIONAL ATAS DASAR HARGA PASARRp 14,1

5.Cara penghitungan pendapatan nasional melalui :

(a)cara pengeluaran yaitu dengan cara menjumlahkan nilai pengeluaran/perbelanjaan ke atas barang-barang dan jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut.(b) cara produksi yaitu dengan cara menjumlahkan nilai produksi barang dan jasa yang diwujudkan oleh berbagai sektor (lapangan usaha) dalam perekonomian.

(c) cara pendapatan yaitu dengan cara menjumlahkan pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional.

6.Nilai tambah dari usaha rumput laut (dari budidaya sampai makanan siap saji) adalah Rp 800.000,00. Harga sajian berbahan rumput laut di warung/restoran yang diterima konsumen adalah Rp 800.000,00.

Sasaran : Mahasiswa diharapkan mampu :

Menjelaskan konsep-konsep pendapatan nasional

Menjelaskan pendekatan-pendekatan dalam penghitungan pendapatan nasional

Menjelaskan aturan-aturan penghitungan pendapatan nasional

Menjelaskan masalah-masalah dalam penerapan penghitungan pendapatan nasional

Tujuan : Setelah membaca bab ini, mahasiswa akan memahami konsep pendapatan nasional dan penerapannya.

Bab 4

Bab 3. Pendapatan Nasional37

_377352486.unknown

_377352979.unknown